strategi komisi pemilihan umum kabupaten musi …digilib.unila.ac.id/54919/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH
(Studi pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Selatan 2018 dan Pemilihan Umum 2019)
TESIS
Oleh
MERY ANGGRAINY
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH
(Studi pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Selatan 2018 dan Pemilihan Umum 2019)
Oleh
MERY ANGGRAINY
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI RAWASDALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH(Studi pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Selatan 2018 dan Pemilihan Umum 2019)
Oleh
MERY ANGGRAINY
Penurunan partisipasi pemilih terjadi di Kabupaten Musi Rawas dalam pilkadadan pemilihan umum. KPU Kabupaten Musi Rawas mempunyai strategi ataspersoalan ini. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis faktorpenyebab penurunan partisipasi pemilih, menganalisis strategi dan penerapanstrategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih, serta mendeskripsikan danmenganalisis kebijakan yang diambil oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dalammengatasi penurunan partisipasi pemilih. Tipe penelitian deskriptif denganpendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara dan dokumenkepustakaan. Teknik pengumpulan data melalui panduan wawancara, observasi,dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pertama, faktor-faktor penyebabturunnya partisipasi pemilih karena aktivitas ekonomi, sifat apatis, calon yangtidak dikenal, dan data pemilih tidak akurat. Kedua, strategi dari dimensi peluangmelalui debat publik, alat peraga kampanye, iklan, himbauan berjenjang, danpartner strategis dengan stakeholder. Dimensi ancaman yaitu kampanye hitamdan kampanye negatif dengan strategi pendidikan pemilih melalui mobilisasisosial. Dimensi kekuatan melalui sosialisasi. Dimensi kelemahan adalah luaswilayah dan terbatasnya anggaran melalui pemberian spanduk. Dimensipemanfaatan sumber daya melalui bimbingan teknis, penguatan kelembagaan,penambahan sarana, prasarana, operator, dan digitalisasi dokumen. Ketiga,Kebijakan yang diambil adalah sosialisasi berbasis keluarga. Partisipasi pemilihKabupaten Musi Rawas tahun 2018 sebesar 59,60%, partisipasi pemilih tahun2015 sebesar 62,93%. Ini menunjukkan bahwa strategi KPU Kabupaten MusiRawas belum berhasil meningkatkan partisipasi pemilih pada pilgub SumateraSelatan 2018. Alternatif strategi yaitu sosialisasi akbar, pemilihan di hari Minggu,penambahan jaringan dengan perguruan tinggi, lembaga sosial masyarakat, mediamassa, lembaga survey, dan pemimpin agama, dan optimalisasi kerja KPPS.
Kata kunci : Strategi, Meningkatkan, Partisipasi pemilih.
ABSTRACT
STRATEGY OF MUSI RAWAS GENERAL ELECTORAL COMMISSIONIN INCREASING VOTER TURNOUT
(Study on Election of Governor and Vice Governor South Sumatra 2018and General Election 2019)
By
MERY ANGGRAINY
Voter turnout decline occurred at Musi Rawas Regency in regional head electionsand general elections. Musi Rawas General Election Commissions has strategieson this issues. This study aims to describe and analyze factors that causedecreasing voter turnout, analyze and implement strategies increasing voterturnout, and describe and analyze policies taken by Musi Rawas General ElectionCommissions to overcome decreasing voter turnout. Reseach type is descriptivewith qualitative approach. Data obtained through interviews and librarydocuments. Collecting data technique through interview guides, observation, anddocumentation. Results of this research show first, the factors that caused declinein voter turnout due to economic activities, apathy, unknown candidates, andinaccurate voter data. Second, strategies from the opportunity dimension throughpublic debate, campaign props, advertising, tiered appeals, and strategic partnerswith stakeholders. Threat dimensions are black campaigns and negativecampaigns with voter education strategies through social mobilization. Powerdimension through socialization. Weakness dimensions are area and budgetconstraints through the provision of banners. Resources dimension throughtechnical guidance, institutional strengthening, additional facilities,infrastructure, operators, and document digitalization. Third, the policy taken isfamily-based socialization. Voter turnout of Musi Rawas Regency in 2018 was59.60%, voter participation in 2015 was 62.93%. This shows that the strategy ofMusi Rawas General Election commissions has not succeeded in increasing voterturnout in Sumatera Selatan governor election 2018. Alternative strategies aregrand socialization, Sunday elections, additional networks with universities,community social institutions, mass media, survey institutions, religious leaders,and optimization of voting group organizers work.
Keywords: Strategy, Increase, Voter Participation.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Palembang pada tanggal
6 Mei 1982, anak dari pasangan Bapak Ichwanul
Muslimin dan Ibu Erly Margini. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara yaitu kakak Ericha
Melyani, ST dan adik Ferry Framadhoni. Penulis
telah berkeluarga dengan Awalluddin, SE dan
memiliki dua anak yaitu Rameyza Aliya Arani dan Faiza Rifaya Arani.
Pendidikan Formal penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri (SDN) 324 Palembang pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Bina Warga Palembang dan lulus pada tahun 1997.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU)
Bina Warga 1 Palembang dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya tahun 2000
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 Jurusan Administrasi Negara
Universitas Sriwijaya dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2010 penulis mulai
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Instansi Sekretariat Jenderal
Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Satuan Kerja Sekretariat KPU Kabupaten
Musi Rawas hingga saat ini.
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk orang-orang yang sangat berharga dalam
hidupku :
Kedua orang tuaku Papa Ichwanul Muslimin dan Mama Erly Margini;
Suamiku tersayang Awalluddin, SE.;
Anak-anakku tersayang Rameyza Aliya Arani dan Faiza Rifaya Arani;
Almamaterku Universitas Lampung.
MOTTO :
Do the best and always prepare for the worst
Tiada kebahagiaan yang paling sempurna selain berbakti kepada orang tua.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat,
karunia dan pertolongan-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Shalawat dan salam tercurah untuk junjungan penulis Nabi Muhammad SAW dan
para pengikutnya hingga akhir zaman. Tesis yang berjudul “STRATEGI
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH (Studi pada Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2018 dan Pemilihan
Umum 2019)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Pemerintahan pada Program Pascasarjana Magister Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit untuk dapat
menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas
Lampung
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung
3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
sekaligus Pembimbing Utama, terima kasih telah meluangkan segenap waktu,
memberikan banyak ilmu, pikiran, serta tenaga untuk membimbing penulis
menyelesaikan tesis ini;
5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku Pembimbing Pendamping, terima kasih
atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam proses
penyelesaian tesis ini;
6. Bapak Dr. Bambang Utoyo S., M.Si selaku Dosen Penguji Utama, terima
kasih atas masukan, saran, bimbingan, dan motivasi untuk memperbaiki tesis
ini.
7. Seluruh jajaran Dosen Pengampu Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;
8. Bapak H. Nailul Azmi, S.Psi., MM. Selaku Sekretaris KPU Kabupaten Musi
Rawas yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk dapat melanjutkan
pendidikan penuh kepada penulis,
9. Seluruh komisioner dan rekan sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan data dan informasi kepada
penulis;
10. Sahabat-sahabat mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan angkatan 2016
khususnya konsentrasi Tata Kelola Pemilu (Agung, Zuhairi, Ikhsan, Tohap,
Yuliza, Silvi, Risma, Susi, Zieroh, Fajar, Candrawansah, dan Antoniyus)
semoga persaudaraan ini selalu terjaga dan sukses untuk kita semua.
11. Suamiku Awalluddin, SE. dan anak-anakku tersayang Rameyza Aliya Arani
dan Faiza Rifaya Arani yang membuat penulis sangat termotivasi untuk
menyelesaikan tesis ini;
12. Kedua orangtuaku yang merupakan keberkahanku, yang telah membantu,
mendukung, dan mendoakan penulis tanpa lelah sehingga tesis ini dapat
diselesaikan;
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama proses penulisan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Harapan penulis tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, November 2018Penulis,
Mery Anggrainy
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................... i
DAFTAR TABEL ........................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN.................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 11.1. Latar Belakang ..................................................................... 11.2. Rumusan Masalah ................................................................ 231.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 241.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 24
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 262.1. Strategi ................................................................................. 26
2.1.1. Strategi ........................................................................ 262.1.2. Manajemen Strategi .................................................... 28
2.2. Partisipasi Politik ................................................................. 362.3. Partisipasi Pemilih ................................................................ 392.4. Strategi KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih ...... 422.5. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur ........................... 442.6. Pemilihan Umum ................................................................. 462.7. Kerangka Pikir ..................................................................... 48
III. METODE PENELITIAN ........................................................ 543.1. Metode Penelitian ................................................................. 543.2. Fokus Penelitian .................................................................... 56
3.2.1. Dimensi Eksternal ................................................... 563.2.2. Dimensi Internal ...................................................... 573.2.3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber ............... 57
3.3. Lokasi Penelitian .................................................................. 573.4. Sumber Data ......................................................................... 58
ii
3.4.1 Data Primer ............................................................. 583.4.2 Data Sekunder ........................................................ 58
3.5. Informan ............................................................................... 583.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 593.7. Teknik Analisis Data ............................................................ 593.8. Teknik Keabsahan Data ....................................................... 613.9. Teknik Kesimpulan .............................................................. 67
IV. GAMBARAN UMUM ............................................................. 694.1. Kondisi Umum Kabupaten Musi Rawas .............................. 69
4.1.1. Sejarah Kabupaten Musi Rawas ............................. 694.1.2. Kecamatan di Kabupaten Musi Rawas ................... 714.1.3. Keadaan Geografis dan Demografis ....................... 71
4.2. Gambaran Umum KPU Kabupaten Musi Rawas ................ 734.2.1. Susunan Organisasi KPU Kabupaten Musi Rawas.. 73
4.2.1.1. Pembentukan dan Kedudukan KPUKabupaten Musi Rawas ............................. 73
4.2.1.2. Keanggotaan KPU KabupatenMusi Rawas ............................................... 74
4.2.2. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban KPU KabupatenMusi Rawas ............................................................. 764.2.2.1. Tugas KPU Kabupaten Musi Rawas .......... 764.2.2.2. Wewenang KPU Kabupaten Musi Rawas... 774.2.2.3. Kewajiban KPU Kabupaten Musi Rawas .. 78
4.3. Pemilihan Gubernur dan Wakil GubernurSumatera Selatan 2018 ........................................................ 844.3.1. Waktu Pelaksanaan dan Profil Calon ...................... 844.3.2. Profil Partai Politik Pengusung ............................... 874.3.3. Hasil Pemilihan dan Partisipasi Pemilih per
Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan....................... 90
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 925.1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penurunan
Partisipasi Pemilih di Kabupaten Musi Rawas ................... 925.2. Strategi KPU Kabupaten Musi Rawas pada Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera SelatanTahun 2018 dan Pemilihan Umum 2019 ............................. 1065.2.1.Dimensi Ekternal ....................................................... 106
5.2.1.1. Peluang ........................................................ 1075.2.1.2. Ancaman ...................................................... 114
5.2.2.Dimensi Internal ........................................................ 1175.2.2.1. Kekuatan ...................................................... 1175.2.2.2. Kelemahan ................................................... 120
iii
5.2.3.Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber ................. 1265.2.3.1. Pemanfaatan Sumber Daya Manusia ........... 1265.2.3.2. Pemanfaatan Sumber Daya Teknologi
informasi....................................................... 1305.3. Kebijakan KPU Kabupaten Musi Rawas
dalam mengatasi penurunan partisipasi pemilihdi Kabupaten Musi Rawas .................................................. 134
5.4. Analisis Penyebab Strategi Peningkatan PartisipasiPemilih di Kabupaten Musi Rawas Belum Berhasil ........... 140
5.5. Alternatif Strategi KPU Kabupaten Musi Rawasdalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih ............................ 145
VI. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 1516.1. Simpulan .............................................................................. 1516.2. Saran ..................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... vii
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Prosentase Partisipasi Pemilih Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Musi Rawas ........................ 8
2. Komposisi Anggota dan Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas 83
3. Komposisi keanggotaan DPRD Provinsi Sumatera Selatan ........... 88
4. Prosentasi Partisipasi Pemilih Per Kabupaten/Kota Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2018.................. 91
5. Jumlah TPS dan DPT Kabupaten Musi Rawas pada Pilgub 2018 .. 96
6. Jumlah DPT Kabupaten Musi Rawas Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Tahun 2015 dan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Selatan Tahun 2018 ........................................ 104
7. Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Musi Rawas .......................... 122
8. Prosentase Partisipasi Pemilih per Kecamatan di Kabupaten
Musi Rawas Pilgub 2018 ................................................................ 139
9. Partisipasi Pemilih di Kabupaten Musi Rawas 2010-2018 ............. 140
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Peta Partisipasi ................................................................ 40
2. Bagan Kerangka Pikir ................................................................ 53
3. Struktur Organisasi KPU Kabupaten Musi Rawas ..................... 81
4. Struktur Organisasi Sekretaiat KPU Kabupaten Musin Rawas... 81
vi
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Bimtek : Bimbingan Teknis
Caleg : Calon Anggota Legislatif
Disdukcapil : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
DKPP : Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
DPD : Dewan Pimpinan Daerah
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPS : Daftar Pemilih Sementara
DPT : Daftar Pemilih Tetap
Golput : Golongan Putih
Hanura : Hati Nurani Rakyat
IT : Information Technology
KPPS : Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
KPU : Komisi Pemilihan Umum
KTP : Kartu Tanda Penduduk
Lingkup : Lingkungan Hidup
vii
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
NIK : Nomor Induk Kependudukan
PAN : Partai Amanat Nasional
Parpol : Partai Politik
PBB : Partai Bulan Bintang
PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pemilu : Pemilihan Umum
Perpu : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang
Pilgub : Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
PKB : Partai Kebangkitan Bangsa
PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum
PKS : Partai Kebangkitan Bangsa
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PPDP : Petugas Pemutakhiran Data Pemilih
PPK : Panitia Pemilihan Kecamatan
PPP : Partai Persatuan Pembangunan
PPS : Panitia Pemungutan Suara
RI : Republik Indonesia
RPP : Rumah Pintar Pemilu
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SD : Sekolah Dasar
viii
SDM : Sumber Daya Manusia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMU : Sekolah Menengah Umum
STIE : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
STM : Sekolah Teknik Menengah
SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threat
TPS : Tempat Pemungutan Suara
UU : Undang-undang
UUD : Undang-undang Dasar
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemilihan kepala daerah yang selanjutnya disebut pilkada dan Pemilihan
umum yang selanjutnya disebut pemilu merupakan sarana warga negara dalam
memilih orang untuk mengisi jabatan politik. Pilkada untuk mengisi jabatan
politik berupa kepala daerah sedangkan pemilu untuk memilih orang-orang
yang duduk sebagai anggota legislatif. Kedua pemilihan ini di Indonesia
dilakukan setiap lima tahun sekali. Jika pada pemilihan legislatif tahun 2014
dilaksanakan tidak serentak dengan pemilihan presiden dan wakil presiden
maka sehubungan dengan dikabulkannya gugatan Undang-undang nomor 42
tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden melalui judicial
review mengenai pelaksanaan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden,
maka Pemilu legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden harus digelar
serentak dan dimulai pada tahun 2019. Pemilu nasional serentak memiliki
sejumlah keuntungan yang bersifat hipotetik dilihat dari sisi pelembagaan
politik dan konsolidasi demokrasi di Indonesia (Prasetyoningsih, 2014: 255)
meliputi:
1. Pemilu nasional serentak bertujuan menciptakan hasil pemilu yangkongruen;
2. Pemilu nasional serentak ini mendorong terciptanya koalisi berbasiskebijakan;
2
3. Pemilu nasional serentak mendorong kualitas partai politik (parpol) yanglebih demokratis;
4. Pemilu nasional serentak potensial meminimalkan konflik antar partai ataupendukung partai
Pilkada langsung merupakan hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD)
1945, pasca amandemen kedua UUD 1945 dan ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) nomor IV/MPR/2000
tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membahas dan
mengesahkan Undang-undang (UU) nomor 2 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah sebagai pengganti UU nomor 22 tahun 1999. Pilkada langsung pertama
kali dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2005 di Kutai Kartanegara. Pada tahun
2005 telah berlangsung Pilkada di 207 kabupaten/kota dan 7 Provinsi. Tahun
2006 terlaksana pilkada di 70 kabupaten/kota dan 7 provinsi. Tahun 2007
berlangsung pilkada di 35 kabupaten/kota dan 6 provinsi. Tahun 2008
dilaksanakan 160 pilkada di 13 provinsi dan 147 kabupaten/kota (Suharizal,
2011: 4)
Dalam sistem pemerintahan demokratis, kehadiran pemilu yang bebas dan adil
merupakan suatu keniscayaan. Pemilih merupakan parameter pelaksanaan
demokratisasi suatu negara. Beberapa alasan mengapa pemilu sangat penting
bagi kehidupan demokrasi menurut Asfar (2006: 137) pertama, melalui pemilu
memungkinkan suatu komunitas politik melakukan transfer kekuasaan secara
damai. Kedua, melalui pemilu akan tercipta pelembagaan konflik. Masih
3
menurut Asfar (2006: 142), secara konseptual, terdapat 2 (dua) mekanisme
yang dapat dilakukan untuk menciptakan pemilu yang bebas dan adil. yaitu:
1. Menciptakan seperangkat metode untuk mentransfer suara pemilih ke dalam
suatu lembaga perwakilan rakyat secara adil (electoral system).
