sop tanaman nilam

56
PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004). Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004) Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida (Dummond, 1960 ; Robin, 1982, Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (Ibnusantoso, 2000). Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur 1

Upload: anindita-geovani

Post on 16-Jan-2016

102 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Ilmu Bahan Alam farmasi Unsri

TRANSCRIPT

Page 1: SOP tanaman Nilam

PENDAHULUAN

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu

tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari

50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam

di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala

keluarga petani (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).

Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia

dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton

dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004) Sebagian

besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum,

kosmetik, antiseptik dan insektisida (Dummond, 1960 ; Robin, 1982,

Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan

aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat

selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam

bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada

produk substitusinya (Ibnusantoso, 2000).

Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera

Barat, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di

provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya.

Luas areal pertanaman nilam pada tahun 2002 sekitar 21.602 ha, namun

produktivitas minyaknya masih rendah rata-rata 97,53 kg/ha/tahun (Ditjen Bina

Produksi Perkebunan, 2004). Dari hasil pengujian di berbagai lokasi pertanaman

petani, kadar minyak berkisar antara 1 - 2% dari terna kering (Rusli et al., 1993).

Rendahnya produktivitas dan mutu minyak antara lain disebabkan

rendahnya mutu genetik tanaman, teknologi budidaya yang masih sederhana,

berkembangnya berbagai penyakit, serta teknik panen dan pasca panen yang

belum tepat.

Penyakit yang dapat menyebabkan kerugian besar pada pertanaman nilam

adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum

(Nasrun et al., 2004), penyakit budog yang diduga disebabkan oleh virus (Sitepu

dan Asman, 1991) dan penyakit yang disebabkan oleh nematoda (Djiwanti dan

1

Page 2: SOP tanaman Nilam

Momota, 1991 ; Mustika et al., 1991). Nematoda dapat merusak fungsi akar,

merubah proses fisiologi tanaman serta mengurangi efisiensi fotosintesa sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat, produktivitas dan mutu rendah (Evans, 1982 ;

Melakeberhan et al., 1990). Serangan nematode (Pratylenchus brachyurus) pada

tanaman nilam dapat mengurangi berat bagian atas tanaman (batang, daun,

ranting) sampai 72% (Mustika dan Rostiana, 1992 ; Nuryani et al., 1999).

Penyakit layu bakteri menyebabkan kerugian sebesar 60-95% pada

pertanaman nilam di Sumatera (Sitepu dan Asman, 1991). Dewasa ini penyakit

tersebut sudah ditemukan pula di pertanaman nilam di Jawa Barat, Jawa Tengah

dan daerah lainnya, namun persentase serangan tidak sebesar di Sumatera.

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena

kadar minyak (> 2%) dan kualitas minyaknya (PA > 30%) lebih tinggi dari pada

nilam Jawa (kadar minyak < 2%) (Nuryani dan Hadipoentyanti, 1994). Nilam

Aceh tidak berbunga, perbanyakannya dilakukan secara vegetatif (setek),

sehingga keragaman genetiknya rendah. Peningkatan keragaman genetik secara

alami diharapkan hanya dari mutasi alami yang frekuensinya biasanya rendah

(Simmonds, 1982). Keterbatasan sumber genetik merupakan salah satu factor

penentu dalam pemuliaan tanaman nilam. Untuk meningkatkan keragaman

genetik pada tahap awal dilakukan pengumpulan plasma nutfah nilam dari

berbagai daerah terutama dari sentra-sentra produksi.

Dari hasil eksplorasi telah terkumpul 28 nomor yang kadar minyaknya

bervariasi antara 1,60-3,59% (Nuryani et al., 1997). Hasil seleksi dari nomor-

nomor tersebut, diperoleh 4 nomor harapan yang produktivitas, kadar dan mutu

minyaknya relatif tinggi, yaitu nomor 0003, 0007, 0012 dan 0013. Keempat

nomor tersebut telah diuji multilokasi di Ciamis, Cimanggu dan Sukamulya. Dari

hasil uji multilokasi diperoleh 3 varietas unggul baik produksi terna maupun kadar

dan mutu minyaknya, ketiga varietas tersebut adalah : Tapak Tuan, Lhokseumawe

dan Sidikalang (Nuryani et al., 1994).

Penggunaan varietas nilam yang tepat, disertai teknik budidaya yang baik,

panen dan pengolahan bahan yang sesuai akan menghasilkan produksi minyak

tinggi.

2

Page 3: SOP tanaman Nilam

BAHAN TANAMAN

Nilam (Pogostemon sp.) termasuk famili Labiateae, ordo Lamiales, klas

Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam

yang dapat dibedakan antara lain dari karakter morfologi, kandungan dan kualitas

minyak dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam

tersebut adalah: 1) P.cablin Benth. Syn. P. patchouli Pellet var. Suavis Hook

disebut nilam Aceh, 2) P. heyneanus Benth. Disebut nilam jawa dan 3) P.

hortensis Becker disebut nilam sabun (Guenther, 1952). Diantara ketiga jenis

nilam tersebut, nilam Aceh dan nilam sabun tidak berbunga. Yang paling luas

penyebarannya dan banyak dibudidayakan yaitu nilam Aceh, karena kadar minyak

dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari kedua jenis yang lainnya.

Nilam Aceh merupakan tanaman introduksi, diperkirakan daerah asalnya

Filipina atau semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang

lalu. Setelah sekian lama berkembang di indonesia, tidak tertutup kemungkinan

terjadi perubahan-perubahan dari sifat-sifat asalnya. Dari hasil ekplorasi

ditemukan ber macam-macam tipe yang berbeda baik karakter morfologinya,

kandungan minyak, sifat fisika kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap

penyakit dan kekeringan. Nilam Aceh berkadar minyak tinggi (> 2,5%) sedangkan

nilam Jawa rendah (< 2%).

Disamping nilam Aceh, di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa

Timur petani mengusahakan juga nilam Jawa. Nilan Jawa berasal dari India,

disebut juga nilam kembang karena dapat berbunga. Ciri-ciri spesifik yang dapat

membedakan nilam Jawa dan nilam Aceh secara visual yaitu pada daunnya.

