situasi dan kebijakan program pengendalian hiv-aids di sumatera barat
DESCRIPTION
SITUASI DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DI SUMATERA BARAT. SEKSI PENANGGULANGAN PENYAKIT DINKES PROVINSI SUMATERA BARAT. SITUASI HIV-AIDS DI INDONESIA & SUMATERA BARAT. Gambaran Estimasi ODHA d i Indonesia Menurut Propinsi – Tahun 2012. Estimasi Jumlah ODHA 591.823. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
SITUASI DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN
HIV-AIDS DI SUMATERA BARAT
SEKSI PENANGGULANGAN PENYAKITDINKES PROVINSI SUMATERA BARAT
SITUASI HIV-AIDS DI INDONESIA & SUMATERA BARAT
Gambaran Estimasi ODHA di Indonesia Menurut Propinsi – Tahun 2012
3
Estimasi Jumlah ODHA 591.823
Kasus HIV dan AIDS yang Dilaporkan per Tahun sd Juni 2013
10 Provinsi dengan jumlah HIV dan AIDS terbanyak sd Juni 2013
Sepuluh Provinsi dengan AIDS Case Rate Tertinggi sampai dengan Juni 2013
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008- 2013
Sumber Data : Layanan Konseling dan Tes HIV
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010- 2013
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan Menurut Faktor Risiko
Tahun2010-2013
Case Fatality Rate AIDS yang Dilaporkan Menurut Tahun, 2000 sd Juni 2013
Laporan Perawatan HIV dan Pengobatan ARV s.d Juni 2013
3.17%
Masuk Perawatan HIV = 127.012
Memenuhi syarat untuk ARV = 87137
Substitusi = 8.865
Stop = 2.090
LFU = 10.285
Masih menerima ARV = 34.961
Tidak memenuhi syarat utk ARV = 39.875
Pernah menerima ARV = 65.331
Meninggal = 13.025
Original 1st Line = 24.982
Switch = 1.110
Rujuk keluar = 4.931
Belum menerima ARV = 21.806
15.74%
25.02%74.98%
31.39%68.61%
53.51%19.94% 7.55% 3.20%
25.36%71.46%
Unknown = 39
0.06%
Unknown = 4
0.01%
•LFU : Lost Follow Up•Rujuk Keluar : Pindah ke layanan lain•Original 1st Line : Menggunakan Regimen Lini Pertama•Substitusi : salah satu ARV nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada kelompok lini pertama yang original•Switch : 1 atau 2 jenis ARV nya diganti dengan obat ARV lini kedua
Sumber data : Layanan Perawatan HIV dan Pengobatan ARV
Kasus HIV dan AIDS Nasional yang Dilaporkan per Tahun sd Juni 2013
10 Provinsi dengan jumlah HIV dan AIDS terbanyak sd Juni 2013
KUMULATIF KASUS AIDS SUMBAR 2002- Juni 2013
MENURUT UMUR
MENURUT FAKTOR RISIKO
MENURUT PEKERJAAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA
MENURUT JUMLAH KASUS
MENURUT CASE RATE
KEBIJAKAN PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS
Tujuan Pengendalian HIV-AIDS dan IMS
GETTING THREE ZEROES
• Menurunkan jumlah kasus baru HIV• Menurunkan angka kematian• Menurunkan stigma dan diskriminasi
Meningkatkan kualitas hidup ODHA
Kebijakan Pengendalian HIV-AIDS & IMS Tahun 2010-2014
1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas.
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan
5. Mengutamakan program berbasis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya.
8. Mengutamakan promotif dan preventif.
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan internasional
Kegiatan Pengendalian HIV-AIDS & IMS
PENDIDIKANPENDIDIKAN
PENCEGAHAN
•Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS)•Pencegahan dampak Buruk Napza (PDBN)•Pencegahan Penularan melalui Ibu dan Anak ( PPIA)
PENCEGAHAN
•Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS)•Pencegahan dampak Buruk Napza (PDBN)•Pencegahan Penularan melalui Ibu dan Anak ( PPIA)
PENGOBATAN•Perluasan tes
• Pasien IMS• Penasun• Ibu Hamil• Pasangan HIV + • Koinfeksi TB• Penderita
Hepatitis•Inisiasi ARV dini pada populasi kunci, Ibu hamil HIV +, koinfeksi TB, Koinfeksi Hepatitis B & C
PENGOBATAN•Perluasan tes
• Pasien IMS• Penasun• Ibu Hamil• Pasangan HIV + • Koinfeksi TB• Penderita
Hepatitis•Inisiasi ARV dini pada populasi kunci, Ibu hamil HIV +, koinfeksi TB, Koinfeksi Hepatitis B & C
TES HIVTES HIV
LASSLASS
L K B L K B
P
“PERKUAT JEJARING INTERNAL”“PERKUAT JEJARING EKSTERNAL”
P
“PERKUAT JEJARING INTERNAL”“PERKUAT JEJARING EKSTERNAL”
KPAKPA
FasyankesFasyankes KomunitasKomunitas
• MORAL
• AGAMA
• KESPRO
• BAHAYA NAPZA
• MORAL
• AGAMA
• KESPRO
• BAHAYA NAPZA
IPWLIPWL
Pengobatan IMS
Pengobatan IMS
KONDOMKONDOM
Kerangka Kerja Layanan Komprehensif Berkesinambungan
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)
Pengembangan LKB HIVUnsur Utama
No. Pilar Utama Maksud dan TujuanPilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan
semua pemangku kepentingan di setiap lini
Mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan
Pilar 2: Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi setempat
Tersedianya layanan terintegrasi sesuai dengan kondisi setempat.
Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan linkage antara komunitas dan layanan kesehatan.
Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
Tersedianya layanan berkualitas sesuai kebutuhan individu
Pilar 5: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan populasi kunci
Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas layanan, meningkatkan cakupan, dan retensi pada perawatan dan pengobatan, serta mengurangi stigma dan diskriminasi.
LAYANAN TERKAIT HIV-AIDS DAN IMS DI SUMBAR
LAYANAN JUMLAH
Konseling dan Tes HIV Klinik VCT RSUP M.Jamil, RSAM Bukittinggi, PKM Payolansek, PKM Biaro, RSU Solok, RSU Pdg Pariaman.
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
RS. M.Jamil, RSAM Bukittinggi, RS Solok, RS Pariaman, RS Yos Sudarso
Program Terapi Rumatan Metadon Klinik PTRM RSUP M.Jamil
Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril
PKM Seberang Padang & Guguk Panjang
IMS PKM Seberang Padang & Guguk Panjang
PPIA RSUP M.Jamil, RSAM Bukittinggi,
DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
1 Kota Padang PKM SEBERANG PADANG
PKM PAUH
PKM BUNGUS
PKM AIR TAWAR
PKM LUBUK BUAYA
RSUP M. DJAMIL
2 Kota Bukittinggi PKM GUGUK PANJANG
PKM TIGO BALEH
PKM MANDIANGIN
PKM GULAI BANCAH
RSU ACHMAD MUCHTAR
DAFTAR LAYANAN LKB HIVNO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
3 KOTA SOLOKPKM KTK
PKM TANJUNG PAKU
PKM NAN BALIMO
PKM TANAH GARAM
RSU SOLOK
4KAB AGAM PKM BIARO
PKM LUBUK BASUNG
RSUD LUBUK BASUNG
5KAB PADANG PARIAMAN PKM ENAM LINGKUNG
RSUD PARIT MALINTANG
DAFTAR LAYANAN LKB HIVNO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
6KOTA PARIAMAN PKM NARAS
RSU Pariaman
7KAB SIJUNJUNG PKM Padang Sibusuk
8KAB TANAH DATAR PKM Tanjung Emas
RSUD KAB TANAH DATAR
9KAB 50 KOTA PKM DANGUNG2
RSUD KAB 50 KOTA
10KOTA PAYAKUMBUH PKM PAYOLANSEK
RSUD KOTA PAYAKUMBUH
UPAYA PENCEGAHAN
UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS dan IMS
• Pelayanan Kesehatan Remaja• Peningkatan Pengetahuan Komprehensif di usia 14-25 tahun :
1. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi risiko tertular HIV?
2. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV ?
3. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan nyamuk/serangga ?
4. Dapatkah Anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV hanya dengan melihatnya ?
5. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan seks?
