fypmr.files.wordpress.com€¦ · web viewhal tersebut dapat dilihat dari penempatan mesin yang...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia industri, masalah tata letak pabrik maupun tata letak
fasilitas merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan
produktivitas perusahaan. Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam
dunia industri. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities
layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik
guna menunjang kelancaran proses produksi, diketahui bahwa jarak material
handling (pemindahan bahan) dari area yang satu ke area yang lain terlalu
panjang, hal ini akan mempengaruhi lintasan dan waktu proses dari produksi.
Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu PT Berkah di Senen
Jakarta Pusat. PT Berkah merupakan salah satu industri kecil, yang bergerak
dalam bidang pembuatan meja counter. Saat ini tata letak bagian produksi masih
belum ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari penempatan mesin yang tidak
beraturan, dimana mesin yang seharusnya berdekatan diletakkan berjauhan dan
mesin yang seharusnya berjauhan diletakkan berdekatan.Selain itu luas lahan di
lantai produksi yang tersedia saat ini belum sesuai dengan kebutuhan yang
ditandai dengan terdapatnya beberapa lokasi produksi yang letaknya berjauhan.
Untuk itu kami berencana untuk memindahkan lahan produksi serta menata ulang
tata letak antar mesin dan gudang pada lahan yang lebih luas.
Alat material handling juga dibutuhkan untuk perpindahan karena lokasi
produksi yang akan dibuat memiliki lahan yang lebih luas dikarenakan saat ini
proses perpindahan masih dilakukan manual oleh tenaga kerja manusia. Alat
material handling yang cocok untuk digunakan adalah forklift.
Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut
menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan menjaga kelangsungan
1
hidup ataupun kesuksesan suatu industri. Peralatan industri yang mahal
harganya, peralatan yang canggih, dan suatu desain produk yang bagus akan
tidak ada artinya akibat perencanaan layout yang tidak terencana dengan baik.
Karena aktivitas produksi suatu produk secara normal harus berlangsung lama
dengan tata letak yang berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat
dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian-kerugian yang
tidak kecil. Tujuan utama didalam desain tata letak pabrik pada dasarnya
adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut biaya
untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun untuk
fasilitas-fasilitas lainnya, biaya pemindahan bahan (material handling costs),
biaya produksi, maintenance, safety, dan biaya penyimpanan produk setengah
jadi.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada PT Berkah adalah tata letak fasilitas yang
tidak efisien dan efektif pada lantai produksi.Permasalahan tersebut merupakan
hal utama yang harus segera dibenahi karena aliran proses produksi masih terlihat
bolak-balik, sehingga mengganggu produktivitas kerja karyawan dan juga dapat
mengurangi keefektifan dan keefisienan pada saat proses produksi berlangsung
Masalah ini coba diatasi dengan dilakukan penataan ulang tata letak yang ada
pada saat ini pada lahan baru yang lebih luas, sehingga aliran proses produksi
dapat berjalan dengan lancar. Hal ini akan menjadi solusi bagi PT Berkah dan
diharapkan memberikan dampak yang sangat baik untuk semua pihak dimasa yg
akan datang.
1.3 Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan masalah bisa lebih tepat sasaran, maka penulis
memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Perancangan tata letak pabrik hanya dilakukan di pabrik meja besi
PT Berkah
2
2. Tidak membahas biaya pemindahan material handling karena
fokus pada pembahasan pada masalah tata letak fasilitas produksi.
3. Pengaruh lingkungan yang diteliti hanya temperatur dan tingkat
kelembaban ruangan produksi tahu.
3
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Tata Letak Pabrik
Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak
pabrik dan menangani pemindahan bahan yaitu kegiatan yang berhubungan
dengan perancangan susunan fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan erat
dengan industri manufaktur, yang penggambaran hasil rancangannya sebagai tata
letak pabrik (Apple, 1990).
Pekerjaan rancang fasilitas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat luas yang saling berhubungan dan yang secara keseluruhan membentuk
kegiatan perancangan tata letak fasilitas. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya
mulai dengan suatu analisis tentang produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan
diberikan dan sebuah perhitungan tentang aliran barang atau kegiatan secara
menyeluruh. Kemudian perencanaan terinci tentang susunan peralatan, keterkaitan
antara tempat kerja yang dirancang, daerah yang erat hubungannya
dikelompokkan kemudian dijalin menjadi suatu tata letak akhir (Apple, 1990).
2.1.1 Pengertian Tata Letak
Susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisensi pada suatu
produksi. Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas
operasi dengan memanfaatkan area tersedia untuk menempatkan mesin-mesin,
bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, personalia dan semua peralatan serta
fasilitas yang digunakan dalam proses produksi (Purnomo, 2004).
2.1.2 Pengertian Pabrik
Pabrik yang dalam istilah asing dikenal sebagai factory atau plant adalah
setiap tempat dimana faktor-faktor seperti manusia, mesin dan peralatan (fasilitas)
produksi lainnya, material, energi, uang (modal/kapital), informasi, dan sumber
daya alam dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna
menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien dan aman
(Wignjosoebroto, 2003).
4
2.1.3 Peranan Tata Letak Pabrik
Dalam perancangan fasilitas harus diketahui bahwa aliran barang biasanya
merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang dengan
cermat serta tidak boleh dibiarkan tumbuh atau berkembang menjadi suatu pola
lalu lintas yang membingungkan, tidak teratur, oleh karenanya pola aliran barang
yang menjadi dasar bagi rancangan seluruh pabrik. Rancangan ini akan
menentukan aliran barang yang diinginkan, susunan fasilitas fisik yang paling
ekonomis (Apple, 1990).
2.1.4 Jenis-jenis Persoalan Tata Letak
Masalah tata letak tidak selalu timbul dalam perencanaan tata letak bagi
perusahaan atau pabrik baru, seringkali masalah tata letak yang dihadapi
berhubungan kembali dengan fasilitas-fasilitas lama karena berbagai sebab.
