sja'ir puteri hidj4jÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · bismi'llah itu permulaan...

88

Upload: dokien

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja
Page 2: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja
Page 3: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

SJA'IR { ta4S^ P U T E R I HIDJ4JÖ

(SUATU TJERITA JANG BEN AR TERDJADI D I T A N A H D E L I )

D I K A R A N G O L E H

A. R A H M A N

T J E T A K A N K E T U D J U H

PERPUSTAKAAN PERGURUAN K E M . P. P. dan K . DJAKARTA — 1955

Page 4: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

Gambar kulit dilukis oleh

I L J A S M . K A J O

B.P. No. 680

Hak pengarang dilindungi oleh undang-undang

Rp. 6,80

P E R T J E T A K A N B A L A I P U S T A K A

D J A K A R T A

Page 5: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja
Page 6: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja
Page 7: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

I. Permulaan kalam

Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, Orang dahulu empunja warta.

Adapun maksud sja'ir dikarangkan, Bukannja pandai saja tundjukkan, Tjerita jang benar saja chabarkan, Lebih dan kurang harap ma'afkan.

Karena saja bukan pengarang, 'Ilmu tiada fahampun kurang, Hina dan miskin bukan sebarang, Duduk bertjinta dinegeri orang.

Tjerita ini njata terdjadi, Di Sumatera Timur, ditanah Deli, Tjerita dulu lama sekali, Hikajat seorang radja asli.

Meskipun tjerita mustahil rasanja, Kebanjakan orang demikian pahamnja, Hukum 'akal ada menerimanja, Semuanja ini harus adanja.

Page 8: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

6

Djika dikehendaki Tuhan semesta, Jang sulit itu mendjadi njata, Lautan boleh mendjadi kota, Gunung jang tinggi mendjadi rata.

Begitu djuga tjerita ini, Kodrat Allah Tuhan rabbani, Membenarkannja orang berani, Banjak jang tahu disana sini.

Banjak keterangan sudah didapati, Ataupun tanda-tanda sebagai bukti, Tanda sudah saja lihati, Mendjadikan pertjaja didalam hati.

Tiga keterangan saja tudjükkan, Tuan-tuan pembatja boleh saksikan, Bersama-sama kita pikirkan. Benarkah ia ataupun bukan.

Keterangan pertama saja membagi, Suatu pantjuran tepian mandi, Sampai sekarang tinggallah sendi, Di Delitua adalah lagi.

D i Delitua tcmpatnja itu, Rupanja hampir sebagai batu, Djaranglah orang sampai kesitu, Karena djalannja tiada bertentu.

Page 9: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

7

Keterangan kedua lagi suatu, Meriam puntung asalnja ratu, Diistana Maimun tempatnja itu, Beratapkan idjuk, berlantai batu.

Keterangan ketiga konon chabarnja, Seekor naga jang amat besarnja, Di Belawandeli tempat lalunja, Sampai sekarang ada bekasnja.

Sampai disini saja berhenti, Keterangan2 sudah terbukti, Dengan tjeritanja baik diganti, Supaja hasil maksud dihati.

Beginilah konon mula tjerita, Seorang radja diatas tachta, Keradjaan besar sudahlah njata, Rakjatnja banjak beribut juta.

Keradjaannja besar njatalah sudah, Negerinja ramai kotanja indah, Banjaklah dagang kesana berpindah, Kepada baginda datang merendah.

Sultan Sulaiman nama baginda, Hukumnja 'adil tjatjat tiada, Kaja, miskin, tua dan muda, Dihukumkan baginda tidak berbeda.

Page 10: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

II. Sultan Sulaiman

Delitua negerinja itu, Kotanja kukuh berpagar batu, Pasarnja ramai bukan suatu, Tiada berbanding dizaman itu.

Baginda berputera tiga orang djua, Laki-laki konon putera jang tua, Puteri tjantik putera kedua, Parasnja elok djarang tersua.

Puteri Hidjau disebut nama, Eloknja tidak dapat disama, Sebagai dewa turun nicndjelma, Gemilang sebagai bulan purnama.

Wadjahnja bertjaja berseri-seri, Laksana paras anakkan peri, Tiada bandingnja didalam negeri, Mahal didapat, sukar ditjari.

Putih kuning badannja sedang, Pinggangnja ramping, dadanja bidang, Rambutnja hitam terlalu pandjang, Memberi 'asjik siapa memandang.

Page 11: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

9

Putih berseri njata kelihatan, Giginja berkilat seperti intan, Seumpama sinar bintang selatan, Mcndjadikan lupa segala ingatan.

Putera jang bungsu laki-laki djua, Parasnja elok tiadalah dua, Menarik hati orang semua, Dikasihi rakjat muda dan tua.

Adapun akan duli baginda, Isterinja lama sudah tiada, Banjak ditjari gadis dan randa, Hati baginda penudju tiada.

Tinggallah baginda tiada beristeri, Memerintah kota dusun negeri, Banjaklah datang dagang senteri, Kepada baginda perhambakan diri.

Puteri Hidjau baginda peliharakan, Apa kehendaknja baginda turutkan, Tiadalah pernah baginda bantahkan, Kasih dan sajang tiada terperikan.

Beberapa lama demikian itu, Diatas tachta konon sangratu, Dengan kehendak Tuhan jang satu, Bagindapun gering suatu waktu.

Page 12: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

10

Baginda nan gering bukan kepalang, Badannja kurus tinggallah tulang, Tabibpun selalu datang berulang, Mengobati baginda radja terbilang.

Tabib beruasaha bersungguh hati, Menolong baginda radja berbakti, Sudahlah takdir RabuTizzati, Penjakit tak dapat lagi diobati.

Pertolongan tabib tiada berfaedah, Semakin pajah sultan jang sjahdah Adjal baginda hampirlah sudah, Kenegeri jang baka akan berpindah.

Dengan hal jang demikian itu, Penjakit nienggoda setiap waktu, Obatpun tiada dapat membantu, Bagindapun mangkat ketika itu.

Baginda berpulang kerahmatu'llah, Tachta kebesaran semua tinggallah, Harta dunia sudah terdjumlah, Kepada jang lain diberikan Allah.

Atas kehilangan duli mahkota, Rakjatpun sangat berdukatjita, Menteri, hulubalang menangis rata, Istimewa pula putera sang nata.

Page 13: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

11

Ketiga putera sangatlah pilu, Bertjerai dengan djundjungan hulu. Hatinja rawan bertambah pilu, Sebagai diiris dengan sembilu.

Menangislah ia tiga saudara, Hatinja pilu tiada terkira, Sebagai terbuang dihutan dura, Sangat merasai 'azab sengsara.

Tjerita tiada saja pandjangkan, Djenazah baginda lalu dimakamkan, Dengan alatnja semua dikerdjakan, 'Adat radja-radja lengkap diadakan.

Setelah selesai pekerdjaan itu, Tinggallah puteranja berhati mutu, Duduk bermenung setiap waktu, Terkenangkan ajahanda paduka ratu.

Akan ganti duli baginda, Putera jang sulung mendjadi radja, Hukumnja 'adil samalah sadja, Dengan marhum paduka ajahanda.

Seisi negeri bersenang hati, Melihatkan perintah demikian pekerti, Rakjatpun sangat berbuat bakti, Segala perintahnja mereka turuti.

Page 14: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

III. Radja Atjeh

Bcgitulah konon orang tjerita, Delitua masjhurlah warta, Sultannja 'arif, 'alim pendeta, Bidjak bestari adalah serta.

Tersebut pula kissah suatu, Adalah konon seorang ratu, Dinegeri Atjeh bertachtanja itu, Gagah berani konon sangratu.

Keradjaannja besar bukan kcpalang, Banjak mempunjai menteri hulubalang, Gadjah dan kuda tiada terbilang, Dipelabuhan banjak kapal pentjalang.

Radja Atjeh tiada samanja, Dipulau Sumatera mashur chabarnja, Parasnja elok sukar bandingnja, Serta berani dengan gagahnja.

Pada masa suatu ketika, Semajam dibalai sultan paduka, Dihadap oleh menteri belaka, Hati baginda sangatlah suka.

Page 15: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

13

Menterinja bertjerita ini dan itu, Beberapa nasihat adalah tentu, Disembahkan kepada paduka ratu, Bagindapun suka bukan suatu.

Demikianlah halnja setiap hari, Baginda dihadap hulubalang menteri, Beserta dengan dagang senteri, Serta radja-radja takluknja negeri.

Apabila sudah berkata-kata, Baginda mendjamu sekalian rata, Tua muda adalah serta, Menerima kurnia radja mahkota.

Begitulah selalu pekerdjaannja, Kepada rakjat sangat kasihnja, Adil dan murah baik budinja, Sedikitpun tiada dibedakannja.

Rakjatpun tjinta kepada radja, Apa kehendaknja diturut sadja, Baik tua muda remadja, Tiada seorang bermuram durdja.

Suatu masa duli sangratu, Hari Djum'at dimalam Sabtu, Baginda berdiri dimuka pintu, Bersenang diri peluang waktu.

Page 16: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

14

Kctika itu bulanpun terang, Seluruh 'alam terang-benderang, Angin bertiup serang-mcnjerang, Bagindapun suka bukan sebarang.

Dengan takdir Allah ta'ala, Terpandang tjahaja ditjakerawala, Warnanja hidjau bernjala-njala, Sebagai tjahaja sebuah kemala.

Bagindapun heran bukan suatu, Melihat tjahaja serupa itu, Takdjub dihati duli sangratu, Tjahaja apakah gerangan itu.

Melihat hal demikian peri, Kedalam istana baginda berlari, Menjuruh memanggil hulubalang menteri, Menundjukkan tjahaja, sambil berdiri.

