skripsi surya yp d0207100 - digilib.uns.ac.id/difusi...komunikasi ada dalam setiap bagian dari...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam setiap usaha mengenalkan
suatu ide ataupun produk baru kepada masyarakat. Difusi inovasi merupakan
komunikasi khusus dimana pesan yang hendak disebarkan dalam suatu sistem
sosial merupakan sebuah hal baru. Abdullah Hanafi dalam bukunya
Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (1999 : 1-4) secara tidak langsung menjelaskan
bahwa dengan mempelajari difusi dan adopsi inovasi kita bisa mengetahui apa
dan pada bagian manakah dari beberapa tahapan difusi inovasi muncul penyebab
kegagalan difusi inovasi yang mengakibatkan suatu kegiatan difusi di satu sistem
sosial tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga berimbas pada
sedikitnya jumlah adopter. Bermodalkan penguasaan teknik komunikasi yang baik
dan tepat seseorang mampu melakukan usaha pengenalan ide baru dengan efektif
dan efisien kepada masyarakat. Sehingga jumlah komunikan atau sasaran
komunikasi yang mengadopsi inovasi tersebut lebih banyak dan waktu yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan adopsi juga lebih singkat.
Komunikasi ada dalam setiap bagian dari difusi inovasi, mulai dari pesan
hingga sistem sosial. Pemahaman akan komunikasi dapat mempermudah kita
dalam menyusun pesan yang akan disampaikan dengan menyesuaikan
karakteristik anggota sistem sosial. Kemudian melalui saluran komunikasi apa
saja pesan tersebut disampaikan dan berapa lama jangka waktu yang tepat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
menyampaikan pesan tersebut. Pemilihan saluran komunikasi dan pengukuran
jangka waktu yang dibutuhkan tersebut pada dasarnya juga disesuaikan dengan
karakteristik sistem sosial yang dijadikan sasaran komunikasi.
Pada kegiatan difusi dan adopsi inovasi
di Desa Wonoharjo, Unit Pelaksana Teknis Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (UPTB PPKB) Kecamatan
Rowokele perlu merumuskan langkah yang tepat dalam usaha menyebarkan
inovasi , karena Desa
Wonoharjo memiliki pertumbuhan penduduk paling tinggi diantara desa-desa lain
di Kecamatan Rowokele dan latar belakang pendidikan para penduduk juga masih
rendah. Selain itu kondisi geografis Desa Wonoharjo yang merupakan wilayah
perbukitan juga menjadi salah satu hambatan dalam kegiatan difusi inovasi
.
Gambar 1. Kepadatan Penduduk Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Umur dan Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
Dari data tentang kepadatan penduduk berdasarkan kabupaten, Kebumen
termasuk dalam sepuluh besar kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk
tinggi. Berdasarkan data dari UPTB PPKB Kecamatan Rowokele didapatkan fakta
yang menyatakan bahwa adopsi
di Desa Wonoharjo belum sesuai target. Pada penelitian ini peneliti ingin
mengetahui mengapa adopsi
di Desa Wonoharjo belum sesuai target terjadi, dengan berfokus pada
kegiatan difusi dan adopsi inovasinya. Selain itu, peneliti juga ingin menggali
informasi mengenai sejauh mana tingkat adopsi inovasi warga Desa Wonoharjo
dan apa saja faktor penghambat dan pendukung difusi dan adopsi inovasi Program
. Subjek pada penelitian ini adalah
masyarakat Desa Wonoharjo.
UPTB PPKB Kecamatan Rowokele menyatakan bahwa untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan sosialisasi Program Keluarga B
di Desa Wonoharjo, mereka memanfaatkan data hasil peserta KB
baru yang hanya tercapai sebesar 63,66 %. Ini berarti masih kurang dari target
yang ditentukan, yaitu sebesar 75 % tiap bulannya. Angka 75 % didapatkan
dengan membagi jumlah pasangan yang menjadi peserta KB aktif dengan
pasangan usia subur lalu dikalikan 100 %. Sedangkan untuk peserta KB aktifnya
tercapai 77 % dari jumlah total PUS (Pasangan Usia Subur). Dengan jumlah
tersebut sudah bisa disimpulkan bahwa jumlah peserta KB aktif sudah sesuai
target.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data pertumbuhan penduduk Desa Wonoharjo di atas menunjukkan bahwa
dalam setiap tahunnya jumlah penduduk di desa tersebut selalu meningkat.
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pada setiap periodenya
merupakan sesuatu yang biasa. Akan tetapi, hal tersebut menjadi tidak biasa
ketika pertumbuhan penduduk melebihi target yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pemerintah telah menetapkan bahwa pertumbuhan penduduk maksimal
berada pada angka 2% tiap tahunnya dengan rincian jumlah angka kelahiran
ditambah jumlah pendatang, lalu dikurangi jumlah kematian dan penduduk yang
pergi/meninggalkan desa. Berdasarkan data pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Rowokele, Desa Wonoharjo menempati posisi pertama sebagai desa dengan
pertumbuhan penduduk paling tinggi dengan rata-rata pertumbuhan penduduknya
melebihi 2% tiap tahunnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa penelitian
ini mengambil lokasi di Desa Wonoharjo, karena dibandingkan dengan desa
lainnya di Kecamatan Rowokele, Desa Wonoharjo merupakan desa dengan
potensi pertumbuhan penduduk terbesar, karena berdasarkan data dari BKKBN
pengguna alat kontrasepsi baik pria maupun wanita di desa ini merupakan paling
sedikit di banding desa-desa lain di Kecamatan Rowokele.
Gambar 2. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Wonoharjo Tahun 2007 - 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tingginya pertumbuhan penduduk di Desa Wonoharjo berpotensi
menimbulkan berbagai masalah sosial, oleh sebab itu pemerintah perlu
mengupayakan solusi untuk mencegah hal tersebut. Beberapa contoh upaya yang
dapat dilakukan pemerintah dalam mencegah timbulnya masalah sosial akibat
tingkat pertumbuhan penduduk tinggi antara lain penambahan jumlah lapangan
pekerjaan, menurunkan harga sembako, meningkatkan kualitas lingkungan seperti
menjaga kesehatan lingkungan dengan menyediakan tempat sampah di setiap
sudut kota, dan juga dengan mencanangkan
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Untuk saat ini
Indonesia menempati posisi keempat pada negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak.
Data di atas menunjukkan angka pertumbuhan penduduk Indonesia hingga
tahun 2000. Berdasarkan data tersebut di atas kita dapat melihat bahwa angka
pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat secara drastis. Fenomena tersebut
bisa menjadi salah satu penyebab penurunan tingkat kesejahteraan sosial
masyarakat. Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum sekaligus sebagai sumber daya yang penting
Gambar 3. Data Perkembangan Penduduk Indonesia Tahun 1600-2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
dalam usaha pembangunan nasional secara keseluruhan, merupakan esensi dari
tujuan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dalam rangka program
pembangunan kesehatan yang terarah, terpadu, dan menyeluruh yang
dilaksanakan pemerintah.
Peningkatan kesejahteraan keluarga dapat diraih melalui Program Keluarga
. Ketika menerapkan program ini, secara tidak
langsung berarti ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan sistem
sosial. merupakan gerakan
untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Itu bermakna bahwa perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Keluarga Berencana
sendiri memiliki tujuan umum yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
Maksud dari slogan Dua Anak Lebih Baik adalah himbauan pemerintah
yang menganjurkan masyarakat agar dalam satu keluarga cukup terdiri dari
sepasang suami istri dan dua orang anak saja. Hal ini dilakukan agar kesejahteraan
sosial masyarakat dapat terjamin. Tanpa adanya Program Keluarga Berencana
yang mengatur pengendalian jumlah dan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
penduduk dapat dipastikan bahwa pembangunan bidang lainnya menjadi kurang
bahkan tidak bermakna.
Undang-Undang no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga merupakan dasar yang mewarnai perubahan baik
kebijakan, strategi, manajemen maupun kelembagaan dalam pengelolaan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Saat ini Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional telah berubah nama menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional. Undang-Undang no 52 tahun 2009 telah
memberikan isyarat terhadap arah dalam menetapkan kebijakan operasional
Kependudukan dan Keluarga Berencana yang juga menyentuh masalah
kependudukan (A.Mongid,1996: 2).
Petugas lapangan dari BKKBN ada di setiap daerah sasaran Program
yang bertugas menyampaikan
informasi-informasi seputar masalah kependudukan kepada masyarakat. Petugas
lapangan yang dimiliki oleh BKKBN secara rutin mengadakan sosialisasi di setiap
daerah di Indonesia sebagai salah satu langkah untuk menginformasikan kepada
masyarakat akan arti pentingnya pengendalian pertumbuhan penduduk bagi
kepentingan masyarakat sendiri, serta meningkatkan kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat baik secara individu maupun kelompok. Hal-hal yang
disampaikan dalam sosialisasi tidak terbatas pada program pengendalian angka
pertumbuhan atau yang sering disebut
Nasional tetapi juga terdapat sosialisasi tentang program pencegahan
HIV AIDS, sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
tentang penurunan angka kematian ibu dan bayi, sosialisasi tentang kesehatan alat
reproduksi khusunya bagi para remaja, dll.
Petugas lapangan di setiap daerah berada di bawah naungan Unit Pelaksana
Teknis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan penyebaran Program Keluarga Berencana
. Untuk setiap kegiatan sosialisasi Program Keluarga
di wilayah Desa Wonoharjo sendiri dikelola
oleh UPTB PPKB Kecamatan Rowokele. Berdasarkan letak dan kondisi
wilayahnya, Desa Wonoharjo termasuk salah satu desa di Kecamatan Rowokele
yang cukup sulit untuk dijangkau. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Wonoharjo
merupakan daerah perbukitan dengan kondisi jalan yang naik turun dan kontur
tanah yang tidak rata.
Hal utama dalam setiap sosialisasi
adalah meyakinkan masyarakat tentang arti pentingnya Program
bagi kesejahteraan masyarakat.
Ketika hendak menyebarkan informasi mengenai satu program pemerintah,
komunikator perlu mempertimbangkan juga faktor bahasa. Yaitu, bahwa tidak
semua masyarakat Indonesia mampu dan fasih berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Mungkin komunikan atau audience akan lebih mengerti apa yang
diutarakan oleh komunikator jika ia menyampaikannya dengan menggunakan
bahasa daerah setempat. Seperti halnya yang terjadi di Desa Wonoharjo,
masyarakat setempat menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi di
kehidupan sehari-hari. Sehingga kemungkinan komunikasi yang diadakan ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
melakukan sosialisasi mungkin akan lebih efektif jika menggunakan media bahasa
Jawa.
