skenario 2

24
Asfiksia Neonatorum _______________________________ ______ Pendahuluan Bayi yang lahir sebelum usia gestasi 38 minggu dikatakan lahir preterm atau lahir premature dan dapat mengalami berbagai masalah selama periode nonatal. Risiko berbagai komplikasi ini sebanding dnegan derajar prematuritas. Kelahiran premature menuntut adaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum sistem organ ini berkembang secara memadai. Mereka juga lebih mungkin menderita asfiksia intrapartum dan kegagalam nafas setelah lahir Karena struktur dan fungsi paru yang belum sempurna atau menderita apnea berulang karena pengaturan fungsi napas masih buruk. Oleh karena itu setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lanjut bayi baru lahir yaitu Apgar skor.1 Penilaian bayi saat lahir Skor Apgar Virginia Apgar menemukan sistem pengukuran yang sederhana dan handal untuk derajat stress intapartum saat lahir. Kegunaan utama sistem skor ini adalah untuk memaksa pemeriksa memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai factor yang mungkin berkaitan dengan masalah kardiopulmonal. Dimana definisi Apgar 1

Upload: everdina-esther-p

Post on 12-Apr-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO 2

Asfiksia Neonatorum

_____________________________________

Pendahuluan

Bayi yang lahir sebelum usia gestasi 38 minggu dikatakan lahir preterm atau lahir premature

dan dapat mengalami berbagai masalah selama periode nonatal. Risiko berbagai komplikasi

ini sebanding dnegan derajar prematuritas. Kelahiran premature menuntut adaptasi pada

kehidupan ekstrauterin sebelum sistem organ ini berkembang secara memadai. Mereka juga

lebih mungkin menderita asfiksia intrapartum dan kegagalam nafas setelah lahir Karena

struktur dan fungsi paru yang belum sempurna atau menderita apnea berulang karena

pengaturan fungsi napas masih buruk. Oleh karena itu setelah bayi lahir perlu dilakukan

pemeriksaan lanjut bayi baru lahir yaitu Apgar skor.1

Penilaian bayi saat lahir

Skor Apgar

Virginia Apgar menemukan sistem pengukuran yang sederhana dan handal

untuk derajat stress intapartum saat lahir. Kegunaan utama sistem skor ini adalah

untuk memaksa pemeriksa memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi

berbagai factor yang mungkin berkaitan dengan masalah kardiopulmonal. Dimana

definisi Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai

keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian ini perlu untuk mengetahui

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Pada apgar skor ini yang dinilai adalah

frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle

tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli).1

Skor 0 1 2

Detak jantung Hilang < 100/menit >100/menit atau lebih

Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tidak teratur Teratur dengan

tangisan

Tonus otot Lemas Terasa ada lengan

atau tungkai

Bergerak aktif

Irribilitas refleks Tidak ada Hanya diwajah Menangis

1

Page 2: SKENARIO 2

Warna Pucat Tubuh membiru Berwarna kemerahan

Skor APGAR, biasanya dinilai pada menit 1, 5 dan 10 setelah lahir 1-3

Interpretasi skor

Jumlah skor Interpretasi Catatan

7-10 Normal

4-6 Asfiksia ringan Memerlukan tindakan medis

segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan

napas, atau pemberian

oksigen untuk membantu

pernapasan

0-3 Asfiksia berat Memerlukan tindakan medis

yang lebih intensif

Skor 10 berarti bahwa seluruh tubuh bayi berwarna merah muda dan memiliki tanda vital

normal, sedangkan skor 0 berarti bahwa bayi apnea dan tidak memiliki denyut jantung.

Terdapat hubungan terbalik antara skor Apgar dengan derajat asidosis serta hipoksia. Skor 4

atau kurang pada usia 1 menit berhubungan dengan peningkatan insiden asidosis, sedangkan

skor 8-10 biasanya berhubungan dengan ketahanan hidup yang normal. Skor 4 atau kurang

pada 5 menit berhubungan dengan peningkatan insiden asidosis, distress pernapasan, serta

kematian. Meskipun demikian, banyak neonates yang lahir dengan Apgar skor yang rendah

ternyata tidak asidotik. Pada beberapa kasus, asfiksia terjadi sedemikian akutnya sampai tidak

dicerminkan dalam pH darah. Terlepas dari factor penyebabnya, skor Apgar yang tetap

rendah memerlukan resusitasi.1

Frekuensi denyut jantung

Frekuensi denyut jantung normal saat lahir antara 120-160 denyut per menit.

Usaha bernapas

Bayi normal akan megap-megap saat lahir, menciptakan upaya bernapas dalam 30

detik dan mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi 30-60 kali per menit

pada usia 2 sampai 3 menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau tidak teratur

2

Page 3: SKENARIO 2

terjadi oleh berbagai sebab, termasuk asidosis berat, asfiksia, infeksi janin, kerusakan

sistem saraf pusat atau pemberian obat pada ibu.1

Tonus otot

Semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera

setelah lahir. Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus

yang lemah biasanya asfiksia, mengalami depresi akibat obat atau menderita sistem

saraf pusat.

Kepekaan refleks

Respons normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior melalui lubang

hidung adalah menyeringai, batuk atau bersin

Warna kulit

Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah muda

setelah tercapai ventilasi yang efektif. Hamper semua bayi memiliki tubuh serta bibir

yang berwarna merah muda,tetapi sianotik pada tangan serta kakinya 90 detik setelah

lahir.1

Seorang yang terampil dalam segi teknis resusitasi bayi baru lahir harus mengevaluasi

dan bila perlu melakukan resusitasi pada setiap bayi baru lahir yang beresiko tinggi. Bila

kelahiran premature atau jika dicurigai dari riwayat ibu bahwa janin mengalami asfiksia atau

terdapat distress janin, diperlukan dua orang; satu orang untuk mengembangkan paru dan

membantu ventilasi; satu lagi untuk melakukan kateterisasi pembuluh darah umbilicus,

membantu sirkulasi, serta mengobati asidemia dan abnormalitas lain.2

Skor Apgar 8-10 usia 1 menit

Kebanyakan bayi yang lahir hidup mempunyai skor 8-10 pada usai 1 menit

dan jarang memerlukan tindakan resusitasi kecuali penghisapan jalan napas.

Skor Apgar 5-7 pada usia 1 menit

Bayi-bayi ini mengalami asfiksia ringan, tetapi biasanya berespons terhadap

pemberian oksigen dan pengeringan dengan handuk.

Skor Apgar 3-4 pada usia 1 menit

Bayi-bayi ini biasanya berespons terhadap ventilasi kantong serta sungkup.

Jika tidak, bayi harus ditangani sebagai bayi dengan skor 0-2.

Skor Apgar 0-2 pada usia 1 menit

Bayi-bayi ini mengalami asfiksia berat, memerlukan ventilasi segera dan

mungkin memerlukan pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika ventilasi

3

Page 4: SKENARIO 2

menggunakan sungkup serta kantong tidak segera berhasil, lakukan intubasi trakea

dan kembangkan serta ventilasikan paru dengan oksigen yang cukup untuk

mempertahankan PCO2 atau saturasi oksigen yang normal.1

Asfiksia adalah ketidakmampuan bayi baru lahir untuk bernapas pada waktu 60 detik

pertama. Asfiksia neonatorum ini dapat juga merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal

distress) intrauteri disebabkan oleh banyak hal seperti yang terlihat pada penjabaran di bawah

dalm table dibawah ini. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan

O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolise janin menuju metabolism

anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2.2

Factor risiko yang menyebabkan asfiksia neonatorum2

Faktor Disebbakan Keterangan

Maternal Hipotensi, syok

dengan sebab apapun

Anemia maternal

Penekanan respirasi

atau penyakit paru

Malnutrisi

Asidosis dan dehidrasi

Aliran darah menuju

plasenta akan

berkurang sehingga

O2 dan nutrisi makin

tidak seimbang untuk

memenuhi kebutuhan

metabolisme.

Kemampuan transport

o2 makin turun

sehingga konsumsi o2

janin tidak terpenuhi.

Semuannya

memberikan

kontribusi pada

penurunan konsentrasi

O2 dan nutrisi dalam

darah yang menuju

plasenta sehingga

konsumsi O2 dan

nutrisi janin makin

menurun.

4

Page 5: SKENARIO 2

Plasenta Degenerasi

vaskularnya

Solusio plasenta

Fungsi plasenta akan

berkurang sehingga

tidak mampu

memenuhi kebutuhan

O2 dan nutrisi

metabolisem janin

Janin Infeksi Kebutuhan

metabolism makin

tinggi sehingga ada

kemungkinan tidak

dapat dipenuhi oleh

aliran darah dan

plasenta.

Aliran nutrisi dan O2

tidak cukup

menyebabkan

metabolism janin

menuju metabolism

anaerob sehingga

terjadi timbunan asam

laktat dan piruvat.

Resusitasi pada bayi baru lahir

Tujuan resusitasi pada neonatus adalah mencegah morbiditas dan mortalitas yang

berkaitan dengan jejas jaringan hipoksik-iskemik (otak, jantung, ginjal) dan untuk membina

kembali pernapasan yang spontan dan curah jantung yang adekuat. Keadaan resiko tinggi

harus diantisipasi melalui riwayat kehamilan, kelahiran dan persalinan serta dengan

mengidentifikasi tanda-tanda kegawatan janin. Walaupun skor Apgar membantu dalam

mengevaluasi penderita yang membutuhkan perhatian, bayi yang dilahirkan lemah, sianosis,

apnea atau nadinya tidak teraba memerlukan resusitasi segera sebelum penilaian skor Apgar 1

menit. Upaya resusitasi yang cepat dan tepat mungkin dapat meningkatkan usaha pencegahan

cedera otak dan mencapai hasil yang memuaskan.2,3

5

Page 6: SKENARIO 2

Resusitasi yang efektif akan dapat merangsang pernapasan awal dan mencegah

asfiksia progresif. Tujuan tindakan resusitasi adalah memberikan ventilasi adekuat, O2 dan

curah jantung yang cukup untuk menyalurkan O2 ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Skor

Apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita mulai resusitasi. Intervensi tidak

menunngu hasil penilaian Apgar satu menit. Walaupun demikian, skor Apgar dapat

membantu dalam upaya penilaian keadaan bayi lebih lanjut, rangkaian upaya resusitas, dan

efektivitas upaya resusitasi. Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma

resusitasi neonatal.1,2

Indikasi Resusitasi

Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan yaitu:

apakah bayi cukup bulan?

apakah air ketuban jernih?

apakah bayi bernapas atau menangis?

apakah tonus otot bayi baik atau kuat?

Bila semua jawaban ‘ya’ maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan

rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan

diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari

salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi

berikut ini.4

6

Page 7: SKENARIO 2

Jika bayi baru lahir mengalami asfiksia, baik sebelum atau setelah lahir, mereka

memperlihatkan serangkaian kejadian yang nyata pada akhirnya menyebabkan apnea primer

atau sekunder. Kekurangan oksigen awal menyebabkan periode pernapasan cepat yang

7

Page 8: SKENARIO 2

sementara. Jika kekurangan itu berlanjut, gerakan bernapas terhenti dan bayi masuk ke tahap

apnea yang dikenal sebagai apnea primer. Hal ini disertai oleh penurunan kecepatan jantung

dan hilangnya tonus neuromukular. Stimulasi sederhana dan pemberian oksigen akan

mengatasi apnea primer ini. Jika kekurangan oksigen dan asfiksia menetap, napas bayi akan

terengh-engah berat, diikuti oleh apnea sekunder. Hal ini disertai oleh semakin menurunnya

kecepatan denyut jantung, menurunnya tekanan darah dan hilangnya tonus neuromuscular.

Secara klinis, apnea primer dan sekunder tidak dapat dibedakan. Oleh karena itu, bayi apnea

harus dianggap mengalami apnea sekunder dan resusitasi harus segera dilakukan.5

Segera sesudah lahir bayi neonatus yang mengalami asfiksia harus ditempatkan di

bawah pemanas radian (untuk menghindari hipotermia) dalam keadaan kering, posisi kepala

ke bawah dan sedikit ekstensi, jalan napas dibersihkan dengan pengisapan dan diberi

rangsanga taktil yang lembut (pemukulan kaki, penggosokan punggung). Langkah-langkah

pada resusitasi neonatus mengikuti ABC dibawah ini: A, mengantisipasi dan membina jalan

napas (airways) yang paten (tebuka) dengan pengisapan dan jika perlu, melakukan intubasi

trakea; B, memulai pernapasan (breathing) denga rangsangan taktil atau ventilasi tekanan

positif dengan kantong dan masker atau melalui pipa endotrakea; C, mempertahankan

sirkulasi (circulation) dengan kompresi dada dan obatobat yang di perlukan.5

Protocol resusitasi

Resusitasi akan sangat efektif bila protocol yang telah mapan ini diikuti.

1. Cegah kehilangan panas. Letakkan janin dengan pemanas dan punggungnya dan

keringkan cairan amnion.

2. Buka jalan napas. Jalan napas dibuka dengan menghisap mulut dan hidung jika tidak

ditemukan mekonium. Jika ada mekonium, trakea mungkin membutuhkan

penghisapan langsung.

3. Evaluasi janin. Observasi respirasi, frekuensi denyut jantung dan warna kulit untuk

menentukan langkah selanjutny yang penting. tiga langkah awal ini harus dilakukan

dalam waktu 20 detik atau kurang.

4. Usaha pernapasan. Evaluasi usaha pernapasan terlebih dahulu. Jika tidak ada, lakukan

ventilasi dengan tekanan positif. Jika ada, hitung frekuensi denyut jantung.

5. Frekuensi denyut jantung. Berikutnya evaluasi frekuensi denyut jantung. Jika

frekuensinya kurang dari 100 denyut per menit, lakukan ventilasi dengan tekanan

8

Page 9: SKENARIO 2

positif (langsung langkah ke-7). Jika denyut lebih besar dari 100, berikutnya adalah

evaluasi warna janin.

6. Warna. Evaluasi warna adalah langkah terakhir. Jika janin berwarna merah muda atau

hanya menunjukkan sianosis perifer, lanjutkan obeservasi sederhana. Jika janin

menampakkan sianosis sentral, oksigen yang mengalir bebas diberikan dengan

konsentrasi 80-100 persen.

7. Frekuensi denyut jantung (sambungan). Frekuensi denyut jantung dievaluasi setelah

pemberian ventilasi tekanan positif 15-30 detik. Jika frekuensi denyut jantung

sekarang diatas 100, evaluasi warna, seperti langkah ke 6. Jika frekuensi denyut

jantung 60 sampai 100 dan meningkat, lanjutkan ventilasi. Jika frekuensi denyut

jantung dibawah 60 atau di bawah 80 dan tidak meningkat, ventilasi dilanjutkan dan

kompresi dada dimulai. Pada situasi ini, intubasi trakea harus dipertimbangkan.

8. Kompresi dada. Mulai kompresi dada dengan kecepatan 2 kompresi per detik dengan

berhenti selama ½ detik setiap kompresi ketiga untuk ventilasi. Kompresi dihentikan

setiap 30 detik selama 6 detik sementara denyut jantung tetap dibawah 80 denyut per

menit setelah 30 detik ventilasi dan kompresi dada.

9. Intubasi trakea. Intubasi trakea penting pada empat situasi; ketika ventilasi tekanan

positif memanjang dibutuhkan, ketika kantung dan masker ventilasi tidak efektif,

ketika dibutuhkan penghisapan trakea dan ketika dicurigai terjadi hernia

diafragmatika.intubasi endotrakea harus dilakukan oleh ornagyang berpengalaman

pada setiap bayi yang tidak memberikan respons terhadap ventilasi kantong dan

masker atau yang dilahirkan dengan apnea, nadi tidak teraba, sianosis dan lemah

dengan tanda-tanda kegaatan janin.5

9

Page 10: SKENARIO 2

Gambar 2: Tiga langkah awal resusitasi

Pemberian oksigen

Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen.

Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen,

sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa

oksigen. Pada bayi cukup bulan dianjurkan untuk menggunakan oksigen 100%. Namun

beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa penggunaan oksigen ruangan dengan

konsentrasi 21% menurunkan risiko mortalitas dan kejadian ensefalopati hipoksik iskemik

(EHI) dibanding dengan oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi

kurang bulan karena dapat merusak jaringan.

Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat sianosis

sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi

oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis, maka

pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya

dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar oksigen

mencapai normal.

10

Page 11: SKENARIO 2

Ventilasi Tekanan Positif

Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan bila

semua tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap

kurang dari 100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan

kongenital seperti hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus

diintubasi terlebih dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat

VTP dalam waktu yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau pemasangan

selang orogastrik untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi penggunaan ventilasi

tekanan positif adalah hernia diafragma.6

Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan ventilasi pada bayi baru

lahir. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda dengan keuntungan dan kerugian

yang berbeda seperti dirangkum pada tabel 2.

Tabel 3. Perbandingan Jenis Alat untuk Ventilasi Tekanan Positif

JENIS ALAT KELEBIHAN KELEMAHAN

Belon mengembang sendiri Selalu terisi setelah diremas

walaupun tanpa sumber gas

bertekanan

Katup pelepas tekanan

berfungsi untuk menjaga

tidak terjadi pengembang-

an balon berlebihan

Tetap bertekanan walaupun

tidak terdapat lekatan antara

sungkup dan wajah bayi

Membutuhkan reservoar

oksigen untuk mendapatkan

oksigen kadar tinggi

Tidak dapat digunakan

dengan baik untuk berikan O2

aliran bebas melalui sungkup

Tidak dapat digunakan untuk

memberikan CPAP dan baru

dapat memberikan TPAE bila

ditambahkan katup TPAE

Belon tidak mengembang sendiri

Memberikan O2 21%-100%

tergantung sumber

Mudah menentukan apakah

sungkup telah melekat pada

Membutuhkan lekatan rapat

antara sungkup dan wajah

untuk dapat mengembang

Membuutuhkan sumber gas

11

Page 12: SKENARIO 2

wajah bayi

Dapat memberikan O2

aliran bebas 21%-100%

untuk dapat mengembang

Umumnya tidak mempunyai

katup pelepas tekanan untuk

pengaman

T-piece resuscitator Tekanan konsisten

Pengatur tekanan puncak

inspirasi dan TPAE yang

dapat diandalkan

Operator tidak menjadi

lelah karena memompa

Membutuhkan aliran gas

Kekakuan/compliance paru

tidak dapat dirasakan

Membutuhkan tekanan untuk

memasang/mengatur alat

sebelum dipakai

Mengubah tekanan inflasi

selama resusitasi akan lebih

sulit

CPAP = Continuous Positive Airway Pressure

TPAE = Tekanan Positif Akhir Ekspirasi

Indikasi kompresi dada

Bila setelah 30 detik dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) dengan 100% O2, FJ

tetap < 60 kali/menit.

Diperlukam 2 orang untuk kompresi dada: 1 orang kompresi dada, 1 orang

melanjutkan ventilasi. Pelaksanaan kompresi; menilai dada dan menempatkan posisi

tangan dengan benar pelaksana ventilasi: menempatkan sungkup wajah secara efektif

dan memantau gerakan dada.

Gambar 4: kompresi dada dengan 2 orang

12

Page 13: SKENARIO 2

Cara melakuakn kompresi dada pada neonatus

1. Teknik ibu jari:

Kedua ibu jari menekan tulang dada , kedua tangan emlingkari dada, jari-jari

tangan saling menopang bagian belakang bayi.

2. Tekanan dua jari;

a. Ujung jari dan jari manis dari satu tangan menekan tulang dada

b. Tangan tengah dan jari telunjuk atau jari tengah yang lain menopang bagian

belakang bayi.

Gambar 5: kompresi dada dua jari

Intubasi Endotrakeal

Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu dengan

keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi: 7

a. Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi

dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang

lain, untuk membersihkan mekoneum dari jalan napas.

b. Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,

pengembangan dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari

beberapa menit, dapat dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan

ventilasi.

c. Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara

kompresi dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan

positif.

d. Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang

umum adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal

sambil menunggu akses intravena.

13

Page 14: SKENARIO 2

e. Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang

endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya

melalui pelatihan khusus.

Pemberian obat-obatan

Obat-obatan jarang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir. Bradikardi pada bayi baru

lahir biasanya disebabkan oleh ketidaksempurnaan pengembangan dada atau hipoksemia,

dimana kedua hal tersebut harus dikoreksi dengan pemberian ventilasi yang adekuat. Namun

bila bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi dada yang adekuat, obat-obatan seperti

epinefrin atau volume ekspander dapat diberikan. Obat yang diberikan pada fase akut

resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca resusitasi atau pada keadaan

khusus lainnya. 7

Epinefrin

Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah

dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak

boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan

beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,3 ml/kgBB larutan1:10.000

(setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui selang endotrakeal. Dosis dapat

diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak meningkat. Dosis maksimal

diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.

Volume Ekspander

Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang dilakukan

resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi, hipovolemia

kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi

buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan

respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl

0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah

banyak.

14

Page 15: SKENARIO 2

Bikarbonat

Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang

mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan

bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan

pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau

4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi

7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara

intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.

Nalokson

Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi

pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam

sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan

diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat narkotika, sebab

akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi. Cara pemberian intravena atau

melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau

subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia

dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml.

Komplikasi

Hampir 90 % bayi yang memerlukan resusitasi akan membaik setelah diberikan VTP

yang adekuat, sementara 10 % bayi memerlukan kompresi dada dan obat-obatan, atau

meninggal. Pada sebagian bayi yang tetap tidak membaik walau telah dilakukan resusitasi

mungkin mengalami komplikasi kelahiran atau komplikasi resusitasi seperti tercantum di

tabel 3.

