spektofotometri

25
I. PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Spektrofotometri B. Tujuan Praktikum 1. Membuat grafik standar. 2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna. 3. Menentukan panjang gelombang.

Upload: adhika-setya-dharma-putra

Post on 10-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

josss

TRANSCRIPT

Page 1: Spektofotometri

I. PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Spektrofotometri

B. Tujuan Praktikum

1. Membuat grafik standar.

2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna.

3. Menentukan panjang gelombang.

Page 2: Spektofotometri

II. TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan detektor fototube ( Day dan Underwood, 1986). Pada sebagian

besar laboratorium, panjang gelombang yang digunakan dalam range ultraviolet

(200-400 nm), sinar tampak (400-700 nm), atau cahaya yang mendekati

inframerah (700-800nm). Namun, sebagian besar instrumen dioperasikan dalam

range panjang gelombang sinar tampak (Khopkar, 1990).

Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi

cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang

radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu

panjang gelombang tertentu (Day dan Underwood, 1986). Spektrofotometri ini

hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke

tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh

perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar,

1990).

Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu

zat di dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada

panjang gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar

yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari  beberapa

tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar, 1990).

Prinsip dari spektrofotometri adalah bila sinar polikromatis atau

monokromatis mengenai suatu media maka intensitasnya akan berkurang karena

sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi

dipancarkan (It) (Busser,1960).

Menurut Faricha (2008), hukum Lambert- Beer merupakan hukum yang

mendasari metode absorbsi spektrofotometri. Hukum Lambert- Beer

menunjukkan hubungan sebagai berikut

Page 3: Spektofotometri

T= II o

=10−abc

log (T )=log( II o

)=−abc

log( 1T )=log( I o

I )=abc=A

Di mana :

I = intensitas sinar yang diteruskan

Io = intensitas sinar awal

T = transmitansi (%)

A = absorbansi

a = tetapan absorbsifitas

b = jarak tempuh optik

c = konsentrasi

Menurut Alexeyev (1969), senyawa-senyawa yang diukur dengan metoda

spektrofotometri harus memenuhi hukum Lambert-Beer, yaitu:

1. Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi,

maka berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding

dengan intensitas cahaya tersebut.

2. Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus

dengan intensitas cahaya.

Menurut Tahir (2009), spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis

berdasarkan sumber cahaya yang digunakan.  Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Spektrofotometri Vis (Visible)

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi

adalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spektrum

elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang

sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh

mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).

2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)

Page 4: Spektofotometri

Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV

berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang

gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium,

disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang

terdapat berlimpah di laut dan didaratan. Sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata

manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan

senyawa yang tidak memiliki warna.

3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan

Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan

sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah

menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu

photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling

populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk

sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible

atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan

spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat.  Ini berarti menggunakan

cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan

inframerah (NIR)) kisaran.  Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara

langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat.  Di wilayah ini dari

spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.  Teknik ini

melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari

ground state ke eksited state. 

Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul melalui 3 proses,

yaitu:

a. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan.

b. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks

c. Penyerapan oleh  perpindahan muatan.

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Page 5: Spektofotometri

 Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang

Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan

dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan

pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil

analisa biasanya berupa sinyal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap

panjang gelombang. Untuk identifikasi, sinyal sampel akan dibandingkan dengan

sinyal standard.

Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri ini adalah bahwa

metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat

yang sangat kecil.  Analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang

menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih

panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm

(Sastrohamidjojo,1999).

Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan

suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur

transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi

(Harjadi, 1990). Absorbansi adalah daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan

baik itu larutan baku maupun blanko, sedangkan transmitan adalah daya radiasi

sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan daya radiasi sinar yang

masuk ke dalam kuvet (Basset dkk, 1994). Spektrofotometer terdiri atas

spektrometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi

serta suatu fotometer yaitu piranti untuk mengukur intensitas berkas cahaya

monokromatik (Faricha, 2008).

Menurut Basset dkk (1994), berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis

spektrofotometer, yaitu:

1. Single Beam ( Berkas Tunggal )

Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang

dilewatkan melalui kuvet. Blanko, larutan standar, dan contoh diperiksa secara

bergantian. Pada spektrofotometer berkas tunggal, pengukuran cuplikan dilakukan

setelah pengukuran blanko secara bergantian. Pengukuran blanko dilakukan untuk

Page 6: Spektofotometri

menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh adanya matriks lain

dalam cuplikan selain analit yang diukur.

