step by step tugas besar rekpon

Upload: hawinwidyo

Post on 06-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Step by Step Tugas Besar Rekpon

TRANSCRIPT

  • created by [email protected]

    1. PERANCANGAN STRUKTURAL DINDING PENAHAN TANAH

    1.1. Perancangan Berdasarkan Bentuk

    Estimasi dimensi dinding penahan tanah yang digunakan ini hanya berdasarkan pengalaman.

    Dimensi yang tercantum hanya sebagai petunjuk awal dalam langkah perancangan.

    a. Dinding Gravitasi

    Pada dinding gravitasi, resultan gaya terletak pada bagian tengah sejarak sepertiga lebar

    atau e < B/6 (eksentrisitas dihitung dari pusat fondasi). Tebal puncak dibuat antara

    0,30 - H/12 meter

    b. Dinding kantilever

    Pada dinding kantilever, resultan gaya terletak pada e < B/6. Bila resultan beban jatuh

    di luar daerah tersebut, tekanan fondasi menjadi terlalu besar dan hanya sebagian luasan

    fondasi yang mendukung beban. Tebal puncak minimum 0,20 meter.

    H/8 - H/6

    B = 0,5 - 0,7 H

    D

    0,3 m - H/12

    D/2 - D

    H

    Kemiringan dinding depanminimum 1:50

    H/12 - H/10

    B = 0,4 - 0,7 H

    D

    min 0,2 m

    B/3

    H

    Kemiringan dinding depanminimum 1:50

  • created by [email protected]

    c. Dinding Counterfourt

    Umumnya digunakan jika H > 6 meter. Jarak counterfourt ditentukan dengan cara trial error

    dan yang paling ekonomis berkisar antara 0,4 - 0,7 H. Tebal puncak dapat dibuat sekitar

    0,20 - 0,30 meter.

    (Sumber: Teknik Pondasi 1, HCH; 404 - 405)

    2. TEKANAN TANAH LATERAL

    2.1. Teori Rankine

    Asumsi teori Rankine

    a. Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen tanah dalam

    kondisi tepat akan runtuh.

    b. Tanah urug tidak berkohesi (c = 0).

    c. Gesekan antara dinding dan tanah urug diabaikan atau permukaan dinding dianggap licin

    sempurna.

    2.2. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Tak Kohesif (c = 0)

    a. Tekanan Tanah Aktif

    Tekanan tanah aktif dirumuskan

    Pa = Ka.z. dengan:

    Ka = tg 2 (45- /2)sehingga tekanan tanah total tanah setinggi h dapat dinyatakan:

    Pa = 0,5.H 2 . . Kadengan titik tangkap gaya pada H/3

    B

    D

    D

    0,2 - 0,3 m

    B = 0,4 - 0,7 mD = H/14 - H/12

    min 0,2 m

    0,3 - 0,6 H

    Kemiringan 1:50

  • created by [email protected]

    Penggambaran diagram tekanan tanah aktif Rankine

    b. Tekanan Tanah Pasif

    Tekanan tanah pasif dirumuskan

    Pp = Kp.z. dengan:

    Kp = tg 2 (45+ /2)sehingga tekanan tanah total tanah setinggi h dapat dinyatakan:

    Pp = 0,5.H 2 . . Kpdengan titik tangkap gaya pada H/3

    Penggambaran diagram tekanan tanah aktif dan pasif Rankine

    (Sumber: Teknik Pondasi 1, HCH; 365 - 372)

    m.a.t

    Tanah 1 (Pasir)1 ; 1 ; Ka1c1 = 0

    Tanah 2 (Pasir)2 ; 2 ; Ka2c2 = 0

    h1

    h2

    H

    Pa1Pa2

    Pa3 Pa4Pa5 Pw

    q

    m.a.t

    Tanah 1 (Pasir)1 ; 1 ; Ka1c1 = 0

    Tanah 2 (Pasir)2 ; 2 ; Ka2c2 = 0

    h1

    h2

    H

    Pa1Pa2

    Pa3 Pa4Pa5 PwPp1

    m.a.t

    Tanah 3 (Pasir)3 ; 3 ; Kpc3 = 0

    Pw

  • created by [email protected]

    2.2. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Kohesif

    a. Tekanan Tanah Aktif

    Bila tanah memiliki kohesi dan sudut gesek dalam (c > 0 dan > 0), maka tekanan tanah aktif menjadi:

