standar kebutuhan air untuk irigasi

8
STANDAR KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI I. Pengertian Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga keseimbangan air dan kepentingan pertanian (Gunawan, 2008). Air sangat dibutuhkan untuk produksi pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasl pertanian pun akan terpengaruh . Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air permukaan atau sungai. Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti perikanan atau peternakan. Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing- masing musim adalah berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain Jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air (Sutawan, 2001). II. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002). 1

Upload: afni-eld-allagan

Post on 10-Dec-2015

187 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

Page 1: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

STANDAR KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI

I. Pengertian

Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui

saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga keseimbangan

air dan kepentingan pertanian (Gunawan, 2008).

Air sangat dibutuhkan untuk produksi pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan

baik maka hasl pertanian pun akan terpengaruh . Air irigasi dapat berasal dari air hujan

maupun air permukaan atau sungai. Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian

saja melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti

perikanan atau peternakan. Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman,

masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah berlainan. Hal ini tergantung

dari beberapa faktor antara lain Jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara

pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan,

serta tujuan pemberian air (Sutawan, 2001).

II. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk

penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P),

kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air

irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002).

Untuk menghitung kebutuhan air irigasi dapat dirumuskan:

Keterangan:

IG = kebutuhan air irigasi (m3),

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),

RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),

P = perkolasi (mm/hari),

1

Page 2: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

ER = hujan efektif (mm/hari),

EI = efisiensi irigasi ,

A = luas areal irigasi (m2).

2.1 Kebutuhan Air Komsumtif (Etc)

Kebutuhan air konsumsi memiliki makna bahwa setiap tanaman akan memiliki

kebutuhan tertentu terhadap air sehingga antara tanaman satu dengan lainnya akan

memiliki kebutuhan yang berbeda dalam menggunakan air. Dengan menggunakan

standar yang sudah ada maka besarnya kebutuhan air konsumtif dapat dihitung

menggunakan rumus berikut:

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

Et = evapotranspirasi (mm/hari),

Kc = koefisien tanaman.

Evapotranspirasi dapat dihitung menggunakan metode Penman atau Thornwaite sedangkan koefisien tanaman dapat melihat panduan dari FAO yang ada dalam standar irigasi. Tabel Koefisien Tanaman (kc) menurut FAO :

Sumber: Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas 2006

2

Page 3: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

2.2 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (IR)

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditentukan oleh kebutuhan

maksimum irigasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk

penyiapan lahan :

1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan

2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Perhitungan kebutuhan air yang digunakan didasarkan dari penelitian van de

Goor dan Zijlstra,1968 (Direktorat Pengairan Irigasi,2006) :

Keterangan:

IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan. M=Eo +P ,(Eo = 1,1 x Eto ; P = perkolasi (mm/hari) )

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari) dan k = Mx (T/S)

S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditanmbah dengan lapisan air 50 mm.

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setalah transplantasi, yaitu sebesar 50 mm serta kebutuhan untuk persemaian.

2.3 Perkolasi (P)

Perkolasi adalah meresapnya air ke dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah,

dari lapisan tidak jenuh. Besarnya perkolasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,

kedalaman air tanah dan sistem perakarannya. Koefisien perkolasi adalah sebagai

berikut :

a. Berdasarkan kemiringan :

- lahan datar = 1 mm/hari

3

Page 4: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

- lahan miring > 5% = 2 – 5 mm/hari

b. Berdasarkan Tekstur :

- berat (lempung) = 1 – 2 mm/hari

- sedang (lempung kepasiran) = 2 -3 mm/hari

- ringan = 3 – 6 mm/hari

Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan

horizontal. Menurut hasil penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil dari pada

perkolasi horizontal, angkanya berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal ini terutama untuk

sawah-sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai kemiringan besar yaitu

sawah-sawah dengan teras-teras. Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat

dipergunakan lagi oleh petak sawah dibawahnya sehingga perkolasi horizontal tidak

diperhitungkan sebagai kehilangan.

Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan, angka-angka perkolasi untuk

berbagai jenis tanah disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal dari

50 Cm adalah sebagai berikut (Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973)

(Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973)

Sedangkan Pemerintah Indonesia telah membuat standar pemakaian angka

perkolasi seperti disajikan dalam tabel berikut :

4

Page 5: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01

2.4 Penggantian Lapisan Air (WLR)

WLR (water layer replacement) adalah penggantian air genangan di sawah

dengan air irigasi yang baru dan segar.Penggantian lapisan air dilakukan setelah

pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Biasanya dilakukan

penggantian lapisan air sebanyak 2 kali masing-masing 50mm atau (3,3 mm/hari)

selama 1 bulan dan 2 bulan setelah transplantasi.

2.5 Curah Hujan Efektif (ER)

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh

tanaman, yang dapat digunakan untuk memenuhi air konsumtif tanaman. Besarnya

curah hujan ditentukan dengan 70% dari curah hujan rata – rata tengah bulanan dengan

kemungkinan kegagalan 20% (Curah hujan R80 ). Dengan menggunakan Basic Year

dengan rumus :

R80 = n/5 + 1 dengan n adalah periode lama pengamatan.

Curah  hujan  efektif  diperoleh  dari  70%  x  R80  per periode waktu pengamatan. Apabila data hujan yang digunakan 10 harian maka persamaannya menjadi :

− Repadi=(R80x 70%)/10 mm/hari.

− Retebu =(R80x60%)/ 10   mm/hari.

5

Page 6: Standar Kebutuhan Air Untuk Irigasi

− Repalawija = (R80 x 50%) / 10 mm/hari

2.6 Efesiensi Irigasi (IE)

Efisiensi   merupakan   persentase   perbandingan antara jumlah air yang dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari pintu

pengambilan. Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang

direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar dari

kebutuhan. Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang hilang

di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.

− saluran tersier : 80 %

− saluran sekunder : 90 %

− saluran primer : 90 %

Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %

6