sistem operasi dan cara kerja wind turbin type wish.pdf
TRANSCRIPT
SISTEM OPERASI DAN CARA KERJA
WIND TURBINE TIPE WES 18 MK 1.0
Alan Nazlie Haq (L2F 005 507) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstrak Meningkatnya kebutuhan manusia yang dibarengi dengan perkembangan teknologi canggih. Membuat
permintaan terhadap energi listrik terus bertambah tidak hanya di daerah perkotaan tetapi hingga ke pelosok
desa. Terbatasnya sumber daya energi untuk membangkitkan energi listrik terutama yang berbasis bahan bakar
fosil menimbulkan masalah baru. Harga bahan baku yang menjadi semakin mahal ditambah lagi kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan sebagai efek sampingnya.
Agar kebutuhan energi listrik tetap bisa terpenuhi tanpa menambah kerusakan lingkungan. Diperlukan
perangkat teknologi yang ramah lingkungan dan tentu saja dapat diperbaharui (renewable energy). Wind
Turbine (turbin angin) merupakan salah satu solusi untuk menjawab tantangan tersebut. Di Indonesia, satu-
satunya turbin angin atau dengan nama lain Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang telah On-Grid
(terkoneksi) dengan jaringan PLN hanya ada di Nusa Penida, Bali.
Meskipun masih berskala kecil (9x80 kW) namun keberadaanya telah banyak membantu mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk membangkitkan listrik. Biaya operasi yang boleh dibilang
murah karena tidak membutuhkan bahan bakar. Serta ramah lingkungan karena tidak menambah tingkat polusi
karbon di udara.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan konsumen akan energi listrik
dari hari ke hari semakin bertambah.
Keberadaan perangkat teknologi yang
menunjang hampir semua aspek kehidupan
masyarakat, memberikan peran vital yang tak
tergantikan bagi energi listrik. Tak dapat
dipungkiri, sekarang ini kita begitu
ketergantungan dengan energi listrik. Dengan
listrik memungkinkan terjadinya proses
pembangunan daerah dari kondisi
tertinggal/terpencil menjadi lebih maju.
Hal inilah yang terjadi di Kecamatan
Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi
Bali. Sebagai daerah kepulauan yang miskin
sumber daya alam, bahkan dapat dikatakan
gersang. Maka untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakatnya diperlukan perangkat
penunjang yang memadai. Keberadaan listrik
di daerah ini sangat besar manfaatnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Karena
berhubungan erat dengan perangkat teknologi
yang digunakan.
Untuk itu PT.PLN (Persero) Distribusi
Bali Area Jaringan Bali Timur membangun
Unit Jaringan Nusa yang mengelola sistem
jaringan kelistrikan di Kecamatan Nusa
Penida. Adapun untuk menyuplai listriknya
dibangun beberapa jenis pembangkit yaitu :
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/angin
(PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS).
1.2 Maksud dan Tujuan
Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan
laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Mengenal berbagai macam jenis Wind
Turbine (turbin angin) yang digunakan di
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Nusa Penida.
2. Mengetahui cara pengoperasian dan cara
kerja Wind Turbine khususnya Tipe WES
18 MK 1.0 buatan WES (Belanda).
1.3 Pembatasan Masalah
Pada laporan Kerja Praktek ini
permasalahan dibatasi pada gambaran umum
pengoperasian dan cara kerja Wind Turbine
khususnya Tipe WES 18 MK 1.0 buatan
WES (Belanda).
II. DASAR TEORI
2.1 Angin
Energi angin merupakan bentuk tidak
langsung dari energi matahari. Karena angin
dipengaruhi oleh pemanasan yang tidak merata
pada kerak bumi oleh matahari.
Angin secara garis besar dapat
diklasifikasikan sebagai angin Planetary dan
lokal. Angin Planetary disebabkan oleh
pemanasan yang lebih besar pada permukaan
bumi dekat ekuator (khatulistiwa) daripada
Kutub Utara dan Selatan
Angin lokal disebabkan dua
mekanisme. Pertama adalah perbedaan panas
antara daratan dan air. Hal ini menyebabkan
adanya angin darat dan angin laut. Kedua,
dikarenakan oleh hill and mountain sides atau
yang lebih dikenal dengan angin gunung dan
angin lembah.
