sm web viewhal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan...

45
PSOS4101 Pendidikan IPS Suwarma Al Muchtar, dkk 4 sks / modul 1-12: ill.; 21 cm ISBN : 9796897229 DDC : 300 Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 Tinjauan Mata Kuliah Mata kuliah Pendidikan IPS bertujuan untuk menganalisis konsep dasar pendidikan IPS dan menerapkan konsep-konsep dasar tersebut dalam proses pembelajaran IPS di sekolah menengah secara integrated. Mata kuliah ini membahas konsep dan rasional pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah menengah, tujuan dan fungsi pembelajaran IPS di sekolah menengah, prinsip-prinsip pengorganisasian dan pembelajaran IPS, dan isi pembelajaran IPS. Pembahasan selanjutnya tentang kedudukan dan peran siswa dalam proses pembelajaran IPS serta pembelajaran konsep sejarah, geografi, ekonomi, politik, sosiologi, dan diakhiri dengan model pembelajaran konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat (ITM) dalam pembelajaran IPS di sekolah menengah. Secara umum, melalui pembahasan tersebut diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan profesional yang baik. Setelah Anda mempelajari materi mata kuliah ini, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan konsep dan rasional pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah; 2. menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan IPS di sekolah menengah; 3. menjelaskan prinsip-prinsip pengorganisasian pembelajaran IPS; 4. menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran IPS; 5. menganalisis isi pembelajaran IPS; 6. menjelaskan kedudukan dan peran siswa dalam pembelajaran IPS; 7. menganalisis pembelajaran konsep waktu, perubahan, dan kebudayaan;

Upload: haminh

Post on 30-Jan-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

PSOS4101 Pendidikan IPS Suwarma Al Muchtar, dkk 4 sks / modul 1-12: ill.; 21 cm ISBN : 9796897229 DDC : 300 Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2007

Tinjauan Mata Kuliah

Mata kuliah Pendidikan IPS bertujuan untuk menganalisis konsep dasar pendidikan IPS dan menerapkan konsep-konsep dasar tersebut dalam proses pembelajaran IPS di sekolah menengah secara integrated.

Mata kuliah ini membahas konsep dan rasional pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah menengah, tujuan dan fungsi pembelajaran IPS di sekolah menengah, prinsip-prinsip pengorganisasian dan pembelajaran IPS, dan isi pembelajaran IPS. Pembahasan selanjutnya tentang kedudukan dan peran siswa dalam proses pembelajaran IPS serta pembelajaran konsep sejarah, geografi, ekonomi, politik, sosiologi, dan diakhiri dengan model pembelajaran konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat (ITM) dalam pembelajaran IPS di sekolah menengah. Secara umum, melalui pembahasan tersebut diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan profesional yang baik.

Setelah Anda mempelajari materi mata kuliah ini, Anda diharapkan dapat:

1. menjelaskan konsep dan rasional pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah; 2. menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan IPS di sekolah menengah; 3. menjelaskan prinsip-prinsip pengorganisasian pembelajaran IPS; 4. menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran IPS; 5. menganalisis isi pembelajaran IPS; 6. menjelaskan kedudukan dan peran siswa dalam pembelajaran IPS; 7. menganalisis pembelajaran konsep waktu, perubahan, dan kebudayaan; 8. menganalisis pembelajaran konsep manusia, tempat, dan lingkungan; 9. menganalisis pembelajaran konsep produksi, distribusi, dan konsumsi; 10. menganalisis pembelajaran konsep kekuasaan dan kewenangan dalam negara; 11. menganalisis pembelajaran konsep individu, kelompok, dan kelembagaan; 12. menganalisis model pembelajaran konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam

pembelajaran IPS di sekolah menengah.

1. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, mata kuliah ini diorganisasikan menjadi 12 modul, yaitu sebagai berikut.

2. Konsep dan rasional pendidikan IPS dalam kurikulum sekolah. 3. Tujuan dan fungsi pendidikan IPS di sekolah menengah. 4. Prinsip-prinsip pengorganisasian pembelajaran IPS. 5. Prinsip-prinsip pembelajaran IPS. 6. Isi pembelajaran IPS. 7. Kedudukan dan peran siswa dalam pembelajaran IPS. 8. Pembelajaran konsep waktu, perubahan, dan kebudayaan. 9. Pembelajaran konsep manusia, tempat, dan lingkungan.

Page 2: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

10. Pembelajaran konsep produksi, distribusi, dan konsumsi. 11. Pembelajaran konsep kekuasaan dan kewenangan dalam negara. 12. Pembelajaran konsep individu, kelompok, dan kelembagaan. 13. Pembelajaran konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran IPS di

sekolah menengah.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari mempelajari modul ini maka ikutilah petunjuk belajar di bawah ini.

1. Bacalah dengan cermat dan saksama bagian pendahuluan setiap modul sampai Anda memahami betul tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari modul tersebut.

2. Mantapkan pemahaman Anda terhadap materi yang disajikan pada setiap modul melalui diskusi, baik dalam belajar kelompok maupun dalam kegiatan tutorial.

3. Kerjakan setiap tugas dan latihan serta tes formatif yang disajikan pada setiap kegiatan belajar dengan disiplin.

Jangan lupa, tanamkan keyakinan pada diri Anda bahwa Anda akan berhasil, dan buktikan bahwa Anda memang berhasil.

MODUL 1: Konsep dan Rasional Pendidikan IPS dalam Kurikulum Sekolah Menengah

Kegiatan Belajar 1: Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS Rangkuman

1. Tujuan pendidikan IPS secara teoretik tidak hanya terdapat dalam kurikulum secara eksplisit, namun tumbuh dalam berbagai konsepsi pemikiran yang dikembangkan para pakar. Beberapa definisi yang coba diangkat, selalu memuat konsep tentang tujuannya. Tradisi di mana pendidikan IPS ini dikembangkan mewarnai rumusan tujuan sehingga tampak rumusan ini sangat kontekstual dengan sosial budaya pendidikan sebagai latarnya. PIPS secara programatik keilmuan ditopang oleh dua kekuatan disiplin keilmuan, yaitu ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan. Kedua sumber ini hendaknya terefleksi dalam sosok program PIPS yang ditopang oleh kultur akademik para pengembangnya.

2. PIPS perlu dipertegas bahwa PIPS tidak "bebas nilai", akan tetapi justru sarat dengan nilai. Hal ini merupakan keunggulan konseptual untuk lebih menjelaskan bahwa ilmu-ilmu sosial yang menjadi sumberis keilmuan dalam paradigma ilmu sosial yang value based.

3. Pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan adalah merupakan keunggulan konseptual dapat memberikan arah yang jelas baik bagi pengembangan program maupun penetapan strategi belajar-mengajar terutama pada saat implementasi dan rekonstruksi program yang perlu didasarkan pada hasil evaluasi.

4. Keberhasilan merumuskan landasan konseptual ternyata harus terefleksi dan secara konsisten dijadikan landasan serta wawasan para pengembang dan pelaksana program PIPS.

5. Landasan konseptual PIPS kurang direspon secara produktif belum dijadikan landasan konseptual dan belum membentuk karakter epistimologinya yang tranformatif secara sistemik, yang baru nampak adalah dimensi formalistiknya secara

Page 3: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

terbatas.

Kegiatan Belajar 2: Hubungan Pendidikan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial dan Makna Hubungan Pendidikan IPS

Rangkuman Terdapat dua sumber keilmuan PIPS, yaitu ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang diorganisasi untuk kepentingan pendidikan. Penelitian dan kajian selama ini menemukan bahwa materi IPS lebih banyak memuat informasi tentang konsep-konsep ilmu-ilmu sosial bahannya disusun lebih banyak dipengaruhi oleh pendekatan keilmuan.

PIPS merupakan berbagai macam pengorganisasian ilmu-ilmu sosial dan kegiatan-kegiatan dasar manusia segala permasalahannya, yang diorganisasi dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan FIPS Pascasarjana. Persoalannya sekarang dalam memperkuat epistimologi perlu dikembangkan lagi pengertian ini dengan memperhatikan tantangan terhadap peran PIPS dalam kaitannya dengan globalisasi, perkembangan pesat dalam teknologi informasi, demokratisasi, kemajemukan, dan semangat reformasi total yang berkembang akhir-akhir ini.

Kedudukan ilmu sosial dalam kaitannya dengan pendidikan IPS, menempatkan ilmu-ilmu sosial sebagai sumber ilmu keilmuan dan materi bahan sajian pendidikan IPS. Jadi, hubungan keduanya bersifat materiil. Gross (1987) menyebutnya imu-ilmu sosial sebagai foundation of social studies. Implikasinya jika lemah penguasaan dari konsep-konsep disiplin ilmu-ilmu sosial maka akan lemah pula potensi/kemampuan pengembangan pendidikan IPS.

Daftar Pustaka

Banks, James, A. (1985). Teaching Strategies for the Social Studies. New York & London: Longman.

Beyer, Bary K. (1979). Teaching Thinking in The Social Studies. USA: Merril Pub.Co.

Depdikbud. (1993b). Garis-garis Besar Program Pengajaran SLTP Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. (1993c). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SLTP Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

James P. Shaver. (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. New York.

Jarolimek, John & Foster, Cifford D. (1989). Teaching and Learning in the Elementary School. USA: Macmillan Inc.

Jarolimek, John. (1993). Social Studies in Elementary Education. USA: McMillan Inc.

Joice, Beuce and Waill, Marsha. (1972). Models of Teaching. New Jersey: Printice Hill Inc.

Joni, T. Raka. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Implikasinya terhadap Pengajaran. Jakarta: Bahan Penataran P3G.

Martorella, P. H. (1974). Social Studies and the Elementary School Child. Colombus: Merrill Publishing Company.