2. Double Beam ( Berkas Ganda)

Pada alat ini berkas cahaya dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang

berputar (chopper). Berkas pertama melalui kuvet berisi blanko, dan berkas kedua

melalui kuvet berisi standar atau contoh. Spektrofotometer berkas ganda

dirancang untuk memudahkan pengoperasian. Dalam alat ini, pengukuran larutan

blanko dan larutan contoh dapat dilakukan secara bersamaan. Sinar monokromatis

dari monokromator akan melewati sel blanko dan sel contoh secara bergantian.

Pada akhirnya sinar yangmasuk ke detektor adalah sinar dari larutan contoh yang

telah dikoreksi terhadap blanko.

Menurut Khopkar (1990), secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 6

bagian penting yaitu :

a. Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki

pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang

biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah

lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini

mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang adalah 350 –

2200 nanometer (nm).

b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya

polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu

(monokromatis) yang berbeda (terdispersi).

c. Kuvet

Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat

contoh atau cuplikan yang akan dianalisis.  Kuvet biasanya terbuat dari kwars,

plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm

dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau

plexiglass, sedangkan Kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca

Page 7: Spektofotometri

mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di

daerah sinar tampak (visible).

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi

sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk

jarum penunjuk atau angka digital.

e. Amplifier

Alat penguat arus, sinyal listrik yang dihasilkan sangat lemah, sehingga

dengan adanya amplifier sinyal listrik dapat diukur.

f. Rekorder

Alat pencatat sinyal listrik yang dapat dilihat pada jarum penunjuk skala.

Dengan mengukur transmitan larutan sampel, dimungkinkan untuk

menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan

membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio

disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga

bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Basset dkk, 1994).

Cara kerja dari spektrofotometer adalah sinar berasal dari dua lampu yang

berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible (sinar tampak = 38 – 780nm)

dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada video lampu

yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua

karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sampel dan

yang satu lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh

sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan

pada reader. Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat,

biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis

jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah (Day dan Underwood, 1986).

Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini adalah 590 nm.

Alasan dari digunakannya panjang gelombang ini adalah karena panjang

Page 8: Spektofotometri

gelombang ini tergolong optimal untuk larutan CuSO4. Pengukuran intensitas

pada larutan berwarna (larutan CuSO4) yang menyerap sinar dengan

membandingkan dengan larutan yang tidak menyerap sinar atau yang biasa

disebut dengan larutan blanko (aquadest). Larutan blanko tidak berwarna dan

digunakan untuk mengecek intensitas cahaya yang diserap adalah nol (Rohman,

2007).

Menurut Day dan Underwood (1986), syarat larutan yang dapat digunakan

untuk analisis campuran dua komponen adalah:

a. Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi

b. Penyerapan komponen-komponen tersebut tiak sama

c. Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertentu

Larutan standar adalah larutan yang mengandung zat yang ditetapkan

dalam kuantitas yang diketahui sedangkan larutan blanko adalah larutan yang

mengandung sedikit zat yang akan ditetapkan atau tidak sama sekali (Day dan

Underwood, 1986). Larutan cuplikan adalah larutan yang mengandung bahan

yang akan diuji, dianalisis, atau diperiksa, yang dianggap dapat mewakili bahan

itu; analisis itu biasanya untuk menetapkan sifat- sifat dasar bahan itu, komposisi,

atau kadang- kadang hanya kandungan zat tertentu dari bahan itu (Pudjaatmaka,

2002).

Page 9: Spektofotometri

III. METODE PERCOBAAN

Dalam percobaan spektrofotometri, alat dan bahan yang digunakan adalah

sebagai berikut:

A. Alat

1. Pipet ukur 5. Neraca analitik

2. Pro pipet 6. Labu ukur

3. Tabung reaksi 7. Spektofotometer

4. Rak tabung reaksi

B. Bahan

1. CuSO4 6. Larutan CuSO4 0,04 N

2. Aquadest 7. Larutan CuSO4 0,02 N

3. Larutan CuSO4 0,1 N 8. Cuplikan A

4. Larutan CuSO4 0,08 N 9. Cuplikan B

5. Larutan CuSO4 0,06 N

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan CuSO4

CuSO4 ditimbang sebanyak 0,798 gram dan dimasukkan ke labu ukur dan

ditambah aquadest sampai tanda batas.

