standar ganda dan teroris

Upload: kamaruddin-clok

Post on 09-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    1/38

    Islam dan Masalah Terorisme

    Senin, 29 Maret 2010 07:42 redaksi

    Islam dan teroris merupakan dua kata yang berlawanan dan tidak bisadisamakan. Islam merupakan agama monoteis ketiga dan yang terakhir menuntutkepatuhan total kepada Tuhan. Islam adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang terdiriatas tiga konsonan, S-L-M, yang berarti kedamaian (salam), kebaikan, dan keselamatan

    Dengan kata lain, Islam memberi seseorang kedamaian jiwa dan kebaikan hidupserta keselamatan dari balasan Tuhan dalam kehidupan sesudah mati. Sedangkanterorisme, meski memiliki banyak definisi, merupakan tindakan kekerasan terencana danbermotivasi politik yang dilakukan terhadap orang-orang tak bersenjata atau penduduksipil.

    Dua istilah ini (Islam dan terorisme) sangat jauh berbeda karena Islam sangatmenghargai nyawa manusia. Islam juga menganggap kehidupan sebagai semangat Tuhanyang dianugerahkan kepada manusia. Dalam Alquran disebutkan bahwa siapa saja yangmenghilangkan nyawa seseorang, maka Allah menganggap dia telah menghilangkannyawa seluruh umat manusia (Surat 5 ayat 32). Tetapi, kita terhenyak ketika terjaditragedi 11 September di AS. Mengapa aksi teroris seperti itu terjadi dan dilakukan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai muslim sejati dan memiliki semangat besar untukmenyebarkan ajaran Islam.

    Marilah kita coba lihat fenomena berbahaya ini dan mencoba memulihkan luka-luka dengan harapan kita mampu memulihkan ide dan citra yang sebenarnya tentangIslam sebagai agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan mengutuk orang-orangyang membuat kerusakan di muka bumi.

    Dalam Alquran disebutkan: "Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orangyang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi hanyalahmereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbalbalik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatupenghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar

    (Surat 5 ayat 33). Ayat ini menjelaskan bahwa kedudukan orang yang melakukankejahatan dan teror di muka bumi sama dengan orang yang menentang Allah danRasulnya.

    Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak semua pihak untuk melakukan refleksidengan pikiran jernih dan

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    2/38

    objektif mengenai akar penyebab adanya fenomena berbahaya yang dihadapiumat manusia belakangan ini. Marilah kita lihat penyebab yang sebenarnya untukmencari solusi yang benar agar kita bisa hidup dengan damai dan harmonis.

    Tidak bisa diingkari bahwa tindak kekerasan yang terjadi di dunia Islam

    melawan AS dan negara-negara Barat timbul tanpa terduga setelah adanya peristiwatragis 11 September. Beberapa hipotesis telah dikeluarkan untuk menjelaskan hal ini.Sebagian beranggapan bahwa perasaan bermusuhan itu timbul sebagai ungkapankontradiksi kebudayaan dan peradaban antara Islam dan Barat.

    Ketidakcocokan antara keduanya berawal dari sejarah konflik dan kompetisiyang panjang. Pendapat ini jelas-jelas didasarkan pada tesis Samuel Huntingtonmengenai "Bentrokan Peradaban" antara dunia Timur (Islam) dan Barat. Persainganantara Islam dan Barat didasarkan pada bukti bahwa hampir 100 tahun setelah kelahiranIslam, umat Islam berusaha mendirikan kekaisaran yang meliputi Afrika Utara, Timur

    Tengah, Iberia, Persia, dan India Utara.

    Namun, di akhir abad XI, setelah sekitar dua abad kawasan tersebut mengalamistabilitas, ketegangan muncul dengan adanya Perang Salib Pertama 1095. Umat KristenTimur minta bantuan kepada umat Kristen Barat untuk mempertahankan wilayahnyamelawan ekspansi Muslim Saljuk. Menjelang jatuhnya Anatolia, ibu kota Kristen Timur,Konstantinople terancam oleh ekspansi umat Islam ini. Hubungan sejarah panjang yangtidak menyenangkan inilah yang memunculkan dua factor penting yang membawa rasabermusuhan, yang akhirnya menyebabkan terjadinya peristiwa 11 September.

    Sebelum saya lanjutkan dengan dua faktor di atas, saya ingin menarik perhatianbahwa aksi teroris 11 September merupakan pengingat yang kejam untuk menemukansolusi masalah-masalah utama dan mencari saling pengertian hubungan yang dinamisantara Islam dan Barat. Interaksi antara Islam dan Barat merupakan bagian yang pentingdalam struktur hubungan global sekarang ini. Tanpa hubungan yang positif antarakeduanya, jaringan global rakyat dan masyarakat yang konstruktif tidak akan mungkinterbentuk. Selama hampir satu setengah milenium, Islam dan Baratdipandang sebagai duaperadaban yang berinteraksi dalam konflik dan dialog. Untuk mencapai tujuan tersebut(dialog yang konstruktif) dan mencari jawaban apa yang menjadi rintangan danbagaimana solusinya, penting sekali untuk melihat kondisi dunia kontemporer di abad

    XXI dan bukannya dengan menerapkan konsep-konsep dan program dari masasebelumnya.

    Pemakaian kembali konsep dan struktur hegemoni imperialis di satu sisi dankenangan nostalgia mengenai kejayaan di sisi lain tidak akan bias memberikan jawabanyang diperlukan untuk kemanusiaan di milenium baru ini. Realitas utama di dunia abadXXI yang ditandai dengan meluasnya aksi terorisme mencerminkan bahwa pada era ini

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    3/38

    terjadi saling kebergantungan global, namun belum terintegrasi. Berdasarkan NormanDaniel dalam bukunya, Islam dan Barat, mentalitas umat Kristen abad pertengahan (yangmemandang Islam sebagai ancaman dan musuh terburuk) masih berada di dalampemikiran orang Barat.

    Faktor Eksternal Dengan paparan di atas, marilah kita melakukan refleksi yangjujur dan objektif mengenai faktor eksternal yang memicu tragedi 11 September. Sudahbarang tentu, peristiwa itu merupakan dampak utama perbedaan budaya dan peradabanantara dua belah pihak (Islam dan Barat).

    Namun, yang sama pentingnya untuk dilihat adalah dampak kebijakan AS danBarat terhadap dunia (umat) Islam, khususnya kebijakan AS dalam menangani konflikArab-Israel, yang oleh sebagian umat Islam dipandang bias. Kebijakan itu, yang olehdunia Islam dipandang ambivalen dan memihak Israel, memicu sentiment kebencian dansemakin memperparah adanya perasaan perbedaan budaya dan peradaban.

    Radikalisme Islam sekarang ini hampir bisa bersifat antinasionalis. Hal itumerupakan mimpi para praktisi

    untuk menyatukan seluruh umat Islam. Dalam ikhtiar itu, AS dipandang sebagaihalangan utama untuk

    membentuk pemerintahan yang berdasarkan visi Islam transnasional ini. Merekamemandang AS sebagai penyedia alat rezim-rezim yang tidak mereka inginkan. Merekamemandang rezim-rezim ini tidak memiliki komitmen terhadap ajaran murni Islam.

    Hal ini bisa menjadi penjelasan mengapa Usamah Bin Laden tetap menjagahubungan baik dengan kelompok Jamaat-al-Islamiah dan Islamic Jihad di Mesir untukmenggulingkan Presiden Husni Mubarak, dan mereka berhasil membunuh PresidenAnwar Sadat Faktor Internal Implikasi kontrol Barat terhadap dunia Islam bias dilihat

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    4/38

    dalam gerakan Islam di dunia Arab modern.

    Dengan berakhirnya Kekaisaran Ottoman, gerakan reformasi mulai timbul diberbagai bagian di Arab. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas kemunduran KekaisaranOttoman dibandingkan dengan kebangkitan Eropa. Gerakan ini dikenal dengan duakategori besar, pertama, Salafi, Wahabi Puritan. Gerakan ini dikenal dengan upayanyauntuk mencari nilai-nilai dasar Islam dan menolak budaya Barat.

    Kedua, gerakan Islam modern yang mencoba menggabungkan antara peradabanIslam dan Eropa. Dengan kata lain, gerakan ini mencari kompromi antara Islam danmodernisasi Eropa. Tokoh utama gerakan ini adalah Jamaluddin al-Afghani dan ShikhMohammad Abdo. Kedua gerakan tersebut sama-sama ingin memurnikan ajaran Islamdalam segala aspek. Namun, gerakan Wahabi mengambil cara yang lebih ketat dalam halmisi dan visinya.

    Gerakan Wahabi adalah gerakan puritan suni yang\ didirikan Muhammad ibnAbdul-Wahab (1703-1791). Aliran ini menolak segala praktik keagamaan yang diadopsisetelah abad III era Islam. Filosofi, sufisme, shiisme, dan praktik-praktik lokal lainnyayang disebut sebagai jelmaan semangat Islam ditolak dan dianggap bid?ah.

    *. Dr Alwi Shihab, ahli perbandingan agama, pernah lama mengajar di HarvardUniversity, AS, mantan Menlu RI

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    5/38

    ***********

    Dunia Islam: Korban Terrorisme

    Dunia Islam: Korban Terrorisme

    Awal bulan Mei, Tehran menjadi tuan rumah seminar yang membahastransformasi aktual dunia Islam saat ini. Seminar yang digelar selama dua hari dandihadiri ilmuan dari 28 negara itu mengangkat tema "Dunia Islam: Korban Terrorisme".Mereka mengkaji beberapa poin penting, termasuk alasan mengapa Barat menuding umatIslam sebagai terroris dan menganggap Islam sebagai agama anarkis. Meskipun, propaganda tersebut juga telah digulirkan Barat sejak masa silam. Namun, pasca

    serangan 11 September 2001, propaganda tersebut kini lebih agresif dan media massaBarat semakin gigih dalam upayanya mengesankan keburukan dunia Islam.

    Sebelum berbicara tentang terrorisme, terlebih dahulu harus disebutkandefinisinya. Sayang sekali, banyak definisi mengenai terrorisme yang justru kontradiktif.Sejumlah peserta seminar berpendapat bahwa, tidak adanya definisi tunggal tentangterrorisme yang dapat diterima semua pihak, ternyata justru dimanfaatkan Barat untukmenafsirkan terrorisme secara arbitrer. Sehingga Barat bebas menvonis siapapun dannegara manapun sebagai terroris jika tidak sejalan dengan kepentingan mereka.

