skripsi

70
HALAMAN JUDUL STUDI KOMUNITAS IKAN KARANG DI PULAU BARRANGCADDI KOTA MAKASSAR SKRIPSI A. Muh Hijaz Jalil L 111 98 024 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2005

Upload: hijaz-jalil

Post on 21-Jun-2015

963 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi

HALAMAN JUDUL

STUDI KOMUNITAS IKAN KARANG DI PULAU BARRANGCADDI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

A. Muh Hijaz Jalil L 111 98 024

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2005

Page 2: Skripsi

ii

STUDI KOMUNITAS IKAN KARANG DI PULAU BARRANGCADDI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

OLEH

A. Muh Hijaz Jalil L 111 98 024

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2005

Page 3: Skripsi

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Studi Komunitas Ikan Karang di Pulau Barrangcaddi Kota Makassar

Nama Mahasiswa : A. Muh. Hijaz Jalil

Nomor Pokok : L 111 98 024

Program Studi : Ilmu Kelautan

Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

Ir. Aidah A.A Husain, M.Sc Pembimbing Utama

Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc Pembimbing Anggota

Diketahui Oleh :

Ir. H. Hamzah Sunusi, M.Sc Dekan

Drs. M. Anshar Amran, M.Si Ketua Program Studi

Tanggal Lulus : 08 Juni 2005

Page 4: Skripsi

iv

RINGKASAN

A. Muh. Hijaz Jalil, L 111 98 024. Studi Komunitas Ikan Karang di Pulau Barrangcaddi Kota Makassar. (di bawah bimbingan Aidah A. A. Husain sebagai Ketua dan Jamaluddin Jompa sebagai Anggota)

Pulau Barrangcaddi dalam kawasan Kepulauan Spermonde terletak pada 5º4’35” LS – 5º5’25” LS dan 119º18’55” BT – 119º19’22” BT termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Ujungtanah Kota Makassar dengan luas wilayah 27 ha. Di pulau ini terdapat Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang dibina oleh Forum Kemitraan Bahari (FKB).

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status komunitas ikan karang di Pulau Barrangcaddi. Pengambilan data dengan menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC) pada kedalaman 3 dan 10 meter; pagi dan siang hari; di empat sisi, dimana pada sisi utara dan selatan merupakan Zona Inti Daerah Perlindungan Laut (DPL).

Spesies ikan karang yang teridentifikasi di daerah terumbu yang terdapat di Pulau Barrangcaddi sebanyak 164 spesies dari 34 famili. Berdasarkan kedalaman, individu yang terhitung dari seluruh pengamatan pada kedalaman 3 m yaitu 8692 individu dan 4426 individu pada kedalaman 10 m. Total individu yang terhitung pada pengamatan pagi, sebanyak 6518 ekor yang tersebar di seluruh stasiun, sedangkan pada pengamatan pada siang hari ditemukan sebanyak 6600 ekor. Kepadatan ikan karang untuk kawasan perairan Pulau Barrangcaddi yang terbesar mencapai 4,9 individu/m2 di kedalaman 3 meter, sedangkan yang terendah 0,3 individu/m2 di kedalaman 10 meter. Komposisi spesies tertinggi dari masing-masing famili secara berurut yaitu famili Pomacentridae 35 spesies, famili Labridae 33 spesies, dan famili Chaetodontidae 10 spesies dari seluruh spesies yang ditemukan. Indeks Kekayaan Jenis sisi utara berkisar antara 2,08 - 9,41, sisi timur 5,15 - 8,22, sisi selatan 4,28 – 8,97 dan sisi barat 6,12 – 8,61. Kisaran keanekaragaman ikan karang yaitu antara 0,78 – 3,27. Dominansi ikan karang tertinggi terdapat pada sisi utara pulau, dengan nilai 0,68, yaitu Plotosus lineatus dengan jumlah individu 100 ekor/900 m2. Nilai keseragaman berkisar antara 0,32 – 0,84. Kata kunci : studi komunitas, ikan karang, underwater visual census (UVC).

Page 5: Skripsi

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala kemuliaan dan puja hanya milik ALLAH SWT.,

pemilik rahmat yang maha sempurna. Dengan limpahan hidayah dan ilmu-Nya pula,

sehingga skripsi ini dapat terwujud.

Skripsi dengan judul “Studi Komunitas Ikan Karang di Pulau Barrangcaddi

Kota Makassar” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar

kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin. Skripsi ini dapat tersaji berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, saya ingin menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

Ibu Ir. Aidah A.A. Husain M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc,

sebagai pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan pengertian memberikan

petunjuk, bimbingan dan arahan serta bantuannya selama penelitian hingga

penyusunan skripsi ini.

Bapak Prof. Dr. H. Akbar Tahir, M.Sc, Ibu Ir. Hj. Dewi Yanuarita, M.Si, dan

Dr. Magdalena Litaay, M.Sc di Pusat Penelitian Terumbu Karang (PPTK UNHAS),

atas bantuan fasilitas peralatan selama penelitian dan saran-sarannya.

Istri tercinta Ade Rachmi Yuliantri sebagai pendamping yang selalu setia

menemani. Rekan-rekan yang membantu selama pengambilan data, Aslim Anwar

(Allink), Suharto (Atto) , Erwin Midianto (Chiwink), Saiful Anwar (Ipul), Hidayat

Bachtiar (Dayat), Mandala Putra (Manda), Maecenas A. Donya (Doni), Herdiyanto

Hamzah (Dadank), Abd. Halik (Yogi), Ali Mu’min (Nu’mank), Dewi Embong Bulan

(Dewi), Peter Shaurte (Piter), Alimullah (Ulla). Bapak Saleh, Bapak Ridwan beserta

Page 6: Skripsi

vi

keluarga di Pulau Barranglompo, atas segala perhatiannya selama di lapangan. Ibu

Dr. Lidapet Soede (WWF) dan Bapak Yahmantoro (P2O LIPI) atas pengetahuannya

dalam mengidentifikasi ikan karang, Kanda Agustan (Alm), Kanda Ahmad

Mauliddin, Kanda Edward Henry, Kanda Irwan Muliawan, Kanda Hj. Nurliah, Kanda

Neil, Kanda Halwi, Bapak Arif, Kanda Irwan Sofyan, Nur Amin Syafri, Amrullah,

Wiwin, Ratnawati (Mogey), Syahruni M. Ilyas (Uni) untuk semangat dan bantuan

yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi. Seluruh sahabatku

Angkatan ’98 Kelautan, Jamaluddin dan Nur Uswatun Annisa , Ibu Dg. Te’ne atas

persahabatan, bantuan moril maupun materilnya. Marine Science Diving Club

(MSDC) Universitas Hasanuddin, atas segala pengetahuan, kesempatan dan

pengalaman yang diberikan.

Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai Jurusan Ilmu Kelautan UNHAS, atas

transfer ilmu dan bantuannya yang sangat bermanfaat bagi saya.

Salam Hormatku kepada Ayahanda Abd Jalil Bori, Ibundaku Hj. Hafidah,

Mama Marfuah Kirdiat, juga buat adik-adikku tersayang Muh. Ilyas, Rahmatullah,

Fatahillah dan Yusuf atas kasih sayang, kesabaran, perhatian dan pengorbanannya

Menyadari segala keterbatasan kemampuan yang saya miliki, maka

penyusunan skripsi ini tentulah tidak dapat mencapai kesempurnaan, namun semoga

skripsi ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai ciptaan-Nya dan semakin

menyadari akan keagungan-Nya. Amin.

Makassar, Juni 2005

A. Muh. Hijaz Jalil

Page 7: Skripsi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iii

RINGKASAN .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................................................. 5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6

Definisi Ikan Karang .................................................................................... 6 Taksonomi Ikan Karang ............................................................................... 6 Biologi Ikan Karang ..................................................................................... 7 Siklus Hidup Ikan Karang ............................................................................ 8 Cara Makan Ikan Karang ............................................................................. 9 a. Herbivora .............................................................................................. 9 b. Planktonovora ....................................................................................... 9 c. Karnivora ............................................................................................ 10 Ekologi Ikan Karang .................................................................................. 10 a. Distribusi Ikan Karang ........................................................................ 10 b. Ikan Diurnal dan Nokturnal ................................................................ 11 Asosiasi Habitat.......................................................................................... 12 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ....................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 15

Waktu dan Tempat ..................................................................................... 15 Alat dan Bahan ........................................................................................... 15 Prosedur penelitian ..................................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 21

Gambaran Umum ....................................................................................... 21 Kelimpahan Spesies ................................................................................... 24

Page 8: Skripsi

viii

Kelimpahan Individu .................................................................................. 29 Kepadatan Ikan Karang .............................................................................. 32 Komposisi Jenis.......................................................................................... 32 Frekuensi Kemunculan ............................................................................... 33 Indeks Kekayaan Jenis (IKJ) ...................................................................... 35 Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) .................. 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42

Kesimpulan................................................................................................. 42 Saran ........................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 43

LAMPIRAN ................................................................................................................ 46

RIWAYAT HIDUP..................................................................................................... 59

Page 9: Skripsi

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Persentase rata-rata tutupan karang ......................................................................... 23

2. Komposisi spesies, famili dan individu .................................................................. 24

Page 10: Skripsi

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Zonasi Pulau Barrangcaddi .................................................................................. 3

2. Plot pengamatan (A), pencatatan data (B) ......................................................... 17

3. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................................ 22

4. Spesies dari famili Apogonidae yang terlihat pada siang hari. .......................... 26

5. Total spesies tiap stasiun pada 2 kedalaman berbeda ........................................ 26

6. Beda jumlah spesies antara waktu pengamatan pagi dan siang. ........................ 27

7. Jenis Pomacentrus smithi (A), Chromis ternatensis (B)

dan Amblyglyphidodon curacao (C) .................................................................. 30

8. Kelimpahan individu rata-rata tiap stasiun. ....................................................... 31

9. Komposisi spesies berdasarkan famili ............................................................... 33

10. Jenis Cheilinus fasciatus (A), Thalassoma lunare (B), Chrysiptera rollandi (C)

dan Scarus rivulatus (D) .................................................................................... 34

11. Indeks Kekayaan Jenis (IKJ) tiap stasiun .......................................................... 36

12. Keanekaragaman ikan karang tiap stasiun ......................................................... 37

13. H’ dan IKJ tiap stasiun ....................................................................................... 39

14. Indeks dominansi tiap stasiun ............................................................................ 40

15. Indeks keseragaman tiap stasiun ........................................................................ 41

Page 11: Skripsi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal

1. Koordinat Stasiun Penelitian ................................................................................. 47

2. Hasil Anova jumlah spesies dan individu berdasarkan sisi pulau dan waktu ....... 48

3. Hasil uji-t jumlah spesies dan individu berdasarkan kedalaman dan waktu ........ 49

4. Jumlah dan selisih spesies berdasarkan waktu pengamatan, jumlah famili, H’,

IKJ, d, E, % penutupan branching dan massive, dan migratory spesies tiap

stasiun.................................................................................................................... 50

5. Frekuensi kemunculan dan jumlah individu tiap spesies di seluruh pengamatan . 51

6. Korelasi spearman ................................................................................................. 54

7. Komunitas ikan karang berdasarkan waktu dan kedalaman tiap stasiun .............. 55

8. Hasil Anova 2 faktor dengan replikasi .................................................................. 57

9. Hasil Uji-t Keanekaragaman, Dominansi dan Keseragaman berdasarkan waktu

dan kedalaman....................................................................................................... 58

Page 12: Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paparan Spermonde terletak di sebelah luar Sulawesi Selatan, terpisah

sepenuhnya dari Paparan Sunda yang terletak di seberang Selat Makassar, terdiri dari

banyak pulau-pulau dan shelf banks. Batas geografis kawasan Kepulauan Spermonde

adalah pulau-pulau yang berada di sebelah barat jasirah Sulawesi Selatan (west shelf),

mulai dari pulau-pulau di Kabupaten Takalar (batas selatan) sampai Kabupaten

Polmas (batas utara), sehingga secara administratif meliputi paling tidak 8 kabupaten.

Namun demikian, mayoritas (± 90%) pulau-pulau tersebut berada dalam daerah

administrasi Kabupaten Pangkep (Pangkajene Kepulauan). Jumlah pulau yang

diidentifikasi di Kepulauan Spermonde berdasarkan pembacaan data citra satelit

adalah sebanyak 98 buah pulau dan luasan terumbu karangnya adalah sekitar 60.000

ha dalam bentuk yang sangat bervariasi, namun lebih banyak yang membentang dari

utara ke selatan karena dipengaruhi oleh arus Selat Makassar (de Klerk, 1983).

Rataan terumbu di sisi barat dan selatan pulau pada umumnya lebih lebar dan luas

dibanding rataan terumbu di sisi timur dan utara pulau (PSTK, 2002).

Pulau Barrangcaddi dalam kawasan Kepulauan Spermonde terletak pada

5º4’35” LS – 5º5’25” LS dan 119º18’55” BT – 119º19’22” BT termasuk dalam

wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Ujungtanah Kota Makassar dengan

luas wilayah 27 ha. Di pulau ini terdapat Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang

Page 13: Skripsi

2

dibina oleh Forum Kemitraan Bahari (FKB). DPL yang disepakati oleh masyarakat

dan FKB merupakan inisiatif dalam rehabilitasi ekosistem terumbu karang ini terdiri

dari 3 zona peruntukan, yaitu zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan.

Zona inti berada di sisi utara dan selatan pulau, dan zona penyangga berada di

antara zona inti tepatnya di sisi barat pulau (Gambar 1). Perairan Pulau Barrangcaddi

memiliki 2 ekosistem, yaitu ekosistem terumbu karang dan lamun, dengan luasan

masing-masing 29,09 Ha dan 31,74 Ha (PSTK, 2003a).

Pada ekosistem terumbu karang terdapat ikan karang dimana merupakan satu

komunitas biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang yang berperan dalam

menyusun kompleksitas ekosistem tersebut. Seringkali ditemui juga jenis ikan yang

sebagian siklus hidupnya hanya berada di terumbu karang (juvenil ikan) dan pada

saat dewasa beruaya ke luar terumbu. (Sorokin, 1993)

Komunitas ikan karang yang tersusun dari beragam populasi dari bermacam–

macam spesies menginisiasi beberapa stakeholders untuk mengelompokkan ikan

karang. Dalam pengelompokannya, ikan-ikan karang ini dibedakan menurut maksud

tujuan pengamatan yang dilakukan (Husain dan Arniati, 1996). Berdasarkan

karakteristik taksonomi, ikan karang dikelompokkan atas sub-ordo Labridae (terdiri

dari famili Labridae, Scaridae dan Pomacentridae), sub-ordo Acanthuridae (famili

Acanthuridae, Siganidae dan Zanclidae), dan sub-ordo Chaetodontidae (famili

Chaetodontidae dan Pomachantidae) (Hutomo, 1993). Dilihat dari pemanfaatannya,

ikan karang dikelompokkan ke dalam ikan hias (famili Pomacentridae, Labridae,

Chaetodontidae, Pomacanthidae, Zanclidae, Balistidae, Scorpaenidae) (Kvalvagnaes,

Page 14: Skripsi

3

1980); dan ikan pangan atau konsumsi (famili Caesionidae, Serranidae, Siganidae,

Haemulidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Labridae, Scaridae, Holocentridae,

Priacanthidae) (McWilliams dan Hatcher, 1983).

