skripsi strategi komunikasi pada pelayanan …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNIKASI PADA PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT UMUM PADA RUMAH SAKIT
SULTAN DG. RADJA BULUKUMBA
Disusun dan diusulkan oleh
FEBRIYANTI
105650004315
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
STRATEGI KOMUNIKASI PADA PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT UMUM PADA RUMAH SAKIT
SULTAN DG. RADJA BULUKUMBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun dan Diajukan Oleh
Febriyanti
Nomor Stambuk : 105650004315
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
PERSEUJUAN
Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Umum Pada Rumah Sakit Sultan
Dg. Radja Bulukumba
Nama Mahasiswa : Febriyanti
Nomor Stambuk : 105650004315
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Menyetujui:
Pembimbing I
Wardah, S.Sos.,M.A
Pembimbing II
Syukri, S.Sos.,M.Si
NIDN: 1218067601
Mengetahui :
Dekan
Fisipol Unismuh Makassar
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
NBM : 730 727
Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi
Dr. H. Muh. Tahir, M.Si
NBM. 881 431
ii
iii
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan/undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,
Nomor : 0106/FSP/A.3/VIII/VII/41/2020. Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Komunikasi di
Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Rabu tanggal 30 Juli 2020.
TIM PENILAI
Ketua Sekertaris
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr.Burhanuddin, S.Sos., M.Si
Penguji :
1. Dr. Muh. Yahya, M.Si (Ketua) (…………………………)
2. Dr. Amir Muhiddin, M.Si (…………………………)
3. Wardah, S.Sos.,M.A (…………………………)
4. Syukri, S.Sos.,M.Si (…………………………)
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Febriyanti
Nomor Stambuk : 105650004315
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku, sekalipun ini pencabutan gelar akademik.
Makassar, 30 Juli 2020
Penulis,
FEBRIYANTI
105650004315
iv
v
ABSTRAK
Febriyanti (2019). Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Umum Pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
(dibimbing oleh Wardah dan Syukri)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pada
pelayanan kesehatan masyarakat umum di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba serta mengetahui hambatan-hambatan penetapan strategi komunikasi
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat umum. Jenis penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif dan tipe penelitian yang digunakan adalah
deskriptif. Teknik pengumpulan data mengunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan strategi komunikasi pelayanan kesehatan
masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba adalah dengan
1. mengenal khalayak yakni setiap petugas pelayanan dalam memberikan
pelayanan senantiasa mengenali khalak dengan cara menganalisis kebutuhan
khalayak, memahami dan mengerti keadaan khalayak serta memberikan masukan
dengan menggunkan bahasa yang mudah dipahami oleh khayak. 2. Kemudian
penyusunan pesan yaitu melalui tahap pra interaksi yakni petugas atau perawat
harus mengetahui latar belakang pasien untuk mempermudah dalam proses
penyampaian pesan kemudian menetapkan tindakan yang harus dilakukan kepada
pasien. Selanjutnya petugas atau perawat memperkenalkan diri serta mendorong
pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya setelah itu petugas memberikan
pesan terkait dengan berbagai hal yang harus dilakukan ataupun hal yang tidak
boleh dilakukan selama proses perawatan. 3. Sedangngkan penetapan metode pesan
yang disampaikan oleh petugas, yaitu komunikasi verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal yaitu dorongan perawat kepada pasien dengan menggunakan
bahasa lisan atau ucapan sedangkan komunikasi non verbal yaitu dorongan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien dengan menggunakan bahasa tubuh atau
gerakan tubuh. Adapun kedua metode penyampaian pesan tersebut digunakan
berdasarkan kondisi pasien. Masing- masing metode penyampaian pesan digunakan
dengan tujuan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
pasien.
Adapun Hambatan-hambatan penerapan strategi komunukasi terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat umum pada rumah Sakit Sultan Dg Radja
Bulukumba adalah banyaknya jenis pelayanan yang harus dikerjakan oleh petugas
serta keterbatasan jumlah petugas khususnya tenaga medis dimana Standar
kebutuhan minimal tenaga medis sebanyak 46 orang sementara pada Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja hanya 40 orang. Selain itu, faktor lainnya yang mengahmbat
komunikasi adalah sarana-dan prasarana seperti ketersedian ruangan pasien yang
belum maksimal sehingga suasana dalam ruangan kurang kondusif.
Keyword : Strategi Komunikasi, Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat Umum.
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Umum Pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya Ayah Rajamuddin dan Ibu Sunarti
atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang
senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan
semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita- cita, serta seluruh
keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan disertai segala
pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi
ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat, Ibu Wardah,
S.Sos.,M.A selaku pembimbing I dan Bapak Syukri, S.Sos.,M.Si selaku
pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam
membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan
penelitian hingga selesainya skripsi ini.
vi
vii
Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:
Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak Dr. H. Muh. Tahir, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi yang selama
ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan
administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik. Bapak dan Ibu dosen Ilmu
Komunikasi yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama
mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak
membantu penulis. Pihak Rumah Sakit Sultan Dg. Radja yang telah memberi izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian. Kepada seluruh keluarga besar Fisipol
Universitas Muhammadiyah Makassar, terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu
Komunikasi terkhusus kelas IK 02, dan para sahabatku Kiki, Tina, Ica, Dian, Riska
Gopi, Yuli, Nisrah, Wilda, Nina, Riska, Ima’ dan Karmin yang telah senantiasa
membantu dan menemani selama penelitian.
Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak
atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi
kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
vii
viii
Makassar, 30 Juli 2020
Febriyanti
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...............................................................................................i
Halaman Persetuuan .........................................................................................ii
Halaman Penerimaan Tim ...............................................................................iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................iv
Abstrak ...............................................................................................................v
Kata Pengantar..................................................................................................vi
Daftar Isi ............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8
A. Pengertian Konsep dan Teori ..................................................................8
B. Kerangka Pikir ........................................................................................41
C. Fokus Penelitian ......................................................................................44
D. Definisi Fokus Penelitian ........................................................................44
E. Definisi Fokus Penelitian ........................................................................44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................46
A. Waktu dan Lokasi ..................................................................................46
B. Jenis dan Tipe Penelitian .........................................................................46
C. Sumber Data ............................................................................................47
D. Informan ..................................................................................................47
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................48
F. Analisis Data ...........................................................................................50
G. Keabsahan Data .......................................................................................52
BAB IV PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ................................................54
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................54
B. Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Kesehatan Masyarakat umum
Pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba ..................................63
C. Hambatan-hambatan Penerapan Strategi Komunikasi Terhadap
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Umum Pada Rumah Sakit Sultan
Dg. Radja Bulukumba .............................................................................80
ix
x
BAB V PENUTUP .............................................................................................93
A. Kesimpulan .............................................................................................93
B. Saran ........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................95
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan publik merupakan salah satu bagian dari capaian sasaran
pemerintah yang menghendaki terwujudnya masyarakat yang mandiri dan
sejahtera. Peningkatan layanan publik tidak hanya berupa pengurusan
administrasi akan tetapi pelayanan dasar berupa kesehatan, pendidikan,
lingkungan dan eknomi mikro merupakan bagian dari pelayanan publik yang
tidak dapat dihindarkan dalam pemberian layanan (Ali Alamsyah
Kusumadinata dan Maria Fitriah, 2017:226).
Strategi komunikasi yang baik adalah strategi yang dapat menetapkan
atau menempatkan posisi seseorang secara tepat dalam komunikasi dengan
lawan komunikasinya, sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah
ditetapkan. Keberadaan strategi komunikasi tidak terlepas dari adanya tujuan
yang akan dicapai. Hal ini ditunjukkan oleh suatu jaringan kerja yang
membimbing tindakan yang akan dilakukan, dan pada saat yang sama strategi
akan mempengaruhi tindakan tersebut. Adapun prasyarat yang diperlukan
untuk merumuskan strategi komunikasi dengan cara meningkatkan pemahaman
tentang tujuan, artinya bila memahami tentang tujuan maka dengan mudah
menentukan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa tujuan, maka
tindakan yang dibuat.
Menurut Tubb dan Moss (2006: 24) terdapat lima faktor instrumen
komunikasi berjalan dengan efektif yaitu (1) pemahaman terhadap pesan oleh
1
2
penerima, (2) memberikan kesenangan kepada pihak-pihak yang
berkomunikasi, (3) memengaruhi sikap orang lain, (4) memperbaiki hubungan,
(5) memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan dalam bentuk
tindakan dari penerima pesan.
Komunikasi yang digunakan untuk memberikan pelayanan yang baik
pada masyarakat di sebuah rumah sakit adalah hal yang sangat penting untuk
kelangsungan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Strategi
pelayanan prima bahwa setiap rumah sakit harus melakukan pendekatan mutu
paripurna yang berorientasi pada kepuasan masyarakat, agar rumah sakit tetap
eksis, ditengah pertumbuhan industri pelayanan kesehatan yang semakin kuat.
Upaya rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah dengan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut karena masyarakat
atau pasien merupakan sumber pendapatan yang ditunggu oleh rumah sakit baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui asuransi kesehatan.
Tanpa pasien rumah sakit tidak dapat bertahan dan berkembang
mengingat besarnya biaya operasional rumah sakit yang tinggi. Rumah sakit
melakukan berbagai cara demi meningkatnya kunjungan masyarakat, sehingga
rumah sakit harus mampu menampilkan dan memberikan pelayanan kesehatan,
sehingga dari dampak yang muncul menimbulkan sebuah loyalitas pada
masyarakat sehingga akan datang kembali memanfaatkan jasa rumah sakit
tersebut karena kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan.
Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan pegawai untuk
memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang diberikan. Suatu
3
pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa
yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan menggunakan
persepsi masyarakat tentang pelayanan yang diterima. kepuasan dimulai dari
penerimaan terhadap masyarakat dari pertama kali datang, sampai
meninggalkan rumah sakit dengan pola komunikasi yang baik.
Komunikasi merupakan salah faktor pendukung utama pelayanan
sebuah Rumah Sakit, dalam mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki pegawai rumah sakit adalah kemampuan
berkomunikasi dengan efektif dan mudah dipahami dalam memberikan
pelayanan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi akan mendasari upaya
pemecahan masalah, mempermudah pemberian bantuan, baik dalam pelayanan
medik, maupun psikologi.
Komunikasi dalam profesi keperawatan merupakan faktor pendukung
pelayanan keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh perawat, dalam
mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu kompetensi perawat yang
harus dimiliki adalah kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan mudah
dipahami dalam pelayanan keperawatan. Kemampuan berkomunikasi akan
mendasari upaya pemecahan masalah pasien, mempermudah pemberian
bantuan, baik dalam pelayanan medik, maupun psikologi. Berdasarkan hasil
observasi awal penulis, diketahui bahwa masih ada keluhan-keluhan seperti
lambatnya proses administrasi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan rawat inap
adalah pelayanan administrasi yang utama karena pelayanan ini mempunyai
interaksi pasien antara rumah sakit berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
4
pelayanan administrasi yang diberikan oleh rumah sakit harus mendapatkan
perhatian penuh ini merupakan hubungan yang sensitive menyangkut kepuasan
pasien selama berada dirumah sakit.
Selama rawat inap pasien akan dilayani oleh tim medis dengan
pelayanan pemeriksaaan dan asuahan perawatan. Sebelum pasien dibawa
keruangan rawat inap terlebih dahulu melakukan administrasi lalu dibawa ke
ruang rawat inap dan akhirnya pasien akan di perbolehkan keluar dari rumah
sakit dan melakukan administrasi sebelum pasien pulang. Disinliah harapan
pasien akan memperoleh pelayanan yang sebaik-baiknya dan pihak rumah sakit
akan berusaha semaksimal mungkin dapat memberikan pelayanan sesuai
dengan keinginan pasien.
Selain itu untuk mempermudah komunikasi antara pihak Rumah Sakit
dengan masyarakat, bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba telah memasang beberapa kotak pengaduan yang
disediakan di hampir seluruh ruangan perawatan, seperti di ruang perawatan
Asoka, Mawar, Melati, Flamboyan dan Seruni. Layanan tersebut merupakan
tindak lanjut dari beberapa saran yang disampaikan oleh masyarakat kepada
Humas Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba untuk menyediakan kontak
pengaduan layanan dan informasi rumah sakit sebagai sarana informasi bagi
masyarakat yang ingin mengetahui layanan apa saja yang diberikan oleh pihak
rumah sakit.
Terkait dengan strategi komunikasi oleh pihak Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5
tentunya diperlukan keahlian tersendiri oleh para komunikator dalam
menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memastikan
bahwa masyarakat mengerti dan paham dengan apa yang disampaikan selain itu
sikap penerimaan masyarakat terhadap pesan yang diberikan dapat terus terjalin
dengan baik guna mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator
dari proses komunikasi tersebut. Namun pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba masih kurang
maksimal utamanya dalam hal komunikasi antara petugas pelayanan dengan
masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi awal di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba terlihat bahwa prosedur pelayanan masih terkesan lambat hal
tersebut disebabkan karena prosedur pelayanan yang kurang jelas karena tidak
adanya Standar Operasional Prosedur yang terpasang pada bagian pelayanan.
Selain itu dari segi komunikasi dengan pasien maupun dengan keluarganya
sedikit masih terkendala dalam proses penyampaian pesan disebabkan karena
perbedaan bahasa.
Selain itu dari hasil wawancara dengan pasien juga didapatkan informasi
bahwa terkadang petugas lamban dalam merespon komunikasi dari pasien
seperti ketika menanyakan terkait dengan masalah administrasi pelayanan.
Penyampaian pesan oleh petugas pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba belum sepenuhnya dapat dipahami dan dimengerti dengan
baik oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena petugas pelayanan tidak
melakukan pendekatan secara persuasif sehingga kurang mengenali pasien atau
6
masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dalam penelitian ini
penulis hendak mengkaji mengenai strategi komunikasi pada pelayanan
kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan penelitian yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan masyarakat
umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba?
2. Bagaimana hambatan-hambatan penerapan strategi komunikasi terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg Radja
Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian
ini menjadi lebih terarah secara jelas maka perlu ditetapkan tujuannya yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan
masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan penerapan strategi komunikasi
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan
Dg Radja Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
7
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis. Mengetahui dan mendapatkan informasi atau gambaran
tentang strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan masyarakat umum di
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba.