Masalah tata letak dalam perusahaan umumnya timbul bila terjadi (Apple, 1990)
adalah :
a. Perubahan rancangan
b. Perluasan departemen
c. Pengurangan departemen
d. Penambahan produk baru
e. Memindahkan satu
departemen
f. Penambahan departemen baru
g. Peremajaan peralatan yang
rusak
h. Perubahan metode produksi
i. Penurunan biaya.
j. Perencanaan fasilitas baru
2.1.5 Tujuan Perencanaan dan Penyusunan Tata Letak
Tujuan utama perencanaan dan penyusunan tata letak pabrik adalah untuk
meminimumkan biaya total. Hal ini dapat diperoleh melalui pengaturan area kerja
dan fasilitas-fasilitas produksi yang paling optimal untuk suatu proses produksi.
Tujuan lain yang dapat diperoleh dengan adanya perencanaan dan penyusunan
tata letak fasilitas produksi ini, antara lain (Apple, 1990):
5
a. Memudahkan proses manufaktur yaitu tata letak harus dirancang sedemikian
sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan cara yang sangat
efisien.
b. Menaikkan output produksi Tata letak yang baik akan menghasilkan output
yang lebih besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, manhours yang
lebih kecil, dan mengurangi jam kerja mesin (machine hours).
c. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling) Perencanaan tata
letak fasilitas produksi perlu menekankan usaha untuk meminimalkan aktivitas
pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung.
d. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis
Perencanaan tata letak yang optimal dapat mengatur jarak antara departemen-
departemen atau mesin-mesin yang berlebihan, lintasan material, penumpukan
material yang dimaksud sehingga dapat mengurangi pemborosan pemakaian
ruangan.
e. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya.
f. Mengurangi inventory in process
g. Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran
h. Mempermudah aktivitas supervisi
i. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan
baku atau produk jadi
j. Mempermudah proses perluasan dan pengembangan area produksi dimasa
mendatang.
2.2 Perencanaan Layout
2.2.1 Peta Proses Operasi
Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan yang
terjadi dalam masalah penyelesaian suatu pekerjaan dari awal sampai menjadi
produk akhir. Sebelum dilakukan penelitian secara terperinci di setiap sistem
kerja, terlebih dahulu perlu diketahui proses terjadi sekarang secara keseluruhan.
Keadaan ini bisa diperoleh dengan menggunakan peta proses kerja.
6
Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah operasi dan
pemeriksaan yang dialami bahan (atau bahan-bahan) dalam urut-urutannya sejak
awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai bagian setengah jadi.
Peta ini juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis
lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat
atau alat mesin yang dipakai. Sesuai dengan relevansinya, pada akhir keseluruhan
proses dinyatakan keberadaan penyimpanan.
2.2.2 Assembly Chart
Assembly Chart merupakan diagram yang menggambarkan hubungan
antara komponen-komponen yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly
Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan
menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen tersebut. Pada pembuatan
Assembly Chart sering terjadi berbagai kesalahan, yaitu kesalahan penulisan
fastener, maupun kesalahan penyusunan sub assembly.
2.2.3 Aliran Material
Di bawah ini kita uraikan beberapa bentuk pola aliran yang sering dipakai
dalam proses produksi yaitu :
1. Straight (bentuk garis lurus)
Pola aliran berdasarkan garis lurus (Straight line) umum dipakai
bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana, dan
umumnya terdiri dari beberapa komponen atau beberapa macam
production equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan
memberikan jarak terpendek antara dua titik, aktifitas produksi
berlangsung sepanjang garis lurus, dari mesin nomor satu sampai ke mesin
yang terakhir, jarak pemindahan bahan total akan lebih kecil (jarak
sependek-pendeknya).
2. U-Shap
7
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki
bahwa akhir dari proses produksinya. Hal ini akan lebih mempermudah
pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah
pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik.
Apabila garis aliran bahan relatif panjang,
3. Circular (bentuk melingkar)
Pola aliran berdasarkan bentuk linkaran (circular) sangat baik
dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material
atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga
baik dipakai apabila departemen penerimaan dan pengiriman material
atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama
dalam pabrik yang bersangkutan.
4. Old Angle (Bentuk tak tentu)
Pola aliran berdasarkan Odd angle ini tidaklah begitu
dikenal dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada
dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan kondisi-kondisi
seperti bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran
yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan dan juga bilamana
dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas
produksi yang ada. Odd angle ini akan memberikan lintasan yang
pendek terutama akan terasa kemanfaatannya untuk area yang
kecil.
2.2.4 Peta Aliran Proses
Setelah kita mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses
yang terjadi, seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah
berikutnya kita perlu menganalisis setiap komponen pembentukan suatu produk
lengkap dengan lebih terperinci. Informasi-informasi yang diperlukan untuk
analisis setiap komponen tersebut di atas dapat diperoleh melalui peta aliran
8
proses. Dapat juga dikatakan bahwa peta aliran proses adalah suatu diagram yang
menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu,
dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung. Di
dalamnya dimuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis seperti
waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan yang terjadi. Waktu, biasanya
dinyatakan dalam jam atau menit sementara jarak perpindahan biasanya
dinyatakan dalam meter.
2.2.5 Multi Product Process Chart (MPPC)
MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu diagram yang
menunjukkan urutan untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi. Peta
MPPC juga dapat berguna sebagai gambaran umum yang berkaitan dengan
langkah-langkah pengerjaan dari setiap produk yang ada pada waktu proses
tertentu sehingga diperoleh informasi tentang kesamaan proses dari setiap produk
dengan yang lainya. Berdasarkan MPPC juga dapat diketahui aliran balik
(backtracking) dan pola aliran yang tidak sesuai dengan urutan proses (Lutfah
Ariana, 2005).
Biasanya Multi Product Process Chart sangat berguna sebagai petunjuk
teman kerja dalam suatu proses produksi dan terdapat pula kegunaan lainnya.
Fungsi lain dari MPPC diantaranya adalah untuk menghitung jumlah mesin atau
mesin teoritis, untuk keperluan membuat setiap komponen, menentukan jumlah
mesin setiap unit dan jumlah operator (Harahap,2006).