Permukaan daun nilam Aceh halus sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam

Aceh bergerigi tumpul, pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun nilam

Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran terhadap

nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh (Nuryani et al.,

1997), karena antara lain disebabkan kandungan fenol dan ligninnya lebih tinggi

dari pada nilam Aceh (Nuryani et al., 2001).

3

Page 4: SOP tanaman Nilam

1. Varietas Unggul Nilam

Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri, oleh sebab itu

produksi, kadar dan mutu minyak merupakan faktor penting yang dapat

dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu,

karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah

satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu

minyak nilam, antara lain, genetic (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca

panen.

2. Produksi Minyak

Rata-rata produksi minyak nilam Indonesia masih sangat rendah yaitu

97.53 kg/ha (th. 2002), rendahnya produksi minyak disebabkan rendahnya

produksi terna (4-5 ton/ha terna kering) dan kadar minyak (1-2%) yang rendah

pula. Balittro telah mengoleksi 28 nomor nilam, dari hasil seleksi terhadap

beberapa nomor nilam telah dilepas 3 varietas unggul yaitu Tapak Tuan,

Lhoksemawe dan Sidikalang. Penamaan ketiga varietas nilam tersebut

berdasarkan nama daerah asalnya. Ketiga varietas mempunyai keunggulan

masingmasing. Tapak Tuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol.

Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap

penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi terna kering, kadar minyak, produksi minyak dan kadar

patchouli alkohol 3 varietas nilam.

Varietas

Produksi

Terna

Kering

(ton/ha)

Kadar

Minyak

(%)

Produksi

Minyak

(Kg/ha)

Kadar

Patchouli

Alkohol (%)

Tapak Tuan 13.278 2,83 375,76 33,31

Lhokseumawe 11.087 3,21 355,89 32,63

Sidikalang 10.902 2,89 315,06 32,95

Disamping karakter kwantitatif, karakter kualitatif yang dapat membedakan ketiga

varietas tersebut adalah warna pangkal batang. Varietas Tapak Tuan, warna

4

Page 5: SOP tanaman Nilam

pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhoksemawe lebih ungu

dan varietas Sidikalang paling ungu (Gambar 1).

Gambar 1. Tiga varietas unggul nilam

3. Kadar dan Mutu Minyak

Diantara ketiga varietas unggul tersebut, kadar minyak tertinggi terdapat

pada varietas Lhokseumawe (3,21%), namun karena produksi ternanya lebih

rendah dari pada produksi terna Tapak Tuan, oleh karena itu produksi

minyaknyapun lebih rendah (355,89 kg/ha) (Tabel 1).

Mutu minyak ditentukan oleh sifat fisika-kimia minyaknya, faktor yang

paling menentukan mutu minyak nilam adalah kadar patchouli alkohol (PA). PA

merupakan komponen terbesar (50 - 60%) dari minyak (Walker, 1969) dan

memberikan bau (odour) yang khas pada minyak nilam, karena antara lain

mengandung norpatchoulene (Trifilief, 1980). Pada ketiga varietas nilam unggul,

kadar PAnya > 30%, merupakan syarat minimum untuk diekspor, kadar PA yang

tertinggi pada Tapak Tuan (33,31%) (Tabel 1). Hasil analisis mutu minyak ketiga

varietas, semuanya telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Standar

Nasional Indonesia (SNI).

Berikut adalah parameter mutu minyak nilam Nasional Indonesia :

a) Warna : Kuning muda sampai coklat tua

b) Bobot Jenis : 0,943 – 0,983

c) Indeks Bias : 1,504 – 1,514

d) Bilangan Asam : Maksimal 5,0

e) Bilangan Ester : Maksimal 10,0

f) Kelarutan dalam alcohol 90% : Tidak Ada

5

Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang

Page 6: SOP tanaman Nilam

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUDIDAYA NILAM

Standar Operasional

Prosedur

“Pengadaan Bahan

Tanaman”

SOP Bagian IDibuat Oleh

..........................

Halaman :

6/10

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

I. PENGADAAN BAHAN TANAMAN

A. Definisi

Pengadaan bahan tanaman adalah suatu kegiatan menyediakan bahan

tanaman bermutu unggul untuk keperluan budidaya.

B. Tujuan

Tujuan dari pengadaan bahan tanaman adalah mendapatkan bahan

tanaman nilam yang bermutu untuk menjamin kualitas sehingga

memberikan kepastian terhadap hasil budidaya tanaman.

C. Ruang Lingkup

1. Tanaman nilam dapat diperbanyak dengan cara vegetative melalui

setek batang dan setek cabang.

2. Setek yang dipilih untuk benih harus berasal dari varietas unggul atau

tanaman yang berproduksi tinggi, sehat serta bebas dari hama dan

penyakit.

3. Batang atau cabang yang diambil untuk setek adalah yang berdiameter

0,8 – 1,0 cm.

4. Setek yang ditanam berukuran 10 – 20 cm dan paling sedikit harus

mempunyai tiga atau empat mata tunas.

5. Benih nilam dapat juga berupa setek pucuk tetapi harus disemai

terlebih dahulu di polibag dan diberi sungkup untuk menjaga

kelembaban.

Standar Operasional SOP Bagian I Dibuat Oleh

6

Page 7: SOP tanaman Nilam

Prosedur

“Pengadaan Bahan

Tanaman”

..........................

Halaman :

7/10

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

6. Benih berupa setek baik setek batang maupun setek pucuk yang diambil dari

tanaman induk. Dianjurkan untuk menggunakan setek pucuk karena

pertumbuhannya lebih cepat daripada setek batang.

7. Setek cabang atau setek cabang dapat langsung ditanam di lapang,

namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak setek yang

tidak tumbuh sehingga harus banyak disulam dan pertumbuhan tidak

merata. Disamping itu, tanaman tumbuh lebih lambat dan gulma

tumbuh lebih cepat, sehingga biaya penyiangan lebih tinggi. Dengan

demikian, benih nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.

D. Alat

1. Polibag

2. Naungan

3. Cangkul

4. Gunting tanaman

E. Prosedur Kerja

a. Persiapan Rumah Atap, Media Semai dan Sungkup

1. Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber

air.

7

Setek BatangSetek Pucuk

Page 8: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengadaan Bahan

Tanaman”

SOP Bagian IDibuat Oleh

..........................

