skripsi - yeshinta pritasari (135080418113006)repository.ub.ac.id/3239/1/priswiyandi, r....

129
ANALISIS CURAHAN WAKTU DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBENIH IKAN LELE ANGGOTA KELOMPOK TANI TRUNO LANGGENG DITINJAU DARI ASPEK GENDER DI DESA KENCONG, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : YESHINTA PRITASARI NIM. 135080418113006 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS CURAHAN WAKTU DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEMBENIH IKAN LELE ANGGOTA KELOMPOK TANI TRUNO LANGGENG

DITINJAU DARI ASPEK GENDER DI DESA KENCONG, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI,

JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :

YESHINTA PRITASARI NIM. 135080418113006

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

ii

ANALISIS CURAHAN WAKTU DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA

PEMBENIH IKAN LELE ANGGOTA KELOMPOK TANI TRUNO LANGGENG DITINJAU DARI ASPEK GENDER

DI DESA KENCONG, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

YESHINTA PRITASARI NIM. 135080418113006

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

iii

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar

benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hokum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Juli 2017

Yeshinta Pritasari 135080418113006

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan

dalam kegiatan penelitian yang saya lakukan di Desa Kencong hingga

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP selaku dosen pembimbing I skripsi saya yang

telah memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan dalam penelitian

hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Ibu Wahyu Handayani, S.Pi, MBA, MP selaku dosen pembimbing II skripsi

saya yang telah memberikan bimbingan, bantuan, doa serta dukungan

dalam penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP selaku dosen penguji I skripsi saya yang

telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hingga tersusunnya

skripsi ini.

5. Ibu Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM selaku dosen penguji II skripsi saya

yang telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hingga

tersusunnya skripsi ini.

6. Bapak Waris Suyitno selaku ketua kelompok pembenih Ikan Lele Truno

Langgeng yang telah memberikan bantuan dalam memberikan informasi

dan ilmu dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele.

7. Seluruh anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng baik

suami maupun istri yang telah meluangkan waktu dan membantu saya

dalam mengisi kuisioner dan melengkapi data penelitian.

8. Orang tua saya Bapak Supriadi dan Ibu Siti Muksodah, adik adik saya

yang selalu mendukung dan memberikan doa untuk saya dalam penelitian

hingga tersusunnya skripsi ini.

vi

9. Kurnia Zandy yang telah membantu selama proses penelitian hingga

tersusunnya skripsi ini.

10. Teman teman saya seluruh Keluarga UB Kampus III Kediri yang

memberikan bantuan dan motivasi dalam penyajian laporan skripsi ini

diantaranya Elfa Fitriana, Retno Kumala Anggraini, Lita Ashari, Amelia

Hudayana, Atni Rachmawati dan teman teman lainnya yang tidak bisa

saya sebutkan satu per satu.

Malang, Juli 2017

Penulis,

vii

RINGKASAN

YESHINTA PRITASARI. Skripsi tentang Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Kajian Gender di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP dan Wahyu Handayani, S.Pi, MBA,MP).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ekonomi rumah

tangga atau aktivitas rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender, untuk menganalisa gender pada rumah tangga anggota Kelompok Truno Langgeng dan untuk menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri pada Bulan April sampai dengan Mei 2017. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota pemebnih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng di Di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 rumah tangga dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jenis sampel jenuh atau biasa disebut sensus sebab jumlah dari populasi yang ada relatif kecil/sedikit sehingga seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria yaitu penduduk tetap Desa Kencong, merupakan anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dan yang sudah berumahtangga atau terdiri dari suami dan istri. Jenis dan sumber data menggunakan data promer dan data sekunder. Data primer dengan melalui wawancara (kuesioner) dan observasi, data sekunder melalui studi literatur seperti BPS, Buku Rancangan Kegatan Desa, laporan, dan lain sebagainya. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, Harvard Analysis Methode untuk mengidentifikasi peran, akses, manfaat dan kontrol serta dekstriptif kuantitatif untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumahtangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.

Nilai R2 (R Square) diperoleh sebesar 0.680 artinya variabel independen atau variabel bebas (curahan waktu kerja produktif laki laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah anggota keluarga, lama pengalaman kerja) mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat (pendapatan keluarga) sebesar 68% sedangkan sisanya sebesar 32% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Pada hasil uji F, diperoleh hasil nilai Sig 0.001 artinya nilai sig < alfa atau 0.001 < 0.005 atau dengan melihat hasil nilai F hitung yaitu nilai F hitung sebesar 5.091 dan nilai F tabel dengan taraf signifikan 0.005 adalah 2.121 jadi nilai F hitung > F tabel atau 5.091 > 2.121, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (curahan waktu kerja produktif laki laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah anggota keluarga dan lama

pengalaman kerja) secara bersama sama (simultan) memiliki pengaruhi yang signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga).

viii

Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan Y = 3.3746 + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 25259.6 X3 + 265069.3 X4 + 240680.6 X5 260770.3 X6 396413.3 X7 29828.7 X8 227618.1 X9 + 296936.9 X10 + e. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai constant sebesar 3.3746 artinya jika X1 (curahan waktu kerja produktif laki laki), X2 (curahan waktu kerja produktif perempuan), X3 (curahan waktu kerja reproduktif laki laki), X4 (curahan waktu kerja reproduktif perempuan), X5 (umur laki laki), X6 (umur perempuan), X7 (tingkat pendidikan laki laki), X8 (tingkat pendidikan perempuan), X9 (jumlah anggota keluarga), X10 (lama pengalaman kerja dibidang perikanan) nilainya adalah nol, maka Y (pendapatan keluarga) memiliki nilai 3.3746, dimana nilai tersebut merupakan jumlah pendapatan yang tidak diperoleh dari kegiatan diluar bidang perikanan maupun diluar dari kegiatan pembenihan.

Curahan waktu kerja anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Trun Langgeng yaitu mayoritas laki laki (suami) bekerja produktif selama satu bulan adalah 25,39 jam dan curahan waktu reproduktifnya adalah 6,1 jam yaitu kegiatan membantu istri di toko, mengurus anak, menyapu dan mengepel rumah,, sedangkan untuk perempuan (istri) dalam kegiatan produktif perempuan bekerja selama satu bulan adalah selama 13.17 jam dan untuk kegiatan reproduktifnya selama 21.1 jam yaitu kegiatan belanja, memasak, mengurus anak, mencuci baju, mencuci piring dan menyapu rumah. Produksi pembenihan Ikan Lele terdiri atas 3 ukuran yaitu ukuran 3, 4, dan 5 dengan rata rata setiap siklusnya ukuran 3 sebanyak 63.143 ekor dengan harga per ekornya Rp. 45,-, ukuran 4 sebanyak 44.858 ekor dengan harga pere kornya Rp. 65,- dan ukuran 5 sebanyak 32.286 ekor dengan harga per ekornya Rp. 90,-. Pendapatan total keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng rata rata setiap bulannya adalah sebesar Rp. 6.242.950,-.

Analisa gender pada keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng yaitu peran laki laki lebih banyak atau dominan menghabiskan curahan waktunya untuk kegiatan produktif sedangkan perempuan untuk kegiatan reproduktfi. Akses yang diperoleh laki laki adalah akses terhadap tanah, properti pembenihan Ikan Lele, rumah, kendaraan dan pendapatan, sedangkan perempuan mengakses rumah, properti rumah tangga dan logam mulia atau emas. Manfaat, akses dan kontrol saling berkaitan dimana seseorang yang mengaskses sumberdaya tersebut akan memperoleh manfaat dan kontrol terhadap pendapatan lebih banyak dikontrol oleh laki laki sementara untuk pengeluaran lebih banyak dikontrol oleh perempuan dan laki laki hanya kadang kadang saja.

Faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng berdasarkan analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS adalah curahan waktu kerja produktif laki laki dengan taraf signifikan 0.028, curahan waktu kerja reproduktif perempuan dengan tara signifikan 0.045, umur laki laki dengan taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan taraf signifikan 0.008, lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf signfikan 0.004 dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0.05%.

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah pada setiap keluarga anggota pembenih Ikan Lele sebaiknya lebih meningkatkan curahan waktu kerja produktifnya baik dalam pekerjaan dibidang perikanan maupun pekerjaan non perikanan khususnya pada curahan waktu kerja produktif perempuan, namun hal ini tidak menutupkemungkinan dimana pembagian kerja antara waktu produktif dan reproduktif laki laki dan perempuan yang baik akan meningkatkan pendapatan keluarga terutama untuk keluarga yang masih memiliki anak kecil sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam mengurus anak. Pada

ix

setiap keluarga juga disarankan untuk lebih saling menghargai peran satu sama lain baik sebagai laki laki dan perempuan terutama keterlibatan dalam kegiatan produktif, reproduktif dan sosial. Bagi pemerintah sebaiknya memberikan bantuan dana maupun sarana prasarana dengan peninjauan yang lebih baik lagi bagi anggota pembenih Ikan Lele agar usaha pembenihan yang dijalankan dapat berkembang dan masyarakat sekitar dapat ikut bergabung dalam kelompok untuk menjalankan usaha pembenihan Ikan Lele secara bersama. Untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan aspek curahan waktu disarankan untuk memasukkan usia anak sebab usia anak berpengaruh terhadap curahan waktu kerja reproduktif baik laki laki maupun perempuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan keluarga.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah Nya sehingga saya dapat menyajikan skripsi ini yang berjudul Analisis

Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Anggota Pembenih Ikan

Lele Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Gender di Desa

Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dalam tulisan

ini disajikan pokok pokok bahasan yang meliputi keadaan umum lokasi

penelitian, karakteristik responden, kondisi umum perikanan, pekerjaan responden

dibidang non perikanan, pola aktivitas rumah tangga, curahan waktu kerja dan

pendapatan rumah tangga, analisa gender dan faktor faktor yang mempengaruhi

pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele.

Saya sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, oleh karena itu

saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Juli 2017

Penulis,

xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ ii

RINGKASAN ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga ............................................................ 7 2.2 Curahan Waktu Kerja .......................................................................... 9 2.3 Produksi .............................................................................................. 11 2.4 Pendapatan ......................................................................................... 12 2.5 Konsep Gender ................................................................................... 14 2.6 Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga ....... 16 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18 2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 20

3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 22

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ........................................ 22 3.2 Objek Penelitian .................................................................................. 22 3.3 Jenis Penelitian ................................................................................... 22 3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................... 23 3.5 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 24 3.6 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 25

3.6.1 Data Primer .............................................................................. 25 3.6.2 Data Sekunder ......................................................................... 27

3.7 Analisis Data........................................................................................ 28 3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ....................................................... 28 3.7.2 Harvard Analysis Methode ........................................................ 31 3.7.3 Analisis Deskriptif Kuantitatif ..................................................... 33

xii

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 45

4.1 Letak Geografis dan Topografis ........................................................... 45 4.2 Keadaan Penduduk ............................................................................. 46 4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kediri ...................................... 48

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 51

5.1 Profil Kelompok Pembenih Ikan Lele ................................................... 51 5.2 Karakteristik Responden ...................................................................... 52 5.3 Pekerjaan Rumah Tangga Pembenih dibidang Non Perikanan ........... 57 5.4 Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng ... 59 5.5 Pola Aktivitas Rumah Tangga .............................................................. 63

5.4.1 Aktivitas Produktif ..................................................................... 63 5.4.2 Aktivitas Reproduktif ................................................................. 64 5.4.3 Aktivitas Sosial .......................................................................... 65

5.6 Produksi, Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga ....... 66 5.5.1 Produksi Pembenihan Ikan Lele dan Non Perikanan ................ 66 5.5.2 Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele ............................... 69 5.5.3 Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele ..................... 73

5.7 Analisa Gender pada Keluarga Pembenih Ikan Lele ............................ 75 5.6.1 Peran ....................................................................................... 75 5.6.2 Akses ....................................................................................... 80 5.6.3 Manfaat .................................................................................... 83 5.6.4 Kontrol ..................................................................................... 83

5.8 Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga ....... 88 5.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 88 5.7.2 Uji Statistika .............................................................................. 93 5.7.3 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 99

5.9 Implikasi Rumah Tangga Pembenih Kelompok Truno Langgeng ......... 102

6. PENUTUP ........................................................................................... 105

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 105 6.2 Saran ................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108

LAMPIRAN ................................................................................................... 111

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel No. Halaman

1. Harvard Analysis Methode untuk Aktivitas ......................................... 32

2. Harvard Analysis Methode untuk Akses ............................................ 32

3. Harvard Analysis Methode untuk Kontrol ........................................... 33

4. Jumlah Penduduk Desa Kencong ..................................................... 46

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia................................................. 46

6. Mata Pencaharian Penduduk Desa Kencong .................................... 47

7. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kencong ................................... 48

8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Budidaya ................ 49

9. Umur Responden Laki laki ............................................................. 53

10. Umur Responden Perempuan ........................................................... 54

11. Tingkat Pendidikan Responden Laki laki ........................................ 55

12. Tingkat Pendidikan Responden Perempuan ...................................... 55

13. Lama Pengalaman Kerja Responden dibidang Perikanan ................. 56

14. Pekerjaan Responden Laki laki dibidang Non Perikanan ................ 58

15. Pekerjaan Responden Perempuan dibidang Non Perikanan ............. 59

16. Biaya Produksi Pembenihan Ikan Lele .............................................. 67

17. Produksi Pembenihan Ikan Lele ........................................................ 68

18. Produksi Non Perikanan .................................................................... 69

19. Curahan Waktu Kerja Produktif Laki laki dan Perempuan .............. 71

20. Curahan Waktu Kerja Reproduktif Laki laki dan Perempuan .......... 72

21. Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga Pembenih ... 74

22. Pendapatan Total Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele .................... 75

23. Contoh Jadwal Kegiatan Keluarga Pembenih Ikan Lele .................... 76

xiv

24. Analisa Gender dalam Curahan Waktu Kerja Produktif, Reproduktif

dan Sosial ......................................................................................... 78

25. Macam Akses Laki laki dan Perempuan ......................................... 80

26. Analisa Kontrol terhadap Pendapatan dan Pengeluaran ................... 84

27. Hasil Regresi Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele ................................................. 88

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar No. Halaman

1. Teori Chayanov ...................................................................................... 8

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 21

3. Struktur Organisasi Kelompok Truno Langgeng ....................................... 51

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran No. Halaman

1. Peta Desa Kencong .......................................................................... 111

2. Curahan Waktu Kerja ........................................................................ 112

3. Biaya dan Penerimaan Pembenih Ikan Lele ...................................... 115

4. Karakteristik Responden ................................................................... 116

5. Jenis Pekerjaan Non Perikanan ........................................................ 117

6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pendapatan Keluarga

Pembenih Ikan Lele ........................................................................... 118

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan Negara Indonesia memiliki peranan penting dalam

perekonomian yang berkaitan dengan (1) sumberdaya perikanan darat dan laut,

contohnya : lahan tambak maupun sumberdaya ikan yang jumlahnya cukup

melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara optimal, (2) Produk Domestik Bruto

(PDB) sub sektor perikanan yang relatif kecil kontribusinya tetapi menunjukan

peningkatan yang sangat signifikan, bahkan dapat mencapai peningkatan tertinggi

dibandingkan dengan sektor – sektor lainnya, (3) permintaan ikan dunia dari tahun

ketahun mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk

yang semakin meningkat dan tingginya tingkat pendidikan akan tetapi kemampuan

negara untuk pemasokan ikan dunia semakin berkurang dikarenakan

keterbatasan sumberdaya alam yang dimiliki, (4) pola hidup masyarakat dunia saat

ini yang berubah mengikuti perkembangan zaman, dan (5) jumlah penduduk

Indonesia yang semakin meningkat (Kusumaatmadja, 2000 dalam Mudzakir,

2003).

Sukandar (2007) dalam Hasan (2009) menyatakan bahwa Negara

Indonesia memiliki produksi perikanan mencapai 65 juta ton per tahun. Dari

potensi tersebut hanya beberapa yang termanfaatkan sebesar 9 juta ton. Namun,

potensi tersebut sebagian besar berada pada perikanan budidaya mencapai 57,7

juta ton per tahun dan baru termanfaatkan 2,08%. Sedangkan potensi perikanan

tangkap (laut dan perairan umum) hanya besar 7,3 juta ton per tahun dan baru

dimanfaatkan sebesar 65,75%.

Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika

dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis Ikan Lele ini

termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang

2

tubuh maupun dari beratnya. Dibandingkan kerabat dekatnya, ikan lele lokal

(Calarias batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat.

Oleh sebab itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di kalangan

masyarakat (Santoso, 1994).

Kelompok tani/nelayan adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan, visi

dan misi yang sama. Peranan dan fungsi kelompok tani adalah sebagai media

pengajaran dan pembelajaran untuk mewujudkan kerjasama antarnggota

kelompok tani agar dapat berlangsung dengan baik selain itu guna menambah

pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatan serta mencapai

kehidupan yang lebih sejahtera (Karim dkk, 2010).

Putri (2008) dalam Febrianti (2016) menyatakan bahwa upaya peningkatan

kesejahteraan bagi petani di pedesaan tidak dapat dipisahkan dari

rumahtangganya. Rumah tangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat,

sehingga jika ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka harus dimulai

dari kehidupan rumahtangganya. Demikian halnya untuk peningkatan

kesejahteraan petani dapat dimulai dari tingkat rumah tangga petani, karena pada

umumnya masalah kemiskinan merupakan masalah rumah tangga daripada

masalah individu.

Pendapatan kelompok tani/nelayan tidak menentu, hal ini disebabkan

karena hasil yang diperoleh sangat bergantung pada keadaan alam dan musim.

Kelompok tani juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang melibatkan

pendapatannya yaitu pemenuhan ekonomi keluarganya seperti makan, tempat

tinggal, pendidikan, biaya sosial serta kebutuhan lainnya. Rendahnya produksi

yang dihasilkan juga menyebabkan rendahnya jumlah pendapatan. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhinya yaitu modal, pengetahuan, tingkat pengalaman dan

curahan waktu kerja. Setiap anggota kelompok tani akan dihadapkan pilihan dalam

mengalokasikan waktu antara bekerja dan tidak berkerja untuk menikmati waktu

3

luangnya. Pengalokasian waktu bekerja yaitu mencari pendapatan untuk

kebutuhan perekonomiannya atau tidak berkerja yaitu dengan menikmati waktu

istirahat dengan keluarganya (Karim dkk, 2010).

Prespektif tentang gender merupakan kepercayaan normatif mengenai

bagaimana seharusnya seorang laki – laki atau perempuan, apa yang seharusnya

dapat dilakukan oleh laki – laki atau perempuan serta bagaimana keduanya dapat

berinteraksi. Prespektif tentang gender diukur untuk menilai pandangan normatif

responden tentang bagaimana pembagian peran dalam rumah tangga antara

suami dan istri, serta akses dan kontrol perempuan pada sektor domestik dan

publik. Perempuan sebagai seorang istri dengan berbagai aktivitas kerja sehari –

hari baik yang dilakukan secara terencana maupun tidak pada dasarnya memiliki

nilai ekonomis, terutama bila dikaitkan dengan pendapatan dalam usaha

membantu keluarga. Peranan wanita khususnya dalam keinginan mencari nafkah

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, oleh sebab itu perlu

adanya dukungan masyarakat yang semakin tinggi terhadap perluasan

kesempatan kerja bagi perempuan khususnya di wilayah pedesaan, guna

meningkatkan penghasilan, peran serta wanita dalam rumah tangga sangat

diharapkan (Rahayu, 2012).

Kabupaten Kediri merupakan produsen benih Ikan Lele terbesar di

Indonesia dengan jumlah penyuplai sebesar 70 % benih ikan di Provinsi Jawa

Timur. Hal ini ditunjukkan oleh data tahun 2011 dimana produksi benih yang

berhasil dipasarkan mencapai 1,8 milyar ekor dan Ikan Lele konsumsi hasil

budidaya sebesar 3.106,516 ton dengan area pemasaran yaitu mencapai seluruh

wilayah Indonesia. Kabupaten Kediri mempunyai keunggulan dalam hal parameter

habitat perkembangbiakan ikan air tawar, yaitu ketinggian antara 10 – 400 m dari

permukaan air laut dan jenis tanah yang alluvial sehingga memiliki sumber air yang

baik.

4

Salah satu sentra pembibitan Ikan Lele Dumbo adalah Kabupaten Kediri,

Provinsi Jawa Timur. Desa Kencong adalah salah satu wilayah yang berpotensi

untuk budidaya pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).

Pengembangan usaha budidaya Ikan Lele Dumbo sangat cepat karena memiliki

pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan lele lokal (Clarias

batrachus) dengan jumlah telur dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat

mencapai 40.000 – 60.000 telur untuk sekali pemijahan.

Seiring dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang belum

berkembang secara maksimal, sehingga mengakibatkan angka pengangguran

terus meningkat maka masyarakat di Desa Kencong, Kecamatan Kepung

memutuskan untuk menjadikan usaha pembibitan Ikan Lele sebagai usaha

alternatif guna mengurangi angka pengangguran. Selain usaha perikanan yang

dijalankan sebagian besar anggota kelompok juga bekerja sampingan di bidang

non perikanan yaitu pertanian, peternakan, maupun kegiatan lainnya. Kemudian

seiring berjalannya waktu, munculnya permasalahan – permasalahan di berbagai

bidang menyebabkan dibentuknya wadah yang dinamakan “Kelompok Tani Truno

Langgeng” dengan jumlah anggota awalnya 17 orang menjadi 35 orang dibentuk

pada tanggal 15 September 2016 yang mempunyai tujuan untuk mengayomi

seluruh petani pembenih yang ada di wilayah tersebut.

Curahan waktu kerja yang dialokasikan oleh anggota Kelompok Tani Truno

Langgeng meliputi kegiatan perilaku ekonomi seperti pembagian pekerjaan dan

kegiatan produksi baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan,

diharapkan mampu mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan

terhadap pendapatan rumah tangga Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng ditinjau

dari aspek gender dan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan

rumahtangga Kelompok Tani Truno Langgeng. Berdasarkan uraian diatas, maka

penelitian dengan judul “Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga

5

Pembenih Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng Di Desa

Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur” menjadi sangat

menarik dan sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka

rumusan masalah yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana secara teknis pembenihan Ikan Lele anggota Kelompok

Tani Truno Langgeng ?

2. Bagaimana curahan waktu dan pendapatan rumah tangga anggota

Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender ?

3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga

anggota Kelompok Tani Truno Langgeng?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat diketahui bahwa

tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui secara teknis pembenihan Ikan Lele anggota Kelompok

Tani Truno Langgeng.

2. Menganalisa curahan waktu dan pendapatan rumah tangga anggota

Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari aspek gender.

3. Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah

tangga anggota Kelompok Tani Truno Langgeng.

1.4 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

6

2. Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

usaha pembibitan Ikan Lele berdasarkan faktor yang mempengaruhi

pendapatan anggota Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng

3. Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.

7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan sebuah keluarga yang merupakan satu unit

pengambil keputusan kerja dalam menyusun suatu strategi untuk dapat

memaksimalkan tingkat kepuasan kebutuhan keluarga secara keseluruhan.

Rumah tangga sebagai unit pengambil keputusan mempunyai peranan yang

penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi.

Alokasi waktu rumah tangga terhadap suatu pekerjaan tentunya akan berbeda

sesuai dengan kebutuhan masing – masing (Putri, 2008).

Pendekatan Sistem : Model Ekonomi Rumahtangga menurut Becker (1965)

dalam Putri (2008), mengembangkan teori untuk mempelajari model ekonomi

rumahtangga petani (Agricultural Household Models), dimana kegiatan produksi

dan konsumsi tidak terpisah dan penggunaan tenaga kerja keluarga lebih

diutamakan. Teori ini memandang rumahtangga sebagai pengambill keputusan

dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta memiliki hubunngan yaitu dengan

alokasi penggunaan waktu kerja dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis

secara simultan. Asumsi yang digunakan adalah bahawa dalam mengkonsumsi,

kepuasaan rumahtangga bukan hanya ditentukan oleh barang dan jasa yang

dapat diperoleh di pasarm tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan atau

diproduksi dalam rumahtangga. Selain itu ada beberapa asumsi yang digunakan

dalam Agricultural Household Models, yaitu : (1) waktu dan barang atau jasa

merupakan unsur kepuasan; (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai

faktor produksi dalam fungsi produksi dalam rumahtangga; dan (3) rumahtangga

bertindak sebagai produsen dan sebagai konsumen.

Rumah tangga memiliki tujuan dalam konteks ekonomi yaitu untuk mencapai

kepuasan dan kegunaan dimana kepuasan atau kegunaan yang akan dicapai

8

rumah tangga adalah berupa materi dan non materi. Teori ekonomi rumah tangga

salah satunya adalah menyoroti waktu yang tersedia bagi rumah tangga, sebagian

besar waktu yang tersedia dalam kehidupan rumah tangga digunakan untuk

kegiatan sehari – hari rumah tangga, contohnya : memasak, rekreasi, istirahat dan

lain – lain sehingga persoalan alokasi dan efisiensi waktu menjadi sangat penting

dalam mempelajari kesejahteraan rumah tangga. Waktu merupakan sumberdaya

yang bersifat langka bagi rumah tangga. (Becker, 1965 dalam Husin dkk, 2011).

Berdasarkan konsep inti dari teori Chayanov dalam menganalisis ekonomi

rumah tangga (household economic) adalah konsumen dan buruh dalam keluarga,

yaitu ditunjukkan rasio antara jumlah yang mengkonsumsi (C) dan yang bekerja

mendapat gaji (W) dalam keluarga tersebut (C/W). Jika jumlah tanggungan

meningkat, maka rasio C/W akan meningkat pula. Untuk menurunkan rasio

tersebut, berarti harus menambah jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja.,

agar rasio C/W menurun, berarti akan meningkatkan pendapatan dalam rumah

tangga petani untuk memnuhi kebutuhan konsumsi mereka. Teori Chayanov

tentang perilaku rumah tangga petani, dapat digambarkan dalam ilustrasi berikut

seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1. Teori Chayanov

9

Asumsi terpenting teori Chayanov dalam ekonomi rumah tangga adalah

sebagai berikut :

1. Rumah tangga tidak menggunakan tenaga kerja non keluarga dan tidak ada

tenaga kerja keluarga yang dapat bekerja di luar usahataninya. Ini berarti

tidak ada pasar tenaga kerja.

2. Output yang dihasilkan digunakan oleh rumah tangga sendiri atau dijual

dipasar dan dinilai berdasarkan harga pasar.

3. Masing – masing rumah tangga mempunyai norma sosial terhadap

pendapatan minimum. Dengan kata lain, rumah tangga merupakan suatu

unit yang mempunyai tingkat konsumsi minimal yang dapat diterima.

2.2 Curahan Waktu Kerja

Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam yang diberikan untuk suatu

kegiatan yang dilakukan. Biasanya pada curahan waktu kerja akan memiliki

hubungan dengan jumlah pendapatan yang diterima sesuai dengan lama jam kerja

diberikan. Pola pencurahan waktu dalam keluarga mencerminkan tingkat

kesejahteraan dan strategi dalam mempertahankan hidup, sehingga dalam hal ini

pengalokasian waktu kerja bukan karena mengejar tingkat upah yang diterima,

melainkan mencakup masalah aspek sosial ekonomi keluarga seperti penghasilan

keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, keterampilan dan

penguasaan teknologi (Mangkuprawira, 1979).

Simanjutak (1985) menyatakan bahwa usia seseorang dapat berpengaruh

terhadap curahan waktu kerjanya, apabila semakin tinggi usia seseorang maka

penawaran tenaga kerjanya semakin besar, meskipun dalam saat tertentu

nantinya penawaran tenaga kerjanya akan turun seiring dengan bertambahnya

usia seseorang. Jumlah tanggungan dalam suatu keluarga juga dapat menjadi

salah satu alasan mengapa wanita bersedia untuk bekerja, sehingga dalam hal ini

dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka

10

waktu yang dicurahkan individu untuk bekerja juga semakin tinggi. Pendidikan juga

dinilai memiliki pengaruh terhadap curahan waktu kerja seseorang, dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang atau semakin lama seseorang menempuh

sistem pendidikan maka waktu yang dimiliki akan semakin mahal sehingga waktu

yang dicurahkan untuk bekerja juga semakin banyak.

Nalinda (2006) dalam Husin dkk (2011) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi curahan waktu kerja suami dan istri adalah luas penguasaan

lahan, umur suami, umur istri, pendidikan suami, pendidikan istri, pendapatan

rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, curahan kerja rumah tangga, jumlah

anggota keluarga yang ditanggung, jumlah anggota keluarga yang mencari

nafkah.

Soekartawi et.al (1986) menyatakan bahwa pada umumnya ukuran jam kerja

dianggap telah dapat memenuhi kebutuhan tanpa memperhatikan kebiasaan kerja

yaitu selama delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Oleh sebab itu dalam

prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja laki – laki dengan penggunaan

faktor konversi seperti berikut :

1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP

2. 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa = 0,8 HKP

3. 8 jam kerja anak – anak = 0,5 HKP

Adapun rumus mencari HOK (Hari Orang Kerja) adalah sebagai berikut :

HOK = Jumlah hari kerja × jam kerja

8 jam

Hendra (2012) dalam Fakhriyyah (2013) menyatakan bahwa curahan waktu

kerja wanita nelayan pada seluruh kegiatan adalah 14,5 jam per hari atau sekitar

58,87%. Dimana kegiatan produktif sebesar 6,75 jam, kegiatan domestik sebesar

4,88 jam dan kegiatan sosial sebesar 2,73 jam. Hal ini menunjukkan wanita

nelayan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus keperluan dan

11

kesejahteraan keluarga. Wanita nelayan dituntut untuk bisa membagi waktunya

tersebut dengan baik, terutama dalam hal membagi urusan rumah tangga,

pekerjaan (kegiatan produktif) dan kegiatan sosial masyarakat. Namun terkadang

waktu yang dialokasikan wanita pada kegiatan mengurus rumah tangga tidak

terlalu diperhatikan karena kegiatan tersebut dianggap sebagai kewajiban seorang

wanita dalam keluarga.

2.3 Produksi

Produksi adalah segala kegiatan atau proses yang dilakukan untuk

menambah guna atau menghasilkan adanya barang atau jasa sebagai hasil dari

input menjadi output untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Peraturan

rumah tangga dibidang produksi karena terbatasnya sumberdaya sedangkan

kebutuhan produsen tidak kunjung dipuaskan sehingga dalam usaha rumah

tangga peran tenaga kerja keluarga diperlukan dalam proses memproduksi

kegiatan usahanya (Sumarjono, 2004).

Nicholson (1985) menyatakan bahwa dalam kegiatan produksi rumah

tangga diperlukan faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk.

Secara matematis hubungan input dan output dapat digambarkan dalam bentuk

persamaan :

Q = f (K, L, M....Xn)

K, L, M.....Xn adalah faktor produksi yang mempengaruhi produksi, Kapital,

Labor, Material, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap suatu hasil produksi.

Kegiatan produktif rumah tangga dibutuhkan adanya keterlibatan dari

anggota rumah tangga yang terdiri atas suami, istri dan anak yang dilakukan

berdasarkan keputusan bersama untuk mencukupi kebuthan pangan dari proses

hasil produksi sendiri maupun kemampuan dalam membeli kebutuhan sehari –

hari contohnya : pangan (Purwanti, 2010 dalam Furqon).

12

2.4 Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dengan total biaya produksi.

Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya

dalam suatu proses produksi (Rahayu dkk, 2012).

Budiono (2010) menyatakan bahwa pendapatan atau income seseorang

diperoleh dari penjualan faktor – faktor produksi yang dimiliki kepada sektor

produksi yang nantinya digunakan sebagai input produksi untuk menghasilkan

output di pasaran dengan harga yang telah ditentukan oleh adanya permintaan

(demand) dan penawaran (supply). Secara singkat income seseorang ditentukan

oleh :

a. Jumlah faktor produksi yang dimiliki yang bersumber dari tabungan

sendiri ataupun berasal dari warisan.

b. Harga dari masing – masing faktor produksi yang ditentukan oleh

keseimbangan pasar.

Dari kedua faktor penting yang menentukan distribusi pendapatan, hanya

harga faktor – faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja dan kepenguasaan)

yang ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Selain itu, juga

terdapat pola pemikiran faktor – faktor produksi yang ada, yang dianggap sangat

penting.

Murbyanto (1994) menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya sumber suatu

pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan utama dan

pendapatan tambahan. Pendapatan utama adalah sumber penghasilan rumah

tangga yang paling menunjang dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan

merupakan penghasilan yang terbesar. Sedangkan pendapatan tambhan

didefinisikan dengan mengusahakan kegiatan lain diluar pekerjaan utama.

Sumber pendapatan rumah tangga anggota kelompok pembenih Ikan Lele

berasal dari keuntungan budidaya, pendapatan diperoleh dari hasil penjumlahan

13

pendapatan budidaya (perikanan) dan pendapatan non perikanan. Pendapatan

budidaya (perikanan) diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi dengan biaya total

produksi budidaya Ikan Lele. Persamaan pendapatan rumah tangga dapat

digambarkan sebagai berikut :

YRT = YP + YNP

Dimana :

YRT = Pendapatan Rumah Tangga

YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)

YNP = Pendapatan Non Perikanan

Persamaan pendapatan budidaya (perikanan) adalah :

YP = TR – TC atau Π = TR – TC

Dimana :

YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)

Π = Keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor suatu

usaha budidaya yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka

waktu tertentu. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = P × Q

Dimana :

TR = Total Revenue (penerimaan total)

P = Price (harga Ikan Lele)

Q = Quantity (jumlah output yang dihasilkan)

Keuntungan (Π) atau profit adalah suatu pendapatan bersih yang diperoleh

dari Total Revenue (TR) atau penerimaan dikurangi dengan Total Cost (TC) atau

biaya total. Biaya total adalah jumlah yang dikeluarkan seluruhnya dalam suatu

14

usaha yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetal dan biaya variabel. Biaya tetap

adalah jumlah ongkos – ongkos yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat

outputnya, misal penyusutan, sewa gedung, dan lain – lain. Biaya variabel adalah

jumlah ongkos – ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang

diproduksikan, misalnya upah dan lain – lain. Persamaan biaya total adalah

sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel/ biaya tidak tetap)

2.5 Konsep Gender

Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial yang berasal dari

Bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin atau bisa diartikan sebagai perbedaan

yang tampak pada laki – laki dan perempuan yang bersifat bawaan sebagai

ciptaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dapat dipelajari dan

disosialiasikan sejak kecil dari segi tingkah laku dan nilai. Pembedaan ini tentunya

sangat berperan penting, sebab selama ini sering ditemukan adanya

kesalahpemahaman mengenai ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang

bersifat bukan kodrati (gender). Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan

peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki – laki dan perempuan sebagai

hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses

sosialiasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu gender

merupakan hasil kesepatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati, sehingga

gender bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu waktu ke

waktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah, dan dapat

dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan

15

budaya dari suatu lingkungan. Wujud atau bentuk dari kesetaraan gender dalam

suatu keluarga yaitu meliputi akses, peran, kontrol dan manfaat. Akses adalah

peluang atau kesempatan dalam memperoleh dan menggunakan sumberdaya

tertentu. Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam

kegiatan atau pengambilan keputusan dalam situasi tertentu. Kontrol adalah

penguasaan atau wewenang maupun kekuatan seseorang yang digunakan dalam

mengambil atau menentukan keputusan. Manfaat adalah kegunaan sumberdaya

yang dapat dinikmati secara optimal (Puspitawati, 2013).

Menurut Sugiah (1995) menjelaskan bahwa di dalam kelompok masyarakat

selalu ada mekanisme yang mendukung adanya konstruksi sosial budaya gender

yang saling menguatkan satu sama lain yaitu : (1) peran sentral bahasa

memberikan adanya mekanisme konkret, dimana suatu budaya mempengaruhi

pikiran dan tingkah laku dari suatu individu, (2) konstruksi sosial dapat mewakili

kompleksitas dalam satu budaya tunggal, hal ini tentunya tidak dapat

mengasumsikan adanya keseragaman, dan (3) konsisten dengan suatu

masyarakat dan waktu.

Menurut Genderpedia (2010) dalam Cahyani, M.Y (2015), pembagian kerja

dalam peran gender terbagi menjadi 3 (triple role) diantaranya :

1. Kerja produktif

Kerja produktif adalah seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan produksi

barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan dan pemenuhan

kebutuhan dasar.

2. Kerja reproduktif

Kerja reproduktif adalah pekerjaan yang berkaitan dengan perawatan dan

pemeliharaan rumahtangga dan anggotanya.

16

3. Kerja komunitas

Kerja komunitas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan sosial

atau kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan

mempertahankan tradisi setempat serta meningkatkan partisipasi

kelompok atau organisasi.

Paulo (1986) dalam Raharjo, et.al (2000) menjelaskan bahwa kesadaran

kritis adalah suatu bentuk kesadaran manusia dimana individu mampu

menganalisis terhadap suatu permasalahan yang terjadi secara holistis dan

makro, sehingga dapat menguraikan sebab – akibat dari suatu permasalahan.

Kesadaran kristis ini bersifat transformatif dikarenakan seseorang berusaha untuk

melakukan perubahan yang terjadi direalitas dan untuk merubah sesuatu yang

terjadi berdasarkan pemikiran. Transformasi dalam kesadaran kritis ini dapat

mengarahkan bagaimana dapat tercipta struktur dan sistem yang adil sehingga

tidak adanya penindasan dan tercapainya masyarakat yang berkeadilan. Tujuan

dari kesadaran kritis adalah memberdayakan seseorang agar dapat bersikap

sebagai subyek yang aktif menciptakan masyarakat yang demokratis.

Prespektif arah pendidikan dalam kesadaran kritis harus mampu membuka

wawasan dan cakrawala berpikir seseorang dimana menciptakan ruang bagi

seseorang untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis diri

dan struktur dunianya dalam rangka transformasi sosial. Tingkat kesadaran tiap

manusia berbeda – beda tergantung pada pola interaksi yang dihadapi dalam

keseharian termasuk paradigma pendidikan yang dianut.

2.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Simanjutak (1985) dalam Claudia (2016) menyatakan bahwa variabel

kependudukan yang dapat mempengaruhi besarnya alokasi waktu seseorang

untuk bekerja diantaranya adalah jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga,

pendidikan dan umur. Pendapatan juga dinilai dapat berpengaruh terhadap

17

lamanya waktu yang dicurahkan untuk bekerja, hal ini juga berlaku bagi tenaga

kerja wanita. Selain itu bagi tenaga kerja wanita yang sudah berkeluarga,

pendapatan suami juga menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan berapa

lama wanita akan bekerja, dengan pendapatan suami yang rendah maka keluarga

juga akan membutuhkan sumber pendapatan yang lain untuk menambah

pemasukan (pendapatan keluarga).

Simanjutak (1985) menyatakan bahwa variabel kependudukan yang dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan diantaranya curahan waktu kerja laki – laki,

apabila pendapatan suami rendah maka keluarga akan membutuhkan sumber

pendapatan lainnya, dalam hal ini ibu atau istri diharapkan dapat membantu suami

dalam menambah pendapatan kelaurga. Selain itu dengan meningkatnya upah

atau pendapatan yang diterima oleh pekerja maka hal ini akan menimbulkan dua

kondisi yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima oleh individu, maka

individu akan cenderung untuk menambah jumlah jam atau waktu yang disediakan

untuk bekerja (subtitutions effect). Kemudian dengan bertambahnya tingkat

pendaptaan diterima oleh individu tetapi individu cenderung mengurangi jumlah

jam kerja mereka (income effect).

Cahyani, M. Y (2015) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pendapatan rumah tangga keluarga pembenih Ikan Lele di Kabupaten Malang

adalah sebagai berikut :

1. Curahan waktu kerja produktif laki – laki adalah jumlah jam kerja yang

dialokasikan untuk menghasilkan penghasilan rumah tangga.

2. Curahan waktu kerja produktif perempuan adalah jumlah jam kerja yang

dialokasikan untuk menghasilkan penghasilan rumah tangga.

3. Jumlah induk adalah banyak induk yang digunakan untuk produksi

pembenihan Ikan Lele.

18

4. Harga produk adalah harga atau nilai rupiah yang diterima pada

penjualan produk atau benih Ikan Lele.

2.7 Penelitian Terdahulu

Rosnita, et.al (2014) menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan

metode survei mengambil sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada aspek mata pencaharian

utama kepala keluarga yaitu jumlah sampel 64 orang wanita yang terdiri dari 32

wanita dari rumah tangga petani sawit pola swadaya di Desa Pantai Cermin dan

32 orang wanita di Desa Sari Galuh pada petani rumah tangga pola plasma.

Variabel – variabel yang digunakan dalam analisis uji stastistik linier berganda

diantaranya umur (tahun), tingkat pendidikan, pengalaman bekerja (tahun), jumlah

tanggungan (jiwa), pendapatan istri dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian

menemukan bahwa curahan waktu wanita lebih banyak digunakan untuk kegiatan

produktif sebesar 56, 96 jam/minggu dibanding dengan kegiatan rumahtangga

yang hanya 23,69 jam/minggu. Jumlah balita berpengaruh signifikan terhadap

variabel curahan waktu kerja wanita tani. Rata – rata pendapatan wanita sebesar

Rp. 4.003.097,- memberikan kontribusi sebesar 47,82% dari total pendapatan

keluarga rata – rata sebesar Rp. 8.371.179,-

Febrianti (2015) menyatakan bahwa penelitian menggunakan analisis data

yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif, Harvard analisys method, dan

deskriptif kuantitatif, bahwa curahan waktu kerja diukur menggunakan satuan jam,

dimana satuan jam yang digunakan oleh pembudidaya Ikan Koi dihitung dalam

satuan per bulan. Satuan jam digunakan untuk perhitungan analisis curahan waktu

kerja pembudidaya yang berdasarkan aspek gender yaitu curahan waktu kerja

produktif dan curahan waktu kerja reproduktif. Curahan waktu kerja produktif laki

– laki rata – rata dalam satu bulannya 180 jam dan curahan waktu kerja reproduktif

laki – laki rata – rata dalam satu bulannya 120 jam, sedangkan curahan waktu

19

kerja produktif perempuan dalam satu bulannya rata-rata 120 jam dan curahan

waktu kerja reproduktif perempuan rata-rata dalam satu bulannya 190 jam.

Pendapatan rumah tangga pembudidaya di dapat dari dua sektor, yaitu sektor

perikanan dan sektor non perikanan. Hasil pendapatan dari pekerjaan di bidang

perikanan selama sebulan rata-rata sebesar 2.538.499 sedangkan hasil

pendapatan yang diperoleh dari hasil di luar bidang perikanan selama sebulan

dengan rata-rata sebesar 2.189.429. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS,

faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga pembudidaya Ikan Koi

Pranggang Koi Farm yaitu curahan waktu kerja produktif perempuan dengan taraf

signifikan 0.027, umur laki-laki dengan taraf signifikan 0.015, jumlah anggota

keluarga dengan taraf signifikan 0.000 dan lama kerja dengan taraf signifikan

0.000 dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan

0.05%.

Aspasia (2013) menyatakan bahwa penelitian menggunakan analisis

deskriptif, korelasi Pearson dan regresi linier bergand. Contoh pada penelitian

tersebut yaitu menggunakan sampel sebanyak 70 istri bekerja yang berasal dari

keluarga petani dan dilaksanakan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 90 persen istri

memiliki posisi peran dengan kategori tinggi. Hampir seluruh istri (92,9%)

mendominasi peran pada sektor domestik. Hampir tiga perempat istri (72,9%)

melakukan peran pada sektor publik secara bersama dengan suami. Istri memiliki

curahan waktu kerja dengan rata – rata 6 jam 6 menit perharinya. Rata – rata istri

memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga sebanyak 33,54 persen

perbulannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif

signifikan antara curahan waktu kerja istri dengan kontribusi ekonomi istri, dan

kontribusi ekonomi istri dengan pendapatan keluarga. Melalui uji regresi diperoleh

hasil sebesar yaitu 41,0% variabel di dalam penelitian mempengaruhi kontribusi

20

ekonomi istri, dan pendapatan suami sangat berpengaruh terhadap kontribusi

ekonomi istri.

Wawansyah, et.al (2012) menyatakan bahwa penelitian menggunakan

metode studi kasus dengan unit analisis wanita nelayan. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuisioner dari sampel yang dipilih secara

sengaja. Data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut dianalisis dengan

menggunakan metode deskiptif kuantitatif. Hsail penelitian menunjukkan bahwa

kontribusi pendapatan wanita nelayan berpengaruh cukup besar yaitu sebesar

39,45 % terhadap pendapatan keluarga. Curahan waktu tertinggi wanita nelayan

adalah pada kegiatan produktif yaitu selama 5,35 jam dan pengambilan keputusan

urusan rumah tangga didominasi oleh wanita nelayan.

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa kerangka berfikir merupakan model

secara konseptual mengenai teori yang berhubungan dengan faktor – faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Ikan Lele merupakan salah satu jenis komoditas ikan yang banyak

dibudidayakan di seluruh Indonesia terutama di Kabupaten Kediri. Kecamatan

Kandangan yang terletak di Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah yang

memiliki banyak potensi, selain pertanian juga salah satunya potensi di sektor

perikanan. Pada sektor perikanan ini di daerah tersebut yaitu Desa Kencong

membentuk sebuah wadah organisasi kelompok budidaya Ikan Lele yang

bernama Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng. Kelompok ini pada awal

terbentuknya berjumlah 11 orang yaitu pada tahun 2009, bertambah menjadi 35

orang pada tahun 2015 dan sekarang menjadi berjumlah 60 orang. Anggota

kelompok budidaya tersebut dibentuk untuk memberikan adanya kontribusi

terhadap pendapatan rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Secara

sistematis kerangka pemikiran dalam

21

Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele

Anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari Aspek Gender di Desa

Kencong, Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Jawa Timur dapat diilustrasikan

seperti terlihat pada Gambar 2. di halaman berikut ini.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Rumah Tangga Pembenih

Ikan Lele dengan Istri

Bekerja

Laki – laki

Aktivitas Manusia 1. Produktif Perikanan Non Perikanan

2. Reproduktif 3. Sosial

Anggota Pembenih Ikan

Lele Kelompok Tani Truno

Langgeng

1. Curahan waktu kerja

produktif laki-laki

2. Curahan waktu kerja

produktif perempuan

3. Umur laki-laki

4. Umur perempuan

5. Jumlah anggota

keluarga

6. Tingkat pendidikan

laki-laki

7. Tingkat pendidikan

perempuan

8. Lama pengalaman

bekerja

Perempuan

1. Peran 2. Akses 3. Manfaat 4. Kontrol

1. Pembagian Pekerjaan

2. Curahan Waktu Kerja

3. Produksi

4. Pendapatan

Kesadaran Kritis

22

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah

Tangga Pembenih Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ditinjau dari

Aspek Gender di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa

Timur” dilaksanakan pada Bulan April – Mei 2017. Lokasi Penelitian yaitu di rumah

dan sawah atau kolam pembenih anggota Kelompok Tani Truno Langgeng, Desa

Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan

lokasi ini didasarkan pada potensi Desa Kencong sebagai daerah yang sangat

berpotensi dan cocok untuk budidaya pembenihan Ikan Lele.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah anggota pembudidaya Ikan Lele yaitu suami dan

istri anggota Kelompok Tani Truno Langgeng, Desa Kencong, Kecamatan

Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan curahan waktu dan pendapatan rumah tangga serta untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga

anggota Kelompok Tani Truno Langgeng Desa Kencong, Kecamatan Kepung,

Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur ditinjau dari aspek gender.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu peneltian deskriptif.

Rianse dkk dalam Ginantoko (2014) menyatakan bahwa penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang didalamnya menggambarkan secara tepat sifat – sifat

suatu individu, situasi, gejala atau hal – hal khusus dalam masyarakat. Jenis

penelitian deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan secara

tepat sifat – sifat suatu individu, situasi, gejala atau hal – hal khusus dalam

23

masyarakat pembenihan Ikan Lele. Metode yang digunakan untuk jenis penelitian

ini yaitu melalui wawancara, observasi dan studi literatur.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri – cirinya akan

diduga. Populasi dapat dibedakan pula menjadi populasi sampling dengan adanya

populasi sasaran. Sebagai contoh, apabila suatu rumah tangga dipilih sebagai

sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang bekerja

sebagai petani, maka seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi

sasaran (Singarimbun dan Effendi, 2006).

Sugiyono (2015) menyatakan populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas tersendiri serta

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti dimana bertujuan untuk dapat

dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota Kelompok Tani

Truno Langgeng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Populasi

berjumlah 35 pembudidaya yang aktif bekerja dalam kegiatan budidaya

pembenihan Ikan Lele pada Kelompok Tani Truno Langgeng.

Sugiyono (2015), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh suatu populasi. Hal tersebut tidak mungkin dipelajari seluruhnya

atau semuanya oleh peneliti apabila jumlah populasinya besar, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Oleh sebab itu,

sampel yang diambil dari populasi harus benar – benar mewakili dari populasi

tersebut.

Penentuan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dapat dipilih mrnjadi sampel yaitu nonprobability sampling. Salah

satu jenisnya adalah sampling jenuh atau biasa disebut dengan sensus, dimana

24

teknik penentuan sampel ini digunakan apabila seluruh anggota populasi relatif

berjumlah sedikit/kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang dilakukan

bertujuan untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil

sehingga seluruh anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini jumlah populasi yang digunakan menjadi sampel adalah

35 rumah tangga meliputi suami dan istri dari anggota Kelompok Tani Truno

Langgeng Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Penelitian ini merupakan jenis sampel jenuh atau sensus sebab jumlah dari

populasi yang ada relatif kecil/sedikit.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Sugiyono (2015) dalam Wiratna (2014) menyatakan bahwa teknik

pengambilan sampel atau sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi

dua untuk menentukan sampel yang akan digunakan pada suatu penelitian yaitu

probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan non

probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan

kesempatan/ peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota yang terdapat

didalamnya.

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive

sampling yaitu salah satu teknik yang termasuk dalam nonprobability sampling.

Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan maksud

pengambilan subjek dengan tujuan tertentu. Tujuan penelitian dengan kriteria

pengambilan sampel adalah anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng yang telah tercatat di Kantor Desa Kencong atau merupakan penduduk

tetap Desa Kencong dan yang terdiri dari suami istri atau sudah berumahtangga.

Sampel tersbeut adalah keluarga Bapak : Saifudin, Agus Winarno, Anwar,

25

Sukarno, Lukman Hakim, Saikhul, Muchlison, Sudariono, Mahzudi, Shodik A.,

Zainal F., Adi, Rokim, Sumaryono, Imam F., Santosa, Waris Suyitno, Subki,

Mukayat, Samsul Hadi, Lasidi, Bagio, Basrowi, Yuhanan Agus, Mustofa, Wahyu,

Wiyono, Afnan, Mashuri, Mulyono, Agus W., Dawam, Nurul Anwar, Andi, dan Iwan.

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah jenis sumber data penelitian yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh peneliti secara langsung daro sumber data utama (narasumber)

atau tanpa melalui media perantara. Data primer disebut juga sebagai data asli

atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, hal

yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkannya secara

langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer

antara lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner (Aedi, 2010).

Berikut ini merupakan cara untuk memperoleh data primer antara lain

sebagai berikut :

a. Wawancara

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan suatu permasalahan yang harus diteliti dengan menggunakan

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat

dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon.

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dimana dalam

hasil yang diperoleh dari suatu wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini, tentunya dapat mempengaruhi

arus informasi antara lain : pewawancara, responden, topik penelitian yang

26

tertuang dalam jumlah daftar pertanyaan dan situasi atau keadaan saat proses

wawancara (Singarimbun dan Effendi, 2006).

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner

terstruktur. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh

responden. Selain itu, kuisioner juga cocok untuk digunakan agar peneliti lebih

mudah dalam berkontak langsung dengan responden dan lebih memudahkan

dalam menciptakan kondisi yang baik sehingga responden dengan sukarela akan

memberikan data obyektif dan cepat (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan wawancara

terstruktur (kuisioner) dan wawancara tidak terstruktur (bebas) untuk

mengumpulkan data primer yang diperlukan. Hal yang perlu dilakukan dalam

pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur adalah dengan

menyebarkan kuisioner berisi pertanyaan (permasalahan) kepada anggota

pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng yang berisi pertanyaan

mengenai nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jumlah biaya tetap, biaya

variabel dan jumlah produksi anggota tersebut. Selain itu, pertanyaan dari

kuisioner adalah mengenai curahan waktu yang dilakukan selama proses produksi

seperti mulai pukul berapa pekerjaan tersebut dimulai, kapan waktu istirahat dan

liburnya serta sudah berapa lama menekuni pekerjaan tersebut. Sedangkan

wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan dengan melakukan proses

wawancara secara langsung kepada pengurus dan seluruh anggota pembenih

mengenai bagaimana curahan waktu kerja atau alokasi waktu yang digunakan

oleh pembenih Ikan Lele beserta istrinya.

b. Observasi

Sugiyono (2015), observasi sebagai teknik pengumpulan data di lapang

mempunyai ciri yang spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

27

wawancara dan kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala

– gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar jumlahnya. Oleh

sebab itu maka suatu observasi tidak terbatas pada seseorang, namun juga pada

obyek – obyek alam yang lain.

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan) secara

langsung meninjau seluruh kegiatan – kegiatan dimana dilakukan oleh peneliti

secara langsung dengan adanya pemberian wawancara dan kuisioner tertulis

yang berlangsung dalam proses kegiatan budidaya pembenihan Ikan Lele,

kegiatan rumah tangga antara suami dan istri baik kegiatan perikanan maupun

kegiatan non perikanan rumah tangga anggota pembudidaya benih Ikan Lele

Kelompok Tani Truno Langgeng.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis sumber data penelitian yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada atau melalui media

perantara (peneliti sebagai tangan kedua). Pada umumnya data sekunder

berbentuk catatan, bukti atau laporan historis yang telah tersusun dalam sebuah

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan seperti

Badan Pusat Statistik (BPS), Buku Rancangan Kegiatan Desa, laporan, jurnal dan

lain - lain (Indriantoro dkk, 1999)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri, Badan

Pusat Statistik Kabupaten Kediri, Kantor Desa Kencong, Kecamatan Kepung,

perpustakaan, serta beberapa referensi lainnya yang berkaitan dengan letak

geografis dan topografis lokasi, keadaan penduduk serta kondisi perikanan di

daerah Kemiri khusunya anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng.

28

3.7 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang dan bahan lain sehingga

dapat ditarik kesimpulkan dan mudah dipahami oleh diri sendiri maupun saat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2015).

Analisis data (bukti) terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian,

ataupun pengombinasian kembali bukti – bukti untuk menuju proporsisi awal suatu

penelitian, berdarkan keadaan nyata tanpa adanya perubahan yang diperlukan

untuk dilakukan sehingga analisis data juga memiliki suatu strategi analisis dalam

melakukan suatu analisis studi kasus (Padma, 2011).

Pada penelitian ini analisis data terbagi atas dua jenis yaitu data kualitatif

dan data kuantitatif, dimana analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hal ini disebabkan karena jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Rahmat (2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif disebut pula

sebagai penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena sifat dari data yang

dikumpulkan bercorak kualitatif dan tidak terdapat alat – alat pengukur. Selain itu,

disebut naturalistik karena pada situasi lapangan penelitian bersifat natural atau

wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi. Penelitian kualitatif berpendirian

bahwa tidak hanya satu kebenaran mutak, kebenaran itu sangat kompleks dan

tidak ada satu teori yang dapat menangkapnya.

Umar (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif menjelaskan

memberikan makna terhadap adanya fenomena secar utuh dari penelitian dimana

sangat dipengaruhi oleh adanya hasil nilai dan persepsi dari seorang peneliti. Pada

penelitian kualitatif sendiri, peneliti berperan sebagai alat dalam pengumpulan

suatu data penelitian melalui observasi dan wawancara.

29

Pada penelitian ini analisis deskriptif kualitatif yang digunakan adalah

mengidentifikasi dari curahan waktu kerja yang dimiliki oleh rumah tangga anggota

kelompok pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng dan perolehan

pendapatan dalam rumah tangga ditinjau dalam aspek gender antara lain sebagai

berikut :

a. Curahan Waktu Kerja

Perhitungan curahan waktu yang dilakukan oleh anggota kelompok pembenih

Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng meliputi perhitungan pada :

1. Suami

Indra (2010) menyatakan bahwa apabila terdapat lebih dari satu kegiatan

atau pekerjaan yang berbeda dalam periode waktu yang sama, maka untuk

mengetahui curahan waktu masing – masing kegiatan secara riil digunakan rumus

Rumus Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele

a. Curahan waktu kerja produktif

HOK (1 bulan) = Jumlah hari kerja × jam kerja

8 jam

b. Curahan waktu kerja reproduktif

HOK (1 bulan) = Jumlah hari kerja × jam kerja

8 jam

b. Produksi

Produksi suatu usaha meliputi penerimaan atau Total Revenue (TR) yaitu

pendapatan kotor suatu usaha budidaya yang didefinisikan sebagai nilai produk

total usaha dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

TR = P × Q

Dimana :

TR = Total Revenue (penerimaan total)

30

P = Price (harga Ikan Lele)

Q = Quantity (jumlah output yang dihasilkan)

Persamaan biaya total adalah sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel/ biaya tidak tetap)

c. Pendapatan

Berikut ini merupakan persamaan rumus untuk memperoleh pendapatan

pembenih (perikanan) anggota rumah tangga Kelompok Tani Truno Langgeng

adalah sebagai berikut :

YP = TR – TC atau Π = TR – TC

Dimana :

YP = Pendapatan Perikanan (budidaya)

Π = Keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

Berikut ini merupakan persamaan rumus untuk menghitung pendapatan

non perikanan anggota Kelompok Tani Truno Langgeng adalah sebagai berikut :

YNP = TR – TC atau Π = TR – TC

Dimana :

YNP = Pendapatan Non Perikanan

Π = Keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

31

Rumus yang digunakan untuk menghitung perolehan pendapatan total

dalam rumah tangga meliputi pendapatan perikanan (pembenihan) dan

pendapatan non perikanan antara lain sebagai berikut :

YRT = YP + YNP

Dimana :

YRT = Pendapatan Rumah Tangga

YP = Pendapatan Perikanan (pembenihan)

YNP = Pendapatan Non Perikanan

3.7.2 Harvard Analysis Methode

Puspitawati (2013) menyatakan bahwa Analisis Model Harvard atau

Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan oleh Harvard Institute for International

Development yang bekerja sama dengan Kantor Women In Development (WID) –

USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang

merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal.

Tujuan dari adanya kerangka analisis Harvard adalah untuk (1) menunjukkan

bahwa terdapat suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan

maupun laki – laki secara rasional, (2) membantu para perencana merancang

proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh,

(3) mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan

efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal, (4) memetakan pekerjaan

antara laki – laki dan perempuan dan melihat faktor yang menjadi penyebab dari

perbedaan.

Data yang akan dianalisis menggunakan metode Harvard yaitu pola

aktivitas yang terdiri dari kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial, akses serta

kontrol yang ditinjau dari aspek gender yaitu antara laki – laki dan

perempuan.dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

32

Tabel 1. Harvard Analysis Methode untuk Aktivitas

No. Variabel Harvard

Rumah Tangga

Pembenih Ikan

Lele Kelompok

Truno Langgeng

Unit Analisis

A. Aktivitas Laki – Laki Perempuan

S KK TP S KK TP

Π Π Π Π Π Π

1. Produktif :

- Persiapan media

kolam

- Seleksi induk

(Pemijahan dan

Penetasan telur)

- Pemberian pakan

- Seleksi I, II, III, IV

- Pemanenan

- Pengepakan dan

pengangkutan

2. Reproduktif :

- Mengurus anak

- Belanja

- Memasak

- Mencuci baju

- Mencuci piring

- Menyetrika

- Menyapu

- Mengepel

3. Sosial :

- Kerja bakti

- Posyandu

- Arisan

- Pengajian

Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur

selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP), serta untuk curahan

waktu kerja rata – rata per jam (Π).

Tabel 2. Harvard Analysis Methode untuk Akses

B. Akses Macam Akses

Laki – Laki

Perempuan

33

Tabel 3. Harvard Analysis Methode untuk Kontrol

No. Variabel Harvard Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele Kelompok

Truno Langgeng

Unit Analisis

C. Kontrol Laki – Laki Perempuan

S KK TP S KK TP

1. Pendapatan - Suami - Istri

2. Pengeluaran - Uang - Tanah - Rumah - Kendaraan - Logam Mulia - Pendidikan - Menu Pangan

Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur

selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP).

3.7.3 Analisis Deskriptif Kuantitatif

Sugiyono (2015), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan

pada suatu filsafat positivisme yaitu memandang realitas/gejala/fenomena yang

dapat diklasifikasikan atau dibagi, relatif bersifat tetap, dapat teramati, terukur, dan

hubungan gejala yang dimiliki bersifat sebab akibat. Pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.

Pada penelitian ini analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk

menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi curahan waktu dan pendapatan

rumah tangga pada kelompok anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno

Langgeng, Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur

adalah menggunakan analisis regresi linier berganda.

1. Spesifikasi Model

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Sarjono (2011), analisis regresi merupakan suatu analisis yang digunakan

untuk mengetahui atau mengukur ada tidaknya pengaruh variabel

34

independen/bebas (X) terhadap variabel dependen/terikat (Y) serta menentukan

nilai ramalan atau dugaannya. Pada penelitian ini analisis regresi linier berganda

adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan

pengaruh varial independen/bebas (X) yang jumlahnya lebih dari dua.

Bentuk dari persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Dimana :

Y = Pendapatan rumah tangga

a = Konstanta atau intersep

b1 = Koefisien regresi untuk X1

b2 = Koefisien regresi untuk X2

b3 = Koefisien regresi untuk X3

b4 = Koefisien regresi untuk X4

b5 = Koefisien regresi untuk X5

b6 = Koefisien regresi untuk X6

b7 = Koefisien regresi untuk X7

b8 = Koefisien regresi untuk X8

b9 = Koefisien regresi untuk X9

b10 = Koefisien regresi untuk X10

X1 = Curahan waktu kerja produktif laki – laki

X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan

X3 = Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki

X4 = Curahan waktu kerja reproduktif perempuan

X5 = Umur laki – laki

X6 = Umur perempuan

Y = a + 𝐛𝟏𝐗𝟏 + 𝐛𝟐𝐗𝟐 + 𝐛𝟑𝐗𝟑 + 𝐛𝟒𝐗𝟒 + 𝐛𝟓𝐗𝟓 + 𝐛𝟔𝐗𝟔 + 𝐛𝟕𝐗𝟕 + 𝐛𝟖𝐗𝟖 + 𝐛𝟕𝐗𝟕 + 𝐛𝟖𝐗𝟖 … 𝐛𝒏𝐗𝐧 + 𝐞

35

X7 = Tingkat pendidikan laki – laki

X8 = Tingkat pendidikan perempuan

X9 = Jumlah anggota keluarga

X10 = Lama bekerja

e = error atau nilai residu

b. Batasan Operasional

Batasan operasional pada analisis pendapatan ini digunakan untuk

menghindari adanya perbedaan dalam variabel penelitian. Berikut ini merupakan

penjelasan dalam hal batasan operasional pada analisis pendapatan adalah

sebagai berikut :

1) Pendapatan keluarga (Y)

Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari penghasilan antara suami dan

istri atau seluruh anggota keluarga baik dari usaha perikanan maupun non

perikanan yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun

perorangan dalam rumah tangga yang dihitung dalam satuan rupiah/bulan.

Pendapatan keluarga juga dapat diperoleh dengan menghitung pendapatan dari

sumber lain yang diterima anggota keluarga.

2) Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1)

Curahan waktu kerja produktif laki – laki merupakan jumlah dari jam kerja

yang dialokasikan oleh suami guna memperoleh pendapatan dengan bekerja

dalam pemenuhan kebutuhan bersama maupun perorangan yang dihitung dalam

satuan jam/bulan.

3) Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)

Curahan waktu kerja produktif perempuan adalah jumlah dari jam kerja yang

dialokasikan oleh istri guna memperoleh pendapatan atau penghasilan rumah

tangga yang dihitung dalam satuan jam/bulan.

36

4) Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3)

Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki merupakan jumlah dari jam kerja

yang dialokasikan oleh suami guna melakukan kegiatan reproduktif yang berkaitan

dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengurus anak yang

dihitung dalam satuan jam/bulan.

5) Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4)

Curahan waktu kerja reproduktif perempuan adalah jumlah dari jam kerja

yang dialokasikan oleh istri guna melakukan kegiatan reproduktif yang berkaitan

dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengurus anak, dll yang

dihitung dalam satuan jam/bulan.

6) Umur laki – laki (X5)

Umur laki – laki adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu makhluk hidup yang dihitung dari sejak lahir hingga saat ini, yaitu waktu

keberadaan suami yang dihitung dari lahir hingga saat ini dalam melakukan

kegiatan bekerja maupun kegiatan lainnya dalam satuan tahun.

7) Umur perempuan (X6)

Umur perempuan merupakan satuan waktu yang mengukur waktu dari

keberadaan suatu makhluk hidup yang dihitung dari sejak lahir hingga saat ini,

yaitu waktu keberadaan istri yang dihitung dari lahir hingga saat ini dalam

melakukan kegiatan produktifitas dan lain – lain dalam satuan tahun.

8) Tingkat pendidikan laki – laki (X7)

Tingkat pendidikan laki – laki yaitu suami merupakan suatu tingkat atau

kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki melalui pendidikan formal (SD, SMP,

SMA, dsb). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suami maka

semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki dan dan dihitung dalam satuan

tahun atau lama waktu menempuh pendidikan.

37

9) Tingkat pendidikan perempuan (X8)

Tingkat pendidikan perempuan yaitu istri merupakan suatu tingkat atau

kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki melalui pendidikan formal (SD, SMP,

SMA, dsb). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perempuan atau

istri maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki dan dihitung dalam satuan

tahun atau lama waktu menempuh pendidikan.

10) Jumlah anggota keluarga (X9)

Tingkat jumlah anggota keluarga mempengaruhi jumlah kebutuhan yang

diperlukan dalam keluarga. Hal ini berpengaruh dalam pemenuhan tanggungan

atau beban rumah tangga (pembudidaya), dihitung dengan jumlah jiwa. Semakin

tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan atau

pengeluaran dari rumah tangga.

11) Lama pengalaman kerja (X10)

Lama bekerja adalah perkiraan lama waktu yang dibutuhkan seseorang dari

awal bekerja dalam memulai suatu usaha di bidang perikanan yang dibutuhkan

dalam satuan tahun.

c. Batasan Operasional pada Gender

1) Peran atau Partisipasi

Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam

kegiatan usaha budidaya atau perikanan dan non perikanan. Suami dan istri

berpartisipasi yang sama dalam penentuan proses pengambilan keputusan atas

penggunaan sumberdaya dari keluarga.

2) Akses

Akses merupakan peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau

menggunakan sumberdaya tertentu termasuk akses ke sumberdaya pelayanan,

pekerjaan, informasi dan manfaat. Misalnya memberikan kesempatan yang sama

38

bagi anak laki – laki dan anak perempuan untuk memperoleh kesempatan dalam

melanjutkan pendidikan atau sekolah yang tinggi sesuai minat dan kemampuan

3) Manfaat

Manfaat adalah suatu kegunaan yang memberikan dampak dari

sumberdaya yang dapat dinikmati secara optimal bagi seluruh anggota keluarga.

4) Kontrol

Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil

keputusan. Suami dan istri dapat memiliki properti atas nama keluarga. Kontrol

dalam penelitian ini yaitu berupa pemegang kekuasaan atau wewenang terhadap

sumberdaya keluarga pembudidaya.

2. Estimasi Model

a. Uji Statistika

Uji statistika digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat, antara lain sebagai berikut :

Koefisien Determinasi (R2)

Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi

(R2) menunjukkan adanya proporsi dari varian yang dapat dijelaskan oleh

persamaan terhadap varian total. Nilai R2 akan berkisar yaitu antara 0 sampai 1.

Nilai koefisien determinasi (R2) = 1 menunjukkan bahwa 100% total variasi

diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas, baik X1, maupun

X2mampu menerangkan bahwa variabel Y atau variabel terikat (dependent

variable) sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai koefisien determinasi (R2) = 0

menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang dapat diterangkan oleh varian

bebas dari persamaan regresi baik X1 maupun X2.

Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa nilai dari koefisien

determinasi (R2) dikatakan baik atau kuat apabila nilai R2 lebih besar dari 0,5. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel bebas (X) dapat menjelaskan adanya hubungan

39

dengan variabel terikat (Y) dengan baik atau kuat, nilai yang diperoleh apabila

menunjukkan sama dengan 0,5 dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 dikatakan

relatif kurang baik. Penyebab nilai koefisien determinasi (R2) kurang dari 0,5 yaitu

adanya pembentukan spesifikasi model yang salah (pemilihan variabel yang

kurang tepat) maupun pengukuran yang tidak akurat.

Uji Signifikansi Serentak atau Simultan (Uji F)

Suharyadi dan Purwanto (2008) menyatakan bahwa uji signifikansi serentak

atau simultan (Uji F) adalah suatu uji yang dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan menyeluruh dari seluruh variabel bebas/independen yaitu X1, X2,

X3,......X8 secara bersamaan atau simultan dapat mempengaruhi atau menjelaskan

tingkah laku keragaman dari variabel terikat/dependen (Y). Rumus dari Uji F

adalah sebagai berikut :

F = R2/(k − 1)

(1 − R2)/(n − 3)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

k = Banyaknya variabel

n = Banyaknya sampel (observasi)

Apabila hasil dari nilai F hitung > F tabel maka variabel bebas/independen

yaitu X1, X2, X3,......X8 secara simultan berpengaruh nyata atau secara bersama –

sama berpengaruh terhadap variabel terikatnya (Y). Apabila F hitung < F tabel

maka variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh secara nyata terhadap

variabel terikatnya.

Uji Signifikansi Individual atau Parsial (Uji t)

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2008), uji signifikansi individual atau

parsial (Uji t) adalah uji untuk mengetahu apakah suatu variabel bebas/independen

yaitu X1, X2, X3,......X8 secara parsial atau sendiri – sendiri berpengaruh atau tidak

40

berpengaruh terhadap variabel terikat/dependen (Y). Rumus untuk Uji t adalah

sebagai berikut :

t hitung = b − B

Sb

Dimana :

b = Koefisien regresi

B = Parameter populasi

Sb = Kesalahan baku penduga (standard error estimation)

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dipenuhi terutama dalam menyusun analisis regresi

berganda, tujuan asumsi klasik adalah agar hasil dari tes atau uji tidak bias. Oleh

karena itu perlu dilakukan ters atau uji lanjutan untuk mendeteksi adanya

pelanggaran asumsi tersebut. Tes atau uji tersebut antara lain sebagai berikut :

Uji Multikolinearitas

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2008), multikolinearitas pertama kali

dikemukakan oleh Ragner Frish. Multikolinearitas adalah terdapatnya hubungan

antara variabel terikat (Y). Multikolinier adalah adanya lebih dari satu hubungan

linier yang secara sempurna atau antar variabel bebas yaitu X1, X2, X3,......X8

terdapat korelasi/hubungan. Multikolinearitas tidak boleh terjadi karena koefisien

regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar error – nya tidak

terhingga.

Berikut ini merupakan beberapa teknik untuk mengenali multikolinearitas

adalah :

a) Variabel bebas seacara bersama – sama pengaruhnya nyata atau Uji F – nya

nyata, namun ternyata pada setiap variabel bebasnya secara parsial atau

sendiri – sendiri pengaruhnya yaitu tidak nyata (Uji t – nya tidak nyata).

41

b) Nilai dari koefisien determinasi (R2) sangat besar, namun ternyata variabel

bebasnya berpengaruh tidak nyata (Uji t – nya tidak nyata).

c) Nilai dari koefisien korelasi parsial ada yang lebih besar daripada koefisien

determinasinya (R2).

Menurut Ghozali (2005) dalam Setiawan (2010), uji multikolinearitas

bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan atau korelasi antar variabel

bebas/independepn dalam pengujian model regresi. Uji multikolinearitas dapat

dikatakan memiliki model regresi yang baik jika tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen, sedangkan jika terdapat korelasi maka variabel – variabel

tidak ortogonal (nilai variabel nol). Adapun cara untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas di dalam regresi antara lain sebagai berikut :

a) Nilai koefisien determinasi (R2) dalam estimasi model regresi ditemukan hasil

yang sangat tinggi, tetapi secara individu variabel independen (X) banyak

yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen (Y).

b) Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,09) maka

dalam hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya

korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari

multikolinearitas, sebab multikolinearitas dapat disebabkan oleh adanya efek

kombinasi dua atau lebih variabel bebas

c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya; (2)

nilai VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel bebas manakah yag dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 0.

42

Beberapa metode untuk menghilangkan adanya multikolinearitas adalah

memperbesar ukuran sampel, memasukkan persamaan tambahan ke dalam

model, dan penggunaan informasi ekstra.

Uji Heteroskedastisitas

Wijaya (2009) dalam Sarjono dan Julianita (2011) menyatakan bahwa uji

heteroskedastisitas adalah uji yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

varian variabel dalam suau pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji

heteroskedastisitas pada output hasil regresi dapat dilihat pada diagram

scatterplot, yaitu titik yang menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y atau dimana model yang baik yaitu terjadi

homokedastisitas (pola menyebar atau tidak membentuk suatu pola tertentu).

Pengujian lebih valid dengan meregresikan nilai absolute residual dengan variabel

independennya (X) atau disebut Uji Gletser. Jika tingkat signifikannya > 5 % maka

data terbebas dari heteroskedastisitas.

Sulistyo (2010) menyatakan bahwa dampak apabila terjadi

heteroskedastisitas antara lain (a) walaupun terjadi heteroskedastisitas, koefisien

penduga (b1 dan b2) tetap efisien, namun variannya atau kesalahan baku

penduganya menjadi lebar atau tidak efisien (b) interval keyakinan untuk koefisien

regresi menjadi semakin lebar dan uji signifikan kurang kuat (c) apabila kita

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), maka uji t dan uji F tidak

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan perubahan – perubahan.

Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

1) Metode grafik, yaitu menghubungkan antara Y dan e2, dimana apabila

hubungan Y dan e2 tidak sistematis seperti semakin membesar atau mengecil

seiring bertambahnya Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji korelasi rank Spearman, digunakan untuk menguji heteroskedastisitas

apabila nilai korelasi rank Spearman lebih besar dari nilai t – tabel.

43

Apabila terjadi heteroskedastisitas maka cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasinya adalah (a) melakukan tranformasi log, yaitu data diubah dalam

bentuk log atau data ditranformasikan ke bentuk lain seperti 1/X atau yang lainnya.

Uji Autokorelasi

Sumodinigrat, G (2007) menyatakan bahwa autokorelasi adalah korelasi

(hubungan yang terjadi diantara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan

yang tersusun dalam rangkaian waktu (pada data runtun waktu) atau rangkaian

ruang (pada data silang waktu).

Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi atau hubungan antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t – 1 (sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu saling berhubungan satu sama lainnya. Salah satu ukuran dalam

menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi yaitu dengan menggunakan Uji

Durbin – Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi adalah

sebagai berikut :

Tabel 10. Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Sumber : Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS

Uji Normalitas

Sarjono dan Julianti (2011) menyatakan bahwa uji normalitas merupakan

sebuah uji untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Uji

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du

44

ini sangat penting karena salah satu syarat dari uji parametik (parametic test) yang

mengharuskan data tersebar secara normal.

Ghozali (2005) dalam Cahyani, M. Y (2015) menyatakan bahwa uji

normalitas adalah pengujian dengan mendistribusikan data secara normal. Normal

probability plot dapat menunjukkan model regresi yang baik atau tidak yaitu

dengan cara membandingkan distribusi data yang sesungguhnya dengan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Selain itu dapat dilihat dari tampilan grafik

histogram, apabila suatu pengamatan sesuai dengan ketentuan maka model

regresi berhasil memenuji asumsi normalitas yang artinya layak pakaijika

histogram berbentuk lonceng dan titik variance semuanya mengikuti arah garis

diagonal.

45

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Topografis

Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur

merupakan salah satu desa dari 26 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

Kediri yang terletak pada jarak km ke Timur dari pusat kota Kediri. Luas wilayah

Kabupaten Kediri adalah 1.386,05 km2 atau 138.605 ha dan posisi koordinat

Kabupaten Kediri yaitu terletak antara 111º 47’ 05’’ s/d 112º 18’ 20’’ Bujur Timur

(BT) dan 7º 36’ 12’’ s/d 8º 0’ 32’’ Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kecamatan

Kepung adalah 10.137,63 ha, dimana letaknya berada pada 3,97 km2 atau 3,91%

dari luas wilayah Kabupaten Kediri.

Secara geografis sesuai data monografi luas Desa Kencong berkisar

3,92410 km2 392,410 ha dengan perincian pemukiman atau perumahan seluas

70,512 ha, sawah dan lading seluas 90,428 ha, makam 8,286 ha , dan lain – lain

1 ha. Letak geografis Desa Kencong adalah 112,24 BT dan –7.780213 LS.

Desa Kencong, Kecamatan Kepung memiliki batas – batas administratif

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Klampisan dan Desa Canggu

Sebelah Selatan : Desa Krenceng

Sebelah Timur : Desa Keling

Sebelah Barat : Desa Krenceng dan Kecamatan Pare

Kecamatan Kepung terbagi menjadi 10 desa yaitu terdiri atas Desa

Besowo, Brumbung, Desa Damarwulan, Desa Kampungbaru, Desa Kebonrejo,

Desa Keling, Desa Kencong, Desa Kepung, Desa Krenceng dan Desa Siman.

Desa Kencong terbagi menjadi 7 Rukun Warga (RW) dan 39 Rukun Tetangga

(RT), diantaranya adalah Dusun Kencong Timur terdiri atas 2 RW dan 8 RT, Dusun

Kencong Tengah terdiri atas 2 RW dan 10 RT, Dusun Kencong Barat terdiri atas

46

1 RW dan 7 RT dan Dusun Senowo terdiri atas 2 RW dan 8 RT. (Kecamatan

Kepung dalam Angka, 2017).

Berdasarkan keadaan topografisnya Desa Kencong, Kecamatan Kepung

terletak pada ketinggian 253 meter di atas permukaan laut dan berada pada

ketinggian dengan rata – rata curah hujan yaitu 12,02 mm/hari.

4.2 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan yang ada di dalam data base Desa

Kencong pada tahun 2017, jumlah penduduk Desa Kencong yaitu sebanyak 6.321

jiwa yang terdiri atas jumlah penduduk laki – laki sebanyak 3.175 jiwa atau 50,2%

dari jumlah penduduk keseluruhan dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

3.146 jiwa atau 49,7% dari jumlah penduduk keseluruhan yang tergabung dalam

1.703 jumlah KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. di bawah ini

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kencong

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)

1. Laki – Laki 3.175 50,2

2. Perempuan 3.146 49,7

Total 6.321 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017

Sedangkan untuk jumlah penduduk Desa Kencong berdasarkan usia dapat

diketahui pada uraian tabel di bawah ini.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. 0 bulan – 4 tahun 569 9

2. 5 tahun – 16 tahun 1.020 16,14

3. 17 tahun ke atas 4.732 74,86

Total 6.321 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017

Dari data tersebut, maka dapat diketahui mengenai penduduk Desa

Kencong yang tergolong usia 0 bulan – 4 tahun yaitu sebanyak 569 jiwa atau 9%,

usia 5 tahun – 16 tahun 1.020 jiwa atau 16,14% dan usia 17 tahu ke atas yaitu

sebanyak 4.732 jiwa atau 74,86%.

47

Data penduduk Desa Kencong berdasarkan mata pencaharian dapat

diketahui pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk Desa Kencong

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Petani 1.615 82,36

2. Pedagang 99 5,05

3. Jasa penyewaan peralatan pesta 4 0,20

4. Pegawai Negeri Sipil 28 1,43

5. Tukang Gigi 5 0,25

6. TNI/POLRI 7 0,36

7. Perawat swasta 4 0,20

8. Pengusaha kecil/menengah/besar 9 0,46

9. Pemuka agama 10 0,51

10. Pemilik usaha warung, rumah makan dan restoran

58 2,96

11. Pedagang keliling 15 0,76

12. Perangkat desa 9 0,46

13. Peternak 42 2,14

14. Pengrajin 7 0,36

15. Pemilik usaha jasa transportasi dan perhubungan

4 0,20

16. Tukang las 6 0,30

17. Lain – lain 39 1,99

Total 1.961 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017

Berdasarkan data mata pencaharian penduduk Desa Kencong maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian pokok adalah sebagai petani.

Hal ini ditujunjukkan sesuai dengan hasil prosentase mata pencaharian pokok

tertinggi yaitu 82,36 % atau sebanyak 1.615 orang.

Berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu jumlah penduduk Desa

Kencong berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada uraian tabel di

bawah ini.

48

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kencong

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1. Tamat S – 2 / sederajat 4 0,07

2. Tamat S – 1 / sederajat 78 1,29

3. Tamat D – 3 / sederajat 68 1,13

4. Tamat D – 2 / sederajat 15 0,25

5. Tamat D – 1 / sederajat 56 0,93

6. Tamat SMA / sederajat 1.688 28,03

7. Tamat SMP / sederajat 1.829 30,37

8. Tamat SD / sederajat 340 5,64

9. Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 373 6,19

10. Usia 12 – 56 tahun tidak tamat SLTP 297 4,93

11. Usia 18 – 56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat

0 0

12. Usia 18 – 56 tahun tidak pernah sekolah

0 0

13. Usia 7 – 18 tahun yang sedang sekolah

1.024 17

14. Usia 7 – 18 tahun yang tidak pernah sekolah

3 0,05

15. Usia 3 – 6 tahun yang belum masuk TK 248 4,12

Total 6.023 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Kencong, 2017

Berdasarkan data tingkat pendidikan pendudukan Desa Kencong diatas

maka dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh mayoritas paling

tinggi adalah jenjang Sarjana S – 2 yaitu sebanyak 4 orang atau 0,04% dan tingkat

Pendidikan yang ditempuh paling banyak adalah tamat SMP/sederajat sebanyak

1.829 orang atau 30,37%.

4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Kediri

Wilayah Kabupaten Kediri dibagi menjadi 26 kecamatan dan 343 desa

yang diantaranya 124 desa adalah desa potensi perikanan, dimana kegiatan

usaha perikanan terdiri atas 3 jenis yaitu perikanan perairan umum, budidaya

kolam dan budidaya sawah meliputi pembenihan ikan, budidaya ikan konsumsi,

budidaya ikan hias, dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan di

Kabupaten Kediri tidak berbatasan langsung dengan laut, sehingga mayoritas

memanfaatkan adanya sungai ataupun dengan pembuatan kolam baik permanen

maupun semi permanen.

49

Rumahtangga petani ikan di Kabupaten Kediri pada tahun 2015

diperkirakan yaitu sekitar 7.279 rumahtangga. Jumlah tersebut meningkat 1,79

persen dari tahun sebelumnya, dengan demikian produksinya juga meningkat.

Usaha perikanan di Kabupaten Kediri yang banyak dikembangkan di Kabupaten

Kediri adalah jenis budidaya kolam air tawar yang memiliki hasil produksi ikan

antara lain Ikan Lele, Gurame, Mujair, Nila, Tombro, Patin, Gabus, dan lain – lain

sedangkan produksi ikan hias antara lain Koi, Cupang, Mas Koki, Comet dan lain

– lainnya. Hasil produksi untuk ikan konsumsi didominasi oleh jenis Ikan Lele dan

Ikan Nila, sedangkan untuk ikan hias yaitu Ikan Hias Koi.

Tabel 8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Budidaya

Jenis Budidaya Produksi

(kg) Nilai Produksi (Ribuan Rp)

Perairan Umum 156.361 1.595.298

Budidaya Kolam 14.857.650 207.824.830

UPR*) 16.132.327 451.590.941

Keterangan : *) Unit Pembenihan Rakyat Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri

Komoditas Ikan Lele memiliki potensi yang cukup baik untuk semakin

dikembangkan di Kabupaten Kediri. Wilayah yang termasuk dalam sentra

pembenihan Ikan Lele antara lain Kecamatan Badas, Kecamatan Pare,

Kecamatan Gurah dan Kecamatan Kepung. Produksi pembenihan Ikan Lele di

Kabupaten Kediri tercatat sebanyak 1.823.475.000 ekor/tahun, dimana terdapat

Balai Benih Ikan (BBI) di Pare yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) yang berada dibawah Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Kediri. Salah satu wilayah yang termasuk dalam sentra budidaya Ikan

Lele adalah Kecamatan Kepung. Data Kepung dalam Angka (2016) Kecamatan

Kepung menjelaskan bahwa wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup baik

pada perairan umum yaitu sebesar 12,615,23 dan budidaya kolam sebesar

144.759,15 dengan jumlah 30 rumah tangga petani ikan.

50

Kecamatan Kepung memiliki luas 10.137,63 ha yang menjadi kecamatan

terluas se – Kabupaten Kediri, sedangkan luas wilayah Desa Kencong adalah dari

luas wilayah total kecamatan tersebut yang berpotensial untuk kegiatan usaha

pertanian dan perikanan. Selain itu, komoditas Ikan Lele banyak dijumpai salah

satunya di wilayah Pare dan sekitarnya, daerah ini merupakan sentra budidaya

Ikan Lele dimana salah satunya tercakup dalam wadah kelompok yaitu Republik

Lele. Sedangkan kelompok pembenihan Ikan Lele di wilayah Desa Kencong

terbentuk dalam suatu wadah kelompok yang bernama Kelompok Pembenih Ikan

Lele Truno Langgeng dimana merupakan salah satu kelompok petani ikan yang

banyak memiliki jumlah anggota aktif.

51

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Kelompok Pembenih Ikan Lele

Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng Desa Kencong, Kecamatan Kepung,

Kabupaten Kediri didirikan pada tahun 2015 yang diketuai oleh Daryono.

Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng dibentuk atas dasar pembentukan kelompok

pembenih yang bertujuan dalam membentuk wadah guna meningkatkan

kesejahteraan serta membina hubungan antara sesama pembenih Ikan Lele di

wilayah tersebut. Komoditas utama kelompok tersebut ialah benih Ikan Lele

dengan penjualan berkisar antara ukuran 3 – 7. Kolam yang dimiliki setiap anggota

terletak disebelah atau dibelakang rumah dengan jumlah ± 4 – 12 petak kolam.

Pergantian struktur organisasi dilakukan pada tahun 2016 yang awalnya

diketuai oleh Daryono dan kemudian diketuai oleh Waris Suyitno, dimana jumlah

anggota aktif kelompok tersebut yaitu sebanyak 35 anggota. Berikut ini merupakan

struktur organisasi Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng.

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Truno Langgeng

Ketua

Waris Suyitno

Sekretaris I

Imam Fatoni

Pengawas I

Santosa

Pengawas

Sudariono

Humas I

Mustofa

Bendahara II

Muchlison

Bendahara I

Mukayat

Sekretaris II

Adi Sufa’at

Humas II

Lukman Hakim

Pemasaran II

Samsul H.

Pemasaran I

Nurul Anwar

52

Anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng pada tahun 2016

menerima bantuan awal yang berasal dari Dinas Perikanan Kabupaten Kediri yaitu

berupa peralatan pompa air diesel, pakan, obat, dsb. Bantuan yang diberikan

sangat menunjang dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele. Bantuan yang diperoleh

digunakan sesuai dengan tujuan demi kepentingan bersama anggota kelompok

pembenih.

Kelompok pembenih Ikan Lele Truno Langgeng merupakan kelompok yang

terkoordinasi cukup baik. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh anggota pembenih

Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng adalah arisan. Arisan yang dilakukan

sebagai agenda rutin setiap sebulan sekali diikuti oleh para bapak – bapak

anggota Kelompok Truno Langgeng yaitu sebesar Rp. 20.000/orang. Selain itu,

kegiatan rutin arisan bertujuan sebagai wadah dalam memberikan aspirasi serta

menjembatani berbagai rencana jangka panjang mengenai keberlanjutan dari

kegiatan pembenihan Ikan Lele. Hal ini meliputi permasalahan setiap anggota

pembenih Ikan Lele seperti perbaikan sarana dan prasarana, evaluasi terhadap

hasil panen Ikan Lele, (harga dan kualitas), evaluasi terhadap saluran pemasaran

baik lokal maupun luar kota/daerah.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

latar belakang dari responden dan dijadikan sebagai bahan analisis tentang

responden anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Ikan Truno Langgeng dari

hasil penyebaran kuesioner. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur,

tingkat pendidikan serta lama kerja dibidang perikanan.

a. Jenis kelamin responden

Pada hasil penelitian ini jenis kelamin responden rumah tangga anggota

pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno Langgeng sesuai dengan sampel

penelitian yang digunakan yaitu terdiri atas responden laki – laki dan responden

53

perempuan, pembedaam analisis antara responden laki – laki dan perempuan

digunakan untuk menganalisis gender, dengan jumlah responden yaitu sebanyak

35 laki – laki dan 35 perempuan dimana responden merupakan pembenih Ikan

Lele yang sudah berumah tangga.

b. Umur responden

Pada hasil penelitian ini, berdasarkan umur responden laki – laki kelompok

pembenih Ikan Lele Truno Langgeng mayoritas memiliki umur 31 – 40 tahun yaitu

sebanyak 12 orang atau 34,29%, sedangkan umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak

6 orang atau 17,14%, umur 41 – 50 tahun sebanyak 9 orang atau 25,71% dan

umur 51 – 60 tahun ada sebanyak 8 orang atau 22,86%. Deskripsi umur responden

laki – laki anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Umur Responden Laki – laki

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. < 20 0 0

2. 21 – 30 6 17,14

3. 31 – 40 12 34,29

4. 41 – 50 9 25,71

5. 51 – 60 8 22,86

6. > 60 0 0

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil penelitian diperoleh mayoritas umur responden laki – laki yaitu pada

umur 31 – 40 tahun yaitu termasuk dalam umur yang produktif. Umur produktif

yaitu berkisar antara umur 15 – 64 tahun, dimana berhubungan erat dengan

curahan waktu kerja produktif laki – laki terutama dalam kegiatan produktif

pembenihan Ikan Lele. Oleh sebab itu semakin banyak laki – laki yang umurnya

termasuk dalam umur produktif maka peluang untuk usaha pembenihan Ikan Lele

di Desa Kencong akan semakin besar pula.

Umur responden perempuan (istri) anggota pembenihan Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng mayoritas memiliki umur yang berkisar antara 21 – 30

54

tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 40%. Untuk umur 31 – 40 tahun yaitu

sebanyak 7 orang atau 20%, umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau

31,43% dan umur 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 8,57%. Pada data

tersebut menunjukkan pula bahwa umur responden perempuan termasuk dalam

umur produktif dimana berkaitan erat dengan curahan waktu kerja produktif,

reproduktif, dan sosial pada perempuan.

Peran perempuan (istri) pada usaha pembenihan Ikan Lele juga sangat

penting terutama dalam kegiatan produktif seperti membantu atau menggantikan

laki – laki (suami) dalam waktu yang tidak terlalu lama. Oleh sebab itu curahan

waktu kerja produktif perempuan dapat berpengaruh terhadap pendapatan rumah

tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng. Umur responden

perempuan secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Umur Responden Perempuan

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. < 20 0 0

2. 21 – 30 14 40

3. 31 – 40 7 20

4. 41 – 50 11 31,43

5. 51 – 60 3 8,57

6. > 60 0 0

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

c. Tingkat pendidikan responden

Hasil penelitian diperoleh tingkat pendidikan tertinggi responden laki – laki

mayoritas yang ditempuh yaitu tamat SMA/sederajat yaitu sebanyak 20 orang atau

57,14%. Untuk responden laki – laki yang tingkat pendidikannya tamat

SD/sederajat yaitu sebanyak 5 orang atau 14,29%, tamat SMP/sederajat

sebanyak 8 orang atau 22,86% dan tamat Sarjana S – 1 yaitu sebanyak 2 orang

atau 5,71%. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan responden laki – laki anggota

pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat pada tabel berikut ini.

55

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden Laki – laki

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Tidak Sekolah 0 0

2. Tamat SD / Sederajat 5 14,29

3. Tamat SMP / Sederajat 8 22,86

4. Tamat SMA / Sederajat 20 57,14

5. Diploma 0 0

6. Sarjana S – 1 2 5,71

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

Tingkat pendidikan responden laki – laki dapat berpengaruh terhadap

pendapatan rumah tangga, hal ini terjadi sebab tingkat pendidikan seseorang

dapat mempengaruhi cara pandang dan pola pikir seseorang dalam mengambil

sebuah keputusan khususnya dalam usaha pembenihan Ikan Lele yang

dijalaninya.

Tingkat pendidikan responden perempuan paling banyak ditempuh adalah

pada tingkat tamat SMA/sederajat yaitu sebanyak 22 orang atau 62,86%, pada

tingkat tamat SD/sederajat yaitu sebanyak 6 orang atau 17,14% dan pada

pendidikan tamat SMP/sederajat sebanyak 7 orang atau 20%. Secara lebih rinci

tingkat pendidikan responden perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Tingkat Pendidikan Responden Perempuan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Tidak Sekolah 0 0

2. Tamat SD / Sederajat 6 17,14

3. Tamat SMP / Sederajat 7 20

4. Tamat SMA / Sederajat 22 62,86

5. Diploma 0 0

6. Sarjana 0 0

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

Jumlah perbandingan tingkat pendidikan dari responden perempuan yang

tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, dan tamat SMA/sederaja tidak jauh

berbeda, hal ini menunjukkan bahwa kaum perempuan telah memperoleh peluang

atau kesempatan yang hampir sama dalam menempuh pendidikan sehingga dapat

mempengaruhi pola pikir dan cara pandang seseorang terutama berpengaruh

56

dalam pendapatan rumah tangga yang diterima. Selain itu pada tingkatan tamat

Sarjana responden laki – laki jauh lebih banyak daripada responden perempuan.

Pada dasarnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan

semakin tinggi pula tingkat kualitas sumberdaya seseorang dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan usaha pembenihan Ikan Lele. Dapat ditarik

kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa sebagian responden perempuan masih

belum memiliki kesempatan yang sama dengan responden laki – laki dalam

menempuh pendidikan di tingkat yang tinggi.

d. Lama pengalaman kerja responden dibidang perikanan

Lama pengalaman kerja responden anggota pembenih Ikan Lele Kelompok

Tani Truno Langgeng di bidang perikanan merupakan lama waktu responden

dalam menggeluti usaha pembenihan Ikan Lele yang dihitung dalam satuan tahun.

Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang paling banyak, bekerja di bidang

perikanan yaitu pada lama kerja interval 1 – 5 tahun ada sebanyak 16 orang atau

45,72%. Lama kerja pembenih Ikan Lele pada interval 6 – 10 tahun yaitu sebanyak

14 orang atau 40%, pada interval 11 – 15 tahun sebanyak 2 orang atau 5,71% dan

pada interval 16 – 20 tahun sebanyak 3 orang atau 8,57%. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 13. Lama Pengalaman Kerja Responden dibidang Perikanan

No. Lama Kerja (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. 1 – 5 16 45,72

2. 6 – 10 14 40

3. 11 – 15 2 5,71

4. 16 – 20 3 8,57

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lama kerja responden

dibidang perikanan mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Hal ini disebabkan

lama pengalaman kerja seseorang yang semakin banyak tentunya berpengaruh

pada pendapatan rumah tangga yang diterima, semakin lama pengalaman kerja

57

seseorang maka semakin tinggi pula pendapatan yang diterima sebab besar

kemungkinan bagi seorang pembenih Ikan Lele yang berpengalaman untuk

meminimalisir adanya kegagalan maupun faktor – faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi pendapatan dari output hasil produksi. Namun lama pengalaman

kerja seseorang dibidang perikanan juga tidak selalu menentukan atau menjamin

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut, cukup banyak dari anggota

pembenih Ikan Lele yang memiliki sedikit pengalaman kerja di bidang perikanan

atau baru merintis usaha tersebut namun memperoleh pembelajaran dari anggota

lainnya yang lebih berpengalaman dan mampu mengaplikasikannya dengan baik.

5.3 Pekerjaan Rumah Tangga Pembenih dibidang Non Perikanan

Pekerjaan responden rumah tangga pembenih dibidang non perikanan

merupakan suatu jenis pekerjaan yang dilakukan atau dikerjakan diluar bidang

kegiatan pembenihan Ikan Lele untuk menambah pendapatan serta memenuhi

kebutuhan hidup sehari – hari. Pada umumnya terdapat beberapa responden yang

menjadikan pekerjaan perikanan (pembenihan) merupakan pekerjaan sampingan

karena pekerjaan utama yang tidak bisa ditinggalkan seperti perangkat desa,

pegawai koperasi, karyawan swasta dan lain – lain. Pekerjaan dibidang non

perikanan tersebut antara lain : pedagang, petani, peternak, perangkat desa,

pegawai koperasi, penjahit, dan buruh. Rumah tangga dalam kelompok ini cukup

memiliki perbedaan yang signifikan antara laki – laki dan perempuan, walaupun

tidak seluruh keluarga namun mayoritas laki – laki atau suami adalah pemimpin

keluarga yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan

perempuan tidak bekerja hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga di rumah.

Hasil pembagian kuesioner yang dilakukan pada anggota kelompok

pembenihan ini diperoleh hasil bahwa mayoritas responden laki – laki (suami)

yaitu memiliki pekerjaan dibidang non perikanan sebagai pedagang sebanyak 11

orang atau 31,43%. Hal ini disebabkan pekerjaan dalam pembenihan Ikan Lele

58

dapat dilakukan dengan bantuan alat pengatur waktu (timer) untuk arus air dalam

kolam, sehingga pembudidaya dapat melakukan pekerjaan lainnya. Selain itu,

sebagian responden perempuan juga berperan dalam kegiatan pembenihan Ikan

Lele meskipun bukan pekerjaan berat dan tidak terlalu lama seperti melakukan

pengecekan terhadap kondisi air kolam.

Responden laki – laki dibidang non perikanan rata – rata berprofesi sebagai

petani sebanyak 7 orang atau 20%. Hal ini cukup memungkinkan sebab sebagian

dari letak rumah anggota kelompok pembenih berdekatan dengan area

persawahan. Responden laki – laki yang tidak memiliki pekerjaan dibidang non

perikanan sebanyak 4 orang atau 11,43% yang memiliki jumlah sama dengan

profesi sebagai buruh, berprofesi sebagai pegawai koperasi sebanyak 3 orang

atau 8, 57%, berprofesi sebagai perangkat desa dan sebagai peternak sebanyak

2 orang atau 5,71%, dan profesi paling sedikit adalah sebagai karyawan swasta

dan pengrajin yaitu sebanyak 1 orang saja atau 2,86%

Tabel 14. Pekerjaan Responden Laki – laki dibidang Non Perikanan

No. Pekerjaan Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1. Perangkat Desa 2 5,71

2. Pegawai Koperasi 3 8,57

3. Karyawan Swasta 1 2,86

4. Buruh 4 11,43

5. Pedagang 11 31,43

6. Pengrajin 1 2,86

7. Petani 7 20

8. Peternak 2 5,71

9. Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 4 11,43

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil dari pembagian kuesioner kepada perempuan (istri) diperoleh hasil

bahwa mayoritas dari responden perempuan adalah tidak memiliki pekerjaan non

perikanan yaitu sebanyak 24 orang atau 68,57%. Hal ini disebabkan karena

perempuan sebagai istri tidak bertanggung jawab penuh untuk memenuhi

kebutuhan perekonomian dalam rumah tangga, namun mayoritas responden

59

perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang berperan dalam mengurus

anak, rumah dan terkadang juga membantu pekerjaan suami dalam kegiatan

pembenihan Ikan Lele. Rata – rata pekerjaan responden perempuan dibidang non

perikanan adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 7 orang atau 20%, dan yang

paling sedikit adalah sebagai perangkat desa, buruh, penjahit, dan petani yaitu

sebanyak 1 orang atau 2,86%. Secara lebih rinci pekerjaan responden perempuan

dibidang non perikanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Pekerjaan Responden Perempuan dibidang Non Perikanan

No. Pekerjaan Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1. Perangkat Desa 1 2,86

2. Buruh 1 2,86

3. Pedagang 7 20

4. Penjahit 1 2,86

5. Petani 1 2,86

6. Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 24 68,57

Total 35 100

Sumber : Data primer diolah, 2017

5.4 Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng

Proses produksi pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng

dilakukan dengan cara pemijahan alami. Proses produksi pembenihan Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng antara lain sebagai berikut :

Induk Benih Ikan Lele

Seleksi Induk

Pemijahan ikan lele secara alami

Pendederan II

Pendederan I

Penetasan

Pendederan III

Pemanenan dan Penjualan Benih

60

Proses pembenihan Ikan Lele Dumbo Kelompok Truno Langgeng dengan

cara pemijahan alami adalah sebagai berikut :

a. Penseleksian induk lele

Penseleksian induk ikan ini dilakukan pada kolam yang khusus

ditempatkan untuk induk – induk Ikan Lele. Proses seleksi induk lele dumbo

dilakukan dengan melihat tanda – tanda pada tubuh. Tanda induk betina

yang matang sel telur (gonad) adalah perut gendut, pada tubuh terlihat

agak gelap atau kusam, gerakannya lambat dan lubang kelamin berwarna

kemerahan. Pada induk jantan yang sudah matang (gonad) adalah

gerakaannya lincah atau gesit, tubuh memerah dan bercahaya serta

lubang kelamin berwarna kemerahan, agak membengkak dan berbintik

putih.

b. Pemijahan secara alami

Pemijahan pada ikan lele dumbo Kelompok Truno Langgeng yaitu dengan

menggunakan cara pemijahan alami. Hal ini dilakukan dimulai dari

memijahkan induk Ikan Lele bersama – sama antara jantan dan betina

pada kolam yang telah tersedia. Sebelumnya hal yang perlu dilakukan

adalah mengeringkan kolam selama 2 – 4 hari dan mengisi kolam dengan

air setinggi 30 cm dan membiarkan air tetap mengalir selama pemijahan.

Selanjutnya memasukkan induk betina dan jantan yang sudah matang

gonad ke dalam air pada siang atau sore hari. Keesokan harinya dapat

dilihat ikan tersebut berpijah menghasilkan telur, karena Ikan Lele bersifat

kanibal sehingga perlu untuk memisahkan induk dan telurnya sesegera

mungkin dipindahkan ke tempat lain dan membiarkan telur menetas di

tempat tersebut.

61

c. Penetasan

Penetasan telur dilakukan dalam kolam yang sebelumnya telah

dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari oleh pembenih, kemudian kolam

diisi dengan air bersih setinggi 30 cm dan air harus tetap dalam kondisi

mengalir selama penetasan. Untuk melindungi telur – telur ikan kolam

dipasangi kakaban berupa penutup seperti jaring atau biasanya pembenih

menggunakan asbes/seng. Telur – telur tersebut akan menetas dalam

waktu 2 – 3 hari. Hasil penetasan dari telur – telur Ikan Lele sekitar 50.000

– 60.000, hasil yang diperoleh ini sesuai dengan kehendak pembenih

dalam melakukan pemijahannya.

d. Pendederan I

Pendederan dilakukan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan oleh

pembenih biasanya berjumlah 3 – 4 kolam yang sebelumnya telah

dikeringkan dan dipersiapkan selama 4 – 5 hari. Larva umur 0 – 3 hari akan

diberi pakan cacing tubifex (atau sering disebut cacing sutera karena

bentuknya yang sangat lembut). Pada umur tersebut diperlukan sebanyak

10 takar (ukuran kaleng susu cair) per hari. Selanjutnya dari umur 3 hari –

2 minggu diberikan pelet yang berbentuk serbuk/tepung pelet. Pemberian

serbuk dilakukan tiap 4 jam sekali. Pada saat umur larva diatas 4 hari maka

jenis pakan yang diberikan adalah Daphnia sp kutu air), Tubifex sp (cacing

sutera) atau Artemia sp. Namun pembenih pada Kelompok Truno

Langgeng memberikan pakan jenis Tubifex sp. Pemberian pakan diberikan

secara adlibitum (pemberian pakan sampai kenyang) dengan

menyebarkan secara merata diseluruh bagian olam sehingga tidak

mengotori air pemeliharaan, oleh sebab itu diusahakan agar tidak ada

pakan yang tersisa. Pada masa akhir pendederan I, jenis pakan diganti

62

dengan diberikan jenis pakan dalam bentuk tepung atau pelet yang

dihaluskan dengan mesin (blender) atau digerus.

e. Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan dengan ukuran kolam yang relatif sama,

dimana tingkat kematian sebesar 20 – 30% pada kolam pendederan I.

Hasil pendederan I pada kolam sebelumnya dipindahkan pada kolam

pendederan II yang telah diseleksi menurut ukuran. Benih Ikan Lele

diperlihara di kolam pendederan II dari umur 2 minggu sampai dengan 3

minggu. Ketika benih Ikan Lele telah mencapai ukuran 2 – 3 cm maka

pakan pelet yang diberikan sebanyak 43 – 50% biomass setiap hari. Pakan

harus diberikan setiap 4 jam sekali dengan cara menaburkan pakan pelet

ke kolam secara merata.

f. Pendederan III

Pada tahapan terakhir, benih Ikan Lele dari 4 kolam pendederan II yang

berukuran 2 – 3 cm dipindahkan ke dalam kolam pendederan III. Benih lele

yang dapat dipanen dari pendederan II sekitar 85 – 90% (atau 65% dari

pendederan I). Pada tahap ini, benih ikan dipelihara di kolam pendederan

III sampai umur 5 – 6 minggu yaitu ketika benih mencapai ukuran panjang

5 – 6 cm. Pakan pelet yang diberikan pada tahap ini adalah PF 99 atau PF

100 setiap 4 jam sekali dalam satu hari. Pakan tersebut diperoleh

pembenih Kelompok Truno Langgeng di toko pakan ternak/ikan di sekitar

wilayah Desa Kencong.

g. Pemanenan dan Penjualan Benih

Proses pemanenan dilakukan oleh pembenih anggota Kelompok Truno

Langgeng kepada penjual yang berasal dari wilayah area Kediri,

Tulungagung, dan sekitarnya. Harga yang dipatok adalah sesuai dengan

harga pasaran dari benih Ikan Lele yaitu pada ukuran 3 dengan harga

63

Rp.45,-, ukuran 4 dengan harga Rp.65,-, dan ukuran 5 dengan harga

Rp.90,-. Proses pemanenan dilakukan dengan memindahkan benih Ikan

Lele ke dalam tong yang telah dilengkapi dengan plastik. Proses ini

dilakukan oleh pembenih dengan penjual yang mengambil benih secara

langsung ke rumah/kolam.

5.5 Pola Aktivitas Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele

5.5.1 Aktivitas Produktif

Aktivitas produktif adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi

guna menghasilkan atau memperoleh pendapatan dalam memenuhi kebutuhan

perekonomian keluarga baik diperoleh secara langsung dalam bentuk uang

maupun dalam bentuk barang yang dinilai setara dengan uang.

Aktivitas produktif yang dilakukan oleh rumah tangga pembenih Ikan Lele

Truno Langgeng terdapat dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan sebagai pembenih

(perikanan) dan pekerjaan dibidang non perikanan. Aktivitas produktif untuk

pekerjaan dibidang non perikanan pembenih laki – laki (suami) yaitu berprofesi

sebagai pedagang, petani, peternak, perangkat desa, pegawai koperasi, karyawan

swasta, buruh dan pengrajin.

Hal ini berbeda dengan aktivitas produktif untuk pekerjaan dibidang non

perikanan untuk perempuan (istri) meskipun mayoritas adalah sebagai ibu rumah

tangga namun beberapa memiliki profesi yaitu sebagai pedagang, penjahit, petani,

perangkat desa, dan buruh tani. Rumah tangga pada kelompok pembenih ini yaitu

suami dan istri saling bekerja sama dan membantu melakukan aktivitas produktif

dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele dan beberapa aktivitas produktif lainnya.

Pada kenyataannya, terdapat beberapa keluarga yang istrinya tidak ikut

berperan atau membantu bahkan tidak ikut campur dalam aktivitas produktif yang

dikerjakan oleh suaminya. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa keluarga

yang beranggapan bahwa kegiatan produktif merupakan kegiatan yang hanya

64

dikerjakan oleh laki – laki (suami) tanpa bantuan perempuan (istri) dan istri hanya

melakukan kegiatan reproduktif saja di rumah yaitu misalnya mengurus anak,

memasak, mencuci, dan lain – lain. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi rumah

tangga dimana kaum laki – laki adalah pencari nafkah utama atau disebut sebagai

pekerja produktif yang dominan, namun dari kelompok pembenih ini tidak semua

keluarga beranggapan demikian terdapat sebagian perempuan (istri) yang juga

ikut mencari nafkah atau melakukan kegiatan produktif untuk menambah

pendapatan keluarga agar pemenuhan kebutuhan terpenuhi.

Kegiatan produktif dilakukan guna memenuhi kebutuhan perekonomian

keluarga seperti sandang, pangan, dan papan karena kegiatan yang dihasilkan

dapat berupa uang atau dapat diwujudkan dalam bentuk uang. Salah satu

contohnya yaitu pasangan suami istri anggota Kelompok Truno Langgeng

keluarga Bapak Maryono dan Ibu Devina yang setiap harinya melakukan kegiatan

produktif sebagai pembenih Ikan Lele dan pedagang yang setiap bulannya

memperoleh total pendapatan keluarga dari kegiatan produktifnya baik perikanan

atau non perikanan adalah rata – rata sebesar Rp.10.075.280,-/bulan.

5.5.2 Aktivitas Reproduktif

Aktivitas reproduktif merupakan aktivitas yang tidak dapat diukur

menggunakan nilai satuan uang dimana berhubungan dengan tanggung jawab

seseorang dalam pengasuhan anak dan tugas domestik lainnya. Kegiatan ini

diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan pengembangan rumah tangga serta

seluruh anggota keluarga menyangkut kelangsungan hidup sumberdaya manusia

misalnya seperti kegiatan merawat anak, memasak, mencuci, dan lain – lain.

Jenis aktivitas reproduktif dalam rumah tangga pembenih Ikan Lele

Kelompok Tani Truno Langgeng diantaranya mengurus anak, belanja, memasak,

mencuci baju, mencuci, mencuci piring, menyetrika, menyapu dan mengepel.

Seluruh aktivitas reproduktif tersebut lebih dominan dikerjakan oleh perempuan

65

(istri) namun sebagian keluarga yaitu laki – laki (suami) dalam anggota kelompok

ini juga berperan dalam membantu aktivitas reproduktif demi meringankan

pekerjaan rumah tangga yaitu seperti menyapu, mengepel, dan lain – lain.

Pada rumah tangga kelompok pembenih Ikan Lele peranan perempuan

(istri) dalam aktivitas reproduktif menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan

karena perempuan (istri) tidak hanya bertanggung jawab dalam aktivitas

reproduktif, namun juga aktivitas produktif atau biasa disebut sebagai double

burden yaitu bahwa peran perempuan (istri) tidak hanya melakukan aktivitas

reproduktif namun juga aktivitas produktif.

5.5.3 Aktivitas Sosial

Aktivitas sosial merupakan suatu aktivitas dimana berkaitan dengan

lingkungan sosial dan budaya serta secara langsung berhadapann dengan

masyarakat luas. Hal ini bertujuan guna meningkatkan rasa kebersamaan dalam

kepentingan bersama hingga kepentingan pribadi misalnya arisan untuk tabungan

sehingga bisa menghasilkan uang, selain itu aktivitas sosial lain seperti pengajian,

kerja bakti dan kegiatan lain yang berhubungan dengan kebersamaan dan

kekeluargaan dalam lingkungan masyarakat.

Aktivitas sosial rumah tangga pembenih Ikan Lele Truno Langgeng

terlaksana dengan cukup baik dimana pihak laki – laki (suami) melakukan kegiatan

sosial yaitu keikutsertaan dalam agenda arisan Kelompok Truno Langgeng setiap

satu bulan sekali, sedangkan pihak perempuan (istri) melakukan kegiatan sosial

seperti arisan, posyandu dan pengajian. Hal ini dilakukan guna memenuhi

kebutuhan seseorang dalam mengaktualisasi diri dan sebagai bentuk partisipasi

dalam hubungan sosialiasi dengan lingkungan masyarakat.

66

5.6 Produksi, Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga

5.6.1 Produksi Budidaya Pembenihan Ikan Lele dan Non Perikanan

Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan guna menghasilkan suatu

barang dan jasa atau menghasilkan sesuatu yang baru serta menambah nilai guna

barang dan jasa sehingga kegiatan ini akan bermanfaat untuk memenuhi

kebutuhan. Produksi yang dihasilkan berkaitan erat dengan pendapatan keluarga

yang diperoleh , dalam hal ini meliputi produksi dibidang perikanan dan non

perikanan.

Rata – rata produksi benih Ikan Lele dalam satu siklusnya adalah ± 2 – 3

minggu, terdapat bermacam – macam ukuran tergantung pada keputusan dari

pembenih dimulai dari ukuran paling kecil yaitu ukuran 3 hingga ukuran 7. Produksi

pembenihan yang dilakukan tidak terlepas dari adanya faktor produksi yaitu biaya

produksi. Biaya produksi dalam usaha pembenihan Ikan Lele meliputi biaya tetap

(total fixed cost) , biaya variabel (total variable cost) dan biaya total (total cost).

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi

perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu meliputi

biaya dalam pengadaan pembuatan kolam, induk Ikan Lele, biaya pembuatan

listrik, alat pengatur aliran air (timer), wadah (timba), jaring, dan lain – lain.

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah – ubah secara

sebanding dengan adanya perubahan volume usaha pembenihan seperti

pengadaan pakan, obat – obatan, biaya listrik sekali panen, peralatan selama

proses panen seperti plastik atau terpal dan lain – lain. Biaya total merupakan

jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Hasil rincian biaya produksi dalam

pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng antara lain pada Tabel 16.

Hasil produksi pembenihan Ikan Lele pada setiap siklusnya tidak dapat

ditentukan dengan pasti berapa banyaknya hasil produksi Ikan Lele, namun dapat

diperkirakan hasil produksi rata – rata dari setiap masing – masing ukuran yang

67

dipisahkan menurut kolam dan jenis ukuran yang berbeda. Hasil produksi

pembenihan Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 16. Biaya Produksi Pembenihan Ikan Lele

No. Nama Biaya Tetap

(Rp/produksi) Biaya Variabel (Rp/produksi)

Biaya Total (Rp/produksi)

1. Saifudin 1.055.199 1.351.700 2.406.899

2. Agus W. 1.508.925 4.405.000 5.913.925

3. Anwar 2.526.913 3.602.450 6.129.363

4. Sukarno 458.574 1.572.100 2.030.674

5. Lukman H. 1.832.910 3.829.500 5.662.410

6. Saikhul 1.832.118 4.321.000 6.153.118

7. Muchlison 833.729 1.542.800 2.376.529

8. Sudariono 1.492.400 4.507.000 5.999.400

9. Mahzudi 780.114 1.749.500 2.529.614

10. Shodik Asfari 2.326.794 2.828.500 5.155.294

11. Zainal F. 1.106.318 1.605.000 2.711.318

12. Adi 1.295.121 2.284.700 3.579.821

13. Rokim 1.064.517 2.507.300 3.571.817

14. Sumaryono 1.924.920 4.069.800 5.994.720

15. Imam Fatoni 1.711.936 2.078.500 3.790.436

16. Santosa 882.475 924.900 1.807.375

17. Waris S. 1.289.960 3.628.900 4.918.860

18. Subki 1.302.169 612.800 1.914.969

19. Mukayat 1.828.900 2.610.600 4.439.500

20. Samsul Hadi 946.720 917.700 1.864.420

21. Lasidi 1.642.840 2.051.600 3.694.440

22. Bagio 1.258.125 1.239.400 2.497.525

23. Basrowi 1.092.670 1.200.500 2.293.170

24. Yuhanan A. 1.184.600 2.068.300 3.252.900

25. Mustofa 1.529.160 2.051.500 3.580.660

26. Wahyu 974.540 1.380.500 2.355.040

27. Wiyono 1.027.164 1.594.200 2.621.364

28. Afnan 525.718 742.600 1.268.318

29. Mashuri 632.404 641.900 1.274.304

30. Mulyono 1.384.910 1.809.500 3.194.410

31. Agus W 615.029 1.452.800 2.067.829

32. Dawam 540.700 824.200 1.364.900

33. Nurul Anwar 2.164.025 2.974.900 5.138.925

34. Andi 550.670 728.600 1.279.270

35. Iwan 1.498.300 2.184.900 3.683.200

Sumber : Data primer diolah, 2017

68

Tabel 17. Produksi Pembenihan Ikan Lele

No. Nama

Output Hasil Produksi

Jumlah Produksi

(ekor)

Ukuran 3 (ekor)

Ukuran 4 (ekor)

Ukuran 5 (ekor)

1. Saifudin 100.000 50.000 30.000 20.000

2. Agus Winarno 250.000 100.000 80.000 70.000

3. Anwar 260.000 100.000 80.000 80.000

4. Sukarno 70.000 40.000 20.000 10.000

5. Lukman Hakim 230.000 100.000 80.000 50.000

6. Saikhul 250.000 100.000 80.000 70.000

7. Muchlison 100.000 50.000 30.000 20.000

8. Sudariono 240.000 100.000 80.000 60.000

9. Mahzudi 120.000 50.000 40.000 30.000

10. Shodik Asfari 210.000 100.000 60.000 50.000

11. Zainal Fanani 100.000 50.000 40.000 10.000

12. Adi 140.000 70.000 50.000 20.000

13. Rokim 150.000 50.000 50.000 50.000

14. Sumaryono 250.000 100.000 80.000 70.000

15. Imam Fatoni 150.000 60.000 50.000 40.000

16. Santosa 80.000 40.000 30.000 10.000

17. Waris Suyitno 250.000 100.000 80.000 70.000

18. Subki 80.000 50.000 20.000 10.000

19. Mukayat 170.000 80.000 50.000 40.000

20. Samsul Hadi 80.000 50.000 20.000 10.000

21. Lasidi 150.000 60.000 50.000 40.000

22. Bagio 100.000 50.000 30.000 20.000

23. Basrowi 80.000 50.000 20.000 10.000

24. Yuhanan Agus 120.000 50.000 40.000 30.000

25. Mustofa 150.000 70.000 50.000 30.000

26. Wahyu 80.000 50.000 20.000 10.000

27. Wiyono 110.000 50.000 40.000 20.000

28. Afnan 50.000 20.000 20.000 10.000

29. Mashuri 60.000 40.000 10.000 10.000

30. Mulyono 120.000 50.000 40.000 30.000

31. Agus W 80.000 50.000 20.000 10.000

32. Dawam 60.000 30.000 20.000 10.000

33. Nurul Anwar 260.000 100.000 90.000 70.000

34. Andi 60.000 30.000 20.000 10.000

35. Iwan 150.000 70.000 50.000 30.000

Jumlah 4.910.000 2.210.000 1.570.000 1.130.000

Rata – rata 140.286 63.143 44.858 32.286

Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil dari rincian jumlah produksi Ikan Lele setiap siklusnya yaitu diperoleh

rata – rata produksi Ikan Lele adalah sebesar 140.286 ekor/siklus, ikan yang dijual

dibagi menjadi tiga ukuran yaitu ukuran/size 3 dengan harga Rp. 45,-/ekor, ukuran

69

4 dengan harga Rp.65,-/ekor dan ukuran 5 dengan harga Rp.90,-/ekor, dimana

harga jual ditentukan dari harga pasar.

Produksi non perikanan pada Kelompok Truno Langgeng yaitu hasil

produksi dari bidang pekerjaan selain sebagai pembenih Ikan Lele yaitu pekerjaan

sebagai petani, dimana pekerjaan responden sebagai petani diantaranya petani

padi, jagung, cabai dan kacang panjang. Hasil produksi sebagai petani padi

biasanya dipanen 3 kali dalam setahun, sementara sebagai petani cabai atau

sayuran bisa dipanen secara terus menerus atau 10 – 15 kali dalam setahun. Hasil

produksi non budidaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 18. Produksi Non Perikanan

No. Nama Jumlah Produksi

1. Saikhul 20 kg jagung

2. Muchlison 550 kg padi

3. Rokim 40 kg kacang panjang

4. Wahyu 575 kg padi

5. Mashuri 650 kg padi

6. Nurul Anwar 420 kg padi

7. Iwan 80 kg cabai dan 25 kg kacang panjang

8. Miftahurrohmah 525 kg padi

Sumber : Data primer diolah, 2017

Produksi non perikanan yang diperoleh dari anggota pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng yang bekerja sebagai petani menghasilkan jagung,

padi, kacang panjang dan cabai rata – rata setiap bulannya yaitu sebanyak 544 kg

padi, 80 kg cabai, 32,5 kg kacang panjang, dan 20 kg jagung. Hasil produksi ini

dijual sesuai dengan harga pasar baik dijual langsung kepada konsumen maupun

dijual di pasar guna menambah pendapatan rumah tangga demi memenuhi

kebutuhan ekonomi rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng di Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.

5.6.2 Curahan Waktu Kerja Pembenih Ikan Lele

Satuan hitungan yang digunakan dalam curahan waktu kerja agar sama

adalah menggunakan satuan jam, dimana satuan jam yang digunakan oleh

70

pembenih Ikan Lele dihitung dalam satuan per bulan. Curahan waktu kerja yang

digunakan oleh pembudidaya Ikan Lele merupakan curahan waktu kerja produktif

laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja

reproduktif laki – laki dan curahan waktu kerja reproduktif perempuan.

Curahan waktu kerja dalam kegiatan produktif yaitu usaha pembenihan

salah satunya kegiatan mengurus kolam lebih banyak dicurahkan oleh pihak laki –

laki (suami) dibandingkan dengan pihak perempuan (istri). Curahan waktu kerja

produktif laki – laki dalam mengurus kolam biasanya dikerjakan pada pagi hari,

siang hari dan sore hari, baik kegiatan yang berupa memberikan pakan Ikan Lele,

memasang timer, membersihkan kolam ataupun mengecek keadaan air kolam.

Hasil rincian dari curahan waktu kerja produktif laki – laki dan perempuan dapat

dilihat pada Tabel 19.

71

Tabel 19. Curahan Waktu Kerja Produktif Laki – laki dan Perempuan

No. Nama Laki – laki

(Suami) Produktif

(jam/bulan Nama Perempuan

(Istri) Produktif

(jam/bulan)

1. Saifudin 26,25 Dewi 0

2. Agus Winarno 30 Sariatun 11,25

3. Anwar 26,25 Yuli 18,75

4. Sukarno 15 Karsinah 0

5. Lukman Hakim 30 Shinta 18,75

6. Saikhul 26,25 Fenti 11,25

7. Muchlison 18,75 Siti M. 7,5

8. Sudariono 30 Reri Rifatul K. 0

9. Mahzudi 22,50 Etik 15

10. Shodik Asfari 30 Endha 11,25

11. Zainal Fanani 22,50 Sitii Eva Nur A. 22,50

12. Adi 18,75 Maulidatul 0

13. Rokim 22,50 Ria 15

14. Sumaryono 26,25 Devina Oktavia 7,5

15. Imam Fatoni 30 Miftahurrohmah 26,25

16. Santosa 33,75 Masriah 30

17. Waris Suyitno 30 Munanti 0

18. Subki 30 Pepe Karlina 18,75

19. Mukayat 26,25 Sriani 26,25

20. Samsul Hadi 30 Nur Kalim 0

21. Lasidi 26,25 Karyani 18,75

22. Bagio 22,50 Wiwik 11,25

23. Basrowi 11,25 Hermin 22,50

24. Yuhanan Agus 26,25 Sukanti 18,75

25. Mustofa 30 Badriyah 7,5

26. Wahyu 22,50 Laila 22,50

27. Wiyono 30 Winarsih 30

28. Afnan 11,25 Zulaikha 0

29. Mashuri 26,25 Nur Janah 22,50

30. Mulyono 33,75 Rubingatun 0

31. Agus W 22,50 Maslikah 0

32. Dawam 30 Andriani 22,50

33. Nurul Anwar 22,50 Aini 26,25

34. Andi 22,50 Nimas 0

35. Iwan 26,25 Endang 18,75

Sumber : Data primer diolah, 2017

Curahan waktu kerja reproduktif merupakan aktivitas di lingkungan rumah

seperti belanja, memasak, mencuci, mengurus anak, mengepel, menyetrika, dan

lain – lain. Pada umumnya aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh pihak

perempuan (istri) terutama tidak terlepas dari perannya sebagai ibu rumah tangga,

sedangkan pihak laki – laki (suami) melakukan sebagian aktivitas reproduktif yang

memungkinkan untuk dapat dilakukan meskipun tidak terlalu lama seperti

72

membantu mengurus anak, mengepel dan lain sebagainya, dalam hal ini peran

keduanya sangat berpengaruh penting terutama dalam menjaga kebersihan

lingkungan rumah. Hasil rincian curahan waktu kerja reproduktif laki – laki dan

perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 20. Curahan Waktu Kerja Reproduktif Laki – laki dan Perempuan

No. Nama Laki – laki

(Suami) Reproduktif (jam/bulan

Nama Perempuan (Istri)

Reproduktif (jam/bulan)

1. Saifudin 7,5 Dewi 26,25

2. Agus Winarno 0 Sariatun 22,50

3. Anwar 7,5 Yuli 18,75

4. Sukarno 11,25 Karsinah 30

5. Lukman Hakim 0 Shinta 22,50

6. Saikhul 7,5 Fenti 26,25

7. Muchlison 11,25 Siti M. 30

8. Sudariono 0 Reri Rifatul K. 33,75

9. Mahzudi 7,5 Etik 22,50

10. Shodik Asfari 7,5 Endha 22,50

11. Zainal Fanani 15 Sitii Eva Nur A. 7,5

12. Adi 7,5 Maulidatul 33,75

13. Rokim 15 Ria 22,50

14. Sumaryono 0 Devina Oktavia 18,75

15. Imam Fatoni 7,5 Miftahurrohmah 11,25

16. Santosa 0 Masriah 7,5

17. Waris Suyitno 7,5 Munanti 30

18. Subki 0 Pepe Karlina 18,75

19. Mukayat 11,25 Sriani 11,25

20. Samsul Hadi 3,75 Nur Kalim 26,25

21. Lasidi 11,25 Karyani 15

22. Bagio 0 Wiwik 22,50

23. Basrowi 7,5 Hermin 15

24. Yuhanan Agus 11,25 Sukanti 18,75

25. Mustofa 0 Badriyah 26,25

26. Wahyu 7,5 Laila 15

27. Wiyono 3,75 Winarsih 7,5

28. Afnan 15 Zulaikha 30

29. Mashuri 0 Nur Janah 11,25

30. Mulyono 0 Rubingatun 26,25

31. Agus W 15 Maslikah 33,75

32. Dawam 0 Andriani 15

33. Nurul Anwar 7,5 Aini 7,5

34. Andi 7,5 Nimas 33,75

35. Iwan 0 Endang 18,75

Sumber : Data primer diolah, 2017

73

5.6.3 Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele

Pendapatan rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Tani Truno

Langgeng Desa Kencong ini terdiri dari dua sumber pendapatan antara lain yaitu

pendapatan dibidang perikanan yaitu pembenihan Ikan Lele dan pendapatan non

perikanan. Pendapatan perikanan (pembenihan) diperoleh dari hasil kegiatan

produktif yaitu laki – laki (suami) dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele sedangkan

pendapatan non perikanan diperoleh dari kegiatan non perikanan baik dari laki –

laki (suami) maupun dari perempuan seperti pekerjaan sebagai petani, penjahit,

buruh, pegawai koperasi, perangkat desa, pedagang, dan lain – lain.

Pendapatan rumah tangga yang diperoleh merupakan jumlah total dari

pendapatan perikanan dan pendapatan non perikanan baik dari laki – laki (suami)

maupun perempuan (istri). Berikut ini merupakan rincian pendapatan rumah

tangga pembenih Ikan Lele dapat dilihat pada Tabel 21.

Hasil data tentang rata – rata pendapatan rumah tangga pembenih Ikan

Lele Kelompok Truno Langgeng diperoleh data pendapatan perikanan adalah

Rp.5.276.665,- setiap bulannya dan pendapatan non perikanan adalah sebesar

Rp.1.092.286,-, sehingga diperoleh rata – rata pendapatan total setiap bulannya

adalah sebesar Rp.6.242.951,-. Pendapatan yang diperoleh rumah tangga

pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng mayoritas diperoleh oleh laki – laki

(suami), hal ini terjadi sesuai dengan teori ekonomi rumah tangga bahwa laki – laki

merupakan penanggung jawab penuh atas perekonomian keluarga atau mencari

nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Rincian mengenai

pendapatan total dari pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng dapat dilihat

pada Tabel 22.

74

Tabel 21. Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga Pembenih

No. Nama Pekerjaan

Non Perikanan

Pendapatan Pekerjaan

Non Perikanan (Rp/bulan)

Nama Istri Pekerjaan

Non Perikanan

Pendapatan Pekerjaan

Non Perikanan (Rp/bulan)

Total

1. Saifudin Pedagang 500.000 Dewi - 0 500.000

2. Agus W. Pedagang 500.000 Sariatun Pedagang 400.000 900.000

3. Anwar - 0 Yuli - 0 0

4. Sukarno Peternak 1.500.000 Karsinah - 0 1.500.000

5. Lukman Hakim

- Shinta - 0 0

6. Saikhul Petani 1.000.000 Fenti Pedagang 500.000 1.500.000

7. Muchlison Petani 1.200.000 Siti M. - 0 1.200.000

8. Sudariono Perangkat desa

2.300.000 Reri Rifatul K. - 0 2.300.000

9. Mahzudi Pegawai koperasi

1.200.000 Etik Penjahit 300.000 1.500.000

10. Shodik Asfari

Pedagang 1.000.000 Endha - 0 1.000.000

11. Zainal Fanani

Pedagang 500.000 Sitii Eva Nur A. - 0 500.000

12. Adi Buruh 400.000 Maulidatul - 0 400.000

13. Rokim Petani 1.000.000 Ria Pedagang 200.000 1.200.000

14. Sumaryono Pengrajin 70.000 Devina Oktavia Pedagang 250.000 330.000

15. Imam Fatoni

Peternak 500.000 Miftahurrohmah Petani 600.000 1.100.000

16. Santosa Perangkat desa

2.300.000 Masriah Perangkat desa

2.200.000 4.500.000

17. Waris Suyitno

- 0 Munanti - 0 0

18. Subki Pegawai koperasi

3.000.000 Pepe Karlina - 0 3.000.000

19. Mukayat Pedagang 1.000.000 Sriani Pedagang 250.000 1.250.000

20. Samsul Hadi

Pedagang 400.000 Nur Kalim - 0 400.000

21. Lasidi Buruh 250.000 Karyani - 0 250.000

22. Bagio Buruh 200.000 Wiwik - 0 200.000

23. Basrowi Pedagang 500.000 Hermin - 0 500.000

24. Yuhanan Agus

Pegawai koperasi

1.200.000 Sukanti - 0 1.200.000

25. Mustofa Buruh 300.000 Badriyah Buruh 300.000 300.000

26. Wahyu Petani 2.500.000 Laila - 0 2.500.000

27. Wiyono - 0 Winarsih Pedagang 200.000 200.000

28. Afnan Pedagang 500.000 Zulaikha - 0 500.000

29. Mashuri Petani 2.000.000 Nur Janah - 0 2.000.000

30. Mulyono Karyawan swasta

2.700.000 Rubingatun - 0 2.700.000

31. Agus W Pedagang 500.000 Maslikah - 0 500.000

32. Dawam Pedagang 500.000 Andriani - 0 500.000

33. Nurul Anwar

Petani 500.000 Aini Pedagang 500.000 1.000.000

34. Andi Pedagang 800.000 Nimas - 0 800.000

35. Iwan Petani 2.000.000 Endang - 0 2.000.000

Sumber : Data primer diolah, 2017

75

Tabel 22. Pendapatan Total Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele No. Nama Pendapatan

Perikanan (Rp/bulan)

Pendapatan Non Perikanan (Rp/bulan)

Pendapatan Total

(Rp/bulan)

1. Saifudin 3.593.101 500.000 4.093.101

2. Agus Winarno 10.585.175 900.000 10.586.075

3. Anwar 10.770.637 0 10.770.637

4. Sukarno 2.593.101 1.500.000 3.469.326

5. Lukman Hakim 9.037.590 0 9.037.590

6. Saikhul 9.346.882 1.500.000 10.846.882

7. Muchlison 3.423.471 1.200.000 4.623.471

8. Sudariono 9.100.600 2.300.000 11.400.600

9. Mahzudi 4.720.386 1.500.000 6.220.386

10. Shodik Asfari 8.644.706 1.000.000 8.744.706

11. Zainal Fanani 3.038.682 500.000 3.538.682

12. Adi 4.620.179 400.000 5.020.179

13. Rokim 5.328.183 1.200.000 6.528.183

14. Sumaryono 9.745.280 330.000 10.075.280

15. Imam Fatoni 5.159.564 1.100.000 6.259.564

16. Santosa 2.842.625 4.500.000 7.342.625

17. Waris Suyitno 11.081.140 0 11.081.140

18. Subki 2.535.031 3.000.000 5.535.031

19. Mukayat 5.760.500 1.250.000 7.010.500

20. Samsul Hadi 2.585.580 400.000 2.985.580

21. Lasidi 5.855.580 250.000 6.105.560

22. Bagio 3.502.475 200.000 3.702.475

23. Basrowi 2.156.830 500.000 2.656.830

24. Yuhanan Agus 3.197.100 1.200.000 4.397.100

25. Mustofa 5.519.340 300.000 5.819.340

26. Wahyu 2.094.960 2.500.000 4.594.960

27. Wiyono 4.328.636 200.000 4.528.636

28. Afnan 1.831.682 500.000 2.331.682

29. Mashuri 2.075.696 2.000.000 4.075.696

30. Mulyono 4.355.590 2.700.000 7.055.590

31. Agus W 1.382.171 500.000 2.882.171

32. Dawam 2.185.100 500.000 2.685.100

33. Nurul Anwar 11.011.075 1.000.000 12.011.075

34. Andi 2.270.730 800.000 3.070.730

35. Iwan 5.416.800 2.000.000 7.416.800

Sumber : Data primer diolah, 2017

5.7 Analisa Gender pada Keluarga Pembenih Ikan Lele

5.7.1 Peran

Peran antara laki – laki dan perempuan dalam gender dibedakan oleh

sebuah proses pengambilan keputusan berbagai hal dalam rumah tangga, dimana

lebih didominasi oleh kaum laki – laki. Selain itu juga perbedaan terletak pada

curahan jam kerja, laki – laki (suami) hanya bertugas dalam mengerjakan kegiatan

produktif tanpa harus bertanggungjawab mengerjakan kegiatan reproduktif,

76

berbeda dengan perempuan (istri) yang tugasnya lebih berat dikarenakan sebagai

perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggungjawab penuh

dalam mengerjakan kegiatan reproduktif di rumah serta ikut membantu laki – laki

(suami) untuk mengerjakan kegiatan produktif

Hasil penelitian pada anggota pembenih Ikan Lele Truno Langgeng Desa

Kencong menunjukkan bahwa pembagian peran antara suami dan istri pada

kegiatan produktifnya dalam proses pembenihan Ikan Lele ditinjau dari analisa

peran terdapat jadwal kegiatan salah satu keluarga respoden dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 23. Contoh Jadwal Kegiatan Keluarga Pembenih Ikan Lele

Jam (WIB) Kegiatan

Bapak Sumaryono Ibu Devina

06.00 – 07.00 Persiapan kolam, pengecekan benih ikan

Mengurus anak, mengantar ke sekolah TK

07.00 – 09.00 Seleksi ukuran 3, 4, 5 Membantu proses seleksi

09.00 – 10.00 Pemanenan Membantu proses pemanenan

10.00 – 11.00 Pengepakan dan pengangkutan

Memasak

11.00 – 12.00 Melakukan pekerjaan non perikanan

Melakukan pekerjaan non perikanan

12.00 – 13.00 Istirahat Istirahat

13.00 – 14.00 Membersihkan air kolam

Melakukan pekerjaan non perikanan

14.00 – 16.00 Melakukan seleksi induk dan pemijahan

Membantu seleksi induk dan memberi pakan ikan

16.00 – 17.00 Menyapu rumah

Mengurus anak, mengantar anak ke TPQ

17.00 – 18.00 Istirahat Istirahat

18.00 – 19.00 Mengecek timer otomatis air kolam

Mendampingi anak belajar

19.00 – 21.00 Arisan Menonton TV

21.00 – 06.00 Istirahat Istirahat

Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil penelitian mengenai jadwal kegiatan keluarga pembenih Ikan Lele

diketahui bahwa dari jam 06.00 – 07.00 suami mulai mengerjakan tugas utamanya

yaitu melakukan persiapan kolam, sementara istri mengurus anak meliputi

memandikan anak, mempersiapkan kelengkapan anak dan mengantar ke sekolah

yaitu TK (Taman Kanak – kanak), jam 07.00 – 09.00 suami melakukan seleksi

77

induk Ikan Lele dan istri membantu terhadap proses seleksi induk, jam 09.00 –

10.00 suami melakukan pemanenan Ikan Lele yaitu sesuai dengan ukuran 3,4 dan

5 serta istri membantu proses pemanenan dalam hal pembukuan atau

administrasi, jam 10.00 – 11.00 suami melakukan pengepakan dan pengangkutan

benih Ikan Lele untuk proses pemasaran sedangkan istri melakukan kegiatan

reproduktif yaitu memasak di dapur, jam 11.00 – 12.00 suami melakukan kegiatan

non perikanan atau kegiatan produktif lain yaitu membuat tusuk sate dan istri ikut

membantu, jam 12.00 – 13.00 suami dan istri menghentikan aktivitas dan

beristirahat.

Kegiatan selanjutnya tepatnya jam 13.00 – 14.00 suami membersihkan

kolam untuk pengisian benih ikan selanjutnya sedangkan istri melakukan kegiatan

reproduktif yaitu menyetrika baju, jam 14.00 – 16.00 suami melakukan seleksi

induk dan pemijahan Ikan Lele sedangkan istri membantu seleksi induk dan

memberi pakan ikan, 16.00 – 17.00 suami membantu tugas istri menyapu rumah

sementara istri mengurus anak, memandikan anak dan mengantar anak berangkat

mengaji ke TPQ (Taman Pendidikan Al – Qur’an), jam 17.00 – 18.00 suami dan

istri sama – sama beristirahat, jam 18.00 – 19.00 suami mengecek timer otomatis

air kolam sedangkan istri mendampingi anak belajar, jam 19.00 – 21.00 suami

melakukan aktivitas sosial yaitu arisan Kelompok Truno Langgeng yang

dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan istri menonton TV dengan anak

kemudian setelah jam 21.00 masing – masing antara suami dan istri beristirahat.

Sesuai hasil jadwal kegiatan sehari – hari tersebut dapat diketahui bahwa

laki – laki (suami) lebih banyak atau dominan melakukan aktivitas produktif baik

dibidang perikanan maupun non perikanan sedangkan pihak perempuan (istri)

selain melakukan pekerjaan produktif juga melakukan pekerjaan reproduktif di

rumah. Dalam hal ini, suami dan istri saling membantu atau bekerja sama

melakukan dua kegiatan tersebut. Tujuan dari bekerja sama adalah untuk saling

78

meringankan beban masing – masing serta agar perekonomian keluarga dapat

memenuhi kebutuhan sehari – hari. Analisa peran dalam aktivitas produktif,

reproduktif dan sosial jika ditabulasi dalam tabel analisa gender curahan waktu

kerja produktif, reproduktif, dan sosial dapat dilihat pada Tabel 24. berikut ini.

Tabel 24. Analisa Gender dalam Curahan Waktu Kerja Produktif, Reproduktif, dan Sosial

No. Variabel Harvard

Rumah Tangga

Pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno

Langgeng

Unit Analisis

A. Aktivitas Laki – Laki Perempuan

S KK TP S KK TP

Π Π Π Π Π Π

1. Produktif :

- Persiapan media

kolam

- Seleksi induk

(pemijahan dan

penetasan telur)

- Pemberian pakan

- Seleksi 3, 4, 5

- Pemanenan

- Pengepakan dan

pengangkutan

1 jam

1 jam

2 jam

2 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

2. Reproduktif

- Mengurus Anak

- Belanja

- Memasak

- Mencuci Baju

- Mencuci Piring

- Menyetrika

- Menyapu

- Mengepel

1 jam

1 jam

2 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

1 jam

3. Sosial

- Kerja bakti

- Posyandu

- Arisan

- Pengajian

1 jam

1 jam

1 jam

Rata – rata Responden 10 jam 2 jam - 10 jam 4 jam -

Total 12 jam 14 jam

Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur

selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (TP), serta untuk curahan

waktu kerja rata – rata per jam (Π).

Sumber : data primer diolah, 2017

79

Analisa gender dalam curahan waktu kerja produktif, reproduktif dan sosial

dalam hal ini digunakan untuk melihat status, peranan perempuan serta relasi

gender pada rumah tangga pembenih Ikan Lele. Analisa terhadap rumah tangga

anggota Kelompok Tani Truno Langgeng ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar peranan antara suami dan istri atas kegiatan sehari - hari meliputi kegiatan

produktif, reproduktif dan sosial, kegiatan mana yang lebih dominan pada indikator

S (selalu), KK (kadang – kadang) dan TP (tidak pernah) dan berapa besar curahan

waktu kerja yang dilakukan masing – masing dalam kegiatan produktif, reproduktif

dan sosial. Dengan kata lain, analisa ini digunakan dengan memuat daftar tugas

yaitu perempuan melakukan kegiatan apa, laki – laki melakukan kegiaan apa,

dimana serta kapan kegiatan tersebut dilakukan.

Hasil analisis aspek gender yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

peran aktivitas indikator yaitu S (selalu) didominasi oleh istri (perempuan) dengan

total curahan waktu 14 jam. Hal ini dikarenakan istri lebih banyak mengerjakan

aktivitasnya di lingkungan rumah atau sekitar sementara suami (laki – laki) akan

lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas produktif. Pada anggota

pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng masih terlihat jelas bahwa

kewajiban perempuan adalah untuk mengurus dan bertanggungjawab penuh atas

segala tugas reproduktifnya yaitu mengurus anak, belanja, memasak, mencuci

baju, menyetrika baju, mencuci piring, menyapu dan mengepel sebanyak 9 jam

sementara suami (laki – laki) tidak banyak berkontribusi pada kegiatan reproduktif

yaitu hanya sebesar 2 jam. Dalam hal ini terlihat bahwa masih adanya konstruk

sosial dimana antara laki – laki (suami) dan perempuan (istri) belum dapat

memahami dan menghargai secara maksimal atas peran atau partisipasi yang

masih dapat dilakukan secara bergantian misalnya tidak menutupkemungkinan

bahwa laki – laki (suami) mengerjakan aktivitas reproduktif seperti membantu istri

memasak, mengurus anak, dan lain sebagainya.

80

5.7.2 Akses

Analisa akses atau peluang merupakan analisa yang berkaitan dengan

pembagian antara perempuan (istri) dan laki – laki (suami) yaitu dapat memperoleh

sumberdaya apa dan menikmati apa antara keduanya. Dalam hal ini analisa

sumberdaya yang diakses yaitu terdiri atas tanah (kolam), rumah, properti rumah

tangga, properti produksi pembenihan, kendaraan, logam mulia, dan pendapatan.

Analisa ini saling berkaitan dengan kontrol, sumberdaya yang diperoleh, tentunya

sumberdaya yang diperoleh akan dikontrol oleh pemegang kekuasaan dari

sumberdaya tersebut. Seseorang yang mengontrol merupakan penerima atau

pengguna dari akses yang diperoleh. Misalnya sertifikat tanah atau rumah,

mayoritas adalah nama laki – laki (suami) bukan perempuan (istri) dan hal ini

berlaku pula pada nama BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), sehingga

dapat diketahui bahwa pemegang kontrol kekuasaan atau berkuasa dalam

mengakses sumberdaya adalah laki – laki (suami) namun perempuan (istri) juga

dapat memanfaatkan atau mengakses sumberdaya tersebut walaupun tidak

berkuasa penuh. Analisa sumberdaya pada keluarga pembenih Ikan Lele Truno

Langgeng dapat dilihat pada tabel

Tabel 25. Macam Akses Laki – laki dan Perempuan

B. Akses Macam Akses

Laki – laki

Tanah (kolam)

Rumah

Properti pembenihan Ikan Lele

Kendaraan

Pendapatan

Perempuan

Rumah

Properti rumah tangga

Logam mulia

Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil dari penelitian dapat diketahui analisa sumberdaya yang dimiliki oleh

keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng secara lebih rinci dapat

dijelaskan pada uraian di bawah ini :

81

Akses Tanah (Kolam)

Tanah (kolam) pada rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng lebih sering diakses oleh laki – laki (suami) daripada perempuan (istri).

Hal ini disebabkan karena istri lebih banyak melakukan aktivitas selain di kolam

misalnya melakukan aktivitas reproduktif perikanan maupun non perikanan seperti

mengurus anak, belanja, mencuci baju, dll.

Akses Rumah

Rumah digunakan sebagai bangunan atau tempat tinggal bersama oleh

suami (laki – laki) dan perempuan (istri) dari rumah tangga pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng yang sama – sama sering diakses untuk setiap

harinya.

Akses Properti Rumah Tangga

Akses properti rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng lebih sering diakses oleh perempuan (istri) daripada laki – laki (suami).

Hal ini disebabkan karena istri lebih banyak melakukan kegiatan reproduktif di

dalam rumah seperti mengurus anak, menyapu, mengepel dll sehingga sangat

berpengaruh penting terhadap pemeliharaan dan kelangsungan hidup keluarga.

Akses Properti Pembenihan Ikan Lele

Akses properti pembenihan Ikan Lele lebih sering diakses oleh laki – laki

(suami), karena suami lebih banyak melakukan aktivitas produktif di luar rumah

yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan kegiatan produktif pembenihan

Ikan Lele dibandingkan dengan istri. Oleh sebab itu suami lebih sering mengakses

seluruh properti pembenihan untuk menunjang kegiatan produktifnya, sedangkan

istri mengakses properti tersebut hanya ketika istri sedang membantu suaminya

saja.

82

Akses Kendaraan

Akses kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua lebih

sering diakses oleh suami daripada istri. Hal ini disebabkan karena suami memiliki

waktu yang lebih banyak untuk beraktivitas diluar rumah terutama dalam kegiatan

produktif seperti mengurus kolam, membeli pakan dan obat, pengangkutan induk

Ikan Lele dan lain – lain, sedangkan istri hanya kadang – kadang saja mengakses

kendaraan bahkan terdapat beberapa keluarga dengan istri yang sama sekali tidak

mengakses kendaraan.

Akses Logam Mulia

Akses logam mulia diperuntukkan bagi perempuan (istri) yaitu berupa emas

atau perhiasan. Akses logam mulia ini digunakan oleh istri untuk menambah

kepercayaan diri atau aktualisasi diri sementara suami tidak pernah dan tidak

memerlukan logam mulia untuk diaksesnya. Selain itu, bagi perempuan (istri)

kepemilikan terhadap logam mulia diperlukan untuk menginvestasikan atau

menyimpan sebagian uangnya dalam bentuk logam mulia yang dapat

diperjualbelikan kembali.

Akses Pendapatan

Pendapatan lebih banyak diakses oleh laki – laki (suami) karena suami

yang bertanggungjawab penuh dalam memenuhi kebutuhan hidup atau mencari

nafkah bagi keluarga. Selain itu, laki – laki (suami) lebih banyak melakukan

kegiatan produktif baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan

dibandingkan dengan perempuan (istri).

Akses perempuan terhadap sumberdaya yang dimiliki memang dianggap

masih rendah dibandingkan laki – laki. Hal ini terjadi karena adanya anggapan

bahwa siapa yang berkuasa atau memegang kepemilikan kekuasaan terhadap

sumberdaya tersebut maka seseorang itulah yang berhak memiliki banyak

peluang untuk mengaksesnya, demikian hal yang terjadi pada keluarga anggota

83

pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng. Salah satu contohnya dalam

mengakses sumberdaya yang berkaitan dengan perekonomian, akses perempuan

masih terbilang cukup rendah.

5.7.3 Manfaat

Analisa manfaat digunakan untuk mengetahui seberapa besar perolehan

manfaat atau kegunaan atas sumberdaya yang diaksesnya. Hal ini berkaitan erat

dengan akses, sebab siapa yang mengakses suatu sumberdaya maka dialah yang

akan memperoleh manfaatnya. Salah satu contoh misalnya keluarga pembenih

Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng di dalam mengakses sumberdaya tanah

(kolam) adalah peran laki – laki, maka laki – laki (suami) tersebut akan memperoleh

manfaat yaitu keuntungan usaha budidaya Ikan Lele yang dilakukan dari media

tanah (kolam). Selain itu, salah satu contoh lainnya adalah perempuan (istri) dalam

mengakses logam mulia maka akan merasakan manfaat sebagai bentuk dari

aktualisasi diri atau kepercayaan diri yang meningkat serta akses rumah oleh

suami dan istri secara bersama akan memperoleh manfaat dari kegunaan rumah

tersebut yaitu sebagai tempat tinggal berlindung dari perubahan musim hujan dan

panas demi kelangsungan hidup bersama.

Berbagai akses sumberdaya yang digunakan oleh istri, suami ataupun

keduanya secara langsung dapat memberikan manfaat terhadap penggunanya,

akan tetapi tidak menutupkemungkinan untuk ikut merasakan manfaat yang

diberikan dari sumberdaya tersebut tidak secara langsung. Hal ini disebabkan bisa

jadi pengguna yang mengakses sumberdaya tersebut adalah seluruh anggota

keluarga meliputi suami, istri dan anak.

5.7.4 Kontrol

Analisa kontrol merupakan bentuk dari kekuatan dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan sumberdaya yang dimiliki seperti tanah (kolam),

modal (uang), properti rumah tangga meliputi properti pembenihan (perikanan)

84

maupun properti rumah tangga, logam mulia (emas), kendaraan baik berupa

sepeda motor atau mobil, pendidikan, menu pangan, dan lain sebagainya. Kontrol

dapat berarti perempuan (istri) mengambil keputusan dalam penggunaan

sumberdaya apa, laki – laki (suami) penentu dari penggunaan sumberdaya apa.

Sumberdaya yang dimaksudkan adalah sumberdaya yang diperlukan untuk

melakukan aktivitas atau tugas – tugas tertentu serta manfaat apa yang diperoleh

dari melakukan suatu aktivitas tersebut. Pada wujud kesetaraan dan keadilan

gender telah dijelaskan bahwa perempuan dan laki – laki memiliki mempunyai

kontrol yang sama dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga,

dimana suami dan istri dapat memiliki properti atas nama keluarga dengan

persetujuan bersama.

Analisa kontrol pada rumah tangga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng yang ditabulasikan dalam analisa kontrol terhadap pendapatan dan

pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 26. di bawah ini.

Tabel 26. Analisa Kontrol terhadap Pendapatan dan Pengeluaran

No. Variabel Harvard Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele Kelompok

Truno Langgeng

Unit Analisis

C. Kontrol Laki – Laki Perempuan

S KK TP S KK TP

1. Pendapatan - Suami - Istri

X

X

2. Pengeluaran - Uang - Tanah - Rumah - Kendaraan - Logam Mulia - Pendidikan - Menu Pangan

X X X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Keterangan : pada kolom diisi (x) sebagai keterlibatan responden pada tolak ukur

selalu (S), kadang – kadang (KK), dan tidak pernah (T P).

Sumber : data primer dilah, 2017

85

Laki – laki (suami) mengontrol pada bagian pendapatan dan pengeluaran,

pengeluaran yang dikontrol yaitu kontrol terhadap tanah, kendaraan dan

pendidikan sedangkan rumah dikontrol oleh keduanya. Perempuan (istri)

mengontrol pengeluaran saja terutama hanya pada bagian tertentu, misalnya

kontrol terhadap penggunaan uang, logam mulia dan menu pangan sementara laki

– laki (suami). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan gender sehingga

antara laki – laki dan perempuan tidak memperoleh hak atau kontrol yang sama.

Untuk lebih jelasnya mengenai tabel di atas, dapat diketahui dari

penjelasan di bawah ini.

Kontrol terhadap pendapatan

Pendapatan dalam rumah tangga lebih sering dikontrol oleh laki – laki

(suami), hal ini disebabkan karena suami sebagai kepala rumah tangga yang

bertugas dalam mencari nafkah dan bertanggung jawab penuh atas tercukupinya

perekonomian keluarga. Oleh sebab itu, suami lebih sering mengontrol

sumberdaya pendapatan yang berupa uang dibandingkan istri.

Kontrol terhadap uang

Uang sering dikontrol oleh perempuan (istri) daripada laki – laki (suami),

hal ini disebabkan karena peran perempuan yang bertugas dan bertanggungjawab

penuh terhadap segala aktivitas reproduktif yang dilakukan di rumah seperti

kebutuhan atau pengeluaran uang untuk berbelanja kebutuhan pangan, sandang,

papan, pembagian uang saku anak, dan lain – lain sementara suami hanya kadang

– kadang saja melakukan kontrol terhadap uang misalnya untuk kebutuhan

produktif seperti membeli pakan ikan, membeli obat, dan lain – lain.

Kontrol terhadap tanah

Kontrol terhadap tanah lebih sering diakses oleh laki – laki (suami) yang

berbentuk kolam budidaya pembenihan Ikan Lele, hal ini disebabkan karena suami

adalah kepala rumah tangga yang berperan penting dalam mencari nafkah. Tanah

86

sebagai sumberdaya yang pengelolaannya sangat berperan penting untuk

kelangsungan hidup masa depan keluarga sering dikontrol oleh suami, sementara

istri hanya kadang – kadang. Selain itu mayoritas sertifikat hak milik tanah adalah

nama laki – laki (suami). Hal ini disebabkan adanya anggapan sebagai alasan

yang kuat dimana suami sebagai kepala rumah tangga bertugas menafkahi istri

dan anaknya, sehingga pada umumnya dalam daftar warisan yang berbentuk

tanah diberikan untuk seorang anak laki – laki sedangkan perempuan merupakan

seseorang yang harus dinafkahi tanpa harus mendapatkan tanah warisan dari

orangtuanya.

Kontrol terhadap rumah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama

dalam melakukan aktivitas sehari – hari oleh suami, istri dan anak. Berbagai

aktivitas dilakukan di rumah seperti makan, tidur, mandi, bermain, menonton TV,

dan lain – lain sehingga rumah sama – sama sering dikontrol oleh suami dan istri.

Oleh sebab itu antara suami dan istri tidak terdapat perbedaan pihak mana yang

lebih sering mengontrol dan mana yang kadang – kadang.

Kontrol terhadap kendaraan

Kendaraan merupakan alat transportasi yang lebih sering dikontrol oleh laki

– laki (suami) dibandingkan perempuan baik kendaraan berupa roda dua yaitu

sepeda motor maupun roda empat yaitu mobil. Hal ini disebabkan karena pada

kenyataannya perempuan (istri) lebih sering melakukan aktivitas reproduktif yang

sebagian besar waktunya berada di dalam rumah, sedangkan laki – laki (suami)

lebih sering melakukan aktivitas produktif dan berkegiatan di luar rumah. Oleh

sebab itu, perempuan (istri) hanya kadang – kadang saja dalam mengontrol

kendaraan yaitu jika ada kegiatan di luar rumah seperti berbelanja, menghadiri

acara seperti arisan, pengajian dan lain – lain.

87

Kontrol terhadap logam mulia

Logam mulia selalu dikontrol oleh perempuan (istri) sebab dapat

meningkatkan rasa percaya diri bagi perempuan sedangkan laki – laki (suami)

tidak pernah mengontrol logam mulia meskipun pada umumnya logam mulia

adalah pembelian dari pihak laki – laki namun Hal ini disebabkan karena logam

mayoritas perempuan yang memiliki kontrol di dalam mengelola logam mulia. Hal

ini disebabkan karena logam mulia berupa emas, berlian atau perhiasan yang

memang hanya digunakan oleh perempuan (istri) sementara bagi laki – laki tidak

wajar untuk mengontrol sumberdaya tersebut.

Kontrol terhadap pendidikan

Pendidikan lebih sering dikontrol oleh laki – laki (suami) daripada istri,

karena pendidikan merupakan suatu sumberdaya yang sangat penting bagi masa

depan anak. Hal ini disebabkan karena suami yang bertanggungjawab terhadap

biaya dan keperluan anak dalam menempuh pendidikan yang seharusnya. Oleh

sebab itu, peran laki – laki (suami) lebih dominan, sedangkan perempuan (istri)

hanya kadang – kadang mengontrol pendidikan misalnya ketika dalam hal

mendampingi anak belajar atau memilih tempat kursus atau les bimbingan belajar.

Kontrol terhadap menu pangan

Kontrol terhadap menu pangan sering dikontrol oleh perempuan (istri)

dibandingkan suami yang hanya kadang – kadang saja. Hal ini disebabkan karena

pemilihan menu pangan berkaitan erat dengan aktivitas reproduktif yaitu memasak

dan kegiatan tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab penuh seorang istri

sebagai ibu rumah tangga. Suami atau laki – laki hanya kadang – kadang saja

mengontrol terhadap menu pangan, hal tersebut dapat terjadi karena biasanya

perempuan (istri) meminta atau menanyakan kepada suami mengenai menu

pangan yang dikehendaki oleh suaminya.

88

5.8 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga

Anggota Pembenih Ikan Lele

5.8.1 Analisa Regresi Linier Berganda

Analisa faktor – faktor yang diduga dapat mempengaruhi pendapatan

rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele telah disebutkan dalam metode

penelitian pada bab sebelumnya yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki,

curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif laki –

laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki, umur

perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah

anggota keluarga, dan lama pengalaman kerja dibidang perikanan.

Hasil analisis diperoleh hasil regresi linier berganda dan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 27. Hasil Regresi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Pembenih Ikan Lele.

Variabel Koef.

Regresi Statistik

T Sig.

Multikolinearitas

Tolerance VIF

(Constant) Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3) Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) Umur laki – laki (X5) Umur perempuan (X6) Tingkat pendidikan laki – laki (X7) Tingkat pendidikan perempuan (X8) Jumlah anggota keluarga (X9) Lama pengalaman kerja (X10)

-3.374E6 188994.293

185751.913

-25159.572

265069.272

240680.612

-260770.282 -396413.314 -29828.750

-227618.101 296936.903

-0.523 2.338

1.911

-0.278

2.114

2.302

-2.917 -1.991 -0.148

-0.690 3.418

0.606 0.028

0.068

0.783

0.045

0.030 0.008 0.058 0.883

0.497 0.004

0.567

0.117

0.515

0.108

0.119 0.145 0.443 0.520

0.595 0.658

1.737

8.555

1.943

9.249

8.372 6.914 2.258 1.922

1.681 1.521

Durbin Watson R Square F Sig.

2.136 0.680 5.091 0.001

Sumber : data primer diolah, 2016

Hasil perhitungan regresi linier berganda dari aplikasi SPSS diatas

diperoleh persamaan antara lain sebagai berikut :

89

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +

b10X10 + e

Y = (-3.3746) + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 + (-25159.6) X3 + 265069.3 X4

+ 240680.6 X5 + (-260770.3) X6 + (-396413.3) X7 + (-29828.7) X8

+ (-227618.1) X9 + 296936.9 X10 + e

Y = -3.3746 + 188994.3 X1 + 185751.9 X2 – 25259.6 X3 + 265069.3 X4

+ 240680.6 X5 – 260770.3 X6 – 396413.3 X7 – 29828.7 X8

– 227618.1 X9 + 296936.9 X10 + e

Dimana : Y = Pendapatan keluarga

a = Konstanta atau intersep

X1 = Curahan waktu kerja produktif laki – laki

X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan

X3 = Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki

X4 = Curahan waktu kerja reproduktif perempuan

X5 = Umur laki – laki

X6 = Umur perempuan

X7 = Tingkat pendidikan laki – laki

X8 = Tingkat pendidikan perempuan

X9 = Jumlah anggota keluarga

X10 = Lama pengalaman kerja

e = error atau nilai residu

Hasil perhitungan menggunakan software SPSS diperoleh persamaan

regresi seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat dijelaskan bahwa nilai

constant sebesar – 3.374E6 artinya jika X1 (curahan waktu kerja produktif laki –

laki), X2 (curahan waktu kerja produktif perempuan), X3 (curahan waktu kerja

reproduktif laki – laki), X4 (curahan waktu kerja reproduktif perempuan), X5 (umur

laki – laki), X6 (umur perempuan), X7 (tingkat pendidikan laki – laki), X8 (tingkat

90

pendidikan perempuan), X9 (jumlah anggota keluarga) dan X10 (lama pengalaman

kerja) nilainya adalah nol, maka Y (pendapatan keluarga) memiliki nilai – 3.374E6.

Untuk koefisien regresi curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) berbanding

lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel indpenden lainnya tetap

atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel

curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) akan meningkatkan pendapatan

keluarga (Y) sebesar 188994.3 dan sebaliknya, karena laki – laki bertanggung

jawab penuh sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah dalam memenuhi

kebutuhan sehari – hari sehingga selain melakukan usaha pembenihan Ikan Lele,

juga melakukan pekerjaan dibidang non perikanan sehingga semakin bertambah

curahan waktu kerjannya maka pendapatan keluarga akan meningkat. Variabel

curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) memiliki nilai koefisien sebesar

185751.9 artinya bahwa curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) berbanding

lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lain nilainya

tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan maka

variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X2) akan meningkatkan

pendapatan keluarga (Y) yaitu sebesar 185751.9 dan sebaliknya.

Variabel curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3) memiliki nilai

koefisien regresi sebesar –25159.6 artinya bahwa curahan waktu kerja reproduktif

laki – laki (X3) berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika

variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap

kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel curahan waktu kerja reproduktif

laki – laki (X3) akan mengurangi (menurunkan) pendapatan ke luarga (Y) sebesar

–25259.6 dan sebaliknya, hal ini berkaitan dengan tugas utama seorang laki – laki

sebagai suami adalah mencari nafkah sehingga semakin bertambah curahan

waktu kerja reproduktif yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri atau

perempuan akan menyebabkan menurunkan pendapatan keluarga, sedangkan

91

variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) memiliki nilai koefisien

regresi yaitu sebesar 265069.3 artinya bahwa curahan waktu kerja reproduktif

perempuan (X4) berbanding lurus dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika

variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap

kenaikan 1 point atau satu satuan maka variabel curahan waktu kerja reproduktif

(X4) akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) sebesar 265069.3 dan

sebaliknya, dimana hal ini dapat terjadi karenamayoritas usia laki – laki (suami)

pada interval 31 – 40 tahun dan usia perempuan (istri) pada usia 21 – 30 tahun,

dimana usia anak yang dimiliki mayoritas masih kecil sehingga diperlukan curahan

waktu istri yang lebih banyak untuk mengurus anak di rumah sebab laki – laki

(suami) bertugas dalam mencari nafkah atau melaksanakan aktivitas produktif.

Variabel umur laki – laki (X5) memiliki nilai koefisien regresi sebesar

240680.6 artinya bahwa umur laki – laki (X5) berbanding lurus dengan pendapatan

keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak

berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan akan meningkatkan

pendapatan keluarga (Y) sebesar 240680.6 dan sebaliknya karena umur

responden laki – laki mayoritas berusia 31 – 40 tahun dimana usia tersebut

merupakan usia produktif dalam bekerja terutama dalam bidang perikanan

sehingga semakin bertambahnya usia maka akan meningkatkan pendapatan

keluarga, sedangkan variabel umur perempuan (X6) memiliki koefisien regresi

yaitu sebesar – 260770.3 artinya bahwa umur perempuan (X6) berbanding terbalik

dengan pendapatan keluarga (Y) jika variabel independen lainnya bernilai tetap

dan tidak berubah maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan variabel umur

perempuan (X6) akan menurunkan pendapatan keluarga sebesar –260770.3 dan

sebaliknya, hal ini berkaitan dengan usia perempuan yang mayoritas berada pada

usia 21 – 30 tahun meskipun termasuk dalam usia produktif namun mayoritas

perempuan (istri) adalah sebagai ibu rumah tangga yang tidak terlalu dominan

92

dalam kegiatan produktif, hal ini disebabkan besarnya curahan waktu untuk anak

sebab mayoritas usia anak yang masih kecil sehingga sebagian besar responden

perempuan yaitu ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Oleh sebab itu

bertambahnya usia perempuan akan menurunkan pendapatan keluarga.

Variabel tingkat pendidikan laki – laki (X7) memiliki nilai koefisien regresi

sebesar –396413.3 yang berarti bahwa tingkat pendidikan laki – laki (X7)

berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel

independen lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point

atau satu satuan akan menurunkan pendapatan keluarga (Y) sebesar –396413.3

dan sebaliknya, hal ini berkaitan erat dengan usaha pembenihan Ikan Lele bahwa

meskipun berasal dari berbagai macam pendidikan terakhir responden laki – laki

tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha pembenihan serta

tidak menutup kemungkinan bahwa pengalaman kerja dibidang perikanan juga

berpengaruh didalamnya. Selanjutnya variabel tingkat pendidikan perempuan (X8)

memiliki nilai koefisien regresi sebesar –29828.75 artinya bahwa tingkat

pendidikan perempuan (X8) berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga (Y)

yaitu jika variabel lainnya bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan

sebesar 1 point atau satu satuan akan menurunkan pendapatan keluarga (Y)

sebesar –29828.75 dan sebaliknya, karena tingkat pendidikan responden

perempuan mayoritas adalah tamat SMA/sederajat namun yang memiliki

pekerjaan tidak cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden laki –

laki sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan responden perempuan maka akan

menurunkan pendapatan keluarga.

Variabel jumlah anggota keluarga (X9) memiliki nilai koefisien regresi yaitu

sebesar –227618.1 artinya bahwa jumlah anggota keluarga (X8) berbanding

terbalik dengan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya

bernilai tetap atau tidak berubah, maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan

93

maka variabel jumlah anggota keluarga (X9) akan mengurangi (menurunkan)

pendapatan keluarga (Y) sebesar –227618.1 dan sebaliknya. Variabel lama

pengalaman kerja (X10) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 296936.9 artinya

bahwa variabel lama pengalaman kerja (X10) berbanding lurus dengan pendapatan

keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lainnya bernilai tetap atau tidak

berubah maka setiap kenaikan 1 point atau satu satuan variabel pengalaman kerja

(X10) akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) sebesar –227618.1 dan

sebaliknya.

5.8.2 Uji Statistika

Koefisien Determinasi (Uji R Square / R2)

Uji atau analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui jumlah

atau persentase sumbangan dari adanya pengaruh variabel bebas atau variabel

independen (X) dalam model regresi baik secara serentak atau bersama – sama

memberikan pengaruh terhadap variabel terikat atau variabel dependen (Y). Jadi

koefisien angka yang ditunjukka memperlihatkan sejauh mana model yang

terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya (Wibowo, A.E., 2012).

Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS diperoleh hasil

dari nilai R Square yaitu sebesar 0.680 artinya bahwa variabel dependen (Y atau

pendapatan keluarga) dipengaruhi oleh variabel independen (X atau curahan

waktu kerja produktif laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan

waktu kerja reproduktif laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan,

umur laki – laki, umur perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan

perempuan, jumlah anggota keluarga, lama pengalaman kerja) yaitu sebesar 68%

sedangkan sisanya sebesar 32% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model atau

yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

94

Uji Signifikansi Simultan atau Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara

bersama – sama atau simultan berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahuinya dapat menggunakan dua

cara yaitu dengan melihat nilai sig dan melihat nilai F. Jika nilai sig yang dihasilkan

< 0.05 atau nilai sig < alfa maka variabel independen secara bersama – sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) dan sebaliknya.

Selain itu dengan melihat nilai F, jika nilai F hitung atau yang ada pada hasil SPSS

> F tabel maka variabel independen secara bersama – sama memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen dan sebalikya (Wibowo, A.E.,2012).

Hasil analisis data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil nilai Sig

yaitu 0.001, artinya nilai sig < alfa atau 0.001 < 0.05 atau dengan melihat hasil nilai

F hitung yaitu nilai F hitung sebesar 5.091 dan nilai F tabel dengan taraf signifikan

0.05 adalah 2.121 jadi nilai F hitung > F tabel atau 5.091 > 2.121, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel independen (X atau curahan waktu kerja produktif laki

– laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja reproduktif

laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki, umur

perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan, jumlah

anggota keluarga, lama pengalaman kerja) secara bersama – sama (simultan)

berpengaruh atau memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(Y atau pendapatan keluarga).

Uji Signifikansi Parsial atau Individu (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara

individual (parsial) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen (Y). Untuk mengetahuinya bisa digunakan du acara yaitu

dengan melihat sig (probability) dan melihat nilai t. Jika hasil yang diperoleh dari

nilai sig mendekati atau sama dengan 0.000 maka variabel tersebut merupakan

95

variabel pemberi nilai yang paling berarti dalam model regresi yang dibangun,

dengan kata lain variabel tersebut adalah variabel yang paling dominan (Wibowo,

E.A, 2012).

Hasil analisis data pada uji t diperoleh hasil adalah sebagai berikut :

1. Curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1)

Hasil analisis diperoleh hasil dari nilai sig variabel curahan waktu kerja

produktif laki – laki (X1) yaitu sebesar 0.028 artinya bahwa variabel curahan waktu

kerja produktif laki – laki secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa =

0,05) dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini terjadi karena

pendapatan keluarga lebih dominan dipengaruhi oleh curahan waktu kerja

produktif laki – laki daripada perempuan.

2. Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)

Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel curahan waktu kerja produktif

perempuan (X2) adalah sebesar 0.068 artinya bahwa variabel curahan waktu kerja

produktif perempuan secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara nyata

terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang

kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya

konstan. Hal ini disebabkan karena peran perempuan adalah sebagai ibu rumah

tangga, meskipun perempuan juga berperan penting dalam kegiatan produktif

terutama dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele namun tidak sepenuhnya

bertanggungjawab atas terpenuhinya kebutuhan perekonomian keluarga.

3. Curahan waktu kerja reproduktif laki – laki (X3)

Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel curahan waktu kerja

reproduktif laki – laki adalah sebesar 0.783 artinya bahwa variabel curahan waktu

kerja reproduktif laki – laki secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara

nyata terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang

96

kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya

konstan. Hal ini disebabkan karena laki – laki bertanggungjawab terhadap mencari

nafkah yang bertujuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga,

sehingga semakin bertambahnya waktu curahan reproduktif laki – laki akan

menurunkan pendapatan keluarga.

4. Curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4)

Hasil analisis diperoleh nilai sig curahan waktu kerja reproduktif perempuan

(X4) sebesar 0.045 artinya variabel curahan waktu kerja reproduktif perempuan

secara parsial berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel dependen

atau pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan

asumsi bahwa variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena

semakin meningkatnya curahan waktu kerja reproduktif perempuan meliputi

kegiatan mengurus anak, memasak, mencuci, belanja dan lain sebagainya akan

meningkatkan pendapatan keluarga, hal ini disebabkan adanya pembagian peran

dan tugas oleh laki – laki dan perempuan dimana mayoritas pembenih laki – laki

yang bertugas untuk melakukan pekerjaan reproduktif namun tidak menutup

kemungkinan dimana perempuan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan

produktif meskipun waktu curahan kerjanya produktifnya tidak sebanyak laki – laki.

5. Umur laki – laki (X5)

Hasil analisis diperoleh nilai sig umur laki – laki (X5) yaitu sebesar 0.030

artinya variabel umur laki – laki secara parsial berpengaruh signifikan secara nyata

terhadap variabel dependen atau pendapatan keluarga (Y) pada selang

kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya

konstan. Hal ini disebabkan mayoritas usia pembenih laki – laki yaitu usia 31 – 40

tahun dimana usia tersebut merupakan usia produktif dalam kegiatan produktif

pembenihan Ikan Lele guna memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga,

97

sehingga semakin meningkatnya umur laki – laki maka akan meningkatkan

pendapatan keluarga.

6. Umur perempuan (X6)

Hasil analisis diperoleh nilai sig umur perempuan (X6) yaitu sebesar 0.008

artinya bahwa variabel umur perempuan secara parsial berpengaruh signifikan

secara nyata terhadap variabel pendapatan keluarga (Y) pada selang

kepercayaan 99% (alfa = 0,01) dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya

konstan. Hal ini disebabkan mayoritas usia perempuan adalah usia 21 – 30 tahun,

usia tersebut merupakan usia produktif, namun sesuai dengan fakta yang ada

partisipasi perempuan lebih banyak pada aktivitas reproduktif seperti mengurus

anak, memasak, dll sehingga variabel umur perempuan berpengaruh secara

signfikan terhadap pendapatan keluarga.

7. Tingkat pendidikan laki – laki (X7)

Hasil analisis diperoleh nilai sig tingkat pendidikan laki – laki (X7) yaitu

sebesar 0.058 artinya bahwa variabel tingkat pendidikan laki – laki secara parsial

berpengaruh namun tidak signifikan secara nyata terhadap variabel pendapatan

keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa

variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan tinggi rendahnya

pendidikan terakhir responden tidak banyak berpengaruh dalam kegiatan

produktifnya khususnya dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele, walaupun

pendidikan rendah namun jika seseorang tersebut mampu menerapkan ilmu

ataupun pengalaman yang diperoleh dari saling bertukar informasi maupun

pengalaman dengan anggota kelompok maka tidak menutup kemungkinan usaha

pembenihan tersebut akan sukses. Oleh sebab itu tingkat pendidikan laki – laki

tidak mempengaruhi pendapatan keluarga secara signifikan.

98

8. Tingkat pendidikan perempuan (X8)

Hasil analisis diperoleh nilai sig varibel tingkat pendidikan perempuan (X8)

adalah sebesar 0.883 artinya bahwa variabel tingkat pendidikan perempuan

secara parsial berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pendapatan keluarga

(Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan asumsi bahwa variabel

independen lainnya konstan. Hal ini terjadi sebab sama halnya dengan pendidikan

laki – laki, dimana tinggi rendahnya pendidikan tidak banyak berpengaruh

terhadap dalam kegiatan produktifnya. Selain itu, hal ini disebabkan karena

mayoritas responden perempuan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang

banyak berperan dalam kegiatan reproduktif namun tidak menutup kemungkinan

untuk melakukan kegiatan produktif yaitu membantu suami dalam kegiatan

pembenihan Ikan Lele tanpa harus menempuh pendidikan yang tinggi dan

berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki.

9. Jumlah anggota keluarga (X9)

Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel jumlah anggota keluarga

adalah sebesar 0.497 artinya bahwa variabel jumlah anggota keluarga secara

parsial berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel dependen atau

pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan

asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena jumlah

anggota keluarga pada rumah tangga anggota kelompok pembenih Ikan Lele

berpengaruh terhadap pendapatan keluarga yang diperoleh, terutama

berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga, dimana semakin tinggi jumlah

anggota keluarga maka semakin tinggi pula pengeluaran rumah tangga.

10. Lama pengalaman kerja (X10)

Hasil analisis diperoleh nilai sig dari variabel lama pengalaman kerja (X10)

adalah sebesar 0.004 artinya bahwa variabel lama pengalaman kerja secara

parsial berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel dependen atau

99

pendapatan keluarga (Y) pada selang kepercayaan 95% (alfa = 0,05) dengan

asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan karena lama

pengalaman kerja seseorang di bidang perikanan akan mempengaruhi

pengalaman kerjanya dalam kegiatan pembenihan Ikan Lele, dimana semakin

tinggi pengalaman atau ilmu yang diperoleh maka akan meningkatkan pula

pendapatan keluarga yang diterima.

5.8.3 Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolinearitas

Wibowo, A. E (2012) dalam suatu model persamaan regresi tidak boleh

terjadi multikolinearitas artinya dalam persamaan regresi tidak boleh ada korelasi

atau hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas

yang membentuk persamaan tersebut. Gejala multikolinearitas dapat dilihat

dengan dua acara yaitu melihat nilai T (Tolerance) dan nilai VIF (Variance Inflation

Factor). Ketentuannya adalah jika nilai T > 0.10 dan nilai VIF < 10 maka dalam

persamaan regresi tersebut dinyatakan lolos uji multikolinearitas atau tidak

mengalami multikolinearitas.

Hasil analisis data diperoleh nilai T (Tolerance) untuk variabel independen

yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 0.576, curahan waktu

kerja produktif perempuan (X2) sebesar 0.117, curahan waktu kerja reproduktif laki

– laki (X3) sebesar 0.515, curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) sebesar

0.108, umur laki – laki (X5) sebesar 0.119, umur perempuan (X6) sebesar 0.145,

tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 0.443, tingkat pendidikan perempuan

(X8) sebesar 0.520, jumlah anggota keluarga (X9) sebesar 0.595 dan lama

pengalaman kerja (X10) sebesar 0.658. Oleh sebab itu dari hasil nilai T seluruh

variabel independen dapat disimpulkan bahwa model regresi lolos dari uji

multikolinearitas atau tidak terjadi multikolinearitas karena seluruh nilai T variabel

independen > 0.10.

100

Hasil analisis data untuk nilai VIF (Variance Inflation Factor) pada variabel

independen yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 1.737,

curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) sebesar 8.555, curahan waktu kerja

reproduktif laki – laki (X3) sebesar 1.943, curahan waktu kerja reproduktif

perempuan (X4) sebesar 9.249, umur laki – laki (X5) sebesar 8.372, umur

perempuan (X6) sebesar 6.914, tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 2.258,

tingkat pendidikan perempuan (X8) sebesar 1.922, jumlah anggota keluarga (X9)

sebesar 1.681 dan lama pengalaman bekerja (X10) sebesar 1.52. Oleh sebab itu

dilihat dari hasil seluruh nilai VIF variabel independen maka model lolos uji

multikolinearitas atau tidak mengalami multikolinearitas karena nilai VIF variabel

independen < 10.

Uji Heteroskedastisitas

Wibowo, A. E (2012) menyatakan bahwa suatu model dikatakan memiliki

masalah heteroskedastisitas artinya terdapat varian variabel dalam model yang

tidak sama. Gejala ini dapat diartikan pula bahwa dalam model terjadi

ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan model regresi tersebut, uji

ini digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala tersebut. Uji yang digunakan

adalah uji Park Gleyser yaitu dengan cara mengorelasikan nilai absolute

residualnya dengan masing – masing variabel independen. Jika hasil nilai

signifikansi > nilai alpha (0.05) maka model tidak mengalami heteroskedastisitas

atau lolos uji heteroskedastisitas.

Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS dan

menggunakan uji Park Gleyser diperoleh hasil nilai Sig untuk variabel independen

yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki (X1) sebesar 0.071, curahan waktu

kerja produktif perempuan (X2) sebesar 0.922, curahan waktu kerja reproduktif laki

– laki (X3) sebesar 0.265, curahan waktu kerja reproduktif perempuan (X4) sebesar

0.744), umur laki – laki (X5) sebesar 0.942, umur perempuan (X6) sebesar 0.659,

101

tingkat pendidikan laki – laki (X7) sebesar 0.490, tingkat pendidikan perempuan

(X8) sebesar 0.471, jumlah anggota keluarga (X9) sebesar 0.323 dan lama

pengalaman kerja (X10) sebesar 0.693 sehingga dapat disimpulkan bahwa model

tidak mengalami heteroskedastisitas atau lolos uji heteroskedastisitas. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi

antaranggota serangkaian data yang diteliti dan dianalisis menurut waktu, cross

section atau time – series. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi

antarresidual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model.

Metode yang digunakan adalah metode Durbin – Watson. Jika probabilitas nilai

Durbin – Watson > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa model tidak terjadi gejala

autokorelasi atau lolos uji autokorelasi (Wibowo, A. E, 2012).

Hasil analisis data menggunakan SPSS diperoleh nilai Durbin – Watson

sebesar 2.136 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model telah lolos uji

autorelasi atau model tidak mengalami autokorelasi.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residu (perbedaan

yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal. Nilai residu

yang terdistribusi secara normal, ketentuannya adalah pada histogram akan

membentuk suatu kurva yang jika digambarkan akan berbentuk seperti lonceng.

Pada diagram Normal P – Plot of Regression Standardized Residual keberadaan

titik – titik yaitu terletak disekitas garis dan jika pada Scatterplot yaitu terlihat titik –

titik tersebut menyebar. Sementara itu, jika diuji dengan analisis uji Kolmogorov –

Smirnov maka pada bawah tabel terdapat keterangan bahwa residual terdistribusi

secara normal atau tidak normal (Wibowo, A. E., 2012).

102

Hasil analisis menggunakan SPSS diperoleh hasil yaitu pada histogram,

kurva yang dihasilkan berbentuk seperti lonceng, pada diagram Normal P – Plot of

Regression Standardized Residual titik – titik berada disekitar garis, pada

Scatterplot menunjukkan hasil dimana titik – titik menyebar atau merata

sedangkan pada uji One – Sample Kolmogorov – Smirnov pada bawah tabel telah

terdapat keterangan Test distribution is Normal. Selain itu nilai Asymp. Sig (2 –

tailed) diperoleh hasil yaitu sebesar 0.978 yaitu artinya bahwa 0.978 > 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.9 Implikasi Rumah Tangga Pembenih Kelompok Truno Langgeng

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola aktivitas rumah tangga anggota

pembenih Ikan Lele yaitu terdiri atas aktivitas produktif, reproduktif dan sosial

dimana curahan waktu kerja produktif laki – laki rata – rata setiap bulannya adalah

sebesar 25.39 jam dan curahan waktu kerja reproduktifnya adalah sebesar 6.1 jam

sedangkan curahan waktu kerja produktif perempuan rata – rata setiap bulannya

adalah sebesar 13.17 jam dan curahan waktu reproduktifnya adalah sebesar 21.1

jam.

Pendapatan rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele rata – rata setiap

bulannya dari pekerjaan bidang perikanan adalah sebesar Rp.5.276.665,-

sedangkan rata – rata pendapatan dari pekerjaan non perikanan adalah sebesar

Rp. 1.092.286,-, pada setiap bulannya. Pendapatan ini dipengaruhi oleh waktu

kerja produktif yang dicurahkan oleh laki – laki (suami) dan perempuan (istri) setiap

harinya. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ini termasuk usaha yang

baik untuk dikembangkan di masa depan khususnya dalam kelompok ini..

Dari hasil analisis yang telah peneliti kemukakan pada bab – bab

sebelumnya maka dapat ditarik beberapa implikasi kebijakan yang perlu

diterapkan atau digunakan antara lain sebagai berikut :

103

1. Anggota Pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dari model regresi

pada nilai R2 adjusted R sebesar 0,680 yang berarti bahwa model tersebut cukup

membuktikan bahwa pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok

Truno Langgeng dipengaruhi oleh sepuluh faktor yaitu curahan waktu kerja

produktif laki – laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, curahan waktu kerja

reproduktif laki – laki, curahan waktu kerja reproduktif perempuan, umur laki – laki,

umur perempuan, tingkat pendidikan laki – laki, tingkat pendidikan perempuan,

jumlah anggota keluarga dan pengalaman bekerja.

Hasil dari uji t pada model penelitian, anggota pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng perlu meningkatkan faktor – faktor yang terbukti

berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga secara signifikan atau secara

nyata yaitu curahan waktu kerja produktif laki – laki dengan taraf signifikan sebesar

0.028, curahan waktu kerja reproduktif perempuan dengan taraf signifikan sebesar

0.045, umur laki – laki dengan taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan

taraf signifikan 0.008 dan lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf

signifikan 0.004. Adapun anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng

perlu melakukan beberapa hal terkait faktor – faktor tersebut diantaranya :

Meningkatkan curahan waktu produktif baik laki – laki maupun perempuan

apabila memungkinkan untuk saling bekerjasama dalam pembagian

aktivitas produktif dan aktivitas reproduktif.

Memperluas area usaha pembenihan apabila memungkinkan untuk

melanjutkan dengan usaha budidaya Ikan Lele konsumsi sehingga dapat

meningkatkan pendapatan keluarga

104

Memperluas pengalaman dan wawasan kerja baik melalui pengalaman

antaranggota kelompok, anggota kelompok lain maupun instansi yang

terkait dengan bidang perikanan terutama komoditas Ikan Lele.

Faktor lain yang perlu diperhatikan oleh rumah tangga kelompok pembenih

Ikan Lele adalah faktor jumlah anggota keluarga dan usia anak meskipun tidak

berpengaruh secara nyata namun tentunya sangat mempengaruhi tingkat curahan

waktu reproduktif bagi responden perempuan. Selain itu, partisipasi atau peran laki

– laki (suami) perlu ditambahkan pada aktivitas reproduktif. Hal ini menunjukkan

bahwa curahan waktu kerja produktif perempuan harus ditambah agar dapat

meningkatkan pula pendapatan rumah tangga, namun sesuai dengan usia

responden laki – laki yaitu mayoritas pada interval 31 – 40 tahun dan mayoritas

responden perempuan adalah pada interval 21 – 30 tahun dimana memiliki atau

mengurus anak kecil sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam

pembagian aktivitas produktif maupun aktivitas reproduktif antara laki – laki dan

perempuan.

2. Peneliti

Hasil nilai R2 adjusted pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai yang

berpengaruh terhadap pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng sebesar 68 %. Nilai sudah tergolong cukup tinggi

namun diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meningkatkan nilai

tersebut dengan menambahkan faktor – faktor lainnya seperti usia anak ataupun

dengan menambah jumlah responden pada sampel yang digunakan dalam

penelitian. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penyusunan kuesioner yang

baik untuk proses pengumpulan data yaitu dengan wawancara.

105

6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Pola aktivitas rumah tangga anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Tani

Ikan Truno Langgeng meliputi aktivitas produktif, reproduktif dan sosial.

Aktivitas produktif terdiri atas pekerjaan dbidang perikanan yaitu pembenih

Ikan Lele dan pekerjaan dibidang non perikanan nyang rata – rata sebagai

pedagang. Pada aktivitas reproduktif meliputi kegiatan memasak,

menyapu, mencuci baju, mengurus anak dan lain – lain yang berkaitan

dengan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup rumah tangga sementara

aktivitas sosial terdiri dari kegiatan kerja bakti, arisan, pengajian, posyandu

dan rapat atau musyawarah bersama.

2. Curahan waktu kerja anggota pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng yaitu mayoritas adalah laki – laki yang bekerja produktif selama

satu bulan adalah rata – rata 25.39 jam dan reproduktif adalah 6.1 jam,

sementara untuk perempuan dalam kegiatan produktif berkerja selama

satu bulan adalah rata – rata13.17 jam dan untuk kegiatan reproduktif

adalah selama 21.1 jam. Produksi pembenihan Ikan Lele terdiri dari ukuran

3, 4 dan 5 yaitu rata – rata setiap siklusnya ukuran 3 sebanyak 63.143 ekor

dengan harga per ekornya Rp.45,-/ekor , ukuran 4 sebanyak 44.858 ekor

dengan harga Rp.65,-/ekor dan ukuran 5 sebanyak 32.286 ekor dengan

harga Rp.90,-/ekor. Pendapatan keluarga anggota pembenih Ikan Lele

Kelompok Truno Langgeng rata – rata setiap bulannya adalah sebesar

Rp.6.242.951,-.

3. Analisa gender pada keluarga pembenih Ikan Lele Kelompok Truno

Langgeng yaitu laki – laki lebih banyak berperan dalam kegiatan produktif

106

meliputi kegiatan pembenihan Ikan Lele serta kegiatan produktif dibidang

non perikanan yang dilakukan di luar rumah, sedangkan untuk perempuan

lebih banyak berperan dalam kegiatan reproduktif. Akses yang diperoleh

laki – laki adalah akses terhadap tanah, properti pembenihan Ikan Lele,

kendaraan dan pendapatan, sedangkan perempuan mengakses property

rumah tangga dan logam mulia, untuk manfaat, akses dan kontrol saling

berkaitan dimana seseorang yang mengakses sumberdaya tersebut akan

memperoleh manfaat, dan kontrol terhadap pendapatan lebih banyak

dikontrol oleh laki – laki (suami) sementara untuk pengeluaran lebih banyak

dikontrol oleh perempuan (istri) dan laki – laki hanya kadang – kadang saja.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga anggota

pembenih Ikan Lele Kelompok Truno Langgeng berdasarkan analisis

menggunakan SPSS adalah curahan waktu kerja produktif laki – laki

dengan taraf signifikan sebesar 0.028, curahan waktu kerja reproduktif

perempuan dengan taraf signifikan sebesar 0.045, umur laki – laki dengan

taraf signifikan 0.030, umur perempuan dengan taraf signifikan 0.008 dan

lama pengalaman kerja dibidang perikanan dengan taraf signifikan 0.004

dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan

0.05%.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran

antara lain sebagai berikut :

1. Pada setiap anggota keluarga kelompok pembenih Ikan Lele sebaiknya

lebih meningkatkan curahan waktu kerja produktifnya baik pekerjaan dalam

bidang perikanan maupun non perikanan, terutama pada curahan waktu

kerja produktif perempuan.

107

2. Pada setiap keluarga disarankan untuk lebih menghargai adanya peranan

laki – laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri terutama dalam

keterlibatan aktivitas produktif, reproduktif dan sosial.

3. Bagi pemerintah sebaiknya adanya tambahan bantuan dana maupun

sarana prasarana untuk anggota pembenih Ikan Lele agar usaha yang

dijalankan dapat terealisasi dan berkembang dengan baik.

108

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, N. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Aspasia, Noor. 2013. Peran Ganda, Curahan Waktu Kerja, dan Kontribusi

Ekonomi Istri pada Keluarga Petani. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University

of Chicago Press. Chicago. Cahyani, M. Y. 2015. Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih

Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Mulyorejo I Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK):

Pembenihan Ikan Lele. Bank Indonesia. Jakarta Febrianti, Fitri. 2016. Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga

anggota Pembudidaya Ikan Koi Pranggang Koi Farm Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Jawa Timur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang

Furqon. 2014. Peran Konstruk Gender dalam Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin

Kerupuk Ikan di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Universitas Diponegoro. Semarang Gumilar, I. 2005. Peran Serta Wanita dalam Meningkatkan PEndapatan Keluarga

(Kasus Pantai Utara Jawa Barat). Program Riset Hibah Kompetitif A2 BATCH 2 2005 DIKTI. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung

Husin, Sari. 2011. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Karet di Prambumuli dalam

Alokasi Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang

Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 1999. Penelitian Bisnisuntuk Akutansi dan

Manajemen Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Karim, dkk. 2010. Hubungan Karakteristik Petani dengan Kemampuan Teknis

Penerapan Teknologi Budidaya Tanam Cabe. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

109

Kementrian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. “Bunga Rampai, Panduan dan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Jakarta

Kusumaatmadja, Mochtar. 2000. Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional.

Binacipta Mangkuprawira. 1979. Wanita dan Pekerjaan Produktif di Desa Cicurug Sukabumi

Jawa Barat. Kerjasama BKKBN dengan LPSP – IPB. Bogor Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta Mudzakir. 2003. Analisis Potensi dan Upaya Pengembangan Sumberdaya

Perikanan Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nicholson. 1985. Microeconomic Theory Basic Priciples and Extension Third

Edition. The Dryden Press Hisdale Illinois. Putri. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Wortel

di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwanti P. 1994. Curahan Waktu dan Produktivitas Kerja Nelayan di Kabupaten

Pasuruan. Thesis S – 2. FPS UGM. Yogyakarta Puspitawati, H. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender. Fakultas Ekologi

Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Raharjo, Toto, et.al. 2000. Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat

(Membangun Kesadaran Kritis). Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Raharyu, Ningsih, Utami. 2012. Analisis Curahan Jam Kerja dan Sumbangan

Pendapatan Kerja Wanita pada Usaha Penetasan Telur Itik. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, vol.5, No.9, halaman:1 – 8 Rosnita, et.al. 2014. Curahan Waktu Wanita dan Kontribusinya terhadap

Pendapatan Rumah Tangga. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

dan Lokal. Kanisisus. Yogyakarta. Sarjono dan Julianita. 2011. SPSS vs LISREL. Salemba Empat. Jakarta Simanjutak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Singarimbun dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta

110

Soekartawi, A. Soehardjo. John Dillon dan J. Brian Hardraker. 1986. Ilmu

Usahatani dan Penelitian Untuk Usahatani Kecil. UIP. Jakarta Sugiah, Siti. 1995. Konsep Jender dalam Program Pembangunan Makalah

Pelatihan Metodologi Studi Jender dan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.

Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta Sumarjono. 2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro. Semarang Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta Wawansyah, et.al . 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan terhadap

Pendapatan Keluarga Nelayan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Bandung.

108

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, N. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Aspasia, Noor. 2013. Peran Ganda, Curahan Waktu Kerja, dan Kontribusi

Ekonomi Istri pada Keluarga Petani. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behaviour. The University

of Chicago Press. Chicago. Cahyani, M. Y. 2015. Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih

Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Mulyorejo I Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK):

Pembenihan Ikan Lele. Bank Indonesia. Jakarta Febrianti, Fitri. 2016. Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga

anggota Pembudidaya Ikan Koi Pranggang Koi Farm Ditinjau dari Aspek Gender di Desa Pranggang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Jawa Timur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang

Furqon. 2014. Peran Konstruk Gender dalam Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin

Kerupuk Ikan di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Universitas Diponegoro. Semarang Gumilar, I. 2005. Peran Serta Wanita dalam Meningkatkan PEndapatan Keluarga

(Kasus Pantai Utara Jawa Barat). Program Riset Hibah Kompetitif A2 BATCH 2 2005 DIKTI. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung

Husin, Sari. 2011. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Karet di Prambumuli dalam

Alokasi Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang

Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 1999. Penelitian Bisnisuntuk Akutansi dan

Manajemen Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Karim, dkk. 2010. Hubungan Karakteristik Petani dengan Kemampuan Teknis

Penerapan Teknologi Budidaya Tanam Cabe. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

109

Kementrian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. “Bunga Rampai, Panduan dan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Jakarta

Kusumaatmadja, Mochtar. 2000. Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional.

Binacipta Mangkuprawira. 1979. Wanita dan Pekerjaan Produktif di Desa Cicurug Sukabumi

Jawa Barat. Kerjasama BKKBN dengan LPSP – IPB. Bogor Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta Mudzakir. 2003. Analisis Potensi dan Upaya Pengembangan Sumberdaya

Perikanan Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nicholson. 1985. Microeconomic Theory Basic Priciples and Extension Third

Edition. The Dryden Press Hisdale Illinois. Putri. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani Wortel

di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwanti P. 1994. Curahan Waktu dan Produktivitas Kerja Nelayan di Kabupaten

Pasuruan. Thesis S – 2. FPS UGM. Yogyakarta Puspitawati, H. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender. Fakultas Ekologi

Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Raharjo, Toto, et.al. 2000. Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat

(Membangun Kesadaran Kritis). Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Raharyu, Ningsih, Utami. 2012. Analisis Curahan Jam Kerja dan Sumbangan

Pendapatan Kerja Wanita pada Usaha Penetasan Telur Itik. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, vol.5, No.9, halaman:1 – 8 Rosnita, et.al. 2014. Curahan Waktu Wanita dan Kontribusinya terhadap

Pendapatan Rumah Tangga. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

dan Lokal. Kanisisus. Yogyakarta. Sarjono dan Julianita. 2011. SPSS vs LISREL. Salemba Empat. Jakarta Simanjutak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Singarimbun dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta

110

Soekartawi, A. Soehardjo. John Dillon dan J. Brian Hardraker. 1986. Ilmu

Usahatani dan Penelitian Untuk Usahatani Kecil. UIP. Jakarta Sugiah, Siti. 1995. Konsep Jender dalam Program Pembangunan Makalah

Pelatihan Metodologi Studi Jender dan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.

Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta Sumarjono. 2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro. Semarang Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta Wawansyah, et.al . 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan terhadap

Pendapatan Keluarga Nelayan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Bandung.