skripsi bicek

Upload: eka-kurnia-putra-djaelani

Post on 02-Mar-2016

719 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

SKRIPSIGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUD LIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHEPROPINSI SULAWESI UTARADisusun Oleh :SULKARNAIN212016188PROGRAM S1 KEPERAWATAN

MAKASSAR2009

iiHALAMAN PERSETUJUANGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGPENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUDLIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHEPROPINSI SULAWESI UTARASkripsi ini diterima dan disetujui untuk dipertahankan didepan pengujiTim PembimbingPembimbing ISyahrul Said, S.Kep, NsPembimbing IIBestfy Anitasari, S.Kep, NsMengetahui :Ketua Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran Universitas HasanuddinMakassarDr. dr. H. ILHAM JAYA PATELLONGI, M.KesNIP : 19580128 198903 1 002iiiHALAMAN PENGESAHANSKRIPSIGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGPENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUDLIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHEPROPINSI SULAWESI UTARAYang disusun dan diajukan oleh :ISWANTO GOBELC 121 08 565Telah dipertahankan di depan panitia ujian skripsiPada hari : Rabu, 20 Januari 2010Dan telah dinyatakan memenuhi syaratTim Penguji1. Ns. Rini Rachmawaty, S.Kep., MN (.................................................)2. Abd. Rakhmat, S. Kep, Ns (.................................................)3. Syahrul Said, S.Kep, Ns (.................................................)4. Bestfy Anitasari, S.Kep, Ns (.................................................)MengetahuiAn. DekanPembantu Dekan Bidang AkademikFakultas KedokteranUniversitas HasanuddinProf. Dr. dr. Suryani Asad, M.Sc.,Sp.GKNip : 19600504 198601 2 002Ketua Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas HasanuddinDr. dr. H.IlhamjayaPatellongi,M.KesNIP : 19580128 198903 1 002Iv

ABSTRAKISWANTO GOBEL.Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penetalaksanaan Bantuan Hidup Dasar Di RSUD Liunkendage Tahuna Kabupaten Sangihe Propinsi Sulawesi Utara. Syahrul Said dan Bestfy Anitasari (xi + 40 halaman + 6 tabel + 13 gambar + 5 lampiran + 26 kepustakaan)Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif kejadian gawat darurat tidak dapat diprediksikan dan dapat terjadi dimanmana serta pada siapa saja. Keterlambatan serta kesalahan dalam penanggulangannya dapat menimbulkan efek yang sangat fatal dan tidak dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan salah satu upaya yang harus segera dilakukan oleh seseorang apabila menemukan korban yang membutuhkannya, Oleh karena itu setiap indifidu apalagi tenaga kesehatan wajib menguasainya.Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar di RSUD Liunkendage Tahuna. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di RSUD Liunkendage Tahuna yakni pada ruangan anggrek, bougenfile, crisant, edelweiss, flamboyan, ugd dan icu sedangkan sampel yang diambil adalah total sampel yakniberjumlah 75 responden. Data primer diperoleh melalui kuesioner, sementara data sekunder diperoleh dari bagian medikal rekord RSUD Liunkendage Tahuna maupun studi kepustakaan. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for windows versi 17,0 dengan analisa univariat statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel deskriptif frekwensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar 33,3 % berpengetahuan kurang dan 36,7 % berpengetahuan sedang sedangkan perawat yang berpengetahuan baik tidak ada. Satu hal pula yang menjadi fenomena ternyata seluruh responden belum pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan, Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar masih rendah dan belum memenihi harapan oleh sebab itu penulis menyarankan kepada manajemen rumah sakit untuk membuat pelatihan serta seminar guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta meng update ilmu yang telah ada. Kata Kunci : Pengetahuan BHD , Perawat RSUD Liunkendage Tahuna.V

KATA PENGANTARAssalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta inayahnyalah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, sholawat dan salam tak lupa pula penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga sahabat dan para pengikutnya.Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan namun atas doa, dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga hambatan itu menjadi mudah bahkan menjadi motivasi bagi peneliti untuk lebih giat lagi. Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, kepada Istriku tersayang dan adiku Ikal dan Ezha yang selalu memberikan doa, cinta, perhatian, nasehat, pengorbanan serta motivasi kepada penulis dalam menempuh pendidikan hingga selesai. Rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ns Syahrul Said, S.Kep dan Ns Bestfy Anitasari, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah menuntun penulis dengan penuh kesabaran dan keterbukaan, dengan tulus telah meluangkan waktu dan pikiran membimbing penulis ditengah kesibukan yang sangat padat. Penghargaan setinggi-tingginya kepada Ns Rini Rachmawaty, S.Kep, MN dan Bpk Abd. Rakhmat, S.Kep, Ns selaku dosen penguji atas segala kritikan, saran dan arahan yang telah diberikan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.viUcapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pulakepada:1. Prof. Dr. Irawan Yusuf, PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin Makassar.2. DR. dr. Ilhamjaya Patellongi,M.Kes., selaku Ketua Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang sangatberdedikasi terhadap kemajuan di PSIK.3. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu dalamproses perkuliahan.4. Teman-temanku Ners B 2008, Saudara seperjuanganku di Wesabe (Dikno,Dewi, Hijrah, Ukas semuanya tanpa kecuali), teman-teman SIAGA Ners,MAPERWA, HIMAS serta seluruh civitas akademika PSIK FK Unhas,terima kasih telah memberi-ku arti sebuah kebersamaan dan persaudaraanyang sejati. Mengenal kalian adalah suatu anugrah yang sangat berarti.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh darikesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dariberbagai pihak sangat di harapkan. Semoga skripsi ini bisa memberikanmanfaat bagi kita semua, dan amal baik yang diberikan oleh semua pihaksemoga mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT, Amin.Makassar, Januari 2010PenulisVii

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL iHALAMAN PERSETUJUAN . iiHALAMAN PENGESAHAN . iiiABSTRAK... . ivKATA PENGANTAR . vDAFTAR ISI viiDAFTAR TABEL ... ixDAFTAR GAMBAR ... xDAFTARLAMPIRAN ... xiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang. 1B. Rumusan Masalah ... 4C. Tujuan Penelitian . 4D. Manfaat Penelitian ... 5BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan. 6B. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hidup Dasar... 8C. Tinjauan Umum Tentang RSUD Liunkendage Tahuna 21BAB III KERANGKA KONSEPA. Kerangka Konsep 23viiiBAB IV METODOLOGI PENELITIANA. Desain Penelitian . 24B. Tempat dan Waktu Penelitian . 24C. Populasi dan Sampel ... 24D. Alur Penelitian ... 25E. Variabel Penelitian . 26F. Instrumen Penelitian ... 28G. Pengolahan Data dan Analisa Data 28H. Etika Penelitian .. 29BAB V HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian.. . 31B. Pembahasan... . 35C. Keterbatasan Penelitian... 38BAB VI PENUTUPA. Kesimpulan .. . 39B. Saran..... . 39DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRANxi

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Lembar permohonan menjadi respondenLampiran 2 Lembar persetujuan menjadi respondenLampiran 3 Kuisioner penelitianLampiran 4 Master data penelitianLampiran 5 Hasil uji deskriptif frekwensiLampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari RSUDLiunkendage Tahuna.X

DAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1 Memeriksa kesadaran. 2005 European Resuscitation Council..Gambar 2.2 Panggil bantuan. 2005 European Resuscitation Council...Gambar 2.3 Head tilt and chin lift ...................................................................Gambar 2.4 Jaw thrust..Gambar 2.5 Look listen and feel for normal breathing. 2005 EuropeanResuscitation Council...........Gambar 2.5 Menutup hidung korban sedang posisi kepala tetap ekstensi. 2005 European Resuscitation CouncilGambar 2.6 Pemberian napas dari mulut ke mulut. 2005European Resuscitation.Gambar 2.7 Mouth-to-mask ventilation. 2005 European ResuscitationCouncil.Gambar 2.8 The two-person technique for bag-mask ventilation. 2005European Resuscitation Council.Gambar 2.9 Letakan satu tangan pada tulang sternum antara papilamammae atau dua jari diatas os xifoideus.Gambar 2.10 Lakukan penekanan dada sebanyak 30 : 2....Gambar 2.11 Defibrilation @ AHA 2005...........................................................Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................Gambar 4.1 Alur kerja penelitian..1111141516171718182020212325Ix

DAFTAR TABELHalamanTabel 5.1 Karakteristik Responden Menurut Umur . 32Tabel 5.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 32Tabel 5.3 Karakteristik Responden Menurut Lama Kerja ........ 33Tabel 5.4 Karakteristik Responden Menurut Tempat Kerja/RuangPerawatan....... 33Tabel 5.5 Karakteristik Responden Menurut Pelatihan Yang Diikuti 34Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Responden TentangBantuan Hidup Dasar. 341

BAB IP E N D A H U L U A NA. Latar belakangPelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi. Terhentinya pernapasan atau sirkulasi merupakan keadaan sangat gawat yang penanganannya harus segera didahulukan di atas segalanya (Purwadianto & Sampurna, 2000). Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya.Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan difasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007).Penelitian secara klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa keberhasilan pertolongan sangat tergantung pada proses pelayanan gawat darurat/bantuan hidup dasar pada fase pra rumah sakit (sebelum rumah sakit) dan fase rumah sakit. Rantai tersebut merupakan kesatuan yang erat dan utuh, jika salah satu mata rantai hilang atau lemah maka kemungkinan keberhasilan pertolongan menjadi berkurang. Jadi semua mata rantai harus kuat dan saling terkait erat satu sama lain.Bantuan Hidup Dasar (BHD) efektif jika segera dilaksanakan saat penderita mengalami gangguan yang membutuhkan tindakan segera. Semakin cepat BHD di lakukan maka semakin besar tingkat keberhasilan pertolongan, sebaliknya semakin lambat maka tingkat keberhasilan pertolongan semakin kecil (Rahman, 2008, dikutip dalam Nelsen 1999).Pada saat ini pengetahuan tentang BHD telah di ajarkan kepada semua masyarakar seperti: nelayan, kepolisian, tentara, dan lain-lain. Pengetahuan ini mencakup konsep kegawatan, konsep dasar resusitasi dan konsep tindakan resusitasi yang meliputi tindakan pengelolaan jalan nafas (airway), pemberian nafas buatan (breathing) dan tidakan pemijatan dada (circulation). Lalu bagaimana dengan tenaga kesehatan khususnya perawat, apakah telah menguasai tindakan tersebut? (Rahman, 2008).Nurhayati, dkk (2006) pernah meneliti tentang Upaya peningkatan pengetahuan keterampilan masyarakat dalam memberikan bantuan hidup dasar pada kejadian gawat darurat kelautan di Kelurahan Cilacap Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap, dari hasil penelitian tersebut dapat diidentifikasi bahwa bencana alam di laut banyak terjadi dan juga banyak memakan korban oleh karena ketidaktahuan dan tidak terampilnya masyarakat khususnya nelayan dalam memberikan pertolongan kegawatdaruratan dengan memberikan bantuan hidup dasar. Rahman (2008) juga pernah menelitiPengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan di ruang NICU, ruang perinatologi dan ruang anak RSUD Gunung Jati Cirebon di dapatkan bahwa pengetahuan perawat yang dikategorikan baik masih sangat kurang.Berdasarkan penelitian tersebut disarankan bahwa pengetahuan perawat danketerampilan tindakan resusitasi untuk selalu ditingkatkan baik formal maupun nonformal sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif.Data yang di peroleh dari bagian medical record RSUD Liunkendage Tahuna Kabupaten Sangihe dalam tiga bulan terakhir terhitung sejak Januari sampai Maret 2009 jumlah pasien mencapai 350 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 37 orang sementara pasien dengan indikasi bantuan hidup dasar diperkirakan sekitar 74 orang, ini membuktikan masih tingginya angka kematian dan begitu pentingnya tindakan bantuan hidup dasar harus di miliki oleh semua perawat. RSUD Tahuna merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan tingkat Kabupaten yang letaknya jauh dari rumah sakit pusat rujukan daerah/propinsi yang transportasinya menggunakan kapal laut dan memerlukan waktu yang lama. Kabupaten kepulauan Sangihe berbatasan dengan negara Philipina yang kondisi geografisnya banyak pegunungan serta lautan sehingga rawan untuk terjadinya bencana alam, pada tahun 2006 kurang lebih 50 orang korban meninggal dunia dalam banjir dan tanah longsor.Dari hasil pengamatan penulis yang telah bekerja selama dua tahun di Rumah Sakit tersebut dapat di simpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang tindakan BHD masih sangat minim dan pihak Rumah Sakit pun kurang memperhatikan, hal itu di buktikan pada empat tahun terakhir tidak ada perawat yang di ikutsertakan pada pelatihan gawat darurat sehingga ilmu yang di peroleh tidak terupdate. Sehubungan dengan fenomena itu membuat penulis merasa terpanggil untuk melakukan suatu perubahan sehingga pada tahap awal ini untuk mendapatkan data yang akurat serta pertimbangan waktu yang singkat maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar di RSUD LiunKendage Tahuna Kab Sangihe Prop Sulawesi Utara.

B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat di RSUD Liunkendage Tahuna tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar?

C. Tujuan PenelitianUntuk menggambarkan tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar di RSUD Liunkendage Tahuna.D. Manfaat Penelitian1. Bagi Penelitia. Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah di peroleh diperguruan tinggi guna untuk kepentingan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.b. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.2. Terhadap Ilmu PengetahuanSebagai sumber khasanah ilmu pengetahuan peneliti lainnya dan bahan acuan bagi yang berminat.3. Terhadap Program StudiSebagai salah satu bahan kajian untuk pengembangan mata kuliah gawat darurat.4. Terhadap Rumah SakitSebagai bahan kajian dan masukan untuk rumah sakit terhadap upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pengembangan keterampilan penatalaksanaan pesien gawat darurat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan1. Pengertian.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dengan menggunakan mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).2. Tingkatan pengetahuanSoekidjo mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif antara lain :a. Tahu (know)Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.b. Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulakan, meramalkan, dan sebagainyaterhadap objek yang dipelajari.c. Aplikasi (aplication)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguasai materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.d. Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemamapuan anlisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokan, dan sebagainya.e. Sintesis (synthesis)Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.f. Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atauangket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.

B. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hidup Dasar1. PengertianBantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (Goyten, 2008).Prinsip BLS sendiri adalah SRABC, yaitu save, respon, airway,breathing dan circulation. Save dimaksudkan agar penolong memastikankeamanan diri, lingkungan dan korban, sebelum melakukan pertolongan. Respon diperlukan untuk mengetahui tingkat kesadaran korban.

2. Indikasi Bantuan Hidup Dasara. Henti napas1) Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing, menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain.2) Tanda-tanda : Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada pasien.b. Henti jantung/cardiac arrestPada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen.3. Tujuan bantuan hidup dasara. Menyelamatkan kehidupan.b. Mencegah keadaan menjadi lebih burukc. Mempercepat kesembuhan4. Langkah-langkah bantuan hidup dasara. Preteksi diriApabila anda menemukan penderita hal yang paling utama sebelum melakukan bantuan adalah proteksi diri mengingat saat ini bagitu banyak penyakit menular yang telah beredar di masyarakat. Centerst for disease and prevention (CDC) mencatat 54 kasus menular human insufisiensi virus (HIV) di tempat kerja pada petugas kesehatan di Amerika Serikat sampai desember 1998. Seratus tiga puluh empat kasus tambahan suspek HIV sudah disampaikan (Oman, 2008).b. Periksa kesadaran korbanCara memeriksa kesadaran yakni dengan memanggil nama atau dengan cara memberikan tepukan pada bahu korban. Pada bayi lakukan jentikkan di telapak kaki dan jangan mengguncangguncangkannya (Wong, 2004). Sedangkan Haws (2007) juga mengatakan pemeriksaan kesadaran pada bayi bisa dilakukan denganmengulus punggung. Tingkat kesadaran biasanya dinilai dengan AVPU:A : Alert (sadar penuh)V : Verbal (menjawab rangsangan kata-kata)P : Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri)U : Unresponsive (tidak berespon)Gambar 2.1: Memeriksa kesadaran. 2005 European Resuscitation Council.c. Panggil bantuan/aktifkan 118Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera mengaktifkan sistem gawat darurat/emergency medical system (EMS)118.Gambar 2.2 : Panggil bantuan. 2005 European Resuscitation Council.Cara mengaktifkan Emergency Medical System (EMS) :1) Bila korban bereaksi atau dalam keadaan luka dan perlu pertolongan medis, segera tinggalkan korban dan cari bantuan medis lalu segera kembali untuk memastikan kondisi korban2) Jika penolong seorang diri dan korban tidak sadarkan diri :a) Aktifkan segera sistem gawat daruratb) Ambil automated external defibrillator (AED) bila tersediac) Segera kembali ke korban untuk melakukan RJP dan menggunakan AED bila di perlukan.3) Jika junlah penolong dua atau lebih, salah satu penolong mengakltifkan EMS dan mengambil AED jika tersedia.sementara itu, yang lainnya melakukan tindakan RJP.4) Jika gawat darurat terjadi di dalam gedung/rumah sakit/tempat pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai sistem gawat darurat sendiri, segera minta bantuan untuk melakukan pertolongan.5) Jika korban asfiksia segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP).d. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong1) Posisi korbana) Supin, permukaan datar dan lurusb) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila dicurigai cedera spinalc) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang lakukan RJP dengan posisi tengkurap2) Posisi penolongPosisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di atas kepala korban.e. Airway controlPada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana pasien itu sedang berusaha untuk bernafas.Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab (AHA, Basic live suport renewal course, 2006)

Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni dengan chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervical dapat menggunakan teknik jaw thrust namun teknik tersebut hanya bisa dilaksanakan oleh orang yang sudah profesional atau terlatih (Tabes, 2006).Cara melakukan teknik chin lift-head tilt :1) Teknik chin lift-head tilta) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu).b) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.c) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.d) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke belakang.

Gambar 2.3 : Head tilt and chin lift.2) Teknik Jaw thrusta) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal pasien tetap satu garis.b) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien berbaring.c) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.d) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah Anda.e) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah pasien ke arah atas dan depan.f) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk mempertahankan mulut tetap terbuka.g) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.

Gambar 2.4 : Jaw thrust.f. Breathing suportPertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara :1) Lihat/lookLihat lubang hidung apakah terbuka atau dalam keadaan istirahat, Perhatikan ekspansi dada menandakan ada tidaknya pernapasan. Carilah retraksi suprasternal, supraklafikular atau interkostal yang menunjukan adanya obstruksi. Cari gerakanparadoksal bagian dada manapun dan cari luka terbuka rongga thorax, perhatikan juga gerakan abdomen yang menunjukan diafragma bekerja.2) Dengar/listenTelinga di dekatkan ke mulut korban untuk memastikan kembali bahwa ada pergerakan udara yang baik keluar dari hidung dan mulut. Dengan stetoskop, dengarkan thorax di anterior dan posterior, berikan perhatian khusus pada bagian atas dada di kedua sisi.3) Rasa/feelRasakan gerakan udara dari hidung dan mulut.Gambar 2.5 : Look listen and feel for normal breathing. 2005European Resuscitation Council.Penilain antara lain :a) Apabila pasien bernapas maka tempatkan pada posisi yang nyamanb) Apabila pernapasan tidak ada maka lakukan bantuan napas sebanyak 2 kali, dengan alat 400-600 ml dan tanpa alat 700-1000 ml (Handley, 2004) . Bantuan napas di lakukan dengan cara :(1) Mulut ke mulutPenolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara langsung ke mulut,namun hal ini sangat beresiko untuk di lakukan apalagi pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya penyakit menular.Gambar 2.6 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala tetap ekstensi. 2005 European Resuscitation CouncilGambar 2.7 : Pemberian napas dari mulut ke mulut. 2005 European Resuscitation(2) Mulut ke hidungPaling baik di lakukan pada neonaty. (3) Ventilasi mulut ke maskGambar 2.7: Mouth-to-mask ventilation. 2005 European Resuscitation Council(4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-maskGambar 2.8: The two-person technique for bag-mask ventilation. 2005 European Resuscitation Council.g. Circulation1) Kaji NadiBantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami henti jantung. Langkah ini dilakukan segera setelah bantuan pernafasan awal diberikan. Untuk mengetahui ada tidaknya denyut nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang dewasa dan anak serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi, tindakan inidilakukan maksimal 10 detik.2) Kompresi DadaIndikasi pada korban yang mengalami henti jantung.Lakukan dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompres yakni pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak dan laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan. Letakkan salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban Tekan sternum 4-5 cm untuk korban dewasa, 2-3 cm pada bayi (Drew, 2008), lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal Perbandingan kompresi dan ventilasi mengacu pada AHA Guidelines for CPR 2005, untuk korban dewasa 30 : 2 dengan 1 atau 2 orang penolong. Pada anak dan bayi 30 : 2 bila penolong 1 orang dan 15 : 2 untuk 2 orang penolong. Kecepatan kompresi yang dianjurkan adalah 100 kali per menit. Setelah RJP dilakukan selama 5 siklus atau 2 menit, 2 penolong harus bergantiposisi, ventilator berpindah pada posisi kompresor dan sebaliknya.Haws (2007) mengatakan pada bayi dengan heart rate (HR) kurang dari 60 kali permenit harus di lakukan kompresi dada.

Gambar 2.9 : Letakan satu tangan pada tulang sternum antara papila mammae atau dua jari diatas os xifoideus.

Gambar 2.10 : Lakukan penekanan dada sebanyak 30 : 2Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain:a) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematianb) Sudah ada respons dari korban (napas dan nadi mulai ada)c) Ada penolong yang lebih berkompeten.h. DefibrillationPada defibrillation pengkajian dengan menggunakan alat automated external defibrillator (AED) untuk mengetahui irama nadi apakah ventrikel takikardi (FT) atau ventrikel fibrilasi (FV) serta memberikan kejutan listrik sehingga gangguan irama tersebut dapat kembali normal. Gangguan irama tersebut harus segera di berikan tindakan karena dapat menimbulkan kematian. Satu energi dosis dilakukan untuk defibrilasi adalah 200 joule pada bifasik dan 360 joule pada monofasik. Idealnya dilakukan setiap 10 detik (Cayley, 2006). Pada saat di lakukannya defibrillating penolong tidak bias menyentuh tubuh korban. Pada anak usia kurang dari 1 tahun tidak bias di lakukan defibrillation.Gambar 2.11 : Defibrilation @ AHA 2005.C. Tinjaua Umum Tentang RSUD Liunkendage TahunaRumah sakit umum Liunkendage Tahuna adalah satu-satunya rumah sakit di kabupaten kepulauan Sangihe, di mana rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type C yang terletak di daerah perbatasan bagian utara Indonesia dengan Negara Philipina.

Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu daerah yang tergolong rawan bencana kerena letak daerahnya adalah perbukitan dan lautan. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit tersebut sebagian besar merupakan lulusan diploma tiga keperawatan, pelayanan keperwatan di rumah sakit sudah baik namun sebagian besar perawat jarang mendapatkan pelatihanpelatihan guna pengembangan pelayanan, bahkan dalam 5 tahun terakhir tidak ada perawat yang di kirim untuk mengikuti pelatihan, sehingga ilmu ilmu atau skil yang di gunakan jarang terupdate, apalagi dalam pelayanan keperawatan gawat darurat.Dari hasil pengamatan penulis tentang pelayanan kegawatdaruratan di RSUD Liunkendage Tahuna masih banyak perawat yang belum mengetahui dan menggunakan metode America Heart Association 2005 pada pasien gawat darurat.

BAB IIIKERANGKA KONSEPNotoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamatiatau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan landasan teoritisyang dikemukakan pada tinjauan pustaka, maka peneliti membuat kerangkapenelitian sebagai berikut :Gambar 3.1 Kerangka Konsep PenelitianKeterangan :: Di teliti: Tidak di telitiPENGETAHUANPERAWATBANTUAN HIDUP DASAR : Proteksi diri Cek kesadaran Aktifasi EMS (118) Atur posisi korban/penolong Airway Breathing Circullation Deffibrilation BAIK CUKUP KURANGTingkatanPengetahuan :1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisis5. Sintesis6. Evaluasi

BAB IVMETODOLOGI PENELITIANA. Desain PenelitianBerdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode survey yaitu peneliti melihat gambaran tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di ruang perawatan dan ruang tindakan khusus tentang tindakan bantuan hidup dasar yang mengacu pada standar America Heart Association (AHA) 2005.B. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Liunkendage Tahuna Kabupaten Sangihe Propinsi Sulawesi Utara mulai tanggal 01 November 01 Desember 2009.C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di RSUD Liunkendage Tahuna. yang meliputi: ruang anggrek, ruang bougenvile, ruang chrisant, ruang edelweiss, ruang flamboyan serta UGD dan ICU yang berjumlah kuranglebih 100 orang..2. SampelSampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti (Sastroasmoro, 2008). Tapi pada penelitian ini penulis mengambil metode total sampling yakni semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan dan bekerja di RSUD Liunkendage Tahuna. yang meliputi: ruang anggrek, ruang bougenvile, ruang chrisant, ruang edelweiss, ruang flamboyan serta UGD dan ICU serta memenuhi kriteria sampel sebagai berikut :a. Kriteria inklusi :1) Bersedia menjadi responden2) Bekerja di ruang perawatan dan ruang instalasi khusus (ICU dan UGD)3) Lama kerja sekurang-kurangnya 6 bulan4) Pernah atau tidak pernah mengikuti pelatihan gawat darurat.b. Kriteria eksklusi:1) Tidak sedang dalam perjalanan dinas/tugas luar2) Tidak berstatus sebagai mahasiswa ijin/tugas belajar3) Tidak sedang menjabat sebagai kepala ruangan.Jumlah sampel pada penelitian ini yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 75 orang.D. Alur PenelitianAlur penelitian menguraikan persetujuan judul, izin pengambilan data, pengmbilan data, penetapan sampel, pembuatan proposal (perancangan dan uji kuasioner baru), pengisian kuisioner, pengolahan dan analisa data, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan.

Gambar 4.1 : Alur kerja penelitianE. Variabel Penelitian1. Identifikasi VariabelVariabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian, variabel menunjukan atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Riwidikdo, 2008).Sastroasmoro (2008) mengatakan bahwa pada penilitian deskriptif variabel yang digunakan adalah variabel tunggal. Pada penelitian ini Persetujuan Judul Oleh Pembimbing I & IIPengambilan Data Awal (Data Sekunder)Hasil dan PembahasanPengolahan dan Analisa Datapengisian kuisioner oleh sampelPenetapan Sampel (kriteria inklusi & eksklusi)Izin Pengambilan Data AwalKesimpulanMetodeStatistik ProgramSPSS versi 17.0variabel yang digunakan adalah : pengetahuan perawat tentang bantuanhidup dasar.2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektifa. Pengetahuan perawatPengetahuan perawat adalah suatu pengetahuan yang di miliki oleh seorang perawat terhadap penatalaksanaan bantuan hidup dasar.Penilaian pengetahuan diukur berdasarkan skala Guttman dengan menggunakan pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti.Peneliti menggunakan 25 pertanyaan. Jawaban atas pertanyaan diklasifikasikan dengan skor 1 untuk jawaban Benar dan 0 untuk jawaban Salah. Tingkat pengetahuan diklasifikasikan dengan tiga tingkatan yakni baik, cukup dan kurang. Skoring nilai keseluruhan dihitung dengan meggunakan rumus :(skor tertinggi x jumlah pertanyaan) + (skor terendah x jumlah pertanyaan)3Sehingga diperoleh :=(1 25) + (0 25)3=253= 8,3Jadi, Kriteria Obyektif :1) Baik : Jika mencapai skor > 182) Cukup : Jika mencapai skor 9 - 183) Kurang: Jika mencapai skor < 9

b. Bantuan hidup dasar (BHD)Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa.F. Instrumen penelitianInstrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang dibuat dengan mengacu pada konsep dan teori terkait berisi tentang data demografi dan pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang tindakan bantuan hidup dasar di RSUD Liunkendage Tahuna.Kuasioner yang digunakan adalah kuasioner baku tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar sesuai dengan standar American Heart Association (AHA 2005).G. Pengolahan dan Analisa DataSetelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data, melalui tahap-tahap sebagai berikut :1. SeleksiHal ini bertujuan untuk mengklasifikasi data yang diteliti menurut kategori.2. EditingDilakukan setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan data menurut karakteristiknya masing-masing, kesinambungan data dan keragaman data.3. KodingDilakukan untuk memudahkan pengolahan data, semua hasil yang diperoleh disederhanakan dengan memberikan simbol pada setiap criteria atau jawaban (pengkodean).4. Tabulasi DataSetelah dikoding, selanjutnya data disusun dan dikelompokkan dalam suatu tabel dengan pengukuran data menggunakan skala guttman dan sesuai dengan tujuan penelitian5. Analisa DataPengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik program SPSS versi 17,0. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat yang di lakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi.H. Etika PenelitianDalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Liunkendage Tahuna. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi (Hidayat 2007) :1. Informed ConsentLembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul dan manfaat penelitian.Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.2. AnonymityUntuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi dengan cara memberikan kode tertentu.3. ConfidentialityKerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB VHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar.Desain yang digunakan adalah deskriptif yang dilaksanakan pada tanggal 23-25November 2009 di Rumah Sakit Umum Liunkendage Tahuna Kabupaten SangihePropinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan total sampling yakni sebanyak 75responden.Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner yang terdiri dari data demografi meliputi umur, tingkat pendidikan, tempat kerja/ruang perawatan, lama kerja serta pelatihan yang pernah diikuti. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden digunakan 25 pertanyaan tertutup terdiri dari 13 pertanyaan positif dan 12 pertanyaan negatif.Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dalam bentuk tabel deskriptif frekwensi. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Karakteristik Umur RespondenPada tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 75 responden, umur terendah adalah 21 tahun sedangkan umur tertinggi 45 tahun, dengan rata-rata 25,55 dan standar deviasi 3,314.

Tabel 5.1Karakteristik Umur Responden Di RSUD Liunkendage Tahuna N Min Max Mean Std.DeviationUmurResponden75 21 45 25,55 3,314Sumber : Data Primer 20092. Karakteristik Responden Menurut Tingkat PendidikanTabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 75 responden yang diteliti, 28 responden (37,3 %) berpendidikan Spk sedangkan yang berpendidikan Akper sebanyak 47 responden (62,7 %).Tabel 5.2Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir, Ruangan, Lama Kerja Dan Pelatihan Yang Diikuti Di RSUD Liunkendage Tahuna Karakteristik Responden Frequency Percent (%)Pendidikan Terakhir- SPK 28 37,3- AKPER 47 62,7Ruangan- Anggrek 8 10,7- Bougenfile 11 14,7- Chrisant 9 12,0- Edelweis 10 13,3- Flamboyan 11 14,7- UGD 15 20,0- ICU 11 14,7Lama Kerja- 6 bulan - < 5 tahun 55 73,3- 5 10 tahun 18 24,0- > 10 tahun 2 2,7Pelatihan yang diikuti- Pernah 0 0,0- Tidak pernah 100 100,0Sumber: Data primer, 200933sTabel 5.2Distribusi Responden Menurut PendidikanPendidikan Frequency Percent (%)Spk 28 37,3Akper 47 62,7Total 75 100Sumber: Data primer, 20093. Karakteristik Responden Menurut Lama KerjaPada tabel 5.3 memperlihatkan karakteristik responden menurut lama kerja meliputi 55 responden (73,3%) dengan masa kerja 6 bulan 5 tahun, 18 responden (24,0 %) dengan masa kerja 5 -10 tahun sedangkan masa kerja > 10 tahun hanya berjumlah 2 responden (2,7 %).Tabel 5.3Distribusi Responden Menurut Lama KerjaLama Kerja Frequency Percent (%)6 Bln 10 Thn 2 2,7Total 75 100Sumber: Data primer, 20094. Karakteristik Responden Menurut Tempat kerja/Ruang PerawatanBerdasarkan tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 75 respondenterdapat 8 responden (10,7 %) bekerja di ruangan anggrek (anak), 11responden (14,7 %) bekerja di ruangan bougenfile (interna kelas II), 9responden (12,0 %) bekerja di ruangan chrisan (bedah), 10 responden (13,3%) bekerja di ruangan edelweis (interna kelas III), 11 responden (14,7 %)34bekerja di ruangan flamboyan (isolasi), 15 responden (20,0 %) bekerja diUGD dan 11 responden (14,7 %) bekerja di ICU.Tabel 5.4Distribusi Responden Menurut Tempat kerja/Ruang PerawatanRuang Perawatan Frequency Percent (%)Anggrek 8 10,7Boegenfile 11 14,7Chrisan 9 12,0Edelweis 10 13,3Flamboyan 11 14,7UGD 15 20,0ICU 11 14,7Total 75 100Sumber: Data primer, 20095. Karakteristik Responden Menurut Pelatihan yang diikutiPada tabel 5.5 menggambarkan karakteristik responden berdasarkanpelatihan kegawatdaruratan yang pernah diikuti, ternyata dari hasil tabulasiyang diperoleh dari 75 responden yang bekerja diruang perawatan dan ruangtindakan khusus semuanya (100%) responden tidak pernah diikut sertakandalam pelatihan tersebut.Tabel 5.5Distribusi Responden Menurut Pelatihan Yang Pernah Di IkutiPelatihan Yang Di Ikuti Frequency Percent (%)Tidak Pernah 75 100Pernah 0 0Total 75 100Sumber: Data primer, 20096. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Bantuan Hidup Dasar35Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 responden di RSUDLiunkendage Tahuna terhadap tingkat pengetahuan perawat tentangpenatalaksanaan bantuan hidup dasar ternyata tidak ada responden (0%) yangberpengetahuan baik, sementara yang berpengetahuan cukup sebanyak 50responden (66,7%) dan yang berpengetahuan kurang 25 responden (33,3%).Tabel 5.6Tingkat Pengetahuan Responden Tentang PelaksanaanBantuan Hidup Dasar di RSUD Liunkendage TahunaTingkat Pengetahuan Frequency Percent (%)Baik 0 0Cukup 50 66,7Kurang 25 33,3Total 75 100Sumber: Data primer, 2009B. PembahasanDari hasil penelitian telah didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden masih sangat rendah hal ini dibuktikan tidak ada responden yang mendapatkan kategori pengetahuan yang baik, bahkan responden yang sekalipun bekerja pada ruangan instalasi khusus seperti Ugd dan Icu. Padahal pada ruangan tersebut banyak terdapat pasien yang memerlukan tindakan emergency.Dewasa ini pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar tidak hanya dimiliki oleh perawat atau tim kesehatan lain, namun harus dimiliki oleh orang awam juga karena kejadian gawat darurat tidak dapat diprediksikan dan tempatnya pun dapat terjadi dimana-mana serta pada siapa saja. Penanganan gawat darurat harus dilakukan dengan cepat, tanggap, terampil, teliti, serta konsentrasi karena setiap kesalahan yang kita lakukan akan mengakibatkan efek yang sangat fatal serta kesalahan tersebut tidak dapat diperbaiki pada pertolongan selanjutnya (Cristian, 2009).Astaqauliyah.com menyebutkan bahwa kematian serta kecacatan yang terjadi pada banyak kejadian diakibatkan karena keterlambatan penanganan medik pada korban terutama dalam pemberian tindakan bantuan hidup dasar, Padahal, pada kasus-kasus kegawatdaruratan medik yang berhasil diintervensi dengan BHD, tingkat kefatalan cedera dan kecacatan dapat diminimalkan. Sebagaimana prinsipnya, pemberian BHD bertujuan untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kecacatan permanen korban kegawatdaruratan medik, sebelum mendapatkan pertolongan lanjutan berupa pelayanan kesehatan memadai di rumah sakit atau balai pelayanan kesehatan lainnya.Oleh sebab itu orang yang akan memberikan tindakan kegawatdaruratan haruslah benar-benar menguasai pengetahuan dan ketrampilan tersebut. Sebagai upaya untuk meningkatkan hal itu maka perlu diadakannya suatu pelatihanpelatihanyang berkesinambungan. Pengetahuan perawat RSU Liunkendage Tahuna tentang BHD masih jauh dari yang di harapkan hal ini akan berakibat buruk terhadap pelayanan pada setiap pasien yang memerlukan tindakan.Data yang diperoleh dari penelitian ini ternyata semua responden yang berjumlah 75 orang tidak pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan jadi otomatis sangat berpengaruh terhadap pengetahuan tentang tindakan tersebut. Suatu hal yang sangat beriseko untuk terus dibiarkan dimana masyarakatlah sangat dirugikan karena tidak mendapatkan tindakan yang maksimal. Sementara dilain sisi pihak manajemen dari rumah sakit tidak pernah menyadari atas masalah tersebut sehingga sampai saat ini pun belum ada upaya atau program untuk mengembangkan pengetahuan perawat antara lain dengan mengadakan ataupun mengirim perawat untuk mengikuti pelatihan pelatihan kegawatdaruratanseperti Basic Traumu Cardiac Live Suport (BTCLS) atau sejenisnya..Pengetahuan sangatlah penting untuk dikuasai karena tidak mungkin seseorang dapat memberikan tindakan yang cepat, tepat dan akurat kalau dia tidak menguasai ilmunya, hal itu seiring dengan pendapat seorang ahli yang mengemukakan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku seseorang(Notoatmojo, 2007). Apalagi pengetahuan tentang kegawatdaruratan dimanaketerlambatan dalam semenit saja sangat mempengaruhi prognosis seseorangkarena kegagalan system otak dan jantung selama 4-6 menit dapat menyebabkankematian klinis sementara kematian biologis dapat terjadi setelahnya (Sterz,2008).Maka tak heran pada saat ini dewan perdamaian dunia Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) telah mengeluarkan suatu ketetapan dan persyaratan dimana setiappersonil pemelihara perdamaian PBB baik militer maupun sipil harus sudahdibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan Bantuan Hidup Dasar sehinggadapat memberikan bantuan kepada personil PBB lain, dimana mereka ini bisa jadiorang pertama yang memberikan pertolongan bahkan pada satgas Garuda XX-Eyang merupakan utusan dari Negara Indonesia dalam upaya mempertahankanpengetahuan tersebut meruka mengadakan suatu program pelatihan Basic LiveSuport (BLS) tiap tiga bulan sekali (Sefyanto, 2007).38Okezone.com juga menyebutkan bahwa di Negara Austria anak-anak sekolah dasar telah diajarkan tentang BHD bahkan 86 % dari 147 anak telah dianggap mampu dan mendapatkan sertifikasi melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP), selain itu juga mereka telah mahir mengoperasiakan alat Automatic External Deffibrillation (AED).Hal yang sangat berbeda terjadi di RSU Liunkendage Tahuna, dari hasil wawancara pada salah seorang petugas Ugd dimana tindakan defibrillation tidakpernah dilakukan pada pasien yang memerlukannya bahkan dari pernyataannyaalat defibrillation yang disiapkan di unit tersebut rusak karena tidak pernah dioperasikan.C. Keterbatasan PenelitianAda beberapa hal yang menjadi hambatan serta keterbatasan yang peneliti alami antara lain:1. Pendekatan desain penelitian yang digunakan berupa deskriptif dimana peneliti hanya dapat mengambil suatu gambaran terhadap tingkat pengetahuan perawat tentang BHD dan alat ukur yang digunakan hanyalah sebuah kuasioner dalam bentuk pertanyaan tertutup sehingga banyak hal yang dapat mempengaruhinya , penulis mengusulkan kepada pihak yang tertarik terhadap perkembangan kegawatdaruratan agar dapat mengembangkan penelitian ini dalam bentuk yang lebih kompleks lagi dengan menggunakan metode kohord atau eksperimen.

2. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini sangat singkat sedangkan lokasipenelitian yang jauh sehingga menyulitkan penulis dalam proses pengambilan data.3. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti, sehingga kurangnya pengetahuan serta literatur sangat berpengaruh terhadap kelancaranpenelitian.39

BAB VIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil kajian dari penelitin tentang Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar Di Rumah Sakit Umum Daerah Liunkendage Tahuna maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup dasar masih rendahdimana dari 75 responden yang mendapatkan nilai kurang sebanyak 25 orang atau33,3% sedangkan yang mendapatkan nilai cukup sebanyak 50 orang atau 36,7 %sementara tidak satupun responden yang mendapatkan nilai baik.B. SaranBerdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan beberapa saran dengan harapan dapat mengembangkan serta meningkatkan upaya pelayanan kegawatdaruratan, antara lain :1. Kepada Pihak Rumah Sakita. Mengadakan suatu kajian ulang terhadap tingkat pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang penatalaksanaan tindakan bantuan hidup dasar sehingga kemampuan perawat bisa terukur secara objektif.b. Merencanakan suatu program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang tindakan bantuan hidup dasar, antara lain dengan mengadakan suatu pelatihan kegawatdaruratan mis : BTCLS atau mengirim perawat untuk mengikuti pelatihan tersebut ditempat lain.c. Mengadakan diskusi rutin atau simulasi pertolongan pasien gawat darurat guna mempertahankan pengetahuan tersebut atau bahkan meng up-date ilmu yang telah ada.d. Melakukan evaluasi dilapangan terhadap keberhasilan dalam penanganantindakan kegawatdaruratan dan menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan serta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi.2. Kepada Profesi Keperawatana. Diharapkan dapat mengadakan suatu pelatihan atau seminar secara kontinyu disetiap daerah sehingga pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya kegawatdaruratan dapat tersebar secara merata serta cepat di peroleh.b. Melakukan suatu uji sertifikasi kepada semua perawat terhadap kelayakandan kemampuan dalam melakukan tindakan sehingga semua perawat yang bekerja di Rumah sakit atau balai kesehatan lain benar-benar mampu secara profesional dalam memberikan asuhan keperawatan termasuk tindakan kegawatdaruratan.3. Bagi penelitian selanjutnyaAgar melakukan penelitian tentang upaya-upaya serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang penatalaksanaan tindakan bantuan hidup dasar.

DAFTAR PUSTAKAAmerican Heart Association. (2005). Overview of CPR. Diakses tanggal 16 Mei2009 dari .Astaqauliyah. (2009). Masyarakat Perlu Memiliki KetrampilanKegawatdaruratan Medic. Diakses tanggal 5 Januari 2010 dari

Baskett, P., Nolan, J. (2005). A Pocket Book Of The European ResuscitatioanCouncil Guidelines For Resuscitation, [E-book]. Elsevier Mosby.Boswick, J A. (1997). Perawatan Gawat Darurat. EGC. Jakarta.Bresler, M J & Sternbach, G L. (2007). Manual Kedokteran Darurat.Edisi 6.EGC. Jakarta.Cayley, W. (2006). AHA 2005 Pedoman untuk CPR dan jantung PerawatanDarurat. Diakses tanggal 10 Juni 2009 dari.Cristian, H. (2009). Pertolongan Pertama & Bantuan Hidup Dasar.Diaksestanggal 5 Januari 2010 dari

Drew, D., Jevon, P., Raby, M. (2008). Resusitasi Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta.Guyton & Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta.Handerson, S O. (2006). Emergency Medicine, [E-book] . Lendes Bioscience.U.S.A.Handley, A J., Evans, T R. (2004). ABC Of Resuscitation, [E-Book]. FifthEdition. BMJ. London.Haws, P S. (2007). Care Of The Sick Neonete. EGC. Jakarta.Hidayat, A A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.Salemba Medika. Jakarta.Jones & Bartlett. (2006). Pertolongan Pertama Dan RJP Pada Anak. Edisi 4.Arcan.Jakarta.Nelsen, A. (2007). AHA Guidelines Update 2005. Diakses tanggal 16 Mei 2009dari .Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Perilaku. Rieneka Cipta. Jakarta.Nurchayati, S., Pranowo, S., Jumaini. (2006). Upaya peningkatan pengetahuandan ketrampilan masyarakat dalam memberikan bantuan Hidup dasar padakejadian gawat darurat kelautan di kelurahan Cilacap kecamatan CilacapSelatan kabupaten Cilacap tahun 2006. Diakses tanggal 16 Mei 2009 dari< httpbemfkunud.kanashii.cainjeksiinjeksi022009.pdf>.Oman, K., Koziol, J & Scheetz, L. (2008). Panduan Belajar KeperawatanEmergensi. EGC. Jakarta.Rahmanta, A. (2007). Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Diaksess tanggal 16Mei 2009 dari < www.amsiku.multiply.com>.Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan .Mitra Cendikia, Jogjakarta.Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Sagung Seto, Jakarta.Setyanto, P. (2007). Pentingnya Pelatihan Basic Life Support Bagi SetiapPersonil Pemeliharaan Perdamaian PBB. Diakses tanggal 5 Januari 2010dariSterz, F. (2008). Anak Usia 9 Tahunpun Bias Menolong Dengan BHD. Diaksestanggal5Januari2010dariTabes, D. (2006). Bantuan Hidup Dasar. Diakses tanggal 22 Juni 2009 dari .Wong, D L, (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC.Jakarta.Youl, C. (2007). Pelayanan Kedaruratan Medik Sebagai Mata Rantai KehidupanAnak. Materi Disampaikan Dalam Pidato Pengukuhan Jabatan GuruBesar Tetap Dalam Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, 10November 2007. Universitas Sumatera Utara. MedanLampiran 2LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDENSaya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin Makassar yang bernama Iswanto Gobel (C121 08 565) dengan judul:GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUD LIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHE PROPINSI SULAWESI UTARASaya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah dalamrangka penyusunan skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang sifatnya rahasia akan dijaga kerahasiaannya. Dengan demikian secara sukarela dantidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini.Makassar, November 2009Responden(....)

Lampiran 3KUISIONER PENELITIANGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUD LIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHE PROPINSI SULAWESI UTARANo. Responden : (diisi oleh peneliti)I. Identitas Responden1. Nama (Inisial) : .2. Umur : .3. Pendidikan terakhir a. SPKb. DIII KEPERAWATANc. Sarjana4. Masa kerja a. 6 bulan s/d < 5 Tahunb. 5 s/d 10 Tahunc. > 10 Tahun5. Ruangan a. Anggrekb. Bougenvillec. Chrisantd. Edelweise. Flamboyanf. UGDg. ICU6. Pelatihan gawat darurat yang pernah di ikuti :a.... Tahun:..b.... Tahun:..c.... Tahun:..II. Kuisioner tentang penguasaan Bantuan Hidup DasarPetunjuk :- Contrenglah jawaban yang di anggap benar (B) atau salah (S) pada kotak yang tersedia- Skor di isi oleh penelitiNo Pertanyaan Jawaban SkorB S010203040506070809101112Proteksi diri merupakan hal yang sangat penting sebelummemulai tindakan bantuan hidup dasar antar lain menggunakansarung tanganMemanggil nama dan melakukan tepukan pada bahu adalahsalah satu cara untuk memeriksa kesadaran pasienMeminta pertolongan harus segera dilakukan dengan caramenghubungi EMS (118).Posisi korban saat di lakukannya BHD adalah supin, datar danlurus serta pada permukaan yang lembek/kasur empuk.Memperbaiki posisi dengan cara log roll/in line tidak bisa dilakukan pada korban yang di curigai cedera spinalHead tilt-Chin lift adalah teknik pembukaan jalan napas padapasien yang di curigai trauma servikal.Teknik jaw thrust dilakukan untuk mempertahankan kepatenanjalan napas dengan posisi kepala, leher dan spinal pasien tetapsatu garisCross Finger merupakan teknik yang di gunakan untuk melihatadanya benda asing yang ada di mulut.Dalam membuka jalan napas posisi kepala harus fleksi.Airway control tidak bisa di lakukan pada pasien yang tidaksadarSalah satu tujuan pemeriksaan pernapasan/breathing supportbertujuan untuk memeriksa apakah korban bernapas atau tidakBantuan napas sebanyak 2 kali harus segera di berikan olehpenolong apabila menemukan korban yang mengalami hentinapas.# Terima kasih #13141516171819202122232425Bantuan napas yang di berikan pada pasien tanpa menggunakanalat sebanyak 700-1000 ml.Pemberian napas buatan dapat di berikan dengan cara mouth tomouth, mouth to nose, mouth to mask & bag valve mask.Pemeriksaan breathing suport dilakukan selama 2 menitPemeriksaan nadi pada orang dewasa dilakukan perabaan padaarteri karotis sedangkan padan anak-anak pada arteri brnchialisdan bayi pada arteri femoralis.Kedalaman penekanan sternum pada orang dewasa saatkompresi jantung luar yakni 2-3 cmRasio perbandingan RJP pada orang dewasa dengan 1 atau 2orang penolong menurut AHA 2005 adalah 15:2.Rasio perbandingan RJP pada bayi atau anak-anak dengan 2orang penolong menurut AHA 2005 adalah 30:2Pada bayi dengan heart rate (HR) kurang dari 60 kali permenitharus di lakukan kompresi dada.AED merupakan singkatan dari automatic external disabilityVentrikel tachicardi dan ventrikel fibrilasi merupakan gangguanirama jantung yang tidak membahayakan bagi penderita.Defibrillation tidak di rekomendasikan untuk anak usia kurangdari 1 tahunPada saat melakukan defibrillation penolong harus memegangtubuh korban untuk menghindari kecelakaan.Satu energi dosis dilakukan untuk defibrilasi adalah 200 joulepada bifasik dan 360 joule pada monofasikLampiran 4MASTER TEBEL PENELITIANGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASARDI RSUD LIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHE PROPINSI SULAWESI UTARANo Umur PendidikanterakhirMasakerjaRuangan Pelatiahan yang diikutiSkoringpengetahuanKategori01 3 1 3 1 1 10 Cukup02 2 1 2 1 1 8 Kurang03 1 1 1 1 1 7 Kurang04 1 1 1 1 1 7 Kurang05 2 2 1 1 1 13 Cukup06 2 2 2 1 1 8 Kurang07 2 2 1 1 1 8 Kurang08 1 2 1 1 1 12 Cukup09 2 2 1 2 1 8 Kurang10 2 2 1 2 1 8 Kurang11 2 2 1 2 1 8 Kurang12 1 2 1 2 1 14 Cukup13 1 1 1 2 1 8 Kurang14 1 2 1 2 1 12 Cukup15 1 2 1 2 1 14 Cukup16 1 2 1 2 1 14 Cukup17 1 2 1 2 1 15 Cukup18 2 1 1 2 1 12 Cukup19 3 1 3 2 1 8 Kurang20 3 2 2 3 1 16 Cukup21 1 2 1 3 1 8 Kurang22 2 2 1 3 1 14 Cukup23 1 2 1 3 1 8 Kurang24 1 2 1 3 1 16 Cukup25 2 2 1 3 1 15 Cukup26 1 1 2 3 1 15 Cukup27 2 2 1 3 1 14 Cukup28 2 1 2 3 1 8 Kurang29 1 1 2 4 1 16 Cukup30 1 2 1 4 1 8 Kurang31 1 2 1 4 1 16 Cukup32 2 2 2 4 1 16 Cukup33 2 2 2 4 1 15 Cukup34 1 2 1 4 1 8 Kurang35 1 2 2 4 1 15 Cukup36 1 2 1 4 1 15 Cukup37 1 1 2 4 1 16 Cukup38 1 1 1 4 1 8 Kurang39 1 2 1 5 1 6 Kurang40 1 2 1 5 1 15 Cukup41 2 2 1 5 1 8 Kurang42 2 2 1 5 1 16 Cukup43 2 2 1 5 1 16 Cukup44 1 1 2 5 1 7 Kurang45 1 1 1 5 1 14 Cukup46 1 1 1 5 1 16 Cukup47 2 1 2 5 1 8 Kurang48 2 2 1 5 1 14 Cukup49 1 2 1 5 1 16 Cukup50 1 1 1 6 1 13 Cukup51 1 2 2 6 1 16 Cukup52 2 1 1 6 1 16 Cukup53 1 2 1 6 1 13 Cukup54 1 2 1 6 1 11 Cukup55 1 2 1 6 1 8 Kurang56 1 2 1 6 1 15 Cukup57 2 2 1 6 1 15 Cukup58 1 1 1 6 1 8 Kurang59 1 1 2 6 1 15 Cukup60 1 1 1 6 1 16 Cukup61 1 1 1 6 1 16 Cukup62 2 1 1 6 1 8 Kurang63 1 1 2 6 1 15 Cukup64 1 2 1 6 1 16 Cukup65 1 2 1 7 1 12 Cukup66 1 2 1 7 1 15 Cukup67 1 2 1 7 1 13 Cukup68 1 2 1 7 1 15 Cukup69 1 2 1 7 1 14 Cukup70 1 1 1 7 1 8 Kurang71 2 2 2 7 1 13 Cukup72 3 2 2 7 1 14 Cukup73 2 1 1 7 1 16 Cukup74 2 1 2 7 1 14 Cukup75 1 1 1 7 1 8 KurangKeterangan :a. Umur : 1 : 20-25 Tahun2 : 26-30 Tahun3 : > 30 Tahunb. Pendidikan : 1 : SPK2 : AKPERc. Masa Kerja : 1: 6 bulan < 5Tahun 2 : 5 10 Tahun3 : > 10 Tahund. Ruangan : 1 : Anggrek2 : Bougenfile3 : Chrisan4 : Edelweis5 : Flamboyan6 : UGD7 : ICU4 : Edelweis5 : Flamboyan6 : UGD7 : ICUe. Pelatihan yang di ikuti :1 : Tidak pernah2 : Pernah