sistem moneter internasional

82
SISTEM MONETER INTERNASIONAL (KONVENSIONAL) Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter yang dibimbing oleh Navik Istikomah SE, M.Si Disusun oleh: ( Kelompok 4 ) Diki Saputra (1102020) Dani Kurnia (1104449) Ananta Putri Laksmita (1200142) Istiqomah Dewi Listyani (1200213) Acep Mulyana (1203473) Winda Noviana Canigia (1203488) Tiara Eka Putri (1204500)

Upload: dedep92

Post on 11-Dec-2015

602 views

Category:

Documents


109 download

DESCRIPTION

Makalah tentang Sistem Moneter Internasional

TRANSCRIPT

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

(KONVENSIONAL)

Makalah

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter

yang dibimbing oleh Navik Istikomah SE, M.Si

Disusun oleh:

( Kelompok 4 )

Diki Saputra (1102020)

Dani Kurnia (1104449)

Ananta Putri Laksmita (1200142)

Istiqomah Dewi Listyani (1200213)

Acep Mulyana (1203473)

Winda Noviana Canigia (1203488)

Tiara Eka Putri (1204500)

SEMESTER 5

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat

dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran Allah

SWT, karena hanya dengan kerido’an-Nya makalah dengan judul “Sistem

Moneter Internasional (Konvensional)” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Ekonomi Moneter, Semester 5 tahun ajaran 2014-2015 yang dibimbing

Navik Istikomah SE, M.Si.Makalah ini pun disusun guna pemahaman dan

pendalaman materi dari mata kuliah tersebut.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai

pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada segenap pihak yang telah membantu serta mendukung penyusunan

makalah ini.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan

kesalahan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Bandung, 25 November 2014

Penyusun,

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk

semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas

negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing

ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem

moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi

perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap

perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan

pengaturan sistem kurs tukar. Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga

abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut.

Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada

saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian

semua negaradan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi

optimal. Melalui tugas ini kami akan membahas kajian teori dan perkembangan

system moneter internasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Moneter Internasional ?

2. Bagaimana tahapan perkembangan Sistem Moneter Internasional ?

3. Apa yang dimaksud dengan Kurs Valuta Asing ?

4. Bagaimana cara pembayaran Internasional ?

5. Mengenal International Monetary Fund.

6. Bagaimana solusi yang tepat dalam menghadapi tantangan Moneter

Internasional?

7. Bagaimana kontribusi IMF terhadap moneter Internasional ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Sistem Moneter Internasional.

2. Untuk mengetahui tahapan perkembangan Sistem Moneter Internasional.

3. Untuk mengetahui Kurs Valuta Asing.

4. Untuk mengetahui cara pembayaran Internasional.

5. Untuk mengetahui tentang Internasional Monetary Fund.

6. Untuk mengetahui solusi tepat dalam menghadapi Moneter Internasional.

7. Untuk mengetahui kontribusi IMF terhadap moneter Internasional.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk

semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas

negara dilaksanakan. Beberapa para ahli mendeskripsikan pengertian Sistem

Moneter Internasional, yaitu :

• Sistem Moneter Internasional (SMI) menunjukkan seperangkat kebijakan,

institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat

dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lain (Shapiro,

1992).

• SMI sering diibaratkan jaringan lampu lalu lintas, di mana setiap pelaku

menganggapnya tidak ada masalah kecuali lampu tersebut rusak atau mati

(Rivera-Batiz, 1989)

Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembayaraan internasional

diantaranya sebagai berikut :

Pembeli (Importir) dan penjual (eksportir) terpisah oleh batas Negara.

Adanya perbedaan mata uang pada masing-masing Negara.

Komunikasi antarnegara dengan teknologi mutakhir begitu cepat, namun

pengangkutan barang terutama yang berbobot berat, tinggi dan berukuran

besar masih menyita waktu.

2.2 Tahapan Perkembangan Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,

praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di

tukarkan dengan mata uang yang lain.

2.2.1 Gold Standart System (Sistem Standar Emas)

Sistem moneter internasional yang berlaku sampai dengan terjadinya perang

dunia adalah sistem Gold Standart (standar emas). Sistem ini merupakan sistem

yang paling lama berlakunya di antara sistem-sistem moneter lainnya. Sistem

standar emas dimulai sekitar tahun 1870 hingga 1914. Di bawah sistem standar

emas, sistem moneter internasional sifatnya sangat desentralisasi dan berbasis

pasar. Sistem standar emas internasional pertama kali muncul di Inggris.

Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan

industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang

pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini

diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara.

Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan suatu sistem

yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia pertama.

Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran

yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya

menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau

Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk

menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata

uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas

terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai

uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.

Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934)

negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem

moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang

kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas.

Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah

keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931

Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh

dolar Amerika dan sistem standar emas mulai ditinggalkan sebagai sistem

moneter internasional.

Meskipun pada akhirnya sistem ini gagal, namun sistem ini memiliki

kelebihan. Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata

uang fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan

pemerintah menjaga integritas mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan

tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang baru,

karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan

standar emas, nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa

seenaknya menambah jumlah uang yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh

suplai emas. Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-

negara di dunia memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang

berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu. Selain itu, dalam

sistem standar emas, defisit atau surplus neraca pembayaran tidak akan

berlangsung lama dan nantinya akan kembali ke keadaan seimbang lagi.

Akan tetapi di samping keuntungan atau kelebihan yang dimilikinya, sistem

standar emas dalam prakteknya mengalami beberapa kemelahan. Stabilitas kurs

valuta asing biasanya diikuti oleh ketidakstabilan tingkat harga. Dengan kurs

valuta asing yang relatif sangat stabil tersebut, disekuilibrium neraca pembayaran

mengakibatkan timbulnya aliran emas masuk atau keluar. Hal ini mengakibatkan

meningkatnya (atau menurunnya) jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah

uang yang beredar ini mampu mengakibatkan ketidakstabilan pada tingkat harga

dan tingkat kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, jika ada aliran emas masuk,

maka tingkat harga dan kegiatan ekonomi cenderung naik. Sebaliknya, jika ada

aliran emas yang keluar, maka tingkat harga akan menurun dan diiringi oleh

kenaikan tingkat pengangguran.

Kelemahan selanjutnya adalah mekanisme penyeimbangan kembali neraca

pembayaran dalam prakteknya sering tidak selancar yang diungkapkan dalam

teori. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan pemerintah negara yang

bersangkutan untuk tidak mematuhi aturan permainan sistem standar emas.

Apabila terjadi “gold outflow” misalnya, seharusnya jumlah uang yang beredar di

dalam negeri juga menurun.akan tetapi, mengingat bahwa menurunnya jumlah

uang yang beredar mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan angka

pengangguran dalam negeri, pemerintah yang neraca pembayaran negerinya

mengalami defisit cenderung untuk mengambil tindakan yang berlawanan dengan

aturan permainan tersebut. Pemerintah cenderung berusaha menghalang-halangi

penurunan jumlah uang yang beredar dengan melalui berbagai kebijaksanaan

moneter ekspansi, misalnya menurunkan diskonto bank sentral, menurunkan legal

reserve ratio, melaksanakan open market buying, dll.

2.2.2 Periode Perang Dunia (1914-1944)

Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang

dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan

internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925

(kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919).

Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar

emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul

dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara mencoba untuk 

mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga mereka). Tarif,

kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat volume

perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner

dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk

perang dunia II

2.2.3 Bretton woods system (1944-1973)

Bretton woods system sebuah institusi sistem yang mana muncul ketika pasca

perang dunia kedua ketika dimana dunia membutuhkan sebuah institusi sistem

moneter yang mana mampu untuk meng-handle pertumbuhan ekonomi dunia

pasca terjadi perang yang berkecamuk. Jika kembali mengamati kondisi moneter

internasional sebelum hingga pasca perang dunia ke 1 disini terjadi beberapa kali

peningkatan perekonomian yang mana selalu menimbulkan apa yang dinamakan

dengan penurunan yang mendadak sehingga menimbulkan apa yang dinamakan

dengan dengan great depression. Dapat disadari disini pasca perang merupakan

masa yang paling berat yang harus dihadapi oleh perekonomian dunia. Dan

kebangkitan perekonomian negara-negara yang terlibat perang, seperti

peningkatan produksi bahan makanan dan industri, akan membuat produksi global

meningkat cepat, ja uh melebihi kebutuhan.ini terjadi ketika rekronstruksi pasca

perang dunia II dimana GDP perkapita negara Eropa barat di tahun 1950 yang

ekuivalen dengan keadaan Amerika serikat di tahun 1905. Dan keadaan ini

menimbulkan sebuah upaya proteksi dan devaluasi terus menerus oleh setiap

negara eropa barat dengan tanpa memperhatikan perekonomian negara yang laen

oleh sebab itu sebanyak 44 negara berkumpul di Desa Bretton Woods, New

Hampshire, Amerika Serikat (AS), tepatnya pada 1-22 Juni 1944.

Pertemuan panjang tersebut, yang antara lain dihadiri John Maynard Keynes

dari Inggris dan Harry Dexter White dari AS, akhirnya mengambil putusan untuk

membangun Sistem Bretton Woods, di mana pendirian International Monetary

Fund/ IMF menjadi salah satu pilarnya.Sistem moneter baru tersebut mendasarkan

diri pada sistem nilai tukar tetap terhadap dolar AS, sedangkan dolar AS dikaitkan

dengan emas, di mana setiap 1 ons emas (sekitar 30 gram) ditetapkan harganya

kira-kira sebesar USD28.35.Dengan cara ini, nilai tukar antarmata uang di luar

dolar AS juga menjadi tetap.dengan diberlakukannya sistem ini terjadi

peningkatan pendapatan perkapita dinegara- negara Eropa yang menjadi dua kali

lipat daripada sebelumnya.Konferensi tersebut juga melahirkan Bank Dunia dalam

bentuk International Bank  for reconstruction and Development (IBRD) serta

organisasi perdagangan dunia (semula dirancang dalam bentuk International

Trade Organization), yang kemudian muncul dalam bentuk General Agreement in

Tariffs and Trades (GATT) pada 1947. 

Baru pada 1995, World Trade Organization (WTO ) terbentuk. Sistem nilai

tukar yang sedemikian mendasarkan diri pada premis bahwa setiap negara harus

menjaga keseimbangan neraca pembayarannya. Jika terjadi ketidakseimbangan

neraca pembayaran (terutama ekspor-impor), perlu dilakukan langkah perbaikan,

baik yang sifatnya sementara (misalnya dengan bantuan IMF) maupun bersifat

lebih struktural, yaitu melalui devaluasi atau revaluasi.

Pasca perang dunia II mendorong sebuah pertumbuhan pemikiran moneter

yang mendorong ke arah pembentukan sistem moneter ini. Alhasil disini sistem

Bretton Woods memberikan sebuah semangat baru bagi seluruh perekonomian

dunia ini terbukti dengan adanya peningkatan perekonomian

Jepang. Perekonomian Jepang meningkat delapan kali lipat dalam jangka waktu

hanya duapuluh lima tahun.disini mengapa dapat terjadi sedemikian rupa? Jepang

disini bertransformasi perekonomian dengan sangat cepat ketika terjadi perang

Korea ditahun 1950an.Entah disini disebabkan oleh Amerika Serikat atau

tidak, namun kenyataan yang ada dimana disini pasca perang Korea orang jepang

mendapatkan sebuah ilmu,metode baru, membuat industri baru, menentukan

pangsa pasaran ke luar negeri,sehingga mendorong  menjadi kekuatan utama

di dalam prekonomian dunia. Di sini industri Jepang melakukan sebuah terobosan

metode baru yang lebih menerapkan prinsip dari Fordisme dimana Fordisme tidak

lain adalah sebuah motode manajemen industri yang berazaskan assembly

line atau sering disebut metode ban berjalan dalam proses produksi yang bersifat

massal. Konsep tersebut menggambarkan proses ekonomi produksi dengan cara

membagi proses produksi ke dalam ratusan atau bahkan ribuan unit kecil.