Halaman :

8/10

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

2. Buat rumah atap setinggi 2 m yang condong kearah Timur. Bentuk

dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah

dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 (v/v).

3. Polibag (yang berlubang) dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan

media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah

rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan emprat.

4. Untuk mempertahankan kelembaban agar setek tidak layu setelah

ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup

dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan

panjang sesuai kebutuhan.

b. Pembenihan Melalui Setek

1. Setek yang digunakan untuk perbanyakan adalah setek yang cukup

besar, kekar dan lurus mempunyai diameter 0,5–0,8 cm, sehat

tanpa ada gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan OPT.

2. Berasal dari bagian pangkal, tengah dan pucuk batang utama atau

cabang, memiliki 4-5 buku, diameter 0,5–1,0 cm, panjang 20–25

cm.

3. Bila menggunakan setek pucuk/cabang, buang daun tua untuk

mengurangi penguapan, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.

4. Setek nilam segera disemai (<3 hari setelah dipotong), penanaman

langsung di lapangan tidak direkomendasikan karena resiko

kematian cukup tinggi.

5. Sebelum ditanam setek terlebih dahulu direndam dalam air yang

dicampur dengan fungisida benomil 0,2% (5–10 menit) untuk

mencegah serangan cendawan penyebab penyakit budok.

8

Page 9: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengadaan Bahan

Tanaman”

SOP Bagian IDibuat Oleh

..........................

Halaman :

9/10

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

6. Pembenihan hendaknya dilakukan di sekitar lokasi penanaman dan

dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman.

c. Pembibitan di Bedengan

1. Pilih tanah untuk persemaian yang gembur dan datar, dekat dengan

sumber air, dan besih dari tanaman

2. Untuk memudahkan perkembangan akar, setelah diolah cukup

gembur tanah dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan

perbandingan 2 : 1 : 2 bagian tanah, 1 bagian pasir, 1 bagian pupuk

kandang.

3. Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30

cm dan panjangnya tergantung kebutuhan dan kondisi lahan. Jarak

tanam di pembenihan adalah 10 cm x 10 cm. Diantara

bedenganbedengan tersebut dibuat parit pembuangan air selebar 30

– 40 cm. Parit-parit tersebut sangat berguna untuk pembuangan air

yang berlebihan.

d. Pembibitan di polibag

1. Setek yang paling baik adalah setek pucuk yang mempunyai 4 – 5

buku.

2. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang sisakan 1 – 2

pasang daun muda/pucuk.

3. Penyemaian dilakukan dengan membenamkan 1 buku kedalam

media semai (tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1)

pada polibag (14 x 10 cm) yang berlubang.

9

Page 10: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengadaan Bahan

Tanaman”

SOP Bagian 1Dibuat Oleh

..........................

Halaman :

10/10

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

4. Untuk mempertahankan kelembaban, benih disungkup dengan

sungkup plastik, kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan

ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan.

5. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur ± 2 minggu.

6. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama dan

penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu.

7. Digunakan daun kelapa atau alang-alang yang diletakkan pada

para-para untuk naungan.

8. Naungan dibuat menghadap ke timur dengan tinggi 180 cm (bagian

timur) dan 150 cm di bagian barat.

9. Setelah berumur 5 – 6 minggu tanaman sudah mempunyai cukup

akar, tunasnya sudah tumbuh dan berdaun.

10. Selanjutnya benih ini dapat dipindahkan ke kebun yang telah

dipersiapkan sebelumnya

Standar Operasional SOP Bagian II Dibuat Oleh

10

Page 11: SOP tanaman Nilam

Prosedur

“Persiapan Lahan”

..........................

Halaman :

11/13

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

II. PERSIAPAN LAHAN

A. Definisi

Persiapan lahan adalah suatu kegiatan persiapan lokasi usaha tani yang

sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan tanaman budidaya guna

menghasilkan produksi bermutu yang optimal.

B. Tujuan

Tujuan dari persiapan lahan adalah mendapatkan lahan usaha tani yang

cocok untuk budidaya tanaman nilam.

C. Ruang Lingkup

1. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara intensif agar diperoleh

keadaan tanah yag gembur dan bebas dari gulma.

2. Lokasi penanaman hendaknya mempunyai aksesibilitas yang baik

sehingga lokasi mudah dijangkau.

3. Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada

dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 1.200 m diatas permukaan

laut.

4. Nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada

ketinggian tempat antara 50 - 400 m dpl .

5. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar patchouli

alcohol lebih rendah, sebaiknya pada dataran tinggi kadar minyak

rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi.

6. Tanaman menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta

membutuhkan curah hujan merata sepanjang tahun berkisar antara

2000- 2500 mm/th, suhu optimum unuk tanaman ini adalah 24 - 28

%C dengan kelembaban lebih dari 75%.

11

Page 12: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Persiapan Lahan”

SOP Bagian IIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

12/13

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

7. Tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75-

100 %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat

tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada

tempat terbuka.

8. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun

lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah.

9. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan

tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil

dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar

minyaknya lebih tinggi, sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi

sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan.

10. Jenis tanah yang paling sesuai adalah yang mempunyai tekstur remah,

seperti Andosol atau Latosol.

D. Alat

1. Traktor

2. Alat bajak tradisional

3. Cangkul

4. Meteran

E. Prosedur Kerja

1. Tanah dibersihkan dari segala jenis rumput-rumputan, kayu, dan

semak belukar.

2. Tanah dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata. Hal ini

bertujuan agar kadar oksigen meningkat dan tanah menjadi mudah

ditanami

3. Dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm (p x l x t).

12

Page 13: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Persiapan Lahan”

SOP Bagian IIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

13/13

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

4. Ke dalam lubang dimasukkan pupuk kandang yang telah matang

dengan dosis 1-1,5 kg/lubang tanaman, diberikan 1-2 minggu sebelum

tanam.

5. Tanaman nilam rentan terhadap penggenangan air oleh karena itu

apabila tanah banyak mengandung air, maka harus dibuat parit-parit

dengan lebar 30 - 40 cm dan dalamnya 50 cm. sebagai tempat

pembuangan air sehingga air yang berlebihan dapat dikurangi, serta

untuk menghindari serangan hama dan penyakit.