    Yang jelas, terorisme adalah tindak kekerasan yang dilakukan untuk mencapaitujuan yang sebagian besarnya politis dan terkadang harus mengorbankan orang-orangtak berdosa. Pada hakikatnya, fenomena terorisme memiliki akar sejarah yang cukuppanjang. Namun, istilah terror banyak digunakan sejak meletusnya Revolusi Perancistahun 1789, mengingat selama beberapa waktu pasca revolusi tersebut, banyak orang-orang yang tak berdosa menjadi korban teror.

    Salah satu topik penting yang dibicarakan dalam seminar "Dunia Islam: KorbanTerorisme" adalah faktor kemunculan dan perluasan terorisme di dunia saat ini,mengingat gejala terrorisme makin berkembang pesat. Beberapa pakar menyatakan,sejumlah faktor seperti meningkatnya kezaliman dan permusuhan, runtuhnya spritualitas,dan munculnya kejahilan dan fanatisme, merupakan beberapa faktor penyebabberkembangnya terrorisme dalam beberapa tahun terakhir.

    Presiden Republik Islam Iran, Dr. Mahmod Ahmadinejad, dalam pidatopembukaan seminar menuturkan, sumber munculnya terorisme sesungguhnya lahir darikekuatan arogan global. Menurutnya, terrorisme adalah hasil dari manajemen non-ilahi,supremasi kekuatan dan materi terhadap kemanusiaan, dan lahir dari sebuah aliran

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    6/38

    pemikiran yang telah menyingkirkan moral dan kemanusiaan. Pasca runtuhnya gedungWTC New York, 11 September 2001, sebagian besar pengamat berkeyakinan, penyebabutama munculnya peristiwa itu, adalah imperealisme dan agresi AS di berbagai belahandunia, serta perampokan harta dan kekayaan bangsa dunia ketiga oleh mereka.

    Meski demikian, Washington yang seharusnya memerangi terorisme sampai keakar-akarnya, dan menghimpun bantuan dari seluruh negara untuk memusnahkantindakan brutal itu, justru hanya membentuk koalisi dengan negara-negara sekutunyahanya memerangi terorisme secara lahiriah saja. Setelah hampir lima tahun dibentuk,koalisi tersebut praktis telah bubar. Adapun program pemberantasan terorisme oleh AStak membuahkan hasil bahkan membuat fenomena tersebut semakin menggurita.

    Kementerian Luar Negeri AS, dalam laporan tahunannya, beberapa hari yanglalu mengumumkan, dibandingkan setahun sebelumnya, pada tahun 2006 kemarin,jumlah aksi terrorisme telah meningkat menjadi 28 persen, sementara korban manusia

    yang tewas bertambah 40 persen. Anehnya, jumlah itu malah meningkat tajam pada duanegara yang menjadi korban invasi AS, yaitu, Irak dan Afghanistan. Di lain pihak mediamassa Barat senantiasa melontarkan persepsi miring terhadap Islam dan kaum muslimin.Sejak serangan 11 September 2001, propaganda anti-Islam media masa Barat, tampaksemakin fenomenal. Mereka berupaya menampilkan umat Islam sebagai teroris danmemperkenalkan Islam sebagai agama penyeru kekerasan dan pendukung terorisme.

    Ketua Parlemen Republik Islam Iran, Dr. Gholam Ali Haddad Adel, dalampidato penutupan seminar ini menuturkan bahwa terrorisme memiliki dua ragam, perantikeras dan peranti lunak. Terrorisme peranti keras seperti sejumlah fenomena yang disertai

    dengan pemboman, senjata dan pembunuhan. Sama dengan apa yang tengah terjadi diIrak saat ini. Adapun peranti lunaknya jauh lebih buruk dari terorisme peranti keras.Terorisme jenis ini muncul dari distorsi istilah, kalimat dan pelbagai konsep. Karena itu, jika ada yang menyatakan bahwa berjuang melawan terrorisme dan membela tanahairnya disebut sebagai tindak teroris. Maka yang demikian itulah contoh daripadaterorisme perangkat lunak.

    Dengan demikian, sejatinya AS sekarang tengah menggulirkan dua bentukterrorisme, untuk membenturkan dunia Islam dengan fenomena terrorisme. Serangan ASke sejumlah negara Islam seperti Irak dan Afghanistan dengan alasan untuk perang

    melawan terrorisme, seebanrnya hanya untuk menumbuhkan potensi menyebarnyaterrorisme dan pembantaian terhadap rakyat kedua negara itu. Jamak diketahui, di Iraksaja telah ribuan orang tak berdosa menjadi korban selama masa pendudukan AS dinegara tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini berkembangnya terrorisme telah dijadikanalasan untuk menajajah, dan sebaliknya penjajahan telah membuka potensi tumbuhnyaterrorisme secara pesat.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    7/38

    Akan tetapi perang proganda dan peranti lunak Barat melawan dunia Islam danpenvonisan umat muslim sebagai terroris, justru memilki pengaruh yang lebih dalam danluas. Menyikapi tujuan Barat dalam perang psikologis ini, Pengurus Forum MasyarakatPerempuan Islam, Gerakan Perlawanan Islam Lebanon, Afaf Hakim menyatakan, Baratkhususnya lagi AS senantiasa berupaya mencegah penyebaran Islam di dunia, dan untuk

    mencapai tujuannnya itu, mereka menggunakan segala cara, termasuk cara-cara yangtidak manusiawi maupun yang tidak bermoral. Di mana dituduhnya uamt islam sebagaiterrorisme merupakan salah satunya, sementara tujuan kedua mereka adalah untukmenumbuhkan ketakutan dan keresahan di tengah bangsa-bangsa lain sehingga merekatak bisa lagi memahami spritualitas Islam.

    Dengan demikian, Barat dengan menuduh Islam sebagai ajaran terrorisme dankekerasan berupaya memperlemah dan bahkan memusnhakan saingan berat Liberalisme.Sehingga mereka dapat memperluas kedigdayaan mereka atas dunia.

    Dalam pernyataan akhir seminar "Dunia Islam: Korban Terrorisme" disebutkan,divonisnya Islam sebagai terrorisme merupakan tuduhan nista dan tak berdasar. Dan itudilakukan untuk membenarkan dan mewujudkan tujuan penjajahan. Oleh karena itu,kepada seluruh kekuatan yang berempati dengan hal ini, wajib untuk menentang seluruhtuduhan itu dan berusaha menunjukkann wajah sejati Islam".

    Kendati begitu, upaya untuk menampilkan wajah damai Islam bukan hal yangmudah. Mengingat saat ini banyak terdapat kelompok-kelompok sesat yangmemanfaatkan nama Islam untuk melakukan aksi-aksi kekerasan dan terror. Sejatinya,tindakan kelompok-kelompok fundamentalis ini, ini bisa dijadikan bahan alasan bagi

    media Barat untuk menampilkan Islam sebagai agama terroris. Anehnya lagi, gerakan-gerakan fundamentalis semcam itu, ternyata justru didalangi oleh AS dan secara diam-diam didukung penuh oleh pemerintahan Barat.

    Dalam hal ini, Presiden Republik Islam Iran, Mahmod Ahmadinejadmenegaskan, "semua orang tahu bahwa gerakan terrorisme sebenarnya lahir dandibesarkan oleh kekuatan imperealis dunia bahkan hidup di bawah lindungan mereka".Seperti halnya kelompok-kelompok seperti Al-Qaedah dan Thaleban yang lahir karenadukungan Amerika.

    Yang jelas, saat ini dunia justru semakin tidak aman semenjak Amerikameneriakkan slogan perang melawan terrorisme. Tentu saja, dunia Islam yang menjadikorban utama terrorisme. Sementara tuduhan miring media Barat terhadap islam masihsaja terus berlangsung. Bahkan mereka tanpa segan menamakan aksi perjuangan bangsa-bangsa muslim melawan ketidakadilan dan penjajahan sebagai tindakan terroris.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    8/38

    ############

    Zionisme Israel, Imperialisme Barat, dan Terorisme Keduanya

    Posted in Opini by Abdul Shaheed on the November 1st, 2008

    Add to Technorati Favorites

    Oleh Arief B. Iskandar

    Zionisme Israel

    Sebelum berbicara mengenai Zionisme Israel, kita harus memahami terlebih duluhubungan antara Yahudi dengan Zionisme. Dari apa yang dinyatakan Roger Geraudydalam The Case of Israel-nya, ada isyarat bahwa ketika berbicara mengenai Yahudi, halitu terkait dengan: (1) Yahudi sebagai agama; (2) Yahudi sebagai sebuah bagsa; (3)Yahudi sebagai keturunan; (4) Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (baca: Zionisme).Para tokoh Yahudi sendiri memiliki penafsiran yang berbeda tentang permasalahantersebut.

    Sebagai sebuah agama, bangsa, sekaligus keturunan, Yahudi telah eksis sejakberabad-abad yang lalu; bahkan sejak zaman Nabi Musa a.s. Sementara itu, Yahudisebagai gerakan politik adalah fenomena baru yang lahir pada masa imperialisme dankolonialisme Barat. Dengan kata lain, Zionisme adalah pemikiran baru, bukan bagian darihistorisitas Yahudi Internasional, tetapi derivat dari pemikiran Barat, khususnya Eropa.Pakar politik dan pemikir Kristen justru mengenal paham Zionisme sebelum paham ituterlintas di benak orang Yahudi. Paham itu bermula dari pengusiran-pengusiran orang-orang Yahudi. Tidak tahan dengan perlakukan seperti itu, kaum Yahudi kemudian

    melakukan eksodus besar-besaran ke Eropa. Kejadian ini telah membuat orang-orangEropa merasa risih terhadap keberadaan mereka. Akhirnya, orang-orang Eropaberkeinginan memindahkan mereka dari daratan Eropa. Hal ini telah mendorong merekauntuk mencari tempat berlindung. Inilah alasan yang menyebabkan negara-negara Eropa,terutama Inggris, membentuk gerakan-gerakan Yahudi bukan untuk kebaikan Yahudi,bukan pula sebagai wujud belas kasihan kepada Yahudi, tetapi sebagai jembatan untukmempertahankan kepentingan Eropa di wilayahnya.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    9/38

    Zionisme adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi untukmendirikan negara khusus bagi komunitas Yahudi (di Palestina). Negara ini merupakaninstitusi yang mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi yang sudah bertebaran di

    seluruh dunia (diaspora).

