spesifikasi teknis untuk bangunan

24
SPESIFIKASI TEKNIS UNTUK BANGUNAN PASAL 1 STANDAR YANG BERLAKU Semua pekerjaan dalam syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti danmemenuhi persyaratan –persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI dan Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain : SKSNI t – 15 – 1991 – 03 BUKU STANDAR BETON 1991 1253 – 1989 – A CAT EMULSI SP 74 : 1997 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU Untuk pekerjaan yang belum termasuk dalam standar – standar yang tersebut di atas, maupun standar – standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar – standar internasional yang berlaku atas pekerjaan – pekerjaan tersebut atau setidak – tidaknya berlaku standar – standar Persyaratan Teknis dari negara- negara asal bahan/ pekerjaan yang bersangkutan. PASAL 2 MEREK – MEREK DAGANG Kecuali ditentukan lain, maka nama – nama atau merek dagang dari bahan yang disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud – maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya. Dalam hal dimana disebutkan (3) merek dagang untuk jenis bahan/ pekerjaan yang sama, maka penyedia jasa harus dapat menyediakan salah satu dari padanya. PASAL 3 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI 3.1. LINGKUP PEKERJAAN Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan pondasi sampai pengurugan kembali hingga padat. 3.2. PEMBERSIHAN

Upload: dindin-siro-kabayan

Post on 26-Jul-2015

218 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

SPESIFIKASI TEKNIS UNTUK BANGUNANPASAL 1STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti danmemenuhi persyaratan –persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI dan Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :SKSNI t – 15 – 1991 – 03 BUKU STANDAR BETON 1991 1253 – 1989 – A CAT EMULSI SP 74 : 1997 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYUUntuk pekerjaan yang belum termasuk dalam standar – standar yang tersebut di atas, maupun standar – standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar – standar internasional yang berlaku atas pekerjaan – pekerjaan tersebut atau setidak – tidaknya berlaku standar – standar Persyaratan Teknis dari negara- negara asal bahan/ pekerjaan yang bersangkutan.

PASAL 2MEREK – MEREK DAGANG

Kecuali ditentukan lain, maka nama – nama atau merek dagang dari bahan yang disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud – maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya. Dalam hal dimana disebutkan (3) merek dagang untuk jenis bahan/ pekerjaan yang sama, maka penyedia jasa harus dapat menyediakan salah satu dari padanya.

PASAL 3PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

3.1. LINGKUP PEKERJAANYang termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan pondasi sampai pengurugan kembali hingga padat.

3.2. PEMBERSIHANPenyedia Jasa harus membersihkan dari semua semak – semak, rumput – rumput di dalam daerah pekerjaan. Dalam pembersihan ini semua tunggul dan akar harus dimusnahkan dan disingkirkan sehingga nantinya dapat diyakini semak dan rumput tidak akan tumbuh kembali. Lubang – lubang bekas galian harus diisi kembali dan ditimbun dengan bahan – bahan yang cocok dan memenuhi syarat kemudian dipadatkan kembali. Sampah – sampah dan bahan lain yang tidak dipergunakan lagi harus dibakar di daerah yang lapang sehingga selama pembakaran tidak akan merusak pohon yang ada disekitarnya.

3.3. PEMBUANGAN LAPISAN TANAHPembuangan lapisan tanah atas (Top Soil) dilakukan pada daerah atau tempat di mana nanti akan dibangun Kontruksi Bangunan kurang lebih duapuluh cm atau ketebalan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah atas di tempat pekerjaan.

Page 2: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

3.4. PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI1. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk penimbunan kembali tanah atas (top soil) serta pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar.