Kepada wazirnja baginda berkata : „Ajuhai mamanda, tjoba tjerita, Tjahaja apakah demikian njata, Belum pernah dipandang mata.

Selama hidup, wahai menteri, Tak pernah melihat demikian peri, Keterangan harap segera beri, Tjahaja apakah hidjau berseri ?"

Page 17: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

15

Wazir mcndjawab dengannja segera : „Ampun tuanku radja negara, Pada patik empunja kira, Itulah tjahaja Batara Indera.

Sungguhpun patik berkata begitu, Dalam hati belumlah tcntu, Karena djauh bukan suatu, Dinegeri asing tempatnja itu.

Tjahaja nan bukan dinegeri kita, Karena sajup dipandang mata, Djika tuanku hendakkan njata, Titahkan orang memeriksai serta.

Pada patik empunja hernat, Itulah tentu suatu 'alamat, Entah dunia hendak kiamat, Baik diperiksai dengan tjermat.

Baginda mendengar sembah wazirnja, Merasa berkenan dalam hatinja, lapun masuk kedalam istananja, Diatas peraduan membaringkan dirinja.

Tetapi baginda tak dapat lena, Karena hatinja gundah gulana, Terkenangkan tjahaja suatu makna, Belum diketahui dengan sempurna.

Page 18: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

16

Demikian halnja semalam-malam, Tinggal berbaring diatas tilam, Hatinja sangat gundah didalani, Memikirkan tjahaja sebagai nilam.

Setelah siang sudahlah hari, Baginda semajam dibalairung sari, Dihadap oleh perdana menteri, Rupanja lesu tiada terperi.

Wazir melihat paduka ratu, Bermuram durdja, berhati mutu, Hatinja pilu bukan suatu, Tunduk menjembah ketika itu.

Wazirpun lalu segera berperi : „Ampun tuanku mahkota negeri, Apakah sebab demikian peri, Tiada sebagai sehari-hari ?

Mengapa tuanku berhati pilu, Adakah musuh hendak memalu, Berilah tahu, duli penghulu, Biarlah patik mati dahulu."

Baginda tersenjum manis berseri, Mendengar sembah wazir bestari, Sukanja tidak lagi terperi, Dengan perlahan baginda berperi.

Page 19: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

17

Lemah lembut baginda bersabda : „Ajuhai wazirku usul jang sjahda, Suruhkan orang djangan tiada, Mentjari tjahaja dimana ada.

Siapkan kelengkapan mana jang perlu, Supaja mereka segera berlalu, Tanjakan orang hilir dan hulu, Sebelum didapat hatiku pilu.

Apabila tjahaja sudah didapati, Hendaklah mereka kembali pasti, Supaja aku bersenang hati, Djika tiada, tentulah mati."

Tatkala wazir mendengar titah, Iapun tunduk, lalu menjembah : „Ampun tuanku duli chalifah, Titah tuanku benarlah sudah.

Biarlah patik pergi sendiri, Bersama dengan seorang menteri, Segenap negeri patik edari, Tiada patik merasa ngeri."

Demi sultan mendengar kata, Hatinja sangat bersukatjita : „Ajuhai wazirku usul jang po'ta, Kuserahkan kepada Tuhan semesta.

Sja'ir Puteri Hidjau 2

Page 20: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

IV. Mentjari tjahaja hidjau

Segeralah mamanda berdjalan pergi, Kudo'akan djua petang dan pagi, Djika ada Allah membagi, Beroleh keuntungan, djangan merugi."

Setelah sudah demikian itu, Wazirpun menjembah kepada ratu, Berdjalanlah ia menudju pintu, Keluar dari kotanja batu.

Seorang menteri mendjadi tolan, Lengkap membawa bekal-bekalan, Sangatlah tjepat mereka berdjalan, Dengan hati merasa malan.

Berdjalan mereka dua sekawan, Hatinja sangat pilu dan rawan, Tempat ditudju tiada ketahuan, Menjerahkan dirinja kepada Tuhan.

Mereka berdjalan sehari-hari, Sehingga sampai malamnja hari, Sambil memandang kesana kemari, Maksudnja tjahaja hendak ditjari.

Page 21: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

19

Dengan kodrat Rabbi'ldjalali, Nampaklah tjahaja lagi sekali, Hidjau terbentang umpama tali, Letaknja arah ditanah Deli.

Waktu wazir memandang njata, Tjahaja terang sebagai pelita, Kepada menteri dichabarkan serta, Merekapun sangat bersukatjita.

Lama mereka melihat itu, Herannja bukan lagi suatu, Berdiam diri sebagai batu, Memikirkan kekajaan Tuhan jang satu.

Seketika lagi tjahajapun hilang, Tapi bintang gemerlapan-gemilang, Bulanpun terbit tjahaja tjemerlang, Menerangi bumi tiada berselang.

Djauh malam sudahlah hari, Merekapun mengantuk tiada terperi, Pohon jang rindang segera ditjari, Keduanja lalu membaringkan diri.

Tatkala hari sudahlah siang, Keduanja bangun lalu sembahjang, Dalam hatinja sangatlah riang, Tempat tjahaja sudah terbajang.

Page 22: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

20

Setelah sudah sembahjang itu, Berdjalanlah kedua mereka itu, Berserah kepada Tuhan jang satu, Kepadanja mendo'a meminta bantu.

Tiadalah saja berpandjang kalam, Mereka berdjalan siang dan malam, Beberapa menempuh hutan jang kelam, Gunung jang tinggi, lembah jang dalam.

Dengan takdir Rabbi'ldjalali, Sampailah mereka ke Labuhandeli, Kedalam negeri langsung sekali, Mereka menjamar sebagai kuli.

Disitulah mereka berhenti keduanja, Karena hendak meiepaskan lelahnja, Tambahan hendak bertanjakan halnja. Akan tjahaja dimana tempatnja.

Dengan beberapa daja-upaja, Dapatlah mereka hikajat tjahaja, D i Delitua njatalah ia, Dalam istana tempat jang mulia.

Itulah tjahaja puteri ratu, Bukanlah tjahaja djin dan hantu. Puteri Hidjau namanja itu, Puteri jang tjantik bukan suatu.

Page 23: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

21

Bermupakatlah wazir dengan menteri, Hendak pergi ke Delitua negeri, Maksud melihat tuannja puteri, Dipersaksikan dengan mata sendiri.

Tjeritera tidak dilandjutkan lagi, Kedua mereka lalulah pergi, Berdjalan mereka duanja hari, Sampailah mereka kedalam negeri.

Dengan beberapa daja upaja, Kedalam istana sampailah ia, Menjamarkan diri sebagai sahaja, Tingkah dan laku serta gaja.

Sudahlah untung bagi mereka, Sampailah sudah sa'at ketika, Dengan tiada disangka-sangka, Puteri Hidjau nampaklah muka.

Parasnja elok bagai digambar, Memandang puteri hati berdebar, Indah puteri tak dapat terkabar, Lalu mengutjap Allahu akbar.

Mereka tertjengang terlalu lama, Menentang paras puteri utama, Tjantik medjelis dewi mendjelma, Tiada banding dimana-mana.

Page 24: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

22

Setelah hari djauhlah malam, Puteripun lalu masuk kedalam, Wazirpun masih pikiran kelam, Menentang puteri permata nilam.

Ia berkata kepada menteri : „Sekarang apa bitjara diri, Kita nan sudah sampai kemari, Maksud sampai Allah memberi."

Menteripun lalu mendjawab kata : „Ajuhai saudara wazir jang po'ta, Djika menurut pikiran bèta, Baiklah kita kembali serta.

Kenegeri Atjeh kembali kita, Persembahkan kepada duli mahkota, Segala jang sudah dipandang mata, Supaja baginda tiada bertjinta."

Wazir mendengar perkataan itu, Dalam hatinja benarlah tentu, Merekapun keluar darinja situ, Menjamar kepada penunggu pintu.

Dari dalam istana keluar mereka, Hati keduanja sangatlah suka, Semuanja maksud sampai belaka, Ditolong oleh Tuhan jang baka.

Page 25: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

23

Kedua mereka lalu berangkat, Dengan berdjalan terlalu tjepat, Perdjalanan djauh serasa singkat, Kenegeri Atjeh sudahlah dekat.

Kata orang empunja madah, Kenegeri Atjeh sampailah sudah, Tiadalah lagi berhati gundah, Kedalam kota menjampaikan sembah.

Waktu sultan melihat mereka, Hati baginda sangatlah suka, Berseri-seri warnanja muka, Lalu bertitah itu ketika.

Baginda bertitah demikian peri : „Ajuhai mamanda wazir menteri, Mengapakah segera pulang kemari, Adakah sampai maksudnja diri ?"

Wazirpun tunduk lalu berkata : „Ampun tuanku duli mahkota, Berkat pertolongan Tuhan semesta, Sampailah sudah bagai ditjita.

Patik mengembara segenap negeri, Bertanjakan wartanja kesana kemari, Dengan pertolongan Chaliku'lbahri, Dapatlah warta, chabar dan peri.

Page 26: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

24

Adapun akan tjahaja itu, Bukanlah tjahaja djin dan hantu, Hanjalah tjahaja puteri ratu, Di Delitua berkota batu.

Gemilang tjahaja seorang puteri, Di Delitua namanja negeri, Eloknja tidak lagi terperi, Mahal didapat, sukar ditjari.

Tjantik sungguh puteri bangsawan, Beserta dengan budi dermawan, Mukanja budjur kilau-kilauan, Memberi 'asjik laki-laki perempuan.