2. Menjalankan pemilu sesuai dengan aturan main dan prinsip-prinsip
demokrasi (electoral process)
Suksesnya penyelenggaraan pilkada dan pemilu baik secara electoral system
dan electoral process sangat ditentukan oleh penyelenggara pemilihan dan
pihak-pihak lain selaku stakeholder. Partisipasi politik dalam negara demokrasi
merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaaan negara
tertinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan
keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi yaitu pemilu. Makin tinggi tingkat
partisipasi politik mengindikasikan bahwa rakyat mengikuti dan memahami
serta melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya tingkat partisipasi
politik yang rendah pada umumnya mengindikasikan bahwa rakyat kurang
menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau kegiatan kenegaraan.
Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat direfleksikan dalam sikap
golongan putih dalam pemilu dan dapat dilihat dari surat-suara yang tidak
terpakai dalam setiap pemilihan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri
sebagai lembaga yang menyelenggarakan pemilu memiliki target tersendiri
dalam mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu. Tahun 2014, KPU
menargetkan angka 75% partisipasi pemilih, sedangkan untuk pilkada serentak
tahun 2018 ini KPU menargetkan 77,5% partisipasi pemilih (sumber
4
https://nasional.tempo.co). Sistem pemilihan di Indonesia khususnya pemilihan
anggota legislatif sangat mempengaruhi partisipasi pemilih. Sistem
proporsional terbuka berarti setiap daerah pemilihan memiliki wakil yang
majemuk, setiap partai politik menyajikan daftar calon anggota legislatif
(caleg) ke pemilih, pemilih memilih satu partai, partai memperoleh suara
sebanding dengan perolehannya secara nasional, kursi diisi oleh mereka yang
ada di daftar nama kandidat yang ditawarkan oleh partai politik secara
berurutan. Hal ini sangat menyulitkan pemilih dalam memberikan hak
suaranya. Masih adanya anggapan bahwa pemilu tidak berdampak positif bagi
sebagian masyarakat turut mempengaruhi angka partisipasi pemilih.
Berkaca dari pengalaman pemilu di Indonesia sejak Pemilu 1999 hingga 2009,
terjadi penurunan partisipasi pemilih cukup signifikan. Tingkat partisipasi terus
menurun dari 92 persen (%) pada Pemilu 1999 menjadi 84 persen (%) di 2004,
dan terus menurun saat penyelenggaraan Pemilu 2009, yakni tinggal 71 persen
(%). Terjadi peningkatan partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 yaitu menjadi
75 persen (%) (Sendhikasari, 2013: 17).
Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya secara sukarela dalam
pemilihan umum menyebabkan terjadinya penurunan partisipasi pemilih.
Penurunan partisipasi ini akan berdampak pada fenomena golput yang akan
mengkristal menjadi faktor internal demokrasi yang potensial menimbulkan
pembusukan demokrasi atau pembusukan politik (political decay), sehingga
akan berimplikasi melumpuhkan demokrasi, dimana partai politik sebagai
5
mesin pembangkit partisipasi politik dalam demokrasi secara moral ikut
bertanggungjawab. Dalam arti proses demokrasi dimana menurunnya tingkat
partisipasi pemilih di satu sisi, dan di sisi lain malah makin meningkatnya
jumlah Golput yang berimplikasi negatif bagi pembangunan kualitas demokrasi
(Soebagio, 2008: 85). Fenomena penurunan partisipasi pemilih tersebut
seharusnya menjadi peringatan keras bagi praktik demokrasi di Indonesia. Oleh
karena itu pemerintah bersama jajaran KPU diharapkan terus berbenah diri
untuk memperbaiki kinerjanya. Meskipun di dalam Undang-undang tidak ada
aturan yang mengatakan partisipasi rendah menjadikan pemilu tidak sah,
namun partisipasi publik sangat penting, sebab pemilu merupakan fase
terpenting dalam kehidupan sebuah negara demokrasi seperti Indonesia. KPU
dengan segala upayanya mampu terus meningkatkan partisipasi publik untuk
ikut menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu. Dengan demikian dapat
meningkatkan citra KPU di mata publik (Sendhikasari, 2013: 20).
Posisi KPU sebagai penyelenggara pemilu lebih bertanggungjawab terhadap
persoalan partisipasi masyarakat yang disebabkan oleh persoalan teknis
penyelenggaraan pemilu. Ketika pemilih tidak menggunakan hak pilihnya
akibat absennya informasi tentang mekanisme pemilihan atau hari pemungutan
suara yang disampaikan oleh KPU maka tentu menjadi tanggungjawab
penyelenggara pemilihan. Berdasarkan hal itu maka menjadi tidak cukup
relevan jika kemudian soal tinggi rendahnya partisipasi pemilih hanya menjadi
tanggungjawab KPU. Begitu juga dengan target tingkat partisipasi pemilih
hingga 75 % (sumber: rumahpemilu.com).
6
Persoalan partisipasi dan keinginan orang memilih atau tidak, akan dipengaruhi
oleh tokoh dan sosok yang akan dipilih apakah mampu merepresentasikan atau
mengakomodir kepentingan pemilih atau tidak. Artinya ketika kepentingan
tidak bisa terakomodir dalam pemilu maka keinginan pemilih untuk
berpartisipasi akan sangat rendah. Faktor teknis terkait langsung dengan
periode pemilihan yaitu penyelenggaraan pemilu. Lembaga penyelenggara
pemilu bertanggung jawab memfasilitasi pemilih sehingga dapat memberikan
suaranya secara mudah (akses geografis), aman (tanpa ancaman), dan tepat
(paham cara menandai surat suara).
Pemilih yang datang ke TPS untuk memberikan suaranya, dapat terfasilitasi
secara baik, dan menjamin bahwa suara pemilih dihitung dengan jujur oleh
KPU. Kombinasi dari faktor politik dan faktor teknis yang menentukan tingkat
partisipasi pemilih. Artinya tugas KPU sebagai penyelenggara pemilu adalah
memfasilitasi dan menjamin aspek teknis pemilih yang memutuskan untuk
memberikan suaranya. Posisinya sebagai penyelenggara lebih
bertanggungjawab terhadap persoalan partisipasi masyarakat yang disebabkan
oleh persoalan teknis penyelenggaraan pemilu. Ketika pemilih tidak
menggunakan hak pilihnya akibat absennya informasi tentang mekanisme
pemilihan atau hari pemungutan suara yang disampaikan oleh KPU maka tentu
menjadi tanggungjawab penyelenggara.
Dalam lingkup Kabupaten/Kota, tugas dan kewenangan sosialisasi tahapan
dan kegiatan pemilu merupakan tanggungjawab KPU Kabupaten/Kota. Hal ini
7
dijelaskan dalam Undang-undang No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan umum
pasal 20, kewajiban KPU Kabupaten/ Kota “.... (c) menyampaikan semua
informasi penyelenggaraan pemilu kepada masyarakat”. Namun, pentingnya
pemilu belum seutuhnya disadari oleh seluruh masyarakat Indonesia.
KPU Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu penyelenggara yang akan
mempersiapkan pemilihan Gubernur Sumatera Selatan pada 27 Juni 2018. Ini
merupakan provinsi yang termasuk dalam gelombang ketiga pemilu serentak.
Pilkada langsung menawarkan sejumlah manfaat yaitu (Suharizal, 2011: 8) :
1. Sistem demokrasi langsung melalui pilkada langsung akan membuka ruangpartisipasi yang lebih luas bagi warga dalam proses demokrasi danmenentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal dibandingkan sistemdemokrasi perwakilan yang lebih banyak meletakkan kuasa untukmenentukan rekrutmen politik di tangan segelintir orang di DewanPerwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
2. Dari sisi kompetisi politik, pilkada langsung memungkinkan munculnyasecara lebih lebar preferensi kandidat-kandidat yang bersaing sertamemungkinkan masing-masing kandidat berkompetisi dalam ruang yanglebih terbuka dibanding ketertutupan yang sering terjadi dalam demokrasiperwakilan.
3. Sistem pemilu langsung akan memberi peluang warga negara untukmengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksioleh kepentingan-kepentingan elit politik yang kasat mata muncul dalamsistem demokrasi perwakilan
4. Pilkada langsung memperbesar harapan untuk mendapat figur pemimpinyang aspiratif, kompeten, dan legitimate
KPU Kabupaten Musi Rawas juga tengah mempersiapkan tahapan Pemilu
serentak tahun 2019. Berdasarkan data partisipasi masyarakat Kabupaten Musi
Rawas, terjadi penurunan partisipasi selama tiga pelaksanaan pilkada terakhir
yaitu pada tahun 2005, 2010, dan 2015. Jumlah prosentase partisipasi pemilih
dapat dilihat pada tabel berikut :
8
Tabel 1. Prosentase Partisipasi Pemilih Pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah Kabupaten Musi Rawas
NO KECAMATAN PILKADA 2005 PILKADA 2010 PILKADA 2015DATA % DATA % DATA %
PEMILIH PARTISIPASI
PEMILIH PARTISIPASI
PEMILIH PARTISIPASI
1 Tugumulyo 28.130 79,51 31.578 76,36 34.125 64,502 Muara Beliti 21.512 70,56 15.386 77,23 18.897 66,243 Purwodadi 9.795 86,71 10.480 85,55 11.343 77,924 Megang Sakti 30.540 83,42 35.139 80,24 40.065 67,015 Jayaloka 15.775 80,84 10.291 78,15 12.746 60,506 Muara Kelingi 36.885 78,00 25.617 76,54 32.510 62,297 Muara Lakitan 21.092 71,05 27.526 68,22 33.053 53,828 Terawas 28.368 78,32 20.178 82,36 24.312 66,179 Selangit 10.172 72,39 13.477 71,28 15.745 68,2310 BTS Ulu Cecar 16.290 73,28 19.940 73,01 24.213 58,0311 Sumber Harta 12.466 81,29 14.097 69,0212 Tiang P K 10.214 56,09 11.152 56,4513 Suka Karya 9.346 77,95 10.412 67,9514 Tuah Negeri 17.798 71,93 20.043 52,8715 Rupit 18.530 67,26 26.712 62,5516 Karang Jaya 17.776 76,01 20.117 85,6017 Karang Dapo 11.113 69,69 13.757 60,8118 Rawas Ilir 14.492 60,86 18.436 64,8819 Rawas Ulu 18.378 72,14 20.751 68,8920 Ulu Rawas 6.114 73,08 7.200 76,7621 Nibung 13.332 67,77 16.410 54,23
Jumlah 318.294 75,04 382.819 72,96 302.713 62,94Sumber : KPU Kabupaten Musi Rawas 2018
Berdasarkan tabel di atas, terlihat sekali terjadi penurunan yang signifikan
pilkada 2015 yang merupakan pilkada serentak gelombang pertama pada tahun
2015. Penurunan terjadi 10 persen sedangkan pilkada tahun 2005 ke pilkada
tahun 2010 terjadi penurunan 2,06 persen. Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Kabupaten Musi Rawas yaitu 302.713 mata pilih terdiri dari 154.297 pemilih
laki-laki dan 148.466 pemilih perempuan berarti hanya 190.559 orang yang
berpartisipasi dalam pilkada 2015.
9
Berbeda dengan partisipasi pemilih pada saat pemilu legislatif, di Kabupaten
Musi Rawas jumlah partisipasi pemilih pada tahun 2014 mencapai angka 83,97
persen. Dalam jangka waktu satu tahun lima bulan dimana pelaksanaan pemilu
legislatif pada 9 April 2014 sedangkan Pilkada tanggal 9 Desember 2015
terjadi penurunan 21,03 persen. Partisipasi pemilih Pemilu 2014 Kabupaten
Musi Rawas di atas target yang dibuat KPU Republik Indonesia. Namun
demikian pemilu 2014 juga mengalami penurunan partisipasi pemilih dari
pemilu sebelumnya yaitu pada tahun 2009. Tidak hanya terjadi di Kabupaten
Musi Rawas, trend penurunan partisipasi pemilih juga terjadi secara nasional.
Menurut Hadar Nafis Gumay, partai politik memiliki saham terhadap
penurunan partisipasi pemilih, orang-orang partai menciptakan aturan main
yang menyulitkan pemilih, antara lain: pemilih harus punya kartu pemilih,
harus diundang untuk memilih, sehingga terdaftar dalam DPT pun belum
cukup (Husein, 2014: 318).
Penurunan prosentase partisipasi pemilih yang terus terjadi dalam setiap rezim
baik pilkada maupun pemilu tidaklah berdiri sendiri. Ada faktor yang
melatarbelakangi, pertama karena kejenuhan pemilih akibat dekatnya waktu
Pemilu, dari pemilihan legislatif ke pemilihan presiden dan wakil presiden
hingga ke Pilkada 2015. Kedua karena kedekatan kandidat dan pemilih
terbatasi, akibatnya kandidat potensial tidak terlalu dekat dengan pemilih dan
partisipasi pemilih rendah. Ketiga karena masyarakat sendiri yang minim
terlibat dalam urusan politik, ada kemunduran kepercayaan masyarakat
10
terhadap banyak pejabat. Faktor lain adalah belum optimalnya sosialisasi
kepada masyarakat (Zaman, 2016: 264).
Secara umum, upaya peningkatan partisipasi pemilih oleh KPU dilakukan
dengan sosialisasi. Sosialisasi dalam pemilihan adalah proses penyampaian
informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan pemilihan dengan
tujuan akhir mengajak masyarakat untuk memberikan suaranya dalam setiap
pemilihan. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan KPU melalui metode komunikasi
tatap muka, media massa, bahan sosialisasi, mobilisasi sosial, media sosial dan
bentuk-bentuk sosialisasi lainnya. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan pada
setiap tahapan pemilihan mulai dari pemutakhiran daftar pemilih, pencalonan,
kampanye, hari pelaksanaan pemungutan suara dan penetapan penghitungan
suara. Meskipun kegiatan ini dilakukan secara kontinyu, tetap tidak dapat
menaikkan prosentase partisipasi pemilih. Menurut Marwiyah (2016: 84)
Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, alias golput dalam pemilukada
serentak, adalah berdasarkan banyak faktor. Meskipun demikian, faktor utama
terjadinya golput adalah berkaitan dengan kualitas calon pimpinan daerah yang
akan dipilih dan ketidakmaksimalan KPU dalam melakukan sosialisasi
penyelenggaraan pemilukada serentak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriyus (2013: 31) faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilu tahun 2009
adalah terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu tingkat
pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi, dan kesadaran politik. Faktor
11
eksternal dipengaruhi oleh peranan pemerintah dalam hal ini KPU, peranan
partai politik, peranan media massa, dan perilaku calon legislatif.
KPU Kabupaten Musi Rawas sama seperti KPU-KPU lainnya mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan melalui berbagai aspek.
Selama ini KPU Kabupaten Musi Rawas hanya melakukan sosialisasi
menjelang pemilu dan pilkada, ajakan untuk mengajak masyarakat
berpartisipasi dimulai dengan sosialisasi terhadap pemilih pemula, ajakan juga
berupa pemberitahuan melalui radio-radio lokal, spanduk disetiap kecamatan,
dan tatap muka dengan berbagai pihak. meskipun demikian masih terjadi
penurunan yang signifikan terhadap partisipasi pemilih di Kabupaten Musi
Rawas. Guna meningkatkan partisipasi pemilih dalam menghadapi pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2018 serta Pemilihan Umum tahun 2019,
maka diperlukan strategi KPU Kabupaten Musi Rawas. Hal-hal yang menjadi
alasan perlunya strategi KPU untuk meningkatkan partisipasi pemilih
menghadapi pilkada 2018 dan pemilu 2019 adalah : Pertama, rendahnya
tingkat partisipasi pemilih akan mencerminkan kualitas penyelenggaraan
pemilihan yang berdampak pada kinerja penyelenggara pemilihan dalam hal ini
KPU. Kedua, partisipasi yang rendah akan mengurangi legitimasi bagi
pemerintah dan lembaga legilatif sebagai sumber otoritas dan kekuatan
politiknya Ketiga, pilihan untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu merupakan
bentuk pemborosan karena tidak digunakannya logistik yang telah disiapkan
oleh KPU terutama surat suara yang telah dicetak berdasarkan DPT. Padahal
semua Anggaran berasal dari anggaran negara maupun daerah. (Andila, 2017:
12
11). Strategi yang digunakan KPU harus meliputi berbagai aspek baik manusia
maupun kelembagaan, harus berorientasi pada pilkada dan pemilu yang
memanfaatkan kelemahan, kekuatan, peluang serta ancaman. Strategi dalam
meningkatkan partisipasi pemilih juga harus memanfaatkan segala sumber-
sumber daya yang ada.
Penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang strategi KPU dalam
meningkatkan partisipasi pemilih yaitu :
1. Hasil penelitian Dwi Haryono, A. Margono, dan Syahrani dalam jurnal
dengan judul “Strategi KPU dalam meningkatkan Partisipasi Pemilih pada
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015”
Di kota Samarinda, partisipasi masyarakat relatif lebih rendah. Pada Tahun
2005 jumlah partisipasi pemilih sebesar 264,479 jiwa dari total 434,257
pemilih yaitu 60.90%. Untuk pelaksanaan Pilkada Tahun 2010 jumlah
partisipasi pemilih sebesar 313,885 jiwa dari total 509,069 daftar pemilih
yaitu 61.66%. Sedangkan untuk pelaksanaan Pilkada Tahun 2015 partisipasi
pemilih sebesar 286.276 jiwa dari total 582.262 daftar pemilih yaitu 49.17
%. Teori yang digunakan adalah teori pengembangan kapasitas
kelembagaan (Capacity Building) Menurut Yeremias T. Keban dan teori
Sosialisasi Politik Menurut Efrizal. Jenis Penelitian adalah penelitian
kualitatif. Fokus Penelitian adalah Strategi KPU dalam meningkatkan
partisipasi pemilih dan Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi KPU
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilihan Walikota dan
Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015
13
Penelitian memfokuskan pada Strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi
pemilih pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun
2015 yaitu dengan strategi : 1) Strategi Penguatan Kelembagaan; 2) Strategi
Sosialisasi Politik; 3) Strategi Pendidikan Politik Pemilih Pemula dan
Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi KPU dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Samarinda Tahun 2015.
