soal kasus

6
JADUAL KD I PAK KANDAR TOPIK TANGGAL KELAS METODA PERTANGGUNGGUGATAN (MANDIRI DAN LIMPAHAN), PERTANGGUNG JAWABAN SENIN, 25-10- 2010 14.00-15.40 K3 CERAMAH TANYAJAWAB RABU, 27-10- 2010 14.00-15.40 16.00-17.40 K1 K2 CERAMAH TANYA JAWAB JUMAT, 29-10- 2010 14.00-15.40 RK CERAMAH TANYA JAWAB PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN : MALPRAKTEK, NEGLECTED SELASA, 2-11- 2010 14.00-15.40 K3 CERAMAH TANYA JAWAB KAMIS, 04-11- 2010 12.00-13.40 14.00-15.40 K1 K2 CERAMAH TANYA JAWAB JUMAT, 5-11- 2010 16.00-17.40 RK CERAMAH TANYA JAWAB PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN SELASA, 9-11- 2010 14.00-15.40 K3 CERAMAH TANYA JAWAB KAMIS, 11-11- 2010 12.00-13.40 14.00-15.40 K1 K2 CERAMAH TANYA JAWAB JUMAT, 12-11- 2010 16.00-17.40 RK CERAMAH TANYA JAWAB PRESENTASI PERTANGGUNGGUGATAN (MANDIRI DAN LIMPAHAN), PERTANGGUNG JAWABAN SENIN, 22-11- 2010 14.00-15.40 K3 PRESENTASI KASUS DISKUSI TANYA JAWAB RABU, 24-11- PRESENTASI