Nimpoeno, John S. (1982). Kepribadian dan Sistem Sosial. Fakultas Psikologi Unpad Bandung.

Page 4: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Numan Somantri. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga. Selo Soemardjan. (1964). Setangkai Bunga Sosiolog. Jakarta. Taba, H. (1962). Curriculum Development, Theory and Practice. New York: Harcourt

Brace & World Inc. Udin Saripudin. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah

Menengah. Jakarta: Dikti.

MODUL 2: Tujuan dan Fungsi Pendidikan IPS di Sekolah Menengah

Kegiatan Belajar 1: Tujuan Pendidikan IPS di Sekolah Menengah

Rangkuman Tujuan pendidikan FIPS secara teoretik tidak hanya terdapat dalam kurikulum secara eksplisit, namun tumbuh dalam berbagai konsepsi pemikiran yang dikembangkan para pakar. Beberapa definisi yang coba diangkat, selalu memuat konsep tentang tujuannya. Tradisi di mana pendidikan IPS ini dikembangkan mewarnai rumusan tujuan sehingga tampak rumusan ini sangat kontekstual dengan sosial budaya pendidikan sebagai latarnya. Tujuan PIPS secara umum harus dirumuskan untuk kepentingan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosionalnya dalam mendukung mengembangkan keterampilan sosial sebagai warga negara. Tujuan PIPS secara umum harus dirumuskan untuk kepentingan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosionalnya dalam mendukung mengembangkan keterampilan sosial sebagai warga negara. Sedangkan tujuan yang dirumuskan dalam KBK adalah (1) mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian, keekonomian, dan kesejarahan; (2) mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan; serta (4) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.

Kegiatan Belajar 2: Fungsi Pendidikan IPS di Sekolah Menengah

Rangkuman Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dimulai dari Kelas I sampai dengan Kelas VI (SD dan MI) dan dari kelas VII sampai dengan Kelas IX (SMP dan MTs). Melalui mata pelajaran Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif.

IPS sebagai mata pelajaran pada kurikulum sekolah menengah yang merupakan model pemisahan separated curriculum dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi. Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi ada dua bidang, yaitu kompetensi lintas kurikulum dan standar kompetensi bahan kajian, cakupan materinya yang meliputi 4 bidang; Sistem sosial budaya, Manusia, tempat, dan lingkungan, Perilaku ekonomi dan kesejahteraan, Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Terdapat 6 rambu-rambu yang perlu dijadikan pedoman bagi pengembangan yang harus

Page 5: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

dilakukan oleh guru dalam pengembangan silabus dan program pembelajaran KBK.

Standar kompetensi untuk bahan kajian ilmu-ilmu sosial dan pendidikan kewarganegaraan. Kompetensi dirumuskan dalam kurikulum adalah sebagai dasar untuk dikembangkan dalam mata pelajaran.

Tujuan pendidikan IPS secara teoretik tidak hanya terdapat dalam kurikulum secara eksplisit, namun tumbuh dalam berbagi konsepsi pemikiran yang dikembangkan para pakar. Beberapa definisi yang coba diangkat, selalu memuat konsep tentang tujuannya. Tradisi di mana pendidikan IPS ini dikembangkan mewarnai rumusan tujuan sehingga tampak rumusan ini sangat kontekstual dengan sosial budaya pendidikan sebagai latarnya.

Daftar Pustaka

Allen, Rodney F., John V. Fleckenstein, and Peter M. Lyons (eds). (1968). Inquiry in Social Studies Theory and examples for Classroom Social Studies. Washington DC: NCSS.

Bank. James, With Clegg. (1975). Teaching Strategies for Social Studies: Inquiry, Valuing and Decision Making. New York: White Plaens.

Barr Robert. (1977). Defining The Social Studies. Washington D.C.: National Council for Social Studies.

Bayer. Barry K. (1977). Teaching Thinking in Social Studies: Using Inquiry in The Classroom. USA: Chales.

Carpenter, H.M. (Ed). (1983). Skill Development in The Social Studies. Washington D.C.: National for Social.

Cornbleth Catherine. (1985). Critical Thinking and Cognitive Process. Washington D.C.: National for Social Studies.

Dupty, D.C. (1970). Teaching Social Studies. Sidney: Dai Nipon Printing Co. Gross. Richard E. (Ed). (1978). Social Studies for Our Times. Canada: John Wisley

& Son. Inc. Hers. Rihard H. (1980). Models of Moral Education an Appraisal. Loggman Inc. Jarolimek. J. (1977). Social Studies Competencies and Skills. New York: Mac

Millan. Leming James. S. (1985). Research on Social Studies Curriculum. Washington D.C.:

National Council for Social Studies. Leonard H. Clark. (1973). Teaching Social Studies in Secondary Schools A.

Handbook. London: Micmillan Publishing. Suwarna Al Muchtar. (1988). Pendidikan dan Perubahan Sosial. Bandung: Konvensi

Nasional Pendidikan Indonesia. Udin Sarifudin. (1990). Model Belajar-Mengajar untuk Bidang Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Pancasila. Jakarta: Depdikbud.

MODUL 3: Prinsip-prinsip Pengorganisasian Pembelajaran IPS

Kegiatan Belajar 1: Prinsip Pengorganisasian Pembelajaran IPS yang Berorientasi pada Lingkungan

Page 6: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Rangkuman Dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPS di persekolahan terdapat beberapa persoalan pokok sebagaimana dikemukakan oleh John Jarolimek dan Walter C. Parker (1993), yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran IPS? 2. Apa saja yang menjadi sumber bahan IPS? 3. Bagaimana proses pembelajaran IPS di persekolahan? 4. Bagaimana melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran IPS?

Persoalan-persoalan pokok tersebut sudah barang tentu harus mampu dijawab dan dipecahkan oleh guru-guru di lapangan sebagai pengemban kurikulum, yaitu dari mulai merencanakan proses pembelajaran IPS, sampai pelaksanaan proses evaluasinya sehingga proses pembelajaran IPS tersebut akan mencapai hasil yang optimal, paling tidak tujuan apa yang diharapkan melalui proses pembelajaran IPS dapat tercapai secara optimal.

Banyak hal yang dapat kita kembangkan mengenai masalah-masalah sosial yang kita anggap penting. Selain itu kita dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan siswa. Bukankah salah satu ciri pembelajaran IPS yang dianggap sebagai hasil pembaruan adalah (1) bahan pelajaran akan lebih banyak memperhatikan kebutuhan dan minat siswa; (2) bahan pelajaran akan lebih banyak memperhatikan masalah-masalah sosial; (3) bahan pelajaran akan lebih memperhatikan keterampilan berpikir, khususnya keterampilan meneliti; (4) bahan pelajaran akan lebih memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam sekitarnya; serta (5) susunan bahan pelajaran akan lebih bervariasi mulai dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanistik, dan struktural.

Untuk lebih meningkatkan kadar inovasi dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran IPS digunakan berbagai pendekatan pengorganisasian materi pelajaran, dapat digunakan pendekatan lingkungan yang semakin meluas, pendekatan pemecahan masalah-masalah yang aktual serta pendekatan partisipasi sosial. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, siswa akan diajak secara langsung mengenal dunia nyata apa yang ada dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat, yaitu dari mulai lingkungan masyarakat terdekat sampai lingkungan masyarakat terjauh. Selain itu siswa juga diajak untuk terampil dalam memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupannya, yaitu melalui upaya terjun langsung di masyarakat. Kalau hal ini dapat terlaksana dengan efektif maka proses pembelajaran IPS di sekolah menjadi jauh lebih menarik karena siswa tidak hanya diajak untuk belajar secara abstrak dan verbalistik saja, akan tetapi siswa akan terjun secara langsung dalam kehidupan di masyarakat.

Kegiatan Belajar 2: Prinsip Pengorganisasian Pembelajaran IPS yang Berorientasi pada Disiplin Ilmu

Page 7: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Rangkuman

Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.

Dalam pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum. Begitu juga manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi lainnya. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk pendekatan pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini.

Menurut Udin Saripudin W. (1989: 87) model pendekatan ini memusatkan perhatian pada konsep dan metode kerja suatu disiplin ilmu sosial tertentu, misalnya antropologi atau sosiologi. Hal yang menjadi titik pangkal pendekatan ini adalah konsep atau generalisasi atau teori yang menjadi kekayaan bidang studi yang bersangkutan. Contohnya, yaitu sebagai berikut.

 

Pendekatan interdisipliner memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dapat didekati dari berbagai disiplin keilmuan sosial. Hal yang menjadi titik tolak pembelajaran biasanya konsep atau generalisasi yang berdimensi jamak atau masalah sosial yang menyangkut atau menuntut pemecahan masalah dari berbagai bidang keilmuan sosial.

Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah 'correlation' untuk pendekatan antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi.

IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku dan pada perkembangan berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial. Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan 'cross disciplines'.

Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi perkembangan masyarakat dan tidak terkecuali masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini. Banyak penulis terkemuka yang mengkaji dan menjelaskan hubungan itu di antaranya Daniel Bell, dan

Page 8: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Naisbitt. Daniel Bell bahkan telah berbicara tentang 'post industrial society' serta dampak dari kapitalisme, sedangkan Naisbit bertutur tentang sepuluh kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi perubahan masyarakat.

Model pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin ini diistilahkan dengan Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam interdisiplin ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat menghemat waktu dan menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini lebih tepat diterapkan di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas. Pendekatan ini pun dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan koordinasi antarguru bidang studi.

Daftar Pustaka

A. Azis Wahab. (1989). Evaluasi Pendidikan PMP. Bandung: LPPMP FPIPS IKIP Bandung.

A. Kosasih Djahiri. (1983). Pengajaran Studi Sosial/IPS (Dasar-dasar Pengertian Metodologi, Model Belajar-mengajar IPS). Bandung: LPPMP FPIPS IKIP Bandung.

