status saksi mahkota optimalisasi ......karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua...

134
i KEJAKSAAN AGUNG PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JAKARTA 2017 OPTIMALISASI PELAKSANAAN EKSEKUSI PIDANA DENDA DIKAITKAN PASAL 102 UNDANG- UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN Disusun Oleh: Tak Sunatri Sri Hastu B. D. Sri Marsita Lasmaida Limbong Fransiska Vera Fernando

Upload: others

Post on 24-Aug-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

i

KEJAKSAAN AGUNGPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

JAKARTA 2017

Loqman, Loebby, Saksi Mahkota, Forum Keadilan, Nomor 11, 1995.

Mulyadi, Lilik, Implikasi Yuridis tentang ‘’Saksi Mahkota’’,diaksesdari http://www.balipost.co.id tanggal 9 Maret 2012.

Nauli, Musri, Issu “Anggie” dari Sudut Hukum Pidana, diakses darimusri-nauli.blogspot.com, tanggal 9 Maret 2012.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:42/PUU-VIII/2010 Tanggal 24September 2010.

Republik Indonesia, Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat, SejarahTNI-AD, 1945-1973 : Perananan TNI-AD MenegakkanNegara Kesatuan RI, Volume 2, Jakarta : Dinas Sejarah Militer.

Setiyono,” Eksistensi Saksi Mahkota Sebagai Alat Bukti DalamPerkara Pidana”, Jurnal Hukum Lex Jurnalica, Vol 5, No. 1,Pusat Pengelola Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia, Esa Unggul,Jakarta, Desember 2007.

Varia Peradilan No 120, September 1995.

——————, Nomor 62, Nopember, 1990.

Widodo Eddyono, Supriyadi, Catatan Kritis Terhadap Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi danKorban, Jakarta: Elsam, September 2006, diaksesdarihttp://perlindungansaksi.files.wordpress.com, tanggal 7 Juni 2012.

106

STATUS SAKSI MAHKOTASTATUS SAKSI MAHKOTASTATUS SAKSI MAHKOTASTATUS SAKSI MAHKOTASTATUS SAKSI MAHKOTADALAM PROSESDALAM PROSESDALAM PROSESDALAM PROSESDALAM PROSES

PERADILAN PIDANAPERADILAN PIDANAPERADILAN PIDANAPERADILAN PIDANAPERADILAN PIDANA

Oleh :

Drs. Nandan IskandarSiti Utari, SH.,MH.

Estiyarso, SH.Hening Hadi Condro, SH.SatriyoWibowo, SH.,LLM.

Imas Sholihah, SH.

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIAPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

JAKARTA 2012

OPTIMALISASI PELAKSANAAN EKSEKUSI PIDANA DENDA

DIKAITKAN PASAL 102 UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004

TENTANG PERIKANANDisusun Oleh:

Tatik Sunatri Sri Hastuti

B. D. Sri MarsitaLasmaida Limbong

Fransiska VeraFernando

Page 2: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

ii

OPTIMALISASI PELAKSANAAN EKSEKUSI PIDANA DENDA DIKAITKAN PASAL 102 UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

Penulis :

Tatik Sunatri Sri Hastuti

B. D. Sri MarsitaLasmaida Limbong

Fransiska VeraFernando

ix + 124 hlm. ; 21 cmISBN 978-602-6532-30-5

Penerbit MISWAR - anggota IKAPI

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis termasuk foto copy, rekaman dan lain-lain tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 3: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

iii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi pidana denda tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Selain itu untuk mengetahui kendala yang dihadapi Kejaksaan dalam melakukan eksekusi tersebut dalam hal terpidana tidak bersedia/ tidak mampu membayar denda, dan upaya apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sifat normatif-empiris. Data diperoleh dengan teknik non probability sampling jenis porpusive terhadap 130 (seratus tigapuluh) responden di 5 (lima) wilayah hukum Kejaksaan Tinggi, yaitu: Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Papua, dengan rincian : 82 (delapan puluh dua) responden dari Kejaksaan, 18 (delapan belas) responden Hakim Perikanan, 18 (delapan belas) responden Penyidik PPNS Kementerian Kelautan dan Perikanan dan 12 (dua belas) responden TNI-AL. Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, pelaksanaan eksekusi pidana denda terhadap tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI (Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004) belum optimal, karena masih memberikan peluang terhadap pelaku untuk terhindar dari sanksi denda, sedangkan Pasal 102 tersebut hanya dapat dikenakan pidana denda. Kendala yang dihadapi jaksa dalam melaksanakan eksekusi pidana denda adalah denda yang tidak dibayarkan akan terdaftar sebagai piutang negara yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kejaksaan dan menjadi tunggakan Kejaksaan dalam pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Upaya untuk mengatasi kendala tersebut adalah pemerintah Indonesia membuat perjanjian bilateral dengan negara-negara lain guna mencegah pencurian ikan di wilayah ZEEI terutama di negara-negara yang mempunyai perbatasan dengan perairan Indonesia, agar pidana penjara dapat diterapkan terhadap tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI.Kata kunci : tindak pidana perikanan, zona ekonomi eksklusif indonesia, pasal 102 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan.

Page 4: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

iv

Abstract

This study aims to determine the implementation of criminal execution of criminal act of fishery crime that occurred in the territory of Exclusive Economic Zone of Indonesia (ZEEI) associated with Article 102 of Law Number 31 Year 2004 concerning fisheries. In addition, to find out the obstacles faced by the Public Prosecution Service in conducting the execution in the event that the convicted person is unwilling / unable to pay the fine, and what efforts should be made to optimize the execution of the criminal penalty is related Article 102 of Law Number 31 Year 2004 concerning fisheries. This research is descriptive with the normative-empirical nature. The data were obtained by using non probability sampling technique for 130 (one hundred and thirty) respondents in 5 (five) jurisdictions of the High Prosecution Service, namely: North Sumatra, North Sulawesi, Riau Islands, West Kalimantan and Papua, with details: 82 (eighty two ) respondents from the Attorney General Office, 18 (eighteen) respondents of Fishery Judge, 18 (eighteen) respondents of PPNS Investigator of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries and 12 (twelve) Navy respondents. The data obtained were analyzed qualitatively. The result of the research shows that the implementation of criminal fine execution of fishery crime in ZEEI region (Article 102 of Law Number 31 Year 2004) is not yet optimal, because it still gives an opportunity to the perpetrator to avoid fines sanction, while Article 102 can only be subject to fine . Constraints faced by prosecutors in executing the fine execution of fines are fines that are not paid will be registered as state receivables that must be accounted for by the Attorney and become arrears delinquent in reporting Non-Tax State Revenues (PNBP). Efforts to overcome these obstacles are the Indonesian government to make bilateral agreements with other countries to prevent theft of fish in the ZEEI region, especially in countries that have borders with Indonesian waters, so that imprisonment can be applied to fishery crimes in the ZEEI region.Keywords: fishery crime, indonesian exclusive economic zone, article 102 of law number 31 year 2004 concerning fisheries.

Page 5: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya maka buku penelitian dengan judul “Optimalisasi Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan” dapat disusun dan diterbitkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Buku penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi pidana denda tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Selain itu untuk mengetahui kendala yang dihadapi Kejaksaan dalam melakukan eksekusi tersebut dalam hal terpidana tidak bersedia/ tidak mampu membayar denda, dan upaya apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Pada kesempatan ini Pusat Litbang Kejaksaan Agung RI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Kejaksaan Tinggi Sulawesi 1. Utara, Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau, Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat, Kejaksaan Tinggi Papua, beserta jajaran Kejaksaan Negeri di wilayah hukum masing-masing Kejaksaan Tinggi yang menjadi lokasi pengambilan sampel penelitian.Semua pihak yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan 2. penelitian dan penerbitan buku penelitian ini.

Akhir kata, semoga buku penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan serta strategi dalam upaya pengoptimalan pelaksanaan eksekusi pidana denda tindak pidana di bidang perikanan di wilayah ZEEI.

Jakarta, Desember 2017TIM PENELITI

Page 6: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

vi

Page 7: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

vii

DAFTAR ISI

Abstrak ................................................................................................Kata Pengantar ..................................................................................Daftar Isi ..............................................................................................Daftar Tabel .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................Latar Belakang A. ..........................................................Permasalahan B. .............................................................Ruang Lingkup Penelitian C. .......................................Tujuan dan Manfaat Penelitian D. ...............................Kerangka Pemikiran E. .................................................Metodologi Penelitian F. ..............................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................Peraturan Perundang-undangan di Bidang A. Perikanan ...................................................................Tindak Pidana di Bidang Perikanan B. ....................Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana C. Perikanan ...................................................................

BAB III PENYAJIAN DATA ......................................................Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak A. Pidana Perikanan Dikaitkan Dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.................................................................Kendala Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 B. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan ....................................................................Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengoptimalkan C. Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

iiiv

vii

116778

10

13

1321

30

39

39

66

Page 8: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

viii

69

72

83

83

107

112

115115118

121

Perikanan ....................................................................Saran Responden untuk Mengoptimalkan D. Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan ....................................................................

BAB IV ANALISIS DATA .........................................................Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak A. Pidana Perikanan Dikaitkan Dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.....................................................................Kendala Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 B. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan ....................................................................Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengoptimalkan C. Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan ....................................................................

BAB V PENUTUP ........................................................................A. Kesimpulan ................................................................B. Saran ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

Page 9: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Efektifitas Berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 ...................................................................

Tabel 2 Jumlah Perkara Tindak Pidana Perikanan di Wilayah ZEEI .............................................................................

Tabel 3 Perjanjian Bilateral Dengan Negara Pelaku Tindak Pidana Perikanan ..........................................................

Tabel 4 Keberadaan Hakim Perikanan Ad Hoc .........................

Tabel 5 Efek Jera Terhadap Penjatuhan Pidana Denda .............

39

45

46

48

64

Page 10: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

x

Page 11: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

1

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangA. Indonesia adalah negara berbentuk republik di Asia Tenggara

yang terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah pulau mencapai 17.508, menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.1

Dalam sejarah perjuangan bangsa, momentum pengukuhan Indonesia sebagai Negara Kepulauan terjadi saat diadakannya Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Usaha tersebut dilanjutkan dengan pengakuan internasional (secara de jure) yang tertuang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS 1982). UNCLOS 1982 mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut.2 Negara peserta UNCLOS 1982 berjumlah 168 negara dan ditanda tangani oleh 157 negara.3

UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi

1 Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Geografi Indonesia, http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia.

2 Preamble UNCLOS 1982, Alinea 1.3 United Nations Treaty Collection, Chapter XXI Law Of The Sea 6. United Nations

Convention On The Law Of The Sea, https://treaties.un.org/pages/ViewDetailsIII.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=XXI-6&chapter=21&Temp=mtdsg3&clang=_en#1.

Page 12: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

2

Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut). Konvensi tersebut meneguhkan posisi Indonesia yang memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia dengan perluasan hak-hak berdaulat atas kekayaan alam di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen.

Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Undang-Undang Perikanan) menyebutkan bahwa Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial indonesia. Jadi luas wilayah laut Indonesia adalah 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif.4

Selanjutnya Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan negara pantai, hak untuk penegakan hukum dan penerapan aturan hukum nasionalnya tentang penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif-nya.5 Konvensi ini juga mensyaratkan apabila ada indikasi melakukan pelanggaran, negara pantai dapat menahan kapal asing tersebut dengan terlebih dahulu menginformasikan kepada negara bendera kapal kemudian menetapkan pembayaran uang jaminan.6 Konvensi Hukum Laut 1982 melarang hukuman penjara terhadap pelanggaran peraturan-peraturan penangkapan ikan.7

Sebagai negara peserta Konvensi ini, maka Indonesia harus mengikuti ketentuan tersebut di atas yang diimplementasikan

4 Ridwan Lasabuda, Tinjauan Teoritis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia, Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013, hal. 92.

5 Pasal 73 Ayat (1) UNCLOS 1982.6 Pasal 73 Ayat (2) UNCLOS 1982.7 Pasal 73 Ayat (3) UNCLOS 1982.

Page 13: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

3

dalam Pasal 102 Undang-Undang Perikanan. Pasal ini menyatakan bahwa ketentuan tentang pidana penjara dalam Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, kecuali telah ada perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara yang bersangkutan. Pasal 5 ayat (1) huruf b mengkhususkan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan di wilayah ZEEI. Selanjutnya Pasal 102 menyebutkan Terpidana tidak dapat dijatuhi pidana penjara, dengan demikian hanya dapat dijatuhi pidana denda8 tanpa dapat diganti dengan pidana kurungan.

Ketentuan ini mendorong pelaku tidak memenuhi kewajibannya membayar denda dimaksud, dan dapat meninggalkan tanggungjawabnya begitu saja terlebih lagi sejak awal penanganan perkara hingga berkekuatan hukum tetap, terhadap pelaku tidak dapat dilakukan upaya paksa berupa penahanan. Hal tersebut menjadi permasalahan dikarenakan keberhasilan penuntut umum membuktikan dakwaannya tidak diikuti dengan kemampuan untuk “memaksa” pelaku melaksanakan pidana denda yang telah dikenai kepadanya.

Disamping itu baik KUHP maupun undang-undang lainnya tidak pernah mengatur upaya paksa dimaksud berupa kewenangan Kejaksaan selaku pelaksana putusan pengadilan pidana untuk melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan terpidana (sita eksekusi) untuk kepentingan pembayaran

8 Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa pidana terdiri atas: pertama, pidana pokok, terdiri dari: pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda; kedua, pidana tambahan, terdiri atas: pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman keputusan hakim. Pidana denda adalah pidana hukuman berupa kewajiban seseorang untuk mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus kesalahannya dengan pembayaran sejumlah uang tertentu. Pidana denda merupakan salah satu pidana yang dapat dijatuhkan. Namun demikian pidana denda kadang tidak menjadi perhatian sebagai mana pidana penjara dan pidana kurungan.

Page 14: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

4

denda tersebut. Tanpa ada kewenangan seperti itu Kejaksaan tidak dapat berbuat apa-apa ketika terpidana menolak untuk membayar, kecuali hanya bertanya kepada terpidana apakah akan membayar denda, walaupun Kejaksaan sendiri mengetahui harta kekayaan terpidana berlimpah ruah dan nilainya cukup tinggi.9

Kondisi ini semakin dilematis, setelah Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. Dalam rumusan hukum kamar pidana angka 3 mengenai perikanan (illegal fishing) menyebutkan bahwa dalam perkara illegal fishing di wilayah ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda. Ketentuan ini menegaskan pidana denda menjadi satu-satunya pidana yang dijatuhkan pada tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI.

Tentunya ketentuan Pasal 102 UUP tersebut membuat tantangan Indonesia sebagai negara kepulauan semakin berat, karena salah satu dampak globalisasi adalah semakin beragamnya modus operandi dari tindak pidana yang tidak lagi mengenai batas negara (borderless) termasuk tindak pidana perikanan yang hingga saat ini kawasan perairan Indonesia masih menjadi target utama para pelaku penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing). Hal ini disebabkan oleh potensi kekayaan laut Indonesia yang dikenal sebagai produsen utama perikanan tangkap dan budidaya. Bahkan, beberapa komoditas unggulan seperti udang, tuna, rumput laut dan kepiting menduduki peringkat teratas dunia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2014 mencatat kerugian negara akibat illegal fishing diperkirakan 101 triliun rupiah per

9 Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan, Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2011, hal. 191.

Page 15: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

5

tahunnya.10

Dari tantangan tersebut, penegakan hukum di bidang kelautan menjadi suatu hal yang strategis, terutama untuk turut serta mendukung pembangunan kelautan itu sendiri. Penegakan hukum di bidang kelautan tersebut, sejalan dengan salah satu agenda prioritas (Nawa Cita) khususnya menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya yang salah satunya memprioritaskan pemberantasan tindakan perikanan liar (illegal fishing). Secara khusus, dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 arah kebijakan pembangunan nasional dalam sektor kemaritiman difokuskan antara lain pada upaya Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar, dengan sasaran yakni peningkatan ketaatan pelaku usaha kelautan dan perikanan serta penurunan kegiatan perikanan liar di wilayah perairan Indonesia.

Namun Pasal 102 Undang-Undang Perikanan memberi celah kepada pelaku pelanggaran illegal fishing untuk terhindar dari sanksi denda. Saat ini para pelaku kejahatan di ZEEI tidak bersedia membayar denda karena denda yang dijatuhkan sangatlah besar, sementara kapalnya sudah dimusnahkan atau dirampas untuk negara. Padahal penjatuhan pidana denda tersebut tidak dapat disertai dengan pidana pengganti berupa kurungan. Kondisi demikian mendorong pelaku tidak memenuhi kewajibannya membayar denda dimaksud dan dapat meinggalkan tanggungjawabnya begitu saja terlebih lagi sejak awal penanganan perkara hingga berkekuatan hukum tetap, terhadap pelaku tidak dapat dilakukan upaya paksa berupa penahanan.

10 Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kerugian Negara Akibat Illegal Fishing 22 September 2015, http://news.kkp.go.id/index.php/kerugian-negara-akibat-illegal-fishing-101-triliun-rupiah.

Page 16: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

6

Padahal denda merupakan salah satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sedangkan berdasarkan lampiran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ditentukan bahwa salah satu sumber PNBP Kejaksaan adalah penerimaan denda. Oleh karena itu, penerimaan denda sebagai bagian dari sanksi pidana di dalam tindak pidana perikanan merupakan PNBP yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kejaksaan. Sehingga apabila penjatuhan sanksi pidana denda bagi pelaku tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI tidak dibarengi pidana pengganti atau subsidair pidana denda berupa pidana kurungan, maka denda yang tidak dibayarkan akan tetap terdaftar sebagai piutang negara yang menjadi tunggakan Kejaksaan dalam pelaporan PNBP. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Optimalisasi Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan”.

PermasalahanB. Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimana pelaksanaan eksekusi pidana denda dibidang 1. perikanan yang terjadi di wilayah ZEE Indonesia dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan?

Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Kejaksaan dalam 2. melaksanakan eksekusi tersebut dalam hal terpidana tidak bersedia/ tidak mampu membayar denda?

Upaya apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalisasi 3. pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan?

Page 17: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

7

Ruang Lingkup PenelitianC.

Ruang lingkup penelitian ini dititikberatkan pada pelaksanaan eksekusi tindak pidana dibidang perikanan yang terjadi di wilayah ZEE Indonesia dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dimana terdapat kendala-kendala yang dihadapi Kejaksaan dalam melaksanakan eksekusi tersebut dan bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Tujuan dan Manfaat PenelitianD. Tujuan1.

Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi pidana denda a. dibidang perikanan yang terjadi di wilayah ZEE Indonesia dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Untuk mengetahui Kendala-kendala yang dihadapi b. Kejaksaan dalam melaksanakan eksekusi tersebut dalam hal terpidana tidak bersedia/ tidak mampu membayar denda.

Untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan c. untuk mengoptimalisasi pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Manfaat Penelitian2.

Manfaat dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan Pimpinan untuk menyusun atau merumuskan kembali kebijakan dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda Tindak Pidana di Bidang Perikanan

Page 18: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

8

khususnya yang terjadi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).

Kerangka PemikiranE. Kerangka Teori1.

Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman

Friedman membagi sistem hukum dalam 3 (tiga) komponen yaitu:11

1. Substansi hukum (substance rule of the law), didalamnya melingkupi seluruh aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, baik yang hukum material maupun hukum formal.

2. Struktur hukum (structure of the law), melingkupi Pranata hukum, Aparatur hukum dan sistem penegakkan hukum. Struktur hukum erat kaitannya dengan sistem peradilan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum, dalam sistem peradilan pidana, aplikasi penegakan hukum dilakukan oleh penyidik, penuntut, hakim dan advokat.

3. Budaya hukum (legal culture), merupakan penekanan dari sisi budaya secara umum, kebiasaan-kebiasaan, opini-opini, cara bertindak dan berpikir, yang mengarahkan kekuatan sosial dalam masyarakat.

Tiga komponen dari sistem hukum menurut Lawrence Friedman tersebut diatas merupakan jiwa atau ruh yang menggerakan hukum sebagai suatu sistem sosial yang memiliki karakter dan teknik khusus dalam pengkajiannya. Friedman membedah sistem hukum sebagai suatu proses yang diawali dengan sebuah input yang berupa bahan-bahan

11 Lawrence M. Friedman, The Legal System; A Social Science Perspective, Russell Sage Foundation, New York, 1975, hal. 12 – 16.

Page 19: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

9

mentah yaitu berupa lembaran-lembaran kertas dalam sebuah konsep gugatan yang diajukan dalam suatu pengadilan, kemudian hakim mengelola bahan-bahan mentah tersebut hingga menghasilkan output berupa putusan.12

Input yang berupa konsep gugatan atau dakwaan dalam sebuah sistem adalah elemen sikap dan nilai sosial atas tuntutan-tuntutan masyarakat yang menggerakkan sistem hukum. Jika masyarakat tidak melakukan tuntutan atas nilai dan sikap yang mereka anggap bertentangan dengan harapan mereka baik secara indvidu ataupun kelompok, maka tidak akan ada konsep gugatan ataupun dakwaan yang masuk di pengadilan. Jika tidak ada gugatan atau dakwaan sebagai input dalam sistem tersebut maka pengadilan tidak akan bekerja dan tidak akan pernah ada.13 Oleh karenanya setiap komponen dalam sistem hukum tersebut adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan jika salah satu komponen tidak bergerak maka tidak akan ada umpan balik yang menggerakkan sistem tersebut.

Namun tentunya suatu sistem hukum bukanlah suatu mesin yang bekerja dengan mekanisme dan proses yang pasti. Para ahli hukum dengan gagasan idealnya menginginkan hukum bersifat pasti, bisa diprediksi, dan bebas dari hal yang subjektif dengan kata lain hukum harus sangat terprogram, sehingga setiap input yang masuk dan diolah akan menghasilkan output yang pasti dan bisa diprediksi. Oleh karenanya segala sesuatu yang outputnya lain dari pada itu akan dipandang tidak adil.14

Kerangka Konsepsional2.

Konsepsi dalam penelitian ini adalah pembatasan dan 12 Ibid. hal. 13.13 Ibid.14 Ibid. hal. 14.

Page 20: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

10

pengertian untuk memudahkan dalam memahami topik penelitian sekaligus sebagai pedoman operasional dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data. Adapun beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah:

Pengertian a. Optimalisasi adalah perbuatan mengoptimalkan.

Pengertian b. Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan; pelaksanaan putusan hakim.