• Pendidikan Kesehatan Reproduksi di institusi Pendidikan bersama Kemendiknas
UPAYA STRATEGIS TERHADAP 3M (MOBILE MAN WITH MONEY)
Intensifikasi pencegahan melalui intervensi struktural dengan fokus pada Lelaki Berisiko Tinggi/LBT: Di Tempat Kerja: Peran sektor swasta, peran aktif
pimpinan perusahaan dan personalia. Terintegrasi dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja).
Di Lokasi Transaksi Seks Berisiko (Hotspot): Program Pencegahan Penularan Melalui Transmisi Seksual (PMTS) berupa komitmen stakeholder lokal untuk pemberdayaan pekerja seks, promosi penggunaan kondom dan pemeriksaan IMS. Hal ini melibatkan pemberdayaan komunitas dan masyarakat.
Penguatan sistem, perluasan dan mutu layanan kesehatan yang berkesinambungan
35
Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS)
Pendekatan:
Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS)
1. Pemakaian kondom konsisten pada prilaku seksual beresikoo Di Lokasi/hotspot (di setiap wisma/kamar)o Pada seluruh Populasi Kunci (PS, LBT, GWL, Penasun,
Remaja Berisiko PMTS Paripurna) melalui:• Penjangkauan melalui Pendidik Sebaya• Fasilitas Layanan Kesehatan
2. Pengobatan IMS komprehensifo Sebagai “pintu masuk” bagi Layanan HIV Komprehensif
yang Berkesinambungan (LKB)o Rutin Screening Gejala dan Pengobatan bagi populasi
kuncio Kondom Merupakan Paket dalam pengobatan IMS
Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS)
3. Mencegah Penularan dari Ibu Ke anak penggunaan kondom sebagai “dual protection” mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ODHA
4. Advokasi, Sosialisai dan KIEoAdanya Regulasi sebagai dukungan lingkungan yang kondusifoSosialisasi dan KIE tentang kondom dan upaya pencegahan HIV-AIDS dan IMS
Legal dan Advokasi, Sosialisasi, KIE
• Mendorong penerbitan Perda yang mendukung pada upaya pengendalian HIV/AIDS dan IMS
• Penyusunan berbagai kebijakan dan pedoman2 teknis pengendalian HIV-AIDS dan IMS
• Merupakan salah satu kriteria dalam Akreditasi RS• Pembuatan media KIE untuk berbagai kelompok populasi kunci • Peningkatan pengetahuan Komprehensif pada populasi umum• Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS• Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33 Propinsi• Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi• Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan
Stakeholder terkait
Pengembangan SDM & Kewaspadaan Standar
• Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS• Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33 Propinsi• Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi• Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan
Stakeholder terkait• penyusunan pedoman Kewaspadaan Standar, berkoordinasi
dengan Direktorat BUK Dasar • Semua tindakan medis yang invasif harus menerapkan prinsip
kewaspadaan standar
Jejaring Kerja & Partisipasi Masyarakat
• Melakukan koordinasi bersama KPAN/KPAP/KPAKab/kota
• Melibatkan masyarakat, LSM, kelompok populasi kunci dalam pelaksanaan program pengendalian HIV-AIDS dan IMS (mis. dalam monitoring ARV, LKB)
• Melibatkan organisasi profesi dalam pelaksanaan program pengendalian termasuk Dokter Praktek swasta
• Melibatkan penyedia pelayanan baik pemerintah, swasta, dan organisasia masyarakat lainnya dalam pelayanan IMS dan HIV/AIDS
Logistik
• Pengalihan sentralisasi pengelolaan ARV menjadi desentralisasi serta terintegrasi dengan “One Gate Policy”
• Perencanaan kebutuhan obat dan reagen pemeriksaan terkait HIV-AIDS dan IMS
• Menjamin ketersediaan obat ARV bagi odha yang membutuhkan (100% lini1)
• Penyediaan obat IO dan IMS, serta reagen pemeriksaan HIV dan IMS untuk layanan (sesuai SE Dirjen PPPL maks hanya 40%)
• Standarisasi dan Penyediaan alat pemeriksa CD4 dan VL beserta reagennya
Pengamanan Darah Donor dan Produk Darah Lainnya
• Penyusunan pedoman untuk pengamanan darah donor dan produk darah, berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar dan PMI
• Semua darah donor dilakukan skrining HIV dan sifilis• Penyediaan reagen untuk skrining darah donor oleh
Direktorat BUK Dasar• Membuat jejaring dengan PMI/UTD RS agar dapat
mengakses layanan IMS, KT dan PDP
Pengendalian IMS
• Skrining awal dan Pengobatan pada Populasi kunci • Skrining berkala dan pengobatan dengan tanda IMS • Tatalaksana IMS sesuai dengan pedoman nasional
pendekatan sindrom atau dengan pemeriksaan laboratorium sederhana
• Pengobatan IMS sekaligus satu paket dengan Distribusi kondom kepada pasien yang berisiko, melalui klinik IMS, layanan PPIA, layanan TB-HIV, layanan KT, layanan PDP
• Penawaran tes HIV bagi semua pasien IMS dan couple konseling
• Adanya Klinik IMS yang “User Friendly” bagi populasi kunci sesuai kesepakatan dengan penyedia layanan
Pengurangan Dampak Buruk Akibat Napza
Berdasarkan 9 kebijakan1.Penyediaan LASS melalui fasyankes dengan 3 strategi : Menetap, satelit dan bergerak2.Terapi ketergantungan Napza, baik melalui terapi substitusi opiate (PTRM dan lainnya) dan terapi Napza lainnya3.Akses Tes HIV dan konseling4.Akses Terapi ARV5.Pencegahan dan terapi IMS6.Pemberian kondom bagi penasun dan pasangan seksnya7.KIE terarah bagi penasun dan pasangan seksnya8.Diagnosis dan terapi OI9.Pencegahan, diagnosis dan terapi TB
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
• 4 PRONG :– Pencegahan penularan HIV pada wanita usia subur melalui kesehatan
reproduksi– Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif– Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya– Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif
beserta bayi dan keluarganya• Ibu hamil ditawarkan untuk tes IMS dan HIV pada saat K1 pada :
– Epidemi meluas dan terkonsentrasi : semua bumil– Epidemi rendah : bumil dengan risiko (IMS&/TB)
• Dilakukan couple conseling dan tes IMS dan tes HIV pada pasangannya
• Konseling untuk keputusan persalinan aman dan pemberian makanan bayi
Konseling Dan Tes HIV (KTH)
• Dengan 2 pendekatan: KTS (Konseling dan Tes Sukarela) dan TIPK (Tes atas Inisiatif petugas Kesehatan dan Konseling) dengan mengikuti prinsip 3C (counseling, confidential dan informed consent) 2R
• Akses tes HIV sukarela• Pasien yang dicurigai terinfeksi HIV ditawarkan untuk
tes IMS dan HIV• Tes dengan reagen rapid HIV, menggunakan strategi
3 secara serial (dengan 3 reagen berbeda)
Pengobatan, Dukungan dan Perawatan
• Tatalaksana ART mengikuti buku pedoman nasional• Inisiasi ARV di RS Rujukan ARV, follow up bisa dilakukan di
RS/Puskesmas satelit• Peresepan ARV yang terstandarisasi • Setiap 6 bulan sekali dilakukan monitoring pengobatan
(jumlah CD4, VL, tes fungsi hati dan ginjal, foto thorax) • Penguatan layanan PDP pada tingkat Puskemas• Pengembangan Jejaring Layanan (Internal dan
Eksternal)melalui Pendekatan Layanan Komprehensif Berkesinambungan
PENGOBATAN IMS & HIV-AIDS• IMS dapat diobati dengan tuntas (kecuali virus)• HIV-AIDS sudah ada obatnya, sekalipun tidak menyembuhkan
• Obat HIV : ARV (Anti retroviral) disediakan pemerintah– AZT (zidovudin)– TDF (tenofovir)– 3TC (lamivudin)– EFZ (Evafirenz)– NVP (Nevirapin)
• Syarat : – patuh 100%– Seumur hidup diminum– Beritahu orang terdekat, PMO orang terdekat– Selalu pakai kondom
04/20/23
UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN TES HIV (Permenkes no 21 Tahun 2013)
Penguatan program TIPK Penawaran tes HIV kepada:
Pasien IMS Pasien TB Ibu hamil (sesuai prevalensi HIV di daerah) Pasangan odha
Tes ulang (re-testing) populasi kunci tiap 6 bulan
UPAYA PENINGKATAN TERAPI ARV(Permenkes no 21 Tahun 2013)
Inisiasi ARV tanpa melihat jumlah CD4 pada: Ibu hamil Pasien ko-infeksi TB Pasien ko-infeksi hepatitis Odha sero-discordant Populasi kunci
Penyediaan triple fixed dose combination (FDC) penyederhanaan regimen (1 tab/hari), efek samping kecil, meningkatkan adherence
PERMENKES NO. 21 TAHUN 2013Latar Belakang
PERMENKES NO. 21 TAHUN 2013Tanggung Jawab Pemerintah
RUANG LINGKUP PERMENKES 21/2013
Pasal 2
Meliputi penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif dan
berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat
TUJUANPERMENKES 21/2013
Pasal 3
Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru
Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS
Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA
Meningkatkan kualitas hidup ODHA
Mengurangi dampak sosial ekonomi dari penyakit HIV dan AIDS pada individu, keluarga, dan masyarakat
KEGIATAN PENANGGULANGANPERMENKES 21/2013
Pasal 9 Ayat 1
a. Promosi Kesehatan
b. Pencegahan Penularan HIV
c. Pemeriksaan Diagnosis HIV
d. Pengobatan, perawatan, dan dukungan; dan
e. rehabilitasi
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIVPERMENKES 21/2013
Pasal 21
Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan, konseling, pencatatan,
pelaporan, dan rujukan
(ayat 2)
• Prinsip konfidensial berarti hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada :– yang bersangkutan;– tenaga kesehatan yang menangani; – keluarga terdekat dalam hal yang
bersangkutan tidak cakap;– pasangan seksual; dan– pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIVPERMENKES 21/2013
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIVPERMENKES 21/2013
Pasal 22Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui
KTS atau TIPK Pemeriksaan diagnosis HIV harus dilakukan
dengan persetujuan pasien Pengecualian dalam hal:
Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi Keadaan gawat darurat medis untuk tujuan
pengobatan pasien yang secara klinis telah
menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS Permintaan pihak yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (1)
TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja, dan anak- anak yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS (pasal 24, ayat 3, poin a)
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (2)
Pada wilayah epidemi meluas, TIPK harus dianjurkan pada semua orang yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai bagian dari standar
pelayanan.
(pasal 24, ayat 4)
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (3)
Pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan meluas, TIPK dilakukan pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberkulosis, serta anak dengan riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada
pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.
(pasal 24, ayat 7)
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (4)
TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terutama diselenggarakan pada:
a.pelayanan IMS;
b.pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang yang berperilaku risiko tinggi;
c.fasilitas pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan ibu hamil, persalinan dan nifas; dan
d.pelayanan tuberkulosis.
(Pasal 24, ayat 8)
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (5)
Pengobatan ARV harus diindikasikan bagi:
a.penderita HIV yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit T CD4 kurang dari atau sama dengan 350 sel/mm3;
b.ibu hamil dengan HIV; dan
c.penderita HIV dengan tuberkulosis
TANTANGAN PROGRAM
Stigma dan diskriminasi Rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS dan
IMS Tingginya praktek berisiko tertular HIV Adanya miss opportunity kebutuhan masyarakat Terbatasnya akses dan utilisasi terhadap layanan Logistik dan SDM yang memadai Kerjasama lintas sektor/program belum optimal Optimalisasi peran dan fungsi KPA Kab/kota
RENCANA TINDAK LANJUT
Melakukan upaya penurunan stigma dan diskriminasi
Melakukan upaya peningkatan pengetahuan Melakukan upaya penurunan praktek berisiko Peningkatan akses, penurunan miss
opportunity kebutuhan masyarakat peningkatan cakupan tes HIV dan terapi ARV
Penguatan HSS & CSS melalui LKB Memperkuat peran KPA Kab/kota
0 Jika Membutuhkan Anda Informasi Lebih Lanjut Tentang HIV/AIDS Hubungi Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat
0 Contact Persons :0 DR. dr. Irene, MKM (0811661880)0 dr. Lusi Arda (081371744783)0 Trisnayanti, AMK (081363449740)