Hasil penelitian menunjukkan strategi atau upaya yang dilakukan KPU kota
Samarinda dalam meningkatkan Partisipasi Pemilih pada Pemilihan
Walikota dan wakil walikota Samarinda Tahun 2015 antara lain: (a) strategi
penguatan kelembagaan yaitu dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas
penyelenggara dalam hal ini adalah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) dan meningkatkan komunikasi dan keterbukaan
informasi KPU kepada Publik; (b) strategi sosialisasi politik dengan metode
sosialisasi tatap muka (face to face) dan melalui media; (c) strategi
pendidikan pemilih pemula merupakan salah satu metode KPU dengan
memberikan perhatian secara khusus kepada pemilih pemula.
Faktor pendukung tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang cukup dan
berpengalaman, ketersediaan anggaran yang cukup, profesionalisme
penyelenggara dari tingkat KPU dan sekretariat sampai panitia adhoc yaitu
14
PPK, PPS dan juga tingkat dukungan pemerintah. Faktor Penghambat faktor
teknis pemilih, di mana pada saat pemilihan harus bekerja diluar kota, atau
sedang sakit, sikap apatis pemilih terhadap pelaksanaan pemilu yang tidak
bisa membawa dampak secara langsung kepada mereka, kurangnya
sosialisasi baik oleh penyelenggara, pemerintah ataupun peserta sendiri
dalam bentuk kampanye, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah baik yang duduk di legislatif maupun eksekutif, kandidat atau
peserta sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Samarinda
Tahun 2015. Penelitian tersebut menjelaskan strategi yang digunakan, faktor
pendukung, dan faktor penghambat dalam Pilkada yang telah terjadi pada
tahun 2015. Meskipun sudah diterapkan namun prosentase pemilih pada
pilkada saat itu 49,17%.
Perbedaan dari jurnal Dwi Haryono, A. Margono, dan Syahrani dengan
penelitian ini adalah penelitian ini membahas strategi yang akan digunakan
pada pilkada dan pemilu mendatang sedangkan penelitian Dwi Haryono dkk
membahas strategi yang telah digunakan pada pilkada serentak di
Samarinda tahun 2015. Penelitian ini akan meneliti sebab terjadinya
penurunan partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas serta kebijakan
yang akan diambil serta strategi yang akan diterapkan dalam pemilihan
Gubernur 2018 dan Pemilu 2019 mendatang.
2. Hasil penelitian Ryan Yudi Andila dengan judul Strategi KPU dalam
Mengurangi Angka Golput (Studi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
15
Bandar Lampung Tahun 2015). KPU Kota Bandar Lampung berhasil
menekan angka golput pada pemilihan 2015 sebesar 7,70 %. Hal ini menjadi
parameter strategi yang telah diterapkan oleh KPU Kota Bandar Lampung
untuk menurunkan angka golput pada tahapan pemutakhiran daftar pemilih
dan sosialisasi pemilihan. Tipe penelitian adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah Menurut Newman
dalam Pito yaitu strategi penguatan, strategi rasionalisasi, strategi bujukan,
dan strategi konfrontasi.
Penelitian ini menekankan pada strategi dan penerapan strategi KPU Kota
Bandar Lampung pada tahapan pemutakhiran daftar pemilih dalam
mengurangi angka golput dan strategi dan penerapan strategi KPU Kota
Bandar Lampung pada tahapan sosialisasi dalam mengurangi angka golput
Pelaksanaan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan turunnya angka golput dalam
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Lampung dalam kurun waktu
2005, 2010, dan 2015.
Hasil penelitian menunjukkan strategi dalam mengurangi angka golput pada
tahapan sosialisasi meliputi 4 (empat) strategi, yaitu; strategi penguatan
dimana KPU kota Bandar Lampung berhasil menciptakan budaya
keterbukaan informasi publik, terbangunnya komunikasi yang efektif pada
panitia penyelenggara pemilihan antara KPU Kota Bandar Lampung dengan
panitia ditingkat bawah yaitu PPK, PPS dan Petugas Pemutakhiran Data
16
Pemilih (PPDP) pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar
Lampung. Strategi rasionalisasi dimana KPU Kota Bandar Lampung kurang
maksimal, KPU Kota Bandar Lampung melakukan kegiatan untuk
membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya berpartisipasi aktif
dalam pemilihan dengan melakukan pendidikan politik, penyuluhan dan
membuka ruang diskusi kepada masyarakat. Oleh karena itu, penerapan
strategi pada strategi ini terlaksana dengan baik.
Strategi bujukan dimana pada strategi ini KPU Kota Bandar Lampung
melakukan kegiatan sosialisasi untuk menarik perhatian masyarakat,
mengajak pemilih untuk tidak golput dan mengajak masyarakat
berpartisipasi secara aktif dalam pemilihan. Strategi konfrontasi dimana
pada strategi ini KPU Kota Bandar Lampung dilakukan kurang maksimal,
kegiatan tersebut hanya menekankan kepada masyarakat yang apatis dan
cenderung tidak perduli terhadap proses pemilihan. Aspek pelaksanaan
sosialisasi pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung tahun
2015 berdasarkan analisa dapat diurutkan secara rangking yaitu strategi
penguatan, strategi bujukan, strategi rasionalisasi dan strategi konfrontasi.
Penelitian ini membahas strategi yang telah digunakan oleh KPU Bandar
Lampung dalam menurunkan angka golput hal ini berarti strategi yang
digunakan untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Bandar Lampung
khususnya Pilkada pada tahun 2015 hanya pada aspek pemutakhiran dan
sosialisasi. Yang membedakan penelitian Rian Yudi Andila dan penelitian
17
ini adalah penelitian ini membahas strategi akan digunakan untuk
meningkatkan partisipasi pemilih pada Pilgub Sumsel 2018 serta Pemilu
2019. Selain itu penelitian ini akan meneliti sebab terjadinya penurunan
partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas serta kebijakan yang akan
diambil serta strategi yang akan diterapkan meliputi seluruh aspek
kelembagaan.
3. Penelitian oleh Petrus Gleko, Agung Suprojo, Asih Widi Lestari dalam
Jurnal dengan Judul Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam Upaya
Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala
Daerah (2017). penelitian ini merupakan penelitian terhadap KPU Kota
Malang dalam menggunakan strategi khusus untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pelaksanaan pemilukada
Penelitian ini memaparkan KPU harus bertindak profesional dengan
menentukan langkah-langkah strategis yang mampu memberikan
pemahaman kepada masyarakat untuk sadar akan hak dan kewajibannya
sebagai warga Negara. Salah satu tugasnya yaitu dengan melakukan
sosialisasi untuk mendorong partisipasi politik masyarakat pada pemilihan
umum. Tugas-tugas tersebut secara hierarki dilaksanakan oleh KPU Pusat,
KPU Propinsi, dan KPU Kabupaten/kota sesuai dengan amanat UU nomor
15 Tahun 2011 Tentang Komisi Pemilihan Umum. Sehingga dalam lingkup
kabupaten/kota maka tugas untuk membangun kesadaran politik masyarakat
dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota salah satunya seperti tugas yang
dilaksanakan oleh KPU Kabupaten Malang.
18
Teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Chandler dimana
Strategi merupakan sebuah langkah yang dilakukan oleh individu atau
organisasi dalam proses pencapaian tujuannya dengan mengambil langkah-
langkah seperti menentukan tujuan dan sasaran jangka panjang, penggunaan
serangkaian tindakan serta pengalokasian sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dimana informan dalam penelitian ini adalah
Komisioner KPU, dengan penarikan sampel menggunakan purposive
sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi KPU Kabupaten Malang
dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilukada
tahun 2015 dilihat dari tiga indikator pelaksanaan strategi yaitu (1). Tahap
formulasi dan sasaran jangka panjang, tahapan ini sudah menunjukan ada
kejelasan rencana sosialisasi yang ditetapkan oleh KPU. (2). Tahap
pemilihan tindakan, tahapan ini KPU melaksanakan sosialisasi kepada
pemilih dengan metode sosialisasinya yaitu berupa tatap muka serta
penggunaan media massa dengan pola pelaksanaannya disesuaikan dengan
karakteristik segmen yang dituju. (3). Tahap pengalokasian sumber daya,
tahapan ini menunjukan sudah dilaksanakannya kegiatan peningkatan
sumber daya berupa bimbingan teknis kepada seluruh panitia adhoc yang
akan melakukan sosialisasi pilkada. Kendala strategi KPU Kabupaten
Malang dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada
pilkada Tahun 2015 antara lain sebagai berikut: (1). Kurangnya dukungan
19
finansial untuk sosialisasi yaitu berupa anggaran sosialisasi yang disediakan
pemerintah belum seimbang dengan jumlah penduduk dan luas wilayah
Kabupaten Malang. (2). Kurangnya respon masyarakat dalam mengikuti
kegiatan sosialisasi dari KPU. (3). Keterbatasan Sumber daya yaitu berupa
jumlah personil KPU yang masih terbatas untuk menjangkau keseluruhan
masyarakat di wilayah Kabupaten Malang
Perbedaan jurnal Petrus Gleko dengan penelitian ini adalah penelitian Petrus
memfokuskan pada strategi KPU Kota Malang dalam mendorong partisipasi
pemilih sebagaimana tugas KPU dalam UU Nomor 11 Tahun 2015.
Penelitian ini sudah menggunakan UU nomor 7 Tahun 2017 yang
dilatarbelakangi dengan menurunnya secara signifikan partisipasi pemilih
dalam setiap Pilkada sehingga diperlukan strategi untuk meningkatkan
partisipasi pemilih oleh KPU Kabupaten Musi Rawas.
4. Penelitian Doni Hendrik dalam jurnal dengan judul Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada
Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008.
Penelitian ini menyebutkan pemilihan walikota dan wakil walikota Padang
pertama kali dilakukan pada tahun 2008. Proses politik yang penting di kota
Padang yang semula diharapkan mendapat dukungan partisipasi politik
masyarakat yang tinggi dan berkualitas ini, malah pada kenyataannya hanya
menujukkan angka 51 % saja yang berpartisipasi ikut mencoblos dalam
pilkada. Fenomena demikian menimbulkan masalah dan pertanyaan
20
mengapa masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya dan faktor-faktor apa
yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya dalam
Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori partisipasi politik oleh
Gabriel Almond yaitu, bentuk partisipasi konvensional berupa pemberian
suara, kegiatan kampanye, aktivitas membentuk dan bergabung dengan
kelompok kepentingan lain. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi politik yaitu status sosial dan ekonomi, situasi, afiliasi politik
orang tua, pengalaman berorganisasi, kesadaran politik, kepercayaan
terhadap pemerintah, Perangsang partisipasi melalui sosialisasi media massa
dan diskusi-diskusi informal. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini berlokasi di Kota Padang pada
beberapa daerah pemilihan per kecamatan yang ada di kota Padang.
Berdasarkan data dan analisis data penelitian tersebut, kesimpulan yang
diambil bahwa rendahnya sosialiasasi politik merupakan variabel yang
kuantitas pelaksanaanya terkecil dilakukan oleh KPUD kota Padang.
Sementara keasadaran politik, merupakan variabel yang berada pada posisi
sedang tetapi cendrung mendekati lemah. Sementara variabel situasi politik
merupakan variabel yang berada pada taraf yang sedang yang tidak
memiliki pengaruh terhadap rendahnya partisipasi politik. Dengan
demikian, maka variabel sosialisasi politik yang rendah merupakan variabel
21
yang menyebabkan rendahya partisipasi politik masyarakat dalam pilkada
kota Padang tahun 2008.
Persamaan dari penelitian Doni Hendrik dan penelitian ini adalah membahas
mengenai rendahnya partisipasi pemilih dalam Pilkada. Perbedaannya
penelitian Doni Hendrik hanya membahasa variabel-variabel yang
mengakibatkan rendahnya partisipasi pemilih di kota Padang dimana
sosialisasi menjadi penyebabnya. Tidak dilakukan penelitian mendalam
mengenai strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan partisipasi
pemilih pada pilkada-pilkada berikutnya.
5. Penelitian Rangga Firmansyah dan Harmanto (2015) dalam Jurnal dengan
Judul Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Dalam
Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pilkada 2013 Kota
Mojokerto.
Penelitian ini membahas mengenai KPU Kota Mojokerto pada saat Pilkada
Kota Mojokerto di bulan Agustus tahun 2013 yang menyatakan bahwa
angka golput berada di kisaran 19%. Persentase tersebut menurun 4% pada
Pileg 2014 yakni hanya 15%. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, maka permasalahan yang diteliti adalah bagaimana peran KPU
Kota Mojokerto dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam
pilkada 2013. Menurut penelitian ini, KPU sangat berperan dalam
pelaksanaan Pilkada, salah satunya adalah memberikan informasi tentang
pemilihan kepada masyarakat. Fokus penelitian dalam hal ini yaitu peran
22
KPU Kota Mojokerto dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat
dalam mengurangi angka golput masyarakat pada Pilkada 2013. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dan jumlah informan yang
digunakan sebanyak 4 orang yang terdiri dari anggota inti (divisi) KPU Kota
Mojokerto dan juga sekretariat (subbag) yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sumber data dalam penelitian ini terdiri
atas informan dan dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran KPU Kota Mojokerto dalam
pilkada dan Pemilu baik. Hal ini ditunjukkan dengan kesiapan dalam KPU
kota Mojokerto itu sendiri. Perbaikan diri dari masing-masing anggota KPU
akan berpengaruh pada proses sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan KPU
kota Mojokerto seperti pengenalan calon pemimpin dan juga tata cara
pemilihan dalam kegiatan yang diadakan serta melalui media massa
(televisi, koran, dan lain-lain) di berbagai tempat seperti sekolah dan lapas
terbukti dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Meningkatnya
partisipasi politik masyarakat kota Mojokerto mencapai kurang lebih 80%
selama pilkada 2013 sampai pileg 2014.
Penelitian tersebut lebih menjelaskan kesiapan dan peran KPU pada proses
sosialialisasi baik pengenalan calon pemimpin dan tata cara pemilihan.
Sosialisasi menjadi aspek utama dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan
dengan penelitian ini, akan meneliti mengenai cara yang digunakan untuk
meningkatkan partisipasi pemilih karena dalam setiap pilkada dan pemilu
23
angka partisipasi selalu turun termasuk latar belakang mengapa angka
partisipasi pemilih terus turun.
Penting untuk melakukan penelitian ini mengingat sebelumnya belum ada
penelitian yang meneliti strategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih di
Sumatera Selatan Khususnya Kabupaten Musi Rawas. Proyeksi mengenai
strategi yang digunakan dalam meningkatkan partisipasi pemilih dilakukan di
semua aspek kelembagaan. Partisipasi pemilih yang turun memiliki implikasi
negatif pada pembangunan demokrasi. KPU Kabupaten Musi Rawas sebagai
lembaga penyelenggara Pemilu bertanggung jawab secara teknis dalam
meningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas. Penelitian ini
sendiri penting bagi KPU karena dapat diketahui faktor-faktor penyebab
rendahnya partisipasi pemilih di satu daerah sehingga dapat diambil satu
kebijakan agar kedepannya tidak lagi terjadi penurunan partisipasi pemilih.
Meningkatnya partisipasi pemilih maka akan memperbaiki kualitas pilkada dan
pemilu.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penurunan partisipasi
pemilih di Kabupaten Musi Rawas?
2. Bagaimana strategi KPU Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan
partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas?
24
3. Bagaimana kebijakan yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Musi Rawas
untuk mengatasi penurunan partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami :
1. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
penurunan partisipasi pemilih di kabupaten Musi Rawas selama pelaksanaan
Pilkada dan Pemilu.
2. Menganalisis strategi dan penerapan strategi KPU Kabupaten Musi Rawas
dalam meningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijakan-kebijakan yang diambil dan
ditetapkan oleh KPU Kabupaten Musi Rawas untuk mengatasi penurunan
partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan khususnya penyebab menurunnya partisipasi
pemilih di Kabupaten Musi Rawas serta strategi yang diambil dan
diimplementasikan oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan
partisipasi pemilih dalam setiap pemilihan baik pemilihan kepada daerah
maupun pemilihan Umum anggota legislatif sehingga berguna untuk
penelitian yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
25
bahan yang bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dalam peningkatan
partisipasi pemilih oleh KPU Kabupaten Musi Rawas.
2. Secara Praktis sebagai masukan, bahan informasi, dan memberikan
kontribusi pemikiran sekaligus rekomendasi operasional-konstruktif kepada
pihak KPU Kabupaten Musi Rawas dan stakeholder yang berkepentingan
sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait peningkatan
partisipasi pemilih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi
2.1.1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "Strategia" yang diartikan
sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang
biasanya digunakan dalam peperangan. Pengertian umum, strategi
adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan.
Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan
mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,sosial-budaya
dan pertahanan keamanan) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Menurut Muldjono (2012: 15) strategi adalah arah atau jalan yang
akan ditempuh organisasi dalam rangka menjalankan misinya untuk
menuju pencapaian misi. Secara eksplisit strategi adalah rencana
tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain
untuk menanggapi lingkungan dan membantu organisasi mencapai
sasaran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam Muldjono
(2012: 15) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang maupun
27
damai. Menurut Ruslan dalam Haryono, dkk (2016: 206) strategi
adalah suatu perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan
tertentu dan praktek operasionalnya. Menurut Firmanzah (2008: 244)
Strategi merupakan cara, metode atau taktik yang digunakan untuk
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan definisi definisi sebelumnya, strategi adalah cara,
metode, jalan yang ditempuh organisasi dalam menjalankan misi
menggunakan sumber daya manusia dan aktivitas lain untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Menurut ahli sosiologi Selznick
dalam Haryono, dkk (2016: 206) mengatakan bahwa strategi yang
baik adalah strategi yang memuat nilai-nilai para anggotanya sehingga
mereka merasa terikat dengan tujuan perusahaan dan dapat menjadi
dorongan semangat secara terus-menerus bagi anggotanya.
Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan rencana
yang akan diterapkan pada pemilu gubernur dan wakil gubernur
Sumatera Selatan tahun 2018 dan pemilihan umum tahun 2019 oleh
KPU Kabupaten Musi Rawas. KPU Kabupaten Musi Rawas dalam
penelitian ini sebagai organisasi yang mempunyai rencana strategis
meningkatkan partisipasi pemilih dengan menerapkan manajemen
strategi. Manajemen strategi merupakan perencanaan strategi yang
berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan
ditetapkan sebagai keputusan pemimpin tertinggi (keputusan yang
28
bersifat mendasar dan prinsipil. Tujuannya adalah memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam usaha
menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan
barang/jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai
sasaran organisasi. Manajemen strategis (strategic management) dapat
berbentuk seperangkat keputusan dan tindakan yang digunakan untuk
memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang
berdaya saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan lingkungannya
untuk mencapai sasaran organisasi. (Muldjono, 2012: 18)
2.1.2.Manajemen Strategi
Menurut Wahyudi (1996: 16), manajemen strategik adalah suatu seni
dan ilmu dari perbuatan (formulating), penerapan (implementing), dan
evaluasi (evaluating), kepuasan-kepuasan strategis antara fungsi-
fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan
di masa datang. Menurut Pearce (1997: 20), manajemen Strategi
adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan (formulating) dan pelaksanaan (implementation) rencana-
rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Menurut Taufiqurokhman, (2016: 21) pengertian umum strategi yaitu
suatu proses yang menentukan adanya perencanaan terhadap para top
manajer yang sungguh berarah pada tujuan jangka panjang perusahaan
yang disertai dengan penyusunan akan upaya bagaimana agar
29
mencapai tujuan yang diharapkan. Sementara pengertian khusus
strategi yaitu suatu tindakan yang bersifat terus-menerus mengalami
peningkatan dan dilakukan sesuai dengan sudut pandang tentang apa
yang diinginkan serta diharapkan oleh para konsumen untuk di masa
depan. Menurut Whelen dan Hunger (2012: 5) Manajemen strategis
adalah seperangkat keputusan manajerial dan tindakan yang
menentukan kinerja jangka panjang perusahaan. Ini termasuk
pemindaian lingkungan (baik eksternal dan internal), perumusan
strategi (perencanaan strategis atau jangka panjang), implementasi
strategi, dan evaluasi dan kontrol. Studi tentang manajemen strategis,
oleh karena itu, menekankan pemantauan dan mengevaluasi peluang
dan ancaman eksternal mengingat kekuatan korporasi dan kelemahan.
Berdasarkan pendefinisian manajemen strategi menurut para ahli,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian manajemen strategi
merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan (formulating) dan pelaksanaan (implementation) rencana-
rencana yang dirancang oleh top manajer dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategi akan
mempertinggi kemampuan perusahaan/organisasi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan. Proses manajemen
strategi akan memberikan keputusan terbaik karena adanya interaksi
kelompok untuk mengumpulkan berbagai strategi yang lebih besar.
Keterlibatan sumber daya manusia dalam memformulasikan strategi
30
dapat memperbaiki pengertian mereka atas penghargaan produktivitas
didalam setiap perencanaan strategi, yang dengan demikian dapat
meningkatkan motivasi kerja mereka. Penerapan manajemen strategi
membuat manajemen perusahaan menjadi lebih peka terhadap
ancaman yang datang dari luar perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep
manajemen strategi akan lebih menguntungkan dan lebih berhasil
daripada yang tidak menerapkannya.
Organisasi memerlukan manajemen strategis dalam melakukan
aktivitasnya karena instansi atau organisasi sektor publik
membutuhkan rencana yang strategis untuk menggapai tujuan yang
dirinci program dan aktivitas yang bisa bersinergi. Terlebih lagi
dengan struktur organisasi yang besar serta sangat kompleks, dengan
menerapkan manajemen strategi, para pemangku kepentingan bisa
memotivasi serta mengarahkan para pegawai yang kemudian bisa
meningkatkan kinerja organisasi. Sektor publik pun bisa merumuskan
strategi ke masa mendatang dan melihat ancaman dan peluang yang
ada serta menetapkan tujuan yang jelas pada masa mendatang
Manajemen strategi yang diterapkan dalam satu organisasi memiliki
tujuan (Muldjono, 2012: 18):
a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih apakahdapat berjalan secara efektif dan efisien
31
b. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi sertamelakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapatpenyimpangan didalam pelaksanaan strategi
c. Senantiasa digunakan untuk memperbarui strategi yangdirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkunganeksternal,
d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang, danancaman bisnis yang dihadapi perusahaan.
e. Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuaidengan selera nasabah.
Penentuan strategi oleh KPU Kabupaten Musi Rawas melalui proses
manajemen strategi secara umum terdiri atas lima tahap (Muldjono,
2012: 19)
a. Menetapkan arah dan misi organisasib. Memahami lingkungan Internal dan eksternalc. Memformulasikan strategid. Mengimplementasikan strategie. Mengevaluasi dan mengawasi strategi
Menurut Whelen dan Hunger (2012: 14) terdapat empat model dasarmanajemen strategi, yaitu :
a. Pemindaian lingkungan
Pemindaian lingkungan adalah pemantauan, evaluasi, dan
penyebaran informasi dari lingkungan eksternal dan internal
untuk orang-orang yang handal dalam korporasi. Tujuannya
adalah mengidentifikasi faktor-faktor strategis, elemen-elemen
eksternal dan internal yang akan menentukan masa depan
korporasi. Cara termudah untuk melakukan pemindaian
lingkungan adalah melalui Analisis SWOT. SWOT adalah
akronim yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang merupakan faktor
strategis. Lingkungan eksternal terdiri dari variabel (peluang dan
32
ancaman) yang berada di luar organisasi dan biasanya tidak dalam
kontrol manajemen atas jangka pendek. Lingkungan internal
terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam suatu organisasi.
b. Perumusan strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen yang efektif peluang dan ancaman lingkungan,
mengingat kekuatan dan kelemahan perusahaan. Ini termasuk
mendefinisikan misi perusahaan, menentukan tujuan yang dapat
dicapai, berkembang strategi, dan menetapkan pedoman
kebijakan.
c. Implementasi strategi
Implementasi strategi adalah suatu proses di mana strategi dan
kebijakan diterapkan melalui pengembangan program, anggaran,
dan prosedur. Proses ini mungkin melibatkan perubahan dalam
keseluruhan budaya, struktur, dan/atau sistem manajemen dari
seluruh organisasi. Kecuali jika perubahan korporasi yang drastis
seperti itu diperlukan, bagaimanapun, implementasinya strategi
biasanya dilakukan oleh manajer tingkat menengah dan bawah,
dengan ulasan oleh manajemen puncak. Terkadang disebut
sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering
melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya.
33
d. Evaluasi dan pengawasan
Evaluasi dan pengawasan adalah proses di mana aktivitas dan
hasil kinerja perusahaan dipantau sehingga kinerja aktual dapat
dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Manajer di semua
tingkatan menggunakan informasi yang dihasilkan untuk
mengambil tindakan korektif dan menyelesaikan masalah.
Meskipun evaluasi dan kontrol adalah elemen utama terakhir dari
manajemen strategis, itu juga bisa menunjukkan kelemahan dalam
rencana strategis yang sebelumnya dilaksanakan dan dengan
demikian menstimulasi keseluruhan proses untuk memulai lagi.
Manajemen strategi mempunyai beberapa dimensi atau bersifat
multidimensional. Dimensi dimaksud adalah (Taufiqurokhman,
2016: 49-51):
a. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan
Manajemen strategik dalam mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan dan
berperilaku proaktif dan antisipatif mengenal manajemen strategik
terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi.
Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai
visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih masa
depan. Visi dapat diartikan sebagai ‘kondisi ideal yang ingin
dicapai dalam eksistensi organisasi pada masa depan’. Sehubungan
dengan hal di atas Lonnie Helgerson yang dikutip Salusu
34
menyatakan bahwa visi adalah gambaran kondisi masa depan dari
suatu organisasi yang belum tampak sekarang tetapi merupakan
konsepsi yang dibuat dibaca oleh setiap orang (anggota organisasi).
Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang, memanggil,
dan menyerukan pada setiap orang untuk memasuki masa depan.
Visi organisasi harus dirumuskan oleh manajemen puncak (pucuk
pimpinan) organisasi.
b. Dimensi Internal dan Eksternal
Dimensi internal adalah kondisi organisasi non profit pada saat
sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang
harus diketahui secara tepat untuk merumuskan renstra yang
berjangka panjang. Analisis terhadap lingkungan eksternal terdiri
dari lingkungan operasional, lingkungan nasional dan lingkungan
global (internal), yang mencakup berbagai aspek atau kondisi,
seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya,
kependudukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi,
adat istiadat, agama dan lain-lain.
c. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber
Sumber daya terdiri dari sumber daya material khususnya berupa
sarana dan prasarana, sumber daya finansial dalam bentuk alokasi
dana untuk setiap program dan proyek, sumber daya manusia,
sumber daya teknologi dan sumber daya informasi.
35
d. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak
Manajemen strategi yang dimulai dengan menyusun rencana
strategi merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar
eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan, baik pada
organisasi yang bersifat privat maupun publik. Rencana strategi
harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi
yang berpengaruh pada eksistensinya dimasa depan merupakan
wewenang dan tanggungjawab manajemen puncak, karena seluruh
kegiatan merealisasikannya merupakan tanggungjawabnya sebagai
pimpinan tertinggi, meskipun kegiatannya dilimpahkan pada
organisasi atau satuan unit kerja yang relevan.
e. Dimensi Multi Bidang
Setiap organisasi/perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis
yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Ini berarti
organisasi (bisnis maupun publik) berusaha untuk mengurangi
kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Kemudian pengertian ini menunjuk pula untuk
mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman-ancaman.
Manajemen strategi dalam penelitian ini hanya akan melihat dari
sudut pandang dari pemindaian lingkungan, perumusan strategi, dan
pelaksanaan strategi menurut Whelen dan Hunger. Sebagaimana
dimensi multi bidang menurut Taufiqurahman, dimensi yang hanya
36
akan digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi internal dan
eksternal serta dimensi pendayagunaan sumber-sumber. Alasan
digunakannya kedua teori ini adalah dalam pemindaian lingkungan
dan dimensi internal dan eksternal sama-sama menggunakan analisis
SWOT. Dimensi internal dan eksternal serta pemindaian lingkungan
sama-sama menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang dihadapi KPU Kabupaten Musi Rawas. Analisis SWOT untuk
dimensi eksternal adalah kesempatan dan peluang. Dimensi eksternal
yang akan diteliti adalah masyarakat selaku pemilih. Dengan adanya
faktor eksternal ini juga dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab
menurunnya partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas. Dimensi
internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan organisasi KPU
Kabupaten Musi Rawas. Perumusan strategi adalah langkah
selanjutnya yang terdiri dari visi, misi, strategi itu sendiri serta
kebijakan yang diambil. Selanjutnya implementasi strategi terdiri atas
program, anggaran, dan prosedur. Hal inilah yang akan digunakan
sebagai strategi oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dalam
meningkatkan partisipasi pemilih.
2.2. Partisipasi Politik
Demokrasi pada umumnya ditandai oleh adanya tiga prasyarat. Pertama
kompetisi didalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Kedua
partisipasi masyarakat. Ketiga adanya jaminan hak-hak sipil dan politik.
Pemilihan umum merupakan salah satu instrumen kelembagaan yang
37
penting di dalam negara demokrasi untuk mewujudkan tiga prasyarat tadi.
Maka dengan demikian sistem pemilihan umum dapatlah dirumuskan
sebagai sebuah instrumen untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam
pemilu (Sitepu, 2012: 179)
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam demokrasi. Pada negara-
negara demokratis, pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk ikut mempengaruhi pemerintah dan
sistem politik yang berlaku. Pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi
politik rakyat. Partisipasi secara harfiah berarti keikutsertaan. Dalam
konteks politik berarti keikutsertaan dalam berbagai proses politik. Menurut
Surbakti (1992: 140) Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara
biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau
mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik menurut Budiarjo dalam
Cholisin dan Nasiwan (2012: 145) adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk ikut Aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan
memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Jurdi (2014: 217) Partisipasi
politik adalah keterlibatan warga negara dalam segala tahapan kebijakan,
mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan
termasuk peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
38
Partisipasi politik memiliki bentuk-bentuk, menurut Oed dan MacAndrews
dalam Rahman (2007: 288) bentuk-bentuk partisipasi politik berupa :
1. Bentuk konvensional; berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatankampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan,komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrasi
2. Bentuk non konvensional; berupa pengajuan petisi, berdemontrasi,konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik harta benda (perusakan,pemboman, pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap manusia
Menurut tipologinya, partisipasi politik menurut dibagi menjadi (Rahman,
2007: 288)
1. Partisipasi aktif yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input danoutput. Artinya setiap warga negara secara aktif mengajukan usulmengenai kebijakan publik mengajukan alternatif kebijakan publik yangberlainan dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikanuntuk meluruskan kebijakan umum, memilih pemimpin pemerintah danlain-lain
2. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output,dalam arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima danmelaksanakan saja setiap keputusan pemerintah
3. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggapsistem politik yang ada telah menyimpang dari apa yang dicita-citakan.
Menurut Milbrath dan Goel dalam Rahman (2007: 288)
Partisipasi dibedakan menjadi :
1. Kelompok apatis: orang yang akan berpartisipasi dan menarik diri dariproses politik
2. Spektator: orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalampemilihan umum
3. Gladiator: Komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka,aktivis partai, pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.
4. Pengeritik: dalam bentuk partisipasi yang tidak konvensional
Huntington dan Nelson dalam Arifin (2013: 71) membagi partisipasi politik
dalam beberapa bentuk seperti :
1. Aktivitas individu dalam kegiatan pemilihan umum
39
2. Melakukan lobi politik atau pembicaraan politik dengan politikus ataupejabat pemerintah atau anggota parlemen
3. Aktif dalam kegiatan organisasi sosial atau organisasi sayap partai politik4. Berusaha membangun jaringan politik5. Melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk huru hara, teror, kudeta,
atau pemberontakan
Menurut Arifin (2013: 71) secara garis besar, tipe dan distribusi partisipasi
politik dapat dibagi dua, yaitu :
1. Partisipasi politik dalam pemilihan umum
2. Partisipasi politik diluar pemilihan Umum
Menurut Robert dalam Sastroatmodjo (1995: 84) Partisipasi Politik
memiliki empat fungsi :
1. Sebagai sarana mengejar kebutuhan ekonomi2. Sebagai sarana memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial3. Sebagai sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus4. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan
kebutuhan psikologi tertentu.
2.3. Partisipasi Pemilih
Partisipasi pemilih merupakan bagian dari partisipasi politik. Jika partisipasi
politik menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, partai politik,
penyelenggara pemilu maka partisipasi pemilih hanya bagian konvensional
dari partisipasi politik. KPU Kabupaten Musi Rawas harus ikut andil dalam
proses peningkatan partisipasi pemilih. Segi tipologi menurut para ahli
dalam Partisipasi, dapat dibedakan pada dua rumpun yang besar, yaitu
pertama, partisipasi politik elektoral, dan kedua partisipasi politik non-
elektoral. Partisipasi elektoral terbagai atas dua kategori yaitu yang sifatnya
40
konvensional, biasanya partisipasi politik dihubungkan dengan tingkat
kehadiran pemilih di bilik suara (voter turnout). Sementara yang non-
konvensial, sifatnya jauh lebih luas yaitu keterlibatan warga pada proses-
proses pemilu seperti kampanye, menjadi relawan, menjadi broker politik
calon, dan lain sebagainya. Sedangkan pada kategori partisipasi politik non-
elektoral, keterlibatan warga tidak memiliki kaitan atau hubungan dengan
pemilu, bentuknya sangat luas, biasanya berkaitan dengan kontroversi
politik (contentious politics) seperti gerakan sosial, boikot, protes,
menurunkan seseorang dari jabatan politik, protes akibat kebijakan politik,
dan lain-lain.
Berikut bagan 1 : Peta partisipasi menurut Kruskrido Ambardi dalam
Nurhasim (2016: 13)
Berdasarkan bagan diatas, partisipasi pemilih termasuk bagian dari
partisipasi politik dalam elektoral yaitu pemilihan yang merujuk pada
kehadiran warga negara yang memiliki hak untuk memberikan suaranya di
TPS. Tugas KPU Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi
pemilih dalam pemilihan menunjukkan demokrasi di daerah ini sudah
41
berjalan dengan baik dan tetap dipercaya oleh masyarakat. Dalam konteks
yang lain, meningkatnya partisipasi juga menunjukkan bahwa masyarakat
terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik, baik yang aktif maupun yang pasif.