    Secara politis, tahun 1882 adalah titik-tolak keinginan tokoh-tokoh Yahudi untukmewujudkan negara Zionis Israel.? Theodore Hertzl merupakan tokoh kunci yangmencetuskan ide pembentukan negara tersebut. Ia menyusun doktrin Zionismenya dalam bukunya berjudul ?der Judenstaad (The Jewish State).? Sejak tahun 1882, Zionismemerupakan sebuah gerakan politik yang secara sistematis berusaha mewujudkan negaraYahudi. Secara nyata, gerakan ini didukung oleh tokoh-tokoh Yahudi yang hadir dalam

    kongres pertama Yahudi Internasional di Basel (Swiss) tahun 1895. Kongres tersebutdihadiri oleh sekitar 300 orang, mewakili 50 organisasi zionis yang terpencar di seluruhdunia. Mereka lalu mendirikan basis kekuatannya di Wina (Austria) tahun 1896.

    Imperialisme Barat

    Dilihat dari perkembangan sejarah dunia, terutama sejak masa renaissance diEropa hingga kini, dunia telah dibentuk dengan ide-ide-baik yang mendasar ataupunturunan-yang sebagian besarnya dimunculkan oleh orang-orang keturunan Yahudi (Iniberarti terkait dengan Yahudi sebagai keturunan). Hal inilah yang disimpulkan oleh MaxI Dimont seorang Yahudi, yang secara angkuh mengungkapkan dalam bukunya, Jews,God, and History. Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judulDesain Yahudi atau Kehendak Tuhan ini, membuat sebuah paragrap penutup, Jikaseseorang memandang pencapaian Yahudi melalui kaca mata meterialistik, ia hanyamelihat sebuah minoritas tak berarti yang hanya memiliki secuplik negeri? dan sedikitbataliyon. Ini tampaknya musykil. Akan tidak tampak musykil jika orang menanggalkanprasangka-perasangka yang menutup mata dan memandang dunia bukan sebagai benda

    tetapi sebagai sebuah ide. Si orang itu pasti akan melihat bahwa dua pertiga ide duniaberadab sudah diatur oleh ide-ide bangsa Yahudi-ide Moses, Jesus, Paul, Spinoza, Marx,Freud, Einstein,.

    Dalam sudut pandang ideologi, ada tiga ide besar yang tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dan keterlibatan orang-orang Yahudi, yakni Kapitalisme, Sosialisme, dan

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    10/38

    Zionisme.

    Kapitalisme dan Sosialisme pertama kali digagas di Eropa. Ideologi ini dibangun

    atas dasar pemikiran-pemikiran mendasar tentang manusia dan kehidupan. Peran orang-orang Yahudi untuk menghasilkan ide-ide yang merusak dunia ini sangatlah besar.Seperti yang ditulis oleh Max I Dimont ketika mengomentari masa kebangkitan Eropa(renaissance), Tetapi citra akan terkaburkan jika kita menghapuskan nama-namakontributor Yahudi. Dalam periode ini, menjulang tinggi figur-figur Yahudi seperti Marx,Freud, Bergson, Einstein.

    Dari Karl Marx muncul ideologi Sosialisme, termasuk Komunisme. Masih dalambuku yang sama, Max I Dimont memberikan komentar tentang Karl Marx-tentunya

    dengan sudut pandang Yahudi-nya yang sangat kental, Karl Marx, anak seorang Yahudiyang berada, dilahirkan pada tahun 1818 di Trier, Jerman

    Ide ekonomi kapitalis dunia tidak bisa juga dilepaskan dari seorang DavidRicardo. Dia dianggap sebagai Bapak Kapitalisme yang telah merumuskan teori-teoriekonomi Kapitalisme penting tentang utang, kepemilikan, upah, dan tentang kuantitasuang. Bagaimana kedekatan David Ricardo ini dengan Yahudi? Kembali Max I. Dimontmenulis, Ayah Ricardo telah mengadakan kebaktian Yahudi untuk pemakaman

    anaknya itu

    Apa yang dirasakan oleh manusia dengan kedua ideologi yang dicetuskan olehorang-orang Yahudi ini? Kedua ideologi ini telah membawa kehancuran yang dahsyatbagi dunia, terutama karena kedua-duanya menjadikan imperialisme (penjajahan) sebagaiinstrumen untuk meneguhkan sekaligus mengembangkan dirinya ke seluruh dunia.

    Hubungan Zionisme dengan Imperialisme

    Lalu, bagaimana hubungan antara Kapitalisme dan Sosialisme-yang sama-samamenggunakan imperialisme sebagai instrumennya-dengan Yahudi sebagai sebuah agamadan Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme)?

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    11/38

    Sebagai sebuah agama yang hanya bersifat ritual dan spiritual, Yahudi tidak bisaberdiri sendiri. Agama Yahudi membutuhkan sebuah ideologi politik. Oleh karena itu,para penganut agama Yahudi ada yang bergabung dengan ideologi Kapitalisme dan ada

    pula yang bergabung dengan Sosialisme.

    Namun demikian, sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme), Yahudi lebihmemanfaatkan Kapitalisme-yang memang lebih dominan sekaligus lebih berjaya denganimperialismenya-sebagai kendaraan politiknya. Oleh karena itu, Zionisme berhasilmenuai berbagai keuntungan politis berkat dukungan imperialisme Barat sejakdimulainya imperialisme tersebut hingga saat ini.

    Dibandingkan dengan imperialisme Barat-meskipun secara tidak langsungdicetuskan oleh orang-orang Yahudi karena merekalah yang menggagas ideologiKapitalisme-Zionisme jelas kalah pamor. Kepentingan imperialisme sendiri muncul lebihawal ketimbang kemunculan gerakan bersatunya Yahudi sebagai kekuatan politik yangsangat berpengaruh di Barat. Historisitas gerakan Zionisme bukan bagian dari historisitasYahudi internasional dan tidak pernah dikenal oleh orang-orang Yahudi Yaman, India,atau Irak; tetapi hanya dikenal oleh orang-orang Yahudi di Dunia Barat. Gerakan ini jugatidak pernah dikenal pada abad pertengahan, melainkan baru dikenal pada abad ke-19,yakni bersamaan dengan meletusnya peperangan melawan imperialisme Barat di

    berbagai wilayah.

    Karena kesadaran pengikut zionis akan pentingnya bersandar kepada pihak luar,maka mereka bergabung dengan sentral kekuatan imperialisme yang mampu untukmenjamin perlindungan dan keamanan terhadap mereka. Untuk itu, Yahudimemindahkan kegiatan dan markas mereka ke Amerika, agar terus mendapat jaminanperlindungan dan keamanan Amerika.

    Simbiosis Barat imperialis dengan kaum Zionis Yahudi menemukan bentukidealnya ketika mereka bersama-sama menghadapi kekuatan kaum Muslim yang saat itu berada di bawah naungan Daulah Islamiyah Utsmaniyah. Orang-orang Yahudi ?relamengubur permusuhannya dengan orang-orang Barat Kristen. Padahal, mereka belumpupus ingatannya terhadap peristiwa yang menimpa warga Yahudi Eropa, tatkala RajaSpanyol yang beragama Katolik bertanggung jawab terhadap pembantaian dan

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    12/38

    pemusnahan kaum Yahudi dari daratan Eropa, tidak lama setelah jatuhnya benteng Islamterakhir di wilayah Andalusia-sekarang menjadi daerah Portugal dan Spanyol-tahun1492.

    Zionisme Israel, Imperialisme AS, dan Terorisme Keduanya di Dunia Islam

    Kita tahu, sejak tampil sebagai pemenang dalam Perang Dunia II dan jugaPerang Dingin hingga saat ini, pijakan kebijakan politik luar negeri AS-sebagai pengusung utama ideologi kapitalisme-sebetulnya tidak pernah berubah, yakniimperialisme (penjajahan). Yang berubah adalah cara dan sarananya saja. Jika di masalalu imperialisme lebih menonjolkan kekuatan fisik (militer), maka saat ini instrumenyang digunakan adalah politik dan ekonomi. Pada era imperialisme non-fisik inilah

    hubungan Zionisme dengan sentra kekuatan imperialisme Barat ini, terutama AS, jutrusemakin erat dan bahkan semakin ?mesra. Hal itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan politik luar negeri (baca: imperialisme) Amerika, khususnya di Timur Tengah, yangselalu menguntungkan kaum Zionis. Keduanya bahkan sama-sama terlibat secara intensdi dalam menebarkan teror di Dunia Islam.

    Hal ini sebetulnya mudah dipahami ketika kita mengetahui siapa sesungguhnyayang menentukan kebijakan politik luar negeri Amerika. Menurut beberapa sumber

    bahwa politik luar negeri AS banyak dipengaruhi Kongres dan lobi Yahudi; di sampingagen intelijen dan media massa.

    Kongres dan lobi Yahudi yang dikenal dengan AIPAC (American-Israel PublicAffairs Committee) memainkan peranan vital dalam politik LN Amerika sejak tahun1960-an walaupun implikasinya tidak kentara (invisible) di lapangan, tetapi mereka yangbertanggung jawab dalam hal tersebut sangat merasakan sepak terjangnya yang kuat.Kongres memainkan peran substansial dalam membentuk kebijakan LN Amerika,terutama untuk kawasan Timur Tengah, antara lain dengan melindungi keamanan entitasZionis, eksistensi, dan superioritasnya di berbagai aspek karena entitas ini diproyeksikansebagai agen Barat kawasan ini. Konsekuensinya, Kongres konsisten membuat segalaupaya untuk mengalokasikan porsi bantuan LN yang signifikan buat Israel pada saatkonflik Israel vis-a-vis Arab terus bereskalasi.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    13/38

    Di saat PBB mengeluarkan resolusi yang sangat lunak tentang kebiadaban Israel baru-baru ini, Kongres AS berbuat sebaliknya. Mereka melakukan voting untukmengecam Palestina. Hasilnya 365 suara? mendukung dan hanya 30 suara menentang.Inilah gambaran demikian kuatnya pengaruh Yahudi di Amerika Serikat.