    Pa = Ka.z. - 2c KaKarena adanya perlawanan akibat kohesi, terdapat kemungkinan Pa bernilai negatif akibat gaya tarik

    yang bekerja pada tanah dan tanah mengalami retak-ratak setinggi kedalaman kritis hc,

    Ketinggian hc dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

    hc = 2c/ KaPada permukaan tanah, dimana ketinggian H=0, nilai Pa akan sama dengan:

    Pa = -2c Ka

    Sehingga tekanan aktif tanah total menjadi:

    Pa = 0,5.H 2 . .Kp- 2c.H Kadengan titik tangkap gaya pada 1/3 (H-hc)

    Penggambaran diagram tekanan tanah aktif Rankine

    Tanah ; Ka > 0c > 0

    H

    hc

    -2cKa

    H Ka

    13 (H-hc)

    H Ka-2cKa

    hc = 2c/( Ka)

    -2cKa

    0,5 H Ka - 2c H Ka

  • created by [email protected]

    b. Tekanan Tanah Pasif

    Pp = Kp.z. + 2c KpPada permukaan tanah, dimana ketinggian H=0, nilai Pp akan sama dengan:

    Pp = 2c Kp

    Sehingga tekanan pasif tanah total menjadi:

    Pa = 0,5.H 2 . .Kp + 2c.H Kp

    Penggambaran diagram tekanan tanah pasif Rankine

    (Sumber: Teknik Pondasi 1, HCH; 373 - 375)

    2. STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH

    2.1. Stabilitas terhadap penggeseran

    Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh:

    1. Gesekan antara tanah dengan dasar fondasi

    2. Tekana tanah pasif bila di depan dinding penahan terdapat tanah timbunan

    Faktor aman terhadap penggeseran (F gs ) didefinisikan sebagai:

    F gs = R h / P h 1,5

    Untuk tanah granuler, dimana c = 0, maka;

    R h = W.f = W.tg b ; dengan b

    Untuk tanah kohesif dimana = 0, maka;

    R h = c a .B

    Untuk tanah c - dimana > 0 dan c > 0, maka;

    R h = c a .B + W.tg b

    Tanah ; Ka > 0c > 0

    H

    2cKp

    2c H Kp

    0,5H Kp

    H Kp

  • created by [email protected]

    dengan:

    Rh = Tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran

    W = Berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat fondasi

    b = Sudut gesek antara tanah dan dasar fondasi, biasanya diambil antara 1/3 - 2/3

    c a = a d x c = adhesi antara tanah dengan dasar dinding

    c = kohesi tanah dasar

    a d = faktor adhesi

    B = lebar fondasi (dalam meter)

    P h = jumlah gaya-gaya horisontal

    f = tg b = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar fondasi

    Disarankan:

    F gs 1,5 untuk tanah dasar granuler

    F gs 2 untuk tanah dasar kohesif

    Tabel koef. Gesek (f) antara dasar fondasi dan tanah dasar

    Tanah granuler kasar tak mengandung lanau atau lemp

    Tanah granuler kasar mengandung lanau

    Tanah lanau tak berkohesi

    Batu keras permukaan kasar 0.60

    Jenis tanah dasar fondasi f = tg

    0.55

    0.45

    0.35

  • created by [email protected]

    jika tanah fondasi sangat kasar seperti beton yang dicor langsung ke tanah, koefisien gesek

    f = tg b = tg , dengan adalah sudut gesek dalam tanah dasar

    Koefisien gesek antara pasir dan tanah di bawahny (f) dapat diambil 0,35 (Terzaghi dan Peck; 1948)

    Tetapi jika kuat geser tak terdrainasi (undrained strength) dari lapisan lunaknya lebih kecil dari tanah

    dasar fondasi, penggeseran akan terjadi pada tanah lunak di bawah dasar fondasi, sehingga nilai

    adhesi antara dasar fondasi dan tanah di bawahnya dianggap sama dengan nilai kohesi tanah (c), dan

    sudut gesek dalam ( ) dianggap sama dengan nol

    2.2. Stabilitas terhadap penggulingan

    Tekanan tanah lateral akibat tanah urug di belakang fondasi cenderung menggulingkan dinding. Momen

    penggulingan akan dilawan oleh momen akibat berat fondasi sendiri serta momen akibat berat tanah

    di atas pelat fondasi.