Giginja putih tjahaja tjemerlang, Umpama dian didalam pelang, Gaja dan sikap indah terbilang, Djika terpandang semangat hilang.

Ampun tuanku mahkota negeri, Sungguhlah tjantik tuan puteri, Patut dihadap hulubalang menteri, Kepada tuanku mendjadi suri.

Perempuan begitu sukar didapat, Meski ditjari segenap tempat, Tjukup padanja segala sipat, Sangat beruntung siapa mendapat."

Page 27: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

25

Demi sultan mendengar warta, Baginda diam tiada berkata, Didalam hati timbullah tjinta, Kepada puteri indah djelita.

Tjinta berahi timbul menggoda, Kepada sultan jang masih muda, Rasanja tjinta didalam dada, Kepada puteri muda remadja.

Djika penjakit demikian pekerti, Tentu obatnja sukar didapati, Djika tak dapat tjinta dihati, Tentulah badan merana dan mati.

Penjakit tjinta kalau terkena, Tentulah badan djadi merana, Karena merindu gundah gulana, Makan tak sedap tidur tak lena.

Tiadalah saja berpandjang madah, Karena hati sangatlah gundah, Tambahan mengarang bukannja mudah, Dituliskan sekadar jang berfaedah.

Sultan Atjeh radja bangsawan, Sehari-hari berhati rawan, Terkenangkan puteri muda rupawan, Maksudnja hendak dibuat kawan.

Page 28: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

V. Meminang Puteri Hidjau

Ditetapkan pikiran didalam diri, Hendak meminang tuannja puteri, Dichabarkan kepada wazir dan menteri, Menjuruh melengkapi kapal sendiri.

Karena baginda hendak berpesan, Ke Delitua mengirim utusan, Meminang puteri muda jang sopan, Supaja tiada harap-harapan.

Setelah kapal sudah dihiasi, Semua kurung telah dikemasi, Bekal-bekalan lalu diisi, Tjukup dengan nachoda, kelasi.

Orang tua-tua adalah serta, Mana jang diharap duli mahkota, Ke Delitua membawa warta, Menjampaikan maksud didalam tjita.

Setelah kelengkapan sedia belaka, Sauh ditarik lajar dan djangka, Kapal melantjar di Selat Melaka, Hilang dimata dengan seketika.

Page 29: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

27

Kapal berlajar siang dan malam, Menempuh lautan jang amat dalam, Dipukul gelombang timbul tenggelam, Di Selat Melaka sebagai menjelam.

Angin kentjang gelombangpun besar, Hari panas sebagai dibakar, Temberang berdengung, kemudi berkisar, Banjaklah mabuk segala laskar.

Berlajar tiada berapa antara, Nampaklah pesisir pulau Sumatera, Laskarpun suka tiada terkira, Didalam pelajaran selamat sedjahtera.

Ladjunja kapal bukan buatan, Berlajar menjusur tepi daratan, Berkibar bendera haluan buritan, Labuhandeli djadi tepatan.

Kapal berhenti sauh diturunkan, Gemuruh meriam orang tembakkan, Orang dipasar jang mendengarkan, Musuh menjerang mereka sangkakan.

Mendengar meriam gemuruh dikuala, Hati sjahbandar berdebar pula, Dalam sekotji ia tersila, Berdajung segera djadi kepala.

Page 30: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

28

Beberapa orang ada sertanja, Kekuala negeri sampai ianja, Dilihatnja kapal sangat besarnja, Sangatlah heran rasa hatinja.

Kepada kapal iapun dekat, Memberi hormat tangan diangkat, Lalulah naik tangga bertingkat, Pergi mendapatkan nachoda berpangkat.

Kepada nachoda ia bertanja : „Kapal ini dari mana datangnja, Apakah sebab mula karenanja, Memasang meriam gemuruh bahananja ?"

Nachoda mendjawab lantjar berkata : „Ajuhai saudara, sjahbandar jang po'ta, Kami dari Atjeh membawa warta, Bukannja hendak melanggar kota.

Kami ini dititah sultan, Kehadirat sultan Deli dengan kehormatan, Membawa bingkisan emas dan intan, Tjahajanja memantjar berkilat-kilatan.

Kami berlajar amatlah djarang, 'Adat lembaga belumlah terang, Alpa dan chilaf banjak bersarang, Ampun dan ma'af djanganlah kurang.

Page 31: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

29

Djikalau tuan ada kasihan, Beserta pula dengan kemurahan, Haraplah kami dapat bantuan, Membawa kami masuk pelabuhan."

Sjahbandar mendengar kata nachoda, Barulah senang didalam dada, Takut dan ngeri sudah tiada, Diatas kapal bergurau senda.

Setelah petang sudahlah hari, Sjahbandarpun lalu bermohon diri, Turun kedalam sekotji sendiri, Bersama wazir dan menteri.

Kemudian sekotji lalu disurung, Beberapa kelasi duduk berdajung, Seorang tiada berhati murung, Sekotjipun ladju umpama burung.

Setelah sampai kedalam kota, Semua utusan dipersilakan serta, Masuk kerumah sjahbandar kita, Lalu didjamunja sekalian rata.

Sampai pada keesokan hari, Utusanpun lalu bermohon diri, Hendak pergi kedalam negeri, Menjampaikan pesan radja bestari.

Page 32: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

30

Sjahbandar menghormati kurang tiada, Lalu disediakan gadjah dan kuda, Makan-makanan mana jang ada, Tanda ichlas didalam dada.

Sjahbandar lalu mengutjapkan selamat, Utusanpun tunduk memberi hormat, Beberapa pudjian jang mulia amat, Sebagai bertemu wakil keramat.

Setelah sudah berkata-kata, Utusanpun lalu naik kereta, Sjahbandar mengantar dengannja mata, Rasanja hendak bersama serta.

Utusan berdjalan kedalam negeri, Kudanja kentjang tiada terperi, Kereta kendaraan sebagai menari, Ditarik kuda sambil berlari.

Berkat keramat sultan mahkota, Utusanpun tiada mendapat leta, Sampailah ia bersama serta, Ke Delitua diibu kota.

Merekapun masuk perlahan-lahan, Hendak menghadap radja pilihan, Beberapa banjak membawa persembahan, Umpama pohon bersama dahan.

Page 33: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

31

Setelah sampai kepintu kota, Penunggu pintu didapatkan serta, Lalu mengabarkan hal dan warta, Hendak menghadap radja mahkota.

Penunggu pintu mendengar itu, Iapun pergi menghadap ratu, Persembahkan warta jang telah tentu, Utusan Atjeh datang kesitu.

Baginda mendengar sembah biduanda, Sangat terkedjut didalam dada, Dengan perlahan ia bersabda, Suruhkan kemari djangan tiada.

Penunggu pintu lalulah pergi, Kepada utusan bertemu lagi, Disampaikan titah radja jang tinggi, Serta keterangan ada dibagi.

Utusanpun masuk kedalam istana, Diiringkan oleh menteri perdana, Pergi menghadap radja jang gana, Tunduk menjembah dengan sempurna.

Tunduk menjembah merendahkan diri, Dihadapan radja mahkota negeri, Dengan perlahan ia berperi, Menjebutkan asal dan nama negeri.

Page 34: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

32

Dengan hormat utusan berkata : „Ampun tuanku duli mahkota, Dari Atjeh datangnja beta, Dititahkan oleh duli mahkota.

Kami dititahkan oleh baginda, Menjampaikan ichlas didalam dada, Membawa persembahan mana jang ada, Harap diterima djangan tiada.

Persembahanpun tidak dengan seperti, Hanjalah ichlas didalam hati, Kepada tuanku radja jang sakti, Mudah-mudahan Allah berkati.

Adapun maksud radja terbilang, Pada tuanku wadjah gemilang, Djika tiada suatu menghalang, Memohonkan mestika tjahaja tjemerlang.

Mestika jang besar didalam negeri, Tjahajanja terang kesana kemari, Memberi 'asjik dewa dan peri, Mahal didapat, sukar ditjari.

Itulah dipohonkan oleh baginda, Pada tuanku usul jang sjahda, Tulus dan ichlas didalam dada, Harapkan kurnia djangan tiada."

Page 35: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

33

Demi baginda mendengar chabar, Hatinja gunt jang darah berdebar, Tetapi baginda radja jang sabar, Dibawa mengutjap : „Allahu akbar."

Baginda bertitah perlahan suara : „Ajuhai utusan Atjeh negara, Hatiku suka tiada terkira, Sultan mcngaku djadi saudara.

Adapun akan kehendaknja itu, Djika ada Allah membantu, Haraplah bersabar sedikit waktu, Maksud baginda terkabullah tentu.

Mestika itu adalah sudah, Mendapat dia tentulah mudah, Djanganlah baginda berhati gundah, Kepada ia tentu berpindah.

Begitulah sadja kami berperi, Sabarlah utusan kadar dua hari, Semoga-moga ada Allah memberi, Dengan segeranja kami chabari."

Utusan mendengar titahnja sultan, Hatinja suka bukan buatan, Sebagai mendapat segunung intan. Mukanja bertjahaja njata kelihatan.

Sja'ir Puteri Hidjau 3

Page 36: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

34

Setelah sudah berkata-kata, Utusanpun lalu bermohon rata, Pada baginda radja mahkota, Hendak berhenti diluar kota.

Apabila utusan sudah berlalu, Hati baginda merasa pilu, Sendi dan tulang rasanja ngilu, Ter.V.enangkan kehendak Atjeh penghulu.

Baginda masuk kedalam puri, Hendak bertemu saudara sendiri, Mentjeriterakan utusan Atjeh negeri, Supaja bersama boleh memikiri.

Tatkala baginda masuk kedalam, Puteri Hidjau sedang menjulam, Wadjahnja bersih umpama nilam, Sebagai bulan diwaktu malam.

Apabila puteri melihat saudara, Iapun berdiri dengannja segera, Hormatnja tiada lagi terkira, Pada saudaranja radja negara.

Diambil puan lalu disorongkan, Dengan menjembah kepala ditundukkan, Bagindapun duduk sambil bertelekan, Sirih dipuan lalu dimakan.

Page 37: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

35

Lalu bermadah tuannja puteri : „Ampun kakanda mahkota negeri, Apakah maksud kakanda kemari, Makanja datang begini hari ?"

Bagindapun lalu mendjawab kata : „Ajuhai adinda usul jang po'ta, Sebabpun maka kemari beta, Adalah sedikit membawa warta.

Sebelumnja kakanda berkata-kata, Mentjeritakan maksud didalam tjita, Haraplah kakanda pada djuita, Djangan kiranja mendjadi menta.

Sebabpun kakanda berkata begitu, Chabar nan sukar bukan suatu, Dari Atjeh datangnja itu, Utusan dari seorang ratu.

Supaja maksud mendjadi terang, Baiklah kakanda tjeritakan sekarang, Adindaku sudah dipinang orang, Radja jang besar ditanah Seberang.

Utusan Atjeh datang kemari, Ada berhenti diluar negeri, Menantikan chabar sehari-hari, Dari kakanda seorang diri.

Page 38: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

36

Oleh sebab itu ajuhai adinda, Berilah tahu pada kakanda, Sudikah adinda atau tiada, Bersuamikan sultan jang masih muda.

Harap kakanda bukan seperti, Pada adinda emas sekati, Permintaannja baik kita turuti, Supaja ia bersenang hati.

Karena adinda sudah remadja, Djanganlah lagi berhati mandja, Kehendak kakanda turutlah sadja, Supaja selamat sebarang kerdja."

Demi puteri mendengar tjerita, Tunduk diam tiada berkata, Sambil bertjutjuran airnja mata, Hatinja sebal tiada terderita.

Ia berkata perlahan-lahan, Suaranja merdu tertahan-tahan, „Ampun kakanda radja pilihan, Bersuami nan belum ada perasaan.

Nama bersuami ampunlah patik, Karena pengetahuan belum setitik, Belum mengetahui bunga dan putik, Tak dapat membedakan sutera dan batik.

Page 39: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

37

Pcngharapan patik selama ini, Kepada Allah Tuhan subhani, Bersama hidup bersama fani, Dengan kakanda radja jang gani.

Selama tiada ajahanda dan bunda, Pikiran adinda sangat tergoda, Semoga-moga ada rahim kakanda, Sudi memelihara diri adinda.

Nama bersuami mohonkan dulu, Karena patik bodoh terlalu, Belum mengetahui hilir dan hulu, Achirnja kakanda mendapat malu."

Baginda mendengar sembah adiknja, Sangatlah pilu rasa hatinja, Tunduk termenung berdiam dirinja, Tiadalah lagi banjak katanja.

Bagindapun lalu bermohon diri, Berdjalan keluar dari dalam puri, Pergi menudju istana sendiri, Hatinja gundah tiada terperi.

Setelah hari sianglah tentu, Berangkat kebalai paduka ratu, Baginda bertitah ketika itu, Utusan Atjeh dipersilakan kesitu.

Page 40: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

38

Utusan datang dengannja segera, Menghadap baginda radja negara, Hatinja suka tiada terkira, Disangkanja maksud tiadalah tjedera.

Baginda berkata merdu suara : „Ajuhai utusan Atjeh negara, Pada hamba empunja kira, Baiklah tuan kembali segera.

Baiklah tuan segera kembali, Sampaikan salam kebawah duli, Akan kehendak radja asli, Tiadalah dapat hamba kabuli.

Semalam sudah hamba ichtiarkan, Supaja mestika boleh didapatkan, Tetapi Allah belum mengizinkan, Djadilah maksud tiada tersampaikan.

Hendakpun hamba akan memaksa, Takutlah pula djadi binasa, Achirnja kita sesal merasa, Pcrbuatan tiada usul periksa.

Dari sebab itu, ajuhai utusan, Bawalah kembali segala bingkisan, Kepada baginda sampaikan pesan, Djangan kiranja murka dan bosan.

Page 41: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

39

Salam dan sembah dari pada beta, Kepada baginda radja mahkota, Djangan kiranja berdukatjita, Ataupun murka kepada kita.

Bukanlah kami empunja salah, Sudahlah dengan kehendak Allah, Tiada boleh keras sebelah, Haruslah setudju kedua belah."

Mendengar titah sultan paduka, Utusanpun sangat merasa duka, Kelihatan putjat warnanja muka, Mendengar begitu ia tak sangka.

Ia berkata sambil berdiri : „Ampun tuanku mahkota negeri, Djika demikian tuanku berperi, Putuslah harap radja bestari.

Harap baginda bukan sedikit, Tinggi dari gunung dan bukit, Radja umpama kena penjakit, Makin lama tambah mendjangkit.

Esoklah patik kembali segera, Kembali menudju Atjeh negara, Semoga didjauhkan bala dan mara, Disanalah patik dapat bitjara."

Page 42: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

40

Setelah sudah berkata-kata, Lalulah utusan bermohon rata, Pergi berdjalan keluar kota, Maksudnja hendak berkemaskan harta.

Mereka berkemas semalam-malam, Menggulung tikar membungkus tilam, Hatinja sangat gundah didalam, Terkenangkan perkataan duli sjah'alam.

Setelah hari sianglah tentu, Berangkat utusan darinja situ, Ke Labuhandeli tudjunja itu, Hatinja sebal bukan suatu.

Tiada saja berpandjang madah, Kenegeri Labuhan sampailah sudah, Kedalam kapal mereka berpindah, Lajar ditarik kemudi ditadah.

Tiadalah lagi mereka berhenti, Ataupun sjahbandar mereka dapati, Karena menurutkan kemarahan hati, Hilang sekalian budi pekerti.

Orang melihat demikian itu, Herannja bukan lagi suatu, Kapal berlajar tiada berwaktu, Chabarpun tiada barang suatu.

Page 43: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

41

Semuanja orang datang mentjela, Melihat 'adat utusan ter'ala, Kelakuan sebagai orang jang gila, Tiadalah patut mendjadi kepala.

Sampai disini kissah berhenti, Dengan jang lain pula diganti, Kenegeri Atjeh kita lihati, Tjerita sultan muda jang sakti.

Sedjak utusan berlajar pergi, Bagindapun tiada berduka lagi, Sultan berharap petang dan pagi, Supaja maksudnja Allah membagi.

Duduklah baginda dengan bersabar, Menunggu utusan membawa chabar, Darah didada selalu berdebar, Sebagai bendera sedang berkibar.

Ada kepada suatu hari, Sedang rembang tjahaja matahari, Ajam berkokok kanan dan kiri, Baginda semajam dibalairung sari.

Baginda dihadap wazir bereda, Serta menteri mana jang ada, Besar, ketjil, tua dan muda, Berbuat chidmat pada baginda.

Page 44: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

42

Baginda bersabda pada bentara, Lemah lembut bunji suara : „Ajuhai mamanda apa bitjara, Utusan nan belum kembali segera.

Mereka pergi sudahlah lama, Lebih kurang dua purnama, Tiada mendengar warta dan nama, Entahpun 'aral datang mendjelma.

Djika begini laku pekerti, Baiklah mamanda pergi lihati, Tiadalah senang didalam hati, Siang dan malam menanti-annti."

Belum habis baginda berkata, Kedengaran meriam gegap gempita, Sekalian jang hadir terkedjut rata, Disangkanja musuh melanggar kota.

Semuanja memandang kesana kemari, Sambil berkata sama sendiri, Meriam apakah demikian peri, Tiada sebagai sehari-hari.

Pada masa ketika itu, Masuk menghadap penunggu pintu, Persembahkan kepada paduka ratu, Kapal Atjéh datanglah tentu.

Page 45: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

43

Demi baginda mendengar kata, Terlalu suka didalam tjita, Hilanglah gundah hati bertjinta, Berganti dengan bersukatjita.

Baginda bertitah pada bentara, Lemah lembut bunji suara: „Pergilah mamanda menjambut segera, Supaja diketahui sebarang bitjara."

Bentara menjembah lalulah pergi, Tiadalah ia berlambat lagi, Badjunja hitam berkopiah tinggi, Memegang tongkat hulu bersegi.

Kekuala negeri sampai ianja, Naik kekapal dengan segeranja, Kepada kelasi ia bertanja: „Utusan Atjéh apa chabarnja?"

Kelasi mendjawab dengannja njata: „Tiadalah hamba tahukan warta, Djika hendak bertemu mata, Marilah hamba bawakan serta!"

Bentara berdjalan masuk kedalam, Bertemu dengan waziroe'1 'alam, Iapun lalu memberi salam, Menjampaikan titah duli sjah 'alam.

Page 46: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

44

Seketika lamanja berkata-kata, Merékapun lalu turunlah serta, Berdjalan masuk kedalam kota, Hendak menghadap duli sang nata.

Tiadalah lama berdjalan itu, Lalu sampai kekota batu, Merékapun masuk menghadap ratu, Lakunja hormat sudahlah tentu.

Setelah sampai kedalam kota, Wazir menjembah, lalu berkata: „Ampun tuanku radja mahkota. Tiadalah sampai maksudnja kita.

Pada radja Delitua itu, Telah disampaikan pesan sangratu, Tetapi Allah belum membantu, Intan bertjahaja disangkanja batu.

Kehendak tuanku ia tolakkan, Berbagai dalih ia sebutkan, Beserta chabar jang bukan-bukan, Patikpun sangat héran memikirkan.

Menjembah patik merendahkan diri, Kepada radja Delitua negeri, Kata-kata jang manis selalu diberi, Tetapi baginda tiada dengari.

Page 47: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

45

Hati patik sangat sebalnja, Melihat hal demikian adanja, Permintaan kita tiada diterimanja, Ia menurutkan kehendak hatinja.

Apatah kita empunja salah, Maka baginda berbuat olah, Kebesaran tuanku sudah masjhurlah, Dengan meréka tiadalah kalah.

Apa jang kurang kepada kita, Harta benda tjukup semata, Wang dan emas beberapa juta, Istimewa pula intan permata.

Djika patik pikir menungkan, Sebal rasanja tiada terperikan, Disangkanja tuanku anak-anakan, Boléh sahadja dipermain-mainkan."

Demi baginda mendengar rentjana, Mukanja mérah gemilang warna, Lakunja marah terlalu béna. Merasa diri kena bentjana.

Lalu bertitah lakunja murka, Mérah padam warnanja muka: „Sedikit tiada bèta menjangka, Maksud kita ditolak meréka.

Page 48: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

46

A k u sangat merasa malu, Kehendak kita tiadalah lalu, Da r i pada hidup berhati pilu, Lcbih baik mati berkalang hulu.

Dar i pada hidup tinggal begini, Mau lah aku segera fani, Rindu dendam tiada tertahani, Duduk bertjinta selaku ini .

Dj ika ta' dapat kehendak hati, Baiklah aku fana dan mati, Emas dan pérak beribu kati, Semuanja itu menjakitkan hati.

A k u hendak pergi sendiri, Akan mengambil tuannja puteri, Himpunkan segala hulubalang menteri, K i t a berangkat lagi tiga har i !"

Wazirpun mendjawab perlahan suara: , ,Ampun tuanku mahkota negara, Djanganlah tuanku perginja segera, Biarlah patik dahulu mara.

A p a gunanja menteri hulubalang, Patutlah meréka mendjadi galang, Djanganlah tuanku berhati walang, Biarlah patik dahulu hilang.

Page 49: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

47

Patik dahulu tuanku titahkan, Puteri boléh patik rampaskan, Dengan hidupnja patik bawakan, Disitulah baru kita balaskan."

Setelah didengar radja mahkota, Akan wazir empunja kata, Merasa benar didalam tjita, Maulah bersama menentang sendjata.

Baginda bertitah dengan segera: „Ajuhai mamanda wazir negara, Djanganlah banjak pikir dan kira, Himpunkan segera rakjat tentera !"

Setelah sudah berperi-peri, Wazirpun lalu bermohon diri, Menghimpunkan rakjat kanan dan kiri, Banjak tiada lagi terperi.

Kapal kenaikan lalu dihiasi, Alat sendjata lalu diisi, Hulubalang Atjéh serta kelasi, Gagah melebihi bangsa Habsi.

Setelah sampai sa'at ketika, Sekalian laskar berhimpun belaka, Sangat gembira rupa meréka, Seorangpun tidak berhati duka.

Page 50: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

VI. Radja Atjeh menjerang

Lengkaplah sudah alat tentera, Masuk kekapal mahkota negara, Lajar ditarik diputar djentera, Kapalpun melantjar ditengah segara.

Kata orang empunja madah, Angkatan itu berangkatlah sudah, Rakjat jang tinggal berhati gundah, Sajangkan sultan paras jang indah.

Selama sultan berangkat itu, Datuk mangkubumi djadi pembantu. Duduk memerintah menggantikan ratu, Menjelesaikan perkara sepeninggal ratu.

Tersebut pula kissah angkatan, Beberapa hari menempuh lautan, Kapal melantjar dari Selatan, Djauhlah sudah dari daratan.

Enipat hari, tjukup kelima, Sampai angkatan radja utama, Ke Labuhandéli, dikota lama, Turunlah sekalian hulubalang panglima.

Page 51: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

49

Terkedjutlah orang hilir dan hulu, Melihat kapal banjak terlalu, Datangnja itu tiada kelulu, Tiada tentu siapa penghulu.

Penghulu pasar pergilah segera, Mendapatkan angkatan Atjeh negara, Ia bertanja gemetar suara : „Dari mana datang tuan-tuan saudara ?"

Lalu mendjawab seorang menteri : „Kami datang dari Atjeh negeri, Tiada bermaksud suatu peri, Berhenti disini kadar sehari.

Supaja tuan mengetahui terang, Kami nan hendak pergi berperang, Ke Délitua hendak menjerang, Membawa askar beribu orang."

Penghulu pasar mendengar katanja, Rasa tak senang dalam hatinja, Warta dipersembahkan pada radjanja, Chabar angkatan dengan maksudnja.

Kata orang empunja madah, Laskar Atjéh naiklah sudah, Barisnja beratur terlalu indah, Orang menonton riuh dan rendah.

Sja'ir Puteri Hidjau 4

Page 52: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

50

Alat scndjatanja djangan dikata, Tombak dan pedang, perisai bergenta, Senapang dan meriam lengkap semata, Laskar sebagai semut melata.

Setelah beratur baris semuanja, Lalu berdjalan sekalian orangnja, Gegap gempita bunji bahananja, Seperti guruh konon suaranja.

Berdjalan konon sekalian laskar, Menempuh padang hutan belukar, Kaju-kajuan banjak terbongkar, Rumputpun kering bagai dibakar.

Terkedjut segala binatang hutan, Semuanja lari berlompat-lompatan, Sekaliannja itu dengan ketakutan, Disangkanja suara djin dan sétan.

Angkatan berdjalan beberapa hari, Menempuh padang hutan berduri, Dengan pertolongan Chaliku'lbahri, Sampailah ke Délitua negeri.

Berhentilah laskar diluar negeri, Beberapa chaimah lalu terdiri, Keliling tempat semua dipagari, Supaja sukar musuh menghampiri.

Page 53: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

51

Setelah selesai kerdja semuanja, Lalu dichabarkan pada radjanja, Baginda mendengar suka hatinja, Akan kesetiaan segala laskarnja.

Bagindapun lalu bermusjawarat, Bermaksud hendak berkirim surat, Ke Délitua disampaikan hasrat, Supaja tidak kekurangan sjarat.

Diperbuat surat diberikan pahlawan, Dititahkan pergi tiga sekawan, Panglima menjembah radja bangsawan, Berdjalan bersama teman dan kawan.

Setelah sampai kepintu kota, Penunggu pintu didapatkan serta, Dichabarkan maksud dengannja warta, Hendak menghadap duli sang nata.

Merekapun dibawa kebalairung sari, Kehadapan radja mahkota negeri, Apabila sampai suratpun diberi, Kepada datuk bentara kiri.

Bentara bertanja suaranja kaku : „Dari mana datang tuan saudaraku, Maka begini tingkah dan laku, Djanggal, tjanggung serta kaku ?"

Page 54: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

52

Pahlawan mendjawab, seraja berkata : „Dari Atjeh datangnja beta, Djika hendak tahukan warta, Batjalah surat, supaja njata !"

Surat dibuka bentara kiri, Dibatja dihadapan mahkota negeri, Membatja surat sambil berdiri, Suaranja njaring tiada terperi.

Beginilah konon bunji suratnja, Pertama memudji kebesaran keradjaannja „Radja Atjéh besar tachtanja, Datang membawa beribu laskarnja.

Beratus pendékar hulubalang menteri, Laskarpun banjak tiada terperi, Adapun maksud datang kemari, Hendak merampas tuan puteri.

Waktu dahulu kami meminta, Dengan lemah lembut kami berkata, Beberapa banjak membawa harta, Tiada berhasil djuga semata.

Disuruh kembali semua utusan, Beserta dengan segala bingkisan, Sekarang ini terima balasan, Puteri diambil dengan kekerasan.

Page 55: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

53

Djika tiada hendak berperang, Baiklah puteri serahkan sekarang, Kalau tiada, tentu diserang, Kota didjadikan abu dan arang.

Radja Délitua dua saudara, Gagah berani sudahlah ketara, Silakan keluar dengannja segera, Mengadu sekalian rakjat tentera."

Begitulah konon bunji suratnja, Baginda mendengar sangat marahnja, Mérah padam warna mukanja, Tetapi dapat disamarkannja.

Baginda bertitah gemetar suara : „Ajuhai utusan Atjéh negara, Kembalilah engkau dengannja segera, Esok hari mengadu tentera.

Keluar djuga aku berperang, Baiklah siap kamu sekarang, Rakjatpun banjak tiadalah kurang, Boleh dilihat mana jang garang."

Demi mendengar baginda berperi, Pahlawan Atjéh merasa ngeri, Merékapun lalu bermohon diri, Pergi menghadap radja sendiri.

Page 56: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

54

Setelah sampai ia ketempatnja, Lalu dichabarkan kepada radjanja, Akan djawaban surat dibawanja, Baginda mendengar geram hatinja.

Tersebut kissah dalam istana, Baginda mupakat dengan sempurna, Menghimpunkan laskar dimana-mana, Dengan seketika menderu bahana.

Segala pahlawan bangsa berani, Berkendaraan diatas kuda semberani, Memakai badju besi kursani Peluru senapang boleh tertahani.

Setelah hari sianglah tentu, Lengkaplah sudah semuanja itu, Keluarlah laskar dari kota batu, Akan berperang membela ratu.

Apabila sampai ketengah padang, Kedua pihak sama berpandang, Serunai ditiup dipalu gendang Masing-masing laskar menghunus pedang.

Tempik dan sorak tiada terperi, Segala pahlawan menjerbukan diri, Beramuk-amukan kian kemari, Gadjah menderam, kuda berlari.

Page 57: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

55

Mereka berperang terlalu amat, Berbunuh-bunuhan tiada terhemat, Banjak terhantar majatnja umat, Gemuruh sebagai akan kiamat.

Perangnja keras tiada terkira, Banjaklah laskar mendapat tjedera, Segala pahlawan Atjeh negara, Sebagai harimau kena pendjara.

Berperang itu ada seketika, Banjaklah orang mati dan luka, Kcdua pihak bersama murka, Mati dan hidup tiada direka,

Setelah hari petanglah pesti, Kcdua pihak lalu berhenti, Masing-masing tempat lalu didapati, Dikuburkan segala mana jang mati.

Kata orang empunja peri, Begitulah keadaan setiap hari, Sangatlah susah didalam negeri, Musuh mengepung kanan dan kiri.

Sungguhpun keadaan serupa itu, Kalah dan menang belumlah tentu, Radja Atjeh susah bukan suatu, Karena tiada mendapat bantu.

Page 58: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

56

Setelah genap tiga puluh hari, Radja Atjeh menghimpunkan menteri, T i p u muslihat hendak ditjari, Supaja kalah Deli negeri.

Setelah berhadir sekaliannja itu, Lalulah bertitah paduka ratu : „Ajuhai wazir, menteri sekutu, Tjar i lah ichtiar supaja tentu.

Dj ika keadaan sebagai sekarang, K a l a h dan menang belumlah terang, Banjaklah mati panglima perang, Achirnja kita ditawan orang.

Dj ika berperang tjara begini, Tentulah banjak laskar jang fani, Serangan musuh tiada tertahani, Karena mereka sangat berani.

Tjobalah tjari tipu dan daja, Supaja musuh kena perdaja, Padamu sekalian aku pertjaja, Asalkan djangan berbuat aniaja."

Mendengar titah radja sendiri, Masing-masing tunduk berdiam diri , T ipu muslihat djuga dipikir i , Akan mengalahkan Delitua negeri.

Page 59: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

57

Ada seketika berdiam diri, Berdatang sembah seorang menteri : „Ampun tuanku mahkota negeri, Suatu ichtiar patik memberi.

Sebagai tuanku maklumlah sudah, Negeri ini kotanja indah, Pagarnja tinggi bukannja rendah, Memasuki dia tentu tak mudah.

Tambahan laskarnja gagah perkasa, Takut dan gentar tiada merasa, Semuanja perkasa senantiasa, Berani mati atau binasa.

Ichtiar patik sebuah sadja, Penawan Delitua empunja radja, Tak usah banjak pakai belandja, Ataupun pedang bermata wadja.

Pengaruh wang kita tjobakan, Kedalam meriam K ita isikan, Kepada laskarnja kita tembakkan, Tentulah mereka akan memperebutkan."

Baginda mendengar sembah menteri, Hatinja suka tiada terperi, Kelihatan mukanja berseri-seri, Ichtiar demikian sangat digemari.

Page 60: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

58

Setelah sudah berkata-kata, Baginda mendjamu sekalian rata, Tua dan muda adalah serta, Berapa banjak mengeluarkan harta.

Djauh malam sudahlah hari, Masing-masing lalu bermohon diri, Pergi kembali ketempat sendiri, Pekerdjaan esok djuga dipikiri.

Waktu hari sudahlah terang, Genderangpun lalu lipalu orang, Bersiaplah segala pahlawan garang, Kepada musuh hendak menjerang.

Ringgit dibawa dalam kereta, Ada kira-kira seperempat juta, Meriam jang besar adalah serta, Karena hendak merampas kota.

Apabila sampai ketengah medan, Kedua pihak lalu berpadan, Berperang sebagai orang edan, Tiada sajang njawa dan badan.

Bedil berbunji suara menderu, Sebagai hudjan datang peluru, Laskar sebagai binatang diburu, Gemuruh bunjinja tempik dan seru.

Page 61: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

59

Waktu orang berperang itu, Radja Atjeh ada disitu, Berhenti pada tempat suatu, Empat menteri djadi pembantu.

Meriam jang besar dekat baginda, Beberapa orang sedang menunda, Sepuluh karung ringgitpun ada, Dipikul oleh chadam biduanda.

Kedalam meriam ringgit diisikan, Ketengah padang lalu dihadapkan, Sumbu ditaruh lalu dibakarkan, Bunjinja dahsjat tiada terperikan.

Ditengah padang ringgit bertebar, Orang melihat hati berdebar, Banjaklah sudah merasa tak sabar, Memegang pedang hatinja hambar.

Sebab melihat demikian pekerti, Datanglah tama' didalam hati, Tiada lagi pedulikan mati, Asalkan wang boleh didapati.

Laskar Delitua njata kelihatan, Kesana kemari berlompat-lompatan, Memungut wang berebut-rebutan, Hatinja suka bukan buatan.

Page 62: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

60

Karena mereka tiada melihat, Akan musuhnja punja muslihat, Lagi pikiran belumlah sehat, Tiada memikirkan baik dan djahat.

Begitulah kebanjakan orang sekarang, Melihat wang matanja terang, Meskipun lehernja akan diparang, Berani lenjap, setianja kurang.

Orang Atjeh melihat begitu, Hatinja suka bukan suatu, Tipunja berhasil sudahlah tentu, Tiadalah perlu meminta bantu.

Demikianlah hal sehari-hari, Laskar Delitua banjak jang lari, Ada jang masuk kedalam puri, Persembahkan kepada radja sendiri.

Demi baginda mendengar warta, Iapun sangat berdukatjita, Dalam hatinja sudahlah njata, Tentulah musuh memasuki kota.

Dengan hati gundah gulana, Bagindapun masuk kedalam istana, Berdjumpakan saudara muda teruna, Hendak memberi nasihat sempurna.

Page 63: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

61

Setelah sampai kedalam istananja, Puteri Hidjau lalu dipanggilnja, Bersama dengan saudara bungsunja, Lalu berkata dengan masjgulnja :

„Ajuhai adinda emas djuita, Dengar kiranja kakanda berkata, Djika kalah perangnja kita, Djangan adinda berdukatjita.

Serahkan kota bersama diri, Kepada radja Atjeh bestari, Moga-moga ditolong Chaliku'lbahri, Tiadalah mendapat bahaja ngeri.

Tetapi satu harus dipohonkan, Kepadanja minta buatkan, Sebuah keranda katja berlapiskan, Kedalam itu minta masukkan.

Apabila sudah sampai kenegerinja, Suruh himpunkan semua rakjatnja, Masing-masing dengan persembahannja, Bertih segenggam, sebidji telurnja.

Bila semuanja sudah dikumpulkan, Kedalam laut suruh buangkan, Bakarlah kemenjan serta do'akan, Dengan kakanda minta pertemukan.

Page 64: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

O*

Djika ditolong Tuhan jang satu, Bertemulah kita ketika itu, Jang lain djangan harap membantu, Sudahlah permintaan kita begitu."

Baginda berkata dengan masjgulnja, Bertjutjuran dengan air matanja, Kedua saudara dipeluk ditjiumnja, Sangatlah pilu siapa melihatnja.

Setelah baginda berkata-kata, Keluarlah ia dari dalam kota, Kemana tudjunja tiadalah njata, Seorangpun tiada tahukan warta.

Tinggallah puteri dua saudara, Hatinja pilu tiada terkira, Keduanja menangis perlahan suara, Terkenangkan perkara mahkota negara.

Pada adiknja puteri berkata : „Ajuhai adinda tjahaja mata, Sekarang apa bitjara kita, Musuh nan hampir memasuki kota.

Pada pikiran kakanda sendiri, Baiklah kita segera lari, Kedalam hutan menjembunjikan diri, Sebelum musuh sampai kemari."

Page 65: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

63

Adindanja mendjawab suaranja pilu : „Wahai kakanda djundjungan hulu, Baiklah kakanda sabar dahulu, Adinda berichtiar menuntut malu.

Didalam istana kakanda menanti, Tetapkan pikiran didalam hati, Djika adinda tiada mati, Selamatlah kita dengan seperti."

Puteri mendengar kata adiknja, Sangatlah pilu rasa hatinja, Lalu menjapu air matanja, Masuklah ia kedalam peraduannja.

Menangislah ia tersedu-sedu, Suaranja manis terlalu merdu, Sebagai bunji buluh perindu, Makin didengar bertambah rindu.

Tinggallah adiknja ditengah istana, Dengan hati gundah gulana, Pikirannja melajang kesini sana, Memikirkan ichtiar penolak bentjana.

Ia termenu ng dalam ma'ripat, Pikirannja melajang kelain tempat, Hendak dipandang tiada sempat, Dengan seketika berubah sipat.

Page 66: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

64

Sudah kehendak Tuhan jang satu, Sipatnja berubah ketika itu, Mendjadi meriam njatalah tentu, Pada laskarnja djadi pembantu.

Ia menembak bersungguh hati, Seketikapun tiada lagi berhenti, Orang Atjeh banjaklah mati, Kena peluru meriam jang sakti.

Merekapun undur perlahan-lahan, Karena tiada dapat menahan, Ditengah padang djatuh berebahan, Tersiar-siar sematjam bahan.

Puteri Hidjau tersebut kissah, Dalam peraduan berkeluh kesah, Karena hatinja sangatlah susah, Bantal kepalanja habislah basah.

Sangatlah susah rasa hatinja, Memikirkan akan untung nasibnja, Tambahan terkenangkan ajah bundanja, Bagaikan remuk rasa anggotanja.

Hari malam bulan mengembang, Hatinja makin bertambah bimbang, Terkenangkan ajah, bunda dan abang, Djika bersajap maulah terbang.

Page 67: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

65

D j a u h m a l a m sudah lah h a r i , K e l u a r l a h i a ketengah p u r i , K e l i l i n g tempat a d i k n j a d i t j a r i , T i a d a l a h d jua ber temu d i r i .

H e r a n n j a i a b u k a n suatu , M e l i h a t keadaan serupa i t u , S a u d a r a n j a h i l a n g t i a d a ber tentu , H a n j a l a h m e r i a m ada d i s i tu .

I a p u n l a l u k e m b a l i keda l am, M e r e b a h k a n d i r i diatas t i l a m , Seh ingga s ampa i s ema lam-ma lam, P i k i r a n n j a mas ih merasa k e l a m .

K a t a o rang empun ja t jer i ta , W a k t u h a r i s i ang lah nja ta , D a t a n g l a h m u s u h mengepung ko ta , L e n g k a p dengan alat sendjata.

B e g i t u l a h d juga m e r i a m keramat , I a m c n e m b a k te r la lu amat , B a g a i k a n d u n i a hendak k i ama t , B a n j a k l a h m u s u h t i ada selamat.

D e n g a n kehendak T u h a n j a n g ka ja ,

M e n u n d j u k k a n kodra t i r ada tn j a d i a ,

M e r i a m i t u p u n hab i s l ah daja ,

M e n d j a d i h i n a o rang j a n g m u l i a .

Sja'ir Puteri Hidjau 5

Page 68: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

VII. Radja Atjeh dengan Puteri Hidjau

Larasnja putus besi melajang, Remuk sebagai dimasak lojang, Keliling istana rasa bergojang, Terkedjut segala hamba dan dajang.

Bunji jang dahsjat sudah tiada, Pada musuhnja akan menggoda, Radja Atjeh orang jang muda, Sangatlah suka didalam dada.

Pintu kota mereka petjahkan, Dengan segera orang hantjurkan, Harta rampasan banjak didapatkan, Kepada bendahara semua diberikan.

Tersebut perkataan radja Atjeh bestari, Sukanja tidak lagi terperi, Masuklah segera keistana puri, Puteri Hidjau hendak ditjari.

Kedalam istana sampailah baginda, Bersama menteri mana jang ada, Sangatlah suka didalam dada, Takut dan ngeri sudah tiada.

Page 69: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

67

Setelah sampai dalam istana, Puteri ditjarinja kesini sana, Hatinja suka terlalu bena, Perangnja menang dengan sempurna.

Tetapi puteri tiadalah dapat, Rata ditjarinja segenap tempat, Karena puteri sembunji tjepat, Dalam peraduan bertirai rapat.

Radja Atjeh lama mentjari, Barulah bertemu dengannja puteri, Dalam peraduan membaringkan diri, Wadjahnja gemilang berseri-seri.

Demi terpandang oleh baginda, Akan paras puteri jang sahda, Iman bergojang didalam dada, Berahinja datang berganda-ganda.

Iapun berdiri dekat peraduan, Peraduannja indah sangat rupawan, Hatinja geram bertjampur rawan, Melihat puteri muda perawan.

Waktu puteri membuka matanja, Sangat terkedjut rasa hatinja, Seorang laki-laki masuk ketempatnja, Belumlah pernah demikian halnja.

Page 70: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

68

Iapun bangun hendakkan lari, Oleh baginda segera dihampiri, Baginda bertanja manis berseri : „Hendak kemana adinda puteri ?

Djanganlah tuan bersalah sangka, Pada kakanda orang durhaka, Tiada kakanda gusar dan murka, Adindaku tempat melipurkan duka.

Adinda tempat kakanda bergantung, Menjerahkan nasib bersama untung, Bersama terbenam sama terkatung, Adinda miliki hati dan djantung.

Ajuhai adinda rupawan sedjati, Djanganlah tuan berketjil hati, Kehendak kakanda baik turuti, Mendjadi isteri dengan seperti.

Sangatlah lama kakanda bertjinta, Pada adinda emas djuita, Terbajang-bajang diruangan mata, Barulah bertemu tadjuk mahkota.

Adindaku tuan muda bestari, Djanganlah tuan merasa ngeri, Marilah bersama pulang kenegeri, Adinda kunobatkan mendjadi suri.

Page 71: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

69

Haram kakanda akan berdusta, Pada adinda usul jang po'ta, Djika kakanda memungkiri kata, Dikutuk oleh Tuhan semesta."

Berbagailah pudjuk dikatakannja, Beserta dengan lemah lembutnja, Puteri mendengar bentji hatinja, Tetapi dapat disamarkannja.

Puteri mendjawab manis berseri : „Ampun tuanku mahkota negeri, Patik menurut sebarang peri, Njawa diserahkan bersama diri.

Badan dan djiwa patik serahkan, Sebarang kehendak tuanku lakukan, Mendjadi hamba tuanku buatkan, Sedikit tiada patik bantahkan.

Hanjalah sedikit permintaan ada, Pada tuanku usul jang sahda, Djika ada rahim didada, Harap kabulkan djangan tiada.

Suatu keranda tuanku buatkan, Dari pada katja tuanku djadikan, Kedalamnja itu patik masukkan, Sampai di Atjeh baru bukakan.

Page 72: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

70

Sebabnja permintaan patik begitu, Karena kita belum bersatu, K u l i t bersentuh haramlah tentu, Hukum sjara' melarangnja i tu."

Demi baginda mendengar kata, Hatinja sangat bersukatjita, Maksudnja hasil sudahlah njata, Permintaan puteri dikabulkan serta.

Keranda katja disuruh tempa, Sangatlah elok dipandang rupa, Dimasa ini djarang berdjumpa, Orang melihat lalai dan alpa.

T iada saja berpandjang kalam, Setelah hari sudahlah malam, Bagindapun lalu masuk kedalam, Bertemukan puteri muda pualam.

Dengan manisnja baginda bermadah Ajuhai adinda paras jang indah,

Keranda itu siaplah sudah, Bilakah waktunja kita berpindah ?

Maksud kakanda didalam hati, Dj ika kiranja adinda turuti, K i t a nan baik berangkat pesti, Siapa tahu bahaja menanti."

Page 73: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

VIII. Puteri Hidjau berlajar

Puteri mendjawab perlahan suara : „Benarlah titah mahkota negara, Djika tiada aral dan mara, Esok hari berangkatlah segera."

Baginda mendengar kata begitu, Sukanja hati bukan suatu, Kelengkapan disediakan ini dan itu, Inang pangasuhpun siap membantu.

Setelah siang sudahlah hari, Berkemaslah konon tuan puteri, Mandi ditaman badan dilangiri, Dalam keranda membaringkan diri.

Setelah musta'id sekaliannja rata, Keranda dimasukkan dalam kereta, Diiringkan laskar sekalian rata, Berdjalan menudju keluar kota.

Angkatan berdjalan dari istana, Alat kebesaran semua terkena, Rakjat mengiringkan semut laksana, Sebagai angkatan maharadja Tjina.

Page 74: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

72

Segala rakjat Deli negeri, Hatinja pilu tiada terperi, Ditinggalkan oleh tuan puteri, Masing-masing duduk berpeluk diri.

Tinggallah negeri tiada beradja, Setiap orang bermenung sadja, Laksana puteri bermuram durdja, Tiadalah tentu urusan kerdja.

Kota dan parit rusaklah sudah, Mendjadi belukar taman jang indah, Isi negeri banjak berpindah, Karena hati selalu gundah.

Demikianlah djadinja negeri itu, Bertambah sunji setiap waktu, Pekan dan pasar rusaklah tentu, Istimewa kota berpagar batu.

Tersebutlah pula kissah angkatan, Beberapa hari melalui hutan, Kemudian berlajar dalam lautan, Djauh dari pada tanah daratan.

Haluan menudju kesebelah utara, Tamberang berdengung, berputar djentera, Kapalnja ladju tiada terkira, Sebagai burung atau udara.

Page 75: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

7o

Dalam antara beberapa hari, Sampailah kapal ke Atjeh negeri, Meriam dipasang kanan dan kiri, Bunjinja terdengar kedalam negeri,

Di Tandjung Djambuair kapal berhenti, Banjak orang datang melihati, Semuanja sangat berbesar hati, Melihat radjanja tiadalah mati.

Pada masa itu ketika, Sabang, Oleleh belum dibuka, Karena masih hutan belaka, Orang melihat belumlah suka,

Itulah sebab mula karena, Makanja kapal berlabuh disana, Pelabuhan jang lain belum sempurna, Kapalpun banjak dapat bentjana.

Adapun akan duli baginda, Menitahkan kelasi jang muda-muda, Menjuruh turunkan sekotji bertenda, Serta kelengkapan mana jang ada.

Setelah musta'id alat semuanja, Bagindapun masuk kedalam biliknja, Pakaian kebesaran lalu dipakainja, Tampan dan gagah akan rupanja.

Page 76: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

74

Pakaian kebesaran setelah dilekatkan, Puteri Hidjau lalu didapatkan, Warta „sampai" baginda chabarkan, Puteripun diam kepala ditundukkan.

Bagindapun lalu mengulang kata : „Ajuhai adinda, puteri djuita, Kenegeri Atjeh sampailah kita, Marilah turun bersama serta !"

Puteri mendjawab suara perlahan : „Ampun tuanku radja pilihan, Djika ada rahim kemurahan, Haraplah patik dapat kasihan.

Kalau tuanku senang dihati, Permintaan patik adalah pesti, Rakjat Atjeh hendak kulihati, Supaja patik mengetahui nanti.

