skripsi - digilib.uns.ac.id/upaya... · peserta didik kelas iii semester ii di slb-a ykab surakarta...
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KOMPETENSI DASAR MENGENAL LINGKUNGAN BUATAN DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK ORIENTASI MOBILITAS BAGI
PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER II DI SLB-A
YKAB SURAKARTA TAHUN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh :
SLAMET WIDODO
NIM: X.5107602
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2009
ii
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KOMPETENSI DASAR MENGENAL LINGKUNGAN BUATAN DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK ORIENTASI MOBILITAS BAGI
PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER II DI SLB-A
YKAB SURAKARTA TAHUN 2008/2009
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
SLAMET WIDODO
NIM: X.5107602
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2009
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maryadi, M.Ag. Dra. Emi Dasiemi, M.S.
NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19441026 197208 2 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : .....................
Tanggal : .....................
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : …………………………..
Sekretaris : …………………………..
Anggota I : Dra. Maryadi, M.Ag. .…………………………..
Anggota II : Dra. Emi Dasiemi, M.S. …………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Slamet Widodo. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGE-TAHUAN SOSIAL KOMPETENSI DASAR MENGENAL LINGKUNGAN BUATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ORIENTASI MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER II DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2009.
Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan sampai dengan menggunakan teknik Orientasi dan Mobilitas bagi peserta didik kelas III di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2008/2009. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dengan menggunakan teknik Orientasi dan Mobilitas bagi peserta didik kelas III di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran IPS. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III semester II SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Berdasarkan hasil belajar IPS pada kondisi awal kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan sebelum menggunakan teknik orientasi mobilitas, diketahui rara-rata kelas 54,00 ketuntasan klasikal 40,00%. Hasil belajar IPS pada siklus I kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan setelah menggunakan teknik orientasi mobilitas rata-rata kelas 60,00 ketuntasan secara klasikal telah mencapai 60,00%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 70,00, seluruh siswa mendapat nilai di atas 60,00 yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dan seluruh siswa telah menuntaskan belajar IPS (100%).
Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan teknik orientasi mobilitas dapat meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan siswa kelas III SLB/A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
vi
MOTTO
...... “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”
( 2 Korintus 5:7 ).
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Istri tercinta.
- Anakku tersayang.
- Rekan-rekan di PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan petunjuk kepada penulis dalam menulisan skripsi.
3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Dra. Emi Dasiemi, M.S., selaku pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Drs. Bambang Supriyadi, selaku Kepala SLB-A YKAB Surakarta yang telah
memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
ix
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa,
dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
A. Kajian Teori ............................................................................... 4
1. Belajar ................................................................................. 6
2. Hakikat Pembelajaran IPS .................................................. 10
3. Lingkungan Buatan ............................................................ 12
4. Orientasi dan Mobilitas ....................................................... 13
5. Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 21
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 23
C. Perumusan Hipotesis Kerja ...................................................... 24
xi
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 25
A. Setting Penelitian ...................................................................... 25
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 26
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 27
E. Variabel Penelitian ................................................................... 29
F. Validitas Data ............................................................................ 29
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 29
H. Indikator Kinerja ....................................................................... 30
I. Prosedur Penelitian ................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 33
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 33
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 44
C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 49
A. Simpulan .................................................................................... 49
B. Saran .......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 53
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Kondisi
Awal ............................................................................................... 33
Tabel 2. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Siklus I ..... 38
Tabel 3. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Siklus II .... 43
Tabel 4. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Siklus III ... 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ........................................................... 23
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Hasil Belajar IPS Awal Siswa Kelas III SLB-A YKAB
Surakarta ........................................................................................ 34
Grafik 2. Hasil Belajar IPS Siklus I Siswa Kelas III SLB-A YKAB
Surakarta ........................................................................................ 38
Grafik 3. Hasil Belajar IPS Siklus II Siswa Kelas III SLB-A YKAB
Surakarta ........................................................................................ 43
Grafik 4. Hasil Belajar IPS Siklus III Siswa Kelas III SLB-A YKAB
Surakarta ........................................................................................ 47
Grafik 5. Peningkatan Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal
Lingkungan Buatan Setiap Siklus Menggunakan Orientasi
Mobilitas ....................................................................................... 48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................... 53
Lampiran 2. Kisi-kisi Soal Tes IPS Kelas III SLB/A ................................... 54
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 55
Lampiran 4. Soal Post Tes IPS Kelas III (Siklus I) ..................................... 59
Lampiran 5. Soal Post Tes IPS Kelas III (Siklus II) .................................... 62
Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ............................. 65
Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ............................ 66
Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................ 67
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................... 68
Lampiran 10. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SLB-A YKAB Surakarta
( Kemampuan Awal ) .............................................................. 69
Lampiran 11. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SLB-A YKAB Surakarta
( Siklus I ) ............................................................................... 70
Lampiran 12. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SLB-A YKAB Surakarta
( Siklus II ) .............................................................................. 71
Lampiran 13. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SLB-A YKAB Surakarta
( Siklus III ) ............................................................................. 72
Lampiran 14. Foto-foto Kegiatan Penelitian................................................... 72
Lampiran 15. Perijinan Penelitian .................................................................. 79
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah penting bagi kehidupan manusia, terlebih
bagi masyarakat Indonesia untuk menacapai kemajuan. Pendidikan pada dasarnya
diberikan untuk membantu manusia menuju kearah pertumbuhan dan
perkembangan. Di dalam pasal 31 batang tubuh UUD 1945 ditegaskan bahwa
setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pengajaran yang diupayakan
oleh Pemerintah baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pernyataan
tersebut juga berlaku bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak yang
mengalami kelainan penglihatan atau sering disebut anak tuna netra. Anak tuna
netra dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa bagian A
(khusus untuk anak tuna netra) atau lebih dikenal dengan singkatan SLB-A.
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SLB-A YKAB Surakarta
umumnya berupa pengajaran klasikal yaitu pengajaran yang diberikan kepada
seluruh kelas secara bersama-sama. Sistem pengajaran klasikal ini
menitikberatkan kepada kesamaan siswa-siswa didalam kelas, dan guru
menggunakan kemampuan rata-rata kelas sebagai kemampuan awal. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa karena dalam satu kelas terdapat
perbedaan dalam hal kepandaian, kebutuhan, minat, dan pengalaman lingkungan
sosial masing-masing.
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis melalui observasi kelas, pada
semester genap di SLB-A YKAB Surakarta, menunjukkan bahwa hasil belajar
IPS siswa kurang optimal serta siswa kurang aktif mengikuti pelajaran IPS dalam
lingkungan buatan. Untuk meningkatkan prestasi siswa, penulis mencoba
menerapkan teknik-teknik Orientasi Mobilitas yang menekankan pada keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Dengan bekerjasama dan keberanian dalam
belajar siswa diharapkan mampu mengembangkan kekritisan dan keaktifan tanpa
rasa takut atau malu terhadap guru ketika pembelajaran berlangsung.
1
2
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh
minimal 80% dari jumlah siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran sehingga
kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja.
Selain itu, melalui pemilihan teknik – teknik Orientasi Mobilitas yang tepat
diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru tetapi
juga dari lingkungan buatan. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Atas dasar uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul: “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL KOMPETENSI DASAR MENGENAL
LINGKUNGAN BUATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
ORIENTASI MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER II
DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2008/2009”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat penulis
kemukakan masalah sebagai berikut: ”Apakah ada peningkatan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dengan
menggunakan teknik Orientasi Mobilitas, bagi peserta didik kelas III di SLB-A
YKAB Surakarta, tahun pelajaran 2008/2009 ?.”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
adalah sebagai beikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu pengetahuan Sosial (IPS)
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan sampai dengan menggunakan
teknik Orientasi dan Mobilitas bagi peserta didik kelas III di SLB-A YKAB
Surakarta tahun 2008/2009.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan sosial (IPS)
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dengan menggunakan teknik
3
Orientasi dan Mobilitas bagi peserta didik kelas III di SLB-A YKAB
Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pendidikan, bagi institusi,
maupun akademisi dan mahasiswa tentang ada tidaknya peningkatan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kompetensi dasar lingkungan buatan dengan
menggunakan teknik Orientasi Mobilitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, dengan menggunakan teknik Orientasi Mobilitas dapat
meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar lingkungan buatan serta
mempertajam indra-indra lain yang masih normal secara efektif, dengan
demikian mereka lebih percaya diri untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
menggunakan indra penglihatan pada lingkungan buatan.
b. Bagi Sekolah, memberikan informasi bahwa penggunaan teknik Orientasi
dan Mobilitas dalam pengajaran IPS kompetensi dasar lingkungan buatan
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa. Serta memberikan
kelengkapan sarana bagi anak tunanetra di dalam melakukan kegiatan -
kegiatan setiap hari, baik dalam melaksanakan studinya maupun kegiatan
di luar lingkungan sekolah.
c. Bagi Orang tua, memberikan kelengkapan sarana bagi anak tunanetra di
dalam melakukan kegiatan - kegiatan setiap hari, baik dalam
melaksanakan kegiatan di lingkungan keluarga maupun masyarakat
sekitarnya, mereka dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang
lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Tugas utama peserta didik adalah belajar. Belajar merupakan kegiatan
pikiran seseorang yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Sumadi
Suryabrata (2004 : 232) sebagai berikut ”Belajar itu membawa perubahan
(dalam arti behavioral shanges, aktual maupun konseptual), bahwa perubahan
itu terjdi karena usaha (dengan sengaja)”. Sedangkan Muhibbin Syah (2003:
92) sebagai berikut ”Belajar dapat ditanggapi sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Pendapat
serupa dinyatakan Sardiman AM (2001: 28) sebagai berikut ”Belajar sebagai
upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya menyangkut unsur cipta, rasa,
karsa dan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik”. Pada intinya belajar
adalah perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dengan
lingkungan.