2. Pembuatan Larutan Standar

Larutan CuSO4 dibuat dengan konsentrasi 0,02 N; 0,04 N; 0,06 N; 0,08 N.

Volume larutan CuSO4 0,1 N yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus V1N1 =

V2N2. Larutan ditambah aquadest hingga volume total larutan menjadi 5 ml.

Aquadest diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi sebagai larutan

blanko. Larutan standar diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 590 nm.

Page 10: Spektofotometri

3. Penentuan konsentrasi cuplikan

Larutan cuplikan A dan B diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke

tabung reaksi. Absorbansi kedua larutan diukur dengan spektofotometer.

Konsentrasi dihitung dengan rumus

b=n Σ xy−Σ x Σ y

n ( Σ x2 )−( Σ x )2

a=Σ y−b Σ xn

y=a+bx

Page 11: Spektofotometri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai

berikut:

Tabel 1. Hasil Absorbansi larutan CuSO4

X (N) Y (Å) X2 XY0,02 0,009 0,0004 0,000180,04 0,02 0,0016 0,00080,06 0,03 0,0036 0,00180,08 0,048 0,0064 0,003840,1 0,049 0,01 0,0049

Σ = 0,3 Σ = 0,156 Σ = 0,022 Σ = 0,01152

Tabel 2. Hasil Absorbansi Larutan CuplikanLarutan cuplikan Absorbansi Y Konsentrasi X

A 0,057 0,1077B 0,031 0,0596

B. Pembahasan

Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu

zat di dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada

panjang gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar

yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari  beberapa

tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar, 2003).

Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan

suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur

transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi

(Harjadi, 1990). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer untuk menghasilkan

cahaya dengan panjang gelombang terseleksi serta suatu fotometer yaitu piranti

untuk mengukur intensitas berkas cahaya monokromatik (Faricha, 2008).

Page 12: Spektofotometri

Pada percobaan ini digunakan larutan CuSO4 sebagai larutan standar

dengan konsentrasi 0,1 N; 0,08 N; 0,06 N; 0,04 N; dan 0,02 N. Pengenceran

dilakukan dengan mengambil sejumlah larutan CuSO4 0,1 N sesuai dengan

perhitungan rumus V1N1 = V2N2 dan menambahkan aquadest hingga volume total

larutan 5 ml. Masing- masing larutan standar diukur absorbansinya dengan

spektrofotometer. Selain itu digunakan juga larutan cuplikan A dan B yang akan

dicari tahu konsentrasinya dengan metode spektrofotometri. Larutan standar dan

cuplikan yang akan diukur dengan spektrofotometer dimasukkan ke dalam kuvet.

Kuvet memiliki bagian yang bening dan bagian yang buram. Drive cell

memiliki bagian yang berlubang dan tidak berlubang. Kuvet bagian bening

diletakkan pada drive cell yang memiliki bagian berlubang. Setelah digunakan,

kuvet harus dicuci dengan aquadest dan tissue hingga tidak tersisa cairan dalam

kuvet karena setetes cairan dapat mempengaruhi nilai absorbansi suatu larutan.

Setelah diukur dengan spektrofotometer, diperoleh absorbansi larutan

CuSO4 0,1 N; 0,08 N; 0,06 N; 0,04 N; dan 0,02 N secara berturut- turut adalah

0,049 Å; 0,048 Å; 0,03 Å; 0,02 Å; dan 0,009 Å. Dari data tersebut, dibuat grafik

standar, yakni grafik perbandingan konsentrasi dan absorbansi dan diperoleh garis

lurus (kurva linear). Pembuatan grafik ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa

semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi juga absorbansinya.

Larutan cuplikan A dan B juga diukur absorbansinya dengan

spektrofotometer dan diperoleh absorbansi cuplikan A adalah 0,057 Å dan

absorbansi cuplikan B adalah 0,031 Å. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

rumus b=n Σ xy−Σ x Σ y

n ( Σ x2 )−( Σ x )2 ; a=Σ y−b Σ xn

; dan y=a+b x, diperoleh konsentrasi

cuplikan A dengan absorbansi 0,057 Å adalah 0,1077 N sedangkan konsentrasi

cuplikan B dengan absorbansi 0,031 Å adalah 0,0596 N. Berdasarkan grafik

standar, konsentrasi cuplikan A dengan absorbansi 0,057 Å adalah 0,114 N

sedangkan konsentrasi cuplikan B dengan absorbansi 0,031 Å adalah 0,063 N.

