sistem pengelolaan sampah perkotaan

37
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus : Pengembangan Pengelolaan Sampah Di Kota Parepare) Muhammad Aqly Satyawan* *Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke perkotaan telah menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Di satu sisi sampah merupakan bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis sehingga dibuang, disisi lain ada pihak yang menganggap sampah sebagai barang berguna. Atas dasar masalah sampah yang terjadi di daerah perkotaan tersebut, maka dilakukan penelitian agar masalah tersebut dapat teratasi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari sistem pengelolaan sampah perkotaan di kota Parepare yang dilakukan di tiga kecamatan dan 20 kelurahan dengan luas wilayah sekitar 99,33 km 2 . Data yang dikumpulkan berupa data primer yang berasal dari survai untuk mendapatkan gambaran secara langsung keadaan di lapangan dan data sekunder yang dikumpulkan melalui dinas terkait. Responden menunjukkan bahwa umur dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di kota Parepare saat ini belum memadai karena minimnya partisipasi masyarakat, lemahnya implementasi hukum dan kurangnya sumberdaya manusia yang siap terhadap kinerja pengelolaan sampah. Untuk itu dirancang sebuah sistem pengelolaan yang tepat untuk kota Parepare yaitu pengelolaan sampah dengan pola 3R+1P, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang dilakukan secara partisipasif berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Kata kunci : reduce, reuse, dan recycle, pengelolaan sampah ABSTRACT 1

Upload: muhammad-sadiqul-iman

Post on 29-Jun-2015

1.424 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus : Pengembangan Pengelolaan Sampah Di Kota Parepare)

Muhammad Aqly Satyawan*

*Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke perkotaan telah menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Di satu sisi sampah merupakan bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis sehingga dibuang, disisi lain ada pihak yang menganggap sampah sebagai barang berguna. Atas dasar masalah sampah yang terjadi di daerah perkotaan tersebut, maka dilakukan penelitian agar masalah tersebut dapat teratasi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari sistem pengelolaan sampah perkotaan di kota Parepare yang dilakukan di tiga kecamatan dan 20 kelurahan dengan luas wilayah sekitar 99,33 km2. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang berasal dari survai untuk mendapatkan gambaran secara langsung keadaan di lapangan dan data sekunder yang dikumpulkan melalui dinas terkait. Responden menunjukkan bahwa umur dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di kota Parepare saat ini belum memadai karena minimnya partisipasi masyarakat, lemahnya implementasi hukum dan kurangnya sumberdaya manusia yang siap terhadap kinerja pengelolaan sampah. Untuk itu dirancang sebuah sistem pengelolaan yang tepat untuk kota Parepare yaitu pengelolaan sampah dengan pola 3R+1P, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang dilakukan secara partisipasif berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Kata kunci : reduce, reuse, dan recycle, pengelolaan sampah

ABSTRACTAccretion of resident accompanied with urbanization current height to urban have caused its excelsior of waste volume which must be managed every day. On one hand, waste as considered as having no economic value, thus disposed, on the other hand it is viewed as useful material. Beside the problem of that waste happened in urban area, hence conducted by research. This research represent development of system management of municipal solid waste in Parepare with three district and 20 village in a region of 99,33 km2. The collected data form primary data which survai to get existing condition and the secondary data collected from various related institutions . Responden indicate that age and education level have an effect in perception of waste management . Waste management in Parepare for this time unequal because low participation, poor implementation of law and less of human source to organize

1

Page 2: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

of waste management. Therefore designed a correct waste management system for Parepare which waste management with 3R+1P, that is reduce, reuse, and recycle by participation base on enableness of society. Keyword : reduce, reuse, and recycle, waste management

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke

perkotaan telah menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola

setiap hari. Hal tersebut bertambah sulit karena keterbatasan lahan untuk Tempat

pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pengangkutan sampah ke TPA juga terkendala

karena jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang telah

tua. Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-

kaidah yang ramah lingkungan.

Sampah adalah limbah yang bersifat padat, yang terdiri dari zat atau bahan

organik dan non organik, yang dianggap tidak berguna / tidak memiliki manfaat lagi

dan harus dikelola dengan baik sedemikian rupa tidak membahayakan lingkungan.

