skripsi diajukan kepada fakultas ilmu keolahragaan · daftar hadir siswa..... 70 lampiran 10....
TRANSCRIPT
i
TINGKAT KESEGARAN KARDIORESPIRASI SISWA PUTRI
YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLABASKET
DI SMA NEGERI 2 KLATEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Abid Fathoni
09601244050
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
v
MOTTO
“Jadilah gurune “Jagad”
“Allah akan mengankat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat (yang tinggi) dan Allah Maha
Waspada terhadap apa yang kalian amalkan” (terjemah QS An-Nahl: 97)
vi
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini dipersembahkan kepada orang-orang
yang punya makna sangat istimewa bagi kehidupan penulis,
diantaranya: Alm. Bapak Sudjiyanto, bapak yang tegas dan sabar
saya sayangi selamanya; Ibu Sumarni, ibu yang penyayang dan
selalu mendoakan setiap langkah saya; Ihwan Aziz kakak yang
selalu mensuport saya; Ilyas Rosid, adik yang bandel tetapi saya
banggakan.
vii
TINGKAT KESEGARAN KARDIORESPIRASI SISWA PUTRI YANG
MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLABASKET
DI SMA NEGERI 2 KLATEN
Oleh:
Abid Fathoni
09601244050
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh menurunya prestasi tim bolabasket
putri di SMA Negeri 2 Klaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat kesegaran kardorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler
bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian yang
digunakan adalah 21 siswa dengan menggunakan cara total sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes lari multistage dari
Cooper (1968) dalam (http://www.brianmac.demon.co.uk). Untuk menganalisis
data yang terkumpul, peneliti menggunakan teknik deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesegaran kardiorespirasi siswa
purti yang megikuti ekstrakurikuler bolabasket SMA Negeri 2 Klaten adalah
sebagai berikut: (1) 9 siswa (42,85%) masuk dalam katagori sangat kurang, (2) 7
siswa (33,33%) masuk dalam katagori kurang, (3) 3 siswa (14,28%) dalam kategori
cukup, (4) 2 siswa (9,52%) dalam kategori baik, (5) 0 siswa (0%) dalam keadaan
sangat baik, (6) 0 siswa (0%) dalam keadaan sangat baik sekali. Frekuensi
terbanyak terletak pada katagori sangat kurang, yaitu sebesar 42,85%.
Kata Kunci: Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi, Ekstrakurikuler Bolabasket,
Siswa Putri
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, atas segala
limpahan kasih dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Tingkat
Kesegaran Kardiorespirasi Siswa Putri Di SMA Negeri 2 Klaten yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Bolabasket” dapat diselesaikan dengan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini pastilah dialami berbagai kendala. Dengan
segala upaya, skripsi ini dapat terwujud dengan baik berkat uluran tangan dari
berbagai pihak, teristimewa pembimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab M. Pd, M.A, Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Rumpis Agus Sudarko, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan iin dan fasilitas bagi
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Amat Komari, M.Si, Ketua Jurusan POR dan Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan waktu, nasihat, saran, serta motivasi dan atas segala
kemudahan yang diberikan.
4. Drs. Joko Purwanto, M. Pd, Selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan selama perkuliahan.
5. Saryono, M. Or, Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan pengarahan
dan bimbingan selama tugas akhir skripsi.
ix
6. Yohanes Priyono, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Klaten yang telah
memberikan ijin penelitian.
7. Sugimo, S.Pd, Guru Olahraga SMA Negeri 2 Klaten yang telah
mendampingi pelaksanaan penelitian.
8. Guru dan siswa-siswi di SMA Negeri 2 Klaten yang telah memberikan
kerjasama dalam pengambilan data skripsi.
9. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis
kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
10. Teman-temanku PJKR 2009, khususnya Adepra, Harsongko, Styawan,
William yang telah membantu dan memberi motivasi selama mengerjakan
skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Yogyakarta, Juni 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN ............................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iv
MOTTO.............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 4
C. Batasan Masalah ................................................................. 5
D. Rumusan Masalah .............................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori .................................................................. 7
1. Hakikat Kesegaran Jasmani ......................................... 7
2. Hakekat Kesegaran Kardiorespirasi ............................ 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran
Kardiorespirasi ............................................................ 12
4. Manfaat Kesegaran Kardiorespirasi ........................... 16
5. Jenis-Jenis Tes untuk Mengukur Kesegaran
Kardiorespirasi ........................................................... 18
6. Hakekat Permainan Bolabasket .................................. 22
7. Profil Ekstrakurikuler Bolabasket
di SMA Negeri 2 Klaten ............................................. 22
xi
B. Penelitian yang Relevan ................................................... 26
C. Kerangka Berfikir ............................................................. 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................... 30
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................... 30
C. Subyek Penelitian ............................................................... 31
D. Instrumen Penelitian ........................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 34
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................ 37
B. Pembahasan ...................................................................... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 47
B. Implikasi Hasil Penelitian................................................. 47
C. Keterbatasan Hasil Penelitian .......................................... 48
D. Saran-Saran ...................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................................. 51
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Prestasi Tim Basket Putri dari tahun 2010-2015............................... 2
Tabel 2. Norma Kategori VO2 Max untuk Putri ............................................ 23
Tabel 3. Norma Kategori VO2 Max untuk Putri ............................................ 40
Tabel 4. Data usia siswa putri yang mengikuti esktrakurikuler bolabasket
yang menjadi subjek dalam penelitian............................................. 41
Tabel 5. Data Hasil tes Multistage tsiswa putri yang mengikuti esktrakuri-
kuler bolabasket............................................................................... 41
Tabel 6. Hasil tes Multistage tsiswa putri yang mengikuti esktrakurikuler
bolabasket dalam presentase .......................................................... 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan ijin penelitian dari Fakultas ................ 56
Lampiran 2. Surat Ijin dari Fakultas ...................................................... 57
Lampiran 3. Lembar Pengesahan dari Fakultas ..................................... 58
Lampiran 4. Surat Keterangan dari BAPPEDA ..................................... 59
Lampiran 5. Surat Keterangan dari Sekolah .......................................... 60
Lampiran 6. Panduan Multi Stage.......................................................... 61
Lampiran 7. Blangko Penilaian Multi Stage.......................................... 65
Lampiran 8. Prediksi Nilai VO2Maks.................................................... 66
Lampiran 9. Daftar Hadir Siswa............................................................. 70
Lampiran 10. Daftar Hadir Testor............................................................ 71
Lampiran 11 . Data Hasil Multi Stage ................................................... 72
Lampiran 12. Dokumentasi .................................................................... 73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Lintasan Tes Lari Multi Stage......................................... 20
Gambar 2. Ukuran Lapangan Bolabasket Menurut Perbasi............................ 24
Gambar 4. Pie Chart Katagori Kesegaran Jasmani Putri yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Bolabasket Di SMA Negeri 2 Klaten.................. 43
Gambar 4. Histogram Hasil Tes Lari Multistage Siswa Putri yang Mengi-
kuti Ekstrakurikuler Bolabasket Di SMA Negeri 2 Klaten…….. 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cabang olahraga bolabasket akhir- akhir ini menjadi sangat populer,
kepopuleran pertandingan bola basket di tingkat nasional maupun
tingkat daerah membawa pengaruh yang positif bagi masyarakat terutama
untuk para pelajar dan remaja yang ingin berprestasi dicabang olahraga
bolabasket. Saat ini sekolah-sekolah yang ada di karisedenan Surakarta,
khususnya kota Klaten sebagian besar telah memiliki sarana bolabasket
dan juga tim disetiap sekolah masing-masing. Perkembangan cabang
olahraga bolabasket di sekolah-sekolah Kabupaten Klaten juga sangat baik
karena didukung dengan adanya pertandingan bolabasket tingkat pelajar
yang diadakan oleh Honda DBL (Development Basketball League), se-
karisidenan Surakarta untuk setiap tahunnya.
Peneliti tertarik pada satu sekolah yang berada di kota Klaten,
yaitu SMA Negeri 2 Klaten sekolah ini adalah salah satu sekolah yang
memiliki fasilitas olahraga yang memadai dan layak untuk diuji
kemampuannya. Ekstrakurikuler bola basket merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada sore hari dan seminggu 3 kali
(Senin, Kamis, Sabtu) dari pukul 15.30 sampai pukul 17.00 WIB bertempat
dilapangan bolabasket SMA Negeri 2 klaten dan untuk pelatihnya itu sendiri
adalah diapu oleh bapak Sugimo. S. Pd. Sebenarnya hingga saat ini SMA
Negeri 2 Klaten telah menorehkan banyak prestasi akan tetapi raihan
2
positif itu hanya diperoleh dari tim basket putra saja dan untuk tim basket
putri belakangan ini perolehan prestasinya semakin menurun.
Peneliti melihat prestasi mereka bisa dikatakan sangat minim untuk
sekolah yang memiliki fasilitas olahraga yang lengkap khususnya cabang
olahraga bolabasket. Ini terbukti dari hasil observasi dan wawancara kepada
guru Penjas SMA Negeri 2 Klaten, siswa putri yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket akhir-akhir ini prestasinya semakin menurun
setiap tahunnya. Adapun hasil raihan prestasi dari tahun ketahun sebagai tabel
berikut:
NO TAHUN PRESTASI
1 2010 Juara 1 SMADA CUP, Juara 2 POPDA Klaten
2 2011 Juara 2 SMADA CUP
3 2012 Juara 2 SMADA CUP
4 2013 Juara 3 SMADA CUP
5 2014 -
6 2015 -
Tabel 1. Prestasi Tim Basket Putri dari tahun 2010-2015.
Penurunan prestasi tersebut dikarenakan beberapa faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi tersebut antara lain kondisi fisik,
latihan, asupan gizi, dan istirahat. Kondisi fisik seseorang dikatakan baik
apabila dia memiliki kesegaran jasmani yang baik. Salah satu yang
mempengaruhi hal tersebut adalah sistem kardiorespirasi. Kesegaran jasmani
merupakan salah satu unsur penting bagi olahragawan untuk meningkatkan
prestasi. (Agus Mukholid, 2006: 65)
3
Dalam permainan bolabasket kesegaran jasmani siswa atau peserta
didik juga sangat penting. Sehingga kualitas permaianannya akan meningkat
karena tidak cepat mengalami kelelahan saat melakukan latihan atau saat
pertandingan. Walaupun pemain memiliki teknik yang bagus belum menjadi
jaminan untuk memenangkan sebuah pertandingan. Faktor yang tidak kalah
penting adalah kesegaran jasmani. Proses latihan kesegaran jasmani yang
dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat beban
latihannya, akan meningkatkan kesegaran jasmani. Status kesegaran jasmani
seseorang ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di dalam
kesegaran jasmani, oleh sebab itu seseorang perlu mengetahui dan
memahami komponen kesegaran jasmani, sebagai dasar dalam meningkatkan
kesegaran jasmani.
Menurut Muhamad Muhyi Faruq (2009: 13-12) komponen
kesegaran jasmani terdiri atas: daya tahan, kekuatan otot, kecepatan,
kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi.Komponen
yang terpenting adalah daya tahan kardiorespirasi. Menurut Sundono
yang dikutip Suharjana (2008: 7) kardiorespirasi merupakan modal pokok
bagi kesegaran jasmani dan bahkan dianggapidentik dengan kesegaran
jasmani. Daya tahan kardiorespirasi merupakan indikator yang cukup untuk
menggambarkan status kesegaran jasmani.Alasan mengapa daya tahan
aerobic atau daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting
dari kesegaran jasmani, karena dalam olahraga atau aktivitas jasmani,
jantung dan parumerupakan faktor terpenting dalam memproses oksigen
4
(suplai ksigen) yang diedarkan keseluruh tubuh melalui aliran darah dari
jantung. Oksigenyang died arkan oleh darah tersebut merupakan pasokan
energi atau tenaga. Oksigen merupakan sumber energi atau tenaga setiap
aktivitas jasmani atau kegiatan olahraga.
Kegiatan ekstrakurikuler bolabasket merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang lebih banyak dilakukan di lapangan, sedangkan
permainan bolabasket itu sendiri mempunyai karakter permainan yang cepat
dan kadang lambat. Karakter permainan seperti inilah membutuhkan aktivitas
gerak yang cepat dan tepat sehingga mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler bolabasket menuntut siswa
untuk memiliki kesegaran kardiorespirasi yang lebih baik. Tetapi hal ini tidak
terlihat pada tim putri bolabasket SMA Negeri 2 Klaten. Pada saat latihan
banyak siswi yang mengalami kelelahan saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler apabila diperintahkan pelatih untuk melakukan latihan fisik.
Dan bahkan ketika saat pertandingan persahabatan para siswa putri banyak
yang mengeluh cepat merasa lelah, sehingga dampaknya quarter pertama
mereka sudah ingin minta ganti.
Bagi seorang pemain bolabasket, menjaga kesehatan fisik dan
kesegaran itu sangat penting hal ini bertujuan agar tercapainya suatu prestasi
yang diharapkan. Sayangnya hanya sedikit pemain yang memperhatikan
kesehatan fisik dan kesegaran jasmani mereka. Selain itu seorang pelatih
bolabasket harus bisa mengelompokan siswa sesuai dengan kondisi fisiknya.
Dari paparan tersebut tentunya penting sekali menentukan tingkat kondisi
5
fisik para siswa . Sehingga nantinya dapat dijadikan tolok ukur untuk
menentukan program latihan yang akan diberikan kepada siswa. Kaitannya
dalam program latihan pelatih harus tahu apa itu konsep FIT (Frekuensi,
Intesity dan time).
Menurut Sigit Nugroho (2008: 100-101) Frekuensi itu sendiri adalah
banyaknya latihan dalam seminggu dan untuk meningkatkan
kesegaran diperlukan latihan selama 3-5 kali seminggu. Intensitas
merupakan kualitas berat ringannya latihan dan secara umum intesitas
latihan yang digunakan untuk latihan aerobik menggunakan patokan
kenaikan detak jantung yaitu 60% - 90%. Sedangkan time adalah
waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih, untuk
meningkatkan kesegaran kardiorespirasi diperlukan waktu berlatih 20
– 60 menit selama 8 s/d 12 minggu.
Banyak komponen yang berperan penting dalam permainan
bolabasket. Daya tahan jantung paru (cardiorespirasi) termasuk komponen
yang penting bagi pemain bolabasket. Akan tetapi, di SMA Negeri 2 Klaten
tim bolabosket meraka belum pernah diukur kondisi atau tingkat daya tahan
jantung paru (cardiorespirasi) para siswanya. Pengukuran tingkat komponen
kesegaran jasmani khususnya daya tahan kardiorespirasi adalah sangat besar
manfaatnya bagi kesehatan siswa, selain itu hasil dari pengukuran bisa
dijadikan dasar dalam penyusunan program latihan sehingga dapat
menghasilkan bibit siswa yang berprestasi. Peneliti tertarik ingin
mengadakan suatu penelitian yang diharapkan dapat mengetahui tingkat
kesegaran para siswa. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
tertarik untuk mengambil judul penelitian “Tingkat Kesegaran
Kardiorespirasi Siswa Putri Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bolabasket Di
SMA Negeri 2 Klaten”.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didefinisikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Menurunya prestasi tim bolabasket putri di SMA Negeri 2 Klaten dalam 3
tahun terakhir.
2. Kurangnya latihan dalam ektrakurikuler bolabasket, dengan hanya durasi
90 menit, 3 kali perminggu dianggap masih belum mampu untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani, khususnya
kesegaran kardiorespirasi tim bolabasket putri.
3. Banyaknya siswa putri mengalami kelelahan pada saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten.
4. Belum diketahuinya tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa SMA Negeri
2 Klaten yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti, sehingga jelas batasannya guna
menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada belum diketahuinya tingkat kesegaran
kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di
SMA N 2 Klaten.
D. Rumusan Masalah
Atas dasar pembatasan masalah yang telah diuraikan, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Seberapa tinggikah tingkat
7
kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler
bolabasket di SMA N 2 Klaten ?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang
mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA N 2 Klaten
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Secara Teoritik,
a. Memberi sumbangan pengembangan pengetahuan mengenahi tingkat
daya tahan kardiorespirasi, khususnya bagi mahasiswa pendidikan
jasmani dalam mengajar ekstrakurikuler bolabasket.
b. Sebagai kajian bagi peneliti selanjutnya, sehingga lebih mengetahui
tingkat daya tahan kardiorespirasi dalam permainan bolabasket.
2. Secara Praktis,
a. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat daya
tahan kardiorespirasi siswa agar dapat lebih meningkatkan lagi.
b. Dapat digunakan guru pendidikan jasmani sebagai program latihan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan daya
tahan kardiorespirasi sehingga dapat meningkatkan minat dan bakat
siswa dalam mengikuti eksrtakulikuler bolabasket.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Kesegaran Jasmani
Pengertian kebugaran jasmani sangat banyak, namun pada intinya
memiliki satu kesamaan, kebugaran jasmani juga mempunyai kesamaan
arti dengan kata kesegaran jasmani. Menurut Nurhasan (2004: 5)
kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama, yang dilakukan secara cukup
efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, yaitu sehabis bekerja
atau melakukan aktivitas masih memiliki cukup energi dan untuk
menyalurkan fungsinya sebagai anggota keluarga dan masyarakat serta
masih dapat menikmati waktu luangnya dengan baik.
Menurut Djoko Pekik Irianto yang dikutip oleh Suharjana (2008:
3) kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk dapat
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang
berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luang. Menurut Yasrin
yang dikutip oleh Wahjoedi (2000: 2) kepentingan kesegaran jasmani
dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat
kesegaran, maka kesehatan akan semakin baik pula. Kesegaran jasmani
sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Bila ditinjau dari ilmu faal
(fisiologi) kesegaran jasmani adalah kemampuan dan kesanggupan tubuh
melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik terhadap kerja tubuh
yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
9
Menurut Aine Mc Carthy yang dikutip oleh T Hermaya (1995: 03)
konsep kesegaran jasmani dibedakan menjadi dua, yaitu kesegaran yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesegaran yang berkaitan dengan
performance atau keterampilan.
1) Kesegaran yang berkaitan dengan kesehatan.
Kesegaran ini memerlukan suatu tingkat yang cukup dari keempat
komponen kesegaran dasar: (a) kesegaran jantung-paru-peredaran
darah, (b) lemak tubuh atau komposisi tubuh, (c) kekuatan otot,
(d) kelentukan sendi, dan (e) daya tahan otot.
2) Kesegaran yang berkaitan dengan performance atau keterampilan .
Komponen kesegaran jasmani yang kaitannya dengan
performance, yaitu: (a) kelincahan, (b) keseimbangan, (c)
koordinasi, (d) kecepatan, (e) kekuatan, dan (f) waktu reaksi.
Mereka yang mempunyai kesegaran jasmani ini berkemampuan
untuk melakukan aktivitas fisik yang berkaitan dengan olahraga
dan pekerjaannya. Contohnya adalah atlit yang berkompetisi dan
anggota TNI.
Tingkat kesegaran jasmani biasanya dinyatakan sebagai “volume
oxygen maximum” (VO2 Max) dan merupakan salah satu faktor penting
untuk menunjang prestasi kerja atau kelelahan fisik seseorang (Ketut Iwan
Swadesi, 2007: 41). VO2 Max dipakai sebagai parameter derajat kesegaran
jasmani yang menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang
diperlukan.
10
VO2 Max adalah pengambilan oksigen selama kerja maksimal,
biasanya dinyatakan sebagai volume per menit (V) yang dapat dikonsumsi
per satuan waktu tertentu (Suharjana, 2008: 22). VO2 Max telah dipandang
sebagai cara mengukur kesegaran yang terbaik, dan dipercayai memiliki
hubungan dengan kesehatan dan kinerja serta olahraga. VO2 Max
dinyatakan dalam satuan liter/menit. Kinerja pada tingkat VO2 Max hanya
dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang sangat pendek dan paling
lama beberapa menit. Apabila terdapat suatu pertanyataanVO2 Max = 3
l/menit, artunya seseorang dapat mengkonsumsi oksigen secara maksimal
3 liter dalam per menit ( Sigit Nugroho, 2008: 114)
Dengan demikian, seseorang akan mempunyai kemampuan yang
besar untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih
kesegaran fisiknya sesudah bekerja jika mempunyai tingkat kesegaran
jasmani yang baik. Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang
dalam menghirup dan menggunakan oksigen secara maksimal (VO2 maks)
agar dapa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang
berarti serta masih mempunyai energi cadangan untuk menikmati waktu
luangnya.
2. Hakikat Kesegaran Kardiorespirasi
Istilah kesegaran kardiorespirasi sama pengertiannya dengan
beberapa istilah lain seperti: daya tahan jantung, daya tahan
kardiorespirasi. Menurut Rusli Lutan,dkk. (2001: 46), secara teknis
11
pengertian cardio (jantung), vaskule (pembuluh darah), respirasi(paru-
paru dan ventilasi), dan aerobic (bekerja dengan oksigen), istilah tersebut
berkesinambungan satu sama lain.
Menurut Wahjoedi (2000: 61) diantara keempat komponen
kesegaran jasmani (daya tahan kardiorepirasi, daya tahan otot, kekuatan
otot, dan fleksibilitas), daya tahan kardirespirasi diangap komponen paling
pokok dalam kesegaran jasmani. Len Kravitz, (2001: 5) juga menyebutkan
bahwa unsur utama yang penting dari kesegaran jasmani berhubungan
dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespirasi/ kondisi aerobik. Daya
tahan kardiorespirasi sangat penting untuk menunjang kerja otot yang
sedang aktif sehingga dapat digunakan untuk metabolisme.
Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari
kesegaran jasmani. Dayatahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan
kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk
mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu
yang lama (Sharkey, 2003).
Kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, untuk
melakukan latihan-latihan yang keras dalam waktu yang lama, seperti
bolabasket, bolabasket, jogging, berenang, senam aerobik, mendayung,
bersepeda, lompat tali, main ski, dan ski lintas alam (Len Kravitz, 2001:
4). Menurut Fox, dkk (1984: 8), ”Daya tahan kardiorespirasi atau
kesegaran kardiovaskuler mengacu pada kemampuan sistem jantung dan
paru untuk mengirimkan oksigen dan menggantikan karbondioksida dari
otot-otot kerja selama aktivitas latihan yang lama”.
12
Ketahanan kardiorespirasi adalah komponen kesegaran fisik yang
paling penting. Menurut Fox, dkk (1984: 10)ketahanan kardiorespirasi
adalah kemampuan jantung, paru-paru dan sistem sirkulasi untuk
menyajikan oksigen dari bahan makanan ke kerja otot secara efisienDari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesegaran
kardioresperasi adalah ukuran kemampuan paru-paru jantung dalam
mensuplai oksigen dalam darah keseluruh tubuh pada saat melakukan
aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus. Kesegaran
kardiorespirasi diukur dengan memantau penyerapan oksigen maksimum
yang dikenal denagan istilah VO2 Maks. Maksudnya adalah seberapa
efisien tubuh menggunakan oksigen selama aktivitas jasmani dengan
intensitas berat (Rusli Lutan, dkk. 2001: 46)
Menurut yang kemukakan beberapa para ahli jadi dapat
disimpulkan bahwa kesegaran kardiorespirasi adalah komponen paling
penting dalam kesegaran jasmani seseorang. Kesegaran kardiorespirasi
atau daya tahan jantung, paru adalah kemampuan jantung paru dalam
menyerap dan mendistribusikan oksigen ke otot-otot yang bekerja sesuai
dengan kebutuhan. Seseorang yang mempunyai tingkat kesegaran
kardiorespirasi yang baik akan lebih efisien dalam penggunaan oksigen
sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan
yang berarti.
13
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni
genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas fisik, komposisi lemak tubuh
dan kebiasaan merokok (Depdiknas, 2000: 54).
a. Genetik
Dayatahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh factor genetik
yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir.
Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kesegaran aerobik
diantara saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik
(monozygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada
saudara kandung dari pada kembar identik. Pengaruh genetik pada
kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan
komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih.
Seseorang yang memiliki lebih banyak serat otot rangka merah lebih
tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih
banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan
kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan
terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh.
Seseorang yang mempunyai tipe endomorph (bentuk tubuh bulat dan
pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan
tinggi).
14
Penelitian yang telah dilakukan kemudian dibuat kesimpulan
bahwa kemampuan Vo2Max 93,4% ditentukan oleh faktor keturunan
yang hanya dapat diubah dengan latihan. Faktor keturunan yang
berperan dapat membedakan kapasitas jantung, paru, sel darah merah,
dan hemoglobin juga persentase slow twich fiber, (Depdiknas, 2000: 4)
b. Umur
Umur mempengaruhi hamper semua komponen kesegaran
jasmani. Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran
jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi
meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan
mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas,
1994:2-51). Daya tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk
individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif
penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian.Jsharkey, 2003). Daya
tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif,
sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5%
perdekade (Sharkey, 2003).
Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12
tahun, selanjutnya setelah usia puberitas pria lebih banyak peningkatan
15
kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara
berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya
tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25
tahun.
Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada
umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh
menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan
timbulnya obes pada usia tua menurut (Depdiknas, 2000:28).
c. Jenis Kelamin
Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena
adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa puberitas.
Daya tahan kardiovaskuler pada masa pubertaster dapat perbedaan
,karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak di
bandingkan pria. Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot,
karena perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita disebabkan oleh
perbedaan ukuran otot baik besar maupun proposinya dalam tubuh.
Sampai dengan umur pubertas tidak terdapat perbedaan daya tahan
jantung (kardiovaskuler) laki-laki dan wanita, setelah umur tersebut
nilai wanita lebih rendah 15-25% dari pada pria. (Depdiknas, 2000:
54).
d. Kegiatan Fisik
Kegiatan yang mempengaruhi semua komponen kesegaran
jasmani, Latihan yang bersifat aerobic yang di lakukan secara teratur
16
akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat mengurangi
lemak tubuh. Dengan melakukan latihan olahraga atau kegiatan fisik
yang baik dan benar berarti seluruh organ dipicu untuk menjalankan
fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang
diberikan.
Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan
fungsi otot, terutama otot pernapasan menyebab kan pernapasan lebih
efisien pada saat istirahat. Ventilasi paru pada orang yang terlatih dan
tidak terlatih relative sama besar, tetapi orang yang berlatih bernapas
lebih lambat dan lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yang
diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi berkurang, sehingga
dengan jumlah oksigen sama, otot yang terlatih akan lebih efektif
kerjanya (Kravitz, 2001).
Pada orang yang dilatih selama beberapa bulan terjadi
perbaikan pengaturan pernapasan. Perbaikan ini terjadi karena
menurunnya kadar asam laktat darah, yang seimbang dengan
pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh. Faktor yang
paling penting dalam perbaikan kemampuan pernapasan untuk
mencapai tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan
capillary bed yang aktif, sehingga jumlah darah yang mengalir di paru
lebih banyak, dandarah yang berikatan dengan oksigen per unti waktu
juga akan meningkat. Peningkatan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen (Kravitz, 2001).
17
Penurunan fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia
tua terutama disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru dan otot
dinding dada. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kapasitas vital dan
nilai forced expiratory volume, serta meningkatkan volume residual
paru (Kravitz, 2001: 6).
e. Kebiasaan Merokok
Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO).
Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih kuat dari pada
oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat mengikat hemoglobin dari
pada oksigen. Hemoglobin dalam tubuh berfungsi sebagai alat
pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan tubuh yang
memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam
hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang
diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5% menurut (Depdiknas,
2000:29)
Selain itu dalam rokok mengandung NO dan NO2, merupakan
substansia yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang
berlebihan yang menyebabkan terbentuknya lipid peroksida yang lebih
lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel tubuh telah terbukti
mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel,
pembuluh darah, epitel paru, lensa mata dan neuron.
Menurut keterangan di atas selain tergantung dari baiknya
sistem respirasi dan kardiovaskuler, kesegaran aerobik juga tidak
18
terlepas dari gaya hidup seseorang, juga berpengaruh terhadap
ketahanan aerobik seseorang, dimana semua itu tidak dapat dipisahkan.
4. Manfaat Kesegaran Kardiorespirasi
Sadoso Sumosardjuno (1992: 6), menyatakan bahwa bagi mereka
yang berlatih olahraga aerobik secara teratur akan mendapat beberapa
keuntungan, antara lain:
a. Berkuranganya resiko gangguan pada jantung dan peredaran
darah.
b. Tekanan darahnya yang sebelumnya tinggi akan menurun
secara teratur.
c. Menurunya kadar lemak yang akan membahayakan didalam
darah dan terjadi kenaikan kadar lemak yang baik yang
bermanfaat bagi tubuh.
d. Tulang-tulang, persendian, dan otot-otot menjadi lebih kuat
(tergantung jenis latihannya)
Menurut Rusli Lutan, dkk. (2001: 46), manfaat pembinaan daya
tahan kardiorespirasi dapat mengurangi resiko: a) Mengalami tekanan
darah rendah, b) Penyakit jantung koroner, kegemukan, c) Diabetes, d)
Beberapa bentuk kanker, e) Masalah kesehatan orang dewasa. Pendapat
lain di ungkapkan oleh tim penyusun Depdiknas (2000: 2-3) bahwa latihan
fisik maka akan mendapatkan manfaat bagi tubuh sebagai berikut:
memperpanjang umur, awet muda, tidak mudah terkena penyakit,
menghindari stress, nenambah percaya diri.
Kesegaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah,
antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial
emosional, sportivitas, dan semangat kompetisi. Bahkan beberapa
penelitian menyebutkan bahwa: kesegaran jasmani mempunyai
19
hubungan positif dengan prestasi akademis (Iskandar Z. Adisapoetra,
dkk, 1999).
Seperti yang telah dikemukakan di atas, betapa besar manfaat
kesegaran kardiorespirasi bagi siswa putri SMA N 2 Klaten yang
mengikuti ekstrakulikuler bolabasket. Dengan memiliki kesegaran
kardiorespirasi yang baik maka siswa putri SMA N 2 Klaten yang
mengikuti ekstrakurikuler bolabasket akan meningkat kesegaran
kardiorespirasinya, sehingga terhindar dari resiko penyakit dan bahkan
dengan kesegaran yang baik dapat menunjang prestasi yang baik.
Kesegaran kardiorespirasi sangat berguna bagi olahraga yang
membutuhkan kerja otot besar dalam jangka waktu yang lama.
5. Jenis-Jenis Tes untuk Mengukur Kesegaran Kardiorespirasi
Tes kesegaran jasmani dapat dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya adalah:
a. Tes lari 2,4 km, dari Cooper (1968) dalam
(http://www.brianmac.demon.co.uk)
b. Lari 12 menit, dari Cooper (1968) dalam
(http://www.brianmac.demon.co.uk)
c. Jalan cepat 4800 meter, dari modul Kementerian Pendidikan
Nasional (2010:127)
d. TKJI, dari modul Kementerian Pendidikan Nasional (2010:127)
e. Naik turun bangku, dari modul Kementerian Pendidikan
Nasional (2010:127)
f. Lari bolak-balik (multistage running test) dari Cooper (1968)
dalam (http://www.brianmac.demon.co.uk)
20
Dari beberapa jenis tes, multistage running tes dianggap lebih
praktis, efisien, pengawasan lebih mudah, dapat langsung banyak testi
karena tidak memerlukan tempat yang luas selain itu tes multistage dapat
disesuaikan dengan lapangan bolabasket yang berada disekolah karena
lapangan bola basket mempunyai ukuran 28 m x 15 m sedangkan
multistage running tes itu sendiri hanya membutuhkan lintasan sepanjang
20 m. Adapun gambar lintasan multistage running tes yang disesuaikan
dengan lapangan bola basket adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Gambar lintasan lari bolak-balik (multistage running
test), sumber Cooper (1968) dalam
(http://www.brianmac.demon.co.uk)
Tes multistage running tes merupakan tes yang sudah baku untuk
dijadikan tes pengukuran kesegaran kardiorespirasi, serta tes ini
memberikan kesempatan kepada testi untuk melakukan lari selama
mungkin sampai testi tidak dapat mengejar bunyi “tuut” pada rekaman
atau sudah tidak sanggup melanjutkan tes.
21
Adapun langkah-langkah dari tes tersebut sebagai berikut:
a. Sarana dan Prasarana:
1) Pita cadense untuk lari multistage
2) Pemutar kaset audio atau CD
3) Lintasan bermarka 20 meter pada permukaan yang data, rata dan
tidak licin
4) Stopwatch
5) Formulir
6) Peluit
b. Petugas tes:
1) Pengukur Jarak
2) Petugas Start
3) Pengawas lintasan.
4) Petugas pencatat hasil.
c. Pelaksanaan:
1) Dari luas lintasan diambil jarak 20 meter dan diberi tanda pada
kedua ujungnya.
2) Jarak tiap peserta tes 1-1,5 meter.
3) Peserta yang sudah melakukan pemanasan sebelumnya, disiapkan
disalah satu ujungnya (di luar).
4) Putar kaset atau CD Bleep (multistage fitness test) dan dengarkan
petunjuknya dimana kaset atau CD akan mengeluarkan sinyal/bunyi
22
“TUT” tunggal dengan interval teratur pada setiap tahap. Bunyi
tersebut jamak terdengar pada setiap pergantian tahap.
5) Peserta tes berusaha lari sampai ujung berlawanan tepat dengan
bunyi “TUT” dan kembali lagi ke ujung semula sehingga tepat pada
bunyi berikutnya peserta telah sampai pada garis. Demikian
seterusnya peserta akan lari bolak-balik 20 meter dengan kecepatan
tertentu untuk satu tahap.
6) Setelah menyelesaikan satu tahap peserta harus lari lebih cepat
sesuai dengan frekuansi “TUT” yang semakin cepat pula.
7) Lari bolak-balik akan dilakukan sampai peserta tes lelah yang di
tunjukkan dengan ketidakmampuan mengikuti irama “TUT” yang
telah ditentukan sebanyak tiga kali.
8) Petugas pencatat, mencatat kemampuan maksimal peserta yang di
tunjukkan dengan tahap balikan terakhir. Pencatatan dilakukan
dengan formulir pencatatan lari multi tahap.
9) Setelah melakukan tes peserta perlu melakukan pendinginan dengan
cara berjalan dan meregangkan otot.
Tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada
permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat
terakhir. Agar hasilnya cukup valid, peserta tes harus mengerahkan tenaga
maksimal sewaktu menjalani tes ini, dan oleh karena itu peserta tes harus
berusaha mencapai tahap setinggi mungkin sebelum menghentikan tes.
23
Penilaian tes adalah jumlah terbanyak dari tahap dan balikan sempurna
yang berhasil diperoleh dan dicatat sebagai hasil skor peserta tes
Tabel 2. Norma Kategori VO2 Max untuk Putri
Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior
13-19 <25 25 - 30 31 - 34 35 - 38 39 - 41 >41
Sumber : Table Reference : The Physical Fitness Specialist
Carification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research,
Dallas TX, revised 1997 printed in Advance Fitness Assessment &
Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward, 1998.P48
dalam (http://www.brianmac.demon.co.uk).
6. Hakikat Permainan Bolabasket
Bolabasket merupakan salah satu bentuk olahraga yang masuk
dalam cabang permainan beregu. Permainan bolabasket ini dimainkan oleh
dua regu, yang masing-masing terdiri atas lima orang pemain, dengan
tujuan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan sebanyak
mungkin, serta menahan serangan lawan agar tidak memasukkan bola
kedalam keranjangnya. Lebih lanjut bahwa dasar bermain bola basket
dengan cara lempar tangkap, menggiring dan menembak dengan luas
lapangan 28 m x 15 m dapat terbuat dari tanah, lantai, dan papan
yang dikeraskan. Menurut PERBASI dalam peraturan resmi bola basket
(2004:5), Lapangan permainan harus memiliki permukaan yang keras, rata
dan bebas dari halangan. Ukurannya adalah dengan panjang 28 meter dan
lebar 15 meter yang 28 diukur dari sisi dalam garis batas (gambar).
Federasi Nasional menyetujui ukuran lapangan yang akan dipakai untuk
kompetisi dengan ukuran lapangan minimum adalah panjang 26 meter dan
24
lebar 14 meter. Adapun gambar ukuran standar lapangan bolabasket
menurut Perbasi sebagai berikut:
Gambar 2. Lapangan bolabasket sumber: PERBASI (2004:5)
Permainan bola basket mempunyai tujuan dari kedua tim, yaitu
mendapatkan angka dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan
dan mencegah lawan mendapatkan angka. Permainan bola basket
merupakan kombinasi dari pertahanan dan menyerang, untuk itu seorang
pemain harus menguasai teknik dasar bermain bola basket dengan
baik. Dalam permainan bola basket juga terdapat suatu peraturan yang
digunakan sebagai pedoman dasar permainan bola basket. Untuk
mencapai kemenangan, satu regu bola basket harus mengumpulkan
angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke keranjang
lawan dan mencegah lawan untuk melakukan hal yang serupa. Dalam
permainan bolabasket salah satu regu yang mencetak angka terbanyak
pada akhir waktu pertandingan menjadi pemenang.
Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu
gabungan dari jalan, lari dan lompat serta usur kekuatan, kecepatan,
25
ketepatan, kelentukan, kelincahan dan lain-lain. Untuk menjadi seorang
pemain bolabasket, karena semakin baik seorang menggiring, menembak
dan mengoper semakin baik kemungkinan untuk menang, hal ini harus
ditunjang pula dengan kondisi fisik yang baik. Pada permainan bolabasket
untuk mendapat gerakan efektif dan efisien perlu ditekankan pada
pengusaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar tersebut dapat dibagi
sebagai berikut: teknik melempar dan menangkap, teknik menggiring bola,
teknik menembak, teknik gerakan berporos, teknik lay up, teknik rebound.
Prestasi merupakan gambaran lain dalam suatu pencapaian tujuan.
Prestasi digunakan sebagai standar para olahragawan untuk mengukur
kemampuannya, sekaligus menjadi latihan. Prestasi olahraga adalah
keunggulan dalam melakukan aktivitas jasmani yang dilakukan secara
intensif. Keunggulan itu berupa pencapaian kemenangan dalam suatu
pertandingan atau perlombaan.
Menurut Iskandar Adisapoetro (1999: 64):
Kesegaran yang baik akan berdampak positif terhadap: 1)
peningkatan kemampuan sirkulasi darah dam kerja jantung,
2)peningkatan kekuatan,kelentukan, daya taham, koordinasi,
keseimbangan, kecepatan, dan kelincahan, 3) peningkatan
kemampuan gerak secara maksimal, 4) peningkatan kemampuan
pemulihan organ-organ tubuh setelah latihan, 5) peningkatan
kemampuan merespon dengan cepat.
Lancarnya jantung dan paru dalam mensuplay oksigen ke dalam
darah akan menimbulkan dampak yang baik dalam aktivitas kita, terutama
dalam melakukan aktivitas yang berat yaitu bermain bolabasket.
Kesegaran kardiorespirasi memegang peran yang sangat penting dalam
26
pencapain prestasi, karena kesegaran kardiorespirasi merupakan indikator
yang tepat untuk menggambarkan kesegaran jasmani seseorang.
7. Unsur-unsur Kondisi Fisik Dalam Cabang Olahraga Bolabasket
Unsur kondisi fisik memegang peranan yang penting dalam
pencapaian prestasi atlet. Beberapa unsur kondisi fisik dalam cabang
olahraga bolabasket pada umumnya terdiri atas:
a. Kekuatan
Menurut Bompa (melalui oleh Djoko Pekik Irianto, 2002: 66)
mendefinisikan “kekuatan sebagai kemampuan otot dan saraf untuk
mengatasi beban internal dan eksternal. Secara fisiologis, kekuatan
otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan
satu kerja kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban.
Secara mekanis kekuatan otot didefinisisksn sebagai gaya
(force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam
kontraksi maksimal.
b. Kelentukan (Fleksibel)
Menurut Sidik Dikdik Zafar (2010:201) kelentukan adalah
kemampuan gerak tubuh dalam ruang gerak persendian seluas-luasnya
dengan ditunjang oleh fleksibilitas otot,tendon, dan ligament. Dalam
bolabasket fleksibilitas sangat diperlukan untuk menunjang
pergerakan-pergerakan saat melakukan semua teknik-teknik dalam
bola-basket, contohnya : menggiring bola, melakukan passing, dan
pada shoting.
27
c. Kecepatan
Kecepatan itu sendiri menurut Harsono (2001:36) adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara
berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat.
Sedangkan
d. Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan
posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya
(Harsono, 2001:21). Jadi kelincahan bukan hanya menuntut kecepatan,
akan tetapi juga fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh.
Tanpa memiliki kelincahan seorang atlet tidak akan bisa bergerak
lincah, selain itu faktor keseimbangan juga penting dalam agility.
Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya agility atau kelincahan adalah
kombinasi kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, keseimbangan,
kelentukan, dan koordinasi.
e. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan
organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan-gerakan yang
28
cepat, dengan perubahan letak titik bobot badan yang cepat pula baik
dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis (Sajoto, 1988:58)
f. Reaksi
Reaksi (Reaction) adalah kemampuan seseorang segera
bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan
yang datang lewat indera, syaraf, atau feeling lainnya (Sajoto,
1988:59). Bentuk latihan yang diberikan adalah latihan start dengan
berbagai modifikasi, misalnya dengan jongkok, tidur tengkurap,
duduk selonjor, dan lain-lain. Reaksi ini berfungsi sebagai ketepatan
dalam melakukan start. Sedangkan aplikasi reaksi dalam Bolabasket
adalah pada saat pemain sedang menggiring bola, terutama pada
situasi man to man pemain harus bereaksi cepat untuk dapat
meloloskan diri dari hadangan lawannya dan apabila hal tersebut
dapat terlaksana dengan baik maka tidak menutup kemungkinan
untuk menciptakan peluan mendapat poin.
g. Daya Ledak
Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi
tahanan beban dengan kecepatan inggi dalam gerakan yang utuh
(Suharno HP, 1998: 36). Daya ledak yaitu kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam
waktu ang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1995: 17). Untuk
mendapatkan tolakan yang kuat dan kecepatan yang tinggi seorang
29
atlet bolabasket harus memiliki daya ledak yang besar jika ingin
melakukan teknik jump shot dalam bola basket.
h. Kebugaran Sistem Pernafasan Jantung (Cardiorespiratory)
Menurut Greg Brittenham (1998: 1) Cardiorespiratory adalah
efektifitas jantung dan paru-paru dalam mengalirkan darah, oksigen
dan zat makanan kejaringan tubuh selama kegitan fisik berlangsung.
Latihan aerobic dapat meningkatkan fungsi tersebut. Juga dapat juga
memperkuat otot jantung dan menjegah penyakit jantung. Jika sistem
cardiorespiratory terlatih mampu menahan usaha berintensistas
rendah untuk waktu yang lama karena mampu mengambil banyak
oksigen mengantarkan oksigen dan menggunakannya sebagai
sumber energi. Pada cabang olahraga bolabsket merupakan kegiatan
yang membutuhkan kekuatan dan waktu singkat sehingga pemain
menghabiskan benyak energy dalam waktu yang cepat.
Dari uraian pendapat para ahli diatas bahwa dalam cabang
olahraga bola basket seorang atlet membutuhkan banyak sekali unsur-
unsur kondis fisik untuk tampil maksimal. Pada cabang olahraga
bolabasket, semakin baik seorang pemain dapat mendribble, menembak
dan mengoper semakin baik kemungkinan untuk sukses. Tetapi keahlian
khusus olahraga tersebut akan menjadi terbatas oleh kondisi fisik yang
lemah.
30
8. Karakteristik Siswa Putri Usia 16-18 Tahun
Usia sekolah menengah atas merupakan masa-masa yang sangat
menentukan di dalam kemungkinan pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan yang baik dikemudian hari. Pendidikan harus mampu
menciptakan kondisi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan,
perkembangan dan kematangan anak sekolah menengah atas, serta sesuai
dengan kebutuhan untuk mencapai tingkat perkembangan tertentu yang
diharapkan.
Menurut Sukintaka (1992: 45-46) dalamkarakteristik anak SMA
umur 16-18 tahun antara lain :
a. Jasmani
1) Kekuatan otot dan daya tahan otot berkembang baik.
2) Senang pada ketrampilan yang baik, bahkan mengarah pada
gerak akrobatik.
3) Anak perempuan keadaan jasmaninya lebih lambat untuk
matang dari pada laki-laki.
4) Anak perempuan posisi tubuhnya akan menjadi baik.
5) Mampu menggunakan energi dengan baik.
6) Mampu membangun kemauan dengan semangat
mengagumkan.
b. Psikis atau Mental
1) Banyak memikirkan dirinya sendiri.
2) Mental menjadi stabil dan matang.
3) Membutuhkan pengalaman dari segala segi.
4) Sangat senang terhadap hal-hal yang ideal dan senang sekali
bila memutuskan masalah-masalah sebagai berikut : a)
Pendidikan, b) pekerjaan, c) perkawinan, d) pariwisata dan
politik, dan e) kepercayaan.
c. Sosial
1) Sadar dan peka terhadap lawan jenis.
2) Lebih bebas.
3) Berusaha lepas dari lindungan orang dewasa atau pendidik.
4) Senang pada perkembangan sosial.
5) Senang pada masalah kebebasan diri dan berpetualang.
6) Sadar untuk berpenampilan dengan baik dan cara berpakaian
rapi dan baik.
31
7) Tidak senang dengan persyaratan-persyaratan yang
ditentukan oleh kedua orang tua.
8) Pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadinya.
d. Perkembangan Motorik
Anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan pada
masa dewasanya, keadaan tubuhnya pun akan menjadi lebih
kuat dan lebih baik, maka kemampuan motorik dan keadaan
psikisnya juga telah siap menerima latihan-latihan peningkatan
ketrampilan gerak menuju prestasi olahraga yang lebih. Untuk
itu mereka telah siap dilatih secara intensif di luar jam pelajaran.
Bentuk penyajian pembelajaran sebaiknya dalam bentuk latihan
dan tugas.
Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terutama pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat terbatas. Seperti bagi siswa
Kelas 1 hanya mempelajari dasar-dasar permainan dalam suatu cabang
olahraga, Kelas 2 diarahkan pada pemahaman cara melakukan latihan-
latihan suatu cabang olahraga dan untuk Kelas 3 diarahkan pada
pemahaman terhadap pola dari strategi permainan (taktik dan strategi
permainan suatu cabang olahraga). Untuk itu guna emperdalam
pengetahuan siswa terhadap suatu cabang olahraga maka sekolah membuat
kebijakan untuk mengadakan ekstrakurikuler, agar siswa dapat berprestasi
dengan baik
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
Sekolah Menengah Pertama mengalami laju pertumbuhan dan kematangan
gerak yang pesat, ingin menentukan pandangan hidup dengan
berkelompok dengan teman sebaya, dan mengidentifikasikan hidupnya
dengan tokoh idola. Reaksi emosional yang berubah-ubah akan
mengakibatkan masa krisis identitas diri. Oleh karena itu, orang tua dan
sekolah memberi peran sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan
32
an perkembangan peserta didik ke arah yang positif agar tidak merugikan
dirinya kelak.
9. Profil Ekstrakulikuler Bolabasket di SMA N 2 Klaten
Berdasarkan pada kebutuhan (Tim penyusun Depdiknas, 2000:16).
Ekstrakurikuler dilaksanakan sebagai pendalaman mengenai suatu materi
yang belum dikuasai dengan tambahan waktu khusus diluar jam pelajaran
sekolah.
Dari uraian diatas, dapat kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan
bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur tersendiri
dikatakan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar
jam pelajaran yang dilaksanakan dilingkungan sekolah. Dengan tujuan
meningkatkan dan memantapkan pengetauhuan siswa, mengembangkan
bakat, minat, kemampuan dan ketrampilan dalam upaya membina pribadi,
serta mengenal hubungan antar mata pelajaran dalam kehidupan
dimasyarakat. Sama halnya di dalam pendidika jasmani, diharapkan siswa
dapat menguasai suatu cabang olahraga yang diberikan. Banyak cabang
olahraga yang terkandung dalam penjas, salah satunya adalah bolabasket.
Menurut Suryobroto (2002: 272) “Kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi
2 jenis, yaitu bersifat rutin dan periodik. Kegiatan ekstrakurikuler yang
bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan
secara terus-menerus, seperti latihan bolabasket, bolavoli dan sepakbola.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk
33
kegiatan yang dilaksanakan pada waktu tertentu saja, seperti lintas alam,
kemping, pertandingan olahraga dan sebagainya.
Ekstrakurikuler adalah salah satu cara untuk dapat meningkatkan
prestasi olahraga khususnya, dalam hal ini adalah cabang olahraga
permainan bolabasket. Namun hal itu tidak akan terjadi jika hanya siswa
saja yang berupaya untuk meningkatkan prestasinya, guru pembimbing
ekstrakurikuler pun harus ikut berupaya untk meningkatkan prestasi
peserta didiknya.
SMA N 2 Klaten yang beralamatkan di jalan Angsana, Trunuh,
Klaten Kota, Klaten merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
peduli terhadap olahraga bolabasket. Kegiatan ekstrakulikuler
dilaksanakan tiga kali dalam seminggu setiap hari senin, kamis dan sabtu
dengan lama latihan 90 menit yaitu pukul 15.30 WIB sampai pukul 17.00
WIB. Dalam pembinaan ekstrakurikuler bolabasket di SMA N 2 Klaten
didukung sarana dan prasarana berupa lapangan bolabasket, bolabasket 13
buah, con 30 buah, dan rompi untuk latihan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri
2 Klaten sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ikut berpartisipasi
dalam perbasketan di Klaten khususnya dengan penyelenggaraan
ekstrakurikuler bolabasket.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dexi Dayanti (2011), dengan judul
“Kesegaran Kardiorespirasi Pemain Bolabasket Wanita PSW Putri
34
Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesegaran kardiorespirasi pemain PSW Putri Bantul. Populasi yang
digunakan adalah berjumlah 20 orang. Metode yang digunakan adalah
metode survai dengan teknik tes dan pengukuran. Instrumen yang
digunakan adalah tes lari multistage. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif presentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
kesegaran kardiorespirasi pemain sepakbola wanita PSW Putri Bantul
Yogyakarta dapat dilihat bahwa termasuk kategori sangat kurang (0 %),
kurang (50 %), sedang (25 %), baik (25 %), sangat baik (0 %), dan
istimewa (0 %).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kusriningsih (2004), dengan judul
“Kesegaran Kardorespirasi Anggota Kepolisian Polres Bantul”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran
kardiorespirasi anggota kepolisian pores Bantul 2003. Populasi yang
digunakan anggota kepolisian polres bantul yang berjumlah 1130
orang. Penelitian dilakasanakan termasuk penelitian sampel, sampel
yang digunakan dalam penelitian ini denag kriteria, usia 20-45 tahun.
Usia 20-29 tahun berjumlah 97 orang, usia 30-39 tahun berjumalaj 89
orang, usia 40-49 tahun berjumlah 99 orang. Dan diambil pada hari
yang sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survai dengan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah
tes lari dan jalan 12 menit dari Cooper. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif presentase. Hasil penelitian menunjukan
35
bahwa tingkat kesegaran kardiorespirasi kepolisian bantul tanpa
penggolongan usia dapat dilihat bahwa termasuk kategori sempurna
(28,4 %), kategori sangat baik (27 %), kategori baik (36,9 %),kategori
sedang (6,7 %), kategori kurang (9,7 %), kategori kurang sekali (0,4
%).
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoritik salah satu komponen kesegaran
jasmani yang paling pokok dan penting adalah kesegaran kardiorespirasi
kesegaran kardiorespiarsi merupakan kemampuan sistem jantung paru
untuk mengedarkan oksigen kedalam darah dan sari-sari makanan
keseluruh tubuh untuk beraktivitas dalam waktu yang relatif lama. Daya
tahan kardiorespirasi berhubungan erat dengan transportasi oksigen,
karbondioksida, dan sari makanan dalam mendukung metabolisme tubuh
seseorang. Seseorang yang memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik
akan lebih efisien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jika seseorang
memiliki kesegaran kardiorepirasi yang baik maka baik pula kesegaran
jasmaninya. Oleh sebab itu, kesegaran jasmani merupakan unsur penting
bagi olah ragawan untuk meningkatkan prestasi. Setelah mengamati
penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang dan tinjauan pustaka,
maka disusun oleh peneliti kerangka berfikir yang berpendapat bahwa
kesegaran kardiorespirasi yang baik sangat berpengaruh pada prestasi yang
dicapai seorang olahragawan apabila tidak terpenuhi
36
Kesegaran kardiorespirasi banyak dipengaruhi beberapa faktor
diantarnya adalah faktor, umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, latihan dan
tingkat kadar lemak dalam tubuh akan tetapi dari beberapa faktor yang
disebutkan faktor yang paling dominan mempengaruhi kesegaran
kardiorespirasi adalah keturunan. Ini dikarenakan faktor keturunan
berperan dapat membedakan kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan
hemoglobin juga persentase slow twich fiber. Untuk mengetahui tingkat
kesegaran kardiorespirasi seseorang dengan cara melakukan tes lari
multistage.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif tetang tingkat kesegaran
kardiorespirasi. Penelitian ini hanya ingin menggambarkan situasi yang
saat ini sedang berlangsung tanpa adanya pengujian hipotesis. Penelitian
diskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel tunggal yang
tidak membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain
(Sugiyono, 2006: 21). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survai dengan teknik tes.
B. Definisi Operasional Variabel Penilitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, perlu diketahui terlebih
dahulu variabel dalam penelitiannya. Variabel dalam penelitian ini adalah
variabel tunggal, yaitu tingkat kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang
mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten. Untuk
menghindari salah pengertian tentang variabel ini maka perlu adanya
batasan definisi operasional variabel penelitian ini. Adapun definisi
kesegaran kardiorespirasi adalah ukuran kemampuan paru-paru dan
jantung dalam mensuplaioksigen dan sari makanan dalam darah keseluruh
tubuh pada saat melakukan aktifitas fisik yang dilakukan secara terus
menerus yang diukur dengan tes lari bolak-balik (multistage running test)
dari Cooper (1968) dalam (http://www.brianmac.demon.co.uk).
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
38
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Selasa, 3 Maret 2015 –
Rabu, 4 Maret 2015 dari pukul 15.00 WIB - selesai dan dilaksanakan di
SMA Negeri 2 Klaten di Jln. Angsana NO. 07, Trunuh, Klaten Selatan,
Klaten. Tempat pengambilan data bertempat dilapangan bolabasket SMA
Negeri 2 klaten.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan purposive sampling jadi subjek
penelitian yang dipakai adalah seluruh siswa putri yang mengikuti
eksrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten berjumlah 21 peserta.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010: 148).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
adalah menggunakan multistage running test dari Cooper (1968) dalam
(http://www.brianmac.demon.co.uk). Tujuannya untuk mengetahui tingkat
kesegaran kasdiorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler
bolabasket Di SMA Negeri 2 Klaten.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes. Tes dilakukan
oleh 7 orang testor, dengan pembagian tugas pemanggil testi 1 orang dan
juga sebagai pengawas, pengatur pita rekaman 1 orang, pencatat hasil
setiap lapangan yang dibuat 5 baris lapangan 5 orang testor. Adapun
langkah-langkah dalam pengambilan data:
39
1. Testi dipanggil 5 orang untuk menempati lapangan yang sudah
ditentukan, kemudian testor 5 orang mencatat nama dan hasil yang
nanti didapat testi satu-satu yang dicatat masing-masing yang
dipegang namanya kemudian disusul sampai selesai.
2. Setalah mendapatkan masing-masing kemampuan testi hasil level dan
balikan, kemudian dikonversikan dalam tabel VO2 maks. Contoh
dalam memasukkan dalam tabel, level 2 balikan 1, hasil yang akan
diperoleh dalam VO2 maksnya yaitu 29,40.
3. Setelah mendapatkan hasil VO2 maksnya masing-masing testi,
kemudian dimasukkan dalam kriteria norma katagori.
4. Hasil dari norma katagori dihitung ada beberapa kriteria yang masuk,
dalam norma katagori tersebut kemudian dihitung persentase masing-
masing, setelah itu dapat disimpulkan hasilnya keseluruhan kesegaran
kardiorespirasi siswa putri SMA Negeri 2 Klaten.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dari penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif dengan presentase. Data yang
terkumpul memalui multistage running test kemudian dimasukkan
kenorma kategori VO2 Max kapasitas maksimal untuk untuk tes
multistage running test. Pembagian interval tes kesegaran kardiorespirasi
siswa putri SMA Negeri 2 Klaten KU 13-19 tahun adalah menunjuk dari
tabel.
40
Tabel 3. Norma kategori VO2 Max untuk putri
Sumber : Table Reference : The Physical Fitness Specialist
Carification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research,
Dallas TX, revised 1997 printed in Advance Fitness Assessment &
Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward, 1998. P48
dalam (http://www.brianmac.demon.co.uk).
Untuk menghitung presentase hasil tes kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus menurut Anas Sudijono (2007: 43) rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
P = 𝑓
𝑁 x 100%
Keterangan:
P: persentase
f: frekuensi
N: jumlah sampel
Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior
13-19 <25 25 - 30 31 - 34 35 - 38 39 - 41 >41
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Klaten yang beralamatkan
Jln. Angsana No 7, Trunuh, Klaten Selatan dan tempat pengambilan data
bertempat dilapangan bolabasket SMA N 2 Klaten.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 hari yaitu dimulai dari tanggal 3
Maret 2015 - 4 Maret 2015. Satu hari untuk pemberian penjelasan tentang
maksud, tujuan dan prosedur dilakukanya tes lari multistage dari pukul
15.00 WIB - Selesai. Kemudian satu hari untuk pelaksanaan tes lari
multistage dari pukul 15.30 WIB – selesai.
c. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa putri yang mengikuti
Ekstrakurikuler bolabasket di SMA N 2 Klaten yang berjumlah sebanyak
21 siswa kelas X-XI yang rata-rata umurnya 15-19 tahun usia anak SMA.
Pelaksanaan pengambilan data ini dibantu oleh 6 orang teman yang sudah
lulus kuliah & sudah lulus dalam mengikuti kuliah yang terkait dengan tes
kesegaran jasmani.
42
Tabel 4. Data usia siswa putri yang mengikuti esktrakurikuler
Bolabasket yang menjadi subjek dalam penelitian
NO Usia Frekuensi Presentase
1.
2.
3.
4.
5.
18 tahun
17 tahun
16 tahun
15 tahun
14 tahun
1
3
12
4
1
4.76 %
14.28 %
57.28 %
19.04 %
4.76 %
JUMLAH 21 100%
2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga hasil penelitian
ini hanya menggambarkan keadaan obyek berdasarkan data dari subjek
penelitian. Hasil penelitian tentang status kesegaran kardiorespirasi siswa putri
yang mengikuti ekstrakurikuler basket di SMA Negeri 2 Klaten akan
dideskripsikan secara keseluruhan.
Tabel 5. Hasil tes multistage siswa putri yang mengikuti
ekstrakurikuler Bolabasket
NO Kelas Nama Siswa Katagori
1 X AGE Sangat Kurang
2 X ANT Baik
3 X BRT Sangat Kurang
4 X EVD Kurang
5 X FIDC Cukup
6 X NAL Kurang
7 X MEAPM Kurang
8 X TDP Kurang
9 X RAR Cukup
10 X VDMH Sangat Kurang
43
Dari tabel 5 di atas menunjukan bahwa siswa putri yang mengikuti
ekstrakurikuler basket yang mengikuti tes multistage sebanyak 21 siswa
dengan rincian siswa masuk dalam kategori baik 2 siswa, cukup 3 siswa, 8
siswa masuk dalam kurang dan sisanya siswa sejumlah 8 siswa masuk dalam
kategori sangat kurang.
Dari hasil tes multistage siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler
bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten yang tertera pada tabel diatas
menunjukkan bahwa kesegaran kardiorespirasi siswa tergolong dalam kategori
sangat kurang. Adapun data hasil tes selengkapnya ada pada tabel 6 dibawah
ini dan disajikan dengan bentuk persentase.
11 XI AG Baik
12 XI ANN Cukup
13 XI CH Kurang
14 XI ESWA Sangat Kurang
15 XI IFF Kurang
16 XI KR Kurang
17 XI RN Sangat Kurang
18 XI WTW Sangat Kurang
19 XII AZPR Sangat Kurang
20 XII MVP Sangat Kurang
21 XII TL Sangat Kurang
44
Tabel 6. Hasil Lari Multistage Siswa Putri yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten
Kategori Kesegaran Jumlah
Frekuensi %
1. Sangat Kurang
2. Kurang
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat Baik
6. Sangat Baik Sekali
9
7
3
2
0
0
42.85
33.33
14.28
9.52
0
0
Jumlah 21 100
Berdasarkan pengkatagorian tingkat kesegaran kardiorespirasi pada
tabel 6 dapat digambarkan dalam bentuk pie chart seperti gambar 3.
Gambar 3. Pie Chart Katagori Kesegaran Jasmani siswa putri SMA
Negeri 2 Klaten
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan status
kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakulikuler
bolabasket SMA Negeri Klaten diperoleh sebanyak 9 siswa (42.85%) dalam
42.85%
33.33%
14.28%
9.52%0%0%
Sangat Kurang Kurang Cukup
Baik Sangat baik Sangat Baik Sekali
Sumber: Data Priemer diolah
45
97
3 2 0 002468
10121416
SangatKurang
Kurang Cukup Baik Sangat BaikSekali
Sangat BaikSekali
JUM
LAH
SIS
WA
KATEGORI
Status Kesegaran Kardiorespirasi Siswa
kategori sangat kurang, 7 siswa (33.33%) dalam kategori kurang, 3 siswa
(14.28%) dalam kategori cukup, 2 siswa (9.52%) dalam kategori baik, 0 siswa
(0%) dalam keadaan sangat baik, dan 0 siswa (0%) dalam keadaan sangat baik
sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada kategori Sangat kurang, yaitu
sebesar 42.85%, sehingga dapat disimpulkan bahwa status kesegaran
kardiorespirasi siswa putri SMA Negeri 2 Klaten yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket secara keseluruhan adalah kurang.
Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, maka histogram status
kesegaran kardiorespirasi siswa putri SMA Negeri 2 Klaten yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket secara keseluruhan akan tampak sebagai berikut:
Gambar 4. Histogram Status Kesegaran Kardiorespirasi Siswa
Putri SMA Negeri 2 Klaten yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Bolabasket.
B. Pembahasan
Daya tahan kardiorespirasi merupakan modal pokok bagi kesegaran
jasmani dan bahkan dianggap identik dengan kesegaran jasmani. Daya
46
tahan kardiorespirasi juga merupakan indikator yang cukup untuk
menggambarkan tingkat kesegaran jasmani. Daya tahan kardiorespirasi
merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani, karena pada saat
melakukan olahraga atau setiap melakukan aktivitas jasmani lain, paru dan
jantung merupakan faktor terpenting dalam proses mensuplay oksigen dan
darah keseluruh tubuh.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesegaran
kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di
SMA Negeri 2 Klaten tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan tes
Multi Stage. Tes ini mengukur efisiensi dan efektifitas fungsi jantung-paru
yang ditunjukan melalui ambilan VO2 Max. Tes Multi Stage dipilih
karena dianggap sangat praktis, efisien dan murah. Selain itu sangat cocok
digunakan dilingkungan SMA Negeri 2 Klaten, dikarenakaan dapat
disesuaikan dengan lapangan bolabasket SMA Negeri 2 Klaten yang
mempunyai lapangan bolabasket yang baik. Tes multi stage hanya
membutuhkan lintasan Sepanjang 20 m, sedangkan luas lapangan
bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten adalah panjang 28 m dan lebar 15
meter.
Berdasarkan penghitungan data hasil penelitian menunjukan bahwa
status kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket SMA Negeri 2 Klaten frekuensi paling banyak
adalah sangat kurang. Dari 21 siswa yang mengikuti tes multi stage tidak
ada satupun siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik maupun
47
sangat baik sekali, Secara rinci, sebanyak 9 siswa (42.85%) terdiri dari;
siswa kelas X 3 orang, siswa kelas XII 3 orang dan siswa kelas XII 3
orang masuk dalam kategori sangat kurang, 7 siswa (33.33%) terdiri dari;
siswa kelas X 4 orang dan siswa kelas XI 3 orang masuk dalam kategori
buruk, 3 siswa (14.28%) terdiri dari; siswa kelas X 1 orang dan siswa
kelas XI 2 orang masuk dalam kategori cukup, 2 siswa (9.52%) terdiri
dari; siswa kelas X 1 orang dan siswa kelas XI 1 orang masuk dalam
kategori baik, sedangkan 0 siswa (0%) dalam keadaan sangat baik, dan 0
siswa (0%) dalam keadaan sangat baik sekali.
Melihat status kesegaran kardiorespirasi siswa putri yang mengikuti
esktrakurikuler bolabasket SMA Negeri 2 Klaten secara keseluruhan
menunjukan bahwa pengembangan kondisi kesegaran kardiorespirasi
masih belum optimal. Dari hasil analisa data menunjukkan 21 siswa putri
yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten, 16
siswa diantaranya belum mempunyai kesegaran kardiorespirasi baik atau
bahkan cukup, 9 siswa putri (42.85%) masuk dalam katagori sangat
kurang dan 7 siswa putri (33.33%) dalam katagori kurang. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Faktor pertama, pelatih
bolabasket SMA Negeri 2 Klaten belum menerapaknya pedoman program
latihan yang baik pada peserta didik meraka, ini terbukti kurangnya jam
latihan yang menekankan pada kemampuan fisik dan hanya terpaku pada
teknik dan taktik saja. Faktor kedua, semua siswa mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten adalah perempuan
48
karena perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak dan memiliki
struktur tubuh yang berbeda sehingga mempengaruhi perkembangan otot
mereka. Faktor ketiga, banyak para siswa belum sadar tentang pentingnya
pemenuhan gizi makanan dalam tubuh, hal ini terbukti banyak siswa yang
belum makan siang saat tes akan diadakan, ini sangat mempengaruhi hasil
tes karena makanan itu sendiri adalah sumber energi. Faktor yang keempat
pada saat tes lari multi stage akan dilaksanakan banyak siswa yang
begadang pada malam harinya, ini juga sedikit banyak mempengaruhi
hasil tes lari multi stage,. Hanya 5 siswa putri yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten yang mempunyai
kesegaran kardiorespirasi masuk dalam katagori baik dan cukup, 3 siswa
(14.28%) masuk dalam katagori cukup, 2 siswa (9.52%) masuk dalam
katagori baik. Dari hasil wawancara salah satu siswa yang mempunyai
kesegaran baik mengungkapkan bahwa, mereka sering menambah jam
latihan fisik ekstrakurikuler sendiri dirumah, selain itu para siswa juga
benar-benar mempersiapkan diri untuk mengikuti tes seperti makan siang
sebelum tes dilaksanakan dan istirahat cukup.
Berdasarkan data diatas bahwa siswa putri yang mengikuti ekstra
kurikuler bolabasket di SMA Negeri 2 Klaten yang mempunyai kesegaran
kardiorespirasi masuk dalam kategori sangat baik adalah 0 siswa (0%) dan
sangat baik sekali adalah siswa (0%). Seperti yang dipaparkan diatas
bahwa sangat banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesegaran
kardiorespirasi para siswa diantaranya adalah faktor kurangnya jam latihan
49
fisik secara baik dan terpogram, faktor kelelahan karna banyaknya aktifitas
belajar-mengajar yang mereka ikuti khususnya setelah menginjak kelas
XII , faktor kebiasaan begadang, faktor pemenuhan gizi, faktor usia juga
sangat mempengaruhi tingkat kesegaran kardiorespirasi para siswa karena
usia para siswa putri yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA
Negeri 2 Klaten memiliki variasi yang berbeda-beda yaitu antara 13-19
tahun. Usia akan mempengaruhi struktur tubuh dan serta pembentukan
otot. Dan faktor jenis kelamin juga merupakan faktor yang mempengaruhi
tingkat kesegaran kardiorespirasi para siswa, semua yang mengikuti
ekstrakurikuler adalah berjenis kelamin perempuan, sehingga pada saat tes
kita tidak tahu kalau ada yang sedang haid, ini sangat mempengaruhi
kefektifitasan gerak para siswa karena kurang leluasa.
Dari penjelasan diatas frekuensi tingkat kesegaran kardiorespirasi
paling tinggi adalah katagori sangat kurang sejumlah 9 siswa yaitu dengan
presentase 42.85%. Penting untuk diketahui mengingat kesegaran jasmani
(khususnya kesegaran kardiorespirasi) sangat penting bagi para pelajar
disekolah. Kesegaran kardiorespirasi digunakan untuk menjaga kondisi
tubuh pada saat belajar di sekolah maupun beraktivitas diluar sekolah agar
tetap bugar terhindar dari segala penyakit, untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya, mampu menghadapi tantangan sehari-hari, sebagai
persiapan untuk melanjukan kejenjang sekolah yang lebih tinggi.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan status kesegaran
kardiorespirasi siswa putri SMA Negeri 2 Klaten yang mengikuti
ekstrakurikuler bolabasket adalah sebagai berikut. Secara rinci sebagai
berikut, sebanyak 9 siswa (42.85%) dalam kategori sangat kurang, 7 siswa
(33.33%) dalam kategori kurang, 3 siswa (14.28%) dalam kategori cukup,
2 siswa (9.52%) dalam katagori baik, 0 siswa (0%) dalam keadaan sangat
baik, dan 0 siswa (0%) dalam keadaan sangat baik sekali. Frekuensi
terbanyak terletak pada kategori sangat kurang, yaitu sebesar 42.85%.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi bagi pelatih ekstrakurikuler
bolabasket dalam melatih siswa-siswinya yang dapat disajikan sebagai
berikut:
1. Bagi siswa atau atlet yang mempunyai tingkat kesegaran
kardiorespirasi kurang dari cukup harus mempunyai kesadaran arti
pentingnya kesegaran jasmani sehingga perlu menjaga dan
meningkatkan aktivitas jasmani secara teratur dan terarah.
2. Bagi pelatih dapat membantu dalam rangka penyusunan program
kegiatan latihan untuk meningkatkan kesegaran dan prestasi olahraga
siswa atau atlet.
51
3. Bagi sekolah dapat meningkatkan sarana dan prasarana guna
menunjang program latihan yang disusun pelatih untuk meningkat
kesegaran jasmani dan prestasi para atlet
C. Keterbatasan Hasil Penelitian
Meskipun Walaupun penelitian ini telah dilakukan dengan sepenuh
hati, jiwa dan raga, namun disadari bahwa penelitian ini tetap tidak
terlepas dari segala keterbatasan yang ada, peneliti sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk memenuhi segala ketentuan yang
dipersyaratkan, namun dalam pelaksanaan di lapanan masih ada
kekurangan dan keterbatasan, antara lain:
1. Tidak dapat mengontrol kesungguhan siswa dalam melakukan tes lari
multi stage.
2. Peneliti tidak mengetahui kondisi fisik testi saat tes multi stage
berlangsung.
3. Peneliti tidak mempunyai data kesehatan testi dari medis.
D. Saran–Saran
Hasil dari penelitian mengenai tingkat kesegaran kardiorspirasi siswa
putri SMA Negeri 2 Klaten yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket,
maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
Bagi peneliti yang berminat meneliti tentang kebugaran kardiorespirasi
hendaknya:
1. Berupaya dapat mengontrol kesungguhan testi.
52
2. Mengecek kondisi fisik testi saat akan dilakukan tes lari multi
stage.
3. Usahakan mempunyai data kesehatan testi dari medis.
54
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mukholid. (2006). Pendidikan Jasmani kesehatan dan Olahraga. Jakarta:
Yudhistira.
Britteahm, Greg. (1998). Petunjuk Lengkap Latihan Khusus Pemantapan Bolabasket.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1994). Pedoman Pengukuran Kesegaran
Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan KesehatanMasyarakat
,Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas.
Depdiknas. (2000). Pedoman Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatihan
Olahragawan Pelajar. Jakarta: Depdiknas.
Dexi Dayanti. (2011). Kesegaran Kardiorespirasi Pemain Bolabasket Wanita PSW
Putri Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yokyakarta: FIK UNY
Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar Kepelatihan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Fox E.L. (1984). Sporty psychology, second edition. Ohio State University: CBS
College Publishing.
Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: UPI Bandung
http://www.brianmac.demon.co/uk/msf table/htm/multistage fitness test table.diunduh
pada tanggal 3 September 2015, jam 13.27 WIB.
Iskandar Z. Adisapoetro.(1999). Panduan Teknis Tes dan Latihan Jasmani, Seminar
dan Widyakarya. Jakarta Pusat: Pengkajian dan Pengembangan Olahraga
Kemengpura.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan untuk SMP/MTS. Karya Mandiri Nusa: Kementerian Pendidikan
Nasional
Ketut Iwan Swadesi. (2007). Pengaruh Pelatihan Sirkuit Periode Istirahat 30 Detik
dam 60 Detik terhadap Kecepatan Kelincahan, dan Volume Oksigen Maksimal
pada Permainan Bola Basket. Jurnal Pengembangan dan Penelitian Sains dan
Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian UNDIKSHA.
Kusriningsih. (2004). Kesegaran Kardorespirasi Anggota Kepolisian Polres Bantul.
Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY
55
Len Kravitz. (2001). Paduan Lengkap Sehat dan Bugar Total. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Muhammad Muhyi Faruq. (2009). Meningkatkan Kebugaran Jasmani melalui
Permainan dan Olahraga Bola Basket. Surabaya: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nurhasan. (2004). Aktivitas Kebugaran (Prinsip-Prinsip Pengembangan dan
Assesmennt Kebugaran Depdiknas), Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Jakarta 2004: 5
PB. PERBASI. (2004). Peraturan Permainan Bola Basket. Jakarta: PB. PERBASI.
Rusli Lutan. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan
Disepanjang Hayat. Jakarta: Depdiknas.
Sadosa S. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: Pustaka
Kartini.
Sharkey, Brian J. (2003). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raya Grafindo
Persada.
Sajoto, M. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Sigit Nugroho. (2008). Ilmu Faal Olahraga Dan Permasalahannya. Yogyakarta: FIK
UNY
Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharjana. (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta:
FIK UNY.
Suharno HP. (1998). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta.
Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Jalma Arum Kurining Gusti: Depdikbud
Suryobroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahjoedi. (2000). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Zafar, Dikdik, Sidik. (2010). Pembinaan Konsisi Fisikm(Dasar dan Lanjutan).
Bandung. FPOK UPI.
56
LAMPIRAN
Lampiran 6. Panduan Multi Stage
61
PROSEDUR PELAKSANAAN MULTI STAGE FITNESS TEST
Tujuan : untuk mengukur kemampuan maksimal kerja jantung dan
paru-paru dengan prediksi VO2 Max.
a. Sarana dan Prasarana:
1) Pita cadense untuk lari multistage
2) Pemutar kaset audio atau CD
3) Lintasan bermarka 20 meter pada permukaan yang data, rata dan tidak licin
4) Stopwatch
5) Formulir
6) Peluit
b. Petugas :
1) Pengukur Jarak
2) Petugas start
3) Pengawas lintasan
4) Pencatat hasil
c. Pelaksanaan :
1) Pertama-tama ukurlah jarak sepanjang 20m dan beri tanda pada kedua ujungnya
dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak, siapkan tape recorder atau Mp3
player.
Lampiran 6. Panduan Multi Stage
62
2) Peserta tes disarankan agar melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum mengikuti
tes dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu menghindarkan dari resiko cedera.
3) Putar kaset atau CD Bleep (multistage fitness test) dan dengarkan petunjuknya dimana
kaset atau CD akan mengeluarkan sinyal/bunyi “TUT” tunggal dengan interval teratur
pada setiap tahap. Bunyi tersebut jamak terdengar pada setiap pergantian tahap..
4) Menginstruksikan kepada testi untuk lari berusaha sampai ke ujung berlawanan
bertepatan dengan saat sinyal “TUT” yang pertama berbunyi. Kemudian meneruskan
berlari dengan kecepatan sama agar dapat sampai ke ujung lintasan bertepatan dengan
terdengarnya sinyal “TUT” berikutnya. Setelah mencapai waktu selama 1 menit
interval waktu diantara kedua sinyal “TUT” akan berkurang, sehingga kecepatan lari
harus makin ditingkatkan. Kecepatan lari pada menit pertama disebut tahap 1,
kecepatan kedua disebut tahap 2 dan seterusnya. Masing-masing level berlangsung
kurang lebih selama 1 menit dan rekaman pita berlangsung meningkat sampai tahap
21. Akhir setiap lari bolak-balik (balikan) ditandai dengan sinyal “TUT” tunggal,
sedangkan akhir tiap tahap ditandai dengan sinyal “TUT” tiga kaliberturut-turut, serta
oleh pemberi petunjuk dalam rekaman pita tersebut.
5) Peserta tes harus selalu menempatkan satu kaki pada atau tepat di belakang tanda garis
start/finish pada akhir setiap kali lari. Apabila peserta tes telah mencapai salah satu
batas lari sebelum sinyal “TUT” berikutnya, testi harus berbalik (dengan bertumpu
pada sumbu putar kaki tersebut) dan menunggu isyarat bunyi “TUT” kemudian
melanjutkan lari dan menyesuaikan kecepatan lari pada tahap berikutnya.
Lampiran 6. Panduan Multi Stage
63
6) Peserta tes harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidak mampulagi
menyesuaikan dengan dengan kecepatan yang telah diatur dalam pita rekaman
sehingga peserta tes secara sukarela harus menarik diri dari tes yang sedang dilakukan.
Dalam beberapa kasus, pelatih yang enyelenggarakan tes ini perlu menghentikan tes
apabila peserta tes melalui ketinggalan dibelakang langkah yang diharapkan. Apabila
peserta tes gagal mencapai jarak 2 langkah menjelang garis ujung pada saat terdengar
sinyal “TUT”. Peserta tes masih diberi kesempatan untuk meneruskan 2 kali lari agar
dapat memperolehkembali langkah yang diperlukan sebelum ditarik mundur.A
7) Tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada permulaannya
kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir. Agar hasilnya cukup
valid, peserta tes harus mengerahkan kerja maksimal sewaktu menjalani tes ini, dan
oleh karena itu peserta tes harus berusaha mencapai tahap setinggi mungkin sebelum
menghentikan tes.
8) Setelah melakukan tes, lakukan gerakan-gerakan pendinginan dengan cara berjalan dan
diikuti dengan peregangan-peregangan otot.
d. Penilaian: Jumlah terbanyak dari tahap dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh
kemudian dicatat sebagai skor peserta tes oleh testor.
Lampiran 6. Panduan Multi Stage
64
Gambar 1. Gambar lintasan lari bolak-balik (multistage running test).
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN MULTISTAGE TEST
1) Peserta tes melakukan pemanasan, guna mengurangi resiko cidera.
2) Tata cara melaksanakan multi stage fitness test:
a) Peserta menempatkan diri pada garis mulai yang telah ditentukan.
b) Peserta harus berlari ke arah ujung yang berlawanan dan sentuh satu kaki di
belakang garis batas saat terdengar bunyi “TUT”. Apabila peserta telah sampai
sebelum bunyi “TUT”, peserta harus bertumpu pada titik putar, menanti tanda
bunyi, kemudian lari ke garis yang berlawanan agar dapat mencapai tepat pada
saat tanda berikutnya bebunyi.
c) Pada akhir tiap menit interval waktu dimana dua bunyi “TUT” makin pendek,
oleh karenanya kecepatan lari makin bertambah cepat.
d) Peserta harus dapat mencapai garis ujung pada waktu yang telah ditentukan dan
tidak terlambat.
e) Tiap peserta harus berlari selama mungkin sampai peserta tidak dapat mengejar
bunyi “TUT”
f) Kriteria menghentikan peserta adalah apabila peserta tertinggal tanda bunyi
“TUT” dua kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung.
g) Penilaian dilakukan dengan cara mencatat level shuttle terakhir yang dilakukan
oleh peserta.
3) Setelah peserta selesai melakukan tes kemudian dilakukan pendinginan.
Lampiran 7. Blangko Penilaian Multi Stage
65
MULTI STAGE FITNESS TEST
Nama :
Umur :
Berat Badan :
Kelas :
1 1 2 3 4 5 6 7
2 1 2 3 4 5 6 7 8
3 1 2 3 4 5 6 7 8
4 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Testie Testor
(...............................) (.................................)
Lampiran 8. Prediksi Nilai VO2Maks
66
Prediksi Nilai VO2Maks
Level Shuttle VO2Max
1
1 17.2
2 17.6
3 18.0
4 18.4
5 18.8
6 19.2
7 19.6
2
1 20.0
2 20.4
3 20.8
4 21.2
5 21.6
6 22.0
7 22.4
8 22.8
3
1 23.2
2 23.6
3 24.0
4 24.4
5 24.8
6 25.2
7 25.6
8 26.0
4
1 26.4
2 26.8
3 27.6
4 27.7
5 28
6 28.3
7 28.7
8 29.1
9 29.5
5
1 29.8
2 30.2
3 30.6
4 31
5 31.4
6 31.8
7 32.4
8 32.6
9 32.9
1 33.2
Lampiran 8. Prediksi Nilai VO2Maks
67
6 2 33.6
3 33.9
4 34.3
5 34.7
6 35
7 35.4
8 35.7
9 36
10 36.4
7 1 36.8
2 37.1
3 37.5
4 37.8
5 38.2
6 38.5
7 38.9
8 39.2
9 39.6
10 39.9
8
1 40.2
2 40.5
3 40.8
4 41.1
5 41.5
6 41.8
7 42
8 42.2
9 42.6
10 42.9
11 43.3
9
1 43.6
2 43.9
3 44.2
4 44.5
5 44.9
6 45.2
7 45.5
8 45.8
9 46.2
10 46.5
11 46.8
10
1 47.1
2 47.4
3 47.7
4 48.0
5 48.4
Lampiran 8. Prediksi Nilai VO2Maks
68
6 48.7
7 49
8 49.3
9 49.6
10 49.9
11 50.2
11
1 50.2
2 50.8
3 51.1
4 51.4
5 51.6
6 51.9
7 52.2
8 52.5
9 52.8
10 53.1
11 53.4
12 53.7
12
1 54
2 54.3
3 54.5
4 54.8
5 55.1
6 55.4
7 55.7
8 56
9 56.3
10 56.5
11 56.8
12 57.1
13
1 57.4
2 57.6
3 57.9
4 58.2
5 58.5
6 58.7
7 59.0
8 59.3
9 59.5
10 59.8
11 60.0
12 60.3
13 60.6
14
1 60.8
2 61.1
3 61.4
Lampiran 8. Prediksi Nilai VO2Maks
69
4 61.7
5 62.0
6 62.2
7 62.5
8 62.7
9 63.0
10 63.3
11 63.6
12 63.8
13 64.1
15
1 64.3
2 64.6
3 64.8
4 65.1
5 65.3
6 65.6
7 65.9
8 66.2
9 66.5
10 66.7
11 66.9
12 67.2
13 67.5
16
1 67.8
2 68.0
3 68.3
4 68.5
5 68.8
6 69.0
7 69.3
8 69.5
9 69.7
10 69.9
11 70.2
12 70.5
13 70.7
14 70.9
Norma VO2 Max untuk putri menurut Brianmac:
Umur Sangat
kurang
Kurang Cukup Baik Sangat
baik
Luar biasa
13-19 <25 25 - 30 31 - 34 35 - 38 39 - 41 >41
Suber: Brianmac Sport Coach diakses dari alamat: http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm
Lampiran 11 . Data Hasil Multi Stage
72
DATA HASIL MULTI STAGE
NO NAMA UMUR
(TAHUN)
BERAT
BADAN
(KG)
KELAS HASIL PREDIKSI
𝑉𝑂2𝑚𝑎𝑘𝑠
KATAGO
RI LEVEL BALIKAN
1 AG 16 45 XI 6 10 36.4 Baik
2 AGE 16 47 X 3 1 23.2 Sangat
Kurang
3 ANT 14 59 X 6 1 33.2 Baik
4 ANN 16 45 XI 5 3 30.6 Cukup
5 AZPR 17 56 XII 3 2 23.6 Sangat
Kurang
6 BRT 16 40 X 2 8 22.8 Sangat
Kurang
7 CH 16 72 XI 4 1 26.4 Kurang
8 ESWA 16 40 XI 5 1 29.8 Sangat
Kurang
9 EVD 15 50 X 4 5 28 Kurang
10 FIDC 16 47 X 6 2 33.6 Cukup
11 IFF 17 42 XI 3 8 26.0 Kurang
12 KR 16 40 XI 4 3 27.6 Kurang
13 NAL 15 41 X 4 1 26.4 Kurang
14 MEAPM 16 43 X 5 1 29.8 Kurang
15 MVP 18 43 XII 3 1 23.2 Sangat
Kurang
16 TDP 15 48 X 4 3 27.6 Kurang
17 TL 17 45 XII 3 3 24.0 Sangat
Kurang
18 RAR 16 47 X 6 5 34.7 Cukup
19 RN 16 71 XI 2 7 20.4 Sangat
Kurang
20 VDMH 15 43 X 3 2 23.6 Sangat
Kurang
21 WTW 16 45 XI 3 4 24.4 Sangat
Kurang
Lampiran 12. Dokumentasi
73
Gbr 1. Foto Profil SMA Negeri 2 Klaten
Gbr 2. Foto Profil SMA Negeri 2 Klaten
Lampiran 12. Dokumentasi
74
Gbr 4. Siswa Sedang melakukan pemanasan
Gbr 3. Testor Memberikan Penjelasan
Lampiran 12. Dokumentasi
75
Gbr 5. Testor Memberikan Contoh
Gbr 6. Siswa Sedang Lari Multi Stage
Lampiran 12. Dokumentasi
76
Gbr 7. Siswa Sedang Lari Multi Stage
Gbr 8. Testor Sedang Mengamati