skripsi lengkap, sri setiyo rahayu

145
BUBBLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA 4-5 TAHUN DI AREA SAINS DI TK PERTIWI 49 SEMARANG SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Sri Setiyo Rahayu NIM. 1601408029 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: kang-wahyoe

Post on 01-Dec-2015

570 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

BUBBLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS SEDERHANA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

USIA 4-5 TAHUN DI AREA SAINS DI TK PERTIWI 49 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Sri Setiyo Rahayu

NIM. 1601408029

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Lita Latiana, M.H. Edi Waluyo, M.Pd.

NIP. 19630417 199903 2001 NIP. 19790425 200501 1001

Mengetahui,

Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES

Edi Waluyo, M.Pd.

NIP. 19790425 200501 1001

Page 3: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri

Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi,

Ketua, Sekretaris,

Drs. Budiono, M.S. Edi Waluyo, M.Pd.

NIP. 19631209 198703 1002 NIP. 19790425 200501 1 001

Penguji I,

Dr. Sri Sularti Dewanti Handayani, M.Pd.

NIP.19570611 198403 2 001

Penguji II, Penguji III,

Dra. Lita Latiana, M.H. Edi Waluyo, M.Pd.

NIP. 19630417 199903 2 001 NIP. 19790425 200501 1 001

Page 4: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : Sri Setiyo Rahayu

NIM : 1601408029

Jurusan : PG PAUD

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan dari karya

orang lain. Pendapat atau temuan dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik

ilmiah.

Demikian pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 2013

Yang menyatakan,

Sri Setiyo Rahayu

NIM. 1601408029

Page 5: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. “Media pembelajaran sains sederhana sebagai tolok ukur keberhasilan

anak dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif.”

2. ”Pengalaman di waktu kecil akan selalu diingat anak hingga dewasa, maka

kenalkan anak dengan pembelajaran sains sederhana sedini mungkin

sebagai bekal pengetahuannya di hari esok.”

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur

Alhamdulillah kepada Allah SWT, skripsi

ini aku persembahkan untuk :

1. Ibu dan Ayah tercinta yang telah

memberikan doa, cinta, kasih sayang,

semangat dan motivasi.

2. Kakak serta adik-adikku tersayang.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah

memberi semangat dan motivasi.

Page 6: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

vi

ABSTRAK

Setiyo Rahayu, Sri. 2013. “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana

untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains

di TK Pertiwi 49 Semarang.” Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :

I Dra. Lita Latiana, S.H., M.H.,Pembimbing II: Edi Waluyo, M.Pd.

Kata Kunci: Pembelajaran sains, media bubble, kemampuan kognitif

Pembelajaran sains di TK tetap ada dan terpadu dengan bidang lainnya

dalam setiap tema. Pengenalan dan pembelajaran sains yang dilaksanakan di TK

bersifat integrated learning/pembelajaran terintegrasi, sehingga pembelajaran

sains terintegrasi dengan pengembangan lainnya. Pengembangan pembelajaran

sains pada anak termasuk bidang pengembangan lainnya memiliki peran yang

sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan

sumber daya manusia yang diharapkan. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin,

petir, kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik

perhatian anak. Objek-objek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi

anak TK perlu disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi

sederhana dapat dilakukan anak. Anak dapat melakukan proses sains lainnya

seperti melakukan pencampuran warna dasar, pengukuran, melakukan klasifikasi,

dan sebagainya. Produk sains untuk anak TK lebih dominan berupa pengetahuan

tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui cara dan hasil

penggunaan media bubble dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-

5 tahun di TK Pertiwi 49 Semarang. Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi 49

Semarang, dengan mengambil sampel seluruh jumlah anak didik 24 anak

kelompok A. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan antara lain penelitian pra

penelitian, terjun ke lapangan, dan tahap analisis data. Metode pengumpulan data

yang digunakan observasi dan dokumentasi.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu cara

penggunaan dari media bubble dengan bahan dasar deterjen (rinso), sabun colek

Krim Ekonomi, Lifebouy Handwash, sabun bayi batang merk Cussons sabun bayi

cair merk Sweetzal dan sampo Sunsilk adalah dengan mencampur warna kuning,

merah, atau biru dapat menciptakan warna lain seperti orange, hijau, dan ungu.

Dalam permainan bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan pencampuran

warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru, pengukuran

(menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan gas). Proses

pembelajaran dengan menggunakan media Bubble pada anak usia 4-5 tahun di

Taman Kanak-kanak Pertiwi 49 Semarang dapat meningkatkan kemampuan

kognitif baik dalam konsep pengetahuan dan sains maupun konsep bentuk, warna,

ukuran dan pola. Peningkatan kemampuan kognitif anak juga meningkat dari

69,37 % menjadi 78,19 %.

Page 7: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,

hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains di TK

Pertiwi 49 Semarang”. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tak langsung.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Drs. Harjono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang, yang telah memberikan izin untuk penelitian.

2. Edi Waluyo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini, FIP Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan berbagai

kemudahan dalam penelitian ini.

3. Dra. Lita Latiana, M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Edi Waluyo, M.Pd.,

selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen PG PAUD UNNES yang telah banyak membantu dalam studi

hingga selesainya skripsi ini.

5. Kepala TK Pertiwi 49 Semarang yang telah memberikan izin dalam kegiatan

penelitian.

Page 8: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

viii

6. Dewan Guru TK Pertiwi 49 Semarang yang ikut membantu dalam kegiatan

penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan

dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan dunia pendidikan pada

umumnya, dan dunia pendidikan anak usia dini pada khususnya.

Semarang, 2013

Penulis

Page 9: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

1.5 Sistematika Skripsi ..................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12

2.1 Media Pendidikan....................................................................................... 12

2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran ............................................................. 12

Page 10: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

x

2.1.2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran ................................................. 15

2.1.3 Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran ................................. 18

2.1.4 Kriteria Pemilihan Media ........................................................................ 24

2.2. Pengertian Sains ........................................................................................ 26

2.3. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK ..................................................... 28

2.4. Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains di TK .................................... 30

2.5. Hakikat Anak Usia Dini ............................................................................ 35

2.5.1 Karakteristik Anak Usia Dini .................................................................. 38

2.5.2 Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun ..................................................... 40

2.5.3 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ................................................ 43

2.6. Model Pembelajaran Area di TK .............................................................. 61

2.7. Kerangka Berfikir...................................................................................... 63

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 64

3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 64

3.2. Desain Penelitian ....................................................................................... 61

3.3. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 65

3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 65

3.5 Populasi ...................................................................................................... 66

3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 66

3.7 Metode Analisis Data ................................................................................. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 69

4.1. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 69

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................................... 69

Page 11: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xi

4.1.2 Cara Penggunaan Media Bubble sebagai Media

Pembelajaran Sains Sederhana ............................................................. 70

4.1.3 Kesimpulan Kumulatif dari Proses Pembelajaran dengan Bubble sebagai

Media Pembelajaran Sains Sederhana .................................................. 97

4.1.4 Hasil Pengamatan Menggunakan Ceklist................................................ 98

4.1.4.1. Minggu Pertama .................................................................................. 99

4.1.4.2 Minggu Kedua ..................................................................................... 104

4.1.5 Hasil Penggunaan Media Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains

Sederhana di TK ..................................................................................... 109

4.1.6 Hasil Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di Area Sains ......... 114

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 119

5.1 Simpulan .................................................................................................... 119

5.2 Saran ........................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123

LAMPIRAN ..................................................................................................... 126

Page 12: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Interval Skor .................................................................................. 68

Tabel 4.1 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media

Bubble) .......................................................................................... 99

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media

Bubble) .......................................................................................... 100

Tabel 4.3 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

....................................................................................................... 102

Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

....................................................................................................... 103

Tabel 4.5 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)

....................................................................................................... 104

Page 13: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xiii

Tabel. 4.6 Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)

....................................................................................................... 106

Tabel 4.7 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Dimensi Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola Kelompok

Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)................ 107

Tabel. 4.8 Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan

Pola Dimensi Konsep Bentuk, Warna, Ukuran Dan Pola Kelompok

Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)................ 108

Page 14: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Pertama ........ 115

Grafik 4.2 Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Kedua ........... 117

Page 15: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Guru memberi penjelasan kepada anak tentang warna dasar (merah,

kuning dan biru) .......................................................................... 72

Gambar 4.2 Anak menuang warna dasar (merah, kuning dan biru) ke dalam gelas

aqua ............................................................................................. 73

Gambar 4.3 Anak menakar deterjen Rinso ..................................................... 73

Gambar 4.4 Anak meniup air deterjen Rinso sehinnga tercipta gelembung .. 74

Gambar 4.5 Lomba membawa piring di atas kepala ...................................... 78

Gambar 4.6 Anak meniup gelembung dengan warna merah dan hijau .......... 85

Gambar 4.7 Anak mencampur warna merah dan kuning ............................... 88

Gambar 4.8 Anak membuat sate buah dengan pola tertentu ............................ 88

Gambar 4.9 Anak meniup air sampo Sunsilk sehingga tercipta bubble .......... 91

Gambar 4.10 Anak menutup gelas aqua dengan kertas HVS .......................... 92

Gambar 4.11 Hasil lukisan bubble dengan warna ungu, hijau dan orange ...... 92

Page 16: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 126

Lampiran 2 Pedoman Observasi ..................................................................... 127

Lampiran 3 Format Penugasan dan Eksperimen ............................................ 130

Lampiran 4 Format Kegiatan Percakapan ...................................................... 137

Lampiran 5 Format Kegiatan Hasil Karya ...................................................... 141

Lampiran 6 Daftar Nama Anak ..................................................................... 142

Lampiran 7 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelompok A .............................. 143

Lampiran 8 Rencana Kegiatan Mingguan........................................................ 149

Lampiran 9 Lembar Hasil Evaluasi Minggu Pertama ...................................... 153

Lampiran 10 Lembar Hasil Evaluasi Minggu Kedua ...................................... 156

Lampiran 11 Rencana Kegiatan Harian ........................................................... 158

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Data ........................................................... 182

Lampiran 13 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 203

Page 17: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai

golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek

kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik dan dapat dengan mudah

menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa ini pula terjadi

pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya periode

kanak-kanak bagi kehidupan seseorang inilah, stimulasi yang tepat sangat

diperlukan. Stimulasi yang tepat ini akan membantu anak-anak tumbuh,

berkembang dan belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap

anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi.

Anak usia dini atau anak yang berada pada usia antara 0-8 tahun

merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk

mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik

maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik, dan

sosio emosional. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi

permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.

Perkembangan kecerdasan pada masa ini, mengalami peningkatan dari 50%

Page 18: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

2

menjadi 80%. Para peneliti menemukan pula bahwa kemampuan belajar manusia

50% ditentukan dalam empat tahun pertama, 30% kemampuan yang lain dicapai

sebelum usia delapan tahun.

Menurut Piaget bahwa siswa Taman Kanak-Kanak berada pada masa pra

operasional. Pada fase ini anak mulai menyadari bahwa pemahaman tentang

benda-benda di sekitarnya yang dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat

simbolik. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif

anak.

Pendidikan anak TK pada hakikatnya adalah pendidikan untuk

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada pengembangan seluruh dimensi perkembangan anak yang

meliputi kognitif, sosial, emosi, fisik dan motorik.

Secara psikologis anak berkembang secara holistik atau menyeluruh,

artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu

dengan aspek perkembangan yang lainnya.

Mata pelajaran sains memang tidak tercantum di dalam kurikulum TK,

tetapi hal ini bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada dan

terpadu dengan bidang lainnya dalam setiap tema. Pengenalan sains untuk anak

Pembelajaran sains yang dilaksanakan di TK bersifat integrated

learning/pembelajaran terintegrasi, sehingga pembelajaran sains terintegrasi

dengan pengembangan lainnya. Pengembangan pembelajaran sains pada anak

termasuk bidang pengembangan lainnya memiliki peran yang sangat penting

Page 19: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

3

dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya

manusia yang diharapkan.

Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang

beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Objek-objek tersebut

dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi anak TK perlu disederhanakan.

Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana dapat dilakukan anak. Anak

dapat melakukan proses sains lainnya seperti melakukan pencampuran warna

dasar, pengukuran, melakukan klasifikasi, dan sebagainya. Produk sains untuk

anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala

peristiwa tentang benda-benda alam. (diunduh dari http ://www.pengenalan sains

untuk anak TK/Journal.pdf.30 Mei 2012).

Kegiatan pembelajaran sains yang terpenting bagi anak adalah anak

mengerti proses sains, dari proses sains melahirkan pengalaman belajar dan

pembentukan sikap secara simultan dan terpadu. Kegiatan pembelajaran sains

yang cocok untuk pengembangan pembelajaran sains adalah dengan penerapan

keterampilan proses pada setiap tahapnya.

Keterampilan proses sains perlu dimiliki anak agar dapat mengembangkan

pengetahuannya. Tentunya dengan mengenalkan sains pada anak sejak dini sesuai

dengan tahap perkembangan, karena usia dini merupakan usia fundamental bagi

perkembangna individu dan sering disebut golden age/usia emas. Artinya pada

masa kanak-kanak, semua aspek perkembangan anak berlangsung sangat cepat

sehingga pengalaman-pengalaman yang dijalani anak membentuk pengalaman

yang akan dibawa seumur hidup.

Page 20: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

4

Berhasil tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan (terutama

sains) bagi anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang

fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar dan pendidik sains.

Agar pembelajaran sains pada anak berjalan secara optimal, hendaknya orang-

orang yang terlibat dalam pendidikan sains betul-betul memahami hakekat sains

secara benar, dan memahami hakekat anak secara benar. Pengembangan

pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan yang sangat penting

dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukkan sumber daya

menusia yang diharapkan. Kesadaran pentingnya pembekalan sains pada anak

akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang

dinamis, berkembang dan berubah secara terus-menerus bahkan makin menuju

masa depan, semakin memerlukan sains.

Hakekat sains perlu dikaji, dipelajari dan ditekuni, anak-anak sebagai

generasi yang dipersiapkan untuk mengisi masa depan yang diduga akan semakin

rumit, berat dan banyak problemanya perlu dibekali penguasaan sains yang

memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Secara umum pembelajaran sains di

taman kanak-kanak bertujuan agar anak mampu secara aktif mencari informasi

mengenai apa yang ada di sekelilingnya. Selain itu melalui eksprlorasi dibidang

sains anak mencoba memahami dunianya melalui pengamatan, penyelidikan dan

percobaan untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Dalam pembelajaran sains

bagi anak bermanfaat untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan akan

menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah

pengetahuan anak secara alamiah. Apalagi dengan tantangan kehidupan masa

Page 21: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

5

depan yang sangat menantang, menuntut semakin strategis bahwa pembekalan

sains bagi anak usia dini menjadi mutlak, sehingga sains pada diri anak muncul

sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak.

(http://www.altaf.blogspot.com/2009/1.artikel. Pengembangan Pembelajaran

Sains Anak Usia TK-B Melalui Seni Rupa.html.)

Menurut Yulianti (2010:18) sains adalah produk. Sebagai produk, sains

adalah sebatang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia

fisik alami. Sebagai proses, sains yang mencakup menelusuri, mengamati, dan

melakukan percobaan, sangatlah penting agar anak dapat berpartisipasi ke dalam

proses ilmiah, karena keterampilan yang mereka dapatkan dapat dibawa ke

perkembangan lainnya dan akan bermanfaat selama hidupnya.

Permasalahan yang ada di lapangan dari hasil observasi awal di TK

Pertiwi 49 Semarang adalah bahwa pembelajaran sains dengan keterampilan

proses masih rendah, terutama pada proses dan hasil belajar anak. Kesulitan pada

keterampilan proses sains ini salah satu bersumber dari guru, masih kurang

memanfaatkan media yang ada dalam pembelajaran sains, guru kurang

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide atau gagasannya

secara variatif dan original, sehingga jawaban yang dihasilkan anak cenderung

sama, kondisi lain dalam pelaksanaan pembelajaran sains berpusat pada guru

(teacher centered), sehingga pembelajaran monoton dan pada akhirnya anak

merasa bosan.

Untuk menarik minat anak dalam mempelajari sains maka guru harus

mengemas pembelajaran dengan media yang menarik. Proses pembelajaran akan

Page 22: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

6

berjalan dengan baik dan produktif apabila guru memiliki kemampuan dalam

menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Guru harus memiliki

kemampuan dalam berkomunikasi dalam menyampaikan bahan ajar/tema dengan

menggunakan media dan sumber belajar secara terprogram sejalan dengan

kompetensi pembelajarannya

Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, sarana di TK memegang

peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar pada

dasarnya merupakan proses yang sistematis dan terdiri dari berbagai komponen,

seperti bahan kegiatan, prosedur didaktik (penggunaan metode), pengelompokan

anak didik, dan media pengajaran yang berupa sarana/alat peraga yang digunakan.

Oleh sebab itu TK tanpa sarana yang memadai tidak berfungsi sebagai

lembaga pendidikan yang baik, karena kegiatan belajar mengajari TK dilakukan

melalui prinsip “bermain sambil belajar” atau belajar seraya bermain. Bermain

merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran anak usia

dini. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan

dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi/bahan,

media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak. Bermain disesuaikan dengan

perkembangan anak dimulai dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih

besar) ke belajar sambil bermain (unsur belajar lebih besar). Dengan demikian

anak didik diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan yang merangsang dan

mendorong perkembangan kepribadiannya, baik yang mencakup aspek

keterampilan, kognitif, bahasa, emosi maupun sosialnya.

Page 23: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

7

Disadari bahwa guru merupakan garda terdepan pendidikan yang langsung

berhubungan dengan anak didik. Sebagai mediator seorang guru dituntut memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat

komunikasi dalam proses pembelajaran. Guru harus terampil memilih,

menggunakan dan mengusahakan media pendidikan serta mampu menjadi

perantara atau (media) dalam hubungan antara siswa dalam proses bermain sambil

belajar sains. Sebagai mediator seorang guru hendaknya mampu mengusahakan/

membuat sumber belajar yang yang berguna dan dapat menunjang tercapainya

tujuan dan proses belajar sains.

Pembelajaran sains di TK perlu didukung dengan dengan berbagai alat

atau media pembelajaran yang kaya, apakah itu berupa alat peraga, alat bermain,

buku atau berupa media pembelajaran lainya. Dewasa ini, alat dan media

pembelajaran yang dapat digunakan semakin kaya dan bervariasi, tidak saja

terbatas pada alat-alat atau benda-benda langsung, tapi juga bisa berupa program

mainan yang ada dikomputer atau berupa film. Disamping dapat memilih dan

memanfaatkan alat-alat atau media-media yang sudah tersedia atau diproduksi

oleh para pelaku bisnis, guru sebenarnya dapat membuat dan menciptakan sendiri

alat-alat yang diperlukan dengan menggunakan bahan-bahan yang murah atau

bahkan barang-barang bekas.

Tidak hanya itu saja, guru TK juga dituntut untuk dapat memilih media

yang sesuai dengan materi maupun dengan kompetensi yang akan dicapai.

Pemilihan media yang tepat juga akan meningkatkan gairah anak TK dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga tercipta suasana belajara

Page 24: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

8

yang kondusif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak TK yang pada

dasarnya masih senang bermain.

Penggunaan media yang baik tentu saja tidak lepas dari kemampuan dan

keahlian guru dalam mendesain, membuat dan mengembangkan media

pembelajran. Guru TK dituntut untuk berkreativitas untuk mengatasi hambatan

yang dihadapi dalam proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan

penyampaian pesan yang sulit dimengerti oleh peserta didik jika di terangkan

dengan penjelasan verbal semata.

Salah satu langkah strategis untuk dapat membekali anak secara optimal,

harus didahului dengan memahami karakteristik dan tujuan pendidikan dan

pembelajaran yang akan diterapkan pada anak usia dini termasuk dalam bidang

pengembangan sains untuk anak usia dini. Dengan memahami lingkup dan tujuan

pendidikan sains tersebut akan membantu para pengajar atau orang dewasa

lainnya dalam penguasaan program-program pembelajaran sains untuk anak usia

dini yang dianggap tepat. Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran sains

yang tepat dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor yang sangat fundamental

adalah para pengajar dan pendidik sains. Untuk mewujudkan pembelajaran sains

pada anak usia dini secara optimal, hendaklah para pengajar/pendidik tersebut

betul-betul memahami hakekat sains secara benar, lebih-lebih yang dikaitkan

dengan karakteristik anak usia dini sebagai sasarannya.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu melakukan penelitian dengan

judul “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana untuk

Page 25: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

9

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains di

TK Pertiwi 49 Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah yang timbul adalah :

1.2.1. Bagaimana cara pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran sains

sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun

di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang?

1.2.2. Apa saja hasil penggunaan Bubble sebagai media pembelajaran sains

sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun

di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang hendak dilakukan pasti mempunyai tujuan sasaran

yang ingin dicapai. Bertitik tolak dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas

maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1.3.1 Untuk mengetahui cara pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran

sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5

tahun di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang.

1.3.2 Untuk mengetahui hasil penggunaan Bubble sebagai media pembelajaran

sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5

tahun di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang.

Page 26: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

10

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.4.1 Manfaat atau Kegunaan Teoritis

Diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat

dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam mengkaji aspek-aspek yang terkait

dengan penelitian Studi Eksperimen Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains

Sederhana untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun di

Area Sains di TK Pertiwi 49 Semarang.

1.4.2 Manfaat atau Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Bagi Penulis

Dapat mengetahui penggunaan media bubble sebagai media pembelajaran

sains pada TK Pertiwi 49 Semarang.

1.4.2.2 Bagi dunia pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bentuk kontribusi dan upaya untuk

memacu guru/pendidik dalam pelaksanaa pembelajaran terutama dalam

penggunaan media bubble dalam meningkatkan kemampuan dasar kognitif anak.

1.5. Sistematika Skripsi

Secara garis besar penelitian ini diterdiri atas lima bab yaitu Bab I

Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil

dan Pembahasan, Bab V Penutup. Bab I mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi. Bab II

kajian pustaka mengungkapkan teori-teori dan fakta yang dijadikan alasan untuk

berfikir secara ilmiah dalam melakukan kegiatan. Bab III mengulas langkah dan

Page 27: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

11

strategi ilmiah yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan penelitian

sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Bab IV

membahas hasil penelitian untuk membuktikan permasalahan yang dirumuskan

dan merupakan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan, terdiri atas

hasil dan pembahasan penelitian. Bab V mencakup simpulan dan saran. Simpulan

merupakan pernyataan singkat yang memberikan jawaban atas permasalahan yang

diangkat kedalam penelitian berguna untuk memudahkan pembaca dalam

mengetahui hasil penelitian dan masukan bagi pihak terkait sejalan dengan

temuan yang diperoleh dalam penelitian serta memungkinkan untuk dilaksanakan

oleh pihak-pihak tertentu.

Page 28: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

12

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Media Pembelajaran

2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan guru memang bukan satu-satunya sumber belajar,

walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat

penting. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan

perkembangan masyarakat serta budaya pada umumnya, berkembang pula tugas

dan peranan guru, seiring dengan berkembangnya jumlah anak yang memerlukan

pendidikan. Sumber belajar yang dapat dilihat dalam lingkungan pendidikan

selain guru misalnya buku, radio, majalah, film, bingkai, video, dengan atau tanpa

bantuan alat-alat seperti proyektor dan pesawat radio/video. Bahan dan alat yang

dikenal dengan istilah software dan hardware ini adalah media pendidikan.

Menurut Arief S. Sadiman (2008:11) bahwa proses belajar mengajar pada

hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari

sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber

pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses

komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan

yang ada dalam kurikulum. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak

sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan

pembelajaran (message) kepada penerima pesan (communican), yaitu siswa/anak.

Agar pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan

12

Page 29: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

13

baik oleh anak maka dalam proses komunikasi pembelajaran tersebut diperlukan

wahan penyalur pesan yang disebut media pembelajaran. Untuk lebih

memperjelas pemahaman mengenai pembelajaran sebagai proses komunikasi,

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Komunikator Pesan Bahan Ajar

Guru

Media Pembelajaran Komunikan Anak

Gambar 1. Proses Komunikasi Pembelajaran

Peran media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak-kanak

semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada

masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah

kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara

nyata. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media

sebagai penyampai pesan dari guru kepada anak didik agar pesan/informasi

tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik.

Dariyanto dalam Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001

kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat

didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari

pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi,

yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan

definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses

komunikasi.

Page 30: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

14

Menurut Arief S. Sadiman (2008:6), kata media berasal dari bahasa Latin

dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah perantara atau

pengantar. Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkann pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Dalam situasi pembelajaran di TK terdapat pesan-pesan yang harus

dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema atau topik

pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada anak melalui

suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut

metode.

Menurut Oemar Hamalik (1994:12) dalam Edi Waluyo media pendidikan

adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan

dan pengajaran di sekolah.

Setelah mencermati beberapa pengertian di atas, bahwa media

pembelajaran itu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau

perangkat keras (hardware) dan unsur pesan dibawanya (message/software).

Unsur pesan (software) adalah informasi atau bahan ajar dalam tema/topik

tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari anak, sedangkan unsur perangkat

keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan

pesan tersebut. Dengan demikian, sesuatu bisa dikatakan media pembelajaran jika

sudah memenuhi dua unsur tersebut.

Page 31: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

15

Dari uraian tersebut di atas mengenai definisi media pembelajaran dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Media merupakan peralatan yang digunakan dalam peristiwa komunikasi

dengan tujuan membuat komunikasi lebih efektif.

2. Media pembelajaran merupakan peralatan pembawa pesan atau wahana dari

pesan yang oleh pemberi pesan (guru) untuk diteruskan kepada penerima

pesan (anak didik). Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam

bentuk tema/topik pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan

oleh guru dimana penggunaannya diintegrasikan ke dalam tujuan dan isi

pembelajaran sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kualitas kegiatan

pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya.

Adapun media pembelajaran yang digunakan guru TK untuk

menyampaikan maksud dari tema yang dipelajari pada waktu itu. Dengan

penggunaan media dalam proses pembelajaran di TK, anak-anak akan lebih

tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar melalui bermain.

2.1.2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran

Masih banyak guru saat ini yang menganggap bahwa peran media dalam

proses pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu semata dan boleh diabaikan

manakala media itu tidak tersedia di sekolah. Sebagai guru TK yang profesional

harus memiliki pandangan sebaliknya, yaitu bahwa media itu merupakan bagian

integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan

salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi salung berhunbungan

Page 32: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

16

dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang

diharapkan. Tanpa media maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan

efektif.

Keefektifan proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi

antara sumber pesan (dalam hal ini guru TK) dengan penerima pesan (dalam hal

ini anak). Komunikasi tersebut efektif ditandai dengan adanya area of experience

atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.

Menurut Arief S. Sadiman (2008:17) bahwa media pembelajaran memiliki

nilai-nilai dalam mengoptimalkan pencapaian hasil belajar di TK. Nilai-nilai

media pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut ini :

1. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.

Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit

dijelaskan secara langsung kepada anak bisa dikonkretkan atau

disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk

menjelaskan tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik,

berhembusnya angin, dan sebagainya bisa menggunakan media gambar atau

bagan sederhana. Contoh pemanfaatan nilai media di TK adalah untuk

mengenal gajah, guru menggunakan media gambar jadi tidak harus membawa

gajah ke ruang kelas.

2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke

dalam lingkungan belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan

gambar atau program televisi tentang binatang-binatang buas, seperti harimau.

Page 33: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

17

Beruang, gajah, jerapah, atau bahkan hewan-hewan yang sudah punah seperti

dinosaurus, dan sebagainya.

3. Menampilkan objek yang terlalu besar. Melalui media, guru dapat

menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar,

candi, dan sebagainya di depan kelas. Atau menampilkan objek-objek yang

terlalu kecil, seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, dan sebagainya. Contoh,

guru menggunakan miniatur pesawat, kapal dan kereta api untuk mengenalkan

macam-macam kendaraan kepada anak.

4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Dengan menggunakan media film

(slow motion) guru bisa memperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak

panah, atau memperlihatkan proses suatu ledakan. Demikian juga gerakan-

gerakan yang terlalu lambat. Contoh, guru menggunakan media kecambah

yang ditaruh diatas kertas basah untuk mengetahui proses pertumbuhan

kecambah sehingga dapat dapat diamati dalam waktu singkat.

Selain keempat nilai media pembelajaran di atas, masih terdapat nilai-nilai

yang lainnya dari pemanfaatan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut ini :

1. Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannnya.

2. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada

masing-masing anak.

3. Membangkitkan motivasi belajar anak.

4. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun

disimpan menurut kebutuhan.

5. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh anak.

Page 34: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

18

Manfaat dari media juga diungkapkan oleh Nana Sudjana (2010:2), ia

mengungkapkan manfaat media dalam proses belajar siswa antara lain :

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran

yang lebih baik.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengakan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

2.1.3. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber

belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang,

teknik latar dan peralatan. Pengertian media masih sering diartikan peralatan.

Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperti ilmu

cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi, dan laju perkembangan

teknoligi elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis

dan format (modul cetak, film, televisi, film bingkai, film rangkai, program radio,

komputer, dan seterusnya) masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya

Page 35: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

19

sendiri. Dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu pengelompokan atau

klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya.

Menurut Arief S. Sadiman (2008:27) bahwa media pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, audio, dan audiovisual.

Berikut ini secara singkat diuraikan dari masing-masing jenis dan karakteristik

media pembelajaran :

a. Media Visual

Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan

pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya

yang paling sering digunakan oleg guru TK untuk membantu menyampaikan isi

dari tema pembelajaran yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media

yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan.

Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang

menggunakan alat proyeksi yang disebut proyektor, gunanya untuk menayangkan

gambar atau tulisan yang akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini

bisa berbentuk media proyeksi diam, misalnya gambar diam (still picture) dan

proyeksi gerak, misalnya gambar bergerak (motion picture). Alat proyeksi

tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang

cukup memadai, baik dari segi ukuran maupun intensitas cahaya.

Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas media gambar

diam/mati, media grafis, media model, dan media realita. Beberapa karakteristik

dari masing-masing media tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 36: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

20

1. Gambar Diam atau Gambar Mati

Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara

fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang,

tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang

diajarkan. Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri, yaitu

berupa sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Keuntungan yang bisa diperoleh dari media gambar diam ini, diantaranya adalah:

a. Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi

lebih konkret.

b. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan

sebagainya.

c. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.

d. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk

pengadaannya.

e. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema.

Ada beberapa kelemahan dari media ini, yaitu terkadang ukuran gambar

terlalu kecil jika digunakan pada kelas besar. Gambar diam juga merupakan media

dua dimensi dan tidak bisa menimbulkan gerak. Contoh media diam di TK adalah

gambar binatang, sayur dan buah-buahan, alfabet, angka, dan gambar pahlawan

nasional.

2. Media Grafis

Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang

dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pembelajaran.

Page 37: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

21

Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan.

Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui

penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Bila akan

menggunakan media grafis ini harus memahami dan mengerti arti simbol-

simbolnya sehingga media ini akan lebih efektif untuk menyajikan isi tema

kepada anak. Karakteristik media ini, sederhana, dapat menarik perhatian, murah,

dan mudah disimpan dan dibawa. Jenis-jenis media grafis ini diantaranya adalah

grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Contoh media grafis di TK

adalah gambar anak membuang sampah dengan tulisan “Buanglah sampah pada

tempatnya” dan gambar rambu-rambu lalu lintas dengan tulisannya.

3. Media Model

Media model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam

pembelajaran di TK, media ini merupakan tiruan dari beberapa objek nyata,

seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil,

objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu

rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis

media model diantaranya adalah model padat (solid model), model penampang

(cutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model),

mock-up dan diaroma. Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin

persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dari objek sesungguhnya.

Contoh media model di TK adalah miniatur binatang, pesawat, mobil, dan truk.

Page 38: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

22

4. Media Realita

Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang

berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada anak.

Realita ini merupakan benda, yang sesungguhnya contoh penggunaan media

realita di TK seperti mata uang, tumbuhan, binatang, yang tidak berbahaya dan

sebagainya.

b. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio, adalah program

kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan

pembelajaran di TK pada umumnya untuk melatih keterampilan yang

berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang

auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara

memanfaatkan media lainnya. Contoh media audio di TK adalah tape recorder

dan radio.

Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam

menggunakan media audio di TK yaitu sebagai berikut :

a. Media ini hanya mampu melayani secara baik mereka yang sudah memiliki

kemampuan dalam berpikir abstrak, sedangkan kita mengetahui bahwa anak

TK masih dalam proses berpikir konkret kepada berpikir abstrak. Oleh karena

itu, media audio untuk anak TK, kita perlu melakukan berbagai modifikasi

yang dalam menggunakan disesuaikan dengan kemampuan anak.

Page 39: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

23

b. Karena sifatnya yang auditif jika ingin hasil belajar yang dicapai anak lebih

optimal, diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol

belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa,

dan susunan kalimat.

c. Media Audiovisual

Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio

dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan

media audiovisual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap

dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan

peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai

materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih

menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.

Contoh dari media audiovisual ini diantaranya program televisi/video pendidikan

/instruksional, program slide suara, dan sebagainya.

Maksud dari media pembelajaran sederhana adalah jenis media yang

memiliki ciri-ciri mudah dibuat, bahan-bahannya mudah diperoleh, mudah

digunakan, serta harganya relatif murah. Jenis media yang dapat diklasifikasikan

ke dalam media pembelajaran sederhan, yaitu meliputi jenis media visual yang

terdiri atas media gambar diam (still picture), kelompok media grafis, media

model, dan media realita. Contoh penggunaan media sederhana di TK adalah

pesawat dari kertas lipat, gambar binatang yang dibuat sendiri oleh guru dan

bunga dari kertas lipat.

Page 40: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

24

2.1.4. Kriteria Pemilihan Media

Perlu diingat bahwa memilih media yang tepat untuk pembelajaran yang

akan dilakukan pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan dari

berbagai alternatif (pilihan) yang ada. Guru bisa menentukan media yang akan

digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan,

sedangkan apabila hanya tersedia satu jenis media pembelajaran atau jumlahnya

sangat terbatas maka tidak bisa memilih, atau dengan kata lain hanya dapat

menggunakan media apa adanya.

Menurut Arief S. Sadiman (2008:85) dalam merencanakan dan memilih

media pembelajaran harus disesuaikan dengan:

1. Perencanaan pembelajaran di TK, yaitu satuan kegiatan mingguan (SKM) atau

satuan kegiatan harian (SKH).

2. Sasaran belajar, yaitu anak yang akan mempelajari tema melalui media

pembelajaran tersebut.

3. Tingkat keterbacaan media, maksudnya apakah media tersebut sudah

memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar dan hurufnya,

pengaturan warna, ukuran, dan sebagainya.

4. Situasi dan kondisi, misalnya tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk

kegiatan pembelajaran, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya,

cahayanya, dan sebagainya. Atau kesesuaian dengan keadaan siswanya seperti

jumlah, minat, dan motivasi belajarnya.

5. Objektivitas, maksudnya guru harus menghindari pemilihan media yang

didasari oleh kesenangan pribadi semata (subjektif). Unsur subjektivitas ini

Page 41: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

25

agak sulit dihindari. Untuk menghindarinya sebaiknya guru selalu meminta

pandangan, pendapat, saran, atau koreksi dari teman sejawat (guru lain) atau

dari anak.

Dalam memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan

kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Tujuan mengajar

2. Bahan pelajaran

3. Metode mengajar

4. Adanya alat yang tersedia

5. Jalan pelajarannya

6. Penilaian hasil belajr

7. Pribadi guru

8. Minat dan kemampuan siswa

9. Situasi pelajaran yang sedang berlangsung

Menurut Nana Sudjana (2010:4), dalam memilih media untuk kepentingan

pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas

dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.

3. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.

Page 42: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

26

4. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang

diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses

pengajaran.

5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

6. Sesuai dengan taraf berfikir siswa, dalam memilih media pendidikan harus

sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung

didalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah

menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah

tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran

jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni

mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.

2.2. Pengertian Sains

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya

adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-

akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Menurut

Powler (dalam Winataputra 1993), sains adalah ilmu yang sistematis dan

dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama

atas pengamatan induksi.

Adapun pengertian sains menurut Neuman (2010:4) dalam Yulianti,

bahwa sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah sebatang

Page 43: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

27

tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami.

Sebagai proses, sains yang mencakup menelusuri, mengamati, dan melakukan

percobaan. Selanjutnya Carin dan Sund dalam Yulianti mendefinisikan sains

sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum,

dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains

selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan

keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan

sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan

hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi

menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan

sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui

apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.

Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau

metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia

yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-

akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang selalu ingin

dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode

ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan,

evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa fakta-fakta,

prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.

Page 44: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

28

2.3. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK

Pembelajaran Sains pada hakikatnya dapat ditanamkan pada anak sedini

mungkin. Selain itu pemahaman anak mengenai sains akan lebih berfungsi, jika

dikembangkan dengan seksama melalui kegiatan pembelajaran di TK.

Menurut Dwi Yulianti (2010:24) pendekatan pembelajaran sains pada

anak usia dini hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip yang berorientasi pada

kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak

Salah satu kebutuhan dan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh

karena itu, jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara

psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Di smaping itu perlu

diperhatikan siklus belajar anak TK adalah berulang dengan memperhatikan

perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan

anak akan belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak

lainnya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya

dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek

perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Tidak terkecuali dalam

pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains

yang dirancang dengan aman untuk anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi

dengan teman, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu anak.

2. Belajar melalui bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada anak-anak usia dini. Untuk itu dalam memberikan pendidikan

Page 45: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

29

pada anak usia dini harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga

anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan,

metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah

diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.

Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan

dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran

menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif

untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat

menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus

dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep

dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu

dalam suasana bermain yang menyenangkan.

3. Selektif, Kreatif, dan Inovatif

Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat

disajikan melalui bermain. Proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk

berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya

juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijaidkan sebagai objek,

tetapi juga subjek dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan

kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran sains.

Kegiatan belajar di TK dirancang untuk membentuk perilaku dan

mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak Taman Kanak-

Kanak, dalam pelaksanaan pembelajaran sains harus disesuaikan dengan tahap-

Page 46: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

30

tahap perkembangan anak. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sains di

TK, guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran sains yang

digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran sains, diharapkan tujuan

pendidikan di TK yaitu untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,

bahasa, sosial-emosi, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai

agam dapat tercapai secara terpadu optimal.

Menurut Suyanto (2005:158) dalam Dwi Yulianti pengenalan sains untuk

siswa Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal, dilakukan untuk

mengembangkan kemampuan sebagai berikut :

a. Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki

objek dan fenomena alam.

b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan

pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan

sebagainya.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan

inkuiri atau penemuan.

d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun

fungsinya.

2.4. Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains di TK

2.4.1 Pengertian Bubble atau Gelembung

Dalam penelitian ini kata bubble merupakan kata asing, tapi dalam istilah

Indonesia gelembung adalah balon sabun yang diisi dengan udara dan terlihat

Page 47: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

31

indah. Namun, hanya dapat dinikmati keindahannya dalam waktu yang tidak lama

karena gelembung sabun ini ringan dan sangat rapuh. Ketika meniup gelembung

sabun, angin dengan kecepatan rendah pun akan menerbangkan gelembung sabun

tersebut. Jika meniup gelembung ke udara di dalam ruangan, maka akan segera

jatuh dan hilang bahkan sebelum sampai ke lantai. Karena gelembung sabun

sangat ringan, maka akan dapat melayang di udara yang hanya sedikit lebih padat

daripada udara yang mengisi mereka. (http://dimas-

ardian.blogspot.com/2009/08/bermain-gelembung-sabun_31.html)

Menurut Guerrier seorang guru kelompok bermain bahwa media Bubble

atau gelembung adalah salah satu kegiatan pembelajaran sains sederhana dari

permainan gelembung sabun yang memungkinkan anak untuk melihat hasil

percobaan secara langsung. Anak dapat melihat dan mempraktekkan kegiatan

secara langsung seperti (meniup menggunakan sedotan) dapat menimbulkan

reaksi pada lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat anak meniup air sabun,

mereka dapat membuat bentuk gelembung dengan cara menekan kertas sehingga

tercipta suatu lukisan. (http://www.colorsforearth.com/PDF-

Files/Classroom/BubblePainting.pdf.)

Bubble atau gelembung merupakan salah satu media pembelajaran sains

yang bertujuan merangsang anak untuk berfikir tentang bahan-bahan dan karakter

gelembung. Pengalaman seperti ini akan membuat anak mulai memahami bahwa

udara menempati ruang, walaupun tidak terlihat nyata. Kegiatan ini dapat

meningkatkan perkembangan kognitif dan motorik anak usia dini. Pengalaman

Page 48: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

32

yang diperoleh anak dari dapat menambah kemampuan bereksplorasi yang

penting untuk perkembangan kognitif anak.

Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media

Bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat

memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap

perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan

masalah.

Selain manfaat di atas, anak dapat mengembangkan kemampuan motorik

halusnya ketika melakukan kegiatan Bubble atau gelembung dengan cara

mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk

mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram

yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.

Dalam permainan Bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan

pencampuran warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,

pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan

gas).

Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain

seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat

menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.

Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna

sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan

warna baru.

Page 49: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

33

2.4.2 Cara Pembuatan Media Bubble

Sabun dan deterjen adalah bagian integral dari produk rumah tangga.

Sementara itu, anak-anak suka mandi busa, mereka pasti akan menyukai ide

membuat gelembung sabun di rumah, tanpa membeli sesuatu dari luar. Cara

membuat gelembung dengan sabun cuci piring atau sampo, hal yang menarik

untuk belajar. Langkah-langkah untuk membuat bubble atau gelembung adalah

sebagai berikut :

1. Air 1 ember, dibagi menjadi 3 dalam wadah yang lumayan besar.

2. Deterjen merk Rinso, sabun colek Krim Ekonomi, sampo, sabun batang, sabun

pencuci tangan/handsoap dan sunlight.

3. Pewarna makan atau cat berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna

(merah, biru dan kuning).

4. Gelas aqua

5. Sedotan

6. Kertas HVS

7. Serbet

8. Pengaduk dari kayu

9. Sendok teh/sendok kecil

Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.

Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan

media bubble/bermain gelembung sabun.

Langkah-langkah percobaan ini adalah :

1. Membagi air putih ke dalam tiga wadah yang sama besar.

Page 50: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

34

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam wadah yang telah

berisi air putih dengan masing-masing warna merah, kuning dan biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas warna merah, biru atau kuning

sesuai petunjuk guru.

5. Kemudian anak mengambil warna lain, misal merah+kuning supaya menjadi

warna orange, biru+kuning supaya menjadi warna hijau dan warna merah biru

supaya menjadi warna ungu dengan takaran yang sama yaitu ¼ gelas aqua.

6. Setelah campuran warna dasar dibuat, anak memilih salah satu (sabun colek

krim ekonomi/sabun cair/sabun batang/handsoap/sampo/deterjen rinso)

masing-masing percobaan dengan sendok teh/sendok kecil dengan 3 takaran,

kemudian diaduk dengan kayu pengaduk.

7. Setelah diaduk larutan deterjen tersebut ditiup menggunakan sedotan sampai

berbusa dan busa tersebut meluap sampai keluar dari gelas.

8. Kalau busa yang dihasilkan sudah meluap, gelas segera ditutup dengan kertas

HVS dan ditunggu selama kurang lebih 3 menit dan sedotan ditaruh di atas

serbet.

9. Menunjukkan cara meletakkan kertas HVS di atas mangkuk kepada anak.

Membiarkanya selama beberapa detik, bentuk gelembung aka terlihat dari

balik kertas HVS.

10. Anak mengangkat kertas tersebut dan melihat motif hasil hasil yang ada pada

kertas tersebut.

Page 51: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

35

11. Setelah gambar gelembung mengering, dorong anak untuk mendiktekan

beberapa kalimat mengenai gelembung dan membentuk gambar dari lukisan

gelembungnya tersebut.

12. Meminta anak untuk membuang sedotan setelah mereka melukis gelembung.

(http://www.colorsforearth.com/PDF-Files/Classroom/BubblePainting.pdf.)

2.5. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia

ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan

kepribadian anak. Menurut Yuliani Nurani (2009:54) bahwa anak usia dini adalah

anak berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada masa ini anak sedang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Hampir 80%

kecerdasan anak mulai terbentuk, tahap awal pertumbuhan dan perkembangan

anak dimulai pada masa prenatal. Selanjutnya Montessori dalam Hainstock (1999

:10-11) yang dikutip Yuliani bahwa masa usia dini disebutkan sebagai “masa

peka”, yang merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi (hidden

potency) atau suatu kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan

tertentu untuk berkembang. Anak usia dini atau anak yang berada pada usia antara

0-6 tahun merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan

untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik

maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan

sosio emosional.

Beberapa hakikat anak usia dini yang dapat dipahami antara lain :

1. Setiap anak adalah pribadi yang unik.

Page 52: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

36

Tidak ada satu anak pun di dunia ini yang mempunyai jasad dan

fikiran serta persaan yang sama, sekalipun keduanya adalah kembar siam.

Setiap anak akan menunjukkan pola pandangan, sikap serta perilaku yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan, sikap dan perilaku anak

akan dipengaruhi oleh keadaan komponen hidup yang dimilikinya.

Berdasarkan kondisi ini, guru akan menjumpai berbagai ragam keunikan anak

yang sangat indah dalam proses belajar mengajar.

Ada anak yang mempunyai sifat pendiam, ada yang agresif dan tidak

mau diam, ada anak yang pemalu, pemberani, pemarah, kemampuan

berbahasanya baik tetapi keterampilan motorik halusnya kurang baik, ada

anak yang jasmaninya sangat baik tetapi daya pikirnya kurang baik, dan

banyak lagi yang tidak dapat dihitung satu persatu. Ragam keunikan tersebut

harus mampu diantisipasi dan dihadapi guru pada waktu sebelum, ketika dan

setelah melaksanakan pembelajaran.

2. Anak berkembang secara bertahap

Setiap anak mengalami suatu proses perubahan pada berbagai aspek

atau dimensi (seperti bahasa, motorik, daya pikir, minat). Perubahan pada

berbagai aspek tersebut berlangsung secara teratur dan progresif (menuju ke

arah yang lebih maju, lebih baik atau lebih sempurna). Keteraturan berbagai

perubahan itu dapat diamati dari adanya perubahan yang berlangsung secara

bertahap pada setiap anak.

Selain itu anak juga memiliki dan menunjukkan tempo serta irama

perkembangannya sendiri-sendiri. Ada anak yang cepat mampu memahami

Page 53: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

37

dan melaksanakan perintah serta tugas yang diberikan guru. Ada juga anak

yang lambat memahami isi tugas, bahkan perlu memperoleh penjelasan yang

lebih rinci mengenai tugas yang akan dikerjakannya.

3. Anak adalah pelajar yang aktif

Anak bukanlah individu tanpa isi apa-apa (seperti botol kosong). Ia

dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi (kemampuan dasar untuk

berkembang) yang harus dikembangkan lebih lanjut. Sebagai contoh anak usia

TK akan muncul suatu potensi (daya) untuk bereksplorasi terhadap lingkungan

sekitar. Potensi bereksplorasi akan terlihat antara lain pada seringnya anak

mengajukan pertanyaan secara spontan, tertarik pada sesuatu yang baru dilihat

serta senang membongkar dan berusaha memasang kembali sesuatu.

4. Anak merupakan suatu sistem energi

Setiap anak dapat dipandang sebagai suatu sistem energi. Bagian-

bagian (komponen) dalam sistem energinya diorganisasikan dalam struktur

tubuh dan mental serta dikoordinasikan dalam berbagai fungsi. Sebagi suatu

sistem, setiap pandangan, sikap, dan perilaku (gerak motorik) anak selalu

berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya.

Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Mereka memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh

berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis,

antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan

didengarnya, serta seolah-olah tidak pernah berhenti belajar.

Page 54: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

38

2.5.1. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berusia dari 0-8 tahun, mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa

bayi rasa ingin tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam

jangkauannnya, kemudian memasukkannnya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun

anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin

tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih

sangat sederhana.

b. Merupakan pribadi yang unik

Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak

usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat,

gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetik dan

lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual

dalam menangani anak usia dini.

c. Suka berfantasi dan berimajinasi

Fantasi adalah kemampuan tanggapan baru dengan pertolongan

tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk

menciptakan objek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah,

2008). Anak usia dini sangat senang membayangkan dan mengembangkan

berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat

Page 55: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

39

menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang,

benda, ataupun hewan.

d. Masa potensial untuk belajar

Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas.

Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek. Pendidik perlu

memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak

terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat

mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

e. Menunjukkan sikap egosentris

Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya

sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu

terlihat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis, atau

merengek sampai keinginannya terpenuhi.

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek.

Perhatian anak akan mudah beralih pada hal lain terutama yang menarik

perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran

hendaknya memperhatikan hal itu.

g. Sebagai bagian dari makhluk sosial

Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman

sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah

terhadap temannya. Melalui interaksi siosial ini anak membentuk konsep

Page 56: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

40

dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan

sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan

dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain

dalam kehidupannya.

Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis

perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis itu

meliputi :

a. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang bergizi.

b. Menirukan sesuatu hal yang dilihat dan didengarnya.

c. Membutuhkan latihan dan rutinitas.

d. Selalu banyak bertanya dan menginginkan jawaban.

e. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.

f. Membutuhkan pengalaman langsung.

g. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.

h. Bermain merupakan dunia anak-anak.

Sebagai pendidik anak usia dini dan juga sebagai orang tua kita perlu

mengetahui karakteristik anak sehingga kita bisa mendukung perkembangan anak

secara optimal. (http://wahyuti4tklarasati.b;ogspot.com/2011/11/karakteristik-

anak-usia-dini.html).

2.5.2. Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun

Karakteristik anak pada usia ini, anak mempergunakan ketrampilan gerak

dasar (berlari, berjalan, melompat dan sebagianya) sebagai bagian dalam

permainan mereka. Mereka masih sangat aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak

Page 57: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

41

terlalu mementingkan untuk bisa beraktivitas sendiri. Biasanya mereka sudah

berhasil menguasai berbagai ketrampilan baru dengan baik, seperti merangkak

maju dan mundur, dan melompat dengan satu kaki. mereka masih

menikmati belajar hal dengan melakukannya sendiri. Kebanyakan mereka mampu

memakai dan melepas baju sendiri, mengancingkan dan melepaskan kancing baju,

kecuali memakai sepatu. Bisa melakukan kegiatan harian dengan cepat mereka

bersedia mengambil resiko untuk mencapai tujuannya.

a. Karakteristik Sosial

Peningkatan dalam permainan kelompok terjadi pada usia ini, meskipun

jumlah anak dalam kelompok permainan masih kecil, mereka mampu

berkomunikasi lebih baik dengan anak lain, manambahkan angka angka baru

dengan lebih mudah dan senang. Pada usia ini anak lebih menikmati permainan

situasi “kehidupan nyata”. Anak bermain bersama dengan saling memberi dan

menerima arahan. Anak mulai mampu berbagi dan bergiliran dengan inisiatif

mereka sendiri. Anak menjadi sosialis.

b. Perkembangan Emosional

Anak usia 4-5 tahun lebih mampu menggunakan bahasa untuk

mengartikan tindakan tindakan fisik, di dalam situasi konflik. memahami

peraturan dengan lebih baik, bahkan sering menuntut orang atau teman lain untuk

matuhi aturan tersebut. Bahkan terkadang menetapkan peraturan tersebut terhadap

orang lain., meskipun dia sendiri tidak melaksanakannya. Anak mulai mencari

dukungan kepada kelompok san teman temannya. Dia tidak lagi tergantung

kepada orang lain untuk persetujuan dan pengakuan dirinya.

Page 58: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

42

c. Kemampuan Kognitif

Bahasanya telah berkembang, anak mampu menangani secara lebih efektif

denagn ide idenya melalui bahasa dan mulai mampu mendeskripsikan konsep-

konsep yang lebih abstrak. mereka menikmati kemampuannya menggunakan kata

kata dan belajar mengenai makna dan pengaruh dari kata kata tersebut. Anak

dalam usia ini mulai bertanya tentang banyak hal. Kata-kata ‘mengapa’ atau

‘bagaimana’ menjadi sangat penting bagi mereka. Skema obyek dan pemikiran

menjadi semakin besar dan semakin banyak, ketika mereka mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru dan mengembangkan pemikirannya. Contoh,

konsep mereka mengenai waktu menjadi semakin luas. Mereka bisa memahami

hari, minggu, bahkan bulan. Hal-hal tersebut menjadi sesuatu yang bararti bagi

maereka.

d. Catatan untuk Guru dan Orang Tua

Anak usia 4 -5 tahun dapat di gambarkan sebagai “mobil sport” di

bandingkan saat mereka berumur 3 tahun (lebih cepat, tangkas, halus, pamer, dan

gerakan praktis). Mereka membutuhkan lebih banyak tempat dan kebebasan untuk

menguji kemampuan dan ketrampilan baru mereka. Para orang dewasa seharusnya

membantu mereka dalam usahanya mencoba cara-cara baru dan mendukung

mereka dalam proses tersebut.

(http://pgtkdarunnajah.com/2012/04/25/karakteristik-anak-usia-4-5-tahun/)

Selain itu karakteristik anak usia 4-5 tahun adalah :

a. Anak sudah mampu menangani masalah secara lebih efektif dengan ide-

idenya.

Page 59: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

43

b. Anak mampu mendeskripsikan konsep-konsep yang bersifat abstrak.

c. Anak selalu banyak bertanya dalam segala hal.

d. Anak mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih

erat dengan temannya

e. Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangannya.anak

mampu memahami pembicaraan orang lain.

2.5.3. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

2.5.3.1. Pengertian Kognitif

Manusia adalah makhluk Tuhan yang telah diciptakan secara sempurna

dan istimewa, yang telah dikaruniai akal dan pikiran. Melalui akal dan pikiranlah

manusia dapat hidup dan bersosialisasi dengan sesama serta makhluk lainnya.

Kemampuan kognitif ini berisikan akal dan pikiran manusia yang harus

dikembangkan bersamaan dengan kemampuan lainnya (bahasa, sosial-emosional,

moral dan agama).

Pamela Minet dalam Diana mendefinisikan bahwa perkembangan

intelektual adalah sama dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan

kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir

otak.

Kemampuan kognitif ini berkembang bertahap sejalan dengan

perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada di pusat susunan saraf.

Multiple Intelligences (MI) atau Kecerdasan Majemuk adalah salah satu

teori tentang kecerdasan yang dikenalkan oleh Dr. Howard Gardner. Teori

Page 60: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

44

kecerdasan majemuk dikembangkan berdasarkan pada pandangan bahwa pada

teori kecerdasan yang telah dikembangkan sebelumnya hanya melihat kecerdasan

manusia dari sisi linguistik dan logika matematika, sedangkan sisi kecerdasan

manusia yang lain tidak dilihat.

Gardner memandang kecerdasan manusia berdasarkan berbagai peranan

yang terdiri dari kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan

produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat.

Sudut pandang baru tentang kecerdasan ini diyakini lebih manusiawi dan lebih

dapat dipercaya dibandingkan dengan teori kecerdasan sebelumnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Gardner dan timnya, maka Gardner

mendapatkan 7 kecerdasan. Pada individu normal suatu kecerdasan ini tidak

berdiri sendiri, tetapi selalu berfungsi bersama-sama dengan kecerdasan yang lain.

Namun, biasanya pada seseorang akan memiliki beberapa kecerdasan yang

terlihat menonjol. (http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1958683-

multiple-intelligences-kecerdasan-majemuk-teori/#ixzz2L9ANmYPU.

2.5.3.2. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

2.5.3.2.1. Pengertian Kognitif Menurut Piaget

Teori yang paling sering digunakan untuk menjelaskan perkembangan

kognitif manusia adalah teori perkembangan yang dikemukakan oleh Jean Piaget,

seorang ahli dari Swiss. Menurut Soemiarti Patmonodewo (2003:11) bahwa

Dalam menyusun teorinya Piaget banyak dipengaruhi oleh ilmu biologi dan

epistemologi. Sebelum Piaget, pandangan psikologi terhadap perkembangan

Page 61: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

45

kognitif anak didominasi oleh perspektif biologi-maturasi, yang memberikan

pengaruh “alam” (nature) pada perkembangan, dan perspektif lingkungan belajar,

yang memberikan bobot hampir sepenuhnya pada pengaruh “pengasuhan”

(nurture).

Sebaliknya, Piaget dalam Catron dan Allen yang dikutip oleh Yuliani

(2009 :58) berfokus pada interaksi antara kemampuan naturasi alami anak dan

interaksinya dengan lingkungan. Piaget memandang anak sebagai partisipan aktif

di dalam proses perkembangan biologis atau rangsang-rangsang eksternal. Piaget

memandang anak mencari jawaban dengan melakukan eksperimen terhadap dunia

untuk mengetahui apa yang terjadi.

2.5.3.2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan

mental anak. Menurut Piaget (1999 : 10) anak-anak mencoba berusaha memahami

hal-hal baru untuk mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak

tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara

membatasinya.

Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya

perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.

Dengan demikian apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka

perkembangan selanjutnya akan mendapat hambatan.

Page 62: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

46

Selanjutnya menurut Soemiarti (2003:28), Piaget membagi perkembangan

kognitif ke dalam empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional,

tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal.

1. Tahap Sensorimotor ( usia 0-2 tahun )

Pada masa dua tahun kehidupannya anak berinteraksi dengan dunia di

sekitarnya terutama melalui aktivitas sensori (melihat, meraba, merasa,

mencium dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerak fisik dan aktivitas

yang berkaitan dengan sensori tersebut.

Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah

terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan

motoriknya. Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respon motorik

sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan. Anak

menggunakan keterampilan dan kemampuannya yang dibawa sejak lahir

seperti melihat, menggenggam, dan mendengar untuk mempelajari

lingkungannya.

2. Tahap Praoperasional ( Usia 2-7 tahun )

Pada tahap praoperasional anak mulai menyadari bahwa

pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat

dilakukan melalui kegiatan sensorimotor akan tetapi juga dapat dilakukan

melalui kegiatan yang bersifat simbolik. Kegiatan simbolik ini dapat

berbentuk melakukan percakapan melalui telepon maianan atau berpura-pura

menjadi bapak atau ibu dan kegiatan simbolik lainnya. Tahap ini memberikan

andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada tahap praoperasional

Page 63: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

47

anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang

dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan

anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Tahap ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun

kemampuan dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu cara berpikir anak

pada tahap ini belum stabil dan tidak terorganisasi dengan baik. Tahap

praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga sub tahap fungsi simbolik, sub tahap

berpikir secara egosentris dan intuitif.

Sub tahap fungsi simbolik terjadi pada usia 2-4 tahun. Pada masa ini

anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang

secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan

balok-balok kecil untuk membangun rumah, menyusun puzzle dan kegiatan

lainnya. Pada masa ini anak sudah dpat menggambar manusia secara

sederhana. Sub tahap tahap ini juga dikenal dengan sub tahap berpikir

egosentris. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak

untuk memahami perspektik atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak

benar, bagi anak pada tahap ini ditentukan oleh cara pandangnya sendiri.

Sub tahap berpikir secara intuitif terjadi pada usia 4-7 tahun. Masa ini

disebut tahap berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya

mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok menjadi rumah,

akan tetapi pada hakikatnya ia tidak mengetahui alasan-alasan yang

menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain anak

Page 64: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

48

belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada

dibalik suatu kejadian.

3. Tahap Operasional Kongkrit (7-12 tahun)

Pada tahap operasional kongkrit kemampuan anak untuk berpikir

secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber

berpikir logis tersebut hadir secara kongkrit. Kemampuan berpikir logis ini

terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan

klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, kemampuan

untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara

deduktif.

4. Tahap Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa)

Tahap operasional formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir

kongkrit ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat

dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan

terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis

dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotsis tersebut.

2.5.3.3. Aspek- aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak berpikir

dengan penalaran yang semakin canggih seiring dengan bertambahnya usia. Mulai

dari anak yang bersifat alami kemudian memiliki ketertarikan terhadap dunia dan

secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia

yang semakin maju. Anak pun akan terus-menerus bereksperimen dengan obyek-

Page 65: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

49

obyek yang mereka jumpai. Anak-anak tidak hanya sekedar bereksperimen namun

mereka juga mengumpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari kemudian

terisolasi. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak mengontruksi keyakinan-

keyakinan dan pemahaman-pemahaman mereka berdasarkan pengalaman

(konstruktivisme).

Menurut teori Piaget dalam Ahmad Rifa’i (2009:29), bahwa pada fase-fase

perkembangan kognitif dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia

dini berada pada fase/tahap praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu :

1. Berpikir Simbolik

Aspek berpikir simbolik adalah kemampuan untuk berpikir tentang obyek dan

peristiwa walaupun obyek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik

(nyata) di hadapan anak. Contoh anak bermain drama dengan memanfaatkan

balok kayu sebagai telepon.

2. Berpikir Egosentris

Aspek berpikir secara egosentris yaitu cara berpikir tentang benar atau

benar, setuju atau tidak setuju berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab

itu, anak belum meletakkan cara cara pandangannya di sudut pandang orang

lain. Contoh anak melakukan berbicara sendiri ketika guru orang dewasa/guru

sedang memberikan penjelasan tentang tema kegiatan hari itu tetapi anak

merasa bahwa dirinya itu benar.

3. Berpikir Intuitif

Fase berpikir intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu,

seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui

Page 66: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

50

dengan pasti alasan untuk melakukannya, anak membuat coretan-coretan di

kertas tanpa mengetahui apa yang sedang ditulisnya.

2.5.3.4. Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif

Dalam memahami dunia secara aktif, anak-anak menggunakan skema

(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah

konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk

mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang

mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema

kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia

enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam

kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau

jumlah.

Menurut Piaget yang dikutip Achmad Rifa’i (2009:25) bahwa

perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil dari proses

asimilasi (assimilation), akomodasi (accomodation) dan ekuilibrium

(aquilibrium).

1. Skema

Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui

dan memahami objek. Skema merupakan pengetahuan yang membantu

seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya. Dalam pandangan

Piaget, skema meliputi kategori pengetahuan dan proses memperoleh

pengetahuan.

Page 67: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

51

Dalam kehidupan seseorang, dia selalu mengalami sesuatu, dan

informasi yang diperoleh melalui pengalaman itu kemudian digunakan untuk

memodifikasi, menambahkan, atau mengubah skema yang telah dimiliki

sebelumnya. Misalnya, anak memiliki skema mengenai jenis binatang,

misalnya kambing. Apabila anak hanya memilki pengalaman bahwa kambing

itu kecil, maka dia akan menggeneralisasikan bahwa semua kambing adalah

binatang kecil. Namun, seandainya anak itu menghadapi kambing yang besar,

maka anak itu memasukkan informasi baru, memodifikasi skema yang telah

dimiliki, yang pada akhirnya dia dapat mengatakan bahwa kambing itu ada

yang besar dan ada pula yang kecil.

2. Asimilasi dan Akomodasi

Asimilasi berkaitan dengan penyerapan informasi baru ke dalam

informasi yang telah ada di dalam skemata (struktur kognitif) anak. Proses ini

bersifat subjektif, karena seseorang cenderung memodifikasi pengalaman atau

informasi yang agak atau sesuai dengan keyakinan yang telah dimiliki

sebelumnya. Dengan menggunakan contoh tersebut di atas, dengan melihat

kambing kemudian anak itu menamakannya kambing, berarti anak itu telah

mengasimilasikan binatang tersebut ke dalam skema kambing yang ada pada

anak tersebut. Contoh lain pada waktu anak telah mempunyai skema tentang

buah jeruk yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah itu anak tersebut

menggenggam jeruk dan menggigitnya. Pada fase ini terjadi proses asimilasi

yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di

dalam skema anak, sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dan

Page 68: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

52

baru dapat dimakan. Pada tahap ini telah terjadi proses akomodasi karena

pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu jeruk kalau akan

dimakan harus dikupas dulu.

Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah dimilki

dengan informasi baru. Akomodasi itu melibatkan kegiatan pengubahan

skema, atau gagasan yang telah dimiliki karena adanya informasi atau

pengalaman baru. Skema baru itu dikembangkan terus selama dalam proses

akomodasi.

3. Ekuilibrium

Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh keseimbangan

antara asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan mekanisme

ekuilibrium. Anak mengalami kemajuan karena adanya perkembangan

kognitif, maka penting untuk mempertahankan keseimbangan antara

menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (asimilasi) dan

mengubah perilaku karena adanya pengetahuan baru (akomodasi).

Ekuilibrium ini menjelaskan bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan

berpikir ke tahapan berpikir berikutnya.

Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik

yang terjadi dalam dirinya pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk

memecahkan masalah tersebut, ia menyeimbangkan informasi yang baru yang

berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada

di dalam skematanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak diberi

buah lain yang berkulit, maka anak akan menyeimbangkan pengetahuannya

Page 69: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

53

tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut

dapat dimakan.

2.5.3.5. Teori Kognitif Menurut Bruner

Dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut

adanyapemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih

kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak

perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.

Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam

belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan

masalah mengingat dan berfikir.

Menurut Achmad Rifa’i (2009:31) bahwa Jerome Bruner dalam menyusun

teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal sebagai berikut ini :

1. Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap

stimulus.

2. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem

pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.

3. Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk

mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau simbol,

mengenai apa yang telah dikrjakan dan apa yang akan dikerjakannya.

4. Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan

kognitif.

5. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.

Page 70: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

54

6. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan

menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai

kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada

berbagai situasi tertentu.

Berbeda dengan Piaget, Bruner dalam memahami karakteristik

perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu. Kemudian

berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak, Bruner memiliki keyakinan

bahwa ada tiga tahap perkembangan kognitif, yaitu :

Tahap enaktif. Pada tahap ini anak memahami lingkungannya. Misalnya,

tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik

sepeda. Belajar naik sepeda berarti lebih mengutamakan kecakapan motorik. Pada

tahap ini anak memahami objek sepeda berdasarkan pada apa yang dilakukannya,

misalnya dengan memegang, memnggerakkan, memukul, menyentuh dan

sebagainya.

Tahap ikonik. Pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri. Anak

menjadi tahanan atas dunia perseptualnya. Anak dipengaruhi oleh cahaya yang

tajam, gangguan suara, dan gerakan. Karakteristik tunggal pada objek yang

diamatai dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan

memori visual.

Tahap simbolik. Pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu

dan pemahaman perseptual sudah berkembang. Bahasa, logika, dan matematika

memegang peranan penting. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk

Page 71: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

55

menyusun gagasannnya secara padat, misalnya menggunakan gambar yang saling

berhubungan ataupun menggunakan bentuk-bentuk rumus tertentu.

2.5.3.6. Teori Kognitif Menurut Vygotsky

Tahap perkembangan anak tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila

tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan

utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri

perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan

mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga

umur bukanlah patokan utama.

Menurut Achmad Rifa’i (2009:34) ada tiga konsep yang dikembangkan dalam

teori Vygotsky :

1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan

secara developmental.

2. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus

yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi

aktivitas mental

3. Kemampuan kognitif beraal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar

belakang sosiokultural.

Vygotsky mengemukakan tentang fungsi alat berpikir (tool of the mind)

pada setiap individu berbeda antara satu individu dengan indivisu yang lain.

Melalui alat berpikir yang dimiliki oleh setiap individu inilah perkembangan

kognitif seseorang berkembang sejak usia dini ke usia dewasa.

Page 72: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

56

Secara spesifik Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat

berpikir, diantaranya :

1. Membantu memecahkan masalah

Adanya alat berpikir inilah seseorang akan mampu mencari jalan

keluar terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kerangka berpikir yang

terbentuk pada fungsi pikir manusialah yang akan menentukan keputusan yang

diambilnya dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

2. Memudahkan dalam melakukan tindakan

Vigotsky berpendapat bahwa dengan alat berpikirnya setiap individu

akan dapat memilih tindakan atau perbuatan yang seefektif dan seefisien

mungkin dalam mencapai tujuan. Kepraktisan dalam bertindak yang sering

kali ditunjukkan oleh seorang anak dalam melakukan suatu aktivitas

merupakan cerminan dari keberfungsian alat berpikirnya.

3. Memperluas kemampuan

Berdasarkan keberfungsian dari alat berpikirlah setiap individu akan

mampu memperluas wawasan berpikirnya melalui berbagai aktivitas untuk

mencari dan menemukan berbagai pengetahuan yang ada di sekitar. Melalui

eksplorasi yang dilakukan anak melalui panca inderanya, maka akan dapat

semakin banyak hal yang ia ketahui.

4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya

Alat berpikir manusia pada dasarnya akan berkembang secara alamiah

mengikuti apa yang terjadi di lingkungannya. Semakin banyak stimulasi yang

Page 73: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

57

diperoleh anak saat berinteraksi dengan lingkungannya, maka semakin cepat

berkembang fungsi pikir.

Vygotsky meningkatkan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental

seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan

sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut

sebagai pendekatan ko-konstruktivisme, yaitu suatu proses mengkonstruksi

pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di

dalamnya. Konsep-konsep penting teori revolusi-sosiokultural adalah hukum

genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan

proksimal (zone of proksimal development), dan mediasi.

Vygotsky percaya bahwa proses kognitif tertinggi yang berkembang anak

berada di sekolah adalah saat terjadi interaksi antara anak dan pendidik.

2.5.3.7. Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

Pengetahuan akan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting

agar perkembangan anak dapat ditinjau dengan baik. Pertumbuhan seorang anak

memang menyesuaikan dengan usia dan menjadi harapan semua orang tua agar

anak dapat berkembang sesuai dengan usianya. Usia balita lebih membutuhkan

perhatian ekstra dibanding misalnya bayi usia 4-5 bulan. Usia 4-5 bulan lebih

dominan pada perkembangan sensor motorik saja. Namun pada usia 1 hingga 5

tahun merupakan tahap yang sangat penting dalam perkembangan secara

keseluruhan. Perkembangan otak dan kecerdasan. Selain itu, anak akan

Page 74: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

58

mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan bahasa, emosional, dan kognitif.

Hal ini semakin tampak di usia 4-5 tahun.

Perkembangan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun yaitu :

1. Mengenal fungsi benda dengan benar

2. Mengelompokkan berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara

sederhana

3. Mencocokkan hingga 11 warna

4. Menunjuk hingga 6 warna yang disebutkan,

5. Menyebutkan 3 warna dasar,

6. Mengenal dan menyebutkan bentuk geometri ( lingkaran, persegi, segitiga)

7. Menunjukkan bentuk geometri yang diminta,

8. Memahami konsep banyak-sedikit, besar-kecil, penuh-kosong, ringan-berat,

panjang-pendek, gemuk-kurus,

9. Memahami konsep buka-tutup, depan-belakang, keluar-masuk, atas-bawah

10. Mengklasifikasikan sekitar empat macam benda

11. Mengetahui sedikitnya sembilan fungsi benda

12. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu

13. Menggunakan balok atau benda lain untuk membangun bangunan yang lebih

kompleks.

Kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun menurut Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Pendidikan Anak Usia

Dini yaitu :

1. Pengetahuan Umum dan Sains

Page 75: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

59

a. Mengenal benda berdasarkan fungsi ( pisau untuk memotong, pensil untuk

menulis ),

b. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik ( kursi sebagai

mobil ),

c. Mengenal gejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya,

d. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari ( gerimis, hujan,

gelap, terang, temaram, dsb),

e. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri

2. Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

a. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran,

b. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kalompok yang berpasangan dengan 2 variasi,

c. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC,

d. Mengurutkan benda berdasarkan 5 variasi ukuran atau warna.

2.5.3.8. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta-merta tumbuh begitu

saja. Setiap anak adalah makhlik yang unik. Hal ini berarti bahwa setiap anak

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak yang

satu dengan yang lain tidak sama. Perbedaan perkembangna kognitif ini tidak

lepas dari beberapa faktor :

2.5.3.8.1. Faktor Hereditas/Keturunan

Page 76: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

60

Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli

filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi

tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan.

2.5.3.8.2. Faktor lingkungan

Jhon Loke berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau

tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan

oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon Loke tersebut perkembangan

taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang

diperolehnya dari lingkungan hidupnya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_rasa)

2.5.3.8.3. Kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika telah

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan

berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

2.5.3.8.4. Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi

pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh

alam/informal), sehingga manusia berbuat intelejen karena untuk

mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

2.5.3.8.5. Minat dan bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat berarti sebagai

Page 77: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

61

kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih

agar dapat tewujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan

cepat mempelajari hal tersebut.

2.5.3.8.6. Kebebasan

Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang

berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam

memecahkan masalah-masalah juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan

kebutuhannya.

2.6. Model Pembelajaran Area di TK

Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan

atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran

meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur,

metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi.

Terkait dengan upaya memaksimalkan peran guru dan anak, dewasa ini

pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional memperkenalkan model

pembelajaran di TK dengan pendekatan area. Dalam pembelajaran dengan

pendekatan area, guru dituntut lebih kreatif dan sistematis pada setiap proses

pembelajarannya. Ide dan kreasi guru harus selalu muncul agar tidak

membosankan.

Page 78: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

62

Model pembelajaran berdasarkan area pada dasarnya hampir sama dengan

model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. Model ini lebih memberi

kesempatan kepada anak didik untuk memilih kegiatan sendiri sesuai dengan

minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Kecuali itu juga

menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan

dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses

pembelajaran.(http://paudanakceria.wordpress.com/2011/02/17/model-model-

pembelajaran-di-taman-kanak-kanak.html).

Menurut Yuliani (2009:140), pembelajaran yang berpusat pada anak

memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) kegiatan mengikuti minat dan

keinginan anak, 2) anak mengemukakan pemikiran dan mengidentifikasikan

kegiatannya sendiri, 3) pembelajaran memandang kebutuhan anak sebagai

kebutuhan individu yang unik dan bernilai, 4) pengalaman langsung berpusat pada

anak.

Menurut Coughlin (2000:5) dalam Yuliani, pendekatan yang berpusat

pada anak diarahkan : 1) agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan

perubahan, 2) agar anak menjadi pemikir-pemikir yang kritis, 3) agar anak

mampu membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya, 4) agar anak mampu

menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan inovatif, 5)

agar anak menjadi kreatif, imajinatif dan kaya gagasan, dan 6) agar anak memiliki

perhatian terhadap masyarakat, negara dan lingkungannya.

Page 79: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

63

Sepuluh area yang ada yaitu area seni, area balok, area permainan

dramatik, area Ilmu Pengetahuan Alam/sains, area baca, area musik, area

matematika/berhitung, area pasir dan area air, serta kegiatan di luar kelas,

memberikan keleluasaan anak memilih kegiatan yang sesuai dengan bakat dan

minat anak. Kerjasama antara guru dan anak harus selalu terjalin agar penggunaan

sistem area dapat berjalan dengan lancar.

Pembelajaran di area sains/IPA bertujuan untuk menyeimbangkan rasa

ingin tahu alami anak-anak untuk mencari informasi tentang apa yang ada di

lingkungan sekitarnya, dengan melalui proses pengamatan, mengukur,

membandingkan, memperkirakan dan menjelaskan.(http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/07/03/2011/kegiatan-dalam-area-yang-dipilih.html.

2.7. Kerangka Berfikir

Media pendidikan di lingkungan pendidikan anak usia dini harus

dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran yang

lebih baik. Sebagai guru pendidikan anak usia dini dituntut untuk memiliki

keahlian dalam memilih dan membuat media pembelajaran. Media Bubble di area

sains adalah sebagai suatu pemanfaatan media dalam proses pembelajaran karena

di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan dan daya upaya yang dilakukan oleh

guru/pendidik baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tentang cara

pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran sains dan hasil penggunaan

Bubble sebagai media pembelajaran sains sederhana yang dilakukan di area sains

pada anak usia 4-5 tahun di Area Sains di TK Pertiwi 49 Semarang.

Page 80: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

64

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dengan

pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data yang diperoleh di

lapangan yang diolah dengan metode kuantitatif. Setelah diperoleh hasilnya,

kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh data

yang diolah dengan metode deskriptif tersebut.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian eksperimen semu (sebab dapat dimanipulasikan terhadap variabel

terikat). Dengan desain penelitian menggunakan Pre-experimental Design. Pre-

experimental Design digunakan karena pada kenyataanya sulit mendapatkan

kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam penelitian eksperimen

menekankan adanya langkah-langkah sebagai berikut : 1) adanya permasalahan

yang signifikan untuk diteliti, 2) pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 3) pembuatan atau pengembangan

instrumen, 4) pemilihan desain penelitian, 5) melakukan eksperimen, 6)

melakukan analisis data, dan 7) memformulasikan kesimpulan.

Ada tiga bentuk desain pre-experimental design, dalam penelitian ini yang

digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design yaitu pada design ini

64

Page 81: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

65

terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum

diberi perlakuan..

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi untuk penelitian ini adalah TK Pertiwi 49 Semarang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media bubble dan variabel

terikatnya adalah perkembangan kognitif anak.

3.4.2 Hubungan Antar Variabel Penelitian

Hubungan antar variabel dapat ditunjukan dalam gambar sebagai berikut,

dimana (x) adalah variable bebas dan (y) adalah variable tergantung.

Keterangan:

Berdasarkan keterangan di atas, variabel-variabel itu adalah:

1. Variabel bebas (X) merupakan Media Bubble. Di dalamnya ada sub variabel,

yaitu cara pembuatan bubble sebagai media pembelajaran sains dan hasil

penggunaan bubble sebagai media pembelajaran sains.

2. Variabel terikat (Y) merupakan perkembangan kognitif anak di TK Pertiwi 49

Semarang. Di dalamnya ada sub variabel, minat/kemauan dalam belajar sains,

melakukan tugas belajar, motivasi anak dalam belajar sains.

Media Bubble

(x)

Perkembangan Kognitif

(y)

Page 82: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

66

3.5 Populasi

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa TK A Pertiwi 49 Semarang tahun

pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 24 siswa.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2009:308). Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi

dan dokumentasi.

3.6.1 Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi

Nonpartisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

(Sugiyono, 2009:145). Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang suatu

masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau pembuktian

informasi/keterangan yang diperoleh sebelum dan sesudah dilakukan penelitian di

TK Pertiwi 49 Semarang.

3.6.2 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2009:240) metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, notulen, agenda dan sebagainya.

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Dokumen yang ada

dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen

Page 83: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

67

tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder yaitu melihat dari raport,

proses penilaian belajar siswa, laporan dan atau berbagai artikel dari , prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.(Arikunto, 2010 :274)

Penelitian ini menggunakan metode ini untuk mendokumentasikan waktu

penelitian dengan cara pengambilan gambar atau foto.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Teknik Analisis Diskriptif Presentatif

Metode ini digunakan untuk mengkaji deskripsi setiap variabel tersebut

terdiri dari beberapa indikator hasil pengamatan yang tertuang dalam lembar

observasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis

deskriptif adalah sebagai berikut :

1. Membuat Tabel Distribusi Peroleh Skor

Merencanakan skor dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan. Untuk skor

yang diberikan oleh responden memiliki jawaban maksimal 3 dan minimal 1.

a. Penghitungan Skor Total

%100xN

nDP

Keterangan :

DP =Prosentase

n = jumlah nilai yang diperoleh

f = frekwensi

N = jumlah nlai maksimum

b. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kategori

Page 84: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

68

Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut :

(1) Presentasi tertinggi diterapkan :

x100%mininalskor

maksimalskor

(2) Skor terendah ditetapkan :

x100%maksimalskor

minimalskor

(3) Rentang persentase ditetapkan = 100% -33% = 67%

(4) Kelas interval persentase ditetapkan = 67%:3 = 22%

(5) Membuat tabel interval kognitif anak usia 5-6 tahun

Tabel 3.1 Interval Skor

No Interval presentasi Kategori

1 77,01%-100% Sangat Baik

2 55,01%-77,01% Cukup Baik

3 33,01%-55,01% Kurang Baik

(Riduwan, 2009:89)

Page 85: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

69

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

TK Pertiwi 49 Semarang berdiri sejak tanggal 12 Agustus 1996. TK

Pertiwi 49 Semarang berada di bawah pengelolaan Yayasan Harapan Ibu, Dharma

Wanita Pemerintah Kota Semarang, dan selama ini Ibu Pariyah, S.Pd. sebagai

Kepala TK Pertiwi 49 Semarang hingga sekarang. TK Pertiwi 49 Semarang

terletak di Jl. Raya Ngijo No. 2, Kecamatan Gunung Pati, Semarang. Adapun

batas wilayah TK Pertiwi 49 Semarang adalah :

1. Batas sebelah utara : Kantor Kelurahan Ngijo

2. Batas sebelah barat : Jalan Raya Ngijo

3. Batas sebelah timur : Rumah warga

4. Batas sebelah selatan : Persawahan

TK Pertiwi 49 Semarang memiliki luas tanah 200 m2 dan luas bangunan

150 m2, yang terdiri dari 2 ruang kelas, yaitu kelas A dan kelas B.

Jumlah anak didik TK Pertiwi 49 Semarang sebanyak 45 anak, terdiri dari

24 Anak kelompok A dan 21 anak kelompok B. Dari 45 anak tersebut di bawah

pengajaran 3 orang guru, 3 orang guru tersebut terdiri dari Pariah, S.Pd. sebagai

69

Page 86: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

70

Kepala TK dan Guru Kelompok A, Reknaningsih, S.T. dan Sri Ismiyati, S.Pd.

sebagai Guru Kelompok B.

4.1.2 Cara Pembuatan Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains

Sederhana

Dalam pembuatan bubble ada berbagai macam cara, yaitu dengan bahan

sabun, buah lerak, Rinso, sabun colek, sabun bayi, sampo dan sabun pencuci

tangan. Dalam penelitian ini, peneliti mengeksperimenkan pembuatan bubble

dengan berbagai bahan dasar sabun, yaitu sebagai berikut :

4.1.2.1 Pelaksanaan Hari Ke Satu

Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk mengikuti

kegiatan upacara bendera. Setelah upacara selesai anak-anak dikondisikan ke

dalam kelas untuk mulai pembelajaran. Anak-anak terlihat menyukai cara guru

dalam menyampaikan informasi kepada mereka. Apersepsi yang berkaitan dengan

materi dan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, pembelajaran hari ini

dimulai dengan percakapan tentang makanan dan minuman ciptaan Allah dan

buatan manusia serta fungsi makanan.

Pada kegiatan inti, Ibu guru memberikan penjelasan kepada anak cara

membuat bubble/gelembung dengan bahan dasar deterjen Rinso, tujuan

pembelajaran di hari pertama adalah anak dapat memahami dan menyebutkan

warna dasar (merah, kuning dan biru).

69

Page 87: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

71

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat bubble atau

gelembung dengan bahan dasar deterjen Rinso adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan air ember ukuran 5 liter.

2. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah, yaitu baskom merah (A), baskom

kuning (B) dan baskom biru (C).

3. Deterjen merk Rinso.

4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru

dan kuning) dengan merk Rajawali.

5. Gelas aqua ukuran 200cc.

6. Sedotan.

7. Serbet.

8. Pengaduk dari kayu.

9. Sendok teh.

Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.

Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan

media bubble/bermain gelembung sabun dengan bahan dasar deterjen Rinso.

Langkah-langkah percobaan ini adalah :

1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter kemudian

dimasukkan ke dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan

baskom biru (C) dengan diameter 25 cm sama banyak.

Page 88: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

72

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan

warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom

kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,

biru atau kuning sesuai petunjuk guru.

5. Setelah anak memasukkan air berwarna ke dalam gelas kemudian anak

menakar deterjen Rinso dengan sendok teh sebanyak 2 sendok teh dan

mengaduknya dengan pengaduk kayu.

6. Setelah itu anak meniup air deterjen tersebut dengan sedotan sehingga

terbentuk bubble/gelembung yang berwarna-warni.

Setelah semua kegiatan di Area Sains selesai anak-anak latihan Drum

band. Waktu istirahat sekitar 30 menit digunakan anak-anak untuk bermain bebas

dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Pada kegiatan ibu guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan

dengan memberi pertanyaan kepada anak. Anak dapat menyebutkan warna dasar

seperti merah, kuning dan biru dari percobaan dengan media Bubble tersebut dan

menyebutkan makanan/minuman yang berwarna-warni seperti sirup.

Page 89: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

73

Gambar 4.1 Guru memberi penjelasan kepada anak tentang warna dasar (merah,

kuning dan biru)

Gambar 4.2 Anak menuang warna dasar (merah, kuning, dan biru) ke dalam gelas

aqua

Page 90: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

74

Gambar 4.3 Anak menakar deterjen Rinso

Page 91: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

75

Gambar 4.4 Anak meniup air sabun sehingga tercipta gelembung

Kesimpulan penelitian hari pertama pada proses pembelajaran

menggunakan media Bubble adalah anak dapat mengenal dan menyebutkan warna

dasar seperti merah, kuning dan biru serta dapat menyebutkan minuman yang

berwarna-warni seperti sirup.

4.1.2.2 Pelaksanaan Hari Kedua

Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris

kemudian masuk kelas. Anak-anak dikondisikan ke dalam kelas untuk mulai

pembelajaran. Anak-anak terlihat ceria, kemudian ibu guru menyampaikan materi

dengan metode bercakap-cakap dengan materi makanan yang mngandung

karbohidrat atau sumber tenaga. Alat peraga yang digunakan adalah gambar nasi,

jagung dan kentang yang telah disediakan oleh ibu guru.

Kegiatan inti : anak-anak sangat bersemangat sekali ketika mereka belajar

dengan media Bubble/gelembung dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi.

Page 92: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

76

Kegiatan ini mencipta bentuk-bentuk geometri (lingkaran, persegi, segitiga,

persegi panjang, dan kerucut) dari bubble yang tercipta dari hasil tiupan tersebut

pada susunan batang lidi yang dibentuk menjadi bentuk segitiga, persegi dan

persegi panjang.

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat bubble atau

gelembung dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi adalah sebagai berikut

:

1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.

2. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning

(B) dan baskom biru (C).

3. Sabun colek Krim Ekonomi

4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru

dan kuning) dengan merk Rajawali.

5. Gelas aqua ukuran 200cc.

6. Sedotan.

7. Serbet.

8. Pengaduk dari kayu.

9. Sendok teh.

10. Lidi dengan ukuran 5 cm.

11. Kertas HVS.

Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.

Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan

media bubble/gelembung sabun dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi.

Page 93: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

77

Langkah-langkah pembuatan adalah :

1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke

dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)

dengan diameter 25 cm sama banyak.

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan

warna yang berbeda-beda, baskom (A) warna merah, baskom (B) warna

kuning dan baskom (C) warna biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,

biru atau kuning sesuai petunjuk guru.

5. Setelah anak memasukkan air berwarna ke dalam gelas kemudian anak

memasukkan sabun colek Krim Ekonomi 3 colek ke dalam gelas aqua dan

mengaduknya dengan pengaduk kayu hingga sabun coleknya larut.

6. Anak menyusun lidi berukuran 5 cm menjadi segitiga, lingkaran dan persegi.

7. Setelah bentuk geometri tersusun anak siap meniup air sabun, apabila telah

tercipta gelembung yang banyak dan meluap gelembung-gelembung kecil

tersebut di taruh di tengah susunan batang lidi dan tunggu sampai meresap.

8. Setelah meresap kemudian batang lidi diambil dan anak dapat melihat hasil

yang tercipta pada kertas, yaitu gambar bubble bentuk geometri (segitiga,

persegi, dan persegi panjang).

Page 94: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

78

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas. Farin,

Ilul, dan Rado tetap berada di dalam kelas membatu ibu guru membersikan

peralatan yang telah digunakan.

Kegiatan penutup dilaksanakan dengan memberikan evaluasi hasil

pembelajaran anak-anak dan tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan.

Ibu guru memmberi pertanyaan tentang bentuk-bentuk geometri yang dihasilkan

dari permainan bubble dan anak-anak diminta menyebutkan makanan yang

berbentuk geometri, misalnya roti tawar berbentuk persegi, donat berbentuk

lingkaran, dan agar-agar yang berbentuk segitiga.

Kesimpulan penelitian hari kedua pada proses pembelajaran dengan media

bubble adalah bahwa melalui permainan bubble anak dapat menyebutkan bentuk-

bentuk geometri yang tercipta ketika bubble/gelembung ditaruh di tengah susunan

lidi yang berbentuk segitiga, persegi dan persegi panjang.

4.1.2.3 Pelaksanaan Hari Ketiga

Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan

masuk kelas, kemudian berdoa. Lalu anak-anak dikondisikan dalam kegiatan

pembelajaran yang dimulai dengan menyanyi lagu “Apa Kabar Mari

Bergembira”. Kegiatan fisik motorik yang dilakukan adalah lomba membawa

piring di atas kepala. Setelah itu dilanjutkan dengan bercerita sesuai dengan

gambar yang telah disediakan guru, yaitu menceritakan gambar anak yang suka

jajan sembarangan.

Page 95: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

79

Gambar 4.5 Anak lomba membawa piring di atas kepala

Kegiata inti : sebelum kegiatan pembelajaran dimulai Ibu guru

mengkondisikan anak-anak dan memberi penjelasan tentang kegiatan yang akan

dilakukan di Area Sains. Pada penelitian hari ketiga ini anak-anak belajar dengan

media Bubble dengan tujuan dapat menyebutkan bau dari air biasa, air

deterjen(rinso), bau sabun cair Sweetzal, bau sabun colek Krim Ekonomi, bau

sabun cuci tangan Lifebuoy Handwash, bau sabun bayi batang merk Cussons, dan

bau sampo Sunsilk.

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk percobaan ini adalah :

1. deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun colek Krim Ekonomi, Lifebuoy

Handwash, sabun bayi batang merk Cussons, dan sampo Sunsilk.

2. Air 1 ember ukuran 5 liter.

3. Gelas aqua ukuran 200cc.

4. pengaduk kayu.

5. Sendok teh.

Page 96: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

80

6. Serbet.

Langkah-langkah percobaan ini adalah :

1. Menyiapkan bahan-bahan seperti, deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun

colek Krim Ekonomi, Lifebuoy Handwash, sabun bayi batang merk Cussons,

dan sampo Sunsilk.

2. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.

3. Kemudian anak mengambil air dan dimasukkan ke dalam gelas aqua ¼ gelas.

4. Anak diberi kesempatan untuk memasukkan deterjen (rinso) 2 sendok teh,

sabun cair sweetzal 2 sendok teh, sabun colek Krim Ekonomi 2 colek,

Lifebuoy Handwash 2 sendok teh, sabun bayi batang merk Cussons yang telah

disisir sebanyak 2 sendok teh dan sampo Sunsilk 2 sendok teh ke dalam

masing-masing gelas berisi air putih yang telah disediakan.

5. Kemuadian air dalam gelas aqua tersebut diaduk dengan pengaduk kayu dan

setelah itu anak bisa mencium satu persatu bau dari masing-masing air sabun

dengan jenis berbeda.

6. Anak menyebutkan perbedaan bau dari masing-masing air sabun dengan

bahan yang bebeda tersebut.

7. Anak dapat meniup air sabun tersebut sehingga tercipta bubble/gelembung.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain dengan temannya dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan mengulas kegiatan yang telah

dilakukan selama sehari dengan tanya jawab. Ibu guru memberi pertanyaan

tentang bahan apa saja yang telah digunakan pada waktu percobaan bubble pada

Page 97: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

81

hari itu dan perbedaan bau dari masing-masing air sabun dengan bahan

deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun colek Krim Ekonomi, Lifebuoy

Handwash, sabun bayi batang merk Cussons, dan sampo Sunsilk.

Kesimpulan penelitian hari ketiga dengan media Bubble adalah bahwa

anak dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak berbau, air sabun cair Sweetzal

lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air sampo Sunslik lebih wangi daripada

air sabun colek Krim Ekonomi, serta air Lifebuoy Handwash, air sabun bayi

batang merk Cussons, dan air sabun cair merk Sweetzal sama-sama berbau harum.

4.1.2.4 Pelaksanaan Hari Keempat

Pembukaan : Ibu Guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan

masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan menyanyikan lagu “Tomat Buah

yang Berguna”. Setelah itu ibu guru memberi pertanyaan kepada anak-anak apa

saja makanan yang diciptakan Allah dan buatan manusia. Anak-anak menjawab

dengan jawaban yang sederhana.

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble yaitu anak belajar mengenal tekrtur deterjen (rinso) dan sabun colek krim

Ekonomi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran. Selain itu anak juga

belajar mengecap dengan pelepah pisang buah kesukaan (semangka dan

strawberi) serta menghubungkan gambar makanan dengan huruf awalnya (misal,

gambar duku dihubungkan dengan huruf “d”, gambar ikan dihubungkan dengan

huruf “i”). Dalam menghubungkan gambar dengan huruf ada beberapa anak yang

masih belum bisa mengenal huruf.

Page 98: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

82

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada percobaan hari keempat adalah :

1. Air satu ember ukuran 5 liter.

2. Dertejen Rinso.

3. Sabun colek Krim Ekonomi.

4. Piring kecil berdiameter 8 cm.

Langkah-langkah percobaan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan yang diperlukan seperti deterjen Rinso dan sabun colek

Krim Ekonomi.

2. Menuang 5 sendok teh deterjen Rinso dan 5 colek sabun colek Krim Ekonomi

ke dalam piring berdiameter 8 cm.

3. Setelah kedua bahan ditaruh di atas piring, ibu guru menyuruh anak untuk

meraba dan meremas masing-masing bahan tersebut.

4. Kemudian anak disuruh menyebutkan tekstur dari deterjen Rinso dan sabun

colek Krim Ekonomi.

5. Setelah itu dalam piring tersebut ditetesi air sekitar 10 sendok, anak

mengamati bahan mana yang lebih cepat larut.

6. Kemudian anak menambah air ke dalam piring tersebut, kemudian meniupnya

dan membandingkan gelmbung yang dihasilkan paling banyak.

Kegiatan penutup dilakukan dengan mengulas kembali kegiatan yang telah

dilakukan. Guru memberi pertanyaan kepada anak tentang tekstur deterjen Rinso

dan sabun colek Krim Ekonomi, bahan mana yang lebih cepat larut dan

menghasilkan bubble/gelembung banyak. Anak dapat menjawap pertanyaan Ibu

guru dengan baik bahwa deterjen Rinso bertekstur kasar dan terasa panas di

Page 99: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

83

tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur lembek dan lembut, derterjen

Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun colek Krim Ekonomi yang

dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih dahulu sampai benar-benar

hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat menyebutkan gelembung yang

dihasilkan paling banyak pada deterjen Rinso.

Kesimpulan penelitian hari keempat pada proses pembelajaran di area

sains adalah bahwa anak dapat mengetahui dan menyebutkan deterjen Rinso

bertekstur kasar dan terasa panas di tangan dan sabun colek Krim Ekonomi

bertekstur lembek dan lembut, derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air

daripada sabun colek Krim Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus

diaduk-aduk terlebih dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang

terakhir anak dapat menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada

deterjen Rinso.

4.1.2.5 Pelaksanaan Hari Kelima

Pembukaan : Ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan

masuk kelas. Nugi, adalah salah satu anak yang menangis tidak mau ditinggal

sama ibunya. Tapi setelah dibujuk akhirnya Nugi mau masuk kelas juga. Ibu guru

mengajak anak-anak untuk berdiri dan melambaikan tangan serta meliukkan

badan menirukan pohon tertiup angin.

Kegiatan inti : di area Sains anak-anak masih belajar dengan media Bubble

dengan bahan dasar Sabun batang merk Cussons. Inti dari percobaan ini adalah

anak diminta untuk menceritakan kembali ketika air sabun batang merk Cussons

ditiup dengan sedotan, mengelompokkan makanan ciptaan Tuhan dan buatan

Page 100: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

84

manusia, serta melakukan percobaan benda-benda yang dapat ditarik magnet

(kunci, peniti, staples, kertas, sedotan, paku kecil, gunting, dan penggaris).

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.

2. Sabun batang merk Cussons yang telah disisir.

3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah, yaitu baskom merah (A), baskom

kuning (B) dan baskom biru (C).

4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru

dan kuning) dengan merk Rajawali.

5. Gelas aqua ukuran 200cc.

6. Sedotan.

7. Serbet.

8. Pengaduk dari kayu.

9. Sendok teh.

Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar

Sabun batang merk Cussons :

1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke

dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)

dengan diameter 25 cm sama banyak.

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan

warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom

kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

Page 101: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

85

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,

biru atau kuning sesuai petunjuk guru.

5. Setelah anak memasukkan air berwarna (misal merah, kuning atau biru) ke

dalam gelas kemudian anak menakar sabun batang merk Cussons yang telah

disisir dengan sendok teh sebanyak 2 sendok teh dan mengaduknya dengan

pengaduk kayu hingga sabun batang larut dalam air.

6. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk

bubble/gelembung yang berwarna-warni.

7. Kemudian pada akhir percobaan anak disuruh menceritakan apa yang terjadi

jika air sabun ditiup dengan sedotan.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk makan bekal dan bermain di

luar kelas.

Kegiatan penutup : ibu guru bertanya kembali tentang kegiatan yang telah

dilakukan. Anak-anak dapat menjawab pertanyaan ibu guru dengan bahasa yang

sederhana. Anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang merk

Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang sngat

banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyak gelembung yang

tercipta.

Kesimpulan penelitian hari kelima pada proses pembelajaran dengan

media Bubble adalah bahwa anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun

batang merk Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang

Page 102: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

86

sangat banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyka gelembung

yang tercipta.

Gambar 4.6 Anak meniup gelembung dengan warna merah dan hijau

4.1.2.6 Pelaksanaan Hari Keenam

Pembukaan : Ibu guru mengkondisikan anak-anak berbaris di halaman

untuk senam pagi. Setelah kegiatan senam selesai, anak –anak melanjutkan

kegiatan pembelajaran. Sebelumnya ibu guru mengajak anak-anak masuk ke

dalam kelas dengan berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan

seimbang.

Kegiatan inti : anak-anak belajar dengan media Bubble, yaitu

menceritakan alur percobaan warna (menyiapkan gelas aqua, memasukkan air

warna (merah+kuning ke dalam gelas,mengamati hasil pencampuran warna),

selain itu anak juga membuat sate buah dan meniup balon kemudian dilepaskan.

Anak-anak sangat tertarik dengan kegiatan yang dilakukan. Hanya saja anak-anak

Page 103: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

87

masih mengalami kesulitan dalam meniup baoln sehingga masih dibantu ibu guru

dalam meniup balon.

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.

2. Sabun bayi cair merk Sweetzal.

3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning

(B) dan baskom biru (C).

4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru

dan kuning) dengan merk Rajawali.

5. Gelas aqua ukuran 200cc.

6. Sedotan.

7. Serbet.

8. Pengaduk dari kayu.

9. Sendok teh.

Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar

Sabun bayi cair merk Sweetzal :

1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke

dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)

dengan diameter 25 cm sama banyak.

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan

warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom

kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

Page 104: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

88

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau 25 cc warna (merah+biru,

kuning+biru =hijau dan merah+biru=ungu) sesuai petunjuk guru.

5. Anak mengamati hasil pencampuran warna tersebut.

6. Setelah anak mencampur warna kemudian menakar sabun bayi cair merk

Sweetzal 2 sendok teh ke dalam air campuran warna tersebut.

7. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk

bubble/gelembung yang berwarna-warni.

8. Kemudian pada akhir percobaan anak menceritakan alur proses pembuatan

bubble dengan bahan dasar sabun bayi cair merk Sweetzal dengan bahasa anak

yang sederhana.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk makan bekal dan bermain

bersama teman-teman.

Kegiatan penutup : ibu guru bertanya kembali tentang kegiatan yang telah

dilakukan. Anak-anak dapat menjawab pertanyaan ibu guru dengan bahasa yang

sederhana. Anak dapat menceritakan urutan proses pembuatan bubble/gelembung

dengan bahsa anak-anak secara sederhana, mulai dari menyiapkan air,

memasukkan air ke dalam gelas aqua, mencampur warna dasar

(merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah

campuran warna dasar dengan sabun bayi cair merk Sweetzal, mengaduk dengan

pengaduk kayu, dan meniup air sabun hingga terbentuk bubble.

Kesimpulan penelitian hari keenam pada proses pembelajaran dengan

media Bubble adalah bahwa anak dapat menceritakan kembali urutan proses

Page 105: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

89

pembuatan bubble/gelembung dengan sabun bayi cair merk Sweetzal, yaitu mulai

dari menyiapkan air, memasukkan air ke dalam gelas aqua, mencampur warna

(merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah

campuran warna dasar dengan sabun bayi merkl Sweetzal, mengaduk dengan

pengaduk kayu, dan meniup air sabun hingga terbentuk bubble.

Gambar 4.7 anak mencampur warna merah+kuning=orange

Gambar 4.8 Anak Membuat sate buah dengan pola tertentu

Page 106: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

90

4.1.2.7 Pelaksanaan Hari Ketujuh

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan upacara

bendera. Setelah selesai upacara anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa

dilanjut dengan melakukan kegiatan fisik motorik dengan menunjuk gerakan

duduk, jongkok, berdiri dan berlari setelah itu anak-anak berlatih drumband.

Setelah itu ibu guru memberi pertanyaan kepada anak-anak tentang alat-alat

kebersihan. Anak-anak sangat bersemangat menjawab pertanyaan dari ibu guru.

Mereka menjawab dengan bahasa yang sederhana.

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble, yaitu anak diharapkan mampu bercerita tentang kegiatan yang telah

dilakukan (mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk, meniup gelembung,

dan mencipta lukisan gelembung. Selain itu kegiatan lainnya anak menarik garis

alat-alat kebersihan sesuai dengan pasangannya.

Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.

2. Sampo Sunsilk 250 ml.

3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning

(B) dan baskom biru (C).

4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru

dan kuning) dengan merk Rajawali.

5. Gelas aqua ukuran 200cc.

6. Sedotan.

Page 107: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

91

7. Serbet.

8. Pengaduk dari kayu.

9. Sendok teh.

Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar

Sampo Sunsilk :

1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke

dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom (C) dengan

diameter 25 cm sama banyak.

2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan

warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom

kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.

3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.

4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang

sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna

(merah+biru, kuning+biru =hijau dan merah+biru=ungu) sesuai petunjuk guru.

5. Anak mengamati hasil pencampuran warna tersebut.

6. Setelah anak mencampur warna kemudian menakar sampo Sunsilk 2 sendok

teh ke dalam air campuran warna tersebut.

7. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk

bubble/gelembung yang berwarna-warni hingga gelembung keluar melebihi

gelas aqua.

8. Setelah gelembung keluar dari gelas aqua, anak menutup gelas aqua dengan

kertas HVS dan membiarkannya kurang lebih 2 menit.

Page 108: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

92

9. Anak mengangkat kertas HVS tadi kemudian mengamati hasil lukisan yang

tercipta pada kertas HVS itu.

10. Pada kertas HVS tercipta lukisan gel;embung dengan warna orange, hijau dan

ungu.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari ketujuh pada proses pembelajaran dengan

media Bubble adalah bahwa anak mampu bercerita tentang kegiatan yang telah

dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk dengan sendok teh,

meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung.

Gambar 4.9 Anak meniup air Sampo Sunsilk sehingga tercipta bubble

Page 109: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

93

Gambar 4.10 Anak menutup gelas Aqua dengan kertas HVS

Gambar 4.11 Hasil lukisan bubble dengan warna ungu, hijau dan orange

4.1.2.8 Pelaksanaan Hari Kedelapan

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak

masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan ekstra menari.

Page 110: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

94

Setelah selesai ekstra menari anak-anak belajar kembali. Kemudian itu ibu guru

memberi pertanyaan kepada anak-anak tentang peralatan mandi. Anak-anak

sangat bersemangat menjawab “sabun, handuk, sikat gigi, pasta gigi, sampo.”

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble yaitu anak diharapkan dapat menyebutkan benda-benda yang yang

digunakan saat bermain bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok,

gelas aqua, pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas. Selain itu anak juga

mengukur panjang meja dengan tali, mengukur lemparan dengan langkah dan

menggunting bentuk geometri dengan daun pisang.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari kedelapan pada proses pembelajaran di area

sains adalah bahwa anak dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan

saat bermain bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua,

pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas.

4.1.2.9 Pelaksanaan Hari Kesembilan

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak

masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan fisik motorik

Page 111: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

95

dengan merangkak mengambil. Setelah itu ibu guru memberikan penjelasan akan

pentingnya menjaga kesehatan badan terutama gigi.

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble,yaitu anak dapat menyebutkan hasil pencampuran warna (merah+kening =

orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hijau). Selain itu anak juga belajar

melukis tempat sampah dengan jari serta melakukan eksperimen tangan

berkeringat (telapak tangan dibungkus plastik).

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari kesepuluh pada proses pembelajaran di area

sains adalah anak dapat menyebutkan hasil pencampuran warna (merah+kening =

orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hijau).

4.1.2.10 Pelaksanaan Hari Kesepuluh

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris kemudian

anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan

fisik motorik dengan melempar dan menangkap bola kecil. Setelah itu ibu guru

melakukan tanya jawab dengan anak-anak tentang cara merawat gigi. Anak-anak

dapat menceritakan cara memelihara gigi dengan baik.

Page 112: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

96

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble, yaitu anak diharapkan dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan

memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan dengan media

bubble mewarnai gambar yang jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit, serta

menggambar bebas membuat pasta gigi dan sikat gigi dengan arang.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari kesepuluh pada proses pembelajaran di area

sains adalah bahwa anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan

memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan dengan media

bubble.

4.1.2.11 Pelaksanaan Hari Kesebelas

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak

masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan menyanyikan lagu keagamaan

“Siapa Tuhanmu” dan menghafal doa untuk kedua orang tua dan doa haji.

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble, yaitu anak diharapkan dapat mengetahui konsep banyak sedikit dengan

memasukkan air berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar deterjen dengan

Page 113: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

97

sendok melihat benda-benda kecil dengan kaca pembesar/lup serta menabur

gambar pos kamling dengan abu.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan

makan bekal.

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari kesebelas pada proses pembelajaran di area

sains adalah bahwa anak dapat mengetahui konsep banyak sedikit dengan

memasukkan air ke berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar deterjen dengan

sendok.

4.1.2.12 Pelaksanaan Hari Keduabelas

Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan senam

“Irama Ceria” setelah senam anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut

dilanjutkan dengan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media

Bubble, yaitu anak diharapkan dapat menyebutkan hasil dari meniup bubble yang

terlihat di kertas HVS. Selain itu anak juga belajar menimbang benda dengan

timbangan serta praktik menggosok gigi.

Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan

makan bekal.

Page 114: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

98

Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di

depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang

bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.

Kesimpulan penelitian hari kedua belas pad proses pembelajaran di area

sains adalah bahwa anak dapat menyebutkan hasil dari meniup bubble yang

terlihat di kertas HVS.

4.1.4 Kesimpulan Kumulatif dari Proses Pembelajaran dengan Bubble

sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana

Dalam permainan bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan

pencampuran warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,

pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan

gas).

Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain

seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat

menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.

Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna

sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan

warna baru.

Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media

bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat

memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap

perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan

Page 115: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

99

masalah. Pengalaman yang diperoleh anak dapat menambah kemampuan

bereksplorasi, hal ini penting untuk perkembangan kognitif anak, dan ini terbukti

dengan terlihat indikator pada anak sudah muncul.

Sabun dan deterjen adalah bagian integral dari produk rumah tangga.

Sementara itu, anak-anak suka mandi busa, mereka pasti akan menyukai ide

membuat gelembung sabun di rumah, tanpa membeli sesuatu dari luar. Cara

membuat gelembung dengan derjen Rinso, sabun bayi cair, sabun batang, sabun

cuci piring atau sampo, hal yang menarik untuk belajar.

4.1.5 Hasil Pengamatan Menggunakan Ceklist

Terkait masalah yang melatar belakangi pada penelitian ini maka

direncanakan suatu studi eksperimen dengan menggunakan Bubble sebagai media

pembelajaran sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak

diusia 4-5 tahun. Penelitian studi eksperimen ini difokuskan pada bagaimana cara

dan hasil penggunaan Bubble terhadap kemampuan kognitif pada anak usia 4-5

tahun khusus di area sains. Tempat penelitian dilakukan di TK Pertiwi 49

Semarang Kelurahan Ngijo Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan daftar isian ceklist

terhadap siswa dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar

kelas terlihat jelas bagaimana perbandingan antara siswa yang belajar dengan

menggunakan pendekatan media dengan yang tidak. Siswa yang belajar

menggunakan pendekatan media terlihat lebih aktif, kreatif, lebih ekspresif dan

Page 116: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

100

bisa lebih cepat memahami materi. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa,

8 perempuan dan 16 laki-laki. Untuk lebih jelas mengenai hasil pengamatan

dengan menggunakan daftar isian ceklist dalam penelitian ini dapat dilihat pada

pembahasan berikut:

4.1.5.1 Minggu Pertama

4.1.5.1.1 Kelompok Posttest (Siswa Sesudah mendapat Media Bubble)

4.1.5.1.1.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,

Ukuran dan Pola

Tabel 4.1

Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

No

. Indikator Skor Jml

Siswa

Skor

diperoleh

Skor

maks.

Persentase

(%) 3 2 1

1. Menglompokkan warna

dasar (merah, kuning dan

biru) 8 11 5 24 51 72 70.83

2. Mengelompokkan benda

berdasarkan bentuk 6 13 5 24 49 72 68.06

3. Mengetahui bau dari suatu

benda 7 8 9 24 46 72 63.89

4. Membedakan konsep kasar-

halus melalui panca indera 10 4 10 24 48 72 66.67

5. Menceritakan apa yang

terjadi jika air deterjen 5 13 6 24 47 72 65.28

Page 117: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

101

ditiup dengan sedotan

6. Menceritakan percobaan

warna yang dicampur 10 7 7 24 51 72 70.83

7. Menceritakan kembali

sesuatu/peristiws

berdasarkan ingatannya 12 7 5 24 55 72 76.39

8. Menyebutkan sedikitnya 6

benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56

9. Menyebutkan hasil

pencampuran warna

(merah+kening = orange,

merah+biru = ungu dan

biru+kuning = hiaju) 9 5 10 24 47 72 65.28

10. Membedakan konsep

penuh-kosong dengan

mengisi wadah(gelas) 10 4 10 24 48 72 66.67

11. Membedakan konsep

banyak-sedikit 8 11 5 24 51 72 70.83

12 Anak dapat menyebutkan

bentuk dari hasil lukisan

bubble 9 11 4 24 53 72 73.61

JUMLAH

99

10

0 89

586 864 67.82

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains dan

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik pada kelompok post-test maka

skor ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan

perhitungan rumus 1.

Page 118: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

102

%82.67

%100864

586

%100

x

xN

nDP

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 67.82%.

Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada

tabel 1 (Bab 3) skor 67.82%.termasuk dalam interval skor 55,01%-77,01% dengan

kategori cukup baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk

menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains

yaitu :

Tabel. 4.2

Distribusi Frekwensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

Skor Frekwensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni

40-43 1 41.5 41.5

44-47 3 45.5 136.5

48-51 5 47.5 237.5

52-55 3 53.5 160.5

Jumlah 12 576

Page 119: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

103

Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk

dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola

yaitu :

48

12

576

f

ni x fMean

Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor

terendah 40 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi

pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 48

dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian

pengembangan media Bubble untuk kelompok posttest pada aspek pengetahuan

umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola cukup baik.

Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat

disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan

sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 67.82%, dengan rata-rata

atau mean sebesar 48. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan

sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 67.82%. termasuk dalam

interval skor 55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau

mean dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori

cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan

kognitif pada anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang

cukup baik.

Page 120: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

104

4.1.5.1.2 Kelompok Pretest

4.1.5.1.2.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,

Ukuran dan Pola

Tabel 4.3

Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)

No Indikator

Skor Jml

Siswa

Skor

diperoleh

Skor

maks.

Persentase

(%) 3 2 1

1. Menglompokkan warna

dasar (merah, kuning dan

biru) 4 7 13 24 39 72 54.17

2. Mengelompokkan benda

berdasarkan bentuk 6 7 11 24 43 72 59.72

4. Mengetahui bau dari suatu

benda 7 5 12 24 43 72 59.72

5. Membedakan konsep kasar-

halus melalui panca indera 5 3 16 24 37 72 51.39

6. Menceritakan apa yang

terjadi jika air deterjen

ditiup dengan sedotan 1 7 16 24 33 72 45.83

7. Menceritakan percobaan

warna yang dicampur 6 7 11 24 43 72 59.72

8. Menceritakan kembali

sesuatu/peristiws

berdasarkan ingatannya 6 5 13 24 41 72 56.94

Page 121: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

105

9. Menyebutkan sedikitnya 6

benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56

10. Menyebutkan hasil

pencampuran warna

(merah+kening = orange,

merah+biru = ungu dan

biru+kuning = hiaju) 3 5 16 24 35 72 48.61

11. Membedakan konsep

penuh-kosong dengan

mengisi wadah(gelas) 7 4 13 24 42 72 58.33

12. Membedakan konsep

banyak-sedikit 7 3 14 24 41 72 56.94

Anak dapat menyebutkan

bentuk dari hasil lukisan

bubble 2 8 14 24 36 72 50.00

JUMLAH

59 67

16

2

473 864 54.75

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok pre-test maka skor

ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan

perhitungan rumus 1.

%75.54

%100864

473

%100

x

xN

nDP

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar

54.75%.Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana

Page 122: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

106

digambarkan pada tabel 1 (Bab 3) skor 54.75% termasuk dalam interval skor

33,00%-55,01% dengan kategori kurang baik. Berikut penulis sajikan distribusi

frekuensi untuk menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan

umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu:

Tabel. 4.4

Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Pre-test (Anak didik sebelum mendapar Media Bubble)

Skor Frekuensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni

33-36 3 34.5 103.5

37-40 3 38.5 115.5

41-44 6 42.5 255

Jumlah 12 474

Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk

dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola

yaitu :

39.5

12

474

f

ni x fMean

Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor

terendah 33 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi

Page 123: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

107

pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar

39.50 dimensi skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian

pengembangan media Bubble untuk kelompok pretest pada aspek pengetahuan

umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola kurang baik.

4.1.5.2 Minggu Kedua

4.1.5.2.1 Kelompok Posttest

4.1.5.2.1.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,

Ukuran dan Pola

Tabel 4.5

Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

No Indikator

Skor Jml

Siswa

Skor

diperoleh

Skor

maks.

Persentase

(%) 3 2 1

1. Menglompokkan warna

dasar (merah, kuning dan

biru) 14 9 1 24 61 72 84.72

2. Mengelompokkan benda

berdasarkan bentuk 9 12 3 24 54 72 75.00

3. Mengetahui bau dari suatu

benda 11 10 4 25 57 75 76.00

4. Membedakan konsep kasar-

halus melalui panca indera 11 9 4 24 55 72 76.39

5. Menceritakan apa yang

terjadi jika air deterjen 9 12 3 24 54 72 75.00

Page 124: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

108

ditiup dengan sedotan

6. Menceritakan percobaan

warna yang dicampur 11 10 3 24 56 72 77.78

7. Menceritakan kembali

sesuatu/peristiws

berdasarkan ingatannya 12 9 3 24 57 72 79.17

8. Menyebutkan sedikitnya 6

benda berikut fungsinya 11 9 3 23 54 69 78.26

9. Menyebutkan hasil

pencampuran warna

(merah+kening = orange,

merah+biru = ungu dan

biru+kuning = hiaju) 11 8 5 24 54 72 75.00

10. Membedakan konsep

penuh-kosong dengan

mengisi wadah(gelas) 13 8 3 24 58 72 80.56

11. Membedakan konsep

banyak-sedikit 10 11 3 24 55 72 76.39

12. Anak dapat menyebutkan

bentuk dari hasil lukisan

bubble 12 8 4 24 56 72 77.78

JUMLAH 134 115 39

671 864 77.66

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok post-test maka skor

ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel di atas dengan menggunakan

perhitungan rumus 1.

Page 125: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

109

%66.77

%100864

671

%100

x

xN

nDP

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 77.66%.

Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada

tabel 1 (Bab 3) skor 77.66%.termasuk dalam interval skor 77,01%-100% dengan

kategori sangat baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk

menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains,

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu :

Tabel. 4.6

Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)

Skor Frekuensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni

54-56 8 55 440

57-59 3 58 174

60-62 1 61 61

Jumlah 12 675

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk

dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola

yaitu :

Page 126: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

110

25.56

12

675

f

fxniMean

Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor

terendah 54 dan skor tertinggi 72.Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi

pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar

56.25 dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian

pengembangan media Bubble untuk kelompok posttest pada aspek pengetahuan

umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola baik.

4.1.5.2.2 Kelompok Pretest

4.1.5.2.2.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,

Ukuran dan Pola

Tabel 4.7

Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)

No Indikator

Skor Jml

Siswa

Skor

diperoleh

Skor

maks.

Persentase

(%) 3 2 1

1. Menglompokkan warna

dasar (merah, kuning dan

biru) 7 5 12 24 43 72 59.72

2. Mengelompokkan benda

berdasarkan bentuk 6 7 11 24 43 72 59.72

Page 127: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

111

3. Mengetahui bau dari suatu

benda 7 8 9 24 46 72 63.89

4. Membedakan konsep kasar-

halus melalui panca indera 6 3 16 25 40 75 53.33

5. Menceritakan apa yang

terjadi jika air deterjen

ditiup dengan sedotan 3 6 15 24 36 72 50.00

6. Menceritakan percobaan

warna yang dicampur 6 7 11 24 43 72 59.72

7. Menceritakan kembali

sesuatu/peristiws

berdasarkan ingatannya 4 3 17 24 35 72 48.61

8. Menyebutkan sedikitnya 6

benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56

9. Menyebutkan hasil

pencampuran warna

(merah+kening = orange,

merah+biru = ungu dan

biru+kuning = hiaju) 3 5 16 24 35 72 48.61

10. Membedakan konsep

penuh-kosong dengan

mengisi wadah(gelas) 7 4 13 24 42 72 58.33

11. Membedakan konsep

banyak-sedikit 7 3 14 24 41 72 56.94

12. Anak dapat menyebutkan

bentuk dari hasil lukisan

bubble 2 8 14 24 36 72 50.00

JUMLAH 63 65 161

480 867 55.36

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok pre-test maka skor

Page 128: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

112

ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan

perhitungan rumus 1.

%36.55

%100867

480

%100

x

xN

nDP

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 55.36%.

Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada

table 1 (Bab 3) skor 55.36%. termasuk dalam interval skor 55,01%-77,01%

dengan kategori cukup baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk

menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains,

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu :

Tabel. 4.8

Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator

Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola

Kelompok Pre-test (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)

Skor Frekwensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni

35-38 4 36.5 146

39-42 4 40.5 162

43-46 4 44.5 178

Jumlah 12 486

Page 129: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

113

Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk

dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola

yaitu :

50.40

12

486

f

fxniMean

Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor

terendah 35 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi

pengetahuan umum dan sains sebesar 40.50 dimensi skor kurang mendekati angka

50 (skor minimal). Dengan demikian pengembangan media Bubble untuk

kelompok pre-test pada aspek pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk,

warna, ukuran dan pola kurang baik.

4.1.6 Hasil Penggunaan Media Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains

Sederhana di TK

Bubble atau melukis gelembung adalah salah satu kegiatan pembelajaran

sains sederhana yang memungkinkan anak untuk melihat hasil percobaan secara

langsung. Anak dapat melihat dan mempraktekkan kegiatan secara langsung

seperti (meniup menggunakan sedotan) dapat menimbulkan reaksi pada

lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat anak meniup air sabun, mereka

dapat membuat bentuk gelembung dengan cara menekan kertas sehingga tercipta

suatu lukisan.

Page 130: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

114

Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain

seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat

menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.

Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna

sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan

warna baru.

Bubble atau melukis gelembung merupakan salah satu media pembelajaran

sains yang bertujuan merangsang anak untuk berfikir tentang bahan-bahan dan

karakter gelembung. Pengalaman seperti ini akan membuat anak mulai memahami

bahwa udara menempati ruang, walaupun tidak terlihat nyata. Kegiatan ini dapat

meningkatkan perkembangan kognitif dan motorik anak usia dini. Pengalaman

yang diperoleh anak dari dapat menambah kemampuan bereksplorasi yang

penting untuk perkembangan kognitif anak.

Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media

bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat

memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap

perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan

masalah.

Selain manfaat di atas, anak dapat mengembangkan kemampuan motorik

halusnya ketika melakukan kegiatan bubble atau melukis gelembung dengan cara

mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk

Page 131: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

115

mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram

yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.

Dalam permainan Bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan

pencampuran warna dasar atau primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,

pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan

gas). Pengalaman yang diperoleh anak dapat menambah kemampuan

bereksplorasi yang penting untuk perkembangan kognitif anak, ini terbukti dengan

terlihat indikator pada anak sudah muncul.

Penggunaan media, dalam hal ini media bubble memberikan dampak

positif bagi kemampuan kognitif anak, hal ini bisa dilihat dari penjabaran

indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) anak dapat mengenal

dan menyebutkan warna dasar seperti merah, kuning dan biru serta dapat

menyebutkan minuman yang berwarna-warni seperti sirup, 2) anak dapat

menyebutkan bentuk-bentuk geometri yang tercipta ketika bubble/gelembung

ditaruh di tengah susunan lidi yang berbentuk segitiga, persegi dan persegi

panjang. 3) dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak berbau, air sabun cair

Sweetzal lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air sampo Sunslik lebih wangi

daripada air sabun colek Krim Ekonomi, serta air Lifebuoy Handwash, air sabun

bayi batang merk Cussons, dan air sabun cair merk Sweetzal sama-sama berbau

harum, 4) anak dapat mengetahui dan menyebutkan deterjen Rinso bertekstur

kasar dan terasa panas di tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur

lembek dan lembut, derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun

colek Krim Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih

Page 132: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

116

dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat

menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada deterjen Rinso, 5)

anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang merk Cussons ditiup

dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang sangat banyak, semakin

kuat meniupnya maka akan semakin banyka gelembung yang tercipta, 6) anak

dapat menceritakan kembali urutan proses pembuatan bubble/gelembung dengan

sabun bayi cair merk Sweetzal, yaitu mulai dari menyiapkan air, memasukkan air

ke dalam gelas aqua, mencampur warna (merah+kuning=orange,

kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah campuran warna dasar

dengan sabun bayi merkl Sweetzal, mengaduk dengan pengaduk kayu, dan

meniup air sabun hingga terbentuk bubble, 7) anak mampu bercerita tentang

kegiatan yang telah dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk

dengan sendok teh, meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung, 8)

Anak dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan saat bermain

bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua, pewarna,

sedotan, pengaduk, dan kertas, 9) Anak dapat menyebutkan hasil pencampuran

warna (merah+kening = orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hiaju), 10)

Anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan memasukkan air ke dalam

gelas yang berbeda pada percobaan dengan media bubble, 11) Anak dapat

mengetahui konsep banyak sedikit dengan memasukkan air berwarna ke dalam

gelas aqua dan menakar deterjen dengan sendok dan 12) Anak dapat

menyebutkan hasil dari meniup bubble yang terlihat di kertas HVS. Hal ini

menunjukkan bahwa pemahaman anak meningkat dari 67.82% untuk minggu

Page 133: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

117

pertama menjadi 77.66% untuk minggu kedua. Ini berarti ada ketertarikan anak

pada proses pembelajaran mengunakan media bubble. Indikator tersebut

mencakup aspek perkembangan pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk,

warna, ukuran dan pola.

Pembelajaran media Bubble merupakan salah satu alternatif dalam proses

pembelajaran di kelas dengan menggunakan media sebagai alat peraga.

Pembelajaran media Bubble merupakan cara efektif untuk mengenalkan anak

untuk melihat hasil percobaan secara langsung. Anak dapat melihat dan

mempraktekkan kegiatan secara langsung seperti (meniup menggunakan sedotan)

dapat menimbulkan reaksi pada lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat

anak meniup air sabun, mereka dapat membuat bentuk gelembung dengan cara

menekan kertas sehingga tercipta suatu lukisan.

Selain itu anak juga dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya

ketika melakukan kegiatan bubble atau melukis gelembung dengan cara

mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk

mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram

yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.Dalam

permainan bubble painting, pada dasarnya terdapat unsur kegiatan pencampuran

warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru, pengukuran

(menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan gas).

Kemampuan kognitif pada pembelajaran menggunakan media Bubble

dapat meningkatkan secara signifikan dan merangsang kreativitas menjadikan

Page 134: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

118

anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat memperluas wawasan anak

tentang sains sederhana pada saat tahap perkembangan kemampuan menganalisa,

berkomunikasi dan memecahkan masalah.

Berdasarkan diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini terbukti bahwa

proses pembelajaran media bubble dengan pembelajaran sains sederhana dapat

meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun di area sains di TK

Pertiwi 49 Semarang.

4.1.7 Hasil Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di Area Sains

4.1.7.1 Perbedaan Kemampuan Kognitif Anak Didik Kelompok Posttest dan

Kelompok Pretest

4.1.7.1.1 Minggu Pertama

Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat

disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan

sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 67.82%, dengan rata-rata

atau mean sebesar 48. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan

sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 67.82%. termasuk dalam

interval skor 55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau

mean dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori

cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan

kognitif pada anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang

cukup baik untuk minggu pertama.

Page 135: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

119

Untuk analisis perhitungan pada tabel 4.3 dan 4.4 atas dapat disimpulkan

bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep

bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 54.75%, dengan rata-rata atau mean

sebesar 39.5. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana

digambarkan pada tabel 1 Bab 3 skor 54.75%. termasuk dalam interval skor

33,01%-55,01% dengan kategori kurang baik. Hasil rata-rata atau mean dimensi

skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori kurang baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pretest kemampuan kognitif pada

anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang kurang baik

untuk minggu pertama.

Hasil Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest untuk minggu pertama disajikan dalam

grafik dibawah ini :

Grafik 4.1

Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Pertama

Page 136: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

120

4.1.7.1.2 Minggu Kedua

Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.5 dan 4.6 atas dapat

disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan

sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 77.66%, dengan rata-rata

atau mean sebesar 56.25. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan

sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 77.66%. termasuk dalam

interval skor 77,01%-100% dengan kategori sangat baik. Hasil rata-rata atau mean

dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan kognitif pada

anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang sangat baik untuk

minggu kedua

Untuk analisis perhitungan pada tabel 4.7 dan 4.8 atas dapat disimpulkan

bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep

bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 55.36%, dengan rata-rata atau mean

sebesar 40.50. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana

digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 40.50%. termasuk dalam interval skor

55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau mean dimensi

skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori kurang baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pretest kemampuan kognitif pada

anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang cukup baik untuk

minggu kedua.

Page 137: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

121

Hasil Perbandngan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest untuk minggu kedua disajikan dalam

grafik dibawah ini :

Grafik 4.2

Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Kedua

Adanya peningkatan perolehan kemampuan kognitif siswa kelompok

Posttest dan kelompok Prestest dari minggu pertama ke minggu kedua

menunjukan adanya pengaruh peran media terhadap kemampuan sains siswa.

Dimana peran media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak-kanak

semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada

masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah

kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara

nyata. Prinsip kekonkretan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media

Page 138: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

122

sebagai penyampai pesan dari guru kepada anak didik agar pesan/informasi

tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik.

Menurut Carin dan Sund dalam Yulianti mendefinisikan sains sebagai

pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan

berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains

selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan

keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan

sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan

hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi

menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan

sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui

apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.

Ini bisa dilakukan kalau dalam proses pembelajarannya menggunakan media.

Page 139: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

123

BAB 5

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

5.1.1. Penggunaan media, dalam hal ini media bubble memberikan dampak positif

bagi kemampuan kognitif anak, hal ini bias dilihat dari penjabaran

indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni : 1) anak dapat

mengenal dan menyebutkan warna dasar seperti merah, kuning dan biru

serta dapat menyebutkan minuman yang berwarna-warni seperti sirup, 2)

anak dapat menyebutkan bentuk-bentuk geometri yang tercipta ketika

bubble/gelembung ditaruh di tengah susunan lidi yang berbentuk segitiga,

persegi dan persegi panjang. 3) dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak

berbau, air sabun cair Sweetzal lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air

sampo Sunslik lebih wangi daripada air sabun colek Krim Ekonomi, serta

air Lifebuoy Handwash, air sabun bayi batang merk Cussons, dan air sabun

cair merk Sweetzal sama-sama berbau harum, 4) anak dapat mengetahui

dan menyebutkan deterjen Rinso bertekstur kasar dan terasa panas di

tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur lembek dan lembut,

derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun colek Krim

Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih

dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat

122

Page 140: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

124

menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada deterjen

Rinso, 5) anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang

merk Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang

sangat banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyka

gelembung yang tercipta, 6) anak dapat menceritakan kembali urutan

proses pembuatan bubble/gelembung dengan sabun bayi cair merk

Sweetzal, yaitu mulai dari menyiapkan air, memasukkan air ke dalam gelas

aqua, mencampur warna (merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan

merah+biru=ungu), menambah campuran warna dasar dengan sabun bayi

merkl Sweetzal, mengaduk dengan pengaduk kayu, dan meniup air sabun

hingga terbentuk bubble, 7) Anak mampu bercerita tentang kegiatan yang

telah dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk dengan

sendok teh, meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung, 8) Anak

dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan saat bermain

bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua,

pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas, 9) Anak dapat menyebutkan hasil

pencampuran warna (merah+kening = orange, merah+biru = ungu dan

biru+kuning = hiaju), 10) Anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong

dengan memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan

dengan media bubble, 11) Anak dapat mengetahui konsep banyak sedikit

dengan memasukkan air berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar

deterjen dengan sendok dan 12) Anak dapat menyebutkan hasil dari

meniup bubble yang terlihat di kertas HVS. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 141: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

125

pemahaman anak meningkat. Ini berarti ada ketertarikan anak pada proses

pembelajaran menggunakan dengan media bubble. Indikator tersebut

mencakup aspek perkembangan pengetahuan umum dan sains, serta

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.

5.1.2. Hasil penggunaan media Bubble dalam konsep pengetahuan dan sains serta

konsep bentuk, ukuran, warna dan pola di minggu pertama pada kelompok

posttest mencapai 67.82% kategori cukup baik, dengan mean atau rata-

rata 48 kategori cukup baik. Sedangkan tingkat kemampuan kognitif anak

didik pada kelompok pretest hanya mencapai 54.75% kategori kurang

baik, dengan mean/rata-rata 39.5 kategori kurang baik. Selanjutnya hasil

penggunaan media di minggu kedua pada kelompok posttest mencapai

77.66% kategori sangat baik, dengan mean atau rata-rata 56 kategori baik.

Sedangkan tingkat kemampuan kognitif anak didik pada kelompok pretest

hanya mencapai 55.36% kategori cukup baik, dengan mean/rata-rata 40.5

kategori kurang baik.

Page 142: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

126

5.2 SARAN

Dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat peneliti

rekomendasikan, diantaranya(1) Bagi guru/pendidik sebaiknya dalam proses

pembelajaran seorang guru/pendidik tidak hanya mengandalkan dari sedikit

literatur misalnya majalah saja tetapi diharapkan ada banyak referensi literatur

dalam menyajikan media pembelajaran agar ketertarikan siswabisa muncul dalam

proses pembelajaran, (2) Diharapkan guru lebih kreatif lagi dalam menggunakan

media pembelajaran, khususnya dalam penggunaan media Bubble yang tujuannya

untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak di area sains, (3) penggunaan

media Bubble bisa dijadikan alternatif dalam pemilihan media pembelajaran sains

sederhana di area sains.

Page 143: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

127

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

: Rineka Cipta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam

Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.

Diana. 2009. Metode Perkembangan Kognitif dan Kreatitivitas. Bahan Ajar.

Semarang: UNNES.

Gardner, Howard. 2003. Multiple Intellegencies Kecerdasan Majemuk Teori

dalam. Praktik Terjemahan Alexander Sindoro. Judul Asli : Multiple

Intelligences. Jakarta: Interaksara.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Indrawati, Iing. 2011. Studi Eksperimen Tentang Penggunaan Media Realita dan

Replika Terhadap Kemampuan Dasar Berbahasa Anak. Skripsi.

PGPAUD. UNNES.

Jatmika, Yusep Nur. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk Playgroup. Yogyakarta

:Diva Press.

Patmonodewo, Soemiarti. 1995. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta :Rineka

Cipta.

Rifa’i, Achmad dan Ani, Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang :

UNNES Press.

Sadiman, Arief S.(dkk). 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Seefeldt, Carol dan Barbara A. Wasik. 2008. PAUD Menyiapkan Anak Usia 3-4-5

Tahun Masuk Sekolah. Jakarta : PT. Indeks.

Sudjana, Nana dan Rivai, Achmad. 2010. Media Pengajaran. Bandung :Sinar

Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2009. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Bandung :Sinar Baru

Algensindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 144: Skripsi Lengkap, Sri Setiyo Rahayu

128

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Pendidikan dan Pelatihan Guru (PLPG) Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun

2008 Taman Kanak-kanak. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Sudibyo, Bambang. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang StandarPendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT. Indeks.

Suyanto, Slamet. Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open

Inquiry”.Diunduh dari http://www.Journal.Pengenalan Sains untukAnak

TK dengan Pendekatan Inquiry.pdf.30/5/2012.

Permatasari, Dewi Ayu. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis

Alam Sekitar untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6

Tahun di TK Pertiwi Jatibarang Brebes. Semarang : Universitas Negeri

Semarang.

Waluyo, Edi. 2006.Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran

di Taman Kanak-Kanak.Bahan Ajar. Semarang : Universitas Negeri

Semarang.

Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di TK. Jakarta :PT. Indeks.

2012. Undang-undang Perlindungan Anak. Bandung : Fokus media.

(http://www.altaf.blogspot.com/2009/1/artikel/pengembangan-pembelajaran-

sains-Anal-Usi- TK- B-Melalui-Seni-Rupa.html.

http://www.colorsforearth.com/PDF-Files/Classroom/BubblePainting.pdf.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/07/03/2011/kegiatan-dalam-

area-yang-dipilih.html.

http://www.jessicageorge/blogspot.com/8/11/2011/bubble-painting-a-creative-art-

experience.html.

(http://pgtkdarunnajah.com/2012/04/25/karakteristik-anak-usia-4-5-tahun/)