Komunikasi yang terjadi antara petugas dari UPTB PPKB Kecamatan
Rowokele sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan merupakan
bentuk komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi dalam interaksi
tatap muka antara dua atau lebih individu. Pada dasarnya saluran komunikasi
seperti ini efektif dalam mempersuasi, membentuk dan mengubah sikap, serta
mengubah dan membentuk perilaku baru. Sosialisasi tentang Program Keluarga
secara rutin dilaksanakan di desa tersebut.
Setiap bulannya petugas dari UPTB PPKB melakukan kegiatan sosialisasi
mengenai . Akan tetapi,
pertumbuhan penduduk Desa Wonoharjo dalam setiap periodenya mengalami
peningkatan, bahkan setelah diadakan sosialisasi Program Keluarga Berencana
.
Penelitian yang hampir serupa juga dilakukan oleh Hilary E. Dingfelder dan
David S. Mandell yang berjudul Bridging the Research to Practice Gap in Autism
Intervention : An Application of Diffusion of Innovation Theory pada tahun 2012
(Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell. 2012. Bridging the Research to
Practice Gap in Autism Intervention : An Application of Diffusion of Innovation
Theory. University of Pennsylvania: Springer). Mereka berdua meneliti tentang
penerapan dari teori difusi inovasi dalam penyebaran program bantuan terhadap
penderita autis. Melalui penelitiannya Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell
ingin menggambarkan tentang difusi inovasi program bantuan terhadap penderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
autis dengan meninjau karakteristik inovasi dan pengambilan keputusan adopsi.
Selain itu, penelitian mereka juga bertujuan untuk memberikan saran terhadap
pengembangan strategi yang akan digunakan dalam rangka menyebarkan inovasi
agar inovasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk diadopsi. Sangatlah penting
ketika kita akan menyebarkan inovasi dengan melibatkan peran dari tokoh
masyarakat setempat di mana difusi inovasi dilaksanakan. Hal ini dilakukan
karena dengan melibatkan peran tokoh masyarakat, agen pembaru dapat
menghemat tenaga, biaya, dan waktu. Agen pembaru tidak perlu lagi
menghubungi semua anggota sistem sosial satu per satu, karena setelah sampai ke
tokoh masyarakat ide baru tersebut akan lebih cepat tersebar. Hillary dan David
menyarankan agar sebelum penyebaran inovasi dilaksanakan, para agen pembaru
dan tokoh masyarakat hendaknya diberikan pelatihan terlebih dahulu menyangkut
langkah-langkah dan strategi yang diperlukan ketika akan menyebarkan suatu
inivasi dalam sistem sosial. Bekerja dengan tokoh masyarakat dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap inovasi, dan karenanya
meningkatkan kemungkinan pengadopsiannya.
Pada penelitiaannya Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell tidak
meninjau lebih dalam tentang elemen-elemen difusi, seperti pesan, jangka waktu,
saluran komunikasi, dan sistem sosial. Oleh karena itu, peneliti mengadakan
penelitian yang hampir serupa dengan yang dilakukan oleh Hilary E. Dingfelder
dan David S. Mandell, tetapi dengan menambahkan tinjauan tentang elemen-
elemen proses difusi untuk menggambarkan proses difusi inovasi untuk
menyempurnakan pemahaman tentang difusi dan adopsi inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, peneliti tertarik untuk
melakukan pengkajian tentangdifusi dan adopsi inovasi Program Keluarga
, melalui sebuah penulisan skripsi dengan
judul :
Difusi dan Adopsi Inovasi
dalam Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk (Studi Deskriptif
Kualitatif Difusi dan Adopsi Inovasi Program Keluarga Berencana
di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen)
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana difusi inovasi
yang dilakukan oleh UPTB PPKB dalam mengendalikan
pertumbuhan penduduk di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele,
Kabupaten Kebumen?
2. Bagaimana adopsi inovasi dan tingkat adopsi Program Keluarga
di Desa Wonoharjo Kecamatan
Rowokele, Kabupaten Kebumen sebagai respon dari difusi inovasi yang
dilakukan oleh UPTB PPKB Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat difusi inovasi dan adopsi
inovasi di Desa
Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
merupakan keinginan yang dimiliki seseorang untuk dicapai pada akhir
usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran (difusi) dari Program Keluarga
di Desa Wonoharjo, Kecamatan
Rowokele, Kabupaten Kebumen.
2. Untuk mengetahui bagaimana adopsi
di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten
Kebumen.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam difusi dan adopsi
di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten
Kebumen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menjelaskan atau merinci
keberlakuan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu yang
mengaplikasikan teori difusi dan adopsi inovasi, yaitu exchange theory,
sprial of silence theory, dan social learning theory.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah dengan melihat sejauh mana
difusi berhasil
dilaksanakan serta sejauh mana masyarakat Desa Wonoharjo, Kecamatan
Rowokele, Kabupaten Kebumen mengadopsi inovasi tersebut.
E. Telaah Pustaka
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan konsep-konsep yang berhubungan
dengan difusi dan adopsi inovasi. Konsep-konsep tersebut, yaitu komunikasi pada
teori difusi dan adopsi inovasi. Perlunya menjelaskan konsep komunikasi dalam
setiap penelitian tentang difusi dan adopsi inovasi adalah karena difusi inovasi
termasuk dalam proses komunikasi. Difusi inovasi merupakan suatu bentuk
komunikasi khusus, di mana pesan yang disampaikan merupakan suatu ide atau
gagasan baru bagi individu tertentu. Ketika menjelaskan komunikasi kita tidak
bisa melewati bagian proses komunikasi, karena dalam setiap komunikasi yang
dilakukan oleh manusia membutuhkan apa yang dinamakan proses. Dalam
meneliti difusi inovasi dan adopsi inovasi terdapat teori-teori yang dapat
digunakan untuk membantu menerangkan fenomena sosial atau alami yang
menjadi pusat perhatian.
Teori dalam riset berfungsi untuk membantu peneliti menerangkan fenomena
sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah suatu
himpunan yang memuat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala atau fenomena yang akan
diteliti.
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber
pada kata communis tu sama makna mengenai suatu
hal. Komunikasi berlangsung kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi
(Effendy, 1986: 3).
Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect? atau siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana? (Dedy Mulyana, 2005:62)
Dari definisi yang telah disampaikan oleh Laswell tersebut, kemudian
dapat dirumuskan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama
lain, yaitu (Widjaja, 1987:57-65):
a) Sumber (source)
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan
sejenisnya. Sumber (source) sering juga disebut sebagai comunicator,
encoder, maupun sender. Source dari aktivitas sosialisasi Program
adalah penyuluh dari UPTB
PPKB dan kader dari Desa Wonoharjo.
b) Pesan (message)
Pesan (message) adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
sumber kepada penerima. Pesan ini mempunyai inti pesan (theme) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap
dan tingkah laku penerima. Message yang hendak disampaikan kepada
masyarakat Desa Wonoharjo sebagai komunikan adalah Program Keluarga
.
c) Media (channel)
Media merupakan alat atau saluran penyampaian pesan yang digunakan
oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Channel
atau saluran yang digunakan dalam menyampaikan pesan adalah melalui
kegiatan komunikasi sosialisasi
.
d) Penerima (receiver)
Receiver adalah pihak yang menerima pesan dari sumber. Receiver ini
dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu orang per orang (personal),
kelompok, dan massa. Receiver dalam kegiatan komunikasi ini adalah
masyarakat Desa Wonoharjo.
e) Efek (effect)
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah
laku orang, sesuai atau tidak sesuainya dengan yang diinginkan oleh
sumber. Bila sikap dan tingkah laku penerima pesan sesuai, maka itu
berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. Efek ini dapat
dilihat dari personal opinion, public opinion, dan majority opinion. Effect
yang diinginkan dalam kegiatan sosialisasi Program Keluarga Berencana
adalah masyarakat Desa Wonoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
melaksanakan Program Keluarga Berencana
sesuai anjuran pemerintah.
Efek dari komunikasi ada dua jenis, yaitu efek primer dan efek
sekunder. Efek primer terdiri dari terpaan, perhatian, dan pemahaman.
Sedangkan efek sekunder terdiri dari perubahan tingkat kognitif
(perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima
dan memilih) (Stamm dan Bowes dikutip oleh Nurudin, 2004: 192).
John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies (John
Fiske, 1990: 8), menyatakan bahwa dalam komunikasi terdapat dua mazhab,
yaitu mazhab proses dan mazhab semiotika. Mazhab proses memandang
komunikasi sebagai proses transmisi pesan. Mazhab proses lebih menekankan
pada bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan dan
menerjemahkannya, dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan
media komunikasi. Efisiensi dan akurasi merupakan fokus dari mazhab
proses, sehingga ketika efek yang diinginkan oleh komunikator berbeda
dengan efek yang ditunjukkan oleh komunikan setelah menerima pesan dari
komunikator, maka komunikasi yang telah berlangsung dinilai gagal.
Mazhab semiotika memandang komunikasi sebagai proses produksi dan
pertukaran makna. Mazhab ini berhubungan dengan bagaimana pesan atau
teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna.
Mazhab semiotika tidak menganggap bahwa perbedaan efek yang ditimbulkan
oleh komunikator dan komunikan merupakan suatu kegagalan komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan budaya antara komunikator dan
komunikan.
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah
dikemukakan sebelumnya, penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian
yang mengacu pada mazhab proses. Dengan mengacu pada mazhab proses,
maka kita dapat mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung
keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh UPTB PPKB.
