skenario mediasi

8
Mediator : Selamat siang bapak dan ibu yang saya hormati,pertama-tama ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya ……..,saya disini sebagai mediator yang telah dipilih bapak dan ibu. Selanjutnya kepada bapak dan ibu saya berikan kesempatan untuk memperkenalkan diri masing – masing. Penggugat : Perkenalkan nama saya …. sebagai pemohon dalam kasus ini. Tergugat : Dan perkenalkan nama saya …. sebagai termohon dalam kasus ini. Mediator : Baiklah jika begitu, dikarenakan bapak/ibu sudah bersedia untuk mengikuti proses mediasi ini maka mari kita langsung saja. Pertama-tama saya ingin menjelaskan bahwa Mediasi yang bapak/ibu tempuh saat ini tidak lain merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator, hal ini sesuai dengan yang tercantum pada pasal 1 ayat 7 PERMA no.01 tahun 2008. Adapun saya sebagai mediator merupakan pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian senketa tanpa menggunakan cara yang memutus dan memaksakan sebuah penyelesaian. Di dalam pelaksanaan mediasi kita juga mengenal adanya prinsip-prinsip dalam mediasi yaitu antara lain yang pertama Imparsial, yang berarti tidak memihak atau netral , yang kedua, tidak punya hak memutus karena keputusan diambil berdasarkan kesepakatan para pihak, berikutnya yaitu, Kerahasiaan , seluruh yang

Upload: yudi-chou

Post on 01-Feb-2016

1.932 views

Category:

Documents


624 download

DESCRIPTION

edde

TRANSCRIPT

Page 1: skenario mediasi

Mediator   : Selamat siang bapak dan ibu yang saya hormati,pertama-tama ijinkan saya memperkenalkan

diri terlebih dahulu, nama saya ……..,saya disini sebagai mediator yang telah dipilih bapak

dan ibu. Selanjutnya kepada bapak dan ibu saya berikan kesempatan untuk memperkenalkan

diri masing – masing.

Penggugat :      Perkenalkan nama saya …. sebagai pemohon dalam kasus ini.

Tergugat   :     Dan perkenalkan nama saya …. sebagai termohon dalam kasus ini.

Mediator  :     Baiklah jika begitu, dikarenakan bapak/ibu sudah bersedia untuk mengikuti proses

mediasi ini maka mari kita langsung saja. Pertama-tama saya ingin menjelaskan

bahwa Mediasi yang bapak/ibu tempuh saat ini tidak lain merupakan cara

penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan

para pihak dengan dibantu oleh mediator, hal ini sesuai dengan yang tercantum pada

pasal 1 ayat 7 PERMA no.01 tahun 2008. Adapun saya sebagai mediator merupakan

pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari

berbagai kemungkinan penyelesaian senketa tanpa menggunakan cara yang memutus

dan memaksakan sebuah penyelesaian. Di dalam pelaksanaan mediasi kita juga

mengenal adanya prinsip-prinsip dalam mediasi yaitu antara lain yang pertama

Imparsial, yang berarti tidak memihak atau netral , yang kedua, tidak punya hak

memutus karena keputusan diambil berdasarkan kesepakatan para pihak, berikutnya

yaitu, Kerahasiaan , seluruh yang terjadi dalam proses mediasi bersifat rahasia dan

yang terakhir adalah Kaukus, artinya jika diperlukan mediator dapat melakukan

pertemuan terpisah dengan para pihak. Baiklah untuk mempersingkat waktu akan

saya bacakan tata tertib selama melakukan proses mediasi atau perundingan hari ini

yaitu :

1. Para pihak harus berbicara secara bergantian setelah dipersilahkan mediator

2. Para pihak tidak boleh saling memotong pembicaraan

3. Para pihak tidak saling menyerang baik secara kata-kata maupun fisik

4. Tidak merokok

5. Tidak menggunakan Handphone

6. Tidak merekam isi pembicaraan

Baiklah, apakah bapak/ibu setuju dengan kesepakatan terhadap tata tertib tersebut ?

Penggugat : saya setuju Bu/Pak

Page 2: skenario mediasi

Tergugat : saya setuju, Bu/pak

Mediator  :     Baiklah jika begitu,bagaimana kalau kita mulai dengan mendengar keterangan dari

pemohon terlebih dahulu, apakah bapak/ibu (tergugat) setuju?

Termohon :      iya pak/bu silahkan.

Mediator :     silahkan bapak/bu (penggugat)

Pemohon : Jadi begini pak/bu, saya disini bertindak sebagai direktur PT. Protechnik Karya Alam.