Dengan cara tersebut menurut Ford, ongkos dapat diminimalkan dan

keuntungan akan dapat segera dimaksimalkan. Perusahaan Jepang pun mengikuti

penerapan kinerja fordisme tersebut. Honda dan toyota, merupakan salah satu

perusahaan yang menerapkan konsep ini melakukan sebuah reformasi kerja yang

mengandalkan keberadaan buruh terlatih namun murah. Apa yang terjadi didalam

perekonomian Jepang juga terjadi didalam perkonomian Amerika Serikat dan

negara Eropa barat yang lain. Amerika Serikat, memperoleh peningkatan

pendapatan perseorangan sebesar 75 persen dan disini orang amerika memperoleh

kemakmuran seperti yang mereka idamkan sebelumnya. 

Namun jika dibandingkan dengan Eropa dan Jepang percepatan

perekonomiannya tidak begitu cepat karena yang kita ketahui disini Jepang dan

Eropa memperoleh percepatan perekonomian yang mencengangkan karena

tingginya ekspektasi warga mereka untuk berpastisipasi di dalam perkonomian.

Amerika Serikat yang notabene telah menerapkan prinsip fordisme mulai menata

kembali perekonomiannya pasca terjadinya great depression. Disini meski

fordisme merupakan salah satu penyebab terjadinya great depression, warga

amerika tetap menerapkan sistem ini namun disini diterapkan kembali adanya

peran pemerintah sebagai regulator dan stabilitator perekonomian seperti apa yang

telah di idekan oleh John Maynard Keynes. Di sini terjadi pergeseran peran

Amerika Serikat yang mana berubah menjadi pengatur kinerja pasaran dunia yang

membuat seluruh dunia harus berkiblat kepada perekonomiannya. Dengan adanya

sebuah peningkatan perekonomian yang terjadi. Dapat dilihat ekspektasi terhadap

sistem Bretton woods memberikan sebuah dorongan yang cukup signifikan untuk

mengembangkan perekonomian dunia.

Terdapat tiga aspek yang mana menimbulkan terjadinya sebuah pembentukan

sistem bretton woods ini. Yang pertama dapat kita lihat melalui kondisi politik

dan ekonomi. Sebelum terjadinya perubahan sistem menuju ke arah bretton

woods, dunia ini masih menetapkan emas sebagai standart moneter dunia. Dan

peraturannya cukup simpel dimana yang dimaksud dengan standart emas disini

adalah setiap mata uang suatu negara didukung oleh kuantitas emas yang dimiliki

oleh bank sentral negara tersebut. Standar emas disini terkait dengan sirkulasi

uang logam yang mana terjalin didalam koneksi perekonomian sebuah negara.

Tujuan utama dari sistem uang pemerintahan yang menurut sejarah telah ada

untuk menyediakan seigniorage atau laba pembuatan uang, bagi pemimpin

pemerintahan dalam rangka menyediakan mereka kekuatan pembelian umum

selama masa genting, khususnya pemimpin-pemimpin menggunakan tampuk

pimpinan mereka untuk membatasi dan oleh sebab itu tidak dapat menaikan pajak

untuk mengeksekusi pembelaan ikatan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

negara mereka. Standar emas menggantikan standar uang logam emas pada abad

17-19 di Barat sebagai perang pembelaan tertentu yang diperluas kepada standar

uang logam emas yang sudah tidak lagi layak fungsinya. Sejarah yang sama

menaikkan standar sebuah emas di Cina sejak abad ke 9 hingga awal abad ke 17.

Kemudian mulai timbul sebagaimana terjadi pada perang-perang besar

sebelumnya dibawah standar emas, pemerintahan Inggris menggantungkan nilai

tukar uang kertas dari Bank of England pada emas, di tahun 1914 untuk

membiayai operasi militer dalam perang dunia pertama. Pada akhir peperangan,

Inggris berada pada seri peraturan kesanggupan nilai tukar, yang meng-kurs-kan

Permintaan Uang Postal dan Surat-surat Perbendaharaan Negara, yang mana

berbeda dari Surat-surat Perbendaharaan Negara Amerika Serikat. Pemerintahan

Amerika mengambil ukuran yang sama. Setelah perang, Jerman yang banyak

kehilangan emasnya dalam perampasan, tidak sanggup lagi untuk meneruskan

percetakan uang logam “Reichsmarks” dan beralih pada nilai tukar uang kertas,

meskipun Republik Weimar kemudian memperkenalkan “rentenmark” dan

kemudian membuat sisi uang logam yang seluruhnya berlapis emas dalam

usahanya untuk mengontrol hiperinflasi. Oleh sebab itu muncul sebuah ide untuk

menggeser peranan standar emas menuju ke arah mata uang yang memiliki

fleksibilitas yang lebh luwes, dan akhirnya dipilihlah dolar sebagai pengganti

emas tersebut.

Yang kedua terdapat dirkursus ekonomi yang mana Setelah perang dunia

kedua, sebuah sistem yang sama pada standar emas didirikan oleh perjanjian

Bretton Wood. Dibawah sistem ini banyak negara-negara yang memiliki nilai

harga emas relatif tetap menukar uangnya pada dollar Amerika. Amerika berjanji

untuk menetapkan harga emasnya pada $35 per ons secara implisit, lalu semua

mata uang memancangkan pada dollar juga memiliki nilai tetap dalam artian

emas. Dibawah pemerintahan President Perancis, Charles de Gaulle sampai tahun

1970, Perancis menurunkan cadangan dollarnya, memperdagangkan mereka untuk

emas dari pemerintahan Amerika, hal itu telah mengurangi pengaruh luar negri

pada ekonomi. Hal ini, sejalan dengan ketegangan pengeluaran keuangan dari

Lyndon Johnson’s Great Society dan perang Vietnam, telah mengantar President

Richard Nixon untuk menyingkirkan harga tetap emas pada tahun 1971 yang

menyebabkan hancurnya sistem tersebut.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Bretton Woods system antara lain,

dalam sistem ini terdapat kesetaraan nilai tukar uang (fixed currency), selain itu

sistem ini juga mengkombinasikan kebebasan ekonomi dengan integrasi terhadap

ekonomi internasional dengan kata lain nilai mata uangnya juga menjadi lebih

stabil, ekonomi negara-negara yang mengikuti Bretton Woods system

berkembang dengan pesat yang berujung pada perbaikan terhadap international

finance setelah kehancuran pada saat Perang Dunia II.

Kelemahan sistem Bretton Woods adalah bahwa IMF tidak dapat menekan

negara yang mengalami surplus untuk meningkatkan nilai mata uang atau

melakukan kebijakan moneter yang ekspansif. Akibatnya sistem Bretton Words

tidak dapat digunakan lagi dan jatuh pada tahun 1971.

2.2.4 Periode Baru (1973-sekarang)

Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara

kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc

Perancis, dan Swiss berfluktuasi tergantung dari permintaan dan pernawaran.

Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan campur tangan

di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya

apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing

cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing.

Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli

valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di

sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di  mana bank

Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing. Lima negara

Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia)

mengadakan pengaturan secara tersendiri. Kurs tetap berlaku di antara mereka,

tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten

kurs semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilkan fluktuasi yang

menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.

Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya

dengan  dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang

yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting

dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan

campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik

Dana Moneter Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan

dasar mata uang Dolar.

2.3 Kurs Valuta Asing

2.3.1 Pengertian Valuta Asing

Valuta Asing atau valas merupakan alat pembayaran yang digunakan dalam

transaksi Internasional. Wujud dari Valuta Asing tersebut adalah berupa mata

uang asing. Dalam peredarannya di Internasional Valuta asing tidak semata-mata

dapat langsung dipakai untuk pembayaran Internasional, tetapi harus ditukarkan

terlebih dahulu dengan mata uang yang berlaku secara Internasional.

Valuta Asing merujuk kepada mata uang yang dibuat atau dikeluarkan oleh

negara lain yang dapat digunakan dalam negeri. Valuta Asing bukan merupakan

alat pembayaran yang sah untuk digunakan didalam negeri, namun Valuta Asing

merupakan alat pembayaran yang dapt digunakan untuk membiayai transaksi

ekonomi dan keuangan Internasional. Valuta Asing akan memiliki arti yang

sebenarnya apabila mata uang tersebut dapat diperdagangkan tanpa pembatas

sehingga dapat diterima diberbagai negara.

Mata uang yang sering digunakan dan berlaku sebagai alat pembayaran dalam

transaksi kauangan dan perdagangan internasional disebut hard currency, yaitu

mata uang yang nilainya kuat dan relatif stabil serta mengalami apresiasi atau

kenaikan nilai terhadap mata uang lain. Contoh dari hard currency adalah mata

uang-mata uang dari negara-negara maju seperti Dollar($) Amerika, Yen(¥)

Jepang dan (€)Euro. Sedangkan mata uang yang nilainya lemah dan relatif kurang

stabil nilainya serta jarang digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi

perdagangan internasional disebut soft currency. Mata uang yang termasuk soft

currency ini sering megalami depresiasi atau penurunan nilai mata uang terhadap

mata uang lain. Contoh mata uang yang soft currency adalah mata uang dari

negara-negara berkembang seperti Rupiah(Rp) Indonesia, Bath(฿) Thailand,

Kyat(K) Myanmar, Peso(₱) Filipina.

Bagi para importir Indonesia yang mau membayar impor barang dari luar

negari harus menukar mata uang rupiah terlebih dahulu di bursa valuta asing atau

Money Changer dengan mata uang yang hard currency seperti dollar Amerika

sesuai dengan nilai kurs yang berlaku.

Total Valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang

pada umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat

diketahui dari posisi Balance Of Payment (BOP).

Makin banyak Valas yang dimiliki oleh pemerintah atau penduduk pada suatu

negara maka makin besar kemampuan negara tersebut dalam melakukan transaksi

ekonomi dan keuangan internasional.

2.3.2 Pasar Valuta Asing

Pasar valuta Asing menurut David K. Eiteman (2003, p94) adalah suatu

kesepakatan antara penjual dan pembeli bahwa jumlah tertentu suatumata uang

diserahkan pada nilai tukar tertentu untuk mendapatkan mata uang lain.

Pengertian pasar valuta asing (Hamdy Hadi, 2006, p62) dapat diartikan

sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem dimana perseorangan, perusahaan

dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melalui

pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas

valuta asing.

Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan valuta asing :

1. Pergerakan nilai tukar valuta

2. Bisnis yang semakin mengglobal

3. Tujuan perusahaan untuk melakukan perdagangan valas

4. Perkembangan telekomunikasi yang pesat

5. Perkembangan perangkat komputer yang pesat

6. Terbentuknya produk valas baru

7. Keuntungan yang diperoleh di pasar valas yang meningkat sehingga

membuat banyak pihak tertarik untuk terjun dipasar ini.

2.3.3 Perkembangan Sistem Kurs

Berdasarkan perkembangan sistem moneter internasional sejak berlakunya

Bretton Woods system tahun 1947, dikenal 3 macam sistem penetapan kurs (Forex

Rate) yaitu :

2.3.3.1 Sistem Kurs Tetap atau Stabil (Fixed Exchange Rate System)Sistem ini mulai diterapkan pasca perang dunia kedua yang ditandai dengan

digelarnya konferensi internasional mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di

Bretton Woods. New Hampsire Amerika Serikat pada tahun 1944.