2. Pelaksanaana. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elepasi permukaan dan

kedalaman yang perlu untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar. Penggalian mencakup pemindahan tanah dan batu serta bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan pada gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau di ubah sampai disetujui Konsultan Pengawas untuk mana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tanah. Kalau terjadi kesalahan daalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga di capai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui Konsultan Pengawas, maka kelebihan di atas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan pada Owner. Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai atau membentuk permukaan tanah rencana maka Penyedia Jasa harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan tersebut tidak merusak atau mengganggu bangunan atau kontruksi yang sudah ada.

b. Penimbunan-penimbunan kembali harus dilaksanakan di daerah-daerah ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran ketinggian, kemiringan dan bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk lapisan dengan ketebalan maksimum dua puluh cm padat. Padatkan sesuai dengan Intruksi Konsultan Pengawas, penimbunan dan timbul kembali kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas harus dari bahan galian ini. Bahan timbunan harus bebas dari kotoran tumbuhan, batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

c. Perlindungan terhadap air.Selama pekerjaan berlangsung Penyedia Jasa harus mematuhi semua cara yang disetujui Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan, galian atau urugan.

d. Penghamparan dan pemadatan. Tanah harus dihamparkan dalam lapisan setebal tidak lebih dari dua puluh cm gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah urugan harus di basahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan.

3.5. PERMUKAAN TANAHSebelum memulai suatu pengggalian, Penyedia Jasa harus memeriksa permukaan tanah baik setempat baik transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada pemberi tugas atau pengawas, jika tidak maka tuntutan ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

Page 3: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

3.6. TINGGI PENDUGAAN (FEIL)Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk pelaksana. Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada atau selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

3.7. BOUWPLANKPemasangan tanda dan papan banggunan (Bouwplank). Piket-piket untuk penjelasan dan pedoman letak bangunan dibuat dari besi yang dibeton, ditanam di dalam tanah kuat-kuat. Papan untuk bangunan dibuat dari kayu yang berukuran 2 X 20 cm diserut pada sisi atasnya dan dipakukan pada tiang kayu yang cukup kuat dalam tanah. Tanda ukuran dilakukan dengan tanda gergaji dan cat merah.

PASAL 4PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

4.1. LINGKUP PEKERJAANBagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kalisesuai dengan gambar dan persyaratan di sini.

4.2. BAHAN – BAHAN

1. Batu Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/ retak dan cara pekerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal di sini.

2. PasirGalian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan alat timbris tangan terbuat dari logam atau stamper.

3. AdukanAdukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 5 pasir.

4.3. PEMASANGAN1. Batu kosong

Batu tanpa adukan (aanstamping) setinggi 15 cm, harus dipasang tegak lurus, rapat dan diisi pada rongga-rongga batu.

2. 2. Pondasi batu kaliPekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk – bentuk yang di tunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang di lapisan atas adukan dan diketok ke tempatnya hingga teduh.Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral di beberapa sisi luar dan dalam. Batu yang akan dipasang dibasahi dulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar yang harus sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Anker/ Stek dipasang sesuai cara dibungkus campuran batu kali dengan

Page 4: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

adukan 10 cm sekelilingnya, sedalam 20 cm tiap 1 m’ dengan diameter anker/ stek minimum 10 mm.

PASAL 5PEKERJAAN BETON

5.1. KETENTUAN UMUM1. Persyaratan-persyaratan kontruksi beton, istilah teknis dan syarat

pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis buku ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan reperensi di bawah ini :a. Peraturan Beton SKSNIb. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983c. America Sociaty of Testing Materials (ASTM)d. Standar Industri Indonesia (SII)

2. Bila mana ada ketidaksesuaian antara peraturan – peraturan tersebut di atas maka peraturan – peraturan Indonesia yang menentukan.

3. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan intruksi – intruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa sendiri.

4. Semua material harus baru dengan kwalitas yang terbaik sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan penyedia jasa bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek/ site dalam waktu 2 x 24 jam.

5.2. LINGKUP PEKERJAAN1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai

dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.

2. Pengadaan, detail, pabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian – bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

5.3. BAHAN – BAHAN1. Semen :

a. Semua semen yang digunakan adaalah jenis Portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2 pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 / 1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi satu merk/ pabrik.

b. Penyedia Jasa harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan “manufacture’s test Certificate” yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf “a” di atas.

c. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.

Page 5: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/ lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek dalam batas 2 x 24 jam.

e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.2. Agregat Kasar :

a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2 pasal 3,4,5 Bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan melebihi 50 % kehilangan berat menurut test Mesin Los Angeles (LA).

c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reacetif alkali atau substansi yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut : Saringan Ukuran % Lewat Saringan1 “ 25.00 mm 1003/4 “ 20.00 mm 90 – 1003/8 “ 95.00 mm 20 – 55no. 4 4.76 mm 0 – 1Hasil “ crushing test” dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus – kubus beton yang berumur 7, 14 dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya.