Bayi yang memerlukan VTP berkepanjangan, intubasi dan atau kompresi dada sangat

mungkin mengalami stress berat dan berisiko mengalami kerusakan fungsi organ multipel

yang tidak segera tampak. Bila diperlukan resusitasi lebih lanjut, bayi dirawat di ruang rawat

lanjutan, dengan pemantauan suhu, tanda vital, dan antisipasi terhadap komplikasi.16 Bayi

juga memerlukan nutrisi baik dengan cara pemberian oral atau parenteral tergantung

kondisinya. Bila bayi menderita asfiksia berat dapat diberikan nutrisi parenteral dengan

dextrosa 10%. Pemantauan terhadap saturasi oksigen, dan pemeriksaan laboratorium seperti

darah rutin, kadar gula darah, elektrolit dan analisa gas darah juga perlu dilakukan.7

15

Page 16: SKENARIO 2

Tabel 6. Komplikasi yang mungkin terjadi dan perawatan pasca resusitasi yang dilakukan

Sistem organ Komplikasi yang mungkin Tindakan pasca resusitasi

Otak - Apnu

- Kejang

- Pemantauan apnu

- Bantuan ventilasi kalau perlu

- Pantau gula darah, elektrolit

- Pencegahan hipotermia

- Pertimbang terapi anti kejang

Paru-paru - hipertensi pulmoner

- pneumonia

- pneumotoraks

- takipnu transien

- sindrom aspirasi

- mekonium

- defisiensi surfaktan

-Pertahankan ventilasi dan

oksigenasi

-Pertimbangkan antibiotika

-Foto toraks bila sesak napas

-Pemberian oksigen alir bebas

-Tunda minum bila sesak

-Pertimbangkan pemberian

surfaktan

-

Kardiovaskular - Hipotensi -Pemantauan tekanan darah dan

frekuensi jantung

-Pertimbangkan inotropik (misal

dopamin) dan/atau cairan

penambah volume darah

Ginjal - nekrosis tubuler akut - Pemantauan produksi urin

- Batasi masukan cairan bila ada

oliguria dan volume vaskuler

adekuat

- Pemantauan kadar elektrolit

Gastrointestinal - Ileus

- enterokolitis

- nekrotikans

- Tunda pemberian minum

- Berikan cairan intravena

- Pertimbangkn nutrisi parenteral

Metabolik/ - Hipoglikemia - Pemantauan gula darah

16

Page 17: SKENARIO 2

hematologik - hipokalsemia

- hiponatremia

- anemia

- trombositopenia

- Pemantauan elektrolit

- Pemantauan hematokrit

- Pemantauan trombosit

Prognosis

Ad bonam. Namun prognosis kepada asfiksia neonatorum ini sangat tergantung kepada lama

bayi tersebut tidak dapat bernafas.

Kesimpulan

Permasalahan asfiksia neonatorum terletak pada penegakan diagnosis yang bersumber

dari belum adanya kesamaan persepsi tentang definisi dan penatalaksanaan asfiksia

neonatorum. Algoritma tatalaksana asfiksia neonatorum seperti yang direkomendasikan

AHA/AAP dapat dijadikan panduan dalam pemeberian resusitasi dasar pada penanganan

segera asfiksia neonatorum. Pencegahan, eliminasi dan antisipasi terhadap faktor-faktor

risiko asfiksia neonatorum menjadi prioritas utama. Bila ibu memiliki faktor risiko yang

memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia, maka langkah-langkah antisipasi harus dilakukan.

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan seperti anjuran WHO

untuk mencari dan mengeliminasi faktor-faktor risiko.

Daftar Pustaka

1. Alpers A. Buku ajar pediatric Rudolph. Ed 20.Jakarta:EGC;2006. p. 274-7

2. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba ABGF. Pengantar kuliah

obstetric.Jakarta:EGC;2007.p. 841-52

3. Meadow SR, Newell SJ. Lectures notes pediatrika. Ed 7. Jakarta: Erlangga; 2003.p.61

4. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.p. 272-6

5. Cunningham FG. Obstestri wiliams.Ed 21.Jakarta:EGC;2005 p. 430-3

17

Page 18: SKENARIO 2

6. American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan

resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia; 2006.

7. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson vol 1. Ed

15.Jakarta: EGC; 1991

18