2.3.3.2 Sistem Kurs Mengambang atau BerubahSetelah runtuhnya sistem kurs tetap maka timbul konsep baru yaitu Floating

Exchange Rate System. Dalam sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak bebas.

Nilai tukar valuta ditentukan oleh keuatan permintaan dan penawaran valuta

tersebut di pasar. Dalam prakteknya ada 2 jenis Floating Exchange Rate System

yaitu :

Free Floating Exchange Rate System

Dalam sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakan sepenuhnya

tergantung oleh permintaan dan penawaran di pasar. Bank Sentral tidak

melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.

Pada sistem ini nilai tukar tidak mempengaruhi cadangan devisa negara, itu

karena begitu ada perubahan penawaran dan permintaan akan berdampak

langsung pada naik-turunnya nilai tukar valuta.

Managed (Dirty) Floating Exchange Rate System

Berbeda dengan sistem diatam dalam sistem ini bank Sentral dapat melakukan

intervensi ke pasar guna mempengaruhi pergerakan nilai valuta asing. Bank

sentral melakukan intervensi ini biasanya disebabkan karena ada pergerakan kurs

valas yang dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut

sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat yang lebih buruk lagi.

Pada sistem ini naik turunnya cadangan devisa ditentukan oleh ada tidaknya

intervensi bank sentral ke pasar.

2.3.3.3 Sistem Kurs TerikatSistem nilai tukar ini diterapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata

uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata

uang tertentu.

Salah satu variasi dari Pegged System dikenal sebagai CBS(Currency Board

System) atau Sistem Dewan Mata Uang sebagai pengganti sistem bank sentarla

yang diteapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter seperti

Argentina dan Rumania serta Hong Kong yang masih menggunakan CBS yang

dilaksanakan dengan cara mengikatkan dan menetapkan nilai tukar tetap antara

mata uangnya dengan hard currency tertentu didasarkan kepada jumlah uangnya

yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya.

2.3.4 Sistem Kurs Valuta Asing

Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 1999, bank Indonesia diberi

kewenangan untuk menentukan sistem nilai kurs yang berlaku. Dalam penentuan

sistem kurs valuta asing ada tiga cara yang digunakan yaitu sebagai berikut.

2.3.4.1 Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Kurs tetap adalah nilai kurs mata uang dalam negeri yang ditetapkan besarnya

oleh pemerintah terhadap mata uang asing. Seperti Dollar Amerika berdasarkan

standar emas, artinya pemerintah menjamin mata uangnya dengan emas. Sebagai

contoh, pemerintah menetapkan Rp.10.000,- = $ 1 Amerika.

Kelebihan dari sistem kurs ini adalah nilai tukar mata uang akan stabil, akan tetapi

kelamahannya adalah pemerintah harus menyediakan cadangan devisa (emas)

yang cukup besar untuk menjaminnya.

2.3.4.2 Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)

Kurs mengambang adalah kurs yang nilai kurs mata uang yang besarnya

ditentukan oleh kekuatan pasar atau permintaan dan penawaran mata uang asing.

Dalam sistem kurs ini mata uang dalam negeri akan mengalami fluktuasi artinya

mata uang dalam negeri dapat mengalami kenaikan ataupun penurunan terhadap

mata uang asing. Jika permintaan dalam negeri terhadap mata uang asing (dollar

Amerika) naik maka nilai dollar Amerika akan naik terhadap mata uang dalam

negeri (rupiah), akan tetapi jika permintaan atau yang membeli dollar Amerika

turun maka nilai dollar Amerika juga akan turun. Sedangkan apabila penawaran

atau yang menjual mata uang asing (dollarAmerika) naik maka akibatnya nilai

dollar Amerika akan turun. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian dalam

sistem kurs mengambang penentuan tinggi rendahnya kurs mata uang ditentukan

oleh tinggi rendahnya permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut.

2.3.4.3 Kurs Distabilkan (Managed Exchange Rate)

Kurs distabilkan atau mengambang terkendali merupakan kombinasi dari kurs

tetap dengan kurs mengambang. Dalam sistem kurs ini pemerintah bila dipandang

perlu ikut campur tangan menstabilkan kurs jika kurs mata uang asing (dollar

Amerika) nilainya terlalu tinggi , sedangkan nilai rupiah terlalu rendah. Apabila

nilai rupiah terlalu rendah terhadap dollar Amerika maka pemerintah melalui

Bank Indonesia akan menjual dollar Amerika di pasar uang untuk mengurangi

laju depresiasi atau penurunan nilai rupiah agar nilai dollar Amerika menjadi

turun. Karena kalau dibiarkan akan merugikan dan memberatkan para importir,

pengusaha yang bahan bakunya impor, dan masyarakat pengguna produk impor.

2.3.5 Kebijakan Kurs

Devaluasi artinya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing atau valuta asing, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor dan menambah devisa negara serta untuk mencapai surplus dalam neraca perdagangan.

Revaluasi artinya kebijakan yang dilakuakn oleh pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing atau valuta asing.

Apresiasi artinya keadaan meningkatnya atau menguatnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing atau valuta asing, melalui mekanisme pasar.

Depresiasi artinya keadaan menurunnya atau melemahnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing atau valuta asing, melalaui mekanisme pasar.

Spread adalah selisih antara kurs jual dan kurs beli. spread ini merupakan keuntungan bagi mereka yg berspekulasi di pasar valas. Karena kegiatan spekulasi inilah maka valas menjadi komoditi dan bukan lagi sebagai alat tukar atau alat pembayaran dalam perdagangan internasional.

2.4 Cara Pembayaran Internasional

2.4.1 Cash In Advance/Prepayment/Advance Payment

Cash in advance adalah suatu cara pembayaran yang dilakukan

pembeli/importir kepada penjual/eksportir sebelum barang dikapalkan.

Pembayaran ini dilakuakn secara tunai  baik secara keseluruhan (full payment)

atau sebagian (partial paymen) karena beberapa alasan berikut:

a) Permintaan atas produk melebihi penawaran produk.

b) Penjual dan pembeli belum saling mengenal dan kurang saling percaya.

c) Dalam situasi darurat, misalnya peperangan

d) Mata uang negara importir termasuk mata uang lemah (soft currency)

yang beresiko tinggi.

2.4.2 Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)

Sistem pembayaran ini adalah kebalikan dari sistem ” Advance Payment ”

dimana dalam hal ini yang menanggung resiko adalah eksportir sedangkan yang

mendapat fasilitas kredit atau penangguhan bayaran adalah importir. Sistem

pembayaran ini mekanismenya dimulai dimana pihak eksportir mengirim

barangnya lebih dahulu sebelum adanya pembayaran apapun dari pihak importir.

Dalam sistem pembayaran ini pihak eksportir memberikan kredit (seller

credit) kepada pihak pembeli (importir). Setelah barang dikirim, eksportir akan

mengirim commercial invoice kepada importir. Dalam commercial invoice

tersebut tercantum, antara lain tanggal berapa pihak importir harus membayarnya,

biasanya dicantumkan juga clause yang menyatakan pembayaran mendahului

tanggal tersebut diberi discount (potongan harga). Cara pembayaran ini lazim

dipakai apabila pihak eksportir mengenal baik bonafiditas pihak importir.

Sistem pembayaran ini dapat terjadi apabila :

a) Ada kepercayaan penuh antara eksportir dan importir

b) Barang-barang dan dokumen akan langsung dikirim kepada pembeli

c) Eksportir kelebihan dana

d) Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang

transfer pembayaran impor tersebut kedalam rekening eksportir

Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain :

a) Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan membayar.

b) Dalam hal importir tidak membayar, eksportir akan kesulitan dalam

membuktikannya di pengadilan karena tidak ada bukti-bukti

c) Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir.

d) Kelemahan sistem pembayaran ini yaitu, bahwa pihak eksportir tidak

mendapat perlindungan karena tidak adanya kepastian dari pihak importir

untuk membayar barang dagangan yang telah dikirimkannya.

2.4.3 Konsinyasi (Consignment)

Konsinyasi merupakan sistem pengiriman barang-barang ekspor pada

importer di luar negeri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh ekspotir

sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga yang telah ditetapkan

oleh eksportir, barang-barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada

eksportir.

Dalam sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan

importir hanya merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual.Hal ini terjadi

karena pengiriman barang belum menemukan ada pembeli yang tertentu di LN.

Penjualan barang di luar negri dapat dilaksanakan melalui Pasar Bebas ( Free

Market) atau Bursa Dagang (Commodites Exchange) dengan cara lelang dan bila

kita berkunjung ke department store maupun toko–toko yang menjual berbagai

macam produk dengan kapasitas besar, maka seringkali kita berpikiran apakah

toko tersebut tidak bermasalah dengan stok yang tidak habis terjual atau stok yang

menumpuk dan tidak dapat dikembalikan ke supplier.

Penjualan dengan system konsinyasi merupakan proses penyerahan barang

oleh pemilik barang kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual,

namun hak kepemilikan atas barang tersebut tetap berada di tangan pemilik

sampai barang tersebut telah dijual ke customer akhir oleh agen penjual.

A. Proses Konsinyasi

Cara pelaksanaan lelang pada umumnya sebagai berikut :

(1) Pemilik barang menunjuk salah satu broker yang ahli dalah salah satu

komoditi.

(2) Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama mengenai

jenis dan jumlah serta mutu dari barang tersebut.

(3) Broker menawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya,

harga transaksi ini disampaikan kepada pemilik barang.

(4) Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah disesuaikan

dengan situasi pasar serta serta kondisi perkembangan dari barang yang

akan dijual. Harga ini akan menjadi pedoman bagi broker untuk

melakukan transaksi.

(5) Jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang

mendapat tawaran dari pembeli yang sana atau yang melebihi harga lelang.

(6) Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar

lelang secara bawah tangan

(7) Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggota yang

tergabung dalam salah satu commodities exchange untuk barang-barang

tertentu.

(8) Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh pihak

yang diwakilinya.

B. Tata Cara Konsinyasi

Sistem penjualan ini sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat secara umum

dengan istilah yang berbeda-beda. Ada yang mengenalnya dengan istilah titip jual.

Caranya adalah dengan menitipkan produk yang hendak kita jual di toko-toko

lain. Sebelum membahas lebih dalam mengenai penjualan konsinyasi, ada baiknya

kita mengenal beberapa isitlah yang terkait dengan system penjualan konsinyasi

antara lain:

(1) Consignor: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan pihak

yang memiliki barang.

(2) Consignee: Merupakan cara penyebutan untuk pihak yang menerima

titipan barang dari Consignor untuk dijualkan.

(3) Consignment-out: Merupakan akun yang digunakan oleh Consignor untuk

mencatat jumlah persediaan yang dikonsinyasikan ke Consignee.

(4) Consignment-in: Merupakan akun yang digunakan oleh Consignee untuk

mencatat transaksi yang berhubungan dengan barang milik Consignor

yang dititipkan kepada Consignee.

2.4.4 Pembayaran Tunai

Metode pembayaran secara tunai dapat dipandang sebagai kebalikan dari

metode rekening terbuka. Dengan cara pembayaran tunai ini, pembayaran

dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau menunggu diterimanya kabar

bahwa barang telah dikapalkan oleh eksportir. Cara pembayaran seperti ini

mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :

a) Untuk pembelian barang tersebut, importir harus menyediakan dana,

walaupun barang yang dibelinya belum diterimanya.

b) Dengan cara ini, importir menanggung beberapa macam resiko. Yaitu

resiko mengenai sesuai tidaknya barang yang akan datang dengan barang

yang dipesan, resiko keterlambatan datangnya barang dan resiko yang

timbul dari jujur tidaknya pihak eksportir.

Dengan demikian, cara semacam ini tidak banyak dipakai dalam perdagangan

internasional. Cara pembayaran semacam ini biasanya disyaratkan oleh eksportir

dimana importir belum dikenal oleh eksportir atau dimana eksportir kurang

percaya akan kredibilitas importir.