Dewasa ini sistem pengelolaan sampah di daerah perkotaan dilakukan dengan

mengandalkan armada pengangkut sampah yang mengangkut sampah domestik dan

Industri (SDI),yaitu sampah rumah tangga, pasar, pabrik, rumah sakit, hotel,dsb dari

tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah-

sampah tersebut terdiri dari bahan organik (sisa-sisa makanan, dapur) dan bahan

nonorganik (kertas, kaca, barang pecah-belah, plastik, mika, kaleng, kain, besi dan

logam lainnya, dsbnya).

Sistem pengelolaan sampah konvensional ini,seperti terlihat pada Gambar 1,

membutuhkan sejumlah gerobak/truk pengangkut (G/T), rute transportasi truk

2

Page 3: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

sampah, dan lahan penampung sampah yang lokasinya jauh dari pemukiman

domestik, serta sejumlah insinerator (INS) untukpembakaran sampah.

Gambar 1. Sistem pengelolaan Sampah Konvensional

BatasanMasalah

Untuk mempermudah dalam memahami makalah ini, maka penulis membatasi

permasalahan yang dibahas di dalam tulisan ini. Batasan masalah tersebut antara lain

yaitu mengenai pembahasan lanjut tentang teknis oprasional pengelolaan

persampahan, membahas perencanaan pengelolaan sampah dalam perspektif

keberlanjutan, membahas lebih jauh mengenai sistem pengelolaan sampah dengan

pola 3R+1P, serta membahas pengembangan sistem pengelolaan sampah yang tepat

di kota Parepare.

Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah mengetahui definisi,

komposisi, sumber-sumber serta timbulan sampah, mengetahui teknis oprasional

pengelolaan persampahan, merencanakan pengelolaan sampah dalam perspektif

keberlanjutan, mengetahui dan menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan pola

3R+1P, serta mengetahui penentuan dan pengembangan sistem pengelolaan sampah

yang tepat di kota Parepare.

Metode Penulisan

3

Page 4: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Dalam pembuatan tulisan ini, metode yang digunakan adalah metode

kepustakaan, metode ini menggunakan buku-buku yang berkaitan serta metode

Internet, metode ini menggunakan media online sebagai bahan referensi.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Sampah

Banyak sekali pengertian mengenai sampah/limbah padat itu sendiri. Sampah

merupakan produk samping dari aktifitas manusia sehari-hari, sampah ini apabila

tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan tumpukan sampah yang semakin

banyak.  Menurut UU 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mendefinisikan

sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.   Atau bisa juga diartikan sebagai ”Sampah adalah semua buangan

yang timbul akibat aktifitas manusia dan hewan yang biasanya berbentuk padat yang

dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi (tchobanoglous, 1993)”.

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,

kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-

2454-1991).

Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan terciptanya kehidupan

yang sejahtera lahir dan batin dalam suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Pengelolaan sampah dengan paradigma yang sampai saat ini dianut tidaklah kondusif

untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Untuk dapat

melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945 tersebut pengelolaan sampah

harus melandaskan diri pada paradigma baru yang memandang sampah sebagai

sumber daya yang dapat memberikan manfaat.

4

Page 5: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Sumber-Sumber Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 menyebutkan sumber sampah adalah

asal timbulan sampah .Sumber sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna

lahan, seperti daerah perumahan, perkantoran, kawasan komersial, dan lain-lain

sehingga sumber-sumber sampah ini dapat dikembangkan sejalan dengan

pengembangan tata guna lahannya. Ada beberapa kategori sumber sampah yang

dapat digunakan sebagai acuan, yaitu :

1. Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan.

Contoh: perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.

2. Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial.

Contoh: pasar, pertokoan, hotel, restoran, bioskop, industri, dll.

3. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum.

Contoh: perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, jalan, saluran/sungai, dll.

4. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial.

Contoh: panti-panti sosial dan tempat-tempat ibadah.