Gambar 1 Angin Planetary dalam atmosfer
bumi
2.2 Sejarah Energi Angin
Dahulu energi kinetik angin digunakan
untuk menggerakkan kapal, yaitu dengan layar.
Referensi terbaru tentang wind mill terdapat
dalam tulisan Arab dari Abad IX sesudah
Masehi yang menjelaskan kincir angin yang
dioperasikan di perbatasan Persia dan
Afganistan sudah digunakan sejak beberapa
abad sebelumnya.
2.2.1 Kincir Angin Sumbu-Vertikal
Mesin ini lebih awal, kadang disebut
Persian Windmill, merupakan evolusi dari
kapal. Tekanan angin mengenai layar yang
mnyebabkan roda berputar. Jenis yang sama
digunakan di China untuk menguapkan air laut
untuk memproduksi garam di Abad XIII. Yang
terakhir di Crimea, Eropa, dan USA, yang
masih ada sampai sampai saat ini. yang paling
berhasil di awal-awal itu disebut Savonius
Windmill.
2.2.2 Kincir Angin Sumbu-Horisontal
Setelah ide kincir angin sampai Eropa,
sumbunya diubah ke arah horisontal. Mesin
semacam ini terdapat di Perancis dan Inggris
pada akhir Abad XII dan disebut post mills.
Modifikasi kincir ini terjadi di Eropa dan
Amerika, digunakan untuk menggiling
gandum, drainase, penggergajian kayu, dan
lain-lain.
Gambar 2 Jenis kincir angin sumbu-vertikal
Gambar 3 Jenis kincir angin sumbu-horisontal
2.3. Pembangkit Listrik
Kincir angin yang pertama kali
digunakan untuk membangkitkan listrik
dibangun oleh P.La Cour dari Denmark di
akhir Abad IX. Setelah Perang Dunia I, layar
dengan airfoil berpenampang melintang
menyerupai sudu propeler pesawat terbang
digunakan untuk kincir angin, yang sekarang
disebut propeller type windmill atau wind
turbine. Kincir semacam ini dibangun di Crine
dan menghasilkan listrik tegangan rendah.
Eksperimen pada kincir angin sudu
kembar dilakukan di USA, khususnya di tahun
1940, di mana dibangun suatu kincir yang
besar yang disebut Mesin Smith-Putman, yang
dirancang oleh Palmer Putman dengan asisten
dari Theodore Von Karman. Suatu pembangkit
berkapasitas 1,25 MW telah dibuat oleh
Morgen Smith Company dari York
Pensylvania. Kincir bersudu kembar dengan
diameter propeler 175 ft (55 m) bertipe rotor
dengan berat 16 ton. Dipasang di atas menara
setinggi 10 ft (34 m), dan berputar pada 28
rad/men. Salah satu sudunya patah pada tahun
1945.
Gambar 4 Contoh rancangan wind turbine
modern
2.4 Pengembangan Turbin Angin
Terbaru
Berikut ini memperlihatkan pengem-
bangan terbaru dari turbin angin, baik untuk
mesin-mesin kecil maupun yang berukuran
besar seperti di USA.
Gambar 5 Tahap dalam pengembangan turbin
angin skala besar sumbu-horisontal di USA
III. PLTB NUSA PENIDA
3.1 Gambaran Umum Kecamatan Nusa
Penida
Kecamatan Nusa Penida merupakan
kecamatan terluas dari 3 (tiga) Kecamatan
yang ada di Kabupaten Klungkung. Dengan
batas di sebelah utara dan barat adalah Selat
Badung, sebelah timur adalah Selat Lombok
dan sebelah selatan adalah Samudera
Indonesia. Kecamatan Nusa Penida merupakan
daerah kepulauan yang terdiri dari tiga buah
pulau besar yaitu Nusa Penida, Nusa
Lembongan, dan Nusa Ceningan. Secara
keseluruhan Kecamatan Nusa Penida memiliki
luas wilayah 20.248 hektar
Gambar 6 Peta Kecamatan Nusa Penida
3.2 Gambaran Umum Kondisi Lokasi
PLTB
PLTB Nusa Penida berada di Puncak
Bukit Mundi Dusun Rata Desa Klumpu atau
berada di koordinat 8º47” LS dan 122º01” BT.
