spesifikasi lpg dan pencegah kebakaran

11
SPESIFIKASI LPG dan PENCEGAH KEBAKARAN 7:53:00 PM migasnet04_david078 , Posted in migas , 0 Comments SPESIFIKASI LPG ELPIJI (Liquide Proteleum Gas) adalah gas yang dihasilkan Kilang BBM dan Kilang Gas (LNG Plant). Komponen LPG sebagian besar terdiri dari gas. berikut ini : Gas Butana (C 4 H 10 ) dan gas Propana (C 3 H 8 ) ± 99% Dan selebihnya gas Pentana (C 5 H 12 ) 1% Berat Jenis (lebih besar dari udara) 2.01x BJ Udara Tekanan uap gas Elpiji cair dalam tabung/ tangki 5.0 s/d 6.2 kg/cm Elpiji adalah gas yang tidak berwarna, gas yang sangat mudah terbakar dengan bau yang khas. Elpiji digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yaitu untuk kompor Elpiji/kompor gas elpiji. Dalam jumlah yang besar elpiji juga digunakan untuk bahan bakar pada Industri dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor yang bermesin bensin, baik mesin dua langkah atau empat langkah terutama kendaraan transportasi umum. Dan secara ekonomis Elpiji cair mempunyai volume 2 x premium, sangat ramah lingkungan dan aman. Tabel 2.1 Spesifikasi Elpiji Campuran Description Min Maks 1. Specific Gravity at 60/60 ° F To be reported 2. Vapour pressure 100 ° F psig - 120 3. Weathering test at 36 ° F Vol 95 % 4. Copper Corrosion 1 hrs 100 ° F ASTM No.1 5. Total Sulphur, grains/100 cuft - 6. Water content No/free of water 7. Komposisi : D-2163 Test C2 % vol - 0.2 C5 + (C5 and heavier ) vol 97.5 % - 8. Ethyl or Buthyl mercaptan added ml/100 AG 50 Identifikasi Bahaya Kebakaran di Hydrogen Plant Fungsi utama kegiatan hydrogen plant adalah mengurangi atau menghilangkan impurities yang ikut bersama minyak bumi atau fraksinya dengan proses hidrogen yang dihasilkan di hydrogen plant. Berdasar analisa potensi bahaya secara umum, maka kondisi penyebab bahaya adalah sebagai berikut : - Kebocoran pipa inlet bisa membuat penyebaran hidrogen mencapai komposisi flammable range. - Ada panas berlebih saat pemanasan feed secara terus-menerus pada furnace

Upload: daisy-nadia

Post on 25-Jul-2015

261 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

SPESIFIKASI LPG dan PENCEGAH KEBAKARAN 7:53:00 PM   migasnet04_david078 , Posted in migas , 0 Comments  

SPESIFIKASI LPG

ELPIJI (Liquide Proteleum Gas) adalah gas yang dihasilkan Kilang BBM dan Kilang Gas (LNG Plant). Komponen LPG sebagian besar terdiri dari gas. berikut ini : Gas Butana (C 4 H 10 ) dan gas Propana (C 3 H 8 ) ± 99% Dan selebihnya gas Pentana (C 5 H 12 ) 1% Berat Jenis (lebih besar dari udara) 2.01x BJ Udara Tekanan uap gas Elpiji cair dalam tabung/ tangki 5.0 s/d 6.2 kg/cm

Elpiji adalah gas yang tidak berwarna, gas yang sangat mudah terbakar dengan bau yang khas.

Elpiji digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yaitu untuk kompor Elpiji/kompor gas elpiji. Dalam jumlah yang besar elpiji juga digunakan untuk bahan bakar pada Industri dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor yang bermesin bensin, baik mesin dua langkah atau empat langkah terutama kendaraan transportasi umum. Dan secara ekonomis Elpiji cair mempunyai volume 2 x premium, sangat ramah lingkungan dan aman. 