Menurut Nasution (1986: 43) sebagai berikut: ”Belajar adalah proses
belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan, perubahan-
perubahan ini meliputi bidang atau aspek pengetahuan, perubahan
ketrampilan, nilai dan sikap”. Perubahan itu dapat dilihat dari kemampuan
yang dimiliki, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa
Menurut WS. Winkel (2001: 53) Belajar adalah ”Suatu aktifitas mental
atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
4
5
ketrampilan dalam nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan
berbekas”. ”Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau
pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa
hasil utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar
dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian”.
Sedangkan Menurut A. Suhaenah Suparno (2002: 2) sebagai berikut,
belajar adalah suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam berinteraksi
dengan individu dan lingkungan yang diketahui dari hasil evaluasi yang
dinyatakan dalam bentuk nilai, serta terjadi suatu perubahan pada individu
yang belajar baik aktual maupun potensial dan bersifat secara relatif konstan
dan berbekas.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Keberhasilan belajar seseorang itu tergantung pada berbagai faktor
belajar dan lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Muhibbin Syah (2003:
132) sebagai berikut:
Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam: 1) Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
disekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis uoaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1994: 249) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagai berikut adalah:
1) Faktor Non Sosial dalam belajar
2) Faktor Sosial dalam belajar
3) Faktor fisiologis dalam belajar
4) Faktor Psikologis dalam belajar.
6
Dari keempat faktor tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1) Faktor-faktor Non Sosial dalam belajar.
Yang termasuk faktor non sosial dalam belajar adalah : keadaan udara,
suhu, udara, cuasa, waktu (pagi, siangs maupun malam), tempat, alat-alat
yang digunakan untuk belajr. Semua faktor tersebut harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan proses belajar-mengajar
yang maksimal.
2) Faktor-faktor sosial dalam belajar.
Yang dimaksud faktor sosial di sini adalah faktor manusia, baik manusia
itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu tidak secara langsung, misalnya
kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar maka hal itu
akan mengganggu proses belajar anak. Selain kehadiran langsung seperti
yang telah dikemukakan diatas, mungkin juga orang lain itu hadir secara
tidak langsung misalnya, protret dapat merupakan representasi dari
seseorang suara nyanyian dari radio atau tipe recorder juga dapat
merupakan representasi dari kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial
tersebut pada umumnya dapat mengganggu proses belajar dan hasil
belajar.
3) Faktor-faktor Fisiologis dalam belajar.
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi
fisiologis tertentu.
a) Keadaan jasmani pada umumnya
Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi
aktifitas belajar, dalam hubungannya dengan hal ini ada dua macam hal
yang perlu dikemukakan yaitu :
(1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan menurunnya kondisi jasmani, yang pengaruhnya
dapat berupa kelesuan, mudah lelah, dan lain sebagainya.
7
(2) Beberapa penyakit yang kronis dapat mengganggu proses belajar.
Misalnya penyakit influena, sakit gigi, batuk dan lain sebagainya
yang sering diabaikan tetapi dalam kenyatannya penyakit semacam
ini dapat mengganggu aktifitasnya belajar.
b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra.
Panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya
pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan
belajar dengan menggunakan panca indranya. Berfungsi dengan baik
panca indra merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik.
4) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar.
Yang termasuk faktor psikologis dalam belajar antara lain yaitu: perhatian,
pengamatan, impian dan perasaan. Selain itu pendorong yang biasanya
besar pengaruhnya dalam belajar anak-anak adalah cita-cita. Cita-cita
merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan
disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga dorongan tersebut mampu
memobilisasi gerakan psikis untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang memengaruhi keberhasilan belajar adalah faktor non sosial dalam
belajar; faktor sosial dalam belajar; faktor fisiologis dalam belajar yang
meliputi: keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan jasmani tertentu; dan
faktor psikologis dalam belajar.
c. Fungsi Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1995: 30) sebagai berikut penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap nilai-nilai beajar yang dicapai
siswa dengan kreteria tertentu. Adapun fungsi hasil belajar dikemukakan
Zainal Arifin (1990: 3-4) adalah sebagai berikut:
1) Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (coursity) dan merupakan
8
kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan para anak didik dalam suatu program pendiikan. 3) Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya bahwa hsil belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Hasil belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. Asumsinya bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti tinggi rendahnya hasil belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.
5) Hasil belajar dapat dijadikan inikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas penulis berpendapat bahwa hasil
belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu
mengadakan bimbingan, diagnosisi, seleksi atau penempatan anak didik.
Fungsi hasil belajar bagi guru adalah dari hasil belajar dapat diketahui
seberapa jauh kemampuan guru dalam mengajar.
d. Penilaian Hasil Belajar
Titik tolak dalam menetapkan prosedur dan alat penilaian adalah
Authentic Assesment yang meliputi penilaian proses dan hasil. Kemampuan
dalam jenjang ranah kognitif, afektif dan psikom,otor harus mendapat
perhatian. Jenis penilaian lebih banyak berhubungan dengan cara bagaimana
penilaian itu dilakukan. Menurut Winkel (2001: 531) Hasil belajar siswa
dapat diketahui dari hasil evaluasi. Evaluasi berarti penentuan sampai berapa
jauh sesuatu berharga, bermutu dan bernilai, Sedangkan Muhibbin Syah
(2003: 141) sebagai berikut ”Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat
keberhasilan siswa yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Evaluasi
9
disini merupakan kegiatan yang terprogram jadi ini merupakan kegiatan
terencana dan berkesinambungan. Sedangkan Soekardi (2004: 7) menyatakan
”Evaluasi adalah untuk mengetahui kualitas sesuatu dengan mengunakan
informasi hasil pengukuran baik berupa tes maupun non tes”. Pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kualitas melalui pengukuran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah:
1) Penilaian dapat dilakukan dengan tes dan non tes. 2) Penilian harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitu:
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. 3) Menggunakan berbagai cara pada waktu proses pembeljaran sedang
berlangsung, misalnya: mendengarkan, observsi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan memberikan tes.
4) Penilaian alat dan jenis penilaian berdasarkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin ndicapai.
5) Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya memberikan umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.
6) Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa, proyek, portofolio.
7) Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukan.
8) Tidak bersifat diskriminasi, yakni memberikan peluang yang adil kepada semua siswa (LPMP Semarang, 2005:11).
Tujuan evaluasi pendidikan seperti dikatakan Abd. Rahman Abor
sebagai berikut (1993: 155):
1) Membangkitkan motivasi (mendorong proses belajar-mengajar) 2) Mengetahui prestasi murid 3) Mengetahui kelemahan dan kesulitan, bagaimana meniadakan atau
mengatasinya (terapi) 4) Mengadakan seleksi yang meliputi: bagikenaikan kelas, atau
kelulusan, pengelompokkan, jurusan, penentuan belajar kelas dan mengetahui bakat anak didik.
5) Memberikan laporan tentang kemajuan atau perkembangan murid kepada orang tua/wali, kepada jawatan atau lembaga pendidikan lanjutan yang akan dimasuki, yaitu yang dijelmakan dalam bentuk raport, ijazah, STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau piagam.
6) Sebagai feed back atau balikan program/kurikulum pendidikan yang bersangkutan. Tegasnya untuk keperluan penelitian.
10
Adapun prinsip-prinsip yang digunaan untuk mengukur hasil belajar
diungkapkan Grounlund yang dikutip Saifuddin Azwar (2005: 18-22) sebagai
berikut:
1) Tes prestasi harus menukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sample yang representatif dari hasil belajar dan materi yang dicakup oleh program instruksional.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5) Rehabilitasi tes mestinya harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar anak didik.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar berfungsi sebagai indikator keberhasilan belajar dan
umpan balik dalam kegiatan belajar. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan
melalui evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan yang dimiliki peserta didik, yang dapat dilakukan melalui non tes
atau tes. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes prestasi.
Tes prestasi dilakukan agar dapat meningkatkan belajar siswa.
2. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini merupakan salah satu mata pelajaran
yang disusun dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan diberikan mulai dari
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sampai Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB). Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat kajian manusia, tempat dan
lingkungan, system sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, serta
waktu. Keberlanjutan dan Perubahan. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi
warga Negara Indonesia baik.
11
Menjadi warga negera Indonesia yang fungsional akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karenanya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk
membangun dan membina peserta didik dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat pada masa yang akan datang, yang selalu berubah dan berkembang
secara terus menerus.
Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata
pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-
masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial,
perubahan sosial dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu, serta
dalam rangka mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan Pendidikan Nasional, yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu penetahuan dan teknologi serta kesenian,
perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan. .
a. Pengertian
Menurut Surasa dan Mugiyono (1996: 14) sebagai berikut Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial
yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,
sosiaologi dan tata Negara. Sedangkan menurut Haryanto (2006: 6) bahwa
Imu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah
serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang manusia, tempat,
lingkungan system sosial dan budaya, aspek-aspek sosial kemasyarakan
secara luas, baik segi sosialnya maupun ekonomi secara berkesinambungan.
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IP) bertujuan membentuk
warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya
sendiri di tengah-tengah ekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan
12
Sosial (IPS) diajarkan pada tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu
diajarkan mulai kelas III SD/SDLB/MI sampai perguruan tinggi.
Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) SDLB-A, Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006: 135) sebagai berikut agar
peserta didik :
1) ”Mengenak konsep-konsep yang penting dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan adasar untuk berfikir logis dan kreatif, ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan, serta berkebangsaan.
4) Mampu berkomunikasi, bekerja sama, dan berkopetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara lokal, nasional maupun global”.
3. Lingkungan Buatan
Salah satu hakekat manusia adalah sebagai makluk individu (mandiri)
sekaligus makluk sosial (memasyarakat) serta manusia sebagai warga negara.
Secara kodrati manusia adalah insan llahi yang individual dan mandiri, tetapi
secara sosiologis manusia adalah insan sosial yang tergabung dalam kesatuan
terkecilnya, yaitu keluarga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 595) sebagai berikut
lingkungan: daerah (kawasan) didalamnya termasuk wilayah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, lingkungan ada dua yaitu lingkungan
alam dan lingkungan buatan sehingga sesuai dengan apa yangdibahas pda
penelitian yaitu lingkungan buatan. Lingkungan buatan yang ada disekitar SLB-A
YKAB Jagalan Surakarta adalah sebagi berikut:
a. Apotik San Farma Jalan Surya no 118 Jagalan Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orientasi dan mobilitas di apotik, agar siswa
mengenal lebih dekat apabla suatu saat siswa untu membeli obat.
b. Indomart Jalan. Suryo No 117 A Jagalan Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orintasi dan mobilitas ke indomart dimaksudkan
agar siswa mengetahui bahwa indomart merupakan toko serba ada dengan
13
harga tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan warung-warung yang ada
disekitar Sekolah.
c. GPPS Mahanaim Jalan Gotong Royong No. 35 Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orientasi dan mobilitas ke GPPS, ini dimaksudkan
agar siswa dapat melakukan kebaktian bagi yang beragama Kresten.
d. Kelurahan Jagalan. Jalan Surya No. 136 Jagalan Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orientasi dan Mobilitas di Kalurahan Jagalan, ini
dimaksudkan bahwa Kelurahan merupakan Kantor Pemerintahan di tingkat
desa/kelurakan sehingga bagi siswa sangat penting sekali, bila siswa
menanyakan berapa RT/RW, jumlah penduduk di Kelurahan Jagalan dan
sebagainya.
e. Puskesmas Sorogenen. Jalan Kali Simpang Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orientasi dan mobilitas ke Puskesmas, ini
dimksudkan bila suatu saat siswa periksa kesehatan, maupun mencari surat
keterangan dokter dari Pemerintah.
f. Masjid Jami Baiturahman, Jalan Surya No. 145 Jagalan Surakarta.
Siswa melakukan kegiatan Orientasi dan Mobilitas ke Masjid Baiturahman, ini
dimaksudkan bila siswa melakukan sholat Jumat, sholat maupun kegiatan
kerohkanian dan sebaginya.
4. Orientasi dan Mobilitas
a. Pengertian Orientasi dan Mobilitas
Dalam usaha meningkatkan keberhasilan belajar anak-anak tunanetra
di Sekolah Luar Biasa bagian Tunanetra diperlukan berbagai faktor
pendukung antara lain sarana dan prasarana yang memadai serta kebutuhan
dasar dari anak tunanetra itu sendiri. Salah satu kebutuhan dasar ialah
kemampuan bergerak dan berorientasi di lingkungan tempat tinggal, sekolah
maupun dilingkungan masyarakat secara umum. Tanpa kemampuan dasar
tersebut kiranya sulit bagi anak-anak tunanetra mencapai hasil yang
diharapkan baik hasil belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
14
Bagi manusia melakukan latihan bergerak dan berorientasi sudah
dimulai sejak kecil, terutama ia dapat berjalan. Bahkan secara naluri anak
yang baru beberapa hari dilahirkan sudah berusaha berorientasi, misalnya bila
ia mendengar suara ibunya, ia menengok ke arah sumber suara tadi. Usaha
mengetahui sumber-sumber suara tersebut merupakan salah satu bagian dari
prinsip orientasi. Secara logika makin meningkat/bertambah usia anak, makin
bertambah pula kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka ia harus makin mampu
bergerak dan berorientasi. Hal ini tentu saja berlaku bagi setiuap anak.
Demikian pula anak-anak tunanetra,baik atas inisiatif sendiri maupun
bantuan orang lain, belajar bergerak dan berorientasi sesuai dengan kondisi
dan kemampuannya. Menurut Marika Soebrata dan Maryadi (1997: 9) :
Orientasi ialah proses pemanfaatan/penggunaan indra yang masih berfungsi untuk menentukan posisi diri serta hubungannya dengan lingkungan sekitar. Sedangkan Mobilitas ialah kemampuan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan dengan cepat, tepat dan aman. Sedangkan menurut Pendapat Irham (1998: 10) bahwa:
Orientasi adalah proses penggunaan indra yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri hubungannya dengan obyek lain sekitar. Mobilitas adalah kemampuan,kesiapan, dan mudahnya bergerak Dengan demikian latihan orientasi dan mobilitas merupakan bagian integral dalam pendidikan dan rehabitasi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Orientasi
Mobilitas merupakan kemampuan dasar yang dimiliki setiap tunanetra agar
dapat melakukan aktifitas/kegiatanya sehari-hari dapat berjalan dengan tepat,
cepat, lancar, aman sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b. Fungsi dan Tujuan
Orientasi dan mobilitas merupakan salah satu program rehabilitasi
secara khusus. Di dalam Kurikulum Sekolah Luar Biasa Bagian A (SLB-A)
sebagai berikut (1994: 41) :
Agar siswa memahami prinsip-prinsip dasar orientasi dan mobilitas sehingga siswa memiliki ketrampilan dalam mengenal lingkungan sekitarnya, dapat bergerak bebas dan serasi trampil dalam mencapai sasaran yang dikehendaki dengan tepat, cepat dan aman tanpa bantuan orang lain.
15
Sedangkan menurut Marika Soebrata dan Maryadi (1997: 10) orientasi dan
mobilitas untuk para tunanetra bertujuan :
1) Memberikan kelengkapan sarana bagi anak di dalm melakukan kegiatan setiap hari, baik dalam melaksanakan studynya maupun yang lain, agar mereka dapat beridiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.
2) Mempertajam indra-indra lain yang masih normal secara efektif, seperti indra pendengaran, indra penciuman dan sebagainya agar dengan demikian mereka lebih yakin bahwa dirinya mampu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa menggunakan indra penglihatan.
Berdasarkan beberapa tujuan Orientasi dan Mobilitas bagi tunanetra
tersebut diatas akan dapat dicapai melalui berbagai bentuk latihan-latihan yang
baik disertai dengan orientasi yang benar terhadap lingkungannya. Serta
Orientasi dan Mobilitas bertujuan untuk memberikan ketrampilan agar peserta
didik tunanetra dapat memasuki berbagai lingkungan baik yang sudah dikenal
maupun belum dikenal dengan aman, efektif dan efesien tanpa banyak
meminta bantuan orang lain.
Orientasi dan mobilitas juga berfungsi untuk mengatasi keterbatasan
siswa tunanetra sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari ketunanetraan
yang disandangnya. Kemandirin siswa tunanetra dalam bergerak dan
berpindah tempat dapat mendukung keberhasilan siswa tunanetra dalam
proses belajar mengajar maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Prinsip-prinsip Dasar Orientasi dan Mobilitas
Bertitik tolak dari beberapa pendapat atau pengertian tunanetra, maka
anak/orang tunanetra harus berusaha mengatasi kekuranganya dengan cara
yang tepat dan efektif. Ia tidak bisa lagi tergantung pada penglihatannya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itulah anak tunanetra harus
memanfaatkan indranya yang masih berfungsi dengan baik, untuk mengambil
alih fungsi matanya. Misalnya saja dengan melalui indra pendengaran,
bagaimana anak tunanetra memanfaatkan suara untuk berorientasi. Sehingga
anak tunanetra bisa membedakan jenis benda yang ada disekitarnya, serta
16
letak benda, dengan membedakan ketajaman daya rangsang yang di timbulkan
sumber tadi.