Jadi pada tanggal 03 Oktober 1995 yang lalu, saya menerima alokasi lahan dari BP kawasan

Batam berdasarkan Penetapan Lokasi (PL) Nomor 95030263 atas nama PT. Protechnik

Karya Alam seluas 4.313 M2 yang terletak di Sei Panas, Sub Wilayah Pengembangan Batu

Ampar Batam, berdasarkan surat perjanjian Nomor : 638/SPJ/KA-AT/XI/1995. Bahwa lahan

yang telah dialokasikan oleh BP kawasan kepada PT. Protechnik Karya Alam tersebut

selanjutnya kami daftarkan kepada BPN untuk ditingkatkan haknya sebagaimana tertuang

dalam Sertifikat Hak Guna Bangun (HGB) Nomor 371 Desa Lubuk Baja Timur, tanggal

terbit Juni 1997 atas nama pemilik PT. Protechnik Karya Alam; kemudian sekitar bulan

Januari 2010, pihak kami merasa curiga bahwa lahan yang telah dialokasikan oleh BP

kawasan tersebut telah menyusut luasnya berdasarkan batasan sempadan kiri (tenggara) yang

pada saat itu diketahui dimanfaatkan oleh pihak lain untuk bengkel mobil dengan nama

Jaguar; Bahwa karena kecurigaan tersebut, akhirnya pihak kami memeriksa secara teliti

batas-batas lahan sebagaimana tersebut dalam Sertifikat HGB yang kami punya, secara

karakteristik ukuran sisi lahan berdasarkan sertifikat ternyata berdasarkan pengukuran

dilapangan yang dilakukan oleh orang-orang suruhan kami, diduga lahan tersebut telah

diserobot dan dimanfaatkan oleh pihak lain dengan ukuran lebar 5,16 meter kali panjang

78,61 meter untuk jalan dan lahan parkir serta bangunan bengkel mobil sehingga

berdasarkan perkiraan kasar luas lahan milik pihak kami yang telah dikuasai oleh pihak lain

itu lebih kurang seluas 402 meter persegi. “guna memastikan batas-batas dan ukuran lahan

tersebut, maka untuk itu kami mohon agar kiranya Bapak dapat melakukan pengukuran

ulang atas batas-batas tanah tersebut, mengingat dalam waktu dekat ini pihak kami akan

melakukan proyek pembangunan diatas lahan tersebut”. Kamudian pihak kami meminta

secara resmi untuk pengukuran lahan tersebut kepada pihak BPN selaku instansi yang

berwenang dan setelah pihak BPN melakukan pengukuran dilapangan ternyata sebagian

lahan milik kami yang diduga dikuasai oleh PT. Kartika Dharma Graha tersebut telah pula

diterbitkan Sertifikat HGB oleh BPN, sehingga pihak BPN enggan menerbitkan hasil

pengukuran tersebut;

Page 3: skenario mediasi

Mediator : Baiklah artinya Bapak/Ibu disini menduga bahwa pihak BPN telah memperalihkan

kembali hak alokasi atas lahan yang telah dimiliki oleh Pemohon, benar

begitu ?

Pemohon : ya benar pak/bu mediator

Mediator : baiklah setelah kita mendengar penjelasan dari Pemohon. selanjutnya saya berikan

kesempatan kepada Termohon untuk menyampaikan hal – hal yang perlu kita ketahui.

silahkan pak?

Termohon : Ya terima kasih, berdasarkan surat permohonan pemohon Nomor 133/PKA/

BPN/VI/ 2013 tanggal 14 Juni 2013 perihal permohonan pengukuran ulang

dan pengembalian batas, dalam kesempatan ini pemohon tadi telah

menyampaikan bahwa “gunamemastikan batas-batas dan ukuran lahan

tersebut, maka pemohon memohon agar pihak kami dapat melakukan

pengukuran ulang atas batas-batas tanah tersebut, mengingat dalam

waktu dekat ini pihak pemohon akan melakukan proyek pembangunan

diatas lahan tersebut”, jelas bahwasanya Penggugat telah memutar

balikkan fakta sebagaimana dalam gugatan Penggugat menyatakan

Turut Tergugat II mempersulit Penggugat dalam meminta klarifikasi serta

keterangan hasil pengukuran untuk memastikan dugaan tumpang tindih

lahan, kenyataannya Penggugat melalui suratnya memohon pengukuran

ulang untuk melaksanakan

proyek pembangunan terhadap lahannya.

Dan seperti pada apa yang telah disampaikan oleh Pemohon tadi, saya rasa tuduhan

pemohon itu tadi tidak mendasar dan tidak mempunyai alasan hukum yang

benar.

Pemohon : (memotong pembicaraan dengan nada bicara yang sedikit emosi) apa?? memutar

balikkan fakta? tidak mendasar bagaimana? Jelas-jelas pihak kalian yang terbukti

seperti menutupi-nutupi fakta-fakta yang ada!

Mediator : Kepada pemohon saya harapkan untuk tenang, mari kita dengarkan terlebih dulu

alasan termohon hingga selesai bukan begitu pak ?

Pemohon : Baiklah.

Mediator : Baik, selanjutnya silahkan dilanjutkan oleh termohon

Termohon : Terima kasih Mediator. jadi begini, kenapa saya bilang tuduhan pemohon tidak mendasar

dan tidak mempunyai alasan hukum yang benar, karena berdasarkan Peraturan Pemerintah

Page 4: skenario mediasi

Nomor 24 Tahun 1997 pasal 1 angka 23 “Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan

Pertanahan Nasional di Wilayah Kabupaten atau Kotamadya yang melakukan pendaftaran

hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah”; jadi apabila

pemohon menuduh pihak kami telah memperalihkan kembali hak alokasi atas lahan

yang telah dimiliki pemohon sebaiknya pemohon mempelajari terlebih dahulu tentang

hukum pertanahan dan kewenangan dalam hal legalisasinya.

Mediator : Berarti dalam hal ini, apa pihak BPN tidak punya kewenangan untuk mengalokasikan lahan

tersebut, benar begitu ?

Termohon : Iya pak/bu Mediator karena tanah / lahan yang disengketakan ini berada diatas tanah Hak

Pengelolaan Lahan atas nama Badan Pengusahaan Kawasan Batam.

Mediator : Baik, namun untuk termohon bagaimana dengan sertifikat HGB yang telah diterbitkan pula

oleh pihak BPN atas tanah yang diduga masih merupakan bagian daripada tanah pemohon?

Pemohon : (Disambung) Ya benar, makanya saya menduga bahwa Pihak BPN ini berusaha menutup-

nutupi fakta bahwa memang sudah terjadi overlapping disini. Hal ini tentunya merupakan

suatu perbuatan yang melanggar azas keterbukaan informasi publik yang sangat merugikan

hak-hak kami.

Mediator : Maaf kepada pihak pemohon, sebelum mediasi dimulai, tadi mediator telah menyampaikan

tata tertib selama melakukan proses mediasi, Diharapkan pihak pemohon agar dapat

berbicara secara bergantian setelah dipersilahkan oleh mediator. Mari kita dengarkan

terlebih dulu alasan termohon hingga selesai bukan begitu pak ?

Pemohon : Baiklah, pak/bu Mediator.

Mediator : (melihat kearah termohon) Bagaimana tanggapan termohon ?

Termohon : Jadi begini, Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah pasal 197 ayat 1 : “semua

daftar umum dan dokumen-dokumen yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran

merupakan dokumen Negara yang harus disimpan dan dipelihara menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku”. Ayat 4 : “dengan izin Kepala Kantor Wilayah kepada

pemegang hak yang bersangkutan dapat diberikan petikan, salinan atau rekaman dokumen

pendaftaran tanah yang menjadi dasar pembukuan hak atas namanya yang tersimpan di

kantor pertanahan; Bahwa berdasarkan peraturan tersebut pihak kami tidak dapat dengan

serta merta mengeluarkan begitu saja dokumen Negara harus melalui kewenangan yang telah

diatur dan hanya kepada pemegang hak saja, serta instansi instansi pemerintah sebagaimana

Page 5: skenario mediasi

yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan; itu artinya segala sesuatu itu harus

dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Mediator : seperti yang dikatakan oleh termohon bahwa segala sesuatu ada prosedurnya, jadi bagaimana

pendapat saudara pemohon terhadap hal itu?

Pemohon : Ya, kami juga mengerti bahwa ada prosedur2 yang harus dilalui, namun

yang jadi permasalahan adalah prosesnya terlalu lama seakan-akan

memang sudah direncanakan untuk tidak diterbitkan hasilnya, padahal

sudah jelas pada saat kami meminta dilakukannya pengukuran ulang

oleh BPN pada saat itu, memang sudah terlihat bahwa kurang lebih

sekitar 402 m2 lahan kami dikuasai oleh pihak lain yang ternyata telah pula

diterbitkan Sertifikat HGB oleh BPN. Karena itulah kami menduga telah terjadinya alokasi

lahan tanpa sepengetahuan kami.

Mediator : Bagaimana tanggapan termohon atas pendapat pemohon yang menduga telah terjadinya

alokasi lahan tanpa sepengetahuan pemohon.

Termohon : Kami tidak dapat memberikan hasil pengukuran karena pada saat pengukuran, pemohon

dianggap tidak dapat menunjukkan batas-batas tanah miliknya. Bahwa dalam Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 pada lampiran

II halaman 69 (enam puluh sembilan) romawi IV (empat) angka1 (satu) huruf a, Pengukuran

bidang tanah untuk keperluan pengembalian batas pada kolom keterangan: permohonan

memuat: 1. Identitas diri; 2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohonkan; 3.

Pernyataan telah memasang tanda batas; Bahwa berdasar peraturan tersebut pemohon

belum memenuhi kewajibannya sehingga kami tidak dapat menyelesaikan permohonan

pemohon, sehingga bagaimana mungkin Pihak BPN mengeluarkan hasil, yang pekerjaannya

saja belum bisa diselesaikan.

Mediator :