6. Pengolahan tanah pada lahan miring harus dilakukan dengan

mengikuti garis kontur, atau melintang lereng. Pengolahan dengan cara

demikian mempunyai kelebihan karena akan terbentuk tangga untuk

menghambat aliran air permukaan dan menghindari terjadinya erosi.

13

Page 14: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Penanaman”

SOP Bagian IIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

14/17

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

III. PENANAMAN

A. Definisi

Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang

tanam yang telah disiapkan sesuai dengan kondisi penanaman yang sesuai.

B. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya penanaman adalah agar benih tanaman yang

dibudidaya dapat tumbuh dengan baik dan seragam sehingga

menghasilkan hasil panen yang bermutu.

C. Ruang Lingkup

1. Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab selama masa

pertumbuhannya agar dapat berproduksi secara optimal. Oleh karena

itu penanaman sangat dianjurkan pada awal musim penghujan.

2. Ada dua cara penanaman, yaitu penanaman secara tidak langsung, dan

penanaman secara langsung.

3. Penanaman yang dilakukan menggunakan jarak tanam antar barisan 60

– 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 – 60 cm.

4. Pada lahan dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus), jarak tanam

sebaiknya 100 x 100 cm, karena pada umur 5 – 6 bulan kanopi sudah

bertemu.

5. Kebutuhan benih diperkirakan sebesar 20.000 setek benih untuk 1

hektar lahan.

6. Jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada

lahan datar dan terbuka sebaiknya jarak tanam yang digunakan lebih

lebar karena kanopi/tajuk tanaman nilam cukup luas.

14

Page 15: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Penanaman”

SOP Bagian IIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

15/17

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

7. Penanaman yang diperjarang dimaksudkan untuk mengurangi

persaingan kebutuhan sinar matahari.

8. Pada lahan miring, jarak antar barisan dapat dipersempit.

9. Arah barisan sebaiknya mengikuti garis kontur.

10. Penanaman nilam dapat dilakukan baik secara monokultur maupun

polikultur, baik secara tumpangsari, tumpanggilir,maupun budidaya

lorong dengan tanaman perkebunan, buah-buahan, sayuran atau

tanaman lainnya.

11. Dalam pola tanam perlu diperhatikan intensitas cahaya matahari yang

tinggi dan terus menerus. Pemberian naungan ringan (± 25 %) dapat

meningkatkan hasil, sebaliknya tingkat naungan yang tinggi akan

menghasilkan tanaman yang kurang vigor dan kandungan minyak yang

rendah. Pola tanam nilam ada dua, yaitu :

a) Monokulur

Penanaman pola monokultur memerlukan sistem budidaya

intensif, mulai dari kesesuaian lahan , penggunaan varietas,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta cara dan waktu

panen. Pola demikian seringkali diterapkan oleh perusahaan swasta

dengan luasan yang cukup besar.

b) Polikultur

Pola polikultur umumnya diterapkan pada pertanaman

rakyat dengan luasan yang sangat sempit, seperti pola tumpangsari

dengan tanaman perkebunan atau tanaman semusim, pola

tumpanggilir, atau budidaya lorong. Pola polikultur ini diterapkan

untuk menghindari kegagalan panen.

15

Page 16: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Penanaman”

SOP Bagian IIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

16/17

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Keuntungan lain dari pola ini adalah pemanfaatan lahan

lebih efisien, aneka ragam tanaman, kesuburan tanah dapat

dipertahankan, dan serangan hama lebih mudah dikendalikan.

Penanaman pola ini umumnya dikombinasikan/dicampur dengan

tanaman palawija dan holtikultura.

D. Alat

1. Cangkul

2. Sekop

3. Sarung tangan

E. Prosedur Kerja

1. Penanaman dianjurkan dilakukan pada musim penghujan.

2. Lakukan penanaman sesuai jarak yang telah ditentukan (lihat ruang

lingkup).

3. Benih nilam diletakkan secara hati-hati ke dalam tiap-tiap lubang

tanam yang telah disiapkan dengan tunas tanaman menghadap ke atas.

4. Cara penanaman ada dua macam, yaitu :

a. Penanaman Secara Tidak Langsung

1. Benih diambil dari tempat persemaian yang telah berakar dan

mempunyai 2 - 4 daun.

2. Setiap lubang tanam diisi satu benih.

3. Bila akarnya terlalu panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam

penanaman akar yang terlalu panjang akan berlipat-lipat.

Lipatan akar dalam tanah seringkali menyebabkan terjadinya

serangan penyakit busuk akar.

16

Page 17: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Penanaman”

SOP Bagian IIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

17/17

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

b. Penanaman Secara Langsung

1. Benih berasal dari setek yang telah berkembang

2. Setiap lubang tanam ditanami 2 - 3 setek untuk menjaga

kemungkinan ada setek yang mati.

3. Kebutuhan setek yang banyak tersebut menjadi kelemahan dari

jenis penanaman ini sehingga cara ini tidak disarankan untuk

diterapkan di perkebunan.

17

Page 18: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemeliharaan”

SOP Bagian IVDibuat Oleh

..........................

Halaman :

18/20

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

IV. PEMELIHARAAN

A. Definisi

Pemeliharaan adalah suatu proses yang mencakup kegiatan penyulaman,

penyiangan, penyiraman, pengairaan, pembumbunan, pemberian mulsa,

dan pemangkasan.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya pemeliharaan adalah agar tanaman yang dibudidaya

dapat tumbuh dengan baik sehinggga menghasilkan panen yang bermutu.

C. Ruang Lingkup

1. Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saaat tanaman mencapai

ketinggian 20 – 30 cm dan telah mempunyai cabang bertingkat dengan

radius 20 cm, areal pertanaman perlu disiangi.

2. Penyiangan ini berfungsi untuk membersihkan gulma pengganggu,

sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan sinar

matahari. Penyiangan juga berfungsi untuk menghilanngkan gulma

sebagai sarang hama.

3. Penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis dan

secara kimia.

4. Penyiraman dilakukan supaya tanaman yang dibudidaya mendapatkan

air agar tanaman tidak mati atau layu

5. Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang

pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman/benih yang baik.

Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih 2 - 4 minggu setelah tanam,

karena pada saat itu telah diketahui benih yang mati atau

pertumbuhannya kurang baik.

18

Page 19: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemeliharaan”

SOP Bagian IVDibuat Oleh

..........................

Halaman :

19/20

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

6. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah,

memperbaiki kesuburn tanah, dan untuk menekan pertumbuhan gulma

terutama pada awal pertumbuhan.

7. Beberapa jenis yang dapat dipergunakan sebagai mulsa antara lain

adalah alang-alang, jerami, glirisidia, dan tanaman legum lainnya.

8. Pembumbunan dilakukan agar diperoleh rumpun tanaman yang

mempunyai banyak anakan.

D. Alat

1. Alat penyiram tanaman

2. Cangkul

3. Parang

4. Alat semprot herbisida

E. Prosedur Kerja

Penyiraman

1. Dilakukan pengecekan kadar air, apabila tanaman kering dilakukan

penyiraman secukupnya.

2. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat penyiram

tanaman pada pagi atau sore hari.

3. Tanaman disiram dari ujung ke ujung agar semua tanaman

mendapatkan air secara merata.

Penyulaman

1. Dilakukan pengecekan terhadap tanaman yang mati atau pun layu.

2. Tanaman yang mati diganti dengan benih tanaman baru yang

memiliki umur sama

19

Page 20: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemeliharaan”

SOP Bagian IVDibuat Oleh

..........................

Halaman :

20/20

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara rutin, dengan selang waktu 2 - 3 bulan

tergantung pertumbuhan gulma dan dilakukan dengan cara :

a. Secara mekanis

1. Dilakukan pengecekan apakah terdapat gulma.

2. Gulma dibersihkan dengan menggunakan alat seperti cangkul,

parang, dan sebagainya.

3. Biasanya dilakukan pada saat musim penghujan.

b. Secara kimia

1. Dilakukan pengecekan apakah terdapat gulma.

2. Gulma dibersihkan dengan menyemprotkan herbisida sesuai

dengan dosis yang dianjurkan.

3. Penggunaan bahan herbisida ini harus dilakukan dengan hati-

hati agar tidak mengganggu pertumbuhan nilam.

4. Biasanya dilakukan pada saat musim kemarau dan saat

matahari sudah cukup tinggi, yakni antara pukul 9.00 – 10.00.

Pemberian mulsa

1. Disekitar tanaman nilam diberikan alang-alang, jerami, glirisidia,

atau tanaman legum

2. Pemberian mulsa sebaiknya diberikan setelah tanam dan setelah

panen.

Pembubunan

1. Cabang-cabang tanaman yang ditinggalkan ditimbun dengan tanah

dari sekitar tanaman setinggi 10 - 15 cm,

2. Pembumbunan umumnya dilakukan setelah panen pertama.

20

Page 21: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemupukan”

SOP Bagian IVDibuat Oleh

..........................

Halaman :

21/22

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

V. PEMUPUKAN

A. Definisi

Pemupukan adalah proses pemberian unsur hara tambahan berupa pupuk

organik dan pupuk anorganik ke tanaman yang sedang dibudidayakan.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya pemupukan adalah agar tanah yang ditanamani tetap

subur sehingga dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan

tanaman yang sedang dibudidayakan.

C. Ruang Lingkup

Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang

diambil adalah bagian daunnya, maka pemupukan dilakukan dengan

tujuan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dicapai secara maksimal.

Untuk itu jenis pupuk yang dianjurkan tidak saja pupuk buatan, yaitu

Urea, SP-36 dan KCl, tetapi diperlukan juga pupuk kandang, kompos atau

pupuk hijau. Pupuk kandang dan kompos yang digunakan sebaiknya sudah

matang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

Dosis pupuk anjuran untuk nilam adalah 10 ton pupuk kandang,

250 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Pupuk SP-36 dan KCl

diberikan pada saat tanam. Pemupukan berikutnya diberikan setiap kali

setelah panen dengan dosis 150 kg Urea, 75 kg SP-36 dan 75 kg KCl.

D. Alat

1. Sekop

2. Ember

3. Timbangan

21

Page 22: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemupukan”

SOP Bagian IVDibuat Oleh

..........................

Halaman :

22/22

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

E. Prosedur Kerja

1. Pupuk ditebarkan pada tanah disekitar pangkal batang tanaman.

2. Digunakan pupuk organik untuk varisi jenis pemupukan karena

memiliki mutu yang baik

3. Dengan cara yang sama, berikan pupuk anorganik sesuai dosis

penggunaan.

4. Pupuk kandang atau kompos diberikan seminggu sebelum tanam agar

pupuk tersebut dapat bercampur dalam tanah dengan baik.

5. Pupuk urea diberikan 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 1 bulan

setelah tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 bulan.

22

Page 23: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Penyakit”

SOP Bagian VIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

23/27

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

VI. PENGENDALIAN PENYAKIT

A. Definisi

Pengendalian penyakit adalah suatu proses dimana penyakit yang

merugikan pada tanaman dicegah dan dihilangkan dengan cara

memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dipadukan dalam

satu kesatuan.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya pengendalian penyakit adalah mendapatkan tanaman

budidaya yang bermutu serta bebas dari OPT (organisme pengganggu

tanaman).

C. Ruang Lingkup

a. Penyakit Layu Bakteri

Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia

solanacearum (Nasrun et al., 2003), merupakan salah satu penyakit

yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Gejala

serangan yang ditimbulkan berupa kelayunan pada tanaman muda

maupun tua, dan dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman

(Sitepu dan Asman, 1998). Penyakit ini menyebabkan kerugian sebesar

60 - 95% pada pertanaman nilam di Sumatera (Asman et al., 1998).

Selain di Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,

Sumatera Utara, Bengkulu), ditemukan juga pada pertanaman nilam di

Jawa Barat, Jawa Tengah. Untuk menanggulangi penyakit tersebut

telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi namun

belum memberikan yang memuaskan.

23

Page 24: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Penyakit”

SOP Bagian VIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

24/27

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Dari hasil pengamatan baik rumah kaca (pembenihan) maupun

di lapangan. Diantara ketiga varietas yang telah dilepas, varietas

Sidikalang lebih toleran dibandingkan varietas lainnya.