2. Proses Komunikasi dan Empat Unsur Difusi Inovasi
Melalui difusi Program Keluar ini,
UPTB PPKB Kecamatan Rowokele bertujuan untuk menyampaikan informasi
dari pemerintah kepada masyarakat bahwa pemerintah memiliki tujuan untuk
membantu upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Difusi Progra ini
merupakan proses komunikasi pemerintah kepada masyarakat yang
mengandung berbagai unsur komunikasi dimana pesan sebagai unsur utama
difusi. Masyarakat sebagai sasaran komunikasi menyambut baik dan
mendukung upaya difusi
. Menurut Onong dalam bukunya Dinamika Komunikasi, dalam setiap
bentuk proses komunikasi, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator
menimbulkan efek atau dampak tertentu terhadap komunikan. Penyampaian
pesan oleh komunikator dibawakan melalui lambang, umumnya bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Dalam kegiatan difusi inovasi, penggunaan bahasa menjadi sarana utama
dalam menyalaurkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pada
pelaksanaan kegiatan difusi inovasi, komunikator bisa memanfaatkan kedua
jenis komunikasi berdasarkan sifatnya, yaitu (Effendy, 1986: 8) :
a) Komunikasi tatap muka (face to face communication)
Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek
perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan. Pada
komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate
feddback). Pada komunikasi tatap muka, umpan balik berlangsung pada
saat komunikator tengah menyampaikan pesannya, artinya komunikator
mengetahui dan menyadari pada saat itu juga sehingga, jika ia
merasakan umpan baliknya negatif, yang berarti uraiannya tidak
komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya. Media
primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi
adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata
yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan
yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu
mengandung makna yang sama bagi semua orang.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam
Communication Research in the United States
bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
paduan pengalaman dan pengertian (collection of experineces and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Onong Uchjana Efendi,
2003: 15).
Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator,
komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Komunikasi antarpesona
Komunikasi antarpesona adalah komunikasi antara
komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini
paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Arus
balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika komunikasi berlangsung.
2) Komunikasi kelompok
Pada dasarnya komunikasi kelompok (group communication)
sama dengan komunikasi antarpesona, yang membedakannya
adalah jumlah komunikannya. Karena jumlah komunikannya
menimbulkan konsekuensi, maka komunikasi kelompok
diklasifikasikan menjadi:
i. Komunikasi kelompok kecil
Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok
kecil apabila terjadi komunikasi antarpesona dalam setiap
komunikan. Dengan kata lain, antar komunikator dengan
setiap komunikan dapat terjadi dialog.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
ii. Komunikasi kelompok besar
Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok
besar apabila sukar terjadi komunikasi antarpesona antara
komunikator dengan komunikan.
b) Komunikasi bermedia
Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran
atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh
tempatnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak
langsung, karena komunikasi berlangsung melalui perantara media
tertentu. Arus balik dari komunikan tidak bisa langsung dirasakan oleh
komunikator. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan
pada saat berkomunikasi. Seorang komunikator menggunakan media
kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sasarannya
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pentingnya
peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi,
disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar,
radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam
mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien
karena, dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat
tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya; bukan saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya
pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.
Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan
efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan
yang bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena
kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator,
sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung
seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi
komunikan pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi
bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak
memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang
menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses
komunikasinya, umpan balik berlangsung tidak pada saat itu.
Berdasarkan banyaknya komunikan yang dijadikan sasaran
diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmassa.
1) Komunikasi bermedia massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan
berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa
yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya
adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang
beroprasi dalam bidang penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Jadi, untuk menyebarkan informasi, media massa sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
efektif, tetapi tidak demikian untuk mengubah sikap, pendapat,
dan perilaku komunikan.
2) Komunikasi bermedia nirmassa
Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk
orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat,
telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, brosur,
spanduk, pamflet, film dokumenter, kaset video, kaset audio,
dan lain-lain adalah media nirmassa, karena tidak memiliki
daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal.
Meskipun intensitas media nirmassa kurang bila dibandingkan
dengan media massa, namun untuk kepentingan tertentu media
nirmassa tetap efektif, karena itu banyak digunakan.
Ketika hendak menyebarkan suatu ide baru dalam sebuah sistem sosial,
kita perlu mempertimbangkan juga faktor lokalitas. Hal ini mengandung arti
bahwa dalam menyebarkan ide baru tersebut perlu adanya peran dari
penduduk setempat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat,
dan lain sebagainya yang merupakan anggota sistem sosial di mana ide baru
tersebut disebarkan. Sehingga nantinya ketika ide baru mulai disebarkan, para
tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuka pendapat yang mamapu
memainkan perannya dalam bertindak sebagai pemegang kunci pintu atau
penyaring terhadap ide-ide baru yang akan tersebar ke dalam sistem sosial.
Peran para tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain
sebagainya akan sangat terasa bagi komunikator atau agen pembaru ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
difusi ide baru dilaksanakan. Waktu dan tenaga agen pembaru untuk
menyebarkan ide-ide baru biasanya terbatas. Jika ia mengarahkan
komunikasinya, memusatkan usahanya untuk mempengaruhi tokoh
masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya yang masih
merupakan anggota sistem sosial, maka agen pembaru dapat menghemat
tenaga, biaya, dan waktu. Dengan menghubungi para tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan pemuka pendapat berarti ia tidak perlu lagi menghubungi semua
anggota sistem sosial satu persatu, karena setelah sampai ke tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan pemuka pendapat ide baru tersebut akan lebih cepat
tersebar. Hal ini dikarenakan, mereka seringkali memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Selain itu
dengan bekerja bersama para pihak tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap ide baru. Rogers dalam bukunya Diffusion of
Innovations, Third Edition menyatakan, bahwa :
penyebaran inovasi. Tetapi kita perlu ingat bahwa ada tokoh dap
inovasi. Mereka dapat mempercepat difusi, tetapi bisa pula mereka itu (Rogers, 1983: 281 ).
Berdasarkan pernyataan Rogers di atas, seorang agen pembaru harus
menaruh perhatian khusus kepada tokoh masyarakat pada sistem sosial yang
menjadi kliennya. Seumpama agen pembaru mampu memperoleh bantuannya,
maka dapat diharapkan tugasnya akan berjalan lancar. Tetapi jika agen
pembaru tidak berhati-hati memilih tokoh masyarakat dan pemuka pendapat,
maka ia harus bersiap-siap menerima kegagalan atau setidaknya kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu, mengenali tokoh masyarakat,
tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya itu penting.
Pada saat melakukkan kegiatan komunikasi dengan tujuan menyebarkan
ide baru dan mengubah perilaku komunikan, selain faktor lokalitas seorang
komunikator perlu mempertimbangkan faktor kebutuhan pribadi komunikan.
Artinya komunikator berusaha sebisa mungkin membangkitkan rasa
membutuhkan terhadap ide baru tersebut dalam diri komunikan, sehingga
komunikan mau menerimanya dan akhirnya memutuskan untuk mengubah
perilakunya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Exchange Theory
oleh Wilbur Schramm, bahwa :
Salah satu syarat agar suatu kegiatan komunikasi berhasil adalah ketika pesan yang disampaikan membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperolehnya.(Onong Uchjana Efendi, 1986: 41).
Pada hakekatnya keempat unsur difusi itu hampir sama dengan unsur
pokok dalam model komunikasi pada umumnya. Model komunikasi yang
dimaksud adalah model S-M-C-R-E yang dikenalkan oleh Everett M. Rogers
dan W. Floyd Shoemaker. Dalam bukunya yang berjudul Communication of
Innovations, Robert menyatakan
is that sou
Dengan kata lain jika proses komunikasi tersebut digambarkan, maka
model komunikasinya bisa digambarkan seperti berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
Gambar 4. Model Komunikasi S-M-C-R-E
Model komunikasi S-M-C-R-E yang telah disebutkan terdiri dari (1)
sumber, (2) pesan, (3) saluran, (4) penerima, (5) efek/akibat komunikasi. Jelas
sekali bahwa model komunikasi S-M-C-R-E ini sangat sesuai dengan unsur-
unsur difusi yaitu :
1. Penerima atau komunikan yakni anggota sistem sosial. Dalam hal ini
masyarakat Desa Wonoharjo.
2. Pesan-pesan yang berupa ide baru atau inovasi. Inovasi yang didifusikan,
yaitu .
3. Saluran, yaitu alat atau media dengan mana inovasi disebarkan. Melalui
saluran komunikasi apa sajakah nantinya pesan akan disampaikan.
4. Sumber, yaitu sumber inovasi (para penemu, ilmuwan, agen pembaru,
pemuka pendapat, dan sebagainya).
5. Akibat (efek) yang berupa perubahan baik dalam hal pengetahuan, sikap
maupun tingkah laku yang tampak (yaitu menerima atau menolak)
terhadap inovasi. Akibat yang diharapkan dalam difusi Program Keluarga
adalah masyarakat mau mengadopsi
program ini dikehidupan sehari-hari mereka.
SOURCE
(sumber)
MESSAGE
(pesan)
CHANNEL
(media)
RECEIVER
(penerima)
EFFECTS
(efek)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
Berdasarkan paradigma Harold Lasswell yang ditampilkan oleh Philip
Kotler dalam bukunya, Marketing Management, unsur-unsur proses
komunikasi dapat ditegaskan sebagai berikut (Onong Uchjana Efendi,
2003:18) :
1) Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
2) Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
3) Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
4) Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
5) Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6) Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7) Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
8) Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
9) Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Paradigma komunikasi yang dijelaskan oleh Lasswell menegaskan faktor-
faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak
mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia
harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana
komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus
mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak
sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
3. Teori Difusi Inovasi dan Adopsi Inovasi
Salah satu dari teori komunikasi adalah Teori Difusi Inovasi (Diffusion of
Innovation Theory). Di dalam teori difusi-inovasi, dikatakan bahwa sebuah
inovasi disebarkan dalam sebuah sistem sosial dengan pola yang dapat
diprediksi. Sedikit individu akan langsung mengadopsi inovasi segera setelah
mereka mengetahuinya dan individu-individu lain membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mencoba sesuatu yang baru dan ada pula individu lain yang
membutuhkan waktu lebih lama lagi dalam mengadopsi inovasi tersebut. Jika
digambarkan dalam bentuk grafik, proses adopsi tersebut akan membentuk
huruf S.
Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui
sebuah proses konstruksi sosial. Sedangkan dalam hal adopsi inovasi sendiri
dikatakan bahwa inovasi yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang
mempunyai manfaat relatif, kesesuaian, kemampuan untuk dicoba,
kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih besar, dan tingkat kerumitan yang
lebih rendah akan lebih cepat diadopsi daripada inovasi-inovasi lainnya
(Rogers, 1983: 15-16).
Difusi adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan atau disebarkan
melalui saluran komunikasi dalam kurun waktu tertentu di dalam suatu sistem
sosial. Difusi merupakan jenis komunikasi khusus di mana pesan yang
disampaikan merupakan ide baru. Komunikasi merupakan suatu proses yang
mana individu membuat dan meyebarkan informasi dengan individu lain
dalam rangka menyamakan pengertian. Dari definisi tersebut dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pemusatan (convergence)
informasi ketika dua individu saling bertukar informasi (Rogers, 1983: 5).
