skripsi -...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBINAAN & PELATIHAN SDM DAN AKSES
PEMASARAN TERHADAP KINERJA UMKM
(Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan Pemerintah
Daerah Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.,Sy)
Oleh:
IDEA SUKMA BAKTI NIM : 109046100212
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
v
ABSTRAK
IDEA SUKMA BAKTI 109046100212. PENGARUH PEMBINAAN & PELATIHAN SDM DAN AKSES PEMASARAN TERHADAP KINERJA UMKM (Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M, 129 halaman + 14 halaman Lampiran
Potensi UMKM yang sangat besar dilihat dari kuantitasnya sebagai penggerak ekonomi kerakyatan ternyata tidak diikuti dengan kualitas kinerja yang sepadan, terbukti dari daya ekspor produk-produk UMKM yang sangat lemah apabila dibandingkan dengan produk-produk Usaha Besar. Padahal skala UMKM merupakan penyumbang PDB terbesar yang berhasil menyerap tenaga kerja jauh lebih banyak daripada Usaha Besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses UMKM terhadap permodalan dari lembaga keuangan formal, diperparah dengan maraknya pembangunan Mall sebagai pusat perbelanjaan di kota-kota besar karena dampak dari perjanjian perdagangan bebas yang baru-baru ini gencar disepakati oleh pemerintah, sehingga membuat produk-produk UMKM semakin tersingkir karena lemahnya daya saing pemasaran terhadap produk-produk asing yang justru semakin digemari konsumen lokal. Melihat problematika tersebut, Pemerintah Daerah Dinas Koperasi & UKM Tangerang Selatan bersama LotteMart cabang Bintaro berupaya menggali dan mengangkat kembali potensi kinerja UMKM dengan cara melakukan kemitraan usaha. Skripsi ini meneliti bagaimana pola kemitraan yang terjalin oleh pihak-pihak terkait dan bagaimana pengaruh dari aspek kemitraan dilihat dari pembinaan & pelatihan SDM dan akses permodalan tersebut terhadap kinerja UMKM.
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan dua variabel terikat (X) dan satu variabel bebas (Y) yaitu pembinaan & pelatihan SDM (X1), akses pemasaran (X2), dan Kinerja UMKM (Y). Penulisan skripsi ini menggunakan metode kuantitatif, data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada 59 responden yaitu pelaku UMKM anggota kemitraan di LotteMart cabang Bintaro. Data primer diolah menggunakan teknik analisa regresi linier berganda. Sebagai tambahan untuk memperkuat teori, penulis juga mengadakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan menelaah buku-buku, dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
Kesimpulan penelitian ini adalah kemitraan di LotteMart cabang Bintaro termasuk ke dalam Pola Kemitraan Tahap Madya, yaitu pengusaha besar (LotteMart cabang Bintaro) memberikan pembinaan & pelatihan serta menjamin pemasaran produk-produk UMKM dan Pemerintah Daerah yaitu Dinas Koperasi & UKM
vi
Tangerang Selatan berperan sebagai fasilitator dan regulator terbentuknya kemitraan di LotteMart.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel pembinaan & pelatihan SDM dengan Kinerja UMKM, diperoleh hasil print out nilai thitung pembinaan & pelatihan SDM (X1) = 0,583 dengan tingkat signifikansi untuk variabel pembinaan dan pelatihan 0,562 yang menandakan lebih besar dari 0,05. Nilai thitung < ttabel atau 0,583 < 1.671. Artinya variabel pembinaan & pelatihan SDM tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM. Hal ini bisa dikarenakan metode pelatihan & pembinaan SDM kurang sesuai dengan jenis usaha, dan masih terdapat anggota UMKM kemitraan di LotteMart cabang Bintaro yang tidak menerima pembinaan & pelatihan SDM.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel akses pemasaran dengan Kinerja UMKM diperoleh hasil print out nilai thitung akses pemasaran (X2) = 3,484 dengan tingkat signifikansi untuk variabel akses pemasaran sebesar 0,001 yang menandakan lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung > ttabel atau 3,484 > 1.671, artinya variabel akses pemasaran berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM. Hal ini berarti bahwa strategi kemitraan yang dibangun di LotteMart cabang Bintaro dalam memberikan akses pemasaran kepada produk-produk UMKM sudah berdampak pada peningkatan nilai tambah UMKM, dalam penelitian ini nilai tambah yang dimaksud adalah peningkatan aset usaha dan peningkatan pendapatan UMKM setelah mengikuti kemitraan di LotteMart cabang Bintaro.
Kata kunci: Pola Kemitraan, SDM, Pemasaran, Kinerja UMKM
Pembimbing: Dr. Nurhasanah M.Ag
Daftar Pustaka: Tahun 1992 sampai dengan Tahun 2012.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan izin Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembinaan & Pelatihan SDM dan Akses Pemasaran
Terhadap Kinerja UMKM (Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan
Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan)” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak dapat
terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak, karena
banyak rintangan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi dengan
kesabaran hati, kerja keras, serta bantuan dan do’a dari berbagai pihak, akhirnya
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ayah Idaman Bakti dan Ibu Nani Hanifah yang senantiasa selalu
mencurahkan kasih sayang, do’a, dukungan, bimbingan, serta kesabaran
bagi anak-anaknya.
2. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
3. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Mu’min Rouf, S.Ag., M.Ag., Sekretaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan, serta meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis semasa
kuliah. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan mendapat balasan
dari Allah SWT.
7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan
Nasional Jakarta yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan
literatur yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Koordinator dan staff Outlet UKM di LotteMart cabang Bintaro, Ibu Sri
Lestari yang telah memberikan informasi dan bantuannya untuk
kebutuhan penyusunan skrpsi ini.
9. Segenap keluarga Soewarno dan Keluarga Susnendar yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan.
ix
10. Segenap keluarga besar KKN AKSARA 2012 yang telah memberikan
inspirasi dan pengalaman.
11. Segenap teman-teman FSH yang menemani dan memberikan kritik
membangun dalam penulisan skripsi ini di antaranya Nur
Wakhidurrohman dan Gandy Perdana Putra.
12. Segenap teman-teman komplek Kranggan Permai yang telah rela
menghabiskan waktunya untuk bercanda tawa diantaranya Yoga Budi
Satria, Fadlil Luthfi dan Tika Prapti Aryanti
13. FIKSIKATA, sebagai sarana bernaungnya semua syair keluhan hati
bentuk nada dan irama, yaitu Muhammad Faisal Kahfi, Bagus Arie dan
Abdul Hakim
14. Teruntuk seorang kasih yang menemani dalam suka maupun maupun,
serta dukungannya yang tidak terbatas ruang dan waktu, Dina Raisa
Oktaviana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
namun penulis berharap bahwa skripsi ini bisa bermanfaat dan memberikan
kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang
kewirausahaan dan ekonomi islam.
Ciputat, 18 Desember 2013
x
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG .............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 14
C. Perumusan Masalah ................................................................................... 15
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
F. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 20
BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Teori Kemitraan Usaha
1. Konsep & Definisi Kemitraan Usaha .................................................. 22
xi
2. Manfaat & Kendala Kemitraan Usaha ................................................. 24
3. Kemitraan Usaha sebagai Strategi Bisnis ............................................ 28
4. Kemitraan Usaha dalam Sudut Pandang Islam .................................... 30
5. Aspek Kemitraan Usaha ...................................................................... 31
6. Pola Kemitraan Usaha .......................................................................... 34
B. Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
1. Kriteria UMKM ................................................................................... 45
2. Karakteristik UMKM ........................................................................... 49
3. Permasalahan UMKM ......................................................................... 50
4. Definisi Akses Pemasaran .................................................................... 53
5. Definisi Pembinaan & Pelatihan Sumber Daya Manudia (SDM) ....... 54
6. Definisi Kinerja UMKM ........................................................................ 55
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Pembinaan Manajemen & SDM terhadap Kinerja UMKM 57
2. Pengaruh Akses Pemasaran Terhadap Kinerja UMKM ...................... 59
BAB III: METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 61
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 61
C. Jenis Penelitian .......................................................................................... 62
D. Sumber Data .............................................................................................. 63
E. Populasi ...................................................................................................... 64
F. Variabel Penelitian ..................................................................................... 64
xii
G. Teknis Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 66
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 71
3. Analisa Regresi Linier Berganda ......................................................... 74
4. Koefisien Determinasi (R2) .................................................................. 75
5. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 75
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kemitraan Usaha di LotteMart cabang Bintaro
1. Sejarah Kemitraan di LotteMart cabang Bintaro ................................. 78
2. Pola Kemitraan .................................................................................... 81
3. Prosedur Pelaksanaan Teknis .............................................................. 86
4. Kendala Kemitraan .............................................................................. 88
5. Strategi Kemitraan ............................................................................... 90
B. Profil Responden
1. Jenis Kelamin ....................................................................................... 93
2. Usia ...................................................................................................... 94
3. Status Pernikahan ................................................................................. 95
4. Profesi Utama ...................................................................................... 96
5. Jenis Usaha .......................................................................................... 97
6. Sumber Permodalan............................................................................. 99
C. Pembahasan
1. Hasil Penjelasan Responden ................................................................ 100
xiii
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas .......................................................................... 111
b. Multikolinieritas ....................................................................... 111
c. Heteroskedastisitas ................................................................... 112
d. Uji Autokorelasi ....................................................................... 113
3. Analisa Regresi Linier Berganda
a. Fungsi Regresi ......................................................................... 115
b. Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 116
c. Uji Parsial (t) ........................................................................... 118
d. Uji Simultan (F) ....................................................................... 122
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 123
B. Saran .......................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 123
LAMPIRAN – LAMPIRAN................................................................................... 130
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 1.A.1 Perkembangan Unit Usaha Tahun 2011 – 2012 ............................ 1
Tabel 1.A.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Usaha tahun 2011-2012 ........... 2
Tabel 1.A.3 Kontribusi PDB sektor usaha pada tahun 2011-2012 .................... 3
Tabel 1.A.4 Kontribusi Ekspor Non-Migas sektor usaha tahun 2011-2012 ...... 5
Tabel 2.B.1 Kriteria UMKM Menurut Pasal 6 UU nomor 20 Tahun 2008 ...... 48
Tabel 2.B.2 Kriteria UMKM menurut Badan Pusat Statistik ............................ 49
Tabel 3.C.1 Teknik pengukuran skala Likert..................................................... 63
Tabel 3.G.1 Uji Validitas Variabel Pembinaan & Pelatihan SDM ................. 67
Tabel 3.G.2 Uji Validitas Variabel Akses Pemasaran ....................................... 68
Tabel 3.G.3 Uji Validitas Variabel Kinerja UMKM ......................................... 69
Tabel 3.G.4 Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan dan Pelatihan SDM ............. 70
Tabel 3.G.7 Uji Reliabilitas Variabel Akses Pemasaran ................................... 71
Tabel 3.G.8 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja UMKM ..................................... 71
Tabel 4.C.2 Kurangnya pembinaan & pelatihan SDM ..................................... 100
Tabel 4.C.4 Metode pelatihan & pembinaan sudah sesuai ................................
102
Tabel 4.C.12 Uji Multikolinieritas ......................................................................
112
Tabel 4.C.14 Uji Autokorelasi ............................................................................
114
Tabel 4.C.15 Analisa Regresi Linier Berganda .................................................. 115
Tabel 4.C.16 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 116
DAFTAR TABEL
xv
Tabel 4.C.17 Uji Parsial (t) .................................................................................. 116
Tabel 4.C.18 Uji Simultan (F) ..............................................................................
121
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.A.1 Faktor yang mempengaruhi Kinerja UMKM..................... 33
xv
Gambar 2.C.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................ 60
Gambar 3.F.1 Variabel-Variabel yang di teliti ......................................... 65
Gambar 3.F.2 Indikator-Indikator Variabel X .......................................... 66
Gambar 3.F.3 Indikator variabel Y ........................................................... 66
Gambar 3.G.9 Model Uji Regresi .............................................................. 74
Gambar 4.A.1 Pola Kemitraan Tahap Madya LotteMart cabang Bintaro.. 83
Gambar 4.B.1 Jenis Kelamin Responden .................................................. 93
Gambar 4.B.2 Usia Responden ................................................................. 88
Gambar 4.B.3 Status Pernikahan Responden ............................................ 95
Gambar 4.B.4 Profesi Utama Responden ................................................. 96
Gambar 4.B.5 Jenis Usaha Responden ..................................................... 97
Gambar 4.C.1 Sumber Permodalan Responden ........................................ 99
Gambar 4.C.3 Metode pembinaan & pelatihan .........................................
101
Gambar 4.C.5 Lokasi outlet LotteMart .....................................................
103
Gambar 4.C.6 Produk yang dijual di outlet LotteMart lebih mahal ...........
104
Gambar 4.C.7 Nilai nilai aset usaha Responden .......................................
106
Gambar 4.C.8 Peningkatan nilai aset usaha Responden ............................
107
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.A.1 Aspek Kemitraan Usaha yang Diteliti ............................... 32
Gambar 4.C.9 Pendapatan (omzet) usaha per bulan Responden ............... 108
Gambar 4.C.10 Peningkatan Pendapatan (omzet) usaha responden ...........
109
Gambar 4.C.11 Uji Normalitas ................................................................... 108
Gambar 4.C.13 Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 113
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I HASIL UJI VALIDITAS........................................ 130
LAMPIRAN II HASIL UJI RELIABILITAS.................................. 131
LAMPIRAN III HASIL UJI ASUMSI KLASIK.............................. 131
LAMPIRAN IV HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA....... 132
LAMPIRAN V TABEL HASIL OLAH DATA SPSS VERSI 21.0 133
LAMPIRAN VI KUESIONER PENELITIAN ................................ 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
UMKM memiliki peran penting dalam pengembangan kegiatan
ekonomi di berbagai sektor dan pemberdayaan masyarakat, juga sebagai
alternatif usaha di tengah krisis ekonomi global yang melanda para pelaku
usaha besar Indonesia di ranah internasional. Hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan data yang tersedia mengenai peningkatan jumlah unit usaha mulai
dari tahun 2011-2012
Tabel 1.A.1 Perkembangan Unit Usaha Tahun 2011 – 2012
No Unit Usaha Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 UMKM+UB 55.211.396 56.539.560 1.328.163 2,41 2 UMKM 55.206.444 99,99 56.534.592 99,99 1.328.147 2,41 3 UMi 54.559.969 99 55.856.176 99,79 1.296.207 2,38 4 UK 602.195 1,09 629.418 1,11 27.223 4,52 5 UM 44.280 0,08 48.997 0,09 4.717 10,65 6 UB 4.952 0,01 4.968 0,01 16 0,32
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2013
Ket.: UMi : Usaha Mikro UK : Usaha Kecil UM : Usaha Menengah UB : Usaha Besar
Tabel 1.1 menjelaskan bahwa unit UMKM merupakan skala usaha
terbesar di Indonesia, tercatat sekitar 56.534.592 unit usaha atau sekitar
99,99% pangsa unit usaha dengan peningkatan sebanyak 1.328.147 unit pada
tahun 2012. Hal yang menarik adalah seluruh perkembangan unit usaha
2
didominasi penuh oleh Usaha Mikro dengan jumlah 55.856.176 unit usaha.
Artinya UMKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perkembangan dunia usaha, sangat jelas bahwa UMKM berperan penting
dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan unit usaha yang dominan
dijalani para pelaku usaha, sehingga UMKM masih memiliki potensi besar
terhadap pengembangan yang lebih prospektif.
Sebagaimana dijelaskan oleh Tulus Tambunan bahwa di negara-negara
sedang berkembang (NSB) khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin,
UMKM juga berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan
kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan
dan pengurangan kemiskinan serta pembangunan ekonomi pedesaan.1 Di
Indonesia, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat
secara statistik mengenai bagaimana peran UMKM dalam menyerap tenaga
kerja.
Tabel 1.A.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Usaha tahun 2011-2012
No Indikator Tenaga Kerja Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 UMKM+UB 104.613.681 110.808.154 6.194.473 5,92 2 UMKM 101.722.458 97,24 107.657.509 97,16 5.935.051 5,83 3 Usaha Mikro (UMi) 94.957.797 90,77 99.859.517 90,12 4.901.720 5,16 4 Usaha Kecil (UK) 3.919.992 3,75 4.535.970 4,09 615.977 15,71 5 Usaha Menengah (UM) 2.844.669 2,72 3.262.023 2,94 417.354 14,67 6 Usaha Besar (UB) 2.891.224 2,76 3.150.645 2,84 259.422 8,97
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013
1 Tulus Tambunan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting
(Jakarta: LP3ES, 2012), h. 1.
3
Berdasarkan data statistik pada tabel 1.2, terlihat bahwa UMKM
adalah sektor usaha yang memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja
terbanyak dari semua sektor usaha yang ada, sebesar 97,16% dengan angka
hampir setengah penduduk Indonesia yaitu 107.657.509 jiwa apabila
dibandingkan dengan Usaha Besar yang hanya mencapai 2,84%. Hal yang
menarik adalah penyerapan tenaga kerja terbesar secara signifikan
dikontribusi penuh oleh sektor Usaha Mikro sebesar 90,12%, artinya UMKM
adalah sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan hampir
seluruhnya diserap oleh skala Usaha Mikro. Dengan demikian UMKM
memiliki peran penting dalam mengurangi pengangguran sehingga
memungkinkan adanya pemerataan distribusi pendapatan terutama pada
masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah.
Melihat banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh sektor UMKM,
menjadikan UMKM sebagai pionir dalam memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional, ditinjau juga
dari data statistik yang dirangkum oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menegah, sebagai berikut.
Tabel 1.A.3 Kontribusi PDB sektor usaha pada tahun 2011-2012
No Indikator PDB Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 UMKM+UB 7.427.086,1 8.241.864,3 814.778,2 10,97 2 UMKM 4.303.571,5 57,94 4.869.568,1 59,08 565.996,7 13,15 3 Usaha Mikro (UMi) 2.579.388,4 34,73 2.951.120,6 35,81 371.732,2 14,41 4 Usaha Kecil (UK) 722.012,8 9,72 798.122,2 9,68 76.109,4 10,54 5 Usaha Menengah (UM) 1.002.170.3 13,49 1.120.325.3 13,59 118.155,0 11,79 6 Usaha Besar (UB) 3.123.514,6 42,06 3.372.296,1 40,92 248.781,5 7,96
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013
4
Berdasarkan data statistik pada Tabel 1.3, juga terlihat bahwa sektor
UMKM memberikan kontribusi PDB sebesar 57,94% pada tahun 2011 dan
terus meningkat menjadi 59,08% pada tahun 2012. Disisi lain, Usaha Besar
juga hampir mengungguli UMKM dengan kontribusi PDB sebesar 42.06%
pada tahun 2011, namun pada tahun 2012 PDB Usaha Besar menurun ke
angka 40,92%. Hal yang menarik adalah nilai kontribusi skala Usaha Mikro
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional lebih besar bila dibandingkan
dengan skala Usaha Kecil dan Usaha Menengah. Terhitung bernilai Rp
2.579.388,4 Miliar hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh Usaha Mikro
pada tahun 2011 dan nilainya terus meningkat hingga menembus angka Rp
2.5951.120,6 Miliar hingga tahun 2012.
Namun ramainya dominasi unit UMKM belum tentu berbanding lurus
dengan kemampuan produktivitasnya dalam menghasilkan barang dan jasa.
Sebagaimana yang dikemukakan Tulus Tambunan, apabila melihat kenyataan
bahwa jumlah unit usahakelompok UMKM jauh melebihi kelompok Usaha
Besar, maka dapat dikatakan bahwa kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan
PDB yang secara besar tersebut dari UMKM lebih disebabkan oleh jumlah
unitnya yang banyak, bukan karena tingkat produktivitasnya (secara individu
menurut faktor produksi, misalnya produktivitas tenaga kerja atau
produktivitas faktor total) yang tinggi.2. Pernyataan ini didukung berdasarkan
data statistik yang menunjukkan lemahnya kontribusi jumlah ekspor non-
2ibid., h. 50
5
migas, khususnya produk-produk manufaktur pada UMKM apabila disanding
dengan Usaha Besar, sebagai berikut.
Tabel 1.A.4 Kontribusi Ekspor Non-Migas sektor usaha pada tahun 2011-2012
No Indikator Tenaga Kerja Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 UMKM+UB 1.254.685,3 1.185.391,0 (69.294,4) (5,52) 2 UMKM 187.441,82 14,94 166.625,5 14,06 (20.815,4) (11,10) 3 Usaha Mikro (UMi) 17.249,3 1,37 15.235,2 1,29 (2.014,1) (11,68) 4 Usaha Kecil (UK) 39.311,7 3,13 32.508,8 2,74 (6.802,9) (17,31) 5 Usaha Menengah (UM) 130.880 10,43 118.882,4 10,03 (11.998.4) (9,17) 6 Usaha Besar (UB) 1.067.243,5 85,06 1.018.764,5 85,94 (48,479,0) (4,54)
Sumber:Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013 Berdasarkan data statistik pada Tabel 1.4, Usaha Besar membuktikan
kemampuan produktivitasnya dengan menyumbangkan kontribusi ekspor
sebesar 85,06% dengan total ekspor bernilai Rp 1.067.243,5Miliar pada tahun
2011 dan mengalami penurunan sebesar Rp 48.479,0Miliar menjadi Rp
1.067.243,55Miliar hingga tahun 2012, walaupun kemampuan ekspornya
menurun, pangsa Usaha Besar sedikit naik dari 85,06% menjadi 85,94%.
Diikuti oleh perkembangan ekspor UMKM yang melemah sebesar 11,10%
dari Rp 187.441,82Miliar menjadi Rp 166.625,5Miliar dalam kurun waktu 1
tahun. Hal yang menarik dapat dilihat dari skala Usaha Mikro yang
sebelumnya berhasil menyumbangkan kontribusi unit usaha terbanyak namun
hanya dapat memberikan kontribusi ekspor non-migas terkecil sebesar 1,29%
dengan nilai Rp 15.235,2Miliar hingga tahun 2012.
