skripsi · 2017-10-14 · skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ... dan seminar...

55
PRODUKSI RELATIF DAN PERSAINGAN TANAMAN JAGUNG PAKAN (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG DITANAM DENGAN SISTEM TUMPANGSARI SKRIPSI Oleh: EVA PERTIWY SALEMPANG I111 13 050 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: trannhan

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRODUKSI RELATIF DAN PERSAINGAN TANAMAN JAGUNG PAKAN

(Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG

DITANAM DENGAN SISTEM TUMPANGSARI

SKRIPSI

Oleh:

EVA PERTIWY SALEMPANG

I111 13 050

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

PRODUKSI RELATIF DAN PERSAINGAN TANAMAN JAGUNG PAKAN

(Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG

DITANAM DENGAN SISTEM TUMPANGSARI

SKRIPSI

Oleh :

EVA PERTIWY SALEMPANG

I111 13 050

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eva Pertiwy Salempang

NIM : I111 13 050

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

seperlunya.

Makassar, Juli 2017

Eva Pertiwy Salempang

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Produksi Relatif dan Persaingan Tanaman Jagung Pakan

(Zea mays L.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) yang

ditanam dengan Sistem Tumpangsari

Nama : Eva Pertiwy Salempang

NIM : I 111 13 050

Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Budiman Nohong, MP

NIP. 19581231 198603 1 026

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc

NIP. 19520923 197903 1 002

Dekan fakultas Peternakan

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc

NIP. 19641231 198903 1 025

Ketua Prodi Ilmu Peternakan

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc

NIP. 19640712 198911 2 002

Tanggal lulus :

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat RahmatNya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini saya

haturkan terimakasih yang setulus – tulusnya kepada kedua orang tua saya

Ayahanda Paulus Salempang dan Ibunda Yustin, saudaraku tercinta Emilya

Allo Kembong S.Pd dan Egawati Salempang, serta keluarga besar atas segala

Doa, cinta, kasih, perhatian, daya dan upaya serta pengorbanan moril dan materi,

dan telah menjadi inspirasi dalam hidup penulis hingga selalu termotivasi untuk

terus belajar hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Kalian adalah orang-orang di

balik kesuksesan penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang (S1). Terima

Kasih.

Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis

juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi tingginya kepada :

Dr. Ir.Budiman Nohong, MP sebagai pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir.

H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku pembimbing anggota atas bimbingan

dan segala curahan ilmu, arahan, semangat mulai perencanaan penelitian

hingga selesainya skripsi ini.

Dr. Sri Purwanti, M.Si, Dr. Hj. Jamila, S.Pt., M.Si, dan Dr. A. Mujnisa,

MP. selaku pembahas mulai dari seminar proposal hingga seminar hasil

penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan memberi saran

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dr. Hj. Jamila, S.Pt., M.Si, selaku penasehat akademik yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.

vi

Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin.

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi

Peternakan Universitas Hasanuddin.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.

Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama

menjalani kuliah hingga selesai.

KEMENRISTEK DIKTI yang telah memberikan beasiswa BIDIKMISI

Terimakasih kepada Kurniati teman seperjuangan sampai sekarang mulai

dari seminar usulan penelitian, penelitian, dan seminar hasil penelitian, teman

yang paling mengerti dan selalu ada saat penulis membutuhkan pertolongan.

Terima kasih buat kebersamaannya semoga selamanya.

Terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc. atas bantuannya dalam

penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tepat pada

waktunya.

Teman kelas B yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus Universitas

Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis mulai dari mahasiswa baru

hingga sekarang.

Teman-teman LARFA 13 (Large Family Farm 2013) dan HUMANIKA UH

(Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas

vii

Hasanuddin). Terima kasih atas kenangan yang berawal dari mahasiswa baru

hingga kita semua meraih gelar S.Pt, meskipun kebersamaan ini singkat tapi

kita mengawalinya bersama disini dan akan selamanya menjadi teman.

Kepada, Musdalipah, Mutmainna, dan Indah Sari Nur Utami terima

kasih sudah menjadi sahabat saya yang telah menemani, berbagi ilmu,

memberi semangat dan tempat berkeluh kesah. Suka dan duka telah kita

jalani bersama, semoga selamanya.

Kepada, Nirwana, Nursiang, Haryanti, dan Rafiah, terima kasih telah

banyak membantu dan menjadi teman yang baik selama proses perkuliahan.

Deril Alfian Kaligis S.Kom, M.T. terimakasih atas doa, saran, motivasi,

kebersamaan dan semangat yang diberikan.

Rekan-rekan Seperjuangan di lokasi KKN 93 Kecamatan Baraka, Kabupaten

Enrekang, terutama Posko Desa Parinding Eka Saranga, Fauziah Jufri,

Riswiana Ridwan, Afni Febrianti S.H, Erwin Suhendar S.T, Dickson,

serta Febrianto yang membantu saya menjalankan proker. Terimakasih atas

kerjasamanya dan pengalaman saat KKN.

Teman tim Praktek Kerja Lapangan Nirwana dan Nurlinda S.Pt terimakasih

atas bantuan dan kerja samanya selama PKL.

Terimakasih kepada Bapak Gembala Ezra Arung dan Ibu Gembala Yenni

Dalame dan Jemaat GBT IMANUEL SETIAREJO, atas dukungan Doa

dan Motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Terimakasih kepada Bapak Gembala Petrus Tangke Padang dan Ibu

Gembala dan Jemaat GBT SABA, atas dukungan Doa dan Motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

viii

Terimakasih kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu

persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesai

penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Saran

dan kritik yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan

kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Makassar, Juli 2017

Eva Pertiwy Salempang

ix

RINGKASAN

Eva Pertiwy Salempang (I111 13 050). Produksi Relatif dan Persaingan

Tanaman Jagung Pakan (Zea mays L.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)

yang ditanam dengan Sistem Tumpangsari. Dibawah bimbingan Budiman

Nohong (Pembimbing Utama) dan Syamsuddin Hasan (Pembimbing Anggota)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi relatif dan persaingan tanaman

jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari. Perlakuan

terdiri dari P1 Jagung tanam tunggal (6 jagung : 0 kacang tanah), P2 Tumpangsari

jagung dan kacang tanah (4 jagung : 2 kacang tanah), P3 Tumpangsari jagung dan

kacang tanah (3 Jagung : 3 kacang tanah), P4 Tumpangsari jagung dan kacang

tanah (2 jagung : 4 kacang tanah), P5 Kacang tanah tanam tunggal ( 0 jagung : 6

kacang tanah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tumpangsari jagung

dan kacang tanah pada perlakuan P3 dan P4 tidak terjadi persaingan, yang

ditunjukkan oleh hasil relatif total (RYT), land equivalent ratio (LER), dan

relative crowding coefficient (RCC), nilainya lebih besar dari 1 (>1). Jagung lebih

dominan pada perlakuan P3 dan kacang tanah lebih dominan pada perlakuan P4

yang ditunjukkan oleh rasio kompetitif (CR) nialinya lebih besar dari satu (>1)

dan tanda positif (+) pada nilai indeks agresivitas (AI). Disimpulkan bahwa sistem

tumpangsari jagung dan kacang tanah pada perlakuan P3 dan P4, menghasilkan

produksi relatif menguntungkan dan tidak terjadi persaingan, yang ditunjukkan

oleh hasil relatif total (RYT), land equivalent ratio (LER), dan relative crowding

coefficient (RCC) yaitu nilainya lebih besar dari 1 (>1).