Tingkat partisipasi yang tinggi dalam pemilu akan menunjukkan
sejauhmana proses pemilihan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
kebebasan, di mana masyarakat yang memiliki hak dan kedaulatan diberi
kebebasan untuk menentukan pilihannya. Sebaliknya, ada anggapan bahwa
rendahnya partisipasi politik dianggap kurang baik bagi demokrasi karena
memperlihatkan kurangnya perhatian dan kepedulian masyarakat pada
masalah politik dan menunjukkan hasil kerja KPU Kabupaten Musi Rawas
sejauh ini.
Pemilih menurut Firmanzah dalam Zaman (2016: 264) adalah semua pihak
yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan
yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada
kontestan yang bersangkutan. Pemilih merupakan ladang utama kontestan
untuk memperoleh suara. Menurut UU nomor 7 Tahun 2017 pemilih adalah
Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
pemilih adalah keikutsertaan warga negara yang sudah genap berumur 17
(tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin untuk
ikut aktif dalam kehidupan politik negara yaitu dengan memilih dalam suatu
42
pemilihan dalam bentuk pemberian suara. Guna mengajak masyarakat ikut
partisipasi dalam pemilihan dan meningkkan angka partisipasi pemilih KPU
Kabupaten Musi Rawas harus memiliki strategi tersendiri.
Ada beberapa pendekatan untuk melihat perilaku pemilih (Nursal, 2004: 55)
yaitu :
1. Pendekatan sosiologis, menjelaskan karakteristik dan pengelompokan
sosial merupakan faktor yang mempengaruhi pemilih dan pemberian
suara pada hakekatnya pengalaman kelompok.
2. Pendekatan psikologis, menggaris bawahi adanya sikap politik para
pemberi suara yang menetap.
3. Pendekatan rasional, pendekatan rasional berkaitan dengan orientasi
pemilih yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat.
4. Pendekatan domain kognitif, berasal dari berbagai sumber seperti
pemilih, komunikasi dari mulut ke mulut dan media massa.
2.4. Strategi KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih
KPU Kabupaten Musi Rawas harus memiliki strategi yang akan
diterapkan dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Selatan tahun 2018 dan Pemilu 2019. Hal ini dilatarbelakangi oleh trend
penurunan partisipasi dari setiap pelaksanaan Pemilihan. Dimensi-
dimensi strategi yang digunakan adalah :
43
a. Dimensi Eksternal
1) Peluang : KPU bersama pasangan calon, peserta pemilu, dan
penyelenggara pemilihan mengajak masyarakat berpartisipasi
pilkada dan pemilu
2) Ancaman : Kampanye hitam dan kampanye negatif akan
menimbulkan sifat apatis masyarakat diperlukan pendidikan
pemilih.
b. Dimensi Internal
1) Kekuatan : Sosialisasi kepada seluruh masyarakat Kabupaten
Musi Rawas baik tatap muka maupun melalui media
2) Kelemahan : Luasnya wilayah Kabupaten Musi Rawas
mengharuskan KPU memperluas sosialisasi ke desa-desa yang jauh
dari ibukota Kabupaten
a. Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber
1) Pemanfaatan sumber daya manusia
Penguatan kelembagaan dimana Komisioner, Sekretariat, badan
penyelenggara Adhoc PPK dan PPS bersinergi memperkuat
komunikasi guna meningkatkan angka partisipasi pemilih.
Kerja sama komisioner dengan sekretariat menyusun rencana,
program, dan strategi dalam rangka peningkatan partisipasi
Koordinasi dengan KPU Provinsi rencana, program, dan strategi
peningkatan partisipasi pemilih
44
2) Pemanfaatan sumber daya teknologi informasi
mengoptimalkan teknologi untuk mempermudah koordinasi
antara KPU Kabupaten Musi Rawas dan jajaran
dibawahnya.
Pemanfaatan sumber-sumber informasi baik dari media
daring dan media massa.
2.5. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sejak awal era reformasi, penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk
mewujudkan profil pemerintahan yang demokratis dan desentralistik. Untuk
itu telah dilakukan perubahan atas undang-undang bidang pemerintahan.
terkait dengan undang-undang pemerintahan telah dilakukan perubahan
perubahan atas undang-undang mengenai pemerintahan daerah, agar proses
penyelenggaraan pemerintahan berubah dari sentralistik menjadi
desentralistik, serta perubahan atas undang-undang mengenai pilkada yang
dapat berjalan sesuai kehendak rakyat. Pada awalnya, perdebatan mengenai
mekanisme pilkada berlangsung secara intensif diantara dua pilihan, yakni
pilkada oleh DPRD atau pilkada langsung oleh rakyat.
Pilkada langsung merupakan hasil amandemen UUD 1945, pasca
amandemen kedua UUD 1945 dan ketetapan MPR RI nomor IV/MPR/2000
tentang rekomendasi kebijakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah bersama DPR membahas dan mengesahkan UU nomor 2 Tahun
2004 tentang pemerintah daerah sebagai pengganti UU nomor 22 tahun
45
1999. Pilkada langsung pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2005
di Kutai Kartanegara. Pada tahun 2005 telah berlangsung Pilkada di 207
Kabupaten/Kota dan 7 Provinsi. Tahun 2006 terlaksana Pilkada di 70
kabupaten/Kota dan 7 Provinsi. Tahun 2007 berlangsung pilkada di 35
Kabupaten/kota dan 6 provinsi. Tahun 2008 dilaksanakan 160 pilkada di 13
provinsi dan 147 Kabupaten/Kota (Suharizal, 2011: 4)
Pada tahun 2014 presiden Republik Indonesia mengeluarkan Perpu yang
mengatur tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pemilihan
Gubernur dan wakil gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat diwilayah
provinsi dan Kabupaten/Kota. Pilkada ini kemudian diwacanakan dan
dilaksanakan serentak sebagai bentuk penyempurnaa pilkada langsung.
Pilkada serentak tahap pertama dilaksanakan pada 9 Desember 2015, tahap
kedua dilaksanakan pada 15 Februari 2017, dan pilkada tahap ketiga akan
dilaksanakan pada 27 Juni 2018. Sumatera Selatan merupakan salah satu
provinsi yang akan melaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur.
Pilkada sesungguhnya bukan pemilu meskipun pada awalnya seluruh proses
pilkada sama dengan proses tahapan pemilu dan saat ini undang-undang
yang mengatur penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan wakil gubernur,
Bupati dan wakil Bupati serta Walikota dan Wakil walikota berdiri sendiri.
Penetapan calon gubernur dan wakil gubernur terpilih berdasarkan
perolehan suara terbanyak pasangan calon.
46
2.6. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum menurut Soedarsono (2005: 1) adalah syarat minimal bagi
adanya demokrasi dan diselenggarakan dengan tujuan memilih wakil rakyat,
wakil daerah, presiden untuk membentuk pemerintah demokratis. Menurut
Samuel P. Huntington (1991: 223) pemilihan umum merupakan cara kerja
demokrasi, pemilihan umum adalah alat dan tujuan demokratisasi. Menurut
Aurel Croissant dkk, dalam Sinaga (2012: 34) pemilu adalah kondisi yang
diperlukan demokrasi. Tetapi pemilu saja tidak menjamin demokrasi, karena
demokrasi memerlukan lebih dari sekedar pemilu. Namun demokrasi
perwakilan sangat tergantung pada pemilu. Rizkiyansyah (2007: 78)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Penyelenggaran pemilihan
umum adalah suatu lembaga khusus yang menangani proses pemilihan
Umum.
Pemilihan umum sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi
perwakilan serta menggelar pergantian pemerintahan secara berkala.
Menurut Joseph Schumpeter dalam Sitepu (2012: 177) bahwa pemilihan
umum merupakan sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi)
antara aktor-aktor politik yang meraih kekuasaan partisipasi politik rakyat
untuk menentukan pilihan serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga
negara. Menurut Sitepu (2012: 177) Pemilu sebagai suatu proses
perwujudan nyata konsep kedaulatan rakyat adalah juga sebagai instrumen
perubahan sosial politik dan suksesi (pergantian kepemimpinan) yang
berlangsung secara berkala. Berbeda dengan Surbakti dalamCholisin dan
47
Nasiwan (2012: 126) Pemilihan umum adalah suatu mekanisme
penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang
atau partai yang dipercayai.
Fungsi Pemilihan Umum menurut (Sitepu, 2012: 179) antara lain; recruiting
politicians, making government, providing representatition, influencing
policy, educating voters, building legitimacy, strengtening elites. Pemilu
bukan hanya mencerminkan kehendak rakyat dan mengintegrasikan warga
negara kedalam proses politik saja melainkan juga melegitimasi dan
mengontrol kekuasaan pemerintah. Sarana penting untuk mencapai sasaran-
sasaran ini ialah sistem pemilu. Pemilu sebagai media kompetisi untuk
memperoleh kekuasaan namun juga sebagai media pendidikan politik
dimana para pihak yang terlibat belajar untuk mengaplikasikan nilai-nilai
demokrasi (Mariana dan Caroline, 2008: 7)
Pemilu di Indonesia merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih
anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan wakil presiden, dan anggota
DPRD yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil dalam negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
UU nomor 7 Tahun 2017. Pemilu presiden dan wakil presiden dilaksanakan
di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia sebagai satu
kesatuan daerah pemilihan.
48
Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD dilaksanakan dengan
sistem proporsional terbuka. Sistem proporsional terbuka adalah bagian dari
sistem pemilu perwakilan berimbang/daftar representasi proporsional.
Sistem pemilu ini dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan antara
perolehan suara sah dan kandidat atau partai politik yang mendapatkan
suara sah tersebut. dalam sistem daftar reprentasi proporsional setiap partai
mengajukan daftar kandidat untuk daerah pemilihan berwakil majemuk.
Para pemilih memilih partai, dan partai-partai memperoleh kursi sesuai
dengan proporsi keseluruhan porsi mereka dalam perolehan suara. Sistem
representasi proporsional dengan daftar terbuka pemilih bisa mempengaruhi
urutan kandidat dengan menandai preferensi individual (Reynolds, 2005:
70).
Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik
berwakil banyak. Sistem ini merupakan satu bagian dari sistem distrik.
Sistem distrik adalah sistem dimana dalam satu daerah pemilihan
memperebutkan satu kursi atau lebih dari satu kursi. Prinsipnya sangat
sederhana, setelah suara dihitung, mereka yang mendapat jumlah suara sah
terbanyak yang akan mendapatkan kursi di sebuah daerah pemilihan tanpa
memperhitungkan selisih suara sah yang dimenangkan.
2.7. Kerangka Pikir
Pilkada merupakan mekanisme untuk memilih kepala daerah dan wakil
kepala daerah melalui pemberian suara oleh pemilih. Pemilu merupakan
49
mekanisme menentukan anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan wakil
presiden, serta anggota DPRD juga melalui pemberian suara oleh pemilih.
Terjadi kecenderungan penurunan partisipasi pemilih setiap pelaksanannya.
Masyarakat Kabupaten Musi Rawas pun turut mengikuti kecenderungan
penurunan partisipasi pemilih.
Berdasarkan data tiga kali pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Musi Rawas
penurunan partisipasi terus terjadi. Pilkada tahun 2005 jumlah partisipasi
pemilih mencapai 75,04 persen, pilkada tahun 2010 jumlah partisipasi
pemilih turun menjadi 72,96%. Terjadi penurunan sebanyak 10 persen
partisipasi pemilih di tahun 2015 menjadi 62,94 persen. Hal demikian juga
terjadi pada pemilu tahun 2014. Penurunan partisipasi pemilih juga terjadi
dimana partisipasi pemilih masyarakat Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014
adalah 83,97 persen. Jika ini terus dibiarkan maka tidak menutup
kemungkinan terus terjadi penurunan partisipasi pemilih pada pemilihan
pemilihan mendatang. Diperlukan satu manajemen strategi untuk
menanggulangi hal ini.
Manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulating) dan pelaksanaan (implementation)
rencana-rencana yang dirancang terhadap para top manajer dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi sektor publik
memerlukan manajemen strategis dalam melakukan aktivitasnya karena
instansi atau organisasi sektor publik membutuhkan rencana yang strategis
50
untuk menggapai tujuan yang dirinci program dan aktivitas yang bisa
bersinergi.
Peneliti ingin mengetahui strategi apa telah yang ditetapkan dan dipakai
oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi pemilih
menjelang pilgub 2018 dan pemilu 2019 yang dilihat dari aspek organisasi
dan masyarakat selaku pemilih. Penelitian ini mengadopsi kerangka teori
manajemen strategik Menurut Whelen dan Hunger (2012: 14) dimana
terdapat empat model dasar manajemen strategi dan manajemen strategik
oleh Taufiqurokhman (2016: 49-51) yang memiliki beberapa dimensi atau
multidimensional yang meliputi: dimensi waktu dan orientasi masa depan,
dimensi internal dan eksternal, dimensi pendayagunaan sumber-sumber,
dimensi keikutsertaan manajemen puncak, dan dimensi multi bidang.
Namun diantara lima dimensi ini peneliti hanya akan menggunakan dimensi
dimensi internal dan eksternal, dimensi pendayagunaan sumber-sumber,
ditambah dengan teori Whelen dan hunger mengenai model dasar
manajemen strategi yang terdiri dari pemindaian lingkungan, perumusan
strategi, dan implementasi strategi. Peneliti ingin mengidentifikasi faktor-
faktor menurunnya partisipasi pemilih serta strategi dan kebijakan yang
diambil oleh KPU Kabupaten Musi Rawas menghadapi Pilgub Sumatera
Selatan 2018 dan Pemilu 2019. Selanjutnya dari dimensi manajemen
strategik ini dibuat indikator-indikator masing-masing dimensi untuk
mengukur sejauh mana strategi-strategi dijalankan.
51
Peneliti ingin melihat semua aspek organisasi yang merupakan satu
kesatuan penyelenggara pemilihan dalam meningkatkan partisipasi pemilih
sehingga digunakanlah teori manajemen strategik yang multidimensional
serta resiko dari strategi yang diterapkan. Teori manajemen strategik
mencakup semua komponen yang ada dalam satu kesatuan organisasi dalam
hal ini KPU Kabupaten Musi Rawas. Peneliti juga ingin melihat bagaimana
semua komponen oranisasi bergerak dan berusaha meningkatkan partisipasi
pemilih yang cenderung menurun.
Dimensi-dimensi strategi dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Dimensi Eksternal
1) Peluang : KPU bersama pasangan calon, peserta pemilu, dan
penyelenggara pemilihan mengajak masyarakat berpartisipasi pilkada
dan pemilu
2) Ancaman : Kampanye hitam dan kampanye negatif akan
menimbulkan sifat apatis masyarakat diperlukan pendidikan pemilih.
b. Dimensi Internal
1) Kekuatan : Sosialisasi kepada seluruh masyarakat Kabupaten
Musi Rawas baik tatap muka maupun melalui media
2) Kelemahan : Luasnya wilayah Kabupaten Musi Rawas
mengharuskan KPU memperluas sosialisasi ke desa-desa yang jauh
dari ibukota Kabupaten
52
c. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber
1) Pemanfaatan Sumber Daya Manusia
Penguatan kelembagaan dimana Komisioner, Sekretariat, badan
penyelenggara Adhoc PPK dan PPS bersinergi memperkuat
komunikasi guna meningkatkan angka partisipasi pemilih.
Kerja sama komisioner dengan sekretariat menyusun rencana,
program, dan strategi dalam rangka peningkatan partisipasi
Koordinasi dengan KPU Provinsi rencana, program, dan strategi
peningkatan partisipasi pemilih
2) Pemanfaatan Sumber Daya Teknologi Informasi
mengoptimalkan teknologi untuk mempermudah koordinasi antara
KPU Kabupaten Musi Rawas dan jajaran dibawahnya.
Pemanfaatan sumber-sumber informasi baik dari media daring dan
media massa.
Manajemen strategik yang akan diterapkan pada pilgub 2018 dan pemilu
2019 ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten
Musi Rawas dan dapat menjadi satu bentuk pembuktian bahwa KPU tidak
hanya sukses penyelenggaraan Pemilihan tetapi juga berhasil memperbaiki
kinerja sebagai penyelenggara pemilihan.
53
Bagan 2. Kerangka Pikir
Prosentase PartisipasiPemilih yang turun
Model dasar Manajemen Strategi (Whelen dan Hunger) denganIndikator :a. Dimensi Eksternal
1) Peluang : KPU bersama pasangan calon, peserta pemilu,dan penyelenggara pemilihan mengajak masyarakatberpartisipasi pilkada dan pemilu
2) Ancaman : Kampanye hitam dan kampanye negatif akanmenimbulkan sifat apatis masyarakat diperlukan pendidikanpemilih.
b. Dimensi Internal1) Kekuatan : Sosialisasi kepada seluruh masyarakat
Kabupaten Musi Rawas baik tatap muka maupun melaluimedia
2) Kelemahan : Luasnya wilayah Kabupaten Musi Rawasmengharuskan KPU memperluas sosialisasi ke desa-desa yangjauh dari ibukota Kabupaten
Manajemen strategi bersifat Multidimensional (Taufiqurokhman(2016: 49-51), dengan dimensi pendayagunaan sumber-sumber :1) Pemanfaatan Sumber Daya Manusia Penguatan kelembagaan dimana Komisioner, Sekretariat,
badan penyelenggara Adhoc PPK dan PPS bersinergimemperkuat komunikasi guna meningkatkan angkapartisipasi pemilih.
Kerja sama komisioner dengan sekretariat menyusunrencana, program, dan strategi dalam rangka peningkatanpartisipasi
Koordinasi dengan KPU Provinsi rencana, program, danstrategi peningkatan partisipasi pemilih
2) Pemanfaatan Sumber Daya Teknologi Informasi Mengoptimalkan teknologi untuk mempermudah koordinasi
antara KPU Kabupaten Musi Rawas dan jajaran dibawahnya. Pemanfaatan sumber-sumber informasi baik dari media
daring dan media massa.