Pengertian c. Pidana denda adalah pidana berupa pembayaran sejumlah uang oleh terpidana berdasarkan putusan pengadilan

Pengertian d. Tindak Pidana Perikanan adalah tindak pidana yang diatur dalam Pasal 103 undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yaitu :

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84, (1) Pasal 85, Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 adalah kejahatan. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, (2) Pasal 89, Pasal 90, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100 adalah pelanggaran.

Yang dimaksud dengan pelaksanaan eksekusi pidana denda e. dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pidana denda terhadap tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Metodologi PenelitianF. Sifat dan Tipe Penelitian1.

Penelitian “Optimalisasi Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan”, bersifat deskriptif dengan

Page 21: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

11

tipe penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Yuridis normatif berarti penelitian dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang permasalahan-permasalahan yang diteliti. Yuridis empiris berarti bagaimana ketentuan itu dilaksanakan di lapangan.

Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan 2. Data

Jenis Dataa. Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

Sumber Data. b. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan (field research), dan data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagai bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

Teknik Pengumpulan Datac. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Sementara data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran terhadap peraturan perundang-undangan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik/masalah yang diteliti.

Tata Cara Pengambilan sampel3.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling, yaitu

Page 22: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

12

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan dan penilaian subyektif peneliti, kemudian peneliti sendiri yang menentukan responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi.

Analisa Data4.

Data primer dan data sekunder yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian kepustakaan dan hasil penelitian lapangan dianalisa secara kualitatif.

Lokasi dan Responden Penelitian5.

a. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sampel penelitian meliputi 5 (lima) wilayah hukum Kejaksaan Tinggi yang terdapat Pengadilan Perikanan yaitu : Kejati Sumatera Utara, Kejati Kepulauan Riau, Kejati Kalimantan Barat, Kejati Sulawesi Utara dan Kejati Papua.

b. Responden Penelitian

Responden ditentukan sejumlah 130 (seratus tiga puluh) responden, terdiri dari :

Dari unsur Kejaksaan Tinggi :1) Aspidum, Asbin, Kasi TPUL, Kasubbag Keuangan, Jaksa Fungsional.

Dari unsur Kejaksaan Negeri :2) Kasi Pidum, Kasubagbin, Jaksa Fungsional.

Dari unsur di luar instansi Kejaksaan :3) Hakim Pengadilan Perikanan, TNI-AL, dan PPNS KKP.

Page 23: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan di Bidang PerikananA. Dalam penanganan perkara tindak pidana perikanan

terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, yaitu:

United Nations Convention on the Law of the Sea1. (UNCLOS) 1982.

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, yang mulai berlaku pada tanggal 16 November 1994, adalah perjanjian internasional yang menyediakan kerangka peraturan untuk penggunaan laut dunia dan lautan, antara lain, untuk memastikan konservasi dan penggunaan sumber daya yang adil dan lingkungan laut dan untuk menjamin perlindungan dan pelestarian sumber daya hayati laut. UNCLOS juga membahas hal-hal lain seperti sebagai kedaulatan, hak penggunaan dalam zona maritim, dan hak-hak navigasi. Pada 10 Januari 2014, 166 negara telah meratifikasi, menyetujui, atau turut mensuksesi, UNCLOS.15

Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985 tentang 2. Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut).

Bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia, Konvensi ini mempunyai arti yang penting karena untuk pertama kalinya asas Negara Kepulauan yang selama dua puluh lima tahun secara terus menerus diperjuangkan oleh Indonesia,

15 http://www.maritim.co/terjemahan-unclos-1982/ diakses pada tanggal 30 Juni 2017.

Page 24: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

14

telah berhasil memperoleh pengakuan resmi masyarakat internasional.16 Pengakuan resmi asas Negara Kepulauan ini merupakan hal yang penting dalam rangka mewujudkan satu kesatuan wilayah sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, dan Wawasan Nusantara sebagaimana termaktub dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, yang menjadi dasar perwujudan bagi kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.17

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut ini mengatur pula rejim-rejim hukum mengenai laut teritorial dan zona tambahan, selat yang digunakan untuk pelayaran internasional, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen, laut lepas, rejim pulau, rejim laut tertutup/ setengah tertutup, rejim akses negara tidak berpantai ke dan dari laut serta kebebasan transit, kawasan dasar laut internasional, perlindungan dan pemeliharaan lingkungan laut, penelitian ilmiah kelautan, pengembangan dan alih teknologi dan penyelesaian sengketa.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang 3. Perikanan.

Undang-undang ini dibentuk karena Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan sudah tidak dapat mengantisipasi perkembangan pembangunan perikanan saat ini dan masa yang akan datang, karena di bidang perikanan telah terjadi perubahan yang sangat besar, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan

16 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut).

17 Ibid.

Page 25: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

15

metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern, sehingga pengelolaan perikanan perlu dilakukan secara berhati-hati dengan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan.

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan peran serta masyarakat dalam upaya pengawasan di bidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pelaksanaan penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan sesuai dengan asas pengelolaan perikanan, sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan. Dalam Undang-Undang ini lebih memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap penegakan hukum atas tindak pidana di bidang perikanan, yang mencakup penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan demikian perlu diatur secara khusus mengenai kewenangan penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam menangani tindak pidana di bidang perikanan.

Mengingat perkembangan perikanan saat ini dan yang akan datang, maka UndangUndang ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan:

pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan a. asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan;pengelolaan perikanan wajib didasarkan pada prinsip b. perencanaan dan keterpaduan pengendaliannya;

Page 26: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

16

pengelolaan perikanan dilakukan dengan memperhatikan c. pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;pengelolaan perikanan yang memenuhi unsur d. pembangunan yang berkesinambungan, yang didukung dengan penelitian dan pengembangan perikanan serta pengendalian yang terpadu;pengelolaan perikanan dengan meningkatkan pendidikan e. dan pelatihan serta penyuluhan di bidang perikanan;pengelolaan perikanan yang didukung dengan sarana f. dan prasarana perikanan serta sistim informasi dan data statistik perikanan;penguatan kelembagaan di bidang pelabuhan perikanan, g. kesyahbandaran perikanan, dan kapal perikanan;pengelolaan perikanan yang didorong untuk memberikan h. kontribusi bagi pembangunan kelautan dan perikanan;pengelolaan perikanan dengan tetap memperhatikan i. dan memberdayakan nelayan kecil atau pembudi daya-ikan kecil;pengelolaan perikanan yang dilakukan di perairan j. Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, dan laut lepas yang ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan dengan tetap memperhatikan persyaratan atau standar internasional yang berlaku;pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan, baik k. yang berada di perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, maupun laut lepas dilakukan pengendalian melalui pembinaan perizinan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan internasional sesuai dengan kemampuan sumber daya ikan yang tersedia;pengawasan perikanan;l.

Page 27: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

17

pemberian kewenangan yang sama dalam penyidikan m. tindak pidana di bidang perikanan kepada penyidik pegawai negeri sipil perikanan, perwira TNI-AL dan pejabat polisi negara Republik Indonesia;pembentukan pengadilan perikanan; dann. pembentukan dewan pertimbangan pembangunan o. perikanan nasional.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang 4. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan saat ini masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa substansi, baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi, maupun aspek hukum.

Kelemahan pada aspek manajemen pengelolaan perikanan antara lain belum terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan. Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek hukum antara lain masalah penegakan hukum, rumusan sanksi, dan yurisdiksi atau kompetensi relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar kewenangan pengadilan negeri tersebut.

Melihat beberapa kelemahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan perubahan

Page 28: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

18

terhadap Undang-Undang tersebut, yang meliputi:

Pertama, mengenai pengawasan dan penegakan hukum menyangkut masalah mekanisme koordinasi antarinstansi penyidik dalam penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan sanksi (pidana atau denda), hukum acara, terutama mengenai penentuan batas waktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum di bidang perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Kedua, masalah pengelolaan perikanan antara lain kepelabuhanan perikanan, konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran.

Ketiga, diperlukan perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Di samping itu perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan juga mengarah pada keberpihakan kepada nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil antara lain dalam aspek perizinan, kewajiban penerapan ketentuan mengenai sistem pemantauan kapal perikanan, pungutan perikanan, dan pengenaan sanksi pidana.

Kebijakan yang diambil Kejaksaan dalam penanganan 5. perkara tindak pidana perikanan antara lain sebagai berikut :

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No : a. B-511/F/Fu.2/03/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Pengendalian Tuntutan Pidana dalam Tindak Pidana Perikanan, yang pada pokoknya memerintahkan agar

Page 29: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

19

penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana perikanan dilakukan secara cermat, profesional dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No : b. B-1120/F.2/Ft.2/06/2009 tanggal 5 Juni 2009 tentang penjelasan dan penerapan Pasal 102 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang disangkakan penyidik perwira TNI AL, yang pada pokoknya memberi arahan agar Kajati dan Kajari memberi petunjuk kepada penyidik TNI AL untuk tidak hanya menyangkakan pasal 102 UU No.31 tahun 2004 namun harus dijunctokan dengan Pasal 30, Pasal 104 dan Pasal 105 UU No.31 tahun 2004 dan menyebutkan letak titik koordinat, derajat, azimut, menit dan detik locus delicti.

Pada tanggal 31 Maret 2009 telah ditandatangani MoU c. antara Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) dengan Kejaksaan sebagai langkah dalam memperkuat kerjasama dan koordinasi yang telah ada sehingga dapat lebih mempercepat proses penanganan tindak pidana di bidang perikanan khususnya dalam aspek penuntutan. Dalam kesepakatan bersama antara KKP dengan Kejaksaan Agung ini, ruang lingkupnya meliputi kegiatan antara lain:

Koordinasi dalam penanganan perkara tindak pidana a) di bidang kelautan dan perikanan;

Koordinasi dalam pemberian insentif bagi aparat b) penegak hukum yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan berjasa dalam upaya penyelamatan kekayaan negara;

Pendidikan dan pelatihan teknis bersama di bidang c) kelautan dan perikanan.

Page 30: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

20

Kesepakatan bersama ini merupakan salah satu langkah strategis dalam penegakan hukum di bidang perikanan, hal ini akan memperkuat Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam penanganan hukum di bidang perikanan serta akan mampu melahirkan “jaksa-jaksa perikanan” yang dapat mempercepat proses penuntutan dan memberikan efek jera bagi para pelaku Tindak Pidana Perikanan.

Perja No : PER-017/A/JA/07/2014 tentang perubahan d. atas Perja No : 039/A/JA/10/2010 tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus, yang pada pokoknya mengalihkan tugas penanganan perkara Tindak Pidana Perikanan dari bidang Pidsus ke bidang Pidum dan sebaliknya mengalihkan penanganan perkara Tindak Pidana Perpajakan dari bidang Pidum ke bidang Pidsus.

Perja No : PER-029/A/JA/10/2014 tanggal 03 Oktober e. 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Tugas Sumber Daya Alam Lintas Negara dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kinerja penanganan perkara Sumber Daya Alam yang meliputi Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Tindak Pidana Perikanan, Tindak Pidana Kehutanan, Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Tindak Pidana Pertambangan dan Migas.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2015 6. tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.

Pada Rumusan Hukum Kamar Pidana angka 3 untuk perkara perikanan (illegal fishing) disebutkan bahwa: “dalam perkara illegal fishing di wilayah ZEEI terhadap

Page 31: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

21

terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda”.

Tindak Pidana di Bidang PerikananB. Perhatian masyarakat Internasional terhadap kejahatan

di bidang perikanan saat ini masih sangat rendah meskipun dampak negatif kejahatan perikanan jelas sangat merugikan banyak negara. Keadaan tersebut diperburuk oleh rendahnya komitmen nyata negara-negara di dunia dalam memerangi kejahatan tersebut. Rendahnya komitmen dapat dilihat dari sangat sulitnya kita menemui suatu perjanjian antar Negara yang secara spesifik bekerjasama dalam memberantas kejahatan di bidang perikanan. Kejahatan perikanan saat ini telah berkembang menjadi kejahatan transnasional yang sangat serius dan terorganisir.

Illegal fishing berasal dari kata illegal yang berarti tidak sah atau tidak resmi. Fishing merupakan kata benda yang berarti perikanan; dari kata fish dalam bahasa inggris yang berarti ikan; mengambil, merogoh; mengail, atau memancing18. Wacana tentang illegal fishing mulai dimunculkan dalam kerangka IUU (Illegal, Unreporterd and Unregulated) fishing practices pada saat diselenggarakannya forum CCAMLR (Commision for Conservation of Atlantic Marine Living Resources) pada 27 Oktober-7 Nopember 1997. Kejahatan pencurian ikan atau Illegal, Unregulated, and Unreported (IUU) Fishing adalah kejahatan transnasional yang memiliki dampak sangat merugikan tak hanya pada industri perikanan, tapi juga mencakup masalah lingkungan. IUU fishing dapat dikategorikan dalam tiga kelompok: (1) Illegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah atau ZEE suatu negara, atau tidak memiliki

18 Nunung Mahmudah, Illegal Fishing, Jakarta : Sinar Grafika, 2015, hal. 80.

Page 32: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

22

ijin dari negara tersebut; (2) Unregulated fishingyaitu kegiatan penangkapan di perairan wilayah atau ZEE suatu negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di negara tersebut; dan (3) Unreported fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE suatu negara yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya. Praktek terbesar dalam IUU fishing menurut Kevin Bray pada dasarnya adalah poaching atau penangkapan ikan oleh negara lain tanpa ijin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain, pencurian ikan oleh pihak asing alias illegal fishing19.

Kegiatan illegal fishing tersebut dilakukan oleh nelayan-nelayan asing dari negara-negara tetangga di kawasan yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal. Melalui berbagai modus operandi para nelayan asing tersebut menangkap ikan di perairan Indonesia dan selanjutnya diperjualbelikan di luar Indonesia dengan keuntungan yang berlipatganda. Penangkapan ikan secara ilegal tersebut telah merugikan negara secara finansial20.

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undangundang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis pangkal laut territorial Indonesia21. Tindak Pidana Perikanan di Wilayah ZEEI diatur secara khusus didalam Undang-Undang Perikanan, terdapat pada pasal 84 sampai dengan 104. Ketentuan pidana tersebut merupakan tindak

19 Kevin Bray, “A Global Review of Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing,” Fisheries (Bethesda) 2000.

20 Akhmad Solihin, Politik Hukum Kelautan Dan Perikanan, Bandung: Nuansa Aulia, 2010, hal. 8.

21 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Page 33: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

23

pidana diluar KUHP yang diatur menyimpang, karena tindak pidananya dapat menimbulkan kerusakan dalam pengelolaan perikanan Indonesia yang berakibat merugikan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan hukuman pidananya tinggi dan berat sebagai salah satu cara untuk dapat menanggulangi tinndak pidana dibidang perikanan. Artinya sanksi pidana yangditerapkan kepada pelaku kejahatan dibidang perikanan di Zona EkonomiEksklusif Indonesia (ZEEI) dapat memberikan efek jera, sehingga Illegal Fishing dapat diatasi atau paling tidak dapat dikurangi.

Tindak pidana perikanan adalah kejahatan dan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan dan sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. Penggolongan tindak pidana perikanan tersebut dapat digolongkan menjadi :

Tindak pidana yang menyangkut bahan yang dapat a. membahayakan kelestarian sumber daya ikan/ lingkungannya.Tindak pidana sengaja menggunakan alat penangkap ikan b. yang mengganggu dan merusak sumber daya ikan di kapal perikanan.Tindak pidana yang berkaitan dengan pencemaran/ c. kerusakan sumber daya ikan / lingkungan.Tindak pidana yang berhubungan dengan pembudidayaan d. ikan.Tindak pidana yang berhubungan dengan merusak e. plasmanitfah.Tindak pidana yang menyangkut pengelolaan perikanan f. yang merugikan masyarakat.Tindak pidana yang berkaitan dengan pengelolaan ikan g. yang kurang / tidak memenuhi syarat.

Page 34: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

24

Tindak pidana yang berhubungan dengan pemasukan/ h. pengeluaran hasil perikanan dari/kewilayah RI tanpa sertifikat kesehatan.Tindak pidana yang berkaitan dengan penggunaan bahan/ i. alat yang membahayakan manusia dalam melaksanakan pengelolaan ikan.Tindak pidana yang berkaitan dengan melakukan usaha j. perikanan tanpa SIUP.Tindak pidana yang melakukan penangkapan ikan tanpa k. memiliki SIPI.Tindak pidana melakukan pengangkutan ikan tanpa l. memiliki SIKPI.Tindak pidana memalsukan SIUP, SIPI, dan SIKPI.m. Tindak pidana membangun, mengimpor, memodifkasi kapal n. perikanan tanpa izin.Tindak pidana tidak melakukan pendaftaran kapal o. perikanan.Tindak pidana yang berkaitan dengan pengoperasian kapal p. perikanan asing.Tindak pidana tanpa memiliki surat persetujuan berlayar.q. Tindak pidana melakukan penelitian tanpa ijin pemerintah.r. Tindak pidana melakukan usaha pengelolaan perikanan yang s. tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan UU Perikanan.Tindak pidana yang dilakukan oleh nelayan / pembudidayaan t. ikan kecil. Illegal Fishing.

Menurut naskah International Plan Of Action To Prevent, Deter And Eliminate Illegal, Unreported And Unregulated Fishing, Yang dimaksud dengan Illegal Fishing adalah22:

22 FAO, “International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate, Illegal, Unreported and Unregulated Fishing,” Journal of International Wildlife Law & Policy, 2001, https://doi.org/10.1080/13880290109353986.

Page 35: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

25

Kegiatan penangkapan ikan secara tidak sah yang dilakukan 1) oleh kapal-kapal nasional atau kapal-kapal asing di perairan yang berada dibawah yurisdiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut,atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangannya.Kegiatan penangkapan ikan secara tidak sah yang dilakukan 2) oleh kapal-kapal yang mengibarkan bendera negara anggota suatu organisasi pengelolaan perikanan regional, tetapi bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan konservasi dan pengelolaan yang ditetapkan oleh organisasi regional tersebut dan mengikat negara tersebut, ataupun ketentuan hukum internasional yang terkait lainnya atauKegiatan penangkapan ikan secara tidak sah yang 3) melanggar ketentuan hukum nasional atau kewajiban internasional lainnya, termasuk yang dilakukan oleh negara-negara yang berkerja sama sengan suatu organisasi pengelolaan perikanan regional tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan unreported fishing:

Kegiatan penangkapan ikan yang tidak dilaporkan 1) atau sengaja dilaporkan dengan memberi data yang tidak benar kepada penguasa otoritas nasional terkait, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri tersebut; atauKegiatan penangkapan ikan yang dilakukan diwilayah 2) yang menjadi kompetensi suatu organisasi pengelolaan perikanan regional dan kegiatan tersebut tidak dilaporkan atau salah dilaporkan, sehingga bertentangan dengan prosedur pelaporan organisasi tersebut.

Yang dimaksud dengan unregulated fishing adalah:

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan diwilayah 1) yang berada dibawah pengaturan organisasi pengelolaan

Page 36: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

26

perikanan regional, oleh kapal-kapal tanpa kebangsaan, atau oleh kapal-kapal yang mengibarkan bendera Negara yang bukan anggota organisasi tersebut, atau oleh suatu entitas perikanan, dengan cara yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan konvensi dan langkah-langkah pengelolaan dari organisasi tersebut atau

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan diwilayah atau 2) terhadap stok ikan yang belum memiliki pengaturan tentang pengelolaan dan konservasinya dan kegiatan tersebut dilaksanakan dengan cara yang bertentangan dengan tanggungjawab negara berdasarkan ketentuan hukum internasional mengenai konservasi sumberdaya hayati laut.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bentuk kegiatan dan penyebab terjadinya Illegal Unreported Unregulated (IUU) fishing di perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Bentuk Illegal Fishing yang dilakukan oleh kapal asing di perairan Indonesia pada umumnya dengan melakukan penangkapan ikan tanpa Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), penangkapan ikan dengan menggunakan ijin palsu, penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap terlarang, dan penangkapan ikan dengan jenis (spesies) yang tidak sesuai dengan ijin yang diberikan. Bentuk unreported fishing yang umumnya terjadi di Indonesia diantaranya penangkapan ikan yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data tangkapan serta penangkapan ikan yang langsung dibawa ke negara lain (transhipment ditengah laut). Sedangkan Bentuk unregulated fishing di perairan Indonesia diantaranya belum adanya pengaturan mekanisme pencatatan data hasil tangkap dari seluruh kegiatan penangkapan ikan yang ada, belum ada pengaturan wilayah perairan-perairan yang diperbolehkan dan dilarang, belum adanya pengaturan aktivitas sport fishing, belum adanya pengaturan kegiatan-kegiatan penangkap ikan

Page 37: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

27

yang menggunakan modifikasi dari alat tangkap ikan yang dilarang, dan belum adanya perjanjian bilateral antara Indonesia dan negara lain.

Sanksi Pidana

Penerapan Sanksi Terhadap Kapal Ikan Asing sesuai Pasal 10 KUHP dikenal terdapat dua jenis hukuman pidana, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok merupakan hukuman yang wajib dijatuhkan hakim yang terdiri atas pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana denda. Sedangkan pidana tambahan sifatnya tidak wajib dijatuhkan hakim, yaitu berupa pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang tertentu, dan pengumumnan putusan hakim. Jenis hukuman pidana dibidang perikanan hanya mengenal pidana pokok, sedangkan pidana tambahan tidak diatur di dalam Undang-Undang Perikanan.

Mengenai pidana pokok yang dapat dijatuhkan hakim dalam perkara pidana perikanan berupa pidana penjara dan pidana denda. Meskipun Undang-Undang Perikanan tidak mengatur secara khusus pidana tambahan, namun hakim perikanan tetap dapat menjatuhkan pidana tambahan berdasarkan pasal 10 KUHP. Sifat hukuman pidana dibidang perikanan sebagian besar bersifat kumulatif, baik ditujukan terhadap delik kejahatan maupun delik pelanggaran. Dalam hukum kumulatif pidana badan (penjara) dengan pidana denda diterapkan sekaligus. Dalam hal ini tidak ada alasan bagi hakim untuk tidak menjatuhkan kedua pidana tersebut, juga hakim tidak dapat memilih salah satu hukuman untuk dijatuhkan, melainkan wajib menjatuhkan pidana pokok keduaduanya. Hukuman yang berupa pidana penjara yang tinggi dan pidana denda yang berat terhadap pelaku pidana perikanan bertujuan agar menimbulkan efek jera. Pelaku yang terbukti bersalah selain wajib menjalani pidana penjara bertahun tahun, juga wajib membayar denda kepada

Page 38: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

28

negara yang nilainya tidak sedikit.