Banks, James A. (1977). Teaching Strategis for the Social Studies. California: Addison Wesley Pub.Co.

John Jarolimek dan Walter C. Parker. (1933). Social Studies for Elementary School. New York: Mc. Millan Publishing.

Moh. Numan Sumantri. (1976). Metode Pengajaran Civics. Jakarta: Erlangga. Muhammad Dimyati. (1989). Pengajaran Ilmu-ilmu Sosial di Sekolah: Bagian

Integral Sistem Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, P2LPTK.

S. Hamid Hasan. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (bagian pertama). Jurusan Pendidikan Sejarah. Bandung: FPIPS IKIP Bandung.

Udin Saripudin Winataputra. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek P2LPIK.

MODUL 4: Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS

Kegiatan Belajar 1: Prinsip Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPS

Rangkuman Penganut konstruktivisme kognitif berpandangan bahwa makna suatu realitas tidak terletak pada realitas itu sendiri, tetapi pada struktur mental atau skemata-skemata interpretasi yang terdapat di dalam pikiran (kognisi) manusia.

Konstruktivis sosial lebih memandang faktor interaksi dengan lingkungan sosial dan variasi sosial-budaya sebagai faktor yang banyak berpengaruh pada konstruksi pengetahuan individu.

Page 9: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Dalam perspektif konstruktivisme kognitif, pembelajaran Pendidikan IPS sebagai suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan sosial, seyogianya dikondisikan agar mampu memfasilitasi siswa melakukan interaksi diri dengan berbagai lingkungan sosial yang lebih luas.

Pembelajaran IPS harus menekankan pada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui metode kuliah (lecture) dan latihan (drill) dalam pola pembelajaran tradisional menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking).

Dalam pembelajaran IPS banyak sekali model yang dapat mengembangkan proses berpikir siswa, di antaranya sebagai berikut.

1. Model Reflective Inquiry Inti dari pengorganisasian yang berpusat pada berpikir reflektif ialah pengembangan kemampuan mengambil keputusan atau decision making skill.

2. Model Berpikir Induktif (Inductive Thinking) Telah diakui bahwa kemampuan untuk membentuk konsep merupakan salah satu keterampilan dasar berpikir. Model berpikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba (1966) dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebih terampil dalam menyikap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antarberbagai data.

3. Model Latihan Penelitian (Inquiry Training) Model ini dirancang untuk melibatkan para pelajar dalam proses penalaran mengenai hubungan sebab akibat dan menjadikan mereka lebih fasih, cermat dalam mengajukan pertanyaan, membangun konsep, merumuskan, dan mengetes hipotesis.

4. Model Penelitian Sosial (Social Science Inquiry) Model ini dikembangkan atas dasar kerangka konseptual yang sama dengan model penelitian ilmiah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiah dan model penelitian sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial.

Hakikat belajar inkuiri didasarkan untuk menemukan makna dari "kebenaran", sedangkan alat belajarnya dengan menggunakan data informasi yang diperoleh lewat proses inkuiri itu sendiri dengan memperhatikan reliabilitas dan validitas. Oleh karena itu, inkuiri suatu pendekatan dalam belajar yang dapat dijadikan kriteria dasar dalam memilih dan menentukan metode untuk membuat model belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik melalui berpikir ilmiah, seperti perumusan masalah dan hipotesis atau pertanyaan penelitian, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Pedoman untuk menciptakan iklim inquiri agar berhasil dengan baik (1) kelas diarahkan pada pokok permasalahan yang telah jelas rumusannya, tepatkan cara inkuirinya serta arahnya, (2) agar dipahami bahwa tujuan inkuiri adalah pengembangan kemampuan membuat perkiraan-perkiraan serta proses berpikir, (3) peranan pertanyaan dan kemampuan menemukan pertanyaan (teknik bertanya) dari guru akan sangat menentukan keberhasilan inkuiri, (4) hendaknya diberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan berbagai kemungkinan (alternatif dalam bertanya atau menjawab, (5) bahwa jawaban dapat diutarakan dalam berbagai cara sepanjang hal ini mengenai permasalahan yang sedang diinkuiri, 6)

Page 10: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

bahwa pada umumnya inkuiri menggali nilai-nilai atau sikap maka karenanya hormatilah/hargailah sistem kepercayaan/nilai dan sikap siswa-siswa Anda, (7) guru hendaknya menjaga diri untuk tidak menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan, (8) usahakan selalu jawaban bersifat merata dan komparatif (saat diperbandingkan dengan lainnya).

James A. Banks mengemukakan pengertian tentang fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yaitu fakta adalah satuan peristiwa atau hal tertentu yang merupakan data mentah atau pengamatan ilmuwan sosial. Fakta biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang bersahaja dan positif. Fakta adalah data aktual. Konsep adalah istilah atau ungkapan abstrak yang berguna untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekelompok hal, ide atau peristiwa. Istilah yang memberi label atau nama pada kelompok objek yang sama, atau memiliki kesamaan tertentu disebut konsep. Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan-hubungan dari dua konsep atau lebih. Generalisasi merupakan alat yang berguna bagi kita untuk menyatakan hubungan di antara fakta-fakta atau informasi yang kita peroleh menurut cara yang sangat tersusun rapi dan sistematis. Teori adalah suatu bentuk pengetahuan tertinggi dan merupakan tujuan utama dari ilmu pengetahuan. Teori membantu kita dalam menjelaskan dan meramalkan perilaku manusia Teori terdiri dari serangkaian dalil atau generalisasi-generalisasi yang saling terkait dan dapat diuji.

Konsep-konsep dapat dibedakan dalam 7 dimensi, meliputi atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan, keumuman, ketepatan, dan kekuatan.

Menurut David Ausubel, ada tiga maksud utama dari penggunaan model advance organizers, yaitu agar di dalam belajar siswa mempunyai kerangka kerja yang jelas, organizers yang dipilih secara hati-hati dapat menghubungkan informasi yang telah tersimpan dalam memori siswa dengan pelajaran baru, dengan menghubungkan antara informasi yang telah tersimpan dalam memori dan apa yang dipelajari dapat membantu siswa dalam melakukan proses encoding.

Kegiatan Belajar 2: Prinsip Belajar Sosial (Social Learning)

Rangkuman Gejala kepatuhan warga masyarakat terhadap tata nilai masyarakat sehingga mereka berperilaku serasi dengan harapan-harapan sosial sesuai dengan peranan yang disandang oleh masing-masing warga, disebut konformitas.

Keunikan individual dengan pola-pola sosial-budaya menyimpang dari norma kolektif terjadi manakala tingkah laku warga masyarakat yang unik tidak serasi dengan tingkah laku kolektif sehingga yang terjadi ialah nonkonformitas.

Bentuk-bentuk interaksi merupakan rangkaian (kontinum) yang silih berganti, dan merupakan wujud dari proses penyesuaian hidup bermasyarakat (social and life adjustment) yang berlaku bagi setiap warga masyarakat. Rangkaian proses itu sendiri berlangsung sejak dari lingkungan kehidupan keluarga, kelembagaan, komunitas, masyarakat hingga lingkungan bangsa. Proses tersebut dikenal sebagai sosialisasi atau enkulturasi.

Ada lima jenis kemungkinan sifat penampilan warga masyarakat dalam kaitannya dengan integrasi sosial, yaitu pada konformitas, anggota masyarakat tata nilai dan budaya

Page 11: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

masyarakat sebagai tata nilai dan budaya sendiri, lengkap dengan seluruh kelembagaannya. Pada inovasi, masyarakat menerima tata nilai dan budaya, namun menolak kelembagaan yang ada. Sedangkan dengan ritualisme, dimaksudkan suatu gejala di mana anggota masyarakat hanya menerima tata cara kelembagaan yang ada, namun sebenarnya menolak hakikat nilai serta budaya yang berlaku dalam musyarakat. Dan manakala warga masyarakat menolak kedua-duanya, baik tata nilai, budaya maupun kelembagaan disebut retritisme, serta kemungkinan yang terakhir dikenal dengan sebutan rebeli, yaitu pemberontakan.

Guru perlu memperhatikan beberapa prinsip penerapan keterlibatan sosial siswa membangun sinergi dalam pembelajaran IPS, di antaranya mempertimbangkan prinsip motivasi, prinsip latar belakang, prinsip pemusatan perhatian, prinsip keterpaduan, prinsip pemecahan masalah, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain, prinsip perbedaan individu (perseorangan), dan prinsip hubungan sosial.

Tanggung jawab sebagai sikap dan perilaku mempunyai tiga dimensi. Ketiga dimensi termaksud adalah sebagai berikut.

1. Seseorang bertanggung jawab atas segala perbuatannya terhadap dirinya sehingga akan mencegah manusia berbuat yang dapat merendahkan manusia dan dirinya.

2. Sebagai makhluk sosial, tanggung jawab ditujukan kepada masyarakat sehingga ia tak dapat berbuat seenaknya karena manusia lain mempunyai hak untuk memelihara keutuhan hidupnya.

3. Tanggung jawab seseorang berlaku pula terhadap Tuhan yang menjadikan manusia senantiasa berbuat sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Pentingnya keterlibatan sosial dalam pembelajaran IPS melalui kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk:

1. memberi pengalaman langsung yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial dan hubungan interpersonal;

2. memungkinkan para siswa saling mengenal, menikmati hidup, kebersamaan, dan menghayati arti bekerja secara kooperatif dalam berbagai kegiatan sosial.

Hasil dalam belajar melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa memahami ide demokrasi melalui aktivitas klub atau perkumpulan atau organisasi, kegiatan klub/organisasi yang dapat mengubah sikap siswa dari penampilan ugal-ugalan ke sikap yang dewasa, mengembangkan sikap percaya diri dan kecakapan yang luas, memperoleh pengalaman berorganisasi, memperoleh pengalaman memecahkan masalah-masalah sosial dan pengalaman berpartisipasi dalam masyarakat.

Dalam pembelajaran IPS dapat menggunakan model pembelajaran controversial issues. Model ini amat relevan dengan prinsip-prinsip pengembangan praktik demokratisasi.

Istilah controversial issues merupakan istilah yang sering dijumpai. Controversial issues ini dapat diartikan sebagai 'bahan yang sering diperdebatkan', yaitu hal-hal yang bertentangan antara teori dengan praktik.

Bahan yang sering diperdebatkan (controversial issues) ini akan menyangkut sikap, kepercayaan, dan sistem nilai dari seseorang dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dengan

Page 12: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

demikian, controversial issues itu bersifat kejiwaan, psikologis, emosional, bukan dalam bentuk pertentangan fisik. Bahan ini memerlukan penyelesaian karena kalau tidak terpecahkan dapat menimbulkan interpersonal conflict serta intrapersonal conflict.

Sikap kepemimpinan guru yang demokratis ini memberikan keuntungan besar, yaitu pelajar-pelajar menyelesaikan lebih cepat dengan pertolongan guru-guru yang demokratis, dengan mata pelajaran, dan dalam perkembangan sikap-sikap moral sosial seseorang. Letak-letak keunggulan bagi pelajaran di bawah bimbingan kepribadian-kepribadian yang demokratis akan besar sekali.

Kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk menyeleksi dapat tidaknya bahan yang sering diperdebatkan (controversial issues) itu diajarkan adalah:

1. tepat tidaknya bahan tersebut diajarkan, ditinjau dari segi kematangan, pengalaman, dari pemahaman diri siswa;

2. keseimbangan antara kebutuhan individu, masyarakat, dan negara; 3. cara-cara pengorganisasian bahan, mulai dari pemilihan bahan yang didasarkan pada

pendekatan fungsionil, struktural, humanistik, dan pendekatan kewargaan negara; 4. harus menunjang terhadap pokok bahasan yang sedang diajarkan; 5. merupakan bahan yang benar-benar sering diperdebatkan; 6. harus diperhatikan ada tidaknya sumber tersebut; 7. harus menunjang terhadap ketercapaian tujuan; 8. bahan tersebut menarik untuk dibicarakan; 9. adanya proses ke arah pemecahan masalah.

Daftar Pustaka

Banks, James, A. (1985). Teaching Strategies for the Social Studies. New York & London: Longman.

Beyer, Bary K. (1979). Teaching Thinking in The Social Studies. USA: Merril Pub.Co.

Depdikbud. (1993b). Garis-garis Besar Program Pengajaran SLTP Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. (1993c). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SLTP Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

James P. Shaver. (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. New York.

Jarolimek, John & Foster, Cifford D. (1989). Teaching and Learning in the Elementary School. USA: Macmillan Inc.

Jarolimek, John. (1993). Social Studies in Elementary Education. USA: McMillan Inc.

Joice, Beuce and Waill, Marsha. (1972). Models of Teaching. New Jersey: Printice Hill Inc.

Joni, T. Raka. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Implikasinya terhadap Pengajaran. Jakarta: Bahan Penataran P3G.

Martorella, P. H. (1974). Social Studies and the Elementary School Child. Colombus: Merrill Publishing Company.

Nimpoeno, John S. (1982). Kepribadian dan Sistem Sosial. Bandung: Fakultas Psikologi Unpad Bandung.

Page 13: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Numan Somantri. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga. Selo Soemardjan. (1964). Setangkai Bunga Sosiolog. Jakarta. Taba, H. (1962). Curriculum Development, Theory and Practice. New York: Harcourt

Brace & World Inc. Udin Saripudin. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah

Menengah. Jakarta: Dikti Jakarta.

MODUL 5: Isi Pembelajaran IPS

Kegiatan Belajar 1: Pengetahuan tentang Pengalaman Manusia

Rangkuman Setelah mengkaji hal-hal di atas kegiatan Anda selanjutnya adalah memperhatikan dan mengkaji rangkuman materi isi pembelajaran IPS.

Isi pembelajaran IPS bersumber dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial menyangkut pengalaman manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya baik sosial maupun fisikal. Pengalaman-pengalaman manusia tersebut disusun dan diklasifikasikan sesuai dengan bidang kajiannya masing-masing. Hasil kajian itu kemudian disusun menjadi pengetahuan yang digambarkan melalui struktur disiplin ilmu atau "body of knowledge" ilmu-ilmu sosial. Selain melalui struktur disiplin studi sosial, isi pembelajaran IPS juga dapat digambarkan melalui apa yang disebut gagasan fundamental (fundamental ideas) yang pada prinsip menggambarkan pengetahuan yang terdapat dalam struktur disiplin ilmu sosial tersebut.

Bertolak dari pemahaman terhadap struktur disiplin IPS guna mengkaji isi pelajaran IPS di antaranya menyangkut pengetahuan tentang pengalaman manusia, yang lalu, sekarang, dan yang akan datang menunjukkan betapa hal ini telah menarik perhatian para pendidik khususnya para pendidik di bidang studi sosial/IPS sejak tahun 1969 sampai sekarang dengan menekankan hal tersebut dalam proyek perubahan kurikulum mengenai studi sosial IPS seperti juga dalam bidang kurikulum lainnya adalah sebuah upaya memantapkan kerangka kerja hal-hal yang bersifat gagasan (ideational frameworks) atau struktur konseptual sebagai organizing schemes untuk program-program sekolah

Kegiatan Belajar 2: Nilai-nilai, Keyakinan, dan Keterampilan Sosial

Rangkuman Selain mempelajari pengetahuan yang dibangun dari pengalaman manusia melalui pembelajaran IPS, siswa sebagai warga negara juga diharapkan memiliki pemahaman yang baik tentang keyakinan dan nilai-nilai, serta keterampilan-keterampilan baik yang bersifat fisikal, emosional, dan proses intelektual. Kesemuanya itu amat diperlukan dalam mengarahkan warga negara untuk bertindak efektif. Salah satu hal penting yang dilakukan warga negara dalam bertindak efektif itu adalah pembuatan keputusan, dan salah satu komponen esensial dalam pembuatan keputusan itu adalah pengetahuan yang dapat diperoleh melalui "social science inquiry skills" dan "values inquiry skills". Harus diakui bahwa nilai-nilai dan keyakinan dalam IPS baik dan perlu diajarkan sebab nilai-nilai dan keyakinan itulah yang akan membantu siswa dalam kehidupan dan pergaulannya di masyarakat. Nilai-nilai

Page 14: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

dan keyakinan itulah yang kelak akan mengendalikan perilaku sosial siswa baik dalam kehidupannya di keluarga, sekolah ataupun di masyarakat. Mewujudkan itu semua dalam kehidupan siswa memerlukan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan.

Kegiatan Belajar 3: Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat

Rangkuman Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang tidak dapat dipisahkan dari terjadinya temuan-temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang sains dan teknologi yang secara langsung memberi pengaruh yang besar bagi terjadinya perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya disebabkan oleh teknologi komunikasi dan transportasi menyebabkan perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat sebagai akibat atau respon terhadap kemajuan IPTEK tersebut. Transportasi semakin banyak jenis dan jumlahnya dan semakin tinggi kecepatannya. Demikian pula dengan arus informasi semakin cepat dan semakin banyak, mengakibatkan seolah tidak ada lagi batas-batas wilayah atau negara.

Isi pembelajaran IPS di sekolah yang pada dasarnya dapat dikaji melalui batasan-batasan studi sosial (IPS) yang ada dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Jika pada mulanya IPS hanyalah "penyederhanaan dari sejumlah bagian dari ilmu-ilmu sosial yang diorganisir untuk kepentingan pembelajaran.

Sejalan dengan perubahan yang terjadi, batasan IPS berikutnya telah diperkaya dengan masuknya "nilai-nilai, sikap, dan keterampilan". Bahkan dengan terjadi perubahan yang lebih cepat lagi menyebabkan NCSS merumuskan batasan yang lebih luas lagi dengan memasukkan, bagian dari humaniora, matematika, sains, dan agama. Jadi IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku. Pada perkembangan berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial. Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan cross disciplines.

Daftar Pustaka

Banks, James, A. (1985). Teaching Strategies for the Social Studies. New York & London: Longman.

Beyer, Bary K. (1979). Teaching Thinking in The Social Studies. USA: Merril Pub. Co.

Depdikbud. (1993b). Garis-garis Besar Program Pengajaran SLTP Tabun 1994. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. (1993c). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SLTP Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

James P. Shaver (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. New York.

Jarolimek, John & Foster, Cifford D. (1989). Teaching and Learning in the Elementary School. USA: Macmillan Inc.

Jarolimek, John. (1993). Social Studies in Elementary Education. USA: McMillan

Page 15: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Inc. Joice, Beuce and Waill, Marsha. (1972). Models of Teaching. New Jersey: Printice

Hill Inc. Joni, T. Raka. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Implikasinya terhadap Pengajaran.

Jakarta: Bahan Penataran P3G. Martorella, P. H. (1974). Social Studies and the Elementary School Child. Colombus:

Merrill Publishing Company. Nimpoeno, John S. (1982). Kepribadian dan Sistem Sosial. Bandung: Fakultas

Psikologi Unpad Bandung. Numan Somantri. (1976. Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga. Seto Soemardjan. (1964). Setangkai Bunga Sosiolog. Jakarta. Taba, H. (1962). Curriculum Development, Theory and Practice. New York: Harcourt

Brace & World Inc. Udin Saripudin. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah

Menengah. Dikti Jakarta.

MODUL 6: Kedudukan dan Peran Siswa dalam Pembelajaran IPS

Kegiatan Belajar 1: Kedudukan dan Peran Siswa sebagai Pelajar Aktif dalam Pembelajaran IPS

Rangkuman Mengajar bukan sekadar kegiatan guru menyampaikan bahan ajar kepada siswanya melainkan sebagai usaha guru dalam membelajarkan siswa. Keberhasilan mengajar guru pada akhirnya harus diuji oleh ada tidaknya proses belajar yang terjadi pada diri siswa. Satu karakteristik dari proses belajar aktif adalah adanya perasaan keterundangan dan keterlibatan langsung pada diri siswa dalam proses belajar. Proses belajar lebih banyak didasarkan pada motivasi intrinsik daripada motivasi ekstrinsik.

Belajar merupakan perbuatan manusia yang mengandung dimensi instrumental. Belajar sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi pemenuhan kebutuhan: kebutuhan segera atau kebutuhan langsung dan kebutuhan jangka panjang. Kebutuhan yang bersifat segera adalah jenis kebutuhan yang menuntut pemenuhannya seketika itu juga. Kebutuhan yang bersifat segera sering kali tidak terpisahkan dari kebutuhan yang bersifat jangka panjang, dan oleh sebab itu terdapat hubungan di antara keduanya, yakni pemenuhan kebutuhan langsung mengandung dimensi instrumental bagi pemenuhan kebutuhan jangka panjang.

Secara umum terdapat tiga dimensi kebutuhan manusia yang meliputi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, sosial, dan kepribadian.

Tujuan utama IPS adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat keputusan reflektif sehingga mereka dapat memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan membuat kebijakan umum dengan berpartisipasi dalam tindakan sosial secara inteligen. Untuk mampu membuat keputusan reflektif, diperlukan sejumlah kemampuan berpikir atau kemampuan intelektual. Keterampilan Intelektual meliputi keterampilan:

1. mendefinisikan dan mengidentifikasi masalah, menghubungkan pengalaman

Page 16: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan; 2. membuat dan menguji hipotesis; menarik kesimpulan atas dasar informasi;

menganalisis, memanipulasi, dan menafsirkan data; 3. berpikir kritis, membedakan antara fakta dan pendapat; memisahkan informasi yang

relevan dari yang tidak relevan, menginsyafi bias-bias dalam bahan-bahan persuasif, seperti iklan, pernyataan politik, dan propaganda;

4. menarik hubungan sebab-akibat; 5. membuat penalaran dialogis-membandingkan dan membedakan berbagai pandangan;

membuat dukungan dan sangkalan terhadap suatu pandangan; 6. mengenali komponen-komponen nilai dalam membuat keputusan.

Hal penting yang harus Anda perhatikan adalah bagaimana siswa dapat menyadari kebutuhan-kebutuhan belajarnya dalam IPS. Siswa mungkin tidak menyadari sejumlah kebutuhan penting. Oleh sebab itu, mereka perlu mendapat bantuan, bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut melainkan juga dalam hal pengidentifikasiannya. Kadang-kadang permasalahan mereka banyak, dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan guna membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar yang masih bersifat tersembunyi dalam berbagai gejala.

Pembelajaran IPS tidak layak diartikan sebagai "teaching children to know about subjects", melainkan harus lebih menekankan pada "teaching children on knowing how to think efficiently and effectively." Dengan demikian, proses pendidikan IPS di sekolah harus membekali siswa dengan sejumlah keterampilan berpikir. Membelajarkan siswa bagaimana berpikir efektif dan efisien merupakan tanggung jawab utama dari sekolah. Oleh sebab itu, tugas pokok pendidikan IPS di sekolah adalah mendidik siswa untuk dapat berpikir efektif yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan sehingga kelak ia dapat berperan serta secara aktif dan penuh nalar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Keterampilan berpikir adalah suatu proses mental untuk memanipulasi ide-ide, yakni sebagai keterampilan-keterampilan memproses informasi. Berpikir mencakup sejumlah komponen, antara lain komponen intuisi, induksi, inferensi, dan refleksi. Unsur utama dari proses berpikir adalah belajar bagaimana menerapkan dan menggunakan informasi atau pengetahuan yang sudah dimiliki. Dengan bekal keterampilan proses, siswa dapat belajar melalui inkuiri. Di dalam proses belajar melalui inkuiri, siswa bertindak, seperti seorang ilmuwan yang dihadapkan pada suatu masalah; ia berusaha keras untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses inkuiri berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu (1) menyadari adanya suatu masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) meninjau data; (4) mengajukan hipotesis; (5) menguji hipotesis; (6) membuat kesimpulan sementara; (7) menguji kesimpulan.

Kegiatan Belajar 2: Kedudukan dan Peran Siswa Sebagai Aktor Sosial

Rangkuman Individu manusia ditakdirkan untuk hidup bersama dalam kelompok. Kodrat hidup bersama dari umat manusia ini didasarkan pada potensi alamiah dari sifat kesalingtergantungan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Kehidupan bersama dalam kelompok-kelompok

Page 17: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

seperti di atas merupakan dunia sosial dari setiap individu. Keanggotaan dalam kelompok mendatangkan sejumlah hak dan sekaligus membebankan sejumlah kewajiban dan tanggung jawab bagi setiap individu.

Dalam hal berkontribusi terhadap kepentingan hidup bersama dalam satuan kelompok, setiap individu menyandang predikat sebagai aktor sosial. Setiap individu adalah aktor sosial sepanjang tindakan-tindakan yang diupayakannya itu memiliki kontribusi bagi kemaslahatan bersama, bukan semata-mata diperuntukkan bagi kepentingan pribadinya sendiri.

Sorokin membedakan empat kemungkinan cara individu atau kelompok memulai proses interaksi dengan individu atau kelompok lainnya, yaitu (1) adanya tujuan bersama; (2) adanya maksud dari pihak pemrakarsa; (3) adanya paksaan dari luar; (4) adanya keadaan yang terjadi secara kebetulan

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang berinteraksi secara kooperatif menurut status dan peran keanggotaannya dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama dan kepuasan pribadi melalui partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan kelompok. Untuk menjadi anggota kelompok yang efektif, seseorang harus memiliki sejumlah kemampuan atau keterampilan, yang antara lain meliputi: (1) keterampilan berkomunikasi, (2) kemampuan untuk menghargai hak orang lain, (3) kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, (4) kemampuan untuk memikul berbagai peran dalam kelompok, (5) kemampuan untuk berperan serta dalam kelompok, (6) kemampuan untuk mengapresiasi nilai-nilai umum, (7) kemampuan untuk mengendalikan diri dan memimpin diri, (8) kemampuan untuk berurun pendapat dan pengalaman, (9) kemampuan untuk menyelesaikan konflik.

Komunikasi yang efektif terjadi apabila si penerima pesan memahami isi pesan sesuai dengan maksud si pengirim pesan tersebut. Sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan dipahami secara keliru oleh si penerima pesan, terjadi kesenjangan penafsiran pesan antara si pengirim dengan si penerima.

Siswa memerlukan sejumlah keterampilan sosial untuk berkomunikasi secara efektif dengan sesama temannya dan dengan gurunya. Oleh sebab itu, kegiatan di kelas hendaknya merupakan laboratorium ideal untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan kelompok dari para siswa. Para siswa memerlukan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan kelompok kooperatif dan demokratis di mana para anggota kelompok dapat memperoleh kemampuan dalam berbagai peran-peran sosial. Oleh sebab itu, kelas IPS hendaknya merupakan laboratorium demokrasi.

Kehidupan di kelas merupakan suatu pemagangan peran-peran sosial (a social apprenticeship), dan karakter dari pemagangan tersebut akan mewarnai kehidupan siswa kelak, khususnya kebiasaan-kebiasaan kerja yang dibentuk di kelas, keterampilan-keterampilan dan norma-norma interaksi yang dibina di kelas, dan sikap terhadap belajar dan bekerja sama yang dibentuk di sana. Kegiatan kelas semacam ini menghendaki penstrukturan tugas-tugas yang menuntut para siswa untuk membuat keputusan berdasarkan kesepakatannya sendiri, memperlakukan satu sama lain sebagai narasumber, dan merencanakan serta melaksanakan kegiatan.

Nelson dan Singleton (1977) mengemukakan faktor penting bagi terbentuknya kelompok kooperatif: "Essential to the formation of cooperative groups, large or small, is pupils'

Page 18: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

abilities to engage in equal-status communication and to make decisions through the equal distribution of power". Komunikasi dalam status yang sama mengandung arti bahwa para siswa menghargai peran serta dari seluruh anggota atas dasar yang sama sehingga hasil kerja kelompok merupakan prestasi bersama. Setiap anggota tidak diperkenankan untuk mendominasi kelompok, melakukan rencana terselubung untuk menghalangi kelompok, atau menghindari kesepakatan untuk mencapai tujuan kelompok.

Woolever dan Scott (1988: 411) mengemukakan keterampilan sosial yang diperlukan untuk interaksi kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Keterampilan proses 1. Encouraging. (Mendorong). 2. Maintaining group focus. (Memelihara fokus kelompok). 3. Harmonizing. (Keserasian). 4. Compromising. (Kompromi). 5. Consensus testing. (Uji kesepakatan).

2. Keterampilan produk 1. Initiating. (Memulai). 2. Informing. (Informasi). 3. Clarifying. (Kejelasan). 4. Summarizing. (Penyimpulan). 5. Following through. (Tindak lanjut).

Suasana kelas yang kondusif ditandai oleh adanya suatu kepercayaan dan saling memperhatikan satu sama lain di antara siswa. Satu karakteristik terpenting dari suasana kelas yang diharapkan adalah tiadanya sikap permusuhan di antara siswa dan guru serta di antara para siswa itu sendiri.