Upload: kikey-wulans

Post on 11-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

soal

TRANSCRIPT

Page 1: SOAL KASUS

JADUAL KD I PAK KANDAR

TOPIK TANGGAL KELAS METODA

PERTANGGUNGGUGATAN (MANDIRI DAN LIMPAHAN), PERTANGGUNG JAWABAN

SENIN, 25-10-201014.00-15.40

K3 CERAMAHTANYAJAWAB

RABU, 27-10-201014.00-15.4016.00-17.40

K1K2

CERAMAHTANYA JAWAB

JUMAT, 29-10-201014.00-15.40

RK CERAMAHTANYA JAWAB

PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN : MALPRAKTEK, NEGLECTED

SELASA, 2-11-201014.00-15.40

K3 CERAMAHTANYA JAWAB

KAMIS, 04-11-201012.00-13.4014.00-15.40

K1K2

CERAMAHTANYA JAWAB

JUMAT, 5-11-201016.00-17.40

RK CERAMAHTANYA JAWAB

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

SELASA, 9-11-201014.00-15.40

K3 CERAMAHTANYA JAWAB

KAMIS, 11-11-201012.00-13.4014.00-15.40

K1K2

CERAMAHTANYA JAWAB

JUMAT, 12-11-201016.00-17.40

RK CERAMAHTANYA JAWAB

PRESENTASI PERTANGGUNGGUGATAN (MANDIRI DAN LIMPAHAN), PERTANGGUNG JAWABAN

SENIN, 22-11-201014.00-15.40

K3 PRESENTASI KASUSDISKUSITANYA JAWAB

RABU, 24-11-201014.00-15.4016.00-17.40

K1K2

PRESENTASI KASUSDISKUSI

JUMAT, 26-11-201014.00-15.40

RK PRESENTASI KASUSDISKUSI

PRESENTASI PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

SELASA, 23-11-201014.00-15.40

K3 PRESENTASI KASUSDISKUSI

KAMIS, 25-11-201012.00-13.4014.00-15.40

K1K2

PRESENTASI KASUSDISKUSI

JUMAT, 26-11-201016.00-17.40

RK PRESENTASI KASUSDISKUSI

Page 2: SOAL KASUS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

SELASA, 23-11-201014.00-15.40

K3 CERAMAHTANYA JAWAB

KAMIS, 25-11-201012.00-13.4014.00-15.40

K1K2

CERAMAHTANYA JAWAB

JUMAT, 26-11-201016.00-17.40

RK CERAMAHTANYA JAWAB

PRESENTASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

SELASA, 14-12-201014.00-15.40

K3 PRESENTASI KASUSDISKUSI

KAMIS, 16-12-201012.00-13.4014.00-15.40

K1K2

PRESENTASI KASUSDISKUSI

JUMAT, 17-12-201016.00-17.40

RK PRESENTASI KASUSDISKUSI

KASUS-KASUS DISKUSI

1. Dava Chynata Oktavianto diduga menjadi korban malpraktek Rumah Sakit Krian Husada, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut kisah yang dituturkan sang ibu, Evayanti Hudono, Dava dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sakit perut pada 28 April silam. Bayi berusia tiga tahun itu pun diinfus dan dira wat inap. Keesokan harin ya, seorang perawat men yuntikkan cairan ke infus. "Kata perawat, itu obat anti mual dan vitamin C," ujar Eva.

Lewat pukul 12.00, tiga perawat kembali datang dan menyuntikkan cairan ke pang kal selang infusnya. Berikutnya, reaksi Dava sangat mengejutkan. Ia berontak, menangis, dan berte riak. Dalam hitungan detik, tubuhnya kejang-kejang. Lalu wajahnya membiru, dari duburnya keluar cairan, dan busa mengalir melalui bibirnya. Tak lama, Dava pun meninggal.

Keluarga melaporkan kejadian itu ke polisi. Alat medis seperti selang infus, ja rum suntik, dan sisa cairan infus disita. Jasad Dava dibawa ke Rumah Sakit Dr Soetomo, Surabaya, untuk diotopsi.

2. Nahas menimpa Rendi Nur Rizki, balita berusia enam bulan. Anak pertama pasangan Nuryudi (22) dengan Reli Hartani (24) harus hidup tanpa satu bola mata, di sebelah kanannya.

Balita berjenis kelamin laki-laki malang ini kehilangan indera penglihatannya setelah sebelumnya menjalani operasi di Rumah Sakit dr H Mohammad Anwar Sumenep.

Karena keluarga merasa putus asa dengan penanganan kepolisian, kini Rendi dibawa pulang ke rumah kakeknya Sajuri (63) Dusun Gondang, Desa Purworejo, kecamatan Kandat kabupaten Kediri.

Page 3: SOAL KASUS

Nuryudi, ayah korban membawa pulang anaknya sejak satu bulan lalu. Yudi mengaku lelah memperjuangkan nasib anaknya di Sumenep, namun sampai saat ini ia belum mendapatkan keadilan. Hingga saat ini pihak keluarga meyakini jika lepasnya bola mata kiri Rendi saat dirawat di Rumah Sakit Umum Muhammad Anwar akibat dugaan malpraktek medis.

Yudi menjelaskan, peristiwa memilukan yang menimpa buah hatinya bermula dari kedatangannya bersama sang istri ke rumah sakit Muhammad Anwar Sumenep pada 12 Oktober 2009 lalu. Saat itu istrinya Reli hendak melahirkan.

Setelah dalam penanganan medis, Rendi pun lahir secara normal. Namun, karena berat berat badan bayi di bawah normal, akhirnya Rendi harus dirawat di inkubator.

Sedangkan, Reli ibunya diperbolehkan pulang. Rendi pun harus ditunggui secara bergantian oleh keluarganya, karena Yudi sebagai kuli angkut harus bekerja mencari uang untuk biaya perawatan anaknya.

Pada tanggal 22 Oktober, atau tepatnya hari ke-9 setelah kelahirannya, Rendi ditunggui oleh neneknya Marwah. Petaka itu pun datang, saat Marwan harus beli obat ke rumah sakit, Rendi dijaga oleh tetangga Misrawani.

“Saat itu tiba-tiba datang salah seorang perawat menyodorkan surat pernyataan kepada tetangga saya bahwa mata Rendi harus dioperasi karena terkena penyakit yang berbahaya, kalau tidak akan menjalar ke otak. Tetangga saya pun membubuhi tanda tangannya dan anak saya akhirnya dioperasi,” cerita Yudi.

Keesokan harinya, pada tanggal 23 Oktober 2009, Yudi mendapat surat dari rumah sakit, dia diminta datang. ”Tiba-tiba saya diberi bola mata anak saya dan disuruh menguburkan karena mengandung penyakit yang berbahaya. Tentu saja saya shock, karena saat lahir mata anak saya normal,” masih cerita Yudi.