Strategi KPU Kabupaten Musi Rawasdalam menghadapi Pilgub 2018 dan
Pemilu 2019
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran
tentang masalah yang diteliti, menyangkut bagaimana strategi KPU Kabupaten
Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi pemilih studi pada Pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan Tahun 2018 dan Pemilu tahun
2019. Penggunaan penelitian kualitatif dipandang jauh lebih subyektif karena
menggunakan metode yang berbeda dari mengumpulkan informasi, individu
dalam menggunakan wawancara. Tipe penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi
(2001:63), metode deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang berkaitan
dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran suatu gejala sosial
atau keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan
dan Taylor dalam Nawawi (2001: 66), adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati.
Metode penelitian ini didukung oleh beberapa pendapat. Menurut Arikunto
(1999:127) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis
55
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
Pendapat serupa juga dikemukakan Singarimbun dan Sofyan (1995:4) yang
menyatakan bahwa peneliti hanya mengembangkan konsep dan menghimpun
fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu suatu tata cara penelitian yang bertujuan
menggambarkan mengenai keadaan tertentu, yang digambarkan dengan kata-
kata atau kalimat terpisah-pisah untuk memperoleh kesimpulan. Penelitian ini,
pengelolaan dan menyajikan data dilakukan dengan menggunakan teknis
analisis kualitatif, dimana prosedur penelitian bersifat menjelaskan, mengelola,
menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan
lebih lanjut dalam penelitian ini ditulis menggunakan penelitian deskriptif
metode kualitatif.
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan strategi yang digunakan oleh KPU
Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi pemilih dengan studi
pada pilgub Sumatera Selatan 2018 dan pemilu 2019. Maksud penelitian ini
adalah dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam setiap
pelaksanaan pilkada dan pemilu khususnya mengenai partisipasi pemilih.
Selanjutnya akan juga dikemukakan strategi-strategi yang digunakan oleh KPU
Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Peneliti juga
ingin mengetahui latar belakang penurunan partisipasi pemilih pada pilkada di
Kabupaten Musi Rawas. Adapun data yang akan dicoba digali dalam penelitian
ini adalah data yang berasal dari seluruh unsur penyelenggara, pemilih,
akademisi, dan jurnalis.
56
Penelitian ini ingin melihat secara mendalam berdasarkan informasi dari
informan yang berkaitan langsung dengan pemilihan dan kemudian di
deskripsikan secara mendalam dengan cara menjelaskan, mengelola,
menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan
lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif karena
deskripsi mengenai penurunan partisipasi pemilih berdasarkan identifikasi
sifat-sifat dan karakteristik pemilih yang kemudian menggambarkan strategi
yang digunakan dalam meningkatkan partisipasi. Penelitian ini tidak
menggunakan penelitian kuantitatif karena penelitian ini tidak mengobservasi
lebih lanjut dan tidak mengukur besar atau distribusi sifat-sifat pemilih.
3.2. Fokus Penelitian
Peneliti akan memfokuskan tentang strategi rencana strategi yang akan
diterapkan dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan
Tahun 2018 dan Pemilu tahun 2019. Penelitian ini menggunakan dimensi-
dimensi dalam rencana strategis menurut teori Whelen dan Hunger dan
Taufiqurokhman.
3.2.1. Dimensi Eksternal
1) Peluang : KPU bersama pasangan calon, peserta pemilu, dan
penyelenggara pemilihan mengajak masyarakat berpartisipasi
pilkada dan pemilu
2) Ancaman : Kampanye hitam dan kampanye negatif akan
menimbulkan sifat apatis masyarakat diperlukan pendidikan
pemilih.
57
3.2.2.Dimensi Internal
1) Kekuatan : Sosialisasi kepada seluruh masyarakat Kabupaten Musi
Rawas baik tatap muka maupun melalui media
2) Kelemahan : Luasnya wilayah Kabupaten Musi Rawas
mengharuskan KPU memperluas sosialisasi ke desa-desa yang jauh
dari ibukota Kabupaten
3.2.3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber
1) Pemanfaatan sumber daya manusia
Penguatan kelembagaan dimana Komisioner, Sekretariat, badan
penyelenggara Adhoc PPK dan PPS bersinergi memperkuat
komunikasi guna meningkatkan angka partisipasi pemilih.
Kerja sama komisioner dengan sekretariat menyusun rencana,
program, dan strategi dalam rangka peningkatan partisipasi
Koordinasi dengan KPU Provinsi rencana, program, dan strategi
peningkatan partisipasi pemilih
2) pemanfaatan sumber daya teknologi informasi
mengoptimalkan teknologi untuk mempermudah koordinasi antara
KPU Kabupaten Musi Rawas dan jajaran dibawahnya.
Pemanfaatan sumber-sumber informasi baik dari media daring dan
media massa.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Musi Rawas dengan pertimbangan
karena latar belakang adanya trend penurunan yang sangat signifikan
58
terhadap partisipasi pemilih. Kabupaten Musi Rawas juga merupakan
wilayah di Sumatera Selatan dengan partisipasi pemilih terendah pada
pilkada serentak tahap pertama dari tujuh kabupaten/kota penyelenggara
pilkada serentak 2015 di Provinsi Sumatera Selatan.
3.4. Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
berupa hasil wawancara dengan pejabat yang berwenang atau key
informan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
serta dari hasil observasi dilapangan.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, buku-buku, peraturan-
peraturan, dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5 Informan
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu alat
pengumpulan data. Dalam hal ini informan yang akan diwawancarai adalah:
1. Ketua dan anggota KPU Kabupaten Musi Rawas
2. Anggota KPU Provinsi Sumatera Selatan
3. Sekretaris dan staf sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas
4. Anggota PPK
5. Anggota PPS
6. Masyarakat selaku pemilih
59
7. Akademisi
8. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
9. Jurnalis Pilkada/Pemilu
3.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Suatu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen dari berbagai
catatan, arsip, buku-buku serta peraturan, yang berkaitan dengan penelitian
3. Observasi
Adalah pengamatan suatu objek secara langsung oleh peneliti, kemudian
hasil pengamatan tersebut dicatat secara sistematika sesuai dengan data
yang dibutuhkan.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalan teknik
analisis data kualitatif dengan menggunakan model interaktif yang meliputi
tiga komponen analisis, yaitu reduksi, sajian data, penarikan kesimpulan
(Miles dan Huberman, 2011: 20).
60
Sumber: Analisis Model Interaktif (Miles dan Huberman, 2011: 20)
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan dan tulisan di lapangan. Jadi, data yang diperoleh dari
lapangan akan dipilah-pilah dengan cara mengambil yang diperlukan dan
mengabaikan yang tidak diperlukan.
2. Penyajian data, dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk
melihat gambaran secara mendalam dan keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu.
3. Verifikasi, peneliti mencoba mencari makna dari data yang dikumpulkan
dengan melakukan penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan secara
terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung sejak awal
memasuki lokasi penelitian selama proses pengumpulan data.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa data-data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dievaluasi dengan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Sajian Data
Verifikasi/kesimpulan
Reduksi Data
61
1. Pemilahan, yaitu pemisahan antara data-data yang diperlukan dalam
penelitian dengan data-data yang tidak ada hubungannya dengan
penelitian.
2. Menganalisis, data yang telah dipilah dianalisis dengan penyajian
sedemikian rupa agar diperoleh gambaran secara mendalam mengenai
variable atau indikator yang diteliti.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu kegiatan mencari makna atau temuan-temuan
dari hasil pengumpulan data selama proses penelitian dan analisis data-
data.
3.8 Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain
digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian
kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang
tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong,
2007: 320). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability
(Sugiyono, 2007: 270). Agar data dalam penelitian kualitatif dapat
dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji
keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan melalui :
62
3.8.1.Credibility
Uji kredibilitas (credibility) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti bertujuan agar hasil penelitian
yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah. Uji
Kredibilitas dapat dilakukan dengan cara :
3.8.1.1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih
baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara
peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab,
semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga
informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap. Data
yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau
tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali
ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat
dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka
perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.
3.8.1.2. Meningkatkan Kecermatan dalam Penelitian
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan
maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat
dicatat atau direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan
kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek
63
pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan
disajikan sudah benar atau belum. Untuk meningkatkan
ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca
berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan
dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil
penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka
peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang
pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin berkualitas.
3.8.1.3. Triangulasi
Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2007: 273), triangulasi
dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu
3.8.1.3.1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis
oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan tiga sumber data
(Sugiyono, 2007:274)
64
3.8.1.3.2. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk
mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,
dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
untuk memastikan data mana yang dianggap benar
(Sugiyono, 2007:274).
3.8.1.3.2. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan
memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274)
3.8.1.3.3. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan
65
dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada
lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti masih mendapatkan data-data yang
bertentangan dengan data yang ditemukan, maka
peneliti mungkin akan mengubah temuannya
(Sugiyono, 2007:275).
3.8.1.3.4. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-
data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan
foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih
dapat dipercaya (Sugiyono, 2007:275)
3.8.1.3.5. Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan
membercheck adalah agar informasi yang diperoleh
dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan (Sugiyono, 2007:276).
3.8.2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
66
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil (Sugiyono, 2007:276). Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai
transfer sampai saat ini masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi
lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai,
sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda
di situasi sosial yang berbeda validitas nilai transfer masih dapat
dipertanggungjawabkan
3.8.3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang
sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian
dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen
atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas
yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Misalnya
bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah,
terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil
pengamatan.
3.8.4.Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian
67
telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji
confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan
proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah
data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan
data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga
keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
3.9 Teknik Kesimpulan
Awalnya penelitian ini dimulai dari pengumpulan data yang kemudian dicatat
dan dianalisis. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya
kemudian ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan Awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel (Rozitra, 2017: 64)
Penelitian kualitatif tidak terlepas dari perspektif etik dan emik.
Koentjaraningrat (1982: xviii-xix) menyatakan bahwa pandangan etik adalah
pandangan yang dikuasai oleh nilai-nilai, norma-norma, dan teori-teori ilmiah
yang merupakan pandangan dari luar. Sebaliknya pandangan emik adalah
68
pandangan tentang kebudayaan sendiri dari warga masyarakat yang
merupakan pandangan “dari dalam”. Dapat disimpulkan bahwa emik
merupakan upaya menjelaskan sesuatu fenomena dalam masyarakat dengan
sudut pandang masyarakat itu sendiri. Sebaliknya, etik merupakan
penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (peneliti) untuk
menjelaskan fenomena dalam masyarakat.
Penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan para informan dengan
pendekatan emik sehingga dapat diketahui fenomena yang berlangsung
berdasarkan sudut pandang informan yang diteliti. Kemudian peneliti akan
menggunakan pendekatan etik dalam merumuskan kesimpulan akhir terhadap
fenomena yang diteliti berdasarkan sudut pandang peneliti.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Umum Kabupaten Musi Rawas
4.1.1.Sejarah Kabupaten Musi Rawas
Awalnya Kabupaten Musi Rawas termasuk dalam wilayah keresidenan
Palembang (1825-1966). Hal ini diawali oleh jatuhnya kesultanan
Palembang dan perlawanan Benteng Jati serta enam Pasirah dari
Pasemah Lebar ke tangan pemerintah Belanda. Sejak Saat itu Belanda
mengadakan ekspansi di penyusunan pemerintahan terhadap daerah ulu
Palembang yang berhasil dikuasainya. Sistem yang dipakai adalah
dekonsentrasi. Kemudian Keresidenan Palembang dibagi atas wilayah
binaan (Afdeling), yaitu:
1. Afdeling BanguAsin en Kubustreken, ibukotanya Palembang.
2. Afdeling Palembangsche Beneden Landen, ibukotanya Baturaja.
3. Afdeling Palembangsche Boven Landen, ibukotanya Lahat.
Afdeling Palembangsche Boven Landen dibagi dalam beberapa Onder
Afdeling (Oafd):
1. Oafd Lematang Ulu, ibukotanya Lahat.
2. Oafd Tanah Pasemah, ibukotanya Bandar.
3. Oafd Lematang Ilir, ibukotanya Muara Enim.
70
4. Oafd Tebing Tinggi Empat Lawang, ibukotanya Tebing Tinggi.
5. Oafd Musi Ulu, ibukotanya Muara Beliti.
6. Oafd Rawas ibukotanya Surulangun Rawas.
Setiap Afdeling dikepalai oleh asistent residen yang membawahi Onder
Afdeling yang dikepalai Controleur. Setiap Onder Afdeling juga
membawahi Onder Distric dengan Demang sebagai pimpinannya. Musi
Rawas berada pada Afdeling Palembangsche Boven Landen.
Pada Tahun 1907, Onder Distric Muara Beliti dan Muara Kelingi
diintegrasikan kedalam satu Onder Afdeling yakni Onder Afdeling Musi
Ulu. Tahun 1933, jaringan kereta api Palembang Lahat Lubuklinggau
(dibuat antara tahun 1928-1933) dibuka pemerintah Belanda. Hal ini
menyebabkan dipindahkan ibu kota Oafd Musi Ulu, Muara Beliti ke
Lubuklinggau, yang menjadi cikal bakal ibukota Kabupaten Musi
Rawas.
Pada tanggal 17 Februari 1942, kota Lubuklinggau diduduki Jepang dan
Kepala Oafd Musi Ulu Controleur De Mey serta Aspirant Controleur
Ten Kate menyerahkan jabatannya kepada Jepang pada tanggal 20
April 1943. Jepang mengadakan perubahan instansi dan jabatan ke
dalam bahasa Jepang. Perubahan inilah yang menjadi titik tolak hari
jadi Kabupaten Musi Rawas. Perubahan Nama tersebut antara lain
Onder Afdeling Musi Ulu diganti dengan nama Musi Kami Gun
71
dipimpin Gunce (Guntuyo). Sedangkan Oafd Rawas diganti menjadi
Rawas Gun.
4.1.2.Kecamatan di Kabupaten Musi Rawas
Kabupaten Musi Rawas terbagi atas 14 (empat belas) kecamatan yaitu:
Kecamatan Bulak Tengah Suku (BTS) Ulu / Cecar, Kecamatan Jaya
Loka, Kecamatan Megang Sakti, Kecamatan Muara Beliti, Kecamatan
Muara Kelingi, Kecamatan Muara Lakitan, Kecamatan Purwodadi,
Kecamatan Selangit, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kecamatan
Sukakarya, Kecamatan Sumber Harta, Kecamatan Tiang Pumpung
Kepungut, Kecamatan Tuah Negeri, dan Kecamatan Tugumulyo.
4.1.3.Keadaan geografis dan Demografis
Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah yang berfungsi dan
berperan cukup strategis dalam lingkup wilayah Sumatera Selatan.
Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Musi
Rawas termasuk ke dalam wilayah pengembangan provinsi Sumatera
Selatan Bagian Barat yang berfungsi sebagai lumbung pangan,
pengembangan sektor perkebunan, pengembangan sektor energi dan
sebagai daerah penyangga (buffer) provinsi Sumatera Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan adalah
635.717,15 ha. Kabupaten Musi Rawas berada di kawasan bagian barat
provinsi Sumatera Selatan, tempat bertemunya hulu Sungai Musi
72
dengan aliran Sungai Rawas. Secara geografis, Kabupaten Musi Rawas
terletak pada posisi 102° 07' 00" - 103° 40' 00" BT dan 2° 20' 00" - 3°
38' 00" LS. Letak Kabupaten Musi Rawas sangat strategis karena
dilalui jalur lintas tengah Sumatera, yaitu jalur darat yang
menghubungkan Bakaheuni di Lampung dan Banda Aceh, serta jalan
lintas antar provinsi yang menghubungkan kota Palembang dengan
Bengkulu, baik melalui Sekayu maupun Lahat. Dengan letak geografis
seperti ini menyebabkan Kabupaten Musi Rawas menjadi tempat
tumbuhnya sentra-sentra perekonomian terutama di kota-kota
kecamatan yang berada di sisi jalan utama lintas Sumatera. Secara
administratif Kabupaten Musi Rawas terdiri dari 14 kecamatan, 13
kelurahan, 186 desa. Batas-batas Wilayah Kabupaten Musi Rawas
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Utara
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang dan
Kabupaten Lahat
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Lubuklinggau dan Provinsi
Bengkulu
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pali dan Kabupaten
Musi Banyuasin
73
4.2. Gambaran Umum KPU Kabupaten Musi Rawas
4.2.1. Susunan Organisasi KPU Kabupaten Musi Rawas
4.2.1.1. Pembentukan dan Kedudukan KPU Kabupaten MusiRawas
KPU adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, mandiri dan hierarki. Keberadaan KPU
Kabupaten Musi Rawas diawali dengan pembentukan
Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kabupaten Musi Rawas
pada bulan Desember Tahun 2002 yang dipimpin oleh 1 (satu)
orang sekretaris dibantu oleh 2 (dua) orang sub bagian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan fungsi pelayanan
administrasi yang meliputi pemberian dukungan staf, anggaran
sarana dan prasarana. Sekretaris dibantu sub bagian teknis
pemilihan umum dan hukum dan sub bagian penerangan
masyarakat dan umum. Untuk memenuhi Pasal 19 ayat 5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Perwakilan
Sekretaris Umum KPU Kabupaten Musi Rawas ditugaskan
untuk memfasilitasi tim seleksi pembentukan anggota KPU
untuk menetapkan keanggotaan KPU sebanyak 5 (lima) orang,
berdasarkan surat keputusan KPU Nomor 450 Tahun 2003
tentang Pengangkatan Anggota KPU Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan. Sejak terbentuknya KPU
Kabupaten Musi Rawas nama perwakilan sekretariat umum
KPU Kabupaten Musi Rawas mengalami perubahan hingga
74
saat ini bernama KPU Kabupaten Musi Rawas. Alamat KPU
Kabupaten Musi Rawas bertempat di Jalan Lintas Sumatera
KM 24 kelurahan Pasar Muara Beliti kecamatam Muara Beliti
Kabupaten Musi Rawas.