2.2.6 From-to Chart
From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum
digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam
suatu proses produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang
umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan
total berat beban. From to chart (FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip
frequency chart atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum
digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam
suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana
9
banyak item yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel
permesinan, kantor dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000).
From to chart (FTC) merupakan salah satu teknik konvensional yang
umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan
dalam suatu proses produksi. From to chart (FTC) merupakan adaptasi dari
mileage chart yang umum dijumpai pada suatu peta perjalanan, angka-angka yang
terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukan total dari berat beban yag
harus dipindahkan, jarak perpindahan, volume atau kombinasi dari faktor biaya
dan biasanya diisi dengan biaya total dari material handling untuk tiap-tiap
perpindahan yang terjadi (Unikom, 2011).
From to chart (FTC) adalah salah satu kebanyakan teknik sekarang ini
yang digunakan dalam layout dan kerja tranfor perusahaan, hal ini terutama
membantu dimana kebanyakan catatan aliran melalui suatu tempat, seperti
bengkel kerja, bengkel mesin besar, kantor atau fasilitas lain (Harahap, 2006).
From to chart juga dikenal sebagai travel chart atau cross chart, umunya
terdiri dari besaran-besaran aliran material antara dua bagunan departemen atau
mesin. Peta from to chart memberikan informasi mengenai jumlah perjalanan
material handling antara dua pusat aktifitas dan total jarak material handling.
Flow to chart dibagi menjadi dua yatu from to chart inflow dan from to chart
outflow. From to chart inflow merupakan koefisien atas ongkos pada from to
chart dilihat dari ongkos yang masuk ke suatu mesin.
From to chart atau peta dari ke- secara umum mempunyai beberapa
keuntungan dan kegunaan yaitu menganalisa perpindahan bahan, perencanaan
pola aliran, mengukur effesiensi pola aliran, menunjukkan ketergantungan suatu
aktivitas dengan aktivitas lainnya, merencanakan hubungan antara sejumlah
produk, bagian, item dan lainnya, menggambarkan jumlah hubungan antara
aktivitas dan pergerakkan diantaranya, memperpendek jarak perjalanan dalam
suatu proses (Apple, 1990).
2.2.7 Activity Relationship Chart (ARC)
Activity Relationship Chart atau Peta Hubungan Kerja kegiatan adalah
aktifitas atau kegiatan antara masing-masing bagian yang menggambarkan
10
penting tidaknya kedekatan ruangan. Dalam suatu organisasi pabrik harus ada
hubungan yang terikat antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya yang
dianggap penting dan selalu berdekatan demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karena
itu dibuatlah suatu peta hubungan aktifitas, dimana akan dapat diketahui
bagaimana hunbungan yang terjadi dan harus dipenuhi sesuai dengan tugas-tugas
dan hubungan yang mendukung.
Dalam literatur lain juga disebutkan bahwa Activity relationship chart
(ARC) adalah peta yang menggambarkan tingkat hubungan antar bagian-bagian
atau kegiatan yang terdapat dalam suatu perusahaan industri. Setiap kegiatan atau
aktivitas dalam industri manufaktur saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya, bahwa setiap kegiatan itu perlu tempat untuk melaksanakannya. Kegiatan
tersebut berupa aktivitas produksi, pelayanan kebutuhan karyawan, administrasi,
inventory, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu maka dalam perencanaan tata letak
fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang optimal untuk mencegah adanya
penghamburan waktu dan biaya akibat harus terselenggaranya suatu aktivitas.
Teknik untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada adalah dengan
menggunakan Activity relationship chart (ARC). Teknik ini dikemukakan oleh
Richard Muthe yang mengatakan bahwa “ Hubungan antar aktivitas ditunjukan
dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktivitas“.
Simbol-simbol yang digunakan pada activity relationship chart (ARC)
adalah sebagai berikut:
A = Mutlak perlu berdekatan U = Perlu Berjauhan
E = Sangat perlu berdekatan X = Mutlak Berjauhan
I = Penting berdekatan
O = Tidak jadi masalah
2.2.8 Work Sheet
Work sheet ini disusun berdasarkan apa yang telah ditetapkan dalam
activity relationship sheet chart yang terdiri dari baris dan kolom dan pada bagian
sebelah kiri urutan kegiatan sedangkan bagian kanan ditempatkan tingkat
hubungan. Baris-baris dan kolom ini lebih mudah dilihat hubungan antara
aktivitas dengan melihat pada kolom alasan dibawahnya.
11
2.2.9 Activity Block Template Diagarm
Block template merupakan kelanjutan dari Work sheet dimana tiap-tiap
aktivitas dibuat dalam suatu bujur sangkar atau persegi panjang. Nomor kode tiap
kegiatan atau aktivitas dituliskan di tengah-tengah dari block sedangkan tingkat
hubungan dituliskan pada sudut block template tersebut.
2.2.10 Activity Relationship Diagram (ARD)
Penentuan ARC tiada lain untuk merencanakan dan menganalisis
keterkaitan antar kegiatan. Namun, dengan ARC belum memperoleh gambaran
tentang letak suatu departemen relatif terhadap departemen lainnya. Oleh karena
itu, dibutuhkan Activity Relationship Diagram (ARD) untuk mendapatkan
gambaran tentang tata letak suatu departemen relatif terhadap departemen
lainnya.
Dasar untuk ARD yaitu TSP. Jadi yang menempati prioritas pertama pada
TSP harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya. Pada saat
menyusun ARD ini kemungkinan terjadinya error sangat besar karena berangkat
dari asumsi bahwa semua departemen berdekatan satu sama lain. Adapun yang
dimaksud error disini adalah suatu keadaan dimana mesin-mesin (departemen-
departemen) yang mendapat prioritas satu tidak dapat menempati posisinya untuk
saling berdekatan satu sama lain tanpa ada pembatas dari departemen lain.
Adapun batas error yang diijinkan dalam penempatan departemen-departemen
tersebut (pembuatan ARD) adalah maksimal dua buah error.