Referensi data dari Badan Pusat Meteorologi
dan Geofisika serta NASA dengan rata-rata
kecepatan angin mencapai 6 meter/detik pada
ketinggian 400 meter dari permukaan laut.
Situasi lapangan
Ketinggian dataran kira-kira 400 meter
dari permukaan laut
Jarak dari perumahan penduduk
terdekat 400 meter
Hembusan angin 6 meter hingga 12
meter per detik
Tanah kapur
Suhu udara rata-rata 26oC
VI. WIND TURBINE TIPE WES 18 MK 1.0
4.1 Spesifikasi Umum
Turbin Angin
Rancangan : Sesuai dengan NEN 6069
Sertifikasi : CIWI
Kec. angin min : 3 m/s
Kec. angin nominal : 12 m/s
Kec. angin max : 25 m/s
Kec. angin puncak : 60 m/s
Daya nominal : 80 kW
Tegangan : 400 V + 10 %
Frekuensi : 50 Hz
Tipe turbin angin : Kec. variabel
Rotor
Jumlah sudu : 2
Posisi rotor : Menghadap arah angin
Sudut sumbu utama : 7 o terhadap
horizontal
Diameter : 18 meter
Luas sapuan : 254 m2
Kec. Putar : Variabel 60 – 120 rpm
Pengaturan daya Pasif : penyetelan sudut sudu
Aktif : variable system mutator
Sudut flapping : 180o - 164
o
Arah putar : clockwise
Lokasi bearing utama : di gearbox
Gearbox
Jumlah tingkat : 2
Rasio : 1 : 2
Pengaman rem : ada
Sudu
Panjang satu sudu : 8 meter
Berat satu sudu : 90 kg
Material : Carbon fiber epoxy
Dudukan sudu : Fleksibel
Generator
Type : Asinkron
Daya nominal : 80 kW
Jumlah kutub : 4
Tegangan nominal : 230/400 V
Frekuensi : Variabel : 40 – 80 Hz
Berat : 475 kg
Proteksi : IP 55
Yaw Sistem
Sistem : Aktif
Sinyal didasarkan pada : Arah angin
Penggerak :Motor listrik dengan gear
Daya yaw – motor : 550 watt
Kecepatan Yaw : 1,2 o / detik
Controller
Kontrol oleh : PLC
Pengaman
Sistem pengaman I : Putar sudu
secara pasif
Aktifasi : kecepatan rotor ( 110 rpm )
Sistem pengaman II : Gelang
keluar dari angin
Aktifasi : kecepatan rotor ( 120 rpm )
Getaran berlebih.
Kegagalan anemometer atau arah
angin
Kegagalan di kontrol PLC.
Pemadaman jaringan.
Temperatur tinggi di generator /
inverter.
Kegagalan di sistem gelang.
Sistem penghentian rotor: Pin di
sumbu putaran tinggi ; untuk maksud
servis.
Aktifasi : manual.
Berat
Nacel dan rotor : max. 3000 kg
Rotor : max. 900 kg.
Interkoneksi Jaringan
Konverter Type Konverter : Unidrive SPM
Prinsip Konverter : AC – DC – AC
Jumlah IGBT : 12
Jumlah diodes : 12
Filter jaringan : Low pass filter
Sinkronisasi : Sinkron dengan
jaringan.
Proteksi : Beban berlebih.
Distribution Transformer
Kapasitas : 100 KVA
Arus tanpa beban : 2,5 %
Impedansi : 4,0 %
Total rugi-rugi : 2070 Watt
Volume oli : 210 liter
Berat : 850 kg
Tipe dudukan : Pole
Proteksi : Arester dan CO 20KV
Tower
Type : Bolted Lattice Self Supporting
Tinggi : min. 30 meter
Material : Profil baja di hot dip
galvanised ST. 37 / SS 400.
Gambar 7 Wind turbine
tipe WES 18 MK 1.0
Gambar 8 Single line diagram PLTB
Gambar 9 Block diagram wind turbine sistem
interkoneksi PLTB 80 kW dengan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM)
Cara kerja dari wind turbine ini
dimulai dengan berputarnya rotor akibat
menerima energi kinetik angin yang mengenai
sudu (baling-baling). Kecepatan angin minimal
yang dapat memutar sudu adalah 3 m/s.
Perputaran rotor menjadi penggerak mula bagi
generator untuk merubah energi kinetik
menjadi energi listrik.
Listrik yang dihasilkan oleh generator
asinkron di nacelle adalah alternating current
(AC) tiga fasa. Dari generator tersambung
kabel fleksibel yang berfungsi untuk
menghantarkan arus ke junction box setelah itu
terhubung ke panel control.
Panel control adalah tempat
mengkonversi AC menjadi DC kemudian di-
AC-kan kembali untuk dihubungkan dengan
sistem interkoneksi jaringan tegangan
menengah (JTM) 20 kV.
Output dari panel control kemudian
masuk ke dalam panel metering untuk diukur
tegangan, arus, frekuensi, daya dan parameter
lainnya. Panel control dan panel metering
terletak di dalam rumah daya (power house)
Setelah dari melalui panel metering
selnajutnya terhubung ke transformator step-up
untuk kemudian interkoneksi dengan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) 20 kV milik
PT.PLN.
Gambar 10 Wiring diagram instalasi
wind turbine
4.2 Rotor
Rotor merupakan komponen utama
yang berfungsi sebagai penggerak mula
generator. Terhubung dengan sudu (blades)
sebanyak dua buah yang ketika menerima
energi kinetik angin akan memutar rotor. Rotor
dikopel dengan generator yang terdapat di
dalam nacelle. Kecepatan putar rotor berkisar
antara 60-120 rpm tergantung dari kecepatan
angin yang diterima (antara 3-25 m/s). Rotor
menghadap arah angin dengan sudut sumbu
utama sebesar 7o dari horizontal. Rotor
berputar searah dengan jarum jam (clock wise).
Gambar 11 Rotor dan nacelle tampak dari
samping
4.3 Sudu (Blades) Perangkat yang berfungsi untuk
menangkap energi kinetik angin adalah
sudu (blades). Pada wind turbine WES 18
MK 1.0 terdapat sepasang sudu dengan
panjang 8 meter tiap sudu. Terbuat dari
bahan serat karbon (carbon fiber) yang
diperkuat dengan epoxy, tiap sudu
memiliki berat sekitar 90 kg. Saat berputar
menghasilkan luas sapuan sebesar 254 m2
dengan diameter 18 m. Pada saat
beroperasi tiap sudu (blades) dapat
melakukan flapping (melipat) dalam
kisaran 180o-165
o.
Flapping adalah sebuah mekanisme
yang mengatur sudu agar dapat bekerja
secara optimal. Ketika rotor dalam kondisi
OFF kemudian dihidupkan (ON) maka
rotor akan menyesuaikan dengan
parameter angin yang diterima sensor.
Kedua sudu dapat melakukan flapping
secara otomatis sebagai respon terhadap
data paremeter angin (kecepatan) yang
dikirim sensor. Agar diperoleh tangkapan
angin yang optimal , kedua sudu akan
flapping hingga 180o. namun ketika
kecepatan angin sudah mencapai ambang
batas yang diperbolehkan maka kedua
sudu secara otomatis akan flapping hingga
164o. Rotor yang berputar diperlambat
dengan adanya rem (mechanical braking)
kemudian rotor akan OFF. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kerusakan sudu
akibat hempasan angin.
Gambar 12 Sudu (blades) tampak dari
samping
4.4 Gearbox
Angin memiliki kecepatan yang tidak
konstan kadang kencang kadangkala pula
sepoi-sepoi. Hal ini berpengaruh besar
terhadap kecepatan putar rotor yang dihasilkan.
Untuk mengantisipasi itu dibutuhkan
mekanisme alat yang dapat memanipulasi
kecepatan putar. Pada wind turbine ini dipakai
sistem gearbox 2 tingkat dengan ratio 1:2.
Sehingga ketidakstabilan kecepatan angin
dapat diminimalisir dampaknya dengan
bantuan gearbox.
Gambar 13 Gearbox
4.5 Generator
Wind turbine WES 18 MK 1.0
menggunakan generator tipe asinkron
dengan jumlah kutub 4 buah. Tegangan
nominal yang dihasilkan 230-400 volt,
bolak-balik (AC) tiga fasa. Daya nominal
yang dihasilkan sebesar 80 kW dan
frekuensi bervariasi antara 40-80 Hz serta
menggunakan proteksi IP55.