Adapun jenis pelangaran pidana perikanan dengan tidak memiliki SIUP, dikenakan pasal 26 ayat (1) jo pasal 92 UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan23, dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,- (satu miliyar lima ratus juta rupiah), sedangkan alat penangkap ikan tidak sesuai dengan ukuran, dapat dikenakan pasal 85 UUP dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) dan bagi pemilik kapal ikan tidak memiliki SIB, dikenakan pasal 98 UUP dengan dipidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Penegakan hukum dibidang perikanan melalui Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang 31 Tahun 2004 tentang perikanan mutlak adanya. Karena untuk menyelamatkan kepentingan nasional berupa sumber daya ikan dari pelaku tindak pidana perikanan yang menangkap ikan tanpa ijin (illegal fishing). Sanksi pidana menurut undang-undang perikanan bisa berupa sanksi administrasi (pencabutan ijin), kurungan badan (penjara) atau pun denda. dan dengan sanksi tersebur dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku Illegal Fishing di ZEEI.

Pidana Pengurungan Badan (Penjara) sesuai Pasal 110 huruf b UndangUndang No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang No 31 tahun 2004 tentang perikanan disebutkan : “ketentuan tentang pidana denda dalam pasal 16 ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3260) khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perikanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Artinya khusus dibidang perikanan

23 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Page 39: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

29

yang ada didalam undang-undang ZEEI secara eksklusif sudah diatur didalam Undang-Undang Perikanan yang baru yaitu UU No. 45 tahun 2009 tentang perubahan UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dengan demikian pengaturan dan penerapan sanksi pidana yang diterapkan terhadap kapal ikan asing yang melakukan Illegal Fishing di ZEEI memakai undang-undang perikanan yang baru. Penerapan hukuman badan (penjara) terhadap Kapal ikan asing yang melakukan penangkapan ikan secara illegal Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan tidak diberlakukan terhadap pelaku tindak pidana perikanan di ZEE Indonesia.

Penenggelaman Kapal Ikan Asing yang melakukan Illegal Fishing di ZEEI Dasar hukum termaktub didalam Undang-Undang RI No 45 Tahun 2009 Tentang perubahan Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan24. Ada dua cara penenggelaman kapal ikan asing yang dilakukan oleh pemerintah RI melalui Otoritas, yaitu:

Penenggelaman kapal melalui putusan pengadilan:a.

Otoritas yang menangkap kapal ikan asing membawa a) kapal dan ABK ke darat.

Di darat dimana ada pengadilan perikanan akan b) dilaksanakan proses hukum

Setelah disidang dan divonis bersalah dan putusan c) mempunyai kekuatan hukum tetap kapal-kapal akan disita.

Bila kapal disita maka bergantung pada jaksa eksekutor d) akan melakukan apa terhadap kapal tersebut.

Apakah kapal akan di lelang atau dimusnakan.e) 24 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-

undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan.

Page 40: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

30

Bila dimusnakan yang menjadi pilihan maka salah satu f) cara adalah diledakan dan ditenggelamkan.

Tertangkap tangan oleh otoritas: Cara kedua didasarkan b. pada pasal 69 Undang-Undang Perikanan No. 45 Tahun 2009:

Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan 1) pengawasan dan penegakan hukum dibidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada 2) ayat (1), dapat dilengkapi dengan senjata api.Kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, 3) memeriksa, membawa dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran diwilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemrosesan lebih lanjut. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud 4) ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana C. Perikanan

Penyidikan, penuntutan, barang bukti dan pemeriksaan di sidang pengadilan perikanan terdapat dalam Bab XIV Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dengan beberapa perubahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009. Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

Page 41: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

31

Penyidikan1.

Penyidikan dalam sistem peradilan pidana Indonesia diartikan sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.25 Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dikatakan bahwa penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil (PPNS) tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Penyidik Perwira TNI AL, dan/atau Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal tindak pidana terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Apabila tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di ZEEI, maka selain penyidik TNI AL, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan berwenang melakukan penyidikan. Penyidikan terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di pelabuhan perikanan, diutamakan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan. Penyidik-penyidik tersebut dapat melakukan koordinasi dalam penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan.

Dalam hal menjalankan tugasnya penyidik berwenang:26

menerima laporan atau pengaduan dari seseorang a. tentang adanya tindak pidana di bidang perikanan;

25 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

26 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 73A.

Page 42: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

32

memanggil dan memeriksa tersangka dan/atau saksi b. untuk didengar keterangannya; membawa dan menghadapkan seseorang c. sebagai tersangka dan/atau saksi untuk didengar keterangannya; menggeledah sarana dan prasarana perikanan yang d. diduga digunakan dalam atau menjadi tempat melakukan tindak pidana di bidang perikanan; menghentikan, memeriksa, menangkap, membawa, e. dan/atau menahan kapal dan/atau orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang perikanan; memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha f. perikanan; memotret tersangka dan/atau barang bukti tindak pidana g. di bidang perikanan; mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya h. dengan tindak pidana di bidang perikanan; membuat dan menandatangani berita acara i. pemeriksaan; melakukan penyitaan terhadap barang bukti yang j. digunakan dan/atau hasil tindak pidana; melakukan penghentian penyidikan; dan k. mengadakan tindakan lain yang menurut hukum dapat l. dipertanggungjawabkan.

Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditemukan adanya tindak pidana di bidang perikanan. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat menahan tersangka paling lama 20 (dua puluh) hari, apabila diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan yang belum selesai dapat diperpanjang oleh penuntut umum paling lama

Page 43: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

33

10 (sepuluh) hari. Namun tidak menutup kemungkinan tersangka dikeluarkan dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Setelah waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum dan penyidik menyampaikan hasil penyidikan ke penuntut umum paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pemberitahuan dimulainya penyidikan.27

Penuntutan2.

Penuntutan dalam sistem peradilan pidana Indonesia diartikan sebagai tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.28 Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dikatakan bahwa Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Penuntutan terhadap tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh penuntut umum yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Penuntut umum perkara tindak pidana di bidang perikanan harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 75 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 sebagai berikut:

berpengalaman menjadi penuntut umum sekurang-a. kurangnya 2 (dua) tahun;

telah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis di b. 27 Ibid, Pasal 73B.28 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP).

Page 44: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

34

bidang perikanan; dan

cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama c. menjalankan tugas.

Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik wajib memberitahukan hasil penelitiannya kepada penyidik dalam waktu 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal diterimanya berkas penyidikan. Dalam hal hasil penyidikan yang disampaikan tidak lengkap, penuntut umum harus mengembalikan berkas perkara kepada penyidik yang disertai dengan petunjuk tentang hal-hal yang harus dilengkapi. Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada penuntut umum.29

Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 5 (lima) hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir sudah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada penyidik. Dalam hal penuntut umum menyatakan hasil penyidikan tersebut lengkap dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan berkas dari penyidik dinyatakan lengkap, penuntut umum harus melimpahkan perkara tersebut kepada pengadilan perikanan.30

Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan selama 10 (sepuluh) hari. Jangka waktu 10 (sepuluh) hari tersebut, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang berwenang paling lama 10 (sepuluh)

29 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 76.

30 Ibid.

Page 45: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

35

hari. Tidak menutup kemungkinan tersangka dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. Penuntut umum menyampaikan berkas perkara kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan berkas dari penyidik dinyatakan lengkap.31

Barang Bukti3.

Prof. Andi Hamzah mengatakan, barang bukti dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai mana delik tersebut dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan (alat yang dipakai untuk melakukan delik), termasuk juga barang yang merupakan hasil dari suatu delik.32 Ciri-ciri benda yang dapat menjadi barang bukti :

Merupakan objek materiila. Berbicara untuk diri sendirib. Sarana pembuktian yang paling bernilai dibandingkan c. sarana pembuktian lainnya

Harus diidentifikasi dengan keterangan saksi dan d. keterangan terdakwa

Benda dan/atau alat yang digunakan dalam dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana perikanan dapat dirampas untuk negara atau dimusnahkan setelah mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri.

Barang bukti hasil tindak pidana perikanan yang mudah rusak atau memerlukan biaya perawatan yang tinggi dapat dilelang dengan persetujuan ketua pengadilan negeri. Barang bukti hasil tindak pidana perikanan yang mudah rusak berupa jenis ikan terlebih dahulu disisihkan sebagian

31 Ibid.32 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal. 254.

Page 46: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

36

untuk kepentingan pembuktian di pengadilan.

Benda dan/atau alat yang dirampas dari hasil tindak pidana perikanan dapat dilelang untuk negara. Pelaksanaan lelang dilakukan oleh badan lelang negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Uang hasil pelelangan dari hasil penyitaan tindak pidana perikanan disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak.

Aparat penegak hukum di bidang perikanan yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan pihak yang berjasa dalam upaya penyelamatan kekayaan negara diberi penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Benda dan/atau alat yang dirampas dari hasil tindak pidana perikanan yang berupa kapal perikanan dapat diserahkan kepada kelompok usaha bersama nelayan dan/atau koperasi perikanan.

Pemeriksaan di Sidang Pengadilan4.

Pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana di bidang perikanan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang perikanan. Hakim pengadilan perikanan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc. Susunan majelis hakim terdiri atas 2 (dua) hakim ad hoc dan 1 (satu) hakim karier. Hakim karier ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung. Hakim ad hoc diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.

Setiap pengadilan negeri yang telah ada pengadilan perikanan, dibentuk subkepaniteraan pengadilan perikanan yang dipimpin oleh seorang panitera muda. Dalam melaksanakan tugasnya, panitera muda dibantu oleh beberapa

Page 47: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

37

orang panitera pengganti. Panitera muda dan panitera pengganti pengadilan perikanan berasal dari lingkungan pengadilan negeri. Ketentuan mengenai persyaratan, tata cara pengangkatan, dan pemberhentian panitera muda dan panitera pengganti pengadilan perikanan serta susunan organisasi, tugas, dan tata kerja subkepaniteraan pengadilan perikanan diatur dengan peraturan Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemeriksaan di sidang pengadilan dapat dilaksanakan tanpa kehadiran terdakwa (Pasal 79). Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan pelimpahan perkara dari penuntut umum, hakim harus sudah menjatuhkan putusan. Putusan perkara dapat dilakukan oleh hakim tanpa kehadiran terdakwa (Pasal 80).

Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di sidang pengadilan berwenang menetapkan penahanan selama 20 (dua puluh) hari. Jangka waktu penahanan apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan paling lama 10 (sepuluh) hari. Tidak menutup kemungkinan terdakwa dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi (Pasal 81).

Dalam hal putusan pengadilan dimohonkan banding ke pengadilan tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh pengadilan tinggi. Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di sidang pengadilan tinggi berwenang menetapkan penahanan selama 20 (dua puluh) hari. Apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh

Page 48: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

38

Ketua Pengadilan Tinggi yang bersangkutan paling lama 10 (sepuluh) hari. Tidak menutup kemungkinan terdakwa dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi (Pasal 82).

Dalam hal putusan pengadilan tinggi dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh Mahkamah Agung. Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di sidang Mahkamah Agung berwenang menetapkan penahanan selama 20 (dua puluh) hari. Jangka waktu penahanan apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung paling lama 10 (sepuluh) hari. Tidak menutup kemungkinan terdakwa dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi (Pasal 83).

Selain yang ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana perikanan atau tindak pidana lainnya, awak kapal lainnya dapat dipulangkan termasuk yang berkewarganegaraan asing. Pemulangan awak kapal berkewarganegaraan asing dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang keimigrasian melalui kedutaan atau perwakilan negara asal awak kapal. Ketentuan mengenai pemulangan awak kapal berkewarganegaraan asing dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 83A).

Page 49: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

39

BAB IIIPENYAJIAN DATA

Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan A. Dikaitkan Dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Efektifitas Berlakunya Undang-Undang Nomor 31 1. Tahun 2004 tentang Perikanan

TABEL 1EFEKTIFITAS BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG

NOMOR 31 TAHUN 2004

1. EFEKTIF 28 8 8 44 39,29

2. BELUM EFEKTIF 37 10 4 51 45,53

3. TIDAK MENJAWAB 17 - - 17 15,18

JUMLAH 82 18 12 112 100

NO. JAWABAN RESPONDENRESPONDEN

JAKSA HAKIM TNI-ALJUMLAH PERSENTASE

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 112 responden, yang menyatakan bahwa berlakunya Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 sudah efektif sebanyak 44 responden (39,29%) yang terdiri dari 28 (dua puluh delapan) responden jaksa, 8 (delapan) responden hakim dan 8 (delapan) responden TNI AL, dengan alasan :

Dapat dilihat dengan diterapkannya disemua daerah - Undang-Undang perikanan, dimana setiap daerah melakukan penangkapan terhadap nelayan yang melanggar Undang-Undang perikanan termasuk nelayan asing;

Page 50: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

40

Banyaknya kasus yang ditangani oleh PSDKP, Angkatan - laut, Polair yang dilimpahkan ke kejaksaan hingga Incraht.

Sudah ada pengadilan perikanan dan sudah banyak - perkara perikanan yang disidangkan.Terhadap undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 - untuk penerapan pidana sudah tepat, namun terhadap denda belum maksimal diterapkan dan barang bukti kapal dapat dirampas untuk negara sebagai pemasukan PNBP.Denda belum dapat ditagih karena terpidana, semua - nahkoda yang tidak mampu membayar namun terpidana menjalani subsidair dan barang bukti kapal dapat dilelang.Sepanjang dilaksanakan/diterapkan di 10 (sepuluh) - daerah peradilan perikanan yang ada (Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Jakarta Utara, Tual, Bitung, Ambon, Sorong, dan Merauke), sedangkan untuk daerah yang lain perlu kajian lebih lanjut.Mahkamah agung telah meresmikan beberapa - Pengadilan Perikanan di berbagai wilayah PN di seluruh Indonesia antara lain PN Jakarta Utara, Bitung, Tual, Ambon, Ranai, Tanjung Pinang dan Lainnya.Karena telah diundangkan dan berlaku di seluruh - wilayah NKRI.Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 dan Undang-- undang Nomor 45 Tahun 2009 sudah berlaku efektif di seluruh wilayah Indonesia karena Undang-undang tersebut yang menjadi dasar aparat penegak hukum di laut untuk melaksanakan penegakan hukum dan sebagai dasar penyidik untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Page 51: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

41

Negara Republik Indonesia (WPP-NRI).Bahwa Undang-Undang 31 tahun 2004 jo UU No. 45 - tahun 2009 tentang Perikanan sudah diterapkan efektif dan semakin efektif dengan adanya satgas IIU (illegal fishing) terbukti dengan berkurangnya pelanggaran terhadap UU ini terutama di wilayah NKRI.

Sedangkan yang menyatakan belum efektif sebanyak 51 responden (45,53%) yang terdiri dari 37 responden jaksa, 10 responden hakim dan 4 responden TNI-AL dengan alasan :

Terkait tindak pidana perikanan di ZEEI, pada proses - penuntutan setelah jaksa menerima tersangka dan barang bukti dalam hal barang bukti, jaksa tidak memiliki dermaga dan biaya perawatan kapal, sehingga barang bukti tidak dapat dijaga secara maksimal.

Dalam hal pembayaran denda dikaitkan dengan UU - No 31 Tahun 2004 seseorang tidak sanggup membayar karena denda tersebut terlalu besar.

UU No 31 Tahun 2004 belum seluruhnya berlaku di - wilayah Indonesia khususnya daerah terpencil yang masuk perairan Indonesia dimana belum paham apa dampak dari ilegal fishing tersebut, masih banyak mafia perikanan diseluruh wilayah Indonesia.

Terkendala mengenai waktu penahanan di proses - penyidikan dan penuntutan, karena proses penyidikan yang singkat menyulitkan penyidik melengkapi berkas dan diproses penuntutan membutuhkan waktu dikarenakan sidang pengadilan di pengadilan perikanan saat ini baru terbentuk di 10 (sepuluh) daerah peradilan perikanan (Medan, Ranai, Tanjung Pinang, Pontianak, Jakarta Utara, Bitung, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke).

Page 52: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

42

karena masih banyaknya pelanggaran, tidak - dilakukannya penahanan dan sebagian besar hanya dikenakan hukuman denda saja.

Karena dalam penerapan UU Nomor 31/2004 belum - didukung oleh peralatan pengawasan perikanan dimana kapal patroli yang dimiliki oleh TNI AL dan Polri dari segi kuantitas masih kurang memadai. Sehingga dengan minimnya peralatan dan kurang canggih akan berdampak pada tingginya tingkat pelanggaran UU Perikanan.

Masih adanya perbedaan penafsiran penerapan peraturan - antara Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan Hakim karena masih terdapat perbedaan penafsiran khususnya penerapan pemidanaan pasal-pasal di Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 antara JPU dan Hakim.

Karena Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang - Perikanan saat ini masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa substansi, baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi, maupun aspek hukum. Kelemahan pada aspek manajemen pengelolaan perikanan antara lain belum terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan. Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek hukum antara lain masalah penegakan hukum, rumusan sanksi dan yurisdiksi atau kompetensi relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar kewenangan pengadilan negeri tersebut.

Jumlah hakim perikanan (hakim yang bersertifikasi -

Page 53: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

43

perikanan) tidak sesuai/seimbang dengan luas wilayah perairan Indonesia.

UU No 31 Tahun 2004 hanya formalitas tanpa melihat - ke depan apakah tersedia dana untuk pendidikan hakim perikanan.

Tindak pidana perikanan tidak hanya terdapat di - peradilan perikanan, tetapi juga di peradilan umum di luar ke 10 peradilan perikanan yang ada di Indonesia (Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Bitung, Jakarta Utara, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke).

Kurangnya pembekalan terhadap Hakim Ad Hoc - Perikanan juga Hakim karir perikanan dan penegak hukum lainnya tentang teknis perikanan dan kemajuan atau perkembangan kejahatan perikanan yang ada melalui pertemuan pelatihan / pembekalan / refreshing Hakim Ad Hoc dan Hakim karir perikanan, Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan tingkat pertama.

Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang - perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan masih perlu direvisi sebab masih banyak pasal dalam Undang-undang tersebut yang belum ada sanksi hukum, contoh Pasal 43 (wajib memiliki SLO); Pasal 35A ayat (1,2); Pasal 93 ayat (2) mengenai SIPI untuk kapal berbendera Asing, bagaimana dengan kapal Bendera Indonesia tapi Orang Asing (perhatikan pasal 35A Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Permen KP Nomor 30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP RI, Pasal 14 ayat (2) yaitu untuk kapal ikan yang menggunakan modal dan / atau tenaga asing kewenangan penerbitan ijinnya dilakukan oleh Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Jadi untuk kapal bendera Indonesia dibawah 5 GT yang walaupun lengkap dokumennya

Page 54: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

44

tapi ABK ORANG ASING yang tetap dianggap tidak ada dokumen karena dokumennya harus dari Ditjen Tangkap KKP. Pertanyaannya sanksi hukumnya pasal yang mana?

`Pasal 93 ayat (1) yaitu sanksi hukum untuk kapal - bendera Indonesia dan orang Indonesia baik di ZEEI apalagi di territorial tetap ada sanksi hukum dan subsidair. Sedangkan untuk orang asing yang melakukan Illegal fishing di ZEEI tidak dihukum karena kesepakatan UNCLOS dan SEMA Nomor : 03/BUA.6/HS/SP/XII/2015, tanggal 29 Desember 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi Pengadilan bahwa perkara Illegal fishing di ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti.

`PANMUD Perikanan sesuai dengan Pasal 78A Undang-- undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan masih kurang bahkan belum mengikuti pelatihan sebagai PANMUD Perikanan. Demikian juga dengan Penuntut Umum, Pasal 75 ayat (2) huruf b.

`Pemeriksaan perkara - Illegal fishing terkadang masalahnya adalah penterjemah. Untuk di Pengadilan Perikanan dana untuk penterjemah tidak ada atau anggaran yang terbatas, yakni dibawah 1 (satu) juta.

`Mengingat perkara perikanan adalah termasuk pidana - khusus sehingga diperlukan biaya untuk Pemeriksaan Setempat (PS) sebab Hakim Ad Hoc Perikanan tidak difasilitasi kendaraan, karena perkara perikanan tidak bisa disamakan dengan perkara pidana umum yang tidak ada biaya PS. Mengingat barang bukti berupa mesin kapal, alat tangkap ikan, jaring dan lain-lain yang tidak

Page 55: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

45

bisa dihadirkan di persidangan dan sudah ada penetapan sita oleh Pengadilan Perikanan.

Bahwa dengan alasan tersebut UU ini belum bisa - efektif berlaku dikarenakan belum adanya upaya paksa berupa hukuman badan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh nelayan asing yang terjadi di ZEEI dan juga peraturan perundang-undangan ini harus didukung secara maksimal oleh PP dan Permen terkait, sehingga bisa sinergi, contoh : Barang rampasan oleh Negara bisa dilelang untuk mendapatkan pemasukan negara namun hasil tangkapan yang dilelang tersebut tidak dapat diberikan ijin untuk digunakan oleh nelayan lokal sebagai kapal ikan yang terjadi saat ini kapal dirampas dan dimusnahkan.

Karena banyak Surat Edaran maupun Kebijakan - Pemerintah Daerah yang tidak sesuai dengan UU No. 31/ 2004 Jo Nomor 45 Tahun 2009.

K- arena masih kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang

Sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 17 responden (15,18%).

a) Jumlah perkara tindak pidana perikanan di wilayah 2. ZEE

TABEL 2JUMLAH PERKARA TINDAK PIDANA

PERIKANAN DI WILAYAH ZEE

NO. RESPONDEN JUMLAH PERKARA1. JAKSA 4052. KKP 2643. TNI-AL 123 JUMLAH 792

Page 56: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

46

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah perkara tindak pidana perikanan di wilayah ZEE yang menjadi lokasi pengambilan sampel tahun 2017 yang ditangani oleh Kejaksaan adalah 405 perkara, sedangkan jumlah perkara yang ditangani KKP adalah 264 perkara dan jumlah perkara yang ditangani oleh TNI-AL adalah 123 perkara.

b) Negara asal pelaku tindak pidana perikanan ZEE yang ditangani oleh Kejaksaan, TNI-AL dan KKP adalah :

China- Kamboja- Laos- Malaysia- Mongolia- Myanmar- Philipina- Taiwan- Thailand- Vietnam -

c) Perjanjian Bilateral Dengan Negara Pelaku Tindak Pidana Perikanan

TABEL 3PERJANJIAN BILATERAL DENGAN NEGARA PELAKU

TINDAK PIDANA PERIKANAN

1. ADA PERJANJIAN 12 - 1 13 11,64

2. BELUM ADA PERJANJIAN 47 16 10 73 65,18

3. TIDAK MENJAWAB 23 2 1 26 23,21

JUMLAH 82 18 12 112 100

NO. JAWABAN RESPONDENRESPONDEN

JAKSA HAKIM TNI-ALJUMLAH PERSENTASE

Page 57: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

47

Dari Tabel 3 di atas menunjukkan dari 112 responden, 13 responden (11,64%) yang terdiri dari 12 responden Jaksa dan 1 responden TNI AL menyatakan bahwa ada perjanjian bilateral dengan negara pelaku tindak pidana perikanan di ZEE dengan alasan :

dengan negara malaysia, singapura, dan australia.- seperti Malaysia. Mohon dapatnya pemerintah RI - menjalin perjanjian kepada negara yang belum menjalin kerja sama.

