sociological paradigms and organisational analysis elements of the sociology of corporate life

58
Ringkas an Sociological Paradigms and Organisation al Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life Semu a teori organisas i adalah berdasark an pada filosofi pengetahu an alam dan teori dari lingkunga n. Ini artinya suatu teori organisas i tidak terlepas dari ilmu sosial. Untuk

Upload: awal-asn

Post on 23-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

paradigma sosial ilmu

TRANSCRIPT

Ringkasan

Sociological Paradigms and Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life

Semua

teori

organisasi

adalah

berdasarkan

pada filosofi

pengetahuan

alam dan teori

dari

lingkungan.

Ini artinya

suatu teori

organisasi

tidak terlepas

dari ilmu

sosial. Untuk

memahami

mengenai

ilmu sosial,

ada beberapa

asumsi yang

berkaitan

untuk

dipahami,

yaitu:

(1) ontologi,

adalah

asumsi

yang

berhubun

gan

dengan

intisari

atau

pokok

permasala

han dari

fenomena

yang

sedang

diteliti.

(2) epistomologi, adalah asumsi mengenai dasar dari pengetahuan itu sendiri.

(3) human

nature,

adalah

asumsi

mengenai

keterhubu

ngan

antara

mahluk

hidup

dengan

lingkunga

nnya, dan

yang

terakhir

(4) metodologi, merupakan implikasi langsung dari ketiga

asumsi, yaitu ontologi, epistomologi

dan human nature, yang digunakan dalam meneliti suatu ilmu atau bidang sosial.

Jika

ditinjau atau

dianalisa lebih

lanjut

mengenai

asumsi-

asumsi

tersebut yang

berhubungan

dengan ilmu

sosial, maka

masing-

masing

asumsi

tersebut dapat

dilihat dari

dimensi yang

berbeda-beda.

Asumsi

ontologi,

asumsi ini

dapat dilihat

dari

subyektifitasn

ya, yaitu

nasionalisme,

atau dilihat

dari

obyektifitasny

a, yaitu

realisme.

Nasionalisme

adalah asumsi

akan dunia

sosial yang

terletak diluar

kesadaran

atau

pengertian

suatu individu

adalah terbuat

tidak lebih

dari nama,

konsep dan

label yang

digunakan

untuk

membuat

struktur pada

realitas.

Sedangkan

realisme

adalah asumsi

akan dunia

sosial yang

terletak di luar

kesadaran

atau

pengertian

suatu individu

adalah suatu

dunia nyata

yang keras

dan nyata dan

mempunyai

struktur yang

relatif abadi.

Asums

i epistomologi

dapat dilihat

dari anti-

positivism

atau

positivism.

Pada intinya

antipositivist

melihat

bahwa dunia

sosial hanya

dapat

dimengerti

dari sudut

pandang dari

seorang

individu yang

secara terlibat

langsung di

dalam

aktifitas yang

akan

dipelajari.

Sedangkan

positivist

epistemology

melihat

berdasarkan

pendekatan

tradisional

yang

mendominasi

ilmu

pengetahuan

yang alami.

Asums

i mengenai

human nature

melihat dari

permasalahan

voluntarism

dan

determinism.

Maksudnya

adalah seperti

apakah

seseorang

yang terlibat

dapat

direfleksikan

berdasarkan

teori-teori

sosial?

Asumsi ini

mendefinisika

n voluntarism

sebagai

seseorang

yang autonom

dan

mempunyai

keinginan

yang bebas,

sedangkan

determinism

adalah

pandangan

yang

memperhatika

n seseorang

dan aktifitas

yang

dilakukannya

secara tekun

oleh situasi

atau

„lingkungan‟ tempat dia berada.

1

Ringkasan

Asums

i yang

terakhir,

metodologi

melihat

berdasarkan

pendekatan

ideographic

dan

pendekatan

nomothetic.

Pendekatan

ideographic

kepada ilmu

sosial

berdasarkan

pandangan

akan

seseorang

hanya akan

mengerti

dunia sosial

dengan

memperoleh

firsthand

knowledge

dari subyek

yang sedang

diteliti.

Pendekatan

nomothetic

kepada ilmu

sosial

mendapat

perhatian

akan

pentingnya

akan

melakukan

riset

berdasarkan

atas protokol

yang

sistematis dan

teknis.

Perbedaan yang besar terhadap setiap posisi akan keempat asumsi ilmu sosial, yaitu

Sociological

positivism dan

German

idealism.

