skripsi - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/10933/1/12236.pdfpenelusuran potensi daerah untuk pembinaan...

160
PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Laksana Aribowo 6101407221 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Upload: truonghanh

Post on 13-Aug-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK

PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1

untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Laksana Aribowo

6101407221

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Jurusan Pend. Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang September 2011

SARI Laksana Aribowo. Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010. V + 106 + 34 tabel + 7 gambar + 9 lampiran

Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperoleh hasil yang lebih baik. Selama ini pembinaan olahraga hanya terfokus pada daerah perkotaan yang memiliki potensi sarana prasarana yang lebih menunjang. Lalu bagaimana pembinaan di daerah non perkotaan? Permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini bagaimana bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.

Sumber data atau subjek dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4 Baturetno, SDN 6 Baturetno, tokoh masyarakat di kecamatan Baturetno, Pengurus Koni dan Dinpora Kabupaten Wonogiri. Sumber data yang digunakan berasal dari siswa Sekolah Dasar Negeri sejumlah 103 siswa, 5 orang Kepala Sekolah, 5 orang Guru Pendidikan Jasmani, 10 Tokoh Masyarakat di Kecamatan Baturetno, pengurus Koni/Dinpora Kabupaten Wonogiri. Variable dalam penelitian ini adalah potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode pengumpulan data menggunakan Iowa-Brace Test for Motor Educability, kuisioner, dan wawancara Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability untuk keseluruhan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukan : a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0,00%. . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno berkategori sangat baik.

Saran yang dapat peneliti berikan antara lain bahwa diharapkan dengan penelitian ini, perhatian pihak-pihak terkait dalam membina potensi-potensi usia dini di kecamatan Baturetno menjadi lebih besar. Hal ini bertujuan agar potensi-potensi yang sangat baik ini dapat mendapat pembinaan yang terarah dan menghasilkan prestasi maksimal yang dapat menjadi kebanggaan daerah.

Kata Kunci : Penelusuran, Potensi, Pembinaan Usia Dini, Bakat Kepustakaan : 21 (1970-2011)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang

berjudul “Penalusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” adalah benar-benar karya

saya sendiri. Semua kutipan baik langsung maupun tidak langsung, sumber

kepustakaan telah disertai keterangan identitas sumber sebagai mana yang lazim

dalam penulisan karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagai mana

mestinya.

Semarang, September 2011

Laksana Aribowo NIM.6101407221

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama : Nama : Laksana Aribowo NIM : 6101407221 Judul : Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini

di Kecamatan baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Pada hari : Rabu Tanggal : 28 September 2011

Panitia Ujian Ketua Panitia, Sekertaris, Drs. Said Junaidi, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R., M. Pd NIP. 19690715 199403 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002

Dewan Penguji

1. Dra. Heny Setyawati, M. Si Ketua ________________ NIP. 19670610 199203 2 001

2. Drs. Mugiyo Hartono, M. Pd. Anggota ________________

NIP. 19610903 198803 1 002 (Pembimbing Utama)

3. Drs. Bambang Priyono, M. Pd Anggota ________________

NIP. 19600422 198601 1 001 (Pembimbing Pendamping)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al

Insyirah:6-8)

2. ”Semua orang menginginkan kesuksesan. Bagi saya kesuksesan hanya bisa

diraih dengan kegagalan dan introspeksi diri” (Soiciro Honda)

3. ”Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan

hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan

adalah cara gembira menuju kegagalan” (Mario Teguh)

Persembahan :

Karya yang sederhana ini ananda persembahkan

kepada :

1. Ayah, Ibu, Kakak, dan Keponakan tercinta

yang senantiasa selalu memberikan do’a, kasih

sayang dan dukungan.

2. Almamater Universitas Negeri Semarang

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penelusuran Potensi

Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri Tahun 2010” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan penulis dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati

pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dengan ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry

Pramono, M.Si., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Drs. Hermawan

Pamot R, M.Pd., atas izin yang telah diberikan

4. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Pembimbing utama yang telah sabar dan teliti

memberikan bimbingan guna menyelesaikan skripsi ini

vi

5. Drs. Bambang Priyono, M.Pd Pembimbing pendamping yang telah sabar dan

teliti memberikan bimbingan, dan motivasi kepada penulis hingga skripsi ini

terwujud.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang luar biasa dalam memberikan segala perhatian,

motivasi, dan bekal hidup dunia dan akhirat kepada penulis

7. Kakak dan keponakanku tersayang, jangan takut menjalani hidup. Kalian berada

diantar orang-orang yang sangat menyayangi kalian.

8. Ikke Nurdyastutik, “my luv bee”, yang senantiasa menemani dari awal hingga

skripsi ini terwujud. Terima kasih atas perhatian dan sayang yang telah

diberikan.

9. Kepala UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno, Drs. Mohamad Zunaidi, M.Pd,

yang telah memberikan izin dan bantuan dalam melaksanakan penelitian

10. Kepala Sekolah SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4

Baturetno, SDN 6 Baturetno yang telah bersedia memberikan ijin penelitian dan

semua fasilitas yang mendukung jalannya penelitian ini.

11. Seluruh siswa SDN 3 Baturetno, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian

ini.

12. Bapak Ibu dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi atas

bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis melaksankan studi.

13. Teman-teman PJKR angkatan 2007 yang telah memberi semangat dan dorongan.

14. Teman-teman “kontrakan bapak Rahmat”, Arif pacitan, Arif demak, kholik,

triyaz, susilo, hakim, aris.

vi

15. Teman-teman nongkrong dan ngopi sampai subuh, benny, cempluk, kucing, rafy,

terimaksih untuk motivasi dan guyonannya.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penelitian sebagai acuan penulisan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat menjadi

kemuliaan dan memperoleh pahala yang melimpah dari Allah SWT. Dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Semarang, September 2011

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................... i

SARI ................................................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 11

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11

1.4 Penegasan Istilah .................................................................................. 12

1.4.1 Penelusuran ............................................................................... 12

1.4.2 Potensi ...................................................................................... 13

1.4.3 Daerah ...................................................................................... 13

1.4.4 Pembinaan ................................................................................. 13

ix

1.4.5 Olahraga ..................................................................................... 14

1.4.6 Olahraga Usia Dini .................................................................... 14

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 14

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Potensi Diri .......................................................................................... 15

2.1.1 Pengertian Potensi Diri .............................................................. 15

2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri .............................................................. 16

2.2 Bakat .................................................................................................... 17

2.2.1 Pengertian Bakat ........................................................................ 17

2.2.2 Macam-Macam Bakat ................................................................ 18

2.3 Identifikasi Bakat Olahraga.................................................................. 24

2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat .......................................................... 26

2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat ........................................................ 26

2.3.3 Metode Identifikasi Bakat ......................................................... 27

2.3.4 Kriteria Utama dalam Identifikasi Bakat ................................... 28

2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat ............................................................ 30

2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ............................................. 30

2.3.5.2 Tahap Identikasi Kedua .............................................. 31

2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir ............................................. 32

2.4 Motor ducability ................................................................................... 34

2.5 Pemanduan IOWA-Brance Test for Motor Educability ....................... 35

2.5.1 IOWA-Brance Test for Motor Educability................................. 26

x

2.6 Unsur-Unsur Dominan pada Cabang-Cabang Olahraga ...................... 41

2.7 Pemanduan dan Pembinaan bakat ........................................................ 42

2.7.1 Tahap Pemanduan dan Pembinaan Bakat .................................. 43

2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah ................................................ 45

2.7.2.1 Intrakurikuler .............................................................. 45

2.7.2.2 Ekstrakurikuler ........................................................... 45

2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini (6-15

tahun ..................................................................................................... 47

2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik.............................................. 49

2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga .............. 51

2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini .................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 54

3.2 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ............................................................. 54

3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 54

3.2.2 Sasaran Penelitian .................................................................... 54

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 55

3.4 Sumber Data Penelitian ........................................................................ 55

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 56

3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability .......................... 56

3.5.2 Metode Dokumentasi ............................................................. 60

3.5.3 Wawancara ............................................................................. 60

xi

3.5.4 Metode Angket ....................................................................... 61

3.6 Prosedur Penelitian............................................................................... 62

3.6.1 Prosedur Pelaksanaan Tes Iowa-Brance Test for Motor

Educability .............................................................................. 62

3.6.2 Norma Penilaian Tes .............................................................. 63

3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian .................................... 65

3.7.1 Faktor Psikologis Sampel ....................................................... 65

3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian ......................................... 65

3.7.3 Faktor Alat .............................................................................. 65

3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel ............................... 65

3.8 Teknis Analisis Data ............................................................................ 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ............................................................. 67

4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 74

4.3 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability ....... 75

4.2.1 Siswa Putra ............................................................................. 75

4.2.2 Siswa Putri ............................................................................. 82

4.2.3 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putra ....................................... 89

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putri ........................................ 90

4.2.5 Rekapitulasi Hasil Tes Seluruh Siswa.................................... 91

4.4 Hasil Analisis Data Kuesioner ............................................................. 93

4.3.1 Hasil Kuesioner di Masyarakat .............................................. 93

xii

4.3.2 Hasil Kuesioner di Sekolah .................................................... 94

4.5 Hasil Analisis Data Wawancara ........................................................... 97

3.6.1 Wawancara dengan Tokoh KONI dan DISPORA ................. 97

4.6 Pembahasan .......................................................................................... 99

4.5.1 Hasil Tes Iowa-Brance Test for Motor Educability ............... 99

4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat .......... 99

4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes ............ 101

4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kepala SD ....................... 102

4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA ................... 102

4.6 Kelemahan Penelitian........................................................................... 103

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .............................................................................................. 104

5.2 Saran ..................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan ............................. 2

1.2 Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur ........................ 3

1.3 Hasil Perolehan Medali PORPROV XIII JATENG Tahun 2009 .......... 4

2.1 Urutan Gerak dalam IOWA-Brance Test for Motor Educability ........... 39

2.2 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 40

2.3 Unsur-Unsur Dominan dalam Cabang Olahraga ................................... 41

3.1 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 63

4.1 Daftar Sekolah, Guru, dan Murid Per Kecamatan Tahun 2007/2008 ... 73

4.2 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra ....................... 75

4.3 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra ....................... 76

4.4 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra ..................... 77

4.5 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra ....................... 77

4.6 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra ....................... 78

4.7 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra ....................... 79

4.8 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra ....................... 79

4.9 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra ....................... 80

4.10 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra ..................... 81

4.11 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra ..................... 82

4.12 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri ....................... 82

4.13 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri ..................... 83

xiv

4.14 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putri ....................... 84

4.15 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 15 Siswa Putri ..................... 84

4.16 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri ....................... 85

4.17 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri ....................... 86

4.18 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putri ....................... 87

4.19 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putri ..................... 87

4.20 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri ..................... 88

4.21 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri ....................... 89

4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putra .. 89

4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putri .. 90

4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Seluruh

Siswa ...................................................................................................... 91

4.25 Hasil Analisis Kuesioner untuk Masyarakat ......................................... 93

4.26 Hasil Analisis Kuesioner untuk Kepala Sekolah SD ............................. 94

4.27 Hasil Analisis Kuesioner untuk Guru Penjasorkes ................................ 96

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Jenjang pembinaan Olahraga Nasional ..................................................... 33

4.1 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putra ................................................. 90

4.2 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putri .................................................. 91

4.3 Grafik Hasil Deskriptif Tes Seluruhan Siswa.......................................... 92

4.4 Grafik Hasil Deskriptif Kuisioner untuk Masyarakat............................... 94

4.5 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Kepala Sekolah SD ................. 95

4.6 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Guru Penjasorkes .................... 97

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Usul Penetapan Pembimbing ............................................................... 109

2. SK Pembimbing ................................................................................... 110

3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ........................ 112

4. Surat Ijin Penelitian dari UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno ........... 113

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................................... 114

6. Daftar Nama Siswa Peserta Test Iowa ................................................. 117

7. Instrumen Penelitian............................................................................. 119

8. Hasil Penelitian TKJI ........................................................................... 134

9. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 138

xvii

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah

Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya

merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi

olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila

dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang

baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga

bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga

nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat.

Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara

yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber-

sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat,

tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin.

Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen

yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk

bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.

Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia

merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini

1

merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di

seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia

memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di

Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30

provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur

peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah

perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali

pada PON ke XVI dan XVII.

Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan

Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total

1 DKI 141 111 114 366

2 JATIM 77 81 111 269

3 JABAR 76 79 94 249

4 JATENG 56 59 64 179

5 SUMSEL 30 41 40 111

6 JAMBI 27 28 15 70

7 PAPUA 23 13 19 55

8 LAMPUNG 22 21 21 64

9 KALTIM 19 28 33 80

10 SELSEL 17 22 19 58

Sumber : http://www.Wikimediaonline.com. Diakses pada 10 Agustus 2010

2

Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali

emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON

XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil

perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.

Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur

Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total

1 JATIM 92 75 65 232

2 KALTIM 83 76 76 235

3 DKI 70 71 78 219

4 JABAR 70 58 94 222

5 JATENG 33 57 52 142

6 LAMPUNG 18 12 14 44

7 SULSEL 15 11 16 40

8 SUMUT 14 9 15 39

9 RIAU 12 9 14 36

10 DIY 11 12 16 37

Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa

Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa

daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi

justru Jawa Tengah mengalami penurunan.

3

Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti

dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV). PORPROV di Jawa

Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4

tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil

pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan

diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi

seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga

Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut.

Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO

Peringkat Daerah Emas Perak Perunggu Total

1 Kota Semarang 156 128 107 391

2 Kota Surakarta 78 73 99 250

3 Kab. Banyumas 61 39 61 161

4 Kab. Grobogan 42 28 39 109

5 Kota Salatiga 28 20 33 81

6 Kab. Kudus 24 26 31 81

7 Kab. Klaten 22 18 27 67

8 Kab. Blora 19 24 30 73

9 Kab. Karanganyar 11 34 33 78

10 Kab. Semarang 18 14 22 54

11 Kab. Cilacap 14 17 20 51

12 Kab. Banjarnegara 17 12 13 42

4

13 Kab. Pati 13 20 9 42

14 Kab. Jepara 12 14 22 48

15 Kab. Boyolali 9 11 22 42

16 Kab. Demak 7 15 17 39

17 Kota Magelang 7 14 19 40

18 Kota Pekalongan 9 9 12 30

19 Kab. Purbalingga 7 9 22 38

20 Kab. Kendal 6 13 17 36

21 Kab. Purworejo 8 9 13 30

22 Kab. Sukoharjo 5 12 20 37

23 Kab. Sragen 6 10 10 26

24 Kota Tegal 7 4 16 27

25 Kab. Wonogiri 7 5 7 19

26 Kab. Magelang 4 7 8 19

27 Kab. Wonosobo 4 6 10 20

28 Kab. Brebes 5 1 12 18

29 Kab. Pemalang 1 7 18 26

30 Kab Pekalongan 4 3 5 12

31 Kab. Temanggung 2 3 6 11

32 Kab. Rembang 2 3 5 10

33 Kab. Batang 1 5 5 11

34 Kab. Kebumen 1 2 7 10

5

35 Kab. Tegal 0 0 1 1

Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi

perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di

Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan

adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia

yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan

peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu

bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini

memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya

yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?.

Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan

prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi

olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan

yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian

prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem

pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap

selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi

prestasi tingkat tinggi.

Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan

yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga

tidak terjadi kesenjangan antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi

6

penggantinya (pelapisnya) sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari

satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata

dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia

pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang

pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah

Atas (SMA).

Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan

pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV

2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah.

Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), sebelah barat berbatasan dengan

DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan

antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga

saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur

untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau.

Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan

Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah

untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada

semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,

UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT

JUANG.

7

Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah

Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah

dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten

Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari

perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten

Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur.

Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan

ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang

rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih

belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis

padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan

di atas batuan kapur.

Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area

utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan

Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan

yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya

pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini.

Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah

yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional

maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan

beraktivitas terutama pada anak-anak, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi

kebugaran jasmani. Artinya meskipun kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada

8

gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk

kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri

memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga.

Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000

jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah

yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional

maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun

dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu

dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang

berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu

kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan

prestasi olahraga Indonesia.

Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di

Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan

persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan

antar Dinas/Instansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten

Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga

bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti

Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya

sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh

yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu

Kabupaten Wonogiri juga seringkali mengadakan turnamen Wonogiri Cup yang

9

sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang

dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar

lagi. (sumber : http://www.wonogirikab.go.id/bulutangkis wonogiri.php.htm. diakses

pada 10 agustus 2011).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri

sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang

dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul

kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di

lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke

dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah

kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten

Wonogiri.

Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan

dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas

89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap

menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan

olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di

Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan

olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi

SDM, peran serta pemerintah setempat, sekolah, dan masyarakat.

10

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Bedasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan

Baturetno Kabupaten Wonogiri ?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1) Bagaimana kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno

Kabupaten Wonogiri.

2) Bagaimana peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani

pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)

3) Bagaimana peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan

olahraga usia dini.

4) Bagaimana serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia

dini.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian Penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia

dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri taun 2010 adalah untuk

mengetahui potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan

baturetno Kabupaten Wonogiri.

11

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno

Kabupaten Wonogiri.

2) Mengetahui peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani

pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)

3) Mengetahui peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan

olahraga usia dini.

4) Mengetahui serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia

dini.

1.4 Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir atau pengertian yang berbeda maupun

penyimpangan yang dapat berakibat kaburnya permasalahan dalam penelitian ini,

penegasan ini digunakan untuk lebih menegaskan masalah yang akan di teliti.

1.4.1 Penelusuran

Penelusuran adalah penelaahan, penjajakan (KBBI, 2005:1164). Penelitian

penelusuran atau dalam bahasia inggris disebut tracer study. To trace artinya

mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat

diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak

seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu. (Suharsimi

Arikunto, 2006:111)

12

Jadi penelusuran dalam penelitian ini adalah teknik riset yang bertujuan

mengadakan penelitian untuk memperoleh kualitas hasil tentang potensi olahraga usia

dini di daerah.

1.4.2 Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk

dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. (KBBI, 2005 : 890). Potensi dalam

penelitian ini adalah kemampuan olahraga yang dimiliki oleh anak usia dini.

1.4.3 Daerah

Lingkungan pemerintahan atau wilayah. Sekeliling tempat yang dipakai untuk

tujuan khusus. Kawasan atau tempat sekeliling atau yang termasuk dalam lingkungan

suatu kota. (KBBI, 2005 : 228)

Daerah dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri dalam pembinaan olahraga usia dini

1.4.4 Pembinaan

Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif utuk

memperoleh hasil yang lebih baik. (KBBI, 2005 : 153) Jadi pembinaan adalah usaha

atau proses membina untuk mencapai tujuan yang diharapkan.dalam hal ini adalah

pembinaan olahraga usia dini.

1.4.5 Olahraga

Serangkaiaan gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak

(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan

kualitas hidup. (Santosa Giriwijoyo dan Mucthamadji M.Ali, 2005 : 84)

13

1.4.6 Olahraga Usia Dini

Olahrga khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yang berusia

antara 6 – 14 tahun, yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan karakteristik

emosional periode tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pemerintah Kabupaten

Sebagai gambaran bagi pemerintah kabupaten, dinas pendidikan dan KONI

mengenai pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini yang telah dilakukan pada

daerah Kabupaten Wonogiri.

1.5.2 Bagi Sekolah dan Guru

1. Sebagai masukan bagi setiap sekolah tentang pembinaan dan potensi olahrga

yang ada disekolah

2. Sebagai masukan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tentang

pembinaan olahrga dan potensi olahrga yang ada disekolah

1.5.3 Bagi penulis

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang pembinaan dan potensi daerah

olahrga usia dini.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Potensi Diri

2.1.1 Pengertian Potensi Diri

Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah

diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang

memiliki keinginan umum yang sama. Ingin kaya, ingin dihormati atau ingin

berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang

diinginkannya. Mengapa demikian ?

Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda

dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap

pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam

berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang,

setiap orang memilikinya (Siahaan,Parlindungan,2005:4).

Potensi dalam KBBI (2005:890) berarti kemampuan yang mempunyai

kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, atau daya.diri berarti

orang seorang terpisah dari yang lain. Jadi potensi diri adalah kemampuan yang ada

atau dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan untuk di kembangkan.

15

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi merupakan

kemampuan yang trependam dalam diri seseorang dan memiliki kemungkinan dan

kemampuan untuk dikembangkan menjadi sebuah prestasi.

2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri

Ciri khas dari potensi yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada

pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki dalam hal potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan berkembang baik

secara fisik maupun mental. Berikut adalah aspek-aspek yang dimiliki seseorang yang

patut untuk dikembangkan antara lain :

1) Diri fisik : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya

2) Proses diri : merupakan alur pikiran, emosi dan tingkah laku yang konstan.

3) Diri sosial : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon

orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh

4) Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang

tentanmg dirinya.

(Sumber : http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/

Diakses pada 10 Agustus 2011)

Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh

manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan

dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Apabila diidentifikasi, potensi-potensi yang

telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran (otak), hati, dan indera (QS. Al-

Hijr.28-29).

16

Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai

fungsi, masing-masing dapat tumbuh dan berkembang, baik secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensi

diri yang Tuhan berikan kepada manusia, konsekwensi logisnya adalah manusia harus

memanfaatkan dan mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan

kehidupannya. (Wiyono Slamet ,2005:38)

2.2 Bakat

2.2.1 Pengertian Bakat

Menurut Cholik ( 1995:28 ) mengartikan bakat atau talenta sebagai potensi

yang dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari

faktor keturunan.

Dr. H. Yul Iskandar, Ph. D dalam Semiawan Conny (1997:61) menjelaskan

apa yang dimaksud bakat. Yang dimaksud bakat adalah sesuatu karakteristik unik

individu yang membuatnya mampu melakukan sesuatu aktivitas dan tugas secara

mudah dan sukses.

Menurut Leider dan Shapiro, bakat kita merupakan kecenderungan khusus

yang ada sejak lahir, kekuatan di belakang hal-hal yang kita nikmati dan kita lakukan

dengan baik yang tak pernah perlu kita pelajari. Mengekspresikan bakat kita adalah

sesuatu yang kita lakukan secara alami, dengan mudah, dan tanpa pamrih, sedangkan

bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah

kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda

17

antara kita dengan orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan

“natural power to do something well”. Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan

“natural endowments of person.” (http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-

jenistema-bakat.html)

Dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan kemampuan unik yang dimiliki

setiap individu yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan yang membuat

setiap individu mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas dengan mudah dan

sukses. Kemampuan tersebut menunjukkan kemampuan di atas rata–rata yang telah

ada pada diri kita secara alamiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil yang

maksimal.

2.2.2 Macam-Macam Bakat

Ada banyak sekali pendapat mengenai macam–macam bakat. Berdasarkan

sumber yang penulis temukan di internet yaitu ada 34 bakat. 34 Tema Bakat tersebut

adalah :

1) Achiever

Memiliki stamina tinggi dan juga seorang pekerja keras. Mendapat kepuasan dari

kesibukan dan produktivitas.

2) Activator

Mampu merealisasikan ide-ide atau gagasan menjadu suatu tindakan nyata.

Cenderung tidak sabar.

18

3) Adaptibility

Cenderung bisa mengikuti arus , mampu menjadi orang masa kini maupun

menyiapkan untuk masa mendatang.

4) Analytical

Cenderung mencari penjelasan dan sebab sesuatu terjadi. Punya kemampuan

mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi situasi.

5) Arranger

Terorganisir, tetapi juga fleksibel. Senang berusaha memanfaatkan sumber-

sumber yang ada agar menghasilkan produktivitas maksimal.

6) Belief

Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang cenderung menetap, dalam mencapai tujuan

hidupnya.

7) Command

Mampu mengontrol situasi dan membuat keputusan

8) Communication

Mampu menyampaikan gagasan melalui kalimat yang mudah dipahami, seorang

lawan bicara dan presenter yang baik.

9) Competition

Selalu mengukur kemajuan dirinya dengan performa orang lain, berusaha menjadi

nomor satu.

19

10) Connectedness

Memiliki keyakinan dalam hubungannya dengan segala hal, meyakini bahwa

kebetulan hanya sebagian kecil, setiap kejadian ada penyebabnya.

11) Consistency

Berusaha adil, dengan cara membuat aturan yang jelas.

12) Context

Senang memahami kejadian masa kini melalui sejarah.

13) Deliberative

Sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan atau menentukan pilihan,

mengantisipasi kesalahan.

14) Developer

Mengenali potensi orang lain, memperhatikan perkembangan walaupun kesil, dan

memperoleh kepuasan darinya.

15) Discipline

Menikmati bekerja dalam struktur dan rutinitas, bekerja dalam arahan/aturan.

16) Empathy

Mampu merasakan perasaan orang lain membayangkan dirinya berada di posisi

orang lain.

17) Focus

Bekerja dengan tujuan, melakukan tindakan selama masih dalam koridor tujuan,

membuat prioritas lalu bertindak.

20

18) Futuristic

Terinspirasi oleh apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa yang bisa

dilakukan. Menginspirasi orang lain dengan visinya itu.

19) Harmony

Mencari konsensus, tidak menyukai konflik, mencari jalan tengah.

20) Ideation

Memiliki banyak ide, mampu menghubungkan fenomena yang berbeda.

21) Includer

Mudah menerima orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap orang yang

merasa diasingkan, berusaha mengguyubkan.

22) Individualization

Tertarik dengan keunikan masing-masing orang, mampu melihat bagaimana

orang yang berbeda-beda dapat bekerjasama secara produktif.

23) Input

Senang mengumpulkan dan mencari berbagai informasi

24) Intellection

Memiliki daya intelektualitas tinggi, meminati diskusi-diskusi intelektual.

25) Learner

Memiliki keinginan besar untuk belajar dan terus melakukan perbaikan.

26) Maximizer

Cenderung fokus pada kekuatan untuk mendorong orang ataupun kelompok lebih

maksimal, berusaha merubah sesuatu yang kuat menjadi super.

21

27) Positivity

Antusias, mampu membuat orang lain tertarik dengan apa dilakukannya.

28) Relator

Menikmati hubungan dekat dengan orang lain, mendapat kepuasan mendalam

dengan bekerja keras bersama teman dalam mencapai tujuan.

29) Responsibility

Merasa apa yang dikatakan adalah apa yang akan dilakukannya, komitemen pada

nilai-nilai seperti kejujuran dan kesetiaan.

30) Restorative

Cakap dalam mencari tahu penyebab masalah dan berusaha menyelesaikannya.

31) Self-Assurance

Percaya diri pada kemampuannya dalam mengatur hidupnya sendiri,yakin bahwa

ia telah membuat keputusan yang tepat.

32) Significance

Ingin menjadi orang yang penting di mata orang lain, cenderung mandiri, dan

ingin dikenal.

33) Strategic

Membuat solusi alternatif atau antisipasi, dapat dengan cepat mengetahui

hubungan dan isu-isu yang relevan.

34) Woo

Senang berhadapan dengan orang-orang, dan menjadi pusat perhatian.

Memperoleh kepuasan dari memulai hubungan dengan orang lain.

22

(sumber:http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html.

Diakses pada 9 Agustus 2011)

Hal ini pun didukung oleh pendapat Gardner, masing-masing dari kita

memiliki sebuah kombinasi dari 7 kecerdasan. Setiap orang mempunyai kekuatan

relatif dari tiap kecerdasan di atas sedemikian rupa sehingga orang tersebut cenderung

menentukan pilihan aktifitas apapun yang dia sukai tanpaketerpaksaan. Kita

menyebutnya sebagai bakat. Lalu apa saja yang termasuk 7 kecerdasan itu ?

Howard Gardner (1983:216) menyimpulkan hasil risetnya yang mengatakan

bahwa sedikitnya ada tujuh jenis kecerdasan :

1) Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan

penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-

main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti

dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,

tempat dan nama.

2) Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada. Orang-

orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan

melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan;

banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau

mencipta lagu serta musik.

3) Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-

angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar,

23

aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka seringkali menyukai

komputer dan pemrograman.

4) Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan mebayangkan

hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan

bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan bagan.

5) Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan ketrampilan

olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan aktor, para pengrajin dan

atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit

untuk duduk diam.

6) Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa mengerti

dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-orang ini seringkali ahli

berkomunikasi dan pintar mengorganisasi, serta sangat sosial. Mereka biasanya

baik dalam memahami perasaan dan motif orang lain.

7) Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri sendiri. Orang-

orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka

cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana

mereka bisa memiliki kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.

2.3 Identifikasi Bakat Olahraga

Pemanduan bakat ( talent identification ) adalah suatu usaha yang di lakukan

untuk memperkirakan dengan probalitas yang tinggi peluang seseorang yang berbakat

dalam olahraga prestasi untuk dapat berhasil dalam menjalani program latihan

24

sehingga mampu mencapai prestasi puncaknya. Bakat merupakan kemampuan

terpendam seseorang yang di miliki sejak lahir dan menjadi dasar kemampuan nyata.

Pembagian bakat kita kenal dengan bakat umum yaitu: bakat yang di mililki setiap

orang, meskipun berbeda dalam kadarnya yang biasa disebut intelegensia. Bakat

khusus yaitu, kemampuan yang menonjol pada seseorang yang tidak terdapat pada

setiap orang. Sedangkan bakat olahraga yaitu, kemampuan dasar yang berkenaan

dengan penampilan gerak (motor performance) dan merupakan kombinasi dari

beberapa kemampuan dengan sikap badan seseorang (M. Furqon H dan Muchsin

Doewes, 1999: 1).

Pemanduan bakat olahraga dilakukan dengan menggunakan test pemanduan

bakat (sport search). Tes tersebut merupakan tes yang dilakukan untuk memandu

seseorang ke cabang olahraga disesuaikan dengan minat dan kemapuan

individualnya. Tes di berikan meliputi sepeluh bentuk tes yang pada dasarnya adalah

tes postur, tes kebugaran atu kesegaran jasmani, dan tes keterampilan. Instrumen

yang di gunakan dalam tes tersebut adalah: tinggi badan, tinggi duduk, berat badan,

panjang depa, lempar tangkap bola tenis, lempar bola basket, lompat raihan, lari

bolak balik lima meter, lari cepat 40 meter, dan multi stage. Dari data hasil test yang

lakukan kemudian dimasukkan dan oleh dalam komputer yang nantinya akan secara

otomatis diarahkan ke cabang olahraga yang sesuai dengan hasil test tersebut (Dirjen

Dik Das Men, 2001: 1).

Langkah – langkah pemanduan bakat yang dapat ditempuh sebagai berikut:

1) Analisis lengkap dari fisik dan mental sesuai dengan karekteristik cabang olahraga.

25

2) Seleksi umum dan khusus dengan menggunakan instrumen dari cabang olahraga

yang bersangkutan. 3) Seleksi berdasarkan karakteristik, antropometrik dan

kemampuan fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisiknya.

Untuk melakukan seleksi dengan tepat, dapat di gunakan evaluasi tes dan

pengukuran kemampuan fisik, motorik, dan psikologis yang dilakukan secara khusus,

kemudian dianalisis faktor penentunya antara lain: 1) Prestasi atau penampilan yang

dicapai. 2) Peningkatan prestasi lebih cepat dari pada anak yang tidak berbakat. 3)

Kualitas mental yang baik. 4) Stabilitas peningkatan prestasi. 5) Daya toleransi beban

latihan yang di berikan.

2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat

Tujuan utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan

memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang

olahraga tertentu (Harre. Ed. 1982:84 dalam KONI) mengemukakan bahwa tujuan

pengedentifikasian bakat adalah untuk memprediksi suatu derajat yang tinggi tentang

kemungkinan apakah calon atlet akan mampu berhasil memyelesaikan program

latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur secara pasti,

melakukan tahap latihan selanjutnya.

2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat

Bompa (1990:334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam

proses pengedintifikasian bakat memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1) Menurunkan waktu yang diperlakukan untuk prestasi yang tinggi dengan

menyeleksi calon atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu.

26

2) Mengeliminasi volume kerja, energi dan memisahkan bakat yang tinggi bagi

pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang

memiliki kemampuan tinggi.

3) Meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam mencapai tingkat prestasi yang

tinggi.

4) Meningkatkan kepercayaan diri calon atlet, karena perkembangan prestasi

tampak makin dinamis dibanding dengan atlet-atlet lain yang memiliki usia sama

yang tidak mengalami seleksi.

5) Secara tidak langsung mempermudah penerapan latihan.

2.3.3 Metode Pengidentifikasian Bakat

Bompa (1990:334) mengemukakan dua metode dalam mengidentifikasi bakat

calon atlet, yaitu:

1) Seleksi alamiah

Seleksi ini dianggap sebagai pendekatan normal dengan cara alamiah dalam

mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam berolahraga. Mengasumsikan

bahawa seorang atlet yang mendaftar pada cabang tertentu sebagai hasil dari

pengaruh lokal ( tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman seusia ).

2) Seleksi ilmiah

Seleksi ilmiah adalah suatu metode yang digunakan pelatih dalam memilih anak-

anak prospektif yang telah menunjukan kemampuan alami pada cabang olah raga

tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi melalui metode

alamiah, waktu untuk mencapai tingkat kemampuan yang tinggi bagi meereka

27

yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang

membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket, sepak bola, mendayung,

cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan. Hal yang sama pada

cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu, reaksi, koordinasi dan tenaga (

judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik).

2.3.4 Kriteria Utama dalam Pengidentifikasian Bakat

Atlet yang berkemampuan tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik,

kemampuan biomotorik yang tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Meskipun

demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara

biologis atau lemah dalam hal – hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga,

meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bisa menutupi kelemahan alami

pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan

hal yang penting untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack

performance). Adapun beberapa kriteris tersebut adalah :

1) Sehat

Merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang berpartisipasi dalam

pelatihan, maka sebelum diterima dalam klub tertentu setiap pemula harus

mendapatkan pemeriksaan medis yang seksama. Dokter dan pelatih harus

sepakat untuk memilih individu yang paling sehat.

2) Kualitas Biometrik

Kapasitas antropometrik dari seseorang merupakan hal yang penting pada

beberapa cabang olahraga, maka dari itu menjadi pertimbangan utama pada

28

kriteria identifikasi bakat. Tinggi dan berat atau panjang dari anggota badan

seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu.

3) Hereditas

Merupakan fenomena biologis yang komplek dan seringkali memainkan peranan

penting dalam latihan. Anak-anak cenderung mewariskan karakteristik biologis

dan psikologis orang tuanya, meskipun degan pendidikan,pelatihan dan

pengkondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut dapat sedikit diubah.

4) Fasilitas Olahraga dan Iklim

Membatasi kesempatan atlet yang telah terseleksi, sebab itulah jika fasilitas

cabang olahraga tertentu kondisi alamnya tidak memungkinkan dan fasilitasnya

tidak ada, mungkin atlet itu mengambil cabang olahraga lain.

5) Kemampuan Spesialis

Kemampuan spesialis atau pengetahuan dari seorang pelatih pada identifikasi

bakat serta pengujian, juga menentukan selelksi kandidat. Semakin banyak dan

rumit metode ilmiah yang di gunakan untuk identifikasi bakat, semakin tinggi

pula kemungkinannya dalam menemukan bakat yang superior untuk cabang

tertentu.

(sumber : IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA ~ ERIYAN TONI Blog:

/identifikasi-bakat-olahraga.html. Diakses pada 9 Agustus 2011)

29

2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat

Pengidentifikasian bakat yang berkomprehensif tidak hanya dilakukan sekali

usaha, tetapi dilakukan dalam beberapa tahun. Bompa (1990:337) mengemukaan tiga

tahap dalam pengidentifikasian bakat, tahap-tahap tesebut adalah :

2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ( The Primary Phase )

Tahap awal ini dilakukan pada masa pro-adolensi (3-8 tahun). Sebagian besar

didominasi dengan pemeriksaan fisik pada kesehatan calon atlet danpengembangan

fisik umum serta dirancang untuk mendeteksi berbagai kegagalan fungsi atau

penyakit. Porsi pengujian kemampuan biometrik dapat memfokuskan pada (1)

menemukan kekurangan-kekurangan fisik yang memiliki peran membatasi atau

menghambat usaha keras calon atlet, (2) menentukan tingkat perkembangan fisik

calon atlet melalui cara sederhana, seperti rasio di antara tinggi dan berat badan; dan

(3) mendeteksi genetik yang dominan (misalnya tinggi badan) agar anak dapat

diarahkan pada klub-klub olahraga yang memungkinkan anak menspesialisaikan

cabang olahraga di kemudian hari.

Karena usia dini pada tahap awal ini dilakukan pengidentifikasian bakat,

sehingga hanya memperoleh informasi umum dari kondisi anak. Hasil

pengidentifikasian belum dapat diputuskan secara pasti, karena dinamika tentang

pertumbuhan dan perkembangan calon atlet pada masa yang akan datang masih

secara relatif belum dapat diprediksi atau masih berubah-ubah. Namun demikian,

untuk olahraga-olahraga seperti renang, senam dan figurskating di mana latihan yang

30

komprehensif harus sudah dimulai pada usia dini, maka tahap identifikasi awal harus

seluruhnya dilaksanakan.

2.3.5.2 Tahap Identifikasi Kedua (Secondry Phase)

Tahap ini dilakukan selama dan sesudah masa adolesensi, diantara usia 9-10

tahun untuk senam, figurskating dan renang. 10-15 tahun untuk puteri dan 10-17

tahun untuk putera utnuk olahraga yang lain. Ini menggambarkan tahap yang sangat

penting dalam pemiliohan calon atlet. Tahap ini digunakan untuk

Anak usia belasan tahun yang telah berpengalaman dengan latihan yang

terorganisasi. Teknik yang digunakan dalam tahap kedua ini menilai atau

mengevaluasi dinamika parameter biometrik dan parameter fungsional, karena tubuh

harus telah mencapai tingkat adaptasi tertentu untuk persyaratan dan kekhususan dari

olahraga yang dipilih. Akibatnya, pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secara rinci

dan bermaksud mendeteksi hambatan-hambatan dalam meningkatakan prestasi

(misalnya rematik, hepatitis, penyakit akut dan lain-lain).

Momen ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan bagi anak

pada masa adolesensi di mana perubahan-perubahan biometrik yang dramatis

berlangsung (misalnya jika anggota badan bagian bawah bertambah secara nyata.

maka otot berkernbang secara tidak proporsional dar lain-lain). Oleh karena itu,

selama pemeriksaaan perkembangan fisik urnum harus mempertimbangkan pengaruh

latihan yang di spesialisasikan pada pertumbuhan dan perkembangan atlet.

Proporsional dalam Bompa (1990:338) menyatakan bahwa latihan kekuatan intensif

dan dengan beban berat yang dilakukan pada usia yang sangat dini akan membatasi

31

pertumbuhan (tinggi) dengan mempercepat pengakhiran pertumbuhan serabut tulang

rawan, misalnya pengakhiran prematur tulang-tulang yang panjang.

Anak bukan “orang dewasa kecil”, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus

dipandang sebagai anak yang mempunyai dunianya sendiri yang disesuaikan dengan

karakteristiknya. Oleh karena itu tidaklah tepat menharapkan anak melakukan

kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, dan tidak juga mengharapkan anak

anak melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa.

ASDEP Kemenpora (2007:37)

Untuk beberapa cabang olahraga, misalnya nomor-nomor lempar, kano, gulat

dan angkat besi, yang memerlukan keluasan bahu yang lebar (biacromial diameter),

karena bahu yang kuat sangat berkaitan dengan kekuatan individu, atau setidaknya

menggambarkan kerangka yang bagus untuk mengembangkan kekuatan.

Selama tahap pemanduan bakat kedua ini, psikolog olahraga mulai

memainkan perannya yang makin penting dengan melakukan tes psikologi secara

menyeluruh. Tiap profil psikologis atlet harus disusun untuk mengungkapkan apakah

ia memiliki ciri-ciri psikologis yang diperlukan untuk olahraga yang dipilih. Tes ini

akan membantu menentukan apakah gambaran tekanan-tekanan psikologis di masa

yang akan datang.

2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir

Tahap ini terutama ditujukan untuk calon tim nasional. Pada tahap ini harus

sangat reliable dan sangat berhubungan dengan kekhususan dan persyaratan olahraga

yang dipilih. Diantara faktor-faktor utama yang harus dilakukan (1) pemeriksaaan

32

keschatan, (2) adaptasi psikolugis pada latihan dan kompetisi, (3) kemampuan untuk

mengatasi tekanan dan yang sangat penting udalah, (4) potensinya untuk

mengingkatkan prestasinya di masa selanjutnya. Pemeriksaan kesehatan, tes

psikologis dan tes latihan harus dilakukan secara periodik. Data-data tes ini harus

dicatat dan dikomparasikan untuk mengilustrasikan dinamika atlet dari tahap

pengidentifikasian awal sampai karier olahraga.

Di bawah ini adalah gambar Piramida olahraga prestasi:

PEMANTAPAN JUARA

SPESIALISASI CABOR MULTILATERAL

TALENT SCOUNTING

Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga

Sumber: KONI, Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007

Upaya perlu dilakukan pertama dalam pembinaan olahraga prestasi adalah

pencarian bakat yang proaktif pada piramid level bawah atau pertama. Kemudian

dilaksanakan pembinaan multilateral atau diadakannya Pusat Pendidikan dan Latihan

Pelajar (PPLP/, kelas olahraga ataupun perkumpulan olahraga. Kemudian

33

dilaksanakan tahapan ke piramida lebih tinggi yaitu tahap pembinaan spesialisasi

cabang olahraga. Dan menuju piramid tertinggi adalah pemantapan juara. Dapat pula

dilihat gambar jalur mekanisme Talent Scouting pada lampiran tiga.

2.4 Motor Educability

Motor educability adalah kemampuan seorang untuk dapat menguasai

gerakan-gerakan baru ( new motor skill ). Dalam proses latihan pengelompokan atlet

ke dalam kelompok-kelompok yang homogeny sangat perlu dilakukan, hal ini

berkaitan dengan prinsip individualisasi. Setiap atlet mempunyai kemampuan yang

berbeda dalam penguasaan gerak, sehingga dengan dilakukan pengelompokan dapat

memudahkan pelatih dalam memberikan atau menentukan metode serta cara

penyampaian teknik atau gerakannya. Karen dengan pengusaan teknik dasar yang

baik, akan menunjang terhadap keterampilan seorang dalam pencapaian prestasi.

Salah satu parameter dalam dunia olahraga yang sudah sangat dikenal untuk

melihat kemampuan anak dalam gerak atau keterampilan adalah motor educability.

Donal K (1983:150) menjelaskan bahwa “The ease with which a person

learns new skill is refered to as motor educability”. Selanjutnya Nurhasan (2007:142)

menjelaskan bahwa “Motor Educability adalah sebagai kemampuan seseorang untuk

mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).

Dari semua pendapat di atas bias ditarik kesimpulan bahwa motor educability

adalah cepat atau lambatnya kemampuan seseorang dalam mempelajari dan

menguasai gerak baru, semakin anak menunjukan kemudahan ketika dia mempelajari

34

suatu gerak baru, maka hal tersebut menunjukan semakin tinggi derajat motor

educability yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian motor educability

mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama

ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum dikenal atau masih baru.

David K. Brace merupukan peneliti pertama yang menyatakan hasil

penelitiannya tentang motor educability pada tahun 1927. Hasil penelitian ini ternyata

belum bias memuaskan kerena dalam perkembangannya tingkat reliabilitasnya masih

rendah, karena tidak memliki norma yang tegas antara masing-masing kelompok,

baik menurut umur dan jenis kelamin.

Rendahnya tingkat reliabilitas tes motor educability yang disusun oleh David

K. Brace maka terbentuklah IOWA BRACE TEST

2.5 Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability

Dari hasil penyempurnaannya, maka diperoleh motor educability yang

mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dan keseluruhan memnuhi kriteria sebagai

berikut :

1) Persentasi berhasilnya seseorang melakukan latihan bertambah, sesuai dengan

bertambahnya umur mereka

2) Item-itemnya mempunya korelasi yang rendah dengan pengukuran strength,

size, dan power.

3) Tes tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dengan kemampuan beratletik

35

Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability dengan metode sport

search terdiri dari 15 butir tes yang bertujuan membantu untuk menemukan potensi

anak yang berbakat. Tetapi dalam pelaksanaannya yang digunakan hanya 10 tes

untuk siswa putar dan 10 tes untuk siswa putri dengan urutan acak.

2.5.1 Iowa-Brance Test for Motor Educability

1) Tes 1

Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan menyentuh

lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke lantai, dan

kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan

2) Tes 2

Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di

belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan

terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.

Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

3) Tes 3

Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati

bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di

depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,

1002, 1003, 1004, 1005.

36

4) Tes 4

Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu

hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi

ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.

5) Tes 5

Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki

terbuka.

6) Tes 6

Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,

kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak boleh

menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.

7) Tes 7

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak

kehilangan keseimbangan atau melangkah.

8) Tes 8

Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan

9) Tes 9

Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang

sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.

10) Tes 10

37

Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah

kiri dan pertahankan keseimbangan

11) Tes 11

Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi

kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/ bersentuhan,

posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki terbuka.

12) Tes 12

Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di

lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum

melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.

13) Tes 13

Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan

bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali lompatan

untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai, sementara

tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.

14) Tes 14

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak

bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.

15) Tes 15

Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara

tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat ke arah

38

kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu

kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat kembali

ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah menghadap

saat sebelum bergerak.

Dari 15 butir tes tersebut siswa putra dan siswa putra mendapat rangkaian tes

yang berbeda. Pembagiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD

PUTRA PUTRI

5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua

Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1

Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3

Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12

Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11

Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5

Tes ini berupa tes lapangan yang mudah dilaksanakan dan memerlukan

peralatan yang sederhana serta mudah dipersiapkan. Namun demikian, masih ditemui

sedikit kendala yang berkaitan dengan aspek pengolahan dan analisis data, karena tes

pemanduan bakat dengan metode Iowa – Brace Test for Motor Educability, hasilnya

diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer. Dalam kenyataannya, sarana

komputer dan dengan piranti lunak yang dimiliki oleh KONI hanya dapat diakses

dengan bantuan sambungan internet. Oleh karena itu, perlu dicari upaya-upaya untuk

mengatasi masalah tersebut agar tes dapat dilaksanakan dengan baik.

39

Kemudian terciptalah modifikasi yang dilakukan pada aspek pengolahan dan

analisis data. Jika tes Iowa – Brace Test for Motor Educability pengolahan dan

analisisnya menggunakan bantuan komputer, maka untuk menyesuaikan kondisi

keterbatasan alat pengolahan dan analisis dimodifikasi atau diubah dengan

menggunakan teknik pengolahan dan analisis secara manual. Tujuan utama dalam

memodifikasi pengolahan ini adalah untuk mempermudah dalam menginterpretasikan

dan menilai hasil tes, sehingga ditemukan alternatif lain dalam menganalisis dan

mengolah hasil tes.

Tabel 2.2 Tabel Skor T untuk Hasil Tes Siswa Kelas 4-5-6 SD

Nilai skor T

SEKOLAH DASAR ( ELEMENTARY)

PUTRA PUTRI 20 69 69 19 66 65 18 63 62 17 60 60 16 57 58 15 54 56 14 51 54 13 48 52 12 45 50 11 43 48 10 41 45 9 39 42 8 37 39 7 35 36 6 33 33 5 31 30 4 29 28 3 27 26 2 25 24

40

1 23

Sumber : Brry L., Jack K. Nelson Practical Measurements for Evaluation in Physical Education

1970:144-148

2.6 Unsur-unsur Dominan Pada Cabang - Cabang Olahraga

Dalam upaya melihat secara mendalam faktor-faktor utama yang berkaitan

dengan prestasi dan pengidentifikasian bakat Kunts dan Florescu dalam Bompa

(1990:342) mengidentifikasi (1) kapasitas motorik, (2) kapasitas psikologis, (3)

kualitas biometrik termasuk pengukuran-pengukuran antrometrik dan jenis atau

bentuk tubuh.

Meskipun tiga hal tersebut menggambarkan faktor- faktor utama untuk semua

cabang olahraga, namun memiliki penekanan yang berada untuk setiap cabang

olahraga. Makin efektif sistem identifikasi bakat yang harus memulai dengan

karakterisasi olahraga, maka makin spesifik kemudian didasarkan pada analisis ini,

untuk memisahkan faktor-faktor utama tersebut untuk memilih calon atlet.

Dalam Bompa (1990:339) mengidentifikasi bakat sebagai berikut:

Olahraga Jenis tes

Lari Cepat Waktu reaksi, Eksitabilitas otot-syaraf, koordinasi, kemampuan mengatasi stress, perbandingan tinggi dan panjang tungkai.

Basket Tinggi dan lengan panjang, unaerobik, koordinasi, dayatahan, intelegensi.

Senam Koordinasi, kelentukan, kekuatan, keseimbangan vestibuler, kegigihan, kemampuan mengatasi emosi kemampuan anaerobik power, tinggi badan sedang dan pendek.

41

Sepak bola Koordinasi, semangat kerjasama, dayatahan mengatassi stress dan kelelehan, kapasitas aerobik dan anerobik, intelegensi.

Bola volly Tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anerobik dan aerobik, daya tahan mengatasi mengatasi kelelahan dan stress, intelegensi.

Renang Densitas badan rendah, lengan panjang, kaki lebar, bahu lebar, kapasitas aerobik dan anaerobik.

Balap Sepeda Kapasitas aerobik tinggi, memiliki kemampuan mengatsasi stress, ulet.

Judo Memiliki koordinasi, waktu reaksi, intelegensi, diameter misal lebar dan jangkauan panjang.

Menembak Memiliki koordinasi visual motorik, kecepatan reaksi, konsentrasi, ketahanan, kesimbangan emosi.

2.7 Pemanduan dan Pembinaan Bakat

Pemanduan bakat adalah suatu proses awal untuk mengidentifikasi

keterbakatan anak yang pemanduan bakat diterapkan pada anak usia dini. Pembinaan

dan pengembangan olahraga sejak usia dini, yaitu periode anak kurang lebih 6 tahun,

sampai dengan 14 tahun, pada hakekatnya merupakan bagian dari kebijaksanaan

nasional.( Said Junaidi 2003: 1).

Menurut Rusli Lutan ( 2000 : 11 )Perkembangan olahraga juga dipengaruhi

oleh sistem pembinaan, apabila sistem pembinaan yang dilaksanakan berjalan dengan

baik maka perkembangan olahraga juga akan lebih baik. Sistem pembinaan olahraga

berdasar pada (1) Pendidan jasmani dan organisasi, yang di dalamnya mencakup

42

program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga dan struktur olahraga

dan strukur organisasi dalam kepemerintahan dan (2) sistem latihan

2.7.1 Tahapan Pemanduan dan Pembinaan Bakat

Pemanduan dan pembinaan atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk

mencapai prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar

antara 8 s.d 10 tahun secra bertahap, kontinue, meningkat dan berkesinambungan

dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) pembibitan/ pemanduan bakat, (2)

spesialisasi cabang olahraga, (3) peningkatan prestasi. Menurut KONI dalam Proyek

Garuda Emas (2000: 11-12), rentang waktu setiap tahapan latihan, serta materi

latihannya adalah sebagai berikut :

1) Tahapan latihan persiapan, lamanya kurang lebih 3 s.d 4 tahun

Tahap latihan persiapan ini, merupakan tahap dasar untuk memberikan

kemampuan dasar yang menyeluruh (multilateral) kepada anak dalam aspek

fisik, mental dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak sejak usia dini yang

berprestasi diarahkan/dijuruskan pada tahap spesialisasi, akan tetapi latihan

harus mampu membentuk kerangka tubuh yang kuat dan benar, khususnya

dalam perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di

tahapan latihan berikutnya. Oleh karena itu, latiahnnya perlu dilaksanakan

dengan cermat dan tepat.

2) Tahap latihan pembentukan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun

Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet seperti

yang diharapkan, sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing.

43

Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk, demikian pula keterampilan

taktik, sehingga dapat digunakan/ dipakai sebagai titik tolak pengembangan,

serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini, atlet dispesialisasikan

pada salah satu cabang olahraga yang paling cocok/ sesuai bagiannnya.

3) Tahap latihan pemantapan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun

Profil yang telah diperolah pada tahap pembentukan, lebih ditingkatkan

pembinaannya, serta disempurnakan sampai ke batas optimal/ maksimal. Tahap

pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal

mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak

potensinya.

Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai pretasi

puncak, dimana pada umumnya disebut GOLDEN AGE (usia emas). Tahapan ini

didukung oleh program latihan yang baik, dimana perkembangannya dievaluasi

secara periodik.

2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah

Sekolah merupakan dasar pembinaan dan pengembangan olaharaga, baik

pelajar maupun masyarakat pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari pembinaan

dan pengembangan olahraga nasional. Pembinaan lewat pembinaan olahraga Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekolah Menengah Atas (SMA), dan

Perguruan Tinggi, adalah upaya terobosan untuk meningkatkan akselerasi dan

mengajar ketingian pembinaan dan pembibitan olahraga prestasi. Pada prinsipnya,

pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak pada tiga

44

orintasi,yaitu olahraga sebagai rekreasi,olahraga sebagai kesehatan dan olahraga

sebagai prestasi.Pembinaan prestasi olahraga melalui kegiatan di sekolah di gunakan

sebagai pembinaan olahraga prestasi. Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini

untuk menjaring siswa-siswi yang kompeten sejak dini,sehingga dapat di lakukan

pembinaan lebih awal dan dapat di lakukan secara berjenjang (Debdikbud,1976 : 3)

2.7.2.1 Intrakurikuler

Program intrakurikuler adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang tujuan

utamanya meningkatkan kesegaran jasmani, lebih menekankan pada pengenalan dan

kemampuan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang-cabang olahraga.

2.7.2.2 Ekstrakurikuler

Program ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan diluar

jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk lebih mengembangkan keterampilan pada

satu cabang olahraga dengan pilihannya / bakat dan kesenangannya. Program ini

merupakan kelanjutan dari program intrakulikuler, dengna demikian pengembangan

program ekstrakulikuler harus berdasarkan pada cabang olahraga yang telah diajarkan

di sekolah dasar yaitu :

1. Gerak dasar atletik,

2. Nomor-nomor atletik tertentu.

3. Senam dasar senam ketangkasan, senam irama,

4. Permainan kecil, dengan alat atau tanpa alat,

5. Permaianan bola besar meliputi sepak bola, bola tangan, bola basket, bola

voli mini.

45

Maksud dan tujuan pembinaan dan pengembangan olahraga usia dini meliputi

program ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai buku pegangan bagi para guru dan

pembina olahraga di sekolah untuk melaksanakan program ekstrakulikuler sebagai

upaya pemanduan bakat dan pembibitan para siswa (Direktorat TK dan SD, 2001 :

57-59)

Namun dalam pelaksanaannya, sekolah dihadapkan pada berbagai

permasalahan menyengkut pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. Masalah tersebut

antara lain adalah :

1) Kurang atau tidak adanya guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang mampu

menangani cabang olahraga tertentu.

2) Kurang atau tidak adanya sarana dan prasarana untuk cabang olahraga yang

ingin dikembangkan.

3) Tidak adanya anggaran untuk membiayai honor guru/ pelatih, sewa lapangan/

gedung dan pembelian alat, perlengkapan olahraga.

4) Program intrakurikuler dan ekstarkurikuler tidak merupakan satu kesatuan

program, tetapi berdiri sendiri-sendiri karena statusnya yang belum jelas.

5) Kurangnya perhatian dari pimpinan sekolah dan guru pendidikan jasmani

kesehatan dan penilik olahraga terhadap pembinaan atlet yang berbakat atau

berprestasi.

6) Belum terprogramnya dengan baik kegiatan latihan, pertandingan dan kompetisi

secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan.

46

7) Belum melibatkan orang tua siswa dalam melaksanakan kegiatan

ekstrakurikuler.

8) Belum merupakan satu kesatuan sistem pembinaan.

9) Belum adanya penatara/ pelatihan bagi Guru Dasar Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan di Sekolah Dasar.

2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia

Dini (6-12 tahun)

Pertumbuhan manusia sangat kompleks. Bukan hanya karena adanya variasi

di antara dua jenis kelamin atau di antara dua orang yang berbeda, tetapi juga variasi

di dalam diri orang yang sama dari waktu ke waktu selama proses pertumbuhan

berlangsung. Masa kanak-kanak memiliki karakteristik pertumbuhan yang lamban

dan relatif stabil. Tulang-tulang masih lemah dan akan tetap bertahan seperti itu

hingga masa pertumbuhan berakhir, yaitu sekitar akhir masa remaja.

Masa kanak-kanak secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

1) Periode usia 2 sampai 6 tahun yang disebut dengan awal masa kanak-kanak (usia

kelompok bermain taman kanak-kanak), 2) Periode usia 6 sampai 9 tahun yang

disebut dengan periode pertengahan masa kanak-kanak (usia kelas 1-4 sekolah dasar),

dan 3) Periode usia 9 usia 12 tahun yang disebut periode akhir masa kanak-kanak

(usia kelas 4-6 sekolah). (Asdep, 2010:21)

Pada usia 10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan

berkembangnya fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak

47

atau motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah

selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan

gerak atau aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang

ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Ma’mun dan

Saputra (2000:67) menjelaskan keterampilan motorik sebagai berikut :

1) Keterampilan gerak kasar (gross motor skill), sebagai keterampilan yang

bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama

gerakannya, seperti : berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.

2) Keterampilan gerak halus (fine motor skill), adalah keterampilan-keterampilan

yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus agar

pelaksanaan keterampilan yang sukses tercapai. Seperti : menulis, menggambar,

memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau

alat-alat mainan.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis mempunya gambaran bahwa

anak-anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan

kasar maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik

turun tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang

bermain. Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki

kemampuan gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan.

2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik

2) Tinggi dan berat badan anak laki-laki dan perempuan antara 111,8-152,4 cm

dan 20,0-40,8 kg.

48

3) Pertumbuhan lamban, terutama mulai usia sekitar 8 tahun hingga akhir periode

ini. Meskipun lamban, tetapi tetap ada penambahan pertumbuhan secara

bertahap dan ajeg, meskipun tidak senyata pertumbuhan yang di usia pra-

sekolah.

4) Tubuhnya akan memanjang, dengan penambahan tinggi badan rata-rata sekitar

5-7 cm dan berat badan sekitar 1,4-2,7 kg per tahun.

5) Perkembangan sesuai dengan prinsip cephalocaudal dan proximodistal, diman

otot-otot besar lebih berkembang disbanding otot kecil.

6) Perkembangan aspek fisiologis anak perempuan biasanya 1 tahun lebih awal

daripada anak laki-laki, dan perbedaan minat akan mulai tampak pada akhir

periode ini.

7) Kecendurungan untuk beraktivitas dengan tangan kanan sekitar 85% dan tangan

kiri 15%.

8) Kemampuan atau kecepatan reaksinya rendah khususnya di awal periode ini,

sebab mereka masih mengalami kesulitan untuk melakukan koordinasi mata-

tangan dan mata-kaki. Namun di akhir periode ini, kesulitan koordinasi sudah

dapat mereka atasi dengan baik.

9) Baik anak perempuan maupun laki-laki penuh tenaga dan enerjik, tapi pada

umumnya tidak memiliki daya tahan sehingga cepat lelah. Mereka biasanya

sangat responsif dalam berlatih.

10) Di akahir periode ini mekanisme persepsi visual sudah berkembang penuh.

49

11) Pada periode ini anak-anak biasanya masih perpenglihatan jarak jauh (

farsighted ) sehingga belum siap untuk melakukan pekerjaan yang

membutuhkan kecermatan penglihatan.

12) Sebagian besar gerak dasar mampu mereka lakukan dengan baik pada awal

periode ini.

13) Berbagai bentuk keterampilan dasar yang diperlukan dalam permainan, dapat

berkembang dengan baik.

14) Aktivitas yang memerlukan kecermatan mata dan anggota badan, seperti pasing

bola (dalam bolavoli) atau memukul lambungan bola (dalam softball),

berkembang sangat perlahan dan perlu berlatih berkali-kali sebelum mereka

dapat melakukan dengan baik.

Periode ini ditandai dengan adanya masa transisi dari perbaikan kemampuan

melakukan gerak dasar menuju kearah penguasaan keterampilan dasar yang

diperlukan dalam permainan olahraga kecabangan. ASDEP Kemenpora (2007:37)

2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga

Menurut Yuanita Nasution (2000) dalam KONI, Gerakan Nasional Garuda

Emas, Buku 1 (2000 : 3), tentang aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga.

Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya.

Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian terhadap penampilan anak dapat

mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan,

harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman

sebaya. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam

50

berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini

penilaian dari negatif, frustasi, agresi, dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan

jelas.

Periode usia dini adalah periode umur anak sekitar 6-14 tahun. Periode umur

ini teramat penting, namun sekaligus juga teramat berpengaruh dalam perkembangan

dan pertumbuhan fisik serta psikologis anak. Apabila dalam masa kritis ini, anak

tidak memperoleh rangsangan dan latihan yang tepat untuk pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik serta kepribadiannya, maka kita akan kehilangan

kesempatan emas baginya untuk berkembang secara optimal. Kesempatan ini tidak

akan ditemui lagi pada tahap berikutnya, karena kesempatan baik seperti itu hanya

akan kita jumpai sekali saja dalam kurun waktu hidup kita.

Setelah anak mulai berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan

jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan

kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi yang dimaksud haruslah tetap

berada dalam konteks bermain. Untuk memulai olahraga yang memiliki aturan formal

sebaiknya tunggu anak sampai berusia minimal 8-9 tahun.

Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai

targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini

biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh

karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga

perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga atlet usia

dini.

51

Sasaran yang ingin dicapai melalui pemanduan dan pembinaan olahraga sejak

usia dini secara umum, yaitu membantu terwujudnya pembangunan watak dan

karakter bangsa dalam pembangunan nasional Indonesia seutuhnya, disamping upaya

untuk mendapatkan olahragawan sejak usia dini yang berbakat dan potensial.

Sehingga siap dikembangkan dalam berbagai cabang olahraga, untuk mencapai

prestasi tinggi baik tingkat daerah, nasional maupun tingkat Internasional. Untuk

mencapai hasil yang maksimal dan optimal, maka pembibitan sejak usia dini harus

dilaksanakan dengan konsisten, berkesinambungan, mendasar, sistematis, efesien,

dan terpadu. Untuk itu perlu upaya agar anak-anak ingin, gemar bermain dan

berolahraga sedini mungkin dengan adanya panduan yang baik dan benar. Sehingga

dapat memacu perkembangan organ tubuhnya dan dengan pendekatan yang persuasif,

anak-anak usia dini tersebut dapat berminat menjadi atlet.

2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini

Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator perkembangan anak usia dini,

dimana kiranya berbakat untuk menjadi atlet berprestasi tinggi, yaitu : (1) prestasi/

performa yang dicapai, (2) stabilitas peningkatan prestasi, (3) daya toleransi terhadap

beban/ latihan, (4) memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, (5) mudah mempelajari/

menguasai keterampilan yang baru ( Said Junaidi, 2003: 19 ).

52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan

penelitian yang diharapkan. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk

memecahkan masalah penelitian, sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis

kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan tujuan agar dapat memperoleh data dengan

lengkap sesuai yang diinginkan.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul ”Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan

Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” ini

dilaksanakan di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Sebuah kecamatan di

ujung selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa

Timur.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Dalam penelitian yang bersifat penelusuran ini sasaran penelitiannya adalah :

1) 5 orang Kepala Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan baturetno,2) 5 orang guru

53

Penjasorkes SD di wilayah Kecamatan Baturetno, 3) 5 Orang Wali murid SD, 4) 5

orang warga masyarakat yang peduli terhadap olahraga, 5) Tokoh KONI dan

DISPORA Kabupaten Wonogiri. Serta 103 siswa SD Negeri 3 Baturetno sebagai

peserta Iowa-Brance Test for Motor Educability.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian atau objek penelitian

(Arikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal atau

satu variabel yaitu potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan

Baturetno Kabupaten Wonogiri.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sedangkan subjek

sendiri diambil dari sumber data, dalam hubungan dengan seluruh atau sebagian

sumber data. Suharsmi Arikunto (2006 : 129).

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru penjas, tokoh

masyarakat dan unsur pimpinan KONI dan DINPORA Wonogiri, serta siswa putra

dan putri SD Negeri kelas 4, 5, dan 6 di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

yang ikut dalam tes penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini

di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

Sedangkan Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah potensi daerah

untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

54

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat/ fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam

arti lebih cermat, lengkap dan sistematis. Dari pengertian tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan peneliti.

3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan persiapan

alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan Iowa-Brace Test for Motor Educability

yaitu:

1) Tes 1

Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan

menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke

lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan

2) Tes 2

Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di

belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan

terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.

Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

55

3) Tes 3

Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati

bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di

depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,

1002, 1003, 1004, 1005.

4) Tes 4

Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu

hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi

ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.

5) Tes 5

Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki

terbuka.

6) Tes 6

Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,

kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak

boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.

7) Tes

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak

kehilangan keseimbangan atau melangkah.

8) Tes 8

Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan

56

9) Tes 9

Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang

sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.

10) Tes 10

Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah

kiri dan pertahankan keseimbangan.

11) Tes 11

Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi

kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/

bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki

terbuka.

12) Tes 12

Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di

lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum

melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.

13) Tes 13

Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan

bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali

lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai,

sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.

57

14) Tes 14

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak

bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.

15) Tes 15

Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara

tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat ke arah

kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu

kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat

kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah

menghadap saat sebelum bergerak.

Tes ini dianggap cocok diterapkan untuk siswa sekolah dasar karena pada usia

10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan berkembangnya

fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak atau motorik anak

sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah selaras dengan

kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau

aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang ideal untuk

belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mempunyai gambaran bahwa anak-

anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan kasar

maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik turun

tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang bermain.

58

Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki kemampuan

gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan. Ma’mun dan Saputra

(2000:67)

3.5.2 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya ( Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dalam penelitian ini yang

didokumentasikan adalah daftar nama peserta Penelusuran Potensi Daerah Untuk

Pembinaan Olahraga Usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun

2010, dan foto-foto pelaksanaan Iowa-Brace Test for Motor Educability.

3.5.3 Wawancara

Menurut Suharsimi Arikunto wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (2006 : 155).

Peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan pembelajaran penjas. Wawancara tersebut dilakukan dengan

teknik tanya jawab secara langsung terhadap kepala sekolah, guru penjas, tokoh

masyarakat dan unsur pimpinan KONI dan DINPORA Kabupaten Wonogiri.

Adapun aspek yang diungkap dalam lembar wawancara meliputi : (1) Aspek

Sumber Daya Manusia (2) aspek Sumber Daya Lingkungan (3) aspek Sumber Daya

Manajemen

59

3.5.4 Metode Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila

jumlah responden cukup besar dan tesebar di wilayah yang luas. (Sugiyono, 2008 :

142)

Dalam penelitian ini angket digunakan guna memperoleh data mengenai

pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

Responden yang digunakan adalah kepala sekolah, guru penjas, wali murid dan tokoh

masyarakat di Kecamatan Baturetno, serta segenap pimpinan KONI dan DINPORA

Kabupaten Wonogiri.

Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup yaitu angket yang

diberikan langsung kepada responden untuk dijawab. Sebelum menyusun kuesioner

hendaknya pertanyaan di susun berdasarkan faktor- faktor yang digunakan untuk

mengukur selanjutnya faktor- faktor tersebut di jabarkan menjadi butir- butir

pertanyaan yang membentuk intrumen pertanyaan untuk memberikan gambaran

secara menyeluruh mengenai angket yang di gunakan. Mengadakan spesifikasi data

yang menjabarkan minat yang lebih mengarahkan bentuk kisi-kisi pertanyaan.

60

3.6 Prosedur Penelitian

Sebelum memulai dengan pengumpulan data, perlu diperhatikan beberapa

langkah yang harus ditempuh supaya tidak terjadi suatu kesalahan dalam penelitian.

Langkah awal yang harus di lakukan untuk mengumpulkan data adalah dengan

menggunakan persiapan secara terarah dan sistematis sehingga data yang terkumpul

benar-benar mewakili seluruh populasi serta pelaksanaan dapat efektif dan efisien.

3.6.1 Prosedur pelaksanaan Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability

Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability dilaksanakan di satu tempat yaitu

SD Negeri 3 Baturetno Kbupaten Wonogiri. Hanya dilakukan di satu sekolah karena

jumlah siswa kelas 4, 5, dan 6 sudah mencukupi criteria batas minimal yang

diharuskan dalam penelitian ini dengan jumlah 109 siswa. Tes dilaksanakan pada hari

Sabtu, 31 Juli 2010 pukul 07.00 - selesai di SD Negeri 3 Baturetno. Sebelum

melkukan tes terlebih dahulu semua siswa diukur tinggi badan dan berat badannya.

Petunjuk pelaksanaan tes Iowa-Brace Test for Motor Educability adalah sebagai

berikut :

1) Tiap siswa melakukan 10 macam tes, dengan criteria seperti yang dapat dilihat

pada table 2.1

2) Pelaksanaan tes dibagi menjadi 2 bagian, dimana tiap bagian berisi 5 jenis tes.

3) Peserta tes dibagi menjadi 2 kelompok

4) Kelompok 1 melakukan 1 bagian tes pertama ( 5 item tes ), kemudian istirahat,

sementara kelompok 2 melakukan 1 bagian pertama, dan seterusnya.

61

3.6.2 Norma Penilaian Tes

Penilaian untuk tes Iowa-Brace Test for Motor Educability adalah sebagai

berikut :

1) Setiap anak diberi kesempatan melakukan tiap item 2x

2) Bila pada kesempatan pertama siswa dapat melakukan gerakan dengan baik, nilai

2

3) Bila kesempatan pertama gagal, kemudian berhasil di kesempatan ke-2, nilai 1

4) Setelah 2x kesempatan melakukan tetap gagal, nilai 0

5) Jenis danurutan tes antara putra dan putrid berbeda.

6) SISWA TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERLATIH, tetapi berhak diberi

dan melihat contoh gerakan.

7) Jumlahkan nilai dari 10 gerakan, kemudian konversikan ke skor T seperti pada

table berikut ini :

Tabel 3.1 : Skor T untuk hasil tes siswa kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar

Nilai Hasil Tes PUTRA PUTRI

20 69 67

19 66 65

18 63 62

17 60 60

16 57 58

15 54 56

62

14 51 54

13 48 52

12 45 50

11 43 48

10 41 45

9 39 42

8 37 39

7 35 36

6 33 33

5 31 30

4 29 28

3 27 26

2 25 24

1 23 -

Sumber : Brry L., Jack K. Nelson

Practical Measurements for Evaluation in Physical Education

1970:144-148

63

3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian

3.7.1 Faktor Psikologis Sampel

Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah :

1) Intelektual atau kecerdasan yang ditentukan oleh pendidikan dan bakat yang

dimiliki oleh sampel.

2) Motivasi, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri sampel, seperti

harga diri, kepercayaan diri, prasarana sehat, sedangkan yang dari luar adalah

penghargaan, pijian, dan lain sebagainya.

3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian

Kegiatan di luar atau sebelum dilaksanakan penelitian sangatlah sulit untuk

dipantau, sehingga sebelum tes dilaksanakan penulis dengan staf pengajar

memberikan penerbitan pada tastee untuk melakukan kegiatan yang tidak melelahkan

kondisi fisiknya.

3.7.3 Faktor Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan

beberapa faktor, antara lain : validitas, reabilitas, obyektifias, ekonomis mempunyai

norma dan tuntunan pelaksanaan.

3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel

Kondisi dan kemampuan sampel tidaklah sama, sehingga sebelum

melaksanakan tes, dibantu guru untuk menayakan kesehatan sampel, sehingga lebih

mudah untuk mengadakan koreksi ketika dalam persiapan dan pelaksanaan tes.

64

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian, karena

analisis data dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan

masalah penelitian. Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dipisah-pisah

menurut jenisnya masing-masing dan disusun untuk dianalisis dan disimpulkan.

Adapun teknik analisis yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis Deskriptif Prosentase.

Keterangan:

n = Jumlah Pilihan

N = Jumlah Responden

100% xN

n=

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Wilayah Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis

terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

0 18' dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatas dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar

Sebelah Timur : berbatas dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Ponorogo (Jawa Timur).

Sebelah Selatan : berbatas dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timir) dan

Samudra Indonesia.

Sebelah Barat : berbatas dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten

Klaten.

Secara umum daerah ini beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu

penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24 ° C hingga 32 ° C.

66

4.1.2 Topografi

Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan

dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di

Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian,

berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau(boro).

Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang

selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber irigasi

persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak dikunjungi oleh para

wisatawan domestik.

Disamping itu Kabupaten Wonogiri juga mempunyai 2 (dua) pantai yaitu

Pantai Sembukan dan Pantai Nampu yang mempunyai pasir putih yang sangat tebal

dan cocok untuk berwisata.

4.1.3 Sumber Daya Alam

1) Komposisi Penggunaan Lahan

Komposisi penggunaan lahan adalah sebagai berikut : Sawah seluas 32.701 Ha

(17,94%), tegal seluas 65.381 Ha (35,88%), Bangunan/ pekarangan seluas

38.199 Ha (20,96 %), Hutan Negara seluas 13.942 Ha (7,65%), Hutan Rakyat

9278 Ha (5,09%) dan Lain-lain seluas 22.735 Ha (12,48 %).

2) Jenis Tanah

Ada jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, yaitu Aluvia, Litosol,

Regosol, Andesol, Grumusol, Mediterian, dan Latosal.

67

3) Bahan Galian ( Tambang )

Variasi dan potensi bahan galian mineral golongan B dan bahan galian Golongan

C yang bermanfaat untuk pembangunan dipengaruhi oleh Struktur antara lain :

sirtu, andesit, batu gamping, trass, padas, tanah liat, kalsit, batu ½ permata dan

emas. Formasi geologis. Potensi bahan galian (tambang) di Kabupaten Wonogiri.

( Sumber Data Wonogiri Dalam Angka Tahun 2006 )

4.1.4 Sejarah

Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil"

di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya

penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat

sederhana, dan dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan

rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan

Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri (Wiradiwangsa) yang kemudian

didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.

Mulai saat itulah Nglaroh (Wonogiri) menjadi daerah yang sangat penting,

yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari

Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro:

Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi

maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri

Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya

kepala punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu

kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan

68

Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya

menentang kolonial.

Jerih payah pengeran Samber Nyawa ( Raden Mas Said ) ini berakhir dengan

hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut

diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan

keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung

semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.

4.1.5 Pemerintahan

Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan

Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah

untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada

semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,

UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT

JUANG.

4.1.6 Priwisata

Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.

Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain sebagainya. Di antaranya

obyek wisata Waduk Gajah Mungkur, wisata gantole.

Terdapat sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di dusun Dlepih,

Tirtomoyo, yang jaraknya kurang lebih 47 km dari ibu kota kabupaten Wonogiri.

69

Dari Kota Wonogiri, pengunjung bisa naik bus dari terminal bus giriwono dan

naik minibus dari dekat ponten (dekat Kantor Badan Pertanahan), jurusan Tirtomoyo.

Dari Tirtomoyo, bisa naik angdes jurusan Kahyangan atau Sukarjo. Sampai sekarang

belum ada angdes yang bisa masuk sampai Kahyangan, sehingga harus dilanjutkan

jalan kaki sekitar 1 Km. Pengunjung berkendaraan bisa langsung sampai ke tempat

parkir Kahyangan.

Desa Taman, di mana Kahyangan berada, dulunya merupakan sentra batik

tulis, yang produknya banyak disetorkan ke Solo, untuk diproses lanjut. Banyak

warga desa yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan batik, baik sebagai

pembatik, pembuat patron, pemasok kain mori. Akan tetapi, seiring dengan

diperkenalkannya teknik pembuatan genting press, yang hasilnya cepat diperoleh,

maka semakin lama industri batik semakin tergeser.

Sesampai di Kahyangan, pengunjung akan mendapati goa yang terletak di atas

kedung. Konon, tempat itu sebagai tempat bersemedinya Danang Suto Wijoyo, atau

yang dikenal dengan Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram Islam.

Selain itu, terdapat pula air terjun, dan puncak Kahyangan yang konon merupakan

tempat di mana Sutowijoyo menemuai Kanjeng Ratu Kidul, sehingga bagi yang

percaya takhayul, dilarang memakai baju yang berwarna hijau.

Tempat itu sangat ramai di malam menjelang pergantian tahun Jawa (bulan

Suro). Banyak pendatang dari luar daerah, terutama dari daerah Yogyakarta, untuk

bertirakatan di sana. Di hari-hari biasa, terutama malam Jumat Kliwon, biasanya

banyak dikunjungi orang-orang dari luar daerah, yang mengadakan syukuran atas

70

keberhasilan yang telah dicapai di tempat perantaunnya, dengan mengundang warga

sekitar.

4.1.7 Pertanian

Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok.

Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa

Timur) sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah

yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan

kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan

per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam,

dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat

dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media

tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.

Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area

utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan

berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif

mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu

mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak

dijumpai pada area ini.

4.1.8 Industri

Di bidang industri, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa perusahaan yang

maju. Deltomed Laboratories dan Air Mancur contoh perusahaan jamu yang maju.

Menghasilkan produk-produk jamu kemasan modern, perusahaan ini termasuk salah

71

satu industri yang mampu bersaing di tingkat nasional. Industri jamu juga terdapat

pada level industri kecil, di mana banyak perajin jamu yang memasarkan di pasaran

lokal. Banyak pula perajin jamu yang merantau ke luar daerah, lalu eksis di kota-kota

besar di Indonesia.

Di samping jamu, Kabupaten Wonogiri juga memiliki industri makanan

bakso. Sebagaimana perajin jamu, mereka juga banyak yang merantau ke luar daerah,

lalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Industri transportasi di Kabupaten

Wonogiri juga turut memberikan sumbangan. Beberapa perusahaan transportasi bus

AKAP (antar kota antar provinsi) banyak terdapat dan dimiliki oleh pengusaha lokal.

Rata-rata mereka melayani rute ke arah Jakarta, beberapa kota di pulau Sumatera dan

kota Denpasar.

4.1.9 Pendidikan

Dinas Pendidikan mencatat bahwa jumlah murid SD/MI 98.381 orang dengan

jumlah sekolah sebanyak 862 SD/MI negeri maupun swasta. Rasio guru murid SD

sebesar 17.

Tabel 4.1 JUMLAH SLB, TK DAN SD, GURU DAN MURID DIPERINCI PER

KECAMATAN DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2007/2 008

Kecamatan

Sekolah Luar Biasa

Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar

Sklh Guru Murid Sekolah Guru PNS dan NON

Murid Sekolah Guru Murid

1.Pracimantoro - - - 25 50 569 54 406 5.382

2.Paranggupito - - - 9 14 312 19 101 1.619

72

3.Giritontro - - - 9 17 125 18 145 1.737

4.Giriwoyo - - - 16 25 288 37 302 3.168

5.Batuwarno - - - 17 39 229 19 130 1.490

6.Karangtengah - - - 6 15 87 19 82 2.111

7.Tirtomoyo - - - 20 72 492 43 322 4.565

8.Nguntoronadi 1 5 41 14 33 274 24 164 1.994

9.Baturetno - - - 31 85 780 38 309 4.148

10.Eromoko 1 12 62 20 29 452 43 314 3.637

11.Wuryantoro - - - 19 55 415 25 185 2.211

12.Manyaran - - - 11 26 309 35 248 3.282

13.Selogiri 2 23 81 24 58 564 33 329 3.322

14.Wonogiri 1 14 83 54 186 1.809 54 507 7.737

15.Ngadirojo - - - 26 72 489 41 322 4.803

16.Sidoharjo - - - 22 53 521 33 223 4.159

17.Jatiroto - - - 20 43 419 33 207 3.849

18.Kismantoro - - - 15 30 276 27 207 3.891

19.Purwantoro - - - 22 57 540 35 234 5.271

20.Bulukerto - - - 17 44 374 25 166 3.388

21.Puhpelem - - - 7 6 114 14 82 1.824

22.Slogohimo - - - 24 54 591 39 285 5.141

23.Jatisrono - - - 33 87 777 37 263 5.995

24.Jatipurno - - - 18 22 376 28 159 3.694

73

74

25.Girimarto - - - 24 45 343 35 257 3.772

Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003

5 5 5 4 4

54 54 49 36 39

267 248 242 196 150

502 499 494 455 438

1.217 1.054 1.134 921 936

11.616 11.578 12.079 10.757 10.336

808 816 819 820 829

5.949 5.761 5.676 5.530 5.481

92.190 93.680 94.786 95.779 98.582

Sumber : http://www.wonogirikab.go.id. Diakses pada 10 Agustus 2011

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi siswa sekolah dasar di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri serta untuk mengetahui bakat siswa

sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Untuk mengetahui

potensi bakat dalam penelitian ini digunakan tes dengan metode Iowa-Brace Test for

Motor Educability. Dimana dalam metode tersebut terdiri dari 10 butir tes untuk

siswa putra dan 10 butir tes untuk siswa putri yang terbagi dalam 2 kali test. Pada

siswa putra ,tes pertama yang dilakukan 5 test yaitu test 8, test 4, test 10, test 9, dan

test 7. Kedua dilakukan 5 test terdiri dari : test 2, test 3, test 6, test 12, dan test 13.

Pada siswa putri juga dilakukan 2 kali tes. Pertama terdiri dari test 8, test 14, test

7, test 15, dan test 9. Kedua terdiri dari test 1, test 3, test 12, test 11, dan test 5.

4.2 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability

Pada pelaksanaannya tes Iowa-Brace Test for Motor Educability yang

dilakukan terhadap siswa putra dan putri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tes,

diperoleh data sebagai berikut :

4.2.1 Siswa Putra

1) Test 8

Test 8 ini terdiri dari berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5

lompatan.

Tabel 4.2 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 40 71,42%

2 1 13 23,21%

3 0 3 5,35%

Total 56 100%

Hasil tes 8 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 40 siswa dan dengan jumlah persentase 71,42 %. b)

Nilai 1 sebanyak 13 siswa dengan jumlah persentase 23,21%. c) Nilai 0 sebanyak 3

siswa dengan jumlah persentase 5,35%.

2) Test 4

Test 4 ini terdiri dari balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat

tungkai yang lain (bertumpu hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke

samping. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.

75

Tabel 4.3. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 29 51,79%

2 1 23 41,08%

3 0 4 7,14%

Total 56 100%

Hasil tes 4 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 29 siswa dan dengan jumlah persentase 51,79%. b)

Nilai 1 sebanyak 23 siswa dengan jumlah persentase 41,08%. c) Nilai 0 sebanyak 4

siswa dengan jumlah persentase 7,14%.

3) Test 10

Test 10 ini terdiri dari berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan

½ putaran (180º) ke arah kiri dan pertahankan keseimbangan.

Tabel 4.4. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 43 76,79%

2 1 12 21,42%

3 0 1 1,79%

Total 56 100%

76

Hasil tes 10 untuk siswa putra Sekolah Dasar Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 43 siswa dan dengan jumlah persentase 76,79%. b)

Nilai 1 sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%. c) Nilai 0 sebanyak 1

siswa atau tidak ada dengan jumlah persentase 1,79%.

4) Test 9

Test 9 ini terdiri dari melompat setinggi-tingginya, ayun kedua tungkai lurus

ke depan, saat melayang sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.

Tabel 4.5 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 21 37,50%

2 1 22 39,29%

3 0 13 23,21%

Total 56 100%

Hasil tes 9 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 21 siswa dengan jumlah persentase 37,5%. b) Nilai 1

sebanyak 22 siswa dengan jumlah persentase 39,29%. c) Nilai 0 sebanyak 13 siswa

dengan jumlah persentase 23,21%.

5) Test 7

Test 7 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan

putaran 360º ke arah kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat

mendarat, tidak kehilangan keseimbangan atau melangkah.

77

Tabel 4.6. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 35 62,50%

2 1 18 32,14%

3 0 3 5,35%

Total 56 100%

Hasil tes 7 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 35 siswa dan dengan jumlah persentase 62,50%. b)

Nilai 1 sebanyak 18 siswa dengan jumlah persentase 23,14%. c) Nilai 0 sebanyak 3

siswa dengan jumlah persentase 5,35%.

6) Test 2

Test 2 ini terdiri dari duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan

tangan kanan di lantai di belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan

lengan hinga badan terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki

kanan. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

Tabel 4.7 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 41 73,21%

2 1 11 19,64%

78

3 0 4 7,14%

Total 56 100%

Hasil tes 8 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 41 siswa dan dengan jumlah persentase 73,21%. b)

Nilai 1 sebanyak 11 siswa dan dengan jumlah persentase 19,64%. c) Nilai 0

sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 7,14%.

7) Test 3

Test 3 ini terdiri dari berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada

diantara tungkai melewati bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah

jemari tangan dengan di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima

hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

Tabel 4.8 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 38 67,85%

2 1 7 12,50%

3 0 11 19,64%

Total 56 100%

Hasil tes 3 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 38 siswa dan dengan jumlah persentase 67,85 %. b)

79

Nilai 1 sebanyak 7 siswa dengan jumlah persentase 12,50%. c) Nilai 0 sebanyak 11

siswa dengan jumlah persentase 19,64%.

8) Test 6

Test 6 ini terdiri dari tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan.

Tungkai menyilang, kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di

bahu, tidak boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu

keseimbangan.

Tabel 4.9 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 46 82,14%

2 1 9 16,08%

3 0 1 1,79%

Total 56 100%

Hasil tes 6 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 46 siswa dan dengan jumlah persentase 82,14%. b)

Nilai 1 sebanyak 9 siswa dengan jumlah persentase 16,08%. c) Nilai 0 sebanyak 1

siswa dengan jumlah persentase 1,79%.

80

9) Test 12

Test 12 ini terdiri dari berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas

(punggung kaki melekat di lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan

dua kaki. Sebelum melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.

Tabel 4.10 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 47 83,92%

2 1 5 8,92%

3 0 4 7,14%

Total 56 100%

Hasil tes 12 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 47 siswa dengan jumlah persentase 83,92%. b) Nilai

1 sebanyak 5 siswa dengan jumlah persentase 8,92%. c) Nilai 0 sebanyak 4 siswa

dengan jumlah persentase 7,14%.

10) Test 13

Test 13 ini terdiri dari jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan

lompatan dengan bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua

kali lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai,

sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.

81

Tabel 4.11 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 32 57,14%

2 1 12 21,42%

3 0 12 21,42%

Total 56 100%

Hasil tes 13 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Kecamatan Baturetno

Kabupaten Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 32 siswa dan dengan jumlah persentase

57,14%. b) Nilai 1 sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%. c) Nilai 0

sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%.

4.2.2 Siswa Putri

1) Test 8

Test 8 ini terdiri dari derdiri satu kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5

lompatan.

Tabel 4.12 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 41 87,23%

2 1 6 12,77%

3 0 0 0,00%

82

Total 47 100%

Hasil tes 8 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 41 siswa dan dengan jumlah persentase 87,23%. b)

Nilai 1 sebanyak 6 siswa dengan jumlah persentase 12,77%. c) Nilai 0 sebanyak 0

siswa dengan jumlah persentase 0,00%.

2) Test 14

Test 14 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas

dengan putaran 360º ke arah kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama.

Pada saat mendarat, tidak bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.

Tabel 4.13 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 44 93,61%

2 1 3 6,39%

3 0 0 0,00%

Total 47 100%

Hasil tes 14 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dan dengan jumlah persentase 93,61%. b)

Nilai 1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak 0

siswa dengan jumlah persentase 0,00%.

83

3) Test 7

Test 7 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas

dengan putaran 360º ke arah kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada

saat mendarat, tidak boleh kehilangan keseimbangan atau melangkah.

Tabel 4.14 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 44 93,61%

2 1 3 6,39%

3 0 0 0,00%

Total 47 100%

Hasil tes 7 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dan dengan jumlah persentase 93,61%. b)

Nilai 1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak 0

siswa dengan jumlah persentase 0,00%.

4) Test 15

Test 15 ini terdiri dari duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada.

Masukkan kedua lengan di antara tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan

kaki. Berguling cepat ke arah kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di

lutut kanan, kemudian bahu kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke

posisi duduk. Saat kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan

dengan arah menghadap saat sebelum bergerak.

84

Tabel 4.15 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 15 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 21 44,69%

2 1 9 19,14%

3 0 17 36,17%

Total 47 100%

Hasil tes 14 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 21 siswa dengan jumlah persentase 44,69%. b)

Nilai 1 sebanyak 9 siswa dengan jumlah persentase 19,14%. c) Nilai 0 sebanyak 17

siswa dengan jumlah persentase 36,17%.

5) Test 9

Test 9 ini terdiri dari melompat setinggi-tingginya, ayun kedua tungkai lurus

ke depan, saat melayang sentuh ujung jari kaki dengan jari kanan.

Tabel 4.16 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 22 46,80%

2 1 13 27,65%

3 0 12 25,53%

Total 47 100%

85

Hasil tes 9 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 22 siswa dengan jumlah persentase 46,80%. b) Nilai

1 sebanyak 13 siswa dengan jumlah persentase 27,65%. c) Nilai 0 sebanyak 12

siswa dengan jumlah persentase 25,53%.

6) Test 1

Test 1 ini terdiri dari Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua

telapak tangan menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan

dahi ke lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan.

Tabel 4.17 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 35 74,47%

2 1 6 12,77%

3 0 6 12,77%

Total 47 100%

Hasil tes 1 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 35 siswa dengan jumlah persentase 74,47%. b) Nilai

1 sebanyak 6 siswa dengan jumlah persentase 12,77%. c) Nilai 0 sebanyak 6 siswa

atau dengan jumlah persentase 12,77%.

86

7) Test 3

Test 3 ini terdiri dari berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada di

antara tungkai, melewati bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah

jemari tangan di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima

hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

Tabel 4.18 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 32 68,09%

2 1 10 21,28%

3 0 5 10,63%

Total 47 100%

Hasil tes 3 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 32 siswa dan dengan jumlah persentase 68,09%. b)

Nilai 1 sebanyak 10 siswa dengan jumlah persentase 21,28%. c) Nilai 0 sebanyak 5

siswa dengan jumlah persentase 10,63%.

8) Test 12

Test 12 ini terdiri dari berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas

(punggung kaki melekat di lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan

dua kaki. Sebelum melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.

87

88

Tabel 4.19

Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 43 91,49%

2 1 4 8,51%

3 0 0 0,00%

Total 47 100%

Hasil tes 12 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 43 siswa dengan jumlah persentase 91,49%. b) Nilai

1 sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 8,51%. c) Nilai 0 sebanyak 0 siswa

dengan jumlah persentase 0,00%.

9) Test 11

Test 11 ini terdiri dari melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun

kedua tungkai ke arah sisi kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki

bertepuk/ bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki

terbuka.

Tabel 4.20 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 44 93,61%

2 1 3 6,39%

89

3 0 0 0,00%

Total 47 100%

Hasil tes 11 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dengan jumlah persentase 93,61%. b) Nilai

1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak siswa

dengan jumlah persentase 0,00%.

10) Test 5

Test 5 ini terdiri Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×,

mendarat dengan kaki terbuka.

Tabel 4.21 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1 2 4 8,51%

2 1 10 21,28%

3 0 33 70,21%

Total 47 100%

Hasil tes 5 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten

Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 8,51%. b) Nilai 1

sebanyak 10 siswa dengan jumlah persentase 21,28%. c) Nilai 0 sebanyak 33 siswa

dengan jumlah persentase 70,21%.

4.2.3 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Siswa Putra

Table 4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace

Test for Motor Educability Siswa Putra

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 57 – 69 Sangat Baik 29 51,79%

2 43 – 54 Baik 26 46,42%

3 33 – 41 Sedang 1 1,79%

4 23 – 31 Kurang 0 0.00%

∑f = 56 100%

Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putra Sekolah Dasar di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 29 siswa

dengan jumlah persentase 51,79%. b) kategori baik sebanyak 26 siswa dengan

jumlah persentase 46,42%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah

persentase 1,79%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0

%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

90

Grafik 4.1. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

4.2.4 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Siswa Putri

Tabel 4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor

Educability Siswa Putri

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 58 – 67 Sangat Baik 24 51,07%

2 48 – 56 Baik 23 48,93%

3 33 – 45 Sedang 0 0,00%

4 24 – 30 Kurang 0 0.00%

∑f = 47 100%

Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putri Sekolah Dasar di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 24 siswa

91

dengan jumlah persentase 51,07%. b) kategori baik sebanyak 23 siswa dengan

jumlah persentase 48,93%. c) kategori sedang sebanyak 0 siswa dengan jumlah

persentase 0,00%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase

0,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4.2. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

4.2.5 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Seluruh Siswa

Tabel 4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor

Educability Seluruh Siswa

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 57 ke atas Sangat Baik 53 51,45%

2 46 – 56 Baik 49 47,58%

92

3 31 – 45 Sedang 1 0,97%

4 0 - 30 Kurang 0 0.00%

∑f = 103 100%

Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Sekolah Dasar di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa

dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan

jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah

persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase

0%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4.3. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Sekolah

Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

93

4.3 Hasil Analisis Data Kuesioner

4.3.1 Hasil Kuesioner Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat

Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Tentang

Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat Kecamatan Baturetno

No Pernyataan Ya

Tidak

Persen

KET

1 Ada kegiatan pemasalan olah raga di daerah setempat

9 1 90% Sangat

Baik

2 Masyarakat berpartisipasi jika ada kegiatan pemasalan olah raga

9 1 90% Sangat

Baik

3 Ada wadah pelaksanaan kegiatan pemasalan olah raga

10 0 100% Sangat

Baik

4 Ada cabang olahraga tertentu yang sering dilakukan dalam pemasalan olahraga

10 0 100% Sangat

Baik

5 Kegiatan pemasalan olahraga dilaksanakan secara rutin

8 2 80% Baik

6 Kegiatan pemasalan olahraga diperuntukkan juga untuk usia dini

4 6 40% Kurang

7 Dominasi peserta dari usia dini 4 6 40% Kurang

8 Ada institusi yang terlibat dalam pemasalan olahraga

1 9 10% Kurang

Sekali

9 Ada tindak lanjut dari kegiatan pemasalan olahraga

7 3 70% Baik

10 Ada cabang olahraga tertentu yang sampai sekarang dilakukan pembinaan mulai usia dini

7 3 70% Baik

94

11 Atlit dipilih dari hasil tes pencarian bakat/bibit 2 8 20% Kurang

Sekali

12 Pembinaan olahraga usia dini dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan

2 8 20% Kurang

Sekali

13 Ada cabang olahraga tertentu yg memliki prestasi membanggakan dari usia dini

9 1 90% Sangat

Baik

14 Sarana dan prasana kegiatan olahraga sudah sesuai standar

5 5 50% Sedang

15 Sarana dan prasarana yang ada mampu mendukung peningkatan prestasi olahraga

7 3 70% Baik

16 SDM yang mendukung pembinaan olahraga sudah memilki kualitas dan kuantitas yang memadai

7 3 70% Baik

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa di wilayah kecamatan

Baturetno, pemasalan olahraga sudah dilaksanakan dengan baik. Ketersediaan sarana

prasarana, meski dapat dikatakan belum memenuhi standar, namun sudah dapat

digunakan untuk melakukan aktifitas olahraga secara rutin. Akan tetapi perhatian

terhadap pembinaan olahraga usia dini masih rendah, karena pembinaan dianggap

lebih memakan waktu. Padahal potensi di kecamatan Baturetno sangat baik, SDM

yang mendukung pembinaan juga kualitasnya memadai.

95

Grafik 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Tentang

Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat Kecamatan Baturetno 4.3.2 Hasil Kuesioner Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Sekolah

Tabel 4.26 Hasil analisis kuesioner terhadap Kepala Sekolah SD

No. Sub pertanyaan Ya Tidak Persen

1 Sekolah menuntut siswa berprestasi olahraga 5 0 100%

2 Penjasorkes mampu menghasilkan prestasi olahraga 5 0 100%

3 Sekolah ada pembinaan olahraga usia dini 5 0 100%

4 Ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah 5 0 100%

5 Ekstrakurikuler di sekolah disesuaikan dengan masyarakat sekitar

5 0 100%

6 Ada sarpras yang mendukung ekstrakurikuler 5 0 100%

7 Keadaan sarpras sesuai standar 4 1 80%

96

8 Apa ekstrakulikuler di latih oleh tenaga profesional 1 4 20%

Berdasarkan tabel persentase di atas, 5 orang atau 100% Kepala Sekolah

menyatakan bahwa sekolah selalu menghimbau kepada guru penjasorkes dan

siswanya untuk agar dapat berprestasi di bidang olahraga. Disampaikan oleh ibu Sri

Hardianti, Kepala Sekolah SDN 2 Baturetno, selain sebagai kebanggaan apabila

siswa suatu sekolah mendapatkan prestasi, hal ini juga secara tidak langsung akan

menarik para orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

Hal ini juga sejalan dengan ketersediaan sarpras olahraga di Kecamatan Baturetno

yang memungkinkan untuk dilaksanakan kegiatan pembinaan usia dini walaupun

hanya 80% yang sesuai standar. Akan tetapi masalah yang timbul adalah kurang

tersedianya tenaga ahli dalam proses pembinaan ini.

Grafik 4.5 Hasil Analisis Kuesioner Kepala Sekolah SD Tentang

Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Kecamatan Baturetno

97

Tabel 4.27 Hasil Analisis Kuesioner Terhadap Guru Pendidikan Jasmani

NO Sub pertanyaan Ya Tidak Presentase

1 Guru penjas dituntut menghasilkan siswa berprestasi

4 1 80%

2 Guru penjas melaksanakan ekstrakurikuler 5 0 100%

3 Jumlah peserta ekstrakulkuler banyak 3 2 60%

4 Ada siswa yang berprestasi olahraga di sekolah 5 0 100%

5 Keadaan sarpras cukup memadai 0 5 0%

6 Dalam pembinaan ekstrakurikuler ada dukungan dari lembaga lain.

2 3 40%

7 Guru lain memberikan apresiasi terhadap siswa berprestasi olahraga

5 0 100%

Dari data tabel diatas dapat dilihat 80% guru penjas SD di kecamatan

Baturetno dituntut untuk menghasilkan siwa berprestai di bidang olahraga. Walaupun

hakekat penjas utamanya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas

jasmani tetapi apabila disekolah memiliki potensi yang baik maka guru penjas harus

berperan serta dalam mebina poten-potensi tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil yang

dicapai yaitu bahwa setiap sekolah atau 100% sekolah mampu menghasilkan

setidaknya 1 siswa berprestasi dalam bidang olahraga. Namun dikhawatirkan keadaan

seperti ini tidak mampu berjalan konsisten mengingat sarana prasarana yang tersedia

kurang mamadai. Dari data yang ada menunjukkan 100% atau 5 sekolah yang

menjadi subyek penelitian memiliki fasilitas olahraga yang kurang memadai.

98

Grafik 4.6 Hasil Analisis Kuesioner Guru Penjasorkes Tentang

Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Kecamatan Baturetno

4.4 Hasil Analisis Data Wawancara

4.4.1 Wawancara Tokoh KONI dan DINPORA

Informasi dari pihak KONI didapat melalui wawancra dengan ketua umum

KONI Kabupaten Wonogiri yang sekaligus menjabat Ketua DPRD Kabupaten

Wonogiri Wawan Setyanugraha, S. Sos. Dari hasil wawancara dapat diperoleh

gambaran tentang bagaimana kegiatan pembinaan olahraga usia dini di Kabupaten

Wonogiri dilihat dari sudut pandang KONI sebagai induk olahraga di Kabupaten

Wonogiri.

KONI sendiri menganggap pembinaan olahraga usia dini melalui kegiatan

ekstra kurikuler sebagai cikal bakal munculnya prestasi olahraga. Ketua KONI dan

segenap jajarannya sangat mendukung kegiatan ini dengan berkoordinasi dengan

99

pihak DISPORA guna mengirimkan Pembina ekstra atau guru penjas untuk

mengikuti workshop atau pelatihan yang tujuannya untuk meningkatkan

profesionalitas. Namun untuk dukungan materi, KONI sendiri belum memiliki

anggaran khusus untuk pembinaan melalui ekstrakurikuler di sekolah. Yang ada

hanya dana pembinaan bagi atlet atau siswa yang akan mewakili Kabupaten Wonogiri

dalam kejuaraan yang tingkatnya lebih tinggi. Akan tetapi dukungan sepenuhnya

diberikan oleh KONI terhadap pembinaan usia dini di wilayah Kabupaten Wonogiri.

Dari pihak Dispora informasi diperoleh dari Kasubdin TK/SD Dispora

Kabupaten Wonogiri Drs. Turmudzi. Wawancara yang berlangsung santai di

kediaman beliau ini menghasilkan beberapa hal sebagai informasi dan gambaran

mengenai peran pemerintah dalam menangani pembinaan usia dini di tiap sekolah

yang ada di wilayah kabupaten Wonogiri. Menurut beliau, dukungan ini dilakukan

pemerintah memalui peran serta KONI selaku institusi yang mengurus masalah

olahraga.

Contoh kegiatan yang melibatkan Disdikpora sebagai wakil pemerintah dan

KONI adalah rutin mengadakan kejuaraan setingkat kabupaten seperti POPDA

ataupun O2SN. Siswa berprestai dalam kegiatan ini nantinya akan dibina oleh KONI

melalui pengcab-pengcab setiap cabang olahraga guna mewakili Kabupaten Wonogiri

dalam kejuaraan di tingkat lebih tinggi. Namun pembinaan dibawah level ini

diserahkan kepada masin-masing sekolah. Selain untuk mengahadirkan unsur

kompetisi, dengan kegiatan ini diharapkan setiap sekolah, guru penjasorkes, dan

pembina kegiatan olahraga disekolah lebih terpacu untuk mempersiapkan anak

100

didiknya untuk mencapai prestasi tertinggi. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan

ekstrakurikuler maupun kegiatan lain yang tujuan utamanya adalah melakukan

pembinaan. Guna mewujudkan hal ini Disdikpora melalui KONI juga sering

mengadakan pelatihan, workshop maupun kegiatan-kegiatan lain untuk menambah

bekal ilmu bagi para guru penjasorkes dan pembina ekstra di sekolah.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Hasil Tes IOWA-Brance Test for Motor Educability

Hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan pengelompokkan tes baik tes

untuk siswa putra maupun tes untuk siswa putri sekolah dasar di Kecamatan

Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut masuk

dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes sebanyak 103

siswa, 53 diantaranya atau 51,45 % berhasil masuk dalam kategori sangat baik.

Sedangkan 49 siswa atau 47,58 % masuk dalam kategori baik. Hanya 1 siswa atau

0,97 % yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri memliki potensi besar dalam bidang

olahraga. Hal ini merupakan aset berharga bagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri

khususnya dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada umumnya.

4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat

Lingkungan tempat tinggal merupakan cikal bakal munculnya potensi alami

seorang anak. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang

seorang anak. Dengan adanya peran serta orang tua, diharapkan potensi dalam diri

101

anak dapat disalurkan dengan benar termasuk didalamnya potensi anak dalam bidang

olahraga. Dari hasil pengisian koesioner dan wawancara dengan tokoh masyarakat

yang terdiri dari wali murid dan tokoh masyarakat yang peduli terhadap olahraga di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri, peneliti mendapatkan gambaran

mengenai peran serta masyarakat dalam pengembangan olahraga terutama pembinaan

usia dini di wilayah Kecamatan Baturetno.

Pembinaan usia dini kurang diperhatihan di masyarakat, rata-rata yang ikut

berpatisipasi dalam kegiatan olahraga di lingkungan masyarakat adalah anak-anak

remaja usia 17 tahun ke atas. Anak-anak dengan usia kurang dari 17 tahun justru

kurang mendapat perhatian. Padahal seharusnya justru anak-anak usia dini inilah

yang harus lebih serius dibina agar mereka dapat kesempatan untuk mengembangkan

potensi olahraga dalam dirinya. Tetapi pada kenyataannya masyarakat lebih memilih

jalur instan untuk dapat mencapai suatu prestasi olahraga. Sebenarnya dilihat dari

saran prasarana yang ada di wilayah Kecamatan Baturetno ini sangat mendukung

untuk pembinaan usia dini. Hampir di setiap desa terdapat lapangan sepak bola

dengan kondisi yang baik. Banyak klub-klub sepak bola yang dapat menjadi tempat

membina potensi-potensi yang sebenarnya sangat baik ini. Namun masalah pokok

yang muncul adalah anggapan masyarakat yang lebih mementingkan prestasi instan

guna mencari nama baik dari pada membina potensi usia dini yang nantinya bisa

menjadi aset kebanggaan daerah.

102

4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes

Seorang guru penjas dibekali dengan pengetahuan mengenai karakteristik

pertumbuhan anak usia dini sebagai bekal untuk menentukan metode pembelajaran

yang tepat sesuai tingkatan usia siswa yang diajarnya. Selain tugasnya sebagai

seorang pengajar disekolah, guru juga diberikan beban untuk membina potensi

bidang olahraga usia dini melalui kegiatan ekstra kurikuler. Sekolah Dasar di

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri juga melaksanakan hal ini. Guru diberi

tugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Minimal dalam satu

minggu 3 x kegiatan ini dilaksanakan. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan

ini juga cukup besar terbukti dengan banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan tiap

minggunya. Bola voli, sepak takraw, sepak bola merupakan beberapa contoh cabang

yang diajarkan dalam kegiatan ekstra kurikuler. Bahkan di salah satu sekolah yang

dianggap sebagai sekolah favorit menyelenggarakan kegiatan ektra kurikuler tenis

lapangan Karen cabang inilah yang memberikan pretasi. Salah satu siswanya berhasil

mencapai kejuaraan tinggkat naisonal dalam cabang tenis lapangan. Selain guru

penjas, beberapa sekolah juga mendatangkan pelatih dari luar untuk cabang olahraga

tertentu.

Dari hasil wawancara dengan guru penjas, mereka beranggapan bahwa

pembinaan olahraga usia dini melalui kegiatan ekstra kurikuler sangat penting dan

bermanfaat bagi siswa. Namun masalah klasik kembali muncul yaitu ketersediann

dana, sarana, prasarana, dukungan dari pihak terkait yang sangan minim, serta

konsistensi dari kegiatan ini. Sering kali kegiatan ini hanya ramai saat minggu awal

103

semester atau ketika akan ada kejuaraan baik kejuaraan tingkat kecamatan maupun

POPDA. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi guru penjasorkes untuk

membina siswa di bidang olahraga tanpa terhambat biaya dan berkelanjutan sehingga

dapat mengahsilkan prestasi maksimal.

4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kapala Sekolah SD Negeri

Sekolah sebagai tempat dimana siswa didik menjadi tempat yang sangat tepat

untuk membina potensi siswa usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten wonogiri

terutama potensi dalam bidang olahraga. Dari hasil wawancara dengan beberapa

kepala sekolah SD di wilayah Kecamatan Baturetno penulis memperoleh beberapa

informasi yang erat kaitannya dengan proses pembinaan potensi usia dini. Sekolah

juga menuntut siswanya untuk berprestasi dalam bidang olahraga selain prestasi

akademik. Diadakan kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga guna menampung

potensi siswa. Siswa diberi keleluasaan untuk memilih cabang mana yang akan

diikuti. Namun sarana dan prasaran yang diberikan hanya terbatas karen sekolah

dasar di wilayah Kecamatan Baturetno tahun ini sudah memakai dana BOS yang

jumlanya terbatas sehingga sekolah harus membuat skala prioritas kebutuhan yang

akan dipenuhi.

4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA

KONI sebagai induk olahraga di Kabupaten Wonogiri juga berperan dalam

mendukung terlaksananya pembinaan potensi olahraga usia dini di Kecamatan

Baturetno dan Kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun

dukungan ini sifatnya tidak menyeluruh tetapi hanya kepada siswa atau atlit yang

104

akan mewakili Kabupaten Wonogiri saja. Usaha guna memjukan system pembinaan

usia dini juga ditempuh KONI kabupaten dengan mengirim Pembina ekstra dan guru

penjas untuk mengikuti pelatiha atau workshop guna meningkatkan kemampuan dan

profesionalitas.

Sebagai bahan evaluasi dan tolok ukur dari apa yang telah dilakukan, KONI

Kabupaten Wonogiri juga melakuklan monev dan supervise ke daerah tetapi tidak

khusus dalam hal pembinaan olahraga usia dini melainkan pembinaan olahraga secara

umum. Semua hal diatas merupaka wujud dukungan KONI Kabupaten Wonogiri

dalam membina potensi-potensi olahraga usia dini yang ada di seluruh wilayah

Kabupaten Wonogiri.

4.6 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini antara lain adalah keterbatasan kemampuan

pengamatan peneliti terhadap gerakan siswa saat pelaksanaan tes IOWA-Brance test

for Motor Educability. Standar keberhasilan yang digunakan bersifat relatif sehingga

hasil tes kurang sesuia dengan harapan. Kelemahan berikutnya adalah kurangnya

penguasaan peneliti terhadap wilayah yang di digunakan sebagai objek penelitian.

Namun dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut tidak mengurangi keaslian

penelitian yang telah peneliti lakukan.

105

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diperoleh suatu simpulan bahwa

siswa sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri memiliki

potensi yang besar dalam bidang olahraga. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes

Iowa-Brace Test for Motor Educability yang diberikan kepada siswa kelas 4,

5, dan 6 sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Dari

103 siswa yang mengikuti tes, 53 diantaranya atau 51,45 % berhasil masuk

dalam kategori sangat baik. Sedangkan 49 siswa atau 47,58 % masuk dalam

kategori baik. Hanya 1 siswa atau 0,97 % yang masuk dalam kategori sedang.

5.1.2 Pihak sekolah baik Kepala Sekolah maupun guru Penjasorkes sangat

memberikan dukungan dalam kegiatan pembinaan potensi usia dini dalam

bidang olahraga ini. Dukungan diberikan melalui adanya kegiatan ekstra

kurikuler olahraga dan dikirimnya atlet berprestasi untuk mengikuti kejuaraan.

5.1.3 KONI Kabupaten Wonogiri juga berkoordinasi dengan masing-masing KONI

kecamatan untuk bekerja sama berkaitan dengan program pembinaan

ekstrakurikuler olahraga di sekolah-sekolah. Usaha guna memajukan sistem

pembinaan usia dini juga ditempuh KONI kabupaten dengan mengirim

106

Pembina ekstra dan guru penjas untuk mengikuti pelatihan atau workshop

guna meningkatkan kemampuan dan profesionalitas. Selalu melaksankan

monev dan supervise ke daerah.

5.1.4 Dengan dukungan yang sangat baik dari berbagai pihak diatas seharusnya

pembinaan potensi-potensi olahraga di Kecamatan Baturetno dapat berjalan

baik dan mengahasilkan prestasi maksimal. Namun pada kenyataanya hal

tersebut belum terlaksana dengan maksimal. Masalah baru yang muncul

adalah konsistensi pelaksanaan kegiatan pembinaan. Pembinaan tidak

dilaksankan secara konsisten akan tetapi hanya pada saat menjelang

pertandingan saja seperti ketika akan diadakan POPDA. Hal ini tidak lepas

dari permasalahan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Seluruh

sekolah di Kecamatan Baturetno menggunakan sumber dana BOS yang

jumlahnya terbatas. Sekolah harus membuat skala prioritas untuk

menggunakan dana BOS agar semua kebutuhan sekolah dapat tercukupi. Pada

kondisi inilah kegiatan pembinaan olahraga usia dini seringkali

dikesampingkan dan dipandang sebelah mata.

5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno

Dengan diadakannya penelitian dengan menggunakan tes ini diharapkan siswa

menjadi termotivasi untuk berolahraga dan mengembangkan potensi mereka dalam

107

bidang olahraga dengan baik dan terarah. Sehinnga di kemudian hari prestasi yang

tinggi dapat diraih.

5.2.2 Bagi Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan

Baturetno.

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan pihak sekolah lebih

memberikan peran dan perhatiannya dalam pembinaan potensi usia dini karena dari

olahraga ini siswa juga dapat berprestasi.

Para guru juga harus lebih serius dalam menangani potensi usia dini

disekolah. Harus lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler agar

siswa lebih semangat dalam mengikutinya.

5.2.3 Bagi Masyarakat Kecamatan Baturetno

Dengan penelitian ini hendaknya hati masyarakat dapat terbuka dan

menyadari bahwa sebuah prestasi tidak dapat diraih secara instan. Harus melalui

proses pembinaan yang terarah dan berkelanjutan. Berilah kesempatan kepada anak-

anak usia dini untuk mengembangkan potensi yang mereka punya.

5.2.4 Bagi KONI dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan acuan dalam

memberikan perhatian terhadap potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini.

Pembinaan jangan hanya terpusat di perkotaan tetapi harus menyeluruh dan mencapai

ke daerah.

108

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi V. Bandung: Rineke Cipta. Barry L. Johson and Jack K. Nelson, 1970. Practical Meassurement For Evaluation In

Psycal Education. Minneapolis, Minnoseta : Burgess Publishing Company. http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html

( accesed 09/08/2011)

http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/ ( accesed 17/07/2011)

http://www.Wikimediaonline.com. ( accesed 09/08/2011)

http://www.wonogirikab.go.id. ( accesed 09/08/2011)

Junaidi, Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Universitas Negeri Semarang. Kelompok Kerja Nasional Garuda Emas. 2000. Pemanduan Bakat dan Pembinaan

Usia Dini. KONI. 2007. Pelatihan Olahraga Usia Dini. Jakarta : ASDEP KEMENPORA

Munandar, Utami.2009.Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta.Rineka

Cipta

Pramono, Harry Dkk. 2009. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta:

Balai Pustaka.

109

Rusli Lutan dan Sumardianto.2000.Filsafat Olahraga: Jakarta.Departemen Pendidikan Nasional

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo Soetrisno Hadi.2004.Metodologi Research.Yogyakarta:Andi Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Suherman, Adang. 1999. Dasar-Dasar Penjaskes. Depdikbud.

Sukardi, 2003. Metode Penilitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wiyono, Slamet. 2005. Manajemen Potensi Diri. Jakarta: Grasindo

110

LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

1. LAMPIRAN 1 Usulan Penetapan Pembimbing

111

2. LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Penetapan Pembimbing

112

113

3. LAMPIRAN 3 Surat Ijin Penelitian Dari Fakultas Ilmu Keolahragaan

114

4. LAMPIRAN 4 Surat Ijin Penelitian dari UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno

115

5. LAMPIRAN 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian SD Negeri 1 Baturetno

116

SD Negeri 3 Baturetno

117

SD Negeri 4 Baturetno

118

6. LAMPIRAN 6 Daftar Nama Peserta IOWA-Brance Test for Motor Educability Siswa Putra

No Nama No Nama

1 RIKI FERIANTO 29 HERU NURURL A. 2 NUR SYAHID 30 JULIUS DIMAS W. 3 ANDIKA DIKI P. 31 MUH. FAQIH 4 SHIDIQ AM MA’RUF 32 MUH. RIDWAN 5 AFIF SYUKUR 33 NARWOTO 6 BAGAS PRIYANGGA 34 NASIP SAMBUDI 7 BASTIAN RISKY 35 REKHA CUCU K. 8 GADING SATRIO 36 ROKI TRI M. 9 GALIH PRIYO 37 SOFIAN TRI EFENDI 10 KODANG BHALAWA 38 SUPRI KURNIA 11 MOH. RAHMADANI 39 RATNA SUGARDA 12 SETYWAN 40 AGUNG WICAKSONO 13 ZHEIDAN ALVIAN 41 BENI SAPUTRO 14 GREALISTA 42 OKI ADITYA N. 15 YOHANES IVAN 43 ADI AHMAD 16 DENDY TIGARA 44 ANDIKA NUR 17 ALVIANTO ANDI 45 ANDREAS MAFIN 18 SRI HAMBUKA A. 46 ANGGITO ABI 19 FAHREZI EDO 47 ARAN SIDIQ 20 ABI RAMADHAN 48 ARIF DWI 21 AGA GILANG ARYADI 49 BIMANTARA SAKTI 22 ALI PRASETYO 50 CHAISAR UNGKI 23 ANGGA TOMI L. 51 RAFAEL C. 24 BAGAS PUTRA 52 ERVAN ERAWATI 25 BASTIAN SYAH 53 IQVALDO ALIF 26 CUK INDRA P. 54 THEO FEDO MILANO 27 FIRMAN W. 55 EDWIN P. 28 GALANG RAMA 56 ALYABI IQBAL

119

Siswa Putri

No Nama No Nama

1 FITRIA C 25 RINI PUJIASTUTI 2 IRMA DWI P 26 SEPTIANA DWI 3 MARIA M 27 ZULFA K HOIRUNISA 4 DINA MARDANI 28 ABELINDA 5 ALDA SURYA TRI 29 ANISA FELI 6 INTAN KURNIA 30 DEA FITRIANA 7 MARETA AYU 31 DEVA RAHMA 8 NABILAH AYU 32 DEVI RAHMA 9 NURUL FATIMAH 33 DIAN AYU W 10 SELFI TRI 34 DWI VITASARI 11 TRI PRASETYANING 35 INTAN KUMALASARI 12 WIDA SAPUTRI 36 MERNA SARI 13 YULITA RUMSORI 37 RATIH 14 SITI ASFIRA 38 RATIH SIBA RESMI 15 AHMES NUR 39 RENI JAYANTI 16 APRILIA DAMAYANTI 40 RIANTI 17 NIKEN SAPITRI 41 ROSA HANA 18 EVI LUTFIAH 42 ROSITA INTAN 19 ARSITA MAYA SARI 43 SARAS CAHYADEWI 20 AYU EKA MAULANA 44 SEPTIAN HAYU 21 BERLIANA P 45 SRI HUMAYAH 22 FINDRI RIYANDARI 46 REKA CUCUKARINA 23 FLOREN KRISNA 47 AFIFAH 24 MURDIANA

120

7. LAMPIRAN 7 ( Instrumen Penelitian) 1) KOESIONER

KUESIONER UNTUK GURU PENJASORKES SEKOLAH DASAR NEGERI

“PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”

Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan

A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Lengkap : ……………………. 2. Usia : ……………………. 3. Pekerjaan : …………………….

B. PERTANYAAN

1. Sebagai guru penjasorkes di SD, apakah anda setuju bila mata pelajaran

Penjasorkes diberi beban tugas menghasilkan siswa yang berprestasi di salah satu cabang olahraga? (Ya/Tidak). Bila anda setuju atau tidak setuju, jelaskan alasannya

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Apakah selama menjadi guru Penjasorkes di SD, selain mengajar apakah anda juga melaksanakan pembinaan ekstrakurikuler olahraga bagi siswa yang memiliki bakat dan minat untuk menjadi seorang atlit? (Ya/Tidak)

121

3. Bila Ya, apakah banyak siswa yang berminat ingin mengikuti program pembinaan ekstrakurikuler cabang olahraga yang anda kembangkan di sekolah (sebutkan kuantitas dan kualitas keikut sertaan siswa anda)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Dalam pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah anda,

berapa kali latihan dilaksanakan dalam setiap minggunya, dan mengapa hal itu dilakukan?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Pembinaan ekstrakurikuler olahraga yang selama ini anda lakukan, apakah ada siswa yang mampu berprestasi dan sampai tingkat mana prestasi yang mereka capai ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6. Apakah sarana-prasarana dalam pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah telah tercukupi ? ? (Ya/Tidak). Mengapa jelaskan alasannya ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

122

7. Apakah dalam proses pembinaan ekstrakurikuler olahraga di SD yang selama ini anda lakukan ada dukungan dari lembaga atau institusi, dan dari lembaga atau instusi mana saja yang banyak memberikan dukungan, dan dalam bentuk apa dukungan yang selama ini diberikan?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8. Bagi siswa yang mampu berprestasi dalam bidang olahraga, karena sering meninggalkan pelajaran di sekolah, bagaimana tanggapan guru bidang studi lain terhadap siswa tersebut?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

123

KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SD NEGERI “PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN

OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”

Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan

A . IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Lengkap : …………………… 2. Usia : …………………… 3. Pekerjaan : ……………………

B. PERTANYAAN

1. Sebagai kepala sekolah, apakah di sekolah yang bp/ibu pimpin sampai saat ini juga menuntut siswa yang ada untuk mampu berprestasi dalam cabang olahraga tertentu ? (Ya/Tdk).

2. Bila Ya, apakah setuju bila melalui mata pelajaran Penjasorkes juga mampu menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi di berbagai cabang lahraga? (Ya/Tdk)

3. Apakah selama ini di sekolah Bpk/Ibu menyelenggarakan pembinaan olahraga usia dini? (Ya/Tdk)

4. Untuk pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini, apakah di sekolah Bp/Ibu juga mengembangkan program pengembangan diri ekstrakurikuler olahraga? (Ya/Tdk).

5. Bila Ya, ada berapa cabang lahraga apa yang selama ini telah dikembangkan melalui ekstrakurikuler?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

124

6. Apakah ekstrakurikuler olahraga yang dikembangkan di sekolah, juga mempertimbangkan cabang olahraga yang dikembangkan di masyarakat? (Ya/Tdk).

7. Bila Ya, siapa saja yang dilibatkan untuk pengembangan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bpk/Ibu selama ini?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8. Untuk pengembangan ekstrakurikuler olahraga yang dilaksanakan di sekolah Bp/Ibu, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang diperlukan? (Ya/Tdk)

9. Bila Ya, apakah prasarana yang tersedia untuk pembinaan ekstrakurikuler olahraga tersebut, telah memenuhi standar? (Ya/Tdk)

10. Apakah pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bp/Ibu selama ini ditangani oleh pelatih yang berkualitas sesuai cabang olahraga yang dikembangkan, dan memiliki sertifikasi kepelatihan? (Ya/Tdk).

11. Berapa kali dalam seminggu pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bp/Ibu di laksanakan secara rutin? ………………………….

125

KUESIONER UNTUK TOKOH MASYARAKAT “PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN

OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”

Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Lengkap : …………………… 2. Usia : …………………… 3. Pekerjaan : ……………………

B. PERTANYAAN

1. Apakah di kota/daerah tempat Bp/Ibu tinggal sekarang ini ada kegiatan pemassalan olahraga yang dilakukan oleh masyarakat ? (Sebutkan jenis kegiatannya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Bila ada, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga (berikan data kuantitatif dan kualitatif) ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Bagaimana bentuk dan wadah pelaksanaan kegiatan pemassalan olahraga yang telah dilaksanakan selama ini?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

126

………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Apa jenis/cabang olahraga yang paling sering dilakukan untuk kegiatan pemassalan olahraga di masyarakat setempat?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Dalam pelaksanaan pemassalan olahraga di masyarakat, seberapa sering kegiatan tersebut dilaksanakan setiap minggunya?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6. Siapakah peserta kegiatan pemassalan olahraga yang selama ini banyak berpartisipasi?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

7. Berdasarkan kelompok usia peserta pemassalan yang dilaksanakan selama ini, kelompok usia berapakah yang menurut Bpk/Ibu paling mendominasi ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8. Siapakah institusi atau organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemassalan olahraga di daerah Bpk/Ibu selama ini ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

9. Dari hasil program pemassalan olahraga di daerah bp/Ibu tersebut, apakah ada tindaklanjut dengan program pembinaan olahraga usia dini ? (Ya/Tidak) ?

127

10. Bila Ya, cabang olahraga apa saja yang sampai sekarang telah dilakukan pembinaan mulai usia dini ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

11. Dalam pembinaan olahraga usia dini tersebut, apakah atlet yang dibina dipilih berdasarkan hasil tes pencarian bibit/bakat ? (Ya/Tidak)

12. Dalam pencaian bibit calon atlet, institusi apa yang selama ini dilibatkan atau siapa yang selama ini ditugasi untuk pemanduan bakat atlit yang akan dipilih ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

13. Apakah pembinaan olahraga usia dini tersebut, pengelolaan pembinaannya telah dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan? (Ya/Tidak)

14. Bila ya, ada berapa jenjang pembinaan yang selama ini telah dilakukan di daerah Bp/Ibu?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

15. Dalam proses pembinaan olahraga yang telah dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan tersebut, cabang olahraga apa saja yang selama ini telah menunjukkan prestasi yang membanggakan bagi masyarakat, sejak mulai atlet usia dini sampai senior?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

16. Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana olahraga di daerah Bp/Ibu (data kuantitatif dan kualitatif untuk sarana dan prasarana olahraga yang sesuai standar)? (sebutkan jumlah dan kondisi yang ada)

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………

128

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

17. Apakah sarana dan prasarana olahraga yang ada mampu mendukung peningkatan prestasi olahraga yang ada? (Ya/Tidak)

18. Apakah SDM yang mendukung pembinaan olahraga prestasi di daerah Bp/Ibu telah memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai? (Ya/Tidak?)

129

2) WAWANCARA

PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI

DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010

PANDUAN WAWANCARA

UNTUK KONI DAN DINPORA KAB/KOTA

Nama : ……………………. Kantor : ……………………. Alamat Kantor : …………………….

NO

ASPEK YANG PERLU DIUNGKAP HASIL WAWANCARA

I Sumber Daya

Manusia

1. Latar belakang pendidikan, dan jabatan ?

2. Latar belakang keterlibatan ybs dalam pembinaan olahraga, apakah mantan atlet, jika ya atlet apa, prestasi yang pernah dicapai

II Sumber Daya

Lingkungan

3. Sejauhmana pemahaman ybs terkait dengan pembinaan ekstrakurikuler olahraga ?

4. Berapa sekolah yang melaksanakan program Pembinaan ekstrakurikuler olahraga secara rutin ?

5. Apakah lembaga ybs ada alokasi dana dan sarpras untuk mendukung pembinaan ekstrakurikuler Or di sekolah?

6. Sejauhmana keterlibatan lembaga ybs terkait dengan program pembinaan

130

131

ekstrakurikuler olahraga di sekolah-sekolah ?

III Sumber Daya

Manajemen

7. Apakah lembaga ybs pernah memberikan pelatihan untuk peningkatan SDM terkait prog. pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah ?

8. Apakah instansi ybs pernah melakukan koordinasi, monev, supervisi pembinaan ekstrakurikuler Or di sekolah?

9. Sejauhmana peran lembaga ybs terhadap pengembangan pembinaan olahraga usia dini ?

3) IOWA-BRANCE TEST FOR MOTOR EDUCABILITY

Iowa-Brance Test for Motor Educability

PETUNJUK PELAKSANAAN TES

8) Setiap anak diberi kesempatan melakukan tiap item 2x

9) Bila pada kesempatan pertama siswa dapat melakukan gerakan dengan baik, nilai

2

10) Bila kesempatan pertama gagal, kemudian berhasil di kesempatan ke-2, nilai 1

11) Setelah 2x kesempatan melakukan tetap gagal, nilai 0

12) Jenis danurutan tes antara putra dan putrid berbeda.

13) SISWA TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERLATIH, tetapi berhak diberi

dan melihat contoh gerakan.

14) Jumlahkan nilai dari 10 gerakan, kemudian konversikan ke skor T seperti pada

table berikut ini :

Tabel 1

Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD

PUTRA PUTRI

5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua

Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1

Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3

Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12

Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11

Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5

132

1) Tes 1

Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan

menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke

lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan

2) Tes 2

Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di

belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan

terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.

Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.

3) Tes 3

Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati

bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan

di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,

1002, 1003, 1004, 1005.

4) Tes 4

Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain

(bertumpu hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping.

Pertahankan posisi ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.

5) Tes 5

Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki

terbuka.

6) Tes 6

Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,

kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak

boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.

7) Tes 7

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak

kehilangan keseimbangan atau melangkah.

133

8) Tes 8

Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan

9) Tes 9

Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang

sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.

10) Tes 10

Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke

arah kiri dan pertahankan keseimbangan.

11) Tes 11

Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah

sisi kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/

bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki

terbuka.

12) Tes 12

Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di

lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum

melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.

13) Tes 13

Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan

bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali

lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh

lantai, sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.

14) Tes 14

Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah

kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat,

tidak bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.

15) Tes 15

Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di

antara tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat

134

ke arah kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan,

kemudian bahu kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi

duduk. Saat kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan

dengan arah menghadap saat sebelum bergerak.

135

136

HASIL TES MOTOR EDUCABILITY IOWA-BRACE TEST ANAK KELAS 4-5-6 SD PUTRA

No N a m a TB BB NILAI TIAP JENIS TES

TOTAL N

SKOR T Tes

8 Tes 4

Tes 10

Tes 9

Tes 7

Tes 2

Tes 3

Tes 6

Tes 12

Tes 13

1 RIKI FERIANTO 133 24 2 2 2 0 1 2 2 2 0 1 14 51 2 NUR SYAHID 146 36 2 2 2 0 2 2 2 1 2 0 15 54 3 ANDIKA DIKI P. 123 23 2 2 2 1 1 2 0 2 2 2 16 57 4 SHIDIQ AM MA’RUF 130 24 1 1 1 1 2 0 1 1 2 2 12 45 5 AFIF SYUKUR 123 25 2 2 2 1 0 2 2 2 0 0 13 48 6 BAGAS PRIYANGGA 138 30 2 1 1 1 1 1 1 2 2 0 12 45 7 BASTIAN RISKY 130 27 2 1 2 2 2 1 2 1 1 0 14 51 8 GADING SATRIO 135 25 2 0 2 1 2 2 2 1 2 0 14 51 9 GALIH PRIYO 134 41 1 1 2 1 1 2 2 2 2 0 14 51 10 KODANG BHALAWA 131 27 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 14 51 11 MOH. RAHMADANI 134 25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 63 12 SETYWAN 129 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 66 13 ZHEIDAN ALVIAN 121 22 2 1 2 2 2 2 0 2 2 0 15 54 14 GREALISTA 138 26 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 17 60 15 YOHANES IVAN 135 25 2 1 2 1 2 2 2 2 2 0 16 57 16 DENDY TIGARA 129 39 2 1 2 0 0 1 0 0 0 0 6 33 17 ALVIANTO ANDI 153 26 2 2 2 1 2 1 0 2 2 1 15 54 18 SRI HAMBUKA A. 130 34 2 1 2 0 2 2 1 2 2 2 16 57 19 FAHREZI EDO 130 40 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19 66 20 ABI RAMADHAN 129 24 2 2 2 0 1 2 2 2 2 2 17 60 21 AGA GILANG ARYADI 147 31 1 1 2 2 1 0 0 2 2 0 11 43 22 ALI PRASETYO 140 31 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 18 63 23 ANGGA TOMI L. 138 29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 69 24 BAGAS PUTRA 148 33 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 17 60 25 BASTIAN SYAH 139 29 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 18 63 26 CUK INDRA P. 122 27 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 17 60

137

27 FIRMAN W. 142 32 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 63 28 GALANG RAMA 140 31 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15 54 29 HERU NURURL A. 150 40 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 63 30 JULIUS DIMAS W. 144 54 0 0 1 0 2 2 2 2 2 2 13 48 31 MUH. FAQIH 138 28 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54 32 MUH. RIDWAN 137 33 0 1 1 1 1 1 2 2 2 1 12 45 33 NARWOTO 147 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 66 34 NASIP SAMBUDI 147 34 1 1 0 1 2 2 2 2 2 2 15 54 35 REKHA CUCU K. 143 37 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 57 36 ROKI TRI M. 140 37 2 2 2 2 2 0 0 2 1 1 14 51 37 SOFIAN TRI EFENDI 145 44 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54 38 SUPRI KURNIA 170 66 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 15 54 39 RATNA SUGARDA 140 31 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1 13 48 40 AGUNG WICAKSONO 128 25 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 16 57 41 BENI SAPUTRO 137 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63 42 OKI ADITYA N. 140 42 1 2 2 0 2 0 0 1 2 2 12 45 43 ADI AHMAD 131 29 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 17 60 44 ANDIKA NUR 126 25 2 2 2 0 1 2 1 2 2 2 16 57 45 ANDREAS MAFIN 131 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 69 46 ANGGITO ABI 128 21 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 17 60 47 ARAN SIDIQ 131 28 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 17 60 48 ARIF DWI 137 32 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 60 49 BIMANTARA SAKTI 124 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 66 50 CHAISAR UNGKI 132 30 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 15 54 51 RAFAEL C. 142 31 2 1 2 1 2 2 0 1 2 2 15 54 52 ERVAN ERAWATI 135 35 2 1 2 1 1 2 0 1 2 2 14 51 53 IQVALDO ALIF 133 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63 54 THEO FEDO MILANO 133 27 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 63 55 EDWIN P. 137 32 2 1 2 1 0 2 2 2 1 2 15 54 56 ALYABI IQBAL 134 26 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 17 60

138

HASIL TES MOTOR EDUCABILITY IOWA-BRACE TEST ANAK KELAS 4-5-6 SD PUTRI

No N a m a TB BB NILAI TIAP JENIS TES

TOTAL N

SKOR T Tes

8 Tes 14

Tes 7

Tes 15

Tes 9

Tes 1

Tes 3

Tes 12

Tes 11

Tes 5

1 FITRIA C 130 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 2 IRMA DWI P 126 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 3 MARIA M 133 27 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 4 DINA MARDANI 136 40 1 2 2 2 1 2 1 2 2 0 15 56 5 ALDA SURYA TRI 126 20 2 1 2 2 1 2 2 2 1 0 15 56 6 INTAN KURNIA 122 21 2 2 2 0 0 2 1 1 2 0 14 54 7 MARETA AYU 125 25 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 18 62 8 NABILAH AYU 130 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60 9 NURUL FATIMAH 127 27 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 16 58 10 SELFI TRI 131 24 2 1 2 2 1 2 2 2 2 0 16 58 11 TRI PRASETYANING 120 24 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 18 62 12 WIDA SAPUTRI 125 26 1 1 2 1 1 2 2 2 2 0 14 54 13 YULITA RUMSORI 127 32 2 2 2 1 1 2 1 1 1 0 13 52 14 SITI ASFIRA 121 25 2 2 2 1 1 2 1 2 2 0 15 56 15 AHMES NUR 127 25 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 17 60 16 APRILIA DAMAYANTI 133 33 2 2 2 1 2 0 1 2 2 1 15 56 17 NIKEN SAPITRI 137 30 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 17 60 18 EVI LUTFIAH 139 30 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 65 19 ARSITA MAYA SARI 136 28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 20 AYU EKA MAULANA 150 49 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 17 60 21 BERLIANA P 149 43 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 17 60 22 FINDRI RIYANDARI 135 40 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60 23 FLOREN KRISNA 141 33 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 16 58 24 MURDIANA 144 36 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 65 25 RINI PUJIASTUTI 127 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65 26 SEPTIANA DWI 135 30 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 18 62

139

27 ZULFA K HOIRUNISA 137 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65 28 ABELINDA 139 31 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 29 ANISA FELI 152 46 2 2 1 0 2 1 0 2 2 0 12 50 30 DEA FITRIANA 148 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 17 60 31 DEVA RAHMA 133 31 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60 32 DEVI RAHMA 132 30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 33 DIAN AYU W 138 30 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60 34 DWI VITASARI 138 47 2 2 2 0 2 0 0 2 2 0 12 50 35 INTAN KUMALASARI 142 49 2 2 2 1 2 2 0 2 1 0 14 54 36 MERNA SARI 148 36 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 16 58 37 RATIH 135 28 2 2 2 2 1 0 2 2 2 1 16 58 38 RATIH SIBA RESMI 142 42 2 2 2 0 0 0 2 2 2 1 13 52 39 RENI JAYANTI 137 26 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 40 RIANTI 146 44 2 2 2 0 0 0 0 2 2 1 11 48 41 ROSA HANA 147 43 1 2 1 0 0 1 1 2 2 1 11 48 42 ROSITA INTAN 152 38 1 2 2 0 0 2 1 2 2 0 12 50 43 SARAS CAHYADEWI 140 50 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52 44 SEPTIAN HAYU 145 29 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 45 SRI HUMAYAH 127 25 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 46 REKA CUCUKARINA 143 37 2 2 2 0 0 0 2 2 2 0 12 50 47 AFIFAH 150 56 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52

Semarang, 6 September 2010

Peneliti,

LAKSANA ARIBOWO

140

FOTO-FOTO KEGIATAN TES IOWA-BRANCE TEST FOR

MOTOR EDUCABILITY

141

142