Sedangkan 73 responden (65,18%) yang terdiri dari 47 responden Jaksa, 16 responden hakim dan 10 responden TNI AL menyatakan bahwa belum ada perjanjian dengan alasan :

Belum ada perjanjian ekstradisi yang dilakukan terhadap - negara yang melakukan tindak pidana perikanan di ZEE Indonesia

Thailand dan Myanmar belum memiliki perjanjian - bilateral dengan Indonesia di bidang perikanan yaitu dalam hal penanganan bagi pelaku tindak pidana perikanan dari negara-negara tersebut.

K- arena belum semua memiliki perjanjian bilateral dengan negara kita terkait pasal 102. Sehingga merugikan indonesia. Diharapkan ada perjanjian bilateral antar kedua negara sehingga perkara IUUF yang terjadi di ZEEI dapat dengan tegas penindakannya.

Thailand dan Vietnam belum ada melakukan perjanjian - bilateral bidang perikanan dengan pemerintah Indonesia.

Tidak ada yang memiliki perjanjian bilateral dengan - Indonesia mengenai perijinan penangkapan ikan. Karena hal tersebut dapat dilihat pada saat diperiksa/dilakukan

Page 58: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

48

pemeriksaan tidak pernah ditemukan dokumen resmi dari pemerintah Indonesia mengenai perjanjian untuk melakukan penangkapan ikan.

agar pemerintah Indonesia melalui menteri KKP segera - melakukan perjanjian bilateral di bidang perikanan.

Sedangkan yang tidak menjawab ada 26 responden (23,21%).

Keberadaan Hakim Perikanan Ad Hoc3.

TABEL 4KEBERADAAN HAKIM PERIKANAN AD HOC

NO. JWBN RESPONDEN JUMLAH PERKARA PERSENTASE1. MERATA 8 44,452. BELUM MERATA 8 44,453. TIDAK MENJAWAB 2 11.1JUMLAH SELURUHNYA 18 100

Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 18 responden, 8 responden (44,45%) menyatakan keberadaan Hakim perikanan Ad hoc telah merata dengan alasan :

Mahkamah Agung telah mengadakan rekrutmen - hakim Adhoc perikanan dan menugaskan di berbagai Pengadilan Negeri Perikanan seluruh Indonesia.Pengadilan Perikanan pada PN Tanjung Pinang telah - menerapkan hal demikian, juga dengan pengadilan perikanan lainnya.Pada saat memeriksa dan mengadili perkara sudah - diterapkan Pasal 78 undang-undang tersebut, dimana Hakim pengadilan perikanan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc dengan susunan majelis hakim terdiri

Page 59: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

49

atas 2 (dua) hakim ad hoc dan 1 (satu) hakim karier.

Sedangkan 8 responden (44,45%) menyatakan belum merata, dengan alasan:

Distribusi hakim perikanan (terutama hakim karir) tidak - seimbang dengan beban perkara di suatu daerah.

Karena tindak pidana perikanan tidak hanya terdapat - di wilayah peradilan perikanan, tetapi juga di luar ke 10 wilayah peradilan perikanan yang ada di Indonesia (Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Bitung, Jakarta Utara, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke), maka peradilan umum di luar peradilan perikanan juga menangani perkara perikanan yang seharusnya menurut ketentuan UU No 31 Tahun 2004 tidak diperbolehkan karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan pasal 78 bahwa hakim peradilan perikanan terdiri dari hakim karir yang bersertifikat dan hakim ad hoc.

perlu penegasan/pemerataan terutama di pengadilan - diluar pengadilan perikanan bahwa hakim karier harus yang bersertifikasi/pernah mengikuti pendidikan/pelatihan tentang perikanan/kelautan.

Di beberapa wilayah di Indonesia perlu ditambahkan - hakim adhoc misalnya di daerah Sulawesi Selatan

Di Pengadilan Negeri Jayapura belum ada hakim adhoc - yang bertugas, dan selama ini hanya hakim karir yang mengadili perkara tindak pidana perikanan

Sedangkan yang tidak menjawab ada 2 responden (11,1%).

Page 60: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

50

Pelaksanaan Tuntutan Pidana Oleh Jaksa Penuntut 4. Umum

Mengenai tuntutan pidana oleh Jaksa Penuntut Umum, diperoleh jawaban dari 82 responden Jaksa dan 18 Hakim, sebagai berikut :

Menurut 82 responden Jaksa, berpendapat bahwa :a. Dituntut berdasarkan SOP (Standar Operasional Prosedural) yang ada dan berlaku di Kejaksaan ada petunjuk teknis dengan cara rentut berjenjang menghendaki hal-hal yang tidak diinginkan.Dilakukan pidana denda atau subsidair jika pidana denda tidak dibayar.Sudah sesuai dengan pasal 102 UU Nomor 31 Tahun 2004 berupa denda subsidair, namun apabila tidak sanggup membayar denda dikenakan hukuman kurungan sebagai pengganti dan barang bukti dilelang dan disetor ke kas negara (namun sekarang sudah terjadi barang bukti kapal ditenggelamkan).Bahwa tuntutan pidana terhadap terdakwa yang melakukan tindak pidana perkara di ZEE Indonesia terkait pasal 102 UU No. 31 Tahun 2004 mengacu pada Surat Edaran Jaksa Agung yaitu SE. No. 13-053/A/SKJA/03/2017 tanggal 31 Maret 2017.Pidana yang diterapkan yaitu denda dan kurungan, dengan alasan pidana kurungan kita terapkan dengan mengacu pada pasal 30 ayat (2) KUHP. Perlu diingat bahwa ketentuan Pasal 30 ayat (2) KUHP, bunyi : “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan”. Dan bunyi Pasal 103 KUHP adalah “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan

Page 61: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

51

perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”. Secara normatif ketentuan Pasal 30 ayat (2) KUHP telah menentukan bahwa jika dijatuhkan pidana denda dan denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan. Ketentuan ini memberikan jalan keluar bagi terpidana yang tidak mempunyai uang dan barang untuk dihadapkan pada pilihan membayar denda apabila mau dan sanggup ataukah menjalani kurungan sebagai pengganti pidana denda. Ketentuan ini memberikan solusi atas kebuntuan ketika terdakwa tidak punya apa-apa dan tidak punya pilihan untuk menjalani kurungan. Tanpa ada pilihan bagi terdakwa akan menimbulkan masalah hukum ketika terdakwa tidak mau atau tidak memiliki kesanggupan membayar denda. Apakah terdakwa dikeluarkan begitu saja?tanpa ada sanksi apapun yang dijalani. Apakah ada upaya hukum atau diplomasi antar negara untuk memaksa terpidana asing membayar denda tersebut dengan cara memohon ke negaranya untuk menyita assetnya.

Bahwa ketentuan tentang pidana penjara dalam UU ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, kecuali telah ada perjanjian antara Pemerintah RI dengan pemerintah negara yang bersangkutan. Dikarenakan belum adanya petunjuk teknis yang mengatur secara khusus mengenai hal tersebut, maka kami mengajukan rencana tuntutan dengan aman tuntutan pidana denda yang mengenakan subsidiair pengganti

Page 62: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

52

denda berupa pidana kurungan.

Dengan alasan:

Tuntutan yang menyertakan subsidiair pidana - kurungan pengganti denda tersebut diajukan dikarenakan belum ada petunjuk teknis yang mengatur secara spesifik mengenai pedoman tuntutan untuk perkara tindak pidana perikanan yang locusnya berada di ZEEIDalam implementasi di lapangan, ketentuan Pasal - 102 UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No 45 tahun 2009 tentang Perikanan disimpangi dengan SEMA Nomor 3 tahun 2015 tentang pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi pengadilan dalam rumusan hukum kamar pidana bidang perikanan (illegal fishing) dikatakan bahwa dalam perkara illegal fishing di wilayah ZEE terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda Hakim dalam memutuskan perkara lebih banyak merujuk pada SEMA No. 3 tahun 2015 ini dan mengesampingkan Pasal 102 UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 tahun 2009 tentang perikanan. Persoalan muncul ketika hakim memutus dengan pidana denda tanpa pidana kurungan sebagai pengganti dan terdakwa tidak mampu membayar atau tidak mau membayar, sehingga tidak ada upaya paksa yang dapat dilakukan oleh JPU terhadap terdakwa apabila

Page 63: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

53

terdakwa adalah WNA, sehingga memunculkan piutang bagi Kejaksaan sebagai eksekutor. SEMA bukan termasuk Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana di maksud dalam UU No. 12 Tahun 2011, namun bagi hakim SEMA seringkali lebih diperhatikan Hakim dalam memutus perkara walaupun kedudukan SEMA tidak sama, bahkan seharusnya di bawah Undang-Undang.Masalah hukum berikutnya ketika terpidana - asing yang tidak membayar denda, dilepaskan begitu saja tanpa menjalani sanksi apapun, saat hendak kembali ke negaranya, pihak imigrasi Indonesia tidak akan membiarkan terpidana asing untuk keluar dari wilayah Indonesia karena mereka masih mempunyai kewajiban hukum membayar pidana denda yang merupakan hutang selamanya. Berhubung karena orang asing tersebut masih bersangkut paut masalah hukum maka imigrasi berwenang untuk mencekalBahwa sebagai akibat adanya pencekalan maka - akan menimbulkan lagi masalah baru yaitu pembiayaan terpidana asing yang masih dalam wilayah penampungan oleh aparat penegak hukum. Terdakwa asing yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan orang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahwa kemungkinan terjadi biaya yang dikeluarkan pemerintah akan lebih besar dengan denda yang dijatuhkan. Sehingga pemerintah akan menderita kerugian yang berlipat ganda, baik menyangkut kewibawaan hukum Indonesia maupun segi pembiayaan. Bahwa sering terjadi terpidana yang ditampung di Kejaksaan menjalani hidupnya berbulan-

Page 64: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

54

bulan, hingga dapat menyamai bahkan melebihi masa penampungannya, dibandingkan apabila diperhitungkan jika sekiranya dijatuhi kurungan pengganti pidana denda, di samping itu statusnya tidak jelas.Dalam ketentuan UU Perikanan maupun - Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Unitet Nations Convention On The Law of The Sea, UNCLOS 1982), tidak ada larangan bagi aparat penegak hukum untuk menjatuhkan kurungan sebagai pidana pengganti denda. Bahwa yang dilarang dalam Undang-Undang Perikanan dan UNCLOS 1982 adalah penjatuhan pidana badan dan atau pidana penjara. Sedangkan pidana kurungan atau kurungan pengganti pidana denda sama sekali tidak dilarang.Bahwa ketentuan Pasal 102 Undang-Undang - No. 31 tahun 2004 menentukan bahwa ; terhadap pelaku asing yang melakukan tindak pidana di ZEE tidak dapat dijatuhkan pidana penjara dan pidana badan. Bahwa secara teoretik dan normatif tidaklah sama pengertiannya antara pidana badan dan penjara disatu sisi dengan pidana kurungan atau kurungan pengganti pidana denda. Pidana kurungan jangka waktunya singkat yaitu paling lama 1 tahun 4 bulan (vide Pasal 18 ayat (1) KUH Pidana). Untuk kurungan pengganti pidana denda, paling lama 8 bulan (vide Pasal 30 ayat (5) KUH Pidana). Sedangkan penjara lebih lama hingga seumur hidup (vide Pasal 12 ayat (1) KUH Pidana). Untuk hukuman penjara sementara paling lama 20 tahun (vide Pasal 12

Page 65: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

55

ayat (3) KUH Pidana). Hal itu mendasari secara filosofis pemikiran pembuat Undang-Undang Perikanan dan UNCLOS sehingga pidana kurungan dan kurungan pengganti pidana denda tidak dilarang dijatuhkan oleh Hakim.Dengan demikian guna kepastian hukum dalam - pelaksanaan penuntutan dan demi tercapainya kepastian pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang tidak tumpang tindih serta dilaksanakan sesuai dengan hukum, maka kami mohon petunjuk agar dapat diterbitkan Petunjuk Teknis yang mengatur mengenai Pedoman Tuntutan bagi tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh Warga Negara Asing di ZEEI.

Belum ada petunjuk teknis untuk tuntutan pidana terhadap terdakwa, namun tuntutan sudah tinggi dan maksimal.Tuntutan pidana berupa denda dengan ketentuan denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan, Juknis tidak ada tapi rencana tuntutan disampaikan ke kejaksaan agung.Di wilayah hukum Kejati Kalbar dalam tuntutan pidananya adalah denda yang disubsidairkan dengan pidana kurungan, dengan alasan apabila terdakwa tidak mampu membayar denda agar tidak menjadi tunggakan PNBP Kejaksaan.

Sedangkan 18 responden Hakim berpendapat :b.

Tuntutan yang di ajukan Jaksa Penuntut Umum masih terlalu rendah/belum sesuaiBahwa selama ini JPU selalu menuntut pidana denda subsider pidana penjara/badan. Pertimbangan

Page 66: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

56

JPU adalah dengan mempertimbangkan situasi hukum yang terjadi apabila mengacu sepenuhnya pada ketentuan Pasal 102 dengan melihat dampak kerugian yang ditimbulkan akibat pencurian ikan oleh orang asing di perairan ZEE Indonesia. Tetapi hakim selalu konsisten dengan ketentuan Pasal 102, dimana putusan denda tanpa jaminan. Denda yang diputus hakim besarnya/nilainya biasanya lebih rendah dari nilai lelang kapal; walau secara administratif tidak bisa denda dibayar dari hasil lelang kapal.bahwa pengadilan perikanan di Bitung tetap mengacu kepada Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 dan pasal 102 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 serta SEMA No. 3 Tahun 2015.bahwa barang bukti yang punya nilai ekonomis dan punya nilai pasar serta dapat dijual dapat dirampas untuk negara sehingga ada pemasukan untuk negara dan jika barang bukti tersebut tidak punya nilai ekonomis dan tidak punya nilai jual dapat dirampas untuk dimusnahkan. Sedangkan untuk denda disesuaikan besar kecilnya kapal, fungsi, jenis dan kondisi kapal, biaya penyusutan kapal dan dibandingkan secara proporsional dengan maksimal sesuai pasal yang didakwakan.JPU cenderung normatif dengan catatan bahwa besaran denda disesuaikan dengan tingkat kerugian negara akibat illegal fishing dan dalam mengajukan tuntutan karena berpedoman kepada pasal yang didakwakan dan pasal sanksinya.Selama ini JPU sudah mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku (Pasal 102) walau seringkali JPU menambahkan dalam tuntutannya selain pidana

Page 67: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

57

denda subsider pidana penjara tapi umumnya hakim selalu mengacu pada Pasal 102 bahwa denda tanpa jaminan.Sudah sesuai namun demikian perlu lebih diperberat terutama pada kasus-kasus pelanggaran penggunaan alat tangkap yang dilarang (Trawll), dan bom.bahwa dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 103 ayat (1) dan (2) perkara perikanan ada yang dikategorikan Kejahatan dan Pelanggaran. Dalam Rentut JPU barang bukti perkara kategori kejahatan atau pelanggaran kadang-kadang tetap sama yaitu dirampas untuk dimusnahkan. Apakah perkara yang dikategorikan pelanggaran khusus bendera Indonesia dapat dipertimbangkan untuk dikembalikan pada pemiliknya. Demikian juga dengan subsidair perkara yang dikategorikan kejahatan atau pelanggaran terkadang tetap sama 6 (enam) bulan.Dalam mengajukan tuntutan pidana JPU sering tidak memperhatikan fakta-fakta hukum di persidangan.Tuntutan yang diajukan oleh JPU selalu menerapkan pidana denda dengan kurungan pengganti karena berdasarkan realita denda tidak selalu dapat dibayar oleh Terdakwa.

Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Tindak Pidana 5. Perikanan Dalam Wilayah ZEE

Jawaban responden mengenai pelaksanaan tuntutan pidana denda tindak pidana perikanan dalam wilayah ZEEI, sebanyak 82 (delapan puluh dua) responden Jaksa menyatakan :

Page 68: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

58

Sebanyak 18 (delapan belas) responden menyatakan sudah mengeksekusi perkara perikanan yang terjadi di seluruh wilayah ZEEI, dengan alasan :

Sudah mengeksekusi perkara Perikanan sesuai pasal - 102 UU No. 31 Tahun 2004.Sudah dieksekusi seluruhnya dan denda yang - diberikan sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).Secara keseluruhan kapal telah dieksekusi - berdasarkan keputusan KKP, yakni 2 kapal sedang kasasi, 2 kapal telah diserahkan ke pembinaan, dengan alasan faktor pendukung tidak tersedia dipa eksekusi kejaksaan sehingga dibantu satgas 115.Sudah dieksekusi dan denda yang disetorkan ke kas - negara sebesar Rp 108.842.500 (seratus delapan juta delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)Telah dilakukan eksekusi namun tidak ada yang - membayar denda hanya menjalani pidana kurungan (denda 200 juta – 1,5 M).Seluruh perkara perikanan yang telah inkrah - telah dieksekusi namun tidak ada satupun yang membayar denda, hanya menjalani pidana kurungan. Kisaran denda antara Rp. 200.000.000,- s/d Rp. 1.500.000.000,-. Hakim sependapat dengan tuntutan JPU dalam putusannya menetapkan pidana kurungan sebagai pidana denda apabila tidak dibayar.

Sebanyak 19 (sembilan belas) responden menyatakan belum di eksekusi, dengan alasan:

Belum melaksanakan eksekusi, dengan alasan masih - belum inkrah karena terhambat dengan putusan dari

Page 69: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

59

Pengadilan Negeri yang memutus perkara tanpa kurungan sebagai pengganti denda, sejak adanya SEMA No. 3 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa tidak ada putusan denda subsidair maka sebagai JPU melakukan upaya banding dan kasasi sebagai upaya hukum.Dengan adanya Pasal 102 UU No 31 Tahun - 2004, hal ini merupakan kendala bagi JPU dalam pelaksanaan eksekusi, karena terpidana yang dijatuhi pidana denda yang cukup tinggi sedangkan para terpidananya adalah orang-orang yang tidak mampu (buruh). Selain itu terpidananya sudah kembali ke negara asalnya. Hal ini mengakibatkan tunggakan dalam hal eksekusi terhadap para terpidana. Selain itu masih ada yang belum dieksekusi karena berlarut-larutnya waktu upaya hukum kasasi (belum inkracht).

Sebanyak 20 (dua puluh) responden menyatakan belum pernah menangani tindak pidana perikanan.Sebanyak 25 (dua puluh lima) responden tidak menjawab.

Pelaksanaan Persidangan In Absentia6.

Jawaban dari 82 (delapan puluh dua) responden jaksa mengenai kehadiran para terdakwa dalam persidangan perkara perikanan di wilayah ZEEI, apakah seluruhnya hadir atau in absentia.

Sebanyak 33 (tiga puluh tiga) responden Jaksa menyatakan bahwa para terdakwa hadir dalam persidangan perkara perikanan, yaitu:

Nahkoda dan ABK hadir di persidangan, namun - terdakwa dititipkan di tempat penitipan yang ada

Page 70: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

60

di PSDKP, dengan catatan jaksa yang membayar biaya makan terdakwa sampai mempunyai kekuatan hukum tetap/vonis.Para terdakwa yang ditangani seluruhnya hadir - mengikuti persidangan dengan didampingi penerjemah dari negara asal si terdakwa, disamping itu yang hadir pada saat mengikuti persidangan yaitu para media cetak/pers, pengunjung sidang yang mengikuti persidangan perkara yang lain.

Sebanyak 3 (tiga) rspponden Jaksa menyatakan bahwa para terdakwa tidak hadir dalam persidangan perkara perikanan, dengan alasan :

bahwa para terdakwa tidak menghadiri persidangan - (in absentia), dengan alasan : 1. Karena tidak dilakukannya penahanan, 2. Tidak ketatnya hukuman yang diterima apabila perkara tersebut dinyatakan selesai. 3. Rata-rata hanya hadir untuk mengambil barang bukti saja.

Sebanyak 11 (sebelas) responden Jaksa menyatakan belum pernah menangani perkara perikanan, dengan alasan:

belum pernah menyidangkan tindak pidana - perikanan dan belum adanya perkara tindak pidana perikanan di wilayah hukum responden.

Sebanyak 35 (tiga puluh lima) responden Jaksa tidak menjawab dan tidak memberikan alasan.