Ada beberapa metode pembayaran transaksi internasional secara tunai, yaitu

dengan menggunakan :

2.4.4.1 Wesel Bank atas tunjukBiasa disebut bankers sight draft, dapat didefinisikan sebagai surat perintah

yang dibuat oleh bank domestik yang ditujukan kepada bank korespondennya di

negara lain untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebutkan dalam surat

wesel, kepada si pembawa surat wesel atau kepada pihak tertentu seperti yang

disebutkan di dalamnya.

(1) Telegraphic Transfer

Biasa disingkat dengan menggunakan singkatan T/T, prinsipnya tidak berbeda

dengan wesel bank atas tunjuk seperti yang diuraikan diatas. Perbedaan antara

kedua cara pembayaran tersebut hanya terletak pada cara yang dipergunakan

untuk mengirimkan berita kepada pihak payee. Kalau surat wesel bank,

pemberitahuan kepada payee biasanya dilakukan dengan menggunakan

pengiriman lewat pos, sedangkan transaksi telegraphic transfer berita pembayaran

dikirimkan lewat telex. Dengan sendirinya pengiriman berita perintah pembayaran

teresebut oleh pihak bank domestik sebagai drawer dilakukan dengan

menggunakan kata-kata sandi.

(2) L/C Tunai

Merupakan suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank dimana bank

memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut

dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah

uang tertentu yang harus dibayar bilamana diminta. Pembayaran dengan

menggunakan L/C tunai ini biasanya dilakukan dalam keadaan dimana importir

tidak mau membayar harga barang yang diimpornya sebelum barang yang

dipesannya meninggalkan negara pengekspor dan dimana eksportir menolak

mengirimkan barang ke negara pengimpor sebelum ia memperoleh kepastian atas

terselenggaranya pembayaran dengan segera.

(3) Traveler’s Letter of Credit

Merupakan surat dagang dimana bank memberikan otoritas kepada seseorangg

seperti yang ditunjuk dalam L/C tersebut untuk menarik surat wesel atas tunjuk

terhadap bank yang mengeluarkan L/C dengan cara menunjukan L/C tersebut

kepada pihak bank korespondensinya di negara lain. L/C semacam ini banyak

dipergunakan oleh pedagang-pedagang yang keluar negri dengan maksud

berbelanja barang-barang dagangan berupa barang-barang kelontong.

(4) Traveler’s Check

Banyak digunakan oleh wisatawan. Travelers Checktersebut oleh para

wisatawan dapat ditukarkan dengan mata uang negara dimana travelers check

tersebut diuangkan atau ditukarkan dengan mata uang lainnya tergantung kepada

aturan aturan yang berlaku di negara bersangkutan, pada bank-bank atau bahkan

mungkin juga dapat langsung dibelanjakan di toko-toko besar dinegara tertentu

yang lembaga-lembaga finansialnya sudah cukup maju.

Pada azasnya, travelers check merupakan surat wesel yang ditarik oleh

sebuah bank yang memerintahkannya dirinya sendiri untuk membatarkan

sejumlah uang atas tunjuk kepada orang yang namanya dicantumkan dalam

travelers check tersebut.

Agar travelers check diterima oleh kebanyakan bank di negara lain, perlu

dipenuhi syarat : (1) adanya kepercayaan yang cukup besar dari bank-bank di

berbagai negara terhadap bank atau lemaba keuangan yang menerbitkan travelers

check tersebut, (2) nilai yang tercantum dalam travelers check dinyatakan dalam

mata uang kuat dan (3) travelers check tersebut tidak mudah dipalsu.

(5) International Money Order

Mirip dengan banker’s sight draft , perbedaanya yang pokok ialah kalau

dalam banker’s sight draft bank yang menarik surat wesel harus memiliki saldo

pada bank yang bertindak sebagai drawee, dalam money order hal itu tidak

diperlukan. Untuk transaksi money order biasanya transfer yang harus dibayar

oleh pihak pengirim uang relatif sangat rendah.

(6) Cek Perorangan

Dalam artian yang luas, yang dimaksdu dengan cek perorangan meliputi

disamping cek yang dikepuarkan oleh orang perorangan juga cek yang

dikeluarkan lembaga-lembaga non-bank. Bagi pengirim, pembayaran dengan cara

ini sangat menguntungkan. Disamping mudah, penerbitan rekeningnya di bank

tendensinya memakan waktu cukup lama. Dari penerima dilain pihak, transaksi

seperti ini kurang menguntungkan, sebab untuk menguangkannya memakan

waktu.

(7) Uang Logam dan Uang Kertas

Seperti halnya pembayaran dengan menggunakan cek perorangan, transaksi

dengan menggunakan mata uang asing, yang dapat berupa uang kertas atau uang

logam, relatif sangat kecil. Pada umumnya yang melakukan pembayaran dengan

menggunakan mata uang asing ialah wissatawan.

2.4.4.2 Wesel Inkaso (Collection Draft)Dalam sistem ini eksportir memiliki hak pengawasan barang-barang sampai

weselnya (draft) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel (drawer)

mengapalkan barang sementara dokumen pemilikan atas pengiriman barang

secara langsung atau melalui banknya didalam negeri dikirim ke bank importer di

luar negeri yang merupakan pihak tertarik dari wesel yang bersangkutan (drawee).

Pemilikan atas dokumen – dokumen yang diperlukan oleh importer untuk

mengeluarkan barang-barang tersebut tidak dilepaskan sampai persyaratan-

persyaratan penagihan wesel tersebut telah dipenuhi. Penyerahan dokumen kepada

importir didasarkan pada :

(1) D/P (Document against Payment) : penyerahan dokumen kepada

importir dilakukan apabila importir telah membayar

(2) D/A (Document against Acceptance) : penyerahan dokumen kepada

importir dilakukan apabila importir telah mengaksep weselnya.

Dalam sistem pembayaran ini pihak importir berada di pihak yang beruntung

karena :

1. Tidak perlu menyetor sejumlah uang untuk menjamin pembukaan L/C

2. Tidak perlu membayar biaya bank yang besar

3. Tidak perlu membayar sebelum menerima dokumen-dokumen

pemilikan barang

Namun dilain pihak eksportir tetap menanggung sejumlah resiko atau masalah-

masalah yakni :

1. Resiko ekonomi dan politik Negara importer

2. Importir mengulur-ulur waktu pembayaran

3. Importir tidak mengambil alih dokumen-dokumen tersebut

4. Importir membatalkan transaksi

5. Pembayaran tidak dilakukan importir (wesel tidak diaksep atau wesel yang

diaksep tidak dibayar importir)

6. Mencari pembeli barang

7. Demurrage (lewat waktu untuk bongkar muat kapal)

8. Ongkos-ongkos pengapalan dan pengapalan kembali

9. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh perubahan-perubahan pasar yang

berkaitan dengan harga barang ekspor tersebut

10. Tersedia tidaknya foreign exchange (devisa) di Negara tersebut

11. Izin impor telah jatuh waktu

2.4.5 Letter Of Credit

Letter of Credit adalah setiap perjanjian, yang dibuat suatu bank (Issuing

Bank) untuk memenuhi permintaan dan instruksi seorang nasabah (Applicant)

atau bertindak atas namanya sendiri.

∂ Pihak-pihak yang terlibat dalam L/C

Dalam pembuatan atau pembukaan Letter of Credit (L/C)terdapat pihak-pihak

yang terkait didalamnya yaitu :

a) Importir

b) Ekportir

c) Bank Pembuka L/C

d) Bank Penerus L/C

e) Bank Pembayar L/C

f) Bank Pengkonfirmasi

g) Remminting Bank

h) Reimbursing Bank

i) Surveyor

j) Maskapai pelayaran dan Maskapai Penerbangan

k) Perusahaan Asuransi

l) Bea Cukai Pabean

m) Departemen Perdagangan

∂ Tujuan dan Fungsi L/C

Tujuan penggunaan L/C adalah untuk memberikan jaminan pembayaran

kepada eksportir atas barang yang dijualnya, sedangkan bagi importir memberikan

jaminan bahwa banknya (Issuing Bank) tidak akan melakukan pembayaran,

sebelum persyaratan yang ditentukan dalam L/C telah dipenuhi. Dengan demikian

fungsi dari penggunaan L/C adalag sebagai berikut :

a) Merupakan suatu perjanjianyang dibuat oleh bank untuk menyelesaikan

transaksi perdagangan internasional.

b) Memberikan pengamanan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi

yang diadakannya.

c) Menjamin pembayaran, asalkan persyaratan L/C telah dipenuhi.

d) Merupakan instrumen pembayaran yang didasarkan atas dokumen-

dokumen dan bukan atas barang dagangan atau jasa.

e) Membantu Issuing Bank memberikan fasilitas pembayaran kepada

importir dan memonitor penggunaannya.

∂ Dokumen yang diperlukan dalam L/C

Seperti yang dijelaskan diatas, Letter of Credit adalah metode pembayaran

dalam perdagangan internasional yang didasarkan pada dokumen-dokumen.

Dokumen-dokumen yang dimaksudkan antara lain :

a) Letter of Credit

Adalah suatu pernyataan tertulis dari Bank atas permintaan importir (sebagai

nasabahnya) untuk menyediakan sejumlah uang tertentu bagi kepentingan pihak

eksportir.

b) Bill of Leading (B/L) atau Konosemen

Yaitu tanda terima barang yang telah dimuat didalam kapal laut, yang juga

merupakan bukti dari kepemilikan barang (document of title) dan juga merupakan

bukti dari adanya perjanjian pengangkutan barang.

2.5 Badan Keuangan Internasional

Badan keuangan internasional didirikan untuk menangani atau mengatasi

masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik berupa bantuan

pinjaman dan bantuan lainnya. Pemberian bantuan yang dilakukan oleh badan

keuangan internasional dapat bersifat lunak yang berarti dengan suku bungayang

rendah dan jangka waktu pengembaliannya relative panjang. Dan bantuan

Internasional yang dilakukan dengan tujuan komersil, yang biasanya dilakukan

oleh badan keuangan internasional swasta. Bentuk-bentuk badan keuangan

internasional, yaitu sebagai berikut:

2.5.1 Internasional Monetary Fund (IMF)

International Monetary Fund (IMF) atau dana moneter internasional

adalah organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam mengatur sistem

finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk

membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing

negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami

kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut

diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan

usaha milik negara.

IMF dilahirkan di bulan Juli tahun 1944 pada konferensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire, A.S.,

ketika perwakilan dari 45 pemerintah menyetujui suatu kerangka kerjasama

ekonomi yang dirancang untuk menghindari terulangnya kebijakan ekonomi

buruk yang turut mengakibatkan Depresi Besar (Great Depression) di tahun

1930an.Saat ini anggota IMF berjumlah 187 negara (per 21 mei 2011), yang

bekerja untuk membina kerjasama moneter global, mengamankan stabilitas

keuangan, memfasilitasi perdagangan internasional, mempromosikan tingkat yang

tinggi dari pekerjaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, serta mengurangi kemiskinan. 

Untuk negara-negara yang terkena krisis ekonomi, IMF akan membantu

Negara tersebut dengan syarat negara-negara tersebut mengimplementasikan 10

elemen yang diberi nama sebagai Structural Adjustment Program (SAP). Hal ini

sesuai dengan isi dari KonsensusWashintong, yang berisi sebagai berikut:

1. Disiplin fiscal.

2. Prioritas pengeluaran public.

3. Reformasi pemungutan pajak.

4. Liberalisasi finansial.

5. Kebijakan luar negeri yang mendorong persaingan.

6. Liberalisasi perdagangan.

7. Mendorong kompetisi antara perusahaan asing dan domestik untuk

menciptakan efisiensi.