Asumsi-asumsi dasar pendekatan difusi adalah (Rogers, 1985: 16) :
1) Komunikasi dengan sendirinya bisa menggerakkan pembangunan tanpa memandang kondisi-kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
2) Peningkatan produksi dan konsumsi barang-barang dan jasa merupakan hakekat pembangunan, dan bahwa pembagian yang adil dalam pendapatan dan kesempatan perlu dicapai dalam waktu yang telah diperhitungkan.
3) Kunci terhadap peningkatan produktivitas itu adalah inovasi teknologi, tanpa memandang siapa saja yang diuntungkan dan
Dari teori Rogers di atas dapat dikatakan bahwa roda penggerak
pembangunan adalah komunikasi yang baik. Dengan berkomunikasi secara
lancar, pembangunan-pembangunan fisik maupun non fisik (mental) akan
tergerak ke arah positif. Oleh karena itu, masyarakat terus mencari dan
menemukan inovasi baru agar produktivitas meningkat dan roda
pembangunan akan terus berputar.
Penyebaran inovasi menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat
dan perubahan sosial pun merangsang orang untuk menemukan dan
menyebarluaskan hal-hal baru. Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem
sosial terutama karena terjadinya komunikasi antara masyarakat atau antara
masyarakat satu dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi
merupakan faktor penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melalui
saluran-saluran komunikasi, terjadilah pemahaman dan penilaian yang
nantinya akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu
inovasi. Pemahaman tentang pesan yang disampaikan dengan cara komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
antar anggota sistem sosial seperti ini sesuai dengan Social Learning Theory,
yang menyatakan bahwa:
Individu mempelajari suatu pengetahuan dengan melakukan observasi, identifikasi, dan imitasi di dalam satu sistem sosial di mana
Theories of Communication, Virtual University of Pakistan, hal. 46-50).
Berikut ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur utama dari proses
difusi inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1983: 11-24) :
a) Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau benda yang dianggap baru oleh
seseorang atau sekelompok orang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara
subyektif, menurut individu yang menerimanya. Dalam penelitian ini yang
dimaksud sebagai gagasan baru adalah
. Setiap inovasi pastilah mempunyai komponen ide yang
menyertainya. Gagasan inovasi ada yang berwujud fisik seperti pil KB,
traktor, dan mesin uap, maupun non fisik seperti ideologi. Pengadosian
inovasi yang berwujud fisik disebut dengan keputusan tindakan. Sedangkan
pengadopsian inovasi yang berwujud non fisik disebut dengan keputusan
simbolis. Adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu
yang menangkapnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud inovasi adalah
.
Inovasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen ide dan komponen
fisik (aspek material dari ide). Komponen yang selalu ada dalam setiap inovasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
adalah komponen ide.
merupakan inovasi yang memiliki komponen ide dan komponen fisik.
Komponen ide berupa gagasan dari masyarakat sendiri untuk menentukan
komponen fisiknya. Komponen fisiknya berupa bangunan-bangunan fisik
yang merupakan usulan atau ide dari masyarakat tadi. Oleh karena itu,
program ini membutuhkan suatu tindak lanjut atau action berupa partisipasi
masyarakat.
Inovasi baru bagaimanapun juga tidak selamanya dibutuhkan oleh
masyarakat. Inovasi diadopsi ketika dibutuhkan oleh para anggota sistem
sosial. Bahkan ada inovasi yang malah berbahaya dan tidak ekonomis beredar
di masyarakat. Akan tetapi, inovasi tersebut ternyata memiliki adopter
tersendiri. Hal ini menunjukkan bahwa jika suatu inovasi tidak dibutuhkan
oleh satu sistem sosial, tetapi belum tentu inovasi tersebut tidak dibutuhkan
juga oleh sistem sosial lain.
Dalam bukunya, Rogers menyatakan bahwa setiap inovasi memiliki
karakteristik-karakteristik tersendiri yang bisa dinilai oleh individu. Penilaian
setiap individu dengan yang lain tidaklah sama. Tergantung pada pribadi
masing-masing individu. Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik inovasi
meurut Rogers (Rogers, 1983: 15-16) :
1) Keuntungan relatif
Merupakan penilaian seberapa besarkah keuntungan yang didapat atau
dimiliki inovasi bagi suatu sistem sosial dibandingkan dengan inovasi
sebelumnya atau inovasi yang sudah ada. Keuntungan dinilai dari segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
ekonomi bukan dari gengsi, kepuasan, keuntungan bagi kehidupan sehari-
hari, suatu inovasi tidak akan terlalu dipertanyakan manfaatnya ketika
inovasi tersebut membawa keuntungan obyektif. Tetapi suatu inovasi
mulai dipertanyakan manfaatnya ketika inovasi tersebut tidak
mendatangkan keuntungan.
2) Kompatibilitas
Adalah penilaian seberapa sesuaikah suatu inovasi dengan nilai-nilai yang
ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensial pengadopsi. Sesuatu
yang kompatibel memiliki jaminan kemananan yang lebih besar dan
sedikit resikonya akan lebih mudah diadopsi daripada suatu inovasi yang
tidak cocok dengan nilai-nilai sosial yang telah mengakar dalam diri para
anggota sistem sosial. Pengadopsian suatu inovasi yang tidak cocok
dengan sistem sosial kadangkala membutuhkan persetujuan atau
penyesuaian dengan sistem nilai yang ada. Contohnya adalah penerapan
penggunaan alat kontrasepsi di negara yang melarang penggunaan alat
kontrasepsi karena alasan kepercayaan agama, sebagaimana di negara
Muslim dan Katolik.
3) Kompleksitas
Adalah penilaian seberapa sulitkah sebuah inovasi untuk dimengerti dan
diterapkan. Inovasi yang sulit dimengerti dan diterapkan akan diadopsi
lebih lambat dibandingkan dengan inovasi yang sederhana dan lebih
mudah dimengerti serta diterapkan.
4) Triabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
Adalah penilaian seberapa mampukah suatu inovasi untuk diujicobakan
dengan sumber daya yang terbatas. Ide baru yang bisa dicoba akan lebih
cepat diadopsi dibandingkan inovasi yang tidak bisa dicoba terlebih
dahulu.
5) Observabilitas
Karakteristik ini menunjuk pada derajat di mana hasil-hasil inovasi dapat
diamati oleh para adopter. Suatu inovasi yang dapat diamati hasilnya
mempunyai korelatif positif dengan kecapatan adopsinya. Inovasi seperti
ini akan lebih cepat untuk diadopsi oleh adopter. Pengamatan terhadap
hasil adopsi dapat dilakukan melalui demonstrasi penerapan suatu inovasi.
b) Saluran komunikasi
Saluran komunikasi adalah alat dimana pesan-pesan dari sumber dapat sampai
kepada penerimanya. Proses penyampaian pesan inilah yang dimakasud
dengan difusi. Pada hakekatnya difusi terdiri dari empat komponen, yaitu : ide
baru, penyampai informasi, penerima informasi, dan beberapa bentuk saluran
komunikasi yang menghubungkan penyalur dan penerima informasi.
Pemilihan saluran komunikasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan
tujuan diadakannya komunikasi dan khalayak dengan siapa saluran
komunikasi itu disambungkan. Saluran komunikasi menjadi unsur utama
dalam sebuah difusi inovasi, karena dengan saluran komunikasilah sebuah
pesan inovasi ini bisa sampai kepada masyarakat. Setelah disampaikan pada
masyarakat, diharapkan mereka mampu menindaklanjuti inovasi atau pesan
yang ingin disampaikan tersebut. Neeru Gupta, Charles Katende, dan Ruth
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
Bessinger dalam jurnalnya yang berjudul Associations of Mass Media
Exposure with Family Planning Attitudes and Practices in Uganda yang
diterbitkan pada Maret 2003 (Neeru G, Charles K, Ruth B. 2003. Associations
of Mass Media Exposure with Family Planning Attitudes and Practices in
Uganda, Study in Family Planning) menyatakan bahwa beberapa hasil studi
empiris mengenai difusi inovasi yang telah dilakukan menunjukkan kampanye
media massa sifatnya efektif dalam mengubah perilaku meniru. Berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan di Nepal, paparan akan pesan dalam media
massa memiliki efek tidak langsung pada penggunaan alat kontrasepsi melalui
persuasi dalam kegiatan komunikasi interpersonal dan dengan memicu
perubahan ke arah positif dalam hal perilaku dan pandangan norma sosial
terhadap program family planning. Pada akhir penelitiannya, Neeru Gupta,
Charles Katende, dan Ruth Bessinger menyarankan agar diadakan penelitian
mengenai proses perubahan sosial dalam hal sikap dan perilaku terhadap
inovasi yang berupa family planning.
Dalam setiap proses penyebaran inovasi, hal utama yang menjadi fokus
adalah pertukaran pesan yang berupa ide atau gagasan baru. Pertukaran pesan
yang terjadi dalam komunikasi antara dua atau lebih individu menentukan
keputusan yang akan komunikator ambil mengenai disalurkan atau tidaknya
pesan tersebut kepada komunikan, dan juga efek dari pesan tersebut. Sebagai
contoh, media massa adalah saluran komunikasi paling efisien dalam
menyalurkan informasi kepada khalayak tentang keberadaan inovasi dengan
tujuan menciptakan kesadaran khalayak tersebut. Media massa adalah segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
bentuk sarana atau alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan yang
melibatkan sejumlah perantara, seperti radio, televisi, koran, dan lain
sebagainya, yang mana memungkinkan sumber pesan menjangkau sejumlah
besar khalayak. Di lain pihak, saluran komunikasi interpersonal lebih efektif
dalam mempersuasi seorang individu untuk mengadopsi ide baru, khususnya
jika saluran komunikasi interpersonal tersebut menghubungkan dua atau lebih
individu yang berkarakteristik hampir sama. Komunikasi interpersonal
melibatkan pertukaran pesan secara tatap muka antara dua atau lebih individu.
Melalui hubungan interpersonal, para adopter akan cepat mengadopsi suatu
inovasi. Dalam prakteknya, penggunaan komunikasi interpersonal dalam
difusi inovasi harus mempertimbangkan faktor semantis. Komunikator perlu
menentukan bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan agar tidak
terjadi kesalahpamahan serta bertujuan mempermudah komunikan dalam
memahami isi pesan. Contohnya penggunaan bahasa Jawa dalam penyebaran
inovasi dalam sistem sosial di wilayah Kabupaten Kebumen. Komunikasi
interpersonal seperti ini termasuk dalam komunikasi interpersonal berbasis
lokalitas.
