skrip si

Download Skrip Si

If you can't read please download the document

Upload: dhany-dseyboo

Post on 27-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

51

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Keterampilan berbahasa memiliki empat hal. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang merupakan salah satu aspek untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Menulis sebagai wujud kemahiran berbahasa mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasan secara tertulis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah, menata, dan mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat Madrasah Ibtidaiyah, menulis merupakan salah satu keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Hal tersebut terjabarkan dalam standar kompetensi menulis khususnya kemampuan bersastra, yakni siswa diharapkan dapat mengekspresikan karya sastra yang diminati (puisi, prosa, dan drama) dalam bentuk sastra tulis yang kreatif serta dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam sastra yang telah dibaca (Depdiknas, 2006: 22). Pembelajaran menulis memberikan banyak manfaat antara lain: mengembangkan kreativitas, menanamkan keberanian dan percaya diri, dan membantu siswa menuangkan ide, pikiran, pengalaman, perasaan dan cara memandang kehidupan. Melihat banyaknya manfaat yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis, seharusnya kegiatan menulis menjadi kegiatan yang diminati siswa. Meskipun demikian, kondisi realitas pada beberapa sekolah menunjukkan bahwa menulis menjadi kegiatan yang masih sulit bagi siswa. Kesulitan siswa itu merupakan hal yang wajar karena menulis puisi membutuhkan proses dan sangat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dan penguasaan kosakata siswa. Hasil pengamatan penulis di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Semplak Pilar, khususnya di kelas Va menunjukkan bahwa guru mata pelajaran bahasa Indonesia telah menerapkan metode pembelajaran yang cukup variatif (beragam) dalam pembelajaran menulis puisi bebas, tetapi belum maksimal. Kondisi tersebut disebabkan oleh rendahnya minat menulis siswa, penguasaan kosakata dan penggunaan strategi mengajar guru yang belum maksimal sehingga perlu adanya penanganan khusus dalam pembelajaran menulis puisi bebas bagi siswa, khususnya pada tingkat sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Inti penanganan tersebut adalah diperlukannya suatu strategi pembelajaran menulis efektif dan efisien bagi siswa. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru mempunyai peranan yang paling penting sehingga strategi pembelajaran dijadikan sebagai inti penanganan dalam memperbaiki pembelajaran. Seorang guru harus dapat merencanakan strategi pembelajaran yang menarik dan menerapkannya dengan baik. Salah satu materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang dianggap sulit oleh siswa adalah puisi. Mulai dari menganalisis puisi, memaknai puisi, membaca puisi, apalagi menulis puisi (Utami, 2009: 1). Guru berusaha mencari cara yang paling mudah dan menyenangkan untuk mulai membuat puisi. Salah satu cara yang cukup mudah dan menyenangkan adalah dengan cara menguraikan nama diri. Nama adalah sesuatu yang sangat dekat dengan diri. Setiap manusia mulai dikenal oleh orang lain mulai dari namanya. Nama juga menjadi sesuatu yang sakral. Nama yang diberikan oleh orang tua sudah melalui proses pemikiran yang sangat panjang. Nama yang disandang adalah juga doa orang tua. Karena itulah menulis puisi dengan cara seperti ini akan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa. Hal ini akan sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memahami puisi (Utami, Retno).Berdasarkan penjelasan sebelumnya, peneliti tertarik untuk memberikan solusi terhadap masalah yang telah dipaparkan dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas dengan Menggunakan Teknik Menulis Arkostik pada Siswa Kelas V Semester II MI Semplak Pilar. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah penelitian ini dirumuskan secara umum. Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas V semester II MI Semplak Pilar setelah penerapan teknik menulis arkostik. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah teknik menulis arkostik dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas Va semester II MI Semplak Pilar?

Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil peningkatan kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas Va semester II MI Semplak Pilar setelah penerapan teknik menulis arkostik. Secara umum tujuan penelitian ini sebagai berikut:

Mendeskripsikan cara penerapan teknik menulis arkostik untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas V semester II MI Semplak Pilar. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan praktis.

Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini berkaitan dengan pengembangan teori bahasa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi bebas. Manfaat teoretis penelitian ini antara lain: Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan pengembangan pembelajaran menulis sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas bagi siswa. Memberikan teori dan pemahaman baru mengenai teknik menulis arkostik sehingga dapat diterapkan oleh pembaca dalam menulis puisi bebas.

Manfaat PraktisManfaat praktis penelitian ini antara lain: Bagi siswa, dapat dijadikan acuan menulis puisi bebas dengan cara menuliskan nama sendiri secara vertikal untuk dikembangkan ke dalam bentuk puisi bebas dengan menggunakan teknik menulis arkostik.Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran menulis puisi bebas yang bervariatif agar siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas sehingga tujuan pengajaran sastra dapat tercapai.Bagi Makmal Pendidikan LPI Dompet Dhuafa, sebagai arsip perpustakaan yang dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan mutu dan efektifitas pembelajaran di sekolah. Bagi peneliti lanjut dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan penelitian yang relevan berikutnya.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Kajian PustakaTinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti untuk mendukung keaslian penelitian. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Menulis

Pengertian Menulis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (depdiknas, 2007: 1219), menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis termasuk kegiatan yang produktif dan ekspresif. Tambahan pula, menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Menulis, 15 Maret 2011)Proses PenulisanMenulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui secara bertahap sampai pada terwujudnya sebuah karya tulis. Proses penulisan secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap pascatulis semi (Wahida, 2010: 12).