3. Agregat Halus :a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu

dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat – zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50 % subtansi – subtabsi yang merusak beton atau NI – 2 pasal 3 Bab III.

b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :Saringan Ukuran % Lewat Saringan 3/8 9.5 mm 100no. 4 4.76 mm 90 – 100no. 8 2.39 mm 80 – 100no. 16 1.19 mm 50 – 85no. 30 0.19 mm 25 – 65no. 50 0.292 mm 10 – 30no. 100 0.149 mm 5 – 10no. 200 0.074 mm 0 – 5

4. Air :Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI – 2 pasal 6 Bab III.

5. Baja Tulangan :a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus

memenuhi persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) 2400 kg/cm2 atau baja U 24. (Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U 39, pemberi tugas atau

Page 6: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

Konsultan Pengawas bila diperlukan, akan melakukan pengujian test tegangan tarik putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pemborong.

b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari akan penimbunan baja tulangan di udara terbuka.

c. Kawat ikat berukuran minimal D. 1 mm.d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat

terpisah dan diberi tanda jelas.6. Bahan Pencampur :

Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultaan Pengawas dan Konsultan Perencana.apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut.

7. Cetakan Beton :Daapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimum 3 cm, atau multiplex lebar 18 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan – ketentuan yang disebut dalam SKSNI jarak jangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.

5.4. MUTU BETON1. Mutu beton untuk kontruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan

karakteristik sebagai berikut :Mutu Beton Jenis PekerjaanK-175 Kolom Praktis, Ring Balk K-225 Semua Struktur Beton

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis kontruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut :Jenis Kontruksi Slump Slump Max (cm) Min (cm)Pelat & Dinding Pondasi Telapak 12,5 5,0Pelat Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5Kaison & Kontruksi Bawah Tanah 9,0 2,5Pelat di atas Tanah/ Pergeseran Jalan 7,5 5,0

3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.

5.5. PERCOBAAN PENDAHULUAN1. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai

ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing –masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material – material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang Inspector yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin Pengaduk Beton (Batch Mixer/Portable Continueos Mixer). Mesin pengaduk harus menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

Page 7: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/ seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dengan komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.

5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus dituang terlebih dulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

5.6. PERSIAPAN PENGECORAN1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan

bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan dibersihkan dari segala kotoran yang terlepas.

3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua kotoran-kotoran yang akan dicor.

4. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.

5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 1 ps : 5 krk setebal 5 cm.

5.7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya. Cetakan

harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari pennyanggah harus menggunakan Multiplex.

2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Vertikal dan Horizontal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di “finish” (exposeconcrete).

3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti dibutuhkn tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian kontruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban di atasnya selama pelakksanaan.

4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan hcetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “form oil” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus hati-hati agar tidak

Page 8: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.

5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :a. Bagian sisi balok 48 jamb. Balok tanpa beban kontruksi 7 haric. Balok dengan beban kontruksi 28 harid. Plat lantai/ atap/ tangga 21 hari

6. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75 % dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau mmembebaskan tanggung jawab Pemborong terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.

7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat atas permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.

8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

9. Permukaan beton harus lebih bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian kontruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.

10. Untuk permukaan beton yang harus exposed, maka Penyedia Jasa wajib memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

5.8. PENGANGKATAN DAN PENGECORAN1. Waktu pengangkatan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara

pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

3. Penyedia Jasa harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilakukan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Penyedia Jasa akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mengindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letaknya tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Dan alat-alat terssebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

Page 9: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initial set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.

8. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah/ pasir secara langsung.

9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat diselesaikan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tanda-tanda untuk menjaga terjadi hujan.

5.9. PEMADATAN BETON1. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan

penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.

2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “ Mechanical Vibrator” dan dioperasikan oleh yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “ Over Vibration” dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, agregasi dan keropos.

3. Pada derah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

4. Dalam hal penggunaan Vibrator, maka Slump dari beton boleh melebihi 12,5.5. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan Vertikal, tetapi dalam keadaan

khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.

6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.