2. Manfaat Praktis. Sebagai masukan bagi para pegawai dalam menjalankan
tugasnya serta membangun komunikasi yang baik dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang
telah penulis temukan. Penelitian pertama, berdasarkan pada hasil penelitian
sebelumya yang dilakukan oleh Bambang, (2011) “Gambaran Komunikasi
Terapeutik Perawat di Ruangan Perawatan II RSUD Polewali Mandar” adapun
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis adalah pada penelitian sebelumnya mengutamakan gambaran-gambaran
komunikasi terapeutik yang terjadi di RSUD Polewali Mandar dan sedikitnya
menjelaskan kecemasan perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dan
menjelaskan bagaimana hubungan perawat dan pasien itu sendiri sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis lebih difokuskan pada strategi
komunikasi petugas pelayanan RSUD Sultan Dg Radja Bulukumba melalui
konsep pengenalan terhadap khalayak, penyusunan pesan dan penetapan
metode komunikasi. Selain itu pada penelitian terdahulu menggunakan metode
kunatitatif, sedangkan metode penelitian yang saat ini digunakan adalah
penelitian kualitatif. Selanjutnya penelitian kedua, Ika Dewi Kartika, (2013)
“Komunikasi Antarpribadi Perawat dan tingkat Kepuasan Pasien RSIA Pertiwi
Makassar.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi
interpersonal perawat terhadap tingkat kepuasan pasien rumah sakit Ibu dan
Anak Pertiwi Makassar dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Perbedaan penelitian te rdahulu dengan
8
9
penelitian sekarang yaitu, pada penelitian terdahulu difokuskan pada bentuk
komunikasi interpersonal perawat dalam memberikan kepuasan pelayanan
terhadap pasien sedangkan pada penelitian saat ini lebih mengarah kepada
strategi komunikasi yang dinilai efektif dalam memberikan pelayanan serta
hambatan-hambatan yang dihadapai dalam penerapan strategi komunikasi
tersebut. Selain itu metode penelitian yang digunakan pada penelitian terdahulu
menggunakan metode kuantitatif, sedangkana metode penelitian yang saat ini
digunakan peneliti adalah metode kualitatif.
B. Pengertian Konsep dan Teori
1. Strategi Komunikasi
Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya
tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi strategi adalah konsep
militer yang dapat diartikan seni perang par ajenderal (The Art of General), atau
suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan (Hafied
Cangara, 2014)
Onong Uchjana Effendy (Dede Wahyudi, 2013:57) berpendapat bahwa
strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan
arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya.
Menurut Siagian (2004) strategi adalah serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan
10
oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Menurut Lynch dalam Wibisono (2006:51) Strategi perusahaan
merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau
kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan
yang saling mengikat.
Selain itu Onong Uchjana (2005:32) juga menjelaskan bahwa strategi
komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication
planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kata kunci dalam komunikasi adalah pesan itu. Dari pesan itulah sebuah
proses komunikasi itu dimulai. Komunikasi terjadi karena ada pesan yang ingin
atau harus disampaikan pada pihak lain. Menurut Raymond Ross (dalam Deddy
Mulyana, 2005:62) menyatakan bahwa, pengertian komunikasi adalah proses
menyortir, memilih dan pengiriman symbol-simbol sedemikian rupa agar
membantu pendengar membangkitkan respon atau makna dari pemikiran yang
serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Menurut Effendy Uchjana, (2005) komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh satu orang keorang lain untuk menginformasikan,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) maupun
tidak langsung (melalui media). Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.
11
Menurut, Carl I. Hovland (dalam Deddy Mulyana,2005: 62)
menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan
seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Kesimpulan pengertian
komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain secara praktis
atau praktek dalam kehidupan sehari- hari, agar seseorang mendapatkan pesan
yang disampaikan kepada orang lain untuk memberitahu, berpendapat,
mengubah sikap atau perilaku baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Komunikasi mengenai manusia merupakan proses yang melibatkan individu-
individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang
merespon dan menciptakan pesan untuk lingkungan.
Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur pelaksanaan oprasi
komunikasi agar berhasil. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (magement) untuk mencapai satu
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi juga harus menunjukkan taktik
oprasionalnya (Yusuf Zainal Abidin, 2015:155). Berdasarkan teori di atas maka
para komunikator pada saat berkomunikasi harus bisa membuat strategi
komunikasi terlebih dahulu agar pesan yang kita sampaikan bisa mencapai
target komunikasi yang diinginkan.
Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai
12
pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
optimal (Hafied Cangara, 2014).
Strategi komunikasi adalah tahapan konkret dalam rangkaian aktifitas
komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplemintasian tujuan
komuniasi, adapun teknik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu
berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya, rencana yang meliputi
metode, teknik, dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-
faktor dari proses komunikasi guna kegiatan operasional dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran. (Efendy, Onong Uchana, 2005:32)
Dengan demikian, strategi komunikasi merupakan keseluruan
perencanaan, taktik dan cara yang dipergunakan untuk melancarkan komunikasi
dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam rangka menyusun strategi
komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor
pendukung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi komunikasi
diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung atau
penghambat pada setiap komponen, diantaranya faktor kerangka refrensi, faktor
situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi, tujuan pesan komunikasi, dan
peranan komunikator dalam komunikasi (Anwar Arifin, 1984:59).
Menurut Yusuf Zainal Abidin, (2015) untuk dapat membuat rencana
dengan baik maka ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk menyusun
strategi komunikasi, yaitu :
13
a. Mengenal Khalayak Merupakan langkah pertama bagi komunikator
agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan efektif.
b. Menyusun Pesan Merupakan langkah kedua setelah mengenal khlayak
dan situasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun pesan yang
mampu menarik perhatian para khalayak. Pesan dapat terbentuk dengan
menentukan tema atau materi. Syarat utama dalam mempengaruhi
khalayak dari komponen pesan adalah mampu membangkitkan
perhatian khalayak. Perhatian merupakan pengamatan yang terpusat.
Awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi adalah bangkitnya
perhatian dari khalayak terhadap pesan – pesan yang disampaikan.
c. Menetapkan Metode Dalam dunia komunikasi, metode penyampaian
dapat dilihat dari 2 aspek: (1) menurut cara pelaksanaannya, yaitu
semata-mata melihat komunikasi dari segi pelaksanaannya dengan
melepaskan perhatian dari isi pesannya. (2) menurut bentuk isi yaitu
melihat komunikasi dari segi pernyataan atau bentuk pesan dan maksud
yang dikandung.
Sedangkan Menurut bentuk isinya metode komunikasi diwujudkan
dalam bentuk :
a. Metode Informatif, dalam dunia publisistik atau komunikasi massa
dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative, yaitu suatu
bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan
memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu
14
apa adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang
benar serta pendapat-pendapat yang benar pula.
b. Metode Edukatif, diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi pendapat,
fakta dan pengalaman yang merupakan kebenaran dan dapat
dipertanggungjawabkan. Penyampaian isi pesan disusun secara teratur
dan berencana dengan tujuan mengubah perilaku khalayak.
c. Metode Koersif, yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa,
dalam hal ini khalayak dipaksa untuk menerima gagasan atau ide oleh
karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat juga berisi
ancaman.
d. Metode Persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi
komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau
dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar. (Yusuf Zainal
Abidin, 2015)
Strategi Komunikasi Samovar dan Porter (Liliweri, 2001:43)
Penggunaan kode verbal dan non verbal yang diketahui bersama.
a. Tidak tergesa-gesa membuat kesimpulan tentang orang lain.
b. Mempertimbangkan kondisi fisik dan lingkungan.
c. Memberikan kesempatan pada pihak lain untuk memberikan feedback.
d. Mengembangkan empati atas dasar asumsi adanya perbedaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
strategi komunikasi adalah suatu cara, metode, maupun teknik yang menyeluruh
dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk
15
mencapai beberapa tujuan dan sasaran. Bagaimanapun juga setiap komunikasi
yang dilakukan senantiasa menambah efek yang positif atau efektivitas
komunikasi. Komunikasi yang tidak menginginkan efekivitas, sesungguhnya
adalah komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah
perubahan yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak) sebagai
akibat pesan yang diterima baik langsung maupun tidak langsung atau
menggunakan media massa jika perubahan itu sesuai dengan keinginan
komunikator, maka komunikasi itu disebut efektif
Strategi Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
managemen) untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung dari situasi dan kondisi (Onong Uchjana Effendy 2005:301)
Strategi komunikasi diperlukan sehingga proses komunikasi antara
komunikator dan komunikan, dalam hal ini adalah konselor dan pasien, bisa
efektif dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang mencakup hal-hal berikut:
a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)
b. Mengubah opini (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change behavior) (Onong Uchjana Effendy)
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan
oleh penentuan tujuan dari strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada
16
tujuan strategi komunikasi yang baik, efek dari proses komunikasi (terutama
komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh
negatif. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Paterson, dan M. Dallas Burnet
dalam, (Anwar Arifin, 1984:59) bahwa tujuan sentral dari strategi komunikasi
terdiri atas tiga, yaitu :
a. to secure understanding
b. to establish aceptance
c. to motivate action
To secure understanding artinya memastikan bahwa komunikan
mengerti dengan pesan yang diterimanya. Ketika komunikan telah mengerti dan
menerima, penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada
akhirnya, kegiatan komunikasi dimotivasikan.
2. Komunikasi Kesehatan
Sesuai dengan namanya, konsep komunikasi kesehatan berakar dari dua
konsep yaitu komunikasi dan kesehatan itu sendiri. Komunikasi berasal dari
bahasa Latin communicatus yang artinya “berbagi” atau “menjadi milik
bersama”, menegaskan bahwa tujuan dilakukannya adalah untuk berbagi dalam
kebersamaan. Secara mendasar dan sederhana, komunikasi adalah proses
penyampaian atau pembagian pesan dari satu pihak ke pihak lain supaya
mendapatkan pemahaman bersama terhadap suatu hal pada pesan tersebut.
(Ahazrina, 2017)
Sedangkan pengertian kesehatan berasal kata dari sehat, dan dapat
dimaknai secara luas baik sehat jasmani maupun rohani. Gochman dan De
17
Clereq menjelaskan bahwa kesehatan dapat sangat luas dan cukup sulit untuk
maknanya, dimana bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang mengandung
komponen biomedis, personal, serta sosiokultural. Hal ini juga bisa berarti kalau
kesehatan adalah kondisi atau keadaan dimana seseorang terbebas dari segala
penyakit fisik dan juga dilihat dari segi mental atau perasaan yang memang
lebih sulit untuk dilihat dan diamati secara kasat mata. (Ahazrina, 2017)
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi
kesehatan yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi
individu, institusi, serta masyarakat tentang isu-isu penting di bidang kesehatan
dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan
merupakan sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan
pemahaman dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi
simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait,
perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha
yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan 8
masyarakat dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi,
baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi kesehatan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan
dialog dua arah yang di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran
gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan,
18
juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh
informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman
bersama.
Berdasarkan kedua konsep tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa
komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan berisi hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan oleh pemberi pesan kepada penerimanya melalui
berbagai media yang dianggap tepat. Penyampaian pesan ini memiliki tujuan
dasar untuk memberikan pengarahan mengenai kesehatan secara utuh baik
jasmani dan rohani guna mendukung tercapainya perilaku manusia untuk
kesejahteraan sosial. Pesan-pesan yang terdapat di dalam komunikasi kesehatan
tentunya lebih berfokus dan khusus dibanding komunikasi secara umum, yang
biasanya meliputi mengenai isu-isu kesehatan yang sedang beredar dan
bagaimana penjagaaan kesehatan yang tepat bagi masyarakat.
Dengan menerapkan konsep komunikasi kesehatan, berbagai strategi
komunikasi digunakan supaya dapat menyampaikan informasi dan edukasi
kesehatan kepada berbagai lapisan masyarakat supaya dapat berperan aktif
dalam penggalakkan kesehatan. Penggalakkan kesehatan ini mencakup
berbagai hal dari soal penjagaan diri dari penyakit, proses pencegahan penyakit,
sampai bagaimana menyadari kalau orang-orang di sekitar mengalami kondisi
kesehatan yang tidak sehat baik secara jasmani maupun rohani. Dengan begitu,
masyarakat diharapkan memiliki pengetahuan mendasar dan informasi yang
mumpuni mengenai kesehatan untuk dapat memiliki sikap dan perilaku
masyarakat yang mengedepankan pola hidup sehat. (Ahazrina, 2017)
19
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan memiliki
dua unsur penting yang menjadi dasar dalam konsep kajiannya, yaitu:
Masyarakat yang terdiri dari individu-individu melakukan proses komunikasi
untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dengan menggunakan berbagai
elemen dan strategi yang ada dalam kajian komunikasi. Media dan teknologi
terkini digunakan sebagai sarana atau channel untuk melakukan proses
penyampaian pesan-pesan kesehatan secara lebih luas supaya dapat
menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran individu serta komunitas terhadap
pentingnya kesehatan.
3. Tujuan Komunikasi Kesehatan
Secara mendasar, tujuan dari komunikasi kesehatan terbagi menjadi
tujuan strategis dan tujuan praktis. Tujuan strategis dari komunikasi kesehatan
ada empat, yaitu:
a. Menyampaikan informasi kesehatan dari satu pihak ke pihak lain, yang
mana diharapkan dan ditujukan supaya pihak yang diberi informasi akan
menyampaikan lagi informasi tersebut ke pihak selanjutnya. Dengan
begitu terjadi rantai informasi dan pengetahuan kesehatan yang terus-
menerus dan bersambung sehingga dapat diketahui oleh berbagai
kalangan masyarakat.
b. Membuat orang yang diberikan informasi dan edukasi dapat membuat
keputusan mengenai kesehatan, baik untuk diri mereka sendiri maupun
orang sekitar seperti keluarga atau kerabat.
20
c. Membentuk terciptanya perilaku hidup yang sehat baik jasmani atau
rohani, dimana orang-orang yang mendapatkan informasi dapat
menjaga kesehatan mereka sendiri dan berusaha keras untuk terus
menciptakan lingkungan yang sehat.
d. Mengajak orang untuk memperhatikan dan memelihara kesehatan diri
mereka masing-masing, sehingga dapat terus sehat jasmani dan rohani
serta terhindar dari berbagai ancaman penyakit (Ahazrina, 2017)
Sedangkan tujuan praktis dari komunikasi kesehatan ada empat, yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan bagi pelaku kesehatan mengenai apa saja
prinsip dan proses komunikasi yang terjadi antara manusia, bagaimana
menyusun isi pesan supaya dapat tersampaikan dengan baik, memilih
media yang tepat dan sesuai dengan target yang akan diberikan
informasi, hingga mengatur feedback atau respon yang diberikan oleh
masyarakat kepada pemberi pesan.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam hal melaksanakan
komunikasi dengan efektif baik secara verbal maupun nonverbal guna
menyampaikan informasi dan pesan-pesan kesehatan pada masyarakat
luas.
c. Membentuk perilaku dan sikap yang tepat dalam mengkomunikasikan
pesan kesehatan dengan baik kepada masyarakat, serta memiliki gaya
bicara yang menyenangkan serta percaya diri sehingga pesan dapat
tersampaikan dengan baik.
21
d. Memahami interaksi yang terjadi dengan audience atau masyarakat oleh
pelaku kesehatan saat menyampaikan pesan kesehatan dan mengerti
dengan baik mengenai hubungan antara kesehatan dengan perilaku
individu yang diberikan informasi (Ahazrina, 2017).
4. Manfaat komunikasi kesehatan
Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri.
(2009 : 56-69) adalah:
1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
2. Meningkatkan kesadaran kita tentang isu kesehatan.
3. Melakukan strategi intervensi pada tingkat komunitas.
4. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau ras dalam
suatu masyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan, menggambarkan berbagai jenis
keterampilan untuk memelihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau
sistem layanan kesehatan kepada masyarakat
6. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan (mengetahui dan
melakukan analisis kebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat di masa yang akan
datang bagi hasil yang memuaskan masyarakat umum.
8. Membarui peranan para profesional di bidang kesehatan, misalnya
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis,
memperkuat infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan,
22
mengembangkan akuntabilitas, dan mengembangkan pembuktian atas
layanan.
5. Hambatan-hambatan komunikasi dan cara mengatasinya
a. Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat
mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman
terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan
balik yang sesuai.
Hambatan-hambatan komunikasi yaitu :
1. Hambatan Sosiologis
Hambatan sosiologis adalah masyarakat terdiri dari berbagai
golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status
sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan
sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi
kelancaran komunikasi. (Effendy, 2008).
2. Hambatan Psikologis
Hambatan Psikologis adalah komunikasi sulit untuk berhasil apabila
komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa
iri hati, dan kondisi psikologis lainnya, juga jika komunikasai
menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator. (Effendy,
2008).
3. Hambatan Fisik
23
Yang termasuk dalam hambatan komunikasi psikologis yakni:\
a) Hambatan Psikologis Kepentingan (Interest)
1) Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan.
2) Sebagaimana telah diketahui bahwa komunikan dalam
komunikasi massa sangat heterogen (usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, dll). Hal ini memungkinkan setiap
individu komunikan memiliki kepentingan yang berbeda.
3) Atas dasar kepentingan yang berbeda, maka setiap individu
komunikan akan melakukan seleksi terhadap pesan yang
diinginkannya (manfaat/kegunaan).
b) Hambatan Psikologis Prasangka (Prejudice)
1) Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau sekelompok orang lain, dan sikap serta
perilakunya terhadap mereka.
2) Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan
3) Persepsi ditentukan oleh faktor personal (fungsional):
kebutuhan, pengalaman masa lalu, peran dan status.
4) Persepsi ditentukan oleh faktor situasional (struktural): Jika
kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat
24
menilai fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya
dalam hubungan keseluruhan
5) Apabila suatu proses komunikasi sudah diawali oleh
kecurigaan (prasangka) maka tidak akan efektif.
c) Hambatan Psikologis Stereotif (Stereotype)
1) Prasangka sosial bergandengan dengan stereotif yang
merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang
bercorak negatif.
2) Stereotif misalnya tercermiun pada: orang Batak itu
berwatak keras, orang Sunda manja, dll.
3) Apabila dalam proses komunikasi massa ada komunikan
yang memiliki stereotif tertentu pada komunikatornya, maka
dapat dipastikan pesan apapun tidak akan bisa diterima oleh
komunikan. (Effendy, 2008).
b. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
Berbagai hambatan komunikasi yang dapat menyebabkan
ketidakefektifan komunikasi dapat kita atasi dengan memperhatikan beberapa
hal berikut ini:
1) Pengirim pesan/komunikator/sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan diawali
oleh pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknya merumuskan informasi
sedemikian rupa agar tujuan komunikasi tercapai.
25
Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat
penerima/komunikan/komunikator/receiver mengerti dan memahami
pesan yang disampaikan. Seringkali, apa yang dikatakan tidak selalu
sesuai dengan apa yang didengar. Untuk menghindarinya, hal-hal yang
harus dilakukan adalah :
a) Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.
b) Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.
c) Memberikan penjelasan ketika diperlukan.
d) Melakukan pengulangan jika diperlukan.
e) Menerima dan memberikan umpan balik.
f) Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.
g) Mengembangkan sikap empati terhadap penerima komunikan dalam
mengatasi hambatan kultural atau budaya dalam komunikasi
2) Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin disampaikan oleh
pengirim pesan kepada penerima. Pesan dapat berupa pesan verbal maupun
pesan non verbal. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah,
pengirim harus :
a) Menggunakan terminologi yang tepat.
b) Berbicara dengan jelas.
c) Waktu pengiriman pesan disesuaikan dengan kesiapan penerima
pesan untuk mendengarkan atau menerima pesan.
d) Menggunakan volume suara yang sesuai.
26
e) Pesan yang disampaikan hendaknya bersifat inklusif dan informatif.
Inklusif artinya bahwa pesan berisi segala sesuatu yang diperlukan
oleh penerima pesan untuk memahami maksud pengirim. Informasi
artinya pesan merupakan sesuatu yang ingin diketahui oleh
penerima pesan.
3) Penerima/komunikan/komunikate/receiver Penerima pesan
membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk itu,
penerima pesan harus memegang kendali atas seluruh proses
komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan memegang
kendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin bahwa
pengirim pesan memahami apa yang diinginkan oleh penerima pesan
dan mengapa mereka menginginkannya. Aktif mendengarkan adalah
suatu proses yang digunakan oleh penerima pesan untuk memfasilitasi
komunikasi dan meningkatkan penampilan. Dalam artian, penerima
pesan aktif dalam proses komunikasi. Agar penerima pesan dapat
mendengarkan dengan aktif
4) Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka terhadap
pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-kata,
nada suara, dan bahasa tubuh ketika mereka memberikan umpan balik.
Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa pengakuan,
pengulangan, dan parafrase. Kemudian, yang dimaksud dengan
pengakuan adalah bahwa penerima pesan telah menerima dan
27
memahami pesan yang disampaikan. Untuk pesan yang bersifat
informatif yang rumit, pengakuan saja tidaklah cukup untuk
memastikan dan memahami pesan yang disampaikan. Sedangkan, yang
dimaksud dengan pengulangan adalah mengulang kembali kata-kata
yang disampaikan oleh pengirim pesan. Terakhir, yang dimaksud
dengan parafrase adalah mengulang kata-kata yang disampaikan oleh
penerima pesan sendiri kepada pengirim pesan. Parafrase
memungkinkan penerima pesan untuk melakukan verifikasi terhadap
pemahaman pesan dan menunjukkan kepada pengirim pesan bahwa
penerima pesan mendengarkan pesan dengan baik. (Ambar, 2017).
6. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang
yang dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya
peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan (Veronika komalawati, 2010). Defenisi
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam UndangUndang Kesehatan
tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
28
Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No.63 tentang
Kesehatan, bahwa pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk
pelayanan kesehatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) Pelayanan
kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri
(self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota
masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan
perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan
yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) Pelayanan
kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat
yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan
masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan
masyarakat tertentu seperti puskesmas. Kegiatan pelayanan kesehatan
secara paripurna diatur dalam
Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang No.63 tentang Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
29
b. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
di puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam Undang-
Undang No.63 tentang Kesehatan Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi
bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap
orang atau pasien dapat memperoleh kegiatan pelayanan kesehatan secara
professional, aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif serta lebih
mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan
lainnya.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan, maka semakin berkembang juga aturan dan peranan hukum dalam
30
mendukung peningkatan pelayanan kesehatan, alasan ini menjadi faktor
pendorong pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk
menerapkan dasar dan peranan hukum dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan yang berorientasi terhadap perlindungan dan kepastian hukum
pasien.
Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur
dalam Undang-Undang No.63 tentang Kesehatan Pasal 53, yaitu:
a. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
c. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.
Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian
pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. b. Pemerintah
dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
b. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah,
31
pemerintah daerah, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan itu
sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum, yang mengakibatkan
timbulnya hubungan hukum antara pemberi pelayanan kesehatan dalam
hal ini rumah sakit terhadap penerima pelayanan kesehatan, yang
meliputi kegiatan atau aktivitas professional di bidang pelayanan
prefentif dan kuratif untuk kepentingan pasien.
Secara khusus dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit,
rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Peraturan
atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit
wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU
Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1)
12 huruf (b) UU Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam
penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Melalui ketentuan UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit dalam hal ini
pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit,
memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan
mencapai hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga kesehatan,
sarana dan prasarana, baik dalam jumlah maupun mutunya, baik melalui
mekanisme akreditasi maupun penyusunan standar, harus berorientasi pada
ketentuan hukum yang melindungi pasien, sehingga memerlukan perangkat
32
hukum kesehatan yang dinamis yang dapat memberikan kepastian dan
perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar
bagi pelayanan kesehatan.
Pihak-pihak yang berhubungan dengan setiap kegiatan pelayanan
kesehatan baik itu di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun praktek pribadi,
antara lain:
a. Dokter
Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin
sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya
memeriksa dan mengobati penyakit berdasarkan hukum dan pelayanan di
bidang kesehatan. Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran menjelaskan defenisi dokter adalah suatu
pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat
melayani masyarakat. Seorang dokter harus memahami ketentuan hukum
yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya termasuk didalamnya tentang
persamaan hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi sebagai
dokter (Anny Isfandyarie, 2006:3). Kesadaran dokter terhadap kewajiban
hukumnya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dalam
mejalankan profesinya harus benar-benar dipahami dokter sebagai
pengemban hak dan kewajiban.
b. Perawat
33
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam
situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi
serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap
individu yang bersangkutan (Mimin Emi, 2004:4) Menurut hasil Lokakarya
Keperawatan Nasional Tahun 1983, perawat adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia (Sri
Praptianingsih, 2007:25). Sebagai suatu profesi perawat mempunyai
kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberikan
kepercayaan bagi perawat untuk terus-menerus memelihara dan
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.
c. Bidan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Defenisi bidan
menurut International Confederation of Midwife (ICM) Tahun 1972 adalah
seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan
praktik kebidanan di negeri tersebut, bidan harus mampu memberi
supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang dibutuhkan wanita selama
hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas
34
tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi lahir dan anak (Atik
Purwandi, 2008:5)
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi
abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta
melakukan tindakan pertolongan gawat-darurat pada saat tidak ada tenaga
medis lain. Defenisi bidan di Indonesia adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui
pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan memperoleh izin.
Secara otentik Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No.
HK. 02. 02. /MENKES/149 /2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan menjelaskan yang dimaksud dengan bidan adalah seorang perempuan
yang lulus dari pendidikan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi
dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita sebagai pasiennya
tetapi termasuk komunitasnya. Pendidikan tersebut termasuk antenatal,
keluarga berencana dan asuhan anak.
d. Apoteker
Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, apoteker ialah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Adapun tugas yang dimiliki oleh seorang apoteker dalam melakukan
35
pelayanan kesehatan diatur dalam PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pekerjaan kefarmasian termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.
2) Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational
Procedure) baik di industri farmasi.
3) Memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan oleh
menteri, saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi
atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi.
4) Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian
pemastian mutu (quality Assurance), produksi, dan pengawasan
mutu.
5) Sebagai penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di
apotek, di instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko
obat, atau praktek bersama.
6) Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sadiaan farmasi
36
dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
7) Menjaga kerahasiaan kefarmasian di industri farmasi dan di apotek
yang menyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari
sediaan farmasi termasuk rahasia pasien.
Pelayanan kegiatan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat
puskesmas, rumah sakit umum/swasta, klinik dan institusi pelayanan kesehatan
lainnya diharapkan kontribusinya agar lebih optimal dan maksimal. Masyarakat
atau pasien dalam hal ini menuntut pihak pelayanan kesehatan yang baik dari
beberapa institusi penyelenggara di atas agar kinerjanya dapat dirasakan oleh
pasien dan keluarganya, dilain pihak pemerintah belum dapat menerapkan
aturan pelayanan kesehatan secara tepat, sebagaimana yang diharapkan karena
adanya keterbatasanketerbatasan. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
dibutuhkan tenaga kesehatan yang baik, terampil dan fasilitas rumah sakit yang
baik, tetapi tidak semua institusi pelayanan medis tersebut memenuhi kriteria
tersebut, sehingga meningkatkan kerumitan sistem pelayanan kesehatan dewasa
ini.
7. Konsep Rumah Sakit
Pengertian atau defenisi dari rumah sakit tercantum dalam Pasal 1 ayat
(1) UU Rumah Sakit, pengertian rumah sakit ialah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
serta menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat. Rumah
sakit merupakan institusi yang mempunyai kemandirian untuk melakukan
37
hubungan hukum yang penuh dengan tanggung jawab. Rumah sakit bukan
(persoon) yang terdiri dari manusia sebagai (natuurlinjk persoon) melainkan
rumah sakit diberikan kedudukan hukum sebagai (persoon) yang merupakan
badan hukum (rechtspersoon) sehingga rumah sakit diberikan hak dan
kewajiban menurut hukum (Hermien Hadiati Koeswadji, 1998:101). Yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan spesialistik.
Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pascasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan, dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Rumah sakit harus
diselenggarkan oleh suatu badan hukum yang dapat berupa perkumpulan,
yayasan atau perseroan terbatas.
Menurut Pasal 18 UU Kesehatan diatur bahwa rumah sakit dibagi
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaanya yaitu, sebagai berikut :
a. Jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
1) Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit yang masih dapat dikategorikan sebagai
penanganan penyakit secara umum atau menyeluruh.
38
2) Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Sedangkan berdasarkan pengelolaanya rumah sakit dibagi menjadi
rumah sakit publik dan rumah sakit privat yaitu sebagai berikut :
1) Rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba yang
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum
atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan tidak dapat dialihkan
menjadi Rumah Sakit Privat.
2) Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit
yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
c. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan terdiri atas rumah sakit
pemerintah, Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen
Kesehatan Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah
Sakit pemerintah terdiri dari:
1) Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan,
Rumah Sakit pemerintah daerah, Rumah Sakit militer, Rumah Sakit
BUMN, dan Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.
2) Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan Klasifikasi berdasarkan
jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas Rumah Sakit Umum,
memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit
39
dan Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan khusus
untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non
bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.
3) Klasifikasi berdasarkan lama tinggal Berdasarkan lama tinggal,
rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek yang
merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit perawatan
jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30
hari.
4) Klasifikasi berdasarkan status akreditasi Berdasarkan status
akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah
sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah
rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan
sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit
telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.
5) Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Swasta
Klasifikasi rumah sakit umum maupun rumah sakit swasta
diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan,
fisik dan peralatan.
a) Rumah sakit kelas A, adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
40
b) Rumah sakit kelas B, adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya
sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.
c) Rumah sakit kelas C, adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
d) Rumah sakit kelas D, adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik.
Rumah sakit mempunyai hak-hak sebagaimana yang diatur dalam Pasal
30 UU Rumah Sakit antara lain, sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
dengan klasifikasi rumah sakit.
b. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan
pelayanan.
c. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Menggugat pihak yang mengalami kerugian.
e. Mendapatkan pelindungan hukum.
f. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit.
Kewajiban rumah sakit menurut Pasal 29 UU Rumah Sakit, disebutkan
bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat.
41
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
nondiskriminasi dan efektif mengutamakan kepentingan pasien.
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
d. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan bagi masyarakat umum
atau miskin.
e. Menyelenggarakan rekam medis.
f. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
C. Kerangka Pikir
Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat umum
pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba perlu merumuskan dan
memilih strategi-strategi apa saja yang mendukung jalannya proses
implementasi kegiatan. Strategi yang digunakan dalam proses implementasi
tersebut dapat diadopsi dari strategi-strategi komunikasi yang baik dimana
melibatkan proses komunikasi yang efektif.
Terkait dengan strategi komunikasi oleh pihak Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum tentunya diperlukan keahlian tersendiri oleh para komunikator dalam
menyamapaikan pesan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memastikan
bahwa masyarakat mengerti dan paham dengan apa yang disampaikan selain itu
sikap penerimaan masyarakat terhadap pesan yang diberikan dapat terus terjalin
dengan baik guna mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator
42
dari proses komunikasi tersebut. Berdasrkan urain tersebut di atas maka dalam
penelitian ini penulis hendak mengkaji mengenai strategi komunikasi pada
pelayanan kesehatan masyarakat umum (Study Kasus Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba).
Strategi komunikasi yang dilakukan harus luwes sehingga komunikator
sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor
yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa
datang sewaktu-waktu, lebih lagi jika komunikasi dilangsungkan melalui media
massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen
komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Menurut
Yusuf Zainal Abidin, (2015) untuk dapat membuat rencana dengan baik maka
ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk menyusun strategi komunikasi,
yaitu :
a. Mengenal Khalayak Merupakan langkah pertama bagi komunikator
agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan efektif.
b. Menyusun Pesan Merupakan langkah kedua setelah mengenal khlayak
dan situasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun pesan yang
mampu menarik perhatian para khalayak. Pesan dapat terbentuk dengan
menentukan tema atau materi. Syarat utama dalam mempengaruhi
khalayak dari komponen pesan adalah mampu membangkitkan
perhatian khalayak. Perhatian merupakan pengamatan yang terpusat.
Awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi adalah bangkitnya
perhatian dari khalayak terhadap pesan – pesan yang disampaikan.
43
c. Menetapkan Metode Dalam dunia komunikasi, metode penyampaian
dapat dilihat dari 2 aspek: (1) menurut cara pelaksanaannya, yaitu
semata-mata melihat komunikasi dari segi pelaksanaannya dengan
melepaskan perhatian dari isi pesannya. (2) menurut bentuk isi yaitu
melihat komunikasi dari segi pernyataan atau bentuk pesan dan maksud
yang dikandung.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Fikir
D. Fokus Penelitian
Penelitian tentang strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan
masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba difokuskan
pada konsep strategi komunikasi yang digunakan pihak Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat umum
dengan indikator:
1. Mengenal Khalayak
2. Menyusun Pesan
Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba
Strategi Komunikasi
1. Mengenal Khalayak
2. Menyusun Pesan
3. Menetapkan Metode
(Yusuf Zainal Abidin, 2015)
Sehingga menghasilkan komunikasi
yang efektif
Hambatan komunikasi
44
3. Menetapkan Metode
E. Definisi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut di atas maka dapat di defenisikan
sebagai berikut:
1. Mengenal khalayak adalah Memahami khalayak/masyarakat, terutama yang
akan menjadi target sasaran program komunikasi melalui segmentasi
khalayak dengan cara memetakan (scanning) karakteristik khalayak.
2. Menyusun Pesan, yang dimaksudkan adalah pesan yang bersifat informatif
dan persuasif, pesan informatif adalah penyampaian pesan yang ditujukan
pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk
pernyataan berupa: keterangan, penerangan, berita, dan sebagainya. Dan
pesan persuasif yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk.
Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya.
Sedangkan jika berbentuk program penyuluhan untuk penyadaran
masyarakat maka sifat pesannya harus persuasif dan edukatif. Yang
dimaksud edukatif adalah memberikan sesuatu ide kepada khalayak
berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur
dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang
di inginkan. Namun jika program yang ingin disampaikan sifatnya hanya
sekedar diketahui masyarakat, maka pesannya harus bersifat informatif.
Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada dua model dalam
45
penyusunan pesan yaitu; penyusunan pesan yang bersifat informatif dan
penyusunan pesan yang bersifat persuasif.
3. Menetapkan metode, yaitu metode penyampaian pesan berdasarkan
pelaksanaan dan bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya meliputi
redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan menurut bentuk isinya
meliputi metode informative, persuasive, educative dan cursive.
- Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ulang pesan pada khalayak.
- Metode canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima
pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah
sikap dan pola pemikirannya ke arah yang dikehendaki.
- Metode kursif (curvise) adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan
memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-
gagasan yang dilontarkan dan dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-
peraturan.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian sebagai upaya untuk memoperoleh kebenaran, harus disadari oleh
proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. (Noor Juliansyah
2001:22). Penentuan suatu metode yang digunakan dalam suatu penelitian akan
menentukan bagaimana hasil dari keabsahan dan tingkat kebenaran hasil
penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berusaha mengurai segala
permasalahan mengenai strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan masyarakat
umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba.
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
4. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 2
bulan pada tahun 2019
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanak di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Metode penelitian secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data
dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan
46
47
pengertian atas topik tertentu. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan
oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah (Moleong, 2007:5).
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Kemudian pendekatan yang digunakan adalah studi kasus.
Pendekatan tersebut dilakukan kepada orang-orang yang terkait dengan
kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba.
C. Sumber data
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari narasumber melalui wawancara
yang berkaitan dengan strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan
masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung. Data tersebut berupa buku,
literature, jurnal, laporan-laporan, surat kabar, hasil penelitian terdahulu dan
dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Informan
Menurut Moleong (2007;132) ”Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian.” Informan dalam penelitian ini merupakan orang yang
48
dapat memberikan informasi maupun keterangan mengenai fakta-fakta yang
terjadi di lapangan. Dalam penentuan informan di dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik Purposive Sampling yakni dengan cara sengaja karena
alasan-alasan sifat yang diketahui dari sampel tersebut atau menetapkan
informan yang dianggap tahu dalam masalah yang sedang diteliti secara
mendalam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah informan yang
ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Kepala Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
2. Kapala Bagian Humas Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
3. Pegawai/staf bagian pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
4. Pasien
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode Dokumentasi, Wawancara, dan Observasi.
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
pengumpulan data-data sekunder yang diperoleh dari strategi komunikasi
pada pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba. Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan
mempelajari dokumen-dokumen serta mencatat data tertulis yang ada
hubungannya dengan obyek penelitian. Sehingga semua dokumen yang
berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan dapat dicatat sebagai
sumber informasi. (W. Gulo:2007:123).
49
Adapun studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah
a. Gambar sebagai proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber
apapun seperti foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya.
b. Sumber data tertulis yaitu sumber resmi dan tak resmi.
1) Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
lembaga/perorangan atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu
sumber resmi formal dan sumber resmi informal.
2) Sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan
oleh individu tidak atas nama lembaga.
2. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2009: 73) mengemukakan beberapa
macam wawancara diantaranya adalah wawancara terstruktur, semistruktur dan
tidak terstruktur. Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis memilih
melakukan metode wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) yaitu
wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
3. Observasi
Menurut Sugiyono (2009: 204) observasi merupakan kegiatan pemuatan
penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan
50
a. Observasi partisipan yaitu proses pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti dengan cara terlibat langsung pada kegiatan yang diamati untuk
melakukan pencatatan serta pengumpulan data-data yang berhubungan
dengan masalah penelitian
b. Observasi non partisipan adalah dimana peneliti tidak ikut secara
langsung dalam kegiatan orang yang akan diobservasi, dan secara
terpisah berkedudukan selaku pengamat dengan memperhatikan situasi
yang terjadi
Berdasarkan uraian di atas maka jenis observasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah observasi non-partisipan. Dalam melakukan observasi,
peneliti memilih hal-hal yang diamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah terkait
strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data
kualitatif. Dengan tujuan memberikan gambaran secara lengkap aktual, dan
akurat mengenai fenomena yang diteliti. Gambaran tersebut didapat dari hasil
pengumpulan data baik dengan observasi, wawancara, studi pustaka dan
dokumentasi. Hasil tersebut kemudian dijabarkan dan dimasukkan ke dalam
pola penelitian dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehinnga dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitati
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah
51
selesai di lapangan. Menurut Nasution dalam Sugiyono ( 2009 : 245 )
menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data
dengan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah
diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting
sehingga lebih mudah dikendalikan. Mereduksi data berarti mempertegas,
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, serta memfokuskan pada hal-hal
yang penting sesuai pola dan temanya. Dalam mereduksi data, peneliti mengacu
pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif yaitu temuan
di lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, tahap selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, grafik, matrik, network dan chart. Selain itu, dalam penyajian data
juga dilakukan kategorisasi, yaitu memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Pada tahap ini juga peneliti berupaya
mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan
yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
52
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah langkah ketiga dalam
analisis data yang berusaha mencari data yang dikumpulkan, kemudian mencari
pola, tema hubungan, permasalahan hal-hal yang sering muncul dan
sebagainya. Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan dan verifikasi
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan diawal,
namun tidak menutup kemungkinan juga tidak menjawab rumusan masalah.
Hal ini karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berup hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
G. Keabsahan Data
Menurut Zuldafrial (2012:89) “keabsahan data merupakan padanan dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi
penelitian kuantitatf dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kereteria,
dan paradigmanya sendiri”. Keabsahan data dapat dicapai dengan
menggunakan proses pengumpulan data yang tepat, salah satu caranya yaitu
dengan proses triangulasi. Menurut Afifuddin (2009:143) triangulasi yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Menurut Patton dalam Afifuddin (2009:143) terdapat empat macam
triangulasi sebgai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan :
53
1. Triangulasi data Menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen,
arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai
lebih dari satu subjek yag dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
2. Triangulasi pengamat Adaya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa
hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, misalnya pembimbing
bertindak sebagai pengamat (export judgement) yang memberikan masukan
terhadap hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi teori Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
4. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,
seperti metode wawancara dan metode observasi.
Berdasarkan keempat teknik pemeriksaan keabsahan peneliti
menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data
menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, arsip hasil wawancara,
hasil observasi atau dengan mewawancarai beberapa subjek yang dianggap
memiliki sudut pandang yang berbeda. Sedangkan triangulasi metode peneliti
menggunakan beberapa metode untuk meneliti suatu hal. Pada kajian ini
peneliti menggunakan metode penelitian wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba
a. Geografis dan Administrasi
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi
Selatan dan berjarak 153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak antara 05020’ 05040’ LS dan
119058’ – 120028’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas
yakni :
1) Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;
2) Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone;
3) Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;
4) Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,7 km2 atau
sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10
(sepuluh) Kecamatan dan terbagi dalam 27 Kelurahan dan 109 Desa.
Ditinjau dari segi luas Kecamatan Gantarang dan Kecamatan Bulukumpa
merupakan dua wilayah Kecamatan terluas masing-masing seluas 173,51
km2 dan 171,33 km2 sekitar 30 persen dari luas Kabupaten. Kemudian
disusul Kecamatan lainnya dan terkecil adalah Kecamatan Ujung Bulu
yang merupakan pusat Kota Kabupaten dengan luas 14,4 km2 atau hanya
54
55
sekitar 1 persen.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Bulukumba Tahun 201549
No
Kecamatan Luas
(km2)
Persentase
(%)
Banyaknya Desa/Kelurahan
Desa Kelurahan 1 Gantarang 173,51 15,03 17 3 2 Ujung Bulu 14,44 1,25 - 9 3 Ujung Loe 144,31 12,50 12 1 4 Bonto Bahari 108,60 9,41 4 4 5 Bonto Tiro 78,34 6,78 12 1 6 Herlang 68,79 5,96 6 2 7 Kajang 129,06 11,18 17 2 8 Bulukumpa 171,33 14,84 14 3 9 Rilau Ale 117,53 10,18 14 1 10 Kindang 148,76 12,88 12 1 Jumlah 1154,67 100 49 21
Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019
Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada
ketinggian 0 sampai 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan
tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran
sungai yang dapat mengairi sawah seluas 23.365 Hektar. Curah hujannya
rata-rata 152 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 10 hari per bulan.
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Bulukumba
56
b. Kondisi Demografis
Penduduk Kabupaten Bulukumba Pada tahun 2019 tercatat
sebanyak 410.485 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan. Dari 10
kecamatan, Kecamatan Gantarang yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar yaitu 74.061 jiwa. Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode 2015-2019
terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 2,9%. pada tahun 2015
berdasarkan hasil pengelolahan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bulukumba jumlah penduduk tercatat sebanyak 398.531 jiwa.
