sistem logika dan etika otak manusia

4
Sistem Logika dan Etika Otak Manusia Septian Ika Prasetya 1406578754 Judul buku : 1. Social Neuroscience 2. Human Physiology Penulis /editor : 1. John T. Cacioppo dan Gary G. Berntson (editor) 2. Lauralee Sherwood Data Publikasi : 1. 2005. New York : Psychology Press. 2. 2010. Belmont : Brooks/Cole Cengage Learning Korteks serebral manusia telah mengalami evolusi yang sangat maju terutama pada area frontal dan temporal. Sebagaimana ditulis oleh Cacioppo dan Berntson (2004:1), evolusi menjadikan proporsi dua area tersebut mendominasi korteks serebral manusia. Proporsi lobus frontal dan lobus temporal terhadap keseluruhan massa korteks serebral berturut-turut 32 persen dan 23 persen. Hal inilah yang membedakan otak manusia dengan mamalia lainnya yang korteks-nya didominasi oleh saraf sensorimotorik. Berkat adanya ekspansi hasil evolusi korteks frontal, stimulasi mental untuk keluaran

Upload: septian-tresna-wijaya

Post on 17-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

social psychologybrain triune

TRANSCRIPT

Sistem Logika dan Etika Otak ManusiaSeptian Ika Prasetya

1406578754

Judul buku: 1. Social Neuroscience

2. Human Physiology

Penulis/editor: 1. John T. Cacioppo dan Gary G. Berntson (editor)

2. Lauralee Sherwood

Data Publikasi: 1. 2005. New York : Psychology Press.

2. 2010. Belmont : Brooks/Cole Cengage LearningKorteks serebral manusia telah mengalami evolusi yang sangat maju terutama pada area frontal dan temporal. Sebagaimana ditulis oleh Cacioppo dan Berntson (2004:1), evolusi menjadikan proporsi dua area tersebut mendominasi korteks serebral manusia. Proporsi lobus frontal dan lobus temporal terhadap keseluruhan massa korteks serebral berturut-turut 32 persen dan 23 persen. Hal inilah yang membedakan otak manusia dengan mamalia lainnya yang korteks-nya didominasi oleh saraf sensorimotorik. Berkat adanya ekspansi hasil evolusi korteks frontal, stimulasi mental untuk keluaran tindakan atau perasaan alternatif yang mempengaruhi evaluasi dan keputusan seseorang dapat terjadi. Korteks frontal memang berfungsi dalam kemampuan manusia untuk mempertimbangkan, merencanakan, dan melaksanakan stimulasi mental. Di samping itu, bagian korteks frontal secara keseluruhan berfungsi untuk kemampuan melakukan pertimbangan, daya ingat, dan keputusan tindakan. Sementara itu, area temporal memiliki peran penting dalam persepsi sosial dan komunikasi. Otak manusia memiliki sistem etika yang mengontrol manifestasi eksternal perilaku emosional dengan pola-pola perilaku yang dipelajari secara sadar. Sistem ini dijalankan oleh korteks asosiasi prafrontalis (neocortex) dan sistem limbik (amygdala). Menurut Sherwood (2010:155), mekanisme kontrol ini cenderung memperkuat perilaku yang telah terbukti memberi kepuasan (pengalaman yang menyenangkan) dan menekan/mencegah perilaku yang berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Lebih lanjut Brothers (1990) dalam Cacioppo dan Berntson (2005:6) menerangkan bahwa korteks orbitofrontal (perpaduan antara korteks frontalis dan korteks orbital) dan amygdala terlibat dalam proses spesifikasi relevansi sosioemosional dari informasi sosial. Amygdala merupakan komponen yang esensial sebagai serangkaian nukleus (inti) yang terlibat dalam kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut meliputi kemampuan dalam membentuk persepsi dan perilaku yang menentukan kemampuan individu dalam berinteraksi sosial.

Cacioppo dan Berntson (2004:2) menyatakan bahwa informasi sensorik yang berasal dari interaksi dengan orang lain, kelompok, perkumpulan, dan budaya sangatlah banyak kuantitasnya dan sangat kompleks, jauh melebihi informasi sensorik dari lingkungan fisik. Snyder dan Swann (1978) dalam Cacioppo dan Berntson (2004:2) mengungkapkan bahwa karena informasi yang masuk melebihi kapasitas korteks otak manusia untuk memprosesnya, logika sosial manusia cenderung mencari dan memilih informasi yang mengkonfirmasi apa yang telah mereka ketahui. Akibat selektivitas ini, kognisi sosial tidak menjadi informasi obyektif melainkan perspektif subyektif yang penuh dengan proses penggunaan minat pribadi (self-interest), penguatan pribadi (self-enhancement), dan perlindungan diri (self-protective). Logika manusia dalam memproses informasi sosial memperlihatkan beberapa kecenderungan yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari stimulus informasi sosial itu sendiri.Nisbet dan Wilson (1977) dalam Cacioppo dan Berntson (2004:2) menyatakan bahwa logika sosial manusia cenderung mengolah informasi yang melindungi mereka dari ancaman simbolik maupun nyata dan tindakan yang membuahkan kesuksesan. Sesungguhnya manusia tidak terlalu baik dalam memahami penyebab dari perasaan maupun perilaku mereka namun mereka mempercayai seberapa lama sesuatu yang mereka pilih akan membuat mereka merasa enak ataupun buruk Manusia juga cenderung terlalu membanggakan kemampuan mereka dan meremehkan kesalahan-kesalahan mereka.Sherwood (2010:157) mengemukakan bahwa tindakan manusia ditentukan oleh motivasi, yaitu kemampuan untuk mengarahkan perilaku ke tujuan spesifik yang ditujukan untuk memenuhi dorongan kebutuhan fisiologis. Kemampuan ini dimiliki oleh bagian otak reptil yang berupa hipotalamus. Akan tetapi, kebanyakan perilaku tidak hanya untuk memenuhi dorongan fisiologis semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar, dan kebiasaan yang dikontrol oleh sistem limbik dan eksekusinya diatur oleh korteks asosiasi prafrontalis. Sehingga logika tindakan manusia sehari-hari ditentukan oleh kerjasama dari ketika bagian dalam triune otak.