skrip si
TRANSCRIPT
ANALISIS USAHATANI BUAH SEMANGKA DI LAHAN PANTAI (Studi Kasus di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul)
SKRIPSI
Oleh : Yohanes Baptista S.W
131040044
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta 2011
ANALISIS USAHATANI BUAH SEMANGKA DI LAHAN PANTAI (Studi Kasus di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul)
SKRIPSI
Oleh : Yohanes Baptista S.W
131040044
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta 2011
ABSTRACT
YOHANES BAPTISTA SENDA WULLA, Analysis Of Water Melon Farming At Coastal
Land Case Study at Sanden District In the Regency of Bantul. Supervised by NANIK DARA.S
and SITI HAMIDAH
He objectives of this research are to analysis : 1) the profit and 2) the efIciency of the water
melon farming at the coastal land of sanden district of Bantul regency.
The methodes of this research is to census and case studies in the field of operations. Sanden
locations in the district that has a coastal farm in the number 30 hektar.with number respnden 31
people
Based on the analysis of results of research and discussion on a watermelon farm in the growing
season of 2010 at Sanden Bantul district can be drawn some conclusions, namely:
1. The total cost of Rp commercialize farming watermelons 163,723,800, the revenue received
by growers of watermelon, Rp 962,000,000
2. Farming efficiency of 6.2 means water melon farm efficiently.
Keywords : coastal land, water melon, proft, efficiency
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“ANALISIS USAHATANI BUAH SEMANGKA DI LAHAN PANTAI : Studi Kasus di Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul dengan baik
Penulis menyadari sejak pelaksanaan sampai tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan,nasehat dan saran yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Dr.Ir.Nanik Dara S.,MP, selaku dosen pembimbing pertama dan Dr.Ir.Hj.Siti Hamidah,MP, selaku
pembimbing ke dua yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan
bimbingan kepada penulis. Agus Santosa, SP,MSi selaku dosen penelaah pertama dan Ir. Vandrias
Dewantoro, M.Si selaku dosen penelaah kedua yang telah bersedia memberikan bimbingan dan
saran guna perbaikan dalam skrpsi ini. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian yang telah membagi ilmunya kepada penulis sehingga penulis mampu menyusun skripsi.
Terima kasih kepada Petani di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul yang telah member ijin
penelitian, dan telah memberikan informasi dalam pencarian data. Penulis juga mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Orang Tua yang tidak pernah bosan untuk memberikan dukungan
baik moril maupun materiil dan doa yang tak pernah putus. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang selama ini membantu penulis dalam suka maupun duka selama
menempuh pendidikan di UPN “Veteran” Yogyakarta
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta,Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kupang 26 maret 1986 dengan Ayah Petrus D Wulla dan Ibu Maria Goreti Sita.
Penulis menghabiskan masa SD di SD Wolowona 1 Ende, tamat pada tahun 1998 dan
melanjutkan pada jenjang SMP di SMPN 1 Ndona Ende tamat pada tahun 2001, sedangkan
tamat SMA pada tahun 2004 di SMA St. Petrus Ende. Pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk UPN “Veteran” Yogyakarta Penulis memilih Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian (Agribisnis)Fakultas Pertanian
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………… ii
ABSTRACT ……………………………………………………………………………… iii
RIWAYAT HIDUP..………………………………………………….………………….. iv
KATA PENGANTAR…...……………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………... vii
DAFTAR LAMPIRA…………………………………………………………………….. ix
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………………… 3 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 3 D. Kegunaan penelitian………………………………………………………… 3 E. Penelitian Terdahulu………………………………………………………… 4 F. Dasar Teori………………………………………………………………….. 5
1. Lahan Pantai………………………………………………………… 5 2. Usaha Tani…………………………………………………………... 7 3. Keuntungan…………………………………………………………. 8 4. Efisiensi……………………………………………………………... 9
G. Kerangka Pemikiran………………………………………………………… 10 H. Hipotesis…………………………………………………………………….. 11 I. Pembatasan Penelitian………………………………………………………. 11 J. Definisi Operasioal dan Pengukuran Variabel ……………………………… 11 K. Metode Penelitian…………………………………………………………… 12
1. Metode Dasar Penelitian……………………………………………. 12 2. Metode Pelaksanaan………………………………………………… 12 3. Metode Pengambilan Responden…………………………………… 13 4. Macam dan Sumber Data…………………………………………… 14 5. Metode Pengumpulan Data…………………………………………. 15
L. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis…………………………………… 15 BAB II KEADAAN UMUM KECAMATAN SANDEN
KABUPATEN BANTUL……………………………………………………….. 18 A. Letak, Luas Dan Batas Geografis…………………………………………... 18 B. Pantai…………………………….…………………………………………. 19
BAB III USAHATANI LAHAN PANTAI………………………………………….. 21 A. Usaha Tani di Lahan Pantai…………………………………………………. 21 B. Budidaya Semangka di Lahan Pantai………………………………….……. 23
1. Pencangkulan dan Pembuatan Nedeng…………...…………………. 24 2. Pemberian Pupuk Dasar atau Pemupukan Awal…………………….. 25 3. Pemasangan Mulsa…………………………………………………... 25 4. Pembibitan…………………………………………………………… 25 5. Penanaman…………………………………………………………… 26 6. Pemeliharaan Tanaman………………………………………………. 27 7. Panen dan Paska Panen……………………………………………… 33
C. Gambaran Peluang Bisnis……………………………………………………. 36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN
A. Identitas Rumah Tangga Tani.......................................................................... 40 B. Analisis Hasil Penelitian................................................................................. 44
1. Penerimaan Usahatani Lahan Pantai................................................. 44 2. Rata-rata Penerimaan Usahatani Semangka....................................... 44 3. Keuntungan........................................................................................ 45 4. Efisiensi Usahatani............................................................................. 46
C. Pengujian Hipotesis......................................................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN............................................................................................. 49 A. Pembahasan....................................................................................................... 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 57 A. Kesimpulan...................................................................................................... 57 B. Saran................................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 59
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel.1.1. Luas lahan kering menurut kemiringannya (ribu ha)......................................................6
Tabel.1.2. Luas Tanam Semangka Lahan Pantai di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul
Tahun 2008………………………….……………………………………......………………….13
Tabel.4.1. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Umur....................40
Tabel.4.2. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Pendidikan............41
Tabel.4.3. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Pekerjaan Lain......41
Tabel.4.4. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Luas Lahan...........42
Tabel.4.5. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah Anak Laki-laki dan Perempuan……………………….……………………………….…………42
Tabel.4.6. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan Usia……………………….………………….………………43
Tabel.4.7. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Berdasarkan Pendidikan…………………………………….………43
Tabel.5.1. Rata-rata Biaya Usaha Tani Semangka........................................................................44
Tabel. 5.4. Keuntungan Usaha Tani Semangka di Lahan Pantai...................................................45
Tabel. 5.5. Rata-Rata Efisiensi Usahatani Semangka Pada Petani Semangka Per Usahatani di Sanden Kabupaten Bantul............................................................................................46
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris oleh karenanya pendapatan dari mengolah
hasil bumi adalah sumber pendapatan yang diandalkan. Salah satu hasil bumi
yang diandalkan itu adalah hasil pertanian. Hasil – hasil pertanian yang masih
memberikan kontribusi yang signifikan pada masyarakat di antaranya adalah :
padi, jagung, kentang, lombok, bawang merah, bawang putih, kedelai, kacang
hijau dan kacang tanah. Di samping itu ada hasil perikanan, peternakan,
perkebunan dan budidaya perairan laut.
Industri pertanian di Indonesia masih dapat diandalkan karena iklim
tropisnya yang mendukung, sumber daya lahannya yang luas dan subur, serta
sumberdaya manusianya yang rajin dan tekun. Sumberdaya lahan yang selama
ini masih sedikit dimanfaatkan adalah lahan pantai. Indonesia adalah negara
dengan pantai terpanjang di dunia. Oleh karenanya potensi lahan pantai ini
sangat mendesak untuk diekplorasi dan dikembangkan untuk menciptakan
kemakmuran rakyatnya.
Bantul adalah salah satu kabupaten di antara ratusan kabupaten di
Indonesia yang memiliki sumberdaya lahan pantai yang sangat panjang dan
luas. Pantai di Sanden Kabupaten Bantul ini berbatasan langsung dengan
samudera hindia. Selama ini lahan pantai di kabupaten tersebut hanya
dimanfaatkan sebagai lokasi wisata, pemukiman transmigrasi lokal,
2
perkebunan kelapa untuk diambil niranya, dan sebagian lagi sudah
dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.
Beberapa jenis tanaman yang sudah dibudidayakan di lahan pantai Sanden
Kabupaten Bantul ini diantaranya adalah tanaman semangka, melon, lombok,
jagung, dan tanaman sayuran. Budidaya tanaman di lahan pantai ini memiliki
risiko dan masalah tersendiri. Beberapa masalah yang sering muncul itu
adalah kecepatan angin yang tinggi, tanah pasir yang miskin unsur hara dan
cepat meloloskan air, dan sumber air yang terbatas.
Lahan pantai biasanya jauh dari perkampungan, maka masalah lain yang
juga penting adalah ketersediaan tenaga kerjanya. Juga angin pantai yang
membawa uap air yang bergaram, maka menyebabkan peralatan yang
digunakan mudah berkarat dan cepat rusak, khususnya peralatan yang
mengandung unsur logam. Uap air laut yang mengembun di sekitar tanaman
juga burang baik dampaknya terhadap tanaman.
Beberapa hal yang diuraikan sebelumnya memberikan gambaran bahwa
pengembangan lahan pantai memiliki potensi yang besar. Akan tetapi dalam
pengembangan itu ada beberapa karakter alam dan lingkungan yang cukup
serius untuk diketahui dan dicari pemecahan masalahnya. Dalam pandangan
usaha tani, usaha untuk mengatasi masalah itu berarti membutuhkan biaya
yang harus disediakan di samping potensi besar yang menguntungkan.
3
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalahnya
adalah: “Apakah usahatani semangka yang dibudidayakan di lahan pantai di
Sanden Kabupaten Bantul menguntungkan dan efisien?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Menganalisis keuntungan usahatani tanaman semangka di lahan pantai di
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul.
2. Menganalisis efisiensi usahatani tanaman semangka di lahan pantai di
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian perlu untuk dilakukan karena akan memberi manfaat pada :
1. Penulis, karena penulis akan bertambah wawasan tentang potensi dan
hambatan dalam pengembangan lahan pantai Samas – di Sanden
Kabupaten Bantul pada khususnya, dan lahan pantai di Indonesia pada
umumnya.
2. Almamater, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
karena lembaga pendidikan ini adalah salah satu lembaga yang
bertanggung jawab untuk melakukan penelitian.
4
3. Masyarakat umum dan Pemdah Kabupaten Bantul, karena penelitian ini
akan memberikan tambahan informasi tentang pertimbangan –
pertimbangan dalam usaha pengembangan pertanian di lahan pantai.
E. Penelitian terdahulu
Manurung (2002) yang melakukan penelitian di kawasan pesisir
Kabupaten Deli Serdang menyatakan bahwa perubahan penggunaan kawasan
pesisir berpengaruh positif terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, namun perlu terus dikembangkan karena prosentase warga miskin
di wilayah itu masih lebih dominan (60%). Hal lain yang perlu diperhatikan
lagi adalah bahwa pengembangan penataan kawasan pesisir harus juga
berwawasan ekologi karena ekosistem pantai dan biota laut juga harus
terselamatkan dari pengembangan pengelolaan wilayah pantai ini.
Widodo (2008) melakukan penelitian di Bantul Jogjakarta, menyatakan
bahwa : 1) usaha tani lahan pantai di Kabupaten Bantul merupakan usahatani
yang terintegrasi antara tanaman dan ternak; 2)keuntungan yang bisa diraih
dari usahatani itu mencapai 61 juta rupiah per hektar per tahun; dan 3) pola
tanam yang diterapkan adalah padi (musim tanam 1), bawang merah (musim
tanam 2 dan 3). Setiap dua atau tiga tahun sekali musim tanam sampai 4 dan
yang ditanam adalah tumpangsari bawang merah dengan cabe merah.
Budiyanto (2009) mengadakan penelitian penggunaan bahan organik rasio
C/N tinggi untuk memperbaiki produktivitas lahan pasir pantai. Penelitian ini
dilakukan pada lahan pasir pantai selatan Kulonprogo Yogyakarta. Dari
5
penelitian ini diketahui bahwa bahwa produktivitas lahan pasir pantai dapat
ditingkatkan menggunakan bahan organic yang berasal dari campuran kotoran
sapi-jerami (1:1) dengan rasio C/N sebesar 42,5. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa bahan organik yang digunakan dapat menyediakan hara
nitrogen selama daur hidup tanaman (jagung).
F. Dasar Teori
1. Lahan Pantai
Lahan yang perlu ditingkatkan pemanfaatannya adalah lahan
kering (pantai). Lahan kering adalah lahan yang pengairannya atau
irigasinya berasal dari air hujan atau air permukaan lainnya. Menurut
Adjid (1991), lahan kering yang potensial untuk usaha pertanian adalah
lahan-lahan dengan kemiringan 0 – 15%. Pada empat pulau besar di
Indonesia lahan kering itu mencapai 38 juta hektar (Tabel 1).
Salah satu potensi alam yang termasuk dalam lahan kering ini
adalah lahan pantai. Karena Indonesia adalah negara kepulauan maka
lahan pantai ini memiliki nilai yang besar sekali. Pantai adalah hamparan
lahan yang terbentang di sepanjang laut. Wilayah pantai atau pesisir ini
adalah pantai dan daratan didekatnya yang masih terpengaruh oleh
aktivitas marines (Hartono et al.2004).
6
Tabel 1.1. Luas lahan kering menurut kemiringannya (ribu ha)
Pulau Kemiringan Jumlah 0-3 (%) 4-8 % 9-15 %
Sumatra1
6.679 4.056 2.015 12.750
Kalimantan1
4.445 5.944 4.035 1.424
Sulawesi1
746 551 705 2.001
Papua1 4.825 3.026 969 8.820 Jumlah (%)
16.695 (43,94)
13.577 (35.73)
7.724 (20.33)
37.995 (100)
Jawa* - - - 5.636 Keterangan :
1Adjid (1991) *BPS (1990)
Lahan pantai memiliki ciri-ciri agroklimat yang berbeda
dibandingkan denga lahan pertanian lainnya. Secara agroklimat lahan
pantai memiliki tanah yang sangat pasiran, porositasnya tinggi,
kelengasannya rendah sehingga ketersediaan airnya (lengas) juga rendah.
Angin di sekitar pantai juga memiliki kecepatan rata-rata yang tinggi.
Kelembaban udaranya tinggi sehingga evapotranspirasi tanamannya sangat
tinggi. Hal ini berarti tanaman memerlukan pasokan air yang banyak
(Widodo, 2008).
7
2. Usaha tani
Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang
terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti
tumbuhan, tanah, air, perlakuan-perlakuan atas tanah, bangunan-bangunan
dan sebagainya. Hadisapoetro (1982) menjelaskan bahwa usaha tani
adalah usaha yang kompleks. Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa yang
termasuk dalam usaha tani adalah bercocok tanam dan memelihara ternak.
Sistem pertanian sekarang ini tidak hanya cukup mencatat
penerimaan dan total biaya tetapi harus dimulai memaksimalkan
pendapatan berdasarkan keadaan penguasaaan sumberdaya yang terbatas.
Pertanian seperti ini selalu diarahkan untuk memaksimalkan keuntungan
pada setiap usahanya. Ciri-ciri pertanian yang menguntungkan adalah :
a. Cepat mengadopsi hal – hal baru atau berinovasi yang cepat sehingga
pertaniannya lebih maju dan nilai ekonominya lebih baik,
b. Derajat kosmopolitannya tinggi, yaitu mobilitas yang tinggi untuk
memperoleh informasi,
c. Berani menanggung resiko dalam melakukan usahanya,
d. Mampu dan mau menerapkan teknologi dan cara-cara baru untuk
berkembang kearah sistem pertanian yang maju dan komersial.
8
3. Keuntungan
Dalam konsep usaha tani, biaya yang dibutuhkan adalah biaya
total. Sedangkan biaya ini meliputi dua jenis yaitu :
a. Biaya eksplisit, yaitu biaya yang sungguh-sungguh dikeluarkan selama
proses produksi berlangsung, diantaranya untuk pembelian pupuk dan
benih, membayar upah orang dan lain-lain.
b. Biaya implisit, yaitu biaya yang tidak sungguh-sungguh dikeluarkan
secara nyata seperti tenaga keluarga, sewa tanah sendiri, dan bunga
modal sendiri.
Pada hakikatnya keuntungan atau kerugian adalah selisih hasil
antara penerimaan dengan biaya menghasilkan. Seringkali dalam
menghitung keuntungan terdapat kesalahan yang disebabkan luputnya
teramati biaya-biaya yang tidak diperhitungkan, misalnya tenaga kerja
keluarga, bunga modal sendiri, dan sewa lahan sendiri (Dewantoro, 1997).
Dalam menerapkan konsep keuntungan maka aspek biaya yang digunakan
adalah biaya menghasilkan yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.
Secara formula matematik keuntungan ditulis sebagai :
TCTR−=π
dengan π adalah keuntungan TR adalah total revenue TC adalah total cost (explicit cost + implicit cost)
4. Efisiensi
9
Efisiensi (R/C) atau produktivitas modal dalam usaha pertanian
akan dapat dicapai apabila total penerimaan (TR) yang diperoleh lebih
besar dari total biaya (TC) yang dikeluarkan oleh petani di dalam
menjalankan usahanya atau dapat ditulis dengan formula
Pengukuran efisiensi ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
suatu usaha pertanian mengeluarkan atau menggunakan biaya untuk
mendapatkan penerimaan pada waktu tertentu. Penanaman semangka di
lahan pantai di kecamatan Galur diharapkan efisien sehingga petani dapat
mengembangkan usaha dan kesejahteraannya.
Suatu kegiatan ekonomi akan dinyatakan efisien atau berpotensi
mendapat keuntungan jika nilai R/C lebih besar dari satu. (R/C > 1).
Perhitungan R/C harus dilakukan pada kurun waktu yang sama
(Soekartawi, 1996).
Untuk perhitungan efisiensi ini, variabel harga bisa
mempergunakan harga riil, bila analisisnya finansial, atau menggunakan
harga bayangan (shadow price) bila analisinya ekonomi (Soekartawi,
1996). Perbedaan analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan
yang ada dan keadaan yang sebenarnya berlaku. Nilai efisiensi pada
analisis ekonomi seringkali lebih rendah bila dibandingkan dengan
efisiensi pada analisis finansial. Hal ini dapat terjadi karena fenomena
variabel ekonomi di negara berkembang biasanya dicirikan dengan
besarnya pengaruh inflasi (Soekartawi, 1996).
10
G. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimulai dengan mengamati semua variabel yang menentukan
dalam perhitungan keuntungan dan efisiensi usaha tani semangka. Dari
perhitungan yang dilakukan akan diperoleh hasil apakah budidaya semangka di
lahan pantai ini menguntungkan dan efisien. Apapun hasil yang didapat dari
perhitungan itu harus dijelaskan dalam pembahasan. Sekalipun hasil dari
perhitungan ini menunjukkan bahwa budidaya semangka ini, misalnya tidak
menguntungkan dan tidak efisien. Kesimpulan disarikan dari pembahasan yang
telah dilakukan (gambar 1.1).
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran
Total cost Total revenue
Efisiensi Keuntungan
Budidaya semangka menguntungkan dan efisien ?
ya
tidak
Budidaya Semangka di Lahan pantai
Pembahasan
Kesimpulan
11
H. Hipotesis
1. Diduga Usahatani semangka di lahan pantai Kecamatan Sanden
Kabupaten Bantul menguntungkan.
2. Diduga Usahatani semangka di lahan pantai Kecamatan Sanden
Kabupaten Bantul efisien.
I. Pembatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap petani semangka di lahan pantai
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta musim tanam tahun
2010.
J. Definisi Operasioal dan Pengukuran Variabel
1. Usahatani adalah usaha mengolah lahan di permukaan bumi yang
dilakukan oleh petani dan atau keluarganya, atau badan usaha lainnya
untuk bercocok tanam dan atau memelihara ternak dan mengambil
hasilnya,
2. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya
eksplisit, dinyatakan dalam rupiah;
3. Penerimaan usahatani total penerimaan usahatani, yaitu hasil buah, hasil
penjualan buah.
4. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan selama proses
produksi, dinyatakan dalam rupiah.
12
5. Biaya implisit adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak nyata,
dinyatakan dalam rupiah.
6. Biaya total (total cost) disebut juga biaya menghasilkan, adalah total biaya
yang diperlukan untuk menghasilkan, merupakan penjumlahan biaya
eksplisit dan biaya implisit, dinyatakan dalam rupiah.
7. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya menghasilkan
yang dinyatakan dalam rupiah.
8. Efisiensi adalah penerimaan total yang dibagi dengan biaya total,
dinyatakan dalam persen atau tanpa satuan.
K. Metode Penelitian
1. Metode Dasar Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survei,
yaitu metode penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh fakta-fakta
dan gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang
institusi sosial atau ekonomi dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.
Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan kebenaran
terhadap keadaan dan praktek – praktek yang sedang berlangsung (Nazir,
1988).
2. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah Studi Kasus yaitu penelitian
tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik
atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1988). Pada penelitian ini,
13
kasus yang diteliti adalah usaha tani semangka di lahan pantai, sehingga
penelitian ini akan dilaksanakan terhadap petani-petani di Desa Srigading,
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul, hanya di Desa Srigading,
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul ini yang memiliki lahan pantai dan
salah satu komoditas yang sering dibudidayakan adalah buah semangka. di
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul terdapat dua dusun yang
memanfaatkan lahan pantai untuk membudidayakan semangka seperti
ditunjukkan Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Luas Tanam Semangka Lahan Pantai di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Tahun 2008 Nama Dusun Luas (Ha) % Ngepet 7 20,80 Tegalsari 30 79,20 Jumlah 37 100,00
Sumber : Monografi di Bantul, 2008. Dari Tabel 1.1 nampak bahwa ada dua dusun yang dapat dipilih secara
sengaja untuk lokasi penelitian. Dari dua desa yang memanfaatkan lahan pantai
untuk membudidayakan tanaman semangka, ditentukan Dusun Tegalsari sebagai
lokasi penelitian, karena usaha tani semangka di lahan pantainya cukup luas (30
hektar).
3. Metode pengambilan responden
Pengambilan responden menggunakan metode sensus, yaitu keseluruhan
populasi diambil sebagai responden. Pengambilan sampel ini biasanya
dilakukan jika anggota populasinya sedikit atau relatif kecil (Nazir, 1988)).
14
Populasi adalah semua petani yang membudidayakan semangka di lahan pasir
pantai Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul pada musim tanam III tahun
2010. Dengan jumlah responden sebanyak 31
4. Macam dan Sumber Data
a. Macam data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder.
1). Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara langsung
dengan responden yang bersangkutan. Data-data ini meliputi : luas tanam,
biaya benih, biaya tanam, biaya pupuk, biaya tenaga kerja, biaya sewa
lahan, biaya sewa alat, dan lain-lain.
2). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu lembaga atau instansi
dengan mencatat data baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan penelitian yang dilakukan. Data – data ini adalah yang
dibutuhkan dalam penelitian ini tetapi pada tahun-tahun yang telah lalu
sebagai pembanding.
b. Sumber data
1). Lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian
2). Studi kepustakaan
3). Kelompok tani atau petani perorangan yang membudidayakan tanaman
semangka pada musim tanam III tahun 2010.
15
5. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap objek yang berhubungan dengan penilitian.
2. Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara menjawab keterangan
melalui sesi Tanya jawab antara peneliti dengan responden.
3. Pencatatan adalah pengumpulan data dengan mengutip data dari lembaga
atau instansi yang terkait dengan penelitian.
L. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik analisis
Untuk menganalisis keuntungan usahatani semangka, digunakan rumus ;
TCTR −=π keterangan:
π = keuntungan TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)
Untuk menganalisis efisiensi usahatani semangka, digunakan rumus ;
TCTR
CR==η
keterangan: η
= efisiensi
R = Revenue (penerimaan) C = Cost (biaya) TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis satu dan dua diuji dengan Uji t (t Test), sebagai berikut:
16
nsthitung
1−=π ttabel : α = 5%, n-1.
keterangan
π = keuntungan usahatani π = rata-rata keuntungan dari seluruh petani s = standar deviasi i = sampel ke-i n = jumlah sampel
Kriteria pengujiannya adalah ;
a. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usahatani
semangka di lahan pantai menguntungkan.
b. Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usahatani
semangka di lahan pantai tidak menguntungkan.
Hipotesis nol (Ho) dalam uji efisiensi adalah bahwa usaha tani semangka
di lahan pantai Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul tidak efisien ( 1≤η )
sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah bahwa usaha tani semangka di
lahan pantai di Sanden Kabupaten Bantul efisien ( 1>η ).
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani semangka
efisien digunakan uji-t, yang dirumuskan sebagai berikut :
17
nsthitung
1−=η ; ttabel : α = 5%, n-1.
n
n
ii∑
== 1η
η
keterangan
η = efisiensi usahatani η = rata-rata efisiensi dari seluruh petani s = standar deviasi i = sampel ke-i n = jumlah sampel Kriteria pengujiannya adalah ;
c. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usahatani
semangka di lahan pantai efisien.
d. Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usahatani
semangka di lahan pantai tidak efisien.
18
BAB II KEADAAN UMUM KECAMATAN SANDEN
KABUPATEN BANTUL A. Letak, Luas dan Batas Geografis
Sanden adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini berada pada bagian selatan
Kabupaten Bantul, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah
selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kretek, sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Srandakan dan sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Pandak. Di kecamatan ini terdapat wisata Pantai Samas dan
Pandansari atau Patihan.
Kondisi alamnya pada umumnya berupa dataran rendah dengan tinggi dari
permukaan laut 4 - 20 meter. Sebagian besar arealnya berupa sawah, kebun dan
bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera Hindia berupa pasir. Kecamatan
Sanden terdiri dari 4 desa yaitu: Gadingsari, Murtigading, Gadingharjo dan
Srigading.
Luas 23,16 km² Jumlah penduduk 33.968 jiwa Kepadatan 1.441 jiwa/km²
19
B. PANTAI
Sama seperti kebanyakan pantai di laut selatan Pulau Jawa, Pantai Samas juga
terkenal dengan angin dan ombaknya yang besar. Di pantai ini juga terdapat delta-
delta sungai dan danau air tawar yang membentuk sebuah telaga yang oleh sub
Dinas Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta digunakan untuk
pengembangan perikanan (ikan air tawar, penyu, udang galah) dan lokasi
pemancingan.
Pada waktu-waktu tertentu Pantai Samas juga digunakan sebagai lokasi bertelur
sejumlah penyu langka seperti: penyu hijau, penyu sisik, penyu blimbing, dan
penyu lekang. Oleh Forum Konservasi Penyu Bantul yang dibentuk atas prakarsa
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta, beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan, dan para nelayan Pantai Samas,
telur-telur penyu tersebut diambil dan ditempatkan pada kolam pemeliharaan semi
alami untuk ditetaskan. Setelah anak penyu berhasil menetas dan telah berumur
sekitar 3 bulan, mereka akan dilepaskan ke laut yang penglepasannya dilakukan
oleh murid-murid sekolah sebagai bagian dari pendidikan mengenal lingkungan
sekitar.
Selain itu, daya tarik lain dari Pantai Samas yang cukup menjanjikan sebagai
kawasan tujuan wisata adalah adanya upacara Kirab Tumuruning Maheso Suro
dan Labuhan Sedekah Laut yang diadakan setiap satu tahun sekali oleh Keraton
Kasultanan Yogyakarta untuk memperingati tanggal satu Suro.
Di pesisir selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sekitar 13 obyek
20
wisata pantai yang sering dikunjungi wisatawan. Salah satu dari ke-13 obyek
wisata itu adalah Pantai Samas yang terletak di Desa Srigading, Kecamatan
Sanden, Kabupaten Bantul. Untuk menuju lokasi pantai yang jaraknya sekitar 24
kilometer dari Kota Yogyakarta ini relatif mudah, baik dengan menggunakan
kendaraan umum maupun pribadi, karena kondisi jalannya cukup baik. Perjalanan
menuju pantai ini banyak menawarkan pemandangan yang indah berupa
hamparan persawahan yang menghijau yang merupakan salah satu sektor andalan
bagi pendapatan daerah Kabupaten Bantul.
21
BAB III USAHA TANI SEMANGKA DI LAHAN PANTAI KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL
A. Usahatani di Lahan Pantai
Di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul beberapa desa telah
mengembangkan pertanian lahan pantai ini. Desa-desa itu adalah Banaran
Ngepet 7 hektar dan Tegalsari 30 hektar. Petani di desa-desa itu
kebanyakan menanam tanaman pangan non padi. Salah satu yang menjadi
komoditas andalan adalah tanaman buah Semangka.
Buah semangka adalah produk pertanian yang sangat digemari
masyarakat. Semangka adalah jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di
daerah tropis, sub tropis, maupun daerah kering (humid tropic). Tanaman
semangka membutuhkan perakaran yang dangkal, yaitu 20 – 25 cm. Tanah
di sekitar perakaran tanaman semangka harus lembab tetapi tidak boleh
terendam air dalam waktu yang lama. Jika akar tanaman terendam air
maka akar tanaman akan membusuk dan mati.
Lahan pantai adalah lahan yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi lahan penanaman buah semangka. Lahan pantai cenderung sangat
berpasir sehingga mudah meloloskan air keluar daerah perakaran dan tidak
akan terjadi genangan – genangan di sekitar perakaran tanaman. Untuk
menjaga kelembaban daerah perakaran maka cara irigasi yang dilakukan
22
adalah dengan menyirami tanaman 2 – 3 kali sehari dengan irigasi curah
(disiram dengan gembor).
Tetapi lahan pantai (pasir) memiliki kekurangan bahkan miskin
akan unsur haranya, sehingga membutuhkan input pupuk yang lebih
banyak. Pupuk hijau atau pupuk kandang paling banyak digunakan di
lahan pantai ini. Disamping menambah kesuburan tanah,pupuk hijau
menambah kandungan unsure organic dalam tanah dan dapat mengikat
partikel – partikel tanah sehingga mampu mempertahankan lengas dalam
tanah lebih lama. Pupuk pabrikan (kimiawi) juga dibutuhkan untuk
meningkatkan efektivitas dalam penyerapan pupuk yang diberikan pada
tanaman semangka.
Kendala yang dihadapi petani lahan pantai adalah hama dan
penyakit serta kondisi iklim spesifik kawasan pantai (Widodo, 2008).
Hama yang paling sering menyerang tanaman di kawasan pantai adalah
ulat, kutu bulu putih, tikus, dan burung. Untuk mengendalikan hama-hama
tersebut dibutuhkan pestisida preventive maupun curative.
Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman di lahan pantai
antara lain : daun keriting, buah keriting, bercak-bercak daun dan batang,
dan tanaman layu. Kebanyakan dari penyakit-penyakit itu tidak bisa
diobati dan harus ditangani dengan memusnakan tanaman.
Kendala alam yang harus diantisipasi oleh petani pantai adalah
adanya angin yang berkecepatan tinggi dan frekuensinya sering. Untuk
mengantisipasi masalah ini, maka petani perlu menambah tenaga dan
23
biaya untuk membangun “tanggul-angin” atau tanaman penghalau angin
(wind breaker). Tanggul angin biasanya bersifat sementara dibuat dari
anyaman daun kelapa yang dipasang di sekeliling lahan. Sedangkan
tanaman penghalau angin bersifat tetap ditanam berbaris tegak lurus arah
angin.
B. Budidaya Semangka di Lahan Pantai
Usahatani semangka merupakan usahatani yang diusahakan oleh petani
di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul dengan harapan usahatani ini dapat
meningkatkan pendapatan petani, walaupun banyak kendala yang harus
dihadapi. Kendala yang sering muncul antara lain biaya saprodi yang mahal,
serangan hama dan penyakit tanaman serta harga yang fluktuatif terutama pada
saat panen tiba dimana harga menurun.
Pengembangan budidaya semangka diperlukan, ketersediaaan teknologi
budidaya dan teknologi pasca panen yang memadai berfungsi sebagai
informasi dari kelayakan apek teknis, ekonomi, sosial budaya dari komoditas
ini. Masa tanam hingga panen yang waktunya relatif singkat, hanya perlu
ketelitian dan kecermatan dalam pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman harus
diperhatikan dengan baik sesuai dengan tahap-tahap didalam budidaya
semangka. Syarat pertumbuhan (Kantor Deputi Mennegristek, 2000)
a. Iklim
Curah hujan yang ideal untuk lahan semangka adalah 40 – 50
mm/bulan, memperoleh sinar matahari penuh dari terbit hingga terbenam, suhu
24
optimal 25oC (20 – 30 oC), kelembaban udara rendah (sesuai untuk padang
pasir).
b. Media tanam :
Kondisi tanah gembur (bersarang) , kaya bahan organik, pH 6- 6,7
c. Ketinggian tempat
Semangka dapat ditanam di ketinggian 100 – 300 m dpl. Tetapi
dapat pula ditanam di ketinggian kurang dari 100 m dan di atas 300 m dpl.
Tahap-tahap di dalam budidaya semangka adalah sebagai berikut :
1. Pencangkulan dan Pembuatan Bedengan
Pengolahan tanah pada tempat yang akan ditanami selebar ± 1m
hingga kedalaman sekitar 30 cm. Pada saat mencangkul tanah di
bolakbalik dapat dilakukan hingga pada bagian bawah berada di
permukaan atas dan terkena sinar matahari. Selesai dicangkul oleh petani
kemudian lahan dibiarkan sekitar satu minggu. Setelah itu petani baru
membuat bedengan yang bermanfaat untuk memaksimalkan hasil panen
dan mengurangi serangan hama serta penyakit, terutama penularan
penyakit antar tanaman. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm dan
panjang sesuai ketersediaan lahan yang ada atau maksimum sekitar 12 m.
Jarak antar bedengan 60 cm. Untuk tanah yang tidak berpasir harus diolah
sampai menjadi remah (gembur), kemudian dibentuk bedengan
penanaman. Antar bedengan dibuat got untuk saluran drainase.
25
2. Pemberian Pupuk Dasar atau Pemupukan Awal
Pemberian pupuk dasar dilakukan sebelum bibit semangka ditanam
di bedengan. Hal ini dilakukan karena pada awal pertumbuhannya,
tanaman semangka membutuhkan unsur hara lengkap. Pupuk awal yang
diberikan berupa pupuk kandang dari kotoran ternak. Pemupukan
sebaiknya dilakukan dua minggu sebelum penanaman.
3. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan untuk meningkatkan hasil dalam
usahatani semangka secara intensif. Mulsa yang biasa digunakan oleh
petani adalah mulsa plastik. Salah satu keuntungan dari pemakaian mulsa
plastik adalah berkurangnya serangan hama dan penyakit.
4. Pembibitan
Persyaratan benih : jenis benih semangk yang disewmaikan aalah
hibirida import, terutam jenis triploid (non biji) yang mempunyai kulit biji
yang sangat keras dan jenis haploid (berbiji).
Bibit semangka yang digunakan petani adalah bibit yang dibeli dari
toko saprodi. Hal ini dikarenakan hanya turunan pertama yang bisa
ditanam, sedangkan turunan berikutnya sudah berubah sifat. Pembibitan
semangka dapat dilakukan di dalam polibag ataupun plastik bening dengan
diameter 4 – 5 cm.
Media tanam dapat berupa campuran tanah gembur atau humus dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1: 1. Pengolahan media tanam
26
Persiapan : lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk
menghancurkan tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata.
Pembentukan bedengan : panjang bedengan 7 – 8 meter dan tinggi
bedengan 20 cm.
Pengapuran : dilakukan dengan pemberian kapur pertanian yang
mengandung unsure kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat
menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang
terdapat di dalam tanah. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-
5 diperlukan 150-200 kg dolomite, untuk pH 5-6 dibutuhkan 75 – 150 kg
dolomite, dan pH > 6 dibutuhkan dolomite sebanyak 50 kg.
Pemupukan : pupuk yang dipakai adalah pupuk organic dan pupuk buatan.
Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang berasal dar hewan
sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk
kandang berguna untuk membentu memulihkan kondisi tanah yang kurang
subur, dengan dosis 2 kg/bedengan.
5. Penanaman
Setelah lahan penanaman dan bibit semangka siap untuk ditanam
kemudian bibit tersebut dipindahkan. Waktu yang tepat untuk
memindahkan bibit semangka ke lahan adalah memindahkan bibit
semangka ke lahan adalah pada waktu pagi hari sebelum p Teknik
penanaman
Pola tanam : tanaman semangka merupakan tanaman semusim
dengan pola tanam monokultur.
27
Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara masal
supaya tanah siap menerima penanaman bibit samnpai menggenangi areal
sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Bibit
ditanam dilubang yang telah disiapkan bersama tanah dri media
pembibitannya. ukul 10 atau pada waktu sore hari setelah pukul 14.30. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari sinar matahari terik yang dapat
membuat biji semangka stress.
6. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman yang harus dilakukan adalah penyiraman,
pembentukan cabang, pengendalian hama, pemupukan susulan, dan
penyeleksian buah. Kebutuhan penyiraman tanaman semangka relative
tergantung pada kondisi lingkungan dan cuaca setempat. Penyiraman
berperan penting untuk pertumbuhan tanaman semangka. Pembentukan
cabang ini dilakukan untuk memilih dua cabang utama yang sehat dan
akan menghasilkan buah. Pengendalian hama dilakukan dengan cara
manual atau dengan cara buatan yaitu menyemprotkan pestisida kimia.
Tujuan dari pemupukan susulan adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman sehingga dapat tumbuh secara optimal. Pupuk yang digunakan
adalah pupuk TSP, NPK, dan kandang. Penyeleksian terhadap buah yang
bentuknya tidak sempurna atau terkena serangan hama dan penyakit. Di
dalam satu cabang sebaiknya hanya disisakan satu buah.
28
1) Pemeliharaan tanaman
Penjarangan dan penyulaman : tanaman yang terlalu rapt
harus dilakukan penjarngan dan tanaman yang mati harus segera
diganti.
Penyiangan : tanaman semangka cukup mempunyai dua
buah saja per pohon, dengan pengaturan cabang primer yang
cenderung banyak. Dipelihara 2 – 3 cabang tanpa memotong
ranting sekundernya.
Pembumbunan : lahan penanaman semangka dilakukan
pembumbunan tanah agar akar menyerap makanan secara
maksimal dan dilakukan setelah hari penanaman.
Perempelan : dilakukan melalui penyortiran dan
pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena
mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang
berkembang. Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman
yang terlalu lebat akibat banyak tunas-tunas muda yang kurang
bermanfaat.
Pemupukan : pemberian pupuk organik pada saat sebelum
tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan
susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada
pertumbuhan vegetative diperlkan pupuk daun (Topsil D), pada
fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan
topsil B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pupuk
29
daun diberikan pada tanaman yang berumur 7, 14, 21, 28, dan 35
hari setelah tanam. Pupuk buah diberikan pada saat 45 dan 55 hari
setelah tanam; ZA dan NPK (1:1) dilakukan 21 har setelah tanam
sebanyak 300 ml,25 hari setelah tanam sebanyak 400 ml, dan 55
hari setelah tanam 400 ml.
2) Hama dan Penyakit
Hama tanaman semangka terdiri dari : thrips (binatang
kecil berbuku-buku), ulat perusak daun, tungau, ulat tanah, kutu
putih dan lalat buah. Penyakit tanaman terdiri dari : layu fusarium
(jamur), bercak daun (bakteri), antraknosa, busuk semai, busuk
buah, dan karat daun.
Jenis Hama:
a) Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman,
mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara
mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang
biak.Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai
tanaman basah dan merata.
b) Ulat perusak daun
Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris
kuning, tanda serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan
lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.Pengendalian:
dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
30
c) Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan
berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri
dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-
jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna
dedaunan akan pucat.Pe ngendalian: dilakukan secara non-
kimiawi dan dengan pestisida.
d) Ulat tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang
tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari.
Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa
memangsa pangkal tanaman.Pengendalian: (1) penanaman
secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus
siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat
disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan obat-
obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
e) Kutu putih dan Lalat buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna
kuning dengan bercak- bercak dan mempunyai belalai. Tanda-
tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti
tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan
terlihat memar. Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi
(membersihkan lingkungan terutama pada kulit buah, tanah
31
bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara
kimiawi : dengan obat-obatan.
Jenis Penyakit:
a) LayuFusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh
jamur (hawa yang terlalu lembab).Ge ja la: timbul kebusukan
pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun
akan.Pe ngendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran
masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada
areal baru yang belum ditanami, atau menanam benih yang
sudah direndam obat; (2) secara kimiawi dilakukan
penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
b) Bercak daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman
lain yang terserang.
Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan
selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau
terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu.Pe
ngendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu
fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri
dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200
dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis 2-3
gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
32
c) Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layufu sa riu m. Gejala: daun
terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna
kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,
tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan
semakin meluas.Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia
sepeti pengendalian penyakit layufusarium; (2) menggunakan
fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
d) Busuk semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan.Gejala:
batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian
mati.Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20
WP dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2
cc/liter air.
e) Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah
menjelang masak dan aktif setelah buah mulai
dipetik.Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan
kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan,
pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak
berawan/hujan.
f) Karat daun
33
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang
berkembang pada daun tanaman.Gejala: daun melepuh, belang-
belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul
rekahan membujur pada batang.Pengendalian: sama seperti
penyakit layufusarium. Belum ditemukan obat yang tepat,
sehingga tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak
menular pada tanaman sehat.
g. Gulma
Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga
disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang
kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya
gulma (tanaman pengganggu).
7. Panen dan Pasca Panen
Ciri dan umur panen : tanaman dapat dipanen setelahberumur 70 –
100 hari ditanam. Ciri-cirinya terjadi perubahan warna buah dan batang
buah mulai mengecil. Cara panen : pemetikan buah yang akan dipanen
sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tdak berawan sehingga
buah dalam kondisi kering permukan kulitnya, dan tahan selama dalam
penyimpanan.
Prakiraan produksi : hasil produksi dari masing-masing pohon
semangka perlu diadakan pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat
34
diperkirakan jumlah produksinya. Secara wajar jumlah buah berkisar
antara 2 – 3 buah setiap pohon, dengan berat buah 6 – 8 kg per pohon.
Pada umumnya buah semangka dapat dipanen pada umur 75-100
hari sejak ditanam. Buah yang sudah tua ketika dipetik warna daging
buahnya masih berwarna muda. Setelah dua hari, daging buah akan
bertambah tua warnanya, tetapi berat buah akan mengalami penyusutan.
Biasanya petani menjual langsung setelah buah dipetik kepada tengkulak
di tempat panenan berlangsung, sehingga tidak ada perlakuan buah
semangka setelah panen.
3) Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan
permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka
dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
a) Kelas A: berat≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu
masak.
b) Kelas B: berat± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu
masak.
c) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu
masak.
4) Penyimpanan
a) Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar
(sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
35
b) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan
kelembaban udara antara 80-85%;
c) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara
pengaturan kadar O2 dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen
atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi
proses respirasi;
d) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan
penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari
jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5
lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
5) Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu
baik sampai pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan
proses pengepakan yang secara benar dan hati-hati.
a) Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah
pengangkutan.
b) Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik
dapat dihindari.
c) Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan
berat buah.
6) Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu
diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari
36
produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi
semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui
sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui
beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).
C. Gambaran Peluang Agribisnis
Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami.
Akan lebih sempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting
untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya
produksi dan pendapatan dalam setiap hektarnya. Selain petani dapat
memperkirakan luas areal penanaman semangka yang dikehendaki, juga
akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.
Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka
konvensional ada beberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:
a. Tanaman semangka dibudidayakan secara monokultur dengan jarak
tanam 5.0 m x 0,8 m sehingga populasi tanaman setiap hektar
mencapai 3.500 tanaman.
b. Varietas tanaman semangka yang dibudidayakan merupakan jenis
unggul (F1 hibrid), yakni varietas mindful.
c. Di lokasi penanaman terdapat diesel air sebagai sumber air apabila
diperlukan.
37
d. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP)
dan tenaga kerja wanita (HKW), dengan ongkos tenaga kerja pria lebih
tinggi dari pada tenaga kerja wanita, dengan jam kerja/hari : 8 jam.
e. Budidaya semangka dilakukan pada musim kemarau (Maret-
September).
f. Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada
besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga
produksi buah yang didapatkan.
1. Standar Produksi
a. Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya,
khususnya petani semangka, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan
dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam
ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut:
1) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi
tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani semangka, baik
untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.
2) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan
tenaga kerja lebih banyak.
3) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang mempunyai prospek
pasar dan pemasaran yang baik.
4) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang dapat mempertinggi
nilai gizi masyarkat.
38
b. Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman semangka merupakan salah
satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian
diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai
harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada
umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau
pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkan
adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang
pertanian.
c. Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku
dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Semangka yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan
menempelkan stiker pada buah;
2) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga
3) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan)
produksi semangka harus dijaga;
4) Buah semangka yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas
sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.
d. Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi
selanjutnya, umur semangka kurang lebih 56–65 HST, buah semangka
39
yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang
1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
e. Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu
atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala.
Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan
menggunakan kotak kayu.
40
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
A. Identitas Rumah Tangga Tani
Analisis Deskripftif dalam penelitian ini menyajikan gambaran
karakteristik rumah tangga tani yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan dan
biaya hidup. Adapun karakteristik rumah tangga tani dikelompokkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan dan penghasilan seperti yang tertera
dibawah ini :
1. Karakteristik Rumah Tangga Tani
Hasil penelitian terhadap tiga kelompok usia, yang seluruhnya berjumlah
31 responden disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Umur
Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persen %
20-35 7 22,5
36-50 16 51,6
lebih 51 8 25,8
Jumlah 31 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kepala keluarga didominasi oleh petani
berumur 36 sampai 50 tahun (51,6%), umur 20 sampai 35 tahun 22,5%, dan
umur lebih dari 51 tahun sebanyak 25,8%.
41
Tabel 4.2.Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah(Orang) Persen
tdk sekolah 0 0
SD 0 0
SMP 11 35,4
SMA 16 51,6
S1 4 12,9
Jumlah 31 100,0
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 31 responden didominasi oleh
responden yang berpendidikan SMA 51,6%, berpendidikan SMP 35,4%,
berpendidikan S1 12,9%.
Tabel 4.3.Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Pekerjaan Lain
Pekerjaan lain Jumlah (Orang) Persen
peternak 22 70,9
Swasta 7 22,5
Dagang 2 6,4
Jumlah 31 100,0
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 31 responden didominasi oleh
responden yang bepekerjaan sebagai ternak 70,9%, bepekerjaan swasta 22,5%,
bepekerjaan dagang 6,4%. Perbedaan jenis pekerjaan tersebut tergantung pada
kesempatan dan waktu luang yang dimiliki petani dan juga dipengaruhi oleh
faktor tingkat pendidikan yang dimiliki petani. Pekerjaan sebagai pegawai negeri
sipil (PNS) menjadi alternatif pilihan bagi petani untuk menambah pendapatan
42
rumah tangganya. Tingkat pendidikan juga mendorong petani semangka untuk
memanfaatkan ijazahnya untuk mencari pekerjaan di luar sector pertanian.
Tabel 4.4.Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Luas Lahan
Luas lahan Jumlah(Orang) Persen
500-1000 meter 12 39
1001-2000 meter 3 31
> 2001 meter 16 52
Jumlah 31 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari 31 kepala keluarga rumah tangga tani
didominasi oleh rumah tangga tani dengan luas lahan > 2001 meter 52%, luas
lahan 500-1000 meter 39%, luas lahan 1001-2000 meter 31%.
Tabel 4.5.Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah
Anak Laki-laki dan Perempuan Jumlah Anak Jumlah Persen
Laki-laki 1,2 50
Perempuan 1,2 50
Jumlah 2,4 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dari kepala keluarga rumah tangga tani responden
jumlah anak laki-laki dan perempuan petani seimbang yaitu sebanyak 42 orang
atau 50%.
43
Tabel 4.6.Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan Usia
Jumlah anggota keluarga Jumlah Persen
< 15 tahun 0,055 20
15 sampai 55 tahun 2,13 79
> 55 tahun 0,03 1
Jumlah 2,71 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa dari 24 responden didominasi oleh
responden yang berumur 15 sampai 55 tahun sebanyak 66 orang atau 79%,
kurang dari 15 tahun sebanyak 20%, sisanya lebih dari 55 tahun sebanyak 1%.
Tabel 4.7. Karakteristik Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Berdasarkan Pendidikan
Jumlah anggota keluarga Jumlah Persen
Tidak sekolah 0,13 5
SD 0,26 11
SMP 0,64 23
SMA 0,64 23
Perguruan Tinggi 1,13 38
Jumlah 2,7 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2011
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dari 15 responden didominasi oleh
responden jumlah anggota keluarga yang berpendidikan perguruan tinggi
sebanyak 38%, tidak sekolah sebanyak 5%, SD sebanyak 11%, SMP sebanyak
23%, dan SMA sebanyak 23%.
44
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1) Penerimaan Usahatani Lahan Pantai
Penerimaan paling besar adalah semangka dengan produksi sebesar
15.516,13dengan harga per Kg 2000 sehingga penerimaan sebesar 31.032.250,06,
karena usaha semangka memiliki kendala sehingga dapat menarik minat seluruh
petani semangka di Kab.Bantul.Sehingga harga jual mengalami Kenaikan pada
saat panen tiba (harga stabil), sehingga petani dapat menutupi harga sarana
produksi yang mahal. Timbulnya penyakit dapat di tangani dengan cepat sehingga
Harga jual dari semangka cenderung stabil saat panen.
Dari table di atas menunjukkan produksi rata-rata sebesar 15516,13 kg
dengan harga per kg Rp. 2000. Jadi penerimaan untuk 31 petani adalah
Rp.31.032.258,06.
2) Rata-rata Biaya Usahatani Semangka Tabel 5.1. Rata-rata Biaya Usahatani Semangka Unit Nilai (Rp) Persentase %
Implisit (implisit tidak dari biaya yang berkaitan dengan jenis tanaman seperti :
Biaya pupuk
Biaya tenaga kerja
Biaya pengairan
Biaya produksi (Biaya benih)
2.904.777,097
720.500
820.250
602.540
761.487
55%
Explisit (explisit terdiri dari biaya:
Biaya penyiangan
2.376.635,806
45%
45
Biaya penyemprotan pestisida
Biaya penjarangan
Penyusutan alat
Biaya penggunaan imulsa
505.400
490.580
485.260
475.300
420.150
Jumlah 5281412,903 100%
Dari table di atas biaya Implisit dari 31 petani Rp.2.904.777,097 atau 55%
sedangkan nilai explisit sebesar 2.376.635,806 atau 55% sehingga total Biaya
Usaha Tani semangka di Sanden Bantul sebesar Rp.5.281.412,903.
3) Keuntungan
Tabel 5.4. Keuntungan Usahatani Semangka di Lahan Pantai Uraian Nilai (Rp)
Penerimaan Rp962.000.000
Biaya Rp163.723.800
Keuntungan Rp798.276.200
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai penerimaan sebesar Rp
962.000.000, biaya sebesar Rp 163.723.800, Keuntungan yang di peroleh petani
adalah sebesar Rp.798.276.200 dengan rata-rata keuntungan satu petani adalah
Rp.25.750.845,16
46
4) Efisiensi Usahatani
Untuk mengetahui usahatani semangka ini efisien atau tidak, maka
dihitung R/C rasionya. R/C rasio adalah perbandingan penerimaan total dan biaya
total.
Tabel 5.5. Rata-Rata Efisiensi Usahatani Semangka Pada Petani Semangka Per Usahatani di Sanden Kabupaten Bantul No Uraian Besarannya(Rp) Rata-rata
1. Biaya Total 163.723.800/ 31 5281412,9
2. Penerimaan Total 962.000.000/ 31 31032258
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa penerimaan total usahatani
semangka adalah Rp 962.000.000 dengan biaya total Rp 163.723.800 didapat nilai
efisiensinya adalah 6,2 (lebih dari satu), sehingga dapat dinyatakan bahwa
usahatani semangka telah efisien untuk diusahakan. Efisien yang dimaksud bahwa
setiap penerimaan usahatani yang diterima oleh petani semangka sudah mampu
menutup besarnya biaya yang dikeluarkan dalam mengerjakan usahatani tersebut
atau dapat pula diartikan bahwa satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani
semangka mampu menghasilkan penerimaan sebesar 6,2
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis nol (Ho) dalam uji keuntungan ini adalah bahwa usahatani
semangka di lahan pantai Samas tidak menguntungkan ( 0≤π ) sedangkan
hipotesis alternatifnya (Ha) adalah bahwa usaha tani semangka di lahan pantai di
Sanden Kabupaten Bantul menguntungkan ( 0≥π ).
47
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani semangka
menguntungkan digunakan uji- t, yang dirumuskan sebagai berikut :
nsthitung
1−=π ttabel : α = 5%, n-1.
keterangan
π = keuntungan usahatani π = rata-rata keuntungan dari seluruh petani s = standar deviasi i = sampel ke-i n = jumlah sampel
Kriteria pengujiannya adalah ;
e. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usahatani
semangka di lahan pantai menguntungkan.
f. Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usahatani
semangka di lahan pantai tidak menguntungkan.
Ho : Usahatani tidak menguntungkan
Ha : Usahatani menguntungkan
Hipotesis nol (Ho) dalam uji efisiensi adalah bahwa usahatani semangka di
lahan pantai Karangsewu-Galur tidak efisien ( 1≤η ) sedangkan hipotesis
alternatifnya (Ha) adalah bahwa usaha tani semangka di lahan pantai di Sanden
Kabupaten Bantul efisien ( 1>η ).
48
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani semangka
efisien digunakan uji-t, yang dirumuskan sebagai berikut :
nsthitung
1−=η ; ttabel : α = 5%, n-1.
n
n
ii∑
== 1η
η
keterangan
η = efisiensi usahatani η = rata-rata efisiensi dari seluruh petani s = standar deviasi i = sampel ke-i n = jumlah sampel Kriteria pengujiannya adalah ;
g. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usahatani
semangka di lahan pantai efisien.
h. Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usahatani
semangka di lahan pantai tidak efisien.
t hitung : 5,2322
t tabel : 2,042 (31: 5%)
terdapat pada lampiran
49
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Kegiatan usahatani semangka di Sanden Kabupaten Bantul merupakan
salah satu sumber pendapatan petani selain dari usahatani lahan pekarangan
dan dari luar usahatani. Usahatani semangka ini dilaksanakan di lahan sawah.
Para petani mengetahui usahatani ini dari tetangga terdekat, tetapi adapula
usahatani ini merupakan usahatani yang turun temurun dari anggota keluarga
sebelumnya. Setiap petani ini ingin memperoleh pendapatan yang besar dalam
berusahatani agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan baik. Unsur
pendapatan dalam usahatani adalah penerimaan dan biaya. Perhitungan biaya
yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani semangka menggunakan konsep
biaya mengusahakan yang meliputi biaya untuk pembelian sarana produksi,
pembayaran tenaga kerja, pajak tanah, iuran irigasi dan biaya lain-lain. Rata-
rata biaya mengusahakan usahatani semangka yang dikeluarkan oleh petani
sebesar Rp 2.405.520,53/UT/MT atau Rp 7.820.931,01/Ha/MT.
Biaya sarana produksi dalam penelitian ini antara lain biaya untuk
pembelian benih, pupuk, pestisida, polybag dan mulsa. Sarana produksi yang
digunakan pada usahatani semangka ini dibeli dari toko sarana produksi
pertanian terdekat sedangkan untuk pupuk TSP mendapatkan subsidi dari
pemerintah sehingga harga yang diterima oleh petani menjadi lebih rendah atau
separuh dari harga yang sebenarnya. Dalam usahatani semangka jenis pupuk
yang dibutuhkan diantaranya adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.
50
Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ternak. Rata-rata biaya untuk pembelian pupuk kandang sebesar Rp
201.833,33/UT/MT atau Rp 626.518,81/Ha/MT. Pupuk kandang mempunyai
kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga dapat menjadi
faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah seperti dapat menambah zat
makanan, mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah, serta dapat
mendorong kehidupan jasad renik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah
TSP, NPK, ZA, KCL, dan pupuk daun atonik. Pupuk daun yang dipakai oleh
petani biasanya yang berbentuk cair yang pengaplikasiannya dengan cara
disemprotkan. Tujuan pengaplikasian dengan cara disempotkan ini adalah agar
unsur-unsur yang terkandung didalam larutan pupuk dapat diisap oleh daun
atau batang tanaman. Dalam pemberian pupuk petani tidak menggunakan
aturan khusus, kadang petani hanya berdasarkan pada pengalaman masa lalu.
Polybag yang dipergunakan oleh petani semangka adalah polybag berupa
plastik. Apabila bibit semangka sudah berumur 14 minggu kemudian bibit
tersebut dipindah ke lahan yang sudah disiapkan oleh petani.
Petani semangka memerlukan pestisida untuk pemberantasan hama dan
penyakit. Pestisida yang dipakai oleh petani adalah pestisida agrimex, desis,
dan indropul. Pestisida agrimex dan desis bermanfaat untuk memberantas
hama seperti hama ulat dan hama embing-embing/kaper sejenis serangga,
sedangkan indropul untuk memberantas jamur atau penyakit yang berupa
penyakit akar busuk yang banyak menyerang tanaman semangka. Pemakaian
pestisida ini dilakukan dengan cara disemprot dengan sprayer. Biaya terbesar
51
yang dikeluarkan oleh petani pada penggunaan saprodi adalah untuk pembelian
pupuk terutama pupuk anorganik. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani
semangka, petani sebagian besar menggunakan tenaga kerja luar karena tenaga
kerja keluarga tidak cukup untuk menyelesaikan kegiatan usahatani. Beberapa
kegiatan usahatani tersebut antara lain pencangkulan dan pembuatan bedengan,
pembuatan got, pemberian lxxvi pupuk dasar, pemasangan mulsa, pembibitan,
pengairan, penanaman, pembentukan cabang, penyeleksian buah, pemupukan
I, pemupukan II pemupukan III, dan kegiatan pengendalian hama tanaman.
Didalam kegiatan semangka ini untuk pengangkutan sekaligus pemanenan
tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh petani. Hal ini dikarenakan oleh semua
hasil panen ditebas atau dijual semua kepada tengkulak dengan kesepakatan
harga yang telah ditentukan diantara petani dan penebasnya, sehingga biaya
untuk pengangkutan dan pemanenan ini ditanggung oleh penebas. Biaya tenaga
kerja usahatani semangka ini mencapai Rp 1.072.544,44/UT/MT atau Rp
3.634.616,13/Ha/MT.
Adapun biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam penelitian ini meliputi
pajak, iuran irigasi, dan penyusutan peralatan. Besarnya pajak lahan ditentukan
oleh pemerintah dan tergantung pada lokasi dan luas lahan. Lahan yang dekat
dengan jalur transportasi pajaknya lebih tinggi jika dibandingkan lahan yang
jauh dari jalur transportasi. Demikian juga dengan iuran irigasi yang harus
dikeluarkan oleh petani setiap panennya. Kegiatan irigasi ini dilaksanakan
selama beberapa kali diantara 2-8 kali. Hal ini dikarenakan supaya hasil panen
semangka yang diperoleh menjadi lebih baik. Iuran irigasi juga dipengaruhi
52
oleh letak lahan karena besarnya iuran irigasi ini ditentukan dalam rapat desa
antarpetani dengan pamong desa setempat sehingga akan berbeda antara desa
yang satu dengan desa yang lain. Biaya penyusutan peralatan meliputi biaya
penyusutan cangkul, sosrok, gunting, dan alat semprot yang diperlukan dalam
usahatani semangka. Rata-rata biaya lain-lain untuk usahatani semangka yang
terbesar yaitu biaya untuk iuran irigasi sebesar Rp 117.000,00/UT/MT atau Rp
356.029,39/Ha/MT, kemudian diikuti oleh biaya untuk penyusutan alat sebesar
Rp 24.026,07/UT/MT atau Rp 70.336,88/Ha/MT. Petani semangka di Sanden
Kabupaten Bantul kebanyakan ikut kelompok tani yang bernama “Marsudi
Tani”. Kelompok tani ini dibuat sebagai tempat berkumpulnya para petani
untuk membahas semua kegiatan yang berhubungan dengan usahatani
semangka yang berupa lxxvii penyuluhan dari dinas pertanian setempat yang
memberikan penyuluhan tentang bagaimana caranya untuk meningkatkan hasil
usahatani semangka. Penerimaan usahatani semangka dalam penelitian ini
merupakan nilai uang yang diterima petani dari hasil produksi usahatani
semangka yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan
harga jual produk per kilogram. Berdasarkan hasil penelitian produksi rata-rata
yang dihasilkan dari usahatani semangka sebesar Rp 5.535,00 Kg/UT/MT atau
Rp 17.241,72 Kg/Ha/MT. Rata-rata harga jual per kilogram yang diterima oleh
petani adalah Rp 900,00/Kg, sehingga rata-rata total penerimaan petani sebesar
Rp 4.981.000,00/UT/MT atau Rp 15.517.543,50/Ha/MT. Rata-rata pendapatan
petani semangka dapat dihitung dengan cara mengurangi rata-rata penerimaan
dengan rata-rata biaya usahatani.
53
Dari hasil penelitian dapat diperoleh rata-rata pendapatan total
usahatani semangka sebesar Rp 2.575.979,47/UT/MT atau Rp
7.696.612,49/Ha/MT. Disamping mengusahakan usahatani semangka sebagian
besar petani mempunyai usaha lain diluar usahatani semangka seperti usahatani
pekarangan dan usaha lain diluar sektor pertanian. Usaha-usaha diluar
usahatani ini merupakan mata pencaharian sampingan dan adapula yang
merupakan mata pencaharian tetap bagi petani. Meskipun pendapatan yang
diperoleh dari luar usahatani semangka tidak cukup besar apabila dibandingkan
dengan pendapatan dari usahatani semangka, tetapi petani tetap menekuni
pekerjaan sampingan tersebut, sebab mereka masih memerlukan sebagai
masukan imbalan dan mereka bisa mengerjakan pekerjaan sampingan tersebut
tanpa mengganggu waktu dari kegiatan usahatani semangka, sehingga mereka
berusaha memanfaatkan waktu yang mereka miliki agar tidak sia-sia.
Pendapatan total rumah tangga dapat berasal dari satu atau lebih macam
sumber pendapatan, dimana masing-masing sumber pendapatan tersebut
memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap total pendapatan keluarga.
Selain pendapatan yang diperoleh dari usahatani semangka, para anggota
keluarga atau petani itu sendiri juga mempunyai sumber pendapatan lain yang
turut memberikan sumbangan pendapatannya terhadap total lxxviii pendapatan
keluarga. Mata pencaharian diluar usahatani semangka yang ditekuni oleh
petani semangka maupun oleh anggota keluarga petani bervariasi seperti
Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh tani, garu luku, subak, pegawai kalurahan,
pedagang dan pensiunan. Rata-rata pendapatan total keluarga petani secara
54
keseluruhan yaitu sebesar Rp 3.900.201,69/UT/MT atau Rp
9.761.945,82/Ha/MT., namun ratarata pendapatan tiap jenis pekerjaan diluar
usahatani dari semangka yang menunjukkan jumlah kecil. Hal ini dikarenakan
jumlah tersebut merupakan pendapatan rata-rata tiap jenis pekerjaan dari 30
petani responden didalampenelitian ini. Rata-rata pendapatan dari luar
usahatani semangka yaitu Rp2.401.190,48/MT, sedangkan rata-rata pendapatan
yang terendah berasal dari usahatani lahan pekarangan yaitu sebesar Rp
487.916,67/UT/MT atau Rp 2.361.944,45/Ha/MT.
Usahatani semangka selain mampu memberikan pendapatan yang besar
terhadap pendapatan total rumah tangga petani semangka, ternyata usahatani
semangka telah mencapai efisien. Efisiensi usahatani semangka sebesar 2,07,
hal tersebut dapat diartikan bahwa 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani
semangka mampu menghasilkan penerimaan sebesar 2,07 rupiah. Dari hasil
penelitian ini, besarnya kontribusi pendapatan yang diperoleh dari usahatani
semangka terhadap pendapatan total rumah tangga petani sebesar 78,27 persen,
berarti bahwa kontribusi pendapatan yang diperoleh dari usahatani semangka
lebih tinggi dari pada sumber pendapatan yang lain terhadap pendapatan total
rumah tangga petani di Sanden Kabupaten Bantul. Dengan kontribusi sebesar
78,27 persen, usahatani semangka ini menjadi suatu usaha yang menjanjikan
dan mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi petani.