Gambar 14 Generator wind turbine WES 18
MK 1.0
4.6 Sistem Sensor
Gambar 15 Anemometer dan Windvane
Sistem sensor yang dimaksud disini
adalah kombinasi kinerja anemometer dan
windvane. Kedua alat tersebut dipasang di
nacelle untuk membantu operasional turbin
angin. Anemometer berfungsi untuk mengukur
kecepatan angin sementara windvane untuk
mengetahui arah angin.
4.7 Yaw System
Perubahan arah rotor dan perputaran
nacelle diatur oleh sebuah perangkat yang
dinamakan yaw system. Komponen utama
dalam yaw system adalah motor listrik, sensor
twist, yaw switch, dan brake (rem). Sumber
tenaga untuk menjalankan yaw system diambil
dari panel control yang dihubungkan oleh fixed
cable melalui junction box.
Motor listrik yang digunakan memiliki
daya sebesar 550 W dengan kecepatan yaw
1,2o/detik. Fungsi motor untuk memutar
nacelle sesuai dengan arah angin atau yang
disebut dengan proses Yawing. Ketika rotor di-
OFF-kan maka akan yawing keluar dari arah
angin sebaliknya bila di-ON-kan rotor akan
yawing searah jarum jam untuk mencari arah
angin.
Gambar 16 Yaw system
4.9 Top Box
Top box merupakan tempat konektor
sistem sensor (anemometer dan windvane),
kontrol PLC, dan kabel data ethernet. Segala
informasi tentang parameter angin yang
sebelumnya telah diukur oleh sistem sensor
terlebih dahulu masuk kesini (top box). Data
tersebut kemudian dikirimkan ke Human
Machine Interface (HMI) di panel control
melewati kabel ethernet.
Gambar 17 Top Box
4.10 Junction Box
Fungsi utama dari junction box adalah
sebagai penghubung antara nacelle dengan
panel control. Kabel fleksibel dari generator
berakhir disini untuk kemudian diteruskan oleh
fixed cable ke power house. Suplai daya untuk
yaw system dan sistem sensor (top box) juga
terhubung disini yang berasal dari panel
control. Posisi dari junction box berada di
antara nacelle dan power house yaitu
menempel di tower.
Gambar 18 Letak Junction Box
4.11 Panel Control
4.11.1 Generator Konverter Kontaktor
Kontaktor ini berfungsi menghubung-
kan arus bolak-balik (AC) yang telah
dibangkitkan oleh generator ke konverter di
panel control. Generator menghasilkan daya
tiga fasa yang nilainya sangat bergantung dari
kecepatan putar turbin angin. Sebelum masuk
ke sistem JTM, arus AC disearahkan dalam
panel control oleh konverter.
4.11.2 Generator Drive
Generator Drive adalah konverter yang
mengubah arus AC menjadi DC atau sering
dikenal dengan sebutan rectifier. Adapun
spesifikasi dari Generator Drive yang
terpasang di Panel Control ini adalah bertipe :
SPMD 1401 90/110 kW; I/P : 462-713 V
219,0A; O/P: 0-480 V, 180/202 A.
4.11.3 Regen Drive
Regen Drive adalah konverter yang
memiliki fungsi berlawanan dengan Generator
Drive. Sebagai inverter yang mengubah arus
DC menjadi AC . Adapun spesifikasi dari
Regen Drive yang terpasang di Panel Control
ini adalah bertipe : SPMD 1421 90/110 kW;
I/P : 462-713 V 222 A; O/P: 0-480 V, 180/205
A.
4.11.4 Regen Induktor
Perangkat ini adalah sebuah
transformator penaik tegangan (step-up) serta
filter input dari Regen Drive. Regen Induktor
merupakan trafo tiga fasa dengan Voutput = 750
V, f = 50 Hz dan Irms = 180 A. Memiliki nilai
induktasi per fasanya sebesar 0,33 mH dengan
kelas isolasi = H bobot sekitar 120 kg.
