skripsi deniel zefrizarepository.utu.ac.id/1395/1/bab i-v.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini...

71
ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYA IKAN KERAPU (Epinephelus sp) DENGAN UNIT KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI PERAIRAN LHOK BUBON ACEH BARAT SKRIPSI DENIEL ZEFRIZA 09C10432055 PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYAIKAN KERAPU (Epinephelus sp) DENGAN UNIT

KERAMBA JARING APUNG (KJA)DI PERAIRAN LHOK BUBON ACEH BARAT

SKRIPSI

DENIEL ZEFRIZA09C10432055

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2014

Page 2: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYAIKAN KERAPU (Epinephelus sp) DENGAN UNIT

KERAMBA JARING APUNG (KJA)DI PERAIRAN LHOK BUBON ACEH BARAT

DENIEL ZEFRIZA09C10432055

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2014

Page 3: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Spasial Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu

(Epinephelus sp) dengan Unit Keramba Jaring Apung

(KJA) di Perairan Lhok Bubon Aceh Barat

Nama : Deniel Zefriza

NIM : 09C10432055

Prodi : Perikanan

Disetujui,Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Edwarsyah, SP., MP Jamal Mirda, S.Si., M.ScNIDN : 0111026901 NIDN : 0131058103

Diketahui,Pj. Ketua Program Studi Dekan

Yusran Ibrahim, S.Pi Uswatun Hasanah, S.Si, M.SiNIDN : 0121 0578 02

Tanggal seminar :

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Spasial Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu

(Epinephelus sp) dengan Unit Keramba Jaring Apung

(KJA) di Perairan Lhok Bubon Aceh Barat

Nama : Deniel Zefriza

NIM : 09C10432055

Prodi : Perikanan

Disetujui,Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Edwarsyah, SP., MP Jamal Mirda, S.Si., M.ScNIDN : 0111026901 NIDN : 0131058103

Diketahui,Pj. Ketua Program Studi Dekan

Yusran Ibrahim, S.Pi Uswatun Hasanah, S.Si, M.SiNIDN : 0121 0578 02

Tanggal seminar :

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Spasial Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu

(Epinephelus sp) dengan Unit Keramba Jaring Apung

(KJA) di Perairan Lhok Bubon Aceh Barat

Nama : Deniel Zefriza

NIM : 09C10432055

Prodi : Perikanan

Disetujui,Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Edwarsyah, SP., MP Jamal Mirda, S.Si., M.ScNIDN : 0111026901 NIDN : 0131058103

Diketahui,Pj. Ketua Program Studi Dekan

Yusran Ibrahim, S.Pi Uswatun Hasanah, S.Si, M.SiNIDN : 0121 0578 02

Tanggal seminar :

Page 4: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYA IKAN KERAPU(Epinephelus sp) DENGAN UNIT KERAMBA JARING APUNG (KJA)

DI PERAIRAN LHOK BUBON ACEH BARAT

Yang disusun oleh :

Nama : Deniel Zefriza

Nim : 09C10432055

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi : Perikanan

Telah diuji didepan dewan penguji pada tanggal 10 Oktober 2014 dan dinyatakan

memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Dr. Edwarsyah, SP., MP

(Dewan Penguji I) (………………….)

2. Jamal Mirda, S.Si., M.Sc

(Dewan Penguji II) (…………………..)

3. Husni Yulham, M.IL

(Dewan Penguji III) (………………….)

4. Munandar, M.Sc

(Dewan Penguji VI) (………………….)

DekanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Uswatun Hasanah, S.Si., M.SiNIDN : 0121 0578 02

Page 5: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, pada

tanggal 13 April 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari dua

orang bersaudara. Buah hati dari pasangan Abdul Zaman dan

Aniah. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan

dasar di SD Negeri Langung, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

sekolah MTsS Nurul Huda Meulaboh dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009

penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Meulaboh

Aceh Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis mengikuti

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas Teuku

Umar Angkatan 2009.

Penulis juga pernah terlibat sebagai salah satu panitia dalam kegiatan

Seminar Nasional Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

Di bidang organisasi penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) masa

kepengurusan 2011-2012 penulis berperan di bidang pendidikan dan penelitian.

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti

Praktek Kerja Lapang pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian

Mutu Kelas I Aceh dengan judul “Identifikasi Mikotik Genus Aspergillus pada

Media Pembawa yang dilalulintaskan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian

Mutu Kelas I Aceh”. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah

Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Blang Seunong

Page 6: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Untuk memperoleh gelar sarjana

Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

penulis menulis tugas akhir/Skripsi yang berjudul “Analisis Spasial Kesesuaian

Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus sp) dengan Unit Keramba Jaring

Apung (KJA) di Perairan Lhok Bubon Aceh Barat”.

Page 7: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN BUDIDAYA IKAN KERAPU(Epinephelus sp) DENGAN UNIT KERAMBA JARING APUNG (KJA)

DI PERAIRAN LHOK BUBON ACEH BARAT

Oleh

Deniel Zefriza1) Edwarsyah2) Jamal Mirda2)

ABSTRAK

Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilanusaha budidaya ikan kerapu. Melalui perkembangan teknologi secara umum dewasaini, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu pilihan dalam penentuanlokasi untuk pengembangan budidaya laut, khususnya ikan kerapu. Tujuan penelitianadalah mengetahui parameter fisika-kimia oseanografi dan menentukan kesesuaianlokasi perairan yang berpotensi untuk melakukan kegiatan budidaya ikan kerapudengan unit keramba jaring apung di perairan Lhok Bubon, Aceh Barat berdasarkanmodel spasial variabel data lapangan. Penelitian ini diawali dengan survei lapanganpada bulan Juli 2014, kemudian pengumpulan data dan pengambilan sampel padabulan September 2014, selanjutnya analisis data. Metode yang dipakai dalampenelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metodepurposive sampling yaitu dengan mengacu pada fisiografi lokasi. Metode penelitianini meliputi dua tahapan yaitu pengumpulan data yang terdiri dari 8 parameter fisika-kimia oseanografi (DO, pH, suhu, salinitas, arus, kecerahan, kedalaman, dan tinggigelombang) dan analisa data. Hasil pengukuran kecepatan arus berkisar antara 0,08 –0,33 m/s, kedalaman 2 - 6 m suhu 30 ºC – 31 ºC, salinitas 32 - 38 ppt, DO 3,5 - 4,2mg/l, kecerahan 1 m – 1,6 m, pH 7,4 – 8 dan tinggi gelombang 0,30 – 0,83 m. Hasilspasial kelas kesesuaian dengan luas yang di rekomendasikan 1,74 km² daerah yangtidak sesuai (S3) untuk budidaya ikan kerapu hampir keseluruhan dengan luas ±1,73877 km² (99,93%), yang termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) memiliki luas ±0,00123 km² (0,07%), dan perairan yang sangat potensial dengan kriteria sangatsesuai (S1) tidak terdapat di perairan Lhok Bubon (0%), sehingga kesesuaianbudidaya ikan kerapu di perairan Lhok Bubon dengan unit keramba jaring apungberdasarkan data awal pada penelitian ini keseluruhan tidak sesuai, karena perairanmempunyai faktor pembatas yang sangat berat.

Kata kunci : Budidaya ikan kerapu; keramba jaring apung; Sistem InformasiGeografis (SIG)

Page 8: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University2) Lecturer at the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University

SPATIAL ANALYSIS OF THE SUITABILITY OF GROUPER’S(Ephinephelus sp) AQUACULTURE WITH FLOATING NET

CAGES IN LHOK BUBON OF WEST ACEH

By

Deniel Zefriza1) Edwarsyah2) Jamal Mirda2)

ABSTRACT

Accuracy of site selection is one of the factors that determine the success of grouper’sfarming. Through the development of technology today, Geographic InformationSystems (GIS) is one of the options in determining the location for the developmentof marine aquaculture, especially grouper. The purpose of the research was todetermine physico-chemical oceanographic parameters and to determine thesuitability of the location of the water which is potential to perform activities ofgrouper culture with floating net cages. This study began with a field survey in July2014, and then the data collection and sampling on September 2014, and analysis ofthe data. The method used in this study is a survey method. Determination of thelocation of the sampling used is purposive sampling method with reference to thephysiographic location. Methods This study included two phases of data collectionconsisting of 8 oceanographic physical-chemical parameters (DO, pH, temperature,salinity, currents, brightness, depth, and height of the wave) and data analysis. Theresults of measurements of flow velocity ranged from 0.08 to 0.33 m/s, depth 2 – 6 m,temperature 30 °C – 31 ºC, salinity 32 - 38 ppt, DO from 3.5 - 4.2 mg/l, thebrightness of 1 m - 1.6 m, pH 7 , 4 - 8 and height of the wave 0.30 – 0.83 m. Theresults of extensive spatial suitability classes with recommended area of 1.74 km²which is not suitable (S3) for grouper culture mostly through extensive ± 1.73877km² (99.93%), which belongs to a class quite suitable (S2) has an area of ± 0.00123km² (0,07%), water potential is in accordance with the criteria (S1) that are notavailable in Lhok Bubon (0%), so the suitability of grouper fish aquaculture in waterLhok Bubon with floating net cages does not fit, because the water have a severelimiting factor.

Keywords : Grouper aquaculture; net floating cages; Geographic InformationSystems ( GIS )

Page 9: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah

memberikan rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dengan izin dan

ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa shalawat

beriring salam kepada Junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang telah merubah

manusia dari alam kebodohan menjadi alam yang berilmu pengetahuan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Edwarsyah, SP., MP selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan serta arahan dan menuangkan ide-idenya dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Jamal Mirda, S.Si., M.Sc selaku pembimbing II yang juga telah

banyak memberikan masukan serta waktunya dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Husni Yulham, M.IL sebagai Penguji I yang telah banyak

memberikan saran serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

4. Bapak Munandar, M.Sc selaku Penguji II yang juga telah banyak

memberikan saran serta arahannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa dan bimbingan, kasih dan sayang

serta perhatiannya selama ini yang tidak pernah habisnya untukku. Untuk

saudara-saudaraku terima kasih telah memberi semangat untukku sehingga

dapat temotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2009 serta rekan-rekan yang telah banyak

membantu dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.

