skripsi profil melasma - silvester pangalinan
DESCRIPTION
MelasmaTRANSCRIPT
PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN
RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 - 2011
SKRIPSI
Oleh :
SILVESTER ANGGI PASAU PANGALINAN
090 111 232
Dosen Pembimbing :
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK (K)
Prof. Dr. Herry E. J. Pandaleke, M.Sc., Sp.KK (K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN
RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 - 2011
Oleh :
Silvester Anggi Pasau Pangalinan
090 111 289
SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran
Di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Pada
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011
Oleh:
SILVESTER ANGGI PASAU PANGALINAN
090111232
Telah diajukan pada Ujian Akhir Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi pada tanggal 16 Januari 2013 serta telah dikoreksi dan disetujui oleh:
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp,KK (K) Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Herry E.J. Pandaleke, M.Sc., Sp.KK (K) Dosen Pembimbing II
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK (K) Kepala Bagian Kulit dan Kelamin
Prof. Dr. dr. S.M. Warouw, Sp.A(K) Dekan FK UNSRAT
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
1. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan
pihak lain kecuali tim komisi pembimbing dan para penguji.
2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, yang telah
diperoleh karena skripsi ini, saya bersedia untuk menerima sanksi akademik serta
sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Manado, Januari 2013
Silvester Anggi Pangalinan
090111232
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Silvester Anggi Pasau Pangalinan
NRI : 090111232
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP
PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola, dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak
cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, agar dapat digunakan
dengan baik dan benar sebagaimana mestinya.
Manado, Januari 2013
Silvester Anggi Pangalinan
090111232
ABSTRAKPROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP
PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011 Silvester Anggi Pasau Pangalinan, Marlyn Grace Kapantow, Herry Pandaleke
Bagian Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Latar Belakang – Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata bewarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu. Insidensi melasma belum diketahui secara pasti dan melasma paling sering diderita wanita usia produktif, meskipun didapat pula pada pria (10%) dari keseluruhan kasus
Tujuan Penelitian – Mengetahui profil pasien Melasma pada pasien yang berkunjung dan berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-2011
Metode – Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif retrospektif yang mengambil data pasien baru melasma di Poliklinik Kulit dan kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-2011
Hasil Penelitian – Dari periode 2009-2011, hasil penelitian menunjukkan tiap tahun pasien melasma mengalami penurunan. Menurut jenis kelamin, pasien wanita lebih banyak (94,44%) dibandingkan pasien pria (5,56%). Pasien kelompok usia 31-40 tahun merupakan yang terbanyak yaitu 7 pasien (39,89%). Menurut jenis pekerjaannya, pasien terbanyak pada kalangan Ibu Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%). Menurut lokasi melasma nya yang terbanyak yakni di daerah Sentrofasial dengan 11 pasien (38,89%)
Kata Kunci : Melasma
ABSTRACT
PROFILE OF MELASMA PATIENTS ON POLYCLINIC OF DERMATOLOGY AND VENEROLOGY PROF DR. R. D. KANDOU MANADO GENERAL
HOSPITAL 2009 – 2011 Silvester Anggi Pasau Pangalinan, Marlyn Grace Kapantow, Herry Pandaleke
Division of Dermatology and Venerology Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital
Background - Melasma is a commonly acquired hipermelanosit symmetrical like as macula uneven colored light brown until dark brown, concern the exposed area which ultraviolet light with predilection on the cheek, forehead, upper lip area, nose and chin. The incident of melasma is not certain and melasma most often suffered woman of productive ages, although can get in man (10%) overall the cases.
Objective - To know about profile of melasma patients who visited and treatment at Polyclinic Dermatology of Prof Dr. R. D. Kandou Manado General Hospital period 2009-2011
Methods - The research is a retrospective descriptive who take a new data of Melasma patients in Polyclinic of Dermatology and Venerology Prof Dr. R. D. Kandou Manado General Hospital period 2009-2011
Result - From the period 2009-2011, the result show each year Melasma patients has decreased. According to gender, many female patients (94,44%) than male patients (5,56%). Group of patients 31-40 years old has the greatest number by 7 patients (39.89%). According to the kinds of occupation, most patients are Housewife by 6 patients (33.33%). According to the melasma location, the highest is Sentrofasial area with 11 patients (38.89%)
Keyword: Melasma
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
I.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi .................................................................................... 4
II.2. Epidemiologi ........................................................................... 4
II.3. Etiologi .................................................................................... 5
II.4. Klasifikasi ................................................................................ 9
II.5. Patogenesis .............................................................................. 10
II.6. Gambaran Klinis ...................................................................... 11
II.7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 12
II.8. Diagnosis.................................................................................. 14
II.9. Diagnosis Banding ................................................................... 15
II.10. Penatalaksanaan...................................................................... 16
II.11. Prognosis ............................................................................... 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 21
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 21
III.3. Subjek Penelitian .................................................................... 21
III.4. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 21
III.5. Definisi Operasional ............................................................... 22
III.6. Variabel Penelitian ................................................................. 22