4.11.5 Capasitor Filter
Pada proses konversi dari DC menjadi
AC dikenal adanya rugi-rugi switching. Rugi-
rugi switching merupakan akibat dari
manipulasi gelombang arus searah (DC) yang
dibuat menjadi bolak-balik. Untuk mengurangi
rugi-rugi tersebut salah satu caranya adalah
dengan menggunakan filter. Filter berupa
kapasitor berfungsi untuk menapis rugi-rugi
switching yang memiliki frekuensi rendah.
Capasitor Filter yang terpasang di Panel
Control ini ada dua buah dengan nilai
kapasitansi sebagai berikut : 3x77 µF dan
3x48,1 µF.
4.11.6 By Pass Kontaktor
Kontaktor ini berfungsi
menghubungkan arus bolak-balik (AC) dari
Regen Induktor ke Switching Frequency Filter.
4.11.7 Switching Frequency Filter
Filter ini berupa induktor yang
berupa kumparan tiga fasa dengan fsistem = 50
Hz. Nilai induktansinya sebesar 0,165 mH per
fasa, Irms= 180 A, Insulation Class = F dan
berat sekitar 37 kg. Filter yang berupa induktor
umumnya digunakan untuk menapis rugi-rugi
switching dengan kisaran frekuensi tinggi.
4.11.8 Grid Konverter Kontaktor
Kontaktor ini berfungsi
menghubungkan arus bolak-balik (AC) dari
Switching Frequency Filter ke Main Fuse.
4.11.9 Main Fuse
Perangkat ini berfungsi untuk
memproteksi hantaran arus listrik dari atau ke
Panel Control. Pada operasionalnya, selain
menghasilkan energi listrik sistem wind turbine
ketika tidak bekerja (off) tetap membutuhkan
suplai listrik. Digunakan pasokan dari jala-jala
PLN untuk menyalakan sistem kontrol
parameter angin. Main Fuse ini memiliki
spesifikasi arus antara 10-25 kA dan V = 415
V.
4.11.10 Yaw Motor MCB
Perangkat ini berisi sejumlah MCB
yang berfungsi untuk mengatur kinerja Yaw
Motor yang berada di Nacelle. Mekanisme
kontrolnya menggunakan PLC (Programmable
Logic Control) sehingga pengoperasian Yaw
Motor bisa berjalan otomatis. Dan
memungkinkan operator untuk terus
melakukan pemantauan di power house.
4.11.11 Kipas
Kipas berfungsi sebagai sistem
pendingin pada Panel Control yang terdiri dari
dua buah kipas di pintu kiri dan kanan panel.
Spesifikasi kipas adalah sebagai berikut : 230
V; 50/60 Hz; 0,65/0,95 A; 155/212 W.
Gambar 19 Block diagram Panel Control
4.12 Panel Metering
Perangkat ini berfungsi untuk mengukur
parameter listrik yang dihasilkan PLTB berupa
tegangan (V), frekuensi (f), arus (A), dan
energi listrik (kWh). Di bawah ini dapat dilihat
diagram blok dari panel metering.
Gambar 20 Block diagram Panel Metering
4.13 The Human Machine Interface (HMI)
Sistem kendali wind turbine
dilakukan melalui the Human Machine
Interface (HMI) yang ditempatkan di pintu
panel control. Pada HMI data yang
ditampilkan berdasarkan kondisi turbin dan
angin. Dengan HMI, wind turbine dapat
distart dan stop serta melakukan RESET.
Gambar 21 Display HMI
4.14 Perangkat Pencatat Data D PLTB 8
PLTB Tipe Wes 18 MK 1.0 dilengkapi
dengan sistem pencatatan data digital yang
membantu proses pemantauan parameter ukur
wind turbine. Sistem ini dibangun oleh PT.
GUNA ELEKTRO yang terdiri dari
seperangkat alat ukur beserta perangkat
lunaknya. Penjelasan lebih lanjutnya
dijabarkan di bawah ini.
Tipe : D PLTB 8
Pemakaian : PLT Bayu Interkoneksi
dengan Jaringan Tegangan Menengah
Keuntungan :
1. Data dapat dikirim setiap waktu
2. Bisa mendapatkan ”Real Time Data”
3. Data bisa diolah ke dalam bentuk grafik
4. Disimpan dalam komputer
Teknis :
Daya Input : 10 VA
Tegangan : 220 V/ 1 phasa
Frekuensi : 50 Hz
Jaringan Komunikasi : GSM
Kapasitas Data : 8 saluran
Sistem Informasi : Real Time dan e-mail
Jenis Data :
Daya Aktif
Daya Reaktif
Tegangan
Frekuensi
Energi Terproduksi
Kecepatan Angin
Arah Angin
Gambar 22 Pencatat data D PLTB 8
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
adalah salah satu jenis pembangkit
listrik non konvensional yang
menggunakan sumber energi
terbarukan yaitu angin.
2. PLTB Nusa Penida mampu
menghasilkan daya listrik sebesar 80
kW per unitnya.
3. Wind Turbine WES 18 MK 1.0 secara
garis besar terdiri dari turbin angin
(nacelle), interkoneksi jaringan dan
tower.
4. Wind Turbine WES 18 MK 1.0
menggunakan perangkat konverter
untuk menghasilkan output generator
yang konstan.
5. Wind Turbine WES 18 MK 1.0
menggunakan sistem yawing untuk
menempatkan nacelle sesuai arah
angin yang dideteksi sistem sensor.
6. Wind Turbine WES 18 MK 1.0
menggunakan perangkat pencatatan
data digital D PLTB 8
7. Pengoperasian Wind Turbine WES 18
MK 1.0 dapat dilakukan dengan sistem
kendali Human Machine Interface
(HMI)
8. Prosedur perawatan (maintenance)
Wind Turbine WES 18 MK 1.0
meliputi aspek sipil, mekanis, dan
elektris.
5.2 Saran
1. Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu di Indonesia perlu terus
digalakkan terutama pada daerah-
daerah yang memiliki potensi tenaga
angin.
2. Transfer teknologi pembuatan wind
turbine seharusnya bisa dilakukan oleh
insinyur-insinyur Indonesia sehingga
tidak perlu lagi meng-impor dari luar
negeri.
3. Untuk Petugas agar bisa menyediakan
referensi materi kajian PLTB yang
lebih lengkap agar mahasiswa kerja
praktik tidak mengalami kesulitan
dalam mempelajari wind turbine.
4. Menambah fasilitas yang mendukung
untuk kerja praktik seperti: sarana
transportasi, tempat tinggal yang dekat
dengan lokasi dan akses internet.
5. Semoga ada generasi penerus dari
mahasiswa Teknik Elektro UNDIP
yang mengambil kerja praktik di Nusa
Penida.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjanarsa, Astu dan Nursuhud, Djati.,
Mesin Konversi Energi, Penerbit
ANDI, Yogyakarta, 2006.
2. El-Wakil, M.M., Powerplant
Technology, McGraw-Hill Co.,
Singapore, 1984.
3. A.Sorensen, Harry., Energy
Conversion System, John Wiley&Sons
Inc., United State, 1983.
4. Warne, D.F., Wind Power Equipment,
E.&F.N.Spon Ltd, London, 1983.
5. Wildi, Theodore, Electrical Machines,
Drives, and Power System, Prentice-
Hall.Inc., New Jersey, 1997.
6. Rashid, Muhammad Harunur, Power
Electronics Circuits, Devices, and
Applications, Prentice-Hall.Inc., New
Jersey, 1988.
7. Sapiie, Soedjana dan Nishino, Osamu.,
Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik,
PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.
8. Buku Panduan PLTB 80 kW
Interkoneksi dengan JTM. PT Guna
Elektro. 2005
9. Pengoperasian Sistem Pencatatan Data
untuk PLT Bayu Interkoneksi dengan
Jaringan Tegangan Menengah. PT
Guna Elektro. 2005
10. Data Unit Jaringan Nusa. PT.PLN
(Persero) Distribusi Bali Area Jaringan
Bali Timur Unit Jaringan Nusa. 2008
11. Kecamatan Nusa Penida dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Klungkung. 2007
BIODATA PENULIS
Alan Nazlie Haq dilahirkan di Kandangan,
Kalimantan Selatan pada tanggal 17 April
1987, menempuh pendidikan SDN Melayu 5
Banjarmasin, SLTPN 6 Banjarmasin, SMUN 1
Banjarmasin, dan sampai saat ini masih
menempuh pendidikan Strata-1 di jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Semarang konsentrasi Ketenagaan.
Semarang, Maret 2008
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. AGUNG WARSITO, DHET
NIP 131 668 485