sistem jual beli dropship bermitra hijab arrafi...
TRANSCRIPT
i
SISTEM JUAL BELI DROPSHIP BERMITRA HIJAB ARRAFI
PERSPEKTIF ULAMA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum
Oleh
NAF’A ROBI’AH
NIM : 33020150079
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“MAN JADDA WAJADA”
(Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya).
Bukan Bahagia yang menjadikan Bersyukur, tapi Bersyukur yang menjadikan
Bahagia
Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi manusia lain.
semua proses tidak akan menghianati hasil, yakinlah Allah selalu memberikan
hasil yang terbaik di setiap prosesmu.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tersayang bapak Abdur Rosyad dan Almarhumah ibu
Mufidah, sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal
lelah dan yang selalu mendo‟akan aku serta tidak berhenti menyayangi
aku, terimakasih atas, pengorbanan, keringat dan kesabaran
mengantarkanku sampai kini, ibu walau jasadmu kini tiada tapi aku yakin
do‟amu terdahulu selalu teriring kepadaku setiap hari sampai sekarang.
2. Kakak-kakakku Kholid Fahad, Atin Mawaddah Ilmiyati, Muhammad
Idris, Nida Arafah, Siti Mariyam dan Abdul Ghofur yang telah
mendo‟akan dan memberikan semangat tiada henti.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat, dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam
penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH, Msi, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah.
4. Bapak Dra. Siti Muhtamiroh, M.S.I. selaku dosen pembimbing akademik IAIN
Salatiga
5. Bapak M. Taufiq Zam Zami, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dukungan untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Illya Muhsin, M.S.I. yang pernah membimbing skripsi saya sebelum
beliau berangkat Haji.
7. Semua keluarga saya tercinta yang tiada henti mendoakan saya dan selalu
memberikan motivasi kepada saya. Orang tua saya Bapak Abdur Rosyad dan
Almarhumah Ibu Mufidah. Kakak-kakak saya Kholid Fahad, Atin Mawaddah
ix
Ilmiyati, M Idris, Nida Arafah dan kakak-kakak ipar saya Siti Mariyam dan
Abdul Ghofur.
8. Seluruh guru-guru saya dan dosen-dosen saya yang telah memberikan banyak
ilmu. Khususnya Bapak Choirul Huda, M.H. yang selalu memberi arahan.
9. Kepada semua staff karyawan dan mita di Hijab Arrafi , yang telah menerima
dengan baik untuk menjadi objek penelitian saya.
10. Kepada para ulama Salatiga yang telah menerima dengan baik dan
menjawab pertanyaan penelitian saya.
11. Teman-teman seperjuangan yang turut memberikan semangat yang selalu
hadir dalam diri saya, bagi saya tidak ada teman spesial karena semua teman
itu spesial. Terutama kepada Nuzliwati, Rizky Arofah, dan seluruh teman-
teman kost ibu Wiji yang selalu memberikan motivasi dan memberikan hal-hal
yang bernilai positif, terutama yang berjuang bersama ulfiyah, endah,
chamidah dan hana.
12. Teman-teman saya dari TK sampai sekarang mendukung apapun yang
saya lakukan dengan sepenuh hati Ayu Suroya, Dian Safitri, Faroh Shofiya
Hanani dan Yusnita Amalia.
13. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2015, yang sudah menjadi
teman, saudara, dan keluarga saya.
14. Keluarga IMADE dan ARAFAT Salatiga karena salah satu bagian terpenting,
tanpa mereka saya mungkin akan hidup di kota rantau sendiri.
15. Teman-teman Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesi yang selalu memberi
pembelajaran hidup disetiap waktunya
x
16. Semua pengurus HJM HES 2017 dan DEMA Syariah 2019, yang selalu
memberikan motivasi terbaik
17. Seluruh jajaran Akademis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Fakultas Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya, terimakasih
banyak telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
18. Semua pihak serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan kontribusi dan dukungan yang cukup besar
sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut
Agama Islam (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih baik dari yang mereka berikan dan senantiasa dalam
lindungan-Nya. Amiin,
Akhir kata penulis berharapsemoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga saran. Kritik
serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan segala
kerendahan hati. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Wassalamualakum warahmatullahi wabarokatuh
Salatiga, 29 Agustus 2019
Penulis
Naf‟a Robiah
NIM 33020150079
xi
ABSTRAK
Robi‟ah, Naf‟a. 2019. SISTEM JUAL BELI DROPSHIP BERM1TRA HIJAB
ARRAFI PERSPEKTIF ULAMA SALATIGA Skripsi. Fakultas Syari‟ah
Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
Pembimbing : Muhammad Taufiq Zam Zami, M.A.
Kata Kunci: Sistem Dropship Bermitra Hijab Arrafi, Perspektif Ulama
Dewasa ini, seiring perkembangan teknologi, berkembang juga cara
bermuamalah masyarakat. Salah satunya jual beli online dengan sistem dropship
yang melibatkan tiga pihak yaitu supplier, dropshipper dan pembeli. Dropshipper
tidak memiliki barang dagangan, tetapi hanya menawarkan deskripsi di pasar
online. Hal tersebut tidak sesuai dengan syarat ma‟qud alayh yaitu benda atau
barang yang diperjual belikan adalah milik pribadi. Sistem dropship tersebut
dilakukan oleh marketing Hijab Arrafi, hal ini yang menjadikan penulis tertarik
untuk meneliti mengenai bagaimana jual beli online sistem dropship pada
marketing Hijab Arrafi? dan bagaimana pandangan Ulama Salatiga tentang jual
beli online sistem dropship pada marketing Hijab Arrafi?.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan analisis induktif dan menggunakan pendekatan yuridis empiris
untuk memperoleh kesimpulan dan analisis menurut pendapat para ulama
Salatiga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sistem dropship yang
dilakukan Hijab Arrafi menggunakan model bagi hasil dan model jaminan,
dimana model bagi hasil yaitu bagi hasil yang berbentuk persentase komisi tidak
lebih dari 50%, model ini untuk mitra member dan resseler. Model selanjutnya
yaitu dengan model bagi hasil dan jaminan, model ini dilakukan oleh mitra agen
dan sub agen, mereka mendapatkan keuntungan bagi hasil bentuk persentase dan
memberikan uang jaminan untuk deposit. Para ulama kota Salatiga
memperbolehkan sistem jual beli dropship Hijab Arrafi tetapi dalam akadnya
mereka berbeda pendapat, ada yang berpendapat dengan akad simsaroh yaitu
dropshipper sebagai simsar atau makelar. Adapun yang berpendapat lain
bahwasannya sistem dropship di Hijab Arrafi menggunakan akad wakalah yaitu
dropshipper sebagai wakil dari supplier. Tetapi mereka bersepakat dalam prinsip-
prinsip muamalah yaitu saling ridha, tidak ada unsur riba, tidak ada unsur tipuan,
tidak ada unsur gharar dan jahalah, komoditas bukan yang diharamkan dan pihak
yang berakad tidak ada yang dirugikan. Agar semua prinsip tersebut bisa
terpenuhi maka simsar atau makelar dan wakil harus memberlakukan khiyar
kepada pembeli, atau memberikan garansi apabila barang yang diterima tidak
sesuai dengan deskripsi yang ada, karena posisi dropshipper tidak sedang
memiliki atau membawa barang yeng dideskripsikan.
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam tesis ini disesuaikan dengan
penulisan transliterasi Arab-Latin mengacu kepada keputusan bersama Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1987 Nomor: 158
tahun 1987 dan Nomor: 0543b/u1987, sebagai berikut:
Penulisan Huruf
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif ا
Tidak
dilambangkan
Tidak
dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Sa Ś ث
Es (dengan titik di
atas)
Jim J Je ج
Ha H ح
Ha (dengan titik di
bawah)
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal Z Zet ذ
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
xiii
Shad Sh Es dan ha ص
Dhad Dh De dan ha ض
Tha Th Te dan ha ط
Zhaa Zh Zet dan hà ظ
„ ain„ ع
Koma terbalik di
atas
Ghain Gh Ge dan ha غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Ki ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Min M Em م
Nun N En ن
Waw W We و
Ha H Ha ه
Hamzah „ Apostref ء
Ya Y Ye ي
Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:
al-yawm.
xiv
Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda
macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ال فاتحة = l-f tih h ), ( م -l = ال علو
„ul um ) dan ( مة .( q im h = قي
Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حد = haddun ), ( سد = saddun
.( tayyib = طيب ) ,(
Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari
kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ال بي ت = al-bayt ), ( مآء الس
= l-s m ‟ ).
T ‟ m r ut h mati atau yang dibaca seperti ber-h r k t suk un transliterasinya
dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan t ‟ m r ut h
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( يةال هلال ru‟ h l-hil l = رؤ
atau ru‟ tul hil l ).
Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ية .(‟ fuq h = فقهاء ) ,( ru‟ h = رؤ
Huruf besar dalam tulisan latin digunakan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD)
xv
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ......................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................................ iii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian...................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ........................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 11
G. Metodelogi Penelitian .................................................................................. 15
H. Sestematika Penelitian ................................................................................. 18
BAB II KAJIAN TEORI
A. JUAL BELI .................................................................................................. 20
1. Rukun Jual Beli ..................................................................................... 21
2. Syarat Jual Beli...................................................................................... 21
3. Jual beli yang dilarang dalam Islam ...................................................... 22
4. Jenis-jenis Akad yang berkaitan dengan Jual beli ................................. 24
B. Jual Beli Online ............................................................................................ 35
C. Sistem Jual beli Dropship ............................................................................ 39
BAB III PROFIL dan MARKETING ARRAFI
A. Profil Perusahaan ......................................................................................... 44
xvi
1. Sejarah Hijab Arrafi .............................................................................. 44
2. Visi dan Misi Hijab Arrafi .................................................................... 46
3. Struktur Organisasi dan Job Description Hijab Arrafi .......................... 46
B. Marketing Produk Hijab Arrafi .................................................................... 51
1. Pengembangan Produk Hijab Arrafi ..................................................... 51
2. Pengembangan Pemasaran Produk Hijab Arrafi55
3. Sistem Dropship Hijab Arrafi ............................................................... 60
BAB IV ANALISIS
A Analisis Jual Beli Online Sistem Dropship pada Marketing Hijab Arrafi ... 62
B Analisis Pandangan Ulama Salatiga tentang Jual Beli Online Sistem
Dropship pada Marketing Hijab ................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan .................................................................................................. 71
B Saran ............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 76
LAMPIRAN .............................................................................................................. 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jual beli merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar-menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak,
yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yang menerimanya sesuai
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan
disepakati1. Dalam syariat Islam dianjurkan berniaga atau bermuamalah
dengan jual beli. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT:2
اللو فاذكروا عرفات من أفضتم فإذاليس عليكم جناح أن ت بت غوا فضل من ربكم الي ال لمن ق بلو من كنتم وإن ىداكم كما واذكروه الرام المشعر عند ض
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang
sesat. (Q.S. Al-Baqarah 2:198)
Seiring perkembangan zaman serta teknologi informasi yang canggih
umat manusia memanfaatkan kemajuan dalam hal tersebut sebagai sarana
untuk kegiatan ekonomi seperti jual beli. Jual beli yang dahulu kala hanya
dilakukan dengan cara kita bertemu langsung pada penjual yang mempunyai
toko atau lapak untuk barang jualannya, sekarang seiring dengan pesatnya
1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm 68
2 Q.S. al-Baqarah (2): 198
2
kemajuan teknologi informasi dengan munculnya berbagai media sosial serta
situs jual beli online, manusia tidak hanya memanfaatkan perkembangan
teknologi tersebut sebagai sebuah wadah untuk berinteraksi sosial semata
melainkan sebagai sarana pemenuhan kebutuhn hidupnya.
Diantara media sosial yang ada saat ini adalah Facebook, Twitter,
LINE, Whatsapp, Instagram serta situs jual beli online seperti OLX,
Bukalapak.com, FJB Kaskus, Lazada, Zalora, Tokopedia, Elevenia,
Priceza.co.id. Untuk yang di luar negeri seperti Alibabaexpress, Amazon,
Ebay, Newegg dan yang lainnya mulai dimanfaatkan sebagai sarana untuk
melakukan jual beli online. Dalam dunia jual beli online ada beberapa jenis
jual beli yang dilakukan oleh mereka yang memanfaatkan sebagai usaha
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Situs jual beli dan media sosial menjamur, dan dipengaruhi oleh sistem
dan mekanisme yang terbilang mudah dibandingkan dengan jual beli
konvensional. Melalui situs jual beli online serta media sosial, pola belanja di
masyarakat khususnya pengguna internet berubah. Pembeli tidak harus
mendatangi langsung tempat perbelanjaan, tetapi cukup dengan mengakses
situs-situs penyedia jual beli online atau media sosial yang menyediakan
berbagai macam kebutuhan konsumen, maka konsumen sudah dapat membeli
suatu produk secara online. Lalu untuk melakukan pembayaran, pembeli
dapat langsung mentrasfer dana ke penjual.
Jual beli online banyak diminati orang dikarenakan jual beli online
tidak memerlukan modal yang besar, dan tidak memerlukan tempat usaha.
3
Yang dibutuhkan seseorang untuk bisa bertransaksi dalam jual beli online
hanyalah sebuah perangkat elektronik yang terkoneksi internet (smatrphone
atau komputer) serta barang yang akan diperjualbelikan yang hanya
berbentuk gambar dan deskripsi barang tersebut Jenis jual beli online yang
saat ini sedang marak dilakukan adalah reseller dan dropshipper. Kedua jual
beli tersebut saat ini sudah banyak ditemukan jika kita membuka situs online
shopping.
Dropship kini menjadi buah bibir para pembisnis online dan menjadi
model bisnis yang diminati pembisnis online baru, karena dengan modal kecil
bahkan tanpa ada modal. Karena dropship (toko online) tidak pernah
menyetok dan menyediakan tempat penyetokan barang melainkan hanya
mempromosikan melalui toko online dengan memasang foto dan kriteria
barang dan harga. Barang didapat dari jalinan kerja sama dengan perusahaan
lain yang memiliki barang yang sesungguhnya, yang disebut dropshipper3.
Jual beli dropship menjadi salah satu alternative yang dipilih oleh
kelangan pelaku usaha untuk melakukan sistem jual beli online. Dikarena
sistem jual beli dropship yang mudah dilakukan pada era serba teknologi.
Dropship pada dasarnya merupakan jual beli yang dilakukan antara penjual
dan pembeli dengan menggunakan media internet, dropship adalah penjual
produk yang memungkinkan drophipper menjual barang ke pelanggan
dengan bermodalkan foto dari supplier atau toko (tanpa harus menyetok
3 Rudiana dan Achmad Otong Bustomi, “Transaksi Dropshipping perspektif Ekonomi
Syariah,” Al-Must shf jurn l peneliti n hukum ekonomi s ri‟ h Vol 3:1 (2016) hlm 55
4
barang) dan menjual ke pelanggan dengan harga yang ditentukan oleh
dropshipper.