Kata kunci: Jagung, Kacang Tanah, Produksi Relatif, Persaingan, Tumpangsari

x

ABSTRACT

Eva Pertiwy Salempang (I111 13 050). Production and Competition Relative

Forage Corns (Zea mays L.) And Peanut (Arachis hypogeae L.) were planted with

Intercropping System. Under the guidance of Budiman Nohong (Main

Supervisor) and Syamsuddin Hasan (Member Advisor)

This study aims to determine the relative production and competition of corn and

peanut crops grown by intercropping system. The treatment consisted of P1 Single

corn (6 corns: 0 peanuts), P2 Intercropping of corns and peanuts (4 corns: 2

peanuts), P3 Intercropping of corns and peanuts (3 corns: 3 peanuts), P4

Intercropping of corns and peanuts (2 corns: 4 peanuts), P5 single peanut crop (0

corn: 6 peanuts). The results showed that the cropping system of corns and

peanuts on the treatment P3 and P4 are not in competition, which is indicated by

the relative yield total (RYT), land equivalent ratio (LER), and the relative crowdi

ng coefficient (RCC), its value is greater than 1 ( > 1). Corn is more dominant in

the treatment of P3 and peanuts are more dominant in the P4 treatment shown by

the competitive ratio (CR) the value is greater than one (> 1) and positive sign (+)

on the value of the aggressiveness index (AI). It was concluded that the system of

intercropping of corns and peanuts in treatment P3 and P4, resulting in the

production of relatively favorable and there is competition, which is indicated by

the relative yield total (RYT), land equivalent ratio (LER), and the relative

crowding coefficient (RCC) that is worth larger than 1 (> 1).

Keywords: Corns, Peanut, Relative Production, Competition, Intercropping

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

RINGKASAN ............................................................................................ ix

ABSTRACT ............................................................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

PENDAHULUAN

Latar Belakang .............................................................................. 1

Rumusan Masalah .......................................................................... 2

Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Jagung (Zea mays L)......................................... 4

Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) ............... 6

Sistem Tumpangsari ....................................................................... 7

Produksi Relatif dan Persaingan Pada Sistem Tumpangsari ......... 8

Pemanfaatan Jagung dan Kacang Tanah sebagai Pakan Ternak

Ruminansia ..................................................................................... 10

Hipotesis ......................................................................................... 11

xii

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ......................................................................... 12

Materi Penelitian ............................................................................ 12

Prosedur Penelitian ........................................................................ 12

Parameter Yang Diukur.................................................................. 14

Analisis Data .................................................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Relatif Total (RYT) .............................................................. 19

Land Equivalent Ratio (LER) ........................................................ 21

Rasio Competitif (CR) ................................................................... 21

Relatif Crowding Coefficient (RCC) .............................................. 22

Indeks Agresivitas (AI) .................................................................. 22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .................................................................................... 24

Saran ............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25

LAMPIRAN ............................................................................................. 28

DOKUMENTASI ...................................................................................... 37

RIWAYAT HIDUP

xiii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Hasil Relatif Total (RYT) dan Nilai Land Equivalent Ratio (LER) ... 19

2. Nilai Ratio Competitif (CR), Ratio Coefisient Competitif (RCC) dan

Indeks Agresivitas (AI) ....................................................................... 21

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Denah Penanaman Jagung dan Kacang Tanah ...................................... 13

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Produksi Segar, Produksi Kadar Bahan Kering, Produksi Bahan Kering

Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) ........ 28

2. Perhitungan Nilai Total Relatif Yield (RYT) Tumpangsari Jagung dan

Kacang Tanah ....................................................................................... 29

3. Perhitungan Land Equivalent Ratio (LER) Tumpangsari Jagung dan

Kacang Tanah ........................................................................................ 30

4. Perhitungan Coeficient Relatif (CR) Tumpangsari Jagung dan Kacang

Tanah ................................................................................................... 31

5. Perhitungan Ratio Coefisient Competitif (RCC) Tumpangsari Jagung

dan Kacang Tanah ................................................................................. 33

6. Perhitungan Indeks Agresivitas (AI) Tumpangsari Jagung dan Kacang

Tanah ..................................................................................................... 35

7. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 37

1

PENDAHULAUN

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang memiliki

peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk

dikembangkan. Jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah

beras, disamping itu jagung juga berperan sebagai pakan ternak unggas dan ikan.

Disamping bijinya, biomassa hijauan serta tongkol jagung juga diperlukan dalam

pengembangan ternak ruminansia. Hampir dari keseluruhan dari bagian tanaman

jagung dapat dimanfaatkan.

Tanaman jagung umumnya ditanam secara monokultur, namun tanaman

yang ditanam secara monokultur hanya menghasilkan tanaman dalam jumlah yang

terbatas. Usaha peternakan ruminansia di Indonesia pada saat ini masih

mengalami kendala terutama dalam hal penyediaan pakan hijauan, karena

semakin terbatasnya lahan pertanian untuk penanaman hijauan pakan ternak,

maka dalam upaya untuk mengoptimalkan lahan yang ada dapat

ditumpangsarikan dengan kacang tanah. Warsana (2009) menyatakan, sistem

tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua atau

lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif

sama atau berbeda dengan penanaman berselang‐seling dan jarak tanam teratur

pada sebidang tanah yang sama.

Tanaman kacang tanah merupakan tanaman C3 yang dapat tumbuh baik

pada intensitas cahaya yang sedang, cukup toleran terhadap naungan, dan pada

akarnya terdapat bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. untuk

memfiksasi N bebas dari udara. Unsur N hasil fiksasi dimanfaatkan bakteri dan

2

tanaman inangnya untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah, dan sebagian

dirembeskan ke bagian medium perakaran yang dapat dimanfaatkan tanaman lain

dalam hal ini jagung yang berada disekitarnya. Jagung dalam pertumbuhannya

memerlukan nitrogen dalam jumlah besar sehingga dengan ditanam tumpangsari

dengan kacang tanah maka dapat memenuhi kebutuhan nitrogen tanaman jagung.

Masalah utama dalam model tumpangsari ialah timbulnya persaingan

diantara dua atau lebih spesies yang ditanam. Persaingan dapat mencakup air,

hara, cahaya, dan ruang. Sebagai dampak persaingan, baik tanaman utama

maupun tanaman sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil, dibanding

pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut (Nugroho,

1990). Untuk itu perlu mengetahui produksi relatif dan persaingan tanaman

jagung (Zea mays L.) dan kacang tanah (Arachis hypogeae L.) yang ditanam

dengan sistem tumpang sari.