Activity relationship diagram merupakan diagram keterkaitan kegiatan
atau hubungan antar aktifitas dibuat menggunakan informasi dari peta keterkaitan
kegiatan yang digunakan menjadi dasar perencanaan keterkaitan antara pola aliran
barang dan lokasi kegiatan pelayanan dihubungkan dengan kegiatan produksi.
Diagram hubungan antar aktifitas ini merupakan diagram balok yag menunjukan
pendekatan keterkaitan kegiatan sebagai suatu model kegiatan tunggal (Apple,
1990).
Activity relationship diagram (ARD) adalah diagram hubungan antar
aktivitas (departemen atau mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan,
12
sehingga diharapkan ongkos handling minimum. Dasar untuk membuat activity
relationship diagram adalah tabel skala perioritas, jadi yang menempati prioritas
pertama pada tabel skala prioritas harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas
berikutnya untuk didekatkan pada departemen atau mesin di kolom paling kiri.
Area pada activity relationship diagram diasumsikan sama, baru pada revisi
disesuaikan berdasarkan activity relationship diagram ini dan areanya sesuai
dengan luas dari masing-masing aktivitas yang diperkecil dengan skala tertentu
(Mercubuana, 2010).
Keuntungan pembuatan activity relationship diagram (ARD) ini adalah
pembagian wilayah kegiatan yang sistematis, memudahkan proses tata letak,
meminimumkan ruangan yang tidak terpakai, menerjemahkan perkiraan area ke
dalam suatu peraturan pendahuluan dalam bentuk yang dapat dilihat, memberikan
perkiraan luas letak, menjamin ruangan yang cukup, dasar bagi perencanaan
selanjutnya (Unikom, 2011).
Tabel skala prioritas (TSP) menunjukan hubungan antar mesin dan
gudang adalah skala yang menunjukan derajat kepentingan antar mesin-mesin
produksi maupun antar mesin dan gudang. Skala prioritas dibagi dua macam yaitu
skala prioritas inflow (dibuat berdasarkan inflow) dan skala prioritas outflow
(dibuat berdasarkan outflow) (Unikom, 2011).
Tabel skala prioritas untuk membantu dalam menentukan kegiatan yang
harus diletakan pada satu tempat maka digunakan derajat kedekatan yaitu seperti
mutlak perlu kegiatan yang berdampingan satu sama lain, sangat penting kegiatan
berdekatan, pentingnya kegiatan berdekatan, kedekatan dimana saja tidak ada
masalah. Pengisian derajat kedekatan pada tabel skala prioritas berdasarkan
angka-angka atau koefisien dari from to chart inflow dan from to chart outflow
dengan range nilai untuk masing-masing derajat kedekatan (Apple, 1990).
Tabel skala prioritas adalah suatu tabel yang menggambarkan urutan
prioritas antara departemen atau mesin dalam suatu lintas atau layout produksi.
Referensi tabel skala prioritas didapat dari perhitungan Outflow-Inflow, dimana
prioritas diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya. Tabel skala prioritas
ini selanjutnya akan menjadi acuan bagi pembuatan activity relationship diagram
(ARD). Pembuatan activity relationship diagram harus berdasarkan prioritas yang
13
ada di masing-masing departemen. Jadi, masing-masing departemen dalam
menempatkan departemen yang satu dengan yang lain harus berdasarkan tabel
skala prioritas. Bila didasarkan pada from to chart in-flow, maka prioritas disusun
dari ongkos yang terkecil hingga terbesar. Sebaliknya, bila terpilih from to chart
out-flow maka penyusunan prioritas berdasarkan ongkos terbesar hingga terkecil
(Mercubuana, 2010).
Tabel skala perioritas merupakan suatu tabel yang menggambarkan urutan
prioritas antara departemen atau mesin dalam suatu lintas atau Layout produksi.
Adapun tujuan dalam pembuatan tabel skala prioritas yaitu: untuk
meminimumkan ongkos, memperkecil jarak Handling, mengoptimalkan Layout.
Prioritas dari departemen atau mesin diketahui setelah membandingkan nilai
terendah dari pada tabel from to chart inflow dan tabel outflow (Elib Unikom,
2011).
2.2.11 Area Alocation Diagram (AAD)
Diagram ini merupakan gabungan antara activity relationship diagram
dengan area template. Diagram ini merupakan dasar untuk menggambarkan final
layout. Pada diagram ini terlihat dengan jelas bentuk pabrik yang akan dibangun,
hubungan antara departemen serta aliran bahannya.
Kegiatan final layout merupakan rancangan terakhir dari yang telah
didapat berdasarkan hasi analisa yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan dan dapat dilihat ukuran skala dan letaknya menurut proses
pengerjaan yang diperlukan dalam operasi pengerjaan bahan, juga
dipertimbangkan jalur-jalur alat pemindahan bahan sehingga aliran dapat bergerak
dengan lancar. Letak antara satu daerah kerja dengan daerah kerja lainnya diberi
jarak yang dianggap baik karena alasan tertentu atau adanya kemungkinan
terjadinya perluasan pabrik di masa yang akan datang.
2.3 Luas Lantai
Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan
digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dalam perusahaan yang akan
didirikan. Luas lantai dibutuhkan untuk mesin atau peralatan yang dapat
14
ditentukan setelah mengetahui berapa banyak jumlah mesin yang perlu diawasi
oleh seorang operator (Harahap, 2006).
Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai
perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya. Perhitungan
luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas area yang dibutuhkan untuk
produksi yang menyangkut area penempatan kelompok mesin produksi (Binus,
2004).
Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan
luas lantai bagian produksi (Binus, 2007). Terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan dalam menentukan luas lantai, yang pertama adalah metode produksi
pusat, dimana pusat produksi terdiri dari satu mesin ditambah dengan seluruh
peralatan yang diperlukan dan area untuk operator. Tempat kerja (depan,
belakang, kiri, kanan) ditambah ruang maintenance dan ruang storage akan
didapat luas lantai untuk mesin. Pada prinsipnya semua peralatan dan lokasi
storage disusun pada pusat produksi (Hadiguna, 2008).