Gambar 1. Zonasi Pulau Barrangcaddi (PSTKb, 2003)

Page 15: Skripsi

4

Ikan karang memiliki beberapa fungsi dan manfaat bagi ekosistem itu sendiri

dan juga bagi manusia. Secara ekonomis ikan karang lebih banyak dimanfaatkan

sebagai bahan pangan yang baik untuk dikonsumsi. Selain itu ikan karang sering

dimanfaatkan dari segi estetika pada bidang pariwisata, oleh karena keunikan yang

dimiliki merupakan perpaduan yang sangat sempurna antara warna, bentuk tubuh,

serta motif yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi stakeholders yang berkecimpung

dalam bidang seni. Ikan karang juga menjadi kebutuhan primer dalam dunia

pariwisata bawah laut.

Banyaknya fungsi dan manfaat dari komunitas ini menginisiasi stakeholders

untuk lebih memanfaatkan potensi sumberdaya hayati ini untuk berbagai macam

keperluan, baik secara ekonomis maupun untuk kepentingan khasanah ilmu

pengetahuan. Ikan karang pada era ini menjadi “lahan basah“ bagi pengusaha yang

bergerak di bidang bisnis ikan hias.

Oleh karena itu studi mengenai diversitas, densitas dan komposisi jenis ikan

karang dipandang perlu dilakukan sebagai bahan informasi untuk mengetahui kondisi

terkini ikan karang. Informasi jumlah ikan dalam satu populasi ini diperlukan untuk

menentukan efek penangkapan dan membedakan dari perubahan alam. Semakin

akurat informasi ini, semakin mudah mendeteksi perubahan populasi (Cappo &

Brawn, 1996).

Page 16: Skripsi

5

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status komunitas ikan karang di

Pulau Barrangcaddi

Kegunaan penelitian ini adalah menginformasikan potensi ikan karang di Pulau

Barrangcaddi sebagai database untuk pengoptimalisasian pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya hayati ikan karang pada daerah ini.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada inventarisasi jenis, densitas (kepadatan) dan

diversitas (keragaman) ikan karang diurnal (ikan karang yang melakukan

aktivitasnya pada siang hari).

Penelitian ini juga menggunakan data kondisi terumbu karang sebagai habitat

ikan karang tersebut (Nybakken, 1992) yang meliputi persentase penutupan terumbu

karang.

Page 17: Skripsi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Ikan Karang

Ikan karang merupakan salah satu sumberdaya hayati utama dalam ekosistem

terumbu karang karena didapatkan dalam jumlah terbanyak dan menyolok

(Montgomery, 1990). Selain itu Goldman dan Talbot (1976), mendefinisikan “ikan

karang” adalah ikan yang biasa ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang.

Taksonomi Ikan Karang

Ikan-ikan karang sebagian besar adalah ikan bertulang keras (Teleostei) dari

Ordo Perciformes. Dalam sejarah revolusinya, ordo ini berkembang pada zaman

Tersier (Hutomo, 1993). Menurut Sale (1991) ikan di terumbu karang, menerima

perhatian yang paling besar dari para ahli ekologi. Hal ini berhubungan dengan

perkembangan karang keras pada saat ini. Kelompok ikan yang paling banyak

berasosiasi dengan terumbu karang adalah:

1. Tiga ikan Labroid: ikan wrase (Labridae), ikan kakatua (Scaridae) dan ikan

damsel (Pomacentridae)

2. Tiga ikan Acanthuroid: ikan tang pembedah (Acanthuridae), ikan baronang

(Siganidae) dan ikan bendera (Zanclidae).

3. Dua ikan Chaetodontoid: ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) dan ikan injel

(Pomachantidae).

Page 18: Skripsi

7

Beberapa famili lainnya penting untuk terumbu karang dan sementara sejumlah

penelitian ekologis telah dilakukan pada anggota dari 8 famili di atas. Menurut Sale

(1991) ikan-ikan yang sangat penting, dengan pertimbangan ikan tersebut terlihat di

karang dan dipelajari oleh ahli ekologi adalah sebagai berikut:

1. Blenniidae dan Gobiidae, yang secara karakternya ikan demersal dan terikat

dengan tempat.

2. Ikan yang kepadatannya tinggi, aktif pada malam hari, predator kecil terhadap

invertebrata dan ikan-ikan yang lebih kecil diwakili sebagian oleh Apogonidae

Indo-West Pasifik dan sebagian lagi Haemulidae Karibia.

3. Ikan-ikan Ostraciidae (ikan kotak), Tetradontidae (ikan buntal) dan Balistidae

(ikan pakol), yang tidak pernah banyak, selalu menonjol karena bentuknya yang

tebal dan warnanya yang menyolok, serta mewakili beberapa ikan tulang keras

yang sangat tinggi proses evolusinya.

4. Kepadatan predator penting yang lebih besar termasuk dalam Holocentridae (ikan

biji rantai), Serranidae (kerapu), Lutjanidae (kakap) dan Lethrinidae (lencam).

Biologi Ikan Karang

Ciri yang menonjol dari ikan karang adalah warna yang terang. Para ahli

sampai sekarang tidak sependapat, dan mungkin warna dan pola mempunyai

beberapa fungsi yang berbeda. Ada satu penjelasan bahwa warna yang terang

merupakan suatu indikasi bahwa spesies itu mengandung racun atau zat lain yang

tidak disukai, jadi predator akan menghindarinya. Penjelasan lain bahwa, warna

Page 19: Skripsi

8

digunakan untuk pengenalan spesies. Warna juga digunakan untuk penyamaran

(kamuflase) spesies, baik dengan mengubah bentuk ikan atau membuatnya tampak

seperti sesuatu yang lain (Nybakken, 1992).

Siklus Hidup Ikan Karang

Reproduksi ikan karang sangat bervariasi dalam hal, tempat, waktu dan

caranya. Mayoritas ikan karang melepaskan sperma dan telur di perairan (biasanya

pada masa spawning), beberapa ikan menyebarkannnya di atas substrat, beberapa

membuat dan melindungi sarang demersalnya dan beberapa membawa telur-telur

yang telah dibuahi dalam mulutnya sampai menetas (Sale, 1991).

Ikan karang termasuk dalam spesies yang tinggi tingkat kesuburannya, karena

dapat memproduksi telur secara harian, mingguan, dua mingguan, bulanan atau

bahkan tidak terjadwal. Ikan karang mengerami telur dalam jumlah yang bervariasi

mulai dari ratusan sampai ribuan dalam satu waktu, dan juvenilnya baru stabil setelah

fase pelagik, memiliki tingkat kematian yang tinggi atau rendah pada beberapa

minggu pertama dalam lingkungan karang (Sale, 1991).

Ikan karang fleksibel dalam menentukan kelaminnya. Secara konvensional

gonokoristik, yaitu kelaminnya telah ditentukan sejak awal perkembangan, tetapi

banyak pula yang hermaprodit. Ikan karang yang hermaprodit secara bersamaan,

sebagian akan bertindak sebagai jantan atau betina dalam satu hari. Ikan karang yang

hermaprodit sekuensial, sebagian besar selanjutnya menjadi protogynus (betina dulu,

kemudian jantan) dan sebagian protandri (jantan dulu) (Sale, 1991).

Page 20: Skripsi

9

Cara Makan Ikan Karang

Banyak jenis ikan yang memakan langsung di daerah terumbu karang

menunjukkan tingkah laku teritorial dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan

dan tempat berlindungnya. Batas teritorialnya dapat didasarkan atas persediaan

makanan, pola berbiak, banyaknya pemangsa, kebutuhan ruang atau lainnya. Semua

itu menambah kerumitan hubungan ikan terumbu yang satu dengan yang lain

(Romimohtarto dan Juwana, 2001).

a. Herbivora

Ikan herbivor di terumbu karang sebagian besar bertahan karena adanya alga

serta diatom yang ada di permukaan karang. Sejauh ini Scaridae dan Acanthuridae

adalah herbivor yang paling penting di daerah terumbu karang. Meskipun demikian

Siganidae, beberapa spesies Pomacentridae dan Blennidae termasuk pula dalam

golongan penting pada ikan kategori ini (Goldman dan Talbot, 1976).

Cara makan ikan herbivor menurut Sorokin (1993) terbagi menjadi: pemakan

tunas (browser), perumput (grazer) dan penghisap (sucker). Browser memakan

makrofita dan lamun, grazer mengerat perifiton lembaran dan alga koralin serta

sucker menghisap atau mengumpulkan detritus dan mikrofitobenthos lembaran dari

permukaan sedimen dasar yang halus.

b. Planktonovora

Ikan ini terbagi atas kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer terdiri

atas beberapa spesies dari famili ikan pelagis, yang beradaptasi dengan lingkungan

Page 21: Skripsi

10

karang. Adaptasinya berupa ukuran tubuh yang kecil dan bergerombol. Pada siang

hari bersama dengan gerombolannya bersembunyi di daerah tubir, laguna atau dalam

goa. Pada malam hari mereka berpencar dan mencari makan, yaitu zooplankton

karang nokturnal di kolom air. Planktovor sekunder, terdiri atas perwakilan dari

masing-masing famili ikan karang berbeda yang termasuk dalam Ordo Perciformes

(Sorokin, 1993).

c. Karnivora

Tipe pemangsaan yang paling banyak terdapat di terumbu adalah karnivora,

mungkin sekitar 50-70 persen dari spesies ikan. Goldman dan Talbot (1976)

berpendapat bahwa banyak dari karnivora-karnivora ini tidak mengkhususkan

makanannya pada suatu sumber makanan tertentu, tetapi sebaliknya merupakan

oportunistik, mengambil apa saja yang berguna bagi ikan karnivor ini. Dalam

hubungannya dengan kebiasaan cara makan yang umum dari kebanyakan karnivora,

jumlah ikan pemakan bangkai (scavenger) sangat kecil karena karnivora mengambil

setiap organisme yang baru mati (Nybakken, 1992).

Ekologi Ikan Karang

a. Distribusi Ikan Karang

Sebagian besar ikan karang memiliki distribusi geografis yang relatif lebih

luas daripada spesies ikan di perairan temperate, yang merefleksikan luasnya

penyebaran terumbu karang. Beberapa jenis ikan karang hampir selalu berasosiasi

dengan karang dan kepadatan terbesar ikan tersebut ditemukan pada habitat terumbu

Page 22: Skripsi

11

karang. Asosiasi ini sangat penting untuk menunjukkan batasan bio-geografis ikan

karang (Sale, 1991).

Menurut Hutomo (1993), terumbu karang juga merupakan lingkungan yang

tidak berkesinambungan (patchy). Pada skala ratusan kilometer, terumbu tersebar di

seluruh lautan tropis. Pada skala yang lebih kecil, terumbu menyediakan zona habitat

yang berbeda-beda baik fisik maupun ciri-ciri lain. Pada zona-zona tersebut dalam

skala meter berada bentuk-bentuk fisik yang berbeda-beda karena perbedaan

morfologi karang yang berbeda spesies dan campuran/kombinasi antara koloni karang

dengan pecahan karang (rubble), pasir dan abiotik lainnya.

Terumbu karang juga selalu berubah, bahkan dalam skala geologis. Sistem

yang sekarang ini merupakan hasil keseimbangan antara pertumbuhan yang aktif dan

klasifikasi dengan proses kematian yang berlanjut dan erosi yang disebabkan oleh

faktor fisik dan agen biologis (termasuk ikan kakatua) dan kegiatan tektonik berupa

lipatan, penenggelaman dan hanyut benua (Hutomo, 1993).

b. Ikan Diurnal dan Nokturnal

Satu hal yang menarik tentang ikan-ikan pada terumbu karang adalah

perbedaan jenis ikan yang dapat ditemukan di siang hari (diurnal) dan malam hari

(nokturnal). Banyak orang yang melihat karang pada siang hari ketika sebagian besar

spesies ikan dapat terlihat. Akan tetapi, pada malam hari ikan-ikan diurnal ini

berlindung di dalam terumbu dan digantikan ikan nokturnal. Meskipun beberapa dari

spesies nokturnal ini secara ekologi sama dengan spesies diurnal tertentu

(contohnya: Apogonidae, menggantikan Pomacentridae). Hal ini merupakan cara lain

Page 23: Skripsi

12

yang memungkinkan tidak adanya persaingan secara langsung pada sejumlah besar

ikan di terumbu karang (Nybakken, 1992). Menurut Hobson (1968) dalam Nybakken

(1992) semua spesies nokturnal merupakan predator.

Asosiasi Habitat

Hubungan antara kompleksitas topografi terumbu karang dan

keanekaragaman mengindikasikan bahwa struktur komunitas ikan karang dapat

dipengaruhi oleh kompleksitas fisik substratnya. Hal ini menunjukkan bahwa area

penutupan yang meningkat menyediakan area perlindungan dan tempat mencari

makan yang lebih beragam, juga menambah kekayaan jenis (Bell dan Galzin, 1984).

Karang membentuk potongan-potongan habitat yang tersebar dalam berbagai

ukuran. Dalam beberapa kelompok, mayoritas spesiesnya langsung menjadi penghuni

karang dan tetap tinggal di habitat ini seumur hidupnya. Tingkat planktonik diakhiri

dengan menetap di substrat karang. Banyak pula yang berasosiasi dengan struktur

tertentu dan komponen biotik terumbu (Sale, 1991).

Pada paparan atau rataan terumbu dan goba-goba, ikan-ikan penghuni dasar

hidup di sekitar kepala karang batu dan pada dasar pasir yang terdapat di antara

karang-karang tersebut. Karang masif yang biasanya tidak mempunyai lubang-lubang

atau gua-gua banyak dikunjungi ikan-ikan yang memanen polip-polip karang seperti

ikan kakatua, ikan kupu-kupu dan lain-lain. Karang-karang bercabang menyediakan

perlindungan bagi ikan-ikan kecil seperti betok dan gobi yang berenang-renang

Page 24: Skripsi

13

memakan plankton hewan dan lari kembali untuk berlindung di karang tersebut

(Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies di terumbu adalah karena

variasi habitat terdapat di terumbu. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang

saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga ,dan juga

perairan yang dangkal dan dalam, serta zona-zona yang berbeda melintasi karang.

Habitat yang beraneka ragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan

itu (Nybakken,1992).