Tabel Persentase tanaman mati pada masing-masing varietas

Varietas Persentase Tanaman Mati (%)

Sidikalang 6,0 a

Tapak Tuan 19,2 b

Lhokseumawe 39,0 c

(Nuryani et al., 2005)

Ketahanan nilam terhadap penyakit layu bakteri

kemungkinan disebabkan adanya kandungan kimia yang dihasilkan

oleh tanaman tersebut seperti fenol dan lignin . sebagai contoh pada

tanaman tomat terdapat enzym-enzym pectic, cellulolytie (Prior et al.,

1994), pada tanaman tembakau ditemui kandungan polyphenoloxidase

dan phytoalexin (Akiew dan Trevorrow, 1994).

Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari

tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami nilam,

atau dari benih yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah

tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu

diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada dilahan yang akan

ditanami dan yang lebih penting yaitu hindari pengambilan setek dari

tanaman yang telah tertular penyakit.

Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena

berkurangnya produksi yang disebabkan oleh serangan penyakit layu

bakteri adalah menanam varietas yang tahan.

24

Page 25: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Penyakit”

SOP Bagian VIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

24/27

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Berhubung sampai sekarang belum diperoleh varietas nilam

yang tahan, penanggulangannya dapat dilakukan dengan memadukan

komponen varietas, agen hayati dan budidaya (Supriadi et al., 2000).

Agen hayati antara lain : Pseudomonas flurescens, dapat menekan

perkembangan penyakit pada tanaman nilam hingga 68,75% (Nasrun,

1996), P. cepasia dan Bacillus sp., dapat menekan perkembangan

penyakit dan meningkatkan produksi jahe besar (Mulya, 2000).

Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang akan

ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu

tanaman layu, jadi setek jangan diambil dari tanaman yang telah layu.

b. Penyakit yang Disebabkan oleh Nematoda

Nematoda menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar

menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata

menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun (Wallace, 1987).

Beberapa jenis nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain

Pratylenchus brachyurus, Meloidogyne incognita, Radhopolus similis

(Djiwanti dan Momota, 1991 ; Mustika et al., 1991).

Salah satu mekanisme ketahanan nilam terhadap nematode

adalah adanya kandungan fenol dan lignin (Fogain dan Gowen, 1996 ;

Valette et al., 1998). Senyawa fenol dan lignin merupakan proteksi

alami dari tanaman terhadap factor biotic (Nelson, 1981). Salah satu

varietas nilam Aceh yang lebih toleran terhadap nematoda

dibandingkan varietas lainnya adalah varietas Sidikalang, kandungan

fenolnya (81.45 ppm) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (76.45 ppm)

(Nuryani et al., 2001). Nilam Jawa termasuk nilam yang tahan

terhadap nematoda.

25

Page 26: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Penyakit”

SOP Bagian VIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

26/27

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas

yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria penetrans,

Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji

nimba, bungkil jarak), nematisida dan budidaya (pupuk organik dll)

(Mustika dan Nazarudin, 1998). Kombinasi nematisida (Furadan)

bahan organik dan dolomit dapat menekan populasi nematoda

sehingga meningkatkan produksi (terna), (Mustika et al., 1995).

Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu

dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Pengendalian

nematoda dengan menggunakan nematisida Furadan 3G (39Hm) bahan

organic dan dolonit. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada

warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan.

Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada

dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang

bagi nematoda antara lain : pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.

c. Penyakit Budog

Penyakit budog diperkirakan disebabkan oleh virus (Sitepu dan

Asman, 1992). Penyakit ini ditemukan dipertanaman nilam di Aceh

dan Sumatera Barat, sejauh ini belum ditemukan di Jawa dan daerah

lainnya. Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak,

menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah

berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan

unsur hara. Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif

untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada varietas nilam

yang tahan terhadap penyakit ini.

26

Page 27: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Penyakit”

SOP Bagian VIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

27/27

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu

tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan

insektisida untuk mematikan serangga/ vektor, pergiliran tanaman,

sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat.

Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh diambil seteknya

untuk perbanyakan.

D. Alat

1. Cangkul

2. Sabit

3. Alat semprot

E. Prosedur Kerja

1. Bibit yang dipilih berasal dari bibit bebas penyakit

2. Apabila tanaman terkena penyakit, bila belum parah kendalikan

dengan dilakukan penyemprotan

3. Apabila tanaman mati karena terserang penyakit, segera buang

tanaman.

27

Page 28: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Hama”

SOP Bagian VIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

28/29

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

VII. PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN NILAM

A. Definisi

Pengendalian hama adalah tindakan pengendalian yang dilakukan dengan

tujuan mencegah dan mengendalikan hama agar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman yang sedang dibudidayakan

B. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya pengendalian hama pada tanaman nilam adalah

untuk mendapatkan tanaman nilam yang bebas dari hama sehingga dapat

dihasilkan panen yang maksimal.

C. Ruang Lingkup

1. Hama-hama penting yang banyak menyerang tanaman ini adalah ulat

penggulung daun, belalalng dan tungau merah, sedang penyakit

pentingnya adalah penyakit layu bakteri, budok, dan penyakit akibat

gangguan nematoda parasit.

2. Serangan hama dan penyakit selain mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman, ternyata juga mampu mengakibatkan kematian

tanaman. Oleh karena itu, pengendalian serangan hama dan penyakit

dalam budidaya tanaman nilam merupakan salah satu faktor penting

yang perlu dilaksanakan dengan baik.

3. Pengendalian dengan insektisida dan pestisida dapat juga dilakukan

antara lain menggunakan ekstark mimba dan bioinsektisida seperti

beveria bessiana, metarrhizinia anisophia dengan dosis sesuai anjuran

kemasan.

28

Page 29: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pengendalian Hama”

SOP Bagian VIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

29/29

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

4. Penggunaan fungisida Dishare M-45 atau coboy dosis 0,3% dapat

dilakukan untuk mengendalikan penyakit bercak daun dan pangkal

batang daun, bususk akar.

D. Alat

1. Cangkul

2. Sabit

3. Alat semprot

E. Prosedur kerja

1. Menjaga kebersihan kebun dari gulma.

2. Apabila tanaman telah terserang hama, lakukan pengikisan serta

memangkas tanaman yang terserang hama kemudian dikumpulkan lalu

dibakar.

