skripsi profil melasma - silvester pangalinan

69
PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 - 2011 SKRIPSI Oleh : SILVESTER ANGGI PASAU PANGALINAN 090 111 232 Dosen Pembimbing : dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK (K) Prof. Dr. Herry E. J. Pandaleke, M.Sc., Sp.KK (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Upload: anggipangalinan

Post on 18-Jan-2016

105 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Melasma

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN

RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 - 2011

SKRIPSI

Oleh :

SILVESTER ANGGI PASAU PANGALINAN

090 111 232

Dosen Pembimbing :

dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK (K)

Prof. Dr. Herry E. J. Pandaleke, M.Sc., Sp.KK (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2013

Page 2: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN

RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 - 2011

Oleh :

Silvester Anggi Pasau Pangalinan

090 111 289

SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran

Di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Pada

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2013

Page 3: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011

Oleh:

SILVESTER ANGGI PASAU PANGALINAN

090111232

Telah diajukan pada Ujian Akhir Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi pada tanggal 16 Januari 2013 serta telah dikoreksi dan disetujui oleh:

dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp,KK (K) Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Herry E.J. Pandaleke, M.Sc., Sp.KK (K) Dosen Pembimbing II

dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK (K) Kepala Bagian Kulit dan Kelamin

Prof. Dr. dr. S.M. Warouw, Sp.A(K) Dekan FK UNSRAT

Page 4: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

1. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan

pihak lain kecuali tim komisi pembimbing dan para penguji.

2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, yang telah

diperoleh karena skripsi ini, saya bersedia untuk menerima sanksi akademik serta

sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Manado, Januari 2013

Silvester Anggi Pangalinan

090111232

Page 5: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,

saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Silvester Anggi Pasau Pangalinan

NRI : 090111232

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Noneksklusif

(Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP

PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola, dalam bentuk

pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak

cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, agar dapat digunakan

dengan baik dan benar sebagaimana mestinya.

Manado, Januari 2013

Silvester Anggi Pangalinan

090111232

Page 6: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

ABSTRAKPROFIL PASIEN MELASMA POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP

PROF DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2009 – 2011 Silvester Anggi Pasau Pangalinan, Marlyn Grace Kapantow, Herry Pandaleke

Bagian Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Latar Belakang – Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata bewarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu. Insidensi melasma belum diketahui secara pasti dan melasma paling sering diderita wanita usia produktif, meskipun didapat pula pada pria (10%) dari keseluruhan kasus

Tujuan Penelitian – Mengetahui profil pasien Melasma pada pasien yang berkunjung dan berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-2011

Metode – Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif retrospektif yang mengambil data pasien baru melasma di Poliklinik Kulit dan kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-2011

Hasil Penelitian – Dari periode 2009-2011, hasil penelitian menunjukkan tiap tahun pasien melasma mengalami penurunan. Menurut jenis kelamin, pasien wanita lebih banyak (94,44%) dibandingkan pasien pria (5,56%). Pasien kelompok usia 31-40 tahun merupakan yang terbanyak yaitu 7 pasien (39,89%). Menurut jenis pekerjaannya, pasien terbanyak pada kalangan Ibu Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%). Menurut lokasi melasma nya yang terbanyak yakni di daerah Sentrofasial dengan 11 pasien (38,89%)

Kata Kunci : Melasma

Page 7: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

ABSTRACT

PROFILE OF MELASMA PATIENTS ON POLYCLINIC OF DERMATOLOGY AND VENEROLOGY PROF DR. R. D. KANDOU MANADO GENERAL

HOSPITAL 2009 – 2011 Silvester Anggi Pasau Pangalinan, Marlyn Grace Kapantow, Herry Pandaleke

Division of Dermatology and Venerology Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital

Background - Melasma is a commonly acquired hipermelanosit symmetrical like as macula uneven colored light brown until dark brown, concern the exposed area which ultraviolet light with predilection on the cheek, forehead, upper lip area, nose and chin. The incident of melasma is not certain and melasma most often suffered woman of productive ages, although can get in man (10%) overall the cases.

Objective - To know about profile of melasma patients who visited and treatment at Polyclinic Dermatology of Prof Dr. R. D. Kandou Manado General Hospital period 2009-2011

Methods - The research is a retrospective descriptive who take a new data of Melasma patients in Polyclinic of Dermatology and Venerology Prof Dr. R. D. Kandou Manado General Hospital period 2009-2011

Result - From the period 2009-2011, the result show each year Melasma patients has decreased. According to gender, many female patients (94,44%) than male patients (5,56%). Group of patients 31-40 years old has the greatest number by 7 patients (39.89%). According to the kinds of occupation, most patients are Housewife by 6 patients (33.33%). According to the melasma location, the highest is Sentrofasial area with 11 patients (38.89%)

Keyword: Melasma

Page 8: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

I.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

I.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi .................................................................................... 4

II.2. Epidemiologi ........................................................................... 4

II.3. Etiologi .................................................................................... 5

II.4. Klasifikasi ................................................................................ 9

II.5. Patogenesis .............................................................................. 10

II.6. Gambaran Klinis ...................................................................... 11

Page 9: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

II.7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 12

II.8. Diagnosis.................................................................................. 14

II.9. Diagnosis Banding ................................................................... 15

II.10. Penatalaksanaan...................................................................... 16

II.11. Prognosis ............................................................................... 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 21

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 21

III.3. Subjek Penelitian .................................................................... 21

III.4. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 21

III.5. Definisi Operasional ............................................................... 22

III.6. Variabel Penelitian ................................................................. 22

III.7. Instrumen Penelitian ............................................................... 23

III.8. Teknik Penelitian dan Cara Kerja .......................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 24

IV.2. Pembahasan ............................................................................ 27

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan .............................................................................. 30

V.2. Saran ........................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

Page 10: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 34

Page 11: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Presentase Pasien Melasma Tahun 2009-2011.................................. 24

Tabel 2. Distribusi Pasien Melasma Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 sampai

dengan Tahun 2011............................................................................ 24

Tabel 3. Distribusi Pasien Melasma Menurut Umur Tahun 2009 sampai dengan

Tahun 2011........................................................................................ 25

Tabel 4. Distribusi Pasien Melasma Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009 sampai

dengan Tahun 2011............................................................................ 25

Tabel 5. Distribusi Pasien Melasma Menurut Lokasi Melasma Tahun 2009 sampai

dengan Tahun 2011............................................................................. 26

Page 12: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal dari

bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma adalah hipermelanosis

didapat yang umumya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat

muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat

predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu.1,2

Insidensi melasma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian Halder dkk,

dari 2000 pasien kulit hitam yang datang ke sebuah klinik di Washington DC, USA

menyatakan bahwa kelainan kulit peringkat ketiga setelah vitiligo adalah masalah

hiperpigmentasi.1

Melasma paling sering diderita wanita usia reproduktif, meskipun didapat pula

pada pria (10%) dari keseluruhan kasus.1 Melasma dapat terjadi pada semua ras

terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis, akan tetapi paling sering mengenai

individu yang berkulit gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV , V , VI), yaitu bangsa

Hispanik, Asia Timur dan Selatan yang merupakan daerah dengan radiasi sinar

ultraviolet (UV) yang tinggi. Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang terletak

di garis Khatulistiwa, dimana matahari bersinar hampir sepanjang hari. Di Indonesia,

perbandingan kasus antara wanita dan pria adalah 24:1. Terutama tampak pada

wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidensi

Page 13: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

terbanyak pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita

pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.1,2

Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif

yang dianggap berperan pada patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin,

prediposisi genetik, radiasi sinar ultraviolet (UV), ras dan faktor lainnya seperti

pemakaian bahan kosmetika tertentu, obat-obatan (bersifat fototoksik dan fotoalergik,

antikonvulsi), defisiensi nutrisi dan idiopatik.1,2

Ada 3 bentuk klinis berdasarkan distribusi pigmen dari pasien melasma yakni

yang pertama bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,

bawah hidung, serta dagu (63%), yang kedua bentuk malar meliputi hidung dan pipi

bagian lateral (21%), serta yang ketiga bentuk mandibular meliputi daerah mandibula

(16%). Jumlah makula hiperpigmentasi bervariasi mulai dari lesi tunggal sampai

multipel.1,2

Walaupun resiko penyakit melasma dalam medis hanya kecil, namun penyakit

ini dapat menganggu penampilan wajah dan dapat mengurangi kepercayaan diri.

Melasma merupakan kelainan yang sulit diobati dengan pengobatan-pengobatan yang

telah ada, sekalipun itu memakai tabir surya untuk menghindari paparan sinar

matahari. Saat ini belum ada terapi spesifik untuk melasma yang benar-benar efektif

untuk pasien melasma secara holistik. Pengobatan yang ada hanya memiliki

efektivitas dan bervariasi terhadap depigmentasi.1,5-8

Page 14: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Sasaran pengobatan melasma harus memiliki arah dan tujuan yakni

memperlambat proliferasi melanosit, menghambat pembentukan melanosom yang

mengakibatkan penurunan atau degradasi jumlah melanosom.1 Hal ini bisa digapai

dengan cara menghindari paparan langsung sinar matahari dan pemakaian tabir surya

berspektrum luas terhadap radiasi sinar ultraviolet (UV) serta juga menghindari

produk-produk kosmetika wajah yang berbahaya, adalah hal yang penting untuk

mencegah terbentuknya melanin baru dan bercak kehitaman akibat melanin.1,2,4

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

profil melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado.

I.2. Rumusan Masalah

Bagaimana profil pasien Melasma yang berkunjung dan berobat ke Poliklinik Kulit

dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou, Manado?

I.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui profil Melasma pada pasien yang berkunjung dan berobat di

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-

2011

I.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Melasma

2. Dapat memperoleh data-data mengenai pasien Melasma di Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado dan sebagai referensi dan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

Page 15: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

3. Sebagai referensi melasma yang baik untuk masyarakat

Page 16: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Definisi

Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal

dari bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan

hipermelanosis yang sangat sering dijumpai, bersifat didapat, dengan distribusi

simetris pada daerah yang sering terpapar sinar matahari dan biasanya dijumpai

pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul dalam bentuk makula berwarna

cokelat terang sampai gelap dengan pinggir yang iregular, biasanya melibatkan

daerah dahi, pelipis, pipi, hidung, di atas bibir, dagu, dan kadang-kadang leher.

Meskipun melasma dapat mengenai semua orang, akan tetapi lebih sering pada

wanita Asia dan Hispanik berkulit gelap.2,3,9

II.2. Epidemiologi

Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang

tinggal di daerah tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita. Wanita

dengan tipe kulit yang lebih gelap (misalnya tipe kulit IV hingga VI), yaitu

Latin, Afrika-Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens terbanyak.

Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada pria (10 %) .

Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu

24 :1. Terutama tampak pada wanita usia subur dengan

riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Kondisi ini juga lebih

Page 17: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

sering terjadi pada area geografis yang terpapar radiasi ultraviolet (sinar

matahari) yang besar, seperti daerah tropis dan subtropis. Insidens terbanyak

pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita

pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.

Penelitian tentang kualitas hidup menunjukkan bahwa melasma menimbulkan

efek emosional dan psikologis yang besar pada pasien yang hidup dengan

kelainan ini.2,3,9,10

II.3. Etiologi

Etiologi melasma masih belum diketahui secara pasti.1 Adapun faktor-faktor

yang berperan dalam patogenesis melasma diantaranya adalah:

A. Sinar matahari

Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini

berlaku untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah parah

apabila terpapar sinar matahari. Eksaserbasi melasma hampir pasti dijumpai

setelah terpapar sinar matahari yang berlebihan, mengingat kondisi melasma

akan memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh (kulit) yang

terpapar dengan sinar, terutama UV dapat menyebabkan terbentuknya singlet

oxygen dan radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal

bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin yang

berlebihan. Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling berisiko

dalam pencapaiannya ke bumi adalah UVB 290-320 nm dan UVA 320-400 nm.

Page 18: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Semakin kuat UVB maka akan semakin menimbulkan reaksi di epidermis,

dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis, sementara 50% UVA akan

mencapai dermis. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan

penghambat tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, enzim tirosinase

bekerja secara maksimal dan memicu proses melanogenesis. Pada mekanisme

perlindungan alami terjadi peningkatan melanosit dan perubahan fungsi

melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan lambat sebagai respon

terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan reaksi pigmentasi cepat.

Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang telah ada, dan

melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada reaksi

pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami proliferasi,

terjadi sintesis dan redistribusi melanin pada keratinosit disekitarnya. Melasma

merupakan proses adaptasi melanosit terhadap paparan sinar matahari yang

kronis. Terjadinya melasma pada daerah wajah karena memiliki jumlah

melanosit epidermal yang lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya dan

merupakan daerah yang paling sering terpapar sinar matahari. Interaksi antara

faktor sinar matahari dan berbagai hormon terjadi di perifer, kemudian bersama-

sama mempengaruhi metabolisme melanin di dalam melanoepidermal unit.11,12

B. Endokrin

Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis antara lain yakni

Melanin Stimulating Hormone (MSH), ACTH, lipotropin, estrogen, dan

Page 19: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

progesteron. Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang melanogenesis

melalui interaksi dengan reseptor membran untuk menstimulasi aktivitas adenyl

cyclase (cAMP) dan juga meningkatkan pembentukan tirosinase, melanin dan

penyebaran melanin. Hipermelanosis yang difus berhubungan dengan

insufisiensi korteks adrenal. Peningkatan MSH dan ACTH yang dikeluarkan

oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila kortisol mengalami defisiensi sebagai

akibat dari kegagalan mekanisme inhibisi umpan balik. Estrogen dan progesteron

baik natural maupun sintetis diduga sebagai penyebab terjadinya melasma oleh

karena sering berhubungannya dengan kehamilan, penggunaan obat kontrasepsi

yang mengandung estrogen dan progesteron, penggunaan estrogen konjugasi

pada wanita postmenopause dan pengobatan kanker prostat dengan dietilbestrol.

Meskipun peran estrogen dalam menginduksi melasma belum diketahui, namun

dilaporkan bahwa melanosit yang mengandung reseptor estrogen menstimulasi

sel-sel tersebut menjadi hiperaktif.1,11,12 Walaupun estrogen disangka memegang

peranan penting dalam etiologi melasma, namun terdapat insiden yang rendah

diantara para wanita postmenopause yang mendapat terapi pengganti.11,12

C. Obat

Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari keseluruhan

kasus hiperpigmentasi yang didapat. Patogenesis pigmentasi yang diinduksi oleh

obat ini bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab pengobatan dan

melibatkan akumulasi melanin, diikuti dengan peradangan kutaneus yang non

Page 20: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

spesifik dan sering diperparah dengan paparan sinar matahari. Biasanya obat-

obat ini akan tertimbun pada lapisan atas dermis bagian atas secara kumulatif,

dan juga dapat merangsang melanogenesis. Beberapa obat yang dapat

merangsang aktivitas melanosit dan meningkatkan pigmentasi kulit terutama

pada daerah wajah yang sering terpapar sinar matahari yaitu, obat-obat

psikotropik seperti fenotiazin (klorpromazin), amiodaron, tetrasiklin, minosiklin,

klorokuin, sitostatika, logam berat, arsen inorganik, dan obat antikonvulsan

seperti hidantoin, dilantin, fenitoin dan barbiturat.11,13

D. Genetik

Ditemukan kasus riwayat keluarga dengan insidens sekitar 20-70%.1,3

E. Ras

Melasma banyak dijumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit

berwarna gelap.2,3

Faktor-faktor yang terlibat lainnya adalah kandungan tertentu yang terdapat

dalam kosmetika, defisiensi nutrisi.3,4 Dari sekian banyak faktor etiologi yang

berhubungan dengan melasma, paparan sinar matahari terlihat sangat berperan

penting. Penelitian oleh Sanchez dkk, semua pasien yang bertempat tinggal di

Puerto Rico dan sebagian besar onset melasmanya terjadi selama musim panas,

pasien merasa pada musim dingin melasma mereka nyata berkurang. Pasien ini

juga mengatakan bahwa paparan sinar matahari akan memperparah melasma

mereka.5 Beberapa dari faktor-faktor tersebut telah diobservasi sedangkan yang

Page 21: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

lainnya telah dilakukan uji klinis. Kira-kira sepertiga kasus melasma pada

wanita, dan sebagian besar pada pria adalah idiopatik.11,13 Selain itu kehamilan

merupakan faktor yang memperberat pada 51% wanita yang sebelumnya hamil.

Resiko melasma berat hampir delapan kali kali lipat lebih tinggi pada wanita

yang mendapat kontrasepsi oral daripada mereka yang tidak menggunakan

kontrasepsi oral. Resiko melasma hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita

di bawah 30 tahun dalam hal usia onset. Fotoproteksi penting dalam menurunkan

resiko melasma berat pada pasien dengan paparan sinar matahari yang intensif,

terutama bila terdapat kombinasi faktor yang memperberat seperti kontrasepsi

oral, paparan sinar ultraviolet atau kehamilan.14

II.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,

pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood. Melasma

dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis, peeriksaan histopatologik, dan

pemeriksaan dengan sinar Wood.2,9

Berdasarkan gambaran klinis

a. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,

bawah hidung, serta dagu (63%)

b. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)

c. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) 2,9

Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood

Page 22: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

a. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood

dibandingkan dengan sinar biasa.

b. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras

dibandingkan dengan sinar biasa.

c. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak

jelas.

d. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood

lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.

Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi, tipe

dermal lebih sulit diobati dibanding tipe epidermal.2,9

Berdasarkan pemeriksaan histopatologik

a. Melasma tipe epidermal, umumnya bewarna coklat, melanin terutama

terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang di seluruh

stratum korneum dan stratum spinosum.

b. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan terdapat makrofag

bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah,

pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat.2,9

II.5. Patogenesis

Patogenesis melasma masih belum dapat dijelaskan secara jelas. Banyak

faktor yang menyangkut dalam patogenesis melasma ini yaitu:

Page 23: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

a. Peningkatan produksi melanosom karena peranan hormon maupun sinar

matahari. Peranan hormon kewanitaan dapat dilihat dari meningkat kejadian

melasma pada kehamilan dan pada mereka yang mengonsumsi pil

kontrasepsi oral, terapi pengganti estrogen dan terapi esrogen untuk kanker

prostat. Mekanisme induksi terjadinya melasma oleh estrogen dapat terkait

dengan adanya respetor estrogen pada melanosit yang menstimulasi sel untuk

memproduksi lebih banyak melanin. Ada yang mengatakan bahwa

mekanisme kausatif hiperpigmentasi pada kehamilan atau pemakaian

kontrasepsi oral adalah kenaikan estrogen, progestron ataupun MSH

(Melanocyte Stimulating Hormone). Akan tetapi Westerhof (1982)

menyebutkan bahwa pada melasma, MSH normal, sedangkan kadar estrogen

dan progesteron nya lah yang berperan, meskipun tidak jelas diketahui

bagaimana respetor tersebut untuk hormon tersebut ada di membran

melanosit. Salah satu faktor penting dalam peningkatan melanosom juga

adalah paparan ultraviolet dari sinar matahari atau sumber lainnya.

Eksaserbasi melasma secara universal terlihat setelah melewati periode

tertentu dimana subjek dijauhkan dari paparan sinar matahari. Apapun

mekanisme nya, melasma terjadi pada peningkatan deposisi melanin di

epidermis, dermis (pada melanopharge), atau pada keduanya. Jumlah

melanosit pada lesi seringkali dilaporkan normal atau meningkat. Melanosom

Page 24: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

di dalam melanosit dan keratinosis dilaporkan memiliki ukuran yang lebih

besar.2,3,9

b. Penghambatan lapisan malphigi, keadaan ini dapat terjadi karena obat

sitostatik.

Patogenesis melasma selalu digunakan dalam pelaksanaan proses diagnosis

maupun proses pengobatan. Pengetahuan tentang patogenesis melasma banyak

berkaitan dengan biologi, biokimia, patofisiologi dan patologi dari proses

pigmentasi kulit, baik ditingkat selular, biomolekular dan jaringan kulit. Juga

berhubungan langsung dengan faktor penyebab melalui beberapa mekanisme

yang bersifat spesifik.2,3,9

II.6. Gambaran Klinis

Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap, dengan

pinggir iregular, dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu dengan

pola retikular. Terdapat tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut, yaitu

sentrofasial (63%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan dagu,

merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%) mengenai pipi

dan hidung, dan mandibular (16%) mengenai ramus mandibula. Melasma tidak

mengenai membran mukosa. Jumlah makula hiperpigmentasi berkisar antara satu

lesi sampai multipel dengan distribusi simetris.1,2,4

II.7. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium

Page 25: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk

pemeriksaan fungsi endokrin, tiroid dan hepatik.

B. Pemeriksaan histopatologis

Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal.

Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal,

dermal, dan campuran. Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat

berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan

suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati

seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe

epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe dermal,

yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang diproduksi

oleh melanosit epidermal memasuki papila dermis dan diambil oleh

makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar pembuluh

darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran ditandai dengan

adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.2,9,15

C. Pemeriksaan Lampu Wood

Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe.

Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi

pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk membantu

dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka pasien harus

diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.1

Page 26: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Pada pemeriksaan dibawah lampu Wood, secara klasik melasma dapat

diklasifikasikan menjadi :

C.1. Tipe Epidermal

Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat terang apabila dilihat dibawa

lampu biasa dan penilaian dengan lampu Wood menunjukkan warna

yang kontras antara daerah yang hiperpigmentasi dibanding kulit

normal. Sebagian besar pasien melasma termasuk kedalam kategori ini.

Pasien denga hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki respon yang

lebih baik terhadap bahan-bahan depigmentasi.2,9,15

C.2. Tipe Dermal

Hiperpigmentasi biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan

apabila dilihat dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak

memberikan warna kontras pada lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen

bergantung pada transport melalui makrofag dan keadaan ini tidak

mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.2,9,15

C.3. Tipe Dermal-Epidermal (Campuran)

Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat dengan

lampu biasa dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa daerah lesi

akan tampak warna yang kontras sedangkan pada daerah yang lain

tidak.2,9,15

C.4. Tipe Indeterminate

Page 27: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap

(tipe V danVI) dan tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood.

Lesi berwarna abu-abu gelap namun sulit dikenali oleh karena

sedikitnya kontras warna yang timbul.2,9,15

II.8. Diagnosis

Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan anamnesis yang tepat dan

pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan

sinar Wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada kasus

kasus tertentu.3

Secara histologis, terjadi peningkatan pigmentasi dengan pola epidermal,

epidermal-dermal atau dermal. Epidermal melasma yang sebenarnya tergolong

jarang terjadi.3

a. Anamnesis

Anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis secara tepat.

Anamnesis yang dapat mendukung penegakkan diagnosis melasma:

1. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun

2. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang

3. Pasien dengan penggunaan kontrasepsi oral

4. Pasien yang memiliki aktivitas yang sering berpaparan dengan sinar

matahari langsung

Page 28: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

5. Lesi timbul bermingu minggu dan semakin terlihat saat kontak

dengan sinar matahari

6. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik

7. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon15

b. Pemeriksaan Fisik

Secara klinis, makula berwarna coklat muda biasanya muncul di daerah dahi,

dagu, hidung dan bibir atas pada wajah. Pasien dapat menampilkan distribusi

malar, sentrofasial atau mandibular.15

II.9. Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari melasma meliputi kelainan pada pigmen.

a. Riehl’s melanosis yakni memiliki gambaran histopatologik infiltrat

peradangan pada bagian epidermis-dermis dan infiltrat perivaskular

limfositik yang disertai dengan gangguan peradangan/inflamasi. Pigmentasi

bercak bewarna coklat muda sampai coklat tua terutama di dahi, malar,

belakang telinga dan sisi leher serta tempat-tempat yang sering terkena sinar

matahari.2,16

b. Hori’s macules, menujukkan pigmen dermal seperti bintik-bintik atau

pigmentasi wajah yang bewarna coklat-kebiruan atau keabu-abuan yang

ditemukan umumnya pada wanita Asia.16,17

c. Postinflammatory hyperpigmentation (PIH), pada umumnya pasien datang

dengan keluhan utama berupa bercak warna hitam, bintik hitam,

Page 29: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

perubahanwarna kulit dan noda. PIH ialah hasil dari respon patofisiologi dari

inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitis atopik, dan psoriasis.17,20

d. Erythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis), dermatosis yang

bewarna abu-abu mulai muncul pada dekade pertama dan kedua serta terjadi

area baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi.18

e. Minocycline pigmentation, pigmentasi yang terjadi dalam jangka waktu

yang lama, terutama pada jaringan parut. Pada pemeriksaan histopatologik

ditemukan granula bewarna coklat kehitaman yang diduga mengandung besi

dan kalsium.2,17

f. Ephelid, makula hiperpigmentasi bewarna coklat terang timbul pada kulit

yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya bisa

bertambah lebih besar dan gelap.2,16,18

g. Senile lentigo, bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran yang

bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor dari

lengan yang terpapar pada sinar matahari.2

II.10. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan melasma meliputi :

1. Perlindungan yang adekuat terhadap sinar UV, termasuk disini

penggunaan rutin tabir surya berspektrum luas

2. Menghindari faktor pencetus

Page 30: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

3. Pemutihan kulit dengan depigmentasi yang sesuai, termasuk disini

penggunaan Hidrokuinon tunggal atau dengan kombinasi yaitu

dengan penambahan agen keratolitik, seperti tretinoin, asam salisilat,

atau asam glikolat, asam kojik, asam azeleat, agen peeling kimiawi

dan laser

4. Kerjasama yang baik antara penderita dengan dokter yang langsung

menanganinya.21

A. Pencegahan

1. Meminimalisir paparan sinar UV

Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari

hiperpigmentasi. Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas. High

SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari sehari-

harinya. Penderita diharuskan menghindari pakanan langsung sinar UV

terutama antara pukul 09:00-15:00.2,17

2. Meminimalisir efek hormonal

Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam

perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi

diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki

hormone-like activity seperti suplemen-suplemen anti penuaan dan krim

yang digunakan untuk mengurangi gejala dari menopause.2,17

B. Pengobatan

Page 31: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

B.1. Pengobatan Topikal

a. Hidrokuinon

Hidrokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi melasma.

Krim tersebut dipakai pada malam hari disertai dengan pemakaian tabir

surya. Umumnya tampak ada perbaikan dalam 6-8 minggu dan

dilanjutkan hingga 6 bulan. Hidrokuinon menghambat konversi dari

dopa terhadap melanin dengan menghambat tirosinase. Efek

sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik. Setelah

penghentian penggunaan, sering terjadi kekambuhan.2,19

b. Asam Retinoat

Asam retinoat 0.1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau

terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari, karena

pada siang hari bisa terjadi foto degradasi. Kini asam retinoat dipakai

sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara bermakna,

meskipun berlangsung agak lambat. Efek samping berupa eritema,

deskuamasi, dan fotosensitasi.2,17

c. Asam Azeleat

Asam Azeleat merupakan obat yang aman dipakai. Pengobatan dengan

asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek

sampingnya rasa panas, gatal dan eritema ringan.2,19

d. Asam Kojik

Page 32: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Asam Kojik diproduksi oleh jamur Aspergillus oryzae dan berperan

sebagai inhibitor tirosinase.19

e. Asam Glikolik

Asam Glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak

mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan

epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari

epidermis dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi ringan

merupakan efek umum dari pemakaian obat ini.19

B.2. Pengobatan Sistemik

a. Asam askorbat/Vitamin C

Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi

melanin bentuk reduksi yang bewarna lebih cerah dan mencegah

pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon menjadi DOPA.2

b. Glutation

Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sufhidril yang berpotensi

menghambat pebentukan melanin dengan jalan bergabung dengan

cuprum dari tirosinase.2

B.3. Tindakan Khusus

a. Pengelupasan kimiawi

Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan

hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan

Page 33: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

asam glikolat 50-70% selama 4-6 menit dilakukan setiap 6 minggu

selama 6 kali. Sebeum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan krim

asam glikolat 10% selama 14 hari.2,19

b. Bedah Laser

Bedah Laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser

Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2

II.11. Prognosis

Biasanya melasma akan menetap selama beberapa tahun. Kemudian melasma

yang berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan setelah

melahirkan dan melasma yangberkaitan dengan pengobatan hormonal akan

menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti mengonsumsi kontrasepsi

oral.15

Page 34: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan mengambil data pasien

baru melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou Manado

Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2012 hingga Desember 2012.

III.3. Subjek Penelitian

Dengan meneliti semua status pasien baru Melasma yang berkunjung dan

mendapatkan pengobatan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado dari tahun 2009 s/d tahun 2011.

III.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi : Semua pasien yang datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada

tahun 2009– 2011

Sampel : Semua pasien baru Kulit dan Kelamin yang menderita melasma yang

datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada tahun 2009 – 2011

III.5. Definisi Operasional

Page 35: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umunya simetris berupa makula

yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang

terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas

bibir, hidung dan dagu.

Melasma tipe sentrofasial adalah makula bewarna coklat muda sampai coklat

tua yang khas terdapat pada daerah pipi, dahi, bibir atas, hidung, dan dagu.

Melasma tipe malar adalah bewarna coklat muda sampai coklat tua yang khas

terdapat pada daerah pipi dan hidung

Melasma tipe mandibular adalah makula bewarna coklat muda sampai coklat

tua yang khas terdaat pada daerah ramus mandibula

III.6. Variabel Penelitian

Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini profil digambarkan atas beberapa

variabel penelitian yakni :

a. Angka kejadian

b. Umur

c. Jenis Kelamin

d. Jenis pekerjaan sehari-hari

e. Lokasi Melasma

III.7. Instrumen Penelitian

a. Alat tulis menulis

Page 36: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

b. Catatan medik penderita

c. Bahan-Bahan referensi (Buku ajar, bahan kuliah, laporan penelitian, buku

elektronik, artikel dan jurnal-jurnal)

III.8. Teknik Penelitian dan Cara Kerja

Teknik Penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengambilan

data secara sekunder di Poliklinik Kulit dan Kelamin Prof Dr. R. D. Kandou.

Cara Kerja :

a. Pengumpulan Data

Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara retrospektif. Yaitu

peneliti mendatangi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou dengan melihat Buku Register. Setelah itu mengambil status pasien

Melasma di bagian Rekam Medik berdasarkan data di buku Register

tersebut. Melalui prosedur tersebut data yang diperlukan dapat ditemukan.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah diperoleh diolah dan cara di sortir dan dikelompokkan

menurut variabel penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

c. Penulisan Laporan Penelitian

Semua data disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Page 37: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil dan Penelitian

Berdasarkan Penelitian secara deskriptif retrospektif di Bagian Kulit dan Kelamin

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tentang profil Melasma periode 2009 sampai

dengan 2011 maka hasil penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1 : Persentase Pasien Melasma tahun 2009 sampai dengan 2011

Tahun Kasus Melasma Jumlah Pasien %

2009 10 1001 0,99

2010 6 1041 0,58

2011 2 1013 0,19

Total 18 3055 1,76

Tabel 2 : Distribusi pasien Melasma menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 sampai

dengan Tahun 2011

Tahun

Laki - Laki Perempuan Total

n % n % n %

2009 0 0 10 55,56 10 55,56

2010 1 5,56 5 27,77 6 33,33

2011 0 0 2 11,11 2 11,11

Total 1 5,56 17 94,44 18 100

Dalam tabel 2 dapat dilihat jenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang

terbanyak yakni dengan 17 kasus (94,44 %) dan pasien dengan jenis kelamin laki –

laki hanya 1 kasus (5,56 %).

Tabel 3 : Distribusi pasien Melasma menurut Umur Tahun 2009 sampai dengan

Tahun 2011

Page 38: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Umur Jumlah Kasus (n) %

< 10 0 0

10 - 20 1 5,56

21 - 30 4 22,22

31 - 40 7 38,89

41 - 50 6 33,33

> 50 0 0

Total 18 100

Dalam Tabel 3 diperoleh pasien Melasma terbanyak pada kelompok umur 31 – 40

tahun sebanyak 7 pasien (38,89 %).

Tabel 4 : Distribusi Pasien Melasma menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009 sampai

dengan Tahun 2011

Jenis Pekerjaan Jumlah kasus (n) %

Ibu Rumah Tangga 6 33,33

Pegawai Negeri 4 38,89

Pegawai Swasta 3 16,66

Perawat 3 16,66

Dokter 1 5,56

Mahasiswa 1 5,56

Total 18 100

Pada Tabel 4 ini memperlihatkan jumlah pasien terbanyak ada pada kalangan Ibu

Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%)

Tabel 5 : Distribusi Pasien Melasma menurut Lokasi Melasma pada tahun 2009

sampai dengan tahun 2011

Page 39: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Lokasi Jumlah Kasus (n) %

Sentrofasial 11 61,11%

Malar 7 38,89%

Mandibular 0 0

Total 18 100

Pada Tabel 5 diperoleh lokasi melasma terbanyak pada daerah Sentrofasial

dengan 11 kasus (61,11%), daerah Malar dengan 7 kasus (38,89%).

IV.2. PEMBAHASAN

Page 40: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien Melasma yang berobat ke

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado periode 2009

sampai 2011 sebanyak 18 pasien.

Pada tahun 2009 terdapat 10 pasien (0,99%) dan kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2010 menjadi 6 pasien (0,58%) dan kembali menurun pada

tahun 2011 menjadi 2 pasien (0,19%) (Tabel 1), Adanya penurunan ini kemungkinan

karena melasma tidak dianggap sebagai penyakit berbahaya sehingga ada

kecenderungan untuk meremehkan hal ini, atau bisa juga tidak semua pasien melasma

berobat ke Poliklinik Kulit dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado karena

lebih memilih ke dokter pribadi, klinik swasta, dan lain-lain.

Berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin, pasien wanita lebih banyak yang

mengalami melasma yakni 17 pasien (94,44%) dibandingkan dengan pasien pria

yakni 1 pasien (5,56%) (Tabel 2) sehingga perbandingannya didapatkan 16:1. Hasil

yang didapatkan sama pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado periode

1996 – 2000 yakni didapatkan 29 pasien (96,67%) wanita dan 1 pasien (3,33%) pria

sehingga perbandingannya didapat 29:1.14 Menurut Soepadirman perbandingan antara

wanita dan pria adalah 24:1, sedangkan Goh di Singapura mendapat perbandingan

21:1.2 Hal ini diduga disebabkan karena wanita lebih memperhatikan penampilannya,

sehingga sedikit saja ada kelainan atau perubahan di daerah wajahnya langsung

mendorongnya untuk pergi berobat.

Page 41: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Pada penelitian ini didapatkan kelompok umur terbanyak adalah 31 - 40 tahun

dengan 7 pasien (38,89%) kemudian kelompok umur 41 - 50 tahun dengan 6 pasien

(33,33%) (Tabel 3). Data yang didapatkan sama dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado

periode 1996 – 2000 yaitu terbanyak pada kelompok umur 31 - 40 tahun dengan

jumlah 12 pasien (40%) dan diikuti kelompok umur 41 - 50 tahun dengan jumlah

pasien 10 pasien (33,33%).14 Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepadirman yang

mengatakan bahwa insidens terbanyak pada kelompok umur 31 - 44 tahun. Pada

kemompok umur ini tanda penuaan mulai tampak, dimana terdapat perubahan

morfologi kulit, salah satunya timbul bercak-bercak hiperpigmentasi.2

Dari sudut pekerjaan, data yang ada belum cukup atau tidak spesifik memberikan

informasi karena sulit mengevaluasi pekerjaan yang berhubungan dengan factor

pencetus melasa seperti pajanan sinar matahari sehingga cukup sulit dilakukan

pembahasan pada kelompok ini. Penelitian ini mendapatkan pasien melasma

terbanyak terdapat pada kalangan Ibu Rumah Tangga sebanyak 6 pasien (33,33%)

dan diikuti kalangan Pegawai Negeri sebanyak 4 pasien (22,22%) (Tabel 4). Hal ini

cukup berbeda penelitian yang dilakukan Kojongian di Poliklinik dan kelamin RSUP

Prof. dr. R. D Kandou Manado periode 1996 – 2000.14 Jika ini dikaitkan dengan

faktor pencetus, penyebab melasma tertinggi yaitu karena pajanan sinar matahari,

hanya saja tidak spesifik mencantumkan apakah pasien lebih banyak memiliki

kegiatan di luar ruangan atau di dalam ruangan.

Page 42: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Kemudian lokasi melasma yang terbanyak adalah di daerah Sentrofasial dengan

11 pasien (61,11%) diikuti daerah malar dengan 7 pasien (38,89%) (Tabel 5). Data ini

sesuai juga dengan yang ditemukan pada penelitian sebelumnya oleh Kojongian di

Poliklinik dan kelamin RSUP Prof. dr. R. D Kandou Manado periode 1996 – 2000

yakni 18 pasien (60%) terkena melasma tipe sentrofasial.14

BAB V

Page 43: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

1. Angka kejadian melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R.

D. Kandou Manado selama periode 3 tahun terdapat 18 pasien dengan angka

kejadian terbanyak pada tahun 2009 yakni sebesar 0,99%

2. Perbandingan jumlah pasien wanita berbanding laki – laki adalah 16 : 1

3. Jumlah kasus terbanyak pada usia 31 – 40 tahun.

4. Distribusi melasma berdasarkan pekerjaan terbanyak pada kalangan Ibu

Rumah Tangga

5. Lokasi melasma terbanyak di bagian sentrofasial atau hampir 2/3 dari total

pasien melasma

V.2. Saran

1. Penulisan data yang jelas dan lengkap pada status agar dapat menunjang

penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Sebaiknya literatur maupun sumber di perpustakaan lebih memadai lagi agar

peneliti dapat dengan mudah menyusun penelitian dan tesis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 44: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

1. Rigopoulos D, Gregoriou S, Katsambas A. Hyperpigmentation and Melasma.

J Cosmet Dermatol 2007. h: 195-202.

2. Soepadirman L. Melasma. Djuanda A, Hamzah M. Aisah S, ed. Dalam: Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

2010. h: 289-292

3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta: Hipokrates, 2000. h: 148-49

4. Lapeere H, Boone B, Scheeper SD. Hypomelanoses and Hypermelanoses.

Dalam: Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine,Vol. 1. Edisi ke VII.

New York: McGraw-Hill; 2008. h: 622-40

5. Pandya AG, Guevara IL, Disorder of Hyperpigmentation. In: Thiers H. Bruce,

editor. Dermatologic Clinics. Philadelphia: W.B. Saunders 2000. h: 91-5

6. Tork HM. A Comprehensive Review of the Long-Term and Short-Term

Treatment of Melasma with a Triple Combination Cream. Am J Clin

Dermatol 2006.h: 223-30

7. Victor FC, Gelber J, Rao B. Melasma: A Review. J Cutan Med and Surg;

2004. h: 97-102

8. Balkrishnan, et al. Development and Validation of a Health-Related Quality

of Life Instrument for Women with Melasma. Br J Dermatol; 2003. h: 572-77

9. Shweta K, Khozema S, Meenu R, Anupama S, SK Sing, Neelima S. 2011. A

Systemic Review on Melasma. Available online at:

Page 45: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

http://www.currentscdirect.com/IJCBMS/REVIEW. Accesed from October

21,2012

10. Roberts WE. Melasma. In: Kelly AP, Taylor SC, editors.

Dermatology for Skin of Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. h: 332-

6

11. Cholis M. Patogenesis Melasma. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta;

2005. h: 582-7.

12. Damayanti N, Listiawan MY. Fisiologi dan Biokomia Pigmentasi Kulit.

Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; 2004. h: 156-62.

13. Bauman L. Disorder of Pigmentation. Dalam: Cosmetic Dermatology

Principles and Practice. Hongkong: McGraw-Hill Company; 2002. h: 63-7

14. Kojongian IN. Profil Melasma di Bagian Kulit dan Kelamin RSUP Manado

Periode Januari 1996 sampai dengan Desember 2000. Karya Tulis Ilmiah

Kedokteran, Manado; 2002

15. Wolff K, Richard AJ. Melasma. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of

Clinical Dermatology, Edisi VI. New York: Mc Graw-Hill; 2008, h: 622

16. Shimizu H. Disorder of skin colour. Shimizu’s Text Book of Dermatology.

Hokkaido: Hokkaido Publisher; 2007. h: 266-69

17. Roberts WE. Melasma. Dermatology for skin of Colour. New York: Mc

Graw-Hill; 2009. h: 332

Page 46: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

18. Stery W, Paus R, Burgdorf W. Brown Hyperpigmentation. Thieme Clinical

Companions Dermatology. Edisi V. New York. Gerog Verlag; 2006. h: 379-

80

19. Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical Treatments for Melasma and

Postinflammatory Hyperpigmentation. Skin Therapy Letter; 2006. h: 1-4

20. Schwartz RA, Kihiczak NI. Postinflammatory Hyperpigmentation. Available

online at: http://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview. Accesed

from October 21, 2012

21. Griffiths Christopher EM. Melasma. In: Lebowohl G. Mark, Heymann R.

Warren, Jones Berth John, Coulson Ian, editors, Treatment of Skin Disease,

comprehensive therapeutic strategies. London: Mosby, 2002. h: 396-7

Page 47: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan

Riwayat Penulis

Silvester Anggi Pasau Pangalinan dilahirkan di Kupang

pada tanggal 24 Juni 1991. Penulis merupakan anak dari

pasangan Ir. Fransiskus Pangalinan, M.Sc (Ayah) dan

Dra. Rosalina Sente Limbu (Ibu). Penulis adalah anak

kedua, dimana penulis memiliki satu orang kakak

perempuan bernama Eugenia Gita Pangalinan S.Ked.

Penulis adalah lulusan TK Andaluri pada tahun 1997,

lulusan SDK Frater Bhakti Luhur Makassar tahun 2003,

lulusan SMPK Santa Theresia pada tahun 2006 dan lulusan SMAK Giovanni Kupang

pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di

perguruan tinggi sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado melalui jalur Tumou Tou (T2) dengan NRI 090 111 232, telah mengikuti dan

menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) pada

bulan agustus 2009 dantelah selesai mengikuti Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T)

Angkatan 98 Posko 39 tahun 2013.

Page 48: Skripsi Profil Melasma - Silvester Pangalinan