Daftar Pustaka

Banks, James A. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-making. (2nd Ed). California: Addison-Wesley Publishing Company.

Jarolimek, John & Parker, Walter C. (1993). Social Studies in Elementary Education. 9th Ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Johnson, David W. & Johnso, Frank P. (1975). Joining Together - Group Theory and Group Skills. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Welton, David A. & Mallan, John T. (1987). Children and The World: Strategies for Teaching Social Studies. 3rd Ed. Illinois: Houghton Mifflin Company.

Woolever, Roberta & Scott, Kathryn P. (1988). Active Learning in Social Studies: Promoting Cognitive and Social Growth. Illinois: Scott, Foresman, and Company.

MODUL 7: Pembelajaran Konsep Waktu, Perubahan, dan Kebudayaan

Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Konsep Waktu

Page 19: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Rangkuman

1. Perkataan sejarah dalam bahasa Arab adalah syajaratun, artinya pohon kayu. Pohon menggambarkan penumbuhan terus-menerus dari bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan, dan daun, kembang atau bunga serta buahnya.

2. Terdapat sejumlah kata dalam bahasa Arab yang artinya sama dengan kata sejarah, yaitu silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Di dalam bahasa Nusantara pun ada beberapa kata yang kurang, lebih sama artinya dengan kata sejarah, yaitu babad, tambo, tutui teteek, pustaka, dan cerita. Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history (yang sebenarnya berasal dari bahasa Yunani historia, yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya).

3. Sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian atau kenyataan yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari ingatan, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai ilmu adalah suatu batang tubuh ilmu pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau, yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar ilmu Sejarah.

4. Wilayah tempat sejarah itu bermain adalah masa lampau. Dengan demikian, sejarah akan menghantarkan kita untuk memahami apa yang terjadi pada masa yang lalu. Tiga dimensi waktu dalam sejarah adalah waktu yang lalu, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang. Dengan demikian, asumsinya adalah dengan memahami masa lalu, kita akan dapat memahami pula kejadian masa sekarang dan akan mampu memprediksikan kejadian-kejadian pada masa yang akan datang.

5. Setiap masyarakat manusia dipimpin oleh masa lampaunya. Pengalaman ini acap kali disebut juga resolusi, yakni pengumpulan kembali hal-hal yang telah dimiliki untuk dimanfaatkan atau diterapkan.

Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Konsep Perubahan

Rangkuman

1. Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar statis, cepat atau lambat semua masyarakat akan mengalami perubahan.

2. Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

3. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk dan aturan-aturan organisasi sosial.

4. Perubahan itu ada yang berjalan lambat (evolusi) ada juga yang cepat (revolusi). Di samping itu, ada perubahan yang kecil pengaruhnya dan ada yang besar, serta ada perubahan yang dikehendaki dan direncanakan, ada pula perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan.

Page 20: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

5. Sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang berasal dari luar masyarakat. Di samping itu, ada juga sejumlah faktor yang mendorong jalannya proses perubahan dan ada juga sejumlah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan.

6. Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian, ke masyarakat industri, ke masyarakat pascaindustri, dan selanjutnya ke masyarakat informasi. Dengan demikian, indikator penting dari perubahan dunia itu adalah perubahan teknologi.

7. Rasa keterkaitan pribadi kita terhadap masa lampau itu berubah, baik makna maupun simboliknya. Hal itu disebabkan karena konsistensi perilaku seseorang dengan lingkungan sosialnya dipengaruhi sejumlah referensi menurut jalur masa lampau, masa depan, dan masa sekarang.

Kegiatan Belajar 3: Pembelajaran Konsep Kebudayaan

Rangkuman

1. Dalam arti yang terbatas kebudayaan adalah pikiran, karya, dan hasratnya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Dengan singkat, kebudayaan adalah kesenian. Di lain pihak, kalangan ilmuwan sosial mengartikan kebudayaan dalam arti yang amat luas, yaitu totalitas dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar.

2. Bagaimanapun orang memandang kebudayaan itu dan sudut yang berbeda, namun unsur-unsur besarnya akan nampak sama. Unsur terbesar tersebut dinamakan unsur-unsur kebudayaan universal yang meliputi (a) sistem religi dan upacara keagamaan, (b) sistem dan organisasi kemasyarakatan; (c) sistem pengetahuan; (d) bahasa; (e) kesenian, (f) sistem mata pencaharian hidup; (g) sistem teknologi dan peralatan.

3. Di Indonesia konsep kepercayaan telah dianut oleh masyarakat pada zaman prasejarah. Inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang telah meninggal dunia.

4. Pengetahuan adalah semua yang kita ketahui, yang tersimpan baik dalam ingatan maupun dalam tulisan. Masing-masing suku bangsa di dunia ini mempunyai sistem pengetahuan tentang (a) alam sekitar; (b) alam flora di daerah tempat tinggalnya; (c) alam fauna di daerah tempat tinggalnya; (d) zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda di lingkungannya; (e) tubuh manusia; dan (f) sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia.

5. Nilai merupakan guna atau harga maka sesuatu dikatakan bernilai jika berguna atau berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), dan religius (nilai agama).

6. Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Adat adalah aturan yang lazim diikuti dan dilakukan sejak dahulu kala. Adat yang telah melembaga dinamakan adat istiadat, yaitu tata kelakuan yang relatif tetap dan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat.

7. Budaya demokrasi kita berdasarkan UUD 1945 adalah (a) demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; (b) demokrasi dengan kecerdasan, (c) demokrasi yang

Page 21: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

berkedaulatan rakyat, (d) demokrasi dengan rule of law, (e) demokrasi dengan pembagian kekuasaan, (f) demokrasi dengan hak asasi manusia; (g) demokrasi dengan pengadilan yang merdeka, (h) demokrasi dengan otonomi daerah, (i) demokrasi dengan kemakmuran, (j) demokrasi yang berkeadilan sosial.

Daftar Pustaka

________. (1961). Metode-metode Antropologi dalam Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Abdullah, Taufik, dkk. (1985). Ilmu Sejarah dan Historiografi. Jakarta: Gramedia. Ali, Mohamad R. (1961). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta: Bhratara. Banks, James A. (1990). Teaching Strategies for The Social Studies: Inquiry,

Valuing, and Decision Making. New York: Longman. Budimansyah, Dasim. (1995). Sosiologi. Bandung: Epsilon Grup. Ennis, R. H. (1978). "A Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities", in

J. B. Baron and R. J. Sternberg (Eds). Teaching For Thinking. (pp. 9-26). New York: Freeman.

Gazalba, Sidi. (1966). Pengantar Sejarah sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara. Gottsehalk, Louis. (1975). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto.

Jakarta: Universitas Indonesia. Harsojo. (1966). Pengantar Antropologi. Jakarta: Binacipta. Ismaun. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah

FPIPS IKIP Bandung. Koentjaraningrat. (1987). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia. Sunatra dan Dasim Budimansyah. (1987). Sosiologi dan Antropologi. Bandung:

Epsilon Grup.

MODUL 8: Pembelajaran Konsep Manusia, Tempat, dan Lingkungan

Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Konsep Manusia

Rangkuman

1. Manusia sebagai individu pada hakikatnya memiliki empat kualifikasi, yaitu sebagai insan Tuhan, insan kejiwaan, insan sosial, dan insan politik.

2. Sebagai insan Tuhan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang secara kodrati potensial dan telah ditentukan nasib dan takdir hidup maupun matinya. Namun, Tuhan pun memerintahkan agar manusia selalu berupaya dan pantang menyerah, dan selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

3. Sebagai insan kejiwaan manusia menurut Sigmund Freud terdiri atas tiga bagian, yaitu (a) Id adalah pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluriah dan tidak sosial, rakus dan antisosial; (b) Superego adalah kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang dan membentuk hati nurani; (c) Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur pengendalian Superego terhadap Id.

4. Sebagai insan sosial manusia memiliki kecenderungan hidup berkelompok. Konsekuensinya bahwa manusia memiliki (a) status dan peran serta tugas dan

Page 22: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

tanggung jawab; (b) hidup dalam sejumlah sistem, yaitu dalam sistem personal, sistem organik, sistem nilai, sistem budaya, dan sistem sosial.

5. Manusia sebagai insan politik merupakan peserta aktif (subjek) negara sekaligus abdi (objek) negara.

6. Lokasi adalah posisi suatu tempat di permukaan bumi. Sebagai suatu tempat di permukaan bumi, lokasi mempunyai nilai ekonomi apabila dihubungkan dengan suatu harga.

7. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa di permukaan bumi ini terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam atau dengan lokasi tempat tinggalnya. Pandangan tersebut secara garis besarnya adalah (a) kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam; (b) kehidupan manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinan-kemungkinan saja. Pandangan pertama dikenal dengan sebutan paham Geography Determinism, sedangkan pandangan kedua dikenal dengan sebutan paham Geography Posibilism.

Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Konsep Tempat

Rangkuman Di samping memiliki fungsi dan nilai bagi manusia tempat juga dapat mempengaruhi perbedaan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya manusia itu sendiri.

1. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai berwatak keras jika dibandingkan dengan orang yang hidup di daerah pegunungan yang berwatak lebih lembut.

2. Kegiatan ekonomi masyarakat daerah pantai terkait dengan sumber kehidupan mereka yakni laut sehingga mereka umumnya hidup sebagai nelayan atau bergerak dalam bidang industri perikanan dan pariwisata. Di lain pihak, masyarakat yang hidup di daerah pegunungan umumnya hidup bercocok tanam, misalnya berhuma, berkebun, mengusahakan hasil hutan karena sumber penghidupan mereka adalah lahan pertanian yang subur dan hutan yang lebat.

3. Terkait dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya maka masyarakat yang hidup di daerah pantai di dalam mengembangkan kebudayaannya pun bernuansa budaya pesisir. Misalnya, mereka pandai membuat perahu, berani mengarungi lautan lepas, pandai menangkap ikan. Berbeda dengan kebudayaan masyarakat yang hidup di daerah pegunungan, yang memperlihatkan nuansa budaya pertanian, misalnya mereka pandai bercocok tanam, terampil memanjat pohon besar, pandai membuat alat-alat pertanian.

1. Tempat merupakan suatu ruang di permukaan bumi yang memiliki karakteristik fisik dan manusia yang menempatinya.

2. Konsep tempat dinamakan juga region atau wilayah. Pengertian wilayah dalam geografi ada dua, yaitu wilayah formal dan wilayah fungsional.

3. Tempat dalam pengertian wilayah dapat digunakan sebagai pendekatan geografi yang diklasifikasikan ke dalam (1) uniform region, suatu wilayah dijadikan sumber dasar telaah geografi disebabkan adanya keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, (2) nodal region, suatu wilayah yang diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang dihubungkan melalui garis melingkar, (3) generic region, wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya sehingga fungsi wilayah yang bersangkutan diabaikan, (4) specific region, wilayah

Page 23: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

berdasarkan kekhususannya sehingga merupakan daerah tunggal yang mempunyai ciri-ciri tersendiri, dan (5) factor analysis, klasifikasi wilayah berdasarkan metode statistik deskriptif sehingga penting untuk membantu pengembangan wilayah.

4. Fungsi tempat bagi manusia adalah sebagai ruang hidup. Ruang dalam hal ini dapat ditafsirkan menurut tiga pendekatan, yaitu (1) menurut pendekatan ekologis, ruang sebagai milieu yang berisi sumber daya alam, (2) menurut pendekatan spatial, ruang sebagai space, yakni ajang kegiatan manusia, dan (3) menurut pendekatan regional, sebagai region, yakni daerah atau kesatuan politis.

5. Manusia sebagai penghuni ruang dapat diartikan luas, meliputi berbagai usahanya untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup cara mengorganisasikan masyarakat, cara mempengaruhi wilayah dan struktur penduduk.

6. Tempat dapat mempengaruhi perbedaan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Kegiatan Belajar 3: Pembelajaran Konsep Lingkungan

Rangkuman

1. Wujud ruang di permukaan bumi berbentuk tiga dimensi, yaitu (a) bentangannya berupa daratan dan perairan; (b) ke arah vertikal berupa lapisan udara; (c) dalam ruang ini berlokasi benda hidup dan benda mati serta gejala-gejala yang satu sama lain saling berhubungan.

2. Konsep keruangan dalam arti lingkungan hidup, dinamakan biosfera, yaitu lapisan yang terdiri atas daratan, air, dan udara, di mana makhluk hidup dapat berinteraksi, berinterdependensi, berinterelasi, dan berkembang.

3. Ruang sebagai lingkungan hidup dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (a) jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan; (b) interaksi antara unsur-unsur yang terdapat di suatu lingkungan; (c) perilaku atau kondisi unsur lingkungan hidup; (d) faktor nonmaterial.

4. Hubungan manusia dengan lingkungan dapat berupa hubungan positif, di mana di dalamnya terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, tetapi juga terdapat hubungan negatif sehingga alamlah yang dirugikan manusia.

5. Sistem lingkungan hidup dibangun oleh tiga komponen utama, yaitu lingkungan hidup alami, lingkungan hidup buatan, dan lingkungan hidup sosial. Di antara ketiga komponen tersebut diperlukan suatu keseimbangan melalui proses seleksi dan adaptasi.

6. Ciri lingkungan yang baik adalah yang memberi daya dukung optimum, ialah kepadatan penduduknya rendah, terdapat keseimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan.

Daftar Pustaka

_________. (1981), Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni. _________. (1983). Pokok-pokok Klimatologi. Bandung: Alumni. _________. (1987). Pokok-pokok Geografi Manusia. Bandung: Alumni. Banks, James A. (1990). Teaching Strategies for The Social Studies: Inquiry,

Page 24: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Valuing, and Decision Making. New York: Longman. Bayer, Barry K. (1971), Inquiry in the Social Studies Classroom: A Strategy for

Teaching, Columbus. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company. Budimansyah, Dasim. (1994). Paket Penuntun Belajar Geografi. Jilid 1, 2, 3 untuk

SLTP. Bandung: Penerbit Epsilon Grup. Daldjoeni, N. (1982). Pengantar Geografi. Bandung: Alumni. Ennis, R.H. (1987). A Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities. J. B.

Baron and R. J. Sternberg (Eds.). Teaching for Thinking. (pp. 9-26). New York: Freeman.

Kamil Pasya, Gurniwan. (1998). Geografi Pengantar ke Arab Memahami Konsep dan Metodologi. Bandung: Buana Nusa.

Wooleever, Roberta and Kathem P. Scott. (1990). Active Learning in Social Studies. Boston: Scott, Foresman and Company.

MODUL 9: Pembelajaran Konsep Produksi, Distribusi, dan Konsumsi

Kegiatan Belajar 1: Produksi

Rangkuman Produksi pada dasarnya adalah usaha manusia untuk meningkatkan nilai guna dan manfaat suatu benda untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Mereka berusaha sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing, pada pilihan lapangan usaha yang dipilihnya. Dominasi pilihan itu memberikan corak kekhasan masyarakat itu bahkan menentukan suatu negara sehingga negara itu tergolong menjadi negara maju atau negara yang sedang berkembang. Indikator produksi suatu negara ditentukan faktor-faktor produksi yang banyak dikuasai negara itu, tetapi yang paling dominan adalah faktor sumber tenaga manusia. Sekalipun sumber alam sedikit, tetapi SDM yang kreatif dan memiliki teknologi tinggi yang diciptakannya merupakan modal yang sangat berarti bagi unggulnya produktivitas suatu negara. Banyak sedikit penduduk di suatu negara turut menentukan pendapatan suatu masyarakat dan keluarga karena perhitungan kemakmuran suatu negara dihitung dari produksi nasional dibagi dengan jumlah penduduk negara itu.

Kegiatan Belajar 2: Distribusi dan Konsumsi

Rangkuman Distribusi adalah kegiatan ekonomi yang berkenaan dengan usaha menyebarkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan itu meliputi pasar faktor produksi, hasil produksi baik yang konkret maupun abstrak. Demikian pula pasar didasarkan pada permintaan dan penawaran atau ditentukan pemerintah atau, kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat, tergantung sistem perekonomian yang digunakan dalam negara itu. Makin banyak saluran yang dilalui makin panjang distribusinya, serta kecenderungan harga semakin mahal, namun semakin memudahkan konsumen memperoleh produk.

Konsumen merupakan konsep ekonomi yang berkenaan dengan usaha para pemakai,

Page 25: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

menentukan berapa banyak barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi sehingga menimbulkan permintaan di pasar. Terjadinya permintaan yang efektif dari konsumen tergantung pada dasar sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat sehingga memperlihatkan perilaku konsumen. Semua sikap dan perilaku konsumen dipelajari oleh para produsen agar produk yang dihasilkan itu dapat dibeli oleh konsumen. Pendekatan yang dilakukan itu ada yang didasari oleh nilai kepuasan pemakaian dan ada juga oleh akumulatif kepuasan maksimum. Standar kepuasan ditilik dari sudut mikro maupun makro nasional.

Daftar Pustaka

________. (1985). Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi 2. Yogyakarta: BPFE.

Ace Partadiredja. (1985). Pengantar Ekonomika. Yogyakarta: BPFE. Boediono. (1985). Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi 1.

Yogyakarta: BPFE. Nurimansyah Hasibuan. (1993). Pemerataan dan Pembangunan Ekonomi. Teori dan

Kebijaksanaan. Palembang: Penerbit Unsri. Sudarsono. (1984). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: LP3ES. Umar Juwono. (1994). Akumulasi Modal Manusia dan Pilihan Teknologi. dalam

AFKAR. Jurnal Tiga Bulanan Cides. Vol II/No. 1 Januari - Maret 1994. Winardi. (1975). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Penerbit Tarsito.

MODUL 10: Pembelajaran Konsep Kekuasaan dan Kewenangan dalam Negara

Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Konsep Kekuasaan Kewenangan dalam Negara

Rangkuman

1. Kemerosotan teori kedaulatan Tuhan antara lain pertentangan yang kerap timbul dari konsepsi yang sangat kuat bahwa raja bertindak atas nama Tuhan dengan kekuasaan yang tidak terkontrol maka melahirkan diktatorsif. Kondisi ini antara lain menjadi faktor munculnya dan berkembangnya teori kedaulatan negara.

2. Pada hakikatnya teori kedaulatan negara hanya menyatakan bahwa kekuasaan hanya ada pada negara baik sifat absolut maupun terbatas, dibedakan dengan pengertian ajaran staats absolutisme.

3. Di samping faktor-faktor kemasyarakatan juga ada faktor ideal, yaitu hukum, kesadaran hukum, dan rasa keadilan. Teori kedaulatan hukum mengemukakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah hukum, kedaulatan itu berada di tangan hukum yang memiliki bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara itu adalah hukum itu sendiri.

4. Teori kedaulatan rakyat mengatakan bahwa yang memiliki kedaulatan itu adalah rakyat, hal ini yang melahirkan teori demokrasi, yang berkembang mempengaruhi terhadap perkembangan sistem pemerintahan yang modern.

5. Perkembangan teori kedaulatan yang berhubungan satu sama lain, bahkan berkembang atas dasar kritik kelemahan dari suatu teori kedaulatan, bahkan lahirnya suatu teori kedaulatan merupakan koreksi dan penyempurnaan dari teori kedaulatan

Page 26: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

yang lain.

Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Konsep Kekuasaan dan Pemerintahan

Rangkuman

1. Negara sebagai organisasi kekuasaan yang tertinggi dalam masyarakat, kekuasaan tersebut dijalankan oleh suatu sistem pemerintahan. Dengan demikian, pemerintahan memiliki kekuasaan yang diberikan oleh negara untuk mencapai tujuan negara itu sendiri melalui mekanisme sistem politik.

2. Kekuasaan tanpa batas akan menjadi tidak terbatas, kekuasaan yang baik dan efektif, yaitu yang terbatas, tuntutan di luar fitrah manusia memungkinkan manusia pemegang kekuasaan tidak dapat menjalankan sesuai dengan prinsip dasar pemegang kekuasaan.

3. Kajian tentang kekuasaan dalam suatu negara maka hal ini harus dibedakan dengan kekuasaan oleh sistem pemerintahan, dan yang dimiliki oleh lembaga kenegaraan lainnya karena derajat dan kekuatannya serta legitimasinya, kekuasaan negara lebih tinggi dari pada kekuasaan pemerintah.

4. Pembagian kekuasaan ini juga sebagai salah satu cara yang untuk membatasi atau melemahkan kekuasaan penguasa, supaya kekuasaan itu tidak disalahgunakan, sangat efektif untuk mencegah praktik penyalahgunaan kekuasaan atau bertindak totaliter.

5. Hubungan internasional dan lembaga internasional, seperti lembaga hak asasi manusia dapat memberikan kontrol terhadap praktik penyalahgunaan kekuasaan, untuk itu terdapat salah satu upaya membatasi kekuasaan terhadap sistem pemerintahan.

Daftar Pustaka

David E. After. (1997). Pengantar Analisis Politik. Jakarta: Rajawali. Harold J. Laski. (1959). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Pembangunan. Juwono Sudarsono, (ed.). (1978). Perkembangan Politik dan Perubahan Politik.

Jakarta: Gramedia. Kranenburg. (1955). Ilmu Negara Umum. Terjemahan Mr. Tk. B. Sabroedin. Jakarta:

Grotingen. M. Solly Lubis. (1993). Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bandung: Mandar Maju. Miriam Budihardjo. (1972). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Dian Rakyat. Moch. Kusnardi dkk. (1983). Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat Studi

hukum Tata Negara UI. Padmo Wahyono. (1984). Penghimpun Masalah Ketatanegaraan di Indonesia.

Jakarta: Ghalia Indonesia. Rusadi Kartaprawira. (1990). Pendekatan Sistem dalam Ilmu-ilmu Sosial Aplikasi

dalam Meninjau Kehidupan Politik di Indonesia. Bandung: Sinar Baru. Satjipto Rahardjo. (1991). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya. Suchino. (1983). Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.

MODUL 11: Pembelajaran Konsep Individu, Kelompok, dan Kelembagaan

Page 27: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Konsep Individu dan Kelompok dalam Kajian Sosiologis

Rangkuman Menurut Maslow, kebutuhan hidup manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan diterima dan kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai kebutuhan untuk perwujudan diri, kebutuhan ingin tahu, serta kebutuhan akan keindahan.

Jenis-jenis interaksi sosial, yaitu (1) interaksi antarindividu adalah proses berkomunikasi antara dua individu yang saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan karena adanya kepentingan bersama dari keduanya, (2) interaksi antarindividu dengan kelompok adalah proses berkomunikasi antara seorang individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan karena adanya suatu kepentingan bersama dari keluarga, dan (3) interaksi antarakelompok adalah proses berkomunikasi antara kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan karena adanya kepentingan bersama dari kedua kelompok tersebut.

Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk-bentuk kerja sama adalah sebagai berikut.

1. Bargaining (tawar-menawar), yaitu perjanjian atau persetujuan antara pihak-pihak yang mengikat diri atau bersengketa melalui perdebatan, usul.

2. Kooptation (kooptasi), yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru oleh pemimpin suatu organisasi sebagai salah satu satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam organisasi.

3. Coalition (koalisi), yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama, misalnya untuk mempertahankan diri.

4. Join venture (usaha patungan), yaitu kerja sama perusahaan (proyek-proyek tertentu).

Tiga ketegangan dalam proses sosial yang memerlukan pengendalian sosial, yaitu (1) ketegangan sosial yang terjadi antara ketentuan dalam adat-istiadat dan kepentingan individu, (2) ketegangan sosial yang terjadi karena keperluan yang bersifat umum bertemu dengan kepentingan golongan yang ada dalam masyarakat, dan (3) ketegangan sosial yang terjadi karena golongan yang menyimpang sengaja menentang tata kelakuan yang berlaku di dalam masyarakat ruang lingkup pengendalian sosial, yaitu pengawasan dari individu terhadap individu lain, pengawasan dari individu terhadap kelompok, pengawasan dari kelompok terhadap kelompok, dan pengawasan dari kelompok terhadap individu.

Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Konsep Kelembagaan Ditinjau dari Sudut Sosiologis

Rangkuman Lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Lembaga adalah proses terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Setiap lembaga mempunyai kumpulan asosiasinya dan melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga dilaksanakan.

Page 28: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Beberapa unsur penting lembaga sosial, yaitu (1) lembaga sosial berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia dalam hidup bermasyarakat, (2) lembaga sosial merupakan organisasi yang relatif tetap, (3) lembaga sosial merupakan suatu organisasi yang tersusun atau terstruktur, dan (4) lembaga sosial merupakan cara bertindak yang mengikat.

Ciri-ciri Keluarga menurut Robert Mac Iver & Charles Horton Page adalah keluarga merupakan hubungan perkawinan, keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk, keluarga memiliki suatu sistem tata nama (nomenclatur) termasuk perhitungan garis keturunan, keluarga memiliki fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya dan berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak, keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

Lembaga ekonomi merupakan lembaga sosial yang menangani masalah kesejahteraan material, yaitu mengatur kegiatan atau cara berproduksi, distribusi, dan pemakaian (konsumsi) barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat sehingga semua lapisan masyarakat mendapatkan bagian yang seharusnya.

Lembaga politik merupakan perangkat norma dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Lembaga politik berhubungan dengan eksekutif, yudikatif, legislatif, keamanan nasional, dan partai politik, serta politik menentukan siapa, kapan, dan bagaimana memiliki kekuasaan.

Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan/ kebodohan ke pencerahan pengetahuan atau dari tidak tahu menjadi tahu.

Lembaga agama merupakan sistem keyakinan dan praktik keagamaan dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

Johnson, Paul Doyle. (1990). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjoroningrat. (1986). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lawang, Robert MZ. (1986). Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Polak, Major JBAF. (1985). Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Ichtiar Baru, VanHoeve.

Sajogyo dan Sayogyo Pudjiwati. Sosiologi Pedesaan. Jilid 2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Schoorl, JW. (1988). Modernisasi Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang. Jakarta: Gramedia.

Shadily, Hassan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan. Soekamto, Soerjono. (1986). Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Soemardjan, Selo. (1993). Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan Pokok-

pokok Pikiran. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Page 29: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

Susanto S Astrid Phil. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta.

MODUL 12: Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS Sekolah Menengah

Kegiatan Belajar 1: Kedudukan Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS

Rangkuman Kedudukan konsep ilmu, teknologi, dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan apabila dianalisis lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut menghendaki adanya dukungan dari berbagai disiplin ilmu.

IPS sebagai mata pelajaran di lembaga persekolahan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyaknya ide atau pemikiran dari para ahli, seperti Robert E. Yager, yang memasukkan Ilmu (Science), Teknologi (Technology), dan Masyarakat (Society) -ITM/STS- baik sebagai bidang aplikasi dan koneksi, kreativitas, dan sikap maupun konsep dan proses. Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang (1) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat; (2) pengambilan keputusan warga negara; (3) membuat koneksi antara pengetahuan; (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.

Melalui suatu studi Project Synthesis, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk persekolahan, sebagai berikut: (1) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu; (2) IPS untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini; (3) IPS untuk membantu dalam memilih karier; (4) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Konsep TTM mencakup keseluruhan spektrum tentang, peristiwa-peristiwa kritis dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar eksistensi ITM adalah lahirnya warga negara yang, berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-masalah krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.

Kegiatan Belajar 2: Pendekatan dan Strategi Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS Sekolah Menengah

Rangkuman Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya, dalam proses belajar-mengajar di kelas IPS, para siswa seyogianya diajak, dibina, dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Ada tiga alternatif pendekatan

Page 30: sm   Web viewHal ini dikarenakan materi ... dan mereka seharusnya memperoleh bimbingan dan penyuluhan ... Perubahan masyarakat dunia akan bergerak dari masyarakat pertanian

atau strategi untuk mengembangkan ITM dalam pembelajaran IPS, yakni (1) infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan atau (3) penciptaan/pembuatan mata pelajaran yang baru. Sedangkan karakteristik dari program integrasi ITM dalam IPS terdiri atas empat kategori sebagai berikut; (1) hasilnya dinyatakan secara jelas; (2) strategi organisasi; (3) sistem dukungan; (4) strategi instruksional.

Daftar Pustaka

Bybee, Roger and Teri Mau. (1986). Science and Technology Related Global Problems: An International Survey of Science Educators. Journal of Research in Science Teaching, h. 599-618.

Heath, Phillip A. (1990). Integrating Science and Technology Instruction Into the Social Studies: Basic Elements. Social Education. April/May:207-209.

Muroyama, Janet H. & Stever, H. Guyford (Eds). (1988). Globalization of Technology. International Perspectives. Washington DC.: National Academy Press.

Remy, Richard C. (1990). The Need for Science/Technology/Society in the Social Studies. Social Education. April/May: 203-206.

Yager, Robert E. (1990). The Science/Technology/Society Movement in the United States: Its Origin, Evolution, and Rationale. Social Education. April/May: 198-200.