5. Dari sumber-sumber lain.

Bahan Baku sampah

Pengolahan sampah

Proses Daur Ulang Pengolahan Lanjut

Konsumen

Pembuangan Akhir

5

Page 6: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Gambar 2. Proses Pembentukan Sampah

Jenis Sampah

Berdasarkan jenis sampah pada prinsipnya dibagi 3 bagian besar, yaitu :

a. Sampah padat.

b. Sampah cair.

c. Sampah dalam bentuk gas.

Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :

1. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik,

karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll, (umumnya sampah

organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan,

karton, kain, karet, kulit, sampah halaman).

2. Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungan non organik, umumnya

sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng,

alumunium, debu, logam-logam lain (Hadiwiyoto, 1983).

Laju Timbulan Sampah

Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak

diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena

itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan

sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus

dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu

standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK

SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota

6

Page 7: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-

3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi macam, jenis, dan besarnya

timbulan sampah yaitu :

1. Jenis bangunan yang ada

2. Tingkat aktivitas

3. Iklim

4. Musim

5. Letak Geografis

6. Topografi

7. Jumlah Penduduk

8. Sosial-Ekonomi

9. Perkembangan Teknologi

Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan

sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau

pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material

sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi

dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga

dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa

melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus

untuk masing masing jenis zat. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung

banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan

ketersediaan area.

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam

penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum,

banyak-konsep yang digunakan adalah:7

Page 8: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Gambar 3. Hirarki Pengelolaan Sampah

Hirarki Sampah - hirarki sampah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,

menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi

pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah.

Hirarki sampah tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi

sampah. Tujuan hirarki ini adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari

produk-produk praktis dan untuk menghasilkan limbah dalam jumlah minimum.

Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer

Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk

mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk

mereka di seluruh siklus (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam

pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk

menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan yang

diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau

menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna

setelah kehidupan serta selama manufaktur.

8

Page 9: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di

mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan

dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah

untuk membayar sesuai dari pembuang.

Sistem pengelolaan sampah terdiri dari aspek manajemen pengelolaan

persampahan, aspek pembiayaan, , aspek pengaturan, aspek peran serta masyarakat,

dan aspek teknik oprasional.

1. Aspek Organisasi Dan Manajemen

Aspek ini mempunyai peranan pokok : menggerakan, mengaktifkan dan

mengarahkan sistem manajemen persampahan kota.Sub sistem ini meliputi bentuk

serta pola organisasi dan komponen pelengkapnya, yakni persoalan serta sistem

manajemen. Struktur manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian untuk jenjang strategis, teknik maupun operasional

2. Aspek Pembiayaan

Aspek ini merupakan komponen sumber dalam arti supaya sistem mempunyai

kinerja yang baik. Sub sistem ini diatur dengan struktur pembiayaan dalam bentuk

anggaran serta alternatif sumber pendanaan.

3. Aspek Pengaturan

Aspek ini merupakan komponen yang menjaga pola / dinamika sistem agar dapat

mencapai sasaran secara efektif. Umumnya kompleksitas permasalahan justru

9

Page 10: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

diredam oleh penerbitan peraturan yang mengatur seluruh komponen yang secara

umum dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1) Sebagai landasan pendirian instansi pengelola (Dinas Perusahaan Daerah dan

lainnya)

2) Sebagai landasan pemberlakuan struktur tarif

3) Sebagai landasan ketertiban umum (masyarakat) dalam pengelolaan persampahan

4. Aspek Peran Serta Masyarakat

Dalam kondisi keterbatasan kemampuan sistem, yakni penyediaan kapasitas

kerja maupun pendanaan, maka salah satu alternatif adalah peran serta masyarakat.

Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan peran masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan membentuk program yang dilaksanakan secara terarah,

intensif, dan berorientasi kepada penyebarluasan pengetahuan, penanaman kesadaran,

peneguhan sikap dan pembentukan perilaku.

5. Aspek Teknik Oprasional

Aspek ini merupakan komponen yang paling dekat dengan obyek pengelolaan

sampah. Aspek ini terdiri dari perangkat keras, misalnya : sarana pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Disini permasalahan yang

timbul pada umumnya berkisar pada perbedaan yang jauh antara kebutuhan dan

kapasitas operasi yang dapat disediakan oleh sistem.