Titahkan mereka datang kemari, Ditepi pantai menundjukkan diri, Serta membawa anak dan isteri, Supaja patik melihat sendiri.

Masing-masing membawa persembahannja, Segenggam bertih, sebidji telurnja, Tiap-tiap seorang demikian halnja, Ditepi pantai kumpul semuanja.

Page 77: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

75

Demikianlah permintaan patik jang leta, Harap dikabulkan oleh sang nata, Djika menolak duli mahkota. Kedarat patik takkan serta !"

Baginda mendengar perkataan puteri, Merasa heran hati sendiri, Belumlah pernah 'adat dinegeri, Membawa persembahan demikian peri.

Meskipun permintaan luar biasa, Tiada baginda pandjang periksa, Dikerdjakan orang kota dan desa, Membawa persembahan dengannja paksa.

Berhimpunlah orang dusun dan kota, Membawa persembahan sekalian rata, Seorang sebidji telur jang njata, Bertih segenggam adalah serta.

Ditepi pantai semua dilonggokkan, Banjaknja tiada lagi terperikan, Apabila semuanja sudah dilengkapkan, Kedalam laut disuruh buangkan.

Telur dan bertih dibuangkan orang, Banjaknja tak dapat dikira terang, Memutih sebagai bunganja karang, Berhanjutan sampai ketanah Seberang.

Page 78: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

IX. Puteri Hidjau dilarikan naga

Banjaklah orang heran dihati, Melihat perbuatan demikian pekerti, Karena belum pernah dilihati, Pekerdjaan aneh njatalah pesti.

Setelah mengerdjakan perintah radjanja, Masing-masing orang kembali kerumahnja, Ada jang bertanja pada sahabatnja, Perbuatan demikian apakah maksudnja.

Puteri Hidjau usul jang sahda, Waktu ditinggalkan oleh baginda, lapun keluar dari dalam keranda, Kemenjan diambil puteri berida.

Kemenjan dibakar dengannja segera, Asapnja mendulang atas udara, Sambil menangis perlahan suara, Disebut-sebutnja nama saudara.

„Ajuhai kakanda djundjungan hulu, Manalah djandji kakanda dahulu, Kita nan sudah mendapat malu, Adinda ditawan Atjeh penghulu.

Page 79: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

77

Waktu dahulu djandji kakanda, Hendak menolong pada adinda, Sekarang ini beginilah ada, Kita nan sudah porak peranda.

Wahai kakanda radja jang sakti, Dimanakah tempat kakanda menanti, Ambillah adinda kemari pesti, Bersama hidup, bersama mati.

Kakandaku tuan mahkota negeri, Segeralah kakanda datang kemari, Ambil adinda bawalah lari, Hatiku takut masuk kenegeri.

Djika kakanda tiada membantu, Adinda mati sudahlah tentu, Hatiku hantjur bukan suatu, Umpama katja djatuh kebatu.

Dari pada bersuami dengan dipaksa, Relalah adinda djadi binasa, Hidup begini tiada kuasa, Mendjadi tawanan dilain desa."

Dengan kodrat Tuhan semesta, Waktu puteri sedang meminta, Haripun djadi gelap gulita, Gelombangpun besar badaipun serta.

Page 80: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

78

Turunlah angin terlalu kentjang, Kapal jang besar sampai berguntjang, Perahu karam sekotji dan lantjang, Maksud baik mendjadi pintjang.

Langit kelihatan hitam bermega, Angin, gelombang bertambah djuga, Banjaklah kapal djadi berlaga, Umpama telur didalam raga.

Banjaklah kapal djadi terdampar, Keatas pantai sebagai dilempar, Karena angin datang menampar, Ketika itu sangatlah gempar.

Dalam ribut bukan buatan, Kedengaran menderu dalam lautan, Seekor naga njata kelihatan, Sangatlah besar menudju buritan.

Naga itu datang menghampiri, Kedekat kapal tuan puteri, Orang dikapal habislah lari, Tinggallah puteri seorang diri.

Takutnja puteri bukan sedikit, Melihat naga umpama bukit, Tiadalah dapat hendak berbangkit, Badannja gementar merasa sakit.

Page 81: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

79

Waktu naga dckatlah sudah, Puteri menangis tunduk tengadah, Hendak lari tiadalah mudah, Kedalam keranda ia berpindah.

Ia berbaring dalam keranda, Takut dan ngeri semuanja ada, Gemuruh bunjinja darah didada, Orang menolong haram tiada.

Karena orang sudahlah lari, Masing-masing pergi membawa diri, Begitupun djuga radja bestari, Tiadalah ingat kepada puteri.

Puteri berbaring mata dipedjamkan, Kepada Allah diri diserahkan, Dari pada bahaja minta lindungkan, Diamlah ia achir dinantikan.

Nagapun segera datang mendapatkan, Kepada kapal badan dirapatkan, Kepala diangkat ekor dikipaskan, Kapalpun berpusing air diturutkan.

Kapal berpusing umpama roda, Habislah kojak lajar dan tenda, Berpelantingan segala barang jang ada, Habislah hilang harta dan benda.

Page 82: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

80

Ditengah lautan naga mcngambang, Melihat kapal dipermainkan gelombang, Segala tiangnja habislah tumbang, Orang melihat sangatlah bimbang.

Iapun mengangkat kepalanja tinggi, Kepada kapal mengempas lagi, Dengan ekornja kapal dibagi, Kapalpun hantjur umpama ragi.

Ket ika itulah kapal binasa, Dikaramkan oleh naga perkasa, Hanjalah keranda aman sentosa, Tempat berbaring puteri berbangsa.

Keranda terapung tiadalah tenggeiam, Kelihatan puteri berbaring didalam, Wadjahnja bersih umpama nilam, Sebagai bulan diwaktu malam.

Dalam hal matjam begitu, Nagapun membawa keranda itu, Didjundjung keranda puteri ratu, Berenang segera udjud tak tentu.

Nagapun berenang terlalu tjepat, Dipandang mata haram tak sempat, Ditengah lautan sebagai melompat, Tjepatnja makin berganda lipat.

Page 83: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

81

Antara tak lama naga menjelam, Bersama keranda lalulah tenggelam, Bagaimana achirnja wa'llahu 'alam, Sampai sekarang tinggallah kelam.

Riwajat beralih, berganti tjerita, Tidak berapa lama antara, Setelah naga menjelam segara, Hudjan dan angin teduhlah segera.

Radja Atjeh muda bangsawan, Tinggallah ia berhati rawan, Siang dan malam igau-igauan, Terkenanglah puteri muda rupawan.

Adapun halnja sehari-hari, Duduk bermenung seorang diri, Tiadalah pernah kebalairung sari, Selalu teringat kepada puteri.

Sesal hatinja tiada terderita, Karena puteri hilang dimata, Duduklah ia dengan bertjinta, Tidur bcrtilam si air mata.

Sekarang apa hendak dikata, Kehendak Tuhan 'alam semesta, Sudah ditangan jang ditjinta, Karena tak djodoh, lenjap dimata.

Page 84: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

X. Sja'ir achiru'lkalam

Sampai disini sjairpun tammat, Sadjaknja banjak tak betul amat, Mengarangkan dia habislah tjermat, Pinggang dan tengkuk rasanja lumat.

Sedikit sadja saja pohonkan, Pada pembatja atau jang mendengarkan, Djikalau ada salah didapatkan, Ampun dan ma'af tolong berikan.

Ma'Iumlah saja bukan pengarang, 'Ilmu didada sangatlah kurang, Hina dan miskin bukan sebarang, Dari dahulu sampai sekarang.

Abdul Rahman namanja saja, Sangatlah da'if tiada upaja, Sedikit tiada mempunjai daja, Harapkan rahim Tuhan jang kaja.

Achiru'lkalam saja berperi, Tangan diangkat sepuluh djari, Sembah diaturkan kanan dan kiri, Ampun dan ma'af mohon diberi.

Page 85: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

ISINJA

Halaman

I. Permulaan kalam 5

II. Sultan Sulaiman 8

III. Radja Atjeh 12

IV. Mentjari tjahaja hidjau 18

V . Meminang Puteri Hidjau 26

V I . Radja Atjeh menjerang 48

VII . Radja Atjeh dengan Puteri Hidjau 66

IVII. Puteri Hidjau berlajar 71

IX . Puteri Hidjau dilarikan naga 76

X . Sja'ir Achiru'lkalam 82

Page 86: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

Sja'ir Sudah terhit :

Gul BakawaL, oleh A . Dt . Madjoindo. Tjerita

! lama jang amat indah. Satu pertjintaan hebat ber-

I bahaja antara Tadjulmuluk dengan puteri Baka-

wali, puteri keinderaan jang djelita dan jang selalu

didjaga keras. Tap i Tadjulmuluk karena tjinta

j rindu dendam jang berkobar-kobar, tak pecluli

pendjagaan 2 djin, akan menemui kekasihnja.

Tjerita dari awal-achir menarik, mengandung

tamsil ibarat jang baik R p . 5.—

Sja'ir tjita- si Bungsu, oleh Bagindo Saleh.

Tjerita tiga saudara piatu Rp . 5,80

'. Akan terhit :

Sja'ir si Lindung Delima oleh Aman.

Kisah seorang puteri jang dibentji ibu-tiri .

i

Page 87: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja
Page 88: SJA'IR PUTERI HIDJ4JÖ - tengkudhaniiqbal.files.wordpress.com · Bismi'llah itu permulaan kata, Dengan nama Allah Tuhan semesta, Saja mengarangkan satu tjerita, ... Terkenangkan tjahaja

Pcrtjetakan: B A L A I P U S T A K A D J A K A R T A

No. 389 - ' 55