KPU Kabupaten Musi Rawas merupakan bagian dari KPU
adalah penyelenggara Pilkada dan Pemilu. KPU Kabupaten
Musi Rawas berkedudukan di ibukota Kabupaten Musi Rawas.
Untuk menyelenggarakan Pilkada dan Pemilu ditingkat
kecamatan dan desa/kelurahan masing-masing dibentuk PPK
dan PPS. PPK dan PPS dibentuk oleh KPU Kabupaten Musi
Rawas. KPPS dibentuk oleh PPS atas nama Ketua KPU
Kabupaten Musi Rawas. PPK berkedudukan di ibukota
kecamatan atau nama lain. PPS berkedudukan di
desa/kelurahan atau nama lain dan KPPS berkedudukan di
tempat pemungutan suara.
4.2.1.2.Keanggotaan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten MusiRawas
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata
Kerja KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota,
keanggotaan KPU Kabupaten/Kota terdiri dari seorang Ketua
merangkap anggota dan anggota yang berjumlah 5 (lima) orang.
Dalam surat edaran KPU Nomor 1170/ORT-02-
75
SD/01/KPU/X/2018 perihal Pembagian Divisi Anggota KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota disebutkan
pembagian divisi sebagai berikut:
a. Divisi Keuangan, Umum, Logistik, dan Rumah Tangga.
b. Divisi Perencanaan Data dan Informasi
c. Divisi Teknis Penyelenggaraan.
d. Divisi Hukum dan Pengawasan.
e. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi
Masyarakat, dan SDM.
KPU Kabupaten Musi Rawas telah mengalami 3 (tiga)
periode pergantian komisioner. Periode pertama diketuai oleh
Romi Krishna, S.Sos. periode kedua diketuai oleh Efriyansyah,
S.Sos. dan periode ketiga diketuai oleh Efrian Eriadi Syahril, S.
Sos kemudian digantikan oleh Ach Zaein.
Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal
78 ayat (1). Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi,
dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota bersifat hierarkis. KPU
Kabupaten Musi Rawas secara vertikal berada dalam naungan
Sekretariat Jenderal KPU. Dalam struktur organisasi Sekretariat
KPU Kabupaten Musi Rawas dipimpin oleh seorang sekretaris
76
dibantu oleh 4 (empat) orang kasubbag dan staf PNS dan tenaga
honorer.
4.2.2. Tugas, wewenang dan kewajiban KPU Kabupaten Musi Rawas
4.2.2.1. Tugas KPU Kabupaten Musi Rawas
a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan
Pilkada/pemilu dengan tepat waktu;
b. Memperlakukan peserta pilkada/pemilu secara adil dan
setara;
c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan
pilkada/pemilu kepada masyarakat;
d. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua
kegiatan penyelenggaraan pilkada/pemilu kepada KPU
melalui KPU provinsi Sumatera Selatan;
f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip yang disusun oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dan
lembaga kearsipan Kabupaten Musi Rawas berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan ANRI;
g. Mengelola barang inventaris KPU Kabupaten Musi Rawas
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan
penyelenggaraan pilkada/pemilu kepada KPU dan KPU
77
provinsi Sumatera Selatan serta menyampaikan
tembusannya kepada Bawaslu;
i. Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU
Kabupaten Musi Rawas dan ditandatangani oleh ketua dan
anggota KPU Kabupaten Musi Rawas;
j. melaksanakan dengan segera putusan Bawaslu Kabupaten
Musi Rawas;
k. Menyampaikan data hasil pilkada/pemilu dari tiap-tiap TPS
pada tingkat Kabupaten Musi Rawas kepada pasangan
calon/peserta pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah
rekapitulasi di Kabupaten Musi Rawas;
l. Melakukan pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih
secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
m. Melaksanakan keputusan DKPP; dan
n. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU
provinsi Sumatera Selatan dan/atau peraturan perundang-
undangan
4.2.2.2. Wewenang KPU Kabupaten Musi Rawas
a. Menetapkan jadwal pemilihan di Kabupaten Musi Rawas;
b. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah
kerjanya;
78
c. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara pilkada/pemilu anggota DPRD
Kabupaten Musi Rawas berdasarkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara di PPK dengan membuat berita acara
rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara;
d. Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Musi Rawas
untuk mengesahkan hasil pemilu anggota DPRD
Kabupaten Musi Rawas dan mengumumkannya;
e. Menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan
sementara anggota PPK, anggota PPS, yang terbukti
melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya
tahapan penyelenggaraan pilkada/pemilu berdasarkan
putusan Bawaslu, putusan Bawaslu Provinsi, putusan
Bawaslu Kabupaten Musi Rawas, dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. Melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPU,
KPU provinsi Sumatera Selatan, dan/atau peraturan
perundang-undangan.
4.2.2.3. Kewajiban KPU Kabupaten Musi Rawas
a. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan
pilkada/pemilu dengan tepat waktu;
b. Memperlakukan pasangan calon/peserta Pemilu secara
adil dan setara;
79
c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan
pilkada/pemilu kepada masyarakat;
d. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua
kegiatan penyelenggaraan pilkada/pemilu kepada KPU
melalui KPU Provinsi Sumatera Selatan;
f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip yang disusun oleh KPU Kabupaten Musi Rawas dan
lembaga kearsipan Kabupaten Musi Rawas berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan ANRI;
g. Mengelola barang inventaris KPU Kabupaten Musi Rawas
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan
penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan KPU Provinsi
Sumatera Selatan serta menyampaikan tembusannya
kepada Bawaslu;
i. Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU
Kabupaten Musi Rawas dan ditandatangani oleh ketua dan
anggota KPU Kabupaten Musi Rawas;
j. Melaksanakan dengan segera putusan Bawaslu Kabupaten
Musi Rawas;
80
k. Menyampaikan data hasil pilkada/pemilu dari tiap-tiap
TPS pada tingkat Kabupaten Musi Rawas kepada peserta
pasangan calon/pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah
rekapitulasi di Kabupaten Musi Rawas;
l. Melakukan pemutakhiran dan memelihara data pemilih
secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
m. Melaksanakan keputusan DKPP; dan
n. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU
Provinsi Sumatera Selatan dan/atau peraturan perundang-
undangan.
Dalam menjalankan fungsinya, KPU Kabupaten Musi Rawas
difasilitasi oleh sekretariat, baik tenaga sekretariat dari unsur Pegawai
Negeri Sipil (PNS) maupun staf tenaga pendukung. Tenaga
Sekretariat dari PNS terdiri dari 5 (lima) orang yang terdiri dari:
1. Sekretaris
2. Kasubag program dan data
3. Kasubag Hukum
4. Kasubag teknis pemilu dan hubungan masyarakat
5. Kasubag umum, keuangan dan logistik
81
Berikut ini Struktur Organisasi KPU Kabupaten Musi Rawas dan
Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas :
Gambar 3 Struktur Organisasi KPU Kabupaten Musi Rawas
Gambar 4: Struktur Organisasi Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas
(Sumber : KPU Kabupaten Musi Rawas 2018)
KasubagHukum
KasubagProgram dan
Data
StafPelaksana
StafPelaksana
KetuaDivisi Keuangan,
Umum, Logistik, danRumah Tangga
AnggotaDivisi
Perencanaan,Data danInformasi
AnggotaDivisi Sosialisasi,
Pendidikan Pemilih,Partisipasi Masyarakat,
dan SDM
Sekretaris
Kasubag Umum,keuangan dan
logistik
Sub Bagian Umum
StafPelaksana
Kasubag Teknis danHubungan Partisipasi
Masyarakat
AnggotaDivisi Teknis
Penyelenggaraan
AnggotaDivisi Hukum
danPengawasan
StafPelaksana
82
Dalam struktur organisasi di atas dapat dilihat hierarki dalam kesatuan
kelembagaan KPU Kabupaten Musi Rawas membagi tugas dan
pekerjaan pada masing-masing divisi dan subbagian. Sekretaris
memfasilitasi dengan memberi dukungan teknis dan administratif
guna kelancaran pekerjaan yang dilakukan oleh anggota KPU
Kabupaten Musi Rawas. Dalam menjalankan tugasnya sekretaris
dibantu oleh 4 (empat) subbagian sesuai dengan bidang pekerjaannya
masing-masing. Subbagian pada Sekretariat KPU Kabupaten Musi
Rawas dapat dibantu 1 (satu) atau lebih staf pelaksana. Struktur
organisasi tersebut dibuat berdasarkan PKPU Nomor 5 dan 6 tahun
2008 dan surat edaran KPU nomor 420/KPU/VIII/2016.
Uraian tugas Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas dibuat
berdasarkan PKPU Nomor 4 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas Staf
Pelaksana pada Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi
dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Masing-masing divisi atau
bagian mempunyai karakteristik tugas dan wewenang yang berbeda
dalam kesatuan kelembagaan yang bekerjasama dan saling berkaitan.
83
Komposisi Anggota dan Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Anggota dan Sekretariat KPU Kabupaten MusiRawas
No Divisi/Bagian/Subbagian Jumlah1 Komisioner 5 Orang2 Sekretaris 1 Orang3 Subbag Program dan Data
Kasubbag 1 OrangStaf PNS 3 OrangStaf Non PNS 1 Orang
4 Subbag Teknis dan HupmasKasubbag 1 OrangStaf PNS 2 OrangStaf Non PNS 1 Orang
5 Subbag HukumKasubbag 1 OrangStaf PNS 2 OrangStaf Non PNS 1 Orang
6 Subbag Keuangan Umum dan LogistikKasubbag 1 OrangStaf PNS 4 OrangStaf Non PNS 6 OrangTotal 25 Orang
(Sumber : KPU Kabupaten Musi Rawas 2018)
Sekretariat KPU Kabupaten Musi Rawas terdiri 5 (lima) orang
komisioner, 1 (satu) orang Sekretaris dan dari 4 (empat) Kepala
subbagian yang memiliki staf pelaksana dan dalam melakukan
tugasnya sesuai dengan subbagiannya masing-masing. Dalam
pelaksanaan tugasnya KPU Kabupaten Musi Rawas didukung oleh 25
84
(Dua puluh lima) orang yang terdiri dari 5 (lima) orang anggota
komisioner, 16 (enam belas) PNS dan 9 (sembilan) orang Non PNS.
4.3. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2018
4.3.1. Waktu Pelaksanaan dan Profil Calon
Pilgub Sumatera Selatan 2018 dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2018.
Bersamaan dengan pemilihan serentak tahap ketiga. Pilkada serentak tahap
pertama pada 9 Desember 2015, pilkada serentak tahap dua pada 15
Februari 2018, dan pilkada serentak tahap tiga pada 27 Juni 2018. Pilkada
serentak 2018 dilaksanakan oleh 17 Provinsi, 39 Kota, dan 115 Kabupaten.
Pilgub Sumatera Selatan 2018 dilaksanakan oleh 17 Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan. Pilgub Sumatera Selatan juga dilaksanakan
bersamaan dengan sembilan Kabupaten/Kota yang juga melaksanakan
Pilkada yaitu Kota Palembang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim,
Kota Prabumulih, Kota Pagar Alam, Kota Lubuklinggau, Kabupaten
Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kabupaten Empat
Lawang. Jumlah pemilih dalam DPT sebanyak 5.656.633 pemilih.
Pilgub Sumatera Selatan diikuti oleh 4 pasangan calon. Pasangan pertama
adalah Pasangan H. Herman Deru, SH., MM dan Ir. H. Mawardi Yahya.
Herman Deru pernah menjabat sebagai Bupati Ogan Komering Ulu Timur
dua periode yaitu periode 2005-2010 dan 2010-2015. Herman Deru lahir
di Sidomulyo pada tanggal 17 November 1967. Herman Deru
menyelesaikan SD Negeri 1 Sidomulyo Belitang, SMP Negeri 1 Belitang,
SMA Negeri 3 Palembang, Strata satu di Fakultas hukum Universitas
85
Sjakyakirti lulusan tahun 1995, mendapatkan gelar Magister Manajemen
di STIE Trisna Negara Belitang tahun 2008. Herman Deru sebelumnya
bekerja sebagai PNS Provinsi Sumatera Selatan tahun 1987-1998. Calon
Wakil Herman Deru adalah Mawardi Yahya. Lahir pada tanggal 2 Maret
1958 di Sukaraja Kabupaten Ogan Komering Ilir. Beliau pernah menjabat
sebagai bupati Ogan Ilir periode 2005-2010 dan 2010-2015. Pernah
menjabat sebagai ketua DPRD Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 1999-
2004 dan 20042005. Mawardi Yahya merupakan lulusan SD Sukaraja
Baru, SMP YP Kerja, Sekolah Teknnologi Menengah Pertambangan
LPTM Palembang. Lulusan Strata satu dari Universitas Palembang tahun
1995 Fakultas Teknik. Saat ini Mawardi menjabat sebagai ketua DPD II
Partai Golkar Ogan Ilir.
Pasangan calon yang kedua adalah H. Saifuddin Aswari Rivai, SE dan
H.M. Irwansyah, S.Sos., M.Si. Saifuddin Aswari Rivai lahir di Lahat pada
tanggal 20 Januari 1963. Beliau adalah Bupati Lahat periode 2008-2013
dan 2013-2018. Menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMA Santo
Yosef Lahat. Aswari Rivai mendapatkan gelar strata satu dari Universitas
Jayabaya lulus tahun 1988. Saifuddin Aswari Rivai saat ini menjabat
sebagai ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Sumatera Selatan. Saifuddin
Aswari Rivai berpasangan dengan Irwansyah. Irwansyah adalah walikota
Pangkalpinang periode 2013-2018. Lahir di Bangka pada tanggal 1 Juni
1983, Irwansyah menyelesaikan pendidikan SD di St. Theresia Pangkal
Pinang, SMP Negeri 1 Pangkal Pinang, SMU Terpadu Bandung.
86
Irwansyah merupakan lulusan Strata satu dari Universitas Sjahyakirti
Palembang tahun 2009 dan melanjutkan Strata dua di universitas yang
sama dan lulus tahun 2013.
Pasangan calon ketiga adalah pasangan Ir. H. Ishak Mekki, MM dan
Yudha Pratomo, M.Sc., Ph.D. Ishak Mekki lahir di Perigi Kayu Agung
pada tanggal 01 Maret 1958. Saat ini Ishak Mekki menjabat sebagai wakil
gubernur Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 2013. Ishak Mekki
mengenyam pendidikan sekolah di SD Kayu Agung, SMP Negeri Kayu
Agung, dan STM 1 Palembang. Ishak Mekki merupakan lulusan strata satu
dari Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya tahun 1987 dan lulusan
Magister Manajemen tahun 2001 di Universitas Sriwijaya. Calon Wakil
Gubernur dari Ishak Mekki adalah Yudha Pratomo. Lahir di Palembang
pada 20 April 1979. Yudha Pratomo merupakan dosen Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Sriwijaya sejak tahun 2005. Yudha Pratomo
menyelesaikan pendidikan sekolah di SD Negeri 77 Palembang, SMP
Negeri 1 Palembang, SMA Taruna Nusantara Magelang. Pendidikan strata
satu diperoleh di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro tahun
2002. Mendapat gelar Master of Science jurusan IT Management
University Of Surrey Gildford Inggris tahun 2003. Gelar Ph.D dari
Universiti Teknologi Malaysia, Skudai-Johor jurusan Sistem Informasi
tahun 2013.
Pasangan calon keempat adalah H. Dodi Reza Alex Noerdin, Lic, Econ.,
87
MBA dan H.M. Giri Ramanda N. Kiemas, SE., MM. Dodi Reza Alex
Noerdin lahir di Palembang pada tanggal 1 November 1970.
Menyelesaikan pendidikan di SD PPKP Palembang, SMP Xaverius 2
Palembang, SMA Negeri 1 Palembang. Strata satu di Universiti of Leuven
tahun 1996, Belgium University Libre De Bruxelles, Belgium tahun 1997.
Strata dua dari Fellowship on IDEAS 2.0, Massacussets Institute of
Technology (MIT) Sloan School of Management Cambridge MA, USA
tahun 2010. Saat ini sedang menyelesaikan Strata tiga di Universitas
Padjajaran Bandung, program studi Doktor Ilmu Administrasi Publik.
Dodi Reza Alex Noerdin merupakan Bupati terpilih Kabupaten Musi
Banyuasin pada pilkada serentak tahun 2017. Pasangan calon wakil
Gubernur Dodi Reza Alex Noerdin adalah Giri Ramanda N Kiemas. Lahir
di Jakarta tanggal 1 April 1980. Giri Ramanda N Kiemas menyelesaikan
sekolah di SD St. Maria Fatima-Jakarta Timur, SMP St. Maria Fatima-
Jakarta Timur, SMA Negeri 2 Jakarta. Strata satu dari Universitas
Indonesia Fakultas Ekonomi tahun 2004 dan strata dua dari Magister
Manajemen Universitas Sriwijaya tahun 2010. Giri Ramanda N. Kiemas
saat ini adalah anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan periode 2014-
2019.
4.3.2. Profil Partai Politik Pengusung
Partai politik di DPRD Provinsi Sumatera Selatan dikuasai oleh 11 partai.