7. Serta seluruh Civitas Akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga

penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 10: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

x

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu diharapkan saran dan kritikan yang bersifat

konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga rahmat, hidayah dan karunian-Nya selalu dilimpahkan kepada kita

semua sehingga kita dapat terus memperbaiki diri dan selalu berusaha mencari

kehidupan yang lebih baik di dunia dan untuk bekal di akhirat. Amin…

Meulaboh, Oktober 2014

Penulis

Page 11: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

xi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 11.2 Rumusan masalah ......................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 41.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1 Ikan Kerapu (Epinephelus sp)....................................................... 52.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .................................................... 52.1.2 Habitat ................................................................................. 52.1.3 Kualitas Air Budidaya Ikan Kerapu .................................... 6

2.2 Keramba Jaring Apung (KJA) ..................................................... 62.3 Parameter Fisika Oseanografi ...................................................... 7

2.3.1 Kedalaman Perairan ............................................................. 72.3.2 Intensitas Cahaya ................................................................ 82.3.3 Temperatur .......................................................................... 92.3.4 Kecepatan Arus ................................................................... 92.3.5 Salinitas................................................................................ 102.3.6 Gelombang Laut .................................................................. 11

2.4 Parameter Kimia Oseanografi ....................................................... 112.4.1 pH Air Laut ......................................................................... 112.4.2 Oksigen Terlarut ................................................................. 12

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) ............................................ 142.5.1 Analisis Spasial ................................................................... 142.5.2 Global Positioning Systems (GPS) .................................... 152.5.3 Citra Satelit ......................................................................... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 18

3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................... 183.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 19

Page 12: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

xii

3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 193.3.1 Tahapan Persiapan .............................................................. 213.3.2 Prosedur Penentuan Titik Pengamatan ............................... 213.3.3 Tahap Pengukuran dan Pengambilan Data ......................... 21

3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 233.5 Analisis Data ................................................................................ 23

3.5.1 Analisis Kriteria Kesesuaian ............................................... 243.5.2 Analisis Spasial ................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 28

4.1 Keadaan Umum Lokasi ................................................................ 284.2 Lokasi Titik Sampling .................................................................. 294.3 Parameter Fisika Oseanografi Perairan Lhok Bubon ................... 30

4.3.1 Kedalaman .......................................................................... 304.3.2 Kecerahan ........................................................................... 314.3.3 Kecepatan Arus ................................................................... 324.3.4 Salinitas ............................................................................... 344.3.5 Suhu .................................................................................... 354.3.6 Tinggi Gelombang .............................................................. 37

4.4 Parameter Kimia Oseanografi Perairan Lhok Bubon .................. 384.4.1 Oksigen Terlarut ................................................................. 384.4.2 pH ........................................................................................ 40

4.5 Analisis Spasial Kesesuaian Perairan Budidaya Ikan Kerapu ...... 41

BAB V PENUTUP .................................................................................... 46

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 465.2 Saran ............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya pada Kelangsungan

Hidup Ikan ............... ............................................................................. 13

2. Alat yang digunakan dalam Penelitian ................................................. 19

3. Variabel Fisika-kimia Oseanografi ....................................................... 23

4. Kesesuaian Parameter Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu

dalam KJA .............. ............................................................................. 25

5. Matrik Kesesuaian Perairan dengan Pembobotan dan Skoring ........... 26

6. Penentuan Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Interval Kelas .................. 26

7. Koordinat Lokasi Sampling pada Global Positioning System (GPS).... 29

8. Total Skor Matrik Kesesuaian Perairan ................................................. 42

Page 14: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Morfologi Ikan Kerapu .......................................................................... 5

2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 18

3. Diagram Alir Kegiatan Penelitian ......................................................... 20

4. Sebaran Nilai Kedalaman Perairan Lhok Bubon ................................... 30

5. Sebaran Nilai Kecerahan di Perairan Lhok Bubon ................................ 32

6. Sebaran Nilai Kecepatan Arus di Perairan Lhok Bubon........................ 33

7. Sebaran Nilai Salinitas di Perairan Lhok Bubon.................................... 35

8. Sebaran Nilai Suhu di Perairan Lhok Bubon ........................................ 36

9. Sebaran spasial tinggi gelombang perairan di Lhok Bubon .................. 38

10. Sebaran Nilai Oksigen Terlarut di Perairan Lhok Bubon ...................... 39

11. Sebaran Nilai pH di Perairan Lhok Bubon............................................. 41

12. Satuan Peta Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu di Perairan Lhok Bubon

Aceh Barat ............... ............................................................................. 43

Page 15: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Sebaran Titik Sampling ......................................................................... 51

2. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-kimia Oseanografi ....................... 52

3. Peta Batimetri Kabupaten Aceh Barat ................................................... 53

4. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 54

Page 16: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan Provinsi Aceh,

lebih kurang 55% penduduk Aceh bergantung kepada sektor ini baik secara

langsung maupun tidak langsung (Yusuf, 2003). Oleh karena itu, pengembangan

sektor perikanan harus menjadi salah satu prioritas pembangunan di Provinsi

Aceh sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi

secara umum di kawasan ini.

Dalam rangka memenuhi harapan tersebut, diperlukan kebijakan strategis

yang inovatif didasarkan pada realitas permasalahan dan kondisi masa depan yang

diharapkan dengan menerapkan langkah-langkah terobosan yang efektif. Untuk

itu diperlukan perubahan cara berfikir dan orientasi pembangunan dari daratan

kelautan (maritime), yang disebut dengan Revolusi Biru.

Pengembangan budidaya laut merupakan usaha meningkatkan produksi

dan sekaligus merupakan langkah pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi

dan dalam rangka mengimbangi pemanfaatan dengan cara penangkapan. Usaha

budidaya merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

perairan yang berwawasan lingkungan.

Ikan kerapu merupakan ikan yang paling ekonomis untuk di budidayakan

karena ikan ini memiliki nilai ekspor yang tinggi, beberapa daerah di aceh salah

satunya Simeulue telah melakukan budidaya ikan kerapu, selain itu Balai Benih

Ikan Pantai (BBIP) Busung Simeulue juga sudah mulai memproduksi benih ikan

kerapu dan ini membuat benih ikan kerapu mulai mudah di dapatkan di propinsi

Page 17: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

2

aceh sehingga hal itu menjadi acuan bagi daerah aceh lainnya untuk melakukan

budidaya laut khususnya ikan kerapu.

Penelitian ini melakukan analisis spasial daerah potensi budidaya ikan

kerapu dengan daerah studi Lhok Bubon yang terletak di Kecamatan Samatiga,

Aceh Barat. Lhok Bubon merupakan perairan yang berteluk dan cukup terlindung

bila di bandingkan beberapa teluk yang lain di Aceh Barat. Oleh sebab itu Lhok

Bubon merupakan perairan yang berpotensi untuk budidaya laut, namun belum

ada aktivitas budidaya laut yang memanfaatkan perairan tersebut. Salah satu

komoditas unggul yang belum di budidaya di teluk ini yaitu ikan kerapu. Belum

adanya usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di teluk ini

karena salah satu faktor kendala adalah kurangnya informasi terkait pemilihan

lokasi budidaya yang sesuai dengan pertumbuhan ikan kerapu.

Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu. Beberapa pertimbangan yang perlu

diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari

parameter fisik, kimia dan biologi dan non teknis yang berupa pangsa pasar,

keamanan dan sumberdaya manusia (Raharjo, 2008 ; Mastu, 2011). Salah satu

kesalahan dalam pengembangan budidaya adalah lingkungan perairan yang tidak

cocok (Hartoko & Alexander, 2009).

Melalui perkembangan teknologi secara umum dewasa ini, Sistem

Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu pilihan dalam penentuan lokasi

ideal untuk pengembangan budidaya laut, khususnya ikan kerapu. SIG merupakan

analisis secara spasial (keruangan) yang dapat memadukan beberapa data dan

informasi tentang budidaya perikanan dalam bentuk lapisan (layer) yang nantinya

Page 18: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

3

dapat ditumpang lapiskan (overlay) pada data yang lain, sehingga menghasilkan

suatu keluaran baru dalam bentuk peta tematik yang mempunyai tingkat efisiensi

dan akurasi yang cukup tinggi.

Maka kajian kesesuaian perairan untuk budidaya kerapu dengan unit

keramba jaring apung sebagai alternatif usaha bagi para nelayan setempat dalam

upaya memanfaatkan pesisir mutlak harus dilakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini berdasarkan latar belakang yaitu:

1. Bagaimana parameter fisika-kimia oseanografi di perairan Lhok Bubon?

2. Bagaimana tingkat kesesuain perairan Lhok Bubon untuk budidaya ikan kerapu

dengan KJA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan

masalah yaitu:

1. Mengetahui parameter fisika dan kimia oseanografi di perairan Lhok Bubon

2. Mengetahui kesesuaian perairan yang berpotensi untuk melakukan kegiatan

budidaya ikan kerapu dengan unit karamba jaring apung di perairan Lhok

Bubon Aceh Barat secara spasial.

Page 19: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi awal

yang akurat terkait parameter fisika-kimia oseanografi di perairan Lhok Bubon

dan kesesuaian budidaya ikan kerapu dengan unit keramba jaring apung di

perairan Lhok Bubon Aceh Barat, serta dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah

sebagai masukan dalam perencanaan dan pengembangan pesisir untuk lokasi

budidaya laut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini didasari oleh bahan analisis yaitu

Kesesuaian perairan Lhok Bubon Aceh Barat untuk budidaya ikan kerapu

(Epinephelus sp) dengan unit keramba jaring apung (KJA) dan analisis spasial

menggunakan SIG ( Sistem Informasi Geografis).

Page 20: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Kerapu (Epinephelus sp)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi lengkap dari Ikan Kerapu (Epinephelus sp) menurut Saanin

(1995) sebagai berikut:

Filum : Chordata

Klas : Pisces

Ordo : Perciformes

Familia : Serranidae

Genus : Epinephelus

Adapun morfologi ikan kerapu dapat di lihat pada Gambar berikut :

Gambar 1. Morfologi Ikan Kerapu

2.1.2 Habitat

Ikan kerapu muda umumnya hidup di perairan karang pantai dengan

kedalaman 0,5 - 3,0 m. Habitat yang paling disenangi adalah perairan pantai di

dekat muara sungai. Setelah menginjak dewasa beruaya (berpindah) ke perairan

Page 21: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

6

yang lebih dalam, yaitu di kedalaman 7 - 40 m, biasanya perpindahan ini

berlangsung pada siang dan sore hari. Umumnya kerapu tidak senang pada air

dengan salinitas yang sangat rendah. Kerapu juga tergolong ikan buas (Nontji,

2002).

