skripsi diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan...
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMKN 41
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Lulu Aufatuts Tsani
NIM 11140182000017
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Lulu Aufatuts Tsani (11140182000017). Evaluasi Layanan Bimbingan dan
Konseling di SMKN 41 Jakarta. Skripsi Program Strata 1 (S1) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi layana bimbingan dan
konseling di SMKN 41 Jakarta yang merupakan salah satu bentuk upaya dari
SMKN 41 Jakarta sebagai penunjang siswa dalam menyelesaikan
permasalahannya dan mengembangkan potensi diri siswa. Model evaluasi yang
digunakan adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) untuk
mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh dan mendalam tentang program
bimbingan dan konseling.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Data diperoleh dari koordinator bimbingan dan konseling, guru
bimbingan dan konseling dan siswa SMKN 41 Jakarta dengan menggunakan
teknik wawancara, studi dokumen, dan observasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada aspek Context, berdasarkan
hasil analisis ketercapaian berada pada kategori tinggi, begitupun dengan aspek
Input program yang juga berada pada kategori tinggi. pada aspek Process program
berada pada kategori tinggi, namun pada aspek Product dapat dikatakan berada
pada kategori moderat. Dengan demikian maka program bimbingan dan konseling
dapat dikatakan terselenggara dengan baik. Namun, pada kategori product yang
moderat masih perlu untuk ditingkatkan. Untuk menyempurnakan
penyelenggaraan program, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat penulis
sampaikan antara lain: 1) penyusunan dokumen khusus profil bimbingan dan
konseling; 2) dokumen rincian dana khusus program bimbingan dan konseling;
serta 3) penambahan guru bimbingan dan konseling.
Kata kunci: Evaluasi program, CIPP, Bimbingan dan Konseling
ABSTRACT
Lulu Aufatuts Tsani (11140182000017). Evaluation of Guidance and
Counseling Program at SMKN 41 Jakarta. Minithesis Strata 1 (S1) Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta 2019.
This study aims to evaluate the guidance and counseling program at
SMKN 41 Jakarta as supporting students in solving problem and developing
students self potential. The evaluation model used is CIPP (Context, Input,
Process, Product) to get a more comprehensive anin-depth picture of the
guidance and counseling program.
This study uses a qualitative approach wth descriptive methods. Data was
obtained from counseling and guidance coordinator, counselor, and students of
SMKN 41 Jakarta using interview techniques, document studies, and
observations.
The results of this study indicate that on the Context aspects, based on the
results of the achievement analysis are in the high category, as well as the input
aspects of the program which are also in the high category. The process aspect
are in the high category, but in the product aspect it can be said to be in the
moderate category. This the guidance and counseling program can be said to be
well organized, but in the category of moderate product still need to be improved.
. In order to improve the implementation of the program, there are several
recommendations that can be conveyed, there are:1) preparation of special
documents on the profile of guidance and counseling program; 2) preparation of
special document detail of funding for guidance and counseling program; and 3)
addition of counseling and guidance counselor personnel.
Keywords: Evaluation Program, CIPP, Guidance and Counseling
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Bimbingan
dan Konseling di SMK Negeri 41 Jakarta” penulis mendapat banyak bantuan,
dukungan, ide dan bimbingan dari berbagai macam pihak. Oleh karenanya, atas
segala hormat serta kerendahaan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Hj. Sururin, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta sebagai dosen pembimbing II penulisan skripsi, yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikirannya dengan penuh kesabaran
dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini;
3. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd., Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikirannya dengan penuh
kesabaran dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini;
4. Dr. Jejen Musfah, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan selama menjalani perkuliahan;
5. Seluruh dosen jurusan Manajemen Pendidikan yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pengetahuan selama menjalani kegiatan perkuliahan;
6. Kepala SMK Negeri 41 Jakarta Ibu Arum Sari, M.Pd., Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kurikulum, Bapak Drs. Suyatno, Para Personil BK dan staff yang telah
iv
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi data sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
7. Orang tua tercinta, Ayahanda Mu’tabar Albar Ruchyar dan Ibunda Nurlailah
atas segala doa, kasih sayang, motivasi, nasehat, dan dukungan moral maupun
materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
8. Adik tercinta, Rizmi Azinatul Muflihah dan Abdul Muhsin Labib yang telah
memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini;
9. Sepupu tersayang Safea Aurelia terima kasih telah menjadi pelipur hati dalam
proses penyusunan skripsi ini;
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan 2014 terutama untuk
(Mari, Noni, Kak Neni, Alya, Azizah, Aeni, Astina, Sausan, Riqotun, Dwi),
terima kasih telah menjadi sahabat terbaik;
11. Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga semua dorongan, bantuan dan bimbingannya yang telah
diberikan, dicatat sebagai amal baik dan diterima oleh Allah SWT, Aamiin.
Jakarta, 13 Maret 2019
Lulu Aufatuts Tsani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian. ................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 9
A. Evaluasi Program ..................................................................................... 9
1. Pengertian Evaluasi Program ............................................................. 9
2. Tujuan Evaluasi Program .................................................................. 10
3. Manfaat Evaluasi Program ................................................................ 11
4. Model Evaluasi .................................................................................. 12
B. Bimbingan dan Konseling ........................................................................ 17
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ............................................... 17
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ..................................................... 20
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ........................................ 21
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling ..................................................... 24
5. Layanan Bimbingan dan Konseling .................................................. 26
C. Penelitian Relevan .................................................................................... 30
D. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 32
E. Kriteria Kebehasilan ................................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 37
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................. 37
B. Pendekatan Dan Model Evaluasi ............................................................. 37
C. Sumber Data ............................................................................................. 38
D. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................. 39
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 39
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data. ................................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44
A. Gambaran Umum ..................................................................................... 44
1. Profil Sekolah. .................................................................................... 44
2. Visi dan Misi ..................................................................................... 45
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 46
1. Context ...............................................................................................
46
a. Visi Dan Misi Bimbingan dan Konseling .................................. 46
b. Aspek Legalitas Formal Program Layanan Bk .......................... 47
c. Latar Belakang Program Bimbingan dan Konseling ................. 48
d. Tujuan Bimbingan dan Konseling ............................................. 48
e. Dukungan Warga Sekolah .......................................................... 49
2. Input. .................................................................................................. 50
a. Struktur Organisasi, Tujuan dan Fungsi ..................................... 50
b. Guru Bk/ Konselor ..................................................................... 51
c. Program ...................................................................................... 53
d. Siswa ......................................................................................... 53
e. Sarana dan Prasarana .................................................................. 54
f. Pendanaan .................................................................................. 56
3. Process ............................................................................................... 56
a. Perencanaan BK ......................................................................... 56
b. Pelaksanaan BK ......................................................................... 61
4. Product .............................................................................................. 63
a. Pemahaman Diri, Perubahan Sikap dan Perilaku ....................... 63
b. Perasaan Positif .......................................................................... 66
c. Perkembangan Kemandirian Peserta Didik ............................... 67
d. Prestasi Belajar (Akademik/Non Akademik) ............................. 68
C. Analisis Ketercapaian Program ................................................................ 70
D. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi ....................................................... 73
E. Keterbatasan Evaluasi .............................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................ 76
A. Kesimpulan .............................................................................................. 76
B. Saran ......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .... 78
LAMPIRAN .................................................................................................... .... 81
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 kriteria keberhasilan program BK ……………………………….34
Tabel 1.2 Pelaksanaan Evaluasi Program ………………………………….37
Tabel 1.3 Kisi-Kisi Instrument Wawancara ……………………………….39
Tabel 1.4 Kisi-Kisi Observasi ……………………………………………..41
Tabel 1.5 Kisi-Kisi Studi Dokumen ……………………………………….42
Tabel 1.6 Kondisi Sarana BK di SMKN 41 ……………………………….57
Tabel 1.7 Kondisi Prasarana BK di SMKN 41 ……………………………58
Tabel 1.8 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana BK ……………………..58
Tabel 1.9 Prestasi Ujian Nasional Siswa ………………………………….71
Tabel 1.10 Prestasi Internasional Siswa ……………………………………72
Tabel 1.11 Prestasi Nasional Siswa ………………………………………...72
Tabel 1.12 Pretasi Provinsi …........................................................................73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling …………………33
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ………………..54
Gambar 2.3 Contoh Silabus BK Kelas Xii ………………………………….63
Gambar 2.4 Grafik Kasus Siswa Tahun 2014/2015 ………………………...67
Gambar 2.5 Grafik Kasus Siswa Tahun 2015/2016 ………………………...67
Gambar 2.6 Grafik Kasus Siswa Tahun 2017/2018 ………………………...68
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara Koordinator BK ………………….82
LAMPIRAN 2 Pedoman Wawancara Guru BK …………………………84
LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara Siswa …………………………….86
LAMPIRAN 4 Kisi-Kisi Observasi ……………………………………..87
LAMPIRAN 5 Kisi-Kisi Studi Dokumen ……………………………….89
LAMPIRAN 6 Hasil Wawancara Koordinator BK ……………………..90
LAMPIRAN 7 Hasil Wawancara Guru BK …………………………….93
LAMPIRAN 8 Hasil Wawancara Guru BK …………………………….97
LAMPIRAN 9 Hasil Wawancara Siswa ……………………………….100
LAMPIRAN 10 Hasil Wawancara Siswa …………………………….....102
LAMPIRAN 11 Hasil Wawancara Siswa ……………………………….103
LAMPIRAN 12 Hasil Observasi ………………………………………...105
LAMPIRAN 13 Hasil Studi Dokumen …………………………………..107
LAMPIRAN 14 Struktur Organisasi BK ………………………………...108
LAMPIRAN 15 Silabus BK ……………………………………………..114
LAMPIRAN 16 Schedule Program Kerja BK …………………………..119
LAMPIRAN 17 Sertifikat Pendidik ……………………………………..122
LAMPIRAN 18 Program kerja BK 2018 ………………………………..126
LAMPIRAN 19 Program Semesteran BK ………………………………128
LAMPIRAN 20 Panduan Operasional …………………………………..138
LAMPIRAN 21 Surat Bimbingan Skripsi ………………………………139
LAMPIRAN 22 Surat Izin Penelitian …………………………………...140
LAMPIRAN 23 Surat Keterangan Penelitian …………………………..141
LAMPIRAN 24 Lembar uji referensi……………………………………142
LAMPIRAN 24 Dokumentasi ………………………………………….148
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya zaman permasalahan peserta didik
di sekolah semakin beragam, terbagi dengan masalah di luar sekolah dan
di dalam sekolah. Untuk itu suatu tindakan layanan sekolah pada peserta
didik seperti bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk
mengarahkan dan membantu peserta didik dalam menyelesaikan
masalahnya dan mengembangkan potensi dirinya.
Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”1 Namun, karena keterbatasan waktu
yang dimiliki oleh guru hanya terbatas di dalam kelas, maka diperlukan
bimbingan secara khusus dan profesional yaitu dengan layanan bimbingan
dan konseling untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik.
Permendikbud No. 111 tahun 2014 menegaskan bahwa “setiap
peserta didik satu dengan lainnya berbeda kecerdasan, bakat, minat,
kepribadian, kondisi fisik dan latar belakang keluarga serta pengalaman
belajar yang menggambarkan adanya perbedaan masalah yang dihadapi
peserta didik sehingga memerlukan layanan Bimbingan dan Konseling”.2
1 Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem pendidikan Nasional
2 Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling di
pendidikan menengah
2
Permendiknas Nomor 21 Tahun 2016 tentang standar isi yang di
dalamnya dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
dirumuskan pada standar kompetensi lulusan, yakni sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya yang dapat
menunjang peningkatan pendidikan di Indonesia, dengan harapan dengan
adanya bimbingan dan konseling akan membantu siswa dalam mengatasi
permasalahan pribadinya baik di sekolah ataupun di luar sekolah dan
membantu siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.
Namun, pada realitanya program bimbingan dan konseling belum
dapat berjalan maksimal karena beberapa kendala, seperti: sarana dan
prasarana yang kurang memadai, tidak ada penilaian hasil belajar dari
bimbingan dan konseling, dan belum terciptanya koordinasi yang
maksimal dari guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling
sehingga program bimbingan dan konseling belum bisa berjalan
sebagaimana mestinya.3 Selain itu, kenakalan remaja merupakan salah satu
permasalahan yang tidak pernah berujung yang juga membutuhkan
bantuan dari adanya bimbingan dan konseling di sekolah. semakin
ditelusuri semakin kompleks permasalahanya.
Salah satu dari permasalahan bangsa pada dewasa ini adalah
kriminalitas. Berikut adalah data tingkat kriminalitas dan korban
kriminalitas dari tahun ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Data registrasi Polri mengungkapkan bahwa kejadian kejahatan di
Indonesia selama periode tahun 2014–2016 cenderung mengalami
peningkatan. Jumlah kejadian kejahatan atau crime total dari sekitar 325
ribu kasus pada tahun 2014 naik menjadi sekitar 353 ribu kasus pada tahun
2015. Pada tahun 2016 menjadi sekitar 357 ribu kasus. Hal ini sejalan
dengan tingkat kejahatan (crime rate) selama periode tahun 2014-2016.
3 Observasi pendahuluan di SMKN 41 Jakarta, 15 Januari 2018
3
Jumlah orang yang terkena tindak kejahatan setiap 100 ribu penduduk
pada tahun 2014 sekitar 131 orang, menjadi 140 orang pada tahun 2015
dan 2016. Penyebab dari meningkatnya kriminalitas tersebut adalah
kurangnya keamanan di Indonesia.4
Selain itu, data kenakalan remaja dalam kasus narkoba, BNN
(Badan Narkotika Nasional) menyebut pengguna narkoba di Indonesia
mencapai 5,1 juta orang, dan itu terbesar di Asia dari jumlah itu, 40%
diantaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Alasannya, ada
yang penasaran lalu mencoba, ada yang sudah beberapa kali menggunakan
narkoba lalu kecanduan, dan ada yang sudah kecanduan lalu jadi bandar,
yang coba-coba menggunakan narkoba jumlahnya hampir 1.2 juta orang.5
Sedangkan menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Retno
Listiyarti (Komisioner KPAI Bidang Pendidikan menjelakan bahwa kasus
pendidikan per tanggal 30 Mei 2018 berjumlah 161 Kasus. Rinciannya
yaitu: anak korban tawuran sebanyak 23 Kasus (14,3%), anak pelaku
tawuran sebanyak 31 kasus (19,3%), anak korban kekerasan dan bullying
sebanyak 36 kasus (22,4%). Untuk kasus anak pelakuk kekerasan dan
bullying sebanyak 41 kasus (25,5%), dan anak korban kebijakan pungli,
dikeuarkan dari sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah
sebanyak 30 kasus (18,7%).6
Tentu saja, pada zaman yang semakin maju ini akan membuat
masyarakat khususnya siswa semakin sulit dalam menemukan identitas
dirinya. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin maju zaman maka
semakin besar pula tuntutan masyarakat kepada anggotanya.
4 BPS (Badan Pusat Statistik), Statistik Kriminalitas 2017 diakses dari https://
www.bps.go.id
5 BNN (Badan Narkotika Nasional), diakses dari https://nasional.sindonews.com
6 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), diakses dari
https://nasional.sindonews.com
4
Permasalahan siswa yang terjadi karena dampak arus globalisasi
salah satunya adalah permasalahan moral dimana masih banyaknya siswa
yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan di sekolah. Permasalahan
ini salah satunya dapat diatasi dengan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara secara face to face oleh seorang konselor
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah, sehingga individu
atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan
masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pada dasarnya, bimbingan dan konseling di Indonesia masih belum
mendapatkan apresiasi yang bagus. Para guru pembimbing banyak
mendapatkan sorotan, kritikan, bahkan tidak sedikit cemoohan.
Contohnya seperti guru BK yang bertugas untuk menghukum siswa karena
melanggar tata tertib sekolah. Hal tersebut sudah seharusnya mendapat
sorotan dan kritikan karena menghukum siswa bukanlah tugas dari guru
BK melainkan tugas untuk bagian kesiswaan. Guru bimbingan dan
konseling diharapkan mampu membantu siswa dari aspek psikologis,
pengembangan diri, masalah pribadi, masalah belajar, masalah sosial, dan
masalah karir.
Sarana yang disediakan untuk bimbingan dan konseling juga masih
terbatas. Ruangan bimbingan dan konseling biasanya hanya ruangan-
ruangan kecil yang menumpang pada ruang guru atau ruang tata usaha,
bahkan juga gudang-gudang yang tidak terpakailah yang kemudian disulap
menjadi ruangan bimbingan dan konseling tanpa memperhatikan lagi
standar ruang bimbingan dan konseling yang seharusnya. Selain itu
munculnya persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling adalah
karena tidak diketahuinya fungsi, arah dan tujuan bimbingan di sekolah
atau tidak disusunnya program bimbingan dan konseling secara terencana.
Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan
tanggung jawab guru bimbingan dan konseling itu sendiri dalam
5
memberikan pembinaan diri kepada siswa. Pembinaan diri yang
dimaksudkan dalam permasalahan ini adalah bagaimana caranya seorang
Individu atau siswa mampu untuk mengembangkan potensi dirinya baik
menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual
sehingga dapat meminimalisir agar tidak terjerumus kedalam lingkaran
kenakalan remaja.
Sebagai penunjang dari pendidikan formal, bimbingan dan
konseling telah dilaksanakan di setiap sekolah formal pada tingkat SD-
SMA, salah satunya di SMKN 41 Jakarta yang telah melaksanakan
program bimbingan dan konseling pada tahun 2003. Pada mulanya
bimbingan dan konseling di SMKN 41 tidak mendapat support atau
disepelekan oleh warga sekolah karena kurangnya pemahaman akan
pentingnya layanan bimbingan dan konseling. Tetapi dengan seiringnya
waktu koordinator bimbingan dan konseling selalu memberi pemahaman
secara perlahan kepada warga sekolah hingga sekarang layanan bimbingan
dan konseling di sekolah diberikan jam khusus untuk masuk kelas
memberikan materi kepada siswa dan warga sekolah sudah dapat
mensupport adanya kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Adapun jenis kasus yang terjadi di lapangan adalah masih banyaknya
siswa yang melanggar tata tertib sekolah, seperti menggunakan handphone
saat pelajaran berlangsung di kelas serta masih terdapat siswa yang sering
terlambat datang ke sekolah dan tidak hadir tanpa keterangan melebihi
batas waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan permasalahan
lainnya sebagian kecil adalah karena permasalahan pribadi dan pergaulan
sosial.7
Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan oleh setiap
sekolah untuk membantu siswa dalam meyelesaikan masalahnya, dengan
adanya layanan bimbingan dan konseling akan membantu individu atau
7 Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), Pada Hari Senin, 16
Januari 2018
6
siswa untuk membentengi dirinya agar dapat menjadi manusia yang
mempunyai attitude baik dan berkualitas, dengan adanya layanan
bimbingan konseling ini juga dapat menjadi salah satu komponen yang
sangat penting di sekolah untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja.
Perlu diketahui bahwa bimbingan dan konseling tidak hanya
berfokus pada siswa yang bermasalah tetapi juga diperlukan untuk
mengembangkan bakat dan minat siswa. Adapun sistematika adminitrasi
penanganan masalah Bimbingan dan Konseling di SMKN 41 Jakarta
adalah dengan cara mencari tahu terlebih dahulu tentang kasus siswa lalu
dicatat dalam Buku Peta Kasus dan Catatan kejadian lalu menelusuri status
konseling siswa dan Tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah siswa
tersebut. Dimana didalam tindak lanjut kasus ini akan menggunakan
metode kerja sama (orang tua, wali kelas ataupun pihak terkait lainnya),
home visit, referral, serta konferensi kasus.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat efektivitas dari kegiatan
layanan bimbingan dan konseling disekolah, sudah seharusnya dilakukan
kegiatan evaluasi layanan bimbingan dan konseling. Dimana kegiatan
evaluasi layanan bimbingan dan konseling ini sangat dibutuhkan agar para
stakeholder sekolah khususnya kepala sekolah dapat mengetahui tingkat
efektivitas sekolah tersebut dan dapat mengambil keputusan untuk
meningkatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Berdasarkan alasan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengkaji masalah
tersebut melalui penelitian dengan judu “Evaluasi Layanan Bimbingan
dan Konseling di SMKN 41 Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah yang terjadi, yaitu:
1. Kurangnya jumlah konselor sekolah;
2. Belum adanya evaluasi hasil belajar dari pihak bimbingan dan
konseling;
7
3. Belum terciptanya koordinasi yang baik antara guru mata pelajaran
dengan guru bimbingan dan konseling;
4. Masih rendahnya tingkat kedisiplinan siswa dalam mematuhi tata tertib
sekolah;
5. Belum tersedianya ruang konseling untuk melaksanakan layanan BK.
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, program bimbingan dan
konseling cakupannya sangat luas. komponen evaluasi yang telah dipilih
yaitu CIPP (Context, Input, Process, Product). Tujuannya agar mendapat
gambaran menyeluruh tentang pelaksanaan dan hasil dari program
bimbingan dan konseling.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang dikaji dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek Context pada program bimbingan dan konseling di
SMKN 41 Jakarta?
2. Bagaimana aspek Input pada program bimbingan dan konseling di
SMKN 41 Jakarta?
3. Bagaimana aspek Process pada program bimbingan dan konseling di
SMKN 41 Jakarta?
4. Bagaimana aspek Product pada program bimbingan dan konseling di
SMKN 41 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian evaluasi layanan bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aspek Context pada program bimbingan dan
konseling di SMKN 41 Jakarta;
2. Untuk mengetahui aspek Input pada program bimbingan dan
konseling di SMKN 41 Jakarta;
8
3. Untuk mengetahui aspek process bimbingan dan konseling di SMKN
41 Jakarta;
4. Untuk mengetahui aspek product bimbingan dan konseling di SMKN
41 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian evaluasi ini diharapkan dapat memberi
manfaat bagi banyak pihak, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi dan menambah
pengetahuan baru tentang layanan bimbingan dan konseling
sebagai sarana penunjang pendidikan di SMKN 41 Jakarta.
b. Bagi evaluator lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk mengembangkan hasil penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK, dapat memberikan informasi sebagai acuan agar
dapat mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling.
b. Bagi kepala sekolah, sebagai dasar untuk menyusun kebijakan
yang tepat untuk pelaksanaan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai media untuk memberi masukan dan sumbangan
pemikiran dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingnya
bimbingan dan konseling..
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Kritik-kritik yang sering muncul tentang sistem pendidikan
yang sering berubah dan tidak seimbang , kurikulum yang tidak tepat
dengan pelajaran. Namun, masalah yang paling parah adalah
kurangnya evaluasi yang efektif. Kesadaran akan hal tersebut
merupakan salah satu langkah kearah perbaikan. Evaluasi merupakan
salah satu langkah kearah perbaikan, evaluasi dapat membuat program
lebih baik lagi dari sebelumnya. Maka dari itu berikut adalah
penjelasan tentang evaluasi program.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang
berarti evaluasi, penilaian, penaksiran.1 Melakukan evaluasi berati
melakuan suatu kegiatan berupa penilaian yang dilakukan oleh
seseorang maupun sekelompok orang yang membentuk tim. Orang
yang melakukan evaluasi disebut evaluator, dalam bahasa Inggris
memiliki arti penilai, juru taksir.2 Evaluasi memiliki makna yang
berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Wilbur Harris dalam buku The Nature and Function of
Educational Evaluation dikutip oleh Djudju, menjelaskan bahwa
“Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang
nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.3
Jelas terlihat bahwa
dalam evaluasi terdapat tahap-tahap atau proses yang dilalui yang
1 John M. Ecols, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2016), h. 275
2 Ibid
3 Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT.
Remaja Rosadakarya, 2006) h. 18
10
bertujuan untuk mengumpulkan informasi guna melihat tingkat
keberhasilan sebuah program sebelumnya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
program merupakan kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan
dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk memperoleh data dan
informasi tentang realisasi dan implementasi dari suatu kebijakan yang
berguna bagi pengambil keputusan apakah suatu program dapat
dilanjutkan, disebarluaskan atau dihentikan.
2. Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian
tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program karena evaluator program ingin mengetahui bagaimana dari
komponen dan sub komponen program yang belum terlaksana dan apa
sebabnya, sedangkan tujuan evaluasi menurut Worten, Blaine R, dan
James R, Sanders dalam Farida Yusuf, anatara lain sebagai berikut:4
a. Membuat kebijakan dan keputusan, evaluasi program
dilaksanakan untuk mengetahui keefektivan sebuah program yang
akan menjadi pedoman dalam membuat kebijakan dan keputusan
untuk melanjutkan, merevisi, atau menghentikan program
tersebut;
b. Menilai hasil yang dicapai, evaluasi program berguna untuk
mengukur atau menilai hasil yang dicapai apakah terdapat
kesesuaian antara program dengan pelaksanaan. Dan untuk
menilai dampak dari layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan terhadap kegiatan belajar mengajar;
c. Menilai rencana program, evaluasi program berguna untuk
menilai rencana dari suatu program apakah terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan atau tidak;
4 Farida Yusuf Tayibnafus, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
h. 3
11
d. Memberi kepercayaan pada lembaga, evaluasi program juga
bertujuan untuk memberi kepercayaan pada lembaga dalam
melaksanakan program tertentu;
e. Memonitor dana yang telah diberikan, tujuan evaluasi program
juga untuk memonitor dana yang telah diberikan selama proram
berjalan apakah sudah mencukupi atau masih perlu ditambahkan;
f. Memperbaiki materi program, dengan adanya evaluasi program
maka dapat memberikan informasi tentang efektivitas dari sebuah
program sehingga pihak yang terkait dapat mengetahui apa saja
yang harus diperbaiki termasuk memperbaiki materi program
apabila masih ada yang kurang baik.
Arikunto dan Jabar (2009:18) mengatakan bahwa tujuan
diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian
tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program. Ada tujuh elemen yang harus dilakukan menurut Brikerhoff
(1986:ix) dalam Arikunto dan Jabar, untuk pelaksanaan evaluasi,
yaitu:5
a. Penentuan fokus yang akan di evaluasi,
b. Penyusunan (desain evaluasi)
c. Pengumpulan informasi
d. Pembuatan laporan
e. Pengelolaan evaluasi
f. Evaluasi untuk evaluasi.
Jadi, kegiatan Evaluasi ini sangat bermanfaat dalam
Pengambilan Keputusan yang hasilnya akan menjadi tolak ukur suatu
kegiatan.
5 Ashiong P. Munthe, Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan:
Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat, Junal Scholaria, Vol. 5 No. 2, Mei
2015, h. 7
12
3. Manfaat Evaluasi Program
Arikunto dan Jabar (2009:21) menyatakan bahwa evaluasi
program pendidikan adalah supervisi pendidikan dalam pengertian
khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan. Supervisi sekolah
yang diartikan sebagai evaluasi program dapat disama artikan dengan
validasi lembaga dan akreditasi.6 Sedangkan dalam buku bimbingan
dan konseling berbasis kompetensi mengatakan bahwa manfaat
evaluasi yaitu sebagai berikut:7
a. Memberikan umpan balik (feedback), kepada guru bimbingan dan
konseling untuk memperbaik atau mengembangkan program
bimbingan dan konseling;
b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran dan orangtua siswa tentang perkembangan sikap dan
perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan
siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan
kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari evaluasi program
adalah untuk memberikan informasi terkait hasil pencapaian dari
program yang telah direncanakan, apakah keterlaksanaan program
sudah sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan bermanfaat untuk
mengambil suatu keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan
program tersebut.
4. Model Evaluasi Program
a. CIPP (Context, Input, Process, Product)
Model Evaluasi CIPP mulai dikembangkan oleh Daniel
Stufflebeam pada tahun 1966. Stuflebeam mendefinisikan evaluasi
6 Ibid, h. 8
7 Dr. Mamat Supriatna, M.Pd, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,
Edisi I, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 81
13
sebagai proses melukiskan (delineating), memperoleh (obtaining),
dan menyediakan (providing) informasi yang berguna (useful
information) untuk menilai alternatif-alternatif pembuatan
keputusan. Melukiskan artinya menspesifikasi, mendefinisikan dan
menjelaskan untuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh
para pengambil keputusan. Memperoleh artinya dengan memakai
pengukuran dan statistik untuk mengumpulkan, mengorganisir dan
menganalisis informasi. Menyediakan artinya mensintesiskan
informasi sehingga akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi
para pemangku kepentingan evaluasi.8
Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP merupakan
kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program,
proyek, personalia, produk, institusi dan sistem. Model evaluasi ini
di konfigurasi untuk dipakai oleh evaluator internal yang dilakukan
oleh organisasi evaluator, evaluasi diri yang dilakukan oleh tim
proyek atau penyedia layanan individual yang dikontrak atau
evaluator eksternal. Model evaluasi ini dipakai secara meluas
diseluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai disiplin
dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan
masyarakat, transportasi dan sistem evaluasi personalia militer.
Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu: Evaluasi
Konteks (Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input
Evaluation), Evaluasi Proses (Process Evaluation) dan Evaluasi
Produk (Product Evaluation).9
1) Evaluasi konteks (context evaluation). Menurut Daniel
Stufflebeam Evaluasi Konteks untuk menjawab pertanyaan:
apa yang perlu dilakukan? (whats need to be done?) evaluasi
8 Wirawan MSL, Evaluasi, (Jakarta: rajawali pers 2016), h.136
9 Ibid, h. 136-137
14
ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang
mendasari disusunnya suatu program.
2) Evaluasi masukan. Evaluasi masukan untuk mencari jawaban
atas pertanyaan: apa yang harus dilakukan (what should be
done?) evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, asset, dan
peluang untuk membantu para pengambil keputusan
mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas dan membantu
kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan,
prioritas dan manfaat-manfaat dari program, menilai
pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf dan
anggaran untuk fleksibelitas dan potensi cost effectiveness
untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Para
pengambil keputusan memakai evaluasi masukan dalam
memilih diantara rencana-rencana yang ada, menyusun
proposal pendanaan, alokasi sumber-sumber, menempatkan
staf, menjadwalkan pekerjaan, menilai rencana-rencana
aktivitas dan pengangguran.
3) Evaluasi proses. Evaluasi proses berupaya untuk mencari
jawaban atas pertanyaan: apakah program sedang
dilaksanakan? (is it being done?) evaluasi ini berupaya untuk
mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf
program melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu
kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan
menginterpretasikan manfaat.
4) Evaluasi produk. Evaluasi produk diarahkan untuk mencari
jawaban pertanyaan: (did it succed) Evaluasi ini berupaya
untuk mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat,
baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Keduanya untuk membantu
staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat
yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok-
15
kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan upaya
dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.
b. Evaluasi Berbasis Tujuan
Menurut Scriven model evaluasi berbasis tujuan adalah
setiap jenis evaluasi berdasarkan pengetahuan dan direferensikan
kepada tujuan-tujuan program, orang atau produk. Konsep
evaluasi berorientasi tujuan dikemukakan oleh Tyler sangat
berpengaruh terhadap evaluasi pendidikan di Amerika Serikat
untuk beberapa dekade. Model evalusi ini juga memengaruhi pada
teoritisi pendidikan yang mengemukakan pentingnya tujuan
pendidikan dalam teori mereka.10
Model evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur
apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan, program atau
proyek dapat dicapai atau tidak. Model evaluasi ini memfokuskan
pada pengumpulan informasi yang bertujuan mengukur
pencapaian tujuan kebijakan, program atau proyek untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
c. Evaluasi Bebas Tujuan
Model evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation model)
dikembangkan oleh Scriven. Chen dan Rossi dalam Wirawan
mengemukakan bahwa Scriven mengemukakan “Pendekatan goal
free evaluation model karena frustasi tidak puas dengan temuan
evaluasi yang tidak mampu menunjukkan pengaruh dari program
yang dievaluasi.”11
Menurut Scriven model evaluasi ini
merupakan evaluasi mengenai pengaruh yang sesungguhnya,
objektif yang ingin dicapai oleh program, dan evaluator
10 Wirawan. Op. cit, h. 127
11 Ibid
16
seharusnya tidak mengetahui tujuan program sebelum melakukan
evaluasi.12
Menurut Patton “Evaluasi bebas dari tujuan artinya
mengumpulkan data secara langsung tentang pengaruh dan
efektivitas program tanpa dibatasi oleh fokus sempit yang
dinyatakan sebagai tujuan.13
Alasan goal free evaluation adalah tujuan pendidikan tidak
dapat dikatakan sebagai pemberian, seperti tujuan lainnya, ia harus
dievaluasi lebih jauh lagi. Tujuan biasanya atau pada umumnya
hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya
dari proyek atau program tersebut dan banyak hasil program yang
tidak sesuai dengan tujuan program. Pada model ini, tujuan
bukanlah hal yang penting dan utama. Oleh karena itu, menurut
Kurniadin dan Machali “Yang penting dalam evaluasi program
model ini adalah orang-orang yang ikut dalam kegiatan (hasil
program), sedangkan indikator keberhasilan dari evaluasi ini
adalah perilaku yang ditampilkan pada akhir program.”
d. Evaluasi Adversary
Robert L. Wolf berpendapat cara terbaik untuk menjaring
dan menilai data secara objektif adalah melalui testimony seperti
yang terjadi di pengadilan. Ia berpendapat bahwa prosedur
pengadilan dapat diterapkan dalam mengevaluasi kebijakan
pendidikan. Tujuan utama dari model evaluasi adversary adalah
untuk mengurangi potensi bias dengan membentuk 2 evaluator
yang berbeda. Kedua evaluator pro dan evaluator kontra sepakat
mengenai isu yang akan diselesaikan dan menyiapkan pangkalan
data umum mengenai isu tersebut kemudian melakukan
12 Ibid
13 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Terj. dari How to Use
Qualitative Methods in Evaluation oleh Budi Puspo Priyadi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. II, h. 53
17
pengumpulan data khusus sesuai dengan tugas keduanya.
Keduanya kemudian mendiskusikan data umum dan data khusus,
terutama hasil wawancara untuk mendukung argumentasi mereka
masing-masing.14
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adversary adalah evaluasi yang mengungkapkan isu yang luas
dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat
dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu
yang relevan, dan membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan
dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
B. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan
dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang
didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone
mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang
mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukan,
mengatur, atau mengemudikan).
Berdasarkan peraturan pemerintah pasal 27 nomor 29 Tahun
1990 “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan”.15
Sedangkan menurut Rochman Natawijaya bimbingan dapat
diartikan sebagai “suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan
14 Wirawan MSL, Evaluasi, (Jakarta: rajawali pers 2016), h. 217
15 Depdikbud, 1994
18
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Dengan demikian ia akan dapat menikmati kebahagiaan
hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada
kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu
individu dalam mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
makhluk sosial”.16
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau
sekelompok orang yang dilakukan secara terus-menerus agar individu
tersebut menjadi pribadi yang mandiri.
ASCA (American School Counselor Association)
mengemukakan bahwa “konseling adalah hubungan tatap muka yang
bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan
pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya
mengatasi masalah-masalahnya.”17
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, bimbingan dan konseling
adalah sebuah bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk
menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan cara wawancara atau
disesuaikan dengan lingkungan yang dilakukan secara terus menerus,
sehingga individu atau kelompok individu dapat memahami dirinya
sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta
merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
Sebelumnya telah dikemukakan pengertian masing-masing
dari bimbingan dan konseling. Selanjutnya hubungan dari pengertian
bimbingan dan konseling menurut Jones konseling sebagai salah satu
teknik dari bimbingan. Dengan demikian, bimbingan memiliki
16 Dr. Syamsu Yusuf LN, Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006) h. 7
17 Ibid, h. 8
19
pengertian yang lebih luas dibandingkan konseling. Konseling
merupakan bagian dari bimbingan.18
Ada beberapa kesamaan antara pengertian bimbingan dan
konseling, selain ada sifat-sifat khas pada konseling. Hal itu
dikemukakan sebagai berikut:19
a. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga
pengertian bimbingan lebih luas dari pengertian konseling. Oleh
karena itu, konseling merupakan bimbingan tetapi tidak semua
bentuk bimbingan merupakan konseling.
b. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang
dihadapi klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian.
Bimbingan lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan
konseling lebih bersifat kuratif atau korektif. Bimbingan dapat
diberikan sekalipun tidak ada masalah. Hal ini tidak berarti bahwa
pada bimbingan sama sekali tidak diperoleh segi kuratif.
Sebaliknya, konseling tidak ada segi yang preventif. Dalam
konseling juga tidak didapati segi yang preventif, menjaga atau
mencegah jangan sampai timbul masalah yang lebih berat.
c. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara
konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak
demikian halnya, bimbingan pada umumnya dijalankan secara
kelompok. Misalnya, bimbingan bagaimana cara belajar yang
efisien dapat diberikan kepada seluruh kelas pada suatu waktu
tertentu secara bersama-sama.
Jadi, dalam praktiknya kedua pengertian tersebut saling
berkaitan dan saling mengisi antara satu dengan yang lain.
Bimbingan menyangkut konseling dan sebaliknya konseling juga
18 Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi &Karir, Edisi III,
(Yogyakarta: ANDI, 2010), H.8
19 Ibid, H. 9
20
menyangkut bimbingan. Bimbingan dan konseling sama-sama
kegiatan yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam
menyelesaikan permasalahan atau kesulitan yang ada pada dirinya.
Selain itu bimbingan dan konseling juga sangat dibutuhkan untuk
membantu seseorang dalam mengembangkan minat dan bakat yang
ia miliki. Sehingga bimbingan dan konseling tidak dapat
dipisahkan karena sudah menjadi satu kesatuan dimana bimbingan
dan konseling merupakan upaya yang sistematis, objektif, logis,
dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor
atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik atau konseli untuk mencapai
kemandirian dalam kehidupannya.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah
sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.20
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling
sebagai suatu usaha membentuk perkembangan kepribadian
siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan
dan konseling di sekolah haruslah dikaitkan dengan
pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab
20 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, diakses dari
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
21
tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi
program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja atau adanya
“Link and Match” (kaitan dan padanan), maka secara umum
layanan bimbingan dan konseling adalah salah satu cara untuk
membantu siswa dalam mengenal bakat, minat, dan
kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan
kesempatan pendidikan untuk merencanakan karir yang sesuai
dengan tuntutan dunia kerja.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-
tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek pribadi-sosial,
belajar, dan karir. Bimbingan pribadi sosial dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial dalam
mewujudkan pribadi, yang takwa dan mandiri dan bertanggung
jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karir
dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Jadi , dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
bimbingan dan konseling adalah untuk memfasilitasi konseli
mempertimbangkan, menyesuaikan dan mengambil keputusan
dan untuk mengembangkan kemampuan konseli dalam
memecahkan masalahnya.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
terdapat prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang harus
dimiliki dalam bimbingan konseling agar kegiatan bimbingan dan
konseling berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Terdapat
22
beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atas
landasan bagi pelayanan bimbingan.
Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep filosifis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan
bantuan atau bimbingan, baik di sekolah atau madrasah maupun di
luar sekolah. Prinsip-prinsip itu sebagai berikut:21
a. Diperuntukan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun
wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif dan
pengembanga dari penyembuhan (kuratif), dan lebih
diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan
(individual).
b. Individualisasi. Setiap konseli bersifat unik dan melalui
bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini berarti juga
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli,
meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik
kelompok.
c. Menekankan pada hal yang positif. Dalam kenyataannya masih
ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap
bimbingan, karena bimbingan di pandang sebagai suatu cara
yang menekankan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan
tersebut. Bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan
yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif
terhadap diri sendiri, memberi dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
21 Dr. H Sutirna, loc. cit., h. 24-27
23
d. Usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru (tutor) dan kepala
sekolah/madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan keputusan. Bimbingan diarahkan membantu
konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada konseli yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Tujuan utama
bimbingan mengembangkan kemampuan kemampuan konseli
untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
sekolah saja, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industry, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan
masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun
bersifat multi aspek yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan dan pekerjaan.
Adapun prinsip khusus yang berkenaan dengan tujuan dan
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu:
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing
diri sendiri dalam mengahadapi permasalahan
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang
diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas
kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau
desakan dari pembimbing atau pihak lain
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam
bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
24
d. Kejasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua
yang akan menentukan hasil bimbingan
e. Pengembangan program ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hsail pengukuran dan penilaian terhadap
individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri.22
Prinsip-prinsip tersebut diwujudkan melalui melalui adanya
kegiatan dan layanan bimbingan dan konseling , dimana setiap
kegiatan yang dilaksanakan harus mengacu pada fungsi-fungsi
tersebut agar hasil yang dicapai secara jelas dapat diidentifikasi
dan dievaluasi.
Jadi, bimbingan dan konseling haruslah perpegang pada
prinsip-prinsip yang ada agar kegiatan program terlaksana dengan
baik. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengembangkan
dan membantu konseli dalam memecahkan permasalahan
hidupnya baik itu dikalangan anak-anak, orang dewasa ataupun
orang tua. Kegiatan bimbingan dan konseling ini menjadi
tanggung jawab semua personil sekolah karena tanpa adanya
kerja sama yang baik antar pihak sekolah maka kegiatan
bimbingan dan konseling tidak akan berjalan dengan baik. karena
bimbingan dan konseling memerlukan teamwork yang baik.
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling memiliki peran penting untuk
membantu dalam perkembangan diri siswa, berikut fungsi dari
bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya fungsi.23
:
a. Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensi)
22 Dewi ketut sukardi, Pengantar pelaksanaan bimbingan dan konseling, h. 40
23 Dr. Fenti Hikmawati, bimbingan dan konseling, Edisi- I, (Jakarta: Rajawali
Press, 2010), h. 16-18
25
dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
b. Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
c. Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Konselor dan personel sekolah lainnya secara sinergi sebagai
teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas perkembangannya.
d. Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yan
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan dengan upaya pemberian
bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial
teaching.
e. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala sekolah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
26
Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
konseli, konselor dapat membantu guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih memilih dan
menyusun materi sekolah, memilih metode dan proses
pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
f. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
g. Perbaikan, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir,
berperasaan dan bertindak. Konselor melakukan intevensi
terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat,
rasional, dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
menghantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
h. Fasilitas, yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
i. Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan
produktivitas diri.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
dari bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah bervariatif dan
sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan bakat siswa,
memahami potensi diri, menjaga diri dari lingkungan yang kurang
baik, beradaptasi dengan lingkungan serta berfungsi sebagai
penyaluran dalam memilih kegiatan, jurusan dan karir.
27
5. Layanan Bimbingan dan Konseling
The ASCA National Model for school counselors includes
four major components: foundation, delivery system, management
system, and accountability (ASCA, 2003; Hatch & Bowers, 2002).
Foundation refers to the underlying philosophy, mission, and
structure of a school’s counseling and guidance program. Delivery
system is based on a school counseling program’s foundation, and
describes the activities, interactions, and methods to deliver the
program. The delivery system includes four components
a. Guidance curriculum based on structured developmental
classroom lessons that are infused throughout the school’s
curriculum.
b. Individual student planning to help students meet their
individual goals, including academic and career counseling.
c. Response services refer to addressing student crisis or life
events that impede student learning and development.
d. Systems support is the administrative and management support
systems within the school and district that are necessary for
school counselors to carry out the delivery of services.
The third major component of the ASCA model is the
overall management system, which facilitates the implementation
of the school counseling program’s delivery system within the
context of the school and district. An effective management system
might include agreements between school counselors and school
administrators about the school counseling program’s goals and
activities; an advisory council of parents, teachers, and students;
schoolbased data to make school counseling program decisions;
efficient use of school counselor time by reassigning
noncounseling responsibilities (e.g. administration of testing
programs and clerical duties) to other school personnel. School
counselor-to-student ratios in the US are very high. ASCA reports
the national average to be 1 counselor to 477 students
(www.schoolcounselor.org, retrieved December 28, 2004), and
counselors must use classroom guidance and group methods to
serve as many students as possible. ASCA (1999) recommends that
school counselors spend 80% of their time in direct services to
students. The fourth major component of the ASCA model is
accountability. Accountability may include evaluations to
determine effectiveness of school counseling programs,
performance evaluations of school counselors, and dissemination
of accountability and evaluation results to major stakeholders and
funding agencies. In order to maintain a viable school counseling
program, school counselors must give stakeholders evaluative
data which address the importance of and need for school
28
counselors. At a time of diminishing educational resources, if
accountability systems are not part of the school counseling
program, school counselors risk becoming marginalized or even
eliminated as a necessary professional position within school.24
Menurut ASCA terdapat empat komponen sistem dalam
bimbingan konseling yaitu kurikulum konseling yang digunakan
sekolah haruslah didasarkan pada perkembangan yang dimasukkan
ke dalam kurikulum sekolah pada struktur pelajaran kelas, rencana
individual siswa digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pribadi, akademik dan karir siswa, layanan responsif
merujuk pada peristiwa kehidupan siswa yang meghambat
pembelajaran dan perkembangan siswa, dan sistem pendukung
administrasi dan manajemen untuk konselor melaksanakan layanan
konseling.
Sejalan dengan pendapat ASCA, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan dalam panduan operasional penyelenggaraan
bimbingan dan konseling sekolah juga memaparkan sebagai
berikut:
a. Layanan Dasar
Layanan dasar adalah pemberian bantuan kepada semua
peserta didik/konseli yang berkaitan dengan pengembangan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Strategi layanan dasar yang dapat
dilaksanakan antara lain adalah klasikal, kelas besar atau lintas
kelas, kelompok dan menggunakan media tertentu. Materi
layanan dasar dapat dirumuskan atas dasar hasil asesmen
kebutuhan, asumsi teoritik yang diyakini berkontribusi terhadap
24 Asia Pacific Education Review School Counseling in the United States:
Implications for the Asia-Pacific Region. by Education Research Institute journal. Vol. 6.
No. 2, 113-123.
29
kemandirian, dan kebijakan pendidikan yang harus diketahui
oleh peserta didik. 25
b. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Peserta Didik
atau Konseli
Layanan peminatan dan perencanaan individual
merupakan proses pemberian bantuan kepada semua peserta
didik/konseli dalam membuat dan mengimplementasikan
rencana pribadi, sosial, belajar, dan karir. Tujuan utama layanan
ini ialah membantu peserta didik atau konseli belajar memantau
dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri dan
mengambil tindakan secara proaktif terhadap informasi tersebut.
Pelayanan peminatan mulai dari pemilihan dan penetapan minat
(kelompok mata pelajaran, mata pelajaran, lintas minat),
pendampingan peminatan, pengembangan dan penyaluran
minat, evaluasi dan tindak lanjut. Strategi layanan peminatan
meliputi bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, dan konseling individual serta layanan konsultasi.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor memimpin
kolaborasi dengan pendidik pada satuan pendidikan, berperan
mengkoordinasikan layanan peminatan dan memberikan
informasi yang luas dan mendalam tentang kelanjutan studi dan
dunia kerja, sampai penetapan dan pemilihan studi lanjut. 26
c. Layanan Responsif
Pemberian bantuan terhadap peserta didik atau konseli
yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan
bantuan dengan segera. Tujuan layanan ini ialah memberikan
25 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas (SMA), 2016, h. 33
26 Ibid, h. 34
30
layanan intervensi terhadap peserta didik atau konseli yang
mengalami krisis, peserta didik atau konseli yang telah membuat
pilihan yang tidak bijaksana atau peserta didik atau konseli yang
membutuhkan bantuan penanganan dalam bidang kelemahan
yang spesifik dan layanan pencegahan bagi peserta didik atau
konseli yang berada di ambang pembuatan pilihan yang tidak
bijaksana.27
d. Dukungan Sistem
komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata
kerja infrastruktur dan pengembangan keprofesionalan guru
bimbingan dan konseling atau konselor secara berkelanjutan
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta
didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.
Aktivitas yang dilakukan dalam dukungan sistem antara lain
administrasi yang di dalamnya termasuk melaksanakan dan
menindaklanjuti kegiatan asesmen, kunjungan rumah, menyusun
dan melaporkan program bimbingan dan konseling, membuat
evaluasi, dan melaksanakan administrasi dan mekanisme
bimbingan dan konseling, serta kegiatan tambahan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan pengembangan
profesi bimbingan dan konseling. 28
Setelah guru bimbingan dan konseling atau konselor
menentukan komponen layanan, lalu mempertimbangkan porsi
waktu dari masing-masing komponen layanan, apakah kegiatan
itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus. Berapa
banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu
dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini harus
27 Ibid, h. 34
28 Ibid, h. 35
31
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen.
Besaran persentase dalam setiap layanan dan setiap jenjang
satuan pendidikan didasarkan pada data hasil asesmen
kebutuhan peserta didik/konseli dan satuan pendidikan. Dengan
demikian besaran persentase bisa berbeda-beda antara satuan
pendidikan yang satu dengan yang lainnya.
C. Penelitian Relevan
Berdasarkan kajian literatur dan hasil penelusuran referensi,
ditampilkan beberapa hasil penelitian yang relevan:
1. Budi Iskandar, Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
STM (SMK) YUPPENTEK 4 Ciledug Tangerang Selatan, (Skripsi,
2006). Hasil penelitian ini berhubungan dengan pelaksanaan program
bimbingan konseling di SMK YUPPENTEK 4 Ciledug Tangerang
Selatan kurang berjalan lancar karena kurangnya fasilitas yang
memadai, kurang dana yang memadai dan kurangnya kerja sama
antara guru bimbingan dan konseling dengan pihak intern sekolah
serta pihak eksternal sekolah. Hubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama ingin mengetahui keefektivan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Perbedaannya
penelitian pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif sedangkan penelitian
yang akan dilakukan menggunakan metode evaluasi program yaitu
CIPP dimana penelitian lebih menekankan pada aspek pelaksanaan
layanan dan produk dari layanan BK tersebut. Dengan perbedaan jarak
waktu yang cukup lama dapat menjadi perbandingan apakah program
bimbingan dan konseling mengalami peningkatan yang signifikan atau
sama saja.
32
2. Abdul Jalaludin sayuti, Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di SMK Al-hidayah 1 Cilandak Jakarta Selatan, (Skripsi,
2016). Berdasarkan dari hasil analisis data penulis, kegiatan
bimbingan dan konseling sekolah tersebut termasuk dalam kategori
baik. Selain itu, peran aktif koordinator bimbingan dan konseling,
guru pembimbing yang senantiasa melaksanakan kegiatan layanan dan
pendukung bimbingan dan konseling. Kepala sekolah dalam
mengintegrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, pembinaan,
pengawasan, evaluasi, dan mengupayakan pengembangan kegiatan
bimbingan dan konseling. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif dan hanya meneliti pelaksanaannya saja
sedangkan penelitan yang dilakukan menggunakan model CIPP untuk
meneliti secara lebih komprehensif.
3. Indaryani, Evaluasi program layanan bimbingan dan konseling untuk
optimalisasi tata tertib siswa di SMAN 16, (Tesis, 2016). Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan evaluasi disimpulkan bahwa
kebutuhan siswa terhadap bimbingan dan konseling sangatlah tinggi.
Penelitian menunjukan bahwa dengan adanya bimbingan dan
konseling mampu meminimalisir jumlah siswa yang bermasalah dan
menambah jumlah siswa yang berprestasi. Model evaluasi program
yang digunakan dalam penelitian adalah CIPP yang bertujuan untuk
mengukur optimalisasi tata tertib dengan adanya bimbingan dan
konseling yang bertempat di SMAN 16 Bandar Lampung dan
penelitian dilakukan pada tahun 2016. sedangkan penelitian yang akan
dilakukan bertempat SMKN 41 di Jakarta dan dilakukan pada tahun
2018. Dengan perbedaan jarak waktu dapat menjadi perbandingan
apakah program bimbingan dan konseling mengalami peningkatan
yang signifikan atau sama saja.
4. W. Budhi Wicaksono, Evaluasi program bimbingan dan konseling di
SMA Negeri 3 Salatiga¸ (Jurnal, 2016/2017). Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan evaluasi yang meliputi komponen Context,
33
Input, Process dan Product di dalam layanan bimbingan konseling di
SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah berjalan dengan cukup
baik akan tetapi assessment kebutuhan yang dilakukan belum
menyeluruh kepada siswa. Penelitian ini menggunakan model evaluasi
program CIPP dengan tempat penelitian di SMAN 3 Salatiga.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertempat di SMKN 41
Jakarta dengan menggunakan model evaluasi program CIPP namun
lebih menekankan kepada aspek proses dan produk dari bimbingan
dan konseling.
D. Kerangka Berfikir
Sesuai dengan fungsinya layanan bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya baik
didalam sekolah maupun di luar sekolah dan untuk mengembangkan minat
dan bakat siswa di sekolah.
Jika dilaksanakan dengan baik maka tujuan untuk membantu siswa
dalam menangani masalahnya akan tercapai. Sebaliknya jika layanan
bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan dengan maksimal, maka
semakin banyak siswa yang melakukan pelanggaran yang akhirnya
menumpuk masalah untuk dirinya sendiri.
Gambar 2.1
Evaluasi Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Context
Relevansi
program dan
dukungan
warga sekolah
Input
Koordinator BK,
konselor/guru
BK, siswa,
program, sarpras,
pendanaan
Proses
perencanaan
Pelaksanaan
Layanan
Produk
Perubahan
sikap siswa
34
E. Kriteria Evaluasi
Krieria bisa didasarkan atas kesuksesan pengalaman lembaga lain
sebagai penentu. Hal ini dapat dilakukan dengan studi program supervise,
penemuan-penemuan penelitian , opini para guru, staf, murid dan
pelengkapa fisik yang ada di masing-masing sekolah. Arikunto dan Jabar
menyebutkan ada 7 sumber pengambilan kriteria evaluasi, antara lain:
1. Sumber pertama apabila yang dievaluasi merupakan suatu
implementasi kebijakan maka yang dijadikan sebagai kriteria atau
tolak ukur adalah peraturan atau ketentuan yang sudah dikeluarkan
berkenaan dengan kebijakan yang ditentukan.
2. Sumber kedua kritera atau tolak ukur yang tersusun diperoleh dari
buku pedoman atau petunjuk pelaksanaan.
3. Sumber ketiga apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan
yang dapat digunakan oleh penyusun sebagai sumber kriteria maka
menggunakan konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku
ilmiah.
4. Sumber keempat jika tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk
pelaksanaan dan juga tidak ada teori yang diacu, penyusun disarakan
menggunakan hasil penelitian.
5. Sumber kelima apabila tidak menemukan sumber acuan yang tertulis
dan mantap. Dapat meminta bantuan pertimbangan kepada orang yang
dipandang mempunyai kelebihan dalam bidang yang sedang
dievaluasi.
6. Sumber keenam kriteria atau tolak ukur yang tersusun merupakan
hasil kesepakatan kelompok dengan kata lain dapat menentukan
kriteria secara bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang
mempunyai wawasan tentang program yang akan dievaluasi.
7. Sumber ketujuh kriteria atau tolak ukur yang tersusun hanya
mengandalkan akal atau nalar penyusun sendiri sebagai dasar untuk
menyusun kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi program.
35
Adapun sumber kriteria yang sesuai dengan penelitian ini adalah
sumber kelima. Kriteria keberhasilan mengacu pada hasil penelitian
sebelumnya ditambah dengan hasil pemikiran peneliti dan hasil diskusi
dengan dosen pembimbing.
Tabel 1.2
Kriteria keberhasilan program
No Tahap Fokus indikator
1 Evaluasi
Context
1. Legalitas
penyelenggaraan
BK
2. Dukungan warga
sekolah
a. Terdapat landasan hukum yang
mengatur terselenggaranya
program BK
b. Terdapat panduan operasional
penyelenggaraan BK
c. Terdapat latar belakang program
d. Terdapat tujuan program BK
Mendapat dukungan dari semua
pihak sekolah untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
2 Evaluasi Input 1. Konselor/ guru
BK
2. Program
3. Sarana dan
prasarana
4. pendanaan
a. ketersediaan tugas dan fungsi
yang jelas
b. Akademik dan kualifikasi
konselor seuai dengan kriteria
yang telah ditentukan
c. Kompetensi konselor sesuai
dengan kompetensi yang telah
ditentukan.
Program yang direncanakan
berjalan dengan lancer
a. ruang konseling dan
kelengkapannya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan
b. alat dan bahan bimbingan dan
konseling yang memadai
terdapat rincian dan dan transparasi
keuangan.
3 Evaluasi proses 1. Perencanaan
program
a. Tahap persiapan BK
1) Melakukan assessment
kebutuhan
2) Mendapat dukungan dari
warga sekolah
36
2. Pelaksanaan
program
3) Menetapkan dasar
perencanaan layanan
b. Tahap Perancangan
1) Penyusunan program
tahunan BK
2) Penyusunan program
semesteran BK
c. Pelaksanaan BK
1) Ruang lingkup dan
pelaksana
2) Jenis layanan
3) Peminatan peserta didik
4) Kegiatan administrasi
5) Kegiatan tambahan dan
pengembangan keprofesian
guru BK
d. Evaluasi
e. Pelaporan
f. Tindak lanjut
4 Evaluasi produk 1. Pemahaman diri,
perubahan sikap dan
perilaku
2. Perasaan positif
3. Perkembangan
kemandirian
4. Prestasi belajar
(akademik/non
akademik)
a. Tercapainya peningkatan
pemahaman diri dan perubahan
sikap dan tingkah laku
b. Terciptanya perasaan positif pada
siswa
c. Tercapainya perkembangan
kemandirian siswa
d. Meningkatnya prestasi belajar
(akademik/ non- akademik)
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian ini adalah di SMKN 41 Jakarta yang
beralamat di Komplek Timah, Pondok Labu Jakarta selatan. Sekolah ini
ditulis sebagai objek penelitian karena menurut informasi yang peneliti
dapat dari masyarakat sekitar sekolah tersebut memiliki prestasi yang baik.
Tabel 1.3
Pelaksanaan evaluasi program
Tahun 2018 2019
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Study awal
Telaah literatur
Instrument
Jaring data
Analisis data
Penyelesaian akhir
B. Pendekatan dan model evaluasi
Adapun pendekatan evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Michael Quinn Patton (1980) dalam
buku Evaluasi mengartikan bahwa pendekatan kualitatif adalah sebagai
berikut:
“Qualitative data consist of detailed descriptions of situations,
events, people, interactions, and observed behaviors; direct quantitations
from people about their experinces, attitudes, beliefs, and thuoghts and
exerpts or entire passages from documents, correspondence, records, and
cash histories. The detailed descriptions, direct quantiations, and case
documentation of qualitative measurement are raw data from the
empirical word. The data are collected as open-ended narrative without
attempting to fit program activities or peoples experiences into
38
prederminded, standardized categories such as the response choices that
comprise typical questionsnaires or test.” 1
Pendekatan kualilitatif Pendekatan kualitatif digunakan untuk
menganalisis data yang bersifat kualitatif baik dari hasil wawancara, studi
dokumen maupun observasi langsung. Mengacu kepada kajian teori, maka
model evaluasi yang digunakan dalam evaluasi program ini adalah model
evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP) Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan informasi yang akurat dan menyeluruh agar dapat
digunakan dalam membantu pimpinan untuk mengambil keputusan lebih
lanjut guna memperbaiki, dan meningkatkan penyelenggaraan program
Layanan Bimbingan dan Konseling di SMKN 41 Jakarta Selatan.
C. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.2 Adapun sumber data penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
tiga sumber, yaitu Person, Place, Paper.3
1. Person, sumber data berupa orang. Yaitu sumber data yang diperoleh
melalui jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui
angket. Adapun sumber data person dalam penelitian ini terdiri dari
Koordinator bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling
dan siswa.
2. Place, sumber data berupa tempat. Sumber data yang menyajikan
tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Adapun sumber data
place dalam penelitian ini berupa sekolah jenjang menengah kejuruan
yaitu di SMKN 41 Jakarta.
3. Paper, sumber data berupa simbol. Yaitu sumber data yang diperoleh
melalui tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, dokumen atau
1 Dr. Wirawan MSL, Loc cit, h. 210
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), Cet XV, h. 172
3 Ibid
39
simbol lain. Adapun sumber data paper dalam penelitian ini berupa
profil sekolah, dokumen yang berkaitan dengan KJP seperti dokumen
individu atau sekolah yang berkenaan dengan BK, buku panduan BK,
dan dasar hukum mengenai BK.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan yaitu person,
place dan paper. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dua
jenis data, yaitu:
1. Data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu person
dan place.
2. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
yaitu paper.
D. Pemeriksaan Keabsahan data
Dalam memeriksa atau mengecek keabsahan data, peneliti
penggunakan teknik triangulasi . triangulasi bertujuan untuk mengecek
ulang data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumen. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama.4 Tujuan triangulasi adalah untuk meningkatkan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
E. Instrument pengumpulan data Tabel 1.4
Kisi-kisi instrument wawancara program bimbingan dan konseling di SMKN 41
Jakarta
No Tahap Fokus indikator
1 Evaluasi
Context
1. Legalitas
penyelenggaraan
a. Terdapat landasan hukum yang
mengatur terselenggaranya
program BK
b. Terdapat panduan operasional
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), Cet XV, h. 43.
40
BK
2. Dukungan warga
sekolah
penyelenggaraan BK
c. Terdapat latar belakang program
d. Terdapat tujuan program BK
Mendapat dukungan dari semua
pihak sekolah untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
2 Evaluasi Input 1. Konselor/ guru BK
2. Program
3. Sarana dan
prasarana
4. pendanaan
a. ketersediaan tugas dan fungsi
yang jelas
b. Akademik dan kualifikasi
konselor seuai dengan kriteria
yang telah ditentukan
c. Kompetensi konselor sesuai
dengan kompetensi yang telah
ditentukan.
Program yang direncanakan berjalan
dengan lancar
a. ruang konseling dan
kelengkapannya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan
b. alat dan bahan bimbingan dan
konseling yang memadai
terdapat rincian dan dan transparasi
keuangan.
3 Evaluasi process 1. Perencanaan
program
2. Pelaksanaan
program
a. Tahap persiapan BK
1) Melakukan assessment
kebutuhan
2) Mendapat dukungan dari
warga sekolah
3) Menetapkan dasar
perencanaan layanan
b. Tahap Perancangan
1) Penyusunan program
tahunan BK
2) Penyusunan program
semesteran BK
c. Pelaksanaan BK
1) Ruang lingkup dan
pelaksana
41
2) Jenis layanan
3) Peminatan peserta didik
4) Kegiatan administrasi
5) Kegiatan tambahan dan
pengembangan keprofesian
guru BK
d. Evaluasi
e. Pelaporan
f. Tindak lanjut
4 Evaluasi product 1. Pemahaman diri,
perubahan sikap dan
perilaku
2. Perasaan positif
3. Perkembangan
kemandirian
4. Prestasi belajar
(akademik/non
akademik)
a. Tercapainya peningkatan
pemahaman diri dan perubahan
sikap dan tingkah laku
b. Terciptanya perasaan positif pada
siswa
c. Tercapainya perkembangan
kemandirian siswa
d. Meningkatnya prestasi belajar
(akademik/ non- akademik)
Tabel 1.5
Kisi-kisi instrumen observasi program bimbingan dan konseling di SMKN 41 Jakarta
No Aspek Indikator status Keterangan
Ada Tidak
ada
1. Sarana dan
Prasarana
BK
1. Komputer
2. Meja kerja guru
3. Kursi lipat
4. Kipas angin
5. Lemari 2 pintu
6. Lemari kayu kaca
7. Lemari file kaca
8. Kursi kerja putar
9. printer
10. Lemari besi
11. AC
12. Ruang BK
13. Ruang konseling
2. Program 1. Layanan responsive
2. Layanan perencanaan
42
individu
3. Dukungan system
4. Satuan pendukung
Tabel 1.6
Kisi-kisi studi dokumen program layanan bimbingan dan konseling di SMKN 41 Jakarta
No Dokumen Ada Tidak ada
1. Profil sekolah
1. Visi, misi dan tujuan
sekolah
2. Sejarah singkat sekolah
3. Struktur organisasi sekolah
2. Panduan operasional BK
36.. Struktur organisasi BK
4. Silabus BK
5. Rekap kasus siswa
6. Prestasi siswa
7. Program semesteran BK
1. Visi, misi BK
2. Latar belakang BK
3. Tujuan BK
4. Struktur organisasi BK
8. Program kerja BK
9. Sertifikat konselor
F. Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini,
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumen.5
1. Observasi
Metode observasi yang digunakan yakni observasi langsung dengan
menggunakan lembar pengamatan. Observasi digunakan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling,
proses pemberian layanan bimbingan dan konseling, sarana dan
prasarana di SMKN 41 Jakarta.
5 Nana Syaodi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), cet 1, h. 216.
43
2. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait
relevansi program dan dukungan masyarakat pada program layanan
bimbingan dan konseling Wawancara dilakukan dengan koordinator
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling, dan siswa.
3. Studi dokumen
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal
berupa catatan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh
tentang profil, visi dan misi, tujuan sekolah, panduan program layanan
bimbingan dan konseling, grafik kasus siswa. Dokumen-dokumen
tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat
ditampilkan gambaran tentang objek penelitian.
G. Teknik analisis data
Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis melalui suatu
proses klasifikasi data, kategorisasi dan penarikan sebuah kesimpulan,
yaitu sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data), yakni merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu.6
2. Data Display (Penyajian Data), dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.7
3. Conclusion Drawing/Verification merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masing remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.8
6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan
R&D , (Bandung: Penerbit Alafabeta, 2016), h. 338.
7 Ibid,. h. 341
8 Ibid,. h. 345
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Profil sekolah
SMK Negeri 41 Jakarta adalah salah satu Sekolah menengah
kejuruan yang beralamat di Jl. Margasatwa Komplek Timah, RT. 01 /
RW.03, Kelurahan Pd.Labu, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara geografis lokasi
sekolah berada di lingkungan yang kondusif untuk belajar dikarenakan
lokasinya terletak di dalam komplek timah sehingga jauh dari
kebisingan dan polusi asap kendaraan. Akses jalan menuju sekolah
tersebut cukup strategis, sehingga mudah dijangkau dengan jenis
kendaraan apapun. Selain itu, sekolah tersebut juga memiliki lahan
yang cukup luas yaitu 3,590 m2 dan merupakan sekolah menengah
kejuruan dibawah naungan Dinas Pendidikan Nasional dengan nomor
Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20102580. Sekolah ini berdiri pada
tanggal 4 Februari 1981 dengan nama SMEA N 23 Jakarta, kemudian
pada tahun 1997 (sampai sekarang) berubah nama menjadi SMKN 41
Jakarta yang saat ini dipimpin oleh Ibu Arum Sari, M.Pd. Ada 4
program kejuruan yang ada di sekolah tersebut yaitu Akuntansi dengan
jumlah 176 siswa, Administrasi Perkantoran dengan jumlah 210 siswa,
Pemasaran dengan jumlah 200 siswa, dan Multimedia dengan jumlah
98 siswa. Semua jurusan keahlian di sekolah ini memiliki nilai
Akreditasi A yang memiliki 21 ruang kelas dengan 687 siswa,
dibimbing oleh 44 orang guru dan dibantu 14 tenaga administrasi
sekolah. 44
Era awal globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu
pemicu cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek
44
Dokumen Profile SMKN 41 Jakarta th 2016-2017, hal 2-4
45
kehidupan masyarakat, termasuk dalam penyediaan tenaga kerja yang
trampil pada dunia kerja. Dalam hal ini, dunia pendidikan khususnya
SMKN 41 Jakarta mempunyai tanggung jawab besar dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh sehingga mampu
hidup selaras di dalam perubuhan teknologi dan diharapkan mampu
beradaptasi dengan dunia kerja sesuai dengan jurusannya. Untuk
menunjang keterampilan dan potensi pada peserta didik maka sekolah
mengadakan program layanan bimbingan dan konseling.
Secara garis besar, layanan bimbingan dan konseling mulai
berjalan sejak tahun 2003 dimana pada awalnya bimbingan dan
konseling tersebut masih belum mendapatkan support dari sebagian
masyarakat sekolah. Namun, seiring berjalan waktu masyarakat mulai
menyadari akan arti pentingnya bimbingan dan konseling dalam
membantu peserta didik dalam mengenali diri dan mengembangkan
potensi pada peserta didik. Sehingga bimbingan dan konseling mulai
mendapat sorotan dan diberikan jam khusus untuk masuk ke dalam
kelas setiap seminggu sekali selama 2 jam mata pelajaran.
2. Visi dan Misi
Visi sekolah sebagai wawasan yang menjadi sumber arahan bagi
sekolah harus memiliki pandangan jauh ke depan. Gambaran masa
depan sekolah harus tercermin pada visi sekolah dengan menganalisis
segala kekuatan dan kelemahan dan memperhatikan berbagai aspek
dan tuntunan, visi SMKN 41 Jakarta ditetapkan sebagai berikut:
Visi:
“Menjadi SMK berkualitas unggul yang menghasilkan tamatan
berakhlak mulia, kompeten dan berkarakter bangsa.”
Misi:
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik;
b. Membekali peserta didik dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa;
46
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang mendorong peningkatan
ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pelanggan;
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk mendukung
proses pembelajaran;
e. Menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran untuk mencapai
hasil yang optimal;
f. Menumbuhkan mental wirausaha peserta didik.
Terihat dari visi sekolah, sekolah ingin menjadi SMK yang
unggul yang dapat mencetak tamatan yang berakhlak mulia, kompeten
dan berkarakter bangsa. Bukti nyata dari visi sekolah tersebut adalah
dengan adanya layanan bimbingan dan konseling sebagai upaya sekolah
dalam membantu peserta didik untuk mempunyai karakter yang
berakhlak mulia, kompeten dan berkarakter bangsa. Serta untuk
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri peserta didik.
Selain itu, di dalam misi sekolah juga menggambarkan tujuan
dari di laksanakannya layanan bimbingan dan konseling di sekolah
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik,
menanamkan peserta didik nilai-nilai budaya dan karakter bangsa,
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menumbuhkan mental
wirausaha peserta didik.
B. Deskripsi Data
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti melalui wawancara,
observasi dan studi dokumen maka pada penelitian ini peneliti akan
menyimpulkan beberapa informasi mengenai evaluasi program bimbingan
dan konseling di SMKN 41 Jakarta.
47
1. Context
a. Visi Misi Bimbingan dan Konseling
Visi Bimbingan dan Konseling:
”Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal
dengan hakikat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan Yang Maha
Esa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam
berhubungan dengan manusia dan alam semesta”.
Misi Bimbingan dan Konseling:
Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk
dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara
efektif, kreatif dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk
masa depan karir dalam :
1) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan.
3) Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual.
4) Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ dan SQ dan
5) Pengaktualisasian diri secara optimal.45
b. Aspek Legalitas formal program layanan bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling mengacu pada landasan
yang formal yang mengacu pada kebijakan pemerintah UU
Permendikbud No. 111 Tahun 2014 bahwa bimbingan dan
konseling merupakan upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau
guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya.
Koordinator bimbingan dan konseling di SMKN 41 Jakarta
memaparkan bahwa bimbingan dan konseling yang ada di SMKN
41 Jakarta sudah sesuai dengan landasan yang telah dituangkan
45
Dokumen bimbingan dan konseling
48
dalam UU Permendikbud No. 111 Tahun 2014. Di mana layanan
bimbingan dan konseling diadakan sebagai penunjang
perkembangan peserta didik di sekolah.
Layanan bimbingan dan konseling di SMKN 41 memiliki 4
komponen program yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:46
1) Pelayanan responsif
2) Pelayanan perencanaan individu
3) Dukungan system
4) Satuan pendukung
c. Latar belakang program bimbingan dan konseling
Menurut koordinator dan guru bimbingan dan konseling di
SMKN 41 Jakarta “bimbingan dan konseling merupakan hal sangat
penting di sekolah sebagai penunjang pengembangan diri peserta
didik secara maksimal. Namun, pada kenyataannya masih banyak
peserta didik yang belum menyadari potensi yang mereka miliki”47
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa program
bimbingan dan konseling di sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta
didik sebagai penunjang pengembangan diri dan potensi agar dapat
dikembangkan secara maksimal, dan hal tersebut dapat diperoleh
dari peran seorang guru bimbingan dan konseling untuk membantu
siswa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dengan
program dan layanan yang telah direncanakan dengan baik oleh
guru bimbingan dan konseling.
d. Tujuan program bimbingan dan konseling
Berdasarkan visi misi bimbingan dan konseling yang telah
dibuat oleh pihak BK tujuan dibuatnya program bimbingan dan
konseling adalah:
46
Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), pada Senin, 19 November 2018.
47 Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16 November 2018.
49
1) Tujuan Umum.
Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan
potensi-potensi mereka secara optimal
2) Tujuan Khusus
a) Membantu peserta didik mencapai kematangan dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Membantu peserta didik mencapai kematangan dalam
hubungan antar teman sebaya, serta peranannya sebagai pria
dan wanita.
c) Membantu peserta didik mencapai kematangan pertumbuhan
jasmani sehat.
d) Membantu peserta didik mengembangkan IPTEK dan Seni
sesuai dengan Program Kurikulum dan Persiapan Karier atau
melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e) Membantu peserta didik mencapai kematangan dalam
pilihan karir.
f) Membantu peserta didik mencapai kematangan gambaran
dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional,
sosial, intelektual dan ekonomi.
g) Membantu peserta didik mencapai kematangan gambaran
dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, masyarakat dan
bernegara.
h) Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
i) Membantu peserta didik mencapai kematangan dalam etika
sistem dan nilai.48
48
Studi dokumen, Program Semester Bimbingan dan Konseling Komprehensif, 2018-2019
50
Jadi, dari beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari adanya bimbingan dan konseling di sekolah adalah
untuk memfasilitasi dan membantu siswa dalam mengembangkan
potensi diri yang mereka miliki.
e. Dukungan warga sekolah
Dalam setiap kegiatan dukungan dari pihak sangat
diperlukan. Dalam hal ini bimbingan dan konseling juga sangat
membutuhkan dukungan dari pihak sekolah dan warga sekolah
seperti orang tua murid dan masyarakat sekitar agar kegiatan
bimbingan dan konseling yang sudah direncanakan dapat berjalan
dengan baik.
Menurut guru bimbingan dan konseling memaparkan bahwa
lingkungan sangat mendukung sekali karena sudah menggunakan
bimbingan dan konseling yang komprehensif itu artinya setiap
pihak ikut serta dalam kegiatan bimbingan dan konseling ini mulai
dari kepala sekolah sampai masyarakat. Contohnya: penyuluhan
narkoba sekolah harus mengikutsertakan masyarakat yang lebih
mengerti dalam hal narkoba. Maka sekolah akan megikutsertakan
instansi seperti BNN untuk penyuluhan narkoba tersebut. 49
Hal tersebut dikarenakan SMKN 41 telah menggunakan
bimbingan dan konseling yang komprehensif di mana dalam setiap
kegiatan akan melibatkan setiap stakeholder yang ada disekitarnya.
2. Input
a. Struktur organisasi, tujuan dan fungsi
Sistem manajerial pada program bimbingan dan konseling
perlu dilakukan sehingga pelayanan bimbingan dan konseling
benar-benar memberikan kontribusi pada penetapan visi, misi dan
tujuan program yang akan dilaksanakan.
49
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16 November 2018
51
Berdasarkan data sekunder yang diterima oleh peneliti berupa
struktur organigram diperoleh informasi sebagai berikut:50
(terlampir)
Gambar 2.2
Struktur organisasi BK51
b. Guru BK/ Konselor
Dalam proses pendidikan tentu dibutuhkan tenaga
pendidik dan kependidikan yang berkompeten agar tujuan
yang telah ditentukan suatu lembaga tersebut dapat tercapai
dengan baik dan tepat sasaran dan dengan adanya kompetensi
yang dimiliki guru diharapkan dapat menunjang keberhasilan
pendidikan siswanya. Dapat diartikan bahwa seorang konselor
sekolah harus bertanggung jawab, atas kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan dan kebutuhan sosial anak, dan ikut
dalam segala kegiatan sekolah secara menyeluruh, khususnya
mendampingi kepala sekolah dalam menentukan
kebijaksanaan pendidikan dan juga konselor sekolah bertugas
mengadakan pertemuan dengan guru pembimbing atau petugas
50
Studi dokumen, Struktur Organiram Bimbingan Dan Konseling, 2014 51
Dokumen bimbingan dan konseling, (uraian tugas personalia bimbingan dan konseling)
52
lainnya dalam hubungan dengan pelaksanaan layanan dan
bimbingan konseling di sekolah.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah akan sangat ditentukan oleh kompetensi
yang dimiliki oleh guru dengan kualifikasi yang memadai dan
semakin berpengalaman seorang guru, maka semakin baik
kualitas kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan
dan konseling di SMKN 41 Jakarta kualifikasi dan kompetensi
untuk menjadi guru BK atau konselor adalah lulusan S1
pendidikan bimbingan dan konseling bimbingan dan
konseling, dan harus memiliki 3 kompetensi yaitu: Kompetensi
pedagogik, sosial, professional, untuk mengembangkan
kompetensi yang ada dalam diri guru BK maka sekolah
biasanya mengadakan pengembangan profesi konselor yang
biasanya diadakan oleh pihak sekola ataupun lembaga lain
seperti pelatihan, seminar, penataran, MGP- BK.52
Pemaparan tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Permen No 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Menurut hasil observasi kelas kompetensi yang
dimiliki konselor sudah cukup baik dalam aspek kompetensi
pedagogik konselor mampu memahami landasan ilmu
bimbingan dan konseling dan prinsip-prinsip pendidikan
dengan baik. Dalam kompetensi kepribadian konselor mampu
menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, konsisten dalam menjalankan ibadah, dan
mampu mencontohkan perilaku yang baik. Contohnya setiap
jum’at konselor selalu mengikuti kegiatan sholat jum’at dan
52
Hasil Wawancara dengan ibu Tri&Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16
November 2018
53
selalu mengingatkan siswa untuk sholat. Dalam aspek sosial
konselor sudah cukup baik dalam melakukan kerja sama antara
pihak-pihak terkait lainnya di sekolah seperti kepada guru
kelas. Guru mata pelajaran dan kepala sekolah. Selain itu,
konselor juga aktif dalam mengikuti organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi
seperti MGP-BK. Lalu, dalam aspek professional para
konselor di SMKN41 satu sudah dapat dikatakan professional
dalam bidangnya karena konselor di SMKN 41 adalah lulusan
program studi bimbingan dan konseling, mereka memahami
hakikat pentingnya bimbingan dan konseling, dan dapat
memahami kebutuhan siswa selain itu konselor juga sudah
menerapkan bimbingan dan konseling yang komprehensif
dimana setiap kegiatan BK akan mengikutsertakan warga
sekolah ataupun instansi lain yang terkait.53
c. Program
Program layanan yang ada di SMKN 41 Jakarta adalah
program bulanan, semesteran dan Tahunan dengan berbagai
macam layanan. Yang terdiri atas 4 komponen program yaitu:
1) Pelayanan responsif, bantuan untuk peserta didik yang
memilik masalah yang harus diselesaikan secara segera.
Dengan strategi atau kegiatan layanan konseling
individual, konseling kelompok, konsultasi.
2) Pelayanan perencanaan individu, bantuan untuk peserta
didik belajar memahami perkembangan dirinya sendiri.
Dengan kegiatan layanan bimbingan klasikal, konseling
individual, konseling kelompok, bimbingan lintas kelas,
konsultasi, kolaborasi.
53
Observasi kelas X, pada senin, 04 Maret 2019
54
3) Dukungan sistem komponen layanan dan kegiatan
manajemen untuk pengembangan keprofesionalan guru
seperti pelatihan dan seminar yang diadakan untuk guru
BK.
4) Satuan pendukung, layanan yang dilakukan sebagai alat
pendukung dalam menyelesaikan masalah siswa,54
d. Siswa
Memang terdapat beberapa karakteristik siswa yang harus
kita pahami. Namun, pada hakikatnya dalam bimbingan
konseling semua siswa berhak mendapatkan layanan BK.
Bukan hanya siswa yang bermasalah saja karena BK harus
menyeluruh kepada seluruh siswa sekolah untuk
mengembangkan potensi yang mereka miliki dan membantu
menyelesaikan masalah yang mereka miliki. Hanya saja untuk
siswa yang bermasalah akan ditangani lebih intensif.55
Hal tersebut menggambarkan bahwa adanya BK di
sekolah ditujukan untuk semua siswa yang ada di sekolah
untuk membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dan
mengenali serta mengembangkan potensi yang mereka miliki.
e. Sarana dan Prasarana
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di SMKN
41 Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai
untuk menunjang kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Adapun kondisi sarana dan prasarana dapat dilihat sebagai
berikut:56
54
Hasil Wawancara Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16 November 2018 55
Hasil Wawancara Bapak Sugiyono & Pak Adit (guru BK & Koordinator), pada Jum’at,
16 November 2018 56
Studi Dokumen bagian sarana dan prasarana
55
Tabel 1.7
Kondisi sarana BK di SMKN 41 Jakarta
No Sarana jumlah Keterangan
1. Komputer 1 Baik
2. Meja kerja guru 3 Baik
3. Kursi lipat 5 Baik
4. Kipas angina 1 Baik
5. Lemari 2 pintu 1 Baik
6. Lemari kayu kaca 1 Baik
7. Lemari file kecil 1 Baik
8. Kursi kerja putar 4 Baik
9. Printer 1 Baik
10. Meja bangku tamu 1 Baik
12. Lemari besi 1 Baik
13. AC 1 Baik
Tabel 1.8
Kondisi prasarana BK di SMKN 41 Jakarta
No Prasarana Jumlah Keterangan
1. Ruang BK 1 Kurang baik,
karena tidak
sesuai dengan
standar ruangan
yang telah
ditentukan
dalam aturan
yang berlaku.
Berdasarkan observasi di lapangan hasil yang diperoleh
untuk keadaan sarana dan prasarana di SMKN 41 Jakarta.
Tabel 1.9
Hasil observasi sarana dan prasarana BK
No. Aspek
Penelitian
Indikator Status Keterangan
Baik Kurang
Baik
Tidak
Baik
1. Program Bulanan √ Baik
56
Semesteran
Tahunan √
√
2. Sarana 1. Media
belajar
2. Bahan
ajar
√
√
Baik
Baik, up to
date
3. Prasarana Ruang BK √ Tidak sesuai
dengan
ukuran yang
telah
ditentukan.
Berdasarkan hasil studi dokumen dan observasi di atas
dapat diketahui bahwa fasilitas yang digunakan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling tersedia cukup memadai, semua sarana
dan prasarana yang ada dapat digunakan secara baik, cukup
lengkap dan memenuhi kebutuhan peserta didik. Hanya saja
ruang BK yang tersedia ukurannya belum sesuai dengan ukuran
yang telah ditentukan dalam peraturan yang ada dan belum
memiliki ruangan konseling Sehingga dalam melakukan
konseling pribadi belum bisa dilakukan secara maksimal
f. Pendanaan
Pendanaan program BK di SMKN 41 tidak mempunyai
kekuatan dana, dana hanya didapat dari sekolah sesuai dengan
pengajuan yang telah diajukan oleh pihak BK. Sedangkan untuk
biaya pelatihan personil BK hanya dapat mengandalkan dari pihak
sponsor saja.57
Dari pemaparan tersebut menunjukan bahwa pendanaan untuk
BK di SMKN 41 sangat terbatas. Biaya yang didapat hanya
sekedar untuk memenuhi pengajuan yang pihak BK ajukan dan
belum adanya transparansi keuangan. Selain itu pihak sekolah juga
belum support untuk adanya test psikologi karena minimnya biaya.
57
Hasil wawancara Bapak Adit (koordinator&guru BK), Senin 19 November 2018
57
3. Proses
a. Perencanaan BK
1) Persiapan
a) Melakukan assessment kebutuhan
Program bimbingan dan konseling disusun
berdasarkan kebutuhan peserta didik Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, struktur program bimbingan dan
konseling terdiri atas rasional, visi dan misi,
deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program,
bidang layanan, rencana operasional (action plan),
pengembangan tema/topik, rencana evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut, serta anggaran biaya.
Asesmen kebutuhan merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menemukan kondisi nyata
peserta didik yang akan dijadikan dasar dalam
merencanakan program bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah asesmen:58
(1) mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk
penyusunan program bimbingan dan konseling,
pada langkah awal dalam assessment kebutuhan
adalah menentukan data yang akan diukur untuk
kepentingan penyusunan program BK di
sekolah. Contohnya seperti data permasalahan
dan prestasi peserta didik.
(2) memilih instrumen yang akan digunakan. Dalam
langkah ke dua ini dibutuhkan instrument untuk
58
Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), pada Senin, 19 November
2018
58
menentukan program BK yang akan
dilaksanakan, biasanya pihak BK di sekolah ini
menggunakan instrumen dengan pendekatan
tujuan bidang layanan (pribadi, sosial, belajar,
dan karir) dapat menggunakan angket, pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan angket
sosiometri. Instrumen-instrumen tersebut dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan kegiatan
perencanaan program bimbingan dan konseling.
langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi
data hasil asesmen kebutuhan.
b) Konsultasi program
Konsultasi program BK di sekolah dapat
dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari warga
sekolah agar program berjalan dengan baik. Salah
satunya adalah dukungan dari kepala sekolah dan
komite sekolah untuk memperoleh dukungan tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi.
Kegiatan tersebut dilakukan sebelum menyusun
program dan selama penyelenggaraan kegiatan. Hasil
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi
berupa kebijakan yang mendukung, fasilitas untuk
kegiatan, kolaborasi dan sinergitas kerja dalam upaya
tercapainya kemandirian dan perkembangan utuh yang
optimal peserta didik atau konseli.
c) Menetapkan dasar perencanaan layanan
untuk dapat menetapkan dasar perencanaan layanan
maka akan dilakukan dengan konsultasi program pada
setiap stake holder yang berkaitan dan program yang
59
disusun berdasarkan assesment kebutuhan siswa yang
ada.
2) Perancangan
a) Penyusunan program tahunan dan semesteran
bimbingan dan konseling
Dari hasil studi dokumen yang ada persiapan
penyusunan program tahunan dan semester di SMKN
41 adalah sebagai berikut:
Pembagian tugas personil BK Membagi kelas dan
jumlah siswa yang menjadi masing-masing tugas guru
pembimbing menyusun program, Koordinator bersama
guru BK lainnya merencanakan kegiatan BK SMK N
41 Jakarta termasuk di dalamnya penyusunan Silabus,
Satuan Layanan (Satlan ) BK dsb.
MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Silabus Pelayanan Pembimbingan
Bimbingan dan Konseling
Tahun Ajaran 2018/2019
Prog. Keahlian : Semua Jurusan
Kompetensi : Dunia Kerja
Kode : 1
Tingkat : XII
Jam Pemelajaran : 19 Jam @ 45 Menit ( 19 X Pertemuan ).
60
Gambar 2.3
Contoh silabus BK kelas XII
b) Konsultasi program, Mengkonsultasikan program BK
kepada kepala sekolah untuk kemudian mendapatkan
persetujuan
c) Menyiapkan sarana dan prasarana, Penataan ruang BK,
Melengkapi ATK, Menata Arsip, Format-Format,
Menata lemari dan rak brosur dsb, Mengajukan
kebutuhan BK ke Kabag TU dan Wakil Bidang Sarana
Prasarana59
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa Dalam proses perencanaan BK di SMKN 41
Jakarta sudah cukup baik, karena guru BK telah
membuat persiapan dan tugas bagi setiap konselor dan
59
Studi Dokumen program kerja BK dan program semesteran 2017-2018
61
stakeholder yang berkaitan. Persiapan yang diantaranya
para guru BK membagi tugas untuk personil BK,
menyusun program, konsultasi program, dan
menyiapkan sarana dan prasarana sehingga proses
pelaksanaan kegiatan BK dapat berjalan dengan baik.
b. Pelaksanaan BK
1) Ruang lingkup dan pelaksanaan
Ruang lingkup dan pelaksana bimbingan dan konseling
di SMA adalah guru bimbingan atau konselor. Dimana guru
bimbingan atau konselor tersebut adalah pendidik yang
professional yang berkualifikasi akademik S1 bimbingan
dan konseling. Sedangkan Untuk mengkoordinasikan
program bimbingan dan konseling kepala sekolah akan
menunjuk koordinator yang nanti berfungsi sebagai
penggerak berjalannya program bimbingan dan konseling
di sekolah dan dibantu oleh warga sekolah yang
berkaitan.60
2) Jenis layanan
Terdapat jenis layanan BK yag dapat diberikan kepada
siswa layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan/penyaluran, layanan konseling perorangan,
layanan konseling kelompok. Bimbingan klasikal,
bimbingan kelompok.
3) Peminatan peserta didik
Layanan peminatan peserta didik merupakan bantuan
kepada semua peserta didik untuk mengimplementasikan
dan memahami perkembangan pribadi, sosial, belajar dan
karir. Contoh peminatan peserta didik di sekolah ini adalah
dalam pemilihan kegiatan kurikuler, penyaluran minat dan
60
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16 November 2018
62
bakat, pemilihan jurusan yang akan dibantu melalui strategi
bimbingan kelompok atau konseling individual.61
Akan tetapi untuk peserta didik baru tidak dilakukan tes
psikologi untuk penempatan penyaluran minat dan bakat
serta jurusan karena belum adanya support dari sekolah.
4) Kegiatan adminitrasi
Sistematika administrasi penanganan masalah siswa
adalah dengan:62
a) Mencari tau atau mendalami kasus yang dialami siswa
b) Buku peta kasus, dicatat di dalam buku kasus siswa
sebagai bukti bahwa permasalahan tersebut sudah atau
akan ditangani oleh personil BK.
c) Catatan kejadian, untuk mencatat waktu dan tempat
kejadian serta tindakan apa saja yang akan diambil.
d) Status konseling yang berisi identitas siswa dan catatan
pelanggaran yang pernah terjadi.
e) Tindak lanjut, pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan permasalahan siswa dengan cara kerja
sama (orang tua, wali kelas, dan pihak terkait lainnya),
home visit, referral, konferensi kasus, kegiatan
pendukung lainnya)
5) Kegiatan tambahan dan pengembangan keprofesian guru
bimbingan.
kegiatan untuk pengembangan profesi guru yaitu dengan
pelatihan, MGP-BK, seminar, penataran, konvensi yang biasa
dilakukan setiap bulan atau 2 buan sekali.63
Sekolah mengadakan pelatihan pengembangan konselor
untuk mengembangkan kompetensi yang ada dalam diri
konselor agar menjadi konselor yang professional. Pelatihan
61
Hasil Wawancara denganibu Tri, pada Senin, 19 November 2018 62
Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), pada Senin, 19 Nov 2018. 63
Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), pada Senin, 19 Nov 2018.
63
tersebut diadakan dalam jangka waktu beberapa hari
pelaksanaan dan dilakukan sebulan atau dua bulan sekali. Dari
pelatihan itu juga biasanya para konselor mendapat sertifikat
sebagai konselor yang professional dan memenuhi standar
kompetensi.
Namun, terdapat beberapa kendala dalam proses
pelaksanaan BK yaitu belum adanya ruang konseling, karena
terkadang ada masalah siswa yang bersifat rahasia sehingga
membutuhkan ruang konseling. Jika melakukan konsultasi di
ruang BK akan sulit untuk membuat mereka berkonsentrasi dan
jujur dengan apa yang sebenarnya mereka alami. karena
adanya murid atau guru yang keluar masuk ruangan BK untuk
itu BK memerlukan ruang khusus konseling.
Akan tetapi untuk membuat ruang konseling tersebut masih
dalam tahap wacana dikarenakan terbatasnya ukuran lahan dan
biaya.
Sedangkan kendala dalam evaluasi program adalah dalam
melakukan assessment dalam perangkat pengolahan data
(JJM). Jadi hanya dengan angket atau wawancara dan biaya
yang belum memadai dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi
program.64
4. Produk
a. Pemahaman diri, perubahan sikap dan perilaku
Hasil dari program BK adalah meningkatnya pemahaman
diri, perubahan sikap dan perilaku siswa dimana siswa mampu
memahami dirinya dengan dapat mengontrol emosi yang ada
dalam dirinya denga begitu akan mampu mempengaruhi
perubahan sikap dan perilaku ke arah yang positif.
64
Hasil Wawancara denganibu Tri&Bapak Sugiyono (guru BK), Jum’at, 16 Nov 2018
64
Gambar 2.4
Grafik kasus siswa thn 2014/2015
Gambar 2.5
Grafik kasus siswa th 2015/2016
37
2
21
10 11 3
50
0
10
20
30
40
50
60
ME
NY
ALA
HG
UN
AK
AN
HP
DI
KE
LA
S
PR
IBA
DI
ALP
HA
LE
BIH
DA
RI 5
HA
RI
DA
TA
NG
TE
RLA
MB
AT
KE
SE
KO
LA
H L
EB
IHD
AR
I 5
KA
LI
PIN
DA
HS
EK
OLA
H
MA
SA
LA
HP
ER
GA
UL
AN
/SO
SIA
L
PE
LA
NG
GA
RA
NT
AT
A T
ER
TIB
LA
INN
YA
JU
ML
AH
KA
SU
S S
ISW
A
JENIS KASUS SISWA
GRAFIK REKAPITULASI KASUS SISWA PADA TAHUN 2014/2015 JULI 2014 s.d JUNI 2015
TAHUN AJARAN 2014/2015
14 21
25
5
18
31 24
0
10
20
30
40
ME
NY
ALA
HG
UN
AK
AN
HP
DI K
ELA
S
PR
IBA
DI
ALP
HA
LE
BIH
DA
RI 5
HA
RI
DA
TA
NG
TE
RLA
MB
AT
KE
SE
KO
LA
HLE
BIH
DA
RI…
PIN
DA
HS
EK
OLA
H
MA
SA
LA
HP
ER
GA
UL
AN
/S
OS
IAL
PE
LA
NG
GA
RA
N T
AT
AT
ER
TIB
LA
INN
YA
JU
ML
AH
KA
SU
S S
ISW
A
JENIS KASUS SISWA
GRAFIK REKAPITULASI KASUS SISWA PADA TAHUN 2015/2016 JULI 2015 s.d JUNI 2016
TAHUN AJARAN 2015/2016
65
Gambar 2.6
Grafik kasus siswa th 2017/2018
Berdasarkan data di atas dapat diberi kesimpulan bahwa
kasus pelanggaran siswa yang terjadi dalam 3 tahun terakhir
mengalami penurunan dalam beberapa kategori permasalahan.
Hal tersebut cukup memberi gambaran bahwa tindakan dan
layanan yang diberi oleh BK cukup mampu mengurangi
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah khususnya
dalam masalah pelanggaran tata tertib sekolah. 65
Sedangkan
untuk permasalahan sosial atau pergaulan, dan permasalahan
pribadi masih cenderung berifat fluktuatif. Hal tersebut
dikarenakan pengaruh dari luar lingkungan sekolah yang tidak
mendukung dan juga karakteristik pribadi masing-masing
siswa. meskipun pihak sekolah sudah memberikan layanan
dengan sebaik mungkin tetapi apabila tidak ada kesadaran dari
diri sendiri dan juga kerja sama antara orang tua di rumah hal
tersebut akan sulit untuk diatasi.
65
Studi dokumen kasus siswa BK
11
8 8
1 1
4 4 5
02468
1012
Priba
di.
Alp
ha le
bih
dari 5
X.
Me
ngun
durk
an
Diri/P
indah
Sekola
h.
Terla
mbat
Lebih
Dari 5
X
Ma
sala
hpe
rgaula
n/s
osia
l.
Me
nggu
naka
n H
PD
i K
ela
s.
Me
rokok
Pela
ngga
ran T
ata
Tert
ib lain
nya.
JU
ML
AH
KA
SU
S S
ISW
A
JENIS KASUS SISWA
GRAFIK REKAPITULASI KASUS SISWA PADA TAHUN 2017/2018 JULI 2017 s.d JUNI 2018
TAHUN AJARAN 2017/2018
66
Selain itu menurut hasil wawancara dengan salah satu
siswa SMKN 41 Jakarta memaparkan bahwa dengan adanya
BK mampu memberi pemahaman bagi siswa sebab BK
mengajarkan siswa cara menghargai dan cara bagaimana bisa
mengetahui sifat siswa yang harus diperbaiki menjadi lebih
baik.66
Selaras dengan pendapat temannya, Najla juga
mengakui bahwa dengan adanya BK ia semakin paham mana
yang baik untuk ditiru dan mana yang tidak baik untuk ditiru.67
b. Perasaan positif
Hasil dari program BK selanjutnya adalah mampu
memiliki perasaan yang postif dengan adanya kegiatan BK di
dalam kelas dengan materi-materi yang memotivasi mereka
untuk bisa berpikir positif dan layanan BK yang diberikan
ketika mereka sedang ada masalah diharapkan dapat membantu
dan mengubah perasaan siswa menjadi lebih positif.
Hal tersebut dapat dilihat dari antusias siswa dalam
mengikuti pelaksanaan kegiatan BK, siswa sangat senang dan
antusias sekali dalam mengikuti kegiatan BK, mereka sangat
antusias dan terbuka dalam menerima materi BK di kelas dan
kegiatan BK lainnya.68
Siswa diberikan berbagai motivasi dan pengetahuan sosial
ketika jam pelajaran BK di kelas, dan hal tersebut selalu di
sambut dengan baik oleh siswa di kelas bahkan di luar jam
pelajaran siswa selalu menyempatkan diri untuk datang ke
ruang BK untuk sekedar berbincang ataupun menceritakan
kegalauan mereka.
Menurut siswa adanya BK sangat mempengaruhi
perasaannya ke arah yang lebih positif, siswa itupun
66
Hasil wawancara dengan Mutiara siswa kelas XI Adm. Perkantoran pada senin, 3
Maret 2019 67
Hasil wawancara najla siswa kelas XI Adm. Perkantoran pada senin, 3 maret 2019
68
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiyono (guru BK), pada Jum’at, 16 November 2018
67
menceritakan pengalaman yang pernah dia alami, contohnya
“ketika saya sedang di angkutan umum saya terkadang merasa
takut kalau ada bapak-bapak yang naik angkutan umum duduk
di samping saya, saya selalu berpikir aneh-aneh, tetapi suatu
hari uang saya terjatuh dan bapak itu langsung memberikannya
kepada saya, dan BK mengajarkan saya untuk tidak melihat
orang hanya dari penampilannya saja, dan saya berpikir kalau
saya sudah berdosa karena sudah berfikir yang tidak bagus
kepada bapak itu.”69
Selain itu siswa juga merasa lebih enjoy
dalam mengikuti pelajaran di kelas.70
Dari pemaparan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa
BK sangat mempengaruhi perasaan seseorang untuk dapat
melihat ke arah yang lebih positif dari sebelumnya dan harapan
dari siswa tersebut adalah semoga BK bisa membuat semua
murid menjadi lebih baik dan tidak ada yang melanggar aturan
lagi.
c. Perkembangan kemandirian peserta didik
Tugas perkembangan bersumber dari kematangan fisik,
tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi
individu. Keberhasilan peserta didik menyelesaikan tugas
perkembangan membuat mereka bahagia dan akan menjadi
modal bagi penyelesaian tugas-tugas perkembangan
berikutnya. Sebaliknya, kegagalan peserta didik menyelesaikan
tugas perkembangan membuat mereka kecewa dan atau
diremehkan orang lain. Kegagalan ini akan menyulitkan peserta
didik. menyelesaikan tugas-tugas perkembangan fase
berikutnya. Tugas perkembangan merupakan salah satu aspek
69
Hasil wawancara dengan Mutiara siswa kelas XI Adm. Perkantoran pada senin, 3
Maret 2019 70
Hasil wawancara dengan Najla siswa kelas XI Adm. Perkantoran pada senin, 3 Maret
2019
68
yang harus dipahami guru bimbingan dan konseling atau
konselor karena pencapaian tugas perkembangan merupakan
sasaran layanan bimbingan dan konseling.
Dengan diadakannya kegiatan LDKS dan Outbound
spiritual yang dilaksanakan oleh siswa khususnya peserta didik
baru, kegiatan tersebut dilaksanakan agar mereka mampu
mengembangkan kemandirian mereka, dimana mereka dituntut
atau diajarkan untuk menjadi seorang pemimpin serta mencapai
perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan.“Setelah LDKS selesai banyak ko peserta didik
yang terlihat lebih mandiri dan aktif”.71
Selain itu untuk memantapkan perkembangan spriritual
setiap pagi diwajibkan untuk selalu bertadarus, dan sholat
berjama’ah di sekolah, hari jum’at pun siswa diwajibkan untuk
sholat jum’at berjamaah di sekolah dan diberi kesempatan
untuk khutbah jum’at untuk melatih mental kemandirian dan
perkembangan spiritual peserta didik.
d. Prestasi belajar (akademik/non akademik)
Table 1.9
Prestasi Ujian Nasional Siswa
No Mata pelajaran
Nilai UN tahun pelajaran 2016/2017
Nilai UN tahun pelajaran 2017/2018
Naik/turun
1. B. Indonesia 76,8 80,00 Naik 3,20
2. b. Inggris 60,72 61,75 Naik, 1, 03
3. Matematika 52,55 49,71 Turun 2,84
4. Produktif 82,11 74,88 Turun 7,23
Nilai total 272,18 266,34
Rata-rata 68,05 66,59
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
perolehan nilai UNBK siswa SMKN 41 jakarta mengalami
71
Hasil Wawancara dengan Bapak Adit (Koordinator BK), pada Senin, 19 Nov 2018.
69
naik/turun atau fluktuatif, terdapat 2 mapel yang mengalami
penurunan dan 2 mapel mengalami kenaikan. Maka dari itu
diperlukan tindak lanjut untuk mengetahu penyebab penurunan
nilai tersebut agar dapat ditemukan kiat-kiat untuk
meningkatkan hasil belajar yang diperoleh, agar nilai siswa
selalu maksimal.72
Sedangkan menurut siswa sendiri dalam
urusan belajar siswa mengakui masih suka bermalas-malasan.73
Begitupula dengan prestasi non akademik SMKN 41
memiliki banyak prestasi dalam bidang olahraga ataupun
kesenian tingkat nasional maupun internasional.74
Tabel 1.9
Prestasi Internasional
No Kompetisi Juara Tahun
1. Asean Skill Bidang
Lomba Design Grafis
I 2014
Tabel 1.10
Prestasi Nasional
No Kompetisi Juara Tahun
1. LKS Animasi I 2010
2. LKS Animasi II 2011
3. LKS Animasi II 2012
4. LKS Design Grafis I 2013
5. LKS Animasi V 2014
6. Indonesia Skill Desain
Grafis
I 2014
7. Lomba Debat Bahasa
Mandarin
II 2015
8. Lomba Debat Bahasa
Mandarin
III 2016
9. Lomba O2SN Pencak
Silat
III 2016
72
Studi dokumen bagian kesiswaan (Nilai UN) 73
Hasil wawancara Mutiara dan Aisya kelas XI & X Adm. Perkantoran, senin 3 Maret
2019 74
Studi dokumen prestasi siswa bagian kesiswaan
70
Tabel 1.11
Prestasi Provinsi
No Kompetisi Juara Tahun
1. Pencak silat II 2012
2. LKS animasi III 2013
3. LKS design grafis I 2013
4. Volley putra tingkat
pelajar
I 2013
5. Volley putra tingkat
pelajar
I 2014
6. Bahasa inggris I 2014
7. LKS Animasi I 2014
8. Lomba debat bahasa
mandarin
I dan II 2015
9. Lomba debat bahasa
mandarin
II 2016
10. Lomba accounting
competition
III 2016
11. Lomba sepak bola
PORPROV DKI
I 2016
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan
prestasi non akademik siswa, BK telah berhasil membantu siswa
mengembangkan potensi diri yang siswa miliki.sehingga siswa dapat
mengembakan potensi dirinya dengan baik dengan meraih prestasi baik
secara akademik maupn non akademik.
C. Analisis ketercapaian Evaluasi Program
Table unit ketercapaian program bimbingan dan konseling di SMKN
41 Jakarta
Fokus evaluasi Kriteria
keberhasilan
Kondisi Aktualisasi
objek
Kesimpulan
R
N
(1)
M
O
(2)
T
G
(3)
C
O
N
T
1. Legalitas
program
Terdapat
landasan
hukum yang
mengatur
program BK
Panduan
Terdapat
landasan
hukum
√
Berdasarka
n Evaluasi
context,
dapat
disimpulkan
bahwa
71
E
X
T
Dukungan
warga sekolah
operasional
BK
Latar
belakang
program
Tujuan
program
Mendapat
dukungan dari
warga sekolah
terdapat
panduan
operasional
BK
Terdapat latar
belakang
program
Terdapat
tujuan
diadakannya
program
BK
Mendapat
dukungan
semua pihak
sekolah untuk
mencapai
tujuan yang
ditentukan.
√
√
√
√
aktualisasi
hasil
analisis
ketercapaia
n berada
pada
kategori
tinggi
Nilai 3 Tinggi
I
N
P
U
T
1. Struktur
organisasi
dan fungsi
2. Konselor
3. Program
4. Siswa
Terdapat
struktur dan
fungsi
organisasi
Konselor
memenuhi
kriteria yang
ditentukan
Program
kegiatan yang
direncanakan
berljalan
dengan lancar
Terdapat
perubahan
sikap,
perilaku, dan
pemahaman
diri.
Terdapat
struktur
organisasi BK
Akademik
dan
kualifikasi
konselor
sesuai dengan
peraturan
yang
ditentukan
Memiliki
kompetensi
yg baik
Program
bulanan,
semesteran
dan tahunan
berjalan
dengan
lancar.
pemahaman
diri,
perubahan
sikap dan
perilaku.
√
√
√
√
√
Berdasarkan
Evaluasi
input, dapat
disimpulkan
bahwa
aktualisasi
hasil analisis
ketercapaian
berada pada
kategori
tinggi
72
5. Sarana dan
prasarana
6. Pendanaan
Tersedianya
sarana dan
prasarana
yang memadai
Pembiayaan
dapat
memenuhi
kebutuhan
program
Sarana dan
prasarana
terpenuhi.
Biaya belum
sepenuhnya
memenuhi
kebutuhan
dan tidak
transparan
√
√
Nilai 2,8 Tinggi
P
R
O
C
E
S
S
1. perencanaa
n BK
2. pelaksanaan
BK
1. persiapan
2.
Perancangan
1. Ruang
lingkup
Dan
pelaksanaan
2 Jenis
layanan
3 Peminatan
peserta didik
4 Kegiatan
administrasi,
5kegiatan
tambahan dan
pengembanga
n guru BK
Kegiatan
berjalan
sesuai dengan
rencana awal
Terpenuhinya
karakteristik
pelaksanaan
BK yang ada
√
√
Berdasarkan
Evaluasi
process,
dapat
disimpulkan
bahwa
aktualisasi
hasil analisis
ketercapaian
berada pada
kategori
tinggi
Nilai 2,5 Tinggi
P
R
O
D
U
C
T
Perubahan
sikap siswa
Prestasi belajar
(akademik/non
akademik)
Pemahaman
diri,
perubahan
sikap dan
perilaku.
Perasaan
positif
Perkembangan
kemandirian
peserta
akademik
Pretasi
akademik
Tercapainya
pemahaman
diri,
perubahan
sikap dan
perilaku
Terciptanya
perasaan
positif pada
Siswa
Tercapainya
perkembanga
n diri pada
peserta
Meningkatnya
prestasi
akademik/
√
√
√
√
Berdasarkan
Evaluasi
product,
dapat
disimpulkan
bahwa
aktualisasi
hasil analisis
ketercapaian
berada pada
kategori
moderat atau
sedang
73
Prestasi non
akademik
non akademik
peserta didik.
Nilai 2,2 Moderat
Perhitungan analisis ketercapaian evaluasi program, dihitung berdasarkan
Keterangan:
Nilai peroleh: diperoleh dari jumlah pencapaian aktualisasi objek per 1
tahapan
Nilai tertinggi: diperoleh dari jumlah keseluruhan pertahapan
Opsi: 3, yakni total dari aktualisasi objek
RN : Rendah (Skor 1)
MO : Moderat/Sedang (Skor 2)
TG : Tinggi (Skor 3)
D. Pembahasan hasil temuan observasi
Dari hasil pembahasan hasil penelitian dapat dipaparkan beberapa
penemuan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling di SMKN 41
Jakarta, antara lain:
1. Tahapan Context (konteks)
Suharsimi memaparkan bahwa evaluasi konteks dilakukan untuk
menjawab pertanyaan:75
a. Kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program;
b. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan;
c. Tujuan manakah yang paling mudah dicapai.
Seluruh aspek context sudah terlaksanakan dengan baik dengan
nilai yang tinggi. Hanya saja visi misi, latar belakang dan tujuan BK
tidak digabung atau dibuat dalam satu kesatuan profil BK.
75
Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafrudin Abdul jabar, Evaluasi Program Pendidikan- pedoman
teoritis praktis bagi praktisi pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2009), h. 18
74
2. Tahapan Input (Masukan)
Pada aspek siswa, temuan evaluasi yang tidak tercapai adalah tidak
adanya wawancara pada peserta didik baru pada saat awal masuk
sekolah tersebut karena belum adanya support dari sekolah.
Pada aspek konselor memang sudah memenuhi standar kriteria
kualifikasi akademik dan kompetensi. Namun, jumlah guru BK yang
ada di sekolah tersebut hanya 3 personil. Jumlah tersebut masih kurang
karena sebagaimana dengan aturan yang berlaku setiap konselor
idealnya hanya membimbing 150 siswa. Sehingga harus ada
penambahan konselor agar layanan berjalan lebih efektif.
Sedangkan dalam aspek sarana dan prasarana yaitu ruangan BK
yang tidak sesuai dengan ukuran yag telah ditentukan. Tidak ada ruang
konseling individual sehingga apabila ada permasalahan siswa yang
sangat rahasia tidak bisa berjalan maksimal.
3. Tahapan Process (Proses)
Evaluasi proses ini memprediksi kekurangan dalam perancangan
prosedur kegiatan program dari pelaksanaannya, menyediakan data
untuk keputusan dalam implementasi program, dan memelihara
dokumentasi tentang prosedur yang dilakukan76
.
kendala dalam proses pelaksanaan BK yaitu belum adanya ruang
konseling karena terkadang ada saja masalah siswa yang bersifat
rahasia. Jadi kalau tidak di ruang konseling sulit untuk membuat siswa
berkonsentrasi dan jujur dengan apa yang sebenarnya siswa alami.
Sedangkan kendala dalam evaluasi program adalah dalam
melakukan assessment dalam perangkat pengolahan data (JJM). Jadi
hanya dengan angket atau wawancara dan biaya yang belum memadai
dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi program.
76
Eko putro Widyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017)cet
IX, h.182
75
4. Tahapan Product (Produk)
Menurut Farida, dan dibuat kesimpulan oleh Widoyoko adalah
evaluasi produk merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Data
yang dihasilkan akan sangat menengukan apakah program diteruskan,
dimodifikasi atau dihentikan.77
Dalam kategori perkembangan sikap dan perilaku siswa setiap
tahunnya mengalami penurunan bagi beberapa kategori permasalahan
pelanggaran tata tertib di sekolah. Namun, pada masalah sosial masih
fluktuatif sehingga guru BK perlu mengkaji ulang layanan BK yang
ada. Akan tetapi dengan adanya beberapa kegiatan seperti LDKS
mampu membuat diri siswa memahami potensi yang mereka miliki
baik secara akademik maupun non akademik. Namun dalam rata-rata
nilai UN masih cenderung fluktuatif nilainya dalam mata pelajaran
tertentu.
E. Keterbatasan evaluasi
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan seperti keahlian
peniliti dalam bidang evaluasi program yang menggunakan model CIPP
masih terbatas. Selama melakukan penelitian evaluasi program bimbingan
dan konseling di SMKN 41 Jakarta. Tidak semua yang peneliti inginkan
tersedia dengan baik, ketidakterbukaan untuk alokasi dana yang digunakan
untuk kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut dan juga ada
beberapa data yang dirahasiakan. Selain itu, keterbatasan dari peneliti
sendiri yaitu waktu yang dimiliki peneliti tidak maksimal, instrument yang
terbatas untuk melakukan evaluasi, dan karena latar belakang peneliti yang
bukan berasal dari prodi bimbingan dan konseling juga menjadi salah satu
keterbatasan dalam kegiatan evaluasi bimbingan dan konseling.
77
Ibid
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa layanan bimbingan dan konseling di SMKN 41 Jakarta, sudah
berjalan dengan cukup baik meskipun ada beberapa kategori yang harus
ditingkatkan. Pada aspek context semua komponen sudah tercapai,
terdapat legalitas hukum yang mengatur tentang program bimbingan dan
konseling, pada aspek input sebagian aspek input sudah tercapai. Terdapat
struktur dan fungsi organisasi bimbingan dan konseling, konselor sudah
memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi yang ditentukan. Hanya
saja jumlah konselor di sekolah tersebut perlu ditambah agar pelayanannya
dapat lebih efektif dan pendanaan tidak dapat diketahui secara pasti karena
kurangnya transparansi. Pada aspek process seluruh aspek sudah
terlaksana dengan baik. Namun, pada aspek product, pemahaman diri dan
perubahan sikap siswa, dan prestasi akademik masih cenderung fluktuatif,
sedang perasaan positif dan perkembangan kemandirian siswa dapat
dikatakan baik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penenlitian dan hasil kesimpulan penelitian maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepala sekolah SMKN 41 Jakarta sebaiknya menambah jumlah
personil guru BK agar pelayanan BK berjalan lebih efektif dan pihak
sekolah seharusnya menambah ruang khusus konseling agar kegiatan
bimbingan dan konseling dalam pelayanan individual bisa berjalan
lebih efektif.
2. Guru BK seharusnya memiliki rincian dana untuk sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan BK tersebut sehingga
pengelolaan keuangan lebih transparansi dan membuat profil BK
secara khusus agar lebih mudah dalam mencari informasi BK di
sekolah tersebut.
77
3. Dalam pendanaan seharusnya pihak sekolah menyediakan biaya
personil pelaksanaan BK sehingga dapat menujang pelaksanaan
layanan BK.
78
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. 2013
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cet XV .
_______Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Syafrudin Abdul jabar, Evaluasi Program
_______Pendidikan- pedoman teoritis praktis bagi praktisi pendidikan,. Jakarta;
_______Bumi Aksara. 2009.
Asia Pacific Education Review School Counseling in the United States:
_______Implications for the Asia-Pacific Region. by Education Research Institute
_______journal. Vol. 6. No. 2, 113-123. 2005
BNN (Badan Narkotika Nasional), diakses dari https://nasional.sindonews.com
BPS, Statistik Kriminalitas 2017 diakses dari https:// www.bps.go.id
Depdikbud, 1994
Hariyanto, Pengertian Bimbingan dan Konseling, 2009, diakses dari :
_______http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/. 31
_______desember 2009
Hikmawati, Fenti. bimbingan dan konseling. Edisi- I. Jakarta: Rajawali Press.
_______2010.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
_______Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
_______Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA). 2016.
John M. Ecols, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
_______2016
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), diakses dari
_______https://nasional.sindonews.com
Lubis, Lumongga Namora. Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori
Dan _______Praktik. Cet III. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama. 2014.
79
Mashudi, farid. Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling,.
_______Jakarta: Diva Press. 2015.
Nurahyuningsih. Evaluasi Pelaksanaan Program, diakses dari
_______http://eprints.uny.ac.id/9672/3/bab%202%20-%20%2004201244078.pdf,
_______Minggu, 29 Juni 2016.
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling di
pendidikan _______menengah
P. Munthe, Ashiong. Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan:
_______Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat. Junal Scholaria,
Vol. _______5 No. 2, Mei 2015
Rahayu Ratna Puri, Evaluasi Program Bimbingan, diakses dari
_______(http://purichemedu.blogspot.com) , 5 November 2012
Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT
_______Remaja Rosdakarya. 2006.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet XV . Jakarta: PT Raja
_______Grafindo Persada. 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan
_______R&D. Bandung: Penerbit Alafabeta. 2016.
Supriatna, Mamat. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Edisi I.
Jakarta: _______Rajawali Press. 2011.
Sutirna. Bimbingan dan Konseling: pendidikan formal dan informal. Yogyakarta:
_______penerbit ANDI. 2013.
Syaodi, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. cet 1. Bandung: PT Remaja
_______Rosdakarya. 2005.
Tayibnafus, Yusuf Farida. Evaluasi Program, Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000.
Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem pendidikan Nasional
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling Studi &Karir. Edisi III. Yogyakarta:
_______ANDI. 2010.
80
Widyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran. cet IX. Yogyakarta:
_______Pustaka Pelajar. 2017.
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi.
_______Jakarta: rajawali pers. 2016.
Yusuf LN, Dr. Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan
_______Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2006.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
82
LAMPIRAN 1
Pedoman wawancara koordinator BK
Context:
1. Berdasarkan panduan layanan BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan panduan operasional penyelenggaraan BK yang ada?
2. Tujuan diadakan program BK di sekolah ini?
3. Apakah program yang dilaksanakan dalam BK sekolah ini sudah sesai
dengan kebutuhan siswa?
Input:
4. Apa saja tugas pokok fungsi dari setiap unsur organisasi BK?
5. Apa saja jenis kewenangan yang dapat dilakukan anda sebagai koordinator
BK?
6. Apa saja kualifikasi yang ditentukan untuk menjadi seorang konselor/guru
BK?
7. Jenis pelatihan apa saja yang diakukan untuk konselor?
8. Bagaimana metode dan jangka waktu pelatihan untuk konselor?
9. Apa saja tujuan dan manfaat dari adanya layanan BK di sekolah?
10. Bagaimana persentase pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi
sarana dan prasarana BK?
11. Dari mana saja sumber dana yang diguanakan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Process:
12. Masalah apa saja yang biasanya dialami siswa?
13. Pelanggaran apa saja yang sering terajdi di sekolah ini?
14. Layanan BK apa saja yang diberikan oleh konselor?
15. Bagaimana antusiasme dari peserta didik dalam mengikuti layanan BK?
16. Bagaimana prosedur layanan BK di sekolah ini?
17. Bagaimana alokasi waktu pemberian layanan BK di sekolah ini?
Product:
18. Apakah setelah mengikuti BK sikap dan kemandirian, prestasi belajar
menjadi lebih baik?
83
19. Apakah dengan adanya layanan BK persentase pelanggaran di sekolah ini
mengalami penurunan setiap tahunya?
84
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA GURU BK
Context:
20. Berdasarkan panduan layanan BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan panduan operasional penyelenggaraan BK yang ada?
21. Tujuan diadakan program BK di sekolah ini?
22. Apakah program yang dilaksanakan dalam BK sekolah ini sudah sesai
dengan kebutuhan siswa?
Input:
23. Apa saja tugas pokok fungsi dari setiap unsur organisasi BK?
24. Apa saja jenis kewenangan yang dapat dilakukan anda sebagai koordinator
BK?
25. Apa saja kualifikasi yang ditentukan untuk menjadi seorang konselor/guru
BK?
26. Jenis pelatihan apa saja yang diakukan untuk konselor?
27. Bagaimana metode dan jangka waktu pelatihan untuk konselor?
28. Apa saja tujuan dan manfaat dari adanya layanan BK di sekolah?
29. Bagaimana persentase pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi
sarana dan prasarana BK?
30. Dari mana saja sumber dana yang diguanakan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Process:
31. Masalah apa saja yang biasanya dialami siswa?
32. Pelanggaran apa saja yang sering terajdi di sekolah ini?
33. Layanan BK apa saja yang diberikan oleh konselor?
34. Bagaimana antusiasme dari peserta didik dalam mengikuti layanan BK?
35. Bagaimana prosedur layanan BK di sekolah ini?
36. Bagaimana alokasi waktu pemberian layanan BK di sekolah ini?
Product:
37. Apakah setelah mengikuti BK sikap dan kemandirian, prestasi belajar
menjadi lebih baik?
85
38. Apakah dengan adanya layanan BK persentase pelanggaran di sekolah ini
mengalami penurunan setiap tahunya?
86
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
1. Apakah setelah mengikiti BK pemahaman diri, sikap dan perilaku anda
menjadi lebih baik? Berikan alasannya!
2. Apakah BK mempengaruhi perasaan anda menjadi lebih positif?
3. Apakah dengan adanya BK kemandirian anda menjadi lebih baik?
4. Apakah dengan adanya layanan BK dapat membantu prestasi belajar anda
menjadi lebih baik
5. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah anda?
6. Layanan BK apa saja yang anda ketahui?
7. Menurut anda, apakah layanan BK di sekolah anda sudah baik? Berikan
alasannya!
8. Bagaimana kinerja konselor di sekolah anda apakah sudah baik?
9. Apa harapan anda kedepannya untuk pelayanan BK di sekolah anda?
87
LAMPIRAN 4
KISI-KISI OBSERVASI
No Aspek Indikator status Keterangan
ada Tidak
ada
1. Sarana dan
Prasarana
BK
14. Komputer
15. Meja kerja guru
16. Kursi lipat
17. Kipas angin
18. Lemari 2 pintu
19. Lemari kayu kaca
20. Lemari file kaca
21. Kursi kerja putar
22. printer
23. Lemari besi
24. AC
25. Ruang BK
26. Ruang konseling
2. Program 5. Layanan responsive
6. Layanan perencanaan
individu
7. Dukungan system
8. Satuan pendukung
3. Kompetensi
Pedagogik
1. Menguasai teori dan
praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan
perkembangan fisiologis
dan psikologis serta
perilaku konseli
3. Menguasai esensi
pelayanan bimbingan dan
konseling dalam jalur,
jenis, dan jenjang satuan
pendidikan
Kompetensi
kepribadian
1. Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha
Esa
2. Menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan,
individualitas dan
kebebasan memilih
3. Menunjukkan
integritasdan stabilitas
kepribadian yang kuat
4. Menampilkan kinerja
berkualitas tinggi
88
kompetensi
sosial
1. Mengimplementasikan
kolaborasi intern di tempat
bekerja
2. Berperan dalam organisasi
dan kegiatan profesi
bimbingan dan konseling
3. Mengimplementasikan
kolaborasi antarprofesi
Kompetensi
profesional
1. Menguasai konsep dan
praksis asesmen untuk
memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah
konseli
2. Menguasai kerangka
teoretik dan praksis
bimbingan dan konseling
3. Merancang program
Bimbingan dan Konseling
4. Mengimplementasikan
program Bimbingan dan
Konseling yang
komprehensif
5. Menilai proses dan hasil
kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
6. Memiliki kesadaran dan
komitmen terhadap etika
profesional
89
LAMPIRAN 5
KISI-KISI STUDI DOKUMEN
No Dokumen Ada Tidak ada
1. Profil sekolah
4. Visi, misi dan tujuan
sekolah
5. Sejarah singkat sekolah
6. Struktur organisasi sekolah
2. Panduan operasional BK
36.. Struktur organisasi BK
4. Silabus BK
5. Rekap kasus siswa
6. Prestasi siswa
7. Program semesteran BK
5. Visi, misi BK
6. Latar belakang BK
7. Tujuan BK
8. Struktur organisasi BK
8. Program kerja BK
9. Sertifikat konselor
90
LAMPIRAN 6
HASIL WAWANCARA KOORDINATOR BK
Narasumber: Aditya, S.Pd
Jabatan: Koordinator BK
Tempat: Ruang BK
Waktu: Selasa, 13 November 2018
Context:
1. Berdasarkan panduan layanan BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan panduan operasional penyelenggaraan BK yang ada?
Jawab: sudah
2. Tujuan diadakan program BK di sekolah ini?
Jawab: terlampir.
3. Apakah program yang dilaksanakan dalam BK sekolah ini sudah sesai
dengan kebutuhan siswa?
Jawab: sudah, karena sebelumnya kita melakukan assessment siswa
4. Apa tujuan diadakannya program BK di sekolah ini?
Jawab: tujuan untukmengembangkan minat bakat siswa, membantu siswa
dalam menyelesaikan masalahnya dan juga sebagai fungsi penyaluran
dalam memilih jurusan di sekolah dan pendidikan tinggi.
5. Berdasarkan panduan operasional BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan?
Jawab: sudah disesuaikan dengan kebijakan yang ada, seperti yang tertulis
dalam permendikbud no 111 tahun 2014
6. Bagaimana dukungan warga sekolah terhadap program BK di sekolah ini?
Jawab: lingkungan sangat mendukung sekali karena kita sudah
menggunakan bk komprehensif walaupun pada awalnya mereka cuek
tetapi seiring berjalannya waktu antusias mereka mulai tumbuh.
7. Jenis pelatihan apa saja yang dilakukan untuk konselor?
Jawab: pelatihan K13. Ada dalam bentuk seminar, workshop, bimbingan
teknis . dilaksanakan tiap bulan atau 2 bulan sekali
91
Input:
10. Apa saja tugas pokok fungsi dari setiap unsur organisasi BK?
Jawab: terlampir
11. Apa saja jenis kewenangan yang dapat dilakukan anda sebagai koordinator
BK?
Jawab: merencanakan program bk yang tentunya dibantu dengan guru bk
yang lain.
12. Apa saja kualifikasi yang ditentukan untuk menjadi seorang konselor/guru
BK?
Jawab: S1 lulusan BK
13. Bagaimana metode dan jangka waktu pelatihan untuk konselor?
Jawab: sebulan sekali atau 2 bulan sekali.
14. Bagaimana persentase pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi
sarana dan prasarana BK?
Jawab: hanya mengajukan apa saja yang kita butuhkan tanpa
mempersentasikan dana yang dihabiskan
15. Dari mana saja sumber dana yang diguanakan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Process: biasanya kita mendapatkan dari sponsor, karena untk bk snediri
kita tidak punya kekuatan dana. Untuk sarpras dari sekolah
16. Masalah apa saja yang biasanya siswa?
Jawab: pergaulan sosial, pribadi ada juga yang sampai terkena narkoba dan
hamil
17. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah ini?
Jawab: masalah pelanggaran tata terbit atau pergaulan sosial, masalah
absensi atau kehadiran siswa
18. Layanan BK apa saja yang diberikan oleh konselor?
Jawab: ada di data bisa dilihat nnti
19. Bagaimana antusiasme dari peserta didik dalam mengikuti layanan BK?
Jawab: mereka sangat antusias sekali dengan BK, mereka senang bermain
ke ruang BK untuk sekedar mengobrol.
92
20. Bagaimana alokasi waktu pemberian layanan BK di sekolah ini?
Jawab: dengan pembagian tugas guru untuk memenuhi jam masuk kelas
selama 2 jam pelajaran
Product:
21. Apakah setelah mengikuti BK sikap dan kemandirian, prestasi belajar
menjadi lebih baik?
Jawab; untuk hasil tersebut masih fluktuatif karena setiap anak didik
mempunyai pribadi yang berbeda-beda
22. Apakah dengan adanya layanan BK persentase pelanggaran di sekolah ini
mengalami penurunan setiap tahunya?
Jawab: ada beberapa kategori pelanggaran yang menurun ada juga
pelanggaran yang meningkat.
93
Lampiran 7
Hasil wawancara guru BK
Narasumber: Drs. Sugiyono, MM
Jabatan: Konselor sekolah
Tempat: Ruang BK
Waktu: Jum’at, 16 November 2018
1. Apa saja visi dan misi dari program BK di sekolah ini?
Jawab: untuk visi misi BK sendiri sudah menjadi satu dengan visi misi
sekolah.
2. Apa yang melatarbelakangi adanya penyelenggaraan BK di sekolah ini?
Jawab: terlampir saja
3. Apa tujuan diadakannya program BK di sekolah ini?
Jawab: Terlampir saja
4. Berdasarkan panduan operasional BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan?
Jawab: sudah disesuaikan dengan kebijakan yang ada.
5. Bagaimana dukungan warga sekolah terhadap program BK di sekolah ini?
Jawab: lingkungan sangat mendukung sekali karena kita sudah
menggunakan BK yang komprehensif itu artinya setiap pihak ikut serta dalam
kegiatan BK ini mulai dari kepala sekolah sampai masyarakat. Contohnya:
penyuluhan narkoba kita kan harus mengikutsertakan masyarakat yang lebih
mengerti dalam hal narkoba.
6. Apa saja kualifikasi untuk menjadi seorang konselor?
Jawab: kualifikasi S1 pendidikan Bimbingan dan Konseling
7. Apa saja kompetensi yang perlu ditentukan untuk menjadi seorang konselor?
Jawab: Kompetensi pedagogik, sosial,profesional
8. Jenis pelatihan apa saja yang dilakukan untuk konselor?
Jawab: pelatihan K13. Ada dalam bentuk seminar, workshop, bimbingan
teknis dan banyak yang lainnya ada bukti sertifikatnya kok nanti dilampirkan
saja.
94
9. Bagaimana metode dan jangka waktu pelatihan untuk konselor?
Jawab: dengan cara pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis.
10. Bagaimana Persentase biaya BK yang dilakukan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Jawab: dengan dilakukan pengajuan apa saja yang BK butuhkan. Seperti alat
bantu/ buku referensi.
11. Darimana saja sumber dana yang digunakan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Jawab: dana BK di berikan dari sekolah. Sumber dana mencukupi karena
kalau kita minta misalnya print out yang berwarna itu diberikan oleh sekolah.
12. Bagaimana perencanaan BK di sekolah ini?
Jawab: dengan persiapan seperti pembgian tugas, lalu menyusun program
dan konsutasikan program kepada pihak terkait khususnya kepala sekolah.
13. Bagaimana pelaksanaan BK di sekolah ini?
Jawab: pelaksanaan BK di sekolah ini sudah cukup baik sesuai dengan
program kerja yang telah kita rencanakan
14. Masalah atau pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah ini?
Jawab: dekat-dekat ini masalah yang ditangani merokok di lingkungan
sekolah ada 10 anak, lalu yang sering terjadi keterlambatan sekolah dan
ketidakhadiran sekolah.
15. Layanan BK apa saja yang diberikan oleh konselor untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
Jawab: melalui pemanggilan orang tua, home visit, kolaborasi dengan wali
kelas atau guru.
16. Bagaimana system admministrasi penyelesian masalah BK di sekolah ini?
Jawab: menelaah kasus – bku peta kasus – catatan kejadian – status
konseling – tindak lanjut
17. Bagaimana alokasi waktu pemberian layanan BK di sekolah ini?
Jawab: alokasi waktunya itu dengan pembagian tugas guru. Saya di kelas 11,
bu tri di kelas 10 dan pak adit kelas 12.
95
18. Hambatan apa saja yang sering muncul dalam pelaksanaan layanan BK di
sekolah ini?
Jawab: kendala dalam proses pelaksanaan BK yaitu belum adanya ruang
konseling karena terkadang kan ada saja masalah siswa yang bersifat rahasia.
Jadi kalau kita di ruang BK jadi sulit untuk membuat mereka berkonsentrasi
dan jujur dengan apa yang sebenarnya mereka alami. Sedangkan kendala
dalam evaluasi program adalah dalam melakukan assessment dalam
perangkat pengolahan data (JJM). Jadi hanya dengan angket atau wawancara
dan biaya yang belum memadai dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi
program.
19. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti kegiatan BK?
Jawab: siswa sangat senan dan antusias sekali dalam mengikti kegiatan BK,
mereka sangat antusias dan terbuka dalam menerima materi BK di kelas dan
kegiatan BK lainnya.
20. Kriteria siswa seperti apa yang melatarbelakangi diperlukannya layanan BK?
Jawab: seluruh siswa wajib mendapatkan layanan BK, bukan hanya siswa
yang bermasalah saja karena BK juga bertanggungjawab untuk meningkatkan
prestasi siswa dan akhlak siswa.
21. Apa saja tujuan dan manfaat dari adanya layanan BK di sekolah?
Jawab: tujuan untuk membantu siswa menyelsaikan masalah dan
mengembangkan potensi siswa yang ada
22. Program BK apa saja yang ada di sekolah ini?
Jawab: pelayanan responsive, pelayanan individual, dukungan system dan
satuan pendukung.
23. Apakah pemahaman diri dan perubahan sikap siswa menjadi lebih baik
dengan adanya BK?
Jawab: bisa dilihat dari data yang ada perubahan sikap siswa masih cenderung
fluktuatif
24. Apakah perkembangan kemandirian siswa menjadi jauh lebih baik?
Jawab: iyaa dengan adanya BK mereka lebih memahami tentang kepribadian
diri sendiri.
96
25. Apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik?
Jawab: nilai masih cenderung fluktuatif, namundalam semangat belajar
mereka baik.
26. Apakah dengan adanya BK persentase pelanggaran BK di sekolah ini
mengalami penurunan setiap tahunnya?
Jawab: bisa dilihat nanti dari data yang ada.
97
Lampiran 8
Hasil wawancara guru BK
Narasumber: Tri Wuryanti, S.Pd
Jabatan: Konselor sekolah
Tempat: Ruang BK
Waktu: Jum’at, 16 November 2018
1. Apa saja visi dan misi dari program BK di sekolah ini?
Jawab: terlampir
2. Apa yang melatarbelakangi adanya penyelenggaraan BK di sekolah ini?
Jawab: terlampir
3. Apa tujuan diadakannya program BK di sekolah ini?
Jawab: Terlampir
4. Berdasarkan panduan operasional BK di sekolah ini apakah sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan?
Jawab: sudah sesuai dengan PERMENDIKBUD NO 111 TAHUN 2014
5. Bagaimana dukungan warga sekolah terhadap program BK di sekolah ini?
Jawab: setiap pihak ikut serta dalam kegiatan BK ini mulai dari kepala
sekolah sampai masyarakat. Karena dalam setiap kegiatan kita juga
membutuhkan bantuan dari pihak lain.
6. Apa saja kualifikasi untuk menjadi seorang konselor?
Jawab: kualifikasi S1 pendidikan Bimbingan dan Konseling
7. Apa saja kompetensi yang perlu ditentukan untuk menjadi seorang konselor?
Jawab: Kompetensi pedagogik, sosial,profesional
8. Jenis pelatihan apa saja yang dilakukan untuk konselor?
Jawab: pelatihan K13. Seminar
9. Bagaimana metode dan jangka waktu pelatihan untuk konselor?
Jawab: sebulan sekali biasanya sekolah mengadakan kegiatan untuk BK
9. Bagaimana Persentase biaya BK yang dilakukan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
98
Jawab: kita tidak mempersentasikan berapa saja biaya, hanya mengajukan
saja apa yang dibutuhkan.
10. Darimana saja sumber dana yang digunakan untuk memenuhi sarana dan
prasarana BK?
Jawab: dana BK di berikan dari sekolah. Dari pemerintah
11. Bagaimana perencanaan BK di sekolah ini?
Jawab: dengan pembagian tugas guru, assessment kebutuhan, menyusun
program.
12. Bagaimana pelaksanaan BK di sekolah ini?
Jawab: secara keseluruhan pelaksanaan BK sudah baik.
13. Masalah atau pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah ini?
Jawab: masalah absensi yang paling terjadi, seperti keterlambatan sekolah
saja
14. Layanan BK apa saja yang diberikan oleh konselor?
Jawab: ada banyak layanannya nanti bisa lihat di data saja.
15. Bagaimana alokasi waktu pemberian layanan BK di sekolah ini?
Jawab: ada pembagian tugas setiap guru BK di setiap kelas X, XI, XII
seminggu sekali 2 jam mata pelajaran.
16. Hambatan apa saja yang sering muncul dalam pelaksanaan layanan BK di
sekolah ini?
Jawab: kendala dalam proses pelaksanaan BK yaitu belum adanya ruang
konseling karena terkadang kan ada saja masalah siswa yang bersifat rahasia.
Jadi kalau kita di ruang BK jadi sulit untuk membuat mereka berkonsentrasi
dan jujur dengan apa yang sebenarnya mereka alami.
17. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti kegiatan BK?
Jawab: mereka sangat menerima pelajaran dengan baik.
18. Kriteria siswa seperti apa yang melatarbelakangi diperlukannya layanan BK?
Jawab: semua siswa butuh pelayanan BK tidak ada karakteristik yang
spesifik.
19. Apa saja tujuan dan manfaat dari adanya layanan BK di sekolah?
Jawab: terlampir, sesuai dengan visi misi yang ada
99
20. Program BK apa saja yang ada di sekolah ini?
Jawab: terlampir
21. Apakah pemahaman diri dan perubahan sikap siswa menjadi lebih baik denan
adanya BK?
Jawab: masih fluktuatif.
22. Apakah perkembangan kemandirian siswa menjadi jauh lebih baik?
Jawab: iya karena setiap masuk ke kelas juga kita selalu memotivasi siswa
23. Apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik?
Jawab: Alhamdulillah, selalu ada peningkatan dari anak-anak yang saya
bimbing
24. Apakah dengan adanya BK persentase pelanggaran BK di sekolah ini
mengalami penurunan setiap tahunnya?
Jawab: tidak tentu, masih mengalami naik turun
100
LAMPIRAN 9
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Mutiara
Kelas : XI AP
1. Apakah setelah mengikiti BK pemahaman diri, sikap dan perilaku anda
menjadi lebih baik? Berikan alasannya!
Jawab: ya, sebab BK mengajarkan saya cara menghargai dan cara
bagaimana bisa mengetahui sifat saya yang harus diperbaiki menjadi lebih
baik.
2. Apakah BK mempengaruhi perasaan anda menjadi lebih positif?
Jawab: ya, ketika saya sedang di angkutan umum saya terkadang merasa
takut kalau ada bapak-bapak yang naik angkutan umum duduk di samping
saya, saya selalu berpikir aneh-aneh, tetapi suatu hari uang saya terjatuh
dan bapak itu langsung memberikannya kepada saya, dan BK mengajarkan
saya untuk tidak melihat orang hanya dari penampilannya saja, dan saya
berpikir kalau saya sudah berdosa karena sudah berfikir yang tidak bagus
kepada bapak itu.
3. Apakah dengan adanya BK kemandirian anda menjadi lebih baik?
Jawab: tidak juga
4. Apakah dengan adanya layanan BK dapat membantu prestasi belajar anda
menjadi lebih baik?
Jawab: sedikit, terkadang saya masih merasa malas untuk belajar
5. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah anda?
Jawab: sejauh ini yang saya ketahui hanya terlambat dan bolos.
6. Layanan BK apa saja yang anda ketahui?
Jawab: yang saya tau hanya layanan konseling individu , layanan
konseling kelompok atau bimbingan kelompok.
7. Menurut anda, apakah layanan BK di sekolah anda sudah baik? Berikan
alasannya!
101
Jawab: belum, sebab saya merasa di sekolah masih banyak anak yang
bandel atau melanggar peraturan.
8. Bagaimana kinerja konselor di sekolah anda apakah sudah baik?
Jawab: antara sudah dan belum
9. Apa harapan anda kedepannya untuk pelayanan BK di sekolah anda?
Jawab: semoga bisa membuat semua murid menjadi lebih baik dan tidak
adalagi yang melanggar aturan.
102
LAMPIRAN 10
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Najla
Kelas : XI AP
1. Apakah setelah mengikiti BK pemahaman diri, sikap dan perilaku anda
menjadi lebih baik? Berikan alasannya!
Jawab: ya, karena semakin paham mana yang baik ditiru dan mana yang
tidak baik.
2. Apakah BK mempengaruhi perasaan anda menjadi lebih positif?
Jawab: ya, menjadi termotivasi misalnya dalam hal belajar di kelas
menjadi lebih enjoy.
3. Apakah dengan adanya BK kemandirian anda menjadi lebih baik?
Jawab: iya.
4. Apakah dengan adanya layanan BK dapat membantu prestasi belajar anda
menjadi lebih baik?
Jawab: iya, karena BK banyak memotivasi siswa.
5. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah anda?
Jawab: pelanggaran seperti terlambat dan bolos dan merokok.
6. Layanan BK apa saja yang anda ketahui?
Jawab: yang saya tau hanya layanan konseling individu , layanan
konseling kelompok .
7. Menurut anda, apakah layanan BK di sekolah anda sudah baik? Berikan
alasannya!
Jawab: sudah karena sudah memenuhi kebutuhan para siswa.
8. Bagaimana kinerja konselor di sekolah anda apakah sudah baik?
Jawab: sudah, tetapi lebih baik lagi jika konselor semakin dekat dengan
murid.
9. Apa harapan anda kedepannya untuk pelayanan BK di sekolah anda?
Jawab: semoga bisa lebih baik lagi dan berkembang lagi
103
LAMPIRAN 11
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Aisyah
Kelas : X AP
1. Apakah setelah mengikuti BK pemahaman diri, sikap dan perilaku anda
menjadi lebih baik? Berikan alasannya!
Jawab: ya, sebab BK mengajarkan saya agar bisa memahami potensi yang
saya miliki dan selalu memberikan motivasi saya untuk menjadi siswa
yang baik.
2. Apakah BK mempengaruhi perasaan anda menjadi lebih positif?
Jawab: ya, karena pada awalnya saya adalah anak yang takut sekali akan
salah apabila mengerjakan tugas di depan kelas, tetapi karena motivasi dan
materi-materi BK yang diberikan di dalam kelas saya sudah tidah takut
lagi apabila diminta mengerjakan soal di dalam kelas.
3. Apakah dengan adanya BK kemandirian anda menjadi lebih baik?
Jawab: iya, tetapi tergantung juga sih
4. Apakah dengan adanya layanan BK dapat membantu prestasi belajar anda
menjadi lebih baik?
Jawab: iya, karena ada beberapa nilai-nilai saya cukup meningkat.
5. Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di sekolah anda?
Jawab: yang saya tahu terlambat dan bolos.
6. Layanan BK apa saja yang anda ketahui?
Jawab: yang saya tau hanya layanan konseling individu , layanan
konseling kelompok atau bimbingan kelompok.
7. Menurut anda, apakah layanan BK di sekolah anda sudah baik? Berikan
alasannya!
Jawab: lumayan, karena siswa yang melanggar aturan dikit
8. Bagaimana kinerja konselor di sekolah anda apakah sudah baik?
Jawab: sudah
9. Apa harapan anda kedepannya untuk pelayanan BK di sekolah anda?
104
Jawab: semoga dengan adanya BK murid SMKN 41 bisa menjadi
pribadi yang lebih baik lagi dan BK 41 bisa terus berkembang
105
LAMPIRAN 12
HASIL OBSERVASI
No Aspek Indikator Status Keterangan
ada Tidak
ada
1. Sarana dan
Prasarana
BK
1. Komputer √ Baik
2. Meja kerja guru √ Baik
3. Kursi lipat √ Baik
4. Kipas angin √ Baik
5. Lemari 2 pintu √ Baik
6. Lemari kayu kaca √ Baik
7. Lemari file kaca √ Baik
8. Kursi kerja putar √ Baik
9. printer √ Baik
10. Lemari besi √ Baik
11. AC √ Baik
12. Ruang BK √ Kurang baik, ukuran 3x8
tidak memenuhi standar
yang ditentukan
13. Ruang konseling √ Karena kurangnya lahan
dan minimya biaya
untuk BK
2. Program 1. Layanan responsive √ Terlaksana dengan baik
2. Layanan perencanaan
individu
√ Terlaksana dengan baik
3. Dukungan system √ Terlaksana dengan baik
dengan melakukan
kegiatan pengembangan
profesi setiai sebulan
atau dua bulan 1x.
4. Satuan pendukung √ Dilaksanakan sebagai
pendukung administrasi
penyelesaian masalah
siswa.
3. Kompetensi
Pedagogik
1. Menguasai teori dan
praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan
perkembangan fisiologis
dan psikologis serta
perilaku konseli
3. Menguasai esensi
pelayanan bimbingan dan
konseling dalam jalur,
jenis, dan jenjang satuan
pendidikan
√
√
√
Konselor menguasai
ilmu pendidikan serta
mengaplikasikan kaidah-
kaidah perkembangan
psikologis terhadap
siswa
106
Kompetensi
kepribadian
5. Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha
Esa
6. Menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan,
individualitas dan
kebebasan memilih
7. Menunjukkan
integritasdan stabilitas
kepribadian yang kuat
8. Menampilkan kinerja
berkualitas tinggi
√
√
√
√
Konselor mampu
menampilkan budi
pekerti yang luhur
kepada siswa. Setiap
kegiatan sholat jum’at di
sekolah konselor selalu
mengkuti kegiatan
sholah jum’at bersama
siswa di sekolah.
kompetensi
sosial
4. Mengimplementasikan
kolaborasi intern di tempat
bekerja
5. Berperan dalam organisasi
dan kegiatan profesi
bimbingan dan konseling
6. Mengimplementasikan
kolaborasi antarprofesi
√
√
√
Guru BK/ Konselor
dapat melaksanakan
pendekatan kolaboratif
dengan pihak terkait
dalam pelayanan BK
dengan guru, kepala
sekolah, dan pihak2
lainnya dan melakukan
kolaborasi antar profesi
seperti dengan guru PAI
untuk mengembangkan
spiritual siswa.
Kompetensi
profesional
7. Menguasai konsep dan
praksis asesmen untuk
memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah
konseli
8. Menguasai kerangka
teoretik dan praksis
bimbingan dan konseling
9. Merancang program
Bimbingan dan Konseling
10. Mengimplementasikan
program Bimbingan dan
Konseling yang
komprehensif
11. Menilai proses dan hasil
kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
12. Memiliki kesadaran dan
komitmen terhadap etika
profesional
√
√
√
√
√
√
Sesuai dengan
kualifikasi akademik
konselor mereka sangat
menguasai konsep BK,
mampu merancag
program dgn baik dan
mengimplementasikan
BK yang komprehensif
di sekolah.
107
LAMPIRAN 13
HASIL STUDI DOKUMENTASI
No Dokumen Ada Tidak ada
1. Profil sekolah
7. Visi, misi dan tujuan
sekolah
8. Sejarah singkat sekolah
9. Struktur organisasi sekolah
√
√
√
2. Panduan operasional BK √
36.. Struktur organisasi BK √
4. Silabus BK √
5. Rekap kasus siswa √
6. Prestasi siswa √
7. Program semesteran BK
9. Visi, misi BK
10. Latar belakang BK
11. Tujuan BK
√
√
√
8. Program kerja BK √
9. Sertifikat konselor √
108
LAMPIRAN 14
STRUKTUR ORGANISASI BK
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi/Kerjasama
Jakarta, Juli 2018
Mengetahui, Koordinator BK,
Kepala SMK Negeri 41 Jakarta,
Desly Wahyuni ,MPd Aditya Rama, S.Pd
NIP. 197412152000122002 NIP. 197711012008011014
Waka.
kesiswaan Tata Usaha
Wali Kelas
Guru Mt. Diklat
Pihak Lain
Koordinator BK
Guru BK
Siswa
Kepala Sekolah Komite
109
1) Kepala sekolah
a) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang
meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, serta bimbingan
dan konseling di sekolah.
b) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
c) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program
bimbingan dan konseling di sekolah.
d) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah.
e) Menetapkan Koordinator Guru Pembimbing yang
bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan
kesepakatan bersama guru pembimbing.
f) Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses
bimbingan dan konseling pada setiap awal catur wulan.
g) Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan
bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka
kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini
dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas.
h) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain (seperti
Perusahaan/Industri, Dinas Kesehatan, kepolisian,
Depag), atau para pakar yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dan
dokter).
2) Komite sekolah
a) Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah untuk
mendukung, menyediakan dan melengkapi sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah.
110
b) Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah Memberikan
kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling di sekolah.
3) Wakasek bidang kesiswaan
a) Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling kepada semua personel sekolah.
b) Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
4) Koordinator BK
a) Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:
memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling,
menyusun program bimbingan dan konselin,
melaksanakan program bimbingan dan konseling,
mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling,
menilai program bimbingan dan konselin, dan
mengadakan tindak lanjut.
b) Membuat usulan kepada kepala sekolah dan
mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan
prasarana.
c) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah
5) Guru pembimbing
a) Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan
b) konseling (terutama kepada siswa).
c) Merencanakan program bimbingan dan konseling
bersama kordinator BK.
d) Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan
konseling.
e) Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling
terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya
111
(melaksanakan layanan dasar, responsif, perencanaan
individual, dan dukungan sistem).
f) Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan
bimbingan dan konseling.
g) Menganalisis hasil evaluasi.
h) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
penilaian.
i) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan
konseling.
j) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada
koordinator guru pembimbing atau kepada kepala
sekolah.
k) Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang
berakhlak mulia (seperti taat beribadah, jujur;
bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek terhadap
pimpinan, kolega, dan siswa).
l) Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah
yang menunjang peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
6) Guru mata diklat
a) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan
konseling kepada siswa.
b) Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam
mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan
dan konseling.
c) Mengalihtangankan (merujuk) siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
d) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan
dan konseling (program perbaikan dan program
pengayaan, atau remedial teaching).
112
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari
guru pembimbing
f) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan
dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan
konseling
g) Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau
berinteraksi dengan siswa, seperti : bersikap respek
kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan
reward kepada siswa yang menampilkan
perilaku/prestasi yang baik, menampilkan pribadi
sebagai figur moral yang berfungsi sebagai ”uswah
hasanah”.
7) Wali kelas
a) Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan
bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan dan
konseling.
c) Memberikan informasi tentang keadaan siswa kepada
guru pembimbing untuk memperoleh layanan bimbingan
dan konseling.
d) Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang
siswa yang perlu diperhatikan secara khusus dalam
belajarnya.
e) Ikut serta dalam konferensi kasus.
8) Tata usaha
113
a) Membantu guru pembimbing (konselor) dan koordinator
BK dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah.
b) Membantu guru pembimbing dalam menyiapkan seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling.
c) Membantu guru pembimbing dalam menyiapkan sarana
yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan
konseling.
114
LAMPIRAN 15
SILABUS BK
115
116
117
118
119
LAMPIRAN 16
SCHEDULE PROGRAM KERJA BK
120
121
122
LAMPIRAN 17
SERTIFIKAT PENDIDIK
123
124
125
126
LAMPIRAN 18
PROGRAM KERJA BK 2018/2019
127
128
LAMPIRAN 19
PROGRAM SEMESTERAN
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
LAMPIRAN 20
PANDUAN OPERASIONAL
139
LAMPIRAN 21
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
140
LAMPIRAN 22
SURAT IZIN PENELITIAN
141
LAMPIRAN 23
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
142
LAMPIRAN 24
LEMBAR UJI REFERENSI
143
144
145
146
147
148
LAMPIRAN 25
DOKUMENTASI
149
Profil Penulis
Lulu Aufatuts Tsani. Perempuan berdarah
sunda betawi ini lahir di Jakarta, 25 Juni
1996. Putri pertama dari pasangan
Ayahanda Mu’tabar dan Ibunda Nurlailah
memiliki hobby menyanyi, menari, dan
menulis puisi dan cerpen untuk
menyalurkan bakatnya semasa sekolah
penulis kerap mengikuti lomba puisi di
sekolahnya dan mengikuti kegiatan seni
tari selama bersekolah di tingkat dasar.
Penulis mengenyam pendidikan formal
pada tingkat dasar di MIS Al-Mahad Al-
Islamy pada tahun 2002-2008, lalu
melanjutkan pendidikan menengah di MTs
Negeri 2 Jakarta pada tahun 2008-2011 dan
MA Citra Cendekia Jakarta pada tahun
2011-2014. Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Semasa sekolah di Madrasah Aliyah penulis juga aktif dalam organisasi SGCC
(Student Government of Citra Cendekia) sebagai senat siswa, dan aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler English club dan paduan suara di sekolah. Hingga saat ini
penulis aktif sebagai penggerak pemuda anti narkoba atau KIPAN (Kader Inti
Pemuda Anti Narkoba).
Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar, berusaha dan
memperbaiki diri, penulis telah menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga dengan
adanya karya ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Aamiiin.
Motto: imagine – dream – believe.