Koordinasi Antara Jaksa Perikanan Dengan Penyidik 7. Perikanan

Jawaban responden mengenai koordinasi antara JPU dengan penyidik dalam proses penyelesaian tindak pidana

Page 71: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

61

perikanan di ZEEI, menyatakan :

Sebanyak 82 (delapan puluh dua) responden Jaksa menjawab :

Sejak awal penyidik berkoordinasi dengan baik - untuk memaksimalkan proses penyidikan terkait waktu penahanan atau penyidikan yang cepat yang telah diatur Undang-undang.Bahwa koordinasi sebagai JPU dengan penyidik - baik dalam proses penegakan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun masih menjadi kendala tempat penitipan terdakwa.koordinasi antara penyidik (TNI-AL, PPNS, POL-- AIR dan KKP) dengan JPU sudah berjalan dengan baik terutama dalam penerapan pasal 102 UU No. 31 Tahun 2004.Bahwa selama ini koordinasi yang dibagun antara - Penuntut Umum Kejari Batam dengan Penyidik PSDKP Batam berjalan dengan baik, khususnya mengenai kesediaan pihak PSDKP Batam menerima penitipan sementara barang bukti berupa kapal beserta alat tangkap, terdakwa, dan saksi-saksi ABK non yustisia di kantor PSDKP Batam setelah adanya penyerahan tanggung jawab tersangka dan barang bukti (tahap 2) dan demi lancarnya proses persidangan pun pihak PSDKP Batam membantu Penuntut Umum menghadirkan saksi-saksi ABK non Yustisia dan terdakwa dengan didampingi oleh petugas PSDKP Batam di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjungpinang yang harus ditempuh dengan menggunakan kapal laut. Bahwa penitipan terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisia di PSDKP Batam dilakukan tetap berpedoman pada

Page 72: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

62

pasal 73 UU RI Nomor 17 tahun 1985 dan pasal 102 UU RI Nomor 31 tahun 2004, oleh karenanya terhadap para terdakwa dan saksi-saksi tersebut tidak dilakukan pengurungan di dalam sel ataupun pengekangan terhadap kemerdekaan bergerak, hanya saja pengamanan di waktu malam hari diperketat melalui pos penjagaan. Bahwa penitipan sementara tersebut di lakukan dikarenakan kantor Kejaksaan Negeri Batam tidak memiliki tempat penampungan sementara bagi terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisi tersebut, selain itu juga belum terdapat regulasi yang secara khusus mengatur mengenai teknis tempat penitipan sementara maupun instansi yang berwenang untuk menerima penempatan sementara terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisi tersebut selama menjalani proses hukum. Selain itu terbatasnya anggaran juga menjadi faktor utama bagi penuntut umum dalam pembiayaan terpidana asing yang dititipkan di penampungan PSDKP Batam. Terdakwa asing yang sedang menjalani proses hukum yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan orang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sebanyak 18 (delapan belas) Responden KKP menjawab:

Penyidik dan jaksa selalu berkoordinasi dengan - baik agar jumlah perkara yang dilimpahkan oleh penyidik sesuai jumlahnya dengan perkara yang disidik berdasarkan SPDP yang telah dikirim oleh penyidik.Penyidik berkoordinasi dengan jaksa terkait - dengan Pasal-pasal sangkaan oleh penyidik dan

Page 73: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

63

jaksa akan memberikan petunjuk dan masukan untuk pemenuhan unsur pasal tersebut agar tidak terkendala dalam proses penuntutan.Selama ini koordinasi perkara hampir 50 perkara - pertahunnya seperti di batam sangat bagus terkait Pasal 102 selama ini semua mengacu UU dan UNCLOS sehingga tidak dilakukan penahanan terhadap pelaku TPP yang terjadi di ZEEI apa yang terjadi hampir semua perkara TPP di ZEEI di Batam berakhir dengan upaya hukum banding dan kasasi yang waktunya 1 hingga 2 tahun belum incracht. Mengingat nahkoda tidak mampu bayar denda yang rata-rata 1 milyar hingga 2 milyar sementara majelis hakim tetap mengacu unclos yaitu tanpa ada subsider kurungan pengganti denda sehingga semua putusan dijatuhkan majelis hakim hanya denda tanpa subsider.Koordinasi antara penyidik dengan JPU dilakukan - terkait sangkaan pasal yang digunakan, penyusunan berkas perkara sampai tahap P21 dan penyerahan tersangka dan barang bukti (P21 tahap2).Koordinasi seperlunya terkait penitipan kembali - terdakwa dari JPU ke PPNS dan penitipan kembali Kapal perikanan dan Alat penangkapan ikan dari JPU ke PPNS Perikanan. Karena terdakwa tidak dapat ditahan maka dititipkan kembali ke PPNS dan kapal ikan serta alat tangkap tidak ada tempat di Kantor Kejaksaan.

Efek Jera Terhadap Penjatuhan Pidana Denda8.

Jawaban responden mengenai hubungan antara penjatuhan pidana denda dengan efek jera dalam menangani perkara perikanan diuraikan dalam tabel di bawah ini :

Page 74: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

64

Tabel 5Efek Jera Terhadap Penjatuhan Pidana Denda

1. Jera 8 8 16 16 %

2. Tidak Jera 48 8 56 56 %

3. Tidak Memberikan jawaban 26 2 28 28 %

Jumlah 82 18 100 100 %

NO. JAWABAN RESPONDEN

JAKSA HAKIMJUMLAH PERSENTASE

Dari tabel 5 di atas, ada 2 (dua) pendapat tentang efek jera dalam penanganan tindak pidana perikanan, yaitu:

16 responden (16 %) yang terdiri dari 8 responden Jaksa a. dan 8 responden Hakim menyatakan penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana perikanan di ZEEI sudah menimbulkan efek jera, dengan alasan:- Sudah memberikan efek jera karena pidana denda

yang dijatuhkan kepada para terdakwa tersebut lumayan tinggi sehingga para terdakwa sungkan untuk mengulangi kembali.

- Karena selain denda ada hukuman tambahan yaitu kapal-kapal yang digunakan oleh para terdakwa dinyatakan dirampas untuk dimusnahkan dan juga terbukti bahwa dalam kurun waktu 2015 sampai Maret 2017 tidak ada terpidana yang mengulang perbuatannya dan melakukan llegal fishing pada wilayah perikanan Bitung.

56 responden (56 %) yang terdiri dari 48 responden b. Jaksa dan 8 responden Hakim menyatakan penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana perikanan di ZEEI tidak menimbulkan efek jera, dengan alasan:

- bahwa pidana denda itu tidak mengakibatkan pelaku

Page 75: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

65

jera, dengan alasan : 1. Karena penjatuhan pidana denda bagi para terdakwa tidak dibayar dan dari putusan pengadilan tidak ada hukuman pengganti denda. 2. Putusan masih terlalu ringan. 3. Hakim dalam menjatuhkan hukuman hanya pidana denda saja sehingga JPU melalukan upaya hukum, disisi lain terdakwa harus dideportasi ke negaranya.

- Rumusan sanksi dalam UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomer 45 tahun 2009 tentang Perikanan tidak mengatur rumusan sanksi paling rendah atau minimum sehingga seringkali sanksi pidana yang dijatuhkan tidak memberi efek jera kepada pelaku. Selain itu dalam pelaksanaannya pelaku tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI yang tidak dapat membayar pidana denda, berdasarkan hukum tidak diperbolehkan menjalani pidana pengganti denda berupa pengurungan maupun pidana badan lainnya.

- Untuk kapal yang berbendera asing dan nakhoda asing yang melakukan kegiatan perikanan di perairan ZEEI dapat dikatakan belum mengakibatkan efek jera. Alasannya karena akibat penerapan UNCLOS Pasal 73 ayat (3) dan SEMA Nomor 03/BUA.6/HS/SP/XII/2015 tanggal 29 Desember 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi Pengadilan, bahwa perkara Illegal fishing di ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti. Sebab dalam kenyataannya khusus di PN Perikanan Bitung perkara perikanan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat (Tahun 2014 perkara perikanan berjumlah 18 (delapanbelas)

Page 76: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

66

perkara, terbanyak di Indonesia; tahun 2015 perkara perikanan berjumlah 38 (tigapuluh delapan), terbanyak di Indonesia; Tahun 2016 jumlah perkara perikanan 49 (empatpuluh sembilan) perkara, masih yang terbanyak di Indonesia).

- Ketentuan yang diatur dalam UU No 31 Tahun 2004 terhadap tindak pidana perikanan di wilayah ZEE Indonesia, secara tidak langsung membuka peluang bagi pelaku/terdakwa untuk tidak memenuhi kewajibannya tanpa sanksi; terutama terhadap pelaku/terdakwa warganegara asing.

- Belum menunjukkan efek jera, dengan alasan karena bila denda tidak dibayar, kepada terdakwa tidak ada dikenakan sanksi lain, karenanya tidak ada efek jera terbukti adanya terdakwa yang sudah mendapat sanksi dan ternyata tidak bisa bayar denda dan kemudian kembali lagi tertangkap dan disidangkan.

28 responden (28 %) tidak memberikan jawaban.c.

Kendala Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang B. Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Setelah melakukan wawancara langsung dengan para responden di 5 (lima) wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi yakni, Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Papua, tim penelitian dapat merangkum kendala-kendala yang dihadapi para responden dalam rangka penerapan pasal 102 UU No. 31 Tahun 2004, yakni :

Kejaksaan (82 responden) :Bahwa karena tersangka tidak dapat ditahan, beberapa ada - yang tidak diketahui keberadaannya sebelum ada putusan

Page 77: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

67

yang berkekuatan hukum tetap.Eksekusi kapal terlambat dilaksanakan karena memakan - biaya yang cukup besar dan melibatkan instansi lain, dan tidak tersedia anggaran dalam DIPA Kejaksaan untuk melakukan eksekusiPutusan terhadap upaya hukum banding maupun kasasi - memakan waktu yang cukup lama.Terdakwa tidak dapat membayar pidana denda sesuai dengan - yang dijatuhkan dalam amar putusanTidak adanya perhatian dan perlindungan hukum dari - perwakilan negara untuk menjalin komunikasi dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh warga negaranya, dan tidak ada biaya operasional untuk mendatangi secara langsung ke Kedutaan Besar terdakwa yang berada di Jakarta.Putusan Pengadilan Perikanan yang tidak menerapkan - pidana kurungan pengganti denda karena hakim berpedoman pada ketentuan Pasal 102 UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No 45 tahun 2009 tentang Perikanan dan SEMA Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015Belum diaturnya mengenai penitipan barang bukti khususnya - Kapal.

Hakim (18 responden):

Pada saat persidangan (belum putus) orang asing tersebut - sudah mulai ada yang melarikan diri sehingga dilakukan sidang tanpa dihadiri oleh terdakwa (in absentia)Kesulitan menghadirkan Juru bahasa untuk menerjemahkan - Bahasa dari negara orang asing tersebutSebagian besar terdakwa yang diadili oleh pengadilan -

Page 78: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

68

hanyalah nelayan kecil sehingga jika terdakwa harus dibebani untuk membayar denda oleh Penuntut Umum sudah pasti mereka tidak akan mampu untuk membayar dendaJaksa mengalami kesulitan dalam mengeksekusi putusan - denda yang terdakwanya tidak mampu untuk membayar denda dan Jaksa mengalami kebingungan menentukan status terdakwa/ tidak ada kepastian hukum dalam melaksanakan putusan.Waktu penyidikan mulai kapal asing sampai pelimpahan - berkas Perkara Perikanan di Sidang Pengadilan banyak memakan waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang sampai 1 (satu) tahun, akibatnya putusan yang akan dijatuhkan oleh Majelis Hakim juga terkesan lama ditambah Rentut Jaksa Penuntut Umum yang melebihi waktu 1 (satu) bulan sehingga ketentuan Pasal 80 UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009, yang menyatakan “Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan pelimpahan berkas perkara dari penuntut umum, Hakim harus sudah menjatuhkan putusan” tidak dapat dipenuhi.

Penyidik KKP (18 responden) :

Masih terdapat kendala, karena belum ada tindak penahanan - terhadap pelaku IUU Fishing sehingga peluang untuk melarikan diri lebih besarDari sisi yuridis mereka tidak dikurung penyidik hanya - diamankan saja di tempat penampungan sementara hingga inkracht. Posisi diamankan disini juga masih belum jelas bahkan ada yang sudah hampir 2 tahun berada di pangkalan PSDKP menunggu kepastian incracht. Selama 2 tahun itulah mereka menunggu dan menunggu putusan incrachtnya. Sementara mereka tidak boleh dikurung. Kondisi demikian

Page 79: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

69

dari non yuridis akan menyulitkan penyidik maupun jaksa karena potensi untuk tersangka/terdakwa kabur sangat terbuka. Contoh kasus 2016 sudah ada 6 tersangka yang kabur dari pengamanan karena sudah overload kondisi yang ada.Terdakwa masih dititipkan di PPNS Perikanan sampai - inkracht, biaya makan awak kapal yang masih minim hanya ditanggung selama penyidikan (30) hari, kapal mangkrak di dermaga sampai turun nilai ekonomisnya, karena nunggu kasus sampai Inkracht (ada yang sampai satu tahun menunggu inkracht)

Penyidik TNI-AL (12 responden) :

Tidak berlaku ketentuan penahanan terhadap tersangka - sehingga hal tersebut menjadi kendala bagi penyidik VHC melakukan pengawasan terhadap tersangka WNA sampai dengan penyerahan tahap II ke kejaksaan.

Tidak adanya anggaran terkait biaya hidup terdakwa selama - proses penyidikan.

Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengoptimalkan Pelaksanaan C. Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Hasil wawancara langsung dengan para responden di 5 (lima) wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi yakni, Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Papua, adapun upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan eksekusi pidana denda pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Page 80: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

70

Kejaksaan (82 responden) :

Penyidikan harus lebih bersifat progresif terhadap si pemilik - kapal, dikarenakan selama ini nahkoda/ABK hanya pekerja, yang mana pemilik kapal ikan dapat bertanggung jawab. Pendekatan secara persuasif terhadap terpidana untuk - membayar denda, dan melakukan Koordinasi dengan pihak kedutaannya jika tidak mampu membayar, dan membuat surat pernyataan tidak sanggup melakukan pembayaran denda yang ditanda tangani oleh terdakwa diatas materai. Melakukan tuntutan pidana denda dengan subsidair berupa - kurungan kepada terdakwa. Melakukan koordinasi dengan pihak Konsulat Jenderal atau - Kedutaan Besar asal negara terdakwa, agar pihak Kedutaan mau menjembatani terdakwa agar mau membayar denda. Tuntutan pidana denda tidak terlalu tinggi agar terdakwa - sanggup untuk membayar. Melakukan koordinasi dengan negara yang warga negaranya - melakukan tindak pidana di Indonesia dan terhadap barang bukti yang mempunyai nilai ekonomis dilakukan pelelangan pada tahap penyidikan sehingga masih mempunyai nilai ekonomis yang masih tinggi. Diajukan tuntutan “dirampas untuk negara” terhadap - barang bukti berupa kapal, alat navigasi, alat komunikasi, dan barang bukti bernilai ekonomis lainnya, dengan tujuan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya yakni manfaat ekonomis bagi negara.

Hakim (18 responden):Mengeluarkan penetapan upaya paksa/penahanan. Karena - tanpa ada upaya paksa/penahanan, semua tindakan JPU akan sia-sia karena tidak bisa dieksekusi. Karena tanpa adanya upaya paksa/penahanan, akan sulit bagi JPU untuk melacak

Page 81: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

71

keberadaan terdakwa untuk meminta membayar pidana denda. Walaupun pada prinsipnya penerapan upaya paksa/penahanan tersebut masih merupakan bahan pemikiran, tetapi perlu dipertimbangkan dengan seksama mengingat merubah/merevisi UNCLOS yang tidak mengatur adanya upaya paksa/penahanan bukanlah pekerjaan mudah, karena kita akan berhadapan dengan dunia internasional karena sebenarnya ZEEI itu milik dunia yang kebetulan ada di wilayah perairan Indonesia.Tuntutan pidana dicantumkan pidana kurungan pengganti - pidana denda yang tidak dibayar oleh terdakwa, dengan alasan apabila hanya dikenakan pidana denda, akan menjadi tidak efektif terhadap penegakan hukumnya karena penjatuhan pidana denda yang tidak disertai dengan alternatif pidana pengganti denda bila pidana denda tersebut tidak dibayarkan, sehingga tidak memberikan efek jera terhadap terdakwa.Meminta JPU untuk menghubungi perwakilan negaranya, - untuk disediakan penerjemah yang dapat dihadirkan pada saat persidangan sehingga membantu kelancaran proses pemeriksaan.

Penyidik KKP (18 responden) :

Barang bukti kapal/ tindak pidana perikanan secepatnya - untuk dilakukan langkah-langkah konkrit dan cepat agar tidak rusak/hilang sehingga biaya perawatan tidak tinggi. Menginformasikan langsung kepada duta besar - bersangkutan. Tetap dilakukan penanganan semaksimal mungkin.- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait khususnya - pihak keimigrasian.

Page 82: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

72

Penyidik TNI-AL (12 responden) : Dengan cara mempercepat proses penyidikan dengan - selalu berkoordinasi dengan keimigrasian, karena supaya terhindar dari upaya hukum lebih lanjut yang bisa dilakukan oleh tersangka berupa praperadilan. Sesuai yurisdiksi selalu cek keberadaan tersangka setiap - waktu dan perlakukan tersangka dengan baik serta melakuakan komunikasi atau pendekatan intens dengan tersangka sehingga tidak melarikan diri Apabila ada tindak pidana perikanan yang dilakukan WNA - di ZEEI, penyidik berkoordinasi dengan Kantor Kedubes terkait segera setelah dilakukan penangkapan untuk menerapkan ketentuan dalam pasal 104 ayat 4 UU 31 tahun 2004 (uang jaminan).

Saran Responden untuk Mengoptimalkan Pelaksanaan D. Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Selama tim melakukan penelitian melakukan wawancara langsung dengan para responden di 5 (lima) wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi yakni, Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Papua, dapat dihimpun berbagai saran untuk lebih mengoptimalkan Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 UU No. 31 Tahun 2004, diantaranya:

Kejaksaan (82 responden) : Bahwa sebaiknya pelanggaran tindak pidana perikanan - di ZEE tetap dapat dilakukan penahanan, disamping mendapatkan efek jera juga mempermudah jaksa dalam proses persidangan dan penyidik dalam proses penyidikan. Bahwa perlu perjanjian bilateral antara pemerintah RI dengan -

Page 83: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

73

negara tetangga yang diperkirakan akan banyak melakukan Tindak Pidana Perikanan di ZEE, agar jaksa penuntut umum dalam pelaksanaan eksekusi tidak terkendala dengan tidak adanya upaya paksa. JPU tetap berkoordinasi dengan penyidik agar terdakwa - tetap hadir di persidangan hingga putusan hakim dan dilaksanakannya eksekusi atas putusan-putusan tersebut. Undang-undang Perikanan direvisi, koordinasi antara - penegak hukum, denda diganti dengan penjualan lelang Barang bukti sehingga dapat menjadi PNBP, namun denda harus sesuai dengan nilai lelang. Tuntutan terhadap para pelaku tindak pidana perikanan - dapat dihukum berat. Para penegak hukum agar satu pemahaman dalam - merumuskan suatu putusan agar penanganan perkara tidak berlarut-larut. Pemerintah RI membuat perjanjian dengan negara-negara - yang warganya paling sering melakukan tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI agar dapat dilakukan penahanan (Philipina, Thailand , China, Malaysia, Vietnam). Agar diterapkan atau diatur dibolehkannya pidana denda - diganti dengan pidana pengganti atau subsidair sehingga apabila terpidana tidak mampu membayar denda yang ditetapkan bisa diganti dengan pidana lainnya. Agar kembali ke aturan hukum yang berlaku. Jika kebijakan - menteri untuk ditenggelamkan agar pada waktu tingkat penyidikan di tenggelamkan saja. Bahwa pasal 102/UU No. 31 Tahun 2004 masih menjadi - permasalahan dalam penerapan hukumnya yang sampai sekarang masih juga terdapat perbedaan penafsiran dalam hal tuntutan dan putusan pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Perikanan yang mana terhadap putusan

Page 84: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

74

oleh Hakim JPU selalu melakukan upaya Banding oleh karena itu permasalahan ini harus diselesaikan baik antara negara-negara yang terkait dan oleh para penegak Hukum. Agar ada koordinasi dengan rudenim dari tingkat pusat - untuk penyimpanan/ tempat tinggal terdakwa, barang bukti agar dapat dilelang, denda jangan besar-besar, sidang dipercepat, dan rentut dipercepat. JA, Menteri KKP, TNI-AL, juga melibatkan kemenkumham, - khususnya RUDENIM/IMIGRASI dalam hal tempat untuk tinggal tersangka perikanan Pasal 102, (RUDENIM/IMIGRASI harus mau/wajib menerima orang asing dalam pasal 102, dan biaya hidup tersangka orang asing pasal 102 dikoordinasikan dengan duta besar masing-masing. Agar dalam Rentut segera turun sehingga perkara perikanan - cepat ditangani dan cepat dieksekusi sehingga lelang bisa dilaksanakan, setelah lelang dilaksanakan didapatkan PNBP untuk/sektor Perikanan. Agar putusan dapat dilaksanakan dan memiliki daya paksa, - maka subsidair pengganti denda (kurungan) pasal 41 KUHP Mengusulkan kepada Kementerian Luar Negeri, - Kementerian Hukum dan HAM, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan evaluasi dan rekapitulasi negara-negara pelanggar tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI serta mengusulkan untuk mengadakan perjanjian bilateral dengan negara-negara pelanggar tersebut yang isinya secara khusus mengatur mengenai diperbolehkannya pengenaan pidana penjara, pengurungan, maupun bentuk pidana badan lainnya bagi pelaku tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI masing-masing negara, dengan mempedomani pasal 73 ayat (3) UU RI Nomor 17 tahun 1985 dan pasal 102 UU RI Nomor 31 tahun 2004

Page 85: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

75

yang mengatur bahwa larangan pengenaan pengurungan atau setiap bentuk hukum badan lainnya bagi pelaku tindak pidana perikanan di ZEEI dapat dikecualikan bila telah ada perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara yang bersangkutan. Menyusun petunjuk teknis terkait penanganan perkara - tindak pidana perikanan khususnya yang terjadi di ZEEI dengan mempedomani pasal 73 ayat (3) UU RI Nomor 17 tahun 1985 dan pasal 102 UU RI Nomor 31 tahun 2004. Proses peradilan mulai dari penyidikan hingga ke - persidangan membutuhkan biaya yang sangat besar, proses hukum yang sangat panjang dan sarana/prasarana yang sangat memadai membutuhkan keahlian, penerjemah khusus dalam penanganan kasus tersebut. Untuk itu perlu dikaji kembali mengenai anggaran biaya operasional sidang jaksa dalam penyelesaian kasus tindak pidana perikanan. Penuntut umum dalam hal perkara tindak pidana Perikanan - harus memiliki pengetahuan yang baik di bidang perikanan, namun masih sedikit jaksa yang paham tentang perikanan oleh sebab itu perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan yang terus menerus terhadap para jaksa yang menangani masalah tindak pidana perikanan. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait yakni - Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Hukum dan HAM cq. Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung RI, TNI AL, POLRI, dan instansi lainnya mengenai penganggaran, pengamanan, penempatan maupun masalah lainnya terkait terdakwa yang tidak dapat ditahan, ABK non Yustisia, maupun terhadap barang bukti berupa kapal laut. Mengajukan usulan revisi terhadap UU RI Nomor 45 - tahun 2009 jo UU RI Nomor 31 tahun 2004 khususnya

Page 86: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

76

mengenai masa penahanan yang sangat singkat dan waktu penyelesaian perkara. Masa penahanan yang hanya 10 hari dipandang sangat memberatkan JPU, karena terlalu singkat, sedangkan perkara IUU Fishing bukan perkara yang mudah ditangani, banyak faktor yang dapat menghambat proses penuntutan. Pada tingkat penuntutan akan berbenturan dengan mekanisme kontrol di Kejaksaan yang berjenjang sehingga penyelesaian di Kejaksaan membutuhkan waktu yang lama, sedangkan pada pemeriksaan di pengadilan akan berbenturan dengan mekanisme beracara yang harus dilalui. Waktu 30 hari sering tidak cukup karena digunakannya hak terdakwa mengajukan eksepsi, adanya tanggapan penuntut umum terhadap eksepsi, tuntutan pidana penuntut umum, pembelaan, replik, maupun duplik. Kesulitan memanggil saksi maupun pemanggilan saksi atau terdakwa agar syah dan patut menurut KUHAP juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Terlebih lagi harus memberikan kesempatan kepada penuntut umum mengajukan tuntutan pidananya. Penuntut umum biasanya harus menunggu rencana tuntutan (rentut) yang sangat birokratis hingga Kejaksaan Agung. Agar dalam menjatuhkan pidana denda apabila tidak dibayar - diganti dengan pidana kurungan. Mengingat waktu persidangan hanya 30 hari, agar proses - rentut ke Kejaksaan Agung bisa dipercepat atau rentut cukup di Kejaksaan Tinggi untuk mempercepat proses persidangan. Seyogyanya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 - untuk disempurnakan lagi dan pemerintah RI mengadakan perjanjian kerjasama dengan negara-negara yang warganya sering melakukan tindak pidana perikanan di ZEEI. Bahwa kita telah meratifikasi UNCLOS yang mana dalam - perjanjian tersebut mengatur tentang produk hukum di Indonesia, sesuai Pasal 30 KUHAP yang mana diatur

Page 87: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

77

selain pidana denda diatur pula pidana kurungan sehingga apabila terpidana yang tidak mampu membayar denda maka menjalani pidana kurungan, yang selama ini terjadi, terpidana memang tidak mampu membayar denda padahal mereka siap untuk melaksanakan pidana kurungan. Agar bisa dibuatkan petunjuk teknis untuk menangani - hukuman denda. Denda jangan terlalu tinggi sehingga dapat dibayar oleh - pelaku tindak pidana. Seharusnya dibahas kembali/ dirubah undang-undangnya - dengan ketentuan pidana agar penegakan hukum dapat dilakukan secara tegas dan menimbulkan efek jera bagi pencuri ikan di ZEEI. Perlu penempatan jaksa perikanan di wilayah yang ada - perkara tindak pidana perikanan. Contoh : di kejari mempawah ada 2 jaksa perikanan tetapi tidak pernah ada perkara tindak pidana perikanan. Seharusnya terdapat suatu aturan yang mewajibkan - terdakwa atau Negara terdakwa untuk membayarkan sejumlah uang sebagai jaminan dengan konsinyasi selama proses persidangan. Agar diterapkan atau diatur dibolehkannya pidana denda - diganti dengan pidana pengganti atau subsidair sehingga apabila terpidana tidak mampu membayar denda yang ditetapkan bisa diganti dengan pidana lainnya.