Model transaksi antara dropshipper dengan supplier ada 2 macam,
yaitu4: 1) Supplier memberikan harga ke dropshipper, kemudian dropshipper
dapat menjual barang kepada konsumen dengan harga yang ditetapkannya
sendiri, dengan memasukkan keuntungan dropshipper. 2) Harga sejak awal
sudah ditetapkan oleh supplier, termasuk besaran fee untuk dropshipper bagi
setiap barang yang terjual. Pada jenis pertama, supplier memberikan
kebebasan kepada dropshipper untuk memasarkan suatu produk dengan
penetapan harga sesuai keinginan dropshipper, biasanya tidak ada biaya
pendaftaran serta tidak ada batas minimal pembelian. Jenis inilah yang paling
mudah serta banyak digemari oleh pelaku bisnis dropship. Sedangkan pada
jenis kedua, umumnya ada biaya pendaftaran anggota dan terdapat batas
minimal penjualan.
Hijab Arrafi adalah salah satu brend baju muslim yang terkenal.
Menjual berbagai gamis dewasa, gamis anak-anak, jilbab dewasa, jilbab anak
dan turban. Sistem marketing Hijab Arrafi menggunakan marketing
bertingkat untuk lebih mudah memperkenalkan brend produk Hijab Arrafi
kepada Masyarakat. Dimana didalam marketing terdapat distributor, agen,
sub agen, member dan reseller. Untuk harga barang, Hijab Arrafi sudah
menetapkannya di katalog Hijab Arrafi keuntungan diskon distributor 45%,
agen 40%, sub agen 30%, member 20% dan reseller 10%.
4 Muflihatul Bariroh, “Transaksi jual Beli Dropshipping dalam Perspektif Fiqh
Muamalah,” Jurnal Ahkam, Vol 4:2 (Nopember 2016) hlm 203-204
5
Member dan reseller mendapat keuntungan sedikit maka dari itu
sebagian besar dari mereka memanfaatkan jual beli online untuk mejajakan
dagangannya, mereka hanya mencopy deskripsi dalam katalog di aplikasi
dagangannya. Dengan begitu mereka tidak memerlukan banyak modal yang
dikeluarkan karena menggunakan dropship. Mereka akan membayar
dagangannya kepada supplier apabila pembeli sudah membayar barang
mereka yang dijajakan di media sosial mereka masing-masing.
Marketing bertingkat menjadikan pengiriman barang lama. Karena
barang harus dioper dari mitra paling tinggi ke mitra paling rendah, hal
seperti itu menjadikan mitra paling rendah lama mendapatkan barang dan
harus dikirim lagi kekonsumen. Maka dari itu kebayakan mitra menggunakan
sistem dropship supaya barang lebih cepat sampai kepada pelanggan.
Mengenai jual beli online dengan sistem dropship jika ditinjau
menurut fikih muamalah maka ada poin yang harus digaris bawahi yakni
mengenai kepemilikan barang jualan atau produk yang dijual oleh pelaku
dropship, dimana para pelaku dropship hanya memasang katalog atau rincian
barang di situs atau media sosial yang ia punya sebagai tempat pemasaran
namun tidak memiliki barang atau produk yang ia tawarkan. Produk tersebut
masih dimiliki oleh para produsen atau supplier, penjual hanya memasarkan
di situsnya dengan mendapat keuntungan dari selisih harga antar supplier
dengan harga yang ia pasang jika di ibaratkan maka pelaku dropship hampir
sama dengan seorang makelar.
6
Terdapat larangan menjual barang yang tidak dia miliki dan sesuatu
yang belum menjadi miliknya, sebagaimana sabda Rasulullah :
عندى ليس ييد من الب يع ف يأتين الرجل قال يا رسول اللو بن حزام عن حكيم وق ف قال : لا تبع ما ليس عندك أفأب تاعو لو من الس
“D ri H kim in Hiz m “Beli u erk t kep d R sulull h “Wahai
Rasulullah, ada orang yang mendatangiku. Orang tersebut ingin
mengadakan transaksi jual beli, denganku, barang yang belum aku miliki.
Bolehkah aku membelikan barang tertentu yang dia inginkan di pasar setelah
bertransaksi dengan orang terse ut?‟ Kemudi n N i ers d
“J ng nl h k u menju l r ng ng elum k u miliki.”5 (HR. Tirmizi)
Jika ditinjau lebih jauh menurut fikih muamalah, jual beli dropship ini
tidak sesuai dalam syarat m ‟qud l h yakni di antara syarat m ‟qud l h
(benda atau barang yang diperjual belikan) adalah “barang tersebut harus
milik pribadi”.6 Sedangkan dalam jual beli sistem dropship barang yang
dijual oleh penjual bukanlah barang milik pribadinya melainkan hanya
memasarkan produk milik supplier (grosir). Selain itu jual beli ini dinilai
berisiko karena hanya memperlihatkan produk dari gambar saja tanpa melihat
langsung.
Dari permasalahan di atas, diperlukan penilitian lebih lanjut mengenai
sistem jual beli online dropship yang ada di marketing brend arrafi yang
berada kota Kudus, penulis berniat mengangkatnya menjadi skripsi dengan
judul “Sistem Jual Beli Dropship Bermitra Hijab Arrafi Perspektif
Ulama Salatiga”.
5 Imam Ḥafiż Abi „Isya Muhammad bin „Isya bin Suratu at Tirmiżi, J mi‟ s Sh hih
(Sun n t Tirmiżī), Jilid 2, nomor hadis: 1250, Kitabul Buyu‟ (Maktabah Dahlan: Indonesia) hlm.
350-351. 6Abdur Rahman Ghazali. Fiqh Muamalah, (Jakarta: Pradana media, 2010), hlm. 75.
7
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan bahwa masalah pokok dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana jual beli online sistem dropship pada marketing Hijab
Arrafi?
2. Bagaimana pandangan ulama Salatiga tentang jual beli online
sistem dropship pada marketing Hijab Arrafi?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana jual beli online sistem dropship pada
marketing Hijab Arrafi.
2. Mengetahui bagaimana pandangan ulama Salatiga tentang jual beli
online sistem dropship pada marketing Hijab Arrafi.
D. Keguanaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Keguaan Teoritis
Penelian ini diharapkan memberi kontribusi yang cukup signifikan dalam
khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya yang
berkaitang tentang kajian sistem dropship perspektif Ulama Salatiga.
2. Kegunaan praktis.
a. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan ataupun referensi dalam menciptakan karya-
8
karya ilmiah bagi seluruh civitas akademika di IAIN Salatiga
maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
b. Bagi masyarakat, kajian ini diharapkan akan menambah pengetahuan
dalam memahami hukum jual beli online dengan sistem dropship
perspektif ulama Salatiga.
E. Penegasan Istilah
Untuk Memudahkan Pemahaman dan agar tidak terjadi kesalahan
pahaman dalam memahami skripsi yang akan diteliti maka akan dijelaskan
dropship dan Ulama Salatiga
1. Dropship
Dropship berasal dari kata Dropshipping. Dropshipping adalah
teknik pemasaran di media sosial atau di market place dimana penjual
tidak memiliki stok barang dan jika penjual mendapatkan order, maka
konsumen mantransfer uang ke penjual dan penjual mentranfer uang
ke distributor atau Supplier yang sudah dipotong keuntungan penjual,
distributor atau supplier mengirim barang langsung ke konsumen.
Orang yang melakukan sistem dropship namanya dropshipper.
Peneliti menggunakan istilah dropship bukan dropshipping dikarena
masyarakat lebih mengenal dan paham dengan istilah tersebut.
9
2. Persektif Ulama
Kata perspektif berasal dari kata Bahasa itali “prospettiva” yang
berarti gambar pandangan. Bisa dikaartikan perspektif adalah
gambaran atau pandangan bisa dari seseorang atau kelompok7.
Ulama berasal dari bahasa Arab, jama (plural) dari kata alim
yang berarti orang yang mengetahui, orang yang berilmu. Ulama
berarti para ahli ilmu atau para ahli pengetahuan atau para ilmuan.
Pemakaian perkataan ini di Indonesia agak bergeser sedikit dari
pengertian aslinya dalam bahasa arab. Di Indonesia, alim diartikan
seorang yang jujur dan tidak banyak bicara. Ulama-ulama yaitu orang-
orang yang tinggi dan dalam pengetahuannya tentang agama islam dan
menjadi contoh ketauladanan dalam mengamalkan agama itu dalam
kehidupannya8.
Ulama didefinisikan sebagai seseorang yang berilmu
terutamanya dalam hal perkaitan dalam Islam, ia wajar dijadikan
sebagai role-model dan tempat rujukan ilmu bagi masyarakat
sekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tokoh diartikan
sebagai orang yang terkemuka/terkenal, panutan.9
Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang
berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama
7 Johanes Suparyono, kontruksi perspektif (Yogyakarta, Kanisius: 1981) hlm 7.
8 Ridho Herinza, “Perspektif ulama terhadap pelaksanaan perbankan syariah di kabupaten
Kudus,” Skripsi Univeesitas Negeri Semarang (2013), hlm 28. 9 Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Kartika, 1997), hlm. 68
10
perbedaan keahlian dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka
ulama seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Ulama adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus
amal dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya.10
Berbeda dengan Muh
Ali Azizi mendefenisikan ulama adalah orang yang melaksanakan
dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara
individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.11
Dalam masyarakat buat dewasa ini, pengaruh ulama masih
besar dan dalam beberapa hal menentukan. Partisipasi masyarakat
didesa dalam pembangunan dirasakan sangat tergantung kepada ikut
sertanya ulama masing-masing. Tanpa partisipasi para ulama‟ jalannya
pembangunan tampak tertegun-tegun atau kurang lancar.
Selanjutnya ulama juga merupakan sebutan dari Pengajar agama
(Guru agama), golongan ini berasal dari rakyat biasa. Tetapi karena
ketekunannya belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan.
Tentu ada perbedaan antara satu dengan lainnya tentang dalam
dangkalnya pengetahuan yang mereka miliki masing-masing, sebagai
juga berbeda tentang banyak sedikitnya bidang pengetahuan yang
mereka kuasai. Dahulu sebelum diperintah oleh Belanda, pegajar
agama selain dari menguasai ilmu pengetahuan bidang agama, juga
banyak diantara mereka yang menguasai pula bidang-bidang lain.12
10
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren (Yogyakarta: eLSAQ Press,
2007), hlm. 169. 11
Muh Ali Aziz, Ilmu Dakwah,( Jakarta : Kencana 2004), hlm. 75 12
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial ( Jakarta: CV Rajawali, 1983), hlm 10
11
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa pengertian ulama adalah orang yang memiliki atau
mempunyai kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan islam
dan sebagai panutan masyarakat disekitarnya.
Adapun perspektif ulama dalam penelitian ini adalah pandangan
atai gambaran orang yang memiliki keunggulan dalam ilmu
keagamaan yang menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat untuk
memberikan pengarahan hidup yang baik sesuai ketentuan Allah agar
masyarakat tersebut dapat mencapai kebahagiaan dunia akherat atau
seseorang yang terpandang di dalam masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang agama yang tinggi.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu menjadi penting untuk dimunculkan sebagai
bentuk pembuktian bahwa penelitian yang dilakukan penulis ini mempunyai
perbedaan dengan peneliti yang dilakukan sebelum. Adapun penelitian
terdahulu dalam penelitian ini ada sebagai berikut;
Jurnal Ekonomika dari Al Hafid Ibnu Qayyim dan Eko Kurniawanto
dengan judul Hukum Jual Beli Online dengan Sistem Dropship Menurut
Syariah. Penelitian tersebut mengkaji hukum jual beli online dengan sistem
dropship serta prosedural jual beli menurut tinjauan hukum syar‟i (Islam).
Memaparkan atau menyajikan data dan informasi secara mendalam dan utuh,
kemudian dianalisis dengan pendekatan ilmu fiqih jual beli dalam Islam
sesuai Qur‟an dan Hadist. Menetapkan bahwa hukumnya jual beli online
12
dengan cara dropship dalah mubah selama memenuhi kreteria saling ridha
dan tidak ada tipu-tipu di dalamnya13
.
Jurnal Human Falah dari Andi Triyawan dan Suthorik Eri N dengan
judul Sistem Dropshipping Menurut Ekonomi Islam. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis pembahasan, menyimpulkan bahwa kontrak (akad)
yang digunakan dalam model dropship yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu;
1. Model bagi hasil dengan akad perantara (simsar). 2. Model jaminan dengan
akad kafalah. 3. Model web replica dengan akad mudharabah. Ada tiga
aspek dari unsur dilarang dalam kontrak dropship yang dibenarkan dalam
Islam, yaitu; Riba, Gharar dan maysir14
.
Al-Mustashfa Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syari‟ah dari
Rudiana dan Achmad Otong Bustomi dengan judul Transaksi Dropshipping
Perspektif Ekonomi Syariah. Berdasarkan penetian dijelaskan transaksi
dropship disamakan dengan transaksi i‟ ss l m. Akan tetapi diterangkan
transaksi dropshipp merupakan jual beli online dengan cara pesanan tetapi
penjual tidak menyetok barang, sedangkan i‟ s-salam merupakan jual beli
pesanan yang dihalalkan oleh Islam. Kemudian dropship dapat dikatakan
tidak sejalan dengan konsep i‟ s-salam. Karena tidak terpenuhinya syarat
penjual i‟ s-salam oleh dropship (toko online), yaitu di mana dropship
tidak pernah menampung barang sehingga tidak memiliki kekuasaan terhadap
13
Al Hafid Ibnu Qayyim dan Eko kurniawanto, “Hukum Jual Beli dengan Sistem
Dropship Menurut syariah,” Jurnal ekonomika, Vol 7:2 (Desember 2018), 14
Andi Triyawan dan Suthorik Eri N, “Sistem Dropshipping Menurut ekonomi Islam,”
Jurnal Human Falah, Vol 5:2 (Desember 2018)
13
barang untuk dijual, dan bertindak tidak jujur atas label pengiriman barang
yang seolah-olah dropship adalah pemilik dan pengirim barang yang
sesungguhnya. Sehingga dropship telah melakukan penjualan barang yang
tidak dimiliki yang tidak diperbolehkan dalam hukum ekonomi syari‟ah15
.
Tawazun Jurnal of Sharia Economic Law dari Iwan Fahri Cahyadi
yang berjudul Sistem Pemasaran Dropship dalam Perspektif Islam,
berdasarkan penelitian tersebut menjelaskan bahwa perusahaan yang tetap
ingin survive harus mampu beradaptasi dan merespon secara peubahan
lingkungan bisnisnya, baik itu lingkungan internal maupun eksternal.
Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi atas perubahan lingkungannya
maka akan mengalami kegagalan dalam usahanya. Salah satu perubahan yang
terjadi saat ini adalah sistem pemasaran dengan sistem dropship. Di sisi lain
sistem pemasaran dropship menjadi polemik bagi pemuka agama. Ada
sebagian pemuka agama yang mengharamkan dan sebagian menghalalkan.
Islam adalah agama yang sempurna. Beberapa pemuka agama memberikan
jawaban secara jelas bahwa jual beli dropship diperbolehkan dalam Islam
dengan catatan harus memenuhi syariat Islam. Solusinya adalah melalui akad
samsarah, wakalah dan salam. Dengan demikian hukum jual beli sistem
dropship adalah diperbolehkan, selama tidak ada unsur yang diharamkan16
.
15
Rudiana dan Achmad Otong Bustomi, “Transaksi Dropshipping perspektif Ekonomi
Syariah,” Al-Mustashfa jurnal penelitian hukum ekonomi syari‟ h Vol 3:1 (2016) 16
Iwan Fahri C, “sistem pemasaran dropship dalam perspektif islam,” Tawazun jurnal of
sharia economic law, Vol 1:1 (Maret 2018)
14
Jurnal Ahkam dari Muflihatul Bariroh yang berjudul Transaksi Jual
Beli Dropshipping dalam Perspektif Fiqh Muamalah. Berdasarkan penelitian
tersebut menjelaskan bahwa aktivitas dropship yang telah menjadi tradisi saat
ini tidak dilarang dalam Islam dan bisa dijalankan dengan menggunakan
pilihan beberapa akad seperti salam, wakalah ataupun simsarah. Penggunaan
ketiga akad tersebut dalam dropship memiliki persyaratan dan konsekuensi
yang berbeda terutama dari segi sumber perolehan keuntungan. Pembolehan
sistem ini berdasarkan salah satu kaidah umum dalam fiqih muamalah yang
menyebutkan bahwa “hukum asal dalam semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Akad apa pun yang
akan dipilih dalam penggunaan sistem dropshipping, diharuskan terlebih
dahulu bagi pihak dropshipper untuk menjalin kerjasama dengan suplier yang
dalam hal ini kerjasama tersebut dapat merepresentasikan suatu izin dari
pihak suplier untuk dropshipper turut serta dalam menjualkan komoditasnya,
karena hal tersebut sangat terkait dengan terpenuhinya syarat bagi‘aqid/para
pihak yang bertransaksi dalam keabsahan masing-masing akad17
.
Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu
analisis yuridis empiris yang berbeda. Dengan menggunakan perspektif ulama
salatiga. Dengan demikian penelitia akan menganalisi pendapat para ulama
salatiga dalam menentukan hukum jual beli sistem dropship studi kasus Hijab
Arrafi.
17
Muflihatul Bariroh, “Transaksi jual Beli Dropshipping dalam Perspektif Fiqh
Muamalah,” Jurnal Ahkam, Vol 4:2 (Nopember 2016)
15
G. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian jenis kualitatif
dengan pendekatan yuridis empiris, yaitu penetian terhadap identifikasi
hukum, maksudnya hukum yang tidak tertulis berdasarkan hukum
yang ada dimasyarakat18
. Yaitu mengenai jual beli online dengan
sistem dropship di brend baju muslim Hijab Arrafi dan
mengindintifikasi hukum dropship yang berada di masyarakat.
2. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, data
kualitatif adalah memaparkan data dan memberikan gambaran
penjelasan secara teoritik yang didasarkan pada masalah yang diteliti
yang ada di lapangan serta mengeksplorasi ke dalam bentuk laporan.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data-
data yang dijadikan jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan
terhadap masalah yang dirumuskan pada tujuan yang telah
ditetapkan.19
Data tersebut didapatkan penulis dari hasil observasi yang
dilakukan di baju muslim Hijab Arrafi di Kudus. Yaitu dengan cara
membeli produk dan menjadi mitra hijab Arrafi.
3. Sumber data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
18
Burhan Ashshofa, metode penelitian hukum ,(Jakarta: Rineka cipta,2013) hlm 30 19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuanlitatif, cet 29, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm.157.)
16
lain20
. Berdasarkan atas jenis data yang telah ditentukan, maka sumber
data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer yaitu data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sumber data dalam
penelitian ini adalah pegawai marketinng Hijab Arrafi Kudus, 2
mitra Arrafi dan 5 ulama Salatiga.
b. Sumber data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan oleh pihak lain atau data pelengkap dari
data primer, data-data ini didapatkan dari buku-buku, jurnal,
internet yang terkait dengan pokok permasalahan21
.
4. Teknik penelitian
Dalam pengumpulan data untuk melengkapi penelitian. Penulis
menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai berikut:
a. Observasi
Yakni teknik wawancara data dimana peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung atau tanpa alat terhadap gejala-
gejala subyek yang diselediki baik pengamatan itu lakukan di
dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi
buatan, yang khusus22
. Dilakukan oleh peneliti dengan
membeli barang Hijab Arrafi dan menjadi mitra Hijab Arrafi.
20
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet.VI, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.42. 21
Burhan Ashshofa, metode penelitian hukum ,(Jakarta: Rineka cipta,2013) hlm 54 22
Ibid, hlm 26
17
b. Wawancara Narasumber
Yakni teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun
data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses
pemecahan masalah tertentu dengan tanya jawab secra
langsung yang bebas dan terbuka23
. Dalam pelaksaan
wawancara ini, peneliti mengadakan wawancara dengan
pegawai marketing Hijab Arrafi bermana ibu April. 2 mitra
Hijab Arrafi yaitu Arif Dwinta (Agen) dan Nida Arafah
(Member). Untuk wawancara ulama, peneliti mengadakan
wawancara dengan K.H. Dr Ahmad Agus Suaidi, L.C. K.H Aji
Nugroho, L.C., K.H. Dr. Miftahuddin, M.Ag., K.H. Drs.
Badwan, M.Ag.
c. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini digunkan sebagai data pelengkap primer
untuk mencari data mengenai literature sebagai data pelengkap
primer untuk mencari data mengenai literature yang ada
kaitannya dengan penelitian ini, dan memperoleh kerangka
pemikirfan dengan cara mengutip langsung atau menyimpulkan
langsung dari buku, terbitan berkala, brosur dan bahan non
buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini atau dokumen
serta media yang mendukung24
.
23
Ibid, hlm 95. 24
Ibid, hlm. 104.
18
5. Pengumpulan dan analisis data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis melalui beberapa
tahapan antara lain:
a. Melakukan seleksi terhadap data yang telah dikumpulkan dari
observasi dan wawancara, kemudian diklasifikasi sesuai
dengan tujuan penelitian.
b. Menafsirkan wawancara ulama Salatiga yang terpilih dengan
menggunakan kajia teori.
c. Menarik kesimpulan analisis sesuai dengan perumusan
masalah.
H. Sistematika penelitian
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan dalam memahami
penelitian yang diuraikan penulis. Sistematika penulisan disusun secara
runtut yang terdiri dari lima bab, yatu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, Bab ini merupakan bab pendahuluan
yang berisikan antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI, Pada bab ini, berisi tentang jual beli, jual
beli online dan sistem jual beli dropship.
BAB III PROFIL DAN MARKETING ARRAFI, Bab ini berisi
profil perusahaan meliputi sejarah, visi misi, struktrur organisasi dan job
description perusahan, marketing Produk Hijab Arrafi yang meliputi
19
pengembangan produk Hijab Arrafi dan pengembangan pemasaran
produk, dan sistem dropship Hijab Arrafi.
BAB IV ANALISIS, berisi jual beli online sistem dropship pada
marketing Hijab Arrafi dan pandangan ulama Salatiga tentang jual beli
online sistem dropship pada marketing Hijab Arrafi.
BAB V PENUTUP, merupakan penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini.
20
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Jual Beli
Jual beli menurut Hanafiyah adalah saling tukar-menukar sesuatu
yang disenangi dengan yang semisalnya. Menurut Malikiyah jual beli
adalah akad saling tukar-menukar terhadap bukan manfaat, bukan
termasuk senan-senang, adanya saling tawar-menawar, salah satu yang
dipertukarkan itu bukan termasuk emas dan perak, benda tertentu dan
bukan dalam bentuk zat.25
Jual beli menurut Syafi‟iyah adalah akad saling tukar menukar
yang bentujuan memindahkan kepemilikkan barang atau manfaatnya yang
bersifat abadi. Sedangkan menurut Hanabilah jual beli adalah saling tukar-
menukar harta dengan harta dengan tujuan memindahkan kepemilikan.26
Hukum dasar jual beli sendiri adalah dibolehkan. Jual beli juga
dijelaskan dalam Alqur‟an27
;
يطان من المس ي تخبطو الذي إلا كما ي قوم الذين يأكلون الربا لا ي قومون الشلك ا قالوا بأن هم ذ موعظة جاءه فمن الربا وحرم الب يع اللو وأحل الربا مثل الب يع إن
ىم النار أصحاب فأولئك عاد ومن اللو إل مره وأ سلف ما ف لو فان ت هى ربو من خالدون فيها
“Or ng-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
25
Enang Hidayat, fiqih jual beli,(Bandung, Remaja Rosdakarya:2015), hlm 11. 26
Ibid, hlm 12. 27
Al-Baqarah, ayat 275.
21
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
d l mn .” (Q.S. Al-Baqarah 2:275)
Hadist yang menerangkan jual beli.28
عان باليار م نا بورك لما ف ب يعهما وإن كتما وكذبا الب ي ا ل ي فتقا فإن صدقا وب ي قت الب ركة من ب يعهما م
Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar)
selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling
terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam
transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling
menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada
tr ns ksi itu” (HR. Bukhari Muslim).
1. Rukun dari jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), Orang-orang
yang berakad (penjual dan pembeli), dan M ‟kud l ih (objek akad).
Akad disini ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli
belum dikatakan sah sebelum ijab dan Kabul dilakukan sebab ijab
Kabul menunjukkan kerelaan (keridhoan)29
.
2. Syarat-syarat dari jual beli sebagai berikut:
Syarat-syarat dari jual beli dari akad (ijab kabul), diantaranya;30
1. Ungkapan ijab qobul secara jelas
2. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis
28
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil
Ahkaam,(Jakarta: Dar Al-Kutub Al Islamiyah, 2002) hlm, 187. 29
Ibid, hlm 17 30
Harun, Fiqih Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University, 2017) hlm:69
22
3. Ungkapan ijab qabul boleh dengan cara tertulis, lisan, isyarat atau
sikap yang menunjukan adanya bentuk ijab qabul.
Syarat-syarat orang yang berakad (penjual dan pembeli)31, diantaranya
syarat memiliki kecakapa tindak hukum sempurna (berakal, baligh,
dan rusyd). Jual beli yang dilakukan anak kecil dan orang gila
hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil tetapi sudah mumayiz
hukumnya sah.
Syarat-syarat objek jual beli (barang)32, diantaranya;
1. Barang itu ada ketika transaksi (akad), atau barang itu tidak ada
ketika akad, tetapi pihak penjual menyatakan kesangupannya
untuk mengadakan barang itu (misal barang itu masih digudang,
karena diruangan tokonya tidak bisa memuat banyak barang).
2. Barang itu dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia.
3. Barang itu telah dimiliki, artinya barang yang belum dimiliki
seseorang tidak boleh diperjual belikan.
Barang itu dapat diserahkan ketika akad berlangsung atau pada waktu
lain yang disepakati bersama ketika akad berlangsung.
3. Jual Beli yang dilarang dalam Islam
Dalam kaidah muamalah menjelaskan bahwa semua diperbolehkan
kecuali ada dalil yang melarang, kaidahnya sebagai berikut33
;
31
Ibid, hlm 68 32
Ibid, hlm 68-69 33
Oni Sahroni dan Hasanuddin, Fikh muamalah Dinamika Teori Akad dan
Implementasinya dalam Ekonomi Syariah, (Jakarta:Rajawali Press, 2016), hlm 15.
23
ليل على التحري الإ باحة حت يد الأصل ف الأشياء ل الد
“hukum s l d ri sesu tu (mu m l h) d l h mu h s mp i
ada dalil yang mel r ngn .”
Adapun jenis-jenis jual beli yang dilarang, sebagai berikut34
;
1. Jual beli barang yang belum diterima, artinya tidak boleh membeli
suatu barang kemudian menjualnya. Padahal ia belum menerima
barang dagangan tersebut.
2. Jual beli seorang muslim dari muslim lainnya, artinya seorang
muslim tidak boleh membatalkan barang yang telah dibeli oleh
seorang muslim, karena ada seorang muslim lain menawar dengan
harga lebih tinggi.
3. Jual beli najasy artinya tidak boleh jual beli dengan tipu daya.
4. Jual beli barang-barang haram dan najis, artinya tidak boleh
menjual barang atau komoditas barang haram, barang-barang
najis, dan barang-barang yang menjurus najis.
5. Jual beli gharar, artinya tidak boleh menjual sesuatu yang
didalamnya terdapat ketidakjelasan.
6. Jual beli dua barang dalam satu akad, artinya tidak boleh
melangsungkan dual jual beli dalam satu akad. Namun ia harus
melangsungkan keduanya sendiri-sendiri.
34
Ismail Nawawi, Fikih Mualamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor:Ghalia Indonesia,
2012), hlm 78.
24
7. Jual beli urbun, artinya tidak boleh mengambil uang muka secara
kontan. Misalnya “engkau aku beri uang seratus ribu dengan
syarat jika aku membatalkan jual beli maka aku tidak menerima
uang sisa dari mu”.
8. Menjual sesuatu yang tidak ada pada penjual, artinya tidak boleh
menjual sesuatu yang tidak ia miliki atau sesuatu yang belum
dimilikinya.
9. Jual beli utang dengan utang, artinya tidak boleh menjual utang
dengan utang. Misalnya ahmad mempunyai piutang 200kg pada
orang lain yang akan dibayar pada suatu waktu, kemudian Ahmad
menjualnya kepada orang lain seharga Rp 100.000,- sampai waktu
tertentu.
10. Jual beli pengecualian, artinya tidak boleh menjual sesuatu dan
mengecualikan sebagian dari padanya kecuali jika sesuatu yang
dikecualikan itu bisa diketahui. Misalnya Ahmad menjual kebun,
dan Ahmad mengecualikann pohon kurma yang ada didalamnya
atau sesuatu yang lain. Itu tidak diperbolehkan karena ada unsur
ghoror.
