slid.daster supo

47
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FTS NON SOLID MODUL V SUPPOSITORIA DISUSUN OLEH : KELOMPOK : A. 3 ANGGOTA : 1. RIZKA ASTIKAH F. (K 100 110 014) 2. ANGGITA SEKAR A. (K 100 110

Upload: beny-dwi-hatmoko

Post on 28-Nov-2015

437 views

Category:

Documents


83 download

TRANSCRIPT

Page 1: Slid.daster Supo

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FTS NON SOLID

MODUL V

SUPPOSITORIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : A. 3

ANGGOTA : 1. RIZKA ASTIKAH F. (K 100 110

014)

2. ANGGITA SEKAR A. (K 100 110

015)

3. RAFA EMBUN R. (K 100 110

016)

4. BENY DWI H. (K 100 110

017)

5. MARWIANI ARUM S. (K 100 110

018)

6. TRIO ARDIYANTI (K 100 110

019)

KOREKTOR :

Page 2: Slid.daster Supo

LABORATORIUM FTSNON SOLID

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

MODUL VSUPPOSITORIA

A. TUJUAN

Untuk melakukan control kualitas suppositoria seperti

daya leleh, kekerasan dan pelepasan obat suppositoria

B. DASAR TEORI

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan

melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,

melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh

pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan lemak

coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau

bahan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain, digunakan

lemak coklat.

Bobot kecuali dinyatakan lain, bobot suppositoria

dengan dasar lemak coklat, untuk orang dewasa 3 g dan

untuk anak 2 g.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, ditempat

sejuk.

(Anonim, 1979)

PENGUJIAN SUPPOSITORIA

a. Uji kisaran leleh

Page 3: Slid.daster Supo

Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini

merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria

untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air

dengan temperature tetap (37oC)

b. Uji pencairan atau uji waktu melunak dari suppositoria rectal

Uji melunak mengukur waktu yang diperlukan suppositoria

rectal untuk mencair dalam alat yang disesuaikan dengan

kondisi in vivo.

c. Uji kehancuran

Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur

kerengasan atau kerapuhan suppositoria.

d. Uji disolusi

e. Pengujian laju pelepasan obat dari suppositoria secara in vitro

selalu mengalami kesulitan karena adanya pelelehan,

perubahan bentuk, dan disperse dari medium disolusi.

(Lachman,1994)

Persyaratan yang harus dipenuhi suppositoria :

a. Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rabgsangan pada

usus)

b. Secara kumia netral (tidak tak tersatukan dengan

bahan obat)

c. Tanpa alotropoisme (modifikasiyang tidak stabil)

d. Viskositas yang memadai

e. Melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau

melarut

f. Pembebasan dan resporsi obat yang baik

Page 4: Slid.daster Supo

(Voigt,1995)

C. ALAT DAN BAHAN

ALAT

1. Alat uji kekerasan

2. Alat uji leleh

3. Stirer

4. Beker glass 500 mL

5. Termometer

6. Pipet volume 5 mL

7. Stopwatch

8. Labu takar 500 mL

9. Kuvet

10. Spektrofotometer UV

BAHAN

1. Suppositoria Na Salisilat basis oleum cacao

2. Suppositoria Na Salisilat basis PEG

Page 5: Slid.daster Supo

3. Aquadest

4. FeCl3

D. CARA KERJA SKEMATIS

UJI KEKERASAN SUPPOSITORIA

Page 6: Slid.daster Supo

UJI WAKTU LELEH SUPPOSITORIA

Page 7: Slid.daster Supo

UJI DISOLUSI

Page 8: Slid.daster Supo

PEMBAHASAN CARA KERJA

Page 9: Slid.daster Supo

Pada uji kekerasan suppositoria digunakan alat uji

kerapuhan suppositoria erweka. Alat ini digunakan dengan

pengait beban pada bagian bawahnya. Suppositoria diletakkan

dengan posisi ujung lancip berada diatas. Kemudian karet

penyangga yang diberi beban dengan berat 600 gram sehingga

suppositoria menjadi tertekan. Jika suppo tidak hancur

ditambahkan beban 200 gram pada tangkai. Penambahan beban

dilakukan dalam interval waktu setiap 1 menit, sebesar 200 gram

sampai suppo hancur. Secara teori basis PEG waktu hancurnya

lebih lama karena gaya tarik menarik antar molekul di dalam PEG

lebih besar dari pada gaya tarik menarik antar molekul didalam

oleum cacao.

Penentuan waktu leleh suppo bertujuan agar dapat

diketahui basis ideal yang dipakai yaitu mudah meleleh dan

mudah larut pada suhu tubuh atau dalam cairan rektal.

Suppositoria diletakkan dalam suatu alat yang didalamnya

terdapat pipa kaca berbentuk spiral untuk menempatkan suppo.

Cairan disolusi yang dipakai ialah aquadest dengan suhu

percobaan dibuat menyerupai suhu tubuh yaitu 37°C. Pencatatan

waktu leleh suppo dimulai ketika air merendam suppo hingga

fraksi suppo hilang dari kaca spiral yang menandakan bahwa

suppo telah larut sempurna. Secara teori waktu leleh suppos

basis PEG lebih cepat dibandingkan basis oleum cacao. Hal ini

disebabkan cairan disolusi yang dipakai ialah aquadest sehingga

secara otomatis basis suppo yang cepat terlarut adalah basis

yang mudah larut air (hidrofil) seperti PEG.

Pada evaluasi sediaan obat (dissolusi), ditimbang dahulu

suppo yang akan digunakan,. Bobot suppo dengan basis PEG

Page 10: Slid.daster Supo

+ FeCl3 Fe

COONe6

OH

C - ONe

O

COONe

COONe

COONe

COONeCOONe

O

O

O

CHCH

+ 3HCl

lebih berat dibandingkan pada basis lemak. Hal ini disebabkan

gaya tarik menarik antar molekul didalam PEG lebih besar dari

pada basis oleum cacao sehingga susunan molekul basis PEG

lebih besar pada oleum cacao. Suppo yang telah ditimbang

dimasukkan kedalam disolusi yang berupa air sebanyak 900 mL

pada suhu 370C (dikondisikan sama dengan suhu optimal tubuh).

Untuk membantu kelarutan dan agar homogen digunakan stirrer.

Sampel cairan disolusi diambil sebanyak 5 mL pada menit ke 5,

10, 20,dan 30 menit. Pada tiap pengambilan cairan sampel,

cairan disolusi diganti dengan cara menambahkan air sebanyak 5

ml, tujuannya untuk mengembalikan volume cairan disolusi yang

diambil, sehingga konsentrasi zat terlarut tidak bertambah besar

karena berkurangnya medium disolusi, sehingga nantinya

didapatkan gambaran profil pelepasan obat yang sesuai (bukan

karena pengaruh jumlah volume medium yang berkurang).

Setelah cairan sampel diambil, ditambah FeCl3 sebagai indikator

agar bisa diketahui asam salisilat yang berasal dari Na Salisilat

sudah terbentuk atau belum. Na Salisilat merupakan bahan obat

pada suppo yang akan di uji. Kompleks warna yang dibentuk

FeCl3 berwarna ungu yang timbul karena bereaksi dengan asam

salisilat. Kompleks warna ungu ini berguna dalam pembacaan

absorbansi pada spektro fotometri visible. Kompleks warna yang

terbentuk menggambarkan banyaknya asam salisilat yang ada

pada larutan, jadi semakin pekat warna yang terbentuk, berarti

banyak pula asam salisilat dalam medium disolusi. Reaksi yang

terjadi antara FeCl3 dengan Na salisilat adalah

Page 11: Slid.daster Supo

E. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

HASIL PERCOBAAN

I. Uji Homogenitas Suppo

Tipe basis

suppo

Basi lemak Basis PEG

1 2 1 2

Keterang

an

Tidak

rata

Tidak

rata

II. Uji Kekerasan suppo

Tipe basis

suppo

Basis lemak Basis PEG

1 2 1 2

Beban (g) 1000 g 1800 g

Waktu

(menit)5 9

III. Uji Waktu Melebur suppo

Basis lemak Basis PEG

Waktu

(menit)60 45

IV. Uji Pelepasan Obat dari Suppo

PerlakuanBasis

lemakBasis PEG

Penimbangan salep 3,04 g 3,74 g

Kandungan Na

salisilat100 mg 100 mg

Vol. medium disolusi 1000 mL 1000 mL

Vol. pengambilan 5 mL 5 mL

Page 12: Slid.daster Supo

sampel

Penambahn FeCl3 1 mL 1 mL

Persamaan kurva baku Natrium Salisilat

Y = 0,1062 X – 0,0282

λmax = 540 nm

OT = 5-10 menit

a. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum

cacao

Waktu

(menit)Abs X

Factor

pengencer

an

Kadar

(mg

%)

Factor

koreksi (mg

%)

Kadar

terkore

ksi (mg

%)

Jumla

h obat

(mg)

50,23

0

2,91

8

1,2 x

2,431 0 2,431 24,31

100,25

7

2,68

53,222 0,012 3,234 32,34

150,30

1

3,09

93,719 0,028 3,747 37,47

200,35

9

3,64

64,375 0,047 4,422 44,22

300,39

6

3,99

44,793 0,071 4.867 48,67

b. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG

Waktu

(menit)

Abs X Factor

pengencer

Kadar

(mg%)

Factor

koreksi

Kadar

terkorek

Jumlah

obat

Page 13: Slid.daster Supo

an (mg%)si (mg

%)(mg)

50,54

9

5,43

5

1,2 x

6,522 0 6,522 65,22

100,68

0

6,66

88,002 0,033 8,035 80,35

150,71

0

6,95

18,341 0,073 8,414 84,14

200,74

3

7,26

28,714 0,1147 8,829 88,29

300,76

5

7,46

98,963 0,1583 9,121 91,21

PERHITUNGANa. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum

cacao

Y = 0,1062 X – 0,0282

5 menitAbs = 0,230

0,230 = 0,1062 X – 0,0282

0,2582 = 0,1062 X

X = 2,431

Kadar = 2,341 . fp = 2,431 x 1,2

= 2,918 mg%

20 menitAbs = 0,359

0,359 = 0,1062 X – 0,0282

0,3872 = 0,1062 X

X = 3,646

Kadar = 3,646. fp = 3,646 x 1,2

= 4,375 mg%

10 menitAbs = 0,257

0,257 = 0,1062 X – 0,0282

0,2852 = 0,1062 X

30 menitAbs = 0,396

0,396 = 0,1062 X – 0,0282

0,4242 = 0,1062 X

Page 14: Slid.daster Supo

X = 2,685

Kadar = 2,685 . fp = 2,685 x 1,2

= 3,222 mg%

X = 3,994

Kadar = 3,994 . fp = 3,994 x 1,2

= 4, 793 mg% 15 menit

Abs = 0,301

0,301 = 0,1062 X – 0,0282

0,3292 = 0,1062 X

X = 3,099

Kadar = 3,099 . fp = 3,099 x 1,2

= 3,719 mg%

Faktor Koreksi

= Pengambilan sampelMediumDisolusi

x kadar menit sebelumnya +

Faktor koreksi sebelumnya

1) t = 5 menit = (5

1000 x 0 ) = 0 mg%

2) t = 10 menit = (5

1000 x 2,431) + 0 =

0,012 mg%

3) t = 15 menit = (5

1000 x 3,222) + (0,012) =

0,028 mg%

4) t = 20 menit = (5

1000x 3,719) + 0,028 =

0,047 mg%

5) t = 30 menit = (5

1000x 4,735) + 0,047 =

0,071 mg%

Kadar Terkoreksi = Kadar + FK1) t = 5 menit = 2,431 + 0 = 2,431 mg%

2) t = 10 menit = 3,222 + 0,012 = 3,234 mg%

3) t = 15 menit = 3,719 + 0,028 = 3,747 mg%

4) t = 20 menit = 4,375 + 0,047 = 4,422mg%

5) t = 30 menit = 4,793 + 0,071 = 4,864 mg%

Page 15: Slid.daster Supo

Jumlah obat = Kadar terkoreksi

100mL x Volume disolusi

1. t = 5 menit = 2,431

100mL x 1000 mL = 24,31 mg

2. t = 10 menit = 3,234

100mL x 1000 mL = 32,34 mg

3. t = 15 menit = 3,747

100mL x 1000 mL = 37,47 mg

4. t = 20 menit = 4,422

100mL x 1000 mL = 44,22 mg

5. t = 30 menit = 4,864

100mL x 1000 mL = 48,64 mg

Jumlah dan kadar Na Salisilat teoritisJumlah Na salisilat teoritis pada suppositoria basis

oleum cacao

Na salisilat teoritis = bobot suppo percobaanbobot suppoteoritis

x 0,1

= 3.04 g

3g x 0,1

= 0,101 g= 101 mg

C teoritis in vitro = bobot Na salisilat teoritis

Volume∈vitro x 100%

= 101mg1000

x 100%

=11 mg%

% terdisolusi = kadar terkoreksikadar teoritis∈vitro x 100 %

t = 5 menit = 2,431mg%

11mg% x 100 % = 22,1 %

t = 10 menit = 3,234mg%

11mg% x 100 % = 29,4%

t = 15 menit = 3,747mg%

11mg% x 100 % = 34,06 %

t = 20 menit = 4,422mg%

11mg% x 100 % = 40,2 %

t = 30 menit = 4,864mg%

11mg% x 100 % = 44,22 %

Page 16: Slid.daster Supo

Grafik t vs % disolusi

0 5 10 15 20 25 30 3505

101520253035404550

t vs % disolusi

% disolusi

t (waktu)

% te

rdiso

lusi

Luas daerah di bawah kurva Na salisilat 100 mg

dengan basis oleum cacao

Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi)Luas trapezium = ½ ( jumlah sisi sejajar x tinggi )

1) L1 = ½ ( 5 x 24,31) = 60,77

2) L2 = ½ (24,31+ 32,34) x 5 = 141,63

3) L3 = ½ (32,34 + 37,47) x 5 = 174,53

4) L4 = ½ (37,47 + 44,22) x 5 = 204,23

5) L5 = ½ (44,22 + 37,47) x 10 = 408,45

Luas A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = 60,77 + 141,63 + 174,53 + 204,23 + 408,45 = 989,61 satuan luas

Luas bidang A + B = 30 x 100 = 3000 satuan luas

DE20 = LA

L(A+B) = 989,613000

x 100 % = 32,99 %

c. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG

Y = 0,1062 X – 0,0282

5 menit 20 menit

Page 17: Slid.daster Supo

Abs = 0,549

0,549 = 0,1062 X –

0,0282

0,5772 = 0,1062 X

X = 5,435

Kadar = X . fp = 5,435 x 1,2

= 6,522 mg%

Abs = 0,743

0,743 = 0,1062 X –

0,0282

0,7712 = 0,1062 X

X = 7,262

Kadar = X . fp = 7,262 x 1,2

= 8,714 mg%

10 menitAbs = 0,680

0,680 = 0,1062 X –

0,0282

0,7082 = 0,1062 X

X = 6,668

Kadar = X . fp = 6,668 x 1,2

= 8,002 mg%

30 menitAbs = 0,765

0,765 = 0,1062 X –

0,0282

0,7932 = 0,1062 X

X = 7,469

Kadar = X . fp = 7,469 x 1,2

= 8,963 mg% 15 menit

Abs = 0,710

0,710 = 0,1062 X –

0,0282

0,7382 = 0,1062 X

X = 6,951

Kadar = X . fp = 6,951 x 1,2

= 8,341 mg%

Faktor Koreksi

= Pengambilan sampelMediumDisolusi

x kadar menit sebelumnya +

Faktor koreksi sebelumnya

1. t = 5 menit = (5

1000 x 0 ) = 0 mg%

2. t = 10 menit = (5

1000 x 6,522) + 0 =

0,033 mg%

3. t = 15 menit = (5

1000 x 8,002) + (0,033) =

0,073 mg%

Page 18: Slid.daster Supo

4. t = 20 menit = (5

1000x 8,341) + 0,073 =

0,1147 mg%

5. t = 30 menit = (5

1000x 8,714) + 0,1147 =

0,1583 mg%

Kadar Terkoreksi = Kadar + FK1. t = 5 menit = 6,522 + 0 = 6,522mg%

2. t = 10 menit = 8,002 + 0,033 = 8,035 mg%

3. t = 15 menit = 8,341+ 0,073 = 8,414 mg%

4. t = 20 menit = 8,714 + 0,1147 = 8,829 mg

%

5. t = 30 menit = 8,963 + 0,1583 = 9,121 mg

%

Jumlah obat = Kadar terkoreksi

100mL x Volume disolusi

6. t = 5 menit = 6,522

100mL x 1000 mL = 65,22 mg

7. t = 10 menit = 8,035

100mL x 1000 mL = 80,35 mg

8. t = 15 menit = 8,414

100mL x 1000 mL = 84,14 mg

9. t = 20 menit = 8,829

100mL x 1000 mL = 88,29 mg

10. t = 30 menit = 9,121

100mL x 1000 mL = 91,21 mg

11.

Jumlah dan kadar Na Salisilat teoritisJumlah Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis

PEG

Na salisilat teoritis = bobot suppo percobaanbobot suppoteoritis

x 0,25

= 3,74 g

3g x 0,1

= 0,125 g

Page 19: Slid.daster Supo

=125 mg

C teoritis in vitro = bobot Na salisilat teoritis

Volume∈vitro x 100%

= 125mg1000

x 100%

=12,5 mg%

% terdisolusi = kadar terkoreksi

kadar teoritis∈vitro x 100 %

t = 5 menit = 6,522mg%12,5mg%

x 100 % = 52,176 %

t = 10 menit = 8,035mg%12,5mg%

x 100 % = 64,28 %

t = 15 menit = 8,414mg%12,5mg%

x 100 % = 67,312 %

t = 20 menit = 8,829mg%12,5mg%

x 100 % = 70,632 %

t = 30 menit = 9,121mg%12,5mg%

x 100 % = 72,968 %

0 5 10 15 20 25 30 350

1020304050607080

t vs % terdisolusi

% terdisolusi

t (waktu)

% te

rdiso

lusi

a. Luas daerah di bawah kurva Suppositoria Na

salisilat 100 mg dengan basis PEG

Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi)Luas trapezium = ½ ( jumlah sisi sejajar x tinggi )

6) L1 = ½ ( 5 x 52,176) = 130,44

7) L2 = ½ (52,176 + 64,28) x 5 = 291,14

8) L3 = ½ (64,28 + 67,312) x 5 = 328,98

Page 20: Slid.daster Supo

9) L4 = ½ (67,312 + 70,632) x 5 = 344,86

10) L5 = ½ (70,632 + 72,968) x 10 = 718

Luas A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5= 130,44 + 291,14 + 328,98 + 344,86 + 718

= 1813,42 satuan luasLuas bidang A + B = 30 x 100

= 3000 satuan luas

DE20 = LA

L(A+B) = 1813,42

3000 x 100 % = 60,45 %

Page 21: Slid.daster Supo

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji pada

sediaan supositoria. Pengujian pada supositoria ini bertujuan

untuk memastikan bahwa sediaan supositoria sudah memenuhi

persyaratan atau belum.Untuk uji pertama dilakukan uji kekuatan

mekanik yaitu dengan memberikan beban pada supositoria.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kekuatan suppositoria untuk menahan beban. Melalui uji ini maka

dapat diketahui kekuatan suppositoria untuk mempertahankan

bentuknya selama penggunaan ke tempat aplikasi. Berdasarkan

percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tipe basis suppo

Basis lemak Basis PEG1 2 1 2

Beban (g) 1000 g 1800 gWaktu (menit)

5 9

Dari hasil didapatkan bahwa basis PEG memiliki kekerasan lebih

tinggi daripada basis lemak. Semakin lama waktu yang

diperlukam semakin tinggi juga nilai kekerasannya.

Percobaan selanjutnya yaitu disolusi suppositoria. Pada uji

ini bertujuan untuk mengetahui pepelasan obat dari sediannya

pada waktu yang telah ditentukan. Digunakan media disolusi

aquadest dengan volume 1000 mL. Bertujuan agar selama waktu

disolusi suppositoria dalam chamber, media disolusi tidak cepat

mencapai titik jenuh. Karena jika suatu larutan berada dalam

keadaan jenuh maka akan mengurangi jumlah obat yang terlarut

Page 22: Slid.daster Supo

dalam media. Untuk percobaan pelepasan obat dalam

suppositoria dilakukan sampling pada interval waktu 5, 10, 15,

20, dan 30 menit dengan pengambilan media 5 mL. Setiap

pengambilan 5 mL larutan media, dimasukkan 5 mL media ke

dalam media disolusi hal ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya larutan menjadi jenuh karena volume media disolusi

yang berkurang karena pengambilan. Kemudian dilakukan

pengukuran kadar dengan pembacaan memakai

spektrofotometri VIS. Untuk VIS panjang gelombang yang

digunakan berkisar antara 400-800 nm untuk itu dilakukan

pengompleksan zat aktif dengan zat pengompleks agak dapat

memperpanjang gugus kromofor. Sebagian besar pengukuran

menggunakan VIS, larutan uji akan menghasilkan warna dengan

pengompleks. Pada percobaan ini pengompleksnya

menggunakan FeCl3 yang akan menghasilkan warna ungu.

Setelah terbentuk kompleks warna ditunggu hingga waktu OT 5 –

10 menit. OT (operating time) merupakan waktu yang diperlukan

zat aktif untuk membentuk komplek warna yang stabil dan

diharapkan selama waktu OT keseluruhan zat aktif sudan

membentuk kompleks warna dengan pengompleks. Pada

pengukuran kadar digunakan sampel 5 mL dengan penambahan

1 mL FeCl3, untuk blangko digunakan 2 mL FeCl3 add aquadest 10

mL. Disini blanko berfungsi sebagai faktor koreksi. Dari hasil

percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :

d. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum

cacao

Waktu (menit)

Abs X Factor pengencer

an

Kadar (mg%)

Factor koreksi (mg

%)

Kadar terkoreksi (mg

Jumlah obat (mg)

Page 23: Slid.daster Supo

%)

50,23

02,91

8

1,2 x

2,431 0 2,431 24,31

100,25

72,68

53,222 0,012 3,234 32,34

150,30

13,09

93,719 0,028 3,747 37,47

200,35

93,64

64,375 0,047 4,422 44,22

300,39

63,99

44,793 0,071 4.867 48,67

a. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG

Waktu (menit)

Abs XFactor

pengenceran

Kadar (mg%)

Factor koreksi (mg%)

Kadar terkoreksi (mg

%)

Jumlah obat (mg)

50,54

95,43

5

1,2 x

6,522 0 6,522 65,22

100,68

06,66

88,002 0,033 8,035 80,35

150,71

06,95

18,341 0,073 8,414 84,14

200,74

37,26

28,714 0,1147 8,829 88,29

300,76

57,46

98,963 0,1583 9,121 91,21

Berdasarkan hasil yang didapatkan untuk basis oleum

cacao dan PEG semakin lama waktu disolusi maka kadar obat

yang terdisolusi dari sediaan akan semakim naik dapat dilihat

dari hasil yang didapatkan. Namun pada kadar terdisolusi pada

suppositoria basis oleum cacao dan PEG memiliki berbedaan.