Hakim (18 responden):

Diadakan pendekatan institusional antara Kejaksaan Agung - dengan Mahkamah Agung untuk merumuskan tuntutan pidana dan putusan pidana tindak pidana perikanan ZEE Indonesia yang disesuaikan dengan kepentingan nasional dan keutuhan NKRI.

Page 88: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

78

Merevisi ketentuan Pasal 102 UU No 31 Tahun 2004 sebagai - payung hukum tentang kedaulatan bangsa terhadap hak-hak hukum di wilayah ZEEI dan landasan kontinental. Menerapkan hukuman kurungan dan denda dalam tuntutan - JPU Barang bukti di sita dan dilelang sebagai pengganti - pembayaran denda. Diskusikan di tingkat tinggi antara Jaksa Agung dengan - Mahkamah Agung serta KKP-RI, hasil diskusi disampaikan ke Presiden RI dan DPR-RI. Diusulkan revisi Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 - tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan diusulkan untuk diterbitkan PERMEN KKP. Diusulkan untuk diterbitkan PERPRES agar eksekusi - pidana denda Pasal 102 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 yang dilaksanakan oleh Jaksa Penuntut Umum bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kendala. Agar menyiapkan SDM khusus dan meningkatkan - kesejahteraan dan operasional. Agar pihak Penuntut Umum mendesak Pemerintah - Indonesia untuk meratifikasi Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 dan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 atau setidaknya berkoordinasi dengan MARI untuk meninjau ulang SEMA No. 3 Tahun 2015 atau mendesak Pemerintah untuk melakukan perjanjian dengan negara yang berbatasan dengan Republik Indonesia, contohnya Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia. Singapura. Agar ada kesepahaman dalam Ratifikasi terhadap - UNCLOS. Agar BPK diikutsertakan dalam pertemuan-pertemuan - terkait dengan pidana denda yang tidak dapat dieksekusi

Page 89: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

79

karena tidak adanya pidana pengganti. Perlu pengkajian untuk penafsiran Pasal 102 dari aspek yang - komprehensif (menyeluruh) sehingga tujuan pemidanaan dapat tercapai, khususnya bila denda tidak dibayar tetapi tetap di kenakan sanksi kurungan agar terdapat efek jera. Tuntutan pidana denda tidak terlalu tinggi agar mampu - dibayar oleh terpidana serta agar tuntutan pidana denda juga dicantumkan pidana kurungan pengganti denda (subsidair)

Penyidik KKP (18 responden) : Agar segera direalisasi perjanjian khusus antara Indonesia - dengan Negara-negara asal pemilik kapal, agar dapat menyerahkan/mengekstradisi pemilik kapal pelaku tindak pidana perikanan dan dapat dijadikan tersangka di Indonesia. Karena selama ini yang dijadikan tersangka hanya nahkoda, DCKM atau Perwira kapal lainnya hal ini dikarenakan sulitnya untuk menghadirkan pemilik kapal dari Negara asalnya. Sementara nahkoda yang dijadikan tersangka dalam kasus tindak pidana perikanan tidak memiliki uang untuk melunasi/membayar pidana denda yang dijatuhkan kepadanya karena yang memiliki dana/uang adalah pemilik kapal. Barang bukti kapal/ tindak pidana perikanan secepatnya - untuk dilakukan langkah-langkah konkrit dan cepat agar tidak rusak/hilang sehingga biaya perawatan tidak tinggi. Alternatif solusi adalah secara diplomasi pemerintah RI - harus segera mengadakan perjanjian bilateral dengan beberapa mayoritas pelaku IUUF menyikapi tindak pidana perikanan yang terjadi di ZEEI atau menuntut pidana denda yang ditaksir mampu dibayar oleh terdakwa tapi ada contoh penerapan pasal 102 yang berbeda beberapa majelis hakim di PN Perikanan Ranai dan Pontianak menjatuhkan dengan

Page 90: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

80

subsider karena asas kemanfaatan majelis mengambil sikap. Resiko yang terjadi kalau tidak ada subsider yaitu dampak sosial, ekonomi dan keamanan akan mengancam dan merugikan sedangkan nilai manfaat lebih besar kalau disubsider. Peradilan yang cepat di tingkat kasasi, denda yang terlalu - tinggi sehingga perlu diturunkan. Alasannya karena peradilan cepat sehingga cepat eksekusi, denda ringan sehingga terpidana mampu membayar tetapi kapal tetap dirampas untuk negara. Menginformasikan langsung kepada duta besar - bersangkutan. Tetap dilakukan penanganan semaksimal mungkin.- Untuk mempercepat proses putusan/hukum tersangka - maka:

putusan kasasi dan banding tidak lama a. putusan PN sudah bisa dilakukan eksekusi bagi b. terdakwa (kepastian hukum)

Menjatuhkan tuntuan denda yang tidak tinggi, dan agar - pengambil kebijakan (KKP), Kejaksaan Agung, MA, mencarikan solusi yang tepat dalam penanganan tersangka sehingga tidak terlalu lama menunggu sampai keputusan inkracht. Lelang kapal hasil tindak pidana perikanan dan peradilan - yang cepat ditingkat kasasi, dengan alasan : lelang kapal untuk pemasukan negara dan peradilan yang lama sampai ± satu tahun akan mengeluarkan biaya makan awak kapal yang tinggi. Tetap dilakukan subsidair jika tidak mampu membayar - denda. Perlu adanya kesepahaman antara KKP, TNI AL, POLRI, -

Page 91: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

81

Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, Kemenkumham dan BPK dalam penyelesaian tindak pidana perikanan di ZEEI.

Penyidik TNI-AL (12 responden) : Agar pengawasan di ZEEI lebih ditingkatkan, guna - mencegah pencurian ikan, serta aparat penegak hukum dapat melakukan patroli menindak pelaku pencurian ikan. Dengan menerapkan Pasal 104 ayat (2) Undang-undang - Nomor 31 Tahun 2004 dengan melaksanakan lelang barang bukti kapal di tingkat penyidik dan berdasarkan Pasal 76 b ayat (1) dengan persetujuan dari ketua Pengadilan Negeri. Harus adanya aturan tentang hukuman subsider berupa - hukuman penjara, apabila tidak membayar denda. Merubah Pasal 102 tersebut ataupun tidak memberlakukan - Pasal 102 tersebut. Agar penjatuhan denda bisa terwujud agar kapal tangkapan - disita untuk negara dan tidak perlu dimusnahkan dan diberlakukan denda maksimal atau denda berkali-kali lipat untuk memberikan efek jera. Perlu adanya koordinasi antara aparat penegak hukum - seperti TNI AL, POLAIR, Kejaksaan agar penegakannya bisa berjalan dengan lancar Agar denda yang dijatuhkan kepada tersangka melihat - kemampuan mereka untuk membayar sehingga tidak ada subsidair denda di sesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan. Sarannya yaitu maksimalkan denda sesuai pelanggaran sehingga mereka dapat membayar denda tersebut. Mohon untuk penentuan denda yang dijatuhkan tidak - terlalu tinggi sehingga tidak mampu untuk membayar. Dan dalam penentuan jumlah denda mohon disesuaikan dengan pelanggaran yang sudah dilakukan, artinya penentuan

Page 92: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

82

besaran denda disesuaikan dengan besaran jumlah kerugian yang dilakukan oleh tersangka. Apabila ada WNA yang melakukan TP Perikanan di ZEEI - agar segera melakukan koordinasi dengan kantor kedubes terkait dengan mengecek apakah ada perjanjian bilateral dengan negara dimaksud.

Page 93: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

83

BAB IVANALISIS DATA

Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan A. Dikaitkan Dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Efektifitas Berlakunya Undang-Undang Nomor 31 1. Tahun 2004 tentang Perikanan

Berdasarkan Tabel 1 tentang efektifitas berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan diperoleh data : 51 responden (45,53 %) mengatakan belum berlaku efektif, 44 responden (39,29 %) berpendapat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 sudah berlaku efektif, dan 17 responden (15,18 %) tidak memberikan jawaban.

Dari tabel tersebut diketahui sebagian besar responden (45,53 %) menyatakan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 belum efektif dikarenakan masih adanya persoalan pada tahap-tahap penegakan hukum tindak pidana di bidang perikanan. Tahapan tersebut dimulai pada tahap penyidikan yang dilakukan oleh penyidik TNI AL dan penyidik pegawai negeri sipil perikanan yang merupakan penyidik perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Penyidik perikanan terkendala mengenai waktu penahanan di tahap penyidikan yang terhitung singkat dan menyulitkan penyidik melengkapi berkas. Selain itu dalam penerapan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 belum didukung oleh peralatan pengawasan perikanan dimana kapal patroli yang dimiliki TNI AL dari segi kuantitas masih kurang memadai, sehingga dengan minimnya peralatan dan kurang canggihnya peralatan akan berdampak pada tingginya

Page 94: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

84

tingkat pelanggaran Undang-undang perikanan.

Pada tahap penuntutan terkendala pula mengenai waktu penahanan yang sangat singkat padahal proses penuntutan membutuhkan waktu dikarenakan sidang pengadilan di pengadilan perikanan saat ini baru terbentuk di 10 (sepuluh) daerah peradilan perikanan yaitu di Medan, Ranai, Tanjung Pinang, Pontianak, Jakarta Utara, Bitung, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke. Pada tahap penuntutan setelah jaksa penuntut umum menerima tersangka dan barang bukti, untuk barang bukti berupa kapal, jaksa tidak memiliki dermaga dan tidak ada biaya perawatan kapal sehingga barang bukti kapal tidak dapat dijaga secara maksimal.

Saat pemeriksaan di persidangan masih adanya perbedaan penafsiran penerapan peraturan antara jaksa penuntut umum dengan hakim khususnya mengenai penerapan pemidanaan pasal-pasal di Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004. Jumlah hakim perikanan (hakim yang bersertifikasi perikanan) masih sangat terbatas sehingga tidak sesuai/tidak seimbang dengan luas perairan Indonesia. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 dinilai hanya formalitas saja tanpa melihat ke depan apakah tersedia dana untuk pendidikan hakim perikanan. Keterbatasan tersebut menjadikan kurangnya pembekalan terhadap hakim ad hoc perikanan juga hakim karir perikanan dan penegak hukum lainnya tentang teknis perikanan dan kemajuan atau perkembangan kejahatan perikanan yang ada melalui pertemuan pelatihan / pembekalan / refreshing Hakim Ad Hoc dan Hakim karir perikanan, Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan tingkat pertama. Padahal tindak pidana perikanan tidak hanya terdapat di peradilan perikanan, tetapi juga di peradilan umum di luar ke 10 (sepuluh) peradilan perikanan yang ada di Indonesia (Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Bitung, Jakarta Utara, Tual, Ambon, Sorong dan

Page 95: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

85

Merauke).

Pemeriksaan perkara Illegal fishing terkendala pula mengenai penterjemah. Dimana sebagian besar pelaku tindak pidana di bidang perikanan pada wilayah ZEEI merupakan warga negara asing (WNA). Sedangkan pada Pengadilan Perikanan dana untuk penterjemah tidak ada atau anggaran yang terbatas yakni dibawah 1 (satu) juta. Perkara perikanan pada pengadilan termasuk pidana khusus sehingga diperlukan biaya untuk Pemeriksaan Setempat (PS) sebab Hakim Ad Hoc Perikanan tidak difasilitasi kendaraan karena perkara perikanan tidak bisa disamakan dengan perkara umum yang tidak ada biaya PS, mengingat barang bukti berupa mesin kapal, alat tangkap ikan, jaring dan lain-lain yang tidak bisa dihadirkan di persidangan dan sudah ada penetapan sita oleh Pengadilan Perikanan. Selain kendala muncul dari sisi hakim perikanan, kendala lain yaitu panitera muda (PANMUD) Perikanan sesuai dengan Pasal 78A Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan masih kurang bahkan belum mengikuti pelatihan sebagai PANMUD Perikanan.

Melihat Pasal 93 ayat (1) yaitu sanksi hukum untuk kapal bendera Indonesia dan orang Indonesia baik di ZEEI apalagi di territorial tetap ada sanksi hukum dan subsidair. Sedangkan untuk orang asing yang melakukan Illegal fishing di ZEEI tidak dihukum Karena kesepakatan UNCLOS dan SEMA Nomor : 03/BUA.6/HS/SP/XII/2015, tanggal 29 Desember 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi Pengadilan bahwa perkara Illegal fishing di ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti. Namun dalam hal pembayaran denda tersebut seseorang tidak sanggup membayar karena denda tersebut

Page 96: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

86

terlalu besar dan tidak dilakukan pula penahanan.

Mengenai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan saat ini dinilai masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa substansi, baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi, maupun aspek hukum. Kelemahan pada aspek manajemen pengelolaan perikanan antara lain belum terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan. Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek hukum antara lain masalah penegakan hukum, rumusan sanksi dan yurisdiksi atau kompetensi relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar kewenangan pengadilan negeri tersebut.

Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan juga masih perlu direvisi sebab masih banyak pasal dalam Undang-undang tersebut yang belum ada sanksi hukum, contoh Pasal 43 (wajib memiliki SLO); Pasal 35A ayat (1,2); Pasal 93 ayat (2) mengenai SIPI untuk kapal berbendera Asing, bagaimana dengan kapal Bendera Indonesia tapi Orang Asing (perhatikan pasal 35A Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Permen KP Nomor 30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP RI, Pasal 14 ayat (2) yaitu untuk kapal ikan yang menggunakan modal dan / atau tenaga asing kewenangan penerbitan ijinnya dilakukan oleh Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Jadi untuk

Page 97: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

87

kapal bendera Indonesia dibawah 5 GT yang walaupun lengkap dokumennya tapi ABK ORANG ASING yang tetap dianggap tidak ada dokumen karena dokumennya harus dari Ditjen Tangkap KKP.

Alasan terakhir belum efektifnya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan dikarenakan belum adanya upaya paksa berupa hukuman badan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh nelayan asing yang terjadi di ZEEI dan juga peraturan perundang-undangan ini harus didukung secara maksimal oleh PP dan Permen terkait, sehingga bisa sinergi, contoh : Barang rampasan oleh Negara bisa dilelang untuk mendapatkan pemasukan negara namun hasil tangkapan yang dilelang tersebut tidak dapat diberikan ijin untuk digunakan oleh nelayan lokal sebagai kapal ikan yang terjadi saat ini kapal dirampas dan dimusnahkan.

Sedangkan sebanyak 39,29 % responden menyatakan bahwa berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 sudah efektif dengan alasan sebagai berikut :

Mahkamah Agung telah meresmikan beberapa 1) Pengadilan Perikanan di berbagai wilayah Pengadilan Negeri (PN) di Indonesia antara lain PN Medan, PN Tanjung Pinang, PN Ranai, PN Pontianak, PN Jakarta Utara, PN Tual, PN Bitung, PN Ambon, PN Sorong, dan PN Merauke dan pada pengadilan perikanan tersebut banyak perkara perikanan yang disidangkan.

Terdapat kasus yang ditangani oleh PSDKP, Angkatan 2) laut, Polair yang dilimpahkan ke kejaksaan hingga memiliki kekuatan hukum tetap (incraht).

Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 dan Undang-3) undang Nomor 45 Tahun 2009 menjadi dasar aparat

Page 98: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

88

penegak hukum di laut untuk melaksanakan penegakan hukum dan sebagai dasar penyidik untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana perikanan di WPP-NRI.

Adanya satgas IIU (4) illegal fishing) terbukti dengan berkurangnya pelanggaran terhadap Undang-Undang ini terutama di wilayah barat NKRI.

Keberadaan Hakim Perikanan Ad Hoc2.

Berdasarkan Tabel 3 tentang keberadaan hakim ad hoc pengadilan perikanan diketahui bahwa responden hakim memiliki pendapat yang berbeda. 8 (delapan) responden hakim menyatakan keberadaan hakim ad hoc pengadilan perikanan sudah merata dan 8 (delapan) responden hakim lainnya menyatakan keberadaan hakim ad hoc pengadilan perikanan belum merata. Hal tersebut mungkin saja terjadi dikarenakan pengadilan perikanan belum terdapat di semua pengadilan negeri di seluruh Indonesia masih terbatas di 10 wilayah, yaitu Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Bitung, Jakarta Utara, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke.

Keberadaan hakim ad hoc pengadilan perikanan dikatakan sudah merata oleh sebagian hakim dengan alasan Mahkamah Agung telah mengadakan rekrutmen hakim Adhoc perikanan dan menugaskan di berbagai Pengadilan Perikanan. Pengadilan Perikanan adalah Pengadilan khusus pada Pengadilan Negeri dalam lingkungan Peradilan Umum yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan, Hakim pada Pengadilan Perikanan adalah Hakim Karier dan Hakim Ad Hoc yang diangkat dan ditugaskan pada Pengadilan

Page 99: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

89

Perikanan, untuk mengadili tindak pidana perikanan. Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman), menyebutkan Hakim Ad Hoc adalah hakim yang bersifat sementara yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang tertentu untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang pengangkatannya diatur dalam undang-undang. Pada perkara perikanan, Hakim Ad Hoc adalah Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Perikanan di Pengadilan Negeri. Hakim Ad Hoc pengadilan perikanan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.

Untuk dapat menjadi calon Hakim Ad Hoc, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. berumur paling rendah 40 tahun; e. sehat jasmani dan rohani; f. berwibawa, cakap, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela; g. berpendidikan paling rendah strata satu bidang hukum dan/atau strata satu lainnya yang berasal dari lingkungan perikanan, antara lain perguruan tinggi di bidang perikanan, organisasi di bidang perikanan, dan mempunyai keahlian di bidang hukum perikanan; h. berpengalaman di bidang perikanan paling kurang 5 (lima) tahun; i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; j. tidak menjadi anggota salah satu partai politik; dan k. bersedia melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya selama menjadi Hakim Ad Hoc (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006).

Page 100: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

90

Mahkamah Agung dan Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan seleksi administratif dan tes tertulis untuk menetapkan daftar nominasi calon Hakim Ad Hoc. Mahkamah Agung melakukan seleksi kompetensi calon Hakim Ad Hoc. Terhadap Calon Hakim Ad Hoc yang telah dinyatakan lulus seleksi kompetensi diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung. Calon Hakim Ad Hoc yang dinyatakan lulus pendidikan dan pelatihan diusulkan oleh Ketua Mahkamah Agung kepada Presiden untuk diangkat sebagai Hakim Ad Hoc. Hakim Ad Hoc diangkat dengan Keputusan Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Masa tugas Hakim Ad Hoc untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa tugas. Penempatan Hakim Ad Hoc ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung.

Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006, Hakim Ad Hoc diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, karena: a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. sakit jasmani atau rohani terus menerus selama 6 (enam) bulan berdasarkan surat keterangan dokter yang dibuat oleh dokter yang berwenang; d. tidak cakap dalam menjalankan tugas; atau e. telah selesai masa tugasnya. Pemberhentian dengan hormat ditetapkan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Sedangkan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 menyebutkan Hakim Ad Hoc diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya, dengan alasan : a. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; b. selama 3 (tiga) kali berturut-turut melalaikan kewajiban dalam

Page 101: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

91

menjalankan tugas pekerjaannya tanpa alasan yang sah; c. melanggar sumpah atau janji jabatan; d. melakukan perbuatan tercela; atau e. melanggar larangan jabatan rangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. Sebelum Hakim Ad Hoc diberhentikan tidak dengan hormat Ketua Pengadilan Negeri membentuk Majelis Kehormatan Hakim untuk memeriksa Hakim Ad Hoc yang bersangkutan.