Metode yang kedua adalah Roughed – Out Layout Method, dimana model
ditempatkan pada tata letak yang diperoleh dari estimasi konfigurasi umum dan
luas lantai yang dibutuhkan. Metode yang ketiga adalah metode jarak standar,
dimana untuk industri-industri yang standar, luas lantai ditentukan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Harahap, 2006).
Waktu rasio dan metode proyek merupakan metode luas lantai berikutnya
yaitu dengan menetapkan perbandingan dari meter kuadrat suatu faktor yang bisa
mengukur atau memprediksi tata letak yang diusulkan. Sebagai contoh adalah
meter kuadrat per jam buruh langsung, meter kuadrat per unit produksi dan meter
kuadrat per kepala bagian. Metode yang terakhir adalah mengkonversikan dimana
kebutuhan area yang sekarang dikonversikan untuk kebutuhan tata letak yang
direncanakan. Perlu diingat bahwa kebutuhan area bukan merupakan fungsi linier
dari jumlah produksi. Metode ini dapat digunakan untuk departemen pendukung
dan gudang bahan baku (Harahap, 2006).
Rumus menghitung kelonggaran (Allowance) :
Allowance= Luas Total – Subtotal x 100%
Luas Total
15
BAB III
PENGUMPULAN DATA
3.1 Bill of Material Mainan Miniatur Becak
Tabel 1 Bill Of Material Meja Counter Small
(Sumber data : hasil pengaamatan)
3.2 Ukuran bahan komponen mainan miniatur becak
Tabel 2 Ukuran bahan komponen mainan miniatur becak
No Nama Komponen
Jumlah (Unit)
Spesifikasi Bahan
Ukuran Bahan Baku (mm)
Ukuran Komponen (mm)
Keterangan
1 Kaki Meja
4 Besi 6000x50(d) 720x50(d) MFG
2 Frame Meja 1
2 Besi 6000x40x40 1380x30x30 MFG
3 Frame Meja 2
2 Besi 6000x40x40 680x30x30 MFG
4 Penyangga Plat 1
2 Besi Stik 6000x10x10 500x10x10 MFG
5 Penutup Sisi 1
2 Plat Perforated
6000x500x10 580x500x5 MFG
6 Penyangga Plat 2
2 Bessi Stik 6000x20x20 1380x10x10 MFG
7 Penutup Sisi 2
1 Plat Perforated
6000x300x10 1380x300x5 MFG
8 Penyangga Atas
2 Besi 6000x300x300 1380x300x200 MFG
16
9 Alas Meja
1 Kayu 1500x1500x7 1380x680x5 MFG
(Sumber data : hasil pengamatan)
3.3 Mesin yang digunakan untuk membuat mainan miniatur becak
Tabel 3 Mesin yang digunakan untuk membuat mainan miniatur becak
NO Nama Mesin Dimensi Mesin Fungsi Komponen Yang Digunakan
1 Mesin Potong P = 61cm, L = 45cm
Untuk Memotong Bahan Baku
Semua Komponen
2 Mesin Bor P = 74cm, L = 60cm
Untuk Melubangi komponen
Penutup Sisi 1,Penutup Sisi 2, Penyangga Alas
3 Mesin Penghalus
P = 70cm, L = 55cm
Untuk menghaluskan komponen
Semua Komponen
(Sumber data : Hasil Pengamatan)
17
3.4 Peta Proses Operasi Meja Counter
Gambar 1 Peta Proses Operasi
(Sumber data : hasil perhitungan )
18
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Perhitungan Scrap pada Pembuatan Meja Counter A. Kaki Meja
Pemotongan
a=6000720
a=8,333
b=5050
b=1
c=8,333× 1 c=8,333
% scrap=( 14
× 3,14 ×50×6000)−[( 14
× 3,14 ×50 ×720¿× 8)]( 14
×3,14 ×50×6000)×100 %
% scrap=235500−226080235500
×100 %
% scrap=4%
% scrapuntuk 1komponen= 4%8 = 0,5%
B. Frame Meja 1 Pemotongan
a=60001380
a=4,3478
b=4030
b=1,333
c=4,3478 ×1,333 c=5,797 ≈ 6
19
% scrap=(6000 ×40× 40 )−[ (1380 ×30×30¿× 6 )]
6000 ×40 × 40× 100 %
% scrap=9600000−74520009600000
×100%
% scrap=22 %
% scrapuntuk 1komponen=22 %6
=3,66 %
C. Frame Meja 2 Pemotongan
a=6000680
a=8,8235
b=4030
b=1,333
c=8,8235× 1,333 c=11,7647 ≈ 12
% scrap=(6000 ×40 × 40 )−[ (680 ×30 ×30¿× 12 )]
6000× 40× 40×100 %
% scrap=9600000−73440009600000
×100%
% scrap=24 %
% scrapuntuk 1komponen=24 %12
=2 %
D. Penyangga Plat 1 Pemotongan
a=6000500
a=12
b=1010
b=1
c=12 ×1 c=12
20
% scrap=(6000 ×10 ×10 )−[ (500 ×10 ×10¿× 12 )]
6000× 10× 10×100 %
% scrap=600000−600000600000
×100 %
% scrap=0 %
% sc rapuntuk 1 komponen=0%12
=0 %
E. Penutup Sisi 1 Pemotongan
a=6000580
a=10,344
b=1010
b=1
c=10,344 × 1 c=10,344 ≈11
% scrap= (6000 ×500 ×1 )−[ (580× 500× 0,5¿×11 )]6000 ×500 × 1
× 100 %
% scrap=3000000−15950003000000
× 100 %
% scrap=47 %
% scrapuntuk 1komponen= 47 %11
=4,27 %
Pengeboran
% scrap=(3,14 ×102×0,5 )× 4(580 ×500 × 0,5)×11
×100 %
% scrap=5 %
% scrapuntuk 1komponen=5%11
=0,45 %
F. Penyangga Plat 2 Pemotongan
a=60001380
a=4,34
21
b=2010
b=2
c=4,34 ×2 c=8,695≈ 9
% scrap= (6000 ×20×20 )−[ (1380 ×10 ×10¿× 9 )]6000 ×20 ×20
× 100 %
% scrap=2400000−12420002400000
×100 %
% scrap=48 %
% scrapuntuk 1komponen= 48 %9
=5,33 %
G. Penutup sisi 2 Pemotongan
a=60001380
a=4,34
b=300300
b=1
c=4,34 ×1 c=4,34 ≈ 5
% scrap=(6000 ×300 ×1 )−[ (1380× 300 ×0,5¿× 5 )]
6000 ×300 ×1×100 %
% scrap=1800000−10350001800000
× 100%
% scrap=43%
% scrapuntuk 1komponen= 43 %5
=8,6 %
Pengeboran
% scrap=(3,14 × 102× 0,5 ) × 4(1380 ×300 × 0,5)×5
×100 %
% scrap=1,5 %
% scrapuntuk 1komponen=1,5 %5
=0,03 %
22
H. Penyangga Alas Pemotongan
a=60001380
a=4,347
b=3030
b=1
c=4,347 ×1 c=4,347 ≈ 5
% scrap=(6000 ×30×30 )−[ (1380 ×30 ×20¿× 5 )]
6000× 30 ×30× 100 %
% scrap=5400000−8280005400000
×100 %
% scrap=23 %
% scrapuntuk 1komponen=23 %5
=4,6 %
Pengeboran
% scrap=(3,14 ×102× 0,5 ) ×2(1380× 30× 20)×5
×100 %
% scr ap=0,76 %
% scrapuntuk 1komponen=0,76 %5
=0,15 %
I. Alas Meja Pemotongan
a=15001380
a=1,089
b=1500680
b=2,205
c=1,089× 2,205
23
c=2,397≈ 3
% scrap=(1500 ×1500 ×7 )−[ (1380×680 ×5¿× 3 )]
1500× 1500× 7× 100 %
% scrap=15750000−1407600015750000
× 100 %
% scrap=36 %
% scrapuntuk 1komponen=36 %3
=12 %
Pengeboran
% scrap=(3,14 × 102× 5 ) × 4(1380 × 680× 5)×3
×100 %
% scrap=0 %
% scrapuntuk 1komponen=0%3
=0,13 %
4.1 Perhitungan Scrap Tabel 4 Perhitungan Scrap pembuatan mainan miniatur becak
24
Nama Komponen NO Gambar No Operasi Uraian Proses Waktu(Menit) Departemen Mesin/Peralatan Alat Bantu Ukuran Bahan Baku Ukuran Komponen Persen SCRUb Material Handling KeteranganKaki Meja O-1 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
O-1 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 0,5%O-3,I-1 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%
Frame Meja 1 O-4 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%O-5 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 3,7%
O-5,I-2 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%Frame Meja 2 O-7 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
0-8 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 2%0-9,I-3 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%
Penyangga Plat 1 O-10 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%O-11 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 0%
O-12,I-4 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%Penutup Sisi 1 O-13 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
O-14 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 4%O-15 Dibor 5 Pengeboran M. Bor Ragum 0,4%
O-16,I-5 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%Penyangga Plat 2 O-17 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
O-18 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 5%O-19,I-6 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%
Penutup SISI 2 O-20 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Ragum 0%O-21 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 9%O-22 Dibor 5 Pengeboran M. Bor Ragum 0,03%
O-23,I-7 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%Penyangga Alas O-24 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
O-25 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 5%O-26 Dibor 5 Pengeboran M. Bor Ragum 0,15%
O-27,I-8 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%Alas Meja O-28 Ukur dan Ditandai 30 Pengukuran Meteran Penitik dan Penggaris 0%
O-29 Dipotong 5 Pemotongan M. Potong Ragum 12%O-30 Dibor 5 Pengeboran M. Bor Ragum 0,13%
O-31,I-9 Dihaluskan dan Diperiksa 30 Penghalusan dan Pengecekan Gerinda Ragum 0%
Manusia
Manusia
Manusia
6000x10x10mm 500x10x10mm Manusia
6000x50(d)mm 720x50(d)mm
6000x40x40mm 1380x30x30mm
680x30x30mm6000x40x40mm
1380x680x50mm1500x1500x70mm Manusia
580x500x5mm6000x500x10mm
6000x20x20mm 1380x10x10mm
1380x300x5mm6000x300x10mm
Manusia
Manusia
Manusia
Manusia6000x300x300mm 1380x300x200mm
(Sumber data : hasil perhitungan)
4.2 Perhitungan Kapasitas Mesin
25
Jumlah komponen sebelum operasi = Jumlah komponen setelah operasi 1 - % Scrap
= 200 1 – 0%
= 200
Kapasitas Mesin Teoritis = 60 Waktu proses aktual
= 60 25 = 2,4
Jumlah Mesin Teoritis = Jumlah komponen sebelum operasi Kapasitas mesin Teoritis
= 200 2,4 = 83 unit
26
Tabel 5 Perhitungan Routing Sheet
27
Deskripsi Mesin/ ToolWaktu
(menit)
Kapasitas Mesin
Teroritis
Kapasitas Mesin Aktual
% Scrap
Jumlah Komponen
Setelah Operasi
Jumlah Komponen
Sebelum Operasi
Jumlah Mesin
Teroritis
Jumlah Mesin Aktual
No Proses JumlahA -1 Rakit Kaki Meja ke Frame Meja 1 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83 1 Pemotongan 225A -2 Rakit Penyangga Plat 1 ke A 1 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83 2 Penghalusan (gerinda) 451A - 3 Rakit Penyangga Plat 2 ke A2 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83 3 Pengukuran 683A - 4 Rakit Penyangga Alas ke A 3 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 33 4 Pengeboran 140A - 5 Rakit Alas Meja ke A4 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83 5 Assembly 398A - 6 Rakit Shit Alas ke A5 Mesin Las 10 6 6 0% 200 200 33 33 6 Sub Assembly 249
SA-1 Rakit Frame Meja 2 ke Meja 1 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83SA-2 Rakit Penutup Sisi 1 ke Penyangga Plat 1 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83SA-3 Rakit Penutup Sisi 2 ke Penyangga Plat 2 Mesin Las 25 2,4 2,4 0% 200 200 83 83
0-1 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 201,01 201,01 50,25 510-2 Dipotong M. Potong 5 12 12 0,5% 200,00 201,01 16,75 17
0-3 / i-1 Dihaluskan & Diperiksa Gerinda 15 4 4 0% 200 200,00 50,00 51Frame Meja 1
0-4 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 208 208 51,92 650-5 Dipotong M. Potong 5 12 12 3,7% 200 208 17,31 22
0-6 / i-2 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Frame Meja 2
0-7 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 204,08 204,08 51,02 660-8 Dipotong M. Potong 5 12 12 2% 200 204,08 17,01 22