Apalagi, Reli ibu Rendi seakan tak percaya bahwa bola mata anaknya telah dikeluarkan dari kelopaknya. Karena tidak terima, kemudian keluarga mendatangi rumah sakit, untuk menuntut agar mengembalikan bola mata Rendi. Namun, Yudi dan Reli malah mendapat bentak-bentakan dari petugas medis.

3. Keluarga Marta Manullang (25), yang meninggal di RS St Carolus, Jumat, (25/2/2005), lalu, siang ini kembali mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya untuk merevisi gugatan malpraktik terhadap RS St Carolus. "Waktu pertama kali kita laporan, Jumat, minggu kemarin ke Polda, Marta masih hidup, tentu dari segi hukumnya berbeda. Sekarang kita adukan karena melanggar pasal 359 KUHP, yaitu kelalaian yang mengakibatkan kematian seseorang," kata Tangkas Manullang, kakak korban di Polda

Metro Jaya, Jl. Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa, (1/3/2005). Marta Manullang, mahasiswi Fakultas Hukum UKI diduga menjadi korban malpraktik RS St Carolus setelah disuntik vitamin sebelum pulang dari rumah sakit tersebut. Marta diduga menderita penyakit suspect Steven Jhonson Syndrome. Apa yang dialami Marta ini dianggap akibat kelalaian RS St Carolus dan dokter Indro Sutirto

Page 4: SOAL KASUS

yang memberikan suntikan kepada Marta. Dalam melakukan revisi laporan malpraktik, keluarga Marta didampingi kuasa hukumnya dari LBH Kesehatan Leo Irvan Purba. Kepada wartawan, Nurlela Tambunan, ibu kandung korban, membantah pernyataan dokter Indro bahwa dokter tersebut tidak pernah meminta maaf kepada korban karena kelalaiannya menyuntik korban. Suntikan itulah yang diduga LBHK telah menyebabkan kondisi kulit Marta melepuh. Dari pihak RS St Carolus menyatakan suntikan tersebut sebetulnya bukan vitamin tetapi antibiotik. Namun justru keluarga Marta mendengar keterangan dokter Indro suntikan tersebut berupa vitamin, dan suntikan tersebut diberikan saat korban menjelang pulang dan dinyatakan telah sembuh. "Bohong besar, kalau dokter Indro tidak pernah meminta maaf kepada Marta. Saya melihat benar dokter Indro mengatakan, 'saya minta maaf atas kelalaian saya, kamu jangan pulang sebelum sembuh, Nanti ada dokter yang menangani kamu'," kata Nurlela. Nurlela juga membantah pernyataan rumah sakit yang mengatakan Marta tidak pernah mengalami kondisi koma. "Sakit rasa hati ini, bagaimana bisa pihak rumah sakit berbicara seperti itu, anak saya sudah dua minggu koma, dan hanya tiga hari sekali dokter memeriksa kondisi anak saya. itu pun hanya sebentar," katanya. Nurlela menambahkan sebelum kematian anaknya, dari Jumat (25/2/2005) pukul 14.00 WIB hingga meninggalnya Marta pukul 16.30 WIB tidak ada satu pun dokter yang bersedia berkunjung melihat kondisi anaknya. "Hanya satu suster yang berbicara, berdoa sajalah, padahal waktu itu saya sudah memanggil para dokter dan sudah marah-marah, namun tidak ada satu pun yang mau datang," ujarnya. Nurlela berharap dengan meninggalnya Marta, kasus ini diproses dengan prosedur hukum yang berlaku. "Saya tidak minta apa-apa," tandas dia. Nurlela juga menyatakan, selama ini anaknya tidak pernah memiliki penyakit kronis atau pun alergi terhadap obat. Dia meyakinkan wartawan bahwa anaknya adalah korban kelalaian RS St Carolus. "Anak saya tidak pernah mengalami alergi obat dan tidak pernah punya penyakit parah, hanya panas-panas saja. Padahal, waktu dirawat pertama anak saya sudah sembuh dan sudah mau pulang tapi disuntik dokter yang katanya isinya vitamin. Kondisi terakhir anak saya jari-jarinya melepuh semua, dari kuping, kepala, kulit dan matanya ada gumpalan darah," papar dia.