Alasan sebagian hakim yang menyatakan keberadaan hakim ad hoc perikanan belum merata antara lain karena tindak pidana perikanan tidak hanya terdapat di wilayah peradilan perikanan, tetapi juga di luar ke 10 wilayah peradilan perikanan yang ada di Indonesia (Medan, Tanjung Pinang, Ranai, Pontianak, Bitung, Jakarta Utara, Tual, Ambon, Sorong dan Merauke). Namun demikian, pada ketentuan peralihan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 menyebutkan selama belum dibentuk pengadilan perikanan selain pengadilan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3), perkara tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar daerah hukum pengadilan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3), tetap diperiksa, diadili, dan diputus oleh pengadilan negeri yang berwenang.

Pelaksanaan Tuntutan Pidana Oleh Jaksa Penuntut 3. Umum

Dalam melaksanakan tugas penuntutan perkara perikanan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) berpedoman kepada beberapa peraturan, antara lain:

Surat Keputusan Jaksa Agung Republik lndonesia 1) Nomor Kep-112/JA/10/1989 tentang Mekanisme penerimaan, penyimpanan dan penataan barang bukti.

Surat Edaran Jaksa Agung Republik lndonesia Nomor: 2)

Page 102: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

92

B-041/A/B/06/2001 tanggal 20 Juni 2001 tentang Tuntutan hukuman terhadap perkara-perkara tindak pidana perikanan.

Surat Edaran Jaksa Agung Republik lndonesia Nomor 3) : SE-003/A/JA/05/2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Perubahan pengendalian tuntutan pidana perkara tindak pidana khusus.

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor: 4) B-621/F/Fek.2/11/1992 tanggal 24 November 1992 perihal Sidang in-absentia.

Surat Petunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana 5) Khusus Nomor : B-110/R/F/Ft.2/02/2003 tanggal 14 Februari 2003 perihal Pengendalian tuntutan pidana dalam tindak pidana perikanan.

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor 6) : B-1120/F.2/Ft.2/06/2009 tanggal 5 Juni 2009 tentang penjelasan dan penerapan Pasal 102 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang disangkakan penyidik perwira TNI AL, yang pada pokoknya memberi arahan agar Kajati dan Kajari memberi petunjuk kepada penyidik TNI AL untuk tidak hanya menyangkakan pasal 102 UU No.31 tahun 2004 namun harus dijunctokan dengan Pasal 30, Pasal 104 dan Pasal 105 UU No.31 tahun 2004 dan menyebutkan letak titik koordinat, derajat, azimut, menit dan detik locus delicti.

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor 7) : B-27/F/Ft.2/01/2010 tanggal 8 Januari 2010 Perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan Perkara TP Perikanan;

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor 8) : B-434/F/Ft.2/03/2010 tanggal 3 Maret 2010 perihal

Page 103: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

93

Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan Perkara Tindak Pidana Perikanan;

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor 9) : B-735/F/Ft.2/04/2010 tanggal 5 April 2010 perihal pemahaman dan penerapan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Surat Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-053/A/10) SKJA/03/2017 tanggal 31 Maret 2017 perihal Petunjuk Terkait Eksekusi Hukuman Denda dalam Tindak Pidana Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang Dilakukan Nelayan/ Orang Asing.

Berdasarkan Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-27/F/Ft.2/01/2010 tanggal 8 Januari 2010 Perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan Perkara TP Perikanan, maka petunjuk pendelegasian kewenangan pengendalian penuntutan perkara tindak pidana perikanan sebagai berikut:

a. Tuntutan pidana terhadap anak di bawah umur yang 1. melakukan kejahatan atau pelanggaran tindak pidana perikanan, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri dan untuk selebihnya dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi.

b. Tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh kapal penangkap ikan berbendera lndonesia, milik Warga Negara lndonesia, bobot kapal tidak lebih dari 5 (lima) GT yang dibuktikan dengan Surat Izin Berlayar (SIB) yang dikeluarkan oleh syahbandar, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri dan untuk selebihnya dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi.

Page 104: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

94

c. Nelayan tradisional dengan menggunakan perahu/ sampan besarnya hanya dapat dimuati 2 (dua) orang, rnenangkap ikan dengan menggunakan racun ikan/ potasium atau sejenisnya, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri dan untuk selebihnya dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi.

d. Nelayan tradisional dengan menggunakan perahu/ sampan bermuatan besarnya hanya dapat dimuati 2 (dua) orang mengambil soft coral (karang lunak) pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri dan untuk selebihnya dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi.

e. Tindak pidana perikanan terjadi di perairan pedalaman, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri.

Tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh kapal 2. penangkap ikan milik Warga Negara Asing atau berbendera negara asing atau nakhoda dan anak buah kapal Warga Negara Asing, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Jaksa Agung Republik Indonesia cq. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus.

Perkara tindak pidana perikanan sifatnya rnenarik 3. perhatian masyarakat yang berskala nasional atau internasional atau karena hal-hal tertentu, pengendalian rencana tuntutan pidana dilakukan oleh Jaksa Agung Republik lndonesia Cq. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus.

Bagi Jaksa Penuntut Umum yang menangani perkara 4. tindak pidana perikanan tidak diperkenankan membuat

Page 105: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

95

dakwaan tunggal, untuk itu sewaktu berkas perkara tahap pertama diterima dari Penyidik agar diberi petunjuk menerapkan sangkaan subsidair atau alternatif.

Para Kepala Kejaksaan Tinggi agar berperan aktif 5. memberikan petunjuk kepada Jaksa Penuntut Umum yang menangani perkara tindak pidana perikanan agar dapat rnembuktikan secara optimal surat dakwaannya dengan ancaman hukuman yang terberat berpedoman kepada petunjuk tuntutan yang digariskan oleh Pimpinan.

Terhadap perkara tindak pidana perikanan yang 6. disangkakan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan agar mempedomani Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-1120/F.2/Ft.2/06/2009 tanggal 5 Juni 2009 tentang Penjelasan dan penerapan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 yang disangkakan Penyidik Perwira TNI-AL.

Penanganan perkara tindak pidana perikanan baik yang pengendalian penuntutannya merupakan kewenangan Kepala Kejaksaan Tinggi maupun Kepala Kejaksaan Negeri, agar laporan putusan serta upaya hukum yang akan dilakukan dikirimkan secara berjenjang kepada Jaksa Agung Republik lndonesia cq. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus. Namun demikian, dengan adanya Perja No : PER-017/A/JA/07/2014 tentang perubahan atas Perja No : 039/A/JA/10/2010 tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus, yang pada pokoknya mengalihkan tugas penanganan perkara Tindak Pidana Perikanan dari bidang Pidsus ke bidang Pidum dan sebaliknya mengalihkan penanganan perkara

Page 106: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

96

Tindak Pidana Perpajakan dari bidang Pidum ke bidang Pidsus, maka tugas penanganan perkara Tindak Pidana Perikanan kini ditangani oleh bidang pidana umum.

Tuntutan pidana yang diterapkan yaitu pidana denda atau subsidair kurungan jika pidana denda tidak dibayar. Hal tersebut dilakukan dengan alasan pidana kurungan diterapkan dengan mengacu pada pasal 30 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP). Perlu diingat bahwa ketentuan Pasal 30 ayat (2) KUHP, bunyi : “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan”. Dan bunyi Pasal 103 KUHP adalah “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”. Secara normatif ketentuan Pasal 30 ayat (2) KUHP telah menentukan bahwa jika dijatuhkan pidana denda dan denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan hukuman kurungan. Ketentuan ini memberikan jalan keluar bagi terpidana yang tidak mempunyai uang dan barang untuk dihadapkan pada pilihan membayar denda apabila mau dan sanggup ataukah menjalani kurungan sebagai pengganti pidana denda. Ketentuan ini memberikan solusi atas kebuntuan ketika terdakwa tidak punya apa-apa dan tidak punya pilihan untuk menjalani kurungan.

Dalam implementasi di lapangan ketentuan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan disimpangi dengan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 tahun 2015 tentang pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan

Page 107: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

97

tugas bagi pengadilan dalam rumusan hukum kamar pidana bidang perikanan (illegal fishing) dikatakan bahwa dalam perkara illegal fishing di wilayah ZEE terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda, Hakim dalam memutuskan perkara lebih banyak merujuk pada SEMA Nomor 3 tahun 2015 ini dan mengesampingkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan. Persoalan muncul ketika hakim memutus dengan pidana denda tanpa pidana kurungan sebagai pengganti dan terdakwa tidak mampu membayar atau tidak mau membayar, sehingga tidak ada upaya paksa yang dapat dilakukan oleh JPU terhadap terdakwa apabila terdakwa adalah warga negara asing, sehingga memunculkan piutang bagi Kejaksaan sebagai eksekutor. SEMA bukan termasuk Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana di maksud dalam UU No. 12 Tahun 2011, namun bagi hakim SEMA seringkali lebih diperhatikan Hakim dalam memutus perkara walaupun kedudukan SEMA tidak sama, bahkan seharusnya di bawah Undang-Undang.

Walaupun demikian, ada hakim33 yang mengeluarkan putusan dengan menggunakan subsidair pada putusan pidana perikanan locus ZEEI di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Pontianak Tahun 2017. Adapun alasannya karena dalam penegakan hukum ini ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Pelaksanaan vonis pidana perikanan dengan locus ZEEI dimana pidana denda yang tidak dibayar tidak diganti dengan kurungan memunculkan hal-hal sebagai berikut:

33 Tatang Setiawan, Analisis Hukum Tentang Subsidair Pada Putusan Pidana Perikanan Lokus ZEEI di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Pontianak Tahun 2017, Pontianak, 30 Januari 2017, hal. 3.

Page 108: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

98

Tahap menunggu incracht/ banding:

Waktu proses banding yang mungkin bisa lebih lama - dari pada lama waktu subsidair kejaksaan;Terpidana yang tidak ditahan jadi beban baik secara - finansial, sosial dan perhatian HAM Internasional selama menunggu proses banding;Terpidana dalam kondisi tidak mempunyai kepastian - hukum.

Tahap proses incracht:

Kejaksaan mempunyai beban finansial berupa - laporan keuangan penerimaan negara bukan pajak dari besaran denda putusan pengadilan karena subsidair tidak diberlakukan yang menganggap bahwa terdakwa membayar denda.

Adapun pertimbangan hakim agar putusan pengadilan memberlakukan ganti dengan kurungan jika denda tidak dibayar antara lain:

GEEN STRAF ZONDER SCHULD1) (tiada hukum tanpa kesalahan). CULPUE POENA PAR ESTO – Let the punishment be equal the crime (jatuhkanlah hukuman yang setimpal dengan perbuatan).

LEX NEMINI OPERATUR INIQUUM, NEMININI 2) FACIT INJURIAM –The law works an injustice to no one and does wrong to no one (hukum tidak memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan kesalahan kepada siapapun). DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE – The law give no more than is demanded (hukum memberi tidak lebih dari yang dibutuhkan).

QUIQUID EST IN TERRITORIO, ETIAM EST DE 3)

Page 109: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

99

TERRITORIO (asas dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum negara itu).

Pelaksanaan Eksekusi Pidana Denda Tindak Pidana 4. Perikanan Dalam Wilayah ZEE

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 18 (delapan belas) responden menyatakan sudah mengeksekusi perkara perikanan yang terjadi di wilayah ZEEI sesuai Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan denda yang diberikan berkisar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.500.000.000,00 (satu setengah miliar rupiah) dengan denda yang disetorkan ke kas negara sebesar Rp. 108.842.500,00 (seratus delapan juta delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus rupiah). Untuk kapal telah dieksekusi berdasarkan keputusan KKP, yakni 2 kapal sedang kasasi dan 2 kapal telah diserahkan ke bagian pembinaan, dikarenakan alasan faktor pendukung tidak tersedia DIPA eksekusi di kejaksaan maka untuk eksekusi kapal dibantu Satgas 115. Seluruh perkara perikanan yang telah inkracht telah dieksekusi namun tidak ada satupun yang membayar denda, hanya menjalani pidana kurungan. Hakim sependapat dengan tuntutan JPU dalam putusannya menetapkan pidana kurungan sebagai pidana denda apabila tidak dibayar.

Sedangkan sebanyak 19 (sembilan belas) responden menyatakan belum dieksekusi dengan alasan masih belum inkracht karena terhambat dengan putusan dari Pengadilan Negeri yang memutus perkara tanpa kurungan sebagai pengganti denda, sejak adanya SEMA No. 3 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa tidak ada putusan denda subsidair maka sebagai JPU melakukan upaya banding dan kasasi sebagai upaya hukum. Dengan adanya Pasal 102 UU No

Page 110: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

100

31 Tahun 2004, hal ini merupakan kendala bagi JPU dalam pelaksanaan eksekusi, karena terpidana yang dijatuhi pidana denda yang cukup tinggi sedangkan para terpidananya adalah orang-orang yang tidak mampu (buruh). Selain itu terpidananya sudah kembali ke negara asalnya. Hal ini mengakibatkan tunggakan dalam hal eksekusi terhadap para terpidana.

Pada umumnya, saat ini pelaku kejahatan di ZEEI tidak bersedia membayar denda karena denda yang dijatuhkan sangatlah besar, sementara kapalnya sudah dimusnahkan atau dirampas untuk negara.34 Padahal penjatuhan pidana denda tersebut tidak dapat disertai dengan pidana pengganti berupa kurungan. Kondisi demikian mendorong pelaku tidak memenuhi kewajibannya membayar denda dimaksud, dan dapat meninggalkan tanggungjawabnya begitu saja terlebih lagi sejak awal penanganan perkara hingga berkekuatan hukum tetap, terhadap pelaku tidak dapat dilakukan upaya paksa berupa penahanan. Hal tersebut menjadi permasalahan dikarenakan keberhasilan penuntut umum membuktikan dakwaannya tidak diikuti dengan kemampuan untuk “memaksa” pelaku melaksanakan pidana denda yang telah dikenai kepadanya.

Menurut hakim pada Pengadilan Perikanan Pontianak35, alasan pidana denda tidak dibayar tidak diganti dengan kurungan yaitu:

Adagium 1) LA BOUCHE DE LA LOI/ LA BOUCHE DE DROIT – Spreekhuis van de wet (apa kata undang-undang itulah hukumnya). Hakim adalah corong Undang-Undang atau mulut undang-undang. Penafsiran

34 H.M. Prasetyo, Catatan Kritis Terhadap Pelaksanaan Hukum Acara Tindak Pidana Perikanan, disampaikan sebagai narasumber pada Rapat Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing, Rabu, tanggal 29 Juli 2016.

35 Tatang Setiawan, Op.cit. hal. 2.

Page 111: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

101

terhadap undang-undang adalah wewenang pembentuk undang-undang dan bukan wewenang hakim.Adagium 2) INTERPRETATIO CESSAT IN CLARIS (jika teks atau redaksi undang-undang telah terang benderang dan jelas, maka tidak diperkenankan lagi menafsirkannya, karena penafsiran terhadap kata-kata yang jelas sekali berarti penghancuran – interpretation est perversio). ABSOLUTE SENTIENFIA EXPOSITORE NON INDIGET – Simple Proposition Needs No Expositor (sebuah dalil yang sederhana tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut).LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALI 3) (undang-undang yang berlaku khusus didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum. Contoh: pemberlakuan KUHD terhadap KUHPerdata).LEX DURA, SED TAMEN SCRIPTA 4) (sekalipun isi undang-undang ini terasa kejam, tetapi memang demikianlah bunyinya, dan harus dilaksanakan). LEX DURA SED ITA SCRIPTA atau LEX DURA SED TAMENTE SCRIPTA (undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian – Pasal 11 KUHP).

Sedangkan alasan mengapa pidana denda tidak dibayar “dapat” diganti dengan kurungan36, yaitu:

Hakim bukan mulut atau corong undang-undang, 1) melainkan mulut atau corong keadilan (Bagir Manan, 2005 : 10).LEX NEMINI OPERATUR INIQUUM, NEMININI 2) FACIT INJURIAM –The law works an injustice to no one and does wrong to no one (hukum tidak memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan kesalahan kepada siapapun). DROIL NE DONE, PLUIS

36 Ibid.

Page 112: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

102

QUE SOIT DEMAUNDE – The law give no more than is demanded (hukum memberi tidak lebih dari yang dibutuhkan).

GEEN STRAF ZONDER SCHULD 3) (tiada hukum tanpa kesalahan). CULPUE POENA PAR ESTO – Let the punishment be equal the crime (jatuhkanlah hukuman yang setimpal dengan perbuatan).

QUIQUID EST IN TERRITORIO, ETIAM EST DE 4) TERRITORIO (asas dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum negara itu).

Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan KUHP yang berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan negara Pasal 30 ayat (2) “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan”.

Koordinasi Antara Jaksa Perikanan Dengan Penyidik 5. Perikanan

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden mengatakan ada koordinasi antara jaksa perikanan dengan penyidik perikanan antara lain dalam hal:

Untuk memaksimalkan proses penyidikan terkait waktu - penahanan atau penyidikan yang cepat yang telah diatur Undang-Undang.Koordinasi tempat penitipan terdakwa dan barang - bukti.

Bahkan pada tanggal 31 Maret 2009 telah ditandatangani MoU antara Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) dengan Kejaksaan sebagai langkah dalam memperkuat kerjasama dan koordinasi yang telah ada sehingga dapat lebih mempercepat proses penanganan tindak pidana di

Page 113: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

103

bidang perikanan khususnya dalam aspek penuntutan. Dalam kesepakatan bersama antara KKP dengan Kejaksaan Agung ini, ruang lingkupnya meliputi kegiatan antara lain:

Koordinasi dalam penanganan perkara tindak pidana di a. bidang kelautan dan perikanan; Koordinasi dalam pemberian insentif bagi aparat b. penegak hukum yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan berjasa dalam upaya penyelamatan kekayaan negara; Pendidikan dan pelatihan teknis bersama di bidang c. kelautan dan perikanan.

Kesepakatan bersama ini merupakan salah satu langkah strategis dalam penegakan hukum di bidang perikanan, hal ini akan memperkuat Kejaksaan dalam penanganan hukum tindak pidana di bidang perikanan serta akan mampu melahirkan “jaksa-jaksa perikanan” yang dapat mempercepat proses penuntutan dan memberikan efek jera bagi para pelaku Tindak Pidana Perikanan.

Pada saat ini koordinasi antara Jaksa Perikanan dengan Penyidik Perikanan sudah sangat baik. Salah satu contoh koordinasi yang dibangun antara Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negari Batam dengan Penyidik PSDKP Batam berjalan dengan baik, khususnya mengenai kesediaan pihak PSDKP Batam menerima penitipan sementara barang bukti berupa kapal beserta alat tangkap, terdakwa, dan saksi-saksi Anak Buah Kapaal (ABK) non yustisia di kantor PSDKP Batam setelah adanya penyerahan tanggung jawab tersangka dan barang bukti (tahap 2) dan demi lancarnya proses persidangan pun pihak PSDKP Batam membantu Jaksa Penuntut Umum menghadirkan saksi-saksi ABK non Yustisia dan terdakwa dengan didampingi oleh petugas PSDKP Batam di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan

Page 114: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

104

Negeri Tanjung Pinang yang harus ditempuh dengan menggunakan kapal laut. Bahwa penitipan terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisia di PSDKP Batam dilakukan tetap berpedoman pada pasal 73 Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 1985 dan pasal 102 Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004, oleh karenanya terhadap para terdakwa dan saksi-saksi tersebut tidak dilakukan pengurungan di dalam sel ataupun pengekangan terhadap kemerdekaan bergerak, hanya saja pengamanan di waktu malam hari diperketat melalui pos penjagaan. Bahwa penitipan sementara tersebut di lakukan dikarenakan kantor Kejaksaan Negeri Batam tidak memiliki tempat penampungan sementara bagi terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisia tersebut, selain itu juga belum terdapat regulasi yang secara khusus mengatur mengenai teknis tempat penitipan sementara maupun instansi yang berwenang untuk menerima penempatan sementara terdakwa dan saksi-saksi ABK non yustisia tersebut selama menjalani proses hukum. Selain itu terbatasnya anggaran juga menjadi faktor utama bagi penuntut umum dalam pembiayaan terpidana asing yang dititipkan di penampungan PSDKP Batam. Terdakwa asing yang sedang menjalani proses hukum yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan orang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dilihat dari pandangan penyidik perikanan, penyidik dan jaksa selalu berkoordinasi dengan baik agar jumlah perkara yang dilimpahkan oleh penyidik sesuai jumlahnya dengan perkara yang disidik berdasarkan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang telah dikirim oleh penyidik. Koordinasi dilakukan pula terkait dengan pasal-pasal sangkaan oleh penyidik dan jaksa akan memberikan petunjuk dan masukan untuk pemenuhan unsur pasal tersebut agar tidak terkendala dalam proses penuntutan.

Page 115: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

105

Efek Jera Terhadap Penjatuhan Pidana Denda6.

Berdasarkan Tabel 3 mengenai efek jera terhadap penjatuhan pidana denda, diketahui bahwa 56 % responden menyatakan penjatuhan pidana denda tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku. Penjatuhan pidana denda dianggap tidak menimbulkan efek jera dikarenakan pidana denda tidak dibayarkan dan tidak ada hukuman pengganti denda. Putusan tersebut masih dinilai terlalu ringan dan hakim dalam menjatuhkan hukuman hanya pidana denda saja sehingga Jaksa Penuntut Umum melakukan upaya hukum banding, disisi lain terdakwa harus dideportasi ke negaranya.

Selain itu rumusan sanksi dalam UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomer 45 tahun 2009 tentang Perikanan tidak mengatur rumusan sanksi paling rendah atau minimum sehingga seringkali sanksi pidana yang dijatuhkan tidak memberi efek jera kepada pelaku. Selain itu dalam pelaksanaannya pelaku tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI tidak dapat membayar pidana denda. Untuk kapal yang berbendera asing dan nakhoda asing yang melakukan kegiatan perikanan di perairan ZEEI dapat dikatakan belum mengakibatkan efek jera, alasannya karena akibat penerapan UNCLOS Pasal 73 ayat (3) dan SEMA Nomor 03/BUA.6/HS/SP/XII/2015 tanggal 29 Desember 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi Pengadilan, bahwa perkara Illegal fishing di ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti dan secara tidak langsung membuka peluang bagi pelaku/terdakwa untuk tidak memenuhi kewajibannya tanpa sanksi; terutama terhadap pelaku/terdakwa warga negara asing.