Ikan-ikan karang umumnya kecil dibanding ikan pelagis dan relatif tidak

berpindah-pindah (sedentary). Sebagian besar merupakan spesies ikan hias (aquarium

fishes) dengan panjang kurang dari 30 cm. Meskipun ikan-ikan tersebut

pergerakannya beragam, tetapi pada umumnya mereka lebih menetap (sedentary)

daripada vertebrata lain yang sama ukurannya. Salah satu faktor penyebab sifat

demikian adalah bahwa mereka hidup pada lingkungan yang sangat terstruktur akibat

arsitektur terumbu karang yang kompleks, sehingga dari meter ke meter struktur

lingkungan fisiknya sangat berbeda (Hutomo, 1993).

Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi

Nilai keanekaragaman, keseragaman dan dominansi dapat menunjukkan

keseimbangan dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis (Odum, 1971).

Nilai keseragaman terbesar didapatkan jika semua individu yang ditemukan

berasal dari spesies atau genera yang berbeda-beda dan keanekaragaman mempunyai

Page 25: Skripsi

14

nilai yang lebih kecil atau sama dengan nol jika semua individu berasal dari satu

spesies.

Indeks keseragaman merupakan angka yang tidak bersatuan, besarnya

berkisar nol sampai satu. Semakin kecil nilai suatu keseragaman (E), semakin kecil

pula keseragaman spesies dalam komunitas. Artinya bahwa penyebaran individu tiap

spesies atau genera tidak sama dan ada kecenderungan suatu komunitas akan

didominasi oleh spesies tertentu. Sebaliknya semakin besar nilai indeks keseragaman

dalam komunitas menunjukkan jumlah individu untuk setiap spesies atau genera

dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda. Dengan kata lain dalam suatu

komunitas, dominasi spesies atau genera sangat kecil atau tidak terjadi dominasi

Wilhm (1966 dalam Syakir, 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui

apakah suatu komunitas didominasi oleh suatu organisme tertentu, maka dapat

diketahui dengan menghitung indeks dominansi (D). Jika nilai D mendekati satu,

maka ada organisme tertentu yang mendominasi perairan. Jika nilai D adalah nol

maka tidak ada organisme yang dominan.

.

Page 26: Skripsi

15

BAB III

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2004 di Pulau Barrangcaddi,

Kecamatan Ujungtanah Kota Makassar Sulawesi Selatan, Indonesia.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan :

1. Perahu motor, sebagai alat transportasi ke stasiun pengamatan.

2. Scuba set, untuk melakukan penyelaman yang terdiri dari masker, snorkel, fins,

Bouyancy Compensator Divice (BCD), regulator, tabung selam.

3. Alat tulis menulis, sebagai media untuk mencatat data yang diperoleh dalam

pengamatan, yang terdiri dari sabak, waterproof paper dan pensil.

4. Kamera bawah laut, untuk mendokumentasikan obyek yang dianggap perlu

sebagai penunjang penelitian.

5. Global Positioning System (GPS) Garmin Etrex, untuk menentukan posisi

stasiun pengamatan agar dapat diplotkan ke peta (Lampiran 1).

6. Jam selam, sebagai indikator waktu tiap pengamatan yang dilakukan.

7. Buku identifikasi, sebagai referensi dalam mengidentifikasi ikan karang

menggunakan buku Tropical Reef-fishes of the Western Pacific: Indonesia and

Adjacent Waters (Kuiter, 1992).

Page 27: Skripsi

16

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Semua jenis ikan karang yang aktif di siang hari (diurnal), secara visual dan

numerik mudah diidentifikasi dan tidak bersifat merayap (non-cryptic).

Prosedur penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda Line Intercept Transect (LIT) (English, et

al., 1997) atau dikenal dengan nama transek garis, tahapan-tahapan teknis yang

dilakukan secara sistematis di uraikan sebagai berikut :

1. Survey awal

Mengumpulkan informasi kuantitatif tentang keragaman dan kepadatan ikan

karang di Pulau Barrangcaddi dengan melakukan Rapid Reef Resource

Assessment (RRA) (Wijayanto, et al., 1999). RRA merupakan metode penilaian

kondisi terumbu karang yang dikembangkan oleh Commonwealth Scientific and

Industrial Research Organisation (CSIRO) dengan melihat kemunculan spesies

dan jumlahnya dalam waktu tertentu.

Pada fase ini, stasiun penelitian ditentukan secara purposif. Daerah Perlindungan

Laut (DPL) dan luar kawasan DPL di pulau tersebut menjadi bahan pertimbangan

dalam penentuan stasiun. Pada tiap kawasan DPL (sisi utara dan selatan pulau)

masing-masing diambil 1 stasiun, dan 2 stasiun di luar kawasan DPL (sisi timur

dan barat pulau). Pada setiap stasiun penelitian dibentangkan transek sejajar

dengan garis pantai sepanjang 30 meter dengan 3 kali ulangan pada kedalaman 3

dan 10 meter dengan interval antar garis transek ulangan yang akan digunakan ±

Page 28: Skripsi

17

10 meter. Total keseluruhan stasiun penelitian adalah 4 stasiun x 3 replikasi x 2

kedalaman yaitu 24 stasiun (Gambar 3).

2. Pengambilan posisi stasiun

Fase ini menggunakan Global Positioning System (GPS), dan untuk

mempermudah proses pengidentifikasian stasiun penelitian, posisi geografis tiap

stasiun terlebih diplot pada lembar peta (Lampiran 1).

3. Pengambilan data

Dilakukan dengan menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC),

metode ini ideal digunakan untuk monitoring kelimpahan ikan karang dan

mengumpulkan data komunitas tanpa merusak (Halford dan Thompson, 1994).

Teknisnya yaitu dengan mencatat ikan karang yang ditemukan pada saat

melakukan penyelaman dalam areal pengamatan (plot) untuk tiap kedalaman (3

dan 10 meter) di pagi hari (09:00-11:00) dan siang hari (12:00-16:00)

(Gambar 2).

(A) (B)

Gambar 2. Plot pengamatan (A), pencatatan data (B)

Transek garis

30 m

5 m

5 m

Page 29: Skripsi

18

Personel dalam melakukan pengambilan data terdiri dari dua orang. Satu orang

melakukan aktivitas sensus, sedang yang lainnya sebagai buddy yang melakukan

pencatatan terhadap kondisi terumbu karang. Kegiatan sensus untuk ikan karang,

menggunakan luasan plot pengamatan tiap garis transek yaitu 5 x 30 (lebar x

panjang) (Lecchini, et al., 2003) yang dimulai 15 menit setelah pemasangan

transek (Adrim, 2001). Ikan yang masuk dalam plot pengamatan diidentifikasi

melalui penampakan morfologi berdasarkan spesiesnya (Kuiter, 1992).

4. Analisis Data

Data terlebih dahulu dianalisis secara deskriptif dengan melihat kuantitas spesies

yang diperoleh pada tiap stasiun. Kemudian dilanjutkan dengan statistik

inferensia, menggunakan uji-t dan ANOVA dari masing-masing stasiun untuk

mengetahui apakah data yang dihasilkan dari tiap stasiun berbeda secara

signifikan baik dari waktu yang berbeda maupun kedalamannya.

Selain itu data sekunder berupa kondisi habitat digunakan juga untuk mengkaji

secara ekologis pengaruh terhadap distribusi ikan karang di lokasi tersebut.

Kepadatan (Soegianto, 1994)

Jumlah individu/organisme di suatu habitat yang dinyatakan dalam jumlah per

unit area per satuan luas ikan karang dalam per satuan luas.

D = n /A Dimana : D = Kepadatan n = Jumlah total ikan

A = Luas daerah sampling

Page 30: Skripsi

19

Indeks Komposisi Jenis (Odum, 1971)

Komposisi jenis adalah perbandingan antara jumlah spesies tiap famili dengan

jumlah spesies yang ditemukan.

%100×=SsiKJ

Dimana : KJ = Komposisi Jenis si = Jumlah spesies pada tiap famili S = Jumlah seluruh spesies

Indeks Keanekaragaman Shannon - Wiener (Magurran, 1991)

Indeks kenekaragaman yaitu nilai yang dapat menunjukkan keseimbangan

keanekaragaman dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis.

∑= pipiH ln' Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon Pi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i (ni/N)

Berdasarkan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dikategorikan

sebagai berikut (Edrus et al., 2002):

H’ < 1 : Keanekaragaman rendah, komunitas buruk 1< H’<3 : Keanekaragaman sedang, komunitas alami H’ >3 : Keanekaragaman tinggi, komunitas matang

Indeks Keseragaman (Odum, 1971)

E = H’/ ln (S) Dimana : S = Banyaknya jenis

Nilai E berkisar antara 0 dan 1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula nilai

keseragaman biota. Hal ini menunjukkan penyebaran jumlah individu tiap jenis

tidak sama dan ada kemungkinan populasi tersebut didominansi oleh suatu jenis

biota. Sebaliknya semakin besar nilai E maka keseragaman populasi biota

semakin tinggi. Ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis sama, di mana

populasi tersebut tidak didominasi oleh suatu jenis biota.

Page 31: Skripsi

20

Indeks Dominansi (Odum, 1971)

D = ∑ (ni(ni-1)/N(N-1)

Nilai D dikategorikan sebagai berikut :

0 < C ≤ 0,5 dominansi rendah, 0,5 < C ≤ 0,75 dominansi sedang 0,75 < C ≤ 1,00 dominansi tinggi

Page 32: Skripsi

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Jarak Pulau Barrangcaddi dari Kota Makassar ± 7 mil laut ke arah barat. Di

sebelah utara berbatasan dengan Pulau Barranglompo, sebelah selatan berbatasan

dengan Pulau Kodingareng, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau

Bonetambung.

Iklim Pulau Barrangcaddi pada musim barat, atau musim hujan, berlangsung

sejak bulan November hingga Februari, dengan angin cenderung bertiup dari arah

barat daya ke barat laut. Musim timur atau musim kemarau, jatuh pada bulan Juli

hingga Oktober, dengan angin bertiup dari arah tenggara menuju ke timur. Musim

peralihan atau pancaroba terjadi pada bulan Maret hingga Juni. Suhu permukaan air

rata-rata 29 oC (PSTK, 2003b).

Secara umum kondisi terumbu karang sekeliling Pulau Barrangcaddi kurang

baik. Persentase penutupan karang hidup pada sisi timur pulau sangat rendah

dibandingkan dengan penutupan karang pada sisi barat dan selatan.

Di sisi timur pulau, penutupan karang yang dapat dijumpai pada daerah ini

hanya 5%. Pada sisi timur dengan penutupan karang yang sangat sedikit itu

ditemukan pecahan karang yang ditumbuhi alga sebesar 20 % dan pasir sebesar 40%.

Sebaliknya, di sisi selatan Pulau Barrangcaddi penutupan karang hidupnya mencapai

80%, dan didominasi oleh 60% karang massive dan 20% untuk jenis karang

Page 33: Skripsi

22

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Page 34: Skripsi

23

Acropora tabulate. Selain itu, beberapa jenis sponge juga ditemukan di sisi selatan

pulau ini. Untuk sisi barat pulau, penutupan karang hidup didominasi oleh Acropora

tabulate sebesar 40% dan Acropora branching sebesar 30%. Kondisi penutupan

karang yang masih tergolong baik di sisi selatan dan barat pulau disebabkan

kurangnya aktifitas penduduk pada kedua sisi ini. Sebagai tambahan, meskipun pada

sisi selatan dan barat pulau ditemukan beberapa predator pemangsa karang seperti

Acanthaster, namun nampaknya tidak mempengaruhi tingkat penutupan karang

(PSTK, 2003b).

Tabel 1. Persentase rata-rata tutupan karang

Kategori 3 Meter 10 meter Utara Timur Selatan Barat Utara Timur Selatan Barat

Live Coral 49,20 22,63 32,50 41,10 43,59 25,90 7,38 30,39 Dead Coral 31,78 31,21 35,29 41,18 14,13 28,39 20,78 44,57 Algae 0,00 2,40 0,00 0,40 1,57 3,38 0,11 0,28 Other 4,48 6,77 2,24 12,67 9,06 7,27 6,48 5,72 Abiotik 14,54 36,99 29,97 4,66 31,66 35,07 65,26 19,04 KONDISI Rusak Kritis Rusak Rusak Rusak Kritis Kritis Rusak Ket : Kondisi berdasarkan Suharsono (2001)

Dari hasil pengamatan menggunakan LIT yang dilakukan secara bersamaan

dengan pengambilan data ikan karang, didapatkan kisaran tutupan karang hidup pada

kedalaman 3 meter untuk masing-masing stasiun sebesar 22,63 – 49,20 %.

Penutupan karang hidup tertinggi yaitu pada sisi utara pulau, yang juga merupakan

zona inti dari Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang ada di Pulau Barrangcaddi.

Kisaran terendah pada sisi timur dengan tutupan karang hidup sebesar 22,63 %.

Sedangkan pada kedalaman 10 meter, penutupan karang hidup berkisar antara 7,38 -

Page 35: Skripsi

24

43,59%, tutupan tertinggi teridentifikasi pada sisi utara pulau, dan tutupan karang

hidup terendah pada sisi selatan (Tabel 1).

Rendahnya penutupan karang hidup pada kedalaman 10 meter di sisi selatan

diakibatkan oleh karena adanya praktek destructive fishing, ini terlihat dengan

banyaknya ditemukan patahan karang dan karang yang mati secara utuh pada saat

penyelaman.

Kelimpahan Spesies

Hasil sensus visual secara keseluruhan yang dilakukan dalam 24 pengamatan

dengan dua waktu yang berbeda (pagi dan siang hari), teridentifikasi sebanyak 164

spesies dari 34 famili (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi spesies, famili dan individu

Kriteria pengamatan Sisi Pulau Waktu Kedalaman

Utara Timur Selatan Barat Pagi Siang 3 meter 10 meter Spesies 120 102 107 108 157 139 145 124 Famili 31 22 26 23 32 30 32 28 Individu 3462 3087 3376 3193 6518 6600 8692 4426

Pada umumnya spesies ikan yang ditemukan di tiap sisi pulau sebagian besar

berasal dari spesies yang sama. Begitu pula dengan spesies yang ditemukan pada

waktu maupun kedalaman yang berbeda.

Jumlah spesies yang didapatkan pada sisi utara lebih banyak dibandingkan

dengan sisi lain dari Pulau Barrangcaddi. Menurut Gratwicke dan Speight (2005)

besarnya jumlah spesies ikan karang dalam suatu terumbu, disebabkan oleh rugositas

dan variasi bentuk perumbuhan karang di daerah tersebut, dimana terumbu karang

merupakan penyokong bagi komunitas ikan karang, baik dalam hal perlindungan

Page 36: Skripsi

25

maupun makanan (PSTK, 2002). Meskipun dalam penelitian ini diperoleh data

tutupan karang, akan tetapi tidak semuanya dapat dipergunakan untuk mengkaji

keterkaitannya dengan ikan karang, hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan

skala pengukuran antara ikan (meter bujursangkar) dengan karang (meter).