Perasaan yang sangat peka bagi tunanetra dapat membedakan
permukaan lantai/tanah yang diinjak sehingga ia akan mengetahui dimana ia
berada dan sebagainya. Bila kemampuan berorientasi sudah di miliki,
sehingga ia bisa mengetahui posisi dirinya, maka kemampuan selanjutnya
yang harus dimiliki yaitu bagaimana menuju/memperoleh sesuatu yang
diinginkan. Semua kegitan yang telah dilakukan tersebut memerlukan gerakan
yang baik, didukung oleh sikap tubuh (posture) yang baik, gaya langkah serta
keseimbangan (balance).
d. Konsep-konsep Orientasi dan Mobilitas
Ada beberapa konsep-konsep yang perlu di perhatikan bagi tunanetra
adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk melakukan orientasi dan mobilitas begitu erat
hubungannya, sehingga untuk menjadi seorang pejalan yang baik anak
tunanetra harus menguasai kedua bidang tersebut, hal ini tidak dapat
dipisahkan karena apabila seorang tunanetra yang mempunyai
kemampuan berorientasi yang baik tidak ada gunanya, tanpa ditunjang
dengan kemampuan bermobilitas dan ketrampilan tertentu, juga belum
menjamin seorang tunanetra dapat bergerak/berjalan dengan cepat tepat
dan aman sampai pada tujuannya kalau tidak disertai dengan orientasi
yang benar dan latihan-latihan yang baik pula.
2) Orientasi seharusnya mutlak dipadukan dengan latihan mobilitas sejak
permulaan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk membiasakan
anak/orang tunanetra trampil menggunakan kedua kemampuan tersebut.
3) Sebelum mengonsentrasikan diri pada lingkungannya, seorang tunanetra
harus mempunyai konsep tentang dirinya, sadar dan mengerti akan
bagian-bagian tubuh, gerakan-gerakannya serta kegunaannya dalam
hubungan dengan lingkungan orang lain dimana berada. Langkah
selanjutnya yaitu ia belajar mengenal dan memahami lingkungan dalam
hubungannya dengan lingkungan lain dengan cara yang baik dan benar.
17
4) Pengertian kongkrit tentang prinsip-prinsip orientasi ke tahap penggunaan,
di berikan kepada tunanetra sejak awal, dan akhirnya kepada tahap
abstrak, dimana tunanetra akan mampu berfungsi lebih efektif an efesien
dalam lingkungan yang tidak dikenal. Konsep tersebut ada maksud bahwa
ketika anak mengenal sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, mereka
menjalani proses belajar sesuatu.
e. Tingkat Kesiapan Mental dan Fisik
Perlu diperhatikan bagaimana keadaan fisik peserta didik siap atau
belum untuk mempelajari informasi yang sangat komplek. Anak tunanetra
yang mengalami kesukaran mental, gagar otak, penyakit atau kesulitan lain
tentu mengalami kesukaran dalam menerima dan mempelajari informasi yang
sangat komplek. Menurut Marika Soebrata dan Maryadi, (1997: 17) bahwa
kesiapan mental merupakan proses kognitif (berfikir) yang tahap-tahapnya
sebagi berikut :
1) Perseption: Yaitu proses mengasimilasi lingkungan dengan indra-indra yang ada.
2) Analysis, yaitu proses menyusun dan memperhitungkan dta yang telah diterima dengan kategori-kategori menurut konsistensinya, ketergantungannya, keterbiasaan, sumber, jenis indra dan intensitasnya.
3) Selection, yaitu proses memilih data yang sudah dianalisis dan yang paling memenuhi kebutuhan-kebutuhan orientasi dalam situasi lingkungan waktu itu.
4) Planing, yaitu proses penentuan bentuk tingkah laku berdasarkan data yang telah terpilih dan paling relevan dengan situasilingkungan waktuitu.
5) Execuation, yaitu proses menjalankan bentuk tingkah laku yang direncanakan.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, apabila dapat berjalan dengan wajar,
tanpa adanya suatu hambatan-hambatan, maka akan diperoleh tingkat
kesiapan mental berbeda-beda antara orang yang satu sama yang lain.
f. Tujuan akhir dari pada Orientasi dan Mobilitas
Bagi tunanetra yang tengah mengikuti kegiatan pendidikan, baik
pendidikan formal maupun nonformal, penguasaan Orientasi dan Mobilitas
juga ikut menentukan keberhasilannya. Apakah dalam hal kelancaran,
18
ketepatan, kecepatan menuju tempat diselenggarakannya pendidikan, atau
dalam mencapai setiap obyek yang ada di lingkungan tempat pendidikan yang
diperlukan.
Demikian juga dalam mengikuti setiap mata pelajaran lainnya
Orientasi dan Mobilitas sangat berperan seraca aktif. Orientasi Mobilitas
adalah membuat anak tunanetra mampu memasuki setiap lingkungan baik
yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal, dan mampu bergerak dari
satu tempat ketempat lain dengan selamat, efesien, lincah tanpa bantuan orang
lain, dengan mempraktekkan kombinasi dari keahlian itu (orientasi dan
mobilitas).
g. Orientasi dan mobilitas merupakan pendukung berbagai kegiatan tunanetra
Berpegang dari beberapa pengertian orientasi dan mobilitas yang
telah dikemukakan dimuka, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dengan
memiliki kemampuan orientasi dan mobilitas yang baik bisa diharapkan
keberhasilan para tunanetra dalam melakukan berbagai kegiatan untuk
mengatasi tujuan yang diinginkan.
Hal ini dimungkinkan karena dengan kemampuan bergerak yang
cepat, tepat dan aman serta orientasi terhadap lingkungan yang baik, maka
anak tunanetra akan mudah menuju pada tujuan. Misalnya saja dari asrama ke
sekolah, dari asrama ke tempat ibadah dan sebaliknya, anak tunanetra tidak
terlalu tergantung kepada orang lain, sehingga ia lebih leluasa dan betul-betul
efektif dalam mengikuti kegiatan lainnya, ia tentu akan lebih percaya pada diri
sendiri.
Namun juga perlu disadari, bahwa kemampuan anak tunanetra itu
sendiri sangat terbatas baik lingkungan sendiri maupun pada lingkungan yang
sama sekali belum dikenal, artinya tanpa adanya bantuan orang lain atau
dukungan dari fihak lain misalnya, keluarga, teman bermain, teman sekolah,
guru dan masyarakat umum. Dukungan ini diberikan pada anak tunanetra
terutama yang bersifat moril agar anak tidak merasa rendah diri, mereka bisa
membantu berupa pengertian atau mungkin pada situasi tertentu, serta
19
membantu membimbing dengan cara atau teknik yang benar dan aman dalam
melakukan aktifitasnya.
h. Kemampuan dan Teknik Mobilitas
Teknik mobilitas dirancang untuk meningkatkan rasa mandiri, aman
dan percaya diri. Teknik ini membuat tunanetra bergerak lebih efisien.
Walaupun terdapat urutan dan cara-cara ideal untuk mengajarkan dan
menggunakan teknik ini, adaptasi harus selalu dilakukan untuk menyesuaian
kemampuan, kekurangan dan kebutuhan siswa tertentu. Akan lebih baik lagi
jika menggunakan teknik yang telah dimodifikasi.
Jika memungkinkan teknik mobilitas harus diajarkan dalam suatu
keadaan yang alamiah. Ini berarti siswa tersebut akan belajar beberapa cara
yang dia benar-benar butuhkan, sesuatu yang tentu saja penting khususnya
untuk yang cacat ganda. Jika caranya diajarkan jauh dari kebutuhannya akan
sangat sulit bagi mereka untuk mengerti tujuan dari apa yang dia pelajari. Ada
beberapa tempat yang membutuhkan cara mobilitas yang tidak ada dalam
teorinya, seperti yang diajarkan dalam situasi yang dikondisikan. Contohnya
apakah cara tersebut mempunyai tujuan, apakah bisa dirubah ke dalam situasi
baru. Pertimbangan yang aman harus dilakukan terhadap beberapa cara
tertentu, misalnya cara menyeberang jalan yang padat dengan kendaraan.
Untuk berkonsentrasi pada satu atau dua hal secara bersamaan adalah
sukar bagi kebanyakan siswa, setidaknya diawal latihan tersebut. Ini berarti
poses pembelajaran teknik mobilitas khusus sering bertentangan dengan cara
berorientasi yang diperlukan bagi seorang tunanetra yang berjalan sendiri
melalui rute mobilitas. Misalnya terlalu memfokuskan pada teknik tongkat
dapat mengganggu kemampuan anak untuk menemukan petunjuk pada rute
tersebut. Membiarkan siswa untuk lebih mengenali petunjuk dahulu baru
kemudian memperkenalkan teknik mobilitas dapat menghindarkan masalah
ini. Menurut Marika Soebrata dan Maryadi (1997: 23) bahwa teknik mobilitas
antara lain:
1) Sighted Guide 2) Independent Travel 3) Dog Guide
20
4) Teknik Pemakaian tongkat 5) Teknik penggunaan alat-alat mobilitas elektrnik
Adapun penjelasannya sebagi berikut :
1) Sighted Guide
Seseorang sebagi penuntun awa dalam membimbing anak tunanetra perlu
memahami teknik-teknik tertentu. Yaitu dengan jalan memberi kontak
dengan seorang tunanetra, pendamping menyentuhkan punggung
tangannya kepada tunanetra mengajak baik sentuhan maupun lisan.