Tabel 2.1Spesifikasi Elpiji Campuran

Description Min Maks1. Specific Gravity at 60/60 ° F To be reported 2. Vapour pressure 100 ° F psig - 1203. Weathering test at 36 ° F Vol 95 % 4. Copper Corrosion 1 hrs 100 ° F ASTM No.1 5. Total Sulphur, grains/100 cuft - 6. Water content No/free of water7. Komposisi : D-2163 Test • C2 % vol - 0.2• C5 + (C5 and heavier ) vol 97.5 % -8. Ethyl or Buthyl mercaptan added ml/100 AG 50

Identifikasi Bahaya Kebakaran di Hydrogen PlantFungsi utama kegiatan hydrogen plant adalah mengurangi atau menghilangkan impurities yang ikut bersama minyak bumi atau fraksinya dengan proses hidrogen yang dihasilkan di hydrogen plant. Berdasar analisa potensi 

bahaya secara umum, maka kondisi penyebab bahaya adalah sebagai berikut :- Kebocoran pipa inlet bisa membuat penyebaran hidrogen mencapai komposisi flammable range.- Ada panas berlebih saat pemanasan feed secara terus-menerus pada furnace hydrogen plant hingga mencapai titik didih.- Tekanan tidak stabil pada tube reformer.

Page 2: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

- Hubungan arus singkat pada instalasi listrik.

Klasifikasi KebakaranKlasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasar jenis bahan bakar. Tujuan pengklasifikasian kebakaran ini adalah untuk mempermudah usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran dengan memilih media pemadaman yang berdaya guna cepat dan tepat sesuai jenis kebakaran. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.04/MEN/1980 tentang syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan, klasifikasi kebakaran dibagi atas :1. Kelas A Kebakaran bahan padat kecuali logam. Kelas ini mempunyai ciri jenis kebakaran meninggalkan arang dan abu. Aplikasi media pemadam yang cocok adalah air. Karena prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah menyerap kalor/panas dan menembus sampai bagian yang dalam.

2. Kelas B Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. Kelas ini terdiri unsur bahan mengandung hidrokarbon produk minyak bumi dan turunan kimianya. Aplikasi media pemadam cocok untuk bahan cair adalah bahan jenis busa. Prinsip kerja busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan. Aplikasi media pemadam cocok untuk bahan gas adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas dasar substitusi oksigen dan memutus rantai berantai, yaitu jenis tepung kimia kering atau gas CO2.

3. Kelas C Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Aplikasi media pemadam cocok untuk kelas C adalah bahan jenis kering yaitu jenis tepung kimia kering, gasCO2.

4. Kelas D kebakaran logam, pada prinsipnya semua benda dapat terbakar termasuk logam, hanya tergantung pada nilai titik nyala. Kebakaran logam memerlukan pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur sangat tinggi pula. Aplikasi media pemadam cocok untuk bahan logam adalah tepung kimia khusus untuk memisahkan atau menyelimuti bahan bakar dengan udara.

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Hydrogen Plant

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran. Adapun tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut :1. Bentuk Proteksi Kebakaran di Hydrogen PlantSteam uap air yang terdapat pada setiap sirkulasi pada furnace berguna untuk mengurangi kadar oksigen di udara pada saat terjadi kebakaran.Line N2 Purging berguna mengusir sisa kebocoran hidrogen supaya terdorong ke flaring. Alat proteksi tetap seperti hydrant, gun monitor, dan hose reel.

Page 3: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

2. Sistem Deteksi dan Alarm KebakaranUnit Hydrogen Plant dilengkapi sistem yang mampu menggantikan tenaga manusia untuk mengawasi bahaya kebakaran. Apabila sistem ini menemukan gejala bahaya kebakaran maka akan bekerja secara otomatis memberikan tanda.a. Motor Protection Relay (MPR)Alat ini berfungsi untuk pengamanan motor dari gangguan yang disebabkan kelebihan dan ketidakseimbangan arus dan tegangan rendah.b. Alarm System Facility Alarm System (FAS) tersedia di :b.1. Fire Station- Fire Alarm Control Alat ini terhubung dengan pull down system untuk mengetahui lokasi kejadian.- Fire Alarm Annuciator Panel Alat ini terhubung dengan gas detector untuk mengetahui tingkat bahaya.- Motor Sirene dan ITS Control Alat ini berfungsi memberitahukan ke seluruh unit bahwa terjadi keadaan darurat, kegagalan tenaga atau kondisi sudah aman. - Telephone Alarm System Sistem komunikasi yang berfungsi memberitahukan kepada unit bagian,personel TBKD untuk meminta bantuan pertolongan keadaan darurat.

