skrip si

Upload: devi-puspasari

Post on 14-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 menempatkan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas penting karena ibu dan anak adalah harapan bangsa di masa yang akan datang. Kemajuan bangsa di masa mendatang akan sangat tergantung dari kondisi kesehatan anak saat ini. Sedangkan kesehatan anak tergantung dari kesehatan ibu. Kesehatan ibu juga tercantum dalam delapan program untuk mencapai MDGS. Kesehatan ibu dan anak sangat berkaitan terutama saat anak masih membutuhkan air susu ibu. Kualitas air susu ibu terutama ASI eksklusif sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. Data laporan tahun 2000 WHO, sekitar 15 % bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman sehingga menyebabkan kurang lebih 1, 5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Pada tahun 2000, survei kesehatan demografi WHO menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan utara, Asia dan Amerika Latin. Oleh karena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama 6 bulan menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan menyusu selama 4 bulan.Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2009, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (06 bulan) meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 61,3% pada tahun 2009. Begitu juga dengan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif terus menerus dari usia 0 sampai 6 bulan juga meningkat dari 19,5% tahun 2005 menjadi 34.3% pada tahun 2009. Sementara berdasarkan hasil analisis Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3 persen. Hal ini menunjukkan adanya penurunan drastis pada pemberian ASI eksklusif di Indonesia.Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mengenai ASI Eksklusif menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bandung adalah 47% dari total 24.872 bayi berumur 0-6 bulan. Pada tahun 2012 sebesar 41% dari total 26.591 bayi 0-6 bulan dan pada tahun 2013 persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bandung sebesar 19% dari total 30.535 bayi 0-6 bulan. Penurunan pemberian ASI eksklusif dapat berpengaruh besar terhadap kesehatan anak mengingat besarnya manfaat dari ASI yang salah satunya dapat melindungi bayi dari infeksi.Untuk wilayah kerja Puskesmas Cicalengka, pada tahun 2011 persentase pemberian ASI eksklusif sebesar 45% dari total 555 bayi 0-6 bulan, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 51% dari total 464 bayi 0-6 bulan. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan kembali pemberian ASI eksklusif menjadi 53% dari total 464 bayi 0-6 bulan. Angka-angka tersebut masih kurang capaiannya karena untuk target ASI eksklusif sendiri sebenarnya adalah 80%. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pemberian ASI yaitu faktor biologis ibu, aktivitas, psikologi, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan serta masalah payudara (Arisman, 2004). Faktor biologis ibu meliputi penyakit dan status nutrisi. Masalah gizi yang paling banyak ditemui pada wanita menyusui adalah kurang energi kronis (KEK). Pada ibu menyusui yang menderita KEK menunjukkan tidak adanya simpanan lemak untuk memproduksi ASI sedangkan tuntutan untuk menyusui bayi harus tetap terpenuhi sehingga tubuh ibu mengorbankan dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Arisman, 2004). Data tentang status nutrisi ibu menyusui tidak tertulis langsung. Data yang ada adalah tentang kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 % dan pada ibu nifas 45%, sedangkan prevalensi wanita usia subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6% (Sutriani, 2010). Sedangkan dari data yang ada saat ini pravelensi pada Wanita Usia Subur (WUS) yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) mencapai 13,6% (Riskesdas 2007). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mencatat sebanyak 410 wanita usia subur mengalami kurang energi kronis pada tahun 2012. Data di Puskesmas Cicalengka tidak mencatat adanya KEK pada wanita usia subur. Sedangkan data untuk status nutrisi ibu menyusi sama sekali tidak tertulis. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian khusus bagi status nutrisi ibu menyusui dan status nutrisi ibu menyusui ini dianggap tidak penting. Padahal ibu menyusui membutuhkan energi serta makanan tambahan untuk memproduksi air susu dan status nutrisi ibu menyusui akan memengaruhi pemberian ASI eksklusif yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap beberapa masalah diantaranya anak akan lebih rentan terkena infeksi dan kekurangan zat gizi kronis (IDAI, 2010).Puskesmas Cicalengka berada di wilayah industri dan pasar. Puskesmas Cicalengka membawahi enam desa. Dari ke enam desa tersebut, desa Tenjolaya adalah desa yang paling jauh dari lokasi Puskesmas Cicalengka. Wilayah Desa Tenjolaya cukup jauh dari kawasan industri besar. Desa ini merupakan Desa dengan angka kejadian ISPA tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka yaitu sebesar 49% dari total 921 bayi dan balita pada tahun 2011, dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 56% dari total 921 bayi dan balita. Menurut data yang didapatkan dari salah satu petugas puskesmas, Desa Tenjolaya adalah desa rawan gizi dengan tiga penderita KEK. Selain itu, petugas puskesmas juga menyebutkan banyaknya keluhan dari ibu menyusui terutama pada ibu primipara bahwa jumlah ASI pada mereka tidak mencukupi kebutuhan bayi. Artinya produksi ASI pada ibu menyusui kurang dari segi kuantitas. Sehingga tidak sedikit ibu yang memberikan makanan tambahan berupa susu formula.Untuk memperkuat data, peneliti melakukan studi pendahuluan langsung kepada beberapa ibu menyusui yang rumahnya dekat dengan salah satu bidan desa di Desa Tenjolaya Cicalengka pada hari Jumat tanggal 07 Maret 2014. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan data jumlah ibu menyusui di Desa Tenjolaya sebanyak 101 orang. Dari lima orang yang ditemui, tiga diantaranya memiliki tanda-tanda kurang gizi seperti badan terlihat kurus kecil dan tinggi badan rata-rata 150 cm. Mereka menyebutkan volume ASI kadang-kadang kurang dari kebutuhan serta pola makan tidak ada perubahan seperti sebelum hamil. Menurut bidan setempat, aktivitas ibu menyusui rata-rata berupa aktivitas ringan karena sebagian besar ibu menyusui adalah ibu rumah tangga. Sedangkan untuk faktor psikologis, seluruh ibu menyusui tidak memiliki masalah psikologis yang berat.1.2 Identifikasi MasalahPenelitian tentang status nutrisi telah banyak digunakan pada anak dan ibu hamil. Untuk ibu menyusui sendiri tidak dijadikan fokus prioritas untuk masalah status nutrisi. Padahal kebutuhan pemenuhan nutrisi ibu menyusui sama dengan ibu hamil karena ibu menyusui harus menghasilkan ASI untuk anaknya. Terkadang status nutrisi ibu menyusui diabaikan di masyarakat sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisinya pun tidak optimal. Hal ini akan berdampak buruk pada anak yang disusui terutama dalam hal kekebalan tubuh karena ASI yang dihasilkan oleh ibu tidak cukup gizi untuk anak. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan masalah Bagaimana Gambaran Status nutrisi Ibu Menyusui di Desa Tenjolaya Wilayah Kerja Puskesmas Cicalengka?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumMengetahui gambaran status nutrisi ibu menyusui di Desa Tenjolaya wilayah kerja Puskesmas Cicalengka.

1.3.2. Tujuan Khusus1. Mendeskripsikan status nutrisi ibu menyusui berdasarkan indeks masa tubuh.2. Mendeskripsikan status nutrisi ibu menyusui berdasarkan survey konsumsi makanan.3. Mendeskripsikan status nutrisi ibu menyusui berdasarkan faktor risiko nutrisi.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Institusi PendidikanPenelitian ini dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang nutrisi ibu menyusui dan pemberian ASI eksklusif.1.4.2 Bagi PuskesmasPenelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program promosi kesehatan untuk meningkatkan status nutrisi ibu menyusui.1.4.3 Bagi MasyarakatMenambah wawasan masyarakat tentang gizi ibu menyusui sehingga hasil penelitian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.1.4.4 Bagi PenelitiMenambah wawasan dan pengetahuan tentang ibu menyusui serta menjadi panduan untuk penelitian selanjutnya.1.5 Kerangka PemikiranDalam memberikan ASI terdapat beberapa faktor yang memengaruhi. Faktor yang memengaruhi pemberian ASI meliputi faktor biologis ibu, aktivitas, psikologi, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan serta masalah payudara (Arisman, 2004). Status nutrisi erat kaitannya dengan produksi ASI sehingga akan memengaruhi keberhasilan ASI eksklusif. Kondisi kesehatan yang bisa memengaruhi ASI adalah keadaan gizi ibu menyusui dan penyakit-penyakit tertentu misalnya HIV/AIDS dan galaktosemia. Kondisi stress emosional juga dapat menyebabkan hambatan sekresi ASI (Pertiwi, 2010). Pada sat ibu sedang menyusui, kebutuhan metabolisme tubuh ibu meningkat sehingga ibu memerlukan intake nutrisi lebih dari ibu yang tidak sedang menyusui. Nutrisi tambahan yang dikonsumsi ibu tersebut digunakan tubuh ibu untuk memproduksi ASI. Untuk mencapai jumlah ASI optimal yang dibutuhkan anak, ibu harus memenuhi zat-zat yang dibutuhkan diantaranya tambahan energi sebesar 640 kcal untuk menghasilkan 750 ml air susu ibu perhari ( Penilaian status nutrisi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2002). Penilaian status nutrisi secara langsung bisa dilakukan dengan antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan penilaian status nutrisi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).Selain penilaian status nutrisi, ibu menyusui juga harus melkukan skrining nutrisi. Untuk skrining nutrisi sendiri ada beberapa macam, salah satunya adalah Malnutrition Universal Screening Tools (MUST). Ibu menyusui perlu dilakukan skrining nutrisi karena menyusui adalah salah satu resiko nutrisi (MUST Eksplain, 2009). Skrining nutrisi menghasilkan tiga kategori risiko nutrisi yaitu low risk, medium risk, dan high risk. Setiap kategori mempunyai treatment yang berbeda dalam perencanaannya.Bagan 1.1Kerangka pemikiranFaktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI Aktivitas psikologi

Pemberian ASI Status Nutrisi

Low risk Pelayanan kesehatan Sosial ekonomi

medium riskSkrining (MUST)Kebutuhan nutrisi meningkat

Food RecordPengukuran status nutrisiBMIoverweightunderweightnormalbaiksedangkurangHigh risk

Keterangan := tidak diteliti= diteliti

Arisman (2004), Pertiwi (2010), Supariasa (2002), MUST Eksplain (2009).

23

54

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu2.1.1 Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi dan anak-anak (Kemenkes RI, 2010). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan dan asupan makanan lain sampai usia bayi 6 bulan kecuali obat dan vaksin (Kasdu, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa air susu ibu adalah air susu yang keluar langsung dari payudara ibu sedangkan ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama kehidupan bayi tanpa penambahan makanan atau minuman pendamping ASI.2.1.2 Manfaat ASI 1. Bagi ibu (Kemenkes RI, 2010): Terbukti secara ilmiah dapat mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium. Cara kontrasepsi alamiah karena dengan memberikan ASI akan merangsang keluarnya hormon prolaktin untuk memproduksi ASI sekaligus menunda kesuburan sehingga kehamilan tertunda. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan dan mencegah terjadinya anemia. Mengembalikan berat badan seperti sebelum hamil. Lebih hemat biaya dan praktis.2. Bagi bayi (Kasdu, 2004): Memenuhi gizi di bulan pertama usia bayi.ASI merupakan makanan terbaik untuk enam bulan pertama kehidupan bayi. Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi sehingga kebutuhan zat gizi bayi akan terpenuhi secara sempurna. Menjamin pertumbuhan otak bayi secara optimal.ASI dapat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak karena menyusui memberikan perlekatan erat dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Beberapa publikasi penelitian tentang efek menyusui terhadap IQ bayi memperlihatkan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai nilai IQ 3-5 lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula (IDAI, 2010). Melindungi bayi dari berbagai infeksi bakteri, virus dan jamur.Menyusu eksklusif selama enam bulan terbukti memberikan perlindungan bagi bayi terhadap penyakit-penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran napas, infeksi telinga, pneumonia dan infeksi saluran kemih serta penyakit noninfeksi seperti obesitas, diabetes, alergi, enyakit inflamasi dan kanker (IDAI, 2010). Kesehatan saluran cerna.ASI lebih mudah di cerna dibanding susu formula. Saluran cerna dikatakan sehat apabila mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Saluran cerna bayi yang mendapat ASI akan mengandung lebih banyak bakteri Bifidobakteria dan Lactobacillus yang dapat mencegah pertumbuhan organisme merugikan didalam salueran cerna sehingga saluran cerna bayi akan tetap sehat (IDAI, 2010).2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI1. Faktor Internala. UsiaUsia dapat memengaruhi produksi ASI. Semakin tua usia maka semakin menurun produksi ASI (Novita, 2008).b. Kondisi kesehatanKondisi kesehatan yang bisa memengaruhi ASI adalah keadaan gizi ibu menyusui dan penyakit-penyakit tertentu misalnya HIV/AIDS dan galaktosemia. Kondisi stress emosional juga dapat menyebabkan hambatan sekresi ASI (Pertiwi, 2010). Kedaan gizi ibu saat menyusui dapat memengaruhi komposisi ASI. Ibu dengan malnutrisi mempunyai komposisi ASI lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status nutrisi yang baik (Supariasa, 2002).c. PengetahuanPengetahuan yang dimiliki ibu menyusui dapat memengaruhi perilaku menyusuinya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI akan berpeluang besar untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Yuliandarin, 2009).

d. PersepsiPada umumnya masyarakat menganggap ASI yang diberikan tanpa makanan tambahan kurang untuk bayi sehingga persepsi ini yang dapat memengaruhi ibu untuk memberikan makanan tambahan untuk bayinya.2. Faktor Eksternala. Dukungan petugas kesehatanDukungan petugas kesehatan dapat diberikan melalui konseling pemberian ASI eksklusif dengan memaparkan manfaat ASI eksklusif dibanding dengan susu formula (Pertiwi, 2010).b. Dukungan orang terdekatDukungan orang terdekat seperti suami dan orangtua dapat memberikan motivasi positif sehingga menjadikan ibu percaya diri untuk memberikan ASI kepada bayi (Pertiwi, 2010).c. Promosi Susu formulaMaraknya promosi susu formula membuat masyarakat yakin bahwa kandungan susu formula sama dengan ASI sehingga masyarakat banyak yang beralih menggunakan susu formula terutama pada kalangan ibu bekerja (Pertiwi, 2010).d. BudayaDi beberapa daerah terdapat adat yang mengharuskan bayi mendapat makanan sebelum usia bayi mencapai enam bulan, tetapi di daerah lain ada juga yang mengharuskan bayi hanya diberi ASI saja sampai berumur enam bulan (Pertiwi, 2010).2.1.4 Fisiologi LaktasiAir susu terbentuk melalui dua tahap yaitu tahap pengeluaran dan pengaliran. Pertama-tama susu disekresikan oleh kelenjar ke dalam lumen alveoli kemudian dialirkan ke puting susu. Proses sekresi dan pengaliran air susu ini dipengaruhi oleh hormon progesteron pada sel kelenjar (Arisman, 2004).Pada saat akan menyusui, terjadi perubahan tiba-tiba pada keseimbangan hormon. Terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron yang tajam sehingga menyebabkan hambatan progesteron terhadap alphalaktalbumin menghilang dan prolaktin dapat menstimulasi produksi alphalaktalbumin tersebut. Peningkatan alphalaktalbumin menstimulasi laktose sintase sehingga meningkatkan kadar laktosa susu (IDAI, 2010).Laktogenesis pada hari-hari pertama dipengaruhi oleh hormon. Pada hari ke empat atau hari ke lima laktogenesis sudah dipengaruhi oleh hisapan bayi.Ketika bayi menghisap puting susu ibu, tubuh ibu akan bereaksi dengan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan oksitosin. Hal ini menyebabkan kontraksi pada sel otot polos yang membungkus alveolus sehingga air susu mengalir ke semua duktus dan sinus (Arisman, 2004).

2.2 Status nutrisi Ibu Menyusui2.2.1 NutrisiNutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, menyimpan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).2.2.2 Status nutrisiStatus nutrisi adalah suatu keseimbangan za-zat gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supriasa, 2002). Status nutrisi adalah suatu keadaan yang diperoleh dari keseimbangan antara intake nutrisi dan kebutuhan tubuh (Ayu, 2008). Dari dua pengertian status nutrisi tersebut dapat disimpulkan bahwa status nutrisi adalah suatu keadaan dimana terjadi keseimbangan antara asupan zat tertentu dengan zat yang dibutuhkan tubuh.2.2.3 Klasifikasi Status nutrisia. Klasifikasi GomezIndeks yang digunakan dalam klasifikasi Gomez adalah BB/U.Tabel 2.1Klasifikasi status nutrisi menurut Gomez.Sumber : Supariasa, 2002KategoriBB/U

0 = normal 90%

1 = KEP ringan 89-75%

2 = KEP sedang74-60%

3 = KEP berat< 60%

b. Klasifikasi WaterlowWaterlow mengklasifikasikan status nutrisi menurut tinggi badan didasarkan pada umur dan berat badan.Tabel 2.2Klasifikasi status nutrisi menurut WaterlowSumber : Supariasa, 2002KategoriStunting(Tinggi menurut umur)Wasting( Berat menurut tinggi)

0> 95%> 90%

195-90%90-80%

289-85%80-70%

3< 85%< 70%

c. Klasifikasi WHOIndikator yang digunakan untuk klasifikasi WHO adalah BB/TB.Tabel 2.3Klasifikasi Status nutrisi menurut WHO tahun 2004Sumber : Supariasa, 2002Klasifikasi status nutrisiNilai IMT

Kurang25,99

2.2.4 Pengukuran Status nutrisiPenilaian status nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Panilaian status nutrisi secara langsung meliputi antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan penilaian status nutrisi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).1. Penilaian Secara Langsunga. AntropometriPenilaian status nutrisi dengan antropometri berarti panilaian status nutrisi berdasarkan pengukuran dimensi tubuh. Secara umum antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002). Indikator yang digunakan dalam pengukuran ini adalah umur, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas (Gibney, 2005).b. BiokimiaPenilaian status nutrisi dengan biokimia lebih spesifik pada kekurangan zat-zat tertentu karena menggunakan uji laboratorium untuk pengukurannya. Spesimen yang digunakan untuk uji laboratorium meliputi darah, urin, tinja dan spesimen lainnya (Supariasa, 2002).c. KlinisPemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang didasarkan pada perubahan jaringan tubuh akibat ketidakseimbangan gizi. Perubahan yang terjadi dilihat dari jaringan kulit, mata, rambut, dan mukosa oral (Supariasa, 2002).d. BiofisikPengukuran secara biofisik dilakukan dengan melakukan tes fungsi hati dan perubahannya (Gibney, 2005).2. Penilaian Secara Tidak Langsunga. Survey Konsumsi MakananPenilaian dengan survey makanan dilakukan dengan melihat jumlah makanan yang dikonsumsi dan jenis zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut (Gibney, 2005).Survey konsumsi makanan ini sangat bermacam-macam dengan berbagai metode baik kualitatif maupun kuantitatif. Food Balance SheetMetode ini digunakan untuk survey nasional suatu negara dengan perkiraan kecukupan persediaan makanan secara nasional. Metode ini digunakan dengan menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun dan dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kegagalan panendan makanan ternak. Metode ini tidak cocok untuk menentukan status nutrisi masyarakat suatu negara (Supariasa, 2002). Food AccountMetode penghitungan makanan ini digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi rumahtangga. Metode ini dilakukan dengan cara keluarga mencatat semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain atau produksi sendiri setiap hari. Kelebihan metode ini adalah dapat memperkirakan daya beli rumah tangga, cepat dan murah, dapat mengetahu tingkat ketersediaan makanan keluarga pada periode tertentu dan menjangkau respinden lebih banyak. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga dan sangat tergantung dari kejujuran responden (Supariasa, 2002). Food List MethodMetode ini menggunakan taksiran atau perkiraan bahan makanan yang digunakan dalam periode tertentu sehingga hasilnya kurang akurat dan sangat tergantung dari daya ingat responden (Supariasa, 2002). Inventory MethodPrinsip metode ini adalah menghitung semua bahan makanan yang tersedia pada periode tertentu termasuk berat dan jenisnya. Metode ini juga memperhitungkan jumlah makanan yang terbuang, busuk atau diberikan kepada ternak. Kelebihan metode ini adalah lebih akurat karena memperhitungkan jumlah makanan yang tidak dikonsumsi. Kekurangannya adalah relatif lebih merepotkan dan mahal karena menggunakan peralatan untuk mengukur (Supariasa, 2002). Food Recall 24 hoursPrinsip metode ini adalah dengan mencatat semua makanan yang dikonsumsi oleh seseorang menggunakan ukuran rumah tangga selama 24 jam penuh dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Setelah itu semua makanan yang dikonsumsi dikonversi menjadi satuan gram dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi perorangan. Kelebihan metode ini adalah : Mudah dan tidak terlalu membebani responden Biaya relatif murah Cepat dan mencakup banyak responden Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf Memberikan gambaran nyata tingkat konsumsi individuSedangkan kekurangannya adalah : Tidak menggambarkan status nutrisi sehari-hari karena hanya dilakukan dalam satu hari Sangat tergantung daya ingat responden Kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melebihkan konsumsinya dan bagi yang gemuk untuk mengurangi konsumsinya pada pelaporan(Supariasa, 2002). Estimated Food RecordPada metode ini responden diminta untuk mencata makanan dan minuman sebelum dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga. Setelah itu dikonversikan dan dihitung angka kecukupan gizi pada individu tersebut. Metode ini dapat memberikan tingkat konsumsi sebenarnya mengenai asupan zat gizi pada indivisu. Metode ini dilakukan 2-4 hari berturut-turut.Kelebihan metode ini adalah : Relatif murah dan cepat Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari Hasilnya relatif lebih akuratKekurangan metode ini adalah : Terlalu membebani responden Tidak cocok untuk responden yang buta huruf Sangat tergantung kejujuran responden(Supariasa, 2002). Food WeighingPada metode ini dilakukan penimbangan seluruh makanan yang dikonsumsi dalam satu hari lalu dikonversi kedalam angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Kelebihan metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat sedangkan kekurangannya adalah : Memerlukan waktu yang lama dan cukup mahal Bila penimbangan dilakukan dalam waktu yang cukup lama, responden bisa merubah pola konsumsi mereka Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden(Supariasa, 2002)

Food FrequencyMetode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Metode ini memperoleh pola konsumsi makanan secara kualitatif. Metode ini menggunakan kuesioner yang berisi daftar bahan makanan serta frekuensi dalam periode tertentu sehingga dalam pengisiannya responden hanya menceklis pada frekuensi konsumsi makanan yang sesuai.Kelebihan : Relatif murah dan sederhana Dapat dilakukan sendiri oleh responden Tidak membutuhkan latihan khusus Dapat membantu menjelaskan hubungan penyakit dengan pola makanKekurangan : Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data Cukup menjemukan Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggib. Statistik VitalStatisti vital dilakukan dengan menganalisis penyebab kematian dan kesakitan berdasarkan hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Supariasa, 2002).c. Faktor ekologiPenilaian dengan cara faktor ekologi berarti menilai status nutrisi berdasarkan interaksi antara fisik, biologis, lingkungan dan budaya (Supariasa, 2002).2.2.5 Kebutuhan Gizi Ibu MenyusuiPada saat hamil dan menyusui, kebutuhan kalori ibu bertambah 300-500 kalori untuk dapat menyusui bayinya dengan lancar dan menghasilkan 300 kalori yang dibutuhkan oleh bayi (Waryana, 2010). Untuk itu, ibu harus memenuhi kebutuhan gizi dirinya. Jika zat gizi dari makanan tidak mencukupi untuk bayi, maka bayi akan mendapatka kecukupan gizi dari tubuh ibu sehingga ibu menjadi kurang gizi.Tabel 2.4Komposisi Makanan Perhari untuk Ibu MenyusuiSumber : Saminem, 2009

2.2.6 Skrining Nutrisi Dengan MUSTMalnutrition Universal Screening Tools (MUST) adalah alat skrining yang digunakan dalam mengidentifikasi orang dewasa dalam hal risiko nutrisi. MUST telah dievaluasi penggunaannya di rumah sakit, klinik, komunitas dan home care. Kelebihan MUST dibandingkan dengan alat skrining lain adalah lebih mudah, cepat, dan konsisten. MUST terdiri dari lima langkah mudah yaitu mengukur BMI, menentukan perubahan berat badan dalam 3-6 bulan terakhir, menentukan kondisi klien apakah dalam keadaan sakit akut atau tidak, menghitung jumlah skor dan menentukan treatment yang dibutuhkan.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memaparkan peristiwa-periatiwa penting pada masa kini (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana untuk mengetahui gambaran status nutrisi ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka.3.2 Variabel PenelitianVariabel adalah objek penelitian yang bervariasi ( Arikunto, 2006). Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Berdasarkan hubungan fungsionalnya, variabel dibedakan menjadi variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi variabel independen (Notoatmodjo, 2005)Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu status nutrisi ibu menyusui sedangkan subvariabel dalam penelitian ini adalah survey konsumsi makanan dan indeks masa tubuh.

3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional3.3.1 Definisi Konseptual1. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi dan anak-anak. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan dan asupan makanan lain sampai usia bayi 6 bulan kecuali obat dan vaksin (Kasdu, 2004).2. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, menyimpan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).3. Status nutrisi adalah suatu keseimbangan za-zat gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supriasa, 2002).Status nutrisi adalah suatu keadaan yang diperoleh dari keseimbangan antara intake nutrisi dan kebutuhan tubuh (Ayu, 2008).

3.3.2 Definisi OperasionalTabel 3.1Definisi Operasional

VariabelSubvariabelDefinisi OperasionalAlat UkurCara UkurHasil PengukuranSkala

Status nutrisi ibu menyusuiPola konsumsi makananSejumlah bahan makanan yang dikonsumsi ibu menyusui yang ditentukan dalam jangka waktu tertentuFormulir food record selama 2 hariMengukur jumlah makanan dan membandingkan dengan AKG yang dikonsumsi ibu menyusuiBaik jika 100% AKG,

Sedang jika 80-99% AKG,

Kurang jika 70-79% AKG,

Buruk jika < 70% AKGordinal

Indeks Masa TubuhBerat badan per tinggi badan di kuadratkanTimbangan berat badan dan pengukur tinggi badan Mengukur barat badan dan tinggi badan dan di sesuaikan dengan grafik IMT orang dewasaNormal jika IMT = 18,5-25 kg/m2,

Kurang jika IMT < 18,5 kg/m2,

Lebih jika IMT > 25 kg/m2ordinal

Risiko nutrisiMenilai risiko nutrisi ibu menyusui berdasarkan faktor risiko yang adaForm pengkajian risiko nutrisiMemberikan nilai pada semua kategori faktor risiko0 = tidak berisiko

1 = risiko sedang

2 = risiko tinggiordinal

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian3.4.1 Populasi PenelitianPopulasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian, kelompok subjek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subjek yang lain meliputi ciri lokasi, ciri individu atau ciri karakter tertentu (Badriah, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka. Populasi pada penelitian ini berjumlah 101 orang.

3.4.2 Sampel PenelitianSampel adalah sebagian dari populasi, sampel mempunyai ciri atau karakteristik yang dimiliki populasinya (Badriah,2006). Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random sampling.Perkiraan besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus solvin (Nursalam 2008). Keterangan :n= jumlah sampelN= jumlah populasie= standar error (10%)Dengan menggunakan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan sebagai berikut : dibulatkan menjadi 81 orangJadi total sampel yang dibutuhkan adalah minimal 81 ibu menyusui.1. Kriteria InklusiKriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah:a. Ibu yang sedang menyusui yang tinggal di Desa Tenjolaya wilayah kerja Puskesmas Cicalengka.b. Ibu mampu membaca dan menulis.c. Ibu bersedia mengisi kuesioner.2. Kriteria EksklusiKriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :a. Ibu tidak menyusuib. Tidak bersedia mengisi kuesioner.3.5 Instrumen PenelitianPada penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data melalui kuesioner. Instrumen penelitian atau kuesioner yang akan digunakan adalah formulir food record, Skrining nutrisi MUST dan antropometri. Antropometri digunakan untuk mengukur status nutrisi ibu menyusui secara langsung, kuesioner food record digunakan untuk mengukur status nutrisi ibu menyusui berdasarkan pola konsumsi makanan dan formulir pengkajian risiko nutrisi digunakan untuk menilai risiko nutrisi pada ibu menyusui sedangkan skrining nutrisi digunakan untuk menentukan kriteria risiko nutrisi. Antropometri dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa timbangan dan pengukur tinggi badan yang sudah di uji kalibrasi sebelumnya, food record dilakukan dengan meminta responden untuk mengisi makanan yang akan mereka makan selama dua hari dan di recall kembali pada hari terakhir sedangkan skrining nutrisi dilakukan dengan mewawancarai responden.

3.6 Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data akan dilakukan secara langsung dengan menggunakan angket dan timbangan serta pengukur berat badan. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk menggali informasi dari responden. (Arikunto, 2006). Angket food record diberikan kepada responden untuk diisi selama dua hari berturut-turut. Sedangkan angket risiko nutrisi diisi oleh peneliti sendiri.3.7 Prosedur Penelitian3.7.1 Tahap Pra PersiapanTahap pra persiapan penelitian terdiri atas:1. Memilih lahan penelitian2. Melalukan studi atau survey pendahuluan untuk mengidentifikasi fenomena dan menentukan masalah3. Studi kepustakaan4. Menyusun proposal penelitian5. Seminar atau uji proposal penelitian6. Perbaikan atau revisi proposal penelitian

3.7.2 Tahap PersiapanPada tahap persiapan peneliti melaksanakan tiga kegiatan yang terdiri atas, menyiapakan surat izin untuk penelitian, perlengkapan penelitian (instrumen pengumpulan data, dan melakukan screening responden dari populasi penelitian untuk kemudian dijadikan sampel penelitian.3.7.3 Tahap PelaksanaanPada tahap ini peneliti mulai melaksanakan screening di lokasi penelitian dengan memerhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yang terdapat pada responden. Kemudian responden dikumpulkan untuk diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan hak-hak responden. Setelah itu responden yang memenuhi kriteria inklusi mengisi kuesioner yang telah di sediakan.3.7.4 Tahap AkhirTahap akhir penelitian terdiri atas:1. Penyusunan laporan penelitian2. Sidang atau presentasi hasil penelitian3. Perbaikan atau revisi hasil sidang4. Penerbitan hasil penelitian3.8 Analisa DataData yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah :1. Editting, adalah pengecekkan isian kuesioner, kelengkapan dan kebenaran. Pemeriksaan meliputi kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban.2. Coding, adalah memberi kode jawaban bentuk huruf menjadi kode angka atau kategori. 3. Sorting, adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.4. Entry data, adalah memasukkan jawaban-jawaban yang telah diberi kode kategori dengan cara menghitung frekuensi data.5. Cleaning, adalah pengecekkan kebenaran data hasil dari entri data.Analisa data digunakan untuk mengkaji hipotesis dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Analisa data digunakan dengan perangkat lunak SPPS dengan menggunakan analisa univariat.Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran setiap variabel secara deskriptif, kemudian data-data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. a. AntropometriAnalisis univariat untuk variabel status nutrisi ibu menyusui diawali dengan pengukuran berat badan/tinggi badan dikuadratkan. Kemudian dilakukan pengelompokkan berdasarkan klasifikasi dari WHO. Selanjutnya dilakukan penentuan proporsi kelompok responden berdasarkan klasifikasi tersebut.Untuk antropometri digunakan rumus :

Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi WHO:b. Food RecordHasil pengisian kuesiner dikonversikan kedalam gram lalu dihitung total kalori yang dikonsumsi ibu menyusui. Setelah itu dibandingkan dengan angka kecukupan gizi pada ibu menyusui tersebut dengan rumus :

Selanjutnya pencapaian konsumsi individu menggunakan rumus : c. Pengkajian risiko nutrisiHasil pengisian formulir dijumlahkan dan dikategorikan berdasarkan kategori risiko nutrisi.

Hasil perhitungan persentase variabel status nutrisi ibu menyusui tersebut selanjutnya di interpretasikan dengan menggunakan skala:0%= tidak seorang pun1-25 %= sebagian kecil26-49%= kurang dari setengahnya50%= setengahnya51-75%= lebih dari setengahnya76-95%= sebagian besar96-100%= seluruhnya.

3.9 Penyajian DataData yang diperoleh dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi sesuai dengan hasil pengumpulan data pada penelitian.3.10 Etika PenelitianSebagai salah satu tanggung jawab mendasar bagi peneliti, sebelum melakukan penelitian perlu ada surat perizinan yang akan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan tembusannya kepada Kepala Puskesmas . Sedangkan untuk responden, surat persetujuan sebagai responden ditandatangani oleh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas yang berperan sebagai sampel setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat dan hak responden untuk menolak sebagai sampel penelitian.Semua informasi yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya serta hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan setelah selesai, semua data mengenai responden akan dimusnahkan. Sebagai pertimbangan etik, peneliti meyakinkan bahwa responden terlindungi dengan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity, confidentiality dan protection from discomfort.1. Self determination. Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti penelitian ini secara sukarela dengan menandatangani informed concern.2. PrivacyResponden dijaga dengan merahasiakan informasi yang didapat dari mereka dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.3. AnonymitySelama penelitian, nama dari responden tidak digunakan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor partisipan.4. ConfidentialityPeneliti menjaga kerahasiaan identitas dan informasi yang di dapat dari responden.5. Protection from discomfortResponden pada penelitian ini terbebas dari rasa tidak nyaman dan bahaya yang mengancam.3.11 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Desa Tenjolaya RW 1 sampai RW 10 Wilayah Kerja Puskesmas Cicalengka dan berlangsung pada bulan Mei-Juni 2014.BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianPada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang Gambaran Status Gizi Ibu Menyusui di Desa Tenjolaya Wilayah Kerja Puskesmas Cicalengka. Jumlah responden sebanyak 81 orang yang memenuhi kriteria sampel dan telah bersedia menjadi responden pada penelitian ini.Pengumpulan data menggunakan formulir food record yang diisi langsung oleh responden dan formulir risiko nutrisi yang diisi oleh peneliti dengan mewawancarai responden secara langsung. Seluruh instrumen yang terkumpul telah diperiksa kelengkapannya dan telah memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut :4.1.1 Karakteristik RespondenKarakteristik responden yang diambil oleh peneliti adalah berdasarkan umur ibu menyusui, pekerjaan ibu dan suami, penghasilan keluarga, pendidikan ibu, dan umur anak yang disusui.1. Karakteristik Responden Berdasarkan UmurKarakteristik responden berdasarkan umur ditampilkan dalam tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1Distribusi umur ibu menyusui di Desa TenjolayaWilayah kerja Puskesmas CicalengkaNoUmur Ibuf%

1< 2043,7

220-304761,73

3> 303034,57

Pada tabel 4.1 diatas dapat diidentifikasi bahwa lebih dari setengahnya (61,728%) ibu menyusui berumur 20-30 tahun dan kurang dari setengahnya (34,568%) ibu menyusui berumur lebih dari 30 tahun serta sebagian kecil (3,7037%) ibu menyusui berumur kurang dari 20 tahun.2. Karakteristik Responden Berdasarkan PekerjaanPersentase karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ditampilkan dalam tabel 4.2 dibawah ini :Tabel 4.2Karakteristik Reponden Berdasarkan PekerjaanNoPEKERJAAN IBUF%

1IRT6782,72

2GURU33,70

3WIRASWASTA33,70

4SWASTA78,64

5DAGANG11,23

Total81100

Pada tabel 4.2 dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar (82,72%) ibu menyusui tidak bekerja atau ibu rumah tangga, sedangkan sebagian kecil bekerja sebagai guru (3,7%), wiraswasta (3,7%), pegawai swasta (8,64%) dan pedagang (1,23%). 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan SuamiPada tabel 4.3 akan disajikan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan suami.Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan SuamiNOPEKERJAAN SUAMIF%

1SWASTA2429,63

2DAGANG56,17

3WIRASWASTA1923,46

4BURUH2733,33

5PNS11,23

6SOPIR11,23

7BUMN22,47

8TNI11,23

9GURU11,23

TOTAL81100

Pada tabel 4.3 dapat diidentifikasi bahwa kurang dari setengahnya pekerjaan suami berupa pegawai swasta (29,63%) dan buruh (33,33%). Sedangkan sebagian kecil suami ibu menyusui bekerja sebagai pedagang (6,17%), wiraswasta (23,46%), PNS (1,23%), sopir (1,23%), BUMN (2,47%), TNI (1,23%), dan guru (1,23%).4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan KeluargaPada tabel 4.4 dibawah ini akan ditampilkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga perbulan.

Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga PerbulanNo PENGHASILANF%

1>UMR3138,27

2