Pada dasarnya ikan hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan waktu

aktifnya dalam mencari makan yaitu diurnal dan nocturnal. Dua pola hidup yang

berbeda ini dalam satu terumbu akan bertukar sesuai dengan masa aktifnya, tetapi

tidak secara langsung. Pada saat petukaran atau peralihan, antara ikan diurnal dan

nokturnal akan mengalami masa transisi, dimana ikan diurnal akan berlindung ke

dalam terumbu kemudian diganti oleh ikan nokturnal. Masa transisi ini berbeda satu

sama lainnya yang bergantung dari spesies itu sendiri (Sale, 1991), sehingga ikan

yang mengalami transisi lebih cepat tidak akan ditemukan lagi pada pengamatan

berikutnya.

Maka dari itu, pada pengamatan berdasarkan waktu antara pagi hari dengan

siang hari, ditemukan lebih banyak spesies pada pagi hari dibanding siang hari (Tabel

2). Menurut Collette dan Talbot (1972 dalam Goldman dan Talbot, 1976), semua

spesies diurnal telah menghilang pada saat matahari terbenam dan sebaliknya pada

pagi hari, saat matahari mulai terbit (sekitar 1 kaki) spesies nokturnal sebagian besar

masih keluar pada waktu tersebut. Hal ini terlihat dengan ditemukannya beberapa

spesies Apogon pada pengamatan pagi hari (Gambar 4).

Sedangkan pada pengamatan antar kedalaman, jumlah spesies terbanyak

ditemukan pada kedalaman 3 meter, hal ini juga erat kaitannya dengan variasi habitat

Page 37: Skripsi

26

di kedalaman tersebut umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 10

meter (Tabel 2).

Gambar 4. Spesies dari famili Apogonidae yang terlihat pada siang hari.

Adapun komposisi jumlah spesies yang didapatkan dari masing-masing

stasiun secara detail terlihat pada Gambar 5.

62

29

50

56

16

11

55

40 41

2725

30

53

47

52

21

44

30

35

50 51

3935

43

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Jum

lah

Spe

sies

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 5. Total spesies tiap stasiun pada 2 kedalaman berbeda

Pada gambar di atas, sisi utara memiliki kisaran 11 - 62 spesies, di sisi timur

memiliki kisaran 25 - 55 spesies, di sisi selatan memiliki kisaran 21 - 53 spesies, dan

Page 38: Skripsi

27

di sisi barat memiliki kisaran 35 - 51 spesies tiap stasiunnya. Namun dari hasil Anova

berdasarkan sisi pulau (Lampiran 2), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

jumlah spesies di tiap sisi (P >0,05). Sebagaimana penjelasan sebelumnya, perbedaan

kedalaman juga menghasilkan jumlah spesies yang berbeda (terlihat pada Gambar 5),

dimana umumnya jumlah spesies lebih banyak didapatkan pada kedalaman 3 meter

dan sedikit didapatkan pada kedalaman 10 meter di tiap sisi pulau. Hal ini diperkuat

dengan didapatkannya perbedaan nyata antar kedalaman dengan menggunakan uji-t

(Lampiran 3).

Pada pengamatan antara pagi dan siang hari ditemukan adanya perbedaan

jumlah spesies maupun spesies ikan karang itu sendiri yang bervariasi, hal ini

menggambarkan aktifnya mobilitas ikan karang. Beda ini dapat terlihat pada

Gambar 6.

6

25

322

18

511

36

84

54

210

7

5

2

4

14

15 10 5 0 5 10 15

123456789

101112131415161718192021222324

Sta

siun

Beda Jumlah Spesies Pagi > SiangSiang > Pagi

Bar

atU

tara

Tim

urS

elat

a

3 meter

10 meter

Gambar 6. Beda jumlah spesies antara waktu pengamatan pagi dan siang. Nilai ini merupakan selisih antara jumlah spesies pagi dengan spesies siang.

Page 39: Skripsi

28

Pada gambar di atas, kecenderungan dari beda jumlah spesies, lebih banyak

spesies yang ditemukan pada pengamatan pagi hari (20 stasiun), sementara hanya 4

stasiun saja yang memiliki beda jumlah spesies yang lebih tinggi pada siang hari atau

mengalami peningkatan 2 - 14 spesies dari total spesies yang ditemukan di masing-

masing stasiun tersebut di pagi hari. Adapun 20 stasiun lainnya, mengalami

penurunan jumlah spesies yang berkisar 1 sampai 10 spesies pada siang harinya

(Lampiran 4). Di sisi utara pada Stasiun 1, penurunan mencapai 10 spesies pada

kedalaman 3 meter sedang pada sisi timur dan selatan di Stasiun 12, 15 dan 16

penurunannya hanya 1 spesies. Beda ini merupakan efek tidak langsung dari

mobilitas spesies tertentu.

Mobilitas cenderung mengindikasikan adanya pergantian/peralihan spesies,

dimana ada beberapa spesies yang ditemukan di pagi hari tetapi tidak ditemukan di

siang hari begitupun sebaliknya. Pada Stasiun 3 dan 4 (Lampiran 4) ditemukan 38

spesies yang berbeda antara pagi dan siang, yang merupakan jumlah terbesar di antara

seluruh stasiun pengamatan. Adanya perbedaan spesies antara pengamatan

berdasarkan waktu di stasiun yang sama mengindikasikan bahwa pada stasiun

tersebut merupakan alur lalu lintas bagi ikan karang yang memiliki mobilitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Ikan ini umumnya dari Famili

Lutjanidae, Serranidae, Labridae dan Chaetodontidae (Lampiran 5). Besarnya jumlah

spesies yang mobilitasnya tinggi tidak memberikan pengaruh yang sama terhadap

komposisi spesies yang ditemukan di tiap stasiun, sebagai contoh pada Stasiun 3 dan

Stasiun 4 memiliki komposisi spesies bermobilitas tinggi tetapi memiliki nilai beda

Page 40: Skripsi

29

antar pengamatan pagi dan siang yang berbeda, yaitu pada Stasiun 3 mengalami

peningkatan sebanyak 14 spesies sedangkan pada Stasiun 4 mengalami penurunan

sebanyak 6 spesies dari sebelumnya (Lampiran 4). Hal ini dikarenakan spesies yang

ditemukan jumlah spesies yang masuk ke dalam lokasi tersebut lebih kecil dibanding

dengan jumlah spesies yang keluar. Beda jumlah spesies antara waktu pengamatan

menurut stastistik, tidak signifikan berdasarkan uji-t (Lampiran 3).

Kelimpahan Individu

Total individu yang terhitung dari keseluruhan ikan karang yang

teridentifikasi di Pulau Barrangcaddi yaitu sebesar 13118 individu (Tabel 2). Jumlah

individu di tiap pengamatan bergantung dari jumlah spesies yang ditemukan serta

pola hidup dari spesies itu sendiri, apakah soliter atau bergerombol.

Berdasarkan kedalaman, individu yang terhitung dari seluruh pengamatan

pada kedalaman 3 m yaitu 8692 individu dan 4426 individu pada kedalaman 10

meter. Berdasarkan hasil uji t, jumlah individu yang terhitung pada tiap stasiun antara

kedalaman 3 dan 10 meter, berbeda secara signifikan (Lampiran 3).

Total individu yang terhitung pada pengamatan pagi, sebanyak 6518 ekor

yang tersebar di seluruh stasiun, sedangkan pada pengamatan pada siang hari

ditemukan sebanyak 6600 ekor. Berdasarkan hasil uji-t, tidak didapatkan perbedaan

yang signifikan antara jumlah individu yang diperoleh pada pengamatan pagi tiap

stasiunnya dengan pengamatan siang hari (Lampiran 3).

Page 41: Skripsi

30

Adapun jumlah individu tiap stasiun pada pengamatan pagi dan siang hari,

diperlihatkan pada Gambar 8, dimana variasi individu terlihat nyata pada sisi utara

dan timur. Pada Gambar 8 terlihat jumlah individu yang terhitung di sisi utara Stasiun

1 lebih besar dibanding stasiun lain yang terdapat di sisi utara maupun dibandingkan

dengan stasiun yang terdapat di sisi lain dari Pulau Barrangcaddi, hanya Stasiun 7

yang mendekati jumlah individu pada Stasiun 1.

(A)

(B)

(C)

Gambar 7. Jenis Pomacentrus smithi (A), Chromis ternatensis (B) dan Amblyglyphidodon curacao (C)

Jumlah individu yang terdapat pada Stasiun 1 dan 7 sangat besar dibanding

jumlah individu yang didapatkan dari stasiun lainnya, yang dikontribusi oleh

Page 42: Skripsi

31

Amblyglyphidodon curacao, Chromis ternatensis, dan Pomacentrus smithi yang

hidup bergerombol dalam jumlah ratusan (Gambar 7).

Menurut Bell dan Galzin (1984) menyatakan bahwa jumlah individu

meningkat sejalan dengan meningkatnya persentase tutupan karang hidup, meskipun

dalam penelitian ini, data yang diperoleh tidak menggambarkan korelasi yang positif

karena visual census dianggap masih belum akurat untuk menghitung jumlah

individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Randall (1963 dalam Halford dan

Thompson, 1994) menyatakan bahwa teknik visual census berguna untuk beberapa

tujuan, hanya tidak baik untuk penelitian kuantitatif.

740

220252

347

52

122

712

267226

157

94 88

329

386

318

107

395

154

259305

334

209

279

212

0.0

273.3

546.6

819.9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Jum

lah

Indi

vidu

/900

m2

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 8. Kelimpahan individu rata-rata tiap stasiun.

Dari hasil uji Anova berdasarkan sisi pulau (Lampiran 2), kecenderungan pengamatan

tidak memberikan perbedaan yang signifikan antara jumlah individu pada masing-

masing sisi pengamatan (P > 0,05).

Page 43: Skripsi

32

Kepadatan Ikan Karang

Kepadatan ikan karang untuk kawasan perairan Pulau Barrangcaddi yang

terbesar mencapai 4,9 individu/m2 di kedalaman 3 meter, sedangkan yang terendah

0,3 individu/m2 di kedalaman 10 meter (Lampiran 4). Perbedaan ini dijelaskan oleh

adanya perbedaan habitat, dimana pada kedalaman 10 meter, 31,66% dari tutupan

karangnya berupa abiotik sehingga variasi habitatnya sangat rendah (Tabel 1). Hal ini

sejalan dengan Bell dan Galzin (1984) bahwa kepadatan ikan karang tertentu (di

antaranya yaitu Dascyllus aruanus, Halichoeres hortulanus, Thalassoma hardwickii,

dan Scarus sordidus umumnya meningkat sejalan dengan meningkatnya tutupan

karang hidup. Kepadatan tertinggi maupun yang terendah diperoleh di sisi utara

pulau, yang kemungkinan disebabkan oleh variasi penutupan karang di sisi ini.

Komposisi Jenis

Komposisi spesies tertinggi dari masing-masing famili secara berurut yaitu

famili Pomacentridae sebanyak 35 spesies atau 21,34%, famili Labridae sebanyak 33

spesies atau 20,12%, dan famili Chaetodontidae sebanyak 10 spesies atau 6,10% dari

seluruh spesies yang ditemukan. Atau untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada

pada Gambar 9.

Tingginya komposisi dari famili Pomacentridae sudah menjadi hal umum,

dimana famili ini selalu muncul dalam jumlah yang besar pada ekosistem perairan

karang, terlebih terumbu yang memiliki karakteristik bentuk pertumbuhan bercabang

(branching) (Lampiran 5). Famili Pomacentridae umumnya memakan organisme

Page 44: Skripsi

33

pelekat seperti tunicata dan telur-telur organisme moluska serta partikel-partikel yang

melekat pada karang (Husain dan Arniati, 1996).

Frekuensi Kemunculan

Kemunculan spesies dalam beberapa lokasi pengamatan berbeda-beda, hal ini

sangat erat kaitannya dengan habitatnya dan ketersediaan makanan. Frekuensi

kemunculan dapat menggambarkan distribusi spesies di kawasan Pulau Barrangcaddi

(Lampiran 5).

2.44

4.27

0.61 1.

22

3.05

1.83

6.1

1.22

0.61

0.61

0.61

1.83

0.61

0.61

20.1

2

1.83

3.66

0.61

1.83

4.88

0.61

0.61

0.61 1.

22

21.3

4

1.83

4.27

0.61

4.27

3.05

0.61

0.61 1.

22

0.61

0

5

10

15

20

25

Acan

thur

idae

Apog

onid

ae

Aulo

stom

idae

Balis

tidae

Blen

niid

ae

Cae

sion

idae

Cha

etod

ontid

ae

Dio

dont

idae

Ephi

ppid

ae

Fist

ular

iidae

Gob

iidae

Hae

mul

idae

Hol

ocen

trida

e

Kyph

osid

ae

Labr

idae

Leth

rinid

ae

Lutja

nida

e

Mic

rode

smid

ae

Mul

lidae

Nem

ipte

ridae

Pem

pher

idae

Ping

uipe

dida

e

Plot

osid

ae

Pom

acan

thid

ae

Pom

acen

trida

e

Pseu

doch

rom

idae

Scar

idae

Scor

paen

idae

Serra

nida

e

Siga

nida

e

Sphy

raen

idae

Syno

dont

idae

Tetra

odon

tidae

Zanc

lidae

Famili

Spes

ies

(%)

Gambar 9. Komposisi spesies berdasarkan famili

Spesies ikan karang yang memiliki frekuensi kemunculan ≤ 33,33%

teridentifikasi sebanyak 128 spesies yang sebagian besar dari famili Pomacentridae

Page 45: Skripsi

34

dengan 24 spesies. Untuk spesies yang memiliki frekuensi kemunculan > 33,33% dan

≤ 66,66% teridentifikasi sebanyak 31 spesies yang sebagian, 9 spesies di antaranya

dari famili Labridae.

Sedangkan untuk yang sering muncul di tiap lokasi pengamatan (>66,66%),

teridentifikasi 7 spesies dari 3 famili yaitu Cheilinus fasciatus, Halichoeres

prosopeion, Thalassoma lunare, Amblyglyphidodon curacao, Chrysiptera rollandi,

Pomacentrus alexanderae dan Scarus rivulatus (Gambar 10). Hal ini berarti distribusi

(A)

(B)

(C)

(D)

Gambar 10. Jenis Cheilinus fasciatus (A), Thalassoma lunare (B), Chrysiptera rollandi (C) dan Scarus rivulatus (D)

Page 46: Skripsi

35

dari spesies tersebut sangat merata di perairan Pulau Barrangcaddi. Di antara spesies

tersebut, Amblyglyphidodon curacao memiliki frekuensi kemunculan tertinggi

(91,6%), hal ini menunjukkan kemampuan ikan tersebut untuk melakukan adaptasi

terhadap kondisi karang yang ada sehingga ikan ini dapat dikategorikan sebagai ikan

yang bersifat kosmopolitan (ditemukan pada setiap stasiun penelitian) (Hukom,

2000).

Indeks Kekayaan Jenis (IKJ)

Dari pengamatan pada tiap stasiun diperoleh kisaran IKJ di perairan Pulau

Barrangcaddi sebagaimana tertera pada Gambar 11. Kisaran IKJ sisi utara berkisar

antara 2,08 - 9,41, pada sisi timur berkisar antara 5,15 - 8,22, pada sisi selatan

berkisar antara 4,28 – 8,97 dan pada sisi barat berkisar antara 6,12 – 8,61. Faktor

terpenting dalam kekayaan spesies ikan karang yaitu variasi habitat, yang tidak hanya

terdiri dari karang saja, tetapi juga tutupan berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah

alga dan juga perairan dangkal dan dalam serta zona-zona yang berbeda melintasi

karang (Nybakken,1992), dimana terumbu karang merupakan habitat paling

kompleks yang memberikan ruang yang tiada batasnya (Allen, 1997). Variasi bentuk

pertumbuhan adalah indikasi dari perbedaan tipe mikrohabitat dan variasi yang lebih

besar lagi akan menambah jumlah besar potensi sumberdaya seperti jenis makanan,

kamuflase, tempat berkembang biak atau daerah pembersihan dengan rentang beda

kegunaan terhadap ikan yang beda ikan (Gratwicke dan Speight, 2005).

Page 47: Skripsi

36

9.23

5.19

8.869.41

3.81

2.08

8.22

6.987.38

5.15 5.28

6.48

8.97

7.72

8.85

4.28

7.19

5.766.12

8.57 8.61

7.12

6.04

7.84

0.00

6.88

13.76

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Inde

ks K

ekay

aan

Jeni

s (IK

J)

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 11. Indeks Kekayaan Jenis (IKJ) tiap stasiun

Berdasarkan kedalaman, pada kedalaman 3 meter, dari gambar di atas,

memberikan kecenderungan IKJ lebih tinggi, sedangkan pada kedalaman 10 meter

memberikan kecenderungan sebaliknya. Tingginya IKJ pada kedalaman 3 meter

diduga karena tingkat persaingan makanan antar spesies kurang terjadi, seperti yang

dikemukan oleh Montgomery (1990) bahwa pembagian sumber makanan oleh ikan-

ikan tertentu dalam habitat fisik dan biotik yang kompleks menyebabkan adanya

niche (relung makanan) ekologi yang sempit sehingga beberapa spesies ikan dapat

hidup bersama.

Selain itu, Goldman dan Talbot (1976) mengatakan bahwa selain dari

teritorial, faktor lain yang membatasi distribusi ikan karang, yaitu ketergantungan

pada suplai makanan tertentu, tendensi untuk menghindari daerah terbuka ke tempat

terlindung, terutama pada siang hari dan keterbatasan terhadap kedalaman.

Page 48: Skripsi

37

Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E)

Secara umum, keanekaragaman ikan karang yang didapatkan dari 24 transek

dapat dilihat pada Gambar 12, dimana kecenderungan 5 di antara 24 stasiun (Stasiun

1, 13, 15, 20 dan 21) memiliki nilai indeks keanekaragaman yang menunjukkan

bahwa komunitas ikan karang di stasiun tersebut tinggi (H’>3) dan 17 stasiun di

antaranya masih dalam kategori sedang (Edrus et al., 2002).

Kisaran keanekaragaman ikan karang yaitu antara 0,78 – 3,27, dengan nilai

tertinggi didapatkan pada Stasiun 15 sedangkan nilai terendah diperoleh dari

Stasiun 6 (Lampiran 4). Keanekaragaman ikan karang yang didapatkan dari Pulau

Barrangcaddi tergolong relatif lebih rendah dibandingkan dengan variasi indeks

keanekaragaman di Kepulauan Banda berkisar antara 3,57 – 4,27 (Edrus et al., 2002).

3.09

2.642.87

2.56

2.07

0.78

2.42 2.48

2.89

2.42 2.46

2.85

3.10

2.70

3.27

2.30

2.742.64

2.26

3.08 3.092.86

2.01

2.90

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Inde

ks K

eane

kara

gam

an (H

')

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 12. Keanekaragaman ikan karang tiap stasiun

Page 49: Skripsi

38

Variasi keanekaragaman ikan karang di Pulau Barrangcaddi juga terlihat oleh

nilai IKJ yang didapatkan dari Stasiun 15 (8,85) jauh lebih besar dibanding Stasiun 6

(2,08) (Lampiran 4). Hal ini diperkuat oleh statistik, dengan menggunakan

menggunakan korelasi Spearman, faktor IKJ berkorelasi dengan nilai

keanekaragaman dengan nilai korelasi sebesar 0,774 (Lampiran 6). Begitupula pada

alur histogram antara IKJ dengan H’ dapat dilihat pada Gambar 13, dimana 21 stasiun

memiliki kecenderungan berbanding lurus dengan H’ dan hanya 3 stasiun dari IKJ

yang sebaliknya yaitu Stasiun 4, 8 dan 19.

Berdasarkan waktu pengamatan, indeks keanekaragaman pada pagi hari

berkisar 0,73 - 3,07. Keanekaragaman yang tertinggi pada Stasiun 1 dan terendah

pada Stasiun 6 (Lampiran 8). Pada siang hari, keanekaragaman ikan karang berkisar

0,76 - 3,06. Keanekaragaman yang tertinggi pada Stasiun 15 dan terendah pada

Stasiun 6. (Lampiran 7). Merujuk pada asumsi bahwa tidak ada perbedaan antara

komposisi spesies maupun individu (sebagai variabel IKJ) terhadap perbedaan waktu,

maka tentunya dengan faktor pengaruh yang telah disebutkan di atas maka tidak ada

perbedaan indeks keanekaragaman berdasarkan waktu pengamatan, atau dengan kata

lain secara umum keanekaragaman pada pagi hari identik dengan siang hari. Hal ini

didukung dari hasil Anova 2 faktor dengan replikasi (Lampiran 8), dimana

didapatkan untuk analisa berdasarkan waktu, tidak terdapat perbedaan dengan nilai

P>0,05 begitupun terhadap sisi pulau, tidak terdapat perbedaan keanekaragaman di

tiap sisi pulau (P>0,05).

Page 50: Skripsi

39

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

HIKJ

Utara Timur Selatan BaratStasiun

10 meter

3 meter

10 meter

3 meter

Gambar 13. H’ dan IKJ tiap stasiun

Antar kedalaman, asumsi sebelumnya antara komposisi spesies maupun

individu (sebagai variabel IKJ) terhadap perbedaan kedalaman, maka tentunya hal ini

akan sama pada keanekaragaman, dimana dalam uji-t didapatkan t hitung > t tabel

(Lampiran 9) yang kedalaman 3 meter memiliki kisaran nilai indeks keanekaragaman

yang lebih tinggi (1,90 – 3,08) dibanding kedalaman 10 meter (0,73 – 2,99)

(Lampiran 4).

Dominansi ikan karang tertinggi di antara ke 4 sisi pulau, terdapat pada sisi

utara pulau, dengan nilai 0,68 (Gambar 14). Nilai ini berarti ada organisme tertentu

yang mendominasi, yaitu Plotosus lineatus dengan jumlah individu 100 ekor/900 m2.

Dari Gambar 14 terdapat 7 stasiun yang memiliki dominansi tinggi di antara

lainnya, akan tetapi hanya Stasiun 6 yang memiliki komunitas yang tertekan (Edrus et

al., 2002). Menurut hasil Anova dua faktor dengan replikasi, rata-rata dominansi ikan

karang pada tiap sisi pulau tidak berbeda (P>0,05) (Lampiran 8).

Page 51: Skripsi

40

0.070.10

0.00 0.00

0.18

0.68

0.190.17

0.08

0.13 0.12

0.07 0.080.12

0.05

0.140.11 0.11

0.00 0.00

0.07 0.08

0.30

0.08

0.00

0.12

0.24

0.36

0.48

0.60

0.72

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Inde

ks D

omin

ansi

(D)

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 14. Indeks dominansi tiap stasiun

Berdasarkan waktu pengamatan, dari hasil uji-t, kecenderungan dominansi

ikan karang umumnya berbeda (t hitung > t tabel). Begitu pula pada pengamatan

berdasarkan kedalaman juga berbeda (Lampiran 9).

Dominansi pada kedalaman 3 meter umumnya dari famili Pomacentridae

khususnya spesies Amblyglyphidodon curacao, Chromis viridis dan Chromis

ternatensis. Pada kedalaman 10 meter umumnya didominasi oleh famili Caesionidae.

Nilai Keseragaman (E) dapat dilihat pada Gambar 15, dimana umumnya

keragaman ikan karang yang diperoleh di Pulau Barrangcaddi cenderung merata pada

tiap stasiunnya. Di antara seluruh stasiun, sisi timur pulau memiliki keseragaman

yang lebih tinggi (0,84) yang berarti penyebaran jumlah individu pada tiap spesies

relatif sama.

Page 52: Skripsi

41

0.75 0.

78

0.73

0.64

0.75

0.32

0.60 0.

67

0.78

0.73 0.

77 0.84

0.78

0.70

0.83

0.75

0.72 0.

78

0.64

0.79

0.79

0.78

0.57

0.77

0.00

0.72

1.44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Inde

ks K

eser

agam

an (E

)

Utara Timur Selatan Barat

Stasiun

3 meter

10 meter

Gambar 15. Indeks keseragaman tiap stasiun

Dari Gambar 15, kisaran nilai keseragaman berkisar antara 0,32 – 0,84 dengan

kisaran tertinggi didapatkan pada Stasiun 12 sedangkan kisaran terendah didapatkan

pada Stasiun 6. Rendahnya nilai keseragaman menunjukkan bahwa dalam komunitas

tersebut keseimbangan antar spesies tidak merata, dengan kata lain adanya dominansi

dari spesies tertentu. Adapun menurut hasil Anova 2 arah dengan replikasi, perbedaan

antar sisi pulau sangat nyata (P<0,05, Lampiran 8), sedangkan berdasarkan waktu

pengamatan, tidak ditemukan perbedaan antara pagi dengan siang hari (t hitung < t tabel,

Lampiran 9).

Page 53: Skripsi

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Spesies ikan karang yang teridentifikasi di daerah terumbu yang terdapat di Pulau

Barrangcaddi sebanyak 164 spesies dari 34 famili. Kepadatan spesies berkisar

antara 2 –5 individu/m2. Kepadatan tertinggi diperoleh di sisi utara pada

kedalaman 3 meter yang merupakan zona inti pada kawasan daerah perlindungan

laut.

2. Amblyglyphidodon curacao merupakan spesies kosmopolitan dengan jumlah

individu berkisar 32 individu tiap kemunculan. Komposisi jenis ikan karang di

dominasi dari famili Pomacentridae sebanyak 35 spesies.

3. Keanekaragaman ikan karang yang didapatkan dari Pulau Barrangcaddi relatif

rendah.

Saran

1. Hendaknya dalam mengkaji tentang struktur komunitas ikan karang sebaiknya

dilakukan secara berkala.

2. Perlunya transformasi dari jumlah individu untuk spesies yang berbeda dari pola

hidup antara soliter dengan bergerombol, agar lebih representatif jika dimasukkan

ke dalam perhitungan indeks keanekaragaman.

3. Dalam pencacahan jika dikombinasikan dengan LIT sebaiknya frekuensi dari tiap

spesies per transek dicatat.

Page 54: Skripsi

43

DAFTAR PUSTAKA

Adrim M., 2001. Metodologi Penelitian Ikan-ikan Karang. Dalam: Materi Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penilaian Kondisi Terumbu Karang. P3O LIPI-UNHAS-BAPPEDA-COREMAP-POSSI. Makassar.

Allen, G. R., 1997. Marine Fishes of Southeast Asia. Kaleidoscope Print and Prepress. Periplus Edition, Perth, Western Australia

Bell, J.D. and R.Galzin, 1984. Influence of live coral cover on coral reef fish communities. Marine Ecology-Progress Series, Vol. 15: 265-274

Cappo, M. and I.W. Brawn, 1996. Evaluation of Sampling Methods for Reef Fish Populations of Commercial and Recreational Interest. CRC Reef Research Technical Report. CRC Reef Research Centre James Cook University. Townsville.

Edrus, I.N., Suprapto dan I. Suprihanto, 2002. Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Dalam: Ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pusat Riset Perikanan Tangkap BRKP-DKP. Jakarta.

English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second Edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville.

Goldman, B. and F.H. Talbot, 1976. Aspects of the ecology of the coral reef fishes. In: Jones, O.A., Endean, R. (Ed.) Biology and Geology of Coral Reefs. Vol. 4, Biology 2. Academic Press. New York. Pp. 125-154

Gratwicke, B. and M.R. Speight, 2005. The relationship between fish species richness, abundance and habitat complexity in a range of shallow tropical marine habitats. Journal of Fish Biology 66: 650-667.

Halford, A.R. and A.A. Thompson, 1994. Visual Census Surveys of Reef Fish. Australian Institute of Marine Science. Townsville.

Hukom, F.D., 2000. Struktur Komunitas dan Distribusi Ikan Karang di Selat Sele-Basin Salawati, Sorong Irian Jaya dan Hubungannya dengan Karakteristik Habitat. Dalam: Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. UNHAS. Makassar.

Husain, A. A. A. & Arniati, 1996. Studi dan Evaluasi Tingkat Keanekaragaman Jenis Ikan Terumbu Karang di Perairan Pulau Samalona, Kecamatan Mariso, Ujung Pandang. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. 52 hal.

Page 55: Skripsi

44

Hutomo, M., 1993. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya. Puslitbang Oseanologi. LIPI. Jakarta. p. 35.

de Klerk, L.G., 1983. Zeespigel Riffen en Kustflakten in Zuitwest Sulawesi, Indonesia. PhD Thesis Utrecht University. Netherland

Kuiter, R.H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pasific: Indonesia and Adjacent Waters. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Kvalvagnaes, K., 1980. Ornamental Fish Trade in Indonesia. Field Report UNDP/FAO National Parka Development Project INS/78/061: 31.

Lecchini, D., M. Adjeroud, M.S. Pratchett, L. Cadoret,and R. Galzin, 2003. Spatial structure of coral reef fish communities in the ryukyu islands, southern japan. Oceanologica Acta 26: 537-547.

Magurran, A.E., 1991. Ecological Diversity and Its Measurement. Chapman and Hall. London.

McWilliams, D. and A. T. Hatcher, 1983. Structure of fish communities on outer slopes of inshore, mid-self and outer shelf reefs of the great barrier reef. Mar. Ecol. Prog. Ser. 10: 23.

Montgomery, W.L., 1990. Zoogeography, behavior and ecology of coral-reef fishes. In: Z.Dubinsky (Ed.) Ecosystem of the World 25: Coral Reefs. Elsevier, Amsterdam – Tokyo. Pp.329 – 364.

Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta

Odum E.P., 1971. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

PSTK, 2002. Final Report: Ecological Assessment of the Spermonde Archipelago, South Sulawesi. PSTK-Unhas. Makassar. 131p.

PSTK, 2003a. Profil Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Makassar. PSTK-Unhas, SulSel, Indonesia.

PSTK, 2003b. Pengelolaan Sumberdaya Hayati Laut Skala Kecil: Pilot Proyek Untuk Pemanfaatan Secara Berkelanjutan Sumberdaya Hayati Laut Di Pulau Barang Caddi, Kota Makassar. PSTK-Unhas. Makassar.

Romimohtarto. K. dan S. Juwana, 2001. Biologi Laut. Penerbit Jembatan. Jakarta.

Sale, P.F., 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Academic Press. London. Pp. 3-15.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Sorokin, Y. I., 1993. Coral Reef Ecology. Ecological Studies 102. Springer-Verlag. Berlin. Heidelberg. 465 pp.

Page 56: Skripsi

45

Suharsono, 2001. Metoda Penelitian Terumbu Karang. Dalam: Materi Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penilaian Kondisi Terumbu Karang. P3O LIPI-UNHAS-BAPPEDA-COREMAP-POSSI. Makassar.

Syakir, M., 2000. Inventarisasi Kelimpahan Ikan karang di Pulau Bauluang. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Wijayanto, I. N. Radiarta, Syamsuherman, Elizal, and B.Long, 1999. Riau Reef Resource Assessment: Reef Top. CRITIC-COREMAP BAPPEDA Tk. I Riau. Riau.

Page 57: Skripsi

46

LAMPIRAN

Page 58: Skripsi

47

Lampiran 1. Koordinat Stasiun Penelitian Stasiun Sisi Depth X Coordinat Y Coordinat

1 Utara 03 m 119 o 19 ‘ 1.95 " 5 o 4 ‘ 42.3 " 2 Utara 03 m 119 o 19 ‘ 3.54 " 5 o 4 ‘ 41.9 " 3 Utara 03 m 119 o 19 ‘ 4.79 " 5 o 4 ‘ 40.8 " 4 Utara 10 m 119 o 19 ‘ 1.66 " 5 o 4 ‘ 41.3 " 5 Utara 10 m 119 o 19 ‘ 3.21 " 5 o 4 ‘ 40.8 " 6 Utara 10 m 119 o 19 ‘ 4.51 " 5 o 4 ‘ 40.0 " 7 Timur 03 m 119 o 19 ‘ 19.2 " 5 o 4 ‘ 54.7 " 8 Timur 03 m 119 o 19 ‘ 18.0 " 5 o 4 ‘ 55.6 " 9 Timur 03 m 119 o 19 ‘ 17.0 " 5 o 4 ‘ 57.3 "

10 Timur 10 m 119 o 19 ‘ 19.6 " 5 o 4 ‘ 55.8 " 11 Timur 10 m 119 o 19 ‘ 18.7 " 5 o 4 ‘ 56.9 " 12 Timur 10 m 119 o 19 ‘ 17.9 " 5 o 4 ‘ 58.2 " 13 Selatan 03 m 119 o 19 ‘ 2.46 " 5 o 5 ‘ 19.5 " 14 Selatan 03 m 119 o 19 ‘ 1.73 " 5 o 5 ‘ 17.9 " 15 Selatan 03 m 119 o 19 ‘ 1.05 " 5 o 5 ‘ 16.1 " 16 Selatan 10 m 119 o 19 ‘ 1.55 " 5 o 5 ‘ 20.1 " 17 Selatan 10 m 119 o 19 ‘ 0.66 " 5 o 5 ‘ 18.4 " 18 Selatan 10 m 119 o 18 ‘ 59.7 " 5 o 5 ‘ 16.4 " 19 Barat 03 m 119 o 18 ‘ 56.7 " 5 o 4 ‘ 56.5 " 20 Barat 03 m 119 o 18 ‘ 57.6 " 5 o 4 ‘ 54.9 " 21 Barat 03 m 119 o 18 ‘ 58.1 " 5 o 4 ‘ 53.0 " 22 Barat 10 m 119 o 18 ‘ 55.3 " 5 o 4 ‘ 56.5 " 23 Barat 10 m 119 o 18 ‘ 56.2 " 5 o 4 ‘ 54.6 " 24 Barat 10 m 119 o 18 ‘ 56.7 " 5 o 4 ‘ 52.8 "

Page 59: Skripsi

48

Lampiran 2. Hasil Anova jumlah spesies dan individu berdasarkan sisi pulau dan waktu Anova: Two-Factor With Replication Spesies SUMMARY Selatan Utara Timur Barat Total

pagi Count 6 6 6 6 24 Sum 222 166 190 233 811 Average 37 27.67 31.66667 38.833 33.792 Variance 134.4 319.1 132.2667 39.767 156.26

siang

Count 6 6 6 6 24 Sum 209 164 179 199 751 Average 34.833 27.33 29.83333 33.167 31.292 Variance 117.37 213.9 104.1667 34.567 111

Total

Count 12 12 12 12 Sum 431 330 369 432 Average 35.917 27.5 30.75 36 Variance 115.72 242.3 108.3864 42.545

ANOVA

Source of Variation

SS df MS F P-value F crit

Sample 75 1 75 0.5477 0.4636 4.085 Columns 623.75 3 207.9167 1.5184 0.2245 2.839 Interaction 45.833 3 15.27778 0.1116 0.9528 2.839 Within 5477.3 40 136.9333

Total 6221.9 47

Anova: Two-Factor With Replication individu SUMMARY Selatan Utara Timur Barat Total

pagi Count 6 6 6 6 24 Sum 1713 1551 1635 1619 6518 Average 285.5 258.5 272.5 269.8333 271.5833 Variance 12458.3 59763.5 57370.3 3353.367 28997.38

siang

Count 6 6 6 6 24 Sum 1663 1911 1452 1574 6600 Average 277.1667 318.5 242 262.3333 275 Variance 18464.57 68295.5 54914.4 2408.267 32143.13

Total

Count 12 12 12 12 Sum 3376 3462 3087 3193 Average 281.3333 288.5 257.25 266.0833 Variance 14074.79 59190.45455 51292.20455 2634.265

ANOVA

Source of Variation

SS df MS F P-value F crit

Sample 140.0833 1 140.0833333 0.004045 0.949603 4.085 Columns 7263.083 3 2421.027778 0.069914 0.975665 2.839 Interaction 13827.75 3 4609.25 0.133106 0.939778 2.839 Within 1385141 40 34628.525

Total 1406372 47

Page 60: Skripsi

49

Lampiran 3. Hasil uji-t jumlah spesies dan individu berdasarkan kedalaman dan waktu t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Spesies

sps 3m sps 10m Mean 39.08333333 26 Variance 80.07971014 101.1304348 Observations 24 24 Pooled Variance 90.60507246 Hypothesized Mean Difference

0

Df 46 t Stat 4.761379232 P(T<=t) one-tail 9.74346E-06 t Critical one-tail 1.678658919 P(T<=t) two-tail 1.94869E-05 t Critical two-tail 2.012893674

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Spesies

pagi siang Mean 33.79166667 31.2916667 Variance 156.259058 110.998188 Observations 24 24 Pooled Variance 133.6286232 Hypothesized Mean Difference

0

Df 46 t Stat 0.749170874 P(T<=t) one-tail 0.228784173 t Critical one-tail 1.678658919 P(T<=t) two-tail 0.457568346 t Critical two-tail 2.012893674

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Individu

log 3m log 10m Mean 2.519904238 2.189051655 Variance 0.031936576 0.069408391 Observations 24 24 Pooled Variance 0.050672483 Hypothesized Mean Difference

0

df 46 t Stat 5.091421579 P(T<=t) one-tail 3.23191E-06 t Critical one-tail 1.678658919 P(T<=t) two-tail 6.46382E-06 t Critical two-tail 2.012893674

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Individu

pagi siang Mean 2.354512164 2.35444373 Variance 0.076992032 0.08146429 Observations 24 24 Pooled Variance 0.07922816 Hypothesized Mean Difference

0

df 46 t Stat 0.000842216 P(T<=t) one-tail 0.499665826 t Critical one-tail 1.678658919 P(T<=t) two-tail 0.999331651 t Critical two-tail 2.012893674

Page 61: Skripsi

50

Lampiran 4. Jumlah dan selisih spesies berdasarkan waktu pengamatan, jumlah famili, H’, IKJ, d, E, % penutupan branching dan massive, dan migratory spesies tiap stasiun. Sta.

∑ Spesies ∑ Spesies pagi (x)

∑ Spesies Siang (y)

Beda ∑ Spesies Siang dan Pagi (y-x) ∑ Famili % ∑

Individu H' IKJ d D E % Branching

% Massive

Migratory sps

1 62 56 46 -10 16 11.28 3.09 9.23 4.9 0.07 0.75 17.97 20.60 22 2 29 26 24 -2 11 3.35 2.64 5.19 1.5 0.10 0.78 10.10 32.30 8 3 50 24 38 14 15 3.84 2.87 8.86 1.7 0.00 0.73 22.10 20.20 38 4 56 40 34 -6 18 5.28 2.56 9.41 2.3 0.00 0.64 9.03 21.23 38 5 16 10 14 4 9 0.79 2.07 3.81 0.3 0.18 0.75 3.13 17.57 8 6 11 10 8 -2 8 1.85 0.78 2.08 0.8 0.68 0.32 1.27 21.17 4 7 55 52 47 -5 16 10.86 2.42 8.22 4.7 0.19 0.60 28.73 8.23 11 8 40 29 31 2 14 4.07 2.48 6.98 1.8 0.17 0.67 7.80 6.73 20 9 41 38 35 -3 11 3.45 2.89 7.38 1.5 0.08 0.78 2.03 1.97 9

10 27 23 21 -2 12 2.39 2.42 5.15 1.0 0.13 0.73 2.83 12.30 10 11 25 22 20 -2 12 1.43 2.46 5.28 0.6 0.12 0.77 6.10 13.00 8 12 30 26 25 -1 12 1.34 2.85 6.48 0.6 0.07 0.84 20.43 5.27 9 13 53 50 42 -8 18 5.01 3.10 8.97 2.2 0.08 0.78 12.97 14.63 14 14 47 44 39 -5 15 5.89 2.70 7.72 2.6 0.12 0.70 21.23 10.57 11 15 52 42 41 -1 17 4.85 3.27 8.85 2.1 0.05 0.83 22.90 4.73 21 16 21 18 17 -1 10 1.62 2.30 4.28 0.7 0.14 0.75 0.00 6.73 7 17 44 39 44 5 14 6.02 2.74 7.19 2.6 0.11 0.72 0.37 3.23 5 18 30 29 26 -3 9 2.35 2.64 5.76 1.0 0.11 0.78 2.40 2.93 5 19 35 33 27 -6 12 3.94 2.26 6.12 1.7 0.00 0.64 5.90 12.23 10 20 50 48 40 -8 14 4.65 3.08 8.57 2.0 0.00 0.79 24.97 10.90 12 21 51 45 41 -4 13 5.08 3.09 8.61 2.2 0.07 0.79 40.50 17.17 16 22 39 36 31 -5 12 3.18 2.86 7.12 1.4 0.08 0.78 14.63 12.97 11 23 35 33 29 -4 14 4.25 2.01 6.04 1.9 0.30 0.57 18.50 3.60 8 24 43 38 31 -7 15 3.23 2.90 7.84 1.4 0.08 0.77 20.00 0.00 17

Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman IKJ = Indeks Kekayaan Jenis d = Kepadatan D = Indeks Dominanasi E = Indeks Keseragaman

Page 62: Skripsi

51

Lampiran 5. Frekuensi kemunculan dan jumlah individu tiap spesies di seluruh pengamatan No Nama Famili Nama Spesies total

(x) frek (y) x/y %

Frek ∑ M

1 Pomacentridae Abudefduf bengalensis 49 4 12.25 8.33 0 2 Pomacentridae Abudefduf sexfasciatus 15 3 5.00 6.25 1 3 Pomacentridae Abudefduf vaigiensis 145 15 9.67 31.25 1 4 Acanthuridae Acanthurus lineatus 3 2 1.50 4.17 2 5 Pomacentridae Amblyglyphidodon aureus 206 27 7.63 56.25 1 6 Pomacentridae Amblyglyphidodon curacao 1400 44 31.82 91.67 0 7 Pomacentridae Amblyglyphidodon leucogaster 200 30 6.67 62.50 0 8 Pomacentridae Amphiprion clarkii 27 14 1.93 29.17 0 9 Pomacentridae Amphiprion perideraion 12 9 1.33 18.75 1 10 Pomacentridae Amphiprion sandaracinos 9 4 2.25 8.33 0 11 Apogonidae Apogon compressus 487 20 24.35 41.67 2 12 Apogonidae Apogon frenatus 12 1 12.00 2.08 1 13 Apogonidae Apogon sealei 362 14 25.86 29.17 0 14 Apogonidae Apogon sp. 12 2 6.00 4.17 0 15 Tetraodontidae Arothron nigropunctatus ** 4 4 1.00 8.33 4 16 Aulostomidae Aulostomus chinensis 18 8 2.25 16.67 2 17 Balistidae Balistapus undulatus 6 5 1.20 10.42 3 18 Labridae Bodianus axillaris ** 17 9 1.89 18.75 5 19 Labridae Bodianus diana * 4 4 1.00 8.33 4 20 Labridae Bodianus mesothorax ** 8 7 1.14 14.58 5 21 Labridae Bodianus sp 1 1 1.00 2.08 1 22 Caesionidae Caesio cuning 235 9 26.11 18.75 1 23 Caesionidae Caesio teres * 610 12 50.83 25.00 4 24 Tetraodontidae Canthigaster solandri ** 8 7 1.14 14.58 7 25 Serranidae Cephalopholis argus 5 5 1.00 10.42 3 26 Serranidae Cephalopholis boenack 14 11 1.27 22.92 3 27 Serranidae Cephalopholis cyanostigma ** 8 8 1.00 16.67 8 28 Serranidae Cephalopholis leopardus 1 1 1.00 2.08 1 29 Scaridae Cetoscarus bicolor 3 3 1.00 6.25 3 30 Chaetodontidae Chaetodon kleini 33 20 1.65 41.67 2 31 Chaetodontidae Chaetodon melannotus 5 4 1.25 8.33 2 32 Chaetodontidae Chaetodon octofasciatus * 45 26 1.73 54.17 4 33 Chaetodontidae Chaetodon triangulum 3 3 1.00 6.25 1

No Nama Famili Nama Spesies total (x)

frek (y) x/y %

Frek ∑ M

34 Chaetodontidae Chaetodon trifasciatus 2 2 1.00 4.17 2 35 Chaetodontidae Chaetodon vagabundus ** 12 10 1.20 20.83 6 36 Pomacanthidae Chaetodontoplus mesoleucus 4 4 1.00 8.33 2 37 Labridae Cheilinus celebicus 15 11 1.36 22.92 3 38 Labridae Cheilinus fasciatus 53 31 1.71 64.58 3 39 Labridae Cheilio inermis 30 7 4.29 14.58 1 40 Apogonidae Cheilodipterus artus 291 18 16.17 37.50 0 41 Apogonidae Cheilodipterus lineatus 228 14 16.29 29.17 0 42 Apogonidae Cheilodipterus quinquelineata 43 3 14.33 6.25 1 43 Chaetodontidae Chelmon rostratus 4 4 1.00 8.33 2 44 Labridae Choerodon anchorago 18 13 1.38 27.08 3 45 Pomacentridae Chromis atripectoralis 173 7 24.71 14.58 1 46 Pomacentridae Chromis ternatensis 1310 18 72.78 37.50 2 47 Pomacentridae Chromis viridis 470 11 42.73 22.92 1 48 Pomacentridae Chrysiptera parasema 137 15 9.13 31.25 3 49 Pomacentridae Chrysiptera rollandi 390 37 10.54 77.08 3 50 Pomacentridae Chrysiptera springeri 26 7 3.71 14.58 1 51 Labridae Cirrhilabrus cyanopleura 50 2 25.00 4.17 0 52 Labridae Cirrhilabrus ryukyuensis 374 15 24.93 31.25 3 53 Chaetodontidae Coradion chrysozonus 6 4 1.50 8.33 2 54 Acanthuridae Ctenochaetus binotatus 18 12 1.50 25.00 2 55 Acanthuridae Ctenochaetus striatus 50 24 2.08 50.00 2 56 Pomacentridae Dascyllus aruanus 59 7 8.43 14.58 1 57 Pomacentridae Dascyllus melanurus 45 4 11.25 8.33 0 58 Pomacentridae Dascyllus reticulata 50 4 12.50 8.33 0 59 Pomacentridae Dascyllus trimaculatus 60 9 6.67 18.75 1 60 Haemulidae Diagramma pictum 3 3 1.00 6.25 3 61 Diodontidae Diodon histrix 4 4 1.00 8.33 2 62 Diodontidae Diodon sp. 2 2 1.00 4.17 2 63 Labridae Diproctacanthus xanthurus 38 28 1.36 58.33 2 64 Pomacentridae Dischistodus melanotus 24 18 1.33 37.50 2 65 Pomacentridae Dischistodus perspicillatus 10 4 2.50 8.33 0 66 Pomacentridae Dischistodus prosopotaenia 19 9 2.11 18.75 3

Page 63: Skripsi

52

No Nama Famili Nama Spesies total (x)

frek (y) x/y %

Frek ∑ M

67 Blenniidae Ecsenius sp. 10 1 10.00 2.08 1 68 Labridae Epibulus insidiator 21 17 1.24 35.42 1 69 Serranidae Epinephalus quoyanus 3 3 1.00 6.25 3 70 Fistulariidae Fistularia commersonii 6 6 1.00 12.50 2 71 Labridae Gomphosus varius 8 7 1.14 14.58 3 72 Labridae Halichoeres argus 12 7 1.71 14.58 3 73 Labridae Halichoeres hortulanus * 35 18 1.94 37.50 4 74 Labridae Halichoeres melanurus 82 22 3.73 45.83 2 75 Labridae Halichoeres prosopeion 52 35 1.49 72.92 1 76 Labridae Halichoeres sp. 2 2 1.00 4.17 2 77 Labridae Halichoeres vrolikii * 66 18 3.67 37.50 4 78 Labridae Hemigymnus fasciatus 7 7 1.00 14.58 3 79 Labridae Hemigymnus melapterus * 23 16 1.44 33.33 4 80 Chaetodontidae Heniochus diphreutes 2 1 2.00 2.08 1 81 Chaetodontidae Heniochus varius 18 11 1.64 22.92 3 82 Kyphosidae Kyphosus vaigiensis 4 2 2.00 4.17 2 83 Pseudochromidae Labracinus cyclophthalmus * 18 12 1.50 25.00 4 84 Labridae Labroides dimidiatus 60 28 2.14 58.33 2 85 Lethrinidae Lethrinus erythracanthus 3 3 1.00 6.25 3 86 Lethrinidae Lethrinus erythropterus 2 2 1.00 4.17 2 87 Lethrinidae Lethrinus harak 3 3 1.00 6.25 3 88 Lutjanidae Lutjanus carponatus ** 35 16 2.19 33.33 6 89 Lutjanidae Lutjanus decussatus * 16 10 1.60 20.83 4 90 Lutjanidae Lutjanus fulviflammus 7 3 2.33 6.25 3 91 Lutjanidae Lutjanus gibbus 1 1 1.00 2.08 1 92 Lutjanidae Lutjanus quinquelineatus 12 3 4.00 6.25 3 93 Lutjanidae Lutjanus rivulatus 1 1 1.00 2.08 1 94 Labridae Macropharyngodon ornatus 2 2 1.00 4.17 2 95 Blenniidae Meiacanthus grammistes 1 1 1.00 2.08 1 96 Pomacentridae Neopomacentrus azysron 110 6 18.33 12.50 0 97 Labridae Oxycheilinus celebicus 4 2 2.00 4.17 2 98 Pinguipedidae Parapercis hexophtalma 3 3 1.00 6.25 3 99 Mullidae Parupeneus barberinus 37 29 1.28 60.42 1 100 Mullidae Parupeneus cyclostomus 2 2 1.00 4.17 2

No Nama Famili Nama Spesies total (x)

frek (y) x/y %

Frek ∑ M

101 Pempheridae Pempheris oualensis 194 6 32.33 12.50 0 102 Nemipteridae Pentapodus caninus 2 2 1.00 4.17 0 103 Nemipteridae Pentapodus emeryii 2 2 1.00 4.17 2 104 Nemipteridae Pentapodus trivittatus 40 19 2.11 39.58 1 105 Blenniidae Petroscirtes breviceps 2 2 1.00 4.17 2 106 Blenniidae Plagiotremus rhinorhynchos 6 5 1.20 10.42 3 107 Blenniidae Plagiotremus sp 1 1 1.00 2.08 1 108 Ephippidae Platax teira 9 1 9.00 2.08 1 109 Haemulidae Plectorhinchus chaetodonoides * 8 8 1.00 16.67 4 110 Haemulidae Plectorhinchus gaterinoides 2 2 1.00 4.17 2 111 Pomacentridae Plectroglyphidodon lacrymatus 53 20 2.65 41.67 2 112 Serranidae Plectropomus maculatus 3 3 1.00 6.25 1 113 Plotosidae Plotosus lineatus 860 9 95.56 18.75 1 114 Pomacentridae Pomacentrus alexanderae 592 36 16.44 75.00 0 115 Pomacentridae Pomacentrus amboinensis 3 2 1.50 4.17 0 116 Pomacentridae Pomacentrus auriventris 12 2 6.00 4.17 0 117 Pomacentridae Pomacentrus bankanensis 77 8 9.63 16.67 0 118 Pomacentridae Pomacentrus brachialis 69 14 4.93 29.17 2 119 Pomacentridae Pomacentrus lepidogenys 282 17 16.59 35.42 1 120 Pomacentridae Pomacentrus moluccensis 289 19 15.21 39.58 1 121 Pomacentridae Pomacentrus pavo 8 2 4.00 4.17 0 122 Pomacentridae Pomacentrus smithi 542 14 38.71 29.17 0 123 Pomacentridae Pomacentrus vaiuli 7 2 3.50 4.17 0 124 Pomacentridae Premnas biaculeatus 51 8 6.38 16.67 2 125 Serranidae Pseudanthias huchti 20 1 20.00 2.08 1 126 Labridae Pseudocheilinus hexataenia 14 9 1.56 18.75 1 127 Pseudochromidae Pseudochromis bitaeniatus 1 1 1.00 2.08 1 128 Pseudochromidae Pseudochromis fuscus 6 5 1.20 10.42 1 129 Labridae Pseudocoris heteroptera 1 1 1.00 2.08 1 130 Labridae Pseudocoris philippina 3 3 1.00 6.25 3 131 Microdesmidae Ptereleotris evidens 2 1 2.00 2.08 1 132 Caesionidae Pterocaesio chrysozona 290 5 58.00 10.42 3 133 Pomacanthidae Pygoplites diacanthus 3 3 1.00 6.25 1 134 Holocentridae Sargocentron rubrum 101 10 10.10 20.83 0

Page 64: Skripsi

53

No Nama Famili Nama Spesies total (x)

frek (y) x/y %

Frek ∑ M

135 Scaridae Scarus bleekeri 43 25 1.72 52.08 3 136 Scaridae Scarus bowersi 12 10 1.20 20.83 2 137 Scaridae Scarus dimidiatus * 26 20 1.30 41.67 4 138 Scaridae Scarus ghobban 14 13 1.08 27.08 3 139 Scaridae Scarus rivulatus * 245 36 6.81 75.00 4 140 Scaridae Scarus sordidus 32 7 4.57 14.58 3 141 Nemipteridae Scolopsis affinis 4 4 1.00 8.33 2 142 Nemipteridae Scolopsis bilineatus 18 13 1.38 27.08 3 143 Nemipteridae Scolopsis ciliatus ** 67 15 4.47 31.25 5 144 Nemipteridae Scolopsis lineatus 21 10 2.10 20.83 0 145 Nemipteridae Scolopsis margaritifer * 36 24 1.50 50.00 4 146 Scorpaenidae Scorpaenodes sp. 1 1 1.00 2.08 1 147 Siganidae Siganus corallinus 7 3 2.33 6.25 3 148 Siganidae Siganus puellus 4 2 2.00 4.17 2 149 Siganidae Siganus sp. 10 4 2.50 8.33 2 150 Siganidae Siganus virgatus 20 9 2.22 18.75 3 151 Siganidae Siganus vulpinus * 28 14 2.00 29.17 4 152 Sphyraenidae Sphyraena forsteri 50 1 50.00 2.08 1 153 Labridae Stethojulis bandanensis 15 10 1.50 20.83 2 154 Labridae Stethojulis linearis 6 4 1.50 8.33 0 155 Balistidae Sufflamen bursa 10 8 1.25 16.67 2 156 Synodontidae Synodus ulae 3 3 1.00 6.25 1 157 Labridae Thalassoma hardwicke 36 18 2.00 37.50 2 158 Labridae Thalassoma janseni 23 11 2.09 22.92 1 159 Labridae Thalassoma lunare 140 34 4.12 70.83 2 160 Labridae Thalassoma trilobatum 8 4 2.00 8.33 2 161 Mullidae Upeneus tragua 2 1 2.00 2.08 1 162 Gobiidae Valencienna striata 1 1 1.00 2.08 1 163 Zanclidae Zanclus cornutus * 24 14 1.71 29.17 4 164 Acanthuridae Zebrasoma scopas 4 3 1.33 6.25 3 Total Mobile Spesies 9.5244 6.9199 19.842 2

Keterangan : M Mobile Spesies ** Mobile spesies tinggi, Mobile spesies rendah x/y Total / frekuensi

Page 65: Skripsi

54

Lampiran 6. Korelasi spearman Correlations

1 ,776** ,688** ,970** ,776** -,468** ,224 ,255 ,176 -,209 -,069 -,288* ,590** -,151, ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,125 ,080 ,231 ,154 ,641 ,047 ,000 ,306

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,776** 1 ,249 ,613** 1,000** -,130 -,172 ,354* ,051 -,209 ,040 -,285* ,452** ,067,000 , ,088 ,000 ,000 ,377 ,242 ,013 ,732 ,155 ,785 ,049 ,001 ,650

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,688** ,249 1 ,794** ,249 -,876** ,849** ,082 ,217 -,088 -,277 -,167 ,432** -,176,000 ,088 , ,000 ,088 ,000 ,000 ,581 ,139 ,554 ,056 ,257 ,002 ,232

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,970** ,613** ,794** 1 ,613** -,577** ,379** ,193 ,215 -,158 -,118 -,268 ,577** -,225,000 ,000 ,000 , ,000 ,000 ,008 ,189 ,142 ,282 ,426 ,065 ,000 ,124

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,776** 1,000** ,249 ,613** 1 -,130 -,172 ,354* ,051 -,209 ,041 -,285* ,452** ,067,000 ,000 ,088 ,000 , ,377 ,242 ,014 ,733 ,154 ,783 ,050 ,001 ,650

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48-,468** -,130 -,876** -,577** -,130 1 -,862** -,032 -,031 -,103 ,255 ,010 -,189 ,126,001 ,377 ,000 ,000 ,377 , ,000 ,830 ,837 ,485 ,080 ,946 ,199 ,394

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,224 -,172 ,849** ,379** -,172 -,862** 1 -,051 ,171 ,002 -,358* -,029 ,163 -,116,125 ,242 ,000 ,008 ,242 ,000 , ,730 ,246 ,987 ,013 ,843 ,269 ,432

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,255 ,354* ,082 ,193 ,354* -,032 -,051 1 -,049 -,068 ,195 -,716** ,617** ,697**,080 ,013 ,581 ,189 ,014 ,830 ,730 , ,742 ,645 ,183 ,000 ,000 ,000

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,176 ,051 ,217 ,215 ,051 -,031 ,171 -,049 1 -,458** -,248 -,636** ,392** -,304*,231 ,732 ,139 ,142 ,733 ,837 ,246 ,742 , ,001 ,089 ,000 ,006 ,036

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48-,209 -,209 -,088 -,158 -,209 -,103 ,002 -,068 -,458** 1 ,241 ,272 -,241 -,006,154 ,155 ,554 ,282 ,154 ,485 ,987 ,645 ,001 , ,099 ,061 ,099 ,968

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48-,069 ,040 -,277 -,118 ,041 ,255 -,358* ,195 -,248 ,241 1 -,148 ,083 ,182,641 ,785 ,056 ,426 ,783 ,080 ,013 ,183 ,089 ,099 , ,317 ,577 ,215

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48-,288* -,285* -,167 -,268 -,285* ,010 -,029 -,716** -,636** ,272 -,148 1 -,737** -,307*,047 ,049 ,257 ,065 ,050 ,946 ,843 ,000 ,000 ,061 ,317 , ,000 ,034

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48,590** ,452** ,432** ,577** ,452** -,189 ,163 ,617** ,392** -,241 ,083 -,737** 1 ,036,000 ,001 ,002 ,000 ,001 ,199 ,269 ,000 ,006 ,099 ,577 ,000 , ,809