Dilihat dari Kontribusi PDB, UMKM adalah sektor usaha yang
memberikan kontribusi terbesar dibanding dengan Usaha Besar, hal ini
6
disebabkan karena perbandingan jumlah unit skala UMKM jauh melebihi
jumlah unit pada skala Usaha Besar. Tetapi dari segi produktivitasnya dilihat
dari jumlah Ekspor non-migas yang dihasilkan, kinerja UMKM masih belum
pantas di setarakan dengan Usaha Besar karena kemampuan ekspornya yang
tergolong rendah terhadap Usaha Besar.
Menurut hasil kajian Snordgrass dan Biggs3, lemahnya perkembangan
UMKM di negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh berbagai
faktor dilihat dari:
1. Aspek Internal, meliputi keterbatasan modal, keahlian tenaga
kerja, akses pasar hingga teknologi dan modernisasi UKM.
2. Aspek Eksternal seperti kebijakan pemerintah yang masih belum
terimplementasi dengan baik dan ekonomi biaya yang tinggi
seperti pungutan liar yang menghambat UKM untuk tumbuh dan
berkembang.
Untuk mengatasi problematika tersebut, pemerintah memberikan
kebijakan melalui payung hukum yaitu Undang-Undang Dasar Nomor 20
Tahun 2008 tentang peran UMKM dalam memperluas lapangan kerja, proses
pemerataan dan peningkatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi
dan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu untuk mengatasi permasalahan
3 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah,(UMKM) Dalam Strategi Perencanaan Ekonomi Nasional, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPD RI, 2009), h. 2.
7
permodalan, pemerintah juga memberikan pedoman mengenai jumlah
maksimal pinjaman atau kredit yang diberikan dari Lembaga Keuangan
Pelaksana (LPK) kepada nasabah yang bergerak di sektor UMKM4. Artinya
pemerintah mendukung kegiatan wirausaha serta memberikan pedoman dalam
upaya peningkatan perekonomian sektor UMKM dan menghimbau lembaga
keuangan dalam hal ini perbankan formal untuk memberikan akses
permodalan dan kredit usaha dalam rangka mengatasi permasalahan pada
pertumbuhan UMKM.
Namun pada kenyataannya hingga tahun 2011 baru sekitar 25% atau
sekitar 13 juta pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang mendapat akses ke
lembaga keuangan5. Hal ini bisa dikarenakan oleh bermacam-macam hal, ada
yang tidak pernah dengar atau menyadari adanya skim-skim tersebut, ada
yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya dianggap tidak layak
untuk didanai atau mengundurkan diri karena rumitnya prosedur administrasi,
atau tidak bisa memenuhi persyaratan termasuk penyediaan jaminan, atau ada
banyak pengusaha kecil yang dari awal memang tidak berkeinginan
meminjam dari lembaga-lembaga keuangan formal6. Artinya peran lembaga
4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 40/KMK.06/2003
tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil, Bab II (Tujuan), Pasal 3 Usaha yang dibiayai.
5Herderu Purnomo, “52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan”, artikel diakses pada 28 Desember 2012 dari http://finance.detik.com/read/2011/12/05/160638/1783039/5/52-juta-umk-di-indonesia-60-dijalankan-perempuan.
6Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.53.
8
keuangan dalam melayani dan memberikan pembiayaan kepada kegiatan
Usaha Mikro belum dikatakan maksimal.
Sebaliknya dari perspektif UMKM, permodalan tidak hanya menjadi
salah satu permasalahan krusial karena pada kenyataannya hingga saat ini
UMKM mau tidak mau juga dihadapkan oleh persaingan pasar dengan Usaha
Besar milik swasta. Terutama dengan maraknya pembangunan dan
keberadaan Mall serta ritel besar di ibukota yang terbukti memberikan
kemudahan, keberagaman, kenyamanan dan keamanan dalam menjajakan
produk hasil usaha pada satu tempat. Kelebihan-kelebihan tersebut membuat
masyarakat konsumen lebih memilih Mall dan ritel modern skala besar
lainnya dalam bertransaksi pemenuhan kebutuhan hidupnya ketimbang pergi
ke pasar tradisional tempat para UMKM kebanyakan menjual hasil usahanya.
Dampaknya adalah UMKM sulit untuk memasarkan hasil usahanya, bahkan
output UMKM juga bisa tidak tersentuh oleh golongan masyarakat dengan
daya beli yang tinggi sehingga berujung pada ketimpangan kesempatan
berusaha dan makin melebarnya kesenjangan pendapatan.
Ditambah lagi dengan maraknya perdagangan bebas yang saat ini
dapat digambarkan sebagai kesepakatan untuk membuka pintu akses keluar
dan masuknya beragam produk dari berbagai belahan dunia dengan kualitas
dan harga yang pastinya sangat bersaing, hal ini bisa mempengaruhi
pemasaran produk yang dihasilkan oleh pengusaha lokal. Semenjak
disepakatinya kebijakan China-Asean Free Trade Area (CAFTA), semakin
9
banyak masuknya produk murah yang dihasilkan dari beberapa negara benua
Asia khususnya Cina, hal bisa berdampak pada melemahnya pemasaran
produk buatan lokal dari UMKM dan jika terus menerus dibiarkan maka
berkurangnya kesejahteraan para pelaku UMKM tidak dapat terelakkan.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
membuat pemerintah tidak tinggal diam menghadapi skala usaha yang banyak
ditekuni oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini, namun terfokusnya
pemerintah pada akar permasalahan UMKM yaitu lemahnya akses
permodalan, membuat pemerintah memberikan solusi khusus untuk
membantu permasalahan para pelaku UMKM, mengingat bahwa hal ini
merupakan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan perekonomian
negara. Salah satu solusi yang telah diimplementasikan adalah dengan
mengaplikasikan program skim kredit usaha bernama Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
KUR adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah
Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi
yang didukung fasilitas penjaminan usaha produktif. KUR adalah program
yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal
sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap
risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya 30% ditanggung oleh bank
pelaksanaan. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka mendorong
10
pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksanaan,
yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).7
Seiring berjalannya waktu, faktanya program KUR belum sepenuhnya
maksimal dalam mengatasi permasalahan UMKM. Sebagaimana
dikemukakan oleh Tulus Tambunan pada laporan BI tahun 2009 mengenai
evaluasi terhadap penyaluran KUR disebutkan sejumlah kendala dan
permasalahan, seperti pemahaman yang belum sama terhadap skim KUR, baik
oleh para petugas bank lapangan maupun masyarakat, sehingga muncul
persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya tentang ketentuan agunan,
persyaratan administrasi, dan sumber dana KUR. 8
Kurang berhasilnya program KUR membuktikan bahwa tidaklah
mudah dalam mengatasi salah satu permasalahan UMKM, padahal tantangan
utama yang dihadapi oleh UMKM terlihat bukan hanya dari segi permodalan,
namun juga akses pemasaran yang semakin menyempit serta lemahnya tata
kelola usaha (manajemen) dan sumber daya manusia (SDM) bagi para pelaku
usaha. Lepasnya penyertaan pembinaan dalam hal manajemen ketika
memberikan kredit kepada pala pelaku usaha juga berakibat pada lemahnya
pemasaran, selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kwik Kwan Gie
yaitu “...yang khas untuk pembinaan usaha kecil adalah penyuntikan modal
7 Bernard Limbong, Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi, (Jakarta
Selatan: Margaretha Pustaka: 2011), h. 645 8Tulus Tambunan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting,
(Jakarta: LP3ES, 2012), h. 173
11
yang mutlak harus disertai dengan bimbingan dan pembinaan manajemen.
Pemasaran merupakan titik lemah, yang tidak berdiri sendiri, karena
kemungkinan berhasilnya yang begitu erat kaitannya dengan kualitas produk
yang dihasilkan. Ini pada gilirannya sangat tergantung pada kemampuan
manajemen tadi.”9
Dengan kata lain tidak mudah bagi UMKM dengan hanya diberikan
permodalan lalu dibiarkan sendiri untuk mengembangkan usahanya tanpa
adanya pembinaan multi aspek dari pihak pemberi pinjaman. Oleh karena itu
untuk memperkokoh keberadaan UMKM sebagai ujung tombak dari ekonomi
kerakyatan, dibutuhkan adanya solusi alternatif peningkatan kinerja UMKM
yang mencakup aspek permodalan, aspek manajemen, dan aspek pemasaran,
melalui kerjasama antara pelaku usaha khususnya antara skala Usaha Besar
dengan UMKM dalam bentuk kemitraan usaha.
Salah satu upaya solusi yang dianggap tepat dalam memecahkan
masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha yang besar dan yang
kecil, antara yang kuat dan yang lemah.10 Kemitraan Usaha adalah hubungan
kerjasama usaha di antara berbagai pihak yang strategis, bersifat sukarela dan
berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling
menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh
9Kwik Kwan Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 216-217 10Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 4.
12
usaha besar.11 Dalam hal kemitraan usaha, yang perlu diciptakan adalah
situasi kerja sama yang saling menguntungkan antara Usaha besar dan
UMKM, sehingga tujuan dari Kemitraan Usaha adalah supaya UMKM dapat
berkembang dalam meningkatkan pendapatannya dan mampu bersaing serta
mengatasi permasalahan pada aspek pemasaran di era globalisasi seperti
sekarang ini.
Konsep mekanisme kerjasama atau keterkaitan dengan perusahaan
besar dalam bentuk kemitraan sudah dicetuskan sejak tahun 1980 dan
dicanangkan melalui Gerakan Kemitraan Usaha Nasional (GKUN) pada tahun
1996. Tujuan dilakukannya kemitraan usaha adalah sebagai upaya untuk
mempersempit kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil menengah yang
sebagian besar memayungi masyarakat miskin dengan BUMN dan swasta. 12
Untuk mewujudkan situasi kemitraan usaha yang kondusif, diperlukan
adanya legalitas hukum yang mengatur secara khusus mengenai kemitraan
usaha. Lahirnya Undang-Undang No.9 tahun 1995 dalam Peraturan
Pemerintah (PP) merupakan upaya Pemerintah melalui berbagai departemen
dan organisasi kemasyarakatan untuk membina dan mendorong terlaksananya
kemitraan usaha. Namun demikian karena kompleksnya permasalahan yang
11Titik Sartika Pratomo & Abd Rachman Soedjono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah
& Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2002), h. 30 12Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja
Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 164
13
timbul dan belum terkoordinasinya pihak-pihak yang akan bermitra maka
sasaran utama dari upaya-upaya ke arah kemitraan masih perlu pembuktian.13
Hingga saat ini, salah satu bukti konkret penerapan kemitraan usaha
antara Usaha Besar swasta milik asing dengan UMKM di Indonesia yaitu
pada perusahaan LotteMart milik konglomerat Korea bernama Shin Kyuk-Ho
yang telah berdiri sejak 1 April 1998 dan hingga 1 November 2013 telah
memiliki 244 cabang yang tersebar di Korea, Cina, Vietnam dan Indonesia.
Perusahaan divisi dari Lotte Co, Ltd ini bergerak pada industri ritel atau
eceran, yaitu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang
melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung ke konsumen akhir
untuk penggunaan pribadi atau keluarga.14 LotteMart juga disebut sebagai
Hypermarket yang menjual berbagai bahan makanan, pakaian, mainan,
elektronik dan barang kebutuhan lainnya dengan kapasitas yang sangat besar.
Di Indonesia, LotteMart merupakan hasil afiliasi dan akuisisi 100 persen
saham milik PT. Makro Indonesia, sehingga sekarang ini perusahaan ritel
Makro Indonesia telah berubah nama dan kepemilikan menjadi PT LotteMart
Indonesia selama hampir 5 tahun sejak bulan Oktober 2008. Dalam
melaksanakan kemitraan dengan UMKM, LotteMart cabang Bintaro juga
melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan
melalui Dinas Koperasi & UKM sebagai fasilitator terjalinnya kemitraan.
13 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, h. 5. 14Levy Weitz, Retailing Management, (New York: The McGraw-Hilll Companies,
Inc. 2007), h. 7.
14
Melihat bahwa potensi UMKM yang masih sangat besar namun
ternyata skala usaha ini masih membutuhkan bantuan berupa stimulus untuk
meningkatkan kinerjanya, LotteMart berupaya untuk menggali potensi
UMKM tersebut dengan cara kemitraan usaha, namun yang menjadi
pertanyaan dasar adalah apakah LotteMart cabang Bntaro dan Pemerintah
Daerah Kota Tangerang Selatan terbukti berhasil meningkatkan kinerja dan
perekonomian UMKM?. Lalu bagaimana pola kemitraan yang ditawarkan
antara Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dengan LotteMart kepada
UMKM serta dilihat dari aspek apa saja LotteMart fokus dalam meningkatkan
kinerja usaha UMKM tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul“PENGARUH
PEMBINAAN& PELATIHAN SDM DAN AKSES PEMASARAN
TERHADAP KINERJA UMKM (Kerja sama kemitraan LotteMart
Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan)”.
B. Identifikasi Masalah
Penulis mengidentifikasi beberapa uraian yang menjadi permasalahan
terkait dengan topik penelitian, di antaranya:
1. Aspek pembinaan SDM, lepasnya penyertaan pembinaan dalam
hal manajemen ketika lembaga keuangan memberikan kredit
modal usaha kepada para pelaku UMKM
2. Aspek akses pemasaran, UMKM dihadapkan pada persaingan
pasar dengan Usaha Besar milik swasta semenjak maraknya
15
pembangunan dan keberadaan Mall serta ritel besar di ibukota,juga
perdagangan bebas semenjak disepakatinya kebijakan China-
Asean Free Trade Area (CAFTA), ini memberikan dampak pada
melemahnya pemasaran produk UMKM buatan lokal.
C. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dijelaskan, maka rumusan masalah yang harus dikaji dan dianalisis adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana polakemitraan yang terjalin antara denganLotteMart
cabang Bintaro dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan
dalam meningkatkan Kinerja UMKM?
2. Bagaimana pengaruhPembinaan & Pelatihan SDM terhadap
kinerja UMKM?
3. Bagaimana Pengaruh Akses Permodalan terhadap Kinerja
UMKM?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana pola kemitraan yang terjalin antara dengan
LotteMart cabang Bintaro dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang
Selatan dalam meningkatkan Kinerja UMKM.
2. Mengetahui bagaimana pengaruh Pembinaan & Pelatihan SDM
terhadap kinerja UMKM.
16
3. Mengetahui bagaimana Pengaruh Akses Permodalan terhadap
Kinerja UMKM
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pemerintah melalui kementrian koperasi dan UMKM sebagai informasi dalam
mengambil keputusan, menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-
langkah konkret dalam pembinaan pengusaha UMKM khususnya di kota
Tangerang Selatan dan pemerintah Indonesia umumnya. Disamping itu
penelitian ini juga bermanfaat sebagai pedoman informasi dalam upaya
meningkatkan kinerja UMKM melalui kemitraan usaha dengan ritel
LotteMart cabang Bintaro atau dengan perusahaan ritel lainnya yang
menawarkan kemitraan usaha kepada UMKM yang memiliki potensi dan
kompetensi.
F. Tinjauan Studi Terdahulu
Untuk mendukung serta menunjang informasi kepustakaan dan
metode yang digunakan dalam penelitian ini dan juga untuk menghindari
adanya plagiat, penulis melihat beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, diantaranya.
1. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada
Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi di Kabupaten
Jeneponto Sulawesi Selatan - Saparuddin M dan Basri Bado
(Jurnal Econo Sains Volume 2, 2 Agustus 2011)
17
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efek kemitraan
usaha antara Usaha Kecil dan Usaha Menengah, pemerintah,
perbankan dan institusi lainnya dilihat dari aspek pemasaran,
pengembangan SDM, akses permodalan terhadap kinerja UKM
dilihat dari segi finansial dan non-finansial di Jeneponto, Sulawesi
Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif
deskriptif menggunakan metode pengumpulan data survey dengan
teknik random sampling dengan 21 unit usaha sebagai sampel.
Data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan cara studi
kepustakaan, observasi dan angket kuesioner. Data dianalisis
menggunakan metode Path Analysis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan dan secara parsial terdapat
pengaruh positif yang signifikan pada program kemitraan usaha
terhadap kinerja finansial dan kinerja non-finansial UKM. Kinerja
Finansial UKM lebih banyak dipengaruhi oleh aspek akses
pengembangan SDM dan kinerja non-finansial UKM paling
banyak dipengaruhi oleh aspek organisasi manajemen.
2. Analisis Dampak Program kemitraan terhadap Pemasaran
Produk Usaha Kecil dan Menengah pada PT. Jasa Raharja
(Persero) Cabang Kalimantan Barat - Oscar Ryandi Andjioe
dan Syarif Agussaid Alkadrie (Jurnal EKSOS Volume 8,
Nomor 2, Juni 2012)
18
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
implementasi Program Kemitraan Terhadap Pemasaran Produk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di PT Jasa Raharja (Persero)
cabang Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Objek penelitian adalah semua pemilik Usaha
Kecil menengah (UKM) sebagai mitra yang dibina pada Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Jasa Raharja Cabang
Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
56,67% Pemilik UKM yang memiliki omzet sebesar Rp. 1.000.001
- Rp. 5.000.000,-. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah UKM dengan omzet yang sama dari sebelumnya program
kemitraan yang hanya 46,67% sehingga Kemitraan usaha PT. Jasa
Raharja (Persero) Cabang Kalimantan Barat memiliki dampak
pada jaringan pemasaran produk-produk UKM. Sebanyak 64,70%
dari pemilik UKM yang telah mengikuti Program Kemitraan
mengatakan produk jaringan pemasaran mereka sudah cukup baik
sehingga bisa dikatakan bahwa program kemitraan PT. Layanan
Raharja (Persero) berdampak pada peningkatan jaringan
pemasaran produk UKM.
3. Analisis Efektivitas Program Kemitraan PT Bank X dengan
Usaha Kecil di Bogor – Intan Fitriyanti (Institut Pertanian
19
Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen/Departemen
Manajemen. 2011)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui karakteristik umum
Mitra Binaan dalam Program Kemitraan PT Bank X, di Bogor, (2)
Menganalisis efektivitas program kemitraan PT Bank X Bogor, (3)
Menganalisis hubungan antara karakteristik mitra binaan dengan
efektivitas program, dan (4) Menganalisis hubungan antara
efektivitas program kemitraan dengan loyalitas mitra binaan. Data
primer diperoleh dari 40 Mitra Binaan PT Bank X dengan
wawancara langsung dan kuesioner. Metode yang digunakan
adalah analisis Deskriptif dengan skala Likert, Importance
Performance Analysis (IPA), Uji Tabulasi silang (Crosstabs), dan
uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS versi
17 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT
Bank X Bogor memiliki proporsi yang sama antara perempuan dan
laki-laki, rentang usia >40 tahun, pendidikan terakhir SMU/SMK,
Jenis usaha yang dijalankan adalah usaha Makanan, dan Lama
bermitra antara 1-3 tahun. Untuk efektivitas Program Kemitraan
PT Bank X Bogor, dari segi realisasi program yang paling efektif
diperoleh mitra binaan adalah program pelatihan. Dari segi
ketercapaian tujuan, secara keseluruhan program kemitraan dapat
20
dikatakan efektif dengan program yang paling tinggi efektivitasnya
adalah program Kredit Murah (Sangat Efektif). Berdasarkan hasil
uji Tabulasi silang (Crosstabs) terdapat hubungan yang signifikan
antara lama bermitra dengan efektivitas kredit murah. Berdasarkan
hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan linier yang
positif antara efektivitas program kemitraan dengan Loyalitas
mitra binaan dengan koefisien korelasi 0,421 (tingkat korelasi
Sedang) dan nilai p = 0,006 (signifikan), sehingga semakin efektif
program kemitraan PT Bank X Bogor maka mitra binaan semakin
loyal.
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari 6 BAB dengan beberapa sub-
bab. Agar mendapatkan arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang
tertulis, berikut ini sistematika penulisan penelitian secara ringkas.
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta tinjauan kepustakaan beserta sistematika penulisan penelitian.
BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini memuat kajian kepustakaan tentang teori kemitraan usaha
beserta aspek dalam kemitraan serta implementasi kemitraan usaha sebagai
solusi peningkatan kinerja UMKM, dan Teori UMKM beserta definisi dan
21
karakteristik UMKM serta permasalahan-permasalahan utama yang dihadapi
oleh UMKM dilihat dari segi permodalan, manajemen dan pemasaran.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis membahas Metode Penelitian yang digunakan
sebagai alat untuk menganalisis data yang didapat dari angket kuesioner yang
telah diisi oleh objek penelitian yaitu unit UMKM yang mengikuti kemitraan
usaha di LotteMart cabang Bintaro.
BAB IV: HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini menjawab rumusan permasalahan yaitu pola dan
prosedur, strategi serta kendala kemitraan di LotteMart cabang Bintaro, dan
Uji Validitas, Reliabilitas, Normalitas, Autokorelasi,profil responden,
pembahasan deskriptif serta analisa pengaruh kemitraan usaha terhadap
kinerja UMKM.
BAB V: PENUTUP
Bab ini memuat uraian kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian
serta beberapa saran yang akan ditujukan kepada para pihak terkait.
22
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Teori Kemitraan Usaha
1. Konsep & Definisi Kemitraan Usaha
Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemitraan
berasal dari kata dasar “mitra” yang berarti teman, kawan kerja, pasangan
kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerja sama
sebagai mitra. Secara terminologi, konsep kemitraan merupakan terjemahan
kebersamaan (partnership) atau bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep manajemen
berdasarkan sasaran atau partisipatif. Karena sesuai konsep manajemen
partisipatif, perusahaan besar harus bertanggung jawab mengembangkan
usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya hanya
konsep kemitraan (partnership) yang dapat menjamin eksistensi perusahaan
besar, terutama untuk jangka panjang.1
Thee Kian Wie dalam dialognya menyimpulkan bahwa Kemitraan
merupakan kerja sama usaha antara perusahaan besar/menengah yang
bergerak di sektor produksi barang-barang maupun di sektor jasa-jasa dengan
industri kecil berdasarkan asas (1) saling membutuhkan, (2) saling
1 Marbun, Manajemen Perusahaan Kecil, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressiondo,
1996), h.34-35
23
memperkuat, dan (3) saling menguntungkan.2 Jafar Hafsah mendefinisikan
kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.3 Jadi kesimpulannya
adalah bahwa kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dalam bentuk kerja
sama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam waktu tertentu dengan
prinsip saling membutuhkan, saling membesarkan, saling memperkuat dan
tentunya saling membutuhkan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995
Tentang Usaha Kecil, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 yang
berisi beberapa butir ayat sebagai berikut
(1) Usaha menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan kemitraan
dengan Usaha Kecil, baik yang memiliki maupun tidak memiliki
keterkaitan usaha
(2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.
