spektofotometri
DESCRIPTION
josssTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Spektrofotometri
B. Tujuan Praktikum
1. Membuat grafik standar.
2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna.
3. Menentukan panjang gelombang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube ( Day dan Underwood, 1986). Pada sebagian
besar laboratorium, panjang gelombang yang digunakan dalam range ultraviolet
(200-400 nm), sinar tampak (400-700 nm), atau cahaya yang mendekati
inframerah (700-800nm). Namun, sebagian besar instrumen dioperasikan dalam
range panjang gelombang sinar tampak (Khopkar, 1990).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi
cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang
radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu
panjang gelombang tertentu (Day dan Underwood, 1986). Spektrofotometri ini
hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar,
1990).
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu
zat di dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada
panjang gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa
tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar, 1990).
Prinsip dari spektrofotometri adalah bila sinar polikromatis atau
monokromatis mengenai suatu media maka intensitasnya akan berkurang karena
sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi
dipancarkan (It) (Busser,1960).
Menurut Faricha (2008), hukum Lambert- Beer merupakan hukum yang
mendasari metode absorbsi spektrofotometri. Hukum Lambert- Beer
menunjukkan hubungan sebagai berikut
T= II o
=10−abc
log (T )=log( II o
)=−abc
log( 1T )=log( I o
I )=abc=A
Di mana :
I = intensitas sinar yang diteruskan
Io = intensitas sinar awal
T = transmitansi (%)
A = absorbansi
a = tetapan absorbsifitas
b = jarak tempuh optik
c = konsentrasi
Menurut Alexeyev (1969), senyawa-senyawa yang diukur dengan metoda
spektrofotometri harus memenuhi hukum Lambert-Beer, yaitu:
1. Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi,
maka berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding
dengan intensitas cahaya tersebut.
2. Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus
dengan intensitas cahaya.
Menurut Tahir (2009), spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis
berdasarkan sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang
sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh
mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium,
disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang
terdapat berlimpah di laut dan didaratan. Sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata
manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk
sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible
atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan
spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini berarti menggunakan
cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan
inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara
langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari
spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini
melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari
ground state ke eksited state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul melalui 3 proses,
yaitu:
a. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang
Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan
dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil
analisa biasanya berupa sinyal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang. Untuk identifikasi, sinyal sampel akan dibandingkan dengan
sinyal standard.
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri ini adalah bahwa
metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat
yang sangat kecil. Analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm
(Sastrohamidjojo,1999).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur
transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi
(Harjadi, 1990). Absorbansi adalah daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan
baik itu larutan baku maupun blanko, sedangkan transmitan adalah daya radiasi
sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan daya radiasi sinar yang
masuk ke dalam kuvet (Basset dkk, 1994). Spektrofotometer terdiri atas
spektrometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi
serta suatu fotometer yaitu piranti untuk mengukur intensitas berkas cahaya
monokromatik (Faricha, 2008).
Menurut Basset dkk (1994), berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis
spektrofotometer, yaitu:
1. Single Beam ( Berkas Tunggal )
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang
dilewatkan melalui kuvet. Blanko, larutan standar, dan contoh diperiksa secara
bergantian. Pada spektrofotometer berkas tunggal, pengukuran cuplikan dilakukan
setelah pengukuran blanko secara bergantian. Pengukuran blanko dilakukan untuk
menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh adanya matriks lain
dalam cuplikan selain analit yang diukur.
2. Double Beam ( Berkas Ganda)
Pada alat ini berkas cahaya dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang
berputar (chopper). Berkas pertama melalui kuvet berisi blanko, dan berkas kedua
melalui kuvet berisi standar atau contoh. Spektrofotometer berkas ganda
dirancang untuk memudahkan pengoperasian. Dalam alat ini, pengukuran larutan
blanko dan larutan contoh dapat dilakukan secara bersamaan. Sinar monokromatis
dari monokromator akan melewati sel blanko dan sel contoh secara bergantian.
Pada akhirnya sinar yangmasuk ke detektor adalah sinar dari larutan contoh yang
telah dikoreksi terhadap blanko.
Menurut Khopkar (1990), secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 6
bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang
biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini
mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang adalah 350 –
2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi).
c. Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan Kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk
jarum penunjuk atau angka digital.
e. Amplifier
Alat penguat arus, sinyal listrik yang dihasilkan sangat lemah, sehingga
dengan adanya amplifier sinyal listrik dapat diukur.
f. Rekorder
Alat pencatat sinyal listrik yang dapat dilihat pada jarum penunjuk skala.
Dengan mengukur transmitan larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan
membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio
disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga
bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Basset dkk, 1994).
Cara kerja dari spektrofotometer adalah sinar berasal dari dua lampu yang
berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible (sinar tampak = 38 – 780nm)
dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada video lampu
yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua
karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sampel dan
yang satu lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh
sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan
pada reader. Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat,
biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis
jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah (Day dan Underwood, 1986).
Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini adalah 590 nm.