Rumusan Masalah

Pola sistem tumpangsari mengakibatkan terjadinya persaingan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk itu tanaman yang ditumpangsarikan

dipilih dari tanaman yang mempunyai akar dalam dan tanaman yang berakar

dangkal. Hal ini untuk menghindari persaingan penyerapan hara dari dalam tanah

untuk memperoleh produksi relatif. Jagung dan kacang tanah memungkinkan

untuk ditanam secara tumpangsari karena kacang tanah termasuk tanaman C3, dan

jagung tergolong tanaman C4 sehingga sangat serasi. Jagung merupakan tanaman

tipe C4 yang memerlukan intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan kacang tanah

walaupun laju fotosintesis lebih rendah tetapi sebagai tanaman tipe C3, relatif

tahan terhadap naungan.

3

Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi relatif dan persaingan

tanaman jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari.

Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi kepada

masyarakat khususnya petani/peternak mengenai produksi relatif dan persaingan

sistem tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) mepunyai klasifikasi menurut (Muhadjir,

1988) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan.

Jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, disamping itu

jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan, industri pakan, dan

bahan bakar (Siregar, 2009).

Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari sub

famili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan

tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari

Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar didaerah pertanaman jagung.

Jagung merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan

terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4

yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan

5

hasil. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun

mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi

rendah, efisiensi dalam penggunaan air (Muhadjir, 1988).

Syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah

ketersediaan unsur hara yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah

nitrogen. Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu

dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya

yang rendah. Oleh sebab itu diharapkan pada sistem tanam tumpangsari jagung

dan kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan

hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya

tumpangsari menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan rembesan N

yang berasal dari tanaman kacang tanah (Myrna, 2003).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah subur,

gembur, banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya baik. Jagung

dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengolahan

yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk

pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung

dengan hasil yang baik bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga

aerase dan ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi baik.

Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar

antara 5,6 – 7,5 (Rochani, 2007).

Limbah dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,

baik itu jerami jagung, maupun tongkol jagung yang dapat diolah menjadi pakan

awet dengan cara fermentasi, silase, dan hay. Menurut Hartadi dkk., (1997) bahwa

6

tanaman jagung dapat menggantikan rumput potong pada masa istirahat sesudah

defoliasi sehingga kontinuitas pakan terjaga. Komposisi kimia hijauan jagung

untuk pakan berturut-turut TDN 58%, PK 8,8%, Ca 0,28%, dan P 0,14%.

Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)

Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (taksonomi)

tumbuhan menurut Fachruddin( 2000) diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogeal L.

Dikalangan pertanian tanaman pangan, dikenal Arachis hypogeae L.

(kacang tanah), tanaman semusimyang diambil polongnya untuk bahan pangan.

Dikalangan peternakan kini dikenal Arachis berumur panjang (perenial) yang

merupakan pakan bagi ternak ruminansia seperti kambing, domba, dan sapi.

Arachis merupakan sumber protein kasar yang cukup baik bagi ternak. Menurut

Saun (1991), ternak sapi dapat diberikan limbah dari tanaman legum (kacang-

kacangan) antara 30–50% dari pakan yang diberikan. Karena jika diberikan

dengan komposisi lebih dari itu, ternak akan kelebihan Ca (Kalsium) dan

kekurangan zat – zat yang lain. Oleh karena itu sebaiknya dikombinasikan dengan

limbah jagung.

7

Hasil analisis proksimat menunjukkan, jerami kacang tanah mengandung

9,40% protein kasar. Seperti limbah tanaman lainnya, jerami kacang tanah juga

mengandung serat yang cukup tinggi yaitu 26,88%, dengan demikian lebih cocok

digunakan untuk ternak ruminansia. (Prasetyo dkk., 2004).

Sistem Tumpangsari

Sistem tumpangsari menurut Thahir dan Hadmadi (1985) adalah

merupakan cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sehingga dapat

memberikan produktivitas yang tinggi per satuan luas per satuan waktu. Dalam

sistem tumpangsari, selain terjadi kerjasama antar tanaman yang saling

menguntungkan, juga terjadi persaingan atau saling merugikan antara tanaman

yang ditumpangsarikan. Penerapan sistem tumpangsari agar berhasil dengan baik

maka perlu diperhatikan kombinasi tanamannya dan persaingan terhadap

kebutuhan unsur hara, air dan cahaya matahari (Moenandir, 1993).

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam

barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada

dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang

tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.

Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan

beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan

air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit (Warsana, 2009).

Sistem pertanaman tumpangsari memiliki kekurangan yaitu terjadi

kompetisi antara tanaman dalam pengambilan unsur hara dalam tanah sehingga

pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. Dampak negatif dari pengaruh

8

kompetisi dapat dikurangi dengan cara menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

tanaman utama dan tanaman sela (Balitkabi, 2009).

Pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki

pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari

menurut (Warsana, 2009) antara lain :

1. Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun

penyerapan sinar matahari).

2. Populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

3. Dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas.

4. Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman

yang diusahakan gagal.

5. Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis

sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan

kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.

Produksi Relatif dan Persaingan Pada Sistem Tumpangsari

Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat

kecocokan dalam hal memilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.

Tanaman jagung dan kacang-kacangan adalah tanaman yang sesuai untuk

diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua jenis tanaman

tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil

persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut. Tumpangsari jagung dapat

dilakukan dengan tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang

hijau, dan famili leguminase lainnya. Tanaman leguminosae memiliki bintil akar

yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari

9

udara, sehingga N dapat diserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan

rembesan N oleh tanaman kacangan seperti kacang tanah dapat digunakan

tanaman pokok seperti jagung (Warsana, 2009).

Tanaman memerlukan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhannya.

Faktor tumbuh yang tersedia pada lingkungan tanaman sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman bersangkutan. Tanaman-tanaman yang berada dalam satu

komunitas akan berkompetisi memperebutkan faktor tumbuh (ruang, air, unsur

hara, dan cahaya matahari) yang tersedia (Harjadi, 1979). Produksi senyawa

organik melalui proses fotosintesis tergantung pada tersedianya hara mineral, air

yang cukup, suhu serta cahaya matahari (Jumin, 1991).

Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum

menggunakan estimasi dua kali defoliasi, menunjukkan pertanaman tumpangsari

antara legum dan rumput secara konsisten mampu memberikan peningkatan

produksi hijauan dan tidak terdapat pengaruh negatif/persaingan. Ditambahkan

hasil penelitian Maskyadji (2007) tentang pertanaman jagung dan legum dengan

perlakuan baris menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung tumbuh normal dan

laju pertumbuhan lebih cepat dibanding legum, sehingga menjadi kompetitor yang

lebih kuat terutama dalam pemanfaatan cahaya matahari.

Pada sistem tumpangsari akan terjadi interaksi antar tanaman komponen

tumpangsari, sebagai reaksi tanaman terhadap lingkungan yang berubah karena

kehadiran tanaman lainnya. Kompetisi antara dua tanaman akan terjadi apabila

tanaman tersebut tumbuh berdekatan sedangkan unsur-unsur utama yang

dibutuhkan tersedia dalam jumlah terbatas (Midmore, 1993).

10

Kompetisi terhadap faktor tumbuh yang jumlahnya terbatas pada sistem

tumpangsari dapat diperkecil dengan pemilihan jenis tanaman, pengaturan jarak

tanam, waktu tanam, populasi tanaman, dan perhatian terhadap tinggi serta umur

tanaman yang ditumpangsarikan (Midmore, 1993).

Pola sistem tumpangsari mengakibatkan terjadi kompetisi. Kompetisi

dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi

bagaimana sistem tumpangsari dapat meminimalkan kompetisi diantara tanaman

atau dapat saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi serta

meningkatkan produktivitas persatuan luas lahan (Suwarto dkk., 2005).

Tanaman yang ditumpamgsarikan dipilih dari tanaman yang mempunyai

akar dalam dan tanaman yang berakal dangkal. Hal ini untuk menghindari

persaingan penyerapan hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk antara

tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya

matahari akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Supriyatman,

2011).

Pemanfaatan Jagung dan Kacang Tanah sebagai Pakan Ternak Ruminansia

Besarnya produksi tanaman pangan memberikan implikasi terhadap

meningkatnya jumlah limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak ruminansia. Salah satu limbah yang potensial dimanfaatkan sebagai pakan

ternak adalah limbah jagung yaitu jerami jagung. Jerami jagung merupakan sisa

dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang

yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik dalam bentuk segar maupun

kering. Pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai pakan ternak ruminansia

seperti sapi, kerbau, kambing dan domba (Jamarun, 1991).

11

Pengolahan limbah jagung merupakan hal yang diperlukan agar

kontinuitas pakan terus terjamin. Walaupun sebagian besar limbah tersebut

diberikan kepada ternak dengan cara menggembalakan ternak langsung di areal

penanaman setelah jagung dipanen, namun sebagian limbah tersebut diproses atau

disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami jagung kering) atau diawetkan

dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (McCutcheon dan Samples, 2002).

Kandungan nutrien jerami jagung (daun) adalah protein kasar 9%, serat

kasar 30,53%, lemak kasar 2,04% dan abu 8,42% . Kulit jagung mempunyai nilai

kecernaan bahan kering invitro yang tertinggi 68% sedangkan batang jagung

merupakan bahan yang paling sukar dicerna di dalam rumen 51% (Mccutcheon

dan Samples, 2002).

Jerami kacang tanah merupakan sisa pertanian yang banyak dijumpai di

indonesia. Sehingga dimusim panen keberadaannya sangat melimpah dan mudah

didapat. Jerami kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia

seperti kambing, domba, dan sapi. Kacang tanah merupakan sumber protein kasar

yang cukup baik bagi ternak. Ternak sapi dapat diberikan limbah dari tanaman

legum (kacang – kacangan) antara 30–50% dari pakan yang diberikan. Karena

jika diberikan dengan komposisi lebih dari itu, ternak akan kelebihan Ca

(kalsium) dan kekurangan zat – zat yang lain. Oleh karena itu sebaiknya

dikombinasikan dengan limbah jagung (Saun, 1991).

Hipotesis

Diduga bahwa tanaman jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan

sistem tumpangsari tidak terjadi persaingan dan menghasilkan produksi relatif

yang menguntungkan.

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2017 di Lahan

Pastura, dan Laboratorium Kimia Pakan, Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, ember,

gayung, meteran, timbangan duduk, timbangan analitik, oven, dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jagung, bibit

kacang tanah, air, dan pupuk.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan, adapun perlakuannya

sebagai berikut:

P1 : Jagung tanam tunggal ( 6 jagung : 0 kacang tanah)

P2 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ( 4 jagung : 2 kacang tanah)

P3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ( 3 Jagung : 3 kacang tanah)

P4 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ( 2 jagung : 4 kacang tanah)

P5 : Kacang tanah tanam tunggal ( 0 jagung : 6 kacang tanah)

Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Lahan Penelitian

Rumput – rumput liar di dalam dan sekitar areal penelitian dibersihkan.

Tanah dicangkul dengan kedalaman ± 10 cm hingga tanah tersebut menjadi

gembur dan memberikan pupuk kandang sebagai nutrisi tanah agar lahan

13

memiliki tingkat kesuburan yang baik. Membuat plot dengan ukuran 80 x 120 cm.

Jarak antar plot masing – masing 25 cm.

b. Penanaman Jagung dan Kacang tanah

Melakukan pemilihan bibit yang akan ditanam. Bibit yang digunakan yaitu

untuk bibit jagung menggunakan bibit jagung varietas BSI-2 sedangkan untuk

bibit kacang tanah dipilih varietas kelinci yang umum digunakan oleh petani yang

banyak diperoleh dipasar tradisional. Jarak tanam 40 x 40 cm dengan jumlah 3

bibit perlubang. Denah sistem penanaman jagung dan kacang tanah dapat dilihat

pada gambar 1.

40 cm

25cm

Keterangan:

750 cm J : Jagung 40cm

25 cm K: Kacang Tanah

460 cm

Keterangan : J : Jagung

K : Kacang Tanah

Gambar 1. Denah Penanaman Jagung dan Kacang Tanah

J J J J K J J K J

K K K J K J J K J

J J J K J K K K K

J J J K J K K K K

J K J J J J J J J

J K J J J J K K K

K J K K K K K J K

K J K K K K K J K

J J J J J J K K K

J J J K K K K K K

14

c. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan sebaik mungkin, untuk

mendapatkan populasi tanaman yang dibutuhkan maka dilakukan penjarangan

tanaman dengan cara mencabut sebagian tanaman yang tidak diperlukan,

melakukan penyiraman secara rutin apabila musim kemarau, dan plot yang

ditumbuhi gulma dibersihkan agar tidak menghambat serta menggangu

pertumbuhan tanaman jagung dan kacang tanah setelah tanam.

d. Masa Panen

Masa panen dilakukan setelah tanaman berumur ±90 hari (3 bulan).

Parameter yang diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah produksi relatif dan

persaingan jagung dan kacang tanah. Untuk mengetahui produksi relatif dan

persaingan jagung dan kacang tanah maka dilakukan pengukuran sebagai berikut:

1. Produksi Segar

Pada saat panen, semua tanaman dipanen dari ujung pangkal bawa ± 3 cm

diatas permukaan tanah sampai ujung pangkal atas tanaman, dengan

menggunakan sabit, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segarnya.

2. Produksi Bahan Kering

Cacah sampel produksi segar kemudian dikeringkan dengan oven pada

suhu 105O

C selama 2 hari dan kemudian ditimbang untuk menentukan bahan

kering. Adapun rumus untuk produksi bahan kering yaitu :

Produksi relatif dan persaingan jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan

sistem tumpangsari dihitung menggunakan indeks kompetisi yaitu indeks relatief

Produksi bahan kering = Produksi berat segar x kadar bahan kering

15

yield total (RYT), land equivalent ratio (LER), rasio kompetitif (CR), relatief

crowding coefficient (RCC), dan indeks agresivitas (AI). Indeks kompetisi telah

banyak digunakan untuk menentukan besarnya tingkat kompetensi antara spesies

yang ditanam dengan sistem tumpang sari.

a. Relatief Yield Total (RYT)

Relatief yield total (RYT) dihitung menggunakan rumus menurut Wiley

(1979) sebagai berikut:

Keterangan : DMYJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

DMYKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam

Tunggal

DMYJi = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara

tumpang sari dengan kacang tanah

DMYKi = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam

dengan cara tumpang sari dengan jagung

Jika nilai RYT lebih besar dari satu (>1) menunjukkan bahwa spesies

membutuhkan sumber daya yang berbeda atau menghindari persaingan sedangkan

nilai RYT kurang dari satu (<1) berarti saling antagonis dan jika nila RYT sama

dengan satu menunjukkan bahwa komponen spesies berbagi sama terhadap

sumber daya yang terbatas (Harper, 1977).

b. Land Equivalent Ratio (LER)/Nisbah kesetaraan lahan (NKL)

Nisbah Kesetaraan Lahan (LER= Land Equivalent Ratio) merupakan

metode untuk mengetahui produksi hijauan yang ditanam secara tumpangsari.

RYJagung = DMYJj/DMYJi

RYKacang Tanah = DMYKk/DMYKi

RYT = RYJagung + RYKacang Tanah

16

Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) merupakan perbandingan jumlah nisbah

tanaman yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman secara tunggal pada

pengelolaan yang sama (Paulus, 2005). Jika Land Equivalent Ratio (LER) lebih

besar dari satu (>1), tumpang sari cenderung menguntungkan dan berproduksi.

Sebaliknya, bila Land Equivalent Ratio (LER) kurang dari satu (<1) maka

tumpang sari berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman yang

ditanam dalam campuran (Ofori dan Stern 1987).

LER dihitung menggunkan rumus menurut Wiley dan Osiru (1972)

sebagai berikut :

Dimana :

YJK = hasil tumpangsari tanaman jagung dengan tanaman kacang tanah

YKJ = hasil tumpangsari tanaman kacang tanah dengan tanaman jagung

YJJ = Hasil tanaman jagung yang ditanam tunggal

YKK = Hasil tanaman kacang tanah yang ditanam tunggal

c. Rasio Kompetitif (CR)

Rasio persaingan jagung dan kacang tanah dalam campuran dihitung

dengan rumus yang diusulkan oleh Wiley dan Rao (1980) sebagai berikut :

Dimana : ZJp dan ZKp adalah proporsi jagung dan kacang tanah

LER = (YJK/YJJ) + (YKJ/YKK)

CR Jagung = (LER Jagung/ LER Kacang Tanah) (ZJp/ZKp)

CR K.Tanah = (LER Kacang Tanah/ LER Jagung) (ZKp/ZJp)

17

d. Koefisien kesesakan relatief (RCC)

Koefisien kesesakan relatief (coefficient of crowding relatief = RCC)

adalah ukuran dominasi relatif dari satu spesies dibanding dengan spesies lain

dalam campuran. Menurut Willey dan Rao (1980), dihitung dengan rumus :

K jagung = YJi x ZKp / [ (YJj – YJi) x ZJp]

K kacang tanah = YKi x ZJp / [ (YKk – YKi) x ZKp]

Dimana : ZJp dan ZKp adalah proporsi jagung dan kacang tanah dalam campuran

Komponen tanaman yang memiliki koefisien lebih tinggi dikatakan lebih

dominan. Apabila nilai koefisien jenis tanaman berada kurang dari satu (<1) maka

hasil tanaman tersebut kurang, apabila nilai koefisien sama dengan satu (=1) maka

hasilnya sama, sedangkan apabila nilai koefisien lebih besar dari satu (>1) maka

hasilnya lebih dari pada yang diharapkan (Willey dan Rao, 1980).

e. Indeks Agresivitas (AI)

Indeks agresivitas (aggressivity indices = AI) merupakan ukuran hubungan

kompetisi antara dua tanaman dalam pertanaman campuran (Willey,1979). Hal ini

dibahas oleh Dhima et al., (2007) sebagai berikut :

Nilai indeks agresivitas untuk nol menunjukkan bahwa komponen

tanaman sama – sama kompetitif. Apabila tanaman mempunyai nilai yang sama

RCC atau K = K Jagung x K Kacang Tanah

AI jagung = (YJi/YJj x ZJp) – (YKi/YKk x ZKp)

AI kacang Tanah = (YKi/YKk x ZKp) – (YJi/YJj x ZJp)

18

maka tanda tanda positif (+) menunjukkan spesies kuat, sedangkan yang bertanda

negatif (-) adalah spesies lemah.

Analisis Data

Produksi relatif dan persaingan jagung dan kacang tanah yang ditanam

dengan sistem tumpangsari dihitung menggunakan hasil relaif total (RYT)

dihitung dengan menggunakn rumus menurut Willey (1979), land equivalent

relatif (LER) dihitung dengan menggunakn rumus menurut Willey dam Osiru

(1972), rasio kompetitif (CR) dihitung dengan menggunakn rumus menurut

Willey et al., (1980), koefisien kesesakan relatif (RCC) dihitung dengan

menggunakn rumus menurut Willey dan Rao (1980), dan indeks agresivitas (AI)

dihitung dengan menggunakn rumus menurut Willey (1979).

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Relatif Total (RYT)

Hasil relatif total (RYT), jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan

sistem tumpangsari disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Relatif Total (RYT), dan Nilai Land Equivalent Ratio (LER)

Perlakuan BK (gr) RYT LER LER

J K

J K Total

P1 318,83 - - - - -

P2 182 96,85 4,88 0,57 0,32 0,89

P3 197,97 124,88 4,04 0,62 0,41 1,03

P4 205,66 188,47 3,16 0,65 0,62 1,27

P5 - 302,87 - - - -

Keterangan : J = Jagung, K= Kacang Tanah

P1 : Jagung tanam tunggal ( 6 jagung : 0 kacang tanah)

P2 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ( 4 jagung : 2 kacang tanah)

P3 : Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah (3 Jagung : 3 Kacang Tanah)

P4 : Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah ( 2 Jagung : 4 Kacang Tanah)

P5 : Kacang tanah tanam tunggal ( 0 jagung : 6 kacang tanah)

Hasil relatif total (RYT) pada perlakuan P2, P3, dan P4 nilainya lebih

besar dari 1 (>1). Menurut Silvertown dan Lovett Doust (1993) bahwa apabila

nilai RYT = 1,0 maka terjadi persaingan antara spesies untuk mendapatkan

sumber daya yang sama, jika nilai RYT lebih besar dari satu (>1) maka ada

spesies tanaman yang menghindari persaingan yang terjadi, dan jika nilai RYT

kurang dari 1 (<1) maka ada saling antagonisme antara spesies tanaman. Hal ini

menunjukkan bahwa tanaman jagung dan kacang tanah yang ditanam bersama

dalam satu plot mengalami peningkatan produksi bahan kering. Peningkatan

tersebut disebabkan karena terdapat kecocokan antara tanaman jagung dan kacang

tanah. Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat

kecocokan dalam hal memilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.