Sociological

positivism

merefleksikan

keinginan

untuk

mengaplikasik

an model dan

metode yang

dihasilkan

dari natural

science dari

studi akan

perkara

manusia,

sedangkan

German

idealism

berdasarkan

atas dasar

pikiran akan

realitas pokok

dari alam

semesta

terletak di

dalam

semangat atau

ide

dibandingkan

pada data

akan

tanggapan dan

pikiran.

Kedua tradisi

intelektual ini

kemudian

mendefiniska

n perbedaan

besar dari

obyektif dan

subyektif dari

model yang

ada. Dimensi

obyektif dan

subyektif,

adalah dua

dimensi yang

menangkap

inti atas

kesamaan

antara empat

analisis

asumsi diatas.

Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan

Bab 4. Kehidupan yang Mekanistik

Panda

ngan dunia

(world-view)

yang dipakai

selama ini

adalah

pandangan

dunia

mekanistik-

linear

Cartesian dan

Newtonian.

Di satu sisi,

cara pandang

ini telah

berhasil

mengembang

kan sains dan

teknologi

yang

memudahkan

manusia,

namun di sisi

lain

mereduksi

kompleksitas

dan kekayaan

hidup

manusia itu

sendiri.

Pandangan

mekanistik

terhadap alam

telah

melahirkan

pencemaran

udara, air, dan

tanah yang

tentu saja

mengancam

kehidupan

manusia.

Penek

anan yang

berlebihan

pada metode

ilmiah

eksprimental

dan rasional

analitis telah

menimbulkan

sikap anti

ekologis.

Paradigma

Cartesian-

Newtonian

menempatkan

materi sebagai

dasar dari

semua bentuk

eksistensi dan

menganggap

jagad raya

sebagai suatu

kumpulan

objek-objek

yang terpisah

dan dirakit

menjadi

sebuah mesin

raksasa.

Paradigma ini

lebih lanjut

dijadikan

sebagai

metode ilmiah

yang harus

diikuti para

ilmuwan

modern.

Mereka yang

mempergunak

an paradigma

Cartesian-

Newtonian

akhirnya jatuh

kepada sikap

konsumerisme

-materialistik.

Selain

itu, paradigma

Cartesian-

Newtonian

juga

merumuskan

tiga asumsi

dasar yang

diterima

secara luas

oleh para

saintis. Ketiga

asumsi dasar

itu adalah

deterministik,

reduksionistik

, dan realistik.

Asumsi

deterministik

menganggap

bahwa masa

depan suatu

sistem

2

Ringkasan

dapat

diprediksi dari

pengetahuan

akurat tentang

kondisi sistem

itu sekarang.

Sementara

asumsi

reduksionistik

meyakini

bahwa

perilaku

sistem

ditentukan

sepenuhnya

oleh perilaku

bagian-bagian

terkecilnya.

Sedangkan

asumsi

realistik

merupakan

sebuah teori

ilmiah yang

dapat

menggambark

an dunia

sebagaimana

adanya tanpa

dipengaruhi

oleh

pengaman.

Sebagaimana

dijelaskan di

atas bahwa

runtuhnya

kekuatan

paradigma

Cartesian-

Newtonian

merupakan

konsekuensi

logis dari

penemuan-

penemuan

baru dalam

bidang sains.

Menurut

Capra, teori

relativitas

(theory of

relativity)

Albert

Einstein

merupakan

salah satu

pendobrak

utama

keruntuhan

paradigma

tersebut.

Melalui teori

relativitas,

manusia

dipaksa untuk

menerima

ruang-waktu

sebagai

konsep yang

relatif. Dalam

kosmologi

Einstein,

waktu tidak

lagi

dipandang

sebagai

sesuatu yang

absolut, tetapi

derajatnya

sama seperti

ruang yang

relatif. Ini

berarti

besaran waktu

tergantung

pada kerangka

acuan konteks

selain

relativitas

Einstein, teori

kuantum juga

memberikan

andil cukup

besar dalam

proyek kaji

ulang

paradigma

Cartesian-

Newtonian.

Menurut

Heisenberg,

teori kuantum

tidak saja

mengubah

pemahaman

kita terhadap

realitas, tetapi

juga menuntut

cara berpikir

baru dalam

memahami

ruang-waktu,

materi,

partikel,

energi, hukum

sebab-akibat,

kesadaran,

dan lain-lain.

Di

samping itu,

teori kuantum

menimbulkan

ketidakpastian

dalam

berbagai hal

yang

disebabkan

oleh tiga

faktor yaitu

keterbatasan

manusia,

keterbatasan

percobaan

atau

konseptual,

dan

ketidakberatur

an alam

semesta.

Penemuan-

penemuan

sains lain

yang turut

menggugat

paradigma

Cartesian-

Newtonian

antara lain

adalah teori

Boostrop,

biologi

molekular,

teori evolusi,

dan

sebagainya.

Bab 7. Kegagalan Ekonomi

Capra

menyatakan

ekonomi

konvensional

memang telah

memperoleh

wibawa

intelektual

yang besar,

akan tetapi

bukanlah

kecanggihan

suatu disiplin

ilmu yang

menarik

perhatian

orang,

melainkan

kontribusi apa

yang

ditawarkan

oleh disiplin

ilmu tersebut

pada

kemanusiaan

dalam upaya

mewujudkan

tujuan-tujuan

umat manusia,

yang pada

puncaknya

orang akan

meletakkan

keadilan dan

kesejahteraan

umum di

atasnya.

Ekonomi

konvensional

telah gagal

dalam hal ini

karena

ketidaksukaan

ekonomi ini

pada penilaian

berdasarkan

norma, dan

konsentrasiny

a yang

berlebihan

pada

maksimalisasi

kekayaan,

pemuasan

keinginan

serta

pemenuhan

kebutuhan

perorangan.

Sejauh

mencakup

kepentingan

sosial, para

ekonom

konvensional

secara umum

telah

mengasumsik

an bahwa

persaingan

akan

membatasi

kepentingan

pribadi, dan

karena itu

mendorong

terpenuhinya

kepentingan

sosial.

Sekiranya

bahasan ilmu

ekonomi

orientasinya

pada

3

Ringkasan

kesejahteraan

manusia,

maka

cakupannya

tidak hanya

terbatas pada

variabel-

variabel

ekonomi saja,

melainkan

perlu

memperhatika

n masalah

moral,

psikologi,

sosial, politik,

demografi,

dan sejarah.

Sejak

awal

kelahirannya,

ilmu ekonomi

modern akhir-

akhir ini

menuai kritik

dari berbagai

kalangan,

termasuk dari

para ekonom

sendiri.

Beragam

kritik yang

dilontarkan

ditujukan

pada

perkembanga

n ilmu yang

semakin

“sempurna”.

Akan tetapi

bersamaan itu

pula ilmu

ekonomi

semakin

menampakkan

karakter

mekanis

dengan

menciptakan

rumus-rumus

dan teori-teori

matematis

guna

menjelaskan

berbagai

fenomena

sosial

masyarakat

yang

berkaitan

dengan aspek-

aspek

ekonomi.

Semula

diciptakannya

rumus-rumus

dan teori-teori

matematis

ekonomi yang

diilhami oleh

kegemilangan

fisika

mekanik

Newton tidak

lain bertujuan

untuk

menyediakan

piranti lunak

(software)

untuk

kebutuhan

analisis dan

menjelaskan

fenomena

ekonomi,

kemudian

memberikan

solusi yang

tepat bagi

berbagai

problem yang

muncul.

Namun, tanpa

disadari

dengan

kecenderunga

n ke arah

matematis dan

mekanis

tersebut

timbul

persoalan-

persoalan

baru pada

internal ilmu

ekonomi itu

sendiri. Di

antara

persoalan

yang muncul

adalah;

kekakuan dan

keterbatasan

teori-teori

ekonomi

modern dalam

menelisik

aspek

“humanis”

dan “etis” dari

perilaku

manusia yang

menjadi

obyeknya.

Apa yang

terjadi

berikutnya

dapat ditebak,

reduksi besar-

besaran dalam

memandang

perilaku

ekonomi

seseorang

(dan

masyarakat).

Penyebabnya

tidak lain

berupa

kesenjangan

teori pada satu

sisi yang

sudah

terlanjur

dianggap

sempurna dan

final dengan

sifat dinamis

perilaku dan

fenomena

ekonomi.

Bab 8. Sisi Gelap Pertumbuhan

Panda

ngan dunia ala

Descartes

yang

mekanistik

telah

berpengaruh

kuat pada

semua ilmu

kita dan cara

berfikir barat

pada

umumnya.

