slid.daster supo
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FTS NON SOLID
MODUL V
SUPPOSITORIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : A. 3
ANGGOTA : 1. RIZKA ASTIKAH F. (K 100 110
014)
2. ANGGITA SEKAR A. (K 100 110
015)
3. RAFA EMBUN R. (K 100 110
016)
4. BENY DWI H. (K 100 110
017)
5. MARWIANI ARUM S. (K 100 110
018)
6. TRIO ARDIYANTI (K 100 110
019)
KOREKTOR :
LABORATORIUM FTSNON SOLID
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
MODUL VSUPPOSITORIA
A. TUJUAN
Untuk melakukan control kualitas suppositoria seperti
daya leleh, kekerasan dan pelepasan obat suppositoria
B. DASAR TEORI
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh
pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan lemak
coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau
bahan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain, digunakan
lemak coklat.
Bobot kecuali dinyatakan lain, bobot suppositoria
dengan dasar lemak coklat, untuk orang dewasa 3 g dan
untuk anak 2 g.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, ditempat
sejuk.
(Anonim, 1979)
PENGUJIAN SUPPOSITORIA
a. Uji kisaran leleh
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini
merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria
untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air
dengan temperature tetap (37oC)
b. Uji pencairan atau uji waktu melunak dari suppositoria rectal
Uji melunak mengukur waktu yang diperlukan suppositoria
rectal untuk mencair dalam alat yang disesuaikan dengan
kondisi in vivo.
c. Uji kehancuran
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur
kerengasan atau kerapuhan suppositoria.
d. Uji disolusi
e. Pengujian laju pelepasan obat dari suppositoria secara in vitro
selalu mengalami kesulitan karena adanya pelelehan,
perubahan bentuk, dan disperse dari medium disolusi.
(Lachman,1994)
Persyaratan yang harus dipenuhi suppositoria :
a. Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rabgsangan pada
usus)
b. Secara kumia netral (tidak tak tersatukan dengan
bahan obat)
c. Tanpa alotropoisme (modifikasiyang tidak stabil)
d. Viskositas yang memadai
e. Melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau
melarut
f. Pembebasan dan resporsi obat yang baik
(Voigt,1995)
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Alat uji kekerasan
2. Alat uji leleh
3. Stirer
4. Beker glass 500 mL
5. Termometer
6. Pipet volume 5 mL
7. Stopwatch
8. Labu takar 500 mL
9. Kuvet
10. Spektrofotometer UV
BAHAN
1. Suppositoria Na Salisilat basis oleum cacao
2. Suppositoria Na Salisilat basis PEG
3. Aquadest
4. FeCl3
D. CARA KERJA SKEMATIS
UJI KEKERASAN SUPPOSITORIA
UJI WAKTU LELEH SUPPOSITORIA
UJI DISOLUSI
PEMBAHASAN CARA KERJA
Pada uji kekerasan suppositoria digunakan alat uji
kerapuhan suppositoria erweka. Alat ini digunakan dengan
pengait beban pada bagian bawahnya. Suppositoria diletakkan
dengan posisi ujung lancip berada diatas. Kemudian karet
penyangga yang diberi beban dengan berat 600 gram sehingga
suppositoria menjadi tertekan. Jika suppo tidak hancur
ditambahkan beban 200 gram pada tangkai. Penambahan beban
dilakukan dalam interval waktu setiap 1 menit, sebesar 200 gram
sampai suppo hancur. Secara teori basis PEG waktu hancurnya
lebih lama karena gaya tarik menarik antar molekul di dalam PEG
lebih besar dari pada gaya tarik menarik antar molekul didalam
oleum cacao.
Penentuan waktu leleh suppo bertujuan agar dapat
diketahui basis ideal yang dipakai yaitu mudah meleleh dan
mudah larut pada suhu tubuh atau dalam cairan rektal.
Suppositoria diletakkan dalam suatu alat yang didalamnya
terdapat pipa kaca berbentuk spiral untuk menempatkan suppo.
Cairan disolusi yang dipakai ialah aquadest dengan suhu
percobaan dibuat menyerupai suhu tubuh yaitu 37°C. Pencatatan
waktu leleh suppo dimulai ketika air merendam suppo hingga
fraksi suppo hilang dari kaca spiral yang menandakan bahwa
suppo telah larut sempurna. Secara teori waktu leleh suppos
basis PEG lebih cepat dibandingkan basis oleum cacao. Hal ini
disebabkan cairan disolusi yang dipakai ialah aquadest sehingga
secara otomatis basis suppo yang cepat terlarut adalah basis
yang mudah larut air (hidrofil) seperti PEG.
Pada evaluasi sediaan obat (dissolusi), ditimbang dahulu
suppo yang akan digunakan,. Bobot suppo dengan basis PEG
+ FeCl3 Fe
COONe6
OH
C - ONe
O
COONe
COONe
COONe
COONeCOONe
O
O
O
CHCH
+ 3HCl
lebih berat dibandingkan pada basis lemak. Hal ini disebabkan
gaya tarik menarik antar molekul didalam PEG lebih besar dari
pada basis oleum cacao sehingga susunan molekul basis PEG
lebih besar pada oleum cacao. Suppo yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam disolusi yang berupa air sebanyak 900 mL
pada suhu 370C (dikondisikan sama dengan suhu optimal tubuh).
Untuk membantu kelarutan dan agar homogen digunakan stirrer.
Sampel cairan disolusi diambil sebanyak 5 mL pada menit ke 5,
10, 20,dan 30 menit. Pada tiap pengambilan cairan sampel,
cairan disolusi diganti dengan cara menambahkan air sebanyak 5
ml, tujuannya untuk mengembalikan volume cairan disolusi yang
diambil, sehingga konsentrasi zat terlarut tidak bertambah besar
karena berkurangnya medium disolusi, sehingga nantinya
didapatkan gambaran profil pelepasan obat yang sesuai (bukan
karena pengaruh jumlah volume medium yang berkurang).
Setelah cairan sampel diambil, ditambah FeCl3 sebagai indikator
agar bisa diketahui asam salisilat yang berasal dari Na Salisilat
sudah terbentuk atau belum. Na Salisilat merupakan bahan obat
pada suppo yang akan di uji. Kompleks warna yang dibentuk
FeCl3 berwarna ungu yang timbul karena bereaksi dengan asam
salisilat. Kompleks warna ungu ini berguna dalam pembacaan
absorbansi pada spektro fotometri visible. Kompleks warna yang
terbentuk menggambarkan banyaknya asam salisilat yang ada
pada larutan, jadi semakin pekat warna yang terbentuk, berarti
banyak pula asam salisilat dalam medium disolusi. Reaksi yang
terjadi antara FeCl3 dengan Na salisilat adalah
E. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
HASIL PERCOBAAN
I. Uji Homogenitas Suppo
Tipe basis
suppo
Basi lemak Basis PEG
1 2 1 2
Keterang
an
Tidak
rata
Tidak
rata
II. Uji Kekerasan suppo
Tipe basis
suppo
Basis lemak Basis PEG
1 2 1 2
Beban (g) 1000 g 1800 g
Waktu
(menit)5 9
III. Uji Waktu Melebur suppo
Basis lemak Basis PEG
Waktu
(menit)60 45
IV. Uji Pelepasan Obat dari Suppo
PerlakuanBasis
lemakBasis PEG
Penimbangan salep 3,04 g 3,74 g
Kandungan Na
salisilat100 mg 100 mg
Vol. medium disolusi 1000 mL 1000 mL
Vol. pengambilan 5 mL 5 mL
sampel
Penambahn FeCl3 1 mL 1 mL
Persamaan kurva baku Natrium Salisilat
Y = 0,1062 X – 0,0282
λmax = 540 nm
OT = 5-10 menit
a. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum
cacao
Waktu
(menit)Abs X
Factor
pengencer
an
Kadar
(mg
%)
Factor
koreksi (mg
%)
Kadar
terkore
ksi (mg
%)
Jumla
h obat
(mg)
50,23
0
2,91
8
1,2 x
2,431 0 2,431 24,31
100,25
7
2,68
53,222 0,012 3,234 32,34
150,30
1
3,09
93,719 0,028 3,747 37,47
200,35
9
3,64
64,375 0,047 4,422 44,22
300,39
6
3,99
44,793 0,071 4.867 48,67
b. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG
Waktu
(menit)
Abs X Factor
pengencer
Kadar
(mg%)
Factor
koreksi
Kadar
terkorek
Jumlah
obat
an (mg%)si (mg
%)(mg)
50,54
9
5,43
5
1,2 x
6,522 0 6,522 65,22
100,68
0
6,66
88,002 0,033 8,035 80,35
150,71
0
6,95
18,341 0,073 8,414 84,14
200,74
3
7,26
28,714 0,1147 8,829 88,29
300,76
5
7,46
98,963 0,1583 9,121 91,21
PERHITUNGANa. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum
cacao
Y = 0,1062 X – 0,0282
5 menitAbs = 0,230
0,230 = 0,1062 X – 0,0282
0,2582 = 0,1062 X
X = 2,431
Kadar = 2,341 . fp = 2,431 x 1,2
= 2,918 mg%
20 menitAbs = 0,359
0,359 = 0,1062 X – 0,0282
0,3872 = 0,1062 X
X = 3,646
Kadar = 3,646. fp = 3,646 x 1,2
= 4,375 mg%
10 menitAbs = 0,257
0,257 = 0,1062 X – 0,0282
0,2852 = 0,1062 X
30 menitAbs = 0,396
0,396 = 0,1062 X – 0,0282
0,4242 = 0,1062 X
X = 2,685
Kadar = 2,685 . fp = 2,685 x 1,2
= 3,222 mg%
X = 3,994
Kadar = 3,994 . fp = 3,994 x 1,2
= 4, 793 mg% 15 menit
Abs = 0,301
0,301 = 0,1062 X – 0,0282
0,3292 = 0,1062 X
X = 3,099
Kadar = 3,099 . fp = 3,099 x 1,2
= 3,719 mg%
Faktor Koreksi
= Pengambilan sampelMediumDisolusi
x kadar menit sebelumnya +
Faktor koreksi sebelumnya
1) t = 5 menit = (5
1000 x 0 ) = 0 mg%
2) t = 10 menit = (5
1000 x 2,431) + 0 =
0,012 mg%
3) t = 15 menit = (5
1000 x 3,222) + (0,012) =
0,028 mg%
4) t = 20 menit = (5
1000x 3,719) + 0,028 =
0,047 mg%
5) t = 30 menit = (5
1000x 4,735) + 0,047 =
0,071 mg%
Kadar Terkoreksi = Kadar + FK1) t = 5 menit = 2,431 + 0 = 2,431 mg%
2) t = 10 menit = 3,222 + 0,012 = 3,234 mg%
3) t = 15 menit = 3,719 + 0,028 = 3,747 mg%
4) t = 20 menit = 4,375 + 0,047 = 4,422mg%
5) t = 30 menit = 4,793 + 0,071 = 4,864 mg%
Jumlah obat = Kadar terkoreksi
100mL x Volume disolusi
1. t = 5 menit = 2,431
100mL x 1000 mL = 24,31 mg
2. t = 10 menit = 3,234
100mL x 1000 mL = 32,34 mg
3. t = 15 menit = 3,747
100mL x 1000 mL = 37,47 mg
4. t = 20 menit = 4,422
100mL x 1000 mL = 44,22 mg
5. t = 30 menit = 4,864
100mL x 1000 mL = 48,64 mg
Jumlah dan kadar Na Salisilat teoritisJumlah Na salisilat teoritis pada suppositoria basis
oleum cacao
Na salisilat teoritis = bobot suppo percobaanbobot suppoteoritis
x 0,1
= 3.04 g
3g x 0,1
= 0,101 g= 101 mg
C teoritis in vitro = bobot Na salisilat teoritis
Volume∈vitro x 100%
= 101mg1000
x 100%
=11 mg%
% terdisolusi = kadar terkoreksikadar teoritis∈vitro x 100 %
t = 5 menit = 2,431mg%
11mg% x 100 % = 22,1 %
t = 10 menit = 3,234mg%
11mg% x 100 % = 29,4%
t = 15 menit = 3,747mg%
11mg% x 100 % = 34,06 %
t = 20 menit = 4,422mg%
11mg% x 100 % = 40,2 %
t = 30 menit = 4,864mg%
11mg% x 100 % = 44,22 %
Grafik t vs % disolusi
0 5 10 15 20 25 30 3505
101520253035404550
t vs % disolusi
% disolusi
t (waktu)
% te
rdiso
lusi
Luas daerah di bawah kurva Na salisilat 100 mg
dengan basis oleum cacao
Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi)Luas trapezium = ½ ( jumlah sisi sejajar x tinggi )
1) L1 = ½ ( 5 x 24,31) = 60,77
2) L2 = ½ (24,31+ 32,34) x 5 = 141,63
3) L3 = ½ (32,34 + 37,47) x 5 = 174,53
4) L4 = ½ (37,47 + 44,22) x 5 = 204,23
5) L5 = ½ (44,22 + 37,47) x 10 = 408,45
Luas A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = 60,77 + 141,63 + 174,53 + 204,23 + 408,45 = 989,61 satuan luas
Luas bidang A + B = 30 x 100 = 3000 satuan luas
DE20 = LA
L(A+B) = 989,613000
x 100 % = 32,99 %
c. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG
Y = 0,1062 X – 0,0282
5 menit 20 menit
Abs = 0,549
0,549 = 0,1062 X –
0,0282
0,5772 = 0,1062 X
X = 5,435
Kadar = X . fp = 5,435 x 1,2
= 6,522 mg%
Abs = 0,743
0,743 = 0,1062 X –
0,0282
0,7712 = 0,1062 X
X = 7,262
Kadar = X . fp = 7,262 x 1,2
= 8,714 mg%
10 menitAbs = 0,680
0,680 = 0,1062 X –
0,0282
0,7082 = 0,1062 X
X = 6,668
Kadar = X . fp = 6,668 x 1,2
= 8,002 mg%
30 menitAbs = 0,765
0,765 = 0,1062 X –
0,0282
0,7932 = 0,1062 X
X = 7,469
Kadar = X . fp = 7,469 x 1,2
= 8,963 mg% 15 menit
Abs = 0,710
0,710 = 0,1062 X –
0,0282
0,7382 = 0,1062 X
X = 6,951
Kadar = X . fp = 6,951 x 1,2
= 8,341 mg%
Faktor Koreksi
= Pengambilan sampelMediumDisolusi
x kadar menit sebelumnya +
Faktor koreksi sebelumnya
1. t = 5 menit = (5
1000 x 0 ) = 0 mg%
2. t = 10 menit = (5
1000 x 6,522) + 0 =
0,033 mg%
3. t = 15 menit = (5
1000 x 8,002) + (0,033) =
0,073 mg%
4. t = 20 menit = (5
1000x 8,341) + 0,073 =
0,1147 mg%
5. t = 30 menit = (5
1000x 8,714) + 0,1147 =
0,1583 mg%
Kadar Terkoreksi = Kadar + FK1. t = 5 menit = 6,522 + 0 = 6,522mg%
2. t = 10 menit = 8,002 + 0,033 = 8,035 mg%
3. t = 15 menit = 8,341+ 0,073 = 8,414 mg%
4. t = 20 menit = 8,714 + 0,1147 = 8,829 mg
%
5. t = 30 menit = 8,963 + 0,1583 = 9,121 mg
%
Jumlah obat = Kadar terkoreksi
100mL x Volume disolusi
6. t = 5 menit = 6,522
100mL x 1000 mL = 65,22 mg
7. t = 10 menit = 8,035
100mL x 1000 mL = 80,35 mg
8. t = 15 menit = 8,414
100mL x 1000 mL = 84,14 mg
9. t = 20 menit = 8,829
100mL x 1000 mL = 88,29 mg
10. t = 30 menit = 9,121
100mL x 1000 mL = 91,21 mg
11.
Jumlah dan kadar Na Salisilat teoritisJumlah Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis
PEG
Na salisilat teoritis = bobot suppo percobaanbobot suppoteoritis
x 0,25
= 3,74 g
3g x 0,1
= 0,125 g
=125 mg
C teoritis in vitro = bobot Na salisilat teoritis
Volume∈vitro x 100%
= 125mg1000
x 100%
=12,5 mg%
% terdisolusi = kadar terkoreksi
kadar teoritis∈vitro x 100 %
t = 5 menit = 6,522mg%12,5mg%
x 100 % = 52,176 %
t = 10 menit = 8,035mg%12,5mg%
x 100 % = 64,28 %
t = 15 menit = 8,414mg%12,5mg%
x 100 % = 67,312 %
t = 20 menit = 8,829mg%12,5mg%
x 100 % = 70,632 %
t = 30 menit = 9,121mg%12,5mg%
x 100 % = 72,968 %
0 5 10 15 20 25 30 350
1020304050607080
t vs % terdisolusi
% terdisolusi
t (waktu)
% te
rdiso
lusi
a. Luas daerah di bawah kurva Suppositoria Na
salisilat 100 mg dengan basis PEG
Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi)Luas trapezium = ½ ( jumlah sisi sejajar x tinggi )
6) L1 = ½ ( 5 x 52,176) = 130,44
7) L2 = ½ (52,176 + 64,28) x 5 = 291,14
8) L3 = ½ (64,28 + 67,312) x 5 = 328,98
9) L4 = ½ (67,312 + 70,632) x 5 = 344,86
10) L5 = ½ (70,632 + 72,968) x 10 = 718
Luas A = L1 + L2 + L3 + L4 + L5= 130,44 + 291,14 + 328,98 + 344,86 + 718
= 1813,42 satuan luasLuas bidang A + B = 30 x 100
= 3000 satuan luas
DE20 = LA
L(A+B) = 1813,42
3000 x 100 % = 60,45 %
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji pada
sediaan supositoria. Pengujian pada supositoria ini bertujuan
untuk memastikan bahwa sediaan supositoria sudah memenuhi
persyaratan atau belum.Untuk uji pertama dilakukan uji kekuatan
mekanik yaitu dengan memberikan beban pada supositoria.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan suppositoria untuk menahan beban. Melalui uji ini maka
dapat diketahui kekuatan suppositoria untuk mempertahankan
bentuknya selama penggunaan ke tempat aplikasi. Berdasarkan
percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tipe basis suppo
Basis lemak Basis PEG1 2 1 2
Beban (g) 1000 g 1800 gWaktu (menit)
5 9
Dari hasil didapatkan bahwa basis PEG memiliki kekerasan lebih
tinggi daripada basis lemak. Semakin lama waktu yang
diperlukam semakin tinggi juga nilai kekerasannya.
Percobaan selanjutnya yaitu disolusi suppositoria. Pada uji
ini bertujuan untuk mengetahui pepelasan obat dari sediannya
pada waktu yang telah ditentukan. Digunakan media disolusi
aquadest dengan volume 1000 mL. Bertujuan agar selama waktu
disolusi suppositoria dalam chamber, media disolusi tidak cepat
mencapai titik jenuh. Karena jika suatu larutan berada dalam
keadaan jenuh maka akan mengurangi jumlah obat yang terlarut
dalam media. Untuk percobaan pelepasan obat dalam
suppositoria dilakukan sampling pada interval waktu 5, 10, 15,
20, dan 30 menit dengan pengambilan media 5 mL. Setiap
pengambilan 5 mL larutan media, dimasukkan 5 mL media ke
dalam media disolusi hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya larutan menjadi jenuh karena volume media disolusi
yang berkurang karena pengambilan. Kemudian dilakukan
pengukuran kadar dengan pembacaan memakai
spektrofotometri VIS. Untuk VIS panjang gelombang yang
digunakan berkisar antara 400-800 nm untuk itu dilakukan
pengompleksan zat aktif dengan zat pengompleks agak dapat
memperpanjang gugus kromofor. Sebagian besar pengukuran
menggunakan VIS, larutan uji akan menghasilkan warna dengan
pengompleks. Pada percobaan ini pengompleksnya
menggunakan FeCl3 yang akan menghasilkan warna ungu.
Setelah terbentuk kompleks warna ditunggu hingga waktu OT 5 –
10 menit. OT (operating time) merupakan waktu yang diperlukan
zat aktif untuk membentuk komplek warna yang stabil dan
diharapkan selama waktu OT keseluruhan zat aktif sudan
membentuk kompleks warna dengan pengompleks. Pada
pengukuran kadar digunakan sampel 5 mL dengan penambahan
1 mL FeCl3, untuk blangko digunakan 2 mL FeCl3 add aquadest 10
mL. Disini blanko berfungsi sebagai faktor koreksi. Dari hasil
percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :
d. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis oleum
cacao
Waktu (menit)
Abs X Factor pengencer
an
Kadar (mg%)
Factor koreksi (mg
%)
Kadar terkoreksi (mg
Jumlah obat (mg)
%)
50,23
02,91
8
1,2 x
2,431 0 2,431 24,31
100,25
72,68
53,222 0,012 3,234 32,34
150,30
13,09
93,719 0,028 3,747 37,47
200,35
93,64
64,375 0,047 4,422 44,22
300,39
63,99
44,793 0,071 4.867 48,67
a. Suppositoria Na salisilat 100 mg dengan basis PEG
Waktu (menit)
Abs XFactor
pengenceran
Kadar (mg%)
Factor koreksi (mg%)
Kadar terkoreksi (mg
%)
Jumlah obat (mg)
50,54
95,43
5
1,2 x
6,522 0 6,522 65,22
100,68
06,66
88,002 0,033 8,035 80,35
150,71
06,95
18,341 0,073 8,414 84,14
200,74
37,26
28,714 0,1147 8,829 88,29
300,76
57,46
98,963 0,1583 9,121 91,21
Berdasarkan hasil yang didapatkan untuk basis oleum
cacao dan PEG semakin lama waktu disolusi maka kadar obat
yang terdisolusi dari sediaan akan semakim naik dapat dilihat
dari hasil yang didapatkan. Namun pada kadar terdisolusi pada
suppositoria basis oleum cacao dan PEG memiliki berbedaan.
Pada oleum cacao menit ke-30 kadar terdisolusi sebesar 48,67 %
sedangan basis PEG menit ke -30 sebesar 91,21 %. Perbedaan ini
terjadi karena sifat basis dari masing – masing sediaan
suppositoria yang berbeda. Suppositoria dengan basis oleum
cacao memiliki sifat yanng lipofilik atau hidrofobik yaitu sifat
yang tidak suka dengan air atau lebih cenderung larut dalam
lemak sedangkan media yang digunakan untuk percobaan
disolusi berupa air sehingga kelarutan suppositoria untuk larut
dalam media akan berkurang dan hal ini yang mempengaruhi
jumlah kadar obat yang terdisolusi dalam media. Sedangkan
untuk supporsitoria dengan basis PEG yang memiliki sifat
hidrofilik atau lebih suka air akan lebih cenderung memiliki
kelarutan yang tinggi pada media atau larutan berair, jadi karena
sifat hidrofilik dan media yang digunakan berupa air maka
derajat kelarutan suppositoria PEG lebih tinggi dibandingkan
dengan suppositoria oleum cacao. Untuk DE didapatkan bahwa
suppositoria basis PEG memiliki DE 60,45 % sedangkan basis
lemak sebesar 32,99 %, data ini menunjukkan bahwa proses
disolusi suppositoria basis PEG memiliki proses disolusi yang baik
dibandingkan dengan basis lemak yaitu 60,45 %. Ada banyak hal
yang dapat mempengaruhi DE, antara lain kemampuan zat
terlarut untuk melewati lapisan stigma unutk melarut dalam
medium dan sifat dan kemampuan terlarut dari masing-masing
basis suppositoria.
Kemudian dilakukan Liquefaction time test. Pada uji ini
dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan suppositoria untuk melebur sempurna pada larutan
air dengan suhu 37⁰ C. Suhu ini diatur sedemikian rupa agar
menyerupai suhu tubuh manusia. Untuk langkah awal dilakukan
pengaturan agar air dapat mengalir melalui alat uji agar suhu
disekitar suppositoria terjaga sekitar 37⁰C. Dilakukan perhitungan
waktu lebur mulai dari awal suppositoria terkena larutan hingga
melarut semua. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Basis lemak Basis PEGWaktu (menit)
60 45
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa suppositoria
basis lemak meiliki kelarutan yang lebih rendah daripada basis
PEG hal ini dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan suppositoria
untuk melebur. Perbedaan waktu lebur yang dapat dikatakan
jauh ini salah satunya dikarenakan sifat dari masing – masing
basis. Untuk basis lemak yang bersifat hidrofobik atau lipoflik
memiliki kecenderungan untuk melarut dalam media yang
memiliki komponen lemak yang lebih tinggi daripada media
berair hal ini seperti prinsip like-dissolve-like atau kecenderungan
untuk melarut pada media atau larutan yang memiliki kepolaran
yang sama. Sedangkan untuk basis PEG yang bersifat hidrofilik
memiliki kecenderungan melarut dalam media yang berair.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas suppositoria.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa hasil bahwa
supositoria basis lemak dan basis PEG semuanya tidak rata.
Berarti homogenitas supositoria kurang baik.
G. KESIMPULAN
1. Pada percobaan ini dilakukan uji homogenitas, kekerasan,
waktu lebuh, dan pelepasan obat dari sediaan suppositoria.
2. Uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan
suppositoria tidak homogen.
3. Uji kekesaran didapatkan bahwa basis PEG lebih keras
dibanding basis lemak.
4. Uji waktu lebur didapatkan bahwa basis PEG lebih mudah
melebur dalam media air daripada basis lemak karena
bersifat hidrofilik daripada basis lemak
5. Uji pelepasan obat didapatkan bahwa pada basis PEG
memiliki proses pelepasan zat aktif lebih cepat(91,21 % )
daripada basis lemak (48,67 %) pada menit ke-30 karena
bersifat hidrofilik daripada basis lemak.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta.
Lachman, L., Liberman, A. H. Kanig, J. L. (1994). Teori dan
Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi
Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi
Kelima, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.