Tahap pratulis

Tahap pertama dalam menulis yang sangat menentukan kelanjutan proses menulis ialah tahap pratulis. Kegiatan tersebut terdiri atas empat jenis, yaitu menetapkan topik, menetapkan tujuan, mengumpulkan informasi pendukung, dan merancang tulisan. Tahap penulisan

Tahap penulisan merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap ini, diperlukan adanya konsentrasi penuh penulis terhadap apa yang sedang dituliskan. Pada saat menulis, penulis perlu berkonsentrasi pada tiga hal, yaitu konsentrasi terhadap gagasan pokok tulisan, terhadap tujuan tulisan, terhadap kriteria calon pembaca, dan terhadap kriteria penerbitan khususnya tulisan yang akan diterbitkan. Tahap pascatulis

Tahap pascatulis yaitu tahap penyelesaian akhir tulisan. Tahap ini penting dilakukan karena pada saat menulis draf atau naskah pertama tentu semuanya masih serba kasar dan dipenuhi oleh berbagai kesalahan dan kelemahan. Tahap ini terbagi dalam dua kegiatan utama yaitu penyuntingan dan penulisan naskah jadi. Manfaat Menulis

Menulis ternyata memiliki banyak keunikan dan manfaat. Keunikan menulis akan dirasakan ketika kita menikmati kegiatan itu (mungkin saya termasuk orang yang sangat menikmati kegiatan menulis). Keunikan pertama dari kegiatan menulis bisa tercermin lewat kepuasan batin bahkan memberikan pengaruh bagi pola hidup si penulis. Secara aktivitas, menulis memang membutuhkan waktu yang kadang-kadang tak sedikit. Bisa berjam-jam, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Apalagi jika tulisan yang dibuat bersifat riset ilmiah atau sebuah discovery, waktu yang dibutuhkan bisa bertahun-tahun. Namun, proses itu akan terasa begitu berharga ketika hasil itu diapresiasi dan memberi banyak manfaat. Sebuah kepuasan yang tidak terbeli dengan nilai material. Kepuasan batin ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi mental si penulis. Misalnya, bisa memotivasi kreativitas dan rasa percaya dirinya untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik.Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Tujuan umum pembelajaran bahasa dan sastra adalah agar siswa dapat mengungkapkan pengalamannya dalam bentuk tulisan yang menarik, termasuk puisi. Sebagai salah satu bentuk karya sastra maka pembelajaran menulis puisi pun mengikuti kaidah-kaidah pembelajaran sastra. Orientasi pembelajaran menulis puisi tidak jauh berbeda dengan pembelajaran sastra pada umumnya. Orientasi pembelajaran sastra yakni peserta didik diajak langsung berkenalan dengan karya sastra. Menulis puisi bebas sebagai bentuk apresiasi sastra dapat menjadi jalan sekaligus strategi pembelajaran yang diharapkan.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, peserta didik perlu diberi waktu yang cukup dalam proses pembelajaran, misalnya memberikan tambahan waktu ekstrakurikuler. Meskipun demikian, penambahan waktu itu belum tentu menjawab persoalan pemahaman karya sastra karena masih ada masalah lain yang

harus diatasi. Meskipun peserta didik kurang memiliki kepekaan terhadap cipta sastra, kepekaan menulis ini dapat tumbuh dengan latihan terus-menerusPuisiPengertian Puisi

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif (Waluyo, 2005: 1). Walaupun singkat atau padat, puisi berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah harus memiliki persamaan bunyi. Kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif. Pendapat-pendapat lain dari para sastrawan dunia tentang puisi (Djojosuroto, 2006: 10) adalah sebagai berikut.William Wordsworth : puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaianByron : puisi adalah lava imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gembpa bumi.Percy Bysche : rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkanEmily Dickennson : kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk sejuk sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi.Watts Dunton : puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistic dari pikiran manusia secara emosional dan berirama.Lascelles Abercramble : puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang menggunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat.

Selain definisi di atas, ada pula pernyataan-pernyataan lain. Menurut Samuel Taylor Coleridge (Pradopo, 2005: 6), puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.Berdasarkan definisi-definisi di atas, terlihat ada perbedaan pikiran mengenai puisi. Namun seperti dikemukakan Shanon Ahmad (Pradopo, 2005: 7) bila unsur-unsur dari pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata-kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Dengan demikian, dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok dalam puisi. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; ketiga, kesannya. Semuanya itu terungkap dalam bahasa.Unsur-unsur Puisi

Unsur-unsur puisi yang dimaksud di sini adalah struktur fisik dan batin puisi.Struktur fisik puisi dibangun oleh diksi, bahasa kias, (figurative language), pencitraan (imagery), dan persajakan, sedangkan struktur batin dibangun oleh pokok pikiran (subject matter), tema, nada (tone), suasana (atmosphere), amanat (message).Struktur fisik Puisi

Diksi

Diksi yang dihasilkan oleh penyair memerlukan proses yang panjang. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan digunakan dalam diksi. Oleh karena itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan pemilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan suasana.Kata-kata yang dipilih penyair sesuai dengan perasaan dan nada puisi. Jika yang diungkapkan perasaan duka, maka akan dipilih kata-kata yang digunakan dalam penyair adalah kata kasar dan sinis yang mendukung protesnya itu. Dalam hal yang bersifat religius, diksi yang dipakai penyair tentulah berhubungan dengan hal-hal yang bersifat religious, baik diksi yang konkret, maupun yang konkret. Kata adzan, makrifat, dan shalawat berkonotasi dengan ketakwaan bagi umat Islam dan sebagainya.Menurut Bouton (Djojosuroto, 2006: 16), diksi merupakan esensi seni penulisan puisi. Ada pula yang menyebut diksi sebagai dasar bangunan puisi. Kata-kata yang dipilih penyair sesuai perasaan dan nada puisi. Nada dan perasaan penyair menentukan pemilihan kata. Jika dihubungkan dengan lambing, maka sebuah kata mungkin melambangkan sesuatu, efek yang dihasilkan oleh kata tertentu akan mempunyai makna tertentu pula.Gaya Bahasa

Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi, antara lain (1) agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) agar menghasilkan makna tambahan, (3) agar dapat menambah intensitas dan menambah konkret sikap dan perasaan penyair dan (4) agar makna yang diungkapkan lebih padat. Gaya bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu (1) pengiasan dan (2) pelambangan. Abrams dan Rachmad Djoko Pradopo, membagi majas ke dalam 5 bagian yaitu : metafora, simile, personifikasi, metonimi, dan sidekdok.Metafora

Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambing yang dipakai karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan itu. Segenap warga mengepung hutan ituDalam satu pusaran pulang balik Atmo KarpoMengutuki bulan betina dan nasibnya yang malangBerpancaran bunga api, anak panah di bahu kiriPuisi Rendra di atas, melambangkan bulan sebagai betina. Setiap orang akan bisa menafsirkan bulan dalam arti umum. Namun, Rendra melambangkan dengan betina karena di dalam puisi tersebut dikisahkan bahwa gerak Atmo Karpo terhambat karena sinar bulan yang mengakibatkan Atmo Karpo terkepung oleh penduduk desa dan terbunuh.Personifikasi

Personifikasi adalah jenis bahasa kias yang mempersamakan benda denga manusia, benda-benda mati dapat berbuat, berpikir sebagaimana seperti manusia.Di beranda ini angin tak kedengaran lagiLangit terlepas, ruang menunggu malam hariKau berkata : pergilah sebelum malam tibaKudengar angin berdesah ke arah kitaPersonifikasi terdapat pada Kudengar angin berdesah ke arah kita.Kata Konkret

Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair, mungkin dirasa lebih jelas lebih konkret, tapi bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. Sebagai contohnya, Rendra dalam Balada Terbunuhnya Atmo Karpo membuat kata konkret berikut.dengan kuku-kuku besi, kuda menebar perut bumibulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk paramengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diiburusurau bau keringat basah, jenawipun telanjangKaki kuda yang bersepatu besi disebut penyair kuku besi. Kuda itu menapaki jalan tidak beraspal yang disebut kulit bumi. Atmo Karpo sebagai perampok yang naik kuda digambarkan sebagai penunggang perampok yang diburu. Penggambaran perjalanan Atmo Karpo naik kuda yang meletihkan itu diperkonkret dengan larik surai bau keringat basah. Ia siap berperang dan telah menghunus jenawi (samurai). Hal ini diperkuat dengan larik jenawi pun telanjang.Pengimajian

Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar, atau dirasa.Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Puisi BebasPuisi bebas merupakan puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu, baik dalam baris, bait, maupun pilihan kata. Adapun langkah-langkah menulis puisi bebas, antara lain sebagai berikut.

Menentukan tema.Menuliskan baris demi baris dan bait demi bait dengan pilihan kata yang tepat sehingga tercipta sebuah puisi.Mengoreksi kembali antara ketepatan diksi dengan makna.Memadatkan kata-kata dalam puisi tanpa mengurangi makna.

Contoh puisi bebasSenja yang Indah(Karya: Sri Murni)Selaput mega berwarna jinggaberadu debur ombak mengejar awan yang berarak-arakdi antara kicauan camar yang menyambar tanpa getargemercik air menepis pantaikepedihan dan bencana telah usaiWajah samudraku nan birudalam hembusan sang bayumengantarkan tembang-tembang syahdu

Teknik Menulis ArkostikAkrostik berasal dari bahasa Yunani, Akrostichis, yang artinya sajak dengan huruf awal baris menyusun sebuah kata atau kalimat. Puisi Akrostik biasanya membicarakan apa yang menjadi susunan huruf yang membentuk sebuah kalimat di awal baris. Puisi akrostik menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai tiap-tiap baris dalam puisi, semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting.

Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal. Pola rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam puisi akrostik karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang mana menjelaskan kata yang dibentuk. Dari penjelasan mengenai puisi akrostik di atas, siswa akan lebih mudah menyusun kata-kata karena sudah ada rangsangan sebelumnya dari huruf awal yang disusun secara vertikal dan membentuk kata. Puisi akrostik ini merupakan salah satu kegiatan menulis puisi yang paling sukses untuk menulis pemula.Masalah deskripsi ruang menjadi tidak penting yang paling penting adalah mengait-ngaitkan huruf awal dengan gagasan yang akan kita kemukakan. Puisi ini bisa kita gunakan sebagai orang-orang ingin belajar menulis puisi sambil belajar memilih diksi yang tepat untuk menyampaikan pesan.Puisi yang berjudul Cintaku buat Clara adalah gambaran penyairnya tentang seberapa besar cintanya buat kekasihnya. Inilah yang dinamakan puisi Akrostik.Puisi ini cenderung lebih mudah untuk diciptakan karena ide sudah mudah ditemukan. Huruf awal setiap baris sudah kita dapatkan. Tinggal bagaimana kita menyusun frase selanjutnya.Cara Menciptakan Puisi AkrostikPencarian nama seseorang atau nama tempat atau nama apa pun yang akan dijadikan sebuah gagasan.Penyusunan kalimat atau kata tersebut secara vertikal.Kemudian, mencari diksi yang tepat untuk mengembangkan kata.Merenungkan diksi tersebut, kira-kira sesuai tidak dengan gagasan yang diusung.Penyusunan diksi-diksi kedalam huruf-huruf yang telah kita susun secara vertikal.Sebuah puisi akrostik telah Anda ciptakan.

Contoh Puisi AkrostikCintaku buat ClaraClara telah kuberikan napasku untukmuLompatan bayangmu menghantuikuAngin membelai wajahkuRasa ini semakin memburumuAku lebih mati jika hidup tanpamuPantai BiruPelangi hinggap dibibir pantaimuAndaikan aku jadi ombakmuNari-menari bersama buinmuTerlupakan kesedihankuAjari aku untuk mencintaimu tentangIndahnya hidup yang diberkahi alamBirunya lautIndahnya karangRupanya awanUntukku seorangPuisi di atas adalah puisi dari penyair pemula yang ingin belajar menulis puisi tentang indahnya alam. RahasiakuPerasaan yang tertutup kepadamu Rasanya tak mudah aku bongkar Andai aku beraniTidakkah itu suatu mukjizatImpian sempurna bagaikan bintang bersinar Walaupun satu dua kata menggantung di bibir Indah terucap bagikan fatamorganaFarizFajar telah terbit, menghangatkan bumi iniAkupun segera terbangun dari kematianku sesaat, tetapi Raut mukaku masih berantakan layaknya kapal yangterombang-ambing di samudra luasIngin segera rasanya membenahi diriku, 'tuk mengubah nasibku.. karena bila tidak, Zaman akan menelanku di tengah kesengsaraan iniSiti ZulaikhaSebuah nama sebuah cerita dari ayah dan bunda Indah tak berarti intanTetap bersahaja tetap rupawanllmu diasahnya demi Sang Khalik Sang Maha PenciptaZaada rafi'la tanzilUntuk kemuliaan demi kesempurnaan Lahiriyah dan batiniah Abi... Ummi...Insya Allah dalam umur yang berpacu tumbuh Ku'kan terus berjuang untukmu HinggaAkhir hayatku

Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teoretis yang telah dibahas, pada bagian ini dikemukakan kerangka pikir sebagai landasan pelaksanaan penelitian. Adapun kerangka pikir yang dimaksud adalah bahwa di dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diajarkan pada siswa terdapat empat aspek kemampuan yang menjadi aspek yang harus dipahami dan dimiliki oleh siswa yaitu aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut mengacu pada KTSP.

Peneliti memfokuskan penelitian pada aspek menulis dan puisi bebas sebagai objek penelitian. Metode yang masih lazim digunakan guru dalam pembelajaran menulis karya sastra adalah ceramah dan latihan serta masih kurang bervariasi sehingga perlu upaya penerapan strategi belajar yang baru untuk meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menawarkan teknik menulis arkostik sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas. Teknik menulis arkostik adalah teknik menulis puisi dengan menggunakan nama yang diurutkan secara vertikal. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan kerangka pikir pada bagan di bawah ini.

BAGAN KERANGKA PIKIR

Teknik arkostikTemuanPengajaran Bahasa danSastra Indonesia

Pembelajaran menulis puisi bebas di kelas V MI Semplak Pilar Pallangga

KTSP AnalisisPuisi bebas bebas bebas Menyimak Berbicara Membaca Menulis

G. Hipotesis TindakanBerdasarkan uraian dalam latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir maka hipotesis penelitian ini yaitu penerapan teknik menulis arkostik dalam pembelajaran menulis puisi bebas dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas Va semester 2 MI Semplak Pilar, Bogor.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah pembelajaran.

Desain Penelitian

Siklus IPermasalahan

Pelaksanaan dan Observasi Tindakan IRefleksi Tindakan I Perencanaan Tindakan I

9Evaluasi Tindakan IBelum Terselesaikan (Revisi Tindakan)Hasil Perencanaan Tindakan II

9Pelaksanaan dan Observasi Tindakan IIEvaluasi Tindakan IIRefleksi Tindakan II

Siklus II

Gambar Alur Penelitian Tindakan Kelas

Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut: Siklus I Tahap PerencanaanKegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah peneliti dan guru merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi serta membahas materi pelajaran dan puisi bebas yang akan digunakan.

Tahap Pelaksanaan dan Observasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa.Siswa menulis puisi bebas dengan teknik menulis arkostik.Peneliti mengamati setiap kegiatan siswa dan guru melalui lembar observasi.

Tahap EvaluasiPada tahap evaluasi, peneliti dan guru memeriksa hasil tes menulis puisi bebas siswa yang dikerjakan secara individu dan mengevaluasi perilaku yang ditunjukkan siswa. Tahap Refleksi Hasil yang didapatkan pada tahap evaluasi menentukan kelanjutan penelitian pada siklus berikutnya. Apabila hasil belajar menulis puisi bebas siswa pada siklus I belum menunjukkan peningkatan, akan dilakukan siklus II. Hal-hal

yang masih kurang akan diperbaiki dan hasil yang sudah baik akan ditingkatkan pada siklus II. Hasil analisis siklus I inilah yang menjadi acuan peneliti dan guru untuk merencanakan siklus II sehingga hasil yang akan dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih baik daripada siklus sebelumnya.Siklus II Tahap PerencanaanPeneliti dan guru merancang dan memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dinilai masih perlu disempurnakan dan mendiskusikan puisi bebas yang sesuai digunakan pada siklus ini.

Tahap Pelaksanaan dan Observasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa.Siswa menulis puisi bebas dengan menggunakan teknik arkostik.Peneliti mengamati kegiatan siswa dan guru melalui lembar observasi.

Tahap Evaluasi Pada tahap evaluasi, peneliti dan guru memeriksa hasil tes menulis puisi bebas siswa yang dikerjakan secara individu serta mengevaluasi perilaku yang ditunjukkan siswa. Latar PenelitianLokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di MI Semplak Pilar, Bogor.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Va tahun ajaran 2010-2011 yang berjumlah 24 orang.Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah penulisan puisi bebas dengan memperhatikan tema, diksi, pengimajian, dan gaya bahasa.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010-2011.Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes dan tes. Instrumen penelitian nontes dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi dan dokumentasi. Lembar observasi digunakan untuk merekam kegiatan siswa dan guru pada saat proses pembelajaran. Adapun lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi terstruktur (hal-hal yang akan dinilai sudah terterah dalam lembar observasi). Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menyimpan data dari berbagai sumber yang berkaitan erat dengan penelitian ini yaitu foto atau rekaman.

Instrumen penelitian berupa tes unjuk kerja, dilakukan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung untuk mengetahui kesesuaian antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, kelemahan dan kelebihan yang ada, serta seberapa besar peningkatan yang tercapai setelah menggunakan teknik arkostik pada pembelajaran menulis puisi bebas siswa.Teknik Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas Va MI Semplak Pilar. Data yang dikumpulkan yaitu hasil tes menulis puisi bebas siswa dan hasil observasi kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menulis puisi bebas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

Teknik Tes Dalam teknik tes diperoleh data kuantitatif peningkatan keterampilan menulis puisi bebas yang diambil dari tes puisi bebas. Tes ini dirancang oleh peneliti dan guru mata pelajaran.

Teknik ObservasiObservasi adalah cara pengumpulan data yang sistematis untuk mengenal pribadi seseorang. Dalam teknik observasi diperoleh data kualitatif mengenai situasi belajar mengajar pada saat pelaksanaan tindakan yang diambil dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru.

Teknik Analisis Data Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif disajikan dengan mendeskripsikan hasil observasi siswa dan guru, sedangkan analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yakni membuat daftar skor hasil tes menulis puisi bebas siswa. Hasil tes tersebut diperiksa berdasarkan aspek penilaian penulisan puisi bebas yang telah disusun peneliti dan guru berdasarkan teknik menulis arkostik.

Skor hasil menulis puisi bebas siswa dikategorisasikan dengan menggunakan penentuan patokan dengan penghitungan persentase untuk skala lima. Tabel 3.1 Penentuan Patokan dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Lima NoInterval persentasetingkat penguasaanNilai ubah skala limaKeterangan

0-4E-A

1.2.3.4.5.85% - 100%75% - 84%60% - 74%40% - 59%0% - 39%43210ABCDEBaik sekaliBaikCukupKurangGagal

(Nurgiyantoro, 1988: 363) Indikator Keberhasilan Penelitian Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila terjadi peningkatan 80% keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas kelas Va yang ditandai dengan peningkatan skor yang diperoleh siswa pada hasil tes menulis puisi bebas melalui penerapan teknik menulis arkostik dengan KKM 72 serta terdapat perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diuraikan meliputi data tes dan nontes yang diperoleh dari siklus I dan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II adalah hasil tes menulis puisi bebas setelah siswa mengikuti pembelajaran melalui penerapan teknik arkostik. Hasil tes menulis puisi bebas siswa disajikan dalam bentuk data kuantitatif yang berupa tabel, sedangkan hasil observasi disajikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif yang dipaparkan dalam bentuk deskripsi hasil.

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian siklus I terbagi meliputi deskripsi proses dan penyajian data hasil tes dan nontes menulis puisi bebas melalui teknik arkostik. Deskripsi proses meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan dan observasi tindakan, evaluasi tindakan, dan refleksi tindakan. Deskripsi Proses

Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I ini adalah membuat persiapan untuk pembelajaran menulis puisi bebas dalam bentuk rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh guru, peneliti, dan siswa. Kegiatan yang dilakukan peneliti dan guru yaitu berkolaborasi merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi serta membahas materi pelajaran dan puisi bebas yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis puisi bebas yaitu mengikuti kegiatan pembelajaran dan membuat puisi bebas dengan menggunakan teknik menulis arkostik. Pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif melakukan kegiatan sebagai berikut: Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis puisi bebas dengan penerapan metode yang lazim digunakan guru di kelas pada saat mengajar menulis puisi bebas.Menyusun rancangan tindakan dan skenario pembelajaran puisi bebas dengan penerapan teknik menulis arkostik: (1) peneliti dan guru mendiskusikan teknik menulis arkostik yang sesuai untuk digunakan sebagai contoh, (2) siswa membaca dengan saksama puisi bebas yang telah ditentukan, (3) siswa mengidentifikasi unsur-unsur yang membangun puisi, (4) siswa menyadur dan mengolah puisi bebas, dan (5) setiap siswa menulis sebuah puisi bebas dengan memperhatikan aspek-aspek penilaian puisi bebas.

Pelaksanaan dan Observasi Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan yang diuraikan secara detail sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran dalam siklus I

Guru mengawali pembelajaran menulis puisi bebas dengan mengucapkan salam. Karena sudah diabsen oleh guru mata pelajaran sebelumnya, guru hanya melihat daftar hadir siswa kelas 5a MI Semplak Pilar. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya siapa yang pernah menulis puisi dan puisi apa yang ditulis. Setelah memberikan apersepsi, guru memberikan motivasi belajar kepada siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran agar pemikiran siswa terfokus pada pembelajaran menulis puisi bebas dengan teknik arkostik dan tidak mengambang. Selanjutnya, guru menyuruh siswa berkelompok dan menyampaikn materi pembelajaran dan tugas-tugas yang akan diselesaikan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa tampak berantusias dalam kegiatan awal pembelajaran. Tampak beberapa orang siswa tidak memperhatikan guru dan berbicara dengan teman lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi kelas yang kurang efektif. Pada saat itu, siswa dalam keadaan lelah karena siswa habis mengerjakan soal UTS (ujian tengah semester).Setelah kondisi kelas tenang dan siswa tampak siap menerima pembelajaran, guru membagikan contoh puisi bebas dengan teknik menulis arkostik. Siswa pun langsung membaca contoh puisi bebas dengan teknik menulis arkostik. Namun, masih terdapat beberapa siswa yang tidak serius. Selanjutnya guru meminta setiap siswa mengidentifikasi unsur unsur-unsur yang membangun puisi yang telah dibagikan. Selama pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa mengikuti dengan baik. Ada beberapa siswa yang berbicara dengan siswa lain sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai dan mengganggu siswa yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Guru menunjuk beberapa siswa yang ribut untuk membacakan hasil identifikasi di depan siswa lain lalu ditanggapi oleh siswa lain. Kemudian guru memperbaiki apabila ada jawaban yang keliru. Guru menjelaskan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa.Kegiatan selanjutnya adalah elaborasi. Siswa diberi kata-kata atau diksi. Lalu, siswa menggolongkan kata-kata mana yang tergolong religius, gunung, pantai, dan nama diri. Tujuan tindakan ini adalah agar siswa dapat membedakan diksi mana yang sesuai dengan kata-kata tersebut. Siswa disuruh menyusun puisi bebas dari kata-kata yang telah mereka golongkan dengan menggunakan teknik arkostik dengan memperhatikan tema, judul, diksi, imajinasi, dan gaya bahasa. Selanjutnya, siswa menyunting puisi yang telah mereka buat dengan memperhatikan aspek penilaian. Pada saat itu, siswa kurang konsentrasi karena jam pelajaran akan segera berakhir dan mereka kelelahan.Pada saat kegiatan menulis puisi bebas sedang berlangsung, suasana kelas agak ribut dan siswa kelihatan bermalas-malasan. Hal tersebut juga terlihat dari siswa yang mengobrol dengan teman sebangku, siswa merasa malu bertanya, dan siswa cenderung pasif. Namun, Sebagian siswa tampak serius. Ketika waktu pembelajaran yang diberikan guru untuk menulis puisi bebas selesai, beberapa orang siswa mengumpulkan hasil karyanya. Namun, sebagian siswa masih tampak sibuk menulis dan berpikir. Hal ini disebabkan siswa merasa kesulitan menemukan ide dan diksi menarik yang dapat dikembangkan ke dalam bentuk puisi bebas. Akhirnya, guru memberikan tambahan waktu kepada siswa yang belum menyelesaikan puisi bebas. Pada saat diberi tambahan waktu, siswa tampak terburu-buru menulis. Beberapa siswa tampak terganggu oleh temannya yang sudah selesai sehingga tidak konsentrasi menyelesaikan puisi bebas. Tambahan waktu yang diberikan pun selesai dan siswa harus mengumpulkan puisi bebas. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan evaluasi dan penghargaan kepada siswa yang menulis puisi bebas terbaikPada akhir pembelajaran, guru menyuruh siswa mencatat diksi yang tepat dan menuangkannya dalam sebuah puisi. Guru memberikan tugas akhir dan mengucapkan salam.Evaluasi Tindakan

Evaluasi yang dilakukan meliputi penilaian secara afektif terhadap kegiatan yang dilakukan siswa dan guru dalam pembelajaran menulis puisi bebas. Setiap tindakan akan dianalisis oleh peneliti. Penilaian menulis puisi bebas dengan menggunakan teknik arkostik difokuskan pada aspek kesesuaian judul dengan isi puisi bebas, tema, diksi, imajinasi, dan gaya bahasa.Berdasarkan hasil evaluasi, diketahui bahwa tahap pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas melalui penerapan teknik menulis arkostik belum maksimal. Hal tersebut diidentifikasi dari fakta yang menunjukkan bahwa perencanaan tindakan belum terealisasi secara maksimal dalam pelaksanaan tindakan. Refleksi TindakanRefleksi yang dilakukan yakni menganalisis langkah-langkah dalam perencanaan dan pelaksanaan yang belum maksimal dan masih perlu diperbaiki pada tindakan selanjutnya.Penyajian Data Hasil Tes dan Nontes Menulis Puisi Bebas Melalui Teknik Arkostik

Data Hasil Tes

Data hasil tes merupakan data keterampilan menulis puisi bebas siswa. Dari hasil tes ini, dapat diketahui tingkat keterampilan menulis puisi bebas siswa. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Perolehan Nilai Menulis puisi bebas Siklus I No.KategoriSkor

FrekuensiBobot SkorPersentase Ketuntasan KelasNilai rata-rata kelas1.2.

Tuntas Tidak Tuntas 72 < 72617477,5785

26,1%73,9%

Jumlah

231262,5100% 54,89

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor dengan kategori tuntas yakni siswa yang memperoleh skor 72 sebanyak 6 siswa atau 26,1%, sedangkan siswa yang memperoleh skor < 72 dengan kategori tidak tuntas sebanyak tujuh belas orang atau 73,9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya ada enam orang yang mencapai standar rata-rata KKM sekolah, yakni 72. Data Nontes

Data nontes dalam penelitian ini yakni lembar observasi siswa dan guru. Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan mengetahui perilaku siswa dan guru selama pembelajaran menulis puisi bebas berlangsung melalui penerapan teknik arkostik. Aspek yang diamati meliputi perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan hal-hal yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data selengkap mungkin mengenai perilaku siswa dan kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Aspek yang menjadi sasaran observasi siswa antara lain antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru, keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung. Aspek yang menjadi sasaran observasi guru adalah penyampaian tujuan pembelajaran di awal pertemuan, cara guru menyajikan pembelajaran yang dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa, cara guru memberikan pertanyaan kepada siswa, pemberian tugas individu atau kelompok, memberikan pujian atau penghargaan bagi siswa atau kelompok yang melaksanakan tugas dengan baik, memberikan evaluasi dan umpan balik, dan menyimpulkan pelajaran.Berikut deskripsi hasil observasi yang diambil peneliti dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I.Aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran menulis puisi bebas antara lain: beberapa siswa dalam keadaan lelah karena habis mengikuti ujian tengah semester. Siswa masih kelihatan malu dan ragu saat akan bertanya kepada guru mengenai materi pembelajaran dan saat praktik menulis puisi bebas. Perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan guru baik. Siswa yang memperhatikan penjelasan dari guru ini sering menanggapi dan memperhatikan penjelasan dari guru serta menanyakan hal-hal yang belum dipahami Aktivitas yang dilakukan guru pada saat pembelajaran menulis puisi bebas antara lain: Menyampaikan tujuan pembelajaran di awal pertemuan, menjelaskan kepada siswa hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi bebas dan unsur-unsur pembangun puisi bebas, menanyakan kepada siswa hal-hal yang tidak dimengerti, menjelaskan hal-hal yang masih belum dimengerti siswa, membimbing siswa, memberikan pujian, atau penghargaan bagi siswa atau kelompok yang melaksanakan tugas dengan baik, dan menyimpulkan pelajaran.Refleksi Siklus I