8. Mendorong privatisasi.

9. Mendorong iklim deregulasi.

10. Pemerintah melindungi hak kekayaan intelektual.

Jika, dipersingkat dari 10 elemen di atas maka isinya adalah liberalisasi,

deregulasi, dan privatisasi. Dan ketiga syarat tersebut harus dilakukkan bagi

negara yang ingin dibantu oleh IMF.

2.5.2 Tujuan Organisasi Internasional Monetary Fund (IMF)

Tujuan IMF berdasarkan akta pendiriannya meliputi upaya promosi perluasan

secara seimbang perdagangan dunia, stabilitas nilai tukar, pencegahan devalusasi

mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib persoalan neraca pembayaran

suatu negara. Untuk mencapai tujuan tersebut IMF menjalankanperannya, yaitu

sebagai berikut:

IMF melakukan pemantauan perkembangan dan kebijakan ekonomi dan

keuangan dari Negara-negara anggotanya dan pada tingkat global, dan

memberikan nasihat dan masukan kebijakan kepada anggotanya.

Misalnya:

a. Pada tahun 2000, Dewan Eksekutif IMF mehimbau secara serius

pemerintah Jepang untuk melakukan upaya stimulasi pertumbuhan

ekonomi dengan mempertahankan kebijakan suku bunga pada

tingkat rendah, mendorong restrukturisasi korporat dan perbankan,

dan mempromosikan deregulasi dan persaingan.

b. IMF memberi pujian kepada pemerintahMeksiko karena

manajemen ekonominyayang bijaksana pada tahun 2000. IMF

mendukung langkah-langkah yang engarah pada penerapan secara

berangsur kebijakan pentargetan inflasi dan mengungkapkan

kekhawatirannya tentang tidak memadainya tingkat kapitalisasi

system perbankan.

c. Di dalam ramalan ekonomi dunia musim semi tahun 2001, IMF

menyoroti resiko-resiko atas terus melemahnya pertumbuhan

ekonomi global dan perlunya pendekatan kebijakan proaktif untuk

mendorong permintaan maupun reformasi structural yang

berorientasi pertumbuhan.

d. Ketika Indonesia ditimpa krisis, IMF menyarankan untuk

menaikkan tingkat suku bunga hingga 70% yang katanya untuk

mencegah pelarian modal ke luar negeri.

e. IMF menyarankan Indonesia agar melakukan privatisasi. Tetapi

privatisasi yang diterapkan di Indonesia atas dorongan IMF malah

membuat perusahaan-perusahaan milik pemerintah dikuasai oleh

orang-orang asing karena daya belinya yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan orang-orang Indonesia.

IMF memberikan pinjaman kepada negara anggota yang menghadapi

masalah neraca pembayaran, tidak hanya untuk menyediakan

pembiayaan sementara tetapi juga untuk mendukung proses

penyesuaian dan kebijakan reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi

permasalahan mendasar perekonomian.Misalnya:

a. Selama krisis keuangan Asia tahun 1997–98, IMF bertindak cepat

untuk menolong Korea dengan memperkuat cadangan devisanya.

IMF menyediakan $21 miliar untuk membantu Korea mereformasi

perekonomianya, merestrukturisasi sektor-sektor korporat dan

keuangannya, dan memulihakan perekonomiannya dari resesi.

Dalam waktu empat tahun, Korea telah cukup pulih kembali untuk

melunasi pinjaman tersebut dan sekaligus juga membangun

kembali cadangan devisanya.

b. Di bulan Oktober 2000, IMF menyetujui pinjaman tambahan

sebesar $52 juta kepada Kenya untuk membantu Kenya mengatasi

permasalahan akibat kekeringan yang hebat. Pinjaman tersebut

merupakan bagian dari program pinjaman tiga tahun sebesar $193

juta di bawah fasilitas pinjaman untuk Pertumbuhan dan

Pengurangan Kemiskinan (PRGF) IMF, program peminjaman

konsesional bagi negaranegara berpendapatan rendah.

IMF menyediakan bantuan teknis dan pelatihan di bidang yang

menjadi keahliannya kepada pemerintah dan bank sentral dari negara

anggotanya.Misalnya:

a. Sesudah jatuhnya Uni Soviet, IMF bertindak untuk menolong

negara-negara Baltik, Rusia, dan Negara-negara bekas Soviet

lainnya untuk membentuk system perbendaharaan (treasury) pada

bank sentral mereka dalam rangka transisi dari sistem

perekonomian yang berdasarkan perencanaan terpusat ke sistem

ekonomi berdasarkan pasar.

2.5.3 Fungsi Organisasi Internasional Monetary Fund (IMF)

Menjamin keseimbangan perkembangan perdagangan dunia. Surplus

pendapatan luar negeri oleh satu Negara akan mengakibatkan deficit

pada negara lain. IMF membantu menciptakan keseimbangan Neraca

Pembayaran Jangka Panjang neraca perdagangan.

Mengembangkan keselarasan dalam hubungan moneter internasional

dengan mengurangi gerakan tak menentu pada nilai kurs dan dengan

mengembangkan komunikasi antar negara anggota.

Menstabilkan nilai kurs dengan menyediakan kedit jangka pendek bagi

negara dagang yang mengalami kesulitan Neraca Pembayaran.

2.5.4 Sumber Dana Organisasi internasional Monetary Fund (IMF)

Sumber pendanaan IMF terutama berasal dari pembayaran iuran kuota (atau

modal) dari negara-negara anggota ketika mereka bergabung dengan IMF, atau

melalui tinjauan berkala dari kenaikan kuota. Negara membayar 25 persen dari

pembayaran iuran kuota mereka dalam bentuk Hak Penarikan Khusus (Special

Drawing Rights—SDR, ) atau dalam bentuk mata uang utama, seperti dolar A.S.

atau yen Jepang. IMF dapat meminta sisa 75 persen pembayaran kuota dalam

bentuk mata uang Negara anggota sendiri, yang dapat disediakan untuk pinjaman

sesuai kebutuhan. Kuota tidak hanya menentukan jumlah pembayaran iuran

sebuah negara, tetapi juga kekuasaaan hak pilihnya, jumlah pembiayaan/pinjaman

yang dapat diterima dari IMF, dan bagiannya dalam alokasi SDR.

Kuota dimaksudkan untuk mencerminkan secara luas ukuran relatif anggota

dalam perekonomian dunia: semakin besar output ekonomi negara, dan juga

semakin besar dan lebih bervariasi perdagangannya, maka kuotanya cenderung

semakin tinggi. Amerika Serikat, sebagai perekonomian terbesar di dunia,

menyumbang IMF paling banyak yaitu 17,6 persen dari total kuota; Palau, terkecil

di dunia, menyumbang sebesar 0,001 persen. Kuota selalui ditinjau secara berkala.

Tinjauan kuota paling akhir (kesebelas) dimulai pada bulan Januari 1999,

menghasilkan keputusan peningkatan kuota IMF , untuk pertama kalinya sejak

tahun 1990 dengan hampir 45 persen hingga mencapai 212 miliar SDR (sekitar

$290 miliar).

Dalam kondisi yang diperlukan, IMF bisa meminjam dana untuk menambah

sumber daya yang tersedia dari kuotanya. IMF memiliki dua rangkaian

pengaturan tetap untuk meminjam jika diperlukan supaya dapat menanggulangi

ancaman atas sistem moneter internasional:

a. General Arrangements to Borrow-GAB, didirikan di tahun 1962, yang

mempunyai 11 peserta (pemerintah atau bank sentral dari Kelompok

Sepuluh negara industry dan Switzerland).

b. New Arrangements to Borrow-NAB, diperkenalkan di tahun 1997, dengan

25 negara dan lembaga yang ikut berpartisipasi.

c. Pelayanan Organisasi internasional Monetary Fund (IMF) Terhadap

Anggotanya

IMF memberikan pelayanan kepada negara anggotanya dengan:

a. Meninjau dan memonitor perkembangan keuangan dan ekonomi global dan

nasional dan menasihatkan anggota tentang kebijakan ekonomi mereka.

b. Memberikan pinjaman mata uang keras kepada mereka untuk mendukung

penyesuaian dan kebijakan reformasi yang ditetapkan untuk mengoreksi

masalah neraca pembayaran dan mempromosikan pertumbuhan yang

berkelanjutan.

c. Menawarkan berbagai macam bantuan teknis, juga pelatihan bagi para

pejabat bank pemerintah dan sentral, di dalam bidang keahliannya.

2.6 Beberapa Saran Mengenai Standar Moneter Internasional

Volume mata uang ini tidak mencukupi untuk menyangga volume trsnksanksi

perdagangan dunia. Baik jepang maupun jerman barat mempunyai perekonomian

yang berukuran jauh lebih kecil dari Amerika Serikat. Ada beberapa alternatif

yang telah disarankna, diantaranya :

∆ Menaikan harga emas

Alternatif ini disarankan oleh ekonom Imnggris Sir Roy Harrod dan ekonom

Prancis Jaacques Rueff. Kalau toh emas masih juga merupakan “favorit” dari

masyarakat dunia sebagai standar monneter internasional. Yang penting adalah

mencari jalan agar efek-efek negatif dari proses kembali kita ke standar emas bisa

dikuragi atau dihilangkan. Efek negatif yang utama adalah resiko timbulnya

resesi atau depresi dunia karena jumlah emas yang tersedia tidak cukup untuk

menyangga volume tranksaksi perdagangan dunia. Menurut Harrod dan Rueff,

kekurangan likuiditas ini bisa dihadap semua matuang-matuang didunia. Harga

emas harus ditentukan cukup tinggi agar setiap gram emas yang sebelumnya

hanya bisa menyangga tranksaksi senilai X dollar ( atau Yen, atau DM), sekarang

bisa tranksaksi sebesar2X atau 3X.

Logika dari saran Harrod-Rueff ini bisa lebih muda dimengerti kalau kita

mengaitkannya dengan teori permintaan akan uang untuk tujuang tranksasksi .

permintaan akan uang untuk “menyangga” tranksaksi tergantung pada (a) volume

tranksaksi dan (b) tingkat harga nominal per unit volume tranksaksi . sejumlah

uang yang sama bisa menyangga volume tranksaksi yang lebih besar apabila

harga nominal perunit volume tranksaksi turun. Harrod-Rueff mengatakan bahwa

jumlah persediaan emas yang sama bisa menyangga volume tranksaki

Internasional yang lebih besar apabila harga per unit volume tranksaksi yang

dinyatakan dalam satuan emas bisa diturunkan. Cara yang paling mudah untuk

mencapai ini adalah menaikan harga emas relatif terhaddap semua mata uang

didunia.

Kerugian dari alternatif ini : (a) kenaikan harga emas memberikan keuntungan

yang sangat besar hanya kepada golongan-golongan tertentu saja, yaitu penimbun-

penimbun emas, spekulator emas dan beberapa negara penghasil emas seperti

Afrika selatan dan rusia. (b) kembali kestandar emas berarti dunia harus

mengalihkan lagi sebagian dari sumber dayanya untuk produksi emas (jelas

orang-orang akan giat mencari dan menambang emas karena harganya menjadi

sangat tinggi). Ini bukanlah cara yang terbaik untuk menggunakan sumber daya

dunia. Emas itu sendiri hanya mempunyai manfaat yang terbatas bagii hajat hidup

manusia, kenapa dunia harus membuang ongkos. Adda cara lain yyang lebih

murah untuk memperoleh standar moneter yang baik. (lihat alternatif – alternatif

dibawah ). (c) stanar emas, agar berjalan dengan baik, mengahruskan setiap

negara mematuhi”disiplin” yang terkandung didalamnya. Disiplin ini berupa

kesediaan negara yang mengalami defisit dalm neraca pembayarannya untuk

menanggung akibat-akobat dari “proses penyesuaian” a la standar emas, yang

berupa penurunan GDP-nya (yang kemudian berarti pengangguran dan stagnasi

didalam negri). Tidak banyak negara didunia sekarang bersedia menanggung

akibat dari “disiplin” seperti ini.

