soal uts desember 2014

Download Soal UTS Desember 2014

If you can't read please download the document

Upload: rahmat-setiawan

Post on 11-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

uts1234

TRANSCRIPT

NAMA: RAHMAT SETIAWANNPM: 20138300272RUANG: 201KELAS: INTENSIFPRODI: MATEMATIKAUJIAN TENGAH SEMESTERSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANKUSUMA NEGARAMata Kuliah: PROFESI PENDIDIKANHar/Tanggal: Minggu, 21 Desember 2014Waktu: 90 Menit Semester: III (tiga)Dosen : Enny Nurcahyawati. S.PdI., MA., MMProgram Studi : MatematikaSoal Final : (Sifat Take Home)Bagaimana tanggapan anda terhadap UU Guru dan Dosen?Menurut Anda , Apa yang salah dalam sistem pendidikan kita, sehingga masih ditemukan perkelahian antar kelompok siswa, bahkan penodongan/pencurian/ bully, yang dilakukan oleh para siswa, Jelaskan!Jelaskan secara rinci yang dimaksud serta contoh Professional, Profesionalitas, Profesionalisasi, Profesionalisme dan Profesi!Jelaskan bagaimana cara guru agar proses penilaian lebih bersifat otentik?Mengapa guru harus menggunakan media dalam PBM?Uraikan jenis jenis kompetensi guru yang professionalBuat rangkuman buku profesi kependidikan / keguruan yang anda baca! Lengkapi dengan judul buku, Pengarangnya dan Bab berapa yang dirangkumJawabanMenurut saya Perlu ditegaskan di sini bahwa UU Guru dan Dosen bertujuan untuk memperbaiki pendidikan nasional, baik secara kualitas maupun kuantitas, agar sumber daya manusia Indonesia bisa lebih beriman, kreatif, inovatif, produktif, serta berilmu pengetahuan luas demi meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) yang berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa," dan ayat (5) yang berbunyi: "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia." Jika dalam UU Guru dan Dosen masih ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan semangat di atas, maka para guru secara perorangan atau kelompok bisa mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK).Yang salah dalam system pendidikan yaitu : Pendanaan. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia memang terus ditingkatkan, akan tetapi hal tersebut masih harus juga digunakan untuk hal-hal yang tepat. Pendanaan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang sedang diterapkan saat ini memang cukup membantu, akan tetapi perlu dicermati pula mengenai distribusi serta sasaran dari pendanaan tersebut. Di wilayah-wilayah tertentu seorang siswa (dari kalangan mana saja baik kaya maupun miskin) dapat terbebas dari uang SPP dari SD Negeri hingga SMA Negeri, namun di wilayah-wilayah lain hal tersebut masih belum dapat terlaksana.Pengajaran Nilai Sikap dan Bukan Pengejaran Nilai Raport. Pendidikan nilai di Indonesia memang memiliki alokasi yang minim. Sebagai contoh, selama 4 tahun kuliah di pendidikan tinggi di Indonesia, pembelajaran nilai umumnya hanya selama 2 sks dalam satu semester. Menurut beberapa pengamat pendidikan, sistem pendidikan di Indonesia masih membuat pengdikotomian terhadap pendidikan nilai dan pendidikan sekuler. Pendidikan nilai umum diajarkan di pesantren misalnya, dan tidak terintegrasi dengan pendidikan di lembaga non-keagamaan. Di lembaga pendidikan formal non-keagamaan pun, penanaman sikap dinilai kurang. Siswa dan guru lebih terfokus pada nilai raport dan UN, sehingga nilai menjadi segala-galanya di Indonesia.Manajemen Pendidikan. Wewenang untuk mengambil kebijakan prinsipil dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dipegang oleh pemerintahan pusat. Artinya, pemerintahan daerah belum berani mengambil otoritas untuk menentukan masa pendidikan dasar atau corak seragam di sekolah formal. Dengan demikian standarisasi pendidikan di manapun di Indonesia seyogyanya adalah sama. Sehingga dengan ketiga permasalahan diatas maka pendidikan bagi siswa bukan menjadi suatu system pembelajaran yang baik bagi siswa, tapi malah membuat anak didik bersikap brutal dan sebagainya.Professional merupakan suatu tuntutan bagi seseorang yang sedang mengemban amanahnya agar mendapatkan proses dan hasil yang optimalContoh : Guru disiplin bisa disebut juga guru yang professional dengan pekerjaanya.Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2 menguasai, sungguh2 kepada profesinya. Profesionalitas adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnyaContoh : Ada pelatihan guru.Profesionalisasi adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.Contoh : Guru lewat sekolah guru, Dokter lewat sekolah dokter, Perawat lewat sekolah perawat.Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.Contoh : seorang yang memegang profesi sebagai guru dia tidak puasProfesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.Contoh : Profesi Guru.Cara guru agar proses penilaian lebih bersifat otentik :penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.penilaian harus mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.Penilaian harus menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran.Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Guru harus menggunakan media Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.Jenis jenis kompetensi guru yang professional adalah :Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitarKompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, Bahan ajar yang diajarkanPengetahuan tentang karakteristik siswapengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikanpengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajarpenguasaan terhadap prinsip teknologi pembelajaranpengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.Dirangkum dari buku Profesi Kependidikan karya Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.Rangkuman BAB IPengantar Profesi KependidikanDi dalam manajemen pendidikan kita harus melihat seberapa jauh kekuasaan pembuatan kebijaksanaan pendidikan itu tersentralisasi atau terdesentralisasi. Demikian juga kita harus mengamati seberapa jauh masyarakat terlibat dan ikut berperan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengontrol pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, pengontrolan ini pendidikan tidak akan dikebiri prosesnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Pelaksanaan pendidikan selama ini banyak diwarnai oleh pendekatan sarwa negara (state driven). Di mana yang akan datang pendidikan harus berorientasi pada aspirasi masyarakat (putting customers first). Pendidikan harus mengenali siapa pelanggannya, dan dari pengenalan ini pendidikan memahami apa aspirasi dan kebutuhannya (need assessment). Setelah mengetahui aspirasi dan kebutuhan mereka, baru ditentukan sistem pendidikan, macam kurikulumnya, dan persyaratan pengajarnya. Pendekatan sarwa negara mengakibatkan terjadinya sentralisasi sistem pendidikan. Untuk masa depan, visi pendidikan tidak lagi berorientasi pada sentralisasi kekuasaan, melainkan desentralisasi dan memberikan otonomi kepada satuan di bawah atau kepada daerah.Visi pendidikan masa depan menuntut kita agar mampu hidup dalam suasana schooling and working in democratic state dan meletakkan information technology.Mengingat masih banyaknya lulusan lembaga pendidikan formal, baik dari tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi, terkesan belum mampu mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah sukar untuk bekerja di sektor formal, karena belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana, mereka yang dapat berperan secara aktif dalam bekerja di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan profesionalisasi yang melekat pada lembaga pendidikan tinggi terkesan hanyalah simbol belaka, lulusannya tidak profesional. Penguasaan bahasa Inggris, keterampilan komputer, dan pengalaman kerja merupakan persyaratan utama yang diminta perusahaan-perusahaan. Sementara ijazah yang diperoleh selama 20 atau 25 tahun dari lembaga pendidikan formal terabaikan.Memperhatikan berbagai kondisi pendidikan dewasa ini, maka hal yang perlu dikedepankan, yaitu (1) bagaimana memberdayakan lembaga pendidikan agar menjadi lembaga human investment? (2) hal-hal apakah yang perlu dilakukan agar otonomisasi penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan baik?