Alasan dari digunakannya panjang gelombang ini adalah karena panjang
gelombang ini tergolong optimal untuk larutan CuSO4. Pengukuran intensitas
pada larutan berwarna (larutan CuSO4) yang menyerap sinar dengan
membandingkan dengan larutan yang tidak menyerap sinar atau yang biasa
disebut dengan larutan blanko (aquadest). Larutan blanko tidak berwarna dan
digunakan untuk mengecek intensitas cahaya yang diserap adalah nol (Rohman,
2007).
Menurut Day dan Underwood (1986), syarat larutan yang dapat digunakan
untuk analisis campuran dua komponen adalah:
a. Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi
b. Penyerapan komponen-komponen tersebut tiak sama
c. Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertentu
Larutan standar adalah larutan yang mengandung zat yang ditetapkan
dalam kuantitas yang diketahui sedangkan larutan blanko adalah larutan yang
mengandung sedikit zat yang akan ditetapkan atau tidak sama sekali (Day dan
Underwood, 1986). Larutan cuplikan adalah larutan yang mengandung bahan
yang akan diuji, dianalisis, atau diperiksa, yang dianggap dapat mewakili bahan
itu; analisis itu biasanya untuk menetapkan sifat- sifat dasar bahan itu, komposisi,
atau kadang- kadang hanya kandungan zat tertentu dari bahan itu (Pudjaatmaka,
2002).
III. METODE PERCOBAAN
Dalam percobaan spektrofotometri, alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
A. Alat
1. Pipet ukur 5. Neraca analitik
2. Pro pipet 6. Labu ukur
3. Tabung reaksi 7. Spektofotometer
4. Rak tabung reaksi
B. Bahan
1. CuSO4 6. Larutan CuSO4 0,04 N
2. Aquadest 7. Larutan CuSO4 0,02 N
3. Larutan CuSO4 0,1 N 8. Cuplikan A
4. Larutan CuSO4 0,08 N 9. Cuplikan B
5. Larutan CuSO4 0,06 N
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan CuSO4
CuSO4 ditimbang sebanyak 0,798 gram dan dimasukkan ke labu ukur dan
ditambah aquadest sampai tanda batas.
2. Pembuatan Larutan Standar
Larutan CuSO4 dibuat dengan konsentrasi 0,02 N; 0,04 N; 0,06 N; 0,08 N.
Volume larutan CuSO4 0,1 N yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus V1N1 =
V2N2. Larutan ditambah aquadest hingga volume total larutan menjadi 5 ml.
Aquadest diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi sebagai larutan
blanko. Larutan standar diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 590 nm.
3. Penentuan konsentrasi cuplikan
Larutan cuplikan A dan B diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke
tabung reaksi. Absorbansi kedua larutan diukur dengan spektofotometer.
Konsentrasi dihitung dengan rumus
b=n Σ xy−Σ x Σ y
n ( Σ x2 )−( Σ x )2
a=Σ y−b Σ xn
y=a+bx
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Absorbansi larutan CuSO4
X (N) Y (Å) X2 XY0,02 0,009 0,0004 0,000180,04 0,02 0,0016 0,00080,06 0,03 0,0036 0,00180,08 0,048 0,0064 0,003840,1 0,049 0,01 0,0049
Σ = 0,3 Σ = 0,156 Σ = 0,022 Σ = 0,01152
Tabel 2. Hasil Absorbansi Larutan CuplikanLarutan cuplikan Absorbansi Y Konsentrasi X
A 0,057 0,1077B 0,031 0,0596
B. Pembahasan
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu
zat di dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada
panjang gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa
tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar, 2003).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur
transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi
(Harjadi, 1990). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer untuk menghasilkan
cahaya dengan panjang gelombang terseleksi serta suatu fotometer yaitu piranti
untuk mengukur intensitas berkas cahaya monokromatik (Faricha, 2008).
Pada percobaan ini digunakan larutan CuSO4 sebagai larutan standar
dengan konsentrasi 0,1 N; 0,08 N; 0,06 N; 0,04 N; dan 0,02 N. Pengenceran
dilakukan dengan mengambil sejumlah larutan CuSO4 0,1 N sesuai dengan
perhitungan rumus V1N1 = V2N2 dan menambahkan aquadest hingga volume total
larutan 5 ml. Masing- masing larutan standar diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer. Selain itu digunakan juga larutan cuplikan A dan B yang akan
dicari tahu konsentrasinya dengan metode spektrofotometri. Larutan standar dan
cuplikan yang akan diukur dengan spektrofotometer dimasukkan ke dalam kuvet.
Kuvet memiliki bagian yang bening dan bagian yang buram. Drive cell
memiliki bagian yang berlubang dan tidak berlubang. Kuvet bagian bening
diletakkan pada drive cell yang memiliki bagian berlubang. Setelah digunakan,
kuvet harus dicuci dengan aquadest dan tissue hingga tidak tersisa cairan dalam
kuvet karena setetes cairan dapat mempengaruhi nilai absorbansi suatu larutan.