∆ Standar barang (non-emas)

Alternatif ini diajukan berssama-sama oleh ekonom Amerika Albert Hart,

ekonom Inggris Nicholas Kaldor dan ekonom belanda jan tinbergan . Harrt-

Koldor-Tinbergen mengatakan bahwa barang-barang perdagangan dunia(selain

emas) bisa pila dipergunakan sebagai bstandar moneter Internasional kalau

masyarakat dunia memang menghendakinnya. Disarankan bahwa suatu standar

moneter internasional seyogyanya terdiri dari satu kumpulan barang-barang

perdagangan dunia utama. (demi membantu pertumbuhan dari negara-negara

sedang berkembang, mereka menyarankan bahwa barang-barang ini aalah barang-

barang peragangan dunia utama yang ddiekspor oleh negara-negara sedang

berkembang).

Beberapa keuntungan dari “kumpulan barang-barang” sebagai standar moneter

adalah : pertama, adanya mekanisme stabilisasi otomatis antara permintaan dan

penawaran standar moneter; dengan demikian nilai tukar antara standar moneter

dan dengan barang-barang lain stabil. Mekanisme otomatis ini bekerja melalui

proses penyesuaian permintaan dan penwaran biasa. Bila nilai standar moneter

terrhadap barang-barang lain rendah, maka permintaan akan standar moneter akan

cenderung naik dan penwaran standar moneter menurun. Kenaikan permintaan

akan barang-barang yang dijadikan standar moneter cenderung naik karean

barang-barang ini ( berbeda dengan emas atau uang kertas) digunkan pula secara

luas untuk tujuan-tujuan non-moneterr, misalnya sebagai bahan mentah industri.

Dengan demikian, barang-barang yang dijadikan standar bahan mentah industri

(tujuan-tujuan non-moneter) karena harganya menjadi relatif murah. Ini adalah

proses subtitusi biasa dalam teori permintaan. Dari segi penawarannya, karena

harga barang-barang lain, dan karena produksinya buka lagi monopoli dari

pemerintah, maka jumlah yang ditawarkan dipasar akan berkurang. Jadi kita lihat

bahwa proses penurunan nilai standar moneter akan dihentikan oleh proses

penyesuaian permintaan dan penwaran secara otomatis. Proses stabilisasi yang

sama akan terrjadi bila harga barang-barang-barrang standar moneter cenderung

untuk naik; kecenderungan kenaikan akan dihentikan secara otomatis oleh

perubahan permintaan dan penawaran.

Keuntungan yang kedua adalah bahwa barang0barang standar moneter ini

adalah barang-barang yang mempunyai kegunaan itrinsik (untuk penggunaan non-

moneter), shingga kalau sumber daya dunia dialihkan untuk kenaikan produksinya

bukan suatu pemborosan (tidak seperti halnya dengan emas).

Sebagai keuntungan tambahana adalah bahwa apabila barang-barang standar

moneter ini dipilih dari barang-barang ekspor utama dari negra-negara sedang

berkembang, maka hal ini sekaligus akan menolong negara-negara ini, karena

baik harga maupun permintaan akan barang-barang ini akan menjadi lebih

mantap.

Kerugian utama dari sistem standar moneter ala Hart-koldor Tinbergen adalah

bahwa barang-barang seperti itu mengalami proses kerusakan kalau disimpan dan

penyimpanannya pun memerlukan biaya pergudangan/penyimpanan cukup besar.

Dari segi ini logam mulia yang tahan lama dan mudah disimpan (Seperti emas)

mempunyai keunggulan.

∆ Special Drawing Right (SDR)

Cara yang lebih ekonomis untuk menyediakan likuiditas yang mantap bagi

perekonomian dunia telah dilaksanakan oleh Internasional Monertary Fund (IMF),

yaitu dengan dikeluarkannya alat likuid baru yang disebut Special Drawing Rights

(SDR). SDR adalah semacam “uang giral internasional” yang didukung penuh

dengan dana reserve dan emas IMF. Sering pula dijuluki “emas kertas” (paper

gold) karena bisa menggantikan semua fungsi emas sebagai standar moneter

internassional. Meskipun begitu SDR tidak ada hubungan yang langsung dengan

persediaan maupun harga emas. Kurs SDR adalah indeks yang tertimbang dari

beberapa mata uang utama di dunia. Dengan lain perkataan, nilai dari standar

moneter yang baru dikaitkan dengan nilai dari kelompok mata uang-mata uang

utama didunia (dan bukan dengan sekelomppok barang-barang perdagangan

utama didunia, seperti saran Hart-koldor-Tinbergen diatas)> setiap tahunnya

direktur jedral IMF (dengan berkonsultasi dengan negara-negara anggota IMF)

menentukan beberapa “uang giral internasional” tambahan yang akan diciptakan

untuk menyangga pertumbuhan perdagangan internasional.

Sistem SDR nampaknya bisa menghindari kerugian-kerugian dari sistem-

sistem yang disarankan sebelumnya. Berhasil tidaknya sistem ini dalam jangka

panjang banyak tergantung pad : (a) disiplin moneter dari anggota-anggota IMF

sendiri (terutama yang mata uangnya masuk dalam perhitungan kurs SDR).

Sistem ini sendiri tidakk menegnakan unsur-unsur disiplin moneter bagi masing-

masing negara seperti dalam sistem standar emas atau sisitem standar-barang,

sehingga tidak ada jaminan bahwa SDR akan selalu stabil. (b) pengolaan dan

perncanaan yang baik oleh IMF sebagai bankir internassional mengenai besar-

kecilnya volume SDR yang diperlukan untuk menyangga perdagangan dunia agar

supaya jangan terlalu sedikit sehingga menimbulkan deflasi dan hambatan pada

pertumbuhan perdagangan dunia, tetapi juga jangan terlalu berlebiihan sehingga

menimbulkan inflasi dan hilangnya kepercayaan pada SDR (seperti terhadap

dollar). (c) keadaan disektor “riil” dari perekonomian dan perrdagangan dunia

(misalnya, masalah energi, situasi politik internasional dan sebagainya). Sektor

“moneter” dan sektor “riil” selalau saling berkaitan dan saling mempengaruhi,

apakah untuk suatu negara atau untuk perekonomian dunia secara keseluruhan.

Apapun yang dilakukan dibidang moneter tidak akan banyak artinya kalau sektor

riilnya tidak pula dibenahi. Tata politik dan ekonomi dunia yang mantap dan adil

ampaknya melandasi semuanya.

BAB III

ANALISIS DATA

3.1 IMF sebagai organisasi internasional

IMF (International Monetary Fund) atau dalam bahasa Indonesia disebutkan

sebagai Dana Keuangan Internasional merupakan sebuah organisasi internasional

dibawah naungan organisasi PBB. IMF merupakan salah satu orgasnisasi

internasional yang bergerak di bidang ekonomi dengan tujuan utama untuk

membantu negara – negara anggotanya yang mengalami krisis dalam bidang

ekonomi khususnya untuk menjaga stabilitas keuangan dalam posisi terkendali,

mendorong kerjasama moneter, serta memfasilitasi perdagangan

internasional.IMF juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan.Serta mengurangi kemiskinan negara anggotanya menjadi agenda

utama dari berdirinya organisasi ini.

Kerjasama yang dilakukan oleh negara – negara anggota IMF tentu saja

memiliki dampak terhadap negara tersebut dengan organisasi ini ataupun negara –

negara yang bersedia memberikan bantuan terhadap negara yang memerlukan.

Peranan pemerintah sebagai pihak yang tentu saja mengetahui apa yang menjadi

kepentingan nasional dalam negaranya merupakan fokus yang harus dibawa ke

tengah – tengah hubungan kerjasama dengan organisasi ini. Dan tentu sebaliknya,

pihak yang memberikan bantuan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya.

Kepentingan yang pada akhirnya tentu saja menjadi bekal bagi sebuah negara

untuk hadir dan ikut berperan serta aktif dalam sebuah kerjasama internasional

haruslah didasarkan kepada apa yang menjadi tujuan untuk kesejahteraan

masyarakat banyak. Pemerintah melalui sebuah mekanisme seharusnya mampu

menganalisis apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mencoba untuk

mengagregasi kepentigan tersebut dalam kerjasama dengan organisasi

internasional ataupun kerjasama dengan negara – negara lain.

Bantuan yang diberikan oleh IMF adalah berupa pencairan dana atau bantuan

dana terhadap negara – negara yang membutuhkan bantuan tersebut. Dana yang

tentu saja berasal dari negara – negara anggotanya untuk kemudian diberikan

kepada negara anggota yang sedang mengalami krisis.IMF memfasilitasi bantuan

– bantuan tersebut melalui mekanisme yang diatur dalam organisasi ini.

Sebagai sebuah organisasi internasional, IMF jelas memiliki anggota yang

terdiri dari negara – negara.Negara – negara anggota ini tentu saja harus

menyepakati tujuan bersama dari didirikannya IMF.Negara tersebut juga berhak

untuk merumuskan ketentuan – ketentuan bersama dalam anggaran dasar dari

IMF.

Dalam Anggaran Dasar (Articles of Agreement) organisasi ini jelas termuat

poin – poin yang menjadi tujuan dari dibentuknya organisasi ini. Dalam hal ini,

pasal 1 dari Anggaran Dasar tersebut yang berisikan “ Tujuan Pendirian”

menyebutkan :

Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui suatu lembaga

yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama

dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.

Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan

perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat

employment dan tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta untuk

pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan

utama kebijakan ekonomi.

Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar

yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya persaingan

untuk melakukan depresiasi mata uang.

Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antarnegara

anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing yang menghambat

pertumbuhan perdagangan dunia.

Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan

memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan

unsur keamanan dana tersebut, sehinggadapat memberikan kesempatan untuk

memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus menggunakan

cara – cara yang merusak kemakmuran nasional atau internasional.

Berkaitan dengan hal – hal di atas, untuk memperpendek jangka waktu dan

mengurangi tingkat kesulitan yang terjadi dalam permasalahan ketidakseimbangan

neraca pembayaran negara – negara anggota.

Melalui uraian tujuan dari organisasi ini kita dapat melihat bahwa IMF juga

memiliki kepentingan terutama yang berkaitan dengan eksistensi organisasi

tersebut di tengah – tengah negara anggotanya. IMF sebagai organisasi keuangan

fokus menganalisa mengenai apa yang menjadi permalasahan perekonomian

negara anggotanya. Kemudian IMF mencoba untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan menyampaikan dan membahasnya dalam forum – forum yang

dilakukan antar negara anggota.

Mengingat bahwa IMF merupakan sebuah organisasi yang memberikan

bantuan terhadap negara anggotanya, tentu kita perlu memahami darimana

bantuan tersebut berasal.Hal tersebut dikarenakan agar kita mengetahui

bagaimana sifat dan lembaga ini bekerja dalam memberikan bantuannya kepada

negara – negara anggotanya.

Negara anggota yang terdiri dari negara – negara pemberi pinjaman dan

penerima pinjaman tentu saja memiliki peranan besar. Pada akhirnya kembali lagi

peranan dari masing – masing utusan pemerintah ataupun kepala pemerintah

menjadi sangat disoroti mengingat bahwa IMF sebelumnya menyampaikan apa

yang menjadi permasalahan ekonomi secara menyeluruh terhadap forum antar –

negara dalam organisasi ini. Negara – negara kemudian melakukan analisis

terhadap apa yang terjadi pada negara merekadan coba untuk meleburkan

permasalahan tersebut terhadap apa yang menjadi kepentingan negara lainnya.

