skripsi oleh: nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · teknik pengumpulan data dilakukan...

49
KAWIN CERAI PADA DALANG WAYANG KULIT DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nuryati 3401412026 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: tranhuong

Post on 19-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

KAWIN CERAI PADA DALANG WAYANG KULIT DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nuryati 3401412026

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

KAWIN CERAI PADA DALANG WAYANG KULIT DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nuryati 3401412026

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 3: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Juli 2017

Page 4: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi

pada

Hari : Kamis

Tanggal : 13 Juli 2017

Page 5: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Page 6: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

� Lamun siro kadunungan ilmu nyoto, hayuwo kongsi hangunggung sariro,

ngeling ono yen nganti ilmu niro pinundut dening kang Maha Kuasa, yekti

sirno aji niro pepes tanpo doyo. (Ki Joko Hadiwijoyo).

� Abghodul halal ‘indallahi At-Thalaq ( perkara halal yang dibenci Allah adalah

Thalaq/ Perceraian) HR: Abu Daud.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillah dan segala kerendahan hati, skripsi ini

penulis persembahkan kepada:

� Bapak Achmadi Kitam dan Ibu Asmi, orang tua saya yang selalu

memberikan do’a, dukungan, motivasi, masukan, teladan dan inspirasi selama

ini.

� Kakak saya Saefullah dan dik Tati yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan do’a selama ini.

� Para sahabat dan orang-orang terdekat yang memberikan semangat, dukungan,

do’a dan inspirasi selama ini.

� Rekan-rekan S1 Pendidikan Sosiologi dan Antropologi UNNES 2012.

� Seluruh dosen Sosiologi dan Antropologi, FIS, UNNES.

Page 7: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

iv

SARI Nuryati. 2017, Kawin Cerai Dalang Wayang Kulit Kota Semarang. Jurusan

Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Asma Luthfi, S. Th.I, M. Hum Dr. Thriwaty Arsal, M.Si., 151

halaman.

Kata Kunci: Dalang. Perceraian, Perkawinan, Wayang Kulit.

Perkawinan termasuk sebagai sebuah kebutuhan dasar (asasi) setiap manusia

untuk mencapai kebahagian, walaupun terjadinya perkawinan juga memungkinkan

terjadinya perceraian. Seperti yang juga terjadi pada seorang dalang wayang kulit.

Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pandangan religi dalang wayang

kulit tentang perkawinan dan perceraian. 2. Untuk mengetahui faktor yang

menyebabkan dalang wayang kulit melakukan kawin cerai. 3. Untuk mengetahui

motivasi dalang wayang kulit dalam memutuskan kawin cerai.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,

berlokasi di Semarang. Informan utama dalam penelitian dalang wayang kulit yang

melakukan kawin cerai, adapun informan pendukung dalam penelitian ini adalah

orang-orang terdekat dalang baik dari keluarga maupun dari lingkungan sosialnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Uji validitas data dilakukan melalui teknik triangulasi data. Teknik analisis data

dilakukan melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi

data.

Hasil penelitian menunjukan faktor sosial budaya terjadinya perceraian dalam

keluarga dalang wayang kulit adalah, kesibukan dalam pekerjaan, perselisihan dalam

rumah tangga dan faktor perselingkuhan. Motivasi dalang wayang kulit melakukan

kawin cerai terdiri dari motivasi agama (religi), motivasi prestise, dan motivasi

ekonomi dan juga nafsu seksual. Pilihan rasional dalang wayang kulit dalam

melakukan kawin cerai didasarkan atas pertimbangan kebutuhan biologis yang

berkorelasi pada pertimbangan agama. Sex merupakan kebutuhan biologis manusia

nafsu seksua, ketika kita berbicara tentang perkawinan maka kita melihatnya dari dua

sisi yaitu perkawinan sebagai perintah agama dan perkawinan merupakan jalan satu-

satunya penyaluran seksual yang disahkan oleh agama, maka ketika kebututuhan

seksual merupakan kebutuhan biologis maka agama dalam hal ini memiliki peran

untuk mengaturnya. Pilihan rasional lain juga didasarkan pada pertimbangan prestise

yang korelasi pada pertimbangan kebutuhan sosial.

Saran penelitian Bagi dalang wayang kulit, bahwa sebagai seorang dalang dan

juga merupakan tokoh masyarakat harus memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat pendukungnya. Bagi masyarakat, hendaknya tidak mengeneralisasikan

bahwa profsi dalang dekat dengan kawin cerai, karena tidak semua dalang melakukan

kawin cerai.

Page 8: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Skripsi dengan judul “Kawin Cerai Pada Dalang Wayang Kulit Kota Semarang”. Di

dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itudengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi kesempatan kuliah di Universitas Negeri Semarang kepada

penulis.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang selalu

memberikan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas diri.

3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M. A. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dan

Antropologi yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

4. Asma Luthfi, S. Th.I, M. Hum sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Thriwaty Arsal, M.Si sebagai Pembimbing II yang banyak memberikan saran

membangun dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

vi

6. Dr. Nugroho Trisnu Brata, S.Sos, M. Hum sebagai penguji yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan ilmu selama di

bangku kuliah.

8. Ki dalang Djoko Hadiwijoyo dalang wayang kulit Kota Semarang yang telah

banyak membantu memberikan informasi kepada penulis.

9. Ki dalang Darsuki dalang wayang kulit Kota Semarang yang telah banyak

membantu memberikan informasi kepada penulis.

10. Orang tuaku Bapak Achmadi Kitam dan Ibu Asmi, atas kasih sayang, doa, serta

pengorbanan yang telah diberikan. dan kakakku Saefullah dan dik Tati

11. Para pengrawit dan sinden sanggar seni Wijoyo Laras yang telah banyak

membantu penulis dalam penelitian

12. Masyarakat Desa Pudak Payung terutama kepada para informan yang telah

memberikan informasi.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsiini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita tawakal, memohon hidayah dan

Inayah-Nya. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Page 10: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iii

PERNYATAAN ......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

SARI ........................................................................................................... vi

PRAKATA ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR BAGAN .................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1) Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

2) Rumusan Masalah ...................................................................... 6

3) Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

4) Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

a. Manfaat Teoritis ..................................................................... 7

b. Manfaat Praktis ...................................................................... 8

5) Batasan Istilah ............................................................................ 8

a. Perkawinanan ......................................................................... 8

b. Perceraian ............................................................................... 10

c. Dalang .................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ........... 13

1) Deskripsi Teoretis ...................................................................... 13

a. Definisi Konseptual ............................................................... 13

b. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................. 19

2) Kerangka Berfikir ...................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

1) Latar Penelitian .......................................................................... 30

2) Fokus Penelitian ........................................................................ 31

3) Sumber Data .............................................................................. 32

4) Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 40

5) Uji Validitas Data ...................................................................... 44

6) Metode Analisis Data ................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMAHASAN ...................................................... 50

Page 11: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

viii

1) Gambaran Umum Kota Semarang .............................................. 50

a. Aspek Geografis Dan Demografis Kota Semarang ................ 52

b. Kesenian Wayang Kulit Di Kota Semarang ........................... 53

2) Profil Dalang Wayang Kulit Kota Semarang ............................. 56

a. Profil Dalang Joko Edan Hadiwijoyo ..................................... 56

b. Profil Dalang Darsuki ............................................................. 61

c. Profil Dalang Sunarko............................................................. 62

3) Faktor Sosial Budaya Dalang Kawin Cerai Dalang Wayang Kulit

..................................................................................................... 63

a. Kesibukan Dalam Pekerjaan ................................................... 65

b. Perselisihan Dalam Rumah Tangga ........................................ 69

c. Perselingkuhan........................................................................ 72