4. Jenis-jenis Akad yang berkaitan dengan Jual Beli.
a. Akad Salam
B i‟ s l m yaitu akad tukar menukar utang dengan barang
atau menjual sesuatu barang yang penyerahannya ditunda dengan
25
pembayaran modal awal.35
Akad salam bisa diartikan menjual
barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang
yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal,
sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari.36
Dalam transaksi salam ini pembayaran harus dilunasi
sebelum barang diterima oleh pemesan. Pada saat yang telah
ditentukan, pemasok harus menyerahkan barang pesanan yang
sesuai dengan spesifikasi yang telah diperjanjikan dalam akad
sebelumnya. Dengan serah terima barang pesanan tersebut antara
pemesan dan pemasok, maka akad salam berakhir.37
Kehalalan salam dinyatakan atas kesepakatan para ulama
tentang kebolehannya pada apa yang diukur dan ditimbang,
sebagaimana yang tertera pada hadis Ibnu Abas:38
الثمار ف يسلفون المدينة وىم - صلى الله عليو وسلم -قدم النب نة نت ي ف قال من الس ووزن أسلف ف تر ف ليسلف ف كيل معلوم والس
معلوم إل أجل معلوم Ketik N i sh ll ll hu „ l ihi w s ll m ti di kot
Madinah, sedangkan penduduk Madinah telah biasa memesan
buah kurma dalam tempo waktu dua tahun dan tiga tahun, maka
eli u ers d „B r ng si p ng memes n sesu tu m k
hendaknya ia memesan dalam jumlah takaran yang telah
diketahui (oleh kedua belah pihak) dan dalam timbangan yang
telah diketahui (oleh kedua belah pihak), serta hingga tempo
35
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2015), hlm 115 36
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:Rajawali,2002), hlm 73 37
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah:
Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm. 67. 38
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil
Ahkaam,(Jakarta: Dar Al-Kutub Al Islamiyah, 2002) hlm, 193.
26
ng tel h diket hui (oleh kedu el h pih k) pul .‟”
(Mutt f qun „ l ih)
Rukun dari akad salam yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu:39
1. Pelaku akad, yaitu muslam (pembeli) adalah pihak yang
membutuhkan dan memesan barang, muslam ilaih (penjual)
adalah pihak yang memasok atau memproduksi barang
pesanan.
2. Objek akad, yaitu harga dan barang atau hasil produksi
dengan spesifikasinya.
3. Sigat, yaitu ijab dan kabul.
b. Akad Istisna
Istisna adalah pesanan untuk dibuatkan sesuatu menurut
prosedur tertentu dan bahan untuk membuat sesuatu tersebut
berasal dari orang yang menerima pesanan.40
Akad istishn ‟ bisa
diartikan sebagai akad jual beli barang pesanan diantara dua belah
pihak dengan spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang
dipesan belum diproduksi atau tidak tersedia dipasaran.41
Adapun dasar hukum disyariatkan istisn ‟ adalah
kesepakan umat islam dalam hal kebiasaan melakukan perbuatan
39
Ibid, hlm. 41. 40
Siah Khosyi‟ah, Fiqih Muamalah Perbandingan (Bandung:Pustaka Setia, 2014) hlm
118 41
Siti Mujiatun, “Jual beli dalam perspektif islam :salam dan istishna‟,” Jurnal Riset
Akuntasi dan Bisnis, vol, 13:2 (September 2013), hlm. 212.
27
pesanan tersebut.42
Menurut Mazhab Hanafi apabila istishn ‟
barangnya belum ada dan masih akan dibuat atau diproduksi,
maka prinsipnya tidak boleh. Akan tetapi dibolehkan karena
praktek dalam masyarakat sudah menjadi budaya dan di dalamnya
tidak terdapat ghoror atau tipu daya.43
Rukun akad istishn ‟ sebagai berikut44
:
a. Produsen/ pembuat barang yang menyediakan bahan baku.
b. Pemesan/pembeli barang.
c. Proyek/ usaha barang/ jasa yang dipesan.
d. Harga.
e. Serah terima/ ijab qobul.
Syarat-syarat akad istishn ‟ sebagai berikut45
:
a. Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai
kekuasaan untuk melakukan jual beli.
b. Ridha/ kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
c. Apabila isi akad disyaratkan shani‟ hanya bekerja saja,
maka akad ini bukan lagin istishn ‟, tetapi berubah
menjadi akad ijarah.
d. Pihak yang membuat barang menyatakan kesanggupan
untuk mengadakan/ membuat barang itu.
42
Op. cit, hlm 119. 43
Op. cit, hlm. 214 44
Siti Mujiatun, “Jual beli dalam perspektif islam :salam dan istishna‟,” Jurnal Riset
Akuntasi dan Bisnis, vol, 13:2 (September 2013), hlm. 214
45 Ibid, hlm. 215
28
e. Barang/ obyek pesanan mempunyai kreteria yang bjelas
seperti jenis, ukuran(tipe), mutu dan jumlahnya.
f. Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang
dilarang syara‟ (najis, haram, samar/ tidak jelas) atau
menimbulkan kemadhorotan
c. Akad Murabahah
Murabahah yaitu penjual menjual barang tersebut dengan
harga asal ditambah keuntungan yang disepakati. Dengan kata
lain, penjual memberi tahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.46
Syarat yang harus dipenuhi dalama akad murabahah adalah
sebagai berikut47
:
1. Objek murabahah (barang) hala diperjualbelian dan harus
ada dipihak penjual (hak kepilikan barang itu berada di
tangan penjual). Meskipun barang itu belum ada dipihak
penjual, tetapi secara yuridis barang itu ada dalam kekuasaan
penjual. Misalnya, barang itu masih dititipkan kepada
pemasok yang telah dibeli oleh penjual.
2. Adanya keterbukaan pihak penjual tentang harga beli dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh penjual kepada pihak
pembeli.
46
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2015), hlm. 49. 47
Harun, Fiqih Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University, 2017) hlm 89
29
3. Ada kejelasan informasi tentang keuntungan yang diinginkan
oleh penjual kepada pembeli, baik dalam nominal maupun
persentase tertentu.
4. Jual beli murabahah tidak boleh digantungkan dengan syarat.
Apabila penjual tersebut baru terjadi dikemudian hari atau
digantungkan pada suatu syarat yang masih belum (pasti)
terjadi maka transaksi murabahah tersebut batal.
5. Resiko akad murabahah menjadi tanggung jawab penjual
sampai penguasaan barang telah dialihkan kepada pembeli.
6. Dalam hal, akad murabahah melibatkan pihak ketiga, maka
terjadi dua akad yaitu akad pertama antara penjual dengan
pemasok dan kedua antara penjual dngan pembeli. Maka
akad pertama dan kedua adalah terpisah. Artinya dua akad itu
tidak ada hubungan hukum sama sekali. Maksudnya
keabsahan dan tidaknya akad pertama yaitu antara penjual
dengan pemasok tidak berpengaruh kepada akad kedua yaitu
antara penjuak denga pembeli.
7. Akad pertama (transaksi jual beli antara penjual dengan
pemasok) harus terjadi lebih dahulu sebelum terjadi jual beli
antara penjual dengan pembeli karena objek murabahah
(barang yang dijual) harus sudah ada dalam kekuasaan
penjual sehingga pihak penjual berhak menjual barang itu
kepada pembeli.
30
d. Akad Simsaroh
Simsaroh didalam kitab-kitab fiqih diartikan makelar. Istilah
simsaroh dan samsarah sering dilakukan dan dikenal sejak zaman
Rasulullah dengan istilah samsaroh dan samasiroh.48
Makelar merupakan penghubung antara penjual dan
pembeli untuk memperlancar jual beli. Makelar berfungsi sebagai
mediator atau perantara antara penjual dan pembeli. Makelar
diperlukan karena banyak orang yang tidak mengenal cara-cara
menawar dalam jual beli, cara menjual dan membeli barang yan
diinginkan, serta tidak sempat meninggalkan tugasnya untuk pergi
ke pasar menghubungi penjual dan pembeli, sedangkan mereka
tidak mempunyai pengganti untuk menjual dan membeli secara
sukarela49
.
Adapun dasar hukum simsaroh didalam Hadits sebagai berikut:
نا رسول اللو صلى اللو عليو وسلم بن عن ق يس أب غرزة قال خرج علي ث يضران يطان والإ ار إن الش ماسرة ف قال يا معشر التج ى الس ونن نسم
عكم بالصدقة الب يع فشوبوا ب ي Dari Qais bin Abu Gharazah ia mengatakan; Rasulullah
sh ll ll hu „ l ihi w s ll m d t ng kep d k mi d n k mi
din m k n p r m kel r l lu eli u ers d : “W h i p r
pedagang, Sesungguhnya setan dan dosa itu datang ketika
48
Siah Khosyi‟ah, Fiqih Muamalah Perbandingan (Bandung:Pustaka Setia, 2014) hlm.
115. 49
Ibid, hlm. 116.
31
transaksi jual beli, maka gabungkanlah jual beli kalian dengan
sedek h.” (HR. Tirmidzi, Nasai dan Ahmad)50
Hadits diatas menjelaskan pekerjaan makelar sudah ada
pada zaman Rasulullah dan beliau tidak melarang perbuatan
tersebut, Bahkan menyebut mereka pedagang.
Pekerjaan makelar hukumnya mubah atau diperbolehkan
apabila memenuhi ketentuan hukum islam. Sahnya pekerjaan
makelar harus memenuhi beberapa syarat, antar lain sebagai
berikut51
:
1. Persetujuan kedua belah pihak. Hal tersebut di jelaskan
didalam Alqur‟an:
نكم بالباطل إلا أن تكون يا أي ها الذين آمنوا لا تأكلو ا أموالكم ب ي رحيما بكم كان اللو إن أن فسكم ت قت لوا ولا تارة عن ت راض منكم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(Q.S. An-Nisa' 4: 29)52
.
2. Objek akad bisa diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat
diserahkan. Objek akad harus dapat ditentukan dan dapat
dilaksanakan oleh para pihak, bukan hal yang tidak nyata.
50
Imam Ḥafiż Abi „Isya Muhammad bin „Isya bin Suratu at Tirmiżi, J mi‟ s Sh hih
(Sunan at Tirmidzi), Jilid 2, nomor hadis: 1225, Kitabul Buyu‟ (Toha Putra: Semarang) hlm. 241. 51
Rara Berthania, “Kedudukan Makelar Dalam Transaksi Jual Beli Kendaraan Bermotor
ditinjau dari hukum Islam,” Skripsi Universitas Lampung (2017), hlm. 13. 52
An-Nisa 4: 29.
32
3. Objek akad bukan hal-hal yang maksiat atau haram.objek
akad merupakan sesuatu yang halal, tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusialaan dan undang-undang,
misalnya mencarikan kasino, narkoba dan sebaginya.
Mekelar melakukan pekerjannya juga mempunyai prinsip,
prinsipnya sebagai berikut53
:
1. Jujur dan amanah
Seorang makelar yang baik haruslah bersikap jujur dan
amanah dalam menjalankan pekerjannya, tidak memanipulasi
harga untuk kepentingan pribadinya atau meutupicacat barang
kepada calon pembeli.
2. Beritikad baik
Seorang makelar haris memiliki itikad yang baik dalam
memasarkan atau mencarikan barang yang dibutuhkan, tidak
melakukan penipuan dan bisnis yang haram dan yang syubhat.
3. Kesepakatan bersama
Setiap penjanjian yang telah dibuat haruslah berdasarkan
kesepakatan bersama tanpa adanya pemaksaan dan tipu daya.
4. Kemitraan.
Seorang makelar harus menjaga hubungan kemitraannya baik
dengan penjual dan pembeli, makelar harus dapat menjadi
orang yang dapat dipercayai oleh kedua pihak tersebut.
53
Op. cit, hlm. 16.
33
e. Akad Wakalah
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada
yang lain dalam hal-hal yang dapat diwakilkan. Landasan hukum
wakalah dalam Al-Qur‟an sebagai berikut54
:
لك ب عث ناىم ن هم ليتساءلوا وكذ هم قائل قال ب ي لبث نا قالوا لبثتم كم من بورقكم فاب عثوا أحدكم با لبثتم أعلم ربكم قالوا ي وم ب عض أو ي وما
ذه إل المدينة وليت لطف ف لي نظر أي ها أزكى طعاما ف ليأتكم برزق منو ى ولا يشعرن بكم أحدا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di
antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)".
Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah
hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah
seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan
yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (Q.S. Al-
Kahfi 18:19).55
Dalam ayat diatas wakalah disyari‟atkan oleh Islam karena
manusia membutuhkannya. Tidak semua manusia berkemampuan
menekuni segala urusannya secara pribadi. Manusia
membutuhkan mendelegasikan orang lain untuk mewaakilinya
sebagai wakilnya56
.
Rukun dan syarat-syarat wakalah sebagai berikut57
:
54
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13 (Bandung:Alma‟arrif,1989), hlm, 56 55
Al-Kahfi 18:19. 56
Op. cit, hlm, 57. 57
Yenti afrida, “Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan Sariah,” Jurnal JEBI. Vol
3:1 (Desember 2016), hlm. 161.
34
1. Dua orang yang melakukan akad yaitu orang yang
mewakilkan dan orang yang menjadi wakil.
2. Shighat yaitu ijab dan qabul, ijab dianggap sah dengan semua
lafal yang menunjukkan pemberi izin. Qabul dianggap sah
dengan semua lafal atau berbuatan yang menunjukkan
penerimaan, seperti dengan melaksanakan perintah orang
yang berwakil.
3. Muwakkal fih yaitu sesuatu yang diwakilkan. Boleh
mewakilkan urusan yang berhubungan dengan hak sesama
manusia, misalnya berupa transaksi, pembatalan transaksi,
memerdekakan budak, mencari istri dan merujuk setelah
bercerai.
Wakalah terbagi menjadi dua macam yaitu wakalah umum dan
wakalah khusus58
:
1. Wakalah umum adalah mewakulkan semua urusan seperti
perkataan seseorang “aku mewakilkan kepadamu semuanya,
baik sedikit maupun bayak”, atau “aku serahkan urusan
kepadamu seluruhnya”, demikian ini menurut Syafiiyah,
Malikiyah dan Hanabilah tidak bolehkan karena mengandung
ghoror (penipuan).
58
Ibid, hlm. 162.
35
2. Wakalah Khusus adalah mewakilkan tentang sesuatu dan
masalah tertentu seperti “aku mewakilkan kepadamu untuk
menjual atau membeli sesuatu”.
B. Jual Beli Online
Jual beli online adalah transaksi jual beli melalui media internet
biasa dikenal dengan istilah e-commerce. Hal ini diatur dalam UU No.11
Tahun 2008. Sistem jual beli secara online dapat dilakukan dengan jarak
berjauhan menggunakan media elektronik sebagai perantara. Sistem jual
beli online seperti ini tentunya sangat memudahkan konsumen dalam
melakukan transaksi jual beli59
.