20

Tanaman jagung dan kacang-kacangan adalah tanaman yang sesuai untuk

diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua tanaman

tersebut berbeda jenis, dimana jagung merupakan tanaman C4 yang membutuhkan

cahaya matahari dan kacang tanah merupakan tanaman C3 yang tahan naungan.

Menurut Muhadjir, (1988) Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi

baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Salah satu sifat tanaman

jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih

tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efisiensi dalam

penggunaan air. Ditambahkan oleh Warsana (2009), tumpangsari jagung dapat

dilakukan dengan tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang

hijau, dan famili leguminosae lainnya. Tanaman leguminosae memiliki bintil akar

yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari

udara, sehingga N dapat diserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan

rembesan N oleh tanaman kacangan seperti kacang tanah dapat digunakan

tanaman pokok seperti jagung.

Land Equivalent Ratio (LER)

Land Equivalent Ratio (LER) merupakan metode untuk mengetahui

produksi hijauan yang ditanam secara tumpangsari. Hasil nilai land equivalent

ratio (LER), jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari

disajikan pada Tabel 1. Total nilai LER pada sistem tumpangsari jagung dan

kacang tanah pada perlakuan P2 kurang dari satu (<1) yaitu 0,89. Karena nilai

LER kurang dari satu (<1) maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman. Sedangkan pada perlakuan P3 dan P4 lebih besar dari satu

(>1) yaitu 1,03 dan 1,27. Hal ini menunjukkan bahwa tumpangsari cenderung

21

menguntungkan dan berproduksi. Menurut Ofori dan Stern (1987), jika nilai LER

lebih besar dari satu (>1), cenderung menguntungkan dan berproduksi. Sebaliknya

bila LER kurang dari satu (<1) maka akan berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman yang ditanam dalam campuran. Tumpangsari

jagung dan kacang tanah pada penelitian ini kurang menguntungkan pada

perlakuan P2 jika kombinasi jagung dan kacang tanah 4:2 sedangkan pada

perlakuan P3 dan P4 kombinasi jagung dan kacang tanah (3:3) dan (2:4) lebih

menguntungkan.

Rasio Competitif (CR)

Hasil rasio competitif (CR) jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan

sistem tumpangsari dari penelitian ini disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Rasio Competitif (CR), Rasio coefisient competitif (RCC), dan

Indeks Agresifitas (AI)

Perlakuan

Sistem

Tumpangsari CR RCC= K RCC AI J K J K

J K P1 6 J : 0 K - -

- - - - - P2 4 J : 2 K 3,56 0,28

0,67 0,94 0,629 +1,64 -1,64 P3 3 J : 3 K 1,51 0,66

1,64 0,70 1,148 +0,63 -0,63 P4 2 J : 4 K 0,52 1,90

3,63 0,82 2,976 -1,20 +1,20 P5 0 J : 6 K - -

- - - - - Keterangan : J : Jagung, K : Kacang Tanah

Pengaruh perlakuan terhadap rasio kompetisi (CR) jagung dan kacang

tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai kompetisi dari yang tertinggi ke terendah

yaitu P2, P4, dan P3, dengan nilai rasio kompetitif (CR) jagung dan kacang tanah

masing – masing P2 (3,56:0,28), P4 (0,52:1,90), dan P3 (1,51:0,66). Hal ini berarti

bahwa perlakuan yang berbeda pada sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah

menunjukkan hasil yang berbeda pula dimana apabila nilai rasio kompetisi tinggi

artinya meningkatkan pertumbuhan dan sebaliknya apabila nilai rasio kompetisi

22

rendah artinya menekan pertumbuhan. Menurut Ariel et al.,(2013) bahwa semakin

padat kompetisi tanaman dalam tumpngsari maka semakin tinggi kompetisi.

Relative Crowding Coefficient (RCC)

Relative crowding coefficient (RCC) memegang peran penting dalam

menentukan pengaruh dari persaingan dan keuntungan dari tumpangsari. Nilai

Relative crowding coefficient (RCC) jagung dan kacang tanah yang ditanam

dengan sistem tumpangsari dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai RCC pada perlakuan

P2 pada tanaman jagung lebih kecil dari satu (<1) hal ini menunjukkan bahwa

kombinasi jagung dan kacang tanah (4:2) memiliki kelemahan atau tidak

menguntungkan. Kombinasi jagung dan kacang tanah 2:4 (P4) dan kombinasi 3:3

(P3) lebih menguntungkan. Sistem pertanaman tumpangsari jagung dan kacang

tanah pada perlakuan P3 dan P4 jagung lebih dominan (pada tabel 2. Nilai

RCC=K) karena lebih memnfaatkan sumber daya secara maksimal dengan kacang

tanah dan sebaliknya pada perlakuan P2 tanaman jagung dan kacang tanah tidak

memamfaatkan sumber daya secara maksimal. Menurut Willey (1979), bahwa

dalam sistem penanaman, setiap tanaman memiliki nilai RCC sendiri. Komponen

tanaman yang mempunyai nilai RCC lebih tinggi adalah lebih dominan. Untuk

menentukan apakah ada keuntungan hasil dari sistem penanaman, maka nilai

koefisien kedua komponen tan aman harus didapatkan.

Indeks Agresivitas (AI)

Indeks agresivitas (AI) digunakan menentukan ukuran hubungan

kompetisi di dalam sistem pertanaman campuran (Willey, 1979). Indeks

agresivitas (AI) tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah pada perlakuan

yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan P2 dan P3 pada tanaman jagung

23

mempunyai tanda positif (+), sedangkan pada tanaman jagung mempunyai tanda

negatif (-) dan pada perlakuan P4 pada tanaman jagung mempunyai tanda negatif

(-) sedangkan pada tanaman kacang tanah mempunyai tanda positif (+). Tanda

postif (+) pada tanaman menunjukkan bahwa tanaman dominan sementara tanda

negatif (-) menunjukkan bahwa tanaman didominasi (lemah). Menurut Dhima et

al., (2007), bahwa nilai indeks agresivitas untuk nol menunjukkan bahwa

komponen tanaman sama-sama kompetitif. Apabila tanaman mempunyai nilai

numerik yang sama maka tanda positif (+) menunjukkan spesies yang dominan

(kuat), sedangkan yang bertanda negatif (-) adalah spesies yang didominasi

(lemah). Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan P2 dan P3 tanaman jagung

lebih dominan dibanding dengan tanaman kacang tanah, sedangkan pada

perlakuan P4 tanaman kacang tanah lebih dominan dibanding tanaman jagung.

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa

sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah pada perlakuan P3 dan P4,

menghasilkan produksi relatif menguntungkan dan tidak terjadi persaingan, yang

ditunjukkan oleh hasil relatif total (RYT), land equivalent ratio (LER), dan

relative crowding coefficient (RCC) yaitu nilainya lebih besar dari 1 (>1).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hasil yang

lebih maksimal pada sistem pertanaman tumpangsari.

25

DAFTAR PUSTAKA

Ariel C.O, O.A Eduardo, G.E. Benito and G.Lidia. 2013. Effects of Two Plant

Arrangements in corn (Zea Mays L.) and Soyben (Glycine max L.

Merril) Intercropping on Soil Nitrogen and Phosphorous Status and

Growth of Component Crops at an Argentina Argiudoll. American

Journal of Agriculture and Forestry 1 (2) : 22 – 31.

Balitkabi. 2009. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian.

Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-Umbian. Malang.

Dhima, K.V, AS Lithourgidis, I.B. Vasilakoglou and C.A. Dordas. 2007.

Competition indices of common vetch and cereal intercrops in two

seeding ratio. Field Crops Res. 100 : 249-256.

Fachruddin. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Jakarta.

Harper, J.L. 1977. Population Biology of Plants. Academic Press, London.

Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan

Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Ibrahim, T. M. 2010. Seleksi tanaman pakan ternak unggul

mendukung pengembangan kambing boerka di ekosistem kebun jeruk.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian

Teknologi PertanianSumatera Utara, Medan.

Jamarun, N., 1991. Penyediaan Pemanfatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian

Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Universitas

Andalas, Padang.

Jumin, B. 1991. Dasar dasar agronomi. CV. Rajawali Jakarta. 140 hal.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik tanaman jagung. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Bogor.

Midmore, D.J. 1993. Agronomic Modification of Resource Use and Intercrop

Productivity. Field Crop Research 34 (1993) : 357-380.

Moenandir, H.J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma PT. Raja

Grafindo Persana, Jakarta.

26

Mccutcheon, J. and D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues. Extension Fact

Sheet Ohio State University Extension. US. ANR10-02.

Myrna, N.E.F. 2003. Hasil Tanaman Jagung pada berbagai dosis dan cara

pemupukan N pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Jurnal

Agronomi. 9 (1) : 9 - 15.

Maskyadji, A. S. Z. Z. 2007. Peningkatan produktivitas hijauan tanaman kacang

komak (Dolichos lablab L.) dalam berbagai pola tumpang sari berbasis

tanaman jagung (Zea mays) di lahan kering. Jurusan Budidaya Tanaman

FakultasPertanian Unijoyo. Embryo 4 (1) : 72-84.

Nugroho, W.H. 1990. Statical analysis and interpetation at intercropping research.

Fac. at agriculture Brawijaya Univ. Malang.

Ofori, F. dan W.R. Stern, 1987. Cereal-legume intercropping systems. Advances

in Agronomy, 40:41 – 90.

Prasetyo, T, Muryanto dan C. Setiani. 2004. Sistem Integrasi Kacang Tanah –

Ternak di Lahan Kering Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional

Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan. Bogor. Hal : 329 – 337.

Paulus, J. M. 2005. Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon

ubi jalar pada sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya

Pertanian,Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Manado.

Eugenia 11 (1) :1-7.

Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press.

Saun, R.J.V. 1991. Dry Cow Nutrition (The Key to Improving Fresh Cow

Performance). In : The Veterinary Clinics of North America (Food

Animal Practice). Dairy Nutrition Management. Edited by Charles J.

Sniffen and Thomas H. Herdt, Vol. 7 No. 2 July 991. W.B. Saunders

Company, Harcout Brace Jovanovich Inc. Philadelphia, London,

Toronto, Montreal, Sydney. Hal : 599-620.

Silvertown J.W. and J., lovett-doust.1993. Introduction to plant population

biology. Blackwell Scientific Publications, Oxford, UK.

Suwarto, S. Yahya, Handoko, dan M. A. Chozhin. 2005. Kompetisi Tanaman

Jagung dan Ubi Kayu dalam Sistem Tumpang Sari. USU. Medan.

Siregar, G.S. 2009. Analisis Respon Penawaran Komoditas Jagung dalam Rangka

Mencapai Swasembada Jagung di Indonesia. Skripsi S-1 Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 130 Hal.

27

Supriyatman, B. 2011. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang

Tanah. Karya Ilmiah.

Thahir, S.N., Hadmadi. 1985. Tumpang Gilir (Multiple Cropping). Jakarta : C.V.

Yasaguna. 101 hal.

Wiley, RW. and Osiru, D.S.O. 1972. Studieson Mixtures of Maize and Beans

(Phaseolus-Vulgaris) with Particular Reference toPlant Population.

Journal Of Agricultural Science 79: 517-529.

Willey, R. W. 1979. Intercropping – its importance and research needs. Part – 1.

Competition and yield advantages. Field Crop Abstr. 32, 1 – 10.

Willey, R.W., and M. R. Rao, 1980. A Competive ratio for quantifying

competition between intercrops/ Experimental Agriculture – 1980,

vol.16, p. 117-125.

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpang Sari Jagung dan Kacang tanah.

BPTP Jawa Tengah.

28

Lampiran 1. Produksi Segar, Kadar Bahan Kering, dan Produksi

Bahan Kering, Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Tanah

(Arachis hypogeae L.)

Perlakuan

Ulangan Produksi Segar

Kadar Bahan

Kering

Produksi

Bahan Kering

J K J K J K

P1 1 1284 0 0,28 0 359,52 0

2 1432 0 0,28 0 400,96 0

3 700 0 0,28 0 196 0

Rata-rata 1138,67 0 0,28 0 318,83 0

P2 1 650 550 0,28 0,22 182 121

2 750 318 0,28 0,22 210 89,04

3 550 366 0,28 0,22 154 80,52

Rata-rata 650 411,33 0,28 0,22 182 96,85

P3 1 550 900 0,29 0,21 159,5 189

2 1100 450 0,29 0,21 319 94,5

3 398 434 0,29 0,21 115,42 91,14

Rata-rata 682,67 594,67 0,29 0,21 197,97 124,88

P4 1 550 950 0,39 0,22 214,5 209

2 470 600 0,39 0,22 183,3 132

3 562 1020 0,39 0,22 219,18 224,4

Rata-rata 527,33 856,67 0,39 0,22 205,66 188,47

P5 1 0 1350 0 0,22 0 297

2 0 1900 0 0,22 0 418

3 0 880 0 0,22 0 193,6

Rata-rata 0 1376,67 0 0,22 0 302,87

Keterangan: J : jagung, K : Kacang Tanah

29

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Total Relatif Yield (RYT) Tumpangsari

Jagung dan Kacang Tanah

Uraian Perlakuan

1 2 3 4 5

DMYJj 318,83

DMYKk

302,87

DMYJi

182 197,97 205,66

DMYKi

96,85 124,88 188,47

RYJ

1,75 1,61 1,55

RYK

3,13 2,43 1,61

RYT 4,88 4,04 3,16

Keterangan :

DMYJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

DMYKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam Tunggal

DMYJi = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara

tumpang sari dengan kacang tanah

DMYKi = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam dengan cara

tumpang sari dengan jagung

a. Perlakuan P2

RYJagung =

= 1,75

RYKacang Tanah =

= 3,13

RYT = 1,75 + 3,13 = 4,88

b. Perlakuan P3

RYJagung =

= 1,61

RYKacang Tanah =

= 2,43

RYT = 1,61 + 2,43 = 4,04

c. Perlakuan P4

RYJagung =

= 1,55

RYKacang Tanah =

= 1,61

RYT = 1,55 + 1,61 = 3,16

30

Lampiran 3. Perhitungan Land Equivalent Ratio (LER) Tumpangsari

Jagung dan Kacang Tanah

Uraian Perlakuan

1 2 3 4 5

Yjj 318,83

Ykk

302,87

Yjk

182 197,97 205,66

Ykj

96,85 124,88 188,47

LER Jagung

0,57 0,62 0,65

LER

K.Tanah

0,32 0,41 0,62

LER Total 0,89 1,03 1,27

Keterangan :

YJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

YKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam Tunggal

YJk = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara tumpang sari

dengan kacang tanah

YKj = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam dengan cara

tumpangsari dengan jagung

Perakuan 2

LER = (

)+

= 0,57 + 0,32

= 0,89

Perakuan 3

LER = (

)+

= 0,62 + 0,41

= 1,03

Perakuan 4

LER = (

)+

= 0,65 + 0,62

= 1,27

31

Lampiran 4. Perhitungan Coeficient Relatif (CR) Tumpangsari Jagung dan

Kacang Tanah

Uraian Perlakuan

1 2 3 4 5

Yjj 318,83

Ykk

302,87

Yjk

182 197,97 205,66

Ykj

96,85 124,88 188,47

LER Jagung

0,57 0,62 0,65

LER K.Tanah

0,32 0,41 0,62

CR Jagung

3,56 1,51 0,52

CR K. Tanah 0,28 0,66 1,90

Keterangan :

YJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

YKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam Tunggal

YJk = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara tumpang sari

dengan kacang tanah

YKj = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam dengan cara

tumpangsari dengan jagung

Perlakuan P2

CRJagung = (

) x (

)

= 1,78 x 2

= 3,56

CRKacang Tanah = (

) x (

)

= 0,56 x 0,5

= 0,28

Perlakuan P3

CRJagung = (

) x (

)

= 1,51 x 1

= 1,51

32

CRKacang Tanah = (

) x (

)

= 0,66 x 1

= 0,66

Perlakuan P4

CRJagung = (

) x (

)

= 1,04 x 0,5

= 0,52

CRKacang Tanah = (

) x (

)

= 0,953 x 2

= 1,90

33

Lampiran 5. Perhitungan Relative Crowding Coefficient (RCC) Tumpangsari

Jagung dan Kacang Tanah

Uraian Perlakuan

1 2 3 4 5

DMYJj 318,83

DMYKk

302,87

DMYJi

182 197,97 205,66

DMYKi

96,85 124,88 188,47

K Jagung

0,67 1,64 3,63

K Kacang Tanah 0,94 0,70 0,82

RCC 0,629 1,148 2,976

Keterangan :

YJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

YKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam Tunggal

YJi = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara tumpang sari

dengan kacang tanah

YKi = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam dengan cara

tumpangsari dengan jagung

Perlakuan P2

KJagung =

=

= 0,67

KKacang Tanah =

=

= 0,94

RCC = 0,67 x 0,94

= 0,629

34

Perlakuan P3

KJagung =

=

= 1,64

KKacang Tanah =

=

= 0,70

RCC = 1,64 x 0,70

= 1,148

Perlakuan P4

KJagung =

=

= 3,63

KKacang Tanah =

=

= 0,82

RCC = 3,63 x 0,82

= 2,976

35

Lampiran 6. Perhitungan Indeks Agresivitas (AI) Tumpangsari Jagung dan

Kacang Tanah

Uraian Perlakuan

1 2 3 4 5

Yjj 318,83

Ykk

302,87

Yjk

182 197,97 205,66

Ykj

96,85 124,88 188,47

AI Jagung

1,64 0,63 -1,20

AI Kacang Tanah -1,64 -0,63 1,20

Keterangan :

YJj = Produksi bahan kering jagung yang ditanam tunggal

YKk = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam Tunggal

YJk = Produksi bahan kering jagung yang ditanam dengan cara tumpang sari

dengan kacang tanah

YKj = Produksi bahan kering kacang tanah yang ditanam dengan cara

tumpangsari dengan jagung

Perlakuan P2

AIJagung = (

) (

)

=

= 1,64

AIKacang Tanah = (

) (

)

=

= - 1,64

Perlakuan P3

AIJagung = (

) (

)

= 1,8628 – 1,2369

= 0,63

AIKacang Tanah = (

) (

)

= 1,2365 – 1,8628

= - 0,63

36

Perlakuan P4

AIJagung = (

) (

)

= 1,2901 – 2,4891

= -1,20

AIKacang Tanah = (

) (

)

=

= 1,20

37

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Persiapan lahan

Jagung dan Kacang tanah umur 1 bulan

Penyiraman Tanaman Pembersihan Gulma

38

Pembumbunan akar pada tanaman Jagung dan kacang Tanah Umur 2 bulan

Pemanenan Jagung dan Kacang Tanah

Penimbangan Produksi Buah Jagung dan Kacang Tanah

39

Pencacahan Produksi Hijauan Pengovenan Produksi Hijauan

Penimbangan Produksi Bahan Kering

40

RIWAYAT HIDUP

Eva Pertiwy Salempang (I111 13 050) Lahir di Samarinda

pada Tanggal 17 Maret 1995, Penulis adalah anak kedua dari

tiga bersaudara. Anak dari pasangan Paulus Salempang dan

Yustin. Mengenyam pendidikan tingkat dasar pada SDN 108

Salujambu (2007), kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan

pertama pada SMP Negeri 4 Lamasi (2010). Dan melanjutkan pendidikan

menegah SMA Negeri 1 Sangalla (2013), setelah menyelesaikan pendidikan

SMA penulis melanjutkan pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri

(PTN) di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalur undangan

(SNMPTN) pada tahun 2013. Selama kuliah penulis pernah aktif menjadi

pengurus di lembaga kemahasiswaan Humanika UH tahun 2015-2016.