    Kenapa Yahudi demikian kuat di AS padahal jumlah mereka sedikit. EdwardTivnan dalam bukunya The Lobby, Jewish Political? Power and American Foreign Policymeneliti tentang sejauh mana kekuatan masyarakat Yahudi di AS. Dalam buku itudisebutkan beberapa sumber kekuatan Yahudi dalam politik AS, antara lain:

    Pertama, senjata politik. Lewat ini kelompok Yahudi akan dapat mencap ataumemberi label anti Israel, Pro Arab, atau anti semit kepada mereka yang mengeritik

    Israel.

    Kedua, suara (vote) masyarakat Yahudi. Meskipun Amerika memiliki tradisidemokrasi yang kental, namun sesungguhnya hanya sedikit penduduk AS yangmemberikan suaranya, bahkan hampir setengah dari pemilih tidak memberikan suara.Sebaliknya enam juta Yahudi yang hanya 3 % dari seluruh penduduk? bisa secaramaksimal memberikan 90 % suara mereka.

    Ketiga, kemampuan orang-orang Yahudi untuk memberikan uang dalamkampanye-kampanye politik. Kekuatan uang-yang menonjol-dalam pemilihan diAmerika Serikat hampir seusia dengan negara ini. Yahudi pertama yang memberikandana politik nasional adalah seorang bankir Yahudi bernama Abraham Feinberg. Diamerupakan penyokong dana pemilihan Hary Truman dan John? F. Kennedy. YahudiAmerika Serikat sangat ?dermawan terhadap calon yang mereka percaya akanmendukung kepentingan mereka.

    Di samping itu, setiap orang mengakui bahwa media massa merupakan elementak terpisahkan dari proses politik Amerika yang secara tidak langsung memberikankontribusi pada politik LN-nya. Liputan media selalu saja memberikan impresi negativedan pandangan miring terhadap orang Arab dan komunitas Islam. Pada sisi lain, mediaAmerika secara konsisten mempresentasikan Israel dalam a positive light, kendatikebrutalan dan kebiadaban terus dilakukannya. Tidak dipungkiri memang bahwa media

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    14/38

    Amerika telah didominasi oleh Yahudi yang berhasil menampilkan sosok rakyat Arabdan umat Islam seperti monster yang menteror dan mendestabilkan dunia.

    Dari 1.700 koran terbitan AS, 3 % adalah milik Yahudi. Jumlah ini mencakupsurat kabar yang terkemuka terutama dalam masalah internasional. Misalnya The NewYork Times dan The Washington Post. Hartawan Yahudi AS juga menguasai majalahmingguan yang berpengaruh seperti Newsweek, Time, US News & World Report,ataupun juga mingguan intelektual seperti Nation,? New Republic, The New York TimesReview of Books, dan lain-lain. Mereka juga menguasai tiga televisi besar di AS sepertiThe Columbia Broadcasting System, The American Broadcasting Corporation, dan TheNational Broadcasting Corporation. Perlu dicatat orang AS lebih suka? menontot TV dari pada membaca. Dengan demikian, pengaruh TV di AS untuk membentuk opinisangatlah? besar.

    Lebih dari itu, eratnya hubungan Zionisme dengan imperialisme AS dapat dilihatdari beberapa fakta berikut.

    Semasa masih menjadi presiden, di Los Angeles, Bill Clinton (14/8/2000),misalnya, pernah berkata, Kami harus menjalin hubungan erat dengan Israel,sebagaimana telah saya lakukan sepanjang kekuasaan saya sebagai presiden dan

    sepanjang 52 tahun lampau.

    Sementara itu, pada awal-awal kekuasaannya sebagai presiden AS, George W.Bush berkomentar pada jumpa pers yang ia lakukan dengan Toni Blair di Kamp Davidpada tanggal 23/2/2001, Kami akan mengulang kembali seluruh kebijakan-kebijakanpolitik (sebelumnya) untuk wilayah-wilayah dunia. Salah satunya adalah wilayah yangtelah menyita sebagian besar waktu, yakni sekitar Teluk Persia dan Timur Tengah.

    Dua pekan sebelumnya, Bush ketika mengucapkan selamat kepada Ariel Sharondalam Pemilu tanggal 6/2/2001, menyatakan, Amerika akan bekerjasama dengan semuapemimpin Israel; sejak berdirinya pada tahun 1948. Hubungan bilateral kami sangatkokoh layaknya batu karang; sebagaimana komitmen Amerika terhadap keamanan Israeldan adanya kepercayaan besar terhadap PM Sharon.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    15/38

    Demikianlah sikap resmi pemerintah AS terhadap Israel. Wajar jika berbagaikebijakan politik yang ditempuh Israel-termasuk tindakan terorisme-di Timur Tengahakan selalu mendapatkan dukungan atau, paling tidak, restu dari AS.

    Sikap Umat Islam

    Dari paparan di atas, belum terlambat waktunya bagi kaum Muslim untukmenyadari bahwa musuh mereka saat ini adalah Zionisme Israel dan Imperialisme Barat(terutama AS). Oleh karena itu, sudah saatnya pula kaum Muslim menjadikan merekasebagai musuh utama yang segera harus dimusnahkan di muka bumi. Sayangnya, hal itumustahil dapat dilakukan jika kaum Muslim tidak memiliki sebuah institusi yang kuat;sebuah institusi (negara) yang berbasiskan ideologi Islam. Sebab, ideologi Barat-yakni

    Kapitalisme yang melahirkan imperialisme dan Zionisme-hanya mungkin dilawandengan ideologi Islam, dan institusi (negara) semacam AS dan Yahudi hanya mungkindapat dilawan dengan institusi (negara) Islam, yakni Khilafah Islam. Tanpa ideologiIslam dan Khilafah Islam, jangan berharap kita mampu menghancurkan AS dan Yahudi;bahkan sekadar untuk melepaskan diri dari cengkeraman keduanya. Wallahu alam bish-shaw?b. []

    Arief B. Iskandar, redaktur pelaksana Jurnal al-waie, tinggal di Bogor.

    ***********

    Klaim Terorisme dan Islam Fundamentalis

    Dari Kriminalitas Politik Ke Radikalisme Sosial

    Afif Zamroni Abdullah*

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    16/38

    Prolog

    SUNGGUH dramatis! Dalam tempo kurang dari satu jam, 'dua bilik paru-paru'AS runtuh lantak oleh aksi megaterosis pada Selasa, 11 September 2001 lalu. Aksisengaja dengan hanya bersenjatakan belati tersebut telah berhasil menabrakkan tigapesawat domestik ke Gedung kembar World Trade Center (WTC) di New York, yangmenjadi simbol kekuatan ekonomi AS dan Gedung Pertahanan Pentagon di WashingtonDC, simbol kedigdayaan militer AS.

    Tak lama berselang, pemerintah Amerika Serikat, melalui Presiden Goerge W.Bush mengeluarkan dua pernyataan politik yang menyulut semangat anti-Islam diseantero wilayah Amerika, bahkan merembet ke kawasan Australia dan Eropa. Duapernyataan politik tersebut adalah penggunaan kata Crusade (Perang Salib) dan tudingantanpa bukti terhadap Islam radikal pimpinan Osama Bin Laden sebagai mastermindmegateater di balik hancurnya WTC dan Pentagon.1

    Seruan Bush tersebut, tak ayal memicu semakin berkembangnya kasus pelecehanterhadap warga muslim Amerika, mulai dari pelabelan negatif (stereotype) sampai tindakpenganiayaan dan bahkan pembunuhan. Apalagi, memang sejak awal dalam state of mindmasyarakat Barat, Islam selalu digambarkan sebagai ekstrem, militan, dan fundamentalis.

    Menurut Robert Mueller, Direktur FBI waktu itu, tak kurang dari 41 kasusdiskriminasi menimpa warga muslim Amerika. Sedang versi lain yang dihimpun olehCouncil American-Islamic Relation (CAIR), menunjukkan data yang lebih tragis, lebih

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    17/38

    dari 300-an kasus pelecehan, diskriminasi dan tindak kekerasan dialami langsung olehwarga muslim di Amerika.2

    Melihat keadaan itu, presiden Bush menetralisir dengan menghimbau masyarakatAmerika agar tidak mengganggu warga muslim dan Masjid. Namun, apa hendak dikata,keadaan sudah terlanjur keruh dan kompleks. Diskriminasi dan gelombang anti-Islamtelah merembet ke mana-mana.

    Fenomena anti-Islam tersebut, pada gilirannya menimbulkan reaksi-balik denganmeluasnya gelombang anti-Amerika-Barat di kalangan dunia Islam. Tak terkecuali diIndonesia, sebagaimana keluhan Duta besar AS untuk Indonesia, Robert Gelbard, tentangminimnya sistem pengamanan di kawasan Kedutaan itu. Padahal kalau mau jujur, apayang terjadi di Indonesia masih termasuk aman tur tertib, jika dibandingkan denganpengrusakan yang menimpa berbagai Masjid dan Islamic Center di AS.

    Klaim Terorisme

    Yang menjadi pertanyaan, mengapa aksi-aksi terorisme selama ini seringdiidentifikasikan dengan gerakan Islam Fundamentalis. Padahal, bisa jadi kelompok lainyang melakukan aksi ala kamikaze tersebut. Seperti kelompok Tentara Merah Jepang

    yang pernah menyentakkan dunia dengan operasi Black September pada arena Olimpiadedi Jerman, 11 September 1971.3

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    18/38

    Atau, bisa jadi warga negara AS sendiri yang melakukannya, seperti kasuspengeboman gedung federal di Oklohamayang sebelumnya sama sekali tidak terdugabahwa pelakunya adalah seorang mantan tentara, Timothy McVeigh.4 Saat itu, IslamFundamentalis adalah satu-satunya pihak yang paling dicurigai sebagai dalangpengeboman.

    Secara umum, aksi terorisme tersebut merupakan murni kriminalitas politik (Al'Unf Al Siysi). Namun, karena pendekatan yang digunakan adalah sentimen agama5;Crusade versi Bush dan Jihad versi Islam Fundamentalis, maka ketegangan yang munculadalah benturan Islam vis a vis Barat.

    Ketegangan ini, selain populer oleh tesis Samuel P. Huntington dalam bukunya,"The Clash Of Civilization", juga didukung oleh para orientalis, politisi dan pers Baratyang provokatif dan gencar memberikan stereotip ekstrem, radikal dan fundamentalisterhadap Islam. Bahkan komentar PM Italia Silvio Berlusconi yang menghebohkan itu,

    terang-terangan mengatakan, bahwa kebudayaan Barat lebih superior dibandingkankebudayaan Islam. Benarkah? Lalu, siapakah yang melakukan penjajahan di Asia danAfrika? Siapakah pula yang membunuhi kaum Yahudi di Eropa, kalau bukan parapemimpin Eropa sendiri?

    Sementara itu, di lain sisi, pelabelan Barat tersebut justru meneguhkan semangat"fundamentalisme" sebagian kelompok Islam yang selama ini sering mendapatkan labelnegatif Barat. Agaknya, identitas "fundamentalisme" ini digunakan untuk melawan Barat,terutama Amerika, semenjak agresi militernya berhasil menguasai Afganistan dalamtempo sangat singkat.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    19/38

    Identifikasi Islam dengan terorisme, ekstrimeisme dan radikalisme semakin

    menggelobal, setelah terjadi peristiwa teror baru-baru ini di Legian Kuta Bali, 12 Oktober2002 lalu. Apalagi aksi ini terjadi di negara muslim terbesar di dunia dan ditujukan hanyapada wisatawan asing.

    Bagaimanapun juga, aksi-aksi terorisme tersebut tetap saja merupakan suatukebiadaban. Toh demikian, permasalahanya bukan sekedar dituntaskan dengan klaimmemburu Osama, atau menuduh kelompok tertentu sebagai dalangnya. Tak ada jaminan,setelah Osama mati, jaringan terorisme akan musnah. Bahkan bisa jadi, ribuan Osamalainnya muncul. Kecuali jika dengan membantai seluruh ras dan golongan radikal, yangjustru akan menambah kelamnya sejarah peradaban manusia.

    Dari sini, dapat dikatakan bahwa ketegangan tersebut tersuplai akibat benturandua arus negatif yang tidak dapat terelakkan, dan sama-sama memiliki hasrat serbamenyeluruh, atau dalam bahasa Epicurus, keduanya telah terjangkiti virus "The Desire OfWholeness".6 Arus pertama ter-hasrat dengan superioritas tehnologinya serta keinginanuntuk mengatur seluruh dunia (misi 'polisional') sesuai dengan kehendaknya. Sedang aruskedua terdorong oleh superioritas agama, perasaan ter-dholim-i, dan keterkungkungantradisi yang bersifat serba hitam-putih.

    Sebetulnya, sudah banyak resep yang ditawarkan untuk mendamaikan dua arustersebut, baik dari kalangan Barat maupun pemikir Islam moderat. Sayangnya, bius'hasrat' arus pertama terlalu kuat dan kadung menggelobal, sehingga muncul klaimteroris, radikal, ekstrem dan fundamentalis terhadap arus kedua. Kasus semisal terlam-

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    20/38

    batnya kedatangan Maba (Mahasiswa Baru) Al Azhar dan adanya penangkapan tanpamotif yang menimpa beberapa Mahasiswa Indonesia di luar negri, seharusnya bisa dibacasebagai sebuah mata rantai kejadian yang kemudian berimbas serta menggejala dari ciristereotip global ini.7

    Klaim Islam Fundamentalis

    Secara historis dan akademis, menurut Dr. Murad Wahbah, istilahfundamentalisme digunakan pertama kali oleh Editor majalah New York Watchman EdisiJuli 1920, yang berarti: sikap menolak penyesuaian kaidah-kaidah dasar terhadap kondisi

    baru. Namun, ada juga yang mengatakan, istilah ini dikenal pertama kali melaluisemacam booklet berjudul The Fundamentals, terbit antara tahun 1909-1915.8

    Booklet ini dibagikan secara gratis di tempat-tempat pendidikan Nasrani. Isinyaantara lain; ajakan iman atas turunya kembali Isa Al Mash, menyerang pemikiran yang

    bersebrangan dengan Injil, serta kritik terhadap teori-teori baru tentang kejadian alam.

    Istilah fundamentalis ini sendiri pada mulanya ditujukan terhadap kaumfundamentalis Katolik Amerika yang tidak menginginkan penyesuaian terhadap realitasmodern. Namun, menurut Roger Garaudy, istilah ini pada perkembangannya mengalami

    perluasan makna, bukan hanya terbatas pada kaum Katolik, tapi juga meluas ke gerakan-gerakan lain yang identik dengan statis, fanatik dan konservatif. Maka muncul istilahfundamentalisme Yahudi (Zionisme), Fundamentalisme Vatikan dan jugafundamentalisme Islam dan lain-lain.9

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    21/38

    Dalam istilah Arab, Fundamentilisme biasanya dikenal dengan isitlah AlUshliyyah, bentuk jamak dari kata Al Ashl, yang berarti dasar tempat berpijaknyasesuatu. Kata ini (Al Ushliyyah) sebetulnya sudah dikenal dalam sejarah Arab-Islam

    sebelum kata fundamentalisme itu sendiri muncul. Semisal kata Ushl Al Fiqh dan UshlAl Dhn.10 Bahkan menurut Muhammad 'Imarah, istilah Ushliyyun dalam sejarah Islamkhusus dinisbatkan kepada ahli istinbat (mujtahid) serta para pembaharu.11

    Agaknya, pemahaman Imarah inilah barangkali yang menjadikan alasan sebagian

    pemikir Islam untuk menerima istilah fundamentalisme dalam kamus proyek kebangkitanIslam mereka (Al Shahwah Al Islmiyyah), dengan catatan, istilah ini tidak dipahamisebagaimana pemahaman Barat selama ini.12

    Ada empat pemikir yang sering diasosiasikan sebagai peletak gerakan Islam

    fundamentalis kontemporer. Mereka adalah: Abul Al Al Maududi, Sayyid Qutb,Ayatullh Khumeini dan Al Syarati.

    Abul Al Al Maududi, selain dikenal sebagai pendiri Jamaat Islami Pakistan,pengarang buku Al Hukmah Al Islmiyah ini, juga sering disebut-sebut sebagai perintis

    gerakan Islam fundamentalis kontemporer. Dalam bukunya tersebut, ia menjelaskantentang bagaimana menerapkan sistem pemerintahan yang Islami. Menurutnya, Tuhanadalah satu-satunya pemilik otoritas (hakim) yang menentukan tasyri' sebagai undang-undang manusia. Sedang manusia sendiri hanya sebatas pelaksana, dan tidak memilikiotoritas apapun untuk merubah tasyri' tersebut. Karena itu, dalam pandangannya, kaummuslimin musti mendirikan sebuah institusi negara-agama yang berlandaskan padaundang-undang (hukum) yang diturunkan Tuhan.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    22/38

    Dengan demikian, type negara-agama yang ditawarkan Maududi pada dasarnyamerupakan negara teokrat-demokrat. Dalam artian, negara ini berdasarkan padademokrasi yang terkait dengan otoritas Tuhan, sedang manusia hanya diberi hak untukmelaksanakannya sebagai wakil (teokrat).13

    Pemahaman negara-teokrat versi Maududi ini berbeda dengan apa yangdipahami Barat selama ini. Dalam pandangan Barat, negara-teokrat adalah sebuah pemerintahan yang ditetapkan pada otoritas penuh seorang ulama' (pendeta). Danundang-undang yang disusun dalam pemerintahan teokrat itu ditentukan oleh sangpendeta sesuai dengan kehendak dan pribadinya.

    Pemikiran ala Maududi ini selanjutnya dikembangkan oleh Sayyid Qutb, seorangpemikir ulung Ikhwanul Muslimin setelah Hasan Al Bann. Ia menambahkan, bahwa adadua karakter masyarakat dalam pandangan Islam. Pertama masyarakat Jahili dan yangkedua masyarakat Islami.

    Masyarakat Jahili adalah sebuah masyarakat yang menuhankan manusia denganciri menggunakan suatu hukum atau undang-undang buatan manusia. Sedang masyarakatIslami merupakan masyarakat yang menyatakan ketauhidan Tuhan adalah segala-galanya, melalui implementasi sebuah gerakan atau aksi yang disebut sebagai jihad.14

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    23/38

    Setelah Sayyid Qutb, hadir Ayatullh Khumeini, seorang Mullah Iran yang

    berhasil dengan gemilang mendirikan negara Islam Iran melalui revolusi berdarah padatahun 1979. Pidato beliau yang paling monumental, tersusun dalam sebuah buku yangberjudul Al Hukmah Al Islmiyah. Di dalamnya memuat tiga pokok bahasan utama:adanya sebuah relasi genuine politik dan agama, keharusan para ulama' fiqh untukmendirikan sebuah negara-agama (Wilyat Al Faqh), serta agenda utama pendiriannegara-agama tersebut.15

    Pemikiran Khumeini ini, kemudian dikembangkan oleh seorang filosof asal Iran,Al syari'ati. Dalam bukunya 'Sociology Of Islam', ia menjelaskan bahwa pertentanganantara yang baik dan buruk dalam sejarah kehidupan umat manusia merupakan sebuahfenomena klasik sejak manusia itu sendiri diciptakan. Kisah perseteruan antara Qabil danHabil adalah awal dari pertentangan global dua pihak tersebut.16 Dan fenomenasemacam ini selamanya tidak akan pupus. Begitupun halnya dengan Islam, sebagaiagama yang menyatakan keesaan Tuhan, Jihad merupakan usaha untuk melawan pihakyang menyekutukan Tuhan (Musyrikn). Jadi, dalam pandangannya, entitas jihad semata

    sebagai peperangan untuk memberantas kebatilan.

    Dengan demikian, secara umum sebagaimana yang dijelaskan diatas cirigerakan Islam fundamentalis biasanya selalu berkutat pada tiga permasalahan utama:relasi negara-agama, jihad dan penerapan Syari'ah Islam.

    Gerakan ini biasanya berkembang melalui jalur politik. Artinya mereka selalumenggunakan politik sebagai salah satu poin terpenting untuk mewujudkan cita-cita dan

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    24/38

    impian mereka. Cita-cita mereka yang terkenal adalah menciptakan sekum Dr Al Islmdan Dr Al Harb dalam kehidupan beragama mereka. Maka tak jarang, kekerasan seringmuncul dan menjadi ciri roman gerakan ini. Bahkan sering pula, mereka menggunakanjustifikasi Al Quran sebagai pembenaran atas kekerasan yang dilakukannya.

    Tentunya, tidak semua kekerasan diprakarsai oleh gerakan Islam fundamentalis,namun, secara umum, setidaknya ciri karakteristik mereka yang statis, tertutup danekstrem, agaknya membuat kelompok ini terkesan sulit untuk diajak bekerjasama ataupunberdialog.

    Dari Jalur Kriminalitas Politik ke Radikalisme Sosial

    Sejak dekade awal perkembangan Islam, politik selalu digunakan sebagai jalurutama oleh gerakan-gerakan Islam, terutama menyangkut klaim asosiasi Islam sebagainegara-agama. Munculnya gerakan Khawrij adalah bukti akibat dari perseteruan politik

    pada dekade awal ini.

    Kemudian pada awal abad 20-an, muncul gerakan-gerakan politik serupa,bedanya gerakan ini lebih ditekankan untuk melakukan perlawanan bersenjata terhadapimprealisme Barat. Gerakan semisal Sanusiyah, Wahabiyah dan Mahdiyah mulanya

    merupakan murni gerakan anti-kolonial, namun selanjutnya setelah penjajah hengkangdari bumi mereka, ada keinginanan untuk mengembalikan eksistensi khilafah Islamdalam kehidupan mereka atau dengan bahasa lain, bagaimana menginstitusikan agamadalam bentuk negara.17

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    25/38

    Dulu, doktrin jihad, yang dalam pandangan Khawarij lebih cocok disebut sebagaiAl 'Unf (kekerasan), dilegalkan untuk memerangi sesama muslim yang tidak sefaham.Menurut mereka, kekerasan merupakan salah satu cara untuk merebut atau meruntuhkan

    kekuasaan yang bersebrangan, karena itu, sering kali target operasional mereka ditujukanuntuk membunuh sang Khalifah (pemerintahan).

    Namun, saat ini, bentuk kekerasaan yang sering dilakukan oleh gerakan ini, tidakhanya terbatas pada teror politik (pemerintahan), bahkan rata-rata kekerasan malah

    banyak menelan korban dari masyarakat sipil atau instansi-instansi umum milikpemerintah yang biasa digunakan oleh rakyat kecil.

    Gejala semacam ini, kemungkinan besar muncul dari ekspresi sosial kaumlemah, akibat tidak adanya perimbangan kekuatan antara pihak penguasa dengan pihak

    yang merasa termarginalkan. Ketimpangan ekonomi dan semakin memburuknya kondisimasyarakat bawah, secara tidak langsung berakibat pula pada besarnya kemungkinantimbulnya kriminalitas sosial itu. Demikian juga kekerasan yang dilakukan pihakpenguasa, bisa jadi merupakan faktor dominan dari munculnya kekerasan yang serupa,bahkan mungkin lebih sadis dan membahayakan.

    Selain itu, munculnya faktor asing yang berperan langsung dalam kancahglobalasasi, menyebabkan semakin terpinggirkannya golongan bawah. Maka, sebagaipelarian, mereka kembali pada tradisi (turts), sebagai masa yang terbaik yang dalamstate of mind mereka bisa memberikan responsi mujarab atas pelbagai persoalankehidupan kontemporer. Akan tetapi , dalam realitanya, kembali kepada tradisi biasanyamengarah pada keterkungkungan tradisi dan menganggap tradisi sebagai mitos yang

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    26/38

    serba hitam-putih. Akibatnya, sering kali kekerasan menjadi jalur untuk membenarkantradisi yang mereka sandang. Bahkan lebih ekstrimnya, mereka menganggap bahwakebenaran hanya dimiliki oleh kelompoknya. Sedang jalan yang ditempuh kelompok laindianggap sebagai the wrong way, tidak peduli bahwa kelompok itu juga sesamanya.

    Namun, sekali lagi, tidak semuanya yang kembali kepada tradisi memilikikarakter keterkungkungan semacam itu. Ada juga sebagian yang menyaring dankemudian mengambil setiap sisi yang lebih menekankan pada kreatifitas akal, selanjutnyadikembangkan untuk mengais masa depan yang lebih mapan. Dalam hal ini, usaha untukmembedah nilai-nilai tradisi tersebut sudah dilakukan oleh para pemikir klasik, semisal;

    Ibn Rusdy dan Ibn Khaldun, kemudian dilanjutkan oleh para pembaharu Islam awal abad20, seperti Hasan Al Aththar, Thahthawi, Al Afghani, serta Muhammad Abduh18.Selanjutnya, saat ini dikembangkan kembali oleh pemikir asal Mesir, Hasan Hanafidalam megaproyeknya Al Turts Wa Al Tajdd.

    Epilog

    Seharusnya, tidak semestinya jika Barat mengaitkan terorisme dan radikalismeselama ini dengan Islam fundamentalis, atau bahkan mengaitkan kekerasan dengan Islamsecara general. Karena sebagaimana menggelobalnya era peradaban dunia saat ini, makamakin menggelobal pula fenomena radikalisme ini. Apalagi melihat perkembangan saintdan tehnologi yang sedemikitan pesat saat ini memungkinkan siapa pun bisa terkaitdalam jaringan mafia-terorisme.

    Dan jika pendekatan retaliasi yang selama ini sering dilakukan Amerika danBarat, sebagai upaya instan untuk membendung radikalisme dan terorisme, maka untuksementara mungkin dapat melumpuhkannya. Namun untuk jangka panjang, cara

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    27/38

    semacam itu pada akhirnya akan menimbulkan terorisme baru yang mungkin lebihmembahayakan dari sebelumnya.

    Pendekatan pasifis lewat negosiasi dan meningkatkan saling pengertian dan kerjasama dengan segala komponen masyarakat, atau negotiated settlement menurut Ali Khan,kelihatanya lebih potensial untuk berhasil ketimbang cara retaliasi.19 Bila pendekatan inidilakukan secara konsisten, maka setidaknya akan mengurangi penggunaan aksi-aksikekerasan kelompok masyarakat yang merasa termarginalkan selama ini, baik secaraekonomi, politik maupun sosial. Ini karena mereka pelan-pelan merasa dihargai dandiberi haknya, sehingga sedikitnya lahan terorisme menjadi semakin sempit.

    Di samping itu, hal serupa seyogyanya juga dilakukan oleh Islam fundamentalis,Zionisme dan kelompok fundamentalis lainya untuk mencoba saling berdamai dan berdialog, tidak hanya pada tingkat politik, tetapi juga kalau perlu pada tingkatteologis. Sebab, hal itu akan menentukan proses kelanjutan perdamaian. Wallahu Alam

    * Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Syariah, Universitas Al-Azhar Kairo.

    Catatan-catatan

    1. Muhammad 'Abdul Mun'im. Al-Hadts Al-Shiqah; 11September, Qabla... Wa

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    28/38

    Ba'da. Al-Haiah Al-Mishriyyah Al-'Ammah Li Al-Kitb, Kairo, 2001, hal. 79

    2. Farid Muttaqin dan Sukidi (ed.). Teroris Serang Islam; Babak Baru Benturan

    Barat-Islam. Pustaka Hidayah, Jakarta, cet. I, 2001, hal. 12

    3. Ibid. hal. 156

    4. Eric Mourris dan Alan Hu. Al-Irhb; Al-Tahdd Wa Al-Rad Alaihi. (Terj. Dr.Ahmad Hamdi Mahmud). Al Haiah Al Mishriyah Al 'Ammah Li Al Kitab, Kairo, 2001,hal. 30

    5. Farid Muttaqin dan Sukidi (ed.). op. cit., hal. 13

    Ibid., hal. 212

    6. Media Mahasiswa Kairo TROBOSAN, Edisi Lapsus, 12 November 2002,

    hal. 07

    7. Al-Ushliyyah Al-Islmiyyah Fi Ashrina Al-Rhin. Silsilah QadhyaFikriyyah. Oktober 1993, hal. 21

    8. Roger Garaudy. Al-Ushliyyat Al- Mu'shirah; Asbbuha Wa Madhhiruha.(Ta'rib Kholl Ahmad Kholl). Dar 'Am Alfain, Paris, cet I, 1992, hal. 11

    9. Al-Ushliyyah Al-Islmiyyah Fi Ashrina Al Rhin, op. cit., hal: 9

    10. Prof. Dr. Muhammad Imarah. Al-Ushliyyah Baina Al-Gharb Wa Al-Islm.Dar Al Syurq, Kairo, cet I, 1998, hal. 16

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    29/38

    11. Usamah Khalil. Al-Islam Wa Al- Ushliyyah Al-Trkhiyyah. Markaz AlDirasat Al 'Arbi Al Urbi, Beirut, cet. I, Oktober 2000, hal. 78

    12. Al-Ushliyyah Al-Islmiyyah Fi Ashrina Al-Rhin, op. cit. hal. 24

    13. Ibid.

    14. Ridhwan Ziyadah (ed.). Al-Islm Wa Al-Fikr Al-Siysi. Al Markaz AlTsaqfi Al 'Arbi, Beirut, cet. I, 2000, hal. 116

    15. Majalla Al-Hayh Al-Tayyibah, No. 09, Edisi Musim Semi 2002, hal. 75

    16. Ibrahim A'rab, Al-Islm Al-Siysi Wa Al-Hadtsah, Afrqiya Al Syirq,Beirut, 2000, hal. 163

    17. Usamah Khalil. Op. cit., hal. 78

    18. Farid Muttaqin dan Sukidi (ed.). op. cit., hal. 51

    **********

    Terorisme Bukan Jalan Islam

    30-July-2009

    Buletin No. 260

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    30/38

    Terorisme merupakan masalah moral yang sangat sulit, sehingga mengakibatkanterjadinya kesulitan dalam mendefinisikannya. Definisi umum terorisme yang populer adalah, Setiap tindakan kekerasan politik yang tidak memliki justifikasimoral dan hukum, apakah tindakan kekerasan itu dilakukan oleh suatu kelompokrevolusioner atau pemerintah/negara. Tetapi terdapat perbedaan diantara berbagai

    kalangan ahli dan pemerintahan tentang kekerasan politik (political violence) yangjustifiable dan unjustifiable, tergantung pada siapa yang meni-lainya.

    Terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya bertentangan dengan etoskemanusiaan Islam. Islam mengajarkan etos kemanusiaan yang sangat menekankankemanusiaan universal (ukhuwwah al-insaniyyah). Islam menganjurkan umatnyauntuk berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan dan kehormatan. Tetapi,perjuangan itu haruslah tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan atau terorisme.

    Setiap perjuangan untuk keadilan harus dimulai dengan premis, bahwa keadilanadalah konsep universal yang harus diperjuangkan dan dibela setiap manusia.

    Islam menganjurkan dan memberikan justifikasi kepada muslim untuk berjuang,ber-perang (harb) dan menggunakan kekerasan (qital) terhadap para penindas, musuh-musuh Islam dan pihak luar yang menunjukan sikap bermusuhan dan tidak mau hidupberdamai dengan Islam dan kaum Muslimin (lihat QS Al-Hajj 22:39-40). Ayat-ayat inimengacu pada kelompok, bukan individu. Kaum muslimin dipandang sebagai suatu

    kesatuan kelompok (ummat), bukan perorangan muslim. Begitu juga musuh-musuhIslam dan muslim disebut sebagai kelompok bukan individu.

    Dengan demikian, dalam pandangan Islam, tindakan kekerasan terhadap individumerupakan tindakan kekerasan yang tidak sah dan tidak bermoral. Termasuk dalampenger-tian ini adalah sweeping terhadap individu-individu yang diasumsikan sebagairepresen-tasi musuh-musuh kalangan muslim.

    Adalah kewajiban muslimin untuk menegakkan kebajikan dan melawankemungkaran (amar maruf nahy al-munkar). Banyak cara untuk melakukan kewajibanini. Tetapi jelas menurut ajaran Islam, bahwa penggunaan kekerasan apalagi terormerupakan tindakan kriminal. Bahkan tindakan-tindakan kekerasan dalammenegakkan kebajikan dan menumpas kemungkaran merupakan suatu bentukketidakadilan dan kezaliman (zhulm).

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    31/38

    Terdapat cukup banyak ayat Al-Quran yang menggambarkan tentang individu-individu dan kelompok-kelompok yang ditindas masyarakat dan para penguasa (QSIbrahim 14:12; Yunus 10:108-109; Al-Ahqaf 46:35; Al-Araf 7:123-126). Menghadapi

    situasi seperti itu, orang-orang beriman dianjurkan untuk tetap mempertahankankeimanan mereka agar selalu berada dalam jalan yang benar, dan sekaligus sabarmenghadapi penindasan, ketidakadilan dan kekerasan yang mereka derita. Dalamkasus-kasus seperti ini, Al-Quran tidak menganjurkan penggunaan kekerasanpembalasan dan peperangan. Sebaliknya, Al-Quran tetap menganjurkan usaha-usahapembelaan diri yang mungkin melibatkan penggunaan kekerasan.

    Dalam konteks terakhir, Al-Quran memang akhirnya menganjurkan kaum

    muslimin untuk berperang (jihad) melawan musuh-musuh Islam dan kaum musliminyang tidak mau berdamai (QS Al-Tawbah 9:41; Al-Mumtahinah 60:1-3; Al-Haj 22:39-40: Al-Baqarah 2:190-193; 216-217). Tetapi penting dikemukakan, dalam ayat-ayat iniAl-Quran berbicara tentang orang-orang yang tertindas, yang terusir dari tanah airmereka, dan Al-Qur-an menganjurkan mereka untuk mengorganisasikan diri merekauntuk membela diri guna mencapai pembe-basan diri dari penindasan dan untukmencapai kehormatan/harkat diri dan agama (izzul Islam wa al-Muslimin). Terdapatdua aspek dalam ayat-ayat ini, internasl dan eksternal.

    Secara internal Al-Quran meminta mereka yang tertindak untuk tetap sabardalam perjuangan mereka guna mempertahankan eksistensi dan keimanan mereka.Secara eksternal adalah bahwa ketika sebuah masyarakat membela dan mempertahankandiri atau kelompok masyarakat lain dari agresi luar, maka sesungguhnya semua itumerupakan perjuangan bagi keadilan dan perdamaian.

    Jihad dalam pengertian perang, dengan demikian, merupakan tindakanpembelaan diri (defensif), bukan agresif. Jihad dalam konsep Islam merupakan bellum

    justum (perang untuk keadilan) bukan bellum pium (perang untuk kesalehan). Jihaddalam pengertian perang sering diasosiasikan atau bahkan diidentikkan pihak Baratdengan teror dan terorisme. Sejauh mana jihad dapat berubah menjadi teror danterorisme, sebenarnya dapat dilihat dari justifikasi moral tindakan jihad itu, sertakesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan aspek-aspek lain ajaran Islam.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    32/38

    Jihad juga mengandung pengertian yang sangat luas. Secara sederhana, jihadterbagi dua: jihad akbar, yakni jihad melawan hawa nafsu yang bisa tidak terkendalididalam diri setiap muslim; dan jihad asghar yakni perang melawan musuh-musuh Islamdan muslimin. Jihad juga mengandung pengertian setiap usaha sungguh-sungguh yangdilakukan dalam amal perbuatan baik apa saja (fi sabilillah), yang diniatkan sebagai

    ibadah kepada Allah SWT. Dan orang yang meniggal dalam setiap usaha baik (ibadah)ini dapat disebut pula sebagai telah syahid (martyr), sebagaimana mereka yang tewasdalam jihad membela diri dari musuh-musuh muslim dan Islam.

    Dalam semua perspektif itu, harus diakui, terdapat individu dan kelompok-kelompok muslim yang melakukan kekerasan politik, yang mengandung sejumlahelemen justifikasi moral Tindakan kekerasan politik (terorisme) yang dilakukanpara pejuang dan kelompok-kelompok Palestina melawan terorisme (state terorism)

    yang dilakukan negara Zionis Israel, misalnya, memiliki justifikasi moral dariketertindasan yang mereka derita dalam waktu yang panjang; bangsa Palestina telahdirampas hak-haknya oleh Israel yang didukung hampir tanpa reserve oleh AmerikaSerikat dan banyak negara Barat lain untuk mendapatkan keadilan dan perdamaian.Tetapi juga sulit ditolak, terdapat orang-orang dan kelompok pejuang Palestinadanjuga orang-orang memiliki nama muslim yang menyerang WTC New York dan Pentagonyang tidak memiliki justifikasi moral sama sekali dengan menyerang dan membunuhorang-orang sipil yang tidak memiliki kaitan apa-apa dengan persoalan ketidakadilan danpenindasan.

    Meski ada unsur justifikasi moral dalam perjuangan yang dilakukan kelompokmuslim, seperti PLO misalnya, para pejuang Palestina seyogianya tetap mengupayakan pencarian dan pengembangan cara-cara lain (damai) untuk melawan penindasan danketidakadilan. Hal ini penting, karena perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasanyang dilakukan kelompok-kelompok Muslim itu terlanjur distigmatisasikan sebagaimuslim terrorism atau bahkan Islamic terrorism, yang pada gilirannya merusak danmenghancurkan citra Islam sebagai agama damai dan perdamaian.

    Usaha-usaha memerangi terorisme dalam bentuk apa pun seharusnya tidakdilakukan dengan cara-cara kekerasan pula, seperti yang terjadi dalam krisis AS-Afghanistan. Cara-cara kekerasan itu bukan hanya merupakan suatu bentuk teror pulakhususnya terhadap warga sipil yang tidak tahu apa-apabahkan hanya akanmenciptakan circle of terrorism dan dengan demikian, akan gagal melenyapkan terordan terorisme.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    33/38

    Usaha memerangi terorisme harus berangkat dari penyelesaian terhadap akaratau sumber masalah (core of the problems). Salah satu akar terpenting terorismesekarang adalah ketidakadilan dan kepincangan dalam tata hubungan internasional,

    yang pada gilirannya menumbuhkan sikap standar ganda (double standard) pada pihakpemegang dominasi dan hegemoni internasional, yakni AS dan sekutu-sekutu Baratnya.Hanya dengan terciptanya tata internasional baru yang adil dandengan demikian akanmenciptakan perdamaianyang menghor-mati hak-hak setiap masyarakat dan bangsa,yang menjunjung tinggi pluralitas dan multikulturalisme, maka teror dan terorismedapat dikurangi, jika tidak bisa dihabisi sama sekali. Wallahu alam bish-shawab. TimRedaksi

    Di Balik Isu Terorisme: Islam Dijadikan Sasaran

    Kamis, 03/09/2009 08:28 WIB | email | print | share

    Umat Islam sudah sebulan lebih disuguhi pemberitaan seputar terorisme.Sebagian merasa jenuh. Sebagian lagi memandang media sudah kelewat batas dalampenyajian berita. Aparat juga cenderung membabi-buta dalam menyasar obyek-obyekyang diduga terkait dengan terorisme ini, misalnya melakukan pengawasan terhadapagenda-agenda dakwah, bahkan menyisir ke sejumlah pesantren yang dianggap potensialmelahirkan pikiran-pikiran radikal.

    Efek Media dan Tindakan Aparat

    Perlu disadari, media punya kemampuan melakukan penyesatan opini, termasukdalam isu terorisme. Celakanya, dalam isu terorisme ini, media cenderung terus-menerusmengaitkannya Islam dan kaum Muslim. Hal ini ditambah dengan tindakan aparat dilapangan yang cenderung berlebihan dalam menyikapi isu terorisme. Semua ini padaakhirnya melahirkan efek-efek negatif dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaumMuslim.

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    34/38

    Pertama: melahirkan sikap saling curiga di tengah-tengah umat, bahkan bisamemunculkan sikap saling memfitnah. Sikap ini jelas-jelas sangat tidak terpuji dandiharamkan oleh Islam. Kedua, melahirkan tindakan melawan hukum (main hakimsendiri) terhadap pihak lain hanya karena curiga atau rasa khawatir yang berlebihan.Ketiga, melahirkan rasa takut di kalangan umat Islam terhadap agamanya sendiri.