Jual beli online bisa dikatakan transaksi penjual dan pembeli yang
menggunakan perantara media elektronik. Proses transaksi secara online
pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan proses transaksi jual beli secara
langsung. Transaksi secara online menggunakan kontrak jual beli yang
disebut kontrak elektronik. Kontrak elektronik ini adalah perjanjian para
pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Dengan demikian suatu
transaksi online harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek, yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak, kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum, adanya objek, dan adanya kausa yang halal.
MUI juga mengeluarkan Fatwa Nomor 24 tahun 2017 tentang
hukum bermuamalah melalui media sosial. Dalam fatwa tersebut Majelis
59
UU No. 11 Tahun 2008, Tentang Transaksi Informasi dan Transaksi Elektronik, PDF.
36
Ulama Indonesia memberikan beberapa ketentuan, antara lain sebagai
berikut :
1) Ketentuan umum. Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan :
a. Bermuamalah adalah proses interaksi antar individu atau kelompok
yang terkait dengan hubungan antar sesama manusia
hablumminannas melalui pembuatan (produksi), penyebaran
(distribusi), akses (konsumsi), dan penggunaan informasi dan
komunikasi.
b. Media sosial adalah media elektronik, yang digunakan untuk
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi dalam bentuk blog,
jejaring sosial, forum, dunia virtual, dan bentuk lain.
c. Informasi adalah keterangan, penyertaan, gagasan, dan tanda tanda
yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik dalam data, fakta
maupun penjelasanya, yang dapat dilihat, didengar, dibaca yang
disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi secara elektronik maupun non
elektronik
d. Ranah publik adalah wilayah yang diketahui sebagai wilayah
terbuka yang bersifat publik, termasuk dalam media sosial seperti
twitter, facebook, grup media sosial da sejenisnya. Wadah diskusi
digrup media sosial masuk kategori ranah publik.
2) Ketentuan Hukum
37
a. Dalam bermuamalah dengan sesama, baik dalam kehidupan riil
maupun media sosial, setiap muslim wajib mendasarkan pada
keimanan dan ketakwaan, kebajikan, persaudaraan (ukhuwwah),
Saling wasiat akan kebenaran (al haqq) serta mengajak pada
kebaikan (al-amr bil al-m ‟ruf) dan mencegah kemunkaran (al-
nahyu, an al-munkar)
b. Setiap muslim yang bermualah melalui media sosial wajib
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketakwaan, tidak mendorong kekufuran dan
kemiskinan, mempererat persaudaraan (ukhuwwah), baik
persaudaraan ke islaman (ukhuwwah islamiyah), persaudaraan
kebangsaan (ukhuwwah wahanniyah), maupun persaudaran
kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah), emperkokoh kerukunan,
baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara
umat beragama dengan pemerintah.
c. Setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial di
Haramkan untuk : melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan
penyebaran permusuhan, melakukan bullying, ujaran kebencian,
dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras atau antar golongan,
menyebarkan hoax serta informasi bohng meskipun dengan tujuan
baik, seperti info tentang kematian orang yang masih hidup,
menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang
terlarang secara syar‟i.
38
d. Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat
dan/atau waktunya.
e. Memproduksi, menyebarkan dan/atau membuat dapat diaksesnya
konten/informasi yang tidak benar kepada masyarakat hukumnya
haram.
f. Memproduksi, menyebarkan dan/atau membuat dapat diaksesnya
konten/informasi tentang hoax, ghibah, fitnah namimah, ujaran
kebencian, dan hal hal lain sejenis terkait pribadi kepada orang
orang lain dan/atau khalayak hukumnya haram.
g. Mencari-cari informasi tentang aib, gosip, kejelekan orang lain
atau kelompok hukumnya haram kecuali untuk kepentingan yang
dibenarkan secara syari‟i
h. Memproduksi dan/atau meneyebarkan konten/informasi yang
bertujuan untuk membenarkan yang salah atau menyalahkan yang
benar, membangun opini agar seolah olah berhasil dan sukses, dan
tujuan menyembunyikan kebenaran serta menipu khalayak
hukumnya haram.
i. Menyebarkan konten yang bersifat pribadi ke khalayak, padahal
konten tersebut diketahui tidak patut untuk disebarkan ke publik,
seperti pose yang mempertontonkan aurat, hukumnya haram.
j. Aktifitas buzzer di media sosial yang menjadikan penyediaan
informasi berisi hoax, ghibah, fitnah, namimah, bullying, gosip,aib,
dan hal hal lain sejenis sebagai profesi untuk memperoleh
39
keuntungan, baik ekonomi maupun non ekonomi, hukumnya
haram. Demikian juga orang yang menyuruh, mendukung
membantu, memanfaatkan jasa dan orang yang memfasilitasinya.60
C. Sistem Jual Beli Dropship
Jual beli dropship menjadi salah satu alternative yang dipilih oleh
kelangan pelaku usaha untuk melakukan sistem jual beli online. Dropship
adalah rantai jual-beli antara grosir – pengecer – pembeli di mana
pengecer tidak menyimpan barang dalam bentuk stock, tetapi hanya
mentransfer pesanan pembeli dan rincian pengirimannya kepada grosir.
Setelah pengecer menerima pembayaran dari pembeli, pengecer memesan
pesanan yang sama dari pembeli ke grosir. Kemudian setelah mengambil
selisih harga sebagai keuntungan langsung pengecer, pengecer membayar
pesanan kepada grosir dan grosir langsung mengirim pesanan kepada
pembeli61
.
Secara umum, model kerjasama antara dropshipper dengan
supplier ada 2 macam, yaitu:62
1) Supplier memberikan harga ke
dropshipper, kemudian dropshipper dapat menjual barang kepada
konsumen dengan harga yang ditetapkannya sendiri, dengan memasukkan
keuntungan dropshipper. 2) Harga sejak awal sudah ditetapkan oleh
supplier, termasuk besaran fee untuk dropshipper bagi setiap barang yang
60
Fatwa MUI No.24, 2017, Hukum Dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial,
Jakarta, halaman 11 61
Andi Triyawan dan Suthorik Eri N, “Sistem Dropshipping Menurut Ekonomi Islam,”
Jurnal Human Falah.Vol. 5:2 (Desember 2018) hal 229 62
Muflihatul Bariroh, “Transaksi Jual Beli Dropshipping dalam Perspektif Fiqh
Muamalah,” Jurnal Ahkam,Vol. 4:2 (November 2016) hal 204
40
terjual. Pada jenis pertama, supplier memberikan kebebasan kepada
dropshipper untuk memasarkan suatu produk dengan penetapan harga
sesuai keinginan dropshipper, biasanya tidak ada biaya pendaftaran serta
tidak ada batas minimal pembelian. Jenis inilah yang paling mudah serta
banyak digemari oleh pelaku bisnis dropship. Sedangkan pada jenis kedua,
umumnya ada biaya pendaftaran anggota dan terdapat batas minimal
penjualan.
Dalam sistem ini, dropshipper hanya menjadi perantara untuk
konsumen dengan pihak penjual atau supplier yang sebenarnya.
Dropshipper tidak pernah menyetok dan menyediakan tempat penyetokan
barang melainkan hanya mempromosikan melalui toko online dengan
memasang foto serta kriteria barang dan harga. Barang didapat dari jalinan
kerja sama dengan pihak lain yang memiliki barang yang sesungguhnya.63
Dropshipper hanya membuat akun di media sosial seperti facebook,
twitter dan intragram untuk mempromosikan produknya64
.
Keuntungan penjual sebagai dropshipper diperoleh dari selisih
harga dari supplier kepada dropshipper dengan harga dropshipper kepada
pembeli. Dalam sistem ini, konsumen terlebih dahulu membayar secara
tunai atau transfer ke rekening dropshipper. Selanjutnya dropshipper
membayar ke supplier sesuai harga beli dropshipper disertai ongkos kirim
barang ke alamat konsumen. Dropshipper berkewajiban menyerahkan data
konsumen, yakni berupa nama, alamat, dan nomor telepon kepada
63
Ibid, hlm. 205 64
Ahmad Syafii, Step By Step Bisnis Dropshipping & Reseller (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2013) hlm 9
41
supplier. Bila semua prosedur terebut dipenuhi, supplier kemudian
mengirimkan barang ke konsumen.
Proses jual beli dropship sebagai berikut65
;
1. Calon dropshipper melakukan kerja sama dengan penyedia barang
untuk membuat kesepakatan tentang sistem jual beli yang
dilakukan.
2. Kemudian dropshipper membuat promosi tentang barang yang
dijual melalui media sosial dan website agar diketahui oleh calon
konsumen dengan mencantumkan kontak person calon
dropshipper.
3. Selanjutnya konsumen atau pembeli akan melakukan transaksi
pembelian dengan menghubungi dropshipper untuk kemudian
melakukan pembayaran harga barang dan ongkos kirim.
4. Pembayaran dari pembeli kemudian diteruskan oleh dropshipper
kepada penyedia barang dengan potongan harga sesuai kesepakatan
awal.
5. Setelah itu pihak penyedia barang akan akan mengirimkan barang
6. Sesuai pesanan langsung kepada konsumen.
Adapun model-model dropship adalah sebagai berikut66
:
1) Model Bagi Hasil
65
Al Hafid Ibnu Qayyim dan Eko Kurniawanto,Hukum Jual Beli Online dengan Sistem
Dropship Menurut syariah, Jurnal Ekonomika. Vol.7 No.2, Tahun 2018, hlm 60 66
Andi Triyawan dan Suthorik Eri N, “Sistem Dropshipping Menurut Ekonomi Islam,”
Jurnal Human Falah.Vol. 5:2 (Desember 2018) hal 231
42
Model bagi hasil ini biasanya banyak ditemukan di internet, model
ini yang umum digunakan pada system dropship. Pada model
dropship model bagi hasil ini biasanya prosentase komisi tidak
lebih dari 50% dari harga penjualan dan juga terdapat batasan-
batasan pada produk tertentu saja.
2) Model Jaminan
Model jaminan ini menggunakan jaminan uang untuk menjadi
dropship. Model ini bertujuan agar pengelola dan pelaku bisnis
tidak mau dirugikan oleh dropship yang marak sekali melakukan
penipuan-penipuan dalam jual beli online.
3) Model Web Replica
Model ini mempunyai kekhususan yang unik, web replica
merupakan website yang pengelola berikan pada dropship sebagai
media promosi secara online, selanjutnya dropshipper akan
menerima komisi jika pada web replica mereka terjadi kegiatan
transaksi
Transaksi jual beli dengan sistem dropship memiliki beberapa
kelebihan bagi dropshipper dibandingkan dengan sistem lainnya,
yaitu:67
1) Menjadi Dropshipper tidak direpotkan dengan stok barang. 2)
Menjadi Dropshipper tidak direpotkan waktu sehingga jika Anda bekerja,
maka Dropshipper menjadi bisnis sampingan. 3) Menjadi Dropshipper
tidak dipusingkan dengan komplain produk oleh costumer. 4) Menjadi
67
Ahmad Syafii, Step By Step Bisnis Dropshipping & Reseller (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2013) hlm. 5.
43
Dropshipper tidak direpotkan dengan kenaikan dan penurunan harga. 5)
Menjadi Dropshipper tidak direpotkan manajemen website atau barang. 6)
Menjadi Dropshipper tidak direpotkan biaya produksi. 7) Menjadi
Dropshipper tidak direpotkan proses pembuatan produk. 8) Menjadi
Dropshipper hanya duduk manis menunggu mengalirnya uang pada
rekening.
44
BAB III
PROFIL DAN MARKETING HIJAB ARRAFI
A. Profil Perusahaan
1. Sejarah Hijab Arrafi
Hijab Arrafi merupakan brand hijab yang berasal dari kota di Jawa
Tengah yakni Kudus. Kudus menjadi sentra Hijab Arrafi. Hijab Arrafi saat ini
menjadi isu terkini karena kuwalitas bahannya sagat baik dan modelnya juga
update. Harga Hijab Arrafi ini juga tehitung murah namun tak murahan,
karena sebagian artis telah mengunakan hijab produksi Hijab Arrafi ini.
Farichah Hanim merupakan pemilik dari Hijab Arrafi ini, jatuh
bangun dalam membangun bisnisnya telah dialaminya dan sekarang beliau
sedah bisa memitik hasil dari jerih payah dan kerja keras. Seperti kebanyakan
mahasiswa pada umamnya jika lulus kuliah ingin mencari pekerjaan sesuai
jurusan atau bidang yang sudah dipelajarinya, seperti pemilik Hijab Arrafi ini.
Setalah kuliah dia mulai melamar ke berbagi sekolah untuk menjadi seorang
guru. Dikarenakan bunda hanim berkeinginan menjadi seorang guru.
Kemauan tak sesuai harapan itulah yang dialami wanita yang umum
dipanggil bunda Hanim ini. Segala lamaran yang diajukan kesekoalahan-
sekolahan tak ada satupaun yang diterima, dari sini pandangan baru untuk
berwirausaha. Ada pepataah orang yang sukses biasanya bertekan sebab
keadaan inilah yang dialami bunda Hanim.
45
Kemudian bunda Hanim menyibukan diri dengan berjualan jilbab
milik sang kakak yaitu Hijab Elnifa Kudus. Dari sini beliau belajar dimulai
merambah dengan usaha sendiri dan distribusikan ke kios atau toko kios yang
ada di pasar Kliwon kusus dan sekitarnya.
Berkali kali gagal usaha tidak berjalan mulus, jatuh bagun,
persaingan, ditipu karyawan hingga bangkrut pun pernah dialaminya sampai
seharusnya menjaul motor dan kendaraan beroda empat supaya usaha bisa
terus berjalan. Bunda Hanim memutar otaknya dengan membuka agen dan
beberapa cabang namun lagi-lagi kegagalan ialah dibohongi karyawanya
sendiri. Akhirnya dari anjuran sang kakak untuk benar-benar memproduksi
sendiri dan memilih nama Arrafi yakni dari nama anak pertamanya.
Akhrinya dengan memanfaatkan dunia online atau media sosial brand
Hijab Arrafi ini lama kelamaan dikenal oleh masyarakat dan sampai kini agen
Hijab Arrafi tak hanya dijawa diluar jawa pun banyak cabang hijab Arrafi
ini68
.
Sekarang Hijab Arrafi mempunyai kantor sendiri walaupun masih di
area perkarangan tempat tinggalnya bunda Hamin namun terdapat sekat
antara rumahn dan kantor. Itu termasuk pencampaian yang sangan pesat
perkembangan hijab Arrafi.