4) Motivasi Dalang Wayang Kulit Melakukan Kawin Cerai............ 87

a. Makna Perkawinan Dalam Pandangan Dalang Wayang Kulit 87

b. Tujuan Perkawinan Dalam Pandangan Dalang Wayang Kulit 90

c. Pandangan Terhadap Perceraian.............................................. 92

d. Motivasi Perceraian................................................................ 95

5) Motivasi Pernikahan Dalang Wayang Kulit............................... 102

a. Motivasi Agama ...................................................................... 102

b. Motivasi Ekonomi .................................................................. 105

c. Motivasi Prestise...................................................................... 110

6) Pilihan Rasional Dalang Wayang Kulit Melakukan Kawin Cerai 113

a. Pertimbangan Kebutuhan Biologis Dan Religi ....................... 114

b. Pertimbangan Kebutuan Sosial Dan Profesi ........................... 119

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 126

1) SIMPULAN ............................................................................... 126

2) SARAN ...................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 129

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. 131

Page 12: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar tabel matrik penelitian yang relevan ....................................... 6

Tabel 2 Daftar informan utama. ...................................................................... 42

Tabel 3 Daftar informan pendukung ............................................................... 42

Tabel 4 Daftar jumlah penduduk kota Semarang ........................................... 48

Tabel 5 Daftar perkembangan penduduk lahir, mati, datang dan pindah ........ 60

Page 13: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

1

BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat tidak

terlepas dari pengaruh sosial dan budaya dimana masyarakat itu berada dan juga

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat

tersebut. Seperti halnya aturan perkawinan masyarakat Indonesia, bukan saja

dipengaruhi oleh peraturan undang-undang maupun agama tetapi juga dipengaruhi

oleh adanya adat istiadat atau kebudayaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Masyarakat Jawa memandang perkawinan sebagai sesuatu yang tidak hanya

melibatkan antara dua mempelai, tetapi juga melibatkan orang tua, keluarga, dan juga

agama. Menurut Geertz (1985:45) perkawinan merupakan pelebaran menyamping

ikatan keluarga antara dua kelompok himpunan yang bukan saudara, atau sebaliknya,

ia merupakan pengukuhan keanggotaan didalam kelompok endogam bersama.

Perkawinan tidak hanya sekedar ikatan antara laki-laki dan perempuan tetapi juga

memengaruhi pola kekerabatan keluarga laki-laki dan perempuan. Menurut

Brotosiswojo (dalam Wahyudi, 2004:90), perkawinan merupakan suatu masalah yang

tetap hangat diseluruh lapisan masyarakat, karena melalui proses perkawinan, tercipta

banyak sekali makna kehidupan dalam kehidupan manusia, antara lain melaksanakan

regenerasi untuk menjaga kelestarian ummat manusia. Selain merupakan wahana

untuk melaksanakan tanggung jawab dalam membentuk pribadi generasi yang

Page 14: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

2

selektif, perkawinan bukan masalah mudah, walaupun kelihatannya sederhana, karena

perkawinan harus dijalani dengan persiapan yang matang sehingga tidak

menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dan norma dalam masyarakat.

Munculnya permaslahan pada sebuah perkawinan seperti halnya karena masalah

ekonomi, pola komunikasi yang pasif, perselisihan pendapat maupun perselingkuhan

akan berdampak pada munculnya perceraian. Perceraian terjadi ketika diantara kedua

pasangan mengalami sebuah konflik yang memang sudah tidak bisa diselesaikan dan

perceraian sebagai pilihan terakhir.

Perceraian merupakan sebuah gejala umum yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Krantzler (dalam Ihromi, 1973:56) perceraian merupakan berakhirnya

hubungan antara dua orang yang pernah hidup bersama sebagai pasangan suami istri.

Soekanto (1982:52) mengartikan perceraian sebagai sebuah bentuk disorganisasi dari

sebuah keluarga. Perceraian pada umumnya merupakan sebuah citra negatif dalam

sebuah hubungan keluarga pada masyarakat manapun, perceraian sebagai sebuah

jalan pengamanan dari ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam sebuah rumah

tangga. Sementara Goode (2004:13) mengangkat sebuah isu perceraian sebagai

kekacauan dalam sebuah rumah tangga. Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan

sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial

jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran mereka

sepenuhnya.

Citra negatif perceraian dalam paradigma masyarakat secara umum,

didasarkan dari pemahaman umum masyarakat terhadap perkawinan yang

Page 15: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

3

menganggap bahwa perkawinan sebagai sebuah peristiwa sakral yang dilakukan di

bawah otoritas agama dan pemerintah. Perkawinan tidak hanya melibatkan calon

suami dan istri, tetapi juga melibatkan kerabat dekat, keluarga besar, masyarakat,

pemangku adat dan agama. Perkawinan yang berakhir dengan perceraian dinilai tidak

hanya melecehkan keluarga, tapi juga melecehkan masyarakat, adat dan agama.

Posisi ini, kecaman terhadap pasangan yang bercerai dapat dipahami karena

perkawinan masuk dalam wilayah sakral serta melibatkan semua pihak, pada

masyarakat Jawa secara umum, masih memandang negatif terhadap pasangan yang

memutuskan bercerai. Bagi masyarakat, perceraian itu buruk, jahat, melukai perasaan

salah satu pasangan dan berdampak tidak baik bagi anak dan keluarga kedua belah

pihak. Tetapi jika kita lihat saat ini fenomena perceraian merupakan suatu hal yang

tidak tabu lagi dalam pandangan masyarakat, hal ini didasarkan pada banyaknya

fenomena perceraian yang muncul dalam dengan berbagai latar belakang

penyebabnya.

Perceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga banyak dilatar belakangi oleh

faktor-faktor interen rumah tangga, seperti kesulitan ekonomi, hubungan suami istri,

ketidak percayaan, kekejaman mental, perselingkuhan dan juga pernikahan dini.

Suhadi (2012) menyebutkan bahwa faktor yang melatar belakangi sebuah rumah

tangga mengalami perceraian dibagi menjadi tiga kategori, pertama adalah relasi

penyubur perceraian, kedua untuk mendapat kekuasaan, ketiga redefinisi dari

perceraian itu sendiri.

Page 16: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

4

Munculnya fenomena kawin cerai yang terjadi dalam masyarakat, seperti

dalam tayangan televisi yang banyak dilakukan oleh para publik figure setidaknya

merepresentasikan tentang bagaimana sebuah perceraian dianggap sebagai suatu hal

yang sangat umum oleh masyarakat pada saat ini. Fenomena kawin cerai selain

banyak dilakukan oleh para kalangan artis, juga dilakukan oleh dalang wayang kulit.

Dalang adalah orang yang memainkan serta menceritakan wayang (Poerwadarminta,

1939:101).

Peran dalang dalam masyarakat tidak lebih sebagai seorang guru atau yang

sering di sebut dengan ngudal piwulang yang berarti memberi pelajaran, dalam

pengertian ini terdapat dasar kehidupan yang utama. Dalanglah yang akan

menceritakan kehidupan manusia yang baik yang harmonis sehingga mencapai

kebahagiaan lahir maupun batin melalui cerita dalam pewayangan. Dalang dapat

digambarkan sebagai seorang yang memberi pelajaran, wejangan, uraian dalam

kehidupan sehari-hari melalui cerita-cerita pewayangan yang dibawakannya saat

pagelaran wayang kulit, Susetya (2007:87). Peran dalang dalam masyarakat mendapat

kedudukan tinggi dan terhormat, maka dalang harus memiliki sifat atau watak

mahambeg guru, yaitu berperan sebagai guru bagi para penonton atau masyarakat,

dalam pagelarannya selalu memberikan ajaran atau piwulang dalam kehidupan

masyarakat, sehingga sikap dan perbuatan seorang dalang dalam kehidupan

masyarakat harus dapat memberi keteladanan yang baik kepada masyarakat.