3. Dilakukan pengendalian hama dengan insektisida, fungisida, dan

pestisida

Standar Operasional SOP Bagian VII Dibuat Oleh

29

Page 30: SOP tanaman Nilam

Prosedur

“Pemanenan”

..........................

Halaman :

30/31

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

VIII. PEMANENAN

A. Definisi

Pemanenan adalah kegiatan di bidang pertanian, yakni kegiatan akhir dari

masa produksi atau masa pemeliharaan komoditas, ditandai dengan

kegiatan memungut hasil.

B. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya pemanenan adalah mengumpulkan hasil

budidaya untuk dilanjutkan ke proses pengolahan selanjutnya.

C. Ruang Lingkup

Panen pada umumnya dilakukan dengan memangkas/ memotong

daun dengan sedikit cabang sekunder diambi pada umur 6 bulan setelah

tanam. Kemudian berturut-turut setiap 3 - 4 bulan.

Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan

sebelum daun berubah warnanya menjadi coklat, dilakukan pada waktu

pagi atau sore hari agar kandungan minyak dalam daun tetap tinggi. panen

selanjutnya 3 – 4 bulan setelah panen pertama.

D. Alat

1. Sabit

2. Parang

3. Cangkul

4. Alat potong/gunting tanaman

30

Page 31: SOP tanaman Nilam

Standar Operasional

Prosedur

“Pemanenan”

SOP Bagian VIIDibuat Oleh

..........................

Halaman :

31/31

Direvisi Oleh

…………..

Disetujui Oleh

…………

E. Prosedur Kerja

1. Memotong tiga pasang daun teratas beserta batangnya.

2. Setiap kali panen ditinggalkan satu cabang tanaman untuk merangsang

pertumbuhan berikutnya.

31

Page 32: SOP tanaman Nilam

ANALISIS USAHATANI NILAM

Keragaman usahatani nilam merupakan gambaran yang diperoleh petani

atau pengusaha didalam menggunakan faktor–faktor produksi (lahan, tenaga

kerja, modal) dalam mengelola komoditas nilam. Analisis usahatani nilam

dianggap penting karena memberikan informasi dan gambaran yang bermanfaat

mengenai pendapatan dari usahatani nilam. Pendapatan usahatani dapat

digambarkan sebagai balas jasa dari penggunaan faktor–faktor produksi lahan,

tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Besarnya pendapatan dari usahatani

nilam tergantung dari besarnya penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan

merupakan perkalian dari produksi dikalikan harga, sedang pengeluaran

merupakan sejumlah nilai yang dibebankan kepada pengelolaan faktor–factor

produksi tersebut yang terdiri atas biaya upah, sarana produksi (bahan) dan

pengeluaran lain–lain.

Dari pendapatan yang diperoleh, biasanya diikuti dengan pengukuran

tingkat kelayakan atau efisiensinya. Efisiensi pendapatan usahatani nilam dapat

dihitung melalui penerimaan (benefit) dibanding dengan biaya (cost) yang

dikeluarkan (B/C rasio). Besarnya nilai B/C rasio menunjukkan besarnya

penerimaan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran sebesar satu satuan biaya.

Apabila B/C > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari satuan biaya

yang dikeluarkan. Jika B/C, 1 biaya yang dikeluarkan lebih besar dari

penerimaannya dan disebut merugi.

Tabel 5. Analisis Ushatani Nilam

No. Uraian Satuan VolumeBiaya

Satuan

Total Biaya

(Rp)

I Tenaga Kerja

1. Tebe Semak Belukar HOK 28 20.000 560.000

2. Penebangan Pohon HOK 30 20.000 600.000

3. Pembersihan Tunggal HOK 20 20.000 400.000

4. Persiapan Lahan HOK 150 20.000 3.000.000

5. Penanaman HOK 25 20.000 500.000

6. Penyulaman HOK 8 20.000 160.000

32

Page 33: SOP tanaman Nilam

7. Pemupukan HOK 30 20.000 600.000

8. Pembuatan Saluran Air HOK 60 20.000 1.200.000

9. Penyiangan HOK 140 20.000 2.800.000

IX. Pengendalian H/P HOK 30 20.000 600.000

11. Panen HOK 70 20.000 1.400.000

12. Prosesing/Penyulingan HOK 56 20.000 1.120.000

JUMLAH HOK 12.940.000

Tabel 5. Lanjutan

No. Uraian Satuan VolumeBiaya

Satuan

Total Biaya

(Rp)

II Bahan-Bahan

1. Bibit Polibag 22.000 300 6.600.000

2. Pupuk : - Kandang Kg 10.000 250 2.500.000

- Urea Kg 250 1.200 300.000

- SP 36 Kg 100 1.200 120.000

- KCl Polibag 100 1.600 160.000

3. Obat-obatan Paket - 500.000 500.000

4. Karung Bh 100 5.000 500.000

5. Tali Rafia Gulung 10 25.000 250.000

6.Bahan Pembantu

LainPaket 1 500.000 500.000

JUMLAH 11.430.000

III. Alat-Alat

Cangkul Buah 5 50.000 250.000

Sabit/Golok Buah 5 50.000 250.000

Sprayer Buah 2 300.000 600.000

JUMLAH 1.100.000

TOTAL Biaya (I+II+III) 25.470.000

V. Produksi minyak : 357,93 kg

VI. Harga minyak nilam per kg : Rp. 150.000,-

VII. Penerimaan (V x VII) : Rp. 53.689.500,-

33

Page 34: SOP tanaman Nilam

VIII. Pendapatan usahatani (VII – IV) : Rp. 28.219.500,-/hektar

IX. B/C rasio ((VII : IV) : 2,1

X. Kesimpulan :

a. Layak diusahakan karena memenuhi indikator kelayakan (B/C >1)

b. Menguntungkan dengan pendapatan bersih sebesar Rp.219.500/hektar

Dalam analisis usahatani nilam jika petani atau pengusaha menggunakan

standar prosedur operasional dengan baik dan benar akan diperoleh pendapatan

usahatni sebesar Rp. 28.219.500,- per hektar per musim dan B/C rasio sebesar 2,1.

34

Page 35: SOP tanaman Nilam

DAFTAR PUSTAKA

Akiew, A. and P.R. Trevorrow, 1994. Management Of Tobacco. Bacterial Wilt.

The Disease And Its Causal Agents. Pseudomonas Solanacearum.

CAB. International p.179-197.

Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia.

2001-2003. 23 Hal. Djiwanti, S.R. And Momota, 1991. Parasitic

Nematodes Associated With Patchouli Disease In West Java. Indust.

Crops. Res. J. 3 (2) : 31-34.

Dummond, H.M., 1960. Patchouli Oil. Journal Water Use, Calsium Uptake And

Tolerance Of Cyst. Nematode Attack In Potatoes of Perfumery and

Essential Oil Record.484-492

Forgain, R. and S.R. Gowen, 1996. Investigations On Possible Mechanisms Of

Resistance To Nematodes In Musa. Euphytica 92 : 375-381.

Guenther, E., 1952. The Essential Oils. D. Van Nostrand Co. Inc. New York. 2nd

Ed. III 552-574p.

Hernani dan Risfaheri, 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan Sebelum Penyulingan

Terhadap Rendemen Dan Karakteristik Minyak Nilam. Pembe. Littri.

15 (2) : 84-87.

Ibnusantosa, G., 2000. Kemandegan Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia.

Makalah Disampaikan Pada Seminar “Pengusahaan Minyak Atsiri

Hutan Indonesia. Fak. Kehutanan IPB Darmaga Bogor, 23 Mei 2000.

Malakeberhan, H.T., H.J. Newbury & B.V. Ford-Lloyd, 1996. The Detection Of

Somaclonal Variants Of Beet Using RAPD. Plant. Cell Rep. 15, 474-

478.

Mardiningsih, T.L., Triantoro, S.L., Tobing dan S. Rusli, 1995. Patchouli Oil

Product As Insect Repellent. Indust. Crops. Res. Journal 1 (3) : 152-

158.

Mulya, K., Supriadi, Ester, M.Adhi dan Nuri Karyani, 2000. Potensi Bakteri

Antagonis Dalam Menekan Perkembangan Penyakit Layu Bakteri Jahe.

Jurnal Penelitian Tanaman Industri 6 (2) : 37-43.

35

Page 36: SOP tanaman Nilam

Mustika I., Y. Nuryani dan O. Rostiana, 1991. Nematoda Parasit Pada Beberapa

Kultivar Nilam Di Jawa Barat. Bull. Littro. VI (1) : 9-14.

Nasrun, 1996. Penggunaan Pseudomonas Fluorescens Dalam Pengendalian

Penyakit Layu Tanaman Jahe. Proc. Seminar on integrated control on

main disease of industrial crop. Bogor 12-14 Maret 1996. hal 160-165.

Nasrun, Y. Nuryani, Hobir dan Repianyo, 2004. Seleksi Ketahanan Nilam

Terhadap Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum). Secara In

Planta. Journal Stigma XII (4) : 421-473.

Nelson, P.E., 1981. Life Cycle And Epidemiology Of Fusarium Oxysporum In

M.E. Moel. A.A. Ball And C.H. Beckman. Fungol With Disease Of

Plants. Academic. Press. New.York.640 p.

Nurdjannah, N. dan Makmun, 1994. Pengeringan Bahan Dan Penyimpanan Daun

Nilam Kering. Pembr. Litantri XX (1-2) : 11-15.

Nuryani, Y., dan E. Hadipoentyanti, 1994. Koleksi, Konservasi, Karakterisasi

Dan Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Atsiri. Review Hasil Dan

Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Deptan Hal, 209-219.

Prior, P.V. Grimault and J. Schmit, 1994. Resistance To Bacterial Wilt

(Pseudomonas Solanacearum) In Tomato. Present Status And Prospect.

Bacterial Wilt. The Disease And its causative agent Pseudomonas

solanacearum. CAB International p.115-119.

Robin, S.R.J., 1982. Selected Market For The Essential Oils Of Patchouli And

Vetiver. Tropical Product Institute Ministry Of Overseas Development.

Great Britain G. 167: 7-20.

Singh, R.K. and R.D. Chaudhary, 1979. Biometrical Methods In Quantitative

Genetic Analysis, Kalyani Publishers. New Delhi. 299 p.

Simmonds, N.W., 1982. Principles Of Crops. Improvement. Logman. London-

New York.

Sitepu, D. dan A. Asman, 1991. Penelitian Penyakit Nilam Di Aceh. Laporan

Kerjasama PT. Pupuk Iskandar Muda Dan Balai Penelitian Tanaman

Rempah Dan Obat, Bogor. 11 hal.

36

Page 37: SOP tanaman Nilam

Soetopo, D.,L.M. Trisawa dan Wiratno, 1998. Hama Penting Dan Strategi

Pegendaliannya. Monograf Nilam. Balittro 5 : 75-83.

Supriadi, Karden Mulya dan Djiman Sitepu, 2000. Strategy For Controlling Wilt

Diseases Of Ginger Caused By Pseudomonas Solanacearum. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19 (3) : 106-111.

Tasma, I.M., dan P. Wahid, 1988. Pengaruh Mulsa Dan Pemupukan Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Nilam. Pembr. Littri. XV (1-2) : 34-40.

Trifilief, E., 1980. Isolation Of The Postulated Precurser Of Nor Patchoulenol In

Patchouli Leaves. Phytochemistry 19. 2464.

Trisawa, I. M., dan Siswanto, 1994. Pengaruh Ekstrak Biji Nimbi Terhadap Ulat

Penggulung Daun Dan Tungau Merah Pada Tanaman Nilam. Laporan

Hasil Penelitian. 11 hal.

Valette, C., C. Andary, J.P. Geiger, J.L. Sarah and M.Nicole, 1998. Histochemical

And Cytochemical Investigations Of Phenols In Roots Of Banana

Infected By The Burrowing Nematode Radopholus Similis.

Phytopathotory 88 (11) : 1141-1147.

Wallace, H.R., 1987. Effects Of Nematode Parasites On Photosynthesis. Vitos On

Nematology. A. Commemoration Of The Twentyfifth Anniversary.

Society Of Nematologists. Ins. Hyattville, Maryland. 34 : 253-259.

Walker, T.G. 1969. The Structure And Synthesis Of Patchouli Alcohol.

Manufacturing Chemist And Aerosol News P.2.

37