b.2. Hydrogen Plant- Manual Fire Alarm Swicth (Pull Down System) Alat ini difungsikan oleh bagian operasi di unit bila terjadi kebakaran dan akan terhubung dengan fire alarm control.3. Perlengkapan Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran.a. Instalasi Tetap Perlengkapan terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti fire waterstorage, fire water pump, fire water distribution serta peralatan proteksi kebakaran seperti hydrant, gun monitor, dan hose reel.b. Instalasi Tidak TetapSistem pemadaman dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat pemadam kebakaran yang bisa dioperasikan langsung sesuai jenis kebakaran dan besarnya api atau disebut instalasi tidak tetap. Beberapa jenis instalasi tidak tetap yang tersedia adalah sebagai berikut; APAR, wheeled type, portable fire pump, fire truck.4. Sarana Evakuasia. Tempat Berkumpul Sementara (Assembly Point)Lokasi tempat tujuan pertama berkumpul sementara pada saat dilaksanakan tindakan evakuasi. Tempat ini ditandai dengan segitiga sama sisi bertuliskan huruf "A" ditengah.b. Tempat Berkumpul Utama (Master Area)Lokasi ditentukan sebagai tempat berkumpul utama (pusat) guna menampung para pengungsi berasal dari assembly point atau dari tempat lainnya. Tempat ini ditandai

Page 4: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

dengan bendera hijau segi empat bertuliskan huruf "M" ditengah.5. Regu dan Petugas Pemadam KebakaranPetugas pemadam kebakaran siap siaga sangat membantu penyelamatan harta, kekayaaan dan jiwa sebagai akibat kebakaran. Petugas pemadam kebakaran siap siaga di fire station dalam waktu 24 jam dapat difungsikan setiap saat seawal mungkin apabila terjadi kebakaran atau keaadaan darurat lainnya. Petugas kebakaran yang berada di fire station terbagi menjadi empat regu shift yaitu shift A, B, C, dan D beranggotakan minimal 6 orang dengan giliran waktu kerja : Siang : Pkl. 08.00-16.00 wibSore : Pkl. 16.00-24.00 wibMalam : Pkl. 00.00-08.00 wib6. Latihan Pemadaman KebakaranPetugas pemadam kebakaran tidak dipilih atas pengalaman, melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan meliputi pendidikan teori, latihan mental dan jasmani serta praktek penanggulangan kebakaran. Fire station PT. Pertamina (Persero) UP-VI mengadakan latihan di fire ground di bagi atas.7. Latihan RutinPelatihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan regu pemadam kebakaran dalam penggunaan alat dan teknik penanggulangan kebakaran dan keadaan darurat. Latihan dilakukan setiap minggu sekali yaitu pada hari Selasa pukul 14.00 WIB di fire ground UP-VI Balongan. Pelaksanaan sesuai shift kerja.1. General Emergency DrillLatihan melibatkan seluruh personel unit kerja dilaksanakan minimal satu kali setahun secara terencana, terkoordinasi dan mencakup semua aspek terkandung di dalam pedoman penanggulangan keadaan darurat.2. InspeksiInspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan PT. Pertamina (Persero) UP-VI Balongan bertujuan untuk mencegah terjadi bahaya kecelakaan, kerusakaan lingkungan dan bahaya kebakaran serta peledakan, antara lain adalah :- Inspeksi RutinPelaksanaan inspeksi rutin tidak dijadwalkan maka tingkat keberhasilan ditentukan oleh kejelian dan kemampuan pelaksana inspeksi tersebut sehingga rekomendasi dapat dilaksanakan untuk perbaikan lingkungan tempat kerja.- Inspeksi PeriodikInspeksi periodik dilaksanakan berdasarkan jadwal telah ditentukan sehingga dalam pelaksanaan lebih terarah karena dipersiapkan dengan matang, dilakukan dua kali setahun yaitu, inspeksi jangka enam dan dua belas bulan.- Inspeksi InsidentilInspeksi ini dilaksanakan pada saat tertentu dimana diperlukan pemeriksaan oleh petugas keselamatan.

Page 5: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

Peristiwa ini telah menimbulkan keresahan dan pertanyaan di kalangan masyarakat, khususnya pengguna LPG.

Apakah LPG aman digunakan. Mengapa ledakan terjadi dan siapa yang bertanggung jawab?Untuk menjawab ini kita

harus melihat kemasa-masa awal penggunaan LPG di Indonesia di awal tahun 60an. Semula LPG dimaksudkan untuk

kalangan menengah ke atas atau masyarakat gedongan yang tidak mau berkotor-kotor memakai kompor minyak tanah.

 

 

Harga LPG termasuk perlengkapannya seperti kompor masih tergolong mahal dan hanya mampu dibeli oleh

masyarakat berkemampuan tinggi. Oleh karena itu segmen pengguna LPG dibidik masyarakat mampu yang tidak

memikirkan harga. Kampanye LPG pun dikaitkan dengan bahan bakar bersih, efisien, memiliki nilai kalor lebih dan elit.

 

Namun sejalan dengan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG, maka format pengguna LPG berubah total seratus

delapan puluh derajat. LPG tidak lagi dikaitkan dengan status sosial tetapi menjadi bahan bakar semua kalangan mulai

dari masyarakat kelas bawah, tukang beca, pedagang kaki lima, sampai penghuni apartemen mahal. Masyarakat di

gang sempit sampai perumahan mewah di Pondok Indah, semuanya mengkonsumsi LPG. Yang berbeda mungkin

harga dan kualitas peralatannya. Masyarakat kelas atas menggunakan peralatan impor berharga mahal, dan untuk

kalangan bawah peralatan murah meriah yang dibagikan gratis. Harga gasnya juga berbeda karena ada harga subsiidi

untuk tabung 3 kg. Masalahnya, peralatan yang murah, seringkali juga berarti rendahnya standar

keselamatan.Demikian pula harga yang berbeda memicu terjadinya kegiatan pengoplosan tabung. Kondisi ini berperan

terhadap tingkat keselamatan LPG di tengah masyarakat

 

Mengapa LPG Meledak???

 

LPG berasal dari campuran gas butan dan propan yang dicairkan dengan tekanan antara 4-9 kg/cm2. LPG

dilingkungan internasional dimasukkan ke dalam kelas bahan berbahaya dan mudah meledak. Kategori bahayanya

sangat tinggi sehingga peredarannya seharusnys dikontrol dengan ketat. LPG adalah gas yang sangat ringan, tidak

berwarna dan tidak berbau. Gasnya dua kali lebih berat dari udara sehingga jika terjadi kebocoran akan merayap di

permukaan tanah mengikuti arah angin.

 

Gas LPG jika menguap di udara akan bercampur dengan oksigen dan membentuk campuran yang mudah

terbakar yang disebut explosive mixture. Kadar LPG sebesar 5% volume dengan udara sudah cukup untuk

menimbulkan peledakan dahyat. Untuk terjadinya kebakaran atau ledakan, diperlukan sumber panas atau

api yang dapat berasal dari api terbuka, kompor, benda panas atau percikan listrik. Fenomena ledakan

LPG dimulai dari adanya bocoran dari tabung  atau perlengkapan LPG lainnya yang kemudian mengisi

ruangan sekitarnya dan suatu saat akan mencapai titik ledaknya. Jika terdapat sumber api misalnya ketika

menghidupkan sakelar lampu maka ledakan akan terjadi.

 

Mata Rantai sumber bencana

Page 6: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

 

LPG dari sumbernya sampai ke dapur konsumen melalui perjalanan cukup panjang. Dimulai dari kilang-kilang minyak,

LPG diangkut dengan kapal dan truk tangki ke tempat pengisian tabung yang disebut SPPBE (Stasiun Pengisian dan

Pendistribusian Bulk Elpiji).

 

Tabung sendiri berasal dari dua sumber yaitu eks pabrik tabung dalam negeri dan tabung impor. Aspek

keselamatan sebenarnya sudah dimulai dari pabrik tabung yang bertugas memenuhi pesanan Pertamina

sebagai pengguna tunggal - untuk saat ini-  di Indonesia.

 

Semua tabung yang diproduksi seharusnya sudah memenuhi standar keselamatan yang ditentukan. Setiap

tabung harus melalui proses uji kualitas dan teknis  dan kemudian memperoleh.sertifikat yang dikeluarkan

oleh pihak Depnaker. Untuk itu setiap tabung akan ditempel dengan nomor seri dan tanggal pengujian dan

masa berlakunya. Jika persyaratan ini dipenuhi tentulah semua tabung yang dihasilkan akan cukup aman.

Berbeda dengan tabung ilegal yang tentu tidak mengikuti proses tersebut sehingga tidak terjamin

keselamatannya.

 

Selanjutnya tabung diisi di stasiun pengisian LPG atau SPPBE. Seharusnya disini dilakukan pengujian dan

pemeriksaaan ulang baik secara visual maupun dengan pengetesan khusus untuk memastikan bahwa

tabung dalam keadaan baik. Tabung yang tidak baik akan ditarik dari peredaran dan akan diganti oleh

Pertamina. Di SPBE ini juga dilakukan pemeriksaan dan penggantian seal karet jika ditemukan rusak atau

hilang. Namun disini dapat saja terjadi penyimpangan atau kekurang telitian sehingga tabung yang tidak

baik atau tabung ilegal tidak terdeteksi sehingga kembali beredar. Dengan meningkatkan jumlah tabung

yang beredar yang mencapai sekitar 60 juta dapat dibayangkan betapa meningkatnya beban kerja yang

harus dilakukan petugas pemeriksa sehingga masih terdapat kemungkinan lolosnya tabung yang tidak baik

atau tabung ilegal.

 

Selesai diisi , tabung diangkut dan disalurkan ke pasar yang dimulai dari tingkat agen besar, agen kecil dan

akhirnya ke pengecer di warung-warung sebelum akhirnya sampai ke tangan konsumen akhir di dapur-

dapur.. Nah, dalam mata rantai ini banyak terjadi kemungkinan penyimpangan. Tabung yang baik, dengan

sengaja dirusak atau dibuka untuk memindahkan isinya. Tabung juga diangkut secara sembarangan

dengan cara dilempar atau dibanting sehingga mengalami kerusakan. Tabung  ilegalpun dimanfaatkan

sehingga akhirnya tabung yang beredar di masyarakat sudah tidak memenuhi persyaratan yang

ditentukan.

 

Sudahkan masalah keselamatan berakhir? Ternyata belum, karena masyarakat masih harus dihadapkan

dengan peralatan penggunaannya yang berupa regulator, selang dan kompor. Kebijakan yang dibuat

pemerintah untuk memasarkan LPG di kalangan masyarakat bawah harus diimbangi dengan tersedianya

alat yang murah dan terjangkau. Untuk itu para produsen harus mensiasati produk yang dihasilkannya

Page 7: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

sehingga dapat menjangkau daya beli masyarakat. Salah satu cara adalah dengan menurunkan standar

kualitas minimum yang disyaratkan. Hal ini juga terjadi bagi produk impor ilegal yang banyak beredar di

pasaran dengan harga sangat murah namun diragukan tingkat keselamatannya.

 

Faktor terakhir dalam mata rantai LPG adalah sisi pengguna. Berbeda dengan kalangan elit dan

menengah ke atas, pengguna LPG di kalangan bawah mengandung kerawanan tinggi. Ruang dapur

sempit dan berdesak-desakan sehingga dengan volume yang sedikit saja , ruangan telah penuh dengan

gas yang siap meledak.  Ventilasi kurang baik dan tabung berada sangat dekat dengan kompor. Peralatan

listrik banyak yang tidak aman sehingga menjadi pemicu kebakaran gas. Disamping itu, kesadaran,

pengetahuan, pendidikan dan budaya keselamatan masih rendah sehingga sering sembrono dan tidak

waspada dalam menggunakan peralatan LPG sehingga cenderung berbahaya.

 

Akumulasi berbagai kondisi dan faktor di atas, mengakibatkan penggunaan LPG di kalangan masyarakat

dewasa ini sangat rawan dan rentan terhadap bencana kebakaran dan peledakan. Untuk mengatasi hal

ini ,  siapa yang harus bertanggung jawab. Apakah mereka yang membuat kebijakan konversi tanpa

memikirkan masak-masak kesiapan masyarakat pengguna? Atau pihak yang terlibat dalam mata rantai

LPG mulai dari Pertamina, Pabrik Tabung, Instansi Teknis seperti Depnaker sebagai pemberi ijin tabung

atau Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang menyangkut peralatan kompor dan ijin edarnya?

Sejauh ini belum ada pihak yang merasa paling bertanggung jawab sehingga telah seharusnya semua

pihak duduk bersama dan membicarakan masalah ini secara terpadu dan mengambil langkah-langkah

komprehensif.

 

Bagaimana mencegah??

 

Salah satu faktor utama dalam menjamin keselamatan penggunaan LPG adalah kehandalan tabung. Untuk menjamin

keselamatan, tangki LPG sudah dirancang dengan kemampuan menahan tekanan 6-7 kali tekanan gas sehingga

secara teoritis akan aman digunakan. Disamping itu, setiap tabung juga dilengkapi dengan katup pengaman yang

bekerja pada tekanan sekitar 30 kg/cm2. Dari sisi tabung, pada dasarnya sudah sangat aman untuk digunakan, kecuali

jika tabung tersebut palsu, tidak dilengkapi sertifikat dan tidak dilakukan pengujian sebagaimana mestinya. Upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan sistem pengendalian dan poengawasan di palang pintu utama yaitu

fungsi pengawasan dan pengendalian di SPBBE. Untuk menghindarkan adanya conflict of interest dari pengusaha

SPPBE, maka pemerintah atau Pertamina harus menempatkan petugas inspektor tabung di titik penerimaan tabung

sebelum diijinkan untuk diisi ulang. Semua tabung rusak, ilegal dan tidak sesuai standar harus ditarik dari peredaran.

Manarik tabung dari peredaran dan mengganti dengan tabung baru , berarti tambahan beban bagi Pertamina sehingga

wajar jika mereka melakukannya dengan sangat selektif.

 

Unsur kedua yang dapat menjadi sumber bahaya adalah peralatan kompor mulai dari regulator, slang,

klem dan kompor. Disini terdapat banyak kemungkinan yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran

Page 8: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran

antara lain dari kondisi peralatan yang di bawah standar baik segi material maupun proses pabrikasinya,

cara pemasangan yang tidak baik. Untuk itu langkah pencegahan adalah dengan menetapkan standar

ketat terhadaap peredaran perlengkapan. Hanya alat yang telah memiliki sertifikat dan label keselamatan

yang boleh diedarkan dan digunakan di tengah masyarakat. Untuk itu, Departemen Perdagangan atau

perindustrian harus melakukan pengawasan di pasar sebagaimana yang dilakukan oleh Badan POM untuk

poduk obat dan makanan.

 

Faktor berikutnya adalah kondisi lingkungan dan tempat penyimpanan dan penempatan seperti dapur,

gudang atau warung. Masyarakat banyak yang tidak paham bahwa LPG sebagai bahan berbahaya

memerlukan perlakuan khusus, misalnya persyaratan jarak aman dari sumber api, ventilasi, peralatan

listrik. Kegiataan yang melibatkan LPG harus dilakukan di ruang terbuka atau dengan ventilasi yang baik.

Karena itulah banyak terjadi kasus peledakan LPG di warung gudang  dan dapur ketika menyimpan,

melakukan pemindahan isi, atau kegiatan memasak. 

 

Faktor terakhir yang paling menentukan adalah perilaku atau budaya pengguna LPG. Sesuai dengan sifat

bahayanya, masyarakat harus memiliki pemahaman, kesadaran dan perilaku yang aman dalam

menjalankan LPG. Mereka harus memahami bagaimana bahaya gas LPG, bagaimana terjadinya

kebakaran dan bagaimana menghadapi kondisi bebahaya seperti kebocoran atau kebakaran. Pendidikan

dan penanaman kesadaran akan keselamatan bagi konsumen LPG perlu dilakukan terus menerus. Setiap

pembeli tabung LPG atau perlengkapannya harus diberi petunjuk yang jelas mengenai potensi bahaya dan

syarat keselamatan yang wajib dipenuhi. Sudah saatnya, Pertamina memasang stiker petunjuk

keselamatan disetiap tabung yang dipasarkannya.

 

Keempat faktor ini kelihatannya kurang disiapkan oleh pemerintah sebelum meluncurkan program konversi

minyak tanah. Oleh karena itu, jika keempat faktor tersebut tidak segera ditangani oleh masing-masing

pihak terkait, maka tidak aneh bila ledakan masih akan terus terjadi. Sudah saatnya pemerintah tidak

sekadar berhitung untung rugi subsidi BBM yang konon sudah bisa menghemat sampai 16 triliun namun

mengabaikan nilai nyawa manusia. Apa salahnya jika sebagian dana yang diperoleh tersebut dikembalikan

kepada masyarakat dalam bentuk jaminan sosial kecelakaan, pelatihan keselamatan serta subsidi untuk

peralatan LPG yang lebih baik dan aman serta terjangkau oleh kantong rakyat jelata yang telah dipaksa

pindah ke LPG. Apakah perlu Pertamina membuat dua macam harga yang mendorong terjadinya

pengoplosan yang berpotensi menimbulkan ledakan? Mengapa harga tidak disamakan saja karena

pengguna LPG ukuran 12 kg tidaklah sebanyak pengguna 3 kg? Kalau sekadar untuk menutup kerugian –

dalam kata kutip- hendaknya Pertamina juga menilai besarnya biaya sosial yang harus ditanggung

masyarakat sebagai buah kebijakannya. Hendaknya nyawa manusia Indonesia jangan dihargai secara

murahan.

Page 9: Spesifikasi Lpg Dan Pencegah Kebakaran