Seperti yang diungkapkan Amir (1994:84) bahwa di samping ketrampilan-

ketrampilan sebagai seorang seniman dalang juga dituntut sebagai seorang

Page 17: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

5

penceramah (memberi petunjuk tentang bagaiamana orang hidup dengan baik,

sejahtera dalam rumah tangga dan sejahtera dalam masyarakat). Selain itu seorang

dalang juga harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, karena dalam

kehidupannya sering melakukan tirakat atau olah batin agar diberi kepekaan rohani.

Tingkat religiusitas atau spiritual seorang dalang sangat erat kaitannya dengan agama

Jawi.

Peran dalang di dalam masyarakat sejak dulu hingga sekarang masih dianggap

penting, karena merupakan juru penerang bagi masyarakat, yaitu sebagai pendidik

dengan memberi nasehat tentang filsafat, keutamaan hidup kepada masyarakat. Hal

ini dimaksud agar masyarakat menjadi manusia utama dan berbudi luhur, kepribadian

mulia, serta berguna terhadap pembangunan bangsa dan negara, dengan begitu

sentralnya peran dalang dalam masyarakat tentu menjadi hal yang sangat menarik

untuk dibahas terkait dengan fenomena kawin cerai dalang wayang kulit. Sebagai

tokoh masyarakat dan seorang yang memiliki pengetahuan spiritual yang tinggi, hal

apa yang sekiranya menjadi pertimbangan bagi seorang dalang dalam melakukan

kawin cerai. Sastroamidjojo, dalam (Susetya, 2007:21) mengklasifikasikan jenis

dalang menjadi lima golongan, pertama adalah dalang sejati. Dalang ini menitik

beratkan pertunjukannya pada berbagai cerita yang dapat dipakai tauladan bagi

halayak ramai dalam kehidupan batin sehari-hari. Kedua adalah dalang Purba, dalang

ini menitik beratkan pertunjukan pada berbagai cerita atau selalu mengambil cerita

yang dapat membangun (amurba), memberi semangat kepada penonton agar bangkit

dari kebodohan, kemiskinan, keterpurukan, kesalahan dan dosa dan seterusnya.

Page 18: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

6

Ketiga adalah dalang wasesa, dalang ini sangat mengasai berbagai cerita maupun

teknik pedalangan, sehingga perasaan penonton gampang terbawa kedalam suasana

yang dipentaskan, seperti trenyuh (belas kasih) kemurahan, hati yang lapang,

kesabaran, prihatin, perasaan cinta atau asmara. Keempat, adalah dalang Guna,

dalang ini selalu beraturan dengan pakem (buku pewayangan) tanpa ditambah variasi

yang lain atau apa adanya. Kelima, adalah dalang Wikalpo, dalang ini lebih sederhana

lagi, yakni mendalang hanya melulu berdasarkan pakem saja.

Adanya fenomena dalang-dalang wayang kulit yang melakukan kawin cerai,

seperti dalang Ki Manteb Soedarsono yang melangsungkan pernikahan untuk yang

ketujuh kalinya dan juga Ki Joko Edan Hadiwijoyo yang melakukan kawin cerai

sebanyak lima kali. Perkawinan yang dilakukan oleh Ki Manteb Soedarsono

dilakukan karena tuntutan profesi bahwa seorang dalang ruwat tidak boleh seorang

jejaka dan juga tidak boleh seorang duda (Solo Tempo, 2011). Terjadinya perceraian

dalam sebuah rumah tangga merupakan merupakan suatu hal yang memungkinkan

untuk terjadi yang dilandasi oleh berbagai faktor. Begitu juga dengan seorang dalang

wayang kulit, keputusan untuk bercerai dan menikah kembali merupakan suatu hal

mereka lakukan, karena alasan tuntutan profesi.

Adanya tuntutan seorang dalang ruwat, yaitu tidak boleh seorang duda, jejaka

maupun melakukan poligami menjadikan alasan tersendiri bagi seseorang untuk

melakukan perkawinan yang kebeberapa kalinya, meskipun secara tuntunan menurut

sebagaian agama, poligami juga menjadi mekanisme untuk mempertahankan

keutuhan rumah tangga. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Goode (2004:192)

Page 19: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

7

bahwa gereja-gereja di Amerika tidak menyetujui akan perceraian, walaupun ada

perbedaan perceraian menurut pengelompokan gereja. Begitu juga dalam agama

Islam, sebagai agama yang dianut mayoritas dalang wayang ikuti juga

mengkonstruksikan bahwa poligami lebih di utamakan dengan perceraian. Ternyata

jika kita lihat banyak dalang-dalang wayang kulit melakukan perceraian

dibandingkan poligami. Melalui latar belakang ini penulis ingin mengetahui lebih

mendalam tentang kawin cerai yang dilakukan oleh dalang wayang kulit.

2) Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis memiliki beberapa rumusan

masalah, antara lain :

1. Apa faktor sosial budaya yang menyebabkan dalang wayang kulit melakukan

kawin cerai?

2. Apa motivasi dalang wayang kulit melakukan kawin cerai?

3. Bagaimana pilihan rasional dalang wayang kulit dalam melakukan kawin

cerai?

3) Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, nilai religi dalang wayang kulit dalam

memaknai perkawinan dan perceraian maka kajian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pandangan religi dalang wayangkulit tentang perkawinan

dan perceraian.

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan dalang wayang kulit melakukan

kawin cerai

Page 20: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

8

3. Untuk mengetahui motivasi dalang wayang kulit dalam memutuskan kawin

cerai.

4) Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Manfaat teoritis

1. Memberikan bahan informasi akademis terhadap kajian masyarakat

dan kebudayaan tentang kawin cerai yang terjadi masyarakat.

2. Pengembangan keilmuan dalam bidang antropologi agama tentang

perkawinan dan perceraian dalam perspektif religi.

3. Dapat menjadi bahan pelajarbahan referensi bagai mata pelajaran

SMA pokok bahasan Agama dan Religi.

b. Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi kepada masyarakat

untuk memahami fenomena sosial terkait dengan masalah terkait

perkawinan dan perceraian.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan

lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

3. Bagi guru, dapat menjadi bahan reverensi dalam pembelajaran sub

pokok agama dan religi.

5) Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dan memudahkan

pemahaman, maka perlu adanya penjelasan istilah-istilah penting yang digunakan

Page 21: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

9

dalam penelitian ini. Untuk itu peneliti menjelaskan beberapa istilah yang dimaksud

dalam penelitian, antara lain sebagai berikut :

a. Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu life-cycle penting yang merupakan

masa peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga. Polak

mengartikan pentingnya arti sebuah pernikahan hal ini dibuktikan dengan

adanya upacara dan perayaan yang menyertainya (1985:377). Menurut

Narwoko (2007: 229) arti sesungguhnya perkawinan adalah penerimaan status

baru, dengan sederetan hak dan kewajiban baru serta pengauan status baru

oleh orang lain, perkawinan juga merupakan persatuan dari dua atau lebih

individu yang berlainan dengan persetujuan masyarakat.

Perkawinan merupakan pelebaran menyamping ikatan keluarga antara

dua kelompok himpunan yang bukan saudara, atau sebaliknya, ia merupakan

pengukuhan keanggotaan didalam kelompok endogam bersama. Dengan kata

lain perkawinan tidak hanya sekedar ikatan antara laki-laki dan perempuan

tetapi juga mempengaruhi pola kekerabatan keluarga laki-laki dan perempuan

(Geertz: 1985: 45). Dapat diartikan bahwa perkawinan merupakan keterikatan

hubungan suami dan istri baik secara agama, adat maupun hukum negara yang

mana hal itu juga melibatkan seluru anggota dari kedua belah pihak baik dari

pihak suami maupun dari pihak istri.

Page 22: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

10

Perkawinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ikatan sosial

antara suami dan istri untuk membangun sebuah keluarga, yang didalammya

berisi hak, kewajiban dan tanggungjawab diantara keduannya. Perkawinan

dikenal sebagai hubungan antara pria dan wanita untuk mendapatkan

keturunan, hubungan seksual dan pembagian peran terkait tanggung jawab

anatara suami dan istri.

b. Perceraian

Pengertian perceraian menurut Krantzler (1973:85) perceraian adalah

berakhirnya hubungan antara dua orang yang pernah hidup bersama sebagai

pasangan suami istri. Ikatan hubungan antara suami dan istri yang pernah

hidup bersama dalam satu rumah karena ikatan resmi. Terjadinya perceraian

antara suami dan istri dikatakan pula sebagai berahirnya hubungan resmi

antara suami dan istri yang pernah hidup bersama. Terjadinya perceraian

antara suami dan istri dalam sebuah rumah tangga diakibatkan adanya sebuah

masalah yang sudah tidak memiliki jalan keluar.

Perceraian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berakhirnya

hubungan antara suami dan istri yang pernah hidup bersama karena ikatan

resmi yang disebabkan oleh maslah yang tidak menemukan solusi ataupun

jalan keluar. Kecenderungan situasi menjelang perceraian ditandai dengan

macetnya komunikasi antara suami istri, akibatnya kedua pasangan tersebut

Page 23: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

11

sudah tidak bisa menghasilkan kesepakatan bersama yang dapat memuaskan

masing-masing pihak.

c. Dalang

Dalang adalah orang yang memainkan dan menceritakan cerita wayang

(Poerwadarminta, 1939:131). Kedudukan dalang dalam masyarakat adalah

sebagai juru penceramah kepada masyarakat yaitu memberi petujuk tentang

bagaimana orang hidup dengan baik, sejahtera dalam kehudupan rumah

tangga dan kehidupan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Amir

(1994:84) dalam penelitiannya tentang nilai-nilai estetika wayang

menjelaskan bahwa dalang memiliki peran sebagai juru penyealamat, dengan

cara memberi jalan memberi pelukatan (memandikan dan memberi nama bayi

yang baru lahir) dan ruwatan membebaskan para sukerta yaitu orang yang

perlu di ruwat, yaitu semua orang yang bersalah dari bahaya.

Dalang sebagai juru penerang yaitu dapat menerangkan masalah-

masalah hidup, dan sebagai juru pendidik yang dapat memberikan pendidikan

kepada masyarakat secara umumnya. Meskipun peran dalang saat ini sebagai

juru kampanye kampanye politik maupun sebagai juru sosialisasi program-

program pemerintah. Seperti dalam penelitian Susetya (2007:56) bahwa dalam

pertunjukan wayang kulit seorang dalang melontarkan program-program

pembanguan.

Page 24: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

12

Dalang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang memiliki

profesi sebagai seorang dalang yang melakukan kawin cerai dan yang

berdomisili di kota Semarang.

Page 25: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Deskripsi Teori

Landasan Teori dalam suatu karya ilmiah merupakan sebuah alat analisis

penulis dalam menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi. Penelitian ini akan

menganalisis dan mengkaji tentang Kawin Cerai Pada Dalang Wayang Kulit Kota

Semarang. Teori yang relevan adalah teori pilihan rasional James Coleman.

Rasionalitas merupakan konsep dasar Weber dalam klasifikikasinya sampai mengenai

tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan rasional menurut Weber berhubungan dengan

pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan (Jhonson, 1994:

220).

Pengertian rasional disini adalah masuk akal, Weber mencontohkan orang

membeli baju dengan harga yang murah ketimbang harga yang mahal merupakan hal

yang rasional. Prinsip teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik. Teori

pilihan rasional merupakan tindakan rasional dari individu atau aktor untuk

melakukan suatu tindakan berdasarkan tujuan tertentu dan di tentukan oleh nilai atau

pilihan (prefensi). Selanjutnya mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu

ekonomi yaitu melihat aktor tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau

yang memuaskan dan kebutuhan mereka.

Prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik. Aktor

menjadi fokus teori pilihan rasional. Aktor dipandang serat dengan tujuan, atau

memiliki maksud. Jadi aktor memiliki tujuan atau sasaran tindakan mereka. Aktor

Page 26: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

14

juga dipandang memiliki prefensi (atau nilai, kepuasan). Teori pilihan rasional tidak

berusaha dengan prefensi-prefensi dan asal-usul prefensi tersebut, yang terpenting

adalah fakta bahwa tindakan dilakukan untuk mecapai tujuan yang konsisten dengan

hierarki prenfesi aktor (Ritzer dan Goodman, 2013: 448). Teori ini dalam pandangan

Coleman sebagai paradigma tindakan rasional yang merupakan integrasi berbagai

paradigma sosiologi.

Coleman dengan yakin menyebutkan bahwa pendekatannya beroprasi dari

dasar metodologi individu. Aktor di pandang mempunyai tujuan dan mempunyai

maksud, artinya aktor mempunyai pilihan atau nilai serta teori pilihan rasional

memusatkan perhatian pada aktor, aktor dipandang memiliki tujuan, tindakan yang

tertuju dan mempunyai tujuan, tindakan tertuju pada upaya mencapai tujuan

keperluan.

Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau

yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingakt pilihan aktor. Ada dua

unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah

sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat di kontrol oleh aktor. Ritzer

(2012:557) menjelaskan gagasan Coleman tentang interaksi aktor dan sumber daya

secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial dengan sebagai berikut:

Basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua orang aktor, masing-

masing mengendalikan sumnerdaya yang menarik perhatian yang lain .

perhatian satu orang terhadap sumberdaya yang dikendalikan orang lain,

itulah yang menyebabkan keduanya telibat dalam tindakan saling

membutuhkan ..terlibat dalam sistem tindakan ... selaku aktor memiliki

Page 27: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

15

tujuan untuk memaksimalkan perwujudan kepentingan yang memberikan

ciri saling tergantung atau sistemik terhadap tindakan mereka. (Goodman,

2004:394).

Penjelasan Coleman diatas ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu tindakan

sosial terdiri dari dua unsur yaitu aktor dan sumber daya, yang dimaksud aktor adalah

seseorang yang memiliki peran untuk melakukan suatu tindakan, dimana tindakan itu

memiliki tujuan. Sedangkan sumber daya adalah suatu hal yang dianggap menarik

oleh pihak lain dan sumber daya tersebut dapat dikontrol oleh aktor. Coleman

menjelaskan bahwa suatu tindakan dalam sistem sosial minimal terdapat dua aktor

yang mengendalikan sumber daya tersebut.

Keberadaan sumber daya menjadi pengikat yang mengakibatkan sifat saling

membutuhkan diantara keduanya. Sehingga secara tidak langsung tindakan yang

melibatkan kedua aktor tersebut menuju pada tingkat sistem sosial. Untuk memahami

konsep pilih rasional, dimana aktor memiliki tujuan dan memiliki maksud. Pilihan

rasional digunakan dalam menganalisis kawin cerai yang dilakukan oleh dalang

wayang kulit, dimana aktor disini adalah dalang yang memiliki maksud dan memiliki

tujuan dalam memutuskan untuk kawin cerai. Serta hal apa yang ada dalam diri

dalang yang menjadikan motivasi untuk kawin cerai. Pandangan religi dan profesi

yang dimiliki oleh dalang sebagai sumber daya untuk mencapai tujuannya.

Walaupun dalam teori pilihan rasional pada tahap awalnya mengacu pada

tujuan atau maksud yang dilakukan individu, setidaknya ada pemaksa tindakan yang

mempengaruhi individu.

Page 28: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

16

1. Keterbatasan sumber daya. Aktor memiliki sumber yang berbeda maupun

akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Semakin besar atau

banyak sumber daya yang dimiliki aktor cenderung sedikit maka kesempatan

untuk meraih tujuan tersebut akan lebih sulit atau bahkan mustahil sama

sekali, dalam mengejar tujuan tersebut dan dalam mengancam peluangnya

untuk meraih tujuan selanjutnya yang berharga.

2. Paksaan kedua adalah lembaga sosial. Keberadaan lembaga sosial yang ada

sejak aktor kecil dapat dapat menghambat tindakan yang dilakukan aktor,

menjauhkan sanksi yang dapat mendorong atau justru menghambat aktor

untuk mencapai suatu tujuan. Lembaga sosial tersebut berupa aturan-aturan

di dalam keluarga, sekolah dan lembaga sosial lainnya.

3. Landasan teori adalah alat yang digunakan untuk menganalisa sebuah

fenomena sosial yang menjadi masalah dalam sebuah penelitian. Dalam

penelitian ini, landasan teori yang akan peneliti gunakan adalah teori pilihan

rasional James Coleman .

4. Menurut Jhonson (1994:220) rasionalistas merupakan konsep dasar yang

digunakan Weber dalam klasifikasinya sampai mengenai tipe-tipe tindakan

sosial. Tindakan rasional menurut Weber berhubungan dengan pertimbangan

yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan.

Teori pilihan rasional memusatkan perhatiannya pada aktor. Aktor

dipandang sebagai manusia yang memiliki tujuan atau maksud, artinya aktor

memiliki tujuan dan tindakan yang tertuju pada upaya untuk mencapai

Page 29: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

17

tujuan itu. Aktorpun dipandang memiliki tujuan atau nilai, keperluan, yang

penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan

yang sesuai dengan tingkat pilihannya. Ritzer (2013:550) menjelaskan

gagasan Coleman tentang aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke

sistem sosial, bahwa basis untuk sistem sosial tindakan adalah dua orang

aktor masing- masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian

pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumberdaya yang

dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduannya terlibat dalam

tindakan saling membutuhkan, terlibat dalam sistem tindakkan selaku aktor

yang memiliki tujuan, masing-masing memiliki tujuan untuk

memaksimalkan perwujudan kepentingan yang memiliki cara tergantung

atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka. Hal ini dapat dilihat bahwa

dalam suatu tindakan sosial terdiri dari dua unsur yaitu aktor dan

sumberdaya, yang dimaksud aktor adalah dia yang memiliki peran untuk

melakukan suatu tindakan dimana tindakan tersebut memiliki tujuan.

Sumber daya adalah sesuatu yang dianggap menarik oleh pihak lain, dan

sumber daya tersebut dapat dikontrol oleh aktor.

5. Aktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dalang wayang kulit yang

melakukan tindakan kawin cerai yang berdomisili di Semarang. Penelitian

ini akan melihat pandangan religi dalang wayang kulit terhadap perkawinan

dan perceraian. Sekiranya hal apa yang menjadikan pertimbangan seorang

dalang wayang kulit dalam memutuskan untuk kawin cerai. Adanya

Page 30: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

18

fenomena kawin cerai yang dilakukan oleh dalang wayang kulit dan hal itu

di jadikan sebagai suatu hal yang wajar oleh masyarakat.

Dalang wayang kulit yang merupakan seorang tokoh dan juga

memiliki peran sentral dalam masyarakat yaitu sebagai seorang juru

penceramah kepada masyarakat yaitu salah salah satunya memberi

pentunjuk tentang bagaimana orang hidup dengan baik, sejahtera dalam

kehidupan rumah tangga dan dalam masyarakat, yang di representasikan

melalui cerita-cerita dalam pagelaran wayang kulit yang dibawakannya.

Dalang wayang kulit merupakan guru bagi masyarakat sehingga sikap

dan perbuatannya harus memberikan contoh-contoh dan teladan kepada

masyarakat, sedangkan perceraian merupakan sebuah kegagalan dalam

rumah tangga yang memiliki citra negatif dalam masyarakat. Penelitian ini

akan melihat bagaimana seorang dalang wayang dalam melihat sebuah

perkawinan dan perceraian. Sudut pandang agama, yaitu Islam khususnya

memandang sebuah perkawinan adalah sebuah hal yang sakral dan

perceraian merupakan hal yang boleh dilakukan tetapi di benci Tuhan.

Penelitian ini secara garis besar akan mencoba menjawab hal apa yang

menjadikan seorang dalang wayang kulit melaukan kawin cerai, dilihat

dalam sudut pandang religi dan profesi dalang.

2) Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan.

Kajian yang meneliti tentang perkawinan dan perceraian merupakn kajian

yang cukup luas. Perkawinan sebagai wujud fenomena agama merupakan kejadian

Page 31: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

19

yang sangat penting dalam kehidupan individu maupun sosial. Secara individu

perkawinan akan merubah seseorang dalam kehidupan baru. Melalui perkawinan

seseorang akan memasuki masa transisi dari satu kategori sosial tertentu ke kategori

sosial lain. Terjadinya disorganis dalam sebuah perkawinan yang berakibat

munculnya perceraian merupakan sebuah gejala umum pada sebuah keluarga.

Disorganisasi yang terjadi dalam sebuah perkawinan yang berujung pada perceraian

merupakan suatu hal yang tidak tabu lagi di masa sekarang. Berbagai hasil penelitian

terdahulu tentang perkawinan dan perceraian telah dilakukan oleh beberapa ahli dan

peneliti dapat digambarkan melalui matrik sebagai berikut:

Page 32: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

20

Tabel 1. Daftar informan utama penelitian

Nama Judul Metode penelitian

Hasil

Muhammad

Sahlan Pengamatan Sosiologis

terjadinya perceraian di

Aceh

Kualitatif

Faktor terjadinya perceraian di

Aceh di sebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya adalah

disebabkan oleh krisis moral, tidak

adanya tanggung

jawab,penganiayaan,kekejaman

mental, cacat biologis, poligami

tidak sehat, cemburu, kawin paksa

dan perselingkuhan..

Penelitian

Syafriyadi

(2012)

Perceraian “ SIRRI” (Studi

Tentang Makna Perkawinan

dan Tabu Pada Tujuh Kasus

di Desa Sidodadi Kecamatan

Padang Cermin, Kabupaten

Pesawaran Lampung).

Kualitatif Makna perkawinan dalam

penelitian ini diartikan bahwa

ketika pasangan antara laki-laki

dan perempuan sudah yakin

mereka berjodoh maka saat itu lah

waktu yang tepat untuk

memberlangsungkan perkawinan.

Wahyudi

(2004)

Tradisi Kawin Cerai Pada

Masyarakat Suku Sasak

Lombok

Kualitatif

Tingginya angka perceraian pada

masyarakat Suku Sasak Lombok

disebabkan oleh faktor pendidikan

yang rendah, adanya tradisi kawin

lari (merari) dan adanya faktor

kawin musiman pada masa panen.

Anne Marie

Ambert (2009)

Divorce, Fact, Cause and Consequenses

Kuantitatif

resiko perceraian terjadi pada

pasangan dengan usia pernikahan

berkisar 30 tahun. Perceraian yang

terjadi di wilayah Negara Kanada

terjadi salah satunya karena faktor

sosial ekonomi.

Umar Kayam

(2001)

Kelir tanpa batas

Kualitatif

Eksistenis kesenian wayang kulit

di dalam masyarakat Jawa.

Sukirno (2009)

Hubungan wayang kulit dan

kehidupan sosial masyarakat

Jawa

Kualitatif

Fungsi sosial wayang kulit

merupakan intisari kehidupan

masyarakat Jawa yang diwarisi

secara turun temurun.dan

merupakan pedoman hidup

bagaimana manusia bertingkah

laku dan bagaimana mereka

berhubungan dengan penciptanya.

Turley, 2011 Contributions to college

costs by merried, divorced,

and Remairried parents.

Kualitatif

perbandingan.

Kontribusi orang tua yang bercerai

di dalam pendidikan anak jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan

orang tua yang menikah kemabali.

Page 33: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

21

Persamaan penelitian Sahlan (2012) dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis adalah sama-sama meneliti tentanfg faktor perceraian. Banyak sekali

para ahli yang melakukan penelitian tentang perceraian, dimana perceraian

merupakan sebuah kasus yang dapat kita temui diberbagai masyarakat manapun

begitu halnya pada masyarakat Aceh yang memiliki latar belakang pengetahuan

agama yang tinggi, peristiwa perceraian juga dapat kita temui disana. Persamaan

antara penlitian Sahlan (2012) dengan penulis juga terletak pada metode penelitian

yang digunakan, yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara

pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

Perbedaan dengan penelitian antara penulis dengan Sahlan (2012) terletak

pada fokus penelitian. Fokus penelitian pada tulisan Sahlan terletak pada perceraiann

dan faktor sosiologis apa yang menyebabkan terjadinya perceraian di daerah Aceh.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berfokus pada kawin cerai yang dilakukan

oleh dalang wayang kulit serta motivasi melakukan sebuah perkawinan, dan hal apa

yang menjadikan seorang dalang wayang kulit melakukan kawin cerai.

Perbedaan penelitian Wahyudi (2004) dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis adalah pada subyek dan obyek penelitian. Penelitian Wahyudi pada

Masyarakat Suku Sasak Lombok dan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

adalah pada dalang wayang kulit Semarang. Persamaan penelitian peneliti dengan

penelitian Wahyudi adalah metode yang digunakan. Penelitian Wahyudi bersifat

yuridis empiris dengan metode kualitatif, adapun data yang digunakan dalam

Page 34: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

22

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang didapat melalui penelitian

lapangan langsung dan pengumpulan data sekunder melalui penelitian pustaka.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2001), dalam artikel jurnal yang

berjudul “Perkawinan Usia Muda Dan Perceraian Di Lampung Kota Baru Kecamatan

Padang ratu Kabupaten Lampung Tengah”. Hasil penelitian menyatakan bahwa

faktor terjadinya perkawinan usia muda adalah pergaulan bebas, 90% kasus

dispensasi menikah diajukan karena anak telah hamil duluan. Hal ini menunjukan

bahwa pernikahan usia muda terjadi karena adanya faktor keterpaksaan. Masalah

ekonomi menjadi faktor lain yang dijadikan alasan perkawinan muda. Orang tua yang

tak mampu membiayai hidup dan sekolah terkadang membuat sang anak memutuskan

untuk menikah diusia muda.

Faktor terjadinya perceraian dalam hasil penelitian Nurhasanah (2001) terjadi

karena adanya pertengkaran yang dipicu karena perselisihan masalah keuangan dalam

rumah tangga dan juga keduanya sudah tidak lagi saling menghargai dalam

menjalankan kewajiban suami dan istri sehingga keharmonisan dalam rumah tangga

secara sosiologis susah untuk diciptakan.

Persamaan hasil penelitian penulis dengan Nurhasanah (2001) adalah sama-

sama menjelaskan tentang faktor peceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga.

Pertengkaran atau disharmoni menjadi faktor utama penyebab peceraian pada usia

muda, perbedaan penelitian Nurhasanah dengan penulis adalah sama-sama

Page 35: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

23

menggunakan metode penelitian kualitatif, dan sama-sama membahas tentang

perceraian.

Penelitian Ambert (2009) yang berjudul Divorce, Fact, Cause and

Consequenses yang menjelaskan tentang presentase perceraian di Kanada. Penelitian

Ambert (2009) dengan penelitian yang oleh penulis memiliki perbedaan.

Penghitungan hasil penelitian tentang perceraian dihitung dengan presentasi

kuantitatif dengan mengambil beberapa sempel dari beberapa daerah di Kanada.

Penelitian tentang perceraian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisi

mendalam kualitatif dengan objek penelitian adalah dalang wayang kulit kota

semarang yang melakukan kawin cerai.

Kajian tentang dalang dan wayang kulit dalam berbagai bentuk literatur tidak

lepas dari kesenian wayang kulit dan masyarakat Jawa, dalam artian ketika mengkaji

tentang dalang wayang kulit tentu juga tidak bisa lepas dengan pagelaran wayang

kulit. Kayam (2011:64) dalam tulisannya yang berjudul Kelir tanpa batas

menyebutkan bahwa kesenian wayang kulit merupakan bentuk kesian Jawa yang

mampu menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan dalam babakan sejarah panjang

masyarakat Jawa. Kesenian wayang kulit sudah sangat melembaga di dalam lapisan

masyarakat Jawa, menjangkau wilayah pedesaan dan melibatkan banyak dalang.

Sukirno (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan wayang kulit

dan kehidupan sosial masyarakat Jawa menyebutkan bahwa fungsi sosial wayang

Page 36: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

24

kulit merupakan intisari kehidupan masyarakat Jawa yang diwarisi secara turun

temurun. Wayang tidak hanya sebuah tontonan dan tuntunan bagaimana manusia

harus berlaku dalam kehidupannya. Namun juga merupakan tatanan yang harus

dititeni kanti titis. Penelitian ini menyebutka bahwa wayang merupakan cermin dari

kebudayaan Jawa hal ini terjadi karena ketika wayang sebagai pertunjukan dia hadir

tidak hanya sebagai hiburan atau tontonan, kerena dalam pertunjukan wayang

sebetulnya merupakan ungkapan-ungkapan dari pengalaman religius yang

merangkung bermacam-macam unsur lambang. Penelitian Sukirno (2009) merupakan

jenis penelitian kualitatif yang melihat fungsi sosial wayang kulit mengalami

pergeseran yang disebabkan kondisi masyarakat, pada masyarakat yang

mengkonsumsi budaya massa, kesenian wayang hanya dijadikan sebagai hiburan

berbeda halnya dengan masyarakat agraris yang tinggal dipedesaan. Wayang kulit

dalam masyarakat pedesaan befungsi sebagai media pendidikan, ritual dan informasi

yang sering diadakan misal untuk ritual, ruwatan, bersih desa dan lain-lain. Wayang

merupakan pedoman hidup bagaimana manusia bertingkah laku dan bagaimana

mereka berhubungan dengan penciptanya, wayang ahirnya menjadi kosmologis

masyarakat Jawa khususnya. Menjadi sepirit dan inspirasi bagi masyarakat sekarang.

Perbedaan penelitian Sukirno (2009) dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah terletak pada fokus penelitian. Penelitian Sukirno melihat tentang

fungsu sosial wayang kulit di dalam masyarakat, kedudukan wayang kulit

dimasyarakat era saat ini. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada

Page 37: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

25

kawin cerai yang dilakukan oleh dalang wayang kulit dilihat dari sudut pandang

sosial budaya masyarakat Jawa khususnya. Sebagai seorang seniman dan juga

panutan masyarakat begitu sentralnya menjadi hal yang sangat menarik untuk

diketahui hal apa yang menajdikan seorang dalang melakukan kawin cerai.

Persamaan penelitian Sukirno (2009) dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah sama-sama membahas tentang dalang wayang kulit. Hal ini

dikarenakan ketika kita membahas tetang wayang kulit juga tentunya kita akan

membahas tentang dalang sebagai sosok atau figur yang menggerakan wayang kulit.

Selain itu persamaan penelitian yang dialkukan oleh Sukirno (2009) dengan yang

dilakukan oleh penulis terletak pada metode yang digunakan yaitu menggunakan

metode penelitian kualitatif.

Rusdy (2012:88) dalam bukunya yang berjudul Semiotika dan Filsafat

wayang mengatakan bahwa dalang memiliki peran penting dalam upacara tradisional,

misal Ruwatan, ngethok kucir ( memotong kucir), mitoni, nebani ( upacara tujuh

bulan kehamilan seseorang) dan sebagainya. Dalang selain sebagai seorang seniman

juga merupakan tokoh masyarakat dan juga tokoh agama, karena seorang dalang

untuk menjalankan fungsinya harus menguasai ajaran-ajaran agama. Seperti yang

disebutkan Rusdy (2015:67) dalam literatur lain mengatakan bahwa seorang dalang

dalam tanda petik yaitu memberkan penyuluhan hal yang berkaitan dengan bidang

agama. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa seorang dalang juga merupakan seorang

juru dakwah yang menyiarkan ajaran-ajaran agama yang salah satunya tentang

Page 38: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

26

kesuksesan hidup. Amir (1994) menyebutkan bahwa disamping keterampilan-

ketrampilan sebagai seniaman, dalang juga dituntut sebagai juru penceramah

(memberi petunjuk tentang bagaimana orang hidup dengan baik, sejahtera dalam

rumah tangga dan dalam masyarakat).

Perbedaan penelitian yang dialkukan oleh Rusdy (2012) dengan penelitian

yang dialakukan oleh peneliti adalah terletak pada fokus penelitian. Rusdy dalam

penelitiannya yang berjudul Semiotika dan Filsafat wayang tidak hanya membahas

tentang dalang maupun wayang kulit saja tetapi juga membahas tentang filosifi

wayang, dan hal-hal yang berkaitan dengan pagelaran wayang kulit. Penelitian yang

dilakukan oleh penulis difokus kan pada dalang wayang kulit yang melakukan kawin

cerai. Penulis menjelaskan tentang wayang kulit digunakan sebagai pengantar untuk

menjelaskan kedudukan dalang dalam masyarakat dan dalam sebuah pagelaran

wayang kuli yang mana nantinya akan dikolerasikan pada hal apa yang menjadikan

seorang dalang melakukan kawin cerai.

3) Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir mempunyai tujuan untuk menuangkan secara tertulis apa

yang menjadi pokok pikiran dari desain penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Melalui kerangka berfikir, pembaca akan lebih mudah dalam memahami proses

berpikir dari penulis. Adapun kerangka berfikir dari penelitian yang berjudul Kawin

Cerai Pada Dalang Wayang Kulit Kota Semarang adalah sebagai berikut :

Page 39: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

27

Gambar.1 : Bagan Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir diatas menjelaskan awal penelitian ini berdasarkan pada

adanya realita bahwa sebagaian masyarakat yang memiliki profesi sebagai dalang

wayang kulit melakukan kawin cerai. Perkawinan merupakan sebuah ikatan antara

laki-laki dan perempuan yang bernilai sakral, maka berlangsungnya sebuah

perkawinan harus dilakukan dengan persiapan yang matang sehingga tidak

menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat yang kemudian berujung pada perceraian. Perkawinan yang berujung

pada perceraian memiliki beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah masalah

ekonomi, komunikasi yang pasif, maupun perselingkuhan. Penelitian ini berfokus

Fenomena Kawin Cerai Dalang Wayang Kulit

Perceraian Perkawinan

pandangan religi dalang

wayang kulit tentang

perkawinan dan perceraian

Faktor-faktor dalang

wayang kulit melakukan

kawin cerai

Motivasi dalang wayang kulit

melakukan kawin cerai.

Teori Pilihan Rasional

Page 40: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

28

pada dalang wayang kulit yang melakukan kawin cerai yang berada di kota

Semarang. Kawin cerai yang dilakukan oleh dalang wayang kulit menjadi sebuah

fenomena yang menarik untuk di kaji, dalang merupakan orang yang memainkan dan

menceritakan wayang.

Dalang di dalam masyarakat memiliki peran dan kedudukan yang tinggi yaitu

sebagai guru bagi penonton atau masyarakat, dalam menyajikan pertunjukan selalu

memberikan ajaran atau piwulang dalam kehidupan sehingga sikap dan perbuatannya

dalam kehidupan sehari-hari harus memberikan teladan dan contoh-contoh yang baik

dalam kehidupan masyarakat (dapat digugu dan ditru). Sebagai orang yang

memberikan ajaran atau piwulang kepada masyarakat yaitu tentang bagaimana orang

hidup sejahtera dalam rumah tangga dan sejahtera dalam masyarakat serta

melekatnya image atau pandangan masyarakat terhadap dalang yang melakukan

kawin cerai sebagai suatu hal yang wajar menjadi pertanyaan yang sangat penting

bagi penulis, mengingat pandangan masyarakat terhadap perceraian merupakan suatu

hal yang buruk yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga tetapi banyak dilakukan

oleh dalang, orang yang menjadi contoh dalam masyarakat.

Perceraian merupakan kegagalan sebuah rumah tangga yang memiliki citra

negatif dalam masyarakat, tetapi justru dalang wayang kulit sebagai juru piwulang

masyarakat banyak melakukan hal tersebut. Pandangan religi, islam khususnya

mengkonstruksikan perkawinan merupakan suatu hal yang sakral dan poligami lebih

di utamakan di bandingkan dengan perceraian. Penelitian yang dilakukan berdasarkan

atas tiga rumusan masalah. Rumusan masalah pertama yaitubagaiamana pandangan

Page 41: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

29

religi dalang wayangkulit tentang perkawinan dan perceraian.Rumusan masalah yang

kedua yaitu Bagaimana motivasi dalang wayang kulit dalam memutuskan kawin

cerai, dan rumusan maslah yang ketiga yaitu Bagaimana hubungan antara pandangan

religi dan motivasi profesi dalang dalam perkawinan dan perceraian. Dasar

pertimbangan apakah yang dipilih oleh seorang dalang dalam memutuskan untuk

melakukan kawin cerai.

Hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan teori pilihan rasionalitas.

Melalui teori ini, penelitain ini akan melihat bagaimana pandangan religi seorang

dalang wayang kulit dalam melihat perkawinan dan perceraian, sehingga bagaimana

hubungan pandangan religi dan profesi dalang wayang kulit dalang memutuskan

perkawianan dan perceraian.

Page 42: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

126

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melaksanakan penelitian mengenai Kawin Cerai Dalang

Wayang Kulit Pada Dalang Wayang Kulit Kota Semarang maka dapat diambil

simpulan pada rumusan masalah sebagai berikut:

Terjadinya perceraian pada keluarga dalang wayang kulit adalah faktor

kesibukan dalam keluarga merupakan salah satu fakto penyebab terjadinya

perceraian dalam keluarga dalang wayang kulit. Perlunya keseimbangan dalam rumah

tangga, peran perempuan dalam sebuah rumah tangga menjadi penentu

keberlangsungan sebuah rumah tangga, faktor kesibukan masing-masing anggota

keluarga terutama suami atau istri menjadi titik awal munculnya miss komunikasi

yang kemudian berujung pada perceraian.

Selain itu munculnya perselisihan dalam rumah tangga yang menjadi faktor

terjadinya perceraian dalam keluarga dalang wayang kulit disebabkan oleh berberapa

faktor yang salah satunya adalah watak antara suami atau istri yang masing-masing

bertahan dengan ego masing-masing sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan

ketegangan-ketegangan dalam rumah tangga yang menyebabkan perceraian tidak

dapat terhindarkan.

Adapun faktor dominan terjadinya perceraian adalah karena faktorb

perselingkuhan yang merupakan faktor utama dan dominan terjadinya perceraian

Page 43: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

127

dalam sebuah rumah tangga dalang wayang kulit, yang dalam hal ini tidak hanya

rumah tangga dalang wayang kulit saja. Profesi dalang dalam hal ini adalah profesi

yang sangat rawan terjadinya perselingkuhan maupun poligami, hal ini dilihat dari

kedudukan dalang dalam masyarakat adalah tokoh publik figur.

Kedudukan dalang menempati posisi teratas dibandingkan anggota lainnya

dalam sebuah pagelaran wayang kulit oleh publik atau masyarakat. Motivasi dalang

wayang kulit melakukan kawin cerai pertama dilihat dari pandangan seorang dalang

wayang kulit terhadap perkawinan, tujuan dalang wayang kulit melakukan

perkawinan dan kemudian motivasi dalang wayang kulit melakukan perkawinan yang

antara lain adalah adalah perkawinan sebagai suatu kewajiban manusia untuk

mencapai hidup yang tentram. Agama islam sebagai agama mayoritas dalang wayang

kulit, mengkonstruksikan bahwa perkawinan merupakan kewajiban. Sebuah tindakan

yang sangat rasional ketika seorang dalang wayang kulit melakukan perkawinan

dengan menggunkan dasar hukum agama yang melandasi.

Ekonomi sebagai penentu kesejahteraan dan merupakan faktor terpenting

dalam rumah rumah tangga. Pembentukan keluarga melalui perkawinan tentu

dipersiapkan melalui dengan berbagai pertimbangan karena pelaksanaan perkawinaan

tentunya dipersiapkan dengan berbagai pertimbangan karena perkawinan diharapkan

akan berimplikasi dengan kesejahteraan rumah tangga. Motivasi ekonomi dalam

pemilihan pasangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesejahteraan

dalam rumah tangga, dan mendapatkan setatus ekonomi yang tinggi.

Page 44: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

128

Sebagai seorang publik figur, dalang wayang kulit memiliki prestise yang

tinggi di dalam masyarakat. Perkawinan yang dilakukan tentu memiliki pertimbangan

kedudukan sosial ekonomi dari pasangannya. Hal tersebut bertujuan untuk

mempertahan kan prestis dari dalang itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan penulis terkait Kawin Cerai

Dalang Wayang Kulit Kota Semarang, penulis memberikan saran antara lain:

1. Bagi dalang wayang kulit, bahwa sebagai seorang dalang dan juga

merupakan tokoh masyarakat harus memberikan contoh yang baik

kepada masyarakat pendukungnya. Perceraian sampai saat ini merupakan

suatu hal yang tabu bagi masyarakat, bahkan orang yang melakukan

kawin cerai dianggap telah melanggar nilai dan norma yang ada dalam

masyarakat. Kawin cerai yang dilakukan oleh dalang wayang kulit

dilihat sebagai suatu tindakan yang melanggar nilai dan norma

masyarakat, padahal dalang merupakan tokoh masyarakat, dan memiliki

tugas menyampaikan ilmu-ilmu tentang tatanan hidup bermasyarakat.

2. Bagi masyarakat, hendaknya tidak memberikan stereotipe kepada dalang

wayang kulit. Bahwa tidak semua para pelaku seni yang dalam hal ini

adalah dalang wayang melakukan tindakan kawin cerai. Profesi dalang

sebagai profesi luhur tidak bisa dikaitkan dengan hal perkawinan dan

perceraian. Perceraian bahkan juga perkawinan merupakan masalah

Page 45: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

129

personal, masyarakat tidak bisa menjustifikasi baik dan buruk terhadap

perilaku personal individu

3. Bagi pemerintah, dalang sebagai pelaku seni dalam pelestarian seni

budaya kearifan lokal indonesia diberi wadah dalam melestarikan

kesenian wayang kulit.

Page 46: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Hazim.1994. Nilai-nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ambert, Anne-Marie.2009. Divorce, Fact, Cause, consequenses. The Vanier

Institute: 3rd edition

Cresweel, Jhon W. 2010. Penelitian Kualitatif& Desain Riset: memilih Di Antara lima pendekatan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Endraswara, Suwardi. 2006. Rasa Sejati: Misteri Sex dalam Dunia kejawen.

Yogyakarta: Narasi

Endraswara, Suwardi. 2015. Etnologi Jawa: Penelitian Perbandingan, dan Pemaknaan Budaya. CAPS (Center For Academic Publishing Service):

Yogyakarta

Geertz, Hilderd. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: PT Grafiti Pers

Goode, William J. 2004. Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi aksara.

Helm, D.B dan Turner, J. S. 1987. Study Guid to Accompany lifespans Development. New York : Harcourct School Publishers

Ihromi, T. O.1999.Sosiologi Keluarga: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Jhonson, Doly Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Moderen. Jakarta PT:

Gramedia

Kayam, Umar. 2001. Kelir tanpa batas. Yogyakarta: Gama Media

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Narwoko, Dwi. 2007. Sosiologi teks pengantar dan terapan. Jakarta. Kencana

Prenada Media Group

Porwadarminta, W.J.S. Baoesastra Djawa. Batavia. J. B wolters.

Page 47: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

Polak, Major. 1985. Sosiologi suatu buku pengantar ringkas. Jakarta. P.T. Ichtiar

baru- Van Hoeve.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi: dari teori sosiologi klasik sampai pekembangan mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi

Wacana Offset.

Rusdy, Sri Teddy. 2012. Ruwatan Sukerta dan Ki Timbul Hadiprayitno. Jakarta:

Yayasan Kertagama.

. 2015. Semiotika& Filsafat Wayang Analisis Kritis Pergelaran Wayang. Jakarta: Yayasan Kertagama.

Soekanto,Soerjono. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soemiyati. 2007. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.

Yogyakarta: Liberty.

Sahlan, Muhammad.2012. Pengamatan sosiologis tentang perceraian di Aceh. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012

Sukirno. 2009. Hubungan Wayang Kulit dan Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa,

Jurnal Brikolase, Vol.1, Juli 2009.

Soemiyati. 2007. Hukum Perkawinan Islam dan Undang- Undang perkawinan: Undang- Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty

Sunarto, 1989. Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta. Jakarta: Balai Pustaka

Susetya, Wawan. 2007. Dhalang, Wayang, dan Gamelan. Yogyakarta: Narasi

Syarifudin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Permada

media Group

Syafriyadi. 2012. Perceraian “SIRRI” studi tentang makna perkawinan dan tabu pada tujuh kasus di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin, kabupaten

Pesawaran Lampung. Jurnal Sosiologie, Vol.1, No.4: 299-307.

Ruth N. Lopez, Turley, 2010. Contribution of college costs by married, divorced and

remarried parents. Journal of Family issues. 2011 32:767

Page 48: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

Wahyudi, Hamzan. 2004. Tradisi Kawin Cerai pada Masyarakat Adat Suku Sasak lombok serta dampak yang ditimbulkan secara hukum. Tesis Program Pasca

Sarjana: UNDIP.

Wibatsu, Rika Ari. 2011. Pernikahaan ke tujuh dalang Manteb “oye” Sudarsono”.

No56. 28 November 2011.

Kayam, Umar. 2001. Kelir tanpa batas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 49: SKRIPSI Oleh: Nuryatilib.unnes.ac.id/31928/1/3401412026.pdf · Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian