skripsi peran komisi pemilihan umum dalam …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN TAHUN 2019 DI
KECAMATAN MINASATENE KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Disusun Dan Diajukan Oleh
RESKY RAHMADANI
Nomor Stambuk :105640231715
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN TAHUN 2019 DI
KECAMATAN MINASATENE KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
Resky Rahmadani
Nomor Stambuk :105640231715
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
PERSETUJUAN
Menyetujui:
Pembimbing I
Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos, M.Si
Pembimbing II
Hamrun, S.IP, M.Si
Mengetahui :
Dekan
Fisipol Unismuh Makassar
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
Ketua Jurusan
Ilmu Pemerintahan
Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si
Judul Skripsi : Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam
Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu
Presiden Tahun 2019 Di Kecamatan Minasatene
Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan
Nama Mahasiswa : Resky Rahmadani
Nomor Stambuk : 105640231715
Program Studi
: Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Resky Rahmadani
Nomor Stambuk : 105640231715
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan akademik.
Makassar, 19 Agustus 2020
Yang Menyatakan
Resky Rahmadani
v
ABSTRAK
RESKY RAHMADANI. 2020. Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam
Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 Di
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. (dibimbing
oleh Samsir Rahim dan Hamrun)
Tujuan penelitian untuk mengetahui Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam
Meningkatakan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 Di
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan. Jumlah informan
dalam penelitian ini adalah 5 (lima) orang. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Soerjono
Soekanto berdasarkan Peranan Normatif, Peranan Ideal, Peranan Faktual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya (a) Peranan normatif yaitu
menunjukkan bahwa KPU sudah bekerja keras agar masyarakat di Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mematuhi norma-norma dalam
pelaksanaan pemilu agar pelaksanaan pemilu berjalan dengan lancar. (b) Peranan
ideal menunujukan bahwa KPU menjalankan tugasnya dengan baik kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan
umum dengan menggunakan hak suaranya. (c) Peranan faktual menunjukkan
bahwa KPU terus berupaya melakukan sosialisasi baik tingkat kecamatan maupun
tingkat kelurahan dan melalui media. Sebagai penyelenggara pemilu harus
meningkatkan SDM yang kompoten sebagai cara untuk menciptakan
penyelenggara yang profesional, meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih.
Kata kunci : Peran , Partisipasi, Pemilu
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningktkan
Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 Di Kecamatan Minasatene
Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada orang tua, ibunda Hj. Hasnah atas segala kasih sayang,
cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau
panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang
luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita, serta seluruh keluarga besar
penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan disertai segala pengorbanan
yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat, bapak Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos.,
M. Si selaku pembimbing I dan bapak Hamrun, S. IP., M.Si selaku pembimbing II
yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan
memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga
selesainya skripsi ini.
vii
Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang
berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.
4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya
kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan
seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah banyak membantu penulis.
5. Para pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup pemerintah Kabupaten Wajo
yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,
terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas
G,.Janwar, Baso, Musakkar, Aswar, Ardi, Cahya, Ayu, Innah, Dillah, Elma,
Rifki, Fatma, Fahruddin, Rahma, Almukram, Siska, Riska, Aldi, Karmin, Dewi,
Egha, Nunu, Syakir, Fahrun, Wahyudi, Vista, Rizal, Wahdania, Akbar, Hamzah,
Fani, dan teman-teman kelas ku yang tidak bisa saya sebutkan semua namanya.
Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak
atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi
kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
viii
harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 19 Agustus 2020
Resky Rahmadani
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM..................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...............................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR
................................................................................................................................ vi
s
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
A. Pengertian Peran ...........................................................................................8
B. Pengertian Kelembagaan (Institusi) ............................................................13
C. Pengertian Partisipasi Politik ......................................................................16
D. Konsep Pemilihan Umum ...........................................................................27
E. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden .........................................30
F. Tahapan-tahapan pelaksanaan Pemiliham Umum di Indonesia.................31
G.. Kerangka Pikir ............................................................................................31
H. Fokus Penelitian ..........................................................................................32
I. Deskripsi Fokus Penelitian..........................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................34
B. Jenis dan Tipe Penelitian.............................................................................34
C. Sumber Data ................................................................................................35
D. Informan Penelitian .....................................................................................35
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................36
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................37
x
G. Keabsahan Data ...........................................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................41
A. Deskripsi Objek Penelitian...........................................................................41
B. Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih
Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 DiKecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan
Kepulauan..........................................................................................................53
BAB V PENUTUP................................................................................................60
A. Kesimpulan...................................................................................................60
B. Saran.............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN..........................................................................................................65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah mencatat Pemilu dan Pilpres 2004 merupakan tonggak
demokratisasi Indonesia pasca-Reformasi. Kala itu untuk pertama kalinya
masyarakat Indonesia dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden, di
samping memilih calon anggota lesgislatif.
Sebelum 2004, pemilihan umum di Indonesia hanya untuk memilih wakil
rakyat di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Tradisi politik ini
sudah berlangsung sejak pemilu yang pertama di tahun 1955. Sepanjang pemilu
Orde Baru hingga 1999 pun rakyat tidak pernah mendapat kesempatan memilih
langsung calon kepala negara mereka. Dengan berpedoman kepada Undang-
Undang No.23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden, Komisi Pemilihan Umum (KPU) berhasil menyelenggarakan pilpres
langsung pada pertengahan 2004.
Kinerja Komisi Pemilihan Umum dilaksanakan oleh sebuah Komisi
Pemiihan Umum (KPU) yang indenpenden dan non partisipan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan suatu pemerintahan yang bersifat
Demokratis. Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat Luber Jurdil hanya dapat
terwujud apabila penyelenggara Pemilu integritas yang tinggi serta memahami dan
menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara pemilu
lemah berpotensi menghambat pemilu yang berkualitas, sebagaimana hal tersebut
dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011.
2
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan satu-satunya lembaga yang
mempunyai kewenangan dalam menyelenggarakan pemilu Legislatif, Pemilu
Presiden dan pemilihan kepala daerah di Indonesia. Seluruh aspek yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Pemilu menjadi tanggung jawab KPU dan bukan lembaga
lainnya. Sebagai lembaga negara yang bersifat nasional, tetap dan mandiri dalam
menyelenggarakan Pemilu, kedudukan KPU termaktub dalam pasal 22 e ayat (5)
UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu
Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Hal tersebut
juga terdapat dalam pasal 1 angka 6 Undang-undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum dan untuk menyelenggarakan Pemilu.
Salah satu perubahan yang signifikasi sebagai akibat perubahan UUD
1945(1999-2002) adalah bahwa cara pengisian lembaga legislatif dan eksekutif,
baik ditataran nasional, maupun lokal, harus dilakukan dengan cara Pemilihan,
tidak boleh dengan cara penunjukan, pengankatan, atau warisan, tentunya dengan
asumsi akan lebih demokratis, sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat
sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yaitu bahwa “
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Selain itu indonesia telah menganut bentuk pemerintahan republik
{videpasal 1 ayat (1) UUD 1945} dan pemilihan umum merupakan pranata
terpenting bagi pemenuhan tiga prinsip pokok demokrasi dalam pemerintahan yang
berbentuk republik, yaitu kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah, dan pergantian
pemerintah secara teratur.
3
Perubahan UUD 1945 (1999-2002) salah satunya menyangkut perubahan
mengenai mekanisme Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dalam sistem
presidensial yang kita anut, dari yang semula dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) menjadi dipilih oleh rakyat secara langsung. Pasal 6 ayat (2) UUD
1945 sebelum perubahan menyebutkan, “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak”. Setelah perubahan
UUD 1945, ketentuan tentang Konstitusi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
tercantum dalam pasal A6 ayat (1) yang berbunyi “ Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”. Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung untuk pertama kali diadakan pada tanggal 6 juli
2004 sesudah selesainya Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, DPRD (selanjutnya
disebut Pemilu Legislatif) Tahun 2004.
Undang-undang pemilu telah disahkan Presiden Joko Widodo pada tanggal
15 Agustus tahun 2017 dan di Undangkan pada tanggal 16 Agustus tahun 2017 oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H.Laoly dalam lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182.Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum disetujui dalam rapat Paripurna
DPR-RI tanggal 21 Juli 2017 ini terdiri atas 573 Pasal, Penjelasan dan 4 lampiran.
414 Halaman Batang Tubuh UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu.
UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Menyatakan dalam
Pasal 570 bahwa UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum peraturan
sebelumnya yang masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU 7/2017
tentang Pemilu.