    Faktor aman akibat penggulingan (F gl ) didefinisikan sebagai:

    F gl = M w / M gl dengan:

    M w = Wb1

    M gl = P ah .h 1 + P av .B

    M w = momen yang melawan penggulingan

    M gl = momen yang mengakibatkan penggulingan

    W = berat tanah di atas pelat fondasi + berat sendiri dinding penahan

    B = lebar kaki dinding penahan

    P ah = jumlah gaya-gaya horisontal

    P av = jumlah gaya-gaya vertikal

    Disarankan:

    F gl 1,5 untuk tanah dasar granuler

    F gl 2 untuk tanah dasar kohesif

  • created by [email protected]

    3. FONDASI TIANG

    3.1. Hitungan kapasitas tiang cara statis

    Rumus Umum: Qu = Qb + Qs - Wp

    Rumus umum Tahanan ujung ultimit (dari persamaan fondasi dangkal)

    qu = Qb/Ab = cb.Nc + Pb.Nq + 0,5.y.d.Ny dimana d adalah diameter tiang

    Tahanan ujung ultimit Qb:

    Qb = Ab (cb.Nc + pb.Nq + 0,5.y.d.Ny)

    Tahanan gesek dinding tiang dari teori coulomb:

    d = Qs/As = cd + Kd.Po tg d dengan d adalah sudut gesek antara dinding tiang dan tanah

    Qs = As (cd + Kd.Po tg d)

    Persamaan umum kapasitas ultimit tiang tunggal dengan = d

    Qu = Ab (cb.Nc + Pb.Nq + 0,5.y.d.Ny) + As ( cd + Kd.Po tg )

    3.2. Kapasitas Tiang dalam Tanah Granuler

    Karena nilai kohesi c = 0 , maka suku persamaan cb.Nc = nol dan 0,5. . d. dapat diabaikan, sehingga

    besarnya tahanan ujung ultimit dapat dirumuskan:

    Qb = Ab.Pb'.Nq

    dengan:

    Qb = Tahanan ujung ultimit

    Qs = Tahanan gesek dinding ultimit

    Ab = Luas penampang ujung tiang

    Pb' = Tekanan vertikal efektif tanah pada dasar tiang. Bila panjang tiang > kedalaman kritis Zc,

    maka Pb' diambil sama dengan tekanan vertikal efektif pada kedalaman Zc.

    Kedalaman kritis Zc kira-kira 10 - 20d, dan biasanya diambil sebesar 15d (diameter tiang)

    Nq = Faktor kapasitas dukung

  • created by [email protected]

    dan besarnya tahanan gesek dinding ultimit dapat dirumuskan:

    Qs = As.Kd.Po'.tg

    dengan:

    Kd = Koefisien tekanan tanah yang tergantung dari kondisi tanah

    = d' = sudut gesek dinding efektif antara dinding tiang dan tanah

    As = luas selimut tiang

    Po' = tekanan vertikal efektif rata-rata di sepanjang tiang yang besarnya sama dengan tekanan

    overburden efektif untuk Z Zc, dan sama dengan besarnya tekanan vertikal kritis untuk

    Z > Zc

    Z = kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah

    Zc = kedalaman kritis

    Nilai Kd menurut Brom 1965 (Tekpon 2 ; HCH.85)

    Tabel hubungan tahanan kerucut statis qc dan Kd

    Sehingga kapasitas ultimit tiang pada tanah granuler dapat dirumuskan:

    Qu = Ab.Pb'.Nq + As.Kd.Po'tg - Wp

    Untuk tiang pancang, tahanan ujung ditentukan dengan memperhatikan nilai di bawah ujung tiang.

    Nilai Nq ditentukan dengan mengambil sudut gesek pada akhir pemancangan (yang digunakan dalam

    hitungan kapasitas ) yang disarankan oleh Kishida (1967), yaitu:

    = 1/2 ( ' + 40 )

    Tinggi

    0 - 50 28 - 30

    50 - 100 30 - 36

    > 100 > 36

    Rendah

    Sedang

    Beton

    kayu

    Kd disesuaikan dengan kerapatan relatif (Dr)

    qc (kg/cm 2 ) '

    1.00 2.00

    1.50 4.00

    Bahan Tiang

    Baja

    Kd

    Pasir tak padat Pasir padat

    0.50 1.00 Kd tg akan bernilai bekisar 0,3 untuk pasir longgar, dan 1 untuk pasir padat

  • created by [email protected]

    Dalam hitungan tahanan gesek tiang, nilai sudut gesek dalam disepanjang tiang yang dipakai untuk

    menentukan nilai Kd tg dan Zc/d dilakukan dengan mengambil sudut gesek dalam untuk perancangan:

    = 3/4 ' + 10

    Untuk tiang bor, penentuan Nq dan Zc/d disarankan mengambil:

    = ' - 3

    3.2. Kapasitas Tiang dalam Tanah Kohesif (Analisis & Perancangan Fondasi II; HCH.135)

    Bila tiang terletak dalam tanah lempung, umumnya kapasitas dukung dihitung alam kondisi tak terdrainase.

    Bila lempung dalam kondisi jenuh, maka u = o, sehingga nilai =0. karena u = 0, maka Nq = 1 dan Ny = 0

    dan persamaan tahanan ujung ultimit menjadi:

    Qb = Ab.cb.Nc + Pb

    dengan:

    Ab = Luas penampang ujung bawah

    cb = kohesi pada kondisi tak terdrainase (undrained) tanah yang terletak di bawah ujung tiang yang

    nilainya diambil dari undisturbed sample

    Nc = Faktor kapasitas dukung

    Pb = Tekanan overburden ujung bawah tiang

    Nc diambil = 9 (Skempton; 1959), jika rasio kedalaman tiang dengan diameter > 5

    Untuk tahanan gesek tiang pada tanah lempung, ada beberapa metode yang dapat digunakan.

  • created by [email protected]

    3.2.1. Metode

    Metode ini digunakan untuk tanah lempung dalam keadaan tidak jenuh. Faktor adhesi dapat diperoleh

    dengan menggunakan grafik di bawah ini:

    faktor adhesi ( ) untuk tiang pancang dalam lempung (McClelland, 1974)

    Dengan metode , besarnya tahanan gesek tiang pancang dirumuskan:

    Qs = As. .Cu

    dengan:

    As = Luas selimut tiang

    = Faktor adhesi

    Cu = Kohesi tak terdrainase

  • created by [email protected]

    Tomlinson (1977) menyarankan hubungan faktor adhesi dan kohesi dengan memperhatikan bentuk

    lapisan tanah seperti yang terlihat pada gambar berikut:

    Hubungan antara faktor adhesi dan kohesi untuk tiang pancang dalam

    tanah lempung (Tomlinson, 1977)

  • created by [email protected]

    3.2.2. Metode

    Metode ini biasanya digunakan untuk mengestimasi tahanan gesek tiang pada struktur lepas pantai.

    Besarnya tahanan gesek tiang pancang dirumuskan:

    Qs = As. .(Po' + 2Cu)

    dengan:

    As = Luas selimut tiang

    = Koefisien tak berdimensi

    Po' = Tegangan overburden efektif rata-rata yang diambil dari ujung tiang bawah

    sampai ke permukaan tanah.

    Cu = Kohesi tak terdrainase rat-rata di sepanjang tiang.

    Hubungan antara koefisien gesek dinding ( ) dengan kedalaman penetrasi tiang

    (Vijayverhiya dan Focht, 1972)

  • created by [email protected]

    Kraft et al (1981) mengusulkan cara untuk mendapatkan nilai dengan persamaan:

    1. Untuk tanah normally consolidated

    = 0,178 - 0,016 ln ( 3 )

    2. Untuk tanah overconsolidated

    = 0,232- 0,032 ln ( 3 )

    3 = ( . d.f max .Le2 )/AEU

    dengan:

    = Koefisien yang merupakan fungsi dari penetrasi tiang

    f max = gesekan puncak (diambil sama dengan Cu rata-rata)

    Le = Panjang tiang yang berada di dalam tanah

    A = Luas tampang tiang

    E = Modulus Elastisitas bahan tiang

    U = Perpindahan tiang yang dibutuhkan untuk berkembangnya gesekan sisi tiang

    (diambil 0,1" = 0,0025 m)

    Apabila tidak diperoleh data konsolidasi, Kraft et. al menganggap lempung termasuk overconsolidation

    jika Cu/Po 10. nilai terendah = 0,11.

  • created by [email protected]

    3.2.3. Metode

    Metode ini digunakan jika tanah merupakan jenis lempung yang terdrainase serta menggunakan parameter

    tegangan efektif. Pada kondisi terdrainase, adhesi antara tanah dengan dinding tiang menjadio nol,

    sehingga suku persamaan kapasitas dukung Nc dan Ny dapat diabaikan. Dengan demikian, kapasitas ultimit

    tiang dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan:

    Qu = Ab.Pb.Nq' + As.Po'. - W dengan = (1 - sin ') tg '

    dengan:

    Ab = luas penampang ujung bawah (m2)

    Pb = tekanan overburden efektif pada ujung bawah tiang (kN/m2)

    Nq' = faktor kapasitas dukung

    As = luas selimut tiang

    Po' = luas overburden efektif rata-rata di sepanjang tiang (kN/m2)

    Wp = berat sendiri tiang (kN)

    ' = sudut gesek dalam efektif tanah lempung

    Untuk ' antara 20 sampai 30 , nilai b berkisar antara 0,24 sampai 0,29.

  • created by [email protected]

    3.3. Kapasitas Kelompok dan Efisiensi Tiang

    Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor aman terhadap

    keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang dengan

    jarak yang besar, tanah diantara tiang tidak bergerak sama sekali ketika tiang bergerak ke bawah akibat

    beban yang bekerja pada tiang. Namun apabila jarak tiang terlalu dekat, saat tiang turun akibat beban

    yang bekerja, tanah diantara tiang juga akan ikut turun. Pada kondisi seperti ini, kelompok tiang dianggap

    sebagai satu kesatuan besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang

    mendukung beban kelompok ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya disebut sebagai

    keruntuhan blok. Keruntuhan yang demikian dapat terjadi baik pada tiang pancang maupun tiang bor.

    a. Tipe keruntuhan tiang tunggal b. Tipe keruntuhan tiang blok

    Umumnya keruntuhan tiang blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter (s/d) < 2.

    Whitaker (1957) memperlihatkan bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5 d untuk kelompok

    tiang yang berjumlah 3 x 3 dan lebih kecil dari 2,25 d untuk tiang yang berjumlah 9 x 9.

    Untuk kepentingan praktis, biasanya untuk menghindari keruntuhan blok diambil jarak minimum

    s = 3d

    d

    B

  • created by [email protected]

    Untuk menhitung kapasitas tiang yang berkaitan dengan keruntuhan blok, Terzaghi dan Peck (1948)

    mengambil asumsi sebagai berikut:

    1. Pelat penutup tiang (pile cap) sangat kaku

    2. Tanah yang beradadi dalam kelompok tiang - tiang berkelakuan seperti blok padat.

    Dengan asumsi tersebut, kapasitas ultimit tiang dapat dinyatakan dalam persamaan:

    Qg = 2D (B+L) cu + 1,3 cb.Nc.B.L

    dengan,

    Qg = Kapasitas ultiamit tiang kelompok

    c = kohesi tanah di sekeliling kelompok tiang

    cb = kohesi tanah di dasar kelompok tiang

    B = lebar kelompok tiang

    L = panjang kelompok tiang

    D = kedalaman penetrasi tiang

    Nc = faktor kapasitas dukung

    Dalam hitungan kapasitas tiang dipilih hal - hal berikut:

    1. jika kapasitas kelompok tiang (Qg) < n.Qu tiang tunggal, maka yang dipakai adalah Qg

    2. sebaliknya, bila Qg > n.Qu tiang tunggal, maka yang dipakai adalah n.Qu tiang tunggal

    Apabila yang dipakai adalah jumlah tiang kali kapasitas ultimit tiang tunggal, maka rumus kapasitas dukung

    tiang kelompok dinyatakan dalam persamaan berikut:

    Qg = Eg.n.Qu

    dengan Eg = efisiensi tiang yang dinyataka oleh persamaan berikut:

    dimana,

    Qu = kapasitas dukung ultimit tiang tunggal

    n = jumlah tiang dalam kelompok

    Eg = efisiensi kelompok tiang

    m = jumlah baris tiang

    n' = jumlah tiang dalam satu baris

    = arc tg d/s

    s = jarak antar pusat tiang

    d = diameter tiang

    (n' - 1)m + (m- 1)n'Eg = 1 -

    90 m.n'

  • created by [email protected]

    3.4. Perancangan Pile Cap (Poer)

    Dalam perancangan pile cap ( selanjutnya disebut dengan poer), jarak antara tepi poer dengan pusat tiang

    diambil antara 0,5 - 0,75 meter.