68
https://www.google.com/amp/s/fashionalacarte.wordpress.com/kerudung-jilbab-syari-
with-arrafi/amp/(diakses pada 10 Juli 2019 pukul 20.10)
46
2. Visi dan Misi Hijab Arrafi
Sebagai pemacu semangat kerja dan juga memberikan daya juang bagi
keluarga hijab Arrafi serta membangun kesadaran diri bagi setiap keluarga
hijab Arrafi maka seperti umumnya sebuah lembaga ataupun perusahaan
hijab arrafi juga mempunyai sebuah visi dan misi, sebagaimana berikut69
:
a. VISI
SUKSES BERSAMA KBHAR (Kerluarga besar Hijab ArRafi)
b. MISI
1. Love, Peace and spirit
2. We can fly together
3. Be s r‟I with Arr fi
3. Strukrur Organisasi dan Job Description Hijab Arrafi70
a. Strukrut Organisasi
Struktur organisasi bagi perusahaan besar maupun kecil
sangatlah penting, karena semakin besar perusahaan maka semakin
komplek masalah yang dihadapi perusahaan tersebut, berikut
adalah struktur organisasi perusahaan hijab Arrafi:
69 https:m.facebook.com/story.php?story_fbid (diakses 10 Juli 2019 pukul 20.10)
70https://www.google.com/amp/s/fashionalacarte.wordpress.com/kerudung-jilbab-syari-
with-arrafi/amp/(diakses pada 10 Juli 2019 pukul 20.10).
47
b. Job Description perusahaan
Job description merupakan sebuah panduan dari
perusahaan kepada karyawannya dalam menjalankan tugas.
Semakin jelas job description yang diberikan, maka semakin
mudah bagi karyawan melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan
perusahaan
1. Pimpinan/ Owner
Memutuskan dan menetapkan peraturan serta kebijakaan
terhadap kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
Pengambilan keputusan penentu untuk seluruh kegiatan
operasional kegiatan.
Memberikan arahan dan informasi penting untuk
kemajuan perusahaan.
48
2. General Manager
Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi,
mengawasi dan menganalisis semua aktivitas bisnis
perusahaan.
Memimpin perusahaan dan menjadi motivator karyawan.
Merencanakan dan mengontrol kebijakan perusahaan agar
dapat berjalan dengan maksimal.
Memastikan setiap devisi melakukan kinerjanya dengan
optimal.
3. Operastional Manager
Melakukan perencanaan strategis untuk kemajuan
perusahaan yang disampaikan ke general manager.
Melakukan koordinasi dan mengevaluasi kepada tiap
devisi untuk mengetahui kegiatan operasional perusahaan.
Mengambil tindakan efektif yang akan disampaikan ke
general manager.
4. Bussines and Development Manager
Merencanakan dan menjalankan rencana bisnis yang
menunjang kemajuan perusahaan.
Memimpin para account manager.
Melakukan fungsi analisa, mapping, berbagai hal mengenai
bisnis perusahaan baik internal maupun eksternal.
49
5. Produksi
Membuat perencanaan dan jadwal proses produksi.
Mengawasi proses produksi agar kualitas, kuantitas dan
waktu sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat.
Berinovasi dalam pengerjaan produksi dan memberikan
masukan pada perusahaan yang berhubungan dengan
bagian produksi.
6. Human resources Development Finance
Bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan
sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini termasuk
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta kualitas
SDM.
Membuat sistem human resources (HR) yang efektif dan
efisien, membuat SOP, job description, training and
development system.
Bertanggung jawab pada hal yang berhubungan dengan
absensi karyawan, pemberian gaji, bonus dan tunjangan.
Membuat kontrak kerja karyawan dan menginventarisir
kantor.
7. Customer Service and Teller
Melakukan koordinasi order produk.
Melakukan pendataan distributor, agen, sub agen, member
serta reseller.
50
Menganalisa customer serta menangani keluhan pelanggan.
8. Finance dan Akuntan
Membuat laporan keuangan terperinci dan tepat waktu
yang di sampaikan ke bussines and development manager.
Melaksanakan penerimaan dan pembayaran uang serta
mencatat keluar masuknya kas.
Memonitor antara biaya karyawan dengan yang dilaporkan
oleh masing-masing devisi
9. Advertingsing and promotion
Mempersiapkan dan merancang agenda event promosi.
Melakukan pertemuan teknis dengan mitra bisnis.
Melakukan evaluasi setiap event dan promosi, memantau
dan melaporkan serta merinci biaya promosi.
10. Marketing
Membuat rencana penjualan dengan persetujuan bussines
and development manager.
Meningkatkan strategi promosi dan membina hubungan
baik dengan pelanggan dengan meningkatkan mutu
pelayanan serta berusaha mendatangkan pelanggan baru.
Mengarahkan tim penjualan untuk mencapai target
penjualan, target display, dan distribusi area.
51
B. Marketing Produk Hijab Arrafi
1. Pengembangan Produk Hijab Arrafi
Pengembangan produk adalah mengembangkan konsep produk
menjadi produk nyata untuk dapat maemastikan bahwa ide produk dapat
diubah menjadi produk yang bisa dikerjakan. Pengembangan produk
merupakan strategi pemasaran yang memerlukan penciptaan produk baru
yang dapat dipasarkan, proses merubah aplikasi untuk teknologi baru ke
dalam produk yang dapat dipasarkan71
. Perusahaan Hijab Arrafi saat ini
bukan hanya berhadapan dengan kondisi pesaing yang semakin kompetitif
tetapi juga berhadapan dengan konsumen yang kebutuhan dan keinginan
dari konsumen tersebut cepat sekali berubah. Dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, Hijab Arrafi harus mampu bersaing
dengan yang lain dibidang fashion yang selalu berkembang dengan cepat.
Oleh karena itu Hijab Arrafi selalu melakukan pengembangan produk.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada pihak Hijab
Arrafi tentang bagaimana pengembangan produk yang dilakukan Hijab
Arrafi Kudus, dari hasil wawancara tersebut peneliti mendapatkan jawaban
mengenai pengembangan produk yang dilakukan Hijab Arrafi. Adapun
upaya-upaya pengembangan produk yaitu:
71
Endang Sulistya Rini,”Peran Pengembangan Produk Dalam meningkatkan Penjualan,”
Jurnal Ekonom, Vol 16:1 (Januari 2013), hlm. 31.
52
a. Modifikasi produk
Yaitu memperbaiki produk yang sudah ada yang meliputi
quality, feature, dan style yang tujuannya meningkatkan penjualan.
Modifikasi produk menciptakan tiga dimensi yaitu72
:
1) Perbaikan mutu, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas
produk yang dijual di Hijab Arrafi agar dapat memenuhi
keinginan konsumen, yang pada akhirnya akan dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan atas penggunaan
produk yang bersangkutan.
2) Perbaikan ciri khas, hal ini dilakukan untuk menunjukkan
identitas produk yang dihasilkan Hijab Arrafi.
3) Perbaikan gaya, hal ini dilakukan untuk mengikuti trend
fashion yang selalu berkembang supaya produk yang dihasikan
perusahaan Hijab Arrafi selalu menarik minat konsumen.
Pada realitanya walaupun perusahaan Hijab Arrafi selalu
melakukan perbaikan mutu secara terus menerus, masih saja ada
konsumen yang tidak puas dengan produknya itu dikarenakan
selera konsumen yang berubah-ubah dan quality control yang
dilakukan perusahaan Hijab Arrafi kurang maksimal. Akan tetapi
Hijab Arrafi selalu melakukan perbaikan ciri khas dan gaya pada
produksinya, Hijab Arrafi melakukannya terus-menerus karena itu
72
Wawancara dengan ibu April, marketing Hijab Arrafi, Kudus, 15 Juni 2019
53
salah satu kunci perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan
pasar yang selalu berubah.
b. Inovasi produk baru
Inovasi produk baru berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
berkelanjutan. Melaui inovasi produk baru diharapkan kinerja
perusahaan meningkat dan dengan meningkatnya kinerja
perusahaan akan diharapkan dapat pula meningkatkan keunggulan
bersaing berkelanjutan73
.
Awalnya Hijab Arrafi hanya memproduksi jilbab saja, semakin
banyak diminati konsumen maka Hijab Arrafi sedikit demi sedikit
menambah jenis produknya dengan kerja sama dengan pihak
konveksi sehingga kini produk Arrafi tak hanya jilbab saja.
Diantara produk-produk tambahan dari Hijab Arrafi adalah dress,
acsessoris dan baju koko dengan model yang selalu mengikuti
perkembangannya yang siap untuk memanjakan konsumen.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, Hijab
Arrafi tiap kurun waktu satu sampai dua bulan selalu mengeluarkan
produk baru. Hal ini dilakukan guna untuk perkembangan perusaan
agar tetap dapat bersaing di pasar dan untuk meningkatkan
penjualan.
73
Ratna Kusumawati, “pengaruh karakteristik Pimpinan dan inovasi produk baru
terhadap kinerja perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan,” Akses
Jurnalekonomi dan bisnis, vol. 5:9 (April 2010), hlm 63.
54
Jika dilihat inovasi produk baru yang dilakukan oleh Hijab
Arrafi dengan adanya inovasi produk baru tersebut. Hijab Arrafi
semakin berkembang pesat, mitra semakin bertambah setiap
harinya karena kunsumen yang minat produknya semakin banyak.
c. Diversifikasi produk
Diversifikasi produk merupakan suatu penganekaragaman produk
yang selama ini sudah Hijab Arrafi pasarkan. Apabila produk Hijab
Arrafi dapat beraneka ragam maka Hijab Arrafi akan dapat
memperoleh berbagai keuntungan, terutama bagi stabilitas
keuntungan serta stabilitas usaha Hijab Arrafi. Berikut adalah list
produk-produk Hijab Arrafi setelah adanya inovasi dan
pengembangan produk oleh hijab Arrafi74
Tabel 1.1
Jenis-jenis produk Hijab Arrafi
Kategori produk Hijab Arrafi
Hijab Accesoris Dress
Hijab Instan Standar Bross Arrafi Gamis
Hijab Syar‟I Jumbo Ciput Baju koko
Hijab Segi Empat Handsock Mukena
Hijab Anak-anak Topi T-shir
74
http://instagram.com/hijab_arrafiofficial/(diakses pada10 Juli 2019 pukul 23.32)
55
2. Pengembangan Pemasaran Produk Hijab Arrafi
Pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan
pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi
peluang produk, pendefisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan
pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi
antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan
merancang peluncuran serta promosi produk.75
Hijab Arrafi memperluas
jangkauan bisnisnya hingga merambah kesetiap sector lingkup regional
akan tetapi sudah nasional. Dengan cara mencapai pelanggan potensial
baru hingga Jawa maupun ke luar Jawa melalui agen, sub agen, member,
reseller, sosial media dan ada yang dari mulut ke mulut. Dengan
kepercayaan dari teman tentang produk tersebut, banyak teman-teman
yang ikut memakai produk Hijab Arrafi bahkan ikut jadi agen, sub agen,
member dan reseller maupun agen produk tersebut. Karena agenya dari
berbagai daerah membuat Hijab Arrafi dikenal ke berbagai daerah di
Indonesia76
.
Untuk membuat pelanggan merasa nyaman, Hijab Arrafi
memberikan pelayanan yang baik, ramah, professional, dan
menyenangkan dengan menggunakan bahasa gaul tapi bersahabat. Dari
segi pemasaran Hijab Arrafi melakukan promosi dengan berbagai cara
sebagai berikut:
75
Endang Sulistya Rini,”Peran Pengembangan Produk Dalam meningkatkan Penjualan,”
Jurnal Ekonom, Vol 16:1 (Januari 2013), hlm. 31. 76
Wawancara dengan ibu April, marketing Hijab Arrafi, Kudus 15 Juni 2019.
56
a. Personal selling, yaitu penjualan yang dilakukan oleh pihak
marketing Hijab Arrafi langsung menawarkan berbagai produk
kepada konsumen secara rutin.
b. Advertising, Hijab Arrafi memasang iklan berupa MMT didepan
Hijab Arrafi official serta logo dan kontak person perusahaan.
c. Publicity, Yaitu pemuatan berita, serta informasi mengenai Hijab
Arrafi. Hijab Arrafi menggunakan media sosial seperti facebook,
twitter dan instragram sebagai sarana publisitas. Dipilihnya media
tersebut karena lebih efektif dan efesien.
Dikarenkan Hijab Arrafi hanya mempunyai satu kantor yaitu di
Kudus maka media sosial tempat yang cocok untuk menjajahkan
produknya. Hijab Arrafi juga memperbolehkan para mitranya
menjajahkan produk Arrafi di akun medis sosialnya masing-
masing. Berikut media sosial Arrafi;
1. Facebook
Kehadiran facebook tidak dapat dipungkiri telah mengubah
dan memberikan warna baru pada cara berkomunikasi dengan
orang lain. Bagi para pelaku bisnis yang jeli, semua media
dapat menghubungkan pemilik produk dengan pasarnya dan
akan dimaksimalkan pemakaiannya termasuk facebook.
Keuntungan dari facebook fanspage ini memudahkan Hijab
Arrafi dalam mengenalkan produknya ke semua pengguna
57
facebook serta memasarkan produk dari perusahaan.
Namudibalik keuntungannya ternyata ada kekurangan yang
dirasakan Hijab Arrafi seperti dalam wawancara dengan ibu
wita dibawah ini77
:
“Sebenarnya media website itu perlu mbak, akan
tetapi kita lebih maksimalkan menggunakan media
sosial yakni facebook dan instagram. Facebook
sangat bagus bisa mentargetkan mangsa pasar kita
dengan facebook fanspage. Dari facebook fanspage
kita bisa mentargetkan pemasaran kita, dengan
rentan umur, berdasarkan wilayah target, kesukaan
target, juga interest target market kita. Akan tetapi
dari pelanggan Hijab Arrafi kadang mengalami
kebingungan menanyakan akun official resmi milik
Hijab Arrafi, karena banyak bermunculan akun yang
bernamakan Arrafi dan akun itu merupakan mitra
kami, selain menggunakan cara natural kadang kita
juga promosi dengan facebook fanspage yang
berdampak sangat signifikan hal itu biasanya
berimbas nantinya kami kuwalahan saat
menanggapi pertanyaan – pertanyaan dari para
konsumen yang hendak beli maupun menanyakan
produk Hijab Arrafi. Kalau kekurangan seara
signifikan Insyha Allah belum ada mbak, hanya
seperti tadi saja bingungnya konsumen terhadap
akun resmi Hijab Arrafi”
Facebook juga merupakan tempat untuk interaksi owner Hijab
Arrafi dengan para keluarga besar Hijab Arrafi dan para
pelanggan setia Hijab Arrafi. atau sekedar memberikan carita
inspriratif dibalik suksesnya Hijab Arrafi.
77
Wawancara dengan ibu april, marketing hijab Arrafi, kudus, 15 Juni 2019
58
2. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang
memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter
digital dan membagikanya ke berbagai layanan jaringan sosial
termasuk instagram itu sendiri78
. Salah satu media sosial yang
aktif digunakan oleh Hijab Arrafi adalah instagram.
