skripsi : perbandingan prestasi belajar siswa menggunakan metode student facilitator and exlpaining...
DESCRIPTION
Skripsi ini, di posting untuk membantu teman-teman yang sedang menjalankan TUGAS AKHIR :)Kalo ada pertanyaan,kritik dan saran,saya tunggu yaa :)TRANSCRIPT
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 1
PROPOSAL
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DAN PEMBELAJARAN
KONFENSIONAL KELAS VII SMP N 10 KUPANG PADA SUB POKOK BAHASAN
JAJARGENJANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
ROSIANA A. SINA
13108051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2012
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat terlepas dari ilmu-ilmu yang
mendasarinya antara lain matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek
terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan peranan penting dalam upaya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu matematika harus ditanamkan
sejak dini kepada siswa Sekolah Dasar (SD)
Dalam GBB kurikulum 1994 dijelaskan bahwa tujuan umum diberikannya Matematika
di jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut psikolog Alva Handayani (Demon,2011:2) pada Semiloka Mengatasi Fobia
Matematika pada Anak di Bandung “ Munculnya fobia Matematika juga disebabkan oleh
sugesti yang tertanam dalam benak seorang anak bahwa Matematika itu sulit”. Guru sebagai
penyampai ilmu harus mampu merubah pola pikir siswa, dan mengajarkan Matematika lebih
menarik. Guru sebagai motivator dalam proses belajar siswa perlu menanamkan rasa yakin
dan percaya diri bahwa ia akan berhasil. Sikap percaya diri ini perlu ditanamkan dalam diri
siswa karena dapat mendorong siswa untuk berusaha secara maksimal guna mencapai
keberhasilan yang maksimal. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia dalam bidang
pendidikan. Hal ini menuntut perubahan – perubahan dalam pengorganisasian kelas,
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 3
penggunaan metode mengajar, berusaha menciptakan kondisi proses pembelajaran yang
efektif, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran.
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan
metode mengajar tidak harus sama untuk semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa
suatu metode mengajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok
bahasan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi
matematika masih tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Metode
pembelajaran yang merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa, tidak boleh diabaikan oleh guru sebagai sumber informasi. Guru harus benar-benar
menguasai metode pembelajaran yang digunakan saat melakukan penyampaian materi
pelajaran.
Salah satu Metode yang baik digunakan saat belajar mengajar adalah Metode Student
Facilitator and Explaining . Metode Student Facilitator and Explaining merupakan suatu
metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapatnya kepada siswa lain. Metode ini
menjadikan siswa sebagai fasilitator dan di ajak berpikir secara kreatif sehingga
menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta
menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan
kepada teman-temannya.
Berasarkan beberapa dasar pemikiran di atas maka penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan judul penelitian “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa
Menggunakan Metode Student Facilitator And Explaining Dan Pembelajaran
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 4
Konfensional Kelas VII SMP N 10 Kupang Pada Sub Pokok Bahasan Jajargenjang
Tahun Ajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah Apakah Terdapat Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Metode
Student Facilitator and Explaining Dan Konvensional Kelas VII SMP N 10 Pada Sub Pokok
Bahasan Jajargenjang Tahun Ajaran 2011/2012 ?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang di angkat maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 10 KUPANG yang diajarkan
dengan Metode Student Facilitator and Explaining dan Pembelajaran Konvensional
pada sub pokok bahasan jajargenjang.
2. Ada tidaknya perbedaan prestasi belajar matematika Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining dan Pembelajaran Konvensional pada sub pokok bahasan
jajargenjang Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Batasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam tulisan ini, maka perlu diberikan
beberapa batasan istilah. Batasan-batasan istilah yang dimaksud adalah:
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 5
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari seseorang ( orang, benda ) yang ikut
membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang yang mengakibatkan suatu
perubahan perilaku dari sikap orang lain / kelompok.
2. Metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data bagi data
yang diperlukan bagi pengembangan displin ilmu tersebut.
3. Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperative yang berarti bekerja bersama-
sama.
4. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Metode Student Facilitator and Explaining merupakan suatu metode dimana siswa
mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa yang lain dan siswa yang lain
menanggapi.
6. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah individu yang bersangkutan menjalani
proses belajar terhadap pengetahuan tertentu yang dinyatakan dengan nilai atau skor.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian:
1. Bahan informasi bagi guru matematika, guna peningkatan prestasi belajar siswa
khususnya pada sub pokok bahasan jajargenjang.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk saat memilih metode pembelajaran yang akan
digunakan dalam penyajian materi.
3. Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut guna meningkatkan prestasi belajar siswa
4. Untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar
Sumarto (Ladi ,2011:12) memberikan pengertian prestasi belajar adalah suatu nilai
yang menunjukan hasil yang tinggi dalam belajar yan dicapai menurut kemampuan anak
dalam mengerjakan suatu pada saat tertentu pula. Prestasi belajar dibedakan menjadi lima
aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Manawi (Ladi ,2011:12) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari semua mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor atau nilai yang diperoleh dari hasil tes atau ujian, ulangan mengenai sejumlah mata
pelajaran. Dalam kamus Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan, pengetahuan
atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lasimnya dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka
perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa
setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-
beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu
dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 7
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan prestasi
belajar matematika itu sendiri adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang
sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
B. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan. Seorang guru dituntut untuk menguasai pembelajaran yang digunakannya
agar dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Salah satu pembelajaran yang
masih berlaku dan sering digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional.
Walaupun pembelajaran ini banyak di kritik tapi model inilah yang paling banyak
digunakan oleh pengajar dalam proses pembelajaran.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 8
Menurut Djamarah (http://ads3.kompasads.com/new/www/), pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran tradisional yang disebut juga dengan ceramah. Sejak
dulu pembelajaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Freire (http://ads3.kompasads.com/new/www/) memberikan istilah terhadap
pembelajaran konvensional sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan “bergaya bank”
(banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai
suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa dan wajib diingat serta
dihafal. Dalam pembelajaran konvensional, siswa cenderung belajar menghafal yang
mengacu pada penghafalan fakta-fakta, hubungan - hubungan, prinsip, dan konsep.
Di sini terlihat bahwa proses pembelajaran yang lebih didominasi guru sebagai
“pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Institute of
Computer Technology menyebutnya dengan istilah “Pengajaran tradisional”. Pengajaran
tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang
diterapkan di sekolah- sekolah di seluruh dunia. (http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-
konvensional#ixzz1ntvnyqE9).
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima
pengetahuan dari guru.
2. Belajar secara individual.
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 9
6. Interaksi di antara siswa kurang.
Namun perlu diketahui bahwa pengajaran dengan menggunakan
pembelajaran konvensional dipandang efektif atau mempunyai keunggulan antara
lain :
1. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang “murah” dan
“mudah” untuk dilakukan.
2. Setiap siswa mempuyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan
penjelasan guru.
3. Waktu yang diperlukan untuk membahas suatu topik relatif tidak terlalu
banyak, sehingga materi dapat diselesaikan dengan mudah.
4. Organisasi kelas dengan menggunakan pembelajaran konvensional dapat
diatur menjadi lebih sederhana.
Disamping beberapa keunggulan di atas, pembelajaran konvensional juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang
paling dominan karena apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun tergantung pada apa
yang dikuasai guru.
2. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 10
3. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari.
4. Pembelajaran berjalan membosankan.
5. Kepadatan konsep yang diberikan dapat mengakibatkan siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran,
penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus
telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan)
dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan hasil
kerja secara langsung). Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran
dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam
kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku dan kemampuan
mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional
kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities).
Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran
konvensional merupakan sebuah praktek yang mekanistik dan diredusir menjadi
pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat
penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang
belajar (pebelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap
sebagai transmisi pengetahuan. Dalam pembelajaran ini, peran guru adalah
menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 11
Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan
aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan
Adapun langkah – langkah dalam pembelajaran konvensional terdiri dari
dua tahap yang saling berkaitan yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran .
Merumuskan tujuan jelas merupakan langkah awal yang harus
dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran dengan ceramah berakhir.
b. Menentukan pokok – pokok materi yang akan disampaikan dikelas.
Keberhasilan model pembelajaran konvensional sangat tergantung pada
tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan dibawakan. Oleh
karena itu guru harus mempersiapkan pokok – pokok materi yang akan
disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a. Kegiatan awal
Hal – hal yang dilakukan dalam kegiatan awal yaitu sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Yakinkah bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai.
Oleh karena itu guru mengemukakan terlebih dahulu tujuan
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 12
yang harus dicapai oeh siswa sehingga tujuan pembelajaran
akan mengarahkan segala aktivitas siswa.
2. Apersepsi
Apersepsi yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang
lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guna
langkah apersepsi dalam langkah pembukaan ini adalah untuk
mempersiapkan secara mental agar siswa mampu dan dapat
menerima materi pelajaran.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
cara bertutur. Agar pembelajaran ini berkualitas, maka guru harus
menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pelajaran yang
sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian siswa ada beberapa hal
yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa. Kontak
mata adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau memerhatikan.
2. Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
3. Sajikan materi secara sistematis, tidak meloncat – loncat agar
mudah ditangkap oleh siswa.
4. Menanggapi respons siswa dengan segera, artinya sekecil apa pun
respon siswa harus kita tanggapi.
5. Menjaga agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk
belajar.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 13
c. Kegiatan penutup
Hal – hal yang dilakukan dalam kegiatan penutup antara lain :
1. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau
merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
2. Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi
semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah
disampaikan.
3. Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.
C. Metode Student Facilitator and Explaining
1. Pengertian Metode Student Facilitator and Explaining
Menurut Ismail (2009:7) pengertian metode adalah suatu sarana untuk menemukan,
menguji dan menyusun data bagi data yang diperlukan bagi pengembangan displin ilmu
tersebut. Pada intinya metode berfungsi sebagai pengantar sebuah tujuan kepada objek
sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan objek sasaran tersebut.
Sebagaimana yang diketahui bahwa metode mengajar merupakan sasaran interaksi antar
guru dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang
perlu diperhatikan adalah ketepatan sebuah metode mengajar yang dipilih dengan tujuan,
jenis dan juga sifat materi pengajaran, serta kemampuan guru dalam memahami dan
melaksanakan metode tersebut.
Dengan adanya pengertian-pengertian diatas, dapat menjelaskan bahwa setiap
pengajaran memiliki metode yang berbeda karena setiap materi pelajaran memiliki
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 14
karakteristik sendiri. Akan tetapi secara umum metode pengajaran dapat digolongkan
menjadi beberapa golongan. Salah satunya metode Student Facilitator and Explaining.
Metode Student Facilitator and Explaining merupakan metode dimana siswa
belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Metode ini
dibentuk dengan mengambil kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 4-6 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Metode ini efektif untuk
melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Perbedaan metode Student Facilitator and Explaining dengan metode diskusi terletak
pada cara pertukaran pikiran antar siswa. Dimana dalam metode Student Facilitator and
Expalining siswa menerangkan dalam bagan maupun peta konsep.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode Student
Facilitator and Expalining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan di ajak berpikir
secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan
lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya
yang diperhatikan kepada teman-temannya.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Facilitator and Expalining
Setiap metode yang sudah ada selama ini mempunyai kelebihan dan kelemahan,
begitu juga dengan metode Student Facilitator and Expalining. Adapun kelebihan dan
kelemahan metode Student Facilitator and Expalining sebagai berikut :
a. Kelebihan
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 15
1) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi kritis siswa secara
optimal
2) Melatih siswa aktif, mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan
3) Mendorong tumbuhnya tengang rasa, mau mendengarkan dan menghargai
pendapat orang lain
4) Mendorong tumbuhnya sifat demonstrasi
5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara
objektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota
kelompok
6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka
7) Melatih kepemimpinan siswa
8) Memperluas wawasan sisa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat
dan pengalaman.
Beberapa kelebihan yang sudah dipaparkan memiliki satu kesamaan yaitu metode
Student Facilitator and Expalining memudahkan sisiwa untuk meningkatan
kreatifitas dan prestasi belajar. Selain kelebihan metode Student Facilitator and
Expalining juga memliki kelemahan yang berpengaruh pada pencapaian tujuan
belajar.
b. Kelemahan
1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya
2) Siswa yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaanya pada teman
yang pandai.
3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompokya
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 16
4) Metode Student Facilitator and Expalining memerlukan persiapan-persiapan agak
rumit dibanding dengan metode lainya, misalnya metode ceramah
5) Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil akhir akan buruk
6) Siswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya,
dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok
tersebut akan gagal.
Kelemahan dari metode Student Facilitator and Expalining yang sudah dipaparkan
tersebut bukanlah hal yang membuat peneliti menjadi patah harapan, dengan
mengetahui kekurangan tersebut peneliti meminimkan terjadinya kekurangan dengan
menyusun langkah-langkah pembelajaran penerapan metode Student Facilitator and
Expalining.
3. Langkah-langkah Metode Student Facilitator And Expalining
Metode Student Facilitator and Expalining adalah metode yang mendasarkan pada
penugasan tiap-tiap kelompok, dimana setiap kelompok diberi tugas yang berbeda. Setiap
kelompok bertangung jawab untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari
informasi tentang tugas yang didapatkan melalui sumber belajar. Kelompok berdiskusi
untuk menyelesaikan tugas tersebut, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain membuat pertanyaan pada masing-masing topik diskusi.
Setelah semua sudah mempresentasikannya, maka dilakukan evaluasi untk mengetahui
ketercapaian dalam pembelajaran tersebut. Langkah-langkah dari metode Student
Facilitator and Expalining, sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi dasar (KD) yang ingin dicapai
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 17
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya
melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan
motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Merujuk pada
hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional
menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi
pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna
mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model
pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif.
Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperative yang berarti bekerja bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruksifisme
yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus ketrampilan sosial.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Oleh karena itu, hakekat
dan pengusaan kelompok sesama menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 18
Menurut Lie (Nansibu,2011:8) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja bersama-sama dengan
sesama anak didik lainya dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sedangkan menurut Isjoni
(Nansibu,2011:8) pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Menurut Slavin (Nansibu,2011:8) ada dua alasan mengapa pembelajaran kooperatif
sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar. Kedua alasan tersebut yaitu, (1) hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan kooperatif dapat meningkatan prestasi belajar
siswa sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri, (2) dapat merefleksikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir memecahkan masalah, mengintregasikan
pengetahuan dengan ketrampilan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif sudah sangat
efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menumbuhkan sikap sosial.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif adalah :
a. Hasil belajar akademik yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 19
c. Pengembangan keterampilan sosial yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa diantaranya berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam
kelompok.
2. Teori-teori pembelajaran yang melandasi pembelajaran kooperatif
Teori-teori pembelajaran yang melandasi pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. John Dewey (Coo,2012:13), menetapkan sebuh konsep pendidikan yang seharusnya
terdapat dalam kelas sebagai cermin masyarakat yang besar dan laboraterium untuk
belajar tetang kehidupan nyata. Thelan berargumentasi bahwa kelas seharusnya
semupakan laboraterium yang bertujuan untuk mencari masalah-masalah sosial
antara pribadi.
b. Pembelajaran berdasarkan pengalaman
Pembelajaran berdasarkan pengalaman berlandaskan pada 2 asumsi berikut :
a. Anda belajar dengan baik saat anda secara pribadi masuk dalam pengalaman
belajar.
b. Pegetahuan ditemukan dalam diri sendiri jika pengetahuan mempunyai arti
bagi anda yang mempunyai suatu perbedaan kebisaan.
c. Teori belajar kognitif ( Kontrutivis dan Vygotsky)
a) Teori Konstruktivis
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 20
aturan-aturan lama yang merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai.
b) TeoriVygotsky
Menurut Isjoni (Coo,2012:28) Ide penting dari teori Vygotsky adalah
scaffolding. Scaffolding berarti memberikan kepada seorang aak sejumlah
besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
tersebut mengambil ahli tanggungjawab yang semakin besar segera setelah ia
dapat melakukannya
d. Teori didkusi kelompok
Menurut Dempok ( Coo,2012:18), ada beberapa cirri-ciri khas dalam kelompok
yang menumbuhkembangkan rasa saling interaksi dan komunikasi antara siswa dan
kelompok :
c) Jumlah anggota cukup kecil, dapat saling memperhatikan dan saling
berinteraksi.
d) Tujuan yang saling terkait satu dengan yang lain menjadikan keberhasilan salah
satu angota kelompok menjadi keberhasilan seluruh anggota.
e) Interaksi yang melibatkan hubungan verbal dan non verbal membuat perckapan
singkat sesuai materi diskusi
f) Rasa kebersamaan antara anggota kelompok, meskipun ketidaksamaan atau
konflik semua anggota menyadar dirinya berupayah untuk memperoleh hasil
kelompok yang memuaskan sebagai kepuasan bersama
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 21
Tabel 2.1
Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktivitas Guru Tingkah laku siswa
1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa
Sisiwa mendengarkan dan
memahami tujuan
pembelajaran
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
Siswa membaca bahan
bacaan
3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi efisien
Siswa mendengarkan dan
melaksanakan
4 Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat
mengerjakan tugas
Siswa berdiskusi
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Siswa mempresentasikan
hasil didskusi kelompok
dan
mempertanggungjawabkan
hasil kerjanya.
6 Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk
menghargai upaya atau hasil
belajar siswa baik individu
maupun kelompok.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 22
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori diatas maka hipotesis dari
penelitian ini adalah “Ada Perbedaan Prestasi Belajar Menggunakan Metode Student
Facilitator And Explaining dan Pembelajaran Konvensional Kelas VIII SMP N 10 Kupang
Pada Sub Pokok Bahasan Jajargenang Tahun Ajaran 2011/2012”
F. Tinjauan Materi Jajargenjang
a. Pengertian jajargenjang
Suatu segiempat disebut jajargenjang jika dan hanya jika pasangan sisi yang berhadapan
sejajar dan sama panjang.
b. Sifat-sifat jajargenjang 34
2 1Diketahui jajargenjang , akan dibuktikan = =Bukti :
Ditarik diagonal . Karena jajargenjang maka ⃖ ⃗//⃖ ⃗ dan ⃖ ⃗//⃖ ⃗. Menurut
teorema sudut dalam berseberangan karena ⃖ ⃗//⃖ ⃗ maka ∠ 3 ≅ ∠ 1. Demikian pula
karena ⃖ ⃗//⃖ ⃗ maka ∠ 2 ≅ ∠ 4.Maka △ △ kongruen karena memenuhi sifat , , .
Akibatnya ≅ dan ≅ .
Berdasarkan pembuktian di atas, maka sifat jajargenjang yaitu :
1) Sisi-sisi yaang berhadapan sama panjang dan sejajar
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 23
2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
c. Keliling jajargenjang
Keliling sebuah jajargenjang dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan semua
panjang sisi-sisinya.
Perhatikan gambar di bawah ini !
Pada gambar di atas, keliling jajargenjang adalah + + + . Kila adalah
keliling jajargenjang , adalah panjang sisi-sisi jajargenjang maka
berkaku rumus := 2( + )d. Luas jajargenjang
Perhatikan gambar di bawah ini !
Pada segi empat , perpanjang secukupnya sehingga tegak lurus yang dibuat
dari dan memotongnya di titik dan . Sekarang dan keduanya tegak lurus
sehingga mereka sejajar. Juga dan termuat dalam garis-garis sejajar dan
mereka juga sejajar. Akibatnya, segi empat jajargenjang dan luasnya sama
dengan segi empat . Tapi segi empat persegi panjang maka luasnya
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 24
× . Jika adalah alas jajargenjang dan ukuran adalah tingginya, maka luas
jajargenjang sama dengan hasil kali panjang dan tingginya.= ×Keterangan := alas jajar genjang= tinggi jajar genjang
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian komparatif.
B. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah :
a. Variabel bebas : Pengajaran dengan menggunakan Metode Student Facilitator and
Explaining dengan setting Kooperatif dan Pembelajaran Konvesional.
b. Variabel terikat : Prestasi belajar siswa
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A sampai VII-H SMP
Negeri 10 Kupang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel di ambil dengan menggunakan Random Sampling
(Sugiyono, 2010:64). Teknik ini digunakan untuk mengambil anggota sampel secara
acak. Peneliti menggunakan bantuan tabel random untuk memilih sampel dari populasi.
Sampel yan diambil secara acaka terdiri atas dua kelas yakni kelas pembelajaran
konvensional dan kelas metode SFE
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 26
D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah melalui tahap berinteraksi siwa dalam
pembelajaran.
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar sub pokok bahasan jajargenjang dari
anggota sampel, peneliti menggunakan tes. Tes ini dimaksud untuk mengukur taraf
penguasaan siswa terhadap matematika sub pokok bahasan jajargenjang kelas VII
semester II tahun ajaran 2011/2012. Adapun tes yang disusun penulis sebanyak 25
nomor pilihan ganda yang terdiri dari 4 pilihan jawaban. Soal tersebut akan diuji coba
dikelas VII sebelum melaksanakan tes akhir. Dari hasil uji coba soal tersebut akan
diambil 20 nomor pilhan ganda yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam tes
akhir.
E. Cara Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data dengan cara mengajarkan sub pokok bahasan jajargenjang
pada masing – masing sampel dengan cara :
1. Memberikan tes awal pada sampel pertama dan sampel kedua sebelum menerapkan
model pembelajaran yang berbeda pada masing – masing sampel.
2. Pada sampel pertama yakni kelas VII G diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional. Sedangkan pada sampel kedua yakni kelas VII H diajarkan dengan
metode student facilitator and explaining.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 27
3. Memberikan tes akhir pada sampel pertama dan sampel kedua yang dilakukan pada
satu minggu kemudian.
4. Data nilai siswa diperoleh setelah pekerjaan siswa diperiksa.
F. Alat pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, penulis membuat tes akhir untuk mengukur prestasi belajar
siswa pada kedua sampel tersebut setelah diberi perlakuan. Dalam penyusunan tes prestasi
belajar matematika penulis menempuh langkah – langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan kisi – kisi soal
2. Penulisan soal
Soal yang disusun mengacu pada kisi – kisi soal. Jumlah soal yang disusun adalah 20
butir soal objektif.
3. Pedoman pemberian skor.
Pedoman pemberian skor disusun dengan tujuan untuk menghindari pengaruh
subjektifitas dalam pemberian skor pada pekerjaan siswa. Untuk pilihan ganda yang
dijawab benar diberi skor 1 sedangkan salah diberi skor 0. Skala dalam pemberian nilai
yakni dari 0 – 100.
maksimumnilaisoaljumlah
diperolehyangskorN
G. Analisis Statistik
Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika menggunakan metode
student facilitator and explaining dan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan
jajargenjang siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kupang Tahun Ajaran 2011/2012, terlebih
dahulu data yang ada dianalisis dengan cara sebagai berikut :
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 28
1. Uji Homogenitas
Dalam Purwanto (2011:177), salah satu uji yang digunakan untuk pengujian
homogenitas varians adalah .
Rumus yang digunakan adalah :
=Keterangan :
F = uji F
= varians data pre test kelas konvensional
= varians dara pre test kelas SFE
Untuk menganalisis homogenitas data pre test, digunakan Levene test dalam SPSS
16.0. Kriteria pengujian :
a) Bila harga < dengan taraf signifikansi 5% maka diterima dan
ditolak. diterima berarti varians homogen.
b) Bila harga > dengan taraf signifikansi 5% maka ditolak dan
diterima. diterima berarti varians tidak homogen.
2. Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan uji statistik, data yang diperlukan dicek kenormalannya.
Dalam pengecekan kenormalannya, digunakan uji Chi –kuadrat dengan rumus sebagai
berikut :
1
202 132:2010,............
n h
hn Riduwan
f
ff
Keterangan :
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 29
kuadratChi 2
f0 = frekuensi yang diperoleh dalam sampel.
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari
frekuensi yang diharapkan dalam populasi.
Untuk memperoleh nilai fh menggunakan rumus sebagai berikut :
132:2010,............ RiduwanT
fbfkf h
Keterangan :
hf frekuensi yang diharapkan
fk jumlah frekuensi pada kolom
fb jumlah frekuensi pada baris
T jumlah keseluruhan baris atau kolom
3. Uji Perbedaan Dua Mean
Untuk menguji perbedaan dua mean digunakan rumus :
2
22
1
21
21
n
s
n
s
xxt
Dengan ; = ∑( ̅ )= ∑( ̅ )
Keterangan :
Sugiyono , 2011:138
Sugiyono, 2011 :57
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 30
=rata - rata sampel kelompok 1= rata-rata sampel kelompok 2
1n jumlah sampel kelas SFE
2n jumlah sampel kelas KonvesionalS = Standar Deviasi sampel kelas 1S = Standar Deviasi sampel kelas 2
Nilai yang diperoleh dikonsultasikan dengan nilai pada taraf
signifikansi 5% yang digunakan untuk pengujian hipotesis.
Kriteria pengujian hipotesis :
H0 ditolak dan Ha diterima jika >H0 diterima dan Ha ditolak jika <1. H0 : 21
Tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran
matematika realistik dengan konvensional pada sub pokok bahasan jajargenjang
siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kupang tahun Ajaran 2011/2012”.
Ha : 21
Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran
matematika realistik dengan konvensional pada sub pokok bahasan jajargenjang
siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kupang tahun Ajaran 2011/2012”.
2. Taraf signifikansi : 5% atau taraf kepercayaan 95%.
Pengujian hipotesa mengikuti langkah – langkah berikut :
1. Hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan.
Rosiana A. Sina, S.Pd ([email protected]) Page 31
Ha = ada perbedaan yang signifikan.
2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa
Terima dan tolak jika − < <Tolak dan terima Ha jika < − >