skripsi - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/bab i, v, daftar pustaka.pdf ·...

130
PERNIKAHAN DINI KARENA PAKSAAN ORANG TUA (STUDI KASUS DI DUSUN MENCO KELURAHAN BERAHAN WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: ARIF HAKIEM 02351299 PEMBIMBING Drs. Supriatna, M.SI. AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

PERNIKAHAN DINI KARENA PAKSAAN ORANG TUA (STUDI KASUS DI DUSUN MENCO KELURAHAN BERAHAN WETAN

KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK)

SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI PERSYARATAN

MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH: ARIF HAKIEM 02351299

PEMBIMBING

Drs. Supriatna, M.SI.

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2009

Page 2: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

ABSTRAK Pernikahan adalah suatu ikatan atau ikrar antara pria dan wanita untuk

hidup berpasangan atas dasar agama, adapt istiadat dan undang-undang, oleh karena itu pernikahan merupakan ikatan yang dilandasi pada moral etika dan agama, kedewasaan calon suami- isteri harus telah “masak jiwa raganya” untuk dapat melangsungkan perkawinan menjadi salah satu faktor penting dalam membina kehidupan rumah tangga seseorang. Oleh karena itu, dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak isteri mencapai usia 16 tahun. Adapun bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin sebagaimana diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 6 ayat 2, 3, 4 5.

Dalam Agama dan perundang-undangan perkawinan Indonesia wali nikah menjadi salah satu sah tidaknya sebuah pernikahan, seorang gadis apabila hendak menikah maka harus mendapa ijin dari walinya, orang tua juga memiliki hak untuk menikahkan anaknya dengan paksa selama ada alasan yang membenarkannya seperti halnya yang terjadi di dusun Menco, di mana pernikahan dini sangat marak sekali. Pada umumnya ketika seorang gadis sudah menginjak usia 14- 15 tahun sebagian orang tua di dusun Menco sudah mempunyai rencana hendak menjodohkan anak gadisnya. Penduduk yang mempunyai anak laki-laki juga mulai cari-cari pasangan yang sekiranya cocok dijodohkan dengan anak laki-lakinya, maka yang pertama dilihat adalah saudaranya, teman terdekat dari orang tua tersebut, kalau belum dapat juga maka bisa dijodohkan dengan tetangganya, tapi ada juga anak sendiri yang mencari jodoh untuknya. Umumnya penduduk dusun Menco lebih senang kalau anaknya menikah dengan saudara jauhnya atau teman orang tua, hal ini dimaksudkan agar persaudaraan mereka tetap bersambung dan tidak putus, bagi orang tua yang menjodohkan anaknya dengan teman orang tuanya tujuan menjodohkan adalah biar tali silaturrahmi semakin akrab dan tidak sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan).

Namun apakah hal itu efektif dan sudah sesuai dengan hukum, baik hukum perdata maupun hukum Islam. Berangkat dari problem di atas maka pokok permasalahan yang akan dibahas adalah, Apa yang melatar belakangi para orang tua di dusun Menco menjodohkan anaknya yang masih di bawah umur. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap orang tua yang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur dengan jalan dijodohkan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research), dengan pendekatan normatif sosiologis, sedangkan sifatnya deskriptif analisis.

Dari penelitian yang penyusun lakukan di dusun Menco mengenai faktor-faktor yang melatar belakingnya, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi orang tua menikahkan anaknya yang masih di bawah umur dengan dijodohkan diantaranya, Faktor ekonomi, tingginya tingkat intervensi orang tua terhadap anaknya, faktor sosial budaya, kekhawatiran orang tua terhadap dampak negative dari globalisasi. Tindakan orang tua yang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur dengan cara dijodohkan selama hal itu demi kebaikan dan tidak merugikan anak maka hal tersebut diperbolehkan.

Page 3: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSIHal :

Lamp '.

Kepada :

Yth Dosen Fakultas Syari'ahUIN Sunan KalijagaYogyakarta

r-lF.E!'- i Unirersitas lslam Sunan Kalijaga

Nama

N.I.M

Judul

FM-UINSK-BM-05-03/RO

: ARIF HAKIEM

:02351299

: Pemikahan Dini Karena Paksaan Orang Tua (Studi Kasusdi Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan KecamatanWedung Kabupctten Demak)

As s alamu' alaikum. ll/r. W.

Setelah membaca, meneliti member petunjuk dan mengoreksi sertamengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapatbahwa skripsi saudara:

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari'ah Jurusan/ programStudi al-Ahwal asy-Syakhsiyyah sebagai satu syarat untuk memperoleh gelarsarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.

Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Was s ql amu' al ai kum. lltr. lltb.

Yogyakarta 02. Ramadhan 143026, Agustus 2009

Pembimbing

w4,Drs. Supdalna- M.SI.19s411091981031001

Page 4: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah
Page 5: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Motto

Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena umurmu tak cukup

untuk membuat semua kesalahan itu.

Satu-satunya tempat di mana kau dapat memperoleh keberhasilan

tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus

Jangan lupa, kita kelak akan dinilai berdasarkan apa yang kita

berikan, bukan apa yang kita terima

Page 6: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini kupersembahkan khusus kepada Ayahanda dan Ibunda H.

Masykur Muhammad dan Hj. Sukainah tercinta yang dengan kasih

sayangnya telah mendidik dan menuntunku dalam menjalani

kehidupan.

Page 7: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

KATA PENGANTAR

سم اهللا الرمحن الرحيمبأشهد ان ال اله اال اهللا و أشهد . االسالم لذي هدانا وانعمنا على هذا دينالحمد هللا ا

اللهم صل و سلم على سيدنا . أن محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعا لمين

.... اما بعد. اشرف األنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه أجمعين

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan Rahmat Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membawa ajaran mulia sehingga menjadi

bimbingan bagi kehidupan umat manusia dari kondisi kebodohan dan kegelapan

menuju kondisi yang penuh dengan cahaya dan Ilmu.

Penyusun menyadari betapa besarnya bantuan dari berbagai pihak,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu Dengan segala

kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,

bantuan dan keramahan baik pada masa-masa kuliah maupun selama dalam proses

penulisan sekripsi ini. Dalam kesempatan ini penyusun sampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas

Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Supriatna, MS,i. sebagai pembimbing Penyusun haturkan banyak

terima kasih atas pengarahan dan bimbingannnya.

3. Bapak Drs. Supriatna, M.S.I. dan Ibu Hj. Fatma Amilia, S.Ag, M. Si, selaku

ketua dan Sekretaris Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyah beserta segenap Dosen

Page 8: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

dan Karyawan Fakultas Syarai’ah UIN SUKA yang telah melayani mahasiswa

dengan ikhlas dan sabar.

4. Bapak Kepala Dusun Berahan Wetan beserta masyarakat yang telah

membantu memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ayahanda dan ibunda, H. Masykur Muhammad dan Hj. Sukainah beserta

keluarga besar

6. Kepada teman-teman yang selama ini telah memberikan semangat serta

dukungan (Mas Poer, Pak Faizun, Pak Huda, Pak Hadi, Idham Cholid dll)

kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ahirnya penyusun hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga

senantiasa melimpahkan rahmat kepada kita semua. Penyusun menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masihlah jauh dari sempurna meskipun demikian semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan bagi pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta 19, Sya’ban 1430 10, Agustus 2009

ARIF HAKIEM 02351299

Page 9: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penyusunan skripsi ini

menggunakan pedoman transliterasi dari Keputusan Bersama Menteri

Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 dan

No. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai

berikut:

Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

Alif

Ba’

Ta’

Sa’

Jim

H{a

Kha

Dal

Z|al

Ra’

Zai

Sin

Syin

S{ad

D{ad

T{a

Z{a

‘Ain

Gain

Tidak dilambangkan

B

T

S|

J

H {

Kh

D

Z|

R

Z

S

Sy

S{

D {

T{

Z{

‘-

G

Tidak dilambangkan

Be

Te

Es (titik di atas)

Je

Ha (titik di bawah)

Ka dan ha

De

Zet (titik di atas)

Er

Zet

Es

Es dan Ye

Es (titik di bawah)

De (titik di bawah)

Te (titik di bawah)

Zet (titik di bawah)

Koma terbalik (di atas)

Ge

Page 10: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

هـ

ء

ي

Fa’

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

Wau

Ha’

Hamzah

Ya

F

Q

K

L

M

N

W

H

’-

Y

Ef

Qi

Ka

El

Em

En

We

Ha

Apostrof

Ye

Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap yang disebabkan Syaddah ditulis rangkap.

Contoh : ل نز ditulis nazzala.

ن ditulis bihinna.

Vokal Pendek

Fathah ( __ ) ditulis a, Kasrah ( __ ) ditulis i, dan Dammah ( __ ) ditulis u.

Contoh : امحد ditulis ah}mada.

.ditulis rafiqa رفق

.ditulis s}aluh}a صلح

Page 11: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Vokal Panjang

Bunyi a panjang ditulis a>, bunyi i panjang ditulis i< dan bunyi u panjang ditulis

u>, masing-masing dengan tanda garis ( - ) di atasnya.

Fathah + Alif ditulis a >

<ditulis fala فال

Kasrah + Ya’ mati ditulis i<

ditulis mi>s|a>q ميثاق

Dammah + Wawu mati ditulis u>

ditulis us}u>l اصول

Vokal Rangkap

Fathah + Ya’ mati ditulis ai

>ditulis az-Zuh}aili الزحيلي

Fathah + Wawu mati ditulis au

ditulis t}auq طوق

Ta’ Marbutah

Bila dimatikan ditulis “h”. Kata ini tidak berlaku terhadap kata ‘Arab yang

sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti: salat, zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafaz aslinya.

Contoh : تهدبداية ا ditulis Bida>yah al-Mujtahid.

Page 12: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Apabila dihidupkan dibaca seperti Ta’ biasa.

Contoh : تهدبداية ا ditulis Bida>yatul Mujtahid.

Hamzah

1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang mengiringinya.

ditulis inna إن

2. Bila terletak di akhir kata, maka ditulis dengan lambang apostrof ( ’ ).

ditulis wat}’un وطء

3. Bila terletak di tengah kata dan berada setelah vokal hidup, maka ditulis

sesuai dengan bunyi vokalnya.

ditulis raba>’ib ربائب

4. Bila terletak di tengah kata dan dimatikan, maka ditulis dengan lambang

apostrof ( ’ ).

.ditulis ta’khużu>na تأخذون

Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al.

.ditulis al-Baqarah البقرة

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, maka alif+lam ditulis dengan huruf

syamsiyyah yang bersangkutan.

.’<ditulis an-Nisa النساء

Page 13: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI. ........................................................... iii SURAT PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iv MOTTO .......................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ..................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Pokok Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 7

D. Telaah Pustaka ........................................................................ 7

E. Kerangka Teoretik .................................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................... 18

G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 23

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG

PERNIKAHAN DAN WALI

A. Perkawinan ............................................................................... 25

1. Pengertian Perkawinan dan Dasar Hukum Perkawinan ..... 25

2. Rukun dan Syarat Perkawinan ........................................... 30

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ........................................ 31

4. Batasan Usia Perkawinan .................................................. 33

5. Pernikahan Dini ................................................................. 36

B. Wali .......................................................................................... 41

Page 14: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

1. Pengertian .......................................................................... 41

2. Dasar Hukum Wali ............................................................. 43

3. Macam-macam Wali .......................................................... 45

4. Definisi Ijbar, Dasar Hukum dan Kedudukan Wali Mujbir. 49

5. Syarat Ijbar dan Perbedaan Bikr dan Sayyib ..................... 63

BAB III PERNIKAHAN DINI DENGAN CARA DIJODOHKAN

ORANG TUA DI DUSUN MENCO KELURAHAN

BERAHAN WETAN KECAMATAN WEDUNG

KABUPATEN DEMAK

A. Kondisi Geografis dan Demografis .......................................... 71

B. Kondisi Sosial Keagamaan ...................................................... 75

C. Pernikahan Dini Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak .................................. 78

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DINI KARENA

PAKSAAN

A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Dini karena

Paksaan ..................................................................................... 85

B. Ijbar dalam Literatur Hukum Islam.......................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 100

B. Saran-saran .............................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TERJEMAHAN

SURAT BUKTI WAWANCARA

Page 15: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

BIOGRAFI ULAMA

CURRICULUM VITAE

Page 16: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada

kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan

perkawinan adalah hukum yang paling penting dan paling jauh jangkauannya

dibandingkan hukum sosial lainnya1.

Ditinjau dari segi ibadah, dengan perkawinan berarti telah melaksanakan sunnah

Nabi, sedangkan menyendiri dengan tidak kawin adalah menyalahi sunnah Nabi.

Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera melaksanakan

perkawinan, karena akan memelihara diri dari perbuatan yang dilarang Allah2.

Sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi.

3يامعشرالشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له وجاء

Secara hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjian yang kuat sebagaimana

firman Allah :

4غـليـظا قا وقـد أفـضى بـعـضكم الى بـعـض وأخـذن منكم مـيثا ونهوآيـف تأخـذ

1 Abu al-A’la al-Maududi dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan Dalam Islam, alih bahasa

Alwiyah, Cet ke-3, ( Jakarta : Darul Ulum Press, 1994 ), hlm. 2 2 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet ke-3, (Jakarta: Bulan

Bintang , 1993 ), hlm. 5-8 3 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, al-Jami’ as-Sahi<h (Beirut: Dār al-

Fikr,t.t.), VI: 143, Hadis Nomor 4677, “Kitab an-Nikah”, “Bab Qaul an-Nabi man Istata’a Minkum”, hadis dari Umar bin H}afs dari ayahnya A’masy dengan sanad yang Sahih

4 An-Nis>a’ (4) : 21

Page 17: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

2

Sebagai perjanjian, perkawinan mempunyai beberapa sifat, seperti: tidak dapat

dilangsungkan tanpa persetujuan pihak-pihak yang berkepentingan, mengikat hak

dan kewajiban, sedangkan ketentuan-ketentuan dalam persetujuan itu dapat diubah

sesuai perjanjian masing-masing.

Perkawinan merupakan naluri manusia sebagai upaya untuk membina rumah

tangga dalam mencapai kedamaian, ketentraman hidup serta melahirkan rasa kasih

say ang, sebagaimana firman Allah :

Ν6Ζ/ ≅è_ρ $γŠ9) #θΖ3¡F9 %`≡ρ—& Ν3¡Ρ& ⎯Β/39,={β&µG≈ƒ#™⎯Βρ

5 βρ3GƒΘθ)9 M≈ƒψ79≡Œ’û β) πϑm‘ρ οŠθΒ

Pernikahan merupakan akad yang menghalalkan pergaulan serta

menyebabkan terjadinya hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan mahram6.

Perlu diingat, bahwa dalam melaksanakan pernikahan itu, agama menentukan

unsur-unsur yang menurut istilah hukumnya disebut rukun dan masing-masing

rukun memerlukan syarat sahnya pernikahan. Dalam fiqh dinyatakan sah jika

pernikahan tersebut dilaksanakan dengan syarat-syarat pernikahan yang telah

ditetapkan oleh hukum Islam. Adapun syarat sah nikah adalah :

1. Calon mempelai laki-laki dan perempuan.

5 Ar-Ru<m (30) : 21 6 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Cet. Ke-34, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), hlm. 374.

Page 18: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

3

2. Saksi.

3. Wali.

4. Mahar.

5. Ijab dan Qabul7.

Keberadaan wali sebagai salah satu syarat sahnya pernikahan didasarkan kepada

sabda Nabi SAW:

8 دلـع ىال نكاح اال بولي وشاهد

Dalam suatu pernikahan, perempuan tidak boleh menikahkan dirinya sendiri

melainkan harus menyerahkannya kepada pihak walinya, kecuali perempuan

tersebut janda, bahkan seorang ayah berhak memaksa anak perempuannya meskipun

anak tersebut tidak menyetujui atas pilihan ayahnya tersebut, yang kemudian

dikenal dengan istilah wali mujbir, wali yang mempunyai hak memaksa9.

Hal ini kemudian menimbulkan asumsi umum bahwa Islam membenarkan

kawin paksa. Dalam masyarakat pun sering dipercaya secara turun temurun dan

menjadi ajaran di luar keagaman, jodoh laki-laki di tangan Tuhan dan jodoh

perempuan di tangan orang tua10.

7 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995), hlm. 38. 8Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Saurah at-Tirmiz\i, al-Jāmi’ as-S}ah}i<h, (Bairut: Dār al-Fikr,

t.t.), II: 280, hadis No. 1020, “Kitab an-Nikah”, “Bab Ma Ja’ala Nikaha illa Biwaliyyin”, riwayat dari Ali bin Hajr dari Syarik bin Abdillah dari Abi Ishak, dengan sanad yang sahih.

9 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, hlm. 100. 10 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Jender,

(Yogyakarta: LKIS, 2002), hlm. 78.

Page 19: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

4

Dusun Menco adalah dusun kecil di Desa Berahan Wetan Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak Jawa Tengah. Pernikahan di dusun Menco mayoritas terjadi

karena dijodohkan oleh orang tuanya. Dari hasil observasi yang dilakukan penulis

selama ini banyak dijumpai para orang tua menikahkan anaknya pada usia dini yaitu

di usia 13-16 tahun bagi perempuan dan 16-21 tahun bagi para lelaki. Sebagian

besar mereka menikah karena suatu perjodohan yang dilakukan orang tua. Rata-rata

mereka menikah setelah lulus dari SD atau maksimal SMP bagi para perempuan dan

bagi para lelaki ketika lulus dari SD, SLTP, atau SMP.

Kehidupan masyarakat Menco, sehari-hari penuh kesibukan dengan bekerja di

tambak dan sebagian melaut untuk memenuhi kehidupan mereka. Rata-rata anak

yang tidak sekolah atau di pondok pesantren ikut orang tua bekerja di tambak atau

laut.

Aktifitas ini mempengaruhi kedewasaan anak-anak mereka, banyak anak-anak

yang masih di bawah umur gaya berfikirnya melebihi umur mereka tentunya libido

seorang anak ikut berubah juga sehingga banyak anak laki-laki atau perempuan

yang menikah di bawah umur. Bahkan sebagian anak laki-laki yang masih di bawah

umur tetapi sudah mampu bekerja banyak yang sudah menikah.

Bertolak dari hal itu, maka ada kecendrungan bagi orang tua untuk menikahkan

anaknya secepatnya, karena asumsi mereka, dengan segara menikah maka anak-

anak akan semakin dewasa dengan mengurus rumah tangga yang mereka bangun

dan juga secara tidak langsung ikut mengurangi beban ekonomi orang tua sehingga

orang tua tinggal konsentrasi ke adik-adiknya atau keperluan yang lainnya. Selain

Page 20: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

5

itu, semakin tua umur anak perempuan khususnya, maka semakin banyak gunjingan,

bahkan bagi sebagian masyarakat Menco anak perempuan yang sudah lewat usia 20

tahun belum menikah mendapat sebutan perawan tua. Hal ini menyebabkan

sebagian besar orang tua menikahkan anak perempuannya yang masih di bawah

umur dengan paksaan (ijbar) karena untuk menutupi rasa malu atau aib.

Aib atau hanya untuk menutupi rasa malu karena anaknya belum menikah bukan

salah satu sebab mengapa orang tua di dusun Menco menikahkan anak

perempuannya walaupun masih di bawah umur.

Faktor ekonomi termasuk faktor utama mengapa orang tua memaksa anaknya

untuk menikah, menikah di usia dini kemudian menjadi kebiasaan, hal dilakukan

secara turun temurun. Perkembangan zaman yang semakin maju, pergaulan remaja

semakin bebas juga terjadi di dusun Menco. Masuknya alat informasi dan

komunikasi yang semakin canggih seperti televise, telephone, radio, Player Disc,

CD dan sebagainya. Hal ini menjadi salah satu alasan orang tua untuk segera

menikahkan anaknya.

Dalam pasal 7UU No.1 /1974 juga disebutkan bahwa perkawinan hanya

diizinkan jika pihak laki-laki mencapai umur 19 dan pihjak wanita mencapai 16

tahun. Sementara yang terjadi di desa Menco, pernikahan dini masih banyak terjadi.

Yang menarik dari masyarakat Menco adalah perkawinan dini di dusun tersebut bisa

bertahan lama walaupun kadang-kadang ada konflik itupun bisa diatasi dengan

musyawarah keluarga antara suami istri, mertua dengan bantuan tokoh masyarakat

Page 21: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

6

(Kiai). Maka ini menjadi salah satu kelebihan bahwa walaupun mereka menikah di

usia dini tapi mereka dapat menjaga keutuhan keluarga dari perceraian.

Maka permasalahan tersebut menjadi menarik bagi penyusun untuk diteliti,

bagaimana angka perkawinan di bawah umur karena dipaksa (ijbar) di dusun Menco

kelurahan Berahan Wetan kecamatan Wedung kabupaten Demak banyak terjadi, apa

yang menjadi faktor penyebab para orang tua menikahkan anaknya yang masih di

bawah umur, apakah hal ini dilakukan karena masyarakat masih sangat menjaga

tradisi turun temurun.

Yang menarik adalah walaupun mereka kawin karena ada paksaan dari orang tua

dan usia mereka masih dibawah umur namun pasangan suami istri tersebut mampu

menjalankan roda rumah tangga dengan penuh kesadaran untuk memikul rasa

tanggung jawab dalam melaksanakan bahtera rumah tangga dan angka

perceraianpun sangat kecil.

B. Pokok Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil pokok masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi orang tua di dusun Menco kelurahan Berahan Wetan

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak menjodohkan anaknya di usia dini?

2. Apa dampak positif dan negative dari pernikahan dini sebab kawin paksa (Hak

Ijbar)?

Page 22: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

7

3. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap pernikahan dini sebab kawin

paksa (Hak Ijbar)?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan pernikahan dini yang terjadi di Dusun Menco Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak.

b. Mendeskripsikan dampak pernikahan dini di Dusun Menco Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak.

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sumbangan keilmuan bagi wacana yang berkembang saat ini yaitu

tentang pernikahan dini dan Hak Ijbar

b. Sebagai upaya memberikan penerangan dan memperluas wawasan umat

Islam berkaitan dengan perilaku mernikahan secara ijbar bagi anak yang

masih di bawah usia perkawinan.

D. Telaah Pustaka

Jika berbicara masalah usia muda, dalam perkawinan tidak ada ketetapan pasti

tentang minimal usia seseorang diwajibkan untuk menikah. Ketentuan al-Quran

surat an-Nisa (4) : 6 membahasakan usia perkawinan dengan lafadh balaģ an-Nikāh }

disertai rushd (kecerdasan). Barangkali pengertian yang representatif diajukan

sehubungan dengan balaģ an-Nikāh} adalah tercapainya usia yang menjadikan

Page 23: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

8

seseorang siap untuk melaksanakan perkawinan yaitu ih}tila>m (mimpi). Para ulama

sepakat mengartikan sebagai mimpi keluar mani, yang selanjutnya menentukan

ih}tila>m sebagai pertanda kedewasaan bagi laki-laki, sementara itu perempuan

dimulai dengan haid11.

Skripsi yang berjudul “Pernikahan Dini dan Rendahnya Perceraian (Studi

Kasus di Dusun Brenggalo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonogoro Jawa

Timur” penelitian ini menggambarkan tentang pernikahan dini yang dilaksanakan di

desa tersebut sudah menjadi suatu hal lazim bukan hal yang aneh dan pernikahan

tersebut dapat bertahan meskipun usia mereka di bawah umur12.

Berbeda dengan penelitian Getta Nurmalasari, penelitian yang penyusun

lakukan, sekalipun pelakunya sam-sama di bawah umur akan tetapi di lokasi yang

penyusun teliti menjelaskan pernikahan tersebut dilakukan atas ijbar orang tua yaitu

dengan cara menjodohkan.

Skripsi Khotimatul Khusna yang berjudul “Relevansi Hak Ijbar Wali Menurut

Imam Asy-Syafi’i Dengan Hak Perempuan dalam Memilih Pasangan”, ini

menitikberatkan pembahasan tentang masalah pemahaman dalam konteks pendapat

Imam Syafi’i, yaitu diperbolehkannya ijbar dengan syarat menguntungkan dan

11 As-San'ani, Subu<l as-Sala>m, (Beirut: Da<r al-Kutub al-Ilmiyah, t.t,) II : 181. 12 Getta Nurmalasari, Pernikahan Dini dan Rendahnya Perceraian, (Studi Kasus di Dusun

Brenggalo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonogoro Jawa Timur” Skripsi tidak diterbitkan (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2003).

Page 24: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

9

tidak merugikan anak. Wali juga tidak boleh memaksa kalau merugikan dan

menyusahkan anak13.

Orang tua menganggap bahwa hak ijba<r yang dimilikinya harus dilaksanakan

dan wajib dipatuhi oleh anak-anaknya, sehingga hak anak perempuan untuk memilh

pasangan yang seharusnya dihormati dan dihargai, menjadi suatu yang

dikesampingkan dan tidak pernah didengar14.

Guntur menulis dengan judul 'Problematika Perkawinan Usia Muda", dengan

kesimpulan bahwa pernikahan dini lebih banyak memiliki dampak negative dalam

kehidupan rumah tangga. Dari beberapa pendapat tersebut, terlihat belum ada

pembahasan tentang pernikahan dini yang memiliki banyak dampak positif atau

rendahnya keretakan rumahtangga (perceraian).

Oleh karena itu, penyusun akan mencoba membahas tentang pernikahan dini

sebab kawin paksa yang terjadi di masyarakat Menco, Berahan, Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak Jawa Tengah. Judul skripsi ini menjadi penting untuk diteliti

karena dengan mengadakan penelitian pada kondisi real di masyarakat, untuk

menjelaskan apakah pernikahan di usia dini dan dilakukan ijbar (perjodohan) dari

orang tua tidak apakah selalu menimbulkan problematika khususnya perceraian atau

tidak.

Sejauh yang penulis ketahui dari beberapa karya ilmiah yang ada dalam bentuk

skripsi, belum ada yang menitikberatkan pada pembahasan pernikahan dini karena

13 Khotimatul Khusna, Relevansi Hak Ijbar Wali Menurut Imam Asy-Syafi’i Dengan Hak Perempuan dalam Memilih Pasangan, Skripsi tidak diterbitkan (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2003).

14 Ibid

Page 25: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

10

paksaan studi kasus Dusun Menco kelurahan Berahan Wetan Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak. Oleh karena itu penyusun akan mencoba membahas tentang

pernikahan dini karena paksaan orang tua di Dusun Menco kelurahan Berahan

Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.

E. Kerangka Teoretik

Demi mewujudkan suatu pernikahan keluarga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah dan sebagai usaha memelihara kemulyaan keturunan, maka diperlukan suatu

ketentuan atau aturan yang terkait dengan perkawinan, yakni perwalian nikah.

Konsep perwalian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sebab merupakan

salah satu dari syarat legal pernikahan Islam yang harus dipenuhi.

Wali menurut Istilah Ulama Fiqh ada beberapa pengertian yaitu: Wali adalah

suatu ketentuan hukum syara’ yang dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai

dengan bidang hukumnya. Perwalian itu ada yang umum dan ada yang khusus.

Perwalian yang khusus adalah berkenaan dengan manusia dan harta benda.

Pembicaraan disini dibatasi pada masalah perkawinan yang berkaitan dengan

manusia dan masalah wali nikah15.

Wali dalam suatu pernikahan merupakan hukum yang harus dipenuhi calon

mempelai wanita yang bertindak menikahkannya atau memberi pernikahannya.

Wali dapat langsung melaksanakan akad nikah.16

15 As- Sayyid Sabiq, Fiqh As- Sunnah, (Kuwait: Da>r al-Bayan, 1971), hlm. 111.

16 Djamaan Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama, 1993), hlm. 65.

Page 26: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

11

Perwalian dalam perkawinan adalah suatu kekuasaan atau wewenang syar’i

atas segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempurna, karena

kekurangan tertentu pada orang yang dikuasai itu, demi kemaslahatannya sendiri.

Dalam kitab Al-Fiqh ‘ala al-Maz\\\ahib al-‘Arba’ah Al Jaziri, Mengatakn:

17.الولي في النكاح هوالذي يتوقف عليه صحة العقد فال يصح بدونه

Hak perwalian, dalam hal ini wali nikah bisa terjadi karena lima hal, antara

lain:

1. Hubungan kekerabatan baik kerabat dekat (seperti ayah, kakek dan anak laki-

laki) maupun kerabat jauh (seperti anak laki-laki paman, saudara ayah atau

saudara ibu).

2. Hubungan pemilikan, seperti hamba sahaya dengan tuannya.

3. Hubungan yang ditimbulkan karena memerdekakan budak. Seseorang

mempunyai hubungan secara syara’ dengan hamba sahaya yang telah

dimerdekakannya. Oleh karena itu, menurut ulama fiqh, orang tersebut dapat

mewarisi harta hamba sahaya yang dimerdekakannya dan berhak memaksa

hamba sahaya itu menikah dengan seorang wanita.

4. Hubungan mawali, yaitu hubungan yang disebabkan perjanjian antara dua orang

yang mengikatkan diri untuk saling membantu apabila salah satu pihak

dikenakan denda karena melakukan sesuatu tindak pidana, seperti pembunuhan.

17 Abdurrahman Al-Jazairi, Al-Fiqh Ala Maz\\\ahibil Arba’ah (Mesir: Da<r al-Kutub al-Ilmiyah,

1990), I:26.

Page 27: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

12

Pihak yang membantu ikut menanggung beban biaya denda tersebut dan berhak

mewarisi maulanya dan menjadi wali nikahnya.

5. Hubungan antara Penguasa dan warga Negara, seperti kepela Negara, wakilnya

atau hukim. Mereka berhak menjadi wali bagi orang yang tidak mempunyai wali

dari kerabat dekat dalam pernikahan.18

Oleh sebab itu, perwalian dapat dibagi lagi menjadi garis besar yaitu:

a. Perwalian atas orang.

b. Perwalian atas barang.

c. Perwalian atas orang dalam perkawinan.19

Dasar hukum wali nikah tidak ditemukan ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan

secara detail dan terperinci, namun ada beberapa ayat al-Quran yang menunjukkan

keharusan adanya wali dalam pernikahan. Sehingga ayat tersebut digunakan dasar

hukum adanya wali dalam pernikahan, Allah berfirman yang berbunyi:

20وال تنكحوا المشرآين حتى يؤمنوا

Ayat tersebut ditujukan kepada wali supaya mereka tidak menikahkan wanita-

wanita Islam kepada orang-orang musyrik. Andai kata wanita itu mempunyai hak

secara langsung untuk menikahkan dirinya tanpa wali, maka tidak ada artinya ayat

tersebut ditujukan kepada wali. Tetapi karena akad nikah adalah urusan wali, maka

larangan tersebut ditujukan kepada wali. 18Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Cet. 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 1337.

19 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukukm Islam Tentang Perkawinan, hlm. 93.

20 Al-Baqarah (2) : 221.

Page 28: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

13

Macam-macam wali yaitu:

1. Al-wilayah al-Ikhtiyariyah.

Jenis perwalian ini adalah perwalian untuk menikahkan anak perempuan

yang sudah tidak perawan lagi, dimana ia tidak boleh menikahkan tanpa izinnya

terlebih dahulu, izin ini tidak cukup dengan diamnya, tetapi harus dengan

diucapkan atau jawaban yang jelas21.

Adapun perwalian ini dimiliki oleh semua wali22. Sedangkan Ulama

mazhab Hanafi seperti yang telah tersebut bahwa semua wali mujbir sehingga

keberadaan wali mukhtar hanya dianjurkan bagi wanita yang telah balig dan

berakal, baik wanita itu masih perawan atau yang sudah tidak bersuami lagi

menurut mereka, wanita yang seperi ini boleh menikahkan dirinya sendiri secara

sukarela dan sadar.

2. Al-Wila<yah al-Ijba<riyya<h.

Al- Wila<yah al-Ijba<riyya<h atau yang bisa disebut wali mujbir adalah orang

yang mempunyai wewenang secara langsung untuk menikahkan orang yang

dibawah perwaliannya meskipun tanpa izin orang itu.23 Bisa disebut dan

tergolong wali nasab atau kerabat.

Wali nasab artinya anggota keluarga laki-laki dari calon mempelai

perempuan yang mempunyai hubungan darah patrinlineal dengan calon

21 Syafiq Hasyim, Hal-hal yang tak terpikirkan tentang isu-isu perempuan dalam Islam, Cet. II (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 155.

22 Ibid.

23 Abdul Aziz Dahlan (ed), “Nikah”, Ensiklopedi Hukum Islam., IV: 1337.

Page 29: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

14

mempelai perempuan. Jadi, yang termasuk wali nasab ialah ayah, kakek, saudara

laki-laki, paman dan seterusnya24.

Tentang urutan wali nasab, terdapat perbedaan pendapat antara ulama fiqh.

Imam Malik mengatakan bahwa perwalian itu didasarkan atas keasabahanya,

kecuali anak laki-laki. Siapa saja yang dekat hubungan asabahnya, maka ia

berhak menjadi wali. Menurut beliau, anak laki-laki lebih utama, kemudian

bapak sampai keatas dan seterusnya.25 Sedangkan menurut Imam Asy-Syafi’i,

anak laki-laki tidak boleh menjadi wali. Wali yang paling utama adalah bapak,

kemudian kakek. Kakek lebih utama dari saudara laki-laki26.

Secara etimologi, Ijba<r adalah al-Qohru (memaksa) dan al-Ilza<m

(pemaksaan)27sedangkan menurut istilah, Ijba>r yaitu : hak memilih dan

menentukan secara sepihak atas anak gadisnya yang akan menjadi bakal calon

suaminya28.

Hak Ijba>r wali dan kebebasan wanita dalam fikih Syafi’iyyah menetapkan

wali sebagai salah satu rukun nikah, yang berarti tanpa wali akad nikah tidak

24 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, Cet. V (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 2004), hlm. 46 .

25 Ibnu Rusyd, Bida<yat al Mujtahid, (Bairut: Da<r al Fikr, t.t), hlm.36.

26 Ibid., hlm. 36.

27A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 164-165.

28 Abu Ish{aq Ibrahim al-Fairuzzabadi Asy-Syirazi, Al-Muhazz{ab fi> al-Fiqh al-Imam Asy-

Syafi’i, (Semarang: Toha Putra,t.t), hlm. 37.

Page 30: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

15

sah. Penulis kitab-kitab juga sepakat, wanita tidak boleh menikahkan dirinya

sendiri dan tidak berhak menjadi wali nikah sesuai dengan hadis Nabi29:

30المراة نفسها ال تزوج المرأة وال تزوج Ijba>r seorang ayah lebih bersifat tanggung jawab dengan asumsi dasar

bahwa perempuan tersebut belum atau tidak memiliki kemampuan bertindak

sendiri. sehingga dalam pengertian ini.

Dalam hadis lain yang mendukung adanya wali mujbir dalam suatu

pernikahan diantaranya:

, فنكاحها باطل, فنكاحها باطل, امرة نكحت بغيراذن وليها فنكاحها باطل ايما

31 الصداق بمااستحل من فرجها فلها بها دخل فان

Hadis ini merupakan dukungan adanya wali dalam pernikahan. Sedangkan

hadis kedua riwayat dari ‘Aisyah isteri Nabi, dijadikan dasar untuk mengungkapkan

adanya hak ijbar bapak atau kakek pada anak perempuan yang belum dewasa

ditambah dengan alasan bahwa semua urusan anak kecil merupakan tanggung jawab

ayahnya.

Dalam menetapkan suatu hukum syara’, para ‘ulama mujtahidin berbeda

pandapat. Adapun sebab-sebab terjadinya perbedaan tersebut adalah:

29 Al-Fairuzzabadi, Al-Muhazz{ab, hlm. 35: Al-Dimasyqi, Kifa>yat al-Akhyar, hlm. 48. 30 Abu > Abdullah Ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Bairut, Da>r al- Fikr, t.t), hadis no.

1872 (CD Mausu’ah), “Kitab Nikah”, bab “La Nikah{a Illa Bil Wali”.

31. Abi Abbas Muhammad bin Saurah at-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, (ttp: Da>r al-Fikr, t.t.), II:287, Abwa>b an-Nika>h Bab Maja’a fi Isti’mar al-Bikr Wa as-Sayyib, Hadis no.1114. Hadis riwayatQutaibah dari Ibnu Abbas. Hadis semakna dengan lafaz berbeda terdapat dalam Muslim, Sahih Muslim, I:594, Kitab an-Nikah, Bab Isti’zanu as-Sayyib bi an-Nutqi. Hadis riwayat Sa’id Mansur dan Qutaibah dari Ibnu Abbas.

Page 31: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

16

1. Karena berbeda masa atau zamannya.

2. Karena perbedaan domisili.

3. Berbeda tentang esensi dan urgensi.

4. Tidak semua ulama mazhab menerima hadis yang sama.

5. Berbeda latar belakang dan disiplin ilmu.

6. Berbeda dalam memahami nas Al Qur’an dan Sunnah.

7. Karena berlainan ijtihad dan lain sebagainya32.

Adapun faktor-faktor yang menjadi latar belakang munculnya pemahaman

terhadap keberadaan wali mujbir adalah:

1. Tidak terdapat ketegasan dan ketetapan yang jelas di dalam al-Qur’an tentang

sah atau tidak sahnya akad nikah dalam perjodohan wali mujbir.

2. Tidak terdapat hadis-hadis yang disepakati kesahihannya sahnya nikah dalam

perjodohan wali mujbir, walaupun ada masih dipertentangkan.

Para ulama berbeda pendapat dalam hal kebolehan adanya wali mujbir karena

tidak adanya nas yang jelas. Dalam menentukan dalil wali mujbir menurut

mujtahidin yang sepakat dengan adanya perwalian khususnya wali mujbir.

Husein Muhammad berpendapat perkawinan usia muda adalah perkawinan

laki-laki atau perempuan yag belum balig. Apabila batasan balig itu ditentukan

dengan hitungan tahun, maka perkawinan belia adalah perkawinan di bawah usia 15

tahun menurut mayoritas ahli fiqh, dan di bawah 17/18 tahun menurut Abu Hanifah.

Mayoritas ulama fiqh–Ibn Mundzir bahkan menganggapnya sebagai ijma'

32 Bahri Ghazali Djumaris, Perbandingan Mazhab, Cet. I (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1992), hlm. 2.

Page 32: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

17

(consensus) ulama fiqih–mengesahkan perkawinan muda atau dalam istilah yang

lebih popular perkawinan di bawah umur. Menurut mereka, untuk masalah

perkawinan, criteria balig dan berakal bukan merupakan persyaratan bagi

keabsahannya33.

Yusuf Musa berpendapat bahwa usia dewasa itu setelah seorang berusia 21

tahun karena para pemuda yang berusia sebelum itu biasanya masih dalam periode

belajar dan kurang mempunyai pengalaman hidup34.

Berbeda dengan Fauzil 'Adhim, ia mengambil pengalaman Abraham H

Maslow-pendiri psikologi humanistic, bahwa usia yang sudah menginjak 18-20

tahun, inilah saatnya berfikir tentang menikah dan membina rumah tangga, it's the

time to think marriage. Maksudnya sejak menikah itulah Maslow baru bisa

merasakan bahwa hidup benar-benar bermakna. Melalui pernikahan, kehidupan

lebih terarah dan memiliki tujuan yang jelas35. Maka dalam memutuskan untuk

menikah, mereka (suami-isteri) siap menanggung segala beban yang timbul akibat

adanya pernikahan, baik yang menyangkut pemberian nafkah, pendidikan anak,

maupun yang berkaitan dengan perlindungan serta pergaulan yang baik (mu'āsyarah

bil ma'rūf) dengan istri36.

33 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Cet ke-1,(Yogyakarta : LkiS, 2001), hlm. 68 34 M. Hasybi as-Syidiqy, Pengantar Hukum Islam, Cet. Ke-1, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975)

hlm 241 35 Mohammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, Cet. Ke-2, (Jakarta : Gema Insani

Press, 2002), hlm. 22-23 36 Ibid, hlm. 111.

Page 33: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

18

‘Urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan

kebiasaaan di kalangan mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan37. ‘Urf ini

dibedakan menjadi dua bagian, ‘urf Shahih, yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal

umat manusia dan tidak berlawanan dengan dalil syara, serta tidak menghalalkan

yang haram dan tidak pula menggugurkan kewajiban. Kedua ‘urf fasid, ialah segala

sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia, tetapi berlawanan dengan syara, atau

menghalalkan yang haram dan menggugurkan kewajiban. Dari kedua bentuk

tersebut, hanya ‘urf sahih yang bisa dijadikan hujjah.

Pernikihan dini karena paksaan orang tua yang terjadi di dusun Menco

merupakan sebuah keputusan yang di dasarkan dengan keputusan yang matang,

bukan sesuatu keputusan yang tergesa-gesa karena tujuannya adalah kebaikan anak

karena dilakukan dengan jalan musyawarah dan tidak merugikan anak. Hal ini

sesuai dengan kaidah ushul fiqh yang berbunyi

38 درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap masalah di atas, penyusun menggunakan

metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian.

37 Kamal Muchtar (dkk). Usul Fiqh (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 146.

38 Abdul Wahha>b Khall>af, “Ilmu Usu>l al-Fiqh” diterjemahkan Masdar Helmy, (Bandung: Gema Risala Press, 1996). hlm. 126.

Page 34: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

19

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research )yaitu

melakukan penelitian langsung ke tempat yang menjadi objek penelitian untuk

memperjelas kesesuaian antara teori dan praktek, sedang obyek dalam penelitian

ini adalah pernikahan dini serta alasan-alasan yang digunakan oleh penduduk

dalam pelaksanaan pernikahan dini di Dusun Menco Desa Berahan Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak Jawa Tengah.

2. Sifat Penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yakni penelitian yang bertujuan

menjelaskan suatu gejala atau fakta serta upaya untuk mencari dan menata

secara sistematis dan akurat data penelitian, kemudian dilakukan penelaahan

secara akurat dan mendetail guna mencari makna39.

Penelitian ini ditunjukkan untuk mendeskripsikan secara terinci obyek

yang diteliti, yaitu perkara pernikahan dini sebab kawin paksa yang terjadi di

Dusun Menco Desa Berahan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Jawa

Tengah dan dianalis dengan kerangka teoretik yang telah dirumuskan.

3. Subyek Penelitian.

Sebagai subyek penelitian adalah pasangan suami istri di Dusun Menco yang

menikah tahun 1998-2007 dan tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak Jawa Tengah. Adapun obyek penelitian adalah

factor-faktor apa yang mempengaruhi pernikahan dini sebab kawin paksa di

Dusun Menco dan mengapa perceraian dari pernikahan tersebut sangat rendah.

39 Nurul Zuhriah,Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 47.

Page 35: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

20

4. Populasi dan Sampel.

Populasi yaitu: keseluruhan obyek yang akan diteliti40. Dalam penelitian ini

yang dijadikan populasi adalah pasangan suami istri di Dusun Menco yang

menikah pada tahun 1998-2007 dan tercatat di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, berjumlah 179 pasangan.

Pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dengan cara mencatat dan

mendata jumlah pernikahan yang terjadi di dusun Menco tahun 1998-2007

kemudian penyusun mengambil 20 pasangan yang menikah di usia dini.

5. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data atau informasi dalam suatu penelitian diperlukan

adanya suatu metode. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan

skripsi ini dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)/ Questionare ( pertanyaan tertulis ).

Interaksi dengan sebagaian populasi seraya melakukan tanya jawab

dengan para penduduk yang menikah di usia dini, dalam melakukan

wawancara, penyusun memberikan pertanyaan-pertayaan (Questionare) yang

disusun secara tertulis tapi tidak semua pelaku pernikahan dini di

wawancarai, tapi hanya 20 pasangan saja yang di wawancarai.

Hal ini dikarenakan tidak semua palaku mau dengan terbuka untuk

dimintai keterangan tentang pernikahan dini. Bahkan ada responden yang

40 Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Ke-10 ( Jakarta :

Rineka Cipta, 1996 ) hlm. 115

Page 36: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

21

mau di wawancarai serta pertanyaan tertulis (Questionare) tapi disertai

kesepakatan untuk menyembunyikan identitas responden.

b. Observasi.

Pengamatan atau pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diselidiki41. Metode ini mengamati secara langsung terhadap

hal-hal yang mendukung dalam penelitian, seperti mengamati tentang

perkawinan di bawah umur di dusun Menco desa Berahan Wetan kecamatan

Wedung kabupaten Demak dengan menelusuri fakta yang ada.

c. Dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

berupa literature yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, agenda dan sebagainya42,.serta melihat dokumen yang ada

hubungannya dengan pokok masalah baik di kantor balai desa Berahan

Wetan, Pegawai Pencatat Nikah, dan di KUA Kec Wedung serta di kantor

kecamatan Wedung kabupaten Demak.

6. Analisa Data

Setelah data terkumpul peneliti berusaha mengadakan klasifikasi data,

menganalisa, mengadakan generalisasi menyimpulkannya dan menyusunnya

secara sistematis. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah

metode:

41 Sutrisno Hadi, Metode Research, Jilid I (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hlm. 136. 42 Suharsmi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1993), hlm. 234.

Page 37: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

22

a. Metode Deduktif.

Metode deduktif yaitu metode menganalisa dari data yang bersifat umum

mengenai pernikahan dini karena paksaan, sebab-sebab pernikahan dini dengan

menggunakan pengetahuan umum mengenai pernikahan, kemudian ditarik ke

simpulan khusus. Dalam hal ini adalah Nas } hadis yang dijadikan landasan

hukum ijba>r orang tua di dusun Menco dijadikan sebagai premis umum,

kemudian diperinci kepada premis-premis khusus yang dilaksanakan sebagai

ketentuan-ketentuan orang tua di dusun Menco. Karena hal ini adalah sebagai

bentuk argumen yang sanggup menghasilkan pengetahuan pasti.

b. Metode Induktif

Metode induktif ini adalah penalaran yang berangkat dari fakta-fakta

yang khusus, lalu ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Dalam hal ini adalah

alasan orang menikahkan anaknya dengan cara ijbar akan dijadikan premis-

premis yang khusus kemudian akan digeneralisasikan menjadi sebuah

kesimpulan yang akan menghasilkan satu kesepakatan umum dalam masalah

ijba>r.

7. Pendekatan.

Pendekatan Normatif, yaitu dengan mendasarkan pada al-Quran, al-

Hadis dan Qowa'id Us}u>liyyah. Pendekatan Sosiologis, yaitu dengan mengetahui

kondisi sosio-kultural masyarakat di mana hukum Islam diberlakukan.

Page 38: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

23

G. Sistematika Pembahasan

Bahasan-bahasan dalam penelitian ini dituangkan dalam lima bab, dimana antara

satu bab dengan bab lainnya memiliki keterkaitan logis dan organik.

Bab satu pendahuluan, berturut-turut memuat uraian, latar belakang dan

rumusan masalah yang dikaji, kerangka teoretik, uraian pendekatan dan metode

penelitian, tujuannya agar dapat menghasilkan suatu penelitian yang lebih akurat.

Selanjutnya uraian tentang telaah pustaka dan signifikan penelitian, dimaksudkan untuk

melihat kajian-kajian yang telah ada sebelumnya sekaligus akan nampak orisinalitas

kajian penulis yang membedakannya dengan sejumlah penelitian sebelumnya, sedang

sistematika pembahasan dimaksudkan untuk melihat rasionalisasi dan interelasi

keseluruhan bab dalam kripsi ini.

Bab dua berisi tentang kajian umum seputar pernikahan dini dan hak ijbar orang

tua dalam konsep fiqih. Pembahasan bab ini dipaparkan secara jelas baik pada dataran

terminologinya ataupun konsep intern makro dari persoalan bab di atas. Bab ini terdiri

dari beberapa sub bab; sub bab yang pertama berbicara tentang hukum Islam tentang

perkawinan dan wali mujbir yang terdiri dari : pengertian perkawinan, dasar-dasar

hukum perkawinan dalam Islam, rukun dan syarat perkawinan, tujuan dan hikmah

perkawinan, batasan usia perkawinan, pada bab tentang wali dijelaskan pengertian ijbar,

dasar hukum ijbar dan kedudukan wali mujbir, syarat-syarat ijbar dan perbedaan antara

bikr dan sayyib, Kajian ini dimaksudkan untuk membahas tentang landasan teori yang

menjadi acuan dasar dari hal-hal yang berkaitan dengan fokus kajian.

Page 39: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

24

Bab tiga menguraikan tentang pernikahan dini melalui perjodohan oleh orang

tua di dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.

Diawali dengan uraian gambaran umum dusun Menco kelurahan Berahan Wetan

kecamatan Wedung kabupaten Demak, pembahasan ini dimaksudkan untuk

memperoleh dasar dalam mempertajam analisa. Bab ini berisi kondisi geografis,

demografis, sosial keagamaan, dan tingkat pendidikan. Selanjutnya dipaparkan tentang

pernikahan dini di dusun Menco kelurahan Berahan Wetan kecamatan Wedung

kabupaten Demak. Uraian ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan historis objek

penelitian dalam penelitian ini.

Bab empat pembahasan ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban yang

konkrit dari pokok masalah. Bab ini menganalisa dari pokok masalah yaitu faktor-faktor

yang melatar belakangi orang tua di dusun Menco menikahkan anaknya yang masih di

bawah umur, serta menganlisa hukum Islam terhadap orang tua yang menikahkan

anaknya yang masih di bawah umur (pernikahan dini).

Bab lima memuat uraian kesimpulan yang berisi jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah dan saran-saran yang dimaksudkan

sebagai rekomendasi untuk kajian lebih lanjut.

Page 40: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

25

BAB II

HUKUM ISLAM TENTANG PERKAWINAN DAN WALI MUJBIR

A. Pengertian Perkawinan

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang

menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan

hubungan kelamin atau persetubuhan 1.

Pengertian perkawinan menurut istilah ilmu fiqh sering memakai lafaz

"nika>h}" dan "ziwa>j". Menurut bahasa, nikah dapat mengandung makna

h}aqiqi, yaitu "dam", yang artinya menghimpit, menindih, atau berkumpul,

dapat pula mengandung makna ma>jazi>, yaitu : "wala>", yang berarti

bersetubuh atau 'aqad (mengadakan perjanjian pernikahan)2.

Menurut syara', arti nikah adalah akad yang membolehkan seorang laki-

laki bergaul bebas dengan perempuan tertentu dan pada waktu akad

mempergunakan lafaz "nika>h}" atau "tazw>ij", atau terjemahannya.3 Adapun

"ziwa>j" atau "tazwi>j" bermakna sama dengan nika>h}.

                                                            1 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet. Ke- 3,

hlm. 456.

2 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet ke-3 (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), hlm.1.

3 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus

Sunnah dan Negara-negara Islam, Cet ke-1 9 (Jakarta : Bulan Bintang, 1988) hlm. 104

Page 41: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

26

'Abd Ar-Rahman Al-Jazairi menambah pengertian nikah dengan

pengertian yang musytarak atau 'aqad dan wata`. Di dalam pengertian syara'

terkadang lafaz nikah digunakan untuk 'aqad, terkadang digunakan untuk

wata, dan terkadang pula digunakan satu makna. Pengertian nika>h} yang

ketiga yang merupakan pengertian fiqhiyyah4.

Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa5.

Adapun menurut Kompilasi Hukum Islam, perkawinan adalah akad yang

sangat kuat atau mits>aqan ghaliz>an untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah6. Perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah7.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa arti perkawinan atau

pernikahan adalah suatu akad perikatan untuk menghalalkan hubungan

kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan

                                                            4 'Abd ar-Rahman al-Jazairi, Kitab al-Fiqh 'ala> al-Mazżahi>b al-Arba'ah, (Beirut : Da>r al-

Kutub al-'Amiyyah 1410 H / 1990 M) IV : 7. 5 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab I Pasal 2 ayat (2) . 6 Kompilasi Hukum Islam, pasal 2. 7 Kompilasi Hukum Islam, pasal 3.

Page 42: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

27

kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih saying

dengan cara yang diridhoi Allah SWT 8.

Perkawinan merupakan sesuatu yang suci, sesuatu yang dianggap luhur

untuk dilakukan. Oleh karena itu, apabila seseorang hendak melangsungkan

perkawinan dengan tujuan sementara saja seolah-olah sebagai tindakan

permainan, agama Islam tidak memperkenankannya. Perkawinan hendaknya

dinilai sebagai sesuatu yang suci, yang hanya akan dilakukan oleh orang-orang

dengan tujuan yang luhur dan suci. Hanya dengan demikian tujuan

perkawinan dapat tercapai 9.

Perkawinan erat kaitannya dengan upaya membentuk rumah tangga, yaitu

unit terkecil dalam suatu masyarakat, suatu tempat di mana orang menyusun

dan membina keluarga10. Dengan kata lain berkeluarga berarti memupuk

sebuah keluarga baru antara suami isteri melalui jenjang pernikahan,

menyatukan watak yang berbeda antara keduanya, menjalin hubungan yang

erat dan harmonis, bekerjasama untuk mencukupi kebutuhan jasmani dan

rohani masing-masing. Membesarkan dan mendidik anak-anak yang akan

lahir, menjalin persaudaraan antara keluarga besar dari pihak suami dengan

keluarga besar pihak isteri, bersam-sama mengatasi kesulitan dan

                                                            8 Ahmad Azhar basyir, Hukum Perkawinan Islam, Cet ke-9, (Yogyakarta: UII Press

1999), hlm. 11. 9 Lili Rosjidi, Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 1991), hlm. 7. 10 Aisyah Dahlan, Membina Rumah Tangga, (Jakarta: Jammunu, 1969), hlm. 85.

Page 43: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

28

problematika yang mungkin terjadi dan bersam-sama mentaati perintah

agama.

1. Dasar-dasar Hukum Perkawinan Islam

Perkawinan merupakan perintah agama yang langsung difirmankan oleh

Allah SWT di dalam al-Qur`an, di antaranya :

$κ‰'ƒ ¨$Ζ9# #θ)?# Ν3/‘ “%!# /3)={ ⎯Β §Ρ ο‰n≡ρ ,=zρ $κ]Β $γ_ρ—

]/ρ $Κκ]Β ω%`‘ #W. ™$¡Σρ #θ)?#ρ !# “%!# βθ9™$¡? µ/ Π%n‘{#ρ β)

11 Ν3‹=æ$6Š%‘ β%. !#

(#θs3Ρ&ρ 4‘ϑ≈ƒ{# Ο3ΖΒ ⎦⎫s=≈Á9#ρ ⎯Β /.Š$6ã Ν6←$Β)ρ β) #θΡθ3ƒ

12 ΟŠ=æì™≡ρ!#ρ&#Òù⎯Β!# ΝγΨóƒ ™#)ù Di samping itu Rasulullah SAW juga telah memberi perintah atau anjuran

untuk menikah, di antaranya adalah:

يامعشرالشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له

13وجاء

Adapun hukum pernikahan menurut Islam, dapat digolongkan menjadi

lima macam, yaitu:

                                                            11 An-Nis>a’ (4): 1. 12 . An-Nu<r (24) : 32

13 An-Nasai, Sunan An-Nas@ai’ (Beirut: Dār al-Fikr,t.t.), III: 444, “Bab an-Nikah”, Hadis Nomor 3069. Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

Page 44: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

29

a. Wajib. Perkawinan wajib hukumnya bagi orang yang telah berkeinginan

kuat untuk menikah, telah mempunyai kemampuan untuk melakukan dan

bertanggung jawab akan kewajibannya dan khawatir apabila tidak menikah

akan mudah terjerumus dalam perbuatan zina.

b. Sunnah. Perkawinan sunnah hukumnya bagi orang yang telah berkeinginan

kuat untuk menikah, mempunyai kemampuan untuk melakukan dan

bertanggungjawab akan kewajibannya, tetapi tidak khawatir melakukan

perbuatan zina bila tidak menikah.

c. Haram. Perkawinan haram hukumnya bagi orang yang belum berkeinginan

serta tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan

bertanggungjawab atas kewajibannya, karena justru apabila kawin akan

membawa kemadharatan.

d. Makruh. Perkawinan menjadi makruh hukumnya bagi orang yang telah

berkeinginan kuat untuk kawin, tetapi dikhawatirkan tidak atau belum

mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan bertanggungjawab akan

kewajibannya dan apabila tidak menikah tidak ada kekhawatiran akan

berbuat zina.

e. Mubah. Perkawinan menjadi mubah hukumnya bagi orang yang tidak

terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan kawin maupun alasan-alasan

yang mengharamkan kawin14.

                                                            14 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group,

2003), hlm. 18.

Page 45: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

30

2. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun perkawinan menurut Islam adalah: calon pengantin pria, calon

pengantin wanita, wali wanita, dua orang saksi, dan sigat (akad) ijab kabul15.

Adapun syarat-syarat sahnya perkawinan dalam Islam untuk masing-masing

rukun tersebut adalah :

a. Syarat calon mempelai laki-laki.

1) Beragama Islam

2) Jelas laki-laki (bukan banci)

3) Tertentu (jelas orangnya)

4) Tidak terkena halangan perkawinan

5) Cakap bertindak untuk hidup berumah tangga

6) Tidak sedang mengerjakan haji atau umroh

7) Belum mempunyai empat orang istri.

b. Syarat calon mempelai wanita.

1) Beragama Islam (dulu termasuk Ahli Kitab)

2) Jelas kewanitaannya (bukan banci)

3) Tertentu (jelas orangnya)

4) Dapat dimintai persetujuan

5) Tidak terkena halangan perkawinan

6) Di luar ‘iddah (bagi janda)

7) Tidak sedang mengerjakan haji atau umroh.

c. Syarat wali nikah.

                                                            15 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. 2005), hlm. 74.

Page 46: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

31

1) Beragama Islam.

2) Laki-laki.

3) Adil (tidak fasiq).

4) Mempunyai hak atas perwaliannya.

5) Tidak terkena halangan untuk menjadi wali.

6) Tidak sedang mengerjakan haji atau umroh16.

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Perkawinan bukanlah suatu sarana yang bersifat permainan, tetapi

memiliki dimensi yang jauh lebih penting dalam rangka membina rumah

tangga yang bahagia dan sejahtera, dalam hal ini perkawinan memiliki maksud

dan tujuan yang sangat mulia berkenan dengan pembinaan keluarga yang

diliputi cinta dan kasih sayang antara suami dengan isteri, timbul rasa kasih

saying antara orang tua dengan anak-anaknya dan adanya kasih saying antara

sesama keluarga17. Sebagaimana firman Allah.

⎯Βρ µG≈ƒ#™ β& ,={ /39 ⎯Β Ν3¡Ρ& %`≡ρ—& #θΖ3¡F9 $γŠ9) ≅è_ρ Ν6Ζ/

18 βρ3Gƒ Θθ)9 M≈ƒψ 79≡Œ ’û β πϑm‘ρ οŠθΒ ا

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan

bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga;

                                                            16 H. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, hlm. 49. 17 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, hlm. 16. 18 Ar-Ru<m (30): 21.

Page 47: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

32

sejahtera artinya tercipta ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya

keperluan hidup lahir batinnya19.

Dari sudut pandang sosiologis, perkawinan merupakan sarana

fundamental untuk membangun masyarakat sejahtera berdasarkan prinsip-

prinsip humanisme, tolong menolong, solidaritas dan moral yang luhur.

Dilihat dari sudut ekonomi, perkawinan merupakan sarana fundamental untuk

menumbuhkan etos kerja dan rasa tanggung jawab yang kuat terhadap

pekerjaan, efektif dan efesiensi. Sedangkan dilihat dari sudut kedokteran,

perkawinan merupakan tahap awal kehidupan seks yang sehat serta bebas dari

penyakit, bebas dari gangguan jiwa dan proses regenerasi yang sehat dan

sejahtera20.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

perkawinan yaitu:

a. Memperoleh keturunan yang sah dan akan melangsungkan keturunan serta

memperkembangkan suku-suku bangsa.

b. Menghalalkan hubungan kelamin antara suami isteri untuk memenuhi

tuntutan hajat tabiat kemanusiaan.

c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

                                                            19 Zakiah Dradjat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995), hlm. 38. 20 Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai- nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam, Alih bahasa:

Ahsin Wijaya dan Totok Jumantoro, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 139.

Page 48: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

33

d. Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari

masyarakat yang besar atas dasar kasih sayang.

e. Menumbuhkan kesanggupan berusaha mencari rezeki penghidupan yang

halal, dan memperbesar tanggung jawab21.

4. Batasan Usia Perkawinan

a. Batasan usia dalam Undang-undang.

Kedewasaan menjadi salah satu faktor penting dalam membina

kehidupan rumah tangga seseorang. Oleh karena itu, dalam UU No. 1

tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan hanya

diijinkan jika pihak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak isteri

mencapai usia 16 tahun. Adapun bagi calon mempelai yang belum

mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin dari orang tua,

sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat 2, 3, 4 5 UU No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan.

Dengan kata lain bagi pria atau wanita yang telah mencapai umur

21 tahun tidak perlu ada izin dari orangtua untuk menikah. Hal ini juga

diperjelas dengan pasal 7 yang menyatakan bahwa yang perlu memakai

izin orangtua untuk melakukan perkawinan ialah pria yang telah

                                                            21M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari UU no.1 Tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam, cet ke- 1 (Jakarta: Bummi Aksara, 1996), hlm. 49.

Page 49: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

34

mencapai umur 19 tahun dan bagi wanita yang telah mencapai umur 16

tahun22.

Ketentuan yang sudah ada dalam undang-undang ini menganut

prinsip, bahwa calon suami- isteri harus telah “masak jiwa raganya”

untuk dapat melangsungkan perkawinan, supaya dapat mewujudkan

tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian serta

mendapatkan keturunan yang baik dan sehat23. Dan tidak bisa

dipungkiri bahwa dalam perkembangannya, terdapat perbedaan

pendapat mengenai batasan usia kedewasaan ini.

b. Batas umur dalam hukum adat.

Hukum adat pada umumnya tidak mengatur tentang batas umur

seseorang untuk melaksanakan perkawinan. Hadikusuma menyatakan

bahwa kedewasaan seseorang di dalam hukum adat diukur dengan

tanda-tanda tubuh. Bagi anak wanita dikatakan sudah dewasa apabila

sudah haid (datang bulan), dan buah dada sudah menonjol. Bagi anak

pria ukurannya hanya dilihat dari perubahan suara, bangun tubuh, sudah

mengeluarkan air mani atau sudah mempunyai nafsu seks24.

c. Batas umur dalam hukum agama.

                                                            22 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia. (Bandung: Mandar Maju,1990),

hlm. 51.

23 Penjelasan Undang- undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 24 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, hlm. 53.

Page 50: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

35

Batas umur untuk perkawinan dalam hukum agama berbeda-beda

satu dengan yang lain. Hukum Islam tidak terdapat kaidah-kaidah yang

sifatnya menentukan batas umur untuk melaksanakan perkawinan.

Menurut hukum Gereja Katolik batas umur perkawinan adalah telah

berumur 16 tahun bagi pria dan 14 tahun bagi wanita. Sedangkan

menurut Hukum Gereja Kristen Batak batas umur perkawinan telah

mengikuti UU no.1 1974 yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi

wanita. Menurut Agama Hindu juga tidak ada ketentuan batas umur

perkawinan yang pasti. Sedangkan menurut hukum Agama Budha di

Indonesia batas umur perkawinan ialah mencapai umur 20 tahun bagi

pria dan 17 tahun bagi wanita25.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Agama Katolik

dan Budha memiliki ketentuan batasan umur perkawinan, sedangkan

Agama Islam dan Hindu tidak ada ketentuan batas umur perkawinan

yang pasti. Jadi secara umum batas umur dalam hukum setiap agama

dapat menyesuaikan dengan undang-undang perkawinan di Indonesia.

Walaupun dalam Islam tidak ditemukan batasan umur yang pasti

mengenai ketentuan umur yang pasti mengenai ketentuan yang ideal

dalam melaksanakan perkawinan. Al-Qur’an hanya menyebut konsep

nikah tanpa mempersoalkan usia26, akan tetapi dalam perkembangannya

                                                            25 Ibid, hlm. 55. 26 Asghar Ali Engineer, Hak- hak Perempuan dalam Islam, Alih bahasa: Farid Wajidi dan

Eni Farakha Assegaf, cet ke- 1 (Yogyakarta: Benteng Intervisi Utama, 1994), hlm. 156.

Page 51: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

36

terdapat perbedaan mengenai batasan usia diperbolehkannya seseorang

melaksanakan pernikahan27.

5. Pernikahan Dini

Orang yang akan menikah, menurut hukum di Indonesia harus

memenuhi batas umur minimal. Seorang calon mempelai yang akan

melangsungkan pernikahan dan belum mencapai umur 21 tahun harus

mendapat izin orangtua28.

Di Indonesia pernikahan dini 15-20% dilakukan oleh pasangan baru.

Biasanya pernikahan dini dilakukan pada pasangan muda yang rata-rata

umurnya 18, 19, dan 20 tahun. Secara nasional, pernikahan dini dengan

usia pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,9% 29.

Geertz mengungkapkan tentang perkawinan keluarga tradisional

sebagai berikut30:

Kebanyakan gadis jawa telah kawin, setidaknya untuk waktu yang singkat pada saat kira-kira berumur 16 atau 17 tahun. Adapun anak laki-laki biasanya tidak menikah sampai sesudah benar-benar dewasa dan dapat menyangga keluarga dengan layak. Umur beraneka rupa, tetapi biasanya antara 18 dan 30 tahun.

Umur perkawinan di daerah pedesaan lebih muda dari pada di

perkotaan. Pernikahan dini yang terjadi di desa biasanya disebabkan

                                                            27 Husain Muhammad, Fiqih Perempuan, Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,

(Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 72. 28 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 41.

29 Jalu, Banyak Cara Menyiapkan Anak Menjadi Dewasa, (Online). http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/0804/08/hikmah/lainnya04.htm. akses 10 Januari 2010. 30 Hildred Geertz, Keluarga Jawa. (Jakarta: PT Grafiti Pers, 1985), hlm. 59

Page 52: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

37

karena tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan sebab yang lain adalah

terjadi hamil di luar nikah atau biasa disebut “kecelakaan”. Kasus hamil di

luar nikah lebih banyak terjadi di perkotaan dari pada di desa. Hal ini

karena pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di kota31.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini

adalah pernikahan yang dilakukan oleh perempuan yang berumur di bawah

19 tahun, dan laki-laki yang berumur di bawah 20 tahun. Pasangan muda

pernikahan dini harus diberikan pembekalan yang memadai tentang

norma-norma berkeluarga, adat istiadat, perilaku dan budaya malu, rasa

hormat, dan pemahaman agama. Selain itu harus ditunjukkan tentang

luhurnya sebuah pernikahan. Pemahaman tersebut menurut Djuariah Utja

berupa32:

a. Dari aspek syariah agama, pernikahan akan menjauhkan setiap insan

manusia dari perbuatan dan tindakan yang diharamkan agama.

b. Pernikahan bisa menghindarkan diri serta tidak terjerumus dalam

perbuatan hina dan nista.

c. Dari aspek sosial, pernikahan akan memberikan ketenteraman hidup.

Bisa terhindar dari pergunjingan, fitnah maupun sanksi sosial

masyarakat.

                                                            31 Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm.

174. 32 Jalu, Banyak Cara Menyiapkan Anak Menjadi Dewasa, (Online). http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/0804/08/hikmah/lainnya04.htm. akses 10 Januari 2010.

Page 53: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

38

d. Dari segi kesehatan, lewat pernikahan akan terhindar dari pergaulan

bebas yang menyesatkan serta dapat menyalurkan kebutuhan

biologisnya secara sehat.

e. Dari segi hukum, jika pernikahan tersebut membuahkan keturunan maka

secara hukum akan melindungi hak-haknya.

Pernikahan dini memberikan pendapat yang berbeda-beda kepada

orang lain, ada yang setuju dan ada yang tidak. Dalam agama islam,

pernikahan dini tidak dilarang, karena hal ini dapat mencegah perzinaan.

Pernikahan dini memiliki kerugian dan keuntungan.

a. Kerugian Pernikahan Dini

Kerugian pernikahan dini akan lebih dirasakan oleh wanita. Moh.

Jusuf Hanafiah menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan UUP

yang menetapkan batas umur kawin 16 tahun untuk wanita, dapat

menimbulkan kerugian sebagai berikut33:

1) Pada usia 16 tahun seorang wanita sedang mengalami masa pubertas,

yaitu masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada usia ini

seorang wanita belum siap fisik dan mentalnya menjadi ibu rumah

tangga.

2) Kawin pada usia muda (16 tahun) berarti wanita tersebut paling

tinggi baru memperoleh pendidikan 9 tahun (tamat SMP).

Pendidikan pada wanita mempengaruhi beberapa hal, diantaranya

                                                            33 Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, hlm. 175.

Page 54: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

39

pendidikan anak-anak dan keberhasilan program keluarga berencana

serta kependudukan.

3) Kawin usia muda berarti memberi peluang kepada wanita belasan

tahun untuk hamil dengan risiko tinggi.

4) Kawin pada usia muda berarti memperpanjang kesempatan

reproduksi.

5) Kawin pada usia muda merupakan faktor predis posisi untuk KLR

(Kanker Leher Rahim).

Selain pendapat di atas, masih ada kerugian dalam pernikahan dini

yaitu adanya ketidakmatangan emosi. Dr. R. Ruban menyatakan bahwa

orang-orang yang neurotik adalah seperti kanak-kanak. Mereka

seharusnya tidak kawin sampai emosi dan pandangan mereka tumbuh

dan matang. Setiap perkawinan dimana salah satu pihak tidak dewasa

adalah berisiko. Mereka cenderung belum dapat menerima tanggung

jawab yang perlu untuk suatu perkawinan yang bahagia, kerugian juga

terjadi dalam keuangan.

Perkawinan jika dilakukan terlalu dini dalam umur belasan tahun,

biasanya keibuan (melahirkan anak) datangnya lebih cepat juga, dan

timbullah komplikasi. Kesukaran-kesukaran keuangan mengakibatkan

kejengkelan pada kedua pihak, dan kemudian kedinginan seksual34.

b. Keuntungan Pernikahan Dini

                                                            34 Shappiro, Mencegah Perkawinan yang Tidak Bahagia, (Jakarta: Restu Agung, 2000),

hlm. 19.

Page 55: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

40

Pernikahan dini tidak hanya memberikan kerugian-kerugian tetapi

juga keuntungan. ada beberapa keuntungan yang bisa ditarik dan

diambil manfaatnya dari pernikahan dini, yaitu35:

1) Adanya perkawinan tersebut si anak sudah semakin tinggi nilai

martabat dirinya sebab sudah berani mengarungi samudra yang

lebih luas.

2) Dengan punya anak di masa muda belia itu, ada jaminan bahwa

sebelum usia surut terbenam, anak sudah selesai pendidikannya.

Minimal anak sudah sanggup mencari kerja, sehingga beban yang

dipikul orangtua sudah kurang.

3) Dengan perkawinan usia remaja, beban penderitaan orangtua yang

dirasa menjerat lehernya sudah lepas.

4) Orang tua sudah menunjukkan perhatian sepenuhnya akan tanggung

jawabnya sebagai warga negara yang baik dengan mengurangi

pergaulan bebas yang free sex.

Segala sesuatu hendaknya jangan dilihat dari satu sisi saja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tentang pernikahan dini

hendaknya jangan dilihat dengan kacamata sebelah saja. Selain melihat

kerugiannya, pernikahan dini juga memiliki keuntungan.

                                                            

35 Umar Nur Zain dan Vincent Djuhari, Perkawinan Remaja, ( Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hlm. 1992.

Page 56: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

41

B. Wali

1. Pengertian Wali.

Kata Wali adalah mufrad dari Auliya, yang bearti mencintai, dekat,

teman, menolong, orang yang mengurus, tetangga36. Wali menurut Istilah

Ulama Fiqh ada beberapa pengertian yaitu: Wali adalah suatu ketentuan

hukum syara’ yang dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai dengan bidang

hukumnya. Perwalian itu ada yang umum dan ada yang khusus. Perwalian

yang khusus adalah berkenaan dengan manusia dan harta benda. Pembicaraan

disini dibatasi pada masalah perkawinan yang berkaitan dengan manusia dan

masalah wali nikah37.

Wali dalam suatu pernikahan merupakan hukum yang harus dipenuhi

calon mempelai wanita yang bertindak menikahkannya atau memberi

pernikahannya. Wali dapat langsung melaksanakan akad nikah38. Perwalian

dalam perkawinan adalah suatu kekuasaan atau wewenang syar’i atas

segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempurna, karena

kekurangan tertentu pada orang yang dikuasai itu, demi kemaslahatannya

sendiri. Hak perwalian, dalam hal ini wali nikah bisa terjadi karena lima hal,

antara lain:

                                                            36Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al Munawwir, Cet. XIV (Surabaya:

PT. Pustaka Progresif, 1997), hlm. 1582. 37 As-Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Kuwait: Da>r al Bayan, 1971), hlm. 111. 38 Djamaan Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama, 1993), hlm. 65.

Page 57: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

42

a. Hubungan kekerabatan baik kerabat dekat (seperti ayah, kakek dan anak

laki-laki) maupun kerabat jauh (seperti anak laki-laki paman, saudara ayah

atau saudara ibu).

b. Hubungan pemilikan, seperti hamba sahaya dengan tuannya.

c. Hubungan yang ditimbulkan karena memerdekakan budak. Seseorang

mempunyai hubungan secara syara’ dengan hamba sahaya yang telah

dimerdekakannya. Oleh karena itu, menurut ulama fiqh, orang tersebut

dapat mewarisi harta hamba sahaya yang dimerdekakannya dan berhak

memaksa hamba sahaya itu menikah dengan seorang wanita.

d. Hubungan mawali<, yaitu hubungan yang disebabkan perjanjian antara dua

orang yang mengikatkan diri untuk saling membantu apabila salah satu

pihak dikenakan denda karena melakukan sesuatu tindak pidana, seperti

pembunuhan. Pihak yang membantu ikut menanggung beban biaya denda

tersebut dan berhak mewarisi maulanya dan menjadi wali nikahnya.

e. Hubungan antara Penguasa dan warga Negara, seperti kepela Negara,

wakilnya atau hukim. Mereka berhak menjadi wali bagi orang yang tidak

mempunyai wali dari kerabat dekat dalam pernikahan39.

Oleh sebab itu, perwalian dapat dibagi lagi menjadi garis besar yaitu:

a. Perwalian atas orang.

b. Perwalian atas barang.

                                                            39Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 1337.

Page 58: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

43

c. Perwalian atas orang dalam perkawinan40.

2. Dasar Hukum Wali

Untuk mengurai dasar hukum wali nikah tidak ditemukan ayat-ayat al-

Quran yang menjelaskan secara detail dan terperinci, namun ada beberapa ayat

al-Quran yang menunjukkan keharusan adanya wali dalam pernikahan.

Sehingga ayat tersebut digunakan dasar hukum adanya wali dalam pernikahan,

Allah berfirman yang berbunyi:

4 .41 #θΖΒσƒ©Lm ⎦⎫.³ϑ9##θs3Ζ?ωρ

Ayat tersebut ditujukkan kepada wali supaya mereka tidak menikahkan

wanita-wanita Islam kepada orang-orang musyrik Andai kata wanita itu

mempunyai hak secara langsung untuk menikahkan dirinya tanpa wali, maka

tidak ada artinya ayat tersebut ditujukan kepada wali. Tetapi karena akad

nikah adalah urusan wali, maka larangan tersebut ditujukan kepada wali.

Muhammad Abduh menafsirkan ayat tersebut bahwa laki-laki itu

menikahkan dirinya dan menikahkan para wanita yang menyerahkan

urusannya terhadap orang lain (wali). Sebab, seorang wanita tidak bisa

menikahkan dirinya secara bebas, tetapi harus dengan wali, karena perwalian

itu merupakan kerabat (keluarga) dan kasih sayang antara keluarga serta

dalam pergaulan. Hal itu tidak akan sempurna dan tercapai manfaatnya kecuali                                                             

40 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukukm Islam Tentang Perkawinan, hlm. 93. 41 Al-Baqarah (2) : 221.

Page 59: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

44

dengan pertolongan dan perantaraan wali terhadap wanita, serta adanya

persyaratan kerelaan dan izin wanita secara terus terang bagi seorang janda

dan diam sebagai persyaratan seorang gadis yang masih diliputi rasa malu42.

Al-Qurtubi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa ayat tersebut memang

menjadi dalil tentang wali43. Kemudian dalam ayat lain:

#Œ)ρ Λ⎢)=Û ™!$¡Ψ9# ⎯ó=6ù ⎯γ=_& ξù ⎯δθ=Òè? β& ⎯s3Ζƒ ⎯γ_≡ρ—& #Œ)

.44 ∃ρèRQ$/ΝηΖ/ #θÊ≡? Dalam menafsirkan ayat tersebut, khususnya pada kalimat

para ulama menafsirkannya para wali dengan arti para wali فال تعضلوهن

sebagai mukhatabnya. Ibn al-‘Arabi< menjelaskan bahwa Allah melarang para

wali wanita menolak (enggan) menikahkan terhadap orang yang disenangi.

Ini adalah dalil yang pasti bahwa seorang wanita tidak berhak menikahkan

dirinya secara langsung, tetapi hak tersebut ada pada wali45. Di samping ayat-

ayat tersebut di atas, ada beberapa ahli Hadis yang menjelaskan suatu

perkawinan yang menjelaskan di dalam pernikahan harus adanya wali, di

antaranya Hadis Rasul bersabda:

                                                            42 Muhammad Rasyid Rid}a, Tafsi<r Al Mana<r, (Mesir: Maktabah al-Nahirat, t.t), III: 351. 43 Al Qurthubi, Al Ja<mi’ al Ahka<m al-Qur’an, (Kairo: Dar al Misriyah, 1967), III: 72. 44 Al Baqarah (2) : 232.

45 Ibn al ‘Arabi, Ahka>m al-Qur’an, (ttp: Isa al Babi al Halabi wa Syirkah, t.t.), II: 201.

Page 60: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

45

46.ال نكاح اال بولي وشاهدي عدل

3. Macam-macam Wali.

a. Al-Wila<yah al-Ijba<riyya<h.

Al-Wila<yah al-Ijba<riyya<h atau yang bisa disebut wali mujbir adalah

orang yang mempunyai wewenang secara langsung untuk menikahkan

orang yang dibawah perwaliannya meskipun tanpa izin orang itu.47 Bisa

disebut dan tergolong wali nasab atau kerabat.

Tentang urutan wali nasab, terdapat perbedaan pendapat antara ulama

fiqh. Imam Malik mengatakan bahwa perwalian itu didasarkan atas

keasabahanya, kecuali anak laki-laki. Siapa saja yang dekat hubungan

asabahnya, maka ia berhak menjadi wali. Menurut beliau, anak laki-laki

lebih utama, kemudian bapak sampai ke atas dan seterusnya48.

Sedangkan menurut Imam Asy-Syafi’i, anak laki-laki tidak boleh

menjadi wali. Wali yang paling utama adalah bapak, kemudian kakek.

Kakek lebih utama dari saudara laki-laki49.

Wali nasab ini terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama wali nasab yang

berhak memaksakan kehendaknya untuk mengawinkan calon mempelai

perempuan tanpa minta izin dahulu dari yang bersangkutan. Wali nasab                                                             

46 At-Tirmiz}i Ibn Surah, Jami’ al S}ahih, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t), II:280, “Bab Ma Ja’a La Nikaha ill biwaliyyin”. Hadis No. 1107.

47 Abdul Aziz Dahlan (ed), “Nikah”, Ensiklopedi Hukum Islam., IV: 1337.

48 Ibnu Rusyd, Bida<yat al-Mujtahid, (Bairut: Dar al Fikr, t.t), hlm. 36.

49 Ibid, hlm. 36.

Page 61: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

46

yang demikian ini disebut wali mujbir. Kedua wali nasab yang tidak

mempunyai kekuasaan memaksa atau wali nasab biasa50 atau wali g}}}{{{{{{{}}{{{airu

mujbir atau wali al-Mukhta<r. Menurut Imam Asy-Syafi’i, yang berhak

mejadi wali mujbir hanya ayah, kakek dan seterusnya keatas. Sedangkan

menurut Imam Abu Hanifah, yang berhak menjadi wali mujbir adalah

semua wali nasab. Lain halnya dengan Imam Malik dan Imam Hanbal,

mereka berpendapat bahwa yang berhak menjadi wali mujbir adalah ayah

dan orang yang telah diberi wasiat oleh ayah.

Al-Kasani dalam Abdai as-San’ani seperti yang dikutib oleh Husein

Muhammad membedakan antara definisi ikra>h dan ijba>r. Ikra>h adalah

suatu paksaan terhadap seseorang untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan

ijba>r adalah suatu tindakan untuk melakukan sesuatu atas dasar rasa

tanggung jawab51. Sehingga dengan memehami makna ijba>r tersebut

sebenarnya kekuasan seorang ayah terhadap seorang perempuan untuk

menikah dengan seorang laki-laki, bukanlah suatu tindakan memaksa

kehendaknya sendiri dengan tidak memperhatikan kerelaan sang anak,

melainkan hanyalah hak menikahkan. Ijba>r seorang ayah lebih bersifat

tanggung jawab dengan asumsi dasar bahwa perempuan tersebut belum

atau tidak memilikki kemampuan bertindak sendiri.

b. Al-Wilaya<h al-Ikhtiya<riyah.

                                                            50 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, hlm. 45. 51 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Jender,

hlm. 79.

Page 62: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

47

Jenis perwalian ini adalah perwalian untuk menikahkan anak

perempuan yang sudah tidak perawan lagi, dimana ia tidak boleh

menikahkan tanpa izinnya terlebih dahulu, izin ini tidak cukup dengan

diamnya, tetapi harus dengan diucapkan atau jawaban yang jelas52.

Adapun perwalian ini dimiliki oleh semua wali53. Di samping pembagian

wali di atas, terdapat beberapa istilah dalam perwalian yang perlu

diketahui :

1) Wali Adal.

Wali adal atau yang bisaa di kenal dengan wali enggan adalah

seorang wali yang merintangi seorang perempuan yang berada dibawah

perwaliannya untuk menikah daengan orang yang sekufu padahal antara

perempuan dan calon suaminya tersebut sama-sama suka54.

2) Wali Gaib.

Wali G}aib. yaitu wali yang bertempat tinggal jauh, tidak diketahui

tempat tinggalnya,atau dalam tahanan yang tidak melaksanakan tugas

kewaliaanya55.

3) Wali Hakim

                                                            52 Syafiq Hasyim, Hal-hal yang tak terpikirkan tentang isu-isu perempuan dalam Islam,

Cet, ke. 2, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 155. 53 Ibid. 54 Wahab az-Zuhaili, Tafsir al-Muni<r f<i Aqidah wa Syari’h wa Manhaj, Cet, ke. 1,

(Bairut: Dar al-Fikr, 1411H/1991), II:355. 55 Ibid., hlm. 356.

Page 63: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

48

Yang dimaksud wali hakim (sulthan) adalah wali dari kepala negara

atau yang diberi kuasa oleh kepala negara56. Di Indonesia, kepala negara

adalah presiden yang telah memberi kuasa kepada pembantunya, yaitu

menteri Agama yang juga telah memberi kuasa kepada Pegawai Pencatat

Nikah untuk bertindak sebagai wali hakim57. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa, wali hakim adalah penguasa atau kuasanya yang berwenang dalam

hal perkawinan dimana dalam pelaksanaannya bisa di lakukan oleh

penghuluh atau petugas lain dari Depag58.

4) Wali Muhakkam.

Kalau tidak ada semua wali yang tersebut dan tidak ada hakim agama

atau kepala urusan agama Islam pada suatu tempat maka calon mempelai

wanita dan pria boleh mengangkat atau mengakui seorang laki-laki muslim

sebagai wali untuk mengawinkannya. Tetapi laki-laki itu hendaklah

seorang mujtahid, paling tidak seornga yang bersifat adil dan berakal

sehat59.

                                                            56 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, hlm. 43. 57 Ibid., hlm. 44. 58 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia Berlaku Bagi Umat Islam (ttp:

tnp.,1997), hlm. 49. 59 Puenoh Daly, Hukum., hlm. 138.

Page 64: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

49

4. Definisi Ijbar, Dasar Hukum dan Kedudukan Wali Mujbir.

a. Pengertian Ijbar.

Ijbar secara etimoligi yang umum berasal dari kata dasar:

اجبارا - يجبر -اجبر

Yang berarti, memaksakan sesuatu dan mewajibkan melakukan

sesuatu 60.

)على االمر(اآرهه والزمه بفعل(

Kata Ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan61. Sedangkan

Ijba>r menurut terminologi adalah kebolehan bagi bapak untuk

menikahkan anak perempuannya yang masih kecil dengan tanpa

izinnya62.

Dalam pengertian ini Wali Mujbir lebih berhak atas anak gadis63 dari

pada diri anak itu sendiri. wali mujbir mempunyai wewenang untuk

menikahkan anak gadisnya tanpa diperlukan izin dari yang

bersangkutan.

                                                            60 Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lug{}}}{{{at wa al-A’lam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986),

hlm.76. 61 A.Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, hlm. 164.

62 Asy-Syafi’i, Al-Umm, (Berit: Dar al-Fikr, 1983), hlm. 162.

63 Penyusun menggunakan istilah gadis, yaitu anak perempuan yang belum pernah menikah, lihat W. J. S. Poerwardaminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1976), hlm. 268.

Page 65: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

50

M. Jawwad Mugniyah mengatakan bahwa perwalian secara

terminologi adalah suatu kekuasaan atau wewenang syar’I atas

segolongan manusia yang dilimpahkan kepada manusia sempurna,

karena kekurangan tertentu pada orang yang dikuasai itu, demi

kemaslahatannya64.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ijba>r wali adalah

hak yang dimiliki seorang wali untuk menikahkan anak perempuannya

dengan tanpa persetujuan dari anak perempuan tersebut. Orang yang

mempunyai hak tersebut wali mujbir, yakni wali yang mempunyai

wewenang langsung untuk menikahkan orang berada dibawah

perwaliannya, meskipun tanpa izin orang tersebut65. Adapun orang yang

dapat dipaksa wali mujbir adalah :

1) Orang yang tidak memiliki atau kehilangan kecakapan bertindak

hukum, sepeti anak kecil dan orang gila. Dalam beberapa hal ulama

fiqh berbeda pendapat Jumhur Ulama selain ulama Mazhab Syafi’i,

sepakat menyatakan bahwa anak kcil yang belum baligh, baik laki-

laki maupun perempuan, janda maupun gadis dan orang gila dapat

dipaksa menikah. Sedangkan ulama mazhab Syafi’i mengemukakan

                                                            64 M. Jawwad Mugniyah, Al-Fiqh ‘Ala al-Maz{{a>hib al-Khamsah, (Beirut: Da>r al-Jawwad,

1966), hlm. 345. 65 Abdul ‘Aziz Dahlan dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, hlm. 78.

Page 66: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

51

suatu pengecualian yaitu anak perempuan kecil yang sudah tidak

bersuami lagi, menurut mereka tidak boleh dipaksa kawin66.

2) Perempuan yang masih gadis tetapi sudah berakal dan baligh,

menurut Jumhur Ulama, selain Mazhab Hanafi, wanita tersebut

termasuk wewenang wali mujbir. Mereka sepakat mengatakan

bahwa ilatnya masih gadis. Ulama Hanafi tidak sepakat dengan

Jumhur, menurut mereka, ‘illat nya adalah masih kecil67.

3) Perempuan yang hilang keperawanannya karena sakit, dipukul,

terjatuh atau zina. Perempuan tersebut boleh dipaksa menikah karena

status mereka masih al-bikr (belum pernah menikah). Berbeda ulama

yang mengatakan bahwa seorang yang telah kehilangan

keperawanannya, apapun sebabnya tidak boleh dipaksa menikah

karena setatus mereka disamakan dengan janda68.

b. Dasar Hukum Ijbar.

Dalam al-Quran tidak terdapat dalil yang secara khusus menerangkan

Ijbar wali. Adapun yang ditunjukkan dalam al-Quran adalah kewajiban

wali untuk menikahkan perempuan dan larangan mempersulit

pernikahannya. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran.

                                                            66 Abd. Ar-Rahman al- Jaziri, Al-Fiqh, hlm. 28-32. 67 Abu Zahrah, Al-Ahwal asy-Syakhsiyyah, (Mesir: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.t.), hlm.123. 68 ‘Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedi., IV: 1338.

Page 67: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

52

#Œ)ρ Λ⎢)=Û ™!$¡Ψ9# ⎯ó=6ù ⎯γ=_& ξù ⎯δθ=Òè? β& ⎯s3Ζƒ ⎯γ_≡ρ—&

69 ∃ρèRQ$/ΝηΖ/#θÊ≡?#Œ) Menurut Imam Syafi’I turunnya ayat ini berkenaan dengan peristiwa

Ma’qal bin Yasar yang telah menikahkan saudara perempuannya,

kemudian diceraikan oleh suaminya (talaq raj’i) dan ditinggalkan sampai

selsai masa iddahnya. Kemudian mantan suaminya bermaksud ingin

menikahinya lagi (ruju’) demikian demikian juga adik perempuan Ma’qal.

Ma’qal marah dan bersumpah tidak akan menikahkannya. Dengan

turunnya ayat ini Ma’qal bin Yasar membayar kifarat atas sumpahnya dan

menikahkan adik perempuannya dengan mantan suaminya70.

Adapun dasar kebolehan bapak untuk menikahkan anak

perempuannya dengan tanpa izin darinya adalah Hadis dari Ibn ‘Abbas r.

a. bahwa Rasul bersabda:

71بنفسها من وليها والبكر تستامر واذنها صماتهاالثيب احق

Hadis riwayat Ibn ‘Abbas tersebut menerangkan bahwa ada 2

golongan wanita, yaitu gadis dan janda. Kekuasaan bapak selaku wali

terhadap golongan tersebut tidak sama. Sebagaimana kandungan dari teks

                                                            69 Al Baqarah (2) : 231.

70 Asy-Syafi’i, Al-Umm…, hlm. 264. 71 Abu Husein Muslim bin al-Hujjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Nasaburi, Jami’ as-Sahih,

Kitab an-Nikah, Bab Isti’mar al-Bikr wa as-Sayyib, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 140. Menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, menceritakan pada kami Sufyan dari Ziad bin Sa’id dari Abdullah bin al-Fadl, dari Nafi’ bin Jubair dari Ibn ‘Abbas.

Page 68: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

53

Hadis tersebut, yakni janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya.

Mafhu<m Mukha<lafah nya menunjukkan bahwa bapak lebih berhak atas

anak gadisnya. Mafhu<m Mukha<lafah ini diperkuat oleh mantuq Hadis Ibn

‘Abbas72.

73وها الثيب احق بنفسها من وليها والبكر يزوجها اب

Jumhur ulama kecuali Mazhab Hanafi berpendapat bahwa janda lebih

berhak atas dirinya dari pada walinya sedangkan gadis diserahkan pada

bapaknya74. Dalam hal ini wali mujbir mempunyai hak atas pernikahan

anak perempuannya. Sebab anak perempuan dianggap tidak

berpengalaman masalah pernikahan. Dan wali mujbir dianggap orang yang

telah berpengalaman dalam masalah pernikahan. Oleh karena itu bapak

atau kakek mempunyai hak untuk menikahkan anak gadisnya karena

dianggap mampu atau lebih berpengalaman daripada anak gadisnya.

Hadis lain yang dijadikan dasar Ijbar wali adalah Hadis dari ‘Aisyah

r. a. :

75تزوجني النبي صلى اهللا عليه وسلم وانا بنت ست سنين وبنى بي تسع سنين

                                                            72 Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah, Talak, Rujuk, dan Waris

(Jakarta: Yayasan Ihya’ Ulumuddin Indonesia, 1971), hlm.139. 73 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab an-Nikah bab Isti’mar al-Bikr wa Sayyib (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t), I: 81. Hadis diriwayatkan dari Jubair dan Ibnu ‘Abbas. 74 Abu Zahrah, Al-Ahwal., hlm. 125.

Page 69: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

54

c. Kedudukan Wali Mujbir

Sebagaimana pernikahan bisa, kedudukan wali mujbir dalam

menikahkan anak perempuannya sebagai wali nikah yang merupakan salah

satu rukun dalam perkawinan yang menentukan sah tidaknya

perkawinan76.

Dalil penetapan wali sebagai rukun nikah adalah ayat al-Quran yang

mengandung larangan bagi wali untuk menghalangi perempuan yang

hendak menikah. Dan sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan ad-Daruqutni

dan Ibn Hibbah dari ‘Aisyah bahwa seseorang perempuan tidak boleh

menikahkan dirinya dan tidak boleh menikahkan orang lain77.

Terdapat perbedaan tentang kedudukan wali dalam pernikahan anak

perempuannya.

Sebab terjadinya perbedaan ini tidak ada ayat atau hadis yang dengan

jelas mensyaratkan perwalian dalam nikah. Bahkan ayat-ayat atau hadis

yang bisa digunakan orang-orang yang mensyaratkan adanya perwalian

semuanya masih bersifat muhtamalah (perkiraan), begitu juga dalil yang

                                                                                                                                                                   75 Muslim, S}ahih Muslim, Kitab an-Nikah, bab Inkahu as-Saghir (ttp: Taba’ah ‘ala

Nafaqah al-Qana’ah, t.t.), II: 595. Menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, berkata kepada kami Mu’awiyah dari Hisyam dari ayahnya dari ‘Aisyah r. a.

76 Rukun lain dari perkawinan adalah suami isteri, wali, dua orang saksi dan sighat nikah

(ijab Kabul) ada dua ulama yang menghitung suami sendiri dan isteri sendiri, lihat al-Fairuzzabadi, Al-Muhazz}ab., hlm. 35.

77 Hadis ‘Aisyah diriwayatkan Ibn Hibbah dan Daruqutni dan Ibn Majah.

. .ال تزوج المراة المراة وال تزوج نفسها فان الزانية التي تزوج نفسها Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab an-Nikah, bab Wali, (Semarang: Toha Putra, t.t.), I:

606.

Page 70: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

55

digunakan orang-orang yang tidak mensyaratkannya bersifat muhtamalah.

Hadis-hadis yang muhtamalah lafadnya, maka dengan sendirinya juga

berbeda dalam kesahihannya78.

Jumhur ulama memandang batalnya akad nikah yang sighat ijbarnya

diucapkan oleh perempuan baik gadis atau janda, sekufu atau tidak,

dengan izin wali atau tidak, secara langsung untuk perempuan lain. Dalil

yang digunakan oleh golongan ini adalah:

79 4Ν6←!$Β)ρ/.Š$6ã⎯Β ⎦⎫s=≈Á9#ρΟ3ΖΒ ‘ϑ≈ƒ{##θs3Ρ&ρ

Ayat ini memerintahkan kepada wali untuk menikahkan orang-orang

yang belum bersuami atau orang-orang yang belum beristeri. Hal ini

menunjukkan bahwa urusan pernikahan adalah urusan wali. Khita>b ini

ditunjuk untuk wali, seandainya mereka tidak mempunyai hak dalam

perwalian, maka tidak akan ada larangan bagi mereka untuk menghalangi

dan melarang para wanita dalam pernikahannya.

4 80 #θΖΒσƒ#©Lm⎦⎫.³ϑ9#θs3Ζ?ωρ

Khita>b ayat ini ditujukan kepada wali supaya mereka tidak

menikahkan wanita-wanita Islam kepada orang musyrik. Andaikata

wanita itu mempunyai hak secara langsung menikahkan dirinya tanpa                                                             

78 Ibn Rusyd, Bida>yat al-Mujtahid., II: 7. 79 An-Nu<r (24) : 32.

80 Al-Baqarah (2) : 221.

Page 71: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

56

walinya maka tiada arti khita>b ini ditujukan pada wali dan semesinya

ditujukan pada wanita. Atas dasar ini jelas khita>b larangan menikahkan

orang-orang musyrik tidak ditujukan kepada seluruh kaum muslimin.

Karena bertentangan syarat taklif, yaitu perbuatan yang dibebankan itu

(berupa larangan menikah orang-orang musyrik) hendaklah dapat

dikerjakan. Dan pastilah tidak mungkin seorang mencegah perempuan

yang bukan berada dibawah perwaliannya yang hendak menikah dengan

orang musyrik.

Dalil yang kedua yang dijadikan pegangan adalah sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Abu> Dawu>d, At-Tirmiz}i dan Ibn Majah.

81ال نكاح اال بولي

Secara tekstual hadis ini menafikan adanya akad nikah yang

diselenggarakan tanpa wali. Persoalannya adalah apakah sesuatu fakta

dapat dinafikan. Untuk menjembatani persoalan ini maka yang dinafikan

adalah salah satu dua hal, yaitu sempurna atau sah. Hal yang paling dekat

kepada penafikan fakta yaitu dengan cara menafikan sahnya. Atas dasar

inilah hadis Abi Musa tersebut dimaksudkan untuk menafikan sahnya

nikah tanpa wali, bukan sempurnanya nikah tanpa wali.

                                                             81 Aba Daud, Sunan Abi Dau>d, Kitab an-Nikah, Bab Wali (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), II: 229. Menceritakan Muhammad bin Qudamah bin A’yun dari Ubaidah al-Hadda dari Yunus dan Isra’il, dari Abi Ishak, dari Abi Burdah dari Abi Musa.

Page 72: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

57

82.التزوج المراة المراة وال تزوج المراة نفسها فان الزانية هي التي تزوج نفسها

Hadis ini melarang wanita mengucapkan ijab qabul dalam akad nikah.

Larangan ini menunjukkan batalnya pekerjaan yang dilarang. Dalam hadis

ini juga dijelaskan bahwa wanita yang menikahkan dirinya adalah wanita

yang berzina.

Menurut golongan ini, dalil yang telah disebutkan diatas baik nas} al-

Quran maupun hadis menegaskan bahwa tidak sah akad nikah sig}at nya

diucapkan oleh perempuan atau laki-laki yang bukan termasuk walinya.

Untuk pendapat yang kedua adalah pendapat yang diplopori oleh Imam

Abu Hanifah. Menurut pendapat golongan ini wali tidak merupakan syarat

sahnya pernikahan. Perempuan yang dewasa dan cerdas dapat

mengucapkan akad nikah dirinya sendiri. Akad nikah yang diucapkan oleh

perempuan tersebut adalah sah secara mutlak.83 Dalil yang digunakan oleh

golongan ini adalah sebagai berikut:

84 νî %`ρ— x3Ψ? 4©Lm ‰è/ ⎯Β&!≅tBξù$γ)=Ûβ*ù Ayat ini menerangkan bahwa wanita dapat melakukan akad

nikahnya sendiri tanpa campur tangan dengan pihak lain. Ini ditunjukkan

dalam kata tankiha}, artinya menikahi yang pelakunya wanita. Sebab suatu

                                                            82 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab an-Nikah, bab Wali, (Semarang: Toha Putra, t.t.),

I: 606. Hadis dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Ibn Majah, Daruqutni dan al-Baihaqy. 83 Mutlak disini dalam arti baik perempuan itu gadis atau janda, sekufu atau tidak, atas

izin suami atau tidak.  84 Al-Baqarah (2) : 230. 

Page 73: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

58

pekerjaan dalam isnad hakiki seharusnya dikerjakan langsung oleh pelaku

aslinya dan tidak dikerjakan oleh orang lain sebagaimana dalam isnad

majazi.

#Œ)ρ Λ⎢)=Û ™ !$¡Ψ9# ⎯ó=6ù ⎯γ=_& ξù ⎯δθ=Òè? β& ⎯s3Ζƒ ⎯γ_≡ρ—&

85∃ρèRQ$/ΝηΖ/#θÊ≡? #Œ) Khitab ayat ini ditujukan bagi kerabat dan keluarga wanita agar tidak

melarang para wanita untuk menikah. Dan bukan berarti larangan mereka

terhadap wanita, itu berarti izin mereka menjadi syarat sahnya nikah.

Bahkan bisa jadi pemahaman yang sebaliknya, yakni wali tidak

mempunyai hak sama sekali atas orang yang berada dalam perwaliannya86.

Adapun dalil yang berasal dari Hadis adalah:

وفي رواية ألبي, الثيب احق بنفسها من وليها والبكر تستامر واذنها صماتها

87ليس للولي مع الثيب أمر واليتيمة تستأمر : داود والنسائي

Wajah istidlal yang digunakan golongan ini adalah hadis memberikan

hak sepenuhnya kepada wanita mengenai urusan pribadinya dan

meniadakan canpur tangan orang lain dalam urusan pernikahan. Lafad

amar dari lafaz

ليس للولي مع الثيب أمر                                                             

85 Al-Baqarah (2) : 231. 86 Ibn Rusyd, Bidayat., II : 9. 87 An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Kitab an-Nikah, Bab Iznu al-Bikr fi Nafsiha (Beirut: Dar

al-Fikr, t.t.), II: 387. Hadis diriwayatkan dari Nafi’ bin Jubair bin Mut’im dari Ibn ‘Abbas.

Page 74: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

59

Adalah nakirah yang dijatuhkan sesudah naïf, yang berarti

memberikan faidah umum. Dalam hal umum ini termasuk memilih suami

dan sesuatu yang berhubungan dengan akad nikah. Ini merupakan hak

janda, adapun perempuan yang masih gadis, maka atas dasar pandangan

dari segi belum terbisaanya bergaul dengan laki-laki dan dari segi

pemalunya yang membuat ia berat berterus terang untuk menyatakan

persetujuannya, lebih-lebih bertindak langsung dalam akad nikah, maka

syara’ mencukupkan dengan sesuatu yang menunjukkan relanya untuk

memberikan keringanan baginya.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa syara’ mencabut haknya untuk

melakukan akad secara langsung. Hak tersebut berdasar kaidah umum

yaitu perempuan yang dewasa dan cerdik itu sama dengan janda dalam

urusan perkawinan.

Perbedaan yang disebutkan dalam hadis tersebut, yaitu cara

menyampaikan atau mengatakan persetujuannya atau keinginan, bukan

pada kegadisan atau kejandaan. Sebab faktor kedewasaan dan kecerdasan

dapat menetukan pelaksanaan akad nikah. Dalam hadis ini dijelaskan

bahwa diamnya seorang gadis dianggap cukup sebagai tanda persetujuan

yang menjadi syarat sah nikah yang dilaksanakan oleh walinya88. Hadis ini

diperkuat oleh sebuah hadis yang menerangkan bahwa seorang gadis

datang kepada Rasul memberitahukan bahwa bapaknya menikahkannya

                                                            88 Mahmoud Syaltut dan M. Ali as-Sayis, Muqaranat al-Maz}ahib fi al-Fiqh, alih bahasa

Ismuha, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1973), hlm. 116-117.

Page 75: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

60

dengan anak perempuannya, sedang gadis itu tidak setuju, maka Rasul

memberikan hak fasakh kepadanya.

89ئب يكره ذلك و غا شاهد ا هائ ليس أحد من أوليا

Dalam perkawinan rasul dengan Ummu Salamah tidak ada seorangpun

wali yang hadir dan tidak pula menolak perkawinannya. Ini menunjukkan

bahwa akad nikah tidak bergantung pada wali. Dan tidak ada hak wali

untuk menyanggah terhadap perkawinan orang yang berada dalam

perwaliannya.

Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Ummu Salamah

memerintahkan anaknya yang bernama ‘Umar untuk menikahkannya

dengan Rasul dan ada juga yang mengatakan bahwa rasul sendiri yang

memerintahkan kepada ‘Umar untuk menikahkan ibunya. Masing-masing

riwayat tersebut diperselisihkan kesahihannya, sebab pada waktu itu umar

belum dewasa, Ummu Salamah dianggap khususiyyah Rasul, dapat ditolak

dengan kaidah yang tetap bahwa khususiyyah itu harus mempunyai dalil

yang khusus pula.

Adapun dalil secara rasio golongan ini mengatakan, bahwa

perkawinan mempunyai dua tujuan, yakni primer dan sekunder. Tujuan

primer itu dimiliki oleh tanpa campur tangan keluarga (wali) misalnya

mengenai hubungan suami isteri, nafkah, tempat tinggal, dan hak-hak

lainnya yang diperoleh wanita disebabkan terjadinya akad nikah.                                                             

89 An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Kitab an-Nikah bab Inkah al-Ibn Ummah (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), II : 583. Hadis diriwayatkan dai Ibn ‘Umar bin Abi Salamah dari bapaknya dari Ummi Salamah.

Page 76: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

61

Sementara tujuan sekunder pihak wali atau keluarga terlibat didalamnya,

karena dalam tujuan ini terjadi ikatan kekerabatan dua keluarga.

Akad yang bertujuan seperti inilah sewajarnya dipegang oleh orang

yang bersangkutan yang mempunyai tujuan primer. Selain itu akad nikah

serupa dengan akad jual beli. Kalau seorang wanita dibolehkan menjual

budak atau harta yang dimilikinya, maka sudah semestinyalah ia di

bolehkan pula melaksanakan akad nikahnya karena ini berhubungan

langsung dengan kemaslahatannya. Demikianlah dalil-dalil yang

dikemukakan oleh Abu Hanifah dan pengikutnya.

Pendapat yang ketiga mengatakan bahwa akad nikah yang diucapkan

oleh seorang wanita hukumnya sah tetapi tergantung pada izin wali. Dan

jika wali tidak merestui, maka akad nikah tersebut hukumnya batal.

Demikian sebagaimana riwayat Ibn Sirin, Qasim bun Muhammad,

Muhammad bin Hasan serta Imam Ahmad. Dalil yang dijadikan hujjah

oleh golongan ini adalah hadis yang dari’Aisyah:

ايما امرأة نكحت بغير اذن وليها فنكاحها باطل فنكاحها باطل فنكاحها باطل فان دخل فلها

90استحل من فرجها فان اشتجروا فالسلطان ولي من ال ولي له المهر بما بها

Hadis ‘Aisyah ini menjelaskan bahwa suatu pernikahan dianggap

batal apabila tidak seizing wali. Izin wali tidak harus diucapkan secara

                                                            90 Abu> Dau>d, Sunan Ab>i Dau>d, Kitab al-Wali, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.), II : 229.

Menceritakan kepada kami Muhammad bin Nas}ir, mengabarkan kepada kami Sufyan, mengabarkan kepada kami Abi Juraji, dari Sulaiman dari Musa dari Zuhri dari ‘Urwah dari ‘Aisyah r. a.

Page 77: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

62

langsung dalam akad nikah tetapi bisa diperoleh sebelum akad nikah,

dengan kata lain hadis tersebut mengatakan bahwa akad nikah sah

meskipun tanpa adanya wali yang hadir, asalkan ada izin atau persetujuan

dari wali.

Pendapat yang keempat adalah yang dikemukakan oleh Abu Saur,

yang dikutip dalam kitab al-Muhazz}ab dan Nail al-Autar karangan asy-

Syairazi.

Pendapat Saur ini mirip dengan Ibn Sirin, hanya saja Abu Saur

mensyaratkan bahwa izin wali harus diperoleh sebelum akad nikah

berlangsung. Sementara itu Ibn Hazm mengatakan bahwa Abu Saur hanya

memperbolehkan wanita itu dinikahkan oleh laki-laki muslim, meskipun

laki-laki tersebut bukan termasuk walinya, dengan alasan bahwa orang

mu’min itu bersaudara dimana satu sama lain bisa mewalikan.

Menurut Ibn Hazm, Abu Saur tidak membenarkan seseorang wanita

menikahkan dirinya secara langsung meski mendapat izin dari walinya.

Pendapat yang kelima memandang bahwa pernikahan tanpa wali itu

hukumnya sah, jika sekufu. Kalau tidak sekufu, maka pernikahannya batal.

Demikian sebagaimana yang dikemukakan asy-Sya’bi dan az-Zuhri.

Mereka berpegangan dengan hadis Ummu Salamah :

91شاهد أ و غا ئب يكره ذلك هائليس أحد من أوليا

                                                            91 Ibid.

Page 78: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

63

Hadis tersebut menerangkan bahwa akad nikah tanpa hadirnya

seorang wali, dianggap sah apabila sekufu. Dengan kata lain apabila tidak

sekufu, maka wali akan menolak dan menjadikan batal akad nikahnya.

Pendapat yang keenam, dimotori oleh Dawud az-Zahiri yang

mengatakan bahwa akad nikah tanpa wali sah bagi seorang janda dan tidak

sah bagi seorang gadis. Hujjah yang digunakan adalah hadis Ibn ‘Abbas:

92بنفسها من وليها والبكر تستامر واذنها صماتهاالثيب احق

Hadis di atas membedakan antara status janda dan gadis. Seorang

janda dapat menikah tanpa seorang wali, karena ia lebih berhak dari

walinya. Bahkan dalam satu riwayat Ibn ‘Abbas menerangkan bahwa wali

tidak mempunyai hak sedikitpun terhadap janda. Sedangkan seorang gadis

tidak boleh menikahkan dirinya sendiri, karenanya akad nikah harus

dilaksanakan orang ketiga atas izin gadis tersebut. Orang ketiga tersebut

adalah wali dari gadis.

5. Syarat-syarat Ijbar dan Perbedaan Bikr dan Sayyib.

a. Syarat-syarat Ijbar Wali.

Menurut ulama syafi’i, Maliki, dan ulama Hanbali dasar

ditetapkannya ijbar wali adalah untuk kemaslahatan orang yang berada

                                                            92 Muslim, Jami’., IV : 140.

Page 79: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

64

dibawah perwaliannya, sebab wali mujbir dianggap orang yang sempurna

kasih sayangnya.

Dasar ditetapkan ijbar terdiri dari dua hal, pertama, adanya perasaan

kasih sayang yang mendorong demi kemaslahatan orang yang berada

dibawah perwaliannya, kepedulian akan kekurangan yang dimilikinya dan

memperhatikan akan masa depan. Kedua, (wali) mempunyai ketajaman

berfikir dan kemampuan memilih segi-segi yang bermanfaat. Jika kedua

hal ini tercapai secara sempurna, maka sempurnalah suatu perwalian.

Dalam hal ini wali tidak diharuskan mempunyai syarat tertentu,

misalnya harus sekufu dan adanya mahar misil. Akan tetapi jika wali tidak

dapat memenuhi dua hal pokok diatas, maka perwalian tidak sempurna.

Sehingga perwalian dituntut dengan brbagai macam keadaan atau syarat

tertentu tetapi tetap bergantung pada satu hal, yaitu adanya kemaslahatan

yang jelas93.

Menurut ulama Syafi’iah, wali mujbir dalam menjalankan hak

istimewanya, yakni menikahkan anak perempuan dengan tanpa izin

darinya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syaratnya

sebagai berikut:

1) Anak perempuan yang diijbar masih gadis, yakni belum pernah

menikah walaupun kegadisannya hilang akibat sesuatu hal. Anak ini

belum cukup dewasa untuk mengerti bagaimana hidup berumah                                                             

93 Abu> Zahrah, Ahwal, hlm. 135.

Page 80: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

65

tangga. Janda tidak dapat diijbar dengan pertimbangan apapun.

Sebagaimana hadis berikut ini :

94احق بنفسها من وليهاوالبكر يزوجها ابوها الثيب

2) Dijamin tidak ada permusuhan antara wali mujbir dan anak perempuan

yang diijbar. Karena ijbar tumbuh semata-mata dari rasa kasih

sayangnya dan kepedulian akan masa depan anak.

3) Calon suami yang akan dijodohkan harus sekufu, baik dalam bidang

sosial, ekonomi, pendidikan, keturunan, kemerdekaan dan pekerjaan.

Supaya ada keharmonisasian diantara mereka berdua. Kafa’ah dalam

pernikahan, merupakan faktor yang mendorong terciptanya

kebahagiaan suami isteri, dan lebih menjamin keselamatan perempuan

dari kegagalan atau keguncangan rumah tangga 95.

4) Mahar yang dijanjikan calon suami adalah mahar misil, yakni mahar

yang sesuai dengan martabat dan kedudukan sosial perempuan

tersebut.

5) Wali yang berhak menikahkan anak perempuan adalah ayah dari

pihak perempuan. Sebab ayah adalah orang yang besar kasih

sayangnya. Wali selain ayah tidak berhak melakukan ijbar.

6) Calon mempelai laki-laki harus orang yang sanggup memenuhi

kewajiban nafkahnya. Seorang ayah dalam memilih calon suami bagi

                                                            94 Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Kitab an-Nikah bab Isti’mar al-Bikr wa Sayyib (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t.), I: 81. Hadis diriwayatkan dari Jubair dan Ibnu ‘Abbas. 95 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999),

hlm. 51.

Page 81: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

66

anak perempuannya haruslah orang yang benar-benar mampu

memenuhi kewajibannya. Menurut Imam Syafi’i bapak diperbolehkan

menikahkan anak perempuannya, apabila perkawinannya memberikan

keuntungan terhadap anak perempuannya. Namun, tidak diperbolehkan

apabila perkawinannya menimbulkan kerugian bagi anak

perempuannya.

7) Calon mempelai laki-laki diketahui orang baik-baik yang akan

memperlakukan isteri secara baik96.

Ulama sepakat bahwa kafa’ah adalah persoalan agama, sehingga

tidak sah seorang muslim kawin dengan orang kafir. Adapun kafa’ah

dalam segi yang lain, ini dipertimbangkan oleh para ulama. Menurut

Jumhur Ulama, diperlukan kafa’ah dalam nasab meskipun hal itu masih

diperdebatkan lagi, mengingat firman Allah berfirman :

$κ‰'ƒ ¨$Ζ9# $Ρ) /3≈Ψ)=z ⎯Β .Œ Ν3≈Ψ=è_ρ©\Ρ&ρ $/θè© ≅←!$7%ρ #θù‘$èG9

977zΛ⎧=ã!# β) Ν39)?& !# ‰Ψã/3Β2&β)

b. Perbedaan Antara Bikr dan Sayyib.

Dalam wilayah ijbar ad-Dimasyqi membedakan antara perempuan

bikr dan perempuan sayyib. Yang dinamakan bikr adalah perawan, yakni

                                                            96 Asy Syafi’I, Al-Umm, hlm. 20.

97 Al-Hujurat (49) : 13.

Page 82: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

67

orang yang belum pernah jima’ (berhubungan seksual). Adapun orang

yang hilang keperawanannya bukan akibat hubungan seksual, seperti

jatuh, melompat dan sebagainya dianggap perawan.

Tetapi apabila berhubungan seksual karena dipaksa, dalam keadaan

tidur atau gila, maka terdapat dua pendapat. Pertama, mengatakan bahwa

perempuan tersebut dianggap janda, sebab telah melakukan hubungan

seksual. Dan kedua, dianggap perawan secara resmi, karena terjadinya

hubungan seksual akibat paksaan dan ancaman dari pihak laki-laki.

Sedangkan sayyib adalah janda, orang orang telah melakukan hubungan

seksual (jimak’).

Menurut ad-Dimasyqi perbedaan antara keduanya terletak pada dua

dasar hukum. Pertama, perbedaan dalam hal izin dalam pernikahan.

Kedua, dalam wilayah ijbar. Bikr terbagi menjadi dua, yakni bikr yang

belum dewasa dan bikr yang telah dewasa. Bikr yang belum dewasa, yakni

bikr yang belum mengalami menstruasi (haid). Sedangkan bikr yang telah

dewasa atau yang telah baligh adalah bikr yang telah mengalami

menstruasi atau haid yang dalam fiqh Syafi’i minimal dapat terjadi pada

usia 9 tahun.

Baligh bagi perempuan bisa dikenakan karena mengandung (hamil)98.

Jika tidak terdapat indikasi-indikasi tersebut, maka baligh ditentukan

berdasarkan usia. Abu Hanifah berpendapat usia baligh adalah 17 tahun

                                                            98 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hlm. 67-78.

Page 83: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

68

bagi perempuan dan 8 tahun bagi laki-laki. Dalam UU perkawinan no. 1

tahun 1974 disebutkan bahwa batas minimum usia kawin adalah 16 tahun

bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki.99 Sedangkan menurut asy-

Syafi’i usia baligh adalah 15 tahun sebagaimana pendapatnya dibawah ini.

Tidaklah bagi anak itu urusan pada dirinya sendiri, kecuari dia telah

berumur 15 tahun bagi anak laki-laki dan 15 tahun bagi perempuan atau

anak laki-laki yang telah bermimpi dan anak perempuan yang telah

mengalami menstruasi, maka bagi keduanya urusan pada dirinya sendiri.

telah telah dinikahkan ‘Aisyah kepada Rasul saw. ketika berumur enam

tahun dan berkumpul dengan Nabi ketika usia sembilan tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa bapak itu lebih berhak terhadap anak

perempuan yang masih perawan dari pada perempuan itu sendiri. jikalau

anak perempuan tersebut telah dewasa menurut ad-Dimsyaqi disunnatkan

meminta izinnya atas pernikahannya. Tetapi apabila ayah atau kakek telah

menetapkan perkawinannya dengan cara memaksa, maka pernikahan

tersebut tetap sah. Sebab ijba tergantung pada keperawanan bukan pada

kecilnya anak sebagaimana ulama Hanafiyah100.

Sayyib atau janda dibagi menjadi dua, janda yang sudah baligh atau

dewasa dan janda yang masih anak-anak atau belum baligh. Perwalian

bagi sayyib yang telah dewasa adalah meniscayakan izin dari sayyib.

                                                            99 Pasal 7 ayat 1.

100 Ad-Dimsyqi, Kifayah., hlm. 45.

Page 84: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

69

Sebab sayyib ini dianggap telah berpengalaman sehingga ia dapat

memikirkan dan menentukan pemilihannya sendiri. dan diharuskan wali

meminta izin dari sayyib bila ingin menikahkannya. Izinnya adalah

ucapan101.

Janda yang masih anak-anak, menurut ad-Dimsyaqi hak perwalian

sepenuhnya berada di tangan ayah atau kakek. Bagi ayah atau kakek

mempunyai wewenang untuk memaksa menikahkannya sepanjang hal itu

demi kemaslahatan. Janda ini tidak dapat menentukan karena kondisinya

tidak memungkinkan diminta izinnya.

Dalam kitab-kitab fiqh klasik umumnya membuat perbedaan apakah

janda dewasa atau masih kecil. Para fuqaha sepakat bahwa janda yang

sudah dewasa tidak boleh dikawinkan secara paksa, berdasarkan hadis “

Janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya”. Kitab-kitab fiqh klasik

menyebutnya sebagai kesepakatan.102 Tetapi Ibn Hazm menyatakan bahwa

ada dua ulama yang membolehkan janda dikawinkan secara paksa, yaitu

Hasan dan Ibrahim an-Nakh’i.

Mayoritas ulama fiqh berpendapat bahwa janda yang masih kecil

tidak boleh dikawinkan secara paksa. Pendapat ini berasal dari Imam

                                                            101 Ibid., hlm. 54. 102 Masykuri abdillah dan Mun’im, Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 112.

Page 85: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

70

Syafi’i, Hanbali, Zahiriyah, Muhammad dan Abu Yusuf dari Mazhab

Hanafi.103

                                                            103 Ibn Hazm, Al-Muhalla, (Beirut: Da>r al Fikr, t.t.) VI: 459.

Page 86: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

71

BAB III

PERNIKAHAN DINI KARENA DIJODOHKAN ORANG TUA DI DUSUN

MENCO KELURAHAN BERAHAN WETAN KECAMATAN WEDUNG

KABUPATEN DEMAK

A. Kondisi Geografis dan Demografis di Dusun Menco

Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan Kecamatan Wedung

merupakan salah satu dusun yang berada dalam wilayah Kabupaten Demak,

wilayah tersebut terletak berada pada jarak 10 Km dari pusat Kecamatan

Wedung, terletak 25 Km dari pusat Kabupaten Demak serta 32 Km dari pusat

ibukota propinsi Jawa Tengah. Batas wilayah Dusun Menco adalah:

1. Sebelah timur berbatasan dengan laut Jawa.

2. Sebelah barat berbatasan dengan desa Bungo.

3. Sebelah utara berbatasan dengan desa Babalan.

4. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sekelenting.

Luas wilayah dusun Menco 253, 200 ha, adapun luas tanah yang

dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan penduduk seperti; jalan 8,3 Km,

pertambakan 250 Ha, bangunan umum 99,1 Ha, pemukiman atau perumahan

penduduk 40,70 Ha. Iklim dusun Menco termasuk tropis dengan curah hujan

2, 500 mm pertahun, dusun Menco termasuk wilayah yang cukup panas

dengan suhu udaranya rata-rata 30 Co sedangkan topografi dusun Menco

termasuk kategori daerah dataran rendah karena letak geografisnya daerah

pesisir pantai utara laut Jawa.

Page 87: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

72

Posisi dusun Menco yang terletak di pesisir pantai laut Jawa hal ini

menyebabkan tanah dusun Menco sebagian untuk bercocok tanam dan

sebagian besar digunakan untuk tambak, sehingga banyak bakau yang hidup

karena sebagian besar wilayahnya dekat dengan laut.

Keadaan demografis dusun Menco kelurahan Berahan Wetan kecamatan

wedung kabupaten demak adalah sebagai beriukut:

1. Aspek Pemerintahan.

Adapun pemerintahan dusun Menco di pimpin oleh seorang kepala

Dukuh dan dibantu oleh beberapa staf lainnya. Selanjutnya jumlah

penduduk dusun Menco 1452 jiwa yang terdiri 461 kepala keluarga. Jenis

kelamin penduduk dusun Menco dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL I

Jumlah Penduduk1

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 629

2 Perempuan 823

Jumlah : 1452

2. Aspek Pendidikan .

Dusun Menco termasuk dusun yang lumayan maju serta tingkat

ekonomi kelas menengah ke atas, sebagian penduduk yang anak-anaknya

mampu melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang yang tinggi.

Meskipun tingkat ekonomi yang lumayan, namun sebagian besar

penduduknya banyak melanjutkan ke jenjang pendidikan non formal yaitu

1 Data Monografi Dusun Menco 2008.

Page 88: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

73

non formal yaitu melanjutkan ke pesantren salaf, kalau ada yang

melanjutkan ke sekolah formal itupun harus bertempat tinggal di pesantren.

Berikut tabel tingkat pendidikan masyarakat dusun Menco di bawah ini

TABEL II

Tingkat Pendidikan2

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 SD 209

2 SMP/ SLTP 103

3 SMA 49

4 Akedemik/ D1-D3 23

5 Sarjana S1 45

Jumlah : 429

TABEL III

Tingakat Pendidikan Khusus3

No Jenis Pendidikan Khusus Jumlah

1 Pondok Pesantren 451

2 Kursus ketrampilan 38

Jumlah : 489

Melihat tabel tersebut tampak sekali bahwa penduduk dusun Menco

lebih banyak melanjutkan pendidikan non formal (pesantren), hal ini yang

menyebabkan tingkat keagamaan penduduk dusun Menco sangat kental

sekali, bagi sebagian besar penduduk pendidikan formal (umum) tidak

penting, bahkan sebagian mewajibkan anak-anaknya untuk belajar ke

pesantren.

2 Data Monografi Dusun Menco 2008. 3 Data Monografi Dusun Menco 2008.

Page 89: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

74

Rata-rata setelah lulus SMP penduduk lebih suka anaknya melanjutkan

ke pesantren, dengan alasan belajar ilmu agama lebih utama daripada belajar

ilmu umum (pendidikan formal) dan takut kalau anaknya nanti melanjutkan

pendidikan formal yang lebih tinggi, maka anaknya akan menjadi rusak atau

ikut terbawa oleh arus globalisasi yang sudah tidak terbendung lagi.

3. Aspek Ekonomi.

Letak geografisnya di daerah pesisir pantai utara, serta topografi

alamnya yang sebagian besar adalah rawa-rawa dan dekat dengan laut,

sebagian besar penduduk dusun Menco menggantungkan kehidupan sehari-

harinya pada hasil laut dan tambak, namun mayoritas penduduk adalah

petani tambak, sebagian kecil bercocok tanam namun hasil masih kalah jauh

dengan hasil tambak dan melaut. Bahkan yang bercocok tanam sudah mulai

ditinggalkan dan diganti dengan tambak garam,

Dusun Menco termasuk pemasok utama hasil laut dan tambak garam

di kabupaten Demak, selain bekerja disektor pertanian sebagian ada yang

jadi karyawan, buruh, wiraswasta dan PNS. Berikut tabel mata pencaharian

penduduk dusun Menco.

TABEL IV

Mata Pencaharian4

NO Jenis Pekerjaan Jumlah

1 PNS 5

2 TNI/ Polisi 8

4 Data Monografi Dusun Menco 2008.

Page 90: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

75

3 Wiraswasta 39

4 Cocok Tanam 50

5 Tambak 190

6 Melaut 100

7 Buruh 63

Jumlah : 1055

Dari tabel di atas bahwa penduduk dusun Menco sangat

menggantungkan sekali kehidupan sehari-harinya pada hasil tambak dan

laut.

Periode 1995 -1999 adalah para petambak mencapai masa kejayaan hal

ini dikarenakan hasil laut seperti ikan, udang membumbung tinggi harganya,

namun setelah periode tersebut keadaan mulai berbalik, hal ini menyebabkan

angka kemiskinan meningkat, sehingga dengan menikahkan anaknya yang

masih di bawah umur termasuk salah satu cara mengurangi beban hidup

penduduk5.

B. Kodisi Sosial Keagamaan Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.

Kehidupan beragama penduduk dusun Menco sangat berjalan dengan

baik dan masyarakatnya benar-benar memperhatikan dan menjalankan

perintah agama dengan sebaik-baiknya dalam segala aspek kehidupan. Islam

merupakan satu-satunya agama yang berkembang di dusun Menco, hal ini

dikarenakan posisinya yang termasuk salah satu wilayah di kabupaten

5 Wawancara dengan bapak H. Abu Bakar, Dusun Menco 23 Maret, 2008.

Page 91: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

76

Demak, yaitu salah satu kabupaten yang pada zaman dahulu merupakan

pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa.

Mayoritas penduduk dusun Menco yang mayoritas Islam, hal ini

menyebabkan masyarakat benar-benar berusaha menjalankan ibadah

mahdah dengan sebaik-baiknya, hal ini tampak sekali dengan penuhnya

mushola maupun masjid ketika melaksanakan jamaah 5 waktu6.

Islam benar-benar meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat, dalam kehidupan masyarakat dusun Menco mereka sangat

menekankan sekali etika agama seperti dalam pergaulan muda-mudi, seperti

dalam pergaulan, pakaian dan ucapan.

Jika ada seorang laki-laki membonceng wanita yang bukan muhrimnya

maka orang tersebut akan mendapat teguran secara langsung dari penduduk

yang melihatnya, bahkan kalau sudah dikasih tahu tapi tidak mengindahkan

maka orang tersebut bias mendapatkan hukuman, seperti dikucilkan dan

orang tuanya dikasih peringatan.

Seorang wanita yang sudah dewasa ketika keluar wajib memakai

jilbab, kalau tidak memakai maka dia akan mendapat cap sebagai perempun

nakal, seorang laki-laki ketika sedang jalan-jalan dia memakai celana

pendek, anting-anting maka orang tersebut akan mendapat cap sebagai

berandalan, bahkan sampai orang tuanya dan keluarganya juga mendapat

stereotyp yang jelek dari masyarakat luas7.

6 Wawancara dengan bapak K. H.Ulin Nuha, Imam Besar Masjid Busyorl Karim, Dusun

Menco 23 Maret, 2008. 7Wawancara dengan bapak Mukari, Ketua RW, Dusun Menco 23 Maret, 2008.

Page 92: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

77

Pengaruh seorang Kiai sangat kuat sekali dalam mengatur kehidupan

penduduk dusun Menco, bahkan melebihi pengaruh seorang kepala Dusun,

kalau ada masalah maka penyelesaiannya adalah lewat musyawarah dengan

seorang Kiai, bagi mereka apa yang diputuskan Kiai lebih berbobot daripada

keputusan seorang kepala Dukuh.

Dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat keagamaan maupun sosial,

penduduk lebih suka mempercayakannya pada peran seorang Kiai. Bagi

mereka Kiai adalah pembimbing dalam berbagai hal, sedang seorang dukuh

hanya sebagai symbol pelengkap saja8.

Kegiatan-kegiatan keagamaan di dusun Menco sangat maju sekali hal

ini dijumpai dengan banyaknya kegiatan yang bernuansa Islam, mulai dari

kegiatan pemuda, bapak-bapak, Ibu semuanya mempunyai kegiatan masing

masing. Adapun jumlah kegiatan keagamaan yang ada di dusun Menco

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL V

Kegiatan Keagamaan9

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Yasinan Malam Jum'at

2 Manaqiban Malam Selasa

3 Diba'an Malam Jum'at

4 Sebelasan Setiap Tanggal 11

5 Fatayatan Jum'at pagi

8 Wawancara dengan bapak Abdul Wahab, Mantan lurah desa Berahan Wetan, Dusun

Menco 24 Maret, 2008. 9 Data Monografi Dusun Menco 2008.

Page 93: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

78

C. Praktek Pernikahan Dini dan Pernikahan dengan Cara Dijodohkan

Orang Tua di Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak.

Dari observasi penyusun, di dusun Menco ada 179 perkawinan dalam

kurun 1998-2007, dari 179 perkawinan, 93 menikah pada usia dini10, dalam

pernikan dini tersebut memang lebih banyak prosentase perempuan yang

menikah di bawah umur, bahkan rata-rata usia perempuan yang menikah

berusia 14 tahun. Berikut tabel pernikahan dini di dusun Menco

TABEL VI

Data Pernikahan Penduduk Dusun Menco 1999-2006 11

Tahun Pernikahan Jumlah Pernikahan Jumlah Pernikahan Dini

1998 8 3

1999 24 10

2000 19 13

2001 20 14

2002 23 16

2003 19 11

2004 20 6

2005 18 8

2006 13 7

2007 15 5

Jumlah : 179 93

10 Buku Catatan Kehendak Nikah Desa selama kurun 1998-2008.

11 Buku Catatan Kehendak Nikah Desa selama kurun 1998-2008.

Page 94: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

79

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa setiap tahun di

dusun Menco pasti ada penduduk yang menikah di bawah umur, hal ini

menunjukkan bahwa menikah di usia yang masih dini menjadi susuatu yang

wajar bukan hal yang aneh meskipun pernikahan itu meraka laksanakan

karena ada alasan yang sangat mendesak yaitu untuk mengurangi beban

hidup mereka karena kerisis ekonomi.

Dalam penyusunan sekripsi ini, penyusun menggunakan 20 responden

yang penyusun anggap cukup untuk mewakili pasangan yang laiannya. Jika

dilihat dari gambaran umum dusun, dapat dilihat bahwa sebenarnya

penduduk dusun Menco hidup dengan serba kecukupan dan tingkat

pendidikan yang sudah lumayan maju, namun karena himpitan ekonomi dan

krisis yang semakin menguat serta turunnya harga hasil tambak dan laut, hal

ini menyebabkan sedikit-demi sedikit angka kemiskinan semakin meningkat,

maka dengan menikahkan anak perempuannya yang masih di bawah umur,

menjadi salah satu cara untuk mengurangi beban keluarga. Berikut tabel 20

responden dan usia saat mereka menikah di bawah umur.

TABEL VII

Usia Pernikahan Dini12

No  Nama Usia Sebenarnya

Usia yang di Daftarkan di

KUA 1  Siti Maftukhah 15 19 2  Shaimah 15 20 3  Nur Jannah 13 18 4  Khumaira 14 20 5  Siti Alfiyah 15 20

12 Buku Catatan Kehendak Nikah Desa selama kurun 1998-2008.

Page 95: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

80

6  Nurul Aminah 16 22 7  Ni'matul Khoiriyah 14 21 8  Diyah Maftukhah 16 23 9  Aini Fajriyah 15 21 10  Masruroh Al-Ainiah 15 19 11  Khotijah 15 18 12  Ibah Bahijah 14 19 13  Sriyati 16 2014  Istiqomah 16 20 15  Sufiyati 15 21 16  Siti Afifah Ismi 15 22 17  Zaenab 15 20 18  Arifatul Hikmah 14 19 19  Nur Laela 16 20 20  Laili Jum'ati 15 18

Dari data di atas dapat dilihat, bahwa ketika mereka melakukan

pernikahan usia yang tercatat dalam buku nikah bukanlah usia mereka yang

sebenarnya, usia tersebut merupakan perubahan yang dilakukan oleh

perangkat desa. Ini dilakukan dengan cara ketika anak perempuan penduduk

mau dinikahkan, orang tua mengajukan permohonan pembuatan KTP

dengan cara merubah umur mereka menjadi lebih tua beberapa tahun dari

usia sebenarnya, sehingga syarat kebolehan menikah menurut undang-

undang pemerintah dapat mereka peroleh. Masyarakat memang menempuh

cara ini daripada harus mengajukan surat permohonan dispensasi nikah dari

pengadilan agama.

Aparat pemerintahan desa, kecamatan dan pihak KUA memberikan

kemudahan dalam pengajuan pembuatan KTP dan tidak mewajibkan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku tentang usia boleh menikah bagi anak

perempuan, jadi masyarakat dan aparat pemerintahan secara keseluruhan di

Page 96: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

81

kecamatan Wedung sengaja mengabaikan Undang-undang No 1 tentang

perkawinan pasal 7 mengenai permohonan dispensasi pengadilan bagi

pasangan yang menikah di bawah umur13.

Jika dilihat dari gambaran umum dusun Menco, pada awal tahun 1990

sebagian besar penduduknya hidup berkecukupan. Namun setelah krisis

ekonomi melanda Indonesia dan juga berimbas ke dusun Menco sehingga

sebagian besar penduduknya juga terkena imbas dari krisis ekonomi yang

semakin kuat hal ini berpengaruh terhadap tingakat ekonomi penduduk,

kalau sebelumnya masyarakat hidup dalam kecukupan tapi karena krisis

ekonomi tingkat ekonomi marosot tiba-tiba angka kemiskinan penduduk

meningkat dengan tajam.

Ketika beban hidup yang semakin menghimpit dan kebutuhan semakin

meningkat serta harga-harga bahan-bahan pokok melambung harganya,

maka sebagian orang tua di dusun Menco mencari cara agar beban yang

mereka tanggung bisa sedikit berkurang, bagi penduduk yang memiliki anak

perempuan maka dengan menikahkan merupakan salah satu cara untuk

mengurangi beban mereka, faktor ekonomi bukan menjadi satu-satunya

faktor orang tua di dusun Menco menikahkan anaknya ada beberapa faktor

lain yang menyebabkan orang tua menjodohkan dan menikahkan anaknya

yang masih di bawah umur yaitu:

1. Faktor ekonomi.

13 Wawancara dengan Kaur Keuangan Desa, Bapak H, Hambali, pada tanggal 12 April

2008, perangkat pemerintah Kelurahan Berahan Wetan, meskipun jabatan formalnya adalah Kaur Keuangan, tapi juga mengurus seluruh administrasi desa, termasuk permohonan mengaajukan nikah.

Page 97: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

82

2. Tingginya tingkat intervensi orang tua terhadap anaknya.

3. Faktor sosial budaya.

4. Faktor kekhawatiran orang tua terhadap dampak negative dari

globalisasi.

Pada umumnya ketika seorang gadis sudah menginjak usia 14- 15 tahun

sebagian orang tua di dusun Menco sudah mempunyai rencana hendak

menjodohkan anak gadisnya. Penduduk yang mempunyai anak laki-laki

juga mulai cari-cari pasangan yang sekiranya cocok dijodohkan dengan

anak laki-lakinya.

Ketika orang tua sudah punya rencana untuk menjodohkan anaknya,

maka yang pertama dilihat adalah saudaranya apakah bisa diajak besanan

atau tidak, kalau tidak bisa di ajak besanan maka akan mencari teman

terdekat dari orang tua tersebut14, kalau belum dapat juga maka bisa

dijodohkan dengan tetangganya, tapi ada juga anak sendiri yang mencari

jodoh untuknya.

Perjodohan tersebut bisa dilakukan dengan cara menawarkan langsung

atau dengan cara menunggu, umumnya penduduk dusun Menco lebih

senang kalau anaknya menikah dengan saudara jauhnya atau teman orang

tua, hal ini dimaksudkan agar persaudaraan mereka tetap bersambung dan

tidak putus, bagi orang tua yang menjodohkan anaknya dengan teman orang

tuanya tujuan menjodohkan adalah biar tali silaturrahmi semakin akrab dan

tidak sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan).

14 Wawancara dengan bapak Suhud, dusun Menco tanggal 12 April 2008.

Page 98: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

83

Seorang anak di dusun Menco yang dijodohkan oleh orang tuanya

sebagian ada yang menerima sebagian menunda atau memerlukan beberapa

waktu untuk memutuskan. Kalau anaknya setuju maka akan langsung

lamaran, tapi bagi yang menolak maka orang tua akan berusaha untuk

meyakinkan supaya anaknya menerima perjodohan tersebut, kalau perlu di

beri imbalan yang besar seperti, kalau mau menerima perjodohan maka akan

dibelikan motor, dikasih tambak bahkan ada yang memberikan rumah dan

tambak kalau anaknya setuju untuk dijodohkan dengan pilihan orang tua15.

Walaupun ketika dijodohkan ada sebagian yang belum siap dan belum

tumbuh perasaan cinta, namun penduduk dusun Menco punya prinsip

“witing tresno jalaran songko kulino” dan ternyata memang benar, sebagian

pasangan yang menikah dengan sangat terpaksa namun pada akhirnya

pernikahan dapat dijalani dengan baik dan penuh kasih sayang.

Setelah mempertimbangkan alasan-alasan orang tua dan anak menerima

perjodohan tersebut maka akhirnya mereka segera dinikahkan agar terhindar

dari sesuatu hal-hal yang tidak diinginkan serta masing-masing orang tua

jadi tentram.

Walaupun pernikahan mereka karena dijodohkan dan sebagian ada yang

merasa belum siap namun mereka menjalaninya dengan rasa tanggung

jawab. Perselisihan dapat terjadi pada setiap keluarga, karena di dalamnya

berkumpul dua manusia, suami istri yang tentu saja memiliki sifat yang

berbeda. Apalagi jika salah satu pasangan suami istri ada yang masih di

15 Wawancara dengan Mas Riyadussalihin, dusun Menco tanggal 12 April 2008.

Page 99: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

84

bawah umur, secara emosional dan psikis belum bisa mengendalikan egonya

dengan baik dan benar, sehingga kadang-kadang terjadi percekcokan gara-

gara sebuah masalah yang sangat spele.

Dari wawancara yang telah dilakukan bahwa perempuan atau istri lebih

banyak mengalah untuk menyelesaikan masalah, karena dalam tradisi di

dusun Menco sangat tabu bagi seorang istri melawan suami walaupun

kadang-kadang suami yang memulainya. Istri mempunyai tugas mengurus

anak menyelesaikan pekerjaan rumah tangga maka wajar jika ada masalah

maka istri harus mengalah, namun ada juga sebagian suami yang mengalah

dengan alasan karena merasa masih ngemong istrinya yang masih kecil16.

Adapun sebab-sebab yang menimbulkan perselisihan yaitu:

1. Masing-masing masih mempertahankan egonya masing-masing.

2. Kenakalan anak.

3. Masalah dengan orang tua.

4. Masalah dengan tetangga.

5. Kurang terpenuhinya kebutuhan rumah tangga

Meskipun pernikahan mereka terjadi karena di jodohkan didukung

faktor-faktor lain namun mereka menjalaninya dengan penuh tanggung

jawab serta tidak semua masalah berujung dengan perceraian, masing-

masing melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh semangat tanpa

paksaan, dan angka perceraian penduduk yang menikah di usia dini juga

sangat rendah sekali.

16 Wawancara dengan Mas Ulil Albab, dusun Menco tanggal 12 April 2008.

Page 100: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

85

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DINI KARENA PAKSAAN

ORANG TUA DI DUSUN MENCO KELURAHAN BERAHAN WETAN

KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK.

A. Tinjauan Hukum Islam Tentang Pernikahan Dini karena Paksaan di

Dusun Menco Kelurahan Berahan Wetan Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak

Eksistensi perwalian dalam Islam memiliki dasar hukum yang sangat

jelas dan kuat. Hal ini dapat dipahami sebagai salah satu bentuk perhatian

sekaligus penghormatan yang tinggi dari ajaran nilai-nilai Islam akan posisi

perempuan.

Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu ayat Al-Qur’an, bahwa:

41#θΖΒσƒ ©Lm⎦⎫.³ϑ9##θs3Ζ?ωρ

Ayat tersebut ditujukan kepada wali supaya mereka tidak menikahkan

wanita-wanita Islam kepada orang-orang musyrik.

Hadist Rasul pernah menjelaskan bahwa:

2 ال نكاح اال بولي وشاهدي عدل

. Dalam hadis ini mengandung dua penafsiran yaitu: Pertama adalah

subtansi hukum syari’ah, karena subtansi yang ada yakni gambaran

pelaksanaan perjanjian (pernikahan) yang dilakukan tanpa wali tidak sesuai

1 Al-Baqarah (2) : 221.

2 At-Tirmizi Ibn Surah, Jami’ as-S}ahi>h, (Bairut: Da>r al-Fikr, t.t), II:280, “Bab Ma Ja’a La Nikaha ill biwaliyyin”. Hadis No. 1107, hadits> diriwayatkan oleh Musa al-As’ari.

Page 101: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

86

dengan hukum syari’ah. Kedua adalah keabsahan hukum, maka suatu

pernikahan yang dilakukan tanpa izin wali adalah batal.

Secara umum dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas tentang

persoalan ijbar (nikah paksa), akan tetapi hanya menyebutkan beberapa ayat

yang mennjelaskan tentang problem pemecahan dalam keluarga pada masa

Nabi dan itupun merupakan respon yang terjadi pada masa itu. Karena

memang dalam al-Qur’an hanyalah menjelaskan tentang prinsip-prinsip umum

yang terkandung di dalamnya3.

Sebagai salah satu bentuk perwalian yang dikenal dalam khazanah hukum

Islam, wali mujbir menjadi salah satu pilihan yang dapat diterapkan dalam

beberapa kasus yang sesuai. Secara definitif, wali mujbir atau yang disebut

sebagai al-Wilayah al-Ijbariya>h merupakan orang yang mempunyai wewenang

secara langsung untuk menikahkan orang yang dibawah perwaliannya

meskipun tanpa izin orang itu.

Definisi wali mujbir di atas dapat memunculkan pemahaman bahwa wali

mujbir identik dengan kawin paksa, yaitu praktek menjodohkan anak

perempuan dengan orang lain dengan tanpa memperhatikan keinginan dan

kesediaan anak perempuan. Padahal dalam tataran normatifnya, praktek wali

mujbir identik tidak dapat disamakan dengan kawin paksa. Hal tersebut

sejalan dengan penjelasan Al-Kasani dalam Abdai as-San’ani seperti yang

dikutib oleh Muhammad Husein yang membedakan antara definisi ikrah dan

ijbar. Ikrah adalah suatu paksaan terhadap seseorang untuk mengerjakan

3 Miftahul Huda, Kawin Paksa, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm. 22.

Page 102: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

87

sesuatu, sedangkan ijbar adalah suatu tindakan untuk melakukan sesuatu atas

dasar rasa tanggung jawab.

Pemahaman akan makna ijbar tersebut dapat memberikan batas yang

jelas antara wali mujbir dengan kawin paksa. Wali mujbir lebih merupakan

wujud kekuasan seorang ayah terhadap seorang perempuan untuk menikah

dengan seorang laki-laki, bukanlah suatu tindakan memaksa kehendaknya

sendiri dengan tidak memperhatikan kerelaan sang anak, melainkan hanyalah

hak menikahkan.

Ijbar seorang ayah lebih bersifat tanggung jawab dengan asumsi dasar

bahwa perempuan tersebut belum atau tidak memiliki kemampuan bertindak

sendiri. sehingga dalam pengertian ini, hak ijbar seorang ayah terhadap

putrinya harus dikaitkan dengan beberapa persyaratan, antara lain :

a. Tidak ada permusuhan (kebencian) perempuan itu terhadap laki-laki calon

suaminya.

b. Tidak ada permusuhan (kebencian) perempuan itu terhadap ayahnya.

c. Calon suami haruslah sekufu (setara / sebanding).

d. Mas kawin (mahar) harus tidak kurang dari mahr mitsil, yakni mas kawin

perempuan lain yang setara.

e. Calon suami diduga tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang

akan menyakiti hati perempuan itu.

Jika mengacu pada ketentuan di atas, maka secara normatif tujuan dari

praktek wali mujbir ini juga memiliki tujuan yang positif, yaitu untuk

memberikan arahan kepada anak perempuan dalam memilih pasangan hidup.

Page 103: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

88

Secara umum dalam al-Qur’an, tidak disebutkan secara jelas tentang

persoalan ijbar, akan tetapi hanya menyebutkan beberapa ayat yang

menjelaskan tentang problem pemecahan dalam keluarga Nabi dan itupun

merupakan respon yang terjadi pada masa itu. Karena memang dalam al-

Qur’an hanyalah menjelaskan tentang prinsip-prinsip umum yang terkandung

di dalamnya.

B. Ijbar dalam Literatur-literatur Hukum Islam.

Al-Qur’an secara eksplisit menggambarkan bahwa seorang wali (ayah,

kakek, dan seterusnya), tidak boleh melakukan paksaan nikah terhadap anak

perempuannya, yang perempuan tersebut tidak menyetujuinya atau perempuan

tersebut mau menikah dengan dengan laki-laki yang dicintainya sementara

seorang wali enggan atau tidak mau menikahkannya. Dalam al-Qur’an

dijelaskan:

#Œ)ρ Λ⎢)=Û ™$¡Ψ9# ⎯ó=6ù ⎯γ=_& ξù ⎯δθ=Òè? β& ⎯s3Ζƒ ⎯γ_≡ρ—& #Œ)

4 ∃ρèRQ$/ ΝηΖ/#θÊ≡? Asba>bun nuzu>l ayat ini adalah berkenaan dengan sikap Ma’qal bin Yasar

yang enggan atau tidak mau menikahkan saudara perempuannya dengan laki-

laki yang tidak diinginkannya, dengan alasan dulu laki-lakinya yang menikah

saudara perempuan telah menceraikannya, sekarang ingin kembali

menikahinya. Namun setelah mendengar adanya perintah Nabi untuk tidak

4 Al-Baqarah (2) : 232.

Page 104: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

89

menolaknya, Ma’qal bin Yasar kemudian membuat akad baru5. Dalam

riwayat Abu> Muslim al-Khaji dari jalan Mubarak ibn at-Tudalah dari Hasan,

kemudian Ma’qal mendengar perintah itu lalu menjawab, saya mendengar

dan taat kepada perintah Tuhan, kemudian mengundang calon suaminya lalu

menikahkannya. Karena itu penafsiran terhadap ayat di atas di antaranya:

1. Khitab diperuntukan kepada para wali untuk tidak menolak untuk

meniikahkan perempuan yang ada di bawah perwaliannya, dari hal ini

jelas bahwa keberadaan wali nikah pada masa Nabi adalah memang ada

dan eksis, sehingga perkawinan tanpa adanya wali tidak dibenarkan.

2. Khitab tersebut diperuntukan kepada masyrakat umum.

3. Tindak lanjutnya bahwa enggan menikahkan atau sebaliknya memaksa

kehendak dengan paksaan adalah tidak diperbolehkan.

4. Dari sinilah adalah secara implicit membolehkan perempuan untuk

menikahkan dirinya sendiri dan seseorang pun tidak boleh menolaknya

asal ada kebaikan di masa depannya6.

Adapun pandangan As-Syafi’i jelas mengatakan bahwa ayat di atas

menunjukkan bahwa perempuan merdeka tidak bleh menikahkan diri sendiri.

Persoalan itu tentu ada kaitannya dengan hadits yang menjelaskan tentang

perempuan yang tidak boleh menikah tanpa ijin walinya, dari dzahir ayat

tersebut, jelas bahwa seorang wali tentu tidak boleh semena-mena terhadap

5 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Ba>ri, (t.n.p: Mathba’ah as-Salafiyah, t.t), hlm. 93-94. 6 Abdurrahman Al-Jazairi, Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, (Beirut: Mathba’ah as-

Salafiyah, t.t,), hlm. 48-49.

Page 105: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

90

anak perempuan untuk menikah dengan pilihan wali atau sebaliknya enggan

menikahkan karena tidak sesuai dengan pilihan wali7.

Pada sisi lain, sebenarnya banyak sekali hadis yang berkenan secara

langsung maupun tidak langsung dengan persoalan ijabr dan perkawinan.

Akan tetapi dalm subbab ini dijelaskan hanya beberapa hadis yang secara

langsung dipakai oleh banyak riwayat yang ada hubungannya dengan mujbir

dan wali mujbir. Pada hadis yang berbunyi:

فان دخل بها فلها ) قالها ثاالثا(ايما امرأة نكحت بغير اذن وليها فنكحها با طل

8المهر بما استحل من فرجها فأن تشاجروا فالسلطان ولي من ولي له

Hadis di atas yang mengungkapkan nikahnya batal, dari riwayat Zuhri,

ternyata dibantah oleh Hanafi karena ketika Hanafi langsung menanyakan

otentitas hadis itu kepada Zuhri ternyata Zuhri tidak mengetahui dan

mengingkarinya, sehingga Hanafi menganggap dalil hadis tersebut adalah

tidak valid. Namun menurut Abu> Tsur bila dilihat dari hadis itu jelas bahwa

akad nikah harus bersamaan dengan wali dan wali member izin seseorang

untuk menjadi wakilnya dalam akad anaknya, bila ada wakil tapi tanpa ijin

walinya maka tidak boleh atau batal.

Perkawinan menurut Hanafi adalah merupakan kontrak atau perkawinan

yang suci yang tentu mengungguli perjanjian lain seperti dalam masalah

ekonomi. Karena itu keberadaan perempuan yang sudah aqil baligh dan

7 Miftahul Huda, Kawin Paksa,. hlm. 23. 8Abu > Dawu>d, Sunan Abu> Dawu>d, kitab Nikah, hadis No.1784 (Beirut: Da>r al- Fikr, t.t).

hlm. 235. Hadis diriwayatkan oleh Ummu Mukmin ‘Aisyah r.a.

Page 106: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

91

rasyidah tentu dipersyaratkan, karena ada hadis yang menjelaskan perempuan

tidak boleh menikahkan dirinya karena sudah ada wali yang baku, hal ini

pada dataran tertentu sama dengan hadis perempuan tidak boleh menikahkan

dirinya sendiri yang diacukan kepada perempuan yang masih kecil bukan

pada perempuan yang rasyidah 9.

Tentang persoalan pernikahan anak-anak, tentu sangat jelas karena

adanya paksaan nikah dari seorang wali tentu tidak bias dilepaskan dari status

anak perempuan yang kebanyakan adalah masih berstatus anak atau belum

mampu untuk memikirkan dirinya sendiri. Seperti sejarah Nabi menikahi

Aisyah pada umur tujuh tahun dan menyetubuhinya ketika sudah berusia

Sembilan tahun. Sebagaiman dijelaskan dalam sebuah hadis yaitu:

وانا بنت ست وبنابى وانا بنت تسع تزوجني النبي صلى اهللا عليه وسلم 10

Tentang kebolehan menikahkan anak kecil tersebut ternyata

diargumentasikan dengan adanya praktek yang ada pada waktu itu. Tentang

siapakah yang berhak menikahkan seorang perempuan yang masih kecil kecil

adalah hanya bapak. Menurut Ibnu Qudomah, di samping sebagai dalil

bolehnya menikahkan gadis yang belum dewasa, hadis juga menunjukkan

tidak adanya permintaan ijin dari Abu Bakar (bapak atau wali) kepada

Aisyah11.

9Abdurrahman al-Jazairi, al-Fiqh ala Maz}ahib, hlm. 47. 10 Al-Bukhari, S}ahih Bukhari, Kita>b al- Manaqib, Hadis No. 3605. Hadis diriwayatkan

oleh dari Aisyah. 11. Khoiruddin Nasution, Islam Tentang Relasi Suami dan Istri, hlm. 89.

Page 107: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

92

Hubungan dengan persetujuan calon dan hak ijbar wali, Imam Syafi’I

hadis di atas sangat jelas akan peranan orang ayah yang sangat dominan,

karena anak perempuan yang berumur tujuh tahun atau Sembilan tahun tidak

ada urusan baginya pada dirinya dan tidak seorang pun selain ayah untuk

mengawinkan gadis hingga dia dewasa.

Menurut Ibnu Qudomah mengklaim, ulama sepakat adanya hak Ijbar wali

untuk menikahkan gadis yang belum dewasa, baik wanita yang bersangkutan

senang atau tidak, dengan syarat sekufu. Ibnu qudomah sendiri seperti

cenderung berpendapat, bapak berhak memaksa anak gadisnya, baik yang

dewasa atau yang belum, menikah dengan pria sekufu walaupun wanita

tersebut tidak senang12.

Menurutnya dasar dasar bolehnya menikahkan gadis yang belum dewasa

: adalah (الصغير)

‘↔≈9#ρ ⎯¡≥ƒ ⎯Β ÙŠsϑ9# ⎯Β /3←$¡Σ β) ΟF;?‘# ⎯κE‰èù πW≈=O

13⎯Òt†Ο9‘↔≈9#ργ©& Pada prinsipnya ayat ini berbicara tentang masa iddah seseorang wanita

yang belum haid atau wanita yang sudah putus haid. Logika sederhana adalah

iddah muncul karena talak, dan talak muncul karena nikah. Karena itu, secara

tersirat (مفهوم مخلفة) ayat ini menunjukkan bolehnya seorang wanita yang

belum haid (belum dewasa) nikah.

12 Ibnu Qudomah, Al-Mughni wa al-Sharh al-Kabir, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984), hlm.

379. 13 At-Talaq (65) : 4

Page 108: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

93

Kaitannya dengan kebebasan dan persetujuan calon wanita dalam

perkawinan, imam Syafi’i mengklasifikasikan kepada tiga kelompok yakni:

1. Gadis yang belum dewasa.

2. Gadis dewasa.

3. Janda14.

Untuk gadis yang belum dewasa, batasan umur belum 15 tahun atau

belum keluar darah haid, seorang bapak tidak boleh menikahkan tanpa

seijinnya terlebih dahulu. Dengan syarat menguntungkan dan tidak merugikan

si anak (Ghairu naqsaani laha), sebaliknya wali tidak boleh memaksa kalau

merugikan sang anak.

Dasar penetapan hak Ijbar, menurut Imam Syafi’i adalah tindakan

Rasulullah yang menikahi ‘Aisyah ketika masih berumur enam tahun atau

tujuh tahun, dan mengadakan hubungan setelah berumur sembilan tahun.

Tindakan Abu Bakar yang menikahkan anaknya yang masih belum

dewasa, di tambah dengan alasan bahwa semua urusan anak kecil merupakan

tanggung jawab orang tuanya (La amara lahaa fii nafsihaa), oleh Imam

Syafi’i dijadikan dasar untuk menetapkan adanya hak ijbar bapak kepada anak

yang belum dewasa, dengan catatan, gadis berhak memilih (Khiyaar) kalau

kelak sudah dewasa15.

Adapun perkawinan anak gadis dewasa, ada hak berimbang antara bapak

(wali) dengan anak gadisnya. Hak bapak didasarkan pada paham sebaliknya

Mafhu<m mukho<lafah hadis yang menyatakan “janda lebih berhak kepada

14 Dr. Khoiruddin Nasution, MA, Islam Tentang Relasi Suami dan Istri, hlm. 83. 15 Ibid,. hlm. 84.

Page 109: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

94

dirinya” menurut Imam Syafi’i Mafhu<m mukho<lafah hadits ini bapak lebih

berhak menentukan urusan perkawinan anak gadisnya, meskipun dianjurkan

musyawarah antara kedua belah pihak (anak gadis dewasa tersebut dengan

bapaknya atau walinya).

Dari penjelasan Imam Syafi’i terlihat bahwa dalam kasus gadis dewasa

pun hak wali (bapak) melebihi hak gadis, kesimpulan ini didukung dengan

ungkapan Imam Syafi’i, ijin gadis bulan lagi setu keharusan tetapi hanya

sekedar pilihan.

Tentang persoalan pernikahan anak-anak, tentu sangat jelas karena

adanya paksaan nikah dari walinya tentu tidak bias lepas dari status anak

perempuan yang kebanyakan adalah masih berstatus anak atau belum mampu

untuk memikirkan diri sendiri. Tentang kebolehan menikahkan anak kecil

tersebut ternyata diargumentasikan dengan adanya praktek yang ada pada

waktu itu, tentang siapa yang berhak menikahkan seorang perempuan yang

masih kecil adalah hanya bapaknya.

Dalam perspektif lain, Islam juga menunjukkan apresiasi tinggi atas

pernikahan anak. Konsepsi Islam dalam masalah pernikahan mendobrak

tradisi tradisional mengenai pernikahan. Anak dalam Islam tidaklah dipandang

sebagai hak milik orang tua melainkan sebagai seorang individu yang bebas

merdeka untuk memilih kehendaknya sendiri.

Kedudukan orang tua dipandang hanya sebatas untuk menjaga, mendidik

dan merawat anak-anaknya sampai mereka dewasa dan memiliki kemampuan

untuk memilih jalannya sendiri. Karena itulah konsepsi Islam mengenai

Page 110: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

95

pernikahan adalah harus didasari oleh kehendak dan persetujuan bersama

kedua belah pihak yang hendak menikah dan bila kedua pasangan telah

bersepakat maka siapapun tidak boleh menghalangi kehendak mereka

termasuk wali dan orang tua .Bahkan penolakan orang tua atau wali untuk

menikahkan anaknya dengan calon pilihannya sendiri dianggap sebagai

tindakan yang melawan aturan agama sebagaimana yang difirmankan dalam

firman Allah:

#Œ)ρ Λ⎢)=Û ™!$¡Ψ9# ⎯ó=6ù ⎯γ=_& ξù ⎯δθ=Òè? β& ⎯s3Ζƒ ⎯γ_≡ρ—& #Œ)

16 ∃ρèRQ$/ ΝηΖ/ #θÊ≡? Ayat ini yang menjadi landasan para fuqaha untuk melarang pernikahan

paksa bahkan menjadi landasan bahwa Negara berkewajiban untuk mengambil

alih menjadi wali nikah dengan menunjuk wali hakim bila wali nasabnya

enggan atau menolak menikahkan mereka. Dalam konsepsi Islam menikahkan

adalah kewajiban bagi wali bukan hak jadi bila wali nasab menolak maka

kewajiban itu harus diambil alih oleh negara.

Imam Syafi’i sendiri menentapkan sejumlah aturan atau rambu-rambu

mengenai hal ini , antara lain :

a. Wali yang berhak melakukan ijbar (wali mujbir) hanya ayah atau kakeknya

b. Anak yang diijbarkan masih gadis dan belum cukup dewasa untuk

menentukan pilihannya sendiri

c. Calon suami yang dipilihkan harus sekufu (sederajat) dalam bidang

pendidikan, sosial, ekonomi atau keturunan.

16 Al- Baqarah (2) : 232.

Page 111: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

96

d. Mahar yang diberikan oleh calon suami harus mahar mitsil

e. Pria yang dipilih harus pria baik-baik dan mampu memenuhi kewajiban

nafkah.

Akan tetapi hak ijbar ini dalam mazhab Syafi’i pun tidak boleh diterapkan

pada anak perempuan yang sudah dewasa, hanya pada anak yang belum balig.

Hak ijbar ini sendiri pada dasarnya hanyalah sebuah pemikiran fiqh pribadi

dari Imam Syafi’i bukanlah sebuah aturan agama yang baku karena aturan ini

tidak dilandasi oleh nas sehingga tidak ada kewajiban untuk mengikutinya

apalagi dengan kondisi masyarakat modern dimana usia pernikahan lebih

tinggi, konsep ijbar ini dengan sendirinya tertolak dengan dimasukkannya

masalah pernikahan anak di bawah umur sebagai tindakan kriminal yang bisa

dikenai hukuman di beberapa Negara.

Secara normatif, hukum Islam masih mengakui adanya wali mujbir.

Sebagaimana pendapat Imam Syafi’i yang membolehkan praktek wali mujbir,

dengan beberapa syarat tertentu. Namun landasan syari’ah tidak bersifat

mutlak, sehingga sangat wajar jika dalam implementasinya di lapangan

menimbulkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tersebut sangat bisa

jadi bermuara pada dikotomi antara perspektif syari’ah dengan perspektif

praktis. Dalam perspektif praktis, logika yang dipakai adalah kesesuaian antara

praktek mujbir dengan kondisi pergaulan atau interaksi antara anak laki-laki

dengan perempuan di tengah masyarakat umum.

Hukum Negara yang sah dan berlaku di Negri ini dalam masalah

pernikahan adalah mengacu pada UU. No. 1 tahun 1974 tentang pernikahan.

Page 112: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

97

UU. Ini sendiri sangat dipengaruhi oleh konsep hukum pernikahan Islam dan

khusus bagi penganut agama Islam aturan pernikahannya juga diperluas dalam

bentuk Kompilasi Hukum Islam Indonesia yang didasari oleh Inpres No.

1/1991 yang salah satu bagiannya mengatur masalah pernikahan dan menjadi

pedoman bagi Pengadilan Agama untuk mengatur dan mengesahkan

pernikahan secara agama Islam.

Kehendak dan persetujuan kedua mempelai juga menjadi dasar untuk

menikah dalam UU. No. 1. Th.1974 sebagaimana yang termuat dalam Pasal 6

ayat (1) UU. No.. 1. Th.1974 yang berbunyi "Pernikahan harus didasarkan atas

persetujuan kedua calon mempelai". Karena itu tidak ada satupun pihak

termasuk orang tua kedua calon mempelai yang boleh menolak pernikahan

apabila kedua calon itu sendiri sudah setuju. Dan bila tidak didasari

persetujuan dari salah satu atau kedua calon mempelai maka Negara bisa mem

batalkan pernikahannya.

Negara mempunyai hak untuk mengambil alih wali nasab yang enggan

melaksanakan kewajibannya dan bertindak sebagai wali hakim dimuat dalam

Kompilasi Hukum Islam Indonesia pasal 22 ayat (2) yang berbunyi "Dalam

hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali

nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut". Sehingga

bila wali nasab enggan menikahkan ia harus mampu memberikan alasan-

alasannya pada Pengadilan Agama. Bila ia tidak mampu memberikan alasan-

alasan yang sah berdasarkan agama dan UU. Maka haknya akan diambil alih

oleh Negara.

Page 113: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

98

Alasan yang bisa diterima oleh pengadilan hanyalah apabila sang calon

tidak memenuhi syarat-syarat pernikahan sebagaimana yang ditetapkan UU.

Pernikahan misal di bawah umur, tidak dapat izin istri pertama (dalam

perkawian poligami), sang calon berada pengampuan atau hukuman atau

masih terikat pada pernikahan lain (khusus perempuan) sebagaimana yang

termuat dalam UU. Pernikahan no. 1. Th.1974 pasal 13, 14 dan 15, selain juga

alasan yang sah menurut pertimbangan agama seperti gila atau idiot, tidak

beragama Islam, masih di bawah umur dan lain-lain sementara alasan latar

belakang atau tingkat pendidikan, kondisi sosial dan ekonomi, keturunan dan

sebagainya tidak dianggap sebagai sebuah alasan yang dapat diterima.

Akan tetapi izin orang tua berlaku mutlak apabila kedua atau salah satu

pasangan dianggap belum cukup umur untuk menentukan pilihannya sendiri

dimana dalam hal ini negara menetapkan batasan umur 21 tahun sebagaimana

termuat dalam pasal 6 ayat (2) UU. No. 1. Th.1974 dan Kompilasi Hukum

Islam Indonesia pasal 15 ayat (2). Dari sini juga kita bisa lihat bahwa konsepsi

hukum pernikahan Negara Republik Indonesia juga pada dasarnya sejalan

dengan nafas hukum agama Islam dengan memberikan hak dan kewenangan

mutlak terhadap kehendak nikah kepada kedua calon pasangan secara

merdeka. Sehingga penolakan ataupun pemaksaan nikah oleh orang tua

pasangan atau salah satu pasangan tidak dianggap sebagai penghalang bagi

kehendak nikah bahkan Negara dianggap bertanggung jawab penuh untuk

menikahkan mereka dengan atau tanpa persetujuan orang tua. Cinta dan rasa

kasih sayang adalah anugrah terindah yang Allah berikan pada manusia

Page 114: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

99

sehingga bila ada seseorang yang menolaknya maka ia sama saja dengan

menolak rahmat Allah.

Demikian juga halnya dalam perspektif hukum positif, eksistensi wali

mujbir menjadi kurang relevan, karena Negara sudah mengatur dengan jelas

adanya hak anak untuk dinikahkan dan mendapatkan perwalian dari orang

tuanya. Bahkan dalam konteks terjadi pertentangan dari orang tua atas

keinginan anak untuk menikah, sepanjang tidak didasari oleh alasan-alasan

yang sudah diatur UU. Maka Negara dapat mengambil alih hak perwalian

untuk menikahkan anak.

Page 115: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Setelah melakukan observasi langsung ke objek penelitian dan meneliti

literature-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian dan mendeskripsiknnya

dalam sebuah penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang

menjadi jawaban atas pokok masalah yang diangkat yaitu:

1. Penyebab yang melatarbelakangi pernikahan dini karena paksaan orang

tua di dusun Menco kelurahan Berahan Wetan kecamatan Wedung

kabupaten Demak adalah:

a. Tingginya tingkat intervensi orang tua terhadap anaknya dalam hal

menentukan perkawinan.

b. Faktor ekonomi.

c. Faktor social budaya masyarakat.

d. Faktor kekhawatiran orang tua terhadap dampak negative dari

golabalisasi.

2. Adapun dampak positif dari kawin paksa adalah :

a. Menghindari hamil diluar nikah (freesex)

b. Menjaga kehormatan nama keluarga

c. Relatif dapat mengurangi beban keluarga dalam bidang pengeluaran

ekonomi

d. Anak jadi lebih lebih cepat dewasa.

Sedangkan untuk dampak negative dari kawin paksa adalah :

Page 116: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

101

a. Kurangnya kesiapan organ rahim istri dalam reproduksi sebab usia

yang masih muda

b. Dapat mengganggu psikis (kejiwaan) seorang istri

c. Tingginya potensi perceraian dikarenakan tingkat emosional yang

relative masih tinggi.

d. Intervensi orang tua bisa berakibat kurang baik hubungan antara orang

tua dan anak

3. Dalam Islam dijelaskan bahwa menikahkan anak yang masih di bawah

umur itu diperbolehkan, sebagaimana yang terjadi dengan Aisyah ketika

dinikahkan dengan Nabi SAW. Pernikahan ini diperbolehkan selama ada

alasan yang jelas serta tidak merugikan anak.

B. Saran-saran.

1. Kepada Seluruh penduduk dusun Menco perlu kiranya merubah pola fikir

yang masih mereka pertahankan, perlu adanya perubahan paradigma

dalam pernikahan anaknya, walaupun orang tua mempunyai hak untuk

memaksa, tapi alangkah lebih baiknya kalau semua hal dilakukan dengan

jalan musyawarah supaya tujuan pernikahan mawaddah wa rahmah dapat

tercapai dengan baik-baik.

2. Bagi orang tua di dusun Menco bahwa eksistensi orang tua dapat tetap

dijaga tanpa melakukan perwalian mujbir. Hal ini didasarkan pada

pemikiran bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang sifatnya

mendasar, utamanya dalam hubungannya dengan proses pernikahan

anaknya, seperti interaksi antara anaknya dengan lingkungannya, wawasan

keilmuan anaknya hingga kultur masyarakat. Pemaksaan wali mujbir yang

Page 117: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

102

dilakukan tanpa dukungan lingkungan yang kondusif justru akan

menciptakan kondisi yang tidak lebih baik – sebagaimana diharapkan dari

praktek wali mujbir.

3. Perlunya para orang tua di dusun Menco menjadi pendamping yang baik

bagi anak yang berperan dalam memberikan pendidikan serta pemahaman

yang bijaksana dan terarah dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang mesti

dipegang anak dalam mempersiapkan kehidupan rumah tangganya.

Indoktrinasi yang sifatnya materialitas hendaknya tidak lagi dikedepankan,

mengingat ada banyak hal non materialitas yang perlu dipertimbangkan

dan diselaraskan dengan kehidupan anak di masa mendatang.

4. Kepada aparat dusun Menco, bapak kepala desa, serta petugas kecamatan

dan KUA Wedung perlu kiranya lebih ketat dan teliti dalam hal

memberikan kemudahan pembuatan dan KTP supaya tidak terjadi

manipulasi usia dalam pembuatan KTP.

Sebelum menutup skripsi ini, perkenankan penyusun memberi saran-

saran, dengan harapan semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun

dan umumnya bagi pembaca; setiap hasil dari penelitian bukanlah suatu hasil

yang final, begitu juga penelitian skripsi ini, selalu berpeluang untuk

menerima saran dan kritik serta pengarahan, guna melangkah ke arah yang

lebih baik.

Page 118: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

DAFTAR PUSTAKA

A. Kelompok Al-Qur’an dan Tafsir.

Al ‘Ara>bi Ibn, Ahka >m al-Qur’an ttp: Isa al Babi al Halabi wa Syirkah, t.t.. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya,

Semarang: CV Toha Putra. Al-Qurthubi, Al-Ja>mi’ al Ahka>m al Qur’an, Kairo: Da>r al Misriyah, 1967. Rasyid Ridha, Muhammad, Tafsir Al Mana>r, Mesir: Maktabah al-Nahirat, t.t.

B. Kelompok Hadits dan Ulumul Hadits.

Al-Bukhari, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma’il, al-Ja>mi’ al Sah}i>h }, Beirut: Dār al-Fikr,t.t.

Da>wud, Abu>, Sunan Abu > Da>wud, Beirut: Da >r al-Fikr, t.t.. Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah, Beirut: Da >r al-Fikr, t.t. Muslim, Sah }i>h} Muslim, ttp: Taba’ah ‘ala Nafaqah al-Qana’ah, t.t..

Muslim bin al-Hujjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Nasaburi Abu Husein, Ja>mi’ as-Sah }i>h}}, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t..

An-Naisaburi, Abu Husein Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, al-Ja >mi’ as- Sah}i>h }},

Beirut: Da >r al-Fikr, t.t. An-Nasai, Sunan an-Nas @ai’ Beirut: Dār al-Fikr, t.t. III.

As-San'ani, Subul as-Sala >m, Beirut Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, tt.

As-Sijistani, Sulaiman ibn Al-‘sy’ad ibn Ishaq al-Azhdi, as-Sunan, Beirut: Da>r al-Fikr, 1981.

At-Tirmiz }i, Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Saurah, al-Jāmi’ al Sa>h}ih}, Bairut:

Dār al-Fikr, t.t. Al-Qazwini, Abu Abdullah Muhaamd ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, Beirut: Da>r-

al-Fikr, tt.

Page 119: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

C. Kelompok Fiqh dan Usul Fiqh.

Abidin Slamet dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Azhar Basyir Ahmad, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press 1999. Dahlan, Aziz Abdul, (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1996. Dahlan Aisyah, Membina Rumah Tangga, Jakarta: Jammunu, 1969. Daly Peunoh, Hukum Perkawinan Islam, Studi Perbandingan dalam Kalangan

Ahlus Sunnah dan Negara-negara Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1988. -------------, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 2005. Darajat Zakiah, Ilmu Fiqh Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995. Dellyana Shanty, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1988. Engineer, Asghar Ali, Hak- hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: Benteng

Intervisi Utama, 1994. Al-Fanjari Syauqi, Ahmad, Nilai- nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam, Jakarta:

Bumi Aksara, 1996. Fauzil Adhim Muhammad, Indahnya Pernikahan Dini, Jakarta : Gema Insani

Press, 2002. Geertz Hildred, Keluarga Jawa. Jakarta: PT Grafiti Pers, 1985. Ghazali Djumaris Bahri, Perbandingan Mazhab, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu

Jaya, 1992. Hasyim Syafiq, Hal-hal yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Perempuan

dalam Islam, Bandung: Mizan, 2001. Hosen Ibrahim, Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah, Talak, Rujuk, dan

Waris, Jakarta: Yayasan Ihya’ Ulumuddin Indonesia, 1971. Huda Miftahul, Kawin Paksa, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009.

Page 120: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Ishaq Ibrahim al-Fairuzzabadi asy-Syirazi Abu, Al-Muhazzab, Semarang: Toha Putra, t.t.

Jazairi Abd ar-Rahman, Al, Kitab al-Fiqh 'ala al-Mazahib al-Arba'ah, Beirut :

Da>r al-Kutub al-'Amiyyah 1410 H / 1990 M. Kharafa, Alauddin, Syarh Qanun al-Ahwal asy-Syakhsiyah, Bagdad: Matba’ah

al Aniy, 1962. Maududi, Al-A’la Abu dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan Dalam Islam,

Jakarta : Darul Ulum Press, 1994. Mahfud MD Moh, dkk., Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 1993. Masykuri, Abdillah dan Mun’im, Perempuan dalam Literatur Islam Klasik,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. Muchtar Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1974. ----------------,(dkk). Usul Fiqh, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995. Mugniyah M. Jawwad, al-Fiqh ‘Ala> al-Maz}a>hib al-Khamsah, Beirut: Da>r al-

Jawad, 1966. Muhammad Husein, Fiqh Perempuan, Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan

Jender, Yogyakarta: LKIS, 2002. ------------------------, Fiqh Perempuan, Yogyakarta : LkiS, 2001.

Nasution Khoiruddin, Islam Tentang Relasi Suami dan Istri, Yogyakarta:

ACAdeMIA Tazzafa, 2004. Nur Djamaan, Fiqh Munakahat, Semarang: Dina Utama, 1993. Nur Zain Umar dan Vincent Djuhari, Perkawinan Remaja, Jakarta: Sinar

Harapan, 1984. Rahman Ghazaly, H. Abd., Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Perdana Media

Group, 2003. Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002.

Page 121: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Rosjidi Lili,Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991.

Ramulyo M. Idris, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari UU no.1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Bummi Aksara, 1996. Rusyd Ibnu, Bidayat al Mujtahid, Bairut: Da>r al Fikr, t.t. As-Sabiq Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Kuwait: Da>r al-Bayan, 1971. Shappiro, Mencegah Perkawinan yang Tidak Bahagia, Jakarta: Restu Agung,

2000. Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Asy-Syarbini, Al-Iqna, Surabaya, Dar al-Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah. t,t. Ash-Shidiqy M. Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975. Syaltut Mahmoud dan M. Ali as-Sayis, Muqaranat al-Mazahib fi al-Fiqh,

Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1973. Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia Berlaku Bagi Umat Islam, ttp. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Surabaya: Pustaka

Tinta Mas 1986) hlm. 7 Wahab Khallaf Abdul, Us}u>l al-Fiqh, Alih bahasa dari Helmy Masdar, Bandung:

Gema Risala Press, 1996. Zahrah Abu, Al-Ahwal Syakhsiyyah, Mesir: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.t.. Zuhaili Wahbah, Az, Tafsir al-Munir fi Aqidah wa Syari’h wa Manhaj, Bairut:

Dar al-Fikr, 1411H/1991.

D. Kelompok Buku Lain.

Arikunto Suharsmi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

Jalu, Banyak Cara Menyiapkan Anak Menjadi Dewasa, (Online).

http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/08/hikmah/lainnya04.htm.

Page 122: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

Sutrisno, Hadi, Metode Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1998. Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : gramedia

Pustaka Utama, 1991. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:

PT Pradnya Paramita, 1999 . Sangarimbun Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta:

LP3ES, 1989.

E. Kelompok Kamus / Ensiklopedi

A. Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Ma’luf Lois, Al-Munjid Fi al-Lugat wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1986. Poerwardaminta W. J. S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka,

1976.

Page 123: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

LAMPIRAN 1

TERJEMAHAN No

Bab

Hlm

FN

Terjemah

1

I

1

3

Hai para pemuda apabila telah cukup usia untuk menikah, maka menikahlah, apabila belum mampu maka berpuasalah karena itu lebih baik bagimu

2

I

1

4

Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.

3

I

2

5

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

4 I 3 8 Tidak ada pernikahan (tidak sah) kecuali dengan wali dan saksi yang adil

5

I

11

17

Wali dalam perkawinan adalah orang yang berhak menetapkan sah tidaknya perkawinan, maka tidak sah sebuah perkawinan apabila tidak ada wali.

6 I 12 20 Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman

7 I 15 30 Janganlah menikahkan wanita dan wanita tidak bisa menikahkan dirinya sendiri

8

I

15

31

Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya batal (beliau SAW, mengucapkannya tiga kali) seandainya ia telah bercampur, maka wanita itu berhak atas mahar sebab ia telah menghalalkan kehormatannya. Dan seandainya mereka bertengkar maka sultan menjadi wali siapa pun yang tidak mempunyai wali

9

I

16

32

Kemadharatan yang lebih berat digantikan dengan kamdharatan yang lebih kecil

10

II

28

11

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah

Page 124: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu

11

II

28

12

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

12

II

28

13

Hai para pemuda apabila telah cukup usia untuk menikah, maka menikahlah, apabila belum mampu maka berpuasalah karena itu lebih baik bagimu

13

II

31

18

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

14

II

43

41

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman

15

II

44

44

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.

16 II 45 46 Tidak ada pernikahan (tidak sah) kecuali dengan wali dan saksi yang adil

17

II

52

69

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.

18

II

52

71

Janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, dan perawan dimintai izin mengenai dirinya dan izinya adalah diamnya

19 II 53 73 Janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, dan gadis yang berhak menikahkan adalah orangtuanya

20

II

53

75

Rasulullah menikahiku ketika saya berusia enam tahun dan berhubungan (hubungan seksual) denganku setelah aku berusia Sembilan tahun

21

II

55

79

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

Page 125: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

hamba sahayamu yang perempuan. 23 II 55 80 Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita

musyrik, sebelum mereka beriman 24 II 50 81 Tidak ada pernikahan (sah) kecuali dengan wali 25

II

57

82

Wanita tidak diperbolehkan menikahkan wanita (lainnya) dan ia pun tidak dapat menikahkan dirinya sendiri. Sesungguhnya hanya wanita pezinalah yang menikahkan dirinya sendiri

26

II

57

84

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain.

27

II

58

85

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula).

28

II

58

87

Janda lebih berhak terhadap dirinya sendiri daripada walinya, sedangkan perawan diminmtai izin mengenai dirinya dan izinnya adalah diamnya.

29 II 60 89 Tidak ada seorangpun diantara walimu yang tidak menyukai, baik hadir maupun ia tidak hadir

30

II

61

90

Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya batal (beliau SAW, mengucapkannya tiga kali) seandainya ia telah bercampur, maka wanita itu berhak atas mahar sebab ia telah menghalalkan kehormatannya. Dan seandainya mereka bertengkar maka sultan menjadi wali siapa pun yang tidak mempunyai wali

31 II 62 91 Tidak ada seorangpun diantara walimu yang tidak menyukai, baik ia hadir maupun ia tidak hadir

32

II

63

92

Janda lebih berhak terhadap dirinya sendiri daripada walinya, sedfangkan perawan diminmtai izin mengenai dirinya dan izinnya adalah diamnya

33 II 65 94 Janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, dan perawan yang menikahkan adalah bapaknya.

34

II

66

97

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

36 IV 85 1 Dan janganlah kamu menikahi wanita- wanita musyrik, sebelum mereka.

37 IV 85 2 Tidak sah nikah melainkan dengan wali yuang adil.

Page 126: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

38

IV

88

4

Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma’ruf

39

IV

90

8

Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya batal (beliau SAW, mengucapkannya tiga kali) seandainya ia telah bercampur, maka wanita itu berhak atas mahar sebab ia telah menghalalkan kehormatannya. Dan seandainya mereka bertengkar maka sultan menjadi wali siapa pun yang tidak mempunyai wali

40

IV

91

10

Rasulullah menikahiku ketika saya berusia enam tahun dan berhubungan (hubungan seksual) denganku setelah aku berusia Sembilan tahun

41

IV

92

13

Dan perempuan- perempuan yang tidak haid lagi (monopouse) di antara perempuan- perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu pula perempuan- perempuan yang tidak haid

42

IV

95

16

Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma’ruf

Page 127: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

LAMPIRAN II

BIOGRAFI TOKOH

BUKHARI

Nama lengkap Imam Bukhari (194 H - 252 H / 810 M – 870 M) adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Mughirah bin Bardizbah. beliau adalah seorang ulama hadis yang sangat masyhur. Guru-guru imam bukhari diantaranya adalah: Maki bin Ibrahim, Abdullah Usman Al-Marwazi, Abdullah bin Musa Al-Abbasi, Abu Asyim Asyaibani, dan Muhammad ibnu Abdillah Al Anshari. Adapun ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya adala: Imam Muslim, Abu Zur’ah, At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan An-Nasha’i. karyanya yang paling terkenal adalah Jami’ as-Shahih, yaitu kitab Hadis yang menghimpun Hadis sebanyak 6397 buah hadis, sedangkan karya-karya yang lain diantaranya adalah As-sahabah wa at-Taabi’in, At-Tarikh Al-Kabir, Al-Adaabu Al Munfarid dan Birr Al walidain.

MUSLIM .

Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim Ibnu al-Hajjaj bin Muslim Bin Kausyaz al Qusyairi Al Naisaburi, Lahir di Naisaburi pada tahun 204 hijriyah. Beliau adalah pakar Hadis yang sangat diagungkan karena sejak Usia 12 Tahun telah serius dalam mempelajari, menelaah dan memburu hadis. Dia gemar bepergian melawat ke peibagai daerah baik kota kecil atau kota besar hanya untuk mencari hadis tertentu. Diantara kitabnya yang terkenal yang hingga sekarang menjadi rujukan ulama-ulama adalah al jami as-sahih atau yang lebih dikenal dengan sahih muslim.

Ibnu Majah Nama lengkapnya adalah Abi Abdilah Muhammad bin Yazid. Majah

adalah nama gelar bagi Yazid, ayahnya. Belaiu lahir di Qazwin Irak tahun 209 H. dan meninggal dunia pada tahun 273 H. beliau belajar hadis sejak 15 tahun pada seorang guru bernama Ali Ibnu Muhammad al-Tanafasi. Pada usia 21 tahun beliau mengadakan perjalanan untuk mengumpulkan hadis-hadis diantaranya ke Basrah, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir, dan lain-lain. Disampng itu beliau juga menghasilkan beberapa karya tulis seperti : Kitab Sunan, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Kitab Tarikh, dan lain-lain. Salah-satu karyanya yaitu kitab Sunan termasuk dalam kutub as-Sitah, yang terdiri dari 32 bab, 150 pasal dan 4000 hadis.

AS-SAYYID SABIQ

Beliau adalah ulama terkenal dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir pada tahun 1356 M. Beliau adalah teman sejawat dengan Hasan al-Basri pemimpin

Page 128: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

gerakan Ikhwanul Muslimin. Dia termasuk salah seorang yang mengajarkan ijtihad dan menganjurkan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. karya beliau yang terkenal adalah Fiqh as-Sunnah, Qaidah Fiqhiyyah dan ‘Aqidah Islam.

AHMAD AZHAR BASYIR

Lahir di Yogyakarta pada 21 November 1928 dan wafat di Yogyakarta pada 28 Juni 1994. Semasa hidupnya beliau pernah menjadi dosen Fakultas Filsafat UGM sekaligus sebagai ketua jurusan Filsafat Agama di UGM, setelah menamatkan studinya di PTAIN Yogyakarta (1958), beliau meneruskan ke Kairo Jurusan Syari’ah Fakultas Dar al-‘Alam dan mendapat gelar M. A dalam bidang Dirasah Islamiah (1965), lalu ke pendidikan Pasca Sarjana Filsafat UGM (1971-1972). Disamping mengajar diberbagai Perguruan Tinggi Islam di Yogyakarta, beliau juga menjabat sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah (periode 1990-1995). Beliau juga menjabat sebagai anggota Lembaga Fiqh Islam Organisasi Konfrensi Islam (wakil Indonesia) di Jeddah. Karya tulisnya antara lain: Masalah Imamah dalam Filsafat Politik Islam (1981), Garis Besar Sistem Ekonomi Islam (1981), Hukum Waris Islam (1982), Filsafat Ibadah dalam Islam (1983), dan Citra Masyarakat Muslim (1984).

ABDUL WAHAB KHALAF

Beliau dahulunya adalah seorang guru besar pada universitas di Kairo Mesir. Seorang yang dikenal tidak hanya dinegrinya tetapi juga di negara lain. Banyak karangan beliau, antara lain, As-Siyasah As-Syari'ah, yang diterbitkan tahun 1350 H. termasuk karangan belaiu adalah Usul Al-Fiqh,

Page 129: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

LAMPIRAN III

DAFTAR PANDUAN WAWANCARA GUNA MENDUKUNG DATA

SUBYEK PENELITIAN DI DUSUN MENCO KELURAHAN BERAHAN

WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK

1. Apa yang melatar belakangi anda menikah di usia dini?

2. Umur berapakah saat anda melakukan pernikahan?

3. Anda ingin menikah ketika berusia berapa tahun?

4. Berapa tahun perbedaan usia anda dengan suami anda?

5. Apakah Apakah anda menikah karena kemauan sendiri atau paksaan dari

orang tua?

6. Apakah anda menerima dengan baik paksaan orang tua anda?

7. Bagaimana perasaan anda ketika tiba-tiba orang tua menyuruh anda untuk

menikah?

8. Sudah kenal dengan calon pengantin anda?

9. Adakah dalam menentukan jodoh ada keinginan untuk mencari sendiri

atau menunggu orang tua menjodohkan anda?

10. Apakah anda sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga, walaupun usia

belum mencukupi?

11. Apa yang melatar belakangi bapak menikahkan anak anda yang masih di

bawah umur.

12. Ketika menikahkan anak bapak, apakah bapak bermusyawarah dengan

anak bapak terlebih dahulu atau langsung menjodohkan anaknya?

13. Sampai sejauh mana anda kenal dengan calon menantu dan besan anda?

14. Apakaha bapak tidak khawatir kalau menikahkan anak bapak yang masih

di bawah umur suatu saat nanti pernikahan itu akan berujung perceraian?

15. Apa manfaat yang bapak rasakan ketika menikahkan anaknya?

Page 130: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4263/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · sebatas teman tapi harus lebih dekat (besan). Namun apakah hal itu efektif dan sudah

LAMPIRAN VI Curriculum Vitae

Nama : Arif Hakim

N I M : 02351299

TTL : Yogyakarta 26 Agustus 1980

Ibu : Hj. Sukainah

Bapak : H. Masykur Muhammad

Alamat : Candi III Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta

Pendidikan

SD Sardonoharjo I Ngaglik Sleman 1987 - 1992

MTS Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman 1993 - 1995

MA Sunan Pandan Aran Ngaglik Sleman 1996 - 1998

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2002- 2009

Yogyakarta, 16 Dzulqo’dah 1430 H 04 November 2009 M

Arif Hakiem 02351299