Terdapat selisih sebesar 0,0063 N pada cuplikan A antara hasil grafik

standar dan perhitungan sedangkan terdapat selisih sebesar 0,0034 N pada

cuplikan B antara hasil grafik dan perhitungan. Perbedaan nilai konsentrasi antara

Page 13: Spektofotometri

grafik standar dan perhitungan dapat disebabkan oleh kesalahan penyerapan oleh

pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko. Kesalahan kedua adalah

serapan oleh kuvet. Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau

kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet dari bahan kuarsa

memberikan kualitas yang lebih baik, namun memiliki harga yang jauh lebih

mahal. Serapan oleh kuvet ini dapat diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan

bahan kuvet yang sama untuk tempat blanko dan sampel. Kesalahan ketiga adalah

fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi yang sangat rendah atau

sangat tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pengaturan konsentrasi sesuai dengan

kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (Beran, 1996).

Page 14: Spektofotometri

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan spektrofotometri yang sudah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari data konsentrasi dan absorbansi larutan standar dapat dibuat grafik

standar yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi juga absorbansinya.

2. Berdasarkan perhitungan, diperoleh konsentrasi cuplikan A dengan

absorbansi 0,057 Å adalah 0,1077 N dan konsentrasi cuplikan B dengan

absorbansi 0,031 Å adalah 0,0596 N, Berdasarkan grafik standar,

diperoleh konsentrasi cuplikan A adalah 0,114 N dan konsentrasi cuplikan

B adalah 0,063 N.

3. Larutan standar CuSO4 0,1 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,049 Å,

larutan standar CuSO4 0,08 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,048 Å,

larutan standar CuSO4 0,06 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,03 Å,

larutan standar CuSO4 0,04 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,02 Å,

dan larutan standar CuSO4 0,02 N memiliki nilai absorbansi sebesar 0,009

Å.

1.

Page 15: Spektofotometri

DAFTAR PUSTAKA

Alexeyev, V. 1969.Quantitative Analysis. MIR Publishers, Moscow.Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel:

Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Beran, J.A. 1996. Chemistry in the Laboratory. John Willey & Sons, Prentice Hall.

Busser, H. 1960. Penuntun Analitis Jumlah. Balai Pendidikan Kimia, Bogor.

Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Faricha, N. 2008. Pembuatan Alat Ukur Kadar Besi dalam Air dengan Metode Absorbsi Spektrofotometri. Jurnal Neutrino. 1(1): 3-6.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Pudjaatmaka, A. H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, H. 1999. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tahir, H. 2009. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi pada Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer Uv-vis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Page 16: Spektofotometri

LAMPIRAN

Perhitungan pengenceran CuSO4

V1. N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 5 . 0,08

V1 = 0,40,1

= 4 mL

V1. N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 5 . 0,06

V1 = 0,30,1

= 3 mL

V1. N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 5 . 0,04

V1 = 0,20,1

= 2 mL

V1. N1 = V2 . N2

V1 . 0,1 = 5 . 0,02

V1 = 0,10,1

= 1 mL

Perhitungan konstanta b dan a

b=n Σ xy−Σ x Σ y

n ( Σ x2 )−( Σ x )2

b=(5 ) (0,01152 )−(0,3 )(0,156)

(5 ) (0,022 )−0,09

b=0,0576−0,04680,11−0,09

=0,01080,02

=0,54

a=Σ y−b Σ xn

a=0,156− (0,54 )(0,3)

5

Keterangan:V1 = volume CuSO4 yang diperlukanN1 = normalitas CuSO4 awalV2 = volume total larutanN2 = normalitas CuSO4 yang diinginkan

Keterangan:x = konsentrasi larutany = absorbansi larutan

Page 17: Spektofotometri

a=0,156−0,1625

=−0,0065

=−0,0012

Perhitungan konsentrasi cuplikan A

y=a+bx

0,057=−0,0012+0,54 x

0,0528=0,54 x

x=0,1077

Perhitungan konsentrasi cuplikan B

y=a+bx

0,031=−0,0012+0,54 x

0,0322=0,54 x

x=0,0596

Keterangan:x = konsentrasi larutany = absorbansi larutan