sistem pengapian transisto1

9
SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR Pada sistem ini signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil. Sistem pengapian transistor mempunyai keuntungan : Tidak memerlukan perawatan (penyetelan/penggantian platina) sehingga mengurangi biaya pemeliharaan. Tidak ada kontak logam dengan logam, sehingga tidak terjadi keausan dan penurunan tegangan sekunder. Gambar 1. Rangkaian Transistor A. SIGNAL GENERATOR Signal generator berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter untuk memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat. 1.Konstruksi Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada pick up coil, pick up coil kemudian

Upload: taufikriska

Post on 11-Dec-2014

117 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Pengapian Transisto1

SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR

Pada sistem ini signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan

breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk

mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil.

Sistem pengapian transistor mempunyai keuntungan :

Tidak memerlukan perawatan (penyetelan/penggantian platina) sehingga mengurangi

biaya pemeliharaan.

Tidak ada kontak logam dengan logam, sehingga tidak terjadi keausan dan penurunan

tegangan sekunder.

Gambar 1. Rangkaian Transistor

A. SIGNAL GENERATOR

Signal generator berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter

untuk memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat.

1. Konstruksi

Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada

pick up coil, pick up coil kemudian membangkitkan arus bolak-balik (AC) dan signal

rotor yang menginduksi tegangan AC di dalam pick up coil sesuai dengan saat

pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah silinder.

Gambar 2. Kontruksi Signal Generator

Page 2: Sistem Pengapian Transisto1

2. Prinsip Pembangkitan Emf

Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal

rotor melalui pick up coil. Celah udara antara rotor dengan pick up coil yang berubah-

ubah akan menyebabkan kepadatan garis gaya magnet pada pick up coil berubah.

Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini membangkitkan EMF (tegangan)

dalam pick up coil.

Gambar 3. Prinsip Pembangkitan EMF

B. IGNITER

Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh

signal generator. Signal amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus

primer ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat.

Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan bertambahnya

putaran mesin disatukan di dalam igniter. Sirkuit pembatas arus (current limiting circuit)

untuk mengatur arus primer maksimum.

Gambar 4. Rotor Position

Page 3: Sistem Pengapian Transisto1

C. PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR

1. Mesin mati

Gambar 5. Pengapian Transistor Mesin Mati

Pada saat kunci kontak ON maka arus mengalir dari battery <= R1 <= R2 <= massa.

Saat ini transistor mendapat tegangan sangat kecil sehingga tidak mampu meng “ON”

kan transistor, yang menyebabkab kumparan primer tidak dialiri arus.

2. Mesin hidup (Tegangan positif dihasilkan pada pick up coil)

Gambar 6. Pengapian Transistor Mesin Hidup

Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan berputar,

menghasilkan tegangan AC dalam pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah

Page 4: Sistem Pengapian Transisto1

positif, tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari battery, untuk menaikkan

tegangan pada titik Q di atas tegangan kerja transistor, dan transistor ON. Akibatnya

arus primer ignition coil mengalir ke transistor dari collector ke emitter.

3. Mesin hidup (tegangan negatif dihasilkan pada pick up coil)

Gambar 7. Pengapian Transistor Mesin Hidup

Bila tegangan yang dihasilkan dalam pick up coil adalah negatif, tegangan ini akan

mengurangi tegangan battery pada titik P sehingga tegangan pada titik Q turun di

bawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer terputus

dan terjadi induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder

D. MACAM-MACAM PENGAPIAN TRANSISTOR

1. IIA (Integrated Ignition Assembly)

IIA menggabungkan igniter dan ignition coil dengan distributor.

Keuntungan IIA:

Kecil dan ringan.

Tidak mengalami masalah putus sambungan, jadi keandalannya tinggi.

Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap air.

Tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitarnya.

Page 5: Sistem Pengapian Transisto1

Gambar 8. Integrated Ignition Assembly

2. DLI (Distributor Less Ignition)

DLI adalah sistem pengapian tanpa menggunakan distributor. umumnya

menggunakan sebuah ignition coil untuk dua buah busi atau sebuah ignition coil

untuk tiap-tiap busi. ECU (Electronic Control Unit) mendistribusikan arus primer ke

setiap ignition coil secara langsung dan menyebabkan busi menghasilkan percikan

bunga api listrik.

Gambar 9. Distributor Less Ignition

Page 6: Sistem Pengapian Transisto1

SISTEM KERJA PENGAPIAN CDI-AC DAN DC

Pada era sebelum tahun 2000-an, umumnya sepeda motor menggunakan sistem pengapian CDI-AC. Dan pada era tahun 2000 sampai sekarang hampir bisa dikatakan seluruh motor telah menggunakan sistem pengapian CDI-DC. Keuntungan dari sistem CDI-DC adalah tegangan yang dihasilkan lebih stabil bila dibandingkan dengan sistem pengapian CDI-AC.A. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI-AC

Pada saat magnet berputar akan menghasilkan tegangan AC dalam bentuk induksi

listrik yang berasal dari kumparan atau biasa di sebut spool. Arus listrik akan dikirimkan

ke CDI dengan tegangan antara 100-400volt, tergantung putaran mesin. Selanjutnya arus

bolak-balik (AC) yang berasal kumparan di jadikan arus searah (DC) oleh diode dan

disimpan di kapasitor pada CDI unit. Kapasitor tidak akan melepas arus sebelum

komponen yang bertugas menjadi pintu (SCR) bekerja. Bekerjanya SCR apabila telah

mendapatkan sinyal pulsa dari kumparan/pulser CDI (Pulse generator)yang menandakan

saatnya pengapian.

Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus

(discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer koil pengapian

dengan tegangan 100-400volt, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder

dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya

mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran

bensin dan udara dalam ruang bakar.

Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan

bersama dengan bertambahnya tegangan pulser (pulse generator) akibat kecepatan

putaran mesin motor.

Gambar 10. Pengapian CDI-AC

Page 7: Sistem Pengapian Transisto1

B. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI-DC

Sistem pengapian CDI-DC hampir sama cara kerjanya dengan sistem pengapian

CDI-AC, cuma pada sistem pengapian CDI-DC tegangan sumbernya berasal dari bateray

atau AKI (accu), bateray memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah inverter (bagian

dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan menjadi sekitar 350V.

Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi kondensor/kapasitor. Dan arus baru akan

dilepaskan ke koil jika telah ada perintah dari pulser CDI. Keunggulan dari CDI-DC

adalah tegangan sumbernya stabil karena berasal dari baterai (aki), berbeda dengan

pengapian sistem CDI-AC yang tegangannya naik turun ikut putaran mesin.

Gambar 11. Pengapian CDI-DC