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti telah merancang langkah-langkah pembelajaran dengan maksimal. Berdasarkan hasil siklus I yang dilakukan peneliti, pada tahap pelaksanaan dapat diketahui bahwa belum ada perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Beberapa siswa masih tampak bermalas-malasan dan kebingungan menulis puisi bebas. Masih terdapat siswa yang kesulitan mendapatkan ide atau mengembangkan unsur diksi dalam puisi bebas. Sementara itu, kesulitan yang dialami siswa yakni dalam menemukan ide yang dapat dikembangkan menjadi sebuah puisi bebas. Permasalahan dapat diatasi dengan cara menerapkan pembelajaran menggunakan teknik arkostik secara intensif. Dengan demikian, penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II agar dapat mencapai target yang diharapkan. Pada siklus II puisi yang digunakan berbeda, tetapi menggunakan tema.Hasil Penelitian Siklus II

Hasil penelitian siklus II terbagi dalam dua bagian yakni deskripsi proses dan penyajian data hasil tes dan nontes menulis puisi bebas melalui penerapan teknik arkostik. Deskripsi proses meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan dan observasi tindakan, evaluasi tindakan, dan refleksi tindakan.Deskripsi Proses

Perencanaan Tindakan

Perencanaan pembelajaran siklus II dirancang untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran pada siklus I. Kegiatan yang sudah mencapai target maksimal tetap dipertahankan. Pada siklus II diharapkan pembelajaran dengan menuliskan puisi bebas dengan memperhatikan unsu-unsur puisi yang didukung oleh pemanfaatan waktu, media, dan sumber belajar. Indikator yang disusun oleh peneliti dan guru adalah melatih siswa untuk kreatif menulis puisi bebas dengan penerapan teknik arkostik. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yang dideskripsikan secara detail sebagai berikut. Pertemuan pertama

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen serta mengingatkan siswa untuk tidak ribut. Ketika guru sedang mengabsen, siswa memperhatikan dengan saksama. Setelah mengabsen, guru memberikan apersepsi kepada siswa yang dapat memotivasi siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar pemikiran siswa berfokus pada pembelajaran menulis puisi dan tidak mengambang. Siswa cukup berantusias dalam kegiatan awal pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan oleh kesiapan siswa sebelum kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas dimulai. Tambahan pula, guru membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar. Pengelompokan siswa.Guru memancing ingatan siswa dengan cara menanyakan materi pelajaran lalu pada siklus I. Selanjutnya, guru menjelaskan unsur-unsur puisi bebas dengan menggunakan metode ceramah dan question. Siswa diberi kata-kata atau diksi dan menggolongkan kata-kata tersebut sesuai dengan jenisnya. Kata-kata yang telah disusun akan dimasukkan dalam penyusunan puisi bebas. Puisi yang telah dibuat disunting dengan memperhatikan unsur-unsur dalam puisi bebas. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran.Pada saat pembelajaran, guru berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa dan membimbing siswa yang terlihat masih ragu menyusun kata-kata dalam puisinya. Pada kegiatan akhir pembelajaran, sebagian besar siswa telah menyelesaikan tugas membuat dan menyunting puisi bebas. Guru memberikan wejangan-wejangan. Guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi serta menyampaikan langkah pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua diawali guru dengan mengucapkan salam dan mengabsen siswa serta mengingatkan siswa untuk tidak ribut. Ketika guru sedang mengabsen, siswa memperhatikan dengan saksama. Setelah mengabsen, guru menenangkan kondisi kelas yang masih ribut dan memberikan motivasi belajar kepada siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru menyampaikan materi pembelajaran dan mengingatkan siswa pelajaran pada pertemuan yang lalu. Siswa tampak berantusias dalam kegiatan awal pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh kesiapan siswa sebelum kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas dimulai. Guru memancing ingatan siswa dengan cara menanyakan materi pelajaran lalu kepada siswa. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi bebas. Siswa menuliskan penjelasan guru. Siswa mengeluarkan puisi yang telah dibuatnya pada pertemuan lalu. Siswa menyunting puisi dengan memperhatikan unsur-unsur puisi. Selanjutnya, siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa dan membimbing siswa. Pada kegiatan akhir pembelajaran, semua siswa dapat menyelesaikan tahap membuat puisi bebas tepat waktu. Guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi serta menyampaikan langkah pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Penyajian Data Hasil Tes dan Nontes Menulis Puisi Bebas Melalui Penerapan Teknik Arkostik

Data Hasil Tes

Data hasil tes ini merupakan data penentu keterampilan menulis puisi bebas siswa. Dari hasil tes ini dapat diketahui tingkat keterampilan menulis puisi bebas siswa. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 4.2 Perolehan Nilai Menulis puisi bebas Siklus II No.KategoriSkor

FrekuensiBobot SkorPersentase Ketuntasan KelasNilai rata-rata kelas1.2.

Tuntas Tidak Tuntas 72 < 722131752,5192,587,5%12,5%

Jumlah

241945100%81, 04

Data pada tabel berapa menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor 72 dengan kategori tuntas ada 21 siswa atau 87,5% dan siswa yang mendapat skor