Dalam proses yang demikian, tentu saja IMF memiliki peranan yang sesuai

dengan tujuannya. Proses yang terjadi haruslah sesuai dengan aturan main yang

ada dalam organisasi ini. Sebagai sebuah organisasi internasional, prosedur –

prosedur inilah yang harus diikuti jika sebuah negara tergabung dalam

keanggotaan IMF dan juga ikut bekerjasama dengan IMF melalui tujuan – tujuan

yang ingin dicapai oleh organisasi ini.

3.2 Letter Of Intent sebagai prasyarat sebagai anggota IMF

Dengan mengetahui apa saja yang menjadi syarat sebuah negara untuk masuk

ke dalam organisasi ini, maka kita akan mengetahui sebagian dari mekanisme

pelaksanaan dari organisasi IMF tersebut. Syarat merupakan hal – hal yang harus

dipenuhi oleh suatu anggota organisasi sebelum ia resmi menjadi anggota dari

organisasi tersebut.

Dalam sebuah organisasi tentu saja, syarat – syarat sebagai anggota diatur

dalam sebuah anggaran dasar yang telah disusun oleh para pendirinya ataupun

anggaran dasar yang telah direvisi dan disepakati anggota pada saat rapat – rapat

anggota organisasi ini berlangsung.IMF sebagai organisasi tentusaja memiliki

utusan – utusan yang berasal dari setiap negara anggota untuk menjabat dalam

struktur IMF dan membantu kepengurusan IMF dalam pelaksanaannya pada

setiap negara anggota.

Syarat – syarat yang diberlakukan oleh IMF tentu saja harus dipatuhi oleh

seluruh negara anggota.Apakah kemudian syarat tersebut menyangkut ke dalam

rangkaian penyusunan kebijakan perekonomian sebuah negara merupakan tugas

para utusan pemerintah dalam organisasi tersebut untuk mengawasinya.Tugas –

tugas yang diemban oleh para delegasi seharusnya lebih kepada aktualisasi dari

kepentingan – kepentingan ekonomi negara baik secara makro ataupun mikro

yang tentu saja harus dipenuhi.

Pembangunan – pembangunan akan terbentur terhadap masalah pengadaan

dari sumber modal baik yang direncanakan dalam penyusunan anggaran ataupun

yang direncanakan dalam daftar pinjaman luar negeri sebuah negara. Gubernur

Bank Indonesia dalam hal ini mengupayakan hal – hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keputusan bersama dalam rapat bersama

lembaga politik lainnya.Hasil keputusan dalam rapat tersebutlah yang kemudian

disusun sebagai sebuah kebijakan untuk menyiasati permasalahan modal dalam

pembangunan tersebut.

IMF tentu saja bukan sebuah organisasi tanpa syarat. Paket reformasi IMF

yang menyertai bantuan dana, terdiri dari pembenahan sektor keuangan, kebijakan

fiskal, kebijakan moneter, termasuk kurs mata uang , dan sektor riil yang disebut

“penyesuaian struktural sebagai perluasan dan pendalaman dari program

deregulasi”.

IMF sebagai suatu badan keuangan dunia yang dikuasai oleh negara – negara

– negara maju selalu menyodorkan perangkat kebijakan kepada negara – negara

sedang berkembang yang mengalami persoalan neraca pembayaran, sebagai

berikut:

1. Liberalisasi impor dan pelaksaan aliran uang yang bebas;

2. Devaluasi;

3. Pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal di dalam negeri, yaitu : (a)

pembatasan kredit; (b) pengenaan tingkat bunga kredit yang tinggi; (c)

penghapusan subsidi; (d) peningkatan kadar pajak; (e) peningkatan harga

public utilities; dan (f) penekanan tuntutan kenaikan upah;

4. Pemasukan investasi asing yang lebih lancar.

Pelaksanaan dari perangkat – perangkat kebijakan di atas tentu saja akan

bersinggungan langsung dengan undang – undang yang berlaku dalam sebuah

negara. Hal ini menggambarkan bahwa proses kerjasama suatu negara dengan

IMF mengharuskan negara tersebut melakukan ratifikasi kebijakan IMF dalam

penyusunan undang – undang negara. Hal ini tentu saja berkaitan dengan

anggaran dasar yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Yang menarik untuk kemudian dibahas lebih mendalam adalah yang berkaitan

dengan poin ke – 4 dalam kebijakan di atas yang jika diteliti mendalam terdapat

hal – hal yang berlawanan dengan undang – undang yang berlaku di

Indonesia.Tentu saja Indonesia sebagai negara anggota IMF harus mengikuti dan

mematuhi keputusan – keputusan.Beberapa ketentuan – ketentuan tersebutlah

yang harus diadaptasi oleh sebuah negara dalam pelaksanaan kerjasama dengan

organisasi ini.Sebuah ketentuan yang harus diatur dalam revisi ataupun

pembuatan paket kebijakan baru sesuai dengan paket reformasi IMF tersebut.

Dalam rapat tertinggi organisasi tersebut. Tetapi apakah selanjutnya

keputusantersebut kemudian mencederai kepentingan nasional dalam negara

kemudianmenjadi fakta yang harus ditemukan terutama jika hal tersebut

berkaitandengan kepentingan nasional secara keseluruhan.

Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah negara untukmendapatkan

permintaan bantuan keuangan terhadap IMF adalah berupa LOI(Letter of Intent)

yang ditandatangani oleh presiden secara langsung sebagaibentuk persetujuan

terhadap kerjasama dengan IMF.LOI berisikan programyang disusun oleh IMF

dan harus diimplementasikan dalam kebijakan disebuah negara jika ingin memulai

kerjasama dengan IMF dan sesuai denganpengawasan organisasi tersebut.

IMF dalam penyusunan LOI menggunakan jangkauan – jangkauan

yangberkenaan dengan bantuan yang akan diberikan. Bantuan yang diberikantidak

serta merta hanya diberikan secara langsung melainkan harus sesuaidengan apa

yang menjadi agenda dari IMF terhadap negara peminjamtersebut. Oleh karena

itu, LOI ini mengatur syarat yang bersifat sesuai dengankondisi peminjaman yang

harus dipatuhi oleh negara peminjam setiappencairan pinjaman berlangsung.

Kondisi – kondisi yang dimaksudkan adalah agar ketika sebuah negaramelakukan

sebuah pinjaman, apa yang merupakan tujuan dari IMF juga akanterlaksana

terutama yang berkaitan langsung dengan paket reformasi IMF.Letter of Intent

merupakan kesanggupan formal untuk menjalankan programpenyesuaian yang

memungkinkan penghapusan defisit neraca pembayaran.

Jika sebuah negara tidak mampu menutupi pembayaran sesuai

denganperjanjiannya dengan IMF, maka organisasi ini tentu saja memiliki

wewenang untuk memberikan pinjaman berikutnya atau tidak.

Dalam makalah ini, butir dalam LOI yang paling berkenaan langsung adalah

berupa penghapusan peraturan – peraturan atau kebijakan yang dapat menghambat

investor asing masuk ke Indonesia.Hal ini dapat dilihat melalui paket reformasi

IMF yang telah disebutkan bahwa investasi asing diperkenankan untuk melakukan

kegiatan perekonomian di Indonesia.

Prasyarat yang diberlakukan IMF yang mengakibatkan sebuah bentuk

kerjasama yang berkelanjutan sebenarnya dapat dianalisis sebagai suatu bentuk

adanya keinginan IMF untuk terus menjalin kerjasama. Hal ini tentu saja akan

memberatkan negara peminjam apabila tidak mempersiapkan negaranya terhadap

prasyarat yang tentu saja akan memberatkan perekonomian melalui neraca

pembayaran utang luar negerinya.

3.3 Masuknya IMF pada pemerintahan era Orde Baru

Masa kepemimpinan Presiden Suharto ditandai dengan dikeluarkannya

Supersemar yang berisikan pengalihan pimpinan kekuasaan dari Presiden Sukarno

terhadap Suharto yang pada saat itu menjabat sebagai salah satu pimpinan

angkatan darat Indonesia.Suharto akhirnya diangkat sebagai presiden kedua

Indonesia menggantikan Sukarno dan inilah sebagai awal mula dari pemerintahan

Orde Baru di Indonesia.

Pemerintahan Orde Baru dikenal sebagai pemerintahan yang sangat disenangi

oleh pimpinan – pimpinan negara Barat karena dianggap sebagai pemerintah yang

terbuka terhadap kerjasama dengan asing khususnya kawasan Eropa dan Amerika

Serikat.Sejak setelah dikeluarkannya Tap MPRS RI Nomor XII/MPRS/1966

tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri

Republik Indonesia, negara menjadi sebuah kawasan lalu lintas kerjasama

internasional.

Pada saat pemerintahan presiden Sukarno sebenarnya Indonesia telahsempat

memutuskan untuk tidak bekerjasama lagi dengan IMF.Hal inidengan tegas

dilakukan Sukarno melalui penetapan UU No. 1/ 1966 tentangPenarikan Diri

Republik Indonesia dari Keanggotaan Dana MoneterInternasional (IMF) dan

Bank Internasional Untuk RekonstruksiPembangunan (IBRD). Pasal – pasal yang

mengenai masalah ini yaitu :

Pasal 1

1) Republik Indonesia menarik diri dari keanggotaan Dana

MoneterInternational dan BankInternasional untuk Rekonstruksi dan

Pembangunan mulai 17 Agustus 1965.

2) Undang-undang No. 5 Tahun 1954 tentang keanggotaan

RepublikIndonesia pada Dana Moneter Internasional dan Bank

Internasional untukRekonstruksi dan Pembangunan dengan ini dicabut.

Pasal 2

Menteri Koordinator Kompartemen Luar Negeri/Menteri Luar Negeri

danHubungan Ekonomi Luar Negeri diberi kuasa untuk menyatakan

tentangpenarikan diri Republik Indonesia dari keanggotaan kedua Badan

tersebutdalam pasal 1 ayat (1) diatas.

Sukarno menghendaki agar pemerintah Indonesia mengelola sendiri

perekonomiannya secara mandiri serta tidak bergantung kepada bantuan – bantuan

yang ditawarkan oleh lembaga pendonor asing.Sukarno menjadikan Bank

Indonesia sebagai bank sentral untuk mengawasi dan menjalankan perekonomian

demi kepentingan masyarakat banyak.

Akan tetapi, setelah melemahnya pemerintahan Sukarno setelah terjadinya

pemberontakan yang menelan korban para jenderal angkatan darat, serta

meningkatnya inflasi pada saat itu maka Presiden Sukarno terpaksa

menandatangani undang – undang yang baru serta mundur dari jabatannya sebagai

presiden Indonesia.Presiden menandatangani UU 8/1966 tentang Keanggotaan

Republik Indonesia Dalam Bank Pembangunan Asia (ADB).Sebuah kenyataan

yang bertolak belakang dengan kebijakan yang sebelumnya telah disahkan oleh

presiden Sukarno.Melalui undang – undang inilah kemudian sebagai cikal bakal

dari pemerintah Indonesia membuka peluang kerjasama dengan organisasi

keuangan internasional.

Presiden Suharto muncul sebagai sosok yang ingin merubah arah politikdan

ekonomi Indonesia pada awalnya. Segera setelah dia diangkat menjadipresiden,

Suharto menunjuk Prof. Widjoyo Nitisastro untuk menata system ekonomi

Indonesia yang baru, yang sesuai dengan konsep pembangunan dibidang ekonomi

yang diinginkan oleh presiden Suharto. Suharto benar–benar menginginkan

adanya sebuah perubahan secara menyeluruh dalamperekonomian yang sedang

mengalami kemerosotan pada saat itu.Presidenmembuat kesepakatan untuk

mengolah hasil kekayaan bumi Indonesiaserta ekonomi Indonesia secara global

kepada internasional.