III.7. Instrumen Penelitian ............................................................... 23
III.8. Teknik Penelitian dan Cara Kerja .......................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 24
IV.2. Pembahasan ............................................................................ 27
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan .............................................................................. 30
V.2. Saran ........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Presentase Pasien Melasma Tahun 2009-2011.................................. 24
Tabel 2. Distribusi Pasien Melasma Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011............................................................................ 24
Tabel 3. Distribusi Pasien Melasma Menurut Umur Tahun 2009 sampai dengan
Tahun 2011........................................................................................ 25
Tabel 4. Distribusi Pasien Melasma Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011............................................................................ 25
Tabel 5. Distribusi Pasien Melasma Menurut Lokasi Melasma Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011............................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal dari
bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma adalah hipermelanosis
didapat yang umumya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat
muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat
predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu.1,2
Insidensi melasma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian Halder dkk,
dari 2000 pasien kulit hitam yang datang ke sebuah klinik di Washington DC, USA
menyatakan bahwa kelainan kulit peringkat ketiga setelah vitiligo adalah masalah
hiperpigmentasi.1
Melasma paling sering diderita wanita usia reproduktif, meskipun didapat pula
pada pria (10%) dari keseluruhan kasus.1 Melasma dapat terjadi pada semua ras
terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis, akan tetapi paling sering mengenai
individu yang berkulit gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV , V , VI), yaitu bangsa
Hispanik, Asia Timur dan Selatan yang merupakan daerah dengan radiasi sinar
ultraviolet (UV) yang tinggi. Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang terletak
di garis Khatulistiwa, dimana matahari bersinar hampir sepanjang hari. Di Indonesia,
perbandingan kasus antara wanita dan pria adalah 24:1. Terutama tampak pada
wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidensi
terbanyak pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.1,2
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif
yang dianggap berperan pada patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin,
prediposisi genetik, radiasi sinar ultraviolet (UV), ras dan faktor lainnya seperti
pemakaian bahan kosmetika tertentu, obat-obatan (bersifat fototoksik dan fotoalergik,
antikonvulsi), defisiensi nutrisi dan idiopatik.1,2
Ada 3 bentuk klinis berdasarkan distribusi pigmen dari pasien melasma yakni
yang pertama bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,
bawah hidung, serta dagu (63%), yang kedua bentuk malar meliputi hidung dan pipi
bagian lateral (21%), serta yang ketiga bentuk mandibular meliputi daerah mandibula
(16%). Jumlah makula hiperpigmentasi bervariasi mulai dari lesi tunggal sampai
multipel.1,2
Walaupun resiko penyakit melasma dalam medis hanya kecil, namun penyakit
ini dapat menganggu penampilan wajah dan dapat mengurangi kepercayaan diri.
Melasma merupakan kelainan yang sulit diobati dengan pengobatan-pengobatan yang
telah ada, sekalipun itu memakai tabir surya untuk menghindari paparan sinar
matahari. Saat ini belum ada terapi spesifik untuk melasma yang benar-benar efektif
untuk pasien melasma secara holistik. Pengobatan yang ada hanya memiliki
efektivitas dan bervariasi terhadap depigmentasi.1,5-8
Sasaran pengobatan melasma harus memiliki arah dan tujuan yakni
memperlambat proliferasi melanosit, menghambat pembentukan melanosom yang
mengakibatkan penurunan atau degradasi jumlah melanosom.1 Hal ini bisa digapai
dengan cara menghindari paparan langsung sinar matahari dan pemakaian tabir surya
berspektrum luas terhadap radiasi sinar ultraviolet (UV) serta juga menghindari
produk-produk kosmetika wajah yang berbahaya, adalah hal yang penting untuk
mencegah terbentuknya melanin baru dan bercak kehitaman akibat melanin.1,2,4
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
profil melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado.
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana profil pasien Melasma yang berkunjung dan berobat ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou, Manado?
I.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui profil Melasma pada pasien yang berkunjung dan berobat di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-
2011
I.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Melasma
2. Dapat memperoleh data-data mengenai pasien Melasma di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado dan sebagai referensi dan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Sebagai referensi melasma yang baik untuk masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Definisi
Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal
dari bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan
hipermelanosis yang sangat sering dijumpai, bersifat didapat, dengan distribusi
simetris pada daerah yang sering terpapar sinar matahari dan biasanya dijumpai
pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul dalam bentuk makula berwarna
cokelat terang sampai gelap dengan pinggir yang iregular, biasanya melibatkan
daerah dahi, pelipis, pipi, hidung, di atas bibir, dagu, dan kadang-kadang leher.
Meskipun melasma dapat mengenai semua orang, akan tetapi lebih sering pada
wanita Asia dan Hispanik berkulit gelap.2,3,9
II.2. Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang
tinggal di daerah tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita. Wanita
dengan tipe kulit yang lebih gelap (misalnya tipe kulit IV hingga VI), yaitu
Latin, Afrika-Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens terbanyak.
Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada pria (10 %) .
Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu
24 :1. Terutama tampak pada wanita usia subur dengan
riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Kondisi ini juga lebih
sering terjadi pada area geografis yang terpapar radiasi ultraviolet (sinar
matahari) yang besar, seperti daerah tropis dan subtropis. Insidens terbanyak
pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.
Penelitian tentang kualitas hidup menunjukkan bahwa melasma menimbulkan
efek emosional dan psikologis yang besar pada pasien yang hidup dengan
kelainan ini.2,3,9,10
II.3. Etiologi
Etiologi melasma masih belum diketahui secara pasti.1 Adapun faktor-faktor
yang berperan dalam patogenesis melasma diantaranya adalah:
A. Sinar matahari
Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini
berlaku untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah parah
apabila terpapar sinar matahari. Eksaserbasi melasma hampir pasti dijumpai
setelah terpapar sinar matahari yang berlebihan, mengingat kondisi melasma
akan memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh (kulit) yang
terpapar dengan sinar, terutama UV dapat menyebabkan terbentuknya singlet
oxygen dan radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal
bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin yang
berlebihan. Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling berisiko
dalam pencapaiannya ke bumi adalah UVB 290-320 nm dan UVA 320-400 nm.
Semakin kuat UVB maka akan semakin menimbulkan reaksi di epidermis,
dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis, sementara 50% UVA akan
mencapai dermis. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan
penghambat tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, enzim tirosinase
bekerja secara maksimal dan memicu proses melanogenesis. Pada mekanisme
perlindungan alami terjadi peningkatan melanosit dan perubahan fungsi
melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan lambat sebagai respon
terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan reaksi pigmentasi cepat.
Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang telah ada, dan
melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada reaksi
pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami proliferasi,
terjadi sintesis dan redistribusi melanin pada keratinosit disekitarnya. Melasma
merupakan proses adaptasi melanosit terhadap paparan sinar matahari yang
kronis. Terjadinya melasma pada daerah wajah karena memiliki jumlah
melanosit epidermal yang lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya dan
merupakan daerah yang paling sering terpapar sinar matahari. Interaksi antara
faktor sinar matahari dan berbagai hormon terjadi di perifer, kemudian bersama-
sama mempengaruhi metabolisme melanin di dalam melanoepidermal unit.11,12
B. Endokrin
Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis antara lain yakni
Melanin Stimulating Hormone (MSH), ACTH, lipotropin, estrogen, dan
progesteron. Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang melanogenesis
melalui interaksi dengan reseptor membran untuk menstimulasi aktivitas adenyl
cyclase (cAMP) dan juga meningkatkan pembentukan tirosinase, melanin dan
penyebaran melanin. Hipermelanosis yang difus berhubungan dengan
insufisiensi korteks adrenal. Peningkatan MSH dan ACTH yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila kortisol mengalami defisiensi sebagai
akibat dari kegagalan mekanisme inhibisi umpan balik. Estrogen dan progesteron
baik natural maupun sintetis diduga sebagai penyebab terjadinya melasma oleh
karena sering berhubungannya dengan kehamilan, penggunaan obat kontrasepsi
yang mengandung estrogen dan progesteron, penggunaan estrogen konjugasi
pada wanita postmenopause dan pengobatan kanker prostat dengan dietilbestrol.
Meskipun peran estrogen dalam menginduksi melasma belum diketahui, namun
dilaporkan bahwa melanosit yang mengandung reseptor estrogen menstimulasi
sel-sel tersebut menjadi hiperaktif.1,11,12 Walaupun estrogen disangka memegang
peranan penting dalam etiologi melasma, namun terdapat insiden yang rendah
diantara para wanita postmenopause yang mendapat terapi pengganti.11,12
C. Obat
Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari keseluruhan
kasus hiperpigmentasi yang didapat. Patogenesis pigmentasi yang diinduksi oleh
obat ini bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab pengobatan dan
melibatkan akumulasi melanin, diikuti dengan peradangan kutaneus yang non
spesifik dan sering diperparah dengan paparan sinar matahari. Biasanya obat-
obat ini akan tertimbun pada lapisan atas dermis bagian atas secara kumulatif,
dan juga dapat merangsang melanogenesis. Beberapa obat yang dapat
merangsang aktivitas melanosit dan meningkatkan pigmentasi kulit terutama
pada daerah wajah yang sering terpapar sinar matahari yaitu, obat-obat
psikotropik seperti fenotiazin (klorpromazin), amiodaron, tetrasiklin, minosiklin,
klorokuin, sitostatika, logam berat, arsen inorganik, dan obat antikonvulsan
seperti hidantoin, dilantin, fenitoin dan barbiturat.11,13
D. Genetik
Ditemukan kasus riwayat keluarga dengan insidens sekitar 20-70%.1,3
E. Ras
Melasma banyak dijumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit
berwarna gelap.2,3
Faktor-faktor yang terlibat lainnya adalah kandungan tertentu yang terdapat
dalam kosmetika, defisiensi nutrisi.3,4 Dari sekian banyak faktor etiologi yang
berhubungan dengan melasma, paparan sinar matahari terlihat sangat berperan
penting. Penelitian oleh Sanchez dkk, semua pasien yang bertempat tinggal di
Puerto Rico dan sebagian besar onset melasmanya terjadi selama musim panas,
pasien merasa pada musim dingin melasma mereka nyata berkurang. Pasien ini
juga mengatakan bahwa paparan sinar matahari akan memperparah melasma
mereka.5 Beberapa dari faktor-faktor tersebut telah diobservasi sedangkan yang
lainnya telah dilakukan uji klinis. Kira-kira sepertiga kasus melasma pada
wanita, dan sebagian besar pada pria adalah idiopatik.11,13 Selain itu kehamilan
merupakan faktor yang memperberat pada 51% wanita yang sebelumnya hamil.
Resiko melasma berat hampir delapan kali kali lipat lebih tinggi pada wanita
yang mendapat kontrasepsi oral daripada mereka yang tidak menggunakan
kontrasepsi oral. Resiko melasma hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita
di bawah 30 tahun dalam hal usia onset. Fotoproteksi penting dalam menurunkan
resiko melasma berat pada pasien dengan paparan sinar matahari yang intensif,
terutama bila terdapat kombinasi faktor yang memperberat seperti kontrasepsi
oral, paparan sinar ultraviolet atau kehamilan.14
II.4. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,
pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood. Melasma
dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis, peeriksaan histopatologik, dan
pemeriksaan dengan sinar Wood.2,9
Berdasarkan gambaran klinis
a. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,
bawah hidung, serta dagu (63%)
b. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
c. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) 2,9
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood
a. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood
dibandingkan dengan sinar biasa.
b. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras
dibandingkan dengan sinar biasa.
c. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak
jelas.
d. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood
lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.
Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi, tipe
dermal lebih sulit diobati dibanding tipe epidermal.2,9
Berdasarkan pemeriksaan histopatologik
a. Melasma tipe epidermal, umumnya bewarna coklat, melanin terutama
terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang di seluruh
stratum korneum dan stratum spinosum.
b. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan terdapat makrofag
bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah,
pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat.2,9
II.5. Patogenesis
Patogenesis melasma masih belum dapat dijelaskan secara jelas. Banyak
faktor yang menyangkut dalam patogenesis melasma ini yaitu:
a. Peningkatan produksi melanosom karena peranan hormon maupun sinar
matahari. Peranan hormon kewanitaan dapat dilihat dari meningkat kejadian
melasma pada kehamilan dan pada mereka yang mengonsumsi pil
kontrasepsi oral, terapi pengganti estrogen dan terapi esrogen untuk kanker
prostat. Mekanisme induksi terjadinya melasma oleh estrogen dapat terkait
dengan adanya respetor estrogen pada melanosit yang menstimulasi sel untuk
memproduksi lebih banyak melanin. Ada yang mengatakan bahwa
mekanisme kausatif hiperpigmentasi pada kehamilan atau pemakaian
kontrasepsi oral adalah kenaikan estrogen, progestron ataupun MSH
(Melanocyte Stimulating Hormone). Akan tetapi Westerhof (1982)
menyebutkan bahwa pada melasma, MSH normal, sedangkan kadar estrogen
dan progesteron nya lah yang berperan, meskipun tidak jelas diketahui
bagaimana respetor tersebut untuk hormon tersebut ada di membran
melanosit. Salah satu faktor penting dalam peningkatan melanosom juga
adalah paparan ultraviolet dari sinar matahari atau sumber lainnya.
Eksaserbasi melasma secara universal terlihat setelah melewati periode
tertentu dimana subjek dijauhkan dari paparan sinar matahari. Apapun
mekanisme nya, melasma terjadi pada peningkatan deposisi melanin di
epidermis, dermis (pada melanopharge), atau pada keduanya. Jumlah
melanosit pada lesi seringkali dilaporkan normal atau meningkat. Melanosom
di dalam melanosit dan keratinosis dilaporkan memiliki ukuran yang lebih
besar.2,3,9
b. Penghambatan lapisan malphigi, keadaan ini dapat terjadi karena obat
sitostatik.
Patogenesis melasma selalu digunakan dalam pelaksanaan proses diagnosis
maupun proses pengobatan. Pengetahuan tentang patogenesis melasma banyak
berkaitan dengan biologi, biokimia, patofisiologi dan patologi dari proses
pigmentasi kulit, baik ditingkat selular, biomolekular dan jaringan kulit. Juga
berhubungan langsung dengan faktor penyebab melalui beberapa mekanisme
yang bersifat spesifik.2,3,9
II.6. Gambaran Klinis
Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap, dengan
pinggir iregular, dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu dengan
pola retikular. Terdapat tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut, yaitu
sentrofasial (63%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan dagu,
merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%) mengenai pipi
dan hidung, dan mandibular (16%) mengenai ramus mandibula. Melasma tidak
mengenai membran mukosa. Jumlah makula hiperpigmentasi berkisar antara satu
lesi sampai multipel dengan distribusi simetris.1,2,4
II.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk
pemeriksaan fungsi endokrin, tiroid dan hepatik.
B. Pemeriksaan histopatologis
Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal.
Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal,
dermal, dan campuran. Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat
berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan
suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati
seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe
epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe dermal,
yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang diproduksi
oleh melanosit epidermal memasuki papila dermis dan diambil oleh
makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar pembuluh
darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran ditandai dengan
adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.2,9,15
C. Pemeriksaan Lampu Wood
Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe.
Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi
pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk membantu
dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka pasien harus
diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.1
Pada pemeriksaan dibawah lampu Wood, secara klasik melasma dapat
diklasifikasikan menjadi :
C.1. Tipe Epidermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat terang apabila dilihat dibawa
lampu biasa dan penilaian dengan lampu Wood menunjukkan warna
yang kontras antara daerah yang hiperpigmentasi dibanding kulit
normal. Sebagian besar pasien melasma termasuk kedalam kategori ini.
Pasien denga hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki respon yang
lebih baik terhadap bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.2. Tipe Dermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan
apabila dilihat dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak
memberikan warna kontras pada lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen
bergantung pada transport melalui makrofag dan keadaan ini tidak
mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.3. Tipe Dermal-Epidermal (Campuran)
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat dengan
lampu biasa dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa daerah lesi
akan tampak warna yang kontras sedangkan pada daerah yang lain
tidak.2,9,15
C.4. Tipe Indeterminate
Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap
(tipe V danVI) dan tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood.
Lesi berwarna abu-abu gelap namun sulit dikenali oleh karena
sedikitnya kontras warna yang timbul.2,9,15
II.8. Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan anamnesis yang tepat dan
pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan
sinar Wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada kasus
kasus tertentu.3
Secara histologis, terjadi peningkatan pigmentasi dengan pola epidermal,
epidermal-dermal atau dermal. Epidermal melasma yang sebenarnya tergolong
jarang terjadi.3
a. Anamnesis
Anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis secara tepat.
Anamnesis yang dapat mendukung penegakkan diagnosis melasma:
1. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun
2. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
3. Pasien dengan penggunaan kontrasepsi oral
4. Pasien yang memiliki aktivitas yang sering berpaparan dengan sinar
matahari langsung
5. Lesi timbul bermingu minggu dan semakin terlihat saat kontak
dengan sinar matahari
6. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik
7. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon15
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, makula berwarna coklat muda biasanya muncul di daerah dahi,
dagu, hidung dan bibir atas pada wajah. Pasien dapat menampilkan distribusi
malar, sentrofasial atau mandibular.15
II.9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari melasma meliputi kelainan pada pigmen.
a. Riehl’s melanosis yakni memiliki gambaran histopatologik infiltrat
peradangan pada bagian epidermis-dermis dan infiltrat perivaskular
limfositik yang disertai dengan gangguan peradangan/inflamasi. Pigmentasi
bercak bewarna coklat muda sampai coklat tua terutama di dahi, malar,
belakang telinga dan sisi leher serta tempat-tempat yang sering terkena sinar
matahari.2,16
b. Hori’s macules, menujukkan pigmen dermal seperti bintik-bintik atau
pigmentasi wajah yang bewarna coklat-kebiruan atau keabu-abuan yang
ditemukan umumnya pada wanita Asia.16,17
c. Postinflammatory hyperpigmentation (PIH), pada umumnya pasien datang
dengan keluhan utama berupa bercak warna hitam, bintik hitam,
perubahanwarna kulit dan noda. PIH ialah hasil dari respon patofisiologi dari
inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitis atopik, dan psoriasis.17,20
d. Erythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis), dermatosis yang
bewarna abu-abu mulai muncul pada dekade pertama dan kedua serta terjadi
area baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi.18
e. Minocycline pigmentation, pigmentasi yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama, terutama pada jaringan parut. Pada pemeriksaan histopatologik
ditemukan granula bewarna coklat kehitaman yang diduga mengandung besi
dan kalsium.2,17
f. Ephelid, makula hiperpigmentasi bewarna coklat terang timbul pada kulit
yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya bisa
bertambah lebih besar dan gelap.2,16,18
g. Senile lentigo, bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran yang
bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor dari
lengan yang terpapar pada sinar matahari.2
II.10. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan melasma meliputi :
1. Perlindungan yang adekuat terhadap sinar UV, termasuk disini
penggunaan rutin tabir surya berspektrum luas
2. Menghindari faktor pencetus
3. Pemutihan kulit dengan depigmentasi yang sesuai, termasuk disini
penggunaan Hidrokuinon tunggal atau dengan kombinasi yaitu
dengan penambahan agen keratolitik, seperti tretinoin, asam salisilat,
atau asam glikolat, asam kojik, asam azeleat, agen peeling kimiawi
dan laser
4. Kerjasama yang baik antara penderita dengan dokter yang langsung
menanganinya.21
A. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi. Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas. High
SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari sehari-
harinya. Penderita diharuskan menghindari pakanan langsung sinar UV
terutama antara pukul 09:00-15:00.2,17
2. Meminimalisir efek hormonal
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen anti penuaan dan krim
yang digunakan untuk mengurangi gejala dari menopause.2,17
B. Pengobatan
B.1. Pengobatan Topikal
a. Hidrokuinon
Hidrokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi melasma.
Krim tersebut dipakai pada malam hari disertai dengan pemakaian tabir
surya. Umumnya tampak ada perbaikan dalam 6-8 minggu dan
dilanjutkan hingga 6 bulan. Hidrokuinon menghambat konversi dari
dopa terhadap melanin dengan menghambat tirosinase. Efek
sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik. Setelah
penghentian penggunaan, sering terjadi kekambuhan.2,19
b. Asam Retinoat
Asam retinoat 0.1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau
terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari, karena
pada siang hari bisa terjadi foto degradasi. Kini asam retinoat dipakai
sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara bermakna,
meskipun berlangsung agak lambat. Efek samping berupa eritema,
deskuamasi, dan fotosensitasi.2,17
c. Asam Azeleat
Asam Azeleat merupakan obat yang aman dipakai. Pengobatan dengan
asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek
sampingnya rasa panas, gatal dan eritema ringan.2,19
d. Asam Kojik
Asam Kojik diproduksi oleh jamur Aspergillus oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase.19
e. Asam Glikolik
Asam Glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi ringan
merupakan efek umum dari pemakaian obat ini.19
B.2. Pengobatan Sistemik
a. Asam askorbat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi
melanin bentuk reduksi yang bewarna lebih cerah dan mencegah
pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon menjadi DOPA.2
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sufhidril yang berpotensi
menghambat pebentukan melanin dengan jalan bergabung dengan
cuprum dari tirosinase.2
B.3. Tindakan Khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan
asam glikolat 50-70% selama 4-6 menit dilakukan setiap 6 minggu
selama 6 kali. Sebeum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan krim
asam glikolat 10% selama 14 hari.2,19
b. Bedah Laser
Bedah Laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser
Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2
II.11. Prognosis
Biasanya melasma akan menetap selama beberapa tahun. Kemudian melasma
yang berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan setelah
melahirkan dan melasma yangberkaitan dengan pengobatan hormonal akan
menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti mengonsumsi kontrasepsi
oral.15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan mengambil data pasien
baru melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou Manado
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2012 hingga Desember 2012.
III.3. Subjek Penelitian
Dengan meneliti semua status pasien baru Melasma yang berkunjung dan
mendapatkan pengobatan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dari tahun 2009 s/d tahun 2011.
III.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Semua pasien yang datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada
tahun 2009– 2011
Sampel : Semua pasien baru Kulit dan Kelamin yang menderita melasma yang
datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada tahun 2009 – 2011
III.5. Definisi Operasional
Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umunya simetris berupa makula
yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang
terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas
bibir, hidung dan dagu.
Melasma tipe sentrofasial adalah makula bewarna coklat muda sampai coklat
tua yang khas terdapat pada daerah pipi, dahi, bibir atas, hidung, dan dagu.
Melasma tipe malar adalah bewarna coklat muda sampai coklat tua yang khas
terdapat pada daerah pipi dan hidung
Melasma tipe mandibular adalah makula bewarna coklat muda sampai coklat
tua yang khas terdaat pada daerah ramus mandibula
III.6. Variabel Penelitian
Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini profil digambarkan atas beberapa
variabel penelitian yakni :
a. Angka kejadian
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Jenis pekerjaan sehari-hari
e. Lokasi Melasma
III.7. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis menulis
b. Catatan medik penderita
c. Bahan-Bahan referensi (Buku ajar, bahan kuliah, laporan penelitian, buku
elektronik, artikel dan jurnal-jurnal)
III.8. Teknik Penelitian dan Cara Kerja
Teknik Penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengambilan
data secara sekunder di Poliklinik Kulit dan Kelamin Prof Dr. R. D. Kandou.
Cara Kerja :
a. Pengumpulan Data
Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara retrospektif. Yaitu
peneliti mendatangi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou dengan melihat Buku Register. Setelah itu mengambil status pasien
Melasma di bagian Rekam Medik berdasarkan data di buku Register
tersebut. Melalui prosedur tersebut data yang diperlukan dapat ditemukan.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang telah diperoleh diolah dan cara di sortir dan dikelompokkan
menurut variabel penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
c. Penulisan Laporan Penelitian
Semua data disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil dan Penelitian
Berdasarkan Penelitian secara deskriptif retrospektif di Bagian Kulit dan Kelamin
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tentang profil Melasma periode 2009 sampai
dengan 2011 maka hasil penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1 : Persentase Pasien Melasma tahun 2009 sampai dengan 2011
Tahun Kasus Melasma Jumlah Pasien %
2009 10 1001 0,99
2010 6 1041 0,58
2011 2 1013 0,19
Total 18 3055 1,76
Tabel 2 : Distribusi pasien Melasma menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011
Tahun
Laki - Laki Perempuan Total
n % n % n %
2009 0 0 10 55,56 10 55,56
2010 1 5,56 5 27,77 6 33,33
2011 0 0 2 11,11 2 11,11
Total 1 5,56 17 94,44 18 100
Dalam tabel 2 dapat dilihat jenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang
terbanyak yakni dengan 17 kasus (94,44 %) dan pasien dengan jenis kelamin laki –
laki hanya 1 kasus (5,56 %).
Tabel 3 : Distribusi pasien Melasma menurut Umur Tahun 2009 sampai dengan
Tahun 2011
Umur Jumlah Kasus (n) %
< 10 0 0
10 - 20 1 5,56
21 - 30 4 22,22
31 - 40 7 38,89
41 - 50 6 33,33
> 50 0 0
Total 18 100
Dalam Tabel 3 diperoleh pasien Melasma terbanyak pada kelompok umur 31 – 40
tahun sebanyak 7 pasien (38,89 %).
Tabel 4 : Distribusi Pasien Melasma menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011
Jenis Pekerjaan Jumlah kasus (n) %
Ibu Rumah Tangga 6 33,33
Pegawai Negeri 4 38,89
Pegawai Swasta 3 16,66
Perawat 3 16,66
Dokter 1 5,56
Mahasiswa 1 5,56
Total 18 100
Pada Tabel 4 ini memperlihatkan jumlah pasien terbanyak ada pada kalangan Ibu
Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%)
Tabel 5 : Distribusi Pasien Melasma menurut Lokasi Melasma pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2011
Lokasi Jumlah Kasus (n) %
Sentrofasial 11 61,11%
Malar 7 38,89%
Mandibular 0 0
Total 18 100
Pada Tabel 5 diperoleh lokasi melasma terbanyak pada daerah Sentrofasial
dengan 11 kasus (61,11%), daerah Malar dengan 7 kasus (38,89%).
IV.2. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien Melasma yang berobat ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado periode 2009
sampai 2011 sebanyak 18 pasien.
Pada tahun 2009 terdapat 10 pasien (0,99%) dan kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2010 menjadi 6 pasien (0,58%) dan kembali menurun pada
tahun 2011 menjadi 2 pasien (0,19%) (Tabel 1), Adanya penurunan ini kemungkinan
karena melasma tidak dianggap sebagai penyakit berbahaya sehingga ada
kecenderungan untuk meremehkan hal ini, atau bisa juga tidak semua pasien melasma
berobat ke Poliklinik Kulit dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado karena
lebih memilih ke dokter pribadi, klinik swasta, dan lain-lain.
Berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin, pasien wanita lebih banyak yang
mengalami melasma yakni 17 pasien (94,44%) dibandingkan dengan pasien pria
yakni 1 pasien (5,56%) (Tabel 2) sehingga perbandingannya didapatkan 16:1. Hasil
yang didapatkan sama pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado periode
1996 – 2000 yakni didapatkan 29 pasien (96,67%) wanita dan 1 pasien (3,33%) pria
sehingga perbandingannya didapat 29:1.14 Menurut Soepadirman perbandingan antara
wanita dan pria adalah 24:1, sedangkan Goh di Singapura mendapat perbandingan
21:1.2 Hal ini diduga disebabkan karena wanita lebih memperhatikan penampilannya,
sehingga sedikit saja ada kelainan atau perubahan di daerah wajahnya langsung
mendorongnya untuk pergi berobat.
Pada penelitian ini didapatkan kelompok umur terbanyak adalah 31 - 40 tahun
dengan 7 pasien (38,89%) kemudian kelompok umur 41 - 50 tahun dengan 6 pasien
(33,33%) (Tabel 3). Data yang didapatkan sama dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado
periode 1996 – 2000 yaitu terbanyak pada kelompok umur 31 - 40 tahun dengan
jumlah 12 pasien (40%) dan diikuti kelompok umur 41 - 50 tahun dengan jumlah
pasien 10 pasien (33,33%).14 Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepadirman yang
mengatakan bahwa insidens terbanyak pada kelompok umur 31 - 44 tahun. Pada
kemompok umur ini tanda penuaan mulai tampak, dimana terdapat perubahan
morfologi kulit, salah satunya timbul bercak-bercak hiperpigmentasi.2
Dari sudut pekerjaan, data yang ada belum cukup atau tidak spesifik memberikan
informasi karena sulit mengevaluasi pekerjaan yang berhubungan dengan factor
pencetus melasa seperti pajanan sinar matahari sehingga cukup sulit dilakukan
pembahasan pada kelompok ini. Penelitian ini mendapatkan pasien melasma
terbanyak terdapat pada kalangan Ibu Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%)
dan diikuti kalangan Pegawai Negeri sebanyak 4 pasien (22,22%) (Tabel 4). Hal ini
cukup berbeda penelitian yang dilakukan Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP
Prof. dr. R. D Kandou Manado periode 1996 – 2000.14 Jika ini dikaitkan dengan
faktor pencetus, penyebab melasma tertinggi yaitu karena pajanan sinar matahari,
hanya saja tidak spesifik mencantumkan apakah pasien lebih banyak memiliki
kegiatan di luar ruangan atau di dalam ruangan.
Kemudian lokasi melasma yang terbanyak adalah di daerah Sentrofasial dengan
11 pasien (61,11%) diikuti daerah malar dengan 7 pasien (38,89%) (Tabel 5). Data ini
sesuai juga dengan yang ditemukan pada penelitian sebelumnya oleh Kojongian di
Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado periode 1996 – 2000
yakni 18 pasien (60%) terkena melasma tipe sentrofasial.14
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Angka kejadian melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R.
D. Kandou Manado selama periode 3 tahun terdapat 18 pasien dengan angka
kejadian terbanyak pada tahun 2009 yakni sebesar 0,99%
2. Perbandingan jumlah pasien wanita berbanding laki – laki adalah 16 : 1
3. Jumlah kasus terbanyak pada usia 31 – 40 tahun.
4. Distribusi melasma berdasarkan pekerjaan terbanyak pada kalangan Ibu
Rumah Tangga
5. Lokasi melasma terbanyak di bagian sentrofasial atau hampir 2/3 dari total
pasien melasma
V.2. Saran
1. Penulisan data yang jelas dan lengkap pada status agar dapat menunjang
penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Sebaiknya literatur maupun sumber di perpustakaan lebih memadai lagi agar
peneliti dapat dengan mudah menyusun penelitian dan tesis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rigopoulos D, Gregoriou S, Katsambas A. Hyperpigmentation and Melasma.
J Cosmet Dermatol 2007. h: 195-202.
2. Soepadirman L. Melasma. Djuanda A, Hamzah M. Aisah S, ed. Dalam: Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2010. h: 289-292
3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta: Hipokrates, 2000. h: 148-49
4. Lapeere H, Boone B, Scheeper SD. Hypomelanoses and Hypermelanoses.
Dalam: Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine,Vol. 1. Edisi ke VII.
New York: McGraw-Hill; 2008. h: 622-40
5. Pandya AG, Guevara IL, Disorder of Hyperpigmentation. In: Thiers H. Bruce,
editor. Dermatologic Clinics. Philadelphia: W.B. Saunders 2000. h: 91-5
6. Tork HM. A Comprehensive Review of the Long-Term and Short-Term
Treatment of Melasma with a Triple Combination Cream. Am J Clin
Dermatol 2006.h: 223-30
7. Victor FC, Gelber J, Rao B. Melasma: A Review. J Cutan Med and Surg;
2004. h: 97-102
8. Balkrishnan, et al. Development and Validation of a Health-Related Quality
of Life Instrument for Women with Melasma. Br J Dermatol; 2003. h: 572-77
9. Shweta K, Khozema S, Meenu R, Anupama S, SK Sing, Neelima S. 2011. A
Systemic Review on Melasma. Available online at:
http://www.currentscdirect.com/IJCBMS/REVIEW. Accesed from October
21,2012
10. Roberts WE. Melasma. In: Kelly AP, Taylor SC, editors.
Dermatology for Skin of Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. h: 332-
6
11. Cholis M. Patogenesis Melasma. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta;
2005. h: 582-7.
12. Damayanti N, Listiawan MY. Fisiologi dan Biokomia Pigmentasi Kulit.
Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; 2004. h: 156-62.
13. Bauman L. Disorder of Pigmentation. Dalam: Cosmetic Dermatology
Principles and Practice. Hongkong: McGraw-Hill Company; 2002. h: 63-7
14. Kojongian IN. Profil Melasma di Bagian Kulit dan Kelamin RSUP Manado
Periode Januari 1996 sampai dengan Desember 2000. Karya Tulis Ilmiah
Kedokteran, Manado; 2002
15. Wolff K, Richard AJ. Melasma. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology, Edisi VI. New York: Mc Graw-Hill; 2008, h: 622
16. Shimizu H. Disorder of skin colour. Shimizu’s Text Book of Dermatology.
Hokkaido: Hokkaido Publisher; 2007. h: 266-69
17. Roberts WE. Melasma. Dermatology for skin of Colour. New York: Mc
Graw-Hill; 2009. h: 332
18. Stery W, Paus R, Burgdorf W. Brown Hyperpigmentation. Thieme Clinical
Companions Dermatology. Edisi V. New York. Gerog Verlag; 2006. h: 379-
80
19. Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical Treatments for Melasma and
Postinflammatory Hyperpigmentation. Skin Therapy Letter; 2006. h: 1-4
20. Schwartz RA, Kihiczak NI. Postinflammatory Hyperpigmentation. Available
online at: http://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview. Accesed
from October 21, 2012
21. Griffiths Christopher EM. Melasma. In: Lebowohl G. Mark, Heymann R.
Warren, Jones Berth John, Coulson Ian, editors, Treatment of Skin Disease,
comprehensive therapeutic strategies. London: Mosby, 2002. h: 396-7
Riwayat Penulis
Silvester Anggi Pasau Pangalinan dilahirkan di Kupang
pada tanggal 24 Juni 1991. Penulis merupakan anak dari
pasangan Ir. Fransiskus Pangalinan, M.Sc (Ayah) dan
Dra. Rosalina Sente Limbu (Ibu). Penulis adalah anak
kedua, dimana penulis memiliki satu orang kakak
perempuan bernama Eugenia Gita Pangalinan S.Ked.
Penulis adalah lulusan TK Andaluri pada tahun 1997,
lulusan SDK Frater Bhakti Luhur Makassar tahun 2003,
lulusan SMPK Santa Theresia pada tahun 2006 dan lulusan SMAK Giovanni Kupang
pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di
perguruan tinggi sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado melalui jalur Tumou Tou (T2) dengan NRI 090 111 232, telah mengikuti dan
menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) pada
bulan agustus 2009 dantelah selesai mengikuti Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T)
Angkatan 98 Posko 39 tahun 2013.