0-9 / i-3 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Penyangga Plat 1
0-10 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 200,00 200,00 50,00 660-11 Dipotong M. Potong 5 12 12 0% 200 200,00 16,67 17
0-12 / i-4 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Penutup sisi 1
0-13 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 209,17 209,17 52,29 990-14 Dipotong M. Motong 5 12 12 4% 201 209,17 17,43 330-15 Dibor M. Bor 10 6 6 0% 200 201 33 35
0-16 / i-5 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Penyangga Plat 2
0-17 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 210,53 210,526316 52,63 970-18 Dipotong M. Potong 5 12 12 5% 200 210,53 17,54 33
0-19 / i-6 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Penutup Sisi 2
0-20 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 219,85 219,85 54,96 890-21 Dipotong M. Motong 5 12 12 9% 200,06 219,85 18,32 300-22 Dibor M. Bor 10 6 6 0,03% 200 200,06 33,34 34
0-23 / i-7 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50penyangga Alas
0-24 Ukur & Ditandai Meteran 15 4 4 0% 210,84 210,84 52,71 710-25 Dipotong M. Motong 5 12 12 5% 200,30 210,84 17,57 240-26 Dibor M. Bor 10 6 6 0,15% 200 200,30 33,38 37
0-27 / i-8 Dihaluskan Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50Alas Meja
O-28 Ukur Dan Ditandai Meteran 15 4 4 0% 227,57 227,57 56,89 79O-29 Dipotong M. Potong 5 12 12 12% 200,26 227,57 18,96 27O-30 Dibor M.Bor 10 6 6 0,13% 200 200,26 33,38 34
O-31/ I-9 Dilhaluskan dan Diperiksa Gerinda 15 4 4 0% 200 200 50 50
Assembbly
Sub Assembly
Kaki Meja
28
(Sumber data : Hasil Perhitungan)
4.3 Penentuan Struktur Organisasi & Job Description
Gambar 2 Penentuan Struktur Organisasi & Job Description
1. Direktur Utama Memutuskan dan menentukan peraturan serta kebijakan tertinggi
yang dibutuhkan oleh PT. Lautan Berkah Teknik. Memilih, menentukan dan mengawasi perkerjaan karyawan
dibantu oleh divisi-divisi yang ada. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan dan melaporkan laporan
kepada pemilik usaha.2. General Manajer
Membawahi,mengawasi dan berkordinasi dengan bidang yang dibawahi
Kordinasi langsung dengan direktur utama3. Manajer Marketing & Divisi Marketing
Manajer Marketing Membuat, merumuskan dan menetapkan konsep serta rencana
penjualan perusahaan. Mengatur serta mengevaluasi kinerja divisi marketing, baik
penjualan maupun promosi. Melakukan pengawasan serta pengendalian atas kinerja divisi
marketing.
29
Menciptakan suasana tenang serta memberikan motivasi guna menyemangati seluruh karyawan.
Membuat laporan kegiatan kepada direktur utama tiap 1 bulan sekali sebagai pertanggungjawaban dari divisi marketing.
Divisi Marketing Melaksanakan kegiatan penjualan serta promosi dengan
rencana yang telah disusun oleh manajer marketing.
4. Manajer Keuangan &Divisi Accounting Manajer Accounting
Merencanakan strategi akunting perusahaan secara tepat, sesuai dengan strategi bisnis.
Mengatur dan mengarahkan pencatatan neraca perusahaan sesuaidengan aktivitas perusahaan.
Mengontrol dan mengevaluasi aktivitas akunting yang dilakukan oleh divisi akunting.
Menjalankan tugas - tugas terkait lainnya dalam upaya pencapaian target perusahaan.
Divisi Accounting Melakukan pengaturan administrasi keuangan perusahaan. Menyusun dan membuat laporan keuangan dan perpajakan
perusahaan. Menyusun dan membuat anggaran pengeluaran perusahaan
secara periodic. Menyusun dan membuat anggaran pendapatan perusahaan
secara periodic.
5. Manajer Produksi & Divisi Produksi Manajer Produksi
Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi. Menentukan standard control kualitas produk. Mengawasi proses produksi. Mengorganisir perbaikan danpemeliaraan rutin alat produksi. Mengawasai pekerjaan karyawan divisi produksi.
Divisi Produksi Operational Group
Melakukan proses produksi berdasarkan perencanaan serta jadwal yang telah ada.
Melaksanakan pemantauan dan pemeriksaan terhadap produk dan alat produksi yang digunakan.
30
Melaporkan hasil proses kerja kepada manajer produksi secara rutin.
Maintenance Group Melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap semua mesin
serta peralatan penunjang kegiatan produksi.
6. Manajer Personalia dan Divisi Personalia Manajer dan divisi Personalia
Merencanakan perekrutan karyawan berdasarkan kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja baru.
Menentukan program pengembangan SDM secara menyeluruh guna meningkatkan kualitas pekerja.
Mengatur tentang penggajian para karyawan. Memberikan motivasi kerja pada setiap karyawan yang
membutuhkan.
7. Manajer Logistik & Divisi Purchasing Manajer Logistik
Merencanakan serta meramal pembelian kebutuhan material. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pembelian
material produtksi maupun non produksi. Melakukan negosiasi harga berdasarkan analisa pasar.
Divisi Purchasing Membuat dan mencetak Purchase Order dan mengirimkannya
ke vendor agar sesuai dengan waktu yang ditentukan dan spesifikasi yang diinginkan.