Total jumlah keanggotaan DPRD Provinsi Sumatera Selatan adalah 75
kursi. Perolehan kursi terbanyak oleh PDIP sebanyak 13 kursi. Kursi
88
paling sedikit dimiliki oleh Partai Persatuan Pembangunan dan Partai
Bulan Bintang sebanyak 2 kursi. Berikut ini merupakan tabel jumlah
keanggotaan di DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 3. Komposisi Keanggotaan DPRD Provinsi Sumatera SelatanBerdasarkan Partai
Sumber : KPU Provinsi Sumatera Selatan 2018
Syarat pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah melalui parpol
adalah parpol atau gabungan parpol dapat mendaftarkan pasangan calon
jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari jumlah kursi DPRD atau 25% (dua puluh lima persen) dari
akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di
daerah yang bersangkutan. Berdasarkan 20% jumlah kursi di DPRD
Provinsi Sumatera Selatan, setiap orang berhak mencalonkan diri menjadi
gubernur Sumatera Selatan melalui parpol dengan didukung oleh minimal
15 kursi.
Pasangan calon nomor urut satu diusung oleh tiga parpol yaitu Partai Hati
Nurani Rakyat (Hanura), Partai Nasdem, dan Partai Amanat Nasional
No Partai Keanggotaan1 PDI Perjuangan 132 Partai Demokrat 113 Partai Golkar 104 Partai Gerindra 105 PAN 66 PKB 67 Partai Hanura 58 Partai Nasdem 59 PKS 510 PPP 211 PBB 2
Total 75
89
(PAN). Masing masing kursi berjumlah lima kursi, lima kursi, dan enam
kursi. Total kursi partai pengusung 16 kursi. Ketua Bidang pembinaan
partai Hanura untuk wilayah Sumatera Selatan adalah Fauzi H. Amro.
Ketua DPD Nasdem untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah Ir. H.
Syahrial Oesman. Ketua DPD PAN adalah Iskandar, SE.
Pasangan nomor urut dua yaitu Saifuddin Aswari Rivai berpasangan
dengan Irwansyah diusung oleh dua parpol yaitu Gerindra dengan 10 kursi
dan PKS dengan 5 kursi. Total keanggotaan partai pengusung adalah lima
belas kursi. Saifuddin Aswari Rivai merupakan ketua DPD Gerindra
Sumatera Selatan. Ketua umum dewan pengurus wilayah PKS Sumatera
Selatan adalah Erza Saladin, ST.
Pasangan nomor urut tiga yaitu Ishak Mekki dan Yudha Pratomo.
Pasangan ini diusung oleh tiga partai yaitu Partai Demokrat, PBB, dan
PPP. Jumlah kursi yang dimiliki ketiga partai ini Partai Demokrat 11 kursi,
PBB 2 kursi, dan PPP 2 kursi. Jumlah keanggotaan partai pengusung
adalah lima belas kursi. Ketua DPD partai Demokrat Sumatera Selatan
sendiri dijabat oleh Ishak Mekki. Pimpinan wilayah Sumatera Selatan PBB
adalah Ir. Armansyah, MM. Ketua Bidang pemenangan Pemilu wilayah
Lampung, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu adalah H. Ihsan
Nahromi, Lc., MA.
90
Pasangan nomor urut empat adalah Dodi Reza Alex Noerdin dan Giri
Ramanda N. Kiemas. Pasangan ini diusung oleh tiga partai yaitu Partai
Golkar, PDIP, dan PKB dengan keanggotaan masing-masing 10 kursi, 13
kursi, dan 6 kursi. Total keseluruhan adalah 29 kursi. Partai Golkar
Sumatera Selatan diketuai oleh H. Alex Noerdin. Ketua DPD PDIP
Sumatera Selatan adalah H.M. Giri Ramanda N. Kiemas, SE., MM. Ketua
dewan Syura PKB Sumatera Selatan adalah KH. Priyanto Chaerudin, SE.
4.3.3. Hasil Pemilihan dan Partisipasi Pemilih per Kabupaten/Kota diSumatera Selatan
Berdasarkan hasil penghitungan dan rekapitulasi suara yang dilakukan
mulai dari TPS sampai pada tingkat KPU Provinsi Sumatera Selatan
menunjukkan pasangan urut nomor 1 dengan calon gubernur dan wakil
Gubernur Herman Deru dan Mawardi Yahya memenangkan pemilihan
dengan memperoleh 1.394.438 suara dari total 3.572.723 pengguna hak
pilih atau berhasil memperoleh 35,96% suara. Peringkat kedua diperoleh
pasangan nomor urut 4 yaitu Dodi Reza Alex Noerdin dan Giri Ramanda
N. Kiemas dengan 3.877.626 suara atau 30,96%. Peringkat tiga adalah
pasangan nomor urut 3 yaitu Ishak Mekki dan Yudha Pratomo dengan
839.743 suara atau 21,66%. Peringkat 4 yaitu pasangan Saifudin Aswari
Rivai dan Irwansyah sebanyak 442.820 suara atau11,42%.
Angka partisipasi pemilih dalam pilgub Sumatera Selatan 2018 sebanyak
69,20%. Jumlah pengguna hak pilih keseluruhan dalam pilgub Sumatera
91
Selatan 2018 sebanyak 4.010.698 pemilih dari 5.795.554 data pemilih.
Data pemilih merupakan data keseluruhan dari data DPT, daftar pemilih
pindahan dan daftar pemilih tambahan. Berikut ini partisipasi pemilih
pilgub Sumatera Selatan 2018.
Tabel 4. Prosentase Partisipasi Pemilih per Kabupaten/Kota PemilihanGubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2018
Sumber : KPU Provinsi Sumatera Selatan 2018
Berdasarkan data tabel, total partisipasi pemilih di Sumatera Selatan
sebanyak 69,20%. Ada satu Kota dan satu Kabupaten dimana partisipasi
pemilihnya melebihi target nasional 77,5%. Adalah Kota Pagar Alam
dengan jumlah partisipasi pemilih 82,35% dan Kabupaten OKU Timur
dengan 77,61%. Kabupaten Musi Rawas berada pada peringkat 16 dari 17
Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan dengan jumlah partisipasi pemilih
sebesar 59,60%.
NO KABUPATEN PEMILIHPENGGUNA HAK
PILIH% PARTPEMILIH
1 Banyuasin 583.187 405.815 69,592 Empat Lawang 201.106 139.468 69,353 Lubuklinggau 161.039 114.798 71,294 Pagar Alam 104.957 86.435 82,355 Palembang 1.168.254 782.992 67,026 Prabumulih 130.219 96.727 74,287 Lahat 300.296 220.399 73,398 Muara Enim 412.499 300.835 72,939 Musi Banyuasin 437.439 275.863 63,0610 Musi Rawas 280.784 167.350 59,6011 Musi Rawas Utara 144.093 79.045 54,8612 Ogan Ilir 284.248 192.343 67,6713 OKI 499.238 374.688 75,0514 OKU 250.438 163.596 65,3215 OKU Selatan 255.347 172.369 67,5016 OKU Timur 459.588 356.666 77,6117 PALI 122.822 81.309 66,20
Jumlah 5.795.554 4.010.698 69,20
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Musi Rawas,
kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan partisipasi pemilih di Kabupaten
Musi Rawas dilihat dari pendekatan sosiologis disebabkan aktivitas ekonomi.
Secara psikologis disebabkan sikap apatis dan masyarakat kecewa terhadap
pasangan calon pada pemilihan sebelumnya. Berdasarkan pendekatan
rasional disebabkan calon yang akan dipilih tidak dikenal, selain itu adanya
pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan daftar pemilih yang tidak akurat.
2. Strategi KPU Kabupaten Musi Rawas dalam meningkatkan partisipasi pemilih
di Kabupaten Musi Rawas: dimensi peluang dimana KPU Provinsi Sumatera
Selatan memfasilitasi debat, bahan kampanye, dan alat peraga kampanye.
KPU Kabupaten Musi Rawas menghimbau PPK dan PPS untuk diteruskan ke
jajaran dibawahnya supaya masyarakat tidak golput dan datang ke TPS.
Dimensi ancaman berupa kampanye negatif dan kampanye hitam dilakukan
melalui strategi pendidikan pemilih dengan mobilisasi sosial. Sosialisasi
merupakan dimensi kekuatan yang dimiliki KPU karena sudah terencana,
152
tersusun, dan sudah dianggarkan. Strategi kedua dari dimensi internal adalah
kelemahan. Luas Kabupaten Musi Rawas dengan 18,13% adalah hutan darat
dan 31,38% adalah semak belukar merupakan kelemahan KPU Kabupaten
Musi Rawas. Hal menyebabkan meningkatnya biaya transportasi padahal
dalam penganggaran setiap wilayah memiliki besaran anggaran transportasi
yang sama. Upaya mengatasi kelemahan akibat luasnya wilayah dan
terbatasnya anggaran dilakukan melalui pemberian spanduk untuk masing-
masing kelurahan/desa dan usulan dana bantuan anggaran untuk sewa
kendaraan ke pemerintah Kabupaten Musi Rawas. Dimensi pemanfaatan
sumber-sumber daya dilakukan melalui penguatan kelembagaan KPU dan
penyelenggara adhoc, pengadaan bimtek, koordinasi rutin antara komisioner
dan sekretariat, dan berkoordinasi dengan KPU Provinsi Sumatera Selatan.
Dimensi pemanfaatan sumber daya teknologi informasi dilakukan dengan
menambah sarana dan prasarana, rumah pintar pemilu, dan laman di media
sosial.
Jumlah partisipasi pemilih pilgub Sumatera Selatan yang dilaksanakan tanggal
27 Juni 2018 untuk Kabupaten Musi Rawas sebesar 59,60%. Pada pilkada
serentak 2015, jumlah partisipasi pemilih pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Musi Rawas mencapai 62,93%. Data ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan kembali partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas. Angka ini
menunjukkan bahwa strategi yang digunakan KPU Kabupaten Musi Rawas
153
belum berhasil meningkatkan partisipasi pemilih pada pilgub Sumatera
Selatan 2018.
3. Kebijakan yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Musi Rawas untuk
mengatasi penurunan partisipasi pemilih di Kabupaten Musi Rawas untuk
pilgub 2018 dan pemilu 2019 adalah kebijakan sosialisasi berbasis keluarga.
Sosialisasi ditekankan secara internal keluarga untuk memberi informasi,
mengajak istri/suami, anak, ayah, ibu, serta keluarga terdekat untuk
berpartisipasi dalam pemilihan.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :
1. Angka partisipasi pemilih pada pilgub 2018 yang dilaksanakan pada 27 Juni
2018 sebesar 59,60%. Hal ini menunjukkan strategi KPU Kabupaten Musi
Rawas belum berhasil meningkatkan partisipasi pemilih pada pilgub 2018.
Diperlukan alternatif strategi lain guna mengatasi penurunan partisipasi
pemilih di Kabupaten Musi Rawas. Alternatif strategi yang dapat
diketengahkan yaitu sosialisasi akbar, hari pencoblosan di hari Minggu,
pemilihan duta kampus dan pemberian beasiswa, pemetaan wilayah dengan
partisipasi rendah, dan optimalisasi kerja KPPS.
2. KPU perlu menggunakan strategi membangun jaringan dengan perguruan
tinggi, LSM, media massa, lembaga survey, dan pemimpin agama. Strategi ini
dapat menjadi sarana sosialisasi dan perpanjangan tangan KPU dalam hal
penyampaian informasi kepemiluan.
154
3. KPU RI sebaiknya dapat menambahkan tugas meningkatkan partisipasi
pemilih untuk penyelenggara pemilihan baik KPU dan adhoc diwilayah
masing-masing. Tugas tersebut diatur secara tertulis dalam peraturan KPU.
Tujuannya adalah memberikan tanggung jawab kepada penyelenggara
pemilihan bahwa partisipasi pemilih yang tinggi merupakan salah satu
tanggung jawab sebagai penyelenggara dan indikator kesuksesan sebuah
pemilihan.
4. KPU RI dapat memberikan reward kepada KPU Provinsi dan KPU
kabupaten/kota yang telah berhasil mencapai target partisipasi pemilih
nasional. Reward dapat berupa pemberian kendaraan roda dua untuk
menambah motivasi dan memperlancar aktivitas penyelenggara pemilu.
5. Perlunya kerjasama antara KPU Kabupaten Musi Rawas dan pemerintah
daerah. Kerjasama berbentuk bantuan dari pemerintah daerah ke KPU guna
mempermudah akses ke daerah yang sulit dijangkau. Bantuan berupa
anggaran sewa mobil atau bantuan unit mobil itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU DAN JURNAL
Andila, R.Y. 2017. Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam mengurangi angkaGolput (studi pemilihan walikota dan wakil walikota BandarLampung Tahun 2015). Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Andriyus, S.Sos., M.Si. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasipolitik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di kecamatanSengingi Hilir Kabupaten Kuantan Sengingi dalam Jurnal Kajian IlmuPemerintahan. JKP Volume 2 Nomor 2 September 2013.
Arifin, A. 2013. Perspektif Ilmu Politik. Jakarta: Pustaka Indonesia.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi Revisi IV.Jakarta: Rineka Cipta.
Asfar, M. 2006. Pemilu dan Perilaku Pemilih 1955-2004. Jakarta: PustakaEureka.
Cholisin, dan Nasiwan. 2012. Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ombak.
Firmansyah, R dan Harmanto. 2015. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah(KPUD) dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalampilkada 2013 kota Mojokerto dalam Jurnal Kajian Moral danKewarganegaraan Volume 1 nomor 4 tahun 2015.
Firmanzah, 2008. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning IdeologiPolitik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gleko, Petrus dan Agung S. 2017. Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam upayameningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umumkepala daerah dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 6 No. 1 (2017).
Haryono, D, dkk. 2016. Strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilihpada pemilihan walikota dan wakil walikota Samarinda tahun 2015dalam eJournal Administrative Reform, ISSN 2338-7637, Volume 4,Nomor 2.
Hendrik, D. 2010. Variabel-variabel yang mempengaruhi rendahnya partisipasipolitik masyarakat dalam pilkada walikota dan wakil walikota Padangtahun 2008 dalam Jurnal Demokrasi Vol. IX No. 2.
Huntington P, S. 1991. Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Grafiti.
Husein, H. 2014. Pemilu Indonesia, Fakta, Angka, Analisis dan Studi Banding.Jakarta: Perludem.
Jurdi, F. 2014. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Koentjaraningrat. 1982. Aspek Manusia dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta:PT Gramedia.
Mariana, D dan Caroline P. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marwiyah, S. 2016. Golput dalam pemilukada serentak dalam Jurnal Etika &Pemilu : Evaluasi & Proyek Pemilu Demokratis. Vol. 2, Nomor 4.ISSN 2460-0911.
Miles, B.M dan Huberman, A.M. 2011. Analisa Data Kualitatif. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Muldjono, D. 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.Yogyakarta: CV. Andi Offsett.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GajahMada University Press.
Nurhasim, Moch. 2016. Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014: Studi penjajakandalam jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. ISBN:9789793384832 LIPI-16015 4 Oktober 2016.
Nursal, A. 2004. Political Marketing (Strategi Memenangkan Pemilu SebuahPendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden).Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, R. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi danPengendalian Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Prasetyoningsih, N. 2014. Dampak pemilihan umum serentak bagi pembangunandemokrasi indonesia dalam Jurnal Media Hukum. Volume 21.
Rahman HI, A. 2007. Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Reynolds, A dkk. 2005. Desain Sistem Pemilu : Buku Panduan Baru InternationalIDEA. Jakarta: Perludem.
Rizkiyansyah, FK. 2007. Mengawal Pemilu Menatap Demokrasi. Bogor:Penerbit Buku Ilmiah Populer.
Rozitra, D. 2017. Evaluasi implementasi Sistem Informasi Manajemen dalampemutakhiran data pemilih (studi pada pemilihan anggota DPR,DPD, dan DPRD tahun 2014 oleh KPU Kota Palembang).Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Sastroatmodjo, S. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sendhikasari, D.D. Partisipasi Pemilih menjelang pemilu 2014 dalam Jurnal InfoSingkat Pemerintahan dalam Negeri Vol. V, No.18/II/P3DI/September/2013.
Sinaga, R.S. 2012. Pengantar Ilmu Politik Kerangka Berfikir dalam Dimensi Arts,Praxis, & Policy. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Singarimbun, M dan Sofyan E. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Sitepu, A.P. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soebagio, H. 2008. Implikasi golongan putih dalam perspektif pembangunandemokrasi di Indonesia dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora,Vol. 12, No. 2, Desember.
Soedarsono. 2005. Mahkamah Konstitusi Pegawai Demokrasi. Jakarta: UI Press.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Elfabeta
Suharizal. 2011. Pemilukada, Regulasi, Dinamika, dan konsep mendatang.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Surbakti, R. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia.
Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta: FISIP Universitas Prof.Dr. Moestopo Beragama.
Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik Pengantar Proses BerpikirStrategik. Jakarta: Binarupa Aksara
Whelen, Thomas L dan J. David Hunger. 2012. Strategic Management andBusiness Policy. USA: Pearson Education Inc.
Zaman, Rambe Kamarul. 2016. Perjalanan Panjang Pilkada Serentak. Jakarta:PT. Mizan Publika.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Staf Pelaksana padaSekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat KomisiPemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan UmumKabupaten/Kota.
C. SUMBER LAIN :
http://ppid.bawaslu.go.id/sites/default/files/dokumen%20berkala/Laporan%20IKP%202015.pdf diakses tanggal 8 Desember 2017
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/Rekomendasi%20Workshop-Mendorong%20Partisipasi%20Masyarakat%20dalam%20Pemilu%202014%20-%20Edited.pdf diakses tanggal 20 Februari 2018
https://nasional.tempo.co/read/1040265/target-jumlah-pemilih-naik-kpu-usahakan-ini-untuk-pilkada-2018 diakses tanggal 19 Januari 2018