Metode

mereduksi

fenomena

yang

kompleks

menjadi

balok-balok

bangunan

dasar dan

metode

mencari

mekanisme

yang dipakai

untuk

berinteraksi,

sekarang

metode ini

dikenal

sebagai

metode

ilmiah.

Pertumbuhan

teknologi

yang

berlebihan

telah

menciptakan

suasana

lingkungan

dimana

kehidupan

menjadi tidak

sehat baik

secara fisik

maupun

secara mental.

Udara yang

tercemar,

suara yang

mengganggu,

kemacetan

lalu lintas,

bahan

pencemar

kimia, bahaya

radiasi dan

banyak

sumber stress

fisik dan

psikologis.

The Web of Life

Dalam

buku ini, dunia

ilmu sudah

mengganti

kiblat dari ilmu

fisika (ilmu

tentang benda-

benda mati)

menuju biologi

(ilmu tentang

benda-benda

hidup). Hal ini

didasarkan

secara hierarki

makhluk hidup

yang memiliki

kompleksitas

lebih tinggi

dibanding

benda mati.

Sintesis teori-

teori dan

4

Ringkasan

model-model

yang diajukan

Fritjof Capra

sebagi sebuah

garis besar

dari sebuah

teori yang

sedang

muncul

mengenai

sistem-sistem

hidup yang

menawarkan

suatu

pandangan

terpadu

tentang

pikiran,

materi dan

kehidupan.

Pemikiran

sistem

diprakarsai

oleh para

biolog yang menekankan pandangan mengenai organisme hidup sebagai keseluruhan yang terpadu.

Selanjutnya

diperkaya

oleh psikologi

gestalt dan

ilmu ekologi

baru. Dalam

mendefiniska

n substansi

dan bentuk,

Aristoteles

berpendapat

bahwa materi

memuat sifat

pokok semua

benda tetapi

hanya secara

potensial,

melalui

bentuklah

esensinya

menjadi nyata

atau aktual.

Perke

mbangan

pemikiran

bagian-bagian

menjadi

keseluruhan

sangat

dipengaruhi

oleh

penemuan-

penemuan

yang

dilakukan

oleh ilmuwan.

Seperti yang

dilakukan

oleh Galileo

yang

menganggap

bahwa ilmu

dibatasi hanya

untuk

mempelajari

fenomena

yang dapat

diukur

dandikuantifi

kasi.

Sehingga

untuk

mempelajari

sesuatu

tidaklah

hanya melihat

pada

bentuknya

saja

melainkan

pada

materinya

atau dengan

kata lain

secara

keseluruhan.

Sebuah

bentuk hanya

merefleksikan

esensi dari

materi itu

sendiri.

Dengan

demikian

tidaklah bijak

seorang

ilmuwan

menentukan

ilmu hanya

untuk

mempelajari

fenomena

yang dapat di

ukur dan di

kuantifikasi

saja jika alat

untuk

mengukurnya

belum ada.

Dalam

pandangan

sistem, sifat-

sifat dasar

sebuah

organisme

atau sistem

hidup adalah

sifat-sifat

keseluruhann

ya tidak

dimiliki oleh

bagian -

bagian. Sifat

itu muncul

karena adanya

interaksi dan

hubungan

antara bagian-

bagian. Fisika

kuantum juga

berpendapat

demikian,

bahwa kita

tidak dapat

menguraikan

dunia ke

dalam unit-

unit elmenter

yang berada

secara bebas.

Alam tidak

menunjukkan

pada kita

balok -balok

bangunan,

melainkan

lebih

memperlihatk

an suatu

jaringan

kompleks

hubungan-

hubungan di

antara bagian

dari sebuah

keseluruhan

yang utuh.

Dalam hal ini

pemikiran

jaringan telah

mempengaruh

i bukan hanya

pandangan

mengenai

alam tetapi

juga berbicara

tentang

pengetahuan

ilmiah.

Teori

sistem

memberikan

suatu

kerangka

konseptual

bagi

hubungan

antara

komunitas

ekologis

dengan

komunitas

manusia.

Dengan

demikian

dapat

dikatakan

bahwa sifat-

sifat esensial

hanya bisa

diperoleh dari

hubungan-

hubungannya

dengan benda

lain atau

dengan kata

lain adanya

rasa saling

ketergantunga

n. Oleh

karenanya

pemikiran

sistem

menjadi

sebuah cara

berpikir baru

d a l a m p e r

k e m b a n g

a n p e n g e t

a h u a n i l m

i a h .

5