Melakukan input biaya yang timbul untuk pengiriman barang. Membuat laporan bulanan untuk pembelian untuk menjadi
pertimbangan manajer purchasing dalam pengambilan keputusan di kemudian hari.
8. Manajer CSR dan Divisi CSR Divisi pengelolaan untuk pengabdian masyarakat yang berasal
dari perusahaan sebagai bukti feedback yang diberikan perusahaan untuk masyarakat.
31
4.4 Activity Relationship Chart ( ARC )
Gambar 3 Activity Relationship Chart ( ARC )
Table 6 Lantai Produksi
32
Mesin Operator Tumpukan Srcap Gang1 pemotongan M.Potong 225 81000000 12150000 1200 191,64 180000 93331391,6 81% 933313922 Penghalusan M. Gerinda 451 40590000 12177000 1200 0 180000 52948200 89% 529482013 pengukuran 683 245880000 36882000 1200 0 180000 282943200 43% 2829432004 pengeboran M.bor 140 50400000 7560000 1200 13,38 180000 58141213,4 88% 581412145 pemeriksaan 451 5051200 5682600 1200 0 180000 10915000 98% 10915001
498279005
Luas Daerah
Allowance Luas LantaiNo Departemen
Nomor Operasi
Nama Mesin
Jumlah Mesin
Luas
Table 7 Lantai Pelayanan Storage Utama
P L T D P L T DSS 600 5 72 5 201,37 8054,8 200 40,274 200 5 40 1,00685 2,0 360 720 180000 89% 180001SS 600 3 3 138 3 3 258 10320 200 51,6 200 3 66,66667 0,774 1,0 414 414 180000 89% 180001SS 600 3 3 72 3 3 261,44 10457,6 200 52,288 200 3 66,66667 0,78432 1,0 216 216 180000 89% 180001SS 600 1 1 58 1 1 200 8000 200 40 200 1 200 0,2 1,0 58 58 180000 89% 180001SS 600 1 1 128 1 1 386,47 15458,8 200 77,294 200 1 200 0,38647 1,0 128 128 180000 89% 180001SS 600 1 1 58 1 1 394,99 15799,6 200 78,998 200 1 200 0,39499 1,0 58 58 180000 89% 180001SS 600 50 0,5 138 3 0,5 353,18 14127,2 200 70,636 200 0,5 400 0,17659 1,0 414 414 180000 89% 180001SS 600 3 2 138 3 2 282,28 11291,2 200 56,456 200 2 100 0,56456 1,0 414 414 180000 89% 180001SS 600 3 3 138 68 0,5 312,19 12487,6 200 62,438 200 0,5 400 0,156095 1,0 9384 9384 180000 89% 180001
1620000
Total Luas Lantai
Jumlh Tump
Teoritis
Jumlh Tump Aktual
Luas Lantai / Tump
Keb. Luas Lantai
Luas Gang
Allowance
Banyak BB /
Tump
Jenis Bahan Baku
Dimensi Komponen Dimensi Bahan Baku Keb. Komp /
Jam
Keb. Komp / Minggu
Keb. Komp / 1
BB
Keb. BB / Minggu
Tinggi Tump. Maks
Tebal Bahan Baku
Tabel 8 Luas Lantai Warehouse
P L T D1 Kaki Meja 72 5 200 8000 6 1333 360 480000 28800 92% 288012 Frame Meja 138 3 3 258 10320 6 1720 414 712080 55200 85% 552013 Frame Meja II 72 3 3 261 10440 6 1740 216 375840 28800 92% 288014 Penyg. Plat 58 1 1 200 8000 6 1333 58 77333 23200 94% 232015 Penyg. Plat II 128 1 1 394 15760 6 2627 128 336213 51200 86% 512016 Pentp. Sisi 58 1 1 386 15440 6 2573 58 149253 23200 94% 232017 Pentp. Sisi II 138 3 0,5 353 14120 6 2353 414 974280 55200 85% 552018 Penyg. Alas 138 3 2 282 11280 6 1880 414 778320 55200 85% 552019 Alas Meja 138 3 3 312 12480 6 2080 414 861120 55200 85% 55201
Jumlah Produksi /
Minggu
Dimensi Jumlah Produksi /
Jam
Total Luas Lantai
No Jenis PartKebutuhan
Jumlah Tumpkan
Luas Lantai Tumpkan
Kebutuhan Luas Lantai
Luas Gang
AllowanceJumlah Dus
per-tumpukan
Tabel 9 Luas Lantai Pelayanan Personil
33
P(m) L(m)1 Loker 5 6 30 1 302 Toilet Pria 2 2 4 4 163 Toilet Wanita 2 2 4 4 164 Pentry 3 3 9 1 95 Toilet Pria 2 2 4 4 166 Toilet Wanita 2 2 4 4 167 Loker 3 1 3 2 68 Ruang Ganti 2 2 4 4 16
125
Kantor
Pabrik
No Nama RuanganPelayananDimensi
Luas/Ruang Jumlah Ruang LDK Total Luas Lantai
Tabel 10 Luas Lantai Pelayanan Umum
P(m) L(m)1 Parkir Mobil 3 2 6 15 902 Parkir Motor 1 1 1 40 403 Parkir Truck 6 3 18 20 3604 Masjid 30 30 900 1 9005 Kantin 10 7 70 4 2806 WC 3 3 9 4 367 ATM 1 1 1 4 48 Taman 10 10 100 1 1009 Klinik 4 3 12 1 12
Pribadi
LDK Total Luas LantaiNo Nama RuanganPelayananDimensi
Luas/Ruang Jumlah Ruang
Pabrik
1822
Tabel 11 Luas Lantai Pelayanan Fisik Pabrik
P(m) L(m)1 Bak Sampah 2 2 4 1 42 Pemadam Kebakaran 20 15 300 1 3003 Power Plan 20 20 400 1 4004 Bengkel 15 15 225 1 225
929
Jumlah Ruang LDK Total Luas LantaiNo Nama RuanganDimensi
Pelayanan Luas/Ruang
34