2.1.3 Kualitas Air Budidaya Ikan Kerapu

Kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti

suhu berkisar antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5

ppm dan pH berkisar antara 7,8 - 8,0. Sementara itu Suprakto dan Fahlivi (2007)

melaporkan kualitas air pada lokasi budidaya, yaitu kecepatan arus 15 - 30 cm/s,

suhu 27 - 29ºC, salinitas 30 -33 ppt, pH 8,0 - 8,2, oksigen >5 ppm dan kedalaman

> 5 m. Kualitas perairan pada lokasi penangkapan di Tanimbar Utara, yaitu suhu

27,00 - 29,62 ºC, salinitas 34,259 - 34,351 ppt,oksigen terlarut 3,95 - 4,28 ml/l,

nitrat 1,00 - 6,00 μg.at/l dan fosfat berkisar 0,80 - 1,40 μg.at/l (Langkosono dan

Wenno, 2003).

2.2 Keramba Jaring Apung (KJA)

Keramba jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah

berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di

perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk. Sistem ini terdiri dari

beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi dan

rumah jaga. Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene dan polyprophelene

dengan berbagai ukuran mata jaring dan berbagai ukuran benang, berfungsi

sebagai wadah untuk pemeliharaan dan treatment ikan. Pelampung terbuat dari

drum plastik, drum besi bervolume 200 liter, styrofoam atau gabus yang

Page 22: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

7

dibungkus dengan kain terpal yang berfungai untuk mempertahankan kantong

jaring tetap mengapung di dekat permukaan air (Seputar Informasi Perikanan dan

Kelautan, 2008).

Rochdianto (2005) menambahkan, Keramba jaring apung ditempatkan

dengan kedalaman perairan lebih dari 2 meter. Beberapa masyarakat ada yang

menyebut kantong jaring apung, keramba kolam terapung dan jaring keramba

terapung atau disingkat kajapung.

2.3 Parameter Fisika Oseanografi

2.3.1 Kedalaman Perairan

Menurut Wibisono (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan

didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal kecepatan

arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang

lebih dalam (Odum, 1979 dalam Kangkan, 2006). Semakin dangkal perairan

semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh

pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi.

Beberapa kultivan seperti rumput laut membutuhkan perairan yang tidak

terlalu dalam dibandingkan dengan budidaya ikan kerapu dan tiram mutiara. Ikan

kerapu sangat tergantung dari pakan buatan (artificial food), maka untuk menjaga

terakumulasinya sisa pakan pada dasar perairan, diharapkan ada perbedaan jarak

antara dasar perairan dengan dasar jaring. Akumulasi yang terjadi berupa proses

dekomposisi dari sisa pakan yang menghasilkan senyawa organik. Kedalaman

yang dianjurkan adalah berkisar 5-25 meter (DKP, 2002).

Page 23: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

8

2.3.2 Intensitas Cahaya

Cahaya merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan dalam

pemangsaan, tingkah laku reproduksi, mencari perlindungan, orientasi migrasi,

pola pertumbuhan (Bal and Rao, 1984 ; Brotowidjoyo et al, 1995 dalam Kangkan,

2006), dan fase metabolisme ikan (Brown and Gratzek, 1980 dalam Kangkan,

2006). Kemampuan sinar matahari pada kondisi cerah dapat diabsorbsi sebanyak

1% pada kedalaman 100 meter dan untuk perairan yang keruh hanya mencapai

kedalaman 10-30 meter dan tiga meter pada perairan estuari (Brotowidjoyo at al,

1995 dalam Kangkan, 2006). Penetrasi cahaya menjadi rendah apabila tingginya

kandungan partikel tersuspensi di perairan dekat pantai, akibat aktivitas pasang

surut dan juga tingkat kedalaman (Hutabarat dan Evans, 1985 ; Sastrawijaya,

2000).

Berkas cahaya yang jatuh ke permukaan air, sebagiannya akan dipantulkan

dan sebagian lagi akan diteruskan ke dalam air. Jumlah cahaya yang dipantulkan

tergantung pada sudut jatuh dari sinar dan keadaan perairan. Air yang senantiasa

bergerak menyebabkan pantulan sinar menyebar kesegala arah. Sinar yang

melewati media air sebagian di absorbsi dan sebagian di scatter (Sidjabat, 1976

dalam Kangkan, 2006) Kecerahan perairan yang di perbolehkan dalam budidaya

perikanan berkisar antara 5-10 meter (Bakosurtanal, 1996 ; Wibisono, 2005). Pada

kedalaman tertentu, apabila kemampuan intensitas cahaya dapat melampauinya,

akan mempengaruhi produktifitas total dan tumbuhan yang dominan dalam

ekosistem.

Page 24: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

9

2.3.3 Temperatur

Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat

organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran

maksimum dan minimum (Efendi, 2003). Ikan merupakan hewan poikiloterm,

yang mana suhu tubuhnya naik turun sesuai dengan suhu lingkungan

(Brotowidjoyo et al, 1995 dalam Kangkan, 2006), sebab itu semua proses

fisiologis ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Hoar et al, 1979 dalam

Kangkan, 2006). Suhu perairan berpengaruh terhadap respon tingkah laku ikan

(Bal and Rao, 1984 dalam Kangkan, 2006), proses metabolisme, reproduksi

(Hutabarat dan Evans, 1985 ; Efendi, 2003), ekskresi amonia (Wheathon et

al,1994 dalam Kangkan, 2006) dan resistensi terhadap penyakit (Nabib dan

Pasaribu, 1989 dalam Kangkan, 2006).

Boyd dan Lichtkoppler (1982) dalam Kangkan (2006) menyatakan bahwa

suhu yang optimal bagi pertumbuhan ikan tropis berkisar antara 25°C – 32ºC.

Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan akan oksigen

yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi

oksigen terlarut dalam perairan semakin menurun. Sejalan dengan itu, konsumsi

oksigen pada ikan menurun dan berakibat menurunnya metabolisme dan

kebutuhan energi.

2.3.4 Kecepatan Arus

Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas masa air laut,

tiupan angin terus menerus diatas permukaan laut dan pasang surut terutama di

daerah pantai (Raharjo dan Sanusi, 1983 dalam Satriadi dan Widada, 2004).

Page 25: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

10

Pasang surut juga dapat menggantikan air secara total dan terus menerus sehingga

perairan terhindar dari pencemaran (Winanto, 2004).

Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota

perairan. Arus dapat menyebabkan ausnya jaringan jasad hidup akibat pengikisan

atau teraduknya substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehingga

terhambatnya fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai

makanan, kelarutan oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan CO2 maupun

sisa-sisa produk biota laut (Beverige, 1987 ; Romimohtarto, 2003).

Kenyataan yang tidak dapat ditoleransi terhadap kuat maupun lemahnya

arus akan menghambat kegiatan budidaya laut (Ghufron dan Kordi, 2005). Arus

juga sangat penting dalam sirkulasi air, pembawa bahan terlarut dan padatan

tersuspensi (Dahuri, 2003), serta dapat berdampak pada keberadaan organisme

penempel (Akbar et al, 2001). Kecepatan arus perairan untuk budidaya keramba

jaring apung di laut tidak boleh lebih dari 100 cm/detik dan kecepatan arus bawah

25 cm/dt (Gufron dan Kordi, 2005).

2.3.5 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas

menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi

oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan semua bahan

organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Salinitas air laut bebas mempunyai

kisaran 30-36 ppt (Brotowidjoyo et al, 1995 dalam Kangkan, 2006). Sedangkan

daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang lebih besar. Semua organisme

dalam perairan dapat hidup pada perairan yang mempunyai perubahan salinitas

kecil (Hutabaratdan Evans, 1995 dalam Kangkan, 2006).

Page 26: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

11

Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan

atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut (Brotowidjoyo et al,

1995 dalam Kangkan, 2006).

2.3.6 Gelombang Laut

Gelombang yang terjadi di lautan dapat dibangkitkan atau diakibatkan

oleh berbagai gaya. Beberapa jenis gaya pembangkit gelombang antara lain angin,

gaya gravitasi benda-benda langit, letusan gunung berapi, gempa bumi, dsb (Nur,

dkk, 2011).

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, Spilling

biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai

yang datar (kemiringan kecil). Plunging Apabila kemiringan gelombang dan dasar

bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan

massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan. Surging terjadi pada

pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai

berkarang (Triatmodjo, 1999).

2.4 Parameter kimia Oseanografi

2.4.1 pH Air Laut

Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan

tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu

tertentu atau pH = - log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan

perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam

cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan konsentrasi

oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan

berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005).

Page 27: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

12

pH air laut umunya berkisar antara 7.6 – 8.3 (Brotowidjoyo et al, 1995

dalam Kangkan, 2006) dan berpengaruh terhadap ikan (Bal and Rao, 1984 dalam

Kangkan, 2006). pH air laut relatif konstan karena adanya penyangga dari hasil

keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat, karbonat dan bikarbonat yang

disebut buffer (Black, 1986 ; Shephered and Bromage, 1998 dalam Kangkan,

2006). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta

limbah rumah tangga (Sastrawijaya, 2000 dalam Kangkan, 2006).

Dalam suatu perairan nilai pH berada pada kondisi alami, namun untuk

budidaya ikan kerapu kisaran pH antara 7.8 - 8,3 (SNI, 2000). Kisaran pH dalam

perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida yang

merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi perairan lainya menyerap

karbon dioksida dari perairan selama proses fotosintesa berlangsung sehingga pH

cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Tetapi

menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd, 1982 dalam

Kangkan, 2006).

2.4.2 Oksigen Terlarut

Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,

sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen

(Brotowidjoyo et al., 1995 dalam Kangkan, 2006). Walaupun pada kondisi

terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan bervariasi berdasarkan

siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian,

musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesa,

respirasi dan limbah yang masuk ke badan air (Effendi, 2003). Kebutuhan oksigen

pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan lingkungan bagi spesies

Page 28: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

13

tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan

(Ghufron dan Kordi, 2005).

Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas

ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan

oksigen antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan partial

oksigen dalam air dan dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah (Brown and

Gratzek, 1980 dalam Kangkan, 2006). Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya

sangat kecil sehingga tidak menggangu kehidupan ikan (Brotowidjoyo et al, 1995

dalam Kangkan, 2006). Keberadaan oksigen di perairan sangat penting terkait

dengan berbagai proses kimia biologi perairan. Oksigen diperlukan dalam proses

oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme perairan

(Dahuri et al, 2004).

Kadar oksigen terlarut dan pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup ikan

dalam Effendi (2003) sebagai berikut :

Tabel 1. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya pada Kelangsungan HidupIkan

Sumber : Modifikasi Swingle dalam Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003.

Kadar OksigenTerlarut (mg/l)

Pengaruh Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan

<030.3 – 1.0

1.0 – 5.0

>5.0

Hanya sedikit yang bertahanAkan menyebabkan kematian pada ikan jikaberlangsung lama.Ikan akan hidup pada kisaran ini tetapi pertumbuhannyaakan lambat, bila berlangsung lama pada kisaran ini,hampir semua organisme akuatik menyukainnya.

Page 29: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

14

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu jaringan perangkat

keras dan lunak yang dapat menunjukkan operasi-operasi dimulai dari

perencanaan, pengamatan, dan pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan

dan analisis data, termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke dalam

beberapa proses (Wiradisastra, 2000).

Menurut Arronof (1993) dalam Prahasta (2005), menyatakan bahwa SIG

merupakan sistem berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk

menangani data yang bereferensi geografis, yaitu pemasukan data,

manajemen data (penyimpanan dan pengambilan kembali) , manipulasi dan

analisis data serta keluaran (output). Selanjutnya dijelaskan bahwa SIG ini

banyak digunakan diberbagai bidang, seperti pemetaan kesesuaian lahan, studi

erosi dan perencanaan jaringan transmisi tegangan tinggi. Dengan

mempergunakan SIG dapat menekan biaya-biaya operasional dan analisis

sehingga sangat sesuai untuk kepentingan penelitian diperguruan tinggi maupun

instansi pemerintah (Prahasta, 2005).

2.5.1 Analisis Spasial

Prahasta (2009) menyatakan, secara umum analisis spasial adalah suatu

teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika

(matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi

hubungan atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di antara unsur-unsur

geografis yang terkandung dalam data digital dengan batas-batas wilayah

studi tertentu. Ringkasnya, analisis spasial merupakan :

Page 30: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

15

a. Sekumpulan teknik untuk menganalisis data spasial

b. Sekumpulan teknik yang hasil-hasilnya sangat bergantung pada lokasi

objek yang bersangkutan (yang sedang dianalisis)

c. Sekumpulan teknik yang memerlukan akses baik terhadap lokasi objek

maupun atribut atributnya.

Pengelolaan, pemrosesan dan analisis data spasial biasanya bergantung

dengan model datanya. Pengelolaan, pemrosesan dan analisis data spasial

memanfaatkan pemodelan SIG yang berdasar pada kebutuhan dan analitiknya.

Analitik yang berlaku pada pemrosesan data spasial seperti overlay, clip, intersect,

buffer, query, union, merge; yang mana dapat dipilih ataupun dikombinasikan.

Pemrosesan data spasial seperti dapat dilakukan dengan teknik yang disebut

dengan geoprocessing (ESRI, 2002),

2.5.2 Global Positioning Systems (GPS)

GPS, singkatan dari Global Positioning System (Sistem Pencari Posisi

Global), adalah suatu jaringan satelit yang secara terus menerus memancarkan

sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima GPS secara

pasif menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit tidak

boleh terhalang, sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka. Satelit

GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data yang

menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu. Alat penerima GPS akan bekerja

jika ia menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit GPS, sehingga posisinya

dalam tiga dimensi bisa dihitung. Pada saat ini sedikitnya ada 24 satelit GPS yang

beroperasi setiap waktu dan dilengkapi dengan beberapa cadangan. Satelit

tersebut dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengorbit

Page 31: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

16

selama 12 jam (dua orbit per hari) pada ketinggian sekitar 11.500 mil dan

bergerak dengan kecepatan 2000 mil per jam. Karena alat ini dapat memberikan

nilai koordinat dimana ia digunakan maka keberadaan GPS merupakan terobosan

besar bagi SIG (Prahasta, 2005).

2.5.3 Citra Satelit

Citra adalah gambar dua dimensi tentang suatu obyek dari pandangan

nyata. Citra dapat berbentuk analog atau digital. Data citra terdiri dari format grid

secara reguler yang disebut data raster, yang terdiri dari baris (row) dan kolom

(column). Didalam data raster terdapat element yang kecil yang dinamakan pixel

(picture element) dengan informasi koordinatnya (row dan column) dan nilai

dalam bentuk angka (Digital Number). Tiap pixel dalam bentuk dua dimensi,

yang mengambarkan nilai intensitas, lokasi dan wilayah permukaan bumi. Nilai

intensitas merupakan gambaran yang diberikan oleh sensor. Intensitas piksel

disimpan dalam bentuk nilai digital.

Pengolahan data citra digital memerlukan komputer untuk memanipulasi

data citra yang disimpan dalam format digital. Tujuan dari pengolahan data citra

adalah meningkatkan arti dari data geografi agar lebih bermanfaat, penuh dengan

informasi. Surfer adalah salah satu piranti lunak yang dipergunakan untuk

pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid

(Budiyanto, 2005).

Citra WorldView-2

Citra WorldView-2 merupakan satelit penginderaan jauh Digital globe

generasi yang terbaru setelah 2 generasi sebelumnya. Satelit WorldView-2 ini

juga memiliki kemampuan merekam sejumlah spektum tertentu secara bersamaan,

Page 32: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

17

sehingga merupakan satu-satunya satelit yang menghasilkan citra ber-resolusi

0.46 m pankromatik dan 1.84 m multispektral pertama yang memiliki jumlah

band (spektrum) sebanyak 8 band.

Satelit ini diluncurkan pada tanggal 8 Oktober 2009, di California, U.S.A.

dan menempati orbit polar, circular dan sun-synchronous jam 10:30 pagi dengan

ketinggian 770 km. Gambar yang ditawarkan dalam mode Panchromatik,

Multispektral (R,G,B, NIR1) dan 4 band tambahan (Coastal, Yellow, Red Edge,

NIR2).

Page 33: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

18

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini diawali dengan survei lapangan pada bulan

Juli dan pengambilan data lapangan pada bulan September 2014.

Adapun lokasi pengambilan sampling sebanyak 12 titik dapat dilihat pada

Lampiran 1. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Page 34: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

19

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan bahan yang Digunakan dalam PenelitianKomponen yang

Diamati/KegunaanSatuan Alat/Bahan

KedalamanKecerahanKecepatan arusSuhu perairanSalinitasDerajat keasaman (pH)Oksigen terlarutTinggi gelombangPetaKoordinat lapanganInterpolasi/Tumpang susun peta(overlay)Mengambil gambar

metermetercm/dt

°CPpt-

Mg/lMeter

-lat/long

-MP

Tali pendugaSecchi DiskAlat Ukur Arus modifikasiTermometerRefraktometerpH PenDO meterTiang skalaCitra Worldview-2GPS Garmin 90

ArcGIS 9.3Camera

Tulis menulisTransportasi laut

--

Pulpen dan buku tulisPerahu motor

3.3 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei dan

pendekatan spasial dengan melakukan pengukuran langsung parameter fisika dan

kimia oseanografi. Pendekatan spasial bermaksud untuk mempresentasikan dan

memodelkan aspek-aspek keruangan dari suatu fenomena (Prahasta, 2002).

Diagram alir kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 pada halaman

berikutnya.

Page 35: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

20

Gambar 3 : Diagram Alir Kegiatan Penelitian

1

2

3

4

5

6

7

8

mulai

Data lapangan :

Kedalaman, kecerahan, suhu,kecepatan arus, salinitas, pH,

DO, tinggi gelombang

Pengolahan data

Citra Satelit WorldView-2

Overlay hasil interpolasi parameter

Satuan Peta Kesesuain PerairanBudidaya Ikan Kerapu

Perhitungan luaskesesuaian

perairan

Analisis spasial dengan interpolasi IDWpada ArcGIS

Page 36: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

21

3.3.1 Tahapan Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian yaitu studi literatur, kegiatan

observasi lapangan dan mengumpulkan atau menyiapkan alat-alat yang akan

digunakan dalam penelitian di lapangan.

3.3.2 Prosedur Penentuan Titik Pengamatan

Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling yaitu

dengan mengacu pada fisiografi lokasi, agar sedapat mungkin bisa mewakili atau

menggambarkan keadaan perairan tersebut. Adapun beberapa kriteria titik

pengamatan perairan yaitu perbedaan kedalaman (dalam, sedang, dangkal),

keterlindungan (terbuka, cukup terbuka, terlindung). Koordinat pengambilan

sampel dicatat dengan bantuan Global Positioning System (GPS).

3.3.3 Tahap Pengukuran dan Pengambilan Data

Pengukuran parameter fisika-kimia oseanografi perairan yang dilakukan

pada pukul 10.00 Wib sampai pukul 17. 00 Wib. Semua akan diukur secara in

situ. Berikut adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian ini :

a. Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan diukur dengan tali penduga. Untuk mengeleminir sudut

yang dibentuk oleh kuat arus, maka tali penduga dipasang pemberat dengan

kapasitas 35 kg.

b. Kecerahan Air

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat sechii disc, pada setiap titik

sampling.

Untuk menghitung kecerahan dalam % digunakan persamaan :

Persentase kecerahan ( %) = Kecerahan (m) / Kedalaman (m) x 100%

Page 37: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

22

c. Suhu Perairan

Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer di setiap titik

sampling.

d. Kecepatan Arus

Informasi ini diperlukan untuk mengetahui arah dan besarnya masa air yang

mengalir. Aliran masa air diukur pada suatu titik yang tetap. Alat yang

digunakan merupakan alat ukur arus yang akan di modifikasi. Keterbatasan

alat ukur digital merupakan kendala dalam pengukuran variabel ini.

Untuk menghitung kecepatan arus yang diukur digunakan persamaan

(Kreyzig 1993, dalam Rasyid, 2005) :

V = s / t

Keterangan:

V = kecepatan arus (m/detik)

s = jarak (m)

t = waktu (detik)

e. Salinitas

Salinitas diukur menggunakan Refraktometer

f. pH

pH perairan diukur dengan menggunakan kertas lakmus

g. Oksigen Terlarut

Pengukuran oksigen terlarut pada tiap titik sampling dengan menggunakan DO

meter.

Page 38: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

23

h. Tinggi Gelombang

Data pengukuran untuk gelombang digunakan metode dengan cara

mengukur tinggi gelombang signifikan ditentukan dengan menggunakan rumus :

H / = 3/ H1 + H2 +⋯+ H /Dimana :

H1/3 : tinggi gelombang signifikan (cm)

N : jumlah gelombang terukur

HN : tinggi gelombang di N (diurut dari besar ke kecil)

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Variabel Fisika-kimia Oseanografi

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui kesesuaian perairan budidaya ikan kerapu dengan unit

Keramba Jaring Apung (KJA) dibutuhkan kriteria sebagai acuan penentuan

kelayakan perairan. Dapat dilihat pada Tabel 4 di halaman 25.

No Parameter Fisika Parameter Kimia1 Kedalaman pH2 Kecerahan Oksigen Terlarut3 Kecepatan Arus4 Salinitas5 Suhu6 Tinggi Gelombang

Page 39: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

24

3.5.1 Analisis Kriteria Kesesuaian

Untuk mendapatkan kelas kesesuaian maka di analisis kesesuaian perairan

untuk parameter fisika-kimia oseanografi. Beveridge (1996) dalam Affan (2012)

mengelompokkan faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu faktor

lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas

perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak dan

silikat).

Pengelompokan ini menurut Nath et al., 2000 (dalam Radiarta et al.,

2006) didasarkan atas pengaruh parameter, parameter dari faktor lingkungan akan

mempengaruhi daya tahan hidup ikan laut sementara faktor kualitas akan

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Berikut

syarat pembatas kehidupan dan perkembangan komoditas budidaya dan nilai

parameter kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 4 di halaman berikutnya.

Page 40: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

25

Tabel 4. Kesesuaian Parameter Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu dalam KJA

No ParameterTingkat Potensi Areal

PustakaSangat sesuai(S1)

Cukup Sesuai(S2)

Tidak Sesuai(S3)

123

45

6

Kedalaman (m)Kec. Arus (m/s)Salinitas (ppt)

Kecerahan (%)Suhu (ºC)

pH

10 – 150,2 – 0,530 – 35

79– 10027 – 32

7,5 – 8,7

5-10 atau 16-250,05–0,120 – 30

60-6920-26

6,5-7,4

<5atau >25>0,5 atau<0,05<20 atau >35

<60<20 atau >32

<6,5 atau>8,7

Utojo dkk (2000)Sunyoto (1994)Sunyoto (1994);Djurjani (1999)Utojo dkk (2000)Sunyoto (1994);Djurjani (1999)Sunyoto (1994);Djurjani (1999)

7

8

DO (mg/l)

Tinggi Gelombang(m)

> 7

0,2 – 0,3

3 – 5 atau 5 -7

0,1–0,19 atau0,3 – 0,4

<3

<0,1 atau>0,4

Radiarta et al.(2007) dan Utojoet al. (2007)Aslan (1998);Hidayat(1994)

Sumber: Sutaman (1993); Utojo dkk (2000); Sunyoto (1994); Djurjani(1999); Aslan (1998); Hidayat (1994) dalam Adibrata dkk (2007).

Penentuan lokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu sangat

ditentukan oleh matrik kesesuaian perairan dengan pembobotan dan skoring.

Bobot yang besar diberikan kepada parameter yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap penentuan wilayah tersebut, sebaliknya parameter yang kurang

dominan atau tidak berpengaruh besar terhadap budidaya diberi bobot yang kecil,

pembobotan dapat di lihat pada Tabel 5 di halaman berikutnya.

Page 41: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

26

Tabel 5. Matrik Kesesuaian Perairan dengan Pembobotan dan Skoring

Sumber: Hasil modifikasi dalam Hasnawiya, 2012

Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk

menentukan kelas kesesuaian untuk budidaya ikan kerapu dengan 3 kelas yaitu:

Tabel 6. Penentuan Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Interval KelasNo Kisaran Nilai Keterangan

1 4,25 – 5Sangat sesuai (S1), perairan tidak mempunyai faktorpembatas yang berarti

2 3 – 3,24Cukup sesuai (S2), perairan mempunyai pembatasyang cukup berarti sehingga perlu diperhitungkansistem pembudidayaan yang akan diterapkan

3 1 - 2,9Tidak sesuai (S3), perairan mempunyai faktorpembatas yang sangat berat.

Sumber: Hasil modifikasi Sutaman (1993); Utojo dkk (2000) dalam Adibrata dkk

(2007)

No Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai skor

1 Kedalaman (m)10 – 15 S1 5

0,21

5-10 atau 16-25 S2 3 0.6<5atau >25 S3 1 0.2

2 Kec. Arus(m/det)

0,2 – 0,5 S1 50,1

0.50,05–0,1 S2 3 0.3

>0,5 atau<0,05 S3 1 0.1

3 Salinitas (ppt)30 – 35 S1 5

0,10.5

20 – 30 S2 3 0.3<20 atau >35 S3 1 0.1

4 Kecerahan (%)79– 100 S1 5

0,050.25

60-69 S2 3 0.15<60 S3 1 0.05

5 Suhu ( ºC )27 – 32 S1 5

0,10.5

20-26 S2 3 0.3<20 atau >32 S3 1 0.1

6 pH7,5 – 8,7 S1 5

0.050.25

6,5-7,4 S2 3 0.15<6,5 atau>8,7 S3 1 0.05

7 DO (mg/l)> 7 S1 5

0.21

3 – 5 atau 5 -7 S2 3 0.6<3 S3 1 0.2

8 TinggiGelombang (m)

0,2 – 0,3 S1 50,2

10,1–0,19 atau 0,3 – 0,4

0,3 – 0,4S2 3 0.6

<0,1 atau>0,4 S3 1 0.2

Page 42: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

27

3.5.2 Analisis Spasial

Pada tahap analisis spasial peta dasar yang digunakan yaitu citra satelit

WorldView-2 yang di ambil pada Desember 2013 dengan Resolusi spasial yang

dimiliki 0,46 m – 0,5 m untuk citra pankromatik dan 1,84 m untuk citra

multispektral.

Selanjutnya data kualitas perairan dikumpulkan berasal dari titik sampling

pengamatan, untuk menganalisis secara spasial, titik-titik tersebut terlebih dahulu

dilakukan interpolasi. Beberapa metode untuk melakukan interpolasi diantaranya

metode trend, spline, krigging dan Inverse Distance Weight, (IDW).

Pramono et al. (2005) dan Jhonson et al., 2001 (dalam Radiarta et al.,

2006) menyebutkan bahwa metode IDW lebih tepat untuk menginterpolasi data

fisik wilayah pesisir karena tidak menghasilkan nilai melebihi data yang disampel.

Metode ini mengasumsikan tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat

lokal sehingga memberikan bobot yang besar pada sel yang terdekat dengan titik

dibandingkan pada sel yang jauh dengan titik. Sedangkan metode spline hanya

cocok digunakan untuk membuat ketinggian permukaan bumi, ketinggian muka

air tanah ataupun konsentrasi polusi udara.

Pengukuran dan analisis kualitas air pada masing-masing titik sampling,

selanjutnya diolah dengan menggunakan software ArcGIS pada toolbox Spatial

Analyst dilakukan interpolasi dengan metode IDW hingga menghasilkan layer

data spasial masing-masing parameter kualitas perairan. Layer ini digunakan

sebagai masukan untuk overlay, maka didapatkanlah peta lokasi yang layak untuk

budidaya ikan kerapu berdasarkan interval kelas kesesuaian, pada lokasi yang

layak ini selanjutnya dihitung luasannya.

Page 43: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

28

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi

Kecamatan Samatiga terletak di antara 04º11’30” dan 04º18’50” lintang

utara serta 95º58’10” dan 96º09’10” bujur timur dengan luas wilayah 140,69 km².

Kecamatan ini berbatasan langsung dengan kecamatan Bubon yang terletak di

bagian utara. Samudra Indonesia di bagian selatan sehingga menjadi sumber mata

pencaharian bagi sebagian besar masyarakat pesisir. Sedangkan di bagian barat

kecamatan ini berbatasan langsung dengan kecamatan Arongan lambalek dan di

sebelah timur dibatasi oleh kecamatan Johan Pahlawan (BPS, 2012)

Secara admistrasi, terdapat tiga puluh dua Gampong dalam kecamatan ini,

salah satunya adalah Gampong Lhok Bubon yang terletak di antara Gampong

Suak Pandan, Gampong Cot, Gampong Teungoh dan Samudra Indonesia,

Gampong Lhok Bubon berbatasan langsung dengan Gampong Cot yang terletak

di bagian utara, bagian barat Gampong Lhok Bubon berbatas langsung dengan

Gampong Suak Pandan, dan bagian timur Lhok Bubon Berbatasan dengan

Gampong Teungoh serta bagian selatan Gampong ini berbatasan dengan samudra

Indonesia sehingga laut menjadi sumber mata pencaharian andalan di Lhok

Bubon. Bila di lihat dari topografi wilayahnya, keseluruhan Gampong di

kecamatan Samatiga berada di daerah daratan dengan ketinggian rata-rata 7 m dari

permukaan laut. Sebagian gampong di kawasan ini berada di luar kawasan hutan

(BPS, 2012)

Page 44: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

29

4.2 Lokasi Titik Sampling

Pengambilan data parameter fisika-kimia oseanografi, dilakukan pada saat

wilayah Lhok Bubon Aceh Barat berada dalam musim Timur. Lokasi

pengambilan sampel sebanyak 12 titik dan posisi pengambilan dicatat dengan

bantuan Global Positioning System (GPS). Posisi pengambilan sampel dengan

format latitude dan longitude diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Koordinat Lokasi Sampling pada Global Positioning System (GPS)

Hasil pengukuran terhadap parameter fisika-kimia oseanografi pada lokasi

sampling di perairan Lhok Bubon Aceh Barat diperlihatkan pada tabel di

Lampiran 2.

Lokasi Sampling LATITUDE (Lintang) LONGITUDE (Bujur)

1 4.19495 96.02773

2 4.19759 96.02981

3 4.19513 96.03101

4 4.19435 96.03393

5 4.19606 96.03813

6 4.19843 96.03595

7 4.20053 96.0332

8 4.20347 96.03445

9 4.20254 96.03692

10 4.19986 96.03849

11 4.20544 96.03725

12 4.20561 96.03503

Page 45: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

30

4.3 Parameter Fisika Oseanografi Perairan Lhok Bubon

4.3.1 Kedalaman

Kedalaman merupakan aspek yang cukup penting untuk diperhitungkan

dalam penentuan lokasi budidaya ikan Kerapu (Epinephelus sp) di dalam keramba

jaring apung, hal ini berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal,

penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara. Sebaran nilai

kedalaman dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Sebaran Nilai Kedalaman Perairan Lhok Bubon

Hasil pengukuran kedalaman perairan pada titik sampling di

Lhok Bubon berkisar antara 2 m sampai 6 m. Nilai kedalaman tertinggi berada

pada stasiun 4, sedangkan kedalaman terendah berada pada stasiun 1 dan 7.

Perbedaan kedalaman perairan Lhok Bubon pada lokasi sampling diduga

disebabkan oleh relief dasar laut.

Page 46: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

31

Topografi daerah pesisir Lhok Bubon dari darat ke arah laut umumnya

landai, dapat dilihat pada peta batimetri di Lampiran 3. Menurut Wibisono

(2005) relief dasar laut mempengaruhi kedalaman suatu perairan.

Kedalaman perairan diatas memperlihatkan kisaran nilai hanya sedikit

yang mendukung bagi kegiatan budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba

jaring apung, Menurut Langkosono dan Wenno (2003) kedalaman >5 m yang

sesuai untuk budidaya ikan kerapu dengan keramba jaring apung.

4.3.2 Kecerahan

Kecerahan pada perairan Lhok Bubon berkisar antara 1 m – 1,6 m. Nilai

tertinggi berada pada titik sampling 4, sedangkan nilai terendah berada pada titik

sampling 7 – 12. Adanya perbedaan kecerahan di perairan Lhok Bubon pada

beberapa lokasi pengambilan sampel diduga berhubungan dengan kedalaman dan

waktu pengamatan.

Menurut Hutabarat (2000) dalam Hartoko dan Alexander (2009), cahaya

akan semakin berkurang intensitasnya seiring dengan makin besar kedalaman.

Pendugaan lain dari peneliti adalah adanya perbedaan waktu pengamatan yang

dilakukan. Effendi (2003) mengatakan bahwa, pemantulan cahaya mempunyai

intensitas yang bervariasi menurut sudut datang cahaya. Kecerahan berpengaruh

terhadap proses pengambilan makanan pada budidaya ikan kerapu sistem keramba

jaring apung selain itu kecerahan juga akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut

dalam perairan. Evalawati et al., (2001) dalam Jumadi (2011) menyatakan

kecerahan perairan lokasi yang cocok untuk budidaya ikan dalam keramba jaring

apung lebih dari 3 meter. Sebaran spasial nilai kecerahan dapat dilihat pada

Gambar 5 di halaman berikutnya.

Page 47: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

32

Gambar 5. Sebaran Nilai Kecerahan di Perairan Lhok Bubon

4.3.3 Kecepatan Arus

Sebaran kecepatan arus di perairan Lhok Bubon berkisar antara 0,08 –

0,33 m/s. Hasil peta kecepatan arus terbesar berada pada perairan yang lebih

terbuka dimana terjadi pergerakan massa air. Hartoko dan Alexander (2009)

mengatakan pada daerah yang terbuka, umumnya akan terjadi pergerakan massa

air yang tinggi. Perbedaan kecepatan arus juga diduga disebabkan oleh lokasi

yang berbeda. Wibisono (2005) dalam Hartoko dan Alexander (2009) mengatakan

bahwa setiap proses aktivitas pasang maupun surut menimbulkan arus. Arus

permanen secara faktual tidak dapat diketahui, sehingga disimpulkan bahwa arus

yang terjadi merupakan arus lokal akibat pasang-surut.

Page 48: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

33

Kecepatan arus berperan penting dalam perairan, misalnya, pencampuran

masa air, pengangkutan unsur hara, transportasi oksigen. Pada saat yang sama

penting bagi usaha budidaya dalam hal sistem penjangkaran, pengrusakan

instalasi (penempelan biofouling, pengubahan posisi keramba), sirkulasi air dan

pengangkutan sisa pakan sehingga kecepatan arus juga mempengaruhi nilai

padatan tersuspensi suatu perairan.

Evalawati et al. (2001) dalam Jumadi (2011) menyatakan bahwa

kecepatan arus permukaan yang baik untuk usaha budidaya ikan dalam KJA

berkisar antara 0,15 – 0,3 m/s Hasil pengukuran kecepatan arus di perairan Lhok

Bubon masih berada pada sesuai (S2) dan sangat sesuai (S1). Sebaran spasial

kecepatan arus di perairan Lhok Bubon ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Sebaran Nilai Kecepatan Arus di Perairan Lhok Bubon

Page 49: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

34

4.3.4 Salinitas

Salinitas adalah kadar garam yang terkandung dalam 1 kilogram air laut.

Salinitas merupakan salah satu faktor penentu terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan di laut. Sebaran nilai salinitas di perairan Lhok Bubon

berkisar 32 - 38 ppt. Keseluruhan hasil pengukuran yang diperoleh terjadi

perbedaan nilai salinitas yang signifikan, hal ini diduga karena adanya masukan

air tawar dari muara, dimana yang lebih jauh dengan muara salinitas cendrung

tinggi. Jumadi (2011) mengemukakan salinitas semakin meningkat ke arah laut

lepas, hal ini disebabkan tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan.

Hartoko dan Alexander (2009) mengatakan bahwa, fluktuasi salinitas yang

besar menyebabkan ginjal dan insang ikan tidak mampu mengatur osmosis cairan

tubuh. Nilai salinitas yang diperoleh di lokasi penelitian dapat dikategorikan

kedalam kelas sangat sesuai untuk kegiatan budidaya ikan kerapu. Sebaran spasial

salinitas perairan di perairan Lhok Bubon dapat dilihat pada Gambar 7 di

halaman berikutnya.

Page 50: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

35

Gambar 7. Sebaran Nilai Salinitas di Perairan Lhok Bubon

4.3.4 Suhu

Sebaran suhu di perairan Lhok Bubon berkisar antara 30ºC sampai 31ºC.

Kisaran tertinggi berada pada enam titik sampling yaitu titik sampling 1,2,7,8,9

dan 10 dan kisaran terendah terdapat pada enam titik sampling yang berada pada

titik 3,4,5,6,11, dan 12. Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan lokasi titik

sampling. lokasi terbuka terjadi pergerakan massa air sehingga nilai suhu relatif

menengah bahkan cenderung rendah sedangkan daerah tertutup tidak terjadi

pergerakan massa air sehingga nilai suhu tinggi.

Selain itu, kedalaman juga mempengaruhi suhu sehingga penyerapan sinar

matahari dapat membuat suhu air berubah . Kinne (1964) dalam Supriharyono

(2001) menyatakan suhu akan memperlihatkan fluktuasi yang lebih bervariasi, di

daerah pesisir yang mempunyai kedalaman relatif dangkal karena terjadi kontak

Page 51: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

36

dengan substrat yang terekspos. Effendi (2003) mengatakan bahwa, suhu perairan

berhubungan dengan kemampuan pemanasan oleh sinar matahari, waktu dalam

hari dan lokasi. Hal ini didukung oleh Basmi (1999) dan Hutabarat (2000) dalam

Hartoko dan Alexander (2009) yang mengatakan bahwa, air lebih lambat

menyerap panas tetapi akan menyimpan panas lebih lama dibandingkan dengan

daratan. Daerah yang semi atau tertutup, umumnya akan terjadi peningkatan suhu

perairan karena tidak terjadi pergerakan massa air.

Nilai suhu di perairan Lhok Bubon, memperlihatkan nilai yang

mendukung untuk kegiatan budidaya ikan kerapu. Sebaran spasial suhu perairan

di Lhok Bubon dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sebaran Nilai Suhu di Perairan Lhok Bubon

Page 52: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

37

4.3.5 Tinggi Gelombang

Sebaran tinggi gelombang di perairan Lhok Bubon berkisar antara 0,3 m

sampai 0,83 m. Kisaran tertinggi berada pada dua titik sampling yaitu titik

sampling 4 dan 6, kisaran terendah terdapat pada titik sampling 10. Perbedaan

tersebut diduga karena perbedaan lokasi titik sampling. lokasi terbuka terjadi

gelombang yang lebih besar sedangkan daerah tertutup dan lebih terlindung

terjadi gelombang yang lebih rendah. Menurut Jumadi (2011) perairan lepas

pantai dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindung dari kondisi badan air.

Tingginya gelombang di perairan yang lebih terbuka dapat di akibatkan oleh

angin. Nur dkk (2011) menyatakan Gelombang yang terjadi di lautan dapat

dibangkitkan atau diakibatkan oleh berbagai gaya. Beberapa jenis gaya

pembangkit gelombang antara lain angin, gaya gravitasi benda-benda langit,

letusan gunung berapi, gempa bumi, dsb.

Tinggi gelombang di perairan Lhok Bubon secara keseluruhan tidak

memenuhi syarat untuk budidaya ikan kerapu dengan unit keramba jaring apung.

Sebaran spasial tinggi gelombang perairan di Lhok Bubon dapat dilihat pada

Gambar 9 di halaman berikutnya.

Page 53: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

38

Gambar 9. Sebaran spasial tinggi gelombang perairan di Lhok Bubon

4.4 Parameter Kimia Oseanografi Perairan Lhok Bubon

4.4.1 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen-DO) merupakan parameter kimia

yang paling kritis di dalam budidaya ikan, akan tetapi bila kadarnya berlebihan

juga dapat menyebabkan kematian. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang

terlarut dalam air, yang diukur dalam unit satuan miligram per liter (mg/l).

Oksigen terlarut menggambarkan besarnya tingkat produktivitas primer perairan.

Nilai oksigen terlarut yang diperoleh selama sampling berkisar antara 3,5

mg/l dan tertinggi dengan nilai 4,2 mg/l. Kisaran nilai terendah berada pada titik

samping 5, dan nilai tertinggi berada pada titik sampling 4. Bervariasinya nilai

Page 54: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

39

kandungan oksigen yang diperoleh kemungkinan disebabkan oleh pengaruh

kedalaman dan kecerahan perairan.

Simarmata (2007) dalam Hasnawiya (2012) mengatakan bahwa,

konsentrasi oksigen terlarut bervariasi terhadap kedalaman perairan. Kandungan

oksigen di air juga akan bervariasi selama 24 jam. Pada siang hari, produsen

primer berfotosintesis dan hewan berespirasi. Sebaran nilai kandungan oksigen

terlarut di perairan Lhok Bubon termasuk kedalam kategori kelas sesuai untuk

budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung. Peta sebaran spasial

nilai oksigen dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sebaran Nilai Oksigen Terlarut di Perairan Lhok Bubon

Page 55: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

40

4.4.2 pH

Pengukuran in situ terhadap variabel pH perairan Lhok Bubon

memperlihatkan kisaran nilai sebesar 7,4 sampai 8. Nilai pH terendah terdapat

pada titik sampling 10, dan nilai tertinggi ada pada titik sampling 2,3,5 dan 6.

Perbedaan nilai pH dalam perairan diduga, disebabkan oleh adanya perbedaan

waktu pengukuran dan juga pencampuran air dari muara sehingga pH di perairan

yang dekat muara dengan yang jauh dari muara cukup berfariasi. Perubahan

konsentrasi pH dalam perairan mempunyai siklus harian. Siklus ini merupakan

fungsi dari karbondioksida. Effendi (2003) mengatakan bahwa, jika perairan

mengandung kabondioksida bebas dan ion karbonat maka pH cenderung asam,

dan pH akan kembali meningkat jika CO2 dan HCO3 mulai berkurang.

Hasil penelitian memperlihatkan, tidak jauh perbedaan pH pada tiap lokasi

pengambilan sampel, tetapi secara keseluruhan nilai pH di perairan Lhok Bubon

berada dalam kisaran yang mendukung kehidupan budidaya ikan kerapu. Sebaran

spatial pH di perairan Lhok Bubon ditunjukan pada Gambar 11 di halaman

berikutnya.

Page 56: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

41

Gambar 11. Sebaran Nilai pH di Perairan Lhok Bubon

4.5 Analisis Spasial Kesesuaian Perairan Budidaya Ikan Kerapu

Penentuan lokasi untuk pengembangan budidaya ikan kerapu dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, diharapkan mampu memberikan

informasi awal terkait penentuan lokasi budidaya ikan kerapu dengan unit

keramba jaring apung. Informasi awal yang telah diperoleh ini harapannya dapat

dilengkapi dengan kajian lanjut agar informasi yang disampaikan dapat lebih

lengkap dan akurat.

Penentuan lokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu sangat

ditentukan oleh matrik kesesuaian lahan dengan pembobotan dan skoring yang

telah dilakukan sebelumnya. Data insitu yang diperoleh pada saat sampling di

interpolasi agar dihasilkan peta sebaran masing-masing parameter. Masing-

Page 57: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

42

masing layer dari parameter yang telah diperoleh di overlay selanjut dilakukan

penghitungan total nilai skor dengan mengacu pada matrik kesesuaian yang telah

dirumuskan sebelumnya, selanjutnya di dapatkanlah peta keseuaian budidaya ikan

kerapu dengan unit keramba jaring apung di perairan Lhok Bubon, Aceh Barat.

Total nilai skor dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Total Skor Matrik Kesesuaian Perairan

Parameter St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7 St8 St 9 St 10 St 11 St 12

DO 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

Suhu 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

Ph 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.15 0.25 0.25

Arus 0.5 0.3 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3

Kecerahan 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05

Salinitas 0.1 0.1 0.1 0.1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

Kedalaman 0.2 0.2 0.6 0.6 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

Gelombang 0.2 0.6 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.6 0.6 0.6 0.6

Total 2.4 2.6 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.6 3 2.9 3 3

Peta hasil spasial kelas kesesuaian budidaya ikan kerapu berdasarkan

matriks pembobotan dan skoring yang telah di overlay (tumpang susun) dari

semua klasifikasi parameter yang diukur dapat dilihat pada Gambar 12 di halaman

berikutnya.

Page 58: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

43

Gambar 12. Satuan Peta Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu di Perairan LhokBubon Aceh Barat

Kriteria kesesuaian ini ditentukpan berdasarkan besaran nilai dan

pembobotan. Variabel perairan yang diberi bobot tertinggi untuk ikan kerapu

dengan unit keramba jaring apung adalah oksigen terlarut (DO), tinggi

gelombang, dan kedalaman. Menurut Hasnawiya (2012) DO merupakan variabel

kritis dibandingkan variabel lain dalam usaha budidaya ikan kerapu dengan

keramba jaring apung.

Menurut Ghufron dan Kordi (2005) dalam Hasnawiya (2012), kebutuhan

oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan lingkungan bagi

spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan.

Kadar oksigen terlarut dan pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup ikan dalam

Effendi (2003) dapat dilihat pada Tabel 3 di halaman 13.

Page 59: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

44

Selanjutnya variabel kedalaman merupakan salah satu syarat utama

kegiatan budidaya ikan kerapu dengan unit keramba jaring apung. Kedalaman

untuk keramba jaring apung dalam ketentuan budidiya harus mencapai minimal 5

meter agar ada ruang antara jaring dan dasar perairan. Menurut Hartoko dan

Alexander (2009) pengaturan instalasi pada ruang yang cukup akan memberikan

jarak yang ideal bagi dasar jaring dan dasar perairan. Dampak yang ditimbulkan

dari variabel ini adalah kemungkinan akumulasi pakan dan serangan hama

terhadap jaring. Ghufron dan Kordi (2005) dalam Hartoko dan Alexander (2009)

mengatakan bahwa, jarak yang baik bagi dasar jaring dan dasar perairan minimal

satu meter. Lebih lanjut dikatakan bahwa, dengan jarak tersebut akan

memudahkan sisa pakan jatuh ke dasar perairan dan akumulasi sisa pakan

tersebut, tidak menyebabkan penurunan kualitas hidup ikan.

Variabel tinggi gelombang juga merupakan variabel yang sangat di

pertimbangkan. faktor tersebut sangat mempengaruhi keadaan keramba jaring

apung dan ikan kerapu yang dibudidayakan. Menurut Jumadi (2011) tingginya

kecepatan arus dan gelombang yang kuat akan merusak keramba dan

mengakibatkan ikan kerapu mengalami stress.

Hasil spasial kesesuaian budidaya ikan kerapu di perairan Lhok Bubon

dengan luas yang di rekomendasikan 1,74 km² menunjukkan daerah yang tidak

sesuai (S3) untuk budidaya ikan kerapu hampir keseluruhan dengan luas ±

1,73877 km² (99,93%), yang termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) memiliki

luas ± 0,00123 km² (0,07%), dan perairan yang sangat potensial dengan kriteria

sangat sesuai (S1) untuk budidaya ikan kerapu dengan unit keramba jaring apung

tidak terdapat di perairan Lhok Bubon (0%), hal ini di akibatkan kurang

Page 60: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

45

terlindungnya perairan Lhok Bubon. Menurut Jumadi (2011) keterlindungan

merupakan parameter yang cukup berpengaruh dalam penentuan kawasan

budidaya keramba jaring apung untuk komoditas kerapu. Hal ini dikarenakan

kegiatan budidaya berlangsung hampir di sepanjang tahun, maka kawasan

budidaya perikanan laut harus berada pada daerah yang terlindung dari kondisi

ekstrim yang dapat mengganggu produktivitas budidaya. Salah satu kondisi

ekstrim yang dimaksud yaitu tingginya gelombang dan kecepatan arus pada

musim tertentu.

Bila ditinjau kembali parameter fisika maka tingkat kesesuaian S2 tersebut

perlu diperhitungkan sistem pembudidayaan yang akan diterapkan, karena di area

yang cukup sesuai tersebut kedalaman dan kecerahan nya tidak memenuhi syarat

untuk budidaya ikan dengan keramba jaring apung, seperti telah di kemukakan di

atas bahwa untuk keramba jaring apung harus memiliki kedalaman minimal 5 m

dan untuk kecerahan harus di atas 60%. Hartoko dan Alexander (2009)

mengatakan bahwa kecerahan dianggap penting sebagai syarat hidup normal,

karena berhubungan dengan kemampuan ikan melihat dan mengambil makanan.

Kecerahan juga membantu kegiatan fotosintesa sehingga ketersediaan oksigen

terlarut dapat terjaga, apabila oksigen terlarut kurang di perairan maka budidaya

tidak akan efektif dan beresiko kegagalan. Jadi, berdasarkan data awal dari

beberapa parameter fisika-kimia oseanografi yang terukur pada penelitian ini

dapat di kemukakan bahwa kesesuaian budidaya ikan kerapu di perairan Lhok

Bubon dengan unit keramba jaring apung keseluruhan tidak sesuai, karena

perairan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat.

Page 61: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

46

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian

ini yaitu:

1. Analisis parameter fisika-kimia di perairan Lhok Bubon berdasarkan data awal

pada penelitian ini seperti, suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecepatan arus, pH,

menunjukkan bahwa seluruh parameter tersebut cukup baik dan memenuhi

syarat bila di jadikan lokasi budidaya, tetapi kedalaman, kecerahan, dan tinggi

gelombang beberapa titik sampling yang di analisis di perairan Lhok Bubon

tidak memenuhi syarat untuk budidaya dengan unit keramba jaring apung.

2. Analisis Spasial kesesuaian budidaya ikan kerapu di perairan Lhok Bubon

dengan luas yang di rekomendasikan 1,74 km² menunjukkan daerah yang tidak

sesuai (S3) untuk budidaya ikan kerapu hampir keseluruhan dengan luas ±

1,73877 km² (99,93%), yang termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) memiliki

luas ± 0,00123 km² (0,07%), dan perairan yang sangat potensial dengan kriteria

sangat sesuai (S1) untuk budidaya ikan kerapu dengan unit keramba jaring

apung tidak terdapat di perairan Lhok Bubon (0%), sehingga kesesuaian

budidaya ikan kerapu di perairan Lhok Bubon dengan unit keramba jaring

apung berdasarkan data awal pada penelitian ini keseluruhan tidak sesuai,

karena perairan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat.

Page 62: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

47

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai aspek sosial dan

ekonomi, infrastruktur, serta parameter kualitas perairan lain yang belum

dilakukan pada penelitian ini. Penelitian lanjutan mengenai kerapu di perairan

Lhok Bubon juga disarankan untuk dilakukan berdasarkan perbedaan musim dan

secara berkala (time series).

Page 63: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

48

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S dan Sudaryanto. (2001). Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek.Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Daerah Kecamatan Samatiga. Badan PusatStatistik Kabupaten Aceh Barat, Meulaboh.

Bal. D.V and K. V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata McGraw-Hill PublishingCompany Limited, New Dehli.

Beveridge. M. 1987. Cage Aquaculture. Fishing News Books Ltd, FarnhanSurrey.

Beveridge, M.C.M. 1996. Cage aquaculture (eds 2nd). Fishing News Books LTD.Farnham, Surrey, England. 352 p.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut ; Aset PembangunanBerkelanjutan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu. 2004. Pengelolaan SumberdayaWilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Edisi revisi. PT. PradnyaParamita, Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan OrientasiPenataan Ruang, Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir danPulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-PulauKecil, Jakarta

Djurjani, 1999. Konsep Pemetaan. On The Job Training (OJT). KerjasamaPuspics Fakultas Geografi UGM dengan Bakosurtanal, Bangda, ProyekMREP. Yogyakarta.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Esri. 2002. “What is GIS ”. ESRI team.

Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung.Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hartoko A. dan Alexander K. 2009.Spasial Modeling For Marine Culture SiteSelection Based On Ecosystem Parameters At Kupang Bay, East NusaTenggara-Indonesia. International Journal of Remote Sensing and EarthScience.ISSN : 0216-6739. VOL 6.pp: 57 – 64.

Hasnawiya. 2012. Studi Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Kerapu DalamKaramba Jaring Apung Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis diTeluk Raya Pulau Singkep, Kepulauan Riau. Journal Of AquacultureManagement and Technology, 1(1) : 87-101.

Page 64: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

49

Jumadi, W. 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring Apung KerapuMacan (Epinephelus fuscogutattus) Menggunakan Sistem InformasiGeografis di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Skripsi. DepartemenIlmudan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor.

Kangkan, Alexander L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk PengembanganBudidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi DiTeluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tesis. Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro Semarang.

Langkosono dan Wenno, L. F. 2003. Distribusi Ikan Kerapu (Serranidae) danKondisi Lingkungan Perairan Kecematan Tanimbar Utara, MalukuTenggara. Prosiding Lokakarya Nasional dan Pameran PengembanganAgribisnis Kerapu II Jakarta, 8 – 9 Oktober 2002. “. Menggalang Sinergiuntuk Pengembangan Agribisnis Kerapu” .Pusat Pengkajian danPenerapan Teknologi Budidaya Pertanian BPPT, Jakarata. 203 – 212.

Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi budidaya ikan laut.Prosiding temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring apungbagi budidaya laut, Puslitbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian: 179 –189.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nur , I. dan Juliawan, R. 2011. Perencanaan Bangunan Pelindung PantaiSemarang Bagian Timur, Tugas akhir Jurusan Teknik Sipil. UniversitasDiponegoro, Semarang.

Prahasta, Eddy. 2005.Konsep-konsep Dasar SIG. Informatika, Bandung.

Pramono, G.H., H. Suryanto, W. Ambarwulan. 2005. Prosedur dan spesifikasiteknis analisis kesesuaian budidaya kerapu dalam keramba jaring apung.Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. Bakosurtanal, Jakarta. 41 hal.

Radiarta, I.N, A. Saputra, B. Pariono. 2004. Pemetaan kelayakan lahan untukpengembangan usaha budidaya laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat.Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5): 19-32.

Radiarta, I.N, A. Saputra, O. Johan. 2005. Pemetaan kelayakan lahan untukpengembangan usaha budidaya laut dengan aplikasi inderaja dan sisteminformasi geografi di perairan Lemito, Provinsi Gorontalo. JurnalPenelitian Perikanan Indonesia, 11(1): 1-14.

Radiarta, I.N., T.H. Prihadi, A. Saputra, J. Haryadi, O. Johan. 2006. Penentuanlokasi budidaya ikan KJA menggunakan analisis multikriteria dengan SIGdi Teluk Kapontori, Sultenggara. Jurnal Riset Akukultur, 1(3): 303 -318

Rochdianto, A. 2005.Budi DayaIkan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya.Jakarta. 98 hal

Page 65: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

50

Saanin, H. 1995. Taksonomi dan kunci IdentifikasiIkan I dan II. Bina Cipta.Bogor

Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.

Satriadi, A dan S. Widada. 2004. Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di MuaraSungai Bodri, Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. Vol 9 (2)hal 101 – 107.

Standar Nasional Indonesia. 2000. Produksi Benih Ikan Kerapu Tikus(Cromileptes altivelis, Valenciennes) Kelas Benih Sebar. BSN. SNI : 01-6487.3-2000.

Sunyoto, P., 1994. Pembesaran Kerapu dengan Keramba jaring Apung. PenebarSwadaya. Jakarta.

Suprakto, B. dan Fahlivi, M. R. 2007. Studi tentang kesesuaian lokasi budidayaikan di KJA di perairan Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep.Pembangunan kelautan berbasis IPTEK dalam rangka peningkatankesejahteraan masyarakat pesisir. Prosiding SeminarKelautan III,Universitas Hang Tuah 24 April 2007, Surabaya : 58 – 65.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta offset. Yogyakarta.

Trisasongko, Bambang H., Diar Shiddiq. 2012.Manajemen dan Analisis DataSpasial dengan ArcView GIS.: IPB

Utojo, A. Mansyur, A.M. Pirzan,Suharyanto, N. A. Rangka dan Sutrisyani, 2000.Studi Kelayakan Sumberdaya Areal Budidaya Laut di Pulau-pulauSembilan Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan; Teluk Tira-tira, TelukKamaru dan Teluk Lawele Kabupaten Buton Serta Teluk KulisusuKabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Balitkanta. Maros. SulawesiSelatan.

Utojo, A. Mansyur, Rahmansyah, Hasnawi. 2004. Identifikasi kelayakan lokasibudidaya rumput laut di kota baru, Kalimantan Selatan. Jurnal RisetAkukultur, 1(3): 303 -318.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kalautan. Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta.

Winanto, Tj. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya,Jakarta.

Yusuf, Q. 2003. Empowerment of Panglima Laot in Aceh. International workshopon Marine Science and Resource. Banda Aceh, 11-13 March, 2003.

Page 66: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

51

Lampiran 1. Sebaran Titik Sampling

Page 67: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

52

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-kimia Oseanografi

Tabel Hasil Pengukuran Parameter Fisika-kimia Oseanografi di Perairan Lhok Bubon

Sumber : Hasil Penelitian, 2014

LokasiSampling lat long

Kedalaman(m)

Kecerahan Suhu(ºC)

pHDO

(ppm)Salinitas

(ppt)Tinggi Gelombang (m) Arus

m % I II III Rata-rata waktu/1 m m/s1 4.195 96.02773 2 1.1 55.00 31 7.9 3.7 38 0.4 0.45 0.4 0.42 5 0.2

2 4.1976 96.02981 4 1.5 37.50 31 8 4 38 0.3 0.4 0.4 0.37 10 0.1

3 4.1951 96.03101 5 1.5 30.00 30 8 4 38 0.6 0.5 0.7 0.60 5 0.2

4 4.1944 96.03393 6 1.6 26.67 30 7.9 4.2 38 0.8 0.7 1 0.83 3 0.33

5 4.1961 96.03813 4.5 1.3 28.89 30 8 3.5 35 0.7 0.7 0.8 0.73 3 0.33

6 4.1984 96.03595 3 1.2 40.00 30 8 4.1 35 0.9 0.8 0.8 0.83 5 0.2

7 4.2005 96.0332 2 1 50.00 31 7.5 4 35 0.3 0.35 0.6 0.42 5 0.2

8 4.2035 96.03445 3 1 33.33 31 7.5 4 35 0.4 0.4 0.5 0.43 11 0.09

9 4.2025 96.03692 3 1 33.33 31 7.5 4 33 0.3 0.4 0.35 0.35 10 0.1

10 4.1999 96.03849 4 1 25.00 31 7.4 3.8 33 0.3 0.2 0.4 0.30 8 0.12

11 4.2054 96.03725 4 1 25.00 30 7.5 3.8 32 0.3 0.35 0.35 0.33 10 0.1

12 4.2056 96.03503 3 1 33.33 30 7.5 4 33 0.3 0.3 0.4 0.33 12 0.08

Page 68: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

53

Lampiran 3. Peta Batimetri Kabupaten Aceh Barat

Page 69: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

54

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Menentukan koordinat titikpengamatan dengan GPS

Mengukur Oksigen Terlarutdengan DO Meter

Mengukur pH dengan pH Meter Mengukur Suhu denganThermometer

Page 70: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

55

Mengukur Salinitas dengan

Refraktometer

Mengukur Kedalaman dengan

Tali

Mengukur tinggi gelombangdengan tiang skala

Mengukur kecepatan arus denganalat modifikasi

Page 71: SKRIPSI DENIEL ZEFRIZArepository.utu.ac.id/1395/1/BAB I-V.pdf · 2017. 10. 18. · penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik lokasi sampling dengan metode purposive sampling

56

Mengukur Kecerahan dengan

Secchi disk