Tchobanolous dkk. (1993), berdasarkan 6 komponen utama dalam sistem

pengelolaan sampah terpadu, maka teknik operasional persampahan terdiri dari :

(1) penentuan/perhitungan jumlah timbulan sampah

(2) penanganan dan pengolahan sampah di sumbernya

(3) pengumpulan sampah 10

Page 11: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

(4) pemisahan, proses pengolahan dan perubahan sampah

(5) pemindahan dan pengangkutan sampah

(6) pengolahan akhir sampah.

Gambar 4. Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Timbulan Sampah

Alasan utama diperlukannya penentuan/perhitungan jumlah timbulan sampah

adalah untuk mendapatkan informasi/data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

perencanaan dan pengoperasian sistem pengelolaan persampahan terpadu yang efektif

dan efisien. Jumlah timbulan sampah bisa ditentukan berdasarkan volume (m3) atau

berat sampah (kg). Penggunaan ukuran berat sampah lebih disarankan, karena

11

Page 12: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

penggunaan ukuran volume sampah sangat dipengaruhi oleh kondisi sampah pada

saat pengukuran (dipadatkan atau tidak dipadatkan). Namun, penggunaan ukuran

volume sampah sebagai besaran timbulan sampah akan sangat berguna dalam

penentuan kapasitas lahan pengolahan akhir (landfill). Selain jumlah timbulan

sampah, hal yang perlu diketahui adalah laju timbulan sampah. Laju timbulan sampah

merupakan besaran yang digunakan untuk menjelaskan jumlah timbulan sampah

yang dihasilkan setiap orang per-hari dengan satuan berat (kg/orang/hari) atau dengan

satuan volume (m³/orang/hari). Beberapa metode penentuan/perhitungan jumlah

timbulan maupun laju timbulan sampah yang umum digunakan antara lain :

1. Load-Count Analysis

2. Material-Balance Analysis

3. Statistical Analysis

Penanganan Sampah Di Sumbernya

Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah

yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini

bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak

dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat,

dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap

selanjutnya.

Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan

(shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan

kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce).

Pewadahan

Penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini sebaiknya disediakan tempat

sampah yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Idealnya sampah

12

Page 13: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

basah hendaknya dikumpulkan dengan sampah basah, demikian pula sampah kering,

sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain sebagainya

hendaknya ditempatkan secara terpisah (Anonim, 1995).

Dalam pewadahannya sampah umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Individual : dimana disetiap sumber timbulan sampah terdapat tempat sampah.

Misalnya didepan setiap rumah dan pertokoan.

b. Komunal : yaitu timbulan sampah dikumpulkan pada suatu tempat sebelum sampah

tersebut diangkut ke TPA. Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampah

secara komunal biasanya, yaitu :

1. Depo sampah, biasanya dipergunakan untuk menampung sampah dari perumahan

padat. Depo dibuat dari pasangan bata/batu dengan volume antara 12 – 25 m3, atau

ekivalen dengan pelayanan terhadap 10 ribu jiwa. Jarak maksimum untuk

mendapatkan depo adalah 150 m.

2. Bak dengan pintu tertutup, pewadahan komunal yang paling umum. Biasanya

terbuat dari kayu atau bata atau beton dengan pintu. Kapasitas antara 1 -10 m3.

Untuk bak dengan kapasitas 2 m3 mampu melayani 2 ribu orang. Biasanya

ditempatkan di pinggir jalan besar atau ditempat terbuka.

3. Bak sampah tetap, biasanya pewadahan ini terbuat dari balok beton, perbedaan

jenis ini dengan bak pintu penutup adalah tidak adanya pintu pembuangan.

Kapasitas biasanya tidak lebih dari 2 m3.

4. Bak dari bis beton, biasanya digunakan didaerah dengan kepadatan relatif rendah,

ukuran relatif kecil dan relatif murah. Ukuran yang biasa digunakan adalah

diameter 1 m.

5. Drum 200 liter, pemanfaatan dari bekas drum minyak atau semacamnya. Bagian

dalam drum di cat dengan bitumen. Untuk jenis ini pengambilan dilakukan setiap

hari.

6. Bin baja yang mudah diangkat, biasanya dipergunakan di daerah pemukiman

kalangan atas, bin digalvanis dengan kapasitas 100 liter untuk 10 keluarga.

13

Page 14: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Tabel 1. Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah

Pengumpulan

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS.

Penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung dari daerah pelayanan, tingkat

social-ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yang dilayani. Secara umum

pengumpulan sampah digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Sistem Pengumpulan Sampah

14

Page 15: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Keterangan :

E Sumber timbulan sampah

Kendaraan pengumpul

Transfer Depo

Kendaraan Pengangkut

Wadah komunal

Dari gambar di atas dapat dilihat berbagai jalur pengumpulan, yaitu :

1. Pengumpulan individual tidak langsung

Kendaraan pengumpul (gerobak) mengambil timbulan sampah langsung dari

pengguna jasa. Kemudian diangkut ke transfer depo lalu dibawa oleh kendaraan

pengangkut (truck) untuk di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA)

2. Pengumpulan individual langsung

Kendaraan pengangkut (truk) langsung mengambil timbulan sampah dari

pengguna jasa untuk kemudian dibuang ke TPA

3. Pengumpulan komunal langsung

Pengguna jasa mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah kmunal untuk

diangkut oleh kendaraan pengangkut dan langsung dibuan ke TPA

4. Pengumpulan komunal tidak langsung

Pengguna jasa mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal

untuk dibawa oleh kendaraan pengumpul, kemudian di bawa ke transfer depo,

lalu diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA.

Pemindahan dan Pengangkutan

Pemindahan yaitu penampungan sementara sampah sebelum diangkut oleh truk.

Sarana yang digunakan dapat berupa sebuah area pemindahan, atau sebuah wadah

besar yang peletakkannya terpusat atau tersebar. Pemindahan dapat dilakukan dengan

15

Page 16: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

cara manual, mekanis, maupun gabungan dari keduanya. Tabel berikut adalah tipe-

tipe pemindahan.

Tabel 2. Tipe Pemindahan

Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi

pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir. Operasi

pengangkutan yang ekonomis ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Dipilih rute yang sependek-pendeknya dan sedikit hambatan.

b. Mempergunakan truck yang kapasitas daya angkutan maksimal yang

memungkinkan.

c. Mempergunakan kendaraan yang hemat bahan bakar.

d. Jumlah trip pengangkutan sebanyak mungkin dalam waktu yang diizinkan.

Persyaratan untuk kendaraan pengangkutan sampah adalah :

Sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan jaring.

Tinggi bak maksimum 1,6 m.

Sebaiknya ada alat ungkit.

Disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui.

16

Page 17: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Sistem pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan metode Hauled Container

System (HCS) adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya

dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pemrosesan akhir. HCS merupakan

sistem wadah angkut untuk daerah komersil. Stationary Container System (SCS)

adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa

berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat

diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal

ditujukan untuk melayani daerah permukiman.

Pola pengangkutan sampah dapat berupa langsung maupun tidak langsung.

Terdapat enam model pengangkutan sampah yang masing-masing memiliki kelebihan

dan kekurangan dalam aspek yang berbeda-beda baik dalam efisiensi waktu maupun

efisiensi daerah pelayanan. Jenis kendaraan pengangkut yang digunakan yaitu berupa

truk terbuka, dump truck, arm-roll truck, roll-on truck, multi-loader truck, compactor

truck.

Arm-roll Truck Dump Truck

Compactor Truck Truck with Separator

Gambar 6. Jenis Kendaraan Oprasional

17

Page 18: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Pengolahan

Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif

yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah transformasi fisik,

pembakaran (incinerate), pembuatan kompos (composting), Energy recovery, dan

pembuangan akhir.

Perencanaan Kegiatan Operasional Daerah Pelayanan

Perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang

tergambar dalam peta-peta sebagai berikut :

1) Peta problem minimal, menggambarkan kerawanan sampah, tingkat kesulitan

pelayanan, kerapatan timbulan sampah, tat guna lahan

2) Peta pemecahan masalah, menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas

perencanaan (alat dan personil), jenis sarana dan prasarana

Strategi Pelayanan

Mendahulukan pencapaian keseimbangan pelayanan dilihat dari segi

kepentingan sanitasi dan ekonomis, kuantitas dan kualitas pelayanan

Frekuensi Pelayanan

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi

pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut :

1) Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat

kota,kawasan pemukiman tidak teratur dan daerah komersial

2) Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan pemukiman teratur

3) Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di kota Parepare meliputi 3 Kecamatan dan 21

Kelurahan, dengan luas wilayah sekitar 99,33 km2. Penentuan lokasi didasarkan atas

18

Page 19: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk rendah yaitu kurang dari 8.000

jiwa/km2, kepadatan penduduk sedang yaitu antara 8.000 – 15.000 jiwa/km2 dan

kepadatan penduduk tinggi yaitu lebih dari 15.000 jiwa/km2 (BPS Kota Parepare

2006).

Metode Penentuan Jumlah Sampel

Berdasarkan rumus Stroin dan Bag (Fauzy 2001), dengan batas kesalahan untuk

penelitian deskriptif sebesar 10% dengan rumus :

Maka jumlah populasi kepala keluarga yang tinggal dilokasi penelitian yakni 97

kepala keluarga. Hasil jumlah kepala keluarga tersebut dibulatkan menjadi 100

kepala keluarga dengan pertimbangan untuk memudahkan perhitungan. Dengan

banyak kepala keluarga tiap kelurahan yang berbeda-beda.

Jenis dan Sumber Data :

Pengumpulan data primer :

a. Survai di lakukan dalam rangka, mendapatkan gambaran secara langsung

keadaan saat ini (existing condition) pada kelurahan terpilih dan

mengumpulkan data primer : jumlah TPS dan container

b. Wawancara dilakukan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.

Informasi yang dikumpulkan dari responden mencakup : umur dan jenis

kelamin, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,

jenis sampah yang diproduksi, dan cara membuang sampah.

c. Data primer mencakup : jumlah TPS dan container, jumlah sampah pada TPS

dan container, serta sampah organic dan sampah anorganik.

Pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data diperoleh melalui DKP Kota

Parepare dan dinas terkait.

19

Page 20: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang terdiri dari keadaan jumlah penduduk,

jumlah sampah, sampah organik dan anorganik, jumlah TPS dan container,

jumlah armada dan jumlah tenaga lapang. Data yang diperoleh diolah dengan

cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif ( Sevilla et al, 1993)

Pemodelan. Analisis model pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan

memperhatikan variabel yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Analisis

simulasi dilakukan untuk melihat perilaku dari model. Rancangan model

disusun menggunakan perangkat lunak program Powersim. (Arne et al,1996

dan Muhammadi et al, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Karakteristik rsponden diidentifikasi melalui daftar angket yang meliputi jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota rumah

tangga. Analisis regresi untuk menguji pengaruh peubah bebas (jenis kelamin dan

umur responden) terhadap peubah tak bebas (persepsi responden mengenai

pengelolaan samapah) dilakukan dengan uji t.

Hasil uji t menunjukkan berbagai macam variasi nilai signifikansi terhadap jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, serta jumlah

anggota keluarga. Apabila signifikansi berada diatas 0,05, maka tidak terdapat

pengaruh sinifikan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas.

Uji t yang dilakukan terhadap nilai signifikansi jenis kelamin memperlihatkan

bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi persepsi dalam pengelolaan sampah karena

nilai signifikansi berada diatas 0,05. Terhadap pengaruhnya pada umur ternyata

terdapat pengaruh yang signifikan antara umur terhadap persepsi dalam pengelolaan

20

Page 21: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

sampah, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh berada di bawah 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua responden, semakin memahami tentang

masalah lingkungan khususnya tentang pengelolaan samapah. Selain itu, tingkat

pendidikan juga memiliki pengaruh terhadap persepsi responden tentang pengelolaan

sampah karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia dapat semakin

memahami pentingnya pengelolaan lingkungan. Pada jenis pekerjaan, tingkat

pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh terhadap persepsi dalam pengelolaan sampah hal ini dikarenakan

signifikansi dari tiga variable tersebut di atas 0,05.

Sistem Pengelolaan Sampah Kota Parepare Saat Ini

Timbulan sampah kota Parepare terus meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk, pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Data DKP

kota Parepare tahun 2007, timbulan sampah sebanyak 153.360 m3/th atau sekitar 426

m3/hari. Jumlah tersebut berasal dari sampah rumah tangga (65,5%), sampah pasar

(15,7%), sampah pertokoan, hotel dan restoran (5,7%), sampah industry (4,8%)

sampah fasilitas umum (4,5%) dan sampah sapuan jalan (3,8%). Pengelolaan sampah

yang dilakukan saat ini dengan cara memindahkan sampah dari sumbernya ke TPA

tanpa melakukan pemilahan sampah.

Produksi Sampah, Sarana dan Aspek Manajemen

Produksi sampah kota Parepare terus meningkat seiring dengan meningkatnya

penduduk dengan segala aktifitasnya, sehingga dapat menimbulkan ketidak

seimbangan antara produksi dan kemampuan pengelolaannya. Namun jenis sampah

yang diproduksi oleh rumah tangga pada 3 kelurahan yang dijadikan lokasi penelitian

telah dilakukan pengolahan.

Sarana pengumpulan dan armada pengakut sampah yang ada ternyata tidak

sebanding dengan produksi sampah per hari masyarakat di kota Parepare, sehingga 21

Page 22: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

mesyarakat cenderung membuang sampah di sembarang tempat. Untuk itu DKP kota

Parepare perlu menambah sekitar 10 unit armada pengangkut sampah serta beberapa

sarana tempat pembuangan sampah (container, tong dan TPS) sehingga sesuai dengan

produksi sampah per hari.

Dengan berorientasi pada tujuan yang akan dicapai pada pengelolaan sampah di

kota Parepare yaitu kota yang bersih, maka manajemen sampah yang ditempuh

sebagai berikut : (1) diperlukan adanya suatu perencanaan pengelolaan sampah yang

dapat ditetapkan secara oprasional yang dapat diperhitungkan dengan berhasil guna

dan berdaya guna, (2) mengembangkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia

sesuai dengan tuntutan organisasi, (3) terdapatnya sumberdaya yang mampu

menangani dari sudut manusia, dana, srana, dan etos kerja. Berdasarkan hal tersebut,

maka pemecahan pengelolaan sampah dengan pola 3R+1P untuk mewujudkan kota

Parepare menjadi kota bersih dan dapat mengurangi ketergantungan lahan yang

dipergunakan untuk pembuangan akhir sehingga kebutuhan lahan menurun. Tujuan

akhir yang ingin dicapai dalam pengelolaan sampah adalah system manajemen yang

berbasis masyarakat yang dimulai dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah ditingkat rumah tangga.

Zero Waste dan Partisipasi

Zero waste merupakan suatu konsep yang mendukung agar segala tindakan atau

usaha sama sekali tidak menghasilkan sampah yang dapat mencemari lingkungan.

Widyatmoko dan Sintorini (2002) mengemukakan bahwa prinsip pengelolaan sampah

asal buang tanpa memilah-milah dan mengolahnya terlebih dahulu akan

menghabiskan lahan yang sangat luas sebagai TPA juga merupakan pemborosan

energy dan bahan baku yang tersedia sangat terbatas di alam. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan sampah dengan benar yakni dengan

melakukan pola 3R+1P yakni : reduce, reuse, recycle dan partisipasi.

22

Page 23: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Pola 3R+1P

Untuk mengantsipasi system pengelolaan sampah dengan pola 3R+1P kota

Parepare, maka diperlukan adanya pembenhan dan penyempurnaan yang perlu

dilakukan yakni :

Aspek sumberdaya manusia

Diperlukan adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan dinas-dinas terkait

kota Parepare. Karena system pengelolaan sampah dengan pola 3R+1P akan

memberikan manfaat kepada masyarakat sendiri, disamping untuk kebersihan

lingkungan juga sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali sesuai

kegunaannya. Partisipasi masyarakat dalam melakukan pemisahan sampah

merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan sampah perkotaan.

Selain itu diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diharapkan

siap untuk meghadapi peningkatan kinerja pengelolaan sampah dengan pola

3R+1P .

Aspek hukum

Aspek hukum yang mengatur system pengelolaan sampah kota parepare

tercantum dalam Perda Nomor 4 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Kebersihan

dan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Parepare. Perda ini perlu

dilakukan penyempurnaan dan masih lemah dalam implementasinya.

Kelemahannya tidak memuat cara-cara pengelolaan sampah yang baik yang

dilakukan masyarakat secara individual maupun secara bersama oleh pemerintah.

Disamping itu seharusnya dalam Perda tersebut memuat tentang pengelolaan

sampah akan memberikan dasar hukum terhadap tindakan atau sanksi dapat

dilakukan dalam setiap pelanggaran.

Aspek institusi

Penanganan sampah kota Parepare berada di bawah tanggung jawab DKP yang

bertanggung jawab langsung pada walikota. Namun keberadaan lembaga ini

belum efektif karena masih adanya seksi pada lembaga ini dipandang kurang

relevan, sehingga perlu penyempurnaan. Penyempurnaan yang perlu dilakukan 23

Page 24: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

antara lain yaitu dipisahkannya seksi pemakaman dan dimasukkan ke Dinas Tata

Kota dan Lingkungan Hidup. DKP Kota Parepare bertanggung jawab hanya

khusus menangani masalah kebersihan dengan tugasnya yaitu untuk menciptakan

kota yang bersih, indah, nyaman dan sehat agar menjadi tempat tinggal yang ideal

bagi penduduknya dalam bentuk : (1) kebersihan kota, (2) kebersihan jalan, (3)

kebersihan saluran-saluran air dalam sektornya dan (4) penataan taman-taman

kota.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Sampah adalah semua buangan yang timbul akibat aktifitas manusia dan hewan

yang biasanya berbentuk padat yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak

diinginkan lagi (tchobanoglous, 1993)

2. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari aspek manajemen pengelolaan

persampahan, aspek pembiayaan, , aspek pengaturan, aspek peran serta

masyarakat, dan aspek teknik oprasional

3. Teknik oprasional dalam pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari

penentuan/perhitungan jumlah timbulan sampah, penanganan dan pengolahan

sampah di sumbernya, pengumpulan sampah, pemisahan, proses pengolahan dan

perubahan sampah, pemindahan dan pengangkutan sampah dan pengolahan akhir

sampah.

4. Model pengelolaan sampah yang ideal di Kota Parepare adalah pengelolaan

sampah dengan pola 3R+1P yaitu reduce, reuse dan recycle yang dilakukan

secara partisipasif berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Karakteristik 3R+1P

yakni reduce dengan melakukan pengurangan jumlah sampah dengan

menghindari penggunaan bungkus yang berlebihan, reuse dengan melakukan

pemakaian kembali barang berdasarkan ide dan penemuannya, recycle dengan

melakukan daur ulang barang bekas sehingga menjadi barang yang bermanfaat.24

Page 25: Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Mukti, 2008. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu. (Available from URL: http: //mukti-aji.blogspot.com/2008/05/system-pengelolaan-sampah-terpadu.html,diakses tanggal 10 Maret 2010)

Anonim, 1991. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, (SNI 19-2454-1991). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonim, 2009.Pengelolaan Sampah. (Available from URL: http:// id .wikipedia.org/wiki/ index.php? title= Pengelolaan _ sampah &action=edit&redlink=1,diakses tanggal 10 Maret 2010)

Hadiwiyoto. S, 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu.Jakarta.

Jefrihutagalung, 2009. Sampah. (Available from URL: http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/06/24/sampah.html,diakses tanggal 10 Maret 2010)

Tchobanoglous. G. Theisen. H & Vigil. S.A, 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw-Hill. Singapore.

25