Instragram sangat membantu dalam pemasaran Hijab Arrafi,
berikut tanggapan dari marketing Hijab Arrafi terkait
instagram79
“Instagram menurut saya lebih banyak nilai
positifnya mbak dibanding dengan kekurangannya,
kami tinggal menyiapkan foto produk yang bagus
dan merangkai kata-kata yang mengena di benak
pelanggan lalu dan jenis, bahan, dan motif produk
tinggal di upload saja. Biasanya kita upload produk
jadi sangat simple. Cuma kadang banyak komentar
follower yang menurut saya kurang seberapa
penting. Ya, kita ambil positifnya saja mbak selama
komentarnya membangun.”
d. Kemitraan, proses pendistribusian barang melalui pembelanjaan
dari kemitraan secara rutin yang dibagi menjadi lima tahap80
:
1. Distributor yang sering disebut kak bos adalah kemitraan
dengan regisrasi awal Rp. 120.000,- mendapatkan diskon atau
potongan sebesar 45% dan order pertama minimal Rp.
78
Irwadani dan Siti Juariah, “pengembangan media pembelajaran berupa komik fisika
berbantuan sosial media Instagram sebagai alternative pembelajaran,” Jurnal ilmiah pendidikan
Al-BiRuNi, Vol. 5:1, (April 2016), hlm 35. 79
.Wawancara dengan ibu April, marketing Hijab Arrafi, Kudus, 15 juni 2019. 80
arrafihijab.com, diakases pada tanggal 1 juli 2019,jam 20.20
59
500.000.000,- dengan wajib belanja dalam satu bulan sejumlah
Rp. 20.000.000,- setiap transaksinya.
2. Agen Arrafi adalah kemitraan dengan registrasi awal Rp.
120.000,- mendapatkan diskon atau potongan sebesar 40%
dan order pertama Rp. 30.000.000,- dengan target Rp.
5.000.000 transaksi perbulan.
3. Sub Agen Arrafi adalah kemitraan dengan registrasi awal Rp.
120.000,- mendapatkan potongan atau diskon 30% dan order
pertama minimal Rp. 8.000.000,- dengan targer Rp. 2.000.000,-
transaksi perbulan.
4. Member Arrafi adalah kemitraan dengan registrasi awal Rp.
70.000,- mendapatkan potongan atau diskon 20% dan order
pertama minimal 3 pcs, dengan target 2 pcs perbulan jika tidak
target selama 3 bulan berturut-turut maka akan turun level.
5. Reseller Arrafi adalah kemitraan dengan registrasi awal Rp.
10.000,- mendapatkan potongan atau diskon 10% dengan order
pertama 1 pcs.
Di akui oleh pihak arrafi dengan menggunakan kemitraan atau
dengan nama lain keluarga besar Hijab Arrafi (KBHAR) meningkatkan
penjual hijab Arrafi
“Dengan adanya keluarga besar hijab arrafi penjualan arrafi selalu
meningkat dan kita selalu memberikan produk-produk baru karena
60
semangat dari KBHAR yang ingin maju bersama dengan hijab
Arrafi81
3. Sistem Dropship Hijab Arrafi
Sistem kemitraan Hijab Arrafi yaitu dari Hijab Arrafi Official
barang dikirim kepada para distributor atau kak bos, kemudian kak bos ke
para agennya, kemudian agen ke para sub agen, kemudian sub agen ke
para member, kemudian member ke para reseller. Akan tetapi dikarenakan
lamanya pengiriman apabila sesuai dengan prosedur yang ada maka,
diperbolehkannya dropship antar mitra untuk barang bisa lebih cepat ke
konsumen.
Sistem dropship yang dilakukan sesuai dengan sistem dropship
pada umumnya yaitu dropshipper menjajahkan dagangannya di media
sosial apabila ada konsumen yang memesan maka dropshipper akan
memberikan alamat kepada mitra yang levelnya diatasnya untuk dikirim
produknya kepada konsumen. Berikut penuturan dari marketing Hijab
Arrafi82
.
“kadang kita juga ngirim langsung ke agen atau sub agen dari
permintaan kak bos, biasanya itu agen atau sub agen yang ada
diluar jawa. Supaya pengirimannya cepat mbak.tapi itu waiting list
kita tetap mengutamakan ke kak bos”
Dropship juga dilakukan oleh agen, sub agen, member dan reseller
Hijab Arrafi dikarena barang biasanya berada di kak bos dan di agen. Para
mitra sudah memasarkan di akun media sosial masing-masing barang
81
Wawancara dengan ibu April, marketing Hijab Arrafi, Kudus 15 Juni 2019. 82
Wawancara dengan ibu April, Marketing hijab Arrafi, Kudus 15 Juni 2019.
61
masih di stok sama kak bos dan agen. Saat barang laku maka para mitra
yang level bawah akan meminta para kak bos dan agen untuk langsung
mengirim ke alamat konsumen83
.
“Iya mbak kita biasanya pakai dropship soalnya barangnya masih
di kak bos kalu tidak ya di agen. Kita mah buru-buru upload kalua
ada barang baru yang dishare digrup whatsapp. Supaya penggan
tidak kemana-mana pelanggan setia dan nambahi produk dalam
intragram, facebook, dan aplikasi online shopmbak.”
Dropship dalam marketing di hijab Arrafi dilakukan dikarena
untuk mempercepat barang sampai kepada konsumen. Hal tersebut bisa
dilihat apabila Hijab Arrafi harus sesuai level pengirimannya barang yang
akan sampai ke konsumen bisa dipastikan akan lama sampai ke konsumen.
Tidak dipungkiri di era modern seperti ini dropship sebagai penunjang jual
beli online dikarenakan semua bisa berjualan dengan modal minim.
83
Wawancara dengan ibu Nida, Member hijab Arrafi, Demak 16 Juni 2019.
62
BAB IV
ANALISIS
A. Analisis Jual Beli Online Sistem Dropship pada Marketing Hijab Arrafi.
Sistem jual beli online menurut UU No. 11 tahun 2008 adalah jual beli
yang dilakukan secara online, dilakukan dengan jarak berjauhan menggunakan
media elektronik sebagai perantara84
. Jual beli online adalah transaksi jual beli
melalui media internet sebagai perantara antara penjual dan pembeli. Dropship
adalah rantai jual-beli antara supplier – dropshipper – pembeli, dropshipper tidak
menyimpan barang dalam bentuk stock, tetapi hanya mentransfer uang pembeli
dan rincian pengirimannya kepada supplier. Setelah dropshipper menerima
pembayaran dari pembeli, dropshipper memesan pesanan barang yang sama dari
pembeli ke supplier. Kemudian setelah mengambil selisih harga sebagai
keuntungan, dropshipper membayar pesanan kepada supplier dan supplier
langsung mengirim barang kepada pembeli85
. Setelah dianalisis jual beli dropship
ialah dropshipper sebagai perantara antara supplier dan pembeli, apabila barang
dropshipper dibeli oleh pembeli maka dropshipper mengirimkan uang dan rincian
barang pesanan pembeli kepada supplier, dimana dropshipper sudah mengambil
untung dan supplier mengiring barang pesanan langsung kepada pembeli.
Sistem dropship yang dilakukan Hijab Arrafi yaitu dropshipper
menawarkan dagangannya di media sosial apabila ada konsumen yang memesan
84
UU No. 11 Tahun 2008, Tentang Transaksi Informasi dan Transaksi Elektronik, PDF. 85
Andi Triyawan dan Suthorik Eri N, “Sistem Dropshipping Menurut Ekonomi Islam,”
Jurnal Human Falah.Vol. 5:2 (Desember 2018) hlm. 229.
63
maka dropshipper mengirim uang dan alamat kepada mitra yang levelnya
diatasnya untuk dikirim produknya kepada konsumen dimana dropshipper sudah
mengambil keuntungan penjualan. Dropship dalam marketing Hijab Arrafi
dilakukan karena untuk mempercepat barang sampai kepada konsumen. Hal
tersebut bisa dilihat apabila Hijab Arrafi harus sesuai level pengirimannya, barang
bisa dipastikan akan lama sampai ke konsumen86
. Setelah dianalisis sistem
dropship yang dilakukan oleh Hijab Arrafi sesuai dengan dropship pada umumnya
yaitu terdapat supplier, dropshipper dan pembeli dimana dropshipper tidak
mempunyai barang, akan tetapi dapat mempromosikan dagangannya
menggunakan deskripsi yang dicantumkan di media sosial dropshipper, apabila
ada pembeli yang memesan dagangan dropshipper, maka dropshipper
mengirimkan uang dan rincian barang pembeli ke mitra diatasnya, dengan
keuntungan yang sudah dipotong oleh dropshipper.
Sistem kemitraan yang dijalankan Hijab Arrafi menjadikan sistem
dropship sebagai alternative pemasaran di era media sosial. Setelah dianalisis dari
mitra teratas sampai mitra terbawah, distributor dengan diskon 45%, agen dengan
diskon 40%, sub agen dengan diskon 30%, member dengan diskon 20% dan
reseller dengan diskon 10%. Pengiriman barang harus cepat sampai ke pembeli
menjadikan sistem dropship dijalankan. Contohnya saat member menawarkan
barangnya di media sosial dari deskripsi barang yang ada di katalog atau deskripsi
di grup whatsapp, apabila ada pembeli maka member segera mengirim uang,
alamat pembeli dan rincian produk kepada mitra diatasnya, dengan sudah
86
Wawancara dengan ibu April, marketing Hijab Arrafi, Kudus 15 Juni 2019.
64
memotong keuntungan dan mitra atasnya member langsung mengirim barang
tersebut kepada pembeli.
Adapun model-model dropship adalah sebagai berikut87
:
1. Model Bagi Hasil
Model bagi hasil ini biasanya banyak ditemukan di internet, model ini
yang umum digunakan pada sistem dropship. Pada model dropship model
bagi hasil ini biasanya persentase komisi tidak lebih dari 50% dari harga
penjualan dan juga terdapat batasan-batasan pada produk tertentu saja.
2. Model Jaminan
Model jaminan ini menggunakan jaminan uang untuk menjadi dropship.
Model ini bertujuan agar pengelola dan pelaku bisnis tidak mau dirugikan
oleh dropship yang marak sekali melakukan penipuan-penipuan dalam jual
beli online.
3. Model Web Replica
Model ini mempunyai kekhususan yang unik, web replica merupakan
website yang pengelola berikan pada dropship sebagai media promosi
secara online, selanjutnya dropshipper akan menerima komisi jika pada
web replica mereka terjadi kegiatan transaksi
Sistem dropship yang dilakukan Hijab Arrafi menggunakan model bagi
hasil dan model jaminan. Dimana model bagi hasil yaitu model bagi hasil yang
biasanya berbentuk persentase komisi tidak lebih dari 50%, model ini untuk mitra
87
Andi Triyawan dan Suthorik Eri N, “Sistem Dropshipping Menurut Ekonomi Islam,”
Jurnal Human Falah.Vol. 5:2 (Desember 2018) hal 231
65
member dan reseller, mereka mendapatkan keuntungan tanpa adanya jaminan
yang diberikan kepada supplier. Sedangkan model selanjutnya yaitu dengan
model bagi hasil dan jaminan, model ini dilakukan oleh mitra agen dan sub agen,
dimana mereka mendapatkan bagi hasil persentase dan memberikan uang jaminan
untuk deposit.
B. Analisis Pandangan Ulama Salatiga tentang Jual Beli Online Sistem
Dropship pada Marketing Hijab Arrafi.
Menurut K.H. Dr. Ahmad Agus Suaidi, Lc., M.Ag.,88
penjualan dropship
yang ada di marketing Arrafi seperti halnya Simsaroh yaitu dropshipper sebagai
Simsar atau makelar. Dropshipper sebagai perantara antara mitra atas dengan
konsumen. Hal seperti itu diperbolehkan selama tidak ada unsur ghoror (spekulasi
yang tinggi), jahalah (barang yang tidak jelas) dan barang yang diperjual belikan
sudah ada, hal ini sesuai dengan hadist Nabi:
نا رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ونن عن ق يس بن أب غرزة قال خرج علي ماسرة ى الس ار ف قال نسم ث يضران الب يع يا معشر التج يطان والإ إن الش
عكم بالصدقة فشوبوا ب ي Dari Qais bin Abu Gharazah ia mengatakan; Rasulullah shallallahu
„ l ihi w s ll m d t ng kep d k mi d n k mi din m k n p r
m kel r l lu eli u ers d : “W h i p r pedagang, Sesungguhnya
setan dan dosa itu datang ketika transaksi jual beli, maka gabungkanlah
ju l eli k li n deng n sedek h.” (HR. Tirmidzi N s i d n Ahm d)89
88
K.H Dr. Ahmad Agus Suaidi, Lc. M.Ag. adalah Pengasuh Pondok Pesantren Astain di
Desa Tingkir Lor, Kec. Tingkir Kota Salatiga. 89
Imam Ḥafiż Abi „Isya Muhammad bin „Isya bin Suratu at Tirmiżi, J mi‟ s Sh hih
(Sunan at Tirmidzi), Jilid 2, nomor hadis: 1225, Kitabul Buyu‟ (Toha Putra: Semarang) hlm. 241.
66
Menurut K.H. Dr. Ahmad Agus Suaidi, Lc. M.Ag., makelar tidak boleh
talaqqar rukban yaitu meyongsong atau mencegat pedagang di tengah jalan untuk
tidak menjual dagangannya di pasar. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
وا الركبان ولا يبع حاضر لباد . قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم : لا ت لقل ، ف قلت لابن عباس : ما ق ولو لا يبيع حاضر لباد . قال : لا يكون لو قا
سسارا ،قال ابن حجر: فإن مفهومو أنو يوز أن يكون سسارا ف ب يع الاضر للحاضر
"Rasulullah s.a.w. bersabda, "Janganlah melakukan talaqi al-rukban,
(yaitu pihak yang mengetahui harga pasar [al-hadhir] mencegat di
tengah perjalanan [menuju pasar] untuk membeli barang milik calon
penjual yang berasal dari pedalaman [yang tidak mengetahui harga
yang berlaku di pasar pada saat itu atas barang yang akan dijualnya]),
dan jangan pula orang kota (hadhir) melakukan penjualan kepada orang
pedalaman (bad)."Perawi berkata, "Saya bertanya kepada Ibn Abbas,
apa yang dimaksud dengan 'orang kota (al-hadhir) tidak melakukan
penjualan kepada orang pedalaman (bad)?" Ibn Abas menjawab,
"Orang kota tidak boleh menjadi simsar bagi orang pedalaman." Ibn
Hajar berkata, "Artinya, seseorang boleh menjadi simsar dalam jual-beli
yang dilakukan oleh sesama orang kota (simsar boleh dilakukan di
antara para pihak yang mengetahui harga wajar [yang berlaku di pasar
pada saat itu] atas barang yang akan dijualnya)."(H.R. Bukhori)90
.
Menurut beliau Talaqur rukban di atas tidak diartikan sebagai mencegat
saja akan tetapi dijelaskan bahwa makelar tidak boleh membatasi seseorang untuk
membeli barang, atau menjadikan pembeli hanya bisa membeli barang tersebut
pada makelar.
90
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Buhkari, jilid ke 4.
(Riyadh: Dar al-Thayyibah, 2005) hlm. 452.
67
Menurut K.H. Aji Nugroho, Lc. M.Pd.I.,91
bahwa dropship yang dilakukan
oleh Hijab Arrafi itu sesuai dengan Akad simsaroh. Akan tetapi menurut beliau
ada hal yang penting dalam pembolehan dropship yaitu harus adanya khiyar saat
tranksaksi antara dropshipper dan pembeli. Apabila barang tidak sesuai dengan
diskripsi penjualan online maka barang harus boleh dikembalikan. Syarat lainnya
yaitu barang yang dijual harus sudah jadi bukan akan jadi, terhindar dari ghoror
dan saling merindhoi. Adapun sistem kemitraan yang yang dijalankan oleh Hijab
Arrafi adalah suatu bentuk t ‟ wun antara mitra dan Hijab Arrafi.
Menurut K.H. Dr. Miftahuddin, M.Ag.,92
sistem dropship Hijab Arrafi
diperbolehkan karena menggunakan akad wakalah dengan sistem kemitraan.
Dropshipper diartikan sebagai wakil dari orang yang mewakilkan untuk menjual
barang-barang ke konsumen.
Wakalah yang digunakan oleh agen Hijab Arrafi adalah Wakalah khusus
dimana pihak pusat distributor Hijab Arrafi mewakilkan penjualam produk Hijab
Arrafi kepada mitra dibawahnya. Selama rukun dan syarat jual beli antara wakil
dan pembeli terpenuhi maka hal tersebut diperbolehkan, akan tetapi barang yang
dideskripsikan harus sudah ada bukan akan ada dan terhindar dari ghoror.
Menurut Ustadz Drs. Badwan, M.Ag.,93
jual beli sistem dropship yang
berada di Hijab Arrafi seperti jual beli biasa dengan akad wakalah. Dropshipper
sebagai wakil dari supplier yang telah diberi ijin untuk menjual dagangannya.
91
K.H. Aji Nugroho,Lc. M.Pd.I. adalah seorang Da‟i dan Pengurus lembaga Fatwa MUI
Kota Salatiga. 92
K.H. Dr. Miftahuddin, M.Ag. adalah Pengururs PC NU Kota Salatiga. 93
Ustadz Drs. Badwan, M.Ag. adalah Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Salatiga.
68
Terkait dengan rukun syaratnya barang jual beli harus milik sendiri. Beliau
menjelaskan esensi syarat milik sendiri supaya tidak ada penipuan dan ghoror,
selama dropship yang dilakukan dropshipper tidak mengandung ghoror dan
penipuan maka diperbolehkan. Beliau menambahkan bahwa untuk terhindar dari
ghoror dan penipuan maka dropshipper yang sebagai wakil harus mencantumkan
garansi barang apabila tidak sesuai dengan kesepakatan atau disebut dengan
khiyar.
Beliau menambahkan bahwasannya masyarakat Islam sekarang harus
memahami konsep fikih kontemporer, tanpa meninggalkan konsep fikih klasik.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang ada fikih juga harus berkembang
tidak bisa harus meniru fikih klasik. Harus pandai pengkaji hasanah fikih baru
supaya masyarakat tidak mengkaji sesuatu secara hukum lama saja. Seperti
konsep jual beli dropship saat ini harus dikaji secara mendalam tentang syarat
barang milik sendiri atau barang harus ada. Dahulu syarat tersebut untuk
menghidarkan pembeli dari ghoror dan penipuan, apabila di dalam dropship
sudah ada sistem pengamanan dari ghoror dan penipuan dengan adanya garansi
atau khiyar maka konsep jual beli dropship diperbolehkan.
Menurut K.H. Drs. Noor Rofiq, M.Pd.I.,94
pokok dalam urusan muamalah
itu boleh atau halal sehingga ada dalil yang menunjukkan atas pengharamannya.
Adapun prinsip jual beli adalah saling ridha, tidak ada unsur riba, tidak ada unsur
tipuan, tidak ada unsur gharar dan jahalah, komoditas bukan yang diharamkan
94
K.H. Noor Rofiq, M.Pd.I adalah Dai dan Ketua FKUB (Forum kerukunan Umat
Beragama) Kota Salatiga.
69
dan tidak ada yang dirugikan. Jual beli dengan sistem dropship ini bisa dipandang
dalam beberapa akad, pertama bisa dengan cara simsar atau makelar, yaitu
seseorang yang menjadi perantara antara penjual dan pembeli kemudian
mendapatkan fee atau upah dari jasanya tersebut. Antara perantara dan produsen
mengadakan kesepakatan, dimana diatur pihak perantara mendapatkan upah
karena jasanya menjual barang produsen dengan besaran sesuai kesepakatan.
Akad kedua antara dropshipper dan produsen bisa dengan akad wakalah.
Yaitu produsen selaku pemilik barang mewakalahkan penjualan barangnya
kepada dropshipper sehingga posisi dropshipper sebagai wakil dari produsen.
Kesepakatan terkait harga barang, selisih atau harga produsen dan droshipper atau
ujrah bagi dropshipper sesuai dengan kesepakatan keduanya tanpa ada yang
dirugikan. Menurut beliau Hijab Arrafi menggunakan akad wakalah saat
melakukan jual beli sistem dropship, dikarenakan selisih harga atau ujroh
dropshipper sudah ditentukan oleh produsen dan dropshipper sebelum akad jual
beli antara dropshipper dengan pembeli.
Setelah dianalisis pandangan ulama Salatiga tentang jual beli online sistem
dropship pada marketing Hijab Arrafi, para ulama Kota Salatiga memperbolehkan
adanya sistem jual beli dropship yang dilakukan Hijab Arrafi, tetapi mereka
berbeda pendapat dalam akadnya, ada yang mengatakan dengan akad Simsaroh
dan ada juga yang mengatakan dengan akad wakalah.
Akad yang pertama dengan menggunakan akad simsaroh atau artinya
makelar, posisi dropshipper menjadi simsaroh atau orang yang melakukan
70
makelar dan akad kedua yaitu akad wakalah dimana dropshipper menjadi wakil
dari supplier untuk melakukan transakasi jual beli.
Adapun prinsip-prinsip dalam bermuamalah mereka bersepakat bahwa
untuk melakukan akad-akad tersebut adalah saling ridha, tidak ada unsur riba,
tidak ada unsur tipuan, tidak ada unsur gharar dan jahalah, komoditas bukan yang
diharamkan dan pihak yang berakad tidak ada yang dirugikan. Untuk semua
prinsip tersebut bisa terpenuhi maka simsar atau makelar dan wakil harus
memberlakukan khiyar kepada pembeli, atau memberikan garansi apabila barang
yang diterima tidak sesuai dengan deskripsi yang ada, karena posisi dropshipper
tidak sedang memiliki atau membawa barang yeng dideskripsikan.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis dapat
memberikan kesimpulan bahwa:
1. Sistem dropship yang dilakukan Hijab Arrafi menggunakan model bagi
hasil dan model jaminan. Model bagi hasil yaitu model bagi hasil yang
biasanya berbentuk persentase komisi tidak lebih dari 50%, model ini
untuk mitra member dan reseller. Sedangkan model selanjutnya yaitu
dengan model bagi hasil dan model jaminan, model ini dilakukan oleh
mitra agen dan sub agen, dimana mereka mendapatkan bagi hasil
persentase dan memberikan uang jaminan untuk deposit
2. Menurut para ulama kota Salatiga memperbolehkan sistem jual beli
dropship Hijab Arrafi tetapi dalam akadnya mereka berbeda pendapat,
ada yang berpendapat dengan akad simsaroh yaitu dropshipper sebagai
simsar atau makelar. Adapun yang berpendapat lain bahwasannya sistem
dropship di Hijab Arrafi menggunakan akad wakalah yaitu dropshipper
sebagai wakil dari supplier. Tetapi mereka bersepakat dalam prinsip-
prinsip muamalah yaitu saling ridha, tidak ada unsur riba, tidak ada unsur
tipuan, tidak ada unsur gharar dan jahalah, komoditas bukan yang
diharamkan dan pihak yang berakad tidak ada yang dirugikan. Agar
semua prinsip tersebut bisa terpenuhi maka simsar atau makelar dan
wakil harus memberlakukan khiyar kepada pembeli, atau memberikan
72
garansi apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan deskripsi yang
ada, karena posisi dropshipper tidak sedang memiliki atau membawa
barang yeng dideskripsikan.
B. Saran
Adapun Saran-saran yang dapat di berikan dari penelitian ini adalah sebagai
beriku:
1. Untuk sistem dropship Hijab Arrafi, khiyar dalam jual beli yang
dilakukan oleh dropshipper harus selalu dijalankan.
2. Untuk para ulama selalu mengkaji perkembangan muamalah yang ada
dikarenakan perkembangan muamalah yang sangat pesat. Semoga hasil
penelitian ini bisa bermanfaat untuk kedepannya.
73
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an/Tafsir Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, 2016, Al-Qur‟ n Tajwid dan
Terjemah, Bandung: CII.
2. Hadis/Syarah Hadis/Ulumul Hadis
Imam Ḥafiż Abi „Isya Muhammad bin „Isya bin Suratu at Tirmiżi, J mi‟
s Sh hih (Sun n t Tirmiżī), Jilid 2, Kitabul Buyu‟ (Maktabah
Dahlan: Indonesia)
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany. (2002). Bulughul Maram Min
Adillatil Ahkaam. Jakarta: Dar Al-Kutub Al Islamiyah.
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani.(2005). Fathul Bari Syarah Shahih
Bukhari, jilid 4. Riyadh: Dar al-Thayyibah.
3. Fiqh/Usul Fiqh/Hukum
Ashshofa, Burhan. (2013). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka
cipta.
Fatwa MUI No.24, ( 2017, Hukum Dan Pedoman Bermuamalah
Melalui Media Sosial.
Ghazali, Abdur. Rohman. (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Pradana
Media.
Harun. (2017). Fiqih Muamalah. Surakarta: Muhammadiyah University.
Hidayat, Enang. (2015). Fiqih Jual Beli. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Khosyi'ah, Siah. (2014). Fiqih Muamalah Perbandingan. Bandung:
Pustaka Setia.
Nawawi, Ismal. (2012). Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sabiq, Sayyid. (1987). Fiqih Sunnah Terjemahan. Jilid 13. Bandung: Al-
Ma'arif.
74
Suhendi, hendi. (2002). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo.
4. Lain-lain
Abdullah, Taufik. (1983). Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: CV
Rajawali.
Afrida, Yenti. (2016). Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan
Syariah. JEBI, Vol 3:1
.
Aziz, Muh. Ali. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Bariroh, Muflihatul. (2016). transaksi jual beli dropshipping dalam
persepektif fiqh muamalah. jurnal ahkam, Vol 4:2.
Berthania, Rara, (2017). “Kedudukan Makelar Dalam Transaksi
Jual Beli Kendaraan Bermotor ditinjau dari hukum Islam,”
Skripsi Universitas Lampung.
Cahyadi, Iwan. Fahri. (2018). Sistem Pemasaran Dropship dalam
Perspektif Islam. Tawazun, Vol 1:1.
Herinza, Ridho.(2013) “Perspektif ulama terhadap pelaksanaan perbankan
syariah di kabupaten Kudus,” Skripsi. Semarang. Univeesitas
Negeri Semarang.
Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Lubis, Saiful. Akhyar. (2007). Konseling Islami Kyai dan Pesantren.
Yogyakarta: eLSAQ.
Moleong, Lexy. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mujiatun, Siti. (2013). Jual Beli dalam Perseptif Islam: Salam dan Istishna.
Jurnal Riset Akutansi dan Bisnis, Vol 13:2.
Qayyim, Al Hafid. Ibnu., & Kurniawanto, Eka. (2018). Hukum Jual Beli
dengan sistem Dropship Menurut Syariah. Ekonomika, Vol 7:2.
75
Rudiana, & Bustomi, Achmad. otong. (2016). Transaksi Dropshipping
perspektif ekonomi syariah. Al-mustashfa jurnal penelitian hukum
ekonomi syariah, Vol 3:1.
Sari, Devi Nilam. (2017). “Jual Beli File Data Supplier di Toko Online
Dropnshop Menurut Perspektif Akad Jual Beli Salam,”
skripsi IAIN
Surakarta.
Suparyono, Johanes. (1981). kontruksi perspektif. Yogyakarta : Kanisius
Syafii, Ahmad. (2018). Step By Step Bisnis Dropshipping & Reseller.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. (2003).
Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional.
Jakarta: Djambatan.
Triayawan, Andi., & Eri, Suthorik. (2018). Sistem Dropshipping menurut
Ekonomi Islam. Humam Falah, Vol 5:2.
Umar, Hasan. (2004). Metode penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA DIRI
Nama : Naf‟a Robi‟ah
Tempat, Tanggal Lahir :Demak, 08 November 1996
Agama : Islam
Pendidikan :Mahasiswa Hukum
Ekonomi Syariah)
Alamat :Ds. Jungpasir Rt 03/04
Kec. Wedung Kab. Demak
No. Hand Phone : 085868840003
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Jurusan Tahun
SD N 02 Jungpasir - 2004-2009
MTs Bandar Alim Jungpasir - 2009-2012
MA YPKM Raden Fatah IPS 2012-2015
PENGALAMAN ORGANISASI
Organisasi Jabatan Tahun
Himpunan Mahasiswa Jurusan
Hukum Ekonomi Syariah
Bendahara 2017
Dewan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Syariah
Bendahara 2018
Koperasi FATAWA IAIN
Salatiga
Anggota 2016
GEN-BI(Generasi Baru
Indonesia)
Anggota 2018
Salatiga, 28 Agustus 2019
Naf‟a Robi‟ah
NIM 3302015007
77
Lampiran 1
Gambar akun media sosial Hijab Arrafi Instagram dan Facebook
78
Lampiran 2
Foto wawancara dengan para ulama Kota Salatiga
Foto wawancara dengan K.H. Dr. Ahmad Agus Suaidi, Lc., M.Ag.,
Foto wawancara dengan K.H. Aji Nugroho,Lc., M.Pd.I.,
79
Foto wawancara dengan K.H. Dr. Miftahuddin, M.Ag.,
Foto wawancara dengan Ustadz Drs. Badwan, M.Ag.,
80
Foto wawancara dengan K.H. Drs. Noor Rofiq, M.Pd.I.,
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93