sistem penjualan telur ayam dari distributor ke toko...

96
SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Kajen Talang Tegal) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh MIEKE LAILA DINI NIM. 33020 15 0033 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO

SEMBAKO PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus di Desa Kajen Talang Tegal)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

MIEKE LAILA DINI

NIM. 33020 15 0033

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 2: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

i

NOTA PEMBIMBING

Lamp :4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,

maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Mieke Laeladini

NIM : 33020150033

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Tanggal Ujian :

Judul : SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI

DISTRIBUTOR KE TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF

FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Kajen Talang

Tegal)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 10 September 2019

Pembimbing,

Drs. Badwan, M. Ag.

NIP. 195612021980031005

Page 3: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

ii

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50722

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PENGESAHAN Skripsi Berjudul

SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO

SEMBAKO PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus di Desa Kajen Talang Tegal)

Mieke Laeladini

NIM. 33020150033

telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 23

September 2019, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Dewan Sidang Munaqosyah

Ketua Penguji : Moh. Khusen, M.Ag., M.A. ( )

Sekertaris Penguji : Drs. Badwan, M.Ag. ( )

Penguji I : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si ( )

Penguji II : H. M. Yusuf Khummaini, M.H. ( )

Salatiga, 30 September 2019

Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag

NIP. 19670115 199803 2 002

Page 4: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mieke Laeladini

NIM : 33020150033

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Tanggal Ujian :

Judul : SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI

DISTRIBUTOR KE TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF

FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Desa Kajen Talang

Tegal)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli karya

atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan acuan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan boleh di

publikasikan oleh IAIN Salatiga.

Salatiga, 10 September 2019

Yang membuat pernyataan

Mieke Laeladini

NIM.33020150033

Page 5: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

iv

MOTTO

علن ه ك الل ت ك ت ث لاحتسب ح سشل خسجب ن عوى الل

حسب ف ببهغ الل ا س قلدز جلن الل لد ا ا هلن ي

Wamayyattaqillaha yaj‟allahuu makhrajan, wayarzuqhu min khaitsu laa yahtasibu,

wamayyatawakkal „alallahi fahuwa khasbuhuu, inna allaha baa lighu amrihii, qad

jaa‟lallahu likulli syaiingqadir.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar

baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

Dan barangsiapa bertawakal kepada allah, niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah

telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.

.................0...............

Libatkan Allah dalam urusanmu, maka Allah akan mempermudah

urusanmu...

(Mieke Laeladini)

Page 6: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

v

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobil‟alamin. Dengan menyebut nama Allah SWT Tuhan

yang maha Esa, penuh cinta kasihnya yang telah memberikan saya kekuatan,

kelancaran, semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa

hambatan. Yang mana skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Nurpendi dan Ibu Sutini yang telah

membimbing, mendidik dan berkorban seluruh jiwa raga, kasih sayang, doa, serta

motivasi yang selalu menguatkan langkah saya setiap detik, setiap menit, setiap

harinya. Aku ucapkan terima kasih semoga Allah Swt selalu memberikan kasih

sayang dan nikmatnya kepada bapak dan ibuk saya.

2. Dosen pembimbing saya, Drs. Badwan, M. Ag., yang senantiasa sabar dalam

memberikan bimbingan dan arahan sampai dengan selesainya penyusunan skripsi

ini.

3. Almamater IAIN SALATIGA yang telah membimbing, mendidik, serta

meluangkan waktu buat mengamalkan ilmunya, sehingga saya bisa mencapai

hasil akhir skr ipsi ini.

4. Seluruh staff perpustakaan kampus 2 IAIN Salatiga yang telah membantu

saya dalam mencari buku, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

5. Teman-teman S1 Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah tahun 2015 yang telah

memberikan motivasi, doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

vi

6. Saudara kandung saya yang berjumlah 8 orang yang telah memberikan

motivasi, ejekan, doa, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan

perasaan tertekan. Terutama buat kakak saya Helmi Ilham Akbar yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

7. Rumah singgah hanan untuk ketulusan kasih dan sayang, karena telah

menemani untuk berjuang, serta do‟anya sehingga bisa menyelesaikan skripsi

dengan lancar tanpa hambatan.

8. Lima serangkai (Karnoto, Intan Fadillah, Intan Hartati, Putri Haryani,

Nuzliawati) untuk ketulusan kasih dan sayang, karena telah menemani untnuk

berjuang. Menjadi pelengkap dari kebahagiaan, menjadi pelipur lara di saat

kesedihan, menjadi penguat di saat merindukan orang tua, menjadi motivator di

saat lupa tujuan.

9. Hamasa (Himpunan Alumni Ma‟had Al-Hikmah Salatiga), alumni dari PP

Al-Hikmah 02, yang telah memberikan motivasi, do‟a, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan lancar tanpa hambatan.

10. Teman-teman KKN posko 123 Desa Trenten Kecamatan Sidomukti

Kabupaten Magelang yang telah menemani selama 40 hari, motivasi, doa, serta

semangat, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

Page 8: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

vii

KATA PENGANTAR

بسكبت تالل زح لي اهسلاى عو

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik serta hidayahnya, sehingga skripsi dengan judul “(Sistem Penjualan Telur

Ayam dari Distributor ke Toko Sembako Perspektif Fiqh Muamalah Studi

Kasus Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal)” dapat terselesainya

dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW, Keluarga, dan para sahabat.

Skripsi ini ditulis dan diselesaikan sebagai satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi pada program strata satu (S1) Jurusan Hukum Ekonomi

Syari‟ah IAIN Salatiga guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam

bidang ilmu syari‟ah. Atas semua dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa

penulis haturkan terima kasih sebesar-besarnya. Secara rinci ungkapan

terimakasih itu saya sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama

Islam Negeri Salatiga.

3. Ibu Heni Satar, S.H.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Syari‟ah

Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah.

Page 9: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

viii

4. Ibu Lutfiana Zahriani, S.H., M.H., selaku kepada Laboratorium Fakultas

Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

5. Bapak Drs. Badwan, M. Ag., selaku dosen pembimbing saya dalam

mengerjakan tugas skripsi ini.

6. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.

7. Seluruh jajaran Akademik Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terimakasih banyak telah

membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan mereka semua di balas berlipat ganda oleh Allah

SWT dan dijauhkan dari sifat dengki dan berlaku dzalim, Amin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya. Amin yarabbal‟alamin.

بسكبت تالل زح لي اهس لاى عو

Salatiga, 10 September 2019

Penulis

Mieke Laeladini

NIM.33020150033

Page 10: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

ix

ABSTRAK

Laeladini, Mieke. 2019. Sistem Penjualan Telur Ayam dari Distributor ke Toko

Sembako Perspektif FiqhMuamalah di Desa Kajen Kecamatan

Talang Kabupaten Tegal. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN)

Salatiga. Pembimbing. Drs. Badwan, M. Ag.

Kata Kunci: Jual Beli, Fiqh Muamalah

Pada sistem penjualan telur ayam dilakukan dengan cara penimbangan

sepihak oleh distributor selaku penjual, dimana toko sembako selaku pembeli

tidak mengetahui berat timbangan yang sudah di timbang oleh penjual dan

langsung melakukan pembayaran tanpa adanya perjanjian awal jika telur kurang

dari berat timbangan apakah boleh di tambah atau di ganti telurnya. Sehingga

dalam hal ini terjadi keterpaksaan bahwa pembeli harus menerima sistem

penimbangan yang ditetapkan oleh penjual. Dalam jual beli itu sendiri terdapat

rukun dan syarat yang harus dipenuhi oleh penjual maupun pembeli. Jika salah

satu pihak tidak terpenuhi maka jual beli tersebut bisa di katakan tidak sah. Oleh

karena itu, sebagai orang yang akan melakukan akad jual beli tersebut harus

memperhatikan dengan baik mengenai rukun dan syarat dari jual beli. Dari latar

belakang di atas, maka rumusan pertama, Bagaimana sistem penjualan telur ayam

dari distributor ke toko sembako di Desa Kajen Talang Tegal? Kedua. Bagaimana

tinjauan Fiqh Muamalah terhadap sistem penjualan telur ayam dari distributor ke

toko sembako di Desa Kajen Talang Tegal?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penulis

melakukan penelitian langsung terhadap warga masyarakat yang melakukan jual

beli telur ayam dari distributor ke toko sembako di Desa Kajen Kecamatan Talang

Kabupaten Tegal. Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif yaitu pendekatan yang mengemukakan apakah perbuatan hukum

itu sesuai dengan hukum yang berlaku atau tidak.

Hasil dari penelitian dalam Sistem Penjualan Telur Ayam dari Distributor

ke Toko Sembako di Desa Kajen Talang Tegal bahwa praktek penimbangan

dilakukan secara sepihak oleh distributor (penjual), sehingga toko sembako

(pembeli) tidak mengetahui secara pasti berat hasil penimbangan. Sedangkan

dalam pembulatan angka timbangan penjual menetapkannya sendiri tanpa

kesepakatan dengan pembeli terlebih dahulu, dan pembeli menjadi pihak yang

dirugikan pada jual beli telur ayam. Praktek jual beli telur ayam yang dilakukan di

desa Kajen belum sesuai dengan aturan fiqh muamalah. Karena penimbangan

yang hanya dilakukan sepihak oleh penjual, termasuk pembulatan angka hasil

penimbangan. Hukum Islam melarang setiap transaksi jual beli yang mengandung

unsur kerugian, ketidakjelasan, penipuan, termasuk didalamnya kecurangan

terhadap takaran dan timbangan.

Page 11: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

x

DAFTAR ISI

COVER

NOTA PEMBIMBING i

PENGESAHAN SKRIPSI ii

PERYATAAN KEASLIAN iii

MOTTO iv

PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Kegunaan penelitian 6

E. Penegasan Istilah 7

F. Tinjuan Pustaka 8

G. Metodologi penelitian 10

H. Sitematika Penelitian 15

Page 12: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

xi

BAB 11 JUAL BELI PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

A. Pengertian jual beli 17

B. Dasar hukum jual beli 20

C. Rukun dan syarat jual beli 23

D. Macam-macam jual beli 29

E. Hikmah Disyariatkannya Jual Beli 36

F. Khiyar Dalam Jual Beli 36

BAB III PRAKTEK JUAL BELI TELUR AYAM

A. Profil Desa Kajen 39

B. Sistem Jual Beli Telur Ayam Dari Peternak Ke Distributor 43

C. Sistem Penjualan Telur Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako Di Desa

Kajen Kec Talang Kab Tegal 45

BAB IV ANALISIS SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI

DISTRIBUTOR KE TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF FIQH

MUAMALAH DI DESA KAJEN KEC TALANG KAB TEGAL

A. Sistem Penjualan Telur Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako Dilihat Dari

Segi Rukun 50

B. Sistem Penjualan Telur Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako Dilihat Dari

Segi Syarat 52

Page 13: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 61

B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama universal. Islam sebagai sistem ajaran

keagamaan yang lengkap dan sempurna, bukan hanya ajaran tentang

akhirat saja akan tetapi kebutuhan fisik juga harus terpenuhi. Segala

sesuatunya telah di tentukan oleh Allah SWT. Mengatur setiap kehidupan

umatnya, mengatur seorang hamba dengan Allah dan juga mengatur

hubungan antar sesamanya yaitu manusia dengan manusia. Di dalam

agama Islam ada hukum yang menjelaskan suatu perbuatan bisa

dikategorikan halal dan haram. Sebagai sistem kehidupan, Islam juga

memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan umat manusia, tidak

terkecuali dalam masalah perekonomian.1 Jual beli dalam masyarakat

merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap waktu oleh semua

manusia. Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti saling membutuhkan

satu sama lain dalam menghadapi berbagai kebutuhan yang beraneka

ragam.

Jual beli merupakan perjanjian tukar menukar benda atau barang

yang memiliki nilai, secara sukarela diantara kedua belah pihak sesuai

1 Dimyaudin Djuani, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta:Pustaka

Pelajar,2010). Hlm 18.

Page 15: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

2

dengan perjanjian yang disepakati atau ketentuan yang telah ditetapkan

syara‟.2 Yang dimaksud ketentuan syara‟ adalah jual beli tersebut harus

dilakukan sesuai dengan rukun jual beli dan syarat jual beli. Jika semuanya

tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟. Prinsip jual

beli didasarkan pada suka sama suka dan terbebas dari penipuan dan

kerugian, dengan demikian dibolehkannya jual beli untuk mempermudah

manusia dalam kesulitan. Setiap individu dari manusia memiliki

kebutuhan berupa makanan, pakaian, dan yang lainnya yang tidak dapat di

kesampingkan selama masih hidup. Manusia tidak dapat memenuhi sendiri

semua kebutuhan, karena itu manusia membutuhkan bantuan orang lain.

Dan, tidak ada cara yang lebih sempurna dari pada pertukaran. Jual beli

termasuk juga praktik penting yang sering digunakan dalam masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Islam telah mengatur secara

rinci tentang aturan jual beli agar terhindar dari perbuatan yang dapat

merugikan orang lain. Dalam aktifitas jual beli, pihak yang melakukan jual

beli harus bersikap jujur dan adil. Aspek yang berkaitan dengan penipuan

dan ketidakjujuran merupakan hal yang bertentangan dengan aturan jual

beli, sehingga menyebabkan salah seorang pembeli maupun penjual akan

mengalami kerugian.3

Allah SWT telal menghalalkan jual beli, dan dalam jual beli harus

dengan cara yang benar, tidak melakukan jual beli yang bathil,

2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo,2002). Hlm. 69.

3 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta:Prenada Media,2005).

Hlm. 194.

Page 16: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

3

sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa‟ (4) ayat 29, sebagai

berikut:

آ ب اه ر أ آ ا لاتؤكو اهل أ لي ببهببطن إ ي ب أ تع تساض بتل زةع

لي لا آ فسلي تمتو الل أ بإ بلي زح كب

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. (QS.

An-Nisa 4:29).4

Al-Qur‟an dan Hadist yang merupakan sumber hukum Islam

banyak memberikan contoh atau mengatur jual beli yang benar menurut

Islam. Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk pembeli.

Sekarang ini lebih banyak penjual yang mengutamakan keuntungan

individu tanpa berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum Islam.

Mereka cuma mencari keuntungan duniawi saja tanpa mengharapkan

barokah kerja dari apa yang sudah dikerjakan.5

Melakukan jual beli juga ada etikanya, hal ini sebagaimana firman

Allah dalam QS. Asyura‟ ayat 183.

لاتبخسا اه بض فسد افى الزض لاتلث ي أيآق

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-

haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan”.6

4 An-nisa‟ (4): 29.

5 Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam,” Jurnal Bisnis dan Manajemen

Islam, Vol. 3:2 (Desember 2015). Hlm. 240. 6 Asy-Syu‟ara‟ (19): 183.

Page 17: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

4

Kepercayaan dan kejujuran merupakan modal dasar dalam

transaksi jual beli. Untuk membangun kepercayaan itu seorang pedagang

harus mampu berbuat jujur dan adil, baik terhadap dirinya maupun kepada

orang lain. Bukti kejujuran dan keadilan dalam jual beli yaitu adanya nilai

timbangan dan ukuran yang tepat yang harus ditamakan.7 Dalam transaksi

jual beli, kita dianjurkan untuk menyempurnakan takaran maupun

timbangan dan tidak dibenarkan mengurangi hak orang lain. Seseorang

tidak dibenarkan menakar dengan dua takaran atau menimbang dengan

dua timbangan. Timbangan merupakan jenis alat pengukururan yang

paling umum digunakan dalam jual beli. Kegunaannya untuk mengukur

massa suatu benda dengan sama berat sehingga tidak berat sebelah.

Beratnya suatu benda diukur dari besarnya nominal angka yang tertera

pada timbangan. Jenis timbangan beragam-beragam, kegunaannya sesuai

dengan kebutuhan atau bentuk barang yang ingin ditimbang.

Telur sebagai bahan makanan pokok membuat banyak masyarakat

yang hampir setiap hari membutuhkannya. Mulai dari penjual makanan

siap saji, untuk bisnis kue, ataupun untuk konsumsi makanan sehari-hari.

Meningkatnya konsumsi telur, banyak orang yang beralih profesi menjadi

distributor telur. Distributor telur ayam menjual telurnya kepada toko

sembako selanjutnya akan diecerkan kepada masyarakat, semakin tinggi

permintaan telur ayam dari masyarakat membuat sebagian distributor

7 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam Dalam

Perkembangan, (Bandung: Mandar Maju,2002). Hlm. 169.

Page 18: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

5

berbuat seenaknya, bahkan melakukan kecurangan dalam hal

penimbangan, untuk mendapatkan keuntungan yang banyak. Hal demikian

yang terjadi di desa Kajen Talang Tegal tentang jual beli telur ayam,

dimana distributor telur ayam melakukan transaksi dengan mengatakan

menjual telur dengan berat 10 kilogram, harga Rp 210.000 (dua ratus

sepuluh ribu rupiah), setelah itu dilakukannya pembayaran anatara

distributor dan toko sembako. Permasalahan dalam jual beli telur ayam

tersebut adalah tidak adanya transparansi atau keterbukaan dengan

dilakukannya timbangan ulang antara distributor dan toko sembako,

dimana distributor tersebut hanya menimbang secara sepihak, dan

timbangan selalu kurang dari 10 kilogram.

Berdasarkan paparan di atas dalam hal ini penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “SISTEM PENJUALAN TELUR

AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF

FIQIH MU’AMALAH (Studi Kasus Desa Kajen Kec.Talang Kab.

Tegal)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis akan mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem penjualan telur ayam dari distributor ke toko

sembako di Desa Kajen Kec Talang Kab Tegal ?

Page 19: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

6

2. Bagaimana tinjauan fiqh muamalah terhadap sistem penjualan telur

ayam dari distributor ke toko sembako di Desa Kajen Kec Talang Kab

Tegal ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak

di capai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem penjualan telur ayam dari

distributor ke toko sembako di Desa Kajen Kec Talang Kab Tegal ?

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan fiqh muamalah terhadap sistem

penjualan telur ayam dari distributor ke toko sembako di Desa Kajen

Kec Talang Kab Tegal ?

D. Kegunaan Penelitian

Dari permasalahan di atas, penelitian ini di harapkan mempunyai

nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, dan

peneliti berharap agar hasil penelitian ini berguna sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan terhadap sistem transaksi

atau akad dalam hukum islam.

b. Memberikan sumbangan pemikiran keilmuan hukum islam tentang

hukum jual beli telur ayam dalam perspektif fiqih muamalah.

2. Kegunaan Praktis

Page 20: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

7

a. Dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat mengenai status

jual beli telur ayam tanpa di timbang ulang dalam perspektif fiqih

muamalah.

b. Dapat nemberikan gambaran kepada masyarakat umum mengenai

pemahaman yang benar tentang jual beii, sehingga dapat di

terapkan di masyarakat.

E. Penegasan Istilah

1. Jual Beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-

Tijarah dan al-Mubadalah, sedangkan menurut istilah jual beli adalah

menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan

melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling

merelakan. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya adalah

memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun, dan hal lain yang ada

kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya

tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟.8

2. Distributor

Distributor adalah pihak yang membeli produk dan menjual

produk yang sama (tidak mengolah, mengubah, atau merakitnya)

kepada pihak lain. Distributor memberikan nilai tambah dalam hal

transportasi, mengemasnya supaya mudah dikirimkan, menyimpannya

untuk kepentingan pembeli, serta memberi layanan pengiriman cepat

8 Hendi Suhendi,“Fiqih Muamalah,” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002). Hlm. 67.

Page 21: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

8

kepada pelanggan.9 Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

distributor yaitu penjual telur ayam.

F. Tinjauan Pustaka

Adapun literatur yang yang mempunyai tema dan pembahasan

sesuai dengan penelitian yang penulis teliti yaitu :

1. Penelitian oleh Teguh Edi Saputra yang berjudul “Sistem Penjualan

Telur Ayam Di Kandang Pada CV Gunung Kota Palembang Ditinjau

Dari Fiqh Muamalah”. Penelitian ini menganalisis tentang sistem

penjualan telur di CV Gunung Agung Kota Palembang menggunakan

subsistem agribisnis hilir yang di rincikan dari sistem penanganan hasil

dan sistem pemasaran, dimana menyalurkan proses kegiatan produk

dari produsen ke konsumen merupakan puncak dari kegiatan agribisnis

peternakan ayam petelur. Subsistem produksi agribisnis peternakan

ayam petelur yakni kegiatan untuk memperlancar komoditas

peternakan berupa telur segar.10

2. Penelitian oleh Ayu Komalasari yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Tentang Jual Beli Telur Ayam Tanpa Cangkang (Studi Kasus

Pasar Tempel Kecamatan Sukarame Bandar Lampung)”. Penelitian

ini menganalisis tentang praktik penjualan telur ayam tanpa cangkang

yang dilakukan oleh pedagang yang ada di pasar Tempel adalah

9 Frans M Royan, “Bisnis Model Kanvas Distributor,” (Jakarta:PT. Gramedia

Pustaka Utama,2014). Hlm. 10. 10

Teguh Edi Saputra, “Sistem Penjualan Telur Ayam Di Kandang Pada CV

Gunung Agung Kota Palembang Ditinjau Dari Fiqh Muamalah”, (Skripsi: Syariah UIN

Raden Fatah Palembang, 2018)

Page 22: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

9

dengan mengemas telur yang sudah tidak ada cangkangnya ke dalam

plastik yang bermacam-macam jumlah telurnya, kemudian barulah

pedagang menjualkan kepada konsumen yang ingin membelinya.11

3. Penelitian oleh Ritma Safitri yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Jual beli Pulsa Elektrik Antara Distributor dan

Agen (Studi Kasus di Mulyani Cellular Purwokerto)”. Penelitian ini

menganalisis tentang bagaimana menurut hukum Islam terhadap

praktek jual beli pulsa elektrik antara distributor dan agen.12

4. Penelitian oleh Muhdi Kholil yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Tentang Praktik Penimbangan Sepihak Dalam Jual Beli Buah Kelapa

Sawit,”. Penelitian ini menganalisis tentang jual beli buah kelapa sawit

yang ditimbang secara sepihak antara penjual dan pembeli.13

Berdasarkan pemaparan di atas, berikut ini adalah kesamaan dan

perbedaan penelitian penulis dengan penelitian lainnya yaitu : penelitian

pertama, dilakukan oleh Teguh Edi Saputra memliki kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan penulis dalam hal subjek penelitian yaitu system

penjualan telur ayam. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu di

kandang pada CV Gunung Kota Palembang. Penelitian kedua dilakukan

oleh Ayu Komalasari kesamaan terletak pada tema penelitian yaitu jual

11

Ayu Komala Sari, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Telur Ayam

Tanpa Cangkang”, (Skripsi: Syariah IAIN Raden Intan Lampung, 2017).

12 Ritma Safitri, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pulsa

Elektrik Antara Distributor Dan Agen”, (Skripsi: Syariah IAIN Purwokerto, 2017).

13 Muhdi Kholil, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Penimbangan

Sepihak Dalam Jual Beli Buah Kelapa Sawit”, (Skripsi: Syariah UIN Raden Intan

Lampung, 2019).

Page 23: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

10

beli telur ayam dan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya yaitu

Pasar Temple Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Penelitian ketiga,

dilakukan oleh Ritma Safitri memiliki kesamaan objek penelitian yaitu

antara distributor dan agen. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek

penelitian yaitu jual beli pulsa elektrik. Penelitian keempat, dilakukan oleh

Muhdi Kholil kesamaan terletak pada tema penelitian yaitu jual beli

penimbangan sepihak. Sedangkan perbedaan penelitiannya pada objek

penelitian yaitu jual beli buah kelapa sawit.

G. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah bagan yang memuat uraian tentang

metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional:

1. Jenis Penelitian dan pendekatan penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field

Research), dengan metode yang digunakan adalah metode Deskriptif

Kualitatif. Penelitian deskripsi adalah suatu penelitian yang bertujuan

untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif yaitu pendekatan yang membahas apakah perbuatan hukum

itu sesuai dengan hukum yang berlaku atau tidak.14

Dalam penelitian

ini lebih ditujukan untuk menyelidiki sejauh mana praktek mengenai

14

Moleong, “Metedologi Penelitian Kualitatif,” cet. Ke 25 (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya,2008). Hlm.. 6.

Page 24: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

11

jual beli telur ayam dari distributor ke toko sembako perspektif fiqh

muamalah

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrument kunci sekaligus

pengumpul data, dimana dalam hal ini peneliti langsung datang ke

lokasi dan melakukan pengumpulan data. Peneliti juga bertindak

penuh atas pengumpulan-pengumpulan informasi, yang diperlukan

selama proses penelitian ini, seperti kamera dan alat perekam.

3. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan

sistem penjualan telur yang dilakukan distributor ke toko sembako

yang bertempat di Desa Kajen Kec Talang Kab Tegal.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan sebuah kerangka atau fakta yang

secara langsung diperoleh peneliti melalui penelitian lapangan.

Penelitian lapangan ini data yang didapatkan adalah hasil

wawancara peneliti dengan distributor selaku penjual dan toko

Page 25: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

12

sembako selaku pembeli Di Desa Kajen Kecamatan Talang

Kabupaten Tegal.15

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara16

.

Data yang diperoleh yaitu dengan melalui studi pustaka yang

bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari

al-Qur‟an, al-Hadis, buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian

sebelumnya yang meneliti hal yang serupa dan sumber lainnya

yang berkaitan dengan penelitian yang serupa.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian ini, antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.17

Pada Penelitian ini, peneliti melakukan tanya jawab secara lisan

kepada distributor sebagai penjual dan toko sembako sebagai

15

Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2016). Hlm. 157. 16

Sunardi Nur, Model Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi

Aksara,2011), Hlm. 76.

17 Hadi, Metodologi Penelitian Research, (Yogyakarta: Yayasan Fakultas

Psikologi UGM,1981), Hlm. 136.

Page 26: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

13

pembeli mengenai sistem penjualan telur ayam, untuk

mendapatkan data secara detail mengenai sistem penjualan telur

ayam yang dilakukan di Desa Kajen Talang Tegal. Dalam

penelitian ini terdapat 6 (enam) orang yang diwawancarai yaitu:

1. Bapak Joni (Distributor selaku penjual telur ayam)

2. Bapak Ardi (Distributor selaku penjual telur ayam)

3. Ibu Sutini (Toko sembako selaku pembeli telur ayam)

4. Ibu Nur (Toko sembako selaku pembeli telur ayam)

5. Bapak Sujairi (Toko sembako selaku pembeli telur ayam)

6. Ibu Ida (Toko sembako selaku pembeli telur ayam)

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini, sebagai bukti bahwa

peneliti benar-benar melakukan penelitian ini. Dokumentasi ini

berbentuk foto pada saat melakukan wawancara kepada distributor

dan toko sembako.

6. Analisis Data

Pada bagian analisis ini, peneliti akan menguraikan proses

pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkip

wawancara, catatan lapangan, serta bahan-bahan lain agar peneliti

dapat menyajikan temuannya, analisis data ini dilakukan selama dan

setelah pengumpulan data.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Page 27: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

14

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk

mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertian triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang

lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian.18

Pengecekan keabsahan data ini dilakukan dengan cara

membandingkan berbagai dokumen, observasi, dan mencari informasi

dari berbagai pihak, apakah sudah sesuai dengan yang dilapangan atau

belum.

8. Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelumnya lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan

sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

pengamatan pada pelaku praktik jual beli telur ayam di Desa Kajen

Kec Talang Kab Tegal.

c. Tahap analisa data, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data

tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa

memberi arti pada objek yang diteliti.

18

Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2016). Hlm. 330.

Page 28: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

15

d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul

dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka

yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian

tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan ini dan pemahaman yang

lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka diperlukan

penyusunan sistematika penulisan, dengan penelitian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan; Bab ini merupakan bab pendahuluan yang

menguraikan tentang Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Jual Beli Perspektif Fiqh Muamalah; Bab ini meliputi

pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli,

macam-macam jual beli, hikmah disyariatkannya jual beli, khiyar dalam jual

beli.

BAB III Praktek Jual Beli Telur Ayam; Bab ini berisi tentang

paparan data dan hasil penelitian, dalam bab ini akan menjelaskan gambaran

umum di Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, pelaksanaan

praktek jual beli telur ayam dari distributor ke toko sembako di Desa Kajen

Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, sistem jual beli telur ayam dari

peternak ke distributor, sistem penjualan telur ayam dari distributor ke toko

sembako di desa Kajen Talang Tegal.

Page 29: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

16

Bab IV Analisis; Bab ini berisi tentang analisis mengenai praktek

jual beli telur ayam dari distributor ke toko sembako perspektif fiqih

Mu‟amalah di Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, sistem

penjualan telur ayam dari distributor ke toko sembako dilihat dari segi

rukun, sistem penjualan telur ayam dari distributor ke toko sembako dilihat

dari segi syarat.

Bab V Penutup; Bab ini merupakan penutup, dalam bab ini berisi

mengenai kesimpulan dan saran-saran yang mungkin berguna bagi

masyarakat Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.

Page 30: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

17

BAB II

JUAL BELI PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli adalah proses pemindahan hak milik/ barang atau harta

kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu

(yang lain).19

Kata lain dari jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-

Tijarah dan al-Mubadalah yang secara bahasa adalah tukar menukar20

.

Sedangkan menurut istilah adalah tukar menukar atau peralihan

kepemilikan dengan cara pergantian menurut bentuk yang

diperbolehkan.21

Hal ini sebagaimana firman Allah Swt. Q.S. Al-Baqarah

ayat 275, sebagai berikut:

با حن ا ى اهس حس ع الل اهب

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”.22

Jual beli terdiri dari dua kata, yaitu jual dan beli. Kata jual dan beli

memiliki arti yang bertolak belakang, kata jual berarti perbuatan menjual,

sedangkan beli perbuatan mmbeli.23

Pada penelitian ini, bahwasannya jual

19

Sudarto, “Ilmu Fikih” Yogyakarta: Deepublish,2018. Hlm. 253. 20

Hendi Suhendi, “Fiqih Muamalah” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Hlm. 68. 21

Amir Syarifuddin, “Garis-garis Besar Fiqih”, Jakarta: Kencana, 2003. Hlm.

193. 22

Al-Baqarah (1): 275.

23 Rachmat Syafe‟I, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Hlm. 73.

Page 31: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

18

beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa yaitu satu

pihak menjual, dan pihak lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah jual

beli.24

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang di

kemukakan ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing masing

definisi adalah sama. Para ulama memberi definisi tentang jual beli

sebagai berikut:

1. Pengertian jual beli menurut Sayyid Sabiq adalah: “Pertukaran benda

dengan benda lain dengan jalan saling meridhai atau memindahkan

hak milik disertai penggantiannya dengan cara yang dibolehkan”.25

2. Pengertian jual beli menurut Imam Taqiyuddin: “Saling menukar harta

(barang) oleh dua orang untuk dikelola (ditasharafkan) dengan cara

ijab dan qabul sesuai dengan syara”.26

3. Pengertian jual beli menurut Wahbah az-Zuhaili sebagaimana dikutip

dari Hendi Suhendi: “Saling tukar menukar harta dengan cara

tertentu”.27

4. Pemberian harta karena menerima harga dengan ikrar penyerahan dan

jawab penerima (ijab qabul) dengan cara yang diizinkan.28

24

Sayyid Sabiq, “Fikih Sunnah”, Bandung: PT Al Ma‟arif,1987, Hlm. 44. 25

Ibid,. Hlm. 44.

26 Imam taqiyyudin Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, juz

1 (Surabaya: Syirkah Piramida, 2011), Hlm. 239.

27 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers,2002), Hlm. 68.

28 Moh rifa‟i, Kifayat Al-Akhyar, (Semarang: CV Toha Putra). Hlm. 183.

Page 32: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

19

5. Pertukaran harta dengan harta dilandasi dengan saling rela atau

pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang

diizinkan.

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami inti jual beli adalah

suatu perjanjian tukar-menukar benda (barang) yang mempunyai nilai, atas

dasar kerelaan (kesepakatan) antara kedua belah pihak sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟.29

Yang dimaksud

ketentuan syara‟ adalah jual beli tersebut harus dilakukan sesuai dengan

syarat jual beli, rukun jual beli, penjual dan pembeli. Jika semuanya tidak

terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara.

Menurut pandangan fuqaha Malikiyah, jual beli dapat

diklarifikasikan menjadi dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum

dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum ialah suatu

perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan

kenikmatan.30

Yang bukan manfaat ialah benda yang ditukarkan adalah

berupa dzat (berbentuk) dan ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi

bukan manfaatnya atau bukan hasilnya. Sedangkan jual beli dalam arti

khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang mempunyai kriteria antara

lain, bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan, yang mempunyai daya

tarik, penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat di

realisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan hutang

29

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers,2002), Hlm. 68. 30

Ibid., Hlm. 69.

Page 33: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

20

baik barang tersebut ada di hadapan si pembeli maupun tidak dan barang

tersebut sudah diketahui sifat-sifatnya terlebih dahulu.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Al-bai‟ atau jual beli merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini

berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah

perkataan, serta Sunnah perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW. Jual

beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu zaman para nabi, sejak

saat itu jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh masyarakat hingga

saat ini. Adapun dasar hukum disyari‟atkannya jual beli dalam islam yaitu:

1. Dalam Al-Qur‟an

Transaksi jual beli merupakan aktifitas yang dibolehkan dalam

islam, baik disebutkan dalam al-Qur‟an, al-Hadits maupun ijma‟ ulama.

Adapun dasar hukum jual beli adalah:

Surat Al-Baqarah ayat 275

أحن الل ب ى اهس حس ع ا اهب

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”.31

Dari ayat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa surat Al-

Baqarah ayat 275 ini merupakan landasan tentang kehalalan jual beli

dan mengharamkan riba

Dalam surat An-Nisaa ayat 29

31

AL-Baqarah (1): 275.

Page 34: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

21

ب اه ر أ آ آ أ ا لاتؤكو تساض تعبزةع تل أ لي ببهببطن إ اهلي ب

آ لاتمتو لي ب بلي زح الل كب فسلي إ أ

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara

engkau”.32

Dari ayat di atas maka peneliti menyimpulkan, bahwasannya

surat An-Nisaa ayat 29 ini merupakan landasan hukum tentang syarat

kebolehan jual beli dengan unsur saling rela antara kedua belah pihak.

2. Dalam As-sunah

a. Dalam hadis, Rasulullah saw, bersabda.

زفبعت ب ع اه ب ا الل ع زافع زض سوي صو الل عو سئن: ز بفم اطب؟ اي اهلسب بس ع كن ب جن بد ن اهس م :ع

“Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ ra, bahwasannya Nabi saw, ditanya,

“Pekerjaan apakah yang paling baik? Beliau menjawab, seseorang

yang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.”

Dari sabda Rasulullah SAW di atas dapat di simpulkan bahwa

perolehan yang afdal, adalah jual beli yang mabrur yakni jual beli

yang di landasi dengan unsur saling rela dan dalam prosesnya sesuai

dengan ketentuan syara‟.33

b. Rasulullah SAW bersabda

م الل صوى الل عو سوي : تساض لبم زس ع ع باهب إ

32

An-Nisaa (4) : 29

33 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram Min Adilatil Ahkam,

(Nurul Huda: Hadis No. 800). Hlm. 158.

Page 35: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

22

“Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya jual beli itu

harus atas dasar saling merelakan”.34

c. Dalam riwayat Tirmidzi

أب ع سفب صت ع اهح حد ثب لب صة ع أب ع د س سل

اه ب ع سو ي لبم اه صن الل عو ق د ت بجساهص ال ع اه ب

داق اهش م د اهص

“Telah menceritakan kepada kami Hannad telah

menceritakan kepada kami Qabishah dari Sufyan dari Abu

Hamzah dari Al Hasan dari Abu Sa‟id dari Nabi SAW beliau

bersabda “Seorang pedagang yang jujur dan dipercaya akan

bersama dengan para Nabi, shiddiqun dan para syuhada”.35

Dari ayat-ayat Alquran dan hadis hadis yang dikemukakan di atas

pada penelitian ini, dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan

yang halal. Apabila pelakunya jujur, dan kedudukannya setara dengan para

Nabi, Syuhada, dan Shiddiqun. Sedangkan para ulama telah sepakat

mengenai diperbolehkan jual beli dengan alasan bahwa kebutuhan

manusia berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang

lain, dan kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja,

namun harus ada kompensasi sebagai timbal baliknya. Sehingga dengan

disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara untuk

merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada dasarnya

manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan bantuan

orang lain.36

34

Al-Hafidh Abi Abdullah Muhammad Ibni Yazid Al Qozwini, Sunan Ibnu

Majah Juz 2, (Darul Fikr: Hadis No. 2185).

35 Al-Abi Isya Muhammad Ibnu Isya Ibnu Syurah, Sunan Tirmidzi juz 3, (Lidwa

Pusaka: Hadis No.1209). 36

Ahmad Wardi Muslich, “Fiqh Muamalat,” (Jakarta: Amzah,2010). Hlm. 179.

Page 36: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

23

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Perjanjian Jual Beli merupakan perbuatan hukum yang mempunyai

konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak

penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan

hukum ini haruslah dipenuhi rukun syarat sahnya jual beli.37

Kalangan

fuqaha, terdapat perbedaan mengenai rukun dan jual beli. Menurut fuqaha

kalangan Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul.

1. Rukun jual beli

Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu dibagi menjadi tiga,

yaitu :

a. Akad (ijab dan kabul)

b. Orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli)

c. Ma‟kud „alaih (objek akad)

Akad adalah kesepakatan (ikatan) antara pihak pembeli dengan

pihak penjual. Akad ini dapat dikatakan sebagai inti dari proses

berlangsungnya jual beli, karena tanpa adanya akad tersebut, jual beli

belum dikatakan syah. Disamping itu akad ini dapat dikatakan sebagai

bentuk kerelaan(keridhaan) antara dua belah pihak. Sedangkan

kerelaan memang tidak dapat dilihat, karena ia berhubungan dengan

37

Chairuman Pasaribu dkk, “Hukum Perjanjian Dalam Islam,” (Jakarta: Sinar

Grafika,2004). Hlm. 34.

Page 37: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

24

hati (batin) manusia, namun indikasi adanya kerelaan dapat dilihat

dengan adanya ijab dan qabul antara dua belah pihak.38

2. Syarat-syarat Sah Jual Beli

Ulama madzhab telah berbeda pendapat dalam menentukan

persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam rukun jual beli , baik

dalam akad, orang-orang yang berakad, ataupun dalam ma‟kud „alaih.

Adapun pendapat-pendapat mereka akan di uraikan berikut ini: 39

a. Syarat Penjual dan Pembeli, yaitu penjual dan pembeli harus

memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Berakal, yaitu dapat membedakan atau memilih mana yang

terbaik bagi dirinya, dan apabila salah satu pihak tidak berakal

maka jual beli yang diadakan tidak sah40

. Hal ini sebagaimana

firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 5 :

اهلي اه آق ا لاتؤتا اهسف هلي ل جلن الل بت

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang

belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam

kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok

kehidupan.”

2) Baligh, yaitu menurut hukum Islam (fiqh), dikatakan baligh

(dewasa apabila telah berusia 15 tahun, atau telah bermimpi

(bagi anak laki-laki) dan haid (bagi anak perempuan), dengan

demikian jual beli yang diadakan anak kecil adalah tidak sah.

38

Qamarul Huda, “Fiqh Muamalah,” cet Ke 1 (Yogyakarta: Teras,2011). Hlm

55. 39

Ibid., Hlm. 56. 40

Chairuman Pasaribu, “Hukum Perjanjian Dalam Islam,” (Jakarta: Sinar

Grafika,2004). Hlm. 35.

Page 38: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

25

Namun demikian bagi anak-anak yang sudah dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan tetapi

dia belum dewasa (belum berusia 15 tahun dan belum bermimpi

ataupun belum haid), menurut pendapat sebagian ulama bahwa

mereka di bolehkan berjual beli barang-barang yang kecil dan

tidak bernilai tinggi, misalnya jual beli layang-layang dan

sebagainya. Karena kalau tidak boleh sudah barang tentu

menjadi kesulitan, sedang agama Islam sekali-kali tidak akan

mengadakan aturan yang mendatangkan kesulitan bagi

pemeluknya.41

3) Dengan kehendaknya Sendiri (bukan paksaan), maksudnya

bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli tersebut salah satu

pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak

lainnya, sehingga pihak yang lain tersebut melakukan perbuatan

jual beli bukan lagi disebabkan kemauannya sendiri, tapi

disebabkan adanya unsur paksaan, jual beli yang dilakukan

bukan atas dasar kehendaknya sendiri adalah tidak sah.42

Adapun yang menjadi dasar bahwa suat jual beli itu harus

dilakukan atas dasar kehendak sendiri para pihak, dapat dilihat

dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 29.

ب اه ر ااآ تعبزة ˜لاتؤكو تل أ لي ببهببطن إ اهلي ب اأ

تساض فسلي ع ا أ لاتمتو لي بلي زح كب الل ب إ

41

Chairuman Pasaribu, “Hukum Perjanjian Dalam Islam,” (Jakarta: Sinar

Grafika,2004). Hlm. 37. 42

Ibid,. Hlm. 35.

Page 39: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

26

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta yang ada diantara kamu dengan

jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan atas dasar

suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh

dirimu, sesungguhnya Allah SWT maha penyayang kepadamu”.

Dalam ayat diatas yang di maksud suka sama suka yang

menjadi dasar bahwa jual beli haruslah merupakan kehendak

bebas/ kehendak sendiri yang bebas dari unsur tekanan/

paksaan.43

Dan di sebutkan di dalam hadis, sebagaimana dalam hadis.

تساض ع ع ب اهب سو ي: ا صو ى الل عو لبم اه ب

“Telah bersabda Nabi Muhammad saw., „Sesungguhnya

sahnya jual beli itu kalau saling rela (dari kedua belah

pihak)‟.‟‟ (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah. 44

Dikecualikan dari paksaan yaitu, orang yang memiliki

utang. Maka dalam hal ini, seorang hakim diperbolehkan

memaksa seseorang untuk menjual hartanya dengan tujuan

untuk melunasi utangnya.45

4) Keduanya tidak mubazir, maksudnya bahwa para pihak yang

mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-orang

yang boros (mubazir), sebab orang ynag boros menurut hukum

dikatakan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, artinya ia

43

An-Nisa‟(5): 29.

44 As Shan‟ani, Subulus Salam III, terj. Abu Bakar Muhammad, Surabaya: Al

Ikhlas, 1995, cet ke-1. Hlm. 12. 45

Moh Rifa‟i, “Fiqh Islam Lengkap”, (Semarang: PT. Karya Toha,2014). Hlm.

367.

Page 40: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

27

tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum

meskipun hukum tersebut menyangkut kepentingan semata.46

b. Syarat Barang dan Harga, Syarat-syarat barang yang diperjual

belikan sebagai berikut:

1) Suci barangnya; tidak sah menjual barang yang najis seperti

kulit binatang, atau bangkai yang belum disamak, anjing, babi

dan lain-lainnya yang najis.

2) Memiliki manfaat; jual beli barang yang ada manfaatnya sah,

sedang barang yang tidak ada manfaatnya tidak sah, seperti jual

beli lalat, nyamuk dan sebagainya.

3) Barang itu dapat diserahkan; maka tidak sah menjual suatu

barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli

misalnya ikan dalam laut, jual beli kuda yang sedang lari yang

belum diketahui kapan dapat ditangkap lagi, atau barang yang

sudah hilang.

4) Milik sendiri, atau barang yang sudah dikuasainya; tidak sah

menjual barang orang lain dengan tidak seizinnya, atau barang

yang hanya baru akan dimilikinya/ baru akan menjadi miliknya.

5) Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli; zat,

bentuk kadar (ukuran), dan sifat-sifatya jelas sehingga antara

penjual dan pembeli tidak adanya kesalahpahaman.47

46

Chairuman Pasaribu, “Hukum Perjanjian Dalam Islam”. Hlm. 37.

Page 41: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

28

c. Syarat Ijab dan Qabul

Kata akad berasal dari bahasa Arab al-„aqd yang secara

etimologi berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan (al-ittifaq).

Secara terminologi fiqh akad didefinisikan dengan “pertalian ijab

(pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan

ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada

objek perikatan”.48

Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan

kehendak syariat” maksudnya bahwa seluruh perikatan yang

dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak

sejalan dengan kehendak syara,. Misalnya, kesepakatan untuk

melakukan transaksi riba, menipu orang lai, atau merampok

kekayaan orang lain. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh

pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan

pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang

lain (yang menyatakan kabul.49

Ijab artinya perkataan penjual, misalnya, „Saya jual barang

ini sekian‟, sedang qabul artinya kata si pembeli, misalnya, „Saya

terima (saya beli) dengan harga sekian. Adapun syarat sah ijab

qabul adalah:

1) Tidak ada sesuatu yang membatasi atau memisahkan antara ijab

dan qabul. Misalnya setelah si penjual menyatakan ijab, pihak

47

Sulaiman Rasjid, “Fiqh Islam,” cet. Ke-84 (Bandung: Sinar Baru

Algensindo,2008). Hlm. 280. 48

Abdul Rahman Ghazaly dkk, “Fiqh Muamalat” (Jakarta: Kencana,2010).

Hlm. 50. 49

Ibid., hlm. 51.

Page 42: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

29

pembeli diam saja (tidak menyatakan menerima/qabul) barang

yang dijual atau sebaliknya.

2) Tidak disela dengan kata lain.

3) Tidak ta‟liq (digantungkan dengan syarat), seperti kata

penjual:‟Aku jual sepeda motor ini kepada kamu dengan harga

Rp. 110.000, setelah kupakai sebulan lagi‟.

4) Tidak dibatasi oleh waktu, seperti kata penjual; „aku jual sepeda

ini dengan harga Rp. 10.000, kepada kamu dalam waktu sebulan

atau seminggu.50

D. Macam-macam Jual Beli

Jual beli banyak sekali macamnya, tergantung dari sudut mana jual

beli dipandang dan ditinjau, maka untuk lebih jelasnya, seperti penulis

jelaskan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi hukumnya jual beli terbagi menjadi dua macam, yaitu

antara lain:

a. Jual Beli Sah

Jual beli yang sah apabila objeknya tidak ada hubungannya

dengan hak orang lain selain aqid, maka hukumnya nafidz.

Artinya, bisa dilangsungkan dengan melaksanakan hak dan

kewajiban masing-masing pihak, yaitu penjual dan pembeli.

Apabila objek jual belinya ada kaitannya dengan hak orang lain,

50

Moh Rifa‟i, “Fiqih Islam Lengkap,” (Semarang: PT. Karya Toha

Putra,2014), hlm. 370.

Page 43: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

30

maka hukumnya mauquf, ditangguhkan menunggu persetujuan

pihak terkait. Seperti jual beli barang yang digadaikan atau

disewakan, atau jual beli fudhuli.51

Macam-macam jual beli yang

sah yaitu sebagai berikut

1) Jual beli salam (pesanan), yaitu jual beli dengan cara

menyerahkan uang muka terlebih dahulu kemudian barang

diantar belakangan.

2) Jual beli muqayyadah (barter) yaitu jual beli dengan cara

menukar barang dengan barang seperti menukar baju dengan

sepatu.

3) Jual beli muthlaq, yaitu jual beli barang dengan sesuatu yang

telah disepakati sebagai alat tukar.

4) Jual beli alat tukar dengan alat tukar, jual beli alat tukar dengan

alat tukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai

alat tukar dengan alat tukar lainnya seperti dinnar dengan

dirham.

b. Jual beli yang tidak sah

Jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi

salah satu atau semua rukun atau semua syarat dalam jual beli. Jual

beli yang tidak sah adalah sebagai berikut;

51

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat,. Hlm. 201.

Page 44: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

31

1) Jual beli yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur dan

orang gila.

2) Jual beli barang haram dan najis, yaitu barang yang diperjual

belikan adalah barang-barang yang diharamkan untuk

dimanfaatkan oleh syara‟ bagi orang muslim, seperti darah,

babi, khamer. 52

3) Jual beli gharar (bai‟ al-gharar), yaitu jual beli yang

mengandung unsur risiko atau spekulasi, dan akan menjadi

beban salah satu pihak mengalami kerugian. Gharar artinya

sesuatu yang belum bisa dipastikan ada dan tidaknya, hasil dan

tidaknya, jelas dan tidaknya, kualitas dan tidaknya, ataupun

barang yang tidak bisa diserahterimakan.53

Gharar

dikategorikan dan dibatasi terhadap sesuatu yang tidak dapat

diketahui antara tercapai dan tidaknya suatu tujuan, dan tidak

termasuk didalamnya hal yang majhul (tidak diketahui).

Dalam sistem jual beli gharar terdapat unsur memakan harta

orang lain dengan cara bathil. Padahal Allah melarang

melarang memakan harta orang lain dengan cara yang batil.

4) Jual beli mulaqih adalah jual beli (mani) barang yang menjadi

objeknya hewan yang masih berada dalam bibit jantan

sebelum bersetubuh dengan yang betina. Alasan pelarangan di

52

Sayyid sabiq, “Fikih Sunnah,” cet. Ke 12 (Bandung: PT Al-Ma‟arif,1987).

Hlm. 50.

53

Harun, “Fiqh Muamalah, “ (Surakarta: Muhammadiyah University

Press,2017). Hlm. 73.

Page 45: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

32

sini adalah apa yang diperjual belikan tidak berada di tempat

akad dan tidak dapat pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya.

Ketidak jelasan ini menimbulkan ketidak relaan pihak-pihak.

Yang menjadi larangan di sini adalah essensi jual beli itu

sendiri, maka hukumnya adalah tidak sahnya jual beli

tersebut.54

5) Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya

adalah hewan yang masih berada dalam perut induknya.

Alasan diharamkan tidak jelasnya objek jual beli. Meskipun

sudah tampak wujudnya, namun tidak dapat di serahkan di

waktu akad dan belum pasti apakah dia lahir dalam keadaan

hidup atau mati.

6) Jual beli muhaqalah adalah jual beli buah-buahan yang masih

berada di tangkainya dan belum layak untuk dimakan. Hukum

jual beli ini adalah haram, alasan haramnya jual beli ini adalah

karena objek yang diperjual belikan masih belum dapat

dimanfaatkan.55

7) Jual beli al-urbun adalah pembayaran uang muka dalam

transaksi jual beli, dikenal ulama fiqh dengan istilah ba‟i

urbun adalah sejumlah uang muka yang dibayarkan

pemesanan atau calon pembeli yang menunjukan bahwa ia

bersungguh-sungguh atas pesanannya tersebut. Bila kemudia

54

Amir Syarifuddin, “Garis Besar Fiqh,” (Jakarta: Kencana,2003). Hlm. 202. 55

Ibid., Hlm. 203.

Page 46: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

33

pemesanan sepakat barang pesanannya, maka terbentuklah

transaksi jual beli dan uang muka tersebut merupakan bagian

dari harga pesanan yang disepakati. Namun bila pemesan

menolak untuk membeli, maka uang tersebut menjadi milik

penjual.

8) Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak

diketahui oleh salah satu pihak atau menyembunyikan secara

utuh kualitas maupun kuantitas.56

Setiap transaksi dalam Islam

harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah

pihak, mereka harus mempunyai informasi yang sama,

sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Ada 3 (tiga)

hal transaksi dalam tadlis, yaitu:

1. Kuantitas, mengurangi takaran

2. Kualitas, menyembunyikan kecacatan barang

3. Harga, memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga

pasar

Dalam bentuk tadlis di atas, semuanya bersifat

melanggar prinsip rela sama rela (an taradhin minkum). Dalam

keadaan rela sama rela yang dicapai hanya bersifat sementara,

yaitu sementara pihak yang ditipu belum sadar, apabila yang

56

Syaifullah, “Etika Jual Beli Dalam Islam”, (Hanufa: Jurnal Studia Islamika,

Vol. 1, No.02, Desember 2014). Hlm. 383.

Page 47: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

34

ditipu telah sadar bahwa dirinya telah ditipu, maka ia pasti

tidak merasa rela.57

2. Ditinjau dari segi objek jual beli

Dari segi benda yang dapat dijadikan objek jual beli, jual beli dapat

dibagi menjadi tiga bentuk:

a. Jual beli benda yang kelihatan

Jual beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan

jual beli, benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan

penjual dan pembeli.

b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian

adalah jual beli salam (pesanan).58

Menurut kebiasaan para

pedagang, salam adalah bentuk jual beli yang tidak tunai (kontan).

Maksudnya adalah perjanjian yang penyerahannya barang-barangnya

ditangguhkan hingga masa tertentu sebagai imbalan harga yang

ditentukan pada waktu akad.

c. Jual beli benda tidak ada

Jual beli benda yang tidak ada dan tidak dapat dilihat

adalah jual beli yang di larang agama Islam, karena barangnya tidak

tentu atau masih gelap sehingga di khawatirkan barang tersebut

57

Muhammad Hafiz, “Tadlis (Penipuan)”, http://belajar-ekonomi-

islam.blogspot.com/2011/03/tadlis-penipuan.html, diakses pada tanggal 25 Mei 2019. 58

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Logung Pustaka,2009). Hlm.

253.

Page 48: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

35

diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat

menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.

3. Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek)

Ditinjau dari segi pelaku akad, jual beli terbagi menjadi dua

macam, yaitu:

a. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang

dilakukan kebanyakan orang, tapi orang bisu dilakukan dengan

isyarat karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam

menampakkan kehendak. Hal yang dipandang akad adalah

kehendak bukan pernyataan.

b. Penyampaian jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat-

menyurat sama haknya dengan ijab qabul dengan ucapan. Misalnya

melalui via pos dan giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan

pembeli tidak berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui

pos dan giro. Maka jual beli ini diperbolehkan oleh syara‟.59

E. Hikmah Disyariatkannya Jual Beli

Hikmah dalam dibolehkannya jual beli dimana hidup

bermasyarakat merupakan karakter manusia yang telah Allah Swt ciptakan

sejak diciptakannya lelaki dan perempuan, kemudian berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku agar saling mengenal di antara mereka. Kemudian Allah

Swt, menitipkan mereka naluri saling tolong-menolong untuk memenuhi

59

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002). Hlm. 77.

Page 49: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

36

kebutuhan hidupnya. Seandainya tidak adanya disyariatkannya atau

aturan, dikhawatirkan akan menimbulkan kemudharatan dan kerusakan

bagi kehidupan mereka. Salah satunya adalah adanya aturan jual beli

sebagai jalan yang adil. 60

Persyariatan jual beli ini tujuannya untuk memberikan keleluasan

kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam telah

mensyariatkannya kepada manusia bahwa terpenuhinya kebutuhan sehari-

hari harus dengan jalan suka sama suka di antara kedua belah pihak

(penjual dan pembeli). Maka seseorang tidak boleh mengambil harta

seseorang secara paksa.

F. Khiyar Dalam Jual Beli

Dalam jual beli menurut Islam dibolehkan memilih, ketika mau

meneruskan jual beli atau membatalkan jual beli. Khiyar adalah pilihan

untuk melanjutkan jual beli atau membatalkannya, karena ada cacat pada

barang yang dijual, atau ada perjanjian pada waktu akad, atau karena sebab

yang lain. Tujuan diadakannya khiyar adalah untnuk mewujudkan

kemaslahatan bagi kedua belah pihak sehingga tidak ada rasa menyesal

setelah akad selesai, karena mereka sama-sama rela atau setuju.61

Adapun

khiyar dibagi menjadi 3 macam, sebagai berikut:

1) Khiyar Majlis

60

Enang Hidayat, “ Fiqih Jual Beli”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2015).

Hlm. 16. 61

Ahmad Wardi Muslich, “Fiqh Muamalat”, (Jakarta: Amzah,2010). Hlm. 216.

Page 50: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

37

Yaitu si penjual dan pembeli boleh memilih antara dua perkara tadi

selama keduanya masih tetap berada di tempat jual beli, khiyar majelis

diperbolehkan dalam segala macam jual beli. Habislah khiyar majlis

apabila kaduanya memilih akan meneruskan akad, atau keduanya terpisah

dari dari tempat jual beli.

2) Khiyar Syarat

Yaitu khiyar dijadikan syarat sewaktu akad oleh keduanya atau

oleh salah seorang, seperti kata si penjual “Saya jual barang ini dengan

harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga

hari”. Khiyar syarat boleh dilakukan dalam segala macam jual beli,

kecuali barang yang wajib diterima di tempat jual beli, seperti barang-

barang riba. Masa khiyar syarat paling lama hanya tiga hari tiga malam,

terhitung dari waktu akad.

3) Khiyar „aibi

Yaitu si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya,

apabila pada barang itu terdapat suatu cacat yang mengurangi kualitas

barang itu, atau mengurangi harganya, sedangkan biasanya barang yang

seperti itu tidak baik dan sewaktu akad cacatnya itu sudah ada, tetapi si

pembeli tidak tahu atau terjadi sesudah akad, yaitu sebelum diterimanya. 62

62

Ahmad Wardi Muslich, “Fiqh Muamalat”. Hlm. 222.

Page 51: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

38

Page 52: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

39

BAB III

PRAKTEK JUAL BELI TELUR AYAM

A. Profil Desa Kajen

1. Keadaan Geografis Desa Kajen

Desa Kajen adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan

Talang Kabupaten Tegal, desa Kajen bukanlah desa yang mayoritas

penduduknya bekerja sebagai petani, tidak ada lahan pertanian di desa

ini. Mayoritas penduduknya bekerja di bidang wiraswasta logam dan

besi dan sebagian lain adalah pedagang. Batas Wilayah Desa Kajen

yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Talang

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pesayangan

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalimati /Lemahduwur

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kebasen

Desa Kajen berada di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal,

dengan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai perindustrian/jasa

menjadikan Desa Kajen memiliki potensi wisata. Dengan luas wilayah

45.332.00 Ha ini populasinya dianggap cukup karena dari total

penduduk sebesar 4937, terbagi para laki-laki di kajen sebanyak 2469

orang dan 2468 sisanya wanita.

Page 53: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

38

2. Keadaan Monografi Desa Kajen

Tabel 2

Monografi Desa

No Uraian Jumlah Keterangan

1 Kependudukan

A. Jumlah Peduduk

B. Jumlah KK

C. Jumlah Laki-laki

A. 0-15 tahun

B. 16-58 tahun

C. Diatas 60 tahun

D. Jumlah Perempuan

a. 0-15 tahun

b. 16-59 tahun

c. Diatas 60 tahun

4. 501

1. 163

2. 260

565

1. 308

387

2. 241

557

1. 307

377

2 Tingkat Pendidikan

A. Belum tamat SD

B. SD

C. SLTP

D. SLTA

E. Diploma/Sarjana

500

915

1. 203

1. 372

369

3 Mata Pencaharian

A. Buruh Tani

B. Petani

3

4

Page 54: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

39

C. Peternak

D. Pedagang

E. Tukang Kayu

F. Tukang Batu

G. Penjahit

H. PNS

I. Pensiunan

J. TNI/Polri

K. Perangkat Desa

L. Pengrajin

M. Industri Kecil

N. Buruh Industri

O. Karyawan Swasta

-

468

3

6

4

40

8

1

7

22

36

744

54

4 Agama

A. Islam

B. Kristen

C. Protestan

D. Katolik

E. Hindu

F. Budha

4. 501

-

-

-

-

-

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Kependudukan

Page 55: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

40

Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia

anak-anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan

lansia adalah sebagai berikut: 25% : 58% : 17%. Dari 2084 jumlah

penduduk yang berada pada kategori usia produktif laki-laki dan

perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.

b. Tingkat Pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan

9 tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD

dan SLTP mendominasi peringkat pertama.

c. Mata Pencaharian

Mayoritas di desa Kajen bekerja sebagai industry logam, buruh

jasa, petani dan buruh tani. Tetapi masih didominasi industri logam

dan buruh hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu

bahwa masyarakat desa Kajen adalah industri logam dan juga

minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya

keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi

home industri (industri logam) dan wiraswasta.

d. Keadaan budaya dan Agama

Seluruh masyarakat Desa Kajen adalah Muslim (Islam).

Dimana kondisi sosial keagamaan bagi kehidupan masyarakat Desa

Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal maju dan semarak seperti

pengajian ibu-ibu yang diadakan setaip hari, setelah Shubuh dan

Page 56: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

41

setelah Ashar, tempat pendidikan Al-Qur‟an. Dan adanya adat

kebudayaan yang masih dilakukan ialah acara Rolasan (tukar menukar

makanan dengan menggunakan tempat ember), maulidan yaitu

membaca berzanji setelah isya pada peringatan hari lahir Nabi

Muhammad saw, dan halal bi halal buat orang orang yang sudah

meninggal bertempat di masjid desa Kajen, yang diadakan setiap satu

tahun sekali. 63

Adapun kegiatan masyarakat umat Islam di desa Kajen adalah sebagai

berikut:

1) Peringatan Hari Besar Islam

Masyarakat desa Kajen selalu memperingati hari besar

keagamaan Islam seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi,

Isra‟ Mi‟raj, dan malam 1 Muharam. Dalam memperingati Maulid

Nabi, masyarakat desa Kajen biasanya melakukan pengajian baik

dalam lingkup RT, Masjid maupun tingkat desa. Sedangkan pada

malam 1 Muharam masyarakat desa kajen memperingatinya dengan

cara melakukan Yasinan, tahlilan dan pengajian disetiap RT.64

2) Tahlilan dan Yasinan

Masyarakat desa Kajen selalu melakukan Yasinan Tahlil setiap

Kamis malam atau malam Jum‟at yang dilakukan setiap RT bertempat

63

Dokumentasi Kepala Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. 64

Wawancara Bapak Fikri, warga desa Kajen, RT 14, RW 04, tanggal 4 Agustus

2019.

Page 57: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

42

di masjid, kegiatan yasinan dan tahlil juga dilaksanakan ketika ada

masyarakat yang meninggal dunia. Biasanya pelaksanaan dilakukan 7

malam berturut-turut, setelah itu dilakukan pada hari ke 40, 100 pasca

meninggal. Selanjutnya dilakukan juga pada 1 tahun atau mendak

pisan, 2 tahun atau mendak pindo, 3 tahun atau nyewu.65

3) Manaqiban

Masyarakat desa Kajen juga melakukan kegiatan manaqiban

atau syukuran. Manaqiban dilakukan oleh masyarakat apabila salah

satu warga mempunyai hajat tertentu, misalnya acara aqiqah,

pernikahan, acara pribadi penduduk khitan dan lain sebagainya.

manaqiban juga sebagai kegiatan rutinan yang dilaksanakan setiap

tanggal 11 kalender jawa.66

4) Berzanji

Berzanji adalah kitab yang menerangkan tentang sejarah Nabi

Muhammad yang mencakup perjalanan hidup semasa kecil, remaja,

menginjak dewasa hingga diangkat menjadi Rasul. Kegiatan berzanji

dilakukan dengan cara melantunkan shalawat nabi yang diiringi

dengan alat music tradisonal seperti rebana, bass hadroh, ketipung,

tamborin, marawis. Tradisi berzanji dilakukan masyarakat desa Kajen

65

Wawancara Bapak Helmi, warga desa Kajen, RT 14, RW 04, tanggal 4 Agustus

2019 66

Wawancara dengan bapak Nasir, warga desa Kajen RT 14, RW 04, tanggal 5

Agustus 2019.

Page 58: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

43

setiap hari Kamis malam Jumat, kegiatan ini dilaksanakan di masjid

atau musholla.67

B. Sistem Jual Beli Telur Ayam Dari Peternak ke Distributor

Produsen, distributor, dan konsumen merupakan pihak-pihak yang

saling membutuhkan satu sama lain di dalam rantai perekonomian. Adapun

kegiatan utama dari produsen adalah memproduksi atau menghasilkan barang/

jasa yang dibutuhkan oleh konsumen atau pasar. Sedangkan Distributor

sendiri adalah pihak yang membeli produk dan menjual produk yang sama

(tidak mengolah, mengubah, atau merakitnya) kepada pihak lain. Distributor

memberikan nilai tambah dalam hal transportasi, mengemasnya supaya

mudah dikirimkan, menyimpannya untuk kepentingan pembeli, serta memberi

layanan pengiriman cepat kepada pelanggan dalam ekonomi adalah orang

yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan. Dan

konsumen adalah orang yang membeli barang atau orang yang akan memakai

barang yang dibuat oleh produsen.

Dalam pengambilan telur yang dilakukan distributor, dimana

distributor membeli telur ayam dari peternak telur ayam. Distributor sebagai

saluran pemasaran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk

tersebut dari produsen sampai ke konsumen.

67

Dokumentasi Kepala Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.

Page 59: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

44

Seperti yang dikatakan oleh distributor bapak Ardi bahwa

pengambilan telur ayam perkrat di peternakan Piyan yang bertempat di daerah

Semarang. Sistem pembelian telur ayam yang dilakukan oleh distributor

(pembeli), dan peternak (penjual), pembeli langsung ke tempat peternak telur

ayam yang berada di desa Sukoharjo Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang. Kemudian jual beli dilakukan dengan cara pembeli menyerahkan

krat kayu yang sudah kosong untuk di isi telur oleh peternak telur ayam.

Setelah krat kayu berisi telur ayam sudah siap maka selanjutnya pembeli

melakukan transaksi jual beli, pada tahapan jual beli ini pembeli tidak

mengetahui berat timbangan. Karena pada proses jual beli ini tidak adanya

perjanjian awal jika telur perkrat kurang apakah boleh ditambah telurnya atau

tidak.68

Di dalam praktek jual beli telur ayam yang dilakukan oleh peternak

telur ayam kepada distributor, terdiri dari dua praktek yaitu tidak adanya

transparansi dalam timbangan serta adanya kerugian yang dialami oleh

distributor akibat hal tersebut.

Bapak Joni mengatakan bahwa jual beli dilakukan dengan cara

pembeli menyerahkan krat kayu yang sudah kosong untuk diisi telur oleh

peternak telur ayam. Setelah itu dilakukan penimbangan secara transparan

antara penjual dan pembeli, kemudian setelah krat kayu berisi telur ayam

sudah siap maka selanjutnya pembeli melakukan transaksi jual beli. Pada

68

Wawancara bapak Ardi selaku distributor telur ayam desa Kajen, (1 Agustus

2019, pukul 12.00 WIB)

Page 60: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

45

tahapan jual beli ini tidak adanya perjanjian awal jika telur cacat apakah boleh

diganti atau ditukar. 69

Dalam jual beli telur ayam yang dilakukan oleh

peternak telur ayam kepada ditributor, terdiri dari dua praktek yaitu tidak

adanya kesepakatan tentang telur yang cacat apakah boleh diganti atau tidak,

akibat hal ini salah satu pihak ada yang merasa dirugikan.

Gambar 1

C. Sistem Penjualan Telur Ayam dari Distributor ke Toko Sembako di Desa

Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.

Proses jual beli Telur Ayam yang dilakukan oleh distributor ke toko

sembako di Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, menggunakan

sistem penimbangan sepihak. Penimbangan sepihak yang dimaksud yaitu

adanya perbedaan penimbangan antara distributor dan toko sembako, hal itu

mengakibatkan kerugian yang sering dialami oleh toko sembako. Praktek jual

beli telur ayam yang dilakukan di desa Kajen sudah berlangsung lama, salah

satunya yaitu distributor sebagai penjual dan toko sembako sebagai pembeli.

Di Desa Kajen, jual beli telur ayam masih menggunakan sistem penimbangan

sepihak. Ijab dan qabul yang terjadi dalam jual beli telur ayam tidak

memenuhi syarat dan tidak sesuai kriteria jual beli dalam Islam.

69

Wawancara bapak Joni selaku distributor telur ayam desa Kajen, (1 Agustus

2019, pukul 12.00 WIB)

PRODUSEN DISTRIBUTOR KONSUMEN

Page 61: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

46

Ibu Sutini mengatakan bahwa yang terjadi di dalam praktek jual beli

telur ayam yaitu distributor (penjual) melakukan transaksi secara langsung

dengan menyerahkan telur ayam kepada toko sembako (pembeli). Dengan

berat 10 kilo dan harga Rp. 210.000 (dua ratus sepuluh ribu rupiah) tanpa

adanya penimbangan kembali dari penjual dan pembeli secara transparan,

pembeli merasa ragu dengan berat timbangan yang dilakukan oleh distributor.

Pembeli ingin sekali mengetahui apakah berat timbangannya kurang atau

berlebihan. Timbangan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli berbeda,

timbangan penjual memakai timbangan digital dan timbangan pembeli

memakai timbangan biasa. Penjual selalu menolak dilakukannya penimbangan

ulang, hal itu dapat mengurangi jumlah telur dari perkratnya. Mereka

menganggap terlalu menyita waktu dan menyusahkan. Dengan adanya

perbedaan timbangan, pembeli merasa kecewa karena timbangan penjual

selalu kurang dari 10 kilo perkratnya.70

Menurut ibu Nur selaku pembeli telur ayam perkrat yang sudah

berjualan sepuluh tahun lebih, mengatakan bahwa setiap tiga hari sekali dia

mengirim pesan kepada penjual telur ayam untuk mengirimkan jumlah telur

yang diinginkan. Penjual merespon pembeli dengan cara datang langsung ke

toko pembeli, untuk menyerahkan 10 kilogram telur ayam perkrat dengan

kisaran harga Rp. 210.000 (dua ratus sepuluh ribu rupiah). Sepuluh kilo telur

70

Wawancara ibu Sutini selaku pemilik warung pembeli telur ayam desa Kajen, (25

Juni 2019. Pukul 12:30 WIB)

Page 62: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

47

ayam yang ibu Nur beli dari penjual kemudian ibu Nur bagi dengan

timbangan satu kiloan, setengah kiloan, dan seperempat kiloan. Timbangan

tersebut tidak mencapai 10 kilogram dan mengalami kekurangan hingga 2-3

butir telur ayam. Ketiadaan kesepakatan awal mengenai kekurangan jumlah

telur dari tiap kratnya, menjadikan ibu Nur tidak bisa mengeluh untuk

mendapatkan ganti rugi atas kekurangan jumlah telurnya.71

Adapun menurut bapak Sujairi selaku pemilik toko sembako dan

pembeli telur ayam perkrat, menerangkan bahwa praktek jual belinya

berlangsung ketika perkrat telur yang sudah kosong diletakan di depan toko

sembako. Setelah itu penjual mengambil perkrat telur ayam yang sudah

kosong dan ditukar dengan perkrat yang sudah ada telurnya. Pembeli langsung

melakukan pembayaran kepada penjual, tanpa adanya penimbangan ulang

antara kedua belah pihak, dan kesepakatan jika terjadi cacat, pecah telur atau

kurang berat timbangannya.72

Menurut ibu Ida selaku pembeli atau pemilik toko sembako

mengatakan bahwa jual beli telur ayam perkrat merupakan jual beli yang

menimbulkan keraguan. Dalam prakteknya tidak ada penimbangan ulang

antara penjual dan pembeli. Pembeli tidak tahu apakah telur tersebut benar 10

71

Wawancara ibu Nur selaku pemilik warung dan pembeli telur ayam desa Kajen,

(29 Juli 2019. Pukul 15:30 WIB) 72

Wawancara bapak Sujairi selaku pemilik warung dan pembeli telur ayam desa

Kajen, (29 Juli 2019. Pukul 19.00 WIB)

Page 63: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

48

kilo atau kurang dari sepuluh kilo dan apakah telur tersebut cacat atau tidak

cacat.73

Bapak Joni selaku distributor (penjual) telur ayam mengatakan,

sebelum mendistribusikan telur ayam kepada pembeli, penjual sudah

menimbang dahulu telur ayam dengan menggunakan timbangan digital.

Dengan berat 10 kilogram perkrat, distributor mendatangi ke setiap toko

sembako yang ada di desa Kajen. Pak Joni menawarkan telur ayam perkrat

dengan harga Rp. 210.000 (dua ratus sepuluh ribu rupiah) tanpa adanya

penimbangan ulang antara penjual dan pembeli secara transparan. Proses

pembayaran berlangsung ketika pembeli sudah menerima perkrat telur ayam

dari penjual, bahkan ada juga yang melakukan pembayaran setelah telur

perkrat dari pembeli habis terjual. Penjual tidak melakukan penimbangan

ulang karena memakan waktu yang lama, dan dapat beresiko pada telur ayam,

dimana telur ayam mempunyai tekstur yang mudah pecah. Perbedaan

timbangan yang dilakukan distributor menggunakan timbangan digital dan

toko sembako menggunakan timbangan biasa, menyebabkan timbangan

digital pas dan timbangan biasa selalu kurang.74

Bapak Ardi selaku distributor telur ayam mengatakan bahwa telur

ayam ditimbang secara bersamaan dengan kratnya. Setiap krat telah memiliki

73

Wawancara ibu Ida selaku pemilik warung dan pembeli telur ayam desa Kajen,

(30 Juli 2019, pukul 16.00 WIB) 74

Wawancara bapak Joni selaku distributor telur ayam desa Kajen, (1 Agustus 2019,

pukul 10.00 WIB)

Page 64: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

49

berat sehingga dapat mengurangi timbangan dari telur ayam. Proses penjualan

telur ayam dilakukan oleh distributor dengan cara mendatangi ke setiap toko

sembako yang ada di desa Kajen, setelah itu distributor menawarkan telur

ayam ke semua toko sembako. Distributor tidak melakukan penimbangan

ulang ketika menyerahkan telur ayam perkrat kepada toko sembako, hal itu

mengakibatkan perbedaan yang terjadi antara timbangan dari distributor dan

timbangan dari toko sembako. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan

timbangan yang dipakai ditributor berbeda dengan timbangan yang digunakan

toko sembako. Penjual menggunakan timbangan digital dan toko sembako

menggunakan timbangan biasa. Jika melakukan penimbangan ulang,

distributor khawatir berat telur ayam yang diserahkan ke toko sembako akan

berbeda sehingga dapat mengalami kerugian pada distributor.75

75

Wawancara bapak Ardi selaku distributor telur ayam desa Kajen, (1 Agustus 2019,

pukul 12.00 WIB)

Page 65: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

50

BAB IV

ANALISIS SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE

TOKO SEMBAKO PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

A. Sistem Penjualan Telur Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako

Dilihat Dari Segi Rukun

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda (barang) yang

mempunyai nilai, atas dasar kerelaan (kesepakatan) antara kedua belah pihak

sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟.76

Yang

dimaksud ketentuan syara‟ adalah jual beli tersebut harus dilakukan sesuai

dengan rukun jual beli dan syarat jual beli. Jika semuanya tidak terpenuhi

berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟. Sebagaimana telah dijelaskan

pada bab sebelumnya, dari keempat pembeli telur ayam mengatakan bahwa

jual beli yang dilakukan di Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal

masih mengandung unsur keraguan. Data di lapangan menjelaskan bahwa

setiap seminggu sekali, distributor (penjual) menyetok telur ayam yang sudah

di timbang kepada toko sembako (pembeli) dengan berat 10 kilogram, harga

Rp. 210.000 (dua ratus sepuluh ribu rupiah) dan langsung melakukan

76

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers,2002), Hlm. 68.

Page 66: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

51

pembayaran, tanpa adanya penimbangan ulang secara transparan yang

dilakukan oleh penjual dan pembeli. Hal tersebut terjadi karena ketidakpastian

waktu dari penjual. Para pembeli telah menyerahkan kepada penjual agar jujur

dan berlaku adil dalam proses penimbangan, tanpa adanya kesepakatan jika

telur cacat atau timbangan berkurang boleh diganti atau ditukar. Sistem

praktek penjualan ini telah menjadi kebiasaan masyarakat yang sering terjadi

hingga saat ini.

Dari segi rukun jual beli yang menjadi sebab transaksi dalam Islam

haruslah adanya penjual, pembeli, barang yang dijual, harga, dan ucapan ijab

qabul. Sedangkan dalam praktek jual beli yang terjadi di Desa Kajen, pembeli

belum mengetahui apakah barang yang dikirim sesuai dengan seharusnya atau

tidak dan apakah barang tersebut cacat atau tidak. Dalam suatu transaksi

perdagangan selalu melibatkan dua pihak, yaitu pembeli sebagai pihak yang

menerima barang dan penjual sebagai pihak yang menyerahkan barang.

Sebelum transaksi terjadi, kedua belah pihak harus mencapai kesepakatan dan

kerelaan mengenai berat, harga dari barang-barang yang diperjualbelikan

beserta syarat-syarat lainnya. Menyikapi hal tentang praktek jual beli yang

dilakukan di Desa Kajen ini adalah rukun jual beli yang belum terpenuhi

karena adanya penimbangan sepihak dimana pembeli tidak mengetahui kadar

barang, dan jual beli ini dikategorikan jual beli yang rusak, dikarenakan tidak

adanya transparansi tentang timbangan dan tidak adanya kesepakatan awal

jika terjadi barang yang rusak atau timbangan barang berkurang boleh

Page 67: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

52

ditambah ataupun ditukar. Sedangkan menurut mayoritas ulama jual beli yang

rusak atau fasid itu merupakan jual beli yang tidak sah meskipun pembeli

telah menerima barang tetapi tidak mempunyai hak untuk mengetahui berat

timbangan dan tidak adanya kesepekatan jika berat barang berkurang dari

timbangan maka akan ditambah barangnya.

B. Sistem Penjualan Telur Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako

Dilihat Dari Segi Syarat

Setiap akad jual beli wajib memenuhi rukun, dan syaratnya-syaratnya,

apabila tidak terpenuhi rukun dan syarat-syaranya maka tidak akan sah.77

Syarat dalam jual beli diantaranya harus adanya penjual dan pembeli, syarat

barang dan harga, dan syarat ijab qabul. Sudah menjadi rahasia umum bahwa

praktek dilapangan tentang transaksi jual beli dipenuhi berbagai unsur

ketidakjelasan dan kerugian. Karenanya setiap muslim wajib memperhatikan

syarat-syarat sah dalam jual beli, sehingga dapat melakukannya sesuai dengan

hukum-hukum syariat dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.

Realita di dalam penjualan telur ayam perkarat, pelakunya tidak terlalu peduli

dengan batasan-batasan syariat. Melalaikan ajaran agama, dan sedikitnya rasa

takut kepada Allah SWT adalah faktor yang mendorong untuk melakukan

kecurangan. Di dalam sistem penjualan telur ayam belum terpenuhinya syarat-

77

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 110/DSM-MUI/IX/2017 tentang akad jual

beli, ditetapkan pada tanggal 19 September 2017.

Page 68: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

53

syarat jual beli seperti syarat barang dan harga, salah satunya harus diketahui

kadar barang atau benda dan harga itu, begitu juga jenis dan sifatnya. Dimana

penjual sudah melakukan penimbangan barang, dan pembeli hanya menerima

hasil dari penimbangan penjual, sehingga pembeli tidak mengetahui kadar

barang, apakah kadar barang sudah sesuai kesepakatan atau tidak sesuai

kesepakatan.

Meningkatnya konsumsi mayarakat terhadap telur ayam mendorong

perusahaan peternak untuk meningkatkan produksinya, peningkatan tersebut

harus disertai dengan pelaksanaan manajemen yang baik. Oleh karena itu

diperlukan suatu sistem pemasaran dan sistem managemen yang baik.

Distributor telur mengambil langsung dari peternak, sehingga semua toko

sembako mengambil telur dari distributor seperti yang di lakukan oleh

masyarakat desa Kajen, distributor langsung datang ke toko sembako untuk

mengantarkan telur dengan berat 10 kilogram dan harga kisaran Rp. 210.000

(dua ratus sepuluh ribu rupiah) tanpa adanya penimbangan ulang dan akad

awal jika berat telur kurang dari 10 kilogram ataupun telur ayam cacat boleh

di ganti atau tidaknya. Setelah peneliti melakukan penelitian, dengan tidak

dilakukannya penimbangan ulang antara penjual dan pembeli dikarenakan

perbedaan berat timbangan. Dimana penjual menggunakan timbangan digital

yang beratnya pas dan pembeli menggunakan timbangan biasa yang beratnya

selalu kurang dari timbangan digital, sehingga akan terjadinya kerugian dari

pihak penjual jika di lakukannya penimbangan ulang antara penjual dan

Page 69: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

54

pembeli. Hal demikian sudah biasa dilakukan dalam jual beli telur ayam

perkrat di desa Kajen Talang Tegal.

Mengurangi takaran dan timbangan merupakan hal yang dilarang

dalam Islam. Orang yang tidak melakukan ketentuan yang adil dalam masalah

timbangan berarti telah menjerumuskan diri sendiri dalam hal-hal yang di

haramkan. Namun sampai saat ini, praktek penjualan telur ayam masih

dilakukan dalam jual beli yang melalui proses penimbangan maupun proses

penakaran. Padahal Allah SWT telah memerintahkan setiap muslim untuk

menyempurnakan takaran dan timbangan, seperti dalam surah Al-Isra‟ ayat 35

yang artinya “Dan Sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan

timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan

lebih baik akibatnya”. 78

Allah SWT mengkhususkan ancaman kepada

golongan orang-orang yang curang dalam takaran dan timbangan, yaitu orang

yang mengambil takaran dan timbangan sempurna untuk diri sendiri

sedangkan untuk orang lain dikuranginya. Peneliti juga menemukan tidak

adanya khiyar, Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan akad

jual beli atau mengurungkan (menarik kembali, tidak jadi jual beli), diadakan

khiyar oleh syara‟ agar kedua orang yang berjual beli dapat memikirkan

kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan

di kemudian hari lantaran merasa tertipu.

78

Al-Isra‟ (15): 35.

Page 70: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

55

Dalam hal jual beli merupakan salah satu perpindahan kepemilikan

yang dihalalkan oleh Al-Qur‟an. Islam tidak mengharamkan sesorang untuk

melakukan jual beli dengan cara apapun kecuali dengan cara yang dilarang

oleh Allah, sehingga didalamnya terdapat unsur yang mengandung penipuan

kepada pembeli, merugikan pembeli, menimbulkan kemadharatan dan lain

sebagainya. allah SWT dalam potongan surat Al-baqarah ayat 275

ب ى اهس حس ع أحن الل اهب ا

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.79

Dalam hal ini jual beli diperbolehkan apabila di dalamnya tidak

mengandung unsur riba, mahdarat, dan penipuan, sehingga dapat merugikan

salah satu pihak. Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟

ra,

سو ي سئن : اي صو ى الل عو اه ب ا الل ع زافع زض زفبعت ب ع

كن ب جن بد ن اهس ز )زا اهبصازصحح اهلسب اطب ؟ لبم: ع بس ع

اهحبكي(

Artinya: “Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ ra, bahwasannya Nabi saw. Ditanya,

„pekerjaan apakah yang paling baik?‟ Beliau menjawab, „Orang yang bekerja

dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”.80

Jual beli memiliki aturan dimana dalam jual beli harus ada syarat,

rukun, sah, batal, hak dan kewajiban, ada jual beli yang dilarang dan ada juga

jual beli yang tidak dilarang. Konsep jual beli dalam fiqh merujuk pada nash

79

Al-Baqarah (1): 275.

80 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram Min Adilatil Ahkam, (Nurul

Huda: Hadis No.800). Hlm. 158.

Page 71: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

56

(Al-Qur‟an dan Hadis) dan menerima adat masyarakat. Dalam praktik jual

beli telur yang menggunakan penimbangan sepihak dan tidak adanya akad di

awal jika telur tersebut kurang dari timbangan ataupun telur tersebut cacat

boleh di ditambah telur atau di tukar, jual beli yang dilakukan di desa Kajen

Kecamatan Talang Kabupaten Tegal terdapat unsur Tadlis.

Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak

diketahui oleh salah satu pihak, sedangkan didalam transaksi Tadlis ada tiga

hal yaitu kuantitas, kualitas (menyembunyikan keadaan barang), harga

(memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar).81

Dalam hal ini

peneliti menemukan adanya Tadlis berupa timbangan sepihak yang mana telur

ayam sudah di timbang oleh penjual dan ketidaktahuan pembeli akan berat

timbangan yang sudah ditimbang apakah sudah sesuai dengan yang dikatakan

penjual atau berkurang. Penjual yang langsung datang ke toko untuk

menyerahkan telur yang sudah ditimbang dengan langsung melakukan

transaksi pembayaran tanpa adanya penimbangan ulang dan tanpa adanya

perjanjian awal. Jika telur yang sudah ditimbang kurang dari timbangan yang

seharusnya, apakah boleh ditambah telurnnya atau tidak. Tidak adanya

perjanjian jika telur cacat apakah boleh diganti atau ditukar, sehingga

mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak dan dapat

merugikan salah satu pihak, yaitu pembeli.

81

Syaifullah, Etika Jual Beli Dalam Islam”, (Hanufa: Jurnal Studia Islamika, Vol.

1:2, Desember,2014). Hlm. 383.

Page 72: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

57

Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 282:

ا إذا تببلتي ...... د أي .......

Artinya : “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”.82

Al-Baihaqi dan Ibnu Majah dalam riwayat hadisnya menjelaskan, bahwa

dalam jual beli harus dilakukan atas dasar suka sama suka, yaitu :

تساض ع ع باهب سوي : إ م الل عو لبم زس

Artinya : “Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya jual beli itu harus atas

dasar saling merelakan”.83

Dari Al-Qur‟an dan Hadis diatas dapat diambil kesimpulan

bahwasannya semua orang boleh melakukan transaksi dan strategi dalam jual

beli termasuk jual beli telur ayam dengan kratnya, selama jual beli tersebut

tidak mengandung riba, ketidakjelasan, penipuan, dan merugikan orang lain.

Namun sedikit dari banyaknya jual beli telur ayam yang di kirim oleh

distributor (penjual) kepada pembeli mengalami kejanggalan dalam

penyetokan telor ayam kepada pembeli. Dimana penjual tidak melalukan

timbangan ulang jika timbangan kurang apakah boleh diganti atau ditambah

82

Al-Baqarah (3): 282

83 Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2016), Hlm. 24.

Page 73: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

58

telurnya dan tidak adanya akad awal jika barang cacat apakah boleh di tukar

atau di ganti.

Selain itu juga mengandung Gharar di dalamnya. Bentuk dari

transaksi Gharar adalah adanya keragu-raguan dan kebimbangan yaitu

keberadaan objek jual beli, dan jugs ketidaktahuan (sesuatu yang tidak

diketahui sifat, ukuran, jenis, dan lain sebagainya). dalam penjualan telur

ayam dengan menggunakan krat yang dilakukan di desa Kajen masih ada

beberapa yang mengandung Gharar, pasalnya dari pihak penjual hanya

menjelaskan barang tersebut yang sudah di krat tidak mau melakukan

transparansi timbangan antara penjual dan pembeli dan tidak adanya

kesepakatan tentang cacat atau tidaknya barang tersebut, apakah boleh diganti

atau ditukar. Seperti yang dialami oleh ibu Sutini terkait untuk mendapatkan

informasi yang jelas, kejanggalan dalam menyerahkan telur ayam per krat dan

penimbangan telur tanpa adanya transparansi timbangan antara penjual dan

pembeli akibatnya menimbulkan ketidakjelasan dan penipuan, karena pada

timbangan yang dilakukan oleh penjual sangat berbeda dengan realitasnya.

Begitu juga dengan yang dialami ibu Nur, terkait tidak mendapatkan

informasi yang jelas mengenai spesifikasi telur ayam per krat dan keterbukaan

masalah timbangan di desa Kajen. Bapak Sujairi dan ibu Ida juga mengalami

kejanggalan yang sama tentang pembelian telur ayam per krat di desa Kajen,

seringkali dari pihak penjual tidak mau melakukan transparansi timbangan

Page 74: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

59

dan kesepakatan jika telur kurang dari berat timbangan atau telur cacat apakah

boleh diganti atau ditukar.

Dari kejanggalan-kejanggalan yang dialami toko sembako selaku

pembeli telur ayam per krat di desa Kajen Talang Tegal di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa belum terpenuhinya rukun dan syarat jual beli, dan tidak

adanya khiyar. Distributor selaku penjual tidak menjelaskan transparansi

barang secara keseluruhan, baik dari adanya penimbangan sepihak maupun

ketika ada kecacatan barang bisa dikembalikan atau barang tidak bisa

dikembalikan. Sehingga ketika ada ketidaksesuaian barang, pembeli merasa

dirugikan dan dicurangi oleh penjual. Namun di sisi lain pembeli terpaksa

melakukan jual beli telur ayam karena dengan mengambil telur ayam di

distributor resikonya lebih kecil, dibandingkan pembeli harus mengambil telur

ayam sendiri ke peternakan yang resikonya lebih besar seperti adanya biaya

tambahan transportasi, tidak tahu tempat peternakan, menyita waktu penjual,

dan ditakutkan telur pecah selama perjalanan, sehingga membuat pembeli

terpaksa untuk melakukan penjualan telur ayam yang di lakukan distributor di

desa Kajen Talang Tegal.

Praktek penjualan telur ayam yang dilakukan di desa Kajen kecamatan

Talang kabupaten Tegal, belum sesuai dengan Fiqh Muamalah. Dikarenakan

adanya penerapan sistem penimbangan yang hanya dilakukan sepihak oleh

penjual, seperti pada proses penimbangan dan pembulatan angka hasil

timbangan. Hukum Islam melarang setiap transaksi jual beli yang

Page 75: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

60

mengandung unsur penipuan, ketidakjelasan, termasuk didalamnya

kecurangan terhadap takaran dan timbangan. Praktek seperti ini

mengakibatkan dampak yang sangat buruk dalam jual beli yaitu timbulnya

ketidakpercayaan, dan Allah Swt memberikan ancaman yang berat terhadap

perilaku mengurangi timbangan. Transaksi jual beli dalam jual beli telur

perkrat harus didasarkan pada prinsip “anta raadiin minkum‟‟ yaitu kerelaan

antara kedua belah pihak. Dalam praktek jual beli telur ayam dengan

menggunakan penimbangan sepihak yang dilakukan desa Kajen tidaklah

diperbolehkan dalam Islam, karena terdapat unsur Tadlis. Salah satu pihak

tidak mengetahui kejelasan barang, apakah sudah sesuai dengan kesepakatan

atau tidak sesuai kesepakatan. Sehingga Islam tidak memperbolehkannya,

karena didalam nya mengandung unsur penipuan dan merugikan beberapa

pembeli.

Page 76: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Ssitem Penjualan Telur

Ayam Dari Distributor Ke Toko Sembako Perspektif Fiqh Muamalah Di

Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, maka dapat di ambil

kesimpulan :

1. Sistem penjualan telur ayam yang dilakukan di Desa Kajen

Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, diawali dengan adanya

penawaran dari distributor (penjual) kepada toko sembako (pembeli)

yang kemudian terjadi akad jual beli. Dalam akad jual beli telur

tersebut pembelian 10 kilogram telur atau perkrat tanpa adanya

penimbangan ulang, dimana transaksi dilakukan secara tunai.

Penimbangan dilakukan secara sepihak oleh penjual telur ayam tanpa

diketahui oleh pembeli. Sehingga tidak ada kesepakatan tentang

khiyar aibi (apabila barang cacat atau berat telur ayam kurang dari 10

kilogram). Terdapat pembulatan angka timbangan penjual

menetapkannya sendiri tanpa kesepakatan dengan pembeli terlebih

dahulu. Jadi pembeli merupakan pihak yang dirugikan pada akad jual

beli telur ayam di Desa Kajen.

2. Sistem penjualan telur ayam yang dilakukan di Desa Kajen

Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, belum sesuai dengan aturan Fiqh

Page 77: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

62

Muamalah. Karena pada waktu penimbangan tidak di lakukan kedua

belah pihak, sehingga dikhawatirkan terjadinya tadlis

B. Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan dengan adanya sistem

penjualan dari distributor ke toko sembako dengan praktik penimbangan

sepihak di desa Kajen Kecamatan Talang kabupaten Tegal :

1. Pada proses penimbangan telur ayam, seharusnya dilakukan

penimbangan terbuka antara penjual dan pembeli, tanpa adanya

tindakan pembohongan dan ketidaksesuaian barang, penjual harus

menyadari bahwa melakukan kecurangan dalam menimbang tidak

dibenarkan dalam syari‟at. Sikap menguntungkan diri sendiri dan

merugikan orang lain akan berdampak pada munculnya

ketidakpercayaan antara penjual dan pembeli, sehingga terjadinya

keterpaksaan dalam bertransaksi.

2. Untuk pembeli yang seringkali tertipu dengan jual beli telur ayam

perkrat yang dilakukan penimbangan secara sepihak, diharapkan lebih

teliti dan lebih mencermati saat akan membeli barang yang di berikan

penjual tanpa adanya penimbangan ulang, agar terhindar dari hal-hal

yang tidak di inginkan pembeli dan hal-hal yang bisa merugikan

pembeli.

Page 78: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

63

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an/ Tafsir Al-Qur’an

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: Jabal, 2010.

2. Fiqh/ Ushul Fiqh/ Hukum/ Buku

Al-As qalani, Al-Hafidh Ibnu Hajar. 1995. Bulughul Maram Min Adilatil

Ahkam, (Nurul Huda: Hadis No. 800.)

Anwar, Imam Basyari. 1987. Kamus Lengkap Indonesia-Arab. Kediri:

Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Al-Basyari.

As Shan‟ani. 1995. Subulus Salam III terjemah Abu Bakar Muhammad.

Surabaya: Al Ikhlas

Dimyaudin, Djuawaini. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Emawati Waridah. 2017. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Bmedia Imprint

Kawan Pustaka.

Ghazaly, Abdul Rahman dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana.

Hadi. 1981. Metodologi Penelitian Research. Yogyakarta: Yayasan Fakultas

Psikologi UGM.

Hafiz Muhammad. 2019. Tadlis Penipuan. Http://belajar-ekonomi-

Islam.blogspot.com/2011/03/tadlis-penipuan.html.

Harun. 2017. Fiqh Muamalah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hidayat, Enang. 2015. Fiqh Jual Beli. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Huda Qamarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras.

Page 79: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

64

Ibnu Syurah Al-Abi Isya Muhammad Ibnu Isya, Sunan Tirmidzi juz 3, (Lidwa

Pusaka: Hadis No.1209).

Imaniyati, Neni Sri. 2002. Hukum Ekonomi Dan Ekonomi Islam Dalam

Perkembangan. Bandung: Mandar Maju.

Khallaf, Abdul Wahab. 2003. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Amam.

Mahjuddin. 1995. Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh. Pasuruan: PT.

Garoeda Buana Indah.

Moleong. 2008. Metedologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke 25 Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Nur Sunardi. 2011. Model Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:

Bumi Aksara.

Pasaribu, Chairuman dkk. 2004. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta:

Sinar Grafika.

Rasjid Sulaiman. 2008. Fiqh Islam, cet ke 84. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Rezeki, Suci Asdiana dkk. 2016. Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran

Telur Ayam Ras di Kabupaten Langkat. Jurnal Peternakan Integritatif,

Vol. 4:2.

Rifa‟i, Muhammad. 2014. Fiqh Islam Lengkap. Semarang. Karya Toha Putra

Semarang.

Royan, M Frans. 2014. Bisnis Model Kanvas Distributor. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Sabiq, Sayyid. 1987. Fiqh As-sunnah Terjemah, Jilid 12, Bandung: Al-Ma‟arif.

Page 80: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

65

Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, Jurnal Bisnis Dan Manajemen

Islam, Vol. 3:2 (Desember 2015).

Sudarto. 2018. Ilmu Fikih. Yogyakarta: Deepublish.

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Mu‟amalah. Jakarta: Raja Grafindo.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.

Syaifullah. 2014. Etika Jual Beli Dalam Islam. Hanufa: Jurnal Studia Islamika,

Vol. 1, No. 02.

Tirmidzi, Sunan. Bab Pedagang Komentar Nabi SAW. Lidwa Pusaka: Hadis

No. 1130.

3. Lain-lain

Dokumentasi Kepala Desa Kajen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.

Kholil, Muhdi. 2019. Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Penimbangan

Sepihak Dalam Jual Beli Buah Kelapa Sawit, Skripsi Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Ritma, Safitri. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pulsa

Elektrik Antara Distributor dan Agen, Skripsi Instititut Agama Islam

Negeri Purwokerto.

Saputra, Teguh Edi. 2018. Sistem Penjualan Telur Ayam Di Kandang Pada CV

Gunung Agung Kota Palembang Ditinjau Dari Fiqih Muamalah, Skripsi

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Sari, Ayu Komala. 2017. Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Telur Ayam

Tanpa Cangkang. Skripsi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

Wawancara ibu Ina pembeli, warga desa Kajen RT 14, RW 04, tanggal 30 Juli

2019.

Page 81: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

66

Wawancara ibu Nur pembeli, warga desa Kajen RT 14, RW 04, tanggal Juli

2019.

Wawancara ibu Sutini pembeli, warga desa Kajen RT 14, RW 04, tanggal 25

Juni 2019.

Wawancara pak Ardi penjual, warga desa Kajen RT 14, RW 04, tanggal 12

Agustus 2019.

Wawancara pak Joni penjual, warga desa bengle RT 12, RW 02, tanggal 12

Agustus 2019.

Wawancara pak Sujairi pemilik toko sembako dan pembeli, warga desa Kajen

RT 14, RW 04, tanggal 29 Juli.

Page 82: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

CURRICULUM VITAE

Nama : Mieke Laeladini

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 08 Juni 1996

Alamat : Desa Kajen Rt 14 Rw 04 Kecamatan Talang

Kabupaten Tegal.

Nomor Handphone : 0857 2651 9880

e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan : SDN KEBASEN 01

MTS AL-HIKMAH 02 BENDA SIRAMPOG

MA AL-HIKMAH 02 BENDA SIRAMPOG

Pengalaman Organisasi : Pengurus Dema Fakultas Syari‟ah 2018/2019

Page 83: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul

LAMPIRAN FOTO

Page 84: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 85: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 86: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 87: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 88: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 89: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 90: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 91: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 92: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 93: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 94: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 95: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul
Page 96: SISTEM PENJUALAN TELUR AYAM DARI DISTRIBUTOR KE TOKO ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7459/1/skripsi full.pdf · Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah Tanggal Ujian : Judul