Tunanetra segera memegang pendamping di atas sikut, ibu jari siswa
berada di sebelah luar lengan pendamping dan jari-jari yang lain disebelah
kanan. Pendamping selalu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
kepada tunanetra baik melewati naik turun tangga, pintu, jalan sempit dan
sebagainya, termasuk juga saat posisi pegangan, bila merasa capek.
2) Independent travel
Independent travel ini teknik orientasi dan mobilitas yang di terapkan pada
anak tunanetra, dengan maksud agar anak kalau bepergian misalnya dalam
keadaan selamat dan efisein dalam lingkungan yang sudah terbiasa. Secara
khusus bahwa anak tunanetra akan mendapatkan teknik bagaimana
mengikuti garis pembimkbing, berjalan lurus dan mengetahui segala
sesuatu yang ada didepannya dan untuk melindungi dirinya sendiri.
3) Dog Guide
Anjing penuntun merupakan penolong bagi tunanetra di Jerman waktu itu,
dikarenakan saat itu dipakai untuk menuntun para veteran pada perang
dunia pertama. Penggunaan anjing penuntun ini jelas tidak lepas dari
orientasi. Seorang yang ingin menggunakannya, dituntut pula mempunyai
kemampuan memberikan petunjukinformasi kepada anjing tersebut, maka
dia dapat memberi perintah kepada anjing untuk bergerak/berjalan menuju
ketempat lain yang diinginkan.
4) Teknik Pemakaian tongkat
Tunanetra karena kehilangan indra penglihatannya, jelas kemampuan
bergeraknya sangat terbatas. Dengan keterbatasan tersebut maka tunanetra
21
dapat memfungsikan indra-indra yang lain, yang masih berfungsi dalam
bergerak/berjalan dan sebagainya. Dengan demikian teknik pemakaian
tongkat merupakan cara bagaimana seorang tunanetra dapat menggunakan
tongkat secara sederhana dan efisien, jika digunakan dengan tepat, teknik
tongkat bisa membuat anak tunanetra bergerak dengan penuh percaya diri,
aman dan efisien baik dilingkungan yang sudah dikenal atau belum
dikenal. Pada permuaan penggunaan tongkat lebih sering digunbakan
sebagai alat berorientasi medapatkan infrmasi beroriwentasi. Tidak
bijaksana jika kita terlalu menghkawatirkan kesempurnaan teknik hanya
untuk tujuan perlindungan. Hanya jika siswa menemukan dengan
sendirinya bahwa tongkat dapat memberikan perlindungan, maka teknik
khusus yang menggabungkan peran mobilitas dan orientasi harus
diperkenalkan. Fungsi tongkat disini untuk mengingatkan orang lain
bahwa sipengguna adalah tunanetra. Ini sangat berguna khususnya jika
bantuan diperlukan dari orang lain, namun kebanyakan anak-anak tidak
ingin menggunakan tongkat untuk tujuan ini karena membuat mereka
berbeda dari orang lain. Mereka bahkan akan mencoba untuk
meyembunyikannya. Jika ini terjadi tahap selanjutnya bisa dilakukan
dengan sangat hati-hati.
5. Penelitian Tindakan Kelas
Ada banyak persoalan yang dihadapi guru pada waktu ia berdiri didepan
kelas, maupun di luar kelas dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berbagai
solusi atau cara penyelesaian masalah juga sudah banyak dibahas dalam berbagai
telaah penelitian akademik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan
diawali oleh suatu kajian terhadap maslah secara sistematis. Hasil dari kajian ini
kemudian dijadikandasar untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun kemudian dilakukan
suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahapan pelaksanaan. Hasil dari
proses refleksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan
22
rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang
dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan, khususnya untuk kegiatan pembelajaran,
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tahapan, ini sangat bermanfaat
bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembellajaran di kelas.
Dengan melaksanakan tahapn-tahapan Penelitian Tindakan Kelas, Guru dapat
menemukan solusi dari masalah yang timbul dikelasnya sendiri, bukan kelas
orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran
yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru
melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan
siswanya.
Menurut Basuki Wibawa (2003: 5) ada beberapa alasan mengapa PTK
merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitas
seorang guru adalah sebagai berikut:
a. PTK sangat konduksif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan murid lakukan.
b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang pratisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
d. Pelaksanakan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meningggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran
e. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Penilitian Tindakan Kelas suatu usaha guru secara berkesinambungan dalam
rangka meningkatkan kwalitas pendidikan di kelasnya masing-masing, sehingga
kegiatan yang dilakukan guru tidak akan mengganggu dalam proses pembelajaran.
B. Kerangka Berfikir
23
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir dari apa yang
dilakukan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas upaya peningkatan hasil
belajar Ilmu Pengenathuan Sosial dengan menggunaan teknik orientasi mobilitas
dapat digambarkan skema kerangka berfikir seperti gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
C. Perumusan Hipotesa Kerja
KBM tanpa OM
Hasil belajar mata pelajaran IPS dan keaktifan mengalami peningkatan
a. Hasil belajar IPS siswa KD Mengenal Lingkungan kurang optimal
b. Skor keaktifan siswa rendah
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AHKIR
KBM menggunakan
teknik Orientasi dan Mobilitas
24
Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka
disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
”Ada peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan dengan menggunakan teknik Orientasi Mobilitas,
bagi peserta didik kelas III di SLB-A YKAB Surakarta, tahun pelajaran
2008/2009”.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian
25
1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa
Bagian Tunanetra Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta (SLB-A YKAB)
Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas sesuai dengan tempat bertugas sehingga peneliti dapat melakukan penelitian
sekaligus melaksanakan tugas sehari-hari tanpa harus mengganggu proses
pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan penelitian ini
merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar
mengajar, sehingga masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan siswa,
bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahannya. Dengan
demikian kualitas proses belajar mengajar dapat ditingkatkan sehingga nilai hasil
belajar dapat meningkat pula. Hasil penelitian Tindakan kelas tersebut
didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu dapat dibuka
kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman guru Sekolah
Luar Biasa Bagian Tunanetra YKAB Surakarta sekaligus dapat dijadikan sebagai
dasar penelitian selanjutnya.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibutuhkan waktu selama 4
bulan efektif. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil waktu semester II dari
bulan Maret 2009 sampai dengan Juni 2009. Adapun perincian urutan kegiatan
penelitian selama 4 bulan ini adalah sebagai berikut :
a. Bulan Maret 2009 yaitu meliputi pengajuan judul, menyusun dan mengajukan
proposal penelitian dan menyusun instrumen penelitian.
b. Bulan April 2009 untuk mengumpulkan data,
c. Bulan Mei 2009 untuk membahas data, dan menyusun laporan.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini sejumlah siswa kelas III Sekolah
Luar Biasa Bagian Tunanetra YKAB Surakarta. Adapun jumlah siswa kelas III
25
26
Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra YKAB Surakarta berjumlah 5 anak, yang
terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
Sekolah Luar Biasa bagian Tunanetra YKAB Surakarta, tepatnya di Jalan
Hos Cokroaminoto No. 43 Surakarta, telp (0271) 656416, masuk Kelurahan
Jagalan, wilayah Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Sebagian besar para siswa
tinggal di Asrama, ada beberapa siswa saja yang pulang ke rumahnya masing –
masing antar jemput orang tuanya/keluarga. Para siswa yang di asrama memang
asalnya dari luar kota Surakarta, ada yang dari Klaten, Bayolali, Sukoharjo, Pati,
dan Semarang, bahkan ada yang berasal dari Kediri Propinsi Jawatimur.
Usia siswa kelas III Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra YKAB Surakarta
tahun pelajaran 2008/2009 ini pada kisaran 10 – 11 tahun. Dilihat dari segi
ekonomi orang tua/wali rata-rata golongan ekonomi lemah dengan mata
pencaharian sebagai kuli bangunan, buruh ada yang pijat (massage). Dilihat dari
penghasilan orang tua wali dari siswa dibawah Upah Minimum Regional (UMR),
sehingga mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan sekolah anak-
anaknya secara maksimal, walaupun tidak dapat mencukupi kebutuhan sekolah
secara material seperti buku-buku yang harus disalin braille, namun demikian
tidak mengendorkan semangat dan mendorong anak-anak mereka untuk belajar
bahkan apabila para orang tua/wali diundang untuk menghadiri rapat wali murid
atau saat penyerahan raport angka kehadirannya 99% dengan aktif
menyumbangkan pikiran-pikiran dan usul-usul demi kemajuan anak-anak mereka,
Guru memfasilitasi apa yang dapat mereka lakukan.
Peran serta wali murid sebagai bagian dari masyarakat sekolah di Sekolah
Luar Bisa Bagian Tunanetra YKAB Surakarta selalu aktif mengikuti program-
program sekolah sesuai dengan kemampuannya seperti ikut menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, ikut mendampingi anaknya bila ada kegiatan di luar sekolah,
memamtau anak-anaknya dengan berkonsultasi kepada para guru tentang
perkembangan dan kemajuan belajar mereka, budaya ini telah tertanam lama di
sekolah ini.