Karena itu sumber difusi harus memilih antara saluran media massa atau
komunikasi interpersonal berdasarkan tahap dimana penerima berada dalam
proses pengambilan keputusan inovasi, apakah dalam tahap pengenalan
ataukah dalam tahap persuasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
c) Jangka waktu
Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam proses difusi. Dimensi
waktu ada atau tampak dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b)
keinovatifan seseorang, yaitu relatif lebih awal atau lebih lambat dalam
menerima inovasi, (c) kecepatan mengadopsi dalam sistem sosial. Waktu juga
termasuk aspek penting dalam proses difusi inovasi. Faktanya, sebagian besar
penelitian perilaku tidaklah mengenal waktu, waktu dianggap tidak ada.
Waktu merupakan aspek penting dalam setiap proses komunikasi, tapi
kebanyakan penelitian yang bukan merupakan penelitian difusi inovasi tidak
terlalu mementingkan waktu.
Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang
mulai mengenal inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau
menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan tersebut. Proses keputusan
inovasi tersebut memerlukan waktu.
Ketika seseorang memutuskan untuk mengadopsi suatu inovasi berarti ia
memutuskan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak
yang paling baik. Masa pengambilan keputusan inovasi adalah jangka waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan
inovasi. Pengambilan keputusan inovasi tidak selamanya positif, tetapi kadang
juga negatif, yaitu berupa penolakan, suatu keputusan untuk tidak mengadopsi
ide baru.
Tahap terakhir dalam proses keputusan inovasi adalah pengukuhan atau
konfirmasi, suatu tahap di mana penerima mencari penguat terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
keputusan adopsi atau penolakan yang telah dibuatnya. Pada tahap ini bisa jadi
berbalik dari keputusan semula jika memperoleh informasi yang bertentangan.
Cara lain untuk mengukur dimensi waktu dalam difusi inovasi adalah
melalui tempo kecepatan adopsi, yaitu kecepatan relatif penerimaan inovasi
oleh sistem sosial. Kecepatan adopsi biasanya diukur dengan berapa lama
jangka waktu yang diperlukan oleh sekian persen anggota masyarakat untuk
mengadopsi inovasi. Unit analisa yang dipergunakan disini adalah sistem
sosial.
d) Sistem sosial
Sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Anggota atau unit-unit sistem sosial itu bisa
berupa individu, kelompok informal, organisasi modern atau subsistem. Di
antara anggota sistem sosial ada yang memegang peranan penting dalam
proses difusi, yaitu pemuka pendapat dan agen pembaru. Pemuka pendapat
adalah seseorang yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah
laku orang lain untuk dapat bertindak dengan cara tertentu secara informal.
Sedangkan agen pembaru adalah orang yang aktif berusaha menyebarkan
inovasi ke dalam suatu sistem sosial.
Difusi ada dalam sistem sosial, karena struktur sosial dari sistem tersebut
mempengaruhi penyebaran dari inovasi dalam beberapa cara. Sistem sosial
merupakan batas dalam penyebaran inovasi. Topik yang perlu dibahas disini
adalah bagaimana struktur sosial mempengaruhi keberhasilan difusi inovasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
pengaruh norma-norma dalam masyarakat terhadap difusi, dan konsekuensi
dari inovasi bagi sistem sosial yang ada.
Seperti halnya difusi inovasi dalam sistem sosial, dalam proses
pengambilan keputusan adopsi yang dilakukan oleh anggota sistem sosial
seringkali juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sistem sosial
itu sendiri, diantaranya :
1) Struktur Sosial
Struktur sosial terbentuk karena adanya perbedaan dalam anggota sistem
sosial. Perbedaan tersebut mencakup status dan posisi anggota sistem
sosial, yang tampak pada hierarki kedudukan anggota. Organisasi formal
seperti lembaga pemerintahan atau perusahaan mempunyai struktur sosial
resmi yang tersusun rapi yang terdiri dari hierarki posisi jabatan, ada orang
yang menduduki posisi atasan yang berhak memberi perintah kepada
orang yang berada pada posisi bawahan dan mengharapkan perintah itu
dilaksanakan . Dalam organisasi informalpun, misalnya keluarga terdapat
tingkatan struktur yang serupa yang bersifat dalam hubungan interpersonal
di antara anggota-anggotanya, yang menentukan siapa yang boleh
berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.
Pada hakekatnya baik struktur sosial formal maupun informal
berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku
dalam menjawab rangsangan komunikasi. Begitu pula jalannya dalam
proses difusi, struktur sosial mempunyai hubungan saling mempengaruhi
yang komplek dengan proses tersebarnya inovasi ke dalam suatu sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
sosial. Struktur sosial, dapat merintangi atau memudahkan proses difusi,
dan sebaiknya difusi dapat merubah struktur sosial suatu masyarakat.
Satu hal yang mampu merintangi atau memudahkan cepatnya
penyebaran ide baru dan pengadopsian atau
-norma status sosial dan hierarki yang ada
dalam masyarakat mempengaruhi perilaku anggotanya. Inovatif tidaknya
seseorang bisa dipengaruhi dua variabel, yaitu variabel kepribadian
seseorang yakni komunikasi sosialnya, sikap-sikapnya, dan sebagainya.
Yang kedua adalah ciri-ciri sistem sosialnya, modern atau tradisional.
Antara struktur sosial suatu sistem sosial dengan cara menyebarnya
suatu inovasi ke dalam sistem itu terdapat jalinan hubungan yang erat tapi
tidak kentara. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sepertinya tidak
mungkin mengkaji difusi tanpa mempunyai pengetahuan tentang struktur
sosial dimana adopter berada, sebagaimana halnya tak mungkin mengkaji
sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur
pembuluh darah. Karena itu struktur sosial suatu sistem itu mempengaruhi
difusi, dan sebaliknya.
2) Norma Sosial
Norma sosial adalah pedoman tingkah laku yang telah mapan bagi anggota
suatu sistem sosial tertentu. Norma-norma itu membatasi seberapa jauh
suatu tingkah laku boleh dilakukan atau tidak dan disamping itu norma itu
bertindak sebagai pembimbing atau ukuran dasar bagi perilaku anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
sistem sosial. Norma sistem mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mengadopsi inovasi.
Norma-norma sosial dapat menjadi perintang bagi masuknya suatu
inovasi ke dalam suatu sistem sosial, dan juga dapat menjadi perintang
terjadinya perubahan sosial. Selain mempengaruhi penerimaan dan
penolakan inovasi, norma sosial juga mempengaruhi cara suatu inovasi
terintegrasi ke dalam cara hidup penerimanya.
3) Agen Pembaru dan Pemuka Pendapat
Agen pembaru adalah pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi
atau mengarahkan keputusan inovasi orang lain selaras dengan yang
diinginkan oleh lembaga pembaruan di mana ia bekerja atau menjadi anak
buahnya. Contoh agen pembaru adalah para guru, penyuluh lapangan,
pekerja sosial, juru dakwah, misionaris, kader partai di desa, konsultan
asing atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan, barang, atau
tindakan-tindakan baru kepada anggota masyarakat dan berusaha agar
orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan. Fungsi utama agen
pembaru adalah menjadi rantai penghubung antara dua sistem sosial atau
lebih.
Membicarakan peranan agen pembaru dalam penyebaran inovasi,
berarti kita membahas apa yang dilakukan oleh agen pembaru dalam usaha
mempengaruhi proses keputusan inovasi. Terdapat tujuh peranan agen
pembaru dalam proses pengenalan inovasi kepada masyarakat, yaitu :
a) Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
b) Mengadakan hubungan untuk perubahan
c) Mendiagnosis masalah
d) Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri
klien
e) Merencanakan tindakan pembaruan
f) Memelihara dan memajukan program pembaruan
g) Mencapai hubungan terminal
Sebuah kampanye difusi mungkin akan lebih berhasil jika agen
pembaru mengenal dan dapat menggerakkan para pemuka pendapat yang
dipandang sebagai tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial. Pemuka
pendapat adalah seseorang yang mampu mempengaruhi perilaku dari
individu lain dalam sistem sosial dengan cara-cara tertentu melalui usaha
yang terus-menerus. Dalam sistem sosial, seorang pemuka pendapat
biasanya adalah seseorang yang menjadi tempat bertanya dan tempat
meminta nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan
tertentu. Ketika seorang agen pembaru mengarahkan komunikasinya,
memusatkan usahanya untuk mempengaruhi pemuka pendapat dalam
sistem sosial, ia dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu. Dengan
menghubungi pemuka pendapat berarti ia tidak perlu lagi menghubungi
semua anggota sistem sosial satu per satu, karena setelah sampai ke
pemuka pendapat ide baru akan lebih cepat tersebar.
Dengan menggunakan bantuan dari pemuka pendapat di masyarakat,
agen pembaru dapat melindungi ide-idenya dari tantangan yang mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
timbul dari dalam sistem sosial. Bekerja dengan pemuka pendapat dapat
meningkatkan kemungkinan pengadopsiannya.
Keempat unsur tersebut merupakan penyusun dari difusi atau penyebaran
kepada masyarakat. Inovasi merupakan pesan yang ingin disampaikan pada
khalayak dalam sebuah difusi yang merupakan proses komunikasi. Pesan
berupa inovasi ini harus sampai kepada masyarakat dengan melalui berbagai
saluran komunikasi. Selanjutnya, pada saat proses penyebaran inovasi
berakhir dan terlihat bahwa masyarakat menerima suatu inovasi dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka hal itu disebut dengan
adopsi. Dengan kata lain adopsi adalah proses menerima suatu inovasi atau hal
yang baru. Adopsi juga memerlukan waktu untuk berproses. Jadi adopsi
bukanlah proses yang sederhana, karena memang membutuhkan waktu dan
pemikiran yang matang. Dalam menerima sesuatu yang baru, tidak semudah
menerima sesuatu yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh masyarkat tidaklah terjadi secara
serempak. Ada yang langsung menerima, ada yang baru menerima setelah
mempertimbangkan, ada juga yang menolaknya. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi adopsi menurut Rogers (1983: 211) adalah keuntungan relatif,
kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. Keuntungan
relatif, inovasi merupakan ide baru untuk menggantikan atau menambah.
Kompatibilitas, yaitu inovasi tersebut cocok dengan kenyataan yang ada dan
pengalaman masa lalu dari adopter. Kompleksitas, berarti inovasi cenderung
susah dimengerti dan digunakan oleh adopter. Triabilitas, inovasi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
diujicobakan sebelum digunakan. Observabilitas artinya inovasi tersebut dapat
dilihat hasil atau manfaatnya.