7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

5.10. KONTRUKSI DAN DILATASI1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu kontruksi

secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “ Contruction Joint” (Sambungan Kontruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak “ Contruction Joint” tersebut.

2. Permukaan “ Contruction Joint” harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.

Page 10: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

3. “ Contruction Joint” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya “ Contruction Joint” tegk., kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bila “Contruction Joint” tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.

4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dahulu dan diberi lapisan “grout” segera sebelum beton dituang.

5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive “ Bonding Agent” (Lem Beton) yang disetujui Konsultan Pengawas.

6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Sterefon dan Scalant.

5.11. BAJA TULANGAN1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir harus

bersih dari segala macam kootoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.

2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan peemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991.

3. Selimut Beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut : Bagian Kontruksi Tebal Selimut BetonPelat 2.0 cm Balok 2.5 cm Kolom 2.5 cmSloof dan pondasi 3.0 cm

5.12. BAJA – BAJA YANG TERTANAM DALAM BETON1. Semua angkur, baut pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton,

harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran. 2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-

kotoran lain pada saat mengecor.3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa haru sudah diuji dengan baik, baru boleh

dicor.

5.13. PENYELESAIAN BETON1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian

yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.

3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m. tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.

Page 11: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya yang menunjukkan karakteristik beton.

5.14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON1. dengan membaran yang basah. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik

dengan cara yang disetujui Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.

2. Permukaan-permukaan beton dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat 1 (satu) dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.

3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan (curing).

4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak tersebut di atas, harus dirawat dengan jalan membasahi atau menutupi membran yang basah.

5.15. PENGUJIAN BETON1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan minimum

memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari

dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji. 3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) benda uji berbentuk kubus 15 x 15 x 15

cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan pada Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm3 untuk mutu beton k 225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari 160 kg/cm3.

4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal di lapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya.

5. Kubus-kubuus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24 jam.

5.16. SUHU / TEMPERATUR1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat celcius. Bila suhu dari

beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celcius, maka beton harus diaduk di tempat pekerjaaan dan langsung di cor.

2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu beton melebihi dari 32 derajat Celcius, maka Penyedia Jasa harus mengambil langkah- langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.

5.17. PERIZINAN1. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas minimal 1 (satu)

minggu sebelum pengecoran dimulai.

Page 12: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

PASAL 6PASANGAN BATU BATA

6.1. LINGKUP PEKERJAANBagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan semua pekerjaan pasangan batu bata seperti yang tertera pada gambar. Pelaksanaan pemsangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti yang terlihat dalam gambar-gambar persyaratan di sini.

6.2. BAHAN – BAHAN1. Bata harus baru, terbakar, keras, terbuat dari tanah liat yang terpilih sesuai dengan

persyaratan berlaku. Bila mana tidak terdapat bahan yang sesuai dengan standar tersebut di atas, maka Konsultan Pengawas dapat menentukan jenis-jenis lain yang ada di pasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukannya.

2. Adukan/ spesi untuk seluruh dinding bata harus berupa campuran 1 semen : 5 pasir. Spesi khusus berupa “ transraam” dengan campuran 1 semen : 2 pasir digunakan mulai permukaan beton sloof sampai setinggi 20 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untuk dinding-dinding kamar mandi/ wc setinggi 160 cm.

3. Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah didapat sebelum bahan yang dimaksud dibawa ke lapangan kerja untuk dipasang. Pengambilan contoh dii atas bahan-bahan yang telah berada dilapangan akan dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna keperluan pengujian. Bahan yang tidak sesuai akan ditolak dan segera disingkirkan dari lapangan.

6.3. PENGERJAAN DAN PENYIMPANANBahan-bahan untuk pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Konsultan Pengawas, untuk menghindarkan dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bahan tersebut.

6.4. PELAKSANAANPemasangan batu bata yang dilaksanakan harus dipasang rata, tegak dan lajur serta penaikkannya diukur tepat dengan tiang lot, dan kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap lajur naik, bata harus putus sambungan dengan lajur bawahnya. Sebelum pekerjaan pemasangan dilaksanakan bata/ batako harus direndam/ dibasahi dengan air dahulu. Beton untuk sloof, kolom prakktis dan ring balk dipasang untuk setiap luas dinding maksimum 12 m2.Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 7PLESTER DAN ADUKAN

Page 13: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

7.1. LINGKUP PEKERJAANDalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam gambar-gambar pelaksanaan.

7.2. BAHAN – BAHANSemua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari :1. Pasir

Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain.

2. Portland CemenPortland Cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam zat yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk daru satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.

3. AirAir harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti : minyak, asam, garam dan unsur organik kecuali dituunjukkan lain. Penyedia Jasa harus menyediakan air kerja.

7.3. PERENCANAAN1. Campuran adukan dan plester

Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.1.1. Plester/ adukan dengan campuran 1 pc : 5 ps digunakan pada daerah-daerah

seluruh dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar.1.2. Plester/ adukan dengan campuran 1 pc : 2 ps digunakan pada daerah-daerah basah

untuk kedap air seperti daerah toilet setinggi 160 cm dari lantai sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.

2. AcianAcian dibuat dalam campuran 1 pc : 5 air (VOLUME) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan dicat.

7.4. PELAKSANAAN1. Umum

Pergunakan mesin-mesin pengaduk (Molen) dan peralatan yang memadai. Bersihkan permukaan yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plester dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan Plesteran harus rata sesuai perintah Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila dinyatakan lain adalah 20 mm dengan toleran minimum 15 mm dan maksimum 25 mm.

2. Pencampuran Membuat campuran adukan/ plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada ijin Pengawas.

3. Pelaksanaan Adukan/ Plesteran1. Adukan paasangan bata/ batako : dengan pekerjaan pasangan bata.2. Plesteran2.1. Plesteran ke dinding bata biasa

Page 14: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

PASAL 8PENGECATAN

7.5. LINGKUP PEKERJAANLingkup pekerjaan mencakup semua, peralatan dan bahan yang berhubungan dengan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis ini, semua permukaan yang tidak disebutkan dalam daftar dibawah ini harus dicat (kecuali nanti dispesifikasikan lain), dengan standar pengecatan minimum satu kali cat dasar dan dua kali cat lapis rapi (finish).

7.6. STANDAR RUJUKANSemua pekerjaan pengecatan merujuk pada persyaratan yang tercantum dalam:1. NI – 3 2. NI – 4

7.7. PROSEDUR UMUM1. Pemilihan warna

Sesuai dengan gambar dan penjelasan arsitektur.2. Prosedur kerja

Disesuaikan dengan pabrik pembuat.

7.8. BAHAN – BAHAN1. Umum

Untuk menetapkan suatu standar kualitas yang sudah ditentukan, maka disyaratkan bahwa semua cat yang sudah dipakai harus berdasarkan acuan pada cat-cat hasil produksi VINILEX, atau yang setara. Persyaratan dengan menyebutkan merk dagang beserta nomor serialnya dibawah ini tidaklah mengikat, namun hanya sekedar untuk menciptakan suatu standar acuan kualitas.

2. Cat dasarCat dasar yang dipakai haruslah sesuai daftar sebagai berikut atau setaranya :- Dana Alkyd Primer- Dana Quick Under Coat- Pinotex Wood ProtectionWarna akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas.

3. CatCat yang dipakai haruslah sesuai dengan cat yang ber merk VINILEX atau setara.

7.9. PELAKSANAAN PEKERJAAN1. Pembersihan, persiapan dan perawatan awal permukaan

- UmumPekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut. Semua ujung paku yang telanjang dan metal-metal besi lainnya pada permukaan yang akan dicat menggunakan cat air (dasar air) harus terlebih dulu diberi lapisan dasar setempat yang terdiri dari debu seng (Zinc Dust), oxida/ putih seng, meni-timbel (redlead), basa timbel silikom- khromat atau cat dasar seng khromat. Permukaan yang

Page 15: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

akan dicat terlebih dahulu bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan.- Permukaan Plester Permukaan plester pada umumnya hanya boleh dicat setelah sedikitnya selang waktu 2 minggu untuk proses pengeringan di udara terbuka. Permukaan plester yang akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan kotoran-kotoran yang akan mempengaruhi kualitas hasil pengecatan, warna sesuai dengan warna yang akan dipakai. Sebelum pelaksanaan pengecatan, untuuk daerah luar/ exterior digunakan cat VINILEX atau yang setara. - Permukaan Besi Semua permukaan besi, harus diberi cat dasar dan dilapisi rapi (finish coated)sesuai jadwal/daftar pengecatan yang tertera dlm spesifikasi ini. Permukaan besi yang akan dicat harus dibersihkan dari kotorankotoran yang akan mempengaruhi kualitas hasil pengecatan, dengan memakai spritus, mineral, alat garuk dan atau kertas ampelas. Permukaan-permukaan rapi yang terlihat harus diauskan dengan kertas ampelas. - Pelaksanaan Pengecatan

1. Umum Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari kotorankotoran yang akan mempengaruhi kualitas hasil pengecatan. Permukaan-permukaan dan instalasi-instalasi lain disekitarnya harus dilindungi dengan penutup kain atau alat-alat pelindung lain. Permukaan-permukaan metal atau kayu yang terletak bersebelahan dengan permukaan yang akan menerima cat air (dasar air) harus dicat dasar sebelum dilakukan pengecatan yang bersangkutan.

2. Proses pengecatan Harus disediakan selang waktu yang cukup diantara pengecatan yang berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna. Selang waktu ini harus disesuaikan dengan kebutuhan keadaan cuaca. Cat minyak (dasar minyak) dan cat type pelarut (Cleo Resinous Solvent Type) baru dianggap kering serta layak untuk dicat kembali bila permukaan catnya sudah kokoh, tidak berubah bentuk atau tidak terasa lengket apabila disentuh lembut dengan ujung ibu jari dan pelapisan cat selanjutnya tidak mengakibatkan terangkat/ terkelupasnya atau daya ikat (Adhesi) dari cat sebelumnya. Lapisan harus sebagai berikut : - Permukaan Plester Lapisan I : 1 Lapis plamur kemudian dihaluskanLapisan II : 2 Lapisan Vinyl Acrylic Emulsion - Permukaaan Kayu KilapLapisan I : 1 Lapis Acrylic Primer Undercoat Lapisan II : 2 Lapis Dabalux Synthetic Enamel/ Synthetic Super Gloss/ Vinyl Acrylic Emulsion - Permukaan Seng Lapisan : 1 Lapis Danatop

3. Penyimpanan, pencampuran dan pengenceranPada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras, memmbentuk selaput berlebihan, penggemukan keras (Livering) dan tanda-tanda kerusakan lainnya. Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya selama pengecatan. Bila diisyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu,

Page 16: Spesifikasi Teknis Untuk Bangunan

cuaca dan metode pengecatan, maka cat boleh diencerkan saat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan oleh pabrik dan tidak melebihi jumlah 0,50 liter zat pengencer yang baik untuk 4 lliter cat.

4. Kondisi AtmosferikCat-cat bukan cat air (dasar air) hanya bolh dilapiskan pada permukaan-permukaan yang bebas dari air/ kelembaban permukaan yang pengujiannya dilakukan dengan pandangan atau sentuhan.

5. SelangWaktu Antara Persiapan dan PengecatanPermukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan atau disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan pertama seperti yang diisyaratkan secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai.

6. Metode Pengecatan - Permukaan-permukaan Eksterior Permukaan-permukaan, kecuali pada permukaan yang sudah dicat dasar, maka lapisan pertama harus diberikan dengan kuas atau disemprotkan, sedangkan lapisan-lapisan berikut boleh dengan Roller atau disemprotkan. - Permukaan-permukaan Interior Semua lapisan cat interior bisa diberikan dengan penyemprotan atau Roller. - Persyaratan Khusus1. Roller untuk pengecatan enamel harus mempunyai tangkai yang pendek.2. Kuas untuk pengecatan emulsi harus direndam dalam air selama 2 jam sebelum dipakai. 3. Lapisan pertama atau cat emulsi untuk interior harus diberikan dengan perkiraan antara 26 s/d 28 m2 per liter karena pengaruhnya terhadap kerapatan permukaan. Lapisan II cat emulsi interior harus diberikan dengan ketentuan maksimum 40 m2 per liter. 4. Pemasangan kembali barang-barang yang dilepas Sesudah selesainya pengecatan setiap ruang maka barangbarang yang dilepas sesuai dengan persyaratan pembersihan, persiapan dan perawatan awal permukaan, harus segera dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.