    Momen yang bekerja pada tiang (My) dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:

    My = Q 1 .x 1 + Q 2 .x 2 + Q 3 .x 3 + Q 4 .x 4

    dan,

    Qi = V/n (My.xi)/ x 2 (Mx.yi)/ y 2

    dengan,

    Qi = reaksi tiang atau beban aksial tiang ke I (kN)

    V = jumlah gaya vertikal (kN)

    My = e x .V = jumlah momen terhadap sumbu y (kN.m)

    e x = eksentrisitas searah sumbu x (m)

    n = jumlah tiang dalam kelompok

    x i = jarak searah sumbu x dari pusat berat kelompok tiang ke tiang nomer i

    x 2 , y 2 = jumlah kwadrat dari jarak tiap-tiap tiang ke pusat kelompok tiang (m 2 )

    antara 0,50 - 0,75 meter

  • created by [email protected]

    3.5. Kapasitas Tiang dalam Menahan Gaya Tarik ke Atas

    Apabila tiang didesain untuk menahan momen penggulingan, misalnya tiang-tiang untuk fondasi menara

    transmisi, menara air, dermaga dan lain sebagainya, maka perlu diperhitungkan kapasitas tiang dalam

    menahan gaya tarik ke atas.

    Untuk tiang tunggal dalam tanah lempung, tahanan tarik ultimit dapat dinyatakan dalam persamaan:

    Qtr = '.As + Wp atau Qtr = cd.As + Wp

    dengan,

    As = luas selimut tiang (m 2 )

    Wp = berat tiang (kN)

    ' = faktor adhesi, dengan

    ' = 0,9 - 0,00625.cu apabila cu 80 kN/m 2

    ' = 0,4 apabila cu > 80 kN/m 2

    cd = adhesi tanah rata-rata disepanjang tiang, yang diperoleh dari gambar berikut

    Hubungan antara cd/cu dan kuat geser undrained cu pada uji tarik (Sowa, 1970)

    (1 psf = 0,0479 kN/m 2 )

    Untuk tiang pada tanah pasir, kapaistas tarik ultimit dapat dihitung dari jumlah tahanan gesek dinding

    ditambah dengan berat tiang

    Qtr = Qs + W, sehingga

    Qtr total = Qs + a'.As + Wp atau Qtr total = Qs + cd.As + Wp

  • created by [email protected]

    3.6. Tiang Mendukung Beban Lateral

    Dalam pembahasan ini hanya dibahas tiang ujung jepit , dimana tiang pada pile memiliki ujung yang tertanam

    paling sedikit 60 cm. Apabila yang tertanam kurang dari 60 cm, maka tiang dikategorikan dalam tiang ujung

    bebas.

    Untuk menentukan apakah tiang berperilaku seperti tiang panjang (tidak kaku) atau tiang pendek (kaku),

    maka salah satunya perlu diketahui faktor kekakuan tiang, yang dapat ditentukan dengan menghitung

    faktor kekakuan R dan T. Jika tanah berupa lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (stiff over consolidated

    clay), modulus tanah umumnya dapat dianggap konstan di seluruh kedalamannya.

    R = (EI/K) 0,25

    dengan,

    K = kh.d = k 1 /1,5 = modulus tanah

    k 1 = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi

    E = modulus elastisitas tiang

    I = momen inersia tiang

    d = lebar atau diameter tiang

    Nilai-nilai k1 yang disarankan oleh Terzaghi (1955) ditunjukkan dalam tabel berikut.

    Tabel hubungan modulus subgrade (k 1 ) dengan kuat geser undrained untuk lempung kaku

    terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated) (Terzaghi, 1955)

    54 > 108

    2,7 5,4 > 10,8

    3,6 - 7,2 > 7,2

    18 - 36 36 - 72 > 72

    200 - 400 > 400

    1 - 2 2 - 4 > 4

    Sangat Kaku Keras

    k 1 yang direkomendasikan

    MN/m 3

    kg/m 3

    Konsistensi Kaku

    100 - 200

    1,8 - 3,6

    27

    kN/m 2

    kg/cm 2

    k 1

    MN/m 3

    kg/m 3

    Kohesi undrained (cu)

  • created by [email protected]

    Pada kebanyakan lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) dan tanah granuler, modulus

    tanah dapat dianggap bertambah secara linear dengan kedalamannya (atau semakin kebawah semakin

    besar). Faktor kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan (T) dinyatakan oleh persamaan:

    T = (EI/n h )0,2

    dengan modulus tanah,

    K = n h .z

    k h = n h .(z/d) dengan z = L = kedalaman penetrasi tiang

    Tabel nilai-nilai n h untuk tanah granuler (c = 0)

    Tabel nilai-nilai n h untuk tanah kohesif (cPoulos dan Davis 1980)

    Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah dihitung, Tomlinson mengusulkan kriteria tiang kaku

    atau disebut juga tiang pendek dan tiang tidak kaku/elastis (atau tiang panjang) yang dikaitkan dengan

    panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L) seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

    Tabel kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku untuk tiang ujung bebas (Tomlinson 1977)

    L 2T L 2R

    L 4T L 3,5R

    Kaku (ujung bebas)

    Tidak kaku (ujung bebas)

    Tipe tiangModulus tanah (K) bertambah

    dengan kedalaman

    Modulus tanah (K)

    konstan

    8033 - 11080

    Tanah

    Lempung terkonsolidasi

    normal lunak

    Lempung terkonsolidasi

    normal organik

    Loess

    Gambut

    n h (kN/m3 ) Referensi

    Reese dan Matlock (1956)

    Davisson - Prakash (1963)

    Peck - Davissonn (1962)

    Davisson (1970)

    Davisson (1970)

    Wilson dan Hilts (1967)

    Bowles (1968)

    166 - 3518

    277 - 544

    111 - 277

    111 - 831

    16300 34000

    55

    27,7 - 111

    1386 4850 11779

    2425 7275 19400

    300 - 1000 1000 - 2000

    200 600 1500

    Tak padat Sedang Padat

    (Terzaghi) (kN/m 3 )

    n h pasir kering atau lembab (kN/m3 )

    Terzaghi

    Reese dkk

    100 - 300

    5300

    Kerapatan relatif (D r )

    Interval nilai A

    Nilai A dipakai

    n h pasir kering atau lembab

  • created by [email protected]

    a. Dalam Tanah Kohesif

    Untuk tiang ujung jepit berperilaku sebagai tiang pendek, tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral dapat

    dihitung:

    Hu = 9cu.d (L -3d/2) dengan Mmax = Hu (L/2 + 3d/4)

    dimana nilai Hu di plot dalam grafik hubungan L/d di bawah ini

    Apabila Mmax > My, maka tiang termasuk dalam tiang panjang dengan Hu yang dinyatakan oleh persamaan

    berikut:

    2My3d/2 + f/2

    Nilai Hu juga dapat diplot dari grafik dibawah ini,

    Hu =

  • created by [email protected]

    b. Untuk tanah granuler

    Untuk tiang ujung jepit berperilaku sebagai tiang pendek, tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral dapat

    dihitung:

    Hu = (3/2) .d.L 2 .Kp dengan Mmax = .d.L 3 .Kp

    dimana nilai Hu dapat diperoleh dengan plot dalam grafik hubungan L/d di bawah ini

    Apabila Mmax > My, maka tiang termasuk dalam tiang panjang dengan Hu yang dinyatakan oleh persamaan

    berikut:

    2Mye + 2f/3

    Nilai Hu juga dapat diplot dari grafik dibawah ini,

    Hu = dengan My = (1/2) .d.L 3 .Kp - Hu.L

  • created by [email protected]

    3.7. Defleksi Tiang Vertikal (Metode Broms)

    a. Dalam Tanah Kohesif

    Untuk tiang dalam tanah kohesif, defleksi tiang dikaitkan dengan faktor tak berdimensi .L dengan,

    .L = (k h .d/4EI)0,25

    Tiang ujung jepit berkelakuan seperti tiang pendek bila .L < 0,5

    besarnya defleksi dapat dihitung dengan,

    y o = H/k h .d.L

    Tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang bila .L > 1,5

    besarnya defleksi dapat dihitung dengan,

    y o = H. /k h .d.L

    a. Dalam Tanah Granuler

    Untuk tiang dalam tanah granuler, defleksi tiang dikaitkan dengan faktor tak berdimensi .L dengan,

    = (n h /4EI)0,2

    Tiang ujung jepit dianggap berkelakuan seperti tiang pendek bila .L < 2

    besarnya defleksi dapat dihitung dengan,

    y o = 2H/L2 .n h

    Tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang bila .L > 4

    besarnya defleksi dapat dihitung dengan,

    y o = 0,93 H. /(n h )0,6 (EI) 0,4

    Teori