C. Data dan Sumber Data
27
Data dan Sumber data dalam Penelitian Tindakan kelas ini diperoleh dari
dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
primer berasal dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III, data yang
diperoleh berupa data nilai siswa, yang diambil dari nilai raport semester I tahun
pelajaran 2008/2009
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang bersumber dari
dokumen-dokumen yang ada seperti nilai harian terdahulu dan dokumen lain.
Dokumen lain yaitu data yang diperoleh berupa penilaian terhadap kondisi
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan, dengan menggunakan teknik Orientasi dan Mobilitas pada
siklus I.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan teknik tertentu yang
mendukung keberhasilan penelitian. Teknik pengumpulan data adalah cara yang
khusus digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Menurut Burhan
Bungin sebagai berikut (2005: 123) ”Metode pengumpulan data adalah bagian
instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam suatu
penelitian pada dasarnya teknik pengumpulan data dilakukan dengan alat tertentu
yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian.
Dalam penelitian, data yang diperlukan dikumpulkan melalui:
a. Tes
Menurut Budiyono yang dikutip Sadjidan sebagai berikut (2008:54)
“Tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian.
Menurut Zainal Arifin sebagai berikut (1990: 21) Tes terbagi dalam tiga
bentuk yaitu Tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Bentuk tes yang diberikan adalah tes obyektif, Sukewi Sugito sebagai
berikut (1994: 117), ”tes obyektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa
sehingga tes tersebut dapat dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan
28
menghasilkan nilai yang sama.” Dengan pendapat tersebut penulis simpulan
bahwa tes obyektif adalah tes yang pemeriksaannya menggunakan suatu
sistem penilaian atau scorsing yang jelas, dan diterapkan secara konsisten
terhadap setiap pekerjaan yang diperiksa.
b. Non tes, dapat dilakukan beberapa cara, diantaranya melalui dokumen,
observasi, wawancara, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengambil gambar sebagai sumber data,
untuk mengetahui jumlah siswa serta untuk siswa yang dijadikan subyek
penelitian, dan untuk mendapatkan nilai kemampuan awal, berupa nilai
Ilmu Pengetahuan Sosial semester I baik pada kelompak kontrol maupun
kelompok eksperimen.
2) Observasi
Menurut Budiyono yang dikutip Sadjidan sebagai berikut (2008: 10)
“Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan
pengamatan terhadap subyek penelitian sehingga si subyek penelitian
tidak tahu bahwa dia sedang diamati“.
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai penggunaan teknik Orientasi Mobilitas terhadap yang
disampaikan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis, yang akan
diberikan untuk kepentingan pre tes dan pos tes, jenis tes tertulis.
Dalam melakukan observasi terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung, peneliti dibantu oleh guru yang mengajar di SLB-A YKAB
Surakarta.
E. Variabel Penelitian
Untuk keperluan pengambilan data, dalam penelitian ini terdapat dua
buah variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas
29
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik Orientasi
dan Mobilitas mengenal lingkungan buatan. materi tes meliputi penggunaan
teknik Orientasi dan Mobilitas untuk mengenal lingkungan Sekolah, kantor
kelurahan, mini market, Gerija, Masjid dan Puskesmas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi/hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial.
F. Validitas Data
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data
dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas
data dalam penelitian ini adalah dengan Trianggulasi data.
Menurut Moleong yang dikutip Sadjidan (2008 : 11) mengemukakan
bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu“. Teknik trianggulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah trianggulasi data yaitu dengan membandingkan hasil
pengumpulan data yang diperoleh melalui tes dan non tes (dokumen dan
Observasi).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya
pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk). Analisis yang dilakukan berupa
penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di
lapangan. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan di analisis secara
kualitatif. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
30
Penarikkan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, dalam
penelitian digunakan teknik Trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang
memanfatkan sesuatu lain di luar data tersebut.
H. Indikator Kerja
1. Bagi siswa
Dengan menggunakan teknik Orientasi dan Mobilitas dapat
meningkatkan hasil belajar yang ditandai dengan siswa memperoleh nilai tes
6,0 dan secara klasikal 80% siswa harus mencapai batas nilai kreteria
ketuntasan minimal tersebut.
2. Pada Aspek Proses
Perhatian siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kompetensi Dasar mengenal lingkungan buatan dengan menggunakan teknik
Orientasi dan Mobilitas dapat meningkat, termasuk keaktifan mengikuti
pelajaran.
I. Prosedur Penelitian
Secara umum, langkah-langkah operasionl yang akan dilakukan peneliti
meliputi tahap persiapan, tahap analisis, dan tahap refleksi serta tahap tindak
lanjut.
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepada Sekolah untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas III SLB-A
YKAB Surakarta.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang Kelas III SLB-A
YKAB Surakarta.
c. Indentifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah dilakukan.
2. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi tiga langkah yaitu :
31
a. Apersepsi
Guru menyusun beberapa instrument penelitian yang digunakan dalam
tindakan dengan menggunakan teknik Orientasi dan Mobilitas, Instrument
penelitian tersebut terdiri dari skenario pembelajaran, silabus, tugas, soal
tes formatif, angket proses pembelajaran, lembar observasi keaktifan
siswa, dan lembar observasi kinerja guru.
b. Inti
Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kompetensi Dasar
Lingkungan buatan, tidak menggunakan teknik orientasi mobilitas.
c. Penutup
Diakhir pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kompetensi Dasar Lingkungan buatan diadakan tes. Dalam pembelajaran
ini menggunakan bentuk tes tertulis.
2. Acting
a. Apersepsi
Guru membagi siswa menjadi dua kelompok masing-masing anggota
kelompok antara 3 siswa dan 2 siswa.
b Inti
Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kompetensi Dasar Lingkungan buatan, dengan menggunakan teknik
orientasi mobilitas.
c. Penutup
Diakhir pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kompetensi Dasar Lingkungan buatan dengan teknik orientasi mobilitas
diadakan tes. Dalam pembelajaran ini menggunakan bentuk tes tertulis.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan melihat data nilai hasil ulangan harian
sebagai kondisi awal kemudian nilai rata pada pembelajaran mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial Kompetensi dasar Lingkungan buatan tidak
32
menggunakan teknik orientasi mobilitas. Serta proses pembelajaran mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kompetensi Dasar Lingkungan Buatan
dengan menggunakan teknik orientasi mobilitas, terhadap kualitas kegiatan
belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial secara menyeluruh meliputi hasil
dan proses belajar siswa, yang dibantu oleh guru kolaborasi..
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses Kegiatan
Belajar Mengajar, dan penguasaan materi (nilai tes). Berdasarkan pelaksanaan
tahap observasi dan evaluasi sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya
menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan penggunaan teknik
Orientasi dan Mobilitas dalam pengenalan lingkungan buatan.
5. Tahap Tindak Lanjut
Melakukan perbaikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar dan
pengelolaan kelas serta dalam penggunaan teknik Orientasi dan Mobilitas.
Guru perlu memberikan penguatan-penguatan serta dorongan kepada siswa
agar siswa lebih bersemangat dan aktif ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar, baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran IPS kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan siswa kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada
34
kondisi awal disampaikan dengan metode ceramah. Dari hasil tes nilai IPS,
berikut ini dapat disajikan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan dengan metode ceramah yang terkait dengan kondisi awal
pembelajaran IPS.
Tabel 1. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Kondisi Awal.
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 ES 40 Belum tuntas
2 JW 60 Sudah tuntas
3 YA 50 Belum tuntas
4 WN 70 Sudah tuntas
5 DD 50 Belum tuntas
Jumlah 270
Rerata Nilai IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan
54,00
Ketuntasan Klasikal 40,00% Belum tuntas
Sumber data: Lampiran 10 halaman 69.
Hasil belajar awal IPS siswa kelas III SLB/A YKAB dapat digambarka
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
33
35
0
10
20
30
40
50
60
70
ES JW YA WN DD
Hasil Belajar Awal
Grafik 1. Hasil belajar IPS Awal Siswa Kelas III SLB/A YKAB
Surakarta.
Hasil belajar siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai 60 hanya 2 siswa. Nilai rerata 54,00 dengan tingkat ketuntasan
secara klasikan sebesar 40,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan pada siswa kelas III SLB/A
YKAB Surakarta belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan
demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan yang masih rendah, maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi
pembelajaran agar hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta didukung oleh
kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi
pembelajaran dengan menerapkan teknik orientasi mobilitas dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SLB/A YKAB Surakarta kompetensi
dasar mengenal lingkungan buatan.
36
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan,
pembelajaran IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan.
Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit setiap pertemuan.
RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar, materi pokok,
indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan
sistem penilaian. (Lampiran 3 halaman 55).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang
digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari.
Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan
pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk
lingkaran) sehingga guru dapat menerapkan teknik orientasi
mobilitas dengan baik; (2) Mempersiapkan alat peragai
mengenal lingkungan buatan sesuai dengan materi
pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala
aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar
isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru.
Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa yaitu
bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:
Perseption: yaitu proses mengasimilasi lingkungan dengan
indra-indra yang ada; Analysis, yaitu proses menyusun dan
memperhitungkan lingkungan menurut konsistensinya,
ketergantungannya, keterbiasaan, sumber, jenis indra dan
37
intensitasnya; Selection, yaitu proses memilih data yang sudah
dianalisis dan yang paling memenuhi kebutuhan-kebutuhan
orientasi dalam situasi lingkungan; Planing, yaitu proses
penentuan bentuk tingkah laku berdasarkan data yang telah
terpilih dan paling relevan dengan situasi lingkungan;
Execuation, yaitu proses menjalankan bentuk tingkah laku yang
direncanakan. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru
meliputi: memberikan informasi secara tepat, menggunakan
berbagai sumber, menggunakan waktu secara tepat sesuai
perencanaan, penuh perhatian terhadap siswa, memotivasi
siswa, melakukan penilaian proses dan tanya jawab, melakukan
evaluasi, memberikan tindak lanjut.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I, diawali dengan informasi atau
pengarahan kepada siswa mengenai teknik-teknik memahami teknik orientasi
mobilitas. Pada kesempatan tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk menanyakan segala sesuatunya yang belum jelas.
Alokasi untuk penjelasan ini menggunakan waktu selama 10 menit.
Kegiatan berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk mengenal
lingkungan buatan sesuai dengan keinginan siswa. Setiap siswa diberi
kesempatan untuk mencermati materi mengenal lingkungan buatan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa mencoba mengingat
kembali materi yang disampaikan melalui orientasi mobilitas dengan
bimbinagan guru. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 40
menit.
38
Setelah memperhatikan teknik orientasi mobilitas, siswa mencermati
materi pelajaran mengenal lingkungan buatan dan teknik mempelajarinya
sesuai dengan bimbingan yang diberikan guru. Pada saat siswa mendengarkan
penjelasan guru dan mempelajari mengenal lingkungan buatan, guru kolaborasi
mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan
menggunakan blangko yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan
apabila ada siswa yang memerlukan penjelasan atau bimbingan. Berdasarkan
hasil pembelajaran melalui teknik orientasi mobilitas pada pembelajaran IPS
Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan, guru menyempurnakan atau
melakukan revisi terhadap hasil pengamatan terhadap penerapan teknik
orientasi mobilitas.
Pembelajaran siklus I diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan apa
saja yang terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit.
Sebelum mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menjawab
beberapa pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan.
Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat
dideskripsikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu
dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan
penjelasan dengan menerapkan teknik orientasi mobilitas, tidak
semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan pembelajaran dari guru, sehingga siswa belum
serius memperhatikan dengan mengenal lingkungan buatan. Hal
ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya
39
alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa
memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat
kekurangsiapan pada diri siswa. Masih ada di antara mereka yang
hanya sekedar membawa buku catatan dan alat tulis pada saat
guru memberikan pelajaran menerapkan teknik orientasi mobilitas
yaitu memberi kebebasan kepada siswa untuk menetukan sendiri
baha pelajaran yang akan dibahas. Mereka tidak memperhatikan
apa yang disampaikan guru dalam pembelajaran mengenal
lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas.
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum
melakukannya dengan segera teknik mengamati mengenal
lingkungan buatan yang praktis sehingga waktu kurang efektif.
Siswa juga masih pasif dalam bertanya, belum banyak
memberikan komentar terhadap materi yang dibahas. Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan tanya jawab
dalam diskusi kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan pendapat
di hadapan teman-temannya.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru
kolaborasi, peran guru untuk membangkitkan semangat siswa
masih kurang. Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat
memanfaatkan waktu dengan baik. Selama mendampingi siswa
belajar, guru kurang maksimal dalam menampilan teknik orientasi
mobilitas, karena guru kelas sudah sangat terbiasa dengan
pembelajaran konvensional (ceramah), yang segala sesuatunya
banyak mendapatkan intervensi guru.
Hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan melalui teknik orientasi mobilitas pada Siklus I disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Siklus I.
40
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 ES 50 Belum tuntas
2 JW 70 Sudah tuntas
3 YA 50 Belum tuntas
4 WN 70 Sudah tuntas
5 DD 60 Sudah tuntas
Jumlah 300
Rerata Hasil Belajar IPS 60,00
Ketuntasan Klasikal 60,00% Belum tuntas
Sumber data: Lampiran 11 halaman 70.
Hasil belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan
siklus I di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
ES JW YS WN DD
Hasil Belajar Siklus I
Grafik 2. Hasil Belajar IPS Siklus I Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum
dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya
pemanfaatan waktu.
41
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan hasil belajar IPS dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara
siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh kekurangpahaman
siswa akan pentingnya teknik orientasi mobilitas untuk meningkatkan hasil
belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan sehingga masih
terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika melaksanakan orientasi
mobilitas yang diterapkan guru. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus
II perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan
memperhatikan teknik orientasi mobilitas.
Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa
perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan teknik orientasi mobilitas
yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman
terhadap peningkatan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk
bertanya masih sangat kurang.
3. Deskripsi Siklus II
Pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dengan
menggunakan teknik orientasi mobilitas bagi siswa kelas III SLB/A YKAB
Surakarta pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap
pemanfaatan teknik orientasi mobilitas. Pelaksanaannya dirancang sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan,
pembelajaran IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan
Buatan siklus II dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi
waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit setiap pertemuan. RPP
42
mencakup ketentuan: kompetensi dasar, materi pokok,
indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan
sistem penilaian. (Lampiran 3 halaman 55).
4) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang
digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari.
Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan
pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk
lingkaran) sehingga guru dapat menerapkan teknik orientasi
mobilitas dengan baik; (2) Mempersiapkan alat peragai
mengenal lingkungan buatan sesuai dengan materi
pembelajaran.
5) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala
aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar
isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru.
Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa yaitu
bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:
Perseption: yaitu proses mengasimilasi lingkungan dengan
indra-indra yang ada; Analysis, yaitu proses menyusun dan
memperhitungkan lingkungan menurut konsistensinya,
ketergantungannya, keterbiasaan, sumber, jenis indra dan
intensitasnya; Selection, yaitu proses memilih data yang sudah
dianalisis dan yang paling memenuhi kebutuhan-kebutuhan
orientasi dalam situasi lingkungan; Planing, yaitu proses
penentuan bentuk tingkah laku berdasarkan data yang telah
terpilih dan paling relevan dengan situasi lingkungan;
Execuation, yaitu proses menjalankan bentuk tingkah laku yang
direncanakan.
43
Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru
meliputi: memberikan informasi secara tepat, menggunakan
berbagai sumber, menggunakan waktu secara tepat sesuai
perencanaan, penuh perhatian terhadap siswa, memotivasi
siswa, melakukan penilaian proses dan tanya jawab, melakukan
evaluasi, memberikan tindak lanjut.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diawali dengan informasi atau pengarahan
kepada siswa mengenai teknik-teknik memahami teknik orientasi mobilitas. Pada
kesempatan tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menanyakan segala sesuatunya yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan
ini menggunakan waktu selama 10 menit. Kegiatan berikutnya, siswa diberi
kesempatan untuk mencari bahan sesuai dengan keinginan siswa yang
berhubungan dengan mengenal lingkungan buatan. Setiap siswa diberi
kesempatan untuk mencermati bahan-bahan yang mengandung mengenal
lingkungan buatan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa
mencoba mengingat kembali materi yang disampaikan melalui pengamatan
terhadap mengenal lingkungan buatan dengan bimbinagan guru. Alokasi waktu
yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 40 menit.
Setelah memperhatikan teknik orientasi mobilitas, siswa mencermati materi
pelajaran mengenal lingkungan buatan dan teknik mempelajarinya sesuai dengan
bimbingan yang diberikan guru. Pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru
dan mempelajari mengenal lingkungan buatan, guru kolaborasi mengadakan
pengamatan mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan menggunakan
blangko yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan apabila ada siswa
44
yang memerlukan penjelasan atau bimbingan. Berdasarkan hasil pembelajaran
melalui teknik orientasi mobilitas pada pembelajaran IPS kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan, guru menyempurnakan atau melakukan revisi
terhadap hasil pengamatan terhadap penerapan teknik orientasi mobilitas.
Pembelajaran siklus II diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan apa saja yang
terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit. Sebelum
mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menjawab beberapa
pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat
dideskripsikan bahwa siswa sudah dapat memanfaatkan waktu
dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan
penjelasan dengan menerapkan teknik orientasi mobilitas, semua
siswa memperhatikan pembelajaran dari guru, siswa serius
terhadap materi mengenal lingkungan buatan. Siswa sudah dapat
memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia
sehingga waktu dimanfaatkan siswa sebaik mungkin.
Pada saat melakukan pengamatan, semua siswa telah siap,
baik kesiapan siswa terhadap buku catatan, alat tulis, dan alat
peraga. Pada saat guru memberikan pelajaran menerapkan teknik
orientasi mobilitas yaitu memberi kebebasan kepada siswa untuk
melaksanakan mobilitas. Mereka memperhatikan apa yang
disampaikan guru dalam pembelajaran mengenal lingkungan
buatan melalui teknik orientasi mobilitas.
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, semua
siswa melakukannya dengan segera teknik mengamati mengenal
lingkungan buatan yang praktis sehingga waktu sangat efektif.
Siswa juga aktif dalam bertanya, memberikan komentar terhadap
45
materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas, siswa telah
berni mengeluarkan pendapat di hadapan teman-temannya.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru
kolaborasi, peran guru untuk membangkitkan semangat siswa
sudah baik. Guru dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat
memanfaatkan waktu dengan baik. Selama mendampingi siswa
belajar, guru menerapkan teknik orientasi mobilitas sesuai dengan
skenario pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan, karena guru kelas sudah mulai terbiasa
dengan pembelajaran teknik orientasi mobilitas, yang segala
sesuatunya melibatkan siswa dalam interaksi pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan.
Hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan melalui teknik orientasi mobilitas pada Siklus II disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta pada Siklus II.
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 ES 60 Sudah tuntas
2 JW 80 Sudah tuntas
3 YA 60 Sudah tuntas
4 WN 80 Sudah tuntas
5 DD 70 Sudah tuntas
Jumlah 350
Rerata Hasil Belajar IPS 70,00
Ketuntasan Klasikal 100,00% Sudah tuntas
Sumber data: Lampiran 12 halaman 71.
Hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan siklus
II di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai berikut:
46
0
10
20
30
40
50
60
70
80
ES JW YA WN DD
Hasil Belajar Siklus II
Grafik 3. Hasil Belajar IPS Siklus II Siswa Kelas III SLB/A YKAB Surakarta.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa telah
memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran
pada siklus berikutnya perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan
waktu.
Siswa telah bersemangatnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan
dan seringnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya
pada guru menjadikan siswa semakin paham akan pentingnya teknik orientasi
mobilitas untuk meningkatkan hasil belajar IPS sehingga siswa yang
menghadapi kesulitan ketika mencari materi dan membahasnya dapat teratasi.
Pada pembelajaran pada siklus II siswa telah mempersiapkan diri dan
memperhatikan guru dalam penerapan teknik orientasi mobilitas dalam
pembelajara IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan.
47
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru semakin meningkat.
Siswa besemangat sehingga penerapan teknik orientasi mobilitas yang
dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap
peningkatan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan.
Siswa terus dibimbing dan diarahkan dan intraksi dengan siswa semakin sering
sehingga pembelajaran semakin terarah.
B. Hasil Penelitian
Hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan materi
pada siklus I menunjukkan bahwa 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00 yang
dinyatakan belum tuntas belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan. Sedangkan 2 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih yang dinyatakan telah
tuntas Belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan. Nilai rata-rata
kelas 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 60,00% yang dinyatakan belum
tuntas belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan secara klasikal.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas
pada siklus I belum berjalan maksimal dan perlu perbaikan karena masih berada
di bawah indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan (80%).
Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu
maupun secara klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas
dari guru kelas. Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan
melakukan perbaikan terhadap indikator yang masih kurang sehingga diharapkan
pada siklus II aktivitas guru mengajar dapat mencapai ketuntasan mengajar.
Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas guru dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas
telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, guru telah mendalami teknik
48
orientasi mobilitas, dengan penekanan tersebut terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan.
Dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi
dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas Siklus II
aktivitas belajar siswa sudah sesuai yang diharapkan, karena rata-rata aktivitas
belajar siswa telah mencapai ketuntasan aktivitas, guru terus memotivasi belajar
siswa dengan menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas,
dengan penekanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
Hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan pada
siklus II, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas 60,00 yang
dinyatakan telah tuntas belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan. Nilai rata-rata kelas 70,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% yang
dinyatakan telah tuntas belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan
secara klasikal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui baahwa proses
pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik
orientasi mobilitas pada siklus II telah berjalan maksimal dan sudah berada di atas
indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan (80%).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data awal hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan, diketahui nilai rerata sebesar 54,00, terdapat 3 siswa nilai
kurang dari 60,00 dan 2 siswa mendapat nilai 60,00 ke atas. Ketuntasan secara
klasikal sebesar 40,00%. Berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai
batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai
ketuntasan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata hasil belajar IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan sebesar 60,00, sebanyak 3 siswa
49
mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya) dan tinggal 2 siswa yang
belum tuntas, karena nilainya masih di bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal
telah mencapai 60,00%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum
mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata hasil belajar IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan sebesar 70,00, seluruh siswa siswa
mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal
telah mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai
ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan
yang dilakukan pada pembelajaran IPS kompetensi dasar mengenal
lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas, hasil yang
dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa.
Tabel 4. Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Setiap Siklus Menggunakan Teknik Orientasi Mobilitas.
No. Kode Subyek Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 ES 40 50 60
2 JW 60 70 80
3 YA 50 50 60
4 WN 70 70 80
5 DD 50 60 70
Jumlah 270 300 350
Rata-Rata 54,00 60,00 70,00
Ketuntasan Belajar 40,00 % 60,00% 100%
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
50
0
10
20
30
40
50
60
70
80
BS JM SA HS DR
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 4. Peningkatan Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Setiap Siswa Menggunakan Teknik Orientasi Mobilitas.
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel
perbandingan sebagai berikut:
Tabel 5. Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar Mengenal Lingkungan Buatan Setiap Siklus
S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 54,00 -
Siklus I 60,00 06,00
Siklus II 70,00 10,00
Dari peningkatan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan siswa kelas III SLB/A YKAB Surakarta melalui teknik orientasi mobilitas
secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
51
0
10
20
30
40
50
60
70
Hasil Belajar
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 5. Peningkatan Hasil Belajar IPS Kompetensi Dasar
Mengenal Lingkungan Buatan Setiap Siklus Mengguna-kan Orientasi Mobilitas
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan telah
mencapai 70,00 dari 5 siswa seluruhnya mendapat di atas 66,00.
Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat nilai 60,00
ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal
telah mencapai batas tuntas.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian untuk menigkatkan hasil belajar IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan melalui teknik orientasi mobilitas
yang telah dikemukakan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:
52
1. Berdasarkan hasil belajar awal, diketahui hasil belajar IPS kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan rara-rata kelas 54,00 ketuntasan klasikal 40,00%,
pada siklus I rata-rata kelas 60,00 ketuntasan secara klasikal telah mencapai
60,00%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 70,00, seluruh siswa mendapat
nilai di atas 60,00 yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar
IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan dan seluruh siswa telah
menuntaskan belajar IPS (100%).
2. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan teknik orientasi mobilitas
dapat meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar mengenal lingkungan
buatan siswa kelas III SLB/A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
B. Saran
1. Untuk Kepala Sekolah
i. Hendaknya lebih meningkatkan pengawasan kepada guru-guru kelas dalam
meningkatkan pembelajaran.
ii. Memberikan penjelasan kepada guru akan pentingnya pembelajaran
menerapkan orientasi mobilitas dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar
mengenal lingkungan buatan.
iii. Memberikan penjelasan kepada siswa akan pentingnya memahami teknik
orientasi mobilitas dalam pembelajaran IPS untuk mempermudah
memahami mengenal lingkungan buatan.
2. Untuk Siswa
Siswa yang hasil belajarnya tinggi:
a. Mau memotivasi temannya yang hasil belajarnya masih rendah.
b. Sering mengadakan dialog, baik pada saat berada di dalam kelas maupun di
luar kelas dengan memanfaatkan teknik orientasi mobilitas.
Siswa yang hasil belajarnya rendah:
a. Hendaknya memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan
guru dan temannya yang lebih pandai.
49
53
b. Siswa perlu memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru dan kepada
teman terhadap materi yang belum jelas.
3. Untuk Penelitian lebih lanjut
Penelitian tindakan kelas ini perlu diupayakan adanya penelitian yang
berkaitan dengan teknik orientasi mobilitas dalam pembelajaran IPS
kompetensi dasar mengenal lingkungan buatan. Para peneliti dapat
mengadakan penyelidikan dengan subyek yang lebih banyak, materi yang lebih
luas, dan waktu penelitian yang lebih lama sehingga akan dihasilkan
kesimpulan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Orientasi Mobilitas. Jakarta: Depdiknas.
54
Haryanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Erlangga.
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=56. Sarana Prasarana Pendidikan Dalam Pendidikan Iklusif.
Irham Hosni. 1988. Mengenal Kembangkitan Orientasi Mobilitas di Indonesia. Bandung: IKIP.
_____. 2008. Profesional Pendidik. Surakarta: Seminar Nasional.
Marika Subrata dan Maryadi. 1997. Orientasi dan Mobilitas. Surakarta: Universitas Sebelalas Maret.
M. Furqom Hidayatullah. 2008. Pengembangan Profesional Guru. Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru. Surakarta: Rayon 13.
Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Notosusanto dan Yurmar Basri. 1992. Buku Petunjuk Guru Sejaran Nasional Indonesia Untuk SMP dan SMA. Jakarta: Depdikbud.
Sajidan. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: tp.
Salim Choiri dan Munawir Yusuf. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru. Surakarta: Rayon 13.
Sarwiji Suwandi dan Madyo Eko Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 13.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book Publisher.
Tabrani Rusyan, A., dkk. 1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Karya.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
55
56
FAJAR WAHYU NUGROHO
YOHANES ARI SUDONO AJI
ELSA SINTHIA KRISTI
WAKID
DESI
Kolaborasi:
SANTINI, S.Pd.
NIP. 19580506 198203 2 012