4
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924), Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246), dan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD, dan DPRD
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316)., dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Ada banyak perbedaan UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
dengan Undang-Undang terkait yang berlaku sebelumnya. Seperti UU Nomor 42
Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, UU Nomor
15 Tahun 2011 Tentang Penyelengaraan Pemilihan Umum dan UU Nomor 8 Tahun
2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD, dan DPRD. Perbedaan
mendasar adalah bahwa pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wapres serta Pemilu
anggota DPR,DPD, dan DPRD yang dulunya terpisah sekarang dilaksanakan secara
bersamaan.
Perubahan juga terdapat dalam struktur Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)
yang dulu 5 orang, sekarang 3 orang. Sementara untuk Panwaslu yang dulunya 3
orang, menjadi 5 orang. Selain ketentuan-ketentuan yang lebih rinci untuk KPU,
Bawaslu hingga ketentuan Partisipasi masyarakat dalam Pemilu.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum menegaskan, Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas Langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dalam penyelenggaraan Pemilu,
Penyelenggara Pemilu harus berdasarkan pada asas-asas tersebut dan
penyelengaraan Pemilu harus memenuhi prinsip: Mandiri, Jujur, Adil, Berkepastian
Hukum, Tertib, Terbuka, Proporsional, Profesional, Akuntabel, Efektif, dan
Efesien.
Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator
implementasi penyelenggaraan kekuasaan negara tertinggi yang absah oleh rakyat
(kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan keterlibatan mereka dalam pesta
demokrasi (Pemilu). Semakin tinggi tingkat partisipasi politik mengindikasikan
bahwa rakyat mengikuti dan memenuhi serta melibatkan diri dalam kegiatan
kenegaraan. Sebaliknya tingkat partisipasi politik yang rendah pada umumnya
mengindikasikan bahwa rakyat kurang menaruh apresiasi atau minat terhadap
masalah atau kegiatan kenegaraan. Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat
direfleksikan dalam sikap golongan putih (golput) dalam pemilu.
Diharapkan nantinya pada pemilu yang akan datang ini, baik itu pileg dan
pilpres bisa berjalan dengan lancar dan kondusif dari masalah-masalah yang
mempunyai kontribusi besar terhadap munculnya konflik dalam setiap tahapan
pemilu Presiden adalah profesional KPU Kabupaten/Kota selaku penyelenggaraan.
KPU Kabupaten/kota yang tidak profesional dalam proses setiap tahapan pemilu
Presiden dan yang terpenting adalah netralitas KPU Kabupaten/kota sebagai
penyelenggara.
6
Masalah ini yang patut diperhatikan adalah kacaunya Daftar Pemilih Tetap
(DPT) ditambah dengan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan
sehingga banyak yang tidak ikut memilih atau bisa dikatakan Golput. Mencermati
tahapan pemilu tahun 2014 silam, hanya meliputi dua tahapan saja yaitu masa
pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Namun pemilu Presiden Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2019 ini ada tiga macam tahapan kegiatan
Pemilu Presiden yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian,
tentu merupakan sebuah tugas yang amat rumit dan memerlukan banyak strategi
KPU Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam melaksanakan tata kerja
program dan kegiatan dari ketiga tahapan Pemilu Presiden tersebut, yang pada
akhirnya nanti diharapkan dengan ketiga tahapan tersebut akan diperoleh hasil yang
maksimal dalam Pemilu Presiden. Dan terbukti tingkat partisipasi Pemilu Presiden
tahun 2019 ini meningkat, dibanding partisipasi Pemilu Presiden tahun 2014 yang
hanya sebesar 68% dan di tahun 2019 ini tingkat partisipasi mencapai 77,96%.
Melihat dari Kesuksesan peran KPU meningkatkan partisipasi pemilihdi
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ini, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum
Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 di
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
7
Bagaimana Peran Komisi Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi
pemilih pada Pemilu Presiden tahun 2019 Di Kecamatan MinasateneKabupaten
Pangkajene dan Kepulauan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui bagaimana Upaya Komisi Pemilihan Umum dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden tahun 2019 di Kecamatan
MinasateneKabupaten Pangkajene dan Kepulauan..
D. Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian
dan bahan evaluasi terhadap peran Komisi Pemilihan Umum dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden tahun 2019 di
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dan juga
dapat dijadikan acuan agar Komisi Pemilihan Umum dapat lebih
meningkatkan partisipasi.
2. Memberikan pendidikan politik khususnya pada peran Komisi
Pemilihan Umum Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dan partsipasi pemilih pada Pemilu Presiden.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan artinya, ketika seseorang
telah melaksanakan atau menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Peran
sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di samping itu peran
menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan oran lain pada batas-batas
tertentu. Sehingga orang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku
orang-orang sekelompoknya.
Menurut Soerjono Soekanto (2009:212-213), bahwasannya peran dapat di
artikan sebagai suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau perilaku
yang dilakukan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu jabatan dan
melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sesuai dengan kedudukannya tersebut.
Sementara itu, pengertian menurut The Ling adalah dinamisasi dari status atau
penggunaan hak-hak dan kewajiban, atau bisa juga disebut status subjektif.
Adapun cakupan dalam peranan menurut Levinson (Soerjono Soekanto),
(2012) adalah sebagai berikut :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan
9
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat
Menurut Marion, pembahasan terkait berbagai macam peranan yang
melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal berikut:
1. Peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya
2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka terlebih dahulu
berlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya
3. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu
melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat karena
mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-
kepentingan pribadi yang terlalu banyak
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang
seimbang. Bahkan sering kali terlihat betapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut (Soejono Soekanto,2012)
George Booeree (2010:106-107) menyatakan bahwa peranan kaitannya
dengan kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap
dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Semisal
dalam perusahaan, peranan sosial dan pimpinan perusahaan ditentukan oleh
10
pengharapan yang diminta orang lain padanya sebagai seorang pemimpin
perusahaan. Dalam hal ini, peranan dibedakan menjadi peranan sosial dan peranan
individual. Peranan sosial merupakan pengharapan kemasyarakatan (sosial) tentang
tingkah laku dan sikap yang dihubungkan dengan status tertentu tanpa
menghiraukan kekhususan orang yang mendukung status itu. Peranan perseorangan
yaitu pengharapan tingkah laku dalam status tertentu yang berhubungan erat dengan
sifat khusus dari individu itu sendiri, dimana bagian ini sesuai dengan status
individu didalam situasi tertentu. Peranan sosial baru timbul saat manusia tersebut
baru bisa diketahui oleh manusian kalau ia mempelajari atau mengalaminya.
Teori peran menurut Role Theoryadalah teori yang merupakan perpaduan
antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia
teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu
dan dalam posisinya dalam tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara
tertentu.
Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, posisi orang
dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku
yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam
kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor
tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.
Makna Peran sendiri dapat dijalankan lewat beberapa cara yaitu:
11
1. Penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari kalangan
drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau Romawi. Dalam
arti ini, peran menunjuk pada karakterisasi yang disanding untuk dibawakan oleh
seorang aktor dalam sebuah pentas drama.
2. Penjelasan peran merujuk pada konotasi ilmu sosial, yaitu pern sebagai suatu
fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi (posisi)
dalam struktur sosial.
3. Penjelasan yang lebih operasional, menyebutkan bahwa peran seorang aktor
adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama
berada dalam satu penampilan.
Kahn et al mengenalkan teori peran pada literatur perilaku organisasi.
Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi
harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Harapan tersebut meliputi
norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam cara tertentu. Individu akan
menerima pesan tersebut, menginterprestasikannya, dan merespon dalam berbagai
cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak
secara langsung, tidak dapat diinterprestasikan dengan mudah, dan tidak sesuai
dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan tersebut dinilai ambigu
atau mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi, individu akan merespon
pesan tersebut dengan cara yang tidak diharapkan oleh si pengirim pesan.
Menurut Soerjono Soekanto Peran terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya
yaitu:
12
a. Peranan Normatif
Peranan Normatif adalah jenis peran yang dapat dilakukan oleh seseorang ataupun
lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
b. Peranan Ideal
Peranan Ideal adalah jenis peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang
didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan
kedudukannya didalam suatu sistem.
c. Peranan Faktual
Peranan Faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang
didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau kehidupan sosial yang
terjadi secara nyata.
Dalam penelitian ini jenis peran yang dijalankan oleh KPU kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan Minasatene adalah jenis peranan
normatif, yang mana KPU Pangkajene dan Kepulauan menjalankan peranananya di
dasarkan pada Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011 tentang penyelenggara
Pemilu.
B. Pengertian Kelembagaan (Institusi)
13
Kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam sosiologi, antropologi,
hukum dan politik, organisasi dan manajemen, psikologi maupun ilmu lingkungan
yang kemudian berkembang kedalam ilmu ekonomi dan politik karena kini mulai
banyak pakar politik berkesimpulan bahwa kegagalan pembangunan ekonomi dan
politik pada umumnya karena kegagalan kelembagaan. Dalam bidang ilmu politik
kelembagaan banyak ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif
(collective action) untuk kepentingan bersama atau umum (public).
Tony Djogo (2003) Ada berbagai definisi kelembagaan yang disampaikan
oleh ahli dari berbagai bidang. Menurut Ruttan dan Hayami, (1984) Lembaga
adalah aturan didalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
memfasilitasi organisasi antara anggotanya untuk membantu mereka dengan
harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Sedangkan menurut
Ostrom, (1985-1986) kelembagaan diidentikan dengan aturan dan rambu-rambu
sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk
mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain.
Penataan institusi (institutional arrangements dapat ditentukan oleh beberapa unsur:
aturan operasional untuk pengaturan pemanfaatan sumber daya, aturan kolektif
untuk menentukan, menegakan hukum atau aturan itu senditi dan untuk merubah
aturan operasional serta mengatur hubungan kewenangan organisasi.
Dari definisi para ahli tersebut Djogo Dkk, menyimpulkan dan
mendefinisikan kelembagaan sebagai suatu tatanan dan pola hubungan antara
anggota masyarakat atau oraganisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan
14
bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi yang di wadahi dalam suatu
orgaisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat
berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk pengendalian
perilaku sosial serta insentif untuk bekerja sama dan mencapai tujuan bersama.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) kelembagaan didefinisikan
sebagai suatu sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada umumnya Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
Lembaga formal dan lembaga non-formal. Menurut Sitti Bulkis (2011),
Kelembagaan lokal dan area aktifitasnya terbagi jadi tiga kategori, yaitu kategori
sektor publik (administrasi loka dan pemerintah lokal): kategori sektor sukarela
(organisasi keanggotaan dan koperasi); kategori sektor swasta (organisasi jasa dan
bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga garis (line organization,
military organization); lembaga garis dan staf (line and staff organization); lembaga
fungsi (functional organization). Jadi pengertian dari kelembagaan adalah suatu
sistem sosial yang melakukan usaha untuk mencapai tujuan tertentu yang
memfokuskan pada perilaku dengan nilai, norma dan aturan yang mengikutinya,
serta memiliki bentuk dan area aktifitas tempat berlangsungnya.
Dari berbagai elemen teori di atas dapat kita lihat bahwa definisi institusi
atau kelembagaan didominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode etik,
norma, hukum, dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang
membuat orang saling mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan sesuatu
karena ada keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumber daya alam yang
15
didukung oleh peraturan dan penegakan hukum serta insentif untuk mentaati aturan
atau menjalankan institusi. Tidak ada manusia atau organisasi yang bisa hidup tanpa
interaksi dengan masyarakat atau organisasi lain yang saling mengikat.
Menurut Mariam Budiarjo dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Politik”
institusional sering dinamakan pendekatan tradisional , mulai berkembang abad 19
sebelum Peran Dunia II. Dalam pendekatan ini negara menjadi fokus pokok,
terutama segi konstitusional dan yudirisnya. Bahasan tradisional menyangkit antara
lain sufat dari UUD, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta
yudiris dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan
badan yudikatif. Bahasan ini lebih bersifat statis dan deksriptif dari pada analitis,
dan banyak memakai ulasan sejarah. Yang terjadi, pendekatan tradisional lebih
sering bersifat normatif (yaitu sesuai dengan ideal atau standar tertentu) dengan
mengamsumsikan norma-norma demokrasi Barat. Di samping itu, bahasan
biasanya terbatas pada negara-negara demokrasi Barat, seperti Inggris, Amerika,
Prancis, Belanda dan Jerman. Pendekatan ini cenderung untuk mendesak konsep
kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya faktor penentu, sehingga menjadi
hanya salah satu dari sekian banyak faktor (sekalipun mungkin penentu yang paling
penting) dalam proses membuat dan melaksanakan keputusan.
C. Pengertian Partisipasi Politik
Dalam khazanah ilmu sosial dan ilmu politik, terma partisipasi politik
menjadi salah satu terma yang cukup ramai di diskusikan oleh para ahli. Secara
umum, terma partisipasi politik sering dipakai untuk melihat aktifitas warga negara,
16
baik sebagai perseorangan maupun yang tergabung dalam suatu kelompok untuk
ikut serta dalam bidang politik.
Partisipasi politik adalah adanya keterlibatan individu ataupun kelompok
dengan cara sukarela sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa
kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk
berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan
pemerintah.
Partisipasi politik memiliki pengertian yang beragam. Ada beberapa ahli
yang mengungkapkan pendapatnya tentang partisipasi politik. Menurut Ramlan
Surbakti yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah keikutsertaan warga
negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau
memengaruhi hidupnya. Miriam Budiarjo secara umum mengartikan partisipasi
politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif
dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara
langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka yang dimaksud partisipasi politik adalah
adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses pemerintahan.
Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi jalannya pemerintahan.
Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut akan berpengaruh terhadap
kehidupan mereka.
Menurut Fauls dalam Pengantar Sosiologi oleh (Damsar, 2010)
memberikan batasan partisipasi politik sebagai “keterlibatan secara aktif dari
17
individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan”.Partisipasi politik
merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi. Asumsi yang mendasari
demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi
dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
warganegaramaka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan
yang mempengaruhi hidupnya dalam keikutsertaan warganegara dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Kegiatan warganegara biasa dibagi menjadi dua yaitu : mempengaruhi isi
kebijakan umum dan ikut menentukan pembuatan dan pelaksana keputusan politik.
Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai
bermacam-macam bentuk dan intensitas. Jumlah orang yang mengikuti kegiatan
yang tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu, seperti
memberikan suara dalam pemilu, besar sekali. Sebaliknya, kecil sekali jumlah
orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan
sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi pemimpin dari partai atau
kelompok kepentingan.
Samuel P. Huntington dan Johan M. Nelson dalam(Rama, 2010), no easy
choice: political participation in developing contries mengatakan bahwa
“partisipasi politik adalah kegiatan warganegara yang bertindak sebagai pribadi-
pribadi yang di maksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
pemerintah”.
18
Menurut Nimmo (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik yaitu:
a) Peluang resmi yaitu peluang partisipasi yang terlibat dalam
partisipasi politik yang di dukung kebijakan yang dibuat oleh
negara.
b) Sumber daya sosial yang bermakna partisipasi ditentukan oleh kelas
sosial dan perbedaan geografis. Tidak ada orang yang memiliki
peluang yang sama berkenaan dengan sumber daya sosial dan
sumber daya ekonomi untuk terlibat dalam partisipasi politik.
Berkaitan dengan perbedaan demografis tersebut, ada juga
perbedaan dalam partisipasi misalnya usia, jenis kelamin, suku,
tempat tinggal, agama dan lain sebagainya.
c) Motivasi pribadai, yaitu motif yang mendasari kegiatan berpolitik
yang sangat bervariasi. Motif ini disengaja atau tidak disengaja,
rasional atau tidak, dipaham psikologis atau sosial, yang diarahkan
dari dalam diri sendiri atau dari luar dan dipikirkan atau tidak
dipikirkan.
Partisipasi politik adalah keikutsertaan warganegara dalam kegiatan politik
yang legal untuk mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Partisipasipolitikyang dimaksud adalah keterlibatanwargadalam
segalatahapan kebijakan,mulaidari sejak perencanaan,pembuatan keputusan
sampaidengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam
19
pelaksanaan keputusan. Peran warga dalam partisipasi politik tersebut,selama
ini bisadikatakan masih sangat kurang(Sunandar, 2004).
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting
suatudemokrasi.Partisipasi politik merupakan ciri khas dari
modernisasipolitik.Adanya keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan
olehpemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara,maka
warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusanpolitik.Oleh karena itu
yang dimaksud dengan partisipasi politik.
Di negara-negara demokrasi padaumumnyadianggap bahwa partisipasi
masyarakatnya lebih banyak,maka akan lebih baik. Dalam implementasinya
tingginya tingkatpartisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti
danmemahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah padaumumnya dianggap sebagai
tanda yang kurang baik, karena dapatditafsirkan bahwa banyak warga tidak
menaruh perhatian terhadapmasalah kenegaraan (Budiarjo, 2007).
Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variableindependen).
Artinya bahwa rendah kedua faktor itu dipengaruhi olehfaktor-faktor lain, seperti
status sosial, afiliasi politik orang tua, danpengalamanberoganisasi. Yang dimaksud
status sosial yaitu kedudukanseseorang berdasarkan keturunan, pendidikan,
pekerjaan, dan lain-lain.Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan seseorang
dalam lapisanmasyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang
yangmempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak
20
hanyamempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat sertaperhatian
pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah(Ramlan, 2006).
A.Rahman H.I (H.I, 2007) menyatakan bahwa secara umumtipologi
partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi:
a. partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi padaproses input dan
output.
b. partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanyapada output, dalam
arti hanya menaati peraturan pemerintah,menerima dan melaksanakan saja
setiap keputusanpemerintah.
c. golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karenamengagapsistem politik
yang ada menyimpang dari yangdicita-citakan.
Menurut Ardial (2009:40), fungsi komunikasi politik sering diterapkan
dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Adapun fungsi
komunikasi poltik yang lainnya diantaranya yaitu:
1. Fungsi Artikulasi Kepentingan
Proses mengolah aspirasi masyarakat yang beraneka ragam untuk disaring
dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.
2. Fungsi Agregasi Kepentingan
Penggabungan berbagai kepentingan yang sama atau hampir sama untuk
disatukan dalam rumusan kebijakan yang lebih lanjut.
3. Fungsi Pembuat Kebijakan
21
Dijalankan oleh lembaga legislatif dengan berbagai hak yang dimiliki
lembaga tersebut seperti inisiatif, angket, budget, interplasi, dan
amandemen melalui kerja sama dengan lembaga eksekutif.
4. Fungsi Penerapan Kebijakan
Dijalankan lembaga eksekutif dan jajaran birokrasinya, yang tidak hanya
sekadar pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan, namun
juga perlu membeberkan penafsiran atas aturan tersebut agar mudah
dipahami dan dilaksanakan warga negara.
5. Fungsi Penghakiman Kebijakan
Membuat keputusan dan menetapkan solusi terhadap pertikaian atau
persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran
peraturan, dan penegasan fakta yang perlu mendapatkan keadilan.
Menurut Cangara (2009:31), adapun unsur komunikasi politik diantaranya yaitu:
1. Komunikator Politik
Komunikator politik adalah individu yang ada dalam suatu institusi,
asosiasi, partai politik, lembaga pengelola media massa dan tokoh
masyarakat. Selain itu juga bisa berupa negara, badan internasional dan
mereka yang mendapat tugas atas nama negara.
2. Pesan Politik
Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi
maupun terang terangan, baik disadari maupun tidak disadari yang isinya
22
mengandung politik. Contohnya pidato politik, propogada dan lain
sebagainya.
3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator politik dalam menyampaikan pesan politiknya.
4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran atau target politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan bisa
memberi dukungan dalam bentuk dukungan suara kepada partai atau
kandidat dalam pemilu.
5. Pengaruh dan Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan yaitu terciptanya pemahaman
terhadap sistem pemerintah dan partai politik, dimana akan bermuara pada
pemberian suara dalam pemilu, dimana itu akan menentukan terpilih
tidaknya seorang kandidat untuk posisi.
Menurut Arifin (2003:65), bentuk-bentuk komunikasi politik diantaranya yaitu:
1. Retorika, yaitu seni berbicara yang banyak digunakan dalam perdebatan di
ruang sidang pengadilan untuk saling mempengaruhi sehingga bersifat
23
kegiatan antar personal lalu berkembang menjadi kegiatan komunikasi
massa yakni berpidato pada khalayak.
2. Agitasi Politik, agitasi in bertujuan membangkitkan rakyat pada suatu
gerakan politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan
membangkitkan emosi khalayak. Dimulai dengan cara membuat kontradiksi
dalam masyarakat dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan
hidup yang dialami.
3. Propaganda, ini berasal dari bahasa latinPropagare yang berarti menanam
tunas suatu tanaman. Orang yang melakukan propaganda (disebut
Propagandis) yang mampu menjangkau khalayak kolektif lebih besar,
biasanya ini dilakukan politikus atau kader partai politik yang memiliki
kemampuan mudah terkena sugesti.
4. Public Relations Politics, yaitu suatu upaya alternatif dalam mengimbangi
propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial dan politik.
Tujuannya yaitu untuk menciptakan hubungan saling percaya, harmonis,
terbuka atau akomodatif antara politikus, profesional atau aktivis
(komunikator) dengan khalayak (kader, simpatisan, masyarakat umum).
5. Kampanye Politik, yaitu bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang
atau kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan
memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih. Tujuan kampanye
24
politik ini yaitu untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
6. Lobi Politik, ini berpengaruh dari pribadi seorang politikus sangat
berpengaruh seperti kompetensinya, penguasaan masalah dan karisma. Lobi
politik merupakan gelanggang terpenting bagi pembicaraan para politikus
atau kader mengenai kekuasaan, pengaruh, otoritas, konflik dan konsensus.
7. Media Massa, ini berfungsi sebagai perluasan panca indera manusia dan
sebagai media dalam hal pesan politik untuk memperoleh pengaruh,
kekuasaan otoritas, membentuk dan mengubah opini publik atau dukungan
dan juga citra politik, bagi khalayak yang lebih luas atau yang tidak bisa
terjangkau oleh bentuk komunikasi yang lain.
Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik sebagai terbagi menjadi dua
yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partispasi aktif adalah mengajukan usul
mengenai kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan
dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk
meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.
Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif berupa
kegiatan-kegiatan yang menaati peraturan, menerima, dan melaksanakan saja setiap
keputusan pemerintah.
McClosky dalam wahyu (2007: 129), menyebut partisipasi politik adalah
kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka
25
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau
tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Ada beberapa konsep partisipasi yaitu:
a. Partisipasi sebagai kebijakan, yaitu konsep yang memandang partisipasi
sebagai prosedur konsultasi para pembuat kebijakan kepada masyarakat
sebagai subjek keuangan daerah.
b. Partisipasi sebagai strategi, konsep ini melihat partisipasi sebagai salah satu
strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat demi kredibilitas
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
c. Partisipasi sebagai alat komunikasi, konsep ini melihat partisipasi sebagai
alat komunikasi bagi pemerintah (sebagai pelayan masyarakat) untuk
mengetahui keinginan rakyat.
d. Partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa, konsep yang melihat
partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa dan toleransi atas ketidak
percayaan dan keracunan yang ada dimasyarakat.
Menurut Weimar, ada lima faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi politik, yakni:
a. Modernisasi
Modernisasi yang terjadi diberbagai aspek, berkaitan pada komersialisasi
pertanian, industrialisasi, meningkatnya laju urbanisasi, peningkatan
26
kualitas pendidikan, meluasnya peran media massa dan komunikasi.
Kemajuan tersebut berdampak pada peningkatan partisipasi masyarakat,
terutama yang berada didaerah perkotaan, untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik.
b. Terjadinya perubahan struktur kelas esensial
Yang dimaksud disini adalah lahirnya kelas menengah dan pekerja baru
yang semakin meluas dalam masa industrialisasi. Kemunculan mereka tentu
saja bersamaan dengan adanya tuntutan-tuntutan baru yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.
c. Pengaruh kelompok intelektual dan meningkatnya komunikasi massa
Gagasan-gagasan mengenai nasionalisme liberalisme dan egalitarisme
memunculkan tuntutan-tuntutan untuk berpartisipasi dalam proses
penentuan kebijakan. Komunikasi yang semakin meluas mempermudah
maasyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
d. Terjadinya konflik antar pemimpin politik
Para pemimpin politik yang saling memperebutkan kekuasaan, seringkali
memperoleh kemenangan dengan cara mencari dukungan massa. Dalam hal
ini, seringkali terjadi partisipasi yang dimobilisasi.
e. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam segi sosial,
ekonomi, dan kebudayaanMeluasnya ruang gerak pemerintah seringkali
menimbulkan tuntutan yang terorganisasi untuk turut serta dalam
mempengaruhi pengambilan kebijakan politik. Hal seperti itu merupakan
dampak dari aktifitas pemerintah dari berbagai aspek kehidupan.
27
D. Konsep Pemilihan Umum
Pengertian pemilihan umum adalah suatu proses untuk memilih orang-
orang yang akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan
untuk mewujudkan negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih
berdasarkan suara mayoritas terbanyak.
(Morissan: 2005) Pengertian pemilihan umum adalah cara atau sarana
untuk memahami keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan.
Jenis tujuan pemilihan umum adalah:
1. Sangat mungkin ada peralihan pemerintahan yang aman dan tertib
2. Untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak
asasi warga negara
Menurut Harris G.Warren, pemilu adalah kesempatan bagi para warga
negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang
mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam membuat
keputusannya itu para warga negara menentukan apakah sebenarnyayang
mereka inginkan untuk dimiliki. Sedangkan menurut A.Sudiharto,pemilu adalah
sarana demokrasi yang penting dan merupakan perwujudan yang nyata untuk
keikut sertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan(Ramlan, 1992).
Menurut Ali Moertopo pengertian pemilu sebagai berikut: “Pada
hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan
kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih
anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada
28
gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik
dan jalannya pemerintaan negara”.
Walaupun setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih,
namun Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang membahas tentang Pemilihan
Umum danpembahasan pembatasan umur untuk dapat ikut serta di dalam pemilihan
umum. Batas waktu untuk menetapkan batas umum ialah waktu pendaftaran
pemilih untuk pemilihan umum, yaitu: sudah genap berumur 17 tahun dan atau
sudah kawin. Adapun .
Adapun ketetapan batas umur 17 tahun yaitu berdasarkan perkembangan
kehidupan politik di Indonesia, bahwa warga negara Republik Indonesia yang telah
mencapai umur 17 tahun, ternyata sudah mempunyai pertanggung jawaban politik
terhadap negara dan masyarakat, sehingga seajarnya diberikan hak untuk memilih
wakil-wakilnya dalam pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat.Dalam
pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan diantaranya sebagai
berikut:
a. Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih
secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri tanpa
ada perantara.
b. Umum
29
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin,
golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
c. Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai
pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos
untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d. Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
e. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga
bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan
umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
E. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dan Wakil Presiden memiliki daya tarik yang berbeda
masyarakat/pemilih. Pilpres lebih banyak menyajikan informasi kepada masyarakat
berkaitan isu-isu nasional. Dimana isu-isu tersebut terkadang tidak terlalu relevan
dengan keadaan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Seperti persoalan
kemiskinan, kelaparan, atau kurangnya lapangan pekerjaan. Persoalan tersebut
30
relatif tidak terjadi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Meski ada beberapa
isu yang berkaitan seperti pembangunan infrastruktur, ketersediaan listrik,
persoalan perkebunan dan lain-lain.
Pada PemiluTahun 2019 sangat berbeda jika dibandingkan dengan Pemilu
sebelumnya. Pada pemilu tahun 2019 Pemilu Presiden digabungkan dengan Pemilu
Legislatif berbeda jika dibandingkan denganPemilu 2004,2009, dan 2014.
Selain itu upaya untuk menarik perhatian sampai dengan masyarakat
berpartisipasi untuk mencoblos, antara Pilpres dan Pileg/Pilbup sangat berbeda.
Kalau Pilpres masyarakat hanya mendapat informasi dan dorongan dari media
massa, tapi kalau Pileg dan Pilbup peserta Pemilu mendatangi satu persatu
masyarakat untuk diajak memilih peserta Pemilu. Pada Pileg dan Pilbup masyarakat
“dirayu” sedemikian rupa oleh Tim Sukses untuk mau mencoblos. Dengan
demikian partisipasi politik masyarakat pada Pileg dan Pilbup kurang mandiri,
karena adanya dorongan lebih peserta dengan berbagai cara. Termasuk
kemungkinan terjadinya Money Politics. Pada Pilpres, sentuhan Tim Sukses tidak
terlalu besar, tidak sampai datang ke daerah seperti Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
F. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Pemilihan Umum Di Indonesia
Menurut Undang-undang No. 42 (2008) :
1. Penyusunan Daftar Pemilih
2. Pendaftaran Bakal Pasangan Calon
3. Penetapan Pasangan Calon
31
4. Masa Kampanye
5. Masa Tenang
6. Pemungutan dan Penghitungan Suara
7. Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
8. Pengucapan Sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden
G. Kerangka Pikir
Peran adalah suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau
perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu
jabatan dan melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya tersebut. Secara konvensional kegiatan ini mencakup tindakan
seperti : Peranan normatif, peranan ideal dan peranan faktual. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat melalui bagan kerangka pikir berikut :
Bagan Kerangka Pikir
Peran Komisi Pemilihan Umum dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada
pemilu presiden Tahun 2019
1. Peranan Normatif
2. Peranan Ideal
3. Peranan Faktual
(Soekanto, 2009:212-213)
32
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
H. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah peran Komisi
Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden
tahun 2019 di KecamatanMinasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dan
berdasarkan sketsa kerangka konseptual penelitian tersebut, yang menjadi fokus
penelitian ini adalah:
1. Peranan Normatif
2. Peranan Ideal
3. Peranan Faktual
I. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Peranan Normatif
Peranan Normatif adalah yang berpegang teguh kepada norma,
aturan, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti mengacu kepada
sikap, loyalitas, dan kesetiaan seseorang terhadap aturan yang berada
dilingkungannya.
2. Peranan ideal
Agar terciptanya Partisipasi
Politik Masyarakat yang baik
33
Peranan Ideal adalah peran yang diinginkan oleh masyarakat kepada
panitia Komisi Pemilihan Umum agar apa yang diharapkan oleh masyarakat
terwujud dan diimplementasikan sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau
yang diangan-angankan.
3. Peranan Faktual
Peranan Faktual adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga khusus yang didasarkan pada kenyataan secara nyata yang terjadi
di kehidupan sosial.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 2 (dua)
bulan terhitung dari tanggal 20 April s.d 20 Juni 2020. Lokasi penelitian ini
dilakukan dikantor Komisi Pemilihan Umum di Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan jalan Tumampua. Dengan pertimbangan bahwa
pengembangan peran dalam meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pemilu
Presiden Perlu ditingkatkan lagi dengan para pegawai dan staf Komisi Pemilihan
Umum di Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif, yaitu penelitian
yang mendeskripsikan tentang peran Komisi Pemilihan Umum dalam
meningkatkan Partisipasi masyarakat pada Pemilu Presiden Tahun 2019 di
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dimana dalam memperoleh
data dan informasi menggunakan landasan teori sebagai pemandu yang
merupakan bahan pembahasan dari penelitian agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta dan keadaan lokasi penelitian tersebut.
C. Sumber Data
35
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu:
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan
penelitian, sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan yang
bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi yang ada
relefansinya dengan permasalahan penelitian.
b. Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari litelature dan dokumen serta
data yang diambil dari sumber tertentu yang digunakan sebagai pendukung
data primer berupa seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan dan
informasi tertulis lainnya berkaitan dengan penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan ialah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang dianggap menguasai dan memahami
bebagai data, informasi, maupun peristiwa yang terjadi dari subjek objek penelitian,
teknik penentuan informan dilakukan dengan puposive sampling melalui key
person, dengan menentukan kelompok orang menjadi informan sesuai dengan
kriteria yang dipilih terkait dengan masalah penelitian. Penentuan informan kunci
ditetapkan saat memasuki lapangan dari selama penelitian berlangsung atau dikenal
dengan desain emergent sampling karena sample atau informan dalam penelitian
kualitatif tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Adapun informan penelitian yang terpilih yaitu pihak yang betul-betul
mengerti serta mengalami permasalahan penelitian tersebut. Informan tersebut
dalam penelitian ini terdiri dari beberapa orang yaitu:
36
Tabel 1 : Informan Penelitian
No Nama Jabatan Inisial Jumlah
1 Burhan A., S.H Ketua KPU
Pangkajene Dan
Kepulauan
BR 1
2 Ridwan Nurhan, S.IP Sub Bagian
Teknis Pemilu
Dan Hupmas
RN 1
3 Samsir Salam, S.Ag Badan Pengawas
Pemilihan Umum
SS 1
4 Iqsan Masyarakat IQ 1
5 Hj. Mardiah Masyarakat MR 1
TOTAL INFORMAN 5
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
diantaranya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang diteliti dalam
penelitian ini menempuh dua cara yaitu:
a. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang
diteliti.
b. Pengamatan Tidak Langsung
Pengamatan yang dilakukan terhadap suatu objek yang melalui perantara suatu
alat atau cara, baik yang dilaksanakan dalam situasi sebernarnya maupun buatan.
37
2. Wawancara
Teknik Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data secara
langsung dengan responden yang mengacu pada pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian. Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dokumen primer
( dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami sesuatu peristiwa).
Dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkanda orang lain yang selanjutnya
ditulis oleh orang ini).
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas tersebut adalah reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan :
1. Data Reduction (Reduksi Data), reduksi data adalah analisis data yang dilakukan
dengan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya.Data yang diperoleh di dalam lapangan dituliskan/diketik
dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.
2. Data Display (Penyajian Data), selanjutnya penyajian data dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks
yang bersifat narasi.
38
3. Conclusion Drawing/Verification, langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Dari data yang diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari tema dan
polanya kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono,
2010).
G. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi
keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menguji kebenaran informasi
pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas. Untuk menguji kredibilitas
suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. Perpanjangan pengamatan
Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil
penelitiannya sehingga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali ke
lokasi penelitian sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat lagi dari
apa yang sudah didapatkan sebelumnya.
2. Meningkatkan Ketekunan
Lebih mencermati hal yang ingin di teliti dengan cara lebih memfokuskan diri
pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan lebih jelih lagi untuk
melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau salah.
39
3. Triangulasi
Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi
berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara.
Hal ini dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu :
a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan
atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti.
b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakanteknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
datayangsama.Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancaramendalam, Sertadokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak.
c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat
kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara
antara pagi, siang ataupun sore hari.
4. Analisis Kasus Negatif
Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang
sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di temukan
40
lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang diperoleh dianggap
benar dan di jadikan sebagai referensi.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar ataupun
suara rekaman antara peneliti dan informan penelitian sehingga ada yang bukti yang
jelas atau kongkret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung kelapangan atau
lokasi penelitian untuk melakukan penelitian dan data yang dikumpulkan adalah
data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti atau opini
6. Mengadakan membercheck
Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas data
yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan informan sesuai
dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul lebih kredibel
lagi sehingga data yang di peroleh adalah data akurat ( Sugiyono, 2013)
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Gambaran Umum Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak di bagian barat dari Provinsi
Sulawesi Selatan, dengan Ibukota Pangkajene dan sebagai pusat pelayanan wilayah
bagi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, selain itu karena letaknya yang sangat
strategis dekat dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan letak
astronomi, Kabupaten pangkajene dan kepulauan berada pada 11.00’ Bujur Timur
dan 040. 40’ – 080. 00’ Lintang Selatan.
Secara Administratif Luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
12.362,73 Km2 (setelah diadakan analisis Bakosurtanas) untuk wilayah laut seluas
11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 Km2, dan panjang garis pantai di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang dari barat
ke timur. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan, dimana
9 kecamatan terletak pada wilayah daratan dan 4 kecamatan terletak di wilayah
kepulauan.
Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone.
42
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura,
Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan kabupaten yang struktur
wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini yaitu :
Wilayah Daratan
Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
ditandai dengan bentang alam wilayah dari daerah dataran rendah sampai
pegunungan dengan luas wilayah daratan 898,29 Km² , dimana potensi cukup besar
juga terdapat pada wilayah daratan ditandai dengan terdapatnya sumber daya alam
berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen. Disamping itu potensi
pariwisata alam yang mampu menambah pendapatan daerah.
Wilayah Kepulauan
43
Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas
wilayah laut 11.464,44 Km², dengan pulau sebanyak 115 pulau, 73 pulau
berpenghuni dan 42 yang tidak berpenghuni, merupakan wilayah yang memiliki
kompleksitas yang sangat urgen untuk dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk
dikembangkan secara lebih optimal, untuk mendukung perkembangan wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Sumber: Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2019
Tabel 2 : Pembagian wilayah dan luas setiap Kecamatan
44
Kecamatan Luas (km2)
Liukang Tangaya 12.000
Liukang Kalmas 9.150
Liukang Tumpabiring 5.444
Liukang Tumpabiring Utara 8.556
Pangkajene 4.739
Minasatene 7.648
Balocci 14.308
Tondong Tallasa 11.120
Bungoro 9.012
Labakkang 9.846
Ma’rang 7.522
Segeri 7.828
Mandalle 4.016
Pangkajene dan Kepulauan 1.112,29
Sumber: Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2019
Tabel 3 : Jumlah Desa dan Kelurahan
45
No Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah
1 Liukang Tangaya 9 9
2 Liukang Kalmas 7 7
3 Liukang Tumpabiring 9 9
4 Liukang Tumpabiring Utara 7 7
5 Pangkajene 9 9
6 Minasatene 8 8
7 Balocci 5 5
8 Tondong Tallasa 6 6
9 Bungoro 8 8
10 Labakkang 13 13
11 Ma’rang 10 10
12 Segeri 6 6
13 Mandalle 6 6
JUMLAH 103 103
Sumber : Pangakejene dan Kepulauan Dalam Angka 2019
Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut:
46
Visi Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah “Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan mewujudkan desa modernyang produktif dan
berkarakter menuju daerah yang lebih maju dan mandiri”
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi yang telah ditentukan. Rumusan misi membantu lebih jelas
penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan langkah-langkah yang
harus dilakukan. Misi pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kedepan
sebagai berikut:
1. Mengembangkan ineterkoneksitas dan jejaring antar wilayah
ditingkat nasional, regionel dan internasional.
2. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
3. Mencipatakan tata kepemerintahan yang back (good Governance).
4. Program Unggulan Membangun Desa/Kelurahan.
5. Bantuan Irigasi,kolam air, bibit, alsintam, alat tangkap untuk petani
dan nelayan.
6. Ketersediaan air bersih bagi masyarakat desa dan kelurahan.
7. Bantuan penerangan jalan umum didesa kelurahan.
8. Bantuan Sepra Kesehatan.
9. Bantuan SPP Mahasiswa Perguruan Tinggi.
10. Bantuan Bedah Rumah di desa/kelurahan.
11. Bantuan Sepra Olahraga.
12. Bantuan Keterampilan dan Pelatih Kerja.
13. Bantuan Pasar desa, bundes, dan permodalan.
47
14. Bantuan sarana ibadah dan keagamaan.
15. Tambahan penghasilan PNS/Insentif Desa.
16. Percepatan Sapra:Penerangan, Telekomukasi, Transportasi, Air
bersih, Kelautan Perikan di Pulau.
1. Gambaran Umum Kecamatan Minasatene
Minasatene merupakan salah satu kelurahan dalam lingkup Kecamatan
Pangkajene, kemudian oleh Pemerintah Kabupaten Pangkep pada masa
pemerintahan Bupati HA Gaffar Patappe, tepatnya pada Tahun 2000 berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) No 13 Tahun 2000, Kecamatan Pangkajene dimekarkan
menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pangkajene, meliputi kelurahan -
kelurahan sebelah barat dan Kecamatan Minasatene, meliputi kelurahan / desa di
sebelah timur Pangkajene, ibu kota kabupaten.
Pembentukan Kecamatan Minasatene ini merupakan bagian dari
pendekatan pelayanan pemerintah kepada rakyat. Sebelumnya berstatus sebagai
kecamatan pembantu / perwakilan berdasarkan Surat Keputusan ( SK ) Gubernur
Kepala Daerah Tk. I Sulawesi – Selatan Nomor SK 81 / II / 1995 tanggal 6 Februari
1995 dan SK. 953 / XI / Tahun 1998 tanggal 14 November 1998. Sebagai
penjabaran dari ketentuan Pasal 66 ( 6 ) UU No 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, maka telah ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (
Kepmendagri ) No. 4 Tahun 2000. Keputusan inilah yang menjadi dasar hukum
peningkatan status kecamatan pembantu / perwakilan menjadi kecamatan definitif
dengan mempersyaratkan pembentukannya melalui Peraturan Daerah (Perda).
Pembentukannya mengacu pada ketentuan pasal 7 Kepmendagri No 4 Tahun 2000
48
bahwa semua perwakilan kecamatan yang telah ada, dibentuk menjadi kecamatan
dan telah mendapatkan persetujuan DPRD Pangkep No 22 / KPTS / VI / 2000
tertanggal 14 Juni 2000. Kecamatan Minasa Te’ne sendiri meliputi wilayah
Kelurahan Minasa Te’ne, Kalabbirang, Bontoa, Biraeng, Bonto Kio, Kelurahan
Bonto Langkasa, Desa Kabba, dan Desa Panaikang (Pasal 1 Perda No 13 Tahun
2000 ).
Luas Wilayah Kecamatan Minasatene yaitu 96,479 km2, dengan batas
sebagai berikut:
• Sebelah utara : Kecamatan Bungoro
• Sebelah selatan : Kabupaten Maros
• Sebelah timur : Kecamatan Balocci
• Sebelah barat : Kecamatan Pangkajene
Jumlah penduduk di Kecamatan Minasatene sebanyak 36.479 orang dengan
rincian laki-laki sebanyak 17.668 orang, perempuan sebanyak 18.811
orang. Sedangkan jumlah Kelurahandi Kecamatan Minasatene terdapat 8
Kelurahan.
Daftar Kelurahan sebagai Berikut :
49
1. Kelurahan Bonto Langkasa
2. Kelurahan Kabba
3. Kelurahan Panaikang
4. Kelurahan Bontokio
5. Kelurahan Biraeng
6. Kelurahan Minasatene
7. Kelurahan Kalabbirang
8. Kelurahan Bontoa
No Kelurahan Jumlah Pemilih Memilih Tidak Memilih
1 Bonto Langkasa 3293 2703 590
2 Kabba 3142
2674 468
3 Panaikang 2029
1589 440
4 Bontokio 3673
2797 876
5 Biraeng 4126
3308 818
6 Minasatene 3418
2754 664
7 Kalabbirang 3524
2907 617
8 Bontoa 3267
2666 601
JUMLAH 26.472 21.398 5.074
Tabel5: Jumlah Pemilih pada Kecamatan Minasatene 2019
50
Sebagai data perbandingan daftar Pemilihan Umum di Kecamatan
Mnasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Maka Penulis melampirkan data
Daftar Pemilihan Umum Tahun 2014.
No Kelurahan Jumlah Pemilih Memilih Tidak Memilih
1 Bonto Langkasa 3781 2678 1103
2 Kabba 3198
2391 807
3 Panaikang 3714
2658 1056
4 Bontokio 3281
2291 990
5 Biraeng 3159
2347 812
6 Minasatene 3175
2314 861
7 Kalabbirang 2919
2238 681
8 Bontoa 1876
1335 541
JUMLAH 25.103 18.252 6.851
Tabel6: Jumlah Pemilih pada Kecamatan Minasatene 2014
51
2. Profil KPU Pangkajene dan Kepulauan
Sesuai Undang Undang Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan
Pemilu, maka Visi dan Misi Komisi Pemilihan Umum KPU Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan adalah :
VISI
Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan
Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,
demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MISI
1. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki
kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan
Pemilihan Umum.
2. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil,
akuntabel, edukatif dan beradab.
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih,
efisien dan efektif.
52
4. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil
dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan
Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk
melaksanakan Pemilihan Umum, KPU Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum.
2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak
sebagai peserta Pemilihan Umum.
3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat
sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap
daerah pemilihan. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di
semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II.
53
5. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil
Pemilihan Umum.
6. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat
tambahan huruf : tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga
ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam
Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan,
KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.
STRUKTUR ORGANISASI KPU
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
54
B. Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih
Pada Pemilu Presiden Tahun 2019 Di Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan
Hasil penelitian ini menjelaskan tentang peran komisi pemilihan umum
dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu presiden tahun 2019 di
kecamatan minasatene kabupaten pangkajene dan kepulauan yang mengaju pada
indikator Peran (Soekanto, 2009), yaitu peranan normatif, peranan ideal, dan
peranan faktual. Uraian penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :
1. Peranan Normatif
Peranan Normatif adalah jenis peran yang dapat dilakukan oleh seseorang
ataupun lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat.
Berikut wawancara penulis dengan anggota KPU, Terkait peranan normatif
:
“Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu harus
Mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, tranfaransi,
proposionalitas, akuntabilitas, profesionalitas, efisiensi dan efektifitas.
Semua norma dalam pelaksaan pemilu tidak boleh dilanggar oleh
penyelenggara pemilu. Kebiasaan masyarakat minasatene dalam
pelaksanaan pemilu mngikuti kegiatan-kegiatansosialisasi yang
dilaksanakan oleh KPU, menggunakan hak pilih pada hari pemungutan
suara, dan ikut menyaksikan perhitungan suara di TPS. (Informan SF, 28
April 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait peranan
Normatif menyatakan masyarakat harus mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum,
tertib, tranfaransi, proposionalitas, akuntalibitas, profesionalitas, efisiensi dan
55
efektifitas, dalam pelaksanaan pemilu masyarakat harus mengikuti semua aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh KPU setempat.
Adapun penjelasan dari anggota KPU mengemukakan bahwa :
“Norma yang perlu diperhatikan yaitu Pastikan anda terdaftar dalam
pemilih, tidak datang terlambat, jangan menggunakan atribut kampanye
dan memamerkan pilihan saat di TPS, tolak segala bentuk politik uang atau
serangan fajar, dan pastikan anda tau siapa yang akan dicoblos. Norma yang
tidak boleh dilanggar dalam pelaksanaan pemiliu seperti menghasut dan
mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat, dan mengaggu
ketertiban umum. ”. (Informan NW, 20 April 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Pastikan
masyarakat terdaftar dalam pemilih, tidak datanga terlambat, tidak menggunakan
atribut kampanye dan memamerkan pilihan saat di TPS, menolak segala bentuk
politik uang atau serangan fajar, dan pastikan masyarakat tau siapa yang akan di
coblos.
Adapun penjelasan dari anggota KPU mengemukakan bahwa :
”Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu adalah
Luber Jurdil : Langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil. Saya rasa semua
norma harus dipatuhi atau diikuti sehingga dalam pelaksanaan pemilu
berjalan dengan baik. Kebiasaan masyarakat Pangkep khususnya
dikecamatan Minasatene adalah ikut dalam pemilihan (ikut mencoblos salah
satu pasangan), mengawasi surat suara”. (Informan RN, 6 Mei 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait dengan
peranan normatif menyatakan dalam pelaksanaaan pemilu yang harus diperhatikan
adalah Luber Jurdil yaitu Langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.
56
Selanjutnya untuk mengetahui norma-norma dalam pemilihan umum maka
kami melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat
mengemukakan bahwa :
“Kita perlu menghormati sesama pemilih. Sebagai masyarakat kita tidak
boleh menjelek-jelekan pilihan orang lain. Sebagian masyarakat
mengharapkan serangan fajar (materi)”. (Informan MR, 19 Mei 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa toleransi antar
masyarakat masih tinggi, sebagian masyarakt mendambakan serangan fajar.
2. Peranan Ideal
Peranan Ideal adalah jenis peran yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem.
Berikut wawancara penulis dengan anggota KPU, Terkait peranan ideal :
“Peran KPU membantu penyusunan program dan anggaran pemilu di
Kabupaten/Kota. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.langkah-;angkah dilakukan
oleh KPU melalui proses perencanaan/penyusunan program KPU,
ketersediaan anggaran untuk melaksanakan program sosialisasi, dan
integritas.” (Informan SF, 28 April 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait dengan
peranan ideal menyatakan KPU membantu penyusunan program dan anggaran
pemilu di Kabupaten/Kota. Dan dalam menjalankan tugasnya KPU bertanggung
jawab sesuai dengan aturan perundang-undangan.
57
Adapun penjelasan anggota KPU , mengemukakan bahwa :
“Peranan KPU yaitu memberikan pelayanan teknis pelaksanaan pemilu,
membantu peyusunan laporan penyelenggaraan pemilu dan pertanggung
jawaban KPU,salah satu peranan KPU yaitu memberikan informasi
pemilihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menyalurkan
aspirasinya melalui pemilihan umum dengan menggunakan hak suaranya.
(Informaan NW, 28 April 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU meberikan
pelayanan teknis pelaksanaan pemilu, membantu penyusunan laporan
penyelnggaraan pemilu dan petanggung jawaban KPU, dalam menjalankan
peranannya KPU memberikan informasi pemilihan kepada masyarakat, sehingga
masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan umum menggunakan
hak pilihnya.
Adapun penjelasan dari anggota KPU, mengatakan bahwa :
“Peran KPU pada masyarakat yaitu menyampaikan informasi dan kegiatan,
menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan,
memperlakukan masyarakat secara adil dan menyampaikan hasil
pemilihan.peran KPU dikecamatan Minasatene cukup baik. Dimana bila
terjadi kendala atau masalah, KPU langsung cepat merespon. Dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, KPU memberikan
informasi kepada masyarakat melalui media yang ada. (Informan RN, 6 Mei
2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU
menyampaikan informasi dan kegiatan, menjawab pertanyaan serta menampung
dan memproses pengaduan, memperlakukan masyarakat secara adil dan
menyampaikan haasil pemilhan.
58
Selanjutnya untuk mengetaui ideal dalam pemilihan umum maka kami
melakukan wawancara dengan sejumlah masyarakat mengemukakan bahwa :
“KPU mensosialisasikan cara-cara dan calon presiden yang akan dipilih.
KPU mensosialisasikan mulai tingkat desa sampai kabupaten”. (Informan
IQ, 26 Mei 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU
menjalankan tugasnya mensosialisasikan langkah-langkah pemilihan pada
masyarakat mulai tingkat desa sampai kabupaten.
3. Peranan Faktual
Peranan Faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau
kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.
Berikut wawancara penulis dengan anggota KPU,terkait peranan faktual :
“Dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu, KPU memiliki 3 aspek utama
yakni, penataan akses informasi publik, menjaga hak konstitusional warga
negara, dan menjaga otentisitas suara rakyat. KPU sudah menjalankan
program yang sudah ditentukan berupa sosialisasi secara langsung
kemasyarakat.yang kerap terjadi misalnya kurangnya kertas suara dan tidak
siapnya penyelenggara”. (Informan SF, 28 April 2020)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait peranan
faktual menyatakan KPU memiliki 3 aspek utama yakni, penataan akses informasi
publik, menjaga hak konstitusional warga negara, dan menjaga otentisitas suara
rakyat. KPU juga sudah menjalankan program yang sudah ditentukan berupa
sosialisasi secara langsung kemasyarakat. KPU menyatakan kerap terjadi masalah
seperti kurangnya kertas suara dan tidak siapnya penyelenggara.
59
Adapun penjelasan dari anggota KPU mengemukakan bahwa :
“Untuk mensukseskan pemilu, KPU terus berupaya melakukan sosialisasi
baik ditingkat kecamatan maupun tingkat kelurahan dan melalui media.
KPU mencoba memkasimalkan agar dalam pemilihan umum ini berjalan
dengan baik akan tetapi dalam sosialisasi pada lansia dan orang yang
pendidikannya rendah, itu sulit. Jadi beberapa kali KPU mengadakan
sosialisasi agar paham. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pemilu itu
kurangnya surat suara pada kecamatan Minasatene sehingga KPU
berkoordinasi dengan Tps-tps atau kecamatan lain yang mempunyai surat
suara yang lebih”. (Informan NW, 28 April 2020)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait perananan
faktual menyatakan untuk mensukseskan pemilu, KPU harus terus berupaya
melakukan sosialisasi melalui media. Tapi adapun kendala KPU dalam
memaksimalkan pemilihan umum seperti sosialisaasi pada lansia, orang yang
berpendidikan rendah, dan kurangnya surat suara.
Adapun penjelasan dari anggota KPU mengemukakan bahwa :
“Sebagai penyelenggara pemilu yang profesional tentunya harus
meningkatkan SDM yang kompoten sebagai cara untuk menciptakan
penyelenggara yang profesional, meningkatkan partisipasi dan kualitas
pemilih. Tentunya pada saat ini, tujuan KPU belum tercapai secara
maksimal. Indonesia merupakan negara demokraasi tetapi masih kurangnya
kesadaran maasyarakat akan pentingnya terlibat dalam menentukan calon-
calon pemimpin.KPU masih kurang berintegrasi untuk mewujudkan pemilu
yang jujur dan adil. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pemilu
problematika terkait distribusi logistik, susah mendapatkan formulir c6 saat
pelaksanaan pemilu, proses perhitungan suara yang harus melewati waktu
lama (tengah malam), dan gugatan atas haasil akhir suara”. (Informan RN,
6 Mei 2020)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa sebagai
penyelenggara pemilu yang profesional tentunya harus meningkatkan SDM yang
kompeten sebagai cara untuk menciptakan penyelenggra yang profesional,
meningkatkan partisipasi, dan kualitas pemilih meningkatkan partisipasi dan
kualitas pemilih.
60
Selanjutnya untuk mengetahui faktual dalam pemilihan umum maka kami
melakukan wawancara dengan sejumlah masyarakat mengemukakan bahwa :
”Dalam mensukseskan pemilu KPU terus berupaya agar tertibnya pada saat
pelaksanaan pemilu dan jujur pada saat perhitungan suara. Kendala yang
biasanya terjadi, pelaksanaan pemilu selalu tidak tepat waktu dengan waktu
yang dijanjikan”. (Informan MR, 19 Mei 2020)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU sudah berusaha
keras agar tertibnya pelaksanaan pemilu dan jujur pada saat perhitungan suara.
Sebagian masyarakat mengeluh tentang tidak tepat waktunya pelaksanaan pemilu.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab
sebelumnya tentang peran komisi pemilihan umum dalam meningkatkan partisipasi
pemilih pada pemilu presiden tahun 2019 di Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, maka dapat disimpulkan bahwa sudah cukup efektif.
KPU di Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan harus terus
bekerja keras untuk meningkatkan partisipasi jumlah pemilih setiap perhelatan
pemilu dilaksanakan terutama setiap penyelenggaraan pemilihan presiden.
Mengingat data laporan KPU yang menyebutkan jumlah pemilih setiap
diselenggarakan pemilu jumlah pemilih selalu meningkat. KPU di Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sudah berupaya semaksimal
mungkin untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh KPU di Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu presiden tahun 2019 yaitu (1)
Peranan Normatif (2) Peranan Ideal (3) Peranan Faktual.
B. Saran
1. Masyarakat diharapkan untuk lebih sering mengikuti informasi baik dari media
atau mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh KPU Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Agar tumbuh kesadaran akan pentingnya mengikuti Pemilihan
Presiden dan Pemilihan Umum lainnya.
61
62
2. Pihak KPU Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan diharapkan lebih gencar lagi
dalam melakukan sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali.2011. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, PT.
RajagrafindoPersada, Jambi
Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: Indeks.
Budiarjo, M. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Boore, C. George. 2010. Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismashopie
Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Djogo, Tony, Dkk.2003. Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam Pengembangan
Agroforestri,World Agroforestri Centre (ICRAF), Bogor.
Damsar. (2010). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Efriza. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alphabeta. 2012.
Fauzia, Farida. 2010. Tugas, Wewenang Dan Kewajiban Sekretariat Jendral Kpu,
Sekretatiat Kpu Provinsi, dan Sekretriat Kpu Kabupaten/Kota, Jakarta
Hutami, Gartiria. 2011. Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran Terhadap
Komitmen Indenpendensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris
Pada Inspektorat Kota Semarang) (universitas Diponegoro, Jurnal:5
Karianga, Hendra. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan
Daerah (Perspektif Hukum dan Demokrasi), Bandung: PT.Alumni Bandung
Mukhtie, Fadjar. “Pemilu, Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi”, (Malang:
Setara Press, 2013:1)
Morisson. (2005). Hukum Tata Negara RI Era Reformasi. Jakarta: Ramdina
Prakoso
Nimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT Rempaja Rosdakarya
Rama, D. W. (2010). Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan
Pemilu Tahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kenda.
Semarang: Unnes.
Ramlan, S. (2006). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Surbakti, Ramlan.Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana
Indonesia, 2007:142-143
Siswo, Dkk.2014. Journa, Upaya Komisi Pemilihan Umum (Kpu) Dalam
Meningkatkan Partiipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah Di Kabupaten Kutai Katanegara, Kutai
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soebagio.”Implikasi Golongan Putih dalam Perspektif Pembangunan Demokrasi
di Indonesia”, Universitas Islam Yusuf, Tangerang 2008:82
Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunandar, U. (2004). Pemerintah Desa Dan Kelurahan. Bandung: Tarsito.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2002),
242.
Undang-undang Nomor 42 tahun 2008 “tentang tahapan-tahapan pelaksanaan
pemilu”
Undan-undang 23 Tahun 2003 “Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden”
Undang-undang Nomor 15 tahun 2011” tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum” (Yogyakarta: PustakaMahardika, 2011:12)
Undang-undang Pemilu Nomor15Tahun 2011 “Tentang Penyelenggran
Pemilu”(Yogyakarta: PustakaMahardika, 2011:50-57)
R.I, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 “Tentang Pemilihan Umum”
LAMPIRAN
Foto dengan Anggota KPU Tgl 28 April 2020
Foto dengan Anggota KPU Tgl 28 April 2020
Foto dengan Anggota KPU Tgl 6 Mei 2020
Foto dengan Anggota KPU Tgl 6 Mei 2020
Foto dengan Masyarakat Tgl 19 Mei 2020
Foto dengan Masyarakat Tgl 26 Mei 2020
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap Resky Rahmadani Lahir di Minasatene,
Tanggal 30 Januari 1997. Alamat Jalan Pramuka,
Kelurahan Minasatene, Kecamatan Minasatene. Anak
Pertama dari dua bersaudara , dari pasangan Sahrir dan
H. Hasnah.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 12 BIRAENG dan selesai
pada Tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP NEGERI 1 MINASATENE dan selesai pada tahun 2012, dan selanjutnya
penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 1 PANGKAJENE
dan selesai tahun 2015 dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada
perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH
MAKASSAR) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi
Ilmu Pemerintahan. Pada tahun 2020 ini akan mengantarkan penulis untuk meraih
gelar Sarjana Strata Satu (S1) dengan menyusun karya ilmiah dengan judul “Peran
Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu
Presiden Tahun 2019 di Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan”.