Indonesia melalui Hamengkubuwono IX dan Adam Malik untukmenghadiri

Konferensi Tokyo pada tahun 1967.Konferensi mengeluarkanpernyataan tentang

program ekonomi yang lengkap yang dibawakan olehkedua utusan dari Indonesia

tersebut.Pernyataan itu mengusulkan APBNyang berimbang, kebijakan kredit

yang dikelola dengan baik, tempat yanglayak untuk kekuatan pasar, dan

penciptaan kaitan yang tepat antara ekonomidalam dan luar negeri melalui nilai

tukar yang realistis.Berbagai programtersebut disampaikan oleh mereka ketika

ingin meyakinkan IMF dan negara–negara pendonor lainnya dengan kesiapan

Indonesia dalam menyambutkedatangan kelompok asing yang ingin membantu

Indonesia.

Ketika itu pejabat IMF tertarik dengan pernyataan yang disampaikanoleh kedua

delegasi Indonesia tersebut. Sementara itu, IMF juga memberikantim khusus

untuk memantu keadaan perekonomian Indonesia. Setelah keduabelah pihak

sepakat, pada akhirnya Indonesia memperoleh bantuan berupaStand – By

Arrangements dari mereka.Perjanjian ini berupa pinjamanjangka pendek yang

diberikan oleh IMF untuk menyelesaikan permasalahanutang – utang yang

ditinggalkan presiden Sukarno.Perjanjian ini tentu sajaberisikan syarat – syarat

kondisionalitas yang ditetapkan oleh IMF.

Pemerintahan Orde Baru tentu saja telah benar menunjukkan keinginanmereka

untuk bekerjasama dengan IMF sehingga terkadang isu tentangnaiknya

pemerintahan Orde Baru diboncengi juga oleh kepentingan asingterutama negara

Barat. Indonesia merupakan sebuah kawasan yang sangatstrategis dalam

pengeloaan sumber daya alamnya serta masyarakat yangdapat dijadikan sebagai

tenaga kerja dalam proses industrialisasi yang ingindilakukan dalam

pembangunan ekonomi.

Melalui program REPELITA yang pada saat itu telah direncanakan

olehpemerintah Orde Baru tentu saja memerlukan pendanaan yang cukup

besarserta mengharuskan masuknya investasi asing dalam kegiatan

tersebut.Proyek – proyek yang dikerjakan oleh pemerintah pada masa orde Baru

memang menjadi sasaran empuk bagi investor – investor asing untukmenanamkan

modalnya di Indonesia.

3.4 Kebijakan dan kesepakatan pemerintah Indonesia pada awal masuk

IMF ada Era Orde Baru

Pemerintahan Suharto yang telah menjalin kerjasama dengan IMF padasaat itu

pada akhirnya harus mengikuti segala syarat yang telah ditentukanoleh

organisasi.Secara terbuka Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwanegara ini

sangat mendukung program – program luar negeri yangdiberlakukan oleh IMF

dan negara – negara anggotanya.Indonesia jugasecara terbuka menginginkan

negara – negara Barat memfokuskan bantuankepada pembangunan yang

direncanakan Indonesia.

Hanya dalam waktu yang singkat pada akhirnya IMF mencairkanbantuan

untuk Indonesia.Hibah sebesar USD 174 juta dikatakan bertujuanuntuk

mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi.Dalam waktukurang dari

setahun kemudian sejak tahun 1967, IMF memberikan kembalibantuan kepada

Indonesia dalam program restrukturisasi utang sebesar USD 534juta.Utang

tersebut diberikan setelah Indonesia mematuhi sebagian syaratdari IMF yang salah

satunya berupa pengesahan Undang – UndangPenanaman Modal Asing.

IMF pada saat itu memberlakukan pinjaman jangka pendek terhadapIndonesia

dimana batas peminjaman adalah pada tahun 1971 dan Indonesiadiharuskan untuk

membayarkan secara teratur bunga dari seluruh totalpinjaman Indonesia. Lewat

berbagai perundingan, terutama pertemuan ParisClub, disepakati moratorium

utang sampai dengan tahun 1971 untukpembayaran cicilan pokok sebagian besar

utang. Presiden Suharto yangtentu saja sepakat dengan keputusan yang dihasilkan

pada Paris Club dankemudian menandatangani persetujuan tersebut.

Adapula bantuan proyek, yang pada dasarnya adalah utang bagipembagunan

proyek tertentu dengan syarat-syarat pelunasan yang lunak.Halini dikarenakan

pinjaman dalam bentuk ini sifatnya pasti dalam jangkapanjang dan berkala

mengingat pembangunan dalam sebuah negara tentu sajadilaksanakan secara

kontiniu. Bahkan, ada dana berbentuk sumbangan atauhibah yang berfungsi

sebagai ”dana pendamping” dari utangnya sehingganegara debitur tertarik untuk

melakukan pinjaman.

Setelah Indonesia benar – benar melakukan apa yang telah disahkanmengingat

pada saat UUPMA Nomor 1 Tahun 1967, maka secara langsungIndonesia

menjadi pasar yang terbuka bagi investor – investor asing untukmenjalankan

usaha mereka apalagi jika usaha tersebut berkenaan langsungengan model

pembangunan Indonesia. Kesepakatan pemerintah RI – IMFberdampak sangat

penting terhadap upaya untuk membongkar strukturmonopoli /

oligopoli.Monopoli yang terjadi dalam hal ini adalah monopoliyang dilakukan

oleh swasta dengan seluas – luasnya atas pengesahan darinegara.

Menyerahkan dinamika perekonomian pada mekanisme pasar sepertiyang

dilakukan oleh Indonesia pada awal melakukan kesepakatan denganIMF tentu saja

akan berdampak langsung terhadap masyarakat itu sendiri.Masyarakat tentu saja

akan mengalami ketidaksiapan mengingat pada saat itusebenarnya Indonesia

mengalami ketidakstabilan dalam bidang politik danekonomi. Hal ini memicu

terjadi guncangan dalam masyarakat terutamaketika masyarakat harus dihadapkan

dengan keadaan masuknya asing keperekonomian Indonesia.

Pada saat pemerintahan Soeharto mulai menerima bantuan utang luarnegeri

dan beberapa tahun setelahnya, perkembangan wacana keuanganinternasional

memang sedang kondusif.Dunia yang pada saat itu diwakilioleh kekuatan –

kekuatan kapitalis sedang mengalami suatu keadaan yangmemungkinkan mereka

untuk melakukan ekspansi ekonomi terhadap negara– negara berkembang.Selain

yang dinyatakan sebagai dimensi kemanusiaan,serta keterkaitan dengan masalah

perebutan pengaruh politik Blok Barat danBlok Komunis, konsep dan praktik

keuangan internasional memang tengahmarak mengembangkan berbagai bentuk

bantuan ataupun utang luar negeri.

Ada dua pemicu utama dari sisi wacana keuangan dan

perekonomiandunia.Pertama adalah upaya bagi banyak negara maju untuk

merestukturisasisekaligus mengembangkan industri pengolahannya, yang

berlangsung mulaiera 1960-an. Negara – negara industri seperti Amerika tentu

saja harus mulaiuntuk membangun pengolahan yang sebelumnya sempat

terbengkalai akibat Perang Dunia Kedua. Yang menjadi pertimbangan ataupun hal

yang harus dipikirkan oleh negara industri dalam jangka waktu yang panjang

adalahsuplai sumber energi, bahan baku, pemindahan sebagian tahap

produksi,sampai kepada penetrasi pasar yang menjamin adanya mekanisme pasar

yangstabil.

Kedua, mulai ada kelebihan likuiditas pada lembaga keuanganinternasional,

yang kemudian mendapat momentum lanjutandari meningkatnya harga dolar

Amerika yang menjadi patokan dalam nilaitukar pada saat itu akibat kenaikan

harga minyak sejak awal 70 – an. Selaindisimpan pada bank dan lembaga

keuangan komersial, dolar dari negaranegaraprodusen minyak ini juga bisa

diakses oleh IMF. Maka pada saat ituIMF dan negara maju tersebut sepakat untuk

memberikan bantuan kepadanegara berkembang yang sifatnya akan

menguntungkan satu sama lain.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Sebagaimana yang telah diketahui bahwasanya Sistem Moneter Internasional

merupakan salah satu unsur yang penting dalam melaksanakan perekonomian

yang berlaku diseluruh bagian di Dunia. Sistem Ekonomi Moneter (SMI)

menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme

yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang

lain (Shapiro, 1992).

Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana

Pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. System Moneter Internasional

merupakan system keuangan yang berlaku untuk setiap Negara di Dunia yang

membahas tentang transaksi lintas Negara.

Sistem Moneter Internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi

perdagangan Internasional dan Investasi antar Negara. Perubahan yang terjadi

dalam kegiatan perekonomian di Dunia biasanya terjadi karena adanya Gejolak

ekonomi yang terjadi di Negara-Negara yang berpengaruh.

4.2 Saran

Bagi pihak-pihak yang terkait dengan Sistem Moneter Internasional seperti

eksportir-importir, Pemerintah, Pengusaha bahkan masyarakat hendaknya

mengetahui dengan jelas tentang bagaimana Sistem Moneter Internasional yang

berlaku di Dunia, sehingga dalam melakukan transaksi pembayaran Internasional

tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Juga dengan mengetahui tentang Sistem

Moneter Internasional juga bisa meningkatkan investasi dan kemajuan di dalam

Negeri demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Negaranya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Alexandria. (2014, Oktober). Dipetik November 26, 2014, dari

alexandrian05.blogspot.com/2014/10/makalah-sistem-moneter-

internasional.html

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund). Washington, D.C.

2003 [Online : http://www.imf.org]

Asosiasi Pembangunan Internasional (online). Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/ [2 November 2014]

Bank_Dunia (online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ [2 November 2014]

Bank_Internasional_untuk_Rekonstruksi_dan_Pembangunan (online). Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/ [2 November 2014]

Cara dan Alat Pembayaran Internasional. (Online) Tersedia :

http://okayana.blogspot.com/2009/08/cara-dan-alat-pembayaran-

internasional.html (diakses 2 November 2014)

Dana_Moneter_Internasional (online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ [2

November 2014]

Fungsi dana moneter internasional (Online). Tersedia:

http://infokabar.com/fungsi-dana-moneter-internasional/ [2 November

2014]

Harwati, Tati.2014. Jelaskan Pengertian Valuta Asing dan Kurs Valuta Asing ?.

[Online]. Tersedia :

http://kumpulantugasekol.blogspot.com/2014/04/jelaskan-pengertian-valuta-

asing-dan.html. 1 November 2014

Macam-macam Pembayaran Internasional. (Online) Tersedia :

http://charisblogger.blogspot.com/2013/03/macam-macam-pembayaran -

internasional.html (diakses 2 November 2014)

(Online) Tersedia: http://www.imf.org/external/pubs/ft/exrp/what/IND/whati.pdf.

[2 November 2014]

(Online) Tersedia:

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/NEWS/0,,contentMDK:23

167368~menuPK:141311~pagePK:34370~piPK:34424~theSitePK:4607~to

picMDK:$0,00.html [2 November 2014]

Pembayaran Internasional. (Online) Tersedia :

http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/pembayaran-internasional.html

(diakses 2 November 2014)

Pengertian valuta Asing. [Online]. Tersedia : http://ardra.biz/ekonomi/valuta-

asing/.1 November 2014 -. 2014. Kurs Dolar dan Valuta Asing. [Online].

Tersedia : http://www.seputarforex.com/data/kurs_dollar_rupiah/. 1

November 2014