    Cap radikal, fundamentalis, ekstremis dll seolah menjadi virus yangmematikan dan harus dihindari oleh kaum Muslim. Akibatnya, sadar atau tidak,kepribadian umat bergeser menjadi kepribadian yang tidak lagi berpegang teguh padaIslam, karena khawatir mendapatkan label-label negatif tersebut. Dalam jangka panjang,kepribadian umat yang cenderung tidak mau terlalu terikat dengan Islam ini akanmelahirkan potret umat Islam yang suram karena makin jauh dari Islam.

    Politik Belah Bambu

    Di balik isu terorisme yang cenderung terus-menerus dimunculkan sebetulnyaada propaganda untuk menguatkan satu arus pemikiran dan sikap tertentu, yakni yangselama ini diklaim oleh sejumlah kalangan sebagai Islam moderat, seraya terus-menerus mengucilkan kelompok-kelompok lain yang dituduh Islam radikal.

    Padahal semua istilah tersebut tidak dikenal dalam Islam. Baik istilah Islammoderat atau Islam radikal hanyalah ciptaan Barat penjajah demi kepentingan mereka:memecah-belah kaum Muslim. Islam moderat tidak lain adalah Islam yang bisamenerima semua unsur peradaban Barat seperti demokrasi, HAM, pluralisme, kebebasan,sekularisme dll. Islam moderat inilah yang dikehendaki Barat. Sebaliknya, Islam yanganti peradaban Barat akan langsung mereka cap sebagai Islam radikal.

    Tidak aneh jika Barat, juga menuduh kelompok-kelompok yangmemperjuangkan Islam kffah melalui penerapan syariah Islam secara total melaluiinstitusi Khilafah sebagai kelompok Islam radikal. Inilah yang terbaca dari ungkapansejumlah pejabat/mantan pejabat di negara-negara Barat sendiri, seperti pernah diucapkanmantan Menhan AS Donald Rumsfeld (Washingtonpost.com, 5/2/2005).

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    35/38

    Lebih dari sekadar strategi lunak dengan menggunakan pelabelan seperti diatas, strategi kasar juga dimainkan, misalnya dalam bentuk teror dan intimidasiterhadap para pengemban dakwah Islam, juga pengawasan terhadap pesantren.

    Lebih jauh, langkah-langkah lain juga mungkin dilakukan, misalnyamemberangus media yang menyuarakan Islam dengan lantang. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari konspirasi untuk membungkam situs ar-rahmah.com. Lebih dari itu,mencuatnya kasus Bom Marriott II juga kemudian dijadikan alasan untuk bersikaprepresif atas nama UU Keamanan Negara, UU Anti Terorisme, dll.

    Isu Terorisme: Skenario Global AS

    Sejak Peledakan Gedung WTC 11 September 2001, AS telah memanfaatkan isuterorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaumMuslim. Untuk itu, para peneliti kemudian menganjurkan beberapa pilihan langkah bagiAS, antara lain:

    1. Mempromosikan jaringan Islam moderat untuk melawan gagasan-gagasanradikal. Menurut mereka, terwujudnya suatu jaringan Muslim moderat internasional

    sangatlah penting untuk menyebarkan gagasan-gagasan moderat ke seluruh Dunia Islamdan untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok-kelompok moderat. Jika perlu,AS membantu kaum moderat yang kekurangan sumberdaya dalam menciptakan jaringanseperti itu.

    2. Merusak jaringan Islam radikal. AS perlu memahami karakteristik jaringan Islam radikal dan komunitas-komunitas pendukungnya; bagaimana merekaberkomunikasi dan merekrut anggota serta apa saja kelemahan yang mereka miliki.Strategi belah bambu akan dapat menyasar celah-celah ini, dengan memecah-belahkelompok-kelompok radikal dan membantu Muslim moderat untuk memegang kendali.

    3. Membantu reformasi pesantren dan masjid. Satu perkara yang urgen bagi ASdan komunitas internasional ialah mendukung usaha-usaha reformasi yang dapatmemastikan bahwa pesantren-pesantren hanya memberikan pendidikan yang modern danluas serta keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar. Di sisi lain, meski pihak luarmungkin merasa enggan untuk terlibat dalam urusan-urusan agama, banyak cara yangdapat dilakukan untuk mendukung usaha pemerintah dan organisasi-organisasi Muslim

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    36/38

    moderat guna memastikan bahwa masjid-masjid tidak lagi berfungsi sebagai basisideologi Islam radikal.

    4. Menyeimbangkan perang melawan terorisme dengan kebutuhan untukmempromosikan stabilitas di negara-negara Muslim moderat. AS sebaiknya memastikan

    bahwa langkah-langkah yang ditempuhnya tidak dimanfaatkan kaum radikal, yangmenggambarkan langkah-langkah AS itu sebagai perang melawan Islam. AS harusmenunjukkan bahwa langkah-langkahnya itu tidak dimaksudkan untuk memperkuatrezim otoriter atau opresif, tetapi untuk mempromosikan perubahan yang demokratis.

    5. Berupaya melibatkan umat Islam dalam proses politik. Meski selalu ada potensi bahaya dari partai Islam terhadap kebebasan yang demokratis, jika kelak berkuasa, pelibatan partai-partai tersebut dalam institusi-institusi demokrasi secaraterbuka dalam jangka panjang akan mendorong lahirnya sikap moderat.

    Perang Melawan Islam

    Meski sepertinya isu terorisme dimanfaatkan oleh AS untuk menguatkan Islammoderat, umat Islam harus memahami, bahwa target akhir perang melawan terorismeadalah perang melawan Islam itu sendiri. Pasalnya, terorisme yang dimaksudkan olehAmerika tidak lain adalah Islambaik moderat atau radikaldan tidak ada pengertian lain. Noam Chomsky menyebut permainan stigma Barat ini sebagai

    newspeak untuk membatasi pandangan dan realita sehingga ketika kata-kata teroris,fundamentalis, ekstremis, dan kelompok radikal diucapkan maka konotasinya tidak jauhdari negeri-negeri Islam.

    Lebih dari itu, dalam Dokumen RAND Corporation 2006 bertajuk, BuildingModerate Muslim Networks disebutkan bahwa kemenangan AS yang tertinggi hanyabisa dicapai ketika ideologi Islam terus dicitraburukkan di mata mayoritas penduduk ditempat tinggal mereka dan di hadapan kelompok yang diam-diam menjadipendukungnya. Karena itulah, di antara cara Barat penjajah mencitraburukkan ideologiIslam adalah dengan menyebutnya sebagai ideologi para ekstremis, sebagaimana pernah diungkapkan mantan Presiden AS George W Bush; bahkan sebagai ideologisetan, sebagaimana pernah dinyatakan oleh mantan PM Inggris Tony Blair.

    Dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    37/38

    (2005), Blair menjelaskan ciri ideologi setan, yaitu: (1) Menolak legitimasi Israel; (2)Memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) Kaum Muslim harusmenjadi satu kesatuan dalam naungan Khalifah; (4) Tidak mengadopsi nilai-nilai liberaldari Barat.

    Walhasil, mereka yang selama ini diposisikan sebagai Islam moderat punselama mereka masih menolak penjajah Israel, menjadikan syariah Islam sebagai dasarhukum, menghendaki persatuan Islam dan enggan mengadopsi nilai-nilai liberal Baratseharusnya tidak boleh merasa aman dari target perang melawan terorisme yangdilancarkan AS dan sekutunya. Sebab, saat ini pun sesungguhnya perang tersebut telahmenyasar ke kalangan Islam moderat, bahkan sejak beberapa tahun lalu.

    Kita masih ingat, tahun 2005 lalu muncul wacana untuk melakukan sidik jaripara santri di pesantren-pesantren. Tentu saja, pemilik pesantren yang paling besar diTanah Air adalah NU. Belakangan, pesantren Muhammadiyah pun kena sasaran; diobok-obok oleh aparat; seperti yang menimpa salah satu pesantren Muhammadiyah di Blitar.Padahal selama ini baik NU maupun Muhammadiyah diposisikan sebagai moderat.

    Umat Harus Bersatu

    Karena itu, seluruh komponen umat Islamtanpa harus dikotak-kotakkan olehistilah moderat atau radikal buatan kafir penjajahsejatinya harus bersatu dalammenghadapi isu terorisme ini. Umat harus memiliki satu pandangan bahwa: Pertama,Islam bukanlah agama teror; terorisme tidak ada kaitannya dengan Islam, karena terbuktitelah banyak menimbulkan korban, termasuk di pihak kaum Muslim. Allah SWTberfirman:

    ...

    "Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),melainkan dengan suatu (alasan) yang benar "(QS al-Isra' [17]: 33). Allah SWT jugaberfirman:

  • 8/7/2019 standar ganda dan teroris

    38/38

    "Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya ialahJahannam; ia kekal di dalamnya; Allah murka kepadanya, mengutukinya danmenyediakan azab yang besar baginya" (QS an-Nisa [4]: 93).

    Kedua, perang melawan terorisme yang dilancarkan Barat (AS) sejak awal tidakmurni ditujukan untuk menumpas terorisme sampai ke akar-akarnya, tetapi untukmemerangi Islam. Buktinya, sejumlah pejabat/mantan pejabat Barat, seperti Tony Blair diatas, nyata-nya mengindentikkan Islam dengan terorisme. Bukti lainnya, atas nama

    perang melawan terorisme pula, hingga detik ini AS dan sekutunya terus menumpahkandarah kaum Muslim seperti di Afganistan, Irak, Pakistan dll. Allah SWT berfirman:

    "Orang-orang kafir tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapatmengembalikan kalian dari agama kalianseandainya saja mereka sanggup" (QS al-

    Baqarah [2]: 217).

    Ketiga, umat Islam seluruhnya harus mulai menyadari bahwa untukmembebaskan diri dari semua fitnah yang diakibatkan oleh isu terorisme yangdilancarkan Barat dan AS ini memang diperlukan sebuah institusi negara yang kuat danbersifat global. Itulah negara Khilafah. Khilafah inilah yang bisa menyatukan seluruhpotensi kaum Muslim di seluruh dunia. Hal ini diperlukan untuk menghentikan langkahnegara-negara Barat penjajah pimpinan AS yang tidak akan pernah berhenti menzalimiumat Islam, hingga mereka berhasil ditundukkan. Wallhu alam bi ash-shawb.

    Profil Penulis :