skripsi

64
BAGIAN IKM/IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SKRIPSI SEPTEMBER 2011 HUBUNGAN ANTARA JADWAL MAKAN DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA SISWA SMA NEGERI 1 MAKASSAR TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh : HUSDARYANTI SAHABUDDIN 110 206 116 PEMBIMBING : Dr.IRWIN ARAS, M.Epid 1

Upload: ahmad-badrul-amin

Post on 11-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi

BAGIAN IKM/IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SKRIPSI

SEPTEMBER 2011

HUBUNGAN ANTARA JADWAL MAKAN DENGAN SINDROM

DISPEPSIA PADA SISWA SMA NEGERI 1 MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

HUSDARYANTI SAHABUDDIN

110 206 116

PEMBIMBING :

Dr.IRWIN ARAS, M.Epid

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2011

1

Page 2: skripsi

RINGKASAN

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATDAN ILMU KEDOKTEERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SKRIPSI, September 2011

Husdaryanti Sahabuddin 110206116 ”Hubungan Antara Jadwal Makan Dengan Sindrom Dispepsia pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar “

(xii + 7 bab + 37 halaman + 2 tabel + 2 gambar + lampiran)

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung. Dispepsia tebagi atas dua, yaitu dispepsia organik (bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya) dan dispepsia non organik (biasa juga disebut sebagai dispepsia non ulkus, jika tidak jelas penyebabnya). Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sindrom dispepsia dengan jenis kelamin, jadwal makan, dan perilaku merokok. Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Makassar yang aktif secara akademik. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Cluster Sampling. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi Dari penelitian ini didapatkan Berdasarkan karakteristik menunjukkan bahwa pelajar putri lebih banyak yang mengalami sindrom dispepsia yaitu 32 responden (28,3%) dan pelajar putra sebesar 11 responden (14,7%). Sedangkan variabel jadwal makan dapat dilihat bahwa pola makan yang tepat waktu yang paling tinggi adalah yang tidak teratur dengan jumlah 41 orang (37,7%) dan yang terendah adalah pola makan yang teratur yaitu 2 orang (5,3%). Adapun variabel perilaku merokok terlihat bahwa persentase responden yang tidak merokok paling tinggi, yaitu 10 responden (37,7%). Sedangkan yang perokok aktif yaitu 3 responden (5,3%). Adapun berdasarkan bivariatnya diperoleh tidak ada nilai yang signifikan antara sindrom dispepsia demngan jenis kelamin, jadwal makan, dan perilaku merokok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sindrom dispepsia tidak berhbungan dengan jenis kelamin, jadwal makan, dan perilaku merokok.

Kepustakaan 30 : (2000-2011)

2

Page 3: skripsi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ”Hubungan Jadwal

Makan dengan Sindrom Dispepsia Pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar“ sebagai salah satu

syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu

Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Begitu banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam tahap persiapan, pelaksanaan

dan penyelesaian skripsi ini. Namun dengan bimbingan, dorongan semangat dan bantuan serta

doa dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, wakil dekan, staf dosen dan

seluruh karyawan.

2. Dr. Irwin Aras, M. Epid, selaku pembimbing atas kesediaan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan arahan.

3. Kepala bagian dan staf pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

4. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Makassar, guru, serta staf dan pelajar SMA Negeri 1

Makassar yang telah bersedi menjadi responden pada penelitian ini.

5. Kedua orang tuaku tercinta, Sahabuddin dan Hj. Subaedah serta saudara-saudaraku atas

dukungan doa, dana dan cinta kasihnya.

3

Page 4: skripsi

6. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang yang selalu siap membantu.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 (Xiphoideus).

8. Teman-teman sesama koas yang selalu memberi informasi-informasi yang sangat

berharga.

9. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu-persatu, namun bantuannya begitu besar

maknanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar harapan

penulis kiranya skrispsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga apa

yang telah kita lakukan bernilai ibadah disisi Allah SWT dan kita senantiasa mendapatkan

Ridho-Nya, Amin Ya Rabbal Alamin…..

Makassar, September 2011

Penulis

4

Page 5: skripsi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii

RINGKASAN........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR........................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah............................................................................ 4

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum............................................................................. 4

3.2 Tujuan Khusus............................................................................ 4

4. Manfaat Penelitian............................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Medik........................................................................ 6

2. Konsep Dasar Klinis......................................................................... 13

3. Kerangka Teori……………………………………………………. 22

BAB III.KERANGKA KONSEP

1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti........................................... 23

2. Kerangka Konsep............................................................................. 25

3. Definisi Operasional......................................................................... 25

4. Hipotesis........................................................................................... 25

BAB IV.METODE PENELITIAN

1. DesainPenelitian............................................................................... 27

5

Page 6: skripsi

2. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 27

3. Populasi dan Sampel......................................................................... 27

4. Data dan Instrumen........................................................................... 29

5. Manajemen Data............................................................................... 30

6. Etika Penelitian……………………………………………………. 30

BAB V. HASIL PENELITIAN…………………………………………………. 31

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………. 34

BAB VII.KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan....................................................................................... 37

2. Saran................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6

Page 7: skripsi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jadwal Makan, dan

Perilaku Merokok …………………………………………… ……….31

Tabel 2 : Hubungan Jenis Kelamin, Jadwal Makan, dan Perilaku Merokok

dengan Sindrom Dispepsia……………………………………………32

DAFTAR GAMBAR

7

Page 8: skripsi

Gambar 1 : Anatomi Lambung…………………………………………………… 8

Gambar 2 : Fisiologi Asam Lambung……………………………………………. 13

8

Page 9: skripsi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuisioner

Lampiran II Master Tabel

Lampiran III Lembar Pengesahan

Lampiran IV Surat Izin Penelitian

Lampiran V Surat Keterangan Telah Meneliti

Lampiran VI Biodata Penulis

9

Page 10: skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pencernaan yang jelek”.

Per definisi dikatakan bahwa dispesia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada

saluran pencernaan terutama bagian atas. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis

yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. Istilah dispepsia mulai

dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan

gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual,

muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas

yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh

berbagai penyakit, tentunya termasuk pula penyakit pada lambung, yang diasumsikan

oleh orang awam sebagai penyakit maag.1-4

Penyakit ini tidak mengenal batas usia maupun jenis kelamin. Di Indonesia

sendiri, penelitian mengenai proporsi dispepsiapada pasien rawat inap di rumah sakit

cipto mangunkusumo (RSCM) yang dilakukan oleh Ari F Syam dari FKUI pada tahun

2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti.5,6

Prevalensi GERD dan komplikasinya di Asia termasuk rendah dibandingkan

dengan negara-negara Barat. Prevalensi di Barat berkisar 10-20 persen, sedangkan di

Asia 3-5 persen, dengan pengecualian di Jepang 13-15 persen dan Taiwan 15 persen.

Penelitian tahun 1998 di FKUI/RSCM pada pasien dengan gejala dispepsia yang

mendapat pemeriksaan endoskopi ditemukan kasus GERD berupa radang kerongkongan

10

Page 11: skripsi

sebanyak 22,8 persen. Penelitian lain di FKUI/RSCM melaporkan dari 1.718 pasien yang

menjalani pemeriksaan dengan teropong saluran cerna bagian atas dengan indikasi

dispepsia selama lima tahun (1997-2002) menunjukkan peningkatan prevalensi radang

kerongkongan dari 5,7 persen pada tahun 1997 menjadi 25,18 persen pada tahun 2002. 7

Penelitian pada masyarakat di Jakarta menyebutkan bahwa 50 persen orang

Jakarta menderita dispepsia. Penderita lebih banyak usia produktif 20-40 tahun dan

menimpa wanita dan laki-laki dengan jumlah penderita yang seimbang dan kebanyakan

penyebabnya adalah pola atau gaya hidup tidak sehat. 7-9

Insiden dispepsia pertahun diperkirakan antara 1 – 8 %. Menurut Sigi, di negara

barat prevalensi yang dilaporkan antara 23 dan 41 %. Sekitar 4 % penderita berkunjung

ke dokter umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Didaerah asia pasifik, dispepsia juga

merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 – 20 %. 10,11

Laporan rawat jalan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta menjelaskan bahwa pasien

yang datang dengan keluhan dispepsia mencapai 40% kasus per tahun.

Penyebab dari dispepsia antara lain pola makan yang tidak normal dan teratur,

pemilihan makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang tidak

teratur. Sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai,

alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya

sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.6

11

Page 12: skripsi

Di Indonesia tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya cara menjaga

kesehatan lambung masih sangat rendah. Padahal, dispepsia sangat menganggu aktivitas

sehari-hari siapa pun yang terkena, baik bagi remaja di masa sekolah dan orang dewasa

yang telah bekerja.7,8

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 untuk wilayah

Sulawesi Selatan angka kejadian dispepsia berada pada urutan kedua dari 10 penyakit

pasien rawat jalan. Dari angka tersebut jumlah pasien dispepsia berumur 15-24 tahun

sekitar 978 orang.12

Aktivitas yang tinggi, baik kegiatan disekolah maupun diluar sekolah

menyebabkan makan menjadi tidak teratur. Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara

konsisten pada remaja yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional

disebuah sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15 % remaja laki-laki

mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan

15% remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak

bertambah.13

Pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup yang cenderung mudah terbawa

arus umumnya menjadi masalah yang timbul pada remaja. Perkembangan teknologi,

industri, dan era keterbukaan informasi saat ini membawa konsekuensi terhadap

perubahan gaya hidup, kondisi lingkungan, dan perilaku masyarakat, termasuk remaja.

Kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan instan, gaya hidup,

stres, dan polusi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Gaya hidup dan

kebiasaan makan yang salah akan secara langsung akan mempengaruhi organ-organ

12

Page 13: skripsi

pencernaan dan menjadi pencetus penyakit pencernaan. Dalam penelitian ini, dispepsia

diteliti sebagai suatu akibat dari adanya riwayat gangguan lambung yaitu gastritis atau

tukak peptik serta gaya hidup sehari-hari (kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan

merokok, stres, dan lain-lain).14

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tentang angka kejadian dispepsia di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah hubungan jadwal makan siswa-siswi SMA Makassar

dengan kejadian sindrom dispepsia.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Mencari hubungan antara jadwal makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada

siswa SMA di Makassar.

3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi dispepsia

2. Mengetahui distribusi hubungan sindrom dispepsia menurut jadwal makan

3. Mengetahui distribusi hubungan sindrom dispepsia menurut kebiasaan merokok

4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau menjadi bahan masukan

bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk perencanaan penyuluhan ataupun

seminar kesehatan selanjutnya.

13

Page 14: skripsi

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi

masyarakat pada umumnya dan bagi pelajar SMA Neg. 1 Makassar pada khususnya

tentang hubungan jadwal makan dan dispepsia.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian

dalam bidang Gastroenterologi lebih lanjut.

4. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk

memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan.

14

Page 15: skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak

enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan

refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

lambung. 1

Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu13-6 :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya

misalnya ada tukak di lambung dan usus dua belas jari, radang pankreas, radang

empedu, dan lain-lain. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia lebih dari 40

tahun.

b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),

bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional berhubungan dengan

ketidaknormalan pergerakan (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas

(kerongkongan, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia

jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung. Sebab lain bisa juga

karena infeksi bakteri lambung Helicobacter pylori.

15

Page 16: skripsi

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat

dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila

penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2

liter. Secara anatomis, seperti yang terlihat pada gambar 1, lambung terbagi atas

fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan

kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter

kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau

sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan

mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat

pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter

pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi

sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam

lambung.13,17-8

16

Page 17: skripsi

Gambar 2.1 Anatomi Lambung

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :

a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

esophagus.

b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot

sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.

17

Page 18: skripsi

c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari

orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor

(lengkung kelenjar).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan

saluran limfe.

4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak

kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi

makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut

bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat

orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric

terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik

memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan

pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel

parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik

diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor

intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher)

ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini

mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada

pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam

hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung

adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan

klorida.11,13,17-9

18

Page 19: skripsi

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk

lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus.

Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka.

Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan

tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum.13,17-8

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia

seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh

peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis

menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan

submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan

mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.13,17-8

Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (hati, empedu, dan limpa)

terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang

mempercabangkan cabang-cabang yang mennyuplai kurvatura minor dan mayor.

Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri

pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior

duodenum. Tukak dinding postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan

menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal

dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena

porta.13,17

19

Page 20: skripsi

b. Fisiologi

Pengaturan sekresi lambung

Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik, dan

intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu

akibat melihat, mencium, memikirkan, atau mengecap makanan.Fase ini diperantarai

seluruhnya oleh saraf vagus. Hal ini mengakibatkan kelenjar gastrik terangsang untuk

menghasilkan HCl, pepsinogen dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan

sekitar 10% dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan.18

Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi antrum

juga dapat menyebabkan terjadinya rangsang mekanis dari reseptor-reseptor pada

dinding lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah

menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga

dirangsang oleh pH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein

makanan dan alkohol. Setelah makan, gastrin dapat bereaksi pada sel parietal secara

langsung untuk sekresi asam. Pada fase ini , gaster menghasilkan lebih dari dua per

tiga sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari

total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2000 ml.18

Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase

sekresi lambung diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang

tercerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus,

suatu suatu hormon yang menyebabkan lambung terus-menerus menyekresikan

sejumlah kecil cairan lambung.18

20

Page 21: skripsi

Secara umum, fisiologi antara lain sebagai berikut14 :

1. Mencerna makanan secara mekanikal.

2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL

gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponen utamanya yaitu mukus, HCl

(hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi

langsung masuk kedalam aliran darah (seperti yang tampak pada gambar 2).

3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein diubah

menjadi polipeptida.

4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol,

glukosa, dan beberapa obat.

5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCl.

6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam

duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi

peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

21

Page 22: skripsi

Gambar 2.2 Sekresi asam lambung

2.2 KONSEP DASAR KLINIS

1. Pengertian

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit ,

dan"πέψη" (Pepse), berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan

keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas

yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus

klasik berupa rasa panas didada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini

tidak lagi termasuk dispepsia.9

Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut

bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh

atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat

22

Page 23: skripsi

terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat

terkena dispepsia dalam beberapa waktu.9

2. Epidemiologi

Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan oleh

karena 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dispepsia

fungsional diatas 20 tahun.19

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam

praktek praktis sehari-hari. Di Indonesia diperkirakan 30% kasus pada praktek

umum dan 60% pada praktek spesialis merupakan kasus dispepsia. Di Amerika,

prevalensi dispepsia sekitar 25%, tidak termasuk pasien dengan keluhan refluks.

Insiden pastinya tidaklah terdokumentasi dengan baik, tetapi penelitian di

Skandinavia menunjukkan dalam 3 bulan, dispepsia berkembang pada 0,8% pada

subyek tanpa keluhan dispepsia sebelumnya. Prevalensi keluhan saluran cerna

menurut suatu pengkajian sistematik atas berbagai penelitian berbasis populasi

(systematic review of population-based study) menyimpulkan angka bervariasi

dari 11-41%. Jika keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya

berkisar 4-14%.13

23

Page 24: skripsi

3. Etiologi

a. Perubahan jadwal makan

Tidak sempat sarapan merupakan salah satu faktor pencetus sakit maag.

Hal ini terjadi karena pada pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak.

Sehingga ketika seseorang tidak sempat sarapan, maka lambung akan

memproduksi asam lambung yang lebih banyak. Hal ini seiring dengan

peningkatan stres dan peningkatan kerja seseorang. Ketika seseorang stres akan

mengeluarkan berbagai hormon, seperti endoktrin yang sifatnya merangsang

produksi asam lambung. Jadi bukan stres yang langsung menyebabkan sakit maag

tetapi stresnya yang menimbulkan rangsangan hormon tertentu dan hormon ini

yang akan merangsang produksi asam lambung.20

Ari Fahrial Syam menjelaskan sindroma dispepsia dapat dicegah dengan

makan yang teratur. Sri Sukmaniah menambahkan penderita sindroma dispepsia

harus menerapkan pola makan sehat seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.

Itu berarti memenuhi syarat jumlah sesuai kebutuhan, jenis beragam dan lengkap,

dengan jadwal yang teratur.12

Tepat waktu adalah jadwal waktu makan harus teratur, yang baik adalah

memulai makan bukan setelah benar-benar lapar. Ataur waktu makan misalnya

makan pagi berkisar pada pukul 06.00-08.00, makan siang berkisar pukul 12.00-

13.00, dan makan malam tidak di atas pukul 20.00. Diantara waktu makan utama

tersebut bisa diselengi dengan mengonsumsi buah-buahan. Yang perlu

diperhatikan jangan biasakan terlambat makan, karena asam lambung akan

24

Page 25: skripsi

merusak salaput lender lambung sehingga dapat menimbulkan gejala sindroma

dispepsia.12

b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang

lama.

Penggunaan obat seperti OAINS dan kortikosteroid dapat pula

menyebabkan kelainan struktural mulai dari gastritis (erosif dan hemorhagik)

sampai dengan ulkus gaster / duodenum.21

c. Merokok

Efek rokok pada saluran gastrointestinal antara lain melemahkan katup

esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam

lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan

cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum.Sekresi asam lambung

meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin.24 Selain itu, rokok

juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung)

dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,

dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses ulcerogenesis

(timbulnya tukak). Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung

(menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa), memperburuk

peradangan, dan berkaitan erat dengan komplikasi tambahan karena infeksi H.

pylori. Merokok juga dapat menghambat penyembuhan spontan dan

meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptik.22

25

Page 26: skripsi

d. Alkohol

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah

lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol

dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga

kerusakan lambung.Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam

lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah

banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi

alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak

peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan

menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena

ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa

gastrointestinal.23

e. Helocobacter pylory

Para ahli kini giat meneliti peran bakteri Helicobacter pylori dalam

menimbulkan gejala dispepsia.PasaInya, sekitar 40-60 persen pasien yang

menderita dispepsia kronik ternyata terinfeksi H pylori.Yang bikin ragu para ahli,

infeksi H pylori sebenarnya sangat umum.Hampir setiap orang, terutama di

negara berkembang dengan sanitasi kurang baik, ada bakteri H pylori dalam

saluran cernanya. Namun, kebanyakan mereka tidak menyadari dan

tidak’menunjukkan gejala apa pun.24

26

Page 27: skripsi

f. Stress

Secara umum, stres dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres fisik dan

stres psikologis.Stres fisik terjadi, misalnya karena luka bakar, infeksi yang

sampai masuk ke pembuluh darah atau sepsis, adanya trauma, sedang dalam

perawatan setelah pembedahan, adanya henti napas, gagal ginjal, dan kerusakan

saraf.Semua keadaan di atas menimbulkan stres fisik yang cukup serius sehingga

secara tidak langsung dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Adapun stres

psikologis lebih bersifat ketegangan atau tekanan mental yang dirasakan internal

di dalam diri.19

g. Tumor atau kanker saluran pencernaan.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia dan juga luar negeri menunjukkan

bahwa keluhan penyakit maag fungsional paling banyak ditemui, yaitu mencapai

70-80 persen dari seluruh kasus. Sakit maag fungsional adalah sakit maag yang

bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering

dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, juga faktor psikis dan kecemasan.

Bahkan jika ditelaah lebih jauh, penyakit maag bisa berakibat fatal bagi

kesehatan.25

Dispepsia juga bisa menjadi salah satu gejala kanker lambung. Dispepsia

yang berulang kali dan tidak sembuh walaupun sudah diobati merupakan salah

satu gejalanya. Menjaga kesehatan lambung bukan saja untuk menghindari

penyakit maag, tetapi merupakan investasi jangka panjang terutama menghindari

27

Page 28: skripsi

kanker lambung. Pencegahan ini bisa dilakukan dengan memulai pola makan

yang sehat.25

3. Diagnosis1,26

1. Anamnestik akurat untuk menilai apakah keluhan ini lokal atau berdasarkan

gangguan sistemik.

2. Pemeriksaan fisis untuk mengidentifikasi kelainan intralumen yang padat

misalnya massa intraabdomen, tanda peritonitis, organomegali.

3. Laboratorium: mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis),

pankreatitis (amilase/lipase), keganasan (CEA, CA 19.9, AFP).

4. Ultrasonografi: pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi dengan baik kelainan

pada hati (sirosis hati, tumor), pankreas (pankreatitis), dan saluran empedu

(kolesistitis, batu).

5. Endoskopi: pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk segera dikerjakan bila

dispepsia tersebut disertai pula oleh adanya anemia, berat badan yang turun,

muntah hebat diduga adanya obstruksi, adanya muntah darah, atau keluhan

sudah lama dan terjadi pada usia > 45 tahun. Keadaan itu kita sebut sebagai

alarm symptom karena sangat dicurigai suatu keadaan gangguan organik

terutama keganasan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan organik

intra lumen seperti tukak, tumor, lesi inflamasi, adanya obstruksi saluran cerna

bagian atas.Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung

atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari

28

Page 29: skripsi

lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop

untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.

6. Barium enema untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dapat

dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,

penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk

bila penderita makan.

Di Indonesia, tingkat kesadaran masyarakat masih sangat rendah mengenai

pentingnya menjaga kesehatan lambung. Padahal kenyataannya, sakit maag atau istilah

ilmiah dikenal dengan dispepsia ini sangat menganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi

remaja maupun orang dewasa.27

Umumnya, penduduk kota besar yang padat dengan kesibukan kurang menjaga

pola makannya secara teratur. Makan yang tidak teratur, dapat mengakibatkan tubuh

kurang pasokan energi.Padahal, tubuh butuh energi untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. Cadangan energi tubuh akan diserap sehingga kelelahan lebih cepat, dan terasa lebih

berat.27

Penelitian yang dilakukan di Indonesia dan juga luar negeri menunjukkan bahwa

keluhan penyakit maag fungsional paling banyak ditemui, yaitu mencapai 70-80 persen

dari seluruh kasus. Sakit maag fungsional adalah sakit maag yang bukan disebabkan oleh

gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang

kurang sesuai, juga faktor psikis dan kecemasan. Bahkan jika ditelaah lebih jauh,

penyakit maag bisa berakibat fatal bagi kesehatan.28

29

Page 30: skripsi

Melalui risetnya, Kim berserta team Jeongseon dari National Cancer Center

ResearchInstitute memeriksa akibat dari gambar yang timbul pada kanker gastrik pada

lebih dari 2 juta orang di Korea Selatan, semua responden memberikan informasi

mengenai diet dan gaya hidup mereka, mereka juga melakukan cek-up antara tahun 1996

dan 1997.29

Disamping itu, An nisa dalam penelitiannya pada siswa Al Ahzar Medan.

memperoleh data jumlah responden yang pola makannya tidak teratur yaitu 39 orang

(53,4%). Angka kejadian sindroma dispepsia dari keseluruhan responden yaitu 47 orang

(64,4%). Hasil analisa data menunjukkan terdapatnya hubungan antara keteraturan makan

dengan sindroma dispepsia pada siswa Al Ahzar Medan.28

Penyebab ketidakteraturan makan adalah multifaktorial, tetapi salah satunya

adalah perubahan pola makan pada remaja. Remaja seringkali terlalu ketat dalam

mengatur pola makan demi menjaga penampilan sehingga mengakibatkan kekurangan

gizi. Dalam jurnal penelitiannya, Robert dan William (2000) menyatakan bahwa 44%

remaja perempuan di sekolah menengah atas mencoba untuk menurunkan berat badan

dan 26% lainnya menjaga agar berat badannya tidak bertambah.13

30

Page 31: skripsi

C. KERANGKA TEORI

31

Dispepsia Organik Dispepsia Non Organik

Penyebabnya jelas, misalnya Tukak lambung atau pankreatitis.

Penyebabnya tidak jelas, biasanya disebabkan oleh kelainan motilitas usus

Jadwal makan

Obat-obatan

Rokok Alkohol Helicobacter pylory

Psikis

Page 32: skripsi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Penyebab timbulnya dispepsia antara lain faktor diet dan lingkungan serta sekresi

cairan asam lambung. Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung dan bersifat

iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh kuman yang masuk

bersama makanan.

Pada remaja putri seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makanan dalam

menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi.Tindakan remaja

ini mencakup manipulasi jadwal makan dan menyebabkan terjadi jeda waktu yang

panjang antara jadwal makan. Sedangkan pada remaja pria, hal ini juga dapat ditemukan

dan diperberat oleh pola konsumsi rokok dan penggunaan alkohol.

Adapun variabel yang akan diteliti antara lain :

1. Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddy Bagus di Unit Endoskopi

Gastroenterologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2001 diperoleh

penderita dispepsia terbanyak pada usia 30 sampai 50 tahun.

Kejadian dispepsia lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki.

Perbandingan insidennya 2:1.5

32

Page 33: skripsi

2. Jadwal makan

Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya adalah

pola makan dan sekresi cairan asam lambung. Selain jenis-jenis makanan

yang dikonsumsi, Ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang

buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan

dispepsia.

3. Merokok

Pada umumnya pasien yang menderita dispepsia adalah pengkonsumsi rokok,

minuman alkohol yang berlebihan, minum kopi dalam jumlah banyak dan

makan makanan yang mengandung asam

Berdasarkan kerangka teori, akhirnya dipilih variabel untuk diteliti, yaitu jenis

kelamin, jadwal makan, dan merokok. Sedangkan variabel independennya antara lain

penyakit organik, tidak dilakukan penelitian karena dalam penelitian ini tidak dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan endoskopi. Variabel lain yang tidak diteliti yaitu

penggunaan obat-obatan tertentu, alkohol, dan psikis karena variabel ini tidak memiliki

alat ukur. Dalam hal ini penggunaan obat-obatan memiliki efek jangka panjang yang

dapat memberikan gejala dispepsia berbeda-beda. Adapun alkohol, memiliki kadar yang

berbeda ditiap kemasannya. Sedangkan pengaruh psikis, sebaiknya memiliki alat ukur

tersendiri yang tidak ada pada penelitian ini.

33

Page 34: skripsi

2. Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

3. Definisi operasional

3.1 Variabel dependen : Sindrom dispepsia

a. Definisi : Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang

sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa

terbakar di perut.

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Dinilai berdasarkan jawaban responden pada kuisioner

d. Hasil ukur : 1. Sindrom dispepsia positif

2. Sindrom dispepsia negatif

3.2 Variabel independen : Jenis Kelamin

a. Definisi : Perbedaan gender dari responden seperti yang tercantum dalam

kuisioner

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Dengan mencatat jawaban dari kuisioner yang diajukan

34

Jenis Kelamin

Jadwal makan

Merokok

Sindrom dispepsia

Page 35: skripsi

d. Hasil ukur : 1. Laki-laki

2. Perempuan

3.3 Variabel independen : Jadwal makan

a. Definisi : Hitungan pola konsumsi makanan per hari yang diukur berdasarkan

frekuensi makan.

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Dengan mencatat jawaban dari kuisioner yang diajukan

d. Hasil ukur : 1.Teratur

2.Tidak teratur

3.4 Variabel independen : Merokok

a. Definisi : Perilaku responden yang menghisap rokok minimal 1 batang dalam

sehari dengan batasan waktu minimal 6 bulan terakhir dan masih merokok pada

saat dilakukan survey

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Dengan mencatat jawaban dari kuisioner yang diajukan

d. Hasil ukur : Diklasifikasikan berdasarkan banyaknya rokok yang di isap secara

aktif.

1. Merokok

2. Tidak merokok

4. Hipotesis

Terdapat hubungan antara jadwal makan dengan sindrom dispepsia pada siswa SMU

di Makassar.

35

Page 36: skripsi

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik cross sectional

dengan menggunakan data primer berupa kuisioner. Penelitian analitik ini bertujuan

untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai hubungan ketidakteraturan pola

makan dengan kejadian dispepsia. Studi cross sectional, salah satu studi observational

untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan penyakit.

Metode ini digunakan karena dapat mencakup seluruh populasi, bukan hanya

pada pasien yang mencari pengobatan, sehingga generalisasinya cukup memadai.

2. Tempat dan waktu penelitian

2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini diadakan di SMA Neg. 1 Makassar.

2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai tanggal 1 Agustus sampai dengan 6 agustus 2011.

3. Populasi dan sampel

3.1 Populasi

Populasi terdiri dari populasi target dan populasi terjangkau. Dalam penelitian ini

yang termasuk populasi adalah:

a. Populasi target: semua siswa yang terdaftar pada SMU di Makassar yang masuk

dalam lokasi penelitian ini.

36

Page 37: skripsi

b. Populasi Terjangkau: semua siswa yang terdaftar pada SMU Negeri 1 Makassar

pada tahun ajaran 2011/2012.

3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria seleksi dan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian.

Besar sampel :

Pada penelitian ini, jumlah sampel penelitian yang akan dikumpulkan, dihitung

berdasarkan rumus untuk penelitian deskriptif yaitu :

n = N

1+N ( d )

dimana :

n = Besarnya sampel

N =Besarnyapopulasi

d = tingkat ketepatan/kepercayaan yang dikehendaki, ditetapkan 0,1

Bila rata-rata jumlah murid tiap kelas 30 orang dan tiap tingkat kelas ada 9 kelas,

maka besarnya populasi ada 270 orang.

n = 270

1+270(0.1)

= 2703.7

= 72,9 ~ 73 orang

37

Page 38: skripsi

3.3 Kriteria seleksi

3.3.1 Kriteria Inklusi

a. Siswa tingkat I SMA Negeri 1 Makassar.

b. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

c. Kuisioner yang keseluruhan pertanyaannya telah terjawab.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Responden yang tidak hadir pada waktu penelitian.

b. Pernah berobat ke dokter dan dinyatakan terdapat kelainan pada saluran

pencernaan bagian atas.

3.4 Teknik Sampling

Pada penelitian ini digunakan cluster sampling, dimana peneliti mengambil

sampel tingkatan kelas kemudian dipilih sampel secara acak dari populasi hingga besar

jumlah sampel yang telah ditentukan dapat tercapai..

4. Data dan instrument

4.1 Jenis Data

4.1.1 Data primer yang berasal dari kuisioner yang dibagikan kepada responden.

4.1.2 Data sekunder yang berasal dari bagian akademik untuk mengetahui jumlah

siswa SMA Neg. 1 Makassar.

4.2 Instrumen penelitian

Instrument penelitiannya berupa kuisioner yang disusun untuk penelitian ini.

38

Page 39: skripsi

5. Manajemen data

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yaitu yang diperoleh dari subyek

melalui kuesioner setelah diberi penjelasan mengenai tata cara pengisiannya.

Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang ada hubungannya dengan jadwal

makan dan faktor-faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan sindroma dispepsia.

5.2 Penyajian data

Data ditampilkan dalam bentuk narasi dan disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik.

5.3 Pengeditan Data

Kuisioner yang didapati tidak lengkap akan dikeluarkan dari penelitian.

6. Etika penelitian

6.1 sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu membuat izin tertulis dan diserahkan

kepada instansi terkait.

6.2 Setipa subjek penelitian akan mendapatkan penjelasan secara lisan. Setelah subjek

bersedia secara lisan maka diberikan kuisioner untuk selanjutnya diisi.

6.3 Setiap identitas yang diberikan subjek akan dirahasiakan.

39

Page 40: skripsi

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian di SMA NEGERI 1 MAKASAR pada siswa kelas 1 pada

bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang dibutuhkan yaitu 73 orang, dan 73 responden ini

telah memenuhi kriteria dengan menjawab kuisioner selengkapnya. Jumalh sampel ini diperoleh

dari kelas X.8 dan kelas X.10, terdiri dari 25 orang responden laki-laki dan 48 orang responden

perempuan. Berikut merupakan hasil dari variabel yang diteliti :

5.1 Analisis Karakteristik

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jadwal Makan, dan

Perilaku Merokok

VariabelSindrom Dispepsia

TotalPositif NegatifN % Negatif %

Jenis KelaminLaki-Laki 11 14,7 14 10,3 25Perempuan 32 28,3 16 19,7 48Jadwal MakanTepat Waktu 2 5,3 7 3,7 9Tidak Tepat Waktu 41 37,7 23 26,3 64Perilaku MerokokMerokok 3 5.3 6 3.7 9Tidak Merokok 10 37.7 24 26.3 64

Sumber : Data Primer

Dari tabel 6.1 menunjukkan bahwa pelajar putri lebih banyak yang mengalami sindrom

dispepsia yaitu 32 responden (28,3%) dan pelajar putra sebesar 11 responden (14,7%).

40

Page 41: skripsi

Sedangkan variabel jadwal makan dapat dilihat bahwa pola makan yang tepat waktu yang

paling tinggi adalah yang tidak teratur dengan jumlah 41 orang (37,7%) dan yang terendah

adalah pola makan yang teratur yaitu 2 orang (5,3%).

Adapun variabel perilaku merokok terlihat bahwa persentase responden yang tidak

merokok paling tinggi, yaitu 10 responden (37,7%). Sedangkan yang perokok aktif yaitu 3

responden (5,3%).

5.2 Analisis Bivariat

Tabel 2 Hubungan Jenis Kelamin, Jadwal Makan, dan Perilaku Merokok dengan

Sindrom Dispepsia

VariabelSindrom Dispepsia Jumlah p OR 95% CI

Positif NegatifJenis KelaminLaki-Laki 11 14 25 0,1 0,4 0,1-1,1Perempuan 32 16 48Jadwal MakanTepat Waktu 2 7 9 0,3 6,2 1,2-32,6Tidak Tepat Waktu 41 23 64Perilaku MerokokMerokok 3 6 9 0,1 0,3 0,7-1,3Tidak Merokok 40 24 64

Sumber : Data primer

Pada tabel 6.2 didapatkan nilai p untuk variabel jenis kelamin yaitu 0,1, OR 0,4 dan 95%

CI 0,1-1,1. Hal ini menunjukkan bahwa antara jenis kelamin dan sindrom dispepsia tidak

signifikan sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian sidrom

dispepsia.

41

Page 42: skripsi

Pada variabel jadwal makan didapatkan nilai p yaitu 0,3 , OR 6,2 dan 95% CI 1,2-32,6 .

Hal ini menunjukkan bahwa antara jadwal makan dan sindrom dispepsia nilainya tidak

signifikan sehingga tidak ada hubungan antara jadwal makan dengan kejadian sidrom

dispepsia.

Pada variabel perilaku merokok didapatkan nilai p yaitu 0,1, OR 0,3 dan 95% CI 0,7-1,3.

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok dan sindrom dispepsia nilainya tidak

signifikan sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian sidrom

dispepsia.

42

Page 43: skripsi

BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian di SMA Negeri 1 Makassar yang kami dapatkan melalui penyebaran

kuesioner diperoleh jumlah sampel sebeasr 73 orang dan memenuhi kriteria seleksi. Penelitian

ini dilakukan berdasarkan variabel-variabel yang meliputi jenis kelamin, jadwal makan dan

perilaku merokok. Data yang diperoleh darisampel pun diolah untuk menjawab tujuan penelitian

yang kami lakukan dan disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasan.

Dari data pada tabel 6.1 dengan variabel jenis kelamin, didapatkan bahwa pelajar putri

lebih banyak yang mengalami sindrom dispepsia (28,3%) dibandingkan pelajar putra (14,7%).

Remaja umumnya merasa tidak nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh

mereka. Pada waktu yang bersamaan mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti

kesempurnaan yang dimiliki oleh teman sebaya ataupun idola mereka. Perasaan-perasaan seperti

ini bisa mengarahkan mereka kepada percobaan untuk mengubah bentuk tubuh dengan

memanipulasi pola makan mereka. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada sebuah survey

nasional disebuah sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15 % remaja laki-laki

mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15%

remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah.11

Pada variabel jadwal makan didapatkan bahwa jumlah responden yang memiliki jadwal

makan yang teratur hanya 9 orang (5,3%). Penyebab dari ketidakteraturan makan pada umumnya

multifaktorial. Salah satu penyebab yang paling sering adalah perubahan pola makan. Remaja,

terutama putri seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga

43

Page 44: skripsi

penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi dan memicu dispepsia. 29

Semakin panjang jeda waktu makan berarti membuat frekuensi makan semakin berkurang,

sehingga membuat seseorang cenderung makan dalam jumlah banyak ketika makan. Makan

dalam jumlah banyak tiba-tiba membuat beban lambung menjadi lebih berat dan produksi asam

lambung menjadi tidak terkontrol. Makan tiba-tiba dalam jumlah banyak atau membiarkan

lambung dalam keadaan kosong terlalu lama dapat membuat lambung memproduksi asam

lambung secara berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa lambung dan

menimbulkan peradangan.30 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andri Susanti pada tahun 2011

pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa terdapat 48,3% responden yang

memiliki kebiasaan makan tidak teratur. Begitupun pada penelitian yang dilakukan oleh Annisa

(2009) pada pelajar di SMA Al Ahzar yang menunjukkan bahwa jadwal makan memiliki

hubungan dengan kejadian sindrom dispepsia. Adapaun pada penelitian ini, didapatkan hasil

yang tidak signifikan pada p valuenya meskipun pada nilai 95% Confidence Intervalnya

menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh adanya jumlah responden yang

kurang dari 5 pada tabel SPSS.

Dari hasil penelitian pada variabel perilaku merokok, hanya sebagian kecil saja proporsi

responden yang merokok, yaitu 5,3%, sedangkan yang tidak merokok sebesar 37,7%. Merokok

adalah salah satu faktor risiko bagi munculnya dispepsia. Penelitan-penelitian terdahulu

menyebutkan bahwa merokok merupakan faktor yang berkontribusi nyata terhadap munculnya

gastritis dan tukak peptik, terutama tukak lambung, serta proses penyembuhannya. Tar dalam

asap rokok dapat melemahkan katup lower esophageal sphincter (LES), katup antara lambung

dan kerongkongan. Melemahnya LES dapat mengakibatkan naiknya asam lambung dan gas ke

kerongkongan sehingga muncul heartburn dan sering bersendawa. Merokok juga mengganggu

44

Page 45: skripsi

faktor defensif lambung dengan cara mengurangi sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa

lambung. Berkurangnya faktor defensif lambung dapat memperburuk peradangan lambung dan

berkaitan erat dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Selain berpengaruh

terhadap perokok aktif secara langsung, asap rokok juga dapat berpengaruh kepada perokok pasif

(orang ang terkena asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok aktif) 24 adapun pada penelitian ini

tidak didapatkan nilai yang signifikan (baik p value maupun nilai dari 95% Confidence

Intervalnya). Hal ini disebabkan oleh adanya jumlah responden yang kurang dari 5 pada tabel

SPSS.

Dari hasil analisis data penelitian didapatkan tidak adanya hubungan antara jadwal

makan dengan dispepsia, begitupun dengan variabel merokok. Salah satu faktor penyebab dari

timbulnya sindrom dispepsia ini adalah jadwal makan yang tidak teratur. Keteraturan makan

sangat berkaitan dengan produksi asam lambung, dimana asam lambung merupakan faktor

agresif penyebab gastritis dan tukak peptik. Jadwal makan yang tidak teratur akan membuat

lambung sulit beradaptasi sehingga produksi asam lambung menjadi tidak terkontrol kemudian

menyebabkan timbulnya gejala dispepsia.1

45

Page 46: skripsi

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara jadwal makan

dengan sindrom dispepsia pada siswa SMA Negeri 1 Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada siswa SMA Negeri 1 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin

dengan sindrom dispepsia.

2. Tidak terdapat hubungan antara jadwal makan yang tidak teratur dengan sindrom

dispepsia.

3. Sampel dengan perilaku merokok tidak berpengaruh terhadap keluhan sindrom dispepsia.

7.2 Saran

1. Kepada pihak pelayanan kesehatan diharapkan untuk memasukkan siswa SMA sebagai

salah satu target promosi kesehatannya. Kegiatan yang dapat disarankan adalah

penyuluhan tentang dispepsia dan pola makan.

2. Kepada responden disarankan agar lebih lebih memperhatikan pola makannya dan lebih

disiplin dalam mengatur jadwal makannya sehari-hari.

46