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48-,151 ,067 -,176 -,225 ,067 ,126 -,116 ,697** -,304* -,006 ,182 -,307* ,036 1,306 ,650 ,232 ,124 ,650 ,394 ,432 ,000 ,036 ,968 ,215 ,034 ,809 ,

48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

jumlah spesies

jumlah individu

indeks keanekaragaman

indeks kekayaan jenis

kepadatan

indeks dominansi

indeks keseragaman

karang hidup

karang mati

algae

others

abiotik

branching

massive

jumlahspesies

jumlahindividu

indekskeanekaragaman

indekskekayaan

jenis kepadatanindeks

dominansiindeks

keseragaman karang hidup karang mati algae others abiotik branching massive

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

99 % 95 %

Page 66: Skripsi

55

Lampiran 7. Komunitas ikan karang berdasarkan waktu dan kedalaman tiap stasiun

Stasiun Keterangan Depth N jml sps H' IKJ Densitas D E

1 pagi 3 738 56 3.03 8.33 4.92 0.08 0.75 siang 3 742 46 2.90 6.81 4.95 0.08 0.76

2 pagi 3 211 26 2.67 4.67 1.41 0.10 0.82 siang 3 228 24 2.55 4.24 1.52 0.10 0.80

3 pagi 3 247 24 2.35 4.17 1.65 0.14 0.74 siang 3 257 38 2.80 6.67 1.71 0.09 0.77

4 pagi 10 179 40 2.99 7.52 1.19 0.00 0.81 siang 10 514 34 2.11 5.29 3.43 0.00 0.60

5 pagi 10 56 10 1.52 2.24 0.37 0.32 0.66 siang 10 47 14 2.31 3.38 0.31 0.11 0.88

6 pagi 10 120 10 0.73 1.88 0.80 0.70 0.32 siang 10 123 8 0.76 1.45 0.82 0.67 0.36

7 pagi 3 711 52 2.30 7.77 4.74 0.19 0.58 siang 3 713 47 2.38 7.00 4.75 0.21 0.62

8 pagi 3 355 29 1.90 4.77 2.37 0.33 0.57 siang 3 179 31 2.69 5.78 1.19 0.09 0.78

9 pagi 3 255 38 2.90 6.68 1.70 0.08 0.80 siang 3 197 35 2.79 6.44 1.31 0.10 0.78

10 pagi 10 149 23 2.27 4.40 0.99 0.16 0.72 siang 10 164 21 2.23 3.92 1.09 0.15 0.73

11 pagi 10 84 22 2.53 4.74 0.56 0.01 0.82 siang 10 104 20 2.31 4.09 0.69 0.01 0.77

12 pagi 10 81 26 2.73 5.69 0.54 0.10 0.84 siang 10 95 25 2.64 5.27 0.63 0.10 0.82

13 pagi 3 345 50 2.95 8.39 2.30 0.09 0.75 siang 3 312 42 3.00 7.14 2.08 0.08 0.80

14 pagi 3 386 44 2.62 7.22 2.57 0.13 0.69 siang 3 386 39 2.62 6.38 2.57 0.12 0.72

15 pagi 3 333 42 3.03 7.06 2.22 0.07 0.81 siang 3 303 41 3.06 7.00 2.02 0.07 0.82

16 pagi 10 107 18 2.28 3.64 0.71 0.14 0.79 siang 10 106 17 2.25 3.43 0.71 0.14 0.79

17 pagi 10 355 39 2.77 6.47 2.37 0.00 0.76 siang 10 435 44 2.68 7.08 2.90 0.00 0.71

18 pagi 10 187 29 2.58 5.35 1.25 0.12 0.77 siang 10 121 26 2.65 5.21 0.81 0.09 0.81

19 pagi 3 279 33 2.06 5.68 1.86 0.20 0.59 siang 3 238 27 2.35 4.75 1.59 0.16 0.71

20 pagi 3 314 48 3.06 8.17 2.09 0.07 0.79 siang 3 296 40 3.02 6.85 1.97 0.07 0.82

21 pagi 3 325 45 3.08 7.61 2.17 0.06 0.81 siang 3 342 41 2.97 6.86 2.28 0.08 0.80

22 pagi 10 180 36 2.90 6.74 1.20 0.00 0.81 siang 10 237 31 2.69 5.49 1.58 0.00 0.78

23 pagi 10 302 33 1.58 5.60 2.01 0.45 0.45 siang 10 256 29 2.37 5.05 1.71 0.18 0.70

Page 67: Skripsi

56

Lanjutan Lampiran 7. Stasiun Keterangan Depth N jml sps H' IKJ Densitas D E

24 pagi 10 219 38 2.90 6.87 1.46 0.08 0.80 siang 10 205 31 2.76 5.64 1.37 0.08 0.80

Rata-rata Keseluruhan 273.29 32.54 2.51 5.68 1.82 0.13 0.73 Max Keseluruhan 742.00 56.00 3.08 8.39 4.95 0.70 0.88 Min Keseluruhan 47.00 8.00 0.73 1.45 0.31 0.00 0.32 Rata-rata Pagi 271.58 33.79 2.49 5.90 1.81 0.15 0.72 Max Pagi 738.00 56.00 3.08 8.39 4.92 0.70 0.84 Min Pagi 56.00 10.00 0.73 1.88 0.37 0.00 0.32 Rata-rata Siang 275.00 31.29 2.54 5.47 1.83 0.12 0.75 Max Siang 742.00 47.00 3.06 7.14 4.95 0.67 0.88 Min Siang 47.00 8.00 0.76 1.45 0.31 0.00 0.36 Rata-rata 03 meter 362.17 39.08 2.71 6.52 2.41 0.12 0.75 Max 03 meter 742.00 56.00 3.08 8.39 4.95 0.33 0.82 Min 03 meter 179.00 24.00 1.90 4.17 1.19 0.06 0.57 Rata-rata 10 meter 184.42 26.00 2.31 4.85 1.23 0.15 0.72 Max 10 meter 514.00 44.00 2.99 7.52 3.43 0.70 0.88 Min 10 meter 47.00 8.00 0.73 1.45 0.31 0.00 0.32

Keterangan :

N = Jumlah Individu H’ = Indeks Keanekaragaman IKJ = Indeks Kekayaan Jenis d = Kepadatan D = Indeks Dominanasi E = Indeks Keseragaman

Page 68: Skripsi

57

Lampiran 8. Hasil Anova 2 faktor dengan replikasi

Anova: Two-Factor With Replication Keanekeragaman SUMMARY

Selatan Se Sta. 3 Sta. 4 Total

Pagi Count 6 6 6 6 24 Sum 16.223 13.2902 14.634 15.577 59.724 Average 2.7039 2.21503 2.439 2.5962 2.4885 Variance 0.0735 0.83372 0.1274 0.3892 0.3448

Siang

Count 6 6 6 6 24 Sum 16.263 13.4348 15.023 16.164 60.884 Average 2.7104 2.23913 2.5039 2.6939 2.5368 Variance 0.0862 0.61385 0.053 0.0817 0.2192

Total

Count 12 12 12 12 Sum 32.486 26.725 29.657 31.741 Average 2.7072 2.22708 2.4714 2.6451 Variance 0.0726 0.65815 0.0831 0.2166

ANOVA Source of Variation

SS df MS F P-value F crit

Sample 0.028 1 0.028 0.0993 0.7543 4.085 Columns 1.6634 3 0.5545 1.9639 0.1349 2.839 Interaction

0.0152 3 0.0051 0.0179 0.9967 2.839

Within 11.293 40 0.2823

Total 13 47

Anova: Two-Factor With Replication Dominansi SUMMARY

Sta. 1 Sta. 2 Sta. 3 Sta. 4 Total

Pagi Count 6 6 6 6 24 Sum 0.5484 1.35044 0.8631 0.869 3.631 Average 0.0914 0.22507 0.1439 0.1448 0.1513 Variance 0.0026 0.06554 0.0126 0.0262 0.0256

Siang

Count 6 6 6 6 24 Sum 0.5035 1.04902 0.6592 0.5719 2.7836 Average 0.0839 0.17484 0.1099 0.0953 0.116 Variance 0.0023 0.06002 0.0045 0.0043 0.0168

Total

Count 12 12 12 12 Sum 1.052 2.39946 1.5223 1.4409 Average 0.0877 0.19996 0.1269 0.1201 Variance 0.0022 0.05776 0.0081 0.0145

ANOVA

Source of Variation

SS df MS F P-value F crit

Sample 0.015 1 0.015 0.672 0.4172 4.085 Columns 0.0809 3 0.027 1.2114 0.318 2.839 Interaction

0.0036 3 0.0012 0.054 0.9832 2.839

Within 0.8904 40 0.0223

Total 0.9899 47

Anova: Two-Factor With Replication Keseragaman SUMMARY

Sta. 1 Sta. 2 Sta. 3 Sta. 4 4 Total

Pagi Count 6 6 6 6 6 30 Sum 0.869 4.5666 4.0996 4.3246 4.2463 18.11 Average 0.1448 0.7611 0.6833 0.7208 0.70772 0.604 Variance 0.0262 0.0016 0.0352 0.0143 0.02287 0.072

Siang

Count 6 6 6 6 6 30 Sum 0.5719 4.6583 4.1697 4.505 4.6234 18.53 Average 0.0953 0.7764 0.6949 0.7508 0.77057 0.618 Variance 0.0043 0.0026 0.0344 0.0051 0.00241 0.08

Total

Count 12 12 12 12 12 Sum 1.4409 9.2249 8.2693 8.8296 8.86971 Average 0.1201 0.7687 0.6891 0.7358 0.73914 Variance 0.0145 0.002 0.0317 0.0091 0.01257

ANOVA Source of Variation

SS df MS F P-value F crit

Sample 0.003 1 0.003 0.1992 0.65733 4.034 Columns 3.6479 4 0.912 61.184 1.2E-18 2.557 Interaction 0.0201 4 0.005 0.3364 0.85211 2.557 Within 0.7453 50 0.0149

Total 4.4162 59

Page 69: Skripsi

58

Lampiran 9. Hasil Uji-t Keanekaragaman, Dominansi dan Keseragaman berdasarkan waktu dan kedalaman t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Keanekaragaman

pagi siang Mean 2.488511663 2.536840667 Variance 0.344816725 0.219163543 Observations 24 24 Pooled Variance 0.281990134 Hypothesized Mean Difference 0 Df 46 t Stat -0.315269176 P(T<=t) one-tail 0.376991558 t Critical one-tail 1.678660414 P(T<=t) two-tail 0.753983116 t Critical two-tail 2.012895567

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Keanekaragaman

H 3m H 10 m Mean 2.712097099 2.313255231 Variance 0.114271269 0.367932054 Observations 24 24 Pooled Variance 0.241101662 Hypothesized Mean Difference 0 df 46 t Stat 2.813787279 P(T<=t) one-tail 0.003589907 t Critical one-tail 1.678660414 P(T<=t) two-tail 0.007179813 t Critical two-tail 2.012895567

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Dominansi

pagi siang Mean 0.151291472 0.115984741 Variance 0.025623262 0.016764583 Observations 24 24 Pooled Variance 0.021193922 Hypothesized Mean Difference 0 df 46 t Stat 0.840122216 P(T<=t) one-tail 0.202592705 t Critical one-tail 1.678660414 P(T<=t) two-tail 0.40518541 t Critical two-tail 2.012895567

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Dominansi

D 3m D 10m Mean 0.116059709 0.151216504 Variance 0.004055106 0.038338251 Observations 24 24 Pooled Variance 0.021196678 Hypothesized Mean Difference 0 df 46 t Stat -0.836500095 P(T<=t) one-tail 0.203599106 t Critical one-tail 1.678660414 P(T<=t) two-tail 0.407198211 t Critical two-tail 2.012895567

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Keseragaman

pagi siang Mean 0.718215712 0.748180721 Variance 0.016914667 0.010761859 Observations 24 24 Pooled Variance 0.013838263 Hypothesized Mean Difference 0 df 46 t Stat -0.882397425 P(T<=t) one-tail 0.191074979 t Critical one-tail 1.678660414 P(T<=t) two-tail 0.382149958 t Critical two-tail 2.012895567

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Keseragaman 3 m 10 m Mean 0.74553137 0.72086506

3 Variance 0.006401152 0.02142640

6 Observations 24 24 Pooled Variance 0.013913779 Hypothesized Mean Difference 0 df 46 t Stat 0.72438959 P(T<=t) one-tail 0.23624753 t Critical one-tail 1.678658919 P(T<=t) two-tail 0.47249506 t Critical two-tail 2.012893674

Page 70: Skripsi

59

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sinjai pada tanggal 28 Agustus 1980, Putra

pertama dari 5 Bersaudara buah kasih dari orang tua Abd. Jalil Bori,

dan St. Naisyah (Alm). Pada tahun 1998 tamat dari SMA Neg. 09

Makassar. Pada tahun akademik 1998/1999 penulis diterima sebagai

mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.

Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi asisten luar biasa pada

mata kuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Renang & Dasar-dasar Selam.

Penulis tercatat aktif dalam organisasi kemahasiswaan Marine Science Diving Club

(MSDC) Universitas Hasanuddin.

Kegiatan ekstra yang pernah diikuti yaitu diklat selam tingkat one star (A1)

hingga tingkat three star (A3), Metode Penilaian Terumbu Karang (MPTK) tingkat

dasar, Pelatihan Coral Reef Fishey dan Pelatihan Fisheries Data and Analyse di

Denpasar yang diselenggarakan oleh World Wild Fund (WWF) Indonesia. Penulis

aktif sebagai Asisten peneliti dalam beberapa kegiatan penelitian diantaranya Survey

Fishery Program di Flores, NTT kerjasama WWF Indonesia dan Pemda Tk. II

Kabupaten Ngada, Flores, Survey Ekologi Kepulauan Spermonde Kerjasama

International Marinelife Alliance (IMA) Indonesia dan CV. Mitra Muda Karya

Utama, Inventarisasi Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir Kab. Polmas kerjasama

P2O-LIPI Pemda Tk. II Kab. Polmas, Inventarisasi Potensi Sumberdaya Wilayah

Pesisir Kab. Majene kerjasama Laboratorium Geomorfologi FIKP dan Pemda Tk. II

Kab. Majene. Pelatihan Pemantauan Daerah Sanctuary TNL Takabonerate Kab.

Selayar kerjasama COREMAP Sulawesi Selatan dan LP3M, Monitoring, Controling

and Surveilience DPL kerjasama PPTK-Unhas dan Mitra Bahari.

Penulis juga aktif pada organisasi non kemahasiswaan yaitu Lembaga Nypah

Indonesia dan Pusat Penelitian Terumbu Karang (PPTK) Unhas yang berkedudukan

di Makassar. Pada Februari 2005 Penulis mengakhiri masa lajangnya dengan

mempersunting Ade Rachmi Yuliantri, S.Si.