Usahatani semangka masih memiliki beberapa kendala sehingga belum
dapat menarik minat seluruh petani semangka di Bantul khususnya di Sanden
Kabupaten Bantul. Kendala tersebut antara lain hama dan penyakit yang
55
menyerang tanaman semangka, harga jual turun pada saat panen tiba (harga
tidak stabil), serta harga sarana produksi yang mahal (tidak stabil). Timbulnya
hama dan penyakit yang menyerang tanaman semangka yang berupa ulat,
embing-embing sejenis serangga, jamur atau penyakit busuk akar pada
usahatani semangka membutuhkan penanganan yang cukup serius.
Penanggulangan terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman
semangka dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan dan
menggunakan obat-obatan kimia dengan cara disemprot dengan pestisida.
Harga jual dari semangka yang turun atau tidak stabil saat panen terutama pada
saat musim penghujan tiba, karena dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung
kualitas dari buah semangka juga ikut turun sehingga harga jual juga menjadi
turun. Pada musim tanam tahun 2007 harga jual semangka sebesar Rp
1.000,00/Kg, sedangkan pada musim tanam tahun 2008 sekarang turun
menjadi Rp 900,00/Kg. Hal tersebut tidak dapat dicegah oleh petani semangka,
karena yang menentukan harga bukanlah petani melainkan tengkulak atau
penebas.
Harga sarana produksi yang terus menerus mengalami peningkatan
mengakibatkan petani semangka juga harus mengeluarkan biaya yang lebih
tinggi, sehingga pendapatan yang diperoleh petani menjadi menurun. Oleh
sebab itu petani mengharapkan harga pupuk organik (pupuk kandang) maupun
harga pupuk anorganik (pupuk NPK, TSP, Za, KCL serta pupuk daun atonik)
dapat stabil di tingkat petani. Minimal dengan harga pupuk yang stabil, petani
56
dapat memperkirakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam setiap
musim tanamnya.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan mengenai
usahatani semangka pada musim tanam tahun 2010 di Sanden Kabupaten
Bantul dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Total biaya mengusahakan usahatani semangka sebesar Rp 163.723.800,
penerimaan yang diterima oleh petani semangka yaitu Rp 962.000.000,
dan keuntungan yang di terima oleh petani semangka sebesar
Rp 798276200
2. Efisiensi usahatani semangka sebesar 6,2 berarti usahatani semangka
efisien.
B. Saran
1. Petani sebaiknya dapat memaksimalkan usahatani semangka selain dari
usaha yang lainnya karena dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi dan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan total rumah
tangga petani.
2. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian yang lebih pada usahatani
semangka mengingat potensi yang dimiliki diwilayahnya dan hasil dari
usahatani semangka dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.
Perhatian pemerintah dapat diwujudkan dengan memberikan penyuluhan
58
mengenai usahatani semangka atau memberikan bantuan yang berupa
modal untuk berusahatani semangka dan lebih meningkatkan peran dari
kelompok tani dengan membentuk atau mendirikan koperasi pedagang
semangka yang diantara anggotanya adalah kelompok tani tersebut.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adjid, D. Abdul,1991,Konsep Alih Teknologi Pertanian Lahan kering : makalah disampaikan pada symposium nasional penelitian dan pengembangan sistem usaha tani lahan kering yang berkelanjutan yang diselenggarakan oleh UNIBRAW 29 – 31 Agustus 1991.
Budiyanto, Gunawan., 2009, Bahan Organik Rasio C/N Tinggi Dapat
memperbaiki Produktivitas Lahan Pasir Pantai (Disetasi S3), Sekolah Pasca Sarjana- UGM, Yogykarta.
Dewantoro; Puspaningrum, dan Suwardi, 1997, Diklat Pengantar Praktikum Ilmu
Usahatani, Laboratorium EP dan Usahatani, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta.
Hadisapoetro, S., 1982, Biaya Dan Pendapatan Di Dalam Usahatani, UGM,
Yogyakarta. Hartono, Sri. et.al. 2004. Pengembangan Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai
Berpasir untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat (Makalah seminar). BP2TPDAS-IBB. Surakarta.
Kantor Deputi Mennegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
dan Teknologi, 2000, Teknologi Tepat Guna : Semangka, BPPT, Jakarta. Manurung, Hotman (2002), Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir dan
Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatra Utara, Program Pascasarjana - USU, Medan, Sumatra Utara
Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Nasir, M., 1988, Metode Penelitian, Ghalia Indoensia, Jakarta Soekartawi, 1993, Prinsip Dasar Eonomi Pertanian, Raja Gratindo Persada,
Jakarta. Soekartawi, 1996, Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian Dan Pedesaan,
Penerbit ANDI. Yogyakarta. Soekartawi, 1996, Pembangunan Pertanian Untuk Mengentaskan Kemiskinan,
Penerbit Universitas Indonesia (UIP), Jakarta.
60
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, penerbit ALFABETA, Bandung. Widodo,A.S. 2008, Kajian Usahatani Lahan Pantai Di Kabupaten Bantul (naskah
seminar), Pusat Analisi Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
61
Lampiran 1. Rata-rata Penerimaan Usaha Tani Semangka
produksi per kg harga per kg penerimaan 17000 Rp2.000 Rp34.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 25000 Rp2.000 Rp50.000.000 21000 Rp2.000 Rp42.000.000 20000 Rp2.000 Rp40.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 20000 Rp2.000 Rp40.000.000 22000 Rp2.000 Rp44.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 16000 Rp2.000 Rp32.000.000 17000 Rp2.000 Rp34.000.000 19000 Rp2.000 Rp38.000.000 17000 Rp2.000 Rp34.000.000 19000 Rp2.000 Rp38.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 15000 Rp2.000 Rp30.000.000 12000 Rp2.000 Rp24.000.000 19000 Rp2.000 Rp38.000.000 20000 Rp2.000 Rp40.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 4000 Rp2.000 Rp8.000.000 22000 Rp2.000 Rp44.000.000 20000 Rp2.000 Rp40.000.000 12000 Rp2.000 Rp24.000.000 4000 Rp2.000 Rp8.000.000 10000 Rp2.000 Rp20.000.000 18000 Rp2.000 Rp36.000.000 30000 Rp2.000 Rp60.000.000 2000 Rp2.000 Rp4.000.000 20000 Rp2.000 Rp40.000.000 481000 62000 962000000
15516,129 2000 31032258,06
DAFTAR PUSTAKA
Adjid, D. Abdul,1991,Konsep Alih Teknologi Pertanian Lahan kering : makalah disampaikan pada symposium nasional penelitian dan pengembangan sistem usaha tani lahan kering yang berkelanjutan yang diselenggarakan oleh UNIBRAW 29 – 31 Agustus 1991.
Budiyanto, Gunawan., 2009, Bahan Organik Rasio C/N Tinggi Dapat memperbaiki
Produktivitas Lahan Pasir Pantai (Disetasi S3), Sekolah Pasca Sarjana- UGM, Yogykarta.
Dewantoro; Puspaningrum, dan Suwardi, 1997, Diklat Pengantar Praktikum Ilmu
Usahatani, Laboratorium EP dan Usahatani, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta.
Hadisapoetro, S., 1982, Biaya Dan Pendapatan Di Dalam Usahatani, UGM,
Yogyakarta. Hartono, Sri. et.al. 2004. Pengembangan Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir
untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat (Makalah seminar). BP2TPDAS-IBB. Surakarta.
Kantor Deputi Mennegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu dan
Teknologi, 2000, Teknologi Tepat Guna : Semangka, BPPT, Jakarta. Manurung, Hotman (2002), Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir dan
Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatra Utara, Program Pascasarjana - USU, Medan, Sumatra Utara
Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Nasir, M., 1988, Metode Penelitian, Ghalia Indoensia, Jakarta Soekartawi, 1993, Prinsip Dasar Eonomi Pertanian, Raja Gratindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 1996, Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian Dan Pedesaan,
Penerbit ANDI. Yogyakarta. Soekartawi, 1996, Pembangunan Pertanian Untuk Mengentaskan Kemiskinan,
Penerbit Universitas Indonesia (UIP), Jakarta.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, penerbit ALFABETA, Bandung. Widodo,A.S. 2008, Kajian Usahatani Lahan Pantai Di Kabupaten Bantul (naskah
seminar), Pusat Analisi Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
Kuesioner
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan lain :
Luas lahan : hektar
Pola
ta
nam
MT I, komoditas : mulai bulan sampai bulan
MT II, komoditas : mulai bulan sampai bulan
MT III, komoditas : mulai bulan sampai bulan
Ket. MT : Musim Tanam
Anggota Keluarga Nama Hubungan
Keluarga Jenis
kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan Budidaya Semangka Berat (ton) Harga (Rp) / kg Hasil (Rp) Keterangan
Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4
dll.
Biaya budidaya semangka T
enag
a ke
rja
Jenis Kegiatan Keluarga (HKO)
Non keluarga (HKO)
Upah/HKO (Rp)
Total upah (Rp)
Pengolahan tanah
Pembibitan
Penanaman
Penyiraman
Pemupukan
Penyiangan
Pembasmian hama
Pemilihan buah
Panen
Lain-lain
Keterangan : HKO : hari kerja orang
Sara
na
Prod
uksi
Jenis saprotan Jumlah kg, liter
Harga satuan (Rp)
Umur ekonomis
Biaya
Pupuk urea
Pupuk KCL
Pupuk TSP
Pupuk kandang
Pestisida
dan lain-lain
Pera
lata
n Jenis Jumlah Harga
(Rp) Umur ekonomis
(tahun) Biaya
Cangkul
Sabit
Gembor
Tangki semprot
Lain – lain