Tabel 4.2. Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di
Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Luas (km2) Kepadatan Penduduk
1 Gantarang 74.061 173,51 427 2 Ujung Bulu 52.832 14,44 3.659 3 Ujung Loe 41.114 144,31 285 4 Bonto Bahari 25.040 108,60 231 5 Bonto Tiro 22.075 78,34 282 6 Herlang 24.507 68,79 356 7 Kajang 48.411 129,06 375 8 Bulukumpa 52.059 171,33 304 9 Rilau Ale 39.473 117,53 336 10 Kindang 30.913 148,76 208
Jumlah
2019 410.485 1.154,67 355 2018 407.775 1.154,67 353 2017 404.896 1.154,67 350 2016 400.990 1.154,67 347 2015 398.531 1.154,67 345
Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019
57
Gambar 4.2. Perkembangan Penduduk Kabupaten Bulukumba
Kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2019 yaitu
355 jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah
Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.659 jiwa per km2. Hal ini terjadi karena
Kecamatan tersebut merupakan ibukota Kabupaten Bulukumba. Dilihat
dari jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-
laki yaitu 216.472 jiwa perempuan dan 194.013 jiwa laki-laki. Dengan
demikian rasio jenis kelamin (perbandingan laki-laki dengan perempuan)
adalah 90, yang berarti dalam setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 90 orang penduduk laki-laki.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
No Kecamatan Jenis Kelamin Rasio
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Gantarang 35.423 38.638 0,92 2 Ujung Bulu 25.442 27.390 0,93 3 Ujung Loe 19.420 21.694 0,90 4 Bonto Bahari 11.382 13.658 0,83 5 Bonto Tiro 9.582 12.439 0,77 6 Herlang 11.113 13.394 0,83 7 Kajang 23.049 25.362 0,91 8 Bulukumpa 24.917 27.142 0,92 9 Rilau Ale 18.595 20.878 0,89
Perkembangan Penduduk
2019 2018 2017 2016 2015
420000
410000
400000
390000
58
10 Kindang 15.090 15.823 0,95 Jumlah 194.013 216.472 0,90
Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019
2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Bulukumba
a. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Bulukumba didirikan pertama kali pada tahun
1969 yang terletak di Jl. Dr. Soetomo No. 1 Bulukumba bergabung dengan
Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba.
Sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan RSU, kemudian
dibangunlah Rumah Sakit Umum Baru yang berlokasi di Jl. Serikaya No.
17 diwilayah Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba di atas lahan
seluas 5 ha, dengan luas bangunan 15.000 m2.
Pada tanggal 18 Maret 1987 seluruh pelayanan rawat inap dan rawat
jalan dipindahkan di lokasi Rumah sakit Umum baru dan diresmikan
penggunaannya oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang saat itu
dijabat oleh Bapak Suwarjono Surjaningrat, dengan status rumah sakit tipe
“D”.
Perempuan 38.638 27.39 21.694 13.658 12.439 13.394 25.362 27.142 20.878 15.823
Laki-laki Perempuan
35.423 25.442 19.42 11.382 9.582 11.113 23.049 24.917 18.595 15.09
mpa Ale g
Laki-laki
ang Bulu Loe Bahari Tiro g
Gantar Ujung Ujung Bonto Bonto Herlan Kajang
Buluku Rilau Kindan
50 40 30 20 10
0
59
Pada tahun 1990, Rumah Sakit Umum Bulukumba ditingkatkan lagi
kelasnya menjadi rumah sakit tipe “C” berdasarkan Peraturan Daerah No.
1 Tahun 2007, tanggal 17 Januari 2007 berganti nama menjadi RSUD. H.
Andi Sulthan Daeng Radja (Pahlawan Nasional) yang diresmikan oleh
Gubernur Sulawesi Selatan yang saat itu dijabat oleh Bapak H. M. Amin
Syam.
Penetapan penerapkan Pola Pengeloaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Bulukumba Nomor : Kpts. 1178/XII/2013 Tanggal 27 Desember 2013
dengan status BLUD penuh.
Pada tahun 2015 Rumah Sakit Umum Daerah Bulukumba
ditingkatkan lagi kelasnya menjadi rumah sakit tipe “B” sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/0196/2015 tanggal 4
Februari 2015, yang memberikan pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, pelatihan dan penelitian serta pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
Sejak Rumah Sakit Umum Daerah Bulukumba berdiri mulai tahun
1969 dengan nama Rumah Sakit Umum Bulukumba hingga tahun 2016
dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba telah beberapa kali mengalami pergantian direktur yang
dimulai dari:
1) Tahun 1969-1983 : dr. H. Mudassir
2) Tahun 1983-1987 : dr. MK. Effendi Pulungan
60
3) Tahun 1987-1989 : dr. H. Haeruddin Panggara, Sp.A
4) Tahun 1989-1993 : dr. H. AH. Simadiah, MHA
5) Tahun 1993-1995 : dr. Hj. Nadia Hamid
6) Tahun 1995-2006 : dr. H. Rusni Sufran, M.Kes
7) Tahun 2006-2011 : dr. Hj. Andi Diamarni Gandhis, MARS.
8) Tahun 2011-2013 : dr. H.Abd.Gaffar, M. Epid.
9) Tahun 2013-2017 : dr. Hj. Wahyuni AS, MARS
10) Tahun 2017-sekarang : dr. H. Abdur Rajab H., MM
b. Lokasi
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba terletak di Jalan
Serikaya No.17 Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba dengan
lahan seluas 5 hektar. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Andi
Sulthan Daeng Radja Bulukumba terletak di :
1) Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Flores dan Kabupaten Selayar.
2) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai.
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
Peta Lokasi
Rsud. H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba
Gambar 4.3. Peta Kabupaten Bulukumba
61
c. Visi, Misi Rumah Sakit
1) Visi :
Visi Rumah Sakit adalah “Menjadi Rumah Sakit Rujukan yang
Berkualitas, Profesional dan Sejahtera”.
2) Misi :
a) memberikan pelayanan cepat, tepat, aman, nyaman dan terjangkau
oleh masyarakat sesuai Standar Pelayanan Minimal;
b) melayani sesuai dengan standar pelayanan yang dilandasi etika
profesi;
c) meningkatkan program pembangunan mutu pelayanan rumah sakit
secara berkesinambungan;
d) meningkatkan kualitas SDM rumah sakit melalui pendidikan dan
pelatihan;
e) Mengembangkan sistem informasi berbasis teknologi;
f) mewujudkan kesejahteraan karyawan yang lebih baik.
d. Tugas Pokok
RSUD. H. Andi Sulthan Daeng Radja berfungsi melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Fungsi
RSUD. H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba berfungsi untuk :
62
1) Menyelenggaraan Pelayanan Medis dan Penunjang Medis serta Non
2) Medis.
3) Menyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan dan pelayanan
rujukan.
4) Menyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Penelitian dan
Pengembangan.
5) Melaksanakan Pelayanan Teknis Administrasi ketatusahaan serta
Pengelolaan Keuangan.
f. Struktur Organisasi
Organisasi dan tata laksana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H.
Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba telah ditetapkan Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja
Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain
Kabupaten Bulukumba sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 8 Tahun 2015.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan
Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 8
Tahun 2015, maka struktur organisasi Tipe B RSUD H. Andi Sultan Daeng
Radja adalah sebagai berikut:
63
Gambar 4.4. Struktur Organisasi
B. Strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan masyarakat umum pada
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
Berdasarkan hasil penelitian pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba,
dapat dijelaskan beberapa strategi komunikasi pada pelayanan kesehatan
masyarakat umum sebagai berikut:
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi petugas
pelayanan kesehatan pada rumah Sultan Dg. Radja Bulukumba agar
komunikasi yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa proses komunikasi khalayak itu sama
sekali tidak pasif melainkan aktif sehingga antara komunikator dan
komunikan bukan saja terjadi hubungan melainkan juga terjadi proses saling
berinteraksi artinya komunikan dapat menyampaikan pendapat secara
terbuka oleh komunikator dan begitu juga sebaliknya. Dalam penyusunan
64
strategi komunikasi pengenalan terhadap khalayak menjadi penting sebagai
langkah awal untuk mempermudah komunikasi terhadap masyarakat
khususnya dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang diungkapkan
oleh Kepala Direktur Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Bapak Dr.
H. Abdur Rajab, H.Mn bahwa:
“Cara untuk menganal khalayak yang pertama adalah perawat
melakukan perkenalan dengan pasiennya yang baru memasuki
rumah sakit. Setelah itu perawat mengembangkan hubungan
komunikasi disini perawat memulainya dengan memberikan salam,
senyum, memberikan keramahtamahan kepada pasien, dan
menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain. (Hasil wawancara pada
tanggal 20 Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa
pengenalan terhadap khayalak merupakan strategi utama yang harus
dilakukan oleh petugas pelayanan di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba. Adapun cara yang dilakukan untuk dapat mengenal khalayak
adalah dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramahtamahan
kepada pasien, dan menanyakan keluhan pasien. Hasil wawancara dengan
Kapala Sub. Bagian Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Sultan
Dg. Radja Bulukumba Ibu Gumala Rubiah, S.Km, M.Kes mengatakan
bahwa bahwa:
“Upaya yang kami lakukan untuk mengenal khalayak dengan baik
dengan cara mempelajari atau membaca riwayat pasien khsusunya
pasien yang dirujuk dari puskesmas selain itu penting juga kami
tanyakan masalah bahasa yang sering digunakan oleh pasien apakah
dia mengerti dengan bahasa Indonesia atau tidak sebab di Kabupaten
Bulukumba khususnya, terdapat beberapa bahasa yang yang
digunakan oleh masyarakat yakni bahasa bugis dan konjo.
Selanjutnya kami tanyakan berbagai keluhan atau penyakit yang
diderita oleh pasien, misalnya sudah berapa lama sakit atau gejala-
65
gejala yang ia rasakan selama ini” (Hasil wawancara pada tanggal
23 Desember 2019).
Setiap petugas pelayanan sebelum melakukan komunikasi harus
mengenal sasaran yang hendak dituju. Sebagaimana pendapat dari Cangara,
(2008:26) yang menjelaskan bahwa khalayak merupakan pihak yang
menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Hal ini tentu saja
bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar
mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan
tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Sasaran komunikasi
petugas pelayanan ditentukan berdasarkan kondisi yang dihadapi oleh
masyarakat. Dengan mengetahui kondisi yang dialami oleh masyarakat
maka petugas dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kondisi atau
keluhan dari pasien.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba terlihat bahwa para petugas pelayanan senantiasa berupaya
untuk mengenali setiap masyarakat atau pasien yang hendak diberikan
pelayanan. Hal itu dilakukan karena beberapa masyarakat yang datang
menggunakan bahasa sesuai dengan daerah masing-masing seperti warga
Kajang Ammatoa yang masih menggunakan Bahasa Konjo dan belum
terlalu lancar dalam menggunkan Bahasa Indonesia.
Adanya perbedaan bahasa antara pasien dengan petugas pelayanan
menyebabkan pelayanan kadang menjadi terhambat sehingga diperlukan
sebuah strategi komunikasi yang tepat guna menunjang proses pelayanan.
66
Menurut salah seorang pegawai/staf bagian pelayanan Rumah Sakit Sultan
Dg. Radja Bulukumba Ibu Nita Wirayu Indasari juga menjelaskan bahwa:
“Adapun strategi yang kami lakukan untuk dapat mengenal
khalayak dengan baik adalah suatu cara yang umum digunakan
untuk mengidentifikasi pasien adalah menanyakan minimal dua
hal yang berkaitan dengan identitas pasien. Biasanya, yang
ditanyakan pertama adalah nama dan tanggal ahir tujuannya
adalah agar kita dapat mengenali pasien serta menghindari
terjadinya kesalahan pada saat pemberian obat demi keselamatan
pasien. Yang kedua adalah alamat dan keluhan yang dialalami
oleh pasien”. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa
pentingnya mengenal khalayak adalah untuk memperlancar proses
komunikasi. Untuk itu diharapkan kepada setiap petugas pelayanan agar
benar-benar memahami latar belakang setiap pasien utamanya dalam hal
penggunaan bahasa yang mudah dipahami untuk menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat demi menjaga keselamatan pasien. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh salah satu pasien Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba Ibu Nurmi mengatakan:
‘’Oh iyo biasa na ko engka petugasna natanaiki iga asetta ibu, nampa
natanai siki tanggala siaga kilahir, nappa biasana tu natanaiki seputar
aga penyakit e, aga keluhan e yang dialami’’
Artinya :
“Iya, biasanya setiap petugas yang ditanyakan pertama adalah
seperti nama dan tanggal lahir stelah itu biasanya ditanya-tanya
seputar penyakit atau keluahan yang dialami”. (Hasil wawancara
pada tanggal 23 Agustus 2019).
Petugas medis dalam sehari dapat bersinggungan dengan puluhan
bahkan ratusan pasien. Tentunya sebagai manusia biasa, mereka tidak
dapat mengingat satu persatu detail pasien yang ditangani. Ditambah pula
dengan fakta bahwa pekerja medis bekerja dengan sistem shift. Perawat
67
yang menangani di pagi hari akan berbeda dengan yang merawat di malam
hari. Oleh sebab itu, peran aktif pasien sangat diperlukan untuk
keselamatan pasien itu sendiri. Menanyakan nama dan tanggal lahir
pasien adalah hal yang dilakukan petugas medis untuk memastikan bahwa
pemeriksaan yang dilakukan, serta obat dan terapi lain yang diberikan
ditujukan kepada pasien yang tepat agar terhindar dari bahaya kesalahan
medis yang disebabkan oleh kesalahan identifikasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dalam upaya pengenalan
terhadap khalayak, hal yang paling umum dilakukan oleh petugas adalah
dengan menanyakan identitas diri pasien sebagaimana disampaikan oleh
salah seorang pasien Bapak Nasir berikut:
‘’Selama kunni a dirumah sakit injo perawatna ta' sambe sambe,
maraeng allo, maraeng banggi, punna rie tu beru-beru dikuta'nangi
angkua nai arengta, tanggal sikura kelahiranta nampa disuro poto
kopi KTP’’
Artinya :
“Selama saya dirawat disini perawatnya sering berganti mulai
pagi, siang dan malam. Setiap yang baru datang yang ditanyakan
pertama adalah nama dan tanggal lahir atau kadang juga minta foto
copy KTP”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa strategi
komunikasi pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba dari aspek
pengenalan terhadap khalayak atau pasien didukung oleh kemapuan
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba. Berdasarkan data dokumen Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba bahwa pada umumnya petugas Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
68
Bulukumba memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai sebagaimana
terlihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Pangkat, Golongan, Jenis
Kelamin dan Tingkat Pendidikan di RSUD H. Sulthan Daeng Radja
Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
NO PANGKAT/GOL
JENIS
KELAMIN PENDIDIKAN
JML
L P S2 S1 D3 D1 SMA SMP SD
1 Pembina Utama / IV.e 1 1 2 2
2 Pembina Utama Madya /IV.d 2 4 6 6
3 Pembina Utama Muda/IV.c 2 1 1 2 3
4 Pembina TK.I / IV.b 2 4 2 4 6
5 Pembina / IV.a 7 14 10 11 21
JUMLAH 14 24 13 25 38
6 Penata Tk.I / III.d 10 22 8 13 8 3 32
7 Penata / III.c 10 17 9 14 4 27
8 Penata Muda Tk. I / III.b 8 54 3 49 10 62
9 Penata Muda / III.a 11 64 46 29 75
JUMLAH 39 157 20 122 51 0 3 196
10 Pengatur Tk.I / II.d 8 40 47 1 48
11 Pengatur / II.c 6 11 9 3 5 17
12 Pengatur Muda Tk. I/II.b 3 3 6 6
13 Pengatur Muda / II.a 3 3 3
JUMLAH 17 57 0 9 50 0 15 0 74
14 Juru Tk.I / I.d 2 2 2
15 Juru / I.c 3 2 1 3
16 Juru Muda Tk.I / I.b 2 1 1 2
17 Juru Muda / I.a 2 2 2
Jumlah 9 0 0 2 3 4 9
Jumlah Total 79 238 33 156 101 0 20 3 4 317
Sumber Data: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 2019
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan pegawai
SI sebanyak 238 orang, S2 Sebanyak 33 orang, D3 sebanyak 101 orang dan
SMA sebanyak 20 orang, SMP 3 orang dan SD 4 orang. Dari keseluruhan
pegawai maupun staff yang ada, dapat dikatakan bahwa kemampuan sumber
daya manusia pegawai maupun staf cukup baik khsusnya dalam hal
69
membangun komunikasi kepada pasien atau masyarakat dengan jumlah
pendidikan S1sebanyak 231 orang.
Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi komunikasi pelayanan oleh petugas Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba dalam mengenal khalayak telah
dilakukan dengan baik. Setiap petugas berusaha mengenal khalayak dengan
cara mempelajari atau membaca riwayat pasien, serta menanyakan nama
dan tanggal lahir dengan tujuan adalah agar dapat mengenali pasien serta
menghindari terjadinya kesalahan pada saat pemberian obat demi
keselamatan pasien.
Salah satu strategi komunikasi yang penting untuk dilakukan adalah
mengenal khalayak sebagaimana pendapat Onong Uchjana Effendy bahwa
strategi komunikasi diperlukan sehingga proses komunikasi antara
komunikator dan komunikan, dalam hal ini adalah konselor dan pasien, bisa
efektif dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Komunikasi yang efektif
adalah komunikasi yang dapat mengubah sikap, mengubah opini mengubah
perilaku.
2. Menyusun Pesan
Setelah memahami permasalahan situasi khalayak, langkah
selanjutnya adalah menyusun pesan. Pesan yang disampaikan harus
disesuaikan dengan kondisi komunikan atau khalayak sebagai sasaran
komunikasi. Khalayak disini ialah masyarakat Kabupaten Bulukumba yang
mendapatkan pelayanan dari pihak Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
70
Bulukumba. Dalam menyusun pesan para petugas pelayanan menentukan
pesan-pesan yang terkait dengan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan
di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba. Hasil wawancara dengan
Kepala Direktur Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Dr. H. Abdur
Rajab, H.Mn mengatakan bahwa:
“Setiap petugas memiliki cara tersendiri dalam menyusun pesan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun cara
petugas dalam menyusun pesan adalah dengan cara memfokuskan
pembicaraan antara pasien dan perawat. Teknik ini dilakukan
dengan cara memberikan perhatian pada satu topik pembicaraan
atau bahkan hanya satu kata saja. Misalnya, dengan menanyakan
bagaimana perasaan anda sekarang ?”. (Hasil wawancara pada
tanggal 23 Agustus 2019).
Pesan merupakan inti dari sebuah proses komunikasi, yang dimana
pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Dengan pesan ini petugas pelayanan bisa
menyampaikan apa yang diinginkan terhadap para pasien dengan cara
memfokuskan pada salah satu topik gagasan kemudian dilanjutnya dengan
gagasan berikutnya. Selain itu pesan yang sering disampaikan para petugas
itu biasanya berupa sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan seperti ketika perawat mengajak pasien
untuk melakukan kegiatan rutin olahraga. Selanjutnya menurut Kapala Sub
Bagian Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba Gumala Rubiah, S.Km, M.Kes menjelaskan bahwa:
“Cara yang dilakukan dalam menyusun pesan adalah dengan
membuat perencanaan adapun hal-hal yang dimaksudkan dalam
perencanaan seperti maksud dan tujuan komunikasi tersebut untuk
membicarakan apa ?. Selanjutnya adalah menentukan pokok
permasalahan akan disampaikan kepada pasien serta pemilihan
71
bahasa yang akan digunakan. Karena kebanyakan pasien apabila
perawat dalam menyapaikan pesannya itu berbelit-belit (bertele-
tele) maka pasien akan sulit menerima pesan tersebut, maka dari itu
pesan yang perawat sampaikan kepada pasien harus singkat, padat
dan jelas serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
pasien”. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Agustus 2019).
Penyusunan pesan oleh petugas pemberi pelayanan pada Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba harus memperhatikan kebutuhan pasien
serta penggunaan bahasa yang mudah dimengerti serta menentukan ide
pokok permasalahn yang hendak disampaikan kepada pasien. Penyampaian
pesan petugas dapat berlangsung efektif apabila memperhatikan beberapa
faktor seperti keadaan psikologi pasien yang akan diajak berkomunikasi.
Apabila keadaan pasien sedang dalam keadaan labil, maka tentu saja
petugas atau perawat akan kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasien.
Hal ini disampaikan oleh Pegawai/staf bagian pelayanan Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba Nita Wirayu Indasari yang mengatakan
bahwa:
“Dalam menyusun pesan, biasanya yang kami lakukan adalah
dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu apa yang menjadi
kebutuhan pasien selanjutnya dilakukan pendekatan secara persuasif
sebab terkadang kita sebagai perawat harus mengulang mengenai
pesan yang akan kita sampaikan kepada pasien dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, karena
belum tentu pasien tersebut mengerti mengenai pesan yang kita
sampaikan, maka harus mengulang kembali peasan yang telah
disampaikan. Sehingga respon yang diberikan pasien tersebut sesuai
dengan apa yang perawat harapkan” (Hasil wawancara pada tanggal
20 Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam memeberikan
pelayanan petugas pelayanan dalam berkomunikasi terhadap pasien dengan
cara menyusun pesan terlebih dahulu melalui pendekatan dengan pasein
72
serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk menghindari
kesalahpahaman pada saat berkomunikasi. Selanjutnya hasil wawancara
dengan masyarakat penerima layanan kesehatan Ibu Nurmi mengatakan
bahwa:
“Ko di itai batena aro perawat e silong iyya , napodakki perawat e,
purani melakukan penyusunan pesan yang baik ibu, aro pesan-pesan
yang napudakki perawat e berupa arahan maupun nasehat tentang
agaro yang harus dilakukan pasien, de' na ulle i nalakukan
ma'bangsa nasuro ki istirahat maega, olahraga ki, nappa dihindari
aro makanan de' na sehat’’
Artinya :
“Kalau melihat dari cara petugas berkomunikasi dengan pasien
menunjukkan bahwa para petugas telah melakukan penyusunan
pesan dengan baik. Pesan-pesan yang disampaikan oleh petugas
berupa arahan maupun nasehat tentang sesuatu yang harus dilakukan
maupun yang tidak boleh dilakukan seperti anjuran untuk banyak
beristirahat, banyak berolahraga serta menghindari mengkonsumsi
makanan yang kurang sehat. (Hasil wawancara pada tanggal 23
Agustus 2019).
Berdasarkan hasil observasi penulis di Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba bahwa dalam penyusnan pesan terkadang petugas
pelayanan menemui kendala pada saat menyampaikan pesan kepada pasien
seperti adanya penolakan pasien untuk untuk memberikan keterangan yang
lengkap mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meskipun demikian
petugas tetap dapat menyampaikan pesan tersebut kepada pasien, namun
tetap harus dengan aturan yang ada yaitu tidak boleh memaksakan untuk
dapat berinteraksi jika pasien tersebut tidak mau berinteraksi. Maka dari itu
parawat harus sabar untuk menunggu sampai pasien tersebut mau
berinterkasi dengan perawat. Semua itu bertujuan agar pesan yang
disampaikan perawat bisa sampai kepada pasien, karena jika pesan tersebut
73
tidak sampai kepada pasien tentu saja akan berdampak kurang baik kepada
pasien.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan salah seorang pasien yakni
Bapak Nasir mengatakan bahwa:
“Punna pendapatku nakke injo batena perawat na abbicara balloji,
yang pertama nai areng ku nampa tanggal lahirku, apa keluhanta apa
penyakitku?’’
Artinya :
“Menurut saya semua pesan yang disampaikan perawat disini sudah
baik. Ya, awalnya ditanyakan dulu namanya siapa, terus tanggal
lahir kemudian penyakit atau keluahannya apa ?” Hasil wawancara
pada tanggal 23 Agustus 2019).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan
pesan oleh petugas pelayanan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba yaitu melalui tahap Pra interaksi yakni petugas atau perawat
harus mengetahui latar belakang pasien untuk mempermudah dalam proses
penyampaian pesan kemudian menetapkan tindakan yang harus dilakukan
kepada pasien. Selanjutnya petugas atau perawat memperkenalkan diri serta
mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya setelah itu
petugas memberikan pesan terkait dengan berbagai hal yang harus
dilakukan ataupun hal yang tidak boleh dilakukan selama proses perawatan.
Hasil penelitian penyusunan pesan yaitu cara berkomunikasi petugas
sudah bagus karena petugas sudah mananyakan dari awal apa saja yang
dirasakan oleh pasien, apa keluhannya dan apa kendalanya kemudian
kondisi perkembangan kesehatan setelah melakukan perawatan beberapa
hariTujuan penyusunan pesan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
pasien dalam menerima pesan yang disampaikan sebagaimana pendapat
74
Hardiyansyah, (2015:70) bahwa komunikasi yang efektif yaitu ketika pesan
yang ingin disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan diartikan oleh
khalayak dalam bentuk yang persis sama seperti yang diinginkan dan
dimaksudkan oleh komunikator tersebut.
3. Menetapkan Metode
Setelah proses pengenalan khalayak dan penyusunan pesan maka
strategi komunikasi selanjutnya adalah menetapkan metode penyampaian
pesan agar pesan yang disampaikan menarik perhatian komunikan. Dalam
menetapkan metode tersebut sedikitnya ada dua metode penyampaian pesan
yang digunakan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba yaitu
pesan secara verbal dan pesan secara non verbal.
Pesan verbal Adalah sebuah proses komunikasi, dimana pada
komunikasi verbal simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol
yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara
yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal yang disengaja.
Yaitu usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang
lain secara lisan. Sedangkan pesan non verbal adalah semua isyarat yang
bukan kata-kata. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan
semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata yang terucap dan tertulis. Pada
saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku
nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal.
75
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Direktur Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba Dr. H. Abdur Rajab, H.Mn mengatakan
bahwa:
“Secara umum ada dua metode yang digunakan yakni komunikasi
secara verbal dan non verbal. Nah, untuk metode verbal ini perawat
perawat memberikan pertanyaan untuk mencari informasi seputar
kondisi yang dialami pasien selanjutnya adalah mengulang yaitu
mengulang kembali apa yang dikatakan oleh pasien dengan
menggunakan kata-kata perawat sendiri, Misalnya, pasien
mengatakan, “Perut saya perih”. Perawat menjawab, “Apakah Ibu
pernah sakit maag ?”. Selanjutnya untuk metode non verbal perawat
menggunkan bahasa isyarat seperti ketika pasien merasa setuju maka
diikuti dengan anggukan kepala.” (Hasil wawancara pada tanggal 23
Agustus 2019).
Metode penyampaian pesan dengan menggunakan pesan verbal atau
secara lisan ini dianggap baik, karena dengan pesan verbal ini perawat bisa
secara details memberikan penjelasan mengenai pesan tersebut kepada
pasien. Akan tertapi hal tersebut kurang efektif jika dalam konteks
penyampaian pesan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien yang
mengalami gangguan berupa pendengaran, karena keterbatasan pasien
dalam menerima sebuah pesan tidak bisa langsung dicerna oleh pasien.
Efektivitas penyampaian pesan ini tergantung tingkat kemampuan pasien
dalam menangkap atau menerima pesan yang disampaikan.
Banyak bentuk dari pesan verbal yang diberikan perawat kepada
pasien, bentuk pesan verbal yang sering disampaikan perawat biasanya
seperti ajakan kepada pasien untuk melakukan sesuatu dan memberi
keterangan mengenai kegunaan dan keuntungan dari kegiatan tersebut.
Contoh lain dari pesan verbal yang diberikan perawat kepada pasien seperti
76
ketika seorang perawat akan mulai melakukan proses pemeriksaan
mengenai perkembangan kesehatan pasien, sebelum melakukan
pemeriksaan tersebut seorang perawat harus memberikan pesan berupa
informasi mengenai biodata perawat, tujuan perawat datang menemui
pasien, menentukan kontrak waktu dengan pasien. Semua itu adalah bentuk
pesan verbal yang sering diberikan perawat kepada pasien. Dari hasil
wawancara dengan Kapala Sub Bagian Humas dan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Gumala Rubiah, S.Km, M.Kes
mengatakan bahwa:
“Dalam menetapkan metode penyampaian pesan kepada masyarakat
ada beberapa metode misalnya menawarkan diri teknik ini dilakukan
ketika pasien dirasa belum siap untuk berkomunikasi dengan
perawat secara verbal. Misalnya mengatakan “Saya ingin bapak
merasa tenang atau memberikan penghargaan misalnya dengan
memberi ucapan selamat, “Selamat, ya. Bapak sudah pulih dan bisa
pulang hari ini”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
Setiap petugas pelayanan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Raja
Bulukumba menggunakan metode penyampaian pesan baik secara verbal
maupun nonverbal. Penggunaan kedua metode tersebut dilakukan karena
kondisi pasien yang berbeda-beda. Ada pasien yang berhasil dengan
penyampain pesan verbal, tapi belum tentu pasien yang lainnya bisa
menggunakan pesan yang sama, tidak jarang pula seoang perawat
menggunakan pesan verbal dan pesan non verbal secara bersamaan
diberikan kepada pasien.
