skripsi halamanjudul …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9904/1/001... · 2020. 11. 11. · i...
TRANSCRIPT
-
i
PENDIDIKAN NILAI-NILAI PLURALISME MELALUI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA SISWA DI SMA N 1 BRINGIN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
SKRIPSIHALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Amalia Ullayya Athifah
NIM 23010150305
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
ii
HALAMAN BERLOGO
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGH. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I.Dosen IAIN SalatigaPersetujuan Pembimbing
Hal : Naskah SkripsiLamp : 4 eksemplarSaudara : Amalia Ullayya Athifah
KepadaYth.Dekan FTIK IAIN SalatigaDi Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Amalia Ullayya Athifah
NIM : 23010150305
Program Studi : PAI
Judul :Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme MelaluiPembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa diSMA N 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021
dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segeradimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 15 Oktober 2020
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUANJl. Lingkar Salatiga Km. 02 Salatiga Telp. (0298)6031364
Website:www.iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]
SKRIPSI
PENDIDIKAN NILAI-NILAI PLURALISMEMELALUI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA
DI SMA N 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Disusun Oleh
AMALIA ULLAYYA ATHIFAH
NIM: 23010150305
LEMBAR PENGESAHANTelah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi
Pendidikan Guru Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tahun 2020 dan telah dinyatakan
memenui syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :
Sekretaris :
Penguji I :
Penguji II :
Salatiga,MengetahuiDekan,
Prof. Dr. Mansur, M.Ag.NIP. 19680613 1994031 004
http://www.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]
-
v
KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Amalia Ullayya Athifah
NIM : 23010150305
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN
Salatiga.
Salatiga, 15 Oktober 2020
Yang Menyatakan
Amalia Ullayya Athifah
NIM. 23010150305
-
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
��� �ِ翿��Ϝ�˸ � 敬 �潬�湯�˸ ��䀀ِ� ِ �� ِϡ �� �Ϯ �
�⺁ِ 敬�潬�湯�� �䀀 ϡ�˸ِ�...MOTTO“...dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah
berputus asa dari rahmatAllah kecuali orang-orang yang kafir”
(Q.S. Yusuf: 87)
Puji syukur khadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, skripsi ini penulis
mempersembahkan kepada:
1. Bapakku Muhammad Syaifudin dan Ibuku Wahyu Sri Anggraeni yang
selalu mendo’akan di sepertiga malam dan sujudnya, mendampingi,
memberikan support moril maupun materil, senantiasa bersabar dalam
mendidik, selalu membuka lebar-lebar pintu maafnya atas segala
kecerobohanku, dan berkorban untukku, serta memberikan curahan kasih
sayang yang tidak akan mungkin bisa tergantikan.
2. Kakak-kakakku Jihan Hakim & Inna Rotuduja, Annisa Indah Nurina &
Pujangga Barasta Hangkara, Lutfi Irza Farabi & Intan Wulan Sari, serta
adikku Salsabila Sifa Az Zahra, juga keponakan-keponakan gemesku
mbak Yaya, mbak Hanna, mas Malik, dan mas Dzafran yang selalu
menyayangiku dan memberi tawa kebahagiaan di rumah.
3. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan.
4. Dosen Pembimbing H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I. yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar memberikan ilmu serta meluangkan
waktunya untuk membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat sekaligus keluarga cringe ku; Yunita Nur Indah Sari, Elsa
Khusnul Khotimah, Sri Mulyani, Fatih Kumalasari, Oktaviyanti Anwar,
-
vii
Adinda Mahani, yang selalu membuatku bersyukur telah diberi
kesempatan oleh-Nya untuk mengenal, bersahabat dan bersaudara dengan
mereka semua.
6. Saudara se-ngeband (Iqbal, Maul, Fachrudin, Mad Chamis) yang selalu
memberi dukungan juga banyak pengalaman terutama dalam bermusik.
7. Keluargaku angkatan Ovedio tercinta.
8. Keluarga besar SMC yang bersedia menjadi wadah untuk senantiasa
berkarya, mencari pengalaman, menghadapi masalah, dan
mengembangkan bakat dalam dunia musik.
9. Sahabatku Puji Listiani dan Fuzia Ulfa yang selalu memberi support, dan
perhatiannya dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Keluarga besar Al-Huda dan MTs Al-Ikhsan. Terutama sahabat dari
belasan tahun lalu; Dinda, Intan dan April.
11. Keluarga besar Bustanul Muta’alimin dan SMA N 1 Bringin.
12. Teman-teman PPL (Yunita, Mala, Nency, Niktan, Yusnita, Kufa, Bastian,
Roziq, Hilmi, Sendy, Sigit,) yang selalu memberikan pelajaran dalam
menghadapi siswa, teman tawa selama di sekolah. Keluarga KKNku
(Hikmah, Mak Ros, mbak Ambar, Cici, Widi, Pak Mul, Pak Teguh) yang
dengan kebaikan mereka mau untuk menjadi teman diskusi, teman kerja,
teman rumah selama 45 hari, sekaligus teman yang memberikan
pengalaman yang amat banyak untukku dalam hidup bermasyarakat.
13. Seluruh teman-teman kelas H, yang sudah menjadi teman-teman kelas
pertamaku ketika masuk IAIN Salatiga.
14. Almamater tercinta.
-
viii
15. Pembaca yang budiman.
-
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan yang
adil dan benar.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi kewajiban dan syarat
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi yang penulis
angkat adalah “Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme Melalui Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SMA N 1 Bringin Tahun Pelajaran
2020/2021”.
Penulis skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu
dan memberikan dukungan. Maka dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam IAIN Salatiga
4. Bapak H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing
yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar dalam meluangkan waktu,
memberikan ilmu serta mencurahkan tenaganya memberi bimbingan dan
-
x
pengarahan sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis hingga studi ini dapat selesai.
6. Ibu Rr. Tri Widiyastuti, S.Pd. selaku kepala sekolah SMA N 1 Bringin yang
telah bekerjasama dengan penulis.
7. Bapak Mudiono, S. Pd. selaku guru Kimia dan wakil kepala sekolah SMA N
1 Bringin yang telah bekerjasama dengan penulis.
8. Seluruh responden yang telah membantu, dan memberikan banyak
informasi yang bermanfaat.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga kebaikan dan amal mereka mendapat balasan Allah SWT. Penulis
sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada
umumnya, dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia
pendidikan.
Salatiga, 13 Oktober 2020
Penulis,
-
xi
ABSTRAK
Athifah, Amalia Ullayya. 2020. Pendidikan Nilai-Nilia Pluralisme MelaluiPembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SMA N 1 Bringin TahunPelajaran 2020/2021. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ProgramStudi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I
Kata Kunci: Pluralisme, Pendidikan Agama Islam,
Aksi kekerasan dewasa ini masih kerap terjadi terutama dikalanganpemuda. Sebab, realitas yang tidak dapat dipungkiri dengan adanya pluralitas,sedikit banyak pasti akan menimbulkan berbagai persoalan, karena perbedaandipandang sebagai sumber suatu masalah. Maka, penting bagi anak usia muda takterkecuali siswa SMA untuk mendapatkan pendidikan serta bimbingan yang tepatmengenai pluralitas sebagai tindakan preventive atas ketelibatan mereka dalamgerakan radikal maupun konflik lainnya. Dengan demikian Pendidikan AgamaIslam dibutuhkan sebagai pendidikan alternatif untuk mengantisipasi konflik antarkelompok masyarakat yang plural, karena pada dasarnya pendidikan agama Islammerupakan muatan kurikulum yang diorientasikan sebagai penguatan nilai-nilaimoral dan kemanusiaan peserta didik. Tujuan dari penelitian ini, adalah 1) Untukmengetahui apa saja pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan melaluipembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin. 2) Untukmengetahui bagaimana aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melaluipembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan deskriptifkualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi,wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan tekniktriangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: 1. Pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan melalui pembelajaran Pendidikan AgamaIslam di SMA Negeri 1 Bringin yaitu: nilai-nilai pluralisme dalam aspek a) agama,tersirat dalam materi toleransi pada kelas XI, b) budaya tersirat dalam materistrategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia pada kelas XII, c) politiktersirat dalam materi berpikir kritis dan bersikap demokratis pada kelas XII, d)hubungan sosial, tersirat dalam materi ukhwah/ persaudaraan pada kelas X,kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja pada kelas XI, dan berbuat baik terhadapsesama pada kelas XII, hormat dan patuh kepada guru pada kelas XI.
2. Aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui pembelajaranPendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin diantaranya: nilai-nilaipluralisme dalam aspek a) agama, tercermin dalam kegiatan keagamaan, b)budaya tercermin dalam pembiasaan budaya-budaya lokal, c) politik tercermindalam upacara bendera dan pembiasaan sikap demokratis, d) hubungan sosial,tercermin dalam kegiatan sosial, pembelajaran dan penilaian sikap melalui matapelajaran.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
ABSTRAK............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 9
E. Penegasan Istilah........................................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan.................................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................14
A. Landasan Teori...........................................................................................14
1. Definisi Pluralisme.................................................................................14
2. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Berbagai Aspek.................................... 18
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................................. 22
4. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam..24
B. Kajian Pustaka............................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 31
-
xiii
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................... 32
C. Sumber Data............................................................................................... 32
D. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................... 33
E. Analisis Data............................................................................................... 35
F. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................................35
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA....................................................38
A. Paparan Data.............................................................................................. 38
B. Analisis Data............................................................................................... 46
BAB V PENUTUP................................................................................................61
A. Kesimpulan..................................................................................................61
B. Saran............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
-
xiv
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SMA N 1 Bringin merupakan salah satu lembaga pendidikan
umum yang terletak di kelurahan Bringin, kecamatan Bringin. Sekolah ini
memiliki siswa yang tergolong majemuk, mereka memiliki latar belakang
keluarga, ekonomi, pendidikan, dan agama yang berbeda-beda pula.
Adapun keragaman agama yang ada di SMA N 1 Bringin yaitu Islam,
Kristen, Katholik dan Budha. Pluralitas yang ada di SMA N 1 Bringin ini
tidak hanya tampak dari latar belakang siswa saja, guru dan karyawan
sekolah juga tergolong plural. Sekitar 25% guru di SMA N 1 Bringin
adalah non muslim, dan mayoritas siswa di SMA N 1 Bringin juga
beragama Islam (Observasi, 26 Agustus 2020).
Ibu Indana selaku guru PAI di SMA N 1 Bringin mengungkapkan,
bahwa siswa yang beragama Islam bentuk keragaman berupa penganut
pemikiran organisasi masyarakat yang berbeda-beda tidak begitu nampak,
karena di SMA N 1 Bringin termasuk lembaga pendidikan umum negeri
yang tidak memaksa untuk memeluk satu keyakinan tertentu. Sesuai
dengan visinya yaitu ”terwujud warga sekolah yang beriman dan
bertaqwa, luhur dalam budi pekerti unggul dalam prestasi, berwawasan
lingkungan dan kearifan lokal serta berdaya saing global” (Observasi, 26
Agustus 2020).
-
2
Sekolah mengedepankan asas ketuhanan dan budi pekerti sebagai
upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa pada setiap agama
yang dianut, dengan diiringi kesadaran dan pengembangan nilai-nilai luhur
budi pekerti bangsa, seperti halnya sikap toleransi dan saling menghormati
antar sesama. Dengan keragamannya sekolah tetap memberi kebijakan dan
hak yang sama, tanpa diskriminasi kepada setiap siswa.
Realitas yang tidak dapat dipungkiri dengan adanya perbedaan,
sedikit banyak pasti akan menimbulkan berbagai persoalan, karena
perbedaan dipandang sebagai sumber suatu masalah yang tak jarang
nantinya akan menimbulkan suatu konflik. Pluralitas bukan saja menjadi
realitas yang tak terbantahkan, akan tetapi juga menjadi problematika
tersendiri, karena pada dasarnya pluralitas kehidupan memiliki dua aspek
yang hadir secara bersama-sama. Pada satu sisi, secara fungsional
pluralitas merupakan “rahmat”, sebagai khasanah sosial budaya yang
dianggap positif di dalam masyarakat. Manusia juga dapat
mengembangkan nilai-nilai dan peradaban bersama demi mencapai sebuah
idealitas kehidupan (Mahathir, 2014: 90). Di sisi lain, menurut Samuel
(dalam Herry, 2009: 62) pluralitas juga menyimpan potensi konflik, antara
lain konflik identitas lokal, konflik ideologi maupun konflik kepentingan
politik.
Aksi kekerasan berbasis agama dewasa ini masih kerap terjadi.
Berdasarkan hasil survei nasional tahun 2016 yang dilakukan Wahid
Foundation-LSI (Lembaga Survei Indonesia), ada sekitar 0,4% atau sekitar
600.000 jiwa warga Indonesia yang pernah melakukan tindakan radikal,
-
3
dihitung berdasarkan jumlah penduduk dewasa yakni sekitar 150 juta jiwa,
dan 7,1% atau sekitar 11,4 juta jiwa berpotensi/rawan terpengaruh gerakan
radikal. Dalam survei tersebut memaparkan karakteristik kelompok radikal
di Indonesia diantaranya; usia muda dan laki-laki, cenderung memahami
ajaran agama secara literasi, banyak terpapar informasi keagamaan yang
berisi kecurigaan dan kebencian, cenderung mengingkari atau menentang
pemenuhan hak-hak kewarganegaraan terhadap kelompok lain yang tidak
disukai dan cenderung membenarkan dan mendukung tindakan dan
gerakan radikal (wahidfoundation.org, 2017, akses tanggal 07 April 2020).
Hasil survei ini cukup mendasar untuk melihat keterlibatan pemuda dalam
gerakan radikalisme melalui tinggi tingkat konserfatisme, dukungan dan
ketersediaan untuk terlibat dengan kekerasan terkait dengan isu agama
dikalangan pemuda. Maka, penting bagi anak usia muda tak terkecuali
siswa SMA untuk mendapatkan pendidikan serta bimbingan yang tepat
sebagai tindakan preventive atas ketelibatan mereka dalam gerakan radikal
maupun konflik lainnya.
Pluralitas bangsa Indonesia bukanlah realitas yang baru terbentuk.
Kemajemukan dari segi etnis, budaya, bahasa dan agama, merupakan
realitas sejarah yang sudah berlangsung sejak masa-masa kerajaan,
penjajahan, dan kemerdekaan (Syamsul, 2008: 80). Hal tersebut yang
menjadikan kemajemukan Indonesia merupakan salah satu ciri khas
bangsa Indonesia.
Dalam penjelasan Pasal 1 UU 1/PNPS/1965 disebutkan bahwa
agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen,
-
4
Katholik, Hindu, Buddha dan Khong Cu (Confucius). Achmad Habib
menyampaikan (dalam Syamsul, 2008:81) Indonesia selain memiliki
keanekaragaman agama, juga mengandung berbagai jenis kepercayaan lain
seperti Kejawen dan kepercayaan masyarakat-masyarakat terasing seperti
Badui, Tengger, Samin, Dayak dan sejumlah suku di Papua.
Melihat realita bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam
suku, ras, dan agama, yang mempunyai ratusan bahasa dan ratusan produk
daerah, seorang tokoh pergerakan nasional Mr. Muhammad Yamin
mencantumkan kata ”Bhineka Tunggal Ika” dalam lambang negara yang
berarti ”berbeda-beda kita tetap harus satu” yang kemudian menjadi
semboyan bangsa Indonesia. Ungkapan ini sekaligus menegaskan bahwa
keragaman itu diikat oleh bingkai kesatuan sehingga tidak akan membawa
bangsa kita kepada pertikaian, perpecahan dan pemisah. Konsep bhineka
tunggal ika adalah pandangan dan sikap hidup yang menjamin kebebasan
dalam memilih juga menjalankan kebudayaan, agama, kepercayaan dan
adat, serta menjamin setiap warga untuk berserikat dan mendapat nafkah.
Meski demikian tidak setiap orangnya dibenarkan untuk bertindak
semaunya, kebebasan harus berarti tanggung jawab dan bersama-sama
meningkatkan harkat dan martabat bangsa (Djohan, 2010: 2). Ditegaskan
kembali oleh cendikiawan muslim, Nurkholis Majid (Nurkholis, 1999: 177)
bahwa negeri kita sebagai sebuah masyarakat majemuk (plural),
disebabkan hampir semua agama, khususnya agama-agama besar terwakili
di wilayah ini.
-
5
Pengakuan masyarakat atas pluralnya bangsa Indonesia, tidak serta
merta membekali masyarakat dengan sikap bijak dalam menyikapinya.
Sikap bijak terhadap dua sisi pluralitas ini terkadang membingungkan. Ini
karena, pertama, orang tidak memahami persis apa sisi positif dan negatif
dari fenomena ini, sehingga tidak bisa memutuskan kapan dimanfaatkan
dan untuk keperluan apa, atau kapan dihindari dan bagaimana. Kedua,
dibalik pluralitas ini bisa termuat faktor eksternal berupa kepentingan-
kepentingan suatu pihak yang memanfaatkannya demi capaian-capaian
tertentu. Politik misalnya, sebagai kegiatan pemanfaatan kondisi seperti
pengalihan isu yang ada dalam masyarakat untuk mencapai kepentingan,
adalah faktor yang paling dominan yang menyertai munculnya berbagai
akses negatif dari pluralitas masyarakat (Mahathir, 2014: 92).
Merefleksi kembali peran pendidikan di tengah berbagai persoalan
yang membelit bangsa ini terutama dalam hal eksistensi pluralitas
kebangsaan. Pembelajaran masih diperlakukan sebagai alat untuk
melestarikan nilai-nilai yang kontraproduktif bagi keberlangsungan
pluralitas kebangsaan. Muatan kurikulum pada materi tertentu, masih
dipenuhi orientasi dan ideologi keagamaan yang menyimpan potensi
kebencian antar sesama. Hal ini terjadi akibat penekanan yang berlebih
terhadap pentingnya identitas keberagamaan eksklusif yang justru
memperkuat sentimen dan solidaritas internal kelompok disatu sisi,
melemahkan sentimen dan solidaritas eksternal antar kelompok
masyarakan yang berbeda, disisi lain. Pada dasarnya tiap agama
-
6
menganjurkan bagi para pemeluknya untuk membangun perdamaian
(Masdar, 2016: 114).
Dikatakan oleh Amin Abdullah (dalam Azyumardi, 1999: 07)
bahwa untuk meminimalisir konflik yang harus pertama dilakukan adalah
penanaman kesadaran kepada masyarakat akan keragaman (plurality),
kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanisme), keadilan (justice), dan
nilai-nilai demokrasi (demokrasi valuase) dalam beragam aktifitas sosial.
Sebagai ikhtiar awal, secara preventif dunia pendidikan menjadi pintu
masuk bagi nilai-nilai tersebut.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik
(KBBI, https://kbbi.kemendikbud.go.id, akses 07 April 2020), karenanya
pendidikan menjadi instrumen yang penting. Sebab pendidikan
mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu
yang dididiknya, dan mampu menjadi ”guiding light” bagi generasi muda
penerus bangsa. Dalam konteks inilah, pendidikan agama sebagai media
penyadaran umat perlu membangun teologi inklusif dan pluralis, demi
harmonisasi agama-agama.
Pendidikan agama memiliki peran diantaranya adalah untuk
meningkatkan keberagamaan peserta didik dengan keyakinan agama
sendiri, dan memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari
dan mempermasalahkan agama lain sebatas untuk menumbuhkan sikap
toleransi. Pendidikan agama juga harus mampu menanamkan cara hidup
https://kbbi.kemendikbud.go.id
-
7
yang lebih baik dan santun kepada peserta didik. Sehingga sikap-sikap
seperti saling menghormati, tulus dan toleran terhadap keanekaragaman
agama dan budaya dapat tercapai ditengah-tengah masyarakat yang plural.
(Mutakallim, 2018:310). Pendidikan agama pada prinsipnya, memainkan
peranan yang sangat besar dalam menumbuh-kembangkan sikap-sikap
pluralisme dalam diri peserta didik sebagai kaum muda penerus bangsa.
Pendidikan Agama Islam tujuannya yaitu untuk meningkatkan
keimanan, ketakwaan serta pemahaman, penghayatan dan pengalaman
peserta didik mengenai agama Islam, serta memiliki akhlak yang mulia
dalam kehidupan, baik sebagai pribadi, bermasyarakat dan berbangsa.
Dengan tujuan tersebut, orientasi muatan kurikulum pendidikan agama
harus diarahkan bagi penguatan nilai-nilai moral dan kemanusiaan
(Masdar, 2016:117). Maka pengajaran harus diberlangsung sedemikian
rupa sehingga tidak hanya sekedar memberi informasi atau pengetahuan
melainkan harus menyentuh hati, sehingga akan mendorong peserta didik
mengambil keputusan untuk berubah.
Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam dapat dijadikan sebagai
pendidikan alternatif untuk mengantisipasi konflik antar kelompok
masyarakat yang plural. Yaitu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga
kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya ke generasi
berikutnya, menumbuhkan tata nilai, memupuk persahabatan antar siswa
yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling
memahami, serta mengajarkan keterbukaan dialog (Syamsul, 2008:100).
-
8
Permasalahan mengenai pluralitas menyangkut persoalan pola pikir,
kepribadian dan perilaku. Sempitnya pemahaman dalam agama, serta
hilangnya rasa cinta dan mutual respect antar kelompok dalam masyarakat
menjadi penyebab munculnya konflik. Oleh sebab itu, saya memilih SMA
Negeri 1 Bringin yang dengan kepluralannya memiliki tujuan menjadikan
peserta didik tidak hanya berprestasi, namun juga beriman dan luhur
dalam budi pekerti. Pembentukan akhlak yang baik dan pemahaman
agama yang sesuai telah diberikan pada peserta didik melalui pendidikan
agama. Selain itu, melalui program dan kegiatan yang ada di SMA Negeri
1 Bringin seperti pembiasaan yang bersifat keagamaan dan pendidikan
nilai-nilai pluralisme untuk menanamkan sikap saling menghormati dan
memahami antar sesama, diharapkan pada nantinya dapat melahirkan
peserta didik berkarakter religius dengan wawasan pluralisme yang cukup
sebagai agen perubahan sosial (agen of social change) yang berguna bagi
bangsa dan agama.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Pendidikan Nilai-Nilai
Pluralisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Siswa di SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
-
9
1. Apa saja pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan
melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1
Bringin?
2. Bagaimana aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksaan
penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang dicapai dalam
penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Mengetahui pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan
melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1
Bringin.
2. Mengetahui aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memiliki dua kegunaan,
yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah
referensi atas ilmu yang telah ada, memperluas wawasan dan
memberikan informasi yang baru bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
-
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pendidik, untuk dapat memberikan gambaran, saran, dan
pemahaman tentang pendidikan pluralisme melalui Pendidikan
Agama Islam beserta aktualisasinya.
b. Bagi peneliti, untuk dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalamna peneliti dalam mengembangkan ilmu yang
telah diperoleh.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi. Khususnya dalam penelitian yang
berhubungan dengan pendidikan pluralisme.
E. Penegasan Istilah
1. Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata plural (inggris) yang berarti jamak,
dalam arti keanekaragaman dalam masyrakat. Dalam Oxford
Advanched leane’s Dictionary, Pluralisme diartikan sebagai
keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok
kultural dalam suatu masyarakat atau negara serta keragaman
kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan, dan
sebagainya (Pius & Dahlan, 1994:362).
Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam
kenyataanya masyarakat memang plural (jamak). Plural pada intinya
menunjukkan lebih dari satu dan isme adalah suatu yang berhubungan
dengan paham atau aliran. Dengan demikian pluralisme adalah paham
-
11
atau sikap terhadap keadaan majemuk atau banyak dalam segala hal
diantaranya sosial, budaya, politik dan agama (Zakariya, 2016:16).
2. Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran memiliki
arti proses, cara, perbuatan menjadikan makhluk hidup belajar (KBBI,
https://kbbi.kemendikbud.go.id, akses 07 April 2020). Menurut Rifqi
Amin (2014: 35) dalam pembelajaran peserta didik ditekankan
memiliki kesadaran, motivasi, dan kondisi yang memungkinkan
terjadinya interaksi antara peserta didik terhadap sumber belajar pada
suatu lingkungan pembelajaran.
3. Pndidikan Agama Islam
Selanjutnya pengertian Pendidikan Agama Islam, Al-Toumy
Al-Syaibany mendefinisikan bahwa pendidikan Islam sebagi usaha
mengubah tingkah laku dalam kehidupan baik individu atau
masyarakat, serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses
kependidikan berlandaskan nilai Islam (dalam Haidar, 2014: 13).
Sementara Ahmad D. Marimba (dalam Sholeh, 2016: 57)
mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama
(insan kamil).
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam memiliki
pengertian sebuah kajian ilmu yang menjadi materi ajar serta bertujuan
https://kbbi.kemendikbud.go.id
-
12
agar peserta didik mampu dalam penerapan nilai-niai Islam secara
sadar (tanpa paksaan orang lain).
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam
membaca skripsi ini, maka peneliti akan membagi dalam beberapa bab.
Dengan harapan agar pembahasan dalamskripsi ini dapat tersusun dengan
baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.
Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab Pendahuluan menjelaskan secara umum tentang
arah dan maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti
mengenai “Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme Melalui
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SMA
Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021”. Sehingga disini,
pembaca dapat mengetahui tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang relevan
yang dipakai dalam memperkuat penelitian yang akan
dilakukan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengembangan nilai-nilai pluralisme dalam Pendidikan Agama
Islam. Melalui penulisan toeri-teori tersebut, diharapkan
-
13
pembaca dapat mengetahui dasar-dasar dan teori yang berkaitan
dengan judul skripsi ini.
3. Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan dan
jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti. Mencakup bahasan
keseluruhan tentang prosedur pengambilan data, tahapan
menganalisis data, serta pengecekan keabsahan data.
4. Bab IV Paparan dan Ananlisi Data
Bab ini memuat tentang gagasan peneliti, posisi
temuan/teori terhadap teori dan temuan-temuan yang dilakukan
sebelumnya, serta penjelasan dari temuan /teori yang
diungkapkan dari lapangan mengenai ”Pendidikan Nilai-Nilai
Pluralisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada Siswa SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran
2020/2021”.
5. Bab V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat temuan
pokok atau kesimpulan dan saran yang terdapat pada beberapa
bab sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti.
-
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pluralisme
Secara etimologi pluralisme berasal dari kata plural berarti
lebih dari satu dan berkenaan dengan keanekaragaman. Sedangkan
isme memiliki arti suatu hal yang berhubungan dengan paham dan
aliran (Zakaria, 2016, 15). Jadi pluralisme adalah paham atau sikap
terhadap keadaan masyarakat yang majemuk baik dalam konteks
sosial, budaya, politik, maupun agama.
Pluralisme dalam bahasa Inggris yaitu pluralism mempunyai
tiga pengertian: a) pengertian kegerejaan, sebutan untuk orang yang
memegang lebih dari satu jabatan secara bersamaan dalam struktur
kegerejaan atau tidak kegerejaan, b) pengertian filosofis, berarti
pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar
yang lebih dari satu, c) pengertian sosiopolitis, suatu sistem yang
mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras,
suku, aliran, partai maupun agama dengan menjunjung tinggi aspek-
aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-
kelompok tersebut (Anis, 2005: 11-12).
Pluralitas merupakan suatu realitas nyata. Sedangkan
pluralisme, sebuah kesadaran akan realitas. Pluralitas itu merupakan
-
15
sunnatullah yang harus kita terima dan kita syukuri. Untuk mengatur
pluralitas tersebut diperlukan pluralisme (Budhy, 2009: 6).
Pluralisme menurut Djohan Efendi adalah cara pandang dan
pendekatan apresiatif dalam menghadapi heterogenitas suatu
masyarakat yang para warganya terdiri dari berbagai kelompok etnik,
ras, agama, dan sosial yang menerima, menghargai dan mendorong
partisipasi dan pengembangan budaya tradisional serta kepentingan
spesifik mereka dalam lingkup kehidupan bersama. Tidak untuk
menyamaratakan maupun menggabungkan sehingga kekhasan
masing-masing terlebur atau hilang (Djohan, 2010: 4).
Sementara menurut Masykuri Abdillah (dalam Zakariya, 2016:
19) dengan mengutip The Oxford English Dictionary, mengelaborasi
paham pluralisme sebagai berikut: 1) Suatu teori yang menentang
Negara monolitis; dan sebaliknya, mendukung desentralisasi dan
otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili
keterlibatan individu dalam masyarakat. Selain itu, suatu keyakinan
bahwa kekuasaaan itu harus dibagi bersama-sama di antara sejumlah
partai politik, 2) Keberadaan toleransi keragaman etnik atau
kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau Negara,
serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan,
kelembagaan, dan sebagainya.
Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pluralitas bukan hanya
keunikan suatu masyarakat, akan tetapi merupakan sunnatullah yang
memang Allah menciptakan manusia di dalam kategori bersuku,
-
16
beretnis atau berbangsa yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Q.S Al-Hujarat/49: 13:
�ϢϜ �⺁ �� �ϣ�� ��ِ� � �潬翿 �Ϯ�� �˴έ ِ˸ ��䀹� ������ �� �˱� �潬˴� �ϢϜ �Ϝ�Ի�˴ �˸ �� � ���˸ � �� ���ϣ�˸ �� ِ�⺁ �ϢϜ �Ϝ�湯�Ի �戴 ��˸ِ� 敬��Ϝ˸� � ��Ϭ�� �ϳ ��
�� ���湯ِ� �戴 �Ϣ�湯Իِ �� � �� ��ِ� �ϢϜ� �湯���� ِ �� �Ϡ�Ϝ�ِ
”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamudari seorang laki laki dan seorang peremupan, kemudian kamijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu salingmengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisiAllah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah MahaMengetahui, Mahateliti” (Q.S Al-Hujarat/49: 13).
Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa terdapat
kemajemukan dimuka bumi ini dan umat Islam harus menerima
adanya pluralitas. Allah menciptakan manusia secara beragam dan
keragaman itu tidak dimaksudkan agar masing-masing saling
memusuhi atau bahkan menghancurkan satu sama lain, akan tetapi
agar manusia saling mengenal dan menghargai eksistensi masing-
masing. Karena pada dasarnya Allah menciptakan bumi bukan hanya
bagi satu golongan atau umat agama tertentu melainkan bagi seluruh
umat manusia. Keberagaman golongan yang telah diciptakan, tidak
berarti Allah membenarkan diskriminasi antar umat yang satu dengan
yang lain, melainkan agar masing-masing berlomba-lomba berbuat
kebaikan (Moqsith, 2009: 4).
Alwi Shihab (dalam Moqsith, 2009: 64) menyampaikan
pluralisme memiliki batasan-batasan sebagai berikut: a) pluralisme
meniscayakan keterlibatan aktif dan berinteraksi secara positif
terhadap pluralitas tersebut, b) Pluralisme berbeda dengan
-
17
kosmopolitanisme yang menunjuk pada suatu realitas dimana
anekaragam hidup berdampingan disuatu kawasan, namun hampir
tidak pernah terjadi dialog maupun interaksi positif antar penduduk, c)
konsep pluralisme tidak bisa disamakan dengan relativisme namun
dalam pluralisme mengandung unsur relatifisme, yaitu unsur tidak
mengklaim kepemilikan tunggal (monopoli) atau kebenaran, serta
tidak memaksakan kebenaran tersebut kepada pihak lain dan
menghindari sikap absolutism yang mengklaim kebenaran dan
pembenaran terhadap diri sendiri, d) Pluralisme agama bukan
sinkretisme, yaitu memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen
ajaran dari berbagai agama untuk menciptakan agama baru dan
menjadikannya bagian integral dari agama tersebut.
Dari penjabaran diatas penulis menggarisbawahi pengertian
pluralisme menurut Djohan Effendi bahwa pluralisme adalah suatu
paham atau sikap yang mengakui adanya pluralitas dalam segala hal
baik berupa suku, budaya, ras maupun agama, disertai keterlibatan
secara aktif terhadap keragaman tersebut, dengan tetap menjunjung
aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-
kelompok, guna tercapainya kerukunan dan kebhinekaan di tengah
masyarakat Indonesia yang mengacu pada semboyan bangsa
Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.
.
-
18
2. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Berbagai Aspek
a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama
Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling
menghargai dan toleransi terhadap agama lain, namun bukan
berarti semua agama adalah sama artinya tidak menganggap bahwa
dalam Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian (agama
lain) sembah. Islam tetap mengikuti adanya pluralisme agama yaitu
dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing
(lakum dinukum waliyadin), disini pluralisme diorientasikan untuk
menghilangkan konflik mengenai perbedaan dan identitas-identitas
agama yang ada (Syaiful, 2014: 407).
Budy Munawar (dalam Asyumardi, 2017:114)
mengungkapkan pada mulanya umat manusia adalah tunggal,
karena pada mulanya mereka berpegang pada Kebenaran. Tapi
kemudian manusia berselisih paham, sebab usaha untuk memahami
Kebenaran itu setaraf dengan kemampuan atau sesuai dengan
keterbatasan mereka. Sehingga timbullah perbedaan-perbedaan
yang kemudian dipertajam dengan berbagai kepentingan diri
sendiri.
Jalaludin Rahmat (2006: 20) menyampaikan bahwa semua
pemeluk agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh
keselamatan dan masuk surga. Semua agama benar berdasarkan
kriteria masing-masing. Pluralisme meyakini bahwa rahmat Allah
itu luas, Al-Khalqu ’iyali firman Tuhan dalam hadits qudsi.
-
19
Seharusnya tidak ada manusia yang patut untuk membatasi kasih
sayang Tuhan atau bahkan mengambil wewenang Tuhan.
b. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Budaya
Khairul Muqtafa menyampaikan (dalam Asyumardi, 2017:
57) agama sebagai sebuah sistem nilai pada dasarnya tidak berdiri
sendiri melainkan bersanding dengan yang lain. Dengan kata lain
agama kemudian berhadapan dengan fenomena pluralitas budaya
yang berserak. Hubungan antara agama dengan kebudayaan
tidaklah terletak pada substansi agama itu sendiri sebagai wahyu
Tuhan, Melainkan terletak pada relasi kuasa antar berbagai budaya
yang berbeda satu sama lain. Sesungguhnya di mana pun Islam
melakukan pergumulan dengan budaya yang mempertimbangkan
hak-hak kultural masyarakat lokal, akan ada proses adaptasi nilai-
nilai universalitasnya pada situasi dan kondisi tertentu. Islam tidak
pernah mengikis habis ide-ide pra Islam, budaya, dan tradisi yang
hidup seperti yang terjadi di Indonesia.
Sikap pluralisme mengenai hubungan budaya dengan
negara dalam Islam dapat dilacak pada konsep kewarganegaraan
Nabi Muhammad Saw, di Madinah. Nabi dapat merangkul dan
menyatukan seluruh entitas penduduk tanpa melihat perbedaan-
perbedaan yang bersifat primordial, seperti agama, etnik, ras,
budaya, dan adat istiadat. Mereka memiliki hak, kewajiban, dan
tanggung jawab yang sama sebagai warga negara, tanpa mengenal
istilah kedudukan, strata dan derajat. Seluruh penduduk memiliki
-
20
hak dan kebebasan yang sama, tanpa teredukasi oleh aturan-aturan
rasis dan diskriminatif (Tim Naskah Pesantren, 2019: 20).
c. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Politik
Furnivall (dalam Asyumardi, 2017: 185) mengemukakan
masyarakat plural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua
atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup berdampingan.
Dalam proses demokratisasi dari suatu bangsa yang mengakui
kedaulatan rakyat, pluralitas budaya, agama, serta latar belakang
sosial bisa mengakibatkan terjadinya pergumulan dan persentuhan
ideologi yang memungkinkan terjadi perbedaan dan kemajemukan
pandangan dalam orientasi politik yang melahirkan pluralitas
politik.
Demokrasi adalah sesuatu yang dekat dengan realitas
pluralisme. Menurut Gus Dur (dalam Asyumardi, 2017), agama
Islam adalah agama hukum dengan pengertian agama Islam
berlaku bagi semua orang tanpa memandang kelas atau jabatan,
semuanya dikenakan hukum yang sama. Islam juga memiliki asas
permusyawaratan, yaitu tradisi bersama-sama mengajukan
pemikiran secara bebas dan terbuka yang diakhiri dengan sebuah
kesepakatan. Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan.
Karena pada hakikatnya dnia adalah persiapan untuk kehidupan di
akhirat yang lebih baik dan abadi. Maka Islam dikatan sebagai
agama perbaikan, dinul-islah, atau agama inovasi.
-
21
Permasalahan perpolitikan menjadi virus perpecahan umat
Islam, konflik sosial dan ketegangan politik yang berlarut-larut saat
ini merupakan fakta dan realita bahwa bangsa ini memeliki
keberagaman yang tidak bisa diseragamkan. Hal ini seharusnya
bangsa ini mempelajari sejarah Islam yang banyak telah
memperlihatkan bahwa pertikaian dan konflik yang sering terjadi
disebabkan karena persoalan-persoalan tersebut. Nurcholis Madjid
dalam bukunya Islam dan Doktrin (1999: 572) bangsa Indonesia
akan memperoleh manfaat besar dalam transformasi sosialnya
menuju demokrasi dan keadilan jika pluralisme itu dapat
ditanamkan dalam kesadaran kaum muslim yang merupakan
golongan terbesar warga negara.
d. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Hubungan Sosial
Dalam Al-Qur’an, perbedaan agama bukan penghalang
untuk merajut tali persaudaraan antar sesama manusia yang
berlainan agama. “Dan tiadaklah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Q.S. Al-Anbiyâ’/21:
107). Nabi Muhammad SAW. lahir di dunia bukan untuk membela
satu golongan, etnis, dan agama tertentu saja, melainkan sebagai
rahmat li al-alamin (Rasyid, 2016: 101).
Allah berfirman dalam surah Al-Maidah/5 ayat 48:
覐ِ ���湯 �㿀�˸ � ��潬湯ِ��έ ����翿 �ϢϜ�� � �� � �⺁ �ِ翿 �Ϣϣ �潬Ի���湯 ِ�˸ �Ϝِ�˸ �� ˱Γ�ϠΪِ�� ˱Γ �⺁Ϊ �ϢϜ�Ի�˴ �䇅�˸ �� ����� �潬�˸ ��
��潬�Իِ�έ �㿀�� ϡِ湯ِ翿 ϢϜ�ِ���Ϝ湯�翿 �˱˴湯ϴِ �˸ �ϢϜ˴ ِ˸ �� �⺁ ِ �� ��˸ِ�
-
22
”...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu
apa yang telah kamu perselisihkan itu”
Alwi Shihab (dalam Azyumardi, 2017: 18 ) berpendapat
ayat tersebut menjelaskan alasan diciptakannya keragaman.
Alasannya sebagaimana dijelaskan dalam ayat, yaitu liyabluwakum
fi ma atakum... untuk menguji dengan apa yang kalian terima dari
Allah SWT. Allah SWT. ingin melihat siapa yang tetap konsisten
dan siapa yang menyimpang, maka berlomba-lombalah untuk
menunaikan kebaikan. Perbedaan hukum maupun cara hidup tidak
boleh menjadi penyebab ketidak harmonisan dan pertikaian.
Asghar Ali Engineer (dalam Djohan, 2009: 32)
menyampaikan, terdapat juga ayat yang membuktikan bahwa tujuan
Al-Qur’an adalah melahirkan pribadi manusia yang berbudi luhur,
yang peka terhadap penderitaan orang lain dan karena itu dia
mendermakan kekayaannya kepada orang-orang yang memerlukan,
memerdekakan budak, memelihara anak yatim, yang jujur dalam
kata-katanya dan sabar ketika menghadapi penderitaan dan
mengalami konflik.
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Arti pembelajaran adalah proses mental dan emosional, serta
berfikir dan merasakan. Seorang pembelajar dikatakan melakukan
-
23
pembelajaran apabila pikiran dan perasaannya aktif. Dalam
pembelajaran peserta didik ditekankan memiliki kesadaran, motivasi,
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta
didik terhadap sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran
(Rifqi, 2014: 35).
Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan
mendidik, berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Haryanto, 2011: 96).
Sedangkan pendidikan Islam menurut Al-Toumy Al-Syaibany (dalam
Haidar, 2014: 13) yaitu sebagi usaha mengubah tingkah laku dalam
kehidupan baik individu atau masyarakat, serta berinteraksi dengan
alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Islam.
Zakiah Darajat (dalam Hanafi, 2018: 45) mengemukakan,
pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim, yaitu pribadi
yang mampu mengamalkan sepenuhnya ajaran Allah SWT. dan Rasul-
Nya. Untuk pembinaan pribadi tersebut, akan tercapai dengan
pengajaran dan pendidikan yang tepat. Dengan kata lain, menuntun
peserta didik dalam kehidupan melalui proses Pendidikan Agama Islam,
supaya nantinya ia hidup dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.
Sedikit berbeda dengan definisi pendidikan Islam, Pendidikan
Agama Islam menurut Zuhairini (2004: 11), memiliki definisi usaha
-
24
sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan pada peserta didik secara
sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat. Artinya, definisi
Pendidikan Agama Islam lebih kepada kajian ilmu yang menjadi materi
ajar sebagai usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta
didik, serta bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan nilai-niai
Islam dalam kehidupan secara sadar (tanpa paksaan orang lain) menuju
pribadi insan kamil.
Maka dapat disimpulkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
ialah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, dan pengertian
secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik, tentang nilai-nilai
agama Islam secara universal sebagai pedoman berperilaku, berfikir,
dan berkehendak dalam kehidupan.
4. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam hakikatnya adalah upaya mengajarkan
agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of
life (pandangan hidup) seseorang. Rahman Saleh A menyatakan bahwa
nilai-nilai dasar yang menjadi ruhnya pendidikan Islam, sebagai
berikut:
a. Nilai dasar ubudiyah, meliputi aktivitas manusia sebagai
hamba Allah dan selaku khalifah-Nya di muka bumi ini.
Fungsi kekhalifahan ini berhubungan dengan unsur
manusia dan alam seisinya termasuk hubungan antar
-
25
sesama manusia, juga unsur terpenting yaitu hubungan
dengan Allah. Hakikatnya adalah dalam rangka berbakti
atau mengabdi kepada Allah sekaligus mendapatkan ridho-
Nya.
b. Nilai dasar moralitas/ akhlakul kharimah, inti ajaran Islam
yang dibawa oleh Rasulullah Saw, tidak lain adalah
membentuk manusia yang berakhlak mulia atau memiliki
moralitas yang baik.
c. Nilai nizhamiyah/ kedisiplinan, kedisiplinan menjadi
penting dalam Islam karena akan melahirkan kepribadian
dan jati diri seseorang dengan sifat-sifat positif. (dikutip
oleh: Aulia, 2016: 318-319).
Dilihat secara implisit Pendidikan Agama Islam memiliki
semangat pluralisme, yaitu:
Pertama, selain mempunyai karakter sebagai lembaga
pendidikan umum yang bercirikan Islam, Pendidikan Agama Islam juga
sebagai pendidikan nasional yang berakar pada budaya bangsa. Dalam
hal ini tersirat nilai pluralisme budaya maupun agama (Azzahro, 2017:
44). Sebagaimana telah diketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
keragaman suku, ras, agama, dan golongan yang tentunya memiliki
kekhasan masing-masing. Kedua, pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Martabat
manusia tidak serta merta diukur dengan terpenuhinya kebutuhan
-
26
materialnya, namun harus beriringan dengan kekuatan spiritualnya,
yaitu dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, terdapat nilai
pluralisme didalamnya karena seseorang yang bertaqwa dan memiliki
akhlakul kharimah implikasinya adalah bersikap adil terhadap sesama
manusia, sehingga dapat menyikapi perbedaan dalam masyarakat baik
dalam hal sosial maupun budaya dengan bijaksana (Azyumardi, 2017:
118). Ketiga, jenjang pendidikan sekolah menengah, diselenggarakan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya baik
dalam hal sosial (termasuk dengan agama lain), budaya dan alam
sekitarnya, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau perguruan tinggi. Melakukan kontak hubungan dengan
agama lain merupakan bagian mendasar bagi pluralisme agama, karena
dengan bekerjasama maka secara tidak langsung seorang telah
mengakui eksistensi orang lain dan pengakuan ini merupakan syarat
bagi pluralisme (Azzahro, 2017: 45).
Pendidikan Agama Islam sebagai penyedia segala fasilitas
yang dapat memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan tersebut dengan
melihat realitas keanekaragaman ras dan agama di Indonesia maka
Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan beberapa hal. Pertama,
Pendidikan Agama Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga
pendidikan umum yang bercirikan Islam. Artinya, di samping
menonjolkan pendidikannya dengan penguasaan atas ilmu pengetahuan,
-
27
namun karakter keagamaan harus dikuasai serta menjadi bagian dari
kehidupan siswa sehari-hari. Kedua, Pendidikan Agama Islam juga
harus mempunyai karakter sebagai pendidikan yang berbasis pada
pluralitas. Artinya, bahwa pendidikan yang diberikan kepada siswa
tidak menciptakan suatu pemahaman yang tunggal, termasuk di
dalamnya juga pemahaman tentang realitas keberagamaan. Ketiga,
Pendidikan Agama Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga
pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam pendidikan.
Sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk
mengekspresikan pendapatnya secara bertanggung jawab (Syamsul,
2008: 120).
B. Kajian Pustaka
Kajian penelitian terdahulu sangat berguna bagi pembahasan
skripsi ini. Untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini peneliti
melakukan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Untuk
mendukung penelitian ini, peneliti mengambil beberapa judul penelitian
sebagai bahan telaah pustaka, diantaranya:
1. Siti Fatimah Azzahroh, skripsi, UIN Raden Intan, Lampung, tahun
2017, “Studi Deskriptif Nilai-Nilai Pluralisme dalam Materi
Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas”. Penelitian ini
bersifat diskriptif melalui studi kepustakaan dengan hasil temuan,
kurikulum pendidikan sudah responden terhadap kondisi yang
majemuk dalam agama akan tetapi tidak sepenuhnya. Bahasan
-
28
tentang pluralisme masih belum mencakup keseluruhan dan posisi
pembentukan mental anak didik tidak mendapat porsi yang cukup.
2. Arina Afiana Sari, skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim, Magelang,
tahun 2017, “Pluralisme dalam Nilai-Nilai Pendidikan Agama
Islam Studi Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid dalam Buku
Islamku, Islam Anda, Islam Kita”. Peneliti menggunakan jenis
penelitian studi kepustakaan. penulis mengemukakan pluralisme
dalam nilai-nilai Pendidikan Agama Islam perspektif Gus Dur
dalam bukunya yang berjudul Islamku, Islam Anda, Islam Kita
memiliki beberapa nilai, yaitu 1) nasionalisme, 2) bersifat empati
dan peka terhadap perubahan sosial, 3) bersabar dan memberi maaf,
4) bangga terhadap budaya sendiri, 5) toleransi, 6) self-control, 7)
menegakkan keadilan dan mengupayakan rekonsiliasi, 8)
agamawan yang intelek.
3. Zakaria, skripsi, UIN Alauddin, Makasar, tahun 2016, “Pemikiran
Abdurrahman Wahid tentangpluralisme. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan. Hasil temuan penelitian ini: 1) Menurut
Abdurrahman Wahid, pluralisme merupakan suatu pandangan
untuk menerima perbedaan sebagai sunnatullah agar saling
mengenal, menghindari perpecahan, mengembangkan kerjasama
dan interaksi positif lainnya. 2) Pluralisme dalam hukum Islam
memiliki dasar yang kuat dari segi normatif dan historis. Gus Dur
tidak mencampur adukkan konsep ketauhidan agama-agama lain
dalam Islam.
-
29
4. Tina Lia Sugiana, UNESA, tahun 2016, “Strategi Sekolah dalam
Penerapan Nilai-Nilai Pluralisme di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Mandala Surabaya”. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan hasil temuan strategi yang digunakan dalam
penerapan nilai-nilai pluralisme yaitu perilaku adaptif, siasat
adaptif, dan proses-proses adaptif. Dan nilai-nilai pluralisme yang
terdapat di SMP Mandala adalah nilai kebebasan, keadilan,
tenggang rasa dan saling menghormati, kasih sayang, persaudaraan
dan kepedulian sosial.
5. Zakaria Ahmad, skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tahun
2010, “Pluralisme Agama dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran
Gamal al-Banna atas Ayat-ayat Pluralisme Agama)”. Penelitian
ini merupakan penelitian kepustakaan. Hasil temuan penelitian ini:
1) Mengetahui penafsiran Gamal al-Banna tentang ayat-ayat
pluralisme agama berlandaskan prinsip-prinsip yakni pluralitas
merupakan takdir tuhan; pengakuan hak eksistensi agama di luar
Islam; titik temu dan kontinuitas agama-agama; tidak ada paksaan
dalam beragama; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; dan tiga
prinsip esensi agama, yakni keimanan kepada Tuhan, hari akhirat
dan berbuat baik. 2) dalam menghadapi dan menanggapi kenyataan
adanya berbagai agama yang demikian pluralistik di era modern ini,
sebagaimana yang dimaksud Gamal al-Banna, agaknya setiap umat
manusia beragama tidaklah monolitik.
-
30
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa penelitian terdahulu memberikan sumbangsih kepada penulis untuk
melanjutkan penelitian yang sedang dilakukan penulis. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada
lokasi dan fokus yang peneliti gunakan. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA N 1 Bringin. Di dalam penelitian ini penulis memfokuskan
penelitiannya yaitu pada materi dan strategi yang digunakan oleh guru
untuk memberikan pendidikan nilai-nilai pluralisme pada siswa melalui
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Ibrahim (2015: 52) mengungkapkan pendekatan kualitatif adalah suatu
mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriftif kata,
kalimat, yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari
menghimpun data hingga menafsirkan dan melaporkan penelitian.
Kemudian penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian sekedar untuk
menggambarkan suatu variabel yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.
Pendekatan deskriptif kualitatif menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2011: 73), ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah
maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, Penelitian
deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada
variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi
yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah
penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian
ini yaitu gambaran deskriptif mengenai pendidikan nilai-nilai pluralisme
-
32
melalui pembelajaran PAI yang berada di SMA N 1 Bringin, maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan data yang
peneliti peroleh sebagai hasil suatu penelitian. Dengan metode ini peneliti
akan mendapat data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas
sehingga penelitian ini benar-benar sesuai degan kondisi lapangan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Bringin. Adapun
untuk waktu penelitian dilakukan pada 13 Agustus 2020, dan bertempat di
SMA Negeri 1 Bringin.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016: 225).
Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Lembaga
sekolah yaitu Wakil Kepala Sekolah, Guru PAI dan Guru BK serta
hasil observasi di SMA Negeri 1 Bringin.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
sekunder kepada pengumpul data. Misal buku, jurnal, skripsi, artikel
ilmiah, serta e-book. Data ini merupakan hasil olahan dari data primer
dan disajikan secara baik oleh pihak pengumpul data maupun pihak
lain atau data pendukung yang sangat diperlukan penelitian ini.
-
33
Dalam penelitian yang dilakukan ini, data sekunder diambil
dengan mewawancarai pendidik perihal kegiatan yang mengandung
nilai-nilai pluralisme dan jurnal, buku, artikel ilmiah yang berkaitan
dengan nilai-nilai pluralisme serata upaya pengembangannya melalui
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur ini, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang diinginkan.
Adapun dalam pengkajian skripsi ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Secara etimologi, observasi berasal dari istilah Inggris
yaitu observation yang bermakna pengamatan, pandangan,
pengawasan. Atau dalam kata keterangan sebagai observe yang
berarti mengamati, melihat, meninjau, menjalankan, mematuhi,
memperlihatkan, menghormati (Ibrahim, 2015: 80).
Observasi digunakan untuk mengetahui situasi dan
kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Bringin. Berwujud
keterlibatan guru dalam mengembangkan sikap pluralisme;
metode pelaksanannya. Pengamtan atau observasi di sini,
-
34
peneliti mengamati, mencatat poin-poin penting agar
mengetahui secara langusung fenomena yang diteliti.
2. Wawancara
Menurut Adi (2004: 72) wawancara merupakan salah
satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni
melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data
(pewawancara) dengan sumber data (responden). Dengan
wawancara, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi
dan fenimena yang terjadi (Ibrahim, 2015: 88).
Metode ini penulis gunakan untuk mencari tentang
pengembangan nilai-nilai pluralisme dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa di SMA Negeri 1 Bringin.
Untuk memperoleh data yang tepat dan akurat, maka peneliti
terlebih dahulu membuat pedoman wawancara, agar dalam
pelaksanaannya wawancara dapat terarah pada pokok
perasalahan yang telah dirumuskan.
3. Dokumentasi
Dokumen atau dokumentasi dalam penelitian
mempunyai dua makna yang sering dipahami secara keliru oleh
peneliti pemula. Pertama, dokumen yang dimaksudkan sebagai
alat bukti tentang sesuatu, termasuk catatan-catatan, foto,
rekaman video atau apapun yang dihasilkan oleh seorang
peneliti. Kedua, dokumen merupakan sumber yang
-
35
memberikan data atau informasi atau fakta kepada peneliti
(Ibrahim, 2015: 93). Adapun dokumen dalam penelitian ini
berupa data biografi sekolah dan foto-foto bersama responden.
E. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2016: 244). Dalam penelitian ini model analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif. Melalui analisis deskriptif, peneliti
mendeskrisikan informasi yang telah didapat dalam proses penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting atas konsep kesahihan
(validitas) dan keandalan (reliabilitas), maka untuk menjamin validitas
data, akan dilakukan dengan teknik triangulasi data. Triangulasi
merupakan teknik penarikan kesimpulan yang sesuai diperlukan tidak
hanya dari satu cara pandang (Sutopo, 2002: 79) dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi metode.
Terdapat empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan
keabsahan data menurut Sugiyono (2016: 270) yaitu validitas internal,
-
36
validitas eksternal, reliabilitas, dan obyektivitas. Sedangkan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas, yaitu sebagai ciri
keabsahan data dalam penelitian kualitatif, bermakna adanya kepastian
terhadap setiap data yang didapatkan (Ibrahim, 2015: 121). Kriteria ini
digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang
didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
-
37
-
38
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum SMA N 1 Bringin
SMA N 1 Bringin berdiri pada tahun 1992, beralamat di Jalan
Wibisono, Gang II/No 3, Bringin, Semarang, Jawa Tengah. SMA N 1
Bringin merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki visi
misi yang tak jauh dengan pembentukan akhlak pada peserta didik
yang unggul dalam prestasi dan luhur dalam budi pekerti.
Pak Mudiyono selaku Wakil Kepala Sekolah menyampaikan,
SMA N 1 Bringin menyediakan tiga jurusan yaitu, MIPA, IPS dan
Bahasa. Dengan jumlah siswa kurang lebih 800 siswa, SMA N 1
Bringin memiliki 24 rombongan belajar dengan rincian, dalam setiap
kelas X, XI, dan XII terdiri dari 4 kelas jurusan MIPA, kemudian 3
kelas jurusan IPS, dan 1 kelas jurusan Bahasa. Kurikulum yang
digunakan SMA N 1 Bringin saat ini adalah kurikulum 2013 dengan
dua tambahan muatan kurikulum, yaitu mata pelajaran PKWU dan
BKTIK. Dalam masa pandemi ini, kurikulum yang digunakan oleh
sekolah disesuaikan menjadi kurikulum 2013 keadaan khusus
(Observasi tanggal 31 Agustus 2020).
Dalam proses belajar mengajar, siswa maupun guru
membutuhkan fasilitas penunjang untuk membantu tercapainya tujuan
dari pembelajaran tersebut. Dari hasil observasi pada tanggal 31
-
39
Agustus 2020, fasilitas penunjang pembelajaran yang disediakan oleh
SMA N 1 Bringin meliputi perpustakaan, ruang Laboratorium Biologi,
Fisika, Kimia, dan Bahasa. Juga terdapat ruang Komputer untuk
penyelenggaraan UNBK dan kedepannya untuk AKM.
2. Visi dan Misi SMA N 1 Bringin
a. Visi
Terwujudnya warga sekolah yang beriman dan bertaqwa,
luhur dalam budi pekerti unggul dalam prestasi, berwawasan
lingkungan dan kearifan lokal serta berdaya saing global.
b. Misi
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa melalui pendalaman dan pengamalan ajaran agama
2. Meningkatkan kesadaran dan mengembangkan nilai-nilai luhur
bangsa serta budi pekerti melalui berbagai strategi implementasi
pendidikan karakter dengan melibatkan seluruh stakeholder
sekolah
3. Membiasakan warga sekolah untuk menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
4. Menumbuhkembangkan semangat berkompetisi dan berprestasi
secara sehat
5. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta etos kerja yang tinggi.
-
40
6. Meningkatkan prestasi akademik peserta didik melalui
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran
7. Meningkatkan prestasi non-akademik peserta didik dengan
mengoptimalkan kegiatan pembinaan bakat minat peserta didik
serta potensi yang ada
8. Meningkatkan pengetahuan serta kecintaan terhadap budaya dan
seni daerah serta kemampuan mengembangkan potensi lokal
sehingga berdaya saing nasional maupun internasional
9. Menumbuhkan wawasan global warga sekolah melalui
penguasaan teknologi informasi dan kompetensi bahasa asing
c. Tujuan
a) Meningkatkan prestasi akademik siswayang di tandai dengan
meningkatnya peringkat belajar
b) Meningkatkan ketrampilan agar siswa mampu mandiri
c) Meningkatkan prestasi para warga sekolah dalam karier
profesional
d) Meningkatkan disiplin semua wargasekolah dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing
e) Meningkatkan kesejahteraan warga sekolah
f) Meningkatkan kesadaran terhadapkelestarian lingkungan dalam
rangka mewujudkan sekolah adiwiyata
g) Meningkatkan pemanfaatan lingkungan
-
41
3. Profil SMA N 1 Bringin
Tabel 3.1 Identitas SMA N 1 Bringin
a. Identitas SekolahNama sekolah SMA Negeri 1 BringinNPSN 20320385Jenjang Pendidikan SMAStatus Sekolah NegeriAlamat Sekolah JL.Wibisono II/3Kelurahan BringinKecamatan BringinKabupaten/Kota SemarangProvinsi Jawa TengahNegara IndonesiaKode Pos 50772b. Data LengkapSK Pendirian Sekolah 1216/O/1992Tanggal SK Pendirian 1992-05-05Status Kepemilikan Pemerintah DaerahSK Izin Operasional 1216/O/1992Tgl SK Izin Operasional 1992-05-05Akreditasi ARekening Atas Nama SMA NEGERI 1 BRINGINLuas Tanah Milik (m2) 0Luas Tanah Bukan Milik(m2) 20000
Nama Wajib Pajak -NPWP -c. Kontak SekolahNomor Telepon (0298)7100508 - (0298)3420611Nomor Fax -Email [email protected]
Website http://sman1bringin.sch.id
4. Data Guru dan Karyawan SMA N 1 Bringin
Tabel 3.2 Data Guru dan Karyawan SMA N 1 Bringin
No. NAMA Guru Mapel Jabatan
1. Rr. Tri Widiyastuti, S.Pd. Bahasa Indonesia Kepela Sekolah
2. Nurcahyo, S.Pd. Seni Budaya
-
42
3. Agus Warsitu, S.Pd., M.M. Geografi
4. Listiyani, S.Pd. Sosiologi
5. Muslih, S.Pd. PPKnWakil Kepala
Humas
6. Endardiyono, S.Pd. FisikaKepala
Laboratorium
7. Paryanta, S.Pd.Matematika
Umum
8. Sri Pujiastuti, S.Pd. Biologi
Penanggung
jawab Adi
Wiyata
9. Dra. Sumini Bahasa Indonesia
10. Khofid, S.Pd.Matematika
Umum
11. Riningsih, S.Pd. BK
12. Erny Yuliati, S.Pd.
Bahasa Inggris
PJP Literasi
Bahasa dan
Sastra Inggris
Bahasa dan
Sastra Inggris
LM
13.Dolah Joko Wibowo,
M.Pd.
Ekonomi
Ekonomi LM
14. Mudiono, S.Pd. KimiaWakil Kepala
Kurikulum
15. Budi Sutopo, S.Si. Fisika Staf. Kes
16. Y. Bangun Widadi, M.Pd.
Matematika
UmumStaf. Sarpras
Matematika
Peminatan
17. Wahyu Haryatno, S.Pd. Biologi Wakil
-
43
Kurikulum
Sarpras
18. Mujiyati, S.Pd. PJOK
19. Didik Arijanto, S.Pd.Geografi,
Geografi LM
Wakil Kepala
Kes.
20. Yusnita Ariyansyah,S.Pd.
Bahasa Inggris
Bhs dan Sastra
Inggris
Bhs dan Sastra
Inggris LM
21.Dra. Dwi Lestariningsih,
S.Pd.
PPKn
Sosiologi
22. Sidiq Joko Purnomo, S.Pd.
Sejarah Indonesia
Sejarah
Antropologi
23. Titik Insiroh, S.S.
Bahasa Indonesia
Bahasa dan
Sastra Indonesia
24. Rusmiah, S.Kom.BKTIK
PKWU
25.Muhamad Fitri Krisnawan,
S.Pd.
EkonomiStaf. Humas
Ekonomi LM
26. Siti Zulaihah, S.Pd. Bahasa Jawa
27.Anjas Karuniawan, S.Pd.,
M.A.
Bahasa Inggris
Staf. Kurikulum
Bahasa dan sastra
Inggris
Bahasa dan sastra
Inggris LM
28. Iza Aziza, S.Pd. Seni Budaya
29. Riska Yudha Wardhana, Bahasa Jepang
-
44
S.Pd. Bahasa Jepang
LM
30. Titik Setyorini, S.Pd.
Sejarah Indonesia
Sejarah
Antropologi
31. Erni Riyanti, S.Pd.Kimia
PJP PKWUPKWU
32. Danny Pratama, S.Pd. PJOK
33.Alifyani Khoirun Nisa,
S.S.Bahasa Indonesia
34. Ahmad Nadhir, S.Pd.I PABP (Islam)
35. Zaeni Hasan, S.Pd.
Matematika
Matematika
peminatan
36. Dwi Astuti, S.Pd.
BK
Bahasa Inggris
Bahasa dan sastra
Inggris LM
37.Estiningtyas Retno
Windarti, S.Pd.
Bahasa Inggris
Bahasa dan
Sastra Inggris
Bahasa dan sastra
Inggris LM
38. Patmiyati, S.Pd. Bahasa Jawa
39.M. Fathoni Ananto
Wibowo, S.Pd.BK
40.Indana Mashlahatur
Rifqoh, S.Pd.PABP (Islam)
41. Arifatul Masruroh, S.Pd.Matematika
Matematika
-
45
Peminatan
42. Meyka Triadi, S.Pd.
Sejarah Indonesia
Sejarah
Sejarah
Antropologi
43.M. Abdul Wahid Ulya,
S.Pd.IPABP (Islam)
44. Tia Ardiyanti, S.Pd. PJOK
45. Devi Risna A., S.Pd.PKWU
Kimia
46. Susmitha Liliyani, S.Pd. Bahasa Indonesia
47.Addini Mahya Rahmasari,
S.Psi.BK
48. Sumanta, S.Pd.B. PABP (Budha)
Adapun agama yang dianut oleh guru yaitu, 36 guru beragama
Islam, 5 guru beragama Katholik, 5 guru beragama Kristen, dan 2 guru
beragama Budha. Sedangkan siswa, di setiap kelasnya kurang dari 2%
merupakan non muslim diantaranya yaitu menganut agama Kristen,
Katholik, dan Budha (Observasi, 31 Agustus 2020). Dalam penelitian ini
peneliti mewawancarai 3 guru PAI dan 1 guru BK sebagai narasumber,
yaitu: Ahmad Nadhir, S.Pd.I pendidikan terakhir S1 jurusan PAI di IAIN
Salatiga. Indana Mashlahatur Rifqoh, S.Pd. pendidikan terakhir S1 jurusan
PAI di UIN Walisongo. M. Abdul Wahid Ulya, S.Pd.I. pendidikan terakhir
S1 jurusan PBA di IAIN Salatiga dan sedang menempuh pendidikan S2
jurusan PAI di IAIN Salatiga. Fathoni Ananto Wibowo, S.Pd. pendidikan
terakhir S1 jurusan Bimbingan dan Konseling di UKSW.
-
46
B. Analisis Data
1. Nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin
Dilihat dari kajian teori di atas, penting sekali untuk
mengembangkan nilai-nilai pluralisme pada anak. Oleh karena itu,
guru sebagai figur panutan harus mampu membimbing dan
memberikan teladan yang tepat kepada anak tentang sikap inklusif dan
pluralis. Pendidikan nilai-nilai pluralisme bukan mengajarkan tentang
menyamaratakan atau meleburkan kekhasan dari tiap kelompok yang
beragam menjadi suatu kelompok yang baru. Pluralisme didefinisikan
sebagai pemahaman terhadap keragaman diiringi dengan sikap konkrit
bahwa diantara kita sekalipun berbeda keyakinan, namun tetap saudara
dan saling membantu antar sesama.
a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama
Kebebasan memilih agama pada hakikatnya identitas
manusia yang tidak dapat diganggu oleh siapapun. Ibu Indana
selaku guru PABP di SMA N 1 Bringin menyampaikan bahwa
SMA N 1 Bringin merupakan lembaga pendidikan umum, jadi
tidak memaksa untuk memeluk satu keyakinan atau paham tertentu.
Untuk agama Islam sendiri tidak fanatik terhadap satu paham
tertentu, tapi tetap menghindari aliran atau kelompok yang bersifat
radikal untuk masuk ke dalam lembaga pendidikan khususnya di
SMA N 1 Bringin (wawancara, 26 Agustus 2020).
-
47
Sikap pluralis diperlukan untuk mempersiapkan peserta
didik dalam menghadapi perbedaan agama, suku, madzhab dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Apabila dilihat dalam lingkup SMA
N 1 Bringin lebih terfokus pada perbedaan agama dan doktrinisasi
pemikiran dalam kalangan yang beragama Islam. Dalam hal ini
guru tidak begitu mengalami kesulitan untuk menumbuhkan sikap
toleransi pada peserta didik, karena pembiasaan atau budaya yang
ada di SMA N 1 Bringin tidak menjadikan perbedaan sebagai
penghalang mereka untuk tetap berinteraksi, saling menghormati
satu sama lain dan memupuk persaudaraan. Kemudian materi kelas
XI tentang toleransi, rukun dan menghindari tindak kekerasan juga
sesuai dengan nilai-nilai pluralisme agama. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Wahid selaku Guru PABP Islam di SMA
N 1 Bringin:
”Terdapat materi toleransi dan kerukunan, yang memilikiintegritas yang tinggi dalam memandang pluralismekeyakinan dalam teologi maupun ideologi, yang tidakkeluar dari pancasila. Agar murid terhindar dari fanatisme,saya membuka selebar-lebarnya pengetahuan siswaterhadap ormas ataupun golongan di Indonesia. Memberipengetahuan tentang 4 madzhab dan rasa tasamuh diantaramereka. Menjelaskan golongan-golongan ekstrimis yangkeluar dari ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.Menanamkan sifat tidak merasa paling benar, agarterhindar dari hati yang gelap.” (wawancara, 02 September2020).Dalam kesempatan lain Bapak Ndhir selaku Guru PABP
Islam di SMA N 1 Bringin menyampaikan :
”Ketika saya mengajarkan materi toleransi agama, sesekalimereka saya ajak menonton filem yang mengandung nilai
-
48
toleransi. Setelah itu kita tarik kesimpulan dari filem itu,pas atau tidak dengan urgensi toleransi, kekurangannya dankelebihannya apa, dan juga kira-kira apa saja yang dapatkita contoh dari filem tersebut.” (wawancara, 26 Agustus2020).
Penyampaian materi dengan strategi tersebut dilakukan
oleh guru untuk meningkatkan antusiasme anak dalam mengikuti
proses pembelajaran dengan aktif. Selain itu anak juga bisa melihat
secara langsung penerapan nilai-nilai yang mengandung unsur
pluralisme agama ditengah kehidupan masyarakat plural, supaya
anak terbiasa dengan perilaku yang mencerminkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan.
b. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Budaya
Mayoritas masyarakat sekolah SMA N 1 Bringin memiliki
latar belakang suku yang sama, yaitu suku Jawa yang berarti
mereka memiliki budaya atau kultur yang tidak jauh beda antara
satu dengan yang lain. Materi mengenai pluralisme budaya tidak
diajarkan secara langsung, akan tetapi pembiasaan budaya yang
baik sesuai dengan ajaran Islam diberikan pada peserta didik untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perjalanan sejarah Islam di Indonesia terdapat
akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Proses ini dijelaskan
dalam materi strategi dakwah dan perkembangan Islam di
Indonesia pada kelas XII. Dalam pembelajaran PAI yang paling
sering digunakan adalah metode ceramah, bercerita, kisah teladan
-
49
itu yang paling mudah disampaikan dan diterima siswa. Ibu Indana
menyampaikan selaku guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin:
”Tidak semua siswa berasal dari lingkungan pesantren.Banyak dari mereka yang belum terlalu mengenal tokoh-tokoh Islam yang luar biasa. Jadi khususnya dalam materiini saya banyak-banyak menceritakan kisah-kisah tokohmuslim. Seperti Wali Songo contohnya. Ya, seperti ituyang paling mereka suka.” (Wawancara, 26 Agustus 2020).
c. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Politik
Belakangan ini banyak pelajar yang ikut serta dalam aksi
demo tanpa mengetahui dengan pasti alasan serta tujuan demo
tersebut, dan seringnya berujung dengan tindakan anarkis sebab
emosi para remaja cenderung masih labil. Tanpa mereka sadari
hal itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik oleh oknum-
oknum tertentu. Dalam mata pelajaran PAI terdapat materi
tentang berfikir kritis dan bersikap demokratis, yang menuntun
peserta didik untuk leluasa dan bertanggung jawab atas pendapat
yang mereka sampaikan, juga memberi kebebasan bagi yang lain
untuk mendapat hak yang sama. Materi ini menjadi materi pokok
pada kelas XII. Bapak Ndhir selaku Guru PABP Islam di SMA N
1 Bringin dalam wawancara pada taggal 26 Agustus 2020,
menyampaikan :
”Ada materi tentang berfikir kritis dan bersikap demokratisdalam pembelajaran PAI. Materi ini menuntun anak untukbebas berpendapat dan tidak memaksakan kehendak,asalkan dilandasi dengan dasar atau pedoman yang benar.Ketika pembelajaran, doktrin khasanah (dalam halkebaikan) kita yang harus masuk untuk menghindaridoktrin-doktrin radikalisme. Maka saya seringmemberikan satu contoh permasalahan-permasalahan
-
50
simpel yang berbanding terbalik misal diskusi mengenaicara berpakaian, mengapa harus begini, kenapa harusbegitu, lalu kita kemas dengan arahan yang benar,sehingga anak terpacu untuk berfikir mana yang benar danmana yang salah.”
Siswa dituntun untuk lebih berhati-hati dalam menyaring
informasi keagamaan ataupun isu politik. Pendalaman materi
berfikir kritis ini juga termasuk upaya guru dalam mencegah
fanatisme terhadap suatu golongan yang tidak mau menerima
perbedan, menolak perubahan, dan memaksa mengikuti paham
yang dianut, karena hal ini bisa menjerumuskan anak menuju
perbuatan radikal. Al-Qur’an, Hadits maupun ijma’ selalu
menjadi dasar atau sumber dari materi yang diberikan. Siswa
dibiasakan bahwa ketika memahami nas keagamaan tidak hanya
secara tekstual saja melainkan juga melihat maknanya, serta ij’ma
terdahulu. Guru juga selalu berpesan untuk berhati-hati dan lebih
kritis dalam bersosial media, karena pemahaman terhadap agama
secara tekstual memicu masuknya doktrin-doktrin radikalisme
dengan mudah.
d. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Hubungan Sosial
Salah satu nilai-nilai pluralisme yaitu hidup berdampingan
dan berlomba-lomba dalam kebaikan, sesuai dengan materi dalam
Pendidikan Agama Islam kelas XI mengenai kompetisi dalam
kebaikan dan etos kerja. Selain itu menumbuhkan rasa
persaudaraan antar sesama juga berkaitan erat dengan nilai-nilai
pluralisme. Dalam materi Pendidikan Agama Islam terdapat juga
-
51
materi mengenai ukhwah/ persaudaraan. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Indana selaku Guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin:
”Di kelas X terdapat bab mengenai ukhwah/ persaudaraan.Dalam materi ini, kita menanamkan persaudaraan antarsesama, yang merujuk pada kuatnya solidaritas tanpamemandang latar belakang keyakinan. Kalau masalahakidah, memang tidak bisa dicampuri. Akan tetapi dalammasalah akhlaq dan muamalah keseharian, kita masih bisauntuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitardengan segala keragamannya. Tetap menjalin persaudaraanseperti biasanya, tanpa mencampuri akidah.” (Wawancara,26 Agustus 2020).
Terdapat materi berbuat baik kepada sesama di kelas XII.
Ibu Indana selaku Guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin
menyampaikan:
”Dalam materi berbuat baik kepada sesama, saya banyak-banyak cerita tentang kisah-kisah orang alim ke anak-anak.Guru juga harus memberi contoh yang baik dalam bersikapdan bertingkah laku. Untuk prakteknya ya merekamenerapkan itu dikehidupan sehari-hari, dan ada beberapakegiatan-kegiatan sosial di sekolah yang melibatkanseluruh masyarakat sekolah, saling bekerjasama tidakmembeda-bedakan status sosial.” (wawancara, 26 Agustus2020).
Beberapa materi Pendidikan Agama Islam yang
mengandung nilai pluralisme diantaranya yaitu materi kelas XI
tentang hormat dan patuh kepada guru. Materi ini tidak diajarkan
secara langsung, karena materi tersebut sudah dibahas di jenjang
pendidikan sebelumnya,akan tetapi menjadi pembiasaan peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari.
-
52
2. Aktualisasi nilai-nilai pluralisme yang ada di SMA N 1 Bringin
Pendidikan nilai-nilai pluralisme diberikan untuk menghindari
anak dari resiko negatif perilaku fanatisme yang berlebih sehingga
menjurus perilaku radikal. Maka dari itu di SMA N 1 Bringin
mempunyai beberapa kegiatan yang dapat membentuk dan
mengembangkan karakter pada anak didik. Diantaranya yaitu kegiatan
sosial maupun keagamaan, berikut pemaparannya:
a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama
SMA N 1 Bringin merupakan sekolah umum yang tidak
terikat dengan suatu keyakinan atau paham tertentu, jadi tidak
pernah memaksa masyarakat sekolah untuk menganut paham
tertentu. Bentuk kebebasan beragama di sekolah ini salah satunya
yaitu mengenai kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan
dilakukan sebagai wujud pembentukan akhlak siswa agar menjadi
pribadi yang religius, senantiasa ingat kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berbuat baik dalam keadaan apapun. Ketika siswa muslim
sedang mengadakan kegiatan keagamaan atau merayakan hari
besar Islam, bagi siswa yang Nasrani/Katholik maupun Budha
selalu diberi ruang untuk melakukan kegiatan keagamaan, seperti
kajian maupun do’a bersama, begitu juga sebaliknnya.
Kegiatan keagamaan untuk yang beragama Islam
diantaranya:
a) Sholat berjama’ah. adanya kegiatan sholat berjama’ah
dilakukan oleh semua warga SMA N 1 Bringin yang
-
53
muslim. Sholat berjamaah ini dibagi menjadi 3, yaitu
sholat dzuhur berjama’ah, sholat dhuha berjama’ah,
sholat jum’at berjama’ah. Untuk sholat dzuhur dan
dhuha dilakukan di masjid sekolah. Sedangkan sholat
jum’at diperbolehkan untuk melaksanakan sholat jum’at
di tempat yang mereka kehendaki.
b) Maulidan /memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad
SAW.
c) Berqurban saat h