(3) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan
pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan
2 Thee Kian Wie, Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar & Kecil dalam
sektor Industri Pengolahan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 2 3 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 43
24
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan
teknologi.
(4) Dalam melaksanakan hubungan kedua belah pihak mempunyai
kedudukan hukum yang setara.
2. Manfaat & Kendala Kemitraan Usaha
Dengan kemitraan atau partnership, pelaku usaha besar bisa
melakukan usaha bersama dengan pelaku usaha kecil melalui kerja sama
dalam mengelola dan mengoperasikan kegiatan usahanya agar sama-sama
saling berkembang dan saling menguntungkan. Manfaat yang dapat diperoleh
bagi UMKM dan Usaha Besar yang melakukan kemitraan yaitu:4
1. Meningkatnya produktivitas
2. Efisiensi
3. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
4. Menurunkan risiko kerugian
5. Memberikan social benefit yang cukup tinggi
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional
Selain manfaat yang diberikan melalui kemitraan, juga terdapat
kelebihan dan kelemahan dari teknis pelaksanaan kemitraan. Zimmerer dan
4 Kemitraan Usaha dan Masalahnya Artikel di Akses pada 11 Oktober 2013 dari
tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kemitraan-usaha-dan-masalahnya/
25
Scarborough mengemukakan tentang faktor-faktor kelebihan dan kelemahan
dari kemitraan, yaitu:5
1. Kelebihan Kemitraan
a) Mudah pendiriannya
Seperti juga usaha perseorangan, kemitraan juga mudah dan
murah pendiriannya. Pemilik harus memperoleh perizinan
bisnis dan menyerahkan formulir-formulir yang tidak terlalu
banyak.
b) Keterampilan yang saling melengkapi
Dalam kemitraan yang berhasil, keterampilan dan kemampuan
masing-masing anggota kemitraan saling melengkapi satu
sama lain, sehingga memperkuat landasan manajemen
perusahaan.
c) Pembagian laba
Tidak ada pembatasan mengenai cara para anggota kemitraan
membagi laba perusahaan sejauh konsisten dengan anggaran
dasar kemitraan dan tidak melanggar hak anggota yang mana
pun.
d) Pengumpulan modal yang lebih besar
5 Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough, Essentials of
Entrepreneurship and Small Business Management, (New Jersey : Prentice Hall, 2007), h.168-170
26
Bentuk kepemilikan kemitraan secara nyata memperluas
kumpulan modal yang tersedia untuk suatu bisnis.
e) Kemampuan menarik anggota mitra
Apabila para mitra berbagi dalam memiliki, mengoperasikan,
dan mengelola suatu bisnis, mereka umumnya adalah mitra
aktif. Mitra aktif memiliki kewajiban tidak terbatas dan
biasanya memiliki peran aktif di perusahaan.
f) Tidak banyak Peraturan Pemerintah
Bentuk operasi kemitraan tidak banyak dibebani oleh
peraturan-peraturan pemerintah.
g) Keluwesan
Kemitraan biasanya dapat bereaksi cepat terhadap situasi pasar
yang berubah, sebab tidak ada organisasi raksasa yang dapat
bergerak cepat memberi tanggapan kreatif terhadap peluang-
peluang baru.
h) Pajak
Kemitraan tidak terkena pajak pemerintah. Kemitraan dinilai
langsung dari laba dan rugi yang dihasilkan; pendapatan bersih
atau kerugian langsung masuk ke dalam pendapatan pribadi
anggota kemitraan, dan anggota kemitraanlah yang membayar
pajak penghasilan sesuai dengan biaya laba yang diterimanya.
27
Kemitraan terhindar dari kelemahan pajak ganda sehubungan
dengan bentuk kepemilikan perseroan.
2. Sedangkan kelemahan kemitraan, adalah:
a) Kewajiban yang terbatas pada minimal seorang anggota
kemitraan
Paling sedikit seorang anggota dari setiap kemitraan haruslah
seorang mitra aktif. Mitra aktif memiliki kewajiban pribadi tak
terbatas, meskipun sering kali dialah anggota kemitraan yang
memiliki kekayaan pribadi paling sedikit.
b) Akumulasi modal
Meskipun bentuk kepemilikan kemitraan lebih baik
dibandingkan usaha perseorangan dalam menarik modal, tetapi
umumnya tidak seefektif bentuk kepemilikan perseroan.
c) Kesulitan menyingkirkan anggota kemitraan tanpa
membubarkan kemitraan
Kebanyakan anggaran dasar kemitraan membatasi cara
anggota boleh melepas saham dalam bisnis itu. Umum terjadi
bahwa anggota kemitraan disyaratkan untuk menjual
sahamnya kepada anggota lain. Bila anggota kemitraan
mengundurkan diri kemitraan akan bubar, kecuali ada
keterangan khusus yang mengatur proses perubahan ini
dengan lancar.
28
d) Kurangnya kesinambungan
Bila seorang anggota kemitraan meninggal, keruwetan
muncul. Saham anggota sering kali tidak dapat dialihkan
kepada ahli warisnya, karena anggota lain mungkin tidak
menginginkan bermitra dengan orang yang mewarisi saham
anggota kemitraan yang meninggal.
e) Potensi konflik pribadi dan wewenang
Tidak peduli bagaimana cocoknya mitra, ketidakcocokan
dalam kerja sama tidak dapat dihindari. Kuncinya adalah
adanya mekanisme seperti perjanjian kerja sama dan
komunikasi terbuka untuk mengendalikan hal itu.
3. Kemitraan Usaha sebagai Strategi Bisnis
Menurut Marzuki dalam Saparuddin & Basri, agar kemitraan antara
usaha besar dengan usaha kecil dan dapat berlangsung secara alamiah dan
langgeng, maka dalam menjalin hubungan bisnis didasarkan pada kaidah-
kaidah bisnis sebagai berikut:6
1. Saling menguntungkan, dan saling membutuhkan
2. Berorientasi pada peningkatan daya saing
3. Memenuhi aspek:
6 Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja
Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 167
29
a) Harga yang bersaing dibandingkan dengan harga yang
ditawarkan pihak lain
b) Kualitas atau mutu yang baik sesuai dengan yang
diperjanjikan
c) Kuantitas, yaitu dapat memenuhi jumlah yang ditentukan
d) Delivery, yaitu pemenuhan penyerahan barang/jasa tepat
waktu sesuai yang disepakati.
4. Ada kesediaan dari pihak usaha besar untuk melakukan
pembinaan terhadap usaha kecil sebagai mitra usahanya.
Karena kemitraan usaha juga merupakan strategi bisnis, maka dalam
penerapannya membutuhkan etika bisnis, seperti yang diungkapkan Jafar
Hafsah bahwa keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Jhon L.
Mariotti dalam Jafar Hafsah mengemukakan 6 dasar etika bisnis yang harus
dipenuhi dalam kemitraan usaha, yaitu adalah:7
1. Karakter, Integritas dan Kejujuran
2. Kepercayaan
3. Komunikasi yang terbuka
4. Adil
5. Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra
7 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 47-50
30
6. Keseimbangan antara insentif dan risiko
Kemitraan usaha yang dilakukan selaras dengan etika bisnis
memungkinkan adanya suatu penerapan kemitraan usaha yang berjalan secara
alamiah atau sesuai dengan keinginan masing-masing pihak yang bermitra,
hal ini diperkuat oleh Kwik Kwan Gie bahwa “...kalau kemitraan terwujud,
itu akan terjadi dengan sendirinya, karena mereka yang bermitra saling
membutuhkan. Imbauan setengah paksa hanya akan menghasilkan kerja sama
yang semu, karena pengusaha besar menganggapnya sebagai kewajiban sosial
atau sarana public relation.”8
4. Kemitraan Usaha dalam Sudut Pandang Islam
Karena dalam melaksanakan suatu kemitraan usaha dibutuhkan
adanya etika bisnis yang menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan
kepercayaan antara pihak-pihak yang bermitra, maka dalam hal ini ajaran
Islam membenarkan adanya suatu kemitraan usaha dalam hal bisnis selama
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Hal ini didukung dengan adanya
praktek muamalah dalam kegiatan ekonomi yang telah dilakukan semenjak
zaman Rasulullah SAW, sehingga diketahui bahwa kemitraan usaha bukan
merupakan hal yang baru dalam kegiatan bisnis Syariah.
8 Kwik Kwan Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 217
31
Praktek muamalah dalam bisnis yang dimaksud dilakukan dengan
skema Mudharabah dan Musyarakah. Kedua skema ini adalah bentuk kerja
sama antara dua belah pihak dalam hal bisnis yang mana salah satu pihak
memberikan kontribusi berupa harta sebagai modal usaha dan pihak lain
memberikan kontribusi berupa tenaga atau keahlian untuk mengelola usaha
tersebut. Perbedaannya terletak dari jumlah atau presentasi pembagian
kontribusi modal harta dan modal keahlian, pada skema Mudharabah, pihak
Shohibul Mal berperan sebagai pihak yang memberikan modal harta secara
menyeluruh untuk kegiatan usaha, sedangkan Mudharib adalah pihak yang
memiliki modal keahlian untuk menjalankan kegiatan usaha yang didanai
oleh Shohibul Mal. Sedangkan pada skema Musyarakah, kedua belah pihak
sama-sama memberikan kontribusi modal harta dan modal keahlian namun
besaran persentase pembagiannya disesuaikan dan disepakati oleh kedua
belah pihak. Begitu pula pembagian keuntungan yang berupa bagi hasil,
pembagiannya harus dilakukan secara adil berdasarkan kontribusi yang
dikeluarkan sehingga kedua belah pihak menyepakati dan tidak merasa
dirugikan.
5. Aspek Kemitraan Usaha
Implementasi kemitraan bisa dilakukan melalui beberapa aspek utama
yaitu peningkatan sumber-sumber finansial seperti akses permodalan serta
memberikan akses terhadap informasi dan teknologi melalui pembinaan dan
32
pelatihan serta peningkatan terhadap akses pemasaran. Selaras dengan
pendapat Muflih dalam Saparuddin dan Basri bahwa kemitraan mengandung
beberapa unsur yaitu pemberian kesempatan pelatihan sumber daya manusia,
ada redistribusi aset produktif dari yang kuat kepada yang lemah, ada akses
terhadap sumber-sumber pendanaan, ada akses informasi dan teknologi, dan
ada akses terhadap pasar.9
Karena kemitraan usaha merupakan upaya stimulus untuk
meningkatkan kinerja UMKM, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Saparuddin dan Basri (2011) bahwa aspek kemitraan yang menjadi
faktor dalam mempengaruhi kinerja UMKM adalah sebagai berikut10:
1. Akses permodalan
2. Pembinaan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Akses pemasaran
4. Keterkaitan manajemen pengelolaan usaha dan organisasi
Pada penelitian ini dibatasi pada 2 faktor yaitu akses pemasaran, dan
pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini didasarkan pada hasil
wawancara penulis dengan koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro,
bahwa kemitraan di LotteMart cabang Bintaro terjalin untuk meningkatkan
9 Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja
Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 164
10 ibid,, h. 189
33
pemasaran UMKM disertai dengan pembinaan & pelatihan SDM kepada
pelaku UMKM anggota kemitraan11.
Faktor yang mempengaruhi kinerja usaha adalah akses pemasaran, ini
didasarkan menurut Kaplan dan Norton dalam Soetjipto12 yang
mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan ada
beberapa aspek yang menjadi ukuran, salah satu aspeknya adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh pelanggan (customer) yang dilihat penguasaan
pasar. Sebagaimana dikutip dari hasil penelitian Saparuddin & Basri (2011)
bahwa dalam penguasaan pangsa, maka perusahaan harus menyusun sebuah
strategi untuk membangun akses pasar dan informasi pasar akan yang akan
berdampak pada meningkatnya nilai tambah sebagai hasil akhir dari
timbulnya transparansi mengenai jumlah, kualitas, harga dari produk yang
dihasilkan.13
Selanjutnya bahwa salah satu faktor dalam meningkatkan kinerja
usaha adalah pembinaan & pelatihan SDM, ini didasarkan menurut Marco
Sumampouw yang menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi
tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia, perusahaan yang
11 Wawancara dengan Sri Lestari, tanggal 23 September 2013, pukul 9.10-11.45.
bertempat di LotteMart cabang Bintaro, Kota Tangerang Selatan. 12 Budi W. Soetjipto.”Mengukur Kinerja Bisnis dengan Balance Scorecard”,
(Usahawan No.6, XXVI, Juni 1997) h. 21 13 Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada
UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 182
34
Kinerja UMKM
Pembinaan & Pelatihan SDM
Akses Pemasaran
ingin meningkatkan kinerjanya harus mempunyai komitmen terhadap
pengembangan kualitas SDM.14
Gambar 2.A.1 Faktor yang mempengaruhi Kinerja UMKM di LotteMart
Cabang Bintaro
6. Pola Kemitraan Usaha
Menurut Mudrajat Kuncoro, pola kemitraan di Indonesia dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu pola keterkaitan langsung dan keterkaitan
tidak langsung.15
a. Pola Keterkaitan Langsung
1. Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), dimana bapak angkat
(usaha besar) sebagai inti, sedangkan petani kecil sebagai
plasma.
2. Pola Dagang, dimana bapak angkat bertindak sebagai pemasar
produk yang dihasilkan oleh mitra usahanya.
14 Marco Sumampouw, “Investasi sumber daya manusia dan perkembangan
perusahaan/organisasi”, (Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,1997) h. 20 15 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007), h. 374
35
3. Pola Vendor, dimana produk yang dihasilkan oleh anak angkat
tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang
dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya.
4. Pola Subkontrak, dimana produk yang dihasilkan oleh anak
angkat merupakan bagian proses produksi usaha yang
dilakukan oleh bapak angkat, lalu terdapat interaksi antara
anak dan bapak angkat dalam bentuk keterkaitan teknis,
keuangan, atau informasi
b. Pola Keterkaitan Tidak Langsung, merupakan pola pembinaan
murni. Dalam pola ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara
usaha besar dengan mitra usaha. Hal ini yang dilakukan oleh
Perguruan Tinggi sebagai bagian salah satu Tri Dharma Perguruan
Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pola pembinaan
melalui program ini meliputi : pelatihan pengusaha kecil,
pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, bimbingan usaha,
konsultasi bisnis, monitoring usaha, temu usaha, dan lokakarya
atau seminar usaha kecil.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1995 Tentang Usaha Kecil, terdapat 6 pola kemitraan Usaha yang diurai
secara dalam pasal 27, yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum,
waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk lain, penjelasannya sebagai berikut:
36
a. Inti plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau besar, yang di dalamnya usaha
menengah atau besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil
bertindak sebagai plasma; perusahaan inti melaksanakan
pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan
teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.
Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah
sebagai berikut:16
1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan
inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan
sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil,
sehingga tumbuh ketergantungan yang saling
menguntungkan.
2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal
kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada
perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas
3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu
memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu
mencapai efisiensi.
16 Lala M. Kolopaking, Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan, (Jakarta: 2002), h. 9
37
4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang
produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu
bersaing di pasaran.
5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik
bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi yang baru yang pada
gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan pelaksanaan di lapangan, harus diakui banyak
kendala yang dihadapi, yaitu:17
1. Kelompok atau koperasi yang menaungi masyarakat
apabila belum mandiri, maka tidak dapat mewakili
aspirasi anggotanya
2. Pemahaman atas hak dan kewajiban umumnya belum
baik
3. Perusahaan inti belum sepenuhnya memenuhi fungsi
dan kewajiban sebagaimana diharapkan
4. Belum ada kontrak yang benar-benar bisa menjamin
terpenuhinya persyaratan komoditas yang diharapkan
17 Ibid, h. 11.
38
5. Belum adanya lembaga arbitrase yang mampu menjadi
penengah kala terjadi perselisihan.
b. Subkontrak
Pola Subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha
kecil dengan usaha menengah atau besar, yang dalam hubungan
kemitraan usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan
oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari
produksinya.
Model Kemitraan Sub-Kontrak ini dibedakan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:18
1. Sub-contracting up-stream
Bilamana bahan baku atau produk dalam bentuk setengah
jadi dibuat oleh usaha kecil, dan finishing-nya
dilaksanakan oleh usaha menengah atau usaha besar.
2. Sub-contracting down-stream
Bilamana bahan baku atau barang setengah jadi dibuat
oleh usaha menengah dan usaha besar, sedangkan
finishing-nya dilaksanakan oleh usaha kecil. Jadi pada
18 Martani Huseini, Keterkaitan antara Industri Kecil dengan Industri
Menengah/Besar Melalui Pola Kerjasama Bapak-Anak Angkat di Daerah Perkotaan, (Jakarta: PAU UI, 1991)
39
dasarnya merupakan kebalikan dari sub-contracting up-
stream
3. Sub-contracting partikel
Bilamana hanya sebagian dari mata rantai proses produksi
yang dikerjakan oleh usaha menengah atau usaha besar
dikerjakan oleh usaha kecil
Terdapat keuntungan dan kelemahan Pola kemitraan
subkontrak, yaitu:19
1. Keuntungan
Dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan
keterampilan serta menjamin pemasaran kelompok mitra
usahanya.
2. Kelemahan
Kecenderungan mengisolasi produsen kecil sebagai sub
kontrak pada satu bentuk hubungan monopoli dan
monopsoni. Hal itu terutama dirasakan dalam penyediaan
bahan baku dan pemasaran. Akibatnya, sering terjadi
penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga
produk yang rendah, kontrol kualitas produk yang ketat,
dan sistem pembayaran yang sering terlambat, serta
19 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 72-73
40
adanya gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target
produksi.
c. Dagang Umum
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha
Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di
dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil
produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.
Keuntungan dari pola ini adalah adanya jaminan harga atas
produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah
ditentukan atau disepakati. Sedangkan kelemahan pola ini
memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam
menjalankan usahanya baik oleh kelompok mitra usaha maupun
perusahaan mitra usaha, juga pengusaha besar seperti swalayan
menentukan dengan sepihak mengenai harga dan volume yang
sering merugikan pengusaha kecil.20
d. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya
pemberi waralaba memberikan hal penggunaan lisensi, merek
20 Ibid, h. 75-76
41
dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima
waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.
Perusahaan mitra usaha sebagai pemilik waralaba,
bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program
pemasaran, merk dagang, dan hal-hal lainnya, kepada mitra
usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan.
Sedangkan pemegang usaha waralaba, hanya mengikuti pola yang
telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian
pendapatannya berupa royaltu dan biaya lainnya yang terkait dari
kegiatan usaha tersebut.
Kelebihan dari pola waralaba ini antara lain:21
1. Perusahaan pewaralaba dan perusahaan terwaralaba sama-
sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan
kewajibannya berupa: adanya alternatif sumber dana,
penghematan modal, efisiensi.
2. Membuka kesempatan kerja yang sangat luas.
Kelemahan pola waralaba:
1. Apabila salah satu pihak ingkar dalam menepati
kesepakatan yang telah ditetapkan sehingga terjadi
perselisihan.
21 Ibid, h. 78
42
2. Ketergantungan yang sangat besar dari perusahaan
terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba dalam hal
teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat.
3. Perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas
mengontrol dan mengendalikan perusahaan terwaralaba
terutama dalam hal jumlah penjualan
.
e. Keagenan
Pola Keagenan adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya
Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa
Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya
Usaha menengah atau usaha besar sebagai perusahaan mitra
usaha bertanggung jawab terhadap produk (barang dan jasa) yang
dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra diberi
kewajiban untuk memasarkan barang atau jasa tersebut. bahkan
disertai dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
Keuntungan yang diperoleh dari hubungan kemitraan pola
keagenan dapat berbentuk komisi atau fee yang diusahakan oleh
usaha besar atau menengah.
43
Kelebihan dari pola keagenan antara lain bahwa agen dapat
merupakan tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha
besar dan usaha menengah. Namun peranan agen harus lebih
profesional, handal dan ulet dalam pemasaran, karena dalam
pemasaran tidak cukup dengan pengetahuan akan tetapi
diperlukan kepiawaian dalam mencari nasabah dan pelanggan
serta memberikan kepuasan kepada pelanggan.22
f. Pola bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana tertera dalam
huruf a,b,c,d, dan e pasal ini adalah pola kemitraan yang pada saat
ini sudah berkembang tetapi belum dibakukan, atau pola baru
yang akan timbul di masa yang akan datang.
Menurut Hafsah bahwa pola kemitraan dapat dikembangkan mulai
dari yang paling sederhana sampai pola ideal yang mewujudkan
ketergantungan yang besar antara pihak-pihak yang bermitra, yaitu:23
a. Pola Kemitraan Sederhana (pemula)
1) Perusahaan/pengusaha besar memberikan bantuan atau
kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan
usaha, penyediaan sarana produksi, teknologi (alat mesin)
untuk meningkatan produksi dan mutu produksi.
22 Ibid, h. 76-77 23 Ibid, h, 88
44
2) Pengusaha usaha kecil yang menjadi mitra mempunyai
kewajiban untuk memasokkan hasil produksinya kepada
pengusaha besar mitranya dengan jumlah dan standar mutu
sesuai dengan standar yang telah disepakati bersama
3) Pemerintah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam
berinvestasi, penyediaan/pembangunan sarana prasarana
transportasi, telekomunikasi, listrik serta perangkat perundang-
undangan yang mendukung kemitraan usaha
b. Pola Kemitraan Tahap Madya
1) Usaha besar memberikan pembinaan dalam bantuan teknologi,
alat mesin, industri pengolahan (agrobisnis) serta jaminan
pemasaran
2) Usaha kecil telah mampu mengembangkan usahanya mulai
dari merencanakan usaha serta sampai pengadaan sarana
produksi dan permodalan
3) Sedangkan peran pemerintah dan lembaga terkait tetap sama
sebagaimana peran dalam pola sederhana yaitu sebagai
fasilitator
c. Pola Kemitraan Tahap Utama
1) Pihak pengusaha kecil bersama-sama mempunyai patungan
atau menanamkan modal usaha pada usaha besar misalnya
dalam bentuk saham
45
2) Peran pemerintah sebagai fasilitator dan pembina kemitraan
usaha.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan koordinator
kemitraan di LotteMart24 terkait penjelasan pola kemitraan yang
terjalin, bahwa LotteMart sebagai usaha besar memberikan sarana
pemasaran produk-produk UMKM, namun tidak memberikan bantuan
maupun akses permodalan kepada UMKM. lalu pemerintah daerah
yaitu dinas koperasi & UKM Tangerang Selatan berperan sebagai
fasilitator berlangsungnya kemitraan dengan cara membayar biaya
sewa lokasi outlet khusus untuk dipasarkannya produk-produk
UMKM. Artinya pola kemitraan yang terjalin di LotteMart dalam
perkembangannya termasuk pola kemitraan tahap Madya, karena
UMKM sudah bisa menyediakan permodalannya sendiri dalam
mengembangkan usahanya.
B. Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
1. Kriteria UMKM
24 Wawancara dengan Ibu Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro. 23
September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro.
46
Pada prinsipnya, definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing
didasarkan pada aspek-aspek jumlah tenaga kerja, pendapatan dan jumlah
aset. Berikut ini adalah kriteria-kriteria UKM menurut World Bank.25
1. Medium Enterprise, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang
b. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
c. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
2. Small Enterprise, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
c. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
3. Micro Enterprise, dengan kriteria:
a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
c. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
Dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah
dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil dan Menengah
yaitu:26
25 Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing, artikel diakses pada 14
Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/definisi-dan-kriteria-ukm-menurut-lembaga-dan-negara-asing/
26 Klasifikasi UKM, artikel diakses pada 14 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/29/klasifikasi-ukm/
47
1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang
lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah
pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat
kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah
yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi Usaha Besar (UB).
Di Indonesia, istilah UKM telah berkembang menjadi UMKM
semenjak pemerintah membuat produk hukum UMKM dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, berisi
definisi UMKM beserta penjelasan kriteria-kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan UMKM:
(1) Usaha Mikro adalah Usaha Produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
48
(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
(3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atas hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa usaha yang digolongkan
sebagai UMKM memiliki kriteria sebagaimana disajikan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 2.B.1 Kriteria UMKM Menurut Pasal 6 UU nomor 20 Tahun 2008
No Uraian Kriteria
Kekayaan Bersih Hasil Penualan Tahunan (HPT)
49
1 Usaha Mikro
Maksimal Rp 50 Juta. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Maksimal Rp 300 Juta
2 Usaha Kecil
Minimal Rp 50 Juta, maksimal Rp 500 Juta. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Lebih dari Rp 300 Juta, Maksimal Rp 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah
Minimal Rp 50 Juta, maksimal Rp 10 Miliar. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Lebih dari 2,5 Miliar, Maksimal Rp 50 Miliar
Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008
Lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan Badan
Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai
ukuran untuk membedakan skala usaha antara UMKM dan Usaha Besar,
sebagaimana disajikan berdasarkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.B.2 Kriteria UMKM menurut Badan Pusat Statistik No Unit Usaha Jumlah Pekerja Tetap 1 Usaha Mikro Hingga 4 orang 2 Usaha Kecil 5 hingga 19 orang 3 Usaha Menengah 20 hingga 99 orang 4 Usaha Besar lebih dari 99 orang
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Karakteristik UMKM
Besaran aset dan pekerja tetap yang dimiliki oleh skala UMKM dapat
menunjukkan kemampuan UMKM dalam menghasilkan barang dan jasa,
namun kemampuan suatu UMKM tidak dapat disamakan dengan UMKM
lainnya atau bahkan Usaha Besar. Hal ini karena terdapat karakteristik-
50
karakteristik tersendiri bagi UMKM. Pada dasarnya, karakteristik UMKM
secara umum dianggap sama dilihat dari ciri-cirinya yaitu sebagai berikut;27
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana
2. Tanpa staf yang berlebihan
3. Pembagian kerja yang kendur
4. Memiliki hierarki manajerial yang pendek
5. Aktivitas sedikit formal, sedikit menggunakan proses perencanaan
6. Kurang membedakan aset pribadi dan aset perusahaan.
Karakteristik UMKM juga dijelaskan berdasarkan penelitian Balton
yang menyatakan bahwa terdapat jenis kegiatan yang disebut kerajinan yang
bisa dibedakan yaitu kerajinan yang bermutu tinggi dan yang bermutu rendah.
Kerajinan yang bermutu mempunyai nilai seni yang tinggi dan pembelinya
dari kalangan tertentu, sedang yang bermutu rendah untuk dijual lokal dengan
harga yang relatif murah.28
Berdasarkan dari karakteristik yang telah dijelaskan di atas,
dikemukakan bahwa karakteristik UMKM dilihat dari pelaksanaan aktivitas
operasional dan manajerial masih terbilang sederhana dan produk UMKM
berupa kerajinan tangan memiliki wilayah pemasaran yang sempit atau hanya
terbatas pada cakupan lokal.
27 Titik Sartika Pratomo & Abd Rachman Soedjono, Ekonomi Skala
Kecil/Menengah & Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2002), h. 15. 28 Ibid., h. 18.
51
3. Permasalahan UMKM
Menurut Mohammad Jafar Hafsah permasalahan yang dihadapi
UMKM bisa dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal.29
1. Faktor Internal
a) Kurangnya Permodalan
b) Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas
c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
2. Faktor Eksternal
a) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
b) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
c) Implikasi Otonomi Daerah
d) Implikasi Perdagangan Bebas
e) Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek
f) Terbatasnya Akses Pasar
Berdasarkan temuan survei BPS sejak tahun 2003 dan 2005 yang
dikutip dari Tulus Tambunan, salah satu permasalahan utama yang dihadapi
oleh sebagian besar responden (usaha mikro dan kecil) setelah keterbatasan
permodalan adalah kesulitan pemasaran. Seiring dengan Ina Primiana,
29 Mohammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah”,
(Jurnal Infokop Nomor 25 tahun XX, 2004), h. 41-43.
52
menjelaskan bahwa beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan
pemasaran UMKM.30
1. Sulitnya akses pasar dikarenakan keterbatasan-keterbatasan
antara lain: membaca selera pasar, mengenal pesaing dan
produknya, memposisikan produknya di pasar, mengenal
kelemahan produknya di antara produk pesaing.
2. Keterbatasan SDM. Dalam UMKM pada umumnya pemilik
masih melakukan semua kegiatan sendiri atau dibantu
beberapa pegawai seperti produksi, atau pengawasan produksi,
sehingga mencari pasar menjadi terbengkelai.
3. Standarisasi produk lemah, hal ini menyebabkan pesanan
dikembalikan (retur) karena kualitas produk yang dihasilkan
spesifikasinya tidak sesuai dengan pada saat pesan.
4. Hilangnya kepercayaan pelanggan akibat ketidakmampuannya
memenuhi permintaan dalam jumlah besar, antara lain,
dikarenakan tidak tersedianya dana untuk memenuhi
permintaan tersebut.
Selain karena pemasaran, permasalahan UMKM juga dapat
disebabkan karena kurangnya kemampuan manajerial dan profesionalisme
dari para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan operasional UMKM.
30 Ina Primiana, Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri, (Bandung, Alfabeta:
2009), h. 50-51
53
Seperti yang diungkapkan oleh Rustam Effendi bahwa salah satu
permasalahan intern yang dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya
profesionalisme tenaga pengelola usaha kecil, dan permasalahan extern yang
dihadapi salah satunya adalah adalah masih kurangnya pembinaan dalam
bidang manajemen maupun peningkatan kualitas SDM31.
4. Definisi Akses Pemasaran
Secara bahasa, Akses memiliki arti jalan masuk. Peluso dan Ribot
mendefinisikan akses sebagai kemampuan menghasilkan keuntungan dari sesuatu,
termasuk diantaranya objek material, perorangan, institusi, dan simbol.32 Jadi akses
adalah jalan atau kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari satu objek,
perorangan, institusi dan simbol.
Berbicara mengenai pemasaran, pemasaran tidak hanya berbicara
mengenai penjualan semata, seiring yang dikemukakan oleh American
Marketing Association (AMA) dalam Machfoedz bahwa pemasaran adalah
proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi
barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran yang memenuhi tujuan
individu atau organisasi. Pemasaran bukan hanya periklanan dan personal
selling. Pemasaran mencakup berbagai aktivitas yang ditujukan pada
rangkaian berbagai jenis barang, jasa dan ide. Aktivitas ini meliputi
31 Mohammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah”,
(Infokop: Nomor 25 tahun XX, 2004), h. 38-39 32 Jesse C. Ribot dan Nancy C Pelusso, “A Theory of Acces”, Rural Sociology,
Volume 68, Nomer 2 (2003: The Rural Sociology Society), H. 153
54
pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk memenuhi
kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industri pengguna.33
Berdasarkan definisi akses dan pemasaran yang telah dikemukakan
para ahli, pemasaran dalam penelitian ini dibatasi pada indikator lokasi,
penetapan harga (pricing), promosi dan inovasi.
5. Definisi Pembinaan & Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pembinaan berasal dari kata bina, yang berarti proses, cara, perbuatan
membina, pembaharuan/penyempurnaan usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.34 Pelatihan menurut Good dalam Marzuki bahwa pelatihan adalah suatu
proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan.35 Jadi
pembinaan & pelatihan adalah proses usaha secara efektif dan efisien melalui
penyempurnaan skill dan pengetahuan.
Pembinaan dan pelatihan yang diberikan koordinator UMKM di
LotteMart cabang Bintaro mengacu kepada aspek manajemen usaha dan
manajemen SDM. Menurut Machfoedz, manajemen ialah proses yang
digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui perencanaan,
33 Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan: Metode
Manajemen, dan Implementasi, (Yogyakarta: BPFE, 2005) h.85-86 34 Definisi Pembinaan diakses pada 22 Januari 2013 dari tautan
http://kbbi.web.id/bina 35 M. Saleh Marzuki, Strategi dan Model Pelatihan, (Malang: IKIP Malang, 1992)
h. 5
55
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian manusia dan sumber daya
organisasi lainnya.36 Sedangkan manajemen sumber daya manusia dapat
diartikan sebagai proses penggajian, pengembangan, motivasi, dan evaluasi
karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.37
Dalam penelitian ini pembinaan & Pelatihan SDM dilihat pada
indikator pengetahuan dan metode pembinaan & pelatihan yang diterima oleh
UMKM anggota kemitraan LotteMart cabang Bintaro.
6. Definisi Kinerja UMKM
Menurut Wirawan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu.38 Armstrong dan Baron dalam Wibowo juga
menjelaskan secara rinci bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa
yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.39 Di
dalam suatu perusahaan yang melaksanakan suatu bisnis, kinerja adalah suatu
tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
36 Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan: Metode Manajemen, dan Implementasi, (Yogyakarta: BPFE, 2005) h.205
37 Ibid., h. 187 38 Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan
Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5. 39 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 2.
56
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.40 Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan keluaran atau hasil dari suatu
usaha yang memanfaatkan sumber daya selama periode waktu tertentu dan
didasarkan pada indikator-indikator tertentu selaras dengan tujuan strategis
dari suatu organisasi.
Pengukuran kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilakukan
melalui berbagai macam cara atau ukuran. Zou dan Stan mengemukakan tiga
hal dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu:41
1. Pengukuran finansial, seperti penjualan (sales), keuntungan
(profit), dan pertumbuhan (growth)
2. Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction),
pencapaian tujuan (goal achievement), dan proses bisnis (Business
process)
3. Pengukuran gabungan
Dalam penelitian ini, Kinerja UMKM dibatasi pada pengukuran
finansial yaitu pemanfaatan & pertumbuhan sumber daya berupa nilai aset
atau kekayaan usaha, dan pertumbuhan pendapatan (omzet) usaha setelah
40 Erich A. Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola
dan Mengukur Kinerja Perusahaan Edisi 8, (Jakarta: Elangga, 1996) 41 Zou dan Stan, The Determinants of Export performance: A Review of The
Emphirical Literature Between 1987 and 1997. (International Marketing Review Vol. 15 No. 5: MCB University Press, 1998), h.342
57
mengikuti kemitraan usaha di LotteMart cabang Bintaro. Aset yang dimaksud
adalah aset tetap dan tidak tetap, berdasarkan PSAK 16 paragraf 6 aset tetap
didefinisikan sebagai aset berwujud yang:42
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebah dari satu periode.
Dalam penelitian ini, aset tetap yang dimaksud berupa peralatan,
Mesin produksi, kendaraan, toko/outlet selain di LotteMart. Aset tidak tetap
atau aset tidak terwujud dapat berupa, merek dagang, hak cipta, paten dan
kekayaan intelektual lainnya. Sedangkan pendapatan (omzet) yang dimaksud
berupa dari nilai hasil penjualan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya dalam
kurun waktu per bulan.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Pembinaan Manajemen & SDM terhadap Kinerja UMKM
Manajemen ialah proses yang digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian manusia dan sumber daya organisasi lainnya. Sedangkan
manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai proses
42 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Aset Tetap
ED PSAK 16 Revisi 2011 (Menteng, Dewan Standar Akuntansi Keuangan: 2011) h. 16.2
58
penggajian, pengembangan, motivasi, dan evaluasi karyawan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Pembinaan dan Pelatihan SDM pada UMKM sangatlah dibutuhkan
mengingat bahwa tata kelola usaha dan kualitas SDM UMKM masih
rendah, apabila pelaku UMKM diberikan pembinaan atau pelatihan dan
informasi-informasi terbaru mengenai perkembangan dunia bisnis, ini
bisa berpengaruh terhadap kinerja UMKM itu sendiri karena adanya
perubahan gaya pengelolaan serta peningkatan kualitas SDM UMKM
sehingga terjadi inovasi dan bisa beradaptasi dengan situasi bisnis yang
dinamis.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan koordinator UMKM
kemitraan di LotteMart cabang Bintaro, kemitraan yang dibangun fokus
akan pentingnya pembinaan dan pelatihan SDM para anggotanya yaitu
pelaku UMKM. Dengan diadakannya pertemuan per 3 bulan, ditambah
dengan sanksi tegas bagi UMKM yang tidak hadir dalam pertemuan,
maka pembinaan dan pelatihan ini bisa memberikan dampak positif
kepada kinerja UMKM, mengingat bahwa banyaknya UMKM yang
belum bisa mandiri karena manajemen dan kualitas SDM yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka diduga bahwa pembinaan
manajemen dan SDM dalam kemitraan usaha LotteMart cabang Bintaro
berpengaruh langsung terhadap kinerja UMKM, dengan kata lain variabel
59
pembinaan manajemen & SDM berpengaruh langsung terhadap variabel
kinerja UMKM.
2. Pengaruh Akses Pemasaran terhadap Kinerja UMKM
Pemasaran adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi,
penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide/inovasi untuk
mewujudkan kegiatan usaha bisnis yang memenuhi tujuan individu atau
organisasi. Pemasaran bukan hanya periklanan dan personal selling.
Pemasaran mencakup berbagai aktivitas yang ditujukan pada rangkaian
berbagai jenis barang, jasa dan ide/inovasi. Aktivitas ini meliputi
pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk
memenuhi kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industri
pengguna. Akses pemasaran diartikan sebagai sejauh mana kemampuan
dalam mendapatkan kemudahan akan fasilitas atau sarana pemasaran
berupa lokasi maupun informasi-informasi pasar dalam mendukung
peningkatan pendapatan dan penjualan UMKM
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan koordinator UMKM
kemitraan di LotteMart cabang Bintaro, kemitraan yang dibangun sangat
fokus dalam meningkatkan akses pemasaran UMKM. Hal ini dibuktikan
dari kemudahan dan spesifikasi khusus penempatan lokasi outlet yang
disediakan oleh LotteMart agar pengunjung/konsumen dengan mudah
mengetahui dan bertransaksi produk-produk UMKM, tentunya ini sangat
60
Kinerja UMKM
- Pertumbuhan nilai aset & pendapatan
Pembinaan & Pelatihan SDM (X1)
- Pengetahuan- Metode
Akses Pemasaran (X2)
- Lokasi- Pricing- Promosi- Inovasi
berpotensi dalam memberikan dampak positif kepada peningkatan
pemasaran produk UMKM anggota kemitraan.
Berdasarkan uraian di atas maka diduga bahwa akses pemasaran
dalam kemitraan berpengaruh langsung terhadap kinerja UMKM. dengan
kata lain variabel akses pemasaran berpengaruh langsung terhadap kinerja
UMKM.
Gambar 2.C.1 Kerangka Berpikir Penelitian
61
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian survey
dengan pendekatan analisis data kuantitatif, yaitu menggambarkan dengan
menganalisis Kinerja UMKM di LotteMart cabang Bintaro. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan oleh Arikunto, informasi yang diperoleh dari
penelitian survey dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula
dari halnya sebagian saja dari populasi. Survey yang dilakukan kepada semua
populasi dinamakan penelitian survey populasi atau penelitian sensus,
sedangkan jika pengumpulan data hanya dilakukan pada sebagian dari
populasi disebut sebagai survey sampel.1
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada outlet UMKM yang berada di LotteMart
cabang Bintaro, hal ini dilakukan karena outlet UMKM tersebut merupakan
tempat khusus pemasaran dari produk-produk UMKM, juga tempat
berkumpulnya seluruh anggota UMKM yang terdaftar pada saat pertemuan
yang diadakan tiap 3 bulan sekali.
C. Jenis Penelitian
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penilitian: Suatu Pendeketan Praktek, (Jakarta,
Rineka Cipta, 1998), h. 245.
62
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian
survey yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian.2 Penelitian ini meneliti tentang data kajian yang bersifat
numerik/angka yang nantinya akan menghasilkan interpretasi data. Adapun
data yang dikaji adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
di angkakan (scoring).3
Adapun skala pengukuran pada data yang digunakan yaitu:4
1. Nominal, adalah skala yang paling sederhana di mana angka yang
diberikan kepada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan
kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi hanya sekedar
kode maupun label.
2. Ordinal, skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan
interval yang tidak harus sama.
Selain itu, juga digunakan teknik pengukuran skala Likert untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
2 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 49 3 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta: 2007), h. 24 4 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta, Rajawali Press:
1996), h.44
63
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:5
Tabel 3.C.1 Teknik pengukuran skala Likert
Respons Skor Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 Setuju/sering/positif/diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif diberi skor 1
Sumber: Sugiyono (2005)
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari para
responden melalui penyebaran kuesioner atau angket, yaitu teknik
pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan-pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.6 Responden di
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha yang mengikuti Kemitraan
LotteMart cabang Bintaro.
2. Data Sekunder
5 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2005) h.86-87 6 Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 65
64
Merupakan data-data yang diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, artikel,
internet yang dapat mendukung penelitian serta untuk melengkapi data
yang dibutuhkan dengan masalah penelitian serta untuk melengkap data
yang dibutuhkan.
E. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
memiliki karateristik tertentu. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh
pelaku UMKM yang mengikuti atau menjadi anggota Kemitraan di LotteMart
cabang Bintaro yaitu berjumlah 59 UMKM.
Karena penelitian ini termasuk penelitian sensus, yaitu dilakukan pada
seluruh jumlah populasi sebagai objek penelitian yang hanya berjumlah 59
responden, maka teknik pengambilan sampel tidak diperlukan.
F. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.7
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen (X) dan
variabel dependen (Y)
Variabel Independen atau variabel bebas sering disebut sebagai
variabel stimulus, predikator, atecedent. Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
7 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta: 2007)., h. 3
65
dependen (terikat).8 Variabel independen (X) dalam penelitian ini yaitu
pembinaan & pelatihan SDM dan Akses Pemasaran, variabel-variabel ini
merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja UMKM
Variabel Dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja UMKM, kinerja UMKM
merupakan akibat karena adanya Pembinaan & Pelatihan SDM dan Akses
Pemasaran di LotteMart cabang Bintaro. Dari permasalahan yang akan diteliti
maka penjelasan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.F.1 Variabel-Variabel yang di teliti
Variabel X1 yaitu Pembinaan & Pelatihan SDM dan variabel X2 yaitu
Akses Pemasaran merupakan aspek yang menjadi stimulus dalam kinerja
UMKM, indikatornya diukur sebagai berikut:
Gambar 3.F.2
Indikator-Indikator Variabel X
8 Ibid., h. 4
YKINERJA
UMKM
X2Akses
Pemasaran
X1Pembinaan
& Pelatihan
SDM
X
66
X2
AKSES PEMASARAN
X1
PEMBINAAN & PELATIHAN
SDM
Y
KINERJA UMKM
Sedangkan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja
UMKM, adapun indikator-indikatornya yaitu:
Gambar 3.F.3 Indikator variabel Y
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Pengujian Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
LokasiPenetapan Harga (pricing)Promosi
Inovasi
Pengetahuan UMKM & Kemitraan
Metode Pembinaan & Pelatihan
Pertumbuhan Nilai Aset & Pendapatan
67
kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.9
Uji validitas dilakukan dengan cara melihat korelasi skor butir
pertanyaan dengan total skor variabel. Jadi validitas ingin mengukur
apakah pertanyaan dalam kuesioner atau instrumen penelitian yang
dibuat sudah betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Dengan kata lain, jika sebuah kuesioner penelitian sudah dinyatakan
valid berarti kuesioner mampu memperoleh data yang tepat dari yang
hendak diteliti. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada
hasil output SPSS pada tabel Correlations, jika butir pertanyaan itu
valid terdapat tanda (*) pada hasil Pearson Correlation.
Tabel 3.G.1
9 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006) h. 45
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Ca1 52,27 23,201 ,553
Ca3 52,27 23,546 ,463
Ca4 52,31 23,009 ,550
Ca5 51,98 23,776 ,486
Ca6 52,19 24,809 ,383
Ca7 51,59 25,211 ,354
Ca8 52,53 23,081 ,477
Ca9 53,24 22,908 ,411
Ca10 51,90 23,748 ,562
Ca11 52,47 23,426 ,390
68
Uji Validitas Variabel Pembinaan
& Pelatihan SDM
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai rtabel pada taraf signifikasi 5% (0,05) sebesar 0,252. Pada
lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel pembinaan dan pelatihan
SDM sebanyak 13 butir dinyatakan valid karena lebih dari 0,252 dan 2 butir
pertanyaan dihapus karena dinyatakan tidak valid karena kurang dari 0,252.
Tabel 3.G.2
Ca12 53,25 22,400 ,470
Cb13 52,76 23,977 ,361
Cb14 52,71 20,002 ,336
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Da1 47,75 16,020 ,264
Da2 46,68 16,291 ,425
Db4 46,37 17,169 ,371
Db5 46,54 15,597 ,698
Db6 49,25 13,986 ,383
69
Uji Validitas Variabel Akses
Pemasaran
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai rtabel pada taraf signifikasi 5% (0,05) sebesar 0,252. Pada
lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel akses pemasaran sebanyak
11 butir dinyatakan valid karena lebih dari 0,252 dan 1 butir pertanyaan
dihapus karena dinyatakan tidak valid karena kurang dari 0,252.
Tabel 3.G.3 Uji Validitas
Variabel Kinerja UMKM
Dc7 46,49 15,806 ,676
Dc8 46,51 15,703 ,692
Dc9 46,47 15,805 ,692
Dd10 46,51 15,565 ,733
Dd11 46,54 15,218 ,809
Dd12 46,53 15,288 ,802
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Ea1 71,92 25,044 ,619
Ea2 72,07 23,926 ,749
Ea3 71,95 24,290 ,769
Ea4 72,03 23,413 ,863
Ea5 72,00 24,276 ,747
Ea6 71,98 24,569 ,689
70
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai rtabel pada taraf signifikasi 5% (0,05) sebesar 0,252. Pada
lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel kinerja UMKM sebanyak 17
butir dinyatakan valid karena lebih dari 0,252.
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu
pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya
(reliabel).10 Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
instrumen penelitian yang merupakan indikator dari variabel. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.11
Hasil penelitian dikatakan reliabel, apabila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Menghitung reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach, maka batasan reliabilitas
sebenarnya sudah ditentukan, batasan tersebut adalah:
1) Koefisien Alpha mendekati 1 sangat baik
10 Edwin Mustafa dan Hardius Usman, Proses Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), h. 116
11 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006) h. 41
71
2) Koefisien Alpha berada di atas 0.8 baik
3) Koefisien Alpha berada di bawah 0.6 tidak reliabel
Tabel 3.G.4 Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan dan Pelatihan SDM
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji
reliabilitas variabel pembinaan dan pelatihan sebesar 0,804 yang berarti
variabel pembinaan dan pelatihan reliabel. Hal ini dikarenakan 0,804 > 0,6.
Maka, variabel pembinaan dan pelatihan ini reliabel untuk diuji.
Tabel 3.G.5 Uji Reliabilitas Variabel Akses Pemasaran
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji
reliabilitas variabel akses pemasaran sebesar 0,818 yang berarti variabel
akses pemasaran reliabel. Hal ini dikarenakan 0,818 > 0,6. Maka, variabel
akses pemasaran pada penelitian ini reliabel untuk diuji.
Tabel 3.G.6
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
,779 ,821 13
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
,844 ,898 11
72
Uji Reliabilitas Variabel
Kinerja UMKM
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji
reliabilitas variabel kinerja UMKM sebesar 0,886 yang berarti variabel
kinerja UMKM reliabel. Hal ini dikarenakan 0,886 > 0,6. Maka, variabel
kinerja UMKM pada penelitian ini reliabel untuk diuji.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak karena data yang bagus
adalah data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk
mendeteksi normalitas adalah dengan melihat tabel normal P-Plot
pada hasil print-out analisis data program komputer SPSS. Data yang
terdistribusi normal membentuk barisan yang sejajar dengan garis
diagonal.12
b. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan di antara satu variabel
bebas terhadap variabel bebas lainnya. Jika terdapat korelasi yang
12 Joseph F. Hair Jr, dkk., Multivariate Data Analisis: A Global Perspective Seventh
Edition, (USA: Pearson, 2010) h. 72
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,887 ,886 6
73
sempurna di antara variabel-variabel bebas, sehingga nilai koefisien
korelasi sama dengan satu akan menyebabkan koefisien regresi
menjadi tak terhingga.
Salah satu cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas yaitu
dengan melihat nilai VIF hasil olahan data dengan menggunakan
program SPSS. Pada umumnya batas terendah nilai tollerance yaitu
0.10 dengan nilai VIF kurang dari 1013. Apabila nilai tollerance lebih
dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari sepuluh (VIF<10) maka variabel
tersebut tidak mempunyai masalah multikolinieritas.
c. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui
ketidaksamaan varians dalam suatu fungsi regresi. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk
mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat Scatter Plot
pada print laut program SPSS.
Data yang baik adalah ketika titik sampel pada tabel Scatter Plot
menyebar dan tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik harus
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Jika sebaran
data tidak mengumpul di suatu sudut atau bagian maka disimpulkan
13 Ibid h, 204
74
tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dikatakan data adalah
homogen.14
d. Autokorelasi
Autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi
antar observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.15
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
adalah varians sample tidak dapat menggambarkan varians
populasinya. Lebih jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak
dapat digunakan menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel
independen tertentu.
Uji auto korelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin Watson
(DW Test). Adapun cara mendeteksi terjadinya autokorelasi secara
umum dapat diambil patokan sebagai berikut:16
a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi
c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
3. Analisa Regresi Linier Berganda
14 Wahana Komputer, Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12,
(Jakarta: Salemba Infotek, 2005), h. 38 15 Agus Widarjono, Ekonometrika Teori dan aplikasinya (Yogyakarta: Ekonsia.
2005) h. 177 16 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: elex media
komputindo 2000), h. 218
75
Y = a+b1x1..........bnxn
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda. Regresi linier berganda (multiple linier
regresion) bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih
variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel
terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.17 Berdasarkan
definisi tersebut makan model rancangan uji regresinya adalah sebagai
berikut:18
Gambar 3.G.9 Model Uji Regresi
Perumusan umum dari regresi linier berganda adalah:
Y = Kinerja UMKM X1 = Pembinaan Manajemen & SDM
a = Konstanta X2 = Akses Pemasaran
b = Koefisien regresi
4. Koefisien Determinasi (R2)
R2 disebut juga koefisien penentu atau koefisien determinan.
Koefisien penentu menyatakan seberapa besar variabel tidak bebasnya
17 Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS,
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h. 138 18 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 232.
X1
X2
Y
76
(Kinerja UMKM) dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya (Kemitraan
Usaha). Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R
square yang telah disesuaikan atau tertulis Adjusted R square, karena
telah disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan
dalam penelitian.19 Untuk mengetahui nilai koefisien determinan dapat
dilihat di tabel Model Summary pada hasil print-out SPSS.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (t)
Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen. Untuk mengetahuinya, perlu melihat nilai
Sig. pada tabel Coefficients dari tingkat standar eror atau α = 5% =
0.05. Apabila nilai Sig. melebihi 0,05 maka variabel bebasnya (X1
dan X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
(Y). Hipotesis yang digunakan adalah:
1) H0 : H1 = 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2) H0 : H1 ≠ 0, berarti terdapat pengaruh yang nyata antara variabel
independen dengan variabel dependen.
19 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian
dengan SPSS, (Yogyakarta: ANDI, 2005), Ed. 1, h. 51
77
Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut :
1) Jika sig > 0.05, maka H1 diterima
2) Jika sig < 0.05, maka H1 ditolak
b. Uji Simultan (F)
Uji statistik F digunakan untuk mencari apakah semua variabel
independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen.20 Untuk
mengetahuinya, perlu melihat nilai Sig. pada tabel Anova dari tingkat
standar eror atau α = 5% = 0.05. apabila nilai Sig. melebihi 0,05 maka
variabel bebasnya (X1 dan X2) tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel terikat (Y). Hipotesis yang digunakan adalah:
1) H0 : β1, β2, β3 = 0, variabel independen tidak berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
2) H1 : β1, β2, β3 ≠ 0, variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pada tingkat signifikan 5% dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut :
20 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, (Yogyakarta:
Mediakom, 2011) h. 67.
78
1) H0 ditolak dan H1 diterima, apabila F hitung > F tabel tabel,
artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen secara nyata.
2) H0 diterima dan H1 ditolak, apabila F hitung < F tabel, artinya
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen secara nyata.
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kemitraan Usaha di LotteMart cabang Bintaro
1. Sejarah Kemitraan di LotteMart cabang Bintaro1
Terbentuknya kemitraan di LotteMart cabang Bintaro bermula dari
kendala yang dihadapi oleh rekan-rekan UMKM di Tangerang Selatan.
Pertemuan Ibu Sri Lestari dengan pihak pengusaha Korea hampir 1
dekade yang lalu sebagai salah satu titik temu dalam upaya
menumbuhkan eksistensi wirausaha di Indonesia, pertemuan tersebut
membuahkan hasil dengan diberikannya referensi kegiatan usaha disertai
dengan penyerahan 1000 perangkat mesin jahit pakaian sebagai sarana
permodalan usaha untuk pelaku wirausaha di seluruh Indonesia. Sebagian
dari seluruh jumlah mesin jahit tersebut sebanyak 33 perangkat
diserahkan untuk masyarakat daerah Tangerang (pada saat itu belum
dipecah menjadi Tangerang Selatan) yang memiliki keinginan untuk
menjadi wirausaha atau pelaku usaha penghasil sandang atau pakaian.
Seiring dengan berhasilnya upaya tersebut, beberapa tahun kemudian
muncul kendala bagi para pelaku usaha di Tangerang yang telah
memproduksi sandang atau pakaian dari mesin jahit tersebut, para pelaku
usaha memiliki kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya lantaran
1 Wawancara dengan Ibu Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang
Bintaro. 23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro
79
lokasi di tempat mereka melakukan produksi sangatlah kurang strategis
dalam arti kurang menguntungkan untuk sekaligus memasarkan hasil
usahanya, sedangkan mereka juga memiliki keterbatasan modal sehingga
belum mampu untuk menyewa tempat di lokasi yang strategis seperti
Mall ataupun toko-toko di pusat keramaian kota. Selain itu mereka juga
belum mengerti bagaimana prosedur untuk mengajukan pinjaman modal
usaha ke lembaga keuangan dikarenakan oleh rumitnya prosedur dan
lemahnya pengetahuan dari pelaku UMKM tersebut.
Salah satu solusi yang mereka inginkan adalah diupayakan untuk
disediakan sebuah Outlet di lokasi yang strategis sebagai tempat untuk
memamerkan sekaligus memasarkan hasil usaha mereka. Melihat dari
kendala dan dorongan keinginan dari para pelaku UMKM tersebut, Ibu
Sri Lestari tergerak untuk menjadi koordinator yang mengupayakan
penyediaan lokasi outlet sebagai tempat untuk pemasaran hasil produksi
dari para pelaku UMKM di Tangerang, namun dengan persyaratan yaitu
para pelaku UMKM harus patuh dengan aturan terkait dengan
pelaksanaan serta ketentuan-ketentuan umum agar upaya penyediaan dan
pemanfaatan lokasi outlet dapat berjalan secara berkesinambungan.
Akhirnya beliau mengajukan permohonan alokasi dana APBD kepada
Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Koperasi dan UKM
Tangerang Selatan untuk keperluan pemberdayaan UMKM. Anggaran
tersebut ditujukan untuk administrasi birokrasi, kesepakatan sewa lokasi
80
pemasaran dan alat-alat perlengkapan pemasaran seperti stand dan etalase
untuk memajang dan menaruh produk-produk UMKM. Lokasi pemasaran
akhirnya ditentukan di salah satu pusat perbelanjaan atau mall yang saat
ini dimiliki oleh pihak swasta asing Korea yaitu ritel LotteMart. Lokasi
yang dipilih pun terletak pada LotteMart di kawasan Bintaro yang dikenal
sebagai salah satu daerah perumahan yang banyak dihuni oleh kalangan
menengah dan menengah ke atas di Tangerang Selatan, sehingga
diharapkan kendala pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan
UMKM dapat teratasi.
Terhitung semenjak berlangsungnya kesepakatan antara Pemda Dinas
Koperasi dan UKM dengan Pihak LotteMart cabang Bintaro pada tahun
2011, hingga saat ini hingga akhir tahun 2013 sudah terdapat 59 UMKM
yang telah menitipkan hasil usahanya di outlet UMKM yang telah
disediakan, beberapa di antaranya bergerak dalam produksi sandang
seperti pakaian, batik, sepatu, perlengkapan alat Salat, dan kerajinan
tangan seperti pernak-pernik perhiasan, suvenir, bahkan produk daur
ulang limbah dan sampah seperti tas tangan serta dompet, hingga hiasan-
hiasan untuk dekorasi isi rumah. Tidak hanya itu saja, beberapa produk
yang dipajang juga termasuk obat ataupun suplemen untuk meningkatkan
metabolisme tubuh dan produk makanan seperti kue dan roti serta
beragam camilan tradisional.
81
Diharapkan kemitraan ini dapat berjalan secara berkesinambungan
demi tumbuh kembangnya gejolak wirausaha, melihat semakin sesaknya
lahan pekerjaan yang ditawarkan oleh instansi-instansi baik pemerintahan
maupun swasta.
2. Pola Kemitraan
Kemitraan dalam hal bisnis atau usaha pada dasarnya adalah strategi
kerja sama dalam bentuk bisnis antara usaha mikro, kecil maupun
menengah dengan usaha besar dengan tujuan saling memperkuat, saling
membesarkan dan saling menguntungkan. Terkait dengan pola kemitraan
yang dilaksanakan di LotteMart cabang Bintaro, terdapat 3 pihak yang
saling berhubungan, yaitu: 2
a. Pihak pertama, Perusahaan Swasta sebagai usaha besar yaitu
LotteMart cabang Bintaro.
b. Pihak kedua, UMKM sebagai anggota kemitraan yang saat ini
terdiri dari 59 pelaku usaha.
c. Pihak ketiga, Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan melalui
lembaga Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan
Untuk mengetahui bagaimana pola kemitraan di LotteMart cabang
Bintaro, pertama-tama akan dijelaskan bagaimana peran dari masing-
masing pihak:
2 Wawancara dengan Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro.
23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro
82
1. Usaha Besar yaitu LotteMart cabang Bintaro:
a. Memberikan bimbingan dalam meningkatkan kualitas SDM
UMKM, melalui pelatihan, manajemen dan keterampilan
teknis produksi & pemasaran.
b. Promosi hasil produk untuk mendapatkan pasar yang baik
dengan cara menyediakan lokasi khusus untuk pemasaran
produk hasil UMKM.
2. UMKM anggota Kemitraan di LotteMart cabang Bintaro:
a. Bersama dengan LotteMart cabang Bintaro melakukan
penyusunan rencana usaha untuk disepakati.
b. Mengembangkan profesionalisme untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan teknis produksi dan pemasaran.
3. Pemerintah yaitu Dinas Koperasi & UKM kota Tangerang Selatan
serta Koordinator outlet UMKM di LotteMart berperaan sebagai:
a. Menyediakan fasilitas permodalan untuk biaya sewa lokasi
outlet khusus UMKM di LottMart cabang Bintaro.
b. Mengadakan evaluasi, dan penyuluhan yang dibutuhkan untuk
pengembangan UMKM anggota kemitraan.
c. Sebagai arbitrase dalam pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan kemitraan di lapangan agar berjalan sebagaimana
yang diharapkan
83
Melihat dari peran masing-masing pihak, maka dapat disimpulkan
bahwa bentuk kemitraan di LotteMart cabang Bintaro termasuk
kedalam Pola Kemitraan Tahap Madya, yaitu pengusaha besar dalam
hal ini LotteMart cabang Bintaro memberikan pembinaan & pelatihan
serta menjamin pemasaran produk-produk UMKM. Di samping itu
Pemerintah Daerah yaitu Dinas Koperasi & UKM Tangerang Selatan
berperan sebagai fasilitator dan regulator terbentuknya kemitraan di
LotteMart. ini selaras dengan pola Kemitraan Tahap Madya yang
dikemukakan oleh Jafar Hafsah, bahwa usaha besar menjamin
pemasaran usaha kecil sedangkan pemerintah berperan sebagai
fasilitator.3
Gambar 4.A.1 Pola Kemitraan Tahap Madya di LotteMart cabang Bintaro
Pembina / Fasilitator
Kemitraan
Usaha Besar Usaha Kecil
3 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 90
LOTTE
MART UMKM
PEMDA: DINAS KOPERASI & UKM
TANGERANG SELATAN
84
Selain itu, terdapat kemiripan antara pola kemitraan di LotteMart
cabang Bintaro dengan pola-pola kemitraan yang dijelaskan
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1995 Tentang Usaha Kecil pada pasal 27, bahwa pola kemitraan di
LotteMart Cabang Bintaro memiliki kemiripan dengan pola dagang
umum. Pada dasarnya pola dagang umum adalah usaha besar
memasarkan produk-produk usaha kecil, memasarkan di sini artinya
mengelola pemasaran termasuk menentukan harga-harga produk yang
dipasarkan. Namun di kemitraan LotteMart cabang Bintaro, pihak
LotteMart memberikan kebebasan bagi UMKM dalam memasarkan
produk-produknya, dengan kata lain UMKM sendirilah yang
mengelola dan menentukan harga-harga produk yang hendak
dipasarkannya. Artinya LotteMart hanya menyediakan akses ke lokasi
outlet untuk memasarkan produk-produk UMKM, sehingga
pemasaran produk-produk UMKM dalam kemitraan ini tidak secara
langsung dikelola oleh LotteMart.
Berbicara lokasi, berdasarkan observasi penulis bahwa lokasi
outlet UMKM terpisah dengan lokasi outlet ritel LotteMart. Lokasi
keduanya masih tetap dalam satu gedung hanya saja berbeda lantai,
outlet LotteMart berada pada lantai 2 dan 3 sedangkan outlet UMKM
berada pada lantai dasar (basement)
85
Karena kemitraan merupakan strategi kerja sama antara pihak-
pihak dengan salah satu tujuan utama yaitu saling menguntungkan,
kemitraan di LotteMart cabang Bintaro juga memberikan keuntungan
kepada masing-masing pihak, keuntungan dalam kemitraan ini bisa
berupa keuntungan secara material maupun non material.
a. Keuntungan bagi Pemerintah Daerah Dinas Koperasi & UKM
1) Terserapnya anggaran belanja kepada UMKM & Masyarakat
2) Program pemberdayaan UMKM berhasil direalisasikan
3) Mudah untuk membina dan mengevaluasi pemberdayaan
UMKM karena berada di satu tempat.
b. Keuntungan bagi pihak perusahaan milik swasta yaitu pengelola
LotteMart cabang Bintaro
1) Tersewanya lahan/lapak gedung yang kosong
2) Meningkatnya daya tarik pengunjung
3) Meningkatnya pemasukan pendapatan
c. Keuntungan bagi pelaku UMKM anggota kemitraan
1) Tersedianya lokasi berupa outlet untuk pemasaran
2) Mudah mempromosikan & mendemonstrasikan keunggulan
produk
3) Produk menjadi terangkat (dikenal)
86
4) Kualitas dan kuantitas nilai jual produk meningkat sehingga
lebih menguntungkan
5) Informasi pasar mudah didapat
6) Mendapatkan pembinaan SDM melalui pelatihan &
penyuluhan
3. Prosedur Pelaksanaan Teknis4
Agar kemitraan dapat berlangsung secara berkesinambungan, maka
diperlukan beberapa aturan main untuk pelaku UMKM anggota
kemitraan. Berikut beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota UMKM yang menitipkan produknya di outlet UKM LotteMart
ini, perjanjian ini dibuat sesederhana mungkin oleh koordinator selaku
sosok yang berperan penuh dalam pelaksanaan kemitraan.
a. Pelaku UMKM anggota kemitraan tidak diberikan spesifikasi
khusus mengenai produk yang hendak di pasarkan di lokasi outlet.
Dengan kata lain, pelaku UMKM bebas memasarkan produk apa
saja asalkan produk tersebut merupakan hasil produksi UMKM,
bukan Usaha Besar.
b. Pelaku UMKM anggota kemitraan diharuskan membayar
sejumlah biaya operasional sebesar 10% dari omzet penjualan
produk dan dibayarkan setiap 2 Minggu. Pembayaran secara
4 Wawancara dengan Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro.
23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro
87
konsinyasi artinya taruh barang terlebih dahulu lalu ketika produk
laku terjual, baru dibayarkan 10% dari omzet penjualan.
c. Pelaku UMKM anggota kemitraan diwajibkan hadir dalam
pertemuan yang diadakan oleh koordinator setiap 3 bulan. Dalam
pertemuan akan dilakukan pembinaan & pelatihan serta diskusi
ragam informasi penting terkait perkembangan pasar dan
pemberdayaan UMKM. Apabila pelaku UMKM dua kali tidak
hadir dalam pertemuan, maka akan di diskualifikasi yaitu tidak
boleh menitip atau memasarkan produknya di outlet.
Nantinya seluruh (100%) dari biaya 10% yang diwajibkan kepada
UMKM yang menitipkan produknya di outlet akan dikelola untuk
operasional maupun keperluan koordinasi yang dilakukan oleh
koordinator, pembagiannya adalah:
a. 15% untuk kas cadangan
b. 15% untuk biaya keperluan rapat pertemuan dan koordinasi
c. 70% untuk operasional outlet termasuk gaji SPG (Pegawai) dan
perlengkapan-perlengkapan di outlet.
Sistem pembayaran biaya secara konsinyasi memungkinkan tidak
terjadinya ‘harga putus’, maksudnya adalah barang yang telah diambil
(dibeli) bisa dikembalikan (retur). Ini diberlakukan agar pelaku UMKM
88
tidak merasa rugi karena akibat dari biaya yang terlanjur dibayar di muka
sehingga mengurangi keuntungan ketika barang dikembalikan.
Koordinator juga memiliki tugas untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di lokasi outlet,
tugas koordinator UMKM yaitu melakukan evaluasi ketersediaan dan
peletakan barang-barang produk UMKM per akhir bulan dan melakukan
koordinasi apabila terjadi permasalahan. Melihat banyaknya produk yang
dititipkan dan masing-masing dari letak antara 59 UMKM yang berbeda
produk tersebut sangatlah berdekatan posisinya, sehingga sering terjadi
dislokasi atau salah peletakan dari pengunjung yang hendak melihat-lihat
serta mencoba produk barang tersebut.
4. Kendala Kemitraan5
Suatu kerja sama dalam kemitraan yang kelihatannya berjalan sesuai
dengan keinginan masing-masing pihak juga tidaklah luput dari
permasalahan yang menghambat kemitraan itu sendiri. Hal ini juga
berlaku dalam kemitraan UMKM di LotteMart, ikut sertanya pihak
pemerintah sebagai fasilitator terciptanya kerja sama juga dapat
menimbulkan kendala yang menyebabkan kemitraan yang telah dibangun
menjadi rentan, mengingat bahwa pemerintah sebagai pihak yang
5 Wawancara dengan Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro.
23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro
89
memiliki kebijakan serta kekuatan untuk mengalokasikan anggarannya
demi terciptanya keterkaitan bisnis antara UMKM dengan LotteMart.
Kendala ataupun hambatan yang dihadapi yaitu:
a. Kurangnya sinergi antara kebijakan pemerintah daerah dengan
kebutuhan sarana dan prasarana yang diajukan oleh koordinator
outlet kemitraan di LotteMart.
b. Lemahnya dukungan pihak-pihak pemerintah terkait ketika
menyetujui anggaran-anggaran yang dibutuhkan dalam kemitraan,
sehingga sewaktu-waktu kemitraan sempat tidak mengalami
kesinambungan.
c. Rendahnya persaingan pasar karena kurangnya dukungan
pemerintah dan pihak LotteMart dalam hal mempromosikan
produk-produk UMKM melalui media-media penyiaran.
Di samping itu, salah satu kendala utama adalah minimnya
pengetahuan dan kesadaran UMKM tentang kesepakatan kemitraan
karena anggota UMKM hanya berpikir tentang memasarkan barang di
lokasi Outlet, oleh karena itu dibutuhkan adanya kontrol dari pihak
pemerintah juga ketegasan koordinator UMKM dalam membina dan
mendidik serta memberi dukungan agar terbentuk kondisi UMKM yang
mandiri dan responsif atas segala fenomena dan kendala yang terjadi.
90
5. Strategi Kemitraan6
Dalam melaksanakan kemitraan juga dibutuhkan penerapan strategi
dalam meningkatkan berbagai aspek vital untuk mendukung kinerja
UMKM anggota kemitraan itu sendiri, berikut adalah strategi kemitraan
pola segi tiga emas di LotteMart cabang Bintaro dilihat pada, pembinaan
& pelatihan SDM dan akses pemasaran, yaitu:
a. Pembinaan & Pelatihan SDM
Kemitraan yang mantap adalah kemitraan yang di dalamnya tidak
hanya terjalin kerja sama antara berbagai pihak, namun juga
terdapat pembinaan terhadap pihak yang membutuhkan
perkembangan serta kemandirian sehingga tujuan kemitraan
semakin terkontrol ke arah yang diinginkan. Dalam kemitraan di
LotteMart ini, pembinaan diberikan oleh koordinator UMKM
maupun pihak pemerintah daerah dinas koperasi dan UKM. Tidak
lupa dari pihak LotteMart yang juga memberikan ragam informasi
fasilitas-fasilitas lokasi outlet yang dapat dimanfaatkan oleh
UMKM.
Pembinaan diberikan kepada Sumber Daya Manusia (SDM)
UMKM yaitu para pelaku usaha. Pembinaan dilaksanakan pada
pertemuan koordinasi setiap 3 bulan sekali. Pembinaan bisa
6 Wawancara dengan Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro.
23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro
91
berupa update informasi dan pengetahuan para pelaku UMKM
dalam bentuk pelatihan serta penyuluhan mengenai beberapa hal,
yaitu:
1) Tata Kelola Usaha (Manajemen)
2) Produk dan Pemasaran
3) HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)
4) Perizinan dan Birokrasi
5) Koordinasi kebijakan-kebijakan baru
6) Informasi pameran dan permodalan
b. Akses Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penentu apakah produk yang
dihasilkan UMKM dapat diterima oleh masyarakat sebagai
konsumen akhir. Pemasaran sering diartikan secara sempit yaitu
hanya penjualan, padahal pemasaran merupakan proses siklus
kegiatan usaha yang di dalamnya juga terdapat penjualan, di
samping itu pemasaran dalam arti sebenarnya mencakup strategi
yang dilakukan mulai dari pengenalan produk, promosi, lokasi,
hingga diterimanya produk tersebut ke tangan konsumen dan
bagaimana cara menjaga kepuasan konsumen atas produk yang
telah diciptakan. Kebanyakan pelaku usaha hanya berpikir di
mana menjual produknya, bukan bagaimana cara agar produknya
bisa laku di pasaran.
92
Dalam kemitraan ini para pelaku UMKM diberikan fasilitas
berupa lokasi outlet dalam rangka mengatasi permasalahan
pemasaran produk-produknya, namun tidak hanya sampai di situ
saja, pelaku UMKM anggota kemitraan juga diberikan arahan oleh
koordinator berupa strategi-strategi ampuh dalam melakukan
pemasaran, di antaranya:
1) Membuat brosur, banner dan spanduk sebagai cara untuk
memperkenalkan produk-produk UMKM agar diketahui oleh
konsumen pengunjung LotteMart.
2) Memberikan diskon atau potongan harga pada produk-produk
UMKM dengan tujuan menarik pengunjung untuk segera
membelinya.
3) Mempromosikan dengan cara memberikan perkenalan produk-
produk UMKM secara langsung pada event atau pameran-
pameran yang diadakan oleh dinas Koperasi & UKM.
4) Koordinator UMKM menciptakan hubungan jaringan dengan
masyarakat maupun tokoh masyarakat, pihak pemerintahan
dan swasta. Ini dilakukan sebagai upaya penyebarluasan
wacana dan informasi produk UMKM anggota kemitraan,
bertujuan meningkatkan pemesanan & penjualan produk-
produk UMKM.
93
Sumber: Data primer yang diolah
18
40
1
Gambar 4.B.1Jenis Kelamin Responden
Laki-laki Perempuan Tidak menjawab
68%
31%
1%
B. Profil Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada seluruh
responden yaitu 59 pelaku UMKM yang memasarkan produknya di outlet
LotteMart Bintaro, diperoleh kondisi responden menurut jenis kelamin, usia,
status pernikahan, profesi utama dan jenis usaha.
1. Jenis Kelamin
Gambar 4.B.1 menyatakan jenis kelamin dari 59 responden, yaitu
sebanyak 40 orang responden atau setara dengan 68% didominasi oleh
perempuan dan sisanya sebanyak 18 orang atau setara dengan 31%
adalah laki-laki, sedangkan terdapat 1 responden yang tidak menjawab
karena mewakili usaha yang dikelola atas nama yayasan. Ini berarti
94
2
26
24
6 1
Gambar 4.B.2Usia Responden
< 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun> 50 tahun Tidak menjawab
44%
10%
3%
41%
2%
Sumber: Data primer yang diolah
bahwa UMKM yang dikelola oleh perempuanlah yang lebih banyak ikut
serta dalam kemitraan di LotteMart.
2. Usia
Gambar 4.B.2 menyatakan usia dari 59 responden, yaitu sebanyak 26
responden atau setara dengan 44% berada pada usia antara 31 – 40
tahun, usia antara 41-50 tahun sebanyak 24 responden atau setara dengan
41%, usia di atas 50 tahun sebanyak 6 responden atau setara dengan
10%. Sisanya sebanyak 2 responden atau setara dengan 3% berada pada
usia di bawah 30 tahun, sedangkan terdapat 1 responden yang tidak
menjawab karena mewakili usaha yang dikelola atas nama yayasan.
Pada penelitian ini responden pada usia di bawah 30 tahun dianggap
tengah memasuki usia produktif dan berani mengambil risiko dalam
95
5
53
1
Gambar 4.B.3Status Pernikahan Responden
Lajang Menikah Tidak menjawab
90%
8%
2%
Sumber: Data primer yang diolah
menjalankan usaha. Usia 31 – 40 tahun dianggap telah mapan dalam
menjalankan usaha, lalu pada usia di atas 40 tahun responden dianggap
memiliki mental dan emosi yang lebih stabil, sehingga bisa lebih
konsisten dan berkesinambungan dalam menjalankan usaha serta bisa
lebih bertanggung jawab dalam menjalin suatu kemitraan usaha.
3. Status Pernikahan
Gambar 4.B.3 menyatakan status pernikahan dari 59 responden, yaitu
sebanyak 53 responden atau setara dengan 90% telah menikah. Sisanya
sebanyak 5 responden atau setara dengan 8% belum menikah. Sedangkan
terdapat 1 responden yang tidak menjawab karena mewakili usaha yang
dikelola atas nama yayasan.
Pada penelitian ini responden yang telah menikah dianggap lebih
mampu untuk menjalin suatu kemitraan, karena dengan adanya
96
52
7 0
Gambar 4.B.4Profesi Utama Responden
Wirausaha Pegawai Swasta Pegawai Negeri
88%
12%
0%
Sumber: Data primer yang diolah
pernikahan mereka dituntut untuk melakukan kerja sama antara suami
dan istri demi memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini bisa
menunjang jalinan kemitraan usaha karena dasar dari suatu kemitraan
adalah bekerja sama.
4. Profesi Utama
Gambar 4.B.4 menyatakan profesi utama dari 59 responden, yaitu
sebanyak 52 responden atau setara dengan 88% berprofesi sebagai
wirausaha. Sisanya sebanyak 7 responden atau setara dengan 12%
berprofesi sebagai pegawai swasta, dan tidak terdapat responden yang
berprofesi utama sebagai pegawai negeri.
Pada penelitian ini responden yang berprofesi utama sebagai
wirausaha dianggap lebih fokus dalam menjalankan kegiatan usahanya,
97
25
28
311
6
Gambar 4.B.5Jenis Usaha Responden
Kerajinan Tangan Busana / PakaianPangan Obat-obatan / MedisPerabotan Rumah / Furniture Alat Elektronik
44%
39%
9%
5%
2%2%
Sumber: Data primer yang diolah
karena responden tidak memiliki profesi lain yang bisa menghambat dan
membebani kegiatan usahanya. Begitu pula dengan kemitraan usaha yang
terjalin, profesi utama responden yang hanya sebagai wirausaha bisa
mendukung responden untuk fokus dan berkesinambungan dalam
menjalankan kerja sama usaha dengan pihak-pihak terkait.
5. Jenis Usaha
Gambar 4.B.5 menyatakan jenis-jenis usaha dari 59 responden, yaitu
sebanyak 28 responden atau setara dengan 44% mengelola usaha di
bidang sandang atau busana siap pakai, selanjutnya sebanyak 25
responden atau setara dengan 39% mengelola usaha kerajinan tangan, di
samping itu terdapat 6 responden atau setara dengan 9% yang mengelola
98
usaha berupa alat-alat elektronik. Tidak hanya produk-produk tahan lama
saja yang dipajang di outlet UKM LotteMart karena terdapat 3 responden
atau setara dengan 5% yang mengelola usaha pangan atau makanan siap
saji, sisanya terdapat 1 responden yang mengelola usaha medis atau obat-
obatan dan 1 responden yang mengelola usaha furnitur atau perabotan
rumah.
Pada penelitian ini jenis-jenis usaha yang dijalankan oleh responden
sebagian besar bergerak di bidang sandang atau pakaian. Usaha di bidang
sandang atau pakaian dianggap sebagai usaha yang paling cepat
mengalami perubahan permintaan pasar seiring dengan perkembangan
trend fashion di dunia. Melihat bahwa sebagian besar produk pakaian
jadi di Indonesia mengalami persaingan dengan produk-produk Cina, di
sinilah peran kemitraan usaha dalam meningkatkan produksi dan
memasarkan produk-produk dalam negeri. Hal ini bertujuan supaya
produk pakaian jadi di Indonesia khususnya yang di pajang di outlet
UKM LotteMart Bintaro tidak kalah saing dengan produk-produk asing
dan bisa memenuhi kebutuhan primer konsumen lokal.
Selain dari produk pakaian, produk kerajinan tangan juga dianggap
sebagai produk padat karya karena bisa memaksimalkan potensi SDM
yang lemah karena rendahnya keahlian, di samping itu usaha di bidang
kerajinan tangan juga membutuhkan kreativitas yang tinggi karena
memanfaatkan suatu bahan baku yang biasanya sudah tidak terpakai dan
99
tidak bernilai menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
Kenyataannya bahwa terdapat produk kerajinan tangan yang dijual di
outlet UKM LotteMart berupa produk daur ulang atau memanfaatkan
sampah plastik kemasan menjadi produk siap pakai seperti tas, dompet
dsb. Hal ini menunjukkan bahwa responden memanfaatkan setiap detail
kecil bahan baku yang awalnya tidak bernilai untuk dijadikan produk
yang memiliki nilai ekonomis dan tentunya bisa mengurangi polusi
karena pembuangan dan pembakaran sampah.
6. Sumber Permodalan
Gambar 4.C.1 Sumber Permodalan Responden
Sumber: Data p
rimer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.C.1 mengenai sumber utama modal usaha
responden, diperoleh data sebesar 20 responden atau setara dengan
34% memiliki modal usaha yang bersumber dari Lembaga Keuangan
20
18
8
13
0
Lembaga Keuangan Formal PatunganPinjaman ke keluarga/kerabat Penghasilan pribadi/tabunganJasa Rentenir
34%
30%
22%
14%
100
Formal (Bank, BPR, Koperasi, BMT), sebanyak 18 responden atau
setara dengan 30 % memiliki modal yang bersumber dari patungan
usaha, sebanyak 13 responden atau setara dengan 22% bersumber dari
penghasilan pribadi atau tabungan, sisanya sebanyak 8 responden atau
setara dengan 14% bersumber dari pinjaman keluarga atau kerabat
dan tidak ada responden yang mempergunakan jasa rentenir.
C. Pembahasan
1. Hasil Penjelasan Responden
Berikut adalah beberapa hasil penjelasan kuesioner tentang pengaruh
kemitraan usaha terhadap kinerja UMKM di LotteMart cabang Bintaro.
a. Pembinaan & Pelatihan SDM
Dalam penelitian ini pembinaan & pelatihan SDM terbagi
menjadi 2 aspek yaitu pengetahuan dan metode pembinaan &
pelatihan SDM
Tabel 4.C.2
S
u
mber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.C.2 diperoleh data sebesar 15 responden atau
setara dengan 25% sangat setuju kurangnya pembinaan & pelatihan
kurangnya pembinaan dan pelatihan merupakan permasalahan UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 7 11,9 11,9 11,9 Setuju 37 62,7 62,7 74,6 Sangat setuju 15 25,4 25,4 100,0 Total 59 100,0 100,0
101
SDM merupakan permasalahan UMKM, sebanyak 37 responden atau
setara dengan 63% setuju bahwa kurangnya pembinaan & pelatihan
SDM merupakan permasalahan UMKM, sisanya sebanyak 7
responden atau setara dengan 12% kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden
memahami permasalahan lemahnya SDM dalam menjalankan
usahanya dan masih membutuhkan pembinaan & pelatihan SDM
untuk meningkatkan kinerja usahanya.
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam hal metode pembinaan & pelatihan yang diberikan kepada
59 responden atau para anggota UMKM dalam kemitraan di
LotteMart cabang Bintaro, berdasarkan tabel 4.C.3 bahwa sebanyak
55 responden menyatakan telah menerima pembinaan & pelatihan
55 53 54
20 21
0
10
20
30
40
50
60
PelatihanManajemen
KeterampilanProduk
KeterampilanPemasaran
Birokrasi &Perizinan
MotivasiMinat & Bakat
Usaha
Resp
onde
n
Gambar 4.C.3Metode pembinaan & pelatihan yang telah diterima
Responden
102
manajemen, juga sebanyak 53 responden menyatakan telah menerima
pelatihan & pembinaan berupa keterampilan produk, selain itu
sebanyak 54 responden menyatakan menerima pembinaan & pelatihan
SDM dalam bentuk keterampilan pemasaran, namun hanya sebanyak
21 responden telah menerima pembinaan & pelatihan dalam hal
motivasi minat & bakat usaha, dan sebanyak 20 responden menerima
pengetahuan dalam hal birokrasi & perizinan. Artinya bentuk-bentuk
pembinaan & pelatihan SDM yang diterima sebagian besar responden
di antaranya pelatihan dari segi manajemen atau pengelolaan usaha
maupun keuangan, keterampilan dalam membuat produk dan
keterampilan dalam memasarkan produk, akan tetapi terdapat lebih
dari setengah dari seluruh responden yang belum menerima
pembinaan & pelatihan SDM dalam bentuk informasi
birokrasi/perizinan dan motivasi usaha.
Di samping itu sebanyak 41 responden atau setara dengan 70%
menyatakan bahwa metode pembinaan & pelatihan SDM sudah sesuai
dengan jenis usaha responden, sedangkan sebanyak 17 responden atau
setara dengan 29% menyatakan bahwa metode pelatihan & pembinaan
SDM kurang sesuai dengan jenis usaha responden dan terdapat 1
responden yang tidak menjawab pertanyaan, hal ini berdasarkan tabel
berikut:
103
42
12
1 13
strategiskurang strategistidak strategissangat tidak strategistidak menjawab
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.C.4
Sumber: Data primer diolah
b. Akses Pemasaran
Dalam penelitian ini akses pemasaran terbagi menjadi 4 aspek,
yaitu lokasi, penetapan harga, promosi, dan inovasi.
Gambar 4.C.5 Lokasi outlet LotteMart
B
e
r
d
asarkan gambar 4.C.5, sebanyak 42 responden atau setara dengan 71%
Metode pelatihan dan pembinaan sudah sesuai dengan jenis usaha Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Kurang Sesuai 17 28,8 28,8 30,5 Sesuai 41 69,5 69,5 100,0 Total 59 100,0 100,0
104
26
18
8
5
2
sangat tidak setujutidak setujukurang setujusetujusangat setuju
menyatakan bahwa lokasi outlet LotteMart cabang Bintaro merupakan
lokasi yang strategis untuk memperluas pemasaran produk-produk
usaha. Sebanyak 12 responden atau setara dengan 20% menyatakan
bahwa lokasi outlet LotteMart cabang Bintaro kurang strategis.
Sisanya sebanyak 1 responden atau setara dengan 2% menyatakan
bahwa lokasi tidak strategis dan juga 1 responden atau setara dengan
2% menyatakan bahwa lokasi outlet tidak strategis, terdapat 3
responden yang tidak menjawab pertanyaan. Artinya lokasi outlet
LotteMart cabang Bintaro merupakan lokasi yang strategis untuk
pemasaran produk-produk UMKM sehingga besar kemungkinan
meningkatkan kinerja UMKM.
Karena lokasi outlet di LotteMart merupakan lokasi yang
strategis, bukan berarti UMKM semerta-merta menaikkan harga jual
karena mempertimbangkan tingginya potensi daya beli konsumen
yaitu pengunjung Mall LotteMart cabang Bintaro. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan gambar berikut:
Gambar 4.C.6 Produk yang dijual di outlet LotteMart lebih mahal dari harga pasaran
105
Sumber: Data primer yang diolah
Dari gambar 4.C.6 dapat diambil kesimpulan bahwa 26 responden
atau setara dengan 44% sangat tidak setuju bahwa produknya yang di
jual di outlet LotteMart lebih mahal dari harga pasaran, sebanyak 18
responden atau setara dengan 30% tidak setuju bahwa harga jual
produknya lebih mahal dari pasaran dan sebanyak 8 responden atau
setara dengan 14% juga kurang setuju dengan pernyataan tersebut,
sisanya sebanyak 5 responden atau setara dengan 2% setuju bahwa
produk yang dijual di outlet LotteMart lebih mahal dari harga pasaran,
dan 2 responden atau setara dengan 3% sangat setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya sebagian besar responden tetap
menyesuaikan harga produk yang dijual di outlet LotteMart cabang
Bintaro dengan harga pasaran, hal ini merupakan strategi mengingat
bahwa dengan adanya potensi daya beli konsumen yang tinggi tidak
pula menjamin meningkatnya kualitas penjualan, karena konsumen
kemungkinan akan lebih mencari produk-produk UMKM dengan
harga yang kompetitif.
Tentunya bahwa agar produk bisa laku di pasaran juga dibutuhkan
adanya promosi. Dapat dilihat dalam lampiran pada tabel “Responden
setuju melakukan promosi melalui brosur / pamflet / banner” bahwa
106
6
2825
10
15
20
25
30
Resp
onde
n
sebanyak 43 responden atau setara dengan 73% sangat setuju
melakukan promosi melalui brosur / pamflet / banner, sisanya
sebanyak 16 responden atau setara dengan 27% setuju dengan
pernyataan tersebut. artinya responden menganggap bahwa promosi
sangat diperlukan oleh UMKM agar produknya tetap laku di pasaran
khususnya outlet LotteMart cabang Bintaro.
Di samping itu agar produk UMKM bisa bersaing dengan produk-
produk kompetitor juga dibutuhkan adanya inovasi. Dapat dilihat
dalam lampiran pada tabel ”Responden setuju melakukan inovasi
produk” sebanyak 42 responden atau setara dengan 71% sangat setuju
untuk melakukan inovasi pada produk-produknya, sisanya sebanyak
17% setuju terhadap pernyataan tersebut. artinya responden menyadari
bahwa untuk bisa bersaing dengan produk-produk kompetitor
dibutuhkan adanya inovasi agar bisa memperluas segmentasi pasar
sehingga bisa meningkatkan kinerjanya.
c. Kinerja UMKM
Dalam penelitian ini kinerja UMKM dapat dilihat dari
pertumbuhan nilai aset usaha & Pendapatan (omzet) Usaha setelah
mengikuti Kemitraan di LotteMart cabang Bintaro
Gambar 4.C.7 Nilai aset usaha Responden (tidak termasuk bangunan & tanah)
107
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.C.7, sebanyak 28 responden atau setara
dengan 47,5% memiliki nilai kekayaan bersih dari usahanya sebanyak
50-100 Juta, selain itu sebanyak 25 responden atau setara dengan 42%
memiliki kekayaan bersih dari usahanya sebanyak Rp 101 – 250 Juta.
Hal ini berarti bahwa sebagian besar atau sebanyak 53 responden
anggota UMKM kemitraan usaha di LotteMart cabang Bintaro
menjalani skala Usaha Kecil, sisanya sebanyak sebanyak 6 responden
atau setara dengan 10% yang memiliki kekayaan bersih dari usahanya
sebanyak dibawah Rp 50 Juta merupakan skala Usaha Mikro.
Selanjutnya adalah peningkatan nilai aset usaha dari tiap-tiap
responden UMKM anggota kemitraan di LotteMart cabang Bintaro
setelah mengikuti Kemitraan, berikut penjelasannya melalui gambar
di bawah ini.
Gambar 4.C.8 Peningkatan nilai aset usaha Responden setelah mengikuti kemitraan
40
1015202530354045
Resp
onde
n
108
6
21
31
10
15
20
25
30
35
Resp
onde
n
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.C.8 bahwa sebanyak 40 responden atau
setara dengan 68% mengalami peningkatan kekayaan usaha berkisar
antara 50-79%, lalu sebanyak 6 responden atau setara dengan 10%
mengalami peningkatan di bawah 50%, selanjutnya sebanyak 5
responden atau setara dengan 8% mengalami peningkatan antara 80-
100%, dan sebanyak 4 responden atau setara dengan 7% mengalami
peningkatan kekayaan usaha hingga melebihi 100%. Sisanya sebanyak
3 responden atau setara dengan 5% tidak mengalami peningkatan dan
terdapat 1 responden yang tidak menjawab pertanyaan. Jadi kemitraan
usaha yang terjalin di LotteMart berhasil meningkatkan kekayaan
usaha sebanyak 54 dari 59 UMKM anggota kemitraan, peningkatan
ini juga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja terhadap
UMKM tersebut.
Gambar 4.C.9 Pendapatan (omzet) per bulan dari usaha responden
109
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.C.9, sebanyak 31 responden atau setara
dengan 52% memiliki pendapatan usaha sekitar 51-100 Juta, selain itu
sebanyak 21 responden atau setara dengan 36% memiliki pendapatan
usaha sekitar Rp 25 – 50 Juta, sebanyak 6 responden atau setara
dengan 10% memiliki pendapatan usaha dibawah Rp 25 juta dan
sisanya sebanyak 1 responden memiliki pendapatan usaha antara 101
– 200 Juta. Lalu bagaimana peningkatannya setelah mengikuti
kemitraan usaha di LotteMart cabang Bintaro, berikut penjelasannya.
Gambar 4.C.10 Peningkatan pendapatan (omzet) usaha responden setelah
mengikuti kemitraan
58
39
6
10
5
10
15
20
25
30
35
40
45
> 100% 80-100% 50-79% <50% tidak meningkat
Resp
onde
n
110
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.C.10, setelah mengikuti kemitraan di
LotteMart cabang Bintaro, bahwa sebanyak 39 responden atau setara
dengan 66% mengalami peningkatan pendapatan usaha berkisar antara
50-79%, lalu sebanyak 8 responden atau setara dengan 14%
mengalami peningkatan pendapatan usaha berkisar antara 80-90%,
selanjutnya sebanyak 6 responden atau setara dengan 10% mengalami
peningkatan pendapatan usaha antara 80-100%, dan sebanyak 5
responden atau setara dengan 8% mengalami peningkatan kekayaan
usaha hingga melebihi 100%. Sisanya sebanyak 1 responden tidak
mengalami peningkatan pendapatan usaha setelah mengikuti
kemitraan. Jadi sebanyak 58 dari 59 responden mengalami
peningkatan pendapatan setelah mengikuti kemitraan usaha di
LotteMart cabang Bintaro, namun untuk mengetahui apakah
peningkatan tersebut benar-benar secara nyata dipengaruhi oleh
karena adanya kemitraan usaha, maka dilakukan uji regresi pada
penjelasan selanjutnya.
2. Uji Asumsi Klasik
111
Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji
regresi berganda bisa digunakan atau tidak. Bila tidak terdapat masalah
dalam pengujian asumsi klasik, maka alat uji regresi berganda bisa
digunakan.
a. Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak karena data yang bagus
adalah data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk
mendeteksi normalitas adalah dengan melihat tabel Histogram dan
Normal P-Plot pada hasil print-out analisis data program komputer
SPSS 21 for windows.
Gambar 4.C.11 Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
112
Berdasarkan gambar 4.C.11 di atas, dapat disimpulkan bahwa
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
atau grafik histogram. Jadi, data menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi ini memenuhi asumsi normalitas dan berbentuk
simetris tidak miring ke kanan atau ke kiri.
b. Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dilakukan
dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) pada output SPSS
versi 21.0. Pada umumnya apabila nilai tollerance lebih dari 0,1 dan
nilai VIF kurang dari sepuluh (VIF<10) maka variabel tersebut tidak
mempunyai masalah multikolinieritas.
Tabel 4.C.12 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 8,715 2,835 3,074 ,003
SkorX1 ,039 ,067 ,086 ,583 ,562 ,554 1,806
SkorX2 ,285 ,082 ,513 3,484 ,001 ,554 1,806 a. Dependent Variable: SkorY
Sumber: Data primer yang diolah
Dari Tabel 4.C.12 diperoleh bahwa nilai Tolerance untuk variabel
bebasnya lebih dari 0,1 dan nilai VIF untuk variabel bebas lebih kecil
113
dari 10 (VIF < 10), sehingga persamaan regresi ini terbebas dari
asumsi multikolinieritas.
c. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui
ketidaksamaan varians dalam suatu fungsi regresi. Salah satu cara
untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat
Scatterplot pada print out SPSS. Data yang baik adalah ketika titik
sampel pada tabel scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola
yang jelas, serta titik-titik harus menyebar di atas dan di bawah angka
nol pada sumbu Y.
Gambar 4.C.13 Uji Heteroskedastisitas
114
Sumber: Data primer yang diolah
Dari gambar 4.C.13 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y (daerah positif dan negatif) serta
secara tidak membentuk pola yang jelas. Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa persamaan regresi terbebas dari asumsi
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menggunakan nilai pada durbin watson untuk
mendeteksi apakah di dalam data yang digunakan untuk sebuah
penelitian mengandung autokorelasi. Konsekuensi dari adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi adalah model regresi tidak
dapat digunakan menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel
independen tertentu. Data yang baik adalah data yang tidak
mengandung autokorelasi di dalamnya. Untuk mendiagnosis adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian
terhadap nilai Uji Durbin Watson. Jika nilai Durbin Watson berada di
antara -2 dan +2, maka tidak ada masalah autokorelasi pada data
tersebut.
Tabel 4.C.14 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
115
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.C.14 nilai Durbin-Watson yang ada dalam hasil print
out pada tabel model summary menunjukan angka 1,517. Karena data
berada di antara -2 sampai dengan +2, artinya data di dalam penelitian
ini tidak mengandung autokorelasi.
3. Analisa Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier untuk pembuktian hipotesis penelitian. Analisis ini
menggunakan input berdasarkan data primer yang diperoleh dari lembar
kuesioner yang telah disebar ke 59 responden. Perhitungan statistik dalam
penelitian ini menggunakan aplikasi berbasis windows yaitu SPSS versi
21.
a. Fungsi Regresi
Tabel 4.C.15 Analisa Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8,715 2,835 3,074 ,003
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,573a ,329 ,305 1,792973 1,517
a. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2
b. Dependent Variable: SkorY
116
SkorX1 ,039 ,067 ,086 ,583 ,562 ,554 1,806
SkorX2 ,285 ,082 ,513 3,484 ,001 ,554 1,806 a. Dependent Variable: SkorY
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.C.15 di atas diperoleh hasil persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Y = 8,715 + 0.039 X1 + 0,285 X2
Untuk menunjukkan model regresi ini sudah benar dan layak, bisa
dilihat pada penjelasan berikut:
1) Nilai konstanta (a) 8,715 artinya apabila tidak ada variabel,
variabel pembinaan & pelatihan SDM (X1) dan variabel akses
pemasaran (X2) atau nilai variabel-variabel X bernilai 0 , maka
kinerja UMKM (Y) bernilai 9 satuan (dibulatkan dari 8,715)
2) Nilai koefisien regresi variabel pembinaan & pelatihan SDM (X2)
sebesar 0,039. Koefisien regresinya bernilai positif (0,039)
artinya apabila nilai variabel pembinaan & pelatihan SDM
meningkat 1 satuan, maka nilai kinerja UMKM akan meningkat
sebesar 0,039 satuan. Semakin meningkat pembinaan dan
pelatihan SDM diikuti dengan meningkatnya kinerja UMKM.
3) Nilai koefisien regresi variabel akses penasaran (X3) sebesar
0,285. Koefisien regresinya bernilai positif (0,285) artinya apabila
nilai akses penasaran meningkat 1 satuan maka kinerja UMKM
117
meningkat sebesar 0,285 satuan Semakin meningkatnya akses
pemasaran diikuti dengan meningkatnya kinerja UMKM.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yaitu
pembinaan & pelatihan SDM (X1) dan akses pemasaran (X2),
terhadap kinerja UMKM (Y) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.C.16 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,305. Hal
ini menunjukkan bahwa 30,5% variabel kemitraan usaha terhadap
kinerja UMKM (Y) dapat dijelaskan oleh variabel pembinaan &
pelatihan SDM (X1) dan akses pemasaran (X2). Sedangkan sisanya
sebesar 69,5% mungkin dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
c. Uji Parsial (t)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,573a ,329 ,305 1,792973 1,517
a. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2
b. Dependent Variable: SkorY Sumber: Data primer yang diolah
118
Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara
parsial pada variabel independen (pembinaan dan pelatihan SDM,
akses pemasaran) terhadap variabel dependen (kinerja UMKM)
1) Hipotesis pertama
Ho1: Pembinaan dan pelatihan SDM tidak berpengaruh nyata
terhadap kinerja UMKM
Ha1: Pembinaan dan pelatihan berpengaruh nyata terhadap kinerja
UMKM
2) Hipotesis kedua
Ho2: Akses pemasaran tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja
UMKM
Ha2: Akses pemasaran berpengaruh nyata terhadap kinerja
UMKM.
Tabel 4.C.17 Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 8,715 2,835 3,074 ,003
SkorX1 ,039 ,067 ,086 ,583 ,562 ,554 1,806
SkorX2 ,285 ,082 ,513 3,484 ,001 ,554 1,806 a. Dependent Variable: SkorY
119
Sumber: Data primer yang diolah
Dilihat dari hasil print out nilai thitung pembinaan & pelatihan
SDM (X1) = 0,583 dengan tingkat signifikansi untuk variabel
pembinaan dan pelatihan 0,562 yang menandakan lebih besar dari
0,05. Nilai thitung < ttabel atau 0,583 < 1.671. Hal ini berarti bahwa Ho1
diterima dan Ha1 ditolak, artinya variabel pembinaan & pelatihan
SDM tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel
pembinaan & pelatihan SDM dengan Kinerja UMKM, diperoleh hasil
bahwa kinerja UMKM yang bermitra dengan LotteMart tidak
dipengaruhi oleh pembinaan & pelatihan, padahal Sumampow
menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi tidak dapat
dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia.7 Hal ini bisa
disebabkan karena metode pembinaan & pelatihan yang diberikan
dalam kemitraan cenderung masih belum sesuai dengan kebutuhan
kondisi usaha sebagian UMKM, berdasarkan hasil temuan pada
bagian Hasil Penjelasan Reaponden bahwa 17 responden atau setara
dengan 29% menyatakan bahwa metode pelatihan & pembinaan SDM
kurang sesuai dengan jenis usaha.
7 Marco Sumampouw, “Investasi sumber daya manusia dan perkembangan
perusahaan/organisasi”, (Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,1997) h. 20
120
Selain itu sebab tidak berpengaruhnya pembinaan & pelatihan
SDM terhadap kinerja UMKM pada penelitian ini juga didukung
berdasarkan temuan yang dibahas pada bagian Hasil Penjelasan
Responden, bahwa terdapat beberapa anggota UMKM kemitraan di
LotteMart cabang Bintaro yang tidak menerima metode pembinaan &
pelatihan SDM, yaitu 4 UMKM anggota kemitraan tidak menerima
pembinaan & pelatihan dalam hal manajemen, 6 UMKM tidak
menerima pembinaan & pelatihan keterampilan produk dan 4 UMKM
tidak menerima pembinaan & pelatihan keterampilan pemasaran.
Selain itu sebanyak 39 UMKM tidak menerima pembinaan &
pelatihan Birokrasi/Perizinan usaha dan sebanyak 38 UMKM tidak
menerima pembinaan & pelatihan motivasi Minat & Bakat Usaha.
Artinya pembinaan & pelatihan yang diberikan oleh pihak-pihak
usaha besar, koordinator & fasilitator dalam kemitraan di LotteMart
cabang Bintaro, belum mampu meningkatkan kinerja UMKM.
Selanjutnya dilihat dari hasil print out nilai thitung akses pemasaran
(X2) = 3,484 dengan tingkat signifikansi untuk variabel akses
pemasaran sebesar 0,001 yang menandakan lebih kecil dari 0,05. Nilai
thitung > ttabel atau 3,484 > 1.671. Hal ini berarti bahwa Ho2 ditolak dan
Ha2 diterima, artinya variabel akses pemasaran berpengaruh nyata
terhadap kinerja UMKM.
121
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel akses
pemasaran dengan kinerja UMKM, diperoleh hasil bahwa kinerja
UMKM yang bermitra dengan LotteMart dipengaruhi oleh akses
pemasaran, hal ini didukung oleh Kaplan dan Norton dalam Sotjipto
yang mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja sebuah
perusahaan ada beberapa aspek yang menjadi ukuran, salah satu
aspeknya adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pelanggan (customer) yang dilihat penguasaan pasar.8 Seiring dengan
hasil penelitian Saparuddin & Basri bahwa dalam penguasaan pangsa,
maka perusahaan harus menyusun sebuah strategi untuk membangun
akses pasar dan informasi pasar akan yang akan berdampak pada
meningkatnya nilai tambah sebagai hasil akhir dari timbulnya
transparansi mengenai jumlah, kualitas, harga dari produk yang
dihasilkan.9 Artinya strategi kemitraan yang dibangun di LotteMart
cabang Bintaro dalam memberikan akses pemasaran kepada produk-
produk UMKM sudah berdampak pada peningkatan nilai tambah
UMKM, dalam penelitian ini nilai tambah yang dimaksud adalah
peningkatan aset usaha dan peningkatan pendapatan UMKM setelah
mengikuti kemitraan di LotteMart cabang Bintaro.
8 Budi W. Soetjipto.”Mengukur Kinerja Bisnis dengan Balance Scorecard”,
(Usahawan No.6, XXVI, Juni 1997) h. 21 9 Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja
Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 182
122
d. Uji Simultan (F)
Untuk menguji apakah model regresi tersebut sudah benar dan
layak maka dilakukan pengujian hubungan secara bersama-sama
antara variabel pembinaan & pelatihan SDM (X1), akses pemasaran
(X2), terhadap kinerja UMKM (Y). Untuk menemukan pengaruh
secara simultan maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
Ho4: pembinaan & pelatihan SDM, dan akses pemasaran secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap Kinerja
UMKM.
Ha4: pembinaan & pelatihan SDM, dan akses pemasaran secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM.
Tabel 4.C.17 Uji Simultan (F)
S
u
m
ber: Data primer yang diolah
Dilihat dari hasil print out anova, diperoleh nilai Fhitung =
13,720 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang menandakan lebih
besar dari 0,05. Nilai Fhitung > Ftabel atau 13,720 > 2.76. Hal ini berarti
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 88,213 2 44,106 13,720 ,000b
Residual 180,026 56 3,215
Total 268,239 58
a. Dependent Variable: SkorY
b. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2
123
bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, artinya secara bersama-sama
variabel independen yaitu variabel pembinaan & pelatihan SDM, dan
akses pemasaran berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu
kinerja UMKM. Artinya bahwa kinerja UMKM dipengaruhi secara
bersama-sama oleh faktor yaitu pembinaan & pelatihan SDM dan
Akses Pemasaran.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk kemitraan di LotteMart cabang Bintaro termasuk ke dalam Pola
Kemitraan Tahap Madya, yaitu pengusaha besar dalam hal ini LotteMart
cabang Bintaro memberikan pembinaan & pelatihan serta menjamin
pemasaran produk-produk UMKM. Di samping itu Pemerintah Daerah
yaitu Dinas Koperasi & UKM Tangerang Selatan berperan sebagai
fasilitator dan regulator terbentuknya kemitraan di LotteMart.
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel pembinaan &
pelatihan SDM dengan Kinerja UMKM, diperoleh hasil print out nilai
thitung pembinaan & pelatihan SDM (X1) = 0,583 dengan tingkat
signifikansi untuk variabel pembinaan dan pelatihan 0,562 yang
menandakan lebih besar dari 0,05. Nilai thitung < ttabel atau 0,583 < 1.671.
Artinya variabel pembinaan & pelatihan SDM tidak berpengaruh nyata
terhadap kinerja UMKM. Hal ini bisa dikarenakan metode pelatihan &
pembinaan SDM kurang sesuai dengan jenis usaha, dan masih terdapat
anggota UMKM kemitraan di LotteMart cabang Bintaro yang tidak
menerima pembinaan & pelatihan SDM.
124
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel akses
pemasaran dengan Kinerja UMKM diperoleh hasil print out nilai thitung
akses pemasaran (X2) = 3,484 dengan tingkat signifikansi untuk variabel
akses pemasaran sebesar 0,001 yang menandakan lebih kecil dari 0,05.
Nilai thitung > ttabel atau 3,484 > 1.671, artinya variabel akses pemasaran
berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM. Hal ini berarti bahwa
strategi kemitraan yang dibangun di LotteMart cabang Bintaro dalam
memberikan akses pemasaran kepada produk-produk UMKM sudah
berdampak pada peningkatan nilai tambah UMKM, dalam penelitian ini
nilai tambah yang dimaksud adalah peningkatan aset usaha dan
peningkatan pendapatan UMKM setelah mengikuti kemitraan di
LotteMart cabang Bintaro.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah;
1. Mengingat bahwa pola kemitraan di LotteMart yang terjalin bertujuan
untuk meningkatkan pemasaran UMKM disertai dengan pembinaan &
pelatihan SDM, diperlukan adanya intervensi langsung dari pihak
LotteMart untuk meningkatkan kualitas pemasaran produk-produk
UMKM. Hal ini berhubungan dengan penentuan lokasi Outlet UMKM,
kenyataannya bahwa lokasi outlet UMKM di LotteMart terpisah dengan
Lokasi Ritel LotteMart menjual produk-produk kebutuhan pengunjung,
sehingga pengunjung tidak bisa sekaligus melihat produk-produk UMKM
125
ketika sedang berbelanja di Ritel LotteMart. Seharusnya lokasi Outlet
berada di dalam Lokasi Ritel LotteMart sehingga pengunjung yang
sedang berbelanja bisa langsung sekaligus melihat-lihat dan membeli
produk-produk UMKM tanpa harus keluar dari ritel sehingga pemasaran
produk UMKM bisa lebih maksimal. Namun dengan begitu pihak
LotteMart juga harus berkomitmen untuk mengelola pemasaran dari
produk-produk UMKM secara langsung.
2. Melihat bahwa variabel pembinaan & pelatihan tidak berpengaruh nyata
terhadap kinerja UMKM, seharusnya pihak koordinator kemitraan bisa
lebih spesifik dalam memberikan metode pembinaan & pelatihan, karena
belum tentu satu metode pembinaan & pelatihan yang bisa langsung
sesuai dengan beragamnya jenis usaha dari para UMKM anggota
kemitraan. Selanjutnya bahwa harus adanya kontrol dari pemerintah
sebagai fasilitator dalam memonitor apakah pembinaan & pelatihan yang
diberikan dari koordinator & LotteMart cabang Bintaro sudah sesuai
dengan kebutuhan jenis usaha para UMKM, sehingga diharapkan untuk
selanjutnya pembinaan & pelatihan yang diberikan bisa lebih spesifik dan
menyeluruh.
3. Melihat bahwa variabel akses pemasaran berpengaruh nyata terhadap
kinerja UMKM, hal ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan
dengan cara pihak LotteMart juga menyertakan produk-produk UMKM
dalam promosinya melalui katalog produk yang dibuat oleh LotteMart.
126
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keahlian Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UMKM di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penilitian: Suatu Pendeketan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing,
http://infoukm.wordpress.com/.
Helfert, Erich A. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan
Mengukur Kinerja Perusahaan Edisi 8. Jakarta: Erlangga, 1996.
Gie, Kwik Kwan. Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Gozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hafsah, Mohammad Jafar. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.
Jurnal Infokop Nomor 25 tahun XX, 2004.
Hafsah, Mohammad Jafar. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2000.
Hair Jr, Joseph F, dkk., Multivariate Data Analisis: A Global Perspective Seventh
Edition. USA: Pearson, 2010.
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Aset Tetap ED
PSAK 16 Revisi 2011. Menteng: Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2011.
Irawan, Seohartono. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
127
Kasmir. Kewirausahaan: Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Kemitraan Usaha dan Masalahnya. http://infoukm.wordpress.com/
Klasifikasi UKM, http://infoukm.wordpress.com/.
Komputer, Wahana. Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12, Jakarta:
Salemba Infotek, 2005.
Limbong, Bernard. Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi, Jakarta
Selatan: Margaretha Pustaka, 2011.
M, Saparuddin & Badodo, Basri. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja
Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan.
Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011.
Machfoedz, Mas’ud & Machfoedz, Mahmud. Kewirausahaan: Metode Manajemen,
dan Implementasi, Yogyakarta: BPFE, 2005.
Marbun. Manajemen Perusahaan Kecil. Jakarta: Pustaka Binaman Pressiondo, 1996.
Mustafa, Edwin & Usman, Hardius. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2007.
Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta: ANDI, 2005.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Pratomo, Titik Sartika & Soedjono, Abd Rachman, Ekonomi Skala Kecil/Menengah
& Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2002.
128
Primiana, Ina. Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri. Bandung, Alfabeta:
2009.
Priyatno, Duwi. Paham analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom,
2011.
Purnomo, Bernard. 52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan,
http://finance.detik.com/read/2011/12/05/160638/1783039/5/52-juta-umk-di-
indonesia-60-dijalankan-perempuan.
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah. Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) Dalam Strategi Perencanaan Ekonomi Nasional.
Jakarta: Sekretariat Jenderal DPD RI, 2009.
Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo 2000.
Soetjipto, Budi W., Mengukur Kinerja Bisnis dengan Balance Scorecard, Usahawan
No.6, XXVI Juni, 1997
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta: 2007.
Sumampouw, Marco. Investasi sumber daya manusia dan perkembangan
perusahaan/organisasi, Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,
1997.
Tambunan, Tulus. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting.
Jakarta: LP3ES, 2012.
129
Teguh, Muhammad. Ekonomi Industri. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010.
Wirawan. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Weitz, Levy. Retailing Management. New York: The McGraw-Hilll Companies, Inc.
2007.
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.
Widarjono, Agus. Ekonometrika Teori dan aplikasinya. Yogyakarta: Ekonsia. 2005.
Wie, Thee Kian. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar & Kecil dalam
sektor Industri Pengolahan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Zimmerer, Thomas W & Norman M. Scarborough. Essentials of Entrepreneurship
and Small Business Management. New Jersey : Prentice Hall, 2007.
Zou, Shaoming & Stan, Simona. The Determinants of Export performance: A Review
of The Emphirical Literature Between 1987 and 1997. International
Marketing Review Vol. 15 No. 5 : MCB University Press, 1998
130
LAMPIRAN I HASIL UJI VALIDITAS
A. Variabel Pembinaan & Pelatihan SDM (X1)
B. Variabel Akses Pemasaran (X2)
C. Variabel Kinerja UMKM (Y)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation Ca1 52,27 23,201 ,553 Ca3 52,27 23,546 ,463 Ca4 52,31 23,009 ,550 Ca5 51,98 23,776 ,486 Ca6 52,19 24,809 ,383 Ca7 51,59 25,211 ,354 Ca8 52,53 23,081 ,477 Ca9 53,24 22,908 ,411 Ca10 51,90 23,748 ,562 Ca11 52,47 23,426 ,390 Ca12 53,25 22,400 ,470 Cb13 52,76 23,977 ,361 Cb14 52,71 20,002 ,336
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Da1 47,75 16,020 ,264 Da2 46,68 16,291 ,425 Db4 46,37 17,169 ,371 Db5 46,54 15,597 ,698 Db6 49,25 13,986 ,383 Dc7 46,49 15,806 ,676 Dc8 46,51 15,703 ,692 Dc9 46,47 15,805 ,692 Dd10 46,51 15,565 ,733 Dd11 46,54 15,218 ,809 Dd12 46,53 15,288 ,802
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Ea1 71,92 25,044 ,619 Ea2 72,07 23,926 ,749 Ea3 71,95 24,290 ,769 Ea4 72,03 23,413 ,863 Ea5 72,00 24,276 ,747 Ea6 71,98 24,569 ,689
131
LAMPIRAN II HASIL UJI RELIABILITAS
A. Variabel Pembinaan & Pelatihan SDM (X1)
B. Variabel Akses Pemasaran (X2)
C. Variabel Kinerja UMKM (Y)
LAMPIRAN III
HASIL UJI ASUMSI KLASIK A. Uji Normalitas
B. Uji Multikolinieritas
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,779 ,821 13
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,844 ,898 11
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,887 ,886 6
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 8,946 2,880 3,106 ,003 SkorX1 ,051 ,147 ,056 ,345 ,732 ,462 2,165 SkorX2 ,025 ,083 ,053 ,295 ,769 ,370 2,706 SkorX3 ,286 ,084 ,510 3,424 ,001 ,544 1,840
132
C. Uji Heteroskedastisitas
D. Uji Autokorelasi
LAMPIRAN IV
HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA A. Fungsi Regresi
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8,715 2,835 3,074 ,003 SkorX1 ,039 ,067 ,086 ,583 ,562 ,554 1,806 SkorX2 ,285 ,082 ,513 3,484 ,001 ,554 1,806
B. Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,573a ,329 ,305 1,792973 1,517 a. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2 b. Dependent Variable: SkorY
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,573a ,329 ,305 1,792973 1,517 a. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2 b. Dependent Variable: SkorY
133
C. Uji Parsial (t) Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8,715 2,835 3,074 ,003 SkorX1 ,039 ,067 ,086 ,583 ,562 ,554 1,806 SkorX2 ,285 ,082 ,513 3,484 ,001 ,554 1,806
D. Uji Simultan (F)
LAMPIRAN V
TABEL HASIL OLAH DATA SPSS VERSI 21.0
A. Identitas Responden
Umur Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 < 30 2 3,4 3,4 5,1 31-40 26 44,1 44,1 49,2 41-50 24 40,7 40,7 89,8
> 50 6 10,2 10,2 100,0 Total 59 100,0 100,0
Status Pernikahan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Lajang 5 8,5 8,5 10,2 Menikah 53 89,8 89,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 88,213 2 44,106 13,720 ,000b Residual 180,026 56 3,215 Total 268,239 58
a. Dependent Variable: SkorY b. Predictors: (Constant), SkorX1, SkorX2
Jenis Kelamin Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 LK 18 30,5 30,5 32,2 PR 40 67,8 67,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
134
Profesi Utama Responden
Frequency
Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Swasta 7 11,9 11,9 11,9 Wirausaha 52 88,1 88,1 100,0 Total 59 100,0 100,0
Jenis Usaha Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
KT 25 42,4 42,4 42,4 B/P 28 47,5 47,5 89,8 Pangan 3 5,1 5,1 94,9 Obat 1 1,7 1,7 96,6 Furnitur 1 1,7 1,7 98,3
Elektro 1 1,7 1,7 100,0 Total 59 100,0 100,0
Lama Usaha Responden
Frequency
Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
12 – 23 b 4 6,8 6,8 6,8 24 – 35 b 5 8,5 8,5 15,3 36 – 48 b 14 23,7 23,7 39,0
> 4 th 36 61,0 61,0 100,0 Total 59 100,0 100,0
Asal modal usaha yang didapat oleh Responden
Frequency
Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tabungan 13 22,0 22,0 22,0 Kerabat 8 13,6 13,6 35,6 Patungan 18 30,5 30,5 66,1 LKF 20 33,9 33,9 100,0 Total 59 100,0 100,0
B. Variabel Pembinaan & Pelatihan SDM (X1)
Responden mengetahui kepanjangan UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 12 20,3 20,3 20,3 Sangat Setuju 47 79,7 79,7 100,0 Total 59 100,0 100,0
135
Responden setuju UMKM dapat mengurangi pengangguran Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 24 40,7 40,7 40,7 Sangat Setuju 35 59,3 59,3 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju kurangnya permodalan merupakan permasalahan UMKM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Setuju 45 76,3 76,3 78,0 Sangat Setuju 13 22,0 22,0 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju kurangnya pembinaan dan pelatihan merupakan
permasalahan UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 7 11,9 11,9 11,9 Setuju 37 62,7 62,7 74,6 Sangat Setuju 15 25,4 25,4 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju lemahnya pemasaran merupakan permasalahan UMKM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Setuju 2 3,4 3,4 3,4 Setuju 30 50,8 50,8 54,2 Sangat Setuju 27 45,8 45,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju kemitraan merupakan strategi dalam bentuk kerja sama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Setuju 1 1,7 1,7 1,7 Setuju 44 74,6 74,6 76,3 Sangat Setuju 14 23,7 23,7 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju tentang prinsip-prinsip dalam kemitraan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 11 18,6 18,6 18,6 Sangat Setuju 48 81,4 81,4 100,0 Total 59 100,0 100,0
136
Responden setuju kemitraan bertujuan mempersempit kesenjangan antara
UMKM dengan Usaha Besar Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 41 69,5 69,5 69,5 Sangat Setuju 18 30,5 30,5 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju kemitraan LotteMart dilakukan oleh Pemda, Perusahaan
Swasta dan UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 48 81,4 81,4 81,4 Sangat Setuju 11 18,6 18,6 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju Pemda menyewa lahan outlet di LotteMart untuk pemasaran
produk UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 29 49,2 49,2 49,2 Sangat Setuju 30 50,8 50,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
Kemitraan di LotteMart merupakan solusi akan sulitnya pemasaran produk
UMKM Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 1 1,7 1,7 1,7 Kurang Setuju 3 5,1 5,1 6,8 Setuju 22 37,3 37,3 44,1 Sangat Setuju 33 55,9 55,9 100,0 Total 59 100,0 100,0
Metode pelatihan dan pembinaan yang didapat oleh Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SUM1 1 1,7 1,7 1,7 SUM2 3 5,1 5,1 6,8 SUM3 27 45,8 45,8 52,5 SUM4 16 27,1 27,1 79,7 SUM5 12 20,3 20,3 100,0 Total 59 100,0 100,0
137
Metode pelatihan dan pembinaan sudah sesuai dengan jenis usaha Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Kurang Sesuai 17 28,8 28,8 30,5 Sesuai 41 69,5 69,5 100,0 Total 59 100,0 100,0
Ragam informasi yang didapatkan oleh responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 6 10,2 10,2 10,2 SUM2 1 1,7 1,7 11,9 SUM3 14 23,7 23,7 35,6 SUM4 16 27,1 27,1 62,7 SUM5 22 37,3 37,3 100,0 Total 59 100,0 100,0
Informasi bermanfaat untuk jenis usaha Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Kurang Bermanfaat 1 1,7 1,7 3,4 Bermanfaat 55 93,2 93,2 96,6 Sangat bermanfaat 2 3,4 3,4 100,0 Total 59 100,0 100,0
C. Variabel Akses Pemasaran (X2)
Luas cakupan penjualan produk usaha Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 2 3,4 3,4 3,4 Luar Kota 23 39,0 39,0 42,4 Luar Propinsi 34 57,6 57,6 100,0 Total 59 100,0 100,0
Tingkat kestrategisan lokasi outlet UMKM di LotteMart
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 3 5,1 5,1 5,1 Sangat tidak Strategis
1 1,7 1,7 6,8
Tidak Strategis 1 1,7 1,7 8,5 Kurang Strategis 12 20,3 20,3 28,8 Strategis 42 71,2 71,2 100,0 Total 59 100,0 100,0
138
Responden puas dengan outlet UMKM di LotteMart Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 2 3,4 3,4 3,4 Sangat Tidak Puas 1 1,7 1,7 5,1 Tidak Puas 1 1,7 1,7 6,8 Kurang Puas 20 33,9 33,9 40,7 Puas 35 59,3 59,3 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju kualitas produk menjadi prioritas utama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 9 15,3 15,3 15,3 Sangat Setuju 50 84,7 84,7 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju harga jual produk harus kompetitif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 19 32,2 32,2 32,2 Sangat Setuju 40 67,8 67,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju produk yang dipajang di outlet LotteMart lebih mahal dari pasaran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 26 44,1 44,1 44,1 Tidak Setuju 18 30,5 30,5 74,6 Kurang Setuju 8 13,6 13,6 88,1 Setuju 5 8,5 8,5 96,6 Sangat Setuju 2 3,4 3,4 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju melakukan promosi melalui brosur / pamflet / banner
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 16 27,1 27,1 27,1 Sangat Setuju 43 72,9 72,9 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju promosi melalui internet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 17 28,8 28,8 28,8 Sangat Setuju 42 71,2 71,2 100,0
139
Total 59 100,0 100,0
Responden setuju memberikan potongan harga/diskon di outlet LotteMart Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 15 25,4 25,4 25,4 Sangat Setuju 44 74,6 74,6 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju harus tercipta variasi produk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 19 32,2 32,2 32,2 Sangat Setuju 40 67,8 67,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
Responden setuju variasi produk dapat memperluas segmentasi pasar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 18 30,5 30,5 30,5 Sangat Setuju 41 69,5 69,5 100,0 Total 59 100,0 100,0
D. Variabel Kinerja UMKM (Y)
Aset usaha Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SUM2 16 27,1 27,1 27,1 SUM3 36 61,0 61,0 88,1 SUM4 1 1,7 1,7 89,8 SUM5 6 10,2 10,2 100,0 Total 59 100,0 100,0
Kekayaan bersih dari usaha Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 101 – 250 juta 25 42,4 42,4 42,4 50 – 100 Juta 28 47,5 47,5 89,8 < 50 Juta 6 10,2 10,2 100,0
Responden setuju melakukan inovasi produk Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 17 28,8 28,8 28,8 Sangat Setuju 42 71,2 71,2 100,0 Total 59 100,0 100,0
140
Total 59 100,0 100,0
Persentase peningkatan kekayaan usaha Responden setelah mengikuti kemitraan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 1 1,7 1,7 1,7 Tidak meningkat 3 5,1 5,1 6,8 < 50 % 6 10,2 10,2 16,9 50 – 79 % 40 67,8 67,8 84,7 80 – 100 % 5 8,5 8,5 93,2
> 100 % 4 6,8 6,8 100,0 Total 59 100,0 100,0
Perkiraan omzet per bulan dari usaha Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
101 – 200 Juta 1 1,7 1,7 1,7 51 – 100 Juta 31 52,5 52,5 54,2 25 – 50 juta 21 35,6 35,6 89,8 < 25 juta 6 10,2 10,2 100,0 Total 59 100,0 100,0
Persentase peningkatan omzet usaha Responden setelah mengikuti kemitraan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak meningkat 1 1,7 1,7 1,7 < 50 % 6 10,2 10,2 11,9 50 – 79 % 39 66,1 66,1 78,0 80 – 100 % 8 13,6 13,6 91,5
> 100 % 5 8,5 8,5 100,0 Total 59 100,0 100,0
Pendapatan digunakan kembali untuk kebutuhan usaha
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 7 11,9 11,9 11,9 Sangat Setuju 52 88,1 88,1 100,0 Total 59 100,0 100,0
141
LAMPIRAN VI KUESIONER PENELITIAN
A. Tata Cara Pengisian Kuesioner Mohon isi daftar pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda Kerahasiaan identitas anda dijamin Mohon isi jawaban sesuai dengan kondisi anda dan kondisi usaha anda saat ini
B. Profil Responden Berilah tanda (√) pada salah satu kotak yang tersedia dari masing-masing pertanyaan! 1. Nama : ______________________________________________________ 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Umur : < 30 tahun 41 – 50 tahun
31 – 40 tahun > > 50 tahun 4. Status : Lajang Janda / Duda
Menikah 5. Pekerjaan Utama : PNS/BUMN Wirausaha
Pegawai Swasta 6. Jenis Usaha : Kerajinan Tangan Obat-obatan / Medis
Busana / Pakaian Perabotan Rumah / Furniture Pangan Alat Elektronik
7. Lama Usaha : < 1 tahun 24 – 35 bulan > 4 tahun 12 – 23 bulan 36 – 48 bulan
8. Sebagian Besar modal usaha anda didapat dari? a. Lembaga keuangan formal d. Penghasilan pribadi / tabungan b. Patungan usaha e. Jasa Rentenir c. Pinjaman keluarga / kerabat
C. Variabel Pembinaan dan Pelatihan SDM
Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang anda pilih!
Instrumen pengetahuan seputar UMKM & Kemitraan Pernyataan SS S KS TS STS
1. UMKM adalah kepanjangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
2. Dengan adanya UMKM, maka dapat mengurangi pengangguran
3. Kurangnya permodalan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM
4. Kurangnya pembinaan dan pelatihan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM
5. Lemahnya pemasaran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM
6. Kemitraan merupakan strategi dalam bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam waktu tertentu
7. Kemitraan harus berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling membesarkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
8. Kemitraan bertujuan mempersempit kesenjangan
SS = Sangat Setuju KS = Kurang Setuju STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju
142
antara UMKM dengan Usaha Besar milik pemerintah maupun swasta
9. Kemitraan di LotteMart Bintaro dilakukan oleh 3 pihak yaitu pemerintah daerah, perusahaan swasta dan UMKM
10.
LotteMart Bintaro menyewakan lahan kepada Pemda Dinas Koperasi & UMKM Tangerang Selatan untuk digunakan sebagai outlet pemasaran produk-produk UMKM.
11. Kemitraan di LotteMart Bintaro merupakan solusi akan sulitnya pemasaran produk-produk UMKM di Tangerang Selatan.
Instrumen Metode Pembinaan & Pelatihan 12. Pembinaan & Pelatihan mana sajakah yang sudah anda dapatkan selama pertemuan koordinasi
di Outlet UMKM LotteMart cabang Bintaro? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!) Pelatihan Manajemen .... Keterampilan Produk .... Keterampilan Pemasaran .... Pelatihan Birokrasi dan Perizinan .... Motivasi Minat & Bakat Usaha ....
13. Apakah metode pembinaan dan pelatihan yang diberikan selama pertemuan koordinasi sesuai dengan jenis usaha anda? a. Sangat Sesuai c. Kurang sesuai e. Sangat tidak sesuai b. Sesuai d. Tidak sesuai
14. Informasi apa sajakah yang sudah anda dapatkan selama pertemuan koordinasi di Outlet UMKM LotteMart cabang Bintaro? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!) Informasi Peluang Pasar .... Informasi Peluang Usaha .... Informasi Pembiayaan Permodalan .... Informasi Pameran Usaha .... Informasi Hak Paten / HaKI ....
15. Apakah informasi yang diberikan selama pertemuan koordinasi bermanfaat untuk usaha anda? a. Sangat bermanfaat c. Kurang bermanfaat e. Sangat tidak bermanfaat b. Bermanfaat d. Tidak bermanfaat
D. Variabel Akses Pemasaran
Instrumen Jaringan (networking) 1. Sudah seberapa luas cakupan penjualan produk dari usaha anda hingga saat ini?
a. Luar Negara c. Luar Kota e. Sekitar Kompleks / Dusun b. Luar Propinsi d. Luar Kecamatan
2. Bagaimana tingkat kestrategisan lokasi outlet UMKM di LotteMart Bintaro sebagai tempat untuk memperluas pemasaran produk usaha anda? a. Sangat strategis c. Kurang strategis e. Sangat tidak strategis b. Strategis d. Tidak strategis
3. Apakah anda puas dengan akses pemasaran yang diberikan oleh Pemda dengan cara penyediaan outlet khusus UMKM di LotteMart Bintaro? a. Sangat puas c. Kurang puas e. Sangat tidak puas b. Puas d. Tidak puas
Instrumen Penetapan Harga (pricing)
143
Pernyataan SS S KS TS STS
4. Kualitas produk menjadi prioritas utama agar memiliki nilai jual yang tinggi
5. Agar tidak kalah saing, maka harga jual dan kualitas produk harus kompetitif
6. Produk yang dipajang di outlet LotteMart lebih mahal dari pasaran karena pertimbangan tingginya daya beli konsumen
Instrumen Promosi
Pernyataan SS S KS TS STS
7. Promosi melalui brosur / pamflet / banner dibutuhkan untuk memperkenalkan produk
8. Promosi melalui media internet dibutuhkan untuk memperluas pemasaran
9. Untuk menarik lebih banyak pembeli, anda memberikan potongan harga / diskon pada produk yang di pajang di outlet LotteMart
Instrumen Inovasi Pernyataan SS S KS TS STS
10. Pembaruan atau inovasi produk diperlukan agar nilai jual produk meningkat
11. Penggunaan bahan baku harus dimanfaatkan secara maksimal agar tercipta variasi produk
12. Dengan adanya variasi produk maka dapat memperluas segmentasi pasar karena selara konsumen beragam
E. Variabel Kinerja UMKM Instrumen Aset Usaha dan Pendapatan (omzet) usaha
1. Apa sajakah aset yang telah dimiliki usaha anda saat ini? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!) Peralatan .... Mesin Produksi .... Kendaraan .... Toko / Outlet (selain di LotteMart) .... Hak Paten / Merek Dagang ....
2. Berapa nilai kekayaan bersih dari usaha yang anda miliki saat ini? (tidak termasuk bangunan & tanah) a. < Rp 50 Juta c. Rp 101 – 250 Juta e. > Rp 500 juta b. Rp 50 – 100 Juta d. Rp 251 – 500 Juta
3. Sejak mengikuti kemitraan di LotteMart, kekayaan usaha anda meningkat sebesar? a. > 100 % c. 50-79 % e. Tidak meningkat b. 80-100 % d < 50 %
4. Berapa perkiraan omzet (pendapatan) per bulan dari usaha anda? a. < Rp. 25 Juta c. Rp 51 – 100 Juta e. > Rp 200 Juta b. Rp 25 – 50 Juta d. Rp 101 - 200 Juta
5. Sejak mengikuti kemitraan di LotteMart, omzet usaha anda meningkat sebesar? a. > 100 % c. 50-79 % e. Tidak meningkat b. 80-100 % d < 50 %
6. Sebagian besar pendapatan yang diperoleh, digunakan kembali untuk keperluan usaha?
144
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju b. Setuju d. Tidak Setuju
“Kepada yang terhormat para pejuang entrepreneur, kami ucapkan SELAMAT! Dengan selesainya pengisian angket kuesioner ini, maka anda telah memberikan kontribusi dalam rangka peningkatan kualitas kinerja usaha bisnis anda dan sekitar anda, atas kerja sama dan waktu yang anda luangkan, kami ucapkan banyak terima kasih!”
–UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA-