skripsi 202008038 agus.kristiyono

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sunyoto (2006: 35), prestasi belajar adalah prestasi belajar siswa yang ditunjukan dengan nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran, setelah siswa memperoleh perlakuan. Tardi (2010: 196), prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran tingkah laku. Fahmi (2010: 229), prestasi belajar secara umum dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur (tes prestasi yang mengacu kepada ranah kognitif dalam bentuk tertulis) yang kualitasnya baik. Prestasi belajar juga merupakan cermin keberhasilan siswa dalam proses belajar disekolah. Menurut Purnama (2009: 95), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh

Upload: agus-kristiyono

Post on 17-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi BelajarPengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan.Sunyoto (2006: 35), prestasi belajar adalah prestasi belajar siswa yang ditunjukan dengan nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran, setelah siswa memperoleh perlakuan. Tardi (2010: 196), prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran tingkah laku.Fahmi (2010: 229), prestasi belajar secara umum dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur (tes prestasi yang mengacu kepada ranah kognitif dalam bentuk tertulis) yang kualitasnya baik. Prestasi belajar juga merupakan cermin keberhasilan siswa dalam proses belajar disekolah.Menurut Purnama (2009: 95), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh siswa dalam belajar yang yang berupa penambahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, serta penguasaan keterampilan yang ada di sekolah diwujudkan dalam bentuk prestasi (misalnya nilai ulangan harian, nilai ulangan semester, rapor dan lain-lain).Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamdani (2010: 138) yaitu merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar dan dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi.Winkel (2004: 34) menyatakan prestasi belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam diri siswa sebagai akibat interakasi aktif dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersikat relatif konstan dan berbekas. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi karena belajar tidak timbul begitu saja, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktivitas psikis dan latihan-latihan. Proses belajar terjadi karena adanya perangsang-perangsang dari luar individu yang mengakibatkan perubahan dalam hubungan aspek kepribadian. Tidak setiap proses belajar harus disadari oleh seseorang, bahwa ia sedang belajar. Ciri lain yang dapat diidentifikasi dari proses belajar adalah dihasilkannya efek sampingan yang bukan merupakan tujuan utama dari proses belajar yang sesungguhnya, sehingga disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama dan dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Rumusan tentang prestasi belajar juga dikemukaakan oleh Tuu (2004: 75) yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah; prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya kerena bersangkutan dengan kemampuan siswa, serta prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuh.Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, penelitian ini sejalan dengan rumusan Tuu (2004: 75), maka dirumuskan pengertian prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di sekolah, terutama dinilai pada ranah kognitif siswa yang dibuktikan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap ujian atau tes siswa.

B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi BelajarTerdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya yaitu berasal dari diri siswa sendiri (intern) dan dari luar dirinya (ekstern).1. Faktor Dari Diri Siswa (Intern)Menurut Winkel (2004: 57), faktor pada pihak siswa, terdiri dari faktor psikis intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosio kultural atau ekonomis dan faktor fisik yang meliputi keadaan fisik. Purnama (2009: 93) menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa diantaranya karena kurangnya motivasi belajar, kurangnya konsentrasi dalam menerima materi pelajaran di kelas, kurang serius dan menganggap materi matematika itu sulit. Slameto (2003: 54), faktor internal dari dalam siswa meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamdani (2010: 139), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari siswa antara lain kecerdasan intelegensi, faktor jasmaniah atau faktor fisiologis, sikap, minat, bakat dan motivasi. Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi. Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Minat terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat sesuai dengan kapasitas masing masing. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.Tuu (2004: 83), faktor dari siswa meliputi faktor kesehatan, faktor kecerdasan, faktor perhatian, faktor minat dan faktor bakat. Faktor kesehatan, siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal ini membuatnya tertinggal pelajaran dan mengakibatkan prestasi siswa belum optimal. Faktor kecerdasan, siswa yang memiliki kecerdasan rendah akan menyebabkan kemampuan mengikuti pelajaran agak lambat. Kecerdasan mempengaruhi cepat atau lambatnya kemajuan belajar siswa. Faktor perhatian, perhatian disini terdiri dari perhatian dirumah dan disekolah. Faktor minat, minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Faktor bakat, bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.

2. Faktor Dari Luar Siswa (Ekstern)Selain faktor dari diri siswa, ada juga faktor dari luar siswa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar yang disebut faktor eksternal. Winkel (2004: 60), faktor dari luar siswa terdiri dari faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher efektivines, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa; faktor sosial di sekolah yang melputi sistem sosial, status sosial, dan interaksi guru serta siswa; dan faktor situasional, yang melputi keadaan politis ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.Purnama (2009: 93) menyatakan beberapa faktor dari luar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan pola konvensional, banyak didominasi oleh model ceramah yang disampaikan guru yang kurang memberi kesempatan siswa untuk ikut dalam pengalaman belajarnya, sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan. Pemanfaatan media pembelajaran yang terkesan seadanya bahkan kadang tidak ada sama sekali.Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 60), faktor eksternal ini tidak kalah penting dengan faktor internal dan guru merupakan komponen yang mampu mengkondisikan situasi eksternal siswa sehingga dapat maksimal dalam belajarnya. Beberapa faktor dari luar dapat menimbulkan dorongan atau rangsangan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Faktor eksternal dalam proses pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dengan masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Diantara ketiga faktor eksternal tersebut, lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah.Hamdani (2010: 143), mengemukakan bahwa faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial terdiri dari guru, kepala sekolah, staf adminitrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Perhatian orang tua dapat memberikan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya. Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.Tuu (2004: 85) faktor dari luar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor disiplin sekolah, faktor masyarakat, faktor lingkungan tetangga, faktor aktivitas organisasi. Faktor keluarga terdiri dari faktor orang tua, faktor suasana rumah dan faktor ekonomi keluarga. Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, faktor hubungan guru dengan siswa, faktor guru dan faktor sarana sekolah. Faktor disiplin sekolah, bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik dalam proses belajar anak. Faktor masyarakat terdiri dari faktor media massa dan faktor teman bergaul. Faktor lingkungan tetangga, lingkungan tetangga yang baik akan berdampak positif terhadap prestasi belajar begitu pula sebaliknya. Faktor aktivitas organisasi, bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain menunjang prestasi belajar, dapat juga mengganggu prestasi belajar apabila siswa tidak mengatur dengan baik. Seorang siswa gagal dalam studinya atau kurang baik prestasinya, belum tentu karena tidak pandai. Kegagalan atau kurang baiknya prestasi siswa dapat terjadi karena faktor-faktor tersebut.

C. Media PembelajaranMedia berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut bisa diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) Amerika, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke siswa. Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan merangsang siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, mengantarkan pembelajaran secara utuh, dan memberikan penguatan maupun motivasi. Setiap jenis media pembelajaran memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda dalam menayangkan pesan dan informasi. Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapatkan perhatian dari para pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi (Uno dan Lamatenggo, 2010: 116).Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Media berbentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru dalam pembelajaran yang berupa bahan dan alat yang terdiri dari software dan hardware seperti buku radio majalah film bingkai video, proyektor, pesawat radio dan lainlain (Sadiman dkk, 2008: 6).Sanaky (2009: 40), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar; berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar; bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar; dan bentuk-bentuk komunkasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual. Media pembelajaran dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses pembelajaran dikelas, baik dari diri pembelajar maupun pengajar. Suherman (2009: 65) media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara fisik media pembelajaran dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. Sedangkan pengertian secara nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). Pembelajaran bisa lebih menarik dengan adanya media. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik gambar yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.Sukmadinata (2009: 263) membagi pengertiaan media pembelajaran menjadi dua yaitu secara sempit dan luas. Secara sempit, media pembelajaran terbatas pada alat bantu pengajaran (Audio Visual Aid atau AVA) atau alat peraga. Secara lebih luas, media pembelajaran adalah sumber-sumber belajar selain buku, jurnal adalah perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan lain-lain. Komunikasi tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan sarana penyampaian pesan atau media. Pesan yang akan disampaikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dikembangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal, nonverbal atau visual.Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media tersebut dapat berupa alat elektronika gambar, buku, modul, dan sebagainya. Media pembelajaran dikelompokan sebagai berikut: media cetak dan noncetak; media elektronik dan nonelektronika; media projected dan nonprojected; dan media tradisional dan modern. Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena berbagai kemampuan sebagai berikut: memperbesar benda yang sangat kecil atau tidak tampak oleh mata; menyajikan benda atau peristiwa yang terlalu jauh dari siswa; menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana; menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya kehadapan siswa; meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa; meningkatkan sistematika pembelajaran. Keefektifan suatu media pembelajaran sangat ditentukan oleh sedikitnya tiga faktor, yaitu ketepatan dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; kesesuaian media dengan karakteristik siswa; dan ketepatan cara menggunakannya, dan tidak ada suatu media pembelajaran yang dapat berperan sebagai alat untuk mengatasi seluruh permasalahan pembelajaran (Warsita, 2008: 278).Rohani (1997: 3) mengemukakan media adalah segala sesuatu yang dapat diindera dan berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi proses belajar mengajar. Media instruksional edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah dan memiliki sifat mendidik.Sudjana (1989: 1) menyatakan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar yang ada dalam komponen metode mengajar, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa adalah pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswanya tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan lain lain; penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran, alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan pembelajaran; alat untuk menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses pembelajaran; sumber belajar bagi siswa. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, rumusan penelitian media pembelajaran sejalan dengan Suherman (2009: 65), media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

D. Compact Disk (CD) InteraktifCompact Disk (CD) Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dan dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD. CD Interaktif sama persis dengan sistem navigasi pada internet, perbedaannya adalah media yang dipakai keduanya. CD Interaktif memakai media offline berupa CD sementara Internet memakai media online (Tim Medikomp 1994 dalam Maroebeni, 2008). Purnama (2009: 96) mengemukakan bahwa CD Interaktif adalah merupakan program multimedia yang berbasis komputer. Media ini menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi, numerik, narasi dan interaktifitas yang diprogram berdasarkan teori pembelajaran dan dikemas dalam piringan Compact Disk (CD). CD Interaktif adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. CD interaktif merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang diinformasikan. CD Interaktif dapat membantu dalam mempelajari pelajaran sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan secara baik dan berkualitas (Parwata, 2008: 39).Pramesti (2010: 2.5) mengemukakan bahwa CD Interaktif adalah CD pembelajaran yang mempunyai fungsi memberi informasi, didalamnya terdapat tombol-tombol yang bisa menuju ke fasilitas lainnya. CD interaktif ini sangat bermanfaat bagi siswa, karena sangat memudahkan dan membantu dalam proses pembelajaran. CD interaktif merupakan salah satu media pengenalan ataupun promosi yang banyak berkembang saat ini, dimana media interaktif memiliki kelebihan dalam visualisasi, animasi, content serta interaktifitas, sehingga orang yang melihat akan bisa merasakan dan berinteraksi langsung dengan informasi yang ingin disampaikan.CD Interaktif digunakan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan sambil belajar dengan memanfaatkan fungsi visual support pada CD Interaktif. CD Interaktif yang mendukung visual, plot, musik, dan gambar tidak membuat siswa bosan, mengantuk, gugup atau mudah frustasi karena siswa menjadi tertarik dan berkonsentrasi pada proses belajar mengajar (Hung, dkk. 2002: 70).Warsita (2008: 153) menyatakan bahwa CD interaktif adalah program multimedia interaktif yang dirancang sebagai media pembelajaran. CD interaktif pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu yang disimpan dalam bentuk kepingan CD yang dapat dijalankan oleh komputer. Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga diimbangi dengan dikembangkannya software yang memungkinkan kemudahan penggabungan antara teks, video, grafik, dan animasi, menjadi suatu program multimedia. Berbeda dengan media lain CD interaktif mempunyai sejumlah kelebihan fleksibel, self packing, conten-rich, interaktif, dan individual.Fleksibel, baik dalam pemberian kesempatan untuk memilih isi setiap mata pelajaran yang disajikan, juga variasi dan penempatan untuk dapat diakses. Selain itu fleksibel dalam pemanfaatannya dapat dikelas, secara individual atau kelompok kecil. Fleksibilitas penggunaan waktu juga merupakan ciri yang menonjol sehingga bisa cocok untuk semua orang. Self packing, yaitu bersifat melayani kecepatan belajar individu, artinya kecepatan waktu pemanfaatan sangatlah tergantung kepada kemampuan dan kesiapan masing-masing siswa yang menggunakannya. Siswa yang cepat diberi kesempatan untuk memacu kecepatan belajarnya seoptimal mungkin, sebaliknya bagi yang lambat juga diberi kesempatan untuk mengulang dan mempelajari dalam waktu yang lebih banyak. Content-rich, yaitu bersifat kaya isi. Artinya program ini menyediakan isi informasi yang cukup banyak, bahkan berisi materi pelajaran yang sifatnya pengayaan dan pendalaman, dan juga memberikan rincian lebih lanjut dari isi materi atau elaborasi isi materi yang disiapkan khusus bagi siswa yang memiliki minat khusus, atau ingin belajar lebih banyak. Kekayaan isi program multimedia juga didukung oleh penggunaan berbagai bentuk format sajian informasi, yang disalurkan lewat berbagai jenis media. Interaktif, yaitu bersifat komunikasi dua arah artinya program ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan respon, dan melakukan berbagai aktivitas yang akhirnya juga bisa diproses balik oleh program multimedia dengan suatu balikan atau feedback. Adanya interaktivitas tersebut merupakan ciri paling menonjol dari media ini. Individual, yaitu bersifat melayani kecepatan belajar individu, artinya program sudah dirancang dan disediakan untuk memenuhi minat dan kebutuhan belajar individual (Warsita, 2008: 153).Langkah-langkah pembelajaran CD interaktif yaitu pendahuluan (introduction), penyajian (presentation) dan penutup (test and follow up). Pendahuluan (introduction), pada tahap awal atau persiapan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa dalam mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari siswa, kegunaan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi materi tersebut dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan tujuan/kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir kegiatan datang (Warsita, 2008: 276).Penyajian (presentation), tahap penyajian ini merupakan proses pembelajaran yang utama atau inti kegiatan pembelajaran. Tahap ini meliputi bagian bagian sebagai berikut: uraian (explanation); contoh (example) dan noncontoh (nonexample); dan latihan (exercise). Uraian (explanation) adalah penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa. Uraian ini baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Pada saat memberikan uraian ini guru dapat menggunakan berbagai metode seperti ceramah, diskusi, demontrasi dan sebagainya. Contoh (example) dan noncontoh (nonexample), kegiatan ini sebagai wujud materi pelajaran yang sedang diuraikan baik bersifat positif maupun negatif. Maka guru perlu memberikan contoh dan noncontoh yang praktis dan konkret dari uraian konsep yang masih abstrak agar siswa jelas. Latihan (exercise) adalah kegiatan praktik bagi siswa untuk menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang masih abstrak sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Latihan siswa akan membuat pembelajaran aktif sehingga mudah menguasai materi yang sedang dipelajari. Latihan yang dilakukan siswa harus diikuti dengan petunjuk, bimbingan, dan koreksi sehingga siswa benar-benar menguasainya. Latihan ini merupakan bagian proses pembelajarn dan bukan merupakan tes datang (Warsita, 2008: 276).Penutup (test and follow up), kegiatan akhir pembelajaran ini meliputi kegiatan sebagai berikut: pelaksanaan tes hasil belajar, umpan balik (feedback), dan tindak lanjut (follow up). Pelaksanaan tes hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar siswa. Tes ini sering disebut dengan tes formatif yang dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis. Umpan balik (feedback) adalah informasi hasil tes siswa dan diikuti dengan penjelasan kemajuan siswa. Hal ini penting bagi siswa agar proses pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan. Selain itu, kegiatan umpan balik ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tindak lanjut (follow up) adalah berupa petunjuk tentang hal yang harus dilakukan siswa setelah mengikuti tes formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang memperoleh hasil tes formatif kurang harus mengulang mempelajari materi tersebut. Siswa yang sudah memperoleh nilai baik, bisa meneruskan ke materi selanjutnya baik untuk memperdalam materi atau untuk mempersiapkan materi yang akan datang (Warsita, 2008: 276).Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran dengan CD Interaktif diatas, maka secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan CD Interaktif dalam penelitian ini adalah Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari siswa, kegunaan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi materi tersebut dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan tujuan/kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir kegiatan; Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru untuk mengarahkan ke konsep materi dari pemutaran video pada CD Interaktif; Guru menyampaikan inti materi dengan media CD Interaktif; Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan baik secara individual maupun kelompok kecil; Siswa mempresentasikan hasil kerja latihannya dengan menuliskan hasil pekerjaan didepan kelas; Guru melengkapi kekurangan-kekurangan materi jika ada materi yang belum tersampaikan pada penjelasan sebelumnya; Guru memberikan tes sebagai evaluasi kepada siswa dengan media CD Interktif; serta Guru dan siswa membuat kesimpulan.Proses pengembangan CD interaktif dapat dilakukan dengan cara sistematis dengan langkah langkah berikut: penyusunan garis besar isi program media; pembuatan flowchart (diagram alur); penulisan naskah (storyboard); pelaksanaan produksi; dan evaluasi. Program CD interaktif dirancang untuk keperluan belajar individu, maka dilengkapi dengan tes sehingga siswa akan bisa mengukur sendiri prestasi belajarnya. Dengan sajian interaktif dan nonlinier, melalui program ini siswa akan bisa belajar dengan bantuan seminimal mungkin dari guru atau orang lain. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing (self packing) baik bagi slowleraner maupun fastlearner (Warsita, 2008: 159).Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, rumusan penelitian tentang CD Interaktif sejalan dengan Warsita (2008: 153), CD Interaktif adalah program multimedia interaktif yang dirancang sebagai media pembelajaran. CD Interaktif pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu yang disimpan dalam bentuk kepingan CD yang dapat dijalankan oleh komputer. Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga diimbangi dengan dikembangkannya software yang memungkinkan kemudahan penggabungan antara teks, video, grafik, dan animasi, menjadi suatu program multimedia.

E. Kelebihan dan Kekurangan CD InteraktifBeberapa kelebihan dari CD Interaktif yaitu penggunanya bisa berinteraksi dengan program komputer, menambah pengetahuan siswa dan tampilan audio visual yang menarik. Kelebihan pertama yang menyebutkan bahwa penggunan CD Interaktif bisa berinteraksi dengan komputer karena terdapat menu-menu khusus pada CD Interaktif yang dapat diklik oleh pengguna untuk memunculkan informasi berupa audio, visual maupun fitur lain yang diinginkan. Kemudian yang kedua adalah menambah pengetahuan. Pengetahuan di sini adalah materi pembelajaran yang dirancang kemudahannya dalam CD Interaktif bagi pengguna yaitu bagi siswa maupun guru. Kelebihan ketiga adalah tampilan audio visual yang menarik. Menarik di sini tentu saja jika dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya. Kemenarikan disini utamanya karena sistem interaksi yang tidak dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain (film, TV, audio). Dari beberapa keunggulan CD Interaktif, dapat diketahui bahwa CD Interaktif dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara, dan gerakan.CD Interaktif juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya medium yang dapat digunakan hanya komputer, membatasi target siswa karena hanya pemakai komputer saja yang dapat mengaksesnya, pemeliharaannya harus lebih hati-hati, dan belajar melalui CD Interaktif seperti belajar dengan komputer bukan belajar dengan guru-guru di sekolah. Jika siswa melakukan kesalahan atau memiliki pertanyaan, komputer tidak bisa membantunya untuk memecahkan masalah yang ditemui siswa. Jika siswa mencoba untuk meningkatkan kemampuan hanya melalui komputer, mereka mungkin tidak bisa menyadari atau mengidentifikasi kesalahan mereka (Hung, dkk. 2002: 70).

F. ModulModul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori yang dapat dipelajari oleh siswa, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan prestasi belajar (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 2).Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul. Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 2)Pengertian modul menurut Sanaky (2009: 165) adalah materi pembelajaran per pertemuan yang dilengkapi dengan petunjuk umum, evaluasi pembelajaran, sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) per pertemuan. Modul pembelajaran ini terdiri dari petunjuk umum, materi kuliah, dan lembar kerja atau evaluasi pembelajaran. Petunjuk umum untuk sebuah modul pembelajaran memuat hal-hal sebagai berikut: kompetensi dasar, pokok-pokok materi pembelajaran, indikator pencapaian, referensi, strategi atau skenario pembelajaran, lembar kegiatan belajar, dan evaluasi. Materi pembelajaran terdiri dari satu pokok bahasan atau lebih sesuai dengan silabus. Lembar kerja memuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diberikan. Setelah pembelajaran berakhir pembelajar harus menyelesaikan pertanyaan tersebut, untuk mengetahui tingkat pemahaman pembelajar terhadap materi pembelajaran yang diberikan.Nasution (2008: 204), modul dapat dirumuskan sebagai: satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Anggapan bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama. Modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi siswa antara lain: balikan atau feedback; penguasaan tuntas atau mastery; tujuan modul yang jelas sehingga siswa dapat mencapainya; dapat membangkitkan motivasi yang kuat pada siswa; dapat mengurangi persaingan dikalangan siswa karena semua dapat mencapai hasil tertinggi; dan pengajaran remidial memberi kesempatan bagi siswa yang masih kurang untuk memperbaiki kesalahannya. Modul juga memberikan keuntungan bagi guru antara lain: penguasaan modul oleh siswa memberikan rasa kepuasan kepada guru; guru dapat memberikan bantuan kepada setiap siswa yang memerlukan bantuan tanpa melibatkan seluruh kelas; pengajaran modul memberikan kebebasan kepada guru; penggunaan modul dapat dipakai oleh semua guru; dan dapat meningkatkan profesi keguruan.Menurut Winkel (2004: 472), modul merupakan suatu satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri, setelah siswa menyelesaikan satuan yang satu, dia melangkah maju dan mempelajari satuan berikutnya. Pengajaran yang menggunakan modul merupakan strategi tertentu untuk menyelenggarakan pengajaran individual secara agak menyeluruh. Modul di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pelajaran yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran yang khas, lembaran petunjuk guru yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi siswa, lembar kunci jawaban pada kertas siswa, alat alat evaluasi belajar. Setiap modul merupakan unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan tujuan instruksional umum yang ditunjang, tujuan intruksional yang harus dicapai, satuan bahasan yang harus dipelajari, peranan guru, alat-alat sumber yang dipakai, kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa secara berurutan serta tugas tugas yang harus dikerjakan, cara diadakan evaluasi serta alatnya, cara siswa mendapat umpan balik. Target pembelajaran modul yaitu: agar semua tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan laju kecepatan sendiri sendiri dan dapat menghayati kegiatan belajarnya, baik dengan mendapatkan bimbingan belajar dari guru maupun tanpa mendapatkan bimbingan. Mudlofir (2011: 149) mengemukakan bahwa modul merupakan alat atau sarana pembelajarn yang berisi materi, metode batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya serta dapat digunakan secara mandiri. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efisien. Modul memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain. Modul harus bersahabat dengan user atau pemakai dan membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses.Batasan pengertian tentang modul yang dikembangkan oleh Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3KK) Departemen P dan K adalah sebagai berikut: modul adalah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terperinci menggariskan: tujuan instruksional yang akan dicapai, topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, pokok-pokok materi yang akan dipelajari, kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, peranan guru dalam proses belajar mengajar, alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan, kegiatankegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara berturutan, lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, program evaluasi yang akan dilaksanakan (Suryosubroto, 1983: 17).Maksud dan tujuan digunakan modul didalam proses belajar mengajar ialah agar: tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif, siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri, siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru, siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan, siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar, kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir, modul disusun berdasarkan konsep mastery learning suatu konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu, prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa seorang siswa tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum siswa menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut (Suryosubroto, 1983: 18).Modul dapat dibedakan dalam dua jenis yakni modul pokok dan modul pengayaan. Modul pokok merupakan urutan studi yang harus diikuti oleh semua siswa. Siswa yang pandai biasanya mampu menyelesaikan modul pokok lebih dahulu dibanding dengan teman-teman yang lainnya. Kepada mereka ini perlu diberikan kegiatan atau program tambahan yang bersifat ekstra. Program tambahan ini kita sebut dengan program pengayaan (entriement program). Program ini dapat bersifat memperluas (dimensi horisontal) dan bersifat memperdalam (dimensi vertikal). Mengkombinasikan modul pokok dengan modul pengayaan untuk berbagai bidang studi berarti sekolah memberikan kemungkinan bagi siswa untuk belajar secara maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuan taraf motivasi dan minatnya masing-masing sehingga pelaksanan asas continous progress itu tercipta dalam kegiatan pembelajaran. Peranan guru dalam sistem modul ini bukannya sebagai penyampaian informasi tetapi sebagai pengelola kelas (Suryosubroto, 1983: 20).Langkah-langkah pembelajaran modul yaitu seorang siswa harus memiliki bahan apersepsi atau entry behavior yang diperlukan. Pengetahuan siswa tidak memadai, maka siswa akan menghadapi kesulitan, oleh karena itu siswa sebaiknya diberikan pengajaran remidial, akan tetapi bila siswa telah menguasai tes awal sepenuhnya, ini berarti bahwa siswa juga telah menguasai modul ini dan segera meningkatkan ke modul berikutnya atau ke modul lainnya. Langkah-langkah pembelajaran modul terdiri dari lima komponen strategi penyampaian pembelajaran modul, yaitu kegiatan prapembelajaran, penyajian informasi, peran siswa, pengetesan, dan tindak lanjut (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 6).Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penyampaian prapembelajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mata pelajaran yang dimaksud. Kegiatan kedua adalah menjelaskan sasaran khusus pembelajaran dengan maksud agar siswa menyadari kemampuan apa yang mereka capai setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan ketiga adalah menjelaskan kemampuan apa yang diperlukan sebagai prasyarat belajar (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 6).Pada komponen penyajian informasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan tentang urutan materi pembelajaran, besarnya satuan pembelajaran, penyajian isi, dan memberikan contoh-contoh yang relevan. Penyajian isi dilakukan melalui individu maupun kelompok. Siswa bekerja memecahkan masalah yang telah dituangkan dalam modul, hasilnya dilaporkan secara tertulis, dan apabila terdapat masalah tidak terpecahkan akan diadakan diskusi kelas untuk memformulasikan cara bersama yang paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Pada komponen peran siswa, guru mengupayakan suatu iklim agar kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Interaksi siswa dengan modul yang digunakan merupakan aktivitas yang sengaja diciptakan untuk mewujudkan iklim kontruktivistik dalam pembelajaran. Kegiatan ini siswa sepenuhnya berlatih memecahkan masalah yang ada pada modul menggunakan kemampuan masing-masing dalam kelompok-kelompok kecil maupun individu. Hasil diskusi yang telah ditulis, selanjutnya diberikan balikan baik dalam diskusi kelas maupun diskusi dalam kelompok, artinya siswa diberitahu cara pemecahan yang benar, dan siswa melanjutkan menggunakan cara tersebut sehingga berhasil memecahkan masalah-masalah pada modul. Tinggi rendahnya kadar keaktifan siswa dalam memecahkan masalah melalui interaksinya dalam kelompok akan menentukan tujuan pembelajaran, artinya makin tinggi tingkat keaktifan siswa makin tinggi pencapaian sasaran belajar dan makin rendah tingkat keaktifan siswa makin rendah pula pencapaian sasaran pembelajaran (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 7).Pada komponen pengetesan, pada dasarnya guru dapat melakukan empat macam tes, yaitu tes tingkah laku masukan, pra tes, tes sambil jalan, dan pasca tes. Pasca tes adalah tes penggalan, yaitu tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah materi pembelajaran sesuai dengan sasaran pembelajaran. Pengetesan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan, baik yang ada pada modul, maupun yang khusus disiapkan untuk itu. Pada komponen tindak lanjut, guru menentukan apakah suatu pembelajaran perlu ditindaklanjuti dengan memberikan pengajaran remidial atau memberi pengayaan kepada siswa. Langkah ini dapat dilakukan setelah guru mengetahui tingkat pencapaian pembelajaran (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 7).Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran dengan modul diatas, maka secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan modul dalam penelitian ini adalah Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari siswa, kegunaan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi materi tersebut dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan tujuan/kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir kegiatan; Guru memberikan sedikit materi dan gambaran kepada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari; Siswa mempelajari materi dan mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada modul baik secara individual maupun kelompok kecil; Siswa melaporkan hasil pekerjaannya kepada guru secara individu; Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada masalah dalam mempelajari atau mengerjakan soal latihan pada modul untuk dibahas secara bersama-sama; Guru memberikan tes sebagai evaluasi kepada siswa dengan media modul; serta Guru dan siswa membuat kesimpulan.Mengembangkan modul memerlukan persiapan yang matang. Persiapan yang matang dimulai dengan mengetahui dan memahami aspek yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan modul yang efektif dalam mengkomunikasikan pesan (materi) yang ingin disampaikan. Medium modul dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, mulai dari menyediakan informasi dasar, sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi pembaca, bahan pelengkap dengan ilustrasi foto yang komunikatif, sampai kertas kerja. Pilihan terhadap pemanfaatan modul ini akan mempengaruhi materi dan cara penyampaian. Hal utama yang harus diperhatikan dalam modul adalah penyusunan harus berkesinambungan. Modul juga dipengaruhi oleh aspek format kemudahan yang didapatkan oleh pembaca. Banyak format yang dapat digunakan dalam penulisan modul dan tidak ada satu format baku yang harus digunakan. Format modul yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: judul, daftar isi, diagram topik, tujuan, pretest (tes kemampuan awal), pendahuluan, kaitan pelajaran lain, heading (isi materi), pemberian tugas, sign posting (simbol), ringkasan, glosary (definisi operasional), posttest (tes akhir pembelajaran), indeks (kata kunci) (Setiawan, 2007: 2.3). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, rumusan penelitian tentang modul sejalan dengan Nasution (2008: 204), modul dapat dirumuskan sebagai satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Modul merupakan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri, setelah siswa menyelesaikan satuan yang satu, dia melangkah maju dan mempelajari satuan berikutnya. Pengajaran yang menggunakan modul merupakan strategi tertentu untuk menyelenggarakan pengajaran individual secara agak menyeluruh.

4