Kelima unsur tersebut sangat mempengaruhi dalam penerimaan
masyarakat terhadap sebuah inovasi baru. Terutama inovasi yang membawa
keuntungan bagi masyarakat yang lebih cepat diterima. Selain itu bagaimana
seorang inovator mengkomunikasikan inovasi kepada masyarakat juga
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap sebuah inovasi. Selain kelima
unsur tersebut, masih ada satu unsur lagi yang mampu mempengaruhi
pengambilan keputusan adopsi, yaitu seperti yang dinyatakan dalam teori
Spiral of Silence :
dengan jalan ikut melakukan tindakan yang serupa dengan anggota sistem sosial lain karena merasa takut akan isolasi dan pengucilan
(Elisabeth Noel Newman dalam Denis McQuail, Peter Golding, Els de Bens. Communication Theory and Research, 2005 : 59. Sage Publications ).
Untuk tahapan adopsi inovasi sendiri, peneliti memakai paradigma yang
dikemukakan oleh Rogers (1983: 163):
1. Tahap Pengenalan
Adalah tahap dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan
memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi tersebut
berfungsi. Seseorang seringkali mengetahui adanya inovasi secara
kebetulan, ia tdak dapat aktif mencari inovasi yang tidak ia ketahui
adanya. Umumnya seseorang cenderung membuka diri terhadap ide-ide
baru yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan sikap yang ada padanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
Kita biasanya tidak dapat mempunyai sikap atau kepercayaan yang
konsisten dan berkenaan terhadap inovasi yang belum pernah kita kenal
sebelumnya. Akan tetapi jika kebutuhan terhadap inovasi tertentu itu
berkenaan dengan kebutuhan nyata yang dapat dilihat atau dirasakan
sehingga seseorang dapat merasakan bahwa inovasi itu betul-betul dapat
membantu memenuhinya, maka akan menumbuhkan motivasi mereka
untuk mengadopsi.
2. Tahap Persuasi
Adalah tahap di mana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak
terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama
adalah berlangsungnya fungsi kognitif, aktivitas mental pada tahap
persuasi yang utama adalah afektif (perasaan). Sebelum seseorang
mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu
terhadapnya.
Pada tahap persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan
inovasi. Sekarang dengan giat mencari ide baru itu. Kepribadiannya begitu
pula norma-norma sistem sosialnya mempengaruhi di mana ia harus
mencari informasi, pesan apa saja yang tidak ia terima dan bagaimana ia
menafsir keterangan yang ia peroleh itu. Pada tahap persuasi inilah
persepsi umum terhadap inovasi mulai terbentuk. Ciri-ciri inovasi yang
tampak misalnya, keuntungan relatif, kompatibilitas, dan kerumitan atau
kesederhanaannya sangat penting artinya pada tahap ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
Dalam mengembangkan sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi,
seseorang mungkin menerapkan ide baru itu secara mental pada dirinya
sendiri sekarang atau masa mendatang sebelum ia dapat menentukan
apakah akan mencobanya atau tidak. Setiap inovasi memiliki resiko
subyektif tertentu pada seseorang. Dia tidak tahu persis akibat atau hasil
apa yang akan ia peroleh dari ide baru tersebut. Karena itu ia perlu
memperkuat sikap terhadap ide baru tersebut. Karena pesan-pesan dalam
media massa terlalu umum untuk bisa mengukuhkan kepercayaan
seseorang terhadap inovasi, maka melalui komunikasi interpersonallah
seseorang mampu meyakinkan pikirannya bahwa ia telah mengambil
keputusan yang tepat.
3. Tahap Keputusan
Adalah tahap di mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang
membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
Sebetulnya seluruh proses keputusan inovasi merupakan serangkaian
pemilihan pada setiap tahapnya.
Misalnya pada tahap pengenalan, seseorang harus memilih pesan
inovasi mana yang akan diambil dan mana yang tidak. Pada tahap persuasi
ia harus menentukan untuk mencari pesan-pesan tertentu. Tetapi pemilihan
pada tahap keputusan berbeda dengan semua itu, karena ia harus memilih
satu diantara dua alternatif saja, yaitu menerima atau menolak ide baru.
Keputusan ini meliputi pertimbangan lebih lanjut apakah ia akan mencoba
inovasi itu atau tidak, jika inovasi itu dapat dicoba. Kebanyakan, orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
tidak menerima suatu inovasi tanpa mencobanya terlebih dahulu sebagai
dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi itu bagi situasi dirinya
sendiri. Percobaan dalam skala kecil ini seringkali menjadi bagian dari
keputusan untuk menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk
mengurangi resiko inovasi.
Inovasi yang dapat dicoba penggunaannya dalam skala kecil biasanya
lebih cepat diterima. Seringkali orang yang mencoba inovasi berlanjut
dengan keputusan untuk mengadopsi, jika inovasi itu setidak-tidaknya
mempunyai keuntungan relatif tertentu.
4. Tahap Implementasi
Tahap implementasi terjadi ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lain mulai menggunakan inovasi. Pada tahap ini, proses
pengambilan keputusan sepenuhnya merupakan aktivitas mental. Akan
tetapi, dalam implementasi melibatkan perubahan perilaku yang jelas,
ketika ide baru mulai direalisasikan penggunaannya. Pembahasan
sebelumnya yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
pada umumnya belum sepenuhnya menjelaskan akan arti penting
keberadaan tahap implementasi. Implementasi adalah satu keadaan dimana
individu memutuskan untuk mengadopsi ide baru tersebut. Pada saat mulai
menggunakan inovasi tersebut akan menemui berbagai masalah salah
satunya bagaimana cara menggunakan inovasi tersebut.
Rasa was-was, kerena ketidakpastian kensekuensi yang didapatkan
seorang individu ketika sudah menggunakan inovasi juga masih berpotensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
muncul pada tahap ini. Pada saat akan mengimplementasikan inovasi,
individu pasti akan bertanya-
mendapat , , dan
informasi biasanya juga ada pada tahap implementasi. Pada saat inilah
peran seorang agen pembaru sangat dibutuhkan dalam menyediakan
panduan teknis tentang bagaimana cara menggunakan inovasi.
Masalah yang muncul pada tahap implementasi biasanya lebih serius
saat pengadopsinya berskala besar, seperti sekelompok orang dalam
sebuah organisasi bukan individu. Penyebabnya adalah pihak-pihak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan lebih banyak sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk menyamakan tujuan demi mencapai kesepakatan
lebih lama dibandingkan ketika hanya seorang individu saja yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan.
5. Tahap Konfirmasi
Adalah tahap di mana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi
yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah
keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan. Bukti-
bukti penelitian empiris yang diperoleh para peneliti menunjukkan bahwa
proses pengambilan keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang
mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Mason
dalam bukunya Rogers, Diffusion of Innovations, Third Edition
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
mengemukakan bahwa respondennya, yaitu para petani Oregon mencari
informasi untuk menguatkan keputusan inovasi yang telah dibuatnya,
tetapi mungkin dia merubah keputusannya semula jika ia memperoleh
pesan-pesan yang bertentangan. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada
keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tidak
terbatas. Pada tahap ini, seseorang berusaha untuk menghindari kenyataan
yang menyimpang dan bertentangan dengan keputusannya. Andaikata hal
itu terjadi juga, ia berusaha memperkecil ketidaksesuaian itu. Pada
konfirmasi, ketika seseorang sebelumnya mengadopsi inovasi selama
jangka waktu tertentu kemudian pada suatu saat ia memutuskan untuk
menghentikan adopsi inovasi itu, maka keadaan seperti ini disebut sebagai
diskontinuasi.
Dalam pengambilan keputusan inovasi, seseorang mempunyai sikap yang
berbeda-beda. Antara satu orang dengan orang yang lain akan berbeda dalam
mengambil keputusan karena perbedaan latar belakang dan penafsiran tentang
suatu inovasi. Pengambilan keputusan inovasi juga berbeda dengan
pengambilan keputusan yang lain. Hal ini disebabkan dalam keputusan inovasi
seseorang harus memilih alternatif baru setelah inovasi itu ada. Berikut ini
merupakan macam-macam keputusan inovasi, yaitu (Hanafi, 1987: 35) :
1) Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang
oleh individu yang berada dalam posisi atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
2) Keputusan individual, yaitu keputusan di mana individu yang
bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan
individual ada dua macam, yaitu :
a) Keputusan opsional, yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang,
terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
b) Keputusan kolektif, yakni keputusan yang dibuat oleh individu-
individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.
Selain tipe keputusan di atas, masih ada keputusan yang disebut
keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Proses keputusan inovasi
adalah proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal
mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak
dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang telah diambilnya. Proses ini
merupakan proses individual, sehingga berbeda dengan difusi. Difusi
merupakan proses di mana inovasi dikomunikasikan kepada para anggota
sistem sosial (Rogers dan Shoemaker dalam Dasar-Dasar Komunikasi Untuk
Sosialisasi, 1999: 25).
Apabila individu telah mengadopsi berarti ia mulai menggunakan dan
menerapkan inovasi. Dalam kasus adopsi inovasi, individu harus memilih
suatu alternatif baru untuk menggantikan sesuatu yang telah ada dan
dilakukannya sebagai kebiasaan. Dengan demikian kebaruan alternatif
merupakan aspek khusus dalam pengambilan keputusan inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Difusi dan Adopsi Inovasi
Berikut ini peneliti akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mampu
mendukung dan menghambat keberhasilan kegiatan difusi dan adopsi inovasi.
Faktor pendukung dan penghambat ini masing-masing berasal dari aspek yang
sama, yaitu :
a) Aspek sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational
context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi
ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh
terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan
dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis (Onong
Uchjana Efendi, 1986:14). Ketika hendak menyebarkan suatu ide baru
dalam satu sistem sosial, seorang agen pembaru sangat dianjurkan
untuk mensurvei tentang kondisi sosial, antropologis, dan psikologis
para anggota sistem sosial tersebut. Hal ini dilakukan agar pada saat
kegiatan komunikasi penyebaran ide baru tersebut, agen pembaru tidak
menemui banyak hambatan. Dengan mempelajari aspek sosio-antro-
psikologis, komunikator juga bisa mengetahui ide baru atau inovasi
seperti apa yang dibutuhkan dan bisa diadopsi oleh anggota sistem
sosial.
i. Aspek sosiologis
Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
menjadi dua jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan
Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat
pribadi, statis, dan tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah
tangga; sedang Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat
tidak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor
atau dalam organisasi.