Dalam komunikasi perawat dengan pasien kejelasan mengenai isi
pesan sangat diperhatikan saat komunikasi berlangsung. Dalam
77
penyampaian pesannya perawat tidak boleh berbelit-belit atau bertele-tele
karena pasien akan sulit menerima pesan tersebut, maka dari itu pesan yang
perawat sampaikan kepada pasien harus singkat, padat dan jelas serta
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
Hasil wawncara dengan Pegawai/staf Bagian Pelayanan Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Nita Wirayu Indasari dalam
penjelasannya mengatakan:
“Menetapkan metode pesan dalam menghadapi pasien menurut saya
memang sangat penting sehingga dalam komunikasi menjadi lebih
mudah baik secara verbal maupun nonverbal. Misalanya saja pesan
non verbal yang diberikan petugas kepada pasien seperti merangkul
pasien sebagai tanda bahwa perawat bersikap terbuka kepada pasien,
memegang tangan sebagai tanda perawat memberikan perhatian
kepada pasien ketika pasien sedang sedih, memberi senyum kepada
pasien sebagai tanda perawat bersikap ramah kepada pasien”. (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pada
dasarnya setiap petugas sudah mengetahui metode pesan yang efektif untuk
diberikan kepada seorang pasien. Keefektifan komunikasi sangat tergantung
pada kemampuan masing-masing petugas dalam memahami secara
individual. Seorang perawat harus mengerti benar cara-cara berkomunikasi
dengan pasien dalam berkomunikasi sehingga feedback yang diberikan
pasien terhadap pesan yang disampaikan oleh perawat juga tidak sama
antara feedback yang diberikan oleh pasien yang satu dengan feedback
pasien yang lainnya, karena semua itu tergantung isi pesan yang perawat
sampaikan sebagaimana pendapat Anwar Arifin, (2006) mengemukakan
metode komunikasi yang efektif dilakukan dengan cara komunikator
78
berusaha memahami dahulu soal komunikan seperti kerangka referensi dan
bidang pengalamn komunikan, kemudian menyusun pesan dan metode yang
sesuai dengan hal itu. Hal itu bertujuan agar pesan dapat diterima terlebih
dahulu baru kemudian dilakukan perubahan-perubahan sesuai dengan
keinginan komunikator.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan salah seorang pasien yakni
Ibu Nurmi mengatakan bahwa:
“Pesannna napodakka perawat e gampang mo di isseng, biasa ko de
ku isseng i nakutanai sika, jadi aro perawat e napodakka najelaskan
sika ma'bangsa denre mengenai batena minum pa'bora, engka 3x1
engka to 2x1 siesso siwenni ro, ko iyya bingung atau kulupai pasti
perawat e napudassika”
Artinya :
“Pesan yang disampaiakan petugas cukup mudah untuk dimengerti
dan dipahami kalaupun ada yang kurang dimengerti bisa ditanyakan
ulang dan petugasnya pasti akan memberikan penjelasan seperti
pada saat petugas memberikan penjelasan mengenai cara minum
obat ada yang 3x1 ada 2x1 dalam sehari semalam. Pada saat kami
lupa atau keliru pasti petugasnya akan mejelaskan kembali”. (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
Komunikasi yang baik akan mampu mengarahkan terjadinya
komunikasi yang lebih akrab antara satu individu atau kelompok terhadap
individu atau kelompok lain. Komunikasi yang baik pula dapat
meminimalisir kecurigaan-kecurigaan yang terjadi dalam hubungan
perawat dengan pasien. Komunikasi dapat dikatakan sebagai komunikasi
yang efektif dalam merubah sikap, pandangan perilaku. Keefektifan
komunikasi adalah karena komunikator dapat menguasai komunikasi yang
sedang berlangsung misalnya komunikasi secara tatap muka. Komunikasi
tatap muka digunakan apabila komunikator mengharapkan perubahan
79
tingkah laku dari komunikan. Seorang perawat seyogyanya dapat
memfasilitasi kondisi munculnya keterbukaan. Kondisi keterbukaan dapat
diwujudkan bila perawat maupun pasien dapat berinteraksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Terjadinya komunikasi secara tatap muka
antara perawat dengan pasien. Perlu diciptakan suasana dialogis antara
perawat dengan pasein. Keterbukaan mengisyaratkan perawat bersedia
menerima kritik-kritik dan saran yang disampaikan pasien.
Dari hasil wawancara dengan pasien Bapak Nasir mengatakan
bahwa:
“Batena perawat a abbicara mae rinakke balloji, nasaba tala labbuji
caritang na, ballo ji dipahang rung ita ji di isse apa na massu
caritanna, haji nyaha pole, sopan i pole mae rinakke”
Artinya :
“Metode atau cara komunikasi perawatnya cukup baik, bagi saya
bahasa yang digunakan mudah dipahami dan cara
menyampaikannya juga sangat sopan”. (Hasil wawancara pada
tanggal 23 Agustus 2019).
Berdasarkan hasil obervasi penulis pada rumah sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba bahwa metode penyusunan pesan yang digunakan oleh
petugas dalam memberikan pelyanan kepada masyarakat yakni melalui
metode penyampaian pesan secara verbal dan non verbal. Para petugas
secara terbuka menyampaikan pesan yang didukung oleh sikap empati.
Kondisi empati tersebut terlihat dari kesediaan dalam memberikan perhatian
kepada pasien dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami pasien
berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. Perawat dapat mengenal
pasiennya dengan baik, sehingga ketika perawat berempatik kepada pasien
80
segala tingkah laku ataupun ucapan perawat tidak menyinggung perasaan
pasien atau membuat pasien marah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penetapan
metode pesan yang disampaikan oleh petugas pelayanan di Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi verbal
dan non verbal. Komunikasi verbal yaitu dorongan perawat kepada pasien
dengan menggunakan bahasa lisan atau ucapan sedangkan komunikasi non
verbal yaitu dorongan yang diberikan oleh perawat kepada pasien dengan
menggunakan bahasa tubuh atau gerakan tubuh. Adapun kedua metode
penyampaian pesan tersebut digunakan berdasarkan kondisi pasien.
Masing-masing metode penyampaian pesan digunakan dengan tujuan agar
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pasien.
C. Hambatan-hambatan penerapan strategi komunukasi terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba
Hasil wawancara mengenai hambatan-hambatan penerapan strategi
komunukasi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat umum pada rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hambatan Sosiologis
1) Kondisi Fisik dan Mental
Pada pembahasan sebelumnya terdapat dua metode penyampaian
pesan yang digunakan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
yaitu pesan secara verbal dan pesan secara non verbal. Dalam
81
penyampaian pesan ini disesuaikan dengan kondisi pasien sehingga
petugas memiliki metode dan cara masing-masing dengan tujuan pesan
yang disampaikan tersebut dapat diterima atau dimengerti oleh pasien.
Agar komunikasi tepat sasaran maka penyampaian pesan hendaklah
disampaikan disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikan.
Sebagaimana disebutkan dalalam Al-Quran (Surah Ibrahim:4)
Artinya:
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan
bahasa kaumnya”
Menurut pendapat Wilbur Scramm dalam Onong Uchjana (2003:41-42)
mengatakan bahwa kriteria yang dapat mendukung suksesnya sebuah pesan
dalam berkomunikasi adalah pesan harus dirancangkan dan disampaikan
sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat mempengaruhi dan menarik perhatian
sasaran yang dimaksud.
Keadaan fisik dan mental merupakan salah satu hambatan dalam
menetapkan metode pesan sebagaimana hasil wawancara dengan Pegawai/staf
Bagian Pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Nita Wirayu
Indasari dalam penjelasannya mengatakan:
“Hambatan dalam mentapkan metode pesan ini umumnya dipengaruhi
oleh faktor kesadaran atau kondisi fisik dan mental pasien seperti pada
pasien anak-anak atau lansia dimana pesan yang disampaikan harus
disampaikan secara berulang-ulang. Selain itu suara juga harus jelas dan
cara mengucapkan kalimat tidak boleh terlalu cepat, karena biasanya anak-
anak atau lansia merasa sangat sulit untuk memahaminya, disini dituntut
82
kesabaran, karena kita tidak sedang menghadapi orang normal melainkan
sedang berhadapan dengan pasien atau orang sakit”. (Hasil wawancara
pada tanggal 23 Agustus 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya
setiap petugas sudah mengetahui kendala atau hambatan-hambatan yang akan
dihadapi sehingga dapat pula menemukan cara dalam mengatasinya seperti yang
disampaikan oleh Kapala Sub Bagian Humas dan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Gumala Rubiah, S.Km, M.Kes juga
menjelaskan bahwa:
“Terkait dengan hambatan-hambatan dalam komunikasi tentu ada upaya
dari masing-masing petugas untuk mengatasinya sehingga setiap masalah
bisa diatasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Seperti
pada saat memberikan pelayanan pada pasien lansia dan anak-anak maka
cara berkomunikasinya harus lemah lembut dan disampaikan secara
berulang-ulang” (Hasil wawancara pada tanggal 20 Agustus 2019).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam
penetapan metode pesan yang disampaikan oleh petugas pelayanan di Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba pada umumnya terjadi pada saat petugas
memberikan pelayanan pada anak-anak dan lansia sebab dalam kondisi tersebut
anak-anak dan lansia lebih lambat dalam menerima pesan yang disampaikan
sehingga harus disampaikan secara berulang-ulang. Untuk itu setiap petugas
senantiasa dituntut untuk bersikap sabar dalam menghadapi pasien serta
memberikan perlakuan khsusus bagi pasien anak-anak dan lansia.
b. Hambatan Psikologis
1) Perbedaan Karakter diantara Pasien
Setiap penerapan strategi komunikasi tidak terlepas dari
yang namanya permasalahan, perbedaan pendapat hingga
83
hambatan-hambatan lain. Begitupula dengan kondisi yang terjadi
di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba. Hambatan tersebut
muncul dari banyak faktor, seperti halnya saat petugas memberikan
pelayanan dimana sering mengalami hambatan dalam upaya
mengenal khalayak sebagaimana diungkapkan oleh Pegawai/staf
Bagian Pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Nita
Wirayu Indasari mengatakan bahwa:
“Hambatan yang sering ditemui oleh petugas pada saat
memberikan pelyanan adalah adanya beberapa pasien yang
memang sulit untuk diajak berkomunikasi bahkan ada pasien
yang cenderung mudah emosi pada saat ditanya-tanya. Hal
ini tentunya menyulitkan petugas untuk berkomunikasi
dengan baik sehingga pasien susah untuk diberikan
tindakan”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 Agustus
2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa
petugas pelayanan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan pasien
disebabkan karena adanya beberapa pasien yang terkesan tertutup
saat diajak berkomunikasi, akibatnya petugas mengalami kesulitan
untuk memberikan tindakan pelayanan terhadap pasien. Sementara
dari hasil wawancara Kepala Direktur Rumah Sakit Sultan Dg.
Radja Bulukumba Dr. H. Abdur Rajab, H.Mn mengatakan bahwa:
“Salah satu hambatan dalam upaya memaksimalkan
komunikasi kepada masyarakat adalah dari segi karakter dan
latar belakang pasien yang berbeda-beda seperti misalnya
tingkat pendidikan ada pasien yang hanya tamatan SMP, SD
bahkan ada yang sama sekali tidak pernah duduk di bangku
sekolah”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
84
Adanya hambatan yang dialami oleh petugas disebabkan
karakter dan latar belakang pasien yang berbeda-beda. Menurut
Denis McQuail, 2011:145) bahwa khalayak terdiri dari satu orang,
kelompok, ataupun massa sehingga khalayak memiliki latar
belakang yang berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan strategi
dalam penyampaian pesan agar pesan dapat diterima oleh target
sasaran.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkn bahwa
hambatan komunikasi petugas pelayanan dalam mengenal
khalayak adalah adanya beberapa pasien yang terkesan tertutup
dalam memberikan informasi kepada petugas. Selain itu perbedaan
karakter dan juga latar belakang pendidikan pasien yang masih
rendah seperti tamatan SMP, SD bahkan ada yang sama sekali
tidak pernah duduk di bangku sekolah.
2) Penyampaian Pesan Terhadap Pasien
Pesan yang disusun erat kaitannya dengan tujuan yang ingin
dicapai dan khalayak yang dikirimi pesan tersebut. Untuk itu
proses komunikasi yang dibangun adalah berdasarkan pesan yang
sudah ditetapkan sebelumnya oleh komunikator yakni para petugas
pelayanan atau perawat. Penyampaiannya dilakukan dengan
pemberian informasi yang dimaksudkan untuk pengetahuan dan
setelah pengetahuan tersebut diterima diharapkan terjadi
perubahan perilaku. Akan tetapi dalam proses penyusunan pesan
85
komunikator tidak lepas daripada kendala atau hambatan-
hambatan. Menurut Ruslan, (2013) hambatan yang dapat
mengganggu dalam sistem komunikasi tersebut, yaitu hambatan
dalam proses penyampaian pesan hambatan ini bisa datang dari
pihak komunikator yang mendapat kesulitan dalam penyampaian
pesan-pesannya, tidak menguasai materi pesan, dan belum
memiliki kemapuan sebagai komunikator yang handal. Hambatan
juga berasal dari penerima pesan tersebut karena sulitnya
komunikan dalam memahami pesan itu dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Direktur
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Dr. H. Abdur Rajab,
H.Mn mengatakan bahwa mengatakan bahwa:
“Pada dasarnya penyusunan pesan yang harus dilakukan
adalah sebisa mungkin pesan yang disampaikan dapat
dimengerti dan dipahami oleh pasien, namun yang menjadi
hambatan adalah masih terdapat beberapa pasien yang
memang sulit untuk menerima pesan yang disampaikan
sehingga”. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Agustus
2019).
Penyampaian informasi melalui proses penyusunan pesan di
antara satu individu dengan individu yang lain menuntut adanya
keterampilan oleh para komunikator untuk mengatasi setiap
hambatan yang ada sekaligus memastikan bahwa pesan-pesan
yang disampaikan dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
86
Hambatan penerapan strategi komunikasi di Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba sebagaimana dapat disimpulkan
bahwa hambatan petugas pelayanan dalam dalam berkomunikasi
adalah dalam proses penyampaian pesan yaitu adanya pasien yang
masih kesulitan dalam menerima pesan yang disampaiakan
sehingga dalam mengatasi hambatan tersebut petugas senantiasa
berusaha untuk melakukan pendekatan secara personal serta
menyusun pesan-pesan yang lebih detail sesuai dengan kebutuhan
khalayak.
Selanjutnya dari hasil wawancara lebih lanjut dengan
pegawai/staf bagian pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba Nita Wirayu Indasari mengatakan bahwa:
“Dalam menyusun pesan ada beberapa hambatan yang
sering kami temui salah satunya proses penyampaian pesan
adalah sulitnya pasien dalam menerima pesan karena
perbedaan persepsi dan bahasa, dan keadaan emosi, dan
status. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Agustus 2019).
Hambatan komunikasi dapat terjadi, baik di antara individu
atau antar manusia, dan bisa juga terjadi di dalam organisasi.
Komunikasi antar manusia dilakukan oleh seorang komunikator
(atau orang yang menyampaikan pesan) dengan komunikan (orang
yang menerima pesan). Agar komunikator dan komunikan dapat
saling memahami, maka keduanya harus memiliki pengertian yang
sama mengenai kata, nada suara, isyarat atau gerakan badan, serta
symbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.
87
Menurut Fajar (2009), bahwa untuk bisa melakukan
komunikasi secara efektif, memang tidak akan cukup bila hanya
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
komunikasi saja. Diperlukan pula pemahaman terkait hambatan-
hambatan komunikasi yang ada. Hambatan dalam
penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak
sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan Fisik
1) Keterbatasan Sumber daya manusia
Keterbatasan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
penghambat dalam penerapan strategi komunikasi terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat umum pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba karena untuk menunjang kelancaran komunikasi tersebut
diperlukan tenaga atau sumber daya manusia yang memadai sehingga
petugas atau perawat memiliki cukup waktu untuk berkomunikasi
dengan pasien. Namun dengan terbatasnya jumlah pegawai
menyebabkan komunikasi petugas menjadi kurang efektif hal ini
disampaikan oleh Kepala Direktur Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba Dr. H. Abdur Rajab, H.Mn mengatakan bahwa:
“Iyya, sumber daya manusia memang merupakan salah satu faktor
penghambat dalam membangun komunikasi dengan pasien. Sebab
dengan terbatasnya jumlah perawat menyebabkan perwat tersebut
tidak bisa berkomunikasi lama dengan pasien sebab waktu mereka
88
terbatas dan masih banyak pasien lain yang harus ditangani”. (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Agustus 2019).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat di jelaskan
bahwa ada cukup banyak jenis pelayanan yang harus ditangani oleh
petugas sehingga tidak memungkinkan bagi petugas untuk
berkomunikasi secara massif dengan setiap pasien.
Tebatasnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba merupakan penghambat bagi petugas
untuk melakukan komunikasi karena tidak sebanding dengan
banyaknya jenis pelayanan yang harus diselesaikan.
Dapat dijelaskan bahwa terdapat 52 jenis pelayanan yang telah
ditetapkan pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba dan
sebanyak 41 atau sebesar 79 % diataranya sudah tersedia dan 11 atau
sebanyak 21 %. Sementara dari segi jumlah sumber daya manusia yang
ada pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba sebagaimana data
dokumen yang penulis dapatkan adalah sebanyak 40 orang.
Dapat dijelaskan bahwa Standar kebutuhan Minimal Tenaga medis
sebanyak 46 orang sementara pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba jumlah sumberdaya manusia yang ada sebanyak 40 orang.
Ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba
masih memiliki kekurangan jumlah sumber daya manusia. Dari hasil
wawancara dengan Kapala Sub Bagian Humas dan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Gumala Rubiah, S.Km,
M.Kes juga menjelaskan bahwa:
89
“Tentunya hambatan-hambatan dalam komunikasi itu tetap ada
seperti halnya keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki
oleh Rumah Sakit Sultan Dg. Raja Bulukumba utamanya tenaga
medis yang menyebabkan proses komunikasi yang dilakukan
terbatas. Artinya petugas harus bisa mengatur waktu agar
pelayanan dapat dilakukan secara menyeluruh”. (Hasil wawancara
pada tanggal 20 Agustus 2019).
Banyaknya jenis pelayanan yang disediakan di Rumah Sakit Sultan
Dg. Radja Bulukumba terkadang menyebabkan pelayanan menjadi
kurang maksimal. Hal tersebut disebabkan karena terbatasnya jumlah
petugas pelayanan khusunya tenaga medis yang bertugas dalam
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa
keterbatasan jumlah petugas pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba khususnya tenaga medis menjadi salah satu penghambat
dalam penerapan strategi komunikasi sebagaimana wawancara dengan
Pegawai/staf Bagian Pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba Nita Wirayu Indasari dalam penjelasannya mengatakan:
“Memang salah satu hambatan dalam berkomunikasi dari
segi jumlah tenaga yang tersedia. Misalnya pada saat sedang
memberikan pelayanan kepada pasien saya tidak bisa
melakukan komunikasi terlalu lama karena masih banyak
pasien lain yang harus ditangani”.
Berdasarkan hasil wawancara dan data dokumentasi yang ada
dapat disimpulkan bahwa keterbatasan sumber daya manusia pada
Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba merupakan salah satu
faktor penghambat dalam menerapkan komunikasi kepada pasien. Hal
tersebut disebabkan karena jumlah jenis pelayanan lebih banyak
90
dibandingkan dengan jumlah tenaga medis yang tersedia. Terdapat 52
jenis pelayanan yang ada pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba sementara jumlah tenaga medis yang ada hanya 40 orang.
2) Keterbatasan sarana dan prasarana
Menurut Wursanto (2005) bahwa hambatan yang bersifat teknis
teknis adalah hambatan yang disebabkan kurangnya sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi. Dalam rangka
menunjang kelancaran kerja dan komunikasi, pada rumah sakit Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba harus ditunjang dengan sarana dan
prasarana atau fasilitas yang memadai seperti ketersediaan ruangan
atau gedung yang cukup untuk menampung semua pasien. Keberadaan
ruangan yang cukup tentunya akan sangat membantu kelancaran
komunikasi namun sebaliknya jika ruangan yang tersedia kurang
memadai maka sangat memungkinkan bagi perawat untuk dapat
berkomunikasi dengan baik. Dari hasil wawancara dengan Kepala
Direktur Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Dr. H. Abdur
Rajab, H.Mn diperoleh informasi bahwa:
“Keberadaan sarana dan prasarana yang ada sekarang kami akui
memang belum sepenuhnya maksimal. Nah, yang dianggap
menghambat komunikasi petugas dengan pasien itu biasanya dari
segi ruangan yang memiliki kapasitas terbatas. Seperti misalnya
ruangan interna dengan kapasitas maksimal sebanyak 4 pasien,
namun dalam kondisi tertentu kadang ditempati 5 sampai 6 pasien
tentunya ini akan mengganggu proses komunikasi antara petugas
dengan pasien”.
Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa keterbatasan
jumlah ruangan merupakan faktor penghambat antara petugas dengan
91
pasien. Hal tersebut disebabkan karena dengan banyaknya jumlah
pasien akan membuat kondisi ruangan menjadi sempit ditambah lagi
dengan jumlah pengunjung dari masing-pasien.
Jumlah ruangan yang tersedia pada Rumah Sakit Sultan Dg. Radja
Bulukumba adalah sebanyak 175 rungan. Dari total jumlah ruangan
yang ada masih terdapat beberapa ruangan yang dianggap masih
kurang seperti ruangan perawatan Interna (Flamboyan) dan perawatan
kelas III (Seruni). Berdasarkan wawancara dengan Pegawai/staf
Bagian Pelayanan Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba Nita
Wirayu Indasari dalam penjelasannya mengatakan:
“Mengenai kondisi sarana dan prasarana khususnya masalah
ruangan sebetulnya sudah cukup memadai akan tetapi dalam kondisi
tertentu biasa tiba-tiba jumlah pasien meningkat khusunya untuk
pengguna ruangan kelas III dan perawatan interna sehingga biasa
ada pengunjung yang mengeluhkan masalah ruangan yang dianggap
sempit karena banyaknya pengunjung”.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa hambatan yang
dirasakan selama ini baik oleh petugas maupun masyarakat adalah
adanya keterbatasan sarana dan prasarna berupa ruangan pasien yang
belum maksimal sehingga suasana dalam ruangan kurang kondusif.
Selain hal tersebut di atas sebagaimana data yang penulis dapatkan
di Rumah Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba juga ditemukan beberapa
fasilitas penunjang yang masih dianggap kurang seperti thermometer,
troli medikasi gunting hacting dan beberpa perlatan lainnya
92
Sebagian besar peralatan yang diperlukan sudah tersedia sesuai
standar yang ditentukan di bangsal, meskipun ada beberapa alat yang
masih kurang jumlahnya dan juga mengalami kerusakan.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan Pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Strategi komunikasi pelayanan kesehatan masyarakat umum pada Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba adalah: Pertama, mengenal khalayak
dengan cara menganalisis kebutuhan khalayak, memahami dan mengerti
keadaan khalayak serta memberikan masukan dengan menggunkan bahasa
yang mudah dipahami oleh khayak; Kedua, penyusunan pesan yaitu melalui
tahap pra interaksi guna mengetahui latar belakang pasien untuk
mempermudah dalam proses penyampaian pesan; Ketiga, penetapan metode
melalui Komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal berupa
dorongan perawat kepada pasien dengan menggunakan bahasa lisan atau
ucapan sedangkan komunikasi non verbal berupa dorongan yang diberikan
oleh perawat kepada pasien dengan menggunakan bahasa tubuh atau gerakan
tubuh.
2. Hambatan-hambatan penerapan strategi komunukasi terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat umum pada rumah Sakit Sultan Dg Radja Bulukumba
adalah adanya hambatan Sosilogis yaitu kondisi fisik dan mental, hambatan
Psikologis ada dua yaitu perbedaan karakter antara pasien, penyampaian
Pesan Terhadap Pasien, dan Hambatan Fisik ada dua yaitu Keterbatasan
sumber daya manusia, serta keterbatasan sarana dan prasarana.
93
94
B. Saran
Beberapa saran yang ingin penulis kemukakan terkait penelitian ini
yaitu:
1. Diharapkan petugas pelayan agar dapat memahami karakteristik individu dan
emosional pasien yaitu dengan menguasai teknik komunikasi yang baik
secara verbal maupun non verbal
2. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia khusunya bidang pelayanan
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.
3. Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana khusunya penambahan
ruangan Interna.
4. Untuk masyarakat umum atau peneliti selanjutnya, diharapkan melengkapi
penelitian terkait dengan berbagai aspek-aspek ekternal yang menarik untuk
diteliti oleh penulis lain, sehingga penulis lain dapat meneliti lebih lanjut
terkait dengan strategi komunikasi pelayanan kesehatan masyarakat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yusuf Zainal. 2015. Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan
Aplikasi. Bandung: Pustaka
Anny Isfandyarie, 2006, Tanggung Jawab dan Sanksi Bagi Dokter, Jakarta: Prestasi
Pustaka
Anwar Arifin, 1984. Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas, Bandung:
Armico
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Emi, Mimin. 2004. Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik. Jakarta: Kedokteran
EGC: Jakarta
Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Hadiati Harmien, Koeswadji, 1998. Hukum Kedokteran di Dunia Internasional,
Makalah Simposium. Jakarta: Medical Law
Isfandyarie Anny. 2006. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku I.
Jakarta: Prestasi Pustaka:
Liliweri, Alo, 2001. Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan kedua),
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Desertasi, Dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Praptianingsih Sri. 2007. Kedudukan Hukum Keperawatan dalam Upaya
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Purwandi Atik. 2005. Konsep Kebidanan Sejarah & Profesionalisme. Kedokteran
Jakarta: EGC
95
96
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
Susanto, E.H. 2010. Kelambanan Reformasi Birokrasi dan Pola Komunikasi
Lembaga Pemerintah. Jurnal Komunikasi ASPIKOM
Tubb, S. L, dan Moss, S. 2006. Human Communication. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yusuf Zainal Abidin, 2015. Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi). Bandung: Pustaka Setia
Veronica Komalawati, 2010, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi
Terapeutik (Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien), Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti
Jurnal:
Ali Alamsyah Kusumadinata dan Maria Fitriah, 2017. Strategi Komunikasi
Pelayanan Publik Melalui Program Pos Pemberdayaan Keluarga. Jurnal
Aspikom, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017
Dede Wahyudi, 2013. Strategi Komunikasi Perwakilan Bkkbn Provinsi Kalimantan
Timur Dalam Mensosialisasikan Piirogram KB. eJournal Ilmu Komunikasi,
2013.1 (2): 55-69
Internet:
Metodologi-Penelitian, https://docplayer.info/31238974-Bab-iii-metodologi-
penelitian.html diakses pada tanggal 19 september 2019 pukul 12.00 WIB.
Metode Penelitian, http://eprints.ums.ac.id/50490/6/BAB%20III.pdf diakses pada
tanggal 19 september 2019 pukul 12.00 WIB
Komunikasi Kesehatan, https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-kesehatan
diakses pada tanggal 19 september 2019 pukul 12.00 WIB
Hambatan-Hambatan Komunikasi, https://pakarkomunikasi.com/hambatan-
hambatan-komunikasi diakses pada tanggal 19 september 2019 pukul 12.00
WIB
97
Undang-undang
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diakses pada
tanggal 19 september 2019 pukul 12.00 WIB.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diakses pada tanggal 19
september 2019 pukul 12.00 WIB.
98
L
A
M
P
I
R
A
N
99
100
101
102
103
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Wawancara Bersama Kepala Direktur Rumah Sakit : Dr. H. Abdur Rajab MH.
Wawancara Bersama Kapala Sub Bagian Humas dan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit Sultan Dg. Radja Bulukumba : Gumala Rubiah, S.Km, M.Kes
104
Wawancara bersama Pegawai/Staf Bagian Pelayanan Rumah Sakit
Sultan Dg. Radja Bulukumba Ibu Nita Wirayu Indasari
Wawancara bersama Pasien : Bapak Nasir
105
Wawancara bersama Pasien : Ibu Nurmi
106
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Febriyanti Lahir di Desa Balong, Kecamatan Ujungloe,
Kabupaten Bulukumba Pada Tanggal 01 Januari 1997 ,
Putri tunggal dari pasangan Bapak Rajamuddin dan Ibu
Sunarti.
Selama menempuh jenjang pendidikan, penulis mengawali
karir pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 223 Garanta
tahun 2003-2009 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 3 Bulukumba pada tahun 2009-2012, selanjutnya SMA Negeri 9 Bulukumba
tahun 2012-2015. Setelah itu melanjutkan pendidikan di UNISMUH MAKASSAR
(Universitas Muhammadiyah Makassar) Pada tahun 2015 dengan Jurusan Ilmu
Komunikasi dan terdaftar dengan nomor registrasi mahasiswa 105650004315 dan
selesai pada Tahun 2020.