Page 116: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

106

Pada kenyataannya khusus di Pengadilan Negeri Perikanan Bitung saja perkara perikanan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat (Tahun 2014 perkara perikanan berjumlah 18 (delapanbelas) perkara, terbanyak di Indonesia; tahun 2015 perkara perikanan berjumlah 38 (tigapuluh delapan), terbanyak di Indonesia; Tahun 2016 jumlah perkara perikanan 49 (empatpuluh sembilan) perkara, masih yang terbanyak di Indonesia. Bahkan pada pengadilan perikanan pontianak terdapat terdakwa yang sebelumnya sudah pernah ditangkap di Indonesia dalam perkara yang sama. Dengan terdakwa mengulangi perbuatannya dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak jera sehingga kembali dihukum.

Sedangkan 16 % responden menyatakan penjatuhan pidana denda memiliki efek jera karena selain denda ada hukuman tambahan yaitu kapal-kapal yang digunakan oleh para terdakwa dinyatakan dirampas untuk dimusnahkan dan juga terbukti bahwa dalam kurun waktu 2015 sampai Maret 2017 tidak ada terpidana yang mengulang perbuatannya dan melakukan llegal fishing pada wilayah perikanan Bitung.

Selain pidana denda yang diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana di bidang perikanan, dilakukan pula penenggelaman Kapal Ikan Asing yang melakukan Illegal Fishing di ZEEI dengan dasar hukum termaktub didalam Pasal 69 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Pasal 69 ayat (1) UU Perikanan menentukan bahwa kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum dibidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia. Sedangkan Pasal 69 ayat (4) berbunyi, dalam melaksanakan fungsi sebagaimana ayat (1) penyidik

Page 117: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

107

dan atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan atau penenggelaman kapal perikanan berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Kendala Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang B. Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan pasal 102 Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan menghadapi beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut juga telah diuraikan dalam Bab III Penyajian data sub B. Dalam Sub B Bab IV ini akan dibahas kendala yang dihadapi Jaksa pada perkara perikanan dengan cara melakukan pengelompokan secara menyeluruh terhadap data yang telah di dapat di 5 (lima) wilayah sample penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden menyatakan bahwa eksekusi pidana denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 masih banyak dijumpai kendala. Kendala-kendala dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan pasal 102 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu berupa kendala yuridis dan kendala non yuridis.

Kendala Yuridis1.

Kendala yuridis adalah kendala yang berkaitan dengan peraturan perundang-undang dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan pasal 102 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Menganalisis kendala yuridis ini penting karena dalam penelitian hukum untuk melihat terlaksananya suatu kebijakan, yang pertama kali dilihat adalah aturan hukum yang mengatur mengenai

Page 118: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

108

permasalahan tersebut. Karena kita selalu mengacu pada pendapat Lawrence Meir Friedman, bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum bergantung pada 3 (tiga) unsur sistem hukum, yaitu struktur hukum (structure of law), substansi hukum (substance of law) dan budaya hukum (legal of law).37 Kendala yuridis yang ditemukan dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan pasal 102 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, antara lain :

Peraturan yang tersedia tidak lengkapa.

Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa “ketentuan tentang pidana penjara dalam Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, kecuali telah ada perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara yang bersangkutan”. Pasal 5 ayat (1) huruf b mengkhususkan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan di wilayah ZEEI. Selanjutnya Pasal 102 menyebutkan Terpidana tidak dapat dijatuhi pidana penjara, dengan demikian hanya dapat dijatuhi pidana denda. Sehingga bila nantinya denda tidak dibayarkan tidak ada pidana pengganti dan tidak dapat dieksekusi. Pasal 102 tidak mengatur sanksi bagi terpidana yang tidak membayar pidana denda dan berdampak pada tidak terselesaikannya pidana denda secara tuntas. Ditambah lagi setelah Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno

37 Lawrence M. Friedman, Op.cit.

Page 119: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

109

Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. Dalam rumusan hukum kamar pidana angka 3 mengenai perikanan (illegal fishing) menyebutkan bahwa dalam perkara illegal fishing di wilayah ZEEI terhadap terdakwa hanya dapat dikenakan pidana denda tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda. Ketentuan ini menegaskan pidana denda menjadi satu-satunya pidana yang dijatuhkan pada tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI. Namun demikian, pada tahun 2017 di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Pontianak sebanyak 20 perkara dari 22 perkara telah dapat dieksekusi karena putusan pengadilan memberikan subsidair kurungan terhadap denda yang tidak dibayarkan.

Peraturan yang tersedia tidak bersinergi dengan b. peraturan lainnya.

Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa “ketentuan tentang pidana penjara dalam Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, kecuali telah ada perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara yang bersangkutan”. Sedangkan Pasal 30 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan”. Kedua peraturan ini sangat bertolak belakang, namun ada sebagian responden yang berpendapat bahwa pidana penjara berbeda dengan pidana kurungan, sehingga dalam perkara perikanan ini Pasal 30 ayat (2) dapat diterapkan apabila denda tidak dibayar.

Page 120: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

110

Kendala Non Yuridis2.

Kendala non yuridis yang dimaksud disini adalah kendala-kendala yang ditemukan dari hasil pengumpulan data di lapangan yang tidak berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kendala-kendala tersebut antara lain:

Anggaran/ Dana1)

Tidak adanya anggaran/ DIPA Kejaksaan terkait - biaya hidup terdakwa selama proses hukum berlangsung.Tidak ada biaya operasional untuk mendatangi - secara langsung ke Kedutaan Besar terdakwa yang berada di Jakarta.Eksekusi kapal terlambat dilaksanakan karena - memakan biaya yang cukup besar dan tidak tersedia anggaran dalam DIPA Kejaksaan untuk melakukan eksekusi.

Pelakunya Warga Negara Asing2)

Tidak adanya perhatian dan perlindungan hukum dari - perwakilan negara/ Kedutaan Besar untuk menjalin komunikasi dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh warga negaranya.Kesulitan menghadirkan Juru bahasa untuk - menerjemahkan Bahasa dari negara orang asing tersebut.

Hambatan Teknis3)

Tidak berlaku ketentuan penahanan terhadap - tersangka sehingga hal tersebut menjadi kendala bagi penyidik melakukan pengawasan terhadap tersangka WNA sampai dengan penyerahan tahap

Page 121: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

111

II ke kejaksaan sehingga terbuka peluang untuk melarikan diri lebih besar, bahkan ada terdakwa yang sudah melarikan diri sehingga dilakukan sidang tanpa dihadiri oleh terdakwa (in absentia).Waktu penyidikan mulai kapal asing sampai - pelimpahan berkas Perkara Perikanan di Sidang Pengadilan banyak memakan waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang sampai 1 (satu) tahun, akibatnya putusan yang akan dijatuhkan oleh Majelis Hakim juga terkesan lama ditambah Rentut Jaksa Penuntut Umum yang melebihi waktu 1 (satu) bulan sehingga ketentuan Pasal 80 UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009, yang menyatakan “Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan pelimpahan berkas perkara dari penuntut umum, Hakim harus sudah menjatuhkan putusan” tidak dapat dipenuhi.Dari sisi yuridis mereka tidak dikurung penyidik hanya - diamankan saja di tempat penampungan sementara hingga inkracht. Posisi diamankan disini juga masih belum jelas bahkan ada yang sudah hampir 2 tahun berada di pangkalan PSDKP menunggu kepastian incracht. Selama 2 tahun itulah mereka menunggu dan menunggu putusan incrachtnya. Sementara mereka tidak boleh dikurung. Kondisi demikian dari non yuridis akan menyulitkan penyidik maupun jaksa karena potensi untuk tersangka/terdakwa kabur sangat terbuka. Contoh kasus 2016 sudah ada 6 tersangka yang kabur dari pengamanan karena sudah overload kondisi yang ada.

Putusan terhadap upaya hukum banding maupun - kasasi memakan waktu yang cukup lama.

Page 122: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

112

Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengoptimalkan Pelaksanaan C. Eksekusi Pidana Denda Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan eksekusi pidana denda pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Melakukan kajian lebih mendalam oleh pemerintah dan pembuat undang-undang terhadap Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Penyidikan harus lebih bersifat progresif terhadap si pemilik kapal, dikarenakan selama ini nahkoda/ABK hanya pekerja, yang mana pemilik kapal ikan dapat bertanggung jawab.

Pendekatan secara persuasif terhadap terpidana untuk membayar denda, dan melakukan koordinasi dengan pihak Konsulat Jenderal atau Kedutaan Besar asal negara terdakwa, agar pihak Kedutaan mau menjembatani terdakwa agar mau membayar denda dan membuat surat pernyataan tidak sanggup melakukan pembayaran denda yang ditanda tangani oleh terdakwa diatas materai.

Penyidik berkoordinasi dengan Kantor Kedubes terkait segera setelah dilakukan penangkapan untuk menerapkan ketentuan dalam pasal 104 ayat 4 UU 31 tahun 2004 (uang jaminan).

Tuntutan pidana denda tidak terlalu tinggi agar terdakwa sanggup untuk membayar dan mencantumkan tuntutan pidana denda dengan subsidair berupa kurungan kepada terdakwa.

Diajukan tuntutan “dirampas untuk negara” terhadap barang bukti berupa kapal, alat navigasi, alat komunikasi, dan barang bukti bernilai ekonomis lainnya, dengan tujuan manfaat ekonomis bagi negara.

Page 123: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

113

Mengeluarkan penetapan upaya paksa/penahanan. Karena tanpa ada upaya paksa/penahanan, semua tindakan JPU akan sia-sia karena tidak bisa dieksekusi. Karena tanpa adanya upaya paksa/penahanan, akan sulit bagi JPU untuk melacak keberadaan terdakwa untuk meminta membayar pidana denda. Walaupun pada prinsipnya penerapan upaya paksa/penahanan tersebut masih merupakan bahan pemikiran, tetapi perlu dipertimbangkan dengan seksama mengingat merubah/merevisi UNCLOS yang tidak mengatur adanya upaya paksa/penahanan bukanlah pekerjaan mudah, karena kita akan berhadapan dengan dunia internasional karena sebenarnya ZEEI itu milik dunia yang kebetulan ada di wilayah perairan Indonesia.

Tuntutan pidana dicantumkan pidana kurungan pengganti pidana denda yang tidak dibayar oleh terdakwa, dengan alasan apabila hanya dikenakan pidana denda, akan menjadi tidak efektif terhadap penegakan hukumnya karena penjatuhan pidana denda yang tidak disertai dengan alternatif pidana pengganti denda bila pidana denda tersebut tidak dibayarkan, tidak memberikan efek jera terhadap terdakwa.

Meminta JPU untuk menghubungi perwakilan negaranya, untuk disediakan penerjemah yang dapat dihadirkan pada saat persidangan sehingga membantu kelancaran proses pemeriksaan.

Barang bukti kapal/ tindak pidana perikanan secepatnya untuk dilakukan langkah-langkah konkrit dan cepat agar tidak rusak/hilang sehingga biaya perawatan tidak tinggi.

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait khususnya pihak keimigrasian.

Dengan cara mempercepat proses penyidikan dengan

Page 124: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

114

selalu berkoordinasi dengan keimigrasian, karena supaya terhindar dari upaya hukum lebih lanjut yang bisa dilakukan oleh tersangka berupa praperadilan.

Sesuai yurisdiksi selalu cek keberadaan tersangka setiap waktu dan perlakukan tersangka dengan baik serta melakuakan komunikasi atau pendekatan intens dengan tersangka sehingga tidak melarikan diri.

Page 125: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

115

BAB VPENUTUP

Kesimpulan A.

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pelaksanaan eksekusi pidana denda terhadap tindak pidana 1. perikanan di wilayah ZEEI (Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004) belum optimal, karena masih memberikan peluang terhadap pelaku pelanggaran tindak pidana perikanan untuk terhindar dari sanksi denda, sehingga apabila penjatuhan sanksi pidana denda bagi pelaku tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI tidak dibarengi pidana atau subsidair pidana denda berupa pidana kurungan, maka denda yang tidak dibayarkan akan menjadi kerugian negara. Penerimaan denda sebagai bagian dari sanksi pidana dalam tindak pidana perikanan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus dipertanggungjawabkan oleh kejaksaan, sehingga denda yang tidak dibayarkan akan tetap terdaftar sebagai piutang negara yang menjadi tunggakan kejaksaan dalam pelaporan PNBP.

Kendala-kendala dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda 2. dikaitkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu berupa kendala yuridis dan kendala non yuridis.

Kendala Yuridis, Kendala yuridis adalah kendala yang a. berkaitan dengan peraturan perundang-undang dalam pelaksanaan eksekusi pidana denda dikaitkan pasal 102 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Pasal 102 tidak mengatur sanksi bagi terpidana yang

Page 126: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

116

tidak membayar pidana denda dan berdampak pada tidak terselesaikannya pidana denda secara tuntas. Pasal 102 yang bertolak belakang dengan Pasal 30 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan”.

Kendala Non Yuridis:b.

Kendala non yuridis yang dimaksud disini adalah kendala-kendala yang ditemukan dari hasil pengumpulan data di lapangan yang tidak berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kendala-kendala tersebut antara lain:

Anggaran/ Dana, tidak adanya anggaran/ DIPA 1) Kejaksaan terkait biaya hidup terdakwa selama proses hukum berlangsung, tidak ada biaya operasional untuk mendatangi secara langsung ke Kedutaan Besar terdakwa yang berada di Jakarta, tidak tersedia anggaran dalam DIPA Kejaksaan untuk melakukan eksekusi kapal yang jumlahnya cukup besar.

Pelakunya Warga Negara Asing, tidak adanya 2) perhatian dan perlindungan hukum dari perwakilan negara/ Kedutaan Besar untuk menjalin komunikasi dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh warga negaranya dan kesulitan menghadirkan Juru bahasa untuk menerjemahkan Bahasa dari negara orang asing tersebut.

Hambatan Teknis, tidak berlaku ketentuan penahanan 3) terhadap tersangka sehingga terbuka peluang untuk melarikan diri lebih besar, bahkan ada terdakwa yang sudah melarikan diri sehingga dilakukan sidang

Page 127: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

117

tanpa dihadiri oleh terdakwa (in absentia). Rentut Jaksa Penuntut Umum yang melebihi waktu 1 (satu) bulan sehingga ketentuan Pasal 80 UU Nomor 31 tahun 2004 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009, yang menyatakan “Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan pelimpahan berkas perkara dari penuntut umum, Hakim harus sudah menjatuhkan putusan” tidak dapat dipenuhi. Putusan terhadap upaya hukum banding maupun kasasi memakan waktu yang cukup lama.

Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan 3. eksekusi pidana denda dikaitkan dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, yaitu:

Melakukan kajian lebih mendalam oleh pemerintah dan a. pembuat undang-undang terhadap Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Penyidikan harus lebih bersifat progresif terhadap si b. pemilik kapal, dikarenakan selama ini nahkoda/ABK hanya pekerja, yang mana pemilik kapal ikan dapat bertanggung jawab.

Pendekatan secara persuasif terhadap terpidana untuk c. membayar denda, dan melakukan koordinasi dengan pihak Konsulat Jenderal atau Kedutaan Besar asal negara terdakwa, agar pihak Kedutaan mau menjembatani terdakwa agar mau membayar denda dan membuat surat pernyataan tidak sanggup melakukan pembayaran denda yang ditanda tangani oleh terdakwa diatas materai.

Penyidik berkoordinasi dengan Kantor Kedubes d. terkait segera setelah dilakukan penangkapan untuk menerapkan ketentuan dalam pasal 104 ayat 4 UU 31

Page 128: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

118

tahun 2004 (uang jaminan).

Tuntutan pidana denda tidak terlalu tinggi agar terdakwa e. sanggup untuk membayar dan mencantumkan tuntutan pidana denda dengan subsidair berupa kurungan kepada terdakwa.

Diajukan tuntutan “dirampas untuk negara” terhadap f. barang bukti berupa kapal, alat navigasi, alat komunikasi, dan barang bukti bernilai ekonomis lainnya, dengan tujuan manfaat ekonomis bagi negara.

Tuntutan pidana dicantumkan pidana kurungan pengganti g. pidana denda yang tidak dibayar oleh terdakwa, dengan alasan apabila hanya dikenakan pidana denda, akan menjadi tidak efektif terhadap penegakan hukumnya karena penjatuhan pidana denda yang tidak disertai dengan alternatif pidana pengganti denda bila pidana denda tersebut tidak dibayarkan, tidak memberikan efek jera terhadap terdakwa.

SaranB.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. a. Dalam tuntutan pidana dicantumkan pidana kurungan pengganti pidana denda yang tidak dibayar oleh terdakwa, dengan alasan apabila hanya dikenakan pidana denda, akan menjadi tidak efektif terhadap penegakan hukumnya karena penjatuhan pidana denda yang tidak disertai dengan alternatif pidana pengganti denda bila pidana denda tersebut tidak dibayarkan, tidak memberikan efek jera terhadap terdakwa.

b. Mengingat waktu persidangan hanya 30 hari, agar proses Rentut ke Kejaksaan Agung bisa dipercepat atau Rentut

Page 129: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

119

cukup di Kejaksaan Tinggi untuk mempercepat proses persidangan.

2. a. Perlu pengkajian untuk penafsiran Pasal 102 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dari aspek yang komprehensif (menyeluruh) sehingga tujuan pemidanaan agar tercapai, khususnya bila denda tidak dibayar tetapi tetap dikenakan sanksi kurungan agar terdapat efek jera.

b. Perlu penempatan jaksa perikanan di wilayah yang ada tindak pidana perikanan, karena masih ada jaksa perikanan ditempatkan pada Kejaksaan Negeri yang tidak pernah ada perkara tindak pidana perikanan.

3. Perlu perjanjian bilateral antara pemerintah Republik Indonesia dengan negara yang warganya paling sering melakukan tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI (seperti Filipina, Thailand, China, Malaysia, Vietnam), agar jaksa penuntut umum dalam melaksanakan eksekusi tidak terkendala dengan tidak adanya upaya paksa.

Page 130: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

120

Page 131: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

121

DAFTAR PUSTAKA

Buku-bukuBray, Kevin. 2000. A Global Review of Illegal, Unreported and

Unregulated (IUU) Fishing Fisheries. Bethesda.Hamzah, Andi. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar

Grafika.Kejaksaan Agung RI. 2016. Optimalisasi Penyelesaian Tunggakan

Uang Pengganti yang Diputus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : Pusat Litbang Kejaksaan Agung.

Lasabuda, Ridwan. Januari 2013. Tinjauan Teoritis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2.

M. Friedman, Lawrence. 1975. The Legal System; A Social Science Perspective. New York : Russell Sage Foundation.

Mahmudah, Nunung. 2015. Illegal Fishing. Jakarta : Sinar Grafika.Prasetyo, H.M. 2016. Catatan Kritis Terhadap Pelaksanaan Hukum

Acara Tindak Pidana Perikanan. Jakarta : disampaikan sebagai narasumber pada Rapat Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing.

Setiawan, Tatang. 2017. Analisis Hukum Tentang Subsidair Pada Putusan Pidana Perikanan Lokus ZEEI di Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Pontianak Tahun 2017. Pontianak.

Solihin, Akhmad. 2010. Politik Hukum Kelautan Dan Perikanan. Bandung: Nuansa Aulia.

Supramono, Gatot. 2011. Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Page 132: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

122

Perundang-undanganKitab Undang-Undang Hukum Pidana.United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut) 1982Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009

Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

------- 2004. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

------- 2004. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

------- 1997. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

------- 1985. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut).

------- 1981. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Mahkamah Agung RI. 2015. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.

Kejaksaan Agung RI. 2010. Peraturan Jaksa Agung No : PER-017/A/JA/07/2014 tentang perubahan atas Perja No : 039/A/JA/10/2010 tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus.

------- 2014. Peraturan Jaksa Agung No : PER-029/A/JA/10/2014 tanggal 03 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Tugas Sumber Daya Alam Lintas Negara.

------- 2017. Surat Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-053/A/

Page 133: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

123

SKJA/03/2017 tanggal 31 Maret 2017 perihal Petunjuk Terkait Eksekusi Hukuman Denda dalam Tindak Pidana Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang Dilakukan Nelayan/ Orang Asing.

------- 1989. Surat Keputusan Jaksa Agung Republik lndonesia Nomor Kep-112/JA/10/1989 tentang Mekanisme penerimaan, penyimpanan dan penataan barang bukti.

------- 2001. Surat Edaran Jaksa Agung Republik lndonesia Nomor: B-041/A/B/06/2001 tanggal 20 Juni 2001 tentang Tuntutan hukuman terhadap perkara-perkara tindak pidana perikanan.

------- 2002. Surat Edaran Jaksa Agung Republik lndonesia Nomor : SE-003/A/JA/05/|2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Perubahan pengendalian tuntutan pidana perkara tindak pidana khusus.

------- 2003. Surat Petunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-110/R/F/Ft.2/02/2003 tanggal 14 Februari 2003 perihal Pengendalian tuntutan pidana dalam tindak pidana perikanan.

------- 2009. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-1120/F.2/Ft.2/06/2009 tanggal 5 Juni 2009 tentang penjelasan dan penerapan Pasal 102 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang disangkakan penyidik perwira TNI AL.

------- 1992. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor: B-621/F/Fek.2/11/1992 tanggal 24 November 1992 perihal Sidang in-absentia.

------- 2010. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-27/F/Ft.2/01/2010 tanggal 8 Januari 2010 Perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan Perkara TP Perikanan.

------- 2010. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor : B-434/F/Ft.2/03/2010 tanggal 3 Maret 2010 perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan Perkara

Page 134: STATUS SAKSI MAHKOTA OPTIMALISASI ......Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, negara ini disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan jumlah

124

Tindak Pidana Perikanan.------- 2010. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Nomor

: B-735/F/Ft.2/04/2010 tanggal 5 April 2010 perihal pemahaman dan penerapan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

------- 2008. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No : B-511/F/Fu.2/03/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Pengendalian Tuntutan Pidana dalam Tindak Pidana Perikanan.

------ 2009. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No : B-1120/F.2/Ft.2/06/2009 tanggal 5 Juni 2009 tentang penjelasan dan penerapan Pasal 102 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang disangkakan penyidik perwira TNI AL.

InternetKementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Geografi

Indonesia. http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia

United Nations Treaty Collection. Chapter XXI Law Of The Sea 6. United Nations Convention On The Law Of The Sea. https://treaties.un.org/pages

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kerugian Negara Akibat Illegal Fishing 22 September 2015. http://news.kkp.go.id/index.php/kerugian-negara-akibat-illegal-fishing-101-triliun-rupiah

http://www.maritim.co/terjemahan-unclos-1982/ FAO, “International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate,

Illegal, Unreported and Unregulated Fishing,” Journal of International Wildlife Law & Policy, 2001, https://doi.org/10.1080/13880290109353986