Berkomunikasi dalam Gemeinschaft dengan istri atau anak
tidak akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal
atau pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai. Berbeda
halnya dengan berkomunikasi dalam Gesselschaft. Seseorang
yang bagaimana pun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan
menjadi bawahan orang lain. Seorang kepala desa mempunyai
kekuasaan di daerahnya, tetapi ia harus tunduk kepada camat.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang
menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi,
tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang
kesemuanya dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
kelancaran kegiatan penyebaran inovasi dan pengambilan
keputusan adopsi di satu sistem soaial.
ii. Aspek antropologis
Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak
akan berhasil apabila ia tidak mengenali siapa komunikannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan
mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma
kehidupannya, kebiasaannya, dan bahasanya.
Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang
disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara
tuntas, yaitu diterima dalam pengertian secara inderawi dan
rohani. Demikian pula halnya dengan difusi inovasi, suatu pesan
yang berupa ide baru akan dimengerti oleh komunikan jika ia
memahami isi pesan tersebut secara inderawi dan rohani. Oleh
karena itu pemahaman akan pribadi komunikan sangat
diperlukan oleh komunikator agar ide baru yang ia sebarkan bisa
sepenuhnya dipahami oleh komunikan.
iii. Aspek psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi aspek yang berpengaruh
dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator
sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri
komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan
sedang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya; juga jika
komunikan menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.
Sebaliknya komunikasi akan berhasil ketika komunikan sedang
dalam perasaan senang dan gembira.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
Salah satu contoh hambatan dari aspek ini adalah prasangka.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh aspek
antropologis dan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa,
suku bangsa, agama, partai politik, kelompok, dan apa saja yang
bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam
pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak. Pada orang
yang bersikap prasangka emosinya menyebabkan dia menarik
kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional. Emosi
sering kali membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu
fakta yang bagaimana pun jelas dan tegasnya. Lain halnya ketika
komunikan memiliki penilaian yang baik terhadap komunikator
ataupun pesan yang hendak disampaikan. Ia akan dengan senang
hati menerima pesan tersebut tanpa berprasangka terhadap
komunikator atau pesannya.
b) Aspek semantis
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus
benar-benar memperhatikan aspek semantis ini, sebab salah ucap atau
salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan
salah komunikasi (miscommunication). Oleh karena itu alangkah lebih
baik jika seorang agen pembaru perlu memahami bahasa yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
oleh para anggota sistem sosial dimana ide baru disebarkan. Bisa juga
agen pembaru merekrut penduduk setempat sebagai pemuka pendapat
untuk menarik simpati dan rasa percaya masyarakat terhadap ide baru
yang sedang disebarkan. Jika komunikan memahami tentang isi pesan
yang berupa ide baru tersebut berdasarkan apa yang sudah diutarakan
oleh komunikator, maka kemungkinan untuk mengadopsi lebih besar
karena ia yakin dan sepenuhnya mengetahui manfaat yang bisa
didapatkan.
Hambatan yang timbul dari aspek semantis kadangkala bisa
disebabkan oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi
dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya : kata
da berbeda artinya dengan kata
Salah komunikasi (miscommunication) ada kalanya disebabkan oelh
pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif.
Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya dipergunakan adalah kata-
kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga menggunakan kata-kata yang
konotatif, seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya,
sehingga tidak terjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat denotatif
adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus,
dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam
kebudayaan dan bahasanya. Kata-kata yang mengandung pengertian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau evaluatif
disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.
Demi kelancaran komunikasi, seorang komunikator harus
mengucapkan pernyataannya dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata
yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun dalam
kalimat-kalimat yang logis.
c) Aspek mekanis
Aspek mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam
kehidupan sehari-hari; suara dalam telepon yang halus karena sinyal
radio yang diterima baik, ketikan huruf yang tebal dan jelas, suara yang
hilang muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari
sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi,
dan lain-lain.
Untuk hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh
komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio,
dan televisi. Tetapi pada beberapa media komunikator dapat saja
mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu, misalnya ketika sedang
menelpon terganggu oleh suara krotokan. Barangkali ia dapat
mengulanginya lagi beberapa saat kemudian. Penyebaran ide baru
melalui media perlu memperhatikan gangguan-gangguan yang mungkin
muncul seperti contoh di atas. Sebisa mungkin komunikator yang
berperan sebagai source pesan meminimalisir gangguan yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
muncul. Walaupun sudah terbukti bahwa media adalah salah satu saluran
penyebar pesan terbaik, tetapi ketika pesan yang sampai kepada
komunikan kurang atau tidak sama dengan pesan yang disampaikan oleh
source pesan, maka akan memicu terjadinya kegagalan komunikasi.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ialah
sebelum suatu pesan komunikasi dapat diterima secara rohani
(accepted), terlebih dahulu harus dipastikan dapat diterima secara
inderawi (received), dalam arti kata bebas dari hambatan mekanis.
d) Aspek ekologis
Faktor penghambat dan pendukung dalam aspek ini terjadi karena
adanya pengaruh dari lingkungan terhadap berlangsungnya proses
komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan sekitar komunikator ataupun
komunikan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang
atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang
lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato. Sedangkan
contoh dari pendukung keberhasilan komunikasi adalah suasana balai
desa yang tenang dan nyaman ketika diadakan sosialisasi.
Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat
diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau
dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk
menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat
komunikasi yang bebas gangguan suara lalu lintas atau kebisingan
orang-orang seperti disebutkan tadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
F. Definisi konseptual
1. Difusi Inovasi
Difusi inovasi adalah proses penyampaian pesan yang berupa ide baru melalui
saluran komunikasi di dalam sistem sosial dengan jangka waktu tertentu. Unsur-
unsur utama dari proses difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1983:10)
dalam Diffusion of Innovations, Third Edition terdiri dari inovasi, saluran
komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Keempat unsur ini memiliki
kesamaan dengan model komunikasi S-M-C-R-E yang dicetuskan oleh Everett M
Rogers. Model komunikasi tersebut mempunyai unsur sumber, pesan, saluran,
penerima, dan efek.
a) Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Kebaruan suatu inovasi diukur secara subyektif, menurut
individu yang menangkapnya. Inovasi memiliki karakteristik-karakteristik
yang menentukan apakah suatu inovasi dapat diadopsi atau tidak,
karakteristik tersebut adalah (Rogers, 1983:211) :
1) Keuntungan relatif
Adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap sebuah terobosan
yang lebih baik dibandingkan dengan ide-ide yang ada sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
2) Kompatibilitas
Adalah sebuah pandangan sejauh mana suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan
kebutuhan penerima.
3) Kompleksitas
Adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk
dimengerti dan digunakan.
4) Triabilitas
Adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala
kecil.
5) Observabilitas
Adalah tingkat dimana hasil-hasil adopsi suatu inovasi dapat dilihat
oleh orang lain.
b) Saluran komunikasi
Adalah perantara yang digunakan untuk membawa/menyalurkan pesan
dari komunikator kepada komunikan. Dalam difusi inovasi ada dua saluran
komunikasi yang digunakan, yaitu melalui media massa dan komunikasi
interpersonal. Media massa digunakan jika sumber hanya ingin memberi
tahu suatu inovasi kepada penerima, karena dianggap lebih efisien.
Namun, jika sumber ingin mempengaruhi penerima, maka komunikasi
interpersonal lebih tepat digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
c) Jangka waktu
Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam sebuah difusi inovasi
yang tampak dalam :
1) Proses pengambilan keputusan
2) Keinovatifan seseorang
3) Kecepatan pengadopsian
Untuk mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
melakukan wawancara mendalam kepada kepala UPTB PPKB Kecamatan
Rowokele. Sedangkan untuk mengetahui jangka waktu adopsi inovasi,
peneliti akan melakukan wawancara kepada warga Desa Wonoharjo. Dari
hasil wawancara kepada warga Desa Wonoharjo, peneliti akan mengetahui
apakah mereka termasuk cepat dalam mengambil keputusan adopsi,
apakah mereka termasuk masyarakat yang inovatif, dan tahapan apa saja
yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan adopsi yang dilakukan
oleh warga Desa Wonoharjo.
d) Sistem sosial
Sistem sosial adalah kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Unsur-unsur yang mempengaruhi difusi dan
adopsi inovasi dalam sistem sosial, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
1) Struktur sosial
Adalah pola hubungan yang terbentuk karena tersusunnya status dan
posisi anggota dalam suatu sistem sosial.
2) Norma sosial
Adalah peraturan sosial yang dibangun atas kesepakatan para anggota
sosial untuk membatasi sikap dan perilaku mereka.
3) Agen pembaru dan pemuka pendapat
Agen pembaru adalah pekerja profesional yang berusaha
mempengaruhi atau mengarahkan keputusan inovasi orang lain selaras
dengan yang diinginkan oleh lembaga pembaruan dimana ia bekerja.
Sedangkan pemuka pendapat adalah individu yang mampu
mempengaruhi orang lain bertindak dalam cara-cara tertentu, ia
merupakan tempat bertanya dan meminta nasehat mengenai urusan
tertentu.
2.
Adopsi merupakan proses keputusan menerima sebuah inovasi baru dengan
semua resiko yang menyertainya. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu
masyarakat tidaklah terjadi secara serempak. Ada yang langsung menerima, ada
yang baru menerima setelah mempertimbangkan, ada juga yang menolaknya.
masyarakat Desa Wonoharjo ditandai dengan memakai alat kontrasepsi dari KB.
Peneliti akan menjelaskan tahapan-tahapan adopsi masyarakat Desa
Wonoharjo dalam menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
menurut model pengambilan keputusan pengambilan keputusan adopsi
yang disampaikan Rogers (1983: 163). Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a) Tahap pengenalan
Tahap dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
b) Tahap persuasi
Tahap dimana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak terhadap
inovasi.
c) Tahap keputusan
Tahap dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
d) Tahap implementasi
Tahap dimana seseorang mulai memakai/memanfaatkan inovasi yang
sudah dikenalkan sebelumnya.
e) Tahap konfirmasi
Tahap dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang
telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah
keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan.