Pada oleum cacao menit ke-30 kadar terdisolusi sebesar 48,67 %

sedangan basis PEG menit ke -30 sebesar 91,21 %. Perbedaan ini

Page 24: Slid.daster Supo

terjadi karena sifat basis dari masing – masing sediaan

suppositoria yang berbeda. Suppositoria dengan basis oleum

cacao memiliki sifat yanng lipofilik atau hidrofobik yaitu sifat

yang tidak suka dengan air atau lebih cenderung larut dalam

lemak sedangkan media yang digunakan untuk percobaan

disolusi berupa air sehingga kelarutan suppositoria untuk larut

dalam media akan berkurang dan hal ini yang mempengaruhi

jumlah kadar obat yang terdisolusi dalam media. Sedangkan

untuk supporsitoria dengan basis PEG yang memiliki sifat

hidrofilik atau lebih suka air akan lebih cenderung memiliki

kelarutan yang tinggi pada media atau larutan berair, jadi karena

sifat hidrofilik dan media yang digunakan berupa air maka

derajat kelarutan suppositoria PEG lebih tinggi dibandingkan

dengan suppositoria oleum cacao. Untuk DE didapatkan bahwa

suppositoria basis PEG memiliki DE 60,45 % sedangkan basis

lemak sebesar 32,99 %, data ini menunjukkan bahwa proses

disolusi suppositoria basis PEG memiliki proses disolusi yang baik

dibandingkan dengan basis lemak yaitu 60,45 %. Ada banyak hal

yang dapat mempengaruhi DE, antara lain kemampuan zat

terlarut untuk melewati lapisan stigma unutk melarut dalam

medium dan sifat dan kemampuan terlarut dari masing-masing

basis suppositoria.

Kemudian dilakukan Liquefaction time test. Pada uji ini

dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang

dibutuhkan suppositoria untuk melebur sempurna pada larutan

air dengan suhu 37⁰ C. Suhu ini diatur sedemikian rupa agar

menyerupai suhu tubuh manusia. Untuk langkah awal dilakukan

pengaturan agar air dapat mengalir melalui alat uji agar suhu

disekitar suppositoria terjaga sekitar 37⁰C. Dilakukan perhitungan

Page 25: Slid.daster Supo

waktu lebur mulai dari awal suppositoria terkena larutan hingga

melarut semua. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Basis lemak Basis PEGWaktu (menit)

60 45

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa suppositoria

basis lemak meiliki kelarutan yang lebih rendah daripada basis

PEG hal ini dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan suppositoria

untuk melebur. Perbedaan waktu lebur yang dapat dikatakan

jauh ini salah satunya dikarenakan sifat dari masing – masing

basis. Untuk basis lemak yang bersifat hidrofobik atau lipoflik

memiliki kecenderungan untuk melarut dalam media yang

memiliki komponen lemak yang lebih tinggi daripada media

berair hal ini seperti prinsip like-dissolve-like atau kecenderungan

untuk melarut pada media atau larutan yang memiliki kepolaran

yang sama. Sedangkan untuk basis PEG yang bersifat hidrofilik

memiliki kecenderungan melarut dalam media yang berair.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas suppositoria.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa hasil bahwa

supositoria basis lemak dan basis PEG semuanya tidak rata.

Berarti homogenitas supositoria kurang baik.

G. KESIMPULAN

1. Pada percobaan ini dilakukan uji homogenitas, kekerasan,

waktu lebuh, dan pelepasan obat dari sediaan suppositoria.

2. Uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan

suppositoria tidak homogen.

3. Uji kekesaran didapatkan bahwa basis PEG lebih keras

dibanding basis lemak.

Page 26: Slid.daster Supo

4. Uji waktu lebur didapatkan bahwa basis PEG lebih mudah

melebur dalam media air daripada basis lemak karena

bersifat hidrofilik daripada basis lemak

5. Uji pelepasan obat didapatkan bahwa pada basis PEG

memiliki proses pelepasan zat aktif lebih cepat(91,21 % )

daripada basis lemak (48,67 %) pada menit ke-30 karena

bersifat hidrofilik daripada basis lemak.

H. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta.

Lachman, L., Liberman, A. H. Kanig, J. L. (1994). Teori dan

Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi

Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi

Kelima, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.