Setelah diukur dengan spektrofotometer, diperoleh absorbansi larutan
CuSO4 0,1 N; 0,08 N; 0,06 N; 0,04 N; dan 0,02 N secara berturut- turut adalah
0,049 Å; 0,048 Å; 0,03 Å; 0,02 Å; dan 0,009 Å. Dari data tersebut, dibuat grafik
standar, yakni grafik perbandingan konsentrasi dan absorbansi dan diperoleh garis
lurus (kurva linear). Pembuatan grafik ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi juga absorbansinya.
Larutan cuplikan A dan B juga diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer dan diperoleh absorbansi cuplikan A adalah 0,057 Å dan
absorbansi cuplikan B adalah 0,031 Å. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
rumus b=n Σ xy−Σ x Σ y
n ( Σ x2 )−( Σ x )2 ; a=Σ y−b Σ xn
; dan y=a+b x, diperoleh konsentrasi
cuplikan A dengan absorbansi 0,057 Å adalah 0,1077 N sedangkan konsentrasi
cuplikan B dengan absorbansi 0,031 Å adalah 0,0596 N. Berdasarkan grafik
standar, konsentrasi cuplikan A dengan absorbansi 0,057 Å adalah 0,114 N
sedangkan konsentrasi cuplikan B dengan absorbansi 0,031 Å adalah 0,063 N.
Terdapat selisih sebesar 0,0063 N pada cuplikan A antara hasil grafik
standar dan perhitungan sedangkan terdapat selisih sebesar 0,0034 N pada
cuplikan B antara hasil grafik dan perhitungan. Perbedaan nilai konsentrasi antara
grafik standar dan perhitungan dapat disebabkan oleh kesalahan penyerapan oleh
pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko. Kesalahan kedua adalah
serapan oleh kuvet. Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau
kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet dari bahan kuarsa
memberikan kualitas yang lebih baik, namun memiliki harga yang jauh lebih
mahal. Serapan oleh kuvet ini dapat diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan
bahan kuvet yang sama untuk tempat blanko dan sampel. Kesalahan ketiga adalah
fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi yang sangat rendah atau
sangat tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pengaturan konsentrasi sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (Beran, 1996).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan spektrofotometri yang sudah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari data konsentrasi dan absorbansi larutan standar dapat dibuat grafik
standar yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi juga absorbansinya.
2. Berdasarkan perhitungan, diperoleh konsentrasi cuplikan A dengan
absorbansi 0,057 Å adalah 0,1077 N dan konsentrasi cuplikan B dengan
absorbansi 0,031 Å adalah 0,0596 N, Berdasarkan grafik standar,
diperoleh konsentrasi cuplikan A adalah 0,114 N dan konsentrasi cuplikan
B adalah 0,063 N.
3. Larutan standar CuSO4 0,1 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,049 Å,
larutan standar CuSO4 0,08 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,048 Å,
larutan standar CuSO4 0,06 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,03 Å,
larutan standar CuSO4 0,04 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,02 Å,
dan larutan standar CuSO4 0,02 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,009
Å.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Alexeyev, V. 1969.Quantitative Analysis. MIR Publishers, Moscow.Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel:
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Beran, J.A. 1996. Chemistry in the Laboratory. John Willey & Sons, Prentice Hall.
Busser, H. 1960. Penuntun Analitis Jumlah. Balai Pendidikan Kimia, Bogor.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Faricha, N. 2008. Pembuatan Alat Ukur Kadar Besi dalam Air dengan Metode Absorbsi Spektrofotometri. Jurnal Neutrino. 1(1): 3-6.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Pudjaatmaka, A. H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1999. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tahir, H. 2009. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi pada Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer Uv-vis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan pengenceran CuSO4
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 5 . 0,08
V1 = 0,40,1
= 4 mL
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 5 . 0,06
V1 = 0,30,1
= 3 mL
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 5 . 0,04
V1 = 0,20,1
= 2 mL
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 5 . 0,02
V1 = 0,10,1
= 1 mL
Perhitungan konstanta b dan a
b=n Σ xy−Σ x Σ y
n ( Σ x2 )−( Σ x )2
b=(5 ) (0,01152 )−(0,3 )(0,156)
(5 ) (0,022 )−0,09
b=0,0576−0,04680,11−0,09
=0,01080,02
=0,54
a=Σ y−b Σ xn
a=0,156− (0,54 )(0,3)
5
Keterangan:V1 = volume CuSO4 yang diperlukanN1 = normalitas CuSO4 awalV2 = volume total larutanN2 = normalitas CuSO4 yang diinginkan
Keterangan:x = konsentrasi larutany = absorbansi larutan
a=0,156−0,1625
=−0,0065
=−0,0012
Perhitungan konsentrasi cuplikan A
y=a+bx
0,057=−0,0012+0,54 x
0,0528=0,54 x
x=0,1077
Perhitungan konsentrasi cuplikan B
y=a+bx
0,031=−0,0012+0,54 x
0,0322=0,54 x
x=0,0596
Keterangan:x = konsentrasi larutany = absorbansi larutan