Pada bab penyajian dan analisis data akan dijelaskan satu per satu tentang
tahapan-tahapan adopsi dari teori Rogers ini. Pada tiap tahapan pastilah ada proses
komunikasi yang terjadi. Pada penelitian ini juga akan diukur tingkat adopsi
inovasi untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengadopsi inovasi Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
dengan memperhatikan karakteristik
inovasi.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Difusi dan Adopsi Inovasi Program
Faktor pendukung dan penghambat difusi dan adopsi inovasi adalah semua hal
yang mempengaruhi proses penyebaran dan pengadopsian inovasi yang terjadi di
Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Faktor pendukung
dan penghambat tersebut dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Aspek sosio-antro-psikologis
Dengan mempelajari aspek sosio-antro-psikologis, komunikator mampu
mengetahui ide baru atau inovasi seperti apa yang dibutuhkan dan bisa
diadopsi oleh anggota sistem sosial.
b) Aspek ekologis
Pengaruh lngkungan sekitar komunikator dan komunikan juga
berpengaruh terhadap difusi dan adopsi inovasi. Keadaan lingkungan
sekitar ketika proses komunikasi dilangsungkan mampu mempengaruhi
pemahaman terhadap isi pesan yang didifusikan. Tingkat pemahaman
tersebut nantinya berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan
inovasi.
c) Aspek semantis
Aspek semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan oleh komunikator
nnya kepada
komunikan. Komunikator harus memperhatikan aspek ini, karena apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
terjadi salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau
salah tafsir yang kemudian menimbulkan salah komunikasi.
d) Aspek mekanis.
Aspek mekanis bisa dijumpai pada penggunaan media dalam difusi
inovasi. Aspek mekanis menyangkut kejelasan isi pesan yang disampaikan
melalui media sebagai sumber informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
Difusi dan Adopsi Program
Inovasi
A. Keuntungan Relatif
B. Kompatibilitas
C. Kompleksitas
D. Triabilitas
Saluran Komunikasi
A. Komunikasi Bermedia
B. Komunikasi Kelompok
C. Komunikasi Interpersonal
Jangka Waktu
A. Tingkat Adopsi & Efek Difusi
B. Tahapan Adopsi Program Keluarga
Anak Lebih
Sumber Pesan
A. Agen Pembaru
B. Pemuka Pendapat
Sistem Sosial
1. Struktur Sosial
2. Norma Sosial
Faktor Pendukung dan Penghambat
A. Faktor Sosio-Antro-Psikologis
B. Faktor Ekologis
C. Faktor Semantis
D. Faktor Mekanis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
Keterangan kerangka pemikiran :
dilakukan oleh UPTB PPKB Kecamatan Rowokele terdapat empat unsur utama
yang mendukung jalannya kegiatan ini, yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka
waktu, dan sistem sosial. Pada setiap unsur utama yang mendukung
berlangsungnya difusi inovasi Program Keluarga B
-indikator yang menjadi fokus utama peneliti. Nantinya
ketika indikator-indikator dari masing-masing empat unsur utama tersebut telah
dianalisa akan terlihat pada bagian mana terdapat kesalahan yang menjadi salah
satu penyebab dari tingginya pertumbuhan penduduk di Desa Wonoharjo,
Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Sedangkan untuk mengetahui
tentang tahapan adopsi yang terjadi dalam sistem sosial Desa Wonoharjo, peneliti
menggunakan paradigma proses keputusan inovasi yang dikemukakan oleh
Rogers, bahwa adopsi inovasi itu melalui lima tahap mulai dari tahap pengenalan,
persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Untuk melihat tingkat adopsi
inovasi masyarakat Desa Wonoharjo, peneliti memanfaatkan karakteristik inovasi
yang dikemukan oleh Rogers, yaitu keuntungan relatif, kompatibilitas,
kompleksitas, dan tribilitas.
Variabel faktor pendukung dirasakan perlu untuk diteliti untuk mengetahui
hal-hal apa saja yang bisa mendukung dan memotivasi masyarakat untuk
mengadopsi inovasi. Sedangkan untuk faktor penghambat untuk mengetahui
rintangan apa saja yang berpotensi menghalangi keberhasilan difusi dan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
alasan masyarakat Desa Wonoharjo untuk tidak mengadopsi Program Keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat
tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah
mempunyai konsep dan kerangka konseptual. Peneliti melakukan wawancara dan
telaah pustaka untuk mencari fakta dan teori yang mendukung penelitian. Hasil
penelitian ditekanakan untuk memberikan gambaran secara objektif mengenai
keadaan yang sebenarnya. Riset ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi
tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel (Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin,
S.Sos., M. Si. Dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi). Deskriptif yang
dimaksud bertujuan menggambarkan difusi dan adopsi inovasi Program Keluarga
Berencan di Desa Wonoharjo.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Wonoharjo yang telah berkeluarga
dan memiliki anak, kepala Desa Wonoharjo, dan petugas lapangan serta kepala
UPTB PPKB Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Peneliti memilih
masyarakat Desa Wonoharjo karena mereka merupakan anggota dari sistem sosial
Desa Wonoharjo yang memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan
Rowokele. Peran petugas UPTB PPKB Kecamatan Rowokele adalah sebagai
sumber pesan yang didifusikan, sehingga peneliti memilih mereka sebagai
informan untuk menggali informasi tentang seluk beluk Program Keluarga
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Badan PPKB Kecamatan
Rowokele Jalan Jatijajar Km 06, karena di lokasi tersebut peneliti bisa
mendapatkan data yang menunjang penelitian berdasarkan keterangan yang
diberikan oleh para petugas sosialisasi
. Selain di UPTB PPKB penelitian juga dilakukan diDesa Wonoharjo
Kecamatan Rowokele, Kebupaten Kebumen. Desa Wonoharjo dipilih karena
merupakan desa dengan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi dibandingkan
desa-desa lain di wilayah Kecamatan Rowokele, sehingga hasil penelitian
diharapkan mampu menjelaskan proses penyebaran dan adopsi inovasi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :
a) Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan suatu percakapan antara dua jenis pelaku, yaitu
sebagai pengaju pertanyaan (interviewer) dan pemberi jawaban atas
pertanyaan (interviewee) dengan maksud mencari dan menggali semua
informasi dari responden guna melengkapi keseluruhan data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara sebagai salah satu
teknik dalam pengumpulan data dari obyek yang diteliti karena wawancara
merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap penelitian untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
mendapatkan informasi yang hanya bisa didapatkan dengan bertanya
langsung kepada responden.
Data dikumpulkan dari responden melalui wawancara dengan teknik
wawancara mendalam (depth interview) pada setiap subyek penelitian.
Teknik wawancara ini adalah wawancara tatap muka antara peneliti dengan
responden dimana peneliti merupakaninstrumen utama penelitian.
b) Dokumentasi
Untuk mengumpulkan data yang sifatnya sekunder, peneliti menggunakan
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen. Data dari hasil dokumentasi diambil dari
poster, brosur, buku, internet, dan sumber informasi lain yang mendukung.
5. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel dari orang-orang yang telah
mengenal Program Keluarga sejak tahun
2011. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik berdasarkan purposive
sampling dengan memilih informan yang dianggap tahu, sesuai dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang relevan dan mengetahui masalah
penelitian secara mendalam.
a) Petugas UPTB PPKB Kecamatan Rowokele
Peneliti mengambil dua orang petugas dari UPTB PPKB Kecamatan
Rowokele sebagai informan. Salah satunya merupakan petugas lapangan
yang bertugas sebagai penyuluh lapangan UPTBPPKB Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
Rowokele. Sedangkan yang satunya lagi adalah Kepala UPTB PPKB
Kecamatan Rowokele. Sampel diambil berdasarkan dengan kesesuaian
peran serta petugas dalam bidangnya dan dianggap paling mengetahui
kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan petugas dalam sosialisasi mengenai
.
b) Warga Desa Wonoharjo
Peneliti menggunakan dua belas orang informan masyarakat, dimana
merupakan peserta sosialisasi
yang dilakukan oleh UPT PPKB Kecamatan Rowokele tahun
2011. Informan diambil dari sembilan RW yang ada di kelurahan
Wonoharjo.
c) Pegawai Pemerintah Desa Wonoharjo
Peneliti menentukan informan sejumlah satu orang dari pegawai pemerintah
Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen, yaitu kepala
desa dan sekretaris desa. Sukarto yang menjabat sebagai Kepala Desa
Wonoharjo pada saat penelitian dilaksanakan juga dianggap sebagai seorang
pemuka pendapat di lingkungan Desa Wonoharjo.
6. Teknik Validitas Data
Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh telah secara
akurat dapat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik triangulasi data dengan sumber data, yaitu peneliti
menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
pertanyaan yang sama dalam wawancara pun diajukan ke narasumber atau
informasi yang berbeda serta mengecek balik derajat kepercayaan suatu data
primer berupa wawancara dengan data sekunder yang didapat dari buku, poster,
brosur, dan sumber informasi lain. Dalam hal ini triangulasi berasal dari
wawancara dengan masyarakat dicek dengan wawancara dengan masyarakat lain,
serta dikonfirmasikan dengan wawancara dari UPTB PPKB Kecamatan
Rowokele.
7. Teknik Analisis Data
Analisa merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematis semua
data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar makna yang
telah disampaikan, dan dapat menyajikan kepada orang lain secara terperinci (HB.
Sutopo, 1988: 37).
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif (Interactive Models Of Analisys) yaitu selalu membandingkan
atau menginteraksikan setiap unit data yang diperoleh dengan unit data yang lain
guna menemukan apa yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian (Sutopo,
2006:107).
Menurut Miles Huberman terdapat tiga langkah yang harus dipahami dalam
analisis interaktif, yaitu :
a) Reduksi Data
Reduksi data bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
dengan membuat ringkasan pada saat penelitian di lapangan (fieldnote).
Sehingga narasi sajian data dan simpulan-simpulan dari tiap unit
permasalahan yang dikaji dalam penelitian dapat dilakukan (Sutopo,
2006:113).
b) Sajian Data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data,
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan sesuatu pada analisa ataupun tindakan lain berdasarkan
pengertian tersebut. Sajian data dapat disajikan dalam bentuk narasi kalimat,
juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja
kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung narasinya. Susunan
penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak menolong
peneliti sendiri (Sutopo, 2006: 115).
c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Simpulan akhir tidak akan diperoleh sampai pada waktu pengumpulan data
berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantab dan benar-benar
bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi adalah aktivitas pengulangan untuk
tujuan pemantaban, penelusuran data kembali dengan cepat sebagai akibat
pemikiran kedua yang timbul melintas dalam pemikiran peneliti pada waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
menulis dengan melihat kembali sebentar